Menyibak Realita
POROS
Edisi Magang : 01/21/12/2016
Ilustrator : Abdul Gafur
Sistem TBQ dikeluhkan, LPSI Rancang Sistem Baru
Salah satu syarat Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) adalah lulus Tes Baca Qur’an (TBQ). Namun,Sistem bimbingan TBQ selalu dikeluhkan mahasiswa. Jumlah pembimbing yang kurang serta jauhnya jarak kampus IV UAD dari kampus UAD lainnya menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam melakukan bimbingan. Alimatun Afidah, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) mengeluhkan masalah jarak yang jauh. “Mungkin kalau kesini (kampus IV-red) agak jauh yah,” ujarnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Sinta Anggraini, mahasiswi Prodi Akuntansi “Jauh banget,” ujarnya. Pelaksanaan bimbingan TBQ di kampus IV sebenarnya baru berlangsung pada tahun ini tepatnya setelah Hari Raya
BERITA UTAMA 1 EDITORIAL 2 LITBANG 4&5
Idul Fitri. Hal ini diungkapkan oleh Faridah, salah satu pembimbing TBQ. “Kemarin dipusatkan disini setelah Idul Fitri,” ujarnya saat ditemui di masjid kampus IV (18/11). Sebelumnya mahasiswa masih bisa melakukan bimbingan di masjid setiap kampus UAD. Terkait pemindahan tersebut Faridah mengatakan hal ini dilakukan karena meningkatnya jumlah mahasiswa yang ingin melakukan bimbingan. Ia menambahkan bahwa awalnya bimbingan TBQ dilakukan di kampus I, namun setelah melihat semakin banyaknya mahasiswa yang melakukan bimbingan akhirnya Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) memindahkannya ke kampus IV. “Semakin membludak jadi langsung dibawa kesini semua,” ujar Faridah.
OPINI 6 BERITA KEDUA 7 & 8
Bersambung ke hal. 3
KOMIK 9 CERPEN 10 PUISI 11
Editorial Perubahan yang dirindukan?
Ilustrator : Yuni
Salam Mahasiswa!
Alhamdulillah atas kerja keras anggota magang Poros, akhirnya buletin edisi magang pertama ini terbit. Kali ini Poros akan menyuguhkan problema dalam proses pelayanan bimbingan Tes Baca Qur’an (TBQ) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Program TBQ merupakan program yang sangat mulia, karena dengan program tersebut semua mahasiswa UAD dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Terlebih di era yang semakin maju seperti saat ini, al-Qur’an tidak lagi menjadi pegangan wajib. Hal ini disebabkan pesatnya kemajuan teknologi yang membuat kita tidak bisa terlepas dari gawai. Oleh karena itu, UAD sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah mensyaratkan mahasiswanya untuk lancar membaca al-Qur’an sebelum terjun ke masyarakat atau KKN. Namun, apa yang diharapkan oleh UAD tidak berjalan sesuai rencana. Dalam proses TBQ banyak kendala yang membuat mahasiswa sulit melaksanakannya. Salah satunya adalah kurangnya pembimbing ngaji. Anhar Anshori selaku ketua Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) ketika ditanyai tentang jumlah pembimbing mengatakan saat ini pembimbing ngaji hanya sembilan orang. Jumlah ini tentu tidak sebanding dengan mahasiswa yang mengikuti bimbingan. Akibat kurangnya tenaga pembimbing ini jadi banyak waktu yang terbuang. Seperti yang dirasakan oleh Afriman mahasiswa Prodi Ilmu Hukum semester tujuh. Ia harus menunggu sekitar tiga jam untuk
2
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
melakukan bimbingan. Sedangkan dalam proses bimbingan mahasiswa hanya membaca kurang lebih lima sampai sepuluh menit saja. Padahal dalam mempelajari Kalamullah butuh waktu yang lama karena dinilai bukan dari seberapa banyak yang dibaca, melainkan seberapa paham membaca Qur’an dengan baik. Alangkah baiknya jika konsep sistem bimbingan TBQ diperbaiki agar mahasiswa tidak kesulitan dalam menjalankannya. Salah satunya dengan menambahkan pembimbing ngaji untuk mahasiswa. Tidak hanya masalah TBQ yang dimuat buletin ini, tapi kami juga menyuguhkan berita mengenai SPBU UAD yang bertujuan meringankan biaya kuliah mahasiswa. SPBU yang terletak di Jl. Wates Km 13 tersebut baru diresmikan pada 26 September 2016. Pendirian ini menghabiskan dana sebesar 11,77 miliyar rupiah. Menurut Safar Nasir selaku Wakil Rektor (Warek) II, salah satu tujuan pembangunan SPBU adalah membantu pemasukan kampus untuk meringankan biaya kuliah. SPBU ini memiliki peluang besar untuk menambah pemasukan kampus. Menurut penuturan Safar Nasir, rata-rata pendapatan SPBU setiap hari adalah 50-60 juta. Jika satu harinya sudah menghasilkan 50-60 juta, bagaimana jika satu minggu, satu bulan hingga satu tahun, berapa banyak pundi-pundi dana yang akan dihasilkannya? Kita sebagai mahasiswa tentunya bangga dengan hadirnya SPBU dan berharap dapat benar-benar mengurangi biaya kuliah. [Red]
~Khairunnas amfauhum linnas~
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya.
W : persmaporos.com
Anhar Anshori selaku Ketua LPSI juga menambahkan bahwa bimbingan TBQ bisa saja dilakukan di masjid-masjid kampus UAD. Namun, menurut Anhar masjid setiap kampus terlalu kecil, selain itu juga sering dijadikan tempat kuliah sehingga membuat bimbingan TBQ tidak efektif. “Kadang dipakai untuk kuliah macam-macam, yang tambahan, sehingga tidak efektif ,” ujar Anhar.
ada sistem baru yang akan diterapkan oleh LPSI terkait pelaksanaan bimbingan TBQ. Akan tetapi, sistem baru tersebut tidak serta merta menghilangkan sistem yang lama. “Nah tetap itu (bimbingan kampus IV-red) jalan dulu terus,” ujarnya. Pemindahan tersebut dirasa oleh Anhar tidak masalah. Menurutnya, ini adalah masa transisi sebelum dimulainya sistem baru. Hal tersebut karena lebih memu Selain jauhnya jarak, mahasiswa juga mengeluh dahkan LPSI dalam mengontrol jalannya bimbingan dibandkarena harus mengantri berjam-jam hanya untuk melaku- ing dengan di masjid-masjid kampus. Selain itu, tempatkan bimbingan. Ditambah lagi lamanya waktu menunggu nya juga memadai sehingga bisa menampung banyak tidak sepadan dengan jumlah halaman yang dibaca. Seperti mahasiswa. “Tempat yang memadai itu saja semuanya yang dikeluhkan oleh Maulida F Sunaryo mahasiswa Prodi dan mudah dikontrol nanti oleh petugasnya,” ujar Anhar. Pendidikan Matematika semester V, “Udah gitu pas ngajinya Anhar mengungkapkan sistem baru ini masih beCuma sedikit, padahal antrinya bisa berjam-jam.” Menurut rupa konsep yang dirancang oleh LPSI. “Ini masih disusun Maulida, antrian panjang disebabkan oleh kurangnya pem- konsepnya,” ujarnya. Ia menambahkan sistem tersebut akan bimbing. “Ustadzahnya kurang banyak, jadi antrinya itu dimulai pada semester baru di tahun 2017. Sedangkan untuk lama,” ujarnya. Afrima mahasiswa Hukum semester VII juga tahun ini, LPSI akan fokus menyelesaikan TBQ bagi mahamengatakan antrian untuk bimbingan TBQ sudah terlihat siswa-mahasiswa semester atas. Sebagaimana diungkapkan sejak pagi hari sekitar pukul tujuh pagi. oleh Nurmahni salah satu staf LPSI, “Sampai akhir tahun akademik ini Terkait jumlah pembimbing kita akan fokus menyelesaikan mahaFaridah mengungkapkan bahwa sebeSistem baru tersebut siswa-mahasiswa yang semester atas.” narnya ada sekitar 30-an pembimbing akan dilakukan secara yang mengajar. Namun saat ini yang klasikal. Mahasiswa akan Sistem baru tersebut akan dilakumembimbing hanya sembilan orang. diuji dan diklasifiksikan kan secara klasikal. Mahasiswa akan “Sebenarnya banyak sebelum pergansesuai dengan kemamdiuji dan diklasifiksikan sesuai dengan tian kemarin, totalnya ada 30-an lebih puannya dalam membakemampuannya dalam membaca Aluntuk pembimbing putra-putri,” ujar ca Al-Qur’an. Bimbingan Qur’an. Bimbingan TBQ akan dilakuFaridah. Hal ini juga disampaikan oleh TBQ akan dilakukan kan secara terjadwal dan dimasukkan Anhar Anshori bahwa pembimbing yang secara terjadwal dan disebagai mata kuliah. ”Jadi mata kulitersisa merupakan hasil evaluasi dari masukkan sebagai mata ah semester IV ini nanti Qur’an,” ujar LPSI. Pembimbing yang masuk kualifikasi kuliah. ”Jadi mata kuliah Anhar. Hal ini dilakukan agar memumenurut LPSI ada sembilan orang. “Yang semester IV ini nanti dahkan mengukur kemampuan mapunya kualifikasi layak jadi pembimbQur’an,” ujar Anhar. hasiswa dalam membaca Al-Qur’an . ing tetap kita