Tahun I Edisi 2 • Desember 2018
Derap Gembala Kebudayaan
DAFTAR ISI Ÿ STEPA 5
Teosofi: Antara Akal dan Mis sme
Ÿ CARANGAN 14 17
Rasa Baliho
Ÿ LAYAR 20
THE BALLAD OF BUSTER SCRUGGS: Tur Kema an yang Menyenangkan
Ÿ RIMBA 26
Pohonku Tidak Cukup Untuk Ucapan
Ÿ mBELIK 29 33 35 35
Kepada Penyair Muda Salam Padamu, Saudaraku Kubaca Dia Dengan Ha ku Kau Pernah Disini
Pengurus Bule n Lintang : Dewan Redaktur : Mufakat Omah Puisi | Penanggung Jawab Redaksi : Musyawarah Syahruljud Maulana dan Sobrun Jamil | Editor : M. Faiz Hakim Nahzi dan Riza Hamdani | Ilustrasi Sampul dan Desain Grafis : Faizal Hidayat dan Akhsan Baihaqi. Bule n Lintang menerima kiriman karya berupa esai, cerpen, puisi, komik strip, catatan film dan teater. Karya dengan format .docx dikirim ke alamat surelbuletin.lintang@gmail.com : Bule n Lintang membuka taman krea vitas bagi pertukaran ide dan gagasan perihal seni, budaya, sosial dan poli k. Diharapkan menjadi ruang pemikiran belajar bersama tentang kesusastraan dan kebudayaan serta ikut meramaikan dinamika sastra Indonesia. Bule n Lintang diusahakaan terbit sebulan sekali.
P
anembrama Redaksi
Manusia adalah faktor utama gerak kebudayaan, kalau saja perilaku budaya kita mau bertumpu dan melihatnya sebagai penentu. Ar nya, kebudayaan baru akan bisa berkembang jika manusia menjadi subyek pengelolaan dan pengendalian. Tanda perkembangan budaya mes mengarah kepada manusianya; perkembangan mentalitas, sikap hidup, cara berpikir, dan terutama perkembangan kesadaran manusia dengan kehidupan alam dan dunianya. Hal-hal demikian merupakan dasar kebudayaan; landasan untuk peneli an dan pengamatan.
Kesenian adalah salah satu pohon nilai-nilai budaya yang bisa kita realisasi diri dan berdampak pada implikasi e k dalam kehidupan sehari-hari. Dari bermacammacam bentuk kesenian, manusia telah berupaya meleburkan diri dalam proses keindahan. Melalui berbagai pengolahan daya krea vitas dan pengelolaan ak vitasak vitas rekrea f. Sebab, pengalaman merupakan objek yang dihaya manusia sebagai reek f dunia alamiah. Faktor lain yang berpengaruh pula ialah sebuah fase berlangsungnya perusakan dan kehancuran nyata secara rohani, sementara tujuan pembangunan dan kemajuan selalu fokus mengarahkan dirinya pada hal materi. Gejala demikian bisa mengalami efek f paling dua kemungkinan: pertama, melumpuhkan sendi krea vitas manusia, dan kedua, membangkitkan daya krea vitas manusia. Tentu, itu semua dak terlepas dari faktor ekonomi, poli k dan terutama teknologi. Secara ekonomi, manusia kini dibayang-bayangi oleh diskonan besar secara massal yang luar biasa menggiurkan bagi dirinya. Secara poli k, manusia sedang dihadapkan pada situasi yang gemar memburu mudarat daripada mengais hikmah. Secara teknologi, manusia seolah rela mengejar kemunduran demi untuk memajukan teknologi. Dampak dari perilaku ekonomi tersebut yaitu manusia dak lagi perlu memilah beda antara kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Karena semua keinginan, keperluan dan kebutuhan untuk menunjang kehidupan menjadi samar. Dari segi perilaku poli k, manusia menjadi kehilangan dirinya. Karena tujuan utamanya adalah mencapai kekuasaan dan menumpuk kepemilikan. Dari sudut perilaku teknologi, manusia merupakan mesinnya. Karena pencapaian teknologi ialah melampaui kemampuan manusia. Bagaimana kita mes menanggapi dinamika dan gejolak sosial masyarakat yang telah terjadi, yang menyangkut tanggung-jawab, juga moral dan e ka? Sementara hidup tanpa takaran dan komposisi (yang “pasâ€?) pas akan sangat berlebihan. [] (SJM) 3
Stepa (Esai)
Teosofi: Antara Akal dan Mis sisme
T
eosofi adalah doktrin-doktrin filsafat agama dan mis sisme. Teosofi merupakan is lah yang dipakai dan sangat dekat dengan illluminasi (Isyraqiyah, pancaran Tuhan) yang memberi ruang pada filsafat terhadap tasawuf. Pembahasan ini sangat menarik untuk dikaji. Para filsuf abad pertengahan telah mencoba merefleksikan secara kri s bagaimana akal dapat berperan ak f menggapai hal-hal yang trasenden, sebut saja Mulla Shadra dan IbnRusyd. Keduanya ingin menyampaikan sebuah gagasan bahwa dak terdapat pertentangan antara akal dan pengalaman mis k. Lantas, apakah sebuah pengalaman mis k akan mendapatkan sebuah metode pakem untuk mencapai pengalaman-pengalaman mis k tertentu? Dalam sejarahnya, dunia sufisi k didominasi sebuah pemahaman mis k nonrasional. Dalam ar ini, penalaran anali s cenderung dimarjinalkan atau mempunyai ruang yang cukup sempit dan lebih menekankan kepada hal-hal prak s (thariqah). Sampai pada k dimana filsafat dapat memasuki relungrelung sufis k untuk mencoba menganalisa dalam konteks rasionalitas. Seper filsafat Isyraqi, secara ontologis maupun secara epistemologis, lahir sebagai reaksi atau alterna f atas kelemahan-kelemahan yang terjadi pada filsafat sebelumnya, khususnya paripate k (wujud niscaya, causa prima) Aristotelian¹. Akal tentu tak dapat disingkirkan dalam keseharian manusia sebagai instrumen berfikir. Manusia adalah animal ra onale, hewan rasional. Sebuah definisi yang membuat manusia berbeda dengan apapun yang pernah ¹ Soleh, Khudori. Filsafat Islam. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2016. hlm. 139
diketahuinya. Kesadaran merupakan satusatunya yang dimiliki manusia untuk menyadari eksistensi atau keberadaaannya di dunia. Dengan akal pula pada peradaban Yunani Kuno mulai memikirkan apa yang disebut dengan causa prima, sebab yang tak tersebabkan. Apakah akal perlu disingkirkan untuk memikirkan yang tak dapat terfikirkan? Lantas, menggunakan metode yang seper apa? Akal akan memberi penjelasan dalam bentuk rasionalitas, singkatnya penjelasan yang dapat difahami oleh manusia. Dari manakah kita? Bagaimana alam semesta terbentuk? Dalam pertanyaan-pertanyaan filosofis sedemikian rupa, manusia membawa pertanyaan rasional ke alam pemikiran teologis. Dimensi teologi, atau filsafat ketuhanan merupakah cakupan wilayah yang mempercayai adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan seisinya. Hal ini membawa manusia menapaki dimensi-dimensi, sampai di mana sebuah sebab pertama dari alam semesta yang dapat dijelajahi oleh kesadaran. Sumber Pengetahuan dan Hakikat Ada Pengetahuan adalah bagian dalam diri manusia sebagai pengjewantahan dari akal. Secara garis besar, pijakan dari pengetahuan adalah empirisme dan rasionalisme. Dua aliran tersebut merupakan pengembangan lebih jauh dari filsafat Yunani yang dirin s oleh ga filsuf besar: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Meski demikian filsuf pra-socrates telah memikirkan dunia dengan rasio maupun secara empiris, dan lebih terfokus pada filsafat alam (kosmosentrisme). Sumber pengetahuan adalah bagian fokus kajian dalam bidang filsafat, yakni epistemologi. Epistemologi secara e mologi berasal dari is lah Yunani, yakni episteme yang berar pengetahuan. Epistemologi bukan 5
bincangan sederhana mengenai bagaimana seseorang dapat mengetahui dan menerima sesuatu apa adanya. Sebagai contoh, bagaimana Anda dapat memveriďŹ kasi kopi di depan Anda ia benar-benar kopi? Jangan-jangan itu hanya permainan teks dan formasi-formasi makna? Bagaimana jika ia dinamakan 'asbak' bukan lagi kopi? Apakah ia akan tetap pada dirinya menjadi kopi? Dua aliran besar dalam epistemologi adalah rasionalisme dan empirisme. Berbagai tokoh rasionalisme semacam Rene Descartes telah membawa metode skep sisme (meragukan), dengan diktum besarnya, cogito ergo sum (aku berďŹ kir maka aku ada) sebagai alat untuk mencari sebuah pengetahuan dan kebenaran. Tetapi para kalangan empiris semacam David Hume, Barkeley, Agust Come, dsb, melihat bahwa rasionalisme mempunyai celah untuk dikri k. Salah satunya adalah bahwa pengetahuan hadir melalui pengalaman. Sehingga para kalangan empiris akan lebih berlari pada objek visme (kebendaan material) realitas. Pada abad sekarang, empirisme akan menghasilkan bidang sains yang sangat revolusioner dalam sisi-sisi akademis. Dalam sisi epistemik, tujuan manusia memperoleh sebuah pengetahuan adalah untuk mencari kebenaran. Epistemologi melahirkan metode ketat agar suatu ilmu dapat dipertanggung-jawaban kebenarannya. Terdapat teori koherensi, korespodensi, dan pragma sme dalam melihat realitas. Teori koherensi menekankan bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara pernyataan dan pernyataan terdahulu yang telah diakui kebenarannya. Ar nya kebenaran terdahulu telah disepaka (sensus communis). Teori korespodensi berkata bahwa kebenaran sesuai daknya suatu pernyataan dengan realitas itu sendiri. Contohnya, jika Anda mengatakan gunung Semeru terletak di Lumajang, hal ini dapat ² St. Sunardi. Nietzsche. Yogyakarta: LKiS.2011. hlm. 80
