8 minute read
Juni Rachman
POLRESTA BOGOR KOTA FOR RADAR BOGOR OPERASI: Anggota Polresta Bogor Kota saat menyisir warung kelontong yang menjual miras di beberapa titik, Minggu malam (15/1).
Miras Merajalela, Polisi Terus Sita
BOGORPolresta Bogor Kota melalui Tim Kujang menyita puluhan botol minuman keras (miras) dari sejumlah warung kelontong sekitar Kawasan Alun-Alun, dan Plaza Jambu Dua, Minggu (15/1) malam. Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso mengatakan, ope rasi miras tersebut mengarah pada warung kelontong sepanjang Jalan Dewi Sartika, hingga sepanjang jalan Warung Jambu.
Bismo menyebutkan, miras yang disita berasal dari berbagai jenis. Mulai dari anggur, arak, tuak, hingga ciu yang dibungkus dalam bungkus plastik.
Sementara itu, Kasat Resnarkoba Polresta Bogor Kota, Kompol Agus Susanto, menyebutkan, ada beberapa titik yang menjadi daerah pantauan kepolisian dalam operasi miras.
Oleh karena itu, sambung Agus, polisi bersama TNI dan Satpol PP terus melaku k an operasi di dua titik tersebut. Termasuk melakukan tindakan terhadap para peda gangnya.
“Kami lakukan pendataan, kemudian juga ada beberapa tempat yang dilakukan tindak pidana ringan (tipiring). Tipiring ini kami lakukan langsung di tempat atau bisa diajukan ke pengadilan,” kata Agus.
Di samping itu, lanjut dia, hasil pemantauan di lapangan, masih banyak pembeli miras yang masih berstatus sebagai pelajar. Sehingga tak jarang pihaknya juga melakukan pendataan terhadap para pembeli miras.
“Karena salah satu yang ja di penyebab, tadi disampaikan penyebab tawuran itulah meng konsumsi minuman beralkohol,” tutup dia.(ded/c)
Monyet Ekor Panjang Teror Warga
BOGORSudah empat hari, warga Perumahan Bukit Cimanggu City diteror seekor monyet liar berjenis ekor panjang itu. Berun tung, monyet tersebut berhasil ditangkap pada Minggu (15/1).
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Damkar Kota Bogor, M Ade Nugraha mengatakan, keberadaan monyet liar ini meresahkan warga.
“Setelah mendapat laporan dari warga, kami langsung datang ke lokasi untuk menangani monyet liar itu,” kata M Ade, Senin (16/1).
Sesampainya di lokasi, dijelaskan Ade, petugas langsung memancing monyet liar itu dengan menggunakan makanan. Tak lama, monyet ekor panjang ini berhasil ditangkap dan diamankan.
Meski sempat dilaporkan menyerang warga, Ade menyebut, hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku jadi korban dari monyet liar itu.
“Yang penting, saat ini warga sudah aman dari adanya monyet tersebut,” tukas Ade. (ded/c)
DITANGKAP: Petugas Damkar Kota Bogor mengamankan monyet berjenis ekor panjang di Perumahan Bukit Cimanggu City.
DAMKAR FOR RADAR BOGOR
Tarif GOR Mini Terlalu Mahal
Sambungan dari Hal 12
Namun, usulan tarif tersebut nyatanya dikeluhkan warga. Dari penelusuran Radar Bogor, sejumlah warga mengaku kaget, dengan usulan tersebut.
Misalnya diungkap salah satu mahasiswa Universitas Pakuan, Fachry Dwinugraha (21). Ditanya Radar Bogor, mahasiswa Ilmu Komunikasi Unpak ini mengaku kaget, ketika tahu bahwa harga sewa minimal Rp500 ribu.
“Kirain saya, GOR yang katanya untuk masyarakat, dikasih harga yang murah banget gitu, taunya mahal juga,” ungkap dia kepada Radar Bogor.
Menurut Fachry, tarif tersebut mungkin lebih cocok diberikan untuk perusahaan atau orang kantoran. “Kalau mahasiswa atau warga, kayanya kita pikirpikir lagi deh,” beber Fachry. Usulan tarif tersebut dikeluhkan Ketua Karang Taruna Kecamatan Bogor Utara, Ade Saefudin. Menurut Ade, tarif sebesar itu terlalu tinggi untuak para pemuda. Terlebih, sudah sejak lama mereka berlatih di lapangan itu.
“Harga Rp500 ribu-Rp1 juta untuk 2 jam terlalu tinggi. Kalau di bawah itu mungkin mereka akan lebih antusias. Kalau tarifnya segitu mungkin bisa diterapkan ke orang luar,” ujar dia.
Ade berharap, ada kebijak an yang dikeluarkan pihak
Vihara Dhanagun Berbenah
Sambungan dari Hal 12
“Kegiatan ini dilakukan agar memudahkan umat saat menancapkan hio atau dupa, khususnya saat ibadah nanti,” beber dia.
