BERBAGI KABAR BAIK Penjangkauan Melalui Komunitas
Jack Kuhatschek
pengantar
Berbagi Kabar Baik Penjangkauan Melalui Komunitas “Orang Kristen dan non-Kristen punya satu kesamaan: mereka sama-sama tidak nyaman dengan penginjilan.” rebekah manley pippert
K
edengarannya sinis memang, tetapi pernyataan itu ada benarnya. Mungkin kita khawatir tidak bisa menjawab pertanyaan orang atau tak sengaja melewatkan sesuatu yang sangat penting saat menyampaikan Injil. Mungkin kita takut ditertawakan atau diolok-olok. Namun, berbagai macam perasaan itu bercampur dengan kerinduan besar untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus.
1
Memperkenalkan orang kepada Yesus adalah salah satu hal terpenting yang dapat kita lakukan. Dalam buku ini, Jack Kuhatschek mengajak kita memikirkan apa kata Yesus tentang pemberitaan Injil, yaitu bila kita saling mengasihi, dunia akan melihat bahwa Yesus memang berasal dari Allah. Our Daily Bread Ministries
2
BERBAGI KABAR BAIK
daftar isi satu
Iman yang Terbentuk Lewat Hubungan ��������������������� 5 dua
Diciptakan untuk Komunitas ������������������������������������������ 9 tiga
Kekuatan Komunitas Kristen ����������������������������������������� 17 empat
Hidup dalam Komunitas ��������������������������������������������������23 lima
Penginjilan pada Abad ke-21 ���������������������������������������� 27 EDITOR: Tim Gustafson, J. R. Hudberg, Alyson Kieda, Peggy Willison GAMBAR SAMPUL: ThinkstockPhotos / IR_Stone PERANCANG SAMPUL: Stan Myers PERANCANG INTERIOR: Steve Gier PENERJEMAH: Arvin Saputra EDITOR TERJEMAHAN: Monica Dwi Chresnayani, Jovita Aristya PENYELARAS BAHASA: Dwiyanto, Marlia Kusuma Dewi PENATA LETAK: Mary Chang GAMBAR ISI: ThinkstockPhotos / IR_Stone (hlm.1); Gerd Altmann via Pixabay.com (hlm.5); Tirachard Kumtanom via Pexels.com (hlm.7); Aleksander Zagdański via FreeImages.com (hlm.17); Rawpixel.com via Pexels.com (hlm.23); Skitterphoto.com via Pixabay.com (hlm.27) Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974 © 2018 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, MI Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Indonesia.
Indonesian Discovery Series “Evangelism: Reaching Out Through Relationship”
satu
Iman yang Terbentuk Lewat Hubungan
S
aya tidak dibesarkan dalam keluarga Kristen. Malah, saya baru mengenal Kristus saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Bersama seorang teman, saya memutuskan untuk bergabung dengan Young Life, komunitas pemuda Kristen setempat. Bukan karena religius, tetapi karena banyak teman kami juga ikut— termasuk yang cantik-cantik! Jadi, tujuan kami bukan untuk mencari Tuhan melainkan pergaulan dengan teman sebaya. Acara perkumpulannya menyenangkan, banyak senda gurau yang membuat semua orang tertawa, lagulagu dengan gerakan seperti hentak kaki, tepuk tangan, atau bolak-balik duduk-berdiri dengan cepat. Ada juga kesaksian dari teman-teman yang sudah mengenal Kristus dan kami terkesan mendengar kisah perubahan hidup mereka. Pada akhir setiap pertemuan, seorang pengerja 5
Young Life menyampaikan pesan Injil singkat. Daya tarik pergaulan tetap menjadi prioritas utama saya datang ke sana, tetapi lambat laun mulai timbul rasa lapar rohani dalam hati. David, teman saya, biasanya berinisiatif menghubungi saya di hari H dan menjemput saya untuk bersama-sama datang ke pertemuan itu. Namun, pada suatu waktu, karena ia tidak menghubungi saya, saya pun meneleponnya untuk bertanya apakah ia mau pergi malam itu. Kelompok kami sudah berencana untuk berkumpul di suatu tempat lalu berangkat bersama ke bioskop untuk menonton film Billy Graham. Saya mau mengaku dahulu. Waktu itu, saya belum tahu siapa Billy Graham. Keluarga saya tak pernah ke gereja, maka saya tidak tahu apa-apa. Saya kira Dr. Graham adalah tokoh politik. Singkat cerita, teman saya bilang ia tidak mau ikut Young Life malam itu. Jadi, malam itu, untuk pertama kalinya saya diperhadapkan pada tiga pilihan kunci yang harus saya ambil, semuanya berkaitan dengan hubungan. Saya belum pernah datang sendiri ke pertemuan Young Life, dan saya malu pergi sendirian. Karena itu, ketika teman saya mendadak batal, hampir saja saya memutuskan untuk tinggal di rumah. Namun, bertentangan dengan kecenderungan hati, saya memutuskan untuk naik mobil lalu pergi ke sana. Setibanya di tempat pertemuan kami yang biasa, semua yang membawa mobil diminta memberikan tumpangan bagi yang lain. Waktu itu saya naik mobil Pontiac Lemans convertible yang keren, maka saya menyetirnya ke pintu depan dengan keyakinan bahwa anak-anak lain akan berebut menumpang. Ternyata tidak. Mobil6
BERBAGI KABAR BAIK
mobil lain langsung penuh, sementara saya tetap duduk sendirian, malunya bukan main, dan terlihat dengan jelas, karena mobil saya beratap terbuka. Saya sempat serius mempertimbangkan untuk menyelamatkan muka dengan keluar dari situ lalu pulang. Namun, saya memilih memarkir mobil lalu bertanya kepada salah satu rombongan apakah saya boleh menumpang mobil mereka. Lega sekali, mereka menyambut saya dengan hangat. Sesampainya di bioskop dan masing-masing sudah duduk di kursinya, kami pun menonton sebuah film produksi Billy Graham Evangelistic Association berjudul The Restless Ones. Selama pemutaran film, barulah saya tahu bahwa ternyata Graham bukan politikus melainkan Rasa lapar saya penginjil yang berkhotbah di akan Yesus depan banyak orang dalam Kristus diawali auditorium besar, bahkan stadiondengan keinginan stadion sepakbola. Film mencapai untuk bergaul. puncaknya dengan tayangan salah satu kebaktian kebangunan rohani yang dilayani Graham. Di akhir filmnya, seseorang dari lembaga pelayanan Billy Graham tampil dan bertanya apakah ada yang mau maju ke depan untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jujur, saya pikir semua orang akan maju karena ini bukan penonton bioskop biasa melainkan sekelompok anggota Young Life yang sangat religius. Saya tidak sadar kalau banyak di antara mereka sudah menerima Kristus sehingga tak perlu lagi mengambil keputusan rohani Iman yang Terbentuk Lewat Hubungan
