Histori
Oleh : Riwayati
BUNG TOMO BUKAN SEKEDAR ORASI Bung Tomo “ Kita toendjokkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka. Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebik baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka. Sembojan kita tetap, MERDEKA atau MATI!�
D
emikianlah kalimat yang keluar dari salah satu
pahlawan nasional Indonesia Soetomo atau lebih
dikenal
sebagai
Bung
To m o ,
mampu
membangkitkan darah juang rakyat Surabaya dalam menghadapi penjajah melalui orasi hebatnya kala itu. 10 November 1945 tidak akan dikenang sebagai Hari Pahlawan jika tak ada pertempuran masyarakat Surabaya melawan Kolonialisme, disitulah Bung Tomo muncul dengan katakatanya membangkitkan semangat para pejuang Surabaya. Soetomo lahir di Surabaya, 03 Oktober 1920. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo. Bung Tomo tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan meskipun berasal dari keluarga menengah. Beliau pernah mengenyam pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dan HBS (Hogere Burger School). Perjalanan pendidikan Bung Tomo tidak semulus itu, karena pada usia 12 tahun beliau terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO. Sebagai gantinya beliau melakukan pekerjaan untuk mengatasi depresi yang melanda dunia saat itu, dengan mengikuti organisasi Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan beberapa kelompok sosial dan politik. Pada masa mudanya Bung Tomo juga disebut pernah bekerja sebagai wartawan pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya (1937), Redaktur Mingguan Pembela Rakyat, serta menjadi penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya (1939). Pada tahun 1942 hingga 1945, Bung Tomo juga tercatat bekerja pada kantor berita tentara