1 minute read

Maling Burung Berkeliaran di Megamendung

MEGAMENDUNG–Bagi warga

Puncak, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor yang memelihara burung, harus lebih waspada.

Pasalnya, maling spesialis burung kicau berkeliaran di Kecamatan Megandung. Dalam sepekan, sudah tiga burung kicau yang digondol maling. ”Iya sudah tiga kali kejadian,” kata Mahdi, warga Kampung Gadog RT 03/03, kecamatan Megamendung kepada Radar Bogor, Jumat (27/1).

Tampang maling spesialis burung kicau di kawasan Puncak itu terekam CCTV. Pria dalam rekaman CCTV itu mengenakan sweater berwarna hijau dan celana hitam.

Dalam aksinya, maling mengendap

Kebakaran, Kakak Beradik

Tewas Berpelukan

dengan cara melepas alas kaki dan berjalan jinjit, agar tidak diketahui pemilik burung.

Dalam rekaman CCTV juga terlihat maling spesialis burung kicau itu mengendap-endap dan sempat memilih burung yang akan dicuri. ”Rambutnya pendek agak ikal, badannya kurus. Saya tanya ke warga sekitar gak ada yang kenal, sepertinya warga luar yang maling,” tutur dia.

Iapun berharap, petugas kepolisian dari Polsek Megamendung bisa segera mengungkap maling spesialis burung tersebut. Karena sudah sangat meresahkan. ”Saya harap bisa segera ketangkap sih,” tukas Mahdi. (all/c)

Ning itu memaparkan, ada beberapa faktor yang men jadi penyebab retensi plasenta.

Di antaranya, tidak cukup kontraksi, plasenta yang tumbuh ke dalam dinding rahim, leher rahim yang menutup, kelahiran yang lebih awal, terlahir dengan bentuk rahim yang tidak normal atau pernah melahirkan beberapa kali.

”Jika melihat kasus di Sukamakmur ini kan melahirkan anak keempat, kemungkinan penyebabnya pernah melahirkan beberapa kali atau tidak cukup kontraksi,” paparnya. Sementara itu, untuk gejala umum, dokter Ning menuturkan, ada beberapa gejala. Namun, paling umum, yakni kehilangan darah secara tiba-tiba.

Juga alami pendarahan yang mengancam nyawa. ”Jadi harus segera ditangani,” tukas dia. (all/c)

Anggaran Pembinaan Pelaku Wisata

Perlu Ditambah

PAMIJAHAN –Kasus pelecehan seksual yang dialami wisatawan di kawasan Kawah Ratu, Gunung Salak beberapa waktu lalu, masih menjadi sorotan publik. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan terduga oknum petugas Taman Nasional Gunung Halimum Salak (TNGHS) itu, dinilai merusak citra pariwisata di Kabupaten Bogor. Kepala Bidang Daya Tarik Pariwisata pada Dinas Budaya dan Pariwisata, Yogi Tritugastyo mengklaim persoalan tersebut telah diselesaikan pihak-pihak terkait. ”Sudah dijelaskan dan diselesaikan pihak taman nasional, yang bersangkutan (pelaku) diketahui bukan merupakan pegawai taman nasional, namun pegawai koperasi yang dikerjasamakan,” ungkap dia saat dihubungi Radar Bogor, Kamis, (26/1).

Meski demikian, pihaknya memberikan peringatan bukan hanya ke TNGHS, namun juga ke para pelaku wisata agar tidak mengulangi kejadian serupa. Di sisi lain, Yogi mengaku, banyak ruang yang disediakan untuk membina para pelaku wisata untuk melayani wisatawan dengan baik. ”Namun dengan banyaknya objek-objek wisata yang ada, dan juga keterbatasan anggaran, kami tidak bisa merangkul semua para pelaku wisata,” ucapnya.

Dengan keterbatasan yang ada, pihaknya terus berupaya melakukan sosialisasi serta imbauan melalui grup-grup komunikasi para pelaku wisata. Pihaknya berharap, para pelaku serta pengelola wisata juga dapat melakukan pengawasan, bukan malah merugikan wisatawan seperti kejadian yang viral tersebut.

”Seperti kasus tenda bergoyang di Gunung Salak juga, kami harap wisatawan tidak hanya mengurus tiket, juga melakukan pengawasan dengan sidak,” tukas dia. (cok/c)

This article is from: