Perihal Cikal-bakal Dewey Decimal Classification

Page 1

Perihal Cikal-bakal Dewey Decimal Classification Penerjemah: Ahmad Subhan 2006

1


Judul Asli The ‘‘Amherst Method’’: The Origins of the Dewey Decimal Classification Scheme Penulis Wayne A. Wiegand Sumber Format Cetak Libraries & Culture, Vol. 33, No. 2, Spring 1998 © 1998 by the University of Texas Press, P.O. Box 7819, Austin, TX 78713-7819 Sumber Format Elektronik http://www.gslis.utexas.edu/%7Elandc/fulltext/LandC_33_2_Wiegand.pdf Keterangan Artikel ini memenangkan Justin Winsor Award dari American Library Association’s Library History Round Table pada 1996.

2


Perihal Cikal-bakal Dewey Decimal Classification Kendati perdebatan perihal asal-usul Skema Klasifikasi Persepuluhan Dewey (DDC) telah berlangsung selama beberapa generasi hingga kini, kesepakatan secara historis mengenai hal tersebut masih menyisakan ketidakpastian. Artikel ini menyumbangkan informasi baru bagi penulisan sejarah perihal asal-usul skema DDC. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil pengkajian yang menggunakan metode: (1) dengan penelaahan atas catatan pemikiran Melvil Dewey ketika dalam proses merancang model Klasifikasi Persepuluhan— penelaahan kali ini menganalisis sumber/bahan kajian dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan yang pernah dikaji oleh “sejarawan klasifikasi” selama ini; dan (2) dengan memperluas serta memperdalam pemahaman historis atas konteks yang melingkupi serta mempengaruhi Dewey dalam menentukan struktur klasifikasi yang ia rancang.

Pada tahun 1996, Online Computer Library Center (OCLC) menerbitkan edisi ke-21 dari skema DDC yang telah berusia 120 tahun. Ketika itu, lebih dari 200 ribu perpustakaan di 135 negara menerapkan DDC untuk mengorganisasi koleksinya. Di Amerika Serikat sendiri, DDC digunakan oleh 95 persen Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Sekolah, 25 persen Perpustakaan Khusus, dan 25 persen Perpustakaan Perguruan Tinggi (kebanyakan di kampuskampus ‘kecil’). Bermula dari buku Melvil Dewey setipis 44 halaman yang dipublikasikan pada 1876, skema klasifikasi ini berkembang jadi lebih dari 4000 halaman pada edisi yang ke-21. Barangkali tak berlebihan kiranya jika menyatakan bahwa sebagian besar dari mayoritas warga Amerika Serikat pada abad XX tentu memanfaatkan sistem klasifikasi ini dalam kehidupan mereka. Dengan demikian hanya sedikit orang yang berpendapat bahwa skema klasifikasi ini tidaklah begitu berpengaruh. Namun ironisnya, pengetahuan kita perihal asal-usul skema klasifikasi itu masihlah belum cukup mapan. Perdebatan seputar asal-usul Klasifikasi Persepuluhan masih terus berlangsung; berbagai alasan yang menyebabkan ketiadaan kesepakatan pun tidaklah sukar untuk dikemukakan, sehingga kesepakatan sulit diperoleh. Dewey sendiri pun selama hayatnya tak memberikan cukup petunjuk yang jelas dalam karya-karyanya. Contohnya, dalam artikel berjudul Decimal Classification Beginnings1 yang dimuat dalam Library Journal pada tahun 1920, Dewey mengisahkan pengalamannya di tahun 1873, saat memperoleh inspirasi tentang skema ini. Ketika itu, ia adalah seorang mahasiswa merangkap sebagai asisten pustakawan di Amherst College yang mana ia tengah bergelut dalam proses konseptualisasi sistem klasifikasi terbaik serta dapat diterapkan di perpustakaan manapun. “Setelah studi berbulan-bulan,” tulisnya, saat sedang mendengarkan khotbah minggu, seraya aku menatap mimbar khotbah tanpa mendengar satu pun ucapan, pikiranku menangkap (pemahaman atas— pent) persoalan penting (yang selama ini menjadi pikiran— pent), pemecahan persoalannya melintasi (benak— pent) ku sehingga aku terlonjak dari dudukku kemudian bersorak “Eureka!” (Aku tahu/mendapatkan— pent) solusi sederhana yang tepat yakni dengan menggunakan simbol sederhana yang sudah umum diketahui, angka-angka arab sebagai penanda persepuluhan, dengan simbol angka nol yang jamak diketahui, untuk penomoran klasifikasi semua ilmu pengetahuan manusia dalam format cetak; skema ini kemudian dilengkapi lampiran yang menggunakan simbol sederhana yang juga sudah jamak diketahui, a, b, c, untuk pengindeksan semua [tajuk subyek/heds (?)] dari tiap tabel, sehingga menjadi lebih gampang untuk menggunakan sebuah klasifikasi dengan 1000 [tajuk subyek/heds so keyd (?)] tinimbang

3


menggunakan 30 atau 40 [tajuk subyek/heds (?)] yang mesti terlebih dahulu dipelajari secara cermat sebelum digunakan. Kutipan (tulisan) Dewey begitu ‘bercorak’ (punya gaya/karakter tersendiri) –khususnya ejaan yang disederhanakan (disingkat—pent) yang ia pakai secara variatif– sehingga para ‘pengajar pengatalogan’ (?) menugaskan para mahasiswa sekolah ilmu perpustakaan untuk membaca artikel (pembahasan atas artikel Dewey tersebut—pent) yang terbit beberapa dekade kemudian. Meski gagasan tersebut tersebar secara luas, artikel itu tak berhasil memberi keterangan secara utuh perihal asal-usul DDC. Dewey mengakui bahwa ia berhutang pada Sir Francis Bacon (yang kurang lebih tiga abad yang lampau telah berhipotesis bahwa semua ilmu pengetahuan berasal dari ingatan, akal, dan imajinasi, dari ketiga hal tersebut kemudian muncul karya-karya pemikiran berupa sejarah, filsafat, dan kesusasteraan), kendati demikian Dewey tidak berhasil menempatkan skema DDC dalam rangkaian sejarah klasifikasi perpustakaan dan dengan begitu Dewey pun mengabaikan kontribusi serta pengaruh pemikiran dari orang-orang yang telah merancang skema klasifikasi sebelum dia. Sejak itulah, para ‘sejarawan perpustakaan’ coba melacak keterangan dan mengkontektualisasi DDC dengan zaman yang melingkupinya saat skema tersebut dirancang. Pada paruh kedua abad XX temuan dan pembahasan para ‘sejarawan perpustakaan’ didasarkan pada sekelumit keterangan yang ditinggalkan oleh Dewey, dari bahan yang sedikit itu kemudian muncul beragam tafsiran perihal bagaimana proses awal perancangan skema DDC. Pada satu hal, para ‘sejarawan perpustakaan’ sepakat, mereka yakin bahwa Dewey tidaklah menciptakan skema klasifikasi persepuluhan yang seutuhnya merupakan sebuah temuan yang baru sama sekali, dan pada paruh pertama abad XX –penulisan sejarah perihal asal-usul DDC mengupas perihal ‘hutang’ Dewey kepada orang-orang yang telah merancang skema klasifikasi sebelum dia yang diakuinya, maupun terlupakan bahkan dilupakan atau diabaikan perannya oleh Dewey. *** Perdebatan diawali oleh Kurt F. Leidecker pada 1945. Dalam proses penelitian untuk menulis biografi William Torrey Harris yang ia lakukan pada awal 1940-an, Leidecker menemukan fakta yang ia yakini merupakan penjelasan atas ‘hutang’ Dewey kepada seseorang yang menginspirasinya dalam merancang klasifikasi persepuluhan. Sebagai seorang ‘pengawas adminitratif’ (?) St. Louis Public Schools sejak 1868 hingga 1880, Harris juga bertanggung jawab untuk Perpustakaan St. Louis Public Schools. Di situ, Harris merancang sebuah skema klasifikasi berdasarkan tatanan ilmu pengetahuan menurut Bacon, Harris men-jlentreh-kan serta memperluas hipotesis Bacon. Harris memublikasikan skema ringkasnya di Journal of Speculative Philosophy yang terbit pada 1870, artikel inilah, menurut Leidecker, yang dibaca Dewey pada musim semi 1873 saat ia tengah merenungkan sebuah sistem klasifikasi baru bagi perpustakaan Amherst. Demi membuktikan pendapatnya, Leidecker mengutip surat Dewey kepada Harris pada 9 Mei 1873 yang isinya perihal Dewey yang ingin tahu lebih jauh perihal sistem klasifikasi rancangan Harris. Dalam mengupas perihal ‘hutang’ Dewey kepada Harris, Leidecker bersikap diplomatis, barangkali Leidecker bersikap demikian karena ia tak ingin menodai reputasi seorang tokoh pelopor kepustakawanan yang paling tenar itu. “Perihal orisinalitas (ide yang murni miliknya—pent) tak pernah diklaim oleh Dewey terkait pembuatan sistem klasifikasi persepuluhan,” tulis Leidecker, tetapi Leidecker secara tak langsung sudah memberi bukti perihal ‘hutang’ Dewey kepada Harris.2 Kontributor selanjutnya dalam perdebatan ini adalah Eugene E. Graziano, yang telah membaca Biografi Harris karya Leidecker. Karena Dewey mengadaptasi skema Harris secara

