ARTIKEL LEPAS
SELAYANG PANDANG DEMOKRASI DAN DILEMA VIGILANTE Oleh : Muhammad Taufik Nandito (LPM PABELAN UMS) LPM NOVUM FH UNS
P M
yang
masyarakat, di satu sisi memang patut
menggulung era Soeharto
diapresiasi. Di sisi lain, aksi itu
asca
reformasi
gegap
menimbulkan keresahan bagi masyarakat
gempitanya, demokrasi menuai banyak
yang menginginkan kedamaian dan
kontroversi. Demokrasi produk reformasi
ketenangan.
dengan
Hatta mengatakan �Pengalaman
segala
diasumsikan memberi jalan aksi vigilante
Apa yang terjadi tempo hari di
atau premanisme, berkembang dan
tengah masyarakat memang patut kita
mengakar dalam partisipasi politik.
renungkan. Aksi vigilante seperti ini cepat
Fe n o m e n a
atau lambat akan mengoyak kohesi sosial
PA M
Swakarsa
yang
dipersenjatai pada saat reformasi
masyarakat Indonesia. Di tengah
pemerintahan
membuncah, disinyalir menandai awal
keberagaman yang begitu kental,
autokrasi kolonial
premanisme mulai masuk dalam sumsum
premanisme merusak iklim demokrasi
dengan
dalam bentuk negara-polisi
kehidupan publik pada demokrasi
yang sarat dengan keterbukaan informasi dan kebebasan berekspresi. Suka
pasca reformasi.
menghidupkan
Pasca cerita PAM Swakarsa yang
dalam kalbu
bentrok dengan mahasiswa atau
tidak suka, ini merupakan ancaman untuk kesehatan demokrasi kita.
pemimpin dan
kelompok-kelompok massa lainnya,
Risalah Mohammad Hatta
rakyat Indonesia
vigilante dalam demokrasi
dalam Demokrasi Kita (1957)
cita-cita negara
berlanjut dengan kedok
nampaknya tak akan padam
hukum yang
agama. Ormas-ormas
menemui duduk perkara
demokratis.�
agama adalah salah
demokrasi
satu contoh vigilante
sekarang ini. Dalam pamflet
itu.
Aksi-aksinya
Indonesia
itu, Hatta mengatakan
mempersekusi
�Pengalaman
kebejatan moral
pemerintahan
dengan autokrasi
kolonial dalam bentuk negarapolisi menghidupkan dalam kalbu pemimpin dan rakyat Indonesia cita-cita negara hukum yang demokratis.� Kurang lebih bersepakat dengan Hatta, pemerintahan autokrasi-kolonial bentuk negara polisi dilanjutkan oleh demokrasi terpimpin dan demokrasi pancasila. Soekarno dan Soeharto jadi pemrakarsanya. Sikap otoriter dan politik belah bambu pada masa demokrasi