Majalah Duta Rimba Edisi 60 September Oktober 2015

Page 1

D U TA R I M B A • M A JA L A H P E R H U TA N I

SOSOK RIMBA

Drs.Otto Ihalauw, MA Bupati Sorong Selatan “Sagu ini Mamanya Orang Papua” RIMBA DAYA

Perputaran Hewan Ternak ala LMDH Wono Salam WISATA RIMBA

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Gunung Prau Favorit Para Pendaki

PACU INDUSTRI Perhutani


SALAM REDAKSI

Visi Menjadi Perusahaan Unggul dalam Pengelolahan Hutan Lestari

Misi Mengelola Sumberdaya Hutan secara Lestari (Planet) Meningkatkan Manfaat Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bagi seluruh Pemangku Kepentingan (People) Menyelenggarakan Bisnis Kehutanan dengan Prinsip Good Corporate Governance (Profit)

ISBN : 2337-6791 Pengarah Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani Penanggung Jawab John Novarly Sekretaris Perusahaan Pemimpin Redaksi Susetiyaningsih Sastroprawiro Kepala Biro Komunikasi Perusahaan Sekretaris Redaksi Ruddy Purnama Redaktur Dadang Kadarsyah • Lusia Diana Tata Usaha M. Agus • Media Indah • Adehika • Guritno Perwakilan Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Kepala Seksi Humas Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten Desain & Layout Tim Duta Rimba Art Works Alamat Redaksi Biro Komunikasi Perusahaan Perhutani Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 10 Jl. Gatot Subroto Senayan, Jakarta PusatTelp: 021 - 5721 282, Fax: 021 - 5733 616 E-mail:redaksi@perumperhutani.com www.perumperhutani.com Naskah DUTA RIMBA adalah majalah dua bulanan yangditerbitkan Perum Perhutani untuk berbagi informasi korporasi kepada internal dan para pihak. Redaksi menerima artikel/naskah softcopy dan berhak melakukan editing sesuai dengan kebutuhan penerbitan.

Kerja Keras

P

embaca yang budiman, selamat berjumpa. Tahun 2015 akan segera berakhir. Kondisi ekonomi di dalam negeri dan global dalam dua bulan terakhir menuntut segenap Direksi Perum Perhutani bekerja ekstra keras. Ini mesti dilakukan karena pencapaian yang diperoleh hingga sekarang, masih agak jauh dari target yang ditetapkan. Untuk mengejar target pendapatan dan laba usaha Perum Perhutani, jajaran Direksi bekerja keras dengan memacu usaha. Sejumlah langkah sudah ditempuh. Kerja keras paling anyar adalah rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meresmikan beroperasinya perusahaan sagu di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat pada akhir tahun ini. Kesediaan Presiden Jokowi hadir ke perusahaan sagu tersebut memacu semangat seluruh jajaran Perhutani mempersiapkannya. Pikiran dan tenaga dikerahkan untuk mempersiapkannya agar pada saatnya, perusahaan sagu ini sungguh-sungguh bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan bisa menjadi pusat pertumbuhan baru di wilayah tersebut. Untuk itu, dalam edisi ini ada tulisan khusus yang mengupas seputar sagu dan persiapan beroperasinya perusahaan sagu tersebut. Itu bisa dibaca dalam Sagu Tabungan yang Siap Diolah dan Perhutani Segera Produksi Sagu. Ditampilkan juga wawancara khusus dengan Bupati Sorong Selatan Drs. Otto Ihalauw, MA dengan judul Sagu Ini Mamanya Orang Papua. Untuk mengetahui lebih jauh persiapan beroperasinya perusahaan sagu tersebut, ditampikan bidikan puluhan foto dengan judul Sagu Harapan Baru di Tanah Papua. Dalam edisi ini, para pembaca juga dapat menemukan tulisan khusus Perhutani dalam menyikapi musim kemarau yang berkepanjangan. Tulisan tersebut adalah Perhutani Gencar Bantu Warga yang Kesulitan Air Bersih, Membangun Embung dan Membuat Sumur Bor, serta Perhutani Perkuat Cegah Dini Kebakaran Hutan. Tidak itu saja, kami juga menyajikan tulisan pemberdayaan masyarakat desa hutan dengan judul Perputaran Hewan Ternak ala LMDH Wono Salam. Ada juga tulisan dalam Warisan Rimba yang berjudul Kedung Putri. Dan tulisan Gunung Prau Favorit Para Pendaki dapat pembaca temukan dalam rubrik Wisata Rimba. Untuk memuaskan keinginan pembaca, kami juga menampilkan tulisan Percepat Reboisasi dengan Trubusan Jati dalam rubrik Inovasi Rimba. Bagi penggemar rubrik sastra, redaksi telah menyiapkan tulisan Serpih Randu dalam rubrik Cerita Rimba. Dan masih banyak tulisan lain yang tidak kalah menarik. Selamat membaca. DR

Majalah Duta Rimba dapat diakses di www.majalahdutarimba.com Perum Perhutani

@PerumPerhutani

www.perumperhutani.com

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 1


SEMAI RIMBA

10 SALAM REDAKSI MITRA RIMBA BENAH DIRI PRIMA RIMBA

1 3 4

- Pacu Industrialisasi Perhutani

6

RIMBA UTAMA - Cara CerdasTingkatkan Pasar Kayu Jati - Sagu Tabungan yang Siap Diolah - Perkuat Riset Pengembangan Bisnis - Perhutani Segera Produksi Sagu

11 14 20 24

RIMBA KHUSUS - Perhutani Gencar Bantu Warga yang Kesulitan Air Bersih - Membangun Embung dan Membuat Sumur Bor - Perhutani Perkuat Cegah Dini Kebakaran Hutan

SOSOK RIMBA

28 32 34

34

38 - Putra Daerah yang Sangat Menjunjung Tinggi Toleransi 43 LINTAS RIMBA 44 LENSA RIMBA - Sagu harapan baru di Tanah Papua 56 BISNIS RIMBA 62 RIMBA DAYA - Perputaran Hewan ternak ala LMDH 66 WARISAN RIMBA - Kedung Putri 70 ENSIKLO RIMBA - Karet sangat berguna untuk Lingkungan 74 UJUNG RIMBA 78 WISATA RIMBA - Gunung Prau Favorit Para Pendaki 80 POJOK KPH - KPH Blitar 84 INOVASI - Percepatan Reboisasi dengan Trubusan Jati 86 - Peneliti Jepang Adopsi Teknologi JPP 89 RIMBA KULINER - Oseng Jantung Pisang Pawitrisnawati 90 RESENSI - Kesuksesan Bisa Diraih oleh Siapa Saja 92 CERITA RIMBA - Serpih Randu 94 - Drs. Otto Ihalauw, MA Bupati Sorong Selatan

44

80

2

DUTA Rimba

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


MITRA RIMBA

Produk Mitra Binaan Harga

: Handycraft : KPH Bogor : Rp. 100.000-Rp. 1.000.000

Alamat

: Vila Bogor Indah

Contact Person : 021.8764758 Cheklie_art@yahoo.co.id

Produk Mitra Binaan Harga

: Aneka gitar : KPH Banyumas Timur : Rp. 500.000-Rp. 1.000.000

Alamat

: Jl. Panjaitan no.55 Banjarnegara

Contact Person : 0281.637071

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 3


BENAH DIRI

Kami sedang mengembangkan sagu di Papua dan ini satusatunya pabrik sagu yang dikelola BUMN. Kami menjadi pioner. Saya punya visi bahwa keberadaan Perhutani di Sorong Selatan, tepatnya di Distrik Kais tidak sematamata industri sagu. Saya ingin pabrik sagu ini bisa menjadi pusat pertumbuhan baru bagi masyarakat di sana. Mustoha Iskandar Direktur Utama Perum Perhutani

Perhutani Bantu

Sejahterakan Masyarakat

D

alam menjalankan usahanya, Perum Perhutani tidak selalu mengutamakan profit. Ada penugasan dari pemerintah yang tidak menghasilkan laba, seperti konservasi, menjaga hutan lindung, menjaga flora dan fauna yang dilindungi. Dengan kondisi seperti itu maka memang tidak mudah mengelola perusahaan seperti Perhutani ini. Ada juga penugasan lain dari pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan, meski itu bukan core bisnis dari Perhutani. Penugasan terbaru tersebut, pada awal tahun

4

DUTA Rimba

2016 akan mulai berproduksi adalah pembangunan pabrik sagu di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua. Presiden Joko Widodo akan meresmikan mulai beroperasinya perusahaan ini, hasil sinergi beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kami sedang mengembangkan sagu di Papua dan ini satu-satunya pabrik sagu yang dikelola BUMN. Kami menjadi pioner. Saya punya visi bahwa keberadaan Perhutani di Sorong Selatan, tepatnya di Distrik Kais tidak semata-mata industri sagu. Saya ingin pabrik sagu ini bisa menjadi pusat pertumbuhan baru bagi masyarakat

di sana. Saya akan integrasikan dengan pendidikan kehutanan, saya akan koneksikan dengan sekolah kejuruan yang ada di Manokwari. Saya akan menggandeng Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. Buat apa ada pabrik sagu, tetapi masyarakatnya tidak sejahtera. Tidak itu saja, saya juga akan menggandeng Kementerian Kesehatan agar di sana dibangun Puskesmas, yang ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan karyawan pabrik sagu. Bayangkan warga di Distrik Kais atau karyawan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


perusahaan sagu kalau sakit, tidak ada fasilitas kesehatan di sana. Kalau harus dibawa kota kabupaten cukup jauh, apalagi kalau hujan, sulit transportasinya.

Program CSR Tidak sulit untuk membangun infrastruktur dan fasilitas lain seperti gedung sekolah, Puskesmas. Nanti saya akan meminta kepada Menteri BUMN Rini Soemarno agar program Corporate Social Responsibility/ CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan dari sejumlah BUMN besar masuk ke Kais, untuk membantu bidang kesehatan dan pendidikan. Sinergi ini akan mengasyikkan. Kami juga dibantu kompleks perumahan karyawan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebayak 50 unit rumah tipe 36. Ini bisa dijadikan sebuah pilot proyek, bagaimana kondisi rumah itu bersih, higienis. Semuanya ini diharapkan nanti bisa menjadi pusat pertumbuhan baru. Masyarakat di sana butuh edukasi dengan contoh nyata. Masyarakat setempat harus dipacu peningkatan kualitas SDM-nya. Jangan sampai nanti tenaga kerjanya dari Jawa, itu bisa timbul konflik baru. Ini kami harus siapkan warga lokal, di sana harus dibangun sekolah, disiapkan internet agar masyarakat cepat maju dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Pertama Perhutani masuk ke Sorong Selatan, dengan menerapkan model pengelolaan hutan bersama masyarakat dan membentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), yang ini membuat kami diterima masyarakat. Perhutani merupakan satu-satunya perusahaan yang masuk ke Papua, tanpa “dipalang”. Itu istilah mereka di sana. Bisa masuk ke Sorong Selatan dengan lancar. Penyelesaian pembangunan pabrik sagu di Papua ini harus cepat karena pada 1 Januari 2016, Presiden Joko Widodo akan ke sana. Karena itulah kami kerja keras menyiapkan berbagai fasilitasnya, termasuk guest house yang memadai serta berbagai perlengkapan lainnya. Perhutani mengelola kawasan hutan produksi dan hutan lindung di Indonesia, khususnya Pulau Jawa dan Madura sejak tahun 1972. Bisnis perusahaan kehutanan tertua di dunia dalam sejarah ini, berorientasi pada tercapainya sustainability planet, profit, dan people secara terintegrasi di wilayah kerja kawasan hutan negara Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten.

Sustainability Forest Management (SFM) atau Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) merupakan komitmen sekaligus best practice Perum Perhutani dalam membangun hutan secara lestari. Tujuannya untuk mengoptimalkan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan secara berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep sustainable development. Pembangunan yang berkesinambungan untuk memenuhi hajat hidup manusia tanpa mengabaikan kebutuhan generasi selanjutnya agar mereka dapat pula menikmati apa yang dinikmati generasi saat ini. Dengan visi, misi dan tata nilai yang telah ditetapkan, Perhutani akan mewujudkan kepentingan negara, pemegang saham dan perusahaan serta masyarakat secara berkelanjutan dengan fokus pada strategi kinerja, efektifitas dan efisiensi, serta program transformasi bisnis. Komitmen kami untuk mengeksplorasi lebih jauh pengelolaan sumber daya hutan kelas dunia yang berdedikasi, senantiasa meningkatkan nilai hutan Indonesia dengan mengembangkan produk layanan yang relevan dan kreatif.

Langkah Efisiensi Kondisi internal Perhutani tidak bisa dipisahkan dengan keadaan ekonomi di Tanah Air, bahkan dengan kelesuan ekonomi yang melanda dunia. Berbagai langkah telah dan sedang dilakukan untuk itu. Langkah nyata untuk menyiasati kondisi ekonomi yang lesu kuncinya adalah dengan efisiensi. Namanya dalam manajemen cost reduction (pengurangan biaya), bagaimana kami me-reduct biaya-biaya yang bisa diefisienkan. Investasi-investasi yang bisa ditunda, ya ditunda sementara sampai tahun depan. Meski terjadi pelambatan ekonomi secara global dan nasional, strategi jangka panjang Perhutani tetap harus dengan konsisten dijalankan. Rekrutmen karyawan baru tetap dilakukan jika itu memang tuntutan perusahaan. Karyawan Perhutani sebetulnya sudah kebanyakan, namun rekrutmen ini kebutuhannya berbeda. Di beberapa bagian yang tidak terlalu dibutuhkan, manajemen juga lakukan spin of rekrutmen ini karena memang dibutuhkan sekali mereka. Misalnya kami akan kembangkan Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin (PDGT), tapi kami hanya mempunyai sedikit sekali tenaga kimia yang kompeten. Bisa dibayangkan.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Apa kami harus mengandalkan tenaga yang ada, tidak mungkin. Harus banyak sarjana kimia dan akan saya sekolahkan S2, karena kami perlu tenaga chemical engineering, orang-orang yang paham di bidang itu. Bagaiamana yang kembangkan PDGT dipegang sarjana kehutanan semua, apakah sarjana kehutanan itu serba bisa. Untuk itu, harus ada sarjana nonkehutanan, sarjana kimia yang ahli di bidang itu. Kami juga butuh sarjana hukum karena persoalan hukum itu luar biasa. Sarjana hukum kami sekarang hanya beberapa orang saja. Kami juga rekrutmen para sarjana marketing yang nanti tugasnya keliling mencari pasar. Jangan kita kerjanya seperti jam kantor Indonesia, jam 16.00 sudah pulang. Padahal, Eropa itu transaksinya khan malam, transaksinya jam 00.00 karena beda delapan jam dengan kita. Ini gaya bekerja kita seperti sekarang ini harus diubah sehingga harus ada kantor khusus untuk marketing, nggak bisa seperti di sini jam 16.00 sudah bubar, bagaimana mau transaksi. Untuk bisa semakin menyejahterakan masyarakat, ke depan sektor usaha nonkayu akan dikembangkan. Untuk gondorukem dan terpentin itu harganya sangat dinamis, tergantung pada situasi pasar. Oleh karena itu, untuk ke depan saya lebih menitikberatkan pada sektor kayu putih karena potensinya relatif bagus, baik harga maupun pasarnya. Kelebihan lain dari kayu putih, tidak terlalu lama investasinya sampai masa menghasilkan produk. Tanaman kayu putih, tiga tahun dari saat ditanam, sudah bisa menghasilkan produksi, sudah bisa dipanen. Untuk kayu putih khan trubusan, petik daun akan muncul daun lagi, begitu seterusnya. Kami targetkan memiliki lahan tanaman kayu putih sekitar 50 ribu hektare, dan per hektare ada 10 ribu pohon. Kami berharap dengan aneka strategi tersebut di atas, Perhutani tetap dapat menjalankan penugasan dari pemerintah dengan baik. Di sisi lain bisnis yang diembannya juga beroperasi dengan lancar dan mendatangkan laba. Semua itu merupakan wujud dari komitmen kami untuk terus berkiprah secara nyata membantu mensejahterakan masyarakat. Tentu kami juga butuh dukungan dari semua pihak terkait agar hasilnya sungguh memuaskan. DR

DUTA

Rimba 5


PRIMA RIMBA

Perhutani Pine Chemical Industry di Pemalang

6

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Pacu Industrialisasi Perhutani Kondisi ekonomi dunia yang penuh dinamika sangat mempengaruhi kinerja banyak perusahaan di Tanah Air. Jajaran direksi Perum Perhutani dituntut membuat langkah strategis guna menyiasatinya. Di satu sisi butuh upaya memacu pemasukan yang tetap tinggi dan di sisi lain bagaimana diupayakan agar bisa menekan biaya pengeluaran, tanpa mengganggu kinerja perusahaan. Dengan kerja keras seluruh jajarannya, Perhutani berusaha tetap dapat menjalankan bisnis usahanya dengan baik.

M

engurus perusahaan yang mengandalkan sumber daya alam seperti Perum Perhutani bukan persoalan mudah. Faktor ketidakpastiannya sangat tinggi dan kompleks. Belum lagi waktu panen yang begitu panjang. Seperti Perhutani tanam pohonnya sekarang, hasilnya baru sekitar 20-30 tahun lagi bisa dinikmati. Di sini dibutuhkan kejelian jajaran direksi untuk melihat peluang dan menangkapnya untuk menambah pundi-pundi keuntungan. Di saat musim kemarau yang kini tengah melanda hampir seluruh wilayah Tanah Air, membuat kekeringan banyak terjadi di sejumlah wilayah. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dalam kesehariannya bersinggungan langsung dengan masyarakat, Perhutani tidak bisa tinggal diam. Masyarakat di sekitar hutan banyak yang menderita karena kurang tersedianya air bersih. Banyak sumber mata air kering, begitu juga sungai yang menyusut debit airnya, bahkan ikut kering. Beban masyarakat pun bertambah karena untuk mendapatkan air bersih harus berjuang menempuh perjalanan jauh atau di beberapa tempat harus membeli. Ini membuat pengeluaran membengkak. Melihat kondisi tersebut, jajaran Perhutani di berbagai wilayah

langsung turun tangan. Dengan cepat bantuan mengalir ke masyarakat yang membutuhkan. Ratusan atau malah mungkin ribuan tangki bantuan air bersih sudah disalurkan ke masyarakat yang tengah menderita tersebut. Untuk itu, kemarau yang berkepanjangan jelas butuh antisipasi dini dengan berbagai persiapan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan. Jika terjadi, butuh kerja cepat mengatasinya agar kerugian dapat ditekan seminimal mungkin. Perhutani pun sudah menggelar apel kesiagaan jauh-jauh hari, melakukan pelatihan pemadaman kebakaran hutan dan lahan, sosialisasi akan bahaya kebakaran hutan, bahkan melarang siapa pun, termasuk para pesanggem membakar ranting dan daun-daun kering di kawasan hutan. Meski sumuanya sudah dilakukan, kebakaran hutan pun masih juga terjadi dan menimbulkan korban nyawa dari warga dan personil Perhutani. Ini sungguh memprihatinkan. Akibat kelalaian manusia, kebakaran terjadi pada Sabtu (31/10), di Petak 166a RPH Sawo, BKPH Ponorogo Timur, KPH Lawu Ds. Petak tersebut masuk wilayah administratif Dusun Krajan, Desa Tumpak Pelem, Kecamatan Sawo, Kabupaten Ponorogo. Kejadian berawal dari kegiatan dua pesanggem dan penyadap getah pinus mitra kerja Perhutani

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

yang tengah membersihkan dan mengumpulkan daun kering di lahan garapannya untuk persiapan musim tanam. Mereka berusaha membakar sedikit daun kering meskipun ada papan larangan dan telah dilarang langsung oleh mandor Perhutani. Petugas Perum Perhutani dibantu masyarakat, Polsek, dan Koramil Sawoo telah berusaha membantu memadamkan api, tetapi naas ada korban jiwa satu orang meninggal. Korban bernama Djadi (70 tahun), alamat RT 1 RW 1 Dusun Krajan, Desa Tumpak Pelem, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Keteledoran beberapa orang itu menyebabkan hilangnya sekitar 1 hektare hutan pinus. Sebanyak 400 pohon pinus hangus terbakar, dengan nilai kerugian diperkirakan Rp 435 juta. Peristiwa ini harus bisa diambil hikmahnya bagi seluruh jajaran Perhutani, khususnya para mitra kerjanya, para pesanggem dan anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Pacu Pertumbuhan Bisnis Dengan berbagai kondisi tersebut, Perhutani tetap berusaha memacu pertumbuhan bisnisnya. Seperti disampaikan Direktur Utama Perum Perhutani (Dirut Perhutani), Mustoha Iskandar. Menurut dia, ke depan perusahaan akan lebih menitikberatkan

DUTA

Rimba 7


PRIMA RIMBA

Dok. kom. PHT

Tanaman Kayu Putih

pada sektor kayu putih karena peluangnya relatif bagus, baik harga maupun pasarnya. Selain itu, tidak terlalu lama waktu tunggu sampai menghasilkan produk. Menurut penghitungan Mustoha, bisa diraih pendapatan sekitar Rp 4,2 triliun dari kayu putih. Ini sungguh efektif dan harganya tidak fluktuatif. Sekarang Perhutani dari kayu putih baru dapat Rp 60 miliar. Itu dari lahan 30 ribu hektare, namun tidak efektif karena tidak intensif. Oleh karena itu, Perhutani harus fokus di minyak kayu putih. Ini yang sedang dikembangkan pada tahun 2015. Kayu putih dianggap sepele saja, karena Perhutani masih fokus pada kayu jati saja selama ini. Padahal, tambah Mustoha, kayu jati itu sumber konflik dan investasi lebih dari 20 tahun. Itu sudah tidak masuk akal. Untuk bisa menikmati hasil dari kayu jati itu paling tidak 20 tahun, apalagi ada yang 40 tahun. Untuk ke depan, Perhutani yakin trennya bukan kayu lagi, tetapi sektor lain sehingga biarkan hutan itu tumbuh secara alamiah dan normal. Selain kayu putih, Perhutani sekarang

8

DUTA Rimba

juga mengembangkan pangan, terutama jagung. Ini akan menjadi andalan karena perusahaan tidak bisa lagi bertumpu pada kayu dan nonkayu, yang selama ini konotasinya gondorukem dan terpentin. Tampak di sini bahwa Dirut Perhutani ingin menegaskan nonkayu itu juga bisa pangan. Tahun depan dipatok dapat diproduksi 1,2 juta ton jagung. Kalau dari jagung itu bisa menghasilkan 1,2 juta ton, yang ini berarti dikalikan 1000 kg, jadi 1,2 miliar kg. Itu dikalikan 2 ribu per kg sehingga didapat pendapatan Rp 2,4 triliun. Dari jagung menghasilkan pendapatan, Rp 2,4 triliun ditambah kayu putih Rp 4,2 triliun, sudah Rp 6,6 triliun. Jika ditambah dari sektor lain, termasuk gondorukem dan terpentin serta yang lain, pendapatan bisa mencapai Rp 10 triliun. Namun, itu baru nanti bisa dirasakan, 3-5 tahun ke depan karena untuk kayu putih perlu waktu 3 tahun dari tanam hingga bisa dipanen. Terkait kendala kalau Perhutani ingin menambah lahan untuk tanam jagung, Mustoha menjelaskan, kendalanya pada jarak tanam jagung, yang selama ini masih konvensional, 3

X 3 meter. Ini khan butuh kontinuitas tanaman berarti jarak tanam harus lebar, misalnya 6 X 2 meter. Oleh karena itu, pihaknya sedang mempersiapkan apa yang disebut zona adaptif. Itu artinya di luar jarak tanam konvensional, Perhutani menyiapkan lahan-lahan untuk mendukung ketahanan pangan pada zona adaptif supaya petani dapat menanam padi terus menerus di situ. Kalau dengan jarak tanam 3 X 3 meter itu tidak bisa terus menerus karena lajur pohon menutup lahan di bawahnya.Selain itu, manajemen juga sedang menggarap bisnis lain, yakni pinjam pakai aset supaya perusahaan punya share, punya royalti di sana. Dengan begitu, perusahaan mendapat penghasilan dari bisnis pinjam pakai aset.

Tiga Kluster Wisata Dalam rangka memacu pendapatan ke depan, Perhutani yang memiliki 122 lokasi tempat wisata alam akan mengembangkan pariwisanya. Saat ini, kontribusinya masih sangat kecil, tapi sesungguhnya sektor ini cepat menghasilkan pendapatan. Perhutani akan mengembakan tiga kluster.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Pertama, Ciwidey ada kawah putih, patuha resort, dan yang lainnya. Kedua, Cikole termasuk Cilember, Puncak. Ketiga, Banyuwangi. Ketiga kluster ini akan dikembangkan ke depan secara menyeluruh. Misalnya untuk kluster Cikole dibuat satu master plan menyeluruh, mau dibuat seperti apa Cikole ke depan itu sehingga setiap tahun investasinya tinggal mengikuti master plan tersebut, nanti masing-masing kluster akan dibuatkan master plan-nya. Perhutani juga sedangkan mengembangkan industri sagu di Tanah Papua. Atas penugasan pemerintah, pada awal tahun 2016 akan beroperasi pabrik sagu di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut penghitungan, dari pabrik ini juga dapat menyumbangkan keuntungan bagi perusahaaan di masa mendatang Mustoha ingin pengembangan industri sagu ini bisa menjadi pusat pertumbuhan baru bagi masyarakat Sorong Selatan. Caranya, dengan mengintegrasikan pabrik ini dengan pendidikan kehutanan, dikoneksikan dengan sekolah kejuruan yang ada di Manokwari. Berdirinya pabrik ini harus bisa meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat setempat. Dengan hadirnya pusat pertumbuhan baru maka ini butuh edukasi kepada masyarakat di sana. Masyarakat setempat harus maju di berbagai sektor. Jangan sampai nanti tenaga kerjanya dari Jawa, itu bisa timbul konflik baru. Untuk itu, harus disiapkan warga lokal, di sana harus dibangun sekolah, disiapkan internet agar masyarakat cepat maju dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Keterbatasan anggaran pemerintah bisa disiasati dengan pengerahan dana dari sejumlah BUMN lewat program Corporate Social Responsibility/CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan. Niscaya, jika itu dapat diwujudkan, Distrik Kais, di Kabupaten Sorong Selatan tidak lama lagi akan menjadi daerah yang maju diiringi oleh kemajuan masyarakatnya juga karena sarana kesehatan dan pendidikan tersedia dengan lengkap. Sinergi ini sejalan dengan program yang dicanangkan pemerintah lewat Kementerian BUMN, yakni BUMN hadir untuk negeri. Kehadiran banyak BUMN secara sinergis akan sungguhsungguh dirasakan masyarakat terpencil, di ujung timur Indonesia. Kemajuan daerah ini akan menjadi lebih cepat lagi, kalau sejumlah perusahaan swasta besar di Tanah Air juga menggelontorkan dana CSR mereka. Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani, Teguh Hadi Siswanto,

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani Teguh Hadi Siswanto

mengatakan sepanjang 2015, Perhutani fokus memproduksi gondorukem dan terpentin dengan perolehan pendapatan Rp2,3 triliun dari sektor industri nonkayu. Sementara dari sektor industri kayu mencapai Rp1,6 triliun. Tren masa depan, Perhutani akan memproduksi kayu-kayu kecil dengan ukuran diameter kurang dari 19 cm. “Produksi lima tahun ke depan diperkirakan 1 juta kubik yang didominasi kayu-kayu kecil. Itu sebabnya, Perhutani berusaha untuk mendayagunakan potensi kayu yang tersedia,” kata Teguh.

Ingin Menggeser Brasil Sementara dari sektor industri nonkayu, Perhutani ingin menggeser posisi Brasil sebagai negara penghasil gondorukem terbesar di dunia dengan volume produksi 155.000 ton per tahu. “Kami menargetkan produksi 220.000 ribu ton gondorukem pada 2029,” ujar Teguh. Itu sebabnya, Perhutani mulai berbenah. Strategi yang dipilih adalah peremajaan dan perluasan wilayah. Teguh menuturkan sebagian besar pohon penghasil gondorukem yang tersebar di Pulau Jawa sudah mulai tua. Itu sebabnya, peremajaan mutlak dilakukan untuk mencapai produksi tinggi. Adapun perluasan wilayah dilakukan di Aceh.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Menurut Teguh, total terdapat 220.000 hektare hutan pinus— penghasil gondorukem—yang sudah dikelola Perhutani. Untuk mencapai target produksi, masih ada 70.000 hektare wilayah yang harus digarap. Perhutani juga memasok gondorukem dari Sulawesi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sementara produk-produk lain seperti madu, cengkeh, kopi, dan aren, Perhutani melakukan evaluasi. Produk yang kurang mendatangkan keuntungan akan dihapus. “Perhutani harus fokus menanam jati, pinus, sengon, dan kayu energi. Lainnya bisa dikerjakan oleh anak-anak perusahan,” ujar Teguh. Mengenai sektor pariwisata, Perhutani fokus di dua tempat yakni Banyuwangi dan Bandung. “Tujuan wisata di Indonesia adalah Batam, Bandung, Jakarta, Bali, dan Banyuwangi,” ujar Teguh. Itu sebabnya, Perhutani mulai mengelola Pulau Merah di Banyuwangi. Kepala Divisi Industri Kayu Perum Perhutani, Adi Pradana mengatakan divisi industri kayu masih mengunggulkan kayu jati. Hampir 70% produk industri kayu berbasis pada kayu jati. Untuk menopang produksi, Perhutani mengelola sejumlah pabrik pengolahan kayu jati yang tersebar di beberapa kabupaten di Pulau Jawa, seperti Semarang, Cepu, Gresik,

DUTA

Rimba 9


PRIMA RIMBA

Dok. kom. PHT

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menjelaskan potensi jagung di lahan Perhutani kepada Presiden RI, Jokowidodo

Jatirogo, dan Ngawi. Produk kayu jati meliputi furniture, housing component, dan flooring. Sebanyak 80% produk kayu jati tersebut digunakan untuk memasok kebutuhan pasar ekspor. Sebagian besar produk diekspor ke China dan Eropa. Asisten Direktur Pengembangan Bisnis Perum Perhutani, Gunung Djoko Suharjo menjelaskan secara keseluruhan potensi yang bisa dikembangkan di Perhutani cukup besar, baik yang berbasis air, mineral, kayu, dan gas bumi. Ada juga peluang pengembangan pada aset ada bangunan. Ada sembilan potensi yang kini terus dikembangkan. Kesembilan potensi tersebut adalah kayu bundar dan olahan, produk kimia hutan, ekoturisme, flora dan fauna, produk pangan dan kesehatan, benih dan bibit, foresty training & development, energi terbarukan, retail & properti. Yang potensi gas bumi belum dikembangkan. “Kami melayani yang kini sedang digarap dengan Pertamina, masih dalam proses untuk mendapatkan legalitas untuk mengolahnya,” kata Gunung. Perhutani juga sedang menjalin kerja

10

DUTA Rimba

sama dengan perusahaan KBTA dari Korea Selatan untuk energi terbarukan, biomassa. Untuk PLTA, tambah Gunung, banyak pihak yang mengajukan kerja sama dengan Perhutani dan sudah dilakukan peninjauan ke lapangan untuk melihat potensi-potensi yang bisa dikembangkan bersama mitra kerja. Ini sudah dirintis dengan perencanaan lapangan, cuma pelaksanaan untuk pembangunan belum. “Bisnis yang sudah running, antara lain pabrik sagu, yang sebentar lagi dioperasikan. Untuk aset dan bangunan, kami terkendala dengan DPR karena itu pengembangannya belum bisa berjalan sebagaimana yang kami harapkan. Yang bisa dilakukan sekarangn hanya menyewakan saja sehingga belum optimal,” kata Gunung. Perhutani mengharapkan pengembangan aset dapat dilakukan dengan seoptimal mungkin. Perhutani memiliki tanah, ini bisa dijalin kerja sama dengan mitra yang bisa membangun dan selanjutnya dikelola bersama, lalu sharing hasil. Ini belum jalan, nanti yang menangani pengembangan dan

pengelolaan aset (PPA). Untuk pengelolaan aset ini sekarang yang sudah jalan seperti apa? “Yang ada sekarang hanya menyewakan gedung dan tanah, belum pengelolaan bersama. Sewa tanah bisa dengan luas tertentu di lokasi tertentu selama jangka waktu yang disepakati. Mitra bisa menggunakan sesuai dengan rencana bisnisnya,” kata Gunung. Gunung pun menuturkan peluang bisnis Perhutani yang prospeknya bagus saat ini, di antaranya pengembangan rest area di lahanlahan Perhutani. Saat ini sedang dalam penjajagan. “Bisnis yang sudah dikembangkan dan telah memberikan profit terbagus masih kayu dan getah, tapi ke depannya bisnis kayu akan dikurangi sehingga nonkayu lebih tinggi dari kayu,” kata Gunung. DR

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


“Indonesia Designer Challenge 2016”

Cara Cerdas Tingkatkan Pasar Kayu Jati Berbagai cara harus ditempuh untuk membuka pasar baru. Dengan melibatkan para desainer, Perhutani menggelar kompetisi untuk menciptakan inovasi desain kayu jati berdiameter kurang dari 20 cm. Diharapkan ini akan memperlebar pasar kayu jati produk Perhutani.

S

ebagai tantangan bagi para desainer, mereka dapat menciptakan inovasi desain kayu jati berdiameter kurang dari 20 cm,” kata Mustoha saat menyampaikan digelarnya kompetisi desain mebel yang disebut dengan Indonesia Designer Challenge (IDC) 2016, di Jakarta, baru-baru ini. Menurut Mustoha, tantangan menciptakan inovasi desain kayu jati berdiameter kurang dari 20 cm dipilih karena dengan model pengelolaan hutan yang adaptif terhadap dinamika sosial dan lingkungan, produksi kayu dengan diameter kurang dari 20 cm akan semakin besar potensinya. Total kayu bundar (log) jati Perhutani bersertifikat FSC lebih kurang 400.000 m3. Kayu-kayu bersertifikat, tambah Mustoha, sebagian diolah di industri-industri kayu Perhutani di Cepu, Brumbung, dan Gresik yang juga bersertifikat FSC dengan kapasitas total 60.000 m3. Pada Juni 2015 Kementerian Perindustrian menyatakan Indonesia memiliki keunggulan dari segi ketersediaan bahan baku dan desainer mebel yang andal dalam menghadapi

persaingan global. Namun, dalam kenyataannya Kementerian Perindustrian melalui website-nya mencatat nilai ekspor mebel Indonesia 2014 hanya sebesar US$ 1,7 miliar, kalah bersaing dengan Vietnam yang membukukan nilai ekspor hingga US$ 4 miliar. Nilai ekspor mebel dunia tahun 2014 diperkirakan sebesar US$ 122 miliar, didominasi oleh China sebesar US$ 45 miliar. Sementara itu sejalan dengan membaiknya perekonomian global pemerintah optimistis dapat menargetkan kenaikan ekspor mebel hingga 20%.

Tingkatkan Daya Saing Kompetisi ini dilaksanakan untuk membantu pemerintah dalam upaya mencapai target kenaikan ekspor. Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) bersama Forest Stewardship Council® (FSC®) didukung oleh Perum Perhutani, William E Connor & Associates Ltd. (WECA), dan BioIndustri berkolaborasi meningkatkan daya saing mebel Indonesia melalui kompetisi desain

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

mebel, IDC 2016. IDC 2016 merupakan ajang kompetisi desainer pertama di Indonesia yang bertujuan menempatkan para desainer Indonesia sebagai poros utama penggerak industri kreatif di Indonesia. Ini dilakukan dengan menekankan pada proses produksi dan penggunaan bahan baku kayu dan bahan penunjang lain yang ramah lingkungan. FSC adalah lembaga swadaya masyarakat, nirlaba, dan independen yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggung jawab di seluruh dunia. Melalui sistem sertifikasi yang ketat, FSC menyiapkan standar yang diakui secara internasional agar perusahaan dan komunitas pengelola hutan dapat terdorong dan mengembangkan praktik kehutanan yang lebih baik dan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan di Indonesia dan juga dunia. Dalam sejarah sertifikasi hutan di Indonesia dengan standar FSC, Perum Perhutani merupakan perusahaan pertama di dunia yang mendapat sertifikat Well Managed Forest tersebut pada tahun 1990. Selain telah mengantongi Sertifikat Legalitas Kayu (SLK) untuk seluruh unit manajemen sesuai mandatory yang ditetapkan pemerintah, Perum Perhutani juga menerapkan sertifikasi voluntary guna pelayanan prima. Setelah mengalami pasang surut proses sertifikasi hutan, saat ini ada tujuh unit manajemen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani telah mengantongi sertifikat sustainable forest management DUTA

Rimba 11


RIMBA UTAMA standar FSC. Ketujuh KPH tersebut adalah Madiun, Banyuwangi Utara, Cepu, Randublatung, Kebonharjo, Kendal, dan Ciamis. Diharapkan jumlah unit manajemen akan semakin bertambah, apabila KPH Banten dalam waktu dekat lolos proses sertifikasi FSC ini. Program sertifikasi hutan secara mandatory dan voluntary merupakan salah satu dari komitmen Perhutani sebagaimana visinya, yaitu menjadi perusahaan unggul dalam pengelolaan hutan lestari. Ketua HDMI, Bambang Kartono Kurniawan, mengatakan peran desainer dalam industri mebel masih sangat lemah. Memang para desainer mebel Indonesia diberi ruang tampil dalam setiap event pameran internasional, namun desain yang dihasilkan masih dipandang sebatas pemanis visual semata. “Padahal peran desainer sangat penting dalam menentukan daya saing mebel kita di dunia internasional. Lemahnya riset selera pasar, isu lingkungan, dan sulitnya menjalin kerja sama dengan industri masih menjadi hambatan bagi para desainer sehingga performa desainer Indonesia tidak menonjol di mata para buyers dan industri,” kata Bambang. Hal senada dikatakan oleh Tophan Anggoro Putra, perwakilan dari WECA - sebuah perusahaan global yang bergerak di bidang merchandisingsourcing yang mewakili puluhan klien internasional. Menurut Tophan, desain mebel dari Indonesia kini telah tertinggal 5 tahun dari negara-negara lain.

Prediksi Tren Pasar Para buyer dari Amerika Serikat maupun Eropa, tambah Tophan, tidak melihat desain mebel baru dan inovatif yang muncul dari Indonesia, sehingga mebel Indonesia kurang mampu bersaing dibanding negara lain. Hal ini diperburuk lagi dengan kenyataan bahwa mayoritas para desainer Indonesia tidak bisa memperoleh data mengenai prediksi tren pasar terbaru dan selalu ketinggalan. Sementara itu, Ketua IDC 2016, Cosmas Tri Susantho, mengatakan berbeda dengan kompetisi desain yang lain, IDC2016 yang pertama kali digelar di Indonesia ini akan menjadi ikon baru dalam industri furniture berbasis desain di Indonesia. IDC menyediakan solusi di mana desainer, industri, dan pasar bisa terhubung dengan baik sehingga mampu bersaing di tengah persaingan global.

12

DUTA Rimba

Foto : Shutterstock

Menurut Cosmas, IDC dirancang sebagai ajang untuk mengidentifikasi talenta berbakat dari Indonesia dan berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pesertanya sehingga hasilnya dapat diterima pasar. Di kompetisi ini perwakilan dari para buyer internasional akan menilai langsung karya para desainer. “Selain melakukan sosialisasi di lima kota, yaitu Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dan Jakarta, juga dilakukan promosi di media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram. Nantinya 50 desain dan konsep yang masuk serta 20 nominator desain, konsep dan prototypenya akan dipamerkan di ajang pemeran mebel internasional di Jakarta tahun 2016,” kata Cosmas. Hartono Prabowo, FSC Perwakilan Indonesia, menambahkan tema IDC 2016, yaitu More Than Wood. Tema ini

dipilih untuk memberikan dorongan bagi designer menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan melalui sentuhan desain terhadap produk berbasis kayu sehingga berdampak nyata bagi upaya konservasi hutan di Indonesia. Design, tambah Hartono, diharapkan dapat meningkatkan nilai produk, khususnya kayu yang berasal dari hutan alam maupun hutan tanaman yang berumur panjang. Peningkatan dari sekedar produk massal; seperti plywood, lantai, komponen bangunan yang cenderung eksploitatif yang berpeluang meningkatkan laju kerusakan kehilangan hutan alam; menjadi produk bernilai dan berharga tinggi, sehingga dapat menekan tingkat eksploitasi hutan dan memberikan kesempatan bagi hutan memulihkan kondisinya. “Penggunaan bahan baku kayu NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Foto : Shutterstock

dari hutan yang telah bersertifikat FSC, yang melambangkan hutan yang dikelola secara bertanggun jawab, kita harapkan mampu mendapatkan perhatian lebih dari konsumen global, khususnya Amerika dan Eropa. Dengan itu semua mampu mendorong nilai kompetitif desain mebel dari Indonesia,” kata Hartono. Arifin Wicaksono dari Bio Industries menambahkan, sebagai pelopor produsen bahan pendukung industri mebel ramah lingkungan berstandar internasional, turut aktif mendukung kompetisi ini. “Kami berharap IDC dapat menjadi salah satu motor penggerak industri mebel Indonesia,” katanya. Mebel dari bahan kayu jati yang paling dikenal orang adalah karena keawetannya dan daya tahannya terhadap perubahan cuaca dibandingkan dengan jenis kayu lain. Selain itu pula karakter serat dan

warnanya memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itulah harga kayu jati lebih mahal. Memasuki pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ini kemungkinan permintaan mebel jati akan terus meningkat. Namun demikian produksi mebel perajin sebagian belum mampu memenuhi permintaan pasar internasional dan nasional yang sangat tinggi tersebut, sehingga diperlukan kerja sama yang baik antar pihak-pihak terkait. Terkait dengan produk kayu jati, saat ini masih sangat kurang, karena sebagian besar pengerjaan untuk menghasilkan seni ukir yang berkualitas prima sehingga produksi manual ini membutuhkan waktu yang lama. Namun demikian tentu saja tidak ada yang salah dengan pengerjaan yang dilakukan secara tradisional ini karena justru hal ini yang membuat mebel jati Indonesia dikenal di pasar

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

internasional. Keunggulan mebel jati sehingga menjadi brand yang dikenal mendunia itu terletak pada keunggulan di segala sisi detail interiornya. Maka tidak heran jika mebel ini terlihat lebih menawan dan istimewa dari segi desainnya dan lebih terasa nyaman dan kokoh dari segi konstruksinya. Jika peluang bisnis ini bisa dimanfaatkan perajin dengan sebaik-baiknya dengan meningkatkan kualitas dan produktivitas, agar mebel jati menjadi sumber mata pencarian utama masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan perputaran ekonomi nasional. Jika pasar mebel jati makin terbuka lebar karena diminari buyer dari luar negeri, otomatis pasar kayu jati juga akan meningkat. Pada ujungnya ini juga akan menaikkan pendapatan Perhutani. DR

DUTA

Rimba 13


RIMBA UTAMA

Proses Penebangan Pohon Sagu

14

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Sagu Tabungan yang Siap

Diolah

Persediaan sagu yang melimpah di Tanah Papua harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat. Selama ini tanaman sagu yang menyehatkan ini banyak terbuang percuma, tanpa diolah. Padahal, pasar sagu terbuka lebar. Ketersediaan tepung sagu akan dapat menekan impor tepung selama ini.

S

ebutan sego untuk nasi dalam bahasa Jawa, tampak merujuk pada sagu sebagai makanan pokok, meski saat ini sudah berbahan baku beras. Sebenarnya, sagu adalah sebutan untuk sejenis tepung dibuat dari pati batang pohon rumbia. Jadi pohon atau tanamannya disebut rumbia sedangkan salah satu produknya adalah tepung sagu. Rumbia termasuk tanaman multi guna. Selain menghasilkan bahan makanan, hampir semua bagian dari pohon ini dapat dibuat aneka produk yang berguna bagi manusia. Tanaman sagu kemungkinan dapat dikatakan

sebagai salah satu kekayaan hayati asli Indonesia dengan memperhatikan areal tumbuhan yang tersebar luas di wilayah Tanah Air. Tumbuhan sagu batangnya memberikan sumber pangan karbohidrat. Lebih jelasnya dapat disimak apa yang ditulis penyuluh dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP), Harnati Rafiastuti soal sagu ini. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang diyakini berasal dari sekitar Danau Sentani, Jayapura, Papua. Di daerah ini memang dijumpai beragam plasma nutfah sagu yang paling tinggi.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Sagu terutama tumbuh di lahan rawa, payau atau yang sering tergenang air di mana tanaman lain tidak bisa tumbuh. Menurut Harnati, keunggulan utama tanaman sagu adalah terletak pada produktivitasnya yang tinggi. Produksi sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering per hektare per tahun. Harnati mengatakan jika mendengar seseorang menyebut sagu, pikiran orang akan langsung melayang ke wilayah Tanah Papua dan Maluku. Padahal, sebenarnya sagu bukan hanya hidup dan tumbuh di dua daerah itu. Sagu juga DUTA

Rimba 15


RIMBA UTAMA

Dok. kom. PHT

Dirut perhutani meninjau persiapan pengoperasian pengolahan sagu

menjadi salah satu sumber pangan bagi masyarakat di Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Tanaman Multifungsi Harnati menyebut sagu merupakan tanaman one for all karena memiliki multifungsi yang prokehidupan berkelanjutan. Mulai dari akarnya yang berfungsi menjaga tata air (fungsi hidrologis) dan mencegah banjir, patinya untuk meningkatkan ketahanan pangan, dan sebagai sumber bahan baku industri pangan, kosmetik, dan industri kimia. Tidak itu saja, batangnya dapat

16

DUTA Rimba

digunakan untuk budidaya ulat sagu (sabeta), kayu bakar, meubel, dan aneka aksesori. Daunnya dapat dipakai untuk atap rumah dan makanan ternak. Lalu, dahannya (gaba-gaba) untuk dinding rumah, plafon rumah, rakit, dan lainnya. Selanjutnya ampas hasil ektraksi (ela) dapat digunakan untuk pupuk organik, media tumbuhan jamur, pakan ternak, dan papan partikel. Lebih dari itu, tambah Harnati, sebagai salah satu paru-paru dunia, hutan sagu juga diakui dan terbukti sebagai tanaman yang sangat berperan untuk turut serta dalam mengurangi, bahkan mencegah terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.

Menurut Harnati, sagu adalah tanaman penghasil karbohidrat yang paling produktif. Tabungan karbohidrat hutan sagu Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta ton pati kering per tahun atau setara dengan 3 juta kiloliter etanol. Mengingat habitat sagu di lahan payau dan tergenang air, maka pengembangan sagu sebagai sumber energi alternatif atau sebagai bahan baku etanol juga tidak akan membahayakan ketahanan pangan. Harnati pun mengutip hasil sejumlah penelitian. Berdasarkan penelitian telah pula dibuktikan bahwa pola konsumsi sagu (papeda) yang menyertakan protein hewani dari laut dan hutan, serta sayursayuran sebagai lauk-pauknya telah

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Proses Pengolahan Sagu

menghasilkan tingkat nutrisi yang menyehatkan bagi konsumen. Manfaat penting lain dari mengonsumsi sagu secara rutin adalah cukup baik bagi kesehatan. Antara lain peningkatan kekebalan tubuh, mengurangi risiko kanker, diabetes, dan kegemukan, serta asupan kalori terkontrol. Manfaat tersebut berkaitan atau ditunjang oleh kondisi ekologis sagu yang memang belum memerlukan sentuhan teknologi atau bahan kimia (misalnya pupuk dan insektisida) dalam proses produksinya. Mantan Gubernur Irian Jaya Freddy Numberi beberapa waktu lalu mengatakan masyarakat Indonesia timur seperti Maluku, Papua, dan

Papua Barat yang mengonsumsi sagu relatif sedikit yang menderita diabetes. “Jepang bahkan sudah mengembangkan sagu sebagai obat diabetes,” ujar Fredy. Freddy mengatakan masyarakat Papua terkesan dipaksakan untuk mengonsumsi beras oleh pemerintah Orde Baru. Padahal, makanan utama orang Papua adalah sagu yang kaya manfaat. “Sewaktu saya jadi gubernur, tidak ada nasi yang dihidangkan di atas meja. Semuanya harus sagu,” katanya.

Diversifikasi Pangan Dia mengatakan diversifikasi bahan pangan seperti sagu diperlukan untuk mencapai ketahanan pangan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

nasional. Freddy menuturkan sagu bagi masyarakat Papua memiliki karakter yang berbeda dibandingkan beras. “Bila beras harus ditanam di sawah, sagu bagaikan sudah diberikan oleh Tuhan karena banyak tanaman sagu yang tumbuh meskipun tanpa ditanam,” katanya. Ke depan untuk pengembangan perkebunan sagu komersial memerlukan bahan tanam unggul dalam jumlah besar. Menurut Harnati, salah satu alternatif penyediaan bibit unggul sagu adalah dengan teknik kultur jaringan. Teknologi kultur jaringan tanaman sagu telah berhasil dikembangkan di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan di Bogor melalui embriogenesis

DUTA

Rimba 17


RIMBA UTAMA

Dok. kom. PHT

Proses penggilingan sagu

somatik. Prosedur pembentukan embrio somatik dan planlet telah berhasil dengan baik, tetapi masih ada hambatan dalam aklimatisasi bibit. Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka, yaitu sama putih dan sama halus. Selain papeda, sagu juga bisa dibuat untuk kapurung yang merupakan salah satu makanan khas masyarakat Sulawesi Selatan. Sagu lempeng adalah makanan pokok asal Maluku yang dibuat dari bahan baku sagu. Produk lainnya yaitu mie, sagu yang mulai dikembangkan di wilayah timur dan barat Indonesia seperti Papua, Maluku, dan Riau. Tanaman sagu tidak membutuhkan pemeliharaan yang rumit. Asalkan berada di lahan berair seperti rawarawa, tepi sungai atau danau, daerah aliran sungai, pohon sagu dapat

18

DUTA Rimba

tumbuh subur, beranak pinak seperti tanaman liar dan pada gilirannya membentuk hutan-hutan sagu. Mungkin karena alam Indonesia telah menyediakan pohon sagu yang berlimpah menyebabkan perilaku masyarakat terutama pemerintah cenderung memandang sepele soal penyediaan pangan bagi rakyat. Adalah ironis, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris justru sangat tergantung pada bahan pangan impor. Memenuhi kebutuhan pangan untuk rakyat dengan menggenjot produksi beras jelas semakin sulit. Apalagi lahan di daerah-daerah yang dikenal sebagai lumbung beras kini sudah banyak yang berubah menjadi kawasan pemukiman, dan industri. Mencetak areal persawahan baru juga tidak mudah, sebab pembangunan sistem irigasi teknis butuh biaya besar, dan tidak memikat bagi investor swasta.

Catatan Sejarah Hingga saat ini belum ada data yang pasti yang mengungkapkan kapan awal mula sagu dikenal. Diduga budi daya sagu di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat sama kunonya dengan pemanfaatan kurma di Mesopotamia. Tetapi menurut Ong (1977) sagu sudah dikenal sejak tahun 1200 berdasarkan sejumlah catatan sejarah dalam aneka tulisan China. Misalnya Marcopolo menemukan sagu di Sumatera pada 1298 dan pabrik sagu di Malaka sudah tercatat dalam tahun 1416. Teknologi eksploitasi dan budi daya dan pengolahan sagu yang paling maju saat ini adalah Malaysia. Indonesia, khususnya dari daerah Riau sudah mengeksport produk ini dalam bentuk sagu kotor (raw) pada 1879. Ekspor sagu bersih di Indonesia dimulai pada 1901 dan mulai ekspor dalam bentuk sagu mutiara tahun 1917.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Bubur sagu yang telah melewati proses penggilingan

Kondisi fisik sagu dapat digambarkan singkat. Pada rumpun sagu rata-rata terdapat 1-8 batang, pada setiap pangkal batang tumbuh 5-7 batang anakan. Pada kondisi liar, rumpun sagu ini akan melebar dengan jumlah anakan yang sangat banyak dalam berbagai tingkat pertumbuhan. Anakan tersebut sedikit sekali yang tumbuh menjadi pohon dewasa. Batang sagu merupakan silinder yang berfungsi untuk mengakumulasi/ menunpuk karbohidrat. Pada waktu panen batang sagu bisa mencapai berat sampai 1 ton, di mana 20 persen empulur mengandung tepung, sehingga 1 pohon sagu mampu menghasilkan 150-300 kg tepung sagu basah. Berat tersebut masih ditambah berat akar dan mahkota daun 50 Kg. Bunga sagu berbentuk rangkaian yang keluar pada ujung batang, dengan diketahuinya adanya tanda pengecilnya daun bendera. Sagu

mulai berbunga pada umur 8-15 tahun, tergantung pada kondisi tanah, tinggi tempat dan varietas. Bunga sagu tersusun dalam manggar secara rapat, berukuran kecil-kecil. Warnanya putih berbentuk seperti bunga kelapa jantan dan tidak berbau. Bila sagu tidak segera ditebang pada saat berbunga, bunga dapat berbentuk buah. Buahnya bulatbulat kecil dan tersusun pada tandan mirip buah kelapa. Buahnya bersisik dan berwarna cokelat kekuningan. Sagu merupakan tanaman menahun yang hanya berbunga atau berbuah sekali pada masa hidupnya. Setelah berbunga dan berbuah sagu akan mati (Budhi H, 1986). Melihat aneka keunggulan di atas, maka langkah Perhutani membangun pabrik sagu di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan merupakan langkah yang tepat. Semua pihak, baik itu pemerintah daerah dan pusat serta stakeholder terkait perlu mendukung

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

penuh langkah tersebut sesuai bidang masing-masing. Melihat kondisi terkini, tidak bisa dipungkiri bahwa sagu merupakan tabungan yang sudah saatnya diolah secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat. Apalagi Perhutani dalam mengoperasikan pabrik sagu dan ke depan dalam membudidayakan lahan sagu dengan mengadopsi model Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), yang terbukti menyejahterakan rakyat di sekitar hutan. DR

DUTA

Rimba 19


RIMBA UTAMA

Perkuat Riset

Pengembangan Bisnis Guna mendulang sukses dalam mengembangkan usaha, sebelum membuat keputusan harus berdasarkan perencanaan yang matang. Di sini diperlukan kehadiran tim riset yang tangguh agar apa yang diprogramkan, sudah berdasar hasil olahan yang matang dari jajaran tim penelitian dan pengembangan. Saatnya jajaran Research and Development (R&D) Perum Perhutani diperkuat agar ekspansi usaha yang akan dilakukan betul-betul tepat sasaran dengan selalu mempertimbangkan dinamika perkembangan ekonomi global.

P

ertumbuhan ekonomi satu negara sangat dipengaruhi oleh ketersediaan energi listrik guna mendukung produksi dari banyak perusahaan dengan aneka pabrik mereka. Jika negara tersebut minim energi listriknya maka dipastikan akan seret pengembangan industrinya. Kunci utama memacu pertumbuhan ekonomi di mana pun adalah tercukupinya kebutuhan energi listrik. Kondisi tersebut sangat dipahami oleh jajaran direksi Perum Perhutani. Fakta di lapangan dan mengacu pada data-data yang ada sekarang, bisa dipastikan bahwa untuk 10 tahun mendatang, energi yang berbasis

20

DUTA Rimba

fosil akan menipis dan untuk itu pemerintah dan semua pihak terkait harus ikut mendukung langkah bersama dalam mempersiapkan energi yang terbarukan. Perum Perhutani sudah mengambil inisiatif dan langkah nyata untuk itu. Mulai tahun depan Perhutani akan menyiapkan kluster tanaman energi tersebut. “Kami siapkan sektor hulunya dulu, nanti bisa diwujudkan langsung ke industri listrik, nanti PLN pasti butuh. Kami siapkan dulu, nggak bisa kalau PLN butuh, baru kami tanam. Ini kelamaan nunggunya,” tandas Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar kepada Duta Rimba, di Jakarta, baru-baru ini. Mustoha pun menjelaskan lebih

rinci beberapa tanaman yang bisa dijadikan bahan untuk menghasilkan energi listrik terbarukan tersebut. Paling tidak yang menjadi fokus Perhutani ada tiga tanaman energi, yakni gleresidae (Gliricidia sp), kaliandra (Calliandra calothyrsus), dan nyamplung (Calophyllum inophyllum L.). “Saya akan bikin satu kluster seluas 6 ribu hektare. Ini lahan yang dibutuhkan untuk memenuhi skala ekonomi. Itu sekali menanam, dipotong, tumbuh lagi. Dalam dua tahun sudah bisa dipanen untuk tanaman industri. Bahkan nanti bisa ekspor ke Jepang dan Korea Selatan,” tutur Mustoha.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Puslitbang SDH Perum Perhutani di Cepu

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Dok. kom. PHT

DUTA

Rimba 21


RIMBA UTAMA

Riset Perhutani Diperkuat Untuk mewujudkan hal tersebut, tambah Mustoha, yang harus diperkuat adalah tim dari Research and Development (R&D). Harus diperkuat desainernya. Perhutani ke depan harus memiliki pabrik kecil, skala laboratorium untuk menghasilkan sampel-sampel produk, untuk penelitian, dan desain. “Untuk produksinya diserahkan ke orang lain sehingga statusnya kami naik dari penjahit ke pedagang dan services. Ini cara berpikirnya. Ngapain kita urus processing, yang tidak terlalu menghasilkan uang, bikin pusing dengan berbagai masalahnya,” tandas Mustoha. Perhutani juga belum mengelola usaha madu dengan memadai, bahkan bisa dikatakan belum disentuh. Untuk bisnis madu, mulai tahun 2016, Mustoha akan membuat kluster tanaman energi sekaligus untuk madu. Bagaimana Perhutani mau mengembangkan bisnis madu,wong medianya tidak disiapkan. “Sekarang misalnya namanya madu randu, namun kami nggak punya randu yang khusus untuk pengembangan madu. Misalnya kaliandra, kami nggak punya lahan khusus kaliandra. Saya mau bikin kaliandra disamping untuk madu juga untuk tanaman industri,” tambahnya. Perubahan konsep pengelolaan bisnis juga akan dilakukan di industri kayu. Mustoha akan mengubah total. Selama ini Perhutani di industri kayu itu berfungsi sebagai tukang, memproses, tidak ada brandednya. Tidak ada branding Perhutani. Padahal, penghasilan yang besar itu dari brand. “Kami ingin mengubah status dari tukang, minimal menjadi pedagang, ditambah dengan services,” tambahnya. Oleh karena itu, tambah Mustoha, Perhutani ke depan tidak akan fokus pada prosesnya, tapi lebih kepada marketing dan bahan baku. Processing-nya bisa dilakukan oleh orang lain. Namun, brand-nya Perhutani sehingga tidak perlu bersaing dengan industriindustri yang membeli bahannya dari Perhutani. “Kami nggak mampu bersaing dengan mereka, kami sibuk menjahit saja. Lebih baik, kami sibuk mencari pasar,” tandasnya. Ke depan direksi mematok untuk kayu jati maksimal 20 tahun harus sudah bisa dipanen. Walaupun ada beberapa yang dipertahankan sampai 60 tahun itu semata-mata untuk mengenang sejarah. Untuk makin mempertajam penelitian, Mustoha dan Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

22

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

Kegiatan penelitian yang dilakukan di lab Cepu Puslitbang SDH

Henry Bastaman menandatangani Memorandum of Understanding(MoU) tentang Penelitian, Penerapan, dan Pemanfaatan Hasil-Hasil Penelitian. Penandatanganan dilaksanakan dalam acara Konferensi Internasional Peneliti Kehutanan III 2015 atau The 3rd International Conference of Indonesia Forestry Researches (Inafor) 2015, di IPB International Convention Center, Bogor, belum lama ini.

Tingkatkan Kerja Sama Mustoha menyatakan Perhutani perlu meningkatkan kerjasama penelitian kehutanan dengan Badan Litbang dan Inovasi Kehutanan mengingat Perhutani mengelola kawasan hutan hampir 2,4 juta hektare di Jawa. “Hutan kami luas, keanekaragaman hayati hutan Jawa juga masih kami pertahankan. Aspekaspek produksi, ekonomi, dan sosial hutan Jawa kedepan perlu diperkuat research-nya agar kualitas hutan Jawa bisa terus membaik, bukan saja untuk saat ini tapi untuk generasi mendatang,” tutur Mustoha.

Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ida Bagus Putera Pathama menyatakan pihaknya mempunyai tema “riset kehutanan untuk pengelolaan hutan lestari dalam mendukung kecukupan pangan, energi, dan air”. Tema tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa hutan memiliki banyak fungsi, diantaranya untuk menopang ketahanan pangan, sebagai sumber bahan baku energi terbarukan, penyedia biomassa, penyeimbang ekosistem, penyedia sumber air, penghasil oksigen, dan sebagai tempat hidup flora dan fauna. Badan Litbang dan Inovasi berkewajiban mengkomunikasikan hasil capaian terkini secara luas kepada pengguna, baik praktisi, akademisi, maupun masyarakat pada umumnya di Indonesia. Sebagai tanggung jawab bahwa hutan milik dunia, hasil-hasil yang dicapai juga perlu dikomunikasikan kepada dunia internasional. Hal ini diwujudkan melalui penyelenggaraan Konferensi

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Salah satu bahan penelitian di Lab Cepu Puslitbang SDH

Internasional Inafor. Konferensi ini dimaksudkan sebagai media pertemuan ilmiah bagi para ilmuwan di bidang kehutanan, baik dari pemerintah maupun swasta di Indonesia serta dunia internasional. Konferensi diikuti 600 peserta dari 12 negara yang diundang, khususnya peneliti di bidang kehutanan, mahasiswa, dosen, BUMN, NGO, instansi pemerintah, dan instansi lain yang terkait dengan kehutanan. Makin berkembangnya dunia penelitian dan banyaknya kerja sama Perhutani dalam pengembangan riset dengan berbagai pihak, menuntut para personil di Puslitbang Perhutani bekerja profesional. Keberadaan Puslitbang Perhutani harus menjadi ujung tombak lahirnya aneka inovasi dan temuan, yang bisa menaikkan produksi Perhutani. Kepala Biro SDH Puslitbang Cepu, Dr. Corryati, menilai sepantasnya keberadaan Puslitbang Perhutani yang sudah tujuh belas tahun ini menempatkan lembaga riset perusahaan negara sebesar Perhutani, sama dengan unit kerja lain. Apalagi peran Puslitbang kini dimaknai sebagai garda pemikir dan pengamat terhadap persoalan-persoalan di lapangan. Oleh karena itu, hulu sebuah program, strategi dan penyelenggaraan dilapangan adalah aktivitas riset. Riset menjadi acuan, dan pembenaran aktivitas di lapangan. Riset menjadi tolok ukur untuk mengeluarkan kebijakan. Corryati terkesan ketika Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar berkomentar kepadanya. “Bila usianya 17 tahun, mestinya Puslitbang harus

menampakkan kegenitannya,” kata Mustoha. Kalimat itu menghentakkan Corryati saat itu. Maka, apakah Puslitbang sudah menunjukkan ‘kegenitannya’? Corryati berupaya melihat sisi luar biasa dari Puslitbang Perhutani. Dengan SDM didominasi sekitar 53% berpendidikan SMP hingga SLTA telah memberikan materi klon terbaik (walau baru dua), memberikan wacana serta mengupayakan tentang pinus bergetah banyak, mengembangkan klon-klon kayu putih yang berkarakter, menjanjikan siap memiliki kebun benih akasia dan sengon, dan banyak lagi kegiatankegiatan positif serta menjanjikan untuk membantu mengelola sumber daya hutan di masa depan. Sekarang, tambah Corryati, tugas manajemen adalah mengoreksi danmemperbaiki penempatan tenaganya. Bila tidak bisa segera, tetap harus dimulai dan direncanakan dengan planning yang mengarah. Menempatkan orang di lembaga riset adalah didasari atas kesenangan, dan keinginan yang kuat. Menaruh pemimpin di lembaga riset pun tidaklah sebatas menimbang orang yang mampu memiliki ide dan jejaring. Tetapi, pemahaman tentang riset harus pula dibekali karena akan memengaruhi perilakunya dalam menyikapi riset dan pengembangannya serta penguatan sistem dan lingkungan di dalamnya. Ide hanyalah ide; sepanjang tidak disertai dengan arah, planning yang jelas, maka ide bukanlah sesuatu yang hebat.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Dr. Corryati Kepala Biro Kelola SDH Puslitbang Cepu

Corryati percaya, lembaga Litbang Perhutani dibangun tidak main-main. Dengan konsep bangunan yang modern, melibatkan pakar teknologi di bidang kehutanan yang andal pada awalnya, menunjukkan sinyal baik itu. Sudah sepantasnya niat yang mulia ini tidak boleh tersendat-sendat atau berjalan di tempat. “Kepemimpinan, SDM peneliti, dan kesisteman Litbang adalah tiga hal yang mutlak harus ditimbang sebelum manajemen perusahaan menaruh beban besar lembaga ini. Kalau pun sudah terlanjur berdiri, jangan membiarkan jalannya terseok-seok. Seakan ada, tetapi tak juga tampak atau terabaikan,” pesan Corryati. DR

DUTA

Rimba 23


RIMBA UTAMA

Perhutani Segera Produksi Sagu

Dok. kom. PHT

Pabrik Sagu di Sorong

Lahan hutan sagu alam di Sorong Selatan yang dikelola Perhutani untuk memasok ke pabrik sagu di sana, tinggal memanen. Ini tidak akan habis karena terbarukan. Rancangan untuk peremajaan hutan sagu ini, termasuk teknik budi daya sagu di masa mendatang telah disusun. Perhutani tidak mengeksploitasi, tapi memanfaatkan pohon sagu ini secara berkesinambungan bersama masyarakat setempat.

M

odel pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) yang diwujudkan dengan kerja sama antara masyarakat desa hutan dan Perum Perhutani banyak membuahkan hasil nyata menyejahterakan rakyat. Contoh paling anyar adalah keberhasilan Perhutani mendirikan pabrik sagu di Kabupaten Sorong Selatan. Upaya Perhutani melibatkan masyarakat dalam pembangunan pabrik sagu di Sorong Selatan,

24

DUTA Rimba

membuat program ini secara sosial diterima baik oleh warga sekitarnya. Awalnya memang ada resistensi dan penolakan. Namun, setelah dijelaskan bahwa rantai operasional dari pabrik sagu ini akan membuahkan keuntungan bagi masyarakat setempat, akhirnya diterima dengan baik. Pihak Perhutani pun membawa perwakilan dari masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik sagu tersebut ke Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang sudah berjalan baik di

Jawa. Hasilnya, model LMDH ini pun diadopsi,masyarakat dan pemerintah daerah pun menyambut baik.Di Sorong Selatan sudah dibentuk LMDH di Desa Tapuri dan Kais. “Kami libatkan masyarakat sehingga dapat dikatakan dari segi sosial kami berhasil. Masyarakat desa maupun pemerintah daerah dan pusat mendukung. Terakhir, kami dapat hibah 50 rumah untuk fasilitas pabrik dari pemerintah. Itu letaknya di sekitar pabrik untuk menunjang operasional pabrik sagu ini,” kata Kepala Biro

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Pengembangan Usaha Perum Perhutani, Eka Wahyu Sekartika kepada Duta Rimba, di Jakarta, barubaru ini. Eka pun menjelaskan lebih rinci dukungan pemerintah pusat dan daerah. Pertama, dari UP4B berupa sejumlah sarana dan prasarana. Itu berupa pembangunan jalan Kais - Sirenggo sepanjang 8 Km oleh Kementrian Pekerjaan Umum (DIPA 2013). Peningkatan Pelabuhan Teminabuan oleh Kementrian Perhubungan (DIPA 2013). Pembangunan Depo BBM oleh Kemterian ESDM/Pertamina (DIPA 2013). Kedua, dari Bupati Sorong Selatan. Bupati telah berkirim surat ke Menteri PU dan Perumahan Rakyat perihal usulan pembangunan infrastruktur jalan menuju sentra pengembangan sagu. Ketiga, surat dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: S-363/ MBU/06/2015 tentang Dukungan Pembangunan Pabrik Sagu Perum Perhutani di Papua. Untuk mengetahui lebih jauh masalah ini, Eka menjelaskan latar belakang pembangunan industri sagu ini. Paling tidak ada tiga hal yang melatarbelakanginya. Pertama, dalam rangka program percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat sesuai Peraturan Presiden No 65/2011 dan Peraturan Presiden No. 66/2011. Kedua, potensi sagu di Papua dan Papua Barat cukup besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Ketiga, selama ini informasi luas areal sagu serta pendukung untuk pendirian suatu industri masih sangat terbatas.

Karo Pengembangan Usaha Eka Wahyu Sukartika

Tingkatkan Kesejahteraan Sasaran yang akan dicapai dari pendirian industri sagu di Papua Barat adalah berdirinya industri sagu dan pengembangannya, penguatan kemandirian pangan, transfer

teknologi pengolahan sagu dan pengelolaan hutan sagu serta

peningkatan kesejahteraan dan lapangan kerja. Lebih jauh Eka secara runtut menjelaskan proses pendirian pabrik sagu yang pembangunannya dilakukan PT Barata dan manajemen konstruksi oleh PT Indah Karya ini. Pada awalnya Perhutani mendapat penugasan dari Kementerian BUMN dalam rangka sinergis BUMN untuk mendirikan pabrik sagu di wilayah timur. “Terus kami melakukan survei, dapat izin dari bupati Sorong Selatan, dengan disiapkan lahan sekitar 16 ribu hektare. Hasil penghitungan, secara bisnis kalau sinergis BUMN dapat berjalan baik, ya perusahaan sagu ini layak didirikan,” kata Eka. Eka menjelaskan, lahan yang diberikan sudah ada sagunya, yang diberi nama sagu alam. Perhutani pun mengantongi Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHBK-HA) Sagu. Secara administratif pemerintahan, lahan ini masuk wilayah Kampung Kais dan Tapuri, di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. “Pemanfaatan sagu alam di lokasi tersebut mempunyai luas total sekitar 16.055 hektare,” Eka menjelaskan. Produksi dari pabrik ini direncanakan 100 ton per hari. Itu kira-kira butuh 6 ribu tual (potongan batang sagu) atau seribu pohon sagu per hari. Limbahnya, akan digunakan untuk bahan bakar biomassa, dengan membangun pembangkit tenaga listrik, power plant. Rencana awal pabrik ini mulai beroperasi sekitar Juli 2015, tapi karena belum ada power plantnya, belum ada listriknya sehingga terpaksa memakai genset yang menggunakan solar sehingga tidak efisien. Penggunaan genset ini selama nunggu selesainya pembangunan power plant. Tengah dijajagi kerja sama dengan PT Energi Manajemen Indonesia dan dengan perusahaan Korea Selatan untuk membangun pellet dari sisa-sisa limbah. Itu baru penjajagan dan kira-kira setahun selesai. Mudahmudahan tidak ada gangguan. Sekarang pabrik sagu ini sudah mendekati selesai. “Pada Desember kami commissioning, kami pada Juli lalu sudah pracommissioning dengan menghasilkan sagu basah. Kalau nanti Desember kami sudah hasilkan sagu kering, sudah dalam bentuk tepung,” kata Eka. Lebih rinci Setya Gunarto, Project Management Unit, menjelaskan peresmian pabrik sagu yang menggunakan teknologi dalam negeri ini akan digelar pada pada 30

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Project Management Unit Setya Gunarto Desember 2015 dan dihadiri Presiden Joko Widodo. Untuk alur perolehan bahan baku sagu, Setya menjelaskan penduduk setempat menjual batang sagu kepada Perhutani dengan harga Rp10.000 sampai Rp12.000 per tual. Bobot setiap tual sekitar 100 kg. “Kami mengolah jenis sagu bernama raja dengan rendeman basah 15%,” kata Setya. Lebih jauh Eka menjelaskan, lahan sagu nanti ditata. Saat ini, Perhutani mengolah dari tanaman sagu yang ada dan itu sudah mencukupi. Ini merupakan hutan alam sagu yang padat. Pohon sagu itu saat berumur 15 tahun akan mati sendiri, tapi selalu punya anakan. Jadi pohon sagu itu digunakan atau tidak, ya tetap tumbuh terus. “Nanti setelah diambil, harus ditata cara tanamnya, seperti anakan pisang. Kalau ditebang akan numbuh tunasnya. Nah ini nanti yang kami atur. Tanaman sagu mulai umur 8 tahun sudah mulai bisa diambil. Tapi ini kalau yang di lahan kami ini, khan anakanya sudah banyak. Jadi satu rumpun terdiri dari beberapa pohon yang berbeda-beda usianya,” kata Eka. Eka mencontohkan, dalam satu rumpun ini ada satu pohon yang ditebang, nanti 18 bulan kemudian di sebelahnya pohon yang ditebang, sudah tumbuh besar. Itu terus berjalan. Ini nanti bergantian menebangnya dari satu lokasi ke lokasi lain. Pabrik dan lahannya ini berdekatan sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. “Kami di sana melibatkan masyarakat sampai 400 orang, mulai dari nebang, angkut membawa ke pabrik, hingga mulai diproses. Setelah jadi tepung butuh tenaga kerja untuk mengangkut ke kapal yang lewat sungai. Yang jelas menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat di sana,” tutur Eka.

DUTA

Rimba 25


RIMBA UTAMA

Dok. kom. PHT

Dirut Perhutani Mengunjungi Pabrik Sagu

Pasar Terbuka Lebar Untuk pemasaran, Eka optimistis tidak masalah. Kebutuhan dunia akan sagu saat ini masih kurang. Jepang saja butuh 40 ribu ton per tahun. Sehingga dari pabrik ini kalau diekspor ke Jepang saja masih kurang. Sagu ini bisa untuk industri, tidak hanya makanan. Bisa untuk bahan cet, singkatnya apa yang bisa dilakukan oleh pati tapioka, bisa dilakukan oleh sagu. Krupuk juga bisa. Kalau penyerapan tidak ada masalah. Untuk pasar dalam negeri Setya menjelaskan pasar domestik sagu kering sangat terbuka lebar sebab sagu dapat digunakan sebagai bahan beragam makanan. “Kami akan menjual sagu kering Rp6.500 per kilogram. Kami akan menjajaki melempar produk tepung sagu ke wilayah Cirebon sebagai langkah awal,” kata Setya. Pakar sagu yang menjadi konsultan Perhutani, Prof Dr Nadirman Haska mengatakan prospek sagu secara

Pakar Sagu Prof. Dr. Nadirman Haska

26

DUTA Rimba

global sangat menjanjikan. Sebetulnya kebutuhan akan pangan dan pati ini tetap merupakan kebutuhan yang sangat luas, tidak hanya pangan, tapi untuk bahan substitusi yang lain. Pati secara keseluruhan, tambah Nadirman, tidak hanya sagu tetap dibutuhkan karena bisa diolah untuk apa saja. Pati pemanfaatannya sangat terbuka dan bisa untuk bahan baku industri yang bermacam-macam, mulai dari industri farmasi, pupuk, tekstil, pangan, sampai ke energi. Kalau diolah lebih lanjut bisa untuk bioethanol. Di Indonesia sekarang ini yang paling banyak digunakan adalah pati tapioka yang sekarang masih impor tapioka dari Thailand. Untuk sagu, tambah Nadirman, berapa pun produksinya akan dapat diserap, apalagi kalau dilihat negara yang paling membutuhkan adalah China. Direktur Keuangan Perum Perhutani, Mohamad Soebagja, mengaku dana untuk ekspansi pabrik sagu ke Papua, tidak ada kendala berarti. Dana investasi hingga saat ini masih memakai internal Perhutani. Sagu tidak akan menggerogoti keuangan Perhutani. Apalagi jika ditunjang sarana dan prasarana memadai di sekitar pabrik. Dengan asumsi harga terendah sagu kering Rp4.500 per kilogram, masih bisa mendatangkan untung. “Kami yakin pabrik sagu dapat memberikan keuntungan. Investasi pabrik sagu ini tidak lebih dari 130 miliar rupiah. Kami awalnya awam terjun di industri ini, nyatanya sekarang sudah akan beroperasi,” kata Soebagja. Asisten Direktur Pengembangan Bisnis Perum Perhutani, Gunung Djoko Suharjo menjelaskan karena sagu merupakan bisnis baru maka Perhutani bekerja sama dengan orang yang berkompeten, sebagai konsultan.

Direktur Keuangan Perum Perhutani Mohamad Soebagja Selanjutnya untuk pembangunan pabrik, Perhutani kerja sama dengan BUMN yang sudah terbiasa membangun pabrik, yakni PT Bukaka. Dengan sinergi BUMN, mestinya ini banyak yang terlibat. Namun, dalam pelaksanaannya itu ada yang tertinggal, mengerikan diri. “Dengan PT Barata sudah jalan untuk pembangunan pabrik. Untuk power plant mestinya PLN, tapi PLN tiarap lalu kami jalin kerja sama dengan PT Energi Manajemen Indonesia. Yang lainnya kami kerja sama dengan kementerian terkait,” kata Djoko.

Terbuang Percuma Pakar sagu yang menjadi konsultan Perhutani, Prof Dr Nadirman Haska mengatakan prospek pengembangan sagu terbuka lebar. Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk sagu, seperti di Papua. Dari pohon sagu yang tidak ditebang dan mati karena usia, sesungguhnya bisa memproduksi

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Dirut Perhutani sedang berbincang dengan kontraktor pembangunan pabrik sagu

sekitar 8,5-10 juta ton per tahun. Itu dari hutan alam bisa menyediakan kebutuhan karbohidrat untuk 80-90 juta penduduk. Ini terbuang percuma karena tidak dimanfaatkan. “Kalau kita sudah tahu isi dari Indonesia yang kaya raya ini, seharusnya tidak ada kemiskinan dan kelaparan di Indonesia. Faktanya sekarang masih ada kemiskinan dan kelaparan karena orang Indonesia tidak tahu itu potensinya seperti apa. Ini yang sungguh disayangkan. Sagu adalah tanaman asli Indonesia yang menghasilkan pati tertinggi. Ini merupakan makanan pokok Indonesia, tertulis di prasasti di Borobudur,” kata Nadirman. Menurut Nadirman, ketika orang Jawa membangun Candi Borobudur, mereka makan sagu. Saat itu orang bilang makan nasi, sego. Orang Sunda bilang makan sangu, disebut nasi itu sangu. Sagu ini makanan pokok orag Indonesia. Dalam perkembangannya makanan pokok berubah, makan nasi, ya nasi itu disebut sego. “Jadi sego itu bukan nasi. Itulah yang membuat sagu itu masih ada di Pulau Jawa, seperti di Jawa Timur ada tanaman sagu, saya lihat di Grati, Pasuruan itu ada tanaman sagu. Nah itu dibuktikan di Candi Borobudur ada empat pohon kehidupan, yakni pohon palma kehidupan. Pertama, sagu. Kedua, kelapa, nyiur. Ketiga,aren. Keempat, lontar. Keempat pohon ini masih satu famili. Itu semua merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan,” kata Nadirman. Pergeseran makanan pokok dari sagu ke beras ini, tambah Nadirman, karena pengaruh dari kebijakan pemerintah. Sejak Indonesia merdeka, ada kebijakan pemerintah bahwa pegawai negeri diberi jatah beras, yang ini berarti untuk seluruh

kepulauan Indonesia walaupun di sana nggak ada sawah. Di Papua itu nggak ada sawah. Orang makan nasi itu menjadi salah satu tanda bahwa itu satu kemajuan. Gubernur hingga aparat birokrasi di bawah makan nasi, walaupun itu di Papua dan Maluku. Itu dulu nasi menjadi simbol kemajuan. Lalu berkembang, ada penugasan para guru di pelosok wilayah, mereka juga mendapat jatah beras, termasuk karyawan yang lain. Pola kebijakan ini, tambah dia, terus dilanjutkan dalam pola transmigrasi, yang dibuka lahan persawahan. Sejak zaman Kerajaan Hindu, tambah Nadirman, masyarakat sudah berubah ke makan nasi, meninggalkan sagu. Padahal, Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan sagu. Kalau ini ditingkatkan pengelolaannya, dari hutan sagu di Papua bisa menghasilkan pati kering

Asdir Pengembangan Bisnis Gunung Djoko Suharjo

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

15 ton per hektare. Nadirman pun memaparkan kalau hutan dikonversi menjadi kebun maka produksi sagu bisa naik sampai 2025 ton per hektare. Fakta menarik lainnya, hutan sagu alam yang ada sekarang ini 90 persen berasal dari hutan sekunder, hutan rusak, bukan hutan primer lagi. Ini yang merusak, ratusan HPH. Kita ada 2,5 juta hektare potensi sagu di Papua. Potensi sagu di lahan yang dikelola Perhutani tinggal panen. Ini tidak akan habis karena terbarukan. Profesor Nadirman sudah membikin rancangan peremajaan hutan sagu ini, termasuk teknik budi daya sagu di masa mendatang. Perhutani tidak mengeksploitasi, tapi kita memanfaatkan sagu ini secara berkesinambungan. “Dengan pengambilan sagu ini kita malah bisa meningkatkan produktivitas sagu alam menjadi sagu budi daya. Kalau sudah menjadi sagu budi daya, produktivitas pasti meningkat. Sambil kita berproduksi secara berkesinambungan dari sagu alam itu kita lakukan budi daya. Pada tahun kesepuluh, kita sudah dapat areal budi daya sagu,” kata Nadirman. Semoga dengan berdirinya pabrik sagu di Sorong Selatan ini dapat memacu perkembangan masyarakat setempat. Tidak hanya karena terbuka lapangan kerja baru, tetapi aneka faslitas pendukung yang juga segera dibangun dapat dinikmati warga di sekitar pabrik. Semua itu dapat menaikkan taraf hidup warga di sana, yang pada ujungnya kesejahteraan masyarakat pasti akan terkerek naik. Akhirnya, semua itu dapat mengikis jumlah rakyat miskin di negara kita. DR

DUTA

Rimba 27


RIMBA KHUSUS

Bantuan Air Untuk Warga

28

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Perhutani Gencar Bantu Warga yang Kesulitan Air Bersih

Dampak El Nino 2015 diperkirakan lebih parah dan lama dibanding 1997 dan 1965. Mundurnya musim hujan sehingga kemarau lebih lama dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Tahun ini, anomali iklim itu menguat lebih awal dibanding tahun 1997 dan 1965.

D

ata Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) –begitu juga data dan analisis dari sejumlah lembaga klimatologi internasional-menunjukkan indikasi El Nino sudah muncul sejak awal 2015.Berdasarkan data BMKG, pada September, Jawa, Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi mengalami hari tanpa hujan sampai 60-140 hari. Wilayah tersebut diperkirakan baru akan mulai hujan dengan intensitas sedang hingga normal pada, Desember. Sebenarnya, secara sporadis hujan mulai turun September dan makin sering pada November. Namun, intensitasnya masih rendah (kurang dari 100 mm/detik) dengan sifat hujan di bawah normal. Karena itu, krisis air bersih merupakan ancaman serius bagi wilayahwilayah tersebut, terutama Jawa dan Nusa Tenggara. Kondisi sejumlah wilayah di Pulau Jawa saat ini memang sungguh memprihatinkan. Banyak kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten yang telah menyandang status sebagai darurat

air bersih. Masyarakat kesulitan air bersih untuk konsumsi sehari-hari maupun pertanian. Banyak sumber mata air dan sumur mengering, sejumlah sungai tidak hanya menyusut persediaan airnya, namun sungguh menjadi pemandangan yang mengenaskan, karena dasar sungai kering kerontang. Dampaknya, lahan pertanian yang terancam gagal panen terus bertambah luas. Melihat kondisi tersebut, seluruh jajaran Perum Perhutani di berbagai wilayah tidak tinggal diam. Para personilnya dikerahkan untuk membantu warga di sekitar mereka bertugas. Mereka mencoba meringankan penderitaan warga dengan mensuplai air bersih. Bantuan ini pun disambut warga dengan antusias dan gembira.

Bentuk Kepedulian Perhutani KPH Bogor membantu air bersih ke tujuh desa yang berada di wilayah sekitar kawasan hutan BKPH Parung Panjang, Bogor, Selasa (15/9). Bantuan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Perhutani kepada masyarakat, mengingat kondisi musim kemarau yang panjang.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Distribusi ke masing masing desa dilakukan dengan bekerja sama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Mereka adalah LMDH Desa Gorowong, Babakan, Tapos, Jagabaya, Barengkok, Singabraja, dan Ciomas. Kekurangan air bersih saat musim kemarau bagi sebagian masyarakat sekitar hutan merupakan permasalahan sosial yang menyita waktu. Untuk mengatasinya, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung membantu air bersih untuk lima desa di wilayah kerjanya. “Kami mencoba meringankan beban sosial dengan membantu air bersih bagi masyarakat sekitar hutan yang membutuhkan. Bantuan ni merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial Perhutani kepada masyarakat,” kata Administratur Perhutani KPH Randublatung, Herdian Suhartono, di Blora, baru-baru ini. Sebanyak 10 tangki air bersih dibagikan kepada masyarakat desa hutan yang kesulitan air bersih pada muism kemarau tahun ini. Bantuan, tambah Herdian, untuk sementara distribusi pada desa yang betul-betul membutuhkan air bersih. Laporan dari lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah yang kesulitan memperoleh DUTA

Rimba 29


RIMBA KHUSUS

Dok. kom. PHT

Kegiatan Bantuan Air Untuk Warga

air bersih berada di Kecamatan Jati dan sebagian berada di Kecamatan Randublatung. Dari pantauan lapangan memang ada beberapa warga yang berlalu-lalang mencari air bersih dengan menggunakan jeriken dengan sepeda motor karena sumber air yang ada di sekitar mereka banyak yang mengalami kekeringan di saat kemarau. “Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih kami terpaksa ngangsu ke tempat lain yang masih ada sumber airnya. Itu pun kami harus antre untuk mendapatkan air karena keterbatasan sumber air sementara yang membutuhkan orang banyak,” kata Yudi, warga yang ikut mengantre air bersih bantuan Perhutani KPH Randublatung. Dengan adanya bantuan dari Perhutani tersebut, Yudi bersama warga lain merasa terpenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan air bersih. “Untuk sementara ini kebutuhan air bersih bisa tercukupi karena bantuan dari Perhutani KPH Randublatung. Kami sangat terbantu tidak perlu terlalu jauh untuk mendapatkan air bersih untuk keluarga kami,” katanya. Perhutani Jatirogo, baru-baru ini juga memberikan bantuan air bersih sebanyak 24 tangki air kepada tiga desa, yaitu Klakeh, Kaligede, dan Medalem di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Mereka kekurangan air bersih selama musim kemarau. Distribusi air bersih oleh Perhutani Jatirogo yang diambil dari mata air

30

DUTA Rimba

Kajar tersebut didukung oleh Dinas Balai Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Muspika setempat. Administratur Perhutani Jatirogo, Ahmad Basukimengatakan pembagian air adalah wujud kepedulian perusahaan terhadap keluhan masyarakat selama musim kemarau ini, dan diharapkan bantuan dapat membantu masyarakat. Distribusi air bersih Perhutai Jatirogo akan berlanjut ke desa lain seperti Sadang, Sekaran, dan Nglateng. “Alhamdulillah kami sangat berterimakasih kepada Perhutani Jatirogo atas bantuan air bersihnya. Ini sangat bermanfaat bagi kami yang sulit sekali untuk mendapatkan air bersih saat musim kemarau” kata Sumiati, Kepala Desa Klakeh pada saat menerima bantuan tersebut. Selain itu, Perhutani KPH Madiun bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Madiun, menyalurkan bantuan air bersih kepada masyarakat desa hutan akibat dampak kekeringan kemarau panjang di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Rabu (7/10).

Tanggung Jawab Sosial Administratur Madiun Widhi Tjahjanto menyatakan ini merupakan perwujudan kepedulian Perhutani terhadap masyarakat desa hutan yang sangat membutuhkan air bersih, dampak kemarau panjang. Hal ini juga merupakan tanggung jawab sosial Perhutani sebagai perwujudan dari kerjasama yang telah disepakati,

yaitu Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Aparat desa dan masyarakat Desa Kaliabu menyambut gembira dan sangat antusias menerima bantuan air bersih tersebut dan menyampaikan terima kasih kepada Perhutani Madiun atas kepeduliannya kepada masyarakat tepian hutan. Tidak mau ketinggalan Perhutani Cianjur membantu 10 tangki air bersih kepada warga Desa Sukatani dan Cibarengkok di Kecamatan Haurwangi wilayah BKPH Ciranjang Selatan dan Desa Cirama Hilir dan Cirama Girang di Kecamatan Cikalongkulon wilayah BKPH Ciranjang Utara. Batuan disalurkan belum lama ini untuk mengurangi krisis air bersih musim kering. Bantuan air bersih secara maraton ini kelanjutan dari program Perhutani Cianjur sebelumnya kepada desadesa hutan di wilayah Sindang Barang yang mengalami kekeringan.Selain air bersih, Perhutani Cianjur juga membantu mesin pompa penyedot air yang diserahterimakan kepada masing-masing kepala desa tersebut. Proses distribusi air melibatkan LMDH Bunga Hias agar kegiatan terkoordinir baik. Warga masingmasing desa antusias antre dengan membawa jiriken plastik. Mereka mengaku sangat terbantu dan tidak perlu membeli air seperti biasanya untuk keperluan memasak dan mandi sehari-hari. Perhutani Cianjur juga menyalurkan bantuan air bersih lima tangki kapasitas 4500 liter/tangki kepada

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Warga Yang Sedang Mengantri Air Bantuan Dari Perhutani

warga Desa Jatisari dan Kertasari di Kecamatan Sindang Barang, Kabupaten Cianjur,Kamis (10/9). Warga kedua desa ini juga terkena dampak kekeringan akibat kemarau panjang. Bantuan diserahkan oleh Deni Rustandi, Asper atau Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Tanggeung Perhutani Cianjur kepada Kepala Desa Jatisari, Jaenudin disaksikan petugas Kecamatan Sindangbarang. Air bersih selanjutnya didistribusikan kepada 38 keluarga warga Kampung Bivak, 103 keluarga Kampung Jatisari, dan 62 keluarga Kampung Nyalindung di Desa Jatisari serta 104 keluarga Kampung Nagara di Desa Kartasari. Warga berterimakasih kepada Perhutani. Bantuan air bersih ini tersebut digunakan untuk air masak dan air minum bagi mereka yang merasakan kekeringan terburuk tahun ini. Bekerja sama dengan CV FDA Air Sumber Gunung Ungaran Semarang, belum lama ini, Perum Perhutani KPH Telawa membantu air bersih bagi warga sekitar hutan yang kesulitan air bersih. Bantuan disalurkan secara bergilir ke tujuh desa sekitar hutan. Bantuan didistribusikan sebanyak 20 tangki per desa sehingga dari tujuh desa, sekitar 140 tangki total air bersih yang disalurkan. Beberapa desa yang mendapatkan pasokan air bersih adalah Kalimati, Pilangrejo, Ngaren, Krobokan, dan Sambeng yang masuk pada wilayah Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali serta Desa Nampu

dan Ketro di Kecamatan Krangrayung, Kabupaten Grobogan. Kepedulian serupa juga tampak dilakukan Perhutani KPH Kebonharjo. Mereka menyalurkan bantuan air bersih kepada warga Desa Sadang, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban. “Perhutani Kebonharjo menyalurkan bantuan air bersih sekitar 1000 liter bagi masyarakat Desa Sadang yang memang sangat membutuhkan. Hal ini sejalan dengan tema BUMN Hadir Untuk Negeri,” ujar Administratur Perhutani KPH Kebonharjo, Isnin Soiban.

Jaga Ketersediaan Air Pada kesempatan tersebut Isnin mengingatkan ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga ketersediaan air. Caranya, antara lain dengan menanami lahan kosong, menjaga hutan dari ancaman bahaya kebakaran dan pencurian serta langsung melindungi sumber mata air itu sendiri. Hal ini seharusnya dijadikan pembelajaran bagi masyarakat, karena hampir tiap tahun masyarakat Sadang selalu mengalami krisis air bersih. Perhutani KPH Kediri juga membantu air bersih ke beberapa desa yang terdampak kekeringan, salah satunya di Desa Timahan, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek, belum lama ini. Ada sejumlah desa yang harus mendapat bantuan air bersih dengan segera. “Desa-desa tersebut, anatara lain Desa Timahan dan Bogoran di Kecamatan Kampak, Desa Suko Kidul

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

di Kecamatan Pule, Desa Duren di Kecamatan Tugu, Desa Besuki di Kecamatan Panggul, Desa Cakul di Kecamatan Dongko, dan Desa Ngembel di Kecamatan Watulimo,” kata Wakil Admnistratur Perhutani KPH Kediri Selatan, Andy Iswindarto. Dengan bantuan ini, tambah Andy, secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan sinergisitas antara Perhutani, aparat desa, dan masyarakat sekitar hutan. Kerja sama sinergis ini diharapkan dapat diwujudkan dalam berbagai sektor, khususnya di bidang pengamanan dan pelestarian hutan. Tidak itu saja, Perhutani Sumedang juga membantu air bersih kepada masyarakat desa hutan di Desa Padanaan di Kecamatan Paseh, Desa Mekarwangi di Kecamatan Tomo, dan Desa Cijeungjing di Kecamatan Jatigede. Masing-masing desa dibantu dua tangki air kapasitas 5.000 liter/ tangki dengan sistem pembagian bergilir. “Bantuan air bersih di beberapa desa ini merupakan wujud kepedulian Perhutani kepada masyarakat desa sekitar hutan yang mengalami kekeringan dan kesulitan mendapatkan air bersih. Dengan kepedulian ini secara tidak langsung mereka akan ikut membantu menjaga keamanan hutan. Sebelumnya Perhutani juga mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang penting dan manfaatnya keberadaan hutan,” papar Wakil Administratur Sumedang Utara, M Drajat. DR

DUTA

Rimba 31


RIMBA KHUSUS

Proses Pembangunan Embung

Dok. istimewa

Membangun Embung dan Membuat Sumur Bor Kekeringan yang selalu melanda berbagai wilayah di Tanah Air membutuhkan solusi komprehensif untuk mengatasinya. Rasanya tidak cukup hanya dengan sekadar membantu dan menyalurkan bantuan air bersih kepada warga terdampak. Dibutuhkan langkah yang menyeluruh dan konseptual. 32

DUTA Rimba

P

erlu sosialisasi yang lebih gencar kepada seluruh warga untuk menghemat air, menjaga lingkungan khususnya sumber-sumber mata air dengan tetap menjaga wilayah sekitarnya dari penebangan liar dan penggundulan serta memasifkan upaya menanam pohon di seluruh pelosok wilayah Nusantara. Dengan aneka langkah tersebut, akan mengurangi dampak kekeringan. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya beberapa waktu lalu mengingatkan dampak El

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Nino, yakni kekeringan, kemarau panjang, dan masa paceklik. Guna mengantisipasinya, pemerintah menempuh sejumlah langkah, antara lain pembangunan 1.000 embung. Sejalan dengan itu maka yang perlu dilakukan sekarang, tidak hanya pemerintah tapi juga masyarakat dan perusahaan untuk aktif ikut menyiapkan embung-embung dan waduk, untuk mengantisipasi musim hujan. Langkah ini sekaligus sebagai cara cerdas menampung air yang bisa dimanfaatkan saat kemarau. Tidak terlambat juga kalau sekarang baru dilakukan, karena semua itu manfaatnya berkelanjutan.

Perhutani Bangun Embung Kerja sama yang dilakukan Perhutani KPH Pasuruan membangun Embung Sangonan di Desa Sanganom, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (Jatim) ini sesuai dengan kebijakan pemerintah. Pembangunan embung seluas 2,8 hektare ini dilakukan oleh Dinas Pengairan dan Pertambangan Jatim pada tahun ini. “Embung Sanganom akan mendatangkan banyak manfaat, antara lain untuk irigasi pertanian, perlindungan hutan untuk mengatasi kekeringan, persemaian bibit hutan. Manfaat lainnya adalah penyediaan air baku untuk keperluan sehari-hari, pengendali banjir di musim hujan, dan konservasi sumberdaya air,” kata Administratur Perhutani Pasuruan, Kuntum Suryandari, di Pasuruan, Selasa (15/9). Kepastian pembangunan embung ini setelah ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang Embung Sanganom di Kawasan Hutan RPH Tanjunganom, BKPH Pasuruan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan. MoU ditandatangani Kuntum dan Bupati Pasuruan HM Irsyad Yusuf, di Ruang Pingitan Pendopo Pemkab Pasuruan. Embung Sanganom akan berada di kawasan hutan petak 33a, 33b, 33c dan 33d RPH Tanjunganom, BKPH Pasuruan di lokasi tanaman kayu putih masuk Desa Sanganom. “Dengan MOU ini saya berharap Perum Perhutani bisa menjalin hubungan baik dengan Pemkab Pasuruan,” ujar Kuntum. Pengelolaan embung ini menggunakan sistem pinjam pakai dengan jangka waktu lima tahun, sejak diteken MoU hingga 14 September 2020. Perjanjian ini dapat diperpanjang berdasarkan hasil

Embung di RPH Beran, BKPH Boto, KPH Randublatung

evaluasi Dinas Kehutanan Provinsi Jatim. Untuk mencegah kekeringan di masa mendatang, dosen jurusan teknik sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr Agus Maryono menyarankan perlunya gerakan masif dari masyarakat dalam memanen atau menyimpang air hujan untuk persiapan di musim kemarau. Pemerintah, masyarakat, dan semua pihak harus terlibat dalam gerakan memanen air hujan sebanyak-banyaknya agar terhindar dari bencana kekeringan di musim kemarau berikutnya. Selama ini masyarakat terbiasa menerima bantuan air. “Ketidaksiapan warga menghadapi kekeringan, diantaranya karena masyarakat sudah terbiasa dengan menerima bantuan droping air. Atau di tempat tertentu, mereka membeli air dari daerah lain yang kadang jauh jaraknya,” kata Agus seperti dikutip dari laman resmi UGM. Menurut Agus, sejauh ini masyarakat sangat menggantungkan diri kepada air bersih dari PDAM. Padahal, PDAM jelas tidak mampu memenuhi kebutuhan air warga sepanjang tahun. Kebiasaan seperti ini akan sangat berbahaya dan rentan menderita kekeringan. Apalagi jika terjadi fenomena ekstrim seperti El Nino tahun 1997 dan tahun ini diprediksi musim kemarau lebih panjang dari biasanya. “Tiap-tiap keluarga harus berpikir dan berupaya keras dan memanen air hujan agar terhindar dari kekeringan,”katanya. Dalam kesempatan itu, Agus menyebutkan beberapa cara preventif dan kuratif yang bisa dilakukan dalam menghadapi musim kemarau. Cara preventif, antara lain menampung air hujan dengan tampungan air hujan, memasukan air hujan ke sumur resapan dan ke sumur-sumur penduduk. Sedangkan langkah kuratif yang bisa dilakukan, tambah Agus, seperti

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Dok. kom. PHT

mencari sumber air yang masih tersisa. Bisa juga memeriksa kembali sumur-sumur penduduk hingga menyaring air untuk air minum bersih.

Bantuan Sumur Bor Masih dalam rangka mengatasi kekeringan, Sekretaris Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah, Arief Hidayat, menyampaikan Perum Perhutani memiliki program pembuatan sumur artesis/bor yang diprioritaskan untuk desa-desa yang berpotensi kesulitan air. Dengan bantuan ini diharapkan masyarakat akan semakin terbantu dalam mengatasi kesulitan air bersihnya. Arief menyampaikan program pembuatan sumur artesis/bor ini pada acara penyaluran bantuan air bersih dari KPH Telawa kepada warga sekitar hutan, baru-baru ini. Bantuan disalurkan secara bergilir ke tujuh desa sekitar hutan. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Perum Perhutani KPH Telawa dengan CV FDA Air Sumber Gunung Ungaran Semarang. Kesulitan hidup akibat musim kemarau yang berkepanjangan bagi sebagian masyarakat sekitar hutan merupakan permasalahan sosial yang menyita waktu. Untuk mengatasinya, Perhutani KPH Randublatung membantu air bersih untuk lima desa di wilayah kerjanya. Melihat dampak dari kemarau panjang yang membuat biaya hidup meningkat, Perhutani KPH Randublatung juga membantu di sektor pendidikan. KPH Randublatung sangat memperhatikan pendidikan anak-anak desa hutan. Itu diwujudkan dengan membantu dana pendidikan Rp 5 juta kepada TK Tunas Rimba IV di Desa Jegong dan TK Al Maarif Desa Kalisari sebesar Rp 1,5 juta. Diberikan bantuan juga kepada Himpunan Pensiunan Kehutanan Randublatung sebesar Rp 3 juta. DR

DUTA

Rimba 33


RIMBA KHUSUS

Perhutani Perkuat Cegah Dini Kebakaran Hutan Sejumlah personil Perhutani bersama masyarakat sekitar hutan tampak serius mengikuti apel siaga dan simulasi pemadaman kebakaran hutan di Pos Paltuding, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (2/9). Apel dipimpin Administratur/KKPH Perhutani Banyuwangi Barat, Prihono Mardi.

A

pel siaga dan simulasi pemadaman kebakaran hutan ini penting dilakukan untuk mengantisipasi dan meningkatkan kewaspadaan jajaran Perhutani Banyuwangi Barat bersama masyarakat sekitar hutan. Kewaspadaan di musim kemarau ini perlu ditingkatkan agar semua petugas di lapangan siap mencegah kebakaran hutan dan mengatasinya jika terjadi kebakaran. “Kebersamaan itu sangat penting karena hutan kita sangat luas. Ini tugas yang tidak ringan. Jika terjadi kebakaran hutan, sangat merugikan masyarakat,” kata Prihono. Menurut Prihono, jika terjadi kebakaran hutan maka ekologis hutan rusak, fungsi perlindungan keanekaragaman hayati menurun. Nilai ekonomi dan produktivitas hutan juga menurun bila ada kebakaran hutan. Asap yang ditimbukan dari kebakaran hutan sangat mengganggu kesehatan dan kelancaran transportasi.

34

DUTA Rimba

Jalin Kerja Sama Ironisnya kebakaran hutan yang terjadi akhir-akhir ini penyebabnya manusia. Untuk mengatasinya, tambah Prihono, perlu kerja sama yang baik demi mencegah kebakaran hutan. Harus disadari bahwa dampak terbakarnya hutan sangat merugikan masyarakat. Bila ada masyarakat yang tertangkap tangan sengaja membakar hutan di kawasan hutan bisa ditindak pidana dengan ancaman hukuman lima tahun penjara dan denda satu miliar rupiah bagi yang sengaja membakar hutan. Pembakar hutan melanggar dua aturan, yaitu UU No.590 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem dan UU No.41 tentang Kehutanan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perum Perhutani KPH Kediri juga menggelar apel siaga kebakaran hutan bersama stakeholder di Kabupaten Trenggalek bertempat di alun-alun Trenggalek, Senin

(14/9). Apel untuk mencegah sedini mungkin kebakaran hutan di wilayah Kabupaten Trenggalek. Terlibat dalam apel ini sejumlah perwakilan. Mereka, antara lain dari Perum Perhutani, Polres, Kodim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Satpol PP, Satgas Damkar, SAR, Dinas Kehutanan, dinas terkait, beberapa tokoh masyarakat, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Trenggalek. Komandan Kodim 0806/ Trenggalek, Letkol Muhammad Zaini, mengatakan apel siaga dilakukan karena kebakaran hutan menjadi tanggung jawab bersama. Hutan merupakan sumber kehidupan, untuk itu harus dijaga bersama-sama agar hutan di Trenggalek tetap lestari. Kalau hutan lestari, tambah Zaini, masyarakat akan sejahtera. Hutan selain sebagai sumber oksigen juga merupakan sumber air yang perlu dilindungi agar Kabupaten Trenggalek tercukupi kebutuhan airnya.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Pelatihan pemadaman kebakaran hutan

Gelar Pelatihan Upaya antisipasi kebakaran hutan juga dilakukan KPH Pemalang dengan menggelar pelatihan penanggulangan darurat kebakaran dan bencana alam lingkungan kantor, di Pemalang, Sabtu (5/9). Pelatihan yang diikuti sekitar 100 peserta ini terjalin berkat kerja sama Perhutani KPH Pemalang dengan BPBD Kabupaten Pemalang. Sebelum praktik, peserta diberikan pembekalan teori yang disampaikan instruktur dari BPBD Kabupaten Pemalang. Administratur Perhutani KPH Pemalang, Rukman Supriatna, mengatakan ada persepsi yang salah terhadap kebakaran hutan dan dampak yang ditimbulkan. Selama ini kebakaran yang terjadi di wilayah kawasan hutan Perhutani Pemalang bukan kebakaran hutan. Yang terjadi hanya titik-titik api (hot spot) kecil dari pembakaran semak dari penggarap dan tidak menjalar

kepada tegakan pohon. “Pada umumnya pembakaran disengaja oleh para pekerja yang menggarap lahan pertanian di bawah tegakan. Kebakaran terjadi hanya di bawah tegakan dan tidak menjalar kepada tegakan pohon,” kata Rukman. Lebih jauh Rukman mengatakan dampak terhadap kematian pada tegakan pohon relatif kecil. Yang terjadi di Pemalang sebenarnya hanya titik-titik api kecil yang membakar serasah, rumput ranting/pohon mati yang tetap berdiri, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan, dan lain sebagainya. Petugas lapangan tetap siaga dan memantau menjalarnya api dan cepat memadamkannya. Dalam waktu dekat, tambah Rukman, ada rencana mengadakan pelatihan untuk menanggulangi kebakaran hutan. Penanggulangan kebakaran hutan berbeda dengan penanggulangan kebakaran digedung. Pada umumnya para petugas

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

lapangan sejak awal sudah diberi pembekalan tata acara memadamkan api di dalam kawasan hutan. Petugas lapangan, tambah dia, wajib terampil dan selalu siap setiap saat memadamkan api di dalam kawasan hutan walaupun peralatan yang tersedia masih tradisional atau seadanya. Mereka sudah tahu apa yang harus dikerjakan, terutama teknis cara memadamkan api di dalam kawasan hutan. “Kami memiliki dua unit alat pemadam kebakaran berupa tangki kebakaran yang bisa menampung air 1.000 liter yang bisa ditarik oleh sarana kendaraan pick up yang sudah dimodifikasi. Sewaktuwaktu jika diperlukan atau ada yang memerlukan, tangki tersebut siap dioperasikan,” Rukman menjelaskan. Alat pemadam kebakaran yang dibuat ini dikhususkan untuk di dalam kawasan hutan. Pemadaman dibantu LMDH yang sudah memiliki sarana berupa alat gepyok yang dibuat DUTA

Rimba 35


RIMBA KHUSUS sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi efektif untuk mematikan api yang menjalar di kawasan hutan. Keseriusan Perhutani dalam mencegah kebakaran hutan juga ditunjukkan langkah Asper Curahjati, Sugeng Wahono, bersama Muspika Kecamatan Purwoharjo melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan. Sosialisasi kepada para petani hutan atau pesanggem digelar di salah satu pos di dalam hutan petak 39c RPH Grajagan, BKPH Curahjati, KPH Banyuwangi Selatan, Kamis(3/9).

Pesanggem Dilibatkan Dihadapan 40 pesanggem, Sugeng banyak memberikan pesan konstruktif upaya mencegah kebakaran hutan. Dia mengajak pesanggem di Banyuwangi Selatan untuk aktif menjaga hutan dari kebakaran, bahkan mencegahnya secara dini. Diimbau, pesanggem tidak membakar serasah atau apapun di dalam hutan mengingat kondisi sekarang ini musim kemarau dan angin bertiup sangat kencang. “Jika membakar serasah akan rentan terjadi kebakaran hutan yang berimplikasi pada rusaknya ekosistem. Meskipun bila terjadi kebakaran hutan secara materiil Perhutani tidak dirugikan karena yang terbakar hanya serasah atau daun jati yang kering sedangkan untuk tegakan jati tidak terbakar,” kata Sugeng. Untuk mencegah dan meminimalisir dampak kebakaran hutan, jajaran BKPH Curahjati bersama masyarakat desa hutan telah membuat sekat bakar atau ilaran untuk mecegah api tidak menjalar/ merembet ke wilayah lain. Sudah dibangun pos pantau untuk deteksi dini apabila terjadi kebakaran hutan dan menghimbau pada masyarakat apabila menjumpai api di dalam hutan untuk segera dipadamkan, pungkas Sugeng. Selain itu, Perum Perhutani KPH Jatirogo bekerjasama dengan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tuban mensosialisasikan penggunaan alat pemadam kebakaran kepada karyawan Perhutani Jatirogo dan masyarakat desa hutan di Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Bangilan dan Sekaran, Kecamatan Jatirogo, baru-baru ini. Administratur Perhutani Jatirogo, Achmad Basuki mengatakan tujuan dari sosialisasi adalah memberikan pemahaman kepada karyawan tentang penyebab kebakaran. Sasaran lain yang ingin dicapai dari sosialisasi ini adalah melatih karyawan dan

36

DUTA Rimba

masyarakat desa sekitar hutan agar mampu menanggulangi kebakaran dalam skala kecil, baik dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) maupun dengan alat tradisional misalnya kain basah. Tidak mau ketinggalan Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Sukabumi, Senin (21/9) juga menyiagakan ratusan personel dan relawan mengantisipasi kebakaran hutan. Kesiagaan digelar terutama di sejumlah titik potensi-potensi bencana kebakaran lahan selama musim kemarau. Antisipasi kebakaran terus ditingkatkan. Tidak hanya menebar ratusan papan peringatan bahaya kebakaran yang berada di lokasi yang tidak jauh dari pemukiman rumah warga, tetapi melakukan kerja sama dengan melibatkan warga di sekitar hutan untuk mengatisipasi terjadi kebakaran hutan. Komandan Regu Patroli Mobil KPH Sukabumi, Yahya, mengatakan pihaknya secara rutin memberikan pembinaan sosial maupun penyuluhan hukum kepada masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar kawasankawasan dekat hutan. “Kami sudah mengimbau masyarakat di setiap Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan agar tidak sembarangan membakar ketika akan mengolah lahan,” katanya. Pembabatan hingga pengolahan tanah, tambah Yahya, menjadi bagian penyuluhan jajaran Perhutani. Termasuk pemberian metode pembuatan alur-alur di sekitar lahan yang diolah masyarakat. Ketika rumput atau ranting dibakar cukup di sekitar lahan itu saja, tidak meluas ke lahan lainnya. Dengan cara itu, bisa diminimalkan potensi-potensi terjadinya kebakaran. Wilayah yang cukup diwaspadai berpotensi terjadi kebakaran, lanjut Yahya, tersebar di sejumlah tempat. Tidak hanya di BKPH Palabuhanratu dan Lengkong, tapi juga di areal lahan hutan BKPH Sagaranten. Apalagi di wilayah tersebut titik-titik terjadinya potensi panas terbilang tinggi. Antisipasi pengawasan potensi kebakaran maupun gangguan keamanan terus dilakukan di setiap BKPH. Semua karyawan pun wajib mewaspadai berbagai ancaman gangguan kebakaran. Belum tibanya musim penghujan di wilayah lereng Gunung Slamet atau Banyumas dan sekitarnya membuat Perhutani KPH Banyumas Timur, melakukan penjagaan terhadap titik masuk ke hutan yang ada diwilayahnya. Disiapkan 20 pos penanggulangan kebakaran, yang

tersebar mulai dari Jeruk Legi, Cilacap hingga Batur, Banjarnegara. Administratur KPH Banyumas Timur, Wawan Triwibowo,baru-baru ini mengatakan khusus untuk wilayah lereng Gunung Slamet, pihaknya menggandeng TNI dalam memantau masyarakat yang masuk ke hutan. Termasuk juga meminta kepada para pendaki, agar tidak mendaki Gunung Slamet, hingga musim penghujan. Meski saat ini sudah diperbolehkan untuk pendakian, karena penurunan status Gunung Slamet menjadi normal. Menurut Wawan, saat ini angin cukup kencang, sehingga bisa mempercepat kebakaran, terutama dari puntung rokok atau bara api unggun.

Hutan Terbakar Meski sudah terus digelar sosialisasi dan apel siaga, kebakaran masih terjadi di lokasi Bagian Hutan Ponorogo Timur, di Petak 166a RPH Sawo BKPH Ponorogo Timur KPH Lawu Ds, wilayah administratif Dusun Krajan, Desa Tumpak Pelem, Kecamatan Sawo, Kabupaten Ponorogo, Sabtu (31/10). Kebakaran terjadi akibat kelalaian manusia. Atas peristiwa tersebut, Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar memerintahkan secara khusus Direktur Pengelolaan Sumberdaya Hutan (PSDH), Heru Siswanto, dan Kepala Divisi Regional Jawa Timur, Andi Purwadi, untuk meningkatkan kesiagaan. Ditingkatkan kesiagaan dalam pengamanan hutan dari bahaya kebakaran akibat musim kering yang berkepanjangan maupun akibat kelalaian manusia. Kejadian berawal dari kegiatan dua pesanggem dan penyadap getah pinus mitra kerja Perhutani yang tengah membersihkan dan mengumpulkan daun kering di lahan garapannya pada Sabtu (31/10) untuk persiapan musim tanam. Mereka berusaha membakar sedikit daun kering meskipun ada papan larangan dan telah dilarang langsung oleh mandor Perhutani. Karena angin bertiup sangat kencang, api membesar tidak terkendali, hingga mengepung mereka. Petugas Perum Perhutani dibantu masyarakat, Polsek dan Koramil Sawoo telah berusaha membantu pemadaman api, tetapi naas ada korban jiwa satu orang meninggal. Korban bernama Djadi (70 tahun), alamat RT 1 RW 1 Dusun Krajan, Desa Tumpak Pelem, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Kebakaran di Bagian Hutan Ponorogo Timur yang menelan korban satu orang meninggal ini, hanya berselang dua hari setelah empat korban kejadian kebakaran di Bagian Hutan Ponorogo Barat, tepatnya Petak 49a RPH Karang Patihan, BKPH Ponorogo Barat, KPH Lawu Ds, wilayah administratif Desa Ngiloilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Kamis (29/10). Selain korban jiwa, kebakaran Bagian Hutan Ponorogo Barat menyebabkan hilangnya ± 1 hektare hutan pinus dan 400 pohon pinus hangus terbakar, dengan nilai kerugian diperkirakan Rp 435 juta. Mustoha sangat menyesalkan kejadian ini, memerintahkan semua petugas lapangan untuk meningkatkan kesiagaan dan mengajak masyarakat yang berada di sekitar wilayah hutan mematuhi semua aturan yang ada terkait antisipasi bahaya kebakaran hutan. “Pembersihan lahan dengan cara dibakar di dalam kawasan hutan Perum Perhutani pada dasarnya dilarang sesuai dengan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari yang diterapkan oleh Perum Perhutani,” kata Sekretaris Perusahaan John Novarly, Minggu (1/11). Atas kejadian ini, Direksi Perum

Perhutani dan seluruh karyawan menyampaikan ucapan bela sungkawa yang mendalam kepada keluarga korban musibah ini. Keluarga korban telah mendapatkan santunan dari Perum Perhutani. Direksi Perum Perhutani diwakili Direktur Pengelolaan Sumberdaya Hutan (PSDH), Heru Siswanto, didampingi Kepala Divisi Regional Jawa Timur, Andi Purwadi, dan Sekretaris Divisi Regional, Yahya Amin, Jumat (30/10) memberikan santunan kepada empat korban yang tewas dalam upaya pemadaman kebakaran hutan di Petak 49a RPH Karang Patihan, BKPH Ponorogo Barat, KPH Lawu Ds. Lokasi ini masuk wilayah administratif Desa Ngiloilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo. Kejadian berawal dari usaha memadamkan kebakaran hutan oleh Kepala RPH Karang Patihan, BKPH Ponorogo Barat, KPH Lawu Ds, bersama para korban dan 20 warga Desa Ngilo-ilo lainnya di petak 49a tersebut pada Kamis (29/10). Tetapi naas karena kondisi berubahnya arah angin disertai besarnya kobaran api menyebabkan keempat korban terjebak dan terkepung api. Api diduga berasal dari puntung rokok yang dibuang oleh orang

yang melintas di alur hutan yang merupakan akses jalan masyarakat Desa Ngilo-ilo menuju Dusun Banyon, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo. Santunan dari Perum Perhutani sebesar Rp 50 juta diberikan kepada keluarga almarhum Suyitno, Mandor Sadap Getah Perum Perhutani KPH Lawu Ds, dan kepada yang bersangkutan diberikan SK kenaikan pangkat anumerta satu jenjang jabatan lebih tinggi karena gugur dalam tugasnya. Sementara kepada ketiga keluarga korban lainnya, pesanggem dan penyadap getah pinus yang merupakan mitra kerja Perum Perhutani tersebut Perum Perhutani memberikan santunan kepada keluarga korban masing-masing sebesar Rp 25 juta. Para korban juga akan mendapatkan hak-hak asuransi ketenagakerjaannya sesuai aturan perusahaan yang berlaku. “Direksi Perum Perhutani dan seluruh karyawan menyampaikan bela sungkawa yang mendalam kepada keluarga korban atas musibah ini,” kata Sekretaris Perusahaan John Novarly. DR

Empat Korban Meninggal Saat Padamkam Kebakaran Hutan 1. Suyitno (43 tahun), mandor sadap getah Perum Perhutani KPH Lawu Ds, alamat Desa Karang Patihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

3. Paigun (25 tahun), alamat RT 03/RW 01 Dusun Banyon, Desa Ngilo-ilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.

2. Budianto (30 tahun), alamat RT 03/RW 01 Dusun Banyon, Desa Ngilo-ilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.

4. Jaimun (44 tahun), alamat RT 03/RW 01 Dusun Banyon, Desa Ngilo-ilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 37


SOSOK RIMBA

Drs.Otto Ihalauw, MA Bupati Sorong Selatan

“Sagu ini Mamanya Orang Papua” Kabupaten Sorong Selatan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Luas daratannya adalah 9.408,63 km². Ibu kotanya adalah Teminabuan. Kabupaten Sorong Selatan dibentuk berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2002. Secara resmi, operasional pemerintahan kabupaten ini dimulai pada 6 Agustus 2003. Secara geografis, Kabupaten Sorong Selatan terletak pada 01º00’ - 02º30’ LS dan 131º00’ - 133º00’ BT, berada pada ketinggian 0-1.362 meter di atas permukaan laut.

38

DUTA Rimba

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 39


SOSOK RIMBA

S

ecara khusus, Kabupaten Sorong Selatan punya keterikatan dengan Perum Perhutani. Sebab, sejak 2012 Perhutani memulai pembangunan pabrik sagu di sana. Pabrik yang dibangun di atas lahan seluas 15.000 hektare itu nantinya bakal memproduksi 100 ton sagu per hari. Sehingga, kehadiran pabrik sagu Perhutani di Sorong Selatan senyatanya punya dampak positif cukup signifikan bagi masyarakat disekitarnya. Saat ini pun kendati kegiatan operasional pabrik belum mulai, masyarakat sudah merasakan dampak positifnya, antara lain dengan penyerapan tenaga kerja. Apalagi jika industri ini sudah berjalan, diprediksi rakyat di Sorong Selatan akan semakin besar merasakan dampak positifnya. Hal itu diakui Bupati Sorong Selatan, Drs. Otto Ihalauw, MA. Lelaki kelahiran Manokwari, 4 November 1958 itu menyebut, pihaknya mengharapkan sagu dapat menjadi salah satu pangan alternatif. Sebab, menurut bapak empat anak itu, jika dibandingkan dengan padi, sagu punya nilai lebih sebagai bahan pangan. Sedangkan Kabupaten Sorong Selatan memiliki hutan sagu yang sangat luas di Indonesia. Maka, suami Ernie Kantaleini pun bertekad untuk terus melanjutan pengembangan produk sagu. Pembangunan pabrik sagu milik Perum Perhutani di Sorong Selatan itu sendiri diprediksi bakal selesai tahun ini. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perhutani, Agus Setya prastawa mengatakan, saat ini pembangunan pabrik sagu sudah mencapai 85 persen. Meski begitu, pabrik tersebut tak akan langsung bisa digunakan. Pasalnya, masih ada proses uji coba dalam menggunakan mesin pengolahan sagu. Saat berkunjung ke Jakarta, Mei 2015, Otto Ihalauw berkenan menerima wawancara dengan Duta Rimba.Ingin tahu kondisi Sorong Selatan dan perkembangan pembangunan pabrik sagu Perhutani di sana? Simak petikan wawancaranya berikut ini.

Apa konsep Kabupaten Sorong yang Bapak pimpin? Kabupaten Sorong merupakan hasil pemekaran yang dibentuk berdasarkan UU No 26 tahun 2003. Dinamika pemerintah kabupaten

40

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

Drs.Otto Ihalauw, MA Bupati Sorong Selatan

sangat tergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat. Jika ditanyakan mengenai konsep Kabupaten Sorong, saya dapat jelaskan seperti ini: Dasar pemikiran saya adalah, Kabupaten Sorong Selatan ini memiliki hutan sagu yang sangat luas di Indonesia. Maka, kita berpikir untuk membuka peluang bagi pengembang investasi. Dan Perhutani sebagai salah satu BUMN Kehutanan ini berpeluang besar untuk menjadi pengembang investasi. Jadi menurut saya, membangun kabupaten itu tidak selamanya harus dari pemerintah pusat atau daerah. Bukan hanya Perhutani (yang menjadi pengembang investasi di Kabupaten

Sorong Selatan) tetapi juga ada dari swasta murni seperti PT. ANJ dan beberapa perusahaan kelapa sawit. Dan khusus untuk sagu, ini mendapatkan perhatian yang luar biasa. Kita berharap sagu menjadi leading center dan bisa berdampak kepada sektor-sektor yang lain. Kami sangat berterimakasih kepada Dirut Perhutani. Apalagi, pabrik sagu ini akan melaksanakan kegiatankegiatan yang menunjang, salah satunya infrastruktur jalan dan jembatan. Di sekitar pabrik sagu milik Perhutani ini, ada satu wilayah tertinggal yang namanya Kais wilayah Yumeko. Dengan kehadiran

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Perhutani dan PT. ANJ,maka secara tidak langsung kita sudah membuka kehadiran kawasan pertumbuhan ekonomi baru. Dampak lain bagi masyarakat, walaupun masih berupa bangunan pabrikan, rakyat sudah terkena dampak positif berupa penyerapan tenaga kerja. Walaupun sebagian besar hanya tenaga kasar, tetapi ada juga yang tenaga skill karena sudah dilatih oleh Perhutani. Setelah kehadiran pabrik sagu, baik dari Perhutani maupun swasta, kami juga mendirikan suatu pendidikan tinggi yaitu Akademi Komunitas Negeri Sorong Selatan yang sudah diresmikan oleh Dirjen Perguruan Tinggi pada tanggal 18 Agustus 2014. Jadi bukan hanya BUMN atau Swasta saja, tetapikita libatkan perguruan tinggi juga, sehingga pabrik sagu ini punya multipliereffect atau berdampak besarserta berkelanjutan. Kami juga telah menyusun master plan pengembangan pabrik sagu ini. Artinya bahwa ada sisi system able keberlanjutan sagu, ini kita pertahankan. Kami juga bekerjasama dengan BPPT bahkan dengan litbang pertanian.

Dalam kaitannya dengan kondisi darurat pangan, apakah sagu ini akan menjadi alternatif utama? Ketika dulu kami berdiskusi dengan litbang, ternyata dari 19 urutan alternatif pangan, sagu ini masih belum termasuk kedalamnya. Padahal kami sangat mengharapkan agar sagu ini menjadi salah satu bahan cadangan pangan yang luar biasa. Maka dari itu, kami sangat ingin memperjuangkan. Akhirnya sagu bisa masuk ke dalam daftar 19 pangan alternatif itu. Saya memang bukan ahli sagu. Tetapi bisa saya katakan, sagu itu jika dibandingkan dengan padi punya nilai lebih. Kalau musim kemarau atau banjir, sagu akan semakin segar. Sedangkan padi kalau musim kemarau atau banjir, maka akan terjadi krisis pangan. Namun kita mengharapkan sagu ini menjadi salah satu pangan alternatif. Maka dari itu, kami membuat Program Festival Sagu Nusantara, yang bekerjasama dengan APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) Wilayah Timur. Kebetulan saya adalah Koordinator APKASI Wilayah Timur. Sebab, saatini baru 30% dari penduduk yang mengonsumsi sagu. Bertahap kita sosialisasikan untuk mengonsumsi sagu karena sehat dan produk

turunannya banyak, dari pangan sampai energi. Bahkan yang luar biasa lagi, BPPT telahmenemukan bahwa sagu ini bisa menjadi beras, makaroni, mie, dan lain-lain.

maka olahan mereka bisa ditampung oleh Perhutani dan PT. ANJ dengan kualitas tertentu.

Apakah Sorong Selatan mempunyai rencana untuk mengekspor Sagu?

Yang pertama, masalah infrastruktur. Namun kita sudah atasi secara bertahap. Yang kedua, masyarakat. Yaitu, kita harus mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi peluang investasi besar ini. Saya bekerjasama dengan UGM untuk meneliti kegiatan apa saja yang harus dipersiapkan masyarakat dalam menghadapi peluang investasi besar ini, untuk meminimalkan dampak negatif dari perubahan sosial. Oleh karena itu, untuk mempersiapkan SDM kami mendirikan pendidikan tinggi dan lain-lain. Seperti permasalahan tanah, kita juga sudah mempersiapkan gelar tikar adat. Yaitu kita petakan kepemilikan haknya rakyat dan ini butuh pendekatan partisipatorium.

Ya. Kami sangat menginginkan itu kedepannya. Bahkan pada bulan September saya diundang ke Jepang untuk mengikuti Simposium Sagu Internasional di Jepang dan China. Pada saat Simposium Sagu di Manokwari, ada sekitar 100 profesor sagu dari Jepang.Yang hebat itu adalah, di Jepang tidak ada sagu tetapi jumlah profesor sagunya yang terbanyak. Saat saya berdiskusi dengan Pak Freddy Numberi Mantan Menteri Perhubungan, beliau memarahi saya. Katanya, “Kau lihat itu, orang Indonesia punya banyak sagu tetapi yang jadi pakar justru yang tidak punya sagu”. Jadi sasaran kami adalah Jepang dan China. Maka dari itu, kita diundang ke Simposium Sagu Internasional bersama dengan temanteman dari IPB dan BPPT serta pakar sagu-sagu yang ada di Indonesia.

Bagaimana Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi perubahan sosial ketika ada industrialisasi? Kami merasa tidak akan ada dampak yang begitu signifikan, karena kami sudah menyusun master plan yang didalamnya terdapat kemungkinan perubahan kami telah menyiapkan beberapa pilar, diantaranya ada perguruan tinggi, Perhutani, dan PT. ANJ dari industrialnya, serta satu pilar lain yang tidak kami lupakan, yaitu masyarakat. Kita ingin melibatkan masyarakat di dalam pengembangan sagu. Contoh, untuk pengembangan industri kita ingin membuat satelit-satelit kecil dimana ada intervensi dari balitbang. Mereka akan menyampaikan kepada masyarakat disana tentang teknologi tepat guna yang mendekatkan alat ke kebun untuk memproduksi sagu menjadi tepung sagu dalam skala rumah tangga. Dan untuk skala yang lebih besar, mereka sudah membuat mesin yang bisa memproduksi 600 kg hingga 800 kg per hari. Sehingga setelah itu,

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Apa yang menjadi hambatan?

Sejak kapan Bapak mengenal Perum Perhutani? Sebenarnya kami sudah tahu dan kenal Perhutani sejak masih di Kabupaten Sorong. Ketika itu ada kegiatan Perhutani dengan Kementerian Kehutanan.Namun secara detail pada saat Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) memperkenalkan kami dengan Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto. Awalnya, PT. ANJ yang pertama kali masuk ke Sorong Selatan. Namun saat kami mengajak Kepala UP4B Bambang Darmono untuk berkunjung ke Sorong Selatan, beliau menyampaikan, jika Sorong Selatan ingin mendapatkan peluang pengembangan infrastruktur, harus ada perusahaan negara yang masuk.

Seperti apa persepsi bapak ketika pertama kali mendengar Perhutani? Perhutani ini salah satu perusahaan yang mempunyai banyak kegiatan yang bisa kita manfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Terutama bukan semata-mata untuk kepentingan kayu atau hutan, tetapi juga untuk pengembangan potensi-potensi hutan non kayu.Dan untuk pertama kali Perhutani bisa memanfaatkan potensi kita yaitu hutan sagu.

DUTA

Rimba 41


SOSOK RIMBA

Dok. kom. PHT

Pertemuan Drs.Otto Ihalauw, MA Bupati Sorong Selatan dan Dirut Perhutani

Apakah Perhutani ada catatan buruk di Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan? Selama ini Perhutani tidak pernah punya catatan buruk atau negatif di Kabupaten Sorong Selatan.

Apa Harapan Bapak untuk Perhutani? Kami sangat mengharapkan, dalam usaha pengembangan potensi kita kedepan, bisa lebih dimanfaatkan

42

DUTA Rimba

tidak hanya sagu, tetapi juga potensi kita yang lain seperti damar, madu, air. Kami memiliki potensi air yang sangat luar biasa di Sorong Selatan. Lebih dari itu, kami berharap kehadiran Perhutani bisa membawa damai sejahtera bagi masyarakat kami. Dan yang kami tangkap selama ini, walaupun belum mulai pabriknya, masyarakat sudah merasakan (dampak positifnya). Apalagi jika industri ini berjalan, maka rakyat akan merasakan dampak positifnya. Sebab, “Sagu Ini Mamanya Orang Papua”.

Apakah ada pesan yang ingin disampaikan untuk karyawan Perum Perhutani? Kami berharap dari pengembangan investasi ini masyarakat terkena dampaknya yang positif. Karena dunia ini dikuasai oleh kegiatan-kegiatan investasi, sehingga jika masyarakat terkena dampaknya yang positif, maka ketergantungan terhadap negara (pemerintah) akan berkurang. DR

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Putra Daerah yang Sangat

Menjunjung Tinggi Toleransi

Dok. kom. PHT

Foto Bersama Drs.Otto Ihalauw, MA Bupati Sorong Selatan

Bagi masyarakat Maluku, sagu adalah makanan pokok. Sedangkan bagi masyarakat Papua, sagu ini khas dan unik. Menurut Bupati Sorong Selatan, Otto Ihalauw, sagu memiliki ketahanan yang luar biasa dibandingkan tanaman lain. Sagu bisa tetap eksis dalam menghadapi berbagai macam cuaca. Sedangkan potensi sagu di Sorong Selatan sangat besar, yaitu seluas 200.000 hektare.

A

rtinya, dalam rangka menjaga ketahanan pangan, sagu ke depan akan kam kembangkan ke arah industri besarbesaran di sana. Namun, tetap mempertahankan keberlanjutan dari sagu ini,” kata alumni program S2 jurusan politik lokal dan otonomi daerah, Fisipol Universitas Gadjah Mada tahun 2011 itu. Otto Ihalauw lahir, di Manokwari, 4 November 1958. Pendidikan SD, SMP,

dan SMA, ia habiskan di tanah kelahirannya. Lalu ia melanjutkan pendidikan ke jenjang D III jurusan pemerintah Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Jayapura, yang tuntas tahun 1981. Tak puas hanya sampai D III, Otto melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Jakarta, tepatnya di Institut Ilmu Pemerintahan, Departemen Dalam Negeri jurusan perencanaan pembangunan yang selesai pada 1989. Karier di pemerintahan ia awali

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

sebagai Pengatur Muda Tata Praja Tk I tahun 1983. Setahun kemudian, ia diangkat sebagai Kasubbag Pengendalian dan Pelaksanaan Program pada Bagian Pembangunan Setwilda Tk II Sorong. Karier suami dari Ernie Kantale ini terus menanjak, hingga menjabat Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Sorong sejak 2002. Dan ketika tahun 2003 Kabupaten Sorong mengalami pemekaran denganpembentukan Kabupaten Sorong Selatan, ayah tiga putri dan satu putra ini pun dipercaya menjadi Pejabat Bupati Sorong Selatan. Rangkaian prestasi ini membuat anak dari almarhum AD Ihalauw dan mendiang IM Wattimena dipercaya menjadi bupati definitif lewat pemilihan kepala daerah di Kabupaten Sorong Selatan tahun 2005. Kepercayaan rakyat Sorong Selatan itu berlanjut hingga periode kedua sejak 2010 hingga 2015 ini. Selama memimpin Kabupaten Sorong Selatan, banyak prestasi ia torehkan. Prestasi tersebut, antara lain predikat WTP Atas Audit LKPD 2013 oleh BPK. Sebagai pribadi, Otto pernah juga meraih Satya Lencana Sukses Pemilu dari Presiden pada 2004. Putra daerah Sorong Selatan ini dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan toleransi. Hal itu ia tunjukkan dengan kerap menghadiri acara-acara keagamaan di daerahnya. Misalnya ketika ia memberi sambutan pada acara pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Sorong Selatan, 13 Juni 2015 lalu di Aula Distrik Teminabuan. Otto mengatakan, pemerintahannya selalu bekerja sama dengan seluruh umat beragama melalui organisasi keagamaan dalam membangun daerah ini. Toleransi antara umat beragama selalu diupayakan agar berjalan baik. Hubungan sesama umat beragama juga ia tekankan perlu dijaga dengan baik, termasuk hubungan umat beragama dengan pemerintah. Bahkan organisasi keagamaan selama ini mendukung program pembangunan yang dilaksanakan di berbagai bidang. Khusus untuk sagu, menurut Otto, komoditi ini mendapatkan perhatian yang luar biasa. Sebab, pihaknya berharap sagu dapat menjadi leading center dan bisa berdampak positif kepada sektor-sektor lain. Apalagi, pabrik sagu ini akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang, salah satunya infrastruktur jalan dan jembatan. DR DUTA

Rimba 43


LINTAS RIMBA

Madura Perlu Membentuk Paguyuban

Pencinta Lingkungan

Understanding (MOU) dengan Departemen Luar Negeri yang ditandatangani pada 9 Juni 1989. OISCA adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berpusat di Jepang dan telah memiliki cabang di berbagai negara, khususnya Asia Pasifik. OISCA memiliki program Children’s Forest Program (CFP) berupa pendidikan lingkungan bagi anakanak. Tujuannya, menanamkan rasa cinta terhadap pohon dan hutan sejak dini pada anak-anak. Ada pula program People’s Forest Program (PFP), yakni kegiatan penghijauan yang dilakukan bersama masyarakat yang disponsori perusahaan maupun grup di Jepang. Pemerintah daerah setempat turut serta bekerja sama dan terlibat langsung mengikuti penanaman. Program rehabilitasi mangrove hampir sama seperti PFP. Hanya saja, lebih menitikberatkan pada lokasi hutan yang ada di pantai. DR

Destinasi Wisata dan Produk Perhutani Terus Dipromosikan

Dok. kom. PHT

Anggota Paguyupan Oleh Pencinta Lingkungan

Pamekasan - Luas hutan mangrove di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madura mencapai 18.108 hektare. Untuk menjaga hutan mangrove tersebut dibutuhkan keterlibatan masyarakat sehingga perlu dibentuk paguyuban kelompok tani pecinta lingkungan, khususnya hutan mangrove. Paguyuban kelompok tani pencinta lingkungan, khususnya hutan mangrove, harus segera dibentuk. Ini diperlukan agar masyarakat memiliki wadah untuk berbagi pengalaman,” kata Waki Kepala Administratur KPH Madura, Adang Sukendar pada acara monitoring evaluation rencana rehabilitasi hutan mangrove, di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (30/9). Monitoring evaluation rencana rehabilitasi hutan mangrove di Pantai Baddurih dan Majungan ini digelar berkat hasil kerja sama Perhutani KPH

44

DUTA Rimba

Madura bersama Organization For Industrial Spiritual and Cultural Advancement (OISCA) Indonesia. Lebih jauh Adang mengatakan negara memberi wewenang pada Perhutani untuk mengelola hutan di Pulau Jawa dan Madura. Wilayah hutan yang dikelola (KPH) Madura meliputi empat kabupaten, yaitu Pamekasan, Sumenep, Bangkalan, dan Sampang. Direktur OISCA Indonesia, Yutaka Nagaki, menjelaskan OISCA mengemban misi meningkatkan semangat berkarya pada diri masyarakat, khususnya negara berkembang. OISCA mulai mengadakan kerja sama dengan pemerintah Indonesia pada 5 Januari 1979. Organisasi itu beberapa kali mengalami perubahan sehingga melahirkan Memorandum Of

Banyuwangi – Administratur/ KKPH Banyuwangi Barat, Prihono Mardi, mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang memberikan perhatian khusus kepada jajaran Pehutani, Perkebunan, BUMN dan swasta dalam kegiatan Banyuwangi Festival. Ide Plantations Festival tersebut cukup brilian untuk mempromosikan segala produk dan destinasi wisata Perhutani, Perkeunan serta Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA). Meskipun kali ini hanya diikuti perserta dari Banyuwangi saja, kami ingin pada tahun berikutnya bisa ditingkatkan menjadi skala nasional. Dengan demikian, produk yang dipamerkan bukan hanya dari Jawa, tetapi juga luar Jawa,” kata Prihono pada acara Plantations Festival, di areal kebun karet Perkebunan Kalirejo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, baru-baru ini. Kegiatan yang merupakan bagian dari Banyuwangi Festival 2015

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


tersebut diikuti Gabungan Perusahaan Perkebunan, BKSDA, Taman Nasional Alas Purwo dan Meru Betiri, Perhutani, Dinas Pertanian dan Perkebunan, Industri Gula Glenmore, dan Rumah Sakit Bhakti Husada Glenmore. Semua peserta memamerkan produk unggulan masing-masing di stan-stan. Ada gula merah, kakao, madu, karet, dan berbagai produk perkebunan maupun Perhutani lain. Mereka juga memajang gambar destinasi wisata di daerah masingmasing. Secara khusus Prihono berharap agar jajaran Perkebunan dan Perhutani bisa selalu bersinergi dengan pemerintah maupun masyarakat sekitar. Misalnya Perkebunan maupun Perhutani bisa menjalin kemitraan dengan pemilik kebun rakyat, baik dalam hal budi daya maupun pemasarannya. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaku sangat senang denganpelaksanaan Plantations Festival tersebut. Festifal ini bisa dimanfaatkan untuk ajang silaturahmi antar jajaran Perkebunan, Perhutani, Forpimda Banyuwangi, Forpimka Glenmore, dan masyarakat luas. Kegiatan ini juga menjadi ajang

Dok. kom. PHT

Suasana Dalam Kegiatan Promosi Destinasi Wisata Oleh Perhutani

untuk mengenalkan produk dan destinasi wisata Perkebunan, Perhutani, dan taman nasional kepada masyarakat, termasuk generasi penerus. “Semua potensi di Banyuwangi harus kita kenalkan ke masyarakat, kita kenalkan kepada dunia, termasuk potensi Perkebunan dan Perhutani. Nah, Banyuwangi Festival ini adalah salah satu cara kita

mempromokasikannya,” kata Anas. Sementara Ery Warman, ketua Panitia Plantations Festival, mengatakan berbagai kegiatan yang digelar di pameran meliputi pesta kebun, minum kopi dan cokelat, pameran produk perkebunan, kehutanan, pameran ternak serta holtikultura, IGG, penggalang Pramuka dan destinasi wisata. DR

Siswa SMK Menimba Ilmu di KPH Saradan

Dok. kom. PHT

Suasana Dalam Acara Pelepasan Siswa Smk di KPH Saradan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Dok. kom. PHT

Administratur Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Saradan, Amas Wijayamelepas 63 siswa SMK Kehutanan Negeri Samarinda yang selesai menimba ilmu atau magang di KPH Saradan selama 45 hari sejak 22 Agustus 2015. Mereka dibagi menjadi lima kelompok dan ditempatkan di lima kantor BKPH, yaitu Bringin, Notopuro, Pajaran, Wilangan Utara, dan Jatiketok Utara. Selama magang, para siswa banyak melakukan kegiatan belajar. Kegiatan tersebut, antara lain praktik insdustri, persemaian, penanaman, konservasi tanah dan air, forestry, dan silvikultur tanaman. Kegiatan dilaksanakan sebagai bekal dalam menyiapkan para siswa pada pekerjaan di bidang kehutanan. Amas mengatakan, seluruh jajaran KPH Saradan bangga karena bisa menjadi tempat praktik siswa SMK Kehutanan Negeri Samarinda. KPH Saradan berusaha memberikan ilmu yang terbaik. Semoga ilmu tersebut berguna dalam menjalankan pekerjaan sebagai rimbawan. DR

DUTA

Rimba 45


LINTAS RIMBA Perhutani-PT Kawai Tanam Pohon di Lahan 400 Ha Administratur Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Saradan, Amas Wijayamelepas 63 siswa SMK Kehutanan Negeri Samarinda yang selesai menimba ilmu atau magang di KPH Saradan selama 45 hari sejak 22 Agustus 2015. Mereka dibagi menjadi lima kelompok dan ditempatkan di lima kantor BKPH, yaitu Bringin, Notopuro, Pajaran, Wilangan Utara, dan Jatiketok Utara. Selama magang, para siswa banyak melakukan kegiatan belajar. Kegiatan tersebut, antara lain praktik insdustri, persemaian, penanaman, konservasi tanah dan air, forestry, dan silvikultur tanaman. Kegiatan dilaksanakan sebagai bekal dalam menyiapkan para siswa pada pekerjaan di bidang kehutanan. Amas mengatakan, seluruh jajaran KPH Saradan bangga karena bisa menjadi tempat praktik siswa SMK Kehutanan Negeri Samarinda. KPH Saradan berusaha memberikan ilmu yang terbaik. Semoga ilmu tersebut berguna dalam menjalankan pekerjaan sebagai rimbawan. DR

LMDH Dapat Bantuan Benih dan Pupuk Cilacap - Dinas Pertanian dan Peternakan akan membantu benih dan pupuk kepada Perhutani melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan kelompok tani hutan. Program tersebut dalam rangka mendukung ketahanan pangan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui program Pajale (padi, jagung, dan kedelai). Tujuan lainnya guna meningkatkan produksi pertanian. Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Cilacap, Budi, menuturkan bantuan berupa benih jagung Bisi 2 dan pupuk meliputi NPK dan urea. Benih jagung diberikan masing-masing 15 kg per ha. Pupuk urea sebanyak 75 kg per ha dan pupuk NPK sebanyak 50 kg per ha. “Jagung mempunyai peran strategis untuk ketahanan pangan dan penggerak ekonomi nasional,” tegas Budi. Sumber dana bantuan benih dan pupuk berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Provinsi. Dinas Pertanian dan Peternakan akan bekerja sama dengan tiga pemenang lelang,

46

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

Suasana Serah Terima Untuk Penanaman Pohon Oleh Perhutani dan Pt Kawai

yakni supplier benih jagung, pupuk urea, dan pupuk NPK. Bantuan didistribusikan kepada masing masing ketua LMDH. KPH Banyumas Barat mempunyai lahan untuk tumpang sari tanaman

jagung diBKPH Bokol, BKPH Kawunganten, BKPH Sidareja, dan BKPH Majenang. Keberadaan lahan itu sangat mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan. DR

Dok. kom. PHT

Acara Rapat Untuk Bantuan Benih dan Pupuk Untuk LMDH

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


110 Pesanggem Selamatkan Lahan Kritis Rembang - Di tengah cuaca panas yang menyengat tidak menyurutkan semangat sekitar 110 pesanggem menanam tanaman rimba campur di wilayah hutan petak 3 Gayam Kebonharjo pada Sabtu dan Minggu (27/9). Mereka menanami lahan kritis seluas 20 ha. Pesanggem tersebut dari warga Desa Pancuran dan Tahunan, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang (80 orang) dan Desa Gandu Blora (30 orang). Adm Kebonharjo Isnin Soiban menuturkan di wilayah Kebonharjo terdapat beberapa lahan kritis. Kondisinya bebatuan sehingga diperlukan kerja keras untuk menyelamatkan tanaman di lokasi seperti ini. Lahan kritis lainnya petak dengan kemiringan ekstrim, yang masyarakat dilarang beraktivitas pertanian. “Alhamdulillah masyarakat dengan penuh kesadaran mau bekerja sama menanam pohon rimba, seperti trembesi, asem, kesambi, ringin, kepoh, klampok, dan joho. Di petak itu warga dapat menanam jagung, cabai, dan tanaman pangan lainnya,” jelas Isnin.

Dok. kom. PHT

Kegiatan 110 Pesanggem Dalam Rangka Menyelamatkan Lahan Yang Kritis

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan. Supaya tanaman berhasil, perlu dihindari gangguan seperti penggembalaan liar, kebakaran, perencekan, termasuk pencurian. Untuk itu perlu ditingkatkan pengawasan baik dari petugas Perhutani maupun masyarakat, terutama yang tergabuung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), pinta Isnin. Supasti (70 tahun) pesanggem dari Desa Pancuran senang dapat bercocok tanam di wilayah hutan. “Saya sudah puluhan tahun menjadi

pesanggem di hutan Kebonharjo. Lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mudah-mudahan masyarakat selalu diberi kesempatan menggarap lahan hutan. Kami akan mematuhi aturan penggarapan lahan hutan,” tambah nenek bercucu delapan itu. Kegiatan penanaman bersama Perhutani dengan warga diselingi pembagian hadiah berupa pemberian pakain kepada para pesanggem. Dilakukan juga makan bersama dan diskusi dengan materi mengenai kelestarian hutan demi kemakmuran masyarakat. DR

Sosialisasi Peningkatan Status ke Jenjang VI

Rembang – Dalam penentuan kelolosan peningkatan stasus dari jenjang VII ke VI tidak ada penggunaan uang. Semua data ditempelkan di papan pengumuman secara transparan. Acuannya, berpedoman pada data 2014, di mana rangking yang terdahulu dipergunakan untuk dasar dalam kenaikan jenjang VI. Untuk peningkatan status ini hanya dari jenjang VII ke VI. Pada prinsipnya sama seperti tahun sebelumnya. Karyawan yang mendapatkan sanksi atau hukuman disiplin pegawai, tidak bisa mengikuti kenaikan jenjang ini,” kata Adm Mantingan, Teguh Jati W pada sosialisasi kenaikan jenjang VII ke jenjang VI, di ruang rapat KPH Mantingan, Rembang, Jumat (18/9). Sebanyak 42 orang menerima penjelasan dari manajemen tentang kenaikan jenjang tersebut. Dari 42 orang yang belum pegawai, KPH Mantingan mendapatkan jatah 12 orang. DR

Dok. kom. PHT

Acara Sosialisasi Promosi Pegawai Perhutani di KPH Mantingan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 47


LINTAS RIMBA 48 LMDH Tegal Terima Dana Bagi Hasil Produksi Pekalongan - Perhutani kembali menbagikan uang bagi hasil produksi kayu dan nonkayu kepada Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) se-Kabupaten Tegal. Pembagian diselenggarakan di Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, baru-baru ini. Sebanyak 48 LMDH di Kabupaten Tegal menerima dana sharing tahun 2014 sebesar Rp 369.551.957. Dana tersebut berasal dari KPH Pekalongan

Barat sebesar Rp103.514.638 untuk 28 LMDH, dari KPH Balapulang sebesar Rp 244.437.790 untuk 9 LMDH, dan dari KPH Pemalang sebesar Rp 21.599.529 untuk 11 LMDH. Wakil Bupati Tegal, mengajak masyarakat yang terwadahi LMDH untuk bersama-sama memanfaatkan dan mengelola hutan dengan baik, untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Ini merupakan kerja sama yang baik antara Perum Perhutani dan masyarakat. “Kerja sama ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu saya berterima kasih kepada Perum

perhutani yang telah bermitra dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan,” tandasnya. Administratur/KKPH Pekalongan Barat, A Fadjar Agung Susetyo mengatakan hutan adalah milik negara yang diamanahkan kepada Perum Perhutani untuk mengelolanya. Masyarakat tidak boleh memiliki, hanya untuk kemanfaatannya saja maka Perhutani titip kepada masyarakat untuk dijaga kelestariannya. DR

Dok. kom. PHT

Serah terima bantuan dana bagi hasil produksi

Perkuat Kepedulian Rimbawan untuk Berkurban KPH LAWU - Momen Hari Raya Qurban 1436 H, dimanfaatkan untuk mengetuk dan memperkuat kepedulian jiwa rimbawan KPH Lawu Ds dengan menyembelih dua sapi hewan kurban. Penyembelihan dilakukan di halaman belakang Aula KPH Lawu, Jumat (25/9). Kurban dua ekor sapi berasal dari Ketua Darmawanita Persatuan, Rifa Sugiharto, Waka Popa Dedy Nurhadi, Waka Adm Lereng Lawu Wilis Adi Nugroho, KTU, Asper sederajat, dan KRPH. Hewan kurban dibagikan ke masyarakat sekitar hutan di 9 BKPH di

48

DUTA Rimba

wilayah KPH Lawu Ds dan kaum duafa sekitar Kantor KPH. Waka Adm Lereng Lawu Wilis, Adi Nugroho mengatakan kurban diadakan untuk menciptakan jiwa rimbawan yang akan peduli dalam berkurban, berbagi ketaatan dan keiklasan. Administratur/KKPH Lawu Ds, Nanang Sugiharto dalam silahturahmi dengan karyawan, Senin (28/9) mengaku senang bahwa KPH Lawu masih bisa mengadakan kurban serta berbagi kepada masyarakat. Harapan ke depan semoga dari berkurban ini akan menanamkan jiwa sosial, bisa bersosialisasi dengan masyarakat, khususnya yang berada di sekitar hutan. DR

Divre Jateng Pacu Produksi Getah Pinus Pekalongan - Produksi getah pinus di Jawa Tengah (Jateng) harus meningkat dan target tahun ini tercapai karena hanya getah yang menjadi primadona Perhutani sekarang. Tebangan kayu akan dihentikan sehingga pendapatan utama pada bulan-bulan ini hanya pada produksi getah pinus. Produksi getah pinus akan tercapai apabila temen-temen di lapangan selalu bekerja dengan sungguhsungguh. Untuk itu, semuanya harus selalu memperhatikan petunjuk pimpinan,” kata Kepala Biro Produksi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah, Dwi Witjahjono saat

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


melakukan pembinaan terhadap Asisten Perhutani (Asper), KRPH, dan mandor sadap se-KPH Pekalongan Barat di hutan petak 50 b RPH Guci, BKPH Bumijawa, Rabu (2/9). Menurut Dwi, produksi dan mutu getah akan tercapai jika terjalin kedekatan pimpinan dan bawahan, mulai dari Administratur dan Asper, KRPH hingga mandor. Semua harus bisa bekerja dengan guyup dan rukun (kompak) agar hasil getahnya lebih baik. Solusi untuk meningkatan produksi getah, tambah Dwi, perlu ada penyemangat. Hal itu bisa diwujudkan dengan cara memberi hadiah umroh kepada para penyadap apabila produksi getahnya tercapai dan mandor yang produksi getahnya melebihi target. Administratur tidak usah pelitpelit memberikan penghargaan kepada Asper, KRPH, dan mandor selaku petugas lapangan dengan cara menaikkan pangkat, mengursuskan, dan member jabatan kepada petugas yang berprestasi. Tirulah orang Jepang dalam bekerja jujur, disiplin, dan lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. DR

Dok. kom. PHT

Kondisi pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentine, Pemalang

Perhutani dan Pemkab Banyuwangi Sinergikan Pembangunan Banyuwangi - Dalam upaya meningkatkan hubungan Perhutani dan Pemkab Banyuwangi, Kepala Divisi Regional (Kadivre) Jawa Timur (Jatim) Andi Purwadi bersilaturahim dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, di ruang VIP Bandara Blimbingsari, Minggu (13/9). Azwar berharap agar program pembangunan Perhutani dan Pemkab Banyuwangi dapat diselaraskan dan disenergikan untuk kepentingan bersama. Azwar mengatakan destinasi wisata alam di wilayah Perhutani hendaknya dikelola dan dikembangkan sesuai dengan kearifan lokal. Pengembangan sejumlah objek wisata itu, antara lain Wisata Pulomerah, Pantai Mustika, Pantai Pancer, Pantai Wedi Ireng diharapkan dapat membuat Banyuwangi menjadi Bali ke-2, menjadi jujugan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. ”Pak Andi kalau ke Banyuwangi mampir dulu ke Pendopo Banyuwangi, kita lanjut bincang-bincang seputar hasil pembangunan kehutanan. Saya setiap kali ketemu Pak Andi, kalau tidak di bandara, ya di pesawat,”

canda Anas disambut gelak tawa membuat situasi terlihat lebih akrab. Kadivre Jatim Andi Purwadi menyampaikan Perhutani sangat mendukung program pembangunan Banyuwangi. Dalam pengelolaan hutan, Perhutani selalu melibatkan masyarakat dan stakeholder melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Perhutani, tambah Andi, mendukung program kedaulatan/ ketahanan pangan yang berimplikasi peningkatan kesejateraan masyarakat sekitar hutan. “Untuk pengelolaan destinasi wisata, mari kita kelola bersama dengan mekanisme dan peraturan perundangan yang berlaku,” kata Andi. DR

Dok. kom. PHT

Kepala Divisi Regional Perum Perhutani Jatim, Andi Purwadi bersilaturahim dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA Rimba

49


LINTAS RIMBA BKPH Banjarnegara Berikan Semangat ke Penyadap Banjarnegara - Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Banjarnegara Toto Suwaranto beserta jajarannya memberikan semangat kepada para penyadap dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat. Hal itu dilakukan dalam wujud hiburan yang digelar di petak 4 L Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Watubelah, Sabtu (12/9). Kegiatan hiburan berupa panjat pinang, panjat debog (batang pisang), balap karung, dan tarik tambang ini diikuti para penyadap, anggota LMDH, dan masyarakat sekitar. Acara ini dihadiri wakil dari Polsek Pagedongan, LSM Kembangmas, perangkat Desa Cendana, dan tokoh masyarakat setempat. Toto mengatakan kegiatan ini diselenggarakan untuk penyadap, LMDH, dan masyarakat sekitar. Untuk para penyadap karena mereka telah membangun Perhutani, melalui keaktifan dalam menyadap sehingga BKPH Banjarnegara berkembang. “Saya berharap dengan acara ini para penyadap lebih semangat dalam berkarya,” katanya. DR

Perhutani Dukung Percepatan Pembangunan di Bojonegoro BOJONEGORO, PERHUTANI (11/9) | Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno berjanji akan mendorong investasi di Kabupaten Bojonegoro. Salah satunya membantu proses investasi untuk mempercepat sejumlah proyek nasional guna mendukung pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro. Jum’at Dia menjelaskan, kedatangan ke Bojonegoro kali ini adalah ingin melihat potensi yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Beberapa waktu lalu Bupati Bojonegoro Kang Yoto sudah datang ke Kantor Kementerian BUMN di Jakarta membahas potensi Bojonegoro yang bisa dikerjasamakan dengan BUMN. Menurut Rini, selain Blok Cepu, yang saat ini Pertamina sudah terlibat di dalamnya, juga rencana eksplorasi dan produksi Gas Jambaran –Tiung Biru (JTB). Produksi gas ini akan membawa usaha ikutan bagi Bojonegoro seperti pembangunan pabrik Pupuk Kujang yang saat ini masih negoisasi harga dengan Pertamina yang lahannya

50

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

Lomba Panjat debog yang digelar BKPH Banjarnegara, KPH Banyumas Timur

sebagian besar menggunakan lahan Perhutani. Rini juga menyampaikan, harga yang ditawarkan Operator Gas J-TB masih sedikit tinggi dari harga gas yang biasa dibeli pabrik pupuk di Indonesia yakni sebesar USD7,5/ MMBTU. Karena itu, pihaknya akan segera melakukan pembicaraan dengan Kementerian ESDM untuk mencari jalan keluar agar secapatnya ada kesepakatan. “Tak perlu lah pakai subsidi. Kita akan cari solusinya,” kata Rini Sumarno. “Secepatnya kita cari jalan keluarnya sehingga tahun ini

ground breaking untuk pembangunan infrastruktur Gas J-TB bisa dimulai,” lanjut dia. Dirut Perhutani Mustoha Iskandar juga menyampaikan, Perhutani siap dukung semua program Pemerintah, dalam percepatan pembangunan, salah satunya pogram ternak sapi yang dikombinasikan dengan tanaman kehutanan(silvopasture red.)”Dalam hal ini ada beberapa aturan yang harus dipenuhi agar tidak ada yang dirugikan, “ kata Dirut Perhutani Mustoha Iskandar. DR

Dok. kom. PHT

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno Yang Berkunjung Ke Perhutani NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Garut - Mabes Polri dan Perum Perhutani melakukan supervisi bersama di KPH Garut selama dua hari mulai Rabu (9/9). Supervisi dihadiri sembilan KPH yang masuk dalam rayon 4, yakni KPH Tasik, KPH Ciamis, KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Kuningan, KPH Bandung Utara, KPH Bandung Selatan, PT AKA, dan KPH Garut. Kasubdin Binmas Polsus Baharkam Mabes Polri, Kombes Pol Markilat Heru menyatakan supervisi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana polisi hutan bersinergi dengan Polri dalam bentuk teknis dan operasional. Karo Kam dan SDH, Topik Hidayat menyatakan enam kategori gangguan keamanan hutan yang terjadi terhadap hutan di Indonesia Gangguan tersebut adalah pencurian pohon, penggembalaan liar, kebakaran hutan, bibrikan hutan, perusakan hutan, dan bencana alam. Kegiatan ini tidak hanya dilaksanakan di kantor KPH Garut, namun langsung ke lapangan untuk berdialog dengan petani hutan yang berada di bawah organisasi LMDH Pelita Mekar. LMDH ini binaan Perum Perhutani KPH Garut. LMDH Pelita Mekar mendapatkan bantuan gedung dan mesin untuk menunjang keberhasilan dalam pengelolaan komoditi kopi yang nantinya dapat memberikan warna untuk Kabupaten Garut sebagai penghasil kopi yang baik. DR

Mabes Polri dan Perhutani Lakukan Supervisi Bersama

Dok. kom. PHT

Diskusi Dalam Sebuah Rapat Antara Perhutani dan Mabes Polri

Perum Perhutani dan AKD Kabupaten Tuban Diskusikan Implementasi UU Desa. TUBAN, PERHUTANI (1/9) | Perum Perhutani dan Asosiasi Kepala Desa (AKD) Kabupaten Tuban menggelar Forum Diskusi Penguatan Implementasi Undang-Undang No. 6 tahun 2014 Tentang Desa di Hotel Makhota Tuban. Forum diskusi ini mendatangkan sosiolog UGM Dr. Arie Sujito, M.Si. Administratur Perhutani KPH Parengan Daniel Budi Santoso menyampaikan bahwa keberadaan UU Desa ini adalah perangkat atau piranti yang sangat tepat untuk memperkuat posisi desa, dan itu berarti pemberdayaan masyarakat desa akan menjadi lebih mudah diwujudkan. Perum Perhutani juga mempunyai misi

Dok. kom. PHT

Forum Diskusi Implementasi UU Desa

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 51


LINTAS RIMBA untuk melakukan pemberdayaan “Targetnya mereka lebih memahami UU tersebut, karena ada kesan UU Desa ini masih belum disambut sebagai sesuatu yang mempermudah, bahkan ditakuti karena alokasi dana Desa yang sangat besar menjadi tanggung jawab kepala desa.” tambah Daniel Daniel menjelaskan, Perum Perhutani sebagai pengelola hutan di Jawa mempunyai misi untuk memberdayakan masyarakat desa, khususnya desa hutan. Perhutani mempunyai sistim Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). “Kami melihat keberadaan UU Desa ini adalah salah satu bentuk peraturan yang bisa mensinergikan antara pembangunan kehutanan yang diemban Perum Perhutani dan pemberdayaan masyarakat yang juga menjadi tugas kami sekaligus tugas pemerintah desa. Untuk mengetahui lebih jauh, kami mendatangkan salah seorang pakar yang turut membidangi lahirnya UU Desa, Arie Sujito,” kata Daniel. Daniel mengharapkan mereka lebih memahami karena sementara ini ada kesan UU Desa belum disambut sebagai sesuatu yang mempermudah. Ada yang ketakutan karena alokasi dana desa yang sangat besar, sementara pertanggungjawabannya ada di kepala desa. Dengan penjelasan dari pakar ini diharapkan bisa memberikan wawasan yang lebih

konkrit terhadap persoalan nyata dari implementasi UU Desa. “Tindak lanjut setelah ini kami serahkan kepada kepala desa untuk lebih berani lagi mengimplementasikan sesuai yang ada di UU Desa. Kami bersama nara sumbernya siap untuk mengevaluasi apa yang telah dikerjakan sampai dengan tiga bulan ke depan,” imbuh Daniel. Ketua Asosiasi Kepala Desa, Juhri Ali, mengatakan anggaran dana desa sudah masuk di rekening masingmasing desa. Namun, regulasi tata cara penggunaan keuangan termasuk pengadaan barang dan jasa masih belum ada. Yang ada Perda No 21 terkait atas tata kelola keuangan desa. Ini membuat teman-teman desa takut melaksanakan UU ini. Kemandirian Desa Arie menyampaikan tujuan UU Desa adalah perubahan struktural relasi desa dengan supradesa, menumbuhkan emansipasi warga bertumpu modal sosial, akuntabilitas kekuasaan lokal dan kontrol penyelenggaraan pemerintahan (checks and balances). Tujuan lainnya adalah terpenuhinya pelayanan publik dasar warga desa, keadilan pengelolaan sumberdaya (alam, ekonomi, dan keuangan), tranformasi desa berorientasi kemandirian. Substansi pengaturan yang berada pada pemerintahan desa,

perencanaan dan penganggaran, demokrasi desa, pembangunan dan kemasyarakatan. Perspektif dan pendekatannya, tambah Arie, adalah memperkuat lokalitas dan kerakyatan. Pemberdayaan plus, bottom up, pembangunan berbasis perencanaan masyarakat, keadilan pembangunan (pertumbuhan dan pemerataan), kombinasi partisipasi dan teknokrasi, pemanfaatan sumberdaya agraria bermisi keadilan dan keberlanjutan, sensitif gender, afirmasi pada kelompok rentan, terobosan alternatif dan inovasi. Menurut Arie, paling tidak ada lima manfaat kunci dari UU Desa. Pertama, membangun kemandirian desa, jaminan sumberdaya keuangan dari APBN untuk penyelenggaraan pembangunan serta revitalisasi penataan aset desa. Kedua, mengatasi apatisme warga, memperkuat partisipasi dalam kebijakan dan penyelenggaraan desa. Ketiga, memperkuat pilar demokrasi desa, sistem ceck and balances sistem pemerintahan dan pembangunan desa. Keempat, memperbaiki pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan desa untuk kebutuhan warga. Kelima, merevitalisasi modal sosial desa untuk pemberdayaan lokal (nilai, mekanisme, dan institusi sosial ekonomi warga). DR

Dok. kom. PHT

Forum Diskusi Implementasi UU Desa

52

DUTA Rimba

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


KPH Padangan Masuk 5 Besar Keberhasilan Tanaman Bojonegoro - Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Padangan dalam beberapa tahun terakhir nilai keberhasilan tanaman selalu berada di rangking lima besar dengan keluasan yang bervariasi. Pada 2015, lokasi tanaman yang dikelola bertambah luas dari tahun sebelumnya. Semangat dan ketekunan, khususnya petugas di lapangan perlu ditingkatkan agar keberhasilan tanaman tahun 2015 lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu butuh

pengawalan, baik secara administrasi maupun keamanannya,” kata Administratur KPH Padangan, Lorentius Suhartana pada Job Training Tanaman Tahun 2015, di BKPH Ngraho, RPH Blimbinggede Petak 132 E, Bojonegoro, baru-baru ini. Kegiatan diikuti 180 peserta terdiri dari para asisten Perhutani (Asper), kepala RPH, dan mandor tanam seKPH Padangan. Para Asper, tambah Lorentius, silakan mengelola sebaik-

baiknya di lokasi masing-masing agar tanaman tumbuh 100 persen. Panitia membagi sembilan regu dari seluruh peserta untuk melaksanakan praktik lapangan. Sarana dan prasana telah disiapkan mulai dari sepatu, topi, tali, timba, mal lubang tanaman, serta pupuk. Kegiatan diakhiri dengan diskusi hasil praktik yang dipaparkan oleh masingmasing ketua regu. DR

Kembangkan Wisata Ekoturisme di Jatim Banyuwangi – Sejumlah tempat di wilayah Perhutani Jawa Timur (Jatim) potensial dikembangkan menjadi wisata ekoturisme yang menarik. Pengembangan/pengelolaan wisata dengan melibatkan pihak-pihak terkait sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Dengan kerja sama itu ke depannya akan memudahkan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor wisata ekoturisme. Nantinya pendapatan sektor wisata menjadi salah satu andalan penghasilan perusahaan,” kata Kepala Divisi Regional (Divre) Jatim, Andi Purwadi, di Banyuwangi, Minggu (13/9). Andi secara khusus memberikan arahan pada jajaran Perhutani KPH Banyuwangi Selatan dan jajaran KBM Wisata & Jasa Lingkungan (Wijasling) 2 Wilayah Jatim di wisata Pulomerah. Arahan ini terkait upaya pengembangan dan pengelolaan potensi destinasi wisata yang ada di wilayah kerja Perhutani Divre Jatim. Andi turun ke lapangan untuk memotivasi jajaran Perhutani Divre Jatim agar meningkatkan pengelolaan beberapa tempat wisata potensial. Sejumlah objek wisata tersebut perlu dikembangkan karena sudah banyak mendatangkan wisatawan yang berkunjung di sana. DR

Dok. kom. PHT

Kepala Divisi Regional Perum Perhutani Jatim, Andi Purwadi mengunjungi Lokasi Wisata di Banyuwangi

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 53


LINTAS RIMBA

Ribuan Peserta ”Sejawat” Ikuti Gowes 23K Pulomerah

Dok. kom. PHT

Peserta Gowes 23k Pulo Merah Melakukan Start

Banyuwangi – Dalam Upaya untuk meningkatkan pendapatan dan promosi wisata yang ada di Wilayah kerja Perhutani Divisi Regional Jawa Timur (Divre Jatim), KBM Wisata dan Jasa lingkungan (Wijasling) wilayah 2 Jawa Timur menggelar kegiatan Gowes 23K jelajah alam di sekitar Wisata Pulomerah pada minggu kemarin (13/9) Kegiatan gowes jelajah alam yang diikuti seribu lebih peserta dari komunitas fun bike Sepeda Jelalah Wisata (SEJAWAT) Jawa Timur

54

DUTA Rimba

dengan menempuh 23K dilepas oleh Kepala Divisi Regional Jawa Timur Andi Purwadi. Dalam sambutannya sesaat sebelum melepas peserta gowes Sejawat menyapaikan ucapan terima kasih kepada semua peserta dan panitia gowes Sejawat, ” terima kasih kepada seluruh peserta gowes sejawat selamat jalan dan menikmati indahnya potensi hutan termasuk wisatanya, jaga kelestarian hutan dan jaga kebersamaan serta kekompakan”, tutur Andi, yang disambut aplaus peserta gowes.

Pada kesempatan tersebut General Manager KBM Wijasling 2 Jawa Timur Hendi Setiarto menyampaikan bahwa maksud dan tujuan terselenggarakannya kegiatan gowes jelajah alam yang rutin dilaksanakan selain jalin silaturahim juga dalam rangka promosi wisata guna peningkatan pendapatan, Edukasi ekoturism, pengenalan karakteristik wilayah setempat dan juga sebagai sarana pemgenalan dan penjualan produk-produk Perhutani seperti madu, minyak kayu putih, air mineral

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Acara Sejawat Gowes 23k Pulo Merah

perhutani serta air madu kepada peserta gowes dan pengunjung wisata pulomerah. Kegiatan gowes jelajah wisata rutin oleh komunitas Sejawat dilaksanakan minimal 2 kali setahun, seperti pada kegiatan sekarang ini merupakan kegiatan Sejawat yang ke-24 yang digeber di area wisata Pulomerah yang lagi booming saat ini yang dimulai start di wisata Pulomerah dilanjutkan melitasi kawasan hutan petak 75,74,71,70 BKPH Sukamade Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan dan berakhir finish kembali di wisata Pulomerah, ujar Bambang Irawan Ketua Sejawat Jawa Timur. Komunitas Sejawat ini beranggotakan dari berbagai elemen mulai pejabat pemerintahan Bupati, Wakil Bupati, Sekda, DPRD, Kapolres, Dandim, akademisi, pelajar,pengusaha dan masyarakat umum, lanjut Bambang. Terkait terselenggaranya kegiatan gowes jelajah wisata tersebut Administratur KPH Banyuwangi Selatan Agus Santoso menyampaikan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

apresiasi dan dukungannya, karena melalui kegiatan ini dapat meningkatkan minat kunjung wisatawan baik lokal maupun asing yang berimplikasi pada bertambanya pendapatan yang diperoleh, sehingga wisata Pulomerah tetap eksis dan jalinan silaturamin serta kekompakan tetap terjaga,” ujar Agus. DR

DUTA

Rimba 55


SAGU

harapan baru dari tanah papua

Dok. kom. PHT

56

DUTA Rimba

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


LENSA Papua tanah kaya di ujung timur Nusantara

Aktivitas Warga disekitar Pabrik Sagu

Dok. kom. PHT

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Dok. kom. PHT

DUTA

Rimba 57


Dirut Perhutani Mengunjungi Pabrik Sagu

58

DUTA Rimba

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


LENSA

Dok. kom. PHT

Dok. kom. PHT

Perhutani menjawab tantangan, membangun pabrik sagu di Papua. Di tepi sungai Kais Sorong Selatan kini pabrik itu sungguh berdiri. Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 59


Dok. kom. PHT

Dok. kom. PHT

Suasana didalam Pabrik Sagu

Dok. kom. PHT

60

DUTA Rimba

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


LENSA

Dok. kom. PHT

Dirut Perhutani Meninjau Langsung Pabrik Sagu

Pabrik baru, siap mengolah puluhan hektar hutan sagu alam di Sorong yang selama ini banyak terlantar. Adalah harapan baru mendukung kedaulatan pangan di negeri ini.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 61


BISNIS RIMBA

Suasana Stand Perhutani dipameran

62

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Bersiap Jelang Kedatangan

era MEA

Dok. kom. PHT

M. Yusuf N. MM

Di tengah perekonomian tak menggembirakan, Perhutani tetap mencari peluang ke pasar internasional. Keikutsertaan dalam pameran dagang internasional menjadi penting untuk menegaskan orientasinya sebagai perusahaan berbasis sumberdaya non-kayu. Perhutani ambil bagian dalam Trade Show 2015 ke-30 yang berlangsung di Jakarta International Expo Kemayoran, 2125 October 2015. Pameran dagang itu merupakan hajatan khusus yang disiapkan dengan fasilitas pendukung bisnis serba baru untuk memberi kenyamanan kepada para calon pembeli,petinggi perusahaan serta para wakil perdagangan dalam mengeksplorasi peluang-peluang yang ada.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 63


BISNIS RIMBA

Stand Perhutani dipameran

Pameran dibuka resmi oleh Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Kabarnya, ada lebih dari 10.000 pengunjung dari lebih dari 100 negara. Mereka melakukan transaksi dagang senilai lebih dari US $ 1 miliar. Kegiatan dagang ini penting bagi masa depan perekonomian Indonesia karena nampak ada komitmen yang tinggi dari mitra dagang asing. Pada sisi lain pameran ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu pemasok potensial dan dapat diandalkan produk konsumen yang berkualitas dan kompetitif. Dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015 ini, ditampilkan juga stand-stand produk/jasa dari sesama anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura,

64

DUTA Rimba

Thailand, dan Vietnam. Tentu di sisi lain pameran itu dimanfaatkan oleh peserta untuk menunjukkan kesiapannya menghadapi perubahan tata perekonomian regional Perhutani ikut serta dalam pameran ini bertujuan untuk memberikan informasi publik bahwa Perhutani semata-mata tidak hanya mengurusi bisnis kehutanan, tapi jeli terhadap situasi yang berkembang di lingkungan masyarakat,”kata M. Yusuf N. MM, Kepala Direktorat Komersial Kayu, Di anjungan Perhutani sejumlah produk dipamerkan seperti produk kayu dan produk olahan lainnya seperti Wisata, Sosial, Pengelolaan Sumber daya Hutan (PSDH), air madu, madu, Sabun dan berbagai produk LMDH binaan Perhutani. Para pembeli, atau buyer, asal Eropa, Jepang, China, Afrika juga Kuwait, sangat tertarik dengan produk kayu. Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia masih merupakan pemasok utama kebutuhan kayu dunia yang

bersaing dengan Myanmar dan Vietnam. Jati merupakan jenis kayu pemberi income paling besar ketimbang jenis kayu lain yang dijual Perhutani seperti Mahoni dan Pinus. Selama ini porsi utama penjualan produk kayu masih dalam bentuk gelondongan. Sedangkan dalam bentuk olahan untuk kepentingan industri porsinya belum mencapai 20%. Panenan kayu jati Perhutani terutama berasal dari Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Di tahun 2015, jumlah kayu tebangan yang kelola Perhutani tercatat 800.000 meter kubik. Dari jumlah itu sebanyak 405.000 meter kubik merupakan jenis kayu jati yang bernilai lebih tinggi ketimbang jenis kayu lain yakni Mahoni dan Pinus. Pendapatan penjualan kayu senilai total Rp 1,5 triliun. Dari angka itu Jati menyumbang Rp 1,25 triliun. Divisi Komersial Kayu bukanlah penyumbang terbesar bagi Perhutani.

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Penyumbang terbesar adalah Divisi GTD, Terpentin dan MKP yang pada tahun 2015 diharapkan sanggup menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2,4 triliun. Namun Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar merasa berat untuk mencapai target Rp 4.7 triliun. Pasalnya kondisi ekonomi berat jadi penghalang utama tercapainya target itu. Hal serupa juga tengah dihadapi oleh BUMN-BUMN yang lainnya. Situasi dua bulan terakhir ini amat berat,” ujar dia, saat berbincang dengan Duta Rimba, akhir Selain melakukan efisiensi dengan menekan berbagai pengeluaran, Perhutani pun berpikir bagaimana menyiapkan diri menghadapi tantangan yang akan datang. Divisi GTD sebagai penyumbang income besar pun perlu diperkuat langkahnya. Untuk mengamankan pendapatan, misalnya, penjualan terpentin butuh perhitungan cermat karena harga sangat tergantung pada pasar. Bila

situasi tengah bergejolak tentu pendapatan akan tertekan. Baginya, Kayu Putih bisa dipertimbangkan sebagai pilihan yang lebih tepat karena berbagai “Masa tanam hingga petik daun cuma tiga tahun, kita berharap bisa memiliki 50.000 ha tanaman Kayu Putih,” tutur dia. Bagaimanapun, Perhutani kini bukanlah sebuah perusahaan sektor kehutanan yang mengandalkan income dari kayu. Jaman telah menggesernya menjadi perusahaan berbasis sumber daya hutan seperti wisata dan tanaman non kayu Dengan orientasi itu, di masa mendatang porsi perolehan kayu bisa jadi akan menurun. Namun masyarakat akan melihat Perhutani punya kontribusi besar dalam penyediaan pangan nasional. Setidaknya hal itu terlihat dari rencana investasi sebesar Rp 200 miliar untuk menanam padi dan jagung pada 2016 mendatang. Lahan yang akan dimanfaatkan akan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

mencapai 267.000 ha. Adapun target produksi Perhutani per tahun untuk tahap awal akan mencapai sekitar 1 juta ton padi, dan 500.000 ton jagung. Untuk itulah, zona penanaman kayu pun diubah karena lahan akan dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Pola tanam jati yang semula 3x3 meter diubah menjadi 8x2 meter atau bahkan 10x2 meter. Hal itu akan dilakukan lewat zona adaptif. Untuk mencapainya Perhutani tak bekerja sendirian. Pemerintah akan memberi subsidi berupa berupa pupuk, bibit unggul, peralatan pertanian dan fasilitas pascapanen. (DR)

DUTA

Rimba 65


RIMBA DAYA

Perputaran Hewan

Ternak ala LMDH

Wono Salam Kerja sama dan gotong royong adalah budaya kita sejak zaman dulu. Itu adalah warisan leluhur. Tetapi, saat ini terkesan seolah-olah pola kerja sama, musyawarah, dan gotong royong itu kian sulit ditemukan di masyarakat kita. Maka, pola kerja sama pengelolaan hewan ternak yang dilakukan LMDH Wono Salam patut ditepuktangani. Seperti apa kerja sama peternakan ala LMDH yang berada di bawah koordinasi KPH Madiun itu?

N

amanya Djumali. Lelaki paruh baya yang lahir di Madiun, 17 Desember 1949 itu sudah dua periode mengetuai LMDH Wono Salam. LMDH Wono Salam sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 2003. Tetapi, yang menarik dari LMDH Wono Salam ini adalah Koperasi dan Unit Peternakan yang mereka kelola sejak 2012. Jenis hewan yang mereka ternakkan adalah sapi dan kambing. Apanya yang menarik? Djumali menuturkan, anggota LMDH Wono Salam berjumlah 103 orang. Untuk peternakan, hewan ternak mereka tidak dikumpulkan di satu tempat, atau dalam satu rumah atau satu area tertentu. Namun, masing-masing hewan ternak itu dipegang atau diperlihara oleh masing-masing anggota LMDH. Hewan-hewan ternak tersebut hanya dikumpulkan di satu tempat ketika ada acara penyuntikan vaksin atau pemberian vitamin. Selanjutnya, hewan-hewan ternak tersebut dikembalikan lagi kepada masing-

66

DUTA Rimba

masing peternaknya. “LMDH Wono Salam ini anggotanya ada 103 orang, namun belum semua memiliki kambing dan sapi. Pemeliharaan hewan ternak itu akan di-rolling setelah membuahkan hasil,” kata Djumali. Nah, inilah yang menarik. Pola pemeliharan hewan ternak yang mereka pilih adalah dengan kerja sama serta gotong royong. Semangat kebersamaan membuat mereka melakukan perputaran pemeliharaan hewan ternak di antara anggota LMDH setelah sang hewan ternak memberikan hasil. Sehingga, diharapkan semua anggota LMDH akan merasakan pemeliharaan hewan ternak tersebut. LMDH ini punya koperasi yang memiliki pengerusan tersendiri. Nama koperasinya sama dengan LMDH. Kebetulan saat ini yang menjadi ketua adalah anak pertama Djumali. Oya, Djumali sendiri punya 6 anak, 2 orang putra dan 4 orang putri. “Usaha ternak dan koperasi LMDH ini sudah berjalan 3 tahun, sejak sekitar tahun 2012. Bahkan sebenarnya sudah ada dari

tahun 2003, namun waktu itu belum berbadan hukum. Di dalam mengelola ternak yang dilepas ke masing-masing Anggota LMDH ini kami memiliki sub unit dan pengurus tersendiri yang bertugas untuk mengontrol ke masing-masing anggota. Jadi, kalau ada hewan yang sakit, segera bisa dilaporkan dan nanti akan dilanjutkan ke mantri yang biasa memeriksa hewan di sini. Sehingga, hewan ternak yang sakit itu bisa segera ditangani dan diobati,” tutur suami dari Katira ini pula.

Digandeng Perhutani Setelah dua tahun LMDH Wono Salam berdiri, Djumali dan rekanrekannya merasa perlu untuk mengembangkan organisasi mereka ke arah yang lebih serius. Mereka berpikir untuk membentuk koperasi. Koperasi itu akan memberikan peluang bagi pengembangan usaha mereka menjadi kian besar. Maka, mereka pun perlu tambahan modal. Juga pembinaan agar usaha mereka kian terarah. Pilihan pun jatuh kepada

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

LMDH Wono Salam

Perum Perhutani. “Setelah 2 tahun berdirinya LMDH ini, kami mengajukan pinjaman kepada Perhutani. Lalukami pun menerima pinjaman dari Perhutani. LMDH ini sudah 3 kali menerima pinjaman dari perhutani. Pinjaman pertama, kami mendapatkan 7,5 juta rupiah. Untuk yang kedua, kami mendapatkan 15 juta rupiah. Dan yang terakhir ini 20 juta rupiah. Tahun ini, kami akan mengajukan lagi pinjaman dana sekitar 50 juta rupiah, namun masih dalam peroses pengajuan,” kata Djumali. Djumali mengisahkan, dana dari hasil pinjaman yang pertama tersebut sebagian dialokasikan ke pupuk bokashi dan sebagian lagi untuk usaha koperasi. Untuk alat pembuat pupuk bokashi, mereka mendapatkan bantuan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Madiun. Sesungguhnya, pupuk bokashi merupakan awal mula usaha yang mereka rintis. Ini adalah jenis usaha mereka yang pertama. Namun, mereka mengalami kesulitan dalam hal pemasarannya. Sebab, menurut

Djumali, harga jual pupuk bokashi ternyata tak menutup biaya produksi. “Untuk pupuk bokashi ini, sebenarnya kalau kami sesuaikan secara kaku dengan formula yang kami buat, tidak menutup modal dengan harga di pasaran.Sementara pemerintah, dalam hal ini Pupuk Gresik yang memproduksi pupuk organik, bisa menjual pupuk organik itu dengan harga dibawah kita, karena mereka mendapatkan subsidi dari pemerintah. Seandainya subsidi itu beralih kepada kita sebagai rakyat kecil, mungkin pupuk bokashi ini akan terus berjalan sesuai dengan yang kami harapkan,” ujarnya. Kesulitan memasarkan pupuk bokashi dengan harga yang pantas agar dapat menutup biaya produksi itulah yang membuat usaha tersebut mandek di tengah jalan. Tak putus asa, LMDH Wono Salam lalu mencoba usaha lain, yaitu koperasi dan ternak. Pilihan itu lalu dijalani bersama. “Awal mulanya memang kami diberikan pembinaan oleh Perhutani untuk pupuk bokashi. Waktu itu, pemasaran pupuk bokashi ini

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

memang untuk Perhutani. Sebab, disini kan terdapat tempat persemaian bibit. Seluruh wilayah se-KPH Madiun menggunakan pupuk bokashi produksi LMDH ini, bahkan sampai ke Ponorogo. Jadi, sebenarnya usaha pupuk bokashi ini tidak berhenti total, tetapi hanya untuk konsumsi di sekitar kita saja,” kata Djumali pula.

Rolling Usai Melahirkan Menurut Djumali, koperasi LMDH Wono Salam ini untuk sementara masih dalam bentuk simpan-pinjam. Sedangkan peternakan, pola perputaran pengelolaan hewan ternak yang mereka jalankan telah berlangsung dengan baik. “Untuk kambing, semula kita tidak membeli dalam jumlah banyak. Dulu kita beli 5 ekor, sekarang sudah sekitar 14 ekor. Yang sapi juga sama. Kebetulan belum lama ini baru saja lahir,” ujarnya.

DUTA

Rimba 67


RIMBA DAYA

Dok. kom. PHT

Suasana di LMDH Wono Salam

LMDH mereka mengadakan perkumpulan di setiap satu bulan sekali. Tukar menukar informasi dan sumbang saran penyelesaian kesulitan dalam pengelolaan ternak mereka lakukan di pertemuan itu. “Nah, dari perkumpulan bulanan itu, kami selalu mendapat informasi tentang PKBL ini. Sebab, Asper ataupun Mantri sering memberikan berita-berita terbaru,” ucapnya. Khusus untuk peternakan, mereka sudah menerapkan aturan yang menarik. Jika pengurus LMDHmemberikan sapi atau kambing kepada anggotanya untuk diperlihara, maka hewan ternak tersebut akan dibawa oleh anggota yang bersangkutan ke rumahnya untuk dirawat. Tetapi, jika nanti kalau hewan tersebut hamil dan melahirkan, maka pengurus LMDH nanti akanmengambil kembali. Kepada anggota yang telah memelihara hewan tersebut, diharuskan untuk memilih, apakah mau mengambil anaknya yang baru dilahirkan itu atau induknya, untuk tetap mereka pelihara. Jika sang anggota yang telah memelihar hewan tersebut memilih untuk mengambil anaknya, maka pengurus LMDH akan mengambil induknya untuk kemudian akan mereka rolling atau putar ke anggota yang lain.

68

DUTA Rimba

“Tetapi anggota yang sebelumnya memelihara hewan tersebut harus membayar uang kas dulu sebesar 25% dari harga jual hewan tersebut. Banyaknya 25% ini merupakan hasil musyawarah anggota dan selalu mengikuti harga pasar. Jadi kalau harga pasaran seekor sapi itu kisarannya 8 juta rupiah, berarti mereka harus bayar uang kas sekitar 2 juta rupiah. Seandainya 25% ini tidak ada, maka modal kita tidak akan bertambah terus,” kata Djumali. Menurut Djumali, sebelum ada dana PKBL, masyarakat setempat menjalankan usaha tanam tumpang sari di lahan Perhutani. Tanaman yang ditanam dengan pola tumpang sariitu misalnya kacang, jagung, kedelai, dan ketela pohon. Hasilnya cukup lumayan juga. “Untuk hasil dari tanaman tumpang sari ini, saya tidak bisa menghitung secara pasti besarannya berapa, tetapi semenjak kami bermitra dengan Perhutani,ada perbedaan yang jelas kami rasakan. Kalau dulu masih ada anggota LMDH yang anak-

anaknya masih bersekolah hanya sampai tingkat SD atau SMP karena terkendala biaya, sekarang sepertinya sudah tidak ada. Sudah selesai semua sekolahnya minimal sampai lulus SMA. Jadi untuk kebutuhan sehari-hari, makan dan lauk pauk, itu sudah bisa dicukupi dari hasil tumpang sari lahan perhutani tersebut,” ujarnya. Djumali pun menyebut, pihaknya sangat berbahagia dengan adanya dana PKBL. Menurut dia, dana PKBL sangat membantu mereka mengembangkan usaha dan mengejar harapan. “PKBL ini bagus, karena bunga pinjamannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank konvensional. Namun, kekurangannya adalah waktu turunnya dana ini yang lumayan lama, tidak seperti di bank yang langsung cair. Hal ini menjadi kekurangan PKBL, karena terkadang kita butuh dana cepat agar bisa mengembangkan usaha kita,” ujarnya sambil tersenyum. Toh masih ada harapan yang terselip dari sela bibirnya. Apa itu? “Harapan kita kedepan, semua anggota LMDH ini masing-masing bisa memelihara ternak itu. Sehingga, sistem rolling sudah tidak diperlukan lagi. Jadi kalau sudah tidak ada rolling,akan semakin besar nilai tambahnya,” kata Djumali. Sebuah harapan sederhana, sebenarnya. Semoga segera terwujud. Dan Djumali pun kembali tersenyum. DR

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


U

ntuk peternakan tidak dikumpulkan dalam 1 rumah atau area, namun dikembalikan/dipegang oleh masing-masing anggota LMDH. Tapi adakalanya hewan-hewan ini dikumpulkan ketika ada penyuntikan vaksin atau vitamin. Anggotanya ada 103 orang namun belum memiliki kambing dan sapi semua, pemeliharaan hewan akan di rolling setelah membuahkan hasil. Koperasi ada pengurusnya tersendiri, kebetulan yang menjadi ketua adalah anak pertama dari bapak Djumali, nama koperasi sama dengan LMDH. Usaha ternak dan Koperasi sudah 3 tahun berjalan sekitar 2012, sebenarnya sudah ada dari tahun 2003 namun belum berbadan hukum. Dalam mengelola ternak yang dilepas ke masing-masing anggota LMDH ini kami memiliki sub unit dan pengurus tersendiri yang bertugas mengontrol ke masing-masing anggota, jadi kalau ada hewan yang sakit bisa dilaporkan dan nanti akan dilanjutkan ke mantri yang biasa memeriksa hewan disini. Setelah 2 tahun berdirinya LMDH ini, kami mengajukan dan menerima pinjaman dari Perhutani. LMDH ini sudah 3 kali menerima pinjaman dari perhutani, pinjaman pertama mendapatkan 7,5 juta. Untuk yang kedua mendapatkan 15 juta dan yang terakhir ini 20 juta. Tahun ini kami akan mengajukan lagi sekitar 50 juta, namun masih dalam peroses pengajuan. Untuk pinjaman yang pertama dana tersebut dialokasikan ke pupuk bokashi dan sebagaian untuk usaha koperasi. Untuk pupuk bokashi ini sebenarnya kalau kami sesuaikan dengan formula yang kami buat tidak menutup modal dengan harga di pasaran sementara pemerintah dalam hal ini pupuk gresik yang memproduksi pupuk organik dengan harga dibawah kita karena mendapatkan subsidi dari pemerintah. Seandainya subsidi itu beralih kepada kita rakyat kecil, mungkin pupuk bokashi ini akan terus berjalan sesuai dengan yang kami harapkan. Untuk alat pembuat pupuk kita diberi bantuan oleh Dinas Kehutanan. Jadi awal mulanya kami membuka usaha bokashi, karena perihal tadi maka usaha tersebut mandet di jalan yang kemudian kami mencoba usaha lain yaitu koperasi dan ternak. Awal mulanya memang kami diberikan pembinaan dari perhutani. Waktu itu pemasaran pupuk bokashi ini memang untuk perhutani, disini kan persemaian bibit. Seluruh wilayah se-KPH Madiun menggunakan

LMDH Wono Salam

Dok. kom. PHT

Nama TTL Istri Anak

: : : :

Djumali Madiun, 17-12-1949 Katira 2 Putra & 4 Putri

LMDH ini berdiri sejak tahun 2003. Dengan ketua Pak Djumali selama 2 periode. LMDH ini mencakup koperasi dan unit peternakan. Jenis yang diternak yaitu sapi dan kambing. pupuk bokashi LMDH ini, bahkan sampai ke ponorogo. Sebenarnya pupuk bokashi ini tidak berhenti total, tapi hanya untuk konsumsi sekitar kita saja. Koperasinya untuk sementara masih dalam bentuk simpan-pinjam dan mengadakan perkumpulan setiap satu bulan sekali. Di pertemuan tersebut kami hadirkan asper dan mantri untuk memberikan pembinaan kepada anggota koperasi. Untuk kambing semula kita tidak beli banyak, dulu kita beli 5 ekor sekarang sudah sekitar 14 ekor. Yang sapi juga sama, kebetulan kemarin saja baru lahir. Nah, Informasi PKBL ini selalu kami dapat dari perkumpulan bulanan itu, asper atau mantri sering memberikan berita-berita terbaru. Kalau untuk peternakan sudah ada aturannya, kalau kita berikan sapi atau kambing nanti kalau sudah keluar anaknya nanti kita ambil dan yang memelihara ini harus memilih mau ambil anaknya atau induknya untuk dipelihara, kalau misalkan mereka pilih anaknya induknya nanti akan kita rolling ke yang lain tapi harus bayar kas sekitar 25% dari harga jual hewan tersebut. Banyaknya 25% ini hasil musyawarah anggota dan selalu mengikuti harga pasar, jadi kalau harga pasaran 1 sapi itu kisaran 8

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

juta berarti mereka harus bayar kas sekitar 2 juta. Seandainya 25% ini kita tidak ada maka modal tidak akan bertambah terus. Sebelum PKBL masyarakat menjalankan usaha tanam tumpang sari di lahan perhutani seperti kacang, jagung, kedelai, ketela. Untuk hasil tanam tumpang sari ini saya tidak bisa menghitung besarannya berapa, tapi semenjak bermitra dengan perhutani kalau dulu masih ada anak-anaknya yang sekolah hanya sampai SD atau SMP karena terkendala biaya sekarang sepertinya sudah tidak ada. Jadi untuk kebutuhan sehari-hari makan dan lauk pauk itu sudah bisa dicukupi dari hasil tumpang sari lahan perhutani tersebut. PKBL ini bagus karena bunga pinjamannya jauh dibandingkan dengan bank-bank konvensional namun kekurangannya waktu turunnya dana ini yang lumayan lama, tidak seperti di bank yang langsung cair. Karena terkadang kita butuh dana cepat agar bisa mengembangkan usaha kita. Harapan kita kedepan, semua anggota masingmasing bisa memelihara ternak itu, jadi kalau sudah tidak ada rolling semakin besar nilai tambahnya. DR

DUTA

Rimba 69


WARISAN RIMBA

Pemandangan Kedung Putri

70

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Kedung Putri Kawasan hutan yang mempunyai nilai konservasi tinggi adalah sebuah kawasan secara global, regional, atau nasional yang berisi konsentrasi yang signifikan nilai-nilai keanekaragaman hayatinya. Kawasan ini terbagi dalam strata nilai konservasi tinggi, di mana semuanya menyangkut aspek lingkungan, sosial, keamanan, kelestarian hasil dan finansialnya serta aspek lain. Penilaian Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) di kawasan hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung dilakukan bersama oleh Perhutani, Lembaga Tropical Forest Trust, Masyarakat Desa Hutan , serta instansi yang terkait dengan masalah lingkungan.

D

engan menggunakan metode proforest tolkit yaitu konsultasi dengan masyarakat desa hutan menggunakan pola perencanaan konservasi secara partisipatif, sedangkan konsultasi pada aspek lingkungan hidup dilakukan untuk mengidentifikasi masalah lingkungan hidup melalui sitem perencanaan konservasi secara partisipatif, sedangkan konsultasi pada aspek lingkungan hidup dilakukan untuk mengidentifikasi masalah lingkungan hidup dengan sitem perencanaan konservasi situssitus yang ada dalam kawasan hutan, ini dilakukan untuk menyusun srategi dan monitoring pengelolaan kawasan bernilai tinggi. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut tentang keberadaan KBKT di wilayah kawasan Hutan Randublatung ditemukan beberapa lokasi dengan nilai konservasi tinggi, ada beberapa nilai yang dinilai terkait dengan adanya kawasan NKT tersebut, salah satunya adalah Kedung Putri. Kedung Putri pada masa lalu sampai sekarang banyak menyimpan sejarah berbau mistik yang konon menurut cerita tempat ini ini sering dipakai mandi oleh Citro Wati Putri

Raja Purwocarito yang cantik. Kedung Putri terletak di sebelah utara Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah Kesatuan Pemangkuan Hutan Randublatung, kurang lebih 10 Km dari pusat kota Randublatung, tepatnya di petak 52 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Gumeng Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanjang. Secara administratif masuk wilayah Desa Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Begitu kentalnya muatan sejarah dilokasi ini menjadikannya cukup terkenal di Randublatung Kabupaten Blora. Begitu kentalnya muatan mistis di lokasi ini menjadikannya cukup terkenal di Randublatung. Legenda Kedung Putri dimulai pada jaman dulu dimana terdapat suatu daerah yang bernama Negara Purwocarito (sekarang Desa Gumeng) yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dian Gondo Kusumo yang berpermaisurikan Loro Girah, Pasangan raja dan permaisuri ini dikarunia tiga orang anak yaitu Citro Menggolo, Citro Kusumo dan Citro Wati. Masing-masing keturunan raja Dian Gondo Kusumo diberikan kekuasaan untuk memimpin tiga

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

kerajaan. Masing-masing adalah Citro Menggolo kerajaanya di Mlumpang (sekarang Desa Trembes), Citro Kusumo kerajaannya di Bale Kambang (sekarang Desa Temetes) dan Citro Wati kerajaanya di Purwocarito (sekarang Desa Gumeng). Salah seorang dari ke tiga anaknya yaitu Citro Wati mempunyai paras yang cantik jelita. Karena kecantikannya itu maka banyak putra raja yang lain atau dari golongan bangsawan tertarik untuk meminang dan mempersunting Citro Wati. Sampai pada akhirnya Putri Citro Wati dilamar oleh 2 raja, yaitu Begede Katong dari kerajaan Pandan (Sekarang Desa Njetak Wanger,Ngawen) dan Jonggrang Prayungan dari kerajaan Atas Angin. Kedua raja tersebut akhirnya perang untuk merebutkan Cito Wati. Keduanya belum ada yang kalah dan menang dalam peperangan tersebut. Akhirnya Citro Wati datang dan menolak keduanya (Begede Katong dan Jonggrang Prayungan).Karena merasa ditolak, Begede Katong marah dan mendatangkan angin ribut untuk menghancurkan negara Purwocarito. Akibatnya negara Purwocarito luluh lantah rata dengan tanah.

DUTA

Rimba 71


WARISAN RIMBA

Dok. kom. PHT

Kedung Putri

Situs Banyu Tes Setelah itu Begede Katong melanjutkan perjalan kembali. Sesampainya di Gunung Serangkang, dia bertemu dengan Jonggrang Prayungan musuh bebuyutannya, dan keduanya saling berperang lagi. Keduanya berperang saling membunuh sehingga menyebabkan semua perangkat untuk melamar yang dibawa oleh Begede Katong berserakan dan terlempar jauh ke tempat lain. Tempat upeti (Bokor Kencono) terlempar ke Desa Pengkol (Kec. Banjarejo) yang dinamakan Kedung Bokor, Sirih (bahasa jawanya Suruh) terlempar ke Desa

72

DUTA Rimba

Banyuurip yang dinamakan Suruhan, Gemblongnya (dodol) yang teriris– iris terlempar ke Desa Temetes yang dinamakan Tiris, sedangkan emban yang membawa Bokor Kencono bernama Denok meninggal dan dikubur dengan di tandai Pohon jati yang sampai sekarang jati tersebut masih hidup dan dinamakan “Jati Denok”. Walaupun Begede Katong memaksa melamar, Cito Wati tetap tidak mau menerima lamaran Begede Katong. Meskipun ditolak cintanya, Begede Katong tidak mau kembali ke negaranya. Citro Wati mempunyai kebiasaan

yang setiap hari tidak pernah ditinggalkannya yaitu mandi di sungai (Kedung) yang sekarang dinamakan Kedung Putri. Begede katong memanfaatkan situasi tersebut yaitu dengan merubah dirinya menjadi ikan gabus (Kutuk) dan masuk ke dalam sungai. Pada saat Citro Wati mandi di sungai, ia melihat ikan gabus (kutuk) yang sebenarnya adalah jelmaan Begede Katong. Citro Wati sangat senang melihat ikan tersebut dan ia pun bermain di sungai (kedung) itu tanpa curiga sedikitpun akan keberadaan ikan tersebut. Karena seringnya bermain dengan ikan gabus (kutuk) tersebut, tanpa disadari ia bercinta dengan ikan gabus jelmaan NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Begede katong yang pada akhirnya menyebabkan Citro Wati hamil. Citro Kusumo kakak Citro Wati marah melihat adiknya hamil tanpa diketahui siapa yang menghamili adiknya. Citro Wati tidak boleh melahirkan melalui alat vitalnya tetapi harus melalui perut sebelah kiri. Perut Citro Wati ditusuk dengan keris oleh Citro Kusumo dan keluarlah dari perut Citro Wati anak ikan gabus (Kutuk). Keanehan yang terjadi pada anak Citro Wati menjadikannya sebuah larangan bagi masyarakat dusun Gumeng bahwa mereka tidak boleh makan ikan gabus (kutuk) karena itu merupakan darah dagingnya Citro Wati. Karena ditusuk perutnya, Citro

Wati pingsan dan tidak sadarkan diri. Citro Wati diseret oleh Cito Kusumo dan di siram air. Akhirnya Citro Wati sadar dan air yang dipakai untuk menyiram Citro Wati dinamakan Banyu urip. Sampai sekarang banyuurip masih tetap ada dan selalu dijaga keberadaanya karena dipercaya dapat menyembuhkan orang sakit. Setelah kejadian itu, Citro Wati berjanji tidak akan kawin sebelum ketemu Joko Sayuto dengan pengapit Joko Santoso. Citro Wati semedi di sungai (kedung Putri) sambil menunggu Joko Sayuto dan Joko Santoso. Cerita Legenda yang masih melekat pada Kedung Putri,

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

bagi masyarakat dusun Gumeng merupakan salah satu peninggalan sejarah yang harus dijaga, baik lokasi, peninggalan-peninggalannya maupun nilai-nilai spiritualnya. Saat ini, tradisi yang dilakukan masyarakat dusun Gumeng di Kedung Putri adalah upacara sedekah bumi. Tujuannya adalah untuk meminta berkah dan keselamatan bagi dusun Gumeng dan daerah sekitarnya. Terkadang ada juga yang melakukan ritual khusus di tempat ini yaitu memberikan sesaji yang tujuannya untuk meminta kekayaan (pesugihan). DR.

DUTA

Rimba 73


ENSIKLO RIMBA

Karet Sangat Berguna untuk Lingkungan

Proses Penyadapan Karet

74

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Tanaman karet berupa pohon yang ketinggiannya dapat mencapai 30-40 meter. Bentuk batang tanaman karet bulat dengan kulit kayu yang halus-rata bewarna putih kecokelatan. Akar tunggangnya dapat menembus tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter. Tangkai daun panjang, serat daun tampak jelas dan bersifat kasar. Daun tersusun secara spiral dan berambut. Daun baru tanaman karet berwarna merah tua, selanjutnya berangsur-angsur akan berubah menjadi hijau tua.

T

anaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yang merupakan tanaman tahunan ini bisa tumbuh himgga 30 tahun. Tinggi pohonnya dapat mencapai 15 - 20 meter. Keunggulan dari tanaman karet, yang lateksnya dapat diolah menjadi berbagai macam komoditi, ternyata tanaman karet memiliki manfaat lain. Tanaman ini sangat bermanfaat bagi lingkungan sebab bisa digunakan untuk reboisasi dan rehabilitasi lahan. Pilihan untuk menjadi tanaman reboisasi karena tanaman karet bisa beradaptasi pada lahan yang kurang subur. Apalagi saat ini di Indonesia, jumlah lahan kritis sudah mencapai jutaan hektare. Lahan kritis tersebut hanya menjadi areal yang dipenuhi dengan alang-alang. Menurut beberapa ahli, lahan telantar tersebut bisa dimanfaatkan kembali jika dilakukan rehabilitasi dulu. Lahan yang terlalu lama ditumbuhi alang-alang akan mudah terkena erosi. Menurut binasyifa.com dalam Manfaat Tanaman Karet buat Lingkungan, lahan telantar tersebut harus dimanfaatkan untuk tanaman yang tak terlalu membutuhkan taraf kesuburan tinggi, sekaligus mampu mencegah erosi. Di sinilah peran tanaman karet dalam reboisasi dan rehabilitasi lahan. Kajian dan penelitian tanaman karet sebagai tanaman yang bisa berfungsi untuk merehabilitasi lahan sudah dilakukan sejak tahun 1989. Tanaman karet diketahui memberikan beberapa keuntungan, seperti menciptakan lingkungan yang lebih sehat sebab tanaman karet bisa berfungsi sebagai sumber oksigen, pengatur tata air tanah, mencegah erosi, dan membentuk humus.

Untuk Reboisasi Tanaman karet juga memiliki nilai ekonomi tinggi sebab menghasilkan lateks dan kayu sehingga meningkatkan produktivitas lahan.Namun, untuk mendukung keberhasilan reboisasi dan rehabilitasi lahan dengan menggunakan tanaman karet, dibutuhkan teknologi budi daya, seperti penyiapan jalur penanaman, sistem tanam, penyiapan bahan tanam, dan pemeliharaan tanaman. Karet yang dipilih ialah tanaman dengan potensi produksi sedang sampai tinggi. Teknik budi daya dan pemilihan klon ini menjadi kunci keberhasilan penanaman karet. Jika akan digunakan kayunya maka dipilih tanaman karet yang pertumbuhannya cepat. Selain dimanfaatkan untuk rehabilitasi lahan, tanaman karet juga berguna untuk mengurangi kadar gas karbon dioksida (CO2). Sejak dimulainya revolusi industri, terjadi peningkatan drastis CO2 di muka bumi Peningkatan CO2 ini menyebabkan imbas rumah kaca, CO2 menjadi ancaman bagi kehidupan di bumi sebab mengakibatkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi. sebab mengakibatkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi.Tanaman karet memiliki peran besar dalam penyerapan CO2 sebab memiliki permukaan hijau daun yang luas. Tanaman karet seperti halnya tanaman hutan, mampu mengolah CO2 sebagai sumber karbon yang digunakan untuk fotosintesis Secara alami, gas CO2 diproses oleh vegetasi tanaman, termasuk tanaman karet melalui fotosintesis dan menghasilkan oksigen. Hal ini berarti bahwa tanaman karet mampu

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

mengurangi jumlah emisi gas CO2 di udara. Selain bermanfaat sebagai tanaman perkebunan, karet juga berpotensi menjadi tanaman hutan. Di sini, karet efektif sebagai paru-paru global dan penambat CO2. Proses fotosintesis pada tanaman karet bisa membangun ekuilibrium energi sehingga semakin banyak jumlah tanaman karet, akan segera tercapai ekuilibrium energi. Energi matahari yang diserap oleh tanaman karet digunakan untuk kegiatan fotosintesis, respirasi, transpirasi, translokasi unsur hara, dan asimilat. Energi cahaya yang ditangkap dalam fotosintesis diubah menjadi energi potensial. Secara kasar, sebatang pohon mampu menyerap CO2 antara 20 sampai 36 gram setiap harinya. Hal itu berarti jika di sutu lahan terdapat 300 batang tanaman karet maka CO2 yang diserap setiap harinya mencapai 6 sampai 10,8 kilogram. Dalam setahun, lahan itu mampu menyerap karbon dioksida sebesar 75 ribu hingga 136 ribu ton. Kemampuan produksi oksigen dari tanaman karet dapat dijelaskan secara ringkas di sini. Jika dalam setiap pohon karet memiliki 200 lembar daun maka 300 pohon itu akan menyumbang oksigen sebanyak 300 liter per jam sebab setiap lembar daun tanaman karet mampu memproduksi oksigen sebanyak 5 mililiter. Hal ini berarti semakin luas tanaman karet, akan semakin banyak oksigen yang dihasilkan. Selain itu, tanaman karet juga bisa menaikkan kandungan air tanah dan kelembaban udara, mengurangi kadar silau dalam cahaya matahari, serta menyerap gas, partikel padat dan aerosol yang berasal dari kendaraan bermotor dan industri.

Banyak Mengandung Getah Tanaman karet termasuk famili Euphorbiace atau tanaman getahgetahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks). Getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Tanaman karet merupakan tanaman industri. (Syamsulbahri, 1985). Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai 3040 meter. Akar tunggangnya dapat menembus tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter. Bentuk batang tanaman karet bulat dengan kulit kayu yang halus-rata bewarna putih kecokelatan.

DUTA

Rimba 75


ENSIKLO RIMBA Perakaran tanaman karet alam menyebar secara ekstensif sehingga memerlukan drainase yang baik. Akar tanaman karet mampu menetrasi tanah hingga kedalaman 1 meter. Banjir yang sering melanda tanaman karet dapat merusak perakarannya. Kayu karet bila dipotong bewarna putih kekuningan. Percabangan batang tanaman karet dimulai sejak bibit berumur satu tahun sesudah masa tanaman. Sesudah percabangan, diameter batang meningkat secara teratur dan kontinu. Kayu tersebut dapat dijadikan kerajinan tangan dan perabot rumah tangga. Namun demikian, kayu pohon karet kuang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, seperti rayap, serangga, dan jamur. (Syamsulbahri, 1985). Dari lapisan kulit terluar (periperi) hingga menuju pusat kayu terdiri dari lapisan kulit terluar, lapisan gabus, kulit keras, dan kulit lunak. Kulit lunak ini sebagian besar terdiri atas pembuluh ayak yang vertikal dan pembuluh lateks. Pembuluh lateks merupakan modifikasi dari pembuluh ayak (sieve tubes). Pembuluh ayak merupakan bagian dari pembuluh angkut floem. Pembuluh lateks tersebut tumbuh dari lapisan kambium. Pembuluh lateks tersusun secara memanjang (longitudinal). Pembuluh lateks berbentuk tabung memutar melingkari batang dengan sudut kemiringan 3,50 arah verikal. Oleh karena itu, pada pengambilan cairan lateks pada pohon karet, dilakukan penyayatan sadap miring. Penyayatan dimulai dari sebelah kiri atas mengarah kesebelah kanan bawah. Daun tanaman karet adalah trifolia dengan tangkai daun yang panjang, serat daun tampak jelas dan bersifat kasar. Daun tersusun secara spiral dan berambut. Daun baru tanaman karet berwarna merah tua, selanjutnya berangsur-angsur akan berubah menjadi hijau tua. Perkembangan semenjak daun muncul hingga masak memerlukan waktu 36 hari, dengan rincian 18 hari digunakan untuk perkembangan daun hingga mencapai ukuran maksimal, sedangkan sisa harinya digunakan untuk pematangan daun dengan diakhiri perubahan warna daun menjadi hijau tua. (Syamsulbahri, 1985). Tanaman karet secara reguler merontokkan daun-daunnya (deciduous). Rontoknya daun-daun ini hanya terjadi pada bulan tertentu. Biasanya rontok terjadi pada bulan kering. Apabila terjadi rontok daun, maka produksi lateks akan berkurang.

76

DUTA Rimba

Bunga pada pohon karet hidup dan tumbuh bergerombol. Bunga pohon karet tumbuh pada bagian ketiak daun. Individu bunga bertangkai pendek dan bunga betina terletak di ujung tangkai. Bunga karet mekar berbarengan dengan tumbuhnya daun pohon karet setelah masa kemarau. Proporsi bunga jantan pohon karet lebih banyak ketimbang bunga betina. Bunga jantan hanya memiliki waktu mekar selama satu hari kemudian rontok. Bunga betina mekar selama 3-4 hari, pada waktu yang sama masih tedapat bunga jantan yang belum rontok, sehingga penyerbukan dapat terjadi. Dikarenakan perbedaan fase tumbuh antara bunga jantan dan betina yang berbeda dalam waktu, maka hanya beberapa bunga betina yang mampu menghasilkan buah. (Syamsulbahri, 1985). Tanaman karet dapat menyerbuk sendiri atau menyerbuk secara silang. Sesudah terjadi penyerbukan, hanya sebagian kecil saja bunga betina yang bekembang menjadi buah. Sekalipun dengan penyerbukan buataan, tidak lebih dari 5% bunga yang tumbuh menjadi buah. (Ghani et al., 1989). Buah dari karet masak sesudah 5-6 bulan setelah pembuahan. Buah yang masak tampak kompak, padat dan besar. Buah tersebut terdiri dari 3 ruang bakal biji. Biji karet besar dan sedikit padat, ukurannya 2-3,5 x 1,5-3 cm, mengkilat dengan bobot biji antara 2-4 gram. (Syamsulbahri, 1985). Perkecambahan biji karet terjadi 7-10 hari sesudah disemaikan. Bibit karet ataupun tanaman karet dewasa mempunyai pertumbuhan yang berperiodik, setiap pertumbuhan daun dinamakan mupus atau flush. Setiap periode pertumbuhan tunas juga dikenal sebagai pertumbuhan daun payung. (Syamsulbahri, 1985). Karet merupakan tanaman yang dapat ditanam di Indonesia karena merupakan tanaman beriklim tropis. Komoditas karet merupakan komoditas yang memiliki prospek kedepan yang baik karena permintaan terus meningkat. Pengembangan Industri karet diperlukan untuk mewujudkan visi Indonesia 2025 yaitu dapat memproduksi karet hingga 2-4 juta ton per tahun. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter, di mana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Karet memiliki sifat gugur daun sebagai respons tanaman terhadap

kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/ kemarau). Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan. Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.

Perkembangan Karet Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan Benua Amerika pada 1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan ke tanah. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan di atas api unggun dan dibulatkan seperti bola. Pada 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut. Seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, di antaranya dari jenis Havea brasilienss yang tumbuh di hutan Amazon, Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet utama, dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini. Seorang ahli kimia dari Inggris pada tahun 1770 melaporkan, karet digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil. Sejak 1775 karet mulai digunakan sebagai bahan penghapus tulisan pensil, dan jadilah karet itu di Inggris disebut dengan nama rubber (dari kata to rub, yang artinya menghapus), sebelumnya remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan pensil. Pada dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis (menyerupai karet) ialah elastomer, tetapi sebutan rubber-lah lebih populer di kalangan masyarakat awam. Pada tahun 1876, tanaman karet pertama kali diintroduksikan ke Asia Tenggara. Karet mulai menjadi komoditas yang dipentingkan setelah

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


industri mobil mulai berkembang di Benua Amerika. Namun, barangbarang karet yang diproduksi waktu itu selalu menjadi kaku di musim dingin dan lengket di musim panas, sampai seorang yang bernama Charles Goodyear menelorkan satu temuan. Pada 1838 Goodyear meneliti dan menemukan bahwa dengan dicampurkannya belerang dan dipanaskan maka keret tersebut menjadi elastis dan tidak terpengaruh cuaca. Sebagian besar ilmuwan sepakat untuk menetapkan Goodyear sebagai penemu proses vulkanisasi. Penemuan besar proses vulkanisasi ini akhirnya dapat disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet. Dunlop orang Inggris tahun 1888 berhasil menciptakan ban mobil. Dengan kemajuan dibidang industri lateks, maka permintaan dunia akan laeks terus meningkat (Syamsulbahri, 1985). Hal tersebut kemudian menandai pesatnya penanaman karet alam secara besar-besaran, terutama pada daerah beriklim sama dengan hutan Amazon. Tahun 1900 perkebunan karet sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Srilangka, India, Malaysia, dan Indonesia (Syamsulbahri, 1985). Di Indonesia, pada November tahun 1876 tanaman karet jenis Hevea brasiliensis mulai dikembangkan di Jakarta. Kemudian pada tahun 1906 dimulai budi daya tanaman karet ini di Sumatera bagian timur dan selang 4 tahun kemudian yaitu tahun 1906, karet mulai dibudidayakan di Pulau Jawa. Pada waktu pendudukan Jepang di Asia Tenggara dalam Perang Dunia II, persediaan karet alam di negara sekutu makin kritis dan diperkirakan akan habis dalam waktu beberapa bulan. Pemerintah Amerika Serikat mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah Perang Dunia II berakhir pada 1945. Dalam jangka waktu tiga tahun sesudah berakhirnya Perang Dunia II, sepertiga karet yang dikonsumsi dunia adalah karet sintetik. Pada 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi dunia, sebaliknya karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton dan terus bertambah hingga sekarang. Sejarah karet di Indonesia mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun

1956. Karet yang diproduksi adalah jenis karet konvensional jenis RSS (ribbed smoke sheet) dan brown crepe. Pada masa itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Namun, sejak tahun 1957 kedudukan Indonesia sebagai produsen karet nomor satu digeser oleh Malaysia. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya mutu produksi karet alam di Indonesia. Rendahnya mutu membuat harga jual di pasaran luar negeri menjadi rendah. Konsumsi total karet dunia pada tahun 1986 adalah 13,6 juta ton. Namun demikian produksi karet alam hanya 4,39 juta ton atau sekitar 32,3% saja. Dari produk karet tersebut, 92 % poduksi dihasilkan dari Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Srilangka. Dari areal perkaretan dunia tersebut, sebagain besar perkebunan karet adalah diusahakan oleh perkebunan rakyat. (Syamsulbahri, 1985). Karet merupakan komoditi ekspor

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan dari 1 juta ton pada 1985 menjadi 1,3 juta ton pada 1995, dan 2 juta ton pada tahun 2005. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2 miliar. (Anwar, tanpa tahun). Di Indonesia karet merupakan komoditi yang penting. Hal ini disebabkan karena selain potensi ekonominya, karena kondisi alam dan iklim yang sangat mendukung. Untuk peningkatan dan pemberdayaan komoditas karet di Indonesia, perlu adanya pemahaman menyeluruh dari seluruh sektor, mulai dari hulu hingga hilir. Potensi ekonomi yang dimiliki Indonesia terhadap karet cukup besar karena adanya peningkatan kebutuhan karet dunia, sekitar 4-5% per tahun. DR

Klasifikasi Ilmiah Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Euphorbiales Famili: Euphorbiaceae Genus: Hevea Spesies: Hevea brasiliensis Muell. Arg DUTA

Rimba 77


UJUNG RIMBA Budi Hartono

Menjadi Juara I Mandor Tanam dalam

Lomba Wana Lestari tingkat

Jawa Tengah

Dok. kom. PHT

Aktivitas Budi Hartono di lapangan

B

udi Hartono menjadi Juara I mandor tanam dalam lomba Wana Lestari tingkat Jawa Tengah tahun 2015. Atas prestasinya itu, dia mewakili Jawa Tengah untuk maju pada tingkat nasional yang penilaian/ verivikasinya telah dilaksanakan oleh Perum Perhutani Kantor Pusat pada tanggal 3 Agustus 2015. KPH Purwodadi berhasil meraih dua juara dalam lomba wana lestari 2015. Dua kejuaraan ini adalah kategori Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Batur Wana Makmur dari desa Kemadohbatur, Tawangharjo, dan kategori mandor tanam yang didapat oleh Budi Hartono. Wakil Administratur/ KKPH Purwodadi Ronny Merdyanto, S.Hut mengatakan, KPH Purwodadi merupakan satu-satunya KPH yang mendapatkan dua penghargaan sekaligus. Prestasi ini merupakan kebanggaan sendiri bagi KPH Purwodadi karena bisa mewakili Jawa tengah maju ke tingkat nasional. “Prestasi tidak lepas dari peran mandor tanam Budi Hartono, beliau berhasil menanam pohon di wilayah KPH Purwodadi dengan baik” kata

78

DUTA Rimba

Waka Adm Ronny Merdyanto. Penilaian mandor tanam ini dilihat dari pekerjaan mulai dari pengetahuan, teknik pekerjaan, dan keberhasilan tanaman mulai tahun kedua sampai tahun keenam. Selain itu Budi Hartono juga melaksanakan tugas sebagai mandor tebang, mandor pendamping PHBM, dan membantu pengamanan hutan. Kegiatan sosial lainnya juga menjadi poin penilaian, yakni mampu menjalin hubungan baik dengan LMDH dan masyarakat sekitar hutan. Ia juga sering melakukan interaksi dan pembinaan kepada anggota LMDH sehingga tanaman berhasil. Budi Hartono juga pernah meraih beberapa penghargaan, diantaranya mandor tanam terbaik KPH Purwodadi tahun 2008, 2012, dan peringkat tiga PJJ bidang persemaian dan tanaman 2011 oleh Pusdiklat Madiun. Juara mandor berprestasi bidang tanaman 2012 tingkat Divisi Regional Jateng dan juara mandor berprestasi bidang tanaman 2013 tingkat Divisi Regional Jateng. Penghargaan lainnya yakni piagam penghargaan dari Gubernur Jateng lomba Wana Lestari 2013, piagam

penghargaan mandor tanam terbaik tiga tahun 2015 KPH Purwodadi, dan sertifikat dari UGM dalam pelatihan IFS 2015 Selama masa tanam 2012 dengan luas lahan 37,2 hektare presentase tumbuh 100 persen. Kemudian pada tahun 2013 menanam dengan luas area 25,8 hektare prosentase rata-rata tumbuh 99 persen dan pada tahun 2014 dengan luas 43,8 hektare prosentase tubuh 99 persen. “Selain kategori mandor tanam, LMDH Batur Wana Makmur Desa Kemadoh Batur, Tawangharjo juga menjadi juara I se-Jateng. Keberhasilan ini dibuktikan dengan penanaman di luar kawasan hutan dan penanaman turus jalan,” terangnya. Penanaman ini berhasil ditanam dilokasi KPH seluas 26,7 hektare di tujuh petak. Atas prestasi yang didapat itu, Budi Hartono mendapatkan hadiah 2,5 juta dan LMDH mendapatkan hadiah 5 Juta. “ Alhamdulillah, rasanya senang dan bangga menjadi juara I. Baru pertama ini diundang ke istana Negara,” kata pria kelahiran 10 Agustus 1975 ini. DR NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Lukman Jayadi S.Sos.

Juarai Lomba Wana Lestari Tingkat Nasional, Dari BKPH Ngliron Randublatung

RANDUBLATUNG. Faktor komunikasi ke Internal maupun internal menjadi kunci keberhasilan tim kerja dalam sebuah Organisasi, sehingga mengantarkan Asper Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngliron Lukman Jayadi S.Sos, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung menjadi Juara Wana Lestari Tingkat Nasional dan menjadi Duta Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah di Istana Negara.

A

dalah Lukman Jayadi S.Sos Asper BKPH Ngliron KPH Randublatung , lelaki kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat (43 th) yang mampu mencuatkan nama Perhutani KPH Randublatung dalam ajang Lomba Wana Lestari tingkat Nasional Sebagai Juara I. Jalan panjang meraih kemenangan tersebut tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena jauh hari seebelum adanya penilaian tersebut “Lukman” begitu panggilan akrabnya memang dikenal sebagai seorang Asper yang sering berintaraksi kemasyarakat sekitar hutan secara aktif. “ Interaksi kemasyarakat tersebut diperlukan karena merupakan salah satu tugas implementasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang ada di wilayah BKPH Ngliron “ kata Lukman membuka pembicaraan, lebih lanjut dikatakan bahwa dengan semakin dekatnya petugas Perhutani ke masyarakat tentunya akan terbangun rasa kekeluargaan, dan ini merupakan salah satu kunci keberhasilan pada pekerjaan saya, Baik dibidang tanaman, pemeliharaan, tebangan dan semua kegiatan teknis lapangan lain. tersebut dari gangguan keamanan hutan yang kemungkinan bisa terjadi setiap saat , adapun jenis gangguan tersebut bisa dari pencurian kayu, penggembalaan liar serta kebakaran kawasan hutan dan gangguan lain, pola yang saya terapkan adalah dengan mengajak LMDH untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga keutuhan potensi kawasan hutan. Secara geografis BKPH Ngliron

Dok. kom. PHT

Lukman Jayadi S. Sos memenangi lomba Wana Lestari

yang mempunyai luas kawasan hutan 3165,63 Ha Terletak pada posisi 111®24’31” BT dan 07® 06’ LS yang terbagi menjadi 4 Resort Pemangkuan Hutan ( RPH ) yaitu RPH Kedungringin, RPH Ngliron, RPH Banyuasin dan RPH Ngodo Berbatasan dengan BKPH Temanjang disebelah barat dan BKPH Kedung jambu sebelah selatan serta KPH Blora dan sebagian KPH Cepu di wilayah Utara, jenis tanah Grumosol kelabu sampai hitam dengan tingkat produktivitas sedang, masuk sub DAS lusi tersebut mempunyai 3 Lembaga Masyarakat Desa Hutan ( LMDH ) Sidodadi Mulya Desa Ngliron, LMDH Wana Sumber Rejeki Desa Semanggi dan LMDH Sido makmur Desa Jati

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Klampok tersebut mempunyai potensi hutan yang dapat dikatakan lengkap mulai dari hutan kelas umur 1 sampai dengan Hutan tua siap tebang. Kondisi lingkungan yang ada dalam kawasan hutan BKPH Ngliron juga cukup terjaga mulai dari kawasan Perlindungan setempat, Hutan Alam sekunder, kelestarian sumber mata air dan lain lain masih terhaga dengan baik “. Untuk potensi kewilayahan BKPH Ngliron sebaran kelas umur ( KU ) bisa dikatakan lengkap karena mulai dari KU I sampai dengan Hutan Tua ( KU VIII ) ada di sini, namun yang perlu dijaga adalah keutuhan potensi lain berupa tanaman empon – empon, rumput, kayu bakar serta hasil hutan ikutan lain dan berbagai jenis satwa burung satwa mamalia dan lain lain Keberhasilan pengelolaan hutan dalam suatu wilayah tentunya bukan keberhasilan seorang Asper, namun juga ditunjang dengan kinerja yang solid dari sebuah tim kerja , “ untuk keberhasilan semua pekerjaan baik teknis maupun non teknis saya selalu memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada semua jajaran untuk melakukan tugas sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab mereka, dan monitoring serta evaluasi tetap dilakukan secara berkala terkait dengan pekerjaan masing – masing dan Alahmdulillah pekerjaan dibidang tanaman keberhasilan pertumbuhan tanaman di BKPH Ngliron 99% , kiatnya adalah saya bersama LMDH yang ada memberikan penghargaan ( reward ) bagi setiap pesangggem yang tanaman pokoknya bagus, tanaman palawijanya berhasil dan kebersihan pada lahan garapan mereka juga terjaga, dan yang terpenting dalam mengolah tanah mereka tidak menggunakan Bahan Beracun dan Berbahaya ( B3 ), adapun reward tersebut berupa uang untuk juara I Rp 500.000,-, Juara II Rp 400.000,-, Juara III Rp 300.000,dan juara harapan kita berikan masing – masing Rp 200.000,- dan dana tersebut diambilkan dari Kas LMDH sebagai perangsang pekerjaan bagi para anggotanya, untuk bidang Produksi tebangan Kayu jati BKPH Ngliron mampu memproduksi rata – rata 98 – 99% dari jatah produksi tebangan tahun ini sebanyak 900 m3. Tandas Bapak 4 orang anak tersebut yang mempunyai Motto “ Bekerja dan Ber Do’a, Kerjakan apa yang bisa dikerjakan jangan menunggu sampai besok”. DR

DUTA

Rimba 79


WISATA RIMBA

Gunung Prau Favorit Para Pendaki

Pemandangan diatas Gunung Prau

80

DUTA Rimba

Dok. kom. PHT

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Sejak 2014, Gunung Prau (terkadang dieja Gunung Prahu, red) menjadi tujuan paling favorit para pendaki di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Jika libur 17 Agustus, Gunung Prahu selalu dipenuhi ribuan pendaki gunung yang datang dari berbagai daerah. Hal itu menjadi satu nilai tersendiri, khususnya bagi Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara.

G

unung Prau yang menjulang setinggi 2.565 mdpl (8.415 kaki) itu terletak di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, Indonesia. Gunung Prahu terletak pada koordinat 7°11”13”LU 109°55”22”BT. Gunung Prau adalah gunung kecil yang sejak 2014 boleh dikatakan menjadi tujuan paling favorit para pendaki di Indonesia khususnya pulau Jawa. Posisi Gunung Prau merupakan tapal batas di antara tiga kabupaten, yaitu Batang, Kendal, dan Wonosobo, di Jawa Tengah. Gunung Prau terletak berdampingan dengan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Ia memang jarang menjadi perhatian para pendaki. Apalagi para peneliti. Padahal, Gunung Prau sendiri merupakan puncak tertinggi di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bahkan, Gunung Prau adalah gunungnya Dieng. Ya, Dieng yang merupakan kaldera raksasa dan memiliki beberapa kawah aktif itu sesungguhnya adalah kawah Gunung Prau. Tetapi, keberadaan Dieng sebagai kaldera itu senyatanya lebih terkenal dari pada gunungnya sendiri. Sehingga, memperkenalkan Gunung Prau sebagai gunung yang memiliki kaldera bernama Dieng itu nampaknya menjadi satu hal yang perlu dilakukan. Gunung Prau dikelilingi beberapa puncak yang lebih rendah, antara lain Gunung Sipandu, Gunung Pagamunamun, dan Gunung Jurang rawah. Dan sebagai puncak tertinggi di Dieng, Gunung Prau menjadi favorit para pendaki yang ingin menjelajahi kawasan Dieng. Setidaknya ada tiga jalur yang dapat digunakan untuk mendaki Gunung Prau, yaitu Jalur Pranten di Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang; Jalur Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo; dan Jalur Kenjuran, Kabupaten Kendal. Puncak Gunung Prau merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Di puncaknya,

menutup rapat tanah, dan suasananya akan mirip dengan tampilan bukit di film boneka “Teletubbies”. Dari padang berbunga ini, kita bisa menikmati pemandangan Dieng Plateau. Jika menghadap ke barat, akan tampak Gunung Slamet dan Gunung Ciremai. Di Timur juga akan tampak Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi, dan juga Gunung Ungaran di Semarang.

Puncak Menara dapat kita jumpai bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit Puncak Gunung Prau ini diklaim memiliki tempat terbaik di Asia Tenggara untuk melihat matahari terbit. Sejak 2014, Gunung Prau didatangi banyak sekali pendakiyang ingin melihat secara langsung penampakan sunrise atau matahari terbit dari puncak gunung tersebut. Jalur pendakian Gunung Prahu yang paling terkenal adalah lewat jalur “Patak Banteng”. Manurut para pendaki berpengalaman, Gunung Prau cocok sekali untuk dijadikan destinasi bagi para pendaki pemula, karena Gunung Prau dikenal memiliki jalur pendakian yang pendek dan relatif mudah. Rata-rata pendakian sampai ke puncak hanya membutuhkan waktu 3 hingga 4 jam. Sepanjang trek perjalanan sampai puncak, para pendakiakan berjumpa dengan pemandangan yang sangat indah dan tiada duanya. Di sana, kita bisa melihat pemandangan Dataran Tinggi Dieng dan Telaga Warna dari jauh. Kita juga akan berjumpa dengan perkebunan, hutan, serta padang bunga Daisy. Sesampai di puncak Gunung Prahu, kita akan disambut oleh Bukit Teletubbies, dan jika pagi tiba kita akan dihadiahi “Golden Sunrise” khas Gunung Prau yang diklaim paling bagus di Asia Tenggara. Dari situ pula kita bisa melihat pucuk dari banyak gunung di Pulau Jawa, semisal Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, serta Slamet. Gunung Prau memiliki bentuk yang memanjang. Sehingga, posisinya mirip sebuah perahu yang terbalik. Sayang, hutan di sisi selatan dan timur Gunung Prahu sudah gundul, karena habis dikuasai petani kentang dan tembakau di sana. Sisi utara dan barat Gunung Prau relatif masih terjaga, dan di sana terdapat kehidupan liar yang mencengangkan. Sebab, pada bulan-bulan tertentu, bunga krisan di gunung ini akan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Ada hal yang sempat menjadi perbincangan di seputar Gunung Prau. Di suatu desa di kaki Gunung Prahu sebelah selatan, tepatnya di Desa Patak Banteng. Di sana, terdapat jalur menuju puncak Gunung Prau. Yang menarik, di sepanjang jalan menuju puncaknya, terdapat tanaman Nepenthes gymnamphora, tanaman bunga yang indah namun sudah cukup jarang terlihat. Selain itu, puluhan spesies anggrek juga banyak terlihat bermekaran di sana. Gunung Prau juga diketahui mempunyai 2 spesies Edelweis, yaitu Anaphalis javanica dan Anaphalis eidelweis. Stroberi hutan juga berlimpah di sana dan kerap dipetik untuk kudapan. Sejumlah elang jawa dan elang bido juga sesekali kerap menemani perjalanan para pendaki menuju puncak. Di lereng barat Gunung Prahu, para pendaki juga kerap menjumpai banyak kijang, pelanduk, macan kumbang, dan owa jawa. Di beberapa punggungan Gunung Prahu, pendaki juga kerap berjumpa dengan sigung jawa serta primata lain semisal lutung jawa dan Macaca. Di pagi hari, para pendaki biasanya dibangunkan oleh kokok ayam hutan, kokok puyuh jantan, juga kicauan burung-burung. Semua itu melengkapi hamaran tumbuhan paku resam yang rapat, dibawah hutan hujan tropis yang gelap. Tetapi spesies-spesies itu hanya dijumpai di lereng utara dan barat, tidak di lereng lain dari Gunung Prahu. Semua keindahan itu kian lengkap dengan keramahtamahan wargadesa di sekitar hutan. Misalya Desa Purwosari serta Dusun Kenjuran, desa terakhir di lereng Gunung Prahu sebelum sampai ke puncak. Di Kenjuran, ada suguhan favorit para pendaki, yaitu nasi jagung. Biasanya, nasi jagung itu dihidangkan dengan sayur tempe dan cabai hijau yang pedas, ditambah sambal terasi dan ikan asin. Penduduk setempat mengatakan, mereka lebih memilih makan nasi jagung bukan

DUTA

Rimba 81


WISATA RIMBA

Dok. kom. PHT

Pemandangan di atas Gunung Prau

karena tak mampu membeli nasi dari beras. Tetapi, menurut mereka jika makan nasi dari beras, tenaga mereka tidak sekuat jika makan nasi jagung. Satu lagi yang unik dari puncak tertinggi Gunung Prahu yang terletak di ketinggian 2506 mdpl. Ia merupakan hutan rapat yang beberapa bidang tanahnya dipakai sebagai tempat mendirikan menara. Ada beberapa menara ditanam di sana, mulai menara radio, menara televisi, hingga menara operator telepon seluler. Namun, para pendaki gunung dan pecinta alam tetap lebih senang mendatangi “Puncak Teletubbies”. Sebab, lembah di ketinggian Gunung Prahu itu begitu indah berupa hamparan bukit-bukit kecil yang tertutup rapat oleh rumput dan bunga krisan gunung. Namun, kerap ada juga orang yang datang ke sana untuk berburu satwa liar. Selain berburu burung kicauan untuk dijual, beberapa kali mereka juga menangkap kijang dan babi hutan untuk dimakan. Senjatanya berupa sekumpulan anjing pemburu. Dan kerusakan serta keterancaman kehidupan liar di Gunung Prahu, selain disebabkan oleh pemburu, juga akibat perambahan hutan dan kebakaran. Perambahan hutan dan pembuatan arang, semakin hari semakin mengancam ekosistem Gunung Prahu.

82

DUTA Rimba

Padahal, Gunung Prahu menjadi andalan bagi sumber air ratusan ribu warga yang tinggal di bawahnya. Bahkan, PDAM di Sukorejo dan sekitarnya, kota kecamatan di lereng utara, juga mengandalkan air dari gunung ini sebagai sumber air, yang airnya langsung bisa diminum. Namun, ada fakta yang menggembirakan. Saat ini, anakanak muda di lereng Gunung Prau mulai mengorganisasikan diri dan mulai mengelola kawasan Gunung Prahu. Para pecinta alam dari lereng utara, selatan, timur, dan barat itu pun kompak dan mulai membentuk lembaga konservasi untuk mengelola Gunung Prau. Anak-anak muda tersebut juga mulai mendata flora dan fauna yang ada. Mulai juga memetakan kawasan, memetakan biodiversitinya, dan menjalankan program-program pengelolaan kawasan konservasi. Selain itu, di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, ada seorang kakek berusia 71 tahun bernama Mbah Basri yang dikenal karena telah 15 tahun mengabdi menjaga hutan Gunung Prahu tanpa dibayar. Sesekali, kakek yang tinggal di Balai Pertemuan Desa ini berpatroli bersama relawan pencinta alam. Ia bukan pegawai Perum Perhutani ataupun Balai

Konservasi. Mbah Basri hanyalah warga biasa yang peduli dengan kelestarian lingkungan, terutama hutan. Semua itu ia lakukan dengan sukarela. Padahal, saat berpatroli di dalam hutan, Mbah Basri sering berhadapan dengan perambah dan pencuri yang mengambil kayu di hutan secara ilegal. Hal itu perlu direspon Perum Perhutani sebagai pemilik kawasan. Mungkin, Perhutani juga dapat memfasilitasi kerjasama dengan pemerintah daerah setempat yang sudah memberi sinyal positif untuk pengelolaan yang lebih tertata dengan baik.

Penataan Kawasan Saat libur 17 Agustus 2015, terdapat 6.000 orang pendaki yang memadati Gunung Prahu. Hal itu kembali membuktikan betapa Gunung Prahu menjadi favorit para pendaki. Mereka datang dari berbagai daerah. Namun, dari ribuan pendaki yang memadati area Puncak Gunung Prahu kala itu, terdapat beberapa kasus kecelakaan medis dalam pendakian. Setidaknya ada 13 kasus, yang rata-rata korbannya mengalami pingsan, kedinginan, kelelahan, terkilir, dan lecet. Namun, semua kasus kecelakaan pendaki Gunung Prahu NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


segera ditangani oleh petugas yang berjaga di sana. Umumnya, penyebab kecelakaan tersebut terkait dengan jam terbang para pendaki dalam mendaki gunung. Untuk mencegah kejadian serupa, petugas kerap dengan sigap mengingatkan para pendaki untuk mendaki secara hati-hati karena saat berada di jalur pendakian, mereka akan banyak mengantri. Jalur yang dilewati para pendaki itu juga sempit. Dan jangan lupa untuk selalu membawa obat-obatan pribadi, pakaian hangat, serta masker untuk mencegah debu terhirup. Menyikapi hal tersebut, Perum Perhutani KPH Kedu Utara telah melakukan penataan kawasan wisata alam Gunung Prau Selain untuk lebih menjamin keselamatan para pendaki, hal itu dilakukan juga agar keindahan lingkungan Gunung Prau tetap terjaga. Kepala Urusan Komunikasi Perhutani KPH Kedu Utara, Herman Sutrisno, di Magelang, mengatakan, dari puluhan hektare kawasan objek wisata Gunung Prau yang selama ini digunakan untuk berkemah, nantinya akan dibatasi. “hal itu dilakukan guna menjaga kelestarian kawasan hutan tersebut. Ke depan hanya sekitar 1,8 hektare lahan yang bisa dimanfaatkan untuk berkemah,” kata Herman. Selama ini, kata dia, pengunjung bebas mendirikan kemah di Gunung Prau. Nantinya kata Herman akandiberlakukan zonasi. Sehingga, hanya wilayah tertentu saja yang bisa dijadikan lokasi mendirikan kemah bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan matahari terbit dari puncak Gunung Prau. Herman menuturkan, guna mengelola objek wisata Gunung Prau yang mulai ramai dikunjungi sejak tahun 2012 tersebut, Perhutani menjalin kerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).“Tiket masuk seharga Rp10.000 dibagi dengan pihak LMDH. Sharing pendapatan yang dilakukan adalah 25 persen milik Perhutani dan 75 persen milik LMDH,” katanya. Herman juga menyebut, dalam rangka mencegah kerusakan hutan lindung di wilayah Gunung Prau, Perhutani menutup jalur masuk khusus untuk kegiatan motor trail. Oya, beberapa rute pendakian tidak resmi menuju puncak Gunung Prahu memang digunakan sebagai tempat wisata minat khusus yaitu motor trail. Jalur tersebut adalah Jalur Wates dan Jalur Sarangan di Kabupaten Temanggung, serta Jalur Pranten di Kabupaten Batang, yang berada di

ketinggian 1800-2335 mdpl. Salah satu jalur yang kerap dilewati oleh para premotor itu merupakan jalur dari arah Kendal menuju Jalur Pranten dan kemudian mengambil jalur menerobos sampai ke puncak gunung. Tetapi jalur itu bukan merupakan jalur pendakian. Sehingga, akibatnya banyak tanaman langka seperti kantung semar yang rusak diterabas motor trail. Jalan setapaknya pun menjadi lebar. Larangan masuk untuk motor trail atau trabas ke Gunung Prahu itu disampaikan melalui Surat Edaran Nomor 1369/002.7/Humas/divreJateng, perihal “Larangan Kegiatan Trabas di Gunung Prahu”. Surat tersebut berlaku mulai 8 september 2015. Kemudian, Herman berharap, aktivitas trabas itu bisa dialihkan ke bentuk jalan-jalan di rute yang tidak termasuk hutan lindung “Setelah mendengar masukan dari teman-teman Yayasan Konservasi Gunung Prau dan saya melihat sendiri kerusakan jalur ketika pemetaan tanggal 8 September 2015 lalu, langsung kita larang,” kata Herman Sutrisno. Nantinya, menurut Herman, pihak Perhutani akan melakukan diskusi dengan para komunitas motor trail. “Gunung Prau kita harus lestarikan. Setelah bertemu nanti, komunitas motor trail bisa kita arahkan ke tempat yang bukan hutan lindung seperti di Kecamatan Jumo dan Kandangan,” katanya. Menurut Herman, naik motor trail di Gunung Prau memang penuh tantangan. Medannya berbukit -bukit sertamemiliki turunan dan tanjakan yang terjal. Hal itu menantang para petualang untuk coba menaklukkannya. Herman pun menyebut, ada sebuah acara motor trail yang diselenggarakan di wilayah Perhutani. Herman menjelaskan, acara tersebut diselenggarakan di Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Telogo Pucang pada awal Januari 2015.“Kalau itu (Telogo Pucang) resmi, izin dikeluarkan dari Perhutani,” tegasnya.

Kerjasama dengan LMDH Pengelolaan yang lebih tertata kawasan Gunung Prau sebagai lokasi wisata telah mulai dilakukan. Hal itu ditunjukkan dengan penandatanganan kerja sama antara pihak KPH Kedu Utara dengan LMDH setempat. Bukan hanya Gunung Prau, tetapi juga kawasan di sekitarnya yang memiliki potensi wisata. Salah satunya terlihat ketika berlangsung acara Penandatanganan

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Kawasan Wisata Pendakian Gunung Sindoro, pada Sabtu, 30 Mei 2015. Perjanjian kerjasama itu ditandatangani oleh Administratur Perhutani Kedu Utara Iwan Setiawan dan ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wargo Sindoro Desa Kledung Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung, disaksikan oleh Bupati Temanggung Drs. Bambang Karno. Penandatanganan Perjanjian kerja sama yang diadakan di Rest Area Kecamatan Kledung tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Pembukaan Festival Temanggung Tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung. Festival tersebut dibuka oleh Bupati Temanggung dan dihadiri Muspida Temanggung, Camat se-Kabupaten Temanggung, Kepala Desa seKecamatan Kledung, dan masyarakat Kecamatan Temanggung. Di kesempatan itu, Administratur Perhutani Kedu Utara, Iwan Setiawan, menyatakan beberapa tahun terakhir ini Perhutani KPH Kedu Utara terus mengajak masyarakat, khususnya kalangan LMDH untuk bekerjasama terutama di bidang wisata.Hal itu bertujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Iwan pun menyebut, Perhutani sangat terbuka kepada semua anggota masyarakat dan selalu mengajak mereka bekerjasama, asal sesuai dengan Undang–undang dan aturan–aturan yang berlaku. “Beberapa contoh kawasan wisata yang dikerjasamakan oleh Perhutani dan LMDH yang sudah berjalan dan berkembang pesat diantaranya Pendakian Gunung Prahu dan Golden Sunrise Sikunir di Wilayah Dieng,” tuturnya. Pengelolaan Kawasan Wisata Pendakian Gunung Sindoro yang dikerjasamakan tersebut adalah jalur pendakian melalui Jalur Kledung Temanggung,yang berada di wilayah RPH Kwadungan BKPH Temanggung KPH Kedu Utara. Secara administratif pemerintahan, jalur tersebut termasuk wilayah Desa Kledung Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung. Jalur pendakian Kledung ini juga menjadi favorit bagi pendaki Gunung Sindoro karena Jalurnya yang tidak begitu menanjak. Semua itu memberikan banyak alternatif pilihan wisata bagi para petualang. Nah, para petualang yang suka tantangan, Anda tertarik menikmati pesona alam Gunung Prahu? Datang saja!. DR DUTA

Rimba 83


POJOK KPH

KPH Blitar

Terus Berdayakan LMDH

Dok. kom. PHT

Kantor KPH Blitar

Bersama-sama dengan masyarakat di sekitar hutan, LMDH, KPH Blitar menjalin kemitraan dalam bentuk implementasi pengelolaan hutan bersama masyarakat untuk memberikan kemanfaatan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara berimbang. Pemberdayaan LMDH yang dilakukan KPH Blitar menjadikan LMDH Wonoyoso dan LMDH Wonosidodadi berprestasi dan juara sebagai LMDH Pelopor Kelestarian Hutan dan Lingkungan tingkat Provinsi Jawa Timur.

Perum Perhutani memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan, dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Kegiatan tersebut tidak hanya bersifat profit oriented saja, tetapi juga berorientasi sosial yang diwujudkan dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Perhutani memiliki sifat usaha yang cukup dilematik. Selain sebagai

84

DUTA Rimba

perusahaan yang harus menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum atau lingkungan sosialnya, tetapi sekaligus juga harus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Perum Perhutani berkewajiban ikut menunjang program pemerintah dalam mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta pemerataan pembangunan. Semua itu diwujudkan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi usaha kecil.

Melalui PKBL sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007, Perhutani membantu usaha kecil dan koperasi serta masyarakat di sekitar hutan. Pelaksanaan PKBL sifatnya wajib karena merupakan kebijakan pemerintah seperti yang tertuang di dalam UU No.19 tahun 2003 tentang BUMN dan Surat Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2002 tentang pola kemitraan dan bina lingkungan. Untuk melaksanakan program

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


ini, setiap BUMN diwajibkan untuk menyisihkan 1-3% dari laba bersihnya. Program tersebut merupakan bentuk kegiatan sosial yang dilakukan dalam perusahaan. Tidak ketinggalan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blitar juga melaksanakan PKBL. Di KPH Blitar, realisasi pengembalian pinjaman dari PKBL dari tahun 1992-2012 mencapai Rp 1.268.159.325. Jumlah ini mencapai 73 persen dari rencana semula sebesar Rp 1.740.800.000. Sisa pinjaman sebesar Rp 472.640.270 atau sebesar 27 persen dari total pinjaman. Dana tersebut dipinjamkan kepada 186 mitra binaan. Dari jumlah tersebut sebanyak 123 mitra binaan sudah melunasi pinjamannya. Sisanya masih mengangsur pinjaman. Dari 63 mitra binaan, sebanyak 21mengangsur dengan lancar, 16 kurang lancar, 22 diragukan, dan empat mitra binaan macet. Kepala KPH Blitar, Haris Suseno, mengatakan sifat usaha dari Perum Perhutani adalah menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan umum dan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dan kelestarian sumberdaya hutan. Tujuan perusahaan adalah turut serta membangun ekonomi nasional, khususnya dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang kehutanan. Pengelolaan hutan untuk menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas. Perhutani juga menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik fungsi hutan untuk kesejahteraan perusahaan dan masyarakat.

Hutan Lestari

Oleh karena itu, tambah Haris, pengelolaan hutan yang berkelanjutan berdasarkan fungsi dan manfaatnya menjadi dasar pengelolaan hutan lestari (PHL). PHL di KPH Blitar merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dari kegiatan perencanaan, pengurusan perusahaan hingga kegiatan monitoring dan evaluasi dengan memperhatikan tiga aspek kelola, yaitu kelola produksi/ ekonomi, kelola lingkungan, dan kelola sosial. “KPH Blitar berkomitmen untuk mewujudkan visi dan misi Perum Perhutani dengan melaksanakan pengelolaan hutan lestari secara sungguh-sungguh dan konsisten,” tandas Haris. Bersama-sama dengan masyarakat di sekitar hutan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), tambah Haris, KPH Blitar menjalin kemitraan dalam bentuk implementasi pengelolaan

Suasana hutan jati di KPH Blitar

hutan bersama masyarakat (PHBM) untuk memberikan kemanfaatan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara berimbang. Dalam rangka implementasi pengelolaan hutan lestari untuk meraih sertifikasi ekolebel pengelolaan hutan lestari, KPH Blitar berusaha memenuhi prinsip & kriteria forest steward council (FSC). Apa yang dilakukan KPB Blitar dalam memberdayakan LMDH membuahkan buah manis. Paling tidak ada dua LMDH yang berprestasi menonjol. Haris pun memberikan perhatian dan apresiasi kepada kedua LMDH tersebut. LMDH Wonoyoso dan LMDH Wonosidodadi yang berprestasi tersebut diberi piagam penghargaan sebagai LMDH Pelopor Kelestarian Hutan dan Lingkungan dan uang pembinaan, beberapa waktu lalu. Kedua LMDH binaan Perhutani Blitar berhasil melangkah menjadi nominasi untuk memperoleh prestasi penghargaan Kalpataru. Setelah beberapa waktu lalu berhasil menjadi juara di tingkat Provinsi Jawa Timur dan berhak menjadi wakil dari Provinsi Jawa Timur ke tingkat Nasional. Penghargaan Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Dua LMDH yang maju berhasil melangkah untuk memperoleh penghargaan Kalpataru ini mewakili Kabupaten Tulungagung. LMDH Wonoyoso sebagai

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

ketuanya Agus Utomo, berada di RPH Sanggrahan, BKPH Kalidawir bergerak dalam usaha pupuk kompos. LMDH Wonosidodadi sebagai ketua Karsi Nero di RPH Besole, BKPH Campurdarat bergerak di bidang wanawisata. Haris merasa bangga dan mengucapkan terima kasih atas usaha, dedikasi dan semangat dari ke dua LMDH yang ikut secara langsung membangun kawasan hutan menjadi lestari. Semoga dalam mewakili Provinsi Jawa Timur dapat mencapai prestasi di tingkat Nasional dan membawa nama harum Perhutani, khususnya KPH Blitar. Sebagai tambahan informasi, total luas KPH Blitar adalah 57.327,80 hektare. Secara administratif letak kawasan hutan berada di tiga wilayah pemerintah kabupaten, yaitu Kabupaten Blitar seluas 35.442,5 hektare (61 %) meliputi Kecamatan Ponggok, Nglegok, Sanankulon, Kademangan, Bakung, Wonotirto, Sutojayan, Panggungrejo, Binangun, Kesamben, Wates, Garum, Gandusari, Wlingi, Doko, dan Selorejo. Yang berada di Kabupaten Tulungagung seluas 19.132 hektare (34 %) meliputi Kecamatan Rejotangan, Pucanglaban, Kalidawir, Ngunut, Campurdarat, Tanggunggunung, dan Boyolangu. Sedangkan yang ada di Kabupaten Malang seluas 2.753,3 hektare (5 %) meliputi Kecamatan Sumberpucung, Kalipare, dan Singkil. DR

DUTA

Rimba 85


INOVASI RIMBA

Percepat Reboisasi

dengan Trubusan Jati Salah satu upaya percepatan reboisasi pada kelas perusahaan jati di Perum Perhutani, dengan trubusan. Pengamatan pertumbuhan trubusan dilakukan di KPH Kebonharjo dan KPH Mantingan dengan petak ukur (PU). Pengamatan dilakukan sampai trubusan berumur dua tahun.

Oleh: Purwanto, Kholik Mawardi, Eko Andriyanto, Mulyono

H

asil penelitian menunjukkan bahwa tinggi trubusan jati sampai umur dua tahun bervariasi antara 239,8-712,7 cm dan keliling trubusan antara 7,8-22,3 cm. Pada umumnya tinggi dan keliling trubusan jati umur dua tahun di bawah standar tinggi dan keliling JPP asal KBK. Namun, bila menggunakan penilaian tanaman JPP Unit I Jateng trubusan jati asal APB termasuk kriteria sedang-baik untuk keliling dan kriteria sedang untuk tinggi trubusan jati. Kesuburan lahan dan keberadaan penggarap (tumpang sari mempengaruhi keberhasilan dan pertumbuhan trubusan jati di Perum Perhutani. Selain tidak membutuhkan biaya besar bila dibandingkan dengan

86

DUTA Rimba

pembangunan tanaman, tenaga kerja terbatas dan aksesibilitas merupakan pertimbangan untuk penerapan permudaan jati dengan trubusan. Menurut Daniel, Helms, dan Baker (1995), pertumbuhan trubusan akan mempunyai dua kali lipat pertumbuhan semai umur 20 tahun dan akan sama pertumbuhannya sampai umur 40 tahun. Selanjutnya tanaman dari semai akan lebih tinggi pertumbuhannya di atas 40 tahun. Namun, pertumbuhan tersebut tergantung pada jenis dan tempat tumbuhnya. Kecenderungan pohon dari trubusan memiliki batang yang bengkok, tinggi bebas cabang rendah dan percabangan yang berat terjadi pada jenis jati (Tectona

grandis Lf.). Untuk memperbaiki kualitas tanaman trubusan dilakukan beberapa perlakuan pada tunggak bekas tebangan, antara lain dengan pembumbunan dan memotong tunggak serendah mungkin dari tanah. Pemotongan tunggak jati saat penebangan dapat dianggap sebagai proses awal pembentukan tunas baru (coppicing). Hasil evaluasi Puslitbang tahun 2011 di KPH Randublatung dan KPH Nganjuk, permudaan jati dengan sistem trubusan secara umum riap volume di KPH Randublatung dan KPH Nganjuk sangat bervariasi antara 0,81- 4,44 m3 /ha/tahun. Pada 2013 Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah melakukan kegiatan Opslaag Cultur di beberapa KPH. Oleh karena itu perlu

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Dok. kom. PHT

Trubusan Jati NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

DUTA

Rimba 87


INOVASI RIMBA pengamatan pertumbuhan trubusan jati tersebut. Lokasi trubusan jati di KPH Mantingan secara umum aksesbilitasnya rendah dan jauh dari pemukiman masyarakat. Kesuburan lahan secara umum kurang subur dengan bonita antara 2,5-4,5. Sebelum dijadikan trubusan jati merupakan tanaman gagal dengan pertumbuhan yang kurang baik. Jumlah tunggak sangat bervariasi dari 309-953 tunggak/ha. Pada lokasi yang jumlah tunggak kurang dari 625 dilakukan penyulaman dengan bibit jati. Lokasi trubusan jati di KPH Kebonharjo secara umum aksesibilitasnya baik dan dekat pemukiman masyarakat. Kesuburan tanahnya secara umum subur dengan bonita tanah 3. Sebelum dijadikan trubusan jati lokasi tersebut merupakan tanaman dengan pertumbuhan yang kurang baik. Jumlah tunggak pada lokasi trubusan di KPH Kebonharjo lebih dari 625, sehingga tidak perlu dilakukan penyulaman dengan bibit.

Pertumbuhan Keliling Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan pengukuran awal pada Maret, Agustus, dan November 2013. Pada 2014, pengukuran trubusan jati dilakukan pada April dan Desember. Berdasarkan hasil pengukuran keliling trubusan jati sampai umur dua tahun dapat dilihat pada grafik di bawah ini. (Gambar 1 halaman 17).

Hasil pengamatan sampai trubusan umur dua tahun pertumbuhan keliling trubusan jati bervariasi antara 7,822,3 cm. Bila dibandingkan dengan standar pertumbuhan keliling JPP asal KBK pada umur dua tahun, yaitu sebesar 19,7 cm maka terdapat 3 petak yang memiliki pertumbuhan di atas tabel, yaitu petak 40a, 54, dan 101i. Sedangkan 9 petak pertumbuhan keliling di bawah tabel normal JPP. Pertumbuhan keliling trubusan yang di atas tabel normal JPP, yaitu petak 40a, 54, dan 101i kondisi lahannya subur dengan bonita tanah 3-3,5. Pada lokasi trubusan juga terdapat pesanggem, sehingga pemeliharaan tanaman lebih baik dan pada musim kemarau tidak terjadi kebakaran hutan. Bila pertumbuhan trubusan dinilai dengan standar penilaian tanaman

88

DUTA Rimba

JPP Unit I Jateng, hasil penilaian sebagai berikut: (Tabel 2 halaman 18)

Petak yang termasuk kriteria pertumbuhan baik sebanyak 7 petak, yaitu petak 40a, 54a, 40c, 95a, 101i, 75h, dan 3a. Bonita tanah pada petak tersebut masing-masing adalah 3. Petak yang termasuk kriteria pertumbuhan sedang sebanyak 3 petak, yaitu petak 40a1, 75f, dan 24. Bonita tanah pada petak tersebut pada umumnya di atas 3. Petak yang termasuk kriteria kurang baik sebanyak 2 petak, yaitu petak 8d dan 87d. Petak 8d dan 87d di KPH Mantingan dengan pertumbuhan keliling sampai umur 2 tahun paling kecil masing-masing sebesar 7,8 cm dan 11,4 cm. Bonita tanah pada petak 8d dan 87d adalah 2,5 dan tanahnya berbatu, sehingga pertumbuhan trubusan kurang baik. Pada kedua petak tersebut tidak ada pesanggem, sehingga banyak tumbuh alang-alang dan seringkali terbakar di musim kemarau. Pada petak 24 pada awal pembuatan trubusan terdapat tumpang sari, tetapi pada tahun ke-2 pesanggem sudah tidak menanam tanaman pertanian lagi karena tanahnya berbatu dan kurang subur.

Pengukuran Tinggi Hasil pengukuran tinggi trubusan jati sampai umur 2 tahun dapat dilihat pada grafik di bawah ini : (gambar 2 halaman 19)

Hasil pengamatan sampai umur 2 tahun menunjukkan tinggi trubusan jati bervariasi antara 239,4 – 712,8 cm. Bila dibandingkan dengan standar pertumbuhan tinggi JPP asal KBK pada umur 2 tahun, yaitu sebesar 7,0 m, maka terdapat 2 petak trubusan memiliki tinggi di atas tabel normal JPP , yaitu petak 40a dan 34a. Apabila tinggi trubusan dinilai dengan standar penilaian tanaman JPP Unit I Jateng, maka hasil penilaian adalah sebagai berikut : (Tabel 3 halaman 19)

termasuk kriteria baik terdapat 2 petak, yaitu petak 40a dan 3a. Petak yang pertumbuhan tinggi termasuk kriteria sedang sebanyak 8 petak, yaitu 54a, 40c, 95a, 101i, 75f, 75h, 3a, dan 24. Petak yang termasuk kriteria kurang baik sebanyak 2 petak, yaitu petak 8d dan 87d. Berdasarkan hasil pengamatan, trubusan jati secara umum memiliki pertumbuhan di bawah standar tabel normal JPP. Bila menggunakan penilaian standar tanaman JPP Unit I Jawa Tengah pertumbuhan keliling trubusan sebagian besar termasuk sedang-baik, tetapi pertumbuhan tinggi trubusan sebagian besar termasuk kriteria sedang. Permudaan tanaman dengan sistem trubusan menunjukkan pertumbuhan yang bervariasi. Pada lokasi lahan yang subur, trubusan jati dapat tumbuh dengan baik. Penetapan lokasi sebagai tanaman trubusan tidak dilakukan studi kelayakan dahulu, namun hanya untuk mempercepat penutupan lahan akibat penjarahan hutan. Keberhasilan dan pertumbuhan trubusan jati dipengaruhi paling tidak dua faktor. Pertama, kesuburan lahan. Pada bonita tinggi pertumbuhan trubusan jati dapat tumbuh dengan baik, namun pada bonita rendah pertumbuhan trubusan lambat dan pada musim kemarau sering terjadi mati pucuk. Pada lahan dengan bonita rendah kedalaman solum tanah kurang dari 20 cm. Sedangkan pada bonita tinggi secara umum kedalaman solum tanah lebih dari 40 cm. Kedua, pesanggem/penggarap. Pada lokasi tanaman yang tidak ada pesanggem kondisi pertumbuhan trubusan cenderung lebih lambat. Dengan tidak adanya pesanggem maka pertumbuhan semak dan perdu yang tidak terkendali dapat mengakibatkan pertumbuhan trubusan jati menjadi tertekan dan sering terjadi kebakaran pada musim kemarau. Kegagalan trubusan jati dapat terjadi karena kebakaran. Melihat hasil penelitian tersebut, maka dalam penentuan lokasi petak untuk permudaan jati dengan trubusan perlu dilakukan penilaian kelayakan. Penilaian meliputi kesuburan lahan (bonita) dan keberadaan pesanggem pada lokasi tersebut. Pemeliharaan lanjutan masih diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman trubusan, meliputi penunggalan, babat tumbuhan bawah, dan pencegahan kebakaran. DR Purwanto, Kholik Mawardi, Eko Andriyanto, Mulyono adalah peneliti pada Puslitbang Perhutani Cepu.

Petak yang pertumbuhan tinggi

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Peneliti Jepang Adopsi Teknologi JPP Keberadaan tanaman Jati Perhutani Plus (JPP) menarik minat peneliti dan dosen dari Kyusu University, Jepang. Mereka menyambangi Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pemalang, Divisi Regional Jawa Tengah. Tujuan utama kedatangan mereka adalah melakukan serangkaian penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya hutan di KPH Pemalang, di antaranya JPP.

M

ereka meneliti tanaman JPP hasil setek pucuk dengan tahun tanam 2003 pada lahan seluas 10,8 hektare di petak 49. Kawasan itu masuk dalam wilayah hutan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Klapanunggal, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bantarsari. Menurut Dr Takahiro Fujiwara, assistant profesor environment module/forest policy, Kyusu University, ketertarikan para dosen terhadap tanaman JPP ini sebab secara alamiah mempunyai keunggulan. “Tanaman JPP tumbuh cepat dengan tingkat keseragaman tinggi. Selain itu, tanaman berbatang lurus dan silindris,” ujar Takahiro. Menurut Takahiro, keunggulan lain, JPP dapat panen sampai akhir daur selama 20 tahun. Di Jepang, jati rata-rata berdaur 80 tahun baru dapat dipanen. Ia juga melakukan riset mengenai tingkat produktivitas JPP selama 3 hari berturut-turut.

Dok. kom. PHT

Salah satu persemaian JPP stek pucuk

Beberapa aspek yang diteliti, antara lain produktivitas per hektare dengan asumsi pohon tersebut ditebang sampai masak tebang sampai 20 tahun. Para dosen dari Kyusu University itu didampingi oleh Ratih Madya Septiana (dosen) dan beberapa mahasiswa dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Selain tanaman JPP mereka juga meneliti di beberapa Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang berada di bawah naungan petak hutan Perhutani Pemalang. Penelitian terhadap LMDH difokuskan terhadap seberapa jauh LMDH yang selama ini bekerja sama dengan Perhutani dalam melaksanakan pengelolaan hutan. LMDH yang menjadi target adalah Sejahtera Desa Paguyangan, Karya Lestari Desa Glandang, dan Wanajaya Desa Surajaya. Observasi yang dilakukan melalui wawancara dan kunjungan di beberapa objek yang dikerjasamakan. Objek itu meluputi tanaman sengon, JPP, petak tebangan, dan beberapa

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

petak potensi sumberdaya hutan lainnya. Seteah beberapa hari meneliti, mereka tampak puas terhadap hasilnya. Menurut Takashiro, mereka akan mengkaji hasil penelitian itu dan berencana membuat percontohan di Jepang. Takashiro pun mengungkapkan kegembiraannya lantaran memperoleh ilmu baru selama meneliti di Perhutani Pemalang. Ia takjub sebab Perhutani sudah mengembangkan JPP melalui teknologi kultur jaringan kebun benih klonal. Adapun setek pucuk JPP berasal dari proses seleksi ketat jati yang sudah beradaptasi ratusan tahun di Indonesia. Bahkan, telah teruji secara ilmiah. Selain itu, Takashiro terkesan adanya interaksi yang sangat baik antara Perhutani dan masyarakat desa hutan. “Hubungan baik itu membuat proses berbagi peran demi membantu kelestarian hutan dapat terwujud,” ujarnya. (Komunikasi Perusahaan Perhutani Pemalang/Dodi Sukmadi). DR

DUTA

Rimba 89


RIMBA KULINER

Dok. istimewa

Hidangan Oseng Jantung Pisang

Oseng Jantung Pisang Pawitrisnawati

S

orong, adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua Barat dengan luas wilayah 18.170 Km2 batas administratif sebelah utara berbatasan dengan Samudera Pasfik dan Selat Dampir, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tambrauw dan Sorong selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Seram dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Raja Ampat. Salah satu obyek wisata yang

90

DUTA Rimba

menjadi incaran para turis domestic maupun internasional berada di Sorong yaitu Raja Ampat. Selain Abon Gulung dan Keripik Keladi (Umbi-umbian khas papua), Sorong juga terkenal dengan salah satu makanannya yang berbahan dasar jantung pisang, Oseng Jantung Pisang. Semua orang tentu tahu yang namanya buah pisang. Tapi, mungkin tidak banyak yang tahu dengan jantung pisang. Dari seluruh bagian tanaman pisang, buah pisang

dan daun pisang paling banyak dimanfaatkan oleh masayrakat. Sedangkan jantung pisang adalah bunga dari buah pisang. Menurut beberapa penelitian, jantung pisang kaya akan nutrisi yang sangat baik untuk kesehatan seperti mengurangi resiko penyakit stroke, pencegah diabetes, cocok untuk diet, melancarkan pencernaan dan lain sebagainya. Di sela liputan ke Pabrik Sagu di Sorong, Duta Rimba singgah di salah satu Rumah Makan yang NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


terkenal hingga seantero Papua Barat. Namanya Rumah Makan “Goyang Lidah”. Rumah makan yang terletak di Jl. Tuturuga SP I Tugu Merah, Sorong, Papua Barat ini milik Pawitrisnawati, seorang wanita asal purwokerto yang sudah bertransmigrasi ke Sorong sejak tahun 1980. Dan wisata kuliner di pulau yang berbentuk Burung Cenderawasih ini terasa lengkap saat mencicipi penganan Oseng Jantung Pisang. Begitu memesan, makanan akan langsung cepat disajikan tanpa menunggu lama. Mendengar namanya “RM. Goyang Lidah”, pasti akan banyak yang menganggap bahwa makanan yang disajikan cukup pedas. Ternyata tidak. Menu oseng jantung pisang ini menjadi andalah Pawitrisnawati menggaet hati pelanggan. Hampir setiap hari, oseng jantung pisang yang dimasaknya sudah habis sebelum pukul 12.00 WIT siang. Oseng jantung pisangnya lezat dan gurih. Saat menyantap oseng jantung pisang ini, jangan lupa menambahkan nasi putih dan kerupuk sebagai menu pelengkap santap siang anda. Dijamin, rasanya akan membuat lidah anda bergoyang, seperti nama rumah makannya.

Dok. kom. PHT

Rumah Makan “Goyang Lidah”

Dok. istimewa

Resep Oseng Jantung Pisang Bahan: Dok. kom. PHT

Menurut sang pemilik, Pawitrisnawati, usaha yang dimiliki awalnya bukanlah sebuah rumah makan, melainkan kios penjualan sembako sehari-hari seperti beras, minyak dan lainnya. Namun pada tahun 2011 dia mengubah usahanya menjadi rumah makan dengan mengambil nama “RM. Goyang Lidah”. Harapannya akan membuat masyarakat ketagihan dan akan selalu kembali mencari masakannya. Uniknya, Pawitrisnawati secara tak sengaja memasukkan “Oseng Jantung Pisang” ke dalam salah satu menu makanannya yang selalu dipajang dalam keadaan matang dan fresh di sebuah etalase. Cara ini sangat memudahkan konsumen untuk mencari makanan yang ingin dinikmati. DR NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

-

1 buah jantung pisang abu-abu yang masih segar 15 buah cabe rawit hijau (dipotong-potong) 2 buah cabe merah besar (Potong serong tipis) 5 butir bawang merah (haluskan) 3 siung bawang putih (haluskan) 2 butir kemiri sangria (haluskan) garam secukupnya penyedap rasa secukupnya air secukupnya minyak goreng secukupnya

Cara membuat:

1. Buang kulit jantung pisang bagian luarnya dan ambil bagian dalam yang mudanya 2. Potong-potong jantung pisang dengan ukuran kecil 3. Setelah itu kemudian dicuci sampai benar-benar bersih 4. Oseng bumbu yang dihaluskan dengan sedikit minya sampai harum 5. Masukkan potongan cabe merah dan cabe rawit, aduk samapi layu 6. Tuang sedikit air dan diamkan sampai mendidih 7. Masukkan irisan jantung pisang kedalam bumbu, aduk rata 8. Tambahkan gula pasir, garam dan penyedap rasa, aduk sampai rata 9. Tunggu sampai kuah menyusut dan matang hingga meresap 10. Oseng jantung pisang siap untuk disajikan

DUTA

Rimba 91


RESENSI

Kesuksesan

Bisa Diraih Oleh Siapa

Saja Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

M

enulis impian itu powerful. Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan bagian dari kumpulan status dan tulisan penulis di facebook serta materi ceramah motivasi di beberapa komunitas kecil dan terbatas. Ini juga sekaligus merupakan rangkuman dari pembelajaran dan perenungan lebih lanjut dari para guru, pemimpin, motivator, dan senior penulis yang sudah terbukti sukses. 3 Bidadari ini merupakan salah satu judul bab dari sekian bab, terdiri dari tiga tulisan: Bidadari pertama (Ibuku perempuan biasa), Bidadari kedua (Anna Maria Salsabila), dan Bidadari ketiga (Kidung cinta untuk istri tercinta). Kedua penulis sepakat 3 Bidadaridijadikan judul buku karena selalu ada titik air di sudut mata penulis jika mereka membacanya. Berkali-kali mereka membacanya, berkali-kali pula mereka menitikkan air

92

DUTA Rimba

mata. Itu bisa terjadi karena mereka menulisnya dengan hati. Dan kabar gembiranya bagi para pembaca yang telah memegang buku ini, semua tulisan di buku ini mereka tulis dengan hati. Simak saja sedikit cuplikan dari Bidadari kedua yang diberi judul, Anna Maria Salsabila. Namanya Anna Maria Salsabila. Dia anakku yang ketiga, perempuan satu-satunya. Anakku yang lahir di Ponorogo ini biasa dipanggil Jeng Bila alias JB. Dia dipanggil JB jauh sebelum Justin Bieber ngetop. Nama Anna Maria Salsabila dinisbahkan dari Anna Mariam Fadhilah, nama anak sulung mentor suamiku, yang sekarang sudah menjadi menteri. JB mulai masuk sekolah TK di Yogyakarta pada umur tiga tahun. Dia sudah suka bicara sejak kecil hingga aku berkata kepadanya. “Nanti JB jadi presenter ya. Ngomong tapi dibayar....” JB adalah anak pemberani. Pernah

: 3 Bidadari : Yahya Amin dan Nur Sya’diyah Amanati : Al Azhar Freshzone Publishing : 2014 : 139 halaman

teman sekolahnya ribut, padahal dia ingin bicara. Tiba-tiba dia berteriak keras sekali, atau tepatnya menjerit. “Diam. Jangan ribut. Jeng Bila mau bicara, tahu.” Ketika teman-temannya kaget, diam, bahkan ada yang nyaris menangis ketakutan, JB berbicara mengemukakan buah pikirannya. Suatu saat dalam perjalanan mobil di kota Yogyakarta, bersama dua sepupunya yang lebih tua, ada mobil ambulance bersirine lewat. “Ada mobil polisi,” kata sepupu pertama. “Bukan, itu mobil Terang Bulan,” sanggah sepupu kedua. “Kata Umi, itu mobilambulance,” ujar JB membenarkan. Dia memang pintar, bahkan sudah “pintar” sejak kelahirannya. Ada aturan di BUMN tempat suamiku bekerja. Jumlah jiwa yang ditanggung oleh negara, yang semula tiga anak, terhitung mulai tanggal 1 Maret 1997, diubah menjadi dua anak saja. Maka JB pun “keluar” padatanggal 16 Februari 1997. Kalau saja lahirnya

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


mundur dua minggu kemudian maka statusnya adalah “anak swasta” yang tidak ditanggung negara. JB sudah biasa kami didik agar tegar dan mandiri sejak kecil. Suatu ketika JB pindah TK baru di Lumajang. Kami mengantar JB ke sekolah baru itu. Kemudian kudekatkan JB dan kukenalkan kepada ustadzahnya. Di depan guru itu, aku berkata kepada JB. “Umi mau pulang. Mau jihad, mau bekerja. JB yang saliha dan hebat ya”. JB terlihat agak stress dan ingin menangis. Dengan pelan, namun tetap tegas, aku berkata, “JB boleh menangis kok. Tak apa”. Dan aku pulang dengan tenang, tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. JB tidak jadi menangis. Dia menangis pun, aku akan tetap meninggalkannya. Jika aku tidak percaya kepada ustadzahnya, tentu tak akan kusekolahkan di sana. Nah, meloncat beberapa alinea berikutnya, dapat disimak tulisan ini. Ketika mengantar JB ke Pondok Gontor, suamiku agak kuatir. Ada rasa berat berpisah dengan anak bungsu nan cantik dan pintar itu. Namun, aku yakin, JB amat adaptif karena sudah biasa pindah sekolah. Hingga lulus SMP, JB sudah sekolah di dua TK, tiga SD, dan tiga SMP. Tak heran, JB yang justru menguatkan ayahnya. Dia berkata, “JB tak apa kok. JB akan baik-baik saja. Shaliha dan hebat”. Lalu dia membalikkan badan meninggalkan kami, tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Dan, aku mengabadikan kejadian itu dalam puisi kecil dengan penuh haru: Sepuluh tahun lalu di TK barumu aku berkata: “Yang shaliha dan hebat ya.” lalu aku membalikkan badan dan meninggalkanmu tanpa menoleh sedikit pun! Hari ini di Pondok Modern Gontor Putri giliranmu berkata: “Ananda akan baik-baik saja shaliha dan hebat.” lalu kau membalikkan badan dan meninggalkanku tanpa menoleh ke belakang sedikit pun!

beri judul Status 3. Ada orang yang berkata, hidup adalah pilihan maka dia disibukkan dengan pilihan demi pilihan seumur hidupnya. Ada yang berkata, hidup adalah perjuangan maka dia disibukkan dengan perjuangan demi perjuangan seumur hidupnya. Orang sukses berkata, hidup adalah anugerah maka dia disibukkan dengan anugerah demi anugerah seumur hidupnya. Dan dia menikmati hidup dengan penuh kesyukuran kepada Tuhannya. Ucapan adalah doa kita. Apa yang kita bayangkan dan ucapkan, bisa menjadi kenyataan. Perkataan kita, apalagi jika sering kita ulang-ulang dan dalam waktu yang sangat lama akan direkam oleh memori otak dan didistribusikan ke seluruh anggota badan sehingga seluruh tubuh mengiyakan apa yang kita katakan itu. Terinternalisasi. Maka pastikan kita berbicara yang baik dan positif saja karena Tuhan itu sesuai persangkaan hamba-hamba-Nya kepada-Nya. Ketika kita berkata, “Hidup adalah pilihan”, maka sangat mungkin Tuhan memberikan kita pilihan demi pilihan. Ketika kita berkata, “Hidup adalah perjuangan”, maka sangat mungkin Tuhan memberikan kita perjuangan demi perjuangan. Maka akan sangat baik jika kita berkata, berharap, dan berdoa, “Hidup adalah anugerah”, agar Tuhan memberikan kita anugerah demi anugerah seumur hidup kita. Tuhan itu sesuai persangkaan hanba-Nya kepada-Nya. Berprasangka baik kepada Tuhan adalah salah satu kunci sukses kita.

Orang sukses berkata, hidup adalah anugerah maka dia disibukkan dengan anugerah demi anugerah seumur hidupnya. Dan dia menikmati hidup dengan penuh kesyukuran kepada Tuhannya.

Ubah Cara Pandang

Buku ini memang bisa menginspirasi pembacanya untuk mengubah mindset. Simak saja salah satu tulisannya yang mereka

Perspektif Baru

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

Membaca buku ini memberikan

satu perspektif baru dalam cara memandang satu masalah dalam kehidupan. Sungguh mendewasakan. Tidak berlebihan kalau dari buku ini mengalir beberapa renspos positif dari mereka yang mengenal kedua penulis tersebut. Tiga orang menuliskan komentar singkat di bawah ini. Enterpreneur, Muhammad Assad, menilai buku 3 Bidadariini memberi suatu pemahaman bahwa kesuksesan bisa diraih dengan memaksimalkan otak kanan, menggabungkan keyakinan, usaha, dan spiritual. Pemaparan menggunakan contoh kisah-kisah pendek sehingga membuat buku ini mudah untuk dipahami. Buku ini sangat bermanfaat dan bisa menjadi penyemangat, terutama untuk kaum muda bahwa kesuksesan bisa diraih oleh siapa saja. Direktur Jogja Family Center, H Cahyadi Takariawan, menyambut gembira terbitnya buku 3 Bidadariini. Sebuah buku perenungan. Walaupun kecil, namun mendalam. Ditulis oleh sepasang kekasih yang aktif dalam kegiatan dakwah. “Saya mengenal Mas Yahya Amin dan Mbak Nur Sya’diyah Amanati sebagai pribadi yang konsisten, cerdas, visioner, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Keduanya layak menjadi pemimpin masyarakat, pemimpin umat, pemimpin daerah, bahkan pemimpin negeri. Kehadiran buku ini semakin memberikan pendalaman hikmah dan mau’izhah bagi kita semua,” tulis Cahyadi. Guru besar teknik kelautan ITS Surabaya, Mukhtasor, menilai ada dua kekuatan dari buku ini. Pertama, dari segi pendekatannya, yang didasarkan oleh keyakinan dan pengalaman sekaligus. Artinya, tulisan ini adalah hasil penghayatan. Dan kita tahu, pengalaman adalah guru terbaik. Kedua, konteks tulisan ini bukanlah tema parsial, sektoral maupun kajian suatu disiplin pengetahuan tertentu. Temanya adalah tema kehidupan. Artinya, inilah tema paling penting bagi manusia yang sedang hidup, yaitu tema kehidupan itu sendiri. Selamat membaca dengan hati dan pikiran terbuka. Nah, tunggu apalagi. Jika buku ini sudah di tangan pembaca, harus secepatnya dilalap habis isinya. Tidak usah menunggu lama karena pembaca akan menemukan hal-hal yang terasa baru yang menghentak dada. Semangat baru, cara pandang baru, yang itu semua positif bagi bekal menatap kehidupan ini. DR

DUTA

Rimba 93


CERITA RIMBA

Serpih Randu *Ghirah Madani – Siswa SMPN 12 Bandung Pemenang ke-3 kategori A, LMCHL Perhutani Green Pen Award 2014

Pagi ini sungguh terasing. Pagi yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ya pagi ini sangat sepi, dan ia sendiri. Diam di pojok kamar usang. Orang tuanya telah pergi ke tempat yang benarbenar jauh. Entah di mana, mereka hanya menitipkan sepucuk surat pada kakaknya yang sekarang tengah pergi merantau.

I

a yang bersekolah tingkat SD, dibiayai oleh kakaknya. Sekarang, hanya bisa meratapi kepergian kedua orang tuanya. Rumahnya berada di dekat sungai limbah, juga deretan pabrik yang tak beraturan, menyebabkan tempatnya ini sering mengeluarkan bebauan asing. Juga penyakit-penyakit yang dengan mudah datang kapan pun, bahkan sampai kematian menjemput. Benar-benar masam. Bahkan ia sampai tak sekolah karena gumpalan

94

DUTA Rimba

Foto : Istimewa

awan hitam yang menerjang. Di daerah itu ada sebuah pohon yang teramat asing. Pohon aneh di bagian selatan rumahnya. Pohon yang memiliki bunga randu yang mungkin berjumlah seribu. Yang kian lama semakin berkurang akibat dari angin, juga asap maupun keadaan pohon yang memang sudah tua. Entahlah. Padahal terkadang ia menyiraminya. Pagi ini ia menatap langit yang kian kelabu, menjatuhkan cairan yang jika mengenai kulitnya, membuatnya

langsung menjerit. Karena cairan itu membuat kulitnya sedikit panas dan gatal di berbagai bagian tubuhnya. Seperti biasa, ia menggunakan topi pemberian kakaknya yang mungkin ia beli dari sebuah toko dekat pasar. Topi itu sebagai hadiah ulang tahunnya, sebelum kakaknya pergi merantau. Ia menuju sekolah dengan sepasang penyangga karena kakinya pernah terkena cairan limbah yang mudah terbakar. Waktu itu orang tuanya membawanya ke rumah sakit NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


yang terbilang begitu kumuh. Kakinya terserang luka bakar yang benarbenar serius sampai masuk ke dalam tulang kakinya. Ya, kakinya terpaksa di amputasi. Begitu kata ibunya yang melihat kejadian itu secara langsung. Ia masuk ke dalam kelas yang beratapkan seng, berdinding kayu, dan berlantaikan semen. Seperti biasanya, kelas terasa beraroma keringat, juga teriak-teriakkan. Ia memulai pelajaran pertama dan kedua, dengan istilahnya mengantuk. Pelajaran penutup ia anggap akan melengkapi hari-hari membosankan ini. Benar saja pelajaran terakhir adalah pelajaran yang benar-benar tak menggugah ketertarikan. Ketaktertarikan ini menyebabkan kemalasan untuk terus bersekolah. Ketika semua anak dipersilahkan untuk pulang, dialah yang paling cepat keluar dari kelas yang ia anggap penuh nestapa maupun derita. Ia berlari menyusuri jalan setapak antara dua pabrik yang saling berseteru. Ia beristirahat di bawah pohon randu yang begitu menyegarkan. Perjalanan ini memang terbilang sangat jauh baginya yang tak mempunyai sepasang kaki yang utuh. Seseorang yang tak ia kenali datang dan berdiri di sampingnya. Kemudian menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam. “Kulihat kau begitu tertarik pada pohon ini. Hampir setiap hari kulihat kau diam dan bermain di sini?” kata seseorang dengan tatapan yang tajam. ”Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik. Tapi aku selalu ingin mendatangi pohon ini, entah kenapa.“ jawabnya sambil sedikit keheranan. “Entahlah, kau sama seperti masa kecilku, aku juga tak begitu tertarik, tapi selalu ingin bersama pohon ini.” Ia menghela nafas “Sayang aku yang sekarang sudah terkena penyakit paru-paru kronis. Sehingga tak kuat untuk selalu bersama pohon ini, bisakah kau menjaganya?” “Emmmm” sambil menatap orang yang tak ia kenali “Sebenarnya aku mau, tapi wawasanku belum luas. Lagi pula kakiku ini adalah keterbatasan yang sangat mengganggu.” “Kau tahu? Tanganku ini tangan palsu” orang itu menunjukan tangannya yang sudah diamputasi. “Percayalah aku akan senantiasa membantumu selagi aku masih kuat.”

“Baiklah” sambil terpekur “Kalau begitu besok kau bisa datang ke tempat ini untuk membantuku.” “Tentu. Terima kasih atas bantuan yang ingin kau berikan” sambil menatapnya dengan penuh senyuman. Setelah bertemu si Bapak tadi ia langsung bergegas menuju rumah. Ia langsung memakan makanan yang sebentar lagi basi. Hah. Ia tak peduli, yang penting ia tak kelaparan. Makanan yang ia makan telah habis. Ia beranjak menuju ranjang tempat biasanya ia melakukan segalanya mulai dari mengerjakan tugas, tidur, makan cemilan, dan memainkan apapun yang cocok dimainkan di atas ranjang. Yah, ingatannya itu membuatnya terus membayangi janji yang ia ucap. Ia mengambil keputusan yang tepat, karena ia menyimpan dendam pada semua orang-orang pabrik yang menciptakan asap bermuatan zat pencemar. Karena asap pencemar itulah orang-orang di desa yang nestapa ini mengalami penyakit asma kronis yang sama-sama di derita oleh ayahnya, ibunya, juga orang yang tak ia kenali itu. Malammalam sunyi kembali datang, seperti bau limbah yang ia hirup setiap pagi. Ia menelentangkan badannya dan segera tidur. Pagi ini, ia terbangun lebih awal. Entah karena aroma-aroma limbah yang begitu menyengat atau pun udara busuk yang membuatnya sesak nafas. Juga mungkin mimpi buruk yang membekas dalam pikirannya. Entahlah ia tak peduli. Pagi yang sesak dan dingin ini ia habiskan dengan bersandar di ranjang seperti biasanya. Ia memaksakan untuk bangun dan pergi ke tempat kemarin. Ia mengambil tongkatnya, mengambil minum, menganti baju, mengambil notes dan bergegas pergi menuju pohon randu. Sampai di pohon randu tersebut ia menyandarkan diri pada batang pohonnya yang sudah sedikit rapuh. Ia benar-benar jenuh untuk menunggu orang itu seharian. Ia mulai kesal dan berniat untuk segera pulang. Tibatiba ia melihat pada dedaunan yang menggugurkan sepucuk surat. Ia mengambil surat itu dan membacanya “ Nak aku tahu ketika kau membaca ini aku telah pergi. Meski kau tak tahu siapa aku. Tolonglah jaga pohon itu dengan baik. Maafkan aku karena tak bisa datang, asma kronisku kembali kambuh. Kuharap kau tak mencariku,

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015

karena mungkin kelak aku pergi entah ke mana. Pelajarilah pohon randu itu dan kelak kau akan menyelamatkan dunia. Randu inilah penitipan dari kedua oramg tuamu. Orang tuamu akan bangga apa pun yang kau lakukan. Terima kasih atas segalanya.” Ia terkaget dan segera melempar surat itu ke sungai limbah. Ia benarbenar tak peduli pada pohon randu. Ia berjalan terseok-seok menuju rumahnya dan masuk ke kamar, mengingkari - itulah kata yang selalu ia ingat. Ia berbaring di kamar sambil menutup kepala dengan bantal. Ia berharap semua ini tidak pernah terjadi. Ia anggap percuma ia mempercayai manusia, manusia sama saja, penipu. Ia berpikir untuk mengurung diri di kamar ini sampai membusuk. Entah sesuatu yang aneh membuatnya ingin mempelajari pohon itu. Ia mendesak untuk melawan dari keanehan ini. Sayang ia kalah dalam pertarungan ini. Ia berjalan terseokseok mengambil buku yang masih di bungkus. Buku ini diberikan oleh ayahnya sebelum kepergiannya. Tapi ia tak pernah berniat membacanya karena ayahnya telah mengingkari janjinya. Secara perlahan ia menyobeknya, tertera sebuah judul singkat di sampul depan bukunya. “Titipan” “Mungkin buku ini tak akan berguna sekarang, mungkin juga bukan tahun depan, namun kelak kau sangat-sangat membutuhkannya.” Itulah pesan yang tertera pada secarik kertas di balik buku itu. Ia membaca satu per satu halamannya, buku itu berisi berbagai cerita tentang beragam kehidupan manusia. Ia terus membaca kemudian berhenti di halaman terakhir. Lalu ia merasakan sesuatu hal aneh dan merasa memiliki dosa besar, ia teringat pada pohon randu yang dititipkan orang misterius itu. Ia datang ke sebuah perpustakaan keliling yang terkadang lewat di kampung sebelah. Ia mencari buku tentang pelestarian pohon. Ia tak menemukan satu pun buku. Pemilik toko keliling yang tampak heran mendekat dan menanyakan buku yang dicari. “Dik mau cari buku apa ya?” kata pemilik perpustakaan keliling sembari keheranan. DUTA

Rimba 95


CERITA RIMBA ”Mau cari buku tentang pohon ada?” sembari kebingungan. “Oh mau cari tentang pohon apa ya?” kembali bertanya. “Kalau ada tentang pohon randu.” sembari mengerutkan dahi. “Tunggu kaka carikan.” kata pemilik perpustakaan sembari beranjak meninggalkannya. Pemilik perpustakan keliling yang relatif masih muda masuk ke dalam bagasi mobil itu. Ia mengeluarkan sebuah kardus berisi buku lingkungan. Mengambil sebuah buku bersampul hijau. “Ada bukunya, tapi ini buku lama.” kata pemilik perpustakaan sembari menatapnya. “Oh ga apa apa, boleh saya pinjam?” sembari ragu ragu. “Bukunya buat adik aja.” kata pemilik perpustakaan sembari tersenyum. “Makasih banyak kak.” sembari beranjak pergi. Ia berjalan menjauhi kendaraan perpustakaan keliling, berniat segera pulang. Ia berjalan pelan-pelan sampai pada pohon randu yang telah dititipkan padanya. Ia menengok pada pohon randu dan tertarik untuk diam di bawah pohon randu. Ia duduk dan merasakan hal yang tak ia kenali. Ia membuka lembar demi lembar buku tersebut, sambil menyatat hal-hal penting ke dalam notes kecilnya. Matahari mulai bergegas pergi sama seperti ia yang juga berkemas pulang. Ia mulai berniat menuntaskan titipannya. Setiap sore sehabis harihari membosankan di sekolahnya, ia melakukan apapun untuk membantu sang randu. Ia melakukannya dengan serius. Ia merasakan hal yang aneh, meskipun ia menganggap yang dilakukannya sudah cukup. Ia merasakan sesuatu hal yang kurang. Entahlah. Ia mulai merasa dekat dengan si pohon meski ia bukan termasuk anak yang mencintai alam. Ia berniat untuk memperbanyak jumlah pohon randu itu. Ia berpikir si pohon dapat memerangi berbagai limbah pabrik. Entahlah. Ia mulai menanam pohon randu dengan jumlah banyak, namun karena udara yang benar-benar sakit, sebagian pohon randu mati. Yang tersisa tinggal satu pohon randu besar dan

96

DUTA Rimba

lima pohon randu kecil. Setiap waktu ia menyirami randu-randu tersebut menggunakan air yang ia curi dari rumah pemilik pabrik tersebut yang tidak jauh dari tempat itu. Terkadang temannya menanyakan tentang ketertarikan ia pada pohon randu. Tapi ia tak pernah menjawab segala pertanyaan tentang ketertarikan pada pohon randu. Ia selalu mengatakan, “Inilah titipan yang harus kujaga.” Tahun suram telah berlalu, randurandu ini nampak sudah besar. Mereka juga menghasilkan bunga randu yang bermekaran sangat indah. Hari ini ia menerima ijasah SD. Mungkin, ijazah itu akan diambil oleh kakaknya yang akan pulang. Segera ia mandi, mengganti baju dan berjalan sambil membawa notes kesayangannya. Ia berjalan terseok-seok menuju pohon randu yang telah ia rawat. Asap ia tak peduli. Ia tetap menerobos asap itu. Hari ini tempat randu dipenuhi asap pabrik lagi. Tahun-tahun yang lalu randu ini menang melawan asap pabrik yang menerjang. Mengakibatkan wewangian randu berserak di seluruh rumah di kampung ini. Warga-warga nampak senang dengan keberadaan randu yang membantu kehidupan. Randu pasti

memenangi perang melawan asap yang penuh bahan pencemar ini. Ia sampai di depan pohon randu itu dan diam di dekat pohon randu yang paling tua. Namun lama kelamaan asap yang menerjang semakin menumpuk, hingga akhirnya ia tak bernafas lagi. Asap yang ia hirup membuatnya sesak. “Sepertinya randu kalah, maafkan aku,” itulah kata terakhir yang ia ucapkan. Kakaknya telah sampai dari rantauannya dan mengira adiknya telah ada di sekolahnya. Kakaknya bergegas menuju sekolah. Di perjalanan ia melihat adiknya tengah tergeletak sambil memegang notes kesayangannya. Aneh dalam benaknya adiknya tergeletak ditutupi serpih randu yang berguguran. Kakaknya perlahan-lahan mengucurkan air matanya dan segera mengambil notes dan membaca halaman terakhirnya. Kakaknya merasakan kepergian untuk ketiga kalinya hanya bisa menitikkan air mata. Kini akulah yang akan menjadi saksi, saksi bagi kematian yanng kian abadi. DR

Serpih Randu di antara tumpukan asap ini kusimpan secerca harapan pada bumi yang kian temaram dan langit yang tinggal seujung jari kutitipkan surga dunia yang penuh suka cita bagi serpih randu yang kumainkan inilah saksi saksi alam yang beranjak pergi randu telah kalah maafkan Jika kelak pergi

NO. 60 • TH 10 • SEPTEMBER - OKTOBER • 2015


Syariah

“Didirikan Untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga Besar Perhutani” Kami telah menjalin kerjasama dan memberikan dukungan kepada Perhutani dalam program asuransi bagi pengunjung lokasi wisata yang dikelola Perhutani, asuransi bagi Belandong, dan Penyadap. Dapatkan informasi program asuransi lainnya untuk kebutuhan : Investasi (Unit Link) Dana Pendidikan Dana Hari Tua

Hubungi:

Kami juga hadir di:

Kantor Pusat Gedung Menara 165 lantai 5 Jl. TB. Simatupang Kav.1 Cilandak Timur Jakarta 12560 Telp. (021) 29406315 | Fax. (021) 29406316 Email: customerservice@amanahgitha.com

Jakarta Gd. Manggala Wanabakti Lt. II Blok IV Ruang 212 Wing B Jl. Gatot Subroto, Senayan Telp. (021) 5705090

Surabaya Perhutani Unit II Divisi Regional Jawa Timur Jl. Gentengkali 49

Bandung Perhutani Unit III Divisi Regional Jawa Barat & Banten Jl. Soekarno Hatta No. 628 KM. 14 Telp. 082819036539

Semarang Perhutani Unit I Divisi Regional Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 15-17

www.amanahgitha.com

NO. 53 • TH. 9 • juli - agusTus • 2014

DUTA Rimba 67


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.