Pontianak Post
Sabtu, 8 November 2008 M / 10 Dzulqaidah 1429 H
Per t a m a d a n Ter ut a m a d i Kalim an t an Barat
Calon Makam Imam Samudra Ditutup Lagi
Selebriti Cukup 7 Bulan Pacaran Banyak artis yang memilih untuk mengejar karir mereka dan mengesampingkan keinginan untuk menikah. Namun tidak begitu dengan bintang sinetron muda, Zora Vidyanata. Pemain sinetron Intan kelahiran Pontianak ini malah akan menikah 22 November mendatang. Resepsi pernikahan Zora dengan calon suaminya yang bernama Dono Indarto ini akan diadakan dua kali. Pertama di tempat kelahiran Zora, tepatnya di Hotel Kapuas Palace, Pontianak. Yang kedua di Masjid At-Tin, Zora Vidyanata Jakarta pada 29 November. Yang menarik, Zora ternyata belum lama berpacaran dengan calon suaminya itu. Ini diungkapkannya pada acara halal bihalal Ikatan Keluarga Kalimantan Barat di Birawa Assembly Hall Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (06/11) malam kemarin. “Aku pacaran memang nggak lama. Aku mulai deket dari bulanApril tahun ini, trus bulan Mei dia ngajak nikah dan dilamar tanggal 8 Agustus.” Bukan hanya itu, Zora yang berkenalan dengan Dono di lokasi syuting usianya terpaut cukup jauh. “Iya, bedanya memang 10 tahun aku sama dia. Aku merasa dia lebih dewasa dari aku, dan pandangan hidupnya lebih matang. Ya, jadi aku merasa cocok trus diajakin nikah, ya daripada nunggu lama-lama.” Zora yang didaulat memeragakan busana rancangan orang Kalimantan Barat di acara tersebut juga menceritakan perkenalan pertamanya dengan sang calon. “Awalnya di lokasi syuting, dia orang belakang layar. Pekerjaannya penulis skenario. Trus dikenalin ama temen-temen, trus dijodoh-jodohin gitu hehehe. Bisa dibilang cinlok lah, dari situ kita mulai jalan bareng.” (kpl/hen/npy)
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang ber iman.” (An-Nisa’: 103)
11:28 14:50
17:33 18:44 04:04
anti korupsi Kembali Diperiksa KPK JAKARTA – Penyidikan pengadaan mobil pemadam kebakaran (damkar) terus berkembang. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kemarin kembali memeriksa Mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Hari Sabarno. Di meja penyidikan, purnawirawan tentara itu dicecar soal proses keluarnya radiogram. Hari Sabarno
u Ke Halaman 11 kolom 5
Eceran Pontianak Rp.2.500
Nusakambangan Terasa Mencekam
YAN CIKAL / RADAR BANTEN
pegang foto: Hj Embay Badriyah memegang gambar anaknya Abdul Azis alias Imam Samudra, usai memberikan keterangan pada wartawan di depan rumahnya di Kampung Lopang Gede Kecamatan Serang, Jumat (7/11).
Tertunda Soal Teknis Eksekusi Diprediksi Malam Ini
CILACAP – Butuh keberanian ekstra bagi pihak berwenang untuk mengeksekusi tiga terpidana mati kasus bom Bali –Amrozi, Ali Ghufron (Mukhlas), dan Imam Samudra. Rencana eksekusi yang sudah disusun matang tadi malam akhirnya kembali harus tertunda karena alasan sepele, masalah teknis. Ironisnya, penundaan dilakukan hanya beberapa jam dari waktu yang telah direncanakan. Seharian kemarin seluruh pihak yang berkepentingan dengan eksekusi ketiganya sudah siap. Pagi sekitar pukul 07.00 Direktur Upaya Hukum Eksekusi dan Eksaminasi pada JAM Pidum Kejagung B.D. Nainggolan sudah berangkat ke Cilacap. Kejagung juga sudah menyiapkan personel untuk menyampaikan siaran pers setelah eksekusi. Para awak media juga sudah memenuhi gedung Kejagung, lengkap dengan kru televisi
yang siap siaran langsung. Namun, sekitar pukul 20.00, ada kabar bahwa eksekusi ditunda hingga malam ini. Di Lapas Nusakambangan, persiapan tak kalah sibuk. Sejak kemarin dini hari handphone sipir dirazia. Para nelayan juga dilarang melaut sejak sehari sebelumnya. Begitu pula pasukan Brimob yang bertugas mengeksekusi terpidana kemarin siang sudah masuk Nusakambangan, lengkap dengan perlengkapannya. Ikut repot adalah keluarga terpidana. Di Tenggulun, Lamongan, kampung halaman Amrozi dan Mukhlas, persiapan penyambutan jenazah secara besar-besaran telah dilakukan dengan membentuk panitia khusus. Paginya, petugas dari kejari, polres, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mendatangi rumah Tariyem, ibu Amrozi dan Mukhlas, untuk memberitahukan pelaksanaan eksekusi. Namun, semua persiapan itu buyar ketika kawasan Nusakambangan diguyur hujan deras tadi malam. Dua malam terakhir di kawasan itu selalu turun hujan deras disertai angin kencang.
