Buletin p2k edisi 3 september

Page 1

Menyibak Realita

POROS

Edisi P2K : 02/2 /09/2016

KO M U N I TA S , A N TA R A A D A D A N T I A D A

Mereka adalah Komunitas dan UKM. Keduanya berada di atap yang sama. Ada keinginan dari salah satunya untuk ikut pameran UKM. Namun, aturan yang ganjil membuat keduanya berada dalam dilema. Aturan dalam SK Rektor Nomor 005 tahun 2011 menyatakan komunitas masuk dalam komponen KBM. Sedangkan di dalam AD/ART KBM komunitas tidak termasuk dalam KBM. Siang itu sekitar bulan Mei, sebelum libur lebaran beberapa mahasiswa nongkrong di kantin sebelah gedung ITC depan Kampus I. Ada yang diskusi dan sekedar melepas dahaga selepas beraktivitas di kampus. Umar Wiranto juga ikut nongkrong. Ia adalah Ketua Panitia Pameran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di P2K 2016. Tak hanya Umar, Rizki Hadi Prasetya Ketua Panitia Pusat (Panpus) P2K juga berada di kantin siang itu. Di tengah obrolan mereka, Rizki menanyakan ikhwal keikutsertaan komunitas-komunitas UAD dalam pameran UKM kepada Umar. “Pak gimana komunitas masuk gak di pameran UKM?” tanya Rizki. Karena merasa belum dihubungi oleh pihak komunitas, Umar menjawab bahwa ia belum tahu menahu soal itu. Setelah hari itu, Rizki berupaya untuk menemui Abdul Fadlil, wakil rektor III

BERITA UTAMA 1 EDITORIAL 2

yang menaungi bagian kemahasiswaan. Ia menanyakan keikutsertaan komunitas dalam pameran P2K. Hasilnya Fadlil mengatakan, komunitas tidak diikutsertakan dalam P2K. Semenjak itu, pembahasan menge-

Ilustrator: Yuni

nai keikutsertaan komunitas tak pernah mencuat lagi. Hal ini karena panpus maupun panitia pameran telah fokus untuk mempersiapkan acara di P2K. Ikhwal keikutsertaan komunitas juga tidak dibahas di rapat–rapat pameran UKM. “Di pameran UKM gak ada pembahasan. Soal panitia pameran UKM kita cuma pelaksana. Mandat dari kampus gimana

SUARA MAHASISWA 2 KILAS P2K 4

kita cuma melaksanakan,” ujar Umar. Minggu kedua bulan Agustus, Umar berinisiatif untuk bertemu dengan komunitas untuk menjalin silaturahmi. Saat itu pula, Mila Rosalia, Ketua TV UAD berusaha menghubungi Umar. “Saat itu aku baru saja nanya temenku untuk minta kontak kak Umar. Tapi kak Umar sudah hubungi duluan,” ujar Mila saat ditemui di studio Ramada. Umar akhirnya bertemu dengan TV UAD, Ramada (Radio Ahmad Dahlan) dan Gendhing Bahana. “Kemarin sempat ngobrol sama ketua Forbes, kak Umar. Kemarin disimpulin kita kurang komunikasi,” ujar Mila saat ditemui Poros di Marco Caffe. Mila juga mengatakan bahwa komunitas ingin ikut serta mempresentasikan kegiatan di pameran UKM. Terkait komunikasi antara UKM dan Komunitas, Umar mengatakan dalam berkegiatan UKM telah menjalin komunikasi dan kerjasama dengan komunitas, namun perihal keikutsertaan komunitas dalam pameran UKM baru dikomunikasikan ketika mendekati acara pameran UKM. Beberapa hari setelah bertemu dengan komunitas, Umar bertemu dengan Ketua Panitia Dosen, Triantoro Safaria. Bersambung ke hal 3

OPINI 6 POTRET 7


Editorial 2

POROS Edisi P2K : 02/2 /09/2016

Melihat yang Penting untuk Disorot Salam mahasiswa! Alhamdulillah atas kerja keras tim, buletin edisi kedua untuk P2K ini terbit. Kali ini Poros menyoal polemik keikutsertaan komunitas-komunitas di UAD dalam pameran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Tiga tahun belakangan pembahasan alot terjadi tentang apakah komunitas diikutkan pameran UKM atau tidak. Mundur di tahun 2014, untuk pertama kalinya pemeran UKM digelar di Gedung Olahraga (GOR) Amongraga. Beberapa komunitas kala itu gabung dalam pameran. Ini karena stan yang disediakan untuk UKM menyisakan tempat. Perubahan terjadi di tahun 2015. Evaluasi pameran UKM 2014 adalah ukuran stan perlu diperbesar. Alhasil UKM menjadi prioritas. Komunitas akhirnya tak mendapat tempat di pameran. Alasan lain yang dilontarkan kepanitian waktu itu adalah karena komunitas juga tidak termasuk dalam komponen Kelurga Besar Mahasiswa (KBM). Sehingga wajar jika tidak diikutkan dalam pameran. Tahun ini sedikit berbeda, pembahasan keikutsertaan komunitas dalam pameran tidak sealot tahun sebelumnya yang sampai melibatkan Abdul Fadlil selaku wakil rektor III yang menaungi bidang kemahasiswaan. Hingga kepanitian pameran melakukan beberapa persiapan seperti pembuatan susunan acara, tidak ada pembahasan

tentang keikutsertaan komunitas dalam pameran UKM. Namun, orang-orang penting dalam kepanitiaan P2K, seperti ketua pameran UKM, Ketua panitia pusat dan wakilnya, wakil presiden mahasiswa serta komunitas pernah duduk bersama dan menyoal hal ini. Di pertemuan tersebut panitia pameran menyampaikan persiapan mereka yang telah memperhitungkan beberapa hal. Hasilnya menurut tuturan perwakilan komunitas, mereka tidak diikutkan dalam pameran tahun ini. Komunitas secara terpisah juga pernah bertemu dengan ketua pameran yang berasal dari UKM. Mereka menyimpulkan bahwa ada kurangnya komunikasi antara komunitas dan UKM. Pasalnya meskipun kerap berkomunikasi dan kerja sama dalam beberapa agenda, soal keikutsertaan komunitas dalam pameran baru dibahas saat mendekati P2K. Terlepas dari pembahasan ikut tidaknya komunitas dalam pemeran, hal penting lainnya yang perlu disoroti adalah posisi komunitas di kampus. Sebuah keganjilan yang Poros temukan adalah dalam SK Rektor tahun 2011 tentang komunitas dinyatakan masuk dalam KBM. Sedangkan dalam AD/ART KBM, komunitas tidak termasuk. Tak pernah ada yang sadar akan aturan ganjil yang berlaku di UAD saat ini. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab tak pernah usainya polemik pameran tiap

tahun. Oleh karena itu, yang perlu kita sadari bersama adalah selama ini kampus menjadi tempat mempertemukan UKM dan Komunitas. Padahal polemik horizontal sesama mahasiswa ini terjadi salah satunya karena adanya aturan ganjil tersebut. Sesama mahasiswa rasanya lebih penting mengkaji bagaimana kampus mengelola organisasi ataupun komunitas. Jangan sampai konflik terjadi karena ketidaktahuan kita atas kebijakan yang dibuat. Menyoal polemik komunitas dan UKM, tulisan ini tidak bermaksud mewakili Poros sebagai UKM namun sebagai media yang berusaha mencari informasi dari kedua belah pihak. Sebaiknya komunikasi antar UKM dan komunitas terkait keikutsertaannya dalam pameran tak hanya dijalin mendekati hari H pameran UKM. Namun, dibahas jauh sebelum hari H. Hal ini agar setiap tahunnya pembahasan menyoal apakah komunitas ikut pameran tak terus menerus terulang. Karena yang terpenting adalah keganjilan dari aturan yang dibuat dan jalinan komunikasi harmonis yang perlu dibangun UKM dan komunitas. [Red] ~Sebagai intelektual yang menjalankan organisasi alangkah baiknnya kita tidak mengedepankan subjektivitas.

TIM BULETIN Diterbitkan Oleh: UKM Persma POROS UAD. Pembina: Anang Masduki S.Sos.I Pimpinan Umum: Lalu Bintang Wahyu Putra Bendahara Umum: Jopri Satriadi Lubis Sekertaris Umum: Sitti Hapsa Pimpinan Redaksi: Fara Dewi Tawainella Reporter: Irma, Hanifah, Ima, Mutiara, Nur. Layouter: Ima Ilustrator: Yuni Kadiv Litbang: Marwah Ulfatunisa. Anggota: Nahrul Hayat, Moh.Tri Angga, Noni Erilila. Kadiv Perusahaan: Silviana Wulandari Anggota: Ila Diazmi Isticandy, Fatma Noviasari. Kadiv Kaderisasi: Hamam Al Fikri. Anggota: Muhayyan. Kadiv Jaringan: Ilham Lazuardi


3

POROS Edisi P2K : 02/2/09/2016 Tujuannya untuk melakukan koordinasi. Saat itu, Triantoro menanyakan “Komunitas bisa masuk atau tidak?” ujar Umar meniru perkataan Triantoro. Umar kemudian menjelaskan bahwa panitia pameran telah menyusun rundown. Mereka juga telah melakukan perhitungan apabila komunitas gabung dalam pameran UKM, maka pelaksanaan pameran akan berakhir pukul 17.00 WIB. Sementara waktu yang diberikan panpus hanya sampai 15.30 WIB. Triantoro, kata Umar, juga menanyakan proses pameran komunitas di tahun lalu. Pada tahun sebelumnya, komunitas melakukan road show di tiap kampus. Hal ini dilakukan karena komunitas tidak mendapatkan stan dalam pameran UKM. Penyebabnya jumlah stan saat itu hanya cukup untuk UKM. Akhirnya panitia pameran UKM sepakat untuk memprioritaskan UKM. Setelah mendengar penjelasan Umar, Triantoro meminta komunitas untuk menemuinya jika membutuhkan dana P2K. Sepakat Komunitas Tidak Ikut Pameran Pasca pertemuan dengan Triantoro, Umar, Wakil Ketua Panpus dan Wakil Presiden (Wapres) Mahasiswa serta komunitas duduk bersama di sekretariat Panpus. Mereka mendiskusikan keikutserataan komunitas dalam pameran UKM. Pesan dari Triantoro mengenai dana untuk komunitas juga disampaikan oleh Umar. Pembahasan saat itu hingga ke legitimasi komunitas. “Sama Wapres ditanyakan legitimasinya gimana,” ujar Umar. Dalam pertemuan itu, mereka juga memperjelas kedudukan komunitas di Keluarga Besar Mahasiswa (KBM). Komunitas mengakui bahwa secara struktural memang mereka tidak tergabung dalam KBM. Namun, komunitas tidak ingin dibedakan dalam pameran UKM. “Mereka tidak mau dibedakan dengan kita (KBMred) dalam kasus pameran UKM,” ujar Umar.

Legitimasi komunitas juga sempat dipertanyakan. Hal ini karena jumlah komunitas di UAD sangatlah banyak. Sementara kapasitas stan dan ruangan pameran UKM di GOR Amongrogo sangat terbatas. Mengantisipasi hal ini mereka memutuskan bahwa yang berhak masuk dalam P2K dan pameran UKM adalah organisasi atau kegiatan mahasiswa yang termasuk dalam komponen KBM dan tertuang dalam AD/ART (Anggaran Dasar/ Rumah Tangga) KBM. Akhirnya dalam pertemuan terakhir di sekretariat Panitia Pusat disepakati bahwa komunitas tidak ikut dalam pameran UKM. Saat dikonfirmasi kepada Mila, Ia mengungkapkan “Pas pertemuan kemarin terakhir di sekre Panpus, kak Umar bilang kalau memang kita gak bisa dapat stan,” papar Mila. Permasalahan keiukutsertaan komunitas dalam pameran UKM rupanya tidak hanya terjadi di tahun 2016. Kejadian yang sama juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya. “Polemik pameran UKM ini mulai terjadi lagi saat aku naik jadi PU (Pimpinan Umum Poros tahun 2015Red),” ujar Raden Nurul Fitriana Putri, salah satu Panitia Pameran UKM tahun 2015. Nurul menjelaskan pada tahun 2015 panitia pameran UKM sepakat bahwa yang mengikuti pameran hanyalah UKM. Keputusan ini mengacu pada apa yang terjadi tahun 2014. Di pameran 2014, stan untuk tiap-tiap UKM dan komunitas yang ikut terlalu kecil. Sebagai evaluasi, di tahun 2015 stan diperbesar. Namun hal ini membuat stan hanya cukup untuk UKM. Nurul juga mengatakan, alasan kedua komunitas tidak diikutkan dalam pameran adalah karena komunitas bukanlah bagian dari KBM. Pada tahun 2014 komunitas ikut serta dalam pameran. Hal ini karena di tahun tersebut UAD pertama kali menggelar P2K sekaligus pameran UKM di Gedung Olahraga (GOR) Amongrogo. Stan yang disediakan berjumlah 22 buah. UKM