pertahankan,” kata Anhar. Anhar menambahkan bahwa Anhar menambahkan perekrusistem lama tidak bisa dideteksi tingkat tan pembimbing TBQ dilakukan dengan dua tahap. Tahap keberhasilannya. Selain itu, pembimbing-pembimbingnya tipertama, kader pembimbing harus lulus TBQ dengan nilai dak diketahui berapa kali tatap muka. Hal ini dilihat dari maA. Kedua kader akan dibimbing cara mengajar yang baik sih banyaknya angkatan-angkatan 2012 dan 2013 yang belum karena menurut Anhar ada orang yang dapat membaca Al- lulus TBQ. “Jadi banyak yang tahun 2013, 2012 itu ada yang Qur’an dengan baik namun tidak dapat mengajar. “Makan- belum lulus banyak,” ujar Anhar. Dengan adanya sistem baru ya perlu diajar cara mengajar biar efektif,” ujar Anhar. ini, Anhar mengatakan akan lebih mudah melihat tingkat ke Selain itu kader-kader pembimbing TBQ diam- berhasilan. Pembimbingnya pun akan dijadwalkan sampai 14 bil dari para mahasiswa, dosen maupun aktivis mahasiswa kali pertemuan. Baca Qur’an ini juga tidak hanya berlaku bagi UAD. Namun, Anhar menambahkan bahwa mahasiswa bisa para mahasiswa, melainkan dosen dan karyawan kampus juga menjadi pembimbing asalkan tidak mengganggu kuliah. “Ke- akan melakukan bimbingan sebagaimana yang dikatakan oleh cuali kalau sudah bebas kuliah mungkin sudah Kuliah Kerja Anhar. “Yang ditangani bukan hanya mahasiswa,” ujarnya. Nyata (KKN) atau mau KKN nah itu masih bisa,” ujar Anhar. Harapan mahasiswa terkait bimbingan TBQ kedepannya adalah agar pembimbingnya bisa ditambah sehingLPSI rancang sistem baru ga antrian bimbingan tidak begitu panjang. Selain itu, bisa Pelaksanaan bimbingan TBQ di kampus IV merupa- memudahkan mahasiswa menyelesaikan bimbingan denkan kebijakan sistem lama. “Sebelum saya (menjabat-red), gan cepat. Sebagaimana yang dikatakana oleh Sinta maitu dipusatkan disana (kampus IV-red),” ujar Anhar. Sebelum hasiswi Prodi Akuntansi. “Kalau bisa ustadzahnya di tamAnhar, yang menjadi ketua LPSI adalah Tantowi. Kata Anhar, bah lagi, biar ngga semuanya ngantri,” ujarnya. [Fitriyani]
TIM BULETIN Diterbitkan Oleh : UKM Persma POROS UAD. Pembina : Anang Masduki S.Sos.I Pimpinan Umum : Lalu Bintang Wahyu Putra Bendahara Umum : Jopri Satriadi Lubis. Sekertaris Umum : Siti Hapsa. Pimpinan Redaksi : Fara Dewi Tawainella. Pimpinan Redaksi Magang : Abdul Gafur Reporter Magang: Ayu, Fitriyani, Shofi, Nuni, Syukria Imam, Leni, Udin. Layouter Magang : Nadia Firza. IIlustrator Magang : Dadang. Kadiv Litbang : Marwah Ulfatunisa Kadiv Litbang Magang : M. Darmawan. Anggota Magang : Aris, Dadang, Diar, Dini, Fajar, FitriaA, Ica, Septa, Us’an, Zata. Kadiv Perusahaan : Silviana Wulandari Kadiv Perusahaan Magang : Safril. Anggota Magang : Aji, Akbar, Kharimah, Luluh, Ucik, Uli, Fatimah, Hafiz, Hilmi, Rizky. Kadiv Kaderisasi : Hammam Al Fikri. Anggota : Muhayyan. Kadiv Jaringan : Ilham Lazuardi
W : persmaporos.com
POROS Edisi Magang : 01/ 21 / 12 / 2016
3
LITBANG 50,88% Mahasiswa Kurang Puas Terhadap Pelayanan TBQ Membaca Al-Qur’an termasuk suatu kewajiban bagi umat muslim baligh (berakal), terlebih sebagai mahasiswa yang notabenenya sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen pengawal (Agent of Control). Sebagai universitas Islam, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyediakan program bimbingan Tes Baca Qur’an (TBQ) bagi seluruh mahasiswanya.
Dari survei, pelayanan mempengaruhi minat mahasiswa dalam melakukan bimbingan. Dibuktikan dengan jawaban mahasiswa 50,88% merasa kurang memuaskan terhadap pelayanan yang ada, 4,38% merasa sangat memuaskan, 34,50% merasa puas, dan 8,77% merasa tidak memuaskan.
Bahkan di kampus oranye ini, TBQ dijadikan sebagai sasaran mutu universitas. UAD merupakan universitas milik Muhammadiyah, organisasi Islam gerakan Qur’an dan sunah. TBQ juga dijadikan salah satu syarat untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). “TBQ dijadikan sebagai sasaran mutu yang ditetapkan universitas, artinya semua mahasiswa UAD harus bisa baca Qur’an kecuali yang non-islam,” ujar Anhar Ansori selaku ketua Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) saat ditemui Poros pada Jum’at (25/11). Namun, 63,45% mahasiswa tidak merasa keber Akan tetapi kenyataan yang ada di lapangan, atan dengan adanya TBQ dan 36,55% lainnya merasa keberbanyak mahasiswa belum melakukan bimbingan. Ke- atan. Kemudian sebanyak 59,94% responden merasa setuju banyakan mereka mengeluhkan sistem pelayanan jika TBQ dijadikan sebagai salah satu tolak ukur syarat KKN yang ada. Diantaranya pembimbing yang hanya ber- dan 40,06% tidak setuju. jumlah sembilan orang yang menyebabkan panjangnya antrean dalam melakukan bimbingan. Hal ini berdampak pada minat mahasiswa untuk mengikuti TBQ. Terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan Litbang Poros UAD pada tanggal 21-23 November 2016. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan penyebaran angket yang berisi lima pertanyaan tertutup kepada 342 mahasiswa yang tersebar di kampus I,II,III dan V, dengan tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 49,12% responden jarang melakukan bimbingan, 5,8% sangat sering melakukan bimbingan, 28,36% sering, dan 16,08% tidak pernah. Kemudian, 23,68% responden tidak mendapat giliran, 7,02% sangat sering, 44,15% jarang, dan 23,68% tidak pernah.
4
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
W : persmaporos.com
Minimnya Minat Baca Mahasiswa di Perpustakaan UAD Membaca adalah pondasi dasar pada keterampilan akademik. Banyak yang percaya bahwa membaca merupakan tolak ukur yang tepat dari kesuksesan seseorang. Dalam ranah mahasiswa, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) misalnya, membaca bisa untuk menambah wawasan dan memperbanyak referensi pengetahuan. Perpustakaan merupakan sarana yang tepat untuk mengaplikasikan minat baca. Kehadiran perpustakaan di universitas diharapkan dapat meningkatkan Mahasiswa yang tertarik membaca di perpusminat baca mahasiswa, apalagi di tengah kondisi minat baca mahasiswa yang memprihatinkan. takaan, 53,42% merasakan tempatnya yang nyaman. Oleh karena itu, Litbang Poros UAD melakukan Kemudian 16,43% responden menjawab referensi buku penelitian mengenai minat baca mahasiswa di perpus- di perpustakaan banyak, 10,95% pelayanannya baik takaan UAD pada tanggal 20-24 November 2017. Kami dan 19,17% lain-lain. Selain itu, ada beberapa alasan mahasiswa timelakukan survei yang bertujuan untuk melihat berapa dak tertarik membaca di perpustakaan. 28,44% referbanyak mahasiswa yang menggunakan perpustakaan ensi buku yang kurang, 28,44% kurangnya tingkat kenUAD sebagai sarana untuk membaca. Metode yang diyamanan, 4,31% pelayanan yang kurang memuaskan, gunakan adalah penyebaran angket berisi empat perdan 38,79% lain-lain. tanyaan tertutup dan satu pertanyaan terbuka kepada mahasiswa di kampus I, II, III, dan V. Jumlah responden sebanyak 344 orang dari sekitar 26.000 populasi mahasiswa UAD dengan tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan penelitian, 71,22% mahasiswa UAD hobi membaca, dan hanya 27,32 % tidak hobi membaca. Namun, intensitas mahasiswa UAD mengunjungi perpustakaan masih rendah. Hal ini dibuktikan, dalam seminggu sebanyak 58,43% mahasiswa jarang ke perpustakaan, 20,34% tidak pernah, 11,04% seminggu sekali, dan 7,55% seminggu lebih dari sekali. Tempat yang disukai mahasiswa UAD untuk membaca, 13,66% memilih perpustakaan, 11,62% memilih cafe, 2,90% memilih kelas dan paling tinggi 70,05% memilih lain-lain seperti kost dan taman.
Ketertarikan mahasiswa membaca di perpustakaan UAD sendiri berdasarkan penelitian, 54,94% tidak tertarik dan 43,89% tertarik membaca di perpustakaan UAD. Data tersebut membuktikan bahwa ketertarikan mahasiswa untuk membaca di perpustakaan UAD masih rendah.
W : persmaporos.com
Dari data yang kami peroleh, Mahasiswa UAD menginginkan agar referensi buku di perpustakaan diperbaharui setiap tahunnya dan penambahan jam pelayanan. Hal ini bertujuan agar hobi membaca mahasiswa tersalurkan dengan adanya perpustakaan tersebut. POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
5
OPINI
Yang Terlupakan Dari Ahok Oleh : Syukria Safriani
Hampir setiap media di Indonesia sangat gencar memberitakan Gubernur Jakarta Basuki Tjahya Purnama alias Ahok, yang diduga melakukan penistaan agama tentang surat Al-Maidah. Pada aksi 4 November 2016 lalu terlihat banyak politisi dan lawan politik Ahok yang ikut aksi. Presiden Jokowi menyatakan ada aktor politik yang ikut serta dalam aksi dengan dalih penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok. Akibatnya banyak media, baik itu dari Indonesia maupun luar negeri yang memberitakannya. Pemberitaan tentang kasus penistaan agama juga menggambarkan mulai berkurangnya toleransi di Indonesia hingga membawa ras dan suku. Apakah arti penistaan agama adalah mengkritisi agama orang lain? Apakah arti dari penistaan agama itu adalah agama orang lain salah dan yang benar hanya agama kita? Selain isu penistaan agama, ada yang luput dari pemberitaan media. Salah satunya tentang penindasan rakyat miskin kota yang dilakukan oleh Ahok dan kru-krunya. Lihat saja Reklamasi pulau G yang mengakibatkan banyak nelayan kehilangan mata pencaharian dan rusaknya ekosistem di laut. Selain Reklamasi pulau G, Ahok banyak menggusur rakyat kecil di Jakarta dengan dalih menertibkan bangunan, namun menghilangkan pekerjaan rakyat dan membuat rakyat semakin melarat. Semenjak reklamasi, lautan tercemar. Hal ini menyebabkan banyak ikan mati dan berbau busuk karena terkena limbah. Jika seperti ini siapa yang akan membeli ikan para nelayan. Warga di
6
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
kampung nelayan Muara Angke menjadi korban dari reklamasi. Padahal mereka membayar tanahnya namun pemerintah dengan mudahnya memaksa pindah. Nelayan di Muara Angke langsung merasakan dampak dari reklamasi. Hal ini bisa dilihat dari menurunnya pendapatan nelayan setiap hari. Biasanya nelayan mendapatkan 10-20 kilogram perhari. Namun, semenjak ada reklamasi dalam tiga hari mereka hanya bisa mendapatkan 7 kilogram ikan. Sedangkan ikan tersebut dihargai Rp 10 ribu – Rp 20 ribu perkilogramnya. Bagi nelayan pendapatan tersebut hanya cukup untuk modal saja. Lalu mereka akan memberi makan anak istrinya dengan apa, jika penghasilan perharinya tidak mencukupi semuanya. Selain itu reklamasi juga merusak ekosistem laut. Akibatnya air menjadi keruh. Jika keadaan ini terus berlanjut nasib nelayan akan diapakan? Apakah para nelayan bukan warga negara Indonesia yang seenaknya diberlakukan tidak adil? Para nelayan Muara Angke telah melakukan aksi demostrasi di depan gedung Dewan Perwakil Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta untuk menolak reklamasi, namun masih saja tidak diindahkan. Tidak hanya kasus reklamasi, Ahok juga melakukan tindakan yang menyengsarakan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari penggusuran sana sini yang dilakukan dengan alasan kesejahteraan rakyat. Namun, kenyataannya rakyat makin sengsara. Data dari Konfederasi Serikat Nasional (KSN) tentang Peraturan Pemerintah (PP) No 78/2015
mengenai pengupahan kenaikan UMP/UMK 15%-20% Ahok memberikan kebijakan pemberian upah kepada buruh. Di Jakarta buruh diberi upah dengan harga murah dibanding buruh di Bekasi dan Karawang. Banyak yang mempertanyakan kenapa Jakarta, pusatnya kota diberi upah yang sangat murah sedangkan daerah seperti Bekasi upahnya lebih besar daripada Jakarta. Dikarenakan kebijakan tersebut Ahok dijuluki “Bapak Upah Murah�. Dengan mudahnya pemerintah mengatur pemberian upah buruh dengan harga murah. Apakah tidak memikirkan bagaimana kerasnya buruh bekerja? Bagaimana mereka harus mencukupi upah mereka dengan kebutuhan yang terus meningkat? Bagaimana mereka akan menafkahi anak dan istri dengan cukup jika pemberian upah dihargai murah. Murahnya upah buruh di Jakarta juga berpengaruh terhadap daerah-daerah lainnya. Jika upah buruh ibukota murah, daerah-daerah lain akan terkena dampak pemberian upah yang rendah pula. Pemberitaan upah buruh sering kali dilupakan oleh media padahal dampak dari peraturan ini bisa meluas ke daerah lainnya bukan hanya Jakarta namun Indonesia. Media seharusnya tidak hanya memberitakan tentang dugaan penistaan yang dilakukan oleh Ahok. Namun masih banyak kebijakan Ahok lainnya yang menyengsarakan rakyat. Karena seharusnya media berpihak pada rakyat yang tertindas atas tindakan pemerintah yang tidak adil. Haruskah media bertindak untuk mendapatkan keuntungan saja?
W : persmaporos.com
berita kedua UAD BANGUN USAHA SPBU UNTUK Bantu BIAYA PENDIDIKAN MAHASISWA Ia juga menjelaskan hasil bisnis usaha digunakan untuk menopang anggaran perguruan tinggi. Senada dengan Kasiyarno, Safar Nasir, Wakil Rektor II bagian Pengelolaan Sumberdaya mengatakan bahwa salah satu fungsi SPBU adalah untuk membantu pendapatan kampus. “Sehingga tidak selalu menaikkan SPP,” ungkap Safar. Safar Nasir mengungkapkan bahwa adanya SPBU ini agar biaya pendidikan tidak terlalu naik. “Kalau kita butuh biaya riset peningkatan mutu, kita butuh sarana gedung pendidikan kalaupun naik tidak usah besar-besar karena sudah ada pendapatan lain,” ujarnya. Sumaryanto mengungkapkan bahwa pembangunan SPBU menghabiskan dana sebesar 11,77 milyar rupiah. Pembangunan SPBU menggunakan dana terhimpun, salah satunya dana mahasiswa. Hal ini diungkapkan oleh Affan Kurniawan, Kepala Biro Finansial dan Aset saat ditanya mengenai sumber dana pembangunan SPBU. “Dari dana yang terhimpun semua, pasti ada pertanggungjawabanya dari WR II. Pajak yang kita bayar juga dari uang mahasiswa,” ujar Affan.
Ilustrator : Dadang Surya
Tahun 2016, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali membuka bisnis usaha baru yaitu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Keuntungan dari SPBU ini akan digabungkan dengan bisnis usaha lain dan dialokasikan untuk meringankan Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) mahasiswa. Dalam sambutannya pada peresmian SPBU UAD (26/9), Kasiyarno selaku rektor UAD mengungkapkan bahwa pembangunan SPBU ditujukan untuk mendukung pembiayaan pendidikan mahasiswa.
W : persmaporos.com
Terkait pendapatan SPBU, Safar mengungkapkan bahwa pendapatan SPBU terus mengalami kenaikan. “Pendapatan SPBU terus mengalamai kenaikan sejak operasional tanggal 27 September lalu, pendapatan rata-rata setiap harinya 50-60 juta.” Ia menambahkan bahwa terdapat tambahan margin 20 rupiah per liter jika fasilitas bagus dan lengkap. Sementara Fajri Ramadhan, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU) menanggapi bahwa pemenuhan infrastuktur UAD lebih mengedepankan amal usaha dari pada fasilitas untuk mahasiswa. [Shululudin]
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
7
Suara mahasiswa
Presiden Mahasiswa
Naashiril Haq
Menurutku itu langkah positif yang di pilih pihak
Ilustrator : Yuni
APA PENDAPATMU MENGENAI PEMBANGUNAN KAMPUS IV UAD?
Koordinator Forum Bersama (Forbes)
Umar Wiranto
Dibalik pro dan kotra kampus empat, saya
kampus, melihat permasalahan klasik yang sering terjadi.
berharap bahwa kampus empat nantinya dapat
Solusinya ya harus dibuat fasilitas yang mampu mengako-
menjadi sarana penunjang pendidikan. Agar UAD
modasi kebutuhan mahasiswa.
dapat melahirkan generasi-generasi baru yang
cerdas, yang ,mengabdi kepada agama, bangsa
Tapi sebagian catatan juga, pengawalan dari maha-
siswa harus selalu berjalan sehingga dengan adanya kam-
dan tentunya masyrakat. Tidak ada keputusan yang
pus empat, bukan lagi permasalahan baru yang muncul
tanpa resiko, pembangunan sudah dijalankan.
melainkan solusi yang kita nantikan selama ini.
Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Fajri Ramdhan
Dengan adanya pembangunan kampus empat
nanti tidak ada lagi kuliah malam. Informasi tersebut dari pak Safar wakil rektor II dan pembangunan kampus empat itu selesai 3 lantai selama 15 bulan.
8
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
KRITIK DAN SARAN SERTA TANGGAPAN DARI PEMBACA DITERIMA SECARA TERBUKA OLEH POROS.
Persmaporos.com Persma Poros Dot Com @porosUAD @porosUAD Redaksiporosonline@ gmail.com 085-254-968-851 W : persmaporos.com
NGENES
komik
Oleh : Dadang Surya
K A S I A N
W : persmaporos.com
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
9
cerpen
Aku Orang Tionghoa Oleh : Shofi Nurul Fajri
Aku bernama Aling Shanaya Evangeline. Aku tinggal di negara yang katanya “demokrasi” dan saling “toleransi”. Pada zaman sekarang ini tidak terlalu terlihat rasa demokrasi dan toleransi tersebut. Aku tinggal disebuah kota dengan jalanan sepi dan berada diantara rumah-rumah megah yang berisi orang-orang yang mementingkan egonya sendiri. Posisi rumahku tepat berada ditengah-tengah kota. Disini banyak sekali lorong-lorong disetiap penjuru sehingga membuat bosan untuk disinggahi. Rumah-rumah warga pun hampir berhempitan sehingga membuat udara tak mau masuk dan membuat dada sesak. Apalagi tetangga didekat rumahku teramat sinis karena aku beretnis Tionghoa. *** Mereka sering sinis memandang setiap ras yang bukan asli pribumi. Seperti orang-orang Arab, Persia, Urdu, higga Tionghoa. Kadang keluargaku merasa tersingkirkan dengan perlakuan orang sekitar yang memandang kami berbeda karena kami keturunan Tionghoa dan berbeda dengan mereka yang merupakan keturunan pribumi. Setiap tahun keluargaku merayakan hari besar Imlek, respon tetangga seolah-olah ingin membakar kediaman kami, dan menilai kami seolah bukan manusia. Ketika kami sudah mencoba berbaur dengan memberikan mereka angpau dan mencoba berbagi apapun yang kami punya, mereka tetap bersikap seperti biasa; Muak dan benci. Beberaa orang sering menatap kami dengan muka masam, seolah-olah berbisik dalam hatinya, “Kamu manusia sombong, demit, kikir dan serakah.” Apalagi semasih aku kecil ayah sering bercerita padaku tentang konflik 1998 yang terjadi kepada etnis Tionghoa. Banyak toko-toko terbakar, pembunuhan, pelecehan, dan penghinaan. Dalam benakku sering bertanya-tanya, “Siapakah orang yang menginjak Nusantara ini pertama kali?” *** Terlihat rumah-rumah disekitar rumah kami, pemiliknya asli pribumi. Walaupun mereka sangat sinis pada kami, kami tidak membenci mereka. Aku bukanlah satu-satunya yang memiliki mata sipit, berkulit putih dan wajah oriental, jadi aku tidak merasa sendiri. Banyak orang memiliki postur tubuh yang sama seperti keadaanku, seperti Jepang, Cina asli dan beberapa orang Amerika yang juga keturunan Cina. Sejak dulu memang citra Tionghoa sebagai keturunan yang terkenal dengan penjilat, pelit, dan komunis, padahal tidak sesuai dengan realita yang ada. Lagipula tidak semuanya mempunyai watak sesuai dengan persepsi 10
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
negatif mereka. Bahkan orang pribumi selalu memanggil kita dengan sebutan “Cina” atau “sipit”. Dalam kurun sejarah Indonesia, pedagang Cina dan Pribumi bersaing untuk mendapatkan rezeki. Namun pedangang Cina lebih berhasil daripada Pribumi, karena kepiwaian pedagang Cina dalam berbisnis. Dalam karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Sang Pemula” disana sangat terlihat banyaknya konflik. Terutama antara pedagang Cina dan pedagang Pribumi yang terhimpun dalam Serikat Dagang Islam (SDI). Orangorang pribumi mungkin ingat tetang tragedi ini hingga sekarang. Sebab demikianlah orang etnis Tionghoa tak disukai. *** Pandangan pribumi