SERANG – Embay Badriyah, ibu Imam Samudra, mendesak Presiden SBY menjawab surat berisi aspirasi keluarganya terkait dengan pelaksanaan eksekusi. Dia menegaskan keluarga tidak rela eksekusi dilaksanakan sebelum presiden menjawab surat tersebut. ’’Saya minta eksekusi (Imam) ditunda sebelum ada (surat) jawaban dari presiden,’’kata Embay dalam jumpa pers di teras rumahnya di Kampung Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Kota Serang, kemarin (7/11). Dalam acara tersebut, dia didampingi anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Agus Setiawan dan dua adik Imam, Lulu Djamaluddin serta Dedi Chaidar. Embay berdalih, keluarga menganggap eksekusi sebagai pembunuhan bila kejaksaan nekat mengeksekusi tanpa menunggu surat presiden. ’’Saya tidak rela Imam dibunuh seperti itu,’’ ujarnya dengan suara bergetar. Dia menyatakan, keluarga tidak memberikan deadline sampai kapan presiden harus menjawab surat tersebut. Ditanya isi surat yang dikirimkan ke SBY, Embay menjawab, wartawan tidak perlu tahu. ’’Biar presiden saja yang tahu,’’ kata Embay yang kemarin berjilbab ungu dan berbaju krem. Meski demikian, dia mengaku keluarga menginginkan pembatalan eksekusi. ’’Saya minta Imam dibebaskan,’’ tegas Embay yang disambut takbir anggota keluarga. Sebelumnya, 5 November lalu, Embay mengirimkan surat kepada SBY yang diduga berisi permintaan penundaan eksekusi buah hatinya. Surat satu halaman itu dikirim melalui Kantor Pos Serang. Embay kemarin juga mengomentari rencana kunjungan keluarga ke Nusakambangan. Dia mengungkapkan, keluarga ingin bertemu sekali lagi dengan Imam sebelum eksekusi. ’’Saya masih menunggu kabar dari TPM pusat soal rencana ke Nusakambangan,’’ jelasnya. u Ke Halaman 11 kolom 1
u Ke Halaman 11 kolom 1
Ditipu Miliaran Rupiah
Anton Sastrawan/Radar Semarang
diperiksa: Syeikh Puji dan Ulfa diperiksa di Polwiltabes Semarang didampingi santri dan pengacaranya.
Pengusaha China Jera Berbisnis di Kalbar
Ulfah-Puji Setuju Pisah Sementara
PONTIANAK—Dua WNA, Chen Guochao (47) dan Chao Chi Seng (48) asal Guangdong China jera berbisnis di Kalbar. Mereka rugi miliaran rupiah karena merasa ditipu pengusaha daerah serta harus diperiksa polisi karena diduga membuat keributan. Kamis (6/11) pukul 23.00 WIB, Chen Guochao dan Chao Chi Seng diangkut petugas Mapolda Kalbar dari rumah rekan bisnisnya, Ys di Jalan Purnama Pontianak. Mereka diperiksa hingga Jumat (7/11) pukul 02.00 WIB. Chen Guochao dan Chao Chi u Ke Halaman 11 kolom 5
Obama Gandeng Bos Google dan Raja Saham
CHICAGO – Barack Hussein Obama hanya libur sehari. Setelah dinyatakan menjadi presidenAS terpilih pada Rabu pagi (5/11), dia langsung mengumpulkan 17 anggota dewan penasihat ekonomi untuk masa transisi
SEMARANG – Solusi yang dirancang Seto Mulyadi, ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, untuk memisahkan sementara Pujiono Cahyo Widianto atau Syeh Puji dengan istri kedua yang masih di bawah umur semakin konkret. Bahkan, Lutviana Ulfah, sang istri, kemarin sudah menyatakan setuju. Sikap Ulfah itu berbeda dengan pernyataan sebelumnya yang menegaskan tidak mau dipisahkan dengan suaminya. Namun, setelah menjalani pemeriksaan polisi, kemarin, mantan siswa kelas 2 SMPN 1 Bawen, Kabupaten Semarang, itu berubah sikap. Dia akhirnya bersedia dipisahkan dan dikembalikan kepada orang tuanya. ’’Tidak ada pembatalan pernikahan. Yang ada adalah penundaan. Dan, Syeh Puji, atas persetujuan Ulfah, akan mengembalikan Ulfah kepada orang tuanya. Rencananya dilakukan di ponpes milik Syeh Puji besok Minggu (9/11) pukul 13.00,’’ jelas Kak Seto –panggilan akrab Seto Mulyadi– setelah mendampingi Ulfah menjalani pemeriksaan petugas di markas Polwiltabes Semarang kemarin.
u Ke Halaman 11 kolom 1
u Ke Halaman 11 kolom 5
uni/pontianak post
TIPU: Chen Guochao (47) dan Chao Chi Seng (48) bersama penerjemahnya, Paulus menceritakan kronologis penipuan di FRKP Jumat (7/11) sore.
Solusi Atasi Krisis Global
Barack Obama
Hari-Hari Terakhir Amrozi Cs Menjelang Eksekusi
Istri Tak Datang, Kiriman Surat dan Sarung Tak Sampai Hingga menjelang eksekusi, ketiga terpidana mati pelaku bom Bali, yakni Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas alias Ali Ghufron, berharap bertemu istri mereka untuk kali terakhir. Namun, alasan keamanan menjadi kendala aparat keamanan
FAROUK ARNAZ-KARDONO, Cilacap
SEHARI sebelum ketiganya masuk sel isolasi pada Jumat (31/10), kakak beradik Mukhlas-Amrozi sempat bertanya kepada sejumlah orang dekat yang datang membesuk Online: http://www.pontianakpost.com/
jenguk: Mukhlas (kiri) dan Amrozi saat dijenguk ibunya Tariyem dan salah seorang anaknya di Lapas Batu, Nusakambangan Februari 2008 lalu.
jpnn
di Lapas Batu, Nusakambangan. ’’Ada berita apa di luaran?’’ tanya Amrozi. ’’Katanya ada orang mau ditembak,’’ dijawab dengan setengah bercanda oleh temannya. ’’Ooo… lambemu, wong gak onok opo-opo kok nang kene (Jangan asal omong, tidak ada apa-apa di sini),’’ balas Amrozi. Keduanya kemudian terlibat pembicaraan cukup lama. Dari situlah mantan kedua tokoh sentral Jamaah Islamiyah (JI) tersebut mendengar lebih detail rencana eksekusi kepada dirinya. Mukhlas dan Amrozi lantas meminta agar teman yang tak mau disebutkan namanya itu meneruskan permintaan keduanya kepada para kerabat. Sebagian permintaan ’’terakhir’’ itu terungkap beberapa hari kemudian. ’’Kedua kakak saya (Mukhlas-Amrozi) meminta saya agar membawa istri-istrinya ke Nusakambangan,’’ kata Ali Fauzi, adik kandung Mukhlas danAmrozi, yang tinggal di Tenggulun, Lamongan. Sayang, keinginan keduanya tak pernah terpenuhi. Ali Fauzi memang
*Mempawah, Sambas, Singkawang, Bengkayang Rp 2.500 *Landak, Sanggau, Sintang Rp 3.000 *Ketapang Rp 3.000 *Kapuas Hulu Rp 3.000
u Ke Halaman 7 kolom 5
Jawa Pos Group Media