Buletin
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
PPI Dunia Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di Singapura Opini: Masyarakat Ekonomi ASEAN Sains: Sel Surya Organik
Serba-serbi: Nadi Guna Khairi Audiensi PPI Dunia ke RRI, LPDP dan Kemristek DIKTI
Website: http://ppidunia.org | Facebook & Fanpage: OISAA PPI Dunia | Twitter: @oisaa
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Daftar Isi TIM REDAKSI:
Daftar Isi
Pemimpin Redaksi: Ahmad Almaududy Amri (PPI Autralia)
Salam Redaksi
Editor: Dewi Anggrayni (PPI Malaysia)
Atdikbud
Sekretaris Redaksi: Mohammad Agus Aufiya (PPI India) Redaktur Pelaksana: Puteri Komarudin (PPI Australia)
Lintas Peristiwa: Aksi Damai Mahasiswa Mesir: Tuntutan Pelengseran
Liputan Khusus: Simposium
Internasional PPI Dunia 2015 di
Singapura Indahnya Hari Perantauan
Raya
Pelajar
Indonesia
di
Seputar PPI: Audiensi PPI dan RRI Audiensi PPI Dunia dengan DIKTI
PPI Dunia Tegaskan Siap Kerjasama dengan LPDP
Layouter: Retno Widyastuti (PPI Taiwan)
Opini:
Kontributor Liputan: Fitrah Alfaizi (PPI Mesir), Vincent Maudy (PPI Singapura), M. Nafid (HPMI Yordania), Kadafi (Tunisia), Anggi (Filipina) Jessica & Dhini (Permias), Desi Utami (PPI Jepang), Agus (Thailand)
Sains:
ASEAN Economic Community: Bagaimana Langkah
ke Depannya Sel Surya Organik: Mewujudkan Energi Bersih dan
Murah untuk Dunia
Serba-serbi: Nadi Guna Khairi, Belajar Disiplin dengan Kuliah
sambil Bekerja
Pojok Sastra
Hal | 2
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Salam Redaksi Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT karena atas izinnya PPI Dunia Periode 2014-2015 dapat menerbitkan buletin edisi III. Sejalan dengan dua edisi sebelumnya, buletin PPI Dunia kali ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi bagi pelajar Indonesia untuk mengetahui perkembangan kegiatan PPI Negara di berbagai kawasan di Dunia. Buletin ini memuat berbagai informasi terkait audiensi PPI Dunia ke beberapa instansi pemerintah di Indonesia, antara lain: Kementerian Ristek dan Dikti, Radio Republik Indonesia dan LPDP. Selain itu, buletin ketiga ini juga memuat informasi terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal ini juga sejalan dengan Simposium PPI Dunia di Singapura yang akan mengangkat tema yang sama. Audiensi PPI Dunia dengan berbagai instansi telah menghasilkan beberapa kesepakatan yang positif.
Kesepakatan-kesepakatan tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi pelajar Indonesia yang memiliki concern terhadap beberapa isu antara lain mengenai konversi nilai, beasiswa DIKTI dan beasiswa LPDP. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Biro Pers yang telah berjuang untuk menginisiasi penerbitan buletin PPI Dunia. Buletin ini merupakan karya baru yang belum pernah ada di kepengurusan PPI Dunia sebelumnya. Tak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dewan Presidium yang telah bekerja secara solid dalam satu tahun terakhir. Terima kasih atas pertemanan yang tulus dan kerja sama yang dinamis. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh PPI Negara yang secara konsisten telah mendukung merealisasikan agenda-agenda PPI Dunia periode 2014-2015. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memudahkan segala aktivitas kita semua.
Salam Perhimpunan! Ahmad Almaududy Amri Koordinator Dewan Presidium PPI Dunia 2014-2015 Pimpinan Redaksi
Hal | 3
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Aksi Damai Mahasiswa Mesir: Tuntutan Pelengseran Atdikbud Liputan Kairo, Aksi damai Ratusan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir menuntut KBRI Kairo melengserkan Atase Pendidikan. Aksi damai ini didasari atas penilaian Pelajar dan Mahasiswa terhadap kinerja KBRI Kairo dalam beberapa kebijakannya yang dirasa kurang pas cenderung memberatkan Pelajar dan Mahasiswa dalam pelaksanaanya. Aksi ini dilakukan mahasiswa Indonesia di mesir selama dua hari, 26 dan 28 Juli 2015. Mahasiswa merasa dalam hal pemberdayaan dan pendidikan mahasiswa di Mesir secara keseluruhan KBRI dalam hal ini atase pendidikan dirasa kurang mendukung mahasiswa Indonesia di Mesir. hal ini dibenarkan Agususanto Chairul Anwar selaku presiden Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir. “Gerakan pelajar Indonesia ini lebih menyorot sikap dan kebijakan Atase Pendidikan KBRI Kairo Dr. Fahmi Lukman, M.Hum, kami merasa atase jauh dari kesan seorang pengayom yang solusional. pun, mediasi yang digagas PPMI dalam empat kali Kenduri (Mahasiswa Indonesia di Mesir) Masisir selalu dimentahkan sepihak dengan alasan-alasan yang terlalu normatif dan kaku,� Ujar Agus dalam aksi damainya.
Menurutnya landasan pelajar melayangkan surat petisi bersama pemakzulan Atase Pendidikan KBRI adalah dalam beberapa tahun menjabat sebagai Atase Pendidikan KBRI Kairo, belum ada sebuah rancangan kongkrit dalam upaya pemberdayaan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir. “Ini terlihat jelas ketika kami membandingkan dengan Atase pendidikan sebelumnya yang mempunyai rancangan kongkrit terkait laju pemberdayaan Mahasiswa Indonesia di Mesir, pemberdayaan peran Senat Mahasiswa sebagai poros keilmuan dan akademik Mahasiswa, termasuk memperjuangkan hak-hak beasiswa kepada pemerintah pusat,�tandasnya. Saat ini jumlah pelajar Indonesia di Mesir berjumlah sekitar 3980 orang pelajar yang tersebar di sejumlah Universitas. Aksi yang berlangsung selama dua hari tersebut pada awalnya diterima oleh KBRI diruang Bhineka Tunggal Ika sebanyak 52 orang pelajar yang menyampaikan audiensinya.
Hal | 4
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Dalam audiensi tersebut pelajar menyampaikan sejumlah keluhan kepada pihak KBRI atas sikap Atase pendidikan yang tidak mendukung gagasan mahasiswa yang akan mengadakan riset lapangan, malah mematahkan semangat pelajar “Riset itu belum terlalu penting dan sulit untuk dilakukan� ujar Atase saat pelajar menyampaikan aspirasinya. Banyaknya organisasi di wilayah PPMI Mesir yang sudah tidak mau berhubungan dengan Atdik Kairo lagi, karena merasa bahwa usulan atau program yang akan disampaikan pasti akan dimentahkan. Hal ini menyebabkan beberapa organisasi mahasiswa sudah enggan mengajukan proposal apapun kepada Atase Pendidikan. Seterusnya mahasiswa Mesir juga menilai Atdik minim solusi dan cendrung apriori, lambat serta skeptis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapai oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir. “Hal ini semisal terbengkalainya para calon pelajar dan mahasiswa yang terlanjur sudah berada di Mesir tanpa mengikuti prosedural ujian masuk alAzhar di Indonesia, serta salah satu kasus yang dialami Saudara Haromain yang berasal dari lombok (KMNTB) dan beberapa orang lainnya, yang sejak
tahun 2011 sampai saat ini belum terdaftar di al-Azhar, padahal mereka adalah peraih beasiswa al-Azhar melalui Kementrian Agama Indonesia,� ujar Agus. Secara langsung ratusan mahasiswa yang ikut melakukan aksi damai di halaman KBRI Kairo mengeluhkan sikap Atdik yang enggan untuk turun langsung ke lapangan dalam menghadapi permasalahan Pelajar dan Mahasisa Indonesia di Mesir. Dalam aksi yang sempat dihadiri sejumlah media dari tanah air tersebut mahasiswa menyebutkan sejumlah kasus yang terbengkalai terpaksa diselesaikan oleh PPI Mesir yang tidak memiliki otoritas ataupun kewenangan dalam mengambil kebijakan. Aksi selanjutnya dilakukan mahasiswa pada 28 Juli setelah sebelumnya dijanjikan akan mendapat jawaban dari tuntutan mahasiswa kepada KBRI Kairo, hanya saja aksi tersebut diamankan oleh pihak berwajib pemerintah Mesir. Ratusan mahasiswa Indonesia dihadang masuk pulang kerumahnya untuk mendapatkan hak jawab dari sejumlah tuntutannya atas sikap tidak adil Atdik selama menjabat sebagai wakil mahasiswa Indonesia di Mesir.
Hal | 5
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
“Kami akui, bahwa landasan kami melayangkan surat pemberhentian Atdik terkait dengan sikap dan kebijakannya yang tidak tepat, dan bukan soal yang berkenaan dengan pelanggaran-pelanggaran hukum yang beliau lakukan. Kami merasa jenuh dan tidak percaya lagi karena sulitnya membangun komunikasi, harapan pergantian pergantian Atdik merupakan harga yang tidak bisa kami tawar,� sorak mahasiswa Indonesia yang kecewa harus mengakhiri aksi mereka tanpa mendapatkan hak jawabnya.
Hal | 6
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Audiensi PPI Dunia ke Radio Republik Indonesia Jakarta, Jumat, 24 Juli 2015 lalu PPI Dunia melakukan audiensi dengan RRI Pusat di Jakarta guna menindaklanjuti kerja-sama yang telah terjalin selama beberapa tahun terakhir dalam program siaran interaktif yang melibatkan PPI Negara sebagai narasumbernya. *** Audiensi tersebut diterima langsung oleh Rosarita Niken Widiastuti sebagai Direktur Utama LPP RRI di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut RRI menerima PPI dunia dengan memperkenalkan secara langsung direksi beserta staf yang selama ini mengelola program acara yang melibatkan pelajar Indonesia di luar Negara, salah satunya melalui siaran pulang kampung. Niken menjelaskan, sebelumnya RRI sudah pernah bekerjasama dengan Radio PPI Dunia namun berhenti saat ada pergantian pengurus di Radio PPI Dunia. Menurutnya RRI juga pernah bekerjasama dengan berbagai PPI negara dalam berbagai program siaran seperti,“Kiprah Anak Bangsa”, serta acara-acara incidental dan hari-hari besar.