7
tersebut. Seperti yang tadi saya bilang, saya tidak tahu apa-apa. Tak satu pun dalam deretan kursi saya yang berdiri, dan saya duduk kikuk di tengah-tengahnya. Seperti Anda tahu, manusia cenderung suka berkelompok, dan saya tidak mau maju ke depan sendirian. Walaupun sempat tergoda untuk tetap duduk, saya merasakan dorongan baru dan kuat— sekarang saya tahu itulah Roh Kudus— yang menarik saya untuk bangkit dan maju ke depan bioskop. Jadi, untuk terakhir kalinya malam itu, saya melawan naluri saya dan memilih bangkit berdiri sendirian. Melangkahi kaki-kaki orang, popcorn, dan bungkus permen, saya pun maju ke depan dan menerima Kristus. Kisah ini saya ceritakan karena satu alasan sederhana. Menerima Kristus memang keputusan yang harus diambil secara pribadi, tetapi tidak banyak orang yang mengambil keputusan itu sendirian. Sebaliknya, mereka dipengaruhi oleh hubungan dengan orang-orang Kristen dalam keluarga, tempat kerja, gereja, dan lingkungan sosial lainnya. Rasa lapar saya akan Yesus Kristus diawali dengan keinginan untuk bergaul. Sebenarnya tidak mengherankan. Sejak awal kita memang dijadikan sebagai makhluk sosial, sebab ketika Allah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya, Dia berfirman, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (KEJADIAN 2:18) —manusia tidak hanya membutuhkan Allah tetapi juga orang lain untuk memenuhi rencana-Nya atas hidup kita. Sepanjang buklet ini, kita akan melihat betapa hubungan merupakan kunci bagi penginjilan yang efektif.
8
BERBAGI KABAR BAIK
dua
Diciptakan untuk Komunitas
D
alam Yohanes 17, Yesus mengajukan permohonan yang sangat khusus kepada Bapa bagi muridmurid-Nya dan dampak mereka terhadap dunia:
Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku (AY.20-23). 9
Dalam doa ini—yang dikenal sebagai Doa Syafaat Yesus—Kristus mendoakan kesatuan orang-orang yang percaya kepada-Nya sepanjang zaman. Namun, kesatuan yang dimohonkan-Nya jauh melampaui apa pun yang biasa dialami di bumi. Yesus meminta agar kita boleh merasakan kesatuan yang sama seperti yang dimiliki-Nya dengan Bapa sepanjang kekekalan. Kesatuan tersebut hanya dapat digambarkan dengan istilah yang melampaui cakupan bahasa manusia: “Sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita . . . .” Istilah tersebut tidak lazim kita gunakan. Apakah maksudnya berada “di dalam” satu sama lain? Yesus pasti sedang menggambarkan kesatuan dan keintiman yang teramat kuat. Ketika dua roh Ilustrasinya seperti ini. menyatu, tidak Berpelukan adalah cara yang ada batasanbiasa dipakai manusia untuk batasan jasmani. mengekspresikan kedekatan. Lewat pelukan, kita bisa sangat dekat dengan orang lain, tetapi masih terhalang oleh keterbatasan tubuh. Saat seorang pria dan wanita menikah, Alkitab mengatakan bahwa keduanya menjadi satu daging, sesuatu yang jauh lebih intim daripada sekadar berpelukan, tetapi tetap masih ada batasan-batasan fisik yang menghalangi mereka untuk benar-benar menjadi satu. Namun, ketika dua roh menyatu, tidak ada batasanbatasan jasmani. Paulus menulis, “Siapa yang mengikatkan 10
BERBAGI KABAR BAIK
dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia” Karena tidak ada batasan jasmani, roh bisa melebur jadi satu tanpa kehilangan identitas masingmasing. Yesus meminta agar Bapa menganugerahkan kepada kita keintiman yang sedalam itu satu dengan yang lain, sehingga kita boleh mengalami hubungan yang kudus, intim, dan penuh kasih dengan Allah dan sesama seperti yang selama ini dialami oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus sepanjang kekekalan. Tentu saja, kita bukan berubah menjadi Allah; tetapi menjadi satu dengan Allah dan umat Kristen lainnya. Siapa pun yang sudah lama menjadi Kristen tahu bahwa kesatuan seperti itu tidak terjadi begitu saja. Dalam pikiran manusia, dosa telah menjungkirbalikkan hukum yang pertama dan yang terutama, yakni mengasihi Allah dan sesama, sehingga manusia tak lagi berpusat pada Allah dan pada sesama, melainkan pada diri sendiri. Dengan kata lain, dosa telah menghancurkan hubungan kita dengan Allah dan sesama sehingga kita tak mampu mengasihi seperti yang Allah kehendaki. Tonton saja siaran berita, Anda akan melihat bagaimana dosa telah begitu merusak hubungan antar manusia di seluruh dunia. Tak hanya berita tentang perang, tetapi juga terorisme, rasisme, dan pembunuhan yang tak berperikemanusiaan. Keluarga-keluarga hancur oleh penyelewengan dan perceraian. Penulis William Mahedy kerap berhubungan dengan mahasiswa, dan banyak di antara mereka mengalami trauma ditelantarkan orangtua karena perceraian, didera kekerasan psikologis saat masih anak-anak, serta
(1 KORINTUS 6:17).
