Sebagai materi yang tepat untuk digunakan oleh pribadi maupun kelompok, buku yang berisi 6 bahan PA ini akan menguatkan Anda untuk menjalani hidup dengan keyakinan teguh dalam hadirat Allah, mempercayai firman-Nya, dan menjadikan Alkitab sebagai landasan bagi doa-doa Anda.
DOA
Keyakinan Teguh MENGATASI KEKECEWAAN DALAM BERDOA
Untuk judul-judul Seri Hikmat Ilahi lainnya yang telah diterbitkan, silakan mengunjungi www.dhdindonesia.com BK476 ZN339 I S B N 978-1-62707-017-1
PO Box 3566, Grand Rapids, MI 49501-3566
9
781627 070171
Oleh David Egner DARI PENERBIT OUR DAILY BREAD ÂŽ
ok
Keyakinan Teguh
Dengan
P
Dengan
Berdoa
PA mp N Kelo HAi atau BAribad
Berdoa
Dalam buku Seri Hikmat Ilahi Berdoa dengan Keyakinan Teguh ini, penulis David Egner membahas tentang kekecewaan yang disebabkan oleh doa yang tak terjawab. Beliau memberikan langkah-langkah praktis yang bisa menolong Anda untuk 6 Bahan PA untuk Pribadi atau Kelompok menjalin dan menguatkan kembali hubungan Anda dengan Allah. Dapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang bagaimana Anda bisa mendekat kepada Allah, berbicara dari hati Anda dengan jujur, dan sabar menantikan-Nya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Anda.
6
B
ercakap-cakap dengan Allah melalui doa merupakan aspek penting dalam menumbuhkan dan memelihara hubungan Anda dengan-Nya. Namun ketika Allah tampaknya tidak menanggapi Anda, maka perasaan kecewa, putus asa, bahkan tertolak bisa memudarkan iman dan mengganggu komunikasi Anda dengan-Nya. Apa yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi beragam perasaan tersebut dan mengembalikan kepercayaan Anda kepada Allah? Bagaimana Anda bisa merasa yakin bahwa Allah mendengar doa-doa Anda?
SERI HIKMAT ILAHI
k tu un
SHI
PANDUAN PEMIMPIN DAN PENGGUNA Garis Besar Pelajaran PELAJARAN
Topik
Ayat Alkitab bacaan pertanyaan
1.
Permasalahan dengan Doa................... Mazmur 13:2-6................... hlm. 6–9
hlm. 10–11
2.
Datang kepada Allah.............................. Ibrani 4:14-16...................... hlm. 13–17
hlm. 18–19
melalui Pengantara 3. 4.
Jujur tentang Keluhan Anda................. Mazmur 51:12-19.. ............. hlm. 21–27 Bercakap-cakap . . ...................................... Wahyu 3:15-20..................... hlm. 31–33 Daripada Berkata-kata
hlm. 28–29 hlm. 34–35
5.
Tunduk pada Perspektif Allah............. Mazmur 73:1-5, 23-26. . ... hlm. 37–41
hlm. 42–43
6.
Bersukacita dalam Allah........................ Filipi 4:4-8.. .......................... hlm. 45–47 Selama Menanti
hlm. 48–49
Seri Khotbah Mimbar (untuk Gembala Jemaat dan Pemimpin Gereja) Walaupun Seri Hikmat Ilahi terutama dimaksudkan untuk bahan PA pribadi dan kelompok, para gembala jemaat mungkin ingin menggunakan materi ini sebagai dasar untuk satu seri khotbah mengenai masalah yang penting ini. Topik-topik yang disarankan dan teks Alkitab yang terkait, seperti yang tercantum di Garis Besar Pelajaran, dapat dipakai sebagai acuan.
Cara Memakai Buku Seri Hikmat Ilahi (Secara Individu maupun dalam Kelompok Kecil) Invidivu—PA Pribadi • Bacalah halaman-halaman yang ditunjukkan. • Renungkanlah baik-baik pertanyaan PA yang bersangkutan dan tuliskan jawabannya untuk setiap pertanyaan tersebut. Kelompok Kecil—Diskusi PA • Untuk memaksimalkan waktu pertemuan, setiap anggota kelompok disarankan mengerjakan tugas pelajaran yang bersangkutan sebelum pertemuan kelompok. • Lama pertemuan yang dianjurkan: 45-55 menit. • Libatkanlah kelompok dalam pertanyaan-pertanyaan diskusi, usahakanlah partisipasi penuh dari setiap anggota.
Berdoa
Dengan
Keyakinan Teguh
K
SERI HIKMAT ILAHI Untuk PA pribadi atau kelompok
ekecewaan dapat mengubah doa menjadi kebisuan. Sulit rasanya untuk berdoa saat Anda merasa getir dan marah terhadap mereka yang Anda yakini sedang merusak hidup Anda. Lebih sulit lagi untuk berdoa saat Anda merasa bahwa Allah sendiri yang telah mengecewakan Anda. Allah memahami perasaan Anda. Dan Dia memberikan jalan bagi Anda untuk datang dengan keyakinan teguh ke takhta kasih karunia-Nya. Dalam buku ini, David Egner menawarkan bantuan bagi orang-orang yang telah kehilangan keyakinan kepada Allah dan pada kemampuan mereka sendiri untuk dapat mengetahui bahwa Dia mendengarkan doa-doa mereka.
—Mart DeHaan Our Daily Bread Ministries 1
Seri Hikmat Ilahi ini ditulis berdasarkan buklet Praying With Confidence (Q0712), salah satu buklet Discovery Series yang dikenal luas, terbitan Our Daily Bread Ministries. Untuk mengetahui judul-judul Seri Hikmat Ilahi yang telah diterbitkan, silakan mengunjungi situs Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com Kutipan ayat diambil dari Teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia Š LAI 1974.
Penerbit: Duta Harapan Dunia Pemimpin Editor: Dave Branon Desain Grafis: Steve Gier, Andy Liaw (Indonesia) Koordinator Seri/Panduan PA: Sim Kay Tee, Bill Crowder Penerjemah: Lidia Torsina Editor Terjemahan: Dwiyanto, Natalia Endah, Yudy Himawan Penyelaras Bahasa: Bungaran Gultom
FOTO SAMPUL:
Kriss Szkurlatowski via StockXchng FOTO-FOTO YANG DITAMPILKAN: Via Stock.Xchng: Valber Cortez, hlm. 6; Paolo Gadler, hlm.10; Martin Boulanger, hlm. 12; Glen Murrant, hlm. 13; Tim Kamerbeek, hlm. 18; Aaron Murphy, hlm. 20; weatherbox, hlm. 21; Dave Gostisha, hlm. 28; T. Al Nakib, hlm. 30; Natalya Bruner, hlm. 31; Joakim Buchwald, hlm. 34; Harrison Keely, hlm. 37; Lies Meirlaen, hlm. 42; Loreine Barbosa, hlm. 44; Ramasamy Chidambaram, hlm. 45; Vivek Chugh, hlm. 48; Brennan Paezold, hlm. 50; Piotr Bizior (www.bizior.com), hlm. 51. Via Free Range Stock: Chance Agrella, hlm. 36
ISBN: 978-1-62707-017-1 Dicetak di Indonesia. 2013 2
Daftar Isi Prakata: Berdoa dengan Keyakinan Teguh . . . . . . . . . . . . . . . 1 CARA Menggunakan Buku Seri Hikmat Ilahi . . . . . . . . . . . 4 Untuk Renungan Dan Meditasi: . . . . . . .12, 20, 30, 36, 44, 50 Artikel Santapan Rohani tentang Doa
1
PERMASALAHAN DENGAN DOA
2
DATANG KEPADA ALLAH MELALUI PENGANTARA
3
JUJUR TENTANG KELUHAN ANDA
6
Yang Diyakini Sebagian Orang / Kekecewaan
10
BAHAN PA NO. 1
13
Sang korban di Masa Lalu / sang Pembela di Masa Kini
18
BAHAN PA NO. 2
21
Keyakinan pada pertolongan / Pengampunan / kesanggupan /
kehendak Allah
28
BAHAN PA NO. 3
4
BERCAKAP-CAKAP DARIPADA BERKATA-KATA
5
TUNDUK PADA PERSPEKTIF ALLAH
6
BERSUKACITA DALAM ALLAH SELAMA MENANTI
31
keyakinan dalam Mendengarkan Allah / Menanggapi Allah
34
BAHAN PA NO. 4
37
keyakinan pada Perspektif / Hikmat / Waktu / Kebaikan Allah
42
BAHAN PA NO. 5
45
apa yang diKetahui tentang allah / apa yang Telah Dijanjikan-nya
48
BAHAN PA NO. 6
7
BERDOA MENGGUNAKAN KITAB SUCI 51 cara jitu Berbicara dengan Allah / Doa yang Mengubahkan Hidup
Panduan Pemimpin dan Pengguna 3
56
Cara Menggunakan BUKU SERI HIKMAT ILAHI Tujuan Buku Seri Hikmat Ilahi dimaksudkan untuk membantu para gembala jemaat dan pemimpin awam dalam membimbing dan mengajar orang Kristen dengan pelajaran-pelajaran yang disesuaikan dari buklet Discovery Series terbitan Our Daily Bread Ministries dan dilengkapi dengan sejumlah renungan dari Santapan Rohani. Buku Seri Hikmat Ilahi memakai metode PA induktif untuk menolong orang Kristen supaya dapat memahami Alkitab dengan lebih jelas.
Format BACA: Buku Seri Hikmat Ilahi dibagi dalam beberapa bagian pelajaran. Untuk tiap pelajaran, Anda akan membaca sejumlah halaman yang akan memberi Anda wawasan tentang satu aspek dari keseluruhan pelajaran. Tiap pelajaran dilengkapi dengan bagian INTI PERENUNGAN dan PEMAHAMAN TEOLOGI untuk menolong Anda memikirkan materi ini secara lebih mendalam. Kedua bagian ini dapat juga dipakai sebagai pemancing diskusi dalam kelompok. TANGGAPAN: Pada akhir bacaan, terdapat dua halaman BAHAN PA untuk menolong peserta menanggapi dan merenungkan topik yang dipelajari. Jika Anda menjadi pemimpin suatu kelompok PA, mintalah kepada setiap anggota kelompok untuk membaca BAHAN PA sebelum memulai diskusi kelompok. Anda tidak perlu membahas setiap pertanyaan dalam BAHAN PA; biarlah alur diskusi dalam kelompok ditentukan oleh minat para anggota. Pertanyaanpertanyaan dalam BAHAN PA dirancang untuk studi kelompok maupun individu. Bagian BAHAN PA terdiri dari: AYAT HAFALAN: Bagian Alkitab yang singkat untuk memusatkan perhatian Anda terhadap kebenaran Alkitab yang dibahas dan juga dapat digunakan sebagai ayat hafalan. Anda dapat menganjurkan penghafalan ayat di setiap pertemuan.
4
PENDAHULUAN: Suatu pertanyaan bersifat umum yang dapat dipakai untuk memulai diskusi kelompok atau perenungan pribadi. PERENUNGAN: Pertanyaan-pertanyaan yang menolong kelompok atau individu untuk berinteraksi dengan bacaan yang dibahas. Pertanyaan-pertanyaan ini membantu memperjelas konsep utama dari buku ini. PENGGALIAN: Pembahasan secara induktif terhadap bagian Kitab Suci yang terkait dan mengingatkan kelompok atau individu tentang pentingnya Kitab Suci sebagai otoritas utama. PENGGALIAN LEBIH LANJUT: Tanggapan yang terdiri dari dua bagian: REFERENSI mengusulkan cara-cara untuk membandingkan ide-ide pelajaran yang dibahas dengan pengajaran dalam bagian-bagian lain dari Alkitab. REFLEKSI menantang kelompok atau individu untuk menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata. SANTAPAN ROHANI: Di akhir setiap BAHAN PA, ada sebuah renungan Santapan Rohani yang terkait dengan topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan renungan ini untuk perenungan lebih lanjut atau sebagai pembuka dari waktu doa. Bacalah tentang Panduan Pemimpin dan Pengguna di halaman 56 untuk mendapatkan saran lebih lanjut tentang bagaimana menggunakan buku Seri Hikmat Ilahi.
5
1
Permasalahan Dengan Doa Yang Diyakini Sebagian Orang
D
i hadapan saya duduk sekelompok dewasa lajang yang berkumpul untuk belajar tentang doa. Saya membagikan selembar kertas yang mencantumkan pernyataan pembuka ini: “Bicara soal doa, aku ____________________.� Mereka harus mengisi bagian yang kosong. Bagaimana tanggapan Anda? Sebelum kita lanjutkan, mungkin ada baiknya Anda melakukan hal yang sama. Lengkapi kalimat berikut: 6
“Bicara soal doa, aku _____________________________________ ______________________________________________________.” Ketika saya menyusun jawaban-jawaban yang ditulis oleh kelompok itu, hasilnya dapat dibagi menjadi kategori berikut:
• “Aku kurang sering berdoa.”
• “Aku tak tahu apa yang harus didoakan.”
• “Aku tak tahu apakah doa itu ada gunanya.”
Saya rasa itu adalah jawaban-jawaban yang umum. Meski ada beberapa orang yang berbicara dengan bersemangat tentang mudahnya mereka melakukan percakapan dengan Allah, tetapi tampaknya lebih banyak yang memandang doa sebagai perjuangan yang terkadang berhasil dimenangkan, tetapi lebih sering terkalahkan. Memang wajar jika berdoa tidak selalu mudah kita lakukan. Jika dipahami dengan benar, doa bukan sekadar curahan perasaan yang ditujukan kepada Allah. Doa juga merupakan ungkapan iman yang sering kali merasa lemah dan tak berdaya. Doa adalah senjata dalam peperangan rohani yang dipakai untuk memenangi perjuangan batin yang sengit. Doa adalah refleksi dari hubungan kita dengan Allah yang sering terganggu dan terhalang akibat sikap kita sendiri yang tidak peduli, tidak sungguh-sungguh, dan tidak peka. Doa adalah ekspresi dari keyakinan kita terhadap Allah yang sering tergeser oleh perasaan kecewa. Di awal perjalanan iman kita, kita berdoa dengan harapan yang tinggi. Kita berasumsi bahwa Allah akan mengabulkan berbagai keinginan hati kita yang terdalam, dan melalui doa, kita akan merasakan kedekatan dan kebahagiaan yang kita dambakan. Dengan mengandalkan keyakinan kita terhadap Allah, kita percaya bahwa kita akan dapat mengatasi masalah apa pun yang datang. Lalu kita memohon kepada Allah untuk suatu hal yang penting bagi kita dan kita tidak memperolehnya. Kita meyakinkan teman-teman yang sakit bahwa kita mendoakan kesembuhan mereka, tetapi mereka tidak kunjung membaik. Kita mendoakan keluarga kita untuk penyelesaian masalah yang menggelayuti mereka, tetapi kita dibiarkan menunggu selama berbulan-bulan dan tampaknya Allah telah mengabaikan kita. Dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus, kita memohon terjadinya pertobatan bagi orang-orang yang kita kasihi, tetapi mereka tetap tidak peduli kepada Allah. 7
Perlahan-lahan, kekecewaan pun menumpuk. Kita kehilangan semangat untuk berdoa. Tak lama kemudian, doa kita hanya dilakukan di saat-saat makan saja. Lalu kita masuk dalam sebuah fase ketika kita tidak mau lagi menyampaikan permohonan kita yang penting kepada Tuhan karena kita merasa tidak sanggup lagi menerima penolakan. Akhirnya kita berhenti berkomunikasi dengan Allah.
Kekecewaan Pikirkan sejenak tentang hubungan doa Anda dengan Allah. Jika Anda telah berhenti bertumbuh dalam doa, apakah itu karena kekecewaan yang jujur? • Kekecewaan Terhadap Allah. “Aku telah memohon dan percaya bahwa Allah akan menyembuhkan putriku. Namun ia tetap meninggal karena penyakit kankernya. Hatiku hancur dan bingung sekali.” • Kekecewaan Terhadap Orang Lain. “Aku sulit berdoa saat aku merasa sangat marah terhadap orang-orang yang sedang merusak hidupku.” • Kekecewaan Terhadap Diri Sendiri. “Aku ingin berdoa. Aku telah merencanakannya. Aku sudah berniat baik. Cuma aku belum bisa melakukannya.” Kita membutuhkan iman dan keberanian dalam usaha untuk mengatasi hubungan yang bermasalah dengan sesama manusia. Hal ini berlaku juga dalam hubungan kita dengan Allah. Langkah pertama yang harus kita ambil adalah mengakui permasalahannya. Lalu kita harus berusaha mengatasi kekecewaan itu dan mengembalikan keyakinan kita terhadap Allah. Bagian selanjutnya dari buku ini ditulis untuk membantu kita dalam membangun keyakinan tersebut. Namun sebelum kita lanjutkan, izinkan saya menceritakan pengalaman saya sendiri. Sedikit banyak, saya memahami apa artinya kecewa terhadap liku-liku kehidupan ini. Terkadang pengalaman yang paling menyakitkan itu terkait dengan peristiwa yang diperkenankan Allah terjadi dalam kehidupan orang-orang yang paling saya kasihi. Salah satunya berkaitan dengan kesehatan cucu yang saya sayangi. Nathan lahir dengan defisiensi sistem kekebalan tubuh. Tubuh mungilnya tidak memiliki mekanisme untuk melawan penyakit. Dalam tahun-tahun pertama hidupnya, kami menyaksikan tanpa daya ketika si kecil Nathan berjuang mengatasi serangkaian infeksi saluran pernafasan bagian atas. Allah sepertinya tidak menjawab doa kami. Nathan harus sering keluar-masuk rumah sakit. 8
Sebagai keluarganya, kami merasa ketakutan. Bisakah kami mempercayai Allah sekalipun Dia tak menjawab doa kami bagi cucu yang begitu kami kasihi? Dokter memberitahukan bahwa 60 persen anak dengan masalah ini akan mulai mempunyai sistem kekebalan tubuh ketika mereka memasuki usia tiga tahun. Meski informasi tersebut memberi kami sedikit harapan, tetapi hal itu juga membuat kami sadar bahwa 40 persen anak yang lain tidak akan mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik terhadap infeksi. Dari waktu ke waktu, saya menatap cucu mungil yang tak berdaya itu dan terus berdoa. Awalnya saya lebih banyak bergumul pada pemikiran “seandainya saja” tentang kondisi Nathan. Seiring berjalannya waktu, fokus doa saya berubah. Saya tidak lagi terpaku pada kepedihan yang saya rasakan. Saya mendapati diri saya makin sedikit berkata-kata dalam doa. Saya bergumul, sering kali dengan sikap diam, demi kepentingan Nathan. Pada akhirnya saya hanya berkata, “Ya Allah, lakukanlah yang terbaik. Hanya Engkau yang tahu, dan aku mempercayai-Mu dan segala kebaikan-Mu. Aku sangat ingin Engkau menyembuhkan Nathan. Namun, biar kehendak-Mulah yang jadi.” Menjelang usia tiga tahun, infeksi yang dialami Nathan mulai berkurang. Kemudian hasil tes-tes yang baru pun diterima: Dalam kemurahan hati-Nya, Allah memperkenankan Nathan menjadi salah satu dari 60 persen anak yang berhasil mengalahkan defisiensi sistem kekebalan tubuh itu. Melalui situasi kehidupan yang tak dapat saya kendalikan itu, saya telah belajar untuk mempercayai Allah melalui pengalaman dalam berdoa. Terkadang saya bersyukur untuk jawaban “ya” dari-Nya. Terkadang saya melihat hikmat dari jawaban “tidak”. Ada kalanya saya bahkan belajar untuk menikmati kehadiran Allah dalam waktu-waktu menantikan jawaban dari-Nya. Namun saya tetap mendapati diri saya kadang-kadang terperosok ke dalam jurang keputusasaan. Saya menghendaki suatu kuasa seperti yang dimiliki Elia untuk mengendalikan keadaan fisik yang ada (Yak. 5:16-18). Namun seiring waktu, saya belajar bahwa keyakinan sejati dalam berdoa tidaklah diperoleh dengan memproyeksikan keinginan-keinginan saya kepada Allah. Sebaliknya, saya memperoleh keyakinan itu dengan mempelajari beberapa prinsip doa yang sederhana tetapi mendalam. Prinsip-prinsip doa ini tidak bergantung pada kefasihan kita berbicara atau pada wawasan rohani kita. Prinsip-prinsip yang diajarkan Tuhan ini begitu sederhana. 9
Bahan PA No.
1
Permasalahan dengan Doa
baca halaman 6–9
Memahami mengapa doa sering kali menjadi suatu pergumulan.
AYAT HAFALAN MEMORY VERSE
Pendahuluan
Mazmur 13:6b— “Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.”
Bagaimana Anda mengisi bagian yang kosong di halaman 6: “Bicara soal doa, aku ______________________________.” Mengapa Anda merasa demikian tentang doa?
Perenungan 1. Dari tiga kekecewaan pribadi yang tercantum di halaman 8, manakah yang pernah
Anda alami? Apakah dampak kekecewaan itu pada sikap Anda terhadap doa?
2. Pernahkah Anda mengalami krisis pribadi atau masalah keluarga seperti yang diceritakan penulis di halaman 8–9? Ketika Anda berusaha mengatasi krisis tersebut, apa peran doa dalam usaha tersebut?
3. Apa maksud penulis ketika berkata, “Keyakinan sejati dalam berdoa tidaklah diperoleh dengan memproyeksikan keinginan-keinginan saya kepada Allah” (hlm. 9)? Bagaimana kita melakukannya? Bagaimana kita dapat menghindari kesalahan tersebut?
Penggalian Going FurtherLebih Lanjut Referensi Apa sajakah unsur-unsur doa yang dijabarkan dalam Yakobus 5:16? Dalam ayat tersebut, manakah pernyataan yang menegaskan tentang pentingnya berdoa, dan bagaimana hati seorang pendoa digambarkan lewat pernyataan itu?
10
Digging In Penggalian Baca ReadMazmur 13:2-6 1. Ketika Daud menulis mazmur ini, situasi hidup apa yang sedang dihadapinya dan masalah apa yang sedang digumulkannya?
2. Apa yang dapat kita ketahui tentang gejolak batin dan emosi Daud? Mana yang lebih jelas terlihat— keputusasaan Daud atau keyakinannya? Mengapa?
2 Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? 3 Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? 4 Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, 5 supaya musuhku jangan berkata: “Aku telah mengalahkan dia,” dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah. 6 Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.
3. Menurut Anda, mengapa pada akhirnya Daud
bisa bersorak-sorak (ay.6)? Apakah yang telah mengubahnya? Apa yang bisa kita pelajari dari kejujuran dan keberanian Daud terhadap Allah?
Saat Teduh > Gunakanlah artikel Santapan Rohani di halaman selanjutnya sebagai panduan saat teduh dan perenungan tentang doa.
Refleksi Pikirkan tentang situasi ketika kepercayaan Anda terhadap Allah diuji oleh doa yang “tidak terjawab”. Bagaimana perasaan Anda tentang Allah? Menurut Anda, mengapa Allah menjawab “tidak” untuk doa Anda? Respons umum untuk doa yang “tidak terjawab” adalah Allah tahu yang terbaik bagi Anda. Apakah Anda puas dan bisa menerima jawaban “Allah tahu yang terbaik”—bahkan ketika jawaban “tidak” dari Allah itu menghasilkan penderitaan atau kematian? Mengapa? 11
Santapan Rohani: Untuk refleksi dan meditasi tentang doa
Jawaban Allah yang Tertunda
D
alam hal berdoa, seorang Kristen tidak dapat cepat-cepat belajar seperti dalam serangkaian kursus kilat yang menjanjikan bahwa permohonan kita akan segera direspons dengan jawaban yang spektakuler. Cepat atau lambat, kita perlu belajar lewat kesulitan dan jawaban doa yang tertunda. George Matheson berujar, “Sering kali aku memanjatkan doa di mana satu-satunya jawaban tampaknya hanyalah gema dari suaraku sendiri, dan aku berseru dengan putus asa, ‘Mengapa Engkau begitu jauh dan enggan menolongku?’ Namun tak pernah terpikir olehku bahwa Allah yang tampaknya jauh itu justru sedang dekat padaku; dan kesenyapan Itulah jawaban dari-Nya! Inilah juga yang terjadi pada satu keluarga di Betania. Mereka bukan terlalu banyak memohon, tetapi justru terlalu sedikit. Mereka hanya memohon agar Lazarus tetap hidup. Namun mereka justru menerima suatu demonstrasi luar biasa dari kuasa Kristus dan penyingkapan yang baru tentang hidup kekal!” Ketika masih kecil, saya menderita penyakit tuberkulosis pada tulang pinggul. Saat saya terbaring sambil menanti maut menjemput, orangtua saya berdoa agar saya disembuhkan. Allah memang menyelamatkan nyawa saya, tetapi dampak infeksinya masih terasa dan mengakibatkan salah satu kaki saya lumpuh. Beberapa tahun kemudian, saya ditolak masuk militer karena cacat fisik itu. Sejumlah peristiwa penting lainnya terjadi, dan perlahanlahan orangtua saya mulai melihat mengapa doa mereka tidak dijawab sepenuhnya. Allah mempunyai tugas khusus bagi saya, dan jawaban-Nya yang tertunda merupakan bagian dari karya-Nya mempersiapkan saya melayani di bidang pujian dan penulisan. Tidak ada ruginya menantikan waktu Allah!
—Henry Bosch
Mazmur 4:2— Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah.
Mazmur 22:2— Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?
Baca renungan Santapan Rohani hari ini di www.santapanrohani.org
12
2
Datang Kepada Allah Melalui Pengantara
P
erantaraan merupakan gagasan Allah. Dia tahu kita memiliki masalah untuk mempercayai-Nya. Namun Dia tidak bisa mengabaikan yang sedang kita lakukan. Jadi Allah memberikan perantaraan. Untuk mengatasi kesenjangan yang ada di antara kita, Dia mengutus seorang Pengantara yang bisa memahami dan ikut menyelami kondisi kita sekaligus mewakili kepentingan surga. Pengantara ini sedemikian menyatu dengan kita dan sedemikian terlibat dalam pergumulan kita hingga akhirnya Dia berseru, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?� (Mrk. 15:34). Namun, tiga hari setelah peristiwa 13
yang tak terlukiskan itu, nyatalah bahwa Sang Pengantara telah keluar sebagai pemenang. Melalui pengorbanan-Nya yang agung, Pengantara kita telah mengangkat penghalang yang telah merusak hubungan kita dengan Allah. Kita masih akan tetap berdosa. Kita masih akan tetap dibutakan oleh hasrat diri kita dan kecongkakan kita yang bebal. Kita masih akan tetap dipenuhi rasa penyesalan. Kita masih akan tetap merasa bingung pada apa yang sedang dilakukan Allah dalam hidup kita. Namun tidak akan ada lagi alasan bagi kita untuk meragukan kasih Bapa kepada kita. Tidak akan ada lagi argumen bahwa Bapa tidak peduli, bahwa Dia tidak tersentuh oleh masalah kita, atau bahwa Dia membiarkan kita terpuruk dalam permasalahan kita. Kita tidak akan pernah lagi harus datang kepada Allah dalam doa tanpa meyakini bahwa sebenarnya keinginan Allah untuk berbicara dengan kita jauh lebih besar daripada keinginan kita untuk berbicara dengan-Nya. Tanpa adanya karya perantaraan ini, kita mungkin masih bertanya-tanya apakah Allah memang mendengarkan ketika kita berdoa. Melihat keadaan kita, kita mungkin menganggap bahwa Dia tidak peduli. Namun kini ingatan akan apa yang terjadi pada Sang Pengantara di kayu salib dapat memulihkan keyakinan dalam diri kita ketika datang kepada Allah dalam doa. Sekarang kita berbesar hati saat menyadari bahwa kita tidak harus datang kepada Allah dalam citra diri kita yang telah ternoda oleh dosa. Kita tidak datang kepada-Nya dalam nama kita sendiri. Kita tidak datang kepada-Nya dengan kata-kata yang telah kita susun sendiri dengan saksama. Kita datang kepada-Nya oleh karya satu Pribadi yang menebus kita dari segala dosa dengan darah-Nya sendiri. Kita datang kepada Allah dalam nama dan kepentingan Putra Tunggal yang dikasihi-Nya, Yesus Kristus.
Keyakinan Kepada Sang Korban di Masa Lalu Cara pendekatan ini selalu menjadi rencana Allah bagi kita. Jauh sebelum kedatangan Pengantara kita, rancangan bagi kita untuk mendekat kepada Allah tersebut telah digambarkan lewat penyembahan bangsa Israel di Kemah Suci dan Bait Suci. Selama berabad-abad Allah menyatakan dengan jelas bahwa umat-Nya harus datang kepada-Nya lewat pencurahan darah. Namun melalui kedatangan dan penderitaan Kristus sajalah, kita melihat bahwa pengorbanan-pengorbanan 14
INTI PERENUNGAN “Seperti bau ukupan yang naik ‘di hadapan Tuhan’ [dalam Kemah Suci] itu harum bagi-Nya, demikian juga doa dan pujian dari umat-Nya manis terdengar oleh-Nya. Ketika doa-doa kita diterima dan dijawab menurut dasar karya penebusan dari Imam Besar kita yang agung, doadoa itu menjadi bagian penting dari ibadah kita.”
—Louis T. Talbot Christ in the Tabernacle (Kristus dalam Kemah Suci)
itu menggambarkan ngerinya penderitaan dan kematian yang dialami oleh Sang Anak Allah. Dalam Bait Suci yang sama, dalam suatu tempat yang benar-benar menandakan Kehadiran Allah itu sendiri, terdapat sebuah mezbah pembakaran ukupan. Pembakaran ukupan ini, dengan aroma dan asap yang membubung ke atas, melambangkan doa-doa yang menyenangkan hati Allah. Secara signifikan, ukupan ini dibakar dengan bara yang diambil dari mezbah pembakaran (Kel. 30:7-10). Dalam pemikiran Allah, terdapat suatu hubungan antara korban tersebut dengan doa-doa yang kita panjatkan ketika datang kepada-Nya. Hubungan antara korban dengan doa itulah yang dijamin oleh Pengantara kita. Dia telah mempersembahkan korban yang berkenan kepada Allah. Kemudian Dia mendorong kita untuk masuk ke hadirat Allah dalam nama-Nya. Berdasarkan keyakinan ini, penulis kitab Ibrani menulis: Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr. 4:14-16). 15
Dalam bagian Alkitab ini, berada di hadirat Allah digambarkan seperti berada di dalam ruang takhta. Di Eropa dan Timur Tengah, ruang takhta para raja dihiasi dengan berbagai hiasan indah yang begitu terperinci serta dipenuhi para pelayan. Rakyat biasa akan merasa rendah diri dan kecil hati—persis seperti perasaan yang mungkin kita alami ketika datang kepada Allah dalam doa. Namun melalui pengantaraan dan pemahaman akan Kristus, kita bisa berjalan dengan penuh keyakinan ke dalam hadirat Allah tanpa harus merasa seperti seorang penyusup yang kehadirannya tidak diharapkan. Kita datang dalam nama dan karya Sang Anak Allah, dan hal itu memberi kita akses kepada Bapa kapan saja. Kita memiliki undangan yang dicap dengan stempel Kerajaan Surga untuk dapat berdoa kapan pun, dalam kondisi apa pun, untuk keadaan atau kebutuhan apa pun, sebab ini adalah “takhta kasih karunia”. Kasih karunia adalah kebaikan yang tidak layak kita terima. Kasih karunia adalah pertolongan yang tidak pantas kita terima. Inilah pertolongan yang telah dijamin oleh Sang Pengantara bagi kita.
INTI PERENUNGAN “Pembela adalah sebuah istilah lain untuk seorang pengacara, yaitu seseorang yang memperjuangkan kasus Anda di hadapan hakim atau di pengadilan. Yohanes menulis, ‘Tetapi kalau ada yang berbuat dosa, maka kita mempunyai seorang pembela, yaitu Yesus Kristus yang adil itu’ (1Yohanes 2:1 BIS). Yesus menghadap ke hadirat Allah bagi kita dan berkata, ‘Bapa, Aku tahu mereka pendosa, tetapi mereka telah bertobat dan darah-Ku telah menyucikan mereka. Kini mereka milik-Ku.’ “Sebenarnya, kita mempunyai dua Pembela ilahi. Roh Kudus adalah pembela dalam diri orang Kristen yang mewakili Yesus bagi kita. Yesus adalah pembela kita di surga yang mewakili kita di hadapan Bapa.”
—Adrian Rogers
16
Keyakinan Kepada Sang Pembela di Masa Kini Masih ada lagi! Kita dapat menghampiri “takhta kasih karunia� dengan keyakinan teguh kepada Sang Pengantara karena karya-Nya bagi kita berlanjut terus. Bahkan Dia sekarang duduk di sebelah kanan Allah menjadi pembela kita (Rm. 8:34). Oleh karya pengorbanan-Nya, Tuhan Yesus menjadi Pembela kita. Dia kini bersama Bapa di ruang takhta, sedang berbicara atas nama kita. Rasul Yohanes menyatakannya demikian: etapi kalau ada yang berbuat dosa, maka kita mempunyai seorang pembela, T yaitu Yesus Kristus yang adil itu; Ia akan memohon untuk kita di hadapan Bapa. Dengan perantaraan [korban pendamaian] Yesus Kristus itulah dosa-dosa kita diampuni (1Yoh. 2:1-2 BIS). Mengapa kita menahan diri? Bagaimana mungkin kita masih ragu-ragu atau merasa tidak layak untuk berdoa, padahal Yesus Kristus sendiri, oleh dasar pengorbanan-Nya, saat ini sedang mendoakan kita di hadapan Bapa?
17
Bahan PA No.
2
baca halaman 13–17 AYAT HAFALAN
1 Yohanes 2:1—
“Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.”
Datang Kepada Allah Melalui Pengantara Memahami bahwa Kristus, Imam Besar dan Pembela kita, meneguhkan kita dalam berdoa.
Pendahuluan Sebutkan bidang apa saja dalam hidup ini yang memerlukan peran pengantara? Bagaimana pengantara bisa membantu dalam keadaan-keadaan tersebut?
Perenungan 1. Dalam hal apa sajakah Kristus memenuhi peran-Nya sebagai Pengantara bagi kita? Mengapa karya-Nya sebagai Pengantara dapat membuktikan untuk selama-lamanya bahwa Allah Bapa mengasihi dan mempedulikan kita (hlm. 14–17)?
2. Di halaman 15, kita membaca, “Dalam pemikiran Allah, terdapat suatu hubungan antara korban tersebut dengan doa-doa yang kita panjatkan ketika datang kepada-Nya.” Apa bukti dari hubungan tersebut? Apakah pengaruhnya terhadap keyakinan kita dalam berdoa?
3. Bagaimana karya Kristus di atas kayu salib kini dilanjutkan di surga? Apakah artinya
memiliki seorang “Pembela” di hadapan Bapa bagi kita? (Lihat hlm. 17)
Penggalian Lebih Lanjut Referensi Apakah kesamaan dari deskripsi tentang Kristus yang tertulis dalam 1 Yohanes 2:1-2 dengan yang ada dalam Ibrani 4:14-16? Apa sajakah perbedaannya?
Bagaimana respons Kristus ketika kita berbuat dosa? Mengapa hal itu penting bagi doa-doa kita dan bagi seluruh hubungan kita dengan Allah?
18
Penggalian Baca Ibrani 4:14-16 1. Sebutkan tiga nama atau sebutan untuk Kristus dalam ayat 14. Apa arti penting dari masing-masing nama tersebut, terutama yang berkaitan dengan doa?
2. Apa yang dikatakan bagian ini tentang kemanusiaan Yesus? Dalam hal apakah Yesus sama dengan kita, tetapi juga berbeda dari kita?
14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. 15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. 16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
3. Apa makna kata-kata “takhta” dan “kasih karunia”
dalam ungkapan “takhta kasih karunia” (ay.16) terkait dengan Pribadi yang duduk di atasnya? Bagaimana takhta kasih karunia ini memberi kita keyakinan teguh untuk berdoa? Apa alasannya?
Saat Teduh > Gunakanlah artikel Santapan Rohani di halaman selanjutnya sebagai panduan saat teduh dan perenungan tentang doa.
Refleksi Bagaimana perasaan Anda ketika mengetahui bahwa Yesus menjadi pengantara bagi Anda di hadapan Bapa saat ini? Senang? Lega? Takut? Jelaskan jawaban Anda.
19
Santapan Rohani: Untuk refleksi dan meditasi tentang doa
Seorang Pembela Yang Berpengaruh
S
uatu hari seorang prajurit memasuki ruangan di luar kantor Abraham Lincoln dan duduk untuk menunggu giliran bertemu dengan sang Presiden. Beberapa saat kemudian, Tad, putra Lincoln yang terkecil, muncul dan segera tertarik pada seragam si prajurit. Saat mendekati prajurit veteran itu, Tad memperhatikan bahwa prajurit tersebut pernah terluka dalam perang. Si prajurit bercakap-cakap dengan Tad selama beberapa saat tanpa menyadari siapa sebenarnya anak itu. Prajurit ini memberi tahu Tad bahwa ia perlu bertemu Presiden untuk suatu masalah yang amat penting. “Tak masalah,” anak itu berseru, “ia ayahku! Kau bisa ikut denganku!” Tad lalu lari masuk ke dalam kantor ayahnya lewat pintu masuk pribadi. Akhirnya seorang sekretaris datang dan memberi tahu orang-orang yang sedang menunggu bahwa Presiden telah kehabisan waktu untuk bertemu dengan seluruh pengunjung, dan ia tidak bisa menerima tamu lagi. Semua orang meninggalkan ruangan itu kecuali si prajurit. Si ajudan memberitahunya bahwa tidak ada gunanya menunggu. Pria itu menjawab, “Putra Presiden meyakinkan saya bahwa saya dapat bertemu ayahnya.” “Maksudmu Tad?” kata ajudan itu. “Ya.” “Baiklah, kalau begitu Anda pasti bisa masuk, sebab beliau sangat sayang kepada anak itu dan selalu mengabulkan permintaannya.” Sebagai orang Kristen, dengan Putra Allah yang terkasih berdoa bagi Anda di hadapan Bapa (Ibr. 4:14-16), kita boleh yakin bahwa setiap permintaan kita pasti didengar Allah. Kristus, Pembela agung kita yang berpengaruh, akan memastikan bahwa doa-doa kita didengar oleh Bapa! —Henry Bosch 20
Roma 8:34 — [Kristus juga] duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita.
Baca renungan Santapan Rohani hari ini di www.santapanrohani.org
3
Jujur Tentang Keluhan Anda
A
llah suka kejujuran. Sikap realistis adalah inti karakter Allah. Dia membenci kegelapan dan tipu daya. Kegelapan adalah wilayah musuh-Nya. Oleh sebab itu, hal penting kedua untuk berdoa dengan keyakinan teguh adalah belajar bersikap jujur tentang apa yang ada di dalam hati kita. Dia bisa menangani segala keluhan, kebodohan, ketakutan, dan kegagalan kita. Dia tidak akan terkejut atau merasa terancam oleh kemarahan, kebingungan, atau permohonan kita yang kekanak-kanakan. Allah tidak menyukai sanjungan palsu murahan, pujian basa-basi, kata-kata tidak tulus yang diulang-ulang tanpa ada penyesalan atas apa yang sebenarnya terjadi dalam jiwa kita. Kita perlu menyingkirkan kebiasaan kita untuk menutup-diri 21
karena takut ketahuan, siasat untuk berbohong, dan ucapan formal tanpa makna. Sebaliknya, kita patut melandasi doa-doa kita dengan kebenaran. Doa-doa yang berisi kebohongan rohani tidak akan diterima oleh Allah, dan itu tidak mencerminkan suasana hati kita yang sebenarnya. Itulah sebabnya, agar bisa menghampiri takhta kasih karunia dan mulai berdoa dengan keyakinan teguh, kita harus belajar bersikap jujur ketika berdoa. Untuk melakukannya, kita perlu mengambil waktu untuk memeriksa diri dan mengakui dosa. Kita harus mengatakan kepada Allah perasaan kita yang sebenarnya tentang Dia, diri kita sendiri, masalah kita dengan sesama, dan beragam kebutuhan, rasa frustrasi, hasrat, dan kenangan pahit kita. Kita juga harus jujur tentang hasrat kita untuk mengetahui dan mengikuti kehendak-Nya. Jika kita tidak bersedia melakukan kehendak-Nya, hal itupun harus kita ungkapkan supaya kita memohon kepada Allah untuk menolong kita mengatasi pemberontakan dan kebodohan kita.
Keyakinan bahwa Allah Sanggup Menolong Kita Memahami Diri Bila kita ingin mengetahui kebenaran tentang diri sendiri, Tuhan yang mengenal hati kita akan menolong kita melihat apa yang sedang terjadi dalam diri kita. Pemazmur menulis, “Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku� (Mzm. 139:1). Daud berkata kepada Salomo, “Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita� (1Taw. 28:9). Doa untuk memeriksa diri, bila dipadukan dengan Kitab Suci, akan memampukan kita untuk melihat yang sebenarnya terjadi dalam diri kita. Alkitab menunjukkan kepada kita perasaan terdalam dan motivasi kita yang sebenarnya. Alkitab memeriksa tiap sudut dan celah tempat kita menyembunyikan dendam lama, kebencian terselubung, dan kemarahan yang getir. Melalui doa yang jujur, kita bisa membawa masalah-masalah ini ke permukaan, melihat semua ini sebagaimana adanya, dan memohon Allah untuk menolong kita menanganinya. Kita bisa yakin akan satu hal: jika kita meminta Allah untuk menunjukkan isi hati kita, Dia akan melakukannya. Mungkin tidak segera. Namun seiring waktu dan dengan cara-Nya sendiri, Allah akan menyingkapkan tirai penyangkalan dan tekanan diri untuk menunjukkan siapa kita yang sebenarnya. Dan Allah akan menjaga kita dengan baik pada saat Dia melakukannya. Dia mungkin: 22
• Mengingatkan pada luka lama yang harus kita atasi dan lupakan. • Mengingatkan kita pada janji atau utang yang belum dilunasi. • Membiarkan kita merasakan sakit hati yang kita buat pada orang lain bertahun-tahun lalu, dan mendorong kita memulihkannya. • Mendorong kita meluruskan salah paham atau mengampuni orang. Hati yang sadar merupakan anugerah yang indah dan melegakan, dan itu diperoleh melalui sikap jujur kita kepada Tuhan dalam doa. Pemeriksaan diri juga bisa mengungkap berkat-berkat dalam kehidupan kita. Allah terus bekerja di dalam dan bagi diri kita setiap saat. Dia menunjukkan kebaikan-Nya, memenuhi kita dengan kasih karunia, membantu kita bertumbuh lewat kesusahan, menopang kita melalui keadaan-keadaan yang sulit, memberi kita jalan keluar dari godaan, dan menganugerahi kita damai sejahtera-Nya. Namun ketika kita terperangkap dalam seluk-beluk kehidupan dan teralihkan oleh berbagai tanggung jawab, kita terkadang tidak melihat hal-hal tersebut.
Yakin Terhadap Kesediaan Allah untuk Mengampuni Hati yang Jujur Skor masih seri pada akhir inning ke-9 itu. Tim kandang punya kesempatan terakhir untuk memukul dan tiga orang pelari telah menempati base yang ada. Bola pun dipukul menyusur tanah menuju sisi kanan dari pemain bertahan lawan. Si pemain gagal menangkap bola dengan baik, sehingga tim kandang dapat mencetak angka dan timnya harus kalah. Walau ribuan kali pemain bertahan tersebut telah berhasil menangkap bola seperti itu, kali ini ia kurang beruntung. Pemain tersebut bisa saja melakukan apa yang sering kita lakukan. Ia bisa saja mengatakan bahwa bola itu mengenai sebongkah batu lalu terpantul liar. Ia bisa menyalahkan sinar matahari atau rumput yang basah. Namun tidak demikian. “Aku gagal,” katanya seusai pertandingan. “Aku yang bertanggung jawab. Ini kesalahanku.” Itulah sikap kita yang sepatutnya terhadap dosa. Ketika Tuhan menegur kita karena suatu dosa, kita perlu menerima teguran itu, mengakui di hadapan-Nya, lalu percaya bahwa Allah mau mengampuni kita. Ingat kisah Daud dan Natan? Daud yang dibutakan oleh kekuasaannya menyuruh para panglimanya berperang sementara ia diam di rumah. Daud melihat Batsyeba yang sedang mandi dengan penuh nafsu, membawanya ke istana, berzina 23
dengannya, lalu merancang pembunuhan suami Batsyeba untuk menutupi dosanya. Sepertinya Daud akan lolos dari masalahnya—sampai ia ditegur oleh Nabi Natan dengan kecaman yang tak terbantahkan, “Engkaulah orang itu! (2Sam. 12:7). Akhirnya, setelah berhari-hari dan mungkin berbulan-bulan hidup dalam kekelaman, Daud mengakui dosanya. Doa pertobatannya yang mengharukan dicatat dalam Mazmur 51. “Aku sendiri sadar akan pelanggaranku,” akunya kepada Tuhan, “Aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa” (ay.5-6). Daud memohon untuk mengalami sukacita yang pernah ia alami, dan doanya dijawab dengan pengampunan dari Allah. Alkitab, Roh Kudus, dan umat Allah bertindak sebagai Natan bagi kita saat ini. Kita hidup di tengah dunia yang keras hati dan mati nurani. Para pengacara bisa membela kasus dengan lihai dan memperlihatkan ketulusan meskipun mereka tahu bahwa orang yang dibelanya benar-benar bersalah. Hukuman bagi kejahatan yang mengerikan diterima tanpa adanya rasa bersalah atau menyesal. Kita begitu ahli dalam hal menyangkal dan membenarkan diri serta menyalahkan orang lain. Bagaimana kita bisa melembutkan hati? Kita begitu terbiasa dengan kekerasan hati. Bagaimana caranya mempunyai “hati yang patah dan remuk” (Mzm. 51:19) yang selalu berkenan kepada Tuhan? Dengan memintanya. Kita harus memohon, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh” (ay.12). Allah akan menerima doa itu. Dia tidak akan berpaling ketika kita berdoa, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Luk. 18:13).
Keyakinan bahwa Allah Sanggup Menangani Keluhan Kita Hubungan antar manusia pasti diwarnai perbedaan pendapat, pergumulan, dan konflik. Jika tidak, mungkin orang tersebut menolak menghadapinya dan menunda waktu saja. Sahabat dan kekasih perlu berbicara tentang perasaan negatif mereka secara terbuka dan menangani beragam perbedaan yang ada. Ini pun seharusnya berlaku dalam hubungan kita dengan Allah. Kita boleh tidak sependapat, bertanya, bahkan berdebat dengan-Nya dalam doa, tetapi dengan sopan dan hormat. Dalam bukunya Jewish Literacy (Kesusasteraan Yahudi), Rabi Joseph Telushkin menulis bahwa perlunya menghadap Allah dengan kejujuran merupakan warisan orang Yahudi: 24
“Perdebatan manusia dengan Allah menjadi ciri khas Kitab Suci Ibrani, dan Yudaisme pada umumnya. Ratusan tahun setelah Abraham, pemazmur berseru kepada Allah dengan marah dan sedih: ‘Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? . . . Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu dan melupakan penindasan dan impitan terhadap kami?’ (Mzm. 44:24-25; Hab. 1:2 dan kitab Ayub sebagai contoh dari para nabi atau orang saleh yang mempertanyakan jalan Allah). Kerelaan untuk berhadapan dengan yang Mahakuasa berasal dari keyakinan bahwa Allah, seperti manusia, memiliki tanggung jawab, dan layak dikritik bila Dia gagal memenuhinya. Elie Wiesel, seorang Yahudi, menyatakan: ‘Orang Yahudi mungkin mengasihi Allah, atau ia mungkin bergumul melawan Allah, tetapi ia tidak bisa mengabaikan Allah.’” Tampaknya inilah sikap Abraham. Allah hendak menghancurkan kota Sodom yang jahat. Abraham memohon kepada Allah untuk menyelamatkan kota itu jika ada 50 orang benar di sana. Ternyata tidak ada 50 orang benar. Jadi, secara bertahap, Abraham memohon kepada Allah untuk mengurangi jumlahnya hingga 10 orang. Namun ketika 10 orang pun tidak ada, Sodom dimusnahkan (Kej. 18:23-33). Musa juga pernah tidak sependapat dengan Allah. Tuhan telah melakukan mukjizat demi mukjizat untuk membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir dan memelihara mereka di padang gurun. Namun ketika Musa di Gunung Sinai menerima Hukum Taurat dari Allah, bangsanya justru bersiap-siap untuk meninggalkan Allah yang telah membebaskan mereka. Mereka melanggar perintah pertama yang Allah berikan kepada Musa dengan membuat patung emas demi menikmati kebebasan seksual dalam ritual pemujaan dewi kesuburan. “Oleh sebab itu biarkanlah Aku,” kata Allah kepada Musa, “supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka” (Kel. 32:10). Allah bahkan berkata Dia akan memulai kembali dan membuat bangsa yang besar dari keturunan Musa. Musa tidak mau menyerah. Ia memohon supaya Allah mengampuni Israel, “Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu” (ay.12). Allah menyesal, dan umat Yahudi terselamatkan (ay.14). Abraham dan Musa menjadi contoh yang baik bagi kita. Kita juga bisa menjernihkan persoalan kita dengan Allah. Dengan tetap takut akan Allah dan ingat untuk menghormati Dia, kepada-Nya kita dapat: 25
• Bertanya mengapa Dia tidak segera menyelamatkan orang yang kita kasihi. • Mengungkapkan rasa marah dan sedih karena anak kita tidak selamat. • Mencurahkan rasa frustrasi karena kita masih belum mendapat pekerjaan. • Berseru dan memohon karena kita masih belum diberi anak. Keluhan-keluhan seperti ini tidak akan membuat Allah terancam. Dia tahu kita tidak akan pernah menemukan kelemahan moral di dalam diri-Nya. Dia mendorong agar kita jujur kepada-Nya sehingga kita dapat mengenali setiap pikiran dan perasaan yang ada dalam hati kita. Setelah membawa semua itu ke permukaan, kita bisa meminta Allah untuk menolong kita mengatasinya. Mengapa kita begitu enggan bersikap jujur kepada Allah? Mungkin kita lebih memilih menghindari semua konflik. Kita bahkan tidak memberi tahu orang-orang terdekat atau sahabat kita tentang perasaan negatif kita. Atau kita mungkin berpikir sikap menantang Allah itu menjadi pertanda kurangnya iman. Banyak di antara kita telah menerima pendapat umum yang menyatakan bahwa perjuangan dan kasih itu tidak dapat disatukan. Kita menganggap bahwa suatu hubungan hanya bisa dikatakan baik selama segala sesuatunya damai dan harmonis. Namun faktanya, kita memperjuangkan hubungan itu justru karena kita memang peduli. Sikap yang berani untuk berjuang, mengambil risiko, dan menghadapi masalah akan memperkuat dan memperdalam hubungan apa pun. Hal serupa berlaku dalam hubungan kita dengan Allah. Seperti Yakub di Betel, kita perlu bergumul dengan Allah sesekali. Hal itu dapat mendatangkan berkat-Nya bagi kita (Kej. 32:24-32).
