E-Katalog RAY of NIGHT

Page 1

Dalam rangkaian @5th_bandungartmonth , Orbitaldago mempersembahkan pameran RAY of NIGHT, karya-karya lukisan Dewi Fortuna Maharani (dipanggil Tuna). Ia menggambarkan suasana malam di sudut-sudut kota yang sepi dan temaram secara fotorealis, yang didasari foto-foto hasil jepretan kamera analognya. Lukisan-lukisannya merekam perjalanan malam hari dimana ia menemukan suasana yang tepat untuk situasi dirinya pada saat itu, sehingga “ mood yang dibekukan” itulah yang ia salin atau pindahkan ke atas kanvas-kanvasnya dengan mengikuti secara akurat gam bar-gambar dari lembar foto yang dicetak, tanpa menambahi atau merubah aspek visual dari foto-foto tersebut.Menurutnya rekam visual dari analog hasilnya bisa meningkatkan nuansa yang kita cerap dari mata biasa, karena analog punya saturasi yang khas dan unik. “ Buat saya analog punya saturasi yang khas, selalu ada nilai tambahan yang saya suka

-

RAY of NIGHT

dari hasil analog, walaupun dia overexposure ataupun underexposure .” Penggunaan kamera untuk melukis , dilakukan oleh banyak pelukis realis terutama di Amerika Serikat pada kurun tahun 1960 – 1970an dengan tokoh-tokohnya seperti Chuck Close. Gerakan seni lukis ini sangat dipengaruhi oleh Pop Art dan sebagai reaksi dari gerakan abstrak ekspresionisme. Keterampilan melukis dalam memindahkan imej foto ke atas kanvas dengan cat atau media lainnya menjadi keutamaan didalam praktek melukis fotorealis. Dengan kata lain, praktek fotorealis hampir tak mungkin dilakukan tanpa kamera. Para seniman fotorealis harus menyalin persis setiap gerakan dan perubahan yang dibekukan oleh kamera . Di Indonesia , penggunaan fotografi sebagai acuan dilakukan sejak masa Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia sekitar 1970-80an seperti Dede Eri Supria. Dan para pelukis muda seperti kelompok Taxu di Bali (Gede Mahendra Yasa , dkk) , Yogie Ginanjar, Mariam Sofrina, Ariadhitya Pramuhendra dan lainnya. Tetapi mereka menggunakan foto hanya sebagai acuan awal dan mengubahnya untuk kepentingan ungkapan-ungkapan artis -

ketika era-dijital men

-

tik personal Penggunaanmereka.fotografi

jadi sangat umum dipergunakan untuk menyalin imej-imej foto ke atas kanvas atau lainnya. Melukis fotorealis Tuna sudah geluti sejak mahasiswa, karya-karyanya mengacu pada foto-foto yang ia rekam - dari kamera smartphone atau dijital berbagai - kegiatan yang ia lakukan sehari-hari. Ia menuturkan: “ Dulu pertama kali saya suka liat hasil analog orang lain pas masih SMA. Dan hal pertama yang saya kagumi, gimana dari hasil fotonya saya seolah bisa merasakan temperatur lingkungan, ruang, atau objek yang terekam di foto-foto itu. ” Menurut pengakuan Tuna, pertama kali mencoba foto analog ketika duduk di kuliah tingkat ketiga. “ Cuma pas itu saya belum kepikiran untuk masukin analog ke dalam proses pembuatan karya lukis saya. Masih sesuatu yang saya lakukan karena bikin bahagia aja.” Baru ketika lulus kuliah ia menggunakan kamera analog untuk mengembangkan karya-karya lukisannya. Ia melanjuti , “saya nonton film Selamat Pagi Malam, pas nonton saya pause

.

Dan di situ pas lihat still images nya, baru saya tergerak..Saya mau ada di sana (gang sepi malam hari), dan saya mau melukisnya”. Lukisan-lukisan karya Tuna , mungkin bisa menandai kemunculan kembali prakek melukis fotorealis , sekaligus praktek foto analog. Karena dengan kamera analog , proses pemahaman pembentukan imej tidak lagi instan atau perlu tahapan proses tertentu dan penguasaan teknis fotografi, selain tentunya keterampilan pengamatan dan melukis secara akurat. Tetapi tetap menampilkan sisi puitik, dengan goresan-goresan kuasnya menangkap cahaya sedikit ekspresif sehingga sekilas berkesan impresionistik. Dewi Fortuna Maharani, menjalani studi seni lukis di Studio Seni Lukis di FSRD - ITB tahun 2013. Ia sempat berpameran tunggal di Getback Coffee Jakarta tahun 2022, dengan judul : “Looking Through: Bystander”. Tahun 2020 berpameran bersama di Rubanah Underground Hub. Lalu tahun 2018 pernah berpameran bersama di Orbitaldago. (Rifky “Goro” Effendy)

In Residentia Absurdum. Oil on Canvas . 70,1 x 46,7 cm . 2021

In Residentia Absurdum. Oil on Canvas . 70,1 x 46,7 cm . 2021

In Residentia Absurdum. Oil on Canvas . 70,1 x 46,7 cm . 2021

In Residentia Absurdum. Oil on Canvas . 105 x 70 Cm. 2021

In Residentia Absurdum. Oil on Canvas . 105 x 70 cm . 2021

In Residentia Absurdum Oil on Canvas 92,5 x 140 cm 2022 In Residentia Absurdum Oil on Canvas 19,1 x 13,12020cm

Incantatio . Oil on Canvas . 200 x 130 cm . 2022

Dewi Fortuna Maharani BandungEducationInstitute of Technology Faculty of Art and Design Visual Arts - Painting Major Class of “RAY2022Exhibition:2013ofNIGHT” : Orbital Dago. Bandung “Looking Through: Bystander” Solo Art Showcase, Getback Coffee, Jakarta (Indonesia) “I2020wanna dance with somebody (who loves me)…*” Collective Art Exhibition, RUBANAH Under ground Hub, Jakarta (Indonesia) “In2018Sight: Nowadays Painting” Collective Art Exhibition, Orbital Dago, Bandung (Indonesia) “Start.Link.Point” Collective Art Exhibition, Kolekt, Bandung (Indonesia) “Tanpa2017 Busana” Collective Photography Exhibition, Garage Room, Bandung (Indonesia) “Duduk2016 + Manis” Collective Art Exhibition, Galeri Yuliansyah Akbar, Bandung (Indonesia) “Konfigurasi 1.0” Collective Art Exhibition, Lawangwangi Creative Space, Bandung (Indonesia) “Mamang2015 Bingung Mang?” Collective Art Exhibition, Gedung FSRD ITB, Bandung (Indonesia)

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.