4


signifikan, dan pula Harris telah mempelajari ajaran filsafat G.W.F Hegel, Graziano berkesimpulan bahwa ajaran filsafat Hegel-lah, terlepas dari apakah Dewey mengetahui maupun tidak mengenai hal itu, merupakan landasan filosofis dari kerangka pemikiran Klasifikasi Persepuluhan. Dalam thesis untuk jenjang master di University of Oklahoma dan dalam sebuah artikel yang Graziano tulis kemudian ia publikasikan secara bersambung di Libri pada tahun 1950-an,3 Graziano menunjukkan penjelasan secara meyakinkan perihal bagaimana skema Harris dipengaruhi oleh keyakinannya terhadap ajaran filsafat Hegel. Seperti Leidecker, Graziano juga nampak tak berminat untuk menggugat reputasi Dewey. Graziano tak begitu mempermasalahkan perihal ketiadaan ‘pengakuan’ (secara eksplisit) dari Dewey terhadap (sumbangan pemikiran) Harris dalam perancangan skema klasifikasi, namun tak demikian halnya terhadap sikap Dewey yang secara nyata telah mengabaikan landasan filosofis yang mendasari skema klasifikasinya. Jhon Maass, seseorang yang tak mengambil sikap ramah maupun terpengaruh dengan reputasi Dewey (sebagaimana Leidecker dan Graziano). Seraya meneliti tentang perayaan seabad kemerdekaan Amerika Serikat pada 1876 di Philadelphia (yang mana, Maass mencatat dengan tepat perihal kapan dibentuknya American Library Association berbarengan waktunya dengan bermulanya diskusi secara intensif tentang Klasifikasi Persepuluhan yang baru dipublikasikan), Maass mempelajari William Phipps Blake, seorang ahli geologi dan insinyur pertambangan yang pada tahun 1872 direkrut oleh panitia perayaan seabad kemerdekaan Amerika Serikat untuk turut mengorganisir acara perayaan tersebut. Pada tanggal 25 Mei 1872, sebagaimana dicatat oleh Maass, Blake mengajukan kepada panitia perayaan sebuah skema yang terdiri dari sepuluh bagian, setiap bagian tersebut dapat dipecah lagi menjadi sepuluh kelompok pula yang mana dari masing-masing kelompok tersebut pun terdiri dari sepuluh bagian lagi. Menurut Maass, klasifikasi Blake dipublikasikan dalam format leaflet pada Februari 1873 dan nampaknya publikasi tersebut pun dikirim juga ke Amherst. Menurut Maass lagi, publikasi berupa pamflet sebanyak 42 halaman yang mengurai skema klasifikasi itu “dikirim ke segenap kaum profesional di Amerika Serikat” dalam selang waktu sebulan setelah karya itu dipublikasikan. Berdasarkan bukti ini, Maass berpendapat bahwa “Dewey menjiplak model klasifikasi persepuluhan Blake . . . dan secara culas menutupi perbuatannya itu.” Meski Maass tak dapat membuktikan keterkaitan langsung antara Dewey dengan Blake maupun karya Blake, Maass tetap berkesimpulan demikian. “Tak diragukan bahwa Melvil Dewey mempelajari karya Blake dan berdasarkan karya itulah Dewey menyusun Klasifikasi Persepuluhan.4 Adalah buku karya John Comaromi, sebuah hasil penelitian paling cermat dan teranyar perihal perdebatan seputar penulisan sejarah cikal-bakal skema Dewey, berjudul The Eighteen Editions of the Dewey Decimal Classification terbit pada tahun 1976, banyak akademisi menilainya sebagai karya paling menentukan dalam pengkajian bidang ini. Pada bab pertama bukunya, Comaromi mengevaluasi argumen-argumen yang diajukan oleh Leidecker, Graziano, dan Maass. Tak terbatas pada ketiga orang tadi, Comaromi juga menganalisis tulisan ‘bagian pendahuluan’ dari DDC edisi perdana, pemikiran-pemikiran para ahli klasifikasi seperti Leo LaMontagne, W.C.Berwick Sayers, dan Henry Evelyn Bliss,5 serta berbagai sistem klasifikasi yang telah diterapkan di berbagai perpustakaan ketika Dewey masih merancang skema klasifikasinya—khususnya sistem klasifikasi buatan Jacob Schwartz dari New York Mercantile Library yang belum dibahas oleh Leidecker, Graziano, dan Maass. Tambahannya pula, Comaromi mengkaji beberapa sumber primer berupa dokumen-dokumen Forest Press (Penerbit untuk DDC edisi-edisi baru pada abad XX) yang berada di Albany dan New York, Comaromi pun mengkaji dokumen-dokumen (Dewey Papers) berupa tulisan-tulisan Dewey [Buku Harian (Diary) dan Buku Catatan (Reading Notebook)] yang tersimpan di Columbia University.

5


Dokumen-dokumen itu, menurut Comaromi, memuat sedikit informasi yang menyinggung perihal tahun-tahun pertama DDC. Comaromi berpendapat, bukti-bukti yang diajukan oleh Maass dalam thesisnya tidaklah meyakinkan, berbeda dengan argumen Leidecker dan Graziano yang baginya masuk akal. Bagi Comaromi, bisa jadi Dewey merujuk pada skema klasifikasi Harris dan Schwartz, kendati demikian, Dewey tetaplah pelopor karena ia menggunakan angka Arab untuk penomoran kelaskelas serta divisi-divisi di dalamnya. Comaromi juga berpendapat bahwa filsafat Hegel adalah landasan teoritis dari skema yang dibuat Harris, karena skema Harris merupakan sumber yang paling cocok untuk konsep skema Dewey, maka Comaromi berkesimpulan, filsafat Hegel merupakan fondasi filosofis dari sistem klasifikasi Dewey. Comaromi mengungkapkan dua hal yang belum muncul dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya. Pertama, ia mencatat bahwa dalam tulisan ‘bagian pendahuluan’ pada DDC edisi perdana Dewey tak menjelaskan secara jelas perihal ‘hutang’-nya kepada Natale Battezzati, penulis Nuovo Sistema di Catalogo Bibliografico Generale yang terbit di Milan pada 1871. Menurut Comaromi, dalam tulisan ‘bagian pendahuluan’ itu Dewey mengacu pada rekomendasi dari Battezzati tentang gagasan awal sistem ‘katalog dalam terbitan’ untuk semua buku. Kedua, Comaromi menduga bahwa para pengajar di Amherst punya pengaruh juga terhadap Dewey dalam menentukan isi serta susunan divisi dan seksi pada skema klasifikasinya.6 Sayangnya, Comaromi tak mengurai dan meneliti lebih lanjut atas dua poin tadi. Selama ini, hasil kajian Comaromi menjadi bahan yang paling lengkap mengenai asal-usul DDC, namun, kajian itu memiliki kekurangan dalam dua hal: (1) tidak memperluas lingkup penelitiannya hingga ke konteks ‘institusi sosial’ dimana Dewey merancang skema klasifikasinya; (2) tidak menganalisis semua sumber primer yang relevan –Comaromi tidak mengkaji secara teliti dan menyeluruh atas dokumen-dokumen berupa karya-karya tulis Dewey di Columbia University. Tulisan ini merupakan upaya menyumbangkan informasi baru bagi penulisan sejarah perihal asal-usul skema DDC. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil pengkajian yang menggunakan metode penelaahan atas catatan pemikiran Melvil Dewey (dokumendokumen berupa karya-karya tulis) ketika dalam proses merancang model Klasifikasi Persepuluhan— penelaahan kali ini menganalisis sumber/bahan kajian dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan yang pernah dikaji oleh “sejarawan klasifikasi” selama ini; kemudian memperluas serta memperdalam pemahaman historis atas konteks yang melingkupi serta mempengaruhi Dewey dalam menentukan struktur klasifikasi yang ia rancang. *** Demi menyicil biaya kuliahnya di Amherst, Dewey bekerja di perpustakaan kampusnya. Bagi Dewey, tugas itu memberi kesempatan baru baginya. Dewey mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan, namun ia belum memastikan pada bidang mana ia bisa berperan. Setelah menjadi staf perpustakaan, ia segera menyadari bahwa ia bisa mewujudkan obsesinya dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana untuk mendidik masyarakat. Ia pun segera berupaya secara tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-citanya tersebut. Pertama-tama ia mempelajari secara sistematis beberapa literatur perihal perpustakaan, selalu mencatat apa yang telah ia baca kemudian membaca kembali bahan-bahan tersebut. Contohnya, pada bulan Januari 1873, Dewey membaca karya Charles C. Jewett berjudul A Plan for Stereotyping Titles.7 Dewey setuju dengan usul Jewett mengenai perlunya standardisasi pembuatan katalog. “Hal ini akan menjaga akurasi dan keseragaman..., setelah diadakan pengatalogan secara standar pada beberapa perpustakaan, maka katalog tersebut bisa menjadi

6


model yang standar untuk buku-buku di semua perpustakaan Amerika ... dengan demikian kemungkinan berlakunya katalog standar secara universal dapat terwujud.”8 Pada bulan Februari, Dewey bertandang ke Boston untuk mempelajari Boston Public Library, Boston Athenaeum, dan Harvard College Library. Dalam buku hariannya, Dewey menulis tentang Ammi Cutter (Kepala Boston Athenaeum) yang saat itu tengah disibukkan dengan pembuatan katalog. Dewey bertanya-tanya kepada Cutter, khususnya tentang klasifikasi. “Cutter meletakkan buku-buku tentang kuda di bawah tajuk ‘Kuda’ bukannya tajuk zoologi. Dewey yakin kebanyakan orang yang belum banyak membaca pasti akan melakukan hal yang sama seperti Cutter.9 Ketika Dewey kembali ke Amherst, ia mengkaji ulang sistem yang berlaku di perpustakaan secara lebih cermat. Ia juga terus membaca secara tekun literatur-literatur tentang perpustakaan. Pada 22 Februari Dewey membaca artikel karya William T. Harris di Journal of Speculative Philosophy yang membahas tentang Klasifikasi Buku. Setelah mengkaji secara cermat mengenai gagasan Harris mengenai penyusunan buku secara alfabetis di bawah subyeknya masing-masing, konsekuensinya ada relativitas posisi buku (bisa berpindah-pindah tempat—pent) yang berbeda dengan metode ‘lokasi tetap’. Karena persamaan ide itulah, Dewey merasa cocok dengan Harris.10 Lalu, pada 7 Maret, Dewey membaca sebuah pamflet berjudul A Decimal System for the Arrangement and Administration of Libraries. Pamflet itu dipublikasikan secara mandiri pada 1856 kemudian disumbangkan oleh si penulis ke perpustakaan. Penulis itu ialah Nathaniel Shurtleff, seorang karyawan di Boston Public Library. “Tentunya aku sepakat dengan gagasan itu. Aku terbuka terhadap gagasan yang baik terkait dengan persoalan perpustakaan.”11 Dewey mengaku senang dengan gagasan Shurtleff yang ‘mengawinkan’ sistem klasifikasi persepuluhan dengan tata administrasi perpustakaan, meski ada pula beberapa poin gagasan yang tak ia sepakati. Ketika membaca artikel itu untuk kedua kalinya pada 29 April, Dewey tetap tak berubah pikiran. Menurut Dewey, beberapa ide dalam artikel tersebut sudah usang. Ia kemudian menulis lagi bahwa, “Ideku ialah berupa petunjuk yang ringkas untuk mencari literatur yang mana bisa menjadi basis petunjuk dalam pencarian buku berdasarkan subyek keilmuan.”12 Pembacaan lebih jauh mengantarkan Dewey pada proses pematangan ide. Dewey tak menyukai sistem penyusunan koleksi yang berlaku di New York State Library—“Mereka menyusun buku-buku secara alfabetis namun tak mengindahkan subyek buku-buku tersebut—” Dewey menyukai cara Jacob Schwartz, di New York Mercantile Library yang membuat satu kartu per satu buku sebagai catatan untuk koleksi yang dimiliki. Pada 20 Februari Dewey menulis tentang kekagumannya pada skema klasifikasi yang dibuat oleh Schwartz untuk Mercantile. Lima hari kemudian, Schwartz berterima kasih atas sanjungan Dewey lantas menganjurkan Dewey untuk mengadopsi pemakaian skema klasifikasinya di Amherst.13 Cutter, Harris, Shurtleff, Jewett, dan Schwartz— kesemuanya menyumbangkan ide-ide yang berharga perihal skema klasifikasi dan praktek katalogisasi, yang bagi Dewey masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, dan pada musim semi kesemua skema dan praktek keempat orang tersebut mempengaruhi Dewey yang tengah memikirkan metode terbaik untuk mengorganisasi buku, sebuah metode yang nantinya tak cuma sesuai bagi Amherst tapi juga untuk semua perpustakaan. Dewey mengadopsi cara-cara yang sudah diterapkan dan menjanjikan untuk jadi sebuah sistem baru yang gampang digunakan, sekaligus sebuah sistem yang dapat menghindari terjadinya duplikasi. Pada titik ini, skema yang disusun oleh Dewey merupakan kompilasi gagasan-gagasan terbaik dari Cutter, Harris, Shurtleff, dan Schwartz. Maka, peran Dewey untuk

7


pengembangan skema klasifikasi ialah bagaimana ia telah menyatukan gagasan-gagasan terbaik dari beberapa orang kemudian mengolahnya jadi skema klasifikasinya, dengan begitu dapat dikatakan bahwa Dewey tidaklah membuat suatu hal yang sama sekali baru. Dewey lantas membuat draf pertama skema klasifikasinya kemudian menyampaikannya ke Amherst College Library Committee pada 8 Mei 1873.14 Komite tersebut secara prinsipil menyetujui proposal Dewey dan mendorong Dewey untuk meneruskan rencananya dalam menyusun skema klasifikasi untuk diterapkan di perpustakaan Amherst. Walau Dewey telah berhasil membangun kerangka dasar bagi skema klasifikasi, ia tetap mencari masukan pendapat dari orang lain, khususnya untuk menyusun ‘kelas-kelas’ yang tepat. Pada tanggal 9 Mei Dewey mengirim surat kepada William T. Harris untuk meminta keterangan lebih lanjut mengenai skema klasifikasi buatan Harris. Ia membalas surat Dewey empat hari kemudian. Harris menyusun skema klasifikasinya dengan mengacu pada dua pemikiran: (1) Gagasangagasan Sir Francis Bacon; dan (2) Gagasan G.F.W. Hegel. Dengan diawali ilmu filsafat (yang dianggap sebagai ilmu yang merangkum semua ilmu pengetahuan), Harris menentukan urutan berikutnya ialah teologi (ilmu tentang kebenaran mutlak), pemerintahan, filologi (ilmu tentang bahasa), ilmu murni (termasuk matematika, fisika, kimia, dan ilmu pengetahuan alam), ilmu terapan dan kesenian, serta akhirnya ialah geografi, biografi, dan sejarah.15 Anggapan bahwa Dewey menjadikan struktur ilmu pengetahuan buatan Harris sebagai kerangka bagi skema desimal-nya (yang susunan Dewey ialah—filsafat, agama, ilmu sosial/sosiologi, filologi/ilmu bahasa, ilmu murni/alam, ilmu terapan, kesenian, kesusasteraan, dan sejarah) hampir tak bisa diperdebatkan, meski dalam menetapkan susunan ‘divisi’ dan ‘seksi’ bagi masing-masing bagian dari struktur tadi Dewey mencari petunjuk dari pihak lain. Prioritas yang hendak dicapai Dewey ialah kesederhanaan. “Idealitaku,” sebagaimana tulis Dewey dalam catatan mengenai hasil kajian/pembacaannya pada 19 Juni 1873, “ialah indeks ringkas/sederhana sebagai petunjuk dalam upaya mencari koleksi berdasarkan subyek ilmu pengetahuan, indeks dengan susunan secara alfabetis kemudian mengacu pada skema yang disusun berdasarkan angka-angka.” Pada bulan April 1874 Dewey menulis dalam buku catatan hariannya perihal pentingnya keringkasan dan kejelasan skema yang menjadi basis penyusunan koleksi, sehingga gampang dipahami dan dimanfaatkan.16 Dewey betul-betul menginginkan skema desimalnya bersifat sederhana dan ringkas. Dewey merujuk pada komunitas akademik di kampus Amherst dalam upayanya menentukan dan menetapkan tatanan ‘divisi’ dan ‘seksi’ sebagai kelanjutan atas struktur pengetahuan secara umum dari Bacon dan Hegel sebagaimana disusun oleh Harris dan diterima oleh Dewey. Petunjuk –langsung maupun tak langsung– datang dari dua sumber: (1) Tradisi akademik kampus Amherst dimana ia berkecimpung dan belajar sesuai kurikulumnya selama 1870 hingga 1874; dan (2) Para staf pengajar Amherst (khususnya Julius H. Seelye dan John W. Burgess) berikut teks ajar yang mereka pakai. Karena ia kemudian jadi Associate Librarian di perpustakaan Amherst setelah lulus pada Juni 1874, maka Dewey berkesempatan memanfaatkan dua sumber petunjuk tadi selama ia berkecimpung dalam proses perancangan skema Klasifikasi Desimal. *** Hal pertama, tradisi akademik dan kurikulum Amherst. Pada 1875, Amherst merupakan kampus yang kecil, nyaman, dan bersuasana ‘kekeluargaan’, berada di lingkungan Lembah Connecticut yang indah. Kampus yang berdiri pada 1821 ini berkarakter Kristen ortodoks, dan lebih menekankan kedisiplinan daripada riset dan intelektualitas. Salah satu peran dari segenap

8


perguruan tinggi di abad ke-19 ialah membangun karakter. Di Amherst, model pendidikan untuk membangun karakter ialah kombinasi dari Protestan ortodoks dan budaya barat serta klasik. Kurikulum didesain untuk menyampaikan kebenaran universal yang dianggap tak perlu lagi dipertanyakan, bukan untuk memperkenalkan para mahasiswanya kepada isu-isu politik maupun sastra kontemporer. Pendidikan model tersebut amat mempengaruhi pola pikir dan perilaku mahasiswanya dalam menjalani kehidupan mereka. Pendidikan dengan kurikulum tersebut juga menegaskan konsep “pikiran sebagai bejana”/tabula rasa; pendidikan dianggap sebagai sebuah proses yang mana para peserta didik bersikap pasif dalam “mengisi bejana”/pemikiran mereka dengan ajaran-ajaran terbaik dari peradaban bangsa barat berkulit putih (dan tentunya Kristen).17 Sikap Dewey yang setuju sepenuh hati terhadap konsep pendidikan tadi tercermin secara jelas pada tindakan-tindakan Dewey selanjutnya. Terkait dengan cikal-bakal DDC, tradisi Amherst tidaklah bertentangan dengan konsep klasifikasi ilmu pengetahuan dari Harris. Sebab, pandangan terhadap dunia dari perspektif lulusan Amherst pada tahun 1874 ini serasi dengan cara memandang dunia ala William Torrey Harris pada 1870, tak ada persoalan secara filosofis maupun ideologis bagi Dewey terhadap konsep Harris. Dewey barangkali menganggap hal itu merupakan pengetahuan yang berlaku umum sehingga ia mengambil konsep itu tanpa merasa ada persoalan. Dewey menganggap struktur skema Harris masuk akal dan cocok untuk dijadikan rujukan baginya dalam menyusun struktur ilmu pengetahuan dalam model Klasifikasi Persepuluhan. Landasan moral dari pemikiran Harris & Dewey ialah “Anglo-Saxonisme”, sebuah doktrin yang menetapkan perihal “obyektivitas” dan mengagung-agungkan keunggulan, misi hidup, serta takdir yang ditetapkan bagi ras Anglo-Saxon.18 Pelajaran-pelajaran bagi mahasiswa Amherst merupakan tipikal kurikulum klasik. Mahasiswa tingkat pertama mempelajari sastra Latin dan Yunani, geometri, aljabar, dan trigonometri, serta membaca Cicero, Homer, Livy, dan Horace. Mahasiswa tingkat kedua masih mempelajari Latin dan Yunani Klasik, mulai belajar bahasa Perancis dan Jerman, serta belajar ilmu kimia. Pada tingkat Junior, mahasiswa memperluas cakupan pelajaran atas Yunani dan Latin Klasik, ditambah pula dengan pelajaran filsafat, botani, kimia, dan astronomi. Bagi tingkat Senior, diperkenalkan ilmu psikologi, geologi, sejarah perinjilan, logika, tata hukum/negara, ilmu politik, dan sejarah. Ada sedikit mata kuliah pilihan di Amherst, yang kesemuanya ditawarkan pada jenjang junior maupun senior. Sama dengan teman-teman kuliah seangkatannya, Dewey ‘memandang dunia’ berdasarkan cara pandang yang terkandung dalam kurikulum Amherst (yang berakar pada Anglo-Saxonisme—pent). Di Amherst, Dewey ‘mengisi benaknya’ dengan hal-hal ‘terbaik’ dari peradaban barat, tanpa mempertanyakan lagi hal-hal mendasar dari apa yang ia pelajari tersebut. Tradisi serta kurikulum yang berlaku di Amherst secara umum tidaklah berbeda dengan cara pandang yang terkandung dalam struktur pengetahuan dari Harris, itulah mengapa Dewey pun secara mulus (dengan sedikit perubahan) menerima susunan skema Harris. Fenomena ini menampilkan bahwa Harris dan Dewey merupakan ‘elemen’ dari suatu realita kultural yang berakar pada suatu sistem (masyarakat) dengan basis nilai yang sama (AngloSaxon).19 Para pengajar di Amherst merupakan orang-orang yang berdedikasi, serta berkarakter konservatif dan tradisional. Kebanyakan adalah alumni Amherst sendiri. Diantaranya, ada Edward Hitchcock yang mengajar ilmu tentang Kesehatan Fisik, Elijah Harris mengajar Kimia, Edward P. Crowell mengajarkan Latin, William S. Tyler dan Richard H. Mather pengajar Klasik, Julius H. Seelye pengajar Filsafat, dan pada awal 1873 John W. Burgess mengajarkan Sejarah serta Ilmu Politik. Kebanyakan dari para pengajar di Amherst berbasis pada metode pedagogi yang baku, menjunjung nilai moral sebagai tujuan pengajaran sebagaimana diikrarkan tiap

9


harinya, dan berkeyakinan bahwa kebenaran hidup tercantum di dalam Injil. Pendirian pada pengajar tersebut betul-betul diterapkan di Amherst, yang juga berpengaruh kuat pada Dewey.20 Hitchcock merupakan model pengajar yang mencerminkan tradisi dan kurikulum Amherst. Ia lulus dari Amherst pada 1849, melanjutkan ke Harvard untuk meraih gelar M.D., kemudian kembali ke Amherst pada 1861 untuk mengukir karir sebagai “tokoh pendidikan ilmu kesehatan fisik di Amerika.” Di dalam serta luar kelas, Hitchcock menekankan untuk hidup secara efisien dan seimbang, orang harus merawat tubuhnya. Pendirian Hitchcock itu berlandaskan pada keyakinannya pada diktum Pauline yang menyatakan bahwa tubuh adalah kuil bagi jiwa bersemayam. Hitchcock selalu menekankan perihal pentingnya latihan gerak tubuh, khususnya bagi para mahasiswanya yang melakukan senam pagi secara bersama-sama selama empat kali dalam seminggu. Gagasan-gagasan Hitchcock bisa jadi punya pengaruh besar bagi Dewey dalam merancang topik ilmu kesehatan fisik dalam bagan klasifikasinya, yang termasuk di dalam Ilmu Kedokteran (610) sebagai bagian dari Ilmu Terapan (600), khususnya penempatan topik Ilmu Kesehatan (613) dan Kesehatan Masyarakat (614), setelah Anatomi (611) dan Fisiologi (612), sebelum Materia Medica dan Therapeutics (615) serta Teori & Praktek Patologi (616). “Tak ada alasan logis” untuk susunan tersebut, menurut Comaromi, “Kecuali kita beranggapan bahwa topik hidup sehat dan perawatan/menjaga kesehatan secara logis mesti mendahului topik patologi atau segala sesuatu yang ‘tidak sehat’.” Tanpa memastikannya, Comaromi berpendapat bahwa struktur tadi merupakan bukti pengaruh Hitchcock yang menanamkan ajarannya kepada para murid di dalam kelas.21 Hal kedua ialah teks ajar di kampus Amherst dan pengajarnya. Kebanyakan profesor yang mengajar Dewey mewajibkan para mahasiswa untuk menggunakan buku teks yang memuat struktur ilmu pengetahuan dalam subyek area tertentu. Contohnya seorang Profesor Matematika dan Filsafat, Ebenezer Snell, mewajibkan buku teks tentang filsafat alam yang sudah ia revisi berdasarkan karya pemikiran Denison Olmsted.22 Dalam Introduction to Natural Philosophy Olmsted membagi cakupan bahasannya menjadi sembilan bagian, yang masing-masing bagian itu ia jadikan bab-bab. Yang susunan kesembilan bagian itu ialah Mekanika, Hidrostatika, Pneumatika (Tekanan Udara), Suara, Magnetik, Listrik Statis, Listrik Dinamis, Panas (Kalor), dan Cahaya. Dewey mempelajari –dan membaca buku itu– pada jenjang junior. Ketika ia merancang sub-divisi untuk Fisika (530) dua tahun kemudian (Snell menulis dalam bagian pendahuluan dari bukunya untuk edisi 1871 bahwa subyek kajian bukunya ialah perihal ‘Fisika’), Dewey memasukkan Mekanika (531), Hidrostatika (532), Pneumatika (533), Akustika (534), Optika (535), Panas/Kalor (536), Kelistrikan (537), Magnetik (538), dan Fisika Molekuler (539). Dengan begitu, perubahan yang dibuat Dewey dari buku karya teks Snell ialah menempatkan ilmu tentang cahaya (Optika) sesudah ilmu tentang suara (Akustika), lalu menambahkan ‘fisika molekuler’ sebagai kategori serba-serbi, dan menggabungkan listrik statis dengan listrik dinamis menjadi satu kategori tentang Kelistrikan yang mendahului Magnetika.23 Dewey banyak dipengaruhi oleh Julius H. Seelye dan John W. Burgess, keduanya memiliki cara mengajar yang amat berbeda dengan para koleganya. Seelye dinilai kebanyakan mahasiswa sebagai pengajar yang paling menarik (menggairahkan). Ia lulus dari Amherst pada 1849 dan dalam rentang tiga tahun selanjutnya ia belajar di Auburn Theological Seminary (Seminari/Sekolah Teologi Auburn) dengan pengawasan/wali pamannya, Laurens P. Hickok. Setelah menetap sebentar di German University of Halle, pada 1858 Seelye kembali ke Amherst, dimana kemudian ia menjadi profesor ilmu filsafat yang mengajarkan pemikiran Hickokian kepada mahasiswanya, yang menurut seorang sejarawan dinilai sebagai “rangkaian dari psikologi Kantian, etika Puritan, agama Evangelis, teologi Calvinis, dan idealisme Hegelian.”24