terhadap kami, teramat negatif dan sedikit demi sedikit membuatku terganggu, canggung untuk bergaul normal dengan mereka yang membuatku lama untuk beradaptasi. Sebenarnya tidak ada yang menyedihkan karena menjadi keturunan Tionghoa. Hanya saja, sulit untuk beradaptasi dengan mereka, Aku hanya mempunyai satu teman yaitu Resty, ia orang Pribumi. Resty sangat baik dan tidak peduli rasku. Ia sahabatku sejak kecil dan Tuhan selalu mempertemukan kita bersama dalam satu lingkungan yang sama seperti sekolah, bahkan rumah kami berdekatan. Ia tahu semua masa laluku dan masalah keluargaku karena aku selalu cerita dengannya setiap kali aku gundah. Sebenarnya aku masih tidak mengerti mengapa kehidupan etnis Tionghoa sangat menarik perhatian masyarakat pribumi. Dalam berdagang, katanya ras kami lebih mendominasi dan lebih menguasai dalam bidang perekonomian daripada masyarakat pribumi. Ini hal yang menggelitik buatku. Padahal banyak juga orang-orang Pribumi yang menindas, baik menindas kami maupun semua di negeri ini. Awalnya aku merasa tidak terlalu memikirkan apa kata orang-orang, namun semakin hari perbedaan antara etnis Tionghoa dan masyarakat pribumi semakin terlihat jaraknya. Contohnya saja rasa iri dalam bidang perekonomian seperti perdagangan antara etnis Tionghoa dan masyarakat Pribumi. Dengan keadaan yang sekarang ini, aku akan tetap bertahan dan yakin bahwa negaraku bisa menjadi negara yang benar-benar sejahtera baik ekonomi maupun kehidupan mereka, termasuk keadaan ku sekarang ini. Karena aku yakin sebenernya Bhineka Tunggal Ika itu ada pada kami semua.
W : persmaporos.com
Sajak-Sajak Cerulit Malam
puisi
Sajak Hitam
Ratapan Sebuah Jalan
Seutas tali bergelantung diatas kematian
Terdengar suara hentakan kaki membelah putusan
Gemericik suara parau mendengkur
Suara sunyi kini menjelma aungan
Burung gagak mengintai dari udara
Jalan trotoar menjadi saksi akan drama tuhan
Aroma busuk kematian tersebar disudut sudut kota
Tapi bukan!!!! ini bukan drama tuhan!!!
Langit menutup mata
Melainkan pentas dari sebuah kekuasaan
Kegelapan pun semakin terasa hampa
Anak kecil banyak menderita kelaparan
Para tikus hitam keluar mencari harta
Akibat suara tak lagi diartikan
Dengan mata merah ia bekerja
Jalan-jalan kini telah menjadi budak buayan
Jasad rakyat jelata terkapar tak berdaya disana
Mendengarkan ocehan janji yang tak kunjung
Bibirnya kering, perutnya tak terisi apapun
didapatkan
Akibat para tikus sering mencuri ladang mereka
Wajah-wajah kertas tak berdosa membanjiri kota
Gagak hitam turun ke jalanan
Seribu mantra mereka bacakan ditelinga manusia
Menghampiri anak yang tengah bersandar di atas batu nisan
Katanya‌.
Meratapi ketidakadilan sebuah pendidikan Baginya, ia terasa terkucilkan Gagak hitam terbang meninggalkan malam Membiarkan tikus hitam yang terus berkeliaran
Ingat saya kau akan banyak harta Pilih saya kau akan bahagia Tapi dimana wajah suci mereka itu berada Saat kami menderita.. Udang pun berkata.. Ternyata ada manusia dibalik bata
Redaksi menerima tulisan berupa opini, sastra, resensi, dan surat pembaca. Tim Redaksi berhak untuk melakukan perbaikan tanpa mengurangi substansi dari tulisan tersebut. Kirim tulisan kalian ke Gmail : Redaksiporosonline@gmail.com W : persmaporos.com
POROS Edisi Magang : 01 / 21 / 12 / 2016
11
Jl. Dr. Soepomo (Janturan) No. 19A Umbulharjo, Yogyakarta (Utara kampus 3 UTY Fak. Ilmu Budaya)
Jl. Prof. Dr. Soepomo No. 111 atau depan Kost Omega Foto Menu : 1. Ayam Kripsy Siram Saus Keju(Paling hits) 2. Ayam Kripsy Aneka Saus (Blackpepper teriyaki dan barbeque) 3. Ayam Bakar Aneka Saus Content Materi : Nasi dan teh sepuasnya. buka 11-10 malam (habis) Jl. Glagah Sari Selatan Kampus UTY 250m setelah Indomaret, timur jalan.