Sementara ritual lainnya, adalah membersihkan patung dewa, pada Senin (16/1). Pengurus Harian Vihara Dhanagun, Ayung Kusuma mengatakan, mencuci patung dewa-dewi merupakan salah satu usaha mereka, dengan harapan mendapat berkah dalam kehidupan di tahun mendatang. Juga berharap mendapatkan kesehatan dan keselamatan.
“Itu, kan harapan manusia. Saya ingin timbul keakuran dan kedamaian,” kata Ayung.
Dalam ritual memandikan patung dewa dewi, lanjut dia, memiliki tanggal khusus dan tidak bisa dilakukan secara sembarang. Diperlukan ritual khusus seperti sembahyang, yang biasanya digelar pada malam sebelum pencucian.
Itu bertujuan, untuk mengantar dewa-dewi yang
ada di dalam setiap patung menuju langit. Di mana, dewa dewi yang berada di langit itu nantinya akan melaporkan keadaan dunia. “Begitu kami yakini dewadewi sudah naik ke langit, barulah kami bersihkan patu ng atau rupang, karena kondisinya sedang kosong,” terang Ayung. (ded/c) Ciptakan Solusi Praktis
Mandi Tanpa Air
Sambungan dari Hal 12
Banyak alasan bagi tiap orang di waktu-waktu tertentu, tidak sempat mandi jika akan berpergian. Entah itu malas, kedinginan untuk mandi pagi, mati air, sedang diperjalanan, ataupun alasan lainnya.
Mungkin, peluang mengatasi alasan-alasan ini yang masih terbuka lebar, dilihat para mahasiswa IPB University, dengan menciptakan sebuah inovasi. Mereka berhasil menciptakan sabun yang tidak perlu dibilas penggunaannya.
Sabun ini diciptakan oleh tiga mahasiswa jurusan Teknik dan Manajemen Lingkungan dan satu mahasiswa jurusan Komunikasi Digital dan Media.
Pembuatan sabun dilakukan di Laboratorium Kimia yang terletak di kampus Gunung Gede, Sekolah Vokasi IPB University.
Dry Bath adalah sabun berbentuk cair yang hadir untuk menjawab permasalahan yang sering dihadapi oleh orangorang yang memiliki waktu terbatas, keadaan mendesak, dan permasalahan mengenai limbah cair.
Dengan menyemprotkan sabun ke bagian tubuh lalu mengusap menggunakan tangan, pengguna dapat merasakan manfaat seperti mandi pada umumnya.
Dry Bath diciptakan melalui Program Kreativitas Mahasis wa (PKM) yang diselenggara kan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) RI.
Tim PKM Dry Bath terdiri dari Fadila Maulia Suherman, Allisya Zahra Saadiya, Khairunnisa Dwi Rahmadhiani, dan Muhammad Zacky Prayudha.
Fadila, selaku ketua tim mengatakan, latar belakang pembuatan sabun dry bath adalah karena keterbatasan air ketika mendaki gunung.
“Karena saya suka naik gunung, sehingga badan berkeringat, sedangkan sulit mencari air buat mandi, kalau bawa-bawa galon juga berat malah makin merepotkan. Tetapi, kita sebagai pendaki juga butuh mandi karena di alam bebas rentan terkena debu dan kotoran atau semacam nya,” ungkap Fadila.
Dengan bimbingan Derry Dardanela, Fadila beserta tim menciptakan inovasi Dry Bath.
Menurut Fadila, inovasi Dry Bath ini memiliki beberapa keunggulan yaitu sabun ini tidak perlu dibilas dengan air.
Tidak hanya itu, penggunaan yang praktis membuat waktu menjadi efisien, meminimalisir limbah cair yang masuk ke badan air, memiliki kadar alkohol yang rendah, dan juga sabun ini memiliki bahan aktif, antioksidan, dan antibakteri.
Mahasiswa IPB University itu menyebut, Dry Bath diperuntukkan bagi traveler yang senang bepergian jauh, para pendaki gunung yang kesulitan mencari air, dan orang yang sedang sakit namun tidak memungkinkan untuk mandi.
Tidak terbatas itu, mahasiswa pun ternyata juga membutuhkan sabun tanpa bilas ini karena seringkali mereka terlambat akibat kesiangan.
“Jadi, Dry bath tidak ter ba tas oleh siapa saja yang dapat menggunakannya,” kata Fadila.
Selain mengatasi keadaan mendesak, katanya, Dry Bath juga menjadi solusi untuk mengurangi limbah cair yang masuk ke badan air.
Limbah cair bisa berasal dari detergen, air cucian, maupun sabun mandi yang biasa dipakai sehari-hari.
Limbah ini mampu berakib at fatal untuk sungai se hingga berbahaya bagi makhluk hi d up lainnya.
Dengan menggunakan Dry Bath, pengguna dapat mengurangi limbah berbaha ya karena sabun ini tidak perlu dibilas penggunaannya sehingga tidak ada limbah cair yang masuk ke dalam aliran sungai.
“Saat ini Dry Bath sudah diproduksi secara massal dan dipasarkan melalui berbagai media. Dry Bath bisa dibeli melalui pemesanan di whatsapp, instagram dan e-commerce,” tutup Fadila. (cr1) pengelola terkait tarif harga tersebut. Karena menurut nya, kemudahan masyarakat menggapai fasilitas juga akan memaksimalkan para pe muda meraih prestasi yang lebih baik.
“Kami sudah berlatih sejak lama di tempat itu, bahkan sebelum dibangun GOM. Setiap RW punya tim sepak bola dan terjadwal berlatih di sana. Termasuk saya yang berlatih setiap hari Minggu bersama tim Cimahpar All Star. Banyak bibit-bibit yang perlu kemudahan mengakses fasilitas agar dapat mendorong prestasi Kota Bogor juga,” ucap Ade.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bogor, Herry Karnadi mengatakan, pengenaan ta ri f penggunaan GOM mini saat ini baru akan diusulkan melalui revisi Perda Retribusi ke DPRD Kota Bogor.
Pembahasan pengenaan tarif tersebut, baru akan dibahas pada masa sidang kedua, yang berlangsung pada Januari hingga April mendatang.
Dijelaskan Herry, besaran tarif yang diusulkan, minimal Rp500 ribu, dan tarif maksimalnya Rp 1 juta per dua jam. Tarif ini nantinya hanya berlaku untuk penggu naan lapangan bola dengan rumput sintetis.
Sedangkan untuk penggunaan lapangan basket, voli, bulutangkis indoor, akan menerapkan tarif yang telah diberlakukan dengan GOR Pajajaran. Yaitu dikisaran Rp30 ribu per jam. (cr1/ded/c)
DPRD: Hanya Bisa Dinikmati Kalangan Berduit
Sambungan dari Hal 12
Pembangunan GOM ini, kata dia, adalah upaya pemkot untuk masyarakat, agar mudah mendapatkan atau menjangkau layanan olahraga.
“Tapi kalau tarifnya mahal dan tidak terjangkau, lalu siapa yang bisa menikmati? Pastinya kalangan masyarakat yang punya uang saja,” tegas dia kepada Radar Bogor, Senin (16/1).
Dia juga mempertanyakan kajian atas rencana dan konsep pengelolaan GOM. “Dari awal DPRD sudah memberi peringatan. Kalau ada pembangunan, jangan hanya membangun tanpa disertai konsep pengelolaannya seperti apa?” ujar ASB -sapaannya-. Dia berkaca pada masalah GOR Pajajaran yang sudah lebih dulu berdiri. Menurutnya, karena kurang dikelola dengan baik, gedung itu kini terkesan
kumuh. Padahal baginya, GOR Pajajaran adalah etalase olahraganya Kota Bogor. Saeful juga mengatakan, kajian pengelolaan seharusnya sudah ada secara simultan saat GOM dibangun. “Kalau seperti ini seolah-olah dilematis. Sudah ramai dipakai tapi pengelolaannya belum jelas terkait dengan penga wasan, kebersihan, dan pera watannya. Bagaimana Dispora mengatasi ini?,” tutup dia. (cr1/c)
Warga Botim Masih Banyak
BAB Sembarangan
Sambungan dari Hal 12
Untuk mengatasi masalah itu, kata dia, kecamatan terus mengajukan beberapa bantuan. Seperti yang baru-baru ini diberikan Kementerian Sosial pada 2 titik kelurahan, yakni Baranangsiang dan Sindangrasa.
“Besarannya masing-masing Rp150 juta dan Rp90 juta yang dapat membangun di sekira 30-40 rumah. Di beberapa bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) juga akan di bangun kan septic tank,” terang dia.
Rena menargetkan, akan me nyelesaikan persoalan tersebut di Tajur dan Sindang rasa, saat memasuki bulan Ramadan. “Nantinya septic tank itu tidak dibangun secara fisik namun dikoneksikan dengan sistem sharing bersama tetangga,” jelas dia.
Lainnya, Rena membeberkan, ada sebanyak 1.010 usulan yang masuk dalam Musrenbang tahun 2024 melalui aplikasi SIAPMANG. Namun wilayahnya hanya mendapat kuota 48 usulan prioritas atau 8 usulan per kelurahan.
Menurutnya, 48 usulan tersebut terdiri dari usulan di bi dang fisik, sosial, pemerin tahan, dan ekonomi. “Usulan paling ur g en t yakni terkait dengan pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) dan perbaikan drainase,” ujar Rena.
Wilayah yang mengajukan usulan itu, yakni Kelurahan Tajur, Sindangrasa, Katulampa, dan Sukasari.
Di samping itu di bidang ekonomi, Kecamatan Bogor Timur mengusulkan adanya pelatihan dan bantuan permodalan UMKM, sertifika si halal, dan bantuan modal untuk koperasi.
Pada bidang pemerintahan wilayah ini mengusulkan penyediaan alat pemadam kebakaran berupa pompa portable di Sukasari, hydran air di Sindangsari, dan hydran portable di Tajur. Sementara Kelurahan Katulampa mebgusulkan adanya web site e-RW. (cr1/c)