“Kerjasama terkait siaran RRI pernah mengundang pelajar di luar Indonesia negara untuk mempresentasikan hasil penelitian, saat ini acara pulang kampunglah yang didominasi oleh pelajarpelajar kita yang sekolah di luar negeri, dan juga para buruh migran (BMI),” ujar Niken. Selain itu RRI juga memiliki program Voice of Indonesia (VOI), yang merupakan sebuah program siaran yang menyajikan suara WNI di luar negara. Dengan 82 stasiun RRI yang ada di wilayah Indonesia, RRI menyapa para pendengar di setiap sudut nusantara. Dalam kesempatan tatap muka ini, sejumlah delegasi PPI Negara ikut serta dalam audiensi tersebut, di antaranya Malaysia, Australia, Arab Saudi, Taiwan dan sejumlah wakil PPI Negara lainnya. Audiensi PPI Dunia bersama RRI tersebut dipimpin langsung oleh Ahmad Almaududy Amri selaku koordinator PPI Dunia 20142015. Dalam kesempatan tersebut, Dudy memaparkan sejumlah program kerja PPI Dunia kepada RRI. Termasuk kerjasama RRI dan PPI Dunia dalam program siaran pulang kampung yang selama ini dikelola dengan baik di bawah Biro Pers PPI Dunia.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
“Sejauh ini program siaran pulang kampung bersama RRI telah berjalan dengan baik, daftar serta jadwal PPI negara yang menjadi tamu dalam talkshow telah disusun secara merata berdasarkan kawasan PPI negara yang ada, hal ini bertujuan agar masingmasing PPI Negara dapat ambil bagian untuk memperkenalkan aktifitas pelajar di negara tersebut,” jelas Dudy. Dudy menjelaskan, Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia) merupakan wadah untuk mengakomodasi dan mengoordinasikan seluruh potensi organisasi perhimpunan pelajar Indonesia di berbagai negara, serta bersama-sama berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk kemajuan dan mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Saat ini terdapat 46 PPI negara yang tersebar di tiga kawasan: Asia dan Oseania, Timur Tengah dan Afrika, serta Amerika dan Eropa. PPI Dunia juga akan berencana menyelenggarakan Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di Singapura pada 8 – 10 Agustus 2015. Seterusnya menyambut kesempatan kerjasama insidentil untuk diseminasi informasi dan juga publikasi, seperti event/ kegiatan PPI di berbagai Negara, isu-isu Indonesia di luar negeri.
RRI sangat menyambut baik rencana tersebut, dan berharap segera dapat dibuat MOU tertulis antara PPI Dunia bersama RRI selepas symposium mendatang. “Banyak persoalan yang dialami pelajar kita di luar Negara yang perlu diketahui masyarakat di tanah air khususnya pemerintah, dengan harapan persoalan pelajar kita di luar Negara akan mendapatkan solusi yang jelas, sebut saja yang baru-baru ini terjadi krisis di Yaman yang berpengaruh pada nasib palajar Indonesia, ataupun kasus terpidana mati Bali 9 di Australia barubaru ini, “ ujar Dudy. Perlu dilakukan koordinasi yang lebih baik agar kerjasama liputan untuk kegiatan regular PPI Negara dapat terselenggara dengan baik, dan tentunya jika diagendakan dengan baik akan memudahkan PPI Negara untuk mempersiapkan materi siaran. Menindaklanjuti sejumlah peluang kerjasama tersebut pihak RRI berencana akan melakukan perintisan perwakilan kontributor RRI di luar negeri yang berasal dari PPI Dunia, pada tahun 2016 mendatang. “RRI dapat memberikan training liputan berita dan news value dengan standar khusus, kemudian akan dilakukan seleksi dan bagi yang terpilih bertugas seperti kontributor tetap.
Hal | 8
Untuk kontributor tetap, baru bisa dilaksanakan tahun depan karena terkait rencana anggaran, setidaknya kami bisa memberikan fee dengan standar rupiah kepada kontributor,” jelas Niken. Dalam waktu dekat di musim haji mendatang RRI berencana akan memberikan kesempatan kepada para Mahasiswa Indonesia di Arab Saudi melalui PPMI Arab Saudi sebagai kontributor untuk berita nasional dengan melakukan training para mahasiswa yang berada di Madinah, Mekkah, dan Jeddah. Terkait kerjasama dengan PPI Dunia, banyak yang bisa dilaksanakan ke depannya misalnya saja terkait program Ramadhan di Negeri orang atau eventevent tertentu. Diharapkan PPI Dunia bisa memberikan nomor kontak yang dibutuhkan RRI sehingga nantinya berita dapat ditampilkan di website RRI. “Berita yang dikirimkan dan sesuai dengan standar RRI akan ditampilkan dan dibalas, dan untuk berita online bisa lebih mudah ditampilkan, berupa suara, teks dan gambar,” jelas Niken lebih lanjut. Khusus untuk publikasi kegiatan mahasiswa di luar negeri (PPI Dunia) dapat berkerjasama dengan RRI Pro 2 yang memiliki target audience remaja dan mahasiswa di tanah air. PPI negara/ PPI Dunia juga dapat mengirimkan tulisan untuk feature dan konten (siaran pers) ke website RRI dengan mengirimkannya melalui email.
Di akhir audiensi kedua pihak berencana akan membuat draft MoU formal antara RRI dan PPI Dunia yang mencakup penunjukan kontributor, Kanal aktifitas di Pro 2 (event-event seperti 17 Agustus), Kerjasama dengan Pro 2, pro 3 dan VOI, Pengaturan tentang SOP dan manajemen waktu (komunikasi), penyebarluasan informasi tentang aplikasi “RRI Play” dan Be Young. MoU formal akan ditandatangani oleh pengurus dewan presidium PPI Dunia yang baru periode 2015 – 2016 setelah terbentuk pada Simposium PPI Dunia 2015 tanggal 10 Agustus 2015. Penandatanganan dapat dilakukan pada akhir Agustus mendatang oleh kedua belah pihak. [DA]
Hal | 9
PPI DUNIA PERJUANGKAN KONVERSI NILAI LUAR NEGERI KE KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI [Jakarta, 28 Juli 2015] Berkuliah di luar negeri kerap menjadi impian dan kejaran para pelajar untuk menuntut ilmu. Namun terkadang, nilai ijazah yang didapatkan dari luar negeri disalahartikan oleh instansi-instansi pemerintah atau rekruter dalam melamar kerja. Sebagai contoh di Indonesia memakai sistem 0-4.0, sedangkan di Belanda sistem 1-10, di Malaysia dan Taiwan 0100 dengan standar universitas yang berbeda-beda. Bahkan di Turki ada 2 model penilaian 0-4 dan 0100 Standar nilai tidak dapat dikonversi secara linear matematis karena standar nilai di masing-masing negara unik dan mempunyai formula serta kriteria masing-masing. Di beberapa negara, apabila nilai di konversi secara linear matematis, maka mahasiswa dapat dinilai kurang kompeten di dalam negeri sendiri padahal sudah sangat kompeten di luar negeri tersebut. 28 Juli 2015 lalu, 9 perwakilan PPI Negara yang tergabung dalam PPI Dunia dari PPI Australia, PPI Taiwan, PPI Belanda, PPI Malaysia, PPMI Arab Saudi, PPI Turki, PPI Filipina, PERMIRA Rusia, dan PPI Italia telah melakukan audiensi dengan agenda utama yaitu
membahas perihal penyetaraan nilai ijazah luar negeri ke dalam negeri yang kerap disebut "konversi nilai". Menurut Ahmad Almaududy Amri sebagai koordinator Persatuan Pelajar Indonesia Dunia (PPI Dunia) periode 2014-2015 menjelaskan, audiensi ini dilakukan kepada pihak Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Ristek dan DIKTI (Belmawa DIKTI) sebagai kelanjutan dari audiensi yang telah dilakukan pada januari lalu. “Ini merupakan tatap muka selanjutnya setelah sebelumnya dilakukan pertemuan dengan pihak dikti pada januari lalu dengan materi yang serupa, dan hari ini pihak PPI ingin menindaklanjuti hal-hal yang terkait dengan konversi nilai pelajar Indonesia yang ada belajar di luar negeri,� jelas Dudy. Bertempat di ruang sidang Direktorat Belmawa DIKTI, Direktur Jenderal Belmawa DIKTI, Intan Ahmad, menerima audiensi PPI Dunia didampingi oleh Direktur Pembelajaran Ibu Paristiyanti Nurwardani dengan Ibu Dharnita, penerimaan audiensi juga didampingi oleh Ibu Illah Sailah selaku Direktur Belmawa DIKTI yang baru saja mengakhiri masa jabatannya.
Hal | 10
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Agenda dibuka oleh Ibu Illah Sailah yang memaparkan latar belakang mengenai perlunya Belmawa DIKTI menanggapi permasalahan konversi nilai. Agenda dilanjutkan oleh presentasi mengenai sejarah singkat upaya advokasi konversi nilai PPI Dunia kepada Belmawa DIKTI oleh Hariadi Aji dari tim adhoc konversi Nilai PPI Dunia. Dari paparan yang disampaikan pihak PPI Dunia seperti yang dijelaskan Hariadi Aji selaku tim adhoc konversi nilai PPI Dunia dijelaskan bahwa pelajar Indonesia berharap pemerintah melalui Kementerian Ristek dan DIKTI sebaiknya mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Menteri yang dapat memuat pedoman penyetaraan nilai ijazah luar negeri. “Mengingat pentingnya persoalan konversi nilai ini bagi seluruh pelajar Indonesia setelah menyelesaikan masa studinya dan kembali ke tanah air, pihak PPI Dunia mendesak agar pemerintah melalui Belmawa Dikti segera membuat SK pedoman untuk penyetaraan ijazah,” jelas Hariadi. Menjawab hal tersebut, Dirjen Belmawa DIKTI, Intan Ahmad menjelaskan bahwa Pihak Belmawa DIKTI mengapresiasi PPI Dunia dalam upayanya mengadvokasi perihal konversi nilai ini. Pihak Belmawa DIKTI pun menyambut baik rencana untuk mendukung upaya konversi nilai. Namun dalam mengonversi nilai, pemerintah harus berhati-hati akan masalah kewenangan dalam mengonversi nilai.
“Jangan sampai kewenangan mengonversi tersebut dilakukan secara tidak semestinya. sebaiknya dibuatkan saja pedoman mengonversi nilai untuk umum maupun untuk instansi-instansi rekruter,” tegas Intan saat melakukan tatap muka dengan perwakilan PPI Dunia. Menjawab hal tersebut pihak PPI Dunia menyampaikan bahwa SK Menteri Ristek dan DIKTI sangat diperlukan guna memberikan landasan hukum dalam mengeluarkan pedoman konversi nilai. “Agar pedoman yang dikeluarkan oleh Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan efektif dan dapat dijadikan acuan oleh instansi lainnya, maka dibutuhkan sebuah endorsement dari pemerintah dalam hal ini melalui SK Menteri,” demikian ditegaskan Koordinator PPI dunia Ahmad Almaududy Amri. Selanjutnya ia menekankan bahwa PPI Dunia berkeinginan secara serius untuk menuntaskan isu ini pada tahun 2015, salah satu langkahnya adalah dengan membahas isu ini pada Simposium PPI Dunia dimana pertemuan tersebut akan dihadiri oleh bebrapa perwakilan pemerintah antara lain Mendikbud dan para atase pendidikan dan budaya dari berbagai negara.
Hal | 11
Bagian akhir dari pertemuan tersebut masih saja belum mendapatkan penyelesaian yang pasti dari pihak Belmawa DIKTI. Hanya saja pihak Belmawa DIKTI berjanji akan membahas permasalahan ini sehingga menemukan penyelesaian yang terbaik bagi pelajar Indoensia yang belajar di luar Negara. Apakah itu seharusnya berbentuk produk hukum dalam hal ini SK Menteri ataukah cukup hanya merupakan pedoman untuk umum juga untuk instansi-instansi pemerintah lainnya? (Red) Edisi 2 | Buletin PPI Dunia | Mei 2015
Hal | 12
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di Singapura Waktu yang dinanti-nanti pelajar Indonesia di seluruh dunia akhirnya tiba. Simposium PPI Dunia merupakan ajang bagi pelajar Indonesia untuk menyusun langkah bersama dalam memajukan Indonesia di masa depan dengan bekal ilmu yang dimiliki masingmasing pelajar selama sekolah di luar Negara.
Ahmad Almaududy Amri Koordinator PPI Dunia 2014 – 2015 menjelaskan, simposium PPI Dunia 2015 berdasarkan hasil simposium di Tokyo Jepang tahun 2014 lalu, diselenggarakan di Singapura. “Penetapan Singapura sebagai tuan rumah Simposium 2015 merupakan hasil keputusan bersama setelah sebelumnya Singapura menyatakan kesediaannya, dan pelaksanaannya telah ditetapkan panitia penyelenggara pada 7-10 Agustus ini,” jelas Dudy
Terdapat tiga poin utama yang akan dibahas dan disahkan dalam SI PPI Dunia 2015 di Singapura nantinya, diantaranya adalah AD/ART PPI Dunia, Deklarasi Singapura dan peremajaan Logo PPI Dunia. “Hingga saat ini panitia masih mempersiapkan segala sesuatu untuk lancarnya pelaksanan acara, sejumlah mentri nantinya akan ikut mengisi acara SI di Singapura, salah satunya adalah mentri pendidikan Anis Baswedan,” jelas Dudy lebih lanjut.
Hal | 13
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Sementara itu ketua panitia acara SI PPI Dunia 2015, Vincentia Maudy, menjelaskan pihak panitia telah melakukan pengumpulan data delegasi dari berbagai Negara, Sebanyak lebih dari 100 orang delegasi PPI Negara hadir dalam SI PPI Dunia di Singapura. “Pihak kami telah menyiapkan segala hal yang diperlukan para delegasi khususnya akomodasi dan guide book untuk para delegasi dapat dengan mudah melakukan aktivitas selama berlangsungnya acara,” jelas Maudy. Yang menarik dari SI di Singapura adalah pelaksanaan Mini Olimpiade PPI Dunia. Acara ini dilaksanakan di East Coast Park 1018 East Coast Parkway #01-01Singapore 449877. Adapun perlombaan yang dipertandingkan, meliputi: Bakiak, Tarik tambang, Balap karung dan Futsal.
“Acara pertandingan dilaksanakan 7 Agustus tepatnya pada pukul 18:00 SGT, pemenang lomba akan mendapatkan piala kejuaraan SI Singapura,” jelas Maudy. Menurut rencana SI Singapura 2015 diselenggarakan PPI Dunia Award, kegiatan ini merupakan ajang kompetisi antar PPI Negara yang tergabung dalam PPI Dunia. Dua kategori yang akan dilombakan yaitu PPI Negara terbaik dan proker terbaik (sosial, pendidikan dan rekreasi). Laporan yang diterima oleh dewan presidium PPI Dunia Hingga tanggal 6 Agustus 2015, terdapat 10 PPI Negara yang mendaftar untuk mengikuti kompetisi ini. Kesepuluh negara tersebut meliputi, HPMI Yordania, PPI Australia, PPI Belanda, PPI Korea Selatan (PERPIKA), PPI Malaysia, PPI Taiwan, PPI Tiongkok, PPI Tunisia, PPI Turki, PPI Arab Saudi. Direncanakan PPI Negara terbaik akan mendapatkan Piala Bergilir.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Jadwal Kegiatan SI PPI Dunia
Hal | 15
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 16
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Mimpi Sederhana Kartini Indonesia di Filipina Manila, Wanita yang terkenal dengan kegigihannya ini adalah Yekti Ningtyastuti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat., “Kalau yang lain bisa kenapa saya tidak?” Kalimat itu yang menjadikan motivasi wanita yang sedang menempuh gelar Doktoral Keperawatan di Trinity University of Asia.
Yekti, begitu wanita ini akrab disapa. Kegigihannya berhasil menghantarkan dosen keperawatan dari institusi kesehatan swasta di Indonesia ini untuk menempuh studi di Filipina. Mewakili Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan Indonesia (APTIKES), Ia membangun relasi yang baik dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia serta para petinggi pendidikan di Filipina untuk terus membangun kerjasama di bidang pendidikan antara Indonesia dan Filipina. “Saat ini sudah ada 78 institusi pendidikan di Indonesia yang menjalin MOU dengan Filipina,.” ujarnya. Berkecimpung di beberapa organisasi seperti APTIKES, Ikatan Perawat Maternitas Indonesia (IPEMI) Jawa Tengah, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Cilacap, DPD Partai Golkar Kabupaten Cilacap, Kesatuan Perempuan Partai Golongan Karya (KPPG) Kabupaten Cilacap, Komite Ujian Akhir Program D III Keperawatan Jawa Tengah, dan Junior Chamber Indonesia Kabupaten Cilacap, membuat ibu dari dua orang anak ini tetap bersemangat dan berusaha untuk menyeimbangkan keberadaannya sebagai seorang wanita yang berperan sebagai ibu dan istri.
Disela kesibukannya menyelesaikan studi Doktoralnya, beliau juga aktif dalam kegiatan ilmiah dan riset seperti 48th Association of Nurses Administrator of the Philippines (ANSAP) Convention yang barubaru ini beliau ikut andil. Suatu kebanggan bagi pelajar Indonesia karena ada wanita Indonesia yang berkesempatan untuk menyampaikan hasil penelitiannya dihadapan 1.250 direktur keperawatan dan chief nurses seluruh perwakilan rumah sakit dari semua provinsi di Filipina.
Hal | 17
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
“Kesempatan ini menjadi satu diantara dua pemateri dari acara tersebut yang mengalahkan beratus jurnal ilmiah yang telah di-submit menjadi sebuah kebanggaan bagi saya,” tandasnya.
Hadirnya beliau diantara wanita Indonesia yang menempuh pendidikan di Filipina memberi inspirasi yang dibungkus dalam kesederhanaan. Sesederhana mimpinya yang ingin berbagi ilmu untuk kemaslahatan umat. “Ketika saya pulang ketanah air setelah S3 nanti, saya ingin bisa membagikan ilmu kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan, tidak hanya untuk pendidikan. Jadi cita-cita saya hanya sederhana sekali, itu saja, untuk kemaslahatan umat,” tutup Yekti
Ditanya tentang sosok wanita yang menginspirasinya, wanita ini menyebutkan Margaret Thatcher. Sosok Margaret Thatcher inilah yang membuat beliau semakin taft dalam menjalankan perannya di organisasi. “Dia menjadi motivasi saya, saya tidak merasa puas dengan berkecimpung di lembaga pendidikan saja. Di tahun 2010 saya ditawarkan sebagai wakil ketua bidang pemberdayaan perempuan di salah satu partai politik, berharap saya bisa memperluas kiprah saya di bidang pemberdayaan perempuan dengan latar belakang pendidikan yang saya miliki,” tandasnya.
Gambar atas: Mempresentasikan riset berjudul “Analyzing Some Factors Related to Breast Cancer Incident in Prof. Dr. Margono Soekarjo’s Public Hospital Purwokerto in 2011” dalam forum 48th Association of Nurses Administrator of the Philippines (ANSAP) Convention. Hal | 18
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
NADI GUNA KHAIRI, BELAJAR DISIPLIN DENGAN KULIAH SAMBIL BEKERJA OLEH: PERMIAS (AMERIKA SERIKAT) California. Belajar di luar negeri tentunya tidak menjadi kesempatan bagi setiap pelajar Indonesia. Jika kesempatan itu berhasil didapatkan, tentunya sang pelajar akan suka cita menyambut kesempatan tersebut. Namun bagaimanakah menjalani kehidupan saat menjalankan tugas sebagai pelajar selama belajar di luar Negari?
Nadi Guna Khairi adalah salah seorang pelajar Indonesia yang belajar di California, tepatnya di University of Redlands School of Business. Selain menuntut ilmu, di luar jam belajar Nadi mendapat kesempatan bekerja full time. Menurutnya, pilihan ini diambil untuk melatih dirinya bisa disiplin mengatur waktu. “Kuliah tentunya menjadi urusan nomor satu bagi saya, tetapi setelah jam kuliah selesai saya putuskan untuk bekerja. Selain mendapatkan uang saku tambahan, saya juga bisa belajar manajemen waktu lebih baik,” ujar Nadi.
Pria kelahiran Jakarta ini memutuskan untuk bekerja sambil kuliah bukan semata-mata ingin menambah uang saku saja, selain belajar disiplin waktu ia dapat meringankan pengeluaran orang tua di tanah air. “Sebenarnya alasan nya simple, supaya tidak membebani orang tua lagi. Dan karena tinggal di Amerika cuma berdua bersama kakak, setidaknya dapat membantu bayar uang tagihan, apalagi kuliah biaya sendiri,” ujar Nadi. Menurut Nadi, awalnya sangat sulit mengatur waktu antara bekerja dan kuliah. Tapi beruntung, supervisor di perusahaan tempat ia bekerja mengetahui bahwa ia sedang kuliah dan akhirnya jadwal kerja disesuaikan dengan jadwal kuliah. “Tapi kuliah adalah prioritas utama saya, meskipun saat ini saya memiliki banyak kegiatan, tetapi tidak ada alasan bagi saya untuk monomorduakan kuliah,” jelas pria yang juga aktif dalam organisasi ini.
Kunci utama untuk membuat semua aktifitas menjadi mudah adalah komunikasi. Sangat penting membangun komunikasi yang baik dengan semua orang. Dengan begitu tidak akan terjadi kesalah pahaman saat kita berusaha terbuka dan menjelaskan keadaan sebenarnya. “Saya terus berusaha membangun komunikasi dengan pengajar, pembimbing di kampus dan tentunya dengan Manajer di tempat kerja, begitu juga dengan teman-teman ditempat kerja, dengan begitu mereka mengetahui seperti apa kedaan saya yang sebenarnya dan siap membantu,” ujar Nadi. Nadi mengaku bahwa tidak ada sempurna didunia ini, bekerja sambil kuliah tidak akan mudah, saat baru-baru bekerja kuliah sering terganggu, kelelahan bekerja kadang sering lupa mengerjalan tugas kuliah. “ Sampai dirumah langsung tidur karena kelelahan, akhirnya lupa mengerjakan tugas kuliah. Tapi gara gara takut ga lulus aku jadi kebiasaan begadang ngerjain tugas, jadi belajar disiplin. Pokonya harus semangat,” ujar Nadi. Selama 4 tahun bekerja ia mengaku mulai menikmati waktu-waktu kuliah dan bekerja, padahal awalnya sempat kerja partime sebagai kasir, tapi sekarang memilih untuk kerja fulltime sebagai chef.
“Jujur aku hobi masak jadi kerjaan ini sengaja aku pilih karena hobi, yang pasti ini bukan cita-citaku kedepannya, setelah selesai kuliah aku ingin membangun bisnis yang besar di Indonesia, setidaknya saat ini aku belajar memahami struktur organisasi ditempat aku bekerja, mulai dari CEO hingga supir bus, semuanya terorganisasi dengan baik disini,”ungkap Nadi. Nadi menambahkan, di Amerika banyak pelajar Indonesia yang bekerja sambil kuliah, biasanya mereka bekerja setelah menyelesaikan S1, setelah itu ada yang memutuskan bekerja sambil melanjutkan study pascasarjana. Ketika ditanya soal aktifitas organisasi Nadi menjawabnya dengan penuh semangat. Ia mengaku bahwa amanah yang diterima sebagai Sekjen PERMIAS Nasional U.S.A dan sekaligus sebagai presiden PERMIAS Los Angeles ini merupakan sebuah kesematan untuk belajar disiplin. Nadi memang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, bahkan teman dan keluarga simpatik dengan kemampuan pria ini dalam membagi waktu kuliah, bekerja dan berorganisasi. “Menurut aku sibuk itu adalah sebuah ilusi, if you don’t have the time, you make the time, itu prinsip aku,” jelasnya.
Hal | 20
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Masyarakat Indonesia Gelar “Indonesia Day 2015” di San Fransisco San Fransisco. Pada 29 Agustus 2015 mendatang Pelajar Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Indonesia Amerika Serikat (PERMIAS) bersama masyarakat Indonesia setempat akan menyelenggarakan pertun-jukan seni budaya kepada masyarakat di U.SA. Acara ini akan berlangsung di Union Square, 333 Post Street, San Francisco, CA 94108. Menurut Jessica Victoria Wijaya sebagai Chief Operasional Officers PERMIAS San Fransisco menjelaskan, Indonesia Day diselenggarakan untuk memperkenalkan kebudaya Indonesia di Amerika. “ Dengan terselenggaranya Indonesia Day Festival, kami tidak hanya memperkuat relasi antara budaya Indonesia dan Amerika, tetapi juga relasi antar seluruh masyarakat Indonesia di San Francisco, melingkupi mahasiswa, organisasi seni dan budaya, dan WNI lainnya. Menurut Jessica kegiatan Indonesia Day juga sebagai refreshement dan tonjakan bagi semua warga Indonesia di San Francisco Bay Area akan nilai-nilai Nasionalisme sebagai warga Indonesia yang hidup di luar negeri.
Ardi Hermawan, selaku Konsul Jendral Republik Indonesia di San Francisco sangat menyambut baik terlaksananya Indonesia day 2015 mendatang, menurutnya kegiatan ini merupakan upaya untuk menunjukan kepada masyarakat luas di Amerika khususnya di wilayah San Francisco bahwa Indonesia adalah Negara yang sangat kaya dengan keragaman budaya, bahasa dan juga kuliner. “Saya meminta bantuan dukungan dan support dari masyarakat Indonesia di San Francisco khususnya dan di Bay Area umumnya untuk mendukung terlaksananya kegiatan Indonesia Day 2015, “ ujar Ardi Hermawan. Tema utama dalam Indonesia Day 2015 mendatang Harmony in Diversity. Artinya walaupun beragam kebudayaan yang ada di Indonesia masyarakat Indonesia tetap hidup dengan harmonis. Arie Quick salah seorang WNI yang berdomisili di San Francisco terlihat tidak sabar menunggu berlangsungnya acara Indonesia Day. Menurutnya ini merupakan salah satu acara yg ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia di Bay Area.
Hal | 21
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
“Indonesian Day tidak saja menampilkan berbagai pertunjukan seni budaya saja tetapi juga menampilkan peragaan busana, tarian daerah, musik dan bazar makanan,” jelasnya. Arie Quick adalah salah seorang WNI yang sejak lama menetap di San Francisco, menurutnya Indonesian Day sempat terhenti dua tahun terakhir, terlaksananya kembali Indonesian Day sangat disambut antusias oleh masyarakat Indonesia yang ada di san Francisco. “Kami sangat antusias dan ingin berpartisipasi dalam acara ini, walaupun hanya Sekedar kumpul-kumpul bertemu teman, berfoto dan menikmati makanan khas Indonesia. Mudahmudahan event ini dapat terus dipertahankan tiap tahunnya, setidaknya mempromosikan budaya Indonesia,” Jelasnya. Indonesia Day adalah event tahunan yang sudah ada sejak 1994 lalu, Indonesia Day 2015 adalah event ke 17, setelah sempat vakum sejak 2012. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Indonesia Day selalu di adakan di Union Square San Francisco yang merupakan pusat turis dan perbelanjaan di San Francisco. Indonesia Day adalah festival yang terjadi atas upaya dan kerjasama semua warga Indonesia, meliputi Konsulat Jendral Republik Indonesia di
San Francisco, Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS) di San Francisco dan juga Organisasi Masyarakat Indonesia di Northen California. Festival Indonesia Day selalu di ramaikan dengan pertunjukan yang menampilakan grup seni budaya Indonesia berbasis di San Francisco Bay Area meliputi tarian, alunan lagu, gamelan dan angklung, parade baju daerah. Setiap tahunnya juga festival Indonesia Day menghadirkan artis dari Indonesia. Tahun ini, Indonesia Day menghadirkan Vidi Aldiano dan Angel Pieters sebagai pengisi acara. Sedangkan yang memandu acara adalah Ira Maya Sopha dan Paul Amron. Untuk pertunjukan Grup Seni Budaya yang akan berpartisipasi dalam Indonesia Day 2015 adalah, Gamelan Sekar Jaya (Bali), Gadung Kasturi (Bali) Gamelan Oka Artha Negara (Bali), Gamelan Sari Raras (Jawa), Pusaka Sunda (Jawa Barat), Undang Sumarna (Jawa Barat), Harsanari Group (Jawa Barat). Sejumlah tokoh-tokoh besar di San Francisco seperti Walikota, perwakilan Gubernur Negara Bagian California serta sejumlah kominitas masyarakat Indonesia yang ada di U.S.A akan hadir dalam Indonesia Day tersebut.
Hal | 22
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
2012 lalu sebanyak 10.000 peserta hadir memeriahkan Indonesia Day. Acara ini dihadiri oleh berbagai usia. Mulai dari pelajar, ibu rumah tagga, dan para pemimpin bisnis di California Utarapun ikut serta menyaksikan Indonesia Day. (Jessica) Info lebih lanjut: www.indonesiadaysfba.org Facebook: Indonesia Day SF Twitter @indonesiadaysf Instagram @indonesiadaysf
Hal | 23
AKAR, Menaja Nilai Budaya Bangsa dengan Mengajar Bahasa Indonesia di U.S.A New York City – Sejak bulan November tahun 2014, Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat tepatnya di Kota New York (PERMIAS NYC) secara sukarela telah berhasil membuka kelas Bahasa Indonesia untuk anakanak Indonesia yang lahir dan besar di Amerika Serikat. Bhima Aryateja salah seorang pengajar menjelaskan kelas Bahasa ini diberi nama AKAR. Merupakan sebuah kebanggaan dapat mengajar Bahasa sendiri di luar Negara. Ia mengaku bahwa selama belajar di U.S.A kecintaan terhadap tanah air semakin besar, inilah yang menjadi alasan Bhima terlibat sebagai pengajar Bahasa Indonesia di sela waktu kuliahnya. “AKAR adalah tempat bagi saya untuk belajar secara langsung, sangat pentingnya mengenal budaya sendiri, mempraktekannya, dan menanamkan-nya kepada adik adik yang berada di NYC. Kata AKAR terinspirasi dari satu quote Sacred Bridge Foundation yang berbunyi, 'If you have no roots, how would you stand up and grow?” Ujar pelajar Documentary Filmmaking, di New York Film Academy.
Kelas diadakan selama sekitar satu jam setiap hari Sabtu di Masjid Al-Hikmah, Queens, Kota New York. Ide mengadakan kelas Bahasa Indonesia terlahir pada perayaan 17 Agustusan di New York tahun 2014. Beberapa anggota PERMIAS NYC menyadari bahwa anak-anak Indonesia yang lahir dan besar di New York banyak yang sudah merasa asing dengan bahasa dan budaya leluhurnya. “Sebagian dari mereka ada mengira hari kemerdekaan Indonesia adalah 4 Juli, yang sebetulnya itu adalah hari kemerdekaan Amerika Serikat. Ditambah lagi, hampir semua dari mereka berbicara dalam bahasa Inggris sehari-harinya, baik dengan teman maupun orang tua mereka,” jelasnya lebih lanjut. PERMIAS NYC melihat bahwa pada dasarnya belajar bahasa tidak bisa luput dari pembelajaran budaya bahasa tersebut. Keinginan AKAR adalah untuk generasi muda Indonesia yang lahir dan/atau besar di luar agar tidak melupakan jiwa ke-Indonesia-an mereka. Awalnya sangat sulit untuk tim PERMIAS NYC menemukan program seperti AKAR. Bisa dibilang program ini cukup unprecedented atau belum pernah ada pendahulunya.
Hal | 24
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Akar‌. Biasanya, program belajar Bahasa Indonesia ditujukan antara kepada anak-anak Indonesia yang berbahasa Indonesia di rumah atau orang asing yang tidak berbahasa Indonesia. Hampir tidak ada program yang ditujukan khusus untuk anak-anak Indonesia yang tidak berbahasa Indonesia. Kalaupun ada program yang serupa, dokumentasinya tidak dapat ditemukan. Fase pertama AKAR yang berjalan sekitar tiga bulan dari bulan November 2014 sampai Januari 2015 mengikuti kurikulum yang sepenuhnya didesain oleh tim PERMIAS NYC. Pada fase kedua, yang dimulai sekitar bulan Maret tahun ini, tim PERMIAS NYC berhasil mendapatkan buku belajar Bahasa Indonesia untuk orang asing yang cukup banyak membantu dalam menyusun materi kelas. Meskipun begitu, kurikulum yang ada tetap ditentukan oleh tim PERMIAS NYC. Arya Handoko salah seorang tenaga pengajar Bahasa Indonesia AKAR mengaku bahwa mengajar kelas Bahasa Indonesia di negara orang itu
Hal | 25
Arya Handoko salah seorang tenaga pengajar Bahasa Indonesia AKAR mengaku bahwa mengajar kelas Bahasa Indonesia di negara orang itu adalah sebuah kehormatan, bagi mereka yang telah besar diluar Negara tentunya memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar akan Indonesia, sehingga nasionalisme mereka dapat tumbuh kembali akan tanah air. “Kesempatan untuk memperkenalkan kebudayaan kita yang sangat kaya dapat disalurkan dengan mengajar, khususnya untuk generasi setelah saya yang notabene lahir dan besar di negara orang yang cukup jauh dari tanah air. Selain itu, saya juga bisa menanamkan norma-norma dan nilai budaya Indonesia lebih mendalam di kelas AKAR ini." Jelas Arya. Fase pertama AKAR diakhiri dengan perayaan berjudul Malam AKAR, dalam fase ini murid-murid yang sebelumnya hampir tidak bisa berbahasa Indonesia berhasil mementaskan drama dan lagu-lagu sepenuhnya dalam Bahasa Indonesia. Respon yang didapatkan pun sangat positif, baik dari para murid maupun orang tua mereka. Murid-murid secara aktif mengikuti kelas setiap Minggunya dan banyak orang tua murid yang meminta AKAR dilanjutkan ke fase berikutnya. Kesuksesan ini juga terbukti dari jumlah peminat mengikuti AKAR.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
AKAR fase pertama memiliki target jumlah murid sebanyak 20 orang, namun tim PERMIAS NYC akhirnya menerima 25 orang karena banyaknya peminat. Pada fase kedua, jumlah pendaftar mencapai lebih dari 40 orang, jumlah yang bahkan berada di luar kapasitas mengajar tim PERMIAS NYC. Banyaknya peminat mengharuskan tim PERMIAS NYC untuk mengakomodasi semaksimal mungkin dengan kapasitas tim yang sangat terbatas. Alhasil, jumlah murid yang diterima hanya 36 orang. Semua aktivitas AKAR dijalankan secara sukarela. Pendanaan kelas terbagi antara kas PERMIAS NYC dan uang saku anggota PERMIAS NYC yang aktif dalam AKAR. Partisipasi murid-murid pun sepenuhnya sukarela. Kelas tidak dikenai biaya apa pun. Syukurnya, tim PERMIAS NYC banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak pada fase kedua AKAR, seperti kiriman buku-buku dan alat-alat belajar dari Atase Pendidikan Republik Indonesia di Washington DC. Menurut Andhini Febrina yang juga aktif sebagai tenaga sukarela kelas Bahasa Indonesia menjelaskan, setiap bulannya saat ini AKAR mendapat sumbangan dana bulanan tetap dari berbagai pihak yang mendukung kegiatan ini, begitu juga dengan sumbangan buku-buku.
“Buku-buku kami dapatkan dari masyarakat Indonesia di Kota New York. Suport dari masyarakat Indonesia yang ada di NYS sangat besar demi untuk memperkenalkan keragaman budaya Indonesia dan sekaligus melestarikan Bahasa Indonesia kepada generasi muda yang ada di NYC,� jelasnya. Langkah selanjutnya yang akan PERMIAS NYC lakukan adalah mengajak temanteman PERMIAS dan PPI untuk mengadopsi program AKAR secara cuma-cuma sebagai bentuk kontribusi untuk bangsa. PERMIAS NYC akan menditribusikan kurikulum serta materi pelajaran melalui email dan juga bersedia untuk memberikan arahan seperti apa saja yang di perlukan saat mengajar, berapa jumlah pembimbing yang dibutuhkan dan lain-lain dan bagaimana cara tepat untuk dapat menarik minat pelajar untuk cepat memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. "AKAR merupakan salah satu wadah di mana saya bisa berbagi pengetahuan tentang budaya Indonesia melalui medium bahasa kepada adik-adik di kelas. Menjadi salah satu pengajar di kelas ini merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk saya karena format kelas tidak dibuat formal dan respon adik-adik juga sangat baik. Saya berharap kelas ini akan terus berlanjut dan akan terus menjadi pegangan untuk adik-adik agar tidak lupa akan akarnya." Jelas Dhini. (Dhini)
Hal | 26
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
PPI Australia, PPI Belanda dan Perpika Menangkan PPI Dunia Awards 2015 Singapura. Sabtu, 8 Agustus 2015 lalu Dewan Presidium PPI Dunia mengumumkan hasil PPI Dunia Awards 2015 dalam Simposium Internasional PPI Dunia di Singapura. Kegiatan ini bertujuan untuk mengapresiasi PPI Negara yang telah berupaya dalam melaksanakan program kerja dalam mendukung visi-misi PPI yang Negara yang bersangkutan. Selain itu, PPI Dunia Awards bertujuan untuk menginspirasi pengurus PPI dari negara lain untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas program kerja di masingmasing negara.
Terdapat dua kategori PPI Dunia Awards yaitu, PPI Negara terbaik dan kategori program kerja PPI negara terbaik. Untuk program kerja terbaik akan dibagi dalam beberapa bidang, seperti: 1. Bidang Pendidikan/ Edukasi, program kerja yang mendorong, mendidik dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari anggota PPI dan masyarakat di wilayah tersebut.. 2. Bidang sosial penilaian terhadap program kerja dimana PPI dan anggotanya terlibat aktif dalam membantu masyarakat. 3. Bidang rekreasional, merupakan program kerja yang bersifat menghibur bagi anggota PPI maupun masyarakat sekitar. “Delapan negara ikut serta dalam kategori PPI Negara terbaik di antaranya: PPI Tunisia, PPMI Arab Saudi, PPI Australia, PERPIKA, PPI Malaysia, PPI Taiwan, PPI Belanda, dan PPI Turki,� jelas Retno selaku Penanggung Jawab PPI Dunia Awards 2015.
Hal | 27
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
PPI Negara yang mendaftar sebagai peserta bidang pendidikan terdapat 8 negara di antaranya, HPMI Yordania, PPI Tunisia, PPMI Arab Saudi, PERPIKA, PPI Malaysia, PPI Taiwan, PPI Belanda, PPI Turki. Untuk bidang sosial, dua Negara yang mendaftar yaitu Korea (PERPIKA), dan PPI Tiongkok. Sedangkan bidang rekreasional terdapat 3 negara yang mendaftar yaitu HPMI Yordania, PPI Australia dan PERPIKA. Setelah proses penilaian yang dilakukan oleh 7 orang dewan juri (terdiri dari Dewan Presidium PPI Dunia Aktif dan alumni Dewan Presidium), ditetapkan bahwa pemenang kategori proker terbaik bidang rekreasional adalah PERPIKA (Korea Selatan) melalui prokernya “Kamsahamnida Korea 2015: Introducing Indonesia”. PERPIKA juga sekaligus memenangkan kategori proker terbaik bidang sosial melalui program Beasiswa Perpika untuk Indonesia (BPI) dan Sepatu untuk Indonesia. Gregorius Rionugroho Harvianto, Ketua PPI PERPIKA menjelaskan, program kerja ini di dihadiri lebih dari 4.000 orang masyarakat Korea. Dalam proker ini PERPIKA ingin memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Korea dengan menampilkan sejumlah tarian daerah dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Kami sangat berterimakasih kepada Dewan Juri dan PPI Dunia yang telah memilih kami sebagai pemenang, berhrap kami dapat lebih semangat menjadi agen kebudayaan Indonesia di Korea,” ujar Rio saat mendapatkan award dari PPI Dunia. Sementara itu untuk kategori proker terbaik bidang pendidikan dimenangkan oleh PPI Belanda dengan program “Cerita van Holland” dan Lingkar Inspirasi. Adapun pemenang untuk kategori PPI Negara Terbaik PPI Dunia Awards 2015 adalah PPI Australia. [DA, RW]
Hal | 28
SIAPKAH INDONESIA MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN? Setiap tahun Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selalu mengadakan rapat kerja membahas Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU-APBN). UU-APBN ini nantinya akan menjadi panduan bagi pemerintah dalam menyelenggarakan roda pemerintahan pada tahun berikutnya. Subkhan Ngalimun Elwandi sebagai salah seorang anggota Islamic Economic Forum for Indonesian Development (ISEFID) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perbaikan tingkat kesejahteraan tidak pernah lepas dari pembahasan semua pihak di tanah air. Bahkan setiap tahun melalui rencana kerja pemerintah (RKP), Pemerintah selalu memasang proyeksi pertumbuhan ekonomi dan target tingkat pengangguran serta kemiskinan yang akan dicapai. Menurut Subkhan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan adalah necessary condition (yang mesti harus dipenuhi) dalam meningkatkan kesejahteraan. “Pertumbuhan ekonomi ini ibarat kue yang siap untuk dibagikan kepada masyarakat. Namun, apakah kue ini benar-benar dapat memperbaiki kualitas hidup masayarakat, sangat tergantung dari seberapa besar kue yang dibagi, bagaimana kandungan gizinya, serta bagaimana kue tersebut didistribusikan,� ungkap Subkhan
yang pernah menjabat sebagai kepala bidang Anlisis Sektor Riil, Badan Kebijkan Fiskal Departemen Keuangan RI. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sangat diperlukan, tapi kualitas dari pertumbuhan dan distribusi hasil pertumbuhan itu sendiri justru lebih penting. Rizwanul Islam dengan vitous circle-nya mengatakan bahwa kunci utama agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah apabila pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti dengan pertumbuhan lapangan kerja dan pingkatan produktivitas. Setelah Asian financial crises, ekonomi Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,49 persen. Akan tetapi, lambat-laun pertumbuhan ekonomi tersebut terus mengalami pelemahan hingga mencapai 5,01 persen pada 2014. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang selama ini relatif tinggi ternyata tidak dengan serta merta dapat mengurangi tingkat pengangguran secara signifikan.
Hal | 29
Setiap tahun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka memang mengalami penurunan, namun pengurangan ini tidak begitu signifikan sehingga tingkat pengangguran masih relatif tinggi. “Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN, tingkat pengangguran Indonesia (5,94%) menduduki peringkat kedua tertinggi, hanya sedikit di bawah Filipina (6,6%),� Jelas Subkhan lebih lanjut. Kondisi ini memang cukup ironis di mana dalam kurun waktu 2011-2014 ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 5,87 persen, sementara itu tingkat pengangguran hanya bisa turun sebesar 0,62 persentage point (dari 6,56 persen menjadi 5,94 persen). Dengan fakta yang ada saat ini, kondisi perekonomian Indonesia masih dalam situasi yang memerlukan pembenahan dari segala sektor, lalu siapkah Indonesia menyongsong datangnya MEA yang sudah di depan mata?
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 30
PPI BERBICARA MASALAH MEA Bicara tentang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tentunya masih banyak yang harus dipersiapkan bangsa Indonesia menghadapi tantangan ini. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan wawasan yang luas mengenai sejauh mana masyarakat memahami MEA yang sudah berada di depan mata.
Di Timur Tengah Nur Arifin, sebagai salah seorang pelajar Master dari King Fahd University of Petroleum and Mineral (KFUPM) menjelaskan pengetahuannya mengenai MEA.
Bagaimanakah sejumlah pelajar Indonesia memahami MEA secara keseluruhan? Berikut akan dilaporkan sejumlah wawancara bersama pelajar Indonesia yang tergabung dalam organisasi Persatuan Pelajar Indonesia Dunia.
Sebagai pelajar untuk menghadapi tantangan MEA ini, hal yang harus dilakukan ialah dengan menggunakanlah ilmu yang kita dapat untuk membangun Indonesia, bisa dengan membuka lapangan pekerjaan dalam industri kreatif, serta bekerja sebaik mungkin dalam bidang yang sesuai dengan passion serta keahlian yang dimiliki. Jadilah orang besar.
Menurutnya MEA, merupakan gabungan antar negara-negara ASEAN untuk membentuk pasar yang bebas dan kompetitif antar negara ASEAN melalui bentuk kesetaraan hak-hak antar negara ASEAN.
Dampak dari upaya penggabungan ini untuk Indonesia tentunya tidak sepenuhnya positif, ia menambahkan terdapat keuntungan dan Mahasiswa merupakan salah kerugiannya, adapun keuntugannya kita bisa satu asset bangsa yang akan mendapat hak yang sama di ASEAN. menjadi generasi penerus bangsa Indonesia “ Misalnya saat kita ingin bekerja dinegara kedepannya. Keterlibatan manapun bisa mendapatkan hak-hak yang sama, mahasiswa melalui pemikiran baik dari segi gaji, tunjangan, namun tentunya juga keilmuannya akan sangat akan ada kerugian juga yang akan diterima ketika memberikan kontribusi Indonesia belum siap menghadapi MEA, pekerjakepada pembangunan pekerja asing menyerbu Indonesia dan produkbangsa Indonesia produk kita belum tentu bisa bersaing, akhirnya kedepannya. Indonesia akan terjajah di negeri sendiri,� tuturnya.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Berbeda dengan pandangan pelajar Indonesia di Thailand, menurutnya hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi MEA adalah kemampuan berbahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional utama masyarakat dunia dalam berkomunikasi, termasuk untuk urusan diplomasi, pendidikan, bisnis, dagang, ekonomi, politik dan sosial budaya..
Dalam cetak biru ASEAN Economy Community (AEC), disepakati bahasa bisnis antar sesama negara ASEAN adalah bahasa Inggris. Melihat kerasnya persaingan di pasar bebas ASEAN nanti, maka penguasaan bahasa Inggris merupakan hal yang mutlak. Persatuan Pelajar Indonesia di Thailand (Permitha) telah menangkap persoalan ini sebagai permasalahan mendasar yang harus disikapi. Melalui Departemen SDM-nya, Permitha telah meluncurkan program English for academic writing untuk mencoba memahami situasi ini dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan pelajar yang berada di Thailand pada khususnya dan masyarakat Indonesia yang ada di Thailand pada umumnya dalam penguasaan bahasa Inggris.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Kegiatan yang berlangsung dari 21 Maret s.d 20 juni 2015 lalu ini bertempat di ruangan kelas Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) KBRI dan diikuti 18 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa maupun staf KBRI. Saat itu yang bertindak sebagai instruktur adalah Ms. Zuraidah Nasution yang merupakan PhD student dari Kasetsart university. Kesediaan Zuraidah untuk menjadi instruktur tentunya didorong oleh rasa kepedulian sekaligus untuk membangkitkan semangat masyarakat Indonesia yang ada di Thailand khsususnya para pelajar dalam meningkatkan kemampuan berbahasanya lebih baik lagi. “ Bahasa Inggris merupakan Bahasa komunikasi internasional, jika kita ingin maju dan mampu bersaing tentunya harus memiliki kemampuan berbahasa inggris yang lebih baik, dengan begitu masyarakat Indonesia dapat bersaing lebih luas lagi secara global,� tegas Zuraidah. Hadirnya program ini juga diharapkan dapat membantu kebutuhan mahasiswa Indonesia yang berada di Thailand terhadap penguasaan bahasa Inggris dalam kegiatan pendidikan, penelitian, dan publikasi ilmiah.
Hal | 32
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY: BAGAIMANA LANGKAH KE DEPANNYA? Oleh: Subkhan Ngalimun Elwardi (Ketua Umum PPI Malaysia)
Edisi 3| Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini merefleksikan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara anggota ASEAN termasuk di dalam membangun ketahanan terhadap ancaman volatilitas ekonomi global, mempertahankan pasar yang kompetitif sejalan dengan makin besarnya pengaruh Cina dan India, mendorong penciptaan tenaga kerja yang produktif, dan memitigasi tingginya tingkat kesenjangan sosial (inequality). Apakah MEA ini dapat memberikan dampak sosial yang positif di wilayah ASEAN atau tidak, sangat tergantung pada bagaimana pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja (labor market) baik secara langsung maupun tidak langsung serta bagaimana setiap negara menyikapi dampak tersebut. Secara langsung MEA akan mempengaruhi pasar tenaga kerja di kawasan ASEAN melalui makin bebasnya aliran tenaga kerja terlatih antarnegara, dan secara tidak langsung melalui liberalisasi perdagangan dan investasi. Bagi Indonesia, MEA ini merupakan peluang yang sangat besar apabila dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Pertumbuhan ekonomi yang positif dan berada pada kisaran 56 per tahun dapat menjadi modal dasar bagi pemerintah Indonesia dalam menghadapi pasar bebas ASEAN ini.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Sejak ASEAN berdiri negara-negara anggota ASEAN telah berhasil mentransformasikan ekonomi mereka menuju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Menurut World Eonmic Outlook (IMF, 2014) pada tahun 2013 produk domestik bruto (PDB) ASEAN mencapai USD 2,4 trilion dan memberikan kontribusi sebesar 3,3 persen kepada ekonomi dunia. Bahkan dalam periode 2007-2013 pertumbuhan ekonomi ASEAN (keculai Brunei Darussalam) secara rata-rata lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi dunia. Kondisi ini membuat ekonomi ASEAN mampu bertahan ketika ekonomi dunia mengalami gejolak pada akhir tahun 2000-an. Kinerja ekonomi yang kuat menjadikan seluruh negara anggota ASEAN mampu meningkatkan standar hidup masyarakatnya secara signifikan. Namun demikian, tingkat kesenjangan sosial dan tingkat pengangguran di pasar tenaga kerja masih relatif tinggi. Pada akhir tahun 2015 ini, ASEAN akan memasuki milestone baru dalam kancah perdagangan dunia yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) yang merupakan salah sau dari tiga pilar ASEAN Community (ASEAN Economic Community, ASEAN Political-Security Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community). Tujuan utama dari AEC adalah terbentuknya pasar global yang terintegrasi dan kompetitif yang dibangun atas dasar prinsip pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang merata.
Karena pelaksanaan MEA sudah di ambang mata dan tidak dapat ditunda lagi, maka menjadi tugas kita bersama untuk mempersiapkan langkah-langkah ke depan. Minimal ada tiga langkah yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi MEA sehingga kita dapat bersaing dengan negara-negara lain yaitu: (1) menjaga dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan produktivitas tenaga kerja (labor productivity), dan (3) koordinasi kebijakan fiskal dan moneter yang lebih pro-poor dan pro job. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi, beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi: • Pembangunan infrasruktur terutama untuk meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa (Jalan, Pelabuhan,Transportasi dll), • Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, terutama terkait dengan peningkatan kemudahan berusaha, • Peningkatan konektvitas antar wilayah dan antar daerah, terutama untuk menghubungkan sentra produksi dengan sentra pemasaran, • Meningkatkan investasi di sektorsektor dan industri yang padat pekerja,
Edisi 2 | Buletin PPI Dunia | Mei 2015
Demographic dividend yang berupa makin besarnya jumlah penduduk kelas menengah ke atas, serta makin bertambahnya jumlah tenaga kerja terlatih dan terdidik juga menjadi nilai lebih bagi Indonesia untuk ikut berkompetisi dalam globally integrated market. Negara Indonesia juga memiliki natural endowment yang dapat dimanfaatkan secara optimal yang meliputi: posisi geografis yang strategis, sumber daya alam yang melipah serta tradisi, budaya dan masyarakat yang beraneka ragam. Menurut McKinsey Report, lima belas tahun ke depan ekonomi Indonesia diperkirakan menduduki peringkat ketujuh dunia, tenaga kerja terlatih dan terdidik mencapai 113 juta orang, jumlah penduduk kelas menengah ke atas diperkirakan sebesar 135 juta orang, dan market opportunity untuk jasa, produk pertanian serta pendidikan mencapai 1,8 triliun dolar. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi (sebagai negara terbesar di wilayah ASEAN) untuk menguasi pasar ASEAN. Namun sebaliknya, apabila demographic dividend ini tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik-bainya maka Indonesia hanya akan menjadi pasar tujuan bagi produk-produk dari negara lainnya.
Sementara itu, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat ditempuh antara lain melelui: • Menyelaraskan keterampilan pekerja dengan kebutuhan dunia usaha, • Memperkuat relevansi sistem pendidikan untuk meningkatkan kesiapan pasar tenaga kerja, • Memberikan pelatihan kejuruan berbasis permintaan (demandbased vocational training), program akreditasi dan kerja sama dengan sektor swasta, • (Ekstra kurikuler pre-vocational) program keterampilan untuk memastikan kesiapan kerja bagi para sarjana/lulusan, • Perlu praktek-praktek kerja yang bertanggung jawab, seperti inovasi dalam organisasi kerja
pembelajaran terus-menerus di tempat kerja, hubungan yang baik antara pekerja dan manajemen, • Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pergantian karyawan, peningkatan produktivitas dan hasil yang lebih baik, dan • Kepatuhan terhadap standar perburuhan Terkait dengan koordinasi kebijakan, otoritas fiskal dan otoritas moneter dapat mengambil langkah-langkah antara lain: • Ekspansi ekonomi yang dapat mendorong penciptaan lapangan kerja • Perlu adanya ekspansi untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah bagi rumah tangga miskin • Belanja dan bantuan sosial yang berpihak pada masyarakat miskin • Memperbaiki mekanisme redistribusi pendapatan misanya dengan menerapkan pajak progressif (bagi orang kaya), dan lump-sum (subsidi) untuk masyarakat miskin • Meningkatkan produktivitas masyarakat miskin dengan mempermudah akses ke pendidikan, fasilitas kesehatan & gizi yang lebih baik • Meningkatkan kemudahan akses masyarakat miskin terhadap ekonomi Hal | 36
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
• Mendorong usaha kecil dan menengah, terutama yang berpotensi menyerap tenaga kerja dengan ketrampilan rendah, • Memberikan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah besar (tergolong industri padat pekerja), dan • Mensinergikan programprogram pusat dengan daerah
Indahnya Hari Raya Pelajar Indonesia di Perantauan Lebaran kali ini mungkin terasa berbeda dari lebaran biasanya. Tahun ini lebaran sejumlah pelajar Indonesia yag belajar di luar negara terpaksa merayakan idulfitri dengan berjauhan dari sanak saudara, bahkan mungkin sangat jauh dari jamuan khas hari raya khas tanah air yang menggoda selera. Di Tunisia tradisi hari raya tidak semarak sperti disejumlah negara-negara yang memiliki penduduk dominan beragama Islam, ramadhan di Tunisia terkesan penuh kesunyian. Seperti yang di tuturkan Nafidh salah seorang pelajar Indonesia yang belajar di Tunisia. “Sungguh sangat terasa jargon lebaran sederhana tanpa pesta yang meriah, Tunisia sebuah Negara wilayah Arab Barat yang terletak di benua Afrika juga tak mengenal kemeriahan idul fittri, tidak ada kemeriahan takbir keliling, kelezatan opor ayam atau pun halal bi halal berkeliling dari rumah ke rumah,” ujar Nafidh. KBRI Tunis selaku “Ayah” bagi mahasiswa rantau di Tunis memang menyediakan miniature suasana lebaran ber upa takbiran bersama di malam ied, salat ied Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
bersama di wisma duta dan kemeriahan hidangan lebaran.
juga
Tetapi ternyata tidak semua mahasiswa yang memilih kemeriahan tersebut. Seperti yang dilakukan Nafidh bersama tiga pelajar lainnya. mereka memilih backpacker selama Ramadhan ke wilayah selatan, Kota Kairouan. Kota yang konon menjadi tonggak penyebaran islam di wilayah Afrika dan tersambung hingga wilayah eropa sana. Jarak dari kota Tunis sekitar 160 KM. Dua jam perjalanan ditempuh dengan bus dari Terminal Bab Alioua, Tunis. Kami berangkat hari ketiga Romadhon, Sabtu (27/106/2015). “Niat kami ingin menghafal quran sambil melacak jejak sejarah kota yang didirikan pada tahun 50 H oleh sahabat Uqbah Ibn Nafi’. Kabar yang kami terima disana ada pesantren yang konon tetap eksis hingga sekarang. Karena tak mudah mempertahankan lembaga bernuansa islam seperti pesantren ini,” ujarnya. Namanya Pesantren Darul Quran, Kairouan. Didirikan pada tahun 1968, pra-revolusi Tunisia (Revolusi Negara Tunisia terjadi pada tahun 2011.
Hal | 37
Takbiran hanya digemakan pas sebelum solat tied dimulai. Itu pun hanya takbiran datar tanpa nada seperti di Indonesia,” ungkap Nahfidh lagi. Dan akhirnya waktu yang dinantipun tiba, sholat Ied dilaksanakan pada hari Jumat (17/07/2015) Pukul 06.00 CET (waktu eropa tengah) Solat ied kami laksanakan dengan hidmat di halaman Jami’ tertua di kawasan Arab Barat. Syeh Thoyyib selaku imam besar Jami’ Uqbah memimpin jalannya solat sekaligus sebagai khotib. Setelah solat maka lebaran benar-benar berahir tak ada acara makan-makan hidangan lebaran pun tak ada acara berkeliling ke rumah tetangga, tak ada salamsalaman, tak ada ketupat atau bahkan petasan. Lebaran dalam kesunyian.
Hal | 38
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Sebelum revolusi lembaga berirama agama akan segera dimarginalkan). Didirikan oleh seorang ulama Kairouan ternama Syeh Abdurrahman Khlif. Disinilah kami habiskan ibadah ramadhan tahun ini. Letaknya pun cukup strategis di jantung kota Kairouan, dekat dengan Medina Al Atiqoh (kota tua). Cukup dengan berjalan kaki sekitar lima menit maka kita akan sampai di ikon kota ini, Jami’ Uqbah. Sungguh kenikmatan mana lagi yang kau dustakan?! Ramadhan tahun ini di Tunisia ditunaikan selama 29 hari dengan cuaca diatas 40ºC. Menurut keterangan warga setempat, kota ini lah kota terpanas di Bumi El Khodro, Tunisia. Dan akhirnya ramadhanpun usai. Di malam hari 16 Juli 2015, pada pukul sembilan kurang seperempat, suara meriam dari Jami’ Uqbah menggema di langit kota Kairouan. “Setelah tiga kali ditembakan, tanda puasa kami benar-benar berahir. Kami pun langsung menuju ke Jami’ Uqbah untuk solat isya bersama. Pemandangan yang sangat berbeda dengan tanah air, setelah salam Sang Imam akan memimpin jamaah untuk takbiran bersama kemudian melanjutkannya dengan doa. Di Tunisia, lagi-lagi kesunyian menyapa kami mahasiswa rantau. Sang imam hanya bedoa ala kadarnya tanpa gema takbir yang membahana. Dan istilah malam takbiran pun tak dikenal di Negara ini.
Indahnya Hari Raya…. Tak jauh berbeda di Jepang, hal yang wajar jika tinggal di Jepang harus dihadapkan dengan sedikitnya komunitas islam. Hal inilah yang membuat suasana Ramadhan dan Idul fitri tidak sehangat di tanah air.
Kota Sapporo merupakan jantung Provinsi Hokkaido. Kampus Hokkaido University berada dikota ini, semenjak 8 tahun terakhir di lingkungan kampus ini sudah berdiri Masjid Sapporo yang dapat menampung sekitar 200 jamaah.
“ Di Jepang kami jauh dari hiruk pikuk dan suasana yang hangat, tidak ada siaran TV yang berlomba-lomba menyiarkan siaran yang menjadi tanda memeriahnya Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia,” ujar Desi salah seorang pelajar master dari Hokkaido University.
Selama ramadhan, sholat taraweh di masjid ini dipimpin imam asal Mesir. Sholat tarawih tahun ini setidaknya satu Juz dibaca oleh imam yang terangkum dalam 11 rokaat. Di Jepang saat musim panas tiba, durasi siang akan terasa lebih panjang.
Menurut Desi, sebagai kaum minoritas muslim Indonesia dari 1000 orang penduduk yang ada di kota Hokkaido tentunya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk membuat ramadhan ataupun hari raya menjadi meriah seperti di tanah air. “ Ramadhan dan lebaran tahun ini dating pada saat musim panas. Tidak ada yang bisa dilakukan selain mensyukuri apapun yang kami rasakan saat berjauhan dari keluarga dan mengulang kata-kata bahwa kebahagiaan itu letaknya di rasa syukur, Alhamdulillah masih bertemu dengan ramadhan,”ujarnya.
“Inilah yang membuat jadwal puasa banyak berbeda dengan di Indonesia, waktu imsa’ jatuh pada pukul 1.30 pagi, sedangkan buka puasa jatuh pada pukul 19.15 petang, jadi sekitar 17,5 jam puasa di Hokkaido,” ujar Desi. Tidak terasa 30 hari berlalu dengan cepat, musim panas tahun ini terasa jauh lebih sejuk hawanya dibandingkan dengan musim panas sebelumnya, Alhamdulillah. Lebaran yang ditunggupun tiba, walau tidak ada kehebohan berbelanja baju baru, siap-siap obor untuk takbir keliling, menata kue kering berbaris rapi di ruang tamu, tapi khidmad merayakan kemenangan Ramadhan jelas tak kalah di negeri Sakura.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
“Kami melaksanakan sholat idul fitri 1436 H di sebuah taman yang tidak jauh dari Masjid, lebih dari 300 orang jama’ah dari berbagai bangsa hari Jumat 17 Juli 2015 melaksanakan sholat Ied dengan khidmad, dan setelah melaksankan sholat jama’ahpun bersalam-salaman dengan muslim yang lain,” ungkap Desi. Terasa suasana haru yang mendalam, walau jauh dari kampung halaman, ada banyak hal yang harus disyukuri di sini, merayakan hari besar tanpa orang tersayang, bukan berarti harus bersedih bukan. Keterbatasanketerbatasan di negeri orang, Alhamdulillah, diberi kesempatan merayakan hari besar bersama saudara dari enam benua, Asia, Amerika utara, Amerika selatan, Eropa, dan Afrika, dan Australia.
Menurut Desi suasana hari raya dan halal bihalal dengan sesama muslim di Hokkaido pada tahun 1436 H kali ini terasa indah dengan jamun dari salah seorang pasangan muslim warga Negara Jepang. Dan ternyata dari 1000 penduduk Jepang jumlah muslim hanya terdapat 20 orang saja. “ Masya allah, jalan dakwah masih sangat luas. Lagi lagi, saya menjadi paham, bahwa kebahagiaan letaknya ada di rasa syukur, Alhamdulillah saya masih bisa berhari raya dengan sesame muslim lainnya meskipun tidak berada ditengah keluarga tercinta di tanah air,” ungkapnya. (Ds/Nfd)
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
PPI Dunia Tegaskan Siap Kerja sama dengan LPDP Pada hari Rabu tanggal 29 Juli 2015 bertempat di Gedung Maramis, Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Jakarta, Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia) telah melangsungkan audiensi dengan Direktur Utama, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Bapak Eko Prasetyo. Dalam kesempatan tersebut PPI Dunia yang diwakili oleh 7 negara yaitu, PPI Australia, PPI Malaysia, PPI Taiwan, PPMI Arab Saudi, PPI Filipina, PPI Turki dan PERMIRA Rusia.
Perwakilan PPI dalam pertemuan tersebut menyampaikan beberapa agenda kerja sama sekaligus meminta klarifikasi terkait pengalihan beasiswa DIKTI ke LPDP dan daftar Universitas yang diterima oleh beasiswa LPDP. Agenda kerja sama yang sempat di bahas dalam pertem uan tersebut diantaranya adalah LPDP roadshow atau world tour, pertimbangan aktivis
PPI meraih beasiswa LPDP, program TOP UP, Beasiswa 3T untuk program strata satu (S1). Koordinator PPI Dunia periode 20142015, Ahmad Almaududy Amri (Dudy) menyampaikan pentingnya penghargaan dari pemerintah kepada para aktivis PPI yang mendikasikan waktunya untuk berkarya bagi Indonesia di luar negeri, salah satu bentuknya adalah dengan mempertimbangkan para pengurus untuk mendapatkan beasiswa LPDP. Dudy juga menjelaskan bahwa PPI Dunia siap memfasilitasi LPDP untuk untuk melakukan roadshow atau world tour untuk mensosialisasikan beasiswa LPDP. Dudy menegaskan bahwa agenda ini penting mengingat banyaknya pelajar S1 dan S2 Indonesia di luar negeri yang berkeinginan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi lagi namun tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai beasiswa yang diberikan pemerintah Indonesia termasuk LPDP.
Hal | 41
FOTO BERSAMA DIREKTUR UTAMA LPDP GD. MARAMIS, LPDP
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Menanggapi concern PPI Dunia tersebut, Direktur utama LPDP Eko Prasetyo menyambut baik usulan PPI Dunia untuk memberikan penghargaan kepada pengurus PPI dan akan mendiskusikannya secara internal. “Komponen keaktifan di organisasi sebenarnya sudah masuk sebagai salah satu konsiderasi dalam penerimaan beasiswa LPDP namun yang mengatur secara khusus untuk pengurus PPI yang berkarya di luar negeri sejauh ini memang belum ada,” ungkapnya. Terkait dengan agenda roadshow, ia menyampaikan bahwa ide ini sangatlah positif, namun mengingat biaya yang harus dikeluarkan cukup banyak maka harus dipikirkan dengan matang lagi usulan tersebut. Bapak Eko memberikan wacana bahwa pengurus PPI dan penerima beasiswa LPDP di Negara terkait dapat berkolaborasi untuk menyebarluskan informasi ini di bawah arahan LPDP. PPI Dunia dalam audiensi tersebut juga mengklarifikasi beberapa hal antara lain terkait pengalihan beasiswa DIKTI ke LPDP dan daftar Universitas yang diterima oleh beasiswa LPDP. Menanggapi hal tersebut, LPDP menyampaikan bahwa diskusi mengenai pengalihan beasiswa DIKTI ke LPDP masih dalam pembahsan oleh pihakpihak terkait dan ia menuturkan akan siap mengelola jika pengalihan tersebut terjadi.
“LPDP perlu diberikan waktu yang cukup untuk menata sistem serta anggaran yang memadai untuk menampung calon penerima beasiswa yang lebih banyak lagi,” tegasnya. Ia juga menyampaikan bahwa dosen dapat juga mengajukan beasiswa LPDP mengingat jumlah penerima beasiswa tersebut cukup sigifikan yaitu mencapai 3000 penerima dalam satu tahun. Terkait dengan daftar universitas, ditgaskan bahwa daftar tersebut merupakan produk murni dari tim seleksi yang mempertimbangkan beberapa referensi yang mengeluarkan daftar ranking universitas dunia seperti QS World Universities Ranking dan Times Higher Education. Daftar tersebut juga selalu di update setiap tahunnya. Pada kesempatan audiensi Dudy selaku coordinator PPI Dunia 2014-2015 menyampaikan undangan resmi sebagai pembicara pada Simposium Internasional PPI Dunia kepda Dirut LPDP. Simposium ini akan diadakan di Singapura pada 8-9 Agustus 2015. Menjawab undangan tersebut pihak LPDP menyatakan bersedia memenuhi undangan tersebut sebagai bukti kesiapan LPDP untuk dapat bekerja sama dengan PPI Dunia.
Hal | 43
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Sel Surya Organik: Mewujudkan Energi Bersih dan Murah untuk Dunia Oleh: Muhamad Doris Caniago Ada dua tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini, yang pertama adalah semakin berkurangnya sumber daya energi fosil dan yang kedua, adalah perubahan iklim. Semenjak revolusi industri, pemanfaatan energi fosil, batubara dan minyak bumi, telah memperburuk siklus iklim di dunia. Muhamad Doris adalah salah seorang research assistant di group riset Organic Electronic, Universiti Malaya, yang sedang aktif melakukan penelitian mengenai sel surya organik. Menurutnya, apabila dibandingkan 2000 tahun sebelum dimulainya revolusi industri, tercatat bahwa sejak 150 tahun terakhir, temperatur permukaan bumi meningkat lebih cepat seiring dengan bertambahnya kadar karbondioksida di atmosfir bumi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar-1. “Hal ini sudah seharusnya menjadi perhatian penting kita bersama untuk mencari alternatif pemanfaatan energi yang tidak mengancam kelangsungan makhluk hidup dibumi,� tutur Doris.
Dari kajian yang telah ia pelajari terdapat beberapa energi alternatif yang masih belum dioptimalkan pemanfaatannya, salah satunya adalah energi matahari. Doris menjelaskan, dalam aplikasinya, energi matahari yang dapat dimanfaatkan terbagi dua, yakni pertama solar thermal, dengan cara memanfaatkan panas yang dipancarkan dan solar cell, yang memanfaatkan radiasi cahaya yang dipancarkan matahari. Hal | 44
Pada mulanya tidak banyak orang tertarik untuk mengembangkan energi matahari sampai pada tahun 1954 di laboratorium Bell Labs, tiga peneliti yang terdiri dari Gerald Pearson, Daryl Chapin dan Calvin Fuller menemukan sel surya berbasis Silikon dengan effisiensi 4 %, yang tak lama kemudian efisiensinya meningkat menjadi 11 %. Silikon menjadi material pertama di dunia yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi listrik. Namun, harga sel surya berbahan Silikon ketika itu cukup mahal, $ 1000 per watt. Peningkatan efisiensi sel surya silikon menjadi perhatian sebuah surat kabar harian New York Times, yang
Edisi 2 | Buletin PPI Dunia | Mei 2015
Hal | 45
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Gambar-1. Temperatur bumi dan peningkatan karbondioksida di atmosfir. (http://www.ncdc.noaa.gov/indicators/)
meramalkan bahwa sel surya, suatu hari nanti, akan menjadi sumber energi yang utama. Dalam satu jam pancaran sinar matahari yang diterima permukaan bumi dapat menghasilkan energi sebanyak 120.000 terawatt. Energi ini setara dengan 9000 kali energi yang diperlukan diseluruh dunia saat ini, yakni hanya sebesar 13 tera-watt. “Bisa kita bayangkan andaikan saja kita dapat memanfaatkan 0.05 % energi yang dipancarkan matahari, maka semua persoalan energi diseluruh dunia dapat terselesaikan,� ungkap pria berdarah minang ini lebih lanjut. Akan tetapi, yang menjadi tantangan saat ini adalah menemukan cara yang efektif untuk mengambil energi dari cahaya matahari dan mengkonversinya menjadi energi listrik dengan harga yang lebih murah dan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat di permukaan bumi.
Sel surya sejak pertama kali ditemukan telah membukukan sejumlah rekor nilai efisiensi. Dimulai dari berbahan dasar Silikon dalam bentuk monokristal maupun polikristal, berlapis tunggal maupun multi lapis bahkan hingga memanfaatkan teknologi lapisan tipis. Menurut Doris, sel surya yang ada di pasaran saat ini, hingga 98 %, masih didominasi oleh sel surya berbahan dasar inorganik dimana sel surya Silikon mendominasi 90 %.
Bahkan, sebagian sel surya inorganik dibuat menggunakan material “tanah jarang� yang harganya relatif mahal ketimbang Silikon. Rekor efisiensi tertinggi yang pernah dibukukan oleh sel surya Silikon adalah sebesar 25 %, Gambar-2. Meskipun sel surya Silikon memiliki efisiensi yang tinggi, proses produksi sel surya jenis ini masih menjadi kendala akibat dari tahapan proses yang relatif rumit. Oleh karenanya, diperlukan suatu material atau proses lain yang dapat mengatasi dua tantangan diatas, yakni, penggunaan material yang mudah didapat dan berlimpah serta ongkos produksi yang relatif murah dan proses fabrikasi yang sederhana.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Gambar-2. Rekor effisiensi berbagai jenis sel surya yang pernah dibukukan. (National Renewable Energy Laboratory, 2014)
Akhir-akhir ini, sel surya jenis lain yang berbasis bahan organik telah menjadi pusat perhatian sejumlah penelitian di beberapa laboratorium di dunia. Sedikit berbeda dengan sel surya inorganik dimana pada sel surya berbahan organik, proses transfer muatan listrik tidak terjadi secara langsung, akan tetapi melibatkan proses penciptaan pasangan elektron-hole yang kemudian elektron dan hole dipisahkan menuju electroda seperti yang digambarkan oleh bagan Gambar-3. Di samping itu, sel surya berbahan organik relatif mudah didapat, ramah lingkungan, mudah diproduksi secara massal, dan proses fabrikasi yang murah. Lebih lanjut Doris menjelaskan, besaran efisiensi sel surya organik belum dapat menyamai nilai efisiensi sel surya inorganik.
Oleh: Muhamad Doris (Research Assistant at Low Dimensional Materials Research Centre, Department of Physics, University Malaya) Hal | 47
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Gambar-3. Mekanisme transfer muatan listrik, pasangan electron-hole, didalam sel surya organic (http://www.photonics.com/images/Web/Ar ticles/2012/2/1/Figure2_4.jpg)
Sel surya organik, relatif mudah di produksi karena menggunakan larutan cairan dimana larutan ini dapat kita gunakan sebagai tinta. Tinta ini tak ubahnya seperti tinta yang kita gunakan pada teknik mencetak dokumen maupun pada metode “roll to roll printing� yakni, pada proses yang dapat kita jumpai dalam mencetak koran ataupun majalah sehingga proses produksi sebuah sel surya dapat menjadi lebih cepat dan relatif murah. Kendati sel surya organik ini sedang menjadi primadona sebagai generasi masa depan sel surya, beberapa kendala masih perlu diatasi seperti “life time� yang perlu diperpanjang, dan nilai efisiensi yang perlu ditingkatkan, dimana saat ini baru membukukan efisiensi sekitar 10%. Apabila dua kendala ini dapat diselesaikan, tidak diragukan lagi, sel surya organik akan membanjiri pasar sel surya di dunia.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Aku Ada
Pojok Sastra Takdirku Ketika aku harus terbaring di sini Merenungi waktu Mengantarkanku dalam dalam ilusi Sejenak beristirahat dari riuh kehidupan Ketika aku harus diam sendiri Mendengarkan apa yang tak jelas. menghibur hati dalam risau asa rebah tanpa daya Ketika sadarku merasuki kalbu Hamba yang tanpa daya Menerima sejarah tertulis Memerankan lakon duka Lara‌..dan..sengsara Amelia, 2015
Dalam diam, dalam semua perbuatan yang sungguh tidak perlu digegap gempitakan oleh suara. Dalam setiap hela napas yang jelas nampak betapa aku mencintai kamu. Dalam setiap tatapan mata dan kecupan kecil yang istimewa bagiku. Dalam setiap kesempatan untukku menjadi yang satu-satunya bagimu.
Dalam setiap kesempatan melindungimu dari apa-apa saja, dalam setiap di mana aku jelas bisa menjadi yang kau andalkan. Dalam setiap sandaran yang kau cari saat kau kelelahan, aku selalu ada. Dalam setiap kalimat sederhana yang tanpa sengaja aku ucapkan, justru adalah tempat yang paling jelas menyatakan betapa aku memujamu.
Dalam setiap sikap posesif yang tidak pernah bisa kamu fahami, aku ada. Melindungimu mati-matian dengan caraku yang mungkin selalu gagal kamu mengerti. Dalam setiap pertengkaran di mana aku gagal memberitahumu dengan lugas betapa aku cemburu. Betapa aku tidak ingin kamu dimiliki orang lain. Betapa aku ingin kamu hanya menjadi milikku. Dalam setiap hembusan angin, hanya namamu yang sungguh bergema dalam setiap ruang di pikiranku. Dalam setiap penolakan dan pembuanganmu atas diriku, dan setiap kebodohan yang aku lakukan; terlunta-lunta kembali kepadamu. Seperti seekor anak kucing yang telah dibuang jauh tapi tetap bisa kembali menemukan jalan pulang. Menyedihkan Dalam setiap ketiadaan, aku ada. Cynthia Darongke, 22 November 2014
Upcoming Events PPI Negara: