DAFTAR ISI
TOPIK KEKERASAN TERHADAP ANAK KEKERASAN PADA ANAK DI INDONESIA Irwanto
REALISTAS SOSIAL KEKERASAN TERHADAP ANAK Sri Suari Wahyudi
TELEVISI DAN KEKERASAN PADA ANAK Uni Zulfiani Lubis
KONVENSI HAK ANAK DAN UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Apong Herlina
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA DAN IMPLEMENTASINYA Magdalena Sitorus
PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN YANG BERSAHABAT DENGAN ANAK Bibit S. Rianto
KEPUTUSAN PENGADILAN DAN KEPENTINGAN TERBAIK BAGI ANAK Erna S. Syukri
ASPEK KLINIS KEKERASAN PADA ANAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Indra Sugiarno
TATALAKSANA KOMPREHENSIF DAN DAMPAK KEKERASAN PADA ANAK Makmur Sunusi
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK NORMAL ATAU MENYIMPANG ? Yan Prasetyo
POLA PENGASUHAN ANAK YANG TEPAT Rosemini AP
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
1
TAJUK KITA MEMERANGI KEJAHATAN ATAS KEMANUSIAAN DAN ANAK Amb. Bachtiar Aly
Terorisme, satu kata yang
aksi teror yang membuat dunia
menggetarkan dunia. Dibalik kata
terbelah dua, yang meneror dan
teror itu terdapat berbagai ragam
yang diteror.
kompleksitas masalah. Ia menjelma
Dunia setelah itu tidak
menjadi rasa takut yang berlebihan,
pernah aman lagi hingga sekarang
ada segumpal kebencian, ada keti-
ini. Ketika bom bunuh diri terjadi dan
dakadilan dan terdapat semacam
menjadi fenomena di negeri ini
agenda pembalasan dendam. Teror-
sangat sulit dicari pembenarannya
isme lahir atas ketidakmampuan
mengapa ada pula orang yang ingin
manusia mengatur dirinya dengan
menjadi martir dengan memusnah-
sesama, ketidakberdayaan manusia
kan
berkomunikasi secara manusiawi.
porandakan manusia di sekeliling-
Suatu kesenjangan ideologi, ke-
nya. Bahkan ia merasa perlu untuk
tidakadilan ekonomi, keserakahan
merekam pesannya kepada anak
para penguasa yang tidak pandai
dan keluarganya hanya sekedar
mengakomodasi para pihak se-
mengatakan bahwa perbuatannya
hingga meledak menjadi suatu aksi
itu adalah bentuk dari pencapaian
yang mencederai hakekat ke-
cita-cita, boleh jihad namanya,
manusiaan itu sendiri.
walau untuk itu masih perlu ditelaah
Kemiskinan tidaklah dapat dijadikan alasan lahirnya terorisme. Lihatlah tokoh terorisme sekaliber
dirinya
dan
memporak-
secara lebih kritis tanpa menodai ajaran agama. LCKI
tidak
berpangku
Osama bin Laden, ia berasal dari
tangan, suatu konferensi inter-
keluarga yang maha kaya. Bagi
nasional telah digelar di Jakarta.
pelaku
adalah
Kutipan pernyataan Presiden Susilo
instrumen untuk memperjuangkan
Bambang Yudhoyono dan Menteri
suatu keyakinan dan sekaligus
Luar Negeri Australia, Alexander
sebagai bentuk protes yang sangat
Downer serta pandangan dari
keras atas kemapanan. Peristiwa 11
berbagai pihak cukup tegas men-
September 2001 dianggap klimaks
jelaskan posisi dunia internasional
2
terorisme
ini
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
bahwa kita tidak boleh berhenti
kita yang tampil prima dan penuh
memerangi terorisme dalam segala
wibawa ini mengingatkan kita pada
bentuknya. Satu hal yang pasti
bait-bait indah dari penyair kenama-
terorisme adalah kejahatan atas
an kelahiran Lebanon Khalil Gibran.
kemanusiaan.
Ujarnya; ‘anakmu bukanlah anakmu,
Seperti kejahatan lain yang
tapi ia adalah anaknya zaman.
tidak kurang memprihatinkan kita
Anakmu ibarat busur yang dilesatkan
adalah kejahatan terhadap anak. Ibu
mencari sasarannya sendiri. Raganya
Negara dengan penuh antusias
dititipkan padamu tapi sukmanya sulit
ketika menjadi pembicara utama
kau kuasai karena ia mempunyai
dalam seminar tentang masalah
impiannya sendiri. Anakmu adalah
anak yang disponsori oleh LCKI
miliknya zaman karena ia mempunyai
secara gamblang mengatakan
impiannya sendiri’. Kita boleh beda
bahwa kita harus malu dan merasa
pendapat dengan pernyataan itu.
prihatin karena kejahatan terhadap
Tetapi satu hal yang pasti, kejahatan
anak-anak kita, anak-anak bangsa
dan kekerasan terhadap anak adalah
pewaris masa depan ternyata belum
kejahatan atas azazi manusia yang
mampu kita atasi dengan sebaik-
tak termaafkan, kecuali orang tua
baiknya. “Kita harus bekerja keras
atau siapapun yang melakukan itu,
untuk memerangi kejahatan atas
ia mengalami sakit jiwa.
anak”, ujar Ibu Negara Ani Yudho-
Baru-baru ini kita menyak-
yono. Ibu Negara menghimbau
sikan dengan wajah cool seorang
kepada semua pihak yang memiliki
terdakwa tak bergeming, sayu,
otoritas dan akses untuk secara
apatis dengan mata menerawang
sistimatis dan sungguh-sungguh
tanpa ekspresi. Terdakwa itu wanita
mengatasi masalah kekerasan
muda yang duduk dengan tenang
terhadap anak. “Kalau tidak cepat
mendengarkan vonis hakim atas
diatasi bukan mustahil Indonesia akan
dakwaan yang terbukti yaitu mem-
kehilangan satu atau mungkin dua
bunuh kedua anaknya tanpa
generasi” , ujar Ibu Ani penuh
sedikitpun terbersit rasa penyesalan.
keyakinan dan empati yang tinggi
Ruang pengadilan sepi senyap,
terhadap masalah anak ini.
membisu. Ia semakin menjadi ham-
Ada semacam getaran yang
pa ketika penguasa imperia yustitusi
kembali ke masa lalu ketika Ibu
menjatuhkan vonis bebas kepada
Negara mengingatkan kita atas
sang ibu pembunuh anak kan-
masa depan anak-anak. Seolah Ibu
dungnya sendiri. Ia bebas karena JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
3
menurut referensi medis orang ini
awal abad ke-19, anak-anak
memang sakit jiwa.
pedesaan di Jawa seperti kebanyak-
Cerita mengenaskan lain
an negara-negara lainnya seakan
adapula seorang ibu membunuh
kerja telah menjadi bagian kehi-
anaknya dan secara sadis memakan
dupan normal keseharian. Bedanya
potongan tubuh anaknya, juga tanpa
yang berubah adalah bentuk dan
penyesalan, karena ia juga tergang-
jenis pekerjaan.
gu jiwanya. Hari-hari ini orang
Jadi kalau kita ingin me-
mungkin terpaku hanya kepada ke-
rambah ke masalah anak maka
jahatan fisik tetapi banyak anak
spektrumnya sangat kompleks dan
yang terteror oleh keluarganya
luas yang semuanya itu ada dimensi
karena juga masalah kemiskinan.
kekerasan dan kejahatan baik yang
Kita sering menyaksikan bagaimana
terjadi secara terstruktur maupun
anak-anak dieksploitasi untuk ke-
terjadi secara alami. Potret buram
pentingan ekonomi, meringankan
ini harus dibikin terang benderang
beban keluarga dengan mempe-
oleh komitmen kemanusiaan kita.
kerjakan anak dibawah umur.
Akhirnya gerak aktivitas
Konvensi PBB tentang hak-hak anak,
LCKI tidak terlepas dari komitmen
1989, pasal 32.1, menegaskan:
dan kiprah Ketua Presidiumnya yang
“Negara-negara (penandatangan
disapa ramah dengan panggilan Pak
Konvensi) mengaku hak anak untuk
Da’i yang akhir-akhir ini setelah tidak
dilindungi dari eksploitasi ekonomi
lagi menjadi Kapolri memimpin LSM
dan dari pekerjaan apa saja yang
melanglang
dapat mengganggu pendidikannya
pengalaman dan mencerahkan
atau membahayakan kesehatannya
audience di berbagai negara yang
atau pengembangannya secara fisik
fotonya dapat kita lihat di halaman
maupun mental, rohani, moral dan
akhir jurnal ini. Oh ya dalam
sosial”.
kesempatan yang baik ini, keluarga
buana
membagi
Menarik disimak penelitian
besar LCKI menitipkan ucapan
Rafles (1817) seperti yang dikutip
happy birthday kepada beliau karena
oleh White dan Chandraningsih
pada tanggal 25 Januari adalah hari
bahwa: “Children, which are for a
ulang tahunnya. Selamat panjang
very short time a burden to their
umur, tetap sehat, dan selalu diridhai
parents, become early the means of
Allah SWT. Amin.
assistance and the source of wealth …”. Ini menunjukan bahwa pada 4
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
KEKERASAN PADA ANAK DI INDONESIA I RWANTO Menurut UU PKDRT 23 tahun 2004, disebutkan “kekerasan dalam rumah tangga adalah segenap tindakan fisik, psikis dan/atau seksual yang dapat mengakibatkan kesengsaraan pada seseorang, termasuk tindakan pemaksaan kehendak atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkungan rumah tangga�.
Komitmen Bangsa
2002 dinyatakan bahwa
Berdasarkan UU RI
definisi Anak adalah se-
No. 23 tahun 2002 ten-
seorang yang belum ber-
tang Perlindungan Anak,
usia 18 (delapan belas)
menimbang bahwa Ne-
tahun, termasuk
gara Kesatuan
Republik
Indo-
nesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap
warga
anak
yang masih dalam kandungan. Child Abuse is child abuse or
negaranya,
maltreatment constitutes all forms
termasuk perlindungan terhadap
of physical and/or emotional ill-
hak-hak anak yang merupakan hak
treatment, sexual abuse, neglect
azasi manusia, mengingat bahwa
or negligent treatment or commer-
Anak adalah amanah dan karunia
cial or other exploitation, resulting
Tuhan yang Maha Esa, yang dalam
in actual or potential harm to the
dirinya melekat harkat dan
child to the child’s health, survival,
martabat
manusia
development or dignity, in the con-
seutuhnya, maka sejatinya anak
text of a relationship of responsi-
wajib mendapatkan perlindungan
bility, trust or power (WHO, Child
supaya
Abuse Prevention, 1999).
sebagai
terhindar dan tidak
terjerumus
menjadi
korban
maupun pelaku kejahatan. Di dalam UU RI No. 23 tahun
Any recent act or failure to act on the part of parent or caretaker which result in death, serious JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
5
physical or emotional harm, sexual
dialami anak adalah dicubit,
abuse or exploitation. An act or
dimarahi, diejek, dipukul, disabet,
failure to act which presents an
disuruh lari, didorong, dibentak
immanent risk of serious harm (the
dan digertak.
US Federal Child Abuse Prevention
Kedua, kekerasan sosial dan
and Treatment Act (CAPTA) No.
budaya, berupa pengucilan atau
42USCAS5106g).
diskriminasi atas dasar kelas sosial,
Menurut UU PKDRT 23 tahun
agama, latar belakang politik dan
2004, disebutkan “kekerasan
RAS atau pengorbanan atas dasar
dalam rumah tangga adalah
agama/kepercayaan tertentu.
segenap tindakan fisik, psikis dan/
Ketiga, kekerasan seksual,
dapat
diantaranya dicolek, dicium paksa,
mengakibatkan kesengsaraan pada
dipeluk paksa, paha dielus, dada
seseorang, termasuk tindakan
diraba, rok disingkap dan alat
pemaksaan
kelamin diraba.
atau
seksual
yang
kehendak
atau
perampasan kemerdekaan secara
Keempat, kekerasan sistemik
melawan hukum dalam lingkungan
yaitu kekerasan yang dilakukan
rumah tangga�.
karena demi Hukum/UU. Misalnya
Undang-Undang yang baik
anak pemakai narkoba harus
harus mengandung unsur Commis-
dipenjara padahal membutuhkan
sion yaitu dilakukannya tindakan,
perawatan dan pemulihan medik.
dan Ommission, Absence of Act,
Kelima, kekerasan karena
tidak
eksploitasi dan penelantaran,
dilakukannya tindakan yang
biasanya hal ini dipengaruhi oleh
seharusnya dilakukan.
faktor ekonomi. Contohnya adalah
Failure
to
Act,
yaitu
perburuhan/perbudakan Jenis-jenis Kekerasan Anak
dan
seksual komersial.
Adapun jenis-jenis kekerasan
Akibat kekerasan yang terjadi
terhadap anak meliputi pertama,
pada anak menimbulkan akibat
fisik dan emotional, yang banyak
yang kompleks dan berdampak
6
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
jangka
panjang
serta
bisa
Penutup
menimbulkan perlukaan fisik,
Untuk melindungi anak dari
emosional, efek kepribadian
kejahatan dan kekerasan tidak
bahkan
cukup
dapat menyebabkan
hukum
dan
UU
saja
melainkan diperlukan Mainstrea-
kecacadan dan kematian.
ming Child Protection di semua lini. Disamping itu juga diperlukan
Tantangan Di Indonesia Adanya peraturan UU saja
segera struktur dan mekanisme
tidak cukup untuk mencegah
scan yang jelas yang meliputi
terjadinya kekerasan terhadap
mekanisme intervensi tingkat
anak tetapi dibutuhkan dukungan
nasional, dibiayai sepenuhnya oleh
sistem dan struktur yang jelas
negara, lintas disiplin dan profesi,
serta
dan berlaku sampai tingkat RW
investasi
dana
yang
mencukupi, untuk itu perlu segera
serta
berbasis
dibentuk Scan Team.
pemerintah.
rumah
sakit
UU yang ada saat ini tidak lengkap dilihat dari definisi ‘kekerasan’, age of sexual consent, maupun mekanisme penanganannya. Kapasitas dan fasilitas untuk penyidikan, penanganan kasus, perawatan, dan pemulihan sosialpsikologik masih memprihatinkan. Selain itu UU yang berlaku sekarang juga tidak konsisten jika dipandang dari sisi anak sebagai korban atau kriminal. Bahkan cenderung merugikan dari segi usia kawin
perempuan
dan
usia
tanggung jawab kriminal.
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
7
REALITAS SOSIAL KEKERASAN TERHADAP ANAK SRI SUARI WAHYUDI
Nasib Indah memang tak seindah namanya, duka Indah akhirnya terhapus bersama dengan Kasih Sang Khalik yang menjemputnya penuh cinta, Indahpun tenang dalam dekapan Sang Pemilik. Tapi Lintar, kini tetap menjalani hari dengan luka dan tanya tak berjawab.
Peta Kekerasan Anak Kekerasan terhadap
perdagangan, dan
per-
lakuan salah lainnya. Ke-
anak dapat dipengaruhi
jahatan bisa terjadi di ru-
beberapa faktor yaitu :
mah tinggal, sekolah, tem-
1. Relasi Personal.
pat
Bentuknya dapat
kerja atau
tempat
umum. Pelaku dapat dila-
berupa diskriminasi, tekanan
kukan oleh Aparat Negara, Guru,
psikologis, kekejaman, peng-
Majikan/Mandor, sesama pekerja
aniayaan, pelecehan seksual,
atau warga masyarakat.
perkosaan, pembunuhan, perda-
3. Situasi Konflik.
gangan dan perlakuan salah
Kekerasan dapat berbentuk
lainnya. Banyak terjadi di rumah
penembakan, pembunuhan, peng-
tinggal dan pelaku dari keluarga
aniayaan, penculikan, penghilang-
dekat misal Ayah, Ibu, saudara,
an, pelecehan seksual, per-
Wali, pacar, dan anggota keluarga
budakan, intimidasi berbasis gen-
lainnya.
der, konflik dalam rumah tangga,
2. Relasi Kemasyarakatan.
dan perdagangan. Hal ini dapat
Berupa diskriminasi, ketidak-
terjadi di tempat umum, markas
adilan, tekanan psikologis, keke-
tentara/polisi, rumah korban, atau
jaman, penganiayaan, pelecehan
tempat pengungsian. Kejahatan
seksual, perkosaan, pembunuhan,
bisa dilakukan oleh Aparat Negara,
8
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Sipil Bersenjata, pekerja ke-
Disamping
itu
juga
akibat
manusiaan, dan masyarakat.
hubungan PASUTRI yang tidak
Kekerasan sering terjadi pada
seimbang dan atau belum memiliki
anak karena adanya paradigma
parenting skill, sehingga pola asuh
yang salah bahwa Anak dianggap
yang diterapkan pada anaknya
sebagai ‘property’ orang tua atau
melalui ‘proses imitasi’ atau mod-
keluarganya, hal ini disebabkan
elling yang diperoleh di lingkungan
karena keterbatasan pendidikan/
terdekat yang dipercayainya atau
pengetahuan. Selain itu Anak
terinternalisasi sebagai suatu ‘nilai’.
sebagai korban, cenderung lebih bersikap menutup diri, takut dan
Kasus Kekerasan Anak
pasrah daripada mencoba bereaksi.
Kekerasan fisik, psikis dan
Kekerasan pada anak biasanya
penelantaran sering terjadi pada
dianggap hanya bersifat kasuistis
anak. Kisah hidup Anggi Febrianti
dan hanya terjadi pada keluarga
(7 tahun), yang dianiaya oleh ibu
tertentu saja yang secara psi-
kandungnya sendiri. Kemudian
kologis bermasalah atau menga-
tragedi dua balita Indah Nopita (3
lami tekanan ekonomi.
tahun) dan Lintar Saputra (1
Sebab lain kekerasan pada
tahun),
Indah
yang
tidak
anak terjadi karena kebiasaan
menyangka ibunya yang disayangi
masyarakat yang meletakkan
akan tega membakar dirinya dan
persoalan ini sebagai persoalan
adiknya. Kekesalan sang ibu
intern, dan karenanya tidak layak
terhadap sang ayah yang pulang
atau tabu (aib) untuk diekspos
dalam keadaan mabuk dan tidak
keluar secara terbuka. Kekerasan
membawa uang sepeser pun, harus
juga bisa disebabkan oleh pelaku
dibayar oleh Indah dan Lintar, buah
yang memiliki masa lalu yang
cinta mereka. Tak dinyana tubuh
hampir sama pada masa kanak-
Indah dan Lintar yang sudah basah
kanaknya dulu (modelling), namun
kuyup dengan guyuran minyak
tidak pernah mendapatkan therapy
tanah disulut dengan korek api
psikologi
yang menyala. Alhasil, tubuh
maupun
religius.
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
9
mungil
Indah
dan
Lintar
Pembimbing Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta
berselimutkan api. Namun apa daya, Indah dan
pertimbangan atau saran dari ahli
Lintar hanyalah anak balita yang
pendidikan, ahli kesehatan jiwa,
tak mampu berbuat apa-apa,
ahli
selain hanya menangis semampu
kemasyarakatan lainnya.
agama
atau
petugas
yang dapat ia teriakan. Sementara sang ayah yang tersadar dari lelap
Jaringan Kerjasama Penanganan
tidurnya, juga tidak mampu
Anak Bermasalah Hukum
berbuat apa-apa selain hanya berteriak minta tolong. Pertolongan
BAPAS
memang datang, namun bencana itu telah berlalu dan mengukir jejak kekejian, tubuh Indah dan Lintar terlanjur melepuh. Nasib Indah memang tak seindah namanya,
AHLI PENDIDIKAN AHLI KESEHATAN JIWA
ANAK BERMASALAH HUKUM
RPK/ POLRI
AHLI AGAMA
PETUGAS KEMASYARAKATAN LAINNYA LSM
KEJAKSAAN
PEKERJA SOSIAL KEHAKIMAN
duka Indah akhirnya terhapus bersama dengan Kasih Sang Khalik yang menjemputnya penuh cinta, Indahpun tenang dalam dekapan Sang Pemilik. Tapi Lintar, kini tetap menjalani hari dengan luka dan tanya tak berjawab. Pola Penanganan Di dalam PASAL 42 ayat (2) UU No. 3 tahun 1997 dinyatakan bahwa “Dalam melakukan penyidikan terhadap anak nakal, penyidik wajib meminta pertimbangan 10
atau
saran
dari
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Jaringan Kerjasama Penanganan Anak Korban Kekerasan
Dalam menangani anak korban kekerasan maupun anak yang bermasalah
dengan
hukum
diperlukan jaringan kerjasama antara korban dengan instansi yang berwenang diantaranya Rumah Sakit, RPK/POLRI, LSM (Pekerja
Sosial),
Lembaga
Internasional, Interpol, Negara Donor, Ahli Pendidikan, Ahli Kesehatan Jiwa, Ahli Agama, Petugas Kemasyarakatan, Kejaksaan dan Kehakiman serta dengan masyarakat sendiri.
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
11
TELEVISI DAN KEKERASAN PADA ANAK UNI ZULFIANI LUBIS
Sebagai bagian dari masyarakat, yang memiliki keluarga, kita juga merasa risih bila layar kaca kita dipenuhi dengan tayangan penuh darah serta aksi-aksi kekerasan.
tawuran oleh pendukung
Pendahuluan
klub sepakbola, telah la-
Kita sering mendengar pendapat bahwa si-
ma menjadi santapan ki-
aran televisi dapat me-
ta. Berita
micu kekerasan terhadap
menjadi korban kekeras-
anak, seperti penganiaya-
an kini suatu hal biasa.
an, perkosaan, dan peram-
Anak disetrika ayahnya,
anak - anak
pokan. Televisi dianggap hanya
ibu menganiaya anaknya dan
mengejar rating tanpa mem-
sebagainya. Aroma kekerasan
perhatikan unsur pendidikan
sudah menyebar ke segala pen-
kepada masyarakat. Karena
juru. Di era demokrasi sekarang ini,
kegiatannya muncul di layar,
anak-anak sering dimanfaatkan
kekerasan di televisi bersifat
oleh pihak yang berburu ke-
mengancam baik dengan senjata
kuasaan. Terutama oleh calon yang
atau tidak, melukai atau tidak,
kalah dalam pemilihan.
sudah berlangsung atau sekedar niat dan bisa kebetulan atau disengaja.
Diperlukan Data Kekerasan Kita merasa sedih, karena
Kita patut prihatin, kekerasan
belum ada upaya serius yang
terhadap anak, maupun oleh anak,
menyeluruh untuk memberantas
seolah sudah menjadi tradisi kita.
kekerasan pada anak. Kita terjebak
Lihatlah, tawuran antar sekolah,
pada
12
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
pendekatan
ancaman
hukuman. Upaya lain masih minim.
Tayangan mistik dan berbau porno
Misalnya sampai sekarang, statistik
sudah jauh berkurang. Gambar
khusus kekerasan pada anak
darah dan mayat pun juga sudah
belum pernah dibuat. Padahal,
banyak dikurangi.
dengan statistik ini, kita bisa
Namun demikian tayangan
mengetahui separah apa kekerasan
kekerasan tak bisa hilang se-
yang menimpa anak-anak kita,
penuhnya karena masyarakat juga
juga penyebabnya.
membutuhkan informasi soal itu. tahun
Misalnya bentrok akibat pergolakan
dikeluarkan statistik tahunan
politik di Palestina, Timor Leste,
kerjasama Departemen Pendidikan
suporter Inggris dan Jerman, sulit
dan Departemen Kehakiman,
dihapus dari layar kaca. Fungsi
mengenai kekerasan di sekolah.
utama televisi adalah untuk
Dengan angka yang akurat, guru,
hiburan. Aksi-aksi kekerasan
ahli pendidikan, dan polisi dibantu
dibutuhkan sutradara film untuk
untuk mengetahui dimana saja
daya tarik cerita. Otokritik bagi diri
potensi
terjadi.
kita, sebagian besar penonton
Mestinya kita bisa melakukan hal
kurang suka melihat tayangan
yang sama.
untuk perbaikan moral. Acara
Di
Amerika,
tiap
kerusuhan
kuliah Tayangan Kekerasan
subuh,
tebak
tepat,
pelajaran bahasa, cenderung tidak
Sebagai bagian dari masyara-
diminati. Ratingnya mendekati 0
kat, yang memiliki keluarga, kita
(nol). Pertanyaan bagi kita semua,
juga merasa risih bila layar kaca
mengapa sebagian besar dari kita
kita dipenuhi dengan tayangan
lebih suka melihat film Rambo,
penuh darah serta aksi-aksi
Demolition Man, Smacks Down,
kekerasan. Pada bulan Desember
ketimbang melihat acara keagama-
2003, seluruh anggota ATVSI
an ?
menandatangani kesepakatan
Pada tahun 2002, di Amerika
untuk mengurangi tayangan
dikeluarkan buku hasil penelitian
mistik, pornografi, dan kekerasan.
terhadap kekerasan di sekolahJURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
13
sekolah. Intinya, tidak ada penye-
Penutup
bab tunggal terhadap pertanyaan
Industri TV sadar, sebagian
mengapa kekerasan terjadi. Para
program untuk anak masih berisi
pelaku ternyata berasal dari
kalimat atau tingkah laku yang tak
kalangan amat beragam baik dari
sepenuhnya cocok untuk mereka.
sisi ekonominya, kecerdasannya,
Banyak kartun yang berisi kalimat
maupun latar belakang rumah
jorok. Tingkah tokohnya terlalu
tangganya.
dewasa. Ucapan tokohnya berisi makian. Untuk itu, internal sensor
Perlindungan Terhadap Anak
di setiap TV harus bekerja secara
UU No. 32 Tahun 2002 tentang
serius menyaring setiap program.
Penyiaran, Pasal 36 ayat 3
Ada baiknya bila anak-anak
menyatakan “Isi siaran wajib
ketika menonton televisi tidak
memberi
dibiarkan sendirian. Amat bijak-
perlindungan
dan
pemberdayaan kepada khalayak
sana bila orang tua
khusus, yaitu anak-anak dan
patkan diri menemani buah hatinya
remaja, dengan me-nyiarkan pada
dan mengarahkan untuk menonton
waktu yang tepat, dan lembaga
tayangan pendidikan dan ke-
penyiaran wajib mencantumkan
agamaan. Dengan makin banyak
dan/atau menyebutkan klasifikasi
penonton, stasiun televisi akan
khalayak sesuai isi siaran�. Pada
makin
Pasal 48 dinyatakan “Pedoman
menambah porsi jam tayangnya.
Perilaku Penyiaran yang ditetapkan KPI sekurang-kurangnya harus memuat : ............d. Pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme; e. Perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan; f. Penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak�.
14
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
bersuka
menyem-
cita
untuk
KONVENSI HAK ANAK DAN UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK APONG HERLINA
Pada tahun 1923, Eglantyne Jebb menulis piagam anak yang berbunyi : “Menurut saya sudah seharusnya kita mencanangkan hak-hak khusus untuk anak dan tenaga kerja yang diakui secara Universal”.
Sejarah Konvensi Hak
Pada tahun 1923, Eglanty-
Anak
ne Jebb menulis piagam anak yang berbunyi :
Sebagai reaksi atas
“Menurut saya sudah se-
penderitaan yang timbul akibat bencana peperang-
harusnya kita mencanang-
an, para aktivis perempu-
kan hak-hak khusus untuk
an melakukan protes dengan
anak dan tenaga kerja yang diakui
membawa poster-poster yang
secara Universal”.
meminta perhatian publik atas
Selanjutnya Jebb mengem-
nasib anak-anak yang menjadi
bangkan pernyataan mengenai hak
korban peperangan.
anak sebagai pertama, anak harus
Para aktivis perempuan ini
dilindungi tanpa mempertim-
melakukan kegiatan menangani
bangkan ras, kewarganegaraan
anak-anak korban peperangan,
atau kebangsaan. Kedua, anak
salah
aktivis
harus diasuh demi keutuhan
perempuan yang menangani
keluarga. Ketiga, anak harus diberi
masalah pengungsi anak di Balkan
sarana untuk perkembangan
setelah Perang Dunia I bernama
normalnya, baik secara material,
Eglantyne Jebb, pendiri Save the
moral dan spiritual. Keempat, anak
Children Fun.
yang kelaparan harus diberi
satu
diantara
makan, anak yang sakit harus JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
15
diberi perawatan, anak cacat men-
versal Declaration of Human
tal
diberi
Rights). Peristiwa ini diperingati
pendidikan yang sesuai, anak
setiap tahun sebagai “Hari Hak
yatim piatu dan anak terlantar
Asasi Manusia Sedunia�.
atau
fisik
harus
penampungan.
Meskipun hak anak secara
Kelima, dalam keadaan bahaya
implisit sudah masuk dalam
anak harus diutamakan untuk
Deklarasi Hak Asasi Manusia,
memperoleh
penyelamatan.
banyak pihak yang menyatakan
Keenam, anak harus memperoleh
perlunya dokumen terpisah,
bantuan
khusus bagi kebutuhan anak.
harus
diberi
kesejahteraan
dan
jaminan sosial, diberi pelatihan
Pada tahun 1959 Majelis
yang dapat digunakan untuk
Umum PBB menyetujui Deklarasi
menopang hidupnya dan harus
Kedua Mengenai Hak Anak, 10 hal
dilindungi dari segala bentuk
yang perlu diperhatikan dalam
eksploitasi (pemerasan). Dan
deklarasi tersebut adalah pertama,
ketujuh, anak harus dididik agar
anak harus dibesarkan oleh orang
bakat dan kemampuannya dapat
tuanya, orang dewasa lain atau
dikembangkan untuk mengabdi
keluarga yang memberi cinta dan
kepada sesama manusia.
pengertian sebagai dasar bagi Liga
perkembangannya. Kedua, anak
Bangsa-Bangsa menyetujui de-
harus menerima makanan yang
klarasi hak anak yang diusulkan
sesuai dengan kebutuhan fisiknya.
oleh Perhimpunan Save the Chil-
Ketiga, kesehatan dan perkem-
dren tersebut diatas, deklarasi ini
bangan anak harus diutamakan.
dikenal dengan sebutan “Deklarasi
Keempat, anak harus mendapat
Jenewa�.
tempat bernaung yang layak.
Pada
tahun
1924,
Setelah berakhir Perang Dunia
Kelima, anak harus mendapat
II, pada tanggal 10 Desember
sedikitnya pendidikan dasar.
tahun 1948, Majelis Umum PBB
Keenam, anak harus berkembang
mengadopsi Deklarasi Universal
agar dapat menikmati kehidupan
mengenai Hak Asasi Manusia (Uni-
dan melangsungkan identitas
16
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
bangsa dan negara. Ketujuh, anak
the Child) mulai diberlakukan
harus menerima pelatihan dan
sebagai hukum Internasional.
pendidikan agar siap bekerja
Pada tanggal 25 Agustus
sesuai dengan bakat kemampuan
1990, Indonesia meratifikasi
dan minatnya. Kedelapan, anak
konvensi tersebut dengan Kepres
harus memperoleh kesempatan
No. 36 tahun 1990 dan mulai
dan kemampuan untuk meng-
berlaku pada tanggal 5 Oktober
utarakan pendapatnya. Kesem-
1990.
bilan, anak harus memperoleh
Pada bulan Oktober tahun
akses pelayanan yang mendasar
2002, Indonesia mengesahkan UU
dari lembaga negara dan swasta.
No. 23 tahun 2002, yaitu Undang-
Dan kesepuluh, anak harus
undang Perlindungan Anak, yang
mendapat kesempatan untuk
isinya mengadopsi hak-hak anak
mengetahui informasi serta di-
yang ada didalam KHA. Undang-
lindungi hak dan minatnya.
undang Perlindungan Anak ini
Pada tahun 1979, akhirnya ditetapkan sebagai Tahun Anak
merupakan dasar hukum untuk melaksanakan Hak Anak.
Internasional. Pada saat yang bersamaan suatu kelompok kerja
Konvensi Hak Anak
dibentuk untuk membuat rumusan
Seperti telah disebutkan
Konvensi Hak Anak yang bertujuan
diatas bahwa Konvensi Hak Anak
untuk merumuskan suatu doku-
(KHA) telah menjadi bagian sistem
men Standard Internasional bagi
hukum nasional, karena KHA
pengakuan terhadap hak-hak anak
tersebut telah diratifikasi oleh
dan mengikat secara yuridis.
negara kita melalui Kepres No. 36
Pada tanggal 20 Nopember
tahun 1990. Dalam KHA d-
1989, rancangan KHA disahkan
icantumkan secara eksplisit
dengan suara bulat oleh Majelis
tentang definisi anak, pada pasal
Umum PBB. Dan pada tanggal 2
(1) yaitu sebagai berikut “Anak
September 1990, Konvensi Hak
adalah setiap manusia yang
Anak (Convention on the Right of
berusia di bawah 18 tahun kecuali JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
17
berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak-anak, kedewasa-
PBB (pasal 44). Di dalam
Prinsip-prinsip
Pokok disebutkan bahwa Negara
annya lebih cepat�. Konvensi Hak Anak memuat
menjamin dan melindungi anak
kewajiban negara dan Hak Anak.
dari segala bentuk diskriminasi
Dalam ketentuan umum negara
atau
berkewajiban pertama, mengambil
kedudukan, kegiatan, pendapat,
langkah legislatif maupun admin-
keyakinan orangtuanya, walinya
istratif dan langkah-langkah lain
yang sah atau anggota keluarga
yang menyangkut hak ekonomi,
(pasal 2). Negara menjamin bahwa
sosial budaya serta mengambil
anak memperoleh perlindungan
langkah-langkah secara maksimal
dan perawatan yang
dari sumber-sumber yang tersedia
demi kesejahteraannya dengan
dalam
kerjasama
mempertimbangkan hak dan
Internasional (pasal 4). Kedua,
kewajiban orang tua atau walinya
mengakui hak atas kehidupan dan
yang sah serta kepentingan terbaik
akan menjamin sampai batas
bagi anak (pasal 3). Negara
maksimal kelangsungan hidup dan
menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangan anak (pasal 6).
perkembangan anak yang merupa-
Ketiga, menyebarluaskan hak-hak
kan hak yang melekat pada anak
anak yang terkandung dalam KHA
(pasal 6). Negara menjamin hak
kepada
dewasa
anak untuk menyatakan pendapat
maupun anak-anak melalui cara
dan memperoleh pertimbangan
yang tepat dan aktif (pasal 42).
atas pendapatnya dalam segala hal
Dan keempat, menyerahkan
atau prosedur yang menyangkut
laporan-laporan mengenai lang-
diri si anak (pasal 12).
kerangka
masyarakat
hukuman
berdasarkan
diperlukan
kah-langkah yang telah disetujui dalam menggiatkan hak-hak anak
Kesimpulan
dan kemajuan yang telah dibuat
Hak anak lahir sebagai reaksi
tentang pemanfaatan hak-hak
atas penderitaan yang dialami oleh
anak kepada komite melalui Sekjen
manusia khususnya anak-anak
18
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
akibat bencana peperangan.
Undang-undang Perlindungan
Deklarasi hak anak lahir jauh
anak ini didasari oleh empat prinsip
sebelum Deklarasi Universal Hak
pokok KHA, yaitu Non Diskri-
Asasi Manusia.
minasi, kepentingan terbaik bagi
Sebagai manusia anak juga
anak, hak untuk hidup dan ber-
dilindungi Hak Asasinya, sesuai
kembang serta hak berpartisipasi.
dengan kerangka HAM, namun
Undang-undang Perlindungan
demikian karena anak memerlukan
Anak juga mengatur semua aspek
kebutuhan khusus dan karena
tentang hak anak, antara lain hak
kerentanannya selama proses
atas identitas diri, hak atas
tumbuh kembang baik fisik
kesehatan, hak atas pendidikan,
maupun psikisnya, maka diperlu-
hak untuk bermain dan hak atas
kan hak-hak khusus untuk me-
perlindungan terhadap kekerasan,
lindungi anak.
eksploitasi, diskriminasi dan
Sebagai konsekwensi dari
penelantaran.
pemikiran diatas, maka pada tahun
Dalam UU Perlindungan Anak
1989, Majelis Umum PBB me-
mengatur tentang kewajiban dan
ngesahkan Konvensi Hak Anak, dan
tanggung jawab dari Negara,
Negara Indonesia meratifikasi
Pemerintah, Masyarakat, Keluarga
konvensi tersebut dengan Kepres
dan
No. 36 tahun 1990, dengan demiki-
diamanatkan juga untuk mem-
an sejak saat itu KHA telah menjadi
bentuk lembaga Independen yang
bagian hukum Nasional.
bertugas meningkatkan efektifitas
Pada tahun 2002, Hak Anak yang tercantum dalam KHA
Orang
Tua.
Selain
itu
penyelenggaraan perlindungan anak Indonesia, yaitu KPAI.
tersebut semakin dikuatkan
Undang-undang Perlindungan
dengan disahkannya Undang-
Anak memberikan kerangka
undang
Anak.
hukum yang sangat bermanfaat
Undang-undang ini menjadi alat
untuk memberikan perlindungan
yang kuat untuk mengimplemen-
bagi sebagian besar anak-anak
tasikan hak anak di Indonesia.
rentan atau korban. Salah satu
Perlindungan
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
19
kekuatan dari Undang-undang ini adalah adanya sanksi pidana yang 1/3 lebih berat dari ancaman pidana sebagaimana diatur dalam KUHP, adanya batas minimal pidana dan adanya denda. Namun, yang terpenting dari semua, dalam mendorong perkembangan dan perlindungan anak, seluruh lapisan masyarakat harus dilibatkan dan diberi peran.
20
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA DAN IMPLEMENTASINYA MAGDALENA SITORUS
KPAI mempunyai visi terjamin, terpenuhi, dan terlindunginya hak-hak anak di Indonesia. Misinya antara lain menyadarkan semua orang terutama orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara akan pentingnya perlindungan hak-hak anak serta menyadarkan anak-anak sendiri akan hak-haknya.
Sejarah Perlindungan
mengatasi permasalahan
Anak
anak. UU Perlindungan
Pembuatan Undang-
Anak No. 23 tahun 2002
undang RI No. 23 tahun
dapat dilihat sebagai salah
2002 tentang Perlindung-
satu produk dari Konvensi
an Anak dilatarbelakangi
Hak Anak yang
dengan ratifikasi Konvensi
kan
diharap-
dapat memperbaiki
Hak Anak oleh Indonesia pada
kondisi anak sehubungan dengan
tahun 1990 setelah konvensi ini
upaya pemenuhan Hak Anak
diadopsi oleh Majelis Umum PBB
sehingga dapat mengurangi
guna mengatur masalah peme-
pelanggaran Hak Anak baik yang
nuhan Hak Anak. Selain itu Indo-
dilakukan oleh orang tua dalam
nesia juga mengadopsi undang-
konteks keluarga, masyarakat
undang tentang hak asasi manusia
maupun negara.
pada tahun 1999 (UU No. 39/
Pembuatan rancangan UU
1999). Meskipun sudah ada
Perlindungan Anak dibuat melalui
sejumlah undang-undang yang
proses yang cukup panjang dengan
berkaitan dengan perlindungan
mengikutsertakan para wakil dari
anak, misalnya UU Kesejahteraan
berbagai sektor pemerintah serta
Anak, UU Pengadilan Anak, dan
LSM, cendekiawan dan pakar
lain-lain belum ada undang-
dalam bidang hak anak. Sebelum
undang yang secara utuh dapat
disahkan oleh DPR, Rancangan JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
21
Undang-undang Perlindungan
perlindungan anak bergantung dari
Anak dibahas di seluruh Indonesia
kemampuan untuk membebaskan
dan berbagai lokakarya dan semi-
diri dari memprioritaskan ke-
nar.
pentingan diri sendiri/kelompok/ lembaga sehingga menjawab salah
Kendala Pelaksanaan Program
satu dari prinsip Hak Anak yaitu
Beberapa hambatan dalam
Kepentingan Terbaik Bagi Anak
melaksanakan perlindungan anak
menjadi hal yang utama untuk
berkaitan dengan situasi dan
menjadi bahan pertimbangan
kondisi tertentu antara lain
dalam melakukan banyak hal yang
Pertama, adanya perbedaan
berkaitan dengan pemenuhan Hak
pandangan dan keyakinan yang
Anak.
kuat, berkaitan dengan masalah
Ketiga, koordinasi kerjasama
seorang
sangat membantu mengatur
individu, kelompok organisasi
bidang minat pelayanan dalam
swasta atau pemerintah. Hal ini
pelaksanaan perlindungan anak
dipengaruhi oleh latar belakang
yang mempunyai berbagai macam
pendidikan, kepentingan, nilai-nilai
bidang pelayanan.
perlindungan
anak
sosial kepribadian yang ber-
Keempat, pelaksanaan perlin-
sangkutan. Jadi diperlukan usaha
dungan anak belum dijamin
untuk mengatasi hambatan dalam
dengan peraturan perundang-
masalah pengertian yang tepat
undangan yang mantap, sehingga
mengenai anak melalui pen-
menghambat pelaksanaan perlin-
didikan, penyuluhan yang meluas
dungan anak. Pelaksanaan /
dan merata kepada partisipan
implementasi dari undang-undang
dengan berbagai cara. Pengem-
belum berjalan sepenuhnya sesuai
bangan pengertian yang tepat
dengan harapan masyarakat dalam
merupakan dasar seseorang mau
upaya perlindungan anak.
ikut berpartisipasi dalam kegiatan perlindungan anak. Kedua, keberhasilan upaya 22
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Dalam rangka pelaksanaan perlindungan anak yang rasional, positif, dan dipertanggungjawab-
kan serta bermanfaat ada beberapa
dan melaksanakan kebijaksanaan
hal yang perlu diperhatikan yaitu
yang bermanfaat dan dapat diper-
pertama, mengusahakan adanya
tanggungjawabkan.
suatu organisasi koordinasi kerjasama di bidang pelayanan per-
KPAI
lindungan anak, yang berfungsi
Komisi Perlindungan Anak In-
sebagai koordinator yang memoni-
donesia (KPAI), dibentuk dalam
tor dan membantu membina dan
rangka meningkatkan efektifitas
membuat pola kebijaksanaan
penyelenggaraan perlindungan
mereka yang melibatkan diri dalam
anak. Keanggotaan KPAI terdiri
perlindungan anak pada tingkat
dari
nasional dan regional. Kedua,
pemerintah, tokoh agama, tokoh
membuat dan mengadakan pen-
masyarakat, organisasi sosial,
jamin pelaksanaan perlindungan
organisasi kemasyarakatan, or-
anak dengan berbagai cara yang
ganisasi profesi, lembaga swadaya
mempunyai kepastian hukum.
masyarakat, dunia usaha dan
Ketiga, mengadakan penyuluhan
kelompok masyarakat yang peduli
mengenai perlindungan anak serta
terhadap perlindungan anak.
beberapa
unsur
yaitu
manfaatnya secara merata dengan
Tugas KPAI adalah melakukan
tujuan meningkatkan kesadaran
sosialisasi seluruh ketentuan
setiap anggota masyarakat dan
peraturan perundang-undangan
aparat pemerintah untuk ikut serta
yang berkaitan dengan per-
dalam kegiatan perlindungan anak
lindungan anak, mengumpulkan
sesuai dengan kemampuan dan
data dan informasi, menerima
berbagai
tidak
pengaduan masyarakat, melaku-
bertentangan dengan Pancasila
kan penelaahan, pemantauan,
dan Undang-undang Dasar 1945.
evaluasi dan pengawasan terhadap
Keempat, melakukan penelitian di
penyelenggaraan perlindungan
bidang perlindungan anak agar
anak. Selain itu KPAI juga
lebih dapat memahami per-
memberikan laporan, saran,
masalahan untuk dapat membuat
masukan
cara
untuk
dan
pertimbangan
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
23
kepada Presiden dalam rangka perlindungan anak.
Program yang Dilakukan Program Perlindungan Anak
KPAI mempunyai visi ter-
yang akan dilakukan diantaranya
jamin, terpenuhi, dan terlindungi-
meningkatkan pemenuhan hak-
nya hak-hak anak di Indonesia.
hak sipil dan kebebasan sebagai
Misinya antara lain menyadarkan
manifestasi pertama haknya
semua orang terutama orang tua,
sebagai manusia, yang mencakup
keluarga, masyarakat, dan negara
Nama, Status Kewarganegaraan,
akan pentingnya perlindungan hak-
Identitas Penduduk, dan Akta
hak anak serta menyadarkan anak-
Kelahiran. Selain itu anak juga
anak sendiri akan hak-haknya.
berhak mendapatkan kebebasan
Disamping itu KPAI juga mem-
dalam berekspresi, berpikir, berhati
fasilitasi pelayanan terhadap
nurani, memeluk agama, ber-
kasus-kasus pelanggaran hak-hak
serikat, akses terhadap informasi
anak.
yang layak baik melalui jalur
Dalam penyelenggaran per-
organisasi pemerintah, organisasi
lindungan terhadap anak KPAI
masyarakat, maupun organisasi
menggunakan strategi Child
yang dibentuk oleh mereka sendiri.
Mainstreaming & Child Friendly
Anak seharusnya diberikan per-
dalam kebijakan pembangunan
lindungan atas kehidupan pri-
nasional dan daerah, pemberdaya-
badinya dan tidak dijadikan subjek
an masyarakat dan partisipasi anak
penyiksaan dan perlakuan hukum
(Community Empowerment & Child
yang merampas kebebasan.
Participation), pengembangan
Kemudian meningkatkan kua-
mekanisme kerjasama kemitraan
litas keluarga atau pengasuhan
(harmoneous partnership) dengan
alternatif dalam kesejahteraan dan
berbagai pihak serta pengem-
perlindungan anak yang mencakup
bangan kebijakan dan penegakan
bimbingan orang tua berdasarkan
hukum (law enforcement) dalam
minat, bakat, potensi, dan per-
rangka perlindungan anak secara
kembangan kemampuannya, ber-
adil, konsisten, dan konsekuen.
satu dan tinggal bersama keluarga,
24
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
adopsi sesuai aturan untuk
anak, misalnya anak mempunyai
kepentingan terbaik anak serta
kebebasan untuk memilih agama-
perawatan rehabilitasi bagi anak
nya. Dua, di bidang kesehatan
yang memerlukan.
meliputi imunisasi, peningkatan
Hal berikutnya yang akan
kesehatan bagi anak, pencegahan
dilakukan adalah meningkatkan
penyakit bagi anak yang beresiko,
pemenuhan kesehatan dasar dan
pengobatan bagi anak yang sakit
kesejahteraan untuk menunjang
dan rehabilitasi. Tiga, di bidang
kelangsungan hidup dan tumbuh
pendidikan meliputi anak wajib
kembang secara wajar yang
belajar 9 tahun, anak penyandang
meliputi jaminan sosial, pelayanan,
cacat fisik dan atau mental diberi
dan fasilitas perawatan anak.
kesempatan yang sama untuk
Kemudian memberikan pendidikan
mendapatkan pendidikan, anak
waktu luang dan kegiatan budaya
unggul diberi kesempatan untuk
bagi semua anak antara lain
mengakses pendidikan, dan anak
bimbingan dan pelatihan ketram-
dalam lingkungan sekolah wajib di-
pilan kerja serta pemanfaatan
lindungi dari tindakan kekerasan
waktu luang dengan berbagai
yang dilakukan guru, pengelola
kegiatan.
sekolah atau teman-temannya.
Anak juga memerlukan per-
Empat, dibidang sosial meliputi
lindungan dari tindakan dis-
pemeliharaan dan perawatan anak
kriminasi, kekerasan, keterlan-
terlantar yang diselenggarakan
taran, eksploitasi seksual, per-
oleh pemerintah, lembaga ma-
dagangan dan situasi darurat
syarakat, dan pihak-pihak terkait.
akibat konflik dengan hukum dan
Lima, penyelenggaraan perlin-
kelompok minoritas.
dungan anak dibidang perlin-
Program Perlindungan Anak
dungan khusus meliputi anak
yang sudah dilakukan antara lain
dalam bencana alam, kerusuhan,
Satu, di bidang agama meliputi
berhadapan dengan hukum, anak
pembinaan, pembimbingan dan
kelompok minoritas, eksploitasi
pengamalan ajaran agama bagi
ekonomi, seksual, perdagangan JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
25
anak, kekerasan fisik dan anak
tentara, pejabat pemerintah,
korban perlakuan salah dan pe-
anggota parlemen dll.) Ketiga,
nelantaran.
Budaya Hukum (Culture of Law) yakni persepsi, pemahaman, sikap
Sistem Hukum
penerimaan, praktek-praktek
Sistem Hukum penyeleng-
pelaksanaan, penafsiran terhadap
garaan perlindungan anak men-
dua aspek sistem hukum di atas
cakup pertama, Isi Hukum (con-
(Isi dan Tata Laksana Hukum).
tent of law) yakni penjabaran
Dalam pengertian ini juga tercakup
tertulis dari suatu kebijakan yang
bentuk-bentuk tanggapan (reaksi,
tertuang dalam bentuk perundang-
response)
undangan, peraturan-peraturan
terhadap pelaksanaan isi dan tata
dan keputusan-keputusan peme-
laksana hukum tersebut. Karena
rintah. Ada juga kebijakan-
itu, hal ini merupakan “aspek
kebijakan yang lebih merupakan
kontekstual” dari sistem hukum
“kesepakatan umum” (konvensi)
yang berlaku.
masyarakat
luas
tidak tertulis, tetapi dalam hal ini
Agar perlindungan anak Indo-
kita lebih menitikberatkan per-
nesia berjalan efektif perlu
hatian pada naskah (text) hukum
diperhatikan beberapa hal antara
tertulis atau “aspek tekstual” dari
lain penegakan hukum, sosialisasi
sistem hukum yang berlaku.
Hak Anak dan UU PA No. 23 tahun
Kedua, Tata Laksana Hukum
2002 dikalangan pemerintah,
(Structure of Law) yakni semua
swasta dan masyarakat serta
perangkat kelembagaan dan
kebijakan yang berpihak pada anak
pelaksana dari isi hukum yang
baik yang dikeluarkan oleh
berlaku. Dalam pengertian ini
pemerintah pusat maupun peme-
tercakup lembaga-lembaga hukum
rintah daerah (anggaran untuk
(pengadilan, penjara, birokrasi
kepentingan terbaik bagi anak).
pemerintahan, partai politik, dll) dan para aparat pelaksananya (hakim, jaksa, pengacara, polisi, 26
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN YANG BERSAHABAT DENGAN ANAK BIBIT S. RIANTO
Pada tulisan ini, akan dibahas tentang bagaimana seyogyanya Kepolisian dengan kewenangan penyidikannya mampu mencegah remaja nakal (penjahat pemula) tidak menjadi penjahat yang sebenarnya (adult criminal) penjahat di dalam Lem-
Pendahuluan Pada tulisan ini, akan
baga Pemasyarakatan,
dibahas tentang bagaima-
sekalipun mereka dima-
na seyogyanya Kepolisian
sukkan ke dalam penjara
dengan kewenangan pe-
anak-anak, di lain pihak
nyidikannya mampu men-
masyarakat sudah mem-
cegah remaja nakal (pen-
berikan “label” penjahat
jahat pemula) tidak menjadi
terhadap orang (anak-anak)
penjahat yang sebenarnya (adult
keluaran Lembaga Pemasya-
criminal), dengan pertimbangan
rakatan.
memasukkan mereka ke dalam
Dalam dunia kejahatan, di
penjara tidak akan dapat merubah
satu sisi anak memiliki kemung-
perilaku mereka menjadi lebih
kinan menjadi korban kejahatan,
baik. Sekalipun, di dalam Lembaga
disisi lain juga dapat menjadi
Pemasyarakatan ditangani dengan
pelaku kejahatan. Dalam upaya
program rehabilitasi, hasil riset
perlindungan terhadap anak tidak
beberapa sarjana berpendapat
hanya pada saat mereka menjadi
bahwa rehabilitasi adalah “nothing
korban kejahatan, tetapi juga pada
work” (Steven P Lab., 1992).
saat mereka menjadi pelaku
Bahkan mereka (anak-anak nakal)
kejahatan, pada penulisan ini kami
justru sebaliknya akan belajar
akan menyoroti perlindungan
melakukan kejahatan dari para
terhadap anak pada sisi pada saat JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
27
mereka menjadi pelaku kejahatan.
alternatif pemecahan masalah,
Upaya perlindungan dalam hal
maka permasalahan pokok perlu
ini lebih banyak bernuansa
dirinci ke dalam beberapa per-
Pencegahan (Prevention) yang
soalan-persoalan yang perlu
terbagi ke dalam 2 (dua) hal pokok
disamakan pemahamannya yaitu
yaitu pencegahan yang dilakukan
pertama, anak sebagai generasi
agar anak tidak menjadi penjahat
penerus kehidupan bangsa yang
sebenarnya (adult criminal) melalui
perlu dilindungi dan bagaimana
proses penyidikan dan penuntutan
hubungannya dengan kejahatan.
yang bersahabat dengan anak dan
Kedua, bagaimana peradilan anak
yang kedua adalah mencegah anak
di Indonesia antara ketentuan dan
untuk tidak menjadi pelaku
pelaksanaan, serta bagaimana
kejahatan dengan menangani
seyogyanya ditata sehingga bisa
permasalahan anak pada hulu
bersahabat dengan anak. Dan
persoalannya (preemptive action).
ketiga, bagaimana alternatif
Preemptive action dilakukan
pemecahan masalah yang di-
oleh keluarga, sekolah, institusi
tawarkan untuk dilaksanakan di
keagamaan, masyarakat pada
lapangan.
umumnya, serta pihak kepolisian melalui peningkatan kepedulian terhadap permasalahan anak (VA
Pemahaman Terhadap Anak Anak adalah seseorang yang
dari
belum berumur 18 (delapan belas)
kegiatan ini adalah bagaimana
tahun termasuk anak yang masih
menangani remaja nakal.
dalam kandungan (Pasal 1 huruf a
Leonard,
1972).
Kunci
Undang-undang Nomor 23 tahun Permasalahan
2002 tentang Perlindungan Anak).
Permasalahan Pokok adalah
Hukum Perdata berbicara lain (21
bagaimana melindungi anak dalam
tahun), Hukum Islam mempunyai
proses peradilan pidana pada saat
ukuran akil baliq, sedangkan UU
mereka (anak) melakukan per-
No. 3 Tahun 1997 Pasal 4 (1)
buatan pidana. Agar sampai pada
tentang Pengadilan Anak menye-
28
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
butkan batas umur 18 untuk dapat
diskriminasi (Pasal 1 huruf b UU
diajukan ke Sidang Anak. Menge-
No. 23 / 2002). Dengan ber-
nai umur ini berbagai macam
pedoman pada ide perlindungan
ukuran dapat digunakan, namun
anak agar mampu hidup, tumbuh,
dalam pembahasan ini kita ikuti
berkembang dan berpartisipasi
aturan dalam UU No. 23 tahun
dalam kehidupan mereka sendiri
2002 dan UU No. 3 tahun 1997.
dan bangsa pada umumnya maka
Anak-anak merupakan masa depan dari suatu bangsa yang
hak anak tersebut harus dapat dijamin keberlangsungannya.
sebagai
Selanjutnya pasal 64 UU No.
penerus eksistensi kehidupan
23 tahun 2002 mengatur tentang
bangsa ini, yang ke depan akan
perlindungan khusus bagi anak
menghadapi perkembangan ling-
yang berhadapan dengan hukum
kungan yang makin kompleks,
(pasal 59), meliputi anak yang
melalui proses pembelajaran dan
berkonflik dengan hukum dan anak
pertumbuhan anak terutama
korban tindak pidana, merupakan
menyangkut pematangan fisik,
kewajiban dan tanggung jawab
pematangan kecerdasan (intelek-
pemerintah dan masyarakat.
harus
dipersiapkan
tual), pematangan perasaan (emosional), pematangan sosial
Hubungan Anak dengan
dan pematangan susila (moral).
Kejahatan
(Emiliana Krisnawati, 2005).
Ada tiga macam teori yang
Perlindungan anak adalah
membahas mengapa seseorang
segala kegiatan untuk menjamin
menjadi jahat yaitu pertama, Teori
dan melindungi anak akan hak-
Tabularasa, yang menyatakan
haknya agar dapat hidup, tumbuh,
bahwa anak dilahirkan ke dunia ini
dan berkembang serta ber-
dalam keadaan suci/tidak berdosa,
partisipasi, secara optimal sesuai
ibarat suatu kertas putih, yang
dengan harkat dan martabat
selanjutnya tergantung ling-
kemanusiaan, serta mendapat
kungannya yang akan mewarnai
perlindungan dari kekerasan dan
karakter si anak ini. Anak seorang JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
29
Kiai tinggal di tengah-tengah
broken home mempunyai andil
penjahat, dia akan menjadi jahat,
besar bagi terbentuknya pribadi
karena kejahatan itu dipelajari,
menyimpang dari anak-anaknya.
tidak tahu
muncul dengan sen-
dirinya tetapi, melalui proses pembelajaran.
Peradilan Anak Undang-undang No. 3 tahun
Kedua, Teori Bakat/Keturun-
1997 tentang Pengadilan Anak,
an, sebagaimana bakat-bakat lain
dengan pertimbangan bahwa anak
yang diturunkan dari orang tuanya,
merupakan bagian dari generasi
begitu juga bakat jahat seseorang,
muda sebagai salah satu sumber
bahkan ada yang meneliti pada
daya manusia yang merupakan
bentuk fisik (Cecare Lombrosso).
potensi dan penerus cita-cita
Ketiga, Teori Campuran antara
perjuangan bangsa, yang memiliki
bakat dan pengaruh lingkungan.
peranan strategis dan mempunyai
Dengan teori ketiga ini rasanya kita
ciri dan sifat khusus, memerlukan
memiliki peluang untuk dapat
pembinaan dan perlindungan
membina Anak nakal untuk tidak
dalam rangka menjamin pertum-
menjadi penjahat sungguhan
buhan dan perkembangan fisik,
(adult criminal).
mental dan sosial secara utuh,
VA. Leonard (1972) mengemukakan bahwa terdapat 34 (tiga
serasi, selaras dan seimbang (UU No. 3/1997 Menimbang butir a).
puluh empat) item kondisi yang
Bahwa untuk melaksanakan
berpengaruh kepada seorang anak
pembinaan dan memberikan per-
untuk menjadi Anak Nakal, namun
lindungan terhadap anak, di-
terdapat 5 (lima) diantaranya yang
perlukan dukungan, baik yang
dominan di rumah yaitu Dicipline
menyangkut kelembagaan maupun
by Father, Supervision by Mother,
perangkat hukum yang lebih
Affection on the part of Father, Af-
mantap dan memadai, oleh karena
fection on the part of Mother, and
itu ketentuan mengenai pe-
Cohesiveness of family. Pengalam-
nyelenggaraan pengadilan bagi
an menunjukkan bahwa keluarga
anak perlu dilakukan secara
30
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
khusus. (UU No. 3 / 1997
8 tahun 1981 (UU No. 3/1997 pasal
Menimbang butir b).
1 butir 1 s.d 10).
Dengan demikian sebetulnya
Dalam pelaksanaan penyidik-
perlakuan terhadap anak masih
an dan penuntutan terhadap Anak
sama dengan perlakuan terhadap
Nakal ini tentunya perilaku dan
orang dewasa, anak masih di-
sikap para penyidik, penuntut dan
hadapkan pada kemungkinan
hakim serta pihak-pihak yang
trauma menghadapi pemeriksaan
berkepentingan dalam penangan-
baik
penyidikan,
an anak nakal harus memiliki
penuntutan maupun pengadilan,
pengetahuan yang diperlukan,
sebagaimana kasus yang mencuat
benar-benar melibatkan ahli di
terhadap perkara Raju di Medan
bidang yang diperlukan, men-
yang menjadi polemik yang
dapatkan pelatihan sebelum
berkepanjangan.
bertugas, memenuhi persyaratan
di
tingkat
Kekhususan pengadilan anak
pada saat rekruitment serta
terletak pada obyek tersangka/
berprestasi baik. Oleh karena itu
terdakwa yang diadili yaitu anak
diperlukan petugas senior sesuai
nakal (anak yang melakukan
dengan yang dipersyaratkan UU
tindak pidana dan anak yang
No. 3/1997. Selanjutnya aspek
melakukan
yang
kontrol pimpinan akan memegang
dilarang bagi anak), setelah
peran yang besar dalam memeliha-
dijatuhi hukuman disebut Anak
ra arah pelaksanaan tugas pe-
Didik Kemasyarakatan atau Anak
nanganan Anak Nakal. Disamping
Pidana. Subyek pengadilan anak
itu kontrol sosial juga berperanan
terdiri dari pelaku penyidikan,
penting dalam memelihara arah
penuntutan, yang mengadili adalah
penanganan Anak Nakal agar
penyidik anak, penuntut umum
terlindungi dari gangguan per-
anak, hakim, hakim banding dan
tumbuhan dan perkembangan
hakim kasasi anak serta orang tua
kemampuan mereka.
perbuatan
asuh anak. Sedangkan hukum acaranya digunakan KUHAP UU No. JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
31
anak nakal sebagai penjahat
Diskresi Kepolisian Diskresi Kepolisian sebagai
pemula perlu dihindarkan dari
alternatif pemecahan masalah agar
kehidupan penjara, karena penjara
remaja nakal tidak menjadi
tidak menjamin perubahan peri-
penjahat kambuhan. Diskresi
laku jahat. Di negara-negara maju
Kepolisian dimaksudkan sebagai
bahkan menunjukkan hal yang
kewenangan yang melekat pada
sebaliknya.
untuk
Dasar Hukum Diskresi Kepoli-
mengesampingkan hukum demi
sian adalah UU Kepolisian RI No. 2
kepentingan umum yang lebih
tahun 2002 pasal 18 (1), “Untuk
besar.
kepentingan umum, pejabat Polri
tugas
seorang
polisi
Diskresi Kepolisian merupa-
dalam melaksanakan tugas dan
kan suatu wacana yang diilhami
wewenangnya dapat bertindak
oleh apa yang telah dikerjakan di
menurut penilaiannya sendiri”.
negara-negara maju utamanya
Pasal 18 (2), “Pelaksanaan
kelompok Anglo Saxon, serta
ketentuan ayat (1) hanya dapat
pengalaman lapangan untuk
dilakukan dalam keadaan yang
masalah-masalah lain seperti
sangat perlu dengan memper-
kemacetan
dan
hatikan peraturan perundangan
penanganan kerusuhan masal
serta kode etik Profesi Polri”.
serta kenakalan remaja. Namun,
Penjelasan Pasal 18 (1) bertindak
kemungkinan
akan
menurut penilaiannya sendiri
mendapatkan reaksi dari pihak lain
adalah suatu tindakan yang dapat
(selain Kepolisian) terutama dari
dilakukan oleh anggota Polri yang
penegak hukum, karena kadar
dalam bertindak harus dipertim-
obyektivitasnya sulit dipenuhi
bangkan manfaat serta resiko dan
dengan kondisi penegakan hukum
tindakannya dan betul-betul untuk
di Indonesia saat ini.
kepentingan umum. Pasal 19 (1),
lalu
hal
lintas
ini
Ide pokok Diskresi Kepolisian
“Dalam melaksanakan tugas dan
di bidang Kenakalan Remaja
wewenangnya
adalah penanganan remaja atau
senantiasa bertindak berdasarkan
32
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
pejabat
Polri
norma hukum dan mengindahkan
nang”, namun hal ini tidak dapat
norma agama, kesopanan, ke-
diberikan kepada setiap orang,
susilaan, serta menjunjung tinggi
tetapi hanya kepada Penyidik yang
Hak Asasi Manusia”. Pasal (19 (2)
sudah dipilih berdasarkan penilaian
dalam melaksanakan tugas dan
mental/psychotest dengan mem-
wewenang sebagaimana dimaksud
berikan insentif sedemikian rupa
dalam ayat (1) Polri mengu-
sehingga tidak memanfaatkan
tamakan pencegahan.
