Pulang Edisi Maret 2018
Daftar Isi
28
ESAI
34
22
35
25
36
Dari Redaksi
Seulas Sapa Laksana debur ombak yang tak pernah lelah
andil dalam proses penerbitan buletin ini.
menghantam pantai, begitupun dengan ucap
Pada buletin edisi Maret kali ini, LPM Al Mizan
syukur yang tak hentinya kami curahkan kepada
mengambil tema “Pulang”. Dimana bukan hanya
Tuhan Yang Maha Pengasih, Allah SWT atas
anggota Al Mizan saja yang berkontribusi,
segala limpahan rahmat yang tiada putusnya.
melainkan juga seluruh mahasiswa IAIN
Sholawat serta salam, tak luput kami hadiahkan
Pekalongan. Tema pulang sendiri seolah ingin
kepada Nabi Muhammad SAW, sang penyelamat
membawa pembaca dalam suasana rindu. Entah
umat dari zaman kegelapan. Serta, sejuta ucapan
rindu keluarga, kampung halaman, pun rindu pada
terima kasih kepada sejumlah pihak yang turut
Sang Maha Pencipta hingga ia ingin segera pulang.
Dari ribuan mahasiswa IAIN Pekalongan, inilah kami, kumpulan orangorang kerdil dari pinggir kegelapan. Bergulat dengan perkembangan masa, mencoba melawan duri yang kian lama kian keras menusuk-nusuk urat saraf kami. Melawan rasa malas, takut, dan gelisah. Kami bersuara dalam bahasa sastra. Pena kami berbicara meski lidah ini membisu. Dalam goresan tinta, inilah kami, “GIE”. Kumpulan orang-orang idealis yang lantang menampakkan gerakannya sebagai Gerakan Insan Ekspresif. Semoga Allah SWT selalu merestui setiap jejak langkah hambahamba-Nya yang dhaif seperti kami.
TIM REDAKSI Pelindung: Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag, Penasehat: Moh. Muslih, Ph.D, Pembina; Ahmad Khotim Muzakka, MA, Pimpinan Umum: Rizka Aprilliana, Pimpinan Redaksi: Arini Sabrina, Redaktur Pelaksana: Nina Fitriani, Nurul Fadhlilah, Layouter: Zaenal Mustakim, Desain Sampul: Kim, Tim Kreatif: Mei Khasanatun Nisa, Elif Hudayana, Ulfatunnisa, Yusuf Mantoro, Saiful Ibad, Ikhrom Khoerudin, Musbakhul Munir, Nayla Yusna, Zufar Rafi, Muh. Arsyad,, Asnalia Rokhmah, Chilya Machrusoh, Mucharom Syifa', Fenny Ardila, Dewi Pujiati, Dyah Wulandari, Sekar Jati Ruci, Iktaroza Salamatun, dan Jurnalis Magang: Ari Siswanto, Diyanti, Azizah, Fuji Afifah Noor, Musfiroh, Ilman Hidayat, Ana, Wilyaksana, Dian Paramesty, Fatihatun N, Sugiani, Alfiz, Ofni, hafizhudin, Fatimatul M, Fara Diba, Devi Rosmalia, Alfiatur Rahmaniyah, Arman Badawi, Fakhrul Razi, Nur Khafidin, Fahmi Kamalul, Indi Khusnia, Fatikaningrum, Akmal, Kinta Arum, Nazirah LS, Siti Jubbaidah, Mollina Desy, Indah Kurnianik, Zakiyatul F, Hevi Ayum Muh. SS K, Prasetyo Aji, Wawan Ridwan.
1
Cerpen
Rinduku Masih Untuk Pulang Oleh: Fitri Indriana Rumah akan tetap menjadi tempat pulang terbaikku. Sejauh apapun pergi, pasti kita akan kembali. Sekuat apapun hati dan ragamu menolak untuk kembali, pada saatnya kamu memang harus kembali. Matahari masih mau memanjakan mata
Melainkan mahasiswa yang lebih sibuk dengan
dengan cahaya fajarnya. Kemudian adzan subuh
dunianya sendiri saat diluar kegiatan kampus.
menggema dari sudut mana saja. Membangunkan
Lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan
seorang perempuan berparas cantik dengan kulit
untuk membaca buku atau di taman menikmati
kuning cerahnya. Dia lah Zakiah, menguap
hotspot kampus untuk ikut googling tentang berita
setelah berhasil membawa tubuhnya untuk duduk.
terkini atau mengintip blog favoritnya.
Matanya memerah karena kurang tidur namun
Bisa dibilang bukan mahasiswa kupu-
harus bangun untuk menunaikan kewajiban sholat
kupu. Karena ia lebih suka menghabiskan waktu di
shubuhnya.
kampus bukan malah memilih untuk pulang lalu
Menjalani aktivitas pada umumnya
tidur atau menonton drama korea yang sedang
seorang mahasiswa. Ia bukan salah satu aktivis
menjamur pada remaja sekarang. Ia menikmati
kampus seperti beberapa temannya.
waktunya selama di kampus dua tahun ini tanpa pulang, padahal sudah hampir tahun keempatnya.
2
Cerpen Menjalani aktivitas yang lebih sering monoton.
