Menyibak Realita
POROS Edisi P2K : 01/29 /08/2016
Permasalahan kuota mahasiswa baru (maba) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menjadi polemik. Tahun ini, Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) bersama dekanat telah melakukan upaya pembatasan kuota maba per fakultas untuk perkuliahan dan P2K, akan tetapi tidak diindahkan oleh rektorat.
B
erdasarkan data yang Poros temukan, jumlah maba yang teregistrasi saat ini tidak sama dengan jumlah kuota yang telah ditentukan di tiap fakultas. Salah satu yang mengalami kenaikan adalah Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK). Awalnya fakultas mengajukan kesanggupannya untuk menerima 491 mahasiswa dan menentukan kuota ideal P2K 350. Namun, hingga 22 Agustus maba yang teregistrasi telah mencapai 511. Naashiril Haq selaku Presiden Mahasiswa UAD mengatakan bahwa pembatasan kuota bermula dari sebuah rapat. Dalam rapat tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU), BEMFakultas, Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU), DPM Fakultas, Panitia Pusat (Panpus) P2K dan Panitia Fakultas (Panfak) membahas kuota mahasiswa di fakultas masing-masing. “Nah di pertemuan pertama kita sepakat bahwa BEMF akan berkoordinasi dengan dekanat (terkait pembatasan kuota-red),” ujar Naashiril. Naashiril melanjutkan, setelah hasil rapat pertama kali disepakati, BEMF dan dekanat melakukan koordinasi untuk membahas kuota mahasiswa yang mampu ditampung oleh fakultas. Kuota mahasiswa ditentukan dengan menyesuaikan rasio jumlah mahasiswa dengan jumlah dosen tetap serta ukuran ruangan di setiap fakultas. Patokan penentuan kuota juga disampaikan oleh Setyo Adi Pratikno selaku Gubernur Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Ia mengatakan bahwa dekanat berpatokan dengan jumlah dosen tetap di FKIP.
Ilustrator: Yuni
LAGI, KUOTA MAHASISWA BERPOLEMIK
Dalam peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), menjelaskan bahwa rasio ideal dosen terhadap mahasiswa yaitu 1:45 untuk humaniora dan 1:30 untuk eksakta. Naashiril menjelaskan bahwa setelah seluruh fakultas menentukan kuota ideal P2K dan kesanggupan fakultas untuk perkuliahan, didapatkan hasil sebanyak 4.811 untuk kuota maba ideal P2K 2016. Jumlah ini kemudian diajukan kepada rektorat. Saat itu BEMU yang mewakili Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) UAD menemui Abdul Fadlil selaku Wakil Rektor III dan Triantoro Safaria, Ketua Panitia dosen P2K. Jumlah tersebut ditawarkan kepada kampus guna membatasi jumlah mahasiswa yang registrasi dan yang ikut P2K. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa jumlah mahasiswa yang akan diterima kurang dari 5.000. Naashiril bercerita sempat ada tawar-menawar terkait jumlah maba yang akan diikutkan P2K. “Dari kita kan sepakat 4.811, Nah terus tawar menawar terjadi. Kayaknya 5.000 masih cukup mas untuk ikut P2K (meniru pernyataan pihak rektorat),” ungkap Naashiril Haq. Lebih lanjut Naashiril mengungkapkan bahwa jumlah 5.000 yang ditawarkan pihak rektorat tidak disertai alasan. Dengan tegas pihak KBM menolak tawaran tersebut. Alasannya, jumlah mahasiswa yang ditawarkan KBM telah disesuaikan dengan kemampuan fakultas. “Kalau dipukul rata misalnya 5000, ya memang di Amongrogo cukup. Cuma di fakultas belum tentu,” ujar Naashiril.
Ada Perbedaan dengan Ketetapan Kuota Ideal P2K Meski telah ada kesepakatan dengan pihak rektorat, fakta yang terjadi adalah ada perbedaan jumlah mahasiswa yang registrasi dengan kuota ideal P2K yang telah ditetapkan. Per tanggal 22 Agustus 2016, terdata 4808 maba yang registrasi di UAD. Sedangkan pada tanggal 24 Agustus terdapat 4625 maba yang ikut P2K.
bersambung ke hal. 3
BERITA UTAMA 1 EDITORIAL 2
KILAS P2K 4 SUARA MAHASISWA 4
KOMIK 5 CERPEN 6