Cerpen
MENGAPA SEMUA HARUS TERJADI? Oleh : Laras Iga Mawarni
“Kring... kring... kringg... “ (suara bel) Suara bel itu membuat jantungku berdetak lebih kencang, yang semula keadaan bising dengan suara orang mengobrol, ketawa, lalu lalang kendaraan masuk seketika sepi. Aku hanya terduduk diam di ruangan yang sangat dingin dengan suhu AC 20 derajat Celcius, mendengarkan ayah ku mengobrol dengan kepala sekolah. Di hari itu juga aku merasakan perasaan yang bercampur aduk cemas dan gelisah. Apakah aku sanggup bertemu dengan orang-orang baru?. Ya, Ini adalah hari pertama ku masuk sekolah yang baru SMAN 2 Long Ikis “Sudah siap untuk belajar hari ini nak?” Pertanyaan awal dari kepala sekolah. “Siap pak.” jawab ku. “Tak usah khawatir pasti di sini kamu dapat teman yang baik seperti teman-temanmu dulu” perkataan ayah itu seolah-olah mengerti hal apa yang aku rasakan saat ini. “Iya yah.” jawab ku “Kalo sudah pulang, langsung ke kantor ayah.” ucap ayah. Ya, kantor baru ayahku kebetulan sangat dekat dengan sekolah. Langkah demi langkah
kujalani menyelusuri lorong yang sepi untuk menuju kelas. Setiap langkahku, saat mendekati kelas yang akan kutempati, tangan ini semakin dingin dan jantungku berdebar lebih kencang, dan akhirnya sampailah aku di depan pintu kelasku yang baru. “Silahkan masuk,” guru yang saat itu sedang mengajar menyuruh ku masuk dan kepala sekolah pun meninggalkanku. Aku duduk di bangku paling depan. Kebetulan jumlah kelas yang aku tempati sekarang berjumlah ganjil, mau tidak mau aku harus duduk sendiri. Pelajaran pun dimulai kembali. Aku mengawali masuk sekolah dengan pelajaran yang aku sukai yaitu matematika. Bel pun berbunyi lagi, menandakan waktu istirahat telah tiba. Tak ada seorang pun yang mengajakku ngobrol, kondisi ini pun terus terjadi setiap harinya. (Hari ke-11 di sekolah) Kebetulan hari ini tak ada pelajaran, karena hari ini adalah hari kartini. Semua murid dan guru memperingati dengan upacara dan melaksanakan berbagai kegiatan lomba. Kebetulan kelasku masuk final lomba basket dan lawannya adalah kelas 10 e. Kelas 10 e adalah kelas Ara teman baruku di sekolah
dan juga di perumahan. Ara memperkenalkanku dengan temanteman sekelasnya mereka sangat baik denganku. Saat lomba dimulai posisiku berada di antara anak-anak 10 e, karena merekalah yang menerima aku sebagai teman, tetapi teman-teman di kelas ku tidak menerima jika aku ada di antara kelas 10 e mereka mengira aku lebih mendukung kelas lain di banding kelas sendiri. Pulang sekolah aku langsung pulang kerumah dan siap-siap untuk berangkat les “Nahwa cepet duduk sini.” ucap Chika. Chika adalah salah satu sahabatku di tempat les. Kami selalu duduk belakang jarang sekali duduk di depan. Iya kami berlima yang beranggotakan Chika, Rania, Saka, Dewa dan aku. Kami membentuk sebuah geng yang bernama A5, nama tersebut kita ambil dari nama belakang kami yang kebetulan berakhiran “A”. Mereka semua anak hits dan satu sekolahan di SMAN 1 Long Ikis, jauh berbeda denganku yang anak pindahan yang selalu di bully teman sekelas. Mereka selalu membela jika temanteman sekelasku mulai membullyku di sini, karena kebutulan teman sekalas ku juga les di tempat yang sama denganku. Apalagi setelah