Sedang Zakiah berada dibalik pintu
Tidak pernah merasa bosan dengan apa yang
kamar kedua orang tuanya, menahan tangis.
dilakukan setiap hari. Menikmati seakan-akan ia
Sebenarnya ia ingin berteriak. Mengapa harus
tidak akan bisa menikmati waktu yang seperti ini
mendengar kalimat menyakitkan ini? Bagai
lagi suatu saat nanti.
tertimpa batu besar yang menindih tubuh kecilnya.
Mencoba untuk sibuk dengan yang ia
Mengapa kalimat itu harus keluar dari mulut
lakukan walau itu-itu saja. Berfikir kalau
ayahnya? Mengabari kedua orang tuanya
seandainya ia sibuk dengan kegiatan
seminggu sekali. Dan selalu beralasan jika disuruh
menjadikannya lupa apa yang membuat tak ingin
pulang oleh ibunya.
pulang walaupun sangat rindu. Sebelumnya, Zakiah bukan orang yang
"Nduk, kamu libur semester gak pulang?" suara lembut ibunya dari sebrang sana.
mudah terpengaruh dengan ucapan orang lain.
"Mboten, bu. Zakiah ada banyak
Menganggap ucapan orang lain yang terkadang
kegiatan. Jadi mungkin semester ini Zakiah ndak
tidak baik ia lebih mengabaikannya, dan yang baik
bisa pulang. Maaf ya, bu. Salam buat bapak.
bisa ia jadikan semangat untuk masa depannya.
Assalamualaikum." tutup Zakiah sebelum ibunya
Hingga sebuah kalimat yang ia sesalkan terdengar
menjawab salamnya. Ia sudah tak tahan untuk
muncul dari mulut ayahnya sendiri, dan membuat
menahan air matanya. Ia ingin pulang. Begitu
ia tak ingin pulang, hingga entah kapan.
rindu rumah dan seisinya. Namun, ia masih marah
"Ibu pikir bapak nyari uang susah cuma buat nyekolahin Zakiah?" Komar, bapak Zakiah
dengan kalimat bapaknya yang hingga sekarang masih terngiang-ngiang dalam ingatannya.
bertanya pada Ambar, ibu Zakiah dengan luapan
Ia selalu ingin marah jika mengingat itu.
emosi. Ambar hanya menunduk. Matanya penuh
Seandainya ia mendengar semua itu sebelum
oleh air mata yang tertahan untuk keluar.
terlalu lama kuliah. Mungkin memilih untuk
“Ngapain Zakiah harus kuliah, bu?
berhenti dan sekarang tak akan duduk manis
Tetangga yang lain saja tidak. Kenapa kita harus
menikmati udara segar di taman belakang
nguliahin Zakiah dengan biaya yang mahal?"
perpustakaan.
tanya Komar masih dengan nada tingginya.
Menatap laptop tanpa berkedip. Menikmati setiap kalimat yang dia baca. Terkadang menarik nafasnya karena sesekali sesak
3
Cerpen menghayati cerita pendek yang membuatnya
kepalanya sedikit pusing menahan sesak saat
selalu kagum dengan sang penulis. Membaca
menangis sebelumnya.Ia merasa sanga tberdosa.
beberapa cerpen karya penulis favoritnya di
Membenci pulang karena kalimat yang memang
website ternama dengan karya sastra yang apik.
menyakitkan tapi ia tak tahu apa maksud bapaknya
Matanya membulat saat melihat judul
m e n g u c a p k a n
h a l
i t u . .
pada cerpen ketiga yang akan dibaca, "Mereka
Ia tidak pernah tidak rindu untuk pulang.
Tetap Kedua Orangtuamu" air matanya kini
Namun, menahan untuk tidak pulang karena
mengalir tanpa persetujuan terlebih dahulu,
kebencian menutup hatinya. Ia sangat egois.
membasahi pipi bulatnya.
Berapa kali ibunya meminta pulang, berapa kali
Mengingat sudah dua tahun ia tak
pula meminta ijin untuk menjenguknya di kota
pulang. Sebenarnya Zakiah sangat rindu dengan
namun selalu ditolak.
kampung halamannya, terutama pada ibu dan
Hingga pada akhirnya ia sadar. Sejauh
ayah walau ia menancapkan luka yang belum
apapun kakinya melangkah, tubuhnya akan tetap
sembuh hingga sekarang. Mereka masih kedua
ingin pulang. Mengistirahatkan tubuh yang mulai
orang tuanya. Tidak ada mantan ayah didunia ini.
lelah melangkah jauh. Sekeras apapun kaki ingin
Tidak akan pernah ada.
melangkah, pasti akan ada hati yag rindu pulang.
Zakiah kemudian bangkit. Merapihkan
Karena setiap manusia memang ditakdirkan untuk
laptop dan charger untuk dimasukkan ke tas hijau
selalu pulang.
lumutnya. Melangkah sedikit gontai karena
Jangan pergi agar dicari, Jangan sengaja lari agar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu. -Sujiwo Tedjo-
4
Cerpen
Seperti Dandelion Oleh : Aeni Nurul Hikmah
“Kau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dalam hidupmu, jangan hanya melihat situasimu saat ini, walaupun orang-orang tidak akan berubah, tapi situasi yang akan berubah.� Keberadaannya mungkin diketahui oleh
tapi ketika Liona di dalam kandungan, ayahnya
banyak orang, bahkan sebagian dari teman
mendapat tugas di negara tersebut, dan otomatis
seangkatannya mengenalnya. Ya, mereka disebut
sang ibu pun harus ikut. Liona anak semata
teman, dan mereka hanya mengenal nama, wajah,
wayang dari pasangan Hendra Baskara dan Kalina
dan sifat yang tak asli dari Liona. Bukan, bukan
Wafi. Sampai umur 4 tahun, Liona hidup di
karena Liona tak mau terbuka dengan teman-
Singapura. Setelah ayah Liona selesai dengan
teman barunya itu, hanya saja Liona merasa bahwa
tugas-tugasnya, mereka sekeluarga kembali lagi
mereka hanya kepo dengan kehidupan Liona.
ke Indonesia, tepatnya di kota Bandung dan itu
Liona tak berburuk sangka dengan teman-
hanya beberapa tahun saja.
temannya itu, tapi Liona tahu betul mencari
Setelah itu, Liona dan keluarga sering
seorang teman yang tulus itu sangat susah di
melalang buana dari daerah satu ke daerah yang
zaman sekarang ini, yah kalian tahulah di zaman
lain. Hingga pada saatnya ketika Liona masih
sekarang ini banyak orang yang pura-pura peduli
duduk di bangku SMA, ia memutuskan untuk
terhadap kita, tapi nyatanya mereka asyik
tinggal pisah dengan orang tuanya karena Liona
menyebarkan kesedihan dan masalah hidup kita
merasa ia sudah mampu untuk menjaga dirinya
kepada orang lain.Liona Putri Teressia, gadis 19
sendiri. Saat itu Liona di Jakarta Timur, setelah 3
tahun yang sedang belajar kedokteran di salah satu
tahun menyelesaikan sekolahnya, ia memutuskan
kampus ternama daerah Jogjakarta. Liona bukan
untuk melanjutkan studynya ke Jogjakarta sampai
asli Jawa, dia lahir di negeri tetangga, tepatnya di
saat ini.
negara Singapura. Orang tuanya asli Indo semua,
“Li, ngalamun aja, kesambet loh ntar,�
5
Cerpen celetuk Ira.
Palembang, 12 Desember 2018
“Ehh em, nggak kok ra, cuma masih mikir aja,” dengan senyum yang disimpulkan,
“Yah, bunda kangen Lili, susul Lili ke Jogja yuk, yah?” rengek Kalina. “Lili itu sudah besa, bun. Dia pasti balik
Liona menjawab sekenanya. “Mikir apaan sih, neng? Jodoh apa utang?” tanya Ira cengengesan. “Hahaha, bisa aja kamu, Ra. Itu mah urusan belakangan, bisa dibilang nomer 99.” “Terus mikir apaan, neng?”
kok, kan sebentar lagi juga libur semester,” jawab Hendra tenang. “Percaya sama ayah. Lili disana baik-baik saja,” Hendra meyakinkan istrinya, bahwa anak semata wayangnya itu akan selalu baik-baik saja.
“Kepo kau, Ra.” Liona melongos dan
***
bangkit dari tempat duduknya. “Eh Ra, kantin yuk. Laper nih,” ajak Liona.
Layaknya dandelion, Liona tak pernah bisa berhenti dan menetap di satu tempat untuk waktu yang lama, ia terus beterbangan karna angin
“Kalau masalah perut mah, wajib nomer wahid ya, Li?” celetuk Ira cengengesan.
memaksanya pergi untuk mencari tempat yang baru. Namun, dandelion dengan berani mengikuti
***
arah angin yang akan membawanya ke suatu
Irama Dwi Anggita, dia teman yang
tempat, yang akan membuat ia lebih di kenal oleh
cukup dekat dengan Liona. Mereka dekat karena
makhluk lain. Begitupun dengan Liona, dia dengan
satu kampus beda jurusan tapi satu asrama, dan
berani memutuskan untuk pergi dari satu tempat ke
yang paling nggak disengaja, mereka itu satu
tempat yang lain untuk menguji seberapa kuat ia
kamar. Awalnya ketika itu mereka bertemu setelah
menghadapi dunia luar. Dan apakah ia bisa kembali
acara ospek, terus tidak disengaja ternyata Ira yang
ke tempatnya dengan membawa sejuta
akan jadi teman kamar Liona, hal itu membuat
keberhasilan atau ia tak dapat kembali karna sejuta
Liona sedikit tenang karena Liona sudah sedikit
kegagalan.
tahu tentang Ira. Ira merupakan mahasiswi
(Kamar Asrama, pukul 16:45)
Psikologi, bisa dibilang masih nyambung dengan
Ira yang sedang sibuk dengan
jurusan Liona. Ira asli Semarang, namun ia
handphonenya, terperanjat karena pertanyaan
memilih melanjutkan studinya ke Jogja karena itu
Liona, karena selama ini Liona tak pernah
impian dia, katanya.
menanyakan hal sepele seperti itu kepada Ira.
6
Cerpen “Ra, kamu balik ke Semarang kapan?
sangat merindukan ayah dan bundanya yang jauh
tanya Liona santai.
diseberang sana, jarak yang begitu jauh dan
Sembari menatap layar monitor laptop
komunikasi yang jarang ia lakukan membuat ia
dengan jemari yang sibuk memencet keyboard,
sangat merindukan orang tuanya.
Liona melontarkan pertanyaan sepele itu.
“Assalamu'alaikum, bunda.” salam
“Em, setelah ujian selesai kayaknya, Li.
Liona dengan senyum yang terlukis di wajah
Tapi nggak langsung balik si,” terang Ira.
