AUDIO VIDEO 3

Page 1

audio Komparasi 4 HANDYCAM & 4 HTiB

video

HOME ELECTRONIC ENTERTAINMENT

EDISI 03 / THN. I / DESEMBER 2011

CAMCORDER MINI

FORMAT FULL HD? Power amplifier yang satu ini mampu menghasilkan daya mencapai 1.200 Watt per kanal.

HI END AUDIO POWER LABS

REVIEW

Soundmatters FOXL V2 – Speaker Saku Bersuara High-End?

SHOPPING GUIDE

235 PRODUK BARU




contents 8

8

NEW PRODUCT Samsung HMX-300, Olympus E-5, Sennheiser RS 170.

12

PRODUCT INFO

Sony NSZ-GT1, TEAC Reference Series DR-H338i

14

THEME

Camcorder Mini Format Full HD

18

12

REVIEW 1

Soundmatters FOXL V2 Speaker Saku Bersuara High-End.

22

REVIEW 2

14

Uji Coba DSPeaker Anti Mode 8033s.

50

28

REVIEW 3

Uji Coba JVC DLA-X30/RS45.

32

REVIEW 4

Changhong Plasma 3D Seri 890.

35

COMPARISON1

18

Komparasi Speaker HTiB : Bose Acoustimass6, Monoprice 8247, Boston Acoustic SoundWare XS5.1, Pioneer SP-PK21BS.

44

COMPARISON2

24

Pilihan Handycam Jelang Liburan : Sony DCR-SX44E, JVC HM30, Toshiba X100, Sanyo VPC-TH1BL

54

50

HI END 1

Kolaborasi Mark Levinson dan Revel.

54

HI END 2

28

Our Tubes Bigger Than You.

58

HI END 3

Real Music Sajian Monster McIntosh.

62

HOME THEATER

32

Bila David Foster dan Angelina Jolie Dalam Satu Kamar.

66

58

TIPS & TRICKS

Cara Menilai Kualitas Audio Video Secara Objektif.

70

REVIEW CD

Chikenfoot : “III”, Kelly Clarkson : “Stronger”, Ed Sheeran : “+”, Nero : “Welcome Reality”, Heaven on Earth : “Metamorphosis, Cobra Starship : “Night Shades”, Superheavy : “Self Titled”, Blink 182 : “Neighborhoods”, Jason Derulo : “Future History”, Michael Bolton : “The Duets Collection”

35

75

SHOPPING GUIDE

62

TV Plasma, TV LED, TV LCD, HTIB, Blu-Ray, Camcorder, Micro Compo.

audio video 4 Desember 2011


audio video 5 Desember 2011


audio

video

Pemimpin Umum

Pemimpin Redaksi Redaksi Sekretaris Redaksi Kontributor

Tjandra Ghozalli Budi Santoso

David Susilo, Doharto Simatupang Dita Nursari Sie Kek Chung, Malion, Didik.Wa, Boyke, Herwin, Tony Susanto, Wiyono.

Grafis Manajer Iklan Promosi

Cecep A. Aziz Fajar Tri Pertiwi

Keuangan

Ridwan Candra

Fotografer

A. Riff Syarifudin, Fajar Sutrisno

Alamat Redaksi

Jl. Pulo Buaran III F5-6 BPSP-Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur 13930 Telp: (021) 4619502 Fax: (021) 46826450

Ir. Tjandra Ghozalli Pemimpin Umum

S

Penerbit

PT Audiomedia Nusantara Raya

Pres Dir

Mario Alisjahbana

Pres Kom

Milyanti Yani

Komisaris

Lukmanul Hakim Adham

Group Media

KONTAK PEMBACA

enang sekali kami menerima email dari kawan kawan setanah air bahkan dari Amerika Serikat, Taiwan, dan Australia yang menyambut Audio Video on-line dengan anthusiast. Menanggapi sejumlah pertanyaan, inilah jawaban dari kami. Ya kami akan selalu sadar bahwa yang sulit adalah menjaga kualitas bukan meraih kualitas. Tentunya kami berusaha agar majalah Audio Video on-line selalu berkualitas tinggi yang layak Anda baca. Dari counter hit, Audio Video edisi 2 terbaca 11.063 pembaca (sekarang tgl 2 Desember 2011, pukul 19.00). Sedang untuk Audio Video edisi perdana, web-sitter kami lupa memfasilitasi counter hit, sehingga kami tidak mengetahui berapa orang yang mampir ke web-site kami. Untuk itu kami mohon maaf. Mulai terbitan mendatang kami akan menyiapkan rubrikasi “Kontak Pembaca�. Silahkan Anda kirim surat (nyata

atau maya) yang berisi saran, uneg uneg, komplein, atau kritik. Surat masukan dari anda ibarat cermin bagi kami. Tanpa cermin kami tidak mengetahui apakah wajah kami bersih (baik) atau kotor (jelek) sehingga kami pun tidak tahu jalan mana yang harus kami tempuh. Kami tak segan segan melakukan hal yang terbaik guna memenuhi keingin-tahuan anda sebagai pembaca di bidang audio dan video.. Apakah anda punya usul agar di tahun depan kita adakan pameran audio high end? Saya bersama mitra berencana untuk mengadakan pameran high end di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta Selatan. Namun sebelumnya kami akan mengadakan semacam survei kecil-kecilan – untuk mengetahui tingkat kemampuan para pemain audio high end. Apakah sudah waktunya kita menyelenggarakan Pameran High End kembali? Kami menantikan tanggapan, jawaban, dari Anda semua.

audio video 6 Desember 2011


audio video 7 Desember 2011


DOMESTIK

Samsung HMX-300

P

roduk yang satu ini merupakan jenis camcorder besutan Samsung yang mempu menghasilkan kualitas video kelas full HD dengan format video H264. Fitur menarik lain yang cerdas dari kamera video digital ini adalah dukungan Smart Auto yang secara otomatis memilih mode bidikan terbaik untuk menangkap video maupun gambar. Lensa Samsung H300 mampu mencapai 30X Optical Zoom. dan memungkinkan dapat melihat lebih detail tanpa harus lebih dekat dengan objek bidikan. Bahkan dengan dukugan layar LCD sentuh 3 inci, maka pengguna akan dimanjakan dengan menu yang interaktif. Samsung mengembangkan teknologi canggih Face Detection. Dimana

NEW PRODUCT

by: Budi Santoso

Olympus E-5

B

elum lama ini Olympus merilis kamera terbarunya, yaitu Olympus E-5 yang merupakan penerus dari seri terdahulu (E-3). Melihat

mampu mendeteksi secara akurat dan mengenali hingga enam wajah, memastikan bahwa wajah setiap orang yang sudah dikenali akan selalu fokus.

dari bodinya, Olympus E-5 ini memang masih menggunakan jenis bodi yang sama dengan E-3 yang memang dirancang untuk fotografi ekstrim yang tahan debu, percikan air serta suhu yang ekstrim. Kamera ini didukung sensor Live MOS 12.3 megapixel, dengan layar VGA 3 inci yang dapat diputar, untuk shooting video, Olympus E-5 juga dilengkapi kemampuan perekaman video 720p dengan koneksi Stereo Mic dan HDMI. Fitur menarik yang ditawarkan adalah kualitas gambar pada Olympus E-5 dengan mesin pengolah gambar teknologi Fine Detail Processing  â€œTruepPic Vâ€?. Kombinasi dengan lensa Zuiko digital menjadikan sensor dan prosesor yang baru diklaim menawarkan kualitas gambar yang lebih baik dengan peningkatakan jumlah pixel yang lebih tinggi dengan High Speed Live MOS Sensor 12,3 Megapixel.

audio video 8 Desember 2011


audio video 9 Desember 2011


Sennheiser RS 170

S

ennheiser RS 170 adalah model headphone nirkabel yang cocok untuk penggemar film dan TV. Fitur bass yang dinamis bass serta meningkatkan dan pengolahan suara virtual surround sehingga mampu mensimulasikan sebuah sistem home theater . Dudukan earcups yang empuk akan memanjakan telinga anda dengan redaman tingkat kebisingan eksternal. 170s RS menggunakan teknologi Kleer nirkabel untuk memberikan suara stereo terkompresi. Tidak seperti teknologi nirkabel lainnya, Kleer memberikan lossless dengan kualitas audio digital sekelas CD, yang berarti Anda tidak akan dapatmembedakan antara headphone ini dan orang yang menggunakan kabel. Fasilitas Multi-mode memungkinkan penerima dua atau lebih orang menggunakan headphoneSennheiser Kleer untuk mendengarkan sumber audio yang sama, sehingga Andadapat dengan mudah berbagi musik, film, atau acara TV dengan teman dankeluarga. Dengan spesifikasi tanggapan frekurnsi 18-21.000 Hz serta total harmonic distor-

PRODUCT INFO

by: Budi Santoso

tion <0.5% pada1 kHz, maka headphone ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan kualitas suara dengan jangkauan audible yang mumpuni.

Bose® SoundDock® Series II digital music system

B

erikut ini adalah cara mudah untuk mengisi ruangan Anda dengan suara legendaris Bose dengan fitur yang selalu menghadirkan kesan modern, termasuk tempat iPod Anda dalam SoundDock Seri II . Sistem speaker iPod dengan desain yang ramping dan kompak mempu bekerja dengan baik pada iPhone menggunakan sistem remote untuk memudahkan pengontrolan dari mana saja di dalam ruang. Selain kompatibel dengan iPhone juga dapat mengakses perangkat lain dengan dukungan masukan minijack.

audio video 10 Desember 2011


audio video 11 Desember 2011


Sony NSZ-GT1

S

ony memperkenalkan pemutar Blu-ray pertama di dunia yang didukung oleh Google TV™. Banyak pemutar Blu-ray menawarkan layanan internet dan beberapa aplikasi, tetapi sekarang SonyNSZ-GT1 menawarkan tingkat kenyamanan baru dan menyenangkan, dimana pemutar Blu-ray cerdas ini dilengkapi dengan Google TV yang memberikan Anda kemudahan akses ke konten hampir tak terbatas dari Internet. Apakah Anda streaming film dan acara TV dari Netflix ®, atau mencari web untuk sumber baru . Dukungan remote konvensional, Sony NSZ-GT1 dilengkapi dengan keypad nirkabel yang dapat berselancar. Baik untuk cari film, atau layanan on line seperti Netflix ®.Hampir semua pilihan ter-

PRODUCT INFO

by: Budi Santoso

baik Web hiburan berada di ujung jari Anda . Sony NSZ-GT1 menjadi sarana hiburan keluarga yang menyenangkan dan mudah akses berkat built-in Wi-Fi yang memungkinkan Anda terhubung ke jaringan nirkabel dengan menu pada layar yang familiar, bahkan anda dapat menambahkan aplikasi gratis ke ponsel Android ™ untuk menggunakannya sebagai pencarian nirkabel yang nyaman.

TEAC Reference Series DR-H338i

D

imensi TEAC DR-H338i yang mungkin tergolong kecil, namun dibalik itu tersimpan fitur menarik yang membungkus sistem mikro tersebut. Dengan daya keluaran 50 watt per kanal mungkin tampak sederhana dibandingkan dengan beberapa sistem home theater tradisional. Kemampuan H338i ternyata tidak terbatas pada suara saja, selain dapat memainkan DVD, juga didukukung oleh fitur upconvert video ke 1080p yang dikirim jalur keluaran HDMI. Dengan dukukungan Dolby ® Virtual Speaker, maka dapat me-

nambahkan dua speaker dan subwoofer, maka terjalinlah sistem home theater. Kemampuan lainnya adalah dengan difasilitasinya sebuah mini-jack, dan tentu saja serta dapat jalankan iPod ® Anda.

audio video 12 Desember 2011


audio video 13 Desember 2011


CAMCODER by: Budi Santoso

Camcorder Mini Format Full HD ?

THEMA

Perkembangan teknologi digital yang sedemikian pesat memang memacu untuk menghasilkan produk berbasis angka binary 0 dan 1 yang lebih dikenal dengan istilah bit, sehingga teknologi analog sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan, termasuk jenis camcorder yang kini telah mengadopsi teknologi digital 100 persen.

audio video 14 Desember 2011


D

ari sejarah membuktikan bahwa kamera video awalnya dirancang untuk siaran televisi dengan bentuk yang besar dan berat. Sebagai teknologi canggih pada saat itu, perekam kaset video khusus diperkenalkan oleh JVC (VHS) dan Sony (Umatic dan Betamax) yang kemudian dapat aplikasikan untuk kerja mobile. Pada tahun 1985 Sony memperkenalkan format kaset video jenis Video8. Pada tahun yang sama, Panasonic, RCA, dan Hitachi bahkan mulai memproduksi camcorder dengan media rekam jenis kaset VHS yang memiliki waktu rekaman sampai 3 jam. Dilihat dari perjalanan sejarah, jenis pita analog yang digunakan untuk media rekam untuk camcorder memang berumur cukup panjang, bahkan peralihan ke teknologi digital terkesan lambat, terbukti dengan masih digunakannya jenis pita analog sebagai media penyimpanan data videonya. Camcorder digital modern memiliki banyak keunggulan dibandingkan versi analog, selain kualitas video yang superior dengan resolusi yang semakin ditingkatkan, proses editing video terasa menjadi lebih mudah, sehingga buat pengguna amatir akan merasa lebih nyaman untuk mendapatkan kualitas gambar atau film yang sempurna, bahkan dapat direkam langsung dalam format DVD, termasuk bisa sampai dimuat ke internet juga.

Full Digital & Full HD

Kini perkembangan kamera video atau camcorder baik yang professional maupun consumer telah beralih pada format rekam digital, namun dalam memilih kamera video memang diperlukan kecermatan dengan spesifikasi yang ditawarkan, karena hal tersebut sangat berpengaruh dengan hasil bidikan akhir, sehingga tidak jarang yang merasa kecewa dengan fitur yang dijanjikan. Ada beberapa merek dan model camcorder digital yang tersedia di pasar, seperti Panasonic, Sony , Samsung, Canon, JVC dan masih banyak lagi, dimana saat ini berlomba untuk bermain di kelas HD maupun Full HD. Begitu juga dengan format media rekam yang ditawarkan juga banyak pilihan, baik berupa mini harddisk, SSD (Solid State Drive) maupun jenis kartu memori. Camcorder digital dengan kartu memori atau SSD biasanya bentuknya kompak dan ringan, tentunya dalam memilih kartu memory memang diperlukan kejelian, terutama sebaiknya memiliki spesifikasi dengan speed

audio video 15 Desember 2011


CAMCODER

THEMA

by: Budi Santoso

tinggi, seperti jenis SD Card atau Micro SD minimal kelas 6 atau yang lebih tinggi lagi. Karena hasil rekamannya dalam format digital, tentunya harus diperhatikan kemampuan optimalnya seperti apa, karena banyak jenis kamera video dengan spesifikasi Full HD, ternyata hasilnya kurang memuaskan (silakan baca artikel boks), dimana gambarnya yang kurang mulus, bahkan terkesan terputus-putus atau istilahnya nge-lag. Tipsnya adalah memilih kamera video yang memiliki frame rate per second nya yang besar, dijamin kualitas gambar videonya akan lebih mulus.

Pilih Harddisk, SSD, Atau Memory Card ?

Soal media rekam digital yang kini tren untuk camcorder, masing-masing memiliki kelebihan tersendiri, yang jelas kapasitasnya dapat disesuaikan dengan budget, karena

makin besar pasti makin mahal harga kameranya. Dengan diperkenalkannya jenis SSD, tentunya ini merupakan kabar baik untuk para pengguna camcorder, karena umur penggunaan akan jauh lebih lama dibanding harddisk biasa, begitu juga dengan jenis kartu memori yang cukup banyak menawarkan garansi seumur hidup alias lifetime warranty, sehingga ini menjadi bahan pertimbangan tersendiri, selain kualitas rekam video yang ditawarkan.

Kualitas Full HD

Kemampuan daya rekam yang mencapai full HD memang sangat menjanjikan, karena kini telah didukung oleh berbagai piranti yang memenuhi standar tersebut, misalnya jenis layar monitor yang kini hampir semuanya memiliki format widescreen dengan minimal standar HD, sehingga hasil shooting video Anda dapat ditayangkan secara

Kupas Tuntas Full HD Banyaknya produk pembuat kamera video yang bermain di kelas format HD (1280 x 720) maupun Full HD (1920 x 1080) menawarkan berbagai fitur menarik, termasuk fitur zoom optic yang minimal 10 kali dianggap cukup memadai, dimana kualitas videonya akan lebih baik dibanding dengan zoom digital. Dalam memilih camcorder yang diklaim mampu merekam video dengan kualitas HD maupun full HD, tentunya tidak ada salahnya jika kita mengetahui tentang format film HD (high definition). Mungkin kita akan dihadapi dengan 60i dan 60p yang biasanya tercantum dalam spesifikasi camcorder maupun jenis gadget sejenis yang mendukung HD video recording. HD merupakan format video hasil teknologi yang dikembangkan dari versi sebelumnya (SD – Standard Definition) dimana dalam format HD ini kita disuguhkan dengan video yang jauh lebih tinggi kualitasnya dibanding SD. Sistem HD kini sudah diaplikasikan untuk sistem

broadcast di Negara-negara maju. Kualitas HD memiliki beberapa macam resolusi yang umumnya kita jumpai seperti 1920x1080 piksel, 1440x1080 (dikenal dengan istilah 1080i atau 1080p) dan 1280x720 (dikenal dengan 720p). Maksud dari tulisan ‘i’ dan ‘p’ yang tercantum dalam format video HD, dimana rekaman video yang bertuliskan 60i artinya merekam gambar bergerak sebesar 60 frame interlaced per detik. Jadi disini berarti interlaced. Interlaced merupakan teknik merekam dengan menangkap jumlah field genap dahulu selama 1/2 detik, kemudian disusul dengan field ganjil 1/2 detik kemudian atau sebaliknya. Jadi tiap 1 detik tertangkap 60 field yang terdiri dari selang-seling field genap dan field ganjil secara bergantian terus menerus. Perangkat yang bertuliskan 60p artinya ia merekam gambar bergerak sebesar 60

audio video 16 Desember 2011


optimal. Dalam hal kualitas hasil rekam full HD dari camcorder, memang tidak dapat dipungkiri jika kualitas lensa, baik ukuran maupun spesifikasinya dapat mempengaruhi hasil rekaman, begitu pula dengan ukuran dari chip CCD maupun CMOS juga menjadi factor penentu, dimana semakin besar ukurannya, makin semakin smooth hasilnya, jadi bukan hasil interpolasi sirkuit semata untuk menghasilkan kualitas full HD yang sesungguhnya. Sangat wajar jika camcorder kelas professional yang didukung oleh lensa pro serta ukuran CCD/CMOS besar tidak akan sama hasilnya dengan camcorder mini, walau sama-sama menghasilkan format 1920 x 1080 piksel. Namun jangan berkecil hati, bukan berarti camcorder mini tidak mampu menghasilkan kualitas yang baik, karena dukungan elektronik

digital yang semakin maju, tidak menutup kemungkinan untuk menghasilkan kualitas video dengan hasil setara pro, terbukti dengan cukup banyak kalangan professional memanfaatkan jenis mini camcorder untuk pengambilan gambar yang sifatnya mobile.

frame progressive per detik. Jadi p disini berarti progressive. Progressive merupakan teknik merekam dengan menangkap field-field secara berurut tiap detik, jadi teknik ini berbeda dengan interlaced yang membagi field menjadi genap atau ganjil dan bisa merekam gambar secara full motion. Dilihat secara sekilas memang tidak akan kentara kualitas yang terlalu mencolok antara 60i dengan 60p namun jika anda perhatikan, video rekaman 60i akan tampak bergaris, sedangkan 60p akan terlihat lebih halus. 60i bisa timbul garis-garis dikarenakan sistem field genap dan ganjil tadi yang berselang-seling menangkap gambar. Sedangkan pada video 60p tidak terjadi karena semuanya ditangkap secara berurut, maka secara teknologi sistem progresif lebih bagus dibanding sistem interlaced.

hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan melakukan deinterlace pada video, sehingga garis-garis pada video interlaced bisa dihilangkan. Namun bagaimanapun sistem progressive yang merekam full motion tetap saja masih lebih baik. Jika di ibaratkan, video interlaced 60i hanya merekam half-motion (sistem progressive) maka kualitasnya hanya sebanding dengan video 30p. atau video 50i akan sebanding kualitasnya dengan 25p. Pada umumnya camcoder yang beredar dipasaran menggunakan sistem interlaced karena menghemat penggunaan memori mencapai dua kali lipat dibanding sistem progressive, sehingga camcoder yang mengadopsi sistem Full HD progressive biasanya harganya jauh lebih mahal.

audio video 17 Desember 2011


Soundmatters FOXL V2

SPEAKER SAKU

REVIEW

by: David Susilo

Speaker Saku Bersuara High-End?

