Riset
Sosial Media Sarana Depresiasi Kualitas Demokrasi Oleh : Litbang LPM NOVUM FH UNS
A
ktivitas bermedia sosial terpaut cukup tinggi, lebih dari 50% responden menyatakan sering dan sangat sering bermedia sosial seperti update dan berkomentar. Selain itu mayoritas responden bermedia sosial untuk menambah relasi dan untuk menujukan eksistensi. Dari berbagaimacam aplikasi bermedia sosial, masyarakat Indonesia paling sering menggunakan Instagram terutama oleh responden dengan rentang usia kuranglebih 20 tahun. Rata-rata masyarakat masih tidak mampu mengambil sikap dari kemunculan komentar negatif atau penyebaran konten negatif di media sosial. Sekitar 54,7% dari 170 responden memilih mengabaikan apabila melihat komentar negatif atau konten negatif di media sosial. 52,4% responden menyatakan bahwa kebebasan berpendapat merupakan aktualisasi dari sistem demokrasi di Indonesia, 35,9% responden masih ragu untuk menjawabdan 11,7% berpendapat bukan aktualisasi dari sistem demokrasi. Selain itu
menyatakan
bahwa
ke b e b a s a n
dari 20,6% responden menyatakan
bahwa pelarangan untuk berkomentar negatif merupakan salah
satu pencideraan terhadap
kebebasan berpendapat, 25,9% masih ragu untuk menjawab,
53,5% menyatakan bahwa hal
tersebut bukan merupakan pencideraan terhadap kebebasan
berpendapat.
Responden
menyatakan bahwa, pemerintah harus lebih berperan aktif
dalam mengawasi aktifitas
bermedia sosial. Sebab masyarakat masih menganggap aktifitas
bermedia
sosial
belum
mencerminkan demokrasiberkualitas. Terkait data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas sering menggunakan media sosial untuk sekedar update berkomentar. Namun, masyarakat masih tidak mampu sikap dari kemunculan komentar negatif atau an konten negatif di media sosial bahkan masih yang memilih mengabaikannya. Selain itu, banyak
masyarakat a
t
a
u
mengambil penyebar banyak d a r i
mereka yang menyatakan bahwa kebebasan
berpen
dapat merupakan aktualisasi dari sistem
demok
rasi di Indonesia