3 minute read
Pengguna: Balikin Duit Kami!
Sambungan dari Hal 9
Salah satunya diungkapkan warga Cibereum, Bogor Selatan, Ayu Atmi Octaria. Dia mengaku kesal, karena telah mengisi saldo Rp50 ribu pada aplikasi Beam. Namun saat ingin menggunakan sepeda listrik itu, Ayu malah dibuat bingung dengan notifikasi yang ada.
“Notifikasinya bilang bahwa saldo kita nggak cukup. Pas diisi, eh muncul gitu lagi (saldo tidak mencukupi). Eh, tahunya, di bawah aplikasi ada tulisan, Beam di Bogor sementara tidak beroperasi. Rugi deh! Uangnya juga tidak kembali,” keluh Ayu. Radar Bogor mencoba menelusuri keluhan dari para calon pengguna Beam, Rabu (8/2) pagi. Menjajal sepeda listrik Beam, di Jalan Sudirman, tepatnya di depan Starbucks Coffee. Seperti biasa, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memindai barcode aplikasi. Namun, upaya koneksi gagal, meski telah diulangi berkali-kali. Dalam aplikasi tertera notifikasi: saldo tidak mencukupi. Padahal, saldo yang ada, sudah melebihi saldo minimum untuk bisa terkoneksi dengan sepeda listrik itu.
Percobaan kedua dilakukan pada zona parkir Beam, di Jalan Jalak Harupat. Notifikasi pada aplikasi pun sama. Calon pengguna diarahkan lagi-lagi untuk mengisi saldo. Hasil serupa juga ditemui saat pewarta mencoba Beam yang berada di seberang Lippo Plaza Bogor. Pada percobaan selanjutnya, ada notifikasi di aplikasi Beam, tertulis bahwa Beam sementara tidak beroperasi. Keterangan itu tampak samar dan nyaris tidak terlihat. Ini yang kemudian banyak memunculkan keluhan pengguna soal dana yang telah mengendap di aplikasi Beam.
Sementara itu, akun Instagram Beam tak memuat pengumuman soal pemberhentian sementara operasional sepeda listrik. Juga soal dana calon pengguna yang sudah mengendap di aplikasi. Pun ketika Radar Bogor mencoba mengonfirmasi, tak ada jawaban. Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi ke pihak Beam, tak berbuah hasil. Pertanyaan yang dikirim melalui email maupun pesan singkat WhatsApp, tak berbalas.(ran) lantai 4 untuk ruangan manajemen administrasi,” ucap dia.
Sedangkan untuk gedung blok 4, nantinya akan dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Gedung ini nantinya dikhususkan untuk pemeriksaan penunjang, seperti ruang radiologi hingga pemeriksaan pencitraan MRI 3 dan CT Scan.
“Akan ditambah hingga empat lantai, dan saat ini yang sudah terbangun baru lantai dasar, nanti ditambah tiga lantai. Tetapi di blok ini tidak ada perlebaran, dan perluasan lagi karena blok 4 sudah sesuai,” ucap dia.
Kemudian, untuk blok 4 direncanakan dapat mendukung menjadi rumah sakit unggulan, dengan pelayanan kanker yang mengarah ke radio terapi.
“Jadi penggunaan pengobatan dengan cara radiasi, kedepan akan jadi penunjang unggulan penyakit kanker, jika diizinkan kita akan menggunakan gedung arsip,” papar dia.
Armein menargetkan pada 2024 nanti, dua blok baru yang dibangun tersebut dapat beroperasi melayani masyarakat.
Untuk diketahui, anggaran pembangunan Blok 1 berasal dari bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2022 sebesar Rp 50miliar. Sementara blok IV berasal dari dana alokasi khusus pemerintah pusat Rp 41,6miliar.(ded/c)
Pasar Tanah Baru Dibuka April
Upaya pembangunan pasar rakyat kecil di pinggir kota juga diharapkannya, bisa memutus mata rantai masyarakat yang terbiasa berbelanja di pusat kota.
“Mereka bisa belanja sayur, ikan, atau kebutuhan lain dari pinggir kota,” imbuh dia.
Muzakkir menyebut, PPJ akan mengutamakan warga sekitar dan pedagang, yang sebelumnya sudah berjualan di area tersebut untuk mengisi pasar itu. Di sana, lanjut dia, tersedia 126 los, 14 kios dan enam unit ruko. “Tidak ada biaya, hanya service charge pedagang saja,” tambah dia. Sebagai informasi, Muzakkir membeberkan, anggaran yang digelontorkan untuk membangun pasar tersebut berasal dari dua sumber. Untuk bangunan pasar utama, merupakan bantuan dari kementerian dengan anggaran Rp3,6 miliar. Sementara pembangunan tambahan berasal dari anggaran Perumda PPJ tahun 2022, senilai Rp1,9 miliar. (fat/c)
Komuter: Kasihan Anak-Anak, Lansia, dan Difabel
Mereka menilai kebijakan flow penumpang yang diarahkan melalui selasar, hanya mempersulit dan membuat waktu. Itu lantaran jarak tempuh penumpang lebih jauh.
“Kasihan para lansia, anak-anak, atau dan difabel,” keluh komuter, Yama Sumbodo, Rabu (8/2).
Yama merasa terganggu dengan kebijakan tersebut. Sebab, jarak yang biasanya hanya ditempuh dalam 30 detik, kini lebih lama dan jauh. Flow itu juga dirasanya membuat penumpang semakin kelelahan. Alasan keselamatan yang disampaikan pihak KAI Commuter pun dirasa janggal.
Sebab, tidak ada proyek pembangunan yang dikerjakan di area tersebut.
Penumpang lainnya, Hana Mutia, mengeluhkan hal yang sama. Menurut dia, flow yang diterapkan membuat para pengendara mesti menghabiskan waktu dua kali lebih lama dari sebelumnya.
“Perasaannya kesel, terutama untuk kami yang bawa motor. Akses dari parkiran motor itu lebih dekat lewat jalan sebelumnya, sekarang jadi harus muter,” keluh Hana.
Dia berharap, kebijakan tersebut mestinya disesuaikan bagi para kaum prioritas.
“Di Stasiun Cillebut atau Bojong Gede, kalau mau menyebrang kaum prioritas disediakan jalan khusus, yang bisa dibuka tutup, sementara di Stasiun Bogor ditutup permanen,” tutur dia. (fat)