PRODUK Soundmatters FOXL V2

HARGA US$199

SPESIFIKASI 

 

Battery Life: up to 12 hours Power: 4W x 2 <0.1%THD, 5V in 2W x 2 <0.1%THD, 3.6V in Output Level: 97dB @ 0.5m, 5V 95dB @ 0.5m, 3.6V Freq. Response: 80Hz20kHz (DIN 4500) Connections:power in, audio in, sub ou AC Adapter: 5V 2A Max 15W Accessories: included: AC adapter, USB cable, 3.5mm audio cable, travel pouch, anti-slip acoustic mat Dimensions: 143 x 55 x 35 mm (5.6 x 2.2 x 1.4 inch) Weight: 269 gram (9.5 oz)

D

i bulan Februari 2011 lalu saya menerima “press-release” dari perusahaan speaker Soundmatters mengenai peluncuran speaker portabel FOXLV2 yang mereka beri label sebagai “ULTIMATE PORTABLE SPEAKER” (speaker portabel terhebat). Rasa ingin tahu saya terusik membaca press-release yang menyatakan bahwa mereka berhasil memproduksi speaker saku dengan suara kelas atas. Terlebih lagi ketika membaca bahwa speaker-driver yang mereka gunakan hanya berdiameter 1 inci (2.5 cm). Hal ini sangat tidak masuk akal bila dilihat dari hukum

psikoakustik maupun hukum fisika. Lebih mencengangkan lagi pihak Soundmatters menyatakan bahwa dengan menggunakan teknologi paten “‘Twoofer/BassBattery’ Technology” speaker ini bisa menghasilkan “Ultra-wide 80 Hz – 20 kHz Audio Range”. Loh, kok frekuensi audio dari 80 Hz hingga 20 kHz dinyatakan “Ultra-wide Audio Range”? Soalnya speaker manapun yang dapat mereproduksi dengan baik audio range dari 35 Hz to 40 kHz saja tidak berani menyombongkan diri dengan pernyataan “ultra wide audio range”, jadi bagaimana range yang sangat sempit dari 80 Hz hingga 20 kHz bisa dinyatakan sebagai “Ultra-wide”

audio video 18 Desember 2011


(teramat lebar)? Saya juga terusik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana sebuah perusahaan audio bisa “mengubah” hukum fisika serta psikoakustik dengan kemampuan super hebat sehingga speakers 1 inci bisa menghasilkan suara bass sedalam 80 Hz. Mungkin harga raksasa (US$199 untuk warna hitam, US$229 untuk warna platinum) speaker saku ini memiliki teknologi yang sangat maju sehingga hal ini bisa menjadi kenyataan. Di lain pihak, perusahaan Public Relations yang meng-handle produk ini sangat ogah-ogahan mengirim contoh unit untuk diuji coba. Selama delapan bulan penuh saya diberi seribu satu alasan dan barang review tidak pernah dikirim. Akhirnya kecurigaan saya sudah menjadi sangat menumpuk dan saya sudah “capek” membaca berbagai alasan yang diberikan oleh perusahaan Public Relations tersebut, saya pergi ke toko elektronik dekat rumah saya dan saya beli speaker Soundmatter FOXL V2 versi warna hitam. Terutama karena menurut saya tidak masuk akal saya harus membayar 15% lebih mahal hanya

untuk mendapatkan warna platinum dan kedua karena toh saya lebih suka warna hitam daripada warna platinum. Sudah saya rencanakan untuk membandingkan speaker seharga US$199 ini dengan speaker PC Altec saya yang sudah berumur lebih dari 14 tahun dan waktu itu saya beli hanya seharga US$79. Speaker Altec ini memiliki respon frekuensi (menurut catanan marketing-nya) dari 60 Hz hingga 20 kHz dan menurut pembacaan Real Time Analyzer mempunyai respon frekuensi “jujur” dari 80 Hz hingga 20 kHz. Untuk uji coba ini saya gunakan CD player Pioneer PD-D9 dengan built-in DAC Wolfson Audio tipe WM8740 dengan konfigurasi dual-differential dan outputnya dicabangkan langsung ke speaker Soundmatters FOXL V2 dan Altec zaman ‘baheula’. Sebagai rekaman referensi saya gunakan album CD Emilie-Claire Barlow: “The Beat Goes On”. Dari detik pertama mendengarkan suara yang keluar dari speaker Soundmatters FOXL V2, saya hanya bisa berpikir

audio video 19 Desember 2011


SPEAKER SAKU

REVIEW

by: David Susilo

“Waduh!!!”. Bukan karena bagusnya, tapi karena buruknya. Suara vokal Emilie-Claire Barlow berubah total. Timbre vokal dan sonic signature dari rekaman CD tersebut berubah total dan sangat tidak natural. Tentu saya tidak mengharapkan suara dari speaker FOXL V2 ini bisa sebaik sistem audio referensi di ruang dengar saya, tetapi saya berharap setidaknya kualitas speaker portabel saku ini bisa sebaik speaker ‘baheula’ berumur 14 tahun yang harganya 60% lebih murah. Sayangnya tidak. Speaker Altec berumur 14 tahun milik saya berkualitas lebih natural dari speaker saku ini. Speaker Soundmatters FOXL V2 merubah ciri suara (sound signature) secara semaunya. Suara bass tidak lagi bulat melainkan kedodoran dengan mid-bass yang berlebih. Suara vokal berkesan keluar dari corong suara. Ketahuan sudah mengapa perusahaan ini selalu berkelit ketika produknya saya mau pinjam untuk diuji coba. Menggunakan sweep-tone CD, memang benar speaker ini bisa mereproduksi suara 80 Hz, jadi setidaknya Soundmatters tidak berbohong. Tetapi anehnya, tone 80 Hz yang direproduksi juga menghasilkan overtone di atas 80 Hz. Suatu hal yang seharusnya tidak terjadi karena rekaman tone 80 Hz merupakan 80 Hz murni, alias tidak ada overtone maupun harmonics. Ditambah lagi,

berdasarkan pembacaan Real Time Analyzer, frekuensi 80 Hz ternyata memiliki roll-off di sekitar -7 dB. Ini merupakan roll-off yang sangat signifikan. Kalau dilihat dari standar audio yang baik, biasanya varian di audio range dinyatakan berdasarkan +/- 2 dB (hampir tak terdengar kecuali bagi orang-orang bertelinga emas) tapi -7 dB? Wah, siapapun bisa mendengar varian jurang terjal seperti itu. Speaker ini baru mulai flat (+/- 2 dB) di titik sekitar 120 Hz ke atas. Jadi seharusnya, bila Soundmatters betulan mau jujur, speaker ini memliki respons hanya dari “120 Hz – 20 kHz”. Atau kalau mau lebih jujur lagi, harus diterakan sebagai “80 Hz – 20 kHz (+2 dB/-7 dB)” . Secara keseluruhan, speaker ini tidaklah buruk bila harganya hanya US$29. Yang menjadi problema utama adalah permintaan harga US$199 (untuk warna hitam, jauh lebih mahal lagi untuk warna platinum) yang bagi siapapun bisa dinyatakan tidak masuk akal. Jadi apakah speaker ini pantas dibeli? Bila Anda suka bentuknya dan punya terlalu banyak uang, yah bolehlah, tapi kalau hanya dilihat dari segi kualitas suara, di Kanada ada speaker merek Logitech dijual di Costco (semacam Makro di Indonesia) hanya harganya hanya US$15 dengan suara yang jauh lebih natural dari Soundmatter FOXL V2 ini.

audio video 20 Desember 2011


audio video 21 Desember 2011


DSPeaker

Uji Coba DSPeaker Anti Mode 8033s

REVIEW

by: David Susilo

U

PRODUK HARGA US$379

SPESIFIKASI  Tipe Alat:

DSP corrections for subwoofer using Infinite Impulse Response system, automated setting, noncalibrated microphone included, to be inserted on input signal to subwoofer  Frequency Range: 16144Hz divided into 24 Anti Mode Filter points with 0.5 dB resolution  Fitur: Three user selectable additional equalization filter (flat, boost 25-35 Hz, boost below 25 Hz), one or multiple measurement point calibration  Dimensi: 5” x 1.1” x 3.2”  Berat: 8.2 oz

ntuk mereproduksi suara midrange ke atas itu relatif mudah. Asal speaker satellite diletakkan agak jauh dari permukaan keras (seperti dinding batu-bata) dan ruangan dengar relatif tidak terlalu reflektif (ada sedikit fungsi diffuser yang bisa berasal dari rak buku, misalnya; dan ada sedikit fungsi absorber yang bisa berasal dari karpet, sofa dan gorden, misalnya) secara psikoakustik telinga kita akan “mencari” suara langsung (direct sound) dari frekuensi mid ke frekuensi tinggi (100 Hz ke atas) dan efek ruang (room mode) tidak akan merubah karakteristik frekuensi 100 Hz ke atas itu sehingga suara akan hampir selalu terdengar bagus dan bahkan bisa terdengar fenomenal. Lain ceritanya untuk frekuensi rendah. Ruangan manapun akan mengacau-balaukan suara berfrekuensi dari 100 Hz ke bawah, bagaimanapun flat-nya frequency response speaker tersebut. Hal ini disebabkan karena frekuensi 100 Hz ke bawah sangat tergantung dengan karakteristik efek ruang (room mode) di mana suara langsung dan suara refleksi (direct sound serta reflective sound)

bercampur-baur menjadi satu “gumpalan” suara yang kacau balau. Fenomena ini biasanya menghasilkan suara bass yang boomy di frekuensi sekitar 25 Hz, 45 Hz, 60 Hz, 85 Hz (tidak mutlak, tergantung dimensi ruang, tentunya) yang acapkali membuat telinga cepat lelah (ear fatigue).

Solusinya

Efek negatif dari room mode ini bisa sedikit banyak dikurangi dengan penempatan woofer / subwoofer dengan sangat hati-hati dan menggunakan narrow-band bass-trap di berbagai titik di dalam ruang dengar tersebut. Tetapi terserah bagaimanapun kita mau berhati-hati dalam penempatan speaker / subwoofer / acoustic panel, tidaklah mungkin kita bisa menghilangkan room mode terutama di ruang dengar yang relatif kecil (ruangan terbesar di suatu rumah manapun secara psikoakustik adalah relatif kecil) Malah concert hall yang ukurannya sudah sangat besar pun tetap memiliki room mode. Hanya saja karena besarnya ruangan, room mode ini terdengar sebagai reverb yang kadang malah bisa mempermanis suara.

audio video 22 Desember 2011


audio video 23 Desember 2011


DSPeaker

Jadi, Harus Apa Lagi Dong?

Kalau ruangan sudah “dibentuk” sebaik mungkin, kita harus menggunakan Real Time Analyzer, Parametric Equalizer serta pengetahuan yang relatif tinggi (dan kocek yang cukup tebal) untuk mengeliminasi sisa room mode secara elektronik. Ada beberapa alat yang bisa memperbaiki sisa room mode ini. Dari yang berkualitas asalasalan (contohnya modul Audyssey SV-1 seharga sekitar $800 – catatan: meski “asalasalan”, masih tetap lebih baik daripada tidak diperbaiki sama sekali) atau Paradigm Perfect Bass Kit seharga $500 dan amat sangat efektif tetapi sayangnya hanya bisa digunakan dengan speaker merek Paradigm yang kompatibel dengan sistem Perfect Bass Kit ini. Jadi kalau subwoofernya sudah ada dan mau mencari modul yang dapat memperbaiki room mode dengan baik apa dong? Pilihan yang efektif salah satunya adalah Rives PARC yang sayangnya berukuran besar, relatif sulit digunakan plus harga yang sekitar $3,000. Disinilah DSPeaker Anti Mode 8033 add-on unit berjaya. Harganya dibawah $400, jauh dibawah Rives PARC dan dapat digunakan dengan subwoofer / speaker manapun juga. Perusahaan Finlandia ini malah menantang saya untuk membandingkan DSPeaker Anti Mode 8033

REVIEW

by: David Susilo

dengan Rives PARC.

Instalasi

Sudah lama saya tidak meng-install alat add-on semudah ini. Colokkan subwoofer input ke “INPUT” dan colokkan “OUTPUT” dari DSPeaker Anti Mode 8033 ke subwoofer dan colok power adapternya. Beres. Untuk mengkalibrasi? Rives PARC memerlukan waktu sekitar satu jam dengan kontrol yang sangat berbelit. DSPeaker Anti Mode 8033 ? Letakkan mikrofon di titik sweet spot, tekan satu tombol, dan sepuluh menit kemudian sudah beres total dan hasilnya pun sangat terasa bedanya. Suara boomy di berbagai ruang yang saya lakukan test ini langsung terdengar hilang. Terbukti dengan memutar CD frequency sweep. Sinyal yang aslinya terdengar (dan terlihat dari SPL meter) bervariasi dalam intensitas level volume dari 20 Hz ke 100 Hz menjadi terdengar seimbang, tidak ada lagi titik-titik frekuensi yang lebih terdengar lebih kuat atau lebih lemah. Semuanya sama kuatnya. Hal ini dicapai dengan analisa suara yang “didengar” oleh sang mikrofon dan chip DSP di dalam DSPeaker Anti Mode 8033 secara otomatis mengkalkulasi berbagai parameter room mode seperti misalnya center frequency, Q, gain, frekuensi anti-simetri dan secara otomatis juga mengaplikasikan 24 anti room

audio video 24 Desember 2011


audio video 25 Desember 2011


DSPeaker

REVIEW

by: David Susilo

mode filter. Bass response terdengar menjadi sangat bersih dan lebih akurat. Tidak ada lagi dengung bass di berbagai titik frekuensi yang membuat suara menjadi kacau balau.

Uji Dengar

Uji dengar standar yang saya lakukan adalah dengan memutar track blu-ray Disney’s Bolt (chapter 2). Chapter 2 ini dibuka dengan suara bass yang sangat dalam (35 Hz kebawah). Biasanya untuk di titik soundtrack ini, saya harus menurunkan volume level sebanyak 8 dB dan setelah tendangan bass ini usai saya naikkan lagi ke level reference. Hal ini disebabkan karena adanya bass-bloat (dengung bass) di area sekitar 25 Hz yang memekakan telinga. Setelah menggunakan DSPeaker Anti Mode 8033, saya bisa memutar film ini tanpa perlu mengubah-ubah volume level meski saya memutar film ini pada THX reference level yang sangat berisik (85 dB average dengan 105 dB peak). Suara vokal karakter penjahat yang dalam (deep voice) pun terdengar lebih jelas. Tidak perlu lagi saya naikkan volume untuk mendengar apa yang dia ucapkan. Malah soundtrack yang penuh dengan synthesizer bass pun terdengar lebih mantap dan ketat dan tidak lagi kedodoran. Berbagai test baik musik maupun film selalu menghasilkan hal yang sama. Definisi suara bass yang lebih mantap, tidak boomy, tidak ada bass-bloat dan suara vokal pria yang lebih jelas dan jernih terdengar. Tidak ada lagi keperluan membesar-kecilkan volume audio ketika menonton film, dan suara bass terutama di lagu-lagu Jazz dan

koleksi audiophile lainnya terdengar sangat murni.

Jadi Kesimpulannya?

Semua uji coba pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari DSPeaker Anti Mode 8033 adalah bahwa alat add-on ini bisa digunakan dengan subwoofer apa saja, ruangan apa saja, dan harga yang relatif sangat murah. Lebih murah dari satu set bass-trap, malah, dan lebih efektif pula. Segi negatifnya adalah dalam penggunaan multisubwoofer, diperlukan satu DSPeaker Anti Mode 8033 per subwoofer. Apakah DSPeaker Anti Mode 8033 merupakan alat terbaik didunia? Tidak. Rives PARC masih lebih baik. Tetapi melihat bahwa Rives PARC memerlukan keterampilan khusus untuk mengaplikasikan peralatannya, memakan waktu sekitar satu jam, dan seharga $3,000 sedangkan DSPeaker Anti Mode 8033 hanya memerlukan “keahlian” memencet satu tombol dan waktu “senggang” sebanyak 10 menit ditambah harga yang hanya $400, membeli alat ini sangatlah saya rekomendasikan. Toh, Rives PARC meski lebih baik tetap saja tidak $2,600 lebih baik daripada DSPeaker Anti Mode 8033. Saya pribadi membeli 3 buah DSPeaker Anti Mode 8033. Satu untuk home theater saya, satu untuk ruang gaming saya dan satu lagi untuk monitor studio rekaman saya. DSPeaker Anti Mode 8033 juga saya rekomendasikan untuk mendapat Audio Video Indonesia Award 2011.

audio video 26 Desember 2011


audio video 27 Desember 2011


Uji Coba JVC DLA-X30 / RS45

PROYEKTOR

REVIEW

by: David Susilo

PRODUK JVC DLA-X30/RS45

HARGA US$3,499

SPESIFIKASI    

    

    

Brightness : 1300 ANSI Contrast (full On/Off) : 50000:1 Audible Noise : 20.0dB HDTV : 720p, 1080i, 1080p/60, 1080p/24, 1080p/50 EDTV/480p : Yes SDTV/480i : Yes Video : Yes Digital Input : HDMI 1.4 Aspect Ratio : 16 :9 (HD) Native : 1920x1080 Pixels Speaker : No Max Power : 330W Special : Full HD 3D Status : Announced First Ship : Pendin

D

LA-X30 (di daerah tertentu dinamakan DLA-RS45) merupakan model pengganti DLA-X3 / RS-40 yang merupakan model proyektor 3D entry-level JVC. Dengan harga sekitar CDN$4,500, proyektor D-ILA ini memiliki spesisfikasi 1080p resolution dan 120Hz Clear Motion Drive, anamorphic lens modes, penggunaan lampu UHP 220-watt, serta motorized zoom/ focus controls dan juga beberapa upgrade penting seperti lens memory untuk menonton film dengan layar super lebar (21:9), light output yang lebih tinggi, contrast ratio yang lebih baik serta performa 3D yang juga sudah diperbaiki dari model pendahulunya.

Setup & Features

Dilihat dari sudut desain, DLA-X30 / RS-45 sangat terasa mantap dan bertampang professional dan industrial dengan lokasi lensa ditengah chasis yang belakangan ini makin jarang meskipun penempatan lensa ditengah merupakan penempatan yang ideal. Semua tombol terletak dibelakang dan disertai berbagai konektor yang antara lain termasuk HDMI 1.4a, component video, RS-232, 12-volt trigger, remote control port, serta colokan untuk menghubungkan 3D signal emitter (optional). Remote control proyektor ini menggunakan sistim full backlight dengan peletakan tombol yang logis dan rapih.

audio video 28 Desember 2011


Karena proyektor ini menggunakan zoom, fokus, lens-shift motorized, setting proyektor ini sangatlah mudah dan hanya memakan waktu kurang lebih 20 menit. Dengan adanya fungsi lensmemory, penggunaan layar super-lebar (21:9) bisa diterapkan seperti layaknya proyektor Panasonic PT-AT5000 dan tidak memerlukan lensa anamorphic yang biasanya berharga minimal sekitar $4,000. Meski proyektor ini tidak memliki Color Management System yang lengkap , akurasi warna preset dari pabrikan sudah lumayan tepat. Tergantung tipe layar yang digunakan, proyektor ini memberi 10 variasi temperatur warna serta akses setting RGB Gain serta Offset untuk fine-tuning temperatur warna sehingga bisa kelihatan sangat akurat. Tentu kalibrasi macam ini memerlukan kalibrator terlatih baik ISF Level 2 atau THX Display Calibrator Level 2. Kurva Gamma juga tersedia dalam beberapa pilihan (yang paling akurat adalah Gamma 2.2 / Normal) serta finetuning terangnya lampu sebanyak 30 step (15 step untuk High Brightness, 15 step untuk Low Brightness). Lima opsi yang berbeda: mode 1, dan 2 berfasilitas bingkai hitam di antara bingkai asli untuk mengurangi gerakan yang kabur (tetapi dengan mengorbankan brightness); mode

3 dan 4 menggunakan beragam sudut interpolasi bingkai yang secara teori untuk mengurangi gerakan kabur dan getaran (jaddeer) film. Ditambah mode Inverse Telecine yakni mode untuk mengurangi jadder dari film 3:2 pull down 60 Hz ke orisinal 24 fps dan kemudian dikonvert ke 120 Hz dengan cara 5:5 pulldown. Cara lain, Anda tinggal mematikan pengaturan CMD dan proyektor akan menduplikasi bingkai gambar menjadi 120Hz – inilah yang saya pakai selama ini. Akhirnya: penataan 3D. Ketika Anda memilih tayangan 3D maka penataan lampu dan bukaan aperture akan berlebihan dan memerlukan penataan lampu yang berintensitas tinggi dan bukaan lensa yang lebih terang. Terkadang kita harus kompromi antara pencahayaan dan shutter glass. Terjadi peningkatan suhu warna untuk mengkompensasi glas lensa yang ber tint “hijau kekuningan�. Tentu saja Anda dapat menata sejumlah parameter jika anda ingin kembali ke tayangan 2D dan menyimpannya dalam setingan memory yang berbeda. Hanya fungsi Clear Motion Drive tidak bekerja selama terkunci dalam posisi mati. Anda tidak membutuhkan CMD bila gambarnya sudah bagus. Berbeda dari model yang terdahulu X30/RS-45,

audio video 29 Desember 2011


PROYEKTOR

REVIEW

by: David Susilo

fungsi 3D nya yang sekarang jauh lebih bagus. Sekarang sudah berfasilitas 2D- 3D converter yang menurut saya sangat efektif untuk mengubah materi asli 2D menjadi 3D dengan menggunakan teknologi JVC yang mumpuni. Juga ada fasilitas untuk menata kedalaman 3D dan perbaikan geometri 3D. Tayangan 3D nya lebih terang dari model terdahulu melalui active shutter 3D yang membuka lebih lama. Ini berarti lebih banyak cahaya yang masuk sehingga meminimalkan gambar tindih. Dan yang paling penting adanya penghilang crosstalk sangat mengurangi gambar tindih yang berasal dari gambar kanan masuk ke mata kiri atau sebaliknya. Ditambah lagi dengan penataan parallax yang akan menyempurnakan efek 3D.

Performa

Uji coba proyektor DLA-X30 / RS45 relatif mudah karena terang-terangan proyektor ini jauh lebih baik dari pendahulunya (model X3 / RS-40) meskipun spesifikasi tertulisnya sama persis. Proses kalibrasi juga relatif mudah (dengan peralatan dan pelatihan yang benar) dengan hasil akhir yang amat sangat mendekati titik D65 yang merupakan standar SMPTE / ISF / THX. Untuk mengkalibrasi proyektor ini untuk mencapai titik hampir sempurna hanya diperlukan waktu kurang dari satu jam meski sayangnya bagaimanapun juga

proyektor ini masih belum bisa mencapai titik D65 dengan 100% sempurna. Tetapi, dari pengalaman pribadi, proyektor yang bisa sangat mendekati titik kesempurnaan berharga sekitar $20,000 atau lima kali lipat harga proyektor ini. Menggunakan demo blu-ray Pioneer Kuro 2008 serta Samsung 2011 (keduanya merupakan demo standar saya untuk menguji black-level / kekelaman warna hitam), warna hitam terlihat sangat kelam dan warna-warna terang tetap terlihat jernih (tidak keruh) baik dalam mode 2D maupun 3D.

Kesimpulan

JVC DLA-X30 / RS-45 memiliki performa 2D yang luar biasa dengan hasil proyeksi yang kelihatan analog dan lebih seperti menonton film 35mm daripada film digital. Kemampuan proyeksi 3D proyekto ini juga cukup baik dan jauh lebih baik dari model JVC pendahulunya meski masih belum sebaik Panasonic PT-AE7000U / PTAT5000. Tetapi, disisi lain, hasil proyeksi Panasonic PT-AE7000U / PT-AT5000 kelihatan lebih digital dan tidak lagi terasa seperti menonton film 35mm. Meski harga proyektor ini tidak murah, tetapi dari segi value, proyektor ini mendapat nilai yang cukup tinggi dan malah sudah bisa mencapai level videophile dimana black-level sangatlah mantap serta akurasi warna cukup mengesankan.

audio video 30 Desember 2011


audio video 8 Desember 2011


TV PLASMA

Changhong Plasma 3D Seri 890

REVIEW

by: Budi Santoso

PRODUK HARGA Rp. 4.399.000,-

SPESIFIKASI          

3D Plasma TV Full HD 1920 X 1080P Super Slim Design Convertion 2D to 3D Technology Hard Panel 360̊ Natural Feel 3D 178̊ Viewing Angle 3D High tech 3D Glasses HDMI-super multi

S

ejarah panjang Changhong, sejak didirikan pada tahun 1958 di Sichuan – Cina, tentunya memberi pengalaman yang tidak dapat dianggap remeh sebagai salah satu pabrikan terbesar di Cina yang selalu konsisten dalam meluncurkan produk televisi sampai saat ini. Sejak bermarkas di Guangdong - Cina, Changhong Co.Ltd. tidak saja merambah di pasar domestic , bahkan memiliki basis produksi yang melayani pasar ekspor,

termasuk Changhong Indonesia Co.Ltd. yang didirikan di Jakarta pada tahun 2008, dan ikut bersaing di pasar TV CRT, LCD, LED, serta Plasma. Setelah meluncurkan banyak varian model TV di Indonesia, Changhong kini kembali hadir dengan produk teranyar berupa TV Plasma 42 inci yang direkomendai sebagai Plasma 3D yang kini mulai tren di pasaran. Plasma 3D buatan Changhong kali

audio video 32 Desember 2011


ini adalah seri 890 atau PT42890 yang telah mengadopsi teknologi televisi 3D (tiga dimensi) yang mampu menghasilkan kualitas gambar dengan tingkat kedalaman tertentu. Sebagai pendukung 3D, Plasma TV ini dilengkapi dengan sebuah kacamata 3D jenis aktif, dimana untuk dapat beroperasi harus di charge terlebih dahulu selama beberapa jam agar dapat digunakan secara optimal.

Harry Potter and the Deathly Hallows yang mampu menampilkan tingkat kedalaman gambar dengan level cukup tinggi, sehingga hasil kolaborasi antara TV Plasma Changhong 890 dengan kacamata 3D dapat membawa kita pada suasana efek ruang yang spektakuler. Dari tingkat pengoperasiannya, Changhong 890 tergolong mudah,

Keunggulan Plasma Changhong 890, dapat terlihat dari kepekatan warna yang tidak kalah dengan brand lain yang sejenis, dimana dukungan resolusi full HD (1920 x 1080) juga memberi kenyamanan dalam menghasilkan kualitas gambar dengan tingkat kerapatan tinggi, sehingga hampir semua jenis player, terutama BluRay player dengan koneksi HDMI akan disokong sepenuhnya oleh plasma ini. Fitur 3D yang ditawarkan, memang cukup menggiurkan, karena dukungan teknologi konversi 2D to 3D yang diadopsi TV ini yang dapat diaplikasikan melalui tombol khusus, memungkinkan tanyangan video biasa dapat dinikmati dalam performa 3D walau tidak seoptimal saat menayangkan video Blu-Ray dengan format 3D, yang tentunya menghasilkan kualitas video real 3D. Ini terbukti ketika kami coba film

baik dari searching channel TV dengan mode auto maupun manual yang tersimpan secara otomatis dalam memori. Begitu juga dengan mode format layar dapat diaktifkan dalam widescreen maupun 3:4 , termasuk fasilitas menu yang telah disediakan dalam bahasa Indonesia. Fitur yang tidak kalah menariknya adalah kemampuan untuk mengakses tayang video dari format eksternal lain, dari fasilitas koneksi USB yang disediakan , maka langsung dapat menayangkan foto-foto dari format JPEG serta video dengan format AVI sampai MPEG-4 dengan kualitas HD.

audio video 33 Desember 2011


audio video 34 Desember 2011


M

emilih speakers untuk bioskop rumah sebetulnya tidak terlalu rumit bila budget maupun ukuran fisik tidak menjadi masalah. Yang membuat rumit adalah ketika budget serta ukuran fisik speakers itu menjadi batasan. Harga yang relatif murah, ukuran speakers yang mungil serta kualitas suara yang setidaknya cukup baik membuat searching untuk speakers bioskop rumah mungkil yang ideal sangat rumit. Oleh karena banyaknya pertanyaan mengenai hal yang satu ini, artikel kali ini saya akan membandingkan speakers dari merek terkenal Bose hingga merek tidak dikenal Monoprice. Kriteria yang saya gunakan adalah

COMPARISON

KOMPARASI SPEAKER HTiB

SPEAKER HTiB by: David Susilo

batasan-batasan yang biasanya diberikan oleh para penanya. Yaitu harga yang tidak lebih dari US$600, ukuran yang kecil, tetapi tetap bersuara baik yang bisa diukur secara objektif (bukan sekedar selera) dan tentunya overall value setinggi mungkin. Ditambah lagi, hampir semua penanya menanyakan “bagaimana bila dibandingkan dengan merek Bose?�. Untuk komparasi ini, seperti biasanya saya gunakan receiver Anthem MRX-700, pemutar Blu-ray Pioneer LX-55, pemutar CD Pioneer PD-D9 dengan DAC Wolfson Audio WM8740A di ruang dengar seukuran 10 ft X 16 ft X 7 ft (Lebar x Panjang x Tinggi).

audio video 35 Desember 2011


SPEAKER HTiB by: David Susilo

BOSE ACOUSTIMASS 6

D

COMPARISON

ari segi harga, set ini merupakan set termahal dari semua model yang akan saya perbandingkan dengan harga di Canada seharga sekitar US$600. Speaker merek Bose juga selalu dijadikan referensi kualitas oleh banyak calon pembeli di kelas harga ini.

Penampilan

Ukuran speaker satelit yang mini (sekitar 8cm x 8 cm) dengan bass module terpisah merupakan penampilan khas Bose sejak jaman dahulu kala. Dari sudut penampilan, speaker set ini cukup menarik karena kemungilannya yang tidak menggangu interior rumah. Bahan kotak speaker sayangnya dibuat dari plastik tipis dan driver-nya hanyalah one-way dengan ukuran yang secara psikoakustik tidak masuk akal karena akan mengakibatkan internal standing wave yang buntutnya akan menghasilkan suara vokal yang keruh.

Ergonomi

HARGA US$600

KESIMPULAN Dengan kualitas suara yang ala kadarnya seperti ini, tidaklah pantas Bose dianggap sebagai speaker referensi. Malah tidak pantas Bose menjual barang ini dengan harga sebegitu tingginya, ataupun separunya, ataupun seperempatnya. Bukan saja speaker set ini saya nyatakan sebagai HIGHLY NOT RECOMMENDED.

PENILAIAN KOSMETIK ERGONOMI

3/5 0/5 1/5

VALUE TOTAL NILAI

0/5

ď‚Ž 4/20

Speaker set ini juga sangat aneh. Bukannya masing-masing speaker dilarikan langsung ke receiver, tetapi output receiver semuanya dilarikan ke bass-module, dan dari bass-module kelima speaker Jewel Cube (nama yang digunakan oleh Bose untuk satellite speakers-nya) dengan kabel sekitar 24 AWG (sangat halus, amat sangat buruk untuk audio) dengan colokan khusus yang membuat upgrade kabel speaker (rekomendasi saya selalu adalah 12 AWG, dengan penampang empat kali lipat kabel 24 AWG) menjadi mustahil. Karena hal ini, ergonomi speaker set ini hanya mendapatkan skor telur bebek. Koneksi subwoofer-output dari receiver juga tidak memungkinkan... karena tidak ada! Jadi setting di receiver harus di set semua speaker ke ukuran LARGE dan subwoofer setting ke NO SUBWOOFER. Hal ini berarti informasi LFE dari DVD maupun Blu-ray otomatis terbuang.

Kualitas suara mutlak

Yang saya maksud adalah kualitas suara yang dilihat dari sudut pandang objektif, tidak dilihat dari segi harga maupun selera. Secara objektif, speaker Bose Acoustimass 6 ini amat sangat mengecewakan. Dentuman bass di adegan kejar-

kejaran di padang pasir dari blu-ray Star Wars Episode I sangat tidak terdengar sedalam yang semestinya, frekuensi tinggi dari suara pesawat terbang terdengar nyelekit dan membuat telinga sakit. Suara bass-nya pun bisa dilokasikan padahal menurut Bose bass-module-nya bisa diletakkan dimana saja. Malah suara vokal Jabba the Hutt dan (dari Episode VI) Darth Vader terdengar keluar dari bass-module-nya dan bukan dari center channel. Setelah saya test dengan test-tone, ternyata yang namanya “bass-module� bisa lari hingga setinggi 120 Hz. Lah, yang namanya bass khan seharusnya dihitung dari 80 Hz kebawah. Ditambah lagi bass-module Bose ini hanya bisa mereproduksi suara bass sedalam 45 Hz !!! Jadi bukan saja informasi LFE hilang karena tidak adanya koneksi subwoofer, tapi semua informasi antara 20 Hz hingga 45 Hz juga lenyap. Jadi bagi siapapun yang memaksakan diri untuk membeli Bose Acoustimass 6 ini, masih perlu membeli sebuah subwoofer terpisah untuk handling informasi LFE serta sinyal audio dari 20 Hz ke 45 Hz.

audio video 36 Desember 2011


audio video 37 Desember 2011


MONOPRICE 8247

COMPARISON

SPEAKER HTiB by: David Susilo

D

ari set dengan harga tertinggi, sekarang saya beralih ke set dengan harga terendah. Saya mau tahu berapa buruknya speaker set ini blia yang US$600 saja suaranya begitu buruknya. Tidak termasuk ongkos kirim, speaker yang bisa dibeli online dari Monoprice.com ini hanya seharga US$84. Dalam set ini saya dapatkan 5 satellite speakers sistim 2-way dengan center channel yang lebih besar dari satellite lainnya plus dedicated subwoofer dengan diameter 8-inchi

Penampilan

HARGA US$84

KESIMPULAN Dengan kualitas suara yang ala kadarnya seperti ini, tetapi dengan harga serendah US$84, speaker set ini lebih pantas dianggap sebagai speaker referensi. Meski masih amat sangat jauh dari ideal, berdasarkan value, speaker ini mendapatkan label RECOMMENDED.

PENILAIAN KOSMETIK ERGONOMI

2/5 3/5 2/5

VALUE TOTAL NILAI

4/5

11/20

Ukuran speaker set ini dua kali lebih besar dari Bose Acoustimass 6 dengan perbandingan box yang tidak akan membuat standing wave. Meskipun juga terbuat dari bahan plastik murahan, setidaknya harga speaker set ini memang murah. Dari sudut penampilan, speaker set ini kurang menarik karena ukurannya yang tanggung meski tetap tidak menggangu interior rumah.

Ergonomi

Speaker set ini menggunakan koneksi springclip yang meski bukan sesuatu yang hebat, tetap lebih baik dari Bose karena dengan ini pengguna bisa menggunakan kabel hingga 12 AWG tanpa masalah sama sekali. Dan dengan digunakan

independent subwoofer, LFE bisa disambungkan melalui keluaran subwoofer dari receiver.

Kualitas suara mutlak

Secara objektif, speaker Monoprice 8247 juga mengecewakan meski lebih baik dari Bose. Dentuman bass di adegan kejar-kejaran di padang pasir dari blu-ray Star Wars Episode I kurang terdengar sedalam yang semestinya, tetapi frekuensi tinggi dari suara pesawat terbang tidak terdengar nyelekit dan tidak membuat sakit telinga. Suara bass-nya masih bisa dilokasikan. Suara vokal Jabba the Hutt dan (dari Episode VI) Darth Vader masih terdengar keluar dari subwoofernya dan bukan dari center channel meski tidak separah Bose. Setelah saya test dengan test-tone, ternyata subwoofer ini sama-sama bisa lari hingga setinggi 120 Hz. Seperti yang saya utarakan sebelumnya, yang namanya bass seharusnya dihitung dari 80 Hz kebawah. Tetapi setidaknya subwoofer Monoprice ini bisa mereproduksi suara bass sedalam 38 Hz meski Monoprice hanya mengaku kedalaman frekuensi mentok di 50 Hz. Jadi dengan sistim ini, tidak terlalu banyak informasi LFE hilang karena hanya informasi antara 20 Hz hingga 38 Hz yang lenyap.

audio video 38 Desember 2011


audio video 39 Desember 2011


SPEAKER HTiB by: David Susilo

Boston Acoustic SoundWare XS 5.1

COMPARISON

K

arena saya masih mencari set dengan ukuran sekecil mungkin tetapi bersuara yang setidaknya bisa diterima oleh telinga, saya beralih ke Boston Acoustic seharga US$500 per set. Speaker set ini juga menggunakan sistim 2-way dengan tweeter yang diletakkan diatas woofer sehingga suara single-point-source bisa dicapai dimana treble dan mid-range datang dari titik yang persis sama yang secara teoritis membuat suara lebih koheren dan tidak terpisah-pisah.

Penampilan

Ukuran speaker set ini mirip sekali dengan Bose Acoustimass 6 dengan box hexagonal yang tidak akan membuat standing wave. Enclosure-nya tidak lagi terbuat dari bahan plastik murahan, tetapi dari plastik tebal dan relatif berbobot. Dari sudut penampilan, speaker set ini jauh lebih anggun dan menarik dari Bose. Bukan saja tidak menggangu interior rumah, tetapi malah bisa mempercantik dengan gaya modern minimalis.

Ergonomi

HARGA US$500

KESIMPULAN Dengan kualitas suara yang agak natural seperti ini, dengan harga US$500, speaker set ini tentu masih tidak bisa dianggap sebagai speaker referensi. Meski masih amat sangat jauh dari ideal, speaker ini cukup berimbang antara harga, penampilan, kualitas suara dan ergonomi.

PENILAIAN KOSMETIK ERGONOMI

3/5 3/5 3/5

VALUE TOTAL NILAI

3/5

12/20

Speaker set ini menggunakan koneksi springclip seperti Monoprice dimana pengguna bisa menggunakan kabel hingga 12 AWG tanpa masalah sama sekali. Dan dengan penggunaan independent subwoofer seukuran 8-inchi, LFE bisa disambungkan melalui keluaran subwoofer dari receiver. Lebih hebatnya, speaker set ini sudah termasuk wall-mount dengan ball-joint yang bisa diarahkan ke segala arah sehingga pengguna tidak perlu membeli wall-mount secara terpisah

Kualitas suara mutlak

Secara objektif, speaker Boston Acoustic ini tetap mengecewakan meski lebih baik dari Bose dan Monoprice. Dentuman bass di adegan kejarkejaran di padang pasir dari blu-ray Star Wars Episode I masih saja tidak terdengar sedalam

yang semestinya, Sebaliknya, frekuensi tinggi dari suara pesawat terbang tidak terdengar kasar tapi sangat halus dan alami sehingga sama sekali tidak menghasilkan kelelahan telinga. Suara bass-nya lagi-lagi masih bisa dilokasikan. Suara vokal Jabba the Hutt dan (dari Episode VI) Darth Vader masih terdengar keluar dari subwoofer-nya dan bukan dari center channel. Meski tidak separah Bose, reproduksi vokal masih sedikit dibawah Monoprice. Setelah saya test dengan test-tone, ternyata subwoofer ini lagi-lagi bisa lari hingga setinggi 120 Hz. Seperti yang saya utarakan sebelumnya, yang namanya bass seharusnya dihitung dari 80 Hz kebawah. Mirip seperti Monoprice, subwoofer Boston Acoustic ini bisa mereproduksi suara bass sedalam sekitar 35 Hz meski Boston Acoustic hanya mengaku kedalaman frekuensi mentok di 40 Hz. Jadi dengan sistim ini, tidak terlalu banyak informasi LFE hilang karena hanya informasi antara 20 Hz hingga 35 Hz yang lenyap.

audio video 40 Desember 2011


audio video 41 Desember 2011


PIONEER SP-PK21BS

COMPARISON

SPEAKER HTiB by: David Susilo

K

arena sudah tidak memungkinkan lagi menemukan speaker murah, kecil dan bersuara benar-benar baik, akhirnya saya menyerah dan pindah ke speaker yang tetap murah tetapi berukuran sedang tetapi tetap bertampang relatif modis dan modern. Karena ini saya pilih speaker Pioneer yang di design oleh designer speaker ternama: Andrew Jones yang pernah berkarya untuk perusahaan speaker merek KEF (UNI-Q driver merupakan hasil inovasi beliau) dan speaker audiophile TAD. Harga speaker set ini hanya US$400.

Penampilan

HARGA US$400

KESIMPULAN Meskipun berukuran agak besar, dengan kualitas suara setinggi ini, dengan harga US$400, speaker set ini paling pantas dianggap sebagai speaker referensi di kelas harga ini. Meski masih agak jauh dari ideal, speaker ini sangat berimbang antara harga, penampilan, kualitas suara dan ergonomi. Highly Recommended!

PENILAIAN KOSMETIK ERGONOMI

4/5 4/5 4/5

VALUE TOTAL NILAI

4/5

16/20

Ukuran speaker set ini memang paling bongsor dengan box melengkung yang lagi-lagi yang tidak akan membuat standing wave. Enclosurenya tidak lagi terbuat dari bahan plastik murahan, tetapi dari kayu MDF tebal. Dari sudut penampilan, speaker set ini berkesan serius tapi masih tidak menggangu interior rumah, terutama di rumah maupun apartemen yang bergaya modern.

Ergonomi

Speaker set lagi-lagi menggunakan koneksi spring-clip mirip Monoprice dan Boston Acoustic dimana pengguna bisa menggunakan kabel hingga 12 AWG tanpa masalah. Kelebihan ergonomi speaker set ini adalah peletakan spring clip yang mudah diakses, jauh lebih mudah dari

Boston Acoustic dan Monoprice yang letaknya sangat menyempil. Dengan penggunaan independent subwoofer seukuran 8-inchi, LFE lagi-lagi bisa disambungkan melalui keluaran subwoofer dari receiver.