“peluang” untuk kolusi, dengan
Dalam Pencegahan Kejahatan
tingkat pengawasan baik internal
Diskresi Kepolisian bertujuan
maupun eksternal/social control
mencegah masuknya penjahat
yang efektif, remaja tersebut baru
pemula (remaja) ke penjara,
sekali itu melakukan kejahatan.
remaja adalah aset bangsa yang harus diamankan agar pertumbuhan dan perkembangannya harus dicegah dari kontaminasi apabila mereka ketemu penjahat di Penjara. Pencegahan Kejahatan ditujukan untuk mencegah remaja melakukan kejahatan (sudah melakukan perbuatan jahat), dimana apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa pasti dihukum, agar remaja tersebut tidak menjadi penjahat betulan, dia harus dihindarkan untuk dimasukkan ke penjara. Kewenangan diskresi demikian ini memang memiliki ekses berupa “penyalahgunaan weweJURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
33
KEPUTUSAN PENGADILAN DAN KEPENTINGAN TERBAIK BAGI ANAK ERNA S. SYUKRI
Yang dimaksud dengan pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan para Pidana atau Anak Pidana agar menyesali perbuatannya dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat pada hukum, menjunjung tinggi nilainilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai. kadang dijumpai penyim-
Pendahuluan Anak bukanlah mini-
pangan perilaku dikala-
atur orang dewasa. Bah-
ngan anak, bahkan lebih
wa anak adalah bagian
dari itu terdapat anak yang
dari generasi muda se-
melakukan perbuatan me-
bagai salah satu sumber
langgar hukum, tanpa me-
daya manusia yang me-
ngenal status sosial dan
rupakan potensi dan penerus cita-
ekonomi.
cita perjuangan bangsa, yang
Penyimpangan tingkah laku
memiliki peranan strategis dan
anak atau perbuatan melanggar
mempunyai ciri dan sifat khusus,
hukum yang dilakukan oleh anak,
memerlukan pembinaan dan per-
disebabkan oleh berbagai faktor,
lindungan dalam rangka menjamin
antara lain adanya dampak negatif
pertumbuhan dan perkembangan
dari perkembangan pembangunan
fisik, mental dan sosial secara utuh,
yang cepat, arus globalisasi di
serasi, selaras dan seimbang.
bidang komunikasi dan informasi,
Dalam berbagai hal upaya
kemajuan ilmu pengetahuan dan
pembinaan dan perlindungan
teknologi serta perubahan gaya
tersebut,
pada
dan cara hidup sebagian orang tua,
permasalahan dan tantangan
telah membawa perubahan sosial
dalam masyarakat dan kadang-
yang mendasar dalam kehidupan
34
dihadapkan
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
masyarakat yang sangat berperan
kepada orang dewasa. Dengan
dan berpengaruh terhadap nilai
demikian menurut ketentuan
dan perilaku anak. Dalam meng-
tersebut, dapat dikatakan formil
hadapi dan menanggulangi ber-
yuridis anak berumur 0 tahun, satu
bagai perbuatan dan tingkah laku
tahun hingga misalnya sampai 6-
Anak Nakal, perlu dipertimbangkan
7 tahun dapat dituntut pidana,
kedudukan anak dengan segala ciri
sedangkan dilihat baik dari segi
dan sifatnya yang khas. Ciri dan
biologis maupun psychologis anak-
sifat khas anak diawali dengan
anak seumur itu tidak dapat
pertanyaan berapa batas usia mini-
diharapkan mengerti akan sifat
mum seorang anak dapat diminta
baik buruknya suatu perbuatan
pertanggung jawaban pidananya.
yang dapat menimbulkan kerugian.
Mengingat bahwa pertang-
Dalam Undang-Undang Peng-
gung jawaban anak dalam hukum
adilan Anak No. 3 Tahun 1997
pidana (toerekenvatbaarheid)
diatur batas umur anak nakal yang
atas pelanggaran-pelanggaran
dapat diajukan ke sidang adalah
hukum yang dilakukannya adalah
sekurang-kurangnya 8 tahun dan
belum sempurna seperti orang
belum mencapai umur 18 tahun
dewasa, maka perlu adanya
serta belum menikah, dengan
ketentuan tentang batas usia mini-
penjelasan bahwa batas umur 8
mum bagi anak untuk dapat
tahun bagi anak nakal untuk dapat
mempertanggung jawabkan per-
diajukan kesidang anak didasarkan
buatannya. Sebagai perbandingan
pada pertimbangan sosiologis,
yaitu dalam KUHP (lama) belum
psikologis, dan pedagogis. Bahwa
menentukan batas usia minimum
anak yang belum mencapai 8 tahun
tersebut, karena pasal 45 KUHP
dianggap belum dapat memper-
hanya menentukan sebelum batas
tanggungjawabkan perbuatannya.
umur (16 tahun) untuk dapat
Dalam hal ini anak yang belum
dijatuhi tindakan ataupun pidana,
mencapai usia 8 tahun diduga
yang lain jenisnya atau lebih ringan
melakukan tindak pidana, maka
dari pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap anak tersebut dapat JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
35
dilakukan pemeriksaan oleh
ditangkap sampai diputus dan
penyidik. Apabila penyidik ber-
perlakuan selanjutnya dalam
pendapat, bahwa anak yang diduga
pembinaan, hendaknya dilakukan
melakukan tindak pidana tersebut
oleh pejabat-pejabat yang terdidik
masih dapat dibina, oleh orang tua,
secara khusus yang benar-benar
wali atau orang tua asuhnya.
mengetahui dan memahami ten-
Namun sebaliknya apabila menurut
tang masalah anak.
ternyata
Penyidikan anak dilakukan
Penyidik berkesimpulan bahwa
oleh Penyidik berdasarkan Surat
anak tersebut tidak dapat lagi
Keputusan Kepala Kepolisian RI
dibina, maka menjadi kewenangan
atau pejabat lain yang ditunjuk,
Penyidik untuk menyerahkan anak
diperlukan tenaga Penyidik Anak/
tersebut kepada Departemen
Polisi Anak dengan keahlian dalam
Sosial setelah mendengar per-
penyelidikan terhadap anak nakal,
timbangan dari Pembimbing
memiliki latar belakang psycho-
Kemasyarakatan.
logy, dedikasi dan memahami
hasil
pemeriksaan
Dalam menyelesaikan masa-
masalah anak. Penyidik anak wajib
lah Anak Nakal, karena mengingat
memeriksa tersangka dalam
sifatnya yang khusus dari anak,
suasana kekeluargaan, tidak
maka bilamana usaha persuasif
memakai pakaian dinas dan
tidak berhasil baru ditempuh upaya
melakukan pendekatan secara
terakhir guna penyelesaiannya
efektif dengan kasih sayang serta
kemudian disalurkan melalui
simpatik. Selain itu Penyidik wajib
Pengadilan Anak, agar ada jaminan
meminta pertimbangan/saran dari
bahwa usaha tersebut dilakukan
Pembimbing Kemasyarakatan, ahli
benar-benar untuk kepentingan
pendidikan, ahli kejiwaan, ahli
terbaik bagi anak dan ketertiban
agama, Petugas Kemasyarakatan
masyarakat, tanpa mengabaikan
lain dan proses penyidikan wajib
terlaksananya keadilan. Bertitik
dirahasiakan.
tolak dari maksud tersebut maka
Penyidik anak sangat berperan
acara Pengadilan Anak sejak awal/
mengawali proses peradilan
36
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
perkara anak dari sejak ditangkap,
kepada orang tua, menyerahkan
ditahan, kemungkinan diadili dan
kepada negara atau Departemen
dibina selanjutnya, wajib dilakukan
Sosial.
oleh penyidik khusus yang benar-
Dalam penetapan proses
benar memahami masalah anak.
peradilan pidana yang dilaksana-
Perlukah terhadap anak nakal
kan oleh Jaksa, kedudukan korban
ditangani dengan sistem pemikiran
harus mendapat penanganan wajar
baru diskresi, diversi atau dengan
dan memperhatikan hak korban
restorative justice, yang hingga kini
dalam KUHAP, menggabungkan
belum ada ketentuan yang jelas,
perkara dengan tuntutan ganti
apakah perlu dibuat SKB antar
rugi, mohon pemeriksaan pra-
Pimpinan Penegak Hukum.
peradilan dan penghentian pe-
Di lain pihak tugas Penuntut
nyidikan/penuntutan.
Umum Anak ditetapkan oleh Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk dengan syarat telah berpe-
Pemidanaan Anak Yang
dimaksud
dengan
ngalaman sebagai Penuntut Umum
pemidanaan adalah upaya untuk
dan mempunyai minat, perhatian,
menyadarkan para Pidana atau
dedikasi dan memahami masalah
Anak Pidana agar menyesali
anak serta berkewajiban dalam
perbuatannya dan mengembali-
waktu secepatnya membuat surat
kannya menjadi warga masyarakat
dakwaan
dan
yang baik, taat pada hukum,
memperhatikan Hukum Acara
menjunjung tinggi nilai-nilai moral,
Perundangan (atribut, pengajuan
sosial dan keagamaan, sehingga
berkas perkara (kemungkinan
tercapai kehidupan masyarakat
splitsing)). Penuntut Umum Anak
yang aman, tertib dan damai.
sesuai
KUHP
juga berwenang untuk mene-
Usaha kesejahteraan anak
rapkan tuntutan dengan Pidana
tidak saja dalam bentuk sandang,
bersyarat (a) Pidana pokok meliputi
pangan dan papan tetapi meliputi
penjara, kurungan, denda atau (b)
usaha Pembinaan, Pengembangan,
Tindakan, dengan mengembalikan
Pencegahan dan Rehabilitasi. JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
37
Mengingat kekhususan yang
harus merupakan kesempatan
dimiliki anak, baik dari segi rohani
terakhir.
dan jasmani, maupun pertang-
Setiap anak berhak untuk
gungan jawab pidana atas perilaku
diasuh oleh orang tuanya sendiri,
dan tindakannya, maka haruslah
kecuali jika ada alasan dan/atau
diusahakan agar pemidanaan
aturan hukum yang sah menunjuk-
terhadap anak terutama pidana
kan bahwa pemisahan itu adalah
perampasan kemerdekaan meru-
demi kepentingan terbaik bagi
pakan UPAYA TERAKHIR (Ultimum
anak dan merupakan pertim-
Remedium) bilamana upaya lain
bangan terakhir.
tidak berhasil.
Penangkapan, penahanan,
Hubungan antara orang tua
atau tindak pidana penjara anak
dengan anaknya merupakan suatu
hanya dilakukan apabila sesuai
hubungan yang hakiki, baik
dengan hukum yang berlaku dan
hubungan psikologis maupun men-
hanya dapat dilakukan sebagai
tal spiritualnya. Mengingat ciri dan
upaya terakhir.
sifat anak yang khas tersebut,
Setiap anak berhak untuk
maka dalam menjatuhkan pidana
tidak dipisahkan dari orang tuanya
atau tindakan terhadap Anak Nakal
secara bertentangan dengan
diusahakan agar anak dimaksud
kehendak anak sendiri, kecuali jika
jangan dipisahkan dari orang
ada alasan dan aturan hukum yang
tuanya. Apabila karena hubungan
sah yang menunjukkan bahwa
antara orang tua dan anak kurang
pemisahan itu adalah demi
baik atau sifat perbuatannya
kepentingan terbaik bagi anak.
sangat merugikan masyarakat sehingga perlu memisahkan anak
Peran Peradilan
dari orang tuanya, hendaklah tetap
Penyelenggaraan Pengadilan
dipertimbangkan bahwa pemi-
Anak mengutamakan kepentingan
sahan tersebut semata-mata demi
terbaik bagi anak, kesejahteraan
pertumbuhan dan perkembangan
anak disamping kepentingan
anak secara sehat dan wajar serta
masyarakat.
38
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Bahwa
Negara
Kesatuan RI menjamin kese-
perlindungan khusus. Perlindung-
jahteraan tiap-tiap warga nega-
an khusus adalah perlindungan
ranya, termasuk perlindungan
yang diberikan kepada anak dalam
terhadap hak anak yang me-
situasi
rupakan Hak Asasi Manusia.
berhadapan dengan hukum, anak
darurat,
anak
yang
Hak Anak adalah Hak Asasi
dari kelompok minoritas dan
Manusia dan untuk kepentingan
terisolasi, anak yang dieksploitasi
hak anak itu diakui dan dilindungi
secara ekonomi dan seksual, anak
oleh hukum bahkan sejak dalam
yang diperdagangkan, anak yang
kandungan (Pasal 52 (2) UU No.
menjadi korban penyalahgunaan
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
narkotika, alkohol, psikotropika
Manusia).
dan zat aditif lainnya (NAPZA),
Perlindungan Anak adalah
anak korban penculikan, pen-
segala kegiatan untuk menjamin
jualan, anak korban kekerasan fisik
dan melindungi anak dan hak-
dan mental, anak yang me-
haknya agar dapat hidup, tumbuh,
nyandang cacat, serta anak korban
berkembang dan berpartisipasi
perlakuan salah dan penelantaran.
secara optimal sesuai dengan
Asas Kepentingan Terbaik Bagi
harkat dan martabat kemanusiaan,
Anak adalah bahwa dalam semua
serta mendapat perlindungan dari
tindakan yang berkaitan dengan
kekerasan dan diskriminasi (Ps 1
anak yang dilakukan oleh pe-
butir 2 UU No. 23 tahun 2002
merintah, masyarakat, Badan
tentang Perlindungan Anak).
Legislatif dan Yudikatif, kepenting-
Mengingat ciri dan sifat khas pada anak yang tidak dapat
an yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.
diperlakukan sebagaimana orang
Dalam hal menjamin dan
dewasa, lagipula perbuatan anak
menghormati hak anak, negara
belum dapat dipertanggungjawab-
dan pemerintah tidak dibenarkan
kan dari segi hukum pidana
melakukan diskriminasi/membe-
(toerekenvatbaarheid), maka anak
dakan suku, agama, ras, golongan
wajib diberikan perlakuan dan
dan lain-lain sebagaimana diatur JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
39
dalam Pasal 2 mengingat Penye-
dari norma-norma kemasyara-
lenggaraan Perlindungan Anak
katan. Anak yang mengalami
harus berasaskan Pancasila dan
masalah kelakuan diberi pelayanan
UUD ‘45 dan prinsip dasar Konvensi
dan asuhan yang bertujuan
Hak Anak (CRC) yang meliputi Non
menolongnya guna mengatasi
Diskriminasi, kepentingan yang
hambatan yang terjadi dalam masa
terbaik bagi anak, hak untuk hidup,
pertumbuhan dan perkembangan-
kelangsungan hidup dan per-
nya. Pelayanan dan asuhan juga
kembangan
diberikan kepada anak yang telah
serta penghargaan
dinyatakan bersalah melakukan
terhadap anak.
pelanggaran hukum berdasarkan Perlindungan Anak di bidang
keputusan Hakim. Ketiga, UU No.
Hukum Pidana
8 tahun 1981 tentang Kitab
Jauh sebelum terbentuknya
Undang-Undang Hukum Acara
UU Perlindungan Anak sudah diatur
Pidana (KUHAP). Pasal 153 (3)
ketentuan Undang-undang yang
yang isinya “sidang yang terdakwa
melindungi anak sebagai pelaku
anak harus dilakukan tertutup
tindak pidana dan pelaksa-
untuk umum”, sedangkan ayat (5)
naannya dilakukan di sidang anak
“Hakim dapat menentukan anak
pada Pengadilan Negeri dalam
yang belum mencapai usia 17
wilayah hukum setempat, yaitu
tahun tidak diperkenankan meng-
pertama, Kitab Undang-Undang
hadiri sidang”. Keempat, Peraturan
Hukum Pidana (KUHP) dalam pasal
Pemerintah (PP) No. 7 tahun 1983
45,46
yang
tentang pelaksanaan KUHAP pasal
diundangkan pada tanggal 26
19 : “tempat tahanan dipisahkan
Februari 1946. Kedua, UU Kesejah-
berdasarkan jenis kelamin, umur
teraan Anak No. 4 tahun 1979 Pasal
dan tingkat pemeriksa”.
dan
pasal
47
1 butir 8 mengatur tentang anak
Dengan dibentuknya Undang-
yang mengalami masalah kelakuan
Undang Pengadilan Anak No. 3
yaitu anak yang menunjukkan
Tahun 1997 yang berlaku tanggal
tingkah laku yang menyimpang
3 Januari 1998, 1 tahun setelah
40
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
diundangkan (pasal 68), per-
berupa perampasan barang-barang
lindungan hukum terhadap anak
tertentu dan atau pembayaran
lebih terjamin baik dari segi Hukum
GANTI RUGI. Kelima, Pidana
Acaranya maupun Hukum Materiil.
denda dapat dijatuhkan maksimum
Hal-hal baru tentang pemida-
1/2 ancaman pidana denda orang
naan yang dituangkan dalam
dewasa, bila tidak dapat dibayar
Undang-Undang Pengadilan Anak
diganti dengan wajib latihan kerja
No. 3 Tahun 1997 antara lain
paling lama 40 hari kerja tidak
kesatu, batas usia minimum
lebih dari 4 jam sehari disiang hari,
seorang anak yang dapat diajukan
dimaksudkan sebagai pengganti
ke persidangan. Kedua, laporan
denda yang sekaligus untuk
penelitian
kemasyarakatan
mendidik anak pidana agar
(LITMAS) merupakan hal yang
memiliki keterampilan yang dapat
wajib diajukan di persidangan
bermanfaat bagi dirinya. Keenam,
dengan ancaman putusan batal
adanya hal-hal baru tentang
demi hukum bila tidak dipertim-
ancaman pidana penjara terhadap
bangkan hakim. Ketiga, tindak
anak nakal sebagaimana dimaksud
pidana yang dilakukan bersama
dalam pasal 1 butir 2 huruf a,
dengan
paling
orang
dewasa
atau
lama
setengah
dari
anggota Angkatan Bersenjata RI,
maksimum pidana penjara bagi
maka berkas perkaranya dan acara
orang dewasa. Ketujuh, apabila
pemeriksaan dipersidangan harus
anak nakal sebagaimana dimaksud
dipisahkan. Keempat, tentang
dalam pasal 1 butir 2 huruf a
Pidana Pokok yang dapat di-
melakukan tindak pidana yang
jatuhkan kepada anak nakal selain
diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara, pidana kurung-
penjara seumur hidup, maka
an dan pidana denda dimung-
pidana
kinkan untuk dijatuhkan pidana
diancamkan pada anak tersebut
pengawas. Selain pidana pokok
paling lama sepuluh tahun.
terhadap anak nakal dapat juga
Kedelapan, apabila anak nakal
dijatuhkan PIDANA TAMBAHAN,
sebagaimana dimaksud dalam
penjara
yang
dapat
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
41
pasal 1 butir 2 huruf a belum
ngawasan sebagaimana yang
berumur 12 tahun melakukan
dimaksud diatas, maka anak
tindak pidana dengan ancaman
tersebut ditempatkan dibawah
pidana penjara seumur hidup,
pengawasan Jaksa dan bim-
maka terhadap anak tersebut
bingan Pembimbing Kema-
hanya dijatuhkan tindakan untuk
syarakatan. Kesepuluh, perhi-
(pasal 24 (1) b). Tindakan
tungan penahanan terhadap anak
(maatregel) yang dapat dijatuhkan
dikurangi setengah bagian dari
kepada anak nakal ialah me-
maksimum tahanan dewasa,
ngembalikan kepada orang tua,
sehingga sebagai perbandingan
wali, atau orang tua asuh, me-
dapat dikemukakan disini terhadap
nyerahkan kepada negara untuk
anak dapat ditahan selama-
mengikuti pendidikan, pembinaan,
lamanya 200 hari sedangkan
latihan kerja, serta menyerahkan
untuk orang dewasa dapat ditahan
kepada
Sosial,
400 hari. Dan kesebelas, bantuan
Organisasi Sosial Kemasyarakatan
hukum yang diberikan kepada
yang bergerak dibidang pendi-
anak diatur dalam pasal 51
dikan, pembinaan dan latihan
merupakan Hak bagi Anak
kerja. Kesembilan, pidana lain yang
disetiap tingkat pemeriksaan.
Departemen
dapat dijatuhkan terhadap anak nakal yang melakukan tindak
Perlindungan Anak di bidang
pidana adalah pidana penga-
Hukum Perdata
wasan yang khususnya dapat
Dalam bidang hukum perdata
dijatuhkan terhadap anak nakal
seorang anak dibawah umur belum
yang melakukan tindak pidana
dapat melakukan perbuatan
(pasal 1 angka 2 huruf a UU
hukum sendiri, karena belum dapat
Pengadilan Anak) paling singkat 3
dipertanggungjawabkan per-
(tiga) bulan dan paling lama 2
buatannya, maka masih dalam
(dua) tahun. Apabila terhadap
keadaan ombekwaam karenanya
anak nakal yang melakukan tindak
perlu diberikan perlindungan
pidana dijatuhkan pidana pe-
hukum oleh orang tuanya atau
42
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
walinya yang sah atau orang yang
bantuan rehabilitasi (vokasional),
merawat, memelihara, mendidik
kewarganegaraan, wali pengawas
dan membesarkan.
dan anak terlantar.
Dari Segi Hukum Perdata banyak ketentuan perundang-
Posisi Anak didepan Hukum
undangan yang tumpang tindih
Pemerintah dan Lembaga
mengatur perlindungan anak
Negara lainnya berkewajiban dan
antara lain Kitab Undang-Undang
bertanggung jawab untuk mem-
Hukum Perdata (BW) Buku I,
berikan perlindungan khusus
Undang-Undang Kesejahteraan
kepada anak dalam situasi darurat,
Anak No. 4 tahun 1979, Undang-
anak yang berhadapan dengan
Undang Perkawinan No. 1 tahun
hukum, anak dari kelompok
1975, Kompilasi Hukum Islam di
minoritas dan terisolasi, anak
Indonesia 1991, Undang-Undang
tereksploitasi secara ekonomi dan
Perlindungan Anak No. 23 tahun
atau seksual, anak yang diperda-
2002 dan Undang-Undang No. 3
gangkan, anak yang menjadi
tahun 2006 tentang Perubahan
korban penyalahgunaan narkotika,
Atas Undang-Undang Nomor 7
alkohol, psikotropika dan zat aditif
Tahun 1989 Tentang Peradilan
lainnya (napza), anak korban
Agama, misalnya identitas anak,
penculikan,
kuasa asuh, anak luar nikah,
perdagangan, anak korban ke-
perwalian, pencabutan kuasa asuh
kerasan fisik dan/atau mental,
dan pengangkatan anak.
anak yang menyandang cacat dan
Hal baru dari segi Hukum Perdata yang diatur dalam UU
penjualan
dan
anak korban perlakuan salah dan penelantaran.
