GRAFITIKASI Pameran Tunggal Uncle Joy

Page 1

Pameran Tunggal UNCLEJOY

GRAFITIKASI

Pameran Grafitikasi , menghadirkan karya – karya dengan garapan mutakhir seniman Uncle Joy melalui lukisan diatas kanvas, instalasi dari kain perca dan patung / toys berbahan bubur kertas (paper mache) dengan isian sampah plastik . Dengan penerapan warna – warna kontras dan berani yang atraktif pada garapan bentuk-bentuk stilasi berbasis bentuk tanaman, bentuk elemen-elemen alam lainnya seperti lumut dan bebatuan melalui polesan, belobor dan goresan kuas cat akrilik, bercampur dengan drawing, maupun cat semprot ( spray ), marker, kadang digabung dengan untaian benang dan kain.

Pameran GRAFITIKASI merupakan pameran tunggal pertama Uncle Joy (yang bernama asli Tri Haryoko Adi atau biasa dipanggil Yoyo) di Bandung. Grafitikasi (berasal dari kata Graffiti), bermaksud untuk menggambarkan bentuk ungkapan seni jalanan yang kemudian bertransformasi kedalam bentuk-bentuk seni rupa kontemporer terutama seni lukis. Dalam beberapa dekade terakhir para praktisi seni jalanan ( street art ) menunjukan kecenderungan berekspansi ke dunia seni lukis , dari low art ke high art. Beberapa tokoh seniman seperti kelompok Apotik Komik, Farhan Siki di Yogya, atau Darbots, Tutu, Muklai di Jakarta dan lainnya kemudian banyak melakukan pameran -pameran di galeri-galeri seni dan mendapat sambutan besar dari khalayak peminat seni kontemporer.

Maka judul “Grafitikasi” menjadi suatu kata kerja yang menunjukan kecenderungan pengaruh masuknya praktek seni jalanan, termasuk juga lukisan mural ke dalam praktek seni lukis, sekaligus pelesetan dari istilah gratifikasi yang sering kita dengar sehubungan dengan kasus-kasus korupsi. Termasuk penggayaan dan penggunaan teknik dalam berkarya pada karya-karya Uncle Joy. Hal yang

paling menonjol pada karya-karya seniman yang berbasis street art ini adalah kebebasan yang mutlak dalam garapan artistiknya, dalam artian tidak mengikuti suatu kaidah - kaidah akademik, yang ada hanya pertimbangan – pertimbangan artistik yang didasari pengalaman dan pengaruh-pengaruh dalam praktek di dunia komunitas street art .

Karya-karya para seniman graffiti punya kecenderungan mengkritik berbagai sendi kehidupan urban dengan pengungkapan yang khas . “Uncle Joy pada awalnya menunjukkan pendekatan seni jalanan yang kuat dalam kanvasnya, membawa narasi yang dicerapnya dari fenomena kehidupan masyarakat urban menjadi serpih ingatan dalam kanvasnya. Beberapa indeks visual dimunculkan secara random dan nakal, khas karya grafiti yang memberi ruang pada pemberontakan.” tulis kurator Alia Swastika dalam suatu pameran kelompok pertengahan tahun 2022 lalu.

Pada awalnya Uncel Joy bergabung dengan kelompok street art Tembok Bomber ketika di tinggal di Jakarta tahun 2004 dan sering melakukan “tagging” atau pengulangan melalui visual yang khas dengan cara berbeda, yaitu menempel stiker-stiker bergambar berbagai mimik wajah manusia , ada yang berseri, gembira, tersenyum, tenang, tetapi ketika ia tinggal di Jakarta ia melihat bagaimana wajah-wajah orang ia temui tidak ada yang tersenyum. Ia menangkap fenomena urban yang ia lihat dan rasakan di tempat dimana ia tinggal , bukan sebagai bentuk protes atas kehidupan urban yang biasanya dilakukan para seniman jalanan. “ Pada karya Uncle Joy justru tampak bereksperimen dengan gaya yang sama sekali baru, terutama dengan gagasannya tentang lukisan itu sendiri, yang tampaknya kembali pada bagaimana seniman memperlakukan sebuah bidang kanvas sebagai ruang bermain dalam mengartikulasikan memori sehari-hari ”, lanjut Alia dalam tulisannya.

Pada lukisan-lukisan Unce Joy menunjukan bagaimana kebebasan mengungkap berbagai fenomena sekitarnya ia cerap lalu dipindah ke dalam kanvas-kanvasnya dengan mencampurkan teknik melukis dan metoda membuat mural: dengan marker , cat semprot atau media lainnya yang ia anggap menarik atau mempunyai kaitan personal. Selama tinggal di Bali ia banyak bersentuhan den -

gan kehidupan seni dan budaya Bali, yang kemudian banyak mempengaruhi karya-karyanya dikemudian hari. Persentuhan melalui pengalaman keseharian, seperti benda-benda ritual , hiasan pura dan elemen-elemen tradisional masyarakat Bali. Hal ini tampak dari garapan-garapan yang lebih rinci seperti pengisian-pengisian dalam gambar – gambar yang berbasis pada bentuk flora , bebatuan yang mengadopsi cara melukis tradisi di Bali. Lukisannya juga mengingatkan pada cara melukis kain batik. Ia mengemukakan bahwa ketika masih tinggal di Yogyakarta, sempat belajar membatik di sekolah menengah pertama selama tiga tahun.

Karya-karya tiga dimensional seperti pada karya Bad Hair Day , sosok seperti mahluk dua kaki yang hampir seluruh badannya diselimuti kain perca, lainnya dilumuri cat serta disekujur badannya penuh dengan kancing. Bentuk patung atau toys ini cenderung jenaka, yang menurutnya bentuk tersebut ditemukan tak ada patokan tetapi mengikuti materi isian plastik sampah. Namun karya tiga dimensional ini mengingatkannya kepada patung-patung barong, bangkung. Sementara instalasi gulungan dan jalinan kain perca mengingatkan kepada elemen-elemen Pura dan ritual keagamaan di Bali. Penggunaan kain perca pada karya-karya mutakhir Unce Joy kian sering muncul akhir-akhir ini.

Menurutnya, “ Perkenalan kain itu sudah dari kecil. Gw banyak berkutat dengan kain. Nenek dan nyokap jahit, bikin selimut-selimut. Gw suka tertarik. SMP gw ambil ekstrakurikuler membatik, dan berjumpa lagi dengan kain. Baru setelah mulai mengeksplorasi karya-karya ini, muncul ide buat pakai kain-kain bekas atau perca yang lebih banyak dibuang-buang. Kalau kita minta, garmen itu dengan sukarela dan senang banget. Dari situ gw menggali lagi, dan seni tekstil itu ada dan eksperimentasinya bisa bermacam-macam.” Ia menuturkan dalam suatu tanya jawab yang dimuat di e-katalog pameran Komensal di Kulidan Space, Bali.

Uncle Joy atau Yoyo lahir tahun 1972 di Papua, lalu tinggal di Yogyakarta dan kemudian melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) tahun 1990-97 di Bandung. Tapi minat utama ke dunia seni dan desain lebih besar, maka kemudian ia melanjutkan kuliah di Akademi Desain Visi Yogyakarta (ADVY)

, di Yogya 1998-99. Ia sempat kerja praktek dibidang animasi, dan ketika lulus sempat bekerja di periklanan di Bandung dan Jakarta. Kemudian pada tahun 2001 bekerja di Bali hingga 2003 di industri pakaian surfing . Sempat kembali ke Jakarta tahun 2004 dan melibatkan diri dengan berbagai kegiatan pameran komunitas street art terutama kelompok Tembok Bomber; mengeksplorasi berbagai medium seperti stiker termasuk ikut membuat toys dan sneakers. Setelah menikah tahun 2008, Uncle Joy kembali bekerja didunia industri surfing di Bali hingga 2013 dan mulai menjadi seniman lepas hingga sekarang.

Karya-karya Uncel Joy mencerminkan suatu perkembangan bagaimana praktek seni rupa kontemporer di Indonesia bisa menemukan bentuk-bentuk baru yang bersentuhan dengan nilai – nilai seni dan budaya tradisional. Menjadi suatu nilai potensial bagi para seniman dalam mengekplorasi dan membentuk nilai-nilai keberbedaan dan kekhasan dalam khazanah seni rupa global. ( Rifky Effendy . Kurator Pameran)

Sumber Bacaan:

1. E-katalog BALI NEW EXPRESSION: INTERTWINED IN. SPACE, LINES, AND COLOUR. Puri Art Gallery. 3 Juni-31 Aug2022 2. E-katalog pameran KOMENSAL. Kulidan Artspace. 2022

Bio UNCLEJOY

Uncle Joy atau Yoyo lahir tahun 1972 di Papua, lalu tinggal di Yogyakarta dan kemudian melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) tahun 1990-97 di Bandung. Tapi minat utama ke dunia seni dan desain lebih besar, maka kemudian ia melanjutkan kuliah di Akademi Desain Visi Yogyakarta (ADVY) , di Yogya 1998-99. Saat ini tinggal dan bekerja di Bali.

Pameran Tunggal:

SOLO SHOWCASE , Ruang Seduh Jogja, Jogja 2018 GRAFITIKASI, Orbital Dago, Bandung 2022

Pameran Kelompok:

MEDIUM RARE, Sneaker and art Exhibition, Museum Nasional, Jakarta 2005.

SNEAKER PIMP,Sneaker Exhibition, Senayan,Jakarta 2006

DJARUM BLACK URBAN ART, Jakarta / Bandung / Surabaya / Yogyakarta 2007

VINYL ATTACK, Exhibition, Gardu House, Jakarta 2010

ADHESIVE ASSAULT Sticker Art Show The Artery, Santa Maria, CA, US 2017

STICKER SSP Sticker Bombing Sao Paolo, Brasil 2017

KOPI KELILING, ACT3 PROJECT HAPPY, Kemang, Jakarta 2014

We Are Concern About Nothing, Group show, DGTMB, Yogyakarta 2015

CAHYENDRA PUTRA AND NEO PITAMAHA, Group show, Ubud, Bali 2016

UPDATE YOUR CITY | Indonesian Graffiti And Street Art exhibition, Bali 2017

TROPICA, Graffiti and Street Art Fest, Bali 2017

DENPASAR2017 CUSHCUSH Gallery, Denpasar, Bali 2017

IGOR KOLABORASIK, Little Talks, Ubud Bali 2017

AFRDBL Art, Kuningan Mall, Jakarta 2017

SEGAYA, Ganara Art Gallery, Jakarta 2017

ONE BY ONE, 2Madison Art Gallery, Jakarta 2018

DOLANAN, Uma Seminyak, Bali 2018

HEY HO LETS GO, Seminyak Village, Bali 2018

RURUNG GALLERY 1/2/3/4 Art on the street, Bali 2018

MICROGALLERIES, Nepal Kathmandu, 2018

OPEN STUDIO with Rumah Sanur, Bali 2018

OLIKASI, art wasted program, Rumah Sanur, Bali 2019

MICROGALLERIES, Online Exhibition, Kenya 2020

Micro Galleries “Project / Forward: 2047” Global Projection art festival. 2020

FLUID A collective art exhibition, Adiwana Bisma, Bali. 2020

TWISTING UNCERTAINTY gorup exhibiton, Titik Temu, Bali 2020

NGULAPIN, Group Exhibition, Artotel, Bali 2021

Visual Dialogues On Art Toys, Group Exhibition, SIKA Gallery, Bali 2021

THE HABITAT: WHERE NAMUE LIVES , Museum of Toys, Jakarta 2021

MUKATEMBOK, Museum of Toys, Jakarta 2021

Dua Sisi, Unclejoy & Tutu, Titik Dua Ubud, Bali 2022

URUP. New Beginning, Group Exhibition, Uma Seminyak Bali 2022

Puri Art Gallery, Bali New Expression, Group Exhibition, Biji World, Bali 2022

Ubud Print Fair, Showcasing 100 printmakers and visual arts, Titik Dua Ubud, Bali 2022

Komensal, UncleJoy&Siji, Art Exhibition, Kulidan Art Space, Bali 2022

Prasad Art Exhibition, Exhibition &Auction , Tugu Hotel Canggu, Bali 2022

Bad Hair Day.

Kain perca, paper mache, acrylic, spray paint, benang 40 x 40 cm. 2022

Ku Cari-cari. Paper mache, acrylic, spray paint 40 x 50 cm.
2022
50
2022
The Moss Paper mache, spray paint.
x 56 cm
60 x 40 cm 2022
Waiting Paper mache, spray paint
60
50 cm 2022
Limp of Happiness Kain perca, paper mache, acrylic, spray paint, benang
x
Coral Whisper Akrilik , marker, spray, diatas kanvas. 100 x 100 cm 2022

I thought I knew but I don’t Akrilik, spray, paste, collage. diatas Kanvas 100 x 100 cm 2022

Silent of Noise

Akrilik, spray, paste diatas Kanvas 70 x 90 cm 2022

Last Conversation Bahan Akrilik, spray, pasta. diatas Kanvas 90 x 70 cm 2022

No happy ending Akrilik, spray, paste, collage. diatas Kanvas 100 x 100 cm 2022

Quick Patience Akrilik, spray, paste, collage 100 x 100 cm 2022
Walk into the dark side Akrilik, spray diatas Kanvas 100 x 100cm 2022
Stardust Akrilik, spray, paste diatas Kanvas 65 x 90 cm 2022
Lembar Kesenangan Akrilik, spray, paste, kain, benang, charcoal 100 x 120 cm 2022
Buntelan of Hope Kain perca, benang, kanvas , marker 40 x 40 cm 2022
2022
Melihat Mencari Akrilik, spray, paste, kain, benang, 140 x 100 cm

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.