Kualitas suara mutlak

Secara objektif, speaker Pioneer ini sangat mengejutkan meski dentuman bass di adegan kejar-kejaran di padang pasir dari blu-ray Star Wars Episode I masih saja tidak terdengar sedalam yang semestinya, Bagaimanapun juga, suara bass masih terasa jauh lebih dalam dari speaker set lainnya di komparasi ini. Frekuensi tinggi dari suara pesawat terbang juga terdengar sangat halus dan alami serta sangat nyaman ditelinga. Suara bass-nya tidak lagi bisa dilokasikan. Suara vokal Jabba the Hutt dan (dari Episode VI) Darth Vader tidak terdengar keluar dari subwoofer-nya tetapi dari center channel sebagaimana mustinya. Reproduksi vokal sangatlah baik meski masih dibawah sempurna. Setelah saya test dengan test-tone, ternyata speaker satelit dari set ini bisa turun hingga 70 Hz sehingga dengan crossover receiver di set di 80 Hz sesuai dengan rekomendasi THX. Subwoofer Pioneer ini bisa mereproduksi suara bass sedalam sekitar 32 Hz meskipun pihak Pioneer hanya mengaku kedalaman frekuensi mentok di 38 Hz. Jadi dengan sistim ini, lenyapnya informasi LFE hampir tidak terasa lagi.

audio video 42 Desember 2011


audio video 43 Desember 2011


PILIHAN HANDYCAM JELANG LIBURAN

COMPARISON

CAMCORDER by: Doharto

S

ekarang kita sudah masuk bulan Desember. Dimana biasanya pada bulan ini banyak momen yang penting dan perlu untuk diabadikan. Untuk mengabadikan momen khusus yang selalu ingin dikenang, seperti saat travelling / liburan, perayaan Natal dan lain-lain kita membutuhkan perangkat recorder atau kamera. Biasanya perangkat ini selalu tidak lupa untuk dibawa. Pilihan di pasar hanya ada tiga yaitu kamera digital yang bisa merekam video, handycam yang bisa juga untuk mengambil foto atau ponsel berkamera. Kali ini akan dibahas perbandingan beberapa model handycam dari sisi teknologi dan harga yang sudah semakin terjangkau. Tipe format handycam yang dapat anda temukan di pasar sekarang ini adalah Mini DV, DVD Handycam, HDD (Hard Disk Drive) sekaligus kartu memori, dan handycam dengan media kartu memori saja. Di

antara mereka yang terbanyak populasinya sekarang ini adalah kartu memori. Mengapa? Tentu saja karena handycam jenis ini harganya sudah makin terjangkau, berukuran kompak dan ringan. Serta hasil rekamannya dengan mudah bisa di transfer ke CPU atau laptop dengan hanya menggunakan bantuan kabel data atau card reader saja.

Mega Pixels Vs Optical Zoom

Dalam membeli Handy besarnya zoom merupakan salah satu faktor yang benarbenar diperhatikan oleh konsumen. Ada dua jenis zoom yaitu Optical Zoom (OZ) dan Digital Zoom (DZ). Keduanya mempunyai fungsi yang sedikit berbeda yaitu OZ (istilah lainnya Power Zoom) untuk melihat gambar yang tadinya jauh menjadi lebih/sangat dekat. Sedangkan fungsi DZ adalah obyek gambar yang sudah ‘dikunci’ oleh OZ kemudian

audio video 44 Desember 2011


diperbesar. Meskipun DZ pada suatu handycam ada yang mencapai 2200X tetapi gambar bisa menjadi pecah pada pembesaran (digital) tertentu. Hal ini bisa dianalogikan jika kita memperbesar foto ukuran postcard yang diambil dengan kamera pocket menjadi 20R misalnya. Pastikan juga handycam milik anda mempunyai kemampuan OZ yang memadai. Semakin tinggi OZ akan semakin baik bagi user. Karena kita tidak akan kesulitan saat ingin men’hoot’ obyek yang berjarak jauh seperti pemandangan gunung serta saat hunting foto satwa atau bahkan di ruang opera. Idealnya sih mulai dari 16X OZ ke atas. Lebih dari 20X sudah termasuk good. Kalau hanya 10X anda kurang leluasa untuk “nembak” objek yang berjarak jauh. Sedangkan OZ mulai dari 30X itu tergolong super! Apalagi jika mencapai 40X. Yang pasti untuk mengoptimalkan OZ dalam pengoperasian handycam – peranan tripod sangat besar untuk mereduksi gambar blur atau video klip yang goyang akibat getaran tangan!Sebenarnya resolusi 1 Mega Pixel (still picture) pada handycam maupun kamera digital tergolong pas-pasan, artinya jika dicetak pada kertas ukuran 4R masih cukup baik tetapi tidak cukup saat dilakukan pembesaran ukuran cetak. Sedangkan resolusi 2 MP sudah cukup – bahkan jika untuk keperluan pembesaran

tertentu saat dicetak. Namun di lain pihak pixels (still picture) untuk Handycam tidak perlu terlalu tinggi. Karena semakin tinggi pixels akan semakin mahal harga perolehannya. Kalau memang kita butuh pixels tinggi lebih baik beli saja kamera digital karena harganya lebih ekonomis. So, untuk handycam, resolusi 1 sampai dengan 2 mega pixels saja sih sudah cukup kok! Tetapi kalau bisa resolusi tinggi didukung jugalah dengan OZ yang powerfull.

Dimanjakan Teknologi

User handycam sekarang ini semakin dimanjakan oleh hanycam generasi terbaru. Banyak fitur baru yang melengkapi handycam sekarang ini. Misalkan saja wide LCD 3.0” dengan resolusi tinggi, touchscreen, 5.1 Chanell, OZ lebih dari 40X, Built-in Flash, Progressive Scan, Wide Angle Zoom Plus, Full HD dan lain-lain. Bahkan era sebelum tahun 2000 lalu fitur Blue tooth, built-in printer, TV tuner sudah pernah hadir pada handycam Sony. Pada saat ini Sony DCR-HC3E adalah contoh handycam yang sarat degan fitur baru seperti Hi-Def 1.0801, 4 Mega Pixels, Carl Zeis Lenses, Wide Hybrid LCD 2.7” Built-in Flash, berbanderol sangat mahal yaitu Rp 13.300.000. Dan sesuai dengan banderol bentuknya pun sangat esklusif (big body). Menantang gitu lho!

audio video 45 Desember 2011


CAMCORDER by: Doharto

COMPARISON

SONY DCR-SX44E

H

HARGA Rp 2.895.000,-

KESIMPULAN 4

GB Internal Memory  Carl Zeiss Lenses  Optical Zoom 60x/Digital Zoom 2000x  DVD Direct Express and  Direct Copy  Face Detection  Compatible with memory stick and SD/SDHC Mem3/5 ory Cards  2.7” ・LCD (230k) dapat 3/5 diputar 270o  LED Video Light 3/5  Dolby® Digital stereo 3/5 recording with Built-in zoom mic  USB port

andycam Sony ini tergolong berukuran ringan dan kompak dengan warna casing silver dan merah. Terbayang langsung saat mengoperasikan handycam ini - kita akan betah berlama-lama tanpa mengeluh terlalu berat. Meskipun berukuran kecil, Sony melengkapi produknya ini dengan fitur andalan. Seperti 4 GB memori internal, lensa buatan Carl Zeiss serta dilengkapi Optical Zoom (OZ) 60x, sangat powerful! Pada tipe handycam ini Sony sudah tidak “ kekeh jumekeh” lagi untuk hanya menyediakan slot bagi MemoryStick™ , tetapi juga SD Card tentunya. LCD yang berukuran 2.7” miliknya menawarkan kenyamanan tinggi yaitu layar sentuh serta high resolution (pixels 230k), membuat mata nyaman saat menatapnya berlama-lama. Keistimewaan LCD yang mempunyai tampilan jernih ini adalah saat LCD ini dibuka meskipun handycam dalam keadaan off, itu sama saja menghidupkan handycam. Meskipun kemampuan OZ handycam ini mampu di-boost hingga 60x – namun berdasarkan uji coba - kemampuan lensa Sony ini masih kalah dibanding JVC HM30 yang hanya dilengkapi OZ 40x! Selain itu juga

handycam Sony ini dilengkapi Dolby® Digital stereo recording with Built-in zoom mic saat proses perekaman. Menghasilkan suara yang bagus. Saat masuk ke menu utama dan selanjutnya bereksplorasi – dapat dilakukan sangat mudah dan cepat. Asyiknya lagi, tampilan folder menu juga enak untuk dilihat, jadi betah berlama-lama. Pengambilan gambar (still picture) bisa dieksekusi lewat layar sentuh. Tapi hati-hati bisa blur. Mengoperasikan zoom juga bisa dilakukan via layar sentuh. Saat mengakhiri uji coba pada handycam ini maka menutup lensa bisa dilakukan dengan cukup menggeser sejenis switch pada ujung lensa. Dengan demikian mencegah kemungkinan hilangnya penutup lensa (lens cover).

audio video 46 Desember 2011


CAMCORDER by: Doharto

JVC HM30

COMPARISON

S

osok handycam JVC HM30 adalah berukuran kecil serta ringan. Dipadu dengan balutan warna silver pada body – membuat handycam ini menarik untuk dicoba. Sama dengan Sony, cover lensa JVC ini dibuka dengan menggeser semacam switch pada ujung bagian kamera. Ini jelas untuk menghindari cover lepas dengan sendirinya dan kemudian hilang. Ini hal-hal detail yang juga diperhatikan oleh JVC. Saat LCD sudah dalam keadaan ” on” diketahui bahwa layarnya tidak touch screen. Sayang memang, tidak seperti pesaingnya. Namun seperti kualitas LCD Sony DCR-SX44E, maka kualitas gambar LCD JVC HM30 ini sangat baik, clear dan mengasyikan untuk berlama-lama ditatap. Untuk menjaga kualitas suara pada saat proses recording – JVC melengkapi handycam-nya ini dengan Dolby Digital Creator. Kualitas perekaman (video) yang mampu dilakukan oleh handycam ini adalah 1280 x 720. Cukup menjanjikan apalagi kualitas ini mampu di-upping (secara convert) menjadi 1920 x 1080p. Ini juga karena didukung penggunaan format AVCHD Lite pada kartu memori. Namun untuk down-

grade hingga resolusi 720 x 480 juga mampu dilakukannya.

Teknologi Lensa

JVC menggunakan lensa buatan Konica Minolta HD lens. Didukung sensor 1.5MP CMOS. Asyiknya lagi, lensa ini sangat powerful serta mampu di-boost hingga 40x (optical zoom) dan 70x (Dynamic Zoom). Seperti tadi sudah disinggung bahwa kemampuan zoom optical JVC lebih kuat dibanding Sony DCR-SX44E meskipun Sony mengklaim handycam-nya lebih powerful (60x OZ). Untuk mempertahankan kualitas gambar yang tinggi maka fitur Advanced Image Stabilizer disematkan pada handycam ini. Dengan harga Rp 2.425.000,- JVC HM30 tergolong Best Value for Money.

audio video 47 Desember 2011

HARGA Rp 2.425.000,-

KESIMPULAN  SD/SDHC/SDXC

Memory Card Slot  AVCHD Lite & AVCHD SD Dual Format  1.5MP CMOS Sensor  Konica Minolta HD Lens  40x Optical Zoom  70x Dynamic Zoom  Advanced Image Stabilizer  Intelligent AUTO 3/5  Face Detection 3/5  Time-Lapse REC  Dolby Digital Creator 3/5  2.7” LCD display High 3/5 Res.  Auto REC  HDMI output (mini)  USB port  Manual lens cover  A/V output  Record 1280 x 720 video and up-convert to 1920 x 1080p


CAMCORDER by: Doharto

COMPARISON

Toshiba X100

S

HARGA Rp 2.050.000,-

KESIMPULAN  SD/SDHC

Card hingga 32 GB 3/5  Zoom Optical 10x/Digital Zoom 10x 3/5  CMOS Sensor  4 GB Memory Internal 3/5  Full HD 3/5  LCD 3.0” ・Touch Screen  HDMI port  USB port

ejak dulu hingga sekarang, lineup handycam Toshiba jarang kita temukan di Indonesia. Tetapi belakangan ini ragam produk handycam Toshiba mulai hadir di Indonesia. Namun dari pengamatan sekilas diperoleh kesimpulan sementara bahwa handycam Toshiba lebih mumpuni jika digunakan sebagai digital camera dibanding Handycam (video). Berikut ulasannya. Bentuk dan ukuran handycam Toshiba ini sedikit lebih besar dibanding Sony DCRSX44E dan JVC HM30. Ini diduga karena Toshiba “ ngotot” menjejalkan LCD ukuran super 3.0” Memang dengan tampilan layar LCD 3.0” maka kita lebih nyaman saat menatap layar. Namun tampilan font pada LCD Toshiba tersebut kurang menarik. Begitu pun dengan resolusinya, tidak setinggi Sony dan JVC. Dan kelemahan LCD 3.0” adalah konsumsi energinya yang lebih boros dari LCD 2.7” Namun secara keseluruhan tampilan eksterior Toshiba X100 cukup menarik. Dengan saputan warna

two tone (hitam dan silver) maka Toshiba ini layak dimiliki apalagi banderolnya cuma Rp 2.050.000,-. Tetapi hal lain - yang membuat Toshiba X100 layak dibeli karena ia sudah Full HD serta mampu menghasilkan kualitas foto hingga 10 Megapixels. Meskipun begitu sayangnya Zoom optical Toshiba X100 cuma 10x, cukup minim! Perlu diketahui bahwa kemampuan Zoom Optical berbanding terbalik dengan kualitas/ kemampuan digital camera-nya. Maksudnya adalah jika suatu handycam memiliki zoom optical tinggi (60x) – maka biasanya kemampuan fotonya paling tinggi kurang dari dua Megapixels. Begitupun sebaliknya.

audio video 48 Desember 2011


CAMCORDER by: Doharto

Sanyo VPC-TH1BL

COMPARISON

S

elama ini line-up handycam Sanyo dikenal dengan nama produk Xacti. Pemasarannya cukup sukses. Hal itu dikarenakan harga yang kompetitif, model kompak dan ringan serta fitur yang mumpuni. Bagaimana performa handycam Sanyo kali ini? Simak terus tulisannya. Sanyo VPC-TH1BL memiliki ukuran sedikit lebih besar dibanding JVC HM30 maupun Sony DCR-SX44E. Ini dikarenakan sama halnya dengan Toshiba, Sanyo VPCTH1BL dilengkapi LCD 3.0” Bedanya adalah LCD pada Xacti VPC-TH1BL mampu diputar hingga 285o. Namun begitu pada tubuh handycam yang berwarna biru metalik ini ditanam lensa dengan kemampuan zoom optical hingga 30x. Cukup memadai untuk diajak hunting foto

di hutan kebun raya atau diruang opera yang berukuran besar. Dari lensa itu pula mampu dihasilkan kualitas video HD Digital 720p (30 fps) serta still picture hingga 2 Megapixels. Untuk mempertahankan kualitas gambar tersebut maka Sanyo melengkapi produk handycamnya itu dengan Digital Image Stabilizer. Jika saat pengambilan foto dirasa kurang cahaya maka hal itu bisa diatasi dengan built-in still foto flash.

audio video 49 Desember 2011

HARGA Rp 2.335.000,-

KESIMPULAN  HD

Digital Video (720p, 30fps)  30x Optical Zoom  2-Megapixel* sequential shooting (13fps)  3-inch LCD (TFT) Widescreen Display CMOS Image Sensor Long life battery (up to 3-hour 20-minute continuus recording) Digital Image Stabilizer (video and stills) Face Chaser technology (can detect up to 12 faces for photos and videos) Built-in still photo flash HDMI Output MPEG-4, H.264 Video SD/SDHC memory compatible


HI END

HI END

by: Tjandra ghozalli

KOLABORASI MARK LEVINSON DAN REVEL

Keduanya, Mark Levinson dan Revel masih berada di bawah naungan Herman International Groups. Terus terang, saya sudah “loss contact” sama Mark Levenson, semenjak sohib saya, Mark Glazier “menjual” Mark Levinson ke Harman Groups.

audio video 50 Desember 2011


K

ebetulan ketika menyambangi pameran High End CES di The Venetian, Las Vegas, saya menyempatkan diri untuk mampir ke kamar Mark Levinson. Kebetulan kamar sedang kosong dan saya berkenalan dengan penjaga kamar bernama Richard. Menurut Richard sudah menjadi policy perusahaannya kalau merek merek di bawah naungan Harman Groups harus berkolaborasi dengan yang satu groups, contohnya Mark Levinson dan Revel (loudspeaker). Atau di kamar sebelah JBL dengan Harman Kardon.

Di dalam kamar yang saya kunjungi terpasang perangkat: • Loudspeaker • Amplifier • Preamp (processor) • CD / SACD Player

: Revel Ultima Salon2 : Mark Levinso No.53 : Mark Levinson No.502 : Mark Levinson 512

Khusus produk baru Mark Levinson, saya sudah lama tak meliputtnya, baru kali ini saya melihatnya kembali. Oleh Richard saya dipersilahkan memilih album dan saya pilih album Frank Sinatra “Whats new”. Saya cukup surprise mendengar reproduksi album jadul ini yang ternyata direprint berkualitas prima. Saya mulai menyenangi lagu lagu Frank Sinatra ketika masih SD kelas 5. Dari hasil penyimakan – saya “jatuh hati” pada karakter kolaborasi ini. Inilah karakter yang saya sukai; bass yang nge”punch” namun “pulen”, artinya pukulan bass boleh agresif tetapi cukup empuk mendarat di telinga. Reproduksi vokal lantang namun punya timbre sehingga terhindar dari kesan “cempreng”. Treblenya cukup agresif namun renyah (tidak metalik) di telinga. Dan salah satu karakter amplifier Mark Levinson No.53 yang membuat saya gandrung adalah suara repro “clean” tapi “hangat”. Ini dua karakter yang paradox – yang satu “clean” artinya harmonik tambahan sangat minim dan yang satu lagi “hangat” justru memerlukan penambahan harmonik genap. Tetapi entah bagaimana caranya kedua karakter paradox ini dapat bersatu di keluaran amplifier Mark Levinson No.53. Sungguh mengasyikkan di saat tidak ada tamu, saya bisa sedikit berlama lama menyimak alunan kolaborasi Mark Levinson dan Revel. Selanjutnya saya pilih nomor Tennesee Waltz yang dibawakan oleh Holy Cole Trio. Ini lagu jadul yang sangat indah, cocok untuk sarana berdansa. Terkadang saya bingung menyimak lagu lagu masa kini yang kebanyakan sulit untuk disenandungkan atau disiulkan. Lagu lagu jadul umumnya “easy listening” yang enak disimak sambil kerja. Kembali ke perangkat kolaborasi; tonal balancenya bagus (seim-

audio video 51 Desember 2011


HI END

HI END

by: Tjandra ghozalli

bang antara low – mid – high) dan repro vokalnya lantang tapi berkarakter tidak polos garing. Dinamika musik dan vokalnya sangat terasa lonjakannya. Amplifier Mark Levinson No.53 berupa switching amplifier sehingga jangan heran kalau daya keluaran amplifier seramping itu bisa mencapai 1000 Watts RMS untuk beban 4 Ohm. Tapi anda tak usah khawatir, perkembangan teknologi switching amplifier sudah demikian maju yang kualitas suaranya malah lebih bagus (lebih berdinamika) dari amplifier non switching. Penampilan yang membuat amplifier switching berbeda dari amplifier non switching terletak pada daya keluaran besar tetapi dengan ukuran ramping dan berat hanya separuhnya. Karena belum ada pengunjung saya coba iseng tanya harga total perangkat kolaborasi ini pada Richard. Cukup kaget ketika Richard menjelaskan kalau harga paket ini sekitar Rp 1 M. Tapi kalau dipikir lebih lanjut, harga tersebut memang sebanding dengan kualitas reproduksi suaranya yang saya suka itu.. Hmm... jika seandainya malam ini saya menang main poker...pasti target pertama yang dibeli tentulah perangkat ini, kata saya dalam hati.

CD/SACD player Mark Levinson No. 512 • Sistem koreksi : DDS Direct Digital Sythesis • Kuantisasi : 24 bits • Sistem Baca : CD – PCM • SACD – DSD • Terminal keluaran : RCA dan XLR • Perbandingan S/N : 108 dB • THD : 92 dB PCM/CD • 98 dB DSD / SACD

Media Console Mark Levinson No.502 • Fungsi pengaturan : Stereo dan Surround • Masukan HDMI : 6 HDMI tipe A • Masukan Analog Video : 4 Component Video • 3 S Video • 3 Componen Video • Digital Audio : 6 S/PDIF • coaxial & optical • 2 AES/EBU • Analog Audio : 1 set RCA 8 ch • 4 unbalance • 2 balance

Amplifier Mark Levinson No.53 • Masukan

: Terminal XLR (balance) Terminal RCA (Unbalance) : 500 Watts/8 Ohm atau 1000

• Daya keluaran Watts/4 Ohm • Tanggapan freuensi : 20 Hz – 20 kHz • S/N : 85 dB • Impedansi masukan : 100 kOhm • Sistem : Switching amplifier

Loudspeaker Revel Ultima Salon2 Sistem cross over 4 jalur • Tweeter : Berrylium 1” • Midrange : Titanium 4” • Mid-Woofer : Titanium 6,5” • Woofer : Aluminum 8” (x3) • Tanggapan frekuensi : 23 Hz – 45 kHz. • Kepekaan : 86.4 dB

audio video 52 Desember 2011


audio video 53 Desember 2011


HI END

OUR TUBES BIGGER THAN YOU Our Tubes Bigger Than You ini adalah slogan tidak resmi dari Audio Power Labs, perusahaan perakit amplifier tabung yang berdomisili di Ohio, Amerika Serikat.

HI END

by: Tjandra ghozalli

M

emang slogan tersebut bukan omong kosong atau gertak sambel. Pasalnya vacuum tube yang mereka pakai tipe 833C ukurannya memang sangat besar. Saya sempat terpesona melihat power amplifier monoblock Audio Power Labs 833TNT – ya,

terpesona akan keunikan dan besarnya vacuum tube final 833C. Sesungguhnya vacuum tube ini dirancang untuk keperluan transmitter (pemancar) radio AM yang diproduksi tahun 1940. Tetapi oleh engineer Peetya Iwagoshi dan Clyde Holobaugh, komponen vacuum tube NOS (New Old Stock) 833C

audio video 54 Desember 2011


yang hampir saja di “clearence sale” oleh tangan dingin mereka disulap menjadi power amp monoblock kelas high end Audio Power Labs 833TNT dengan harga per pasang Rp 1,5 miliar!!! Saya sempat berbincang dengan mereka berdua tentang teknologi yang berada di balik power amplifier ini. Sesungguhnya perusahaan Audio Power Labs didirikan oleh Gerry Moersdort di

tahun 2009 – dan hingga tulisan ini dibuat, produk Audio Power Labs hanya satu: power amplifier monoblock 833TNT dan tidak ada yang lain.

Teknologi 833TNT

Berikut ini uraian Peetya bersama Clyde

tentang rancang bangun amplifier buatannya. Di dunia bukan cuma Audio Power Labs yang menggunakan komponen tabung pemancar sebagai penguat tingkat akhir - masih ada beberapa pabrikan lain yang melakukannya – hanya saja yang lain memakai konfigurasi pemancar trioda. Audio Power Labs memakai rancangan yang berbeda, tingkat masukan berupa differential amplifier yang memiliki karakteristik high common mode rejection ratio dengan sifat unggulan meredam derau (hum) lebih kuat. Sedang tingkat keluarannya berupa pushpull yang juga mempunyai karakteristik unggulan meredam distorsi order genap. Lalu dipakai transformer keluaran berkelas high end dengan daya sembur 200 Watts, class A dengan nilai THD 1% - cacat ini sangat kecil bila dibanding dengan besarnya daya keluaran. Boleh dijamin kalau reproduksi suara / bunyi amplifier ini tidak memiliki pewarnaan (coloration). Selain itu, amplifier ini dilengkapi dengan fasilitas penataan bias dan kalibrasi otoma-

audio video 55 Desember 2011


HI END

HI END

by: Tjandra ghozalli

tis yang akan menyamakan spesifikasi antara pasangan vacuum tube. Di panel depan amplifier ini dipasangi LCD screen sebagai penunjuk parameter tabung. Jadi pada amplifier Audio Power Labs ada dua bagian – pertama perangkat tabung untuk bagian audio yang boleh dibilang old fashion. Yang kedua rangkaian catu daya dan auto bias dan kalibrasi yang full solid state, boleh dibilang new fashion. Kombinasi yang pas antara old and new fashion terkemas dalam power amplifier ini.

Simak Lagu

Di dalam kamar di The Venetian hotel sewaktu pameran akbar CES, Las Vegas berlangsung telah tersedia seperangkat audio high end: • CD Player : Musical Fidelity M6CD • Pre Amplifier : Audio Research LS 27 • Power Amplifier : Audio Power Labs The 833TNT • Loudspeaker : Vandersteen 3A

Ketika mereka tanya album CD yang familier untuk didengar, maka saya pilih album Norah Jones “Aint No Grave”. Oleh mereka diputarkan album tersebut dan saya simak – vokal Norah Jones terkesan sweet – dengan sibilans tidak menyerang telinga. Saya cukup surprise menyimak reproduksi bunyi bass betot (akustik bass) yang cukup rendah. Umumnya amplifier tabung yang

Amplifier Audio Power Labs

menggunakan transformer keluaran akan mereproduksi bunyi bass terkesan loyo dan boomy tetapi kedua hal ini tidak saya jumpai pada reproduksi Audio Power Labs The 833TNT. Lagu kedua saya pilih nomor dari penyanyi jadul Michael Franks “Rendevouz in Rio” - sejak masih kuliah saya suka dengan vokal Michael yang ringan dan santai. Saya memiliki beberapa album PH-nya. Sekali lagi saya simak vokal Michael yang tetap santai dan ringan direproduksi oleh power amplifier Audio Power Labs ini. Memang sulit untuk mencari tandingan dari power amplifier Audio Power Labs The 833TNT yang berdaya besar namun berdistorsi kecil (kondisi paradox). Sudah barang tentu semua ini berkat rancangan yang tepat dari vacuum tube 833C, 6550 dan 12BH7.

Penampilan

Power amplifier monoblock Audio Power Labs The 833TNT berpenampilan macho sekaligus penuh daya tarik. Ini karena adanya sepasang vacuum tube bertubuh tambun

Line Preamp Audio Research LS27

audio video 56 Desember 2011


833C berpijar cukup terang. Selain itu, panel serta tubuhnya yang terbuat dari aluminium tebal dengan garis arsir halus bergaya Art Deco. Di tengahnya terdapat layar LCD warna. Sungguh unik dan menarik penampilan power amp ini. Ketika telinga saya dekatkan ke arah tabung 833C – saya tidak mampu menyimak bunyi (desis) apapun. Sungguh saya sedikit heran kalau ada vacuum tube telah berusia 61 tahun masih mampu bekerja dengan baik – ini artinya kualitas kacanya sangat bagus tidak ada rembasan udara sedikitpun!! Apakah ini bukan NOS tapi made in China?! Wahalualam.

Amplifier Audio Power Labs

• Daya keluaran 200 Watts RMS • Distorsi 1% pada daya penuh • Perbandingan sinyal terhadap desis 75dB • Analog penuh dari masukan ke keluaran • Komponen tabung 833C x2, 6550 x2, dan 12BH7 x2

Loudspeaker Vandersteen 3A • Tanggapan frekuensi 26 – 30 kHz (3dB) • Crossover first order • Woofer 8*, mid 4,5”, tweeter 1”, dan subwoofer 10” • Impedansi 6 Ohm

Line Preamp Audio Research LS27

• Tanggapan frekuensi 0,2 Hz – 160 kHz • Distorsi 0,01% pada 2V pd keluaran balance

• Penguatan 24dB • Impedansi masukan 120 kOhm

CD Player Musical Fidelity M6CD

Loudspeaker Vandersteen 3A

• True sampling • Kuantisasi 24-bit, sampling 192 kHz

audio video 57 Desember 2011

• Kelas A untuk tingkat analog • Keluaran RCA dan Balance


HI END

Real Music Sajian

HI END

by: Budi Santoso

Dengan kekuatan daya keluaran yang tergolong besar, rasanya tidak perlu khawatir dalam menangani setiap jenis loudspeaker, karena power amplifier yang satu ini mampu menghasilkan daya mencapai 1.200 Watt per kanal.

K

alau Anda mampir di butik hi-end Victoria maka terpasang satu sistem audio hasil kolaborasi dengan performa analog yang tidak tanggung-tanggung, dimana mengandalkan mesin source turntable buatan SME seri 20/3. Sebagai mesin pengolah suara, Lukito, selaku owner butik tersebut memang mempercayakan produk McIntosh

audio video 58 Desember 2011


MonsterMcIntosh McIntosh C500

McIntosh C500 adalah preamplifier Stereo yang didesain sepenuhnya dual-mono dengan sistem catu daya terpisah. Dapat bekerja dengan baik dengan modul preamplifier solid-state maupun tabung. Preamplifier C500 memadu antara performa audio dengan pengoperasian user-programability yang fleksibel dalam solusi sistem dua-chassis yang menakjubkan.

Spesifikasi

seri atas, termasuk amplifier tabung McIntosh C500 yang terpadu dengan controllernya. Pada sistem andalan kali ini kami dapati susunan perangkat selengkapnya adalah sebagai berikut : • Turntable SME 20/3 • Tube preamplifier Mc Intosh C500 • Controller McIntosh C500 • Power amplifier Mc Intosh MC1.2KW • Loudspeaker Thiel CS 3.7

• Balanced Input : 3 • Balanced Output : 1 Main, 2 Switched+Rec • Balanced Record : Balanced Record • Chassis Cover Panels : Aluminum • Circuit Design : Tube-T,Semi.-P • Dimensions h x w x d : 6” (15.24cm) x 17 1/2” (44.45cm) x 24” (61cm) • Equalizer : External • Extra Wide Dynamic range : 12VRMS out; 25VRMS Bal • Headphone Out : 1`/4” • Input Sources : 9 Programmable • Lighting : Led Fiber Optic • MC Phono : Adjustable Impedance • MM Phono : Adjustable Loading • Opyical Controled, 213 Step, Volume Attenuator • 2 Stage Precision Divider, _+ 0.05dB • Processor Loop : Two • Pwr Amp Or Acc “On” Outputs : Three • Pwr Strip “On” Out : 2 Main & 2 Switched

Pre Amp McIntosh C500

audio video 59 Desember 2011


HI END

Thiel CS3.7

Loudspeaker yang satu ini memang tergolong cukup unik, selain modelnya futuristik, konstruksi desainnya terkesan luwes, namun kokoh. Terlihat susunan multi-driver yang menunjang loudspeaker Theil seri CS3.7 dengan dua buah driver woofer 10 inci, dimana salah satunya merupakan driver radiator pasif, sedangkan midrange-nya menggunakan driver 4,5 inci yang ditunjang oleh magnet besar serta kumparan suara 3 inci. Sebagai pembangkit nada tinggi terdapat sebuah tweeter model kubah 1 inci yang juga didukung oleh magnet neodymium yang terkenal handal.

HI END

by: Budi Santoso

Spesifikasi

• Bandwidth (-3 dB): 32 Hz - 35 kHz • Frequency response: 33 Hz - 26 kHz ±2 dB • Sensitivity (2.8v - 1m, true anechoic): 90 dB • Impedance: 4 ohm (2.8 ohm min) • Recommended power: 100 - 600 watts • Size (w x d x h): 12.5 x 21 x 45 in /32 x 53 x 114 cm • Weight: 91 lb 41.5 kg

McIntosh Dalam Sejarah. McIntosh Laboratory Inc termasuk salah satu leader yang dikenal dalam bidang peralatan audio. McIntosh terkenal dalam memproduksi audio terbaik dan sistem home theater. Perangkat audio buatan McIntosh terkenal karena dibuat secara hand-made yang dilakukan oleh para ahli di pabrik mereka di New York. Perusahaan McIntosh yang masih ajeg sampai saat ini, dimulai pada tahun 1940 oleh Frank McIntosh. Dia kemudian mendirikan sebuah perusahaan kecil di Washington, DC yang dirancang sebagai stasiun TV. Bisnis penyiaran pada waktu yang diperlukan adalah amplifier yang memiliki daya tinggi

Loudspeaker Thiel CS3.7

tetapi dengan distorsi yang rendah. Namun, karena amplifier yang ada tidak memiliki spesifikasi yang diinginkan, maka Frank McIntosh mulai untuk merancang dan menghasilkan audio amplifier yang tidak hanya mampu bertahan lama, tetapi juga mampu melebihi standar industri. Pada tahun 1946, Frank McIntosh menyewa seorang insinyur, Gordon Gow, untuk membantu dia. Keduanya menjadi nama besar dalam desain sebuah penguat daya (amplifier) yang memenuhi standar dalam bisnis manufaktur audio. Amplfier tersebut dikenal sebagai penguat 50W-1 yang termasuk “Unity Coupled Circuit”, sirkuit pertama yang dipatenkan McIntosh . Pada tahun 1949, Laboratory McIntosh Inc didirikan. Frank McIntosh yang menjadi Presiden dan Gordon Gow sebagai Wakil Presidennya. Gordon Gow menjadi Ex-

audio video 60 Desember 2011


McIntosh MC1,2KW

Amplifier McIntosh MC1.2KW merupakan jenis penguat daya akhir monaural yang mampu menghasilkan daya keluaran 1.200 watt. Fitur yang ditawarkan MC1.2KW menggunakan sirkuit McIntosh Quad Balanced yang luar biasa, dimana masingmasing penguat terdiri dari dua rangkaian penguat balanced dengan kombinasi output Autoformer yang unik. MC1.2KW dapat digunakan dengan semua jenis loudspeaker serta fitur koneksi

ecutive Vice President dari perusahaan adalah tahun 1950 ketika mereka meluncurkan preamplifier AE-1 pertama. Dan setelah itu, lebih banyak produk dibuat dan diluncurkan oleh McIntosh dan menjadi pemimpin peralatan audio yang memenuhi standar pada saat itu. Contohnya adalah penguat daya A116, C108 preamplifier, power amplifier MC30 dan preamplifier C4, yang diperkenalkan pada tahun 1953 dan 1954. Kemudian Perusahaan ini tumbuh besar dan kebutuhan untuk mendapatkan tempat bisnis juga semakin besar, sehingga pada tahun 1956, McIntosh pindah ke lokasi yang sekarang di Chambers Street, Binghamtom, New York. Ini adalah warisan McIntosh yang masih melayani konsumen setianya sampai detik ini.

output yang dioptimalkan untuk dapat menghandle 2, 4, dan 8 ohm. Ditambah dengan fitur DC Protection, maka MC1.2KW merupakan perpaduan antara daya keluaran ideal dan kinerja.

Spesifikasi

• Autoformer : Yes • Balanced Input : Yes-2 • Circuit Configuration : Quad Balanced • Circuid Design : Transistor • Damping Factor : 100 • Dimension h x w x d : 11-1/2” (29.2cm) x 17-3/4” (45.1cm) x 18” (45.7cm) • Dinamic Headroom : 2.1dB • Frecuency Response +0,-0.25DB : 20Hz - 20kHz • Frecuency Response -3DB : 10Hz 100kHz • Gold Plated Binding Posts : 200 amp, 3-way • Illumiation : LED Fiber Optic • Power Output : 1200W @ 2, 4 or 8 ohm • Rated Power Band : 20Hz - 20kHz • S/N Below Rated Output : 124dB • Shipping Weight : 78 kg

Uji Dengar

Sebagai pembuka, kami diperdengarkan album PH Keb’Mo – Peace Back By Popular Demand dari trek awal For What It’s Worth. Dalam lagu berirama blues ini, tertampil performa band dengan musikalitasnya yang sangat kental, terutama pada bunyian instrumen akustik seperti permainan gitar dari Keb’Mo serta gebukan drum yang memiliki kontur jelas. Bahkan improvisasi dari akustik piano yang disajikan tersalur sempurna, dimana setiap ketukan dapat ditampilkan tanpa kolorasi. Untuk kualitas vokal, sistem ini memang tidak diragukan lagi, ini terbukti ketika kami mencoba album PH dari Norah Jones, diambil dari salah satu lagu hitnya Cold Cold Heart, dimana performa suara Norah memiliki bobot tersendiri, dengan tonal balanced yang natural.

Petikan bas betot yang ditampilkan dari lagu di atas dapat kami cermati memiliki kontur yang jelas, walau rendah tapi tetap direproduksi dengan baik dan detail. Begitu juga dengan permainan piano dari Norah, tersalur mulus tanpa terjadi “buntut” yang mengganggu, sehingga tetap nyaman di telinga.

audio video 61 Desember 2011


HOME THEATER by: Tjandra ghozalli

BILA DAVID FOSTER DAN ANGELINA JOLIE DALAM SATU KAMAR Bulan silam kami menyempatkan diri mampir ke toko Art Sound Lab yang berlokasi Pacific Place, Jakarta Selatan. Seperti diketahui, Art Sound Lab adalah distributor dari loudspeaker Dali, buatan Norwegia.

audio video 62 Desember 2011


K

ami (saya dan fotografer Fajar) disambut hangat oleh Bung Rudolf Fananta yang baru saja mendarat di Jakarta dari kantor pusat Surabaya. Setelah berbincangbincang sejenak, maka Bung Rudolf menyilahkan kami untuk meliput tata suara home theater yang ada di ruang depan. Perangkat yang tersedia adalah: • Blu-ray Player • AV Receiver • Front Loudspeaker • Rear Loudspeaker • Center Loudspeaker • Subwoofer • Perkabelan

: Marantz UD-7006 : Marantz SR-6005 : Dali Ikon-7 Mk 2 : Dali Ikon 6 Mk 2 : Dali Ikon Vokal 2 Mk 2 : Dali Ikon Sub Mk 2 : Full Dali Cable

“Sebetulnya perangkat ini sudah pesanan orang, minggu depan diambil – tapi boleh di-review,” ujar Bung Rudolf dengan wajah bahagia karena “dagangannya” laris manis. Kelihatan kombinasi produk Marantz dan Dali pasangan yang serasi – satu berwarna hitam mengkilap dan satunya lagi emas. Kemudian kami ditawarkan album Blu-ray yang akan diputar maka saya memilih “Hit Man Return: David Foster & Friends. Kami putar lagu pertama In the Stone, September, dan After the Love Has Gone yang dibawakan secara medley oleh trio Earth, Wind & Fire. Kami pantau reproduksi vokal penyanyi kulit hitam ini sangat berdinamika dengan hentakan yang membuat pendengarnya turut bergoyang. Kualitas gambar blu-ray bersama TV high definition sangat detail. Kulit orang hitam ini terlihat pori-porinya berpeluh, juga penyanyi wanita harus ekstra hati-hati kalau dibuatkan album blu-ray karena setiap butir jerawat atau sapuan bedak yang tidak merata akan terlihat jelas di layar kaca. Kami menikmati sajian trio Earth, Wind & Fire sepenuhnya baik gambar mauaudio video 63 Desember 2011


HOME THEATER by: Tjandra ghozalli

pun suara. Dengan sampling frekuensi 192 kHz dan kuantisasi 24-bits menjadikan reproduksi DTS Master ini sama seperti master studio rekaman. Teknologi audio dan video kita sudah sangat maju – sangat berbeda dari 10 tahun silam apalagi 20 atau 30 tahun silam. Lagu kedua Caruso yang dilantunkan oleh biduanita Lara Fabian – saya kurang paham apakah ini lagu Spanyol atau Italia, bagi saya keduanya sama saja. Well, saya menyukai lagu-lagu Mediterania termasuk Lebanon, Italia, Mesir, Spanyol, dan Syria yang iramanya berbau “mistis”. Reproduksi vokal Lara Fabian sangat tinggi, kalau dia menjerit mungkin bisa melampaui tiga oktaf. Demikianlah sesi “lagu” sudah kami uji dan kami berhasil meresume bagaimana kebolehan perangkat ini.

walaupun pukulan karate sehebat apapun dalam keadaan nyata bila mengenai tubuh bunyinya tidak mencapai 100 dB, tapi mana seru? Makanya kalau di film bunyi tendangan dan pukulannya terdengar kuat sekali – ya, supaya penonton kian terhanyut jalur cerita. Semua ini direpro cukup kuat oleh speaker Dali tanpa meninggalkan kesan “kliping”. Bunyi ledakan bom juga dahsyat, subwoofer bergetar membahana juga tanpa tersimak sedikitpun kliping. Memang tidak cukup mudah untuk mencari formula tata suara yang enak buat film juga asyik buat lagu. Dan yang menakjubkan adalah perangkat ini mampu merepro bunyi sama baiknya apakah untuk musik maupun film.

Angelina Jolie Ngamuk

Tidak bisa dipungkiri kalau kualitas suara Bluray DTS Master ini ciamik. Dengan memakai sepasang loudspeaker hiend maka bunyi sapuan simbal lebih airy ketimbang CD. Jadi jika Anda sudah memiliki blu-ray player, maka disarankan untuk memperbanyak album musiknya. Percayalah kualitas suara Blu-ray DTS Master lebih memesona dibanding CD yang lahir 30 tahun silam.

Berikutnya kami diputarkan album film blu-ray “SALT” yang menceritakan wanita super yang bisa kungfu lebih hebat dari Bruce Lee. Bercerita tentang spionase Rusia yang ada di Amerika Serikat. Memang selama perang dingin, musuh bebuyutan Amerika Serikat adalah Uni Soviet. Tetapi sekarang setelah Uni Soviet bubar, musuhnya jadi Rusia. Wow,

Konser Blu-ray

audio video 64 Desember 2011


audio video 65 Desember 2011


CARA MENILAI KU AUDIO VIDEO SECARA

TIPS & TRICKS

by: David Susilo

Ada pepatah “bule” yang menyatakan “You can’t compare apples to oranges”. Pepatah sederhana yang mudah dimengerti di mana kita membandingkan buah apel dengan buah jeruk meski keduanya adalah buah-buahan.

