Buletin p2k edisi 29 agustus

Page 1

Menyibak Realita

POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016

Permasalahan kuota mahasiswa baru (maba) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menjadi polemik. Tahun ini, Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) bersama dekanat telah melakukan upaya pembatasan kuota maba per fakultas untuk perkuliahan dan P2K, akan tetapi tidak diindahkan oleh rektorat.

B

erdasarkan data yang Poros temukan, jumlah maba yang teregistrasi saat ini tidak sama dengan jumlah kuota yang telah ditentukan di tiap fakultas. Salah satu yang mengalami kenaikan adalah Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK). Awalnya fakultas mengajukan kesanggupannya untuk menerima 491 mahasiswa dan menentukan kuota ideal P2K 350. Namun, hingga 22 Agustus maba yang teregistrasi telah mencapai 511. Naashiril Haq selaku Presiden Mahasiswa UAD mengatakan bahwa pembatasan kuota bermula dari sebuah rapat. Dalam rapat tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU), BEMFakultas, Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU), DPM Fakultas, Panitia Pusat (Panpus) P2K dan Panitia Fakultas (Panfak) membahas kuota mahasiswa di fakultas masing-masing. “Nah di pertemuan pertama kita sepakat bahwa BEMF akan berkoordinasi dengan dekanat (terkait pembatasan kuota-red),” ujar Naashiril. Naashiril melanjutkan, setelah hasil rapat pertama kali disepakati, BEMF dan dekanat melakukan koordinasi untuk membahas kuota mahasiswa yang mampu ditampung oleh fakultas. Kuota mahasiswa ditentukan dengan menyesuaikan rasio jumlah mahasiswa dengan jumlah dosen tetap serta ukuran ruangan di setiap fakultas. Patokan penentuan kuota juga disampaikan oleh Setyo Adi Pratikno selaku Gubernur Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Ia mengatakan bahwa dekanat berpatokan dengan jumlah dosen tetap di FKIP.

Ilustrator: Yuni

LAGI, KUOTA MAHASISWA BERPOLEMIK

Dalam peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), menjelaskan bahwa rasio ideal dosen terhadap mahasiswa yaitu 1:45 untuk humaniora dan 1:30 untuk eksakta. Naashiril menjelaskan bahwa setelah seluruh fakultas menentukan kuota ideal P2K dan kesanggupan fakultas untuk perkuliahan, didapatkan hasil sebanyak 4.811 untuk kuota maba ideal P2K 2016. Jumlah ini kemudian diajukan kepada rektorat. Saat itu BEMU yang mewakili Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) UAD menemui Abdul Fadlil selaku Wakil Rektor III dan Triantoro Safaria, Ketua Panitia dosen P2K. Jumlah tersebut ditawarkan kepada kampus guna membatasi jumlah mahasiswa yang registrasi dan yang ikut P2K. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa jumlah mahasiswa yang akan diterima kurang dari 5.000. Naashiril bercerita sempat ada tawar-menawar terkait jumlah maba yang akan diikutkan P2K. “Dari kita kan sepakat 4.811, Nah terus tawar menawar terjadi. Kayaknya 5.000 masih cukup mas untuk ikut P2K (meniru pernyataan pihak rektorat),” ungkap Naashiril Haq. Lebih lanjut Naashiril mengungkapkan bahwa jumlah 5.000 yang ditawarkan pihak rektorat tidak disertai alasan. Dengan tegas pihak KBM menolak tawaran tersebut. Alasannya, jumlah mahasiswa yang ditawarkan KBM telah disesuaikan dengan kemampuan fakultas. “Kalau dipukul rata misalnya 5000, ya memang di Amongrogo cukup. Cuma di fakultas belum tentu,” ujar Naashiril.

Ada Perbedaan dengan Ketetapan Kuota Ideal P2K Meski telah ada kesepakatan dengan pihak rektorat, fakta yang terjadi adalah ada perbedaan jumlah mahasiswa yang registrasi dengan kuota ideal P2K yang telah ditetapkan. Per tanggal 22 Agustus 2016, terdata 4808 maba yang registrasi di UAD. Sedangkan pada tanggal 24 Agustus terdapat 4625 maba yang ikut P2K.

bersambung ke hal. 3

BERITA UTAMA 1 EDITORIAL 2

KILAS P2K 4 SUARA MAHASISWA 4

KOMIK 5 CERPEN 6


Editorial 2

POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016

SIAPKAN HATI SEBELUM MEMBACA Salam Mahasiswa!!

yang ditentukan sebelumnya oleh fakultas. Berdasarkan data yang Poros temukan, hal ini terjadi di beberapa fakultas.

Selamat datang mahasiswa baru. Hari ini ada 4625 mahasiswa baru yang mengikuti Program Pengenalan Kampus (P2K). Hari ini juga ada ratusan teman kalian yang terpaksa harus mengikuti P2K susulan atau action training. Kalian sama-sama bayar saat registrasi. Sudah jelas kalian tentu memiliki hak yang sama di kampus Universitas Ahmad Dahlan. Namun nasib berkata lain, sejak pertama masuk kalian sudah merasakan dampak kebijakan kampus, kalian dibeda-bedakan. Kalian patut bertanya, “Kok bisa?�. Baiklah, kami akan bercerita. Hari ini, ratusan teman seangkatan kalian tidak diikutkan dalam P2K karena keterbatasan tempat dan panitia. Hari ini mungkin sebagian dari kalian harus duduk di lantai GOR Amongrogo (alhamdulillah jika tidak ada) karena jumlah mahasiswa tidak sesuai dengan kapasitas gedung. Hari ini jika kalian perhatikan, kantong-kantong parkir di kampus tidak mampu menampung kendaraan. Sejak awal tahun 2016, mahasiswa di kampus I dan III bahkan harus parkir di luar area kampus dan membayar parkir. Hari ini pula ada kabar sebagian mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Akuntansi, dan Program Studi Teknik Industri terancam kuliah malam di tahun ajaran baru karena kekurangan ruangan di siang hari. Perlu diketahui, beberapa tahun terakhir kuota mahasiswa selalu mengalami peningkatan. Ditambah lagi angka kelulusan kerap tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa baru tiap tahun. Tak hanya itu, pembangunan ruang perkuliahan yang direncanakan pun tak secepat yang diharapkan. Jadi wajar jika yang terjadi adalah kelas-kelas overload, parkiran penuh, dan mahasiswa kuliah malam. Semua mahasiswa tentu sepakat jika satu-satunya jalan untuk mengurangi dampak di atas adalah membatasi kuota penerimaan mahasiswa baru. Ini dibuktikan dengan aksi Keluarga Besar Mahasiswa yang beberapa kali dilakukan. Salah satu tuntutannya adalah membatasi kuota mahasiswa. Namun, hal ini tak pernah diindahkan oleh para pengambil kebijakan di kampus ini. Berbicara soal kuota mahasiswa, tahun ini berdasarkan penuturan Presiden Mahasiswa, sebelum P2K berlangsung, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU), Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU), dan panitia P2K telah berkumpul dan membahas persoalan kuota. Tujuannya mereka ingin ada pembatasan kuota untuk perkuliahan dan P2K di tahun ini.

Fakultas Ekonomi misalnya. Awalnya mereka mengajukan kuota mahasiswa sebanyak 670. Namun pada tanggal 24 Agustus, jumlah mahasiswa yang terdata telah mencapai 746. Akhirnya FE menyanggupi untuk menerima 800 mahasiswa. Kenaikan juga terjadi di Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi (FSBK). Panitia P2K FSBK mengatakan, awalnya maksimal jumlah mahasiswa yang diajukan adalah 350. Namun di tanggal 22 Agustus jumlah mahasiswa yang teregistrasi yaitu 511. Meski demikian yang diikutkan dalam P2K hanyalah 400 orang. Alasannya kekurangan panitia dan ruangan. Fakultas tentu memiliki hak untuk menentukan. Pasalnya, fakultaslah yang lebih tahu kapasitas di lapangan. Baik ruangan, dosen, hingga kualitas pengajaran. Namun demikian, keputusan tertinggi ada di tangan rektorat. Mau tidak mau, dengan tidak ada pembatasan kuota yang pasti, fakultas harus menerima semua mahasiswa yang teregistrasi meski melebihi target kuota awal. Hingga tulisan ini selesai, beberapa kali Poros telah mengunjungi Biro Akademik dan Admisi (BAA). Namun para pengurusnya mengaku tidak memiliki data jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun. Padahal biro ini yang melakukan pendataan jumlah mahasiswa baru. Dalam buletin ini, Poros menggunakan data dari Presiden Mahasiswa, DPMU, panitia pusat P2K dan panitia P2K fakultas. Andaikan kuota mahasiswa baru ditentukan berdasarkan fasilitas yang ada, tentu dampak-dampak yang disebutkan di atas tidak terjadi. Tidak akan ada P2K susulan, ruang-ruang kelas yang overload, kuliah malam dan mahasiswa bayar parkir. Namun apa lacur, nasi telah menjadi bubur. Kehadiran kalian adalah sebuah kebahagiaan bagi kami mahasiswa-mahasiswa lama. Mengapa? Itu artinya kita kedatangan siswa-siswa yang besar (Maha: besar). Mahasiswa yang memiliki peran sebagai agen perubahan dan agen kontrol. Sebagai agen perubahan, apakah kalian hanya akan diam jika ada ketidakadilan yang terjadi? Cerita di atas barulah persoalan di kampus. Persoalan negara lebih banyak lagi. ketidakadilan terjadi dimana-mana. Pembungkaman terhadap kebebasan berekspresi dan berpendapat terjadi dimana-mana. Paling marak terjadi di lingkungan kampus. Jika kau melihat ketidakadilan, BERBICARALAH! JANGAN TAKUT BERSUARA. Gelar mahasiswa yang kau genggam takkan ada artinya jika kau hanya diam dan duduk manis setelah mendengar kabar ini. [Red]

Namun beberapa hari menjelang P2K, kuota mahasiswa yang teregistrasi di kampus tidak sama atau melebihi kuota

TIM BULETIN Diterbitkan Oleh: UKM Persma POROS UAD. Pembina: Anang Masduki S.Sos.I Pimpinan Umum: Lalu Bintang Wahyu Putra Bendahara Umum: Jopri Satriadi Lubis Sekertaris Umum: Siti Hapsa Pimpinan Redaksi: Fara Dewi Tawainella Reporter: Una, Ima, Yuni, Fitra, Fifi. Layouter: Ima Ilustrator: Yuni Kadiv Litbang: Marwah Ulfatunisa. Anggota: Nahrul Hayat, Moh.Tri Angga, Noni Erilila. Kadiv Perusahaan: Silviana Wulandari Anggota: Ila Diazmi Isticandy, Fatma Noviasari. Kadiv Kaderisasi: Hamam Al Fikri. Anggota: Muhayyan. Kadiv Jaringan: Ilham Lazuardi


3

POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016 Seperti yang terjadi di Fakultas Ekonomi (FE). Awalnya kuota yang ditentukan yaitu 670 mahasiswa. Akan tetapi, per tanggal 22 Agustus jumlah mahasiswa yang registrasi telah mencapai 746. Akhirnya, FE memutuskan untuk menambah kuota maba menjadi 800.

gan fasilitas yang ada di kampus,” tukasnya.

Hal serupa terjadi FSBK. Reni Dwijayanti selaku ketua panfak FSBK menyatakan bahwa pihak dekanat dan KBM di fakultas sebelumnya menargetkan 350 untuk kuota maba. Akan tetapi, pada tanggal 22 Agustus, jumlah mahasiswa yang masuk telah mencapai 511 mahasiswa. “Dekan sudah menyampaikan ke pihak rektorat untuk menutup pendaftaran, tapi pihak rektoratnya yang kekeh tetap membuka pendaftaran,” ujar Reni.

Abdul Fadlil, Wakil Rektor III yang membawahi bidang kemahasiswaan juga telah dihubungi Poros untuk dimintai keterangan mengenai kebijakan dalam penentuan kuota maba. Karena tak kunjung ditanggapi, Reporter Poros mencoba untuk menemui langsung Fadlil akan tetapi ia mengatakan tidak bisa diwawancara karena sibuk. Kali kedua saat reporter Poros mendatangi ruangannya, staf rektorat mengatakan Abdul Fadlil sedang bertugas di luar kampus.

Beberapa Dekan Fakultas telah dihubungi Poros untuk dimintai keterangan. Salah satu yang bersedia diwawancara adalah wakil dekan FSBK, Ulaya Ahdiani. Ia mengiyakan bahwa fakultas mengajukan kuota mahasiswa pada rektorat. Namun keputusan ada ditangan Badan Pengurus Harian (BPH) Universitas yang posisinya diatas rektorat. Ulaya menjelaskan, rektor universitas bisa saja membatasi kuota mahasiswa, namun keputusan akhir ada ditangan BPH. Selain FSBK, Poros juga berusaha menghubungi dekan Fakultas Hukum (FH), Fakultas Psikologi, FE dan FKIP. Namun tidak berhasil diwawancarai. Dekan FH, menolak diwawancarai dengan alasan sibuk. Sedangkan Dekan FE saat dihubungi via pesan singkat menjawab, “Penerimaan mahasiswa baru di UAD merupakan kebijakan dan wewenang dari universitas.” Olehnya itu ia tidak bersedia diwawancarai. Lain halnya dengan Dekan Fakultas Psikologi, saat dihubungi sedang ke luar kota. Padahal sebelumnya telah membuat janji dengan Poros. Melihat fakta yang terjadi di beberapa fakultas akhirnya BEMU dan BEMF kembali melakukan pembahasan. “Nah, akhir dari kesimpulan koordinasi kita (KBM-red) yang terjadi beberapa kali itu ada kesepakatan bahwa untuk membatasi kuota mahasiswa (secara keseluruhan-red) tahun ini belum bisa kita maksimalkan, karena semenjak KBM melantik Presiden dan ketua DPMU, sudah dibuka pendaftaran mahasiswa baru,” ujar Naashiril. Ia menambahkan bahwa alternatif yang diambil oleh KBM adalah hanya membatasi kuota mahasiswa yang ikut P2K. Meski demikian KBM tidak berdiam diri. Senin (22/8) mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi “UAD Menggugat” melakukan demonstrasi di depan kampus I UAD. Salah satu tuntutannya adalah membatasi kuota mahasiswa. Menanggapi persoalan kuota, Ketua DPMU Fajri Ramdhan mengatakan mereka belum mengkaji data mengenai kuota mahasiswa. Meski demikian ia mengaku mereka memang masih mempersoalkan kuota yang tidak pernah dibatasi. Menurutnya kampus boleh menerima berapapun. “Tetapi harus sesuai denNo.

Fakultas

Fajri juga mengatakan kesepakatan kuota antara dekanat dan rektorat tidak melibatkan pihak mahasiswa. “Maka dari itu kita tidak pernah ketemu di persoalan kuota,” ujarnya.

Sebagian Maba Harus Ikut P2K Susulan Meski terjadi kenaikan kuota di beberapa fakultas, tidak semua dari maba yang telah teregistrasi diikutsertakan dalam P2K tanggal 29 Agustus. Pasalnya pihak panitia mengaku kapasitas ruangan tidak mencukupi dan jumlah panitia yang terbatas. Misalnya yang terjadi di Fakultas Hukum. Pada tanggal 25 Agustus, Poros menerima data maba yang sudah teregistrasi sekitar 305 akan tetapi yang ikut P2K hanya 259. Hal serupa terjadi di FSBK. Total jumlah maba yang telah registrasi per tanggal 22 Agustus yaitu 511. Namun, yang diikutkan P2K hanyalah 400. Reni, ketua panfak FSBK mengatakan hal ini dikarenakan ruangan untuk menampung 500 maba tidaklah cukup. “Nah, kami khawatirkan tidak cukup (ruangan-red),” papar Reni. Pada tanggal 24 Agustus panitia P2K melalui webnya p2k. wordpress.com merilis pengumuman peserta P2K UAD 2016. Terdata sebanyak 4625 maba yang akan mengikuti P2K pada tanggal 29 Agustus hingga 3 September. Di akhir pengumungan tersebut tertulis bahwa mahasiswa yang namanya tidak tercantum dalam web, otomatis tidak dapat mengikuti P2K dan diharapkan untuk segera mendaftar P2K susulan atau yang disebut action training. Dihari yang sama, panitia P2K memutuskan untuk menutup pendaftaran P2K. Sementara itu pendaftaran mahasiswa baru masih dibuka hingga tanggal 27 Agustus. Hal ini juga menjadi penyebab maba yang mendaftar setelah tanggal 24 akhirnya harus mengikuti P2K susulan. Naashiril saat diwawancarai mengaku bahwa pihak BEMU tidak menyetujui adanya P2K susulan tersebut. “Mahasiswa sepakat bahwa tidak mengamini adanya action training,” ujar Naashiril. Ia menambahkan ketidaksetujuan mahasiswa akan diwujudkan dalam bentuk ketidakikutsertaan dalam kepanitiaan action traning. [Irma, Una]

Kuota Mahasiswa Berdasarkan Kesanggupan

Kuota Ideal Mahasiswa Jumlah Maba yang

Jumlah Maba yang Ikut

Fakultas untuk Perkuliahan

untuk P2K

P2K (***)

Registrasi (**)

1.

FTDI

Tidak dibatasi

221

263

221

2.

FE

800

800

746

746

3.

FPSI

350

350

339

339

4.

FKIP

2000

1500

1393

1393

5.

FH

tidak ada data yang diberikan (*)

260

259

259

6.

FSBK

491

350

511

400

7.

FFAR

250

250

221

221

8.

FMIPA

320

300

323

300

9.

FTI

500

500

507

500

10.

FKM

280

280

246

246

-

4811

4808

4625

Sumber : Data didapat oleh Tim Buletin P2K Poros dari pelbagai sumber (Panitia Pusat, BEMU, DPMU, Panitia Fakultas) * FH tidak memberikan keterangan ke DPMU terkait kuota mahasiswa yang disanggupi fakultas untuk perkuliahan. ** Data tanggal 22 Agustus 2016 *** Data final tanggal 24 Agustus 2016

W : persmaporos.com E : redaksiporosonline@gmail.com t :@porosUAD FB:Persma Poros UAD IG :PorosUAD


Kilas P2K 4

POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016

Menghindari Kecurangan, Panitia FTI Gunakan Scan Barcode Fakultas Teknologi Industri (FTI) menggunakan presensi dalam bentuk scan barcode dalam Program Pengenalan Kampus (P2K) 2016. Terobosan baru ini bertujuan untuk mempermudah pengisian daftar kehadiran dan menghindari kecurangan dari pihak panitia fakultas FTI.

Barcode adalah kode-kode untuk angka dan huruf yang terdiri dari kombinasi bar (garis) dengan berbagai jarak. Barcode dapat digunakan untuk memasukkan data ke dalam komputer. Data yang dapat ditampilkan barcode yaitu nama lengkap, program studi, nomor telepon dan jabatan dalam kepanitiaan P2K fakultas.

Saat rapat pemilihan ketua panitia P2K FTI, Adi mengatakan penggunaan Scan Barcode untuk menuju P2K FTI yang modern. Ia ingin memberikan terobosan baru dalam P2K tahun ini. Lebih lanjut ia menjelaskan, terobosan scan barcode adalah sebuah kreatifitas. Panitia P2K FTI juga bisa melatih kedisiplinan. Hal ini karena melalui scan barcode kehadiran masing-masing panitia dapat

diketahui secara otomatis dan akurat. Pangestu Sapto Prabowo selaku pembuat scan barcode mengaku ada kendala dalam pembuatan barcode. Seperti harus mengisi identitas panitia satu per satu. Meski demikian ia mengatakan, pembuatan scan barcode seluruh panitia FTI memakan waktu kurang lebih satu hari. Mengenai ide pembuatan scan barcode, Adi menyampaikan “Untuk ide sendiri sebetulnya sudah lama dari tahun 2015.� Ia menjelaskan pada tahun tersebut himpunan mahasiswa di FTI telah menggunakan sistem barcode. Adi mengatakan, scan barcode sudah pernah diterapkan saat lomba robot nasional yang diselenggarakan oleh program studi Teknik Elektro UAD. Katanya di FTI baru tahun 2016 ini digunakan oleh panitia P2K. Adi berharap bahwa scan barcode dapat diterapkan pada 500 Mahasiswa Baru FTI 2017. [Sri]

Adi Iskandar, selaku ketua panitia P2K FTI mengaku bahwa manipulasi tanda tangan saat melakukan presensi oleh panitia selama P2K kerap terjadi. Oleh karena itu ia menginisiasi penggunaan scan barcode ini. Selain itu juga untuk menghindari pemalsuan identitas panitia dan memudahkan panitia untuk mengisi daftar hadir.

Suara Mahasiswa Presiden Mahasiswa Naashiril Haq

Hidup ini tidak akan pernah terlepas dari yang namanya pahala dan dosa. Perlu saya tekankan bahwasanya ada empat dosa besar mahasiswa, yaitu tidak membaca, tidak berdiskusi, tidak menulis, dan tidak berorganisasi Jangan sampai kita menjadi pendosa yang terus menyambung mata rantai ketidakadilan, penindasan, kemungkaran, serta kesewenang-wenangan. Karena pada hakekatnya dengan menjadi mahasiswa berarti kita telah siap jiwa dan raga untuk menjadi gardah terdepan perubahan bangsa Indonesia. Jika petani hidup dengan cangkul dan ladangnya, buruh bisa hidup dengan jasa dan tenaganya, tentara hidup dengan senjatanya, maka mahasiswa hidup dengan idealismenya dan gerakannya. Pastikan jika ada yang berjuang melawan penindasan maka pastikan kita salah satu diantaranya.

Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa)Universitas Fajri Ramdhan

Setiap langkah adalah pembebasan. Setiap ucapan adalah penyadaran. Sebagai mahasiswa harus mampu menyelesaikan permasalahan yang ada baik di dunia pendidikan maupun konflik realitas sosial. Turunlah ke rakyat. Belajarlah bersama rakyat. Selesaikan permasalahan rakyat. Biar rakyat tahu bahwa ini milik kita bersama

Koordinator Forum Bersama

(Forbes)

Umar Wiranto Jadilah mahasiswa seutuhnya. Mahasiswa adalah seorang yang memiliki intelektual tinggi dan tidak mendapat intervensi dari manapun. Yang dia benar-benar orang berintelek dan tujuannya mengabdi kepada masyarakat dan Negara tanpa ada seruan dari siapapun. Jadilah diri sendiri, jadilah pribadi yang lebih baik.

W : persmaporos.com E : redaksiporosonline@gmail.com


Komik 5

POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016

t :@porosUAD FB:Persma Poros UAD IG :PorosUAD


Cerpen 6

POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016

Labirin Perantauan Oleh: Mutiara Pratama Putri Angin berhembus dengan kencangnya hingga menerbangkan daun-daun yang tertumpuk di tanah. Kuamati setiap pergerakan yang dibuatnya. Perlahan, beberapa helai pakaian yang kujemur pun ikut terbang tertiup angin. Padahal baru semenit yang lalu helaian pakaian tersebut kujemur dengan rapi. Terpaksa kupungut kembali setiap helai yang jatuh ke tanah dengan lesu. Sesaat setelahnya, ku dengar suara ribut dari arah timur tempat aku menjemur pakaian. Kuselidiki dari mana asal sumber suara. Ternyata suara ribut itu berasal dari segerombolan warga yang sedang berkumpul di depan rumah Andre, tetangga sebelah rumahku. Aku bingung memikirkan apa yang sedang mereka diskusikan di depan rumah Andre. “Lebih baik ku hampiri mereka daripada diam dan kebingungan sendiri seperti ini,” batinku. Ternyata mereka heboh karena kabar baru yang didapat tentang Andre. Entah kabar aneh apa lagi yang kali ini akan di terima oleh keluarga Andre setelah dua tahun tidak mendengar kabar dari putra mereka yang tampan itu. Andre, temanku sejak kecil, tiba-tiba tak terdengar kabarnya sama sekali ketika ia memasuki tahun kedua di bangku kuliah. Berbagai macam alasan muncul bersamaan dengan kabar itu, yang entah darimana asal-usulnya. Mulai dari kabar bahwa ia dijebloskan ke penjara karena kasus narkoba, hingga kabar bahwa ia telah meninggal dunia. Yah, aku hanya bisa turut prihatin terhadap keluarganya. Ingin membantu selain doa, namun apalah dayaku yang tidak bisa menjangkau lokasi Andre yang kuliah di pulau yang berbeda dan berjarak jauh dari tempat tinggalku. Aku hanya bisa melanjutkan studiku untuk kuliah di universitas yang ada di daerahku. Inginku tentu melanjutkan studi di luar daerah seperti Andre supaya aku bisa lebih mandiri. Namun itu hanya sekedar mimpi. Mimpi tersebut tak bisa terwujud karena kondisi perekonomian keluargaku tak sebaik kondisi perekonomian keluarga Andre. Kuliah di luar daerah tentu membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain biaya kuliah yang berbeda, biaya hidup antara daerah yang satu dengan daerah yang lain pun berbeda. Hal itulah yang tentu menjadi bahan perhitungan paling utama dan mendasar. Akhirnya, aku melanjutkan studi untuk kuliah di Universitas Bangka Belitung, salah satu universitas negeri di daerahku. Namun, aku harus hidup terpisah dari keluarga, alias ngekos, dikarenakan universitas tersebut berada cukup jauh dari rumahku. Setidaknya biaya yang kukeluarkan tak sebanyak Andre yang kuliah di luar daerah. Ternyata, kabar yang datang kali ini lebih baik dari yang kemarin, malah sangat baik. Kabarnya, Andre akan datang kesini besok. Kabar itu datang dari sepupu Andre yang kuliah di pulau yang sama dengan Andre, Kalimantan. Setelah pencarian yang panjang selama dua tahun, akhirnya Ia bisa menemukan keberadaan Andre dan membawa kabar yang mengejutkan sekaligus membahagiakan ini. “Pantas saja yang ku lihat daritadi hanya berbagai macam ekspresi kebahagiaan,” gumamku. Kuperhatikan kedua orangtua Andre pun beraut wajah yang sama cerahnya dengan mereka. Ku hampiri Ibu Andre yang duduk termenung sendiri di pojok teras depan rumahnya. “Tante?” sapaku disambut dengan reaksi terkejutnya. “Oh iya Din?” jawabnya diiringi dengan senyum khasnya. “Sudah lama tante ga ngeliat kamu nak. Makin cantik aja nih,” lanjutnya. “Hahaha tante bisa aja,” jawabku sambil menyunggingkan