Keyakinan pada Apa yang Dikehendaki Allah Bagi Kita Tujuan dari orang percaya dalam Yesus Kristus adalah menjadi satu (sehati dan sepakat) dengan Allah. Ketika kita datang kepada-Nya dalam doa, kita perlu jujur pada diri kita sendiri, apakah keinginan kita sesuai dengan keinginan-Nya, apakah kehendak kita sesuai kehendak-Nya, apakah kemauan kita sesuai kemauan-Nya. Bagaimana kita bertumbuh dalam “kesatuan” dengan Allah ini? Tentu saja kita tidak akan pernah bisa mencapai pemahaman-Nya yang sempurna terhadap segala sesuatu. Namun, ketika kita berdoa untuk kebutuhan sehari-hari, untuk pasangan dan anak-anak dan sahabat-sahabat kita, untuk menerima kesembuhan 26
atau pekerjaan atau bimbingan, kita bisa melakukannya dengan sikap hati yang dimaksud Yesus ketika Dia mengajar para murid-Nya berdoa kepada Bapa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:10). Yesus sendiri menunjukkan sikap yang sama beberapa jam sebelum kematian-Nya. Dia menutup doa-Nya yang penuh kepedihan di Getsemani— ketika Dia bahkan meminta Bapa untuk membiarkan-Nya menjauh dari salib— dengan kata-kata ini: “Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk. 22:42). Penyerahan diri Yesus setelah bergumul dengan keras dan jujur ini membuat-Nya tetap berada dalam kesatuan dengan Bapa-Nya. Kita mungkin mempertanyakan perkataan, “Jadilah kehendak-Mu.” Apakah itu berarti bahwa kita diam-diam melepaskan apa yang baru saja kita doakan? Tidakkah itu menyiratkan bahwa doa kita dipanjatkan tanpa disertai keyakinan teguh bahwa apa yang kita doakan itu benar dan bahwa Allah harus menjawabnya? Apakah kita telah mengambil sikap rendah hati yang kurang tepat ketika mencoba untuk tidak merepotkan Allah dengan permohonan kita yang remeh, dan berkata, “Tak apa-apa. Aku pasrah saja,” jika Dia tidak mengabulkan permintaan kita? Jika itu anggapan kita, kita telah salah mengerti! Tentang pemikiran seperti itu, teolog Jerman Helmut Thielicke menulis: “Justru bukan itu yang dimaksud oleh ucapan ‘Jadilah kehendak-Mu.’ Ucapan ini mempunyai arti, ‘Engkau lebih memahami doaku daripada aku sendiri memahaminya (Rm. 8:26). Engkau lebih tahu apakah aku butuh rasa lapar atau makanan. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap berkata, ‘Benar Tuhan’ (Mat. 15:27). Sebab aku tahu bahwa dalam segala hal, apa pun itu, kehendak-Mulah yang memberiku kepuasan—melebihi permintaan dan pemahamanku.” Saat kita berdoa, “Jadilah kehendak-Mu,” kita memilih untuk setuju dengan Allah. Kita sedang mengatakan kepada-Nya apa yang dikatakan Yesus kepada murid-murid-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh. 4:34). Dan kita menggemakan doa Tuhan di Getsemani. Apakah Dia berkenan atau tidak, untuk memberi kita makanan, pekerjaan, pasangan hidup, atau anak, yang terbaik adalah kehendak-Nya yang dilakukan menurut jalan-Nya. Namun, kita tidak akan menemukan keyakinan untuk sejalan dengan Allah ini jika kita tidak bersikap jujur terlebih dahulu tentang pikiran dan perasaan yang terdapat dalam hati kita. Integritas jiwa menjadi dasar untuk mengatasi kekecewaan terhadap Allah dan membangun keyakinan dalam doa. 27
Bahan PA No.
3
baca halaman 21–27 AYAT HAFALAN MEMORY VERSE
Mazmur 139:23— “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku.”
Jujur Tentang Keluhan Anda Untuk melihat perlunya sikap jujur kepada Allah dan nilainya dalam doa kita.
Pendahuluan Sering kali suatu toserba atau tempat usaha lainnya mempunyai bagian “layanan keluhan” atau “layanan pelanggan”. Pernahkah Anda atau seseorang yang Anda kenal menggunakan layanan ini untuk menyampaikan keluhan? Bagaimana hasilnya?
Perenungan 1. Di halaman 22, penulis berkata, “Doa untuk memeriksa diri, . . . akan memampukan kita untuk melihat yang sebenarnya terjadi dalam diri kita.” Apa artinya? Bagaimana hal tersebut bisa membantu kita?
2. Di halaman 25, kita membaca bahwa dalam kekecewaan mereka, baik Abraham maupun Musa menantang Allah dengan sikap hormat. Apa yang dapat kita pelajari dari mereka tentang bersikap jujur dan terbuka kepada Allah dalam doa?
3. Perhatikan kutipan dari halaman 26 ini, “Tujuan dari orang percaya dalam Yesus Kristus adalah menjadi satu (sehati dan sepakat) dengan Allah.” Mengapakah hal ini tidak hanya penting dalam aspek rohani, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupan kita?
Going Further Lebih Lanjut Penggalian Referensi Dari ayat hafalan dalam bahan ini, mengapa kejujuran di hadapan Allah tidak bisa kita elakkan dan hindari? Apakah yang dihasilkan dari kejujuran seperti itu?
28
Penggalian Baca Mazmur 51:12-19 1. Apakah yang Daud minta untuk dilakukan Allah dalam doa pemeriksaan dirinya? Mengapa Daud yakin doa-doanya akan dijawab?
2. Mengapa Daud berkata bahwa Allah tidak berkenan kepada korban sembelihan atau menyukai korban bakaran padahal semua itu tercantum dalam hukum Taurat? Mengapa Daud berkata bahwa Allah tidak akan memandang hina “jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk� (ay.19)?
3. Dari doa Daud, apa yang dapat Anda ketahui
tentang diri Allah itu—kepribadian dan sifat-Nya?
12 Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! 13 Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! 14 Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! 15 Maka aku akan mengajarkan jalanMu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepadaMu. 16 Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu! 17 Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepada-Mu! 18 Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. 19 Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Saat Teduh > Gunakan artikel Santapan Rohani di halaman selanjutnya sebagai panduan saat teduh dan perenungan tentang doa.
Refleksi Setujukah Anda, kejujuran sangat penting bagi kelangsungan suatu hubungan? Mengapa? Bagaimana kejujuran atau ketidakjujuran, mempengaruhi hubungan kita dengan Allah? Bagaimana kita dapat mengupayakan suatu hubungan yang jujur dengan Allah sambil tetap mempertahankan sikap hati yang hormat kepada-Nya?
29
Santapan Rohani: Untuk refleksi dan meditasi tentang doa
Meluruskan Berita
R
alat itu terdapat di sudut halaman surat kabar dan nyaris tak terlihat, tetapi ralat itu tetap tercantum di sana. Untuk meluruskan berita, editor surat kabar itu mengakui bahwa mereka tidak melaporkan fakta yang ada secara akurat. Mereka membersihkan nama orang yang telah salah dikaitkan dengan suatu kasus kriminal. Meskipun lebih mudah mengabaikan kesalahan itu, dan sebagian besar pembaca tidak akan tahu bedanya, surat kabar itu memilih melakukan hal yang benar. Kebenaran adalah prinsip dasar dalam kehidupan, sebagaimana juga dalam suatu pemberitaan. Tanpa kebenaran, kekacauan moral merajalela. Tanpa kebenaran, hal-hal yang baik akan dikatakan jahat, dan yang jahat dikatakan baik. Tanpa kebenaran, para penjahat akan dipuji dan dianggap terhormat, sementara orang-orang terhormat dianggap sebagai penjahat. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila Allah menghendaki adanya kebenaran dalam diri kita (Mzm. 51:8). Dan tidaklah mengherankan bahwa Allah berkenan akan Daud saat ia mengakui perzinaannya, rencana pembunuhannya, dan kejahatan yang ia selubungi. Daud melakukan hal yang benar dengan mengatakan kebenaran—menyebut yang salah itu “salah”. Hanya dengan demikian ia benar-benar sadar bahwa dosanya telah mencemari nama dan reputasi Allah. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita jujur kepada Allah? Sudahkah kita mengatakan kebenaran tentang dosa kita? Sudahkah kita, seperti Daud, mengakuinya kepada Allah? Pada saat kita melakukannya barulah kita dapat memulihkan kehormatan kita. Allah menghendaki kebenaran dalam batin kita—dan itu berarti menyebut yang salah itu “salah”. —Mart DeHaan
Mazmur 51:8— Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
Baca renungan Santapan Rohani hari ini di www.santapanrohani.org
30
4
Bercakap-cakap Daripada Berkatakata
S
atu penghalang umum untuk berdoa dengan keyakinan teguh adalah perasaan bahwa tidak ada yang mendengarkan. Kita merasa seperti seorang istri yang mencoba berbicara dengan suami yang membaca koran; atau seorang ayah yang mencoba berbicara dengan anak remajanya yang mendengarkan musik. Tidak ada umpan balik, tanggapan, atau jawaban seadanya. Ketika ini terjadi, kita mulai memandang doa tidak lebih dari sekadar ritual. Kita tidak bisa melihat kenyataan bahwa Allah sangat memperhatikan kita dan dengan saksama mendengarkan tiap kata dalam doa kita. Doa seharusnya menjadi interaksi hangat antara kita dan sang Maha Pengasih dalam hubungan yang terus bertumbuh dan intim. “Kita nyaris melupakan,� tulis A. W. Tozer dalam The Pursuit of God (Pencarian akan Allah), “bahwa Allah itu berpribadi dan, karena itu, [hubungan dengan diri-Nya] dapat dikembangkan sebagaimana hubungan kita dengan pribadi lainnya.� Ketika kita merasa bahwa Allah tidak mendengarkan, kita perlu memusatkan perhatian pada dua aspek penting dari doa. 31
Keyakinan dalam Mendengarkan Allah Doa bukan hanya apa yang kita sampaikan kepada Allah. Doa berarti menanggapi serius apa yang telah dikatakan-Nya dan yang terus-menerus disampaikan-Nya kepada kita melalui firman-Nya. Oleh sebab itu, Alkitab merupakan bagian penting dari percakapan yang senantiasa kita lakukan dengan Allah. Salah satu cara membangun percakapan dengan Allah adalah dengan membaca salah satu mazmur atau perikop dari salah satu surat dalam Kitab Suci. Baca dan renungkan baik-baik untuk menemukan apa yang dikatakan bagian tersebut kepada Anda tentang pikiran, perhatian, dan nilai-nilai Allah. Dengarkan dengan saksama dan khidmat maksud dari Allah yang mengilhami kata-kata tersebut. Mintalah Dia untuk membantu Anda mengenali maksud dan keinginan hati-Nya. Lalu tanggapilah dengan bercakap-cakap dari hati Anda tentang apa yang Anda dengar. Ketika melakukannya, Anda akan mulai membangun keyakinan bahwa Anda tahu apa yang dipandang penting oleh Allah. Anda juga akan mulai mengenali apa yang Allah sedang lakukan dalam hati Anda. Misalnya ketika seorang suami berdoa menanggapi 1 Korintus 13, ia akan memahami maksud Allah tentang kasih dan menerapkan itu dalam hubungannya dengan istrinya. Mungkin kata-kata “kasih itu sabar” mengingatkannya tentang betapa ketus sikapnya selama ini terhadap istrinya. Hal ini lalu akan membawa perubahan yang baik dan sangat dibutuhkan dalam sikap dan perilakunya. “Berdiam dirilah,” tulis Francois Fénelon, “dan dengarkan Allah. Siapkan hatimu agar Roh-Nya dapat menanamkan kebajikan yang berkenan bagi-Nya dalam dirimu. Jika kita ingin mendengar suara-Nya, kita harus mengheningkan diri dari segala urusan luar dan duniawi dan pemikiran dari dalam batin kita.” Suara itu tidak terdengar oleh telinga. Namun Anda akan tahu bahwa itulah suara Roh Kudus saat Anda mendengar kebenaran Kitab Suci berbicara dengan lembut, penuh kasih, dan tegas terhadap keadaan dan urusan dalam hidup Anda. Suatu malam, saat cucu saya Nathan sedang sakit parah, saya terbangun dan berdoa untuknya. Saat masih dalam sikap berdoa, hening di hadapan Tuhan, saya diingatkan tentang sikap saya yang tidak peka terhadap kebutuhan istri saya, Shirley. Saya melihat bagaimana perilaku saya ini tidak sejalan dengan firman dan hati Allah. Saya tersadar, bertahun-tahun ini saya telah mengabaikan apa yang dibutuhkannya. Saya memohon pengampunan dan pertolongan Allah. Keesokan harinya 32
saya mulai berperilaku yang lebih pantas kepada Shirley. Luar biasa hasilnya! Saya yakin itulah cara Allah berbicara kepada kita bila kita berdiam diri di hadapan-Nya.
Keyakinan dalam Menanggapi Allah Mendengarkan Allah akan membuahkan perbuatan sekaligus perkataan. Jika kita membaca 1 Korintus 15, misalnya, kita memuliakan Tuhan atas kemenangan agung dari kebangkitan dan harapan yang dikandungnya. Namun kita bisa berbuat lebih. Kita diberi keyakinan yang lebih teguh saat menghadapi Iblis si musuh yang telah takluk itu. Kita dapat mengucapkan kata-kata yang menguatkan mereka yang sakit parah. Kita dikuatkan untuk menghadapi pergolakan hidup sehari-hari. Mungkin kita juga didorong untuk meninggalkan suatu sikap atau kebiasaan berdosa. Ketika kita berdoa, kita harus siap untuk bertindak. Semakin dalam kita menghayati Kitab Suci dan maksud Allah lewat doa, semakin radikal tindakan yang mungkin diambil. Kita mungkin dibawa untuk mendengarkan seseorang yang berbeban berat, atau kita didorong untuk menuntaskan rasa sakit hati yang pernah kita terima atau timbulkan. Kita mungkin mengubah rencana-rencana kita sama sekali. Kita mungkin didorong untuk pergi ke suatu tempat antah-berantah untuk melakukan hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ini karena doa kita ditujukan kepada Allah, dan Dia bukanlah Pribadi yang pasif dan tak berdaya. Dia Allah yang hidup dan berkarya dalam hidup kita dengan kuasa-Nya yang luar biasa. Saat kita menanggapi-Nya, Dia mengubah kita secara dramatis dan tak terduga. Mungkin juga Dia menghendaki kita tidak pergi ke mana-mana. Tidak masalah. Dia Allah! Ketika bersujud di hadapan Allah membawa segala kebutuhan dan permohonan kita, kita berpikir kitalah pemrakarsanya. Namun bisa jadi semua doa adalah tanggapan kepada Allah. Inilah yang diajarkan Ole Hallesby asal Norwegia, dalam buku klasiknya, Prayer (Doa). Ia melihat kata-kata Yesus, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok� (Why. 3:20), sebagai kunci yang membuka pintu menuju doa. Dan bagaimana cara Kristus mengetuk? Melalui kondisi dan situasi hidup yang mendorong kita untuk berdoa kepada-Nya. Saat saya berpikir kembali, doa saya untuk si kecil Nathan adalah sebuah tanggapan. Selama ini Yesus terus mengetuk pintu kehidupan saya melalui kebutuhan fisik cucu laki-laki saya.
33
Bahan PA No.
4
baca halaman 31–33 AYAT HAFALAN MEMORY VERSE Mazmur 46:11—
“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”
Bercakap-cakap Daripada Berkata-kata Memahami pentingnya masuk ke dalam percakapan dengan Allah.
Pendahuluan Pernahkah Anda merasa doa-doa Anda tidak didengar? Apakah persamaannya dengan usaha Anda berbicara tanpa menerima tanggapan dari seseorang yang Anda sayangi?
Perenungan 1. Apa yang dimaksud dengan “mendengarkan Allah” (hlm. 32)? Apa yang tidak dimaksudkan oleh istilah tersebut? Mengapa mendengarkan isi hati dan pikiran Allah itu penting dalam berdoa?
2. Dalam bab ini, kita membaca tentang memiliki dua aspek keyakinan iman yang berbeda. Apa sajakah itu, dan bagaimana kedua aspek itu berkaitan satu sama lain?
3. Di halaman 33, kita membaca, “Ketika bersujud di hadapan Allah membawa segala kebutuhan dan permohonan kita, kita berpikir kitalah pemrakarsanya. Namun bisa jadi semua doa adalah tanggapan kepada Allah.” Setujukah Anda? Mengapa?
Going FurtherLebih Lanjut Penggalian Referensi Dalam ayat hafalan Mazmur 46:11, tanggapan apa yang diminta Tuhan dari kita terhadap diri-Nya? Mengapa demikian? Apakah hubungan antara tanggapan tersebut dengan doa?
34
Penggalian Baca Wahyu 3:15-20 Digging In Read 1. Dalam Wahyu 3, Kristus menulis sebuah surat
kepada jemaat mula-mula di Laodikia. Kekhawatiran apa yang dimiliki-Nya terhadap jemaat tersebut?
2. Melihat kata-kata kiasan yang digunakan (malang, miskin, buta, telanjang), apa yang membedakan cara pandang Yesus dengan cara pandang mereka terhadap diri mereka sendiri? Solusi apa yang ditawarkan-Nya?
3. Dalam aspek apakah, ajakan dalam ayat 20 berkaitan dengan hubungan dan kesatuan hati bersama Kristus? Tantangan apa yang Dia berikan untuk dilakukan oleh jemaat di Laodikia?
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! 16 Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. 17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, 18 maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. 19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! 20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. 15
Saat Teduh > Gunakan artikel Santapan Rohani di halaman selanjutnya sebagai panduan saat teduh dan perenungan tentang doa.
Refleksi Setujukah Anda bahwa kita bisa merasa takut ketika sendirian bersama Allah? Mengapa? Jika Anda mengambil waktu 24 jam mendatang dalam kesendirian bersama Allah, apa yang akan Anda katakan kepada-Nya? Apakah 24 jam terlalu lama atau terlalu singkat? Mengapa? Menurut Anda, apa yang dikatakan Yesus kepada Allah selama berjam-jam saat Dia sendirian bersama Allah? Apa yang kira-kira terjadi selama dan sesudah waktu-Nya bersama Allah? Manakah aspek kehidupan doa Yesus yang kira-kira bisa Anda teladani? 35
Santapan Rohani: Untuk refleksi dan meditasi tentang doa
Mengizinkan Yesus Masuk
K
ita selalu mempersulit doa! Kita anggap keberhasilan doa tergantung pada kekuatan iman kita, kesungguhan kita, atau kejelasan kita dalam mengutarakan kebutuhan kita. Padahal doa lebih sederhana—dan mendalam—dari semua itu. Teolog asal Norwegia Ole Hallesby mendefinisikan doa dengan sangat baik: “Berdoa tidak lebih daripada mengizinkan Yesus masuk dan terlibat dalam segala kebutuhan kita. Berdoa berarti mengizinkan Yesus menggunakan kuasa-Nya untuk menanggulangi penderitaan kita.” Kata-kata tersebut menekankan satu kondisi rohani yang dikehendaki Allah dalam hati anak-anak-Nya, yaitu ketidakberdayaan. Itulah kesadaran bahwa masalah yang kita hadapi ada di luar kemampuan kita. Dia ingin kita mengakui bahwa kita kekurangan hikmat, kekuatan, dan kemampuan untuk mengetahui dan melakukan yang benar, sekalipun semuanya ada di dalam kendali kita. Setiap ungkapan atau seruan yang muncul dari sikap ini dan diarahkan kepada Allah merupakan doa yang paling murni. Baik dikemas dalam kata atau berupa erangan, doa itu didengar oleh Imam Besar yang memperhatikan kita. Jadi, hambatan terbesar bagi doa adalah sikap kita yang tidak memelihara ketergantungan yang rendah hati pada Tuhan kita. Seperti jemaat di Laodikia, kita “memperkayakan diri [kita] dan . . . tidak kekurangan apa-apa,” tetapi tidak menyadari bahwa kita “malang, miskin, buta dan telanjang.” Namun bila doa kita dilandasi ketidakberdayaan—baik kita sedang memerlukan pemulihan, kemenangan, bimbingan, atau kekuatan—doa itu akan selalu membukakan pintu dan membiarkan Yesus masuk. —Dennis DeHaan
Wahyu 3:20— Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya.
Baca renungan Santapan Rohani hari ini di www.santapanrohani.org
36
5
Tunduk pada Perspektif Allah
S
aya yakin Anda pernah mengalaminya. Anda menelepon agen mobil dan meminta disambungkan dengan bagian layanan pelanggan. “Mohon tunggu sebentar,� kata petugasnya. Beberapa detik kemudian “alunan musik� mulai berbunyi. Selang beberapa waktu, ada rekaman suara yang menyatakan panggilan Anda akan segera dijawab. Anda terus menunggu, sambil membayangkan jangan-jangan orang yang Anda cari sedang terlibat percakapan dengan seseorang dan Anda jadi terabaikan. Setelah beberapa saat Anda pun menutup teleponnya. Rasanya lebih cepat mendatangi langsung orang itu! Terkadang rasanya Allah sedang membuat kita menunggu. Dia mungkin melakukan hal-hal yang luar biasa dalam hidup kita, tetapi permintaan kita yang paling kita harap-harapkan justru tidak dikabulkan oleh-Nya. Kita tahu Dia mendengar, tetapi Dia tidak menjawab. 37
Tokoh Hana dalam Perjanjian Lama tahu apa rasanya seakan ditolak oleh Allah (1Sam. 1:1-18). Ia adalah satu dari dua istri seorang pria bernama Elkana. Penina, istri lainnya, sudah melahirkan beberapa anak, tetapi Hana mandul di zaman di mana kemandulan dianggap sebagai pertanda Allah tidak berkenan. Lebih parahnya lagi, Penina senang mengejek kemandulan Hana ketika keluarga mereka melakukan kunjungan tahunan ke rumah Allah untuk mempersembahkan korban. Kesusahan Hana berlangsung bertahun-tahun meski ia saleh dan setia. Ia terus berdoa, tetapi Allah tak menjawabnya. Dalam suatu kunjungan ke rumah Allah, “dengan hati pedih ia berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu� (ay.10). Namun itu bukan akhir cerita Hana. Pada waktu yang ditentukan Allah, dan pada saat yang tepat, Allah memberi Hana seorang anak laki-laki. Ia menjadi ibu dari Samuel (ay.19-20), yang kelak akan menjadi seorang imam dan nabi yang akan mengubah perjalanan sejarah. Pada waktunya Allah, perasaan tertolak yang dialami Hana diubah menjadi sukacita. Dalam nyanyian pujiannya kepada Allah, Hana menunjukkan bahwa kerinduannya yang terdalam bukanlah mendapat seorang anak laki-laki tetapi untuk mengetahui bahwa ia diterima dan berkenan di mata Allah (2:1-10). Pada waktunya, kepedihan Hana diubah menjadi sukacita. Bagi setiap generasi yang akan datang, pengalamannya menunjukkan bahwa yang terpenting bukanlah apakah Allah menjawab doa kita dengan segera atau tidak. Masalahnya adalah apakah kita bersedia dengan rendah hati menantikan hikmat dan waktu-Nya. Bila pengalaman Hana dipadukan dengan bagian Kitab Suci lainnya, kita mulai melihat sejumlah alasan untuk tunduk pada hikmat Allah dan bukan tunduk pada perasaan kita.
Keyakinan pada Perspektif Allah Perspektif kita bisa disamakan seperti melihat melalui lubang jarum. Kita tidak dapat melihat keseluruhan gambarnya. Jika kita dapat, kita akan melihat bahwa apa yang kita dambakan mungkin tidak baik bagi kita atau bagi orang-orang yang kita kasihi. Alangkah seringnya saya bersyukur bahwa Allah tidak memberikan semua hal yang saya minta dari-Nya. Alangkah lebih baik jika saya dahulu mewarnai doa-doa saya dengan kesadaran bahwa hanya saat kita tiba di surga kelak kita baru bisa melihat keseluruhan gambarnya. Kelak kita “akan mengenal dengan sempurna, 38
INTI PERENUNGAN “Doa Hana bercampur air mata; ia mempertimbangkan belas kasihan Allah kita, yang memahami jiwanya yang susah. Lewat doa, Allah mengizinkan kita, bukan saja untuk meminta hal-hal yang baik secara umum, tetapi untuk menyebutkan hal baik tertentu yang paling kita butuhkan dan dambakan. Hana berbicara dengan perlahan sampai tidak ada yang dapat mendengarnya. Di sini ia menyaksikan keyakinannya pada pengenalan Allah akan isi hatinya dan keinginannya.”
—Matthew Henry
seperti [kita] sendiri dikenal” (1Kor. 13:12). P. T. Forsythe menulis, “Kelak kita akan tiba di surga dan melihat dengan penuh rasa syukur bahwa penolakan-penolakan besar dari Allah terkadang merupakan jawaban yang paling tepat bagi doa-doa kita.”
Keyakinan pada Hikmat Allah Allah tahu kebutuhan kita yang terdalam. Seorang ibu yang menjadi orangtua tunggal berdoa meminta $2.000 untuk meringankan masalah keuangannya. Allah menolak permintaan itu. Daripada memberikan uang, Allah memberinya pekerjaan yang tepat. Kemudian Dia memberinya seorang sahabat yang membantunya belajar mengatur keuangan. Pada waktunya, ia akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa Allah sebenarnya menjawab doanya, tetapi dengan cara yang mencerminkan hikmat-Nya. Yang luar biasa, ia pun bertumbuh dalam imannya kepada Allah.
Keyakinan pada Waktu Allah Rumah kita terjual lebih lambat dari waktu yang kita ingin atau anak kita lahir dua minggu lebih awal daripada waktu yang kita harapkan. Karena kesanggupan-Nya mengatur segala keadaan hidup kita, waktu Tuhan selalu adalah waktu yang terbaik. 39
Keyakinan pada Kebaikan Allah Kita mungkin telah lama berdoa agar istri atau suami kita memperlakukan kita dengan lebih hormat, tetapi hal itu tidak akan terjadi sampai Allah mengarahkan kita untuk berhenti merendahkan pasangan kita di muka umum. Jawaban dari doa kita mungkin tidak datang karena kita menolak untuk mengampuni seseorang, atau kita dikendalikan oleh suatu obsesi, atau kita begitu menggelegak dalam kemarahan hingga mencoreng kekudusan kita. Atau kita “salah berdoa” dengan maksud untuk memuaskan hawa nafsu kita (Yak. 4:3). Kita perlu memeriksa diri, mengakui dosa, dan bertobat sebelum doa kita dijawab. Oswald Chambers memahami bahwa menunggu merupakan bagian dari doa. Mengenai ayat, “Mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk. 18:1) ia menulis demikian: “Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa dengan sabar. Jika Anda benar di hadapan Allah dan Allah menunda jawaban doa Anda, jangan salah menilai-Nya. Jangan menganggap-Nya bagaikan seorang sahabat yang kejam, atau ayah yang tidak pantas, atau hakim yang tidak adil, tetapi teruslah berdoa kepadaNya. Doa Anda pasti akan dijawab, sebab ‘setiap orang yang meminta, menerima.’ Berdoalah dan jangan menyerah. Suatu hari nanti Bapa Anda yang di surga akan
INTI PERENUNGAN “Waktu Allah hampir tidak pernah sama dengan waktu kita, dan karena itu, kita merasa tidak sabar, gelisah, dan frustrasi dengan berbagai kesulitan hidup. Namun, jika kita mempercayai karakter-Nya, kita juga harus mempercayai waktu-Nya. ‘Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu’ (1Ptr. 5:6-7).”
