3 minute read

Di Mana Perlindungan Negara?

MARAKNYA pemutusan hubungan kerja menjelang hari raya ‘Idul Fitri, salah satunya yang terjadi di sebuah pabrik tekstil PT Tuntex Garment, yang berlokasi di Cikupa, Kabupaten Tangerang. Pabrik tersebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.163 pekerjanya. Pabrik tersebut banyak memproduksi baju kenamaan dunia, seperti Puma, dan brand asal Amerika Serikat, yaitu Nike sempat mempercayakan produksinya pada pabrik ini.

Jebakan Judi dan Pinjol

SUDAH seperti hal yang lumrah di masyarakat, istilah judi online dan pinjaman online atau yang sering disebut pinjol ini berseliweran di tengah-tengah mereka. Bahkan tidak sedikit yang telah terjerat di antara keduanya. Apa yang membuat mereka dengan ‘suka rela’ menenggelamkan diri dalam lubang dosa perjudian dan riba ini?

Salah satu faktor terkuat adalah kondisi ekonomi seseorang. Jika kita lihat realita yang ada, kebanyakan ‘pemain’ ini adalah dari kalangan menengah kebawah. Meskipun ada juga dari ekonomi menengah ke atas. Mereka mempertaruhkan uang yang tidak seberapa untuk mendapatkan keuntungan berlipat ganda, dan jika modal mereka habis, pinjol dengan senang hati menawarkan jasa mereka dengan rayuan manis dan proses yang sangat mudah. Siapa yang tidak akan terlena?

Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi fenomena ini?

Seorang pemain judi ibarat seorang peminum yang sudah kecanduan alkohol. Akan sulit baginya menahan diri untuk tidak kembali ke dunia perjudian dan membuatnya akan terus menerus mencoba bermain hingga menang.

Jika ada keberuntungan dan menang, ingin mendapatkan yang lebih lagi, begitu seterusnya. Padahal, perjudian itu mengundi nasib yang tak pasti, bisa jadi menang tapi kalah lebih mendominasi.

Apakah mereka masih bisa di selamatkan?

Tentu bisa. Dengan kita mengarahkan kembali mereka ke jalan yang benar, menjauhkan mereka dari segala hal yang berkaitan dengan judi online.

Memberikan pemahaman tentang keharusan untuk mencari rezeki melalui jalan yang di ridhoi penciptanya.

Dan yang terpenting adalah peran pemerintah untuk memblokir situs-situs judi online seperti ini. Jika bukan kepada pemerintah, kepada siapa masyarakat meminta perlindungan? Karena yang punya kuasa untuk menghapus sarana perjudian online adalah pemerintah.

Umma Athaya

Nasib Driver Ojol

PENGHASILAN driver ojek online (ojol) mengalami penurunan signifikan sejak beberapa tahun lalu. Dikabarkan, hal ini terjadi akibat potongan besar yang dilakukan oleh Gojek dan Grab (1/4). Seperti diketahui, keputusan Menteri Perhubungan (Menhub) No. 667/2022 telah menurunkan potongan komisi atau biaya sewa penggunaan aplikasi menjadi 15% dari sebelumnya 20%. Namun, aturan tersebut diubah kembali melalui keputusan Menhub No. 1001/2022 hanya dalam waktu dua bulan kemudian. Miris, nasib pekerja di negeri ini sungguh memprihatinkan. Disaat semua kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga, sedangkan lapangan kerja sulit didapat. Sementara, regulasi pemerintah hanya berpihak kepada pengusaha atau korporasi. Alhasil, pekerja layaknya sapi perah bagi pengusaha.

Bila kita telaah, ketidakjelasan nasib pengemudi ojol disebabkan oleh status mitra yang melekat pada pengemudi ojol. Pengusaha dengan prinsip kapitalistiknya, berusaha meraih keuntungan sebesarbesarnya dengan tidak memberikan status pekerja kepada pengemudi ojol. Status ini menyebabkan pengemudi ojol tidak mempunyai penghasilan yang pasti.

Eni Hartuti Cianjur

Gelobang PHK kembali mengancam ribuan buruh, lesunya ekonomi menjadi penyebabnya. PHK merupakan problem yang serius, karena akan berdampak pada kehidupan sebuah keluarga. Bisa dibayangkan, ada berapa kepala yang tidak bisa meme- nuhi kebutuhan hidup secara layak, melihat potret susahnya mendapatkan pekerjaan baru dan minimnya kepedulian pemerintah.

PHK adalah jalan pengusaha menyelamatkan asetnya tak peduli dengan nasib buruhnya.

Fenomena ini juga menunjukkan abainya negara atas nasib rakyatnya dalam menjamin kebutuhan pokoknya, apalagi dalam sistem kapitalisme negara hanya sebagai regulator. meyfatimah13@gmail.com

Remaja Salah Eksis, dalam Sistem Kapitalis

MARAKNYA kembali aksi tawuran sangat meresahkan banyak masyarakat. Seperti akhir-akhir ini yang terjadi tepatnya di Jalan Durian, Jagakarsa, Jakarta Timur. Polisi berhasil mengamankan 15 remaja yang terlibat dalam aksi tawuran. Diketahui peristiwa itu terjadi di malam hari. Dalam aksinya itu, mereka menggunakan sarung yang ujungnya diikat dengan batu sebagai media tawuran, Jum’at (23/03/2023).

Tak hanya itu, hal serupa juga terjadi di Purworejo, Jawa Tengah. Telah terjadi perang sarung antar-geng yang terjadi sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Tepatnya di Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo. Dalam insiden tersebut, polisi berhasil menyita barang bukti salah satunya berupa sarung yang sudah dimodifikasi untuk dijadikan senjata dalam perang sarung antar-geng tersebut. Polisi juga berhasil menangkap 13 orang sebagai tersangka, sementara puluhan lainnya kabur, Jum’at (23/03/2023).

Ya, maraknya kasus tawuran yang melibatkan para remaja saat ini, menjadi cerminan banyak hal. Diantaranya, gagalnya sistem pendidikan dalam mengarahkan kepribadian generasi muda dalam mengekspresikan diri dengan cara yang tepat. Akibatnya, para generasi muda ini bebas melakukan apapun yang mereka kehendaki. Adapun maraknya aksi perang sarung yang terjadi di kalangan pelajar menunjukkan bobroknya pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan saat ini gagal mencetak generasi yang berakhlak mulia, saling menghormati, dan menyayangi. Sejatinya, bukan hanya aksi tawuran dan perang sarung saja, masih banyak hal lain yang menggambarkan kenakalan remaja di negeri ini sudah dalam level darurat. Seperti geng motor, pembunuhan, seks bebas, hamil di luar nikah dll.

Potret buram remaja saat ini adalah buah dari sistem kapitalisme sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Selain itu adanya paham liberal, yakni menjunjung tinggi kebebasan. Paham yang membuat generasi muda tidak mengetahui tujuan diciptakannya manusia di muka bumi, tidak mengetahui jati diri yang sesungguhnya. Akibatnya mereka kehilangan arah dan merasa bebas berekspresi apa saja, tanpa melihat baik atau buruk. Dalam hal ini, sangat penting peran negara untuk membentuk karakter para pemuda yang hakikatnya kelak sebagai penerus masa depan bangsa. Untuk mewujudkan hal itu, perlu adanya peran negara dalam memberikan sistem ekonomi yang menjamin kesejahteraan dan mencegah kedzaliman.

Nurul Farida Bogor

This article is from: