iiiPerancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantuliv
ArsitekturDesainAkhirStudio
vPerancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio CATATAN DOSEN PEMBIMBING Studio Akhir Desain Arsitektur yang Berjudul : FinalArchitectureDesignStudioEntitled: Perancangan Pusat Pameran Seni dan Kebudayaan Bantul dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular dan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta DesignoftheBantulArtandCultureExhibitionCenterwithaNeo-VernacularArchitecturalApproachandGreenOpenSpaceinBantulRegency,SpecialRegionofYogyakarta Nama Lengkap Mahasiswa : Pandu Dewanata Student’s Full Name Nomor Mahasiswa : 18512077 Student’s Identification Number Kualitas pada Buku Laporan Akhir : Kurang, Sedang, Baik, Sehingga dengan adanya buku ini, direkomendasikan / tidak direkomendasikan untuk menjadi acuan produk tugas akhir. Yogyakarta, 30 Juli 2022 Dosen Pembimbing Fajriyanto, Ir., SupervisorM.T.
4. Ibu Rini Darmawati, Ir., M.T. dan Ibu Johanita Anggia Rini, S.T., M.T., Ph.D selaku dosen penguji Studio Akhir Desain Arsitektur yang dengan sabar memberikan masukan dan motivasi untuk mendapatkan hasil proyek Studio Akhir Desain Arsitektur yang baik dan benar.
Assalamu’alaikumBismillahirrahmanirrahim,Warahmatullahi
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pameran dan Kebudayaan Bantulvi
Pusat
Pusat Pameran Seni dan Kebudayaan Bantul dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular dan Ruang Ter buka Hijau yang dapat penulis selesaikan dengan baik. Sholawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat –sahabatnya.Penulis
menyadari banyak pihak yang membantu dan berkontribusi dalam terselesaikannya tugas akhir ini. Segala bentuk bantuan, baik berupa dukungan moril dan materil sangat membantu penulis dalam meng umpulkan semangat dan keinginan untuk menyelesaikan studi. Dengan demikian penulis ucapkan terima kasih dengan ketulusan hati kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis selama menyusun skripsi ini, yakni kepada:
3. Bapak Fajriyanto, Ir., M.T. selaku dosen pembimbing Studio Akhir Desain Arsitektur ini yang telah sabar den gan memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait penyusunan proyek Studio Akhir Desain Arsitektur menjadi lebih baik.
6. Okta yang telah menemani di saat suka maupun duka, selalu memberikan semangat, dan bantuannya serta memberi masukan maupun saran yang telah membantu penulis dalam mengerjakan proyek Studio Akhir De sain Arsitektur ini.
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala. yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studio Akhir Desain Arsitektur dengan judul Perancangan
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, proses dalam penulisan Studio Akhir Desain Arsitektur ini diberi kemudahan.
7. Teman seperjuangan Diva Ichsanul Amal yang selalu ada yang tidak akan pernah penulis lupakan atas ke baikan, memberikan semangat, diskusi dan dukungan satu sama lain.
5. Bapak Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM., IAI selaku Ketua Program Studi S1 Arsitektur Universitas Islam Indone sia, dosen, dan jajarannya yang telah banyak membuka wawasan penulis tentang dunia arsitektur dan mem bagi ilmu pengetahuannya selama ini. Ibu Dyah Hendrawati, S.T., MSc,. GP. Selaku ketua koordinator Studio Akhir Desain Arsitektur yang memberikan arahan dan saran pada proses penulisan tugas akhir ini.
2. Keluarga tercinta, Bapak Sutardana, Ibu Sumarwati selaku orang tua dari penulis, serta Gandhi Ramadhan, Melysa Ambarwati selaku kakak dan istri kakak yang selalu menjadi kekuatan bagi penulis, memberikan duku ngan, doa, semangat, kasih sayang dan motivasi selama ini serta selalu memberi dukungan materi dan non materi, sehingga penulis dapat selesai menempuh Studio Akhir Desain Arsitektur.
KATA PENGANTAR
Wabarakaatuh,
9. Serta teman – teman lain dan semua pihak yang terlibat, tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah mendukung dan membantu selama ini dalam pelaksanaan proyek Studio Akhir Desain Arsitektur ini. Penulis berharap semoga proyek Studio Akhir Desain Arsitektur ini dapat membantu menambah peng etahuan dan pengalaman bagi para pembacanya, menjadi acuan dan juga bahan pembelajaran serta koreksi sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari proyek ini dalam kualitas untuk lebih baik kedepannya. Semoga Allah Ta’ala memberikan pahala yang berlimpah atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Selain itu penulis juga berharap agar proyek Studio Akhir Desain Arsitektur ini dapat berman faat bagi para pembaca dari berbagai kalangan. Penulis kemudian mengucapkan permohonan maaf jika selama proses penyusunan proyek Studio Akhir Desain Arsitektur banyak melakukan kesalahan, baik berbentuk lisan maupun tulisan, yang dilakukan secara disengaja maupun tidak disengaja. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
8. Mas Ar. Mustafidul Umam, S.Ars yang telah banyak memberikan saran, semangat, dan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan proyek Studio Akhir Desain Arsitektur.
vii
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
1.1 Judul Perancangan 1.2 Deskripsi Judul 1.2.1 Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul 1.2.2 Neo-Vernakular 1.2.3 Ruang Terbuka Hijau BAB 02PendahuluanI................................................................................................. 1.3 Latar Belakang Proyek 1.3.1 Penurunan Budaya di Masa Kini 03 ................................................................................................. 1.3.2 Minimnya Fasilitas Pusat Budaya 04 ................................................................................................. 1.3.3 Potensi dan Identitas Bantul 05 ................................................................................................. 1.4 Latar Belakang Permasalahan 1.4.1 Menurunnya Karakter Arsitektur Lokal 1.4.2 Kurangnya Pengolahan Tata Guna Lahan dan Massa 1.4.3 Kurangnya Bangunan Ikonik yang Berkarakter Mod ern 06 ................................................................................................. 1.4.4 Kurangnya Ruang Terbuka Hijau 07 ................................................................................................. 1.5 Pernyataan Persoalan Perancangan dan Batasan 1.5.1 Permasalahan Umum 1.5.2 Permasalahan Khusus 08 ................................................................................................. 1.5.3 Permasalahan Desain 09 ................................................................................................. 1.5.4 Tujuan Perancangan 1.5.5 Sasaran Perancangan 1.5.6 Fungsi dan Peranan 10 ................................................................................................. 1.5.7 Batasan Permasalahan 1.6 Metode Perancangan 11 ................................................................................................. 1.7 Kerangka Berpikir 14 ................................................................................................. 1.8 Keaslian Penulisan 15 .................................................................................................
2.1 Kajian Konteks Lokasi 2.1.1 Gambaran Lokasi BAB PenelusuranII Persoalan Rancangan 18 ................................................................................................. 2.1.2 Aksesibilitas 19 ................................................................................................. 2.1.3 Intensitas Site 20 ................................................................................................. 2.1.4 Wind Rose 22 ................................................................................................. 2.1.5 Rekayasa Site 23 ................................................................................................. 2.1.6 Regulasi Bangunan Kawasan 24 ................................................................................................. 2.2 Kajian Tema Perancangan 2.2.1 Pengertian Neo-Vernakular 2.2.2 Prinsip Desain Neo-Vernakular 2.2.3 Ciri-Ciri Neo-Vernakular 2.2.4 Tinjauan Neo-Vernakular 25 ................................................................................................. 2.2.5 Kesimpulan Arsitektur Neo-Vernakular 2.2.6 Pengertian Arsitektur Modern (Neo) 2.2.7 Prinsip Arsitektur Modern 2.2.8 Ciri-Ciri Arsitektur Modern 26 ................................................................................................. 2.2.9 Karakteristik Arsitektur Modern 27 ................................................................................................. 2.3 Kajian Fungsi Bangunan 2.3.1 Kebudayaan 2.3.2 Kesenian 2.3.3 Pameran Seni Rupa 2.3.4 Tujuan Pameran Seni Rupa 28 ................................................................................................. 2.3.5 Fungsi Pameran Seni Rupa 2.3.6 Jenis-Jenis Pameran Seni Rupa 2.3.7 Fungsi Bangunan 29 ................................................................................................. 2.3.8 Bentuk Bentuk Aditif 37 .................................................................................................
2.3.9 Arsitektur Jawa 41 ................................................................................................. 3.1 Peta Persoalan BAB PemecahanIII Persoalan Desain 80 ................................................................................................. 2.3.10 Fleksibilitas Ruang 43 ................................................................................................. 2.3.11 Kegiatan Pameran dan Kebudayaan 45 ................................................................................................. 2.4 Studi Preseden 2.4.1 Pusat Budaya Subang 47 ................................................................................................. 2.4.2 Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar 50 ................................................................................................. 2.4.3 MÉCA Cultural Center 54 ................................................................................................. 2.4.4 Grand Rapids Art Museum: LEED Gold Certified 58 ................................................................................................. 2.4.5 Passive House Pavilion of Longfor Sundar 64 ................................................................................................. 2.4.6 Forest Pavilion, The Forestias 74 ................................................................................................. 2.5 Rumusan Persoalan Desain 78 ................................................................................................. 3.2 Analisis Konteks Site 3.2.1 Analisis Regulasi Bangunan 81 ................................................................................................. 3.2.2 Analisis Data Iklim Kawasan 82 ................................................................................................. 3.3 Analisis Pengguna dan Program Ruang 3.3.1 Analisis Pengguna dan Alur Pengguna 86 ................................................................................................. 3.3.2 Fasilitas 89 .................................................................................................
3.3.3 Kebutuhan Ruang 90 ................................................................................................. 3.3.4 Program Ruang 91 ................................................................................................. 3.4 Eksplorasi Konsep Konteks Site 3.4.1 Analisis Tata Massa terhadap Arah Angin 97 ................................................................................................. 3.4.2 Analisis Tata Massa terhadap Matahari 99 ................................................................................................. 3.4.3 Analisis Tata Massa terhadap Peraturan Bangunan 101 ............................................................................................... 3.4.4 Konsep Konteks Site 102 ............................................................................................... 3.5 Eksplorasi Konsep Tema Perancangan 3.5.1 Tata Bentuk 103 ............................................................................................... 3.5.2 Elemen Struktur 104 ............................................................................................... 3.5.3 Selubung Bangunan 105 ............................................................................................... 3.5.4 Tata Lansekap 106 ............................................................................................... 3.6 Eksplorasi Konsep Fungsi Bangunan 3.6.1 Eksplorasi terhadap Zonasi Tata Ruang 111 ............................................................................................... 3.6.2 Eksplorasi terhadap Perletakkan Fungsi 112 ............................................................................................... 3.6.3 Sistem Infrastruktur 113 ............................................................................................... 3.7 Eksplorasi Konsep Figuratif Rancangan 114 ............................................................................................... 4.1 Rancangan Skematik Masterplan 116 4.1.1 Skematik Masterplan BAB SkematikIV Rancangan 116 ...............................................................................................
4.1.2 Perspektif Kawasan 117 ............................................................................................... 4.2 Rancangan Skematik Bangunan 4.2.1 Pameran dan Galeri 118 ............................................................................................... 4.2.2 Lokakarya dan Kerajinan Tangan 120 ............................................................................................... 4.2.3 Amphiteater 122 ............................................................................................... 4.2.4 Area Komersil 123 ............................................................................................... 4.2.5 Mushola 125 ............................................................................................... 4.2.6 MEP 126 ............................................................................................... 4.3 Rancangan Skematik Detail Arsitektural Khusus 4.3.1 Bentuk Atap 127 ............................................................................................... 4.4 Rancangan Skematik Selubung Bangunan 4.4.1 Skylight 128 ............................................................................................... 4.5 Rancangan Skematik Interior dan Eksterior Bangunan 4.5.1 Interior dan Eksterior 129 ............................................................................................... 4.6 Rancangan Skematik Sistem Struktur 4.6.1 Struktur 131 ............................................................................................... 4.7 Rancangan Skematik Sistem Utilitas 132 ............................................................................................... 4.8 Rancangan Skematik Sistem Keselamatan Bangunan dan Barrier Free 4.8.1 Sistem Keselamatan Bangunan 4.8.2 Barier Free 133 ...............................................................................................
5.1 Rancangan Tapak 5.1.1 Situasi BAB DeskripsiV Hasil Rancangan 136 ............................................................................................... 5.1.2 Masterplan 137 ............................................................................................... 5.1.3 Tampak Kawasan 138 ............................................................................................... 5.2 Rancangan Bangunan Utama 5.2.1 Denah 139 ............................................................................................... 5.2.2 Potongan 144 ............................................................................................... 5.2.3 Tampak 147 ............................................................................................... 5.3 Detail Penyelesaian Permasalahan 5.3.1 Alternatif Layout Ruang Pameran 148 ............................................................................................... 5.3.2 Rencana Vegetasi 149 ............................................................................................... 5.3.3 Persentase Perhitungan Lansekap 150 ............................................................................................... 5.3.4 Detail Struktur Atap 151 ............................................................................................... 5.3.5 Detail Skywalk 152 ............................................................................................... 5.3.6 Detail Pemanfaatan Air Hujan Site 153 ............................................................................................... 5.3.7 Detail Fasad Motif Batik 154 ............................................................................................... 5.3.8 Detail Bukaan 155 ...............................................................................................
5.3.9 Detail Skylight 156 ............................................................................................... 5.3.11 3D Capture Kawasan 158 ............................................................................................... 6.1 Evaluasi Bangunan 6.1.1 Evaluasi Bangunan Lantai 2 BAB EvaluasiVI Rancangan 160 ............................................................................................... 6.1.2 Evaluasi Ruang Lantai 2 6.2 Evaluasi Tata Ruang 6.2.1 Evaluasi Fleksibilitas Ruang Pameran Lantai 2 161 ............................................................................................... 163 ............................................................................................... 6.1.3 Evaluasi Masterplan 162 ............................................................................................... Daftar Pustaka 170 ............................................................................................... Lampiran 173 ............................................................................................... Apreb 174 ............................................................................................... 6.2.2 Evaluasi Pencahayaan Ruang Pameran Lantai 2 166 ............................................................................................... 6.3 Evaluasi Struktur 6.3.1 Evaluasi Struktur Atap 167 ............................................................................................... 6.3.2 3D Struktur Atap 168 ...............................................................................................
ArsitekturDesainAkhirStudioxv
Bantul
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantulxvi Kabupaten Bantul adalah suatu daerah yang berada di Provinsi Daer ah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul merupakan pintu masuk di sebelah Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berbatasan dengan Kota Madya/PerkembanganYogyakarta.jaman yang semakin maju menimbulkan arus glo balisasi dan budaya baru yang menyebabkan keadaan perkotaan di In donesia saat ini mengalami penurunan kultur. Bahaya yang berasal dari era modern dapat melunturkan identitas kota dan kultur setempat dan fenomena aglomerasi perkotaan yang menyebabkan hilangnya identitas kota. Arus perpindahan penduduk yang tinggal di perkotaan mengalami peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Industrialisasi menjadi kekuatan utama dibalik arus urbanisasi perkotaan. Sentra industri yang berbasis pada kebudayaan dan pameran cenderung berlokasi didalam dan sekitar kota. Perebutan dan alih fung si lahan yang terjadi di pusat-pusat kota menyebabkan pembangunan kota menyebar ke daerah sekitar kota yang mengakibatkan aglomerasi perkotaan. Kota Bantul yang berbatasan langsung dengan Kota Yogy akarta menjadikan beberapa wilayah Kabupaten Bantul sebagai wilayah sub-urban.Akibat dari fenomena aglomerasi perkotaan Daerah Istimewa Yo gyakarta, daerah sekitar kota dikenal sebagai daerah penunjang perkotaan khususnya Kabupaten Bantul yang dikenal sebagai Kota Gerabah. Hal tersebut menyebabkan Kabupaten Bantul belum mempunyai fasilitas pusat kebudayaan dan pameran dan simbol kota sebagai identitas lokal kota, maka dari itu diperlukan adanya pengembangan fasilitas pusat ke budayaan dan pameran dengan pendekatan neo-vernacular untuk me wadahi aktifitas masyarakat Kabupaten Bantul maupun Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Fasilitas ini dirancang dengan elemen elemen fisik maupun non-fisik berupa bentuk yang lebih modern sebagai bentuk iden titas lokal dan pelestarian budaya setempat. Abstrak
ArsitekturDesainAkhirStudio
The development of an increasingly advanced era has led to the flow of globalization and a new culture which has caused the current state of urban areas in Indonesia to experience a decline in culture. The danger that comes from the modern era can undermine the identity of the city and local culture and the phenomenon of urban agglomeration that causes the loss of city identity. The flow of people living in urban areas has increased in recent years. Industrialization is the main force behind the flow of urban urban ization. Industrial centers based on culture and exhibitions tend to be lo cated in and around cities. The seizure and conversion of land functions that occur in urban centers causes urban development to spread to areas around the city resulting in urban agglomeration. The city of Bantul, which is directly adjacent to the city of Yogyakarta, makes several areas of Ban tul Regency a sub-urban area.
Abstract
As a result of the phenomenon of urban agglomeration in the Special Region of Yogyakarta, the area around the city is known as an urban support area, especially Bantul Regency, which is known as the City of Pottery. This causes Bantul Regency does not yet have cultural center facilities and exhibitions and city symbols as the city’s local identity, there fore it is necessary to develop cultural center facilities and exhibitions with a neo-vernacular approach to accommodate the activities of the people of Bantul Regency and the Province of the Special Region of Yogyakarta. This facility is designed with physical and non-physical elements in the form of a more modern form as a form of local identity and preservation of local culture.
xvii
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Bantul Regency is an area in the Special Region of Yogyakarta Province. Bantul Regency is the entrance to the south of the Special Re gion of Yogyakarta, which borders the Municipality/Yogyakarta.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantulxviii
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio1 BAB I. Pendahuluan
1.2.2 Neo-Vernakular
1.2.3 Ruang Terbuka Hijau
1.2.1 Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
ArsitekturDesainAkhirStudio
1.2 Deskripsi Judul Pusat pameran dan kebudayaan Bantul merupakan wadah atau fasilitas untuk masyarakat Bantul mengembangkan kebudayaan dan pameran. Pusat pameran dan kebudayaan Bantul mempunyai peran sep erti pengenalan budaya dan kesenian, melakukan kegiatan kebudayaan dan kesenian, memberikan sarana prasarana penunjang perkembangan edukasi kebudayaan dan memamerkan hasil karya seni masyarakat Bantul. Hal ini bertujuan untuk membina masyarakat Bantul agar kebudayaan tidak luntur karena pengaruh akulturasi budaya barat. Pameran ini lebih mengarah pada pameran seni rupa yang terdiri seni lukis, seni grafis, seni kriya, seni ilustrasi, seni patung, dan seni arsitektur.