Diciptakan untuk Komunitas
11
dieksploitasi secara seksual. Ia percaya bahwa faktorfaktor tersebut dan faktor lain yang serupa merupakan penyebab timbulnya “berbagai masalah di kalangan anak muda, seperti sikap labil, gambar diri yang rusak, perasaan hampa, depresi, keinginan untuk bunuh diri, takut akan masa depan, dan kehilangan harapan.” Ia menulis: Pengalaman ditelantarkan merupakan penyebab utama timbulnya berbagai gangguan ini . . . anak-anak muda diabaikan oleh orangtua, orang-orang terdekat, guru, pemimpin politik, bahkan oleh masyarakat mereka sendiri. Tidak ada yang benar-benar “hadir” bagi mereka sekarang. . . . Dibandingkan dengan yang terdahulu, generasi ini memang sudah diabaikan sejak lahir.1 Kita berharap gereja-gereja Kristen tidak mengalami kerusakan relasi seperti itu, tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Menurut World Christian Encyclopedia, ada kirakira 33.000 denominasi Kristen di dunia sekarang ini. Sebagian besar denominasi baru terbentuk karena ada kelompok yang memisahkan diri dari denominasi lama akibat pertikaian sengit soal doktrin, tata cara ibadah, sakramen, dan banyak faktor lainnya. Perpecahan yang terjadi di seluruh dunia ini justru bertentangan sama sekali dengan doa Yesus dalam Yohanes 17! Namun, Yesus tahu doa-Nya tidak sia-sia. Kesatuan yang sesungguhnya tak hanya menuntut pengampunan dosa, tetapi juga perubahan batin oleh Roh Kudus—Roh inilah yang Yesus janjikan kepada para murid tepat sebelum doaNya dalam Yohanes 17: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang 12
BERBAGI KABAR BAIK
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu” (YOHANES 14:16-17). Banyaknya keragaman denominasi tidak melulu negatif, tetapi juga mencerminkan bahwa Allah yang kita layani adalah Allah yang tak terbatas dan kompleks. Dia sempurna dan penuh kasih, tetapi dari sudut pandang kita sebagai manusia, Dia juga misterius dan memiliki sifat-sifat yang kelihatannya saling bertentangan. Berbagai denominasi yang berbeda itu merupakan bentuk upaya manusia untuk menjabarkan apa yang sebagian besar tidak dapat didefinisikan. Allah sedang mendirikan kerajaan-Nya dengan orangorang percaya dari berbagai macam gereja dan tata cara ibadah. Agar seluruh gereja tetap sehat dan misi penginjilan berjalan lancar, penting bagi kita untuk menghormati dan mengasihi setiap orang dari tradisi denominasi yang beragam.
Tentu saja, ketika Roh Kudus datang untuk tinggal dalam diri kita, tidak serta merta kita langsung berubah dari orang yang mementingkan diri sendiri menjadi orang yang hidupnya berpusat pada Allah dan sesama. Namun, prosesnya dimulai begitu kita bertobat dan terus berlanjut sepanjang kehidupan iman kita sampai Tuhan datang kembali. Namun, memang kesatuan kita tidak sempurna dan tidak utuh, tetapi bukan berarti itu tidak nyata. Di setiap gereja yang pernah saya datangi, jemaat menunjukkan banyak kualitas kesatuan yang Yesus inginkan. Ketika ada yang sakit, jemaat lain mendoakannya, menjenguk ke rumah sakit atau rumah, serta menyiapkan makanan bagi mereka. Saat ada yang membutuhkan dukungan keuangan, gereja memberi Diciptakan untuk Komunitas
13
bantuan dari dana pelayanan. Ketika ada yang sedang menantikan kelahiran anak, kaum wanitanya membuat acara khusus untuk menyambut sang bayi. Yang sedang menghadapi masalah dibimbing lewat konseling Kristen. Saat ada anggota keluarga yang berpulang, gereja mendukung dan menghibur keluarga yang berduka. Namun, kesatuan yang tampak dalam gereja-gereja ini tak hanya terjadi pada keadaan tertentu. Dalam banyak gereja sekarang ini, kelompok-kelompok kecil telah menjadi komponen yang sangat penting dalam membangun kesatuan dengan sesama orang Kristen. Saya dan istri bersahabat erat dengan anggota kelompok kecil kami. Salah satu kelompok kecil yang kami pimpin sudah berjalan selama sepuluh tahun. Kami belajar Alkitab bersama, jalan-jalan, dan saling mendukung dalam banyak hal selama tahun-tahun kami membesarkan anak-anak. Yesus menyatakan bahwa kasih dan kesatuan seperti ini akan berdampak luar biasa terhadap penginjilan. Menurut firman-Nya, ketika dunia melihat bahwa kita adalah “satu,” mereka akan percaya bahwa Yesus sungguh diutus oleh Bapa. Alm. Francis Schaeffer (1912–1984) menyebutnya sebagai “apologetika terakhir,” artinya, kesatuan merupakan bukti tertinggi bahwa Yesus benarbenar Anak Allah dan Juruselamat dunia. Ketika Yesus masih hidup di bumi, Dia mengadakan banyak mukjizat yang menunjukkan bahwa Dia sungguh diutus oleh Allah sebagai Juruselamat dunia. Yesus menyembuhkan orang sakit, memberi makan lima ribu orang lebih hanya dengan beberapa potong roti dan ikan, mencelikkan mata orang buta, dan pada akhirnya dibangkitkan dari antara orang mati. Namun, sekarang bagaimana? Apa cara terbaik 14
BERBAGI KABAR BAIK
untuk meyakinkan teman-teman dan orang-orang yang kita kasihi bahwa Injil itu benar? Menurut Yesus, kasih dan kesatuan kita adalah mukjizat zaman modern yang perlu dilihat orang. Orang Kristen kerap mengutip pernyataan Blaise Pascal (1623–1662) yang mengatakan bahwa ada relung ilahi dalam hati manusia yang hanya dapat diisi oleh Tuhan. Pascal benar. Namun, bukan hanya itu. Dalam hati kita juga ada relung untuk sesama manusia, yang mendambakan kasih dan keintiman seperti yang Yesus gambarkan dalam Yohanes 17. Kutipan Pascal dalam kata-kata aslinya berbunyi demikian: “Apa lagi yang diungkapkan oleh jiwa yang haus dan tak berdaya ini jikalau bukan bahwa dahulu manusia pernah merasakan suatu kebahagiaan sejati, tetapi sekarang yang tertinggal hanyalah bekas dan jejak yang kosong? Sia-sia saja manusia berusaha mengisinya dengan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya, mencari yang tidak ada, pertolongan yang tidak dapat ditemukannya dalam hal-hal yang ada, meski tak seorang pun dapat menolong, karena jurang yang dalamnya tak terhingga ini hanya dapat diisi oleh sesuatu yang tak terhingga dan tak berubah; dengan kata lain, oleh Allah sendiri.”
Dalam tulisannya, Dr. Larry Crabb berkata, “Komunitas itu penting. Kira-kira sama seperti mengatakan bahwa udara itu penting. Sebagaimana halnya paru-paru kita membutuhkan udara, demikianlah jiwa kita membutuhkan apa yang mungkin hanya bisa ditemukan dalam komunitas. Kita diciptakan . . . untuk hidup berelasi.”2 Crabb menjelaskan bahwa Allah Tritunggal yang kita sembah (Bapa, Putra, dan Roh Kudus, tetapi tetap satu Allah) “merupakan kesatuan dari tiga pribadi yang berhubungan erat satu sama lain.” Diciptakan untuk Komunitas
15
Jadi, ketika mereka yang belum percaya melihat orang Kristen mempunyai hubungan penuh kasih melampaui apa yang dapat ditawarkan oleh dunia, banyak orang ingin memilikinya juga. Awalnya mungkin mereka tidak menyadari betapa dalamnya kerinduan itu, mengira bahwa mereka hanya menginginkan persahabatan yang penuh kasih. Namun, ketika mereka masuk dalam suatu komunitas umat Kristen yang peduli dan mau menerima mereka, pada akhirnya sebagian orang akan menyadari bahwa kasih kita satu sama lain mengalir dari kesatuan kita dengan Yesus Kristus, dan bahwa Yesuslah satusatunya yang bisa memulihkan hubungan yang sudah retak dan hancur. Saat itulah, ketika seseorang yang belum percaya melihat sumber kesatuan itu, perkataan Yesus pun menjadi nyata dalam kehidupannya: “Agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (YOHANES 17:23). Agar penginjilan kita efektif, kita harus menyatukan kembali apa yang sempat dipisahkan oleh perbedaan teknik penginjilan. Tak hanya memberitakan pesan Injil secara lisan, kita juga perlu menunjukkan dampak Injil yang ajaib dalam menciptakan komunitas Kristen yang penuh kasih—komunitas seperti itulah yang dirindukan oleh kita dan juga mereka yang belum percaya. 1
William Mahedy dan Janet Bernardi, A Generation Alone: Xers Making a Place in the World (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1994), hlm. 28-29. 2 Pengantar untuk buku karya Randy Frazee, The Connecting Church: Beyond Small Groups to Authentic Community (Grand Rapids: Zondervan, 2001), hlm. 13.
16
BERBAGI KABAR BAIK
tiga
Kekuatan Komunitas Kristen
B
anyak gereja telah menyadari bahwa ternyata komunitas Kristen berperan besar dalam menjangkau orang yang belum mengenal Yesus Kristus. Misalnya, teman saya, seorang pendeta, pindah ke negara bagian Texas beberapa tahun lalu untuk merintis gereja yang fokusnya menjangkau orang-orang belum percaya di kota Austin. Sejak awal, gerejanya mengusung dua pesan. Yang pertama, “Datanglah apa adanya.” Setiap minggu, warta gereja mereka memuat tulisan ini: Gateway Church mengundang Anda untuk DATANG APA ADANYA! Kami adalah komunitas orang-orang tidak sempurna yang menjalani hidup bersama untuk menjadi seperti yang dikehendaki Allah saat Dia menciptakan Anda dan saya. Kami senang bertemu dengan Anda bagaimana pun keadaan Anda—tak 17
peduli siapa yang Anda pilih dalam pemilu, berapa pendapatan Anda, di mana tempat tinggal Anda. Baik Anda sudah mengenal Allah seumur hidup Anda atau justru tidak yakin Allah itu ada, kami menyambut kedatangan Anda. Bawalah semua pertanyaan, keraguan, ketakutan, dan sakit hati Anda—Anda tidak perlu takut dan malu. Banyak warga Austin—terutama yang berusia dua puluhan dan tiga puluhan— menanggapi undangan itu dengan serius. Setiap Minggu, tampak berbagai kalangan hadir di gereja tersebut: anggota geng motor, penggemar musik metal, orang dengan dandanan ala Gothik, orang dengan orientasi seksual mana pun, politikus, pengusaha, serta penggila teknologi. Namun, memang ada sebagian jemaat yang bercorak tradisional tidak menyukai halhal yang terlalu radikal dan merasa keberatan bergaul dengan kelompok-kelompok di atas. Gembala gereja itu mengingatkan bahwa orang Farisi pun merasakan hal yang sama tentang para pemungut cukai dan orang berdosa yang berbondong-bondong mengikuti Yesus! Warta gereja itu juga menuliskan ini: Kami mau menolong Anda berhubungan dengan orang lain yang tinggal di sekitar Anda, yang memiliki kesamaan minat dengan Anda, atau yang kebetulan mengalami situasi hidup yang sama. Kami melakukannya karena ingin Anda datang apa adanya, TETAPI UNTUK MENGALAMI PERUBAHAN HIDUP. Dengan mengenal orang lain yang juga ingin mengenal Allah, Anda akan belajar mengalami hidup yang seutuhnya, semakin menjadi pribadi yang dikehendaki 18
BERBAGI KABAR BAIK