H

al yang sama harus diterapkan dalam menilai kualitas audio video. Kita tidak bisa menilai peralatan hanya berdasarkan selera, karena selera adalah sesuatu yang subjektif dan setiap orang memiliki selera yang berbeda. Kalau kita menilai dengan subjektif, berarti penilaiannya tidak dilakukan secara benar. Maksud saya begini, bagus atau tidaknya suatu alat

audio video 66 Desember 2011


UALITAS A OBJEKTIF

maupun sistem tidak hanya tergantung dari spesifikasi dan performa peralatan tetapi tergantung pula dari situasi ruangan serta referensi yang digunakan sebagai bahan perbandingan. Tanpa referensi serta situasi ruangan yang konstan dan standar maka penilaian antar alat tidak akan bermakna sama sekali. Menurut saya, untuk bisa menilai segala sesuatu dengan benar diperlukan:

1. Ruangan yang dikalibrasi (baik dari segi akustik, floor noise, lighting). Kalau sampai tidak bisa setidaknya perbandingan harus selalu dilakukan di dalam ruangan yang sama. 2. Peralatan harus dikalibrasi. Maksud saya, kalau mau menilai TV, seharusnya TV-nya dikalibrasi dengan benar ke 6500 Kelvin (D65, standar ISF/THX/ SMPTE). Mau menilai Blu-ray player, yah player-nya harus dihubungkan ke display yang sudah dikalibrasi pula. 3. Jarak tonton dan dengar yang maksimal. Jangan menonton terlalu dekat maupun terlalu jauh. Sebaiknya jarak tonton jangan lebih dari 2x diagonal layar dan jarak itu harus konstan bila membandingkan satu TV dengan TV lainnya. Begitu pula bila menilai speaker. Jarak antara berbagai macam speaker yang diuji coba harus seragam. Gunakan test pattern dari Blu-ray dengan standar reference macam Avia, Digital Video Essentials, serta THX Calibration Disc. 4. Level suara harus disamakan setidaknya dengan reference SMPTE (75 dB average, 105 dB peak, C-weighting) atau THX (85 dB average, 115 dB peak, C-weighting) dan antar alat volume-nya harus persis 100% karena perbedaan +0.5 dB (ya, setengah desibel lebih kencang) di suatu alat akan secara psikologis membuat kita condong lebih menyukai alat yang lebih kencang suaranya. Ditambah lagi, sebetulnya mereproduksi suara dengan baik dengan volume rendah itu jauh lebih sulit daripada mereproduksi suara dengan baik dengan volume yang tinggi. 5. Harus bisa membedakan antara “enak didengar/dilihat� dengan “reference quality� karena yang enak dilihat dan didengar itu belum tentu transparan dengan kualitas reference. Contohnya bila kita gunakan Blu-ray Mamma Mia, karena palet warna yang digunakan

audio video 67 Desember 2011


by: David Susilo

sengaja dibuat “artistik” maka kita tidak bisa menilai alat mana yang bisa mereproduksi video itu dengan akurat. Adapun rekomendasi cakram Blu-ray yang bisa saya berikan sebagai referensi adalah sebagai berikut: 1. Sin City, Untuk reproduksi hitam putih absolut. Film ini penuh dengan warna putih total dan hitam total, bila hitam dan putih yang direproduksi tidak akurat, akan sangat kelihatan. 2. Insidious, Untuk reproduksi shadow detail, bila setting TV terlalu gelap, shadow detail hilang. 3. The Box, Bagian pembukaan untuk test panning dari kiri ke kanan, suara mesin ketik harus sejajar antara speakers L, C, R, tidak boleh naik turun. 4. The Sound of Music, Untuk referensi warna natural. Rumput harus sehijau rumput, langit harus sebiru langit. Tidak lebih, tidak kurang. 5. Konser Chris Botti (yang mana saja), Terserah mau pilih cakram Blu-ray yang mana, semuanya sama-sama akurat baik reproduksi warna, shadow detail, maupun suara. Seharusnya cakram ini diputar sekencang suara terompet yang sesungguhnya dan bila receiver maupun speaker mampu mereproduksi semuanya dengan benar tanpa distorsi, maka speaker dan receiver yang Anda miliki sudah memenuhi standar minimal. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas dinamika konserkonser Chris Botti. 6. Disney Bolt, Langsung loncat ke chapter 2 (berjudul

“5 years later”) untuk mengetes apakah receiver serta subwoofer Anda memiliki tenaga simpanan yang cukup. Banyak sekali receiver serta HTiB entry level yang gagal total mereproduksi klip yang panjangnya tidak lebih dari lima menit ini karena dinamika yang luar biasa secara nonstop. Beberapa cakram Blu-ray yang harus dijauhi karena sama sekali tidak memenuhi standar reference adalah sebagai berikut: • Diana Krall Live in Rio, Kualitas gambar yang sangat buruk serta rekaman suara yang kurang memadai membuat kita tidak bisa menilai kualitas gambar maupun suara. • Mamma Mia, Palet warna yang diproses “artistik” (baca: aneh) dan rekaman suara yang penuh sibilans membuat penilaian kualitas warna tidak memungkinkan dan penilaian kualitas suara juga mustahil. • Planet Terror / Machete / El Mariachi / Death Proof, Semua film di atas sengaja dibuat dengan warna pudar, bergetar (jittery) dengan soundtrack yang kasar (scratchy) membuat penilaian apapun menjadi mustahil.

audio video 68 Desember 2011


audio video 69 Desember 2011


REVIEW CD

Chikenfoot : “III”

by : Andre

REVIEW CD

Jawara musisi kelas dunia di kelompok Chikenfoot ini muncul lagi. Dengan cover album yang inovatif yang menampilkan nuansa 3D (lengkap dengan kacamata 3D). Apakah album kedua dari Sammy Hagar (Vokal, Rhythm Guitar), Joe Satriani (Lead Guitar), Michael Anthony (Bass), Michael Anthony (Bass) dan Chad Smith (Drum) mampu memberikan materi yang menohok, tidak terkesan biasa saja untuk ukuran musisi kelas kakap seperti pada debut mereka? Album ini bukan termasuk album yang terkesan terburuburu, walaupun dirampungkan diantara jadwal masing-masing personel. ‘Big Foot’ dipilih sebagai hits, yang menampilkan nuansa hard rock yang cukup kental. Dibandingkan dengan kemampuan musikalitas para personelnya, lagu ini termasuk simpel. Namun justru terkesan easy listening dengan nuansa distorsi yang nya-

man. Walaupun gitar solo pada interlude masih menunjukkan kapasitas Steve Vai sebagai salah seorang dewa gitar. Justru lagu yang tampak lebih eksploratif pada permainan musik tampak di lagu ‘Dubai Blues’ walau masih mengaca pada sisi komersial. Apalagi kapasitas vokal Sammy Hagar yang masih kuat terasa maksimal. Tidak semua lagu yang ditampilkan menghentak dengan dominasi sound distorsi. Mereka masih menyisakan karakter ballad yang didominasi permainan akustik yang nyaman di lagu ‘Something Going Wrong’. Atau yang terkesan lebih easy listening di lagu ‘Different Devil’. Sebagai band yang digawangi musisi papan atas, album ini bukan tipikal album idealis. Lebih industri dengan materi lagu yang lebih general, walaupun tipikal album hits makers. Menjadi sebuah perjalanan history rock ‘n roll.***@ztroo

Kelly Clarkson : “Stronger”

Penyanyi bersuara kuat jebolan American Idol ini rupanya tidak kehilangan pesona vokalnya, walaupun berat badan jauh bertambah dibandingkan awal masa karier-nya. Pesona vokalnya, masih tetap terjaga apik walaupun album ini merupakan hitungan album yang ke-5 dalam karier-nya. Berkolaborasi dengan beberapa nama musisi, dan lagu ‘Mr. Know It All’ salah satu hits yang menjadi pembuka di album ini. Tipikal musik American-Pop yang menampilkan aransemen simpel, dari beat digital dan analog sound. Kekuatan vokal penyanyi yang juga aktris ini memang tidak diragukan lagi, untuk mencapai nada-nada sulit. Berbeda dengan karakter di atas, hits selanjutnya “What Doesn’t Kill You (Stronger)” menampilkan pop dance yang lebih enerjik, Tapi tetap saja olah vokal-nya yang

menjadi selling point di lagu ini. Di Indonesia, album ini dirilis Deluxe edition dengan 4 lagu tambahan, misalnya lagu ballad ‘Don’t You Wanna Stay’ kolaborasinya dengan penyanyi country Jason Aldean. Lagu ballad dengan sentuhan nuansa country yang lebar, menjadikan kolaborasi apik dari dua karakter vokal berbeda yang saling menguatkan. Atau lagu ‘Alone’ yang kali ini bernuansa rock masih di bonus track. Vokal Kelly Clarkson tidak perlu diragukan lagi, untuk menyanyikan karakter lagu seperti ini. Album ini diakhiri dengan ‘The Sun Will Rise’. Lagu ballad dengan konsep iringan akustik yang lebar. Lengkap dengan string, walaupun disisipi nuansa rock. Lagunya memang tampak emosional dengan materi lagu yang cukup menyentuh.***@ztroo

audio video 70 Desember 2011


REVIEW CD

Ed Sheeran : “+” dan dengan aransemen yang lebih lebar, walaupun menggunakan loop untuk beat drum-nya. Lagu menarik lainnya adalah ‘You Need Me, I Don’t Need You’ yang kali ini mengambil nuansa chill out dengan llooping sound lebih dominan diantara permainan gitar-nya yang unik, yang mengingatkan pada karakter musik milik Jason Mraz. Lagu ‘Give Me Love’ menjadi hidden track. Menampilkan nuansa ballad dengan iringan nuansa orkestrasi yang kuat. Karakter vokal-nya terkesan lebih santai, yang menyesuaikan dengan emosional lagu yang dibawakan. Lagu ini memang menampilkan aransemen unik, lebar dan inovatif dari hanya permainan gitar akustik yang dominan.***@ztroo

Nero : “Welcome Reality” Pengusung musik elektronik asal London ini termasuk baru di panggung musik dunia. Walaupun Daniel Stephens dan Joe Ray memang sudah malang melintang di panggung musik elektronik. Dan, akhirnya bergabung Alana Watson (Vokal) yang memberi nuansa pada aksi musikal keduanya hingga terbentuklah band ini. Diawali dengan merilis serangkaian single, dan kemudian meluncurlah debut album mereka. Single seperti ‘Innocence’ menampilkan karakter musik dubstep, sebuah genre dalam elektronik musik yang menampilkan beat yang kuat akan tetapi terkesan dark dan memburu. Apalagi dengan lengkingan vokal yang memberi nuansa. Berbeda dengan lagu di atas, ‘Guilt’ lebih menampilkan electro house yang lebih sing along dengan pembangu-

REVIEW CD

Pendatang baru belia asal UK ini tidak hanya seorang penyanyi, akan tetapi sekaligus songwriter dan musisi yang dekat dengan instrumen gitar. Mengawali karier di jalur Indie, pemilik vokal yang khas, unik dengan karakter serak dan lembut ini malah bisa melenggang di pentas dunia. Dengan mencampurkan karakter folk, akustik rock dan soul. Dengan hits ‘The A-Team’ yang menampilkan karakter folk, dan didominasi permainan akustik gitar, memang cukup sukses meningkatkan popularitasnya. Lagu ini memang simpel, dengan karakter suara serak-nya yang khas mampu memberi jiwa yang kuat pada lagu ini. Senada dengan lagu ‘Lego House’ yang masih menampilkan permainan gitar yang dominan. Akan tetapi lagu ini tampil dengan konsep band

by : Andre

nan atmosfer yang cukup kuat. Walaupun masih menampilkan beat digital yang dark. Lagu ‘Me And You’ malah mengambil nuansa live band dengan sentuhan electro-rock, dengan menampilkan beberapa sound analog. Akan tetapi tetap didominasi sound digital yang bernuansa. Kembali menampilkan electro house di lagu ‘Crush on You’ dengan balutan nuansa old school disco. Lagu yang memang pas untuk mix club, karena lagu ini memang tampil lebih eksploratif dan enerjik. Atau lagu ‘Promises’ yang kuat nuansa elektro-dancenya. Nero rupanya cukup berani menampilkan sound-sound dark dengan beat yang eksploratif dan cenderung tidak standar. Justru disinilah, kelebihan band yang sudah mulai meramaikan pangung musik elektronik dunia ini.***@ztroo

audio video 71 Desember 2011


REVIEW CD

Heaven on Earth : “Metamorphosis”

by : Andre

REVIEW CD

Berawal dari proyek penjelajahan musikal yang tanpa batas, akhirnya bermetamorfosis menjadi band eksploratif dengan penjelajahan musikalitas yang tanpa batas. Titel Metamorphosis di album ini sepertinya cukup pas untuk perjalanan grup musik ini, yang kini tinggal berawak Ossa Sungkar (Drum), Tedjo Bhayu Adjie (Keyboard) dan Franky Sadikin (Bass). Justru formasi terakhir ini membuat eksplorasi musikal yang sepertinya keluar total tanpa batas dimensi. Mencampurkan komposisi jazz, progresif dan rock dengan meleburkan kapasitas musikalitas, memang menjadikan musik yang cerdas, walaupun sangat ‘segmented’. Dibuka dengan lagu ‘Buenos Dias Mi Cielo’, lagu ini menampilkan penjelajahan musikal dari perangkat synthesizer. Berpijak pada jazz yang dibalut dengan karakter progresif yang cenderung rumit dan dinamis. Tampilnya permainan perkusi

memang mampu memberi aksen tersendiri di lagu ini. Lagu ‘Camel Rider’ menjadi track yang memiliki durasi terpanjang, yang masih menampilkan jazz yang lebih eksploratif dengan pilihan nada-nada sulit, termasuk dengan masuknya sound yang old school. Walaupun menampilkan sisi idealisme dan eksplorasi skill, lagu ini masih cukup dinamis, jauh dari kesan yang membosankan. Selain menampilkan lagu yang cenderung rumit, paling tidak band ini menampilkan musik yang lebih mudah dicerna pada lagu ‘Dark Cloud’ yang menampilkan permainan solo bass. Atau eksplorasi Ossa Sungkar dengan drum-nya di ‘Drum Overture’. Album yang inovatif dengan mengeksplorasi skill, tapi tetap mengandalkan harmonisasi yang baik. Sebuah album yang memang layak dijadikan apresiasi, terutama bagi para musisi atau pencinta jazz.***@ztroo

Cobra Starship : “Night Shades”

Pengusung synth-pop asal New York ini sepertinya tampil dengan energi terbaru di album yang ke-4 ini. Kali ini menampilkan aransemen yang lebih luas dan sangat mainstream. Seperti salah satu hits-nya ‘You Make Me Feel’ feat Sabi yang setipe dengan banyak pengusung electronic-dance yang mengandalkan beat digital. Tetap enak untuk bergoyang walaupun terasa kurang nge-band. Di album ini, mereka memang banyak berkolaborasi dengan beberapa nama. Di lagu ‘Disaster Boy’ masih dengan

ramuan senada di atas, enerjik, menghentak dengan karakter dance yang kuat, akan tetapi dengan nuansa rock. Karakter baru musik mereka seperti transformasi mereka pada new i­mage dari band yang sudah eksis sejak 2003 lalu. Satu-satunya lagu yang memiliki nuansa band yang kuat dibandingkan nuansa sound digital adalah lagu ‘You Belong To Me’. Kuat aroma analog-nya dengan nuansa rock alternatif yang meng­hentak.***@ztroo

audio video 72 Desember 2011


REVIEW CD

Superheavy : “Self Titled” ‘Satyameva Jayathe’ yang sebenarnya lagu India di kemas dengan berbagai versi. Dimulai dengan iringan sound melodius musik etnik India, langsung dikemas dalam nuansa rock ‘n roll dan musik reggae. Perpaduan vokal dari masing-masing personel membuat kolaborasi absurd menjadi sebuah energi yang meledak dan menawan. Apalagi lagu ini diaransemen secara mewah, kaya dengan memasukkan banyak aransemen, termasuk choir yang kuat. ‘One Day One Night’ tampil lebih eksotik dengan banyak menampilkan aransemen musik etnik yang unik. Rasakan teriakan rock ‘n roll Mick Jagger yang mampu beradu dengan eksotisme aransemen musik yang ditampilkan. Tapi tentu saja musik rock ‘n roll ala Rolling Stone punya kesempatan muncul, seperti di lagu ‘I Can’t Take No More’ dengan aura distorsi yang beradu dengan brush section. Vokal Joss Stone pun mampu memecah kebisingan musik yang ditawarkan. Atau nuansa soul yang kuat di lagu ‘Beautiful People’ yang dibalut dengan iringan reggae yang ‘adem’. Joss Stone memiliki peran dominan yang kuat di lagu ini. Berbagai rasa, berbagai nuansa, berbagai jiwa disatukan dalam kelompok kelas berat ini. Apakah ada yang lebih berat dari kolaborasi di atas?***@ztroo

audio video 73 Desember 2011

REVIEW CD

Jika disebut Superheavy, tidak mengherankan karena kelompok ini memang digawangi oleh kelas berat di panggung musik dunia. Dari Mick Jagger, Josh stone, A.R. Rahman, Damian Marley dan Dave Stewart. Sebuah kolaborasi yang bisa jadi dianggap ‘absurd’, akan tetapi justru menjadi ledakan dimensi baru yang mencengangkan. Kenapa disebut kolaborasi dianggap Absurd? Bayangkan saja beberapa kubu musik yang sepertinya bukan hal gampang untuk diketemukan. Simak saja Rock ‘n Roll (Mick Jagger), Soul (Joss stone), India / Asian Pop (A.R. Rahman), Reggae (Damian Marley) dan ElectroPop (Dave Steward) akhirnya setuju berkolaborasi. Berbagai kubu menjadi sebuah kesatuan menjadi komposisi yang menarik dan inovatif. Sebuah album yang tentunya membuat penasaran. Mengawali hits dengan ‘Miracle Worker’. Lagu ini bernuansa reggae yang kental. Tapi menjadi unik saat suara soul yang membius dari Joss Stone, berkolaborasi dengan seraknya rock ‘n roll Mick Jagger. Rapping dari Damian Marley yang mampu mempertahankan nuansa reggae yang kental, apalagi olah vokal eksotik A.R. Rahman memberi nuansa dan menjadi blocking di lagu ini. Lagu lain yang mampu membius dengan nuansa yang sedikit religius di

by : Andre


Blink 182 : “Neighborhoods”

REVIEW CD

Rupanya Mark Hopus (Bass, Vokal), Tom DeLonge (Gitar, Vokal) dan Travis Barker (Drum) akhirnya memutuskan untuk bersatu dan menghidupkan kembali band yang membesarkan nama mereka, di tengah berbagai proyek masing-masing personel. Setelah 8 tahun berlalu, album mereka yang ke-6 ini akhirnya diluncurkan. Ada beberapa perubahan yang cukup kentara di album ini, di mana mereka membawa nuansa musik pada proyek band mereka di luar Blink 182. Lebih berkesan eksploratif dan modern. Mungkin ini

REVIEW CD

by : Andre

energi baru untuk band ini. Simak ‘Up All Night’ yang mengandalkan efek sound untuk membangun nuansa, walaupun nunasa pop-punk masih berasa. Lagu ‘Native’ adalah salah satu lagu yang mengingatkan karakter musik mereka di awal karier, dengan dominasi sound distorsi dengan karakter pop-punk yang cukup menghentak. Album ini seperti sebuah transformasi bermusik dari perjalanan karier band asal California ini, yang sempat menjadi bahan perbincangan di panggung musik rock pada awal tahun 2000-an.***@ztroo

Jason Derulo : “Future History”

Penyanyi sekaligus songwriter asal Miami, Florida ini termasuk salah satu dari pendatang baru yang langsung berhasil memikat penikmat musik dunia. Termasuk saat merilis album keduanya ini. Jason Derulo masih mampu menampilkan pesonanya. Langsung menghentak dengan hits ‘Don’t Wanna Go Home’, yang menampilkan pop-dance yang enerjik. Lengkap dengan ramuan musik digital yang mampu membuat pendengarnya bergoyang. Atau lagunya ‘It Girl’ yang berkarakter R&B dengan iringan gitar akustik dan disisipi

beat digital. Dibandingkan musik yang menghentak, lagu berkarakter ballad ini tampil manis dengan aransemen yang kaya. Lagu hits-nya ‘Fight For You’ juga menampilkan nuansa dance-elektronik, akan tetapi terkesan lebih ritmik dan simpel. Kapasitasnya sebagai penyanyi memang cukup bisa diandalkan. Terbukti, tidak memerlukan waktu yang lama untuk ketiga hits-nya di atas menjadi lagu yang cukup laris dan digemari, termasuk di Indonesia.***@ztroo

Michael Bolton : “The Duets Collection”

Adalah sebuah hal yang mengejutkan sekaligus membanggakan, salah satu penyanyi andalan Indonesia, Agnes Monica berkolaborasi dengan Michael Bolton di lagu ‘Said I Love You, But I Lied’. Kolaborasi olah vokal yang apik ini terangkum di album terbaru Michael Bolton, yang merupakan kumpulan duet-nya dengan beberapa nama, termasuk Agnes Monica. Pilihan duetnya memang cukup unik dan beragam. Misalnya dengan Rascal Flatts ‘Love Is Everything’ yang tentunya bernuansa country yang kental. Lagu ‘Sajna’ sangat apik dan bernuansa Asia, saat berdu-

et dengan A.R Rahman, songwriter kenamaan asal India. Atau saat membawakan lagu ‘Prode (In The Name of Love)’ yang dipopulerkan oleh U2. Berkolaborasi dengan Anne Akiko Meyers yang menampilkan aransemen yang megah. Atau lagu yang cukup melodius, dibawakan dengan sentuhan jazz yang nikmat lewat permainan terompet Chris Botti di lagu ‘You Are So Beautiful’. Atau permainan gitar rock yang gahar dari Orianthi, mengiringi lagu ‘Steel Bars’. Duet ciamik yang layak untuk dikoleksi.***@ztroo

audio video 74 Desember 2011


A

udio Video kali ini akan memunculkan deretan produk dan harga yang disusun oleh tim redaksi berdasarkan pemantauan terhadap produk dan harga tersebut di sejumlah gerai-gerai elektronik. Tentunya deretan harga ini diharapkan bisa menjadi referensi awal yang bisa anda gunakan sebagai panduan belanja.

