LAGI, TANGAN DINGIN SANDI
REKSA DANA JAWARA DIKELASNYA
pialangInd
pialangindo
ANINDYA N. BAKRIE: DUA NASEHAT KAKEK
Edisi 1 - September 2012
LOUNGE
9 MACRO & INDUSTRY
TOP STORY
Malaise Bisnis Broker
MACRO
Habis BRIC Terbitlah MIST
Bisnis brokerage saham sedang lesu akibat nilai dan volume transaksi saham sejak awal tahun yang terus menyusut.
42
Telah lahir akronim baru kelompok negara mesin pertumbuhan ekonomi dunia. Indonesia termasuk di dalamnya.
MARKET
14
NEWS
ABR Vs HT di Lintasan LQ45 PERSONAL
STORY
Hani Tresnasari Wulandhani
Daftar saham dengan penurunan terendah dan kenaikan tertinggi di LQ45 dimiliki oleh dua konglomerat yang bersaing dalam bisnis media.
Hani tak pernah menyangka bila jalanan hidup membawanya pada dunia pasar modal.
Tower Bersama Infrastructure
24 CORPORATE
Sekali Lagi, Tangan Dingin Sandi
Memulai dari 64 Kesederhanaan
PRODUCT
Reksadana Jawara di Kelasnya
WORLD
COZY PLACE
OFFICE SPACE
POINT OF VIEW
BEST ADVICE
BEST PLACE TO GO
LIFE & STYLE
WISDOM
INVESTING
Kasus Ponzi Standford..........................48
What market makers says..................52
BMW 640i Gran Coupe..........................74
Nuansa Romantis di Teluk Jakarta...78
Anindya N. Bakrie.................................82
Jansen Sinamo......................................60
30 40
Perpaduan Nuansa Serius & Santai...80
Tiongkok Kecil di Pesisir Pantura........69
Ferry Salim............................................... 62
MEMO
‘TIMING’ & KREATIF BIASANYA, waktu paling tepat membetulkan genteng yang bocor adalah dikala hujan. Tapi bagaimana bila ada begitu banyak genteng yang bocor? Kalau sudah begini, selalu ada pro dan kontra. Alasan pihak pro, karena saat hujan titik kebocoran dapat diketahui dengan tepat, sementara pihak kontra berpendapat, menandai titik kebocoran di lantai sembari menunggu hujan reda adalah langkah yang lebih bijak. Mereka takut rumah banjir gara-gara memaksakan diri membuka atap rumah disaat bulir-bulir air berjatuhan dari langit. Analogi itu mirip dengan perdebatan pelaku pasar dan regulator soal pembenahan regulasi di pasar modal Indonesia, Februari lalu. Ini setelah angka komisi brokerage sekuritas rata-rata merosot 20% pada paruh pertama tahun ini. Dalam bisnis, harus selalu ada penjelasan bukan menyalahkan. Pihak kontra menambahkan stereotipe penyelesaian masalah secara adhoc sudah menjadi ciri regulator bangsa ini, termasuk di dalamnya pengawas di bursa Indonesia. Alasan-alasan itu benar. Bisnis brokerage sedang dirundung malaise, sebuah kata untuk menyebutkan kondisi wabah sakit dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kata ini pernah dipakai oleh Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter pada 1979 untuk menjelaskan kondisi ekonomi pada 1973–1975 di sana. Membetulkan atap saat hujan bahkan dilakukan regulator negara Eropa dan AS pada genteng rumahrumah bisnis di sana yang bukan saja bocor, namun berhamburan diterpa badai, dan hujan. Lagi pula, naik turun bursa saham adalah pengecualian dalam globalisasi. Di Indonesia dominasi investor asing membuat pergerakan indeks saham, bukan ditentukan oleh arah angin di negeri sendiri. Kewajiban merapihkan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD), menambah cadangan modal pada bisnis penjaminan, dan memisahkan dana nasabah dari rekening sekuritas bukan ide yang muncul dalam semalam.
Itu hasil pelajaran berharga sejak lima tahun lalu, sayangnya krisis global tak kunjung usai. Bahkan The Fed berpikir suku bunga ultra rendah masih diperlukan sampai 2014, dan di Indonesia mayoritas sepakat momentum kenaikan ada pada Pemilu 2014. Krisis telah membuat orang lebih suka mengenggam dana dalam bentuk nyata. Karenanya, harga emas terus melambung, dan properti menurut Bank Indonesia diambang bubble. Bahkan, kebijakan menaikan uang muka kredit kepemilikan rumah (KPR) Juni silam tak dapat mengusik indeks saham properti untuk naik 28% sepanjang tahun— per awal Agustus, atau tertinggi dari indeks sektoral IHSG yang ada. Dan itu tidak hanya di Indonesia, karena nilai transaksi rata-rata seluruh bursa Asia dan Pasifik sebagai regional bukan sumber krisis, minus 18%--per 11 Juli. Di dalamnya, Indonesia termasuk yang beruntung karena hanya minus 5,8%. Bila sudah begini, menggerutu bukan solusi bijak menghadapi situasi pelik. Penyebab malaise adalah krisis diluar sana, dan pengetatan regulasi pada Februari lalu hanyalah pil pahit yang harus ditelan agar sehat. Sebab, dalam situasi seperti ini bisnis kapitalis ini sedang diuji. Karena, modernisasi telah merevisi teriminologi bisnis kapitalisme sebagai cara mencari uang yang tidak hanya mengandalkan akumulasi modal. Era ini menambahkan kreatifitas adalah bagian tidak terpisahkan dalam bisnis kapitalis. Pelaku bisnis high profile ini perlu belajar bagaimana para pebisnis usaha kecil menengah di Indonesia bertahan dalam masa krisis. Mereka bisa bertahan dengan bunga kredit sekelas rente sekalipun, dan tetap tumbuh ditengah himpitan pungli. Jiwa enterpreneur juga perlu kembali diasah seperti para kreator di Silicon Valley, California AS, bahwa dalam bisnis bermodal besar, surut atau kegagalan sekalipun adalah sebuah kewajaran. muhammad ma’ruf I muhruf@pialangindonesia.com
PUBLISHER: Saidu Solihin, Edhi Adhyanugraha CEO I EDITOR IN CHIEF : Muhammad Ma’ruf EDITORIAL: Dede Darmawan Saputra, Faozan Salim Kartasentika, Imam Wahyudi BUSINESS: Apriandi Pamungkas MAJALAH PIALANG INDONESIA adalah salah satu produk penerbitan PT Satu Merah Putih. Alamat redaksi dan bisnis Jalan Pejompongan III A No.15 Bendungan Hilir, Jakarta Pusat 10210. Telp; +62 21 – 578 4122, faks : +62 21 5785 4225 Email redaksi: editorial@pialangindonesia.com, iklan : advertorial@pialangindonesia.com, berlangganan : subscription@pialangindonesia.com website : www.pialangindonesia.com
00 4
00 6
AGENDA
00 7
LOUNGE NOVEMBER mendatang, film Sang Pialang ‘the first indonesian wallstreet drama’ akan tayang di bioskop seluruh Indonesia. Film besutan sutradara Asad Amar ini adalah film berlatar belakang pasar modal pertama yang pernah ada di Indonesia. Film ini dibintangi aktor dan aktris papan atas seperti Slamet Rahardjo, Lukman Sardi, Ferry Salim, Tio Pakusadewo, dan Pierre Gruno. Pemeran utamanya, Abimana Aryasatya, Christian Sugiono, Kamidia Radisti, Alblen Flillindo Fabe, dan Mario Irwinsyah memerankan profesi sebagai pialang, dan analis kredit. Kelimanya terlibat cerita persahabatan, cinta segitiga, dan intrik penggelapan dana nasabah di sekuritas. Di film ini, modus bagaimana uang Anda di sekuritas bisa digelapkan dengan mudah akan diungkap. Begitu pula, mudahnya seorang mendulang uang dan utang dipertontonkan secara gamblang. Berikut pengalaman kelimanya ketika diwawancarai Pialang Indonesia secara terpisah akhir Juli lalu. Mereka mengungkapkan pengetahuan soal pasar modalnya setelah mendalami pasar melalui pelatihan serta workshop secara intensif dari pelaku dan tokoh-tokoh penting di pasar modal. Kelimanya juga menyampaikan selamat kepada Majalah Pialang Indonesia yang terbit perdana bulan ini.
Kamidia Radisti
9
Menurut Anda, apa itu pasar modal?
ABIMANA: Itu tempat membuktikan diri atau tempat untuk membuktikan kalau kamu bussinesman sejati atau bukan. Mengapa gue bilang begitu? Karena di situ memang wadah untuk investasi yang ultimate buat orang yang sudah paham. Tantangannya beda, bukan cuma knowledge kita soal bisnis, tapi juga keberanian kita dalam berinvestasi dan juga mengambil peluang. Dulu awalnya gue berpikir mungkin dasarnya adalah investasi jangka panjang. Tapi, setelah gue jalanin dan cari tahu, gue jadi orang yang main analisa dari pada cari jalan aman dengan investasi jangka panjang, karena rasa senangnya saat analisa kita berhasil. Gue sering coba di atas kertas, misalnya beli ini, pas penutupan gue untung berapa? banyak hal yang harus dipelajari, butuh keberanian untuk main di pasar modal. CHRISTIAN : Pasar modal itu untuk menjalankan perekonomian, semakin banyak orang invest semakin bagus juga. Secara umum bisa menarik investor, tapi menurut gue ruwet, harus detail, karena kalau menganalisa kita harus detail. Kalau menurut gue walaupun kita nggak punya ilmu nggak apa-apa tapi dengan cara ada manajer. Biarkan orang mainin duit kita, lama-lama kan kita jadi tahu (reksa dana, red). Buat gue orang yang baru mulai atau uangnya baru dikit, nggak secara langsung, misalnya punya duit diem coba saja testing. Tertarik bermain saham ? Gue sih nggak, sejujurnya pengen, sejak syuting ini, sangat menggoda.
Abimana Aryasatya
10
MARIO: Pasar modal buat gue adalah lebih ke arah kekukuhan negara secara finansial. Mungkin akan ada yang berpandangan di mana saham itu adalah suatu bisnis yang bukan judi yang bisa dikategorikan menjanjikan kalau analisannya benar, dimana kalah menang ditentukan oleh analisa. Tapi justru yang gue lihat, ternyata banyak yang kita nggak tahu, paling tidak kondisinya. Seandainya 60% investornya orang Indonesia, kalau negara lain resesi kita nggak perlu resesi. Gue bukannya jadi ingin mengikuti, tapi gue akan menyarankan kalau punya dana lebih kesituin aja deh. Karena kita akan menolong semua orang pasar modal ya itu, tempat untuk kita menyelamatkan negara. RADISTI: Basic saya pertama tahu pasar modal justru dari kuliah, saya kuliahnya jurusan ekonomi managemen pemasaran, yang pasti dapat ekonomi makro dan mikro yang ujungnya dapat pasar modal, minimal harus mengerti soal itu. Pasar modal lebih ke investasi, jadi salah satu pilihan kita berinvestasi. Cuma, bedanya adalah kalau saya melihat lebih banyak faktor risiko, jadi orang yang berani ambil resiko, bisa belajar investasi di pasar modal. Lebih banyak yang saya lihat faktor risikonya. ALBLEN: Gue jujur sampai sekarang, masih nggak ngerti, nggak faham banget. Yang gue ngerti kita beli dan kemudian jual, dan kita dapet untung.
Bagaimana karakter orangorang di pasar modal yang Anda kenal dalam proses produksi film Sang Pialang?
MARIO: Tidak seperti yang gue bayangkan. Awalnya gue pikir mereka orang yang kata lainnya songonglah’ (sombong, red), mungkin ada juga yang songong, karena mereka merasa berkutat dengan uang yang banyak. Basicly sama kok. Secara kasat mata gue hanya melihat kita sama-sama manusia, kembali lagi ke pribadi masing-masing. ALBLEN: Orang-orangnya kalau menurut gue agak kaku yah, ada sebagian yang kaku, ada sebagian yang nggak. Tergantung umur
Mario Irwinsyah
11
LOUNGE
ya. Sama aja, kehidupannya sama. Nggak ada yang berbeda dengan yang gue temuin sehari-hari. Tapi kakunya itu loh, mungkin karena setiap harinya bayangan mereka itu angka dan depan komputer terus. ABIMANA: Normal, kita berpikir kadang orang pasar modal tidak bersosialisasi, tapi rupanya nggak. Gue malah ketemu orang-orang asyik kok, yang paling disuka adalah analisanya. Saat kita ngobrol mereka punya analisa tersendiri. Itu yang menyenangkan, orang yang bekerja satu kantor yang sama, itu aja punya analisa yang berbeda. Menyenangkan! Apalagi broker, mereka harus bisa jadi PR (Public Relation, red) yang bagus juga, jadi ngobrol sama mereka pasti menyenangkan. CHRISTIAN : Orang-orangnya fun. Mereka juga cerita, orangorangnya juga dinamis. Banyak ngobrol juga, dan kalau cerita seru, menggiurkan. Asyik juga, provokatif banget. Tapi balik lagi, gue pribadi belum bisa untuk fokus ke situ, palingan reksa dana. RADISTI: Mereka punya jiwa ambisi tinggi, untuk mencapai sesuatu, punya mental juara. Jadi persaingan di antara mereka bisa sikut sana sikut sini. Bedanya kalau di sini yang saya tangkap dari kemarin, bisa kawan menjadi lawan dalam hal pekerjaan, tapi pada saat mereka di luar itu kembali normal. Orangnya nggak bisa digambarkan secara sepesifik, mungkin pada saat kita ngomongin karakter mereka di kantor itu bisa ambisius, tapi di luar itu mereka kembali lagi ke pribadi masing-masing. Atau mungkin ada juga yang akhirnya terbawa karakter yang tadinya pendiam jadi ambisius. Cuma nggak bisa dijadiin patokan. Alblen Flillindo Fabe
12
Harapan terhadap pasar modal Indonesia ke depan?
CHRISTIAN: Investor semakin banyak, terutama investor baru. Supaya orang tidak berpikir pasar modal itu judi. Dan mudahmudahan stigma-stigma negatif itu sedikit-sedikit bisa terkikis. RADISTI : Kalau kita dari keluarga semuanya broker, mungkin kita akan terpacu ke pasar modal juga. Tapi kalau keluarga bukan dari kalangan seperti itu, mereka akan cari zona aman. Mereka akan berpikir cari uang itu susah kok, masa mau dibuang-buang begitu aja, mereka berpikir uangnya akan hilang. Sedikitnya jumlah orang yang jadi investor itu ya, karena faktor itu tadi. ABIMANA : Setelah menjalani ini sebenernya bukan tempat untuk orang awam. Kenal orang-orang yang termasuk kuat di bisnis ini, masih takut gue. Tapi ke depannya pasar modal di Indonesia akan banyak investor, itu saya yakin. Karena bagus kok investasi bisnis di Indonesia. Harapan ke depannya ya maju, kalau mereka maju ekonomi Indonesia membaik. ALBLEN : Buat gue sih menarik yah, makanya gue interesting untuk mencoba. Gue pengen tahu, karena di situ bisa mengekplore satu pasar yang sesemrawut itu dan bisa ikut nyemplung. Buat gue seru! Dan buat masyarakat ini bisa lebih dengan adanya film Sang Pialang ini, orang yang tidak ngerti pasar modal akan coba dunia pasar modal. Mudah-mudahan dengan background kita semua orang akan jadi lebih tertarik. Harapan untuk bisa ikutan main ke saham, ya, gue ngerti itu nggak selamanya untung, up and down yah!
Christian Sugiono
MARIO : Sejauh ini yang gue lihat pengelolaannya lebih baik daripada pengelolaan negara ini. Harapan gue, seandainya orang-orang yang mampu coba mau invest sehingga negara ini jadi lebih kuat, dan banyak perut yang jadi tidak lapar. Karena kan negara ini susah maju karena banyak yang kelaparan. Basic aja dulu deh. Nah, gue harap kalau secara ekonomi negara ini baik, negaranya pun jadi lebih rapih.
13
DERMAWAN MEIZAL, 31 tahun, sales saham OSK Nusadana Securities cabang Bandung mengaku terpaksa menunda beberapa rencana membeli barang baru. Sampai dengan pertengahan tahun, isi rekening komisinya tampak kurang begitu bagus. “Sepertinya, bisa seperti tahun lalu saja sudah bagus.” Turunnya komisi karena rata-rata nilai transaksi 25 nasabah OSK yang dikelolanya turun antara 30 hingga
40%. “Jadi ya otomatis turun. Terpaksa deh kita tunda beli-beli barangnya..he.. he.” Dermawan pesimis kondisi lesu pasar ini akan berubah dengan cepat. “Kalau 2008 meski turunnya banyak, pulihnya cepat. Soalnya likuditas masih banyak, kalau sekarang saya nggak yakin 2013 akan bisa lebih baik,” ujar dia. “Yang saya dengar banyak teman profesi seperti saya yang alih profesi.” 14
Bisnis brokerage saham memang sedang lesu akibat nilai dan volume transaksi saham sejak awal tahun yang terus menyusut. Ini dialami hampir seluruh anggota bursa (AB) seperti OSK, termasuk pula kelompok 10 besar. Di kelas ritel, duo broker online trading Etrading Securities dan Indo Premier Securities yang merajai kelas ini mengalami penurunan komisi dan jasa perantara pedagang efek cukup signifikan. Pada semester pertama tahun ini, komisi dan jasa Etrading turun 15,6% menjadi Rp24 miliar, sementara saingannya Indo Premier turun 3,3% dibandingkan periode yang sama 2011. Kondisi lebih parah dialami broker asing dengan profil nasabah kakap seperti Credit Suisse Indonesia Securities yang merosot hingga -13.6%, dan Merrill Lynch Indonesia yang minus 85,9%. Dari 10 sekuritas dengan nilai perdagangan terbesar, hanya UBS Securities Indonesia dan CIMB Securities Indonesia yang memperoleh pertumbuhan positif komisi sebesar 24,8% dan 1,9%. Di Kondisi terparah di alami Mandiri Sekuritis yang turun 41,5% Ironisnya, beberapa perusahaan sekuritas yang mampu menggenjot
bisnis brokerage tetap merugi karena tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Misalnya Onix Capital Securities Tbk yang mampu menggenjot bisnis brokerage dengan pendapatan komisi broker yang tumbuh hingga 278%. Namun manajemen justru menderita rugi komprehensif senilai Rp3,71 miliar. Hal yang sama juga dialami Minna Padi Investama Tbk yang membukukan kenaikan dari komisi broker hingga 23%, namun laba bersihnya justru anjlok 58%. Upaya yang dilakukan regulator tidak banyak membantu. Kelonggaran Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) mengizinkan nilai transaksi marjin menjadi dua kali lipat bagi investor dengan minimun deposito Rp 200 juta tak menyulut minat transaksi. Samsul Hidayat, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa, BEI menyebutkan sepanjang semester pertama lalu nilai fasilitas marjin nasabah anjlok 31,5%. “Ini konsekuensi pengaruh krisis Eropa, sehingga IHSG juga fluktuatif dan membuat investor benar-benar berhatihati dalam bertransaksi,” katanya. Direktur Utama Trimegah Securities Tbk, Omar S. Anwar mengatakan kehati-hatian investor menggunakan fasilitas marjin akibat krisis Eropa diperparah membuat likuditas turun cukup signifikan. “Kondisi pasar memang
mempengaruhi psikologis investor ketika bertransaksi, khususnya investor ritel. Sekitar 50% transaksi yang dilakukan oleh investor ritel menggunakan fasilitas marjin,” katanya. Sementara Direktur HD Capital Tbk, Sam Supit mengatakan banyak nasabahnya yang memiliki pengalaman kelam dengan fasilitas marjin saat krisis 2008. “Banyak investor kami yang tidak mampu membayar bunga dari transaksi marjin, makanya kami selektif sekali memilih nasabah untuk diberi fasilitas marjin.” Kelesuan bisnis brokerage berdampak cukup serius. Di Negeri Paman Sam, situasi ini telah memaksa perusahaan sekelas Morgan Stanley memutuskan hubungan kerja (PHK) dengan 1.000 karyawannya. Pilihan yang sama, juga diikuti oleh para pesaingnya, seperti Goldman Sachs Inc, Bank of America, dan Deutshe Bank AG, terutama divisi bisnis brokerage. Di Indonesia, tren itu belum terjadi namun sudah mulai menggejala. Beberapa perusahaan efek, terutama non AB mulai merampingkan bisnis remaisernya. Sementara di broker besar, pengurangan dilakukan secara alamiah, atau tidak dengan PHK namun dengan tidak membuka lowongan kerja baru di
Lily Widjaja Koordinator Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI),
Omar S. Anwar Direktur Utama Trimegah Securities Tbk
00 15
divisi brokerage. Dampak yang cukup serius adalah munculnya kompetisi sekuritas memperebutkan sales saham yang memiliki banyak klien semakin sengit. Jalin kelindan dengan perang tarif fee yang juga merugikan sales, membuat persaingan bisnis sekuritas tidak hanya pada nasabah, melainkan perang bajak-membajak karyawan. “Tentu dampaknya besar dan tidak bisa dihindari. Selain karena perdagangan, penurunan bisnis brokerage juga karena broker fee turun (komisi broker),� kata Sam Supit. Koordinator Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Lily Widjaja, menuturkan penurunan bisnis brokerage perlu disikapi dengan konsolidasi bisnis. Ini termasuk konsolidasi karyawan, terutama menyambut pasar bebas ASEAN. Gejala lain yang juga muncul adalah minat rendah terhadap berbisnis brokerage. Ini tampak dari keengganan pemodal baru untuk membeli lima kursi anggota bursa (AB) yang dilelang bulan lalu. Lelang kedua kalinya itu tidak mendapat respon dari pelaku pasar. Kelima kursi kosong itu sebelumnya dimiliki Patalian Water Securindo, United Asia Securities, Antaboga Deltasekuritas Indonesia, Signature Capital Indonesia, dan Sarijaya Permana Sekuritas Indonesia. Sementara, di peta persaingan brokerage juga terjadi pergeseran peta kepemilikan perusahaan efek. Tren akusisi sekuritas mulai marak, setelah banyak pemilik modal berpikir ulang untuk terlalu lama menyewa kursi anggota bursa dari BEI. Pada April lalu, Tiga Pilar Sekuritas yang 70% sahamnya dimiliki Herry B. Koestanto dijual kepada Morgan Stanley. Sementara Bank Central Asia Tbk dilaporkan akan mengubah PT Dinamika Usaha Jaya menjadi PT BCA Securities pada awal tahun depan, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk diisukan telah menyiapkan dana tak
Sumber : BEI, laporan keuangan AB semester I 2012 (year on year,) rating AB bersasarkan 10 broker bernilai transaksi terbesar kuartal II 2012. Dalam rupiah. * Menggantikan data Macquarie Capital Securities Indonesia yang tidak tersedia
kurang Rp2 triliun untuk mengakusisi Samuel Sekuritas. Masuknya BCA dan BRI ini dipastikan menambah sengit persaingan bisnis brokerage dan penjaminan emisi. Keberadaan bank yang memiliki jaringan nasabah besar dan permodalan yang kuat membuat sekuritas bermodal kecil menjadi was-was. Ini karena perbagai peraturan baru
16
yang diterbitkan regulator cenderung memaksa pemilik menyiapkan modal besar untuk tetap bisa bertahan di ladang bisnis pasar modal. Sinyal kuat itu tampak pada wacana bank bisa menjadi AB pada pasar obligasi yang direncanakan Bapepam LK. Pebisnis di pasar modal tampak perlu kembali memikirkan rencana dan visi bisnis mereka ke depan.
Likuiditas sedang menjadi perhatian pelaku pasar karena nilai transaksi terus menurun. Kasak-kusuk di pasar mulai terdengar, ada yang merespons biasa saja, namun ada pula yang mulai menggerutu setelah penurunan nilai transaksi itu mulai berdampak serius terhadap kelangsungan bisnis mereka. Rata-rata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 16 Agustus 2012 (yoy) turun 16,12%, menjadi hanya Rp 4,42 triliun, demikian pula rata-rata volume transaksi merosot 1 miliar saham per hari, menjadi 4 miliar. Berita bagusnya, rata-rata frekuensi transaksi naik. Padahal awal 2012, pelaku pasar sempat optimistis kinerja pasar saham domestik bisa lebih baik dibandingkan 2011. Mereka memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun berpotensi tumbuh 20%-30%. Banyak alasan untuk optimis waktu itu, diantaranya peringkat layak investasi yang diberikan Fitch Ratings, pada 15 Desember 2011, dan sebulan berselang oleh Moody’s Investors Service. Namun optimistis itu rupanya bersyarat, karena disaat bersamaan krisis utang Yunani menunjukan gejala
Begitu pameo di pasar modal, seperti juga pameo uang adalah darah perekonomian. Sekuat apapun jantung Anda memompanya, bila ia membeku maka debit yang mengalir tetaplah kecil. memburuk. Dipicu pernyataan Perdana Menteri Yunani Lucas Papademos pada pekan pertama Januari. “Tanpa sebuah kesepakatan (pemotongan gaji), pada Maret nanti, Yunani akan menghadapi risiko gagal bayar,” kata Papademos seperti dikutip dari BBC Indonesia. Ketika eforia label layak investasi itu masih menjadi topik utama media masa dan seminar-seminar ekonomi, rata-rata nilai transaksi saham pada bulan Januari 2012 sudah turun sekitar 28,5% dari Januari tahun lalu. Sepanjang JanuariAgustus lalu, hanya bulan Februari yang membukukan kenaikan, sebesar 7,7%. Meskipun senang dengan kabar soal peringkat layak investasi, investor rupanya menahan diri untuk melakukan akumulasi beli dalam jumlah besar. Akibatnya, pemasukan dari bisnis brokerage pun susut. “Pasti banyak broker yang pusing. Tapi kalau sampai pengurangan karyawan tidak ada, sekuritas lainpun juga sama, di global mungkin terjadi. Ha17
rapannya, ke depan baik-baik saja,” kata Direktur Evergreen Capital Rudi Utomo. Hal ini juga diamini Direktur Utama Merrill Lynch Indonesia Lily Wijaya. “Itu dampak dan konsekuensi dari pelemahan indeks saham sebagai dampak krisis global. Kita juga kena imbas,” ucapnya. Sampai-sampai ada lelucon di kalangan pemilik dan bos-bos sekuritas, bila mereka bertemu dengan kolega, bagian tubuh yang sering disentuh oleh tangan mereka adalah kening—tanda pusing. Besarnya kekhawatiran investor pada gejolak krisis Eropa terekam pada pada pemakaian fasilitas margin di sekuritas. Samsul Hidayat, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI menyatakan kekhawatiran itu membuat nilai transaksi fasilitas itu pada semester pertama tahun ini turun 31,54% menjadi Rp 1,15 triliun, dibandingkan periode yang sama 2011. Padahal, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) sudah meningkatkan nilai
18
Samsul Hidayat Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia
Pandangannya Anda terhadap situasi pasar yang menurut pelaku sepi? Data sampai 10 Agustus 2012 rata-rata transaksi harian Rp 4,5 triliun per hari, rata-rata frekuensi 118 ribu per hari. Meski tidak naik signifikan,juga tidak menunjukan penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi lesu mungkin dapat dipahami karena belum agresifnya investor bertransaksi, mengingat masih belum pulihnya situasi krisis Eropa, dan masihnya banyak isu global yang menjadi perhatian investor. Apa penyebabnya? Saat ini perdagangan kita masih didominasi oleh investor asing. Tentunya keputusan investasi mereka akan sangat dipengaruhi oleh situasi situasi dan kondisi global. Tapi posisi perdagangan asing year to date masih net buy Rp7,9 triliun menunjukan, sesungguhnya pasar kita masih menjadi pusat perhatian dan menarik. Year to date indeks kita juga masih positif 8,4% dan ini salah satu yang terbaik. Kalau mau dikatakan sepi ya mungkin saat ini investor masih melakukan konsolidasi dan bersiap-siap mengatur strategi investasi, selain fenomena seasonal menghadapi libur panjang Idul Fitri. Data perdagangan yang ada menunjukan bahwa pernyataan sepi ini perlu dipertanyakan, dan satu kondisi yang menarik untuk dicermati adalah beberapa waktu belakangan ini semakin dominannya peran invetor lokal dalam komposisi perdagangan saham. 19
Langkah jangka pendek apa yang akan dilakukan BEI? Kebijakan bursa dalam konteks perdagangan tentunya tidak dibuat secara situasional, dan hanya memperhatikan fenomena jangka pendek. Kebijakan meningkatkan likuiditas pasar didasarkan pada strategi jangka panjang. Memperhatikan faktor-faktor yang sifatnya lebih menyeluruh dan berpengaruh dalam jarak waktu yang lama. Kami memikirkan bagaimana bursa dapat selalu menjadi media yang menarik baik bagi investor asing maupun lokal. Solusi membangun pasar modal yang berkesinambungan? Secara konkrit disamping upaya-upaya lain, salah satu yang dilakukan untuk meningkatkan likuiditas pasar, saat ini kami sedang proses final untuk menyelesaikan usulan yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan likuiditas pasar. Usulan-usulan tersebut diantaranya dengan cara memperpanjang jam perdagangan, melakukan perubahan dalam mekanisme perdagangan dengan memperkenalkan mekanismen prapenutupan, dan adanya sesi pasca penutupan pasar. Masih terdapat beberapa pemikiran yang berhubungan dengan upaya peningkatan likuditas pasar. Saat ini sedang dalam proses penyelesaian untuk juga diusulkan, dan jika disetujui akan diimplementasikan. Antara lain perubahan lot size dalam perdagangan saham dengan cara memperkecil lot size.
investor yang mengeluh begitu banyak informasi pribadi yang harus mereka berikan kepada regulator ketika hendak membuka rekening. Pasca pemberlakuan peraturan itu, nilai transaksi sepanjang Febuari tidak turun dan malah naik menjadi Rp5 triliun—tertinggi sampai Juli. Pada Februari sentimen positif didorong kabar Yunani yang mendapatkan bailout tahap II senilai 130 miliar euro dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF). Puncak kekeringan likuditas tecermin oleh kelangkaan pasokan dolar Amerika Serikat di brankas bank-bank. Setiap hari rata-rata ada dana sebesar US$2 miliar berpindah ke pasar uang antar bank di negara-negara yang memiliki zona waktu sama dengan Indonesia. Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah pada Mei lalu mengatakan bank-bank itu lebih memilih pasar uang di negara lain, kendati pasar uang antar bank domestik memberikan bunga 0,3%. “Mengapa? mungkin terkait risiko gagal bayar, kalau dia menyerahkan ke bank yang ada di domestik,” ujarnya. Sentimen negatif akibat kebijakan di dalam negeri itu turut memicu penurunan likuditas di pasar. Rata-rata nilai transaksi harian pada Maret hanya Rp
4,07 trliun, dan menunjukkan gejala penurunan secara signifikan. Memasuki kuartal II 2012 sentimen buruk dalam negeri tampak mulai diabaikan investor, setelah adanya akumulasi beli yang mendorong IHSG mencapai rekor tertinggi dalam sejarah pada level 4.224 poin pada 3 Mei. Namun pergantian pemimpin beberapa negara Eropa dan ketidakjelasan penyelesaian krisis Yunani kembali mengusik investor. Investor asing pada Mei sempat melakukan akumulasi jual bersih hingga Rp 7,72 triliun. Di luar pasar saham, percaya atau tidak olahraga paling digemari diplanet ini turun menjadi faktor penekan likuiditas di pasar. Pada Juni, Piala Eropa 2012 di Polandia dan Ukraina ikut memperburuk situasi. Ito Warsito, Direktur Utama BEI salah satu yang percaya investor cenderung mengalokasikan dana mereka dari ke bursa saham ke taruhan selama turnamen berlangsung. “Memang bisa seperti itu, banyak dilakukan investor ritel di bursa-bursa lainnya di dunia. Namun investor institusi seperti Fund Manager tidak akan melakukan hal tersebut. Mereka kan mengelola dana yang bukan miliknya, tidak mungkin ditempatkan di bursa taruhan,” ujar Ito.
dalam triliun rupiah
transaksi per investor menjadi dua kali lipat bagi investor yang memiliki minimun deposito senilai Rp 200 juta (Peraturan Nomor V.D.6). Pelaku pasar sempat menduga tergerusnya keuntungan akibat merosotnya likuditas akibat ulah regulator. Ketika Bapepam-LK dan Self Regulatory Organization (SRO) melakukan bersih-bersih bursa. Yaitu pengetatan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) melalui Peraturan Bapepam LK nomor V.D.5, dan kewajiban memisahkan dana nasabah dari rekening sekuritas, atau membuatkan rekening dana nasabah (RDN) melalui Peraturan Nomor V.D.3. Kombinasi dampak dua aturan yang efektif berlaku bersamaan pada 1 Februari lalu itu cukup memusingkan pebisnis perantara pedagang efek. Nilai transaksi perusahan efek berpotensi turun dan banyak nasabah perusahaan efek dilarang melakukan transaksi karena ada beberapa penyesuaian baru dalam perhitungan yang bisa menurunkan nilai MKBD. Banyak juga nasabah yang tidak bisa bertransaksi karena belum mememiliki RDN—ketika wajib diterapkan 1 Februari, baru 24% nasabah yang memilikinya. Lily yang juga Koordinator Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) menyatakan penurunan MKBD bisa saja mengganggu besaran nilai transaksi anggota bursa. Kekesalan pelaku pasar pada regulator yang dianggap tidak peka terhadap situasi pasar jarang muncul ke permukaan. Obrolan-obrolan frustasi itu hanya muncul di meja makan siang. Ada yang sinis bila sekarang lebih sulit membuka rekening nasabah sekuritas dari pada membuat kartu kredit. “Orang mau kasih duit saja susah, malah lebih mudah ngutang,” ujar salah satu petinggi asosiasi profesi pasar modal. Salah satu pialang senior malah mengatakan klien tak pernah kekurangan uang. “But they asking too much,” ujarnya menirukan kalimat
20
Menyiasati SepiNYA PASAR Beberapa sekuritas bertahan dari fasilitas margin, penjaminan emisi dan transaksi saham sendiri. Manajemen juga membiarkan banyak posisi di divisi brokerage kosong
Aktivitas karyawan di Mandiri Sekuritas
BERBAGAI langkah ditempuh para broker lokal untuk menyiasati penurunan transaksi di bursa yang langsung menghantam pendapatan dari komisi transaksi. Memasuki paro kedua tahun ini, perusahaan efek domestik memang terpaksa harus melakukan konsolidasi usaha untuk bisa bertahan. Koordinator Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Lily Widjaja mengakui dampak penurunan jumlah transaksi maupun nilai transaksi selama semester pertama 2012. “Performa secara keseluruhan turun. Tapi indeks tidak jatuh terjun bebas. Dibandingkan tahun lalu tidak terlalu turun banyak.” Dalam situasi seperti ini, kualitas pebisnis di pasar modal diuji. Beberapa berhasil melewatinya dengan baik, namun sebagian yang lain tidak
memperoleh hasil maksimal. Beberapa perusahaan efek tampak mengoptimalkan bisnis-bisnis lainnya. Misalnya mendorong bisnis penjaminan emisi atau investment banking, jasa manajer investasi, serta keuntungan dari perdagangan saham sendiri (proprietary trading). Manajemen Mandiri Sekuritas salah satu yang memilih optimalisasi bisnis penjamin emisi untuk menjaga kinerja tetap baik tahun ini. Mereka membidik 25 emiten baru pada tahun ini, terdiri dari 17 penerbitan obligasi dan 8 rencana IPO. Bukan hanya meningkat dari tahun 2011, target tersebut juga telah naik dari target awal yang ditetapkan perusahaan sekuritas ini. “Sebelumnya 17 emisi,” ungkap Executive Vice President Corporate Communication Mandiri Sekuritas, Febriari Nadira. Dengan target baru ini nilai penjaminan dharapkan bisa mencapai Rp10 triliun. Nilai ini masih sedikit lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai Rp12,13 triliun dari 22 klien. “Jumlah penjaminan kami naikkan, tapi nilai penjaminan belum kami revisi,” katanya. Lain dengan Mandiri, Reliance Securities Tbk tetap berupaya menjadikan fasilitas marjin sebagai sumber pendapatan setelah komisi brokerage nya turun 11,2%. Kendati tren pengguna marjin turun, Reliance menjadi salah satu sekuritas yang bisa meraup untung dari dari pemberian fasilitas marjin yang naik 26%. Dampaknya, rapot keuangan semester pertama naik tipis 3,31%. “ Strategi yang jitu juga membuat kami masih tetap mencatat
pertumbuhan pendapatan,” kata Nicky Hogan Direktur Reliance Securities Tbk. Selain itu, Nicky mengaku proprietary trading) turut menyumbang laba yang cukup lumayan. Strategi yang sama juga dilakukan Panca Global Securities Tbk yang mencatat penurunan pendapatan bisnis brokerage hingga 19,3%. Manajemen melakukan proprietary trading dan berhasil mencatat pendapatan dari lini bisnis ini hingga naik 279%. Hasilnya, laba bersih perseroan semester pertama lalu naik 13,7%. Sementara itu, Trimegah Securities Tbk berupaya menahan tekanan pendapatan brokerage yang turun hingga 20% dengan optimalisasi bisnis pengelolaan dana. Untungnya, kontribusi brokerage terhadap pendapatan perusahaan hanya sekitar 25%, sementara 60% mengandalkan asset management. Ubaidillah Nugraha, Direktur keuangan Trimegah Securities Tbk turunnya pendapatan dari brokerage akan disiasati dengan memacu bisnis manajer investasi. Selain itu, manajemen melakukan konsolidasi karyawan. “Karena kita sekarang punya 200 karyawan. Saya kira komposisinya saja berubah. Brokerage turun 50 sampai 60 orang, tapi karyawan asset management juga naik 50 sampai 60 orang,”ujarnya. Pengurangan dilakukan tanpa proses pemutusan hubungan kerja (PHK). Pegawai bersangkutan pindah ke perusahaan lain dan ada juga yang dibajak. Namun demikian ia mengaku tidak segera mencari penggantinya dalam jumlah sama. “Tidak semudah itu mencari pengganti,” tuturnya. Untuk sementara, perusahaan efek memang masih bisa menyiasati sepinya transaksi di bursa. Namun, jika lesunya pasar terus berlangsung, bukan tidak mungkin satu per satu kinerja broker akan mulai bermasalah. Jika terjadi, maka aksi PHK besar di industri, seperti yang sudah terlebih dahulu terjadi di tingkat global.
16/8
21
dalam triliun rupiah
TOP STORY
MARKET
COMMUNITY
35 TAHUN PASAR MODAL INDONESIA Kinerja pasar saham Indonesia cukup menggembirakan. Sepanjang tahun ini, sampai Juli lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 8,38%. Pada tanggal 3 Mei 2012 IHSG mencatatkan rekor indeks tertinggi sepanjang sejarah pada level 4.224, di tengah krisis utang zona Eropa. Pencapaian ini menandai peringatan 35 tahun pasar modal Indonesia yang jatuh pada 10 Agustus 2012. Seperti biasa, BEI merayakannya dengan menggelar konfrensi pers yang dihadiri wartawan peliput pasar modal, dan undangan dari regulator dan pelaku pasar.
KETERANGAN FOTO: 1. (kiri ke kanan): Hasan Fawzi (Direktur Utama KPEI), Ito Warsito (Direktur Utama BEI), Ngalim Sawega (Ketua Bapepam-LK) dan Ananta Wiyogo (Direktur Utama KSEI) 2. (kiri ke kanan): Ito Warsito (Direktur Utama BEI), Ngalim Sawega (Ketua Bapepam-LK) 3. Ketua Bapepam-LK, Ngalim Sawega memberikan potongan tumpeng kepada perwakilan wartawan peliput pasar modal Ayyi Ahmad Hidayah (wartawan Beritasatu.com) 4. Audiens Bapepam LK, SRO dan undangan 5. (kiri ke kanan): Aceng Nur Salim (Wartawan Harian Seputar Indonesia), Anggi Natalia Khumi (Wartawan televisi MNC Business) 6. Audiens Wartawan media cetak, televisi, radio dan online 7. Kabiro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK, Sardjito (berdiri)
Kinerja Pasar Modal di ultah Ke 35
Transaksi harian turun 11,7% Frekuensi transaksi harian naik 9,23% Volume transaksi harian turun 15.76% 13 emiten baru IPO
Data BEI, per Juli 2012
Jumlah emisi obligasi naik 19% 502 sanksi dijatuhkan kepada pelaku
22
PEMILIHAN KETUA UMUM IPEI
KETERANGAN FOTO: 1. Ketua IPEI terpilih Ali Hanafiah 2. (kiri ke kanan): Saidu Solihin dan Ali Hanafiah 3. Ria Utari, pialang di Mandiri Securities yang bertindak sebagai pembawa acara 4. (kiri ke kanan): Ketua sidang pemilihan Lukman Abdul Azis (UOB Securities), Chairil Gunadarma (Danareksa Securities), Djumono Yosafat (pialang senior) 5. Peserta RUA
Rapat Umum Anggota (RUA) Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) tahun 2012, pengunduran diri Ketua Umum IPEI 20082011 Saidu Solihin, dan pemilihan Ketua Umum 2012-2015. Peserta RUA memilih secara aklamasi Ali Hanafiah (pialang di Valbury Asia Securities). Pengunduran diri Saidu setelah dirinya terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI). Pada masa kepemimpinannya, IPEI melaksanakan beberapa kegiatan penting untuk pengembangan industri pasar modal. Diantaranya, peluncuran IPEI Mobile sebuah platform informasi pasar modal, pembentukan IPEI Institute, dan acara sharing session untuk ujian izin WPPE, WMI, WPEE di lima kota besar di Indonesia. Kegiatan ini mendorong tingkat kelulusan peserta hingga 70%.
Kirimkan dokumentasi acara atau kegiatan perusahaan Anda (SRO dan regulator, emiten, perusahaan efek, asosiasi, klub investor/ komuitas) atau kegiatan-kegiatan lain di pasar modal ke redaksi kami via email editorial@ pialangindonesia.com atau dalam bentuk cakram padat via pos, untuk dimuat di rubrik ini. Sertakan tema acara, dan nama-nama dalam foto.
23
MARKET
NEWS
Bakrie Vs HARY Daftar saham dengan penurunan terendah dan kenaikan tertinggi di LQ45 dimiliki oleh dua konglomerat yang bersaing dalam bisnis media, sekaligus ranah politik. Aburizal Bakrie versus Hary Tanoesudibjo
SEBELUM 2008, saham-saham emiten milik pengusaha dan politisi Aburizal Bakrie sempat jadi primadona pelaku pasar, karena bisnis utamanya berbasis komoditas yang saat itu sedang booming. Itu cerita lama yang kemudian menyisakan duka mendalam bagi investor saat krisis finansial global 2008. Harga saham terkoreksi dalam, termasuk sahamsaham emiten Grup Bakrie.
Empat tahun berselang, sahamsaham mereka relatif masih cukup aktif ditransaksikan. Terukur dari likuiditas dan posisinya yang terus bertahan di daftar LQ45. Ini menunjukan investor masih menaruh minat terhadap sahamsaham Grup Bakrie, meskipun tidak semeriah sebelum 2008. Ada fakta menarik pada 2012 terkait kinerja saham-saham Grup Bakrie di daftar LQ45. Kinerja empat
24
saham mereka maupun yang terafiliasi sepanjang tahun ini—hingga 10 Agustus lalu—tercatat turun paling dalam. Yaitu, Bakrieland Development Tbk (ELTY) 55,4% atau tercatat sebagai koreksi tertinggi di daftar LQ45. Bumi Resources Tbk (BUMI) 48%, Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) 41,5% dan Energy Mega Persada Tbk (ENRG) 32,5%. Fadlillah Qudsi, analis teknikal Mega Capital Indonesia mengatakan in- vestor sudah mendapatkan sinyal jual yang kemungkinan dipengaruhi kinerja fundamental saham saham Bakrie. Penurunan itu pada saham Energi Mega dan Bakrieland disebabkan oleh persepsi negatif terhadap kelompok usaha tersebut. Situasi pasar yang cenderung tidak pasti memicu investor melepas kepemilikan saham Grup Bakrie. Secara fundamental, kinerja ELTY mengecewakan pada semester I 2012. Perseroan membukukan rugi bersih Rp81 miliar. Meningkatnya beban bunga dan keuangan berandil besar terhadap buruknya kinerja emiten pengembang properti ini. Beban bunga yang harus ditanggung meningkat 254% menjadi Rp145,56 miliar secara tahunan. Sementara itu, BUMI belum melaporkan laba bersih hingga semester I 2012. Namun estimasi price-toearning ratio (PE) masih relatif murah, pada kisaran 9,16 kali pada harga Rp 1.140 per saham. Penuruan harga saham Bumi Resources tahun ini juga dipengaruhi anjloknya harga batu bara di pasar global. Harga rata-rata emas hitam itu pada semester lalu US$ 103,9 per ton, turun 17% karena melambatnya ekonomi global. Akibanya, kendati manajemen menggenjot produksi hingga 8,6% upaya itu tidak berhasil menyelamatkan laporan keuangan karena disaat yang sama harga jual turun US$3,2 per ton. Ini tidak hanya mengganggu kinerja BUMI, tetapi seluruh emiten produsen batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan pasar saham di belahan manapun. Harga jual batu
bara dunia kini bahkan sudah membentuk ekspektasi negatif investor terhadap saham-saham pertambangan. Indeks saham sektor pertambangan sepanjang tahun terkoreksi 19,92%, kinerja terburuk dari 10 sektor yang tercatat di BEI. Ini di perparah oleh sentimen negatif terhadap saham pertambangan bertambah setelah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan peraturan nomor 7/2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral. Kebijakan ini disikapi pro dan kontra oleh perusahaan pertambangan, sehingga mempengaruhi persepsi investor terhadap ekspektasi kinerja emiten pertambangan. Selesai dengan Bakrie, kini giliran cerita saham-saham LQ45 yang harga sahamnya meningkat signifikan sepanjang tahun ini. Lima saham biru yang menguat paling tinggi adalah Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) 69,8%, Lippo Karawaci Tbk (LPKR) 48,4%, Bank Danamon 46,3%, XL Axiata Tbk (EXCL) 45,8% dan Jasa Marga Tbk (JSMR) 38,1%. Kelompok usaha konglomerat dan politisi Hary Tanoesudibjo ini pada semester lalu mencatat kenaikan laba bersih sebesar 33,51%. Ini didorong kenaikan oleh pendapatan usaha 21,05% menjadi Rp3,04 triliun. Estimasi PE, hingga akhir 2012 pada saham MNCN sebesar 19,89 kali pada harga saham Rp 2.225, sementara price-to-book value (PBV) sekitar 4,75 kali, dan nilai perusahaan dibanding pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EV/EBITDA) sekitar 16,39 kali. Yang menarik dari sisi turun dan naiknya dalam daftar saham biru LQ45 ini adalah pemilik saham dikedua sisi itu adalah dua kongomerat yang nyaris memiliki profil yang sama. Aburizal adalah pengusaha media lewat Viva Group, dan Ketua Umum Partai Golkar yang sudah mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden Indonesia pada 2014. Adapun, Hary Tanoe mengomandoi bisnis medianya melalui MNC Grup dan belakangan terjun ke politik sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Nasdem. Kedua partai ini berseteru, setidaknya lantaran cikal bakal Nasdem yang didirikan Surya Paloh, rival Aburizal itu
disebut-sebut karena kekalahannya pada pemilihan pucuk pimpinan Golkar. Nasdem menggerogoti Partai Golkar karena banyak diantara kadernya yang terlibat, dan kemudian pindah haulan. Meskipun Aburizal tidak menanggapinya sebagai gangguan serius. “Apa itu NasDem? Panas Demam?� komentar terkenal Abrizal soal Nasdem Mei lalu di media. Sementara itu kinerja fundamen-
25
tal empat emiten yang harganya di jajaran lima besar LQ45 juga tercatat naik signifikan pada semester I 2012. Artinya sebagian besar saham-saham LQ45 yang menguat merupakan apresiasi investor terhadap potensi pertumbuhan kinerja fundamental. Intinya, aspek fundamental masih menjadi domain utama investor saham Indonesia.
POLICY & REGULATION MARKET
LAPORAN KEUANGAN
JUNI lalu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) merevisi peraturan nomor VIII.G.7 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan go public. Etty Retno Wulandari, Kepala Biro Standar Akuntansi Keuangan Bapepam-LK mengatakan revisi itu akan efektif akhir tahun ini. Otoritas memberi waktu kurang lebih selama dua kuartal kepada emiten untuk melakukan penyesuaian. Etty menjelaskan perubahan ini tidak terlalu signifikan karena hanya memindah-mindah posisi saja. Namun pemindahan itu bisa berdampak gambaran fundamental emiten, seperti rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER). DER adalah salah satu indikator penting bagi siapapun yang ingin mengetahui tingkat kesehatan emiten. Cara menghitungnya gampang yaitu total utang dibagi total modal, lalu dikalikan 100%. Semakin kecil DER, maka kecil pula rasio utang emiten itu. Dalam revisi ini, salah satu perubahannya adalah ekuitas atau hak minoritas kini digabung dengan modal pengendali. “Jadi bukan saja milik pengendali saham saja, tapi dengan berubahnya laporan keuangan melalui penyatuan hak minoritas di bagian ekuitas maka seluruh pemegang saham bisa memiliki ekuitas,” jelas Etty. Namun, Etty menepis anggapan bahwa dampak penggabungan itu semata menurunkan DER. “Tidak tepat dikatakan turun, tetapi lebih komprehensif,” tuturnya. Menurut dia, dengan penghitungan baru itu rasionya menjadi lebih komprehensif
KALAU BISA DIPERMULUS, KENAPA TIDAK? Revisi peraturan tentang laporan keuangan emiten ini bisa menurunkan angka rasio utang terhadap modal (DER). Investor minoritas dan emiten sama-sama diuntungkan, tapi belum tentu bagi calon investor. karena pembaginya lebih besar. Terlepas dari penjelasan Etty, pasca pembauran ini dampak positif akan dirasakan bagi perusahaan. DER tetap akan turun, karena jumlah rasio utang terhadap modal akan menjadi lebih kecil, karena peleburan membuat jumlah ekuitas menjadi lebih besar. Walhasil laporan keuangan emiten pun bisa lebih mulus, dan dapat dimanfaatkan untuk memperbesar jaminan pinjaman. Namun, apakah rasio DER yang kecil pasti menunjukkan sebuah emiten sehat? Jawabannya relatif. Vonis pengelolaan utang yang payah kepada emiten boleh saja diberikan bila komponen utang mereka berisi kewajiban yang tidak wajar, kendati rasio DER kecil. Sebaliknya, persentase DER yang besar bisa saja justru menunjukkan prospek cerah emiten bila komponen utangnya untuk keperluan investasi. Di sinilah celah yang patut diperhatikan investor. Menurut Etty, Bapepam LK sudah sering menyosialisasikan peraturan ini kepada pelaku. “Bahkan kami juga telah melakukan sosialisasi di internal Bapepam-LK sendiri, juga kepada SRO (Self Regulatory Organization),” jelasnya. Bagi yang tidak patuh pada awal tahun depan, Etty mengatakan akan ada mekanisme sanksi. “Bentuknya bisa peringatan tertulis, administratif maupun denda,” tuturnya. Latarbelakang revisi ini sejatinya bukan datang dari regulator. Perubahan ini bentuk ratifikasi Indonesia 26
sebagai anggota G20. Forum itu meminta negara anggota membuat aturan standar penyajian laporan keuangan yang berbasis International Accounting Standard (IAS) dan International Financing Reporting Standard (IFRS).
PERUBAHAN MENDASAR Penyempurnaan beberapa definisi seperti pada aset, aset tetap, aset tak berwujud, emiten atau perusahaan publik, materialitas dan nilai wajar. Mengubah beberapa komponen dalam laporan keuangan. Yaitu laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan jika emiten menerapkan kebijakan akuntansi retrospektif. Menambahkan ketentuan baru, seperti ketentuan mengenai penjabaran laporan keuangan apabila mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, penyajian laporan keuangan tersendiri, pihak berelasi termasuk pihak berelasi dengan pemerintah, instrumen keuangan, investasi pada asosiasi dan bagian partisipasi dalam ventura bersama, penurunan nilai aset dan revaluasi aset, serta pendapatan komprehensif lain. Menambahkan ketentuan yang membatasi alternatif yang diperkenankan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, antara lain, penetapan mata uang penyajian, penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan, dan penyajian beban berdasarkan fungsinya.
BANK MENJADI AB
PERNAHKAH Anda membayangkan, suatu hari nanti nasabah bank akan dengan mudahnya memakai uangnya direkening untuk membeli saham. Semudah, memencet tombol enter di mesin ATM atau keyboard komputer? Mereka bahkan tidak perlu menjadi nasabah sekuritas untuk dapat melakukannya. Sekarang pasti tidak mungkin, karena perbankan dan pasar modal adalah entitas terpisah. Tetapi siapa yang bisa menjamin itu tidak menjadi mungkin? Sebab, Otoritas Jasa Keuangan sudah memulai jalan untuk saling mendekatkan keduanya. Beberapa kritikus, orang-orang pasar modal yang tak bersedia diungkapkan jati dirinya mengemukakan kekhawatirannya soal masa depan bisnis mereka. Ini setelah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) membuka peluang yang memungkinkan bank umum untuk berpartisipasi langsung dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai anggota bursa (AB). Dengan status yang sama, pemodal kecil perusahaan sekuritas bisa tergilas oleh bank yang bermodal jauh lebih besar, dan yang paling terang jumlah nasabah mereka berlipat jumlahnya. “Memang itu berlebihan. Tapi masalahnya, rezim regulator selalu berganti, yang abadi itu perubahan,’ ujarnya.
JALAN PINTAS MENDULANG TRANSAKSI Kekhawatiran ini bagi regulator dianggap sudah berlebihan. Bapepam LK hanya membuka kran bagi bank umum untuk bertransaksi Surat Utang Negara (SUN) secara langsung di BEI. Ini tertuang dalam draft revisi Undang-Undang (UU) nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal yang sudah disampaikan ke DPR. Kepala Biro Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum Bapepam LK, Robinson Simbolon sudah membantah kehawatiran pelaku pasar itu. Alasan utama mengundang bankir menjadi AB karena faktanya, perdagangan SUN saat ini memang di dominasi perbankan. “Harapannya (pasar obligasi) bisa lebih likuid lagi,” tegas Robinson. Tempik sorak menggema dikalangan bankir. Ini adalah peluang bisnis baru, meskipun bentuknya masih perlu menunggu kejelasan peraturan teknis yang sulit dipastikan kapan. Karenanya. bankir pun masih belum sepenuhnya yakin. “Kalau ditanya apakah status sebagai anggota bursa akan lebih menguntungkan pelaku perbankan, saya pikir ada poin-poin ke arah sana. Tapi belum tentu juga. Hingga saat ini kami belum menerima draft atau penjelasan pastinya dari pihak Bapepam LK,” ujar Wakil Direktur Utama Bank CIMB Niaga Tbk, James Rompas. Sementara itu, bagi BEI, bisa jadi undangan duduk di kursi AB ini membuat transaksi over the counter (OTC) bisa berkurang, sehingga otomatis ada sumber pendapatan baru dari fee transaksi. Direktur Centre for Banking Crisis (CBC), Ahmad Deni Daruri mendukung wa-
27
cana ini. Menurutnya, ada beragam keuntungan yang berpotensi didapat oleh pihak perbankan bila memang rencana tersebut benar-benar bisa direalisasikan. “Langkah tersebut akan membuat proses transaksi menjadi lebih baik, lebih transparan serta mengurangi adanya hot money. Keuntungan juga bisa didapat dari penambahan transaksi perbankan dalam hal pendanaan,” ujar Deni. Koordinator Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Lily Widjaja mengharapkan adanya kejelasan dari usulan yang nantinya bakal dimasukkan dalam Revisi UU Pasar Modal yang baru.”Ada banyak hal yang butuh penjelasan lebih lanjut mengenai rencana ini,” ujar dia. “Kami belum diajak berdiskusi.” Menurut Lily, pertanyaan mendasar pelaku pasar adalah langkah itu justru bertentangan dengan filosofi efek obligasi yang merupakan instrumen investasi jangka panjang di perbankan. Bila alasannya ingin lebih memeriahkan transaksi perdagangan obligasi lebih tepat mengandalkan transaksi Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Ini karena ORI adalah jenis obligasi yang memang dikususkan bagi investor individu, sehingga upaya untuk menggairahkan transkasi pasar obligasi lebih efektif.
Rata-rata transaksi obligasi per hari—data Juli 2012. Dua kali lipat dari transaksi saham.
Rencana menjadikan bank sebagai anggota bursa dianggap mengancam masa depan bisnis perusahaan efek. Tapi regulator bersikukuh, ini hanyalah solusi untuk mendongkrak kelesuan pasar yang saat ini mengandalkan transaksi saham— rata-rata Rp4 triliun per hari.
MARKET
REGIONAL
KE UJUNG PANDANG Dalam dua tahun terakhir, perusahaan sekuritas mulai menjadikan Makassar sebagai pijakan untuk menyasar nasabah dari Kawasan Timur Indonesia. Tetapi masih banyak calon investor yang memandang investasi di pasar modal tidak aman.
“Akhir 2010 baru 8 jumlah perusahaan sekuritas yang beroperasi di Sulsel, kini sudah ada 16 perusahaan sekuritas,�
MALAM mulai merambat, tapi acara puncak belum juga dimulai. Sejumlah pembicara sudah hadir di ruang utama Hotel Aryaduta Makassar, tempat acara Pameran dan Sosialisasi Reksa Dana yang digelar oleh Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia dan Bapepam-LK digelar. Para hadirin tak sabar menanti paparan orang-orang pintar soal bagaimana berinvestasi di pasar modal khususnya perihal investasi di Pulau Celebes ini, Sulawesi. Cukup banyak investor yang hadir malam itu, 14 Juni 2012. Di jajaran pembicara di antarannya 28
ada perwakilan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Kementerian Keuangan dan dari anggota asosiasi termasuk Direktur CIMB Principal Asset Management, Reita Farianti dan Wakil Ketua APRDI Denny Rizal Thaher yang juga Dirut Trimegah Asset Management. Reksa dana ternyata masih menjadi hal baru di Makassar, meskipun namanya sudah akrab di telinga. Itulah yang menjadi alasan sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) mensponsori acara tersebut, niatnya menggaet investor. Sedikitnya ada 12 stand MI yang menjadi sponsor di antaranya CIMB Principal Asset Management, Panin Asset Management, Trimegah Asset Management, Manulife Aset Manajemen Indonesia, dan Batavia Properindo Aset Manajemen. Menurut Kabag Pengawasan dan
Pengelolaan Investasi di Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Agus Mayo, saat ini jumlah investor reksa dana mencapai 150.000 orang dengan dana kelolaan sebanyak Rp170 triliun. Masalahnya sebagian besar masih tersebar di Jawa. “Khususnya Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur, itulah maka sosialisasi ini digelar,” katanya. Padahal setiap daerah memiliki potensi investasi yang bisa digali oleh para MI. Di Sulawesi Selatan (Sulsel), kata Agus, emas masih menjadi salah satu investasi bagi masyarakat Sulawesi. Potensi untuk berbisnis di provinsi ini cukup besar. Berdasarkan data buku Profil Investasi Provinsi Sulsel Tahun 2006, total populasi penduduk provinsi ini mencapai 7,62 juta jiwa pada 2004 dengan 23 kabupaten/kota. Di Makassar—dulunya Ujung Pandang—yang merupakan Ibukota sudah dihuni oleh 1,2 juta penduduk pada tahun 2004.
Dan Badan Pusat Statistik wilayah Sulsel mencatat 6 tahun kemudian atau pada tahun 2010, jumlah penduduk Sulsel sudah bertambah menjadi 8,03 juta jiwa dari 24 kabupaten/kota, dan Makassar sendiri mencapai 1,3 juta. Potensi ekonomi di dominasi sektor pertanian. Sulsel begitu kaya akan beraneka ragam komoditas ekonomi, hasil makan, perkebunan, hasil laut, dan perikanan yang diekspor sebagai bahan mentah, setengah jadi atau produk-produk baru. Para investor yang mendulang untung dari sektor itu terutama dari Jepang, Korea, Singapura, dan Australia. Di sektor pariwisata juga tak kalah. Di Makassar, tingkat keterisian hunian hotel juga di atas 80%. Bahkan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo yakin target 4,5 juta wisawatan dalam negeri dan 100.000 wisatawan asing tahun ini akan tercapai karena pihaknya mengklaim kesiapan infastruktur wisata di provinsi tersebut sudah siap. Kepala Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Makassar Bursa Efek Indonesia (BEI) Fahmin Amirullah kepada wartawan mengatakan pertumbuhan 29
ekonomi daerah ini cukup pesat karena Makassar adalah gerbang Kawasan Timur Indonesia/KTI. Posisi itu juga yang menjadi daya tarik kuat perusahaan sekuritas, termasuk perusahaan MI. Kawasan potensial lainnya adalah Manado, Sulawesi Utara. Akhir tahun 2010, berdasarkan datanya, jumlah investor saham yang berinvestasi baru 1.944 orang tetapi pertengahan Juni 2012, jumlahnya sudah mencapai 3.300 investor. “Tidak hanya dari sisi investor, tapi dari sisi jumlah perusahaan sekuritas juga bertambah. Akhir 2010 baru 8 jumlah perusahaan sekuritas yang beroperasi di Sulsel, kini sudah ada 16 perusahaan sekuritas,” katanya. Menurut Direktur CIMB Principal Asset Management Reita Farianti, ada tantangan tersendiri ketika membuka bisnis baru di daerah. Ada paradigma yang salah di masyarakat daerah tentang pasar modal, di antaranya investasi butuh biaya besar, investasi itu sulit, dan duit investasi katanya bisa hangus. “Ini paradigma yang salah, duit nasabah tidak disimpan dalam satu rekening menyatu tapi ada bank kustodian, terpisah, ada perencanaan investasi, ada alokasi, dan yang bekerja sebagai MI punya sertifikasi dari regulator,” katanya dalam forum tersebut. Dia menekankan pilihan reksa dana cukup tepat mengingat saat ini jika menyimpan uang di bank untuk keperluan dana jangka panjang tidak mampu memberikan imbal hasil memadai karena dapat tergerus dengan inflasi. “Misalnya kita dapat gross 4% return, taruh lah net-nya itu 2,5% di bank, sementara tingkat inflasi 4,5% itu ke makan.” Sekali lagi, Reita menambahkan tujuan MI sosialisasi ke Sulsel tak hanya jualan mencari investor, tetapi juga memberikan pemahaman soal investasi. Bagi Agus Mayo, soal pemahaman ini sebetulnya masih butuh waktu agar investor reksa dana termasuk juga saham di Makassar atau Sulsel ini bertambah. Tapi dia juga mengingatkan bagi investor bahwa investasi tentu berhubungan dengan risiko. “Namanya investasi itu ada risiko, nah investasi reksa dana juga mendapat pengawasan dari pemerintah,” katanya.
TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk
LAGI, TANGAN DINGIN SANDI 30
31
32
33
34
35
OBSESI JADI BROKER RITEL TERBESAR”
36
37
AGEN PENJUAL Citibank, N.A lndonesia Bank ANZ lndonesia Bank Bukopin Bank Central Asia Bank ClMB Niaga Bank Danamon lndonesia Bank lnternasional Indonesia Bank Mandiri Bank Negara lndonesia Bank OCBC NlSP Bank Panin
39
BPD Jawa Barat dan Banten Bank Perrnata Bank Rakyat Indonesia Bank UOB lndonesia Standard Chartered Bank SHBC Ltd. Danareksa Sekuritas Mega Capital lndonesia Reliance Securities Trimegah Securities PT Valbury Asia Securities.
40
41
42
Nilai gabungan PDB kelompok MIST pada 2011, atau kurang dari sepertiga gabungan PDB kelompok BRIC
43
Peningkatan penjualan pikap Carry menunjukkan sektor rill yang menggeliat
SEDAN TYPE
BUS
338.97 8 64,6% 23.625 4,5% 3.190 0,6%
PICK UP/TRUCK
157.04 8 29,9%
DOUBLE CABIN
0 0%
TOTAL
524.73 8 100%
4X2 TYPE 4X4 TYPE
45
1.897 0,4%
MACRO & INDUSTRY
BANKING
BANKIR lokal, khususnya yang berdasi merah—BUMN—sebetulnya menggerutu, tetapi mereka tidak mau terlalu frontal mengkritik Bank Indonesia (BI) apalagi pemerintah soal aturan kepemilikan saham perbankan. Ini setelah BI menerbitkan beleid Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/8/PBI/2012 pada 13 Juli 2012 lalu. Ekspektasi bankir lokal dan bank sentral rupanya jauh berbeda. Bankir berpikir PBI itu akan menjadi sikap BI membalas kesewenang-wenangan otoritas moneter luar negeri terhadap bank asal Indonesia yang beroperasi di sana, sementara bank sentral memilih beleidnya itu sebagai antisipasi menghadapi integrasi perbankan ASEAN pada 2020. Kekecewaan itu salah satunya diungkapkan Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, dalam pertemuan dengan Forum Pemimpin Redaksi media di Hotel Four Season, Jakarta, awal Agustus lalu. Zulkifli tidak secara langsung menolak aturan itu, namun memaparkan sejumlah fakta ketidakadilan yang diterima bankir-bankir Indonesia ketika menjalankan bisnis di luar negeri. Dia membandingkannya dengan begitu mudahnya bank-bank asing beroperasi di Indonesia. “Bapakbapak bisa melihat sendiri faktanya,” ujar Zulkifli di dampingi Budi Gunadi Sadikin (Direktur Micro & Retail Banking), dan Fransisca Nelwan Mok (Direktur Corporate Banking). Fakta itu sudah menjadi rahasia umum. Misalnya, soal izin tunggal versus izin berjenjang perbankan. Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan yang menerapkan izin tunggal, sehingga setiap bankir asing yang berizin dapat bebas beroperasi. Mulai dari membuka cabang baru, menerbitkan produk anyar, hingga menempatkan mesin ATM nya. Ketentuan ini jauh lebih longgar dibandingkan negeri tetangga. Di Malaysia, bank asing hanya boleh membuka maksimal 12 cabang, sementara di Singapura kepemilikan asing dibatasi maksimal 20%. “Bahkan kalau mau menempatkan ATM hanya
gan efisien den itu ih b le k tu kir lokal un n penolakan bankir maksa ban e m kepei alasa in g in nesia ketentuan sing. Mesk a a l n a re d a o k m n Bank Indo e alah sasara perketat p tidak mem mun kritik mereka s erintah. a oleh pem benar, n ing diatur milikan as
boleh di kantor kita, tidak bisa di mall atau ditempat lain,” ujar Zulkfli. Malah, beberapa pekan sebelum BI menerbitkan aturan baru, Otoritas Moneter Singapura (MAS) merilis ketentuan baru bahwa kantor cabang bank asing di wajibkan berbadan hukum Singapura, dan memiliki modal minimal 1,5 miliar dolar Singapura atau setara Rp11 triliun. Adanya fakta ini tidak membuat BI bersikap sama. Dalam beberapa
46
penjelasan terpisah, pejabat bank sentral selalu mengatakan Indonesia membutuhkan bankir asing untuk mengefisiensikan perbankan lokal. Ketidakefisienan ini misalnya ditunjukkan besaran net interest margin (NIM) yang masih di kisaran 5%-6%. Sementara di Filipina besaran rasio tersebut sudah rata-rata 4%, sedangkan di Singapura, Malaysia dan Thailand, angka spread itu sekitar 2%-3%. Melalui PBI ini, bank sentral ingin agar porsi kepemilikan ditentukan oleh skor tingkat kesehatan (Good corporate governance/GCG) sebagai insnetif meningkatkan efisiensi perbankan. Harapannya, bank-bank di Indonesia
bisa efisien dan tangguh menghadapi persaingan ketat integrasi Asean Economic Community (AEC) 2015. “Intinya kepemilikan saham bank umum dikaitkan dengan tingkat kesehatan. Jangan ada lagi bank yang tidak sehat atau GCG-nya tidak bagus. Kalau ada goncangan, bikin susah,� kata Gubernur BI Darmin Nasution. Kendati tidak terkena, bankir tetaplah meradang. Alasan dibalik itu terungkap dengan penolakan mereka. Dengan tekanan efisiensi BI, tentu saja pundi-pundi keuntungan industri perbankan yang sudah lama menikmati tingginya NIM akan tergerus. Di kawasan, bank-bank Indonesia tercatat paling menguntungkan. Kendati masih bisa meningkatkan laba, namun kondisi akan jauh berbeda.
Namun dibalik itu, kekhawatiran bankir lokal bukanlah sekedar isapan jempol. Aturan terbaru BI ini dapat akan membuat pemodal lokal tergerus sehingga berpotensi memicu divestasi, terutama pada bank-bank medioker yang sulit memenuhi skor GCG. Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono pernah mengungkapkan, tidak mudah bagi bank yang diwajibkan divestasi untuk mencari partner investor lokal. Sekalipun bank beraset kecil, transaksi divestasi atau akuisisi sektor perbankan membutuhkan dana yang cukup besar. Sementara bagi investor asing, dana sebesar itu dinilai tidak signifikan. Ujung-ujungnya, saham yang dilepas perbankan kategori tidak sehat akan diserap investor asing. “Buat asing, dana untuk akuisisi bank di Indonesia tidak seberapa,� kata Sigit. Ke depan hampir bisa dipastikan, investor asing tidak hanya menguasai saham perbankan swasta nasional papan atas, namun juga bank beraset menengah dan kecil di tingkat daerah. Jika saat ini, asing hanya menguasai bank swasta nasional seperti Bank Danamon, Bank International Indonesia (BII), Bank Pan Indonesia, atau Bank CIMB, ke depan bukan tidak mungkin asing membeli bank-bank kecil berskala lokal, dan selanjutnya dikembangkan menjadi bank besar berskala nasional, atau bahkan regional. Darmin pernah mengatakan, ada sekitar 10 bank lebih yang harus meningkatkan tingkat kesehatan dan tata kelola yang baik ke level 2 agar terhindar dari kewajiban divestasi. Hal ini dipertegas oleh riset Katadata yang menyebutkan, sekitar 13 bank kecil berpotensi diakuisisi oleh bank besar akibat aturan GCG. Sementara bank lokal yang berpotensi mencaplok bank lainnya adalah Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI. Dampak logis dari analisa ini sudah mendorong sentimen terhadap saham-saham emiten perbankan lapis kedua. Data perdagangan 1 Juni-31 Juli, dari 33 emiten bank, mayoritas harga saham perbankan menunjukan tren menguat. Hanya beberapa emiten 47
bank lapis kedua atau ketiga saja yang harganya terkoreksi seperti Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP) dari Rp180 menjadi Rp140, Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) dari Rp157 menjadi Rp156 atau Bank Sinar Mas Tbk dari Rp245 menjadi Rp240. Investor saham senang dengan kebijakan ini, karena selain bakal membuat bank semakin sehat, sudah menjadi rahasia umum bila mereka suka terhadap apa yang berbau asing. Lepas dari polemik ini, keganjilan yang tidak muncul kepermukaan adalah posisi pemerintah yang tak pernah disinggung oleh bankir. Padahal, Izin kepemilikan asing di perbankan yang mencapai 99% itu bukan wilayah bank sentral. Sekedar catatan, kepemilikan maksimal oleh asing di bank itu diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum. Seorang sumber di BI menyebutkan, Darmin pernah meminta kepada istana untuk merevisi peraturan itu. Namun, ditolak karena alasan waktu yang tidak tepat. Walhasil, BI menjadi pihak yang sering di bully dan di tuding pro asing pasca PBI 14 ini terbit.
PBI 14/8/PBI/2012
1. Penetapan batas maksimum kepemilikan saham pada bank berdasarkan kategori pemegang saham sebagai berikut: A. Sebanyak 40 % dari modal bank, untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. B. 30 % dari modal bank, untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum bukan lembaga keuangan C. 20 % dari modal bank, untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank umum konvensional. 2. Batas maksimum kepemilikan saham untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank umum syariah adalah 25 % dari modal bank.
48
49
50
51
52
POINT OF VIEW
53
Sumber MP3EI
54
55
56
Pembicara adalah 24 analis teknikal kelas dunia seperti Daryl Guppy, Jhon Bollinger, Tom Dorsey dll. Informasi lebih lanjut buka http://conference.ifta.org/2012/. Untuk peserta dari Indonesia bisa mendapatkan diskon hingga 20% melalui email pemesanan ke alfatih.aati@yahoo.com
57
58
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
AUTOS
76
77
78
LIFE & STYLE
COZY PLACES
Mei Batubara, pengelola
79
80
81
82