W : persmaporos.com E : redaksiporosonline@gmail.com

senyum. Keluargaku dan keluarga Andre sudah berhubungan baik bahkan sebelum aku dan Andre lahir. Kedua orangtuaku sudah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Aku dan Andre pun sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan kita selalu menuntut ilmu di tempat yang sama hingga SMA. Oleh karena itu, aku sangat terkejut ketika mendengar kabar buruk yang datang mengenai Andre dulu. Namun, berbeda dengan rasa terkejut yang ku rasakan sekarang. Bagaimana tidak, seorang sahabat yang selalu bersama tiba-tiba harus terpisah karena tuntutan kuliah di lembaga pendidikan yang berbeda, namun secara misterius sahabat tersebut menghilang dan sekarang ia kembali secara tiba-tiba. Sejak ngekos dan kuliah, aku pun jarang bertemu dengan keluarga Andre, tidak seperti dulu. “Bagaimana kuliahmu nak?” kata Ibu Andre sambil mengelus pundakku. “Alhamdulillah lancar tante. Untungnya kuliah ga terganggu walaupun banyak kegiatan di organisasi kampus. Gimana kabar tante?” jawabku. “Alhamdulillah tante sehat-sehat saja. Tante jarang ngobrol sama kamu lagi ya semenjak kamu kuliah. Padahal kamu dulu sering main sama Andre dirumah. Jadi kangen, deh,” ucap Ibu Andre. “Hehehehe, iya tante. Dinda rasanya seneng banget deh pas denger kabar kalo Andre bakal balik besok,” sambungku dengan penuh antusias. “Iya Din, tante juga. Tapi tante masih penasaran kenapa dia ga ngasih kabar apapun ke tante selama ini,” kata Ibu Andre dengan raut wajah khawatir. “Tenang saja, tante. Kedatangannya besok Insyaallah membawa kabar baik untuk tante dan keluarga,” ucapku sembari merangkul Ibu Andre. “Iya nak Dinda, semoga semuanya baik-baik saja,” sambung Ibu Andre. --Keesokan harinya, Andre datang tepat ketika adzan dzuhur berkumandang. Setelah bercengkrama dengan keluarganya, Andre datang menemuiku di rumah. Awalnya, aku tak mengenal sosok yang duduk di teras rumahku itu. Sosok itu yang dulu tak pernah memanjangkan rambutnya, kini justru sebaliknya. Dengan style barunya tersebut, ia terlihat lebih berantakan daripada dirinya yang dulu. Aku terkekeh melihat sosok itu yang sedang mengotak-atik rambutnya dengan tangan. Lantas kuhampiri sosok itu dengan tepukan pelan di bahunya. “Halo? Andre kan?” ucapku pada Andre sambil berlagak lugu. “Hei, tega banget ya kau melupakan sahabatmu yang ganteng ini. Huuuu...” jawabnya sambil menonjok lenganku dengan pelan. “Iya, ganteng sih... dulu. Hahahaha!” ejekku sembari duduk di kursi yang ada tepat di sebelah Andre.


7

POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016 Andre ejekanku.

hanya

menyunggingkan

senyum

menanggapi

“Bagaimana ceritanya kau bisa menjadi seperti bang toyib, Ndre?” lanjutku sambil menyeringai. “Hahahaha dasar. Langsung to the point aja ih, kamu tuh, Din,” ujar Andre dengan seringai khasnya. Aku hanya menaikkan sebelah alisku untuk menanggapi ucapannya. Melihat reaksiku yang cukup serius itu, tanpa pilihan lain, ia pun melanjutkan ucapannya. “Sebenarnya aku pun tak berniat untuk menghilang seperti bang toyib dan membuat keluargaku khawatir. Di Kalimantan, aku juga bergabung dengan organisasi sepertimu. Namun, menurutku hanya bergabung dengan organisasi pun tak cukup untuk mengasah soft skill ku. Jadi, aku pun mencoba untuk bekerja di sebuah restoran kecil. Gajinya, sih, lumayan. Selain itu aku juga bisa mendapatkan soft skill yang ga kita dapetin ketika gabung di organisasi,” lanjut Andre. “Yang kau lakukan memang benar, tapi ga sepenuhnya benar juga. Walaupun banyak keuntungan yang didapat disana, tapi pasti ada satu keburukan juga. Apakah kamu ga memikirkan bagaimana kondisi keluargamu di rumah yang menebak-nebak keadaanmu disana?” balasku. “Memang hal itulah yang paling aku sesali. Dengan dalih tak ingin membuat keluarga dirumah khawatir, aku malah menghilang dengan cara menghentikan komunikasi yang seharusnya rutin terjadi. Walaupun yang akan kubicarakan pada mereka adalah keluh-kesahku ketika kuliah, organisasi, ataupun bekerja. tapi mereka tetap senang mendengarnya. Dari hal itu, keluargaku bisa tahu perkembanganku juga kan. Seharusnya aku bisa menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan kuliah, organisasi, ataupun kerja,” jelas Andre. “Ya begitulah, Ndre. Syukurlah kamu akhirnya sadar. Mungkin inilah yang sering disebut orang banyak dengan labirin perantauan. Saat dimana kau bingung harus memilih jalan yang mana karena pada akhirnya kamu tetap harus memilih agar bisa melanjutkan perjalananmu. Di setiap jalan yang kau pilih ini bisa membuatmu terlena karena keuntungan yang diberikan, walaupun sebenarnya disetiap keuntungan pasti ada kerugian yang terselubung. Tapi bagaimana bisa kau sadar atas apa yang kau perbuat?” kataku. “Hmm... awalnya sih gara-gara aku membuka catatan lamaku yang isinya target-targetku kedepannya. Dari situ, aku terus berpikir tentang keputusan yang aku ambil ini, apakah benar atau

salah. Aku juga menanyakan pendapat beberapa seniorku yang berada di posisi yang sama sepertiku. Finally, aku sadar mana bagian yang benar dan yang salah,” jawab Andre. “Lalu bagaimana kamu bisa bertemu dengan sepupumu disana?” tanyaku lagi. “Aku bertemu dengannya di restoran tempatku bekerja. Dengan raut wajah panik khasnya, ia memberikanku berbagai macam pandangan yang kemudian membuatku berada di sini sekarang,” jelas Andre. “Oh, begitu. Ya sudahlah, Ndre. Yang berlalu biarlah berlalu. Toh, ga bisa diulangi lagi, kan. Yang penting sekarang kamu jangan mengulangi tindakanmu yang salah lagi, ya,” ujarku sambil menepuk punggungnya dengan pelan. “Iya iya, bawel. Aku ngerti. Segitu khawatirnya kah kamu sama aku? Uh so sweet!” balas Andre sambil mengelus kepalaku. “Huh kepedean banget sih!” ucapku ke Andre sambil memanyunkan bibir, disambut dengan tawa oleh Andre. “By the way, kenapa kau kesini?” lanjutku. “Ya ga kenapa-kenapa. Main aja, kan dulu kita sering main bareng”, jawab Andre. “Oh... kangen gitu ya”, ucapku sambil mengedipkan mata. “Idih kepedean lu!” balas Andre sambi memalingkan muka. “Lalu, apa rencanamu setelah ini?” tanyaku pada Andre. “Aku mungkin akan tetap mempertahankan pekerjaanku dan kegiatan organisasiku jika kuliahku ga terganggu dengan kedua hal itu. Dari pekerjaanku, aku pasti bakal dapet lebih banyak soft skill daripada di organisasi. Selain itu, aku juga bisa melatih diriku bagaimana cara hidup lebih mandiri dari usaha-usaha yang ku lakukan supaya mendapatkan uang yang cukup untuk biaya hidup. Tapi dari organisasi dan pekerjaanku, aku juga bisa dapet banyak link baru kan”, jelas Andre “Ya bagus sih. Asal jangan lupa dengan keluarga di rumah aja”, balasku. “Hmm... ya pasti. Aku akan sering mengabari keluarga dirumah dan pulang. Aku ga mau mengulangi hal bodoh yang ku lakukan kemarin”, ucap Andre sambil tersenyum. []

t :@porosUAD FB:Persma Poros UAD IG :PorosUAD


Ingin Promosi Usaha Anda ??? Pasang Iklan Anda Di Media Poros Informasi Selengkapnya Hubungi 085712853358 (Silvi)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.