5 minute read

Tempat Pengolahan Emas Ilegal Disegel

NANGGUNG–Pasca pembersihan penambang emas tanpa izin (Peti) beberapa tahun lalu, Polsek Nanggung mendapati satu bangunan yang kerap digunakan sebagai tempat pengolahan emas di wilayah Nanggung.

”Iya kami mendatangi lokasi penambangan emas ilegal yang diduga kembali terjadi di wilayah Kampung Ciguha Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung,” kata Kapolsek Nangggung AKP Jony Handoko kepada wartawan, Minggu (7/5).

TNGHS Kesulitan

Tertibkan

Tambang Liar

TAMANSARI–Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (TNGHS)

Kesulitan menertibkan tambang pasir dan batu ilegal di kaki

Gunung Salak, Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

”Kami sudah sering melakukan penyuluhan dan penertiban.

Namun saat kami pergi mereka (penambang ilegal) kembali beroperasi lagi,” kata Kasie Wil. IIBogor TNGHS, Dudi Mulyadi kepada Radar Bogor, Minggu (7/5).

Lanjut Dudi, keberadaan tambang pasir dan batu di hulu Sungai Citiis itu sudah berlangsung lama dan sudah menjadi mata pencaharian sejak puluhan tahun.

”Sudah ada sejak lama dan menjadi budaya serta mata pencaharian. Sehingga tidak mudah untuk ditertibkan,” paparnya.

Selain itu, ia berdalih, jumlah personel yang terbatas, tak bisa

Setiap waktu untuk menjaga kawasan tersebut bebas dari penambang pasti dan batu.

”Keterbatasan personel yang membuat kami tidak bisa mengawasi setiap saat,” akunya.

Sementara itu untuk lokasi penambangan ilegal batu dan pasir tersebut, kata dia berada di area perbatasan.

”Yang jadi lokasi penambangan itu perbatasan dengan kawasan TNGHS,” dalihnya.

Diberitakan sebelumnya, banjir bandang di aliran sungai Ciapus dan Sungai citiis, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor merupakan kali pertama terjadi.

Hal itu dikatakan Yandi, salah satu warga yang tinggal tidak jauh dari aliran Sungai Citiis.

”Kalau bandang seperti ini baru pertama kali. Sebelumnya gak sampai sebesar ini,” kata dia kepada Radar Bogor. Ia menuding, banjir bandang di aliran Sungai Citiis ini terjadi akibat kerusakan alam di hulu sungai Citiis akibat tambang pasir dan batu ilegal.

”Iya, di atas itu banyak yang nambang batu sama pasir. Sekarang sudah makin rusak,” paparnya.

Radar Bogor pun mencoba menelusuri lokasi tambang pasir dan batu ilegal tersebut. Lokasinya berada di perbatasan Desa

Sukamantri dan Desa

Tamansari.

Kondisi sungai tersebut terlihat cukup rusak. Tidak banyak batu kali besar di areal tambang ilegal tersebut. Batu kali besar yang alaminya memecah aliran sungai, kini kondisi sudah nyaris rata.

Terlihat pula sejumlah truk pengangkut batu dan pasti tambang ilegal di kaki gunung salak itu.

Sementara itu hasil penelusuran

Radar Bogor, dari lokasi tambang ilegal tersebut berada dalam peta

TNGHS.

Dikonfirmasi, Kepala Desa

Sukamantri, Hendi Haerudin tidak menampik adanya tambang batu dan pasir ilegal di kawasan

TNGHS tersebut.

”Iya, betul. Kami harap bisa segera ada penindakan. Apalagi melihat banjir bandang kemarin,” katanya kepada Radar Bogor.

Menurut dia, akibat penambangan batu dan pasir di hulu sungai Citiis itu, bisa menjadi bom waktu. Banjir bandang dengan kondisi lebih dahsyat ketimbang hari Kamis kemarin bisa terjadi kapan saja.

”Kalau tidak ditindak secara tegas, bisa berpotensi terjadi banjir bandang lebih besar,” papar dia. (all/c)

Ia mengatakan saat mendatangi ke lokasi tidak ditemukan adanya pengelola maupun pemilik tambang, dan hanya melakukan pemasangan Police Line. ”Kami akan kembali gencar patroli gabungan dengan unsur muspika dan pihak Antam,” jelasnya.

Jony menambahkan, petugas hanya menyegel satu lokasi milik warga sekitar dan bukan warga luar Nanggung. ”Hanya sebagian warga sekitar, dengan alasan untuk

Sejak 2020, Bendungan

Cibongas belum Diperbaiki

NANGGUNG–Pemerintah Desa Kalongliud Kecamatan Nanggung meminta Pemerintah Kabupaten Bogor, memperbaiki bendungan yang hancur diterjang banjir pada bencana 2020 lalu.

”Kondisi Bendungan Cibongas fungsinya untuk mengairi 2 kelompok tani (kelompok sukamaju dan Cempaka) luas lahan kurang lebih 80 hektar pesawahan,” ungkap Kepala Desa Kalongliud Jani Nurjaman kepada wartawan. Jani mengaku pasca bencana Alam tahun 2020, petani sampai saat ini tidak dapat bercocok tanam lagi akibat tak ada air.

”Walaupun ada yang bertani karena terpaksa faktor kebutuhan untuk jaminan hidup dengan mengandalkan air tadah hujan,” kata Jani. Namun tahun 2022 pernah dilakukan pembangunan sumber APBD kabupaten, tapi hanya dutambal perbaikan tembok bendungam yang ada.

”Tapi proyek tersebut tidak mengerjakan bendungan yang ambrol

(Rusak), sehingga bendungan tak berfungsi dan kondisinya sama sejak awal,” keluhnya. Pemerintah desa berharap respon dan tindakan pemerintah agar bendungan segera dilakukan perbaikan, agar lahan pertanian di 2 kelompk tani dapat berjalan normal. ”Kalau ada perbaikan minimal para petani bisa beraktivitas kembali, dan ladang pesawahan merupakan sumber kehidupan warga sekitar terutama untuk menjaga ketahanan pangan di desa,” tegas dia. Bahkan ia mencatat bahwa bendungan masuk sebagai Aset Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

”Menurut keterangan Dinas PUPR melalui UPT Insfrastruktur Air dalam rakor mingguan (minggon) di kantor Kecamatan Nanggung, tahun ini, tidak dianggarkan untuk rehabilitasi bendungan,” ucapnya Dampaknya, sebagian petani beralih komoditi menjadi tana man sayur mayur, sebagai kegiatan lain akibat tak ada aliran sungai. (Abi/c) memenuhi kehidupan sehari-hari saja, jadi mereka turun lagi sebagai penambang,” tutur dia.

Ketika ditanyai titik lain, dia mengaku tidak ada, itupun yang disegel sudah ditinggalkan pemiliknya.

”Informasi yang didapat kegiatannya baru dan belum lama, dan kami pastikan untuk penambang masih ada tapi skalanya kecil warga sekitar,” kata dia.

Alasannya, karena tidak memiliki pekerjaan lain jadi untuk memenuhi kehidupannya keluarga, mereka turun lagi sebagai penambang.

”Titik yang disegel jauh lokasinya berada di lereng dan masih lahan warga serta tak ada kaitan dengan Antam,” ungkapnya.

Bahkan ia menghimbau ke semua warga dan tokoh setempat agar menghentikan aktivitas tersebut, di samping membahayakan dan merusak lingkungan. ”Jenis alat pengolahan masih tradisional, tentu sangat bahaya dan merusak lingkungan sekitar,” kata dia. (Abi/c)

Kapolsek Leuwiliang Minta

Selektif Pengguna Sepeda Listrik

LEUWILIANG–Pasca kecelakaan sepeda listrik, Kapolsek

Leuwiliang Kompol Agus Supriyanto meminta jasa penyewaan agar lebih selektif dan tidak disarankan ke jalan raya.

”Yang jelas sepeda listrik kan belum jelas statusnya, apakah kendaraan motor atau sepeda, kemudian kalau terjadi masalah seperti kecelakaan belum ada aturan dan kategorinya,” ungkap Kapolsek Leuwiliang Kompol Agus Supriyanto. Jangan sampai ada korban yang dirugikan. Ada juga bukan korban, tapi malah lebih dirugikan misalnya yang sempat terjadi beberapa waktu lalu.

”Pengendara motor listrik bukan dewasa tapi kebanyakan di bawah umur, diimbau agar menggunakan sepeda listrik supaya tidak ke jalan raya,” tegas dia. Ia menyarankan kepada jasa penyewaan bisa me nggunakan satu area dan tidak keluar zona, karena sangat berbahaya.

”Untuk penyewa agar lebih selektif, minimal SMP. Sementara saat ini belum jelas klasifikasinya,” kata Agus. Harusnya ada tempat satu area dan tak sampai ke luar jalan raya, meskipun saat ini sangat banyak pengguna sepeda listrik.

”Untuk harga sewa satu jam berkisar Rp20 ribu, dan di wilayahnya sudah banyak jasa sewa sepeda listrik,” kata dia.(Abi/c)

Ketika Warga Evakuasi Salim, yang terseret Arus Sungai Cipamingkis

Berjalan Dramatis, Sempat Hilang Empat Hari

Aliran Sungai Cipamingkis, Kecamatan Sukamamur, Kabupaten Bogor kembali memakan korban.

KALI ini, Ahmad Salim (80) warga Desa Warga Jaya, Kecamatan Sukamamur, Kabupaten Bogor ditemukan tewas tersangkut di bebatuan aliran Sungai Cipamingkis.

Informasi yang dihimpun Radar Bogor, Salim ditemukan salah seorang warga yang melintas pada Minggu (7/5). Ia ditemukan tersangkut di salah satu bebatuan aliran Sungai

Cipamingkis. ”Tadi warga ada laporan, kami langsung lakukan evakuasi,” kata

Petugas Puskesmas Sukamamur Teguh Yudiana kepada Radar Bogor, Minggu (7/5).

Evakuasi jenazah Salim berjalan dramatis. Teguh bersama dengan warga lain harus menyeberangi Sungai Cipamingkis yang deras. Bahkan beberapa kali dirinya dan warga sempat terjatuh dan terbawa arus. Jenazah Salim tersangkut. ”Evakuasi makan waktu satu jam, arus sungai sedang deras,” paparnya. Sementara itu dari hasil keterangan keluarga korban, Salim sudah menghilang sejak empat hari lalu. Salim diduga terpeleset dan terbawa arus sungai. ”Sudah empat hari hilang, saat ini sudah dibawa keluarga untuk dimakamkan,” tukasnya. (all/c)

This article is from: