1 minute read
Terkontaminasi Air Kotor Saat Pengolahan Makanan
Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor beberkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan, terhadap kasus keracunan di wilayah
Desa Pangradin Kecamatan Jasinga, beberapa waktu lalu.
”HASIL pemeriksaan laboratorium belum lama ini terhadap enam sampel makanan dan sumber air bersih dari dugaan penyebab keracunan makanan di Jasinga dengan empat variabel yang diperiksa, dua sampel air bersih positif yaitu sumur resapan positif Staphylococcus aureus dan sumur gali positif
Bacillus sp,” ungkap Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Adang Mulyana, Jumat (7/4). Adang menjelaskan dengan ditemukannya dua jenis pemeriksaan sangat dimungkinkan telah terjadi kontaminasi, dari sumber air pada bahan makanan saat pengolahan atau proses penyajian. ”Dilihat dari kondisi sumber air memang belum memenuhi syarat sanitasi di antaranya jarak dengan sumber pencemar (saluran pembuangan air kotor dll) kurang dari 11 meter,” jelasnya. Berdasarkan temuan tersebut pihak puskesmas akan melakukan penyuluhan tentang pemenuhan syarat, sanitasi sumber air bersih seperti sumur gali harus di plester (casing) ke bawah.
”Jadi sekitar sumur gali harus diplester (kedap air) minimal satu meter dan bibir sumur di tembok sekitar 0,8 meter dan jarak dengan sumber pencemar minimal 11 meter,” kata Adang.
Selain itu, pihaknya juga melakukan penyuluhan tentang higiene sanitasi pengolahan makanan dan sosialisasi kepada masyarakat ketika akan melaksanakan kenduri, atau kegiatan besar lain kepada puskesmas untuk diberikan penyuluhan tentang kesehatan pangan.
”Air yang mengkontaminasi bisa waktu pengolahan bahan makanan, masak atau alat yang digunakan, kalau dari sampel jenis kimia tidak diperiksa di lihat masa inkubasi tidak mengarah ke kimia,” cetus dia. Adang menambahkan, kalau ada zat kimia biasanya masa inkubasi yang sangat cepat bahkan kadang kurang dari 30 menit. Jadi tidak mengarah ke kimia dulu ”Untuk bakteri sebenarnya di beri kaporit juga untuk sumur sudah cukup, kalau biologi seperti ini asal penanggulangan cepat seperti kemarin, alhamdulillah bisa tertanggulangi semua, tapi jika dibiarkan bisa saja menimbulkan hal lain,” tambah dia. Dia juga mengaku untuk pengguna air sumur terutama saat akan dikonsumsi harus dimasak dulu sampai matang, supaya bakterinya mati semua. ”Paling yang efektif masak air sampai matang. Sama kalau ada hajatan atau yang ada kegiatan masak besar bisa lapor puskesmas dulu, untuk diberi arahan kesehatan pangan. Kalau di Puskesmas Jasinga kebetulan ada petugas sanitasinya,” ungkap dia. Namun untuk meningkatkan pemahaman terhadap sosialisasi sanitasi butuh waktu dan menjadi kendala, karena biayanya juga cukup besar.
”Memang kendala di situ karena memang biayanya juga cukup besar, tapi yang paling mungkin plester di sekitar sumur dan bibir sumur serta jarak dari sumber pencemar minimal 11 meter,” kata dia. (Abi/c)