NAMA PRODUK

HARGA

Changhong PT42890, 42” 3D, Full Rp 4.400 Stereo, FullHD,1.920x1.080p, 3 HDMI, PC input,Optical output, Changhong PT50890, 50”3D, Full Stereo, Rp 7.600 Full HD, 1.920x1.080p, 3 HDMI, PC input, Optical output, LG 50PJ350, 50”, Full Stereo, 1366X768p, Rp 9.265 Dynamic Contrast, PC input, HDMI, USB,

HARGA

Panasonic TH-P42X306, 42”, Full Stereo, Rp 6.700 Full HD, 3 HDMI, USB, PC input, Panasonic TH-P42ST30, 42”, Full Stereo, Rp 14.600 3D, Full HD, HDMI, USB, PC input, Samsung PS-42C450, 42”, Full Stereo, Rp 5.740 1.366x768p, Tru Surround, DNIe, PC input, 3 HDMI, DVD input, Samsung PS-50C7000, 50”, Full Stereo, Rp 22.770 3D, Full HD 1.920x1.080p, Tru Surround, DNIe, 600Hz, Internet TV, PC input, 4 HDMI, DVD input, Samsung PS-43D450, 43”, Full Stereo, Rp 4.900 Full HD 1.920x1.080p, Tru Surround, DNIe, PC input, 3 HDMI, DVD input, Samsung PS-51D450, 51”, Full Stereo, Rp 11.000 Full HD 1.920x1.080p, Tru Surround, DNIe, PC input, 3 HDMI, DVD input,

LG 42PJ350, 42”, Full Stereo, 1024X768p, Rp 5.160 Dynamic Contrast, PC input, HDMI, USB, LG 42PJ250, 42”, Full Stereo, 1024X768p, Rp 5.250 Dynamic Contrast, PC input, HDMI, USB, LG 50PQ60, 50”, Full Stereo, Double Rp 15.855 Window, 1366X768p, Digital TV tuner, PC input, HDTV Ready, 2.000.000:1 contrast ratio, 3 HDMI, USB, Power Cons. 200w, LG 42PT250, 42”, Full Stereo, 1024X768p, Rp 4.900 PC input, HDTV Ready, USB, HDMI, LG 42PT350, 42”, Full Stereo, 1024X768p, Rp 5.500 PC input,HDTV Ready, USB, HDMI, LG 42PW450, 42”, 3D, Full Stereo, Rp 6.500 1024X768p, PC input, HDTV Ready, USB, HDMI, Panasonic TH-P42UT30, 42”, 3D, Full Rp 9.600 Stereo, Full HD, 1.920x1.080p, card Reader, PC input, USB, HDMI, Panasonic TH-P42U30, 42”, Full Stereo, Rp 5.800 Full HD, 1.920x1.080p, card Reader, PC input, USB, HDMI, Panasonic TH-P46U30, 46”, Full Stereo, Rp 9.600 Full HD, 1.920x1.080p, card Reader, PC input, PC input, HDMI, Panasonic TH-P50U30, 50”, Full Stereo, Rp 12.400 Full HD, 1.920x1.080p, card Reader, PC input, PC input, HDMI,

By: Doharto

TV LED NAMA PRODUK

HARGA

Advance LC-40LE820, TV LED 40”, Full Rp 10.000 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, Akira LED-24B10FHD, 24”, Full Stereo, Rp 1.900 Full HD 1920X1080p, Contrast 50.000:1, Brightness 300 cd/m2, Response Time 5ms,HDMI, PC input, USB, Changhong LE24818, 24”, Full Stereo, Rp 1.900 Full HD 1920X1080p, HDMI, PC input, USB, DVD input, LG 37LE5500, TV LED 37”, Full Stereo, Rp 8.425 1920x1080p, Tru Surround, DVD input, PC input, 4 HDMI, USB, LG 47LE5500, TV LED 47”, Full Stereo, Rp 18.842 1920x1080p, Tru Surround, DVD input, PC input, 4 HDMI, USB, LG 42LE7500, TV LED 42”, Full Stereo, Rp 14.850 1920x1080p, Tru Surround, Bluetooth, PC input, Wireless, 4 HDMI, USB,

Panasonic TH-P42X10, 42”, Full Stereo, Rp 5.800 PiP(1 tuner), PC input, DVD input, HDMI,

LG 32LF2000, TV LED 32”, Full Stereo, Rp 3.555 1920x1080p, Tru Surround, DVD input, PC input, 4 HDMI, USB,

Panasonic TH-P42X30, Smart TV, 42”, Rp 5.100 Full Stereo, 1024X768p, LAN, Card Reader, PC input, 3 HDMI, USB,

LG 32LV2130, TV LED 32”, Full Stereo, Rp 3.600 1920x1080p, Tru Surround, DVD input, PC input, HDMI,USB,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 75 Desember 2011

SHOPPING GUIDE

TV PLASMA

NAMA PRODUK

Panasonic TH-P50X30, Smart TV, 50”, Rp 9.800 Full Stereo, 1024X768p, LAN, Card Reader, PC input, 3 HDMI, USB,


NAMA PRODUK

HARGA

LG 32LV2530, TV LED, Smart TV, 32”, Rp 4.000 Full Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, LG 32LV3500, TV LED, Smart TV, 32”, Rp 5.200 Full Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB,

SHOPPING GUIDE

By: Doharto

LG 42LV3500, TV LED, Smart TV, 42”, Rp 7.000 Full Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, LG 32LV3730, TV LED, Smart TV, 32”, Rp 3.800 Full Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input ,HDMI, USB, LG 42LV3730, TV LED, Smart TV, 42”, Rp 9.500 Full Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, Smart TV, HDMI, USB, LG 47LV3730, TV LED 47”, Full Stereo, Rp 14.700 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, Smart TV, LG 55LV3730, TV LED 55”, Full Stereo, Rp 23.500 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, Smart TV, LG 42LV3500, TV LED 42”, Full Stereo, Rp 7.800 1920x1080p, Tru Surround, PC input, 3 HDMI, USB, LG 32LW4500, TV LED 32”, 3D, Smart Rp 6.000 TV, Full Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, LG 42LW4500, TV LED 42”, 3D, Full Rp 13.000 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, LG 47LW4500, TV LED 47”, 3D, Full Rp 21.600 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, Digital TV, LG 42LW5700, TV LED 42”, 3D, Full Rp 14.700 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, Smart TV, Digital TV, LAN, PC input, 4 HDMI, USB, LG 47LW5700, TV LED 47”, 3D, Full Rp 22.200 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, Smart TV, Digital TV, LAN, PC input, 4 HDMI, USB, LG 55LW5700, TV LED 55”, 3D, Full Rp 33.700 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, Smart TV, Digital TV, LAN, PC input, 4 HDMI, USB, LG 47LW6500, TV LED 47”, 3D, Full Rp 26.300 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, Smart TV, Digital TV, LAN, PC input, 4 HDMI, USB, LG 55LW6500, TV LED 55”, 3D, Full Rp 47.500 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, Smart TV, Digital TV, LAN, PC input, 4 HDMI, USB,

NAMA PRODUK

HARGA

Panasonic THL42E3G, TV LED 42”, Full Rp 8.000 Stereo, 1920x1080p, Tru Surround, 100Hz, Power Cons. 140w, DVD input, 3 HDMI, USB, PC input, Polytron PLD55D603, TV LED 55”, Full Rp 20.000 Stereo, 1920x1080p, Sub Woofer, HDMI, USB, PC input, Polytron PLD46D603, TV LED 46”, Full Rp 13.000 Stereo, 1920x1080p, Sub Woofer, HDMI, USB, PC input, Samsung UA40C7000, TV LED 40”, Rp 19.000 3D TV, Full Stereo, 1920ix1080p, Tru Surround, Clear Motion Rate 600Hz, PC input, DVD input, 4 HDMI, USB, Samsung UA46C7000, TV LED 46”, Rp 24.000 3D TV, Full Stereo, 1920ix1080p, Tru Surround, Clear Motion Rate 600Hz, 20w 10% RMS, Power Cons. 170W, PC input, DVD input, 4 HDMI, USB, Samsung UA46C8000, TV LED 46”, Rp 26.315 3D TV, Full Stereo, 1920ix1080p, Tru Surround, PiP, 20w 10% RMS, Clear Motion Rate 800Hz, Internet @ TV, WiFi, PC input, DVD input, 4 HDMI 1.4, USB, Samsung UA55C8000, TV LED 55”,3D Rp 42.105 TV,Full Stereo, 1920ix1080p, Tru Surround, PiP, Clear Motion Rate 800Hz,Internet @ TV, WiFi, 30w 10% RMS, PC input, DVD input, 4 HDMI 1.4, USB, Samsung UA32D4010, TV LED 32”, Full Rp 3.950 Stereo, 1920ix1080p, Tru Surround, PC input, 4 HDMI, USB, Samsung UA32D4003, TV LED 32”, Full Rp 3.400 Stereo, 1920ix1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, Samsung UA46D5500, TV LED 46”, Rp 13.650 Smart TV, Full Stereo, 1920ix1080p,Tru Surround,100Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, PC input, 4 HDMI, 2 USB, Samsung UA40D6000, Smart TV, TV Rp 13.775 LED 40”, 3D, Full Stereo, 1920ix1080p, 3D Sound, 200Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, LAN, PC input, 4 HDMI, 3 USB, Samsung UA46D6000, Smart TV, TV Rp 17.575 LED 46”, 3D, Full Stereo, 1920ix1080p, 3D Sound, 200Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, LAN, PC input, 4 HDMI, 3 USB, Samsung UA40D6600, Smart TV, TV Rp 15.200 LED 40”, 3D, Full Stereo, 1920ix1080p, 3D Sound, 400Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, LAN, PC input, 4 HDMI, 3 USB,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 76 Desember 2011


NAMA PRODUK

HARGA

NAMA PRODUK

HARGA

Sony KDL-40EX720, 40”, 3D, TV LED, Rp 17.000 Smart TV, Full Stereo, 1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV, LAN, X-Reality, WiFi, PC input, USB,

Samsung UA55D6600, Smart TV, TV Rp 30.000 LED 55”, 3D, Full Stereo, 1920ix1080p, 3D Sound, 400Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, LAN, PC input, 4 HDMI, 3 USB,

Sony KDL-55EX720, 55”, 3D, TV LED, Rp 29.000 Smart TV, Full Stereo, 1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV, LAN, X-Reality,WiFi, PC input, USB,

Samsung UA46D7000, Smart TV, TV Rp 24.200 LED 46”, 3D, Full Stereo, 1920ix1080p, 3D Sound, 800Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, LAN, PC input, 4 HDMI, 3 USB,

Sony KDL-46EX720, 46”, 3D, TV LED, Rp 21.000 Smart TV, Full Stereo, 1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV, LAN, X-Reality, WiFi, PC input, USB,

Samsung UA55D8000, Smart TV, TV Rp 39.000 LED 55”, 3D, Full Stereo, 1920ix1080p, 3 D Sound, 800Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, LAN, PC input, 4 HDMI, 3 USB,

Sony KDL-32EX720, 32”, 3D, TV LED, Rp 8.000 Smart TV, Full Stereo, 1920ix1080p, 4 HDMI, Internet TV, LAN,X-Reality, WiFi, PC input, USB,

Sanyo LCE-24C100, 24”, TV LED, Full Rp 2.110 Stereo, 1920ix1080p, Dynamic Contrast 2.500.000:1, Tru Surround, Response Time 6.5ms, PC input, HDMI, USB, Sharp LC40LE430, 40”, 3D, Full Stereo, Rp 7.100 Full HD 1920ix1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, Sharp LC19LE520, 19”, Full Stereo, Rp 2.000 1366x768p, PC input, HDMI, Sharp LC60LE630, 40”, 3D, Full Stereo, Rp 25.250 Full HD 1920ix1080p, Tru Surround, PC input, HDMI, USB, Sharp LC-40LE700M, TV LED 40”, Full Rp 8.250 Stereo, 1920ix1080p, Brightness 450cd/ m2, Contrast 2.000.000:1, Tru Surround, 20w 10% RMS,Power Cons. 134, PC input, DVD input, 4 HDMI,

Sony KDL-40NX720, 40”, TV LED, 3D, Rp 22.000 Full Stereo, 1920ix1080p, WiFi, DVD input, 4 HDMI, PC input, USB,Internet TV, Sony KDL-46NX720, 46”, TV LED, 3D, Rp 21.000 Full Stereo, 1920ix1080p, WiFi, DVD input, 4 HDMI, PC input, USB, Internet TV, Sony KDL-60NX720, 60”, TV LED, 3D, Rp 54.000 Full Stereo, 1920ix1080p, WiFi, DVD input, 4 HDMI, PC input, USB, Internet TV, Sony KDL-55HX925, 55”, TV LED, 3D, Rp 56.000 Full Stereo, 1920ix1080p, Internet TV, WiFi, 4 HDMI, PC input, USB, Sony KDL-65HX925, 65”, TV LED, 3D, Rp 78.000 Full Stereo, 1920ix1080p, Internet TV, WiFi, 4 HDMI, PC input, USB,

Sharp LC22LE520, 22”, Full Stereo, Full Rp 2.430 HD 1920ix1080p, PC input, 3 HDMI,

TCL 32LP11E, TV LED, 32”, Full Stereo, Rp 3.740 1920ix1080p, HDMI, PC input, USB,

Sharp LC40LE820, 40”, Full Stereo, Rp 9.300 Full HD 1920ix1080p, 100hz/120Hz, Tru Surround Power Cons. 126W, PiP, PC input, 3 HDMI, USB,

TCL 24LP11E, TV LED, 24”, Full Stereo, Rp 2.210 1920ix1080p, HDMI, PC input, USB, TCL 19LP11E, TV LED, 19”, Full Stereo, Rp 1.690 1920ix1080p, HDMI, PC input, USB,

Sharp LC40LE830, 40”, 3D, Full Stereo, Rp 12.150 Full HD 1920ix1080p, Tru Surround, X-Gen Panel, Power Cons.126W, PC input, 4 HDMI, USB,

Toshiba 32PS1, 32”, TV LED, Full Stereo, Rp 4.315 1920ix1080p, DVD input, HDMI, PC input, USB,

Sharp LC46LE830, 46”, 3D, Full Stereo, Rp 22.800 Full HD 1920ix1080p, Tru Surround, X-Gen Panel, PC input, 4 HDMI, USB,

Toshiba 32AL10ES, 32”, TV LED, Full Rp 3.700 Stereo, 1920ix1080p, 2 HDMI, PC input, USB,

Sharp LC52LE830, 52”, 3D, Full Stereo, Rp 36.500 Full HD 1920ix1080p, Tru Surround, X-Gen Panel, PC input, 4 HDMI, USB,

Toshiba 40AL10ES, 40”, TV LED, Full Rp 7.150 Stereo, 1920ix1080p, 2 HDMI, PC input, USB,

Sharp LC60LE830, 60”, 3D, Full Stereo, Rp 43.700 Full HD 1920ix1080p, Tru Surround, X-Gen Panel, PC input, 4 HDMI, USB

Toshiba 32PS10, 40”, TV LED, Full Rp 4.300 Stereo, 1920ix1080p, 2 HDMI, PC input, USB,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 77 Desember 2011

By: Doharto

SHOPPING GUIDE

Samsung UA46D6600, Smart TV, TV Rp 21.000 LED 46”, 3D, Full Stereo, 1920ix1080p, 3D Sound, 400Hz CMR, Digital HD Tuner Built-in, LAN, PC input, 4 HDMI, 3 USB,


By: Doharto

NAMA PRODUK

HARGA

SHOPPING GUIDE

Toshiba 40PS10, 40”, TV LED, Full Rp 7.650 Stereo, 1920ix1080p, 2 HDMI, PC input, USB, Toshiba 42XL700, 42”, TV LED, Full Rp 10.000 Stereo, 1920ix1080p, Contrast 3.000.000:1, 20w 10% RMS, 149w Power Cons., DVD input, 4 HDMI, PC input, USB, Toshiba 46WL700, 46”, TV LED, 3D, Full Rp 16.650 Stereo, 1920ix1080p, 4HDMI, PC input, USB, Toshiba 55WL700, 55”, TV LED, 3D, Full Rp 28.000 Stereo, 1920ix1080p, 4 HDMI, PC input, USB, Toshiba 55XL700, 55”, TV LED, Full Rp 20.530 Stereo, 1920ix1080p, Contrast 3.000.000:1, 20w 10% RMS,149w Power Cons.,DVD input, 4 HDMI, PC input, USB,

NAMA PRODUK

HARGA

Panasonic TH-L42U30, 42”, Full Stereo, Rp 5.850 Full HD 1920x1080p, Contrast 20.000:1, LAN, Tru Surround, Card reader, PiP, DVD input, PC input, 3 HDMI, USB, Panasonic TH-L42E36, 42”, Full Stereo, Rp 9.700 Full HD 1920x1080p, Contrast 3.000.000:1, PiP, DVD input, PC input, HDMI, USB, Polytron PLM-42H11, 42”, Full Stereo, Rp 6.900 Full HD 1920X1080p, Contrast ratio 50.000:1, 106w 10% RMS, Power Cons. 250W, Brightness 500cd/m2, Times Response 4mm, HDMI, USB, Samsung LA-40C550, 40”, Full Stereo, Rp 8.630 Full HD 1920X1080p, 20w 10% RMS, PiP (1 Tuner), PC input, 4 HDMI, USB, DNIe, Tru Surround, Samsung LA-46C550, 46”, Full Stereo, Rp 10.530 Full HD 1920X1080p, 20w 10% RMS, PiP (1 Tuner), power Cons. 210W, PC input, 4 HDMI, USB, DNIe, Tru Surround,

TV LCD 40”-49” NAMA PRODUK

HARGA

Advanced LC-40M500, 40”, Full Stereo, Rp 6.350 Full HD 1920X1080p, PC input, HDMI, USB, LG 42LD420, 42”, Full HD 1920x1080p, Rp 7.265 Full Stereo, PC input, Contrast Ratio 80.000:1, 3 HDMI, DVD input, USB, LG 42LD450, 42”, Full HD 1920x1080p, Rp 6.850 Full Stereo, Brightness 450cd/m2, Audio output 20w 10% RMS, PC input, 2 HDMI, DVD input, LG 42LD460, 42”, Full HD 1920x1080p, Rp 7.895 Full Stereo, USB, PC input, HDMI, DVD input,

Samsung LA-40D550, 40”, Full Stereo, Rp 6.600 Full HD 1920X1080p, PiP (1), PC input, 4 HDMI, USB, Samsung LA-40D551, 40”, Full Stereo, Rp 7.000 Full HD 1920X1080p, PiP (1), PC input, 2 HDMI, USB, Sharp LC40M500, 40”, Full Stereo, Tru Rp 6.350 Surround, PC input, DVD input, HDMI, Sharp LC40L500, 40”, Full Stereo, Full Rp 6.650 HD 1920ix1080p, Contrast Ratio 50.000:1, PiP, Tru Surround, PC input, DVD input, 3 HDMI, Sharp LC40L650, 40”, Full Stereo, Rp 8.800 Full HD 1920ix1080p, 100hz, Contrast 50.000:1,T ru Surround, USB, PC input, PiP, DVD input, 3 HDMI,

LG 42LD550, 42”, Full HD 1920x1080p, Rp 8.425 200 Hz, Full Stereo, PC input, 3 HDMI, DVD input,

Sony KLV-46BX400, 46”, Full Stereo, Full Rp 6.060 HD 1920x1080p, PiP, 2 HDMI, PiP, 20w 10% RMS, Power Cons. 151w, PC input, USB, DVD input,

LG 46LD550, 46”, Full HD 1920x1080p, Rp 9.685 200 Hz, Full Stereo, PC input, 3 HDMI, DVD input,

Sony KLV-40BX420, 40”, Full Stereo, Full Rp 6.000 HD 1920x1080p, PiP, HDMI, PiP, 20w 10% RMS, PC input, USB, DVD input,

LG 42LD650, 42”, Full HD 1920x1080p, Rp 10.105 100 Hz,Full Stereo, Contrast Ratio 150.000:1, USB, PC input, HDMI, DVD input,

Sony KDL-40CX520, 40, Full Stereo, Full Rp 7.000 HD 1920x1080p, 4 HDMI, USB, Internet TV, WiFi, PC input,

LG 42LK410, 42”, Full Stereo, Rp 6.100 1920x1080p, PC input, 2 HDMI, USB, LG 42LK450, 42”, Full Stereo, Rp 7.200 1920x1080p, PC input, HDMI, USB,

Sony KDL-46CX520, 46, Full Stereo, Full Rp 10.000 HD 1920x1080p, 4 HDMI, USB, Internet TV, WiFi, PC input, Toshiba 40PB1, 40”, Full Stereo, Rp 6.300 1366x768p, Contrast 50.000:1, DVD input, HDMI, PC input, USB, Tru Surround,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 78 Desember 2011


NAMA PRODUK

NAMA PRODUK

HARGA

Changhong LT32716, 32”, 1366x768p, Rp 2.400 Full Stereo, PC input, 2 HDMI, USB, Changhong LT32726, 32”, 1366x768p, Rp 2.800 Full Stereo, PC input, HDMI, DVD input, USB,

Toshiba 32PB1, 32”, Full Stereo, Rp 2.700 1366x768p, Contrast 50.000:1, DVD input, HDMI, PC input, USB, Tru Surround, Toshiba 32HV10, 32”, Full Stereo, Rp 2.600 1366x768p, USB input, 1 HDMI, PC input,

LG 32LD310, 32”, 1366x768p, Full Stereo, Rp 2.750 Contrast 30.000:1, Contrast 30.000:1, Time Response 5.2ms, PC input, HDMI, DVD input, LG 32LK311, 32”, 1366x768p, Contrast Rp 2.800 60.000:1, Full Stereo, PC input, HDMI, Panasonic TH-L32C20, 32”, Full Stereo, Rp 3.400 Tru Surround, 1366x768p, Contrast 20.000:1, Card Reader, Analog TV, DVD input, PC input, 1 HDMI, Long Panel Life up to 60.000 jam, Panasonic TH-L32C22, 32”, Full Stereo, Rp 2.450 Tru Surround, 1366x768p, Card Reader, DVD input, PC input, 1 HDMI, Long Panel Life up to 60.000 jam, Panasonic TH-L32C30, 32”, Full Stereo, Rp 3.300 Full HD 1920x1080p, Tru Surround, PC input, 1 HDMI, USB, WiFi, LAN,

TV LCD 19”-24” NAMA PRODUK

HARGA

Akira Advance V2220, 22”, Full Stereo, Rp 1.250 1366x768p, PC input, HDMI, DVD input, Changhong LT24699, 24”, Full Stereo, Rp 1.550 Full HD 1920X1080p, Contrast 100.000:1, Brightness 500cd/m2, HDMI, PC input, USB, Changhong LT19699, 19”, AV Stereo, Rp 1.535 1366x768p, PiP, HDMI, PC input, Konka 24NS62, 24”, Full Stereo, Rp 1.525 1366x768p, HDMI, PC input, DVD input,

Panasonic TH-L32C3, 32”, Full Stereo, Rp 3.300 Full HD 1920x1080p, Tru Surround, PC input, 1 HDMI, USB, WiFi, LAN,

LG RT-22LD310, 22”, Full Stereo, Rp 1.740 1366x768p, Contrast 30.000:1, 20w 10% RMS, 1 HDMI, PC input, DVD input,

Polytron PLM 32M11, 32”, Full Stereo, Rp 2.850 Full HD, Contrast 40.000:1, Picture Freeze, Ultra XBR, Time response 5 ms, HDMI, USB, PC input,

LG RT-19LD330, 19”, Full Stereo, Rp 1.530 1366x768p, Contrast 50.000:1, 20w 10% RMS, 1 HDMI, PC input, DVD input,

Samsung LA-32C530, 32”, Full Stereo, Rp 2.900 Tru Surround, Full HD 1920x1080p, 20w 10% RMS, PiP (1 Tuner), DVD input, PC input, 3 HDMI, DNIe, Samsung LA-32D450, 32”, Full Stereo, Rp 2.950 Tru Surround, Full HD 1920x1080p, 20w 10% RMS, DVD input, PC input, HDMI, DNIe, Samsung LA-32D451, 32”, Full Stereo, Rp 3.300 Tru Surround, Full HD 1920x1080p, 20w 10% RMS, DVD input, PC input, HDMI, DNIe,

LG RT-22LD330, 22”, Full Stereo, Rp 1.635 1366x768p, Contrast 50.000:1, 20w 10% RMS, 1 HDMI, PC input, DVD input, LG RT-19LD340, 19”, Full Stereo, Rp 1.790 1366x768p, Contrast 70.000:1, Response Time 4ms, 1 HDMI, PC input, DVD input, LG RT-22LK311, 22”, 1366x768p, Rp 1.475 Contrast 40.000:1, 1 Speaker, USB, PC input, LG M-227WAP, 22”, Full Stereo, Rp 1.555 1366x768p, 1 HDMI,PC input, DVD input,

Sony KLV-32BX320, 32”, Full Stereo, Rp 3.000 1366x768p, PC input, HDMI,

LG M-197WAP, 19”, Full Stereo, Rp 1.320 1366x768p, 1 HDMI, C input, DVD input,

Sharp LC-32L4071, 32”, Full Stereo, Rp 2.800 1366x768p, PC input, HDMI, Tru Surround,

Panasonic TH-LH19C20, 19”, Full Stereo, Rp 1.425 1366x768p, Contrast 20.000:1, Bass X, 1 HDMI, PC input,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 79 Desember 2011

By: Doharto

SHOPPING GUIDE

TV LCD 32”

HARGA

TCL L32H9, 32, Full Stereo, 1366x768p, Rp 2.575 DVD input, HDMI, PC input, Power Cons. 130W,


NAMA PRODUK

HARGA

Polytron PLM 19B51, 19”, Full Stereo, Rp 2.000 1366x768p, Contrast ratio 10.000:1, Picture Freeze, Time response 4 ms, 3.6w 10% RMS, Brightness 300cd/m2, 1 HDMI, PC input, USB,

SHOPPING GUIDE

By: Doharto

Polytron PLM 1930R, 19”, Full Stereo, Rp 1.950 1366x768p, Contrast ratio 10.000:1, Picture Freeze, Time response 4 ms, 3.6w 10% RMS, Brightness 300cd/m2, 1 HDMI, PC input, USB, Polytron PLM 24M60, 24”, Full Stereo, Rp 1.600 Full HD, Contrast 40.000:1, Brightness 300cd/m2, Picture Freeze, 6w 10% RMS, Time response 5 ms, Power Cons. 55W, 2 HDMI, USB, PC input, Polytron PLM 24M51, 24”, Full Stereo, Rp 2.100 Full HD, Contrast 40.000:1, Brightness 300cd/m2, Picture Freeze, 6w 10% RMS, Time response 5 ms, Power Cons. 55W, 2 HDMI, USB, PC input, Samsung LA-19C350, 19”, Full Stereo, Rp 1.740 1366x768p, 6w 10% RMS, 1 HDMI, PC input, DVD input, Samsung LA-19D400, 19”, Full Stereo, Rp 1.355 1366x768p, 85w Power Cons., HDMI,USB, PC input, Samsung LA-22D400, 22”, Full Stereo, Rp 1.475 1366x768p, 85w Power Cons., HDMI, USB, PC input, Samsung LA-26D400, 26”, Full Stereo, Rp 2.000 1366x768p, 85w Power Cons., HDMI, USB, PC input, Sanyo 19K40, 19”, Full Stereo, 1366x768p, Rp 1.370 DVD input, HDMI, PC input, Sanyo 24K50, 24”, Full Stereo, 1366x768p, Rp 1.565 DVD input, HDMI, PC input, Sharp LC-22L10, 22”, Full Stereo, Rp 1.650 1366x768p, HDMI, PC input, 10w 10% RMS, TCL 20E6, 20”, Full Stereo, 1366x768p, Rp 1.375 power Cons. 45W,DVD input, HDMI, PC input, TCL 24D10, 24”, Full Stereo, 1366x768p, Rp 1.690 DVD input, HDMI, PC input, Toshiba 19HV10, 19”, Full Stereo, Contrast Rp 1.000 8400:1, 1366x768p, HDMI, PC input,USB, Toshiba 24HV10, 24”, Full Stereo, Rp 1.500 1366x768p, USB input, 1 HDMI,PC input, Toshiba 24PB1, 24”, Full Stereo, Rp 1.700 1366x768p, Contrast ratio 20.000:1, USB input, 1 HDMI, PC input, Weston WS TV2001, 20”, Full Stereo, Rp 1.375 1366x768p, DVD input, HDMI, PC input,

htiB NAMA PRODUK

HARGA

LG LH-HT305SU, 1 DVD, DivX, 6 Rp 1.560 Speaker, 300w 10% RMS, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, HDMI, LG LH-HT503PH, 1 DVD, DivX, 6 Rp 2.895 Speaker with 2 floorstanding, 500w 10% RMS, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, HDMI, LG LH-HT554, 1 DVD, DivX, 6 Speaker Rp 3.115 with 4 floorstanding, 500w 10% RMS, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, LG LH-HT805, 1 DVD, DivX, 6 Speaker Rp 2.000 with 4 floorstanding, 850w 10% RMS, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,USB, 1080p up-scaling, USB, LG LH-HB905TA, 1 DVD, DivX, 6 Rp 3.800 Speaker with 4 floorstanding, 1100w 10% RMS, 1080p up-scaling, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, LG LH-HT906TA, 1 DVD, DivX, 6 Rp 3.800 Speaker with 4 floorstanding, 1100w 10% RMS, 1080p up-scaling, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,USB, lPod Docking, LG LH-HT806TM, 1 DVD, 6 Speaker Rp 2.650 with 4 floorstanding, 1080p up-scaling, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, Panasonic SC-XH10, 1 DVD, DivX, 6 Rp 1.330 Speaker, DVD output, DTS, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,USB, Panasonic SC-XH55, 1 DVD, DivX, 6 Rp 2.550 Speaker with 2 floorstanding, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, HDMI, Panasonic SC-XH155, 1 DVD, DivX, 6 Rp 3.675 Speaker with 2 floorstanding, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, 1.000w 10% RMS, USB, HDMI, Panasonic SC-BTT270, 1 Bluray, 3D, 6 Rp 6.000 Speaker, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, HDMI, Dock for iPod, Panasonic SC-BTT775, 1 DVD, DivX, 6 Rp 9.750 Speaker with 4 floorstanding, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, HDMI, Philips HTS2500, 1 DVD, DivX, 6 Speaker, Rp 1.595 DVD output, DTS, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, 300w 10% RMS,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 80 Desember 2011


NAMA PRODUK

HARGA

Philips HTS3181, 1 DVD, DivX, 6 Speaker, Rp 1.650 DVD output, DTS, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, 300w 10% RMS,

Philips HTS3510, 1 DVD, 6 Speaker, DVD Rp 1.705 output,DTS,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,HDMI, Philips HTS3530, 1 DVD, DivX, 6 Speaker Rp 3.000 with 2 Floorstanding, 600w 10% RMS, DVD output, DTS,Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, USB, Philips HTS5540, 1 DVD, DivX, 6 Speaker Rp 5.000 with 4 Floorstanding, 1080p up-scaling, DVD output, DTS, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, USB, Philips HTS5550, 1 DVD,DivX, 6 Speaker Rp 5.100 with 4 Floorstanding, 1080p up-scaling, 1.200w 10% RMS, DVD output, DTS,Dolby AC3,dts,Dolby Prologic II,HDMI,USB, Pioneer HTZ-181, 1 DVD,6 Speaker, DVD Rp 2.890 output,Dolby AC3,dts, Dolby Prologic II,HDMI, 350w 10% RMS, Pioneer HTZ-202, 1 DVD, 6 Speaker with Rp 4.700 4 Floorstanding, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, Pioneer HTZ-808, 1 DVD, 6 Speaker with Rp 8.500 4 Floorstanding, Ready for iPod, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,HDMI, Polytron PHT138, 1 DVD, DivX, 6 Rp 1.195 Speaker, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, 80w 10% RMS, Power Cons.98w,

Samsung HT-D350K, 1 DVD, 6 Speaker, Rp 1.525 330w 10% RMS, Power Bass, Dolby AC3, dts, 1080p Up-scale, Dolby Prologic II, USB, Samsung HT-D3330, 1 DVD, 6 Speaker, Rp 1.450 330w 10% RMS, Power Bass, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, USB, Sharp HTCN-390DVW, 1 DVD, 1080p Rp 1.500 Up-scale, 6 Speaker, DVD output, Dolby AC3, dts, 210w 10% RMS, Dolby Prologic II, HDMI, USB, Sharp HTCN-790DVW, 1 DVD, 1080p Rp 3.500 Up-scale, 6 Speaker with 4 Floorstanding, 210w 10% RMS, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, USB, Sharp HTCN-830DVW, 1 DVD, 1080p Rp 2.000 Up-scale, 6 Speaker with 2 Floorstanding, 210w 10% RMS,DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, USB, Sharp HTCN-890DVW, 1 DVD, 1080p Rp 2.400 Up-scale, 6 Speaker with 4 Floorstanding, 420w 10% RMS, DVD output,Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,HDMI,USB, Sony DAV-TZ200, 1 DVD, DivX, 6 Rp 2.650 Speaker, DVD output, 500w 10% RMS, Dolby AC3, Dolby Prologic II, Sony DAV-DZ640, 1 DVD, 6 Speaker Rp 3.000 with 4 Floorstanding, Dolby AC3, Dolby Prologic II, HDMI, USB, Sony DAV-DZ840, 1 DVD, 6 Speaker with Rp 4.500 4 Floorstanding, 1.000w 10% RMS, Dolby AC3, Dolby Prologic II, HDMI, USB,

Polytron PHT158, 1 DVD, DivX,6 Rp 1.500 Speaker, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,

BLU-RAY

Polytron PHT170, 1 DVD, DivX,6 Speaker, Rp 2.000 DVD output, Dolby AC3, dts,Dolby Prologic II, USB,HDMI,Bluetooth, Samsung HT-C5550W, 1 Blu-Ray, 6 Rp 8.000 Speaker with 4 Floorstanding, Wireless LAN Ready, WiFi, 1.000w 10% RMS, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II,2 HDMI, USB, iPod Dock, Samsung HT-D455HK, 1 DVD, 1080p Rp 2.900 Up-scale, 6 Speaker with 4 Floorstanding, 850w 10% RMS, Power Bass, DVD output,Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, USB,

HARGA

LG BD370, Dolby True HD Support, USB Rp 3.100 Port, LG BD550, Dolby True HD Support, USB Rp 1.100 Port, LG BD560, Dolby True HD Support, USB Rp 1.765 Port, LG BD570, Dolby True HD Support, USB Rp 2.000 Port, LG BD660, 3D, Dolby True HD Support, Rp 2.500 USB Port,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 81 Desember 2011

By: Doharto

SHOPPING GUIDE

Philips HTS3276, 1 DVD, DivX, 6 Speaker Rp 3.100 with 2 Floorstanding, DVD output, DTS, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, USB,

NAMA PRODUK

Samsung HT-D453HK, 1 DVD, 1080p Rp 2.700 Up-scale, 6 Speaker with 4 Floorstanding, 850w 10% RMS, Power Bass, DVD output, Dolby AC3, dts, Dolby Prologic II, HDMI, USB,


NAMA PRODUK

HARGA

NAMA PRODUK

HARGA

Sharp BD-HP25, 3HDMI ver. 1.3a, USB, Rp 2.790 Tru Surround, Simplink,

JVC GZ-MS110, Zoom 39/800, LCD 2.7”, Rp 1.800 Digital Camera, SD Card,

Sharp BD-HP90, 3HDMI ver. 1.3a, USB, Rp 4.850 Tru Surround, Simplink,

Panasonic SDR-S15, Zoom 10/.., LCD Rp 2.970 2.7”, Digital Camera, 1.5m’ water proof, SD Card,

SHOPPING GUIDE

By: Doharto

Sony BDP-S380, internet video streaming, Rp 1.700 WiFi, Dolby True HD, Wireless, USB, Sony BDP-S470, internet video streaming, Rp 2.300 WiFi, Dolby True HD, Pioneer DV-430V, Dolby True HD Rp 1.225 Support, USB Port,

CAMCOrDER NAMA PRODUK

HARGA

MEDIA REKAM : HARD DISK DRIVE

JVC GZ-HM445, Zoom 40/200, LCD Rp 5.300 2.7”, Full HD 1920x1080i, SD Card, Builtin HDD, Digital Camera, HDMI,USB, JVC GZ-MG630, Zoom 40/200, LCD Rp 2.400 2.7”, SD Card, Built-in HDD 60 GB, Digital Camera, HDMI, USB, Sony DCR-SR21, Zoom:60/..LCD 2.7” Rp 3.000 Touch Panel, HDD 80GB, Carl Zeiss Vario Tessar Lens, Digital Camera, Memory Stick DuoTM, Sony DCR-SR68, Zoom:60/..LCD 2.7” Rp 3.350 Touch Panel, HDD 80GB, Carl Zeiss Vario Tessar Lens, Digital Camera, Memory Stick DuoTM,

Sanyo CA9, Water Proof, Zoom : Rp 3.000 5/12,LCD 2.5”, Photo 9 MP, SD Card, Image Stabilizer Function, Sony HDR-PJ10, LCD 3.0”, Carl Zeiss Rp 8.000 Lenses, Digital Camera, Built-in Projector, Exmor R CMOS Censor, Full HD, HDMI, 16 GB Built-in Flash Memory, Memory Stick Pro DuoTM Sony DCR-SX20, Zoom:50/2000, LCD Rp 2.160 2.7”, Carl Zeiss Lenses, Pro-HG DuoTM, Memory Stick Pro DuoTM Sony DCR-SX21, Zoom:57/2000, LCD Rp 2.060 2.7”, Face Detection, Pro-HG DuoTM, Memory Stick Pro DuoTM Sony DCR-SX44, Zoom:60/2000, LCD Rp 2.650 2.7”, Carl Zeiss Lenses, D i g i t a l Camera, 4 GB Built-in Flash Memory, ProHG DuoTM, Memory Stick Pro DuoTM Sony DCR-SX60, Zoom:60/2000, LCD Rp 4.060 2.7”, Carl Zeiss Lenses, Berat:240gr, Digital Camera 0.3 MP, 16 GB Built-in Flash Memory, Pro-HG DuoTM, Memory Stick Pro DuoTM Sony DCR-SX65, Zoom:60/2000,LCD Rp 2.845 3.0”, Carl Zeiss Lenses, 4 GB Built-in Flash Memory, Pro-HG DuoTM, Memory Stick Pro DuoTM

MEDIA REKAM : KARTU MEMORI

MICRO COMPO

BenQ DV M21, Zoom : 5/.., Full HD, LCD Rp 1.500 3.0”, SD Card, HDMI, Canon HFR26, Zoom : 28/.., Full HD Rp 5.900 1920x1080i, CMOS Censor, SDHC Card Slot, Dynamic Image Stabilizer, Digital Camera, LCD 3.0”, 32GB Built-in HDD, HDMI, USB,

LG XB-12, 1 DVD, DivX, FM radio,

Canon FS405, Zoom :41/.., LCD 2.7”, Rp 2.000 SDHC Card Slot, Dynamic Image Stabilizer, Digital Camera,

Philips MCD-183/98, 1 DVD, DivX, FM Rp 1.700 radio, Dinamic Bass boost, USB,

Canon FS46, Zoom : 37/.., Digital Rp 3.000 Camera, LCD 2.7”, Stereo Condenser Microphone JVC GZ-MS215, Zoom 45/900, LCD Rp 2.055 2.7”, Digital Camera, Berat 230gr, JVC GZ-HM30, Zoom 40/200, LCD 2.7”, Rp 2.425 Digital Camera,

NAMA PRODUK

HARGA Rp 1.025

Philips MCD-170, 1 DVD, DivX, FM radio, Rp 1.500 Dinamic Bass boost, Automatic Recording Level,Audio Output 400w PMPO,USB,

Philips MCD-909, 1 DVD, MP3, FM radio, Rp 6.500 Dinamic Bass boost, USB, Polytron PNH-2100, 1 DVD, FM tuner, Rp 2.000 USB,Docking for Didital Player,Powerfull Bass,30w 10% RMS,Sub Woofer Out, Samsung MMC-330D,DVD Player,120w Rp 1.320 10% RMS,CD Ripping,Power Bass,2 way speaker,FM Tuner,

Ket : Semua harga yang ditampilkan dalam ribuan rupiah

audio video 82 Desember 2011


audio video 83 Desember 2011


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.