Perlindungan Anak antara lain pengasuhan anak, hak sipil,
Perlindungan Khusus Anak
penghargaan terhadap pendapat
sebagai PELAKU Tindak Pidana
anak, hak untuk berekreasi,
Sebagai mana diatur dalam
perlindungan khusus anak dalam
Pasal 64 ayat 2 butir a s/d g juncto
situasi darurat (pengungsi),
Pasal 59 UU No. 23 Tahun 2002 JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
43
tentang Perlindungan Anak,
umum”. Yang dimaksud dengan
perlindungan khusus bagi anak
bantuan lainnya misalnya bim-
yang berkonflik dengan hukum
bingan sosial dari pekerja sosial,
dilaksanakan melalui :
konsultasi dari psikolog dan
a). Perlakuan atas anak secara
psikiater atau bantuan dari ahli
manusiawi sesuai dengan martabat
bahasa. Pasal 18, menyatakan
dan hak-hak anak, diatur dalam
“Setiap anak yang menjadi korban
Pasal 16 (1) yang menyatakan
atau pelaku tindak pidana berhak
“Setiap anak berhak memperoleh
mendapatkan bantuan hukum dan
perlindungan dari sasaran pengani-
bantuan lainnya”. Bantuan lainnya
ayaan, penyiksaan, atau pen-
dalam ketentuan ini termasuk
jatuhan hukuman yang tidak
bantuan medik, sosial, rehabilitasi,
manusiawi”. Kemudian dalam Pasal
vokasional dan pendidikan.
17 (1) a dinyatakan “ Setiap anak
c).
yang dirampas kebebasannya
prasarana khusus, diatur dalam
berhak untuk mendapatkan per-
Pasal 22 yang menyatakan “Negara
lakuan secara manusiawi dan
dan pemerintah berkewajiban dan
penempatannya dipisahkan dari
bertanggung jawab memberikan
orang dewasa.
dukungan sarana dan prasarana
b). Penyediaan petugas pendam-
dalam penyelenggaraan perlin-
ping khusus anak sejak dini, diatur
dungan anak”. Dalam Pasal 17 (2)
dalam Pasal 17 (1) b “Setiap anak
dinyatakan “Setiap anak yang
yang dirampas kebebasannya
menjadi korban atau pelaku
berhak untuk memperoleh bantuan
kekerasan seksual atau yang
hukum atau bantuan lainnya
berhadapan dengan hukum berhak
secara efektif dalam setiap tahapan
dirahasiakan”.
upaya hukum yang berlaku dan
d). Penjatuhan sanksi yang tepat
membela diri serta memperoleh
untuk kepentingan yang terbaik
keadilan di depan pengadilan anak
bagi anak, diatur dalam Pasal 14
yang objektif dan tidak memihak
yang berbunyi “Setiap anak berhak
dalam sidang tertutup untuk
untuk diasuh oleh orang tuanya
44
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Penyediaan
sarana
dan
sendiri, kecuali jika ada alasan
“Setiap anak berhak untuk diasuh
dan/atau aturan hukum yang sah
oleh orang tuanya sendiri, kecuali
menunjukkan bahwa pemisahan
jika ada alasan dan/atau aturan
itu adalah demi kepentingan
hukum yang sah menunjukkan
terbaik bagi anak dan merupakan
bahwa pemisahan itu adalah demi
pertimbangan terakhir. Di dalam
kepentingan terbaik bagi anak dan
Pasal 16 dinyatakan bahwa (1)
merupakan pertimbangan ter-
Setiap anak berhak memperoleh
akhir�.
perlindungan dari sasaran peng-
f). Perlindungan dari pemberitaan
aniayaan,
atau
identitas melalui media massa dan
penjatuhan hukuman yang tidak
untuk menghindari labelisasi. Hal
manusiawi. (2) Setiap anak berhak
ini diatur dalam Pasal 17 (2) yang
untuk memperoleh kebebasan
menyatakan “Setiap anak yang
sesuai dengan hukum. (3) Penang-
menjadi korban atau pelaku ke-
kapan, penahanan, atau tindak
kerasan seksual atau yang ber-
pidana penjara anak hanya
hadapan dengan hukum berhak
dilakukan apabila sesuai dengan
dirahasiakan�. Kemudian di dalam
hukum yang berlaku dan hanya
Pasal 27, dinyatakan (1) Identitas
dapat dilakukan sebagai upaya
diri setiap anak harus diberikan
terakhir. Kemudian dalam Pasal 17
sejak kelahirannya. (2) Identitas
dinyatakan bahwa setiap anak
sebagaimana dimaksud pada ayat
yang dirampas kebebasannya
(1)
berhak untuk membela diri dan
kelahiran. (3) Pembuatan akta
memperoleh keadilan di depan
kelahiran didasarkan pada surat
pengadilan anak yang objektif dan
keterangan dari orang yang
tidak memihak dalam sidang
menyaksikan dan/atau membantu
tertutup untuk umum.
proses kelahiran. (4) Dalam hal
e). Pemberian jaminan untuk
anak yang proses kelahirannya
mempertahankan
hubungan
tidak diketahui, dan orang tuanya
dengan orang tua atau keluarga,
tidak diketahui keberadaannya,
diatur dalam Pasal 14 berbunyi
pembuatan akta kelahiran untuk
penyiksaan
dituangkan
dalam
akta
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
45
anak tersebut didasarkan pada
lainnya�. Bantuan lainnya dalam
keterangan orang yang mene-
ketentuan ini termasuk bantuan
mukan.
medik, sosial, rehabilitasi, vokasional dan pendidikan. Kemudian di
Perlindungan Khusus Anak
dalam Pasal 66 dinyatakan, (1)
sebagai KORBAN Tindak Pidana
Perlindungan khusus bagi anak
Perlindungan anak harus ter-
yang dieksploitasi secara ekonomi
cermin dan diwujudkan dalam
dan/atau seksual sebagaimana
berbagai bidang kehidupan ma-
dimaksud dalam Pasal 59 merupa-
syarakat, antara lain dalam
kan kewajiban dan tanggung jawab
BIDANG HUKUM, baik Perdata
pemerintah dan masyarakat.
maupun Pidana. Perlindungan
(2) Perlindungan khusus bagi anak
hukum terhadap anak korban
yang dieksploitasi sebagaimana
kekerasan dan perlakuan salah
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
seyogyanya sudah dapat dilak-
melalui penyebarluasan dan/atau
sanakan,
merupakan
sosialisasi ketentuan peraturan
angan-angan saja karena meru-
perundang-undangan yang ber-
pakan Hak Anak yang harus di-
kaitan dengan perlindungan anak
terima oleh yang bersangkutan.
yang dieksploitasi secara ekonomi
bukan
Sebagaimana dimaksud pada
dan/atau seksual. Disamping itu
Pasal 64 ayat (1) perlindungan
melalui pemantauan, pelaporan,
khusus bagi anak sebagai korban
dan pemberian sanksi serta
tindak
pelibatan berbagai instansi pe-
pidana dilaksanakan
melalui :
merintah, perusahaan, serikat
a). Upaya rehabilitasi, baik dalam
pekerja, lembaga swadaya ma-
lembaga maupun di luar lembaga.
syarakat, dan masyarakat dalam
Upaya ini diatur dalam Pasal 18
penghapusan eksploitasi terhadap
yang menyatakan “Setiap anak
anak secara ekonomi dan/atau
yang menjadi korban atau pelaku
seksual.
tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan 46
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Kebenaran & Keadilan
balas dendam atau dengan men-
Setiap putusan Hakim diawali
jatuhkan hukuman berat yang
dengan kalimat “Demi Keadilan
maksimal. Hakim yang demikian
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
akan mendapatkan predikat
Esa”. Benar belum tentu adil, akan
“Tukang Hukum Profesional”,
tetapi sebagai Hakim harus berani
sebaliknya tidak dapat dibenarkan
mengatakan KEBENARAN. Hin-
pula untuk menjatuhkan pidana
darkan motto “too good, to be
terlalu ringan yang sangat men-
true”, karena kebenaran harus
colok sampai hampir batas mini-
diikuti dengan KEADILAN.
mal dengan akibat dapat menim-
Keadilan itu cantik dan
bulkan gejolak rasa ketidakadilan
menggairahkan, sangat didamba-
dalam masyarakat (DISPARATIS
kan oleh setiap insan dalam
DALAM PEMIDANAAN) dan me-
kehidupan masyarakat, tidak saja
nimbulkan akibat yang selalu
dalam Era Reformasi ini, tetapi
dihubungkan dengan adanya
selalu diperjuangkan oleh umat
pengaruh faktor Non Teknis se-
manusia dari masa ke masa
bagai akibat ketidak disiplinan
sepanjang zaman, namun keadilan
Hakim (adanya faktor X). Hakim
itu sendiri selalu tersembunyi di
harus dapat memberi putusan
kedalaman lubuk sanubari. Mes-
hingga tercapai
kipun keadilan itu bersifat sangat
tice”, pemidanaan yang tepat
relatif, abstrak dan tidak bisa
sesuai dengan rasa keadilan
diraba wujudnya, namun dapat
masyarakat yang pas.
dirasakan baik oleh korban, pelaku kejahatan dan oleh masyarakat.
“Precise Jus-
Sangat sulit memberi definisi tentang KEADILAN yang kompre-
Pemidanaan hendaknya dija-
hensif dan integralistik, netral dan
tuhkan sesuai dan setimpal dengan
memuaskan bagi seluruh kelompok
kejahatannya. Hakim dalam
masyarakat. Tidak dapat dipungkiri
memutus perkara tidak hanya
bahwa kita baru memahami ada-
sekedar menjatuhkan pemidanaan
nya KEADILAN bilamana terjadi
berdasarkan perasaan yang mati,
pemidanaan yang dianggap tidak JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
47
adil,
sehingga pemidanaan itu
memberi makna pelanggaran atas
hukum masyarakat, karena Hukum selalu terlambat datangnya.
rasa keadilan masyarakat. Kita menyadari bahwa keadilan selalu
Kepastian Hukum
datang terlambat, karena harus
Kepastian hukum diperoleh
diperjuangkan. Pedoman pemida-
karena masyarakat mentaati
naan yang memenuhi Rasa Ke-
putusan Hakim yang dianggap adil
adilan dilaksanakan dengan meng-
dan benar, atas dasar putusan yang
gunakan keyakinan, rasa keadilan
adil dan benar dari Hakim,
dari hati nurani “SENSE OF JUS-
masyarakat dengan sadar dan atas
TICE” “feeling”. Hindarkan kesan
kemauan sendiri akan melaksana-
bahwa pelaksanaan pemidanaan
kan putusan tersebut.
dalam sistem peradilan pidana kita
Kepastian Hukum diwujudkan
hanya sebagai pencerminan “game
dengan dapat dilaksanakannya
of chance” main untung-untungan
putusan-putusan Hakim dengan
seolah-olah adu nasib, sial atau
tuntas oleh para pihak yang
mujur. Keberanian Hakim memutus
dengan sukarela melaksanakannya
perkara jangan hanya sekedar
dan pengadilan melalui proses
memberi putusan yang bercorak
eksekusi sesuai Hukum Acara dan
“LEGAL JUSTICE” semata-mata
dalam melaksanakan putusan
berdasarkan Undang-Undang,
Pengadilan diusahakan agar
tetapi sekaligus harus mengan-
perikemanusiaan dan perikeadilan
dung nilai “MORAL JUSTICE”,
tetap terpelihara.
keyakinan yang adil dari hati nurani
Karena dianggap demikian
yang dapat dipertanggung ja-
pentingnya arti “Kepastian Hukum”
wabkan dan dapat menjembatani
bagi
kesenjangan antara rumusan
dalam UUD’45 (Amandemen II
perundang-undangan yang konser-
Pasal 28 D) yang menyatakan
vatif yang tidak sesuai lagi dengan
“Bahwa setiap orang berhak atas
nilai rasa keadilan masyarakat
pengamanan, jaminan perlindung-
dengan perubahan kesadaran
an dan kepastian hukum yang adil
48
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
masyarakat, maka diatur
serta perlakuan yang sama di
Jabatan/Janji yang antara lain
hadapan hukum”.
berbunyi
:”..........
untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak
Budaya Hukum Budaya Hukum hendaknya
sekali-kali akan menerima lang-
tidak saja dikembangkan bagi
sung atau tidak langsung dari
semua lapisan masyarakat, tetapi
siapapun juga suatu janji atau
harus dimengerti dan disadari
pemberian ...... , senantiasa akan
terutama bagi Penyelenggara
menjalankan jabatan dengan jujur,
Negara
Eksekutif,
seksama.........., melaksanakan
Legislatif maupun Yudikatif apa
kewajiban sebaik-baiknya dan
yang menjadi kewajiban serta
seadil-adilnya ......., berbudi baik
larangan-larangan yang semuanya
dan jujur dalam menegakkan
sudah diatur dalam Undang-
hukum dan keadilan”.
dibidang
Undang yang berlaku di Indonesia
Hendaknya Sumpah Jabatan/
ini, disamping hak-hak dan fasilitas
Janji tersebut dilaksanakan dengan
yang mereka peroleh.
konsekuen tanpa ditafsirkan untuk
Hendaknya kesadaran hukum
hal-hal yang menguntungkan diri
dan kepatuhan hukum dijunjung
sendiri (boleh “menerima yang
tinggi, menjadi komitmen dan
tidak langsung” bila perkara sudah
diterapkan dalam kehidupan
diputus). Penafsiran tersebut
sehari-hari oleh para Penye-
selama ini merupakan inti per-
lenggara Negara dari tingkat pusat
masalahan/kolusi yang dapat
sampai ke daerah untuk dapat
menjadi tindakan penyalahgunaan
menjadi panutan dan diikuti oleh
wewenang atau Tindak Pidana
masyarakat luas.
Korupsi yang sekarang lebih di-
Setiap Hakim mengawali
tegaskan dalam UU No. 31 tahun
tugasnya dengan mengucapkan
1999 tentang Pemberantasan
Sumpah Jabatan/Janji termasuk
Tindak Pidana Korupsi.
Hakim Agung, mengawali tugasnya
Selanjutnya, telah ditetapkan
dengan melafadzkan Sumpah
dalam TAP MPR RI No. XI /MPR/ JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
49
1998 yang dituangkan dalam
Perilaku koruptif merupakan
Undang-Undang No. 28 tahun 1999
pintu masuk/entry point me-
tentang Penyelenggara Negara
lakukan tindak pidana korupsi.
yang Bersih dan Bebas KKN,
Demikian pula selaku pimpinan
dimana Penyelenggara Negara
yang melakukan PEMBIARAN
pada lembaga-lembaga eksekutif,
terjadinya tindak pidana korupsi di
legislatif dan yudikatif harus
lingkungan kerjanya dianggap
melaksanakan fungsi dan tugasnya
sebagai bersama-sama melakukan
dengan baik dan bertanggung
tindak pidana korupsi, sehingga
jawab kepada masyarakat, bangsa
pembinaan, peneguran termasuk
dan negara. Untuk menjalankan
tugas PENGAWASAN MELEKAT bagi
fungsi dan tugasnya tersebut,
pimpinan / atasan dilingkungan-
Penyelenggara Negara harus jujur,
nya.
adil, terbuka, dan terpercaya, serta mampu membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan
Kesimpulan & Saran Dari uraian diatas dapat dirumuskan kesimpulan dan saran
nepotisme. Dengan terbitnya Instruksi
antara lain pertama, segera dibuat
Presiden RI No. 5 tahun 2004
SKB Ketua MA, Jaksa Agung,
tentang
Pembe-
KAPOLRI untuk pelaksanaan
rantasan Korupsi yang ditujukan
Diversi/Restorative Justice. Kedua,
kepada seluruh pejabat Pemerintah
mengadakan rapat koordinasi
termasuk Katagori Penyelenggara
bersama
Negara termasuk Institusi Negara
Penegak Hukum (Hakim, Jaksa,
yang
upaya
Polisi, LP, BAPAS, Panitera) untuk
penegakan hukum di instruksikan
menyamakan persepsi pema-
antara lain meningkatkan pe-
haman berlakunya pasal-pasal di
ngawasan dan pembinaan aparatur
Undang-undang yang berlaku,
untuk MENIADAKAN PERILAKU
sehingga
KORUPTIF DILINGKUNGANNYA
masing-masing sendiri.
Percepatan
terkait
dengan
(Butir sepuluh). 50
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
antar
tidak
Para
Aparat
menafsirkan
Ketiga, bilamana diwilayah
Hukum Pengadilan Negeri setem-
Pemidanaan penjara seharusnya
pat tidak ada LAPAS (BAPAS yang
merupakan upaya terakhir (Ul-
wajib membuat Litmas), maka
timum Remedium).
hendaknya dipikirkan agar dapat
Keenam, Sosialisasi diikuti
di detaseer petugas BAPAS ke
dengan pelatihan kepada aparat
Kanwil setempat, sehingga Litmas
penegak hukum tentang Undang-
dapat disampaikan ke Hakim
Undang Pengadilan Anak, Undang-
Pengadilan tepat waktu, karena
Undang Perlindungan Anak agar
untuk pertimbangan hukum,
diperluas di lapangan, karena
Litmas amatlah penting, me-
penerapan hukum oleh aparat
ngingat Hakim tidak mungkin
penegak hukum sangat penting
meninjau lapangan setiap waktu.
untuk kepentingan terbaik bagi
Keempat, Hakim dan Jaksa diharapkan agar dalam menerap-
anak (agar dihindari stigmatisasi seumur hidup bagi anak).
kan pemidanaan lebih mengguna-
Ketujuh, Peraturan Pemerintah
kan nurani (Moral Justice) selain
untuk pelaksanaan Pasal 23 (3)
wajib mempertimbangkan Legal
Pembayaran Ganti Rugi, Pidana
Justice sehingga dapat tercapai
Pengawasan, Pasal 30 (Pidana
Precise Justice.
Pengawasan), Pasal 60 (LAPAS
Kelima, agar Jaksa dan Hakim
Anak), 61 (Anak Pidana yang
menerapkan juga Pemidanaan
mencapai umur 18 tahun), 62
bersyarat, Pidana denda dan
(Pembebas bersyarat) dan 63
Tindakan karena Pemidanaan
(anak Negara) UU No. 3 tahun
pokok (penjara) hanya diterapkan
1997 agar segera diterbitkan,
untuk kasus-kasus tertentu yang
supaya pasal tersebut dapat
berat. Hendaknya Mind Set “tidak
diterapkan, karena pemidanaan
mau repot� dari Jaksa dan Hakim
tidak perlu dilaksanakan di LAPAS,
anak dirubah untuk memperhati-
tetapi Jaksa bertugas memberi
kan kepentingan terbaik bagi anak,
pengawasannya.
bukan untuk kepentingan ke-
Kedelapan, diharapkan Peme-
mudahan bagi Jaksa dan Hakim.
rintah dapat segera melaksanakan JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
51
Pasal 22 UU No. 23 tahun 2002
temen Hukum dan HAM, Depar-
yang isinya “Negara dan Peme-
temen Sosial, dan Departermen
rintah berkewajiban dan bertang-
Dalam Negeri.
gung jawab memberikan dukungan
Dan kesepuluh, agar Undang-
sarana dan prasarana dalam
Undang Perlindungan Anak dan
menyelenggarakan perlindungan
Undang-Undang Pengadilan Anak
anak”. Pemerintah perlu menam-
menjadi mata pelajaran (dijadikan
bah jumlah RUTAN Anak dan LAPAS
kurikulum) dan mulai di ajarkan
Anak, “Dukungan Sarana dan
sejak Sekolah Dasar.
Prasarana, misalnya sekolah, lapangan bermain, lapangan olah raga,
rumah
ibadah,
balai
kesehatan, (Balai Latihan Kerja), gedung kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, tempat penitipan anak, dan rumah tahanan khusus anak. Agar Departemen Sosial juga menyelenggarakan Rumah Penampungan “Marsudi Putri” Khusus Anak Perempuan yang dijatuhi Tindakan oleh Pengadilan. Kesembilan, untuk melaksanakan putusan Hakim yang menjatuhkan Pidana Tindakan atau Pidana Denda dimana anak pidana harus dimasukkan ke Panti Sosial atau diperintahkan untuk melakukan pelatihan kerja diperlukan koordinasi antar Lembaga Terkait dan Pimpinan Penegak Hukum yaitu Mahkamah Agung, Depar52
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
ASPEK KLINIS KEKERASAN PADA ANAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA INDRA SUGIARNO
Kekerasan pada anak atau perlakuan salah pada anak adalah suatu tindakan semena-mena yang dilakukan oleh seseorang yang seharusnya menjaga dan melindungi (caretaker) pada seorang anak baik secara fisik, seksual, maupun emosi.
Pendahuluan Secara umum keke-
dapat perlindungan dari tindak kekerasan mau-
rasan didefinisikan seba-
pun ekploitasi.
gai suatu tindakan yang
rasan pada anak juga
dilakukan satu individu
sering kali dihubungkan
terhadap individu lain
dengan lapis pertama dan
Keke-
yang mengakibatkan gangguan
kedua pemberi atau penanggung
fisik dan atau mental. Yang
jawab pemenuhan hak anak yaitu
dimaksud dengan anak ialah
orang tua (ayah dan ibu) dan
individu yang belum mencapai usia
keluarga. Kekerasan yang disebut
18 tahun.
terakhir ini di kenal dengan
Kekerasan pada anak adalah
perlakuan salah terhadap anak
tindakan yang dilakukan se-
atau child abuse yang merupakan
seorang /individu pada mereka
bagian dari kekerasan dalam
yang belum genap berusia 18
rumah tangga (domestic violence).
tahun yang menyebabkan kondisi
Kekerasan pada anak atau
fisik dan atau mentalnya ter-
perlakuan salah pada anak adalah
ganggu. Seringkali istilah keke-
suatu tindakan semena-mena yang
rasan pada anak ini dikaitkan
dilakukan oleh seseorang
dalam arti sempit dengan tidak
seharusnya menjaga dan melin-
terpenuhinya hak anak untuk men-
dungi (caretaker) pada seorang
yang
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
53
anak baik secara fisik, seksual,
terlampau perfek dengan harapan
maupun emosi. Pelaku kekerasan
pada anak terlampau tinggi, orang
di sini karena bertindak sebagai
tua
caretaker, maka mereka umumnya
disiplin.
yang terbiasa dengan sikap
merupakan orang terdekat di
Stres berasal dari situasi
sekitar anak. Ibu dan bapak
tertentu misalnya terkena PHK
kandung, ibu dan bapak tiri, kakek,
(Pemutusan Hubungan Kerja) atau
nenek, paman, supir pribadi, guru,
pengangguran, pindah lingkungan,
tukang ojek pengantar ke sekolah,
dan keluarga sering bertengkar.
tukang kebon, dan seterusnya.
Dengan adanya stres dalam
Banyak teori yang berusaha
keluarga dan faktor sosial budaya
menerangkan bagaimana kekeras-
yang kental dengan ketidak-
an ini terjadi, salah satu di-
setaraan dalam hak dan ke-
antaranya teori yang berhubungan
sempatan, sikap permisif terhadap
dengan stress dalam keluarga
hukuman badan sebagai bagian
(family stress). Stres dalam
dari mendidik anak, maka para
keluarga tersebut bisa berasal dari
pelaku makin merasa sahlah untuk
anak, orang tua, atau situasi
mendera anak.
tertentu. Stres berasal dari anak
Dengan sedikit faktor pemicu,
misalnya anak dengan kondisi fisik,
biasanya
mental, dan perilaku yang terlihat
tangisan tanpa henti dan ke-
berbeda
tidakpatuhan
dengan anak pada
berkaitan pada
dengan pelaku,
umumnya. Bayi dan usia balita,
terjadilah penganiayaan pada anak
serta anak dengan penyakit kronis
yang tidak jarang membawa
atau menahun juga merupakan
malapetaka
salah satu penyebab stres.
keluarganya.
bagi
anak
dan
Stres yang berasal dari orang
Perlukaan bisa berupa cedera
misalnya orang tua dengan
kepala (head injury), patah tulang
gangguan jiwa (psikosis atau
kepala, gegar otak, atau per-
neurosa), orang tua sebagai korban
darahan otak. Perlukaan pada
kekerasan di masa lalu, orang tua
badan, anggota gerak dan alat
tua
54
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
kelamin, mulai dari luka lecet, luka
perlukaan tersebut bisa terjadi,
robek, perdarahan atau lebam,
biasanya orang tua atau wali yang
luka bakar, patah tulang. Perlukaan
mengantar anak itu akan mem-
organ dalam (visceral injury) tidak
berikan jawaban yang tidak
dapat dideteksi dari luar sehingga
konsisten dan tidak klop antara
perlu dilakukan pemeriksaan
kedua orang tua dengan kata lain
dalam dengan melakukan otopsi.
jawabannya “ngarang�. Untuk anak
Perlukaan pada permukaan
yang berusia diatas 3 tahun kita
badan seringkali memberikan
dapat menanyakan kejadiannya
bentuk yang khas menyerupai
pada korban, tapi ini dilakukan di
benda yang digunakan untuk itu,
ruang terpisah dari tersangka
seperti bekas cubitan, gigitan, sapu
pelaku
lidi, setrika, atau sundutan rokok.
anak yang menjadi korban ini di
Karena perlakuan seperti ini
bawa untuk mendapatkan pe-
biasanya berulang maka perlukaan
rawatan tidak dengan segera atau
yang ditemukan seringkali ber-
ada jarak waktu antara kejadian
ganda
dengan upaya melakukan per-
dengan umur luka yang
berbeda-beda, ada yang masih
(private setting). Juga,
tolongan .
baru ada pula yang hampir
Saat perlakuan salah pada
menyembuh atau sudah me-
anak terjadi, lantaran perbuatan
ninggalkan bekas (sikatriks). Di
itu, pelaku tidak sadar bahkan
samping itu lokasi perlukaan
mungkin tidak tahu bahwa tin-
dijumpai pada tempat yang tidak
dakannya itu akan diancam dengan
umum seperti halnya luka-luka
pidana penjara atau denda yang
akibat jatuh atau kecelakaan biasa
tidak sedikit, bahkan jika pelaku
seperti bagian paha atau lengan
ialah orang tuanya sendiri maka
atas sebelah dalam, punggung,
hukuman akan ditambah seper-
telinga, langit langit rongga mulut,
tiganya (pasal 80 Undang-Undang
dan tempat tidak umum lainnya.
Republik Indonesia No. 23 Tahun
Pada saat ditanyakan tentang
2002 tentang Perlindungan Anak,
bagaimana kejadiannya sampai
sebagai berikut: (1). Setiap orang JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
55
yang melakukan kekejaman,
pemerintah melainkan juga sangat
kekerasan atau ancaman keke-
tergantung pada bagaimana
rasan, atau penganiayaan terhadap
masyarakat memaknai isu keke-
anak, dipidana dengan pidana
rasan ini.
penjara paling lama 3 tahun 6
Beberapa indikator bahwa
bulan dan/atau denda paling
pemerintah atau negara menem-
banyak
patkan anak sebagai prioritas
Rp.
72.000.000.00.
(2). Dalam hal anak sebagaimana
utama
di
antaranya
dimaksud pada ayat (1) luka berat,
pertama, kemarahan warga ter-
maka pelaku dipidana dengan
motivasi
pidana penjara paling lama 5 tahun
bertindak saat mendengar
dan/atau denda paling banyak
anak yang mengalami kekerasan,
Rp. 100.000.000.00. (3). Dalam
Kedua, perumahan yang
hal anak yang dimaksud ayat 2
memadai tersedia bagi seluruh
mati, maka pelaku dipidana
keluarga, layanan kesehatan dapat
penjara paling lama 10 tahun dan/
terjangkau seluruh keluarga,
dan
adalah
mereka
akan ada
atau denda paling banyak Rp.
Ketiga, sistem layanan sosial
200.000.000.00. (4). Pidana dapat
dapat dijangkau keluarga saat
ditambah sepertiga dari ketentuan
mereka membutuhkan bantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat
sebelum kekerasan pada anak
(1), ayat (2), ayat (3) apabila yang
terjadi,
melakukan penganiayaan tersebut
Keempat,
materi
umum
mengenai bimbingan dan pera-
orang tuanya.
watan anak serta materi koUpaya Pencegahan
munikasi inter-personal, penye-
Mengingat sedemikian kom-
lesaian konflik tanpa kekerasan,
pleks kekerasan pada anak ini,
dijumpai dalam kurikulum sekolah
maka usaha
pencegahan ke-
mulai Taman Kanak-kanak sampai
kerasan pada anak tidak hanya
sekolah lanjutan dan diteruskan
tergantung pada program dan
untuk pendidikan bagi orang
layanan yang telah disediakan oleh
dewasa.
56
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Kelima, program pendidikan
membantu seluruh upaya layanan,
dan latihan kerja tersedia bagi
program ataupun kebijakan terkait
pekerja dalam rangka memperoleh
dengan pencegahan kekerasan
pekerjaan dan upah yang me-
pada anak. Upaya pencegahan
madai,
kekerasan pada anak dapat
Keenam, kebijakan tempat kerja yang mendukung keluarga
dilaksanakan
dari dua sisi, ma-
syarakat dan pemerintah.
seperti perjanjian kerja yang
Pemerintah sangat diharapkan
memungkinkan karyawan memilih
memiliki komitmen dasar nasional
waktu kerjanya sendiri,
yang sungguh-sungguh untuk
Ketujuh, setiap orang tua
anak. Sebagai langkah awal
memiliki akses untuk menolong
dimulai dengan inisiatif pemimpin
dirinya dan kelompok pendukung,
atau tokoh nasional untuk ambil
Kedelapan, model-model
bagian untuk mendukung upaya
kampanye anti kekerasan jelas
pencegahan sebagai salah satu
terlihat,
usaha penting memerangi keke-
Kesembilan, sistem hukum,
rasan pada anak. Tokoh atau
pidana atau perdata, memiliki
pemimpin berkaliber nasional
dana, staf terlatih yang cukup
berinisiatif mendukung upaya ini,
untuk
kasus
dengan kemampuannya bisa
kekerasan dengan tepat dan adil,
mempengaruhi kebijakan baik
menyelesaikan
Kesepuluh, program pendidik-
pada sektor privat atau publik.
an bagi orang tua berbasis budaya
Aksi berikut yang perlu diambil
dan etnis tersedia bagi seluruh
adalah memasukkan langkah
orang tua yang baru punya anak.
pencegahan kekerasan pada anak
Ketika masyarakat sadar akan
secara komprehensif ke dalam
keberadaan kekerasan pada anak
sistem peradilan. Sistem hukum
ini sebagai salah satu masalah
yang ada, baik peradilan anak,
mereka yang meresahkan, maka
pidana, dan perdata, seluruh
dengan sendirinya masyarakat
peraturan dan prosedurnya harus
sangat berkeingingan untuk
sedemikan rupa sehingga sensitif JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
57
dengan kebutuhan anak dan
Kedua,Pencegahan
keluarga. Tentu dalam hal ini harus
Sekunder ditujukan bagi ke-
ditunjang pula dengan jumlah
lompok masyarakat dengan risiko
tenaga hakim, pengacara, staf
tinggi dalam upaya meningkatkan
pengadilan terlatih yang memadai.
ketrampilan pengasuhan, ter-
Bagi masyarakat, keluarga,
masuk pelatihan dan layanan
atau orang tua diperlukan kebi-
korban untuk menjaga agar
jakan, layanan, sumberdaya, dan
perlakuan salah tidak terjadi pada
pelatihan pencegahan kekerasan
generasi berikut. Kegiatan yang
pada anak yang konsisten dan
dilakukan di sini di antaranya
terus menerus. Strategi pence-
dengan melakukan kunjungan
gahan
kesatu,
rumah bagi orang tua yang baru
Pencegahan Primer untuk semua
mempunyai anak untuk melakukan
orang tua dalam upaya me-
self assessment apakah mereka
ningkatkan kemampuan penga-
berisiko melakukan kekerasan
suhan dan menjaga agar perlakuan
pada anak di kemudian hari.
ini
meliputi
salah atau abuse tidak terjadi,
Ketiga, Pencegahan Tersier
meliputi perawatan anak dan
dimaksudkan untuk meningkatkan
layanan yang memadai, kebijakan
kemampuan pengasuhan untuk
tempat bekerja yang medukung,
menjaga agar perlakuan salah
serta pelatihan life skill bagi anak.
tidak terulang lagi, di sini yang
Yang dimaksud dengan pelatihan
dilakukan adalah layanan terpadu
life skill meliputi penyelesaian
untuk anak yang mengalami
konflik tanpa kekerasan, ke-
korban kekerasan, konseling,
trampilan menangani stress,
pelatihan tatalaksana stres.
manajemen sumber daya, mem-
Pada saat kasus kekerasan
buat keputusan efektif, komunikasi
pada anak ditemukan, sebenarnya
interpersonal secara efektif,
ada masalah dalam pengasuhan
tuntunan atau guidance per-
anak (parenting disorder) di
kembangan anak,termasuk pe-
belakang kejadian tersebut. Maka
nyalahgunaan narkoba.
dari itu, dasar dari strategi
58
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
pencegahan adalah tersedianya secara luas akses untuk mendapatkan informasi pengasuhan bagi para orang tua khususnya bagi mereka yang memiliki anak pertama. Di sisi lain, anak dengan segala
haknya
harus
pula
dimengerti dan dipahami para orang tua sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas pemenuhan hak anak tersebut. Semua usaha yang dilakukan dalam rangka mengubah perilaku orang tua agar melek informasi, pengasuhan
dan
hak
anak
membutuhkan upaya edukasi sejak dini dan terus menerus. Sehingga pendidikan sebagai bagian dari strategi pencegahan kekerasan pada anak menjadi sangat penting.
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
59
TATALAKSANA KOMPREHENSIF DAN DAMPAK KEKERASAN PADA ANAK MAKMUR SUNUSI
Kekerasan terhadap anak akan memunculkan stigma baik internal maupun ekternal pada diri korban, antara lain menyebabkan korban cenderung menyalahkan diri, menutup diri, menghukum diri, dan menganggap dirinya aib. Pendahuluan
gunung es ( the tip of
Tindak kekerasan ter-
iceberg )
mengingat
hadap anak merupakan
banyak
kasus
permasalahan yang cu-
tidak terlaporkan mau-
kup kompleks, karena
pun sengaja dirahasia-
mempunyai dampak ne-
kan
gatif yang serius, baik
aib, baik oleh korban,
karena
yang
dianggap
bagi korban maupun lingkungan
keluarga, maupun masyarakat
sosialnya.
sekitarnya.
Kekerasan terhadap Anak
Undang-Undang No. 23 Tahun
merupakan pelanggaran HAM berat
2003 tentang Perlindungan Anak,
karena mengabaikan hak asasi
Pasal 4 menyebutkan bahwa
orang, mengakibatkan penderitaan
“Setiap anak berhak untuk dapat
fisik, mental, dan sosial, meng-
hidup, tumbuh, berkembang, dan
ganggu tumbuh kembang dan
berpartisipasi secara wajar sesuai
menghambat masa depan anak.
dengan harkat dan martabat
Menurut data Departemen
kemanusiaan, serta mendapat
Sosial, jumlah anak korban tindak
perlindungan dari kekerasan dan
kekerasan dan perlakuan salah
diskriminasi�.
pada tahun 2004 mencapai 48.526 kasus. Jumlah ini diyakini lebih banyak lagi, 60
seperti
fenomena
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Fakta Tentang Anak
Bentuk tindak kekerasan
Anak memiliki karakteristik
terhadap anak dapat berupa
yang khas, yaitu Anak berbeda
penganiayaan fisik seperti dipukul,
dengan orang dewasa dan mereka
dijambak, ditendang, diinjak,
masih dalam proses pertumbuhan.
dicubit, dicekik, dicakar, dijewer,
Melindungi anak adalah investasi
disetrika, disiram air panas, dan
sosial untuk masa depan ke-
lain-lain. Kemudian kekerasan
berlanjutan pembangunan. Anak
psikis seperti dihina, dicaci maki,
merupakan representasi dari
diejek, dipaksa melakukan sesuatu
seluruh masyarakat sipil dan
yang tidak dikehendaki, dibentak,
mereka punya hak yang sama.
dimarahi, dihardik dan diancam.
Gagal memberikan perlindungan
Kekerasan seksual seperti di-
terhadap anak adalah gagalnya
perkosa, disodomi, diraba-raba alat
sebuah nilai etik peradaban
kelaminnya, diremas-remas payu-
manusia. Memberikan fokus pada
daranya, dicolek pantatnya, diraba-
perlindungan anak adalah mem-
raba pahanya, dipaksa melakukan
perbaiki nilai-nilai masyarakat
oral sex, dijual pada mucikari,
yang lebih menghargai keberadaan
dipaksa menjadi pelacur, dipaksa
anak. Tindak kekerasan terhadap
bekerja di warung remang-remang
anak adalah perilaku dengan
dan pelecehan seksual lainnya.
sengaja maupun tidak sengaja
Bentuk tindak kekerasan juga
(verbal dan non verbal) yang
dapat
ditujukan untuk mencederai atau
ekonomi diantaranya dipaksa
merusak anak, baik berupa
bekerja menjadi pemulung, di-
serangan fisik, mental sosial,
paksa menjadi pembantu rumah
ekonomi maupun seksual yang
tangga, dan dipaksa mengemis.
berbentuk
kekerasan
melanggar hak asasi manusia, bertentangan dengan nilai-nilai
Dampak Kekerasan Anak
dan norma-norma dalam ma-
Dampak dari tindak kekerasan
syarakat, berdampak trauma
terhadap anak yang paling dirasa-
psikologis bagi korban.
kan yaitu pengalaman traumatis JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
61
yang susah dihilangkan pada diri
penyebab dan beban perma-
anak, yang mempengaruhi keada-
salahan yang demikian berat dalam
an fisik, psikologis maupun sosial.
diri para korban tindak kekerasan,
Selain itu kekerasan terhadap
menuntut diambilnya langkah
anak akan memunculkan stigma
penanganan yang holistik dan
baik internal maupun ekternal pada
komprehensif melalui pendekatan
diri korban, antara lain
menye-
interdisipliner, interinstitusional,
babkan korban cenderung menya-
dan intersektoral dengan dukungan
lahkan diri, menutup diri, meng-
optimal dari berbagai sumber dan
hukum diri, dan menganggap
potensi dalam masyarakat.
dirinya aib.
Di dalam Undang-Undang No.
Kecenderungan masyarakat
23 tahun 2003 tentang Per-
menyalahkan korban dan media
lindungan Anak, Pasal 59 me-
informasi yang tanpa empati mem-
nyebutkan bahwa “Pemerintah dan
beritakan kasus yang dialami
Lembaga Negara lainnya berke-
korban secara terbuka dan tidak
wajiban dan bertanggung jawab
menghiraukan hak privasi korban.
untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak, salah satunya
Faktor Penyebab & Upaya
adalah anak korban kekerasan fisik
Reduksi
dan/atau mental.
Kekerasan terhadap anak
Secara operasional, pemerin-
dapat disebabkan oleh berbagai
tah menindaklanjuti kebijakan
faktor antara lain masalah ke-
tersebut dalam Kesepakatan
miskinan, gangguan hubungan
Bersama antara Menteri Sosial RI
sosial keluarga dan komunitas,
No. 75/HUK/2002, Menteri Kese-
lemahnya kontrol sosial primer
hatan No. 1329/Menkes/SKB/X/
masyarakat dan hukum, pengaruh
2002, Menteri Negara Pemberda-
nilai sosial budaya di lingkungan
yaan Perempuan RI No. 14/Men PP/
dan keengganan masyarakat untuk
Dep. V/X/2002, dan Kepala
melaporkan kasus kekerasan anak
Kepolisian Negara RI No. B/3048/
yang terjadi. Kompleksitas faktor
X/2002 Tentang Pelayanan Terpadu
62
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Korban Kekerasan Terhadap
bangkan prakarsa dan peran aktif
Perempuan dan Anak.
masyarakat dalam pembangunan
Dalam Pasal 7 ayat (3) SKB,
kesejahteraan sosial sebagai
mandat Depsos RI adalah satu,
investasi modal sosial. Ketiga,
menyiapkan SDM yaitu pekerja
mencegah dan mengendalikan
sosial dalam pelayanan masalah
serta mengatasi permasalahan
sosial korban kekerasan. Dua,
sosial,
memfasilitasi penyediaan Rumah
diharapkan dari proses industri-
Perlindungan (Protection Home)
alisasi, krisis sosial ekonomi,
dan Pusat Trauma (Trauma Cen-
globalisasi dan arus informasi.
ter) bagi korban kekerasan. Tiga,
Keempat, mengembangkan sistem
masyarakat dan
jaminan sosial dan perlindungan
Organisasi Sosial / LSM untuk
sosial. Dan kelima, memperkuat
peduli pada pelayanan korban
ketahanan sosial melalui upaya
kekerasan. Empat, mengem-
memperkecil kesenjangan sosial,
bangkan
panduan/pedoman,
dengan memberikan perhatian
standar dan prosedur pelayanan
kepada warga masyarakat rentan
sosial korban kekerasan. Lima,
dan
melakukan sosialisasi internal
pembinaan semangat kesetia-
kepada seluruh jajaran Depar-
kawanan sosial dan kemitraan.
mendorong
temen Sosial dan unit pelaksana teknisnya.
dampak
tidak
yang
beruntung
tidak
serta
Untuk mencapai visi dan misinya, Depsos RI menetapkan kebijakan dan strategi sebagai
Ruang Lingkup Tugas
berikut :
Departemen Sosial RI
a. Memperkuat kualitas dan
Departemen
Sosial
RI
jangkauan
pelayanan
serta
memiliki visi “Kesejahteraan Sosial
rehabilitasi perlindungan anak
oleh dan untuk semua� dan misinya
yang menekankan pada upaya
adalah pertama, meningkatkan
preventif, berorientasi pada
harkat dan martabat serta kualitas
keluarga, berbasiskan masyarakat,
hidup manusia. Kedua, mengem-
integratif, komprehensif dan JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
63
akuntabel.
iMengembangkan sistem informa-
b. Mengembangkan jaringan kerja
si yang menyediakan data dan
antara semua pihak yang terkait
informasi tentang perlindungan
dengan perlindungan anak.
anak.
c. Meningkatkan responsivitas
Disamping itu, Depsos RI juga
semua pihak terkait, baik peme-
memiliki program preventif Kam-
rintah maupun masyarakat dalam
panye Publik mengenai Pencegah-
upaya pencegahan pelanggaran
an dan Penanggulangan tindak
hak anak dan perlindungan bagi
kekerasan terhadap anak serta
anak-anak yang membutuhkan
pemberdayaan keluarga dan
perlindungan khusus.
komunitas (Ekonomi, Sosial,
d. Pemberian jaminan dan perlin-
Budaya, Agama). Kemudian pro-
dungan kepada anak-anak yang
gram rehabilitasi sosial yang
membutuhkan perlindungan khu-
meliputi tempat perlindungan
sus untuk terjaminnya peme-
sementara (Temporary Shelter),
nuhan hak-hak mereka.
Rumah Perlindungan Sosial Anak
e. Penyediaan perangkat hukum
(RPSA), dan Panti Perlindungan
dan penegakannya yang terkait
dan Rehabilitasi untuk Anak Korban
dengan perlindungan anak.
Tindak Kekerasan. Lalu program
f. Revitalisasi lembaga yang terkait
Reintegrasi Sosial yang antara lain
dengan permasalahan anak yang
penjajagan keluarga/keluarga
membutuhkan perlindungan khu-
pengganti, kontrak sosial khusus
sus.
untuk keluarga/keluarga peng-
g. Peningkatan kesadaran dan
ganti, pendampingan oleh pekerja
partisipasi masyarakat maupun
sosial, monitoring berkala terhadap
lembaga dalam upaya perlindung-
proses kemajuan anak dan evaluasi
an anak.
pencapaian tujuan serta terminasi
h. Meningkatkan kerjasama antara
bilamana keluarga/keluarga peng-
lembaga pelaksana perlindungan
ganti sudah dapat melakukan
anak baik lokal, nasional, regional
fungsi dan perannya dengan baik.
maupun internasional. 64
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Pola Penanganan
Anak), KPAI (Komisi Nasional
Prinsip penanganan kasus
Perlindungan Anak Indonesia), LPA
kekerasan anak sesuai KHA yaitu
(Lembaga Perlindungan Anak),
non diskriminasi, kepentingan
Organisasi Sosial (DNIKS, BKKKS,
terbaik anak, menghormati penda-
LKKK), LSM/NGO, Perguruan
pat anak, dan mengutamakan hak
Tinggi, Dunia Usaha, Pramuka, dan
anak demi kelangsungan hidup dan
Karang Taruna.
tumbuh kembang anak. Metode pendekatan yang
Indikator Keberhasilan
dapat digunakan adalah pendekat-
Indikator keberhasilan pena-
an kesejahteraan sosial yang di-
nganan kekerasan terhadap anak
lakukan secara terencana, terorga-
dilihat dari sisi anak adalah
nisasi dan berkelanjutan meliputi
sembuhnya trauma anak, baik fisik
pendekatan Katalis, Informatif,
maupun psikis, penempatan anak
Konsultatif dan Partisipatif.
dalam keluarga sendiri, keluarga
Penyelenggaraan penanganan
asuh, keluarga angkat atau panti
kasus kekerasan pada anak dilaku-
sosial asuhan anak berdasar pada
kan oleh Instansi Pemerintah
kepentingan yang terbaik untuk
terkait baik yang berada di pusat
anak. Kemudian terpenuhinya
maupun didaerah seperti Depar-
semua kebutuhan fisik, mental dan
temen Sosial, Departemen Kese-
sosial secara optimal, semakin
hatan, Departemen Pendidikan
meningkatnya kemampuan anak
Nasional, Departemen Agama,
untuk
Departemen Tenaga Kerja dan
lingkungan sosialnya.
berinteraksi
dengan
Transmigrasi, Kementrian Pember-
Sedangkan dilihat dari sisi
dayaan Perempuan, Kepolisian,
orang tua atau keluarga, indikator
Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga
keberhasilan penanganan kekeras-
Legislatif. Selain itu juga dilakukan
an pada anak tercermin pada
oleh Lembaga dan Organisasi
terpenuhinya semua kebutuhan
Kemasyarakatan seperti Komnas
fisik, mental, sosial dan ekonomi
PA (Komisi Nasional Perlindungan
secara optimal sehingga memungJURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
65
kinkan untuk melaksanakan peran sosial orang tua/keluarga secara
perlu diberdayakan. Disamping itu diperlukan
peranan
untuk melakukan kampanye sosial
pengasuhan dan perlindungan
terhadap orang tua untuk lebih
anak. Selanjutnya terpecahkannya
meluangkan waktu untuk mera-
masalah dalam interaksi dengan
wat, mendidik serta mengawasi
anak dan komunitas sehingga
anak-anaknya dan mengetuk
memungkinkannya untuk melaksa-
nurani pihak-pihak yang ber-
nakan peranan sosial orang tua/
hubungan dengan kehidupan anak,
keluarga secara wajar.
agar tidak hanya memikirkan
wajar,
khususnya
Bagi umum, keberhasilan
kepentingan
orang dewasa saja
penanganan terlihat dari mening-
dan mengeksploitasi mereka,
katnya partisipasi masyarakat,
namun juga kebutuhan dan hak-
khususnya Organisasi Sosial/
hak anak yang harus dipenuhi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat
dihormati.
dalam berbagai aspek perlindungan anak. Kemudian meningkatnya dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam perlindungan anak, serta meningkatnya kemampuan profesional semua pihak yang mengelola dan melaksanakan berbagai bentuk perlindungan anak. Penutup Untuk mereduksi kemungkinan suatu keluarga mengeksploitasi anaknya, baik ekonomi maupun sosial, maka keluarga tidak mampu
66
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK NORMAL ATAU MENYIMPANG ? YAN PRASETYO
Ada lima aspek perkembangan yang harus dikuasai meliputi perkembangan fisik, kognitif, psikososial, psikoseksual dan moral.
Pengetahuan menge-
Keempat, lama berlang-
nai perkembangan anak di-
sungnya
tiap
tahapan
perlukan agar seseorang
dipengaruhi oleh faktor in
dapat bekerja dengan anak
ternal / individu / nature
dan menangani masalah
( konstitusi genetik /
anak.
biologik).
Istilah “perkembangan” me-
Kelima, dalam tiap tahapan
ngandung beberapa pengertian
terdapat “kebutuhan-kebutuhan
pokok antara lain pertama, proses
perkembangan (developmental
penyesuaian (adaptasi) dari anak
needs)”
sampai dewasa dengan pelbagai
perkembangan (developmental
tuntutan kehidupan dan lingkung-
tasks)”
an dimana ia hidup.
merupakan karakteristik masing-
Kedua, proses perubahan dari suatu keadaan yang lebih rendah
dan yang
“tugas-tugas berbeda,
dan
masing tahapan itu. Keenam,
tiap
tahapan
ke keadaan yang lebih tinggi
mempunyai “titik kritis”, yaitu
hirarkinya, baik kuantitas maupun
suatu
kualitas. Ketiga, proses perubahan
kebutuhan perkembangan dalam
itu mengikuti suatu pola tertentu
tahapan tersebut
yang terdiri dari tahapan-tahapan
tercapai agar perkembangan dapat
dengan urutan tertentu dan
berlanjut secara optimal.
bersifat universal.
masa
kritis
dimana
sudah harus
Ketujuh, taraf keberhasilan JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
67
perkembangan yang dicapai pada
tekanan dan tegangan yang akan
tiap tahapan merupakan hasil dari
dialami anak akan semakin besar,
interaksi dinamik antara “nature
sehingga proses perkembangan
dan nurture�.
akan mengalami banyak kesulitan.
Ada lima aspek perkembangan
Tekanan dan tegangan yang
yang harus dikuasai meliputi
terkait langsung / tidak langsung
perkembangan fisik, kognitif,
dengan proses perkembangan
psikososial, psikoseksual dan
yang harus dilaluinya, disebabkan
moral. Anak adalah individu yang
oleh tuntutan / kebutuhan yang
sedang dalam masa perkembang-
timbul dari dalam diri anak dan
an yaitu suatu masa dimana terjadi
tuntutan yang timbul dari tuntutan
perubahan-perubahan yang sangat
lingkungan sosial terkait dengan
besar dan cepat dalam pelbagai
peran anak.
kebutuhannya, baik yang terkait
Faktor-faktor yang berpenga-
dengan tuntutan lingkungan
ruh dalam membantu atau meng-
dimana ia hidup maupun tuntutan
hambat proses perkembangan
yang terkait dengan umur (fase
anak antara lain :
kehidupan).
a. Faktor Organobiologik, keadaan
Kekhususan anak berkaitan
organik otak dan susunan saraf,
dengan dua faktor utama yaitu
merupakan faktor genetik/tem-
pertama, Dependensi atau keter-
peramen.
gantungannya yang besar terhadap
b. Faktor Psikoedukatif, ber-
lingkungan. Semakin lingkungan
hubungan dengan pola asuh dalam
itu sensitif terhadap kebutuhan
keluarga, pendidikan formal dan
anak, semakin ia kondusif untuk
non formal lainnya.
membantu anak melalui proses
c. Faktor Sosiokultural, berkaitan
perkembangannya dengan baik.
dengan nilai dan norma budaya
Dan sebaliknya, semakin lingkung-
masyarakat, keadaan sosial,
an tidak sensitif akan kebutuhan
ekonomi dan politik.
anak, semakin banyak konflik akan
Berikut contoh proses perkem-
terjadi, dan dengan demikian
bangan anak hingga usia sekolah,
68
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
yang mendeskripsikan ciri-ciri
regulasi internal yang kacau,
“normal� (adaptif) atau “menyim-
fisiologi tubuh tidak menentu,
pang� (maladaptif) dengan meng-
mudah terangsang secara berlebih-
gunakan dasar-dasar teori perkem-
an (hyperexcitable), menarik diri,
bangan psikososial dan kognitif.
apatis, tidak ada keterlibatan/
Anak usia 0-2 tahun, membu-
respon afektif/motorik dengan
tuhkan perkembangan homeosta-
orang lain dan kemampuan
sis, diferensiasi, somatopsikologik
sensomotorik tidak harmonis.
(sensorimotor), dependency,
Lingkungan yang maladaptif
safety & security dan attachment
terlihat kacau, berbahaya, abusive,
mutual recognition. Kemampuan
hiper/hipostimulatif, hubungan/
anak yang adaptif, terlihat pada
interaksi personal yang dingin,
keseimbangan regulasi internal
jauh, ambivalen, hostil, tidak
(fisiologik, sensitivitas, respon-
komunikatif,
sivitas), respons Afektif-Interaktif
menyalahartikan signal-signal
yang multi Sistim Contigent
komunikasi anak.
tidak
sensitif/
terhadap pengasuh, serta ke-
Anak usia 2-6 tahun, mempu-
mampuan sensomotorik semakin
nyai tugas/kebutuhan perkem-
berkembang & bertujuan (dife-
bangan meningkatkan integrasi
rensiasi personal, benda, gerak).
dan koordinasi, diferensiasi senso-
Lingkungan yang adaptif
motorik, mengembangkan otonomi
tercermin pada sikap keterlibatan
dan inisiatif serta meningkatkan
yang menyenangkan penuh ha-
diferensiasi representasi simbolik
rapan, dedikasi, protektif, sayang.
dunia objek dan peristiwa (bahasa,
Kemudian merangsang interaksi
imajinasi, fantasi), sifat egosentrik
yang melibatkan semua sistim
menjadi
(sensorimotor-afektif) serta res-
terbatas. Anak yang adaptif
ponsif dan prediktif terhadap sig-
memiliki kemampuan sensomoto-
nal-signal komunikasi anak.
rik yang lebih kompleks, ter-
Sebaliknya, kemampuan anak
integrasi dan inovatif, keras kepala,
yang maladaptif ditandai dengan
oposisional, banyak bertanya, ide
kebersamaan
yang
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
69
dan fantasi, perhatian besar pada
anak, menghambat otonomi dan
dunia dongeng, bermain simbolik-
inisiatif anak, sangat membatasi
imitatif (pretend play), interaksi
imajinasi, bermain, berhubungan
afektif interpersonal meningkat,
dengan orang lain.
namun melakukan kegiatan bersama (bermain) masih terbatas.
Anak usia 6-12 tahun, mempunyai tugas dan kebutuhan
Kondisi lingkungan yang
perkembangan pengoperasian
adaptif memiliki ciri mengagumi
sistim representasional simbolik
otonomi dan inisiatif anak, toleran,
yang lebih kompleks, Task Comple-
tegas tapi suportif, Tut Wuri
tion Ability, meningkatkan di-
Handayani, kesiapan emosional
ferensiasi pelbagai kegiatan/tugas
menghadapi fluktuasi progresi-
yang berhasil karya, meningkatkan
regresi anak, membantu anak
hubungan interpersonal yang
menghadapi realitas “law & order�
bermakna dan luas dengan orang
dalam kehidupan.
lain (companionship, sharing).
Anak yang maladaptif memi-
Kemampuan
anak
yang
liki kemampuan pola perilaku dan
adaptif mampu menyelesaikan
afek yang tidak sesuai/serasi,
tugas secara operasional dan
sempit, kaku, stereotipik, menarik
tuntas. Perhatian/daya tarik pada
diri, terlalu pasif, penurut, ke-
diferensiasi tugas/kegiatan yang
lengketan pada pengasuh cemas
lebih luas. Kemudian mampu
berpisah, hiperagresif, fluktuasi
membedakan imagery dan realitas,
afek yang kacau, tidak komunikatif,
kagum pada idola di luar orang tua,
kurang kontak dengan orang lain
keinginan berteman (hubungan
disekitarnya.
teman sebaya), dan lebih mampu
Lingkungan yang maladaptif
untuk menunda pemuasan segera.
terlalu intrusif, mengatur, me-
Lingkungan yang adaptif akan
larang/mengekang inkonsisten,
membantu, mendorong anak
punitif, terlalu menuntut anak
memperluas diferensiasi represen-
diluar kemampuannya, terlalu
tasi simbolik. Mendorong anak
khawatir dan takut pada otonomi
untuk asertif dan ekspresif,
70
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
membantu anak memantapkan
inkonsisten dalam disiplin (terlalu
norma-norma sosial (“law & or-
permisif-terlalu punitif), memper-
der”), mendorong dan membantu
tahankan ikatan simbiotik dengan
anak dalam pelbagai “ekperimen-
orang tua, melarang atau terlalu
tasi” yang sesuai dengan fase
melibatkan anak dalam kompetisi,
perkembangan (ketrampilan sko-
tuntutan pendidikan diluar batas
lastik dan extraskolastik, teknologi,
kemampuan anak dan memakai
hubungan interpersonal).
anak untuk kepuasan narsistik
Anak yang maladaptif tidak
orang tua.
memiliki kemampuan elaborasi
Setiap pendekatan klinis
representasi simbolik, kemampuan
untuk mengerti normal atau
operasional tidak berkembang
menyimpangnya perkembangan
baik, bermasalah dalam mengikuti
anak harus dimulai dengan
pelajaran sekolah, “Sense of Self”
melakukan assessment dari semua
tidak terdiferensiasi, sempit, kaku.
faktor itu dan difokuskan secara
Egosentrik dalam hubungan
lebih spesifik pada yang terkait
dengan orang lain, hubungan
dengan penanganan anak sehari-
afektif dangkal, menarik diri, tidak
hari.
ada ketertarikan pada hubungan teman sebaya, tidak tertarik pada kegiatan-kegiatan yang bervariasi, masalah dalam kemandirian yang sesuai dengan fase anak. Lingkungan yang maladaptif ditandai dengan takut atau menyangkal kebutuhan anak untuk semakin mandiri, kompetitif, memperluas kesenangan akan kegiatan yang bervariasi. Kemudian kurang menghargai prestasi anak, dingin dan tidak peduli, JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
71
POLA PENGASUHAN ANAK YANG TEPAT ROSEMINI AP
Tujuan utama pengasuhan anak adalah merawat (memberi makan, membersihkan, dan melindungi), sosialisasi (mengajarkan perilaku yang umum dan sesuai dengan aturan dalam masyarakat), mengkomunikasikan afeksi, nilai-nilai, minat, perilaku dan kepercayaan pada anak. Rawat vs Asuh
anak-anaknya.
Merawat anak dapat diartikan memberikan ma-
Tujuan Pengasuhan
kan, membersihkan dan
Tujuan utama pengasuhan
melindungi anak. Sedang-
anak adalah merawat
kan mengasuh, selain me-
(memberi makan, mem-
rawat juga mengkomunikasikan
bersihkan
afeksi, menanamkan nilai-nilai dan
sosialisasi (mengajarkan perilaku
kepercayaan pada anak.
yang umum dan sesuai dengan
Pengasuhan dapat diartikan
aturan
dan
dalam
melindungi),
masyarakat),
sebagai proses interaksi total
mengkomunikasikan afeksi, nilai-
antara orang tua dengan anak,
nilai, minat, perilaku dan keper-
yang mencakup proses peme-
cayaan pada anak.
liharaan (pemberian makan, mem-
Pengasuhan anak bukan
bersihkan dan melindungi) dan
hanya kewajiban orang tua, tapi
proses sosialisasi (mengajarkan
juga orang-orang yang ada
perilaku yang umum dan sesuai
disekitarnya karena menyangkut
dengan aturan dalam masyarakat).
masa depan anak.
Proses ini melibatkan juga bagaimana pengasuh mengko-
Masalah Pengasuhan
munikasikan afeksi, nilai, minat,
Kesulitan yang dihadapi da-
perilaku dan kepercayaan kepada
lam pengasuhan anak antara lain
72
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
tidak siap untuk punya anak, faktor
tidak memberikan gizi cukup,
sosial ekonomi, faktor latar
rumah yang tidak layak, mem-
belakang pendidikan, jumlah anak
berikan pakaian yang tidak layak,
yang terlalu banyak, perbedaan
tidak memberi pengobatan saat
gaya mengasuh antara suami dan
anak sakit, dll.
istri, ketidakpuasan terhadap
Keempat, kekerasan emosi
kondisi anak (jenis kelamin, fisik,
(Emotional Abuse), adalah segala
dll). Kesulitan - kesulitan tersebut
tingkah laku atau sikap yang
diatas dapat menjadi pemicu
mengganggu kesehatan mental
terjadinya kekerasan terhadap
anak atau perkembangan so-
anak. Bentuk - bentuk kekerasan
sialnya. Misalnya tidak pernah
pada anak dapat berupa pertama,
memberikan pujian/reinforcement
kekerasan fisik (physical abuse),
yang positif, membandingkannya
yaitu bentuk kekerasan yang
dengan anak yang lain, tidak per-
sifatnya bukan kecelakaan yang
nah memberikan pelukan atau
membuat anak terluka. Contoh :
mengucapkan “aku sayang kamu�
menendang, menjambak (menarik rambut), menggigit, membakar,
Gaya Pengasuhan Ada beberapa gaya pengasuh-
menampar, dll. Kedua, kekerasan seksual
an terhadap anak antara lain :
(sexual abuse), yakni segala
1. Induction, mempunyai pene-
tingkah
kanan
laku
seksual
yang
aturan
cukup
tegas,
dilakukan antara anak dan orang
menunjukkan rasa tidak senang
dewasa. Misalnya pelacuran anak-
dalam menghadapi perilaku anak
anak, intercourse, pornografi,
yang tidak baik, menunjukkan rasa
eksibionisme, oral sex, dll.
senang dan mendukung, bila anak
Ketiga, mengabaikan (Ne-
melakukan sesuatu yang baik.
glect) yaitu salah satu bentuk
Peraturan dikomunikasikan dengan
kekerasan dimana orang tua/orang
jelas (komunikasi dua arah),
dewasa tidak dapat menyediakan
hangat, responsif terhadap ke-
kebutuhan fisik anak. Contohnya
butuhan anak, mengharapkan JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
73
kematangan anak dan perilaku
pengasuhan yaitu :
mandiri pada anak sesuai dengan
a. Ke-4 gaya pengasuhan yang
usia anak.
dimiliki oleh orang tua, semuanya
2. Responsiveness, peraturan
diperlukan.
tidak dipaksakan, peraturan tidak
b. Gaya pengasuhan harus sesuai
dikomunikasikan dengan jelas,
dengan situasi dan lingkungan,
menyerah
kepribadian anak dan kepribadian
pada paksaan, re-
ngekan dan tangisan anak. Pe-
orang tua.
nerapan disiplin tidak konsisten,
c. Orang tua tidak memaksakan
tidak menuntut anak untuk
kehendak tetapi lebih mengajar
mandiri, menerima tingkah laku
dan berdialog dengan anak, sesuai
yang buruk, relatif hangat.
dengan usia anak.
3. Demandingness, penekanan
d. Lihat apa yang mau diajarkan.
pada peraturan cenderung kaku,
e. Menggunakan konsekuensi
menghukum perilaku anak yang
bukan punishment dan reward.
buruk. Peraturan tidak secara jelas
Kiat menghadapi stress saat
dikomunikasikan dengan anak.
pengasuhan anak dapat dilakukan
Tidak mendengar atau acuh pada
dengan menyisihkan waktu untuk
pendapat atau keinginan anak.
diri sendiri. Lalu kenali karakter/
Terus menerus menekankan
keunikan tiap anak agar perlakuan
peraturan dengan paksaan, kurang
yang diberikan lebih sesuai.
hangat dan tegas.
Luangkan waktu “berdua� dengan
4. Modeling, penekanan pada
pasangan. Miliki selera humor agar
keteladanan, peraturan ditunjuk-
suasana rumah lebih ceria.
kan pada anak, peka, hangat dan
Memandang sesuatu hal jangan
memiliki rasa empati.
dibesar-besarkan.
Dari keempat pola pengasuhan diatas, biasanya orang tua
Tips Mengasuh Anak
menggunakan gaya pengasuhan
Ada beberapa tips untuk
secara kombinasi. Ada beberapa
orang tua dalam mengasuh anak
kiat dalam menggunakan gaya
sebagai berikut :
74
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
1. Buka kesempatan untuk berdiskusi dan berdialog dengan anak. 2. Orang tua dan anak harus memperluas wawasan melalui buku, televisi, majalah dan media lain. 3. Menstimulasi anak tidak dengan ancaman atau hukuman. Namun dengan membantu anak memahami tujuan/keuntungannya, bila ia melakukan sesuatu. 4. Untuk mengembangkan disiplin pada anak, ada ketentuan prinsip utama yang jelas. Namun tetap ada kelenturan dari aturan. 5.
Bangunlah
self-esteem,
sehingga anak mampu mengontrol diri dan juga dapat bebas berkreasi. 6. Jangan mencela, melabel, menggeneralisasi dan menganggap anak sebagai obyek.
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
75
LCKI
& Aktivitas 2006 Sebagai Lembaga yang berdiri kurang lebih setahun yang lalu, LCKI senantiasa berusaha untuk dapat berperan secara aktif dalam mewujudkan masyarakat yang terhindar dari kejahatan dan ketidaktertiban dan bertekad menjadi partner yang efektif dalam bersama-sama mencegah kejahatan. Lembaga Cegah Kejahatan
Menteri Luar Negeri, Menteri
Indonesia yang disingkat dengan
Hukum & HAM dan Mahkamah
LCKI berpusat di Jakarta sebagai
Agung.
organisasi yang berafiliasi dengan
Selain
itu
juga
telah
Asia Crime Prevention Foundation
dilaksanakan penandatangan
(ACPF) yang berkedudukan di
Memorandum of Understanding
Tokyo, Japan, bertekad untuk
(MOU) dengan Lembaga Penelitian,
menjadi partner yang efektif baik
Pendidikan
dengan organisasi pemerintah
Ekonomi Sosial (LP3ES), Univer-
maupun non pemerintah dalam
sitas Bhayangkara Jakarta Raya
bersama-sama mencegah ke-
dan Persatuan Purnawirawan Polri
jahatan.
(PP POLRI).
dan
Penerangan
Dalam usahanya memba-
Tekad untuk dapat berperan
ngun jaringan dan komunikasi
dalam pencegahan kejahatan di
serta sosialisasi dengan per-
berbagai bidang, sebagai langkah
orangan maupun kelompok ma-
awal dalam prakteknya LCKI telah
syarakat selama tahun 2006,
mengadakan beberapa seminar
beberapa aktivitas yang telah
antara lain Seminar Pencegahan
dilakukan diantaranya beraudiensi
Kejahatan di bidang Asuransi
kepada Presiden RI, Menko-
bekerjasama dengan Federasi
polhukam, Kapolri, Jaksa Agung,
Asosiasi Perasuransian Indonesia
76
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
(FAPI), Seminar Internasional
Sesuai dengan salah satu
“Menggalang Kerjasama Inter-
misinya yaitu melakukan ker-
nasional Memerangi Terorisme
jasama internasional dalam
dimana dihadiri oleh hampir 40
pencegahan kejahatan, LCKI telah
negara peserta dan hasilnya telah
bekerjasama dengan Edith Cowan
dilaporkan oleh ACPF ke United
University (ECU) dari Australia
Nations, Seminar Nasional Ke-
dengan mengadakan workshop
kerasan Terhadap Anak beker-
mengenai Konsultan Management
jasama dengan UNICEF, Pengurus
Security.
Ikatan Dokter Anak
Disadari bahwa hanya
Indonesia (PP IDAI), Children
dengan mengadakan seminar saja
Multicultural
(CMC),
belumlah cukup untuk mewu-
Universitas Bhayangkara Jakarta
judkan visi dan misinya, sehingga
Raya dan DERAP Warapsari serta
diharapkan kedepan lembaga ini
seminar mengenai Money Laun-
dapat berkiprah yang lebih konkret
dering.
dalam mewujudkan
Pusat
Center
Selain itu LCKI juga
masyarakat
mengadakan kerjasama dengan
yang bermartabat, tertib, damai,
Japan International Cooperation
aman
Agency (JICA) dalam penelitian
demokratis yang terhindar dari
keamanan di Maluku. Kemudian
kejahatan dan ketidaktertiban
sebagai tuan rumah konferensi
(Crime and Disorder) sesuai
internasional
dengan tujuan akhir yang hendak
Pencegahan
ACPF
tentang
Kejahatan
dan
Peradilan Pidana. Disamping itu sebagai
dicapai
dan
tenteram
serta
yaitu Sejahtera Tanpa
Kejahatan (Prosperity Without Crime).
bentuk simpati kepada saudarasaudara yang terkena musibah gempa bumi, LCKI juga memberikan bantuan kepada masyarakat yang mengalami bencana di Yogya dan Klaten. JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
77
Jakarta Declaration adopted by the 11th Asia Crime Prevention Foundation World Conference on Crime Prevention and Criminal Justice held in Jakarta, Indonesia, 20 to 22 November 2006 THE 11TH ASIA CRIME PREVENTION FOUNDATION WORLD CONFERENCE Having assembled at the Eleventh Asia Crime Prevention Foundation World Conference on Crime Prevention and Criminal Justice to further advance cooperation against transnational organized crime, corruption, the prevention of terrorism, and the treatment of offenders; Grateful to the Government of Indonesia for its contribution to the ACPF World Conference on Crime Prevention and Criminal Justice; Re-iterating our commitment to the Millennium Development Goals, particularly as they relate to the issue of crime and justice; Welcoming the Bangkok Declaration adopted by the Eleventh United Nations Congress on Crime Prevention and Criminal Justice1; Expressing our serious concern in view of the growing dimensions of organized crime, both at the national and transnational levels, including illicit drug trafficking, migrant smuggling, trafficking in persons, arms trafficking, cyber crime, corruption, and terrorism; Acknowledging the negative impact of corruption in undermining the economic, cultural, social, political and civil development; Expressing our concern about the growth of terrorist activities and the threats it poses to peace and security in the world; Welcoming the adoption by the United Nations General Assembly of the United Nations Global Counter-Terrorism Strategy and Plan of Action2; 78
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Recalling the report on the ACPF International Seminar on Crime Prevention “Building International Cooperation against Terrorism�3, organized in Jakarta in 2006 by the Indonesia Crime Prevention Foundation; Acknowledging the complex links between the control and prevention of terrorism and the protection of human rights; Concerned about the inter-linkages between terrorism, organized crime, money laundering and corruption; Recalling that enhancing dialogue among civilizations, promoting tolerance, preventing the indiscriminate targeting of different religions and cultures and addressing development issues and unresolved conflicts will contribute to the further enhancement of international cooperation as a key element to combat terrorism in all its forms; Concerned that by 2007 more than half of the entire world population is expected to be living in urban areas, and about four percent of them living in some twenty mega-cities with more than ten million people, leading to specific forms of urban crime; Recalling that criminal justice actions and reforms must continue to meet the United Nations standards and norms in crime prevention and criminal justice, so as to uphold the rights of victims and offenders; Noting prison overcrowding, limitations of the institutional treatment and care, and insufficient mechanisms for the rehabilitation of offenders, prevailing in many countries of the region; Noting further the restricted use of non-custodial measures; Recalling the work of the previous ACPF World Conferences, as reflected in its outcome documents, focusing particularly on the impact that globalization may have in terms of, inter alia, the quality of criminal justice administration, and the growth of transnational organized crime4, the commitment to contribute to the overall United Nations programme in the pursuit of human development, security and poverty eradication5, and stressing the impact of criminal justice in the alleviation of extreme poverty6; JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
79
Welcoming the creation of the International Association of Anti-Corruption Authorities (IAACA), and the holding of its First Annual Conference and General Meeting in Beijing, China in 2006; Appreciating the close cooperation between ACPF and the Institutes of the United Nations Crime Prevention and Criminal Justice Programme Network, in particular the United Nations Asia and Far East Institute for the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders (UNAFEI); Reiterating that the ultimate goal of the ACPF is “Prosperity Without Crime�; Now, therefore, concludes the following: I. Comprehensive Countermeasures in Combating Transnational Organized Crime We: Welcome the progress made by the countries party to the Convention against Transnational Organized Crime and its three supplementary protocols in implementing the provisions of these instruments7; Call upon all countries to take all necessary steps to become without delay a party to the Convention against Transnational Organized Crime and its protocols; Take note of the criteria set by the Conference of the Parties to the United Nations Convention against Transnational Organized Crime in determining the needs and priorities for technical assistance, including criminalization of offences, international cooperation, including confiscation, extradition and mutual legal assistance, with particular attention to the awareness and training of criminal justice practitioners, victims assistance and witness protection , and assistance in the form of subregional and regional workshops; Pledge our support to the Conference of the Parties, and in particular the countries of the Asian region, and express our readiness to promote the 80
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Convention and its protocols; Call upon the countries of the region to give priority to criminalizing the offences established under the United Nations crime conventions, with penalties adequate to the seriousness of the crime; Further call upon the countries of the region to actively engage on mutual legal assistance, extradition and other criminal justice cooperation, and to update, modernize and simplify related bilateral or (sub-)regional agreements, or, in the absence of such agreements, to use the United Nations crime conventions as the legal basis for their cooperation; Recommend to expand and further disseminate training tools designed to facilitate the application of the provisions of the Convention for criminal justice practitioners, such as the ‘mutual legal assistance request writer tool’ developed by the United Nations Office on Drugs and Crime, and develop similar tools for other areas such as extradition, money laundering, forfeiture and recovery of assets; Stress the importance of countries of the region to address all forms of trafficking in persons, whatever the type of exploitation, and to consider measures to reduce the demand for trafficked victims, and underline the relevance of providing full assistance to victims of trafficking and their families, and special measures for the protection of victim-witnesses; Call upon the Commission on Crime Prevention and Criminal Justice to include the issue of urban crime prevention with a special focus on youth into its agenda and to review the manifestations and scope of urban crime and possible counter-measures; and to consider this topic for discussion at the 12th United Nations Congress on Crime Prevention and Criminal Justice; Note that cybercrime has emerged as a major concern not only for the region, but at a global scale8 and recommend that countries - review the adequacy of existing legislation and regulations to address the particular nature of cybercrime, and facilitate investigation, prosecution and international cooperation; - enhance cooperation to prevent, investigate and prosecute high-technology and computer-related crime, including by developing partnerships JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
81
with the private sector; - carry out such measures on the basis of strict guidelines and with rigorous oversight to ensure adherence to rule of law principles, particularly those related to privacy; - coordinate efforts at the international and regional levels to counter cybercrime related to terrorism on the Internet; Reiterate our readiness and continued commitment to assist governments and other relevant entities in their efforts to fully implement the provisions of the United Nations crime conventions, including reviewing penal law and criminal procedure.
2. International Cooperation in the Fight against Terrorism We: Reaffirm that terrorism cannot and should not be associated with any religion, nationality, civilization or ethnic group; Recall Security Council Resolution 1373 (2001), calling upon States to cooperate bilaterally and multilaterally, particularly paragraph 2(f), in affording each other the greatest measure of assistance in connection with criminal investigations or criminal proceedings relating to the financing or support of terrorist acts, including assistance in obtaining evidence in their possession necessary for the proceedings; Call upon governments of the region to fully support and implement the United Nations Global Counter-Terrorism Strategy and Plan of Action, and encourage the United Nations, international, regional and subregional organizations, as well as NGOs and civil society to actively engage in this undertaking; Call upon countries, in line with the above mentioned Global Strategy, to take urgent action to prevent and combat terrorism, in particular - To take all necessary action to become parties without delay to the existing international instruments against terrorism, - To continue efforts to conclude a comprehensive convention on in82
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
ternational terrorism; - To render international cooperation and other measures to prevent and combat terrorism in compliance with international law, in particular human rights law, refugee law and humanitarian law; - To put in place systems of assistance that address the needs of victims of terrorism and their families; - To find, deny safe haven and bring to justice, on the basis of the principle of extradite or prosecute, any person involved in terrorist acts; - To conclude and implement mutual legal assistance and extradition agreements, and exchange timely and accurate information; - To enhance cooperation to combat money laundering and the financing of terrorism; Encourage relevant regional and subregional organizations to create or strengthen counter-terrorism mechanisms and centres; Recall that timely and full realization of the Millennium Development Goals, the eradication of poverty, the promotion of sustained economic growth, good governance and the provision of rule of law, sustainable development and global prosperity for all are important measures to be taken into account in any terrorism prevention strategy; Underline the importance of open dialogue and interaction between countries, cultures and faiths, to address the root causes terrorism. 3. Prevention of Corruption Towards the Trust in the Rule of Law and the Sound Development of Society We: Acknowledge the detrimental impact of corruption on both rule of law and sustainable development of society; Welcome the entry into force of the United Nations Convention Against Corruption and strongly encourage countries to take all necessary steps to become a party to the Convention as a matter of priority; Urge all countries of the region to actively participate in the upcoming JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
83
first session of the Conference of the Parties to the United Nations Convention against Corruption; Pledge our support for the Conference of the Parties as well as any forthcoming review mechanism on the implementation of the instrument; Welcome the Declaration of the First Annual Conference and General Meeting of the International Association of Anti-Corruption Authorities; Highlight the need for international cooperation in preventing and combating corrupt practices and the transfer of assets of illicit origin, including money laundering, as well as for asset recovery consistent with the principles of the United Nations Convention against Corruption,9 and encourage countries to conclude and implement mutual legal assistance and extradition agreements; Call upon all countries in the region to actively engage in implementing concrete anti-corruption measures and public sector management practices, based on the rule of law, transparency and accountability, leading to a culture of integrity, and respect for the rights of all citizens; Recognize the lack of scientific methods of measuring corruption and the urgent need for accurate and objective data on its occurrence and impact, as well as methodologically sound analysis at the national and international levels, and thus recommend to develop the necessary measurement tools; Urge anti-corruption authorities to devote attention to the collection and analysis of relevant data, statistics and other information; Highlight the necessity to further enhance public awareness on the issue of corruption, and underline the important role of non-governmental organizations and media in this field; Recommend the creation of independent ‘watchdog bodies’ to ensure the accountability and transparency of public and private institutions and invite all countries to ensure and promote the integrity and independence of anti-corruption bodies fully immune from political influence; 84
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Solicit the engagement of countries to promote a culture of integrity and accountability in both public and private sectors, and to foster high standards of moral and legal integrity among prosecution services and the judiciary; Re-confirm ACPF’s offer of assistance to countries in the region to provide legal expertise and facilitate the implementation of the crime conventions, including legislative frameworks and institutional conditions, to countries in the region so requiring, and pledge to cooperate with governments, non-governmental organizations, civil society and the private sector alike in a comprehensive approach in the prevention of corruption. 4. Endeavours and Best Practices for the Treatment of Offenders, including Restorative Justice We: Re-confirm our commitment to maintaining fair and efficient criminal justice institutions and policies; Reaffirm the critical importance of implementing, monitoring and evaluating existing United Nations instruments on the treatment of offenders, juvenile justice, and non-custodial measures, including the Basic Principles on Restorative Justice10 Recognize the efforts made in the region related to the issue of restorative justice, and call for collection and dissemination of promising practices and promoting the experiences of Asian countries in introducing and applying restorative justice principles; Call upon Governments to create the necessary legislative and administrative framework for the application of non-custodial measures, including restorative justice, to provide training and information on such measures to all relevant criminal justice practitioners, including law enforcement, prosecutors, judges and prison administrators, lawyers, as well as local community leaders, social workers, members of NGOs and civil society and other relevant actors involved,
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
85
Call for a strong coalition and continuous partnership between the concerned government institutions, NGOs and local institutions in assisting and mediating between victims, community and offenders, and suggest to create guidelines, including those on victim participation and general parameters for restorative justice, taking into account the Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power11; Express concern about prison overcrowding, still prevailing in many countries, with serious implications for prison administration and prison health, for inmates, their families, and indirectly for the public at large; Recommend that the Commission on Crime Prevention and Criminal Justice, as a matter of priority, review the adequacy of existing United Nations criminal justice standards and norms, particularly on prison management, prisoners, prison staff, and more largely, detention facilities, as well as non-custodial measures, addressing the situation of adults, children and juveniles; Note with great concern that aggravated conditions associated with deteriorating detention centres have serious implications, including for prison health, where the spread of HIV/AIDS and other communicable diseases has become a major concern; thus indirectly contributing to the refueling of HIV/AIDS and other epidemics in the population at large; and call upon the respective state agencies and administrations to develop guidelines and practical measures on prevention and treatment of HIV/AIDS and other communicable diseases in prisons and closed institutions; Urge countries to step up efforts that help to minimize the institutionalization of juveniles and children in conflict with the law, taking into account existing United Nations criminal justice standards and norms; Take note with appreciation of the decision of the Commission on Crime Prevention and Criminal Justice to establish an information gathering mechanism for United Nations standards and norms, starting with crime prevention, and recommend that such a mechanism over time also include the treatment of offenders, non-custodial measures and restorative justice; Welcome the recommendation of the Intergovernmental Group of Ex86
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
perts on Lessons Learnt from United Nations Congresses on Crime Prevention and Criminal Justice to adopt a standing item on United Nations congresses on crime prevention and criminal justice and note with appreciation its recommendation regarding the role of relevant organizations such as non-governmental organizations to follow up on the outcomes of the congresses; and call for United Nations standards and norms on crime prevention and criminal justice to be properly reflected in future congresses’ agendas;
(Footnotes) A/CONF.203/18, chap.I, resolution 1; endorsed by the General Assembly in its resolution 60/177 1
2
General Assembly resolution 60/288
3
E/CN.15/2006/NGO/2
4
E/CN.15/2001/NGO/3
5
E/CN.15/2003/CRP.4
6
A/CONF.203/17/NGO/3
Report of the Conference of the Parties to the United Nations Convention against Transnational Organized Crime on its third session, document number XXX (forthcoming) 7
see A/CONF.203/18 Bangkok Declaration, paragraph 15; and Note by the Secretary General on the Second World Summit of Attorneys General and General Prosecutors, Chief Prosecutors and Ministers of Justice, E/CN15/2006/ 17 8
9
ECOSOC Resolution 2006/24
10
ECOSOC resolution 2002/14
11
General Assembly resolution 40/34, annex
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
87
TENTANG PENULIS
Irwanto Ph.D
Uni Zulfiani Lubis
Pria kelahiran Purwodadi,
Wanita kelahiran 39 tahun
Jawa Tengah 48 tahun lalu ini
silam berputra satu ini adalah
adalah Ketua Lembaga Penelitian
lulusan Fakultas Pertanian IPB,
Universitas Atma Jaya Jakarta.
saat ini sebagai GM News and
Selain aktif sebagai dosen
Talkshow Star ANTV. Selain itu juga
beliau juga seorang konsultan
sebagai Anggota Dewan Pers dan
untuk masalah anak-anak di
Ketua Harian Asosiasi Televisi
Bappenas, UNICEF dan UNESCO.
Swasta Indonesia. Sebelumnya pernah menjadi Wapemred TV7.
Kompol. Dra Sri Suari Wahyudi, Apong Herlina, SH
Msi Lahir di Mataram, 19 Maret
Lulusan Fakultas Hukum Uni-
1963. Pernah menjadi staf pribadi
versitas Indonesia sejak tahun
Kapolda Metro Jaya, kemudian
2000 hingga sekarang menjabat
menjadi Kapolsek Bandara Soe-
sebagai
karno Hatta. Kini menjabat sebagai
Lembaga
Kanit V RENAKTA Ditreskrimum
Pemberdayaan Pekerja dan Anak
Polda Metro Jaya, suatu bidang
(LAPA).
Direktur
Eksekutif
Advokasi
dan
pekerjaan yang secara khusus menangani perkara yang meli-
Magdalena Sitorus
batkan anak dan perempuan baik
Saat ini menjabat sebagai
sebagai korban maupun pelaku
Ketua Pokja Pemantauan, Evaluasi
kejahatan.
dan Pelaporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia [KPAI].
88
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
Dr. Bibit S. Rianto, MM
Dr. Yan Prasetyo, Sp. KJ
Lahir di Kediri, 3 November
Dokter ahli jiwa ini sekarang
1945 sekarang sebagai Rektor Uni-
menjabat di Departemen Psikiatri
versitas Bhayangkara Jakarta
Fakultas Kedokteran UI sebagai
Raya.
Ketua Sub Bagian Psikiatri Anak.
Erna S. Syukrie, SH
Dr. Rosemini AP, Msi Sebagai
Lahir di Solo, 8 Mei 1938.
Pengajar
pada
Pernah menjadi Wakil Ketua
Fakultas Psikologi UI, ibu dengan
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.
satu putri kelahiran Jakarta, 24
Sekarang sebagai Anggota Komisi
April 1960 ini juga menjabat
Ombudsman Nasional.
sebagai Direktur Utama PT. Essa Satyagrap Abbid (ESSA Consult-
Dr. Indra Sugiarno, Sp.A
ing)
Selain mengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik FKUI, pria kelahiran Indramayu, 6 Maret 1960 ini juga menjabat Ketua Satgas Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI). Dr. Makmur Sunusi Beliau saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI.
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007
89
JURNAL CEGAH Edisi 1, Tahun II, Februari 2007
REDAKSI Pemimpi n Umum Pemimpin Da’i Bachtiar Pemimpin Redaksi Bachtiar Aly Dewan Redaksi Momo Kelana, Luthfi Dahlan, Ronny Lihawa Redaktur Ahli Awaloedin Djamin, Mardjono Reksodiputro Tim Teknis Dede Astika, M. Nasrullah, M. Syaiffulloh, M. Viva, Teguh Setiyadi Konsultan Desain Fendi Siregar Alamat Redaksi Wisma GKBI Lantai 16 No. 1615 Jalan Jend. Sudirman Kav. 28 Jakarta 10210 Telepon: (62 21) 5740555, Fax.: (62 21) 5705227 Website: www.lcki.org, Email: info@lcki.org ISBN 979-416-770-3
Diterbitkan oleh Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI), dimaksudkan sebagai media informasi dan forum diskusi, pembahasan dan pengembangan wacana tentang masalah-masalah kejahatan di Indonesia dan dunia. Redaksi mengundang para ahli dan praktisi untuk berdiskusi dan menulis secara bebas dan kreatif. Tulisan yang dikirim diharapkan berupa tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, ringkasan hasil survei, gagasan atau hipotesa terkait isu kejahatan. Redaksi menyediakan honorarium bagi tulisan yang dimuat. Naskah lebih kurang 4000 kata diketik rapi spasi ganda. Redaksi dapat menyingkat dan menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya.
90
JURNAL CEGAH, EDISI 1, TAHUN II, FEBRUARI 2007