1.1 Judul Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul dengan Pendekatan Neo-Vernakular dan Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau adalah bagian dari area terbuka yang ada di suatu kawasan perkotaan dalam satu satuan luas tertentu berupa area memanjang dan mengelompok yang berisi tumbuhan yang tumbuh baik guna mendukung manfaat ekologi, arsitektur, sosial budaya, kenyamanan, dan keindahan bagi kawasan perkotaan tersebut (Riadi, 2021).
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara ban gunan, alam, dan lingkungan (Studio et al., 2020).
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul2
Gambar 1.2. Berita Bupati Bantul Sumber : https://bantulkab.go.id/berita/detail/4506.html
ArsitekturDesainAkhirStudio
Kota Bantul maupun Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Bantul mempunyai sejumlah kultur dan peradaban kul tur yang beranekaragam, meliputi tari-tarian, kerajinan gerabah, seni musik, dan batik. Kondisi kultur saat ini semakin berkurang tergantikan oleh kultur yang tera kulturasi dengan kultur barat.
Indonesia dalam periode waktu ini mengalami kemerosotan kultur yang disebabkan oleh perkem bangan era dan munculnya kebudayaan baru. An caman yang datang bersumber dari modernisa si bisa menurunkan karakter setempat dan kultur bangsa. Hal ini tampak pada kultur kesenian yang mulai terdesak oleh perkembangan kultur barat yang membuat masyarakat Indonesia menjadi ke barat-baratan. Penguatan karakter lokal khususnya di Kabupaten Bantul yang ikut serta didukung oleh faktor sejarah yang menjadi landasan peradaban1.3.1 Penurunan Budaya di Masa Kini
Workshop Rintisan Desa Budaya yang diadakan Di nas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Abdul Halim Mus lih menyatakan bahwa potensi kultur dan seni di Ka bupaten Bantul harus dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan kultur perlu dilaku kan agar bisa bertahan dan maju di zaman modern isasi yang semakin mendesak kebudayaan Kabupat en Bantul. Kabupaten Bantul memiliki macam kultur yang banyak dan sudah kuat di kalangan masyarakat. Dalam hal ini, pengembangan dan penjagaan kultur diharapkan bisa mengangkat dan memotivasi perce patan ekonomi kesejahteraan masyarakat.
1.3 Latar Belakang Proyek
Bupati Kabupaten Bantul, dalam program
3Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Gambar 1.1. Berita Akulturasi Budaya Sumber : https://www.kompasiana.com/
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul4
Tabel 1. Fasilitas Kebudayaan dan Pameran di Kabupaten Bantul
Sumber : Penulis, 2022 Kabupaten Bantul memiliki sejumlah fasilitas ke budayaan dan festival yang belum mewakili fasil itas pokok program kebudayaan dan festival di Kabupaten Bantul. Dari sejumlah fasilitas kebu dayaan dan festival yang sudah ada, terdapatsejumlah fasilitas yang masih mempunyai aksesibilitas jauh dari Kota Bantul maupun Kota Yogyakarta. Kabupaten Bantul memiliki program besar yang disebut Bantul Expo yang di gelar setahun sekali yang dilaksanakan secara rutin di Taman Seni Gabusan Ban tul. Acara tahunan ini di gelar untuk merayakan tahun berdiri Kabupaten Bantul. Bantul Expo berfungsi sebagai usaha memperkuatkan keterampilan masyarakat dan fasilitas mempromosikan Usaha Kecil Mikro dan Menen gah (UMKM) di kawasan Kabupaten Bantul. Acara ini sebagai patokan Kabupaten Bantul dalam perkembangan industri seni kebudayaan dan wisata terutama seni kerajinan. Bantul Expo pertama kali di gelar pada tahun 2000 yang diadakan di Lapangan Dwi Windu Bantul yang berlangsung rutin setiap tahun sampai 2004. Pada tahun 2005 program ini mulai diadakan di Pasar Seni Gabusan karena lokasinya sangat strategis yang bera da di jalur wisata Pantai Parangtritis.
Ketua Dekranasda Kabupaten Bantul, Hj. Erna Kusmawati Suharsono, menyatakan bah wa program seperti festival ini bermaksud dan memiliki sasaran untuk memamerkan dan mem promosikan produk kreasi seni dalam pengenalan pasar dalam dan luar negeri. Di samping sebagai fasilitas promosi dan festival, memperhatikan guna pelaku seni dengan cara memotivasi gairah berkarya dan berwirausaha agar bisa dike nal masyarakat dalam dan luar negeri sehingga bisa meningkatkan penjualan produk kreasi seni. Menurut Rony Guritno, SH sebagai perwakilan Ketua Dekranasda DIY, menyatakan bahwa fes tival diselenggarakan untuk kepentingan interaksi langsung antara pelaku seni dan konsumen agar mampu menambah pengetahuan menjadi pelaku seni yang lebih kreatif.
Gambar 1.3. Pintu Masuk Bantul Expo 2016 Sumber : guntara.com Dikutip dari berbagai sumber berita yang mengangkat tentang pameran kebudayaan di Bantul yang diadakan nya pameran budaya dari berbagai bidang budaya-
1.3.2 Minimnya Fasilitas Pusat Budaya
5Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Tabel 2. Fasilitas Kebudayaan dan Pameran di Kabupaten Bantul
Sumber : https://bantulkab.bps.go.id/publication.html
masih menggunakan fungsi bangunan lain dan lokasi yang terletak secara terpisah sehingga Ka bupaten Bantul belum mempunyai pusat kebu dayaan dan pameran yang bersifat terpusat dan permanen. 1.3.3 Potensi dan Identitas Bantul Bantul adalah sebuah wilayah yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul merupakan gerbang utama di sebelah selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogy akarta, yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Kabupaten Bantul mempunyai julukan “Kota Geplak”, “Kota Gerabah”, dan “Sahara van Java” yang mana Bantul mempunyai potensi dari berbagai aspek, yaitu aspek kesenian, kebu dayaan, kondisi alam, dan wisata kuliner khas, na mun Kabupaten Bantul belum mempunyai simbol Kota Bantul. Kabupaten Bantul merupakan kota industri kerajinan tangan yang kaya dengan pro duk produk lokal kreatif dan inovatif. Kabupaten Bantul memiliki keunggulan di bidang pengolahan pangan dan sentra kerajinan. Adapun data sub sektor industri Kabupaten Bantul sebagai berikut.
Tabel 3. Fasilitas Kebudayaan dan Pameran di Kabupaten Bantul Berikut adalah tabel data jenis-jenis kesenian yang ada di Kabupaten Bantul.
Sumber : https://budaya.jogjaprov.go.id/ dimodifikasi Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul6
1.4 Latar Belakang Permasalahan 1.4.1 Menurunnya Karakter Arsitektur Lokal Menurunnya karakter arsitektur lokal di Kabupaten Bantul dapat terlihat dari banyakn ya rumah yang berkarakter Jawa mengalami pe nurunan, kecenderungan gaya bangunan yang mengadaptasi gaya arsitektur luar, dan peman faatan arsitektur lokal yang tidak merespon kemajuan.
Gambar 1.4. Tipologi Bangunan Rumah di Kabupaten Bantul Sumber : Google Earth dimodifikasi Penulis, 2022 1.4.2 Kurangnya Pengolahan Tata Guna Lahan dan Massa Bantul memiliki luas wilayah 506,85 Km2 yang terdiri dari lahan pertanian dan non pertanian. Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang menjadi dinamika daerah. Tercat at pada tahun 2020 luas perubahan penggunaan lahan di Bantul sebesar 156.302 Ha, sementara pada tahun 2017 hingga tahun 2019 mengalami perubahan sebesar 52.004,3 Ha. Hal ini disebab kan oleh beberapa aspek seperti pembangunan infrastruktur pendukung dan sarana prasarana umum. Bantul merupakan wilayah yang secara geologi terdapat sesar aktif dan mempunyai topografi terjal yang beresiko bencana seperti gempabumi. Pembukaan lahan untuk tambang juga semakin menekan keadaan lingkungan hidup di Kabupaten Ban tul. Kondisi pertumbuhan penduduk yang semakin ting gi dapat memicu berbagai masalah lingkungan seper ti halnya penyediaan lahan untuk rumah dan kegiatan ekonomi.
Tabel 4. Statistik Kependudukan Kabupaten Bantul, 2015-2020 Sumber : https://bantulkab.bps.go.id/ 1.4.3 Kurangnya Bangunan Ikonik yang Berkarakter Modern Bangunan ikonik yang berkarakter modern mer upakan bangunan yang mempunyai ciri khas dan ikonikon berbentuk bangunan ataupun arsitektur yang dapat dikenal luas oleh masyarakat. Adanya karakter modern bagi bangunan ikonik dapat memberikan ciri khas yang mengikuti era modernisasi maupun perkembangan zaman. Kabupaten Bantul dengan keragaman budaya yang melimpah menjadikan Bantul salah satu daerah penghasil produk karya seni yang beragam. Namun, Kabupaten Bantul dengan keragaman budaya belum mempunyai bangunan ikonik yang berkarakter modern. Adapun tipologi bangunan yang diadaptasi dari bangu nan tradisional Joglo, namun belum mampu mewujud kan ikonik Kabupaten Bantul itu sendiri.
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
7
1.4.4 Kurangnya Ruang Terbuka Hijau Ketua Komisi C DPRD Bantul, Wildan Nafis dalam acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Se dunia 2018 dan mewujudkan Bantul sebagai Kota Hijau menuju Adipura, menyatakan lokasi untuk RTH di Bantul masih kurang dan belum memadai serta berkualitas untuk kepentingan interaksi masyarakat di Bantul. Bupati Bantul, Drs. Suharsono memapar kan bahwa saat ini ruang terbuka hijau merupakan ruang publik yang berfungsi sebagai sarana rekrea si dan berkumpul masyarakat untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat sehingga dapat mengurangi kenakalan remaja. Gambar 1.5. Berita RTH Bantul Sumber : https://www.krjogja.com/ Disebutkan dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sebuah kota harus memberikan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luas kota tersebut, terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat. Di Bantul masih minim dan belum tercapai dengan keten tuan tersebut.
ArsitekturDesainAkhirStudio
8
1.5.2 Permasalahan Khusus
1. Bagaimana merancang tata massa dan bentuk bangunan dengan menerapkan unsur arsitektur Neo Ver
2.nakular?Bagaimana
Pusat
1.5.1 Permasalahan Umum Bagaimana merancang Bantul Exhibition and Cultural Center sebagai pusat pameran dan kebudayaan di Kawasan Kota Bantul dengan pendekatan Neo-Vernakular namun tetap memberikan Ruang Terbuka Hijau?
mengoptimalkan fungsi ruang terbuka hijau namun tetap terintegrasi dengan tata massa ban gunan? 3. Bagaimana merancang tata ruang dengan adaptasi pola ruang yang mampu memberikan fleksibilitas ruang pada lantai 2 bangunan pameran dan galeri?
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pameran dan Kebudayaan Bantul
1.5 Pernyataan Persoalan Perancangan dan Batasan
9Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
1.5.3 Permasalahan Desain Permasalahan desain antara ruang terbuka hijau dengan arsitektur neo vernakular sebagai berikut.
Gambar 1.6. Permasalahan Desain Sumber : Penulis, 2022
1.5.4 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan Bantul Exhibition Center dengan penerapan arsitektur neo vernakular adalah untuk mewadahi kebutuhan ruang bagi pelaku seni dan penikmat budaya maupun masyarakat Kabupaten Bantul. Hal ini adalah upaya pengembangan kebudayaan lokal oleh masyarakat lokal agar dapat melestarikan dan menjaga baik akan kebudayaannya serta mengoptimalkan fungsi RTH di Kawasan Kota Bantul. Per ancangan ini diharapkan dapat mencerminkan kultur Bantul yang berpegang pada potensi yang telah dimiliki Bantul. 1.5.5 Sasaran Perancangan 1. Mengidentifikasi dan menganalisis konsep tata massa dan bentuk bangunan dengan menerapkan unsur arsitektur Neo-Vernakular 2. Mengidentifikasi dan mengoptimalkan fungsi ruang terbuka hijau namun tetap terintegrasi dengan tata massa bangunan.
1) Fungsi Promosi/ Pameran Berfungsi untuk mewadahi pelaku seni, perupa dan masyarakat dalam upaya pengenalan hasil karya seni. Bantul Exhibition Center ini diharapkan sebagai fasilitas kebudayaan baru yang mencerminkan budaya lokal dengan pendekatan Neo-Vernakular.
2) Fungsi Edukasi Berfungsi untuk sarana pendidikan yang dibuka untuk pengunjung agar dapat mempelajari karya seni secara Bantul3)langsung.FungsiLainnyaExhibition
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul10
3. Mengidentifikasi dan menganalisis konsep tata ruang dengan adaptasi pola ruang yang mampu memberi kan fleksibilitas ruang. 1.5.6 Fungsi dan Peranan Bantul Exhibition Center mempunyai beberapa fungsi dan peranan, yaitu :
Center bertujuan sebagai wadah kegiatan lain yang membutuhkan ruang sehingga saat ruang Bantul Exhibition Center sedang tidak digunakan, dapat difungsikan untuk kegiatan lainnya.
11
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Gambar 1.7. Metode Perancangan Sumber : Penulis, 2022 1.6 Metode Perancangan
1.5.7 Batasan Permasalahan Perancangan ini dilakukan melalui pendekatan arsitektur Neo-Vernakular dengan batasan permasa lahan yang ditekankan pada penerapan gagasan perancangan Bantul Exhibition Center meliputi pemilihan tapak, tata massa, tata ruang, orientasi bangunan, kebutuhan ruang, keindahan, dan kontekstual site ban gunan. Hasil yang dikeluarkan merupakan gagasan perancangan Bantul Exhibition Center sebagai sarana pameran, pendidikan, dan ruang terbuka hijau yang terdapat pada Kawasan Kota Bantul sebagai pemenu han kebutuhan ruang arsitektur yang layak untuk mewadahi kegiatan kebudayaan masyarakat di Kabupaten Bantul untuk upaya pelestarian kebudayaan lokal dan pengoptimalan ruang terbuka hijau. Dalam proses desain terdapat proses yang panjang dalam menemukan solusi agar rancangan desain sesuai dengan kajian dan standar yang berlaku. Metode perancangan terbagi beberapa tahap.
2. Mengumpulkan Data
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul12
Proses pengumpulan data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh dari observasi kawasan ek sisting secara langsung meliputi kondisi site dan tata guna lahan. Data Sekunder diperoleh dari kajian-kajian maupun data dari internet berupa gagasan, jurnal-jurnal, dan penelitian.
5. Konsep Konsep adalah hasil rangkuman atau sekumpulan ide gagasan setelah melakukan analisis. Proses kon sep digunakan untuk membuat ide gagasan yang saling berkesinambungan yang digunakan sebagai dasar petunjuk dalam proses desain.
Proses perancangan meliputi bebebrapa tahapan sebagai berikut.
1. Permasalahan Desain Mengidentifikasi permasalahan skala mikro maupun makro dan potensi daerah. Merumuskan masalah yang terdiri dari arsitektural dan non-arsitektural. Menetapkan tujuan dan sasaran untuk mengetahui visi dan misi bangunan rancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul.
3. Menentukan Variabel
Menentukan variabel berdasarkan tema perancangan berupa Neo-Vernakular. Tema ini dipilih sebagai petunjuk dalam merancang dan merumuskan masalah.
4. Menganalisis Desain Menganalisis desain untuk mempermudah dalam menemukan gagasan perancangan yang sesuai dengan tipologi, prinsip, ciri-ciri, tema, dan konteks Bantul. Analisis desain sebagai berikut. 4.1 Analisis Fungsional a. Analisis bentuk dan fasad bangunan b. Analisis tata lansekap c. Analisis tata ruang d. Analisis orientasi dan tata massa e. Analisis data iklim wilayah f. Analisis peraturan bangunan g. Analisis tapak h. Analisis pola kegiatan dan kebutuhan ruang i. Analisis pengguna 4.2 Analisis Tematik a. Analisis prinsip tema b. Analisis ciri-ciri tema c. Analisis unsur-unsur atau karakteristik tema d. Analisis ide desain
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
13
6. Desain Awal
7. Pengujian Desain Pengujian desain dilakukan untuk mengetahui kesesuaian rancangan dengan tolok ukur dan variabel yang sudah ditentukan sebelumnya.
Pada tahap pengembangan desain, evaluasi untuk dapat dikembangkan menjadi rancangan yang memiliki kelengkapan dan kesesuaian terhadap standar yang sudah ditetapkan.
9. Desain Final Desain final merupakan desain akhir yang sudah melewati beberapa tahapan dan pengujian sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Desain final dapat dipresentasikan kepada dosen pembimbing maupun penguji.
Pada desain awal, penulis menentukan konsep dan gagasan ide awal rancangan berupa sketsa-sketsa gagasan yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi desain rancangan digital.
8. Pengembangan Desain
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul14 1.7 Kerangka Berpikir Gambar 1.8. Kerangka Berpikir Sumber : Penulis, 2022
2. Judul : Pendekatan Neo-Vernakular pada Perancangan Taman Budaya Kabupaten Landak
15
Perancangan Kebudayaan
Perbedaan : Perbedaan terletak pada tipologi bangunan, fungsi, isu permasalahan dan lokasi perancangan.
1.8 Keaslian Penulisan Perancangan
Tahun : 2019 Permasalahan : Budaya daerah yang sudah dipengaruhi arus globalisasi. Kurangnya minat dan antusias generasi muda akan pengembangan seni dan budaya di Kabupaten Landak.
Penulis : Muhammad Arif Febriansyah, Suparno, Hari Yuliarso Institusi : Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun : 2021 Permasalahan : Fasilitas kegiatan MICE yang kurang representatif dan kurang menarik sehingga diperlu kan fasilitas yang memadahi. Perbedaan : Perbedaan terletak pada tipologi seni pertunjukkan, fasilitas, isu permasalahan dan lokasi perancangan, Persamaan : Persamaan terletak pada pusat pameran dan pendekatan Neo-Vernakular. Tipologi bangunan berbeda sedikit, namun konteks rancangan sama yaitu mengembangkan potensi daerah yang ada di daerah setempat.
Kalimantan Barat
Pusat Pameran dan
Bantul
Persamaan : Persamaan terletak pada pendekatan Neo-Vernakular. Tipologi bangunan berbeda sedikit, namun konteks rancangan sama yaitu mengembangkan potensi daerah yang ada di daerah setempat.
Bantul Exhibition Center dengan pendekatan Neo-Vernakular sebagai Fasilitas Wisata Budaya dan Identitas Lokal ini belum pernah digunakan oleh penulis manapun. Untuk upaya menghindari kesamaan dalam penulisan pada proses perancangan dan penyusunan laporan perancangan, berikut merupakan per ancangan yang digunakan sebagai acuan referensi.
1. Judul : Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular dalam Konsep Perancangan Pusat Pameran dan Seni Pertunjukkan di Surakarta
Penulis : Iqbal Prasetyo, Dita Ayu Rani Natalia Institusi : Universitas Teknologi Yogyakarta
ArsitekturDesainAkhirStudio
Penulis : Ajeng Auliya Marta, Ofita Purwani, Hardiyati Institusi : Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun : 2020
Persamaan : Persamaan terletak pada pendekatan Neo-Vernakular dan fungsinya sebagai fasilitas wisata budaya. Tipologi bangunan berbeda sedikit, namun konteks rancangan sama yaitu mengembangkan potensi daerah yang ada di daerah setempat.
Pusat
3. Judul : Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular pada Bangunan Fasilitas Budaya dan Hiburan
Perbedaan : Perbedaan terletak pada tipologi bangunan, fungsi, isu permasalahan dan lokasi perancangan. Persamaan : Persamaan terletak pada pendekatan Neo-Vernakular. Tipologi bangunan berbeda sedikit, namun konteks sama yaitu mengembangkan potensi daerah yang ada di daerah setempat.
Permasalahan : Kurangnya fasilitas yang memadahi untuk mewadahi aktifitas masyarakat kelompok seni budaya di Kudus. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ragam kebudayaan Kudus.
Perancangan Pameran dan Kebudayaan Bantul
Penulis : Chaesar Dhiya Fauzan Widi, Luthfi Prayogi Institusi : Universitas Muhammadiyah Jakarta Tahun : 2020 Permasalahan : Nilai-nilai tradisional di Indonesia pada era modern mulai menghilang karena perkembangan zaman dan tergantikan oleh kultur luar yang masuk ke Indonesia. Konsep bangunan mulai berkembang mengikuti zaman.
Perbedaan : Perbedaan terletak pada pusat pameran yang merupakan rancangan penulis, isu permasalahan berbeda sedikit karena penulis mempunyai permasalahan terkait aglomerasi perkotaan dan kurangnya identitas lokal serta lokasi perancangan yang berbeda.
4. Judul : Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Kudus pada Perancangan Pusat Kebudayaan Kudus di Kabupaten Kudus sebagai Fasilitas Wisata Budaya
16
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio17 BAB II. Penelusuran Persoalan Perancangan
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul18
2.1 Kajian Konteks Lokasi 2.1.1 Gambaran Lokasi Site terpilih berada di Jl. Parangtritis 6, Cabean, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kabupaten Bantul, Daer ah Istimewa Yogyakarta 55188. Secara administrasi, Bantul memiliki 17 Kapanewon, 75 Kalurahan, dan 933
Padukuhan dengan batasan wilayah sebelah timur dengan Kabupaten Gunungkidul, di sebelah utara dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, di sebelah barat dengan Kabupaten Kulon Progo, dan di sebelah selatan dengan Samudra Hindia. Gambar 2.1. Peta Lokasi Kabupaten Bantul Sumber : Penulis, 2022 Bantul memiliki luas wilayah 506,85 Km dengan kondisi daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 14º04’50” - 27º50’50” Lintang Selatan dan 110º10’41” - 110º34’40” Bujur Timur. Ber dasarkan klasifikasi wilayah, kalurahan di Kabupaten Bantul dibagi menjadi kalurahan perdesaan (rural area) sebanyak 41 kalurahan dan kalurahan perkotaan (urban area) sebanyak 34 kalurahan.
19Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 2.1.2 Aksesibilitas Akses utama untuk menuju site melalui Jl. Parangtritis 6, Cabean, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kabupaten Bantul. Jalan ini memiliki lebar 9 meter. Adapun jalan sekunder dengan lebar 6 meter. Lokasi site yang terletak dipinggir Jl. Parangtritis 6 sehingga aksesibilitas lebih mudah dan lokasi site yang strategis. Gambar 2.2. Aksesibilitas Site Sumber : Penulis, 2022 Gambar 2.3. Kondisi Aksesibilitas Sumber : Penulis, 2022 010302 01 02 03
2.1.3 Intensitas Site a. Curah Hujan, Kelembapan, Temperatur, dan RadiasiBerikutMatahariadalah
20
iklim mikro site terpilih di Kalurahan Panggungharjo yang merupakan loka si site perancangan.
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Sumber : Weatherbase.com, 2022 Temperatur rata-rata pertahunnya mencapai 27,4oC dan tertinggi mencapai 28oC pada bulan April. Temperatur terendah mencapai 26,6oC pada bulan Juli. Suhu dingin dalam setahun ini 3321,1hari pertahun dengan rata-rata 12,5 jam pertahun dan kemung kinan rata-rata sinar matahari sebesar 58,5%. Curah hujan rata-rata mencapai 1941,8mm pertahunnya dengan curah hujan paling tinggi di bulan Januari. Sedangkan rata-rata kelembapan tertinggi mencapai 83% dan embun 24,3oC den gan kelembapan tertinggi di bulan Maret dan embun tertinggi di bulan Februari hingga April.
ArsitekturDesainAkhirStudio
Tabel 2.2. TemperatureSumber : Weatherbase.com, 2022
Tabel 2.1. Curah Hujan dan Kelembapan
Pusat Pameran
Tabel 2.3. Radiasi
2022 b. SunpathBantul terletak antara 14º04’50” - 27º50’50” Lin tang Selatan dan 110º10’41” - 110º34’40” Bujur Timur sehingga dipillih waktu-waktu seperti pada 21 Maret, 21 Juni, 21 September, dan 21 Desember dengan kisaran pukul 14.00 WIB. Sun Path Bantul dapat dilihat sebagai berikut.
Perancangan dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Radiasi panas matahari yang memiliki glob al, diffuse, reflected, dan direct dengan rata-rata masing-masing global mencapai 17,3Mj/m2, diffuse mencapai 7,5Mj/m2, reflected mencapai 17,5Mj/m2, direct mencapai 14,7Mj/m2 (Mj = 160km/h).
21
Gambar 2.4. Sunpath 21 Maret Sumber : Andrewmarsh.com, 2022
SumberMatahari:Weatherbase.com,
Gambar 2.5. Sunpath 21 Juni Sumber : Andrewmarsh.com, 2022 Pada tanggal 21 Maret dengan Azimuth -77,91o atau 55,68o dengan Latitiude -7,86o dan berada di ten gah garis peredaran matahari (tegak lurus).
Pada tanggal 21 Juni dengan Azimuth -46,57o atau 43,73o dengan Latitiude -7,86o dan berada di ut ara garis peredaran matahari (jarak terjauh sisi utara).
2.1.4 Wind Rose
Gambar 2.7. Sunpath 21 Desember Sumber : Andrewmarsh.com, 2022 Pada tanggal 21 September dengan Azimuth -118,53o atau 52,26o dengan Latitiude -7,86o dan berada di selatan garis peredaran matahari (jarak terjauh sisi selatan).
Gambar 2.6. Sunpath 21 September Sumber : Andrewmarsh.com, 2022 Pada tanggal 21 September dengan Azimuth -78,66o atau 52,01o dengan Latitiude -7,86o dan berada di tengah garis peredaran matahari (tegak lurus).
Gambar 2.8. Plotting Windrose pada Site Kawasan Sumber : Studio Mapbox dimodifikasi Penulis, 2022
Hembusan angin rata-rata pertahunnya mencapai 10.5km/h dan tertinggi mencapai 13km/h pada bulan September. Hembusan angin terendah mencapai 8,6km/h pada bulan April. Tabel 2.4. Angin Sumber : Weatherbase.com, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul22
pemukiman
23Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
2.1.5 Rekayasa Site Site memiliki lahan yang luas yang belum terbangun dengan luasan 1,72 hektar. Sisi Utara site dibatasi oleh pemukiman warga dan perdagangan/jasa, sisi Timur site dibatasi oleh lahan perkebunan dan warga, sisi Selatan site dibatasi oleh Kantor Pos Sewon dan Restoran Numani, dan sisi Barat site dibatasi oleh Jalan Parangtritis, permukiman warga dan perdagangan/jasa. Gambar 2.9. Visual Sekitar Site Sumber : Penulis, 2022
2. Koefisien Lantai Bangunan a. ketinggian bangunan rendah (bangunan bertingkat maksimum 4 lantai (KLB maksimum = 4 x KDB)) b. tinggi puncak bangunan maksimum 20 meter dan minimum 12 meter dari lantai dasar.
4. Sempadan Samping Bangunan a. bangunan deret sampai dengan ketinggian 3 lantai dapat berimpit. b. bangunan tunggal tidak bertingkat dapat berimpit atau bila berjarak minimal 1,5 meter.
2.1.6 Regulasi Bangunan Kawasan Menurut Perda Kabupaten Bantul No. 33 Tahun 2008 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Sewon sebagai berikut.
1. Koefisien Dasar Bangunan a. tinggi (50% - 75%) b. menengah (20% - 50%) c. rendah (5% - 20%) d. sangat rendah (< 5%).
Pusat Pameran
3. Sempadan Muka Bangunan a. jalan kolektor primer minimal 15 meter. b. jalan lokal primer minimal 10 meter.
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan dan
Kebudayaan Bantul24
11. Tata letak, detail, struktur, dan ornamen Neo-Vernakular mempunyai perbedaan pada ideologi, prinsip, dan ide desain dengan arsitektur tr adisional dan vernakular. Berikut tinjauan arsitektur Neo-Vernakular.
Berikut adalah prinsip-prinsip Neo-Vernakular. 2.2.2 Prinsip Desain Neo-Vernakular Gambar 2.10. Prinsip Desain Neo-Vernakular Sumber : https://www.arsitur.com/ Menurut Arsitur Studio yang dikutip dari Charles Jencks dalam bukunya “Language of Post-Modern Architecture” ciri-ciri Neo-Vernakular sebagai berikut. 1. Menggunakan jenis atap bumbungan 2. Elemen konstruksi lokal seperti batu bata 3. Bentuk tradisional yang ramah lingkungan 4. Menggunakan elemen-elemen yang modern 5. Menggunakan warna kuat dan kontras 6. Menggunakan atap miring 2.2.3 Ciri-Ciri Neo-Vernakular
Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post Modern yang la hir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsional isme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri (Studio et al., 2020).
2.2 Pengertian Neo-Vernakular
Kajian Tema Perancangan 2.2.1
Arsitektur
7. Menggunakan material lokal batu bata 8. Susunan masa yang indah 9. Menerapkan budaya setempat
2.2.4 Tinjauan Neo-Vernakular
25Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
10. Mempertimbangkan iklim sekitar
Tabel 2.5. Perbandingan Arsitektur dengan Neo-Vernakular Sumber : https://www.scribd.com/doc/
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul26
2.2.6 Pengertian Arsitektur Modern (Neo) Arsitektur modern merupakan bangunan yang memiliki gaya sederhana dengan penekanan fungsi pada elemen-elemen dan bentuk ornamen hias yang dikurangi. Arsitektur modern adalah arsitektur ada setelah arsitektur klasik. Arsitektur modern lebih men gutamakan pada penekanan fungsionalitas bangunan tersebut.
2.2.8 Ciri-Ciri Arsitektur Modern Arsitektur modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
2.2.5 Kesimpulan Arsitektur Neo-Vernakular Kesimpulan Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut. Tabel 2.6. Skema Penerapan Pendekatan Arsitektur Vernakular Sumber : Penulis, 2022
Gambar 2.11. Prinsip Desain Arsitektur Modern Sumber : https://www.arsitur.com/ Gambar 2.12. Ciri-Ciri Arsitektur Modern Sumber : https://www.arsitur.com/
2.2.7 Prinsip Arsitektur Modern Prinsip-prinsip arsitektur modern sebagai berikut.
27Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio Arsitektur modern memiliki karakteristik sebagai berikut. 2.2.9 Karakteristik Arsitektur GambarModern2.13. Karakteristik Arsitektur Modern Sumber : https://www.arsitur.com/
1. Kemanusiaan merupakan aktifitas festival yang ber tujuan untuk pengembangan, pelestarian, pelatihan dari hasil karya budaya masyarakat.
2.3 Kajian Fungsi Bangunan Kebudayaan adalah cara berkehidupan yang berkembang dan dilakukan bersama oleh sebuah kelompok masyarakat untuk diwariskan ke genera si berikutnya. Kebudayaan terbentuk dari beberapa unsur seperti politik, adat istiadat, agama, bahasa, dan karya seni. Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat sebagai berikut.
2. Sosial sebagai sarana kegiatan sosial seperti hasil penjualan tiket, hasil penjualan produk seni dapat di sumbangkan untuk kegiatan sosial.
3. Mengumpulkan Informasi sebagai sarana mengum pulkan informasi dan memahami produk-produk karya seni yang sedang berkembang.
Unsur-Unsur Kebudayaan Sumber : https://www.academia.edu/ dimodifikasi Penulis, 2022 2.3.2 Kesenian Seni atau kesenian adalah cara mengekspresikan rasa keindahan, ide-ide, gagasan, norma, dan nilai dari manusia yang diwujudkan dengan ide, aktifitas, dan benda secara kreatif. Kesenian memi liki fungsi sebagai media kepercayaan, pendidikan, informasi, dan hiburan. Adapun jenis-jenis seni yaitu musik, tari, rupa, drama/teater, dan sastra.
4. Komersial merupakan aktifitas pameran yang bertu juan menarik pengunjung untuk membeli produk karya seni yang dipamerkan sehingga penyelenggara dapat memperoleh keuntungan.
2.3.3 Pameran Seni Rupa Pameran adalah program yang diadakan se bagai fasilitas untuk mempresentasikan gagasan dan gambaran pada masyarakat dalam berbagai rupa, seperti pendidikan, kultur, dan produk seni. Sederhananya, festival merupakan bentuk program mema merkan karya seni dari pencipta atau organisasi untuk mempresentasikan produk-produknya kepada konsu men (Nugraha,Pameran2022).jugasebagai wadah untuk menampilkan ide dalam bentuk sebuah karya. Dengan adanya festival, para penggerak seni bisa mengutarakan ga gasan dan pesan yang ingin disampaikan untuk mas yarakat luas. Di samping itu, tersedia beberapa macam festival yang biasa digelar, baik di ruang tertutup maupun terbuka.
2.3.1 KebudayaanGambar2.13.
2.3.4 Tujuan Pameran Seni Rupa Tujuan pameran seni rupa sebagai berikut.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul28
2.3.5 Fungsi Pameran Seni Rupa
2. Pameran Permanen Pameran permanen yaitu festival karya seni yang diadakan secara terbuka dan bersifat tetap serta ter us-menerus.
Pameran terbuka adalah festival karya seni yang beroperasi di ruang terbuka. Pameran ini bi asanya tidak permanen dan hanya bersifat semen Jenistara. jenis pameran berdasarkan sifatnya sebagai berikut.
29Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Pameran rutin yaitu festival karya seni yang diadakan dalam kurun waktu tertentu. Pameran ini bersifat tetap dan berkelanjutan.
Gambar 2.14. Fungsi Pameran Seni Rupa Sumber : https://accurate.id/ dimodifikasi Penulis, 2022 2.3.7 Fungsi Bangunan 1. Pameran dan Galeri Seni Galeri merupakan fasilitas belajar yang menyaji kan objek kebudayaan yang ditampilkan secara visual tentang keanekaragaman budaya setempat. Tujuan utamanya adalah mampu menunjukkan hasil karya seni kepada masyarakat umum dan terdapat akses untuk belajar. Galeri seni dibedakan menjadi galeri tetap dan galeri temporer.Galeridapat berperan sebagai ajang mempro mosikan objek kebudayaan tertentu. Hal ini bertujuan untuk menampilkan dan menunjukkan hasil karya seni kepada masyarakat untuk memperkenalkan, belajar, dan melestarikan objek kebudayaan tertentu. Kriteria persyaratan ruang ditentukan oleh ob jeknya, ukuran, jenis, koleksi, dan metode penampilann ya. Ruang yang diperlukan seperti : a. Pameran b. Auditorium c. Serbaguna d. Perpustakaan e. Toko f. h.g.SeminarKonferensiKafePedoman dasar dalam mendesain galeri seni adalah dinding dan lantai. Dinding adalah permukaan yang menerus dan tidak terputus dengan material yang mudah dalam perawatan dan pemasangan.
1. Pameran Tertutup
Pameran seni rupa memiliki fungsi sebagai berikut.
2. Pameran Terbuka
Pameran tertutup adalah macam festival yang beroperasi di dalam ruangan suatu auditorium. Biasanya, tersedia auditorium terpisah yang biasa digunakan untuk menyelenggarakan festival, seperti auditorium museum, gedung kesenian, atau taman budaya.
1. Pameran Rutin
2.3.6 Jenis-Jenis Pameran Seni Rupa Jenis jenis pameran berdasarkan tempatnya se bagai berikut.
Sistem penghawaan ruang seperti suhu dalam ruang dan kontrol kelembapan ruang menjadi aspek penting dalam menjaga keawetan karya seni yang ditampilkan. Persyaratan suhu dalam ruang yang di anjurkan tidak melebihi 19oC. Hal ini untuk mengurangi adanya pembusukan kimia dan biologis jamur. Adapun standar kelembapan yang dianjurkan pada pameran yaitu 45-60% RH. Ada 3 sistem pencahayaan sebagai berikut. a. Pencahayaan area kerja selama instalasi, pembersi han, perawatan, pembongkaran, dan keamanan b. Pencahayaan darurat c. Pencahayaan pada display Rekomendasi tata pencahayaan pada galeri/pameran sebagai berikut. (lux) 200,
Gambar 2.16. Teknik Pencahayaan pada Display
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul30
Dalam mendesain galeri ataupun pameran, tata cara display merupakan hal terpenting da lam menampilkan objek kebudayaan. Faktor dalam menampilkan objek kebudayaan adalah tata penca hayaan dan penghawaan yang baik. Tampilan infor masi seperti penjelasan singkat, grafik, tanda, judul, label, objek, dan panel informasi serta keamanan objek sangat emengaruhi dalam proses pameran. Berikut ragam variasi display akses.
Sumber : Hall, M. (1987) On Display: A Design Grammar, Lund Humphries Publishers Ltd, London dalam Nisaaul M
1. Kantor 300 [suasana] dan 500 [bekerja] 2. Teater 300 [area duduk] dan 600 [stage] 3. Ruang pameran 500/300/100 4. Workshop 200/500/750 5. Sirkulasi
Gambar 2.15. Ragam Display
toko 600, toilet 150
ArsitekturDesainAkhirStudio
Sumber : Hall, M. (1987) On Display: A Design Grammar, Lund Humphries Publishers Ltd, London dalam Nisaaul M
31Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
4. Lampu Latar Pelumas berpendar di belakang bahan yang menyebar, biasanya opal Perspex, tabung harus ditem patkan secara merata, agak jauh dari diffuser, idealnya dilengkapi dengan peredup untuk mengontrol kecera han
5. Lampu Strip [fluorescent atau tungsten]
Dipasang pada ujung rak di dalam kasus, men erangi baik di atas maupun di bawah rak; hanya bisa digunakan untuk objek tanpa risiko konservasi
6. Lampu Fluorescent Panel casing belakang fascia (tanpa panel difusi memisahkan cahaya dari interior case), sudut pandang harus dihitung untuk menghindari silau dari sumber ca haya
Kotak lampu dipisahkan dari interior casing dengan kaca yang menyebar atau kisi-kisi (dengan panel kaca bening tidak termasuk debu), berpendar bahkan, cahaya yang terdistribusi dengan baik, atau tungsten, untuk penyorotan, dapat diakomodasi
7. Pencahayaan Vertikal Tabung fluorescent tipis yang dipasang di sudut casing, membentuk kolom cahaya; casing dinding jauh yang cocok dengan sisi kokoh Tata pencahayaan pada galeri atau pam eran sangatlah penting. Pencahayaan yang tidak memenuhi standar akan menyebabkan ketidakn yamanan seperti terlalu redup maupun silau. Hal ini sangat dihindari dalam desain selubung bangunan dengan orientasi jendela, lampu, alat peneduh, dif fuser, overhang dsb. Seperti halnya pada pameran yang menggunakan etalase atau pelindung berba han kaca ini dapat berpotensi menimbulkan silau. Adapun tata pencahayaan pada display sebagai berikut.
Gambar 2.17. Kasus Pencahayaan pada Display
ArsitekturDesainAkhirStudio
Sumber : Hall, M. (1987) On Display: A Design Grammar, Lund Humphries Publishers Ltd, London dalam Nisaaul M
2. Pencahayaan Integral
Penjelasan : 1. Pencahayaan Eksternal Melalui kaca, tetapi panas dapat menumpuk kecuali dingin dari sumber cahaya yang digunakan, benda dapat menghasilkan bayangan saat diterangi oleh ca haya miring dan kemungkinan masalah silau.
3. Pencahayaan Atas Bawah Untuk mengurangi efek bayangan dan untuk menerangi bagian bawah objek; sumber cahaya harus bertopeng, biasanya dengan kisi-kisi
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul32 8. Kolom Fluorescent Diatur di belakang hak atas case, mungkin solusi pencahayaan jauh dalam kasus dinding lama 9. Pencahayaan Samping Kisi-kisi penting untuk menutupi tabung fluo rescent, perhitungan akurat dari penyebaran cahaya diperlukan untuk memastikan pemerataan iluminasi pada panel belakang casing
ArsitekturDesainAkhirStudio
Ruang ambien diterangi dengan pencahayaan 300 lux namun tidak boleh melebihinya karena dap at menyebabkan silau dan refleksi. Untuk mengurangi pantulan cahaya, sumber cahaya harus dihindarkan dari area yang dilihat oleh reflektansi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.
10. Pencahayaan Casing Internal Lightbox ramping untuk lampu neon miniatur atau lampu pijar, kecerahan pada tingkat mata harus hati-hati dikendalikan, kabel ke lightbox, ditem patkan di pojok casing, mungkin mengganggu
Gambar 2.18. Sudut Pandang Mata Manusia ke Objek Sumber : Hall, M. (1987) On Display: A Design Grammar, Lund Humphries Publishers Ltd, London dalam Nisaaul M Adapun masalah saat pengunjung berad aptasi pada ruangan disaat pengunjung bergerak sehingga menimbulkan kontras, maka pertahankan standar pencahayaan dibawah 300 lux.
Gambar 2.19. Sudut Refleksi Sumber : Mark Major, 1994 dalam Nisaaul M, 2021
Sumber : Pickard, Quentin 2002 dalam Nisaaul M, 2021 3. Panggung a. Main Stage - Panggung Open Stage Panggung terbuka memiliki kinerja yang berada pada tingkatan lantai dan dikelilingi oleh penonton. Ben tuk panggung yang bervariasi antara lain : + Bulat atau oval + Setengah, sebagian, dan terbuka penuh + Persegi panjang, persegi, atau poligonal
33Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
2.
ArsitekturDesainAkhirStudio Teater
Gambar 2.20. Diagram Organisasi Ruang Teater
Gambar 2.21. Panggung Open Stage
Sumber : Pickard, Quentin 2002 dalam Nisaaul M, 2021 - Panggung Proscenium Bentuk panggung yang fleksibel dan memiliki fungsi serba guna dengan bukaan yang memisahkan area pertunjukkan dari penonton dan membagi area backstage.
Gambar 2.22. Panggung Proscenium
Gambar 2.23. Panggung Arena Sumber : Pickard, Quentin 2002 dalam Nisaaul M, 2021 4. Ruang Penonton Sumber : Data Arsitek 2 Ham (1987) menjelaskan, bahwa jika memba has ruang penonton tentu terkait dengan kapasitas kursi yang dapat disediakan pada ruang pertunjukan. a. Kecil kurang dari : 500 kursi b. Sedang : 500-900 kursi c. Besar : 900-1500 kursi d. Sangat Besar lebih dari : 1500 kursi Jenis panggung menurut Ham (1987) sebagi berikut. a. 360o Encirclement
Gambar 2.24. 360o Encirclement Sumber : Ham, 1987 dalam Nisaaul M, 2021
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul34 - PanggungPanggungArenaarena memiliki kedekatan antara pemain dan penonton yang dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi eksklusif pada saat pemen tasan yang menjadi daya tarik spesial.
Sumber : Pickard, Quentin 2002 dalam Nisaaul M, 2021 - Panggung Thrust Bentuk panggung yang fleksibel dan memiliki fungsi serba guna dengan bukaan yang memisah kan area pertunjukkan dari penonton dan membagi area backstage namun panggung lebih menjorok ke area penonton. Bentuknya bervariasi antara lain : + Seperempat lingkaran atau oval + Persegi panjang atau persegi + Panjang dan tipis di kedua sisinya
5. Persyaratan Ketinggian batas mata: 1120 ± lOOmm
Gambar 2.28. Typical Seated Spectator Sumber : Pickard, Quentin 2002 dalam Nisaaul M, 2021
Gambar 2.27. Zero Encirclement Sumber : Ham, 1987 dalam Nisaaul M, 2021
Gambar 2.26. Transverse Stage Sumber : Ham, 1987 dalam Nisaaul M, 2021
b. 210o - 220o Encirclement
Gambar 2.29. Ukuran Kursi Sumber : Data Arsitek 2
35Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Tread of seating tier (row spacing) T: 800-1150mm
Gambar 2.25. 210o - 220o Encirclement Sumber : Ham, 1987 dalam Nisaaul M, 2021
c. Transverse Stage
Head clearance: C1 = 60mm minimum (view between heads in front) C2 = 120mm (reasonable viewing standards)
ArsitekturDesainAkhirStudio
d. Zero Encirclement
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul36 Ukuran dan Layout Kursi Gambar 2.30. Ukuran dan Layout Kursi Sumber : Data Arsitek 2
2. BentukSerangkaianLinier
Sebuah bentuk linier dapat dikedepankan atau menegaskan tepi sebuah ruang eksterior atau pun mene gaskan sebidang akses masuk ke dalam ruang di be lakangnya. Sebuah bentuk linier dapat dimanipulasi untuk menutup sebagai yang ruang.
2.3.8 Bentuk Bentuk Aditif Bentuk-bentuk aditif yang dihasilkan dari penambahan elemen-elemen yang terpisah dapat dikenali melalui kemampuan mereka tumbuh dan menyatu dengan bentuk-bentuk lainnya.
Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com
Gambar 2.33. Bentuk Linier dapat dilengkungkan Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com
sekunder yang dikelompok kan terhadap sebuah bentuk berinduk pusat, domi nan. Bentuk-bentuk terpusat membutuhkan dominasi visual sebuah bentuk yang teratur secara geometris, dan diletakkan secara terpusat, seperti bola, kerucut, atau tabung. Bentuk ini ideal dalam perannya se bagai struktur-struktur yang berdiri sendiri yang te risolir didalam lingkungannya, mendominasi sebuah titik didalam ruang.
ArsitekturDesainAkhirStudio
1. BentukSejumlahTerpusatbentuk
Gambar 2.31. Bentuk Terpusat Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com
bentuk yang tersusun secara berurutan di dalam sebuah baris. Sebuah bentuk linier dapat dihasilkan dari suatu perubahan propor sional di dalam sebuah dimensi bentuk ataupun pe nataan serangkaian bentuk yang terpisah di sepan jang sebuah garis pada hasil yang terakhir rangkaian bentuk ini bisa bersifat mengulang atau tidak serupa serta di atur oleh sebuah elemen nyata yang terpisah seperti dinding atau jalur setapak.
Gambar 2.32. Bentuk Linier
Sebuah bentuk linier dapat disegmentasikan atau dilengkungkan untuk menanggapi topografi vegetasi pemandangan atau fitur-fitur lain dari sebuah tapak
37Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Gambar 2.34. Bentuk Linier dalam Ruang Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com
3. BentukSuatuRadialkomposisi dari bentuk-bentuk linier yang memanjang keluar dari sebuah bentuk pusat dalam cara radial (arah jari-jari). Sebuah bentuk Radial ter diri dari bentuk-bentuk linier yang memanjang keluar dari sebuah elemen inti yang terletak di tengah dengan cara menyebar dari pusat. Bentuk ini mengombinasikan aspek-aspek kepusatan serta linieritas ke dalam sebuah komposisi tunggal.
Gambar 2.35. Bentuk Linier dalam Ruang bentuk Sekunder Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com
Gambar 2.36. Bentuk Radial Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com Inti ini bisa menjadi pusat simbolis maupun fung sional dari organisasi. Posisinya yang terpusat dapat ditegaskan melalui sebuah bentuk yang dominan se cara visual atau ia dapat digabungkan dan menjadi bentuk sekunder terhadap lengan-lengannya yang menyebar.Lengan-lengan yang tersebar ini yang memiliki sifat serupa dengan bentuk linier memberi sifat seru pa dengan bentuk linier, memberi sifat terbukaan terh adap sebuah bentuk radial. Mereka dapat menggapai keluar dan dihubungkan atau menempelkan dirinya sendiri pada fitur-fitur spesifik sebuah tapak. Mere ka dapat mengekspos permukaan panjangnya sesuai dengan kondisi matahari, angin atau ruang yang di inginkan. Bentuk-bentuk Radial dapat tumbuh menjadi sebuah jaringan titik pusat yang dihubungkan oleh len gan-lengan linear.
Sebuah bentuk linier dapat diorientasikan secara vertikal sebagai sebuah elemen dulangan un tuk mendapatkan atau menegaskan sebuah titik di dalam ruang. Sebuah bentuk linier dapat berfungsi sebagai suatu elemen pengatur yang dapat ditem peli oleh berbagai bentuk sekunder.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul38
Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com Sebuah organisasi terklaster juga dapat terdi ri dari bentuk-bentuk yang umumnya setara aalam ukuran, fungsi, dan bentuk dasamya Bentuk-bentuk ini d’atur secara visual ke dalam sebuah organisasi non hirarkis logis, tidak hanya karena keberdekatan nya satu sana lain. namun juga olch kesamaan si fat-sifat visualnya.
Dengan mempertimbangkan fleksibilitasnya. organ isasi bentuk tersebar dapat diatur dalam cara berikut ini : a. Mereka dapat ditempelkan sebagal tambahan se kunder terhadap sebuah bentuk atau ruang induk
Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com Jika organisasi terpusat memiliki suatu dasar geometris yang kuat untuk mengatur bentuk-ben tuknya, maka organisasi tersebar (klaster) menge lompokkan bentuk-bentuknya menurut kebutuhan ukuran, bentuk dasar, atau keberdekatannya. Meski pun kurang dalam hal keteraturan geometris dan sifat. Introvert bentuk-bentuk yang terpusat, sebuah organisasi tersebar cukup fleksibel dalam menyatu kan bentuk-bentuk dengan berbagai macam ukuran, bentuk dasar, dan orientasi ke dalam strukturnya.
39Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
3. BentukSuatuTerklasterkoleksi
Gambar 2.38. Macam-Macam Bentuk Terklaster
Gambar 2.37. Bentuk Terklaster
Organisasi sebuah bentuk radial dapat dilihat dan dirasakan melalui pandangan dari udara. Ketika dilihat dari level lantai dasar, elemen inti sentralnya mungkin tidak begitu terlihat jelasdan pola menyebar dari lengan-lengan liniernya mungkin sulit dirasakan atau terdistorsi akibat efek memendek yang ditim bulkan oleh perspektif
bentuk yang digabungkan bersama oleh keberdekatan atau kesamaan dalam pembagian karakter visualnya. yang lebih besar. b. Mereka dapat dihubungkan oleh keberdekatan Semata untuk menekankan dan mengekspresikan volumenya sebagai obyek-obyek individual. c. Mereka dapat saling mengunci volumenya dan menyatu ke dalam sebuah bentuk tunggal yang memiliki beragam wajah.
Gambar 2.41. Bentuk Grid Kubus
Banyak contoh bentuk hurian berklaster yang dapat ditemukan di dalam arsitektur vernakuler pada budaya yang beragam. Meskipun setiap budaya menghasilkan sebuah gaya unik dalam menanggapi faktor iklim, teknis, dan sosial budaya yang berbe da, namun organisasi hunian berklaster ini biasanya dipertahankan oleh individualitas setiap unit dan dengan tingkat yang cukup bervariasi di dalam kon teks terhadap suatu kesatuan yang teratur. Bentuk vernakular dan bentuk yang terklaster dapat langsung ditransformasikan ke dalam komposisi yang moduler teratur secara geometris, yang terkait pada organisasi jejaring dan bentuk. Gambar 2.39. Organisasi Terklaster
Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul40
Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com
Grid yang paling umum ditemui didasarkan pada bentuk geometris bujur sangkar. Karena kesamaan dimensi dan simetri bilateralnya. sebuah grid bujursang kar pada hakekatnya adalah non hirarkis dan memiliki dua arah la dapat digunakan untuk mendobrak skala suatu permukaan turun menjadi unit-unit yang dapat diukur serta memberikan suatu tekstur yang setara. la dapat digunakan untuk membungkus beberapa per mukaan bentuk dan kemudian menyatukan mereka melalui geometrinya yang berulang dan menyebar ke mana-mana.Gridbujur sangkar, jika diproyeksikan ke dalam dimensi ketiga, akan menghasilkan sebuah jaringan spasial titik dan garis referensi. Di dalam kerangka ker ja moduler inilah, berapapun jumlan bentuk dan ruang nya, akan dapat diatur secara visual.
Sumber : Francis D.K. Ching edisi 3 dari academia.com 5. BentukSeperangkatGrid bentuk modular yang dihubu ngkan serta diatur oleh suatu jaring tiga dimension al. Grid merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua perangkat atau lebih garis sejajar yang berja rak teratur satu sama lain, la menciptakan suatu pola geometris titik-titik berjarak teratur pada per temuan-pertemuan garis grid dan bidang-bidang yang dibentuk teratur oleh garis-garis grid itu sendi ri.
Gambar 2.40. Bentuk Grid
Gambar 2.43. Tata Ruang Rumah Jawa Sumber : Penulis, 2022 b. Orientasi Ruang Rumah Jawa di wilayah Surakarta dan Yogyakar ta mempunyai orientasi arah rumah ke Selatan. Orien tasi arah hadap menurut kultur yang berasal dari ke percayaan setempat pada Nyai Roro Kidul yang tinggal di Laut Selatan. Namun, semakin jauh dari pusat kota tersebut, kultur ini semakin ditinggalkan. c. Konfigurasi Ruang Ada tiga bagian dalam sistem rumah Jawa. Per tama adalah aula pertemuan yang disebut pendhapa. Kedua adalah aula tengah yang disebut pringgitan dan ketiga adalah aula belakang (dalem) yang berfungsi se bagai aula keluarga.
2.3.9 Arsitektur Jawa Rumah Jawa merupakan rumah yang ter buat dari kayu jati. Atap rumah berbentuk macammacam (Gambar 19), seperti atap piramida yang mengacu pada bentuk gunung. Joglo terdiri dari 2 kata yaitu tajug dan loro dan memiliki makna perpaduan dua tajug. Atap rumah Jawa memiliki bentuk dengan filosofi gunung. Masyarakat Jawa memiliki kepercayaan bahwa gunung adalah tem pat yang sakral karena gunung dipercaya merupakan tempat tinggal para leluhur (Kurnia Prasetyo et al., 2022).
Gambar 2.42. Rumah Tradisional Jawa Sumber : ruangarsitek.id a. Ruang Konsep ruang dalam rumah Jawa berbeda dengan konsep ruang tradisi Barat menurut ar sitektur Jawa. Rumah bagi orang Jawa merupa kan tempat tinggal dengan konsep ruang bentuk kurang relevan dengan pengertian rumah Jawa. Pengertian rumah Jawa dapat terlihat pada bagian rumah orang Jawa.
41Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
ArsitekturDesainAkhirStudio
42
Tabel 2.7. Kategori Atap Jawa dan Perbedaan Masing-Masing Bentuk Sumber : https://eprosiding.idbbali.ac.id/
Perancangan dan Kebudayaan Bantul
Bentuk atap rumah Jawa dapat diklasifikasi kan menjadi lima bentuk dasar atap tradisional Jawa, kemudian berkembang menjadi beraneka jenis dan variasinya. Berikut perbedaan bentuk atap tradisional Jawa. Gambar 2.44. Bentuk Atap Rumah Jawa Sumber : https://www.academia.edu/ d. Filosofi Bentuk Atap Masyarakat Jawa berusaha untuk menjaga keseimbangan dan keharmonian alamnya sehing ga bentuk dari bangunan Jawa terinterpretasi dari lingkungan sekitar. Bentuk atap Jawa mempunyai filosofi yang didasari dari interpretasi gunung yang diwujudkan dalam bentuk atap tajug dan kemudian dikembangkan menjadi beberapa bentukan atap. e. Tipologi Atap Berikut merupakan bentuk-bentuk atap rumah Jawa. Dalam hal ini, tipologi merupakan hasil elaborasi karakteristik arsitektur, yang tersusun dari berbagai unsur kultural lokal dan luar yang spesifik dalam suatu struktur klasifikasi, baik secara klasifika si fungsi, geometrik, maupun langgam/gaya.
Pusat Pameran
Sumber : Data Arsitek 1
d. Fleksibilitas Ruang Perkotaan Multifungsi Ruang yang diuntungkan kemampuan dengan kualitas ini dikenal sebagai ruang multifungsi. Multi fungsi atau performa keserbagunaan dianggap sebagai fitur penting dari ruang perkotaan fleksibel yang berusaha untuk membuat berbagai pilihan dalam menggu nakan ruang oleh warga.
43Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Gambar 2.45. Tipologi ruang Fleksibel dari Perspektif Pena dan Parshall Sumber : https://www.academia.edu/
c. Konsep Fleksibilitas Ruang Berikut adalah tabel konsep fleksibilitas ruang. Tabel 2.8. Konsep Fleksibilitas Ruang Sumber : https://123dok.com/article/ 2.3.10 Fleksibilitas Ruang a. Pengertian Fleksibilitas ruang merupakan kemampuan ruang dalam beradaptasi dengan cepat dan mudah, selain itu fleksibilitas ruang yang bersifat lentur dan luwes sehingga ruang tersebut tidak perlu usaha yang terlalu besar untuk dapat menyesuaikan terhadap ke giatan yang diwadahi dan keadaan yang ada. Fleksi bilitas ruang merupakan konsep ruang yang berkemu ngkinan dapat berubah menjadi beragam fungsi. b. Jenis Fleksibilitas di Ruang Perkotaan Ruang perkotaan telah digambarkan dalam konteks perkotaan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat seperti alun-alun, jalan setapak, masjid, dan pasar. Ada ruang di mana tiga jenis fleksibilitas dapat ditemukan. Klasifikasi ini diadopsi dari perspektif William M. Pena dan Steven A. Parshall ten tang masalah fleksibilitas yang dibahas dalam buku mereka yang berjudul “Problem Seeking, An Architec turalProgrammingPrimer” yang mencakup multifungsi, konvertibilitas dalam ruangan ruang, dan keluasan ke luar ruangan (Pena & Parshall, 2012: 84). Ditekan kan bahwa ketiga jenis ini bersama-sama dapat men capai fleksibilitas dalam makna lengkapnya, dan mas ing-masing saja tidak dapat digantikan oleh konsep fleksibilitas.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul44 f. Fleksibilitas
Gambar 2.46. Elemen dan Rentang Perubahan untuk Jenis Ruang Perko taan yang Fleksibel Sumber : Pena & Parshall, 2012: 84 dalam Esteghlal, 2016 William Wayne Caudill, bentuk dan ruang adalah bukan arsitektur. Arsitektur terjadi hanya bila seseorang sedang mengalami atau menikmati bentuk dan ruang tersebut (Architecture by Team, 1971). Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil satu kesimpulan mengenai arsitek tur, adalah ruang, massa dan manusia merupakan bagi an dalam sebuah karya arsitektur.
Ruang Perkotaan Ekspansibilitas Ekspansibilitas mencoba mempertimbang kan perubahan luar ruangan di ruang perkotaan, yang mengarah pada ekspansi sesuai dengan kin erja, struktur dan ruang, sehingga membantu warga memiliki lebih banyak pilihan.
Bentuk dan Ruang Bukanlah Arsitektur Arsitektur hanya terjadi ketika ada seseorang untuk mengalaminya e. Fleksibilitas Ruang Perkotaan Konvertibilitas Konvertibilitas terjadi di ruang perkotaan ketika ruang ini mampu memasukkan kinerja yang berbeda terhadap perubahan di dalamnya dan be radaptasi dengan kondisi baru. Perlu dicatat bah wa perubahan yang terjadi pada tipe dan ruang ini diciptakan oleh elemen spasial dan terjadi tanpa perubahan dimensi total ruang perkotaan seperti perubahan karakteristik dan struktur, elemen mikro dan kombinasi ruang. Gagasannya adalah bahwa tipe ini terjadi di ruang baru untuk batas menjadi variabel, elemen, furnitur ruang, kemungkinan untuk menambahkan atau mengurangi elemen lain, dankombinasinya.Variabel aktivitas, tempat, dan orang dapat dianggap sebagai fleksibilitas semacam ini, ruang yang fleksibel dapat dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan secara bersamaan dan juga untuk satu pertunjukan di berbagai waktu dan di tempat yang berbeda oleh orang-orang dari berbagai usia, jenis kelamin, dan budaya. Benar-benar, harus dinyatakan bahwa perkotaan multifungsi dan keserbagu naan ruang diasumsikan sebagai cara paling efek tif dan mendasar untuk meningkatkan fleksibilitas ruang perkotaan.
Ekspansi terjadi di ruang perkotaan dapat dicapai secara horizontal dan vertikal. Penampilan mobil di ruang perkotaan atau peningkatan pengguna ruang perkotaan dapat membuat kebutuhan baru untuk yang ekspansibil itasnya dapat, tanpa diragukan lagi, memberikan solusi.
Pola batik nitik merupakan salah satu motif batik yang dikembangkan oleh masyarakat Desa Wonokromo, Pleret hingga kini pola batik nitik ini banyak di kembangkan di daerah bantul tepatnya di Desa Kembangsongo dan sekitarnya. Pola batik memiliki latar belakang dari alam seperti perpadu an batik bertema bunga seperti kembang kentang, sekar kemuning, sekar randu, kantil, kenanga, pace, waru, ceprek dan lainya.
ArsitekturDesainAkhirStudio
Kegiatan Pameran dan Kebudayaan Kegiatan pameran dan kebudayaan di antaran ya adalah kerajinan gerabah Kasongan, batik nitik Ban tul, dan kesenian Jathilan 1. Kerajinan Gerabah Kasongan Desa Wisata Kasongan terletak di pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa wisata ini menjadi sa lah satu simbol wisata bagi Kabupaten Bantul. Desa ini didominasi oleh para pengrajin gerabah. Gerabah yang dibuat diantaranya adalah tembikar, kuali, kendi, poti bunga, lampu hias, souvenir, dan kerajinan tangan lainnya. Di desa ini terdapat galeri-galeri yang memamer kan beragam jenis kerajinan tangan dari gerabah.
2.3.11
45Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Gambar 2.48. Motif Batik Nitik Sumber : https://www.motifbatik.web.id/
2. Batik Nitik Bantul
Gambar 2.47. Gapura Kasongan Sumber : https://tempatwisataunik.com/
tercipta karena adanya emosi dan kehidupan murni dari gagasan masyarakat tentang kehidupan. Motif batik ini dominan dengan warna coklat yang melambangkan kesederhanaan dan kejujuran.
Gambar 2.49. Motif Batik Nitik Randu Seling Sumber : https://batik-tulis.com/
Gambar 2.50. Motif Batik Gringsing Sumber : https://fitinline.com/
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul46
Motifkebesaran.batiknitik
4. Kesenian Jathilan Kesenian Jathilan adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di DIY. Kesenian jathilan banyak berkembang di desa yang sering dikaitkan atau dihubu ngkan dengan ajaran animistik. Hal ini bisa dilihat dari pertunjukan jathilan yang menampilkan adegan ndadi. Masyarakat DIY mendalami kesenian jathilan sebagai bagian dari upacara pembukaan tertentu yang meng gunakan kuda kepang.
3. Batik Gringsing Bantul Motif batik gringsing memiliki gambar den gan sisik ikan sebagai latar belakang, buketan bun ga, dan daun. Sisik ikan dilukiskan dengan warna putih dan dibatasi dengan warna coklat. Buketan bunga dan daun didominasi dengan warna coklat. Motif batik ini memiliki filosofi keindahan, keharu man, dan
Lokasi : Kabupaten Subang, Indonesia Klien : PT. Migas Hulu Jawa Barat Arsitek : Studio Akanoma Yu Sing Fungsi : Pusat Kebudayaan
2.4 Studi Preseden 2.4.1 Pusat Budaya Subang
Rumah budaya sebagai ruang dengan nilai saling membangun, kolektif, dan kebersamaan. Ruang lingkaran ini terbuka dan terdiri dari beberapa lingkaran yang saling berhubungan. Merawat kultur kontemporer yang ada pada kultur lokal yang berkembang di masa kini hingga masa depan.
Gambar 2.51. Pusat Kebudayaan Subang Sumber : Yu Sing, 2021
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul48 Pusat Budaya Subang memilik program ruang dan kegiatan lain, bukan hanya melestarikan budaya, na mun tetap bernilai ekonomi. Pusat Budaya Subang ini mempunyai target yang dapat membiayai perawatan, pengembangan, dan operasional untuk pertumbuhan kesejahteraan para pelaku budaya. Gambar 2.52. Lingkar Budaya Subang Sumber : Yu Sing, 2021 Gambar 2.53. Gedung Kebudayaan Subang Sumber : Yu Sing, 2021 Gambar 2.54. Amphtheater Sumber : Yu Sing, 2021
Pusat Budaya Subang memiliki karakter lahan yang beranekaragam jenis pohon yang dapat digunakan se bagai hutan kota. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bangunan Pusat Kebudayaan Subang menggunakan perpaduan arsitektur lokal nusantara dengan arsitektur modern. Pusat Kebudayaan Subang menggunakan konsep arsitektur Neo-Vernakular. Pusat Kebudayaan Subang juga dipersiapkan dengan berb agai ruang untuk mewadahi aktifitas kebudayaan maupun non-kebudayaan seperti pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi daerah. Gambar 2.55. Perspektif Kawasan Sumber : Yu Sing, 2021 Gambar 2.56. Gazebo Sumber : Yu Sing, 2021
Menara Phinisi UNM adalah salah satu bangunan tinggi di Indonesia dengan sistem fasad Hiperbolic Paraboloid. Sistem fasad ini adalah kecanggihan teknologi dan pengetahuan sebagai ekspresi futuristik. Bangunan ini berada di Kampus Universitas Negeri Makassar, Jalan Andi Pangerang Pettarani, Gunung Sari, Makassar.
Gambar 2.57. Menara Phinisi Sumber : Yu Sing, 2021
Lokasi : Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia Arsitek : Yu Sing Tahun : 2014 Fungsi : Gedung Pusat Pelayanan Akademik (GPPA)
2.4.2 Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar
Adapun konsep desain pada bangunan sebagai berikut.
1. Indonesia memiliki berbagai corak ragam budaya yang besar, salah satunya adalah Makassar yang memi liki warisan budaya yang beragam.
2. Arsitektur lokal Indonesia memiliki potensi sebagai ide gagasan yang dapat diterapkan masa sekarang sebagai nilai filosofis budaya.
3. Mengadaptasi potensi daerah dan peraturan daerah yang ada di Makassar yang disesuaikan pada konteks kebaruan. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan untuk melestarikan potensi arsitektur lokal.
4. Adaptasi keragaman kultur sebagai sumber ide arsitektur yang akan menghasilkan arsitektur modern tan pa kehilangan identitas dan konteks lokal. Gambar 2.58. Desain Menara Phinisi Sumber : Yu Sing, 2021
Gambar 2.59. Pembangunan Menara Phinisi Sumber : Yu Sing, 2021
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
ArsitekturDesainAkhirStudio
53
Konsep dan Filosofi
Bangunan diambil dari bentuk Perahu Phinisi. Perahu Phinisi merupakan perahu dari suku Bugis Makas sar. Filosofi yang diambil yaitu pada rumah tradisional Makassar yang terdiri dari kolong/awa bola, badan/lo tang, dan kepala/rakkeang. Hal ini dipengaruhi struktur kosmos yaitu alam bawah, alam tengah, dan alam atas (Studio et al., 2019). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bangunan Menara Phinisi menggunakan perpaduan ar sitektur lokal nusantara disertai filosofi dengan arsitektur modern. Menara Phinisi menggunakan konsep arsitektur Neo-Vernakular.
Lokasi : Bordeaux, Prancis Arsitek : Bjarke Ingels Group Tahun : 2019 Luas : 18.000 m2 Fungsi : Cultural Center 2.4.3 MÉCA Cultural Center Bangunan ini dipahami sebagai satu lingkaran institusi budaya dan ruang publik dengan mengekstrusi trotoar pejalan kaki menjadi jalan yang mengarah ke ruang tamu perkotaan, fasad dengan pandangan sekilas ke menara panggung OARA dan kantor ALCA, dan atap yang melingkupi galeri-galeri FRAC yang diterangi langit. Serangkaian tangga dan landai mengarahkan publik langsung ke ruang perkotaan terbu ka seluas 1.100 m2 di inti MÉCA, menciptakan institusi berpori bagi pengunjung untuk berkeliaran dengan bebas antara jalan Quai de Paludate ke kawasan pejalan kaki sungai. Tanda MÉCA setinggi 7m menerangi ruang dengan lampu LED putih, seperti lampu gantung modern pada skala ruang kota. Gambar 2.60. Perspektif Udara Sumber : https://www.archdaily.com
55Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudioSelama acara-acara khusus, ruang luar MÉCA dapat diubah menjadi panggung untuk konser dan pertunjukan teater atau galeri yang diperluas untuk patung dan instalasi seni lainnya. Patung perunggu perma nen yang menggambarkan setengah kepala Hermes karya seniman Prancis Benoît Maire bersinggungan dengan pintu masuk di tepi sungai, mengundang pengunjung untuk merenungkan budaya kontemporer wilayah tersebut. Gambar 2.61. Hall Sumber : https://www.archdaily.com
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul56
Gambar 2.62. Lobi Sumber : https://www.archdaily.com
Saat memasuki MÉCA dari lantai dasar, pengunjung tiba di lobi di mana mereka dapat bersantai di lubang spiral atau bersantap di restoran Le CREM, dilengkapi dengan perabotan merah dan kursi gabus yang dirancang oleh BIG mengacu pada kota yang terkenal dengan anggurnya. Periskop raksasa di dekat restoran dan lift memungkinkan pengunjung untuk melihat aktivitas di ruang urban outdoor dan seba liknya, menciptakan dialog indoor-outdoor. Di lantai dasar yang sama, mereka yang memiliki tiket dap at menikmati pertunjukan di teater berkapasitas 250 kursi OARA yang menampilkan konfigurasi tempat duduk fleksibel dan sistem akustik yang dioptimalkan oleh panel kotak-kotak hitam dari beton, kayu, dan logam berlubang. Di lantai atas, penonton film dapat melihat pemutaran di bioskop 80 kursi beraksen mer ah ALCA atau mengunjungi dua kantor produksi dan area inkubasi proyek.
Gambar 2.63. Area Teater, Restoran, dan Stage Sumber : https://www.archdaily.com FRAC menempati lantai atas dengan ruang pameran setinggi 7m, studio produksi untuk seniman, fasilitas peny impanan, auditorium 90 kursi, dan kafe. Teras atap publik seluas 850 m2 berfungsi sebagai perpanjangan fleksibel ke ruang pameran, memungkinkan instalasi dan pertunjukan seni skala besar di masa depan ditempatkan di luar ruangan di tengah pemandangan kota dan Basilika St. Michael. Fasad MÉCA hampir seluruhnya terdiri dari 4.800 panel beton prefabrikasi yang diselingi dengan jendela dengan berbagai ukuran untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke dalam dan untuk menciptakan kesan transparansi. Pelat beton, yang beratnya mencapai 1,6 ton, di-sandblasted untuk mengekspos kualitas mentahnya dan untuk memberi tekstur permukaan dengan batu pasir lokal Bordeaux. Butiran kuning untuk kecerahan dan kehangatan memancarkan bangunan di bawah sinar mata hari dan mengintegrasikan MÉCA sebagai pemandangan vernakular baru yang akrab di kota.
Lokasi : Grand Rapids, United States Arsitek : wHY Architecture Tahun : 2007 Luas : 125 ft2 Fungsi : Museum 2.4.4 Grand Rapids Art Museum: LEED Gold Certified Museum Seni Grand Rapids yang baru menempati satu blok kota tepat di jantung Grand Rapids, Michigan. Grand Rapids adalah kota yang terkenal dengan warisan dan pengaruhnya pada perdagangan, kerajinan, dan desain modern dan merupakan rumah bagi banyak perusahaan internasional AmWay, Steelcase, Herman Miller, Haworth, antara lain. Museum baru ini memiliki luas lantai 125.000 SF dengan lebih dari 50.000 SF ruang galeri dan pameran seni. Bangunan baru ini terletak bersebelahan dengan taman dengan patung “Ecliptic” karya Maya Lin, membentuk oasis perkotaan yang dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi. Gambar 2.64. Perspektif Depan Sumber : https://www.archdaily.com
Desainnya menekankan kebutuhan simbolis sebuah museum untuk menjadi ikon sipil di dalam kota, ditambah memenuhi kebutuhan humanistik bagi orang-orang untuk memiliki pengalaman mereka sendiri dengan seni. Itu megah di hadapan nya, dan intim dalam pengalaman, bekerja dalam harmoni.
Kanopi pelindung mendefin isikan tempat untuk berbagai kegiatan perkotaan, sebagai tempat berkumpulnya orang-orang. Bagian depan bangunan ber bentuk seperti jari-jari meman jang ke dalam hijaunya taman. Lobi museum, restoran, pusat pendidikan memproyeksikan paviliun ke arah taman dengan kantong alam di antara mereka.
Kanopi yang menonjol, seperti kanopi pohon besar memanjang dan menjangkau untuk mem bingkai taman dan kota, mirip dengan konsep Jepang tentang “pemandangan yang dipinjam”.
Gambar 2.65. Perspektif Mata Burung Sumber : https://www.archdaily.com
Tempat suci bagian dalam di luar adalah menara galeri 3 tingkat di mana galeri lantai atas diterangi dengan sky light lentera, berfungsi sebagai pemberi cahaya ke galeri serta menerangi “suar” di langit malam kota.
Gambar 2.66. Interior 1 Sumber : https://www.archdaily.com
Desain Museum Seni Grand Rapids menekankan keseimbangan penting dari kedua keterbukaan eksterior dan ketenangan interior, kebutuhan kedua orang untuk terhubung dan juga kebutuhan mere ka untuk mengambil batin dengan seni. Baik bagi orang-orang untuk menikmati kualitas cahaya yang menggembirakan di galeri maupun bagi mereka untuk menikmati waktu luar ruangan yang indah di bawah kanopi. Gambar 2.67. Interior 2 Sumber : https://www.archdaily.com
Lokasi : Gaobeidian, China Arsitek : SUP Atelier Tahun : 2017 Luas : 1200 m2 Fungsi : Exhibition Center 2.4.5 Passive House Pavilion of Longfor Sundar Paviliun pameran yang didukung oleh Longfor Real Estate dan perusahaan jendela Orient Sundar, di mana strategi arsitektur berkelanjutan dan teknik bangunan mutakhir dapat diperkenalkan kepada publik. Pavil iun ini terletak di area hijau yang luas di sepanjang tepi sungai, di mana sebuah taman kota direncanakan untuk umum. Di sebelah selatan situs, ada kolam kering, penuh dengan pohon poplar. Kesan pertama mengunjungi situs ini adalah sinar matahari yang menebarkan bayangan di antara pepohonan, dan titik awal pekerjaan desain adalah menciptakan pemandangan, di mana bangunan dapat menyatu dengan lingkungan alam. Gambar 2.68. Perspektif Belakang Sumber : https://www.archdaily.com
Gambar 2.69. Perspektif Taman Belakang Sumber : https://www.archdaily.com
Sedangkan pendopo ditargetkan untuk sertifikasi rumah pasif. Menurut standar PHI (Passive House Institute), bangunan harus dirancang untuk memiliki kebutuhan pemanasan tahunan yang dihitung dengan Paket Perencanaan Passive House tidak lebih dari 15 kWh/(m2a); dan bangunan tidak boleh bocor lebih dari 0,6 kali volume rumah per jam (n50 ≤ 0,6 / jam) pada 50 Pa (0,0073 psi) sebagaimana diuji oleh pintu peniup. Standar ketat tersebut membuat banyak batasan pada isolasi bangunan, luas bukaan & jendela, kedap udara jendela & pintu, jembatan termal, bahkan koefisien bentuk & bentuk ruang yang rasional. Keterbatasan tersebut mem buat karya desain tidak sebebas biasanya.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul66
Strategi desain yang berkelanjutan secara holistik diadopsi di berbagai tingkat desain. Untuk meningkatkan kinerja panas, sisi utara bangunan dilindungi dengan tanah. Bentuk paviliun menyatu dengan topografi lanskap, yang membuat fasad utara paviliun menghilang sepenuhnya menjadi lanskap alam dan kerugian termal bangunan sangat berkurang karena pelindung bumi dibandingkan dengan isolasi bangunan biasa.
67Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Pada saat yang sama, sisi selatan dibuat dengan dinding tirai, yang dapat berfungsi sebagai kolektor surya di musim dingin untuk pemanasan pasif dan sebagai cermin yang memantulkan dengan jelas lingkun gan sekitar untuk memperluas lanskap alam. Dengan cara ini, sisi utara bangunan tersembunyi dalam lanskap topografi, dan sisi selatan bangu nan tersembunyi dalam refleksi dinding tirai dari pepohonan dan semak belukar.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul68 Diagram Konsep Desain paviliun merespon prinsip keberlanjutan. Ruang dalam rendah di utara dan tinggi di selatan, yang berkorelasi dengan distribusi fungsi. Ruang yang lebih tinggi untuk pameran dan ruang yang lebih rendah untuk ruang servis dan ruang peralatan. Function Podium View & Vision Landscape Circulation Gambar 36. Diagram Konsep Sumber : https://www.archdaily.com
Gambar 2.70. Hall dan Lobby Sumber : https://www.archdaily.com
Dinding gorden, yang membentuk kes eluruhan fasad selatan, dapat berkon tribusi pada perolehan panas di musim dingin. Saat musim panas, sistem sun-shading berfungsi secara otomatis, melacak orientasi sinar matahari, mence gah ruang interior menjadi terlalu panas.
Gambar 2.71. Tampak Depan : https://www.archdaily.com
Langit-langit di atrium membawa sinar matahari di siang hari dan akan dibuka untuk ventilasi alami di malam hari. Sistem udara segar juga meman faatkan bentuk khusus dari ruang in terior, sesuai dengan prinsip ventilasi tekan termal. Outlet udara segar dia tur di ruang yang lebih rendah, sep erti area koridor di utara, dan bagian bawah tangga tempat duduk di atri um dan saluran masuk udara kembali
Untuk menciptakan pengalaman yang lebih menarik dalam bentuk massa ban gunan yang murni secara geometris, dua fitur artistik utama dari taman tradisional Tiongkok diatur dalam desainnya.
Sumber
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul Salah satunya adalah “Pemandangan yang bervariasi dengan sudut pandang yang berubah”, yang lainnya adalah “Adegan Pinjam”. Sirkulasi pameran dimulai dari Aula Pengantar di sudut barat daya, bergerak searah jarum jam di sekitar rumah. Di setiap titik belok, akan ada pemandangan Berlawanan, untuk menarik perhatian orang untuk melanjutkan. Taman air hujan di sudut barat laut adalah contoh khas. Jendela di sudut barat laut adalah tempat santai, yang menyediakan ruang pameran terkubur pemandangan lanskap terbuka taman air hu jan. Air hujan dari atapnya mengarah ke taman, mengairi vegetasi lapis demi lapis, dan menya tu dengan tanah di taman.Langkah-langkah besar di atrium menunjukkan pemandangan in dah yang direncanakan dengan lebih hati-hati.
Gambar 2.72. Lanskap Belakang Sumber : https://www.archdaily.com
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul72 Gambar 2.73. Diagram Uji dan Detail Struktur Sumber : https://www.archdaily.com
2.4.6 Forest Pavilion, The Forestias
Lokasi : Pak Nam, Thailand Arsitek : Foster + Partners Lansekap Arsitek : TK Studio Tahun : 2020 Luas Hutan : 48.000 m2
Fungsi : Lansekap, taman
The Forestias adalah bangunan yang menghubungkan semua pembangunan di dalam lokasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih sehat dan bahagia bagi semua penduduk. The Forest Pavilion terletak di The Forestias, yang saat ini berfungsi sebagai galeri penjualan, dan akan diubah menjadi The Forestias Ecosystem Learning Center untuk berbagi pengetahuan tentang ekosistem hutan, dan menjadi hub mas yarakat tempat tinggal untuk saat-saat yang menyenangkan. itu juga merupakan pintu gerbang masuk ke zona hutan luas The Forestias, menyediakan prototipe hidup dengan alam.
Gambar 2.74. Masterplan Sumber : https://www.archdaily.com
Potensi alam yang mengintergrasikan dan mendorong pengguna un tuk mengakses alam untuk mendukung interaksi manusia dengan alam. Hal ini dapat diterapkan pada Ruang Terbuka Hijau padaKonseprancangan.lanskapadalah
“Simbio sis dengan Alam” yang mencakup tiga tujuan: menanam masa depan simbio sis dengan alam, membenamkan alam liar, dan menyeimbangkan aktivitas manusia dan pertumbuhan hutan kota dengan mengubah bentuk paviliun yang kaku menjadi bentuk bebas ala mi dari hutan pusat, memaksimalkan privasi untuk semua pengguna dan penghuni, memberikan pengalaman otentik hidup di hutan, dan memberi kan kebahagiaan hidup dengan alam.
Gambar 2.75. Perspektif 1 Sumber : https://www.archdaily.com
Forest Pavilion dimaksudkan sebagai laboratorium pengujian simbiosis dengan alam, sehingga esensi alam telah terintegrasi dengan desain lansekap di Forest Pavilion, di mana pengguna dapat memiliki pengalaman unik alam dalam bentuk urban. Selain itu, jalan setapak dan skywalk yang menyenangkan dirancang untuk menarik orang pergi ke luar ruangan dan menikmati kualitas lingkungan alam dengan pe mandangan indah yang tenang. Di Forest Pavilion, skala lingkungan alam di sini telah diperluas lebih jauh di luar lingkungan perkotaan pada umumnya. Dengan menciptakan Miyawaki Eco Forest, lanskap seperti hutan yang dinamis ini adalah surga hidup yang menciptakan keanekaragaman hayati yang akan tumbuh dan berkembang bersama generasi sekarang dan mendatang.
Dapat diambil pelajaran pada preseden berikut bahwa rancangan lansekap dengan jalan skywalk yang dapat memaksimalkan lahan untuk ruang terbuka hijau. Jalan skywalk dapat memaksimalkan pemandan gan site dan dapat memperbarui pengalaman pengguna terhadap ruang terbuka pada site. Bentuk atap dengan overhang dapat menjadi referensi untuk bentuk atap pada rancangan. Gambar 2.76. Perspektif 2 Sumber : https://www.archdaily.com
b. Pola massa yang mengadaptasi dari rumah tradisional Jawa yaitu Pendopo, Pringgitan, Omah Njero, dan c.GandhokMenerapkan tata massa bangunan ke arah hadap yang disesuaikan dengan kondisi alamiah yang strategis
ArsitekturDesainAkhirStudio
2.5.2 Tata Massa a. Pola sirkulasi pada lansekap yang dirancang dengan konsep mengalir agar menghindarkan dari sirkulasi b.dead-endMerancang plaza sebagai titik kumpul maupun ruang komunal c. Menekankan pada rancangan yang ramah lingkungan seperti pathway berupa grassblock untuk menang gulangi genangan air hujan dan tidak menimbulkan panas dari bidang perkerasan d. Pola sirkulasi yang menerapkan jalur-jalur hijau jalan seperti taman dan ruang terbuka hijau e. Merancang ruang terbuka hijau sebagai penahan angin/kebisingan, penyerapan polutan, penyerap air hu jan, dan produksi oksigen 2.5.3 Tata Lansekap a. Merancang bentuk dengan bentang lebar untuk memaksimalkan aktifitas seperti pameran b. Rancangan bentuk yang menerapkan bentuk maupun ornamen-ornamen khas Bantul maupun Yogyakarta untuk mengenalkan identitas ikonik kawasan namun berkarakter modern c. Menerapkan bentuk atap yang ditransformasikan dari tipologi rumah Jawa 2.5.4 Bentuk
2.5 Rumusan Persoalan Desain a. Bangunan dibagi menjadi area publik, semi privat, privat, dan servis
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul78
b. Area khusus pengelola dirancang khusus untuk dapat memantau seluruh kegiatan pada pusat pameran dan kebudayaan serta memiliki akses khusus yang membedakan antara akses pengunjung dan pengelola c. Penggunaan sumber daya alami pada sistem tata udara gedung seperti pencahayaan dan penghawaan alami d. Perencanaan tata ruang mempertimbangkan program ruang dan kebutuhan ruang dengan konsep fleksi bilitas ruang 2.5.1 Tata Ruang a. Merancang bangunan utama sebagai titik fokus atau point of interest dengan konsep terpusat
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio79 BAB III. Pemecahan Persoalan Perancangan
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul80 3.1 Peta Persoalan Gambar 3.1. Peta Persoalan Sumber : Penulis, 2022 Berikut merupakan peta persoalan.
3.2 Analisis Konteks Site Site terpilih berada di Jl. Parangtritis 6, Cabean, Panggungharjo, Kec. Se won, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188. Menurut Perda Kabupaten Bantul No. 33 Tahun 2008 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kecamatan Sewon sebagai berikut.
x
81Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
x
Dasar
m2 56.000 m2
m2
x
x 20.000 m2 14.000 m2
3.2.1 Analisis Regulasi Bangunan A. Koefisien Dasar Bangunan Merupakan perbandingan persentase luas semua lantai dasar bangunan dengan luas lahan daerah perancangan yang dikelola sesuai rencana tata ruang/bangunan dan lingkungan. Nilai KDB dikelompokkan menjadi. a. tinggi (50% - 75%) b. menengah (20% - 50%) c. rendah (5% - 20%) d. sangat rendah (< 5%). B. Koefisien Lantai Bangunan Merupakan perbandingan persentase luas semua lantai dasar bangunan dengan luas lahan daerah perancangan yang dikelola sesuai rencana tata ruang/bangunan dan lingkungan. Nilai KLB dikelompokkan menjadi. a. ketinggian bangunan rendah (bangunan bertingkat maksimum 4 lantai (KLB maksimum = 4 x KDB)) b. tinggi puncak bangunan maksimum 20 meter dan minimum 12 meter dari lantai dasar. Site Area : 20.000 Gambar 3.2. Dimensi Site Sumber : Penulis, 2022 KDB Luas Site 70% KLB Luas Lantai 4 14.000 Gambar 39. Grafik Regulasi Bangunan Sumber : Penulis, 2022
3.2.2 Analisis Data Iklim KawasanGambar
kenyamanan
3.3. Suhu Rata-Rata di Bantul Sumber : https://www.meteoblue.com/
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul82
Lokasi site yang terletak di kawasan perkotaan Kabupaten Bantul memiliki suhu tidak terlalu dingin pada malam hari, hal tersebut dapat kita lihat pada data pada Gambar 40. Garis putus-putus merah menun jukkan suhu panas harian dan putus-putus biru menunjukkan suhu dingin harian pada malam hari. Standar di daerah khatulistiwa menurut Lippsmeier, 1994 dengan kisaran suhu 22,5oC hingga 29oC. Pada data tersebut suhu rata-rata dingin adalah 23,5oC dan suhu siang hari memiliki rata-rata 29oC. Maka, suhu di Kabupaten Bantul pada siang hari maupun malam hari masih terasa nyaman.
83Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Gambar 3.4. Plotting Wind Rose Sumber : https://www.meteoblue.com/ Kondisi angin, di kawasan Bantul paling dominan bertiup dari arah Selatan dan Tenggara karena Bantul berbatasan dengan laut Selatan. Kecepatan angin paling besar sekitar 19km/jam. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk penghawaan alami. Sehingga pada perancangan ini akan dilakukan penataan terh adap konfigurasi massa bangunan.
memaksimalkan
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul84
Gambar 3.5. Curah Hujan Sumber : https://www.meteoblue.com/ Kondisi curah hujan, di kawasan Bantul paling dominan di bulan Januari dengan intensitas 50-100mm. Curah hujan paling kecil ada di bulan Agustus dengan status hari-hari kering, terlihat pada Gambar 42. Hal ini dapat di manfaatkan sebagai daur ulang air hujan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air untuk RTH. Hal ini berpengaruh pada aspek perancangan terkait pengendalian air hujan.
Pada tanggal 21 Maret dengan Azimuth -77,91o atau 55,68o dengan Latitiude -7,86o dan berada di ten gah garis peredaran matahari (tegak lurus). Pada tanggal 21 Juni dengan Azimuth -46,57o atau 43,73o dengan Latitiude -7,86o dan berada di utara garis peredaran matahari (jarak terjauh sisi utara). Pada tanggal 21 Sep tember dengan Azimuth -78,66o atau 52,01o dengan Latitiude -7,86o dan berada di tengah garis peredaran matahari (tegak lurus). Pada tanggal 21 September dengan Azimuth -118,53o atau 52,26o dengan Latitiude -7,86o dan berada di selatan garis peredaran matahari (jarak terjauh sisi selatan).
Gambar 3.8. Sun Path 21 Juni Sumber : Andrewmarsh dimodifikasi Penulis, 2022
85Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Gambar 3.7. Sun Path 21 September Sumber : Andrewmarsh dimodifikasi Penulis, 2022 Gambar 3.9. Sun Path 21 Desember Sumber : Andrewmarsh dimodifikasi Penulis, 2022
Gambar 3.6. Sun Path 21 Maret Sumber : Andrewmarsh dimodifikasi Penulis, 2022
Penampil budaya adalah pengguna yang berperan sebagai pengembang kultur daerah dalam wujud pertunjukkan budaya. Gambar 3.10. Aktifitas Pelaku Seni Rupa Sumber : Penulis, 2022
1. Pelaku Seni Rupa
3.3 Analisis Pengguna dan Program Ruang Pengguna bangunan pameran seni rupa dan kebudayaan terdiri dari 7 sebagai berikut. 3.3.1 Analisis Pengguna dan Alur Pengguna
Gambar 3.11. Aktifitas Penampil Budaya Sumber : Penulis, 2022 Pelaku Seni PenampilBudaya Pengrajin Pengunjung Pengelola Oleh-Oleh FnB
2. Penampil Budaya
menampilkan
Pelaku seni rupa adalah pengguna yang berperan sebagai pengembang kultur daerah dalam wujud ide-ide maupun karya seni rupa yang dibuat. Pelaku seni rupa terdiri dari budayawan dan seniman.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul86
Perancangan
87
Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
4. Pengunjung
Gambar 3.12. Aktifitas Pengrajin Sumber : Penulis, 2022
3. Pengrajin Pengrajin adalah pengguna yang berperan sebagai pembuat karya seni dari ide-ide seniman. Pengra jin terdiri dari pengrajin gerabah, kerajinan tangan, dan batik.
Pengunjung adalah pengguna yang menyaksikan pertunjukkan maupun pameran seni budaya. Pen gunjung juga dapat mengikuti seminar mengenai seni budaya maupun berkunjung untuk berwisata. Pengun jung ini terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.
Gambar 3.13. Aktifitas Pengunjung Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul88
Gambar 3.14. Aktifitas Penjual Oleh-Oleh Sumber : Penulis, 2022
6. Penjual FnB Penjual FnB adalah pengguna yang berperan sebagai penjual makanan dan minuman untuk menduku ng aktifitas dalam site atau gedung.
5. Penjual Oleh-Oleh Penjual Oleh-Oleh adalah pengguna yang berperan sebagai pengembang kultur daerah dalam wujud menjual belikan barang atau produk kerajinan kepada pengunjung.
Gambar 3.15. Aktifitas Penjual FnB Sumber : Penulis, 2022
1. Fasilitas Pameran dan Galeri Fasilitas pameran yaitu pameran batik, foto, lukisan, patung, dan kerajinan tangan. a. Ruang pameran tetap dan tidak tetap b. Ruang G 2. Fasilitas Lokakarya a. Lokakarya batik b. Lokakarya kerajinan tangan
7. Pengelola Pengelola adalah pengguna berupa kelompok atau badan yang mengatur fasilitas maupun seluruh kegiatan yang diwadahi dalam bangunan pameran seni budaya dan kebudayaan. Pengelola ini juga memiliki hak perijinan terkait penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Gambar 3.16. Aktifitas Pengelola Sumber : Penulis, 2022
89Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
3.3.2 Fasilitas Fasilitas-fasilitas dibagi menjadi beberapa sebagai berikut.
4. Fasilitas Administrasi a. Ruang pengelola b. Ruang tata usaha c. Ruang marketing d. Ruang ahli teknis e. Ruang petugas 5. Fasilitas Penunjang a. Pusat FnB b. Mushola c. Pusat oleh-oleh 6. Fasilitas Servis a. Toilet b. Ruang CCTV c. Ruang MEP d. Gudang
ArsitekturDesainAkhirStudio
3. Fasilitas Pertunjukkan Fasilitas pertunjukkan yaitu pertunjukkan tari, drama, dan musik.
: Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul90
3.3.3 Kebutuhan Ruang Berikut tabel kebutuhan ruang dari berbagai jenis kegiatan dan pengguna ruangnya pada fasilitas yang ada. Tabel 3.1. Kebutuhan Ruang Sumber
91Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 3.3.4 Program Ruang Fasilitas-fasilitas dibagi menjadi beberapa sebagai berikut.
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul92
ArsitekturDesainAkhirStudio
93Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul94
95Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul96
Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
3.4 Eksplorasi Konsep Konteks Site Berikut eksplorasi tata massa bangunan terhadap arah angin.
Gambar 3.17. Eksplorasi Tata Massa terhadap Arah Angin Sumber : Penulis, 2022
97
3.4.1 Analisis Tata Massa terhadap Arah Angin
Perancangan
Menggunakan sistem ventilasi silang pada gubahan dengan orientasi panjang massa timur ke barat, sehingga dapat memanfaatkan hembusan angin lebih banyak pada bidang yang lebar. Hembusan angin paling dominan bertiup dari arah Selatan dan Tenggara karena Bantul berbatasan dengan laut Selatan. Kecepatan angin paling besar sekitar 19km/jam. Selain menggunakan ventilasi silang, dapat menggunakan konfigurasi massa yaitu susunan dan perletakan gubahan yang diatur sehingga hembusan angin dapat masuk melalui sela-sela gubahan, sehingga semua massa dapat menerima hembusan angin.
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul98
Berikut eksplorasi tata massa bangunan terhadap angin.
Gambar 3.18. Eksplorasi Tata Massa terhadap Angin Sumber : Penulis, 2022 Menggunakan konfigurasi massa, ventilasi silang, dan ventilasi atap untuk memanfaatkan dan mengen dalikan penghawaan pada bangunan.
ArsitekturDesainAkhirStudio
99
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan dan Kebudayaan Bantul
Memplotting gubahan massa sisi terpendek menghadap arah timur dan barat untuk meminimalisiWr sisi terpanjang bangunan yang terpapar radiasi sinar matahari langsung sehingga menyebabkan hawa da lam bangunan menjadi panas. Hal ini juga berkaitan dengan pencahayaan alami yang didapat dari cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan pada bangunan saat di pagi hari. Batas timur site yang masih merupakan lahan kosong juga memengaruhi karena tidak ada bangunan tinggi, sehingga cahaya matahari pagi dapat dimanfaatkan dan radiasi matahari membutuhkan eksplorasi terhadap pengendalian radiasi matahari. Mengurangi bukaan pada sisi barat maupun penggunaan fasad bangunan. Gambar 3.19. Eksplorasi Tata Massa terhadap Matahari Sumber : Penulis, 2022
Pusat Pameran
Berikut eksplorasi tata massa bangunan terhadap matahari. 3.4.2 Analisis Tata Massa terhadap Matahari
ArsitekturDesainAkhirStudio
Pemanfaatan cahaya buatan pada atap sangat penting digunakan pada teknik display yang mana pengaturan cahaya pada atap bisa diatur pada ruang galeri tetap. Pada teknik pencahayaan pada ruang pamer dan galeri, rancan gan ruang maupun bangunan dapat bersifat fleksibel. Tata cahaya pada layout ruang dapat disesuaikan dengan jenis pameran, objek, dan kreatifitas seniman dalam menampilkan karyanya sehingga karyanya dapat dilihat secara jelas dan pesan dari karya tersebut dapat sampai pada pengunjung, seperti pada gam bar disamping yang menggunakan panel dan tempat pemasangan lampu untuk penyesuaian terhadap objek pameran.
Gambar 3.21. Eksplorasi Tata Atur Pencahayaan Buatan Sumber : designboom.com, 2022
Gambar 3.20. Eksplorasi Pencahayaan Alami dan Buatan Sumber : viabizzuno.com, 2022
Eksplorasi Pencahayaan Alami dan Pencahayaan Buatan pada Ruang Galeri Tetap 1. PencahayaanPencahayaanAlamialami merupakan pencahayaan yang dipengaruhi oleh cahaya matahari. Cahaya matahari dimanfaatkan untuk upaya penghematan energi dikala siang hari. Cahaya matahari ini diguna kan untuk pencahayaan terhadap ruangan dan sistem display pada ruang pameran dan galeri. Berikut meru pakan eksplorasi pencahayaan alami.
2. PencahayaanPencahayaanBuatanbuatan merupakan pencahayaan yang dipengaruhi oleh cahaya buatan manusia seperti lampu. Pencahayaan buatan ini dimanfaatkan ketika situasi hujan yang mana cahaya matahari tertutup awan sehingga pencahayaan ruangan menjadi kurang terang maupun gelap. Berikut merupakan eksplorasi pencahayaan buatan.
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul100
101
ArsitekturDesainAkhirStudio
Berikut eksplorasi tata massa bangunan terhadap peraturan bangunan. 3.4.3 Analisis Tata Massa terhadap Peraturan Bangunan
Lokasi site yang terletak di Jalan Parangtritis dengan luasan site 17.000 m2 memiliki koefisien dasar bangunan 70% dengan luasan dasar bangunan 11.200 m2. Kebutuhan akan ruang terbuka hijau yang masih kurang menjadi faktor penyediaan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luasan site sehingga luasan dasar hijau sebesar 5.100 m2. Gambar 3.22. Eksplorasi Tata Massa terhadap Peraturan Bangunan Sumber : Penulis, 2022
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Berdasarkan analisis dari beberapa aspek iklim dan peraturan bangunan dapat disimpulkan bah wa tata massa bangunan pada site membentuk terpusat. Fasilitas lokakarya, administrasi, dan ampiteater menghadap bangunan pameran dan galeri yang berada ditengah site. Massa fungsi lokakarya dan am piteater membentuk lengkung untuk merespon penghawaan dan lengkung terbesar berada di sebelah timur untuk merespon cahaya matahari pagi, sehingga lengkung kecil dengan bidang kecil berada di sebelah barat agar radiasi matahari dapat dikontrol. Penambahan vegetasi pada RTH untuk merespon iklim dan pemenu han penyediaan area RTH.
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul102
ArsitekturDesainAkhirStudio
Berikut merupakan konsep konteks site. 3.4.4 Konsep Konteks Site Gambar 3.23. Konsep Konteks Site Sumber : Penulis, 2022
3.5.1 Tata Bentuk 3.5 Eksplorasi Konsep Tema Perancangan
Tranformasi bentuk yang diambil dari bentuk atap rumah Jawa dengan menghilangkan atap bumbungan un tuk mendapatkan perubahan bentuk. Bentuk atap yang dihasilkan dapat menyesuaikan terhadap bentuk massa.
Gambar 3.24. Transformasi Bentuk Sumber : Penulis, 2022
103
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Memaksimalkan potensi daerah Bantul maupun Yogyakarta dengan keanekaragaman budaya sep erti rumah Jawa. Perpaduan antara arsitektur modern dengan arsitektur Jawa untuk memperoleh kebaruan dari arsitektur Jawa sehingga arsitektur Jawa dapat beradaptasi di era yang semakin modern. Disebutkan pada kajian tinjauan arsitektur Neo-Vernakular pada ideologi, prinsip, dan desain bahwa elemen arsitektur yang diterapkan dapat mengalami perubahan atau pembaruan yang lebih modern, me lestarikan unsur-unsur lokal sehingga dapat dikembangkan menjadi lebih modern, dan desain yang lebih modern. Berikut eksplorasi tata bentuk dan tata ruang.
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan dan Kebudayaan Bantul
Gambar 3.25. Transformasi Sturktur Bangunan Sumber : Penulis, 2022 Transformasi bentuk struktur bangunan yang diambil dari dasar struktur portal yang digabungkan den gan bentuk atap sehingga menghasilkan modular struktur atap berupa trapesium.
Elemen struktur pada arsitektur Jawa yang dikenal dengan saka guru dan sambungannya yang kokoh terhadap kondisi alam ditransformasikan menjadi lebih modern. Berikut merupakan tranformasi struktur bangu nan. 3.5.2 Elemen Struktur
Pusat Pameran
104
105Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Selubung bangunan pada arsitektur Jawa lebih banyak ornamen ornamen pada bangunannya, hal ini bertolak belakang dengan arsitektur modern yang mengedepankan aspek fungsionalitas dan tidak adanya or namen berupa ukiran pada bangunan. Maka dari itu pada selubung bangunan ini menggunakan material eks pos, rancangan fasad yang bebas namun berkarakter daerah, dan terintegrasi dengan lingkungan sekitar. 3.5.3 Selubung Bangunan
Gambar 3.26. Selubung Bangunan Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Gambar 3.27. Eksplorasi RTH di Atap dan Sirkulasi Atas Tanah Sumber : Penulis, 2022 Merancang RTH pada atap bangunan sebagai pemanfaatan ruang terbuka di atap sebagaimana yang terdapat pada kajian arsitektur modern. Hal ini dimanfaatkan sebagai sarana ruang duduk, kontrol iklim, dan penghijauan pada daerah setempat. Menambahkan skylight untuk cahaya matahari masuk ke dalam bangu nan.
3.5.4 Tata Lansekap Menurut GBCI pada tata lansekap tepat guna lahan bahwa area lansekap yang berupa vegetasi yang bebas dari bangunan yang berada di atas permukaan tanah seluas minimal 40%. Total luasan lahan untuk area hijau pada site sebesar 7600 m2.
106
107Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Gambar 3.29. Eksplorasi Skylight Sumber : Penulis, 2022
Berkut adalah eksplorasi terkait sirkulasi dan selubung pada bangunan ampiteater.
ArsitekturDesainAkhirStudio
Gambar 3.28. Eksplorasi Sirkulasi Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio
Implementasi batik pada tata lansekap Diambil dari motif batik yaitu batik gringsing dengan filosofi ke seimbangan, kemakmuran, dan kesuburan. Batik gringsing khas Ban tul digambarkan dengan sisik ikan, buketan bunga, dan daun. Gam baran motif tersebut direpresentasikan ke lansekap seperti bentuk sisik ikan yang digambarkan dengan bulat bulat yang direpresentasi kan ke Ruang Terbuka Hijau maupun Taman, bentuk buketan bunga yang digambarkan dengan bunga yang direpresentasikan ke Plaza, dan bentuk daun yang direpresentasikan ke Ruang Terbuka Hijau.
Gambar 3.30. Batik Motif Gringsing Sumber : https://fitinline.com/ 1. Batik
Gringsing
108
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Gambar 3.31. Eksplorasi Motif Batik Gringsing Sumber : Penulis, 2022
Diambil dari motif batik yaitu batik nitik dengan filosofi kebijak sanaan dan keseimbangan. Kebijaksanaan dalam menilai dan mem impin orang lain, sedangkan keseimbangan antara Tuhan, alam, dan manusia. Batik nitik berpola hias dengan bentuk bujur sangkar dan persegi. Hal ini dimaksudkan bahwa kebudayaan tidak lepas dari nilai nilai luhur yang harus dilestarikan dan menjaga Tuhan, alam, dan ma nusia.
Gambar 3.33. Eksplorasi Motif Batik Nitik Sumber : https://batik-tulis.com/
2. Batik Nitik
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Gambar 3.32. Batik Motif Nitik Sumber : https://batik-tulis.com/
109
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul110 Eksplorasi Jenis Vegetasi Berikut merupakan eksplorasi jenis vegetasi yang digunakan pada lansekap. Ketapang Kencana Kiara/Pokok Payung Tanjung Fan Palm Gajah Mini/Besar Jepang Manila Babat Tabel 3.2. Jenis Pohon Tabel 3.3. Jenis Palem Sumber : Naufal, 2018 Sumber : Naufal, 2018
3.6 Eksplorasi Konsep Fungsi Bangunan
Gambar 3.34. Eksplorasi Tata Massa terhadap Zonasi Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio
3.6.1 Eksplorasi terhadap Zonasi Tata Ruang
Zonasi pada perancangan ini dibagi menjadi 3 zona yaitu zona publik, semi publik, dan zona privat. Konsep penataan tata massa bangunan pada site menggunakan konsep konfigurasi rumah Jawa. Berikut eksplorasi tata massa bangunan terhadap zonasi.
111Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul112 Berikut eksplorasi tata massa bangunan terhadap fungsi. 3.6.2 Eksplorasi terhadap Perletakkan Fungsi Gambar 3.35. Eksplorasi Tata Massa terhadap Fungsi Sumber : Penulis, 2022
Kotor dan Air Kotor Berikut merupakan sistem air kotor pada bangunan.
Perancangan dan Kebudayaan
Menggunakan sistem jaringan air kotor Two Pipe System karena sudah langsung dipisahkan antara air kotor dan air bekas, sehingga air bekas bisa saja untuk dimanfaatkan kembali.
Keterangan : MVMDP : Medium Voltage Main Distribution Panel LVMDP : Low Voltage Main Distribution Panel SDP : Sub Distribution Panel PP : Power Panel M : KWH Meter
113
3.6.3 Sistem Infrastruktur 1. Sistem Air MenggunakanBersihsistem air bersih upfeed. Sumber air dapat berasal dari air permukaan dan air tanah yang dialirkan menuju pengolahan air yang kemudian ditampung pada ground watertank dan dialir kan menuju uppertank yang kemudian dialirkan ke
Bantul
3. Sistem Kelistrikan Berikut merupakan sistem kelistrikan.
Pusat Pameran
Berikut merupakan sistem infrastruktur pada lansekap dan bangunan.
2.bangunan.SistemAir
4. Sistem Air Hujan Berikut merupakan sistem air hujan. Memanfaatkan sumber air dari air hujan. Air hu jan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dengan pengolahan air kembali.
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan dan Bantul
Perancangan tata massa bangunan pada rancangan menggunakan metode metafora. Metode metafora merupakan metode desain rancangan dengan memahami objek tertentu yang dijadikan suatu gagasan ide. 3.7 Eksplorasi Konsep Figuratif Rancangan Diambil dari bentuk motif ukiran Yogyakarta dengan ciri ciri sebagai berikut.
Pusat Pameran
1. Bentuk pokok daun yang terlihat lemah gemulai dengan ukiran daun cekung dan cembung.
Gambar 3.36. Konsep Figuratif rancangan Sumber : Penulis, 2022 Gambar 3.37. Implementasi Konsep Sumber : Penulis, 2022 Penerapan metode desain metafora terkait tata massa bangunan diambil dari ukiran motif ukiran Yogyakarta. Bentuk massa dipertimbangkan den gan konsep konteks site terkait analisis iklim. Pada bentuk yang menjalar, direpresentasikan sebuah sirkulasi lansekap ke antar bangunan utama. Men ciptakan sirkulasi tidak monoton agar pengguna dapat melihat seluruh site.
114
ArsitekturDesainAkhirStudio
Kebudayaan
2. Mempunyai unsur-unsur hiasan yang mirip dengan bentuk mahkota dengan tumbuhan-tumbuhan yang menjalar sehingga menyerupai bentuk bunga.
BAB IV. Skematik Rancangan
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul 115ArsitekturDesainAkhirStudio
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul116 4.1.1 Skematik Masterplan 4.1 Rancangan Skematik Masterplan Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul menggunakan pola gubahan massa cluster dengan aksesibilitas guna menghubungkan satu massa ke massa yang lain. Akses utama menuju site dari arah barat. Parkir motor dan mobil berada di basement dan parkir bus berada di kiri pintu masuk. Gambar 4.1. Skematik Masterplan Sumber : Penulis, 2022
117Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 4.1.2 Perspektif Kawasan Gambar 4.2. Perspektif Kawasan Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul118 4.2.1 Pameran dan Galeri 4.2 Rancangan Skematik Bangunan Area pameran dan galeri seni diletakkan di area tengah site. Hal ini menunjukkan bahwa ini merupakan bangunan utama sehingga memudahkan akses seluruh pengguna. Bentuk atap yang melengkung guna merespon arah matahari dari timur-utara dimana lengkungan ini berguna agar meminimalisir cahaya matahari yang masuk ruang. Gambar 4.3. Pameran dan Galeri Lantai 1 Sumber : Penulis, 2022
119Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio Gambar 4.4. Pameran dan Galeri Lantai 2 Sumber : Penulis, 2022
4.2.2 Lokakarya dan Kerajinan Tangan Area lokakarya dan kerajinan tangan diletakkan di area utara site. Penempatan bangunan ini merespon lingkungan yaitu sebelah utara site merupakan homestay yang tidak boleh bising. Bentuk atap yang mengikuti bentuk atap bangunan utama untuk merespon arah datangnya cahaya matahari.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul120
Gambar 4.5. Lokakarya dan Kerajinan Tangan Lantai 1 Sumber : Penulis, 2022
121Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudioSumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul122
4.2.3 Amphiteater Area amphiteater diletakkan di area selatan site. Penempatan bangunan ini merespon lingkungan yaitu sebelah selatan site merupakan area terbuka dan merupakan restaurant. Bentuk atap yang mengikuti bentuk atap bangunan utama untuk merespon arah datangnya cahaya matahari dengan penyesuaian terhadap tipologi amphiteater. Gambar 4.7. Amphiteater Sumber : Penulis, 2022
4.2.4 Area Komersil Area komersil diletakkan di area utara site dekat dengan lokakarya. Penempatan bangunan ini merespon lingkungan yaitu sebelah utara site merupakan homestay. Bentuk atap yang mengikuti bentuk atap ban gunan utama untuk merespon arah datangnya cahaya matahari.
Gambar 4.8. Area Komersil Lantai 1 Sumber : Penulis, 2022
123Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul124 Gambar 4.9. Area Komersil Lantai 2 Sumber : Penulis, 2022
4.2.5 Mushola Area mushola diletakkan di area selatan site. Bentuk atap yang mengikuti bentuk atap bangunan utama untuk merespon arah datangnya cahaya matahari.
125Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Gambar 4.10. Mushola Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul126 4.2.6 MEP Area MEP diletakkan di area selatan site. Penempatan bangunan ini di pojok site untuk menjauhkan area servis dengan bangunan-bangunan lainnya. Bentuk atap yang mengikuti bentuk atap bangunan utama untuk merespon arah datangnya cahaya matahari. Gambar 4.11. MEP Sumber : Penulis, 2022
127Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 4.3.1 Bentuk Atap 4.3 Rancangan Skematik Detail Arsitektural Khusus Menggunakan bentuk atap yang diambil dari bangunan tradisional Jawa yang ditransformasikan men jadi bentuk modul trapesium yang kemudian di bentuk dengan lengkungan untuk menimbulkan kontem porer dan arsitektur baru. Gambar 4.12. Bentuk Atap Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul128 4.4.1 Skylight 4.4 Rancangan Skematik Selubung Bangunan Menggunakan skylight semi terbuka pada atap untuk memasukkan cahaya matahari untuk sistem penca hayaan dan memasukkan udara untuk sistem penghawaan bangunan. Gambar 4.13. Selubung Bangunan Sumber : Penulis, 2022
129Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 4.5.1 Interior dan Eksterior 4.5 Rancangan Skematik Interior dan Eksterior Bangunan Gambar 4.14. Interior dan Eksterior Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul130 Gambar 4.15. Interior dan Eksterior Sumber : Penulis, 2022
131Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 4.6.1 Struktur 4.6 Rancangan Skematik Sistem Struktur Perencanaan sistem struktur menggunakan sistem rangka kolom dan balok. Pada massa 2 lantai meng gunakan material beton. Gambar 4.16. Struktur Sumber : Penulis, 2022
4.7 Rancangan Skematik Sistem Utilitas Perencanaan sistem utilitas menggunakan skema air bersih yang diperoleh dari air tanah dan air PDAM yang diolah terlebih dahulu. Sistem air bersih yang diolah pada bangunan MEP. Air kotor yang sudah ter kumpul lalu dialirkan pada saluran pembuangan air limbah kota (SPAL).
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul132
Gambar 4.17. Sistem Utilitas Sumber : Penulis, 2022
133Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 4.8 Rancangan Skematik Sistem Keselamatan Bangunan dan Barrier Free 4.8.1 Sistem Keselamatan Bangunan Sistem keselamatan bangunan dengan pengadaan hyndrant, APAR, sprinkler, dan lain-lain pada ban gunan. Pada lahan perancangan disediakan beberapa assembly point guna sebagai titik kumpul saat evakuasi terjadi bencana. Gambar 4.18. Sistem Keselamatan Bangunan Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul134 4.8.2 Barier Free Barier free merupakan fasilitas bagi distabilitas untuk mengakses fasilitas bangunan maupun site dengan sendirinya dan mudah. Gambar 4.19. Barier Free Sumber : Penulis, 2022
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul 135ArsitekturDesainAkhirStudio BAB V. Deskripsi Hasil Rancangan
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul136 5.1.1 Situasi 5.1 Rancangan Tapak Gambar 5.1. Situasi Sumber : Penulis, 2022 Berikut merupakan Situasi Kawasan.
137Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 5.1.2 Masterplan Gambar 5.2. Masterplan Sumber : Penulis, 2022 Berikut merupakan Masterplan Kawasan.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul138 5.1.3 Tampak Kawasan Gambar 5.3. Tampak Kawasan Sumber : Penulis, 2022 Berikut merupakan Tampak Kawasan.
5.2.1 Denah 5.2 Rancangan Bangunan
5.4. Denah Lantai 3 Basement Sumber : Penulis, 2022 Berikut merupakan Denah Bangunan Utama.
139Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
UtamaGambar
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul140 Gambar 5.5. Denah Lantai 2 Basement Sumber : Penulis, 2022
141Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudioGambar 5.6. Denah Lantai 1 Basement Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul142 Gambar 5.7. Denah Lantai 2 Sumber : Penulis, 2022
143Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudioGambar 5.8. Denah Lantai 1 Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul144 5.2.2 Potongan Gambar 5.9. Potongan 1’1 Sumber : Penulis, 2022 Berikut merupakan Potongan Bangunan Utama.
145Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudioGambar 5.10. Potongan 2’2 Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul146 Gambar 5.11. Potongan 3’3 Sumber : Penulis, 2022
147Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 5.2.3 Tampak Gambar 5.12. Tampak Bangunan Sumber : Penulis, 2022 Berikut merupakan Tampak Bangunan Utama.
5.3.1 Alternatif Layout Ruang Pameran 5.3 Detail Penyelesaian Permasalahan Berikut merupakan alternatif layout ruang pameran.
Gambar 5.13. Alternatif Layout Ruang Pameran Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul148
149Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 5.3.2 Rencana Vegetasi Berikut merupakan rencana vegetasi. Gambar 5.14. Rencana Vegetasi Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul150 5.3.3 Persentase Perhitungan Lansekap Berikut merupakan persentase perhitungan lansekap. Gambar 5.15. Persentase Perhitungan Lansekap Sumber : Penulis, 2022
Gambar 5.16. Detail Struktur Atap Sumber : Penulis, 2022
5.3.4 Detail Struktur Atap Berikut merupakan detail struktur atap.
151Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
ArsitekturDesainAkhirStudio
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul152 5.3.5 Detail Skywalk Berikut merupakan detail skywalk Gambar 5.17. Detail Skywalk Sumber : Penulis, 2022
153Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 5.3.6 Detail Pemanfaatan Air Hujan Site Berikut merupakan detail pemanfaatan air hujan site. Gambar 5.18. Detail Pemanfaatan Air Hujan Site Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul154 5.3.7 Detail Fasad Motif Batik Berikut merupakan detail fasad motif batik. Gambar 5.19. Detail Fasad Motif Batik Sumber : Penulis, 2022
155Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 5.3.8 Detail Bukaan Berikut merupakan detail bukaan. Gambar 5.20. Detail Bukaan Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul156 5.3.9 Detail Roof Vent Berikut merupakan detail roof vent. Gambar 5.21. Detail Roof Vent Sumber : Penulis, 2022
157Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 5.3.10 Detail Struktur Berikut merupakan detail struktur. Gambar 5.22. Detail Struktur Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul158 5.3.11 3D Capture Kawasan Berikut merupakan 3D capture kawasan. Gambar 5.23. 3D Capture Kawasan Sumber : Penulis, 2022
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul 159ArsitekturDesainAkhirStudio
BAB VI. Evaluasi Rancangan
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul160 6.1 Evaluasi Bangunan Berikut merupakan evaluasi bangunan lantai 2. Evaluasi Lantai 1 pada Jam 13.00 WIB Evaluasi Potongan 1’1 pada Jam 13.00 WIB 6.1.1 Evaluasi Bangunan Lantai 2 Evaluasi Potongan 2’2 pada Jam 13.00 WIB
161Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 6.1.2 Evaluasi Ruang Lantai 2 Berikut merupakan evaluasi ruang lantai 2. Gambar 6.1. Evaluasi Ruang Lantai 2 Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul162 Berikut merupakan evaluasi masterplan. 6.1.3 Evaluasi Masterplan Jam 07.00 WIB Jam 09.00 WIB Jam 13.00 WIB Jam 15.00 WIB Gambar 6.2. Evaluasi Masterplan Sumber : Penulis, 2022
6.2 Evaluasi Tata Ruang Berikut merupakan layout ruang pameran lantai 2 yang dapat menyesuaikan terhadap bentuk kegiatan.
ArsitekturDesainAkhirStudio
163Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul
Gambar 6.3. Alternatif Layout Ruang Pameran Lukisan Sumber : Penulis, 2022
6.2.1 Evaluasi Fleksibilitas Ruang Pameran Lantai 2 1. Alternatif layout ruang pameran Lukisan Berikut alternatif layout ruang pameran lukisan.
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul164 2. Alternatif layout ruang pameran Batik Berikut alternatif layout ruang pameran batik. Gambar 6.4. Alternatif Layout Ruang Pameran Batik Sumber : Penulis, 2022
Gambar
165Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
2022
3. Alternatif layout ruang pameran Gerabah Berikut alternatif layout ruang pameran gerabah. 6.5. Alternatif Layout Ruang Pameran Gerabah Sumber : Penulis,
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul166 Berikut merupakan pencahayaan ruang menggunakan sistem track LED lamp. 6.2.2 Evaluasi Pencahayaan Ruang Pameran Lantai 2 Gambar 6.6. Penerapan Track LED Lamp Sumber : Penulis, 2022
167Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio 6.3 Evaluasi Struktur Berikut merupakan evaluasi berupa saran pada bagian struktur atap bangunan pameran dan galeri. 6.3.1 Evaluasi Struktur GambarAtap 6.7. Potongan 1’1 dan Potongan 2’2 Pameran dan Galeri Sumber : Penulis, 2022
ArsitekturDesainAkhirStudio Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul168 Berikut merupakan evaluasi berupa saran pada bagian struktur atap bangunan pameran dan galeri. 6.3.2 Axonometri Explode StrukturGambar6.8. Aksonometri Eksplode Struktur Sumber : Penulis, 2022
169Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudioGambar 6.9. Aksonometri Struktur Sumber : Penulis, 2022
Anca, H. (n.d.). Definisi Kebudayaan Menurut Para Ahli. Academia.Edu. Diperoleh Februari 7, 2022, dari https:// www.academia.edu/33722390/Definisi_Kebudayaan_Menurut_Para_Ahli
(2020, September 23). Ruang Terbuka Hijau Di Bantul, Akan Diperbanyak - Website Pemerintah Kabupaten Bantul. Bantulkab. https://bantulkab.go.id/berita/detail/4360/ruang-terbuka-hijau-di-bantul--akan-diperban A.B.N.Syak.htmlKusuma, T. & Hikari Damai, A. (2020). (86) Rumah Tradisional Jawa Dalam Tinjauan Kosmologi, Esteti ka, Dan Simbolisme Budaya [The Javanese Traditional House in Review of Cosmology, Aesthetic, and Cultural Symbolism] | Theodorus AB - Academia.edu. Penelitian Arkeologi, Vol. 6 No. 1. Aditya, I. (2018, July 7). Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Bantul Masih Minim – KRJOGJA. Krjogja. https:// olehArsitursyahLARArifft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/view/669.TAAdhityatma,www.krjogja.com/berita-lokal/diy/bantul/ketersediaan-ruang-terbuka-hijau-di-bantul-masih-minim/Tegar,Musyawaroh&Sumadyo,Amin.(2018).PUSATPAMERANDANKONVENSIDISURAKARDENGANPENDEKATANARSITEKTURFUTURISTIK|Adhityatma|Senthong.jurnal.ft.uns.ac.id.https://jurnal.Febriansyah,Muhammad,Suparno&Yuliarso,Hari.(2021).PENERAPANARSITEKTURNEO-VERNAKUDALAMKONSEPPERANCANGANPUSATPAMERANDANSENIPERTUNJUKANDISURAKARTA|Febrian|Senthong.jurnal.ft.uns.ac.id.https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/view/1254.Studio.(n.d.).PengertianArsitekturNeoVernakular,Ciri-ciri,PrinsipdanContohnya.Arsitur.Com.DiperFebruari7,2022,darihttps://www.arsitur.com/2017/11/pengertian-arsitektur-neo-vernakular.html
170
ArsitekturDesainAkhirStudio Bantul
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan
DAFTAR PUSTAKA (2021). Konsep Desain Arsitektur Neo Vernakular - Arsimedia. arsimedia.com. https://www.arsimedia. (2022).com/2019/05/pengertian-konsep-desain-arsitektur-neo.html.BadanPusatStatistikKab.Bantul.bantulkab.bps.go.id.
https://bantulkab.bps.go.id/.
Kuncoro, Mudrajad. (2010). Aglomerasi Perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta | Kuncoro | Unisia. jurnal.uii. ac.id. https://jurnal.uii.ac.id/index.php/Unisia/article/view/5464.
Ximenes Dasilelo, Alef, Kalsum, Emilya & Jumaylinda Br. Gultom, Bontor. (2021). CULTURAL CENTER KABUPATEN LANDAK | Dasilelo | JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur. jurnal.untan.ac.id. https://jurnal.untan.ac.id/ Esteghlal,index.php/jmarsitek/article/view/45128/75676588392.A.(2016,January1).(PDF)Explainingthe
BENTUKAN ATAP RUMAH TRADISIONAL JAWA. SE
dan Tujuannya dalam Marketing - Accurate Online. https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-pameran/#Pengertian_Pameran
Kartono, J. Lukito. (2005, January 1). KONSEP RUANG TRADISIONAL JAWA DALAM KONTEKS BUDAYA | Lukito Kartono | Dimensi Interior. 203. http://203.189.120.189/ejournal/index.php/int/article/view/16388
NADA (Seminar Nasional Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi), 2, 387-393. Retrieved from https:// Ibnu,eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/senada/article/view/103(2020,November9).Pameran:Pengertian,Manfaat,
Concept of Flexibility in Urban Spaces. Researchgate. https://www.researchgate.net/publication/340133373_Explaining_the_Concept_of_Flexibility_in_Urban_Spac Farida,es A. (2021, November 18). Arsitektur Modern: Pelajari Sejarah, Prinsip, dan Ciri Khasnya. Icreate. dan%20gothic.merujuk%20pada%20bangunan,konstruksi%20penuh%20dekorasi%20seperti%20desain%20victorian%20www.icreate.id/blog/arsitektur-modern/#:~:text=Arsitektur%20modern%20adalah%20istilah%20yang%20https://
Accurate.
Gulam Sofi, Nizar, Widyarthara, Adhi & Tri Harjanto, Suryo . (2017). PUSAT KESENIAN REYOG DI KABUPATEN PONOROGO, TEMA ARSITEKTUR TROPIS MODERN | Pengilon: Jurnal Arsitektur. ejournal.itn.ac.id. https://ejour Hermawan,nal.itn.ac.id/index.php/pengilon/article/view/2144.B.,&Prihatmaji,Y.(2019).PERKEMBANGAN
171Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio Budiwiyanto, J. (2011). TRANSFORMASI POLA TATA RUANG RUMAH TRADISIONAL JAWA KE DALAM POLA TATA RUANG RUMAH TINGGAL SEDERHANA | Budiwiyanto | Pendhapa.. https://doi.org/10.33153/pendhapa. Esperanciov2i1.1171
ArsitekturDesainAkhirStudio dan Kebudayaan Bantul172 Mahardini, Swesti. (2012). Budaya Atau Kebudayaan Berasal Dari Bahasa Sansekerta Yaitu Buddhayah. scribd.com. gertian-kesenian-menurut-para-ahli-lengkap/pong.Id.Teropong.pengertian-arsitektur-modern-menurut.htmlStudio,Pustaka.com.Riadi,php/sinektika/article/view/10591/5439.KalimantanPrasetyo,doc/135985062/Pengertian-Arsitektur-Neo-Vernakular.Pradnyanal.unsrat.ac.id/index.php/daseng/article/view/23679.CENTER.P.pawitroPawitro,BAGAIPalaska,www.merdeka.com/jateng/mengenal-jenis-jenis-pameran-lengkap-beserta-tujuannya-kln.htmlNugraha,erta-Yaitu-Buddhayah.https://www.scribd.com/doc/91233928/Budaya-Atau-Kebudayaan-Berasal-Dari-Bahasa-SansekJevi(2022).“MengenalJenis-JenisPameran,LengkapBesertaTujuannya|merdeka.com.”.https://R.(2007).(86)TATARUANGDANELEMENARSITEKTURPADARUMAHJAWADIYOGYAKARTASEWUJUDKATEGORIPOLAAKTIVITASDALAMRUMAHTANGGA1|RifaldoPalaska-Academia.edu.Udjianto(2012).“PERKEMBANGAN’ARSITEKTURIKONIK’DIBERBAGAIBELAHANDUNIA|udjianto-Academia.edu.”.Bahansubu,Reza,O.Waani,Judy&E.V.Wuisang,Cynthia.(2019).BOLAANGMONGONDOWCULTURALArsitekturNeoVernakular|Bahansubu|JurnalArsitekturDASENG.ejournal.unsrat.ac.id.https://ejourPutra,Tjok.(2013).PengertianArsitekturNeoVernakular.scribd.com.https://www.scribd.com/Iqbal.(2019).PendekatanNeo-VernakularpadaPerancanganTamanBudayaKabupatenLandakBarat|Prasetyo|Sinektika:JurnalArsitektur.journals.ums.ac.id.https://journals.ums.ac.id/index.M.(2021,March11).RuangTerbukaHijau(Pengertian,Tujuan,Fungsi,TipologidanJenisnya)-KajianKajianpustaka.https://www.kajianpustaka.com/2021/03/ruang-terbuka-hijau-rth.htmlA.(2020).PengertianArsitekturModernMenurutParaAhli.Arsitur.https://www.arsitur.com/2015/10/(2017,August5).PengertianKeseniandanPengertianKesenianMenurutParaAhliLengkap.TeroDiperolehFebruary7,2022,darihttps://teropong.id/forum/2017/08/05/pengertian-kesenian-dan-pen
Perancangan Pusat Pameran
173Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
LAMPIRAN
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul174
ArsitekturDesainAkhirStudio
175Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul176
177Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul178
ArsitekturDesainAkhirStudio
179Perancangan Pusat Pameran dan Kebudayaan Bantul ArsitekturDesainAkhirStudio
Video Animasi