Liona yang begitu manis.
“Kenapa emang, Li? Mau ngikut?”
“Wa'alaikumussalam warahmatullah,
imbuh Ira.
anakku. Bagaimana kabarmu, nak? Bunda sangat
“Oh, nggak kok ra, cuma nanya aja si,”
merindukanmu.” terang Kalina diseberang sana
celetuk Liona asal.
dengan suara yang gemetar. “Alhamdulillah, bun. Liona selalu dalam lindungan Allah,” jawab Liona halus,
Liona POV
meyakinkan. “Bunda bagaimana bun, sehat bun?
Cerita nggak ya sama Ira, aku bingung harus ke Palembang atau nggak?
Ayah bagaimana? Liona juga sangat merindukan
(flashback on)
ayah dan bunda,” sambung Liona dengan suara khasnya.
Liona saat ini masih berada di taman kampus, karena itu sudah menjadi kebiasaan Liona
“Alhamdulillah, ayah dan bunda sehat
setelah semua kelas yang ia ikuti selesai. Bukan
selalu, cuma bunda selalu merindukanmu dan
karena iseng atau apa, tapi taman kampus
teringat kamu nak, bunda jadi agak cengeng.”
merupakan tempat yang paling strategis untuk
“Ah bunda, maafkan Lili yang selalu
wifi-an dengan menikmati udara yang begitu sejuk
membuat bunda sedih dan kecewa,” balas Liona
dan bisa membuat hati Liona menjadi lebih tenang
dengan nada kecewa. Tanpa ia sadari, butiran air
dan pikiran pun menjadi fresh.
keluar begitu saja dari matanya yang terang itu.
Saat menikmati angin yang berhembus
Liona sangat merindukan orang tuanya, ingin
dan menyapu wajahnya, tiba-tiba handphone
rasanya ia berada dalam pelukan hangat sang
Liona bergetar. Ia segera melihat layar handphone
ibunda dan dalam rengkuhan ayahnya, berbagi
untuk mengetahui siapa yang menelepon, tak salah
kisah cerita sepanjang hari setelah kepulangannya
lagi itu bunda ak dapat disangkal bahwa Liona
dari belajar dan kegiatannya. Liona sungguh ingin
7
Cerpen merasakan itu.
Namun, sanggupkah bunda menanti sendiri dan
“Tidak apa-apa nak, kau tau? Bunda
menahan kerinduannya untuk beberapa tahun lagi.
selalu mendo'akanmu agar kau sukses disana,”
Itu yang terlintas dalam pikiran Liona.
dengan senyum sumringah, Kalina menenangkan
“Bunda, Lili sangat amat menyayangi
hati putri semata wayangnya itu. “Tapi Li, ada
bunda dan ayah, jauh di lubuk hati Lili ingin
satu hal yang ingin bunda pinta darimu. Bunda tak
menuruti semua perkataan dan perintah bunda,
akan memaksamu. Itu keputusanmu, nak,” pinta
namun Lili ingin belajar melangkah dengan
Kalina dengan lembut.
keputusan yang Lili buat, bun. Dapatkah bunda
“Ada apa, bun? Jika bunda meminta Lili
mengerti Lili?” dengan isakan tangis, Lili
untuk menikah, pastinya Lili belum siap lahir dan
mencoba menjawab apa yang ia dengar dari
batin bun,” celetuk Liona asal. Jauh di lubuk hati,
perkataan bunda. Bagi Lili, harus pergi dan terus
Liona khawatir dengan apa yang akan menjadi
menerus pindah itu bukan hal yang umum. Lili
permintaan ibundanya tersebut.
ingin menetap di suatu daerah untuk beberapa
“Ah, nggak, Li. Menikah sekarang atau
puluh tahun atau bahkan sampai ia kembali pada
nanti itu keputusanmu.” lagi-lagi Kalina bicara
Ya n g M a h a K u a s a . R a s a n y a m u n g k i n
dengan setenang mungkin yang diiringan dengan
menyenangkan, menetap bersama kedua orang tua
tawa kecil. “Li, bunda ingin kamu pindah ke
dan saudara-saudaranya. Namun, Lili tak pernah
Palembang, Li. Bunda sangat kesepian, ayahmu
merasakan hal itu.
sibuk dengan pekerjaannya, tidak ada yang
“Bunda sangat tau nak, tapi bisakah kau
menemani bunda disini. Sudah hampir 5 tahun
memikirkan kembali permintaan bunda?” pinta
kita tinggal pisah. Tak bisakah kau kembali dalam
Kalina.
dekapan bundamu ini, nak?” pinta Kalina seraya
“Akan Lili pikirkan, bun. Karena ini
menahan isak tangisnya.
bukan hanya Lili saja yang akan pindah, tapi Lili
Bulir air mata itu menetes begitu saja,
harus mengurus surat pindah universitas dan itu
memendam kerinduan yang teramat dalam pada
sedikit rumit. Lili harap bunda mengerti dan sabar
diri seorang ibu dan anak. Baik Kalina ataupun
ya, bun?” terang Lili.
Liona terdiam sesaat dan merasakan tetesan air
“Iya, nak. Bunda akan sabar untuk itu,
matanya. Haruskah Liona kembali ke dekapan
sudah sore, kembalilah ke kamar, bersihkan
bunda atau ia menetap untuk beberapa tahun lagi.
badan, dan jangan lupa temui Tuhan mu,” perintah
8
Cerpen Kalina di akhir pembicaraannya.
Bunda yang sedang berada di ruang tengah
(flashback off)
bersama ayah yang sedang menyaksikan acara tv
“Oi, ngalamun aja, Li.” sembari
pun terperanjat karena telepon yang berbunyi.
menepuk keras pundak Liona, Ira bertanya,
Tanpa basi-basi, bunda langsung mengambil
“Kenapa, Li? Tak bisakah kau berbagi cerita
handphone yang diletakkan di atas meja tersebut,
dan masalah denganku?” tanya Ira santai.
dan langsung menekan tanda tombol dial. “Assalamu'alaikum, bunda.” salam
“Aku bingung, Ra,” jawab Liona. “Why?”
keselamatan Lili ucapkan untuk mengawali
Liona pun mulai bercerita dengan Ira
pembicaraannya dengan bunda via telepon.
apa yang membuatnya diam dan bingung.
“Wa'alaikumussalam, gimana sayang?”
Setelah Liona selesai bercerita dan Ira
dengan sumringah bunda mengangkat telpon
menyimak baik-baik cerita Liona, Ira pun
Liona dengan semangat. “Bunda, maaf Lili mengganggu waktu
mencoba untuk memberikan solusi.
istirahat bunda. Lili sudah memutuskan, tapi maaf,
*** Aku kembali menyusuri jalan
bun, Lili benar-benar tidak bisa pindah ke
kemarin. Mengambil langkah lainnya di atas
Palembang,” dengan nada yang parau, Liona
jalan yang sama. Dan untuk mimpi yang sama
mengatakan dengan jujur, tak dapat dipungkiri ada
pula.
rasa bersalah dan menyesal atas keputusannya itu. Jam dinding sudah menunjukkan
Bukannya ia mau menjadi anak yang durhaka atau
pukul 20:20, saat ini Liona di kamar asrama
apa, tapi ini tinggal 2 tahun lagi untuk mencapai
sendirian karena kebetulan Ira sedang keluar
gelar sarjananya, egois memang jika dirasa, tapi
untuk menyelesaikan tugas laporannya. Tanpa
harus bagaimana lagi.
berpikir panjang, Liona pun mencoba untuk
“Bunda mengerti, nak. Bunda paham dan
menelepon sang bunda untuk mengatakan apa
terima keputusanmu. Maaf jika bunda egois dan
yang menjadi keputusannya.
seolah menghalangi mimpi dan cita-citamu,”
Di dalam rumah yang terletak di
dengan berat hati Kalina mengatakan terima,
kawasan cukup elit, tinggallah dua orang paruh
walaupun sakit dan kecewa, tapi ini demi kebaikan
baya, mereka sepasang suami istri, tidak lain
anak semata wayangnya itu.
adalah orang tua kandung Liona Putri Terresia.
9
Cerpen Hendra pun ikut menenangkan Kalina,
“Terima kasih ayah, Liona akan sangat
mengelus lembut pundak istrinya itu dan
senang jika ayah dan bunda kembali menjemput
merengkuh dia dalam dekapan hangat yang akan
Liona. Dan kita bisa bertiga lagi, Liona sangat
membuatnya merasa jauh lebih tenang.
merindukan hal itu, yah,” terang Liona manja.
Keheningan pun terjadi diantara ibu dan anak tersebut, namun Liona segera angkat bicara lagi.
“Bunda juga akan sangat senang, Li. Wah, kau sudah dewasa ya, nak. Tanpa ada ayah
“Bunda, jika Liona yang tak bisa datang
dan bunda di sampingmu, kau tumbuh menjadi
kembali pada bunda, bisakah bunda kembali pada
perempuan yang bijak. Bunda bangga padamu.”
Liona, bersama dengan ayah. Liona kira ayah
seru bunda dengan bangga.
sudah bisa memutuskan bekerja di kantor cabang
“Ayah akan segera mengurus hal itu, Li.
yang ayah minta, Liona mohon ayah bisa menuruti
Tunggu kami kembali padamu anakku,” pinta
keinginan bunda dan Liona,” pinta Liona
ayah tegas.
memohon dengan halus.
“Iya, ayah. Lili akan bersabar, menunggu
Handphone saat itu dalam keadaan
ayah dan bunda tiba di Jogjakarta,” jawab Lili.
sedang di loudspeaker karena ayah yang
Tak terasa 30 menit lebih mereka
memintanya setelah bunda memberitahu bahwa
berbincang di telpon, hari sudah kian malam,
Liona lah yang menelepon.
perbedaan waktu di Palembang dan Jogja
Mendengar permintaan Liona, bunda langsung bangkit dan memandang wajah
membuat mereka harus mengakhiri perbincangan tersebut.
suaminya tersebut dengan memelas. Sang ayah
***
pun memikirkan hal tersebut, kenapa ia tak
Sinar matahari begitu cerah pagi ini.
menyadari posisinya sebagai CEO di salah satu
Setelah subuh tadi, Liona kembali berbagi kisah
perusahaan properti ternama tersebut. Ayah bisa
dengan Ira, tanpa Ira tahu solusi yang ia berikan
saja meminta untuk dipindahkan ke kantor cabang
dapat memecahkan masalah dan kegelisahan
yang ada di Jogjakarta dan itu membuatnya lebih
Liona atau tidak. Ira yang berpisah dengan orang
mudah untuk mereka bertiga.
tuanya selama 2 tahun ini pun merasa sulit tanpa
“Liona, ayah akan usahakan, nak.
keduanya, apalagi dengan Liona yang hampir 5
Kenapa ayah tak berpikir seperti itu?” timpal ayah
tahun tidak serumah dan hanya bertemu orang
dengan senyum cerah sumringah diwajahnya.
tuanya satu tahun atau bahkan dua tahun sekali.
10
Cerpen Hal itu membuat Ira maklum dengan kegelisahan Liona. Di pagi menjelang siang pun, Liona mendapat kabar gembira bahwa ayahnya bisa pindah di kantor cabang Jogja. Dan tentunya bersama dengan Kalina, Hendra langsung terbang ke Jogja pada hari kamis setelah dua hari mengurus surat kepindahan tugas dan
Foto By : J.S. Park
menyelesaikan pekerjaannya. Libur semester 5 sudah hampir usai. Liburan kali ini terasa begitu cepat bagi Liona,
Kopi dan Dinda Oleh: Uswatun Hasanah Ahmad
karena dengan adanya ayah dan bunda disisinya membuat ia jauh merasa lebih baik dan lebih bahagia. Ia bisa merasakan masakan bundanya lagi, makan bersama dengan ayah dan bunda, berkeluh kesah tentang kegiatannya, merengkuh dalam dekapan bunda saat merasa lelah dengan segala aktivitas yang ada, Liona merasa hidupnya terasa lebih berwarna dan menyenangkan setelah ayah dan bunda kembali dalam dekapannya lagi.
Di luar makin kelam. Sesekali Dinda sibuk dalam diam, mengukur batas antara hari ini dengan kemarin, menerka sejauh mana ia sudah mengembara. Jika masa lalu adalah guru bagi masa sekarang, maka Dinda punya guru yang selalu ingin diajaknya bertemu. Antara masa lalu dan masa sekarang, ada batasan magis terbentang. Dinda hanya ingin kembali; mengulang, pulang, meski
hanya
untuk
sekali.
Jakarta tidak pernah berhasil membawa Dinda larut dalam rengkuhnya. Dinda tidak ada di sana. Dia sendiri dan selalu berkelana. Raganya boleh jadi milik ibukota, tapi jiwanya ada di kampung halaman. Seolah hidup terbelah, memisah. Jiwa Dinda singgah pada pedesaan yang dipenjara hutan, sawah, dan ladang. Nan jauh di ujung pulau Jawa sana. Negeri penuh kesederhanaan dan kebahagiaan. Anak-anak
25 11
Cerpen bermain di pekarangan rumah, di lapangan, di
percaya begitulah hakikatnya, hidup
jalanan sempit beraspalkan tanah. Orang tua
berdampingan sesama makhluk Tuhan tanpa
melegamkan kulit punggung diteriknya siang,
menyakiti. Dinda kadang berbicara dengan
beternak, bertani, atau sekadar sibuk menumbuk
tumbuhan dan binatang, percaya mereka dapat
padi dan memanen ketela. Aroma embun,
memahami perkataannya seperti dalam kisah Nabi
dinginnya malam, kehangatan pagi menjelang
Sulaiman.
siang.
Dinda dan kawan-kawannya kadang Pada setiap tegukan kopi hitam tanpa
nekat main ke hutan, meski ada cerita beredar di
gula yang disuguhkan Zulfikar di kedainya yang
warga sekitar kalau di sana angker. Di hutan Dinda
tampak mentereng di sudut ibukota, Dinda larut
hanya menemukan pepohonan, rumput, burung,
berkelana dengan jiwanya.
dan serangga, semuanya indah. Tidak ada yang
Hingga hampir kepala tiga, Dinda
perlu ditakutkan. Hutan yang katanya angker ada
bertahan hidup atas dasar satu kata sederhana
di perbatasan desa, sedang disisi desa adalah
namun berarti banyak; kepercayaan. Dengan
perkebunan tebu, ketela, jeruk, kelapa, dan salak.
kepercayaan, Dinda seolah punya pegangan super
Dinda percaya ia akan aman meski main ke hutan,
kuat yang mampu membuatnya bertahan tiap kali
maka begitulah yang terjadi. Kepercayaan adalah
dia goyah saat menyusuri kehidupan.
segalanya. Itu yang Dinda yakini.
Kepercayaan seperti sugesti paling ampuh. Jika
Di rumah reot dengan dinding kayu,
Dinda percaya, semuanya akan baik-baik saja dan
Dinda yang berusia awal belasan bermalas-
ia mampu, maka rasanya memang demikian. Saat
malasan di atas kasur keras. Nenek duduk di
Dinda percaya ia tidak bisa, maka itu pulalah yang
amben di ruang tengah, asik mengunyah sirih. Ibu
terjadi.
memasak di dapur dengan kayu bakar melimpah, Saat usia Dinda masih delapan tahun,
ayah belum kembali dari sawah, dan seorang
Dinda selalu berbaur dengan alam. Dia merasa
kawan mengucap salam di daun pintu, mengajak
dekat sekali dengan desanya yang subur dan
Dinda main.
makmur. Bukit hijau dan hutan, sungai dan sawah,
“Desa ini indah ya, Dinda. Tidak
kebun dan peternakan, mayoritas rumah kayu
terbayang jika aku meninggalkannya,� ujar Ratih,
berjajar. Tumbuhan, binatang, dan manusia
kawan Dinda berambut sebahu itu. Ketika dalam
menjadi satu dalam kemurnian alam. Dinda
perjalanan mereka ke rumah Zahra.