mendapatkan 18 stan. Karena ada empat stan yang tersisa, panitia pameran 2014 sepakat untuk stan tersebut digunakan komunitas untuk pameran. Sejarah Komunitas Berdirinya komunitas tak lepas dari sejarah. Beberapa diantaranya berasal dari fakultas. Salah satu yang diwawancarai Poros adalah komunitas Gendhing Bahana. Malam itu pukul 20.00 di lantai dua kampus I reporter Poros menemui Alfad Nur Iksan, ketua Komunitas Gendhing Bahana. Ia menjelaskan, dalam sejarahnya Gendhing Bahana berasal dari Fakutas Sastra, Budaya dan Komunikasi (FSBK). Namun open recruitment ditujukan kepada semua mahasiswa UAD. Dana untuk Gendhing Bahana menurut tuturan Alfad berasal dari Biro Akademik dan Admisi (BAA). Sementara surat keputusan (SK) diakui oleh Alfad langsung dari rektorat. Mila juga bercerita tentang sejarah komunitas mereka. Ia menjelaskan bahwa awalnya TV UAD bergabung dengan Adi TV. Namun di tahun 2006 mereka lepas dari Adi TV. Menurut penuturan Mila, TV UAD didirikan oleh Muchlas (sekarang wakil rektor I) dan Fadlil (sekarang wakil rektor III) sebagai sarana informasi kampus. Mila sendiri mengatakan bahwa komunitas bukan merupakan bagian dari organisasi mahasiswa (Ormawa). Sementara Ramada berasal dari Program Studi Elektro dan Pelita dari Fakultas Psikologi. Aturan Ganjil Terkait posisi komunitas, Poros juga mengkaji Surat Keputusan Rektor Nomor 005 tahun 2011 dan AD/ART KBM. Melalui dua landasan ini Poros menemukan sesuatu yang ganjil. Dalam Surat Keputusan Rektor tahun 2011 dituliskan bahwa komunitas termasuk dalam KBM, sementara di AD/ART KBM komunitas tidak termasuk ke dalam komponen KBM. Bersambung ke hal 5


Kilas P2K 4

POROS Edisi P2K : 02/2 /09/2016

Berjuang Melalui Organisasi Mahasiswa (29/8) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) meresmikan status siswa menjadi mahasiswa dalam acara Program Pengenalan Kampus (P2K) 2016 di GOR Amongraga Yogyakarta. Setelah menjadi mahasiswa ada tanggung jawab besar untuk membuat perubahan. Hal ini disampaikan langsung oleh Naashiril Haq, selaku Presiden Mahasiswa (Presma), dalam sambutannya di pembukaan P2K, “Kawan-kawan (mahasiswa-red) memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap perubahan bangsa Indonesia.” Saat sambutan, Naashiril menyampaikan bahwa di Indonesia begitu banyak problematika yang harus diselesaikan mahasiswa. Ia mencontohkan beberapa kasus, seperti perkebunan di Sumatera, persawahan di Jawa, kelautan di Sulawesi, hingga pertambangan di Indonesia bagian timur. Naashiril mengatakan itu semua merupakan tanggung jawab mahasiswa kedepan.

Menurut Presma, dalam menjalankan tanggungjawabnya, mahasiswa perlu bergerak. Namun ia juga menegaskan, “Jika gerakan mahasiswa ini padam, maka dapat dipastikan bahwa Indonesia kedepan dalam keadaan bahaya.” Diwawancarai oleh Poros, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU), Fajri Ramadhan mengatakan bahwa gerakan mahasiswa saat ini masih dipandang kaku dan berbahaya. Ia juga menambahkan, mahasiswa seharusnya bersama-sama memperjuangkan haknya, karena kualitas mahasiswa tidak hanya di

kuliah, tetapi juga organisasi. “Ya, kita bersama-sama berjuang, ini hak kita (berorganisasi-red),” ujarnya. Dalam memperjuangkan hak mahasiswa, DPMU menerapkan dua metode. Pertama adalah jalur koordinasi dengan pimpinan universitas. Apabila jalur ini tidak dapat ditempuh, maka langkah selanjutnya adalah aksi massa. “Ketika jalur koordinasi tidak ketemu, maka massa yang akan menjawab,” jelas Fajri. Memandang pergerakan mahasiswa, Fajri mengumpamakan dalam sebuah perusahaan, buruh berhak berorganisasi, pun berserikat. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, organisasi merupakan wadah pergerakan. Namun yang masih banyak terjadi di 2016 adalah pembunuhan ruang-ruang gerakan. “Apakah kita di didik pada zaman Orde Baru (Orba) yang mematikan ruang-ruang aksi demokrasi?” tanya Fajri. [Ima]

Suara Mahasiswa Bagaimana esensi mahasiswa menurutmu? Hidup terus berjalan bergerak dari siswa menuju mahasiswa. Mahasiswa bukan hanya sekedar berganti gelar atau nama saja. Tapi ketika kita menjadi mahasiswa itu artinya kita sudah siap pundak untuk diberatkan oleh amanah yang harus dilaksanakan untuk Tuhan dan rakyat. Terlalu keciljika cita-cita kita ini hanya ditujukan kepada diri sendiri saja. Hidup mahasiswa!

Secara garis besar mahasiswa itu adalah seseorang yang sangat terpelajar. Maksudnya disini ialah, seorang mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari seorang siswa biasa. Dimana ia tak hanya berpikir tentang studi yang ia tempuh, namun juga memikirkan masa depan yang akan ia gapai. Banyak hal yang dapat kita lakukan setelah menjadi mahasiswa mulai dari merubah diri kita maupun merubah bangsa dan negara menjadi lebih baik.

Firmansyah – FTDI, Pendidikan Agama Islam

Febri Ari Wahyudi – FSBK, Ilmu Komunikasi

W : persmaporos.com E : redaksiporosonline@gmail.com


5

Sambungan hal 3

Poros mencoba menghubungi Abdul Fadlil, Wakil Rektor III, untuk menanyakan kejelasan posisi komunitas, namun Fadlil tidak merespon ketika dihubungi. Kemudian Poros juga berusaha untuk menemui Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa), Hendro Setyono. Namun ia juga tidak merespon. Akhirnya Poros menemui Danang Sukantar, Kepala Urusan Kemahasiswaan (saat ini Bimawa) tahun 2007-2013. Terkait ketidaksinkronan landasan tersebut, Danang megungkapkan bahwa universitas tidak berharap itu menjadi hal yang tidak sinkron. Meskipun kampus berharap kedua

POROS Edisi P2K : 02/2 /09/2016 aturan tersebut tidak menjadi hal yang tidak sinkron, namun kedua aturan yang ganjil ini menimbulkan polemik. Seperti yang diungkapkan Mila, “Nah itu karena ada dua aturan yang berdiri di universitas. Aku tahu perpecahan kawan–kawan kan karena aturan. Universitas punya aturan dan KBM juga punya aturan dan aturan ini gak saling nyatu,” ujar Mila. Terkait kejelasan komunitas, Danang mengungkapkan bahwa komunitas diperbolehkan ada karena kampus membutuhkannya. “Komunitas itu keberadaannya dibutuhkan oleh universitas, tetapi tidak terwadahi pada Ormawa, sehingga diperbolehkan keberadaannya di bawah

kontrol universitas tanpa sesuai dengan AD/ART yang ada di ormawa. Jadi, dipelihara, diperbolehkan hidup karena berdasarkan kebutuhan dan kepentingan universitas,” jelas Danang. Mila juga mengungkapkan bahwa kampus tidak mengijinkan beberapa komunitas untuk menjadi UKM. “Kita (Komunitas dan UKM-red) adalah organisasi di atap yang sama. Mungkin jalannya yang berbeda. Tapi yang mendukung kita tidak menjadi UKM itu adalah pihak rektorat yang gak mengijinkan kita menjadi UKM,” paparnya. [Irma,Hanifah]

