Survey Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung (Laporan III) Tahun 2017

Page 1



LEMBAR PENGESAHAN BUKU III Kinerja Penanganan Empat Permasalahan Utama

Judul Kegiatan

Penyusunan buku: “Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung tahun 2017�

Periode tahap III

November - Desember 2017

Koordinator Tim

Dr. Yusep Suparman

Anggota Tim

I Gede Nyoman Mindra Jaya, S.Si., M.Si. Budhi Handoko, S.Si., M.Si. Pipit Pitriyan, S.E., M.Si.

Bandung, Desember 2017 Menyetujui, Dekan FMIPA Universitas Padjadjaran

Mengetahui Kepala Pusat Studi Statistika dan Aktuaria

Prof. Dr. Sudradjat, MS NIP. 19580519 198601 1 001

Dr. Lienda Noviyanti, M.Si NIP. 19641128 19901 2 001

1


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan nikmat dan karunia-Nya, “Survey Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung Tahun 2017� tahap III dapat dilaksanakan dengan lancar. Laporan kemajuan ini disusun untuk memenuhi kewajiban kami dalam melaksanakan kontrak kerja yang telah disepakati antara Pemerintah Kota Bandung dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Untuk itu, kami menunggu segala masukan untuk mempersiapkan hasil survei tahap III ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan pelaksanaan survey tahap pertama ini.

Bandung, Desember 2017 Ketua Pusat Studi Statistika dan Aktuaria Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran

Dr. Lienda Noviyanti, MS NIP. 19641128 199101 2 001

2


DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN

5

2. METODE SURVEI

6

2.1. Penentuan Responden................................................................................................... 6 2.2. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................... 8 2.3. Teknik Analisis Data....................................................................................................... 9

3. KEMACETAN

11

3.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat pada Penanganan Kemacetan.................................................................................. 11 3.2. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah dalam Menangani Kemacetan................................................................................ 14 3.3. Penyebab Utama Kemacetan................................................................................. 16 3.4. Usulan Upaya Penanganan Kemacetan............................................................ 17 3.5. Upaya Pemerintah yang Berperan dalam Menangani Kemacetan..... 18

4. SAMPAH

20 4.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat pada Penanganan Sampah....................................................................................... 20 4.2. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah dalam Menangani Sampah..................................................................................... 22 4.3. Penyebab Utama Masalah Sampah................................................................... 24 4.4. Usulan Upaya Penanganan Masalah Sampah.............................................. 25 4.5. Upaya Pemerintah yang Berperan dalam Menangani Masalah Sampah.......................................................................................................... 25

5. PEREKONOMIAN MASYARAKAT

28

5.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat pada Penanganan Perekonomian Masyarakat................................................ 28 5.2. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah dalam Menangani Perekonomian Masyarakat............................................. 30 5.3. Penyebab Utama Perekonomian Masyarakat............................................... 32 5.4. Usulan Upaya Penanganan Perekonomian Masyarakat.......................... 33 5.5. Upaya Pemerintah yang Berperan dalam Menangani Perekonomian Masyarakat..................................................................................... 34

6. BANJIR

36 6.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat pada Penanganan Banjir............................................................................................. 36 6.2. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah dalam Menangani Banjir........................................................................................... 38 6.3. Penyebab Utama Banjir............................................................................................ 40 6.4. Usulan Upaya Penanganan Banjir....................................................................... 40 6.5. Upaya Pemerintah yang Berperan dalam Menangani Banjir..................41


7. PENUTUP

42

Lampiran 1 Kuesioner

43

Lampiran 2 Analisis Varians untuk Uji Beda Rata - Rata Tingkat Kesesuaian Upaya dan Tingkat Kepuasan

54

Lampiran 3 Tingkat Kesesuaian dan Tingkat Kepuasan Penanganan Masalah Tidak Mendesak

62

Lampiran 4 Rincian Permasalahan dalam Pelayanan Kesehatan dan Penyelenggaraan Pendidikan

96


1

PENDAHULUAN

Pembangunan adalah proses dinamis dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, antara lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil dari pembangunan dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat. Salah satu indikator tingkat keberhasilan pembangunan adalah diraihnya kepuasan masyarakat sebagai penikmat pembangunan, terhadap hasil pembanguan itu sendiri. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan merupakan hal yang sangat penting sebagai evaluasi terhadap kualitas pembangunan yang telah dilaksanakan serta sebagai bagian dari penentu arah pembangunan selanjutnya. Berangkat dari hal ini, Pemerintah Kota Bandung merasa perlu untuk mengukur penilaian masyarakat terhadapat pembangunan yang sudah dilaksanakan. Sebagai realisasinya, Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran menyelenggarakan survey “Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung�. Survey “Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung� diselenggarakan dengan tujuan pertama memperoleh penilaian masyarkat terhadap pembangunan yang telah dikerjakan oleh Pemerintah Kota Bandung. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan utama yang dirasakan masyarakat. Dari kedua tujuan ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai prioritas pembangunan yang diharapkan oleh masyarkat. Selanjutnya, dari survey ini juga diharapkan diperoleh informasi mengenai preferensi masyarkat dalam arah pembangunan selanjutnya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, survey ini dilaksanakan dalam tiga gelombang. Gelombang pertama diarahkan untuk mencapai tujuan yang kedua yaitu mengidentifikasi permasalahan utama Kota Bandung dari persepsi masyarakat. Tujuan yang pertama yaitu mengevaluasi pembanguanan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi permaslahan utama yang diidentifikasi pada hasil survey pertama, akan dicapai pada survey gelombang kedua. Sedangkan tujuan yang ketiga dapat dicapai dengan survey gelombang ketiga. Pada pelaksanaannya orang yang sama akan dijadikan responden di dalam ketiga gelombang survey. Pada kesempatan ini kami melaporkan proses pelaksanaan dan hasil dari survey gelombang ketiga yang telah dilakukan pada bulan November 2017. Dalam bagian kedua, kami sampaikan metodelogi yang dipergunakan dalam survey ini. Sedangkan dalam bagian ketiga sampai dengan keenam kami uraikan hasil survey berkenaan dengan evaluasi permasalahan dan upaya pemerintah dalam menanganinya beserta dampaknya yang dirasakan oleh masyarakat.

PENDAHULUAN

5


METODE SURVEI

2

Pelaksanaan survey Presepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung dilakukan melalui tiga gelombang. Gelombang pertama ditujukan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menjadi perhatian utama masyarakat. Tahap kedua dan ketiga ditujukan untuk mengukur penilaian masyarakat mengenai programprogram pembangunan Pemerintah Kota Bandung yang terkait dengan permasalahan-permasalahan utama yang teridentifikasi pada hasil survey gelombang pertama. Responden pada gelombang kedua dan ketiga merupakan responden dari survey pada gelombang pertama. Dengan demikian hanya ada satu kali penentuan responden dari ketiga gelombang survey ini.

2.1.

Penetuan Responden

Penentuan responden dalam survei ini dilakukan melalui metode Multistage Random Sampling dengan desain sebagai berikut: Target Populasi : Rumah Tangga di Kota Bandung Kerangka Sampling : Daftar RW/Kelurahan/Kecamatan di Kota Bandung Unit Sampling : Rukun Warga (RW) Unit Analisis : Rumah Tangga Adapun prosedur dari desain penentuan respondennya adalah sebagai berikut: 1. Pada tingkat kecamatan seluruh kecamatan yang ada di Kota Bandung diteliti sebagai strata. 2. Pada tahap pertama (stage 1) di setiap kecamatan dipilih secara acak RW sebagai unit sampling primer. 3. Pada tahap kedua (stage 2) pada RW terpilih dipilih secara acak rumah tangga sebagai unit sampling sekunder. 4. Responden adalah kepala atau anggota dewasa dari rumah tangga yang terpilih pada tahap kedua. Banyak responden yang dilibatkan dalam survei ini ditentukan dengan menggunakan rumusan penentuan ukuran sampel pada kasus penaksiran rata-rata sebagai representasi penilaian masyarakat terhadap program pembangunan Pemerintah Kota Bandung.

6

METODE SURVEI


RUMUS STATISTIK Banyak RW yang terpilih

Banyak rumah tangga yang terpilih

keterangan : N : Banyaknya unit sampling primer dalam populasi, Nh : Banyaknya unit sampling primer tiap Kecamatan, 2 Sh : Varians antar unit sampling primer dalam Kecamatan, L : Banyak Kecamatan, Zα/2 : Nilai persentil (1 - α) Normal Baku, α : Tingkat kekeliruan, B : Margin of error, wh : Bobot tiap kecamatan .

keterangan : M : Banyaknya unit sampling sekunder dalam populasi S2 : Varians populasi Zα/2 : Nilai persentil (1 - α) Normal Baku α : Tingkat kekeliruan B : Margin of error

Pada survei tahap ketiga ini diketahui informasi berikut: 1. Banyak Kecamatan di Kota Bandung 2. Banyaknya unit sampling primer dalam populasi (N) 3. Banyaknya unit sampling sekunder dalam populasi (M) 4. Margin of error 5. Tingkat kekeliruan

: 30 Kecamatan : 1.539 RW : 2.371.637 rumah tangga : 0,1 : 0,05

Banyak sampel yang terpilih:

30 Kecamatan

Cibeunying Kaler 6 RW, 60 Rumah Tangga Sumur Bandung 5 RW, 32 Rumah Tangga

192 RW

2100 Rumah Tangga

Keterangan: Kemudian sampel rumah tangga di alokasi ke tiap Kecamatan secara proporsional. Rincian tentang RW dan banyak rumah tangga terpilih dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Batununggal 10 RW, 103 Rumah Tangga Kiaracondong 10 RW, 108 Rumah Tangga

Coblong 9 RW, 98 Rumah Tangga

Cibeunying Kidul 6 RW, 74 Rumah Tangga

Cidadap 4 RW, 46 Rumah Tangga

Antapani 8 RW, 66 Rumah Tangga

Sukasari 4 RW, 46 Rumah Tangga

Mandala Jati 6 RW, 59 Rumah Tangga

Sukajadi 6 RW, 88 Rumah Tangga

Arcamanik 6 RW, 63 Rumah Tangga

Bandung Wetan 5 RW, 28 Rumah Tangga

Cinambor 3 RW, 21 Rumah Tangga

Cicendo 7 RW, 83 Rumah Tangga Andir 7 RW, 90 Rumah Tangga Astana Anyar 6 RW, 65 Rumah Tangga Bandung Kulon 9 RW, 115 Rumah Tangga Babakan Ciparay 7 RW, 115 Rumah Tangga Bojongloa Kaler 6 RW, 107 Rumah Tangga

Ujungberung 7 RW, 71 Rumah Tangga Cibiru 7 RW, 62 Rumah Tangga Panyileukan 5 RW, 33 Rumah Tangga Lengkong 8 RW, 63 Rumah Tangga Gedebage 5 RW, 33 Rumah Tangga Rancasari 6 RW, 70 Rumah Tangga

Bojongloa Kidul 6 RW, 74 Rumah Tangga

Regol 7 RW, 72 Rumah Tangga

Bandung Kidul 4 RW, 51 Rumah Tangga

Buah Batu 7 RW, 86 Rumah Tangga

METODE SURVEI

7


2.2.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam survei ini data dikumpulkan melalui wawancara yang beracuan pada sebuah daftar pertanyaan (kuesioner). Dalam hal ini pewawancara akan membacakan pertanyaan-pertanyaan di dalam kuisioner dan mencatatkan jawaban yang diberikan oleh responden. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuisioner meliputi : 1. Data pewawancara dan tanggal wawancara. 2. Penyebab dan usulan penangan serta upaya yang telah dilakukan pemerintah yang dianggap efektif menyelsaikan empat permasalahan kota yang paling mendesak. 3. Tingkat kesusaian upaya pemerintah dengan harapan responden dan kepuasan responden terhadap upaya yang dilakukan.. Pertanyaan-pertanyaan pada poin kedua merupakan pertanyaan terbuka. Setiap aspek dari setiap permasalahan (penyebab, usulan penanganan, dan upaya pemerintah yang efektif) ditanyakan sebanyak tiga kali. Dalam hal ini responden dapat memberikan tiga alternative jawaban untuk setiap aspek yang ditanyakan. Sementara itu untuk poin ketiga, pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan tertutup. Untuk tingkat kesesuaian upaya pemerintah dengan harapan responden, respons yang disediakan adalah : “jauh dari harapan”, “kurang dari harapan”, “sedikit kurang dari harapan”, “sesuai harapan”, “sedikit lebih dari harapan”, “lebih dari harapan”, “jauh dari harapan”, dan “tidak tahu”. Sedangkan untuk pertanyaan tingkat kepuasan atas upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah respons yang disediakan adalah: “sangat tidak puas”, “tidak puas”, “sedikit tidak puas”, “biasa-biasa”, “sedikit puas”, “puas”, “sangat puas”, “dan “tidak tahu”. Kuesioner yang dipergunakan disajikan dalam Lampiran 1.

8

METODE SURVEI


Teknik Analisis Data

2.3.

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam mengolah data survey gelombang pertama bersifat deskriptif. Teknik yang diperguankan meliputi table frekuensi, diagram dan grafik. Penentuan penyebab utama permasalahan, usulan utama penanganan masalah, dan upaya pemerintah yang dianggap paling efektif, dilakukan melalui pengelompokan respons. Setelah kelompok respon terbentuk, respons setiap responden diberi skor sesuai dengan urutan jawaban dalam masing-masing aspek di setiap masalah. Skor 3 diberikan pada suatu kategori jika kategori tersebut muncul pada jawaban pertama, skor 2 jika muncul pada jawaban kedua, skor 1 jika muncul pada jawaban ketiga, dan skor nol jika tidak muncul pada ketiga jawaban. Tingkat keutama kategori sebagai penyebab, usulan penanganan, dan sebagai upaya efektif, direpresentasikan sebagai rata-rata skor respons untuk kategori terkait untuk seluruh responden. Nilai maksimum dari skor ini adalah 3 dan skor minimumnya adalah 0. Nilai 3 berarti seluruh responden menyatakan kategori sebagai penyebab, usulan penanganan, dan upaya efektif utama yang pertama. Sedangkan nilai 0 tidak ada responden yang menyebutkan kategori tersebut. Selanjutnya nilai rata-rata ini ditampilkan dalam bentuk grafik. Selanjutnya akan diuraikan hasil survey terkait empat permasalahan yang paling mendesak (berdasarkan hasil survey gelombang I) yang meliputi: kemacetan, sampah, daya beli masyarakat, dan banjir.

METODE SURVEI

9



3

KEMACETAN

Berdasarkan hasil survey gelombang pertama, tingkat permasalahan yang paling mendesak pertama menurut warga kota adalah kemacetan. Berikut hasil survey gelombang ketiga mengenai tingkat kesesuaian upaya pemerintah dengan harapan warga dalam penanganan kemacetan beserta tingkat kepuasannya. Setalah itu akan diuraikan penyebab kemacetan, usulan upaya untuk mengatasinya, beserta upaya pemerintah yang dianggap mengurangani kemacetan menurut warga kota.

3.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat Pada Penanganan Kemacetan Pengukuran tingkat kesesuaian upaya pemerintah dalam menangani permasalahan kemacetan dengan harapan masyarakat diukur melalui pertanyaan “Sejauh mana kesesuaian upaya Pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi masalah kemacetan satu tahun terakhir dengan harapan Ibu/Bapak/Saudara?”. Dalam hal ini jawaban responden dikategorikan ke dalam salah satu dari “jauh dari harapan”, “kurang dari harapan”, “sedikit kurang dari harapan”, “sesuai harapan”, “sedikit lebih dari harapan”, “lebih dari harapan”, dan “jauh lebih dari harapan”. Secara berurut jawaban untuk kategori-kategori tersebut diberi skor 1 sampai dengan 7.

3.00

Tidak Ada

3.12

SMA/SMK

2.81

Diploma

SD

2.98

SMP

KEMACETAN

2.63

3.09

2.93

Sarjana

Gambar 3.1.a. Tingkat Kesesuaian Upaya dan Harapan Penanganan Kemacetan Berdasarkan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki

S2/S3 Dari 2100 responden, 2008-nya memberikan respon terhadap pertanyaan di atas. Pada umumnya, 69,9%, responden menyatakan upaya pemerintah masih kurang dari harapan mereka. Sisanya 30,1% menyatakan sudah sesuai atau melebihi harapan mereka. Distribusi jawaban responden diberikan dalam Lampiran 2.A.1. Dari skor jawaban, kita memperoleh rata-rata yang bernilai 3,03. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kota Bandung menilai upaya pemerintah sedikit kurang sesuai dengan harapan mereka.

11


3.04 Cidadap (2.76) Sukasari (2.71)

Bandung

Sukajadi (3.41)

Coblong (2.63) Cibeunying Kaler (3.13)

Cicendo (2.62)

Bandung Kulon (3.11)

Sumur Bandung (3.39) Astana Anyar (3.30) Bojongloa Kaler (3.62)

Batununggal (2.85)

Lengkong (3.21)

Antapani (2.66)

Kiaracondong (3.11)

Regol (3.5)

Babakan Ciparay (2.82) Bojongloa Kidul (3.54)

12

Cibeunying Kidul (2.76)

Bandung Wetan (2.64)

Andir (2.67)

Manda (3.6

Buah Batu (2.42) Bandung Kidul (3.54)

KEMACETAN

A


Keterangan Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5) Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5) Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5) Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5) Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5) Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Selanjutnya berdasarkan demografi responden, hanya dalam jenis kelamin, tingkat pendidikan dan kecamatan tempat tinggal terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat kesesuian upaya dan harapan penanganan kemacetan (Lampiran 2. A.1.). Berdasarkan jenis kelamin, ternyata laki-laki memiliki tingkat kesesuaian yang lebih tinggi (3,09) dibandingkan dengan tingkat kesesuaian perempuan (2,99). Hal ini mengisyaratkan perempuan mempunyai harapan yang lebih tinggi terhapat upaya pemerintah dalam mengatasi kemacetan.

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

alajati 66) Ujungberung (4.03)

Arcamanik (2.81)

Rancasari (2.29)

Cibiru (3.10)

Cinambo (2.60)

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah tingkat kesesuaian antara upaya pemerintah dan harapan masyarakat (Gambar 3.1.a). Dengan demikian masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi mempunyai harapan yang lebih tinggi dari harapan mayarakat yang berpendidikan lebih rendah dalam penanganan kemacetan.

Panyileukan (3.00)

Gedebage (2.16)

KEMACETAN

Berdasarkan kecamatan tempat tinggal, dapat kita lihat bahwa repons masyarakat sangat bervariasi (Gambar 3.1.b). Pada umumnya (dua puluh satu) kecamatan mempunyai masyarakat yang menyatakan bahwa upaya pemerintah dalam menangani kemacetan sedikit kurang sesuai dari harapan mereka (skor 2,50-3,49). Sementara itu masyarakat Buah Batu, Ranca Sari dan Gede Bage menyatakan kurang sesuai (Skor 1,50-2,49). Sedangkan Masyarkat Regol, Bandung Kidul, Bojong Loa Kaler, Mandala Jati, Ujung Berung, dan Bojong Loa Kidul menyatakan upaya pemerintah telah sesuai dengan harapan mereka (skor 3,50-4,49).

13


3.2. Tingkat Kepuasan Masyarkat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Menangani Kemacetan Untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi kemacetan, responden diberi pertanyaan “Seberapa puaskah Ibu/Bapak/Saudara dengan upaya Pemerintah Kota Bandung dalam menangani kemacetan di lingkungan tempat tinggal Ibu/Bapak/Saudara dalam satu tahun terakhir?�.

3.4

Tidak Ada

Gambar 3.2.a. Ti

K

S

T

S

3.53 Cidadap (3.22)

B

Sukasari (2.94)

S

Bandung

P

S Sukajadi (3.97)

Coblong (2.88) Cibeunying Kaler (3.88)

Cicendo (3.17)

Bandung Kulon (3.83)

Sumur Bandung (3.41) Astana Anyar (1.48) Bojongloa Kaler (4.25)

Batununggal (3.16)

Lengkong (4.03)

Antapani (3.22)

Arcama (3.29

Kiaracondong (3.59)

Regol (4.10)

Babakan Ciparay (3.59) Bojongloa Kidul (4.59)

14

Cibeunying Kidul (3.64)

Bandung Wetan (3.00)

Andir (2.87)

Mandalajati (4.14)

Buah Batu (2.53) Bandung Kidul (3.86)

Ranca (2.83

KEMACETAN


41

a

3.42

3.74

SD

SMP

3.58

SMA/SMK

3.46

3.19

Diploma

Sarjana

3.06

S2/S3

ingkat Kepuasan pada Upaya Penanganan Kemacetan Berdasarkan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5)

Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5)

Puas (5.5 s.d. <6.5)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Ujungberung (4.63)

anik 9)

asari 3)

Cibiru (3.55)

Cinambo (3.35) Panyileukan (3.29)

Gedebage (2.76)

KEMACETAN

Jawaban reponden dikelompokkan ke dalam tujuh kategori sebagai berikut: “sangat tidak puas”, “tidak puas”, “sedikit tidak puas”, “biasa-biasa”, “sedikit puas”, “puas”, dan “sangat puas”. Ketujuh kategori ini pun, secara berurut diberi skor 1 sampai dengan tujuh. Respons rate untuk pertanyaan ini adalah 97,0%, dari 2100 responden 2036 di antaranya memberikan jawaban. Pada umumnya, 50,7% responden, menyatakan tidak puas dengan dengan upaya pemerintah dalam mengatasi kemacetan. Namun demikian dari ratarata skor respons yang bernilai 3,53 dapat diartikan bahwa masyarakat pada umumnya merasa biasa-biasa (skor 3,50-4,49) terhadap upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam menangani kemacetan (Lampiran 2.A.2.). Berdasarkan demografi responden, perbedaan tingkat kepuasan yang signifikan terdapat dalam tingkat pendidikan dan kecamatan tempat tinggal (Lampiran 2.A.2.). Dari Gambar 3.2.a. dapat kita lihat bahwa tingkat kepuasan masyarakat cenderung menurun seiring dengan penambahan tingkat pendidikan. Dalam hal ini sejalan dengan tingkat kesesuaian upaya dan harapan. Sementara itu berdasarkan kecamatan tempat tinggalnya, di kebanyakan (lima belas) kecamatan masyarakatnya merasa sedikit tidak puas dengan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kemacetan. Hanya ada dua kecamantan yang masyarakatnya merasa sedikit puas dengan upaya penanganan kemacetan yaitu Bojong Loa Kidul, dan Ujung Berung. Sedangkan sisanya sebanyak tiga belas kecamatan merasa biasa-biasa saja dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kemacetan satu tahun terakhir.

15


3.3. Penyebab Utama Kemacetan Dari respons tiga pertanyaan terbuka mengenai penyebab utama kemacetan kami mengidentifikasi dua puluh satu penyebab kemacetan. Volume kendaraan yang tinggi dianggap sebagai penyebab utama dari kemacetan. Skornya yang lebih dari 1,5 menunjukan bahwa volume kendaraan ini dianggap sebagai penyebab kemacetan utama yang pertama oleh lebih dari 50% responden (Gambar 3.3.). Hal lainnya yang dianggap dominan menyebabkan kemacetan adalah: kapasitas jalan yang kurang, PKL yang tidak tertib, parkir kendaraan yang tidak tertib, beserta perilaku pengemudi yang tidak tertib baik pengemudi angkot maupun pengemudi kendaraan pribadi. Pusatpusat keramaian seperti pasar, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, sekolah, pabrik dan terminal juga dianggap sebagai sumber kemacetan. Satu hal, masalah mendesak kota lainnya yaitu banjir dianggap juga sebagai penyebab kemacetan. Di antara lima masalah tertinggi penyebab kemacetan, hal yang dapat dioptimalkan segera dalam menangani masalah kemacetan adalah ketertiban angkutan kota, ketertiban parkir dan PKL. Adapun permasalahan kapasitas jalan yang kurang dan banyaknya kendaraan merupakan masalah yang dapat diselesaikan dalam jangka panjang. Terkait dengan banyaknya kendaraan, mengurangi volume kendaraan bukan merupakan hal yang mudah dilakukan. Salah satu kebijakan yang sudah diterapkan di DKI Jakarta adalah dengan penerapan aturan genap-ganjil dan penerapan kebijakan “three in one�. Di negara-negara lain bahkan menerapkan aturan pajak progresif untuk kepemilikan kendaraan di atas satu unit. Adapun banjir menjadi permasalahan yang saling terkait dengan kemacetan dan jika penanganganan banjir dapat dioptimalkan maka kemacetan dapat diurai.

1.51

0.55

Kendaraan Banyak

Proyek Pembangunan

Kapasitas Jalan Kurang

TrafficLight Tidak Efektif

0.27

PKL

Persimpangan

0.24

Parkir Tidak Tertib

Kendaraan Pendatang

0.07

0.24

Angkot Tidak Tertib

0.06

Pengemudi Tidak Tertib

0.06

0.20

Pasar/Pusat Belanja/Pusat Kota

0.05

0.10

Banjir

0.05

0.09

Jalan Rusak

0.04

Penduduk Banyak

0.03

Angkutan Umum Sedikit

Lintasan Kerta Api

Razia

Terminal

Jam Sibuk

Penyempitan Jalan

0.03

Sekolah/Pabrik

0.01 0.02 0.02 0.02

Pejalan Kaki Tidak Tertib

0.01

0.08

Gambar 3.3. Tingkat keutamaan penyebab kemacetan

16

KEMACETAN


3.4. Usulan Upaya Penanganan Kemacetan Sementara itu dari respons untuk pertanyaan terkait usulan warga untuk mengatasi kemacetan, setidaknya kami mengidentifikasi delapan belas usulan. Lain halnya dengan penyebab kemacetan, dalam usulan penanganan kemacetan tidak ada usulan yang didukung oleh lebih dari 50% responden seperti yang ditampilkan oleh Gambar 3.4. Usulan yang paling utama adalah pembatasan jumlah kendaraan. Setelah itu diikut oleh usulan pelebaran jalan. Hal lainnya terkait dengan penegakan aturan seperti: penertiban PKL, penertiban parkir, penertiban angutan kota. Hal-hal tersebut tentutnya tidak terlepas dengan penempatan petugas di lokasi-lokasi yang membutuhkan. Responden juga mengusulkan untuk optimalisasi kendaraan umum. Dalam hal ini responden mengusulkan penambahan bus Damri serta memperbaiki layananan dan ketertibannya. Upaya lainnya yang diusulkan adalah melakukan rekayasa lalu-lintas dengan pengaturan arus lalu-lintas seperti buka-tutup jalan dan penetapan jalur satu arah. Pembatasan penggunaan kendaraan seperti penerapan aturan 4 in 1 juga diusulkan oleh responden untuk mengatasi kemacetan. Terkait dengan infrastruktur responden mengusulkan perbaikan jalan rusak, pembangunan flyover dan jembatan penyebrangan, serta pembuatan jalan baru atau pelebaran jalan. 0.71 0.68

0.35 0.25

Pembenahan Rambu Jalan

Pembuatan/Pelebaran Jalan

Pembangunan Flyover

Pembatasan Kepemilikan Kendaraan

Penanggulangan Banjir

Pelebaran Jalan

Pembangunan Jembatan

Penegakan Aturan

Percepatan Proses Pembangunan

Optimalisasi Angkutan Umum

Berjalan Kaki

Penertiban PKL

0.06

Penertiban Parkir

0.04

0.18 0.15

Rekayasa Lalu Lintas

0.04

Penempatan Petugas Lalu-Lintas

0.03

0.17

Penertiban Angkutan Kota

0.03

Perbaikan Jalan

0.02

0.13

Pembatasan Penggunan Kendaraan

0.02

0.12

0.16

0.27

Gambar 3.4. Tingkat keutamaan usulan responden dalam penanganan kemacetan

Usulan utama yang disampaikan masyarakat dalam mengatasi masalah kemacetan adalah pembatasan jumah kendaraan. Kendaraan yang banyak beroperasi tentunya adalah kendaraan pribadi, sehingga pembatasan kendaraan dimaksud lebih pada pembatasan kendaraan pribadi. Berdasarkan penjelasan di atas, walaupun pembatasan kendaraan sangat dikehendaki, namun memerlukan upaya jangka panjang untuk penyelesaiannya. Pembatasan kendaraan juga dapat dikaitkan dengan kekhawatiran produksi sektor industry otomotif dan potensi penurunan pengangguran di sektor tersebut. Selain itu, penurunan kendaraan perlu disertai dengan kesiapan infrastruktur moda trasnportasi massal untuk mengganti peran kendaraan pribadi.

KEMACETAN

17


Pelebaran jalan juga termasuk ke dalam usulan utama oleh masyarakat. Kebijakan pelebaran jalan dapat dilakukan namun merupakan opsi yang berbiaya tinggi. Pembebasan tanah dan pembangunan infrastruktur jalan jika dibiayai oleh dana APBD akan menciptakan trade-off dengan program pembangunan lainnya. Salah satu opsi adalah pembangunan flyover, yang menciptakan trad-off dengan estetika kota. Pelebaran jalan juga merupakan kebijakan yang akan efektif jika didorong oleh kebijakan lain yang sinergis seperti: penertiban angkutan umum, penertiban PKL, efektivitas pengaturan lalu lintas, dll. Pelebaran jalan tanpa disertai penegakan regulasi yang tepat pada akhirnya akan menimbulkan parkir dan PKL liar yang membuat inefisiensi dalam penggunaan jalan raya.

3.5. Upaya Pemerintah Yang Berperan Dalam Menangani Kemacetan Berkaitan dengan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani kemacetan, teridentifikasi tujuh belas upaya pemerintah yang dianggap berkontribusi dalam mengatasi kemacetan Gambar 3.5.). Yang paling dianggap paling berkontribusi adalah pembuatan atau pelebaran jalan, termasuk di dalamnya pembuatan flyover. Optimalisasi angkutan umum berupa penambahan bis Damri dan peningkatan kualitas pelayanannya juga dianggap sebagai terefektif kedua. Setelah itu solusi terefektif ketiga dalah penempatan petugas di tempat-tempat yang membutuhkan. Dalam hal ini termasuk petugas kepolisian, DLLAJ, maupun Linmas. Hal berikutnya adalah rekayasa lalu-lintas yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah berupa penerapan jalur satu arah ataupun buka-tutup jalan. Perbaikan jalan rusak berada di posisi kelima sebagai upaya pemerintah terefektif. Pembatasan kendaraan berupa penerapan aturan 4 in 1 juga dianggap efektif mengurangi kemacetan. Penertiban PKL, penertiban, parker, angkot dan lalu lintas secara umum dianggap turut berkontribusi dalam mengatasi kemacetan. 0.69

0.42 0.36 0.31

0.21

0.22

0.32

Pembangunan Flyover

Pembatasan Kendaraan

0.16 0.12

Pembuatan Flyover

Penegakan Aturan

Kampanye Naik Angkutan Umum

Optimalisasi Rambu dan Marka Jalan

Pelebaran Jalan

Pembangunan Jembatan

Optimalisasi Angkutan Umum

Pembatasan Kepemilikan Kendaraan

Keberadaan Petugas

Penertiban Angkutan Kota

Rekayasa Lalu Lintas

Penertiban Parkir

Perbaikan Jalan

0.06

Penertiban PKL

0.06

Penertiban Lalu Lintas

0.06

0.07

0.04

0.05

0.07

0.03

Gambar 3.5. Tingkat keefektifan upaya pemerintah dalam penanganan kemacetan

18

KEMACETAN



4.1. Tingkat pada Pe

4 SAMPAH

Cid (4.

3.67

Sukasari (3.77)

Bandung Sukajadi (3.62)

Pengukuran tingkat kesesuaian upaya pemerintah dalam menangani permasalahan sampah dengan harapan masyarakat diukur melalui pertanyaan “Sejauh mana kesesuaian upaya Pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi masalah sampah satu tahun terakhir dengan harapan Ibu/Bapak/Saudara?”. Dalam hal ini jawaban responden dikategorikan ke dalam salah satu dari “jauh dari harapan”, “kurang dari harapan”, “sedikit kurang dari harapan”, “sesuai harapan”, “sedikit lebih dari harapan”, “lebih dari harapan”, dan “jauh lebih dari harapan”. Secara berurut jawaban untuk kategori-kategori tersebut diberi skor 1 sampai dengan 7. Dari 2100 responden, 2033-nya memberikan respon terhadap pertanyaan di atas. Pada umumnya, 41,6%, responden menyatakan upaya pemerintah masih kurang dari harapan mereka. Sisanya 58,4% menyatakan sudah sesuai atau melebihi harapan mereka. Distribusi jawaban responden diberikan dalam Lampiran 2.B.1. Dari skor jawaban, kita memperoleh rata-rata yang bernilai 3,67. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kota Bandung menilai upaya pemerintah sesuai dengan harapan mereka.

Cicendo (3.37) Andir (3.42)

Bandung Kulon (3.51)

Astana Anyar (3.94) Bojongloa Kaler (3.94) Babakan Ciparay (3.46) Bojongloa Kidul (4.40)

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian tingkat pendidikan yang berbeda. Perbed yang berbeda. (Lampiran 2.B.1.).

Berdasarkan kecamatan tempat tinggal umumnya (sepuluh) kecamatan mempuny sedikit kurang sesuai dari harapan merek yang menyatakan upaya pemerintah telah

20

SAMPAH


Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat enanganan Sampah Keterangan Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5) Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5) Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

dadap .50)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5) Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5) Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5) Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Coblong (3.57) Cibeunying Kaler (3.56) Cibeunying Kidul (2.96)

Bandung Wetan (3.79) Sumur Bandung (4.53)

Mandalajati (3.38)

Batununggal (3.50)

Lengkong (4.18)

Ujungberung (3.91) Antapani (3.08)

Arcamanik (3.32)

Cibiru (3.92)

Cinambo (3.10) Panyileukan (3.33)

Kiaracondong (3.88)

Regol (4.33)

Buah Batu (3.51) Bandung Kidul (3.88)

Rancasari (3.50)

Gedebage (3.15)

n, kami tidak menemukan perbedaan tingkat kesuaian di antara jenis kelamin, etnis dan daan tingkat keseuaian hanya ditemukan pada responden yang berasal dari kecamatan

l, dapat kita lihat bahwa respon masyarakat sangat bervariasi (Gambar 4.1.a). Pada yai masyarakat yang menyatakan bahwa upaya pemerintah dalam menangani kemacetan ka (skor 2,50-3,49). Sedangkan (dua puluh) kecamatan lainnya mempunyai masyarakat h sesuai dengan harapan mereka.

SAMPAH

21


4.2. Tingkat Kepuasan Masyarkat Terhadap Upaya Pemerintah dalam Menangani Sampah

Untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi sampah, responden diberi pertanyaan “Seberapa puaskah Ibu/Bapak/Saudara dengan upaya Pemerintah Kota Bandung dalam menangani masalah sampah di lingkungan tempat tinggal Ibu/Bapak/Saudara dalam satu tahun terakhir?”. Jawaban reponden dikelompokkan ke dalam tujuh kategori sebagai berikut: “sangat tidak puas”, “tidak puas”, “sedikit tidak puas”, “biasa-biasa”, “sedikit puas”, “puas”, dan “sangat puas”. Ketujuh kategori ini pun, secara berurut diberi skor 1 sampai dengan tujuh. Respons rate untuk pertanyaan ini adalah 97,0%, dari 2100 responden 2038 di antaranya memberikan jawaban. Pada umumnya, 56,5% responden, menyatakan tidak puas dengan upaya pemerintah dalam mengatasi masalah sampah. Namun demikian dari rata-rata skor respons yang bernilai 4,29 dapat diartikan bahwa masyarakat pada umumnya merasa biasa-biasa (skor 3,50-4,49) terhadap upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam menangani masalah sampah.

Berdasarkan demografi responden, perbedaan tingkat kepuasan yang signifikan terdapat dalam kecamatan tempat tinggal (Lampiran 2.B.2.). Berdasarkan kecamatan tempat tinggalnya, di kebanyakan (dua puluh) kecamatan masyarakatnya merasa biasa-biasa dengan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah kemacetan. Sedangkan sisanya sebanyak sepuluh kecamatan mempunyai masyarakat yang merasa sedikit puas dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah sampah satu tahun terakhir.

22

Cid (4. Sukasari (4.25

Sukajadi (4.32)

Cicendo (3.70) Andir (4.19)

Bandung Kulon (4.24)

Astana Anyar (4.86) Bojongloa Kaler (5.09) Babakan Ciparay (4.25) Bojongloa Kidul (5.13)

SAMPAH


Keterangan Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5) Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

4.29

dadap .13)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Bandung

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5) Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Coblong (3.89) Cibeunying Kaler (4.31) Cibeunying Kidul (3.76)

Bandung Wetan (4.71) Sumur Bandung (4.41)

Mandalajati (3.84)

Batununggal (3.81)

Lengkong (4.32)

Ujungberung (4.83) Antapani (3.94)

Arcamanik (3.95)

Cibiru (4.63)

Cinambo (4.24) Panyileukan (3.82)

Kiaracondong (3.96)

Regol (4.56)

Buah Batu (4.62) Bandung Kidul (4.61)

SAMPAH

Rancasari (4.57)

Gedebage (3.61)

23


4.3. Penyebab Utama Masalah Sampah Hal yang sangat menarik, lebih dari 50% responden menyatakan bahwa penyebab utama dari permasalahan sampah adalah kesadaran masyarakat yang rendah dalam pengelolaan sampah (skor lebih dari 1,5, Gambar 4.3.). Sisanya bersumber pada pengelolaan sampah di pihak pemerintah terkait dengan kurangnnya sarana pengelolaan sampah seperti kendaraan pengankut sampah, tempat sampah, jumlah TPS, kapasitas TPS, dan petugas kebersihan.

Penegakan aturan lemah

0.02

Pengolahan kurang

0.02

Banjir

0.03

Penggunaan plastik

0.06

Pengelolaan kurang

0.08

Petugas kurang

0.09

Kapasitas TPS kurang

0.25

Jumlah TPS kurang

0.25

Tempat sampah kurang Pengangkutan kurang

0.44 0.48

Kesadaran Masyarakat kurang

1.63

Gambar 4.3. Tingkat keutamaan penyebab masalah sampah

Berdasarkan temuan di atas, argumen responden bahwa faktor paling utama yang menyebabkan permasalahan sampah sudah menunjukkan adanya kesadaran bahwa masyarakat sendiri berkontribusi banyak dalam menciptakan permasalahan sampah di Kota Bandung. Artinya, efektivitas kebijakan penanggulangan sampah di Kota Bandung dapat ditingkatkan dengan optimalisasi peran masyarakat. Dengan kendala kurangnya TPS dan kurangnya kapasitas TPS, peran masyarakat dapat dimulai dari sejak pemilihan dan pemilahan sampah rumah tangga.

24

SAMPAH


4.4. Usulan Upaya Penanganan Masalah Sampah Untuk mengatasi permasalahan sampah responden mengusulkan yang pertama menambah kapasitas sarana penglolaan sampah seperti penambahan kendaraan pengangkut, penambahan TPS dan daya tampungnya, serta penambahan tempat sampah (Gambar 4.4.). Setelah itu responden mengusulkan pendisiplinan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi atau penyuluhan maupun penerapan aturan secara tegas. Kemudian, masyarakat mengusulkan untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah berupa pengangkutan sampah baik dari rumah-ke-rumah maupun dari TPS dan pengelolaan sampah di TPS. Selanjutnya responden mengusukan untuk penambahan petugas kebersihan dan diadakannya pengolahan sampah seperti pendauran ulang dan dilakukan kegiatan kebersihan baik oleh petugas kebersihan maupun gotong royong warga.

Kegiatan Kebersihan

Optimalisasi Pengelolaan

Pengolahan Sampah Penambahan Petugas Kebersihan

0.2

0.22

0.21

0.29

Optimalisasi Pengangkutan

0.37

Sosialisasi Pengelolaan

Pendisiplinan

0.43

0.61

Pengadaan Sarana

1.03

Gambar 4.4. Tingkat keutamaan usulan penanganan masalah sampah

4.5. Upaya Pemerintah yang Berperan dalam Menangani Masalah Sampah Setidaknya teridentifikasi tiga belas upaya pemerintah yang dianggap berkontribusi dalam penanganan masalah sampah (Gambar 4.5). Upaya yang paling efektif adalah penambahan petugas kebersihan. Setelah itu perbaikan penjadwalan pengambilan sampah dari masyarkat. Penambahan sarana pengelolaan sampah seperti tempat sampah, kendaraan pengangkut sampah, TPS atau TPA dinilai sebagai upaya yang efektif yang dilakukan dalam penanganan sampah. Salanjutnya adanya kegiatan kebersihan dari petugas kebersihan dan kegiatan kebersiahan berupa gotong royong yang diinisiasi pemerintah juga dianggap sebagai upaya yang efektif dalam menangani permasalahan sampah. Hal lainnya terkait dengan pemberian penyuluhan dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan penerapan aturan secara tegas untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat. Pengolahan sampah melalui daur ulang, pengomposan dan pengeloaannya di bank sampah juga dianggap sebagai solusi efektif.

SAMPAH

25


Larangan Buang Sampah

0.03

Pendirian Bank Sampah

0.03

Pembatasan Penggunaan Plastik

0.04

Pemberian sanksi

0.06

Pendaur-ulangan

0.07

Edukasi Masyarakat

0.13

Penambahan TPA/TPS

0.14

Kegiatan Kebersihan Perbaikan Pengelolaan Pengadaan Kendaraan Pengangkut Penambahan Tempat Sampah Pengambilan Terjadwal Penambahan Petugas

0.18 0.33 0.41 0.43 0.50 0.84

Gambar 4.5. Tingkat keefektifan upaya pemerintah dalam penanganan sampah

Secara spesifik, aspirasi responden mengenai pentingnya penambahan petugas kebersihan dan pengambilan terjadwal dalam mengangkut sampah akan optimal jika terlebih dahulu sampah di rumah tangga dapat dipilah. Penerapan sanksi bagi pelaku pembuangan sampah di sembarang tempat selama ini impelementasinya masih sulit sehingga opini responden mengenai efektifitasnya pun masih rendah. Menyadarkan masyarakat bahwa sampah memiliki daya jual atau nilai tambah merupakan salah satu dengan mengedukasi masyarakat merupakan salah satu cara yang bersifat mendorong upaya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga, ketika upaya yang bersifat sanksi sulit untuk diimplementasikan.

26

SAMPAH



5

Pengukuran ting dengan harapa Bandung dalam Ibu/Bapak/Saud harapan�, “kura “lebih dari hara diberi skor 1 sam

PEREKONOMIAN MASYARAKAT

5.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat pada Penanganan Perekonomian Masyarakat

Sukasari (2,92)

Sukajadi (3.33)

Dari 2100 responden, 1883-nya memberikan respon terhadap pertanyaan di atas. Pada umumnya, 64,8%, responden menyatakan upaya pemerintah masih kurang dari harapan mereka. Sisanya 35,2% menyatakan sudah sesuai atau melebihi harapan mereka. Distribusi jawaban responden diberikan dalam Lampiran 2.C.1. Dari skor jawaban, kita memperoleh rata-rata yang bernilai 3,17. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kota Bandung menilai upaya pemerintah sedikit kurang sesuai dengan harapan mereka. Selanjutnya berdasarkan demografi responden, hanya dalam kecamatan tempat tinggal terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kesesuain upaya dan harapan penanganan perekonomian masyarakat.

Cicendo (2.53) Andir (2.47)

Bandung Kulon (3.01)

Astan Anya (3.46) Bojongloa Kaler (3.55) Babakan Ciparay (3.02)

Bojonglo Kidul (4.72)

Berdasarkan kecamatan tempat tinggal, dapat kita lihat bahwa repons masyaraka yang menyatakan bahwa upaya pemerintah dalam menangani permasalahan perek sebanyak delapan belas kecamatan mempunyai masyarakat yang menyatakan upa sebanyak delapan kecamatan lainnya mempunyai masyarakat yang menyatakan up

28

PEREKONOMIAN MASYARAKAT


gkat kesesuaian upaya pemerintah dalam menangani permasalahan perekonomian masyarakat an masyarakat diukur melalui pertanyaan “Sejauh mana kesesuaian upaya Pemerintah Kota m mengatasi masalah perekonomian masyarakat satu tahun terakhir dengan harapan dara?”. Dalam hal ini jawaban responden dikategorikan ke dalam salah satu dari “jauh dari ang dari harapan”, “sedikit kurang dari harapan”, “sesuai harapan”, “sedikit lebih dari harapan”, apan”, dan “jauh lebih dari harapan”. Secara berurut jawaban untuk kategori-kategori tersebut mpai dengan 7.

Keterangan Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5) Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5) Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

3.17 Cidadap (4.17)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5) Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Bandung

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5) Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Coblong (3.42) Cibeunying Kaler (3.43) Cibeunying Kidul (3.23)

Bandung Wetan (3.39) Sumur Bandung (4.29)

na ar )

Mandalajati (3.41)

Batununggal (1.44)

Lengkong (3.80)

Ujungberung (3.60) Antapani (2.58)

Arcamanik (2.65)

Cibiru (3.25)

Cinambo (2.11) Panyileukan (3.19)

Kiaracondong (2.84)

Regol (3.82)

Buah Batu (2.29)

oa Bandung Kidul (3.51)

Rancasari (2.41)

Gedebage (2.64)

at sangat bervariasi (Gambar 5.1.a). sebanyak empat kecamatan mempunyai masyarakat konomian masyarakat kurang sesuai dari harapan mereka (skor 1,50 – 2,49). Sementara itu aya pemerintah sedikit kurang sesuai dengan harapan mereka (skor 2,50-3,49). Sedangkan paya pemerintah telah sesuai dengan harapan mereka.

PEREKONOMIAN MASYARAKAT

29


5.2. Tingkat Kepuasan Masyarkat terhadap Upaya Pemerintah dalam Menangani Perekonomian Masyarakat

Untuk mengukur mengatasi pereko dengan upaya Pe tinggal Ibu/Bapak

3.62 Cidadap (4.07) Sukasari (3.02)

Bandung

Sukajadi (4.19)

Coblong (3.78) Cibeunying Kaler (3.86)

Cicendo (3.03)

Bandung Kulon (3.81)

Sumur Bandung (4.32) Astana Anyar (3.75) Bojongloa Kaler (4.56)

Batununggal (3.51)

Lengkong (4.28)

Antapani (3.45)

Kiaracondong (3.43)

Regol (4.19)

Babakan Ciparay (3.47) Bojongloa Kidul (4,56)

30

Cibeunying Kidul (3.81)

Bandung Wetan (3.83)

Andir (2.83)

Mand (3.

Buah Batu (2.56) Bandung Kidul (3.88)

PEREKONOMIAN MASYARAKAT


r tingkat kepuasan masyarakat terhadap upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam onomian masyarakat, responden diberi pertanyaan “Seberapa puaskah Ibu/Bapak/Saudara emerintah Kota Bandung dalam menangani perekonomian masyarakat di lingkungan tempat k/Saudara dalam satu tahun terakhir?”.

Keterangan

Jawaban reponden dikelompokkan ke dalam tujuh kategori sebagai berikut: “sangat tidak puas”, “tidak puas”, “sedikit tidak puas”, “biasa-biasa”, “sedikit puas”, “puas”, dan “sangat puas”. Ketujuh kategori ini pun, secara berurut diberi skor 1 sampai dengan tujuh. Respons rate untuk pertanyaan ini adalah 90,6%, dari 2100 responden 1903 di antaranya memberikan jawaban. Pada umumnya, 78,7% responden, menyatakan tidak puas dengan dengan upaya pemerintah dalam mengatasi perekonomian masyarakat. Namun demikian dari rata-rata skor respon yang bernilai 3,62 dapat diartikan bahwa masyarkat pada umumnya merasa biasa-biasa (skor 3,50-4,49) terhadap upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam menangani perekonomian masyarakat.

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5) Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5) Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5) Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5) Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

dalajati .45) Ujungberung (4.08) Arcamanik (3.09)

Selanjutnya berdasarkan demografi responden, perbedaan tingkat kepuasan yang signifikan terdapat dalam kecamatan tempat tinggal (Lampiran 2.C.2.).

Cibiru (3.47)

Cinambo (3.86) Panyileukan (3.60)

Rancasari (3.03)

Gedebage (3.84)

Berdasarkan kecamatan tempat tinggalnya, di kebanyakan (tiga belas) kecamatan masyarakatnya merasa sedikit tidak puas dengan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani perekonomian masyarakat. Hanya ada dua kecamantan yang masyarakatnya merasa sedikit puas dengan upaya penanganan perekonomian masyarakat yaitu Bojong Loa Kidul, dan Ujung Berung. Sedangkan sisanya sebanyak lima belas kecamatan merasa biasa-biasa saja dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani perekonomian masyarakat satu tahun terakhir.

PEREKONOMIAN MASYARAKAT

31


5.3. Penyebab Utama Perekonomian Masyarakat Dari respons responden, kami mengidentifikasi empat belas hal yang menjadi penyebab permasalahan perekonomian masyarakat dalam hal ini khususnya terkait daya beli masyarakat (Gambar 5.3.). Hal yang paling utama adalah tingginya harga-harga bahan kebutuhan pokok. Hal berikutnya terkait dengan penghasilan warga yang rendah. Rendahnya penghasilan warga ini berkaitan erat dengan pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja beserta permasalahan dalam perusahaan warga. Masalah dalam perusahaan warga meliputi semakin tingginya persaingan, ketersedian bahan baku, kecukupan modal, dan gagal panen. Rendahnya penghasilan tidak lepas kaitannya dengan sektor usaha yang dijalani oleh masyarakat. Meskipun Kota Bandung merupakan kota metropolitan, namun masih banyak pekerja dengan status informal. Mereka adalah yang berusaha secara mandiri namun belum mapan sehingga belum mampu membayar pegawai atau pekerja lepas. Upah mereka juga pada umumnya tidak lebih besar dari UMK. Oleh karenanya peningkatan harga dirasa sangat krusial mempengaruhi perekonomian rumah tangga. Masalah harga juga tentunya tidak hanya dirasakan oleh pekerja informal. Peningkatan harga dalam berbagai komoditi secara serempak menyebabkan penurunan daya beli seluruh masyarakat.

1.21

0.62

0.63

Pengangguran

Penghasilan Kurang

0.47

0.18 0.03

0.04

008

0.07

Masalah Pendudukan

Barang Langka

Produk Lokal Jarang

Kesenjangan

Konsumtif

Nilai Rupiah Turun

Kemiskinan

Bantuan Sosial Kurang/Bermasalah

0.10

Harga Tinggi

0.03

Lapangan Kerja Terbatas

0.03

Masalah Berusaha

0.02

Kualitas Sumber Daya Manusia Kurang

0.02

Gambar 3.5. Tingkat keefektifan upaya pemerintah dalam penanganan kemacetan

32

PEREKONOMIAN MASYARAKAT


5.4. Usulan Upaya Penanganan Perekonomian Masyarakat Hal yang paling utama diusulkan responden untuk mengatasi masalah perekonomian masyarakat adalah kemudahan bekerja. Hal ini meliputi pembukaan lapangan kerja baru dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang meliputi pelatihan tenaga kerja. Hal lainnya yang diusulkan adalah pengendalian harga, baik itu melalui subsidi, operasi pasar maupun melalui adanya pasar murah, atau penyediaan barang kebutuhan pokok yang mencukupi. Responden juga mengusulkan penangaan masalah dalam pendistribusian bantuan sosial, baik dari besaran yagn perlu ditingkatkan, sistem penentuan yang berhak menerima, maupun ketepatan waktunya. Responden juga mengusulkan untuk menfasilitasi usaha warga seperti pemberian pinjaman modal, penyediaan tempat usaha, pelatihan kewirausahaan dan membantu pemasaran. Yang terakhir adalah usulan kenaikan upah.

Subsidi

0.05

Pasar Murah

006

Pelatihan Usaha

0.08

Pendorongan Wirausaha Penaikan Upah

0.13 0.17

Bantuan Usaha Bantuan Sosial Pengendalian Harga

0.20 0.35 0.87

1.19

Kemudahan Bekerja

Gambar 5.4. Tingkat keutamaan usulan penanganan masalah perekonmian masyarakat

PEREKONOMIAN MASYARAKAT

33


5.5. Upaya Pemerintah yang Berperan dalam Menangani Perekonomian Masyarakat Upaya pemerintah yang dianggap paling berperan dalam mengurangi permasalahan perekonomian masyarakat adalah pemberian bantuan sosial. Bantuan ini meliputi pemberian raskin, BLT, bantuan dana pendidikan, dan bedah rumah. Setelah itu yang kontribusinya tinggi adalah upaya pemerintah dalam menambah lapangan pekerjaan. Pengendalian harga melalui pasar murah dan operasi pasar juga dianggap sebagai upaya yang berkontribusi. Upaya pemerintah dalam memfasilitasi UKM juga diapresiasi oleh responden sebagai upaya yang berkontribusi dalam mengatasi permasalahan perekonomian masyarakat. Upaya ini meliputi, penyedian modal usaha, penyedian tempat usaha, membantu pemasaran produk, dan pelatihan-pelatihan kewirausahaan.

Pembinaan Masyarakat

0.03

PKH

003

Pengadaan Pasar Murah

0.07

Pelatihan Keterampilan

Penyediaan Kebutuhan Memfasilitasi UKM Pengendalian Harga Penambahan Lapangan Kerja

0.08 0.09 0.39

0.44 0.63

1.28

Pemberian Bantuan Sosial Gambar 5.5. Tingkat keutamaan upaya penanganan masalah perekonmian masyarakat

34

PEREKONOMIAN MASYARAKAT



6

BANJIR

Ci ( Sukasari (2.82)

6.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Pemerintah dan Harapan Masyarakat Pada Penanganan Banjir

Sukajadi (4.09)

Pengukuran tingkat kesesuaian upaya pemerintah dalam menangani banjir dengan harapan masyarakat diukur mealalui pertanyaan

Cicendo (2.97) Andir (3.36)

“Sejauh mana kesesuaian upaya Pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi masalah banjir satu tahun terakhir dengan harapan Ibu/Bapak/Saudara?”. Dalam hal ini jawaban responden dikategorikan ke dalam salah satu dari “jauh dari harapan”, “kurang dari harapan”, “sedikit kurang dari harapan”, “sesuai harapan”, “sedikit lebih dari harapan”, “lebih dari harapan”, dan “jauh lebih dari harapan”. Secara berurut jawaban untuk kategori-kategori tersebut diberi skor 1 sampai dengan 7. Dari 2100 responden, 1903-nya memberikan respon terhadap pertanyaan di atas. Pada umumnya, 59,5%, responden menyatakan upaya pemerintah sudah sesuai atau melebihi harapan mereka. Sisanya 40,5% menyatakan masih kurang dari harapan mereka. Distribusi jawaban responden diberikan dalam Lampiran 2.D.1. Dari skor jawaban, kita memperoleh ratarata yang bernilai 3,65. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kota Bandung menilai upaya pemerintah sesuai dengan harapan mereka.

36

Bandung Kulon (3.85)

Astana Anyar (3.93) Bojongloa Kaler (4.48) Babakan Ciparay (3.52) Bojongloa Kidul (4.75)

Selanjutnya berdasarkan demografi tingkat kesesuain upaya dan harapan

Berdasarkan kecamatan tempat tingg sembilan kecamatan mempunyai ma banjir sedikit kurang sesuai dari hara yang menyatakan upaya pemerintah

BANJIR


Keterangan Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5) Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5) Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

3.65

idadap (4.25)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Bandung

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5) Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5) Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Coblong (3.99) Cibeunying Kaler (3.93) Cibeunying Kidul (3.57)

Bandung Wetan (3.65) Sumur Bandung (4.22)

Mandalajati (3.41)

Batununggal (3.52)

Lengkong (3.75)

Ujungberung (3.95) Antapani (3.59)

Arcamanik (3.97)

Cibiru (3.63)

Cinambo (2.90) Panyileukan (3.87)

Kiaracondong (3.33)

Regol (3.82)

Buah Batu (2.65) Bandung Kidul (4.04)

Rancasari (2.88)

Gedebage (2.74)

responden, hanya dalam kecamatan tempat tinggal terdapat perbedaan yang signifikan n penanganan banjir (Lampiran 2.D.1.).

gal, dapat kita lihat bahwa repons masyarakat sangat bervariasi (Gambar 6.1.a). Sebanyak asyarakat yang menyatakan bahwa upaya pemerintah dalam menangani permasalahan apan mereka (skor 2,50-3,49). Sementara itu kecamatan lainnya mempunyai masyarakat telah sesuai dengan harapan mereka (skor 3,50-4,49).

BANJIR

37


6.2. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Menangani Banjir

4.25 Cidadap (4.11) Sukasari (3.46)

Bandung

Sukajadi (5.00)

Coblong (4.20) Cibeunying Kaler (4.93)

Cicendo (3.20)

Bandung Kulon (4.46)

Sumur Bandung (4.63) Astana Anyar (4.79) Bojongloa Kaler (5.18)

Batununggal (3.92)

Lengkong (4.05)

Antapani (4.16)

Kiaracondong (3.98)

Regol (4.08)

Babakan Ciparay (4.29) Bojongloa Kidul (4.76)

38

Cibeunying Kidul (4.56)

Bandung Wetan (4.38)

Andir (4.12)

Manda (3.8

Buah Batu (3.22) Bandung Kidul (4.65)

BANJIR


Keterangan Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5) Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5) Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5) Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5) Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

alajati 81) Ujungberung (4.89) Arcamanik (4.76)

Cibiru (4.24)

Cinambo (3.52) Panyileukan (5.29)

Rancasari (3.78)

Gedebage (2.78)

BANJIR

Untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi banjir, responden diberi pertanyaan “Seberapa puaskah Ibu/Bapak/Saudara dengan upaya Pemerintah Kota Bandung dalam menangani banjir di lingkungan tempat tinggal Ibu/Bapak/Saudara dalam satu tahun terakhir?”. Jawaban reponden dikelompokkan ke dalam tujuh kategori sebagai berikut: “sangat tidak puas”, “tidak puas”, “sedikit tidak puas”, “biasabiasa”, “sedikit puas”, “puas”, dan “sangat puas”. Ketujuh kategori ini pun, secara berurut diberi skor 1 sampai dengan tujuh. Respons rate untuk pertanyaan ini adalah 92,2%, dari 2100 responden 1937 di antaranya memberikan jawaban. Pada umumnya, 57,3% responden, menyatakan tidak puas dengan dengan upaya pemerintah dalam mengatasi banjir. Namun demikian dari rata-rata skor respon yang bernilai 4,25 dapat diartikan bahwa masyarkat pada umumnya merasa biasa-biasa (skor 3,50-4,49) terhadap upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam menangani banjir (Lampiran 2.D.2). Selanjutnya berdasarkan demografi responden, perbedaan tingkat kepuasan yang signifikan terdapat dalam kecamatan tempat tinggal. Berdasarkan kecamatan tempat tinggalnya, sebanyak empat kecamatan mempunyai masyarakat yang merasa sedikit tidak puas dengan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani banjir. Sebanyak lima belas kecamatan merasa biasa-biasa saja dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani banjir satu tahun terakhir. Sedangkan sebelas kecamatan lainnya mempunyai masyarakat yang merasa sedikit puas dengan upaya penanganan banjir satu tahun terakhir.

39


6.3. Penyebab Utama Banjir Berdasarkan data respons kami mengidentifikasi tiga belas penyebab banjir. Di antaranya adalah sampah yang dianggap penyebab utama pertama dari banjir. Setelah sampah permasalahan saluran air (drainase, sungai) seperti tidak ada, kapasitas kecil, rusak, pendangkalan dan tersumbat menjadi penyebab utama terjadinya banjir. Kurangnnya daerah resapan dan kesadaran mayarakat yang rendah dan kurangnnya pepohonan juga dianggap juga sebagai penyebab permasalahan banjir. Hal terakhir yang dianggap penyebab banjir adalah cuaca. 1.93

0.93

0.31 0.03

0.05

0.06

Banjir Kiriman

Jalan Beton

Pendangkalan Sungai

Bangunan Bermasalah

Pohon Kurang

Kesadaran Lingkungan

Sampah

0.03

Drainase Bermasalah

0.03

Daerah Resapan Kurang

0.01

Cuaca

0.01

Galian

Daerah Rendah

0.01

Tanggul Bocor

0.01

0.18

Gambar 6.3. Tingkat keutamaan penyebab masalah banjir

6.4. Usulan Upaya Penanganan Banjir Usulan responden terkait dengan penanganan banjir yang utama pertama terkait dengan kegiatan kebersihan. Kegiatan ini baik dilakukan oleh petugas kebersihan maupun warga secara bergotong royong. Masih terkait dengan kebersihan adalah optimalisasi pengelolaan sampah. Khususnya responden mengusulkan perbaikan penjadwalan pengambilan sampah serta melengkapi sarana penunjangnnya. Usulan utama yang ketiga adalah optimalisasi drainase. Optimalisasi ini dapat dilakukan melalui pembuatan drainase, peningkatan kapasitas drainase, dan perbaikan drainase yang rusak, pemeliharaan berupa pembersihan. Kemudian khusus untuk sungai diusulkan untuk dilakukan pengerukan. Usulan berikutnya terkait dengan peningkatan kualitas lingkungan dalam bentuk menambah banyak daerah serapan dan penghijauan.

40

BANJIR


Penghijauan

0.09

Perbanyak Daerah Resapan

0.20

Optimalisasi Drainase

0.90

Pengelolaan Sampah

0.91

Kegiatan Kebersihan

0.99

Gambar 6.4. Tingkat keutamaan usulan penanganan banjir

6.5. Upaya Pemerintah Yang Berperan Dalam Menangani Banjir Upaya pemerintah dalam satu tahun terakhir yang dianggap paling berperan dalam mengatasi banjir adalah optimalisasi drainase. Optimalisasi drainase ini meliputi pembuatan saluran air baru, memperbaiki saluran air yang rusak, memperbesar kapasitas saluran air dan melakukan pengerukan sungai. Disamping itu, upaya pemerintah dalam memperbaiki pengelolaan sampah juga dianggap berperan dalam mengurangi masalah banjir. Hal ini termasuk perbaikan sistem pengelolaan dan melengkapi sarana pengelolaannya. Pengadaan daerah resapan dan penghijauan, pembuatan bendungan, serta penyedotan yang dilakukan oleh pemerintah juga di anggap berperan dalam mengurangi masalah banjir.

Pengadaan Penyedot Air

0.05

Penyuluhan Masyarakat

0.05

Pembuatan Bendungan

0.09

Penghijauan

0.10

Kegiatan Kebersihan Pengadaan Daerah Resapan Perbaikan Pengelolaan Sampah Optimalisasi Drainase dan Sungai

BANJIR

Gambar 6.5. Tingkat keutamaan upaya pemerintah dalam masalah banjir

0.16 0.20 0.82

1.51

41


PENUTUP

7

Dari hasil survey gelombang ketiga, kita dapat mengetahui seberapa jauh perbedaan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani permaslahan utama yang dianggap mendesak oleh masyarakat dengan harapan masyarakat dalam penanganan masalah-masalah tersebut. Selain itu kita dapat mengetahui seberapa puas masyarkat atas upaya yang telah dilakukan. Hal penting yang lain yang dapat kita ketahui dari survey gelombang ketiga adalah informasi mengenai penyebab keempat permasalahan paling mendesak dan usulan masyarakat untuk mengatasinya. Selain itu dari hasil survey kita dapat mengetahui, upaya pemerintah yang mana saja yang mendapat apresiasi masyarakat dalam mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut. Informasi ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi pemerintah dalam mempertimbangkan langkah selanjutnya dalam mengatasi keempat permasalahan paling mendesak. Hasil lainnya yaitu respon mengenai tingkat keseuaian dan tingkat kepuasan terhadap permasalahan kota yang dianggap tidak mendesak kami sampaikan di dalam lampiran 3. Kemudian pada Lampiran 4 disampaikan pokok-pokok permasalahan dalam pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat. Untuk mengoptimalkan manfaat dari hasil survey ini, kami mengharapakan masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki laporan ini.

42

PENUTUP


Lampiran 1 Kuesioner

LAMPIRAN

43


44

LAMPIRAN


LAMPIRAN

45


46

LAMPIRAN


LAMPIRAN

47


48

LAMPIRAN


LAMPIRAN

49


50

LAMPIRAN


LAMPIRAN

51


52

LAMPIRAN


LAMPIRAN

53


Lampiran 2 Analisis Varians untuk Uji Beda Rata - Rata Tingkat Kesesuaian Upaya dan Tingkat Kepuasan 2.A. Kemacetan 2.A.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Penanganan Kemacetan dengan Harapan

54

LAMPIRAN


2.A.2. Tingkat Kepuasan pada Penanganan Kemacetan

LAMPIRAN

55


2.B. Sampah 2.B.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Penanganan Sampah dengan Harapan

56

LAMPIRAN


2.B.2. Tingkat Kepuasan pada Penanganan Sampah

LAMPIRAN

57


2.C. Perekonomian Masyarakat 2.C.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Penanganan Perekonomian Masyarakat dengan Harapan

58

LAMPIRAN


2.C.2. Tingkat Kepuasan pada Penanganan Perekonomian Masyarakat

LAMPIRAN

59


2.D. Banjir 2.D.1. Tingkat Kesesuaian Upaya Penanganan Banjir dengan Harapan

60

LAMPIRAN


2.D.2. Tingkat Kepuasan pada Penanganan Banjir

LAMPIRAN

61


Lampiran 3 Tingkat Kesesuaian dan Tingkat Kepuasan Penanganan Masalah Tidak Mendesak A. Infrastruktur Jalan

Bandung Kulon (4.12)

Sukasari (3.42)

Sukajadi (5.12)

Cicendo (3.45)

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Keterangan

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.16)

Ujungberung (4.94)

Panyileukan (4.22)

Gedebage (4.09)

Cinambo (3.26)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.40)

Arcamanik (3.19)

Mandalajati (3.66)

4.15

Bandung

Cibeunying Kaler (3.76) Cibeunying Kidul (3.65)

Antapani (3.86)

Buah Batu (3.97)

Kiaracondong (4.36)

Batununggal (3.81)

Lengkong (5.10)

Sumur Bandung (5.41)

Bandung Wetan (4.04)

Coblong (3.63)

Cidadap (4.87)

Astana Anyar (3.92) Bojongloa Kaler (5.00) Regol (4.53)

Bandung Kidul (3.54)

LAMPIRAN

62

Andir (3.53)

Babakan Ciparay (3.90) Bojongloa Kidul (4.14)

Gambar L3.A1. Kesesuaian Penanganan Masalah Infrastruktur Jalan dengan Harapan


Bandung Kulon (4.93)

Sukasari (4.22)

Sukajadi (5.40)

Cicendo (4.43)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.76)

Ujungberung (5.38)

Panyileukan (5.00)

Gedebage (4.12)

Cinambo (4.53)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.71)

Arcamanik (4.19)

Mandalajati (4.41)

4.85

Bandung Cibeunying Kaler (3.13) Cibeunying Kidul (4.09)

Antapani (5.10)

Buah Batu (5.24)

Kiaracondong (5.03)

Batununggal (4.30)

Lengkong (6.11)

Sumur Bandung (5.13)

Bandung Wetan (4.41)

Coblong (4.20)

Cidadap (5.43)

Astana Anyar (4.75) Bojongloa Kaler (5.38) Regol (5.06)

Bandung Kidul (3.54)

63

LAMPIRAN

Andir (4.15)

Babakan Ciparay (4.74) Bojongloa Kidul (5.24)

Gambar L3.A2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Infrastruktur Jalan


B. Masalah Keamanan

Bandung Kulon (4.26)

Sukasari (3.40)

Sukajadi (5.09)

Cicendo (3.72)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.19)

Ujungberung (4.41)

Panyileukan (4.12)

Gedebage (3.97)

Cinambo (3.29)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.41)

Arcamanik (3.05)

Mandalajati (3.42)

4.10

Bandung

Cibeunying Kaler (4.05) Cibeunying Kidul (3.69)

Antapani (3.84)

Buah Batu (3.70)

Kiaracondong (3.93)

Batununggal (4.08)

Lengkong (4.94)

Sumur Bandung (4.94)

Bandung Wetan (4.50)

Coblong (4.01)

Cidadap (4.35)

Astana Anyar (3.94) Bojongloa Kaler (4.50) Regol (4.17)

Bandung Kidul (4.48)

LAMPIRAN

64

Andir (3.86)

Babakan Ciparay (3.96) Bojongloa Kidul (4.68)

Gambar L3.B1. Kesesuaian Penanganan Masalah Keamanan dengan Harapan


Bandung Kulon (4.94)

Sukasari (3.89)

Sukajadi (5.53)

Cicendo (4.72)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.84)

Ujungberung (5.34)

Panyileukan (4.91)

Gedebage (4.18)

Cinambo (4.19)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.56)

Arcamanik (3.62)

Mandalajati (3.64)

4.79

Bandung Cibeunying Kaler (5.21) Cibeunying Kidul (4.30)

Antapani (4.72)

Buah Batu (5.07)

Kiaracondong (4.71)

Batununggal (4.44)

Lengkong (5.87)

Sumur Bandung (5.00)

Bandung Wetan (4.75)

Coblong (4.42)

Cidadap (4.39)

Astana Anyar (4.90) Bojongloa Kaler (5.50) Regol (4.58)

Bandung Kidul (3.54)

65

LAMPIRAN

Andir (4.62)

Babakan Ciparay (4.73) Bojongloa Kidul (4.84)

Gambar L3.B2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Keamanan


C. Masalah Pendidikan Dasar dan Menengah

Bandung Kulon (3.72)

Sukasari (3.34)

Sukajadi (4.69)

Cicendo (3.83)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.91)

Ujungberung (4.49)

Panyileukan (4.44)

Gedebage (3.40)

Cinambo (3.10)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.44)

Arcamanik (3.65)

Mandalajati (3.36)

4.05

Bandung

Cibeunying Kaler (3.97) Cibeunying Kidul (3.76)

Antapani (3.77)

Buah Batu (3.94)

Kiaracondong (3.88)

Batununggal (4.09)

Lengkong (4.08)

Sumur Bandung (4.77)

Bandung Wetan (4.21)

Coblong (4.23)

Cidadap (4.45)

Astana Anyar (3.97) Bojongloa Kaler (4.89) Regol (4.39)

Bandung Kidul (4.48)

LAMPIRAN

66

Andir (3.78)

Babakan Ciparay (3.79) Bojongloa Kidul (4.38)

Gambar L3.C1. Kesesuaian Penanganan Masalah Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Harapan


Bandung Kulon (4.34)

Sukasari (4.00)

Sukajadi (5.02)

Cicendo (4.95)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.51)

Ujungberung (5.35)

Panyileukan (5.44)

Gedebage (3.53)

Cinambo (3.90)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.69)

Arcamanik (4.53)

Mandalajati (3.59)

4.79

Bandung Cibeunying Kaler (5.13) Cibeunying Kidul (4.72)

Antapani (4.74)

Buah Batu (5.72)

Kiaracondong (4.54)

Batununggal (4.45)

Lengkong (4.86)

Sumur Bandung (4.77)

Bandung Wetan (4.58)

Coblong (4.84)

Cidadap (4.59)

Astana Anyar (4.81) Bojongloa Kaler (5.88) Regol (4.79)

Bandung Kidul (3.54)

67

LAMPIRAN

Andir (4.71)

Babakan Ciparay (4.57) Bojongloa Kidul (4.66)

Gambar L3.C2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Pendidikan Dasar dan Menengah


D. Masalah Pengangguran

Bandung Kulon (2.86)

Sukasari (2.53)

Sukajadi (3.80)

Cicendo (2.60)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.21)

Ujungberung (3.50)

Panyileukan (4.42)

Gedebage (2.47)

Cinambo (2.10)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (2.80)

Arcamanik (2.34)

Mandalajati (3.02)

3.15

Bandung

Cibeunying Kaler (3.04) Cibeunying Kidul (2.96)

Antapani (2.38)

Buah Batu (2.22)

Kiaracondong (2.76)

Batununggal (3.31)

Lengkong (4.44)

Sumur Bandung (3.72)

Bandung Wetan (3.48)

Coblong (4.42)

Cidadap (4.15)

Astana Anyar (3.47) Bojongloa Kaler (3.74) Regol (3.55)

Bandung Kidul (3.52)

LAMPIRAN

68

Andir (2.74)

Babakan Ciparay (2.88) Bojongloa Kidul (4.32)

Gambar L3.D1. Kesesuaian Penanganan Masalah Pengangguran dengan Harapan


Bandung Kulon (3.13)

Sukasari (2.78)

Sukajadi (4.00)

Cicendo (2.80)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.40)

Ujungberung (3.40)

Panyileukan (3.84)

Gedebage (2.56)

Cinambo (2.55)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.05)

Arcamanik (2.76)

Mandalajati (2.83)

3.34

Bandung

Cibeunying Kaler (5.53) Cibeunying Kidul (3.53)

Antapani (2.73)

Buah Batu (2.27)

Kiaracondong (2.96)

Batununggal (3.30)

Lengkong (5.00)

Sumur Bandung (3.83)

Bandung Wetan (3.32)

Coblong (3.61)

Cidadap (4.25)

Astana Anyar (3.56) Bojongloa Kaler (3.95) Regol (3.80)

Bandung Kidul (3.56)

69

LAMPIRAN

Andir (2.94)

Babakan Ciparay (3.24) Bojongloa Kidul (4.10)

Gambar L3.D2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Pengangguran


E. Masalah Penyaluran Bantuan Sosial

Bandung Kulon (3.35)

Sukasari (2.80)

Sukajadi (4.14)

Cicendo (3.05)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.91)

Ujungberung (3.54)

Panyileukan (3.84)

Gedebage (3.47)

Cinambo (2.17)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (2.96)

Arcamanik (3.24)

Mandalajati (3.89)

3.57

Bandung

Cibeunying Kaler (3.49) Cibeunying Kidul (3.19)

Antapani (3.32)

Buah Batu (3.61)

Kiaracondong (3.21)

Batununggal (3.65)

Lengkong (4.25)

Sumur Bandung (4.14)

Bandung Wetan (3.67)

Coblong (3.87)

Cidadap (3.93)

Astana Anyar (3.64) Bojongloa Kaler (4.01) Regol (4.56)

Bandung Kidul (3.52)

LAMPIRAN

70

Andir (2.95)

Babakan Ciparay (3.24) Bojongloa Kidul (4.47)

Gambar L3.E1. Kesesuaian Penanganan Masalah Bantuan Sosial dengan Harapan


Bandung Kulon (3.78)

Sukasari (3.09)

Sukajadi (4.45)

Cicendo (3.61)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.41)

Ujungberung (3.75)

Panyileukan (4.88)

Gedebage (3.57)

Cinambo (2.39)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.37)

Arcamanik (3.83)

Mandalajati (3.69)

4.01

Bandung

Cibeunying Kaler (4.40) Cibeunying Kidul (3.71)

Antapani (3.55)

Buah Batu (4.08)

Kiaracondong (3.81)

Batununggal (3.71)

Lengkong (5.10)

Sumur Bandung (4.52)

Bandung Wetan (3.96)

Coblong (4.19)

Cidadap (4.15)

Astana Anyar (3.98) Bojongloa Kaler (4.74) Regol (4.85)

Bandung Kidul (3.80)

71

LAMPIRAN

Andir (3.28)

Babakan Ciparay (3.89) Bojongloa Kidul (4.49)

Gambar L3.E2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Bantuan Sosial


F. Masalah Birokrasi Kependudukan

Bandung Kulon (3.70)

Sukasari (3.04)

Sukajadi (4.67)

Cicendo (3.57)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.02)

Ujungberung (4.47)

Panyileukan (4.07)

Gedebage (3.09)

Cinambo (2.44)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.52)

Arcamanik (3.46)

Mandalajati (3.83)

3.83

Bandung

Cibeunying Kaler (3.76) Cibeunying Kidul (3.57)

Antapani (3.62)

Buah Batu (3.71)

Kiaracondong (4.20)

Batununggal (3.41)

Lengkong (4.60)

Sumur Bandung (4.88)

Bandung Wetan (3.63)

Coblong (3.70)

Cidadap (4.54)

Astana Anyar (3.95) Bojongloa Kaler (4.42) Regol (4.14)

Bandung Kidul (4.27)

LAMPIRAN

72

Andir (3.19)

Babakan Ciparay (3.45) Bojongloa Kidul (4.39)

Gambar L3.F1. Kesesuaian Penanganan Masalah Birokrasi Kependudukan dengan Harapan


Bandung Kulon (4.52)

Sukasari (3.44)

Sukajadi (4.82)

Cicendo (4.61)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.10)

Ujungberung (5.08)

Panyileukan (5.20)

Gedebage (3.15)

Cinambo (4.50)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.36)

Arcamanik (4.13)

Mandalajati (4.53)

4.39

Bandung Cibeunying Kaler (5.04) Cibeunying Kidul (3.82)

Antapani (4.87)

Buah Batu (5.23)

Kiaracondong (5.11)

Batununggal (3.28)

Lengkong (5.56)

Sumur Bandung (3.75)

Bandung Wetan (3.93)

Coblong (4.21)

Cidadap (4.20)

Astana Anyar (5.02) Bojongloa Kaler (5.00) Regol (4.56)

Bandung Kidul (4.88)

73

LAMPIRAN

Andir (3.72)

Babakan Ciparay (3.91) Bojongloa Kidul (4.15)

Gambar L3.F2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Birokrasi Kependudukan


G. Masalah Sosial

Bandung Kulon (3.91)

Sukasari (2.67)

Sukajadi (3.80)

Cicendo (3.23)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.95)

Ujungberung (4.09)

Panyileukan (3.76)

Gedebage (3.21)

Cinambo (2.95)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.48)

Arcamanik (2.92)

Mandalajati (2.19)

3.68

Bandung

Cibeunying Kaler (3.58) Cibeunying Kidul (3.28)

Antapani (3.48)

Buah Batu (3.88)

Kiaracondong (3.84)

Batununggal (3.96)

Lengkong (3.62)

Sumur Bandung (5.47)

Bandung Wetan (4.39)

Coblong (3.87)

Cidadap (3.89)

Astana Anyar (3.50) Bojongloa Kaler (3.94) Regol (3.80)

Bandung Kidul (4.58)

LAMPIRAN

74

Andir (3.31)

Babakan Ciparay (3.45) Bojongloa Kidul (4.51)

Gambar L3.G1. Kesesuaian Penanganan Masalah Sosial dengan Harapan


Bandung Kulon (4.52)

Sukasari (2.72)

Sukajadi (4.07)

Cicendo (3.99)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.23)

Ujungberung (4.85)

Panyileukan (4.52)

Gedebage (3.06)

Cinambo (3.53)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.22)

Arcamanik (3.42)

Mandalajati (2.03)

4.19

Bandung

Cibeunying Kaler (4.67) Cibeunying Kidul (3.80)

Antapani (4.48)

Buah Batu (5.12)

Kiaracondong (4.46)

Batununggal (4.04)

Lengkong (4.92)

Sumur Bandung (4.34)

Bandung Wetan (4.96)

Coblong (4.23)

Cidadap (4.28)

Astana Anyar (4.16) Bojongloa Kaler (4.53) Regol (4.10)

Bandung Kidul (4.94)

75

LAMPIRAN

Andir (3.82)

Babakan Ciparay (4.10) Bojongloa Kidul (4.70)

Gambar L3.G2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Sosial


H. Masalah Ketertiban Lingkungan

Bandung Kulon (3.81)

Sukasari (3.29)

Sukajadi (4.13)

Cicendo (3.64)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.98)

Ujungberung (4.06)

Panyileukan (3.85)

Gedebage (3.19)

Cinambo (3.19)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.72)

Arcamanik (3.66)

Mandalajati (1.92)

3.74

Bandung

Cibeunying Kaler (3.98) Cibeunying Kidul (3.67)

Antapani (3.27)

Buah Batu (2.93)

Kiaracondong (4.07)

Batununggal (3.87)

Lengkong (4.71)

Sumur Bandung (3.44)

Bandung Wetan (4.36)

Coblong (3.82)

Cidadap (4.07)

Astana Anyar (3.69) Bojongloa Kaler (4.04) Regol (3.64)

Bandung Kidul (4.53)

LAMPIRAN

76

Andir (3.27)

Babakan Ciparay (3.79) Bojongloa Kidul (4.28)

Gambar L3.H1. Kesesuaian Penanganan Masalah Ketertiban Lingkungan dengan Harapan


Bandung Kulon (4.43)

Sukasari (3.92)

Sukajadi (4.42)

Cicendo (4.81)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.39)

Ujungberung (4.92)

Panyileukan (4.33)

Gedebage (3.25)

Cinambo (3.19)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.69)

Arcamanik (4.46)

Mandalajati (2.55)

4.36

Bandung Cibeunying Kaler (5.05) Cibeunying Kidul (4.34)

Antapani (3.62)

Buah Batu (3.40)

Kiaracondong (4.83)

Batununggal (4.02)

Lengkong (5.30)

Sumur Bandung (3.94)

Bandung Wetan (4.65)

Coblong (4.09)

Cidadap (4.17)

Astana Anyar (4.72) Bojongloa Kaler (5.01) Regol (4.33)

Bandung Kidul (4.67)

77

LAMPIRAN

Andir (4.02)

Babakan Ciparay (4.51) Bojongloa Kidul (4.56)

Gambar L3.H2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Ketertiban Lingkungan


I. Masalah dalam Proses Pembangunan

Bandung Kulon (3.93)

Sukasari (3.34)

Sukajadi (4.31)

Cicendo (3.49)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.49)

Ujungberung (5.17)

Panyileukan (3.76)

Gedebage (3.63)

Cinambo (3.06)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.88)

Arcamanik (3.46)

Mandalajati (3.08)

4.14

Bandung

Cibeunying Kaler (3.73) Cibeunying Kidul (3.79)

Antapani (3.46)

Buah Batu (3.86)

Kiaracondong (4.37)

Batununggal (4.46)

Lengkong (4.66)

Sumur Bandung (5.56)

Bandung Wetan (4.39)

Coblong (4.15)

Cidadap (5.09)

Astana Anyar (4.10) Bojongloa Kaler (5.04) Regol (3.64)

Bandung Kidul (4.70)

LAMPIRAN

78

Andir (3.48)

Babakan Ciparay (3.88) Bojongloa Kidul (4.63)

Gambar L3.I1. Kesesuaian Penanganan Masalah dalam Proses Pembangunan dengan Harapan


Bandung Kulon (4.86)

Sukasari (4.34)

Sukajadi (4.83)

Cicendo (4.81)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.80)

Ujungberung (5.92)

Panyileukan (4.52)

Gedebage (3.77)

Cinambo (3.94)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.24)

Arcamanik (3.81)

Mandalajati (3.73)

4.90

Bandung Cibeunying Kaler (4.72) Cibeunying Kidul (4.82)

Antapani (4.40)

Buah Batu (5.44)

Kiaracondong (5.13)

Batununggal (4.84)

Lengkong (5.51)

Sumur Bandung (5.78)

Bandung Wetan (4.96)

Coblong (4.60)

Cidadap (5.41)

Astana Anyar (5.19) Bojongloa Kaler (5.66) Regol (4.97)

Bandung Kidul (5.15)

79

LAMPIRAN

Andir (4.55)

Babakan Ciparay (4.75) Bojongloa Kidul (5.09)

Gambar L3.I2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah dalam Proses Pembangunan


J. Masalah Angkutan Umum

Bandung Kulon (3.76)

Sukasari (2.84)

Sukajadi (3.79)

Cicendo (3.67)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.07)

Ujungberung (3.97)

Panyileukan (4.09)

Gedebage (3.42)

Cinambo (3.25)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.49)

Arcamanik (3.25)

Mandalajati (3.72)

3.85

Bandung

Cibeunying Kaler (3.60) Cibeunying Kidul (3.26)

Antapani (3.29)

Buah Batu (3.80)

Kiaracondong (3.82)

Batununggal (3.99)

Lengkong (4.48)

Sumur Bandung (3.72)

Bandung Wetan (4.42)

Coblong (4.26)

Cidadap (3.56)

Astana Anyar (3.83) Bojongloa Kaler (4.26) Regol (4.32)

Bandung Kidul (4.25)

LAMPIRAN

80

Andir (3.89)

Babakan Ciparay (3.87) Bojongloa Kidul (4.81)

Gambar L3.J1. Kesesuaian Penanganan Masalah Angkutan Umum dengan Harapan


Bandung Kulon (4.33)

Sukasari (3.45)

Sukajadi (4.13)

Cicendo (4.93)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.76)

Ujungberung (4.70)

Panyileukan (5.36)

Gedebage (3.42)

Cinambo (4.40)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.45)

Arcamanik (3.90)

Mandalajati (4.36)

4.50

Bandung Cibeunying Kaler (4.72) Cibeunying Kidul (4.26)

Antapani (3.48)

Buah Batu (5.28)

Kiaracondong (4.59)

Batununggal (4.23)

Lengkong (5.21)

Sumur Bandung (3.75)

Bandung Wetan (5.00)

Coblong (4.53)

Cidadap (3.60)

Astana Anyar (4.74) Bojongloa Kaler (5.05) Regol (4.50)

Bandung Kidul (4.29)

81

LAMPIRAN

Andir (4.70)

Babakan Ciparay (4.74) Bojongloa Kidul (4.85)

Gambar L3.J2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Angkutan Umum


K. Masalah Air Bersih

Bandung Kulon (3.87)

Sukasari (3.50)

Sukajadi (4.38)

Cicendo (3.70)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.53)

Ujungberung (4.35)

Panyileukan (4.36)

Gedebage (3.79)

Cinambo (2.86)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.44)

Arcamanik (3.47)

Mandalajati (4.21)

4.04

Bandung

Cibeunying Kaler (3.92) Cibeunying Kidul (3.39)

Antapani (3.58)

Buah Batu (3.51)

Kiaracondong (4.03)

Batununggal (4.23)

Lengkong (3.94)

Sumur Bandung (4.50)

Bandung Wetan (4.04)

Coblong (4.27)

Cidadap (3.71)

Astana Anyar (4.09) Bojongloa Kaler (4.23) Regol (5.00)

Bandung Kidul (3.92)

LAMPIRAN

82

Andir (4.01)

Babakan Ciparay (4.04) Bojongloa Kidul (4.48)

Gambar L3.K1. Kesesuaian Penanganan Masalah Air Bersih dengan Harapan


Bandung Kulon (4.39)

Sukasari (4.32)

Sukajadi (4.94)

Cicendo (4.94)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.97)

Ujungberung (5.17)

Panyileukan (5.67)

Gedebage (4.12)

Cinambo (3.62)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.51)

Arcamanik (4.32)

Mandalajati (5.05)

4.71

Bandung Cibeunying Kaler (5.02) Cibeunying Kidul (3.89)

Antapani (4.89)

Buah Batu (4.70)

Kiaracondong (4.62)

Batununggal (4.67)

Lengkong (4.56)

Sumur Bandung (4.47)

Bandung Wetan (4.54)

Coblong (4.71)

Cidadap (3.76)

Astana Anyar (5.11) Bojongloa Kaler (5.15) Regol (5.41)

Bandung Kidul (3.84)

84

LAMPIRAN

Andir (4.26)

Babakan Ciparay (4.75) Bojongloa Kidul (4.79)

Gambar L3.K2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Air Bersih


L. Masalah dalam Pelayanan Kesehatan

Bandung Kulon (4.13)

Sukasari (3.24)

Sukajadi (5.14)

Cicendo (3.69)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.86)

Ujungberung (4.88)

Panyileukan (4.07)

Gedebage (3.17)

Cinambo (3.10)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.38)

Arcamanik (3.20)

Mandalajati (4.00)

4.15

Bandung

Cibeunying Kaler (3.95) Cibeunying Kidul (4.27)

Antapani (3.71)

Buah Batu (3.85)

Kiaracondong (3.90)

Batununggal (3.68)

Lengkong (4.43)

Sumur Bandung (5.55)

Bandung Wetan (4.74)

Coblong (4.24)

Cidadap (5.19)

Astana Anyar (4.10) Bojongloa Kaler (5.15) Regol (4.43)

Bandung Kidul (4.27)

LAMPIRAN

84

Andir (3.36)

Babakan Ciparay (4.11) Bojongloa Kidul (4.43)

Gambar L3.L1. Kesesuaian Penanganan Masalah dalam Pelayanan Kesehatan dengan Harapan


Bandung Kulon (4.76)

Sukasari (3.47)

Sukajadi (5.54)

Cicendo (4.85)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.38)

Ujungberung (5.62)

Panyileukan (4.83)

Gedebage (3.21)

Cinambo (4.33)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.36)

Arcamanik (3.92)

Mandalajati (4.72)

4.85

Bandung Cibeunying Kaler (5.20) Cibeunying Kidul (5.06)

Antapani (5.09)

Buah Batu (5.55)

Kiaracondong (4.49)

Batununggal (3.82)

Lengkong (4.84)

Sumur Bandung (5.55)

Bandung Wetan (5.30)

Coblong (4.44)

Cidadap (5.38)

Astana Anyar (5.19) Bojongloa Kaler (5.69) Regol (4.99)

Bandung Kidul (4.62)

85

LAMPIRAN

Andir (4.50)

Babakan Ciparay (5.12) Bojongloa Kidul (4.34)

Gambar L3.L2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah dalam Pelayanan Kesehatan


M. Masalah Pencemaran Udara

Bandung Kulon (3.80)

Sukasari (2.75)

Sukajadi (3.44)

Cicendo (3.51)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.65)

Ujungberung (4.25)

Panyileukan (4.07)

Gedebage (2.45)

Cinambo (3.10)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.50)

Arcamanik (2.85)

Mandalajati (3.94)

3.73

Bandung

Cibeunying Kaler (3.73) Cibeunying Kidul (3.18)

Antapani (3.40)

Buah Batu (3.12)

Kiaracondong (3.56)

Batununggal (4.25)

Lengkong (4.25)

Sumur Bandung (3.97)

Bandung Wetan (4.44)

Coblong (4.06)

Cidadap (3.70)

Astana Anyar (3.46) Bojongloa Kaler (4.40) Regol (4.38)

Bandung Kidul (4.16)

LAMPIRAN

86

Andir (3.39)

Babakan Ciparay (3.65) Bojongloa Kidul (4.68)

Gambar L3.M1. Kesesuaian Penanganan Masalah Pencemaran Udara dengan Harapan


Bandung Kulon (4.49)

Sukasari (2.59)

Sukajadi (3.69)

Cicendo (4.53)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.93)

Ujungberung (4.61)

Panyileukan (4.93)

Gedebage (2.30)

Cinambo (4.19)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.10)

Arcamanik (3.38)

Mandalajati (4.10)

4.15

Bandung

Cibeunying Kaler (4.63) Cibeunying Kidul (3.74)

Antapani (3.62)

Buah Batu (3.54)

Kiaracondong (4.04)

Batununggal (4.57)

Lengkong (4.59)

Sumur Bandung (4.04)

Bandung Wetan (4.81)

Coblong (4.49)

Cidadap (3.61)

Astana Anyar (4.38) Bojongloa Kaler (4.89) Regol (4.54)

Bandung Kidul (4.14)

87

LAMPIRAN

Andir (3.58)

Babakan Ciparay (4.35) Bojongloa Kidul (4.80)

Gambar L3.M2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Pencemaran Udara


N. Masalah Pemukiman Padat

Bandung Kulon (3.55)

Sukasari (3.02)

Sukajadi (3.88)

Cicendo (3.16)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (3.88)

Ujungberung (4.10)

Panyileukan (3.65)

Gedebage (3.19)

Cinambo (3.55)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.31)

Arcamanik (2.74)

Mandalajati (4.00)

3.59

Bandung

Cibeunying Kaler (3.29) Cibeunying Kidul (3.08)

Antapani (2.40)

Buah Batu (2.50)

Kiaracondong (3.38)

Batununggal (3.95)

Lengkong (4.37)

Sumur Bandung (4.19)

Bandung Wetan (4.21)

Coblong (3.81)

Cidadap (3.84)

Astana Anyar (3.37) Bojongloa Kaler (4.16) Regol (4.36)

Bandung Kidul (4.22)

LAMPIRAN

88

Andir (3.14)

Babakan Ciparay (3.30) Bojongloa Kidul (4.59)

Gambar L3.N1. Kesesuaian Penanganan Masalah Pemukiman Padat dengan Harapan


Bandung Kulon (4.23)

Sukasari (3.40)

Sukajadi (4.16)

Cicendo (3.86)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.16)

Ujungberung (4.15)

Panyileukan (4.58)

Gedebage (3.34)

Cinambo (4.85)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.02)

Arcamanik (3.36)

Mandalajati (4.58)

4.02

Bandung

Cibeunying Kaler (4.37) Cibeunying Kidul (3.82)

Antapani (2.68)

Buah Batu (2.67)

Kiaracondong (4.11)

Batununggal (4.05)

Lengkong (4.85)

Sumur Bandung (4.15)

Bandung Wetan (4.57)

Coblong (4.00)

Cidadap (4.00)

Astana Anyar (3.74) Bojongloa Kaler (4.46) Regol (4.72)

Bandung Kidul (4.37)

89

LAMPIRAN

Andir (3.66)

Babakan Ciparay (3.93) Bojongloa Kidul (4.76)

Gambar L3.N2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Pemukiman Padat


O. Masalah Fasilitas Umum

Bandung Kulon (4.41)

Sukasari (3.39)

Sukajadi (4.82)

Cicendo (3.66)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4,52)

Ujungberung (5.07)

Panyileukan (3.97)

Gedebage (3.58)

Cinambo (3.76)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (4.67)

Arcamanik (3.53)

Mandalajati (3.35)

4.24

Bandung

Cibeunying Kaler (3.92) Cibeunying Kidul (4.15)

Antapani (4.14)

Buah Batu (3.78)

Kiaracondong (4.27)

Batununggal (4.46)

Lengkong (4.48)

Sumur Bandung (4.06)

Bandung Wetan (4.00)

Coblong (4.15)

Cidadap (4.26)

Astana Anyar (4.11) Bojongloa Kaler (5.02) Regol (4.37)

Bandung Kidul (4.73)

LAMPIRAN

90

Andir (4.08)

Babakan Ciparay (4.13) Bojongloa Kidul (4.73)

Gambar L3.O1. Kesesuaian Penanganan Masalah Fasilitas Umum dengan Harapan


Bandung Kulon (5.23)

Sukasari (4.25)

Sukajadi (5.30)

Cicendo (4.96)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (5.23)

Ujungberung (5.94)

Panyileukan (4.70)

Gedebage (3.38)

Cinambo (5.24)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.71)

Arcamanik (4.40)

Mandalajati (3.90)

5.03

Bandung Cibeunying Kaler (5.05) Cibeunying Kidul (5.16)

Antapani (5.53)

Buah Batu (5.15)

Kiaracondong (5.06)

Batununggal (4.98)

Lengkong (5.43)

Sumur Bandung (4.10)

Bandung Wetan (4.70)

Coblong (4.63)

Cidadap (4.39)

Astana Anyar (5.18) Bojongloa Kaler (5.61) Regol (4.70)

Bandung Kidul (4.88)

91

LAMPIRAN

Andir (5.30)

Babakan Ciparay (5.25) Bojongloa Kidul (4.87)

Gambar L3.O2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Fasilitas Umum


P. Masalah dalam Pelaksanaan PIPPK

Bandung Kulon (3.11)

Sukasari (3.32)

Sukajadi (4.80

Cicendo (3.55)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (5.08)

Ujungberung (4.55)

Panyileukan (3.96)

Gedebage (4.03

Cinambo (3.77)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.93)

Arcamanik (3.48)

Mandalajati (3.82)

4.26

Bandung

Cibeunying Kaler (3.88) Cibeunying Kidul (3.38)

Antapani (2.66)

Buah Batu (3.77)

Kiaracondong (4.01)

Batununggal (4.66)

Lengkong (4.66)

Sumur Bandung (5.05)

Bandung Wetan (4.56)

Coblong (4.55)

Cidadap (4.44)

Astana Anyar (3.30) Bojongloa Kaler (4.40) Regol (4.54)

Bandung Kidul (3.94)

LAMPIRAN

92

Andir (4.01)

Babakan Ciparay (2.82) Bojongloa Kidul (5.27)

Gambar L3.P1. Kesesuaian Penanganan Masalah dalam Pelaksanaan PIPPK dengan Harapan


Bandung Kulon (4.82)

Sukasari (3.55)

Sukajadi (5.09)

Cicendo (4.27)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (5.70)

Ujungberung (5.48)

Panyileukan (5.25)

Gedebage (4.33)

Cinambo (5.69)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (5.07)

Arcamanik (4.17)

Mandalajati (4.48)

4.90

Bandung Cibeunying Kaler (5.12) Cibeunying Kidul (4.17)

Antapani (4.73)

Buah Batu (5.32)

Kiaracondong (4.90)

Batununggal (5.02)

Lengkong (6.00)

Sumur Bandung (4.68)

Bandung Wetan (5.36)

Coblong (4.97)

Cidadap (4.54)

Astana Anyar (5.15) Bojongloa Kaler (4.97) Regol (4.83)

Bandung Kidul (4.52)

93

LAMPIRAN

Andir (4.73)

Babakan Ciparay (5.00) Bojongloa Kidul (5.20)

Gambar L3.P2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah dalam Pelaksanaan PIPPK


Q. Masalah Kepadatan Penduduk

Bandung Kulon (3.85)

Sukasari (3.28)

Sukajadi (3.64)

Cicendo (3.43)

Keterangan

Jauh kurang dari harapan (1 s.d. <1.5)

Kurang dari harapan (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit kurang dari harapan (2.5 s.d. <3.5)

Sesuai harapan (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit lebih dari harpaan (4.5 s.d. <5.5)

Lebih dari harapan (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.16)

Ujungberung (3.65)

Panyileukan (3.93)

Gedebage (3.33)

Cinambo (3.55)

Jauh lebih dari harapan (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.13)

Arcamanik (2.91)

Mandalajati (4.00)

3.63

Bandung

Cibeunying Kaler (3.52) Cibeunying Kidul (3.14)

Antapani (2.57)

Buah Batu (2.52)

Kiaracondong (3.70)

Batununggal (3.89)

Lengkong (3.98)

Sumur Bandung (3.89)

Bandung Wetan (4.20)

Coblong (3.82)

Cidadap (3.89)

Astana Anyar (3.82) Bojongloa Kaler (3.95) Regol (4.51)

Bandung Kidul (4.38)

LAMPIRAN

94

Andir (3.29)

Babakan Ciparay (3.32) Bojongloa Kidul (4.38)

Gambar L3.Q1. Kesesuaian Penanganan Masalah Kepadatan Penduduk dengan Harapan


Bandung Kulon (4.44

Sukasari (3.69)

Sukajadi (3.80

Cicendo (4.26)

Keterangan

Sangat tidak puas (1 s.d. <1.5) Tidak puas (1.5 s.d. <2.5)

Sedikit tidak puas (2.5 s.d. <3.5)

Biasa - biasa (3.5 s.d. <4.5)

Sedikit puas (4.5 s.d. <5.5) Puas (5.5 s.d. <6.5)

Cibiru (4.29)

Ujungberung (4.33)

Panyileukan (5.25)

Gedebage (3.27)

Cinambo (4.85)

Sangat Puas (6.5 s.d. 7)

Rancasari (3.61)

Arcamanik (3.51)

Mandalajati (4.60)

4.09

Bandung

Cibeunying Kaler (4.54) Cibeunying Kidul (3.73)

Antapani (2.92)

Buah Batu (2.80)

Kiaracondong (4.41)

Batununggal (3.90)

Lengkong (5.06)

Sumur Bandung (4.11

Bandung Wetan (4.54)

Coblong (4.03)

Cidadap (3.95)

Astana Anyar (3.81) Bojongloa Kaler (4.77) Regol (4.89)

Bandung Kidul (4.04)

95

LAMPIRAN

Andir (3.52)

Babakan Ciparay (3.95) Bojongloa Kidul (4.68)

Gambar L3.Q2. Kepuasan Terhadap Penanganan Masalah Kepadatan Penduduk


Lampiran 4 Rincian Permasalahan dalam Pelayanan Kesehatan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Gambar L4.A. Permasalahan dalam Pelayanan Kesehatan menurut Frekuensi Responden

Gambar L4.B. Permasalahan dalam Penyelenggaraan Pendidikan menurut Frekuensi Responden

96

LAMPIRAN



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.