12
Cerpen Dinda mengedarkan pandang pada
Meski desa hijau tempat kelahiran dan
sekitar. Berhektar sawah terbentang. Ayahnya
tumbuh itu seperti rumah maha sempurna, tidak
petani, dan setahu Dind, sepetak sawah diarah jam
pernah kekeringan saat kemarau, tidak ada banjir
dua adalah garapan ayah.
merugikan ketika musim penghujan. Warganya
“Kenapa harus meninggalkannya?”
kenyang oleh hasil bumi sendiri. Riang atas kesederhanaan dan kerukunan. Namun waktu
tanya Dinda. “Untuk bekerja, Dinda. Aku perlu kerja
bergulir, dunia ini tumbuh ke arah yang makin menjauhi alam. Tidak selamanya hidup bersama
ke kota usai lulus SMP nanti.” “Kamu tidak lanjut sekolah?”
alam saja cukup. Manusia mengenal teknologi.
“Aku ini anak bodoh dan miskin, Din.
Uang menjadi prioritas. Gaya hidup ala metropolitan tak terelakkan. Banyak yang
Tidak memungkinkan lanjut SMA.” “Aku juga bodoh dan miskin, Tih.”
memilih merantau untuk segenap kepuasan yang
“Tapi kamu punya kepercayaan, Dinda.
tak mereka dapat di desa. Tapi seberapapun jauh
Percaya kamu bisa jadi pintar, punya biaya dan
mereka merantau, ke kota paling megah sekalipun,
bisa lanjut hingga sarjana. Kamu sendiri yang
desa mereka selalu mampu menjadi rumah paling
bilang, kepercayaan itu kunci dari segala
nyaman untuk pulang.
kemungkinan,” ujar Ratih. “Dan aku tidak punya
Dulu itu, Dinda tak begitu memahami
kepercayaan itu. Kepercayaanku, aku perlu
rasanya pulang ke kampung halaman. Hingga
bekerja agar bisa meringankan beban emak dan
akhirnya dia bisa kuliah di kota, merantau seperti
bapak, biar adik-adikku bisa sekolah.”
kawan lainnya. Bedanya, kawan lain untuk kerja
Dinda tahu kepercayaan memiliki
dan Dinda untuk menimba ilmu.
kekuatan super. Sugesti paling manjur, afirmasi
Dinda ingat betul, saat pertama kalinya ia
tak terbantahkan. Tapi sesering apapun
pulang ke rumah usai berbulan di kota orang, dia
kepercayaan menegakkan Dinda ketika goyah, ada
disuguhi hidangan lezat kesukaannya, masakan
kalanya kepercayaan mengguncang Dinda. Dinda
khas ibu. Telur ceplok, sayur bening, pepes
menggenggam tangan Ratih sambil tersenyum
pindang, sambal, susu hangat dan buah pisang,
retak. Ia tahu kepercayaan yang dibangun Ratih
semua kesukaan Dinda. Sorenya seperti ketika
tak mampu diubahnya, tapi rasanya Ratih
Dinda belum keperantauan, dia duduk di kursi
mempercayai hal yang tepat.
rotan mendengar celoteh nenek mengenai harinya,
13
Cerpen Cerpen perihal kebun yang subur dan bertemu orang gila
mulai disusuri hutannya untuk lalu dibabat,
di makam desa. Malamnya dia juga menonton
dibangun pabrik yang angkuh memberi jaminan
komedi di televisi bersama ayah, dengan nenek
kesejahteraan warga tapi nyatanya malah
dan ibu yang juga ikut bergabung.
mencemari desa. Segenap rumah, dalam skala
Rumah adalah tempatmu kembali.
mikro maupun makro, dalam wujud tempat
Tempat merebah ketika lelah, tempat berteduh dari
maupun sosok, untuk Dinda pulang, lenyap sudah.
hujan dan terik, tempat bertemu sekumpulan
Dinda duduk di depan televisi yang sudah
manusia yang rekat oleh ikatan darah. Rumah tak
tidak bisa menyala. Rumah kayu makin reot
melulu bangunan yang berdiri dan terdiri dari
termakan usia. Penjuru ruang makin ramai sarang
beberapa ruang, disekat dan dibagi; untuk ruang
laba-laba, persembunyian semut dan rayap, debu
makan, ruang tamu, dapur, tempat tidur, kamar
yang makin menebal dan membuat bersin. Sedang
mandi dengan sumur yang dalam dan gelap.
sepi seperti menggigit hingga tulang. Tidak ada
Rumah juga berarti manusia yang tinggal di
yang tersisa, pikir Dinda.
dalamnya. Tempat berbagi cerita, mengadu keluh
“Makan dulu, nduk.�
kesah, melebur dalam segala tawa dan duka. Jadi
Ayah berdiri di pintu dapur sambil
jika ditanya mengenai tempat pulang, maka
tersenyum. Wajahnya lelah tapi tetap berusaha
kepercayaan Dinda mengarah pada ayah, ibu, dan
sumringah menyambutnya pulang ke rumah.
nenek, berikut rumah kayu mereka. Sederhana,
Tidak ada masakan khas ibu, semua yang tersuguh
tapi sempurna.