10


Adalah Hickok yang membuat Seelye jadi seorang Hegelian. Di sepanjang hayatnya Seelye mengabdikan dirinya untuk negara dan mendorong semangat nasionalisme patriotik. Untuk perkuliahan Psikologi, Filsafat Moral, dan Sejarah Filsafat –kesemuanya Dewey tempuh di jenjang senior– Seelye mendasarkan pengajarannya pada bacaannya atas Psikologi Empiris dan Ilmu tentang Moral dari Hickok (kedua buku itu Seelye edit untuk kemudian jadi edisi baru yang diterbitkan oleh Ginn & Heath).25 Seelye kemudian mengajak mahasiswanya mendiskusikan bacaan mereka “guna membangun kemampuan berpikir mereka”. Menurut seorang mahasiswanya, “Seelye adalah seorang eklektis, individualis, seorang penganut Hegelianisme.” Sepertinya, Hegelianisme yang Dewey peroleh dari Seelye inilah yang membuat ia tak merasa asing dengan gagasan struktur ilmu pengetahuan yang dibuat oleh Harris. Barangkali, Dewey melihat adanya keterkaitan antara cara pandang Seelye dan Harris, sehingga Dewey pun menganggap karya Harris sebagai skema paling cocok untuk ia jadikan kerangka dasar skema klasifikasinya. Seelye dan Harris, keduanya adalah Hegelian, ketika Dewey meminta nasihat kepada pengajarnya ini, Seelye sepertinya cocok dengan kerangka dasar dari Harris dan Seelye memberikan perhatian besar kemudian berpengaruh pada Dewey dalam menyusun ‘divisi’ dan ‘seksi’ untuk skema klasifikasinya.26 Pada 5 Februari 1875, Dewey mencatat dalam buku catatan hariannya bahwa Seelye “datang ke perpustakaan dan membantuku mengklasifikasi buku selama satu jam atau lebih dan mengerjakan sesuatu yang sangat aku hargai.” Pada tanggal 2 dan 7 Juni Dewey mencatat bahwa Seelye menghabiskan sebagian waktu dalam setiap harinya di perpustakaan “working on his heads” (?) (tajuk subyek klasifikasi). Pengaruh Seelye terhadap Dewey nampak jelas pada urutan klasifikasi untuk subyek tentang Mental (150) — Intelektualitas (151), Perasaan (152), Pemahaman (153), Memori (154), Akal (155), Imajinasi (156), Kerentanan (157), Naluri (158), dan Kehendak (159). Nampaknya bukanlah sekadar kebetulan bahwa tatanan ini mirip dengan rangkaian bahasan dalam buku karya Hickok mengenai Psikologi Empiris. Setelah ‘divisi pertama’, Hickok memberi judul bab Intelektualitas. Hickok mengupas tentang Perasaan dalam bab pertamanya, tentang Pemahaman pada bab kedua (dimana Imajinasi juga dikupas sebanyak empat halaman, Akal pada bab ketiga. Untuk ‘divisi kedua’ diberi judul Kerentanan (dimana ia membahas tentang Naluri), dan ‘divisi ketiga’ membahas tentang Keinginan. Ada keterkaitan pula antara buku teks/pengajar dengan struktur DDC edisi pertama, khususnya terlihat pada bagaimana Dewey menyusun bagian tentang Watak (137), sebagaimana Comaromi catat bahwa susunan tersebut berdasarkan pada teori lama yakni adanya perbedaan cairan tubuh bisa menyebabkan watak-watak yang berbeda pula. Pada sebuah ‘seksi’ yang bertajuk “Ragam Watak” dalam bagian dari bab tentang “Antropologi,” Hickok memuat empat watak dasar—‘‘sanguin,’’ ‘‘melankolis,’’ ‘‘Kolerik,’’ dan ‘‘Plegmatik.’’27 Seperti Seelye, John W. Burgess bekerja secara giat bersama Dewey dalam mendaftar dan memberi nama untuk divisi-divisi dan seksi-seksi dalam klasifikasi persepuluhan. Burgess memperkenalkan Dewey pada riset akademik dan metodenya. Di kalangan mahasiswa, Burgess dikenal sebagai “Weltgeist” (?), Burgess pada tahun pertama masa mengajarnya lebih sering di jenjang mahasiswa senior. Ia lulus dari Amherst pada 1867, kemudian belajar sejarah dan politik di Jerman. Burgess, seperti Seelye, meyakini ajaran Hegel perihal pentingnya hak kepemilikan pribadi demi pengembangan manusia dan hukum melindungi hak tersebut. Sebagaimana Seelye, Burgess percaya pada pendapat Hegel mengenai sejarah merupakan hamparan cerita dari perkembangan suatu negara yang diciptakan oleh Tuhan, yang mana negara merupakan representasi dari kekuatan absolut Tuhan. Burgess membawa cara pandang ini ke kampusnya yang berkarakter ortodoks. Dengan kemampuannya, Burgess dapat meramu patriotisme

11


berdasarkan nilai-nilai keyakinan Kalvinisme, Kapitalisme, dan demokrasi ala Amerika hingga bisa sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di Amherst. Amerika, Burgess meyakini, merupakan pewujudan paling sempurna dari hasrat manusia akan kebebasan, hal itu terjadi karena ada perpaduan antara kesukesan-kesuksesan Protestan dengan kemajuan demokrasi.28 Ketika Dewey sedang merancang divisi-divisi dan seksi-seksi untuk Sosiologi (300) dan Sejarah (900) pada tahun 1873 hingga 1875, pada waktu itu Burgess mengajar Sejarah Yunani dan Sejarah Romawi. Tak seperti pengajar sebelumnya yang pola pengajarannya merupakan “suatu kontribusi bagi linguistik,” Burgess memandang Sejarah Yunani dan Sejarah Romawi sebagai “jejak-jejak perkembangan politik.” Pada 1874-5 Burgess menyelenggarakan seminar tentang sejarah politik Eropa modern tanpa persetujuan dari kampus. Beberapa mahasiswa seangkatan dengan Dewey yang sudah lulus dengan sengaja menetap di kampus untuk dapat mengikuti seminar tersebut, termasuk John Bates Clark. Dewey juga ikut serta, namun dengan caranya tersendiri. Ia mengatur agar literatur mengenai subjek kajian yang diajarkan oleh Burgess dapat diakses oleh para mahasiswa yang mengikuti seminar tersebut, yakni dengan “metode baru dalam katalogisasi berdasarkan subyek.” Burgess mengingat pengalamannya tersebut bahwa Dewey “bekerja bersamanya dengan sukses dalam bidang ilmu yang pada tahun itu aku ajarkan.”29 Bukannya tidak mungkin jika Dewey memanfaatkan pendapat Burgess dan para mahasiswanya terhadap rancangan isi dari kelas 300 dan 900. Bisa jadi pula bahwa Dewey mengambil pelajaran dari pengalaman kuliahnya dengan Burgess untuk mengubah tajuk “Pemerintahan” dari skema Harris menjadi “Sosiologi” untuk skema rancangannya sendiri. Dewey berkeputusan menggunakan Sosiologi sebagai tajuk utama untuk bagian-bagiannya seperti Statistik, Ilmu Politik, Ekonomi-Politik, dan Hukum. Beberapa kampus di Amerika sudah menawarkan kuliah sosiologi pada 1875, dan beberapa pemikirnya kala itu kerap menganggap kata sosiologi dan ilmu sosial sebagai sinonim. Nampaknya Dewey sepakat dengan pandangan seperti itu, dan mungkin ia memperoleh ide tersebut dari Burgess dan atau dari para mahasiswa yang mengikuti seminarnya. Pada tanggal 1 dan 8 Juni (sehari sebelum dan sehari setelah Seelye membantunya di perpustakaan), Dewey mencatat di buku catatan hariannya bahwa Burgess baru saja “menyelesaikan kerja bareng” atas sesuatu yang Dewey minta terkait dua Kelas dalam skema klasifikasinya.30 Dengan demikian adalah tradisi, kurikulum, para pengajar, serta buku teks yang digunakan di Amherst yang menjadi rujukan bagi Dewey dalam membangun struktur skemanya, serta memberi nama divisi-divisi dan seksi-seksi dari kelas utama yang ia peroleh dari skema Harris. Dewey tak pernah menulis dalam buku catatan hariannya tentang mempersoalkan maupun menyangkal nasihat-nasihat dari Seelye, Burgess, atau pengajar Amherst yang lain. Dewey pernah memuji Seelye karena “menolongku.” Dewey nampaknya menerima apa yang diberikan oleh para pengajar kepadanya sebagai sesuatu kebenaran mutlak. Karena, seperti kebanyakan mahasiswa kampus klasik pada 1875, ia masih dalam tahap sebagai peserta didik yang mengisi otaknya dengan hal-hal terbaik yang disampaikan oleh para pengajar, Dewey menganggap mereka adalah para pakar mengenai struktur ilmu pengetahuan, dan ia mempercayai apa saja yang mereka sampaikan padanya adalah nasihat terbaik yang dapat ia peroleh; satu-satunya respon Dewey ialah bagaimana menyesuaikan nasihat tersebut dengan struktur skema persepuluhan supaya jadi sederhana, serta menjadi sebuah sistem klasifikasi yang paling sederhana dan cocok bagi semua perpustakaan di Amerika. Hasilnya ialah, karya Dewey mempengaruhi dan menyatukan cara pandang terhadap dunia dan struktur ilmu pengetahuan

12


yang berlaku di kampus kecil Amherst antara 1870 hingga 1875 menjadi suatu sistem klasifikasi yang paling luas pemakaiannya di perpustakaan sedunia. *** Medio 1875 Dewey mulai mengirimkan draf Klasifikasi Persepuluhan kepada para pustakawan seperti Jacob Schwartz; W. T. Harris; Walter Stanley Biscoe dari Taunton, Massachusetts Public Library; Frederic Beecher Perkins dari Boston Public Library; William Isaac Fletcher dari Watkinson Library di Hartford, Connecticut; John Fiske dan Ezra Abbott dari Harvard; Emeline Hutchins dari Sturgis, Massachusetts Public Library; dan Annie Godfrey dari Wellesley College Library. Ia juga mengirimkan karyanya yang masih berupa cetakan percobaan kepada para pengajar Amherst seperti Edward Hitchcock dan Edward P. Crowell, juga kepada lulusan Amherst John Bates Clark. Pada penghujung November 1875, Dewey telah menyelesaikan skemanya dan siap untuk dicetak.31 Pertengahan Maret 1876 Dewey mendaftarkan skemanya untuk memperoleh Hak Cipta di Washington , D.C. Pada 1876, merupakan suatu kenyataan yang sukar dipercaya oleh Dewey bahwa koleksi perpustakaan berkembang melebihi kapasitas Klasifikasi Persepuluhan untuk mengorganisasi buku-buku tersebut sesuai dengan tatanan subyek dalam DDC. *** Maka, apa cikal-bakal dari Klasifikasi Persepuluhan? Bukti-bukti dalam esei ini menunjukkan bahwa pada 7 Maret 1873 Dewey mulai mengenal konsep perihal klasifikasi persepuluhan ketika ia membaca pamflet terbitan 1856 karya Nathaniel Shurtleff. Dua bulan kemudian, ia memutuskan untuk memanfaatkan sistem klasifikasi persepuluhan karya William Torrey Harris yang digunakan di St. Louis Public School Library, sistem itu berlandaskan pada tatanan ilmu pengetahuan yang disampaikan Sir Francis Bacon yang kemudian diinversi oleh filsuf Jerman G.W.F. Hegel. Demikianlah kira-kira jejak-jejak konsep klasifikasi yang dimanfaatkan Dewey. Selanjutnya, ia memperoleh masukan untuk merancang skema klasifikasinya dari Amherst yang memuat cara pandang dunia ala Anglo-Saxon. Dewey memilih persepuluhan karena ia yakin inilah sistem yang sederhana, efisien, dan tak terbatas untuk pengembangannya; ia memilih tatanan dari Harris karena konsep itu cocok dengan cara pandang Anglo-Saxon, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam ‘dunia’ tempat ia dilahirkan, cara pandang itu semakin dimatangkan oleh tradisi Amherst, kurikulum, serta para pengajarnya. Antara Mei 1873 dan November 1875 Dewey ‘mengisi’ divisi-divisi dan seksi-seksi dari struktur skema Harris dengan topik-topik yang ia peroleh dari buku teks Amherst dan pengajarnya. Pengaruh Hegelianisme dalam karya Hickok serta ajaran dari Seelye dan Burgess barangkali memperkuat dan memperluas apa yang terkandung dalam skema Harris, yang mana kesemuanya begitu rapi berjalinan dengan doktrin Anglo-Saxonisme di Amerika pada akhir abad ke-19. Kebanyakan ‘sejarawan perpustakaan’ melacak cikal-bakal DDC hanya pada sistem klasifikasi yang mendahulinya. Padahal ada faktor-faktor yang punya pengaruh amat penting, yang mana hal-hal tersebut ada sebelum Harris. Kemudian rancangan skema DDC semakin terbentuk oleh karena pengaruh nilai-nilai dan ajaran yang berlaku di kampus Amherst antara 1870 dan 1875. Nilai-nilai yang bagi Dewey adalah hal yang alamiah dan tak perlu dipertanyakan lagi.32 Pada sessi terakhir dalam suatu konferensi ketika American Library Association dibentuk pada Oktober 1876, di Philadelphia, Lloyd P. Smith, pustakawan dari Library Company of Philadelphia, meminta Dewey untuk memaparkan sistem katalogisasi dan klasifikasi yang baru saja ia rancang di Amherst. Smith menilai bahwa sistem itu merupakan “ide paling berharga”

13


yang ia “peroleh dari konferensi tersebut.” Dewey mengakui pujian dari Smith untuk “metode Amherst” (Amherst method)-nya itu.33 *** Melvil Dewey tidaklah menciptakan skema klasifikasi persepuluhan yang seutuhnya merupakan sebuah temuan yang baru sama sekali, ia merancang skema itu berdasar bahan-bahan yang sudah ada. Bahan-bahan tersebut berasal dari dua tempat — St. Louis Public School Library dan kampus Amherst. Kelebihan Dewey ialah bagaimana ia mengolah bahan-bahan tersebut menjadi sebuah sistem sederhana yang gampang diterapkan di perpustakaan. Keberuntungannya ialah ia menyampaikan karyanya itu pada masa awal gerakan kebangkitan perpustakaan umum di Amerika Serikat yang turut memperoleh manfaat dari DDC, dan semenjak abad XX perpustakaan umum Amerika menjadi model percontohan bagi perpustakaan negara-negara lain, adopsi atas skema Dewey pun berlangsung secara lancar di berbagai penjuru dunia. Apa yang diwariskan Dewey begitu banyak. Pada satu sisi, untuk selama beberapa dekade penggunaan skema Dewey dapat menghemat jutaan dolar dan penghematan waktu yang tak terhitung lagi jumlahnya. DDC sudah diterapkan di berbagai penjuru dunia, untuk ratusan ribu perpustakaan. Ini berarti pula, sistem ini menjadi begitu lazim digunakan oleh jutaan orang. Dengan demikian, doktrin Anglo-Saxon yang dirajut Dewey dalam skemanya pun untuk selama beberapa tahun dapat bertahan meski menghadapi berbagai tentangan dari hal-hal baru yang mempertimbangkan keberagaman kultur di berbagai tempat yang tak sesuai dengan muatan kultur dalam DDC. Barangkali tak berlebihan kiranya jika menyatakan bahwa sebagian besar dari mayoritas warga Amerika Serikat pada abad XX tentu memanfaatkan sistem klasifikasi ini dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, barangkali dapat pula dikatakan bahwa skema ini juga secara diam-diam –tanpa disadari– menjadi sesuatu yang berpengaruh dalam mempertahankan sistem pola pikir yang mengasumsikan keunggulan peradaban Eropa. Belum ada kajian lebih lanjut perihal penggunaan DDC yang justru meminggirkan pola pikir yang lain. Harapannya, bakal ada akademisi dengan pemahaman mendalam tentang sejarah intelektual, sosial, dan kultur Amerika di abad XX yang akan mengkaji hal itu dalam waktu dekat ini. Catatan Akhir 1

Melvil Dewey, ‘‘Decimal Classification Beginnings,’’ Library Journal 45 (15 February 1920): 151–4.

2

Kutipan diambil dari Kurt F. Leidecker, ‘‘The Debt of Melvil Dewey to William Torrey Harris,’’ Library Quarterly 15 (April 1945): 135. Lihat juga Kurt F. Leidecker, Yankee Teacher: The Life of William Torrey Harris (New York: Philosophical Library, 1946), 399. Tanpa menyebut nama Harris, Dewey mengakui hutangnya kepada orang yang menginversi tatanan ilmu dari Bacon di St. Louis Library’’ dalam Melvil Dewey, A Classification and Subject Index, for Cataloging and Arranging the Books and Pamphlets of a Library (Amherst, Mass., 1876), 10. 3

Eugene E. Graziano, ‘‘The Philosophy of Hegel as Basis for the Dewey Decimal Classification Schedule’’ (Master’s thesis, University of Oklahoma, 1955); Eugene E. Graziano, ‘‘Hegel’s Philosophy as Basis for the Dewey Classification Schedule,’’ Libri 9, no. 1 (1959): 45–52.

4

John Maass, ‘‘Who Invented Dewey’s Classification?’’ Wilson Library Bulletin 47 (Desember 1972): 335–42. Lihat juga John Maass, The Glorious Enterprise: The Centennial Exhibition of 1876 (Victoria, Canada: University of Victoria, 1973). Untuk kajian yang lebih baru, diskusi secara historis yang lebih mendasar tentang sistem klasifikasi yang digunakan pada acara perayaan seabad kemerdekaan Amerika pada 1876, lihat Bruno Giberti, ‘‘The Classified Landscape: Consumption, Commodity Order, and the 1876 Centennial Exhibition in Philadelphia’’ (Ph.D. diss., University of California, Berkeley, 1994).

14


5

Lihat Leo LaMontagne, American Library Classification, with Special Reference to the Library of Congress (Hamden, Conn.: Shoe String Press, 1961); W. C. Berwick Sayers, A Manual of Classification for Librarians and Bibliographers (3d ed., rev. London: A. Deutsch, 1959); dan Henry Evelyn Bliss, The Organization of Knowledge in Libraries, and the Subject Approach to Books (2d ed., rev. New York: H. W. Wilson, 1939). 6

John Phillip Comaromi, The Eighteen Editions of the Dewey Decimal Classification (Albany, N.Y.: Forest Press, 1976), chs. 1 dan 2. Kutipan-kutipan diambil dari halaman 7, 14, 20, 29, dan 32. Lihat juga Natale Battezzati, Saggio di Catalogo; col Sistema da Lui Proposto ed Adottato dal Congresso Tipografico-Librario Tenutosi in Napoli nel mese de Settembre 1871 (Milano, 1872); dan Enzo Bottasso, La Biblioteca Pubblica: Esperienze e Problemi (Torino: Associazione Piemontese dei Bibliotecari, 1973), 177–207.

7

Charles C. Jewett, A Plan for Stereotyping by Separate Titles, and for Forming a General Stereotyped Catalogue of Public Libraries in the United States. (Washington, D.C.: Government Printing Office, 1851).

8

Lihat ‘‘Extracts from MD’s comments on books he had read,’’ Box 27, Melvil Dewey Papers, Rare Books and Manuscripts Reading Room, Columbia University, New York, New York (hereafter cited as Dewey MSS). Buku catatan harian yang asli sebagai sumber kutipan ini ditulis di Lindsley’s Tachigraphy, sebuah model tulisan stenografi masa akhir abad ke-19 yang Dewey gunakan selama hayatnya. Kata-kata yang dikutip dalam artikel ini berasal dari buku-buku catatan harian yang merupakan hasil transkripsi oleh Robert Hood, sekretaris pribadi Dewey selama dua tahun dari akhir hayat Dewey (1929–1931) untuk Grosvenor Dawe, penulis biografi Dewey. (Lihat Dawe’s Melvil Dewey, Seer:Doer:Inspirer,1851–1931 [Lake Placid, N.Y., 1932].) Penulis sudah mengubah transkripsi Hood, yang ditulis dalam ejaan yang diringkas ala Dewey, menjadi ejaan umum agar menjadi jelas dan nyaman dibaca. 9

Buku catatan harian Dewey, 2 Februari 1873, Box 32A, Dewey MSS.

10

Buku catatan Dewey, 22 Februari 1873, Box 99, Dewey MSS. Leidecker belum membaca entri ini untuk artikelnya di Library Quarterly. 11

Nathaniel B. Shurtleff, A Decimal System for the Arrangement and Administration of Libraries (Boston: Privately Printed, 1856). Dewey sudah tertarik pada sistem metrik sejak ia berusia 16 tahun. Ia menulis sebuah karangan tentang sistem metrik pada 1867 dan mengunjungi Boston’s Sealer of Weights and Measures pada 1871 ‘‘untuk menyampaikan ketidaksukaanku pada sistem yang rumit saat ini.’’ Lihat Buku catatan harian Dewey, 12 Oktober 1867; dan 11 April 1871, Box 35A, Dewey MSS. Barangkali karena Maass tidak mempedulikan minat awal Dewey pada sistem metrik, ia beranggapan bahwa minat Dewey itu berasal dari pembacaannya atas klasifikasi Blake. Lihat Maass, ‘‘Who Invented Dewey’s Classification?,’’ 341. Sungguh mengejutkan, para sejarawan yang mengeksplorasi asal-usul DDC tak satupun yang menyebutkan adanya keterkaitan antara Shurtleff dengan sistem Dewey. Ini berarti mereka tak melihat Shurtleff, dan barangkali kebanyakan dari mereka tak peduli pada keberadaan pamflet tersebut. Dewey tak menyebut Shurtleff pada bagian pendahuluan dari publikasi karya edisi perdananya, ia juga tak menyebut Shurtleff dalam artikelnya di Library Journal yang terbit pada tahun 1879 (Lihat Library Journal 4 [Februari 1879]: 61). Comaromi mengutip artikel ini namun ia tak berhasil memberikan petunjuk berdasarkan tulisan tersebut (Lihat Comaromi, Eighteen Editions, 630). Ainsworth Rand Spofford, seorang pustakawan dari Library of Congress ketika Dewey mendaftarkan karyanya untuk memperoleh hak cipta pada tahun 1876, mencatat: ‘‘Apa yang dikenal dengan klasifikasi persepuluhan atau sistem Dewey sejatinya adalah berasal dari anjuran N. B. Shurtleff.’’ Lihat Ainsworth Rand Spofford, A Book for All Readers (New York: G. P. Putnam’s Sons, 1900), 269.

12

Buku catatan, 7 Maret 1873, 29 April 1873, dan 19 Juni 1873, Box 99, Dewey MSS. Meski buku catatan dan buku catatan hariannya tak mencerminkan hal tersebut, Dewey bisa jadi pula membaca publikasi dari Komisi Perayaan seabad kemerdekaan Amerika yang dikirim ke Amherst pada awal 1873, yang mana pamflet setebal 42 halaman itu berisi tentang sistem klasifikasi desimal dan notasi yang menjadi basis interpretasi Maass. Perihal komentar Dewey atas Shurtleff sebanyak dua kali, namun tak menyebut tentang laporan Komisi Perayaan seabad kemerdekaan Amerika yang tak mempengaruhinya meski ia sudah membacanya, dengan begitu, Maass bisa saja keliru. 13

Buku catatan, 11 Maret 1873 dan 22 Maret 1873, Box 99; Buku catatan harian Dewey, 1 April 1873, dan Schwartz pada Dewey, 20 Februari 1873, Box 35A, Dewey MSS.

15


14

Dokumen aslinya terdapat di dalam amplop yang bertanda ‘‘Sumber Sejarah Khusus tentang Melvil Dewey,’’ unmarked box, Lake Placid Education Foundation Records, Lake Placid, New York. 15

Comaromi membahas tentang pengaruh pemikiran Hegel pada skema Harris di halaman 25–7. Untuk pembahasan lebih lengkap mengenai pengaruh Bacon pada skema klasifikasi di Amerika, lihat LaMontagne, American Library Classification, 156–62. 16

Buku catatan Dewey, 19 Juni 1873, Box 99; Buku catatan harian Dewey, 21 April 1874, Box 35A, Dewey MSS.

17

Sejarah Amherst (sumber untuk tulisan ini) termasuk Claude Moore Feuss, Amherst: The Story of a New England College (Boston: Little, Brown & Co., 1935); William S. Tyler, A History of Amherst College During the Administration of Its First Five Presidents (New York: Frederick H. Hitchcock, 1895); Stanley King, ‘‘The Consecrated Eminence:’’ The Story of the Campus Buildings of Amherst College (Amherst, Mass.: Amherst College, 1951); dan Thomas Le Duc, Piety and Intellect at Amherst College, 1865–1912 (New York: Arno Press, 1969). 18

Untuk pembahasan yang baik perihal perkembangan konsep tentang obyektivitas pada abad ke-19 yang ditentukan oleh kalangan laki-laki dengan kultur WASP, lihat Mary O. Furner, Advocacy and Objectivity: A Crisis in the Professionalization of American Social Science, 1865–1905 (Lexington: University of Kentucky Press, 1975); Thomas L. Haskell, The Emergence of Professional Social Science: The American Social Science Association and the Nineteenth Century Crisis of Authority (Urbana: University of Illinois Press, 1977); Thomas L. Haskell, ed., The Authority of Experts: Studies in History and Theory (Bloomington: Indiana University Press, 1984); dan khususnya Dorothy Ross, The Origins of American Social Science (Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1991), chs. 2– 4. 19

Kampus Amherst, Catalogue of the Officers and Students of Amherst College for the Academical Year, 1873–4 (Amherst, Mass.: Amherst College, 1873). Lihat juga Cornelius H. Patton dan Walter Taylor Field, Eight O’Clock Chapel: A Study of New England College Life in the Eighties (Boston: Houghton Mifflin, 1927). 20

Lihat Le Duc, Piety and Intellect, 26, 72, dan 98.

21

Feuss, Amherst, 159; Patton dan Field, Eight O’Clock Chapel, 59, 150. Lihat juga J. Edmund Welch, Edward Hitchcock, M.D.: Founder of Physical Education in the College Curriculum (Greenville, N.C.: East Carolina College, 1966), 162; dan Edward Hitchcock, An Abstract of Lectures on Health to the Freshmen of Amherst College, 1880 (Amherst, Mass.: Press of C. A. Bangs & Co., 1880).

22

Denison Olmsted, An Introduction to Natural Philosophy: Designed as a Textbook for the Use of Students in College, 2nd ed. rev., by E. S. Snell (New York: Collins & Brother, 1870).

23

Untuk referensi Snell tentang ‘‘Fisika,’’ lihat ibid., iii. Comaromi menggunakan pemikiran Alexander Bain Logic: Deductive and Inductive (New York: D. Appleton, 1889) untuk menjelaskan rangkaian ini. Tak ada bukti bahwa Dewey pernah membaca edisi yang lebih awal karya Bain. 24

Le Duc, Piety and Intellect, 42. Lihat juga Ernest Sutherland Bates, ‘‘Hickok, Laurens Persius,’’ Dictionary of American Biography, Vol. V (New York: Charles Scribner’s Sons, 1932), 5–6. 25

Laurens P. Hickok, Empirical Psychology; or, The Human Mind as Given in Consciousness (New York: Iveson, Blakeman, Taylor & Co., 1854); A System of Moral Science (New York: Iveson, Phinney & Co., 1853). Edisi hasil editorial oleh Seelye atas karya Hickok terbit pada 1880.

26

Burgess, Reminiscences, 53. Untuk pemaparan lebih rinci mengenai pengaruh pemikiran Hegelian yang disampaikan oleh Seelye kepada para mahasiswanya, lihat Ralph Gordon Hoxie, ‘‘John W. Burgess, American Scholar, Book 1: The Founding of the Faculty of Political Science’’ (Ph.D. diss., Columbia University, 1950), 51–4.

16


27

Buku catatan harian Dewey, 5 Februari 1875, 2 dan 7 Juni 1875, Box 35A, Dewey MSS. Lihat juga Laurens P. Hickok, Empirical Psychology; or, The Science of Mind From Experience. Revised with the Co-operation of Julius P. Seelye (Boston: Ginn, Heath, & Co., 1882), 34–8; dan Comaromi, Eighteen Editions, 39.

28 29

Lihat Hoxie, ‘‘John W. Burgess,’’ 7–16, 51–60, dan 147–9. Burgess, Reminiscences, 52–7.

30

Buku harian Dewey, 1 dan 8 Juni 1875, Box 35A, Dewey MSS. Lihat juga Le Duc, Piety and Intellect, 54; Hoxie, ‘‘John W. Burgess,’’ 52–3; dan Ross, The Origins of American Social Science, 85–97. 31

Buku harian Dewey, 5 Februari 1875, 22 Mei 1875, 1 Juni 1875, 2 Juni 1875, 7 Juni 1875, 8 Juni 1875, dan 29 November 1875, Box 35A, Dewey MSS. Lihat juga Comaromi, Eighteen Editions, ch. 2; Burgess, Reminiscences, 218; dan Amherst Student 7 (19 September 1874): 11–17. Lihat juga Dewey kepada Biscoe, 19 Januari 1875, James I. Wyer Autograph Collection, American Library Association Archives, University of Illinois Archives, Urbana, Illinois; Frederick Beecher Perkins kepada Dewey, 19 Juni 1874, Box 33; dan E. E. Hale kepada Dewey, 19 Juli 1874, Box 31A, Dewey MSS. 32

Sepuluh tahun belakangan ini terbit beberapa buku yang membahas tentang konsep “diskursus”. Kebanyakan buku ini mengacu pada karya Michel Foucault, pengarang buku The Archaeology of Knowledge (New York: Harper & Row, 1976); The History of Sexuality (New York: Pantheon Books, 1978); Madness and Civilization: A History of Insanity in the Age of Reason (New York: Vintage Books, 1973); dan The Order of Things: An Archaeology of the Human Sciences (New York: Pantheon Books, 1971). Lihat juga Hubert L. Dreyfus, Michel Foucault: Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago: University of Chicago Press, 1983). Akademisi ilmu perpustakaan belum menggunakan konsep ini untuk mengkaji tentang sistem klasifikasi, petunjuk tentang kemungkinan ini dijelaskan oleh Pierre Bourdieu dalam karyanya Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste (New York: Routledge, 1984). Dalam membahas tentang selera kultural, ia berpendapat: ‘‘Taste classifies, and it classifies the classifier’’ (6). Jika diterapkan pada kepustakawanan, maka logika ini memberi keterangan tentang pustakawan yang melakukan klasifikasi (atau pustakawan yang menerima tanpa mempertanyakan lagi sistem klasifikasi yang sudah baku seperti DDC dan LC) maka itu berarti merekapun sudah “terklasifikasi” oleh sistem klasifikasi. Tinjauan ringkas mengenai potensi penerapan konsep tentang formasi diskursif pada kajian kepustakawanan, lihat Gary P. Radford, ‘‘Positivism, Foucault, and the Fantasia of the Library: Conceptions of Knowledge and the Modern Library Experience,’’ Library Quarterly 62 (Oktober 1992): 408–24; Bernd Frohmann, ‘‘The Power of Images: A Discourse Analysis of the Cognitive Viewpoint,’’ Journal of Documentation, 48, no. 4 (1992): 365–8; serta John M. Budd dan Douglas Raber, ‘‘Discourse Analysis: Method and Application in the Study of Information,’’ Information Processing & Management 32, no. 2 (1996): 217–36. 33

American Library Journal 1 (30 November 1876): 141. lihat juga Melvil Dewey, ‘‘A Decimal Classification and Subject Index,’’ pada Biro Pendidikan. United States Department of Interior, Public Libraries in the United States of America. Their History, Condition, and Management: Special Report, Part 1 (Washington, D.C.: Government Printing Office, 1876), 625–46.

17


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.