Jl. Rancakendal Luhur No.7
40191 Bandung
Jawa Barat
Artists
Aditya DP
Angga Aditya Atmadilaga
Ary Rustandi
Gustav Hellberg
Helmi Frawisandi
Kurnia Ngayuga Wibowo
Ravli Ferial Mohamad
Septian Harriyoga
EXTENDED PROGRAM BANDUNG PHOTOGRAPHY TRIENNALE
AN OTHER LAND
Penerbit
Program Studi Seni Rupa - FSRD ITB
Direktur Program
Deden Hendan Durahman
Kurator
Henrycus Napitsunargo
Data Management
Ridha Budiana
Tata Letak
Studio 2
Pendanaan
LPDP - Dana Indonesiana 2022-2023
Bandung, Mei 2023
Seluruh hak cipta. Tidak ada bagian dari publikasi ini yang boleh direproduksi, disimpan dalam sistem pengambilan, atau ditransmisikan, dalam bentuk apa pun atau dengan cara, elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman atau lainnya, tanpa izin tertulis sebelumnya dari Bandung Photography Triennale / Seniman.
ORBITAL GALLERY
EXTENDED PROGRAM
BANDUNG PHOTOGRAPHY TRIENNALE 2023
Dewan Penasehat
Sunaryo
Tisna Sanjaya
Rikrik Kusmara
Agung Hujatnika Djennong
Pelaksana Utama
Direktur Program : Deden Hendan Durahman
Manajemen Data : Claire Ridha H. Budiana
Program Lapangan : Michael Binuko Sri Herawan
Program Pameran : Zusfa Roihan
Logistic : Angga Atmadilaga
Documentation : Ary Rustandi & Social Media
Design : Adhya Ranadireksa
Program Akademik : Ditha Saraswati
Kurator Pemangku Galeri Pusat Kebudayaan : Isa Perkasa
Kurator Pemangku Orbital Gallery : Rifky Effendi
Kurator Pemangku SOS : Toni Antonius
Kurator Utama : Henrycus Napitsunargo
Pemangku Venues : Gunawan, Ditha Yulianti, Susentono, Danuh Tyas
AOK : Budi Adi Nugroho, Wiyoga Muhardanto, Tisa Granicia
Runners : Wicak & M. Naufal
KOMVNI
Adhya Ranadireksa, Deden Hendan Durahman, Henrycus Napitsunargo
PENGANTAR KURATORIAL AN OTHER LAND
Relasi yang dibangun oleh setiap individu dengan ingatan mengenai sebuah lokus relatif beragam dan unik. Ingatan yang bertumpuk maupun ingatan tunggal yang dipertahankan tidak jarang justru bertentangan dengan kenyataan yang terjadi. Relasi yang bertahan pada dunia ide tidak menutup kemungkinan memberi
lapisan makna yang tak kasat mata oleh pandangan banal. Ada banyak aspek yang melatarbelakangi relasi antara individu dengan sebuah lokus guna membangun sugesti tertentu. Tumpukan berlapis yang terdiri dari memori kolektif, pengalaman, imajinasi dan persepsi memengaruhi proses pembentukan relasi individu dengan lokus tertentu. Hal yang otentik sekaligus unik ini menarik untuk dirogoh dan segera di ‘rupa’kan ; sering Kali memberi emanasi dari sebuah lokus dengan penawaran berbeda.
Sebuah lokus yang bisa berupa ruang atau tempat dalam defnisi yang luas, sering kali mengalami metamorfosis dalam ingatan kita; bergantung pada apa yang ingin kita kenang terkait lokus tersebut. Selain faktor internal dari individu, faktor eksternal juga turut andil dalam pembentukan konstruksi ingatan tentang lokus yang bisa
bermuara pada banyak ragam seperti alegori, trauma, haru, dan lain sebagainya. Tapi apa pun bentuknya, ingatan tersebut merupakan indikasi awal terbangunnya konstruksi memori visual yang bersifat fotografs.
Media fotograf yang sangat akrab dengan aktivitas hari ini sebagai ekstensi dari memori, bisa dibilang menjadi sarana elaborasi bagaimana sebuah relasi yang dibangun oleh individu dengan sebuah lokus bisa diwujudkan secara personal. Fasilitas teknologi fotograf yang tersedia juga menjadi ruang eksperimen yang semakin luas. Dengan demikian, kemungkinan setiap individu untuk membangun relasi ideal antara diri dan dunianya, membuka kemungkinan ragam transformasi visual. Citraan yang muncul bisa mulai dari sekadar mimesis hingga nyaris mencapai titik abstraksi yang menyisakan setitik impresi.
Pada pameran An Other Land ini pada dasarnya merupakan refleksi berbagai irisan dari setiap sisi manusia dalam merespons sebuah lokus personal. Berbagai karya yang ditampilkan merupakan respons para seniman dalam menggunakan medium berbasis fotograf untuk mengolaborasikan dunia ‘dalam’
dengan dunia ‘luar’ dalam kerangka psikologis yang melibatkan sisi kesadaran dan bawah sadarnya. Tentu ini bisa menampilkan berbagai kemungkinan dalam representasi visualnya. Munculnya kesan personal yang bisa saja bersifat tumbukan, paradoks juga dualisme bahkan abstraktif, sangat mungkin terjadi dalam citraan visualnya. Namun pendekatan beragam dari 8 seniman yang terlibat dalam pameran ini terdapat benang merah yang cukup jelas dalam proses berkaryanya, yaitu proses pengendapan untuk mendapat penglihatan dalam keadaan jernih. Berbagai aspek eksternal dan internal yang memengaruhi proses berkarya, akhirnya dibiarkan mengendap sehingga mereka bisa mendapatkan sebuah kejernihan visi maupun refleksi yang dianggap tepat sebagai representasi.
VOID; AN INTROSPECT
Marker on Samson Paper, Pressed Flower, 4C Prints Analogue Photographs on Artpaper, 49 x 35 cm each frame, Aluminum Frame, 2018
BIODATA PENDEK PERNYATAAN SENIMAN
Seniman Visual dari Bandung, Indonesia. Karya-karyanya terutama memiliki kecenderungan untuk mengagungkan aspek ‘perasaan’ dan sangat bergantung pada intuisi.
Karya-karya Aditya sebagian besar disampaikan melalui format media baru dengan pemanfaatan fotograf dan videograf sebagai dasar usaha artistiknya.
Saya menjunjung tinggi kejujuran dalam karya saya & percaya tindakan memisahkan motivasi duniawi dalam proses kreatif dapat menjaga karya seni menjadi organik mungkin. Dengan mencoba menyentuh dan bermain dengan spektrum emosi tertentu dalam keadaan ‘ada’ ini, saya melihat karya-karya saya dapat melayani tujuan untuk menangkap ide dan realitas absurd yang melingkupinya.
ANGGA ADITYA ATMADILAGA
SELISIH
BIODATA PENDEK
Lahir di Bandung, 26 September 1987. Sejak SMU
sudah memiliki ketertarikan pada Seni Grafs sehingga
memutuskan untuk meneruskan pendidikan di Jurusan
Seni Grafs FSRD ITB. Tidak hanya mendalami teknik konvensional, namun juga mencoba beragam
kemungkinan perluasan teknik dan media dalam seni grafs
Semenjak 2010 menjadi asisten dosen maupun asisten akademik di Studio Seni Grafs ITB.
PERNYATAAN SENIMAN
Fotograf saya praktekan sebagai media yang mampu merekam representasi eksternal (Kemampuan Kamera dalam merekam citra). Representasi eksternal ini merangsang pengamatan yang menumbuhkan proses kreasi yang kontemplatif, untuk menghadirkan representasi internal guna membentuk defnisi baru terhadap citra yang terekam sebelumnya.
Objek dalam fotograf ialah citraan landscape area urban yang dikombinasikan dengan potongan landscape ruang hijau, perpaduan ini dimaksudkan untuk membentuk metafor yang mewakili kondisi kecenderungan menurunnya kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka, sehingga area tersebut kehilangan manfaat ekologis.
Dalam hal ini media karya fotograf, dirasa menjadi media ‘awal’ yang efektif untuk merangsang dialog terhadap isu tersebut.
ARY RUSTANDI
QUIET SEISM SERIES
2023
50 cm x 66,5 cm each
UV Print on Kappa Board
BIODATA PENDEK PERNYATAAN SENIMAN
Muhammad Ary Rustandi Winata, Lahir 16 Agustus 1999, berpartisipasi di pameran 2021, Geliat Bandung Kota
Dalam Radius 1 KM, Kemis Motret. Bandung Photography Month, Pasar Cikapundung, dan terpilih di 2022, Open Call Exhibition, Reasoning Posibilities, Bandung Photography
Triennale, Gallery Yuliansyah akbar.
Quite Seism merupakan suatu gagasan saya mengenai apa yang terjadi setelah terjadinya bencana alam yang terjadi di Cianjur, lebih tepatnya di Cugenang. Dari 602 korban meninggal dunia dan masih 114.683 Penyintas lindu masih berada di pengungsian hingga saat ini. Cerita lucu ormas menolak kiriman sembako, korupsi sumbangan oleh pemerintah, pekerja dunia malam yang belum bekerja kembali. Ya karna saya sendiri orang lokal, hal seperti ini amat sering terjadi di kalangan pemimpinpemimpin dan ormas.
GUSTAV HELLBERG
MARKER - GOHEUNG
2020 - 2022
FOOD PRODUCTION STRUCTURES - BUAN
2019 - 2022
THEY LISTENED
2015 - 2023
33 cm x 50 cm
Digital Print on Paper
BIODATA PENDEK
Gustav Hellberg adalah seniman media baru yang praktik
artistiknya berada di ranah publik, di mana ia mencari interaksi antara manusia, karya seni, dan ruang publik.
Hellberg membagi hidup dan pekerjaannya antara
Berlin dan Seoul, di mana dia saat ini bekerja sebagai asisten profesor di Sekolah Tinggi Seni di Universitas
Chung-Ang, Seoul.
PERNYATAAN SENIMAN
Sejak 2019 saya telah mengerjakan serangkaian proyek fotograf dan video, di mana saya mengamati dan mencatat pemanfaatan tanah Korea Selatan dalam segala aspeknya. Foto-foto menunjukkan jejak-jejak aktivitas manusia dalam suatu budaya yang seiring berjalannya waktu telah mengabaikan alam kebutuhan mendasar akan keseimbangan. Pendekatan saya adalah forensik.
Jejak yang telah saya foto adalah bukti dari sesuatu yang serba salah. Saya melatih lensa kamera saya pada industri pertanian skala kecil di Kabupaten Goheung. Ini adalah salah satu daerah termiskin di Korea Selatan dan telah lama diabaikan oleh pemerintah-pemerintah federal negara. Peternakan kecil dan pekerjaan padat karya dilakukan oleh orang-orang yang sangat tua. Goheung adalah wilayah di Korea Selatan dengan penuaan tercepat populasi. Untuk dapat menyambung hidup para petani berjuang untuk keluar sebanyak-banyaknya mungkin dari petak kecil tanah mereka. Tekanan ekonomi mendorong mereka ke sebuah penggunaan bahan kimia dan pupuk yang berlebihan, sebuah praktik yang dipaksakan oleh pemasaran yang kejam kampanye oleh produsen pestisida dan pupuk. Keadaan kompleks ini menyebabkan kondisi lingkungan yang runtuh. Kemampuan tanah untuk menghasilkan dengan cepat berkurang. Ini adalah sebuah spiral negatif dan mematikan. Foto-foto itu menjadi gambar pedesaan Korea yang sekarat, ekologi yang runtuh dan populasi yang menghilang.
HELMI FRAWISANDI
PERNYATAAN SENIMAN
TIMESCAPE
2023
60 cm x 80 cm each
UV Print on Kappa Board
BIODATA PENDEK
Frawisandi, lahir di Karimun, Kepulauan Riau, ialah seorang Motion Graphic Designer yang berlatar belakang pendidikan Fotograf dan telah aktif berkarya untuk seni fotograf. Karya-karyanya pernah dipamerkan dalam beberapa pameran seni grup, seperti Sewindu, Thee Huis Gallery: Taman Budaya Jawa Barat, Bandung (2017); Pameran Besar Seni Rupa/4 “EPICENTRUM”, Taman Budaya Sulawesi Utara, Manado (2016); dan United Nation, Gedung Indonesia Menggugat, Bandung (2016). Selain itu, ia juga terlibat dalam beberapa proyek partisipatif, seperti Foto-Video Partisipatif: Dokumentasi dan Narasi Kampung Kolase (2015) dan Postcard Exhibition WSATCC “KONSER DI CIKINI” (2015).
Sebagai penduduk kota satelit (Kota Tangerang Selatan) yang bekerja di Jakarta, saya sering menggunakan kereta rel listrik sebagai sarana transportasi. Namun, saya merasa waktu terlalu cepat berlalu dan kadangkadang kurang memperhatikan sekitar. Dalam kehidupan yang serba-cepat, lokus menjadi pengalaman hidup yang sangat berpengaruh. Oleh karena itu, melalui karya fotograf “Timescape” ini, saya ingin lebih melihat keberadaan lokus tersebut dan menyadarkan pentingnya kesadaran subjektif individu terhadap dunia sekitarnya.
Dalam karya fotograf ini, saya menggunakan teknik slow speed untuk menekankan pengalaman subjektif saya terhadap pemandangan luar kereta api. Teknik ini membantu menumbuhkan persepsi yang lebih mendalam terhadap lingkungan sekitar kita dan dapat mengubah lokus pemandangan kereta api menjadi lokus yang imajinatif.
Karya “Timescape” ini bukan hanya menampilkan keindahan pemandangan, tetapi juga menjadi medium untuk memperkuat kesadaran saya akan pengalaman subjektif terhadap dunia sekitar. Melalui karya ini, saya mencoba membangun kesadaran untuk memperhatikan dunia sekitar dengan lebih baik dan menyadari betapa pentingnya kesadaran subjektif dalam membentuk persepsi dan pengalaman hidup kita yang cepat. “Timescape” merenungkan tentang betapa pentingnya kesadaran subjektif dalam mengamati dunia sekitar di dalam waktu yang terbatas.
KURNIA NGAYUGA WIBOWO
75 cm x 50 cm each
E.C. UV Print on Kappa Board
BIODATA PENDEK PERNYATAAN SENIMAN
Kurnia Ngayuga Wibowo (b. 1997) merupakan fotografer
asal Cirebon, Indonesia. Karyanya banyak mengangkat tentang pertanyaan pribadi mengenai apa yang ada di sekitarnya. Ia juga mengeksplor mixed media dan kemungkinan bentuk lain pada karya fotografnya.
Pada tahun 2017 ia terpilih sebagai fnalis di London
Street Photography Festival untuk kategori U-21 dan
tahun 2022 ia mengikuti lokakarya Permata Youth
Photostory bersama PPG dan Panna Foto Institut. Tahun
2023 ia mendapatkan grant untuk Arttaca x Bandung
Photography Month. Buku foto yang telah ia publikasikan
adalah Privacy Piracy pada tahun 2022.
Ruang didefnisikan sebagai tempat, baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian yang digunakan makhluk hidup untuk tinggal. Idealnya di dalam sebuah ruang manusia dan alam tumbuh bersama, tetapi disisi lain peran manusia begitu dominan. Alam seringkali diperlakukan sebagai objek untuk dieksploitasi berdasarkan kepentingan manusia.
Project foto ini merupakan relasi dan kontradiksi antara manusia dengan alam dan juga pertanyaan mengenai ruang tumbuh yang ideal di antara keduanya. Saya menggunakan medium benang jahit pada foto sebagai bentuk intervensi dalam merespon fenomena tersebut.
RAVLI FERIAL MOHAMAD
PERNYATAAN SENIMAN
CRASH ON BLURRED MEMORIES 2023
50 cm x 90,5 cm
E.C. UV Print on Kappa Board
Keseluruhan karya ini merupakan karya yang bersifat episodik atau series sehingga memiliki keterkaitan pada narasi yang dibangunnya. Kemunculan keresahan diri berdasarkan apa saja yang telah dilalui, keenam karya ini mengangkat fenomena yang terhubung dengan sisi lain narasi sebagai wajah utamanya. Fenomena utama yang diangkat adalah tentang pola datang dan hilangnya tren pada masyarakat. Tentunya, tren yang ada terkadang memiliki nilai positif dan negatif sebagai sandingannya.
BIODATA PENDEK
Ravli Ferial Mohamad. Lahir di Bandung, 14 Agustus 1998.
Mahasiswa Pascasarjana ISBI Bandung dan sebagai gitaris salah satu grup Psychedelic Rock di Bandung.
Berbekal minat terhadap unsur naratif dalam karya seni, beberapa tahun terakhir ini mencoba menjajal beberapa bidang seni yang berbeda seperti Sound Art, Seni Rupa, Seni Pertunjukan, dan Fotograf Seni. Ketertarikan
terhadap aliran Surealis membuat karya-karya yang akhir-akhir ini digarap terasa gelap dan bersifat kelam.
Obyek utama yang difokuskan Ravli pada kekaryaan Seni Rupanya ialah monster kraken dengan teknik pointillism
pada kertas maupun kanvas. Sedangkan pada bidang
Fotograf Seni, Ravli sangat tertarik dengan objek bentang alam dan garis-garis cahaya yang kabur, berkaitan dengan visualisasi obyek musik yang sering digarap.
Berangkat dari keresahan karena dampak negatif teknologi yang semakin meluas kepada pola pikir si penerima. Berdasarkan pengamatan, perkembangan teknologi memberi poin plus dengan disediakannya infnity pool sehingga semua orang dapat mencari apapun. Namun dalam beberapa kasus seperti pencarian dan kedatangan ke suatu tempat, si penerima terlalu sibuk dengan teknologinya dalam dunia lain sehingga dunia nyata tidak dinikmati dan diapresiasi sebagaimana mestinya. Keindahan dunia lain dianggap lebih penting dibanding dunia nyata.
Selain sebagai lokus yang mempunyai hubungan emosional secara pribadi, objek bentang alam yang dipilih pun berdasarkan apa yang sering dirasakan orang-orang bahwa beberapa lokus tersebut memiliki energi tersendiri terhadap pikiran sehingga mempengaruhi emosi. Objek yang dipilih adalah: city view dari Bandung Utara; Ranca Upas; Situ Patenggang; Sungai di Garut Selatan; Gumuk Pasir Parangkusumo, Yogyakarta; dan area jalan kecil di Cijagra, Buah Batu, Bandung.
SEPTIAN HARRIYOGA
AWAN DI ATAS PADANG
2010
100 x 100 cm
Digital Print on Aluminum Sheets
BIODATA PENDEK PERNYATAAN SENIMAN
Septian Harriyoga, lahir di Jakarta, 4 September 1977. Saat ini berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Ia menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Patung, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB pada tahun 2004. Patung-patungnya terbuat dari batu andesit, baja, aluminium, dan dural. Ia sangat menekankan pada proses penciptaan, sebuah aspek penting dari tradisi bengkel/studio. Dia sangat menikmati proses membelah batu, memotong duralumin, membentuknya, menghaluskan dan memolesnya. Dengan demikian, pahatannya tampil sangat halus, tetapi pada saat yang sama masih bermain dengan banyak asosiasi terkait bentuk. Selain memicu beragam interpretasi, bentuk-bentuk tersebut menjadi bagian dari eksplorasi Septian ke dalam seni kinetis, genre yang saat ini banyak diminati seniman kontemporer Indonesia.
Proses fotograf landscape , saya sebagai pematung meniru alam membuat tiruan awan dalam bentuk karya patung 3D dengan material fbreglass yang kemudian karya tersebut difoto sebagai object awan karya fotograf landscape.
Sebagai pematung logam saya seringkali menggunakan material aluminium dalam proses berkarya , maka pada karya fotograf ini karya dicetak pada lembaran aluminium.
HOUS OF BANDUNG PHOTOGRAPHY TRIENNALE
Jl. Cigadung Raya Barat No. 20K
40191 Jawa Barat
Bandung
www.BandungPhotographyTriennale.com
IG: BandungPhotographyTriennale