dikatakan benar, karena memang secara realitas gunung Semeru benar-benar ada di Lumajang. Dan terakhir adalah teori pragma sme, yang menekankan bahwa kebenaran adalah ke ka ia mempunyai nilai prak s dalam kehidupan manusia. Lantas, benarkah kita dapat menggapai kebenaran secara murni? Kebenaran yang tak dapat dikri si kembali? Tidak! Nan akan dibahas lebih mendalam di sub-bab berikutnya. Tetapi sebagai pengantar sedikit, bahwa kebenaran dapat digapai tanpa harus memutlakkannya, jika dimutlakkan akan menjadi dogma-dogma tanpa pemikiran kri s. Manusia akan kembali kepada mitos-mitos yang melihat segala realitas hanya melalui satu sudut pandang. Kebenaran dak dapat dimetodekan, ia terus bergerak dan bersembunyi. Tak pernah manusia mempunyai pijakan mutlak akan kebenaran, karena semuanya telah dilewa oleh tafsir-tafsir. Dan sifat tafsir selalu subjek f dan netralitas dalam tafsir adalah ilusi, dengan dmikian manusia tak dapat menggapai kebenaran secara An Sich. Tetapi perlu diingat bahwa objek vikasi tetap memungkinkan. Ke ka revolusi epistemik yang dimotori oleh Immanuel Kant, pada peralihan Midle Age (abad pertengahan) ke Renaissance (abad pencerahan) membawa kemenangan pada akal budi untuk memikirkan realitas. Dogma-dogma agama dikri k hebat sehingga terdapat revolusi pengetahuan sampai abad ini. Immanuel Kant sebagai bapak ďŹ lsafat kri s ingin mendamaikan pertentangan sengit antar kedua aliran besar dalam epistemologi, yakni rasionalisme dan empirisme. Ia mencoba melakukan analisis tentang putusan-putusan yang menjadi corak kedua aliran tersebut. Dalam Cri que of Pure Reason (Kri k atas Rasio Murni), Kant menunjukkan bahwa pengetahuan kita selalu terwujud keputusan.² Kant memulai dengan membedakan berbagai jenis keputusan, 6
ada ga jenis keputusan: keputusan sintesis a posteriori (pengalaman), keputusan anali s a priori (akal), dan keputusan sintesis a priori.³ Penegasan Kant bahwa pengetahuan akan mewujud dalam keputusan, sebenarnya untuk mendamaikan pertentangan sengit antara rasionalisme dan empirisme. Kant menyatakan bahwa ada kebenaran-kebenaran a priori atau kategori-kategori—misalnya substansi atau sebab akibat—dan juga kebenaran-kebenaran substansial atau sinte k a priori. Sekalipun dak dari pengalaman, kebenaran sinte k a priori 4 berhubungan dengan pengalaman. Kant berkata bahwa ada sebentuk Noumena dibalik fenomena. Noumena merupakan benda pada dirinya sendiri atau Das Ding An Sich tetapi manusia dak dapat mengetahui hal-hal yang berbau Noumena, tetapi tetap, ia ada menurut Kant. Dari sinilah pengalaman mis k memungkinkan dalam sinte k a priori. Apakah sisi epistemologi hanya berada pada dua arus rasionalisme dan empirisme? Adakah sisi lain yang dapat dikatakan sebagai sumber pengetahuan? Ti k tolak dari pertanyaan inilah epistemologi akan membawa alam intuisi sebagai salah satu sumber pengetahuan. Intuisi sangat erat dengan pengalaman-pengalaman khas dan par kular seorang subjek, toh, iya hadir dan ada secara rasio maupun pengalaman. Intuisi sendiri adalah pengetahuan langsung yang dak merupakan hasil dari pemikiran atau presepsi indera.5 Ibn-Arabi, misalnya, seorang tokoh intuisi islam menyatakan bahwa kebenaran intuisi lebih unggul daripada rasio maupun serapan indrawi. Rasio dan indera memang dapat menjadi sumber pengetahuan, tetapi hanya sabatas menangkap apa yang tampak, dalam is lah Henry Bergson “pengetahuan mengenai” (knowledge about) dan belum sampai pada “pengetahuan tentang” 6 (knowloedge of). Dengan demikian intuisi adalah 3 4 Ibid.hlm. 81. Ibid.hlm. 85 Soleh, Khudori. Epistemologi Ibn Rusyd. Malang: UIN-MALIKI PRESS. 2012. hlm.53 6 7 Ibid. Hlm. 54. Ibid. Hlm. 58 5
satu-satunya hal yang dapat menangkap pengetahuan trasenden. Selanjutnya, menurut Ibn-Rusyd sumber pengetahuan terdiri atas dua macam: realitas wujud (rasio-empiris) dan 7 wahyu. Realitas alam semesta sangatlah jamak. Dengan pergerakan alam semesta yang terus menjadi, dak dapat dipungkiri rasio dan pengalaman manusia dak dapat menjangkau keseluruhannya. Dengan demikian, memungkinkan sebuah dunia yang belum diketahui oleh indra manusia. Sisi mis s dan sebuah dunia yang ada di seberang sana dalam konteks ini adalah bersifat potensial, berbentuk sebuah kemungkinan. Pada sisi lain sisi intuisi yang dekat dengan proses pewahyuan datang memberi sebuah diktum besar sepanjang sejarah umat manusia, di “sana” ada sebuah dunia yang tak tampak, singkatnya metafisika Dari sisi epistemik pemikiran manusia menuju pada alam ontologis (hakikat Ada). Para kalangan empiris menyatakan hakikat dari Ada adalah pengalaman (materi), para rasionalis menyatakan hakikat Ada adalah fikiran sebagai rasio. Pada sisi intuisi tak dapat disangkal bahwa hakikat dari Ada adalah Tuhan, sebagai sumber dari segala sumber, dari Yang Maha Ada dari segala yang ada. Hakikat Ada adalah suatu pertanyaan mendasar, bagaimana realitas tercipta, dan apa yang mendasarinya? Di kalangan mis kus, menarik untuk mengungkap bagaimana perjumpaannya dengan Tuhan. Sehingga dalam beberapa kesempatan kita dapat mengetahui bagaimana ber ndak secara e s tanpa terjebak pada dunia yang bersifat potensial tersebut. Sehingga melupakan dunia yang konkret di hadapan kita, dan menginginkan ma -ma an sebuah dunia di seberang sana. Hal ini mema kan, mengingat pada abad ini terorisme berkehendak ma -ma an kepada yang di seberang sana, dan merelakan ada dalam dunia dengan cara bunuh diri. 7
Lantas, bagaimana memikirkan secara anali s pengalaman mis k? Sebagaimana sumber pengetahuan yang telah dijabarkan di atas. Mempertemukan yang rasional dengan yang mis k, apakah ia murni tak dapat difikirkan secara anali s? Pada sub-bab berikutnya kita akan memperdalam hal tersebut. Mempertemukan Yang Mis k dengan Yang Rasional Terdapat sebuah dunia kemungkinan di seberang sana, yang memang terfikirkan, tetapi dak sembarang orang dapat merengkuhnya, itulah dunia mis k, dunia di seberang sana. Telah kita ketahui, sumber pengetahuan terdapat ga macam: rasio, empiris, dan intuisi. Menurut AlJabiri, dalam khazanah pemikiran Islam juga dikenal ga sumber pengetahuan yang masingmasing dikenal dengan kelompok bayaniyyun (tekstualis), burhaniyyun (rasionalis), dan 8 irfaniyyun (intuisis).
masa yang akan datang. Kelima, sabar. Keenam, tawakal, menyerahkan diri seutuhnya. Ketujuh, rida, hilangnya rasa ke daksenangan dalam diri.10 Ke ka seseorang telah mencapai ngkatan tertentu, ia akan mengalami kasyf (kesadaran diri) sedemikian rupa sehingga dapat mengetahui realitas dan hakikat Ada secara jelas dan tanpa selubung. Inilah puncak kesadaran ter nggi setelah tahapan panjang epistemologi irfan. Lantas bagaimana pengetahuan irfan tersebut diungkapkan?
Pengetahuan irfan dak didasarkan atas teks seper bayani, juga dak atas sistem-sistem rasional dan logika seper burhani, tetapi pada kasyf, tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. 9 Singkatnya sebuah bentuk zuhud (aske sme), sebuah pengendalian ruh dan kebertubuhan manusia untuk mencapai hakikathakikat dari realitas.
Menurut Abid Al-Jabiri, pengetahuan irfan diungkapkan melalui dua cara, yakni sebagai i' bar atau qiyas irfan, yaitu analogi pengetahuan spiritual dengan pengetahuan lahir atau analogi makna ba n yang ditangkap dalam kasyf kepada makna lahir yang ada dalam teks. Yang kedua, pengetahuan irfan diungkap lewat simbol-simbol atau tanda. Metode pengungkapan irfan ini seper dilakukan oleh Suhrawardi, dengan simbol hierarki cahaya atau hierarki realitas. Pada dasarnya, dari dua ungkapan tersebut menandakan suatu pengalaman yang amat sulit dijelaskan oleh bahasa. Sehingga, pengungkapan menunjuk sebuah analogi ataupun cahaya. Inilah sebuah hakikat, sebuah kedalaman realitas menurut kaum sufi.
Dengan cara apa manusia dapat merengkuh sebuah dunia yang tak tampakoleh indra tersebut? Berbagai tokoh sufi mempunyai pandangan yang berbeda-beda dalam ngkat maqam dunia mis k. Di sini, disampaikan tujuh ngkatan sebagaimana dipakai oleh kebanyakan penulis. Pertama, taubat dari perbuatan dosa dan maksiat. Kedua, wara', yaitu menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dak jelas statusnya. Ke ga, zuhud, dak mengutamakan kehidupan dunia. Keempat, faqir, mengosongkan seluruh fikiran dan harapan dari kehidupan masa kini dan
Merujuk pada ketujuh metode yang digunakan untuk menyeberang ke dunia mis k diatas, kesemuanya bersifat prak s. Sebuah momen pengjewantahan hal-hal trasenden ke dalam hal imanen dalam bentuk e s keseharian. Hemat penulis, inilah moment e k keseharian melalui khalwat menuju kepada ranah ontologi tanpa melibatkan sebuah rasio, sehingga menghasilkan sebuah pandangan terhadap hakikat Ada. Ia dak bergantung pada sebuah nalar anali s, tetapi sebuah perjalanan keseharian untuk mencapai sebuah
8
Soleh, Khudori. Epistemologi Ibn Rusyd. Malang: UIN-MALIKI PRESS. 2012. hlm.53 Soleh, Khudori. Filsafat Islam. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2016. hlm. 206 10 Ibid. Hlm. 208 9
8
penyingkapan akan hakikat realitas. Dari kejauhan, melihat gaya pembalikan seper ini sangat berbeda dari pemikiran barat, yang begitu anali s menjelaskan sebuah fenomena. Tidak dipungkiri barat sangat menyangsikan metode intuisi a la mur. Secara logis dan anali s, manusia dak dapat melabelkan apapun kepada Tuhan. Sebut saja kita menafsirkan Tuhan dengan cara rasio kita, maka dia bukan Tuhan, karena masih merujuk pada penger an kita sebagai mahkluknya. Tuhan selalu terbebas dari bayangan maupun definisi manusia. Karena penegasannya memang jelas, “Aku berbeda dengan mahkluk-Ku.”. Dari sistem nalar manusia hal ini menandakan bahwa dak ada yang murni An Sich Tuhan ke ka telah melibatkan rasio manusia. Karena Dia telah ditafsir oleh manusia. Lantas bagaimana? Apakah jalan kasyf menjadi hal yang harus dilakukan untuk mengenal Tuhan? Tak terfikirkankah Dia? Jika kita berjarak dengan teks di atas, sebenarnya membuat pernyataan bahwa “..manusia dak dapat melabelkan apapun kepada Tuhan…” di sana, di balik teks tersebut sudah terdapat sebuah rasio dan nalar anali s logis. Menyatakan Tuhan dak dapat dinalar merupakan sebuah penalaran. Tetapi hanya secara logis anali s untuk memverifikasi sebuah tafsir. Lantas, dapatkah manusia menerima segudang hakikat realitas melalui langsung dari Tuhan? Bisa, berbagai kalangan sufi, teolog, dan filsuf abad pertengahan telah menyusun pembuk an hingga metode untuk memverifikasi bahwa, memungkinkan sebuah dunia di seberang sana, dan ia dapat direngkuh oleh manusia ke ka ada di dalam dunia. Memakai konsep Mulla Sadra, kearifan dan teosofi itu sendiri didasarkan pada fondasi metafisika murni yang diperoleh melalui intuisi intelektual dan pada saat yang sama dinyatakan 11
secara rasional, tetapi dak dalam bentuk yang rasionalis s, dan dengan menggunakan 11 argumen-argumen rasional. Mulla Sadra berusaha menghadirkan metafisika secara sistema s dan menyajikannya dengan buk buk logis dan menjelejahi aspek-aspek yang terlewatkan oleh para sufi sebelumnya. Apa yang dinamakan sebagai Teosofi Trasenden. Dalam pemikiran Mulla Sadra, filsafat peripate k yang rasional digunakan dan diterapkan di ranah teologi. Filsafat peripate k Mulla Sadra banyak dipengaruhi oleh filsafat dari Ibn-Sina. Tetapi terdapat perbedaan fundamental antara doktrin Mulla Sadra dengan Ibn-Sina, jika dirunut akan berujung pada perbedaan konsep tentang ontologis (hakikat Ada). Mulla Sadra memahami bahwa wujud sebagai realitas yang ber ngkat, ia tetap satu walaupun mempunyai gradasi.12 Sebaliknya, IbnSina berpendapat bahwa prinsipalitas wujud dari pada se ap maujud berbeda dengan maujud-maujud lain. Dengan demikian, Teosofi Trasenden adalah mazhab yang di dalamnya ajaran wahyu, kebenaran-kebenaran yang diterima melalui penyaksian dan pencerahan ba n, serta penggunaan logika dan pembuk an rasional yang ketat dan terpadu dalam kesatuan.13 Sistem-sistem logika dan perjalanan ba n dak terdapat pertentangan, ia terjadi dalam satu kesatuan. Sistem metafisika yang menjadi pembahasan sentral dalam filsafat, dibawa untuk menjadi senjata rasional-anali s untuk membedah konsep trasenden yang dianggap sebagai hal yang tak dapat direngkuh oleh rasionalitas manusia. Tetapi, ndakan ba n (tasawuf) tetap dipertahankan dan dikembangkan. Dari sinilah dapat dimenger bahwa rasio dan ba n sebetulnya terjadi pada satu kesatuan waktu, harmonis pada gerak menjadi. Dengan demikian, antara akal dan ba n, singkatnya antara filsafat dan agama dak
Nasr, Sayyed Hossein. Al-Hikmah Al-Muta'aliyah Mulla Sadra. Jakarta Selatan: SadraPress. 2017. hlm.101. Ibid. Hlm.106 13 Ibid. Hlm.109 12
9
terdapat pertentangan, sebaliknya keduanya hadir untuk saling mengisi ruang-ruang kosong di dalam diri manusia. Jalaludin Rumi dalam syairnya berkata “Se ap kali engkau mengira bahwa engkau tahu siapa dirimu yang sebenarnya, larilah dari citacita itu dan peluklah Dia yang tak bisa dijelaskan oleh apa pun.” Ya memang benar, Tuhan tak dapat dijelaskan oleh apapun, ia dak dapat dibatasi oleh rasio. Perjalanan spiritual dengan tahapan irfan menjadi satu-satunya jalan untuk mendapatkan sebuah pengetahuan akan hakikat dari realitas. Tetapi, untuk memikirkan ontologi dari realitas sebagai pengejewantahan Tuhan, maka rasio dan indra manusia akan memikirkannya dengan logis. Karena ciptaanciptaan (maujud) dapat diserap oleh rasio dan indera manusia. Sistem-sistem logis untuk menjelaskan keteraturan semesta dan menggapai sebuah hakikat terdasar yang menyusun realitas, rasio dapat memikirkannya. Untuk menjawab 'apa' hakikat terdasar yang menyusun realitas dapat dijawab oleh rasio dan indera. Tetapi pertanyaan 'mengapa' alam semesta “Ada” di sinilah jalan irfan akan menjawab hakikat mengapa kita “Ada” menjadi mungkin dan tentu, tanpa selubung ke ka pengetahuan dan kesadaran diri telah terbuka. Inilah tahapan perjalanan irfan, sebuah pengetahuan tanpa selubung terhadap segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. Memper mbangkan Sains dalam Teologi Sains merupakan bidang keilmuan yang sangat revolusioner. Dalam perkembangannya, sains mampu menjelajahi ruang-ruang sekaligus meruntuhkan mitos-mitos yang dianggap benar berabad-berabad lampau. Sains dengan verifikasi ilmiah sebagai metode untuk menanggapi kebenaran telah mengantarkan alam fikir manusia menuju kepada pengupasan tuntas apa sebenarnya yang sedang dialami
manusia. Sebut saja fisika yang saat ini telah menjelajahi alam semesta kepada hal-hal yang tak terduga oleh sejarah umat manusia, semacam penemuan Black Hole dan teori Big Bang. Lantas, apakah sains dapat memasuki dimensi teologi? Yang selama ini sedikit mempunyai tempat dalam analisa filsafat ketuhanan. Bukankah sudah kita ketahui bahwa akal dak dapat pertentangan dengan dimensi ba n? Melainkan saling mengisi satu sama lain. Jika dengan demikian, alam semesta diyakini sebagai ciptaan dari Tuhan, lantas mungkinkah sains dak mendapat tempat untuk memikirkan ciptaanNya? Bukankah alam semesta merupakan ciptaan Tuhan? Dari sinilah, memper mbangkan sains yang bersifat posi vis k bisa menjadi semacam data empiris untuk menuju proses abtraksi yang bercorak metafisis a la teologis.
Berbagai macam teori awal mula alam semesta telah banyak dikumandangkan oleh para ilmuwan. Dimulai dari pemikir Yunani Kuno sampai pada era kontemporer saat ini telah mengalami babak yang sangat panjang. Terdapat perubahan revolusioner oleh sains yang mengatakan bahwa alam semesta terus bergerak dan selalu dalam proses menjadi, singkatnya sebuah kemungkinan-kemungkinan (potensia). Hal ini berbanding terbalik dengan teori klasik yang mengatakan bahwa alam semesta diam dan sta s (sebuah produk). Dalam fisika modern sebagai lanjutan dari penemuan Hubble yang menyatakan bahwa 10
dari sudut manapun Anda melihat, bintang yang jauh akan terlihat bergerak menjauhi kita dengan kecepatan yang nggi. Hal tersebut akan membawa pertanyaan tentang asal mula alam semesta ke dalam dunia sains. Observasi Hubblemenyatakan bahwa ada dentuman besar (Big Bang) ke ka alam semesta berada dalam ukuran yang sangat kecil tak terhingga dan pada kerapatan tak terhingga. Teori tersebut menunjukkan bahwa ruang bergantung pada materi. Lebih lanjut alam semesta menurut Einstein, bukanlah semacam pulau yang terletak dalam ruang tak berhingga: ia berhingga tapi tak terbatas; di luarnya dak terdapat ruang hampa. Dalam ke adaan materi, alam semesta menyusut menjadi k. Hal ini akan bertentangan dengan teori klasik yang menyatakan alam semesta tak berubah, sebuah permulaan waktu merupakan permulaan yang sudah ditetapkan di luar alam semesta, yakni Tuhan. Sebuah alam semesta yang mengembang dak menyediakan tempat bagi keberadaan Sang Pencipta, namun dapat menempatkan batas kapan Sang Pencipta telah menyelesaikan pekerjaannya.14 Berbagai pandangan tentang permulaan semesta merupakan pertanyaan yang tak kunjung habis dipertanyakan oleh para pemikir. Tentu, pendekatan yang digunakan berbedabeda. Satu-satunya persamaan dalam k tolaknya adalah bahwa manusia hadir dengan akal dan kesadaran, manusia berada di alam semesta yang maha luas ini. Lantas, dari manakah kita? Dengan data-data empiris semacam fisika kita dapat mengetahui bahwa alam semesta bermula dari sebuah dentuman. Tetapi pertanyaannya adalah apa yang ada sebelum materi ada? Dari manakah materi-materi yang menyebabkan dentuman big-bang terjadi? Dari sinilah tugas abstraksi bermula. Menjadi bahaya ke ka sains
dak
14 Stephen Hawking. Teori Segala Sesuatu. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2014. hlm.14
diper mbangkan dalam dimensi teologi. Sains ingin mencari cara kerja alam semesta. Singkatnya, mempelajari bagaimana Tuhan menciptakan sekaligus membuat alam semesta berjalan. Bukankah alam semesta terlebih dahulu hadir sebelum kesadaran manusia? Ya, alam semesta mendahului manusia. Sebelum manusia hadir, bukankah gravitasi telah ada? Bukankah sebelum manusia matahari telah ada? Dari sinilah manusia mulai menamakan alam semesta dengan bahasa. Satu-satunya yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahasa. Ar nya, ada sebuah eksistensi yang mendahului kesadaran, Quen n Meillassoux menyebutnya sebagai pernyataan ansestral. 15 Dengan kesadaran manusia mulai menamakan alam semesta yang belum ternamai, tentu dengan pijakan ilmiah sain fik. Meski begitu sains melihat alam semesta secara terpotong-potong dan dak secara menyeluruh. Tetap terdapat suatu ruang yang sains tetap dak dapat menjawabnya. Menurut Muhammad Iqbal, seorang pemikir Islam kontemporer, mengatakan bahwa watak seja dari realitas adalah spritual. Alam semesta Ada karena adanya Kehendak Krea f, yakni Tuhan. Tuhan dalam pemikiran Iqbal disimpulkan sebagai Realitas Ter nggi. Alam bukanlah fakta sta s, begitulah fisika membuat pernyataan akan gerak semesta. Iqbal mengu p pandangan Alfred North Whitehead, bahwa alam semesta bukanlah fakta sta s yang tergeletak di dalam ruang kehampaan 16 yang dak dinamis. Alam semesta terus bergerak, mengembang, dan terus menjadi. Lebih lanjut, Iqbal mempunyai pendirian sendiri akan watak seja dari realitas, “Saya sendiri percaya bahwa watak seja realitas adalah 17 spiritual…”. Karena memang alam semesta ada dan terus menjadi karena terdapat sebuah Kehendak Krea f sebagai watak seja dari realitas. 15 “Kualitas primer atau proper non-relasional ini manifes pernyataan ilmiah: “perkiraan asal-usul semesta sekitar 13,5 miliar tahun lalu”, “perkiraan permulaan kehidupan di Bumi 3,5 miliar tahun lalu”, dst. Hal menarik sekaligus mendasar dari pernyataan ilmiah ini adalah membuk kan: (i) ada hal yang eksistensinya mendahului kesadaran, dan (ii) dak ditentukan oleh kesadaran. Pernyataan itu dinamakan pernyataan ansestral (ancestral statement) demi menyatakan ada yang-ansestral (the ancestral), yang eksistensinya mendahului atau anterior dari kesadaran [termasuk relasi korelasional antara kesadaran dan objek yang-terberi], bukan secara kronologis, melainkan secara ontologis.” David Tobing. Realisme/Nihilisme: Spekulasi Meillassoux vs. Fantasi Yosie. Diakses di Web lsfcogito.org. Terbit 04-05-2017.
Muhammad Iqbal menyatakan bahwa Muslim modern mempunyai tugas yang besar sekali. Ia mengatakan “Dia (kaum Muslim) harus memikirkan kembali keseluruhan sistem tanpa sepenuhnya memutuskan hubungan dengan 18 masa lampau.”. Dari sini kita dapat memahami bahwa kaum Muslim harus memikirkan kembali, melakukan sebuah refleksi untuk sebuah sistem konsep terdahulu dengan pembaharuan keilmuan saat ini. Tidak luput menggunakan sebuah pendekatan sains untuk menjadi bahan per mbangan dalam dimensi teologis. Meski sains mendeka realitas sepotong-potong, Iqbal menekankan pen ngnya sains untuk menjadi alat analisis terhadap kejadian alam semesta. Sehingga dalam sisi intelektual kaum Muslim dak mengalami kemunduran seper pada era selepas abad pertengahan yang disebabkan oleh pertengkaran konsep hingga nuansa poli k yang bersifat Ad Hominem.
bahwa, Ia menciptakan makhluk karena Ia ingin dikenal.
Da ar Pustaka Muhammad Iqbal. Rekonstruksi Pemikiran Religius Dalam Islam. Bandung: Mizan.2016. Nasr, Sayyed Hossein. Al-Hikmah AlMuta'aliyah Mulla Sadra. Jakarta Selatan: SadraPress. 2017. Soleh, Khudori. Epistemologi Ibn Rusyd. Malang: UIN-MALIKI PRESS. 2012. Soleh, Khudori. Filsafat Islam. Yogyakarta: ARRUZZ MEDIA. 2016. St. Sunardi. Nietzsche. Yogyakarta: LKiS.2011. Stephen Hawking. Teori Segala Sesuatu. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2014
Kesimpulan Dalam filsafat, penjelasan rasional dan logis sangat dibutuhkan dalam mencari dasar dari segala sesuatu, yang selama ini dianggap berlawanan dengan mis sisme. Sesungguhnya di dalam yang mis k terdapat pula sebuah sistem logis yang dapat dinalar. Benar memang, manusia dak dapat membatasi Tuhan dengan akal-rasio. Tuhan dapat dikatahui dengan jalan mis k-rasional, yang dapat diverifikasi logis oleh nalar. Sebuah perjalanan irfan yang mendapatkan sebuah pengetahuan langsung akan hakikat realitas tanpa selubung langsung dari Tuhan. Antara akal dan mis sisme, antara sains dan teologi, keduanya saling mengisi satu sama lain dalam ruang-ruang konseptual. Tuhan dan manusia, bukankah Tuhan berkata pada kita
16 17 18
Muhammad Iqbal. Rekonstruksi Pemikiran Religius Dalam Islam. Bandung: Mizan.2016. hlm.41. Ibid. Hlm. 45. Ibid. Hlm. 117
Ridwanul Hakim Authonul Muther, lahir di Probolinggo pada 15 Desember 1998. Saat ini sedang merampung studi di UMM, bisa dihubungi melalui authonulmuther@gmail.com
12
Carangan (Cerita Pendek)
Rasa Seorang lelaki telah meninggalkan perempuannya, namun terus mengawasinya. Melalui kumpulan surat, buku-buku, album foto, cerita pendek, aneka ďŹ lm, ikatan gelang, rekaman audio yang tak diketahui, cinderamata kaos, ikat kepala ba k tenun, serta benda-benda lainnya. Mereka bukanlah nama-nama barang kenangan, melainkan anak-anak yang hidup dalam perlindungan perasaan. Mereka bermain dalam kejaran waktu yang terus memburu ingatan tentang penyesalan, kekecewaan, amarah tak terbendung dan semua itu tertampung dalam ruang kebahagiaan liyan di kedalaman ba n seorang lelaki. Pengarang rasa dak tahu ke mana perginya seorang lelaki tersebut, tapi sungguh terharu mendengar kabar tangisan perempuannya. Perempuannya berkata sambil terisak: “Ken-apa? Ke-na-pa? Kenapa!â€? Pada sebuah sofa, pengarang rasa menatap tubuh perempuannya lemas dan kaku. Sungai di pipi mengalir arus mata air yang deras. Televisi terus merekam kejadiannya dan entah mengabarkan apa perihal asmara. Seisi ruangan menulis lirik kema an. Benda-benda memainkan musiknya masing-masing dengan nada kesenduan. Ke ka lagu berhen bernyanyi, perempuannya mengatakan yang kita rasakan. Sepasang kakinya bagai perahu hendak berlayar ke laut lepas seolah mengiku surat-surat yang di antar gelombang entah ke mana. Di mana pengirim dan penerima sama-sama beda
pembacanya. Meskipun semua tanda saling menuliskan nama yang sama, atas nama rasa. Rasa itulah sepasang kaki perempuannya; antara keraguan dan kecintaan sebagai manusia bagi dirinya. Perempuannya mencoba bangkit berdiri dan berjalan ke arah bimbingan kesedihan. Sampai tak sadarkan diri bahwa perempuannya merebah di halaman rumah sebelum membuka lebar pintu bahagia. Saat lelap ter dur, perempuannya bermimpi membayangkan bagaimana cerita pendek ini mes dikisahkan dan diakhiri setepat-tepatnya anak panah menyongsong hari esok yang akan datang. Lalu, pengarang rasa menuliskannya sebagai mesin waktu; memutar dan mengantar. Entah memutar ke masa lalu atau mengantar ke arah dak tahu. *** Cerita ini bermula di sebuah toko buku, seorang lelaki bertemu perempuannya. Keduanya saling menatap bingung penuh rasa malu. Seolah merasa karib dan akrab, tapi lebih jelas ragu. Pandangannya mengama sekitar, kosong tanpa pengunjung selain mereka berdua. Buku-buku seper sedang menonton drama Saidjah dan Adinda karangan Multatuli. Mengisahkan tentang pengalaman cinta yang mencari namun tak kunjung saling menemukan. Seorang lelaki tersebut memberanikan diri dengan langkah cepat menghampiri perempuannya. Semakin dekat tatapan, semakin samar pandangan. Semua terlihat sama rona wajahnya: kilau kasih dan silau sayang. Sebelum pudar bayangan oleh pertanyaan yang mungkin memberi tugas mereka untuk berdekatan. “Maaf, aku menerima bantuan apa yang sedang dibutuhkan. Mungkin bisa aku tunjukkan nan . Buku apa yang dak kamu sukai?� tanya seorang lelaki. 14
“Hampir semua buku, aku belum menyukainya. Aku cuma senang pergi ke toko buku, memandang orang-orang yang gemar membaca. Melihat pemandangan buku-buku yang berserakan oleh kekuasaan tangantangan,” jawab perempuannya.
perbukuan yang kamu jalani ini. Karena menjaga itu sifat pemimpin. Dengan memimpin, ia mengelola ilmu pengetahuan dan mengendalikan masalah-masalah warga perbukuan... Begitulah kisah buku yang mes kamu cari dengan janji bakal membacanya.”
“Itu jawaban yang mungkin dak dibutuhkan bagi penjual buku. Tapi, bagiku, sangat jarang sekali orang yang mau membicarakan tentang niat itu sendiri. Ya, meskipun menyebalkan, kadang juga mengandung kelucuan,” kemudian ia menambahkan, “namaku seorang lelaki.”
“Katamu tadi hanya senang membaca judul buku. Bahkan, belum menyentuh satupun buku di sini. Dari mana kisah itu, apa kisahmu seper para pengarang cerita?”
“Aku perempuannya,” menanggapi.
katanya
“Penjaga itu, mengawasi dan meneli , bukan menghakimi. Penjaga ilmu itu, menggerakkan potensi dan mengembangkan daya, bukan malah menuduh.” “Dongeng dunia buku?”
“Buku apa yang sudah pernah kamu baca?” “Hampir ratusan judul buku, sudah aku baca. Hari ini, baru sekitar 50 judul buku.” “Coba sebutkan satu judul buku yang paling sulit kucari dan kutemukan. Aku akan membacanya nan .” “Aku rasa, itu terlalu mudah untukmu yang tahu betul letak dan posisi buku yang porak-porandakan ini.”
“Lebih dari itu, di buku tersebut dikisahkan bahwa 'orang gila' memiliki peran dalam ilmu pengetahuan. Dan, buku-buku sejarah ilmu pengetahuan itu terkumpul di berbagai perpustakaan, biara, universitas, surat, disiplin ilmu, laboratorium, sampai tersebar luas di internet pada zaman kita, tentu bisa diakses oleh siapapun.” “Oke, sejarah.” “Kategori tak mengantarkanmu pada buku, ia bisa mengelabui bahkan sangat mungkin dak cocok dan tepat ditempatkan.”
“Kalau memang sedemikian mudah. Aku mungkin dak melakukan kesalahan berulangulang kepada pembeli dengan mengatakan: bukunya dak ketemu, padahal masih ada, nan saya cari dan simpankan kalau dapat.”
“Baiklah, sudah pukul delapan, toko akan segera ditutup. Setelah itu, kita pergi cari tempat lain.”
Perempuannya senyum.
“Aku akan melanjutkan pulang.”
tertawa tersenyum-
“Se ap seorang lelaki adalah penjaga. Kamu, penjual buku berar penjaga ilmu. Penjaga ilmu mes nya tahu wilayah dan peta
perjalanan
“Baik, tunggu sebentar.” Setelah rai toko ditutup. Seorang lelaki 15
menawari tumpangan kepada perempuannya untuk pulang bersama. Perempuannya sungkan, kemudian menolak dengan lembut. Seorang lelaki terus membujuknya. Kadang juga merayu. Tapi tetap saja perempuannya meminta pulang sendiri. Saat cerita ini bersambung, sebelum saling berucap, seorang lelaki dan perempuannya berpisah secara berlawanan. *** Sesampai di rumah, perempuannya justru malah khawa r. Tubuhnya menyiratkan ketegangan-ketegangan yang bergetar. Tubuh yang berbicara tentang kerinduan dan cinta yang menggebu-gebu bagai ombak. Tubuh yang melahirkan kecemasan pada pandangan dan harapan. Tubuh yang bahasanya adalah kekuatan dan kelemahan. Setelah kuat, akan lemah. Setelah lemah, akan kuat.
“Aku perempuannya, pak.” “Sekali lagi mohon maaf perempuannya, saya mes kabarkan tentang kondisi seorang lelaki tersebut... Ia kecelakaan dan meninggal dunia...” Belum usai bicara, telepon dima kan. Perempuannya terus menuliskan air mata, melukiskan sungai pipi, dan menyanyikan lagu perkabungan. Perempuannya terjebak dalam labirin kenangan, seusai perkataan terakhir seorang lelakinya: “kita masih bisa bertemu setelah ini kan?”[] 2018
Selang kemudian, perempuannya ter dur. Dalam durnya, perempuannya bermimpi buruk. Mimpi tentang seorang lelaki, buruk tentang kema annya. Mimpinya menggambarkan peris wa ke-ma- -an. Sontak, perempuannya bersamaan kejang dan kaget.
terbangun,
Wajahnya tampak berkeringat. Air mukanya melukiskan kengerian. Ada rasa haru pada matanya. Ada rasa tak tega pada kerut di dahinya. Dengan segera perempuannya mengambil telepon pintar. Mencoba menghubungi seorang lelaki. Beberapa kali tak diangkat, barangkali sudah ter dur pulas. Perempuannya terus berusaha menghubungi, dan akhirnya menerima jawaban. “Halo, seorang lelaki.” “Mohon maaf, kami dari kepolisian. Ini dengan siapa?” tanya seorang polisi. Syahruljud Maulana, anggota Omah Puisi dan ak f membidani bule n Lintang, nggal di Jakarta. Penikmat dongengan ini bisa dihubungi melalui WA : 0838-0746-7311
Baliho
P
agi itu belum genap langit membentangkan layar birunya. Mentari di mur pun masih berusaha membuka matanya perlahan. Tapi suasana di Pasingsingan Tua—sebuah rumah dengan banyak kamar yang dihuni oleh beberapa pemuda rantau—sudah riuh rendah entah oleh perkara apa. Mungkin karena Mat Kolep lagi-lagi memecahkan gelas. Ia memang terlalu sering memaksakan diri untuk membuat kopi ke ka nyawanya belum benar-benar terkumpul. Atau mungkin seluruh penghuni kamar terbangun karena ulah kebiasaan Tung Jereng, yang se ap usai melaksanakan sholat subuh selalu menyetel lagu-lagu Iron Maiden dengan volume yang sama kerasnya dengan sangkakala Baginda Isrofil. Ternyata bukan karena itu semua. Usut punya usut, sumber keriuhan yang terjadi di Pasingsingan Tua pagi ini adalah headline news dari salah satu acara berita pagi di tv nasional. Dikabarkan oleh seorang presenter muda yang parasnya mirip aktris Shailane Woodley, sebuah pernyataan resmi dari Pemerintah bahwa angka kelaparan di negeri ini turun dras s. Statement Pemerintah yang mengacu pada indeks terupdate dari Interna onal Food Policy Research Ins tute (IFPRI) itu muncul tepat lima bulan sebelum gelaran Pemilu Presiden dilaksanakan. Sontak berita itu membuat seluruh dahi penghuni Pasingsingan Tua mengerut. Sebab arwah-arwah penasaran penghuni pulau Jawa pun tak akan setuju dengan statement Pemerintah itu jika menilik keadaan fisik Mat Kolep, Tung Jereng, Daeng Kluthuk, Dul Kuntul, Lik Caplang dan Jack nDomblong. Mungkin bisa
kita pahami kurus kerempengnya Daeng Kluthuk yang seorang mahasiswa ngkat akhir itu. Ia memang belum punya penghasilan tetap. Hanya bertumpu dari uang kiriman keluarganya. Itu pun dengan kondisi ekonomi keluarga yang jauh di bawah standar makmur. Maka, bagaimana pun juga mie instant sebagai makanan ru n dan telur ceplok di ap akhir pekan dak akan membuat postur Daeng Kluthuk terlihat seper Arnold Schwarzenegger. Tapi kemudian bagaimana dengan kelima penghuni lainnya yang sudah memiliki pekerjaan tetap. Toh, tetap tak bisa dikatakan bahwa mereka tak lagi punya urusan dengan makhluk yang bernama rasa lapar. Buk nya mereka masih saling bantu membantu untuk sekadar membeli beras dan bahan pokok lainnya. Kalau memang angka kelaparan benar-benar rendah, mereka harusnya tak khawa r begitu melihat bu r-bu r beras di dalam kantong kresek mulai menipis. "Kalau daging Daeng Kluthuk saja masih se pis anyaman kar bambu begini, lantas parameter apa yang sebenarnya mereka gunakan untuk mengukur angka kelaparan itu?" Mat Kolep memancing. "Harusnya lebih jauh lagi, Mat, kelaparan yang mereka maksud itu kelaparan yang mana? Fisik atau substansi? Cara menilai dan parameternya kan jelas berbeda.” "Kita dak sedang membuka kelas filsafat, Tung. Jangan bikin pusing! Meskipun secara fisik dan substansi bangsa kita mungkin sama-sama masih di angka lapar yang nggi," sergah Dul Kuntul dengan sedikit kethus. 17
"Ya, bagaimana kalau ternyata lebih jauh lagi. Bukan sekadar lapar dan kenyang. Tapi apa yang membuat kita lapar dan kenyang. Apa gunanya kenyang kalau yang masuk ke dalam perut adalah sampah-sampah hasil teknologi industri kuliner. Kan, lebih baik lapar dan menjadi kar anyaman bambu seper ku ini, hahaha!” Jack nDomblong masih ndomblong di tengah keriuhan diskusi keempat kawannya. "Atau mungkin semacam rekayasa, kesepakatan antara pihak luar dan pihak dalam negeri. Sebagai salah satu strategi poli k dari Presiden saat ini untuk memenangkan kembali dirinya saat pemilihan nan ?" Mat Kolep berusaha membesarkan api kompornya. "Itu mungkin-mungkin saja, Mat. Tapi kita enggan menumbuh-numbuhkan prasangka subyek f yang seper itu."
"Lho, tumben sekali, Lik. Biasanya sepulang shi malam seper ini kan kamu pas kelaparan karena belum menyantap sarapan pagi?” "Betul. Sejak di toko aku memang merasa sangat lapar. Tapi, ke ka di perjalanan pulang tadi aku melihat banyak baliho-baliho besar bergambar wajah para caleg, capres dan cawapres beserta janji-janjinya, rasa laparku yang besar itu lenyap seke ka entah ke mana dan nafsu makanku benar-benar hilang! Mungkin aku tak akan makan sampai tahun pesta poli k ini selesai.” Mat Kolep, Tung Jereng, Daeng Kluthuk dan Dul Kuntul saling melempar pandangan. Lik Caplang berlalu menuju kamarnya. Sementara Jack nDomblong masih tetap ndomblong di sudut ruangan, entah akan sampai kapan. Mungkin sampai tahun pesta poli k ini selesai juga.[] Pamulang, Desember 2018.
"Jadi in nya kenapa angka kelaparan menurun dras s? Kita belum tahu akan sarapan apa nih pagi ini?!" "Santai sedikit, Arnold Schwarz..... hahaha!" "Assalamu'alaikum," salam Lik Caplang dari balik pintu masuk memecah keriuhan. Ia baru saja menyelesaikan kerja shi malamnya di sebuah toko ro milik orang Belanda. Dan pagi ini ia pulang ke Pasingsingan Tua sembari membawa sekantong penuh kresek berisi ro ro dari tokonya. Keajaiban untuk para kéré Pasingsingan Tua. "Nih, ada ro untuk kalian. Bagi rata saja semuanya. Tak usah disisakan untukku.”
Sobrun Jamil, pemuda kelahiran Pekalongan, 14 Desember 1997. Anggota ak f Omah Puisi. Saat ini nggal di Pamulang. Bisa dihubungi melalui akun Instagram @sobrunjamil_ .
Layar
(CatatanFilm)
(sumber: geeksofdoom.com)
THE BALLAD OF BUSTER SCRUGGS: TUR KEMATIAN YANG MENYENANGKAN
film tersebut membungkus film The Ballad of Buster Scruggs melalui medium buku kumpulan cerpen yang abdsurd.
Pada awal menyaksikan film ini, saya terbawa oleh suasana lama ke ka ak vitas menonton masih sering saya lakukan bersama Ayah sambil memakan pisang goreng masakan Ibu. Film dengan tone yang membawa ingatan terlempar kembali ke masa-masa kegemaran menonton berdua film Western yang terputar di dalam pemutar DVD, seper Butch Cassidy and the Sundance Kid, Unforgiven, Tombstone, dan Dance Alt Wolves.
Coen Brothers memberikan nuansa latar dalam film ini dengan latar Western ala koboi. Mereka membangkitkan lagi gairah koboi yang cukup lama terkubur oleh film-film yang hadir belakangan ini dengan suasana dan narasi yang membosankan.
The Ballad of Buster Scruggs dibuka dengan kisah dari si Scruggs yang sangat edan, seorang penembak jitu—kita bisa menyebutnya sosok pemanggul arwah manusia yang hendak menyingkirkannya—dan berakhir pada kereta kuda yang membawa ga manusia menuju peris rahatan akhirnya. Film ini bercerita melalui buku antologi cerpen: The Ballad of Buster Scruggs and Other Tales of the American Fron er. Bukan diangkat berdasarkan kisah-kisah dari sebuah cerpen, tetapi Coen Brothers yang merupakan director di
Terbagi menjadi enam bagian kisah: diawali dari koboi yang gemar menyanyi dan memiliki keahlian mampu menembak dengan sasaran yang tepat. Kisah kedua disajikan dengan menampilkan kesialan seorang koboi yang hendak merampok sebuah bank pada suatu daerah gersang yang sunyi. Kisah ke ga menceritakan tentang dua manusia, manusia pertama memiliki keberuntungan yang kebetulan harus mementaskan kesialan dari manusia satunya sebagai upaya untuk melanjutkan hidup. Pada kisah keempat, Coen Brothers seakan hendak menampilkan sisi bosan dari adegan yang terus berulang melalui seorang tua yang terus berusaha keras menggali tanah dan mencari emas, namun pada kemungkinankemungkinan yang terus terjadi, ia kedatangan 20
seorang tamu pembunuh yang juga ternyata seorang perampok. Setelah bosan dengan narasi yang dibawakan oleh pria pada kisah sebelumnya, di kisah kelima kita akan menyaksikan seorang wanita yang juga akan berjumpa dengan kesialan yang terus-menerus menghampirinya. Hingga pada bagian akhir kisah, kita akan dibawa oleh permenunganpermenungan dari dialog yang terus dituturkan ke ga manusia yang sedang menjadi tamu kereta kuda menuju peris rahatan akhirnya. Premis dari film ini adalah kema an. Bagaimana jika sebuah kema an dipandang sebagai fase hidup yang tak serius-serius amat? Film ini menyajikannya dengan jenaka serta beberapa selipan humor gelap bergaya Western. Seper halnya fase dari kehidupan yang berakhir pada kema an, urutan dari kisah-kisah ini ini bertutur seper itu. Menonton kema an-kema an yang bertutur secara runut di dalam kisah-kisah di film tersebut saya ba- ba teringat sebuah adegan percakapan pembuka film The Book of Thief, “Pada faktanya kau akan ma . Tidak peduli apa usahamu, dak ada yang hidup selamanya. Saran dariku, jika itu terjadi janganlah panik. Karena itu sama sekali dak membantu”. Begitupun di se ap kisah di dalam film The Ballad of Buster Scruggs, kema an dihadirkan sesederhana dan sealami mungkin. Bagaimanapun itu pas tetap terjadi. Lalu, apakah kema an benar-benar harus ditaku ? Atau Ia merupakan sesuatu yang dibiarkan begitu saja—kita hanya perlu menan . Atau barangkali kengerian-kengerian mengenai kema an bisa hadir karena kita membentuknya di kepala masing-masing? Kita bisa menonton film The Bastard of Buster Scruggs dengan serius tanpa tertawa atau
dengan tertawa sambil serius. Namun, bagi saya, narasi kema an yang hadir di dalam film ini adalah narasi serius yang menyenangkan; seper ke ka kita mengiku sebuah tur (wisata), hal tersebut adalah hal yang menyenangkan. Walau dikatakan sebagai sesuatu yang menyenangkan (hiburan), tur tetaplah sebentuk ak vitas yang bisa kita ambil dari momen yang melewatkan. Kita bisa melihat kema an Scruggs pada adegan kisah pertama dalam film ini dari sudut pandang posi f potensi manusia tentang kema an bahwa kema an pada akhirnya akan datang. Mengapa Scruggs berani menghadapi kema an? Ia sudah paham dan bersiap kapan saja maut itu hendak menjemputnya. Scruggs merupakan koboi yang memiliki keahlian menembak jitu. Ke ka ia menarik pelatuk, musuh di hadapannya dipas kan akan ma dan setelah itu Ia menyanyikan sebuah lagu. Di adegan lainnya, ia berhadapan dengan koboi lainnya yang menantangnya untuk beradu tembak. Tak dinyana, Scruggs kalah. Apakah Ia bersedih? Ya, barangkali. Tetapi kesedihannya Ia sampaikan melalui lagu. Ia terus bernyanyi sambil bergitar dan naik ke langit. Kema an adalah awal kebahagiaan dari sebuah tragedi bagi Scruggs. Pada adegan kisah lainnya, kita bisa mencoba melihat kasus bunuh diri melalui konsep absurditas Albert Camus. Camus membuat suatu konsep mengenai bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu problem filosofis yang serius. Menimbang-nimbang dan menilai apakah hidup itu pantas atau berharga untuk dihidupkan. Bunuh diri adalah korelasi antara pemikiran individu dengan bunuh diri itu sendiri, bukan persoalan sosial yang selama ini dilabelkan.
21
Camus menyatakan suatu hal bahwa manusia yang menunjukkan eksistensinya di dunia ini dak hanya dengan hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya. Tapi dengan manusia ma pun akan menunjukkan bahwa dirinya ada dan nyata. Dan terlepas dari eksistensi manusia, bunuh diri atau ma secara sukarela menyuarakan bahwa manusia telah sangat mengenal kehidupan dan segala kebiasaan di dalamnya. Tidak berguna atas penderitaan yang dialami manusia dan ke adaan alasan-alasan untuk terus mempertahankan kehidupan. Koboi yang mencoba mencuri bank maupun Ny. Longabaugh merupakan dua sosok yang telah paham tentang makna dari kehidupan menurut Albert Camus. Di akhir hidupnya di ang gantungan, koboi melihat wanita di depannya yang sangat can k. Ia menatap dengan tatapan penuh cinta. Tatapan yang seakan-akan ingin memilih kehidupan bersamanya setelah bisa melewa momen kema an di ang gantung, tetapi pada akhirnya itu semua hanya mimpi-mimpi yang ia bentuk dalam sekedipan mata. Ia paham betul tentang kehidupan dan bersiap menghadapi kema an.
terus tertutur dari dua pria dan satu wanita tua di dalam kereta pada sebuah perjalanan yang singkat di malam hari sebelum menuju peris rahatan terakhir memungkasi film ini. Lewat kema an, Coen Brothers mengajak kita tertawa dengan selipan humorhumornya yang meletup di se ap adegan yang tak terduga. Narasi, dialog, sudut pengambilan gambar dan cu ng-edi ng yang tepat tak membuang banyak waktu untuk menguapkantuk sambil menonton film ini. No Country for Old Men merupakan film pertama yang membuat saya bersentuhan dengan garapan Coen Brothers. Seper halnya film pertama garapan Coen Brothers tersebut, The Ballad of Buster Scruggs tetap menampilkan kekuatan sutradara yang cerdas membungkus konsep filosofis ke dalam bentuk film.
Di kisah lain, mengenai Ny. Longabough, sebelum ia mengakhiri hidupnya dengan menarik pelatuk pistol di kepalanya, Ia dilamar oleh seorang pria pemandu perjalanan, Tuan Knoop—kawan dari Tuan Arthur. Seper halnya koboi yang gagal mencuri bank dan berakhir di ang gantung, Nyonya Longabough pun telah paham mengenai makna dari sebuah kehidupan dan memilih untuk bertemu dengan Tuan Knoop di fase setelahnya, lalu menikah. Dialog-dialog seputar problema ka kehidupan akan membawa kita untuk lebih serius menyaksikan dan mendengarkan pada puncak film di bagian kisah keenam. Dialog yang M. Dandy, pekerja buku, penonton film, saat ini masih berik ar melakukan pencatatan teks (karya) sastra di kota Malang.
Arena (Catatan Teater)
Kabar Arena
P
eris wa teater akan selalu menjadi perbincangan menarik dari masa ke masa. Dalam pandang kita—penonton, pengamat, atau aktor, dsb—mempunyai beragam konsepsi pemikiran dari se ap pengalaman laku berteater. Teater, pada dasarnya, memikat atau mengabarkan kondisi suatu zaman. Teater mendedikasikan dirinya pada persoalan kehidupan seharihari—yang kita sering luput mengama nya. Maka, pertunjukan mes dilangsungkan sebagai pewarta kehidupan. Barangkali, memang semes nya, kita (penonton sekaligus pemeran) di panggung pertunjukan, atau di kehidupan. Dapat merasa tergugah oleh percik kehidupan—yang dalam se ap pertunjukan kita bisa menyerap sarinya. Bukan hanya mengendap seolah ampas ingatan waktu, melainkan dapat berdayaguna bagi se ap lelaku dan per mbangan catatan sejarah. Sebagaimana maksud pertunjukan bukan sekadar pengantar makna, lebih dari itu, ialah laboratorium teks hidup manusia. Karena peris wa teater adalah proyeksi bagi kepribadian bangsa (yang sedang sakit). Proses penyembuhannya bukan melalui dokter, apalagi spekulan, melainkan membutuhkan ilmuwan. Siapakah yang dimaksud ilmuwan itu? Ialah manusia yang dengan suka-rela menyumbang eksperimen ide atau abstraksi gagasan; bahan suatu catatan percobaan kemungkinan. Jadi, dak ada salahnya mencoba kesalahan, sebab ilmuwan sangat akrab dengan salah. Sikap, karakter, perilaku, e ka, mental, kepribadian dan moral adalah bahan dasar laboratorium peris wa teater. Sebelum menangani hal demikian, diharapkan kita perlu memahami hakekat beserta metode krea f. Apakah kita mau, mampu, atau dak melibatkan diri sepenuhnya? Bentuk apresiasi itulah yang ditawarkan Lintang di Arena. Salam Rindu
Redaksi
24
Rimba (Pustaka Hutan)
Pohonku Tidak Cukup Untuk Ucapan “Terlebih dari itu, sebuah individu pohon sudah jemu mendengar ucapan ucapan perayaan.�
D
ua hari lalu, bersama-sama seluruh masyarakat dunia turut menyemarakkan pen ngnya pohon dalam kehidupan di bumi bersamaan dengan Hari Pohon Sedunia (21/11). Momen ini menjadi satu k balik untuk memahami kembali fungsi dan peran sebuah pohon untuk kehidupan. Kegiatan-kegiatan yang diupayakan dalam peringatan Hari Pohon Sedunia sangat beragam, salah satu contoh sederhananya yaitu dengan ucapan Hari Pohon Sedunia guna mengajak sesama untuk lebih peduli pada pohon. Namun terlebih dari itu, sebuah individu pohon sudah jemu mendengar ucapan-ucapan perayaan itu. Aksi lingkungan lainnya juga banyak dilakukan seper halnya penanaman pohon. Namun juga, sebagai manusia yang bertanggung jawab tentunya menyadari bahwa sebuah individu pohon yang ditanam masih rawan terhadap berbagai potensi serangan sebelum individu tersebut menjadi dewasa. Sudah selayaknya bahwa se ap pohon yang kita tanam, perlu kita jaga dan rawat hingga mencapai individu dewasa yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Perawatan pohon yang dilakukan dapat berupa pembersihan tanaman bawah, penggemburan tanah, pemupukan, hingga pemotongan ran ng. Pembersihan tanaman bawah bertujuan untuk mengurangi persaingan dalam mendapatkan unsur hara oleh individu pohon tersebut. Kemudian, tanah yang sudah terbuka digemburkan menggunakan cangkul untuk membalikkan top soil yang penuh akan unsur hara. Langkah terakhir yaitu
pemotongan ran ng yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan batang pada k pertumbuhannya, sehingga batang yang tumbuh lebih cepat meninggi daripada melebar. Mengenai sebuah aksi penanaman pohon yang sedang marak belakangan ini, perlu dipahami bahwa terdapat beberapa per mbangan. Salah satu contoh per mbangannya yaitu seper dalam hal pemilihan lokasi penanaman. Sebagai contoh konkretnya yaitu penanaman pohon di tengah jalan raya yang ber pe double way (dua arah) kurang disarankan. Menurut dosen DKSHE, Rachmad Hermawan (Fahutan IPB), penanaman pohon di sepanjang lajur yang memisah jalanan dua arah dapat berpotensi menyebarkan cahaya lampu kendaraan bermotor sehingga menyilaukan pengendara bermotor dari kedua arah. Sehingga lokasi penanaman sebaiknya diop malkan di bahu jalan dengan jarak tertentu. Penanaman untuk mereduksi karbondioksida juga dapat diop malkan di pinggir jalan dengan jenis yang mampu mereduksi karbondioksida seper jenis Trembesi (Samanea Saman). Masih banyak aksi penanaman lainnya yang perlu dipahami mengenai per mbangan seper , kita perlu mempelajari sebuah pohon baik dari manfaatnya, potensi bahayanya, dan hal-hal lainnya. Begitu banyak ilmu yang disimpan oleh sebuah pohon. Hanya saja kita perlu mencari lebih dalam menggali apa saja tentang pohon. Maka dak aneh jika Tuhan mewajibkan kita untuk menuntut ilmu, bukan untuk eksistensi Dia sebagai Tuhan, namun untuk makhluknya itu sendiri dalam mengenali Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. November, 2018
Firman Arief Maulana, kelahiran Bondowoso, 14 Agustus 1996, sedang menempuh studi di Fakultas Kahutanan IPB.
mBelik (Puisi)
s
Surat Puisi
eandainya pu-(isi) adalah hutan, maka (pu)-isi adalah alam semesta. Barangkali, Lintang hanyalah sebuah gubuk di tengah rimba puisi raya. Lintang yang meruang itu menyapa siapa saja untuk menjalin komunikatif dan diskursif dalam perpuisian. Bagi Lintang, untuk apa di kasih pintu, kalau ternyata (semua) puisi boleh masuk, tapi belum tentu bisa merasuk. Karena itulah, teruslah pertajam pengamatan dan seraplah penghayatan baik dari dalam, atau di luar dirimu. Pacu dirimu dalam daya dan kembangkan dirimu pada energi yang mengelola kehidupan. Apapun saja asalkan pada kewaspadaan dirimu tidak menimbulkan kegelisahan waktu yang berlarut dan tidak mengakibatkan kelalaian bagi kesibukanmu; hadapilah dan sentuhkanlah rasa! Kesunyian gubuk Lintang menanti siapapun untuk istirah lagi perenungan. Surat ini ditulis kepada siapa saja untuk memacu diri menulis puisi; menggerakkan hidup. Demikian Lintang, juga melampirkan beberapa puisi—kalau boleh dibilang—penyulut kreativitas. Semoga kabar baik menghampiri, Bismillah.
Salam Rindu, Redaksi
Puisi Saini K.M. : KEPADA PENYAIR MUDA 1 Sebelum ntamu menjadi darah, kata-kata akan tetap sebagai bunyi; kebisingan lain di tengah hingar-bingar dunia: Deru mobil guntur meriam dan gunjing murah koran got Kau meniup suling tapi kau sendirilah sulingnya : Itulah nasibmu. Kepenyairan adalah ziarah tanpa peta, pelayaran tanpa bintang. Padahal dunia menawarkan begitu banyak jalan. Berhen lah menulis kalau kau tak rela hidupmu jadi sajen di candi dewata yang tak dikenal Menulislah kalau kau yakin sajakmu menjadi sepi : Keheningan pertapa saat roh memandang dirinya 2 Nasib penyair menulis pada permukaan air atau desir angin. Logam berkarat dan pualam akhirnya berlumut dan hancur dalam cuaca. Abad tergesa lewat, tak sempat baca prasas . Sedang bumi bukanlah sekedar kubur leluhur; bahasa pun ma , kata demi kata gugur bagai daun Sempurnalah jejak roh terhapus di gurun waktu, selagi kaďŹ lah memilih jalan lain; mazhab lain. Anak muda, kesempatanmu cuma sejenak. Tak seorang pun menan mu di masa depan, di keabadian. Bagi benihmu ada tanah selain cadas di telapak kaki; bagi sajakmu ada tempat lain selain impian hari ini. 3 Betapa bangga waktu engkau menyatakan : Tanah air kami negeri impian, kerja kami menggantang awan! Alangkah angkuh karena kau sepi; alangkah tabah karena kau se a! Sedang di sini, di bawah awan, anak-anak kelaparan, luka perlu pembalut, jenazah perlu kafan. Dan kalau kau sepi, di sini pun ada sepi yang lain. Kalau kau se a, kepada siapakah engkau se a? 29
Manusia tak dapat hidup tanpa impian, katamu. Benar, dan itulah kebanggaanmu! Lupa bahwa diperlukan seteguk air, sesuap nasi sebelum dapat dur dan dapat bermimpi.
4 Di manakah engkau ke ka prajurit berdarah di garis depan, petani berlumpur, buruh berkeringat di pabrik? Engkau menimang bulan di siang bolong; menangguk embun dengan mahkota mawar. Kaubilang, kata-kata mampu menggerakkan sejarah, memutar poros-bumi. Baiklah, tapi di sini orang-orang menunggu kata-kata bersahaja yang menemukan jalan ke ha dan membawa harapan Ke ka gadis dijual dan dijual lagi oleh mucikari, ke ka bujang digadaikan pemimpin pada semboyan, di manakah engkau, wahai penyair? Di mana pun dak; dak di langit, tapi dak juga di bumi.
5 Di manakah tempat penyair? Di tapal batas antara impian dan kenyataan. Ia berpijak di atas bumi bergoyang, bawah langit pancaroba memayungi rumah yang menolak semua dinding. Sebenarnya kau bebas memilih untuk kembali ke dunia sehari-hari dan bergabung dengan mereka yang menganggap dunia ini satu-satunya. Sebenarnya tak perlu kauhirau himbauan ini. Panggilan itu. Apakah makna kehidupan penyair? Tak lebih daripada sajen bakaran. Sejenak memberikan api dan banyak asap; sejenak memberikan cahaya lalu beberapa baris huruf pudar di atas kertas.
30
6 Penyair adalah dia yang terpaksa memilih kata pada saat perangkat lain sudah hilang daya. Seper Arjuna pada saat penentuan mengambil pasopa . Bermula adalah kehidupan: Kebisingan gebalau guruh yang membisukan sukma. Penyair, kau bina hidup dengan sisa hening, hikmah bisik: Terakhir adalah kata. Terakhir adalah makna dan rasa, endapan sari yang kauselamatkan dari haru-biru hayatmu : Kerna kata semata hanya akan menyindirmu andai hidupmu sendiri bukan sebuah puisi. 7 Ke ka seekor binatang bermimpi, jadilah ia manusia. Ya, ajarlah saudara-saudaramu melihat bintang-bintang, selagi kaki mereka terbenam di lumpur, terpuruk dalam sejarah. Bebaskan semangat mereka mengepakkan sayap, yang hanya tergerak oleh kata-katamu. Biar mereka melihat tanah air yang sebenarnya dan tahu sudah berabad mereka jadi orang buangan. Penyair muda, maka puisimu adalah percik lelatu yang berpencar ke ka mimpi menghantam kenyataan. Wahai, beri kesempatan saudara-saudaramu melihat barang sekejap masa depan mereka dalam gelita zaman. 8 Kalau kata-katamu sekedar kata-kata belaka, tak ada telinga bagi sajakmu, tak ada ha akan disentuhnya. Anak muda, melangkahlah bersama mereka di jalan-jalan raya sejarah. Daki dengan saudara-saudaramu puncak harapan, raba tunas putus asa yang paling dalam. Saat kau beradu bahu menuju ke depan, saat kau lupa siapa namamu, saat itu kau lahir sebagai penyair.
31
Maka di malam hari dunia kata-kata dari lidahmu bagi mereka akan melukiskan fajar. Bagai murai (yang dari balik kabut) tetap bernyanyi tentang hari rabu, apa pun, ya apa pun akan terjadi. 9 Betapa dengan cemas kau tetap berjaga agar jam tak berhen berdetak, agar kau tetap hadir sebagai makhluk sejarah Betapa gigih kau bertahan terhadap kantuk yang menenggelamkan kesadaran bawah selimut mereka yang melupakan utang pada masa lampau dan janji pada masa depan. Lelap dan bermimpi fajar baru akan tetap berada di balik kabut. Penyair muda, karena kau menolak jadi ternak kau nggalkan kandang kedudukan, perangkap harta dan penjara dogma. Memilih bahaya dan kesunyian kau bernyanyi bagi yang lain, di rimba kemerdekaan 10 Se k embun menampung cemerlang hari Ah, betapa berahi kau merenunginya. Namun, samudra pun selalu bernyanyi, betapa keruh betapa bertopan pun ia. Samudra bergema abadi. Ha mu adalah buhul segala masalah, kauurai dalam hening samadi. Namun dunia adalah prahara, kancah-api, pu ng-beliung dan guntur beribu : Duniamu adalah jerit kelahiran dan pembantaian Penyair muda, jadikan ha mu pelaminan sepi dan gempita kehidupan. Jadikan katamu bagaikan air : Bahan bagi amukan gelora dan sejuta k embun, tempat fajar bercermin dan pagi membagi senyum 1983-1987 Saini K.M, Nyanyian Tanah Air, Grasindo, 2000, hlm. 114-123
32
Puisi Ragil Suwarna Pragolapa : SALAM PADAMU, SAUDARAKU Salam padamu, Saudaraku. Di luar, hidup makin kemrungsung, zaman begini gemuruh, siang-malam-mu repot, namun kau sudi ayun langkah buang tempo, menikma sajak dibaca dan penyair ditanggap. Hidup begini canggih berpacu, zaman super-modern melaju, jadual tugas bagai penjara mengungkung, waktu pun terus memburu. Kau juga mengeluh kekurangan waktu siang-malam-mu, padahal mustahil ada waktu extra dijual orang di pasar dan toko. Di sini, lho kok ada suaka is rah dalam santai, buka ha menikma puisi mengalir ke samudera ba n. Ya, siapa tahu kau beroleh hikmah dan nilai faedah, agar kalbumu bagai aki yang disetrumkan lagi, atau mobil turun mesin, bagai kendaraan sehabis servis. Kan dak rugi? Salam padamu, Saudaraku. Datangmu ke sini melalui jalan-raya padat problem lalu-lintas, ap kungan atau persimpangan penuh debar jantung boros energi, sekadar meliba komunikasi, mengaktualisasikan diri dan memuliakan silaturahmi, terseling baca puisi. Padahal, di luar, hidupmu makin canggih dalam ongkos nggi dengan tuntutan aeng-aeng. Rumah penuh problem. Kampusmu memikul beban bagai deretan ukur tanpa akhir. Kantor pun penuh borjuasi dan birokrasi. Organisasi dan lembagamu penuh beban keterbatasan diri. Ruang pergaulan menyempit. Tegur-sapa komunikasi makin mahal dan rumit. Lho, kok masih sempat-sempatnya baca puisi dinikma publik. Salam padamu, Saudaraku. Ini forum elok, momentum ajaib, suasana bikin kangen. Maa anlah jika puisi dak selalu enak-efesien-baik. Ampunilah, jika penyair dak selalu menarik publik ditanggap macam ini. Salam padamu, Saudaraku. Adakah angka sta s ka: setahun berapa banyak puisi dibaca, bagaimana frekuensinya? Setahun berapa kali puisi jadi simposium-diskusi-seminar, berapa kali jadi lomba tulis dan baca, apa ada diagram biayanya, da ar penikmat dan sponsor? Ah, komputer belum memberi angka, dokumentasi ada memberi fakta. Tapi kesan umum, puisi itu pen ng di forum. Mustahil disetop seminar-diskusi-simposium. Puisi terkuliahkan ap semester. Jadi ujian akhir, skripsi dan disertasi. Ajaib, ap periode selalu saja ada penyair lahir, dari rahim situasi-kondisi. Sebenarnya, berapakah nilai puisi, apa relevansinya bagi hidup kesehari? Salam padamu, Saudaraku. Periksalah KTP atau SIM, adakah orang mengisi kolom pekerjaan sebagai: penyair? Cinta-asmara boleh kau ungkap dengan puisi, tapi jangan salahkan gadis enggan kawin dengan penyair atau calon mertua melecehkan lamaran si penyair, dengan mahar puisi. Jika ada orang berani hidup dengan na ah puisi sungguh dia makhluk langka. Honorarium puisi amat rendah. Media puisi pun terbatas. Lumrahlah jika penyair: bukanlah profesi ideal cowok-cewek masa kini. Puisi atau jagad penyair itu seper gunung api: ada kepundan frustasi, ada magma minder, ada lahar konik, ada pula gempa pahit-ge r. Menjadi penyair seolah kompensasi manusia gagal, drop-out, penganggur tersisih. Salam padamu, Saudaraku. Hidup kian canggih, demi gengsimu perlulah fasilitas dan duwit, padahal puisimu bukan konsumsi sehari-hari. Honor puisi sedikit, cukup dahsyat untuk mengabadikan rasa minder dan frustasi penyair. Puisi mustahil jadi komodi , bukan pula ekport non-migas. Orang jadi penyair mustahil kaya, malahan kekal melarat. Penyair itu karikatur zamannya! 33
Salam padamu, Saudaraku. Lho kok ap zaman selalu ada orang nyentrik mau jadi penyair? O, bacalah langit, renunglah bumi, maka kau boleh tahu bahwa Allah sendiri Sang Maha Penyair, se ap firman-Nya ialah puisi. Al-Qur'an adalah puisi canggih. Tripitaka dan Dhamapada-Nya adalah puisi abadi. Wedha dan Upanisad adalah puisi dahsyat. Injil-Nya dan Taurat-Nya ialah puisi balada penuh pesona. Zabur, Amsal, Syirul Asyar ialah puisi akbar. Kitab-suci apa pun yang memuat firman Tuhan selalu berformat puisi, itulah sunatullah abadi. Salam padamu, Saudaraku. Muhammad Al-Amien terima firman Allah pertama kali berupa wahyu-pui ka Al-Alaq berisi dua azimat Tuhan: Iqra dan Qalam. Al-Qur'an amat memuliakan krea vitas baca-tulis, bahkan Tuhan mengis mewakan Sang Penyair-Sastrawan dengan surah Asy-Syu'ara 227 ayat. Rasulullah Muhammad juga memuliakan kaum penyair kreator dengan Haditsnya, “Pada akhir zaman atau masa kebangkitan kelak nta penyair-sastrawan-ilmuwan akan di mbang setaraf dengan darah Syuhada.” Ada wahyu-pui ka yang berisi amanah Iqra dan Qalam, ada puisi-sastra-krea vitas disetara an darah pahlawan, medan sastra-pui ka disamakan dengan arena juang akbar, penyair-sastrawan dipermuliakan sekelas Syuhada. Salam padamu, Saudaraku. Jangan pernah jemu dengan puisi. Sunnatullah jagadraya serba langgeng: ap agama memuliakan wahyu Tuhan dengan keagungan puisi. Hidupmu kian berat-kemrungsung-lelahfrustra f, tetapi di sela-selanya berilah variasinya: puisi memasuki ha -nurani, membasuh akal-pikirrohani, dalam hening meditasi. Puisi akan lestari jadi konsumsi untuk lapar-dahaga-rindu, ba n. Tanpa puisi, hidupmu alangkah sunyi dan kering! Purwokerto, 1987 Purworejo, 1988 Perwathin, 1989 Ragil Suwarna Pragolapa , Salam Penyair, Bentang Budaya, 2002, hlm. 1-4
34
Puisi Jabrohim :
KUBACA DIA DENGAN HATIKU Malam itu di depan jendela-Mu lentera ku up setelah kitab-Mu kubaca tamat ya, Allah aku akan kembali membacanya tanpa lentera sebab telah terguncang ha ku menangkap segala makna perintah-Mu, ya Allah lewat lidah Muhammad dalam gelap lengkap sempurna seper pita kaset suara-Mu bagi umat-Mu. Bantul, 1974 Antologi 22 Penyair Yogyakarta, Genderang Kurukasetra, IKIP “Muhammadiyah�, 1986.
Puisi Subagio Sastrowardoyo : KAU PERNAH DI SINI sebelum aku ba di lembah sudah ada yang menghuni api tungku masih menyala dan di udara bergantung kumandang suara yang harus kubiasakan hanya menghidupkan bahasa ma yang kueja kembali aku yakin kau pernah di sini di lereng bukit masih membekas tapak kaki sebelum kau melompat ke seberang bumi Subagio Sastrowardoyo, Keroncong Mo nggo, Pustaka Jaya, 1975, hlm. 68
35