Allah, dan semakin mengasihi Allah serta orang lain. Kami percaya perubahan hidup yang langgeng terjadi dalam komunitas bersama orang lain. Mungkin tidak sempurna, tetapi kita akan sungguh-sungguh melakukannya bersama.3 Pesan kedua yang ditawarkan gereja ini kepada warga Austin adalah, “Tidak ada tempat bagi orang sempurna.”4 Gembala dan para pemimpin gereja itu sadar bahwa setiap manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, sehingga justru karena itu semua orang boleh datang ke gereja ini. Mereka yang belum percaya pun tak hanya diundang ikut kebaktian tetapi juga bergabung dalam kelompok sel, ikut serta dalam proyek-proyek pelayanan, dan menghadiri pertemuan kelompok pendukung atau pemulihan yang diadakan gereja. Mereka menjadi bagian dari komunitas gereja, dan banyak di antara mereka yang merasakan sentuhan kasih, keramahtamahan, penerimaan, dan kepedulian yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Sang gembala mengajak saya bertemu dengan beberapa anggota gereja untuk mendengar kesaksian Pesan kedua mereka. Kisah Laura mewakili yang ditawarkan banyak kesaksian serupa yang gereja ini kepada saya dengar hari itu. “Saya takjub,” katanya, “karena saya tidak pernah warga Austin dihakimi karena rambut kepang adalah, “Tidak saya yang gimbal, tidak dipandang ada tempat bagi rendah karena hidup di bawah orang sempurna.” garis kemiskinan, dan tidak dijauhi
Kekuatan Komunitas Kristen
19
karena datang ke gereja dengan badan bau asap rokok. Saya tertarik kepada komunitas ini, tapi tidak terlalu yakin untuk bergabung ke dalam kelompok yang sebenarnya tidak disukai oleh teman-teman saya ini.”5 Ketika kanopi teras rumahnya ambruk, salah satu kelompok dari gereja itu mengumpulkan dana lalu bergotong royong selama tiga minggu membangun teras baru untuknya. Ketika kopling mobilnya rusak, pelayanan diakonia di gereja itu membantu memperbaikinya. Sepasang suami-istri bernama Jeremy dan Susan mengundang Laura menikmati jamuan malam Natal bersama. Laura mengenang: Lewat orang-orang yang mengasihi saya, saya mulai melihat kebenaran tentang diri Allah. Saya ingin menjadi seperti itu dan memberikan hal yang sama kepada orang lain. Saya baru benar-benar percaya pada apa yang pernah saya dengar, bahwa ada relung hampa dalam hidup saya dan hanya Yesus yang dapat mengisinya serta menjadikan saya utuh kembali. . . . Sekarang saya sudah menjadi pengikut Kristus. Saya mau melakukan kehendak Allah, dan saya menyebut diri saya Kristen. Setelah menerima damai sejahtera, saya sadar bahwa ketenangan hati tidak bisa diperoleh lewat rokok. Setelah memiliki komunitas, saya melihat komunitas yang sejati terjadi melalui Kristus. Komunitas ibarat obat yang menyembuhkan luka di antara manusia, karena kita memang diciptakan untuk bergantung satu sama lain. Sekarang saya sudah menjadi bagian dari sebuah komunitas sejati yang selama ini saya cari, dan kami sedang mengubah dunia . . . jiwa demi jiwa.6 20
BERBAGI KABAR BAIK
Jim dan Shelly bertemu di Gateway setelah Shelly mengalami kegagalan yang menyakitkan dalam hubungan sebelumnya. Keduanya menikah dan mulai membangun kembali kehidupan mereka bersama dalam konteks sebuah kelompok kecil yang saling mengasihi. Seiring berjalannya waktu, mereka mengalami kesatuan seperti yang Yesus doakan dalam Yohanes 17. Jim mengenang:
Komunitas ibarat obat yang menyembuhkan luka di antara manusia, karena kita memang diciptakan untuk bergantung satu sama lain.
Setelah kami menikah dan mulai mengalami berbagai ujian, barulah kami benarbenar merasakan bahwa saudara-saudari seiman di Gateway bukan cuma lucu dan suka bercanda, tetapi juga sungguh menghidupi apa yang mereka imani. Mereka menerapkan kabar baik itu dengan benar-benar mengasihi di kala senang maupun susah. Pada masa tergelap hidup kami— saya kehilangan pekerjaan, bayi kami meninggal, dan serangkaian masalah hukum, jemaat Gateway turun tangan membantu kami secara langsung. Mereka tidak segan-segan berkendara enam ratus kilometer lebih untuk menjadi saksi bagi kami. Mereka meminjamkan ponsel ketika telepon kami diputus. Mereka berbagi makanan, uang, dan membantu mengecek kondisi rumah ketika kami bepergian. Begitu banyak Kekuatan Komunitas Kristen
21
orang datang ke gereja setiap Minggu dan duduk bersebelahan dengan orang-orang yang, jangankan peduli, kenal saja tidak. Apa gunanya kita hafal seluruh isi Kitab Suci kalau tidak pernah menghidupinya? Kami bersyukur jemaat Gateway telah menjadi seperti Kristus bagi kami.7 Sejak saya mengetahui keberadaan Gateway Church, jumlah jemaat yang hadir setiap minggunya terus meningkat hingga mencapai empat ribu lebih. Namun, bukan jumlah pertambahan jemaat itu yang menakjubkan melainkan bagaimana hal itu terjadi. 60 persen lebih jemaat yang menghadiri kebaktian di Gateway menerima Kristus lewat pelayanannya atau mengalami pertumbuhan iman yang signifikan dengan komitmen penuh kepada Tuhan. Itu jauh melampaui apa yang dialami oleh sebagian besar gereja. Menurut sebuah penelitian, dalam suatu gereja pada umumnya—apa pun denominasinya— hanya empat dari seratus anggota jemaat yang bertobat.8 Jelaslah, penekanan Gateway pada penginjilan berbasis komunitas, dan gaya hidup yang berpusat pada orang lain, telah memberikan pengaruh yang sangat besar! 3 Penekanan oleh saya. 4 Ini menjadi judul buku
pertama sang gembala: John Burke, No Perfect People Allowed: Creating a Come as You Are Culture in the Church (Grand Rapids: Zondervan 2005). 5 Ibid., hlm. 194-195. 6 Ibid., hlm. 196-197. 7 Ibid., hlm. 295. 8 Thom S. Rainer, The Book of Church Growth (Nashville: B&H Academic, 1998).
22
BERBAGI KABAR BAIK
empat
Hidup dalam Komunitas
S
ebenarnya, bukan hanya Gateway yang memiliki pengalaman seperti itu. Beberapa tahun lalu, saat saya masih menjadi editor di sebuah penerbitan Kristen, saya bertemu dengan seorang pendeta yang ingin menjadi penulis. Ia menceritakan perihal gerejanya yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan berkat fokus mereka pada komunitas yang alkitabiah, dan ia berharap bisa menulis buku tentang kisah mereka.9 Ia mengundang saya ke gerejanya untuk melihat apa yang sudah Allah kerjakan di tengah mereka. Begitu saya tiba di sana, hal pertama yang dilakukan oleh sang pendeta adalah mengajak saya berkeliling lingkungan tempat tinggalnya. Saya tidak ingat katakatanya secara persis, tetapi saya ingat betapa kagumnya saya melihat bagaimana pendeta itu sangat mengenal para tetangga. Saat mobil melaju menyusuri jalan-jalan di lingkungan itu, ia menyebut nama-nama keluarga dari 23
setiap rumah yang kami lewati. Sebagian memang sudah Kristen ketika pendeta dan istrinya membeli rumah di situ. Namun, banyak juga yang baru mengenal Kristus dan bergabung dengan gerejanya karena melihat cara hidup serta kesaksian para tetangga mereka yang Kristen. Ada juga yang tertarik pada pemberitaan Injil dan serius mempertimbangkan untuk menerima Kristus. Karena belum pernah melihat penjangkauan komunitas yang seefektif itu, saya pun bertanya bagaimana hal itu terjadi. Ada gereja lain yang memakai sambutan selamat datang: “Bersama, Beriman, Berubah.” Dengan sambutan itu, mereka menyampaikan pesan bahwa “orang luar” diundang untuk terlibat bersama dalam komunitas bahkan sebelum mereka memutuskan untuk beriman kepada Yesus. Mereka diterima sebagai sesama manusia yang sedang mencari jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan terbesar dalam hidup ini.
Ia menceritakan bagaimana ketika ia dan istrinya pertama kali membeli rumah di situ, mereka mendapati bahwa ternyata ada banyak pasangan lain dari gereja mereka yang juga tinggal di lingkungan tersebut. Kemudian, mereka semua sepakat membentuk semacam “persekutuan rumah tangga” yang berkumpul secara berkala di rumah-rumah para anggota dengan tujuan untuk berdoa bersama, menjalin keakraban, serta menjangkau tetangga-tetangga lain yang belum percaya. Dalam banyak hal, kelompok kecil mereka mirip dengan kelompok-kelompok kecil pada umumnya di gereja mana pun. Namun, karena para anggotanya tinggal di lingkungan yang sama, lebih mudah bagi mereka untuk mengenal dan melayani satu sama lain setiap harinya, bukan hanya seminggu sekali. Seiring dengan semakin 24
BERBAGI KABAR BAIK
akrabnya hubungan mereka dan menikmati kesatuan yang berpusat pada sesama, seperti yang digambarkan dalam Yohanes 17, kelompok mereka juga mulai mengundang orang-orang yang belum percaya di lingkungan mereka untuk datang dalam pertemuan. Pendeta itu menulis: Kami menjadikan misi penginjilan sebagai prioritas utama dalam persekutuan rumah tangga kami. Kami menyebutnya penginjilan melalui komunitas, dan itu sangat efektif. Para anggota kelompok mendoakan dan menjalin hubungan dengan orang-orang di lingkungan mereka yang belum bergereja atau yang bukan Kristen, juga dengan umat Kristen di lingkungan mereka yang menjadi jemaat gereja-gereja lain. Biasanya alurnya seperti ini: seorang anggota persekutuan mengundang satu keluarga lain ke pertemuan dan tetangga baru untuk memasak barbekyu bersama atau mengajak mereka makan malam. Di lingkungan kami, kaum pria dalam kelompok bermain basket bersama setiap Rabu malam. Ini kesempatan yang sangat baik untuk mengajak priapria lain bergabung dan saling mengenal. Jika waktunya mengizinkan, biasanya salah seorang anggota kelompok akan mengajak pria-pria itu menghadiri kebaktian di gereja, pertemuan wilayah, atau persekutuan rumah tangga. . . . Kami tahu bahwa jika orang-orang belum percaya itu bisa melihat komunitas Kristen yang sesungguhnya—penuh cinta dan belas kasih—terwujud dalam suatu lingkungan, mereka akan tertarik kepada Allah sumber kuasa dan anugerah yang menopang semua itu.10
Hidup dalam Komunitas
25
Mereka yang tertarik pada gereja yang tulus mengasihi tidak selalu bisa dikategorikan sebagai orang yang belum bergereja. Bisa saja mereka berasal dari gereja itu sendiri. Seorang pria di lingkungan itu menceritakan bagaimana hidupnya berubah berkat penginjilan melalui komunitas. Meskipun belum paham betul tentang kasih karunia Allah dan anugerah keselamatan, ia tertarik kepada gereja karena persekutuan rumah tangganya. Ia bersaksi: Seumur hidup, saya tidak begitu rajin menghadiri kebaktian gereja. Namun, saya pikir saya menjalani hidup yang bermoral baik. Belum lama ini, para tetangga mengajak saya menghadiri kebaktian di gereja dan juga persekutuan rumah tangga yang diadakan di lingkungan tempat tinggal saya. Saya baru menyadari bahwa selama ini saya belum benar-benar menjadi orang Kristen—masih banyak yang belum saya ketahui! Persekutuan rumah tangga terdiri atas orang-orang yang membuka diri bagi komunitasnya untuk saling berbincang, belajar, bermain, dan menunjukkan iman Kristen mereka kepada semua orang. Mereka seperti sudah menemukan damai sejahtera yang istimewa. Persekutuan itu telah menerima saya tanpa syarat dan terus memberi dukungan kepada saya lewat diskusi serta bahan bacaan yang mereka sediakan untuk membantu pergumulan iman saya. Dukungan mereka selama ini . . . begitu luar biasa.11 9
Diterbitkan dengan judul The Connecting Church. Lihat catatan sebelumnya.
10
Ibid., hlm. 233-234 (edisi Kindle).
11
Ibid., hlm. 155.
26
BERBAGI KABAR BAIK
lima
Penginjilan pada Abad ke-21
S
aat ini, kita hidup di tengah masyarakat yang semakin terkotak-kotak, dan persahabatan sejati sulit ditemukan. George Gallup Jr. menggambarkan keadaan terisolasi kita itu dalam tulisannya: “Secara jasmani, hubungan kita satu sama lain terputus. Kita sering berpindah tempat tinggal. Dari data survey terungkap bahwa tujuh dari sepuluh orang tidak mengenal tetangga mereka. Sepertiga warga Amerika mengaku merasa kesepian, dan ini merupakan faktor kunci dari tingginya tingkat bunuh diri di kalangan lansia.”12 Bila hendak mengabarkan Injil kepada generasi masa kini, kita harus mengundang mereka untuk mengalami kasih dan kesatuan yang hanya dapat diberikan oleh Yesus Kristus sendiri. Berikut beberapa cara praktis untuk melakukannya. 27
Menyadari bahwa penginjilan membutuhkan kerja sama. Banyak orang Kristen merasa tertekan karena harus memberitakan iman mereka secara langsung kepada mereka yang belum percaya. Padahal Tuhan Yesus tidak bermaksud menyuruh kita melakukan penjangkauan sendirian. Salah satu cara paling efektif yang bisa kita lakukan adalah memperkenalkan teman-teman kita yang belum percaya kepada saudara-saudari seiman kita. John Burke menulis, “Dalam konteks pasca-Kristen dewasa ini, kerap dibutuhkan pertemuan dari tiga unsur berikut bagi sekelompok orang untuk menemukan iman dan menjadi gereja: Yang dimaksud oleh Burke dengan istilah “pasca-Kristen” adalah suatu masyarakat (khususnya di dunia Barat) yang tidak lagi menganggap iman Kristen sebagai dasar kehidupan. Masyarakat pada umumnya sudah tidak lagi mengenal atau memahami konsepkonsep dasar dan cerita-cerita Alkitab. Orang pun biasanya tidak menganggap nilai-nilai Kristen mempunyai kebenaran yang unik.
1. Bersahabat dengan seseorang yang benar-benar berperilaku seperti Yesus—mau mendengar, peduli, rela melayani, dan dapat berdiskusi secara terbuka tentang iman dengan cara yang tidak memaksa. 2. Berhubungan dengan empat sampai lima orang Kristen lain dalam satu kelompok yang mereka sukai dan membuat mereka merasa diterima. 3. Berada dalam lingkungan yang menerima mereka ‘apa adanya’, tempat mereka bisa belajar tentang Yesus, biasanya selama enam sampai delapan belas bulan.”13
28
BERBAGI KABAR BAIK
Mengajak orang-orang yang belum percaya untuk ikut kegiatan kelompok kecil. Dalam banyak gereja sekarang ini, kelompok kecil telah menjadi komponen yang sangat penting untuk mewadahi persekutuan dengan orang Kristen lainnya. Sayangnya, sebagian besar kelompok kecil terbatas hanya untuk orang percaya saja, dan ada perasaan tidak pantas apabila harus mengundang teman atau tetangga yang belum percaya ke dalamnya. Ini sangat disayangkan. Padahal, bukankah itu tempat yang sangat tepat bagi orang yang belum percaya untuk melihat bagaimana “Dalam konteks kasih dan kesatuan dipraktikkan pasca-Kristen saat kita berdoa dan mempedulikan sekarang ini, kebutuhan bersama? Namun, anggota kelompok kecil kerap dibutuhkan gabungan tiga Anda harus sadar bahwa sebagian orang yang belum percaya mungkin unsur untuk akan mengungkapkan keraguan menemukan tentang Alkitab, menggunakan iman dan bahasa yang menyinggung, atau menjadi gereja” keluar sebentar untuk merokok. PENDETA JOHN BURKE Bila kita memang berniat menyediakan lingkungan belajar yang menerima orang luar “apa adanya”, kita tidak bisa mengharapkan orang yang belum percaya berperilaku seperti kita. Mengundang mereka ke gereja. Jika Anda belum menjadi bagian dari kelompok kecil—atau sekalipun sudah—ada Penginjilan pada Abad ke-21
29
baiknya Anda mempertimbangkan untuk mengundang teman-teman yang belum percaya itu ke gereja. Banyak kebaktian gereja memberitakan Injil secara sederhana dan menyampaikan khotbah yang menekankan cara menjalani hidup sehari-hari. Beberapa waktu lalu, seorang pendeta mengundang saya makan siang bersama seorang wanita yang dahulu lesbian. Wanita itu menceritakan bagaimana ia pertama kalinya datang ke gereja sewaktu ia tahu bahwa pendeta itu akan menyampaikan serangkaian khotbah selama tujuh minggu tentang seksualitas. Yang membuat wanita ini benar-benar tertarik adalah karena pada minggu terakhir dari rangkaian khotbah itu akan dibahas soal hubungan sesama jenis. Ia tidak mengira gereja benar-benar mau membahas hal-hal seperti itu. Ia pun memutuskan untuk menghadiri seluruh sesinya. Bukan saja banyak pertanyaannya yang terjawab, ia juga heran sekaligus gembira karena orang-orang menyambut dan menerimanya. Beberapa bulan kemudian, ia menjadi percaya dan akhirnya bergabung sebagai staf gereja dalam bidang pelayanan kepada orang-orang yang bergumul dengan seksualitas mereka. Berpartisipasi dengan umat Kristen lain dalam proyekproyek pelayanan gereja. Saat ini, banyak gereja menawarkan kesempatan pelayanan kepada masyarakat di sekitarnya yang bisa diikuti oleh kelompok-kelompok kecil dan kelas-kelas Sekolah Minggu. Sebagai contoh, sebuah gereja di Amerika Serikat mencantumkan proyek-proyek pelayanan berikut dalam situs mereka: Mendampingi keluarga pendatang: Bantulah para pendatang atau pengungsi beradaptasi dengan 30
BERBAGI KABAR BAIK
lingkungan baru agar mereka mengenali rute transportasi umum atau tahu cara berbelanja kebutuhan sehari-hari! Anda dapat membantu dengan menjadi tenaga sukarela di lembaga mana pun. Bimbingan belajar: Setiap Senin malam, anak-anak usia Sekolah Dasar berkumpul di kompleks apartemen Capitol Village dan membutuhkan bantuan untuk mengerjakan PR atau tugas sekolah. Dibutuhkan sukarelawan untuk menolong mereka, termasuk untuk memberikan bimbingan privat sepanjang minggu bila diperlukan.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”
Pelayanan administratif: Para pengungsi yang berada di dalam penampungan sementara mengeluhkan panjangnya proses birokrasi serta banyaknya dokumen yang harus mereka lengkapi. Dua minggu sekali, pada hari Kamis, para MATIUS 5:16 pengungsi dan sukarelawan berkumpul di kompleks Apartemen Timber di Clayton Lane untuk mengisi bersama berbagai formulir dan aplikasi yang mereka perlukan. Sumbangkan tenaga Anda hari ini!
Penginjilan pada Abad ke-21
31
Kegiatan amal: Setiap tahun menjelang Natal, gereja kami menyediakan beragam hadiah, pakaian, dan peralatan rumah tangga untuk warga kurang mampu. Dibutuhkan sukarelawan sementara untuk membantu mengatur dan melaksanakan program amal itu, juga untuk membungkus dan mengantar hadiah.14 Saat Anda berupaya mengasihi sesama seperti diri Anda sendiri bersama dengan orang-orang Kristen lain yang peduli, masyarakat di lingkungan Anda akan menerima manfaat baik secara materi maupun rohani. Mereka akan melihat bahwa para pengikut Kristus tak hanya saling mengasihi, tetapi juga mengasihi orangorang yang membutuhkan pertolongan. Sepanjang sejarah, banyak orang membuka diri untuk mau mendengar Injil karena melihat kasih Kristus terwujud lewat tubuh-Nya, yaitu gereja. Itulah yang Yesus katakan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (MATIUS 5:16). 12
George Gallup Jr., Emerging Trends, vol. 19, no. 3 (Maret 1997).
13
John Burke, Unshockable Love: How Jesus Changes the World Through Imperfect People (Grand Rapids: Baker Book, 2013), hlm. 210. 14
http://www.gatewaychurch.com/refugees/
32
BERBAGI KABAR BAIK
ANDA DAPAT DAPAT MEMBERI MEMBERI ANDA DAMPAK YANG YANG BERARTI! BERARTI! DAMPAK Materi kami kami tidak tidak dikenakan dikenakan biaya. Pelayanan kami didukung Materi oleh persembahan kasih dari dari para para pembaca pembaca kami. kami. oleh persembahan kasih Jika Anda Anda ingin ingin mendukung mendukung pelayanan pelayanan kami, kami, Anda Anda dapat Jika dapat mengirimkan persembahan kasih melalui rekening mengirimkan persembahan kasih melalui rekening “Yayasan ODB Indonesia” “Yayasan ODB Indonesia” BCA Green GreenGarden GardenA/C A/C253-300-2510 253-300-2510 BCA BNI Daan DaanMogot MogotA/C A/C0000-570-195 0000-570-195 BNI MandiriTaman TamanSemanan SemananA/C A/C118-000-6070-162 118-000-6070-162 Mandiri QRCode Code Standar Standar QR Pembayaran Nasional Nasional Pembayaran
Scan QR QR code codeini iniuntuk untukdonasi donasidengan denganaplikasi aplikasi Scan e-wallet berikut: e-wallet berikut: Yayasan Yayasan ODBIndonesia Indonesia ODB
Silakan konfirmasi kasih Anda melalui: Silakan konfirmasipersembahan persembahan kasih Anda WhatsApp: 0878.7878.9978 melalui nomor kontak kami di halaman belakang buklet ini. E-mail: indonesia@odb.org SMS: 081586111002
Anda juga dapat mendukung kami dengan meng-klik tautan ini.
Hubungan adalah Kuncinya Allah menciptakan kita untuk hidup dalam hubungan dengan Dia dan sesama. Kita mendambakan komunitas di tengah masyarakat modern yang makin kehilangan persahabatan dan hubungan yang sejati. Ketika para pengikut Yesus tidak mementingkan diri sendiri dan menjangkau orang lain lewat persahabatan, hal itu dapat memberi dampak luar biasa. Orang akan rindu menjadi bagian dari komunitas yang memancarkan kebaikan, bahkan sebelum menyadari bahwa alasan di balik kebaikan itu adalah Tuhan Yesus. Jadi, bagikanlah Kabar Baik kepada sesama dengan perkataan dan tindakan Anda . . . dan lihatlah apa yang akan terjadi lewat hubungan yang Anda jalin dengan mereka!
Jack Kuhatschek adalah penulis buku Applying the Bible, The Superman Syndrome, dan sejumlah buku penuntun Pendalaman Alkitab. Ia pernah menjadi wakil presiden eksekutif dan penerbit dari Baker Publishing Group. Jack dan istrinya, Sandy, saat ini tinggal di Deland, Florida.
dhdindonesia.com