di meja adalah makanan hasil beli entah di warung
Tapi kemudian Dinda menyadari bahwa
mana. Tapi ada telor ceplok di sana. Dinda
kesederhanaan itu semu, sempurna itu saru. Tepat
mengucapkan terima kasih. Dia dan ayah makan
di usianya yang ke dua puluh, Dinda tidak lagi
dalam diam.
mendapati tempat untuknya pulang. Dalam
Beberapa bulan kemudian, Dinda
hitungan beberapa bulan, semuanya seolah kacau
mendapati rumahnya harus dikosongkan karena
balau.
sudah terlalu renta. Ayah membangun rumah baru Berawal dari ibu dan ayah yang berseteru
di desa sebelah bersama Ibu Aisyah, istri barunya.
lalu berpisah, ibu pergi, nenek sakit-sakitan lalu
Maka lengkap sudah, tidak ada yang mampu
meninggal, rumah sepi dan makin lapuk,
menjadi alasan Dinda untuk kembali ke desa
kawannya berpencar makin jauh, desa yang hijau
tempatnya dilahirkan.
14
Cerpen Dinda tidak bisa menyalahkan siapapun
Dinda melihat jam tangannya. Dia
atau apapun. Kepercayaannya mengatakan bahwa
menerima kopi pertamanya sekitar pukul 19.25
ini semua memang sudah jalannya, dia hanya
dan sekarang pukul 21.10. Dia mengembuskan
harus menerima dan pandai-pandai berlapang
napas berat, menatap lawan bicaranya. “Jangan
dada.
berlebihan, Zul. Belum ada dua jam dan belum “Sudah, Dinda. Mau berapa gelas kamu
habis tiga cangkir.”
habiskan?”
Zulfikar tidak mengindahkan. Mimiknya
Segalanya seperti mengabur. Bak ditarik
serius saat berkata, “Kamu tahu aku bisa
dari ruang masa lalu ke masa sekarang. Melejit
mengantarmu benar-benar pulang ke kampung
melewati batasan yang membentang. Lalu
halamanmu itu. Tidak dengan kopi, tapi dengan
menyadari bahwa petang itu Dinda sedang duduk
mobil lawasku yang terparkir sombong di depan
di dekat jendela, dengan kopi yang tinggal separuh
itu.”
dalam gelas di gengamannya. Kopi hitam tanpa gula. Dinda percaya setiap teguknya selalu mampu mengantarkan ia pulang.
“Kamu tahu aku tidak pulang dengan cara itu, Zul.” “Kamu tidak pernah pulang, Dinda. Itu
Atensi Dinda mengarah pada sosok yang mengambil duduk di hadapannya. Pria bermata cokelat tua itu menatap Dinda, seorang wanita
kenyataannya. Sudah berapa tahun?” “Aku baru saja pulang, Zul. Ke kampungku, bertemu keluarga dan kawan.”
yang berpegang pada kepercayaan. Berulang kali
“Itu hanya kepercayaanmu. Dunia yang
mengunjungi kedainya untuk memesan kopi hitam
kamu buat sendiri. Khayal yang kamu nyata-
tanpa gula sebagai pengantar ia pulang. Zulfikar
nyatakan. Kamu percaya pahitnya kopi mampu
awalnya tidak mengerti, mengapa harus kopi
mengalahkan pahitnya masa lalu, maka kamu
hitam tanpa gula buatannya? Seolah tidak ada cara
menyelam ke masa lalumu itu lewat tegukan kopi,
lain. Dinda itu aneh. Lalu Zulfikar mulai mengerti
semakin dalam kamu menyelam, semakin kamu
alasannya, kenapa? Sebab itulah yang Dinda
percaya bahwa kamu sedang pulang. Itu hanya
percayai.
ilusi. Kamu diperdaya otakmu sendiri. Pulanglah
“Kamu sudah berdiam dua jam dengan
dengan benar, Dinda, jika memang kamu ingin.”
tiga cangkir kopi, Dinda,” ujar Zulfikar. Miris
Dinda meletakkan gelasnya yang masih
sendiri tiap kali menjadi saksi Dinda pulang.
terisi. Zulfikar adalah orang yang paling
15
Cerpen mengertinya sejauh itu. Mampu memahaminya.
untuk merebah. Atau bahkan keluarga untuk
Ta p i s e r i n g k a l i Z u l f i k a r j u g a s e p e r t i
berbagi cerita. Beginilah caraku untuk kembali.
menentangnya habis-habisan, menyalahkan
Aku percaya, dalam ruang yang bahkan aku
kepercayaan dan cara pikir Dinda.
sendiri tidak mengerti, bahwa saat aku sedang
Zulfikar selalu mengawasi saat Dinda
berkhayal pulang, maka aku memang sedang
pulang. Seolah ia takut jika sebentar saja melepas,
pulang. Raga dan jiwaku seringkali memisah diri.
Dinda bisa tenggelam dan tidak kembali. Kopinya
Aku boleh di sini, tapi aku juga ada di segala
tidak mengandung alkohol yang bisa membuat
tempat yang kukehendaki. Itu caraku untuk
mabuk dan hilang kesadaran, tapi tubuh Dinda
berkelana.�
seolah menerimanya demikian. Kopi Zulfikar
Dinda itu aneh. Orang akan berpikir dia
adalah pengantar Dinda menuju ruang tanpa batas
sinting kalau mengerti jalan pikirnya. Sayangnya,
bernama kