Resensi
MENGENANG SEBUAH KISAH KLASIK Oleh : Ghirindra Chandra
U
ntuk anak generasi 80 dan 90an mungkin album ini terdengar familiar di telinga. Pasalnya album ini lah yang mengantarkan grup band asal Kota Gudeg, Yogyakarta. Sheila On 7 dari grup band pemula sejak debut mereka pada tahun 1999, menjadi grup band legendaris di industri musik Indonesia. Album itu berjudul “Kisah Klasik untuk Masa Depan” album kedua Sheila On 7 ini dirilis pada tahun 2000. Album yang pada masanya meledak di pasaran, bahkan menguasai top request di radio. Hanya memerlukan waktu setahun untuk menembus 1,7 keping penjualan di Indonesia saja. Bahkan di Malaysia menembus 150 ribu keping, angka yang bahkan sulit didapatkan oleh musisi lokal setempat sekalipun. Dengan bekal album selftitled yang menjadi debut band asal Jogja itu di industri musik Indonesia yang juga laris di pasaran, pada album ini Sheila On 7 seakan menemukan zona nyamannya dimana penempatan rasa dan emosi semakin tepat dilakukan dengan nyaman oleh Duta sang vokalis. Ritme iringan bass dan drum pun semakin variatif yang membuat album ini lebih berwarna dan memberi ciri serta karakter album ini sehingga bisa dikatakan sangat khas dan lain dari album dengan tema serupa pada awal tahun 2000-an. Ditambah dengan kepiawaian Eros Candra sang gitaris dan penulis mayoritas lagu Sheila On 7 dalam mengolah nada dan diksi, yang dinilai ikonik dan menjauhkan dari kesan basi dan membosankan untuk lagu percintaan dan persahabatan. Karenanya album bisa dikatakan tidak lekang oleh zaman. Lagu didalamnya seakan selalu relevan dengan keadan hari ini, padahal album ini sudah terbit sekitar 18 tahun yang lalu. Walaupun dari segi usia album ini sudah memasuki usia dewasa, namun masih cocok untuk didengarkan remaja jaman sekarang. Seakan penulisnya bisa menggambarkan curahan hati para remaja tentang
persahabatan maupun manis pahitnya cinta. Benar saja gambaran itu cocok dengan judul albumnya yaitu 'Kisah Klasik Untuk Masa Depan' Lagu yang paling hits dan fenomenal pada album ini adalah “Sephia” menguasai chart lagu lokal dan video klipnya pun sering ditayangkan di televisi pada masa itu. Lagu yang seakan menyuguhkan cerita tentang hadirnya orang ketiga dalam suatu hubungan. Figur yang digambarkan juga mengundang rasa penasaran dari pendengar terkait siapakah sosok 'Sephia' sebenarnya. Sentuhan dari komposer kenamaan Erwin Gutawa pada instrumen biola yang membuat kesan sedih dan tragis kian jelas pada lagu ini. Gambaran persabatan di kalangan remaja tentang mengarungi dengan penuh suka duka perjalan hidup yang penuh warna dan perjuangan, juga dikemas dengan bagus pada lagu “Sahabat Sejati” dan “Temani Aku”. Klimaksnya ada pada
lagu “Sebuah Kisah klasik” yang menggambarkan nuansa haru dalam perpisahan dimasa ujung persahabatan yang seakan menjadi lagu wajib pada masa periode terakhir sekolah. Dengan cerita yang sesederhana itu dan dialami oleh semua orang yang membawa pendengarnya mengenang kisah masa lalu dan menyadari bahwa hidup yang dilalui penuh warna. Album ini tentunya bisa menjadi favorit bukan hanya untuk Sheila Gank tetapi untuk semua orang, karena hampir setiap orang mengalami kisah persahabatan dan percintaan, lagu ini tetap akan menjadi karya yang segar untuk didengarkan di setiap waktu. Sangat unik memang karena album ini bisa membangun dan memecah romantisme yang ia ciptakan. Sesuai nama albumnya memang di usianya yang ke-18 tahun album ini benar benar menjadi kisah klasik di masa depan.