Pontianak Post Kamis 30 September 2010 M / 21 Syawal 1431 H
Eceran Pontianak Rp.2.500
P er t a m a da n Ter ut a m a di Kal im an t an Barat
Bentrok Dua Kelompok Massa, Tiga Tewas
Kronologis Kerusuhan Jl. Ampera
JAKARTA--Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, kemarin (29/9), seperti berubah menjadi arena pertempuran. Itu terjadi ketika dua kelompok massa terlibat saling bentrok. Pertemuan dua kelompok itu terkait dengan persidangan kasus Blowfish yang disidangkan di Pengadilan Negeri Jaksel. Peristiwa terjadi saat sidang perdana mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji baru saja usai, sekitar pukul 12.30. Puluhan orang yang menunggu sidang kasus Blowfish dimulai tampak berada di halaman depan PN Jaksel. Namun tiba-tiba, dari arah Cilandak, datang sekelompok orang yang menyerang kelompok yang berada di depan gedung pengadilan. Mereka menumpang tiga buah Kopaja 608 (bus) jurusan Blok M-Tanah Abang. Mereka menyerang dengan menggunakan senjata api (pistol), ketapel, dan anak panah. Kejadian tiba-tiba itu membuat suasana di depan pengadilan menjadi ramai. Kelompok massa
AFP Photo
TEWAS: Petugas mengangkat korban tewas saat terjadi bentrok antarmasa di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, kemarin (29/9). Tiga
u
tewas dalam kejadian ini.
Ke Halaman 7 Kolom 1
Rusuh Lagi, Lima Tewas Waspadai Konflik Tarakan Meluas
30 Ribuan Warga Mengungsi
11:35
14:40
17:39
18:47 04:14
Sumber : Kanwil Depag Kalbar
korupsi dermaga
Sutami/Pontianak Post
RESMI DITAHAN: Mantan Kepala Syahbandar Paloh Edi Syaherwan memasuki mobil tahanan kejaksaan menuju Rutan Klas II A Pontianak, kemarin.
Mantan Kepala Syahbandar Ditahan PONTIANAK--Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat kembali menahan pelaku dugaan tindak pidana korupsi. Kali ini giliran mantan Kepala Syahbandar u
Ke Halaman 7 Kolom 1
TARAKAN--Bentrok kembali terjadi di Tarakan, Rabu (29/9) kemarin. Kali ini merenggut dua korban jiwa. Bentrok yang terjadi di kawasan Jl Yos Sudarso itu berlangsung sekitar pukul 08.00 pagi. Polisi yang berjaga-jaga tak bisa berbuat banyak. Iwan (31) dan Unding (30) ditemukan tewas. Jumlah ini menambah korban tewas menjadi lima orang. Bentrok kemarin terjadi sekitar pukul 08.00 pagi. Saat itu Tarakan gerimis. Massa Bugis Letta yang mengenakan ikat pita berwarna putih datang dan berhadap-hadapan dengan massa suku Tidung yang bertanda ikat pita kuning. Aparat yang berjaga-jaga ternyata tak bisa berbuat banyak, sampai akhirnya kedua massa bentrok dan terjadi korban jiwa. u
PONTIANAK—Kalbar rentan akan konflik antaretnis. Sudah 16 kali musibah kemanusiaan itu terulang. Kini kasus serupa terjadi di Tarakan, Kaltim. Tak ingin peristiwa itu meluas, berbagai komponen masyarakat dan aparat keamanan duduk satu meja. Mediasi pertemuan berlangsung di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Rabu (29/9).
Ke Halaman 7 Kolom 5 u
SBY Minta Tokoh Adat Turun Tangan JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para tokoh adat dan agama turun ke lapangan untuk menyelesaikan masalah di Tarakan, Kaltim. Langkah terpadu harus dilakukan oleh aparat beserta kepala daerah dan tokoh masyarakat. Tujuannya, mencegah meluasnya kekerasan agar tidak menjadi tragedi seperti di Sampit, Kalteng, satu dekade silam. Presiden mengatakan, kasus kekerasan seperti di Tarakan tidak boleh hanya diserahkan kepada u
Ke Halaman 7 Kolom 5
Ke Halaman 7 Kolom 1
Minggu, 26 September 2010 Pukul Wita
22.00
Anthon Joy/Radar Tarakan
MENGUNGSI: Warga mengungsi untuk menyelamatkan diri. Rusuh antar-
Abdul Rahman (Suku Tidung), bersama Jay, warga Belalung, Kelurahan Juata Permai, berniat membeli rokok. Ia bertanya kepada kawanan pemuda, untuk mencari Rury. Tak lama kemudian dipalak dan dikeroyok enam orang tak dikenal saat melintas di Perum Korpri, Jalan Seranai III, Juata, Kecamatan Tarakan Utara. Abdul Rahman mengalami luka-luka.
etnis di Kota Tarakan hingga kemarin terus berlanjut sehingga menimbulkan ketakutan warga.
Kisah Isna; Perempuan yang Melahirkan Anak Ketujuh di Tengah Konflik Tarakan
Gembira Campur Takut, si Bayi Hendak Diberi Nama Konflik Setiap ibu yang akan melahirkan bayi tentu menginginkan suasana yang aman dan nyaman. Tapi, yang dialami Isna justru sebaliknya. Perempuan 33 tahun itu melahirkan dalam suasana mencekam ketika sedang terjadi ’’perang’’ antarkelompok di Tarakan.
yang masih merah. Bayi laki-laki itu memang baru lahir Selasa malam lalu (28/9). Saat-saat melahirkan mungkin tak akan pernah dilupakan Isna seumur hidup. Sebab, jabang bayi tersebut lahir dalam suasana mencekam. Malam itu, kerusuhan antarkelompok terjadi di pusat Kota Tarakan, tepatnya di simpang empat Jl Yos Sudarso, Jl Gadjah Mada, Jl Mulawarman, dan Jl Jenderal Sudirman. Saat itu, suami Isna, Darwin, sedang tidak berada di rumah. Dia masih berada di tambak, tempat-
SULTAN PRADANA, Tarakan WAJAH Isna terlihat berkeringat. Beberapa kali dia mengusap keringatnya dengan sapu tangan. Matanya berkacakaca. Sesekali dia mencium bayinya
nya bekerja sehari-hari. ’’Malam itu mencekam banget. Suara tembakan di mana-mana. Apalagi, saya dengar ada yang sampai bakar-bakaran,’’ cerita Isna. Dalam kondisi mencekam itulah, dia akhirnya melahirkan anak ketujuh di rumahnya di Kelurahan Karang Rejo pukul 21.20 Wita. Dia dibantu tetangganya, Agustina. Agustina menceritakan, malam itu dirinya sedang berada di rumah. Dia tidak berani keluar rumah karena sedang terjadi kerusuhan. Bunyi peluru terdengar bersahut-sahutan. Tiba-tiba, salah seorang
BELUM BERNAMA: Inilah bayi mungil yang lahir di tengah-tengah konflik itu.
u
Ke Halaman 7 Kolom 1
RADARTARAKAN
Online: http://www.pontianakpost.com/
*Mempawah, Sambas, Singkawang, Bengkayang Rp 2.500 *Landak, Sanggau, Sintang Rp 3.000 *Ketapang Rp 3.000 *Kapuas Hulu Rp 3.000
Jawa Pos Group Media