—Ken Boa I’m Glad You Asked (Aku Senang Anda Bertanya)
40
menjelaskan semuanya. Saat ini Dia belum bisa menjelaskannya karena Dia sedang membentuk karakter Anda. ‘Aku tidak peduli soal karakter,’ kata Anda. ‘Aku hanya ingin Dia mengabulkan permintaanku.’ Dan Dia berkata, ‘Apa yang Aku lakukan jauh melampaui apa yang bisa engkau lihat atau pahami. Percayalah pada-Ku.’” Pemazmur Asaf belajar untuk mengatasi kekecewaan seperti itu ketika ia diingatkan pada perspektif Allah yang lebih luas. Katanya dalam Mazmur 73: Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia. . . . . Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. Seandainya aku berkata: “Aku mau berkata-kata seperti itu,” maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu. Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina. Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (Mzm. 73:1-5,13-26).
41
Bahan PA No.
5
baca halaman 37–41 AYAT HAFALAN MEMORY VERSE Mazmur 73:25— “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.”
Tunduk pada Perspektif Allah Untuk menerima hikmat dan kebenaran dari maksud-maksud Allah.
Pendahuluan Dalam hal apakah, perspektif kita dibatasi oleh waktu dan tempat? Dalam hal apakah, perspektif Allah tidak terhalang oleh batasan-batasan tersebut?
Perenungan 1. Ada kalanya kita lebih dikendalikan oleh emosi kita daripada oleh hikmat Allah. Mengapa hal itu bisa membahayakan kita dalam perjalanan hidup ini?
2. Di halaman 39, kita membaca kutipan dari P. T. Forsythe: “Kelak kita akan tiba di surga
dan melihat dengan penuh rasa syukur bahwa penolakan-penolakan besar dari Allah terkadang merupakan jawaban yang paling tepat bagi doa-doa kita.” Mudah atau sulitkah Anda menerima konsep ini? Jelaskan.
3. Baca kembali kutipan dari Oswald Chambers (hlm. 40-41). Apa yang dikatakannya
tentang hubungan antara doa yang tidak dijawab dengan karya Allah dalam hidup kita?
Going Further Lebih Lanjut Penggalian Referensi Dalam Mazmur 73:23-26, bagaimana Asaf melihat keterlibatan Allah secara pribadi dalam hidupnya? Bagaimana kesadaran ini dapat membantu kita dalam masa pergumulan? Mengapa pemahaman yang lebih jelas tentang maksud hati Allah dapat mengubah hasrat Asaf dari yang diungkapkannya di ayat 2-3 menjadi seperti yang disebutkannya di ayat 25?
42
Digging In Penggalian
Read Mazmur 73:1-5,23-26 Baca
1. Asaf, sang penulis Mazmur 73, telah melalui suatu masa kekecewaan iman yang sangat berat. Bagaimana ia menggambarkan reaksinya sendiri terhadap kekecewaan-kekecewaan dalam hidup?
2. Siapa yang dicemburui oleh Asaf? Mengapa ia merasa demikian? Pernahkah Anda mengalami pemikiran dan perasaan seperti itu?
3. Menurut Anda, seberapa tepatkah kesimpulan Asaf
ini? Bagaimana perspektif Allah menolong Asaf memperbaiki cara berpikirnya?
1 Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. 2 Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. 3 Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. 4 Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; 5 mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. mazmur 73:1-5 23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. 24 Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. 25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. 26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. mazmur 73:23-26
Saat Teduh > Gunakan artikel Santapan Rohani di halaman selanjutnya sebagai panduan saat teduh dan perenungan tentang doa.
Refleksi Dalam skala 1–10 (10 sebagai yang tertinggi), nilailah tingkat kepercayaan Anda kepada Allah sebagai Bapa surgawi Anda. Ceritakanlah situasi dalam kehidupan Anda yang pernah menyebabkan Anda meragukan Allah. Apakah masalahnya? Apakah dampaknya terhadap iman Anda kepada Allah? Apakah Anda telah kembali mempercayai Allah sepenuhnya? Bagaimana caranya?
43
Santapan Rohani: Untuk refleksi dan meditasi tentang doa
Ketika Hidup Terasa Tidak Adil
P
ernahkah Anda merasa hidup ini tidak adil? Orang yang bertekad mengikuti kehendak dan jalan Tuhan memang mudah dibuat frustrasi ketika melihat orang yang tidak mempedulikan-Nya seakan menjalani kehidupan yang lebih baik. Ada pengusaha yang curang, tetapi memenangi tender besar, dan orang yang selalu berpesta pora tetap sehat dan kuat—sementara Anda atau orang-orang yang Anda kasihi bergumul dengan masalah keuangan atau kesehatan. Ini semua membuat kita merasa dicurangi, seolah-olah kebaikan kita tidak ada gunanya.
Jika Anda pernah merasa demikian, Anda tidak sendirian. Penulis Mazmur 73 membuat daftar panjang berisi kemujuran orang fasik, lalu ia berkata, “Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih” (ay.13). Namun ia berubah pikiran ketika mengingat kembali masa-masa yang ia lalui bersama Allah: “Aku . . . memperhatikan kesudahan mereka” (ay.17).
MAZMUR 73:3— Sebab aku cemburu kepada pembualpembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
Ketika kita menyediakan waktu bersama Allah dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang-Nya, hal itu akan mengubah perspektif kita seluruhnya. Mungkin saat ini kita iri pada orangorang yang tidak percaya, tetapi tidak akan demikian pada saat hari penghakiman tiba. Sebuah ungkapan mengatakan, apa gunanya memenangi pertempuran tetapi kalah dalam peperangan? Seperti sang pemazmur, marilah memuji Allah untuk kehadiran-Nya dalam hidup kita sekarang dan janji-Nya untuk kehidupan yang akan datang (ay.25-28). Dialah segalanya yang Anda butuhkan, bahkan di saat hidup terasa tidak adil. —Joe Stowell
Baca renungan Santapan Rohani hari ini di www.santapanrohani.org
44
6
Bersukacita dalam Allah Selama Menanti
S
ang pemazmur Asaf menunjukkan kepada kita bahwa mempercayai Allah bukanlah semata-mata tunduk pada hikmat-Nya. Cara lain untuk memiliki keyakinan teguh dalam berdoa adalah dengan belajar untuk bersukacita dalam Dia saat kita menanti-Nya memenuhi kebutuhan kita. Apa pun yang kita nantikan tidaklah sebanding dengan kesempatan istimewa untuk mengenal Dia. Bagi kita, tidak ada satu hal pun yang sepenting Allah. Tentu saja ada kalanya kita merasa dibuat kewalahan oleh segala kesulitan kita dan diremukkan oleh kekecewaan dan dukacita yang kita rasakan. Seperti Hana, ada saat-saat ketika hati kita dipenuhi oleh rasa frustrasi karena kerinduan yang tidak terpenuhi. Namun akan ada pula saat-saat lain ketika kita bisa tertawa penuh sukacita atas apa yang sedang Allah lakukan bagi kita. 45
Keyakinan pada Hal-Hal yang Kita Ketahui tentang Diri-Nya Sembari kita belajar menantikan Allah, kita bisa mulai dengan menemukan sukacita dalam hal-hal yang telah kita ketahui tentang diri-Nya. Kita bisa menerima ajakan sang pemazmur untuk memasuki gerbang-Nya dengan nyanyian syukur dan pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukur kepada-Nya, dan memuji nama-Nya (Mzm. 100:4). BERSYUKUR KEPADA-NYA
Allah telah melakukan begitu banyak bagi Anda. Jika atasan atau orangtua Anda melakukan sepersepuluh saja dari segala yang dilakukan Allah bagi Anda, Anda akan mengutarakan rasa terima kasih dengan ungkapan yang luar biasa. Lakukanlah hal yang sama kepada Allah.
Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu (Mzm. 30:13). Yesus mengucap syukur kepada Bapa (Luk. 10:21). Doa-doa Paulus dipenuhi dengan ungkapan syukur (Ef. 5:20). Demikian juga kita harus mengungkapkan rasa syukur yang penuh sukacita kepada Tuhan. MEMUJI DIA
Kita memuji Allah karena diri-Nya dan kita bersyukur atas apa yang telah diperbuat-Nya. Alkitab penuh dengan ungkapan pujian kepada Tuhan. Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama Tuhan (Mzm. 113:1-3).
Bagian-bagian lain yang berisi pujian kepada Tuhan termasuk Mazmur 146:1-2, Ibrani 13:15, dan Wahyu 4:11. Angkatlah pujian Anda bagi Allah dalam doa-doa Anda. Ungkapkan penyembahan dan pengagungan Anda dalam pujipujian. “Dialah pokok puji-pujianmu� (Ul. 10:21).
46
Keyakinan pada Apa yang Telah Dijanjikan-Nya Cara lain untuk bersukacita dalam Allah adalah dengan bersukacita dalam janjijanji yang Dia berikan kepada kita tentang doa. Paulus menyebutkan tiga janji dalam bagian berikut tentang doa: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Flp. 4:6-7). JANJI TENTANG DAMAI SEJAHTERA ALLAH
Obat penawar untuk rasa khawatir adalah doa. Allah berjanji apabila kita menaruh beban kita ke atas pundak-Nya, Dia akan memberi kita damai sejahtera. Banyak orang Kristen dapat bersaksi bahwa segelap apa pun ketakutan yang mereka alami, ketika mereka membawa beban mereka kepada Tuhan, Dia memberi mereka ketenteraman sehingga mereka dapat tidur lelap (Mzm. 4:9). Oleh karena itu, kita dapat bersukacita saat mengetahui bahwa manakala kita membawa keprihatinan, beban, dan kekhawatiran kita kepada Tuhan, Dia akan memberi kita damai sejahtera. JANJI TENTANG pemeliharaan ALLAH
Pikiran dan hati kita akan dipelihara-Nya saat kita berdoa. Dialah benteng pertahanan yang menjaga kita dari serangan musuh (Mzm. 31:2-4). Oleh sebab itu, kita dapat bersukacita dalam pemeliharaan yang kita tahu telah diberikan-Nya kepada kita. JANJI TENTANG KEHADIRAN ALLAH
Paulus mengungkapkannya seperti ini: “Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu� (Flp. 4:9). Ketika badai menerpa kita, ketika kita melewati lembah kekelaman, atau ketika kita merasa begitu sendirian, doa mengingatkan kita akan kehadiran Allah. Kita dapat bersukacita dalam janji-Nya untuk senantiasa menyertai kita di mana pun kita berada. 47
Bahan PA No.
6
Bersukacita dalam Allah Selama Menanti
baca halaman 45–47
Bersukacita atas kehadiran Allah dalam kehidupan kita.
MEMORY AYAT HAFALAN VERSE
Pendahuluan
Mazmur 100:4— “Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!”
Saya paling bersyukur kepada Allah untuk
Saya dapat bersyukur kepada Allah karena
Perenungan 1. Di halaman 46, kita melihat dua tanggapan kepada Allah yang mengungkapkan sukacita kita di dalam Dia. Apa sajakah itu, dan apa yang membedakan keduanya?
2. Di halaman 47, kita membaca tentang tiga hal yang dijanjikan Allah kepada kita. Apa sajakah itu, dan mengapa hal-hal itu dapat memberi kita suatu keyakinan iman?
3. Penulis berkata, “Obat penawar untuk rasa khawatir adalah doa” (hlm. 47). Setujukah Anda bahwa doa dapat mengatasi kekhawatiran? Jika ya, bagaimana? Jika tidak, mengapa?
Penggalian Lebih Lanjut Referensi Apa yang dimaksud dengan “nama Tuhan” dalam Mazmur 113? (ay.1,3). Mengapa nama-Nya menjadi objek langsung dari puji-pujian kita?
48
Penggalian Baca Filipi 4:4-8 1. Perlu diketahui bahwa Paulus menuliskan kata-kata ini ketika ia dipenjarakan di Roma. Apa tanggapannya terhadap keadaan tersebut, dan bagaimana hal itu mencerminkan keyakinannya dalam Allah?
2. Apakah yang dimaksud dengan “bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan”? Mengapa seorang Kristen mampu bersukacita di tengah kekhawatiran dan ketika doa-doanya seakan tidak dijawab?
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: 5 Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! 6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. 7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. 8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,— pikirkanlah semuanya itu. 4
3. Apa sebenarnya “damai sejahtera Allah” yang dijanjikan itu? Bagaimana damai sejahtera ini “memelihara hati dan pikiran [Anda]” (ay.7)? Bagaimana ayat 8 mendukung proses ini?
Saat Teduh > Gunakan artikel Santapan Rohani di halaman selanjutnya sebagai panduan saat teduh dan perenungan tentang doa.
Refleksi Reflect Sulitkah bagi Anda untuk bersukacita senantiasa dan bersyukur dalam segala hal, terlepas dari
keadaan yang ada? Mengapa? Dari 4:8, adakah satu haltemptations? yang dapat Anda 1. Is there anything others can doFilipi for us if we are facing Howrenungkan can the body yang akan provide membantu Anda bersukacita Allah selagiofmenanti jawaban doa Anda? of Christ protection from the dalam negative results temptation? Menghitung berkat-berkat Anda selalu dimulai dari mengingat Allah yang memberikan berkat itu. Di akhir PA ini, luangkan waktu untuk bersyukur kepada Allah atas diri-Nya dan untuk semua yang telah Dia lakukan.
2. How can the doxology “the kingdom, the power, and the glory” help us to see how God should work in our lives and in our prayers? 49
Santapan Rohani: Untuk refleksi dan meditasi tentang doa
Tanggalkan Kekhawatiran
B
eberapa tahun lalu, pemimpin kelompok PA kami menantang kami untuk menghafal salah satu pasal dalam Alkitab dan membacakannya di depan kelompok kami. Dalam hati, saya merasa keberatan. Seluruh pasal dan di depan semua orang? Saya tidak pintar menghafal. Saya cemas membayangkan waktu jeda yang lama sementara setiap orang menatap saya dan menantikan kata-kata yang hendak saya ucapkan.
Beberapa hari kemudian, dengan enggan saya membolakbalik Alkitab dan mencari serangkaian ayat untuk dihafalkan. Saya merasa belum pas, sampai akhirnya tiba di Filipi 4. Saya membaca dalam hati ayat ini, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (ay.6). Pada saat itulah saya mengetahui pasal mana yang akan saya hafalkan, dan saya pun menanggalkan kecemasan saya terhadap tugas tersebut. Allah tidak ingin kita merasa gelisah memikirkan peristiwa-peristiwa di masa mendatang, karena kekhawatiran akan melumpuhkan kehidupan doa kita. Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita seharusnya meminta pertolongan kepada Allah daripada menjadi resah. Ketika kita terus-menerus berserah kepada Allah dalam kecemasan kita, damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita (ay.7). Ada yang pernah bercanda, “Untuk apa berdoa jika kau bisa khawatir?” Maksudnya jelas: Kekhawatiran tidak akan menolong kita, tetapi doa akan membuat kita bergantung kepada satu Pribadi yang dapat mengatasi segala pergumulan kita. —Jennifer Benson Schuldt
Filipi 4:6—
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Baca renungan Santapan Rohani hari ini di www.santapanrohani.org
50
7
Berdoa Menggunakan Kitab Suci
K
itab Suci ditulis oleh orang-orang yang merasakan keinginan yang sama dan menghadapi keputusasaan yang sama dengan kita. Mereka juga beberapa kali dikecewakan oleh keadaan mereka. Mereka tahu bagaimana rasanya berseru kepada Allah yang bungkam, jatuh dalam keputusasaan, dan merasakan emosi yang meluap-luap. Namun demikian, para tokoh Alkitab itu penting bagi kita sebab mereka terus bertahan hidup hingga menerima kembali rasa sukacita dan keyakinan mereka di dalam Allah. Dalam perjuangan mengatasi ketakutan dan kekecewaan kita sendiri, kita dapat menerima pengharapan baru dengan menggunakan buah pemikiran mereka sebagai cerminan dari isi hati dan doa kita. Mazmur 42 adalah contoh yang baik. 51
Dengan jiwa yang haus dan tertekan, penulis berseru kepada Tuhan dan mengungkapkan perasaan hatinya yang jujur hingga ia menemukan kembali kebenaran yang telah ia lupakan. Pertama-tama, kita akan mengutip satu ayat. Lalu kita akan memberi contoh bagaimana Anda dapat berdoa, berdasarkan yang dikatakan ayat tersebut: Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (Mzm. 42:2-3). “Tuhan, kata-kata itu mengungkapkan betapa hampanya jiwaku. Aku merasa sangat haus, letih dan lemah karena terus berlari. Tenagaku sudah habis. Aku tak tahu berapa lama lagi bisa bertahan. Jika Engkau tidak menolongku, aku pasti tidak akan selamat. Aku tahu suatu hari nanti aku akan berdiri di hadapanMu. Namun aku rindu mendengar suara-Mu saat ini. Apa yang Engkau kehendaki dariku? Apa yang Engkau ingin aku lakukan?” Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: “Di mana Allahmu?” (ay.4). “Bapa, aku memang bertanya-tanya di mana gerangan diri-Mu berada dan mengapa Engkau tidak menolongku. Dahulu aku selalu berbicara secara terbuka tentang mempercayai Engkau. Namun sekarang aku merasa risih ketika aku bersama orang-orang yang pernah mendengarku berbicara tentang betapa setia dan terpercayanya diri-Mu.” Aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur (ay.5). “Tuhan, dahulu keadaannya begitu berbeda. Dahulu aku senantiasa bersukacita di dalam-Mu di hadapan umat-Mu. Kami tertawa dan berdoa bersama-sama. Namun sekarang aku merasa begitu sendirian. Masa-masa bahagia yang sudah berlalu itu kini tampak begitu jauh.” Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya (ay.6). 52
Bagian alkitab untuk mendasari DOA: Ketika dalam Bahaya: Mazmur 91 Ketika Bermasalah karena Dosa: Mazmur 51 Ketika Depresi: Mazmur 34, 139 Ketika Khawatir: Filipi 4 Ketika Menghadapi Krisis: Mazmur 121 Ketika Kesepian: Mazmur 27 Ketika Berkecil Hati: Mazmur 23, 42 Ketika Bersukacita: Mazmur 100 Ketika Bersyukur: Mazmur 136 Ketika Merasa Ragu: Ibrani 11 Ketika Membutuhkan Keberanian: Yosua 1 Ketika Membutuhkan Pengampunan: Mazmur 32 Ketika Tergoda: Mazmur 1; Yakobus 1:13-17 Ketika Bingung tentang Kasih: 1 Korintus 13 Ketika Membutuhkan Penghiburan: 2 Korintus 1 Ketika Membutuhkan Kepastian: Yohanes 3 Ketika Terusik oleh Keberhasilan Dunia: Mazmur 73 Ketika Bermasalah dengan Keyakinan: Matius 6:28-33 “Benar, Bapa, sebenarnya aku pun tahu. Ketika aku mendengar keluhanku sendiri, jauh di lubuk hatiku, aku tahu Engkau masih bisa dipercaya. Aku tahu bahwa terus mempercayai-Mu adalah tindakan yang benar. Seperti pemazmur, aku bahkan percaya bahwa dalam hikmat-Mu, dan pada waktunya, Engkau akan menolongku. Aku tahu aku akan tertawa lagi. Aku tahu akan tiba saatnya aku akan memuji-Mu kembali. Oh Tuhan, betapa aku merindukan saat itu.” Tuhan memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku (ay.9). “Aku percaya akan tiba waktunya ketika Engkau mengizinkan aku merasakan kebaikan-Mu lagi. Aku percaya Engkau akan kembali memberikan nyanyian dalam hatiku di kala susah.”
53
Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: “Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?” (ay.10). “Bapa, sekalipun aku tahu Engkau akan menolongku, tetapi ketakutan masih terus-menerus melandaku berulang kali. Meskipun aku masih percaya kepada-Mu, dan meski aku tahu Engkaulah gunung batu dan tempat perlindunganku, aku tetap merasa telah dilupakan dan begitu sendirian. Mengapa Engkau membiarkanku, anak-Mu, menghabiskan waktu untuk berkabung dan bukan memuji-Mu?” Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku (ay.12). “Ya, aku tetap akan bersyukur kepada-Mu, Tuhan. Engkau harapanku satusatunya. Aku bersyukur atas kebaikan-Mu. Ampuni aku karena meragukan-Mu. Aku akan menantikan-Mu. Aku akan menantikan-Mu memulihkan sukacitaku!”
DOA ANDA SELANJUTNYA Doa Anda selanjutnya dapat mengubah hidup Anda. Kembalilah ke halaman 7. Bagaimana Anda melengkapi kalimatnya? Apakah Anda mengalami salah satu dari kekecewaan di halaman 8? Ini saatnya Anda bertindak. Mintalah Allah menolong Anda mengambil keputusan untuk mendobrak segala halangan, mengatasinya, dan mulai berdoa seperti yang Anda inginkan. Jangan biarkan semangat yang patah menghentikan Anda. Pepatah kaum Puritan mengatakan, “Berdoalah sampai engkau berdoa.” Teruslah berdoa. Anda akan segera berdoa dengan keyakinan baru. Di sisi lain, mungkin yang Anda perlukan adalah memulai dengan langkah yang paling dasar. Mungkin setelah membaca buku ini, Anda merasa tidak yakin bahwa Anda memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Anda menyadari bahwa Anda adalah orang berdosa (Rm. 3:23). Namun Anda juga perlu mengetahui bahwa:
• Anda tidak dapat menyelamatkan diri Anda sendiri (Ef. 2:8-9). • Yesus, Anak Allah yang tak berdosa, menjalani kehidupan sempurna yang tidak mampu kita jalani (1Ptr. 2:22). 54
• Yesus mati di atas kayu salib untuk menanggung hukuman atas semua dosa kita (1Kor. 15:3-4). • Kebangkitan Kristus merupakan bukti bahwa pengorbananNya diterima oleh Allah (Why. 1:4-6). • Kita menerima Tuhan sebagai Juruselamat kita oleh iman (Yoh. 3:16). Mintalah kepada Allah untuk menyelamatkan Anda dari hukuman yang patut Anda terima karena dosa-dosa Anda sendiri. Percayalah Dia akan menyelamatkan Anda. Sadarilah bahwa permohonan ini adalah doa terpenting yang pernah Anda naikkan kepada-Nya. Doa untuk menerima keselamatan inilah yang menjadi dasar kokoh bagi segala doa yang akan Anda naikkan kepada Allah.
55
ANDA DAPAT MEMBERI DAMPAK YANG BERARTI! Materi kami tidak dikenakan biaya. Pelayanan kami didukung oleh persembahan kasih dari para pembaca kami. Jika Anda ingin mendukung pelayanan kami, Anda dapat mengirimkan persembahan kasih melalui rekening “Yayasan ODB Indonesia� BCA Green Garden A/C 253-300-2510 BNI Daan Mogot A/C 0000-570-195 Mandiri Taman Semanan A/C 118-000-6070-162 QR Code Standar Pembayaran Nasional
Scan QR code ini untuk donasi dengan aplikasi e-wallet berikut:
Yayasan ODB Indonesia Silakan konfirmasi persembahan kasih Anda melalui nomor kontak kami di halaman belakang buku ini.
Ingin lebih mengenal Tuhan? Bacalah firman-Nya dengan bantuan renungan Santapan Rohani Pilihlah media yang sesuai untuk Anda.
CETAK
APLIKASI
Menerima edisi cetak secara triwulan.
Menerima e-mail secara harian.
Our Daily Bread/ Santapan Rohani di Android & iOS.
HUBUNGI KAMI:
+62 21 2902 8950 +62 815 8611 1002 +62 878 7878 9978 Santapan.Rohani indonesia@odb.org santapanrohani.org ourdailybread.org/locations/ Materi kami tidak dikenakan biaya. Pelayanan kami didukung oleh persembahan kasih dari para pembaca kami.
Sebagai materi yang tepat untuk digunakan oleh pribadi maupun kelompok, buku yang berisi 6 bahan PA ini akan menguatkan Anda untuk menjalani hidup dengan keyakinan teguh dalam hadirat Allah, mempercayai firman-Nya, dan menjadikan Alkitab sebagai landasan bagi doa-doa Anda.
DOA
Keyakinan Teguh MENGATASI KEKECEWAAN DALAM BERDOA
Untuk judul-judul Seri Hikmat Ilahi lainnya yang telah diterbitkan, silakan mengunjungi www.dhdindonesia.com BK476 ZN339 I S B N 978-1-62707-017-1
PO Box 3566, Grand Rapids, MI 49501-3566
9
781627 070171
Oleh David Egner DARI PENERBIT OUR DAILY BREAD ÂŽ
ok
Keyakinan Teguh
Dengan
P
Dengan
Berdoa
PA mp N Kelo HAi atau BAribad
Berdoa
Dalam buku Seri Hikmat Ilahi Berdoa dengan Keyakinan Teguh ini, penulis David Egner membahas tentang kekecewaan yang disebabkan oleh doa yang tak terjawab. Beliau memberikan langkah-langkah praktis yang bisa menolong Anda untuk 6 Bahan PA untuk Pribadi atau Kelompok menjalin dan menguatkan kembali hubungan Anda dengan Allah. Dapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang bagaimana Anda bisa mendekat kepada Allah, berbicara dari hati Anda dengan jujur, dan sabar menantikan-Nya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Anda.
6
B
ercakap-cakap dengan Allah melalui doa merupakan aspek penting dalam menumbuhkan dan memelihara hubungan Anda dengan-Nya. Namun ketika Allah tampaknya tidak menanggapi Anda, maka perasaan kecewa, putus asa, bahkan tertolak bisa memudarkan iman dan mengganggu komunikasi Anda dengan-Nya. Apa yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi beragam perasaan tersebut dan mengembalikan kepercayaan Anda kepada Allah? Bagaimana Anda bisa merasa yakin bahwa Allah mendengar doa-doa Anda?
SERI HIKMAT ILAHI
k tu un
SHI