Pembukaan P2K Molor Proses pengkondisian hari pertama Program Pengenalan Kampus P2K (29/8) molor hingga pukul delapan pagi. Bahrudin Hidayatullah selaku Koordinator Kedisplinan Panitia Pusat (Panpus) mengatakan hal ini disebabkan membludaknya Mahasiswa baru (maba). “Terjadi molor seperti itu karena terjadi pembludakan mahasiswa,” ujar Bahrudin. Molornya pengkodisian bisa dibuktikan dengan terlambatnya maba masuk ke dalam Gedung Olahraga (GOR) Amongraga. Salah satu fakultas yang terlambat masuk adalah Fakultas Teknologi Industri (FTI). Adi Iskandar, Ketua Panitia P2K FTI mengatakan bahwa seharusnya pengkondisian FTI dilakukan pukul 5.30 WIB. “Tapi itu jauh banget malah satu jam molornya,” ujar Adi. FTI adalah fakultas yang terakhir masuk ke GOR. Akibat pembludakan tersebut, tribun GOR hampir tidak muat menampung maba FTI. “Hampir delapan puluh orang maba FTI tidak bisa masuk,” ungkap Adi. Adi mengatakan bahwa sesuai perjanjian, setiap space sudah dibagikan. “FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan –red) sampai batas ini (tempat duduk –red), hukum sampai batas ini,” terangnya. Sebelumnya, menurut Bahrudin,

panitia telah mengukur panjang tribun atas dan bawah GOR untuk tempat duduk di setiap fakultas. Perhitungan tersebut dilakukan secara manual dengan meteran. Bahrudin mengatakan tribun paling atas bisa ditempati hingga 400

Ilustrator: Yuni

lebih maba. Akan tetapi prediksi ukuran yang telah dilakukan tidak sesuai dengan realita yang terjadi di hari H pembukaan P2K. Awalnya, kata Bahrudin, panitia memprediksi bahwa maba FKIP bisa menempati hampir setengah tribun yang berwarna biru. “Akan tetapi jauh lebih kesana lagi (melebihi batas tribun biru-red),” jelas Bahrudin. Bahrudin menjelaskan bahwa sempat

terjadi perubahan rencana yang menyebabkan FTI terakhir masuk ke dalam GOR. Awalnya FKIP dan Fakultas Ekonomi (FE) yang direncanakan masuk terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi (FSBK) dan Fakultas Psikologi (Fpsi). Diikuti Fakultas Hukum (FH) dan Faktultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI). Terakhir FTI. “Namun pada saat itu kita menunggu maba FKIP penuh terlebih dahulu. Akan tetapi kan mahasiwa FKIP sampai jauh melebihi batas,” jelas Bahrudin. Hal inilah yang menyebabkan space sedikit dan pengkondisian molor. Sehingga perubahan rencana dilakukan agar mahasiswa dapat cepat masuk ke GOR. “Supaya mahasiswa bisa masuk lebih cepat lagi dan makanya FTI diakhirkan,” ujar Bahrudin. Bahrudin mengatakan, sebagai evaluasi panitia akan mengadakan pertemuan dengan panitia fakultas. Pertemuan tersebut akan membahas sedikit perubahan pada metode masuk dari setiap fakultas. Bahrudin mengungkapkan bahwa panpus telah menyiapkan dua rencana yaitu A dan B. “Dimulai dari Zona 3 dan Zona 1 (rencana A-red). Plan B-nya kita mulai dari Zona 1, Zona 3, dan Zona 2,” ujar Bahrudin. [Nur]

t :@porosUAD FB:Persma Poros UAD IG :PorosUAD


Opini 6

POROS Edisi P2K : 02/2 /09/2016

Menuju Mahasiswa Merdeka Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri -Pramodya Ananta Toer Selamat datang kawan-kawan mahasiswa di dunia kampus, tempat dimana kalian bisa menempa dan mengasah kemampuan agar berguna bagi masyarakat. Saat ini pemerintah mengharuskan kalian untuk lulus dalam waktu lima tahun. Sebelumnya, saya ingin mengajak kalian membuka pikiran untuk melihat realitas masalah yang ada di kampus dan masyarakat. Hilangkan mereka yang memperkosa kemanusiaan dan keadilan yang tak masuk akal, pun pada apa yang saya sampaikan ditulisan ini. Saya sih lebih berharap kalian melihat sendiri dan mengeskplorasi permasalahan untuk memunculkan harapan. Walau hanya dalam waktu yang singkat: lima tahun. Saya sendiri baru dua tahun di Jogja. Namun satu tahun terakhir ini kampus-kampus banyak melakukan pengekangan terhadap kebebasan berpendapat dan berekspresi. Banyak diskusi mahasiswa yang dibubarakan. Seperti diskusi tragedi ’65, LBGT, dan diskusi yang membahas perjuangan masyarakat Papua. Kenapa semua yang bernuansa intelektual dan penting untuk mahasiswa ketahui mesti dilarang. Padahal disitulah fungsi mahasiswa, membuka tabir sejarah dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam sistem negara demokrasi pelarangan dan pembatasan seperti itu merupakan tindakan yang dapat mencederai nilai demokrasi. Kampus, seharusnya menjadi tempat yang universal bagi semua ras, suku, agama, serta ideologi. Keberagaman ini yang mestinya dilihat sebagai berkah, bukan musibah. Meski de-

Ilustrator: Yuni

oleh Ilham Lazuardi

mikian, tak bisa ditampik, nalar otoriter oknum-oknum tak bertanggungjawab tetap bersemayam dalam dunia kampus. Tak cuma di kampus, dalam masyarakat pengekangan dan pembatasan mengatur hidup saja masih terjadi. Salah satu contoh kasus adalah perjuangan ibuibu di Rembang. Mereka menolak pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia di pegunungan kars di Kendeng. Pegunungan kars sendiri merupakan batuan kapur yang menyimpan cadangan mata air tanah. Sumber mata air ini sangat penting bagi warga Rembang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, minum dan mengairi sawah. Kars juga merupakan salah satu material dalam pembuatan semen. Ibuibu Rembang bergerak dan berjuang untuk menolak pembangunan pabrik semen yang dapat merusak ekosistem, kelestarian, dan keseimbangan alam. Penolakan ibu-ibu ini tentu saja tak langsung di terima. Intimidasi dan ancaman mereka terima dari pelbagai pihak, mulai dari PT. Semen, pemerintah, oknum akademisi, bahkan oleh aparatur negara. Tapi, ibu-ibu Rembang tetap

W : persmaporos.com E : redaksiporosonline@gmail.com

teguh memperjuangkan aspirasi mereka. Salah satu simbol perlawanan yang dilakukan adalah membangun tenda perlawanan. Sekarang sudah dua tahun mereka tinggal di dalam tenda tersebut. Tidak hanya itu, penggusuran lahan pertanian untuk pembangunan bandara di Kulon Progo juga telah merugikan mata pencarian masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi petani. Pemerintah ingin membangun bandara yang sasarannya adalah 640 hektar lahan. Warga menolak sama dengan perjuang ibu-ibu di Rembang. Perjuangan mereka adalah perjuangan panjang yang penuh intimidasi dan ancaman. Sebagai mahasiswa tentu malu rasanya melihat ibu-ibu di Rembang dan para petani Kulon Progo berjuang demi melindungi bumi Indonesia untuk diwariskan ke generasi berikutnya. Padahal pendidikan mereka hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan ada yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Tentu ini tamparan keras bagi mahasiswa. Mestinya mahasiswa berjuang untuk melawan pengekangan dan berjuang bersama rakyat. Masih banyak lagi masalah yang terjadi di dunia kampus dan masyarakat. Pesanku untuk kawan-kawan mahasiswa baru, lawanlah pengekangan dan segala sikap yang membatasi kalian untuk mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi. Mari membentuk jiwa dan nalar kita sebagai mahasiswa merdeka yang senantiasa berjuang Melalui tulisan yang tak mendalam ini saya akhiri dan saya awali perkenalan sebagai MAHASISWA.


Potret 7

Fotografer: Una

POROS Edisi P2K : 02/2 /09/2016

Pengkondisian Mahasiswa Baru (maba) sebelum memasuki GOR Amongraga. (29/8)

Euforia mahasiswa baru saat menyaksikan penampilan dari Mabes Music Project (MMP). (29/8)

Stage performance oleh mahasiswa UAD saat pembukaan P2K di Amongraga. (29/8)

Pemberian cap dan tanda tangan saat pameran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). (30/8)

Ekspresi mahasiswa asing saat mendengarkan stadium general oleh Brigjen TNI Joni Supriyanto. (29/8)

Penyampaian materi stadium general oleh Brigjen TNI Joni Supriyanto. (29/8)

KRITIK DAN SARAN SERTA TANGGAPAN DARI PEMBACA DITERIMA SECARA TERBUKA OLEH POROS.

HP : 085-254-96-8851

t :@porosUAD FB:Persma Poros UAD IG :PorosUAD


jalan Prof.Dr.Soepomo,S.H.Janturan Yogyakarta 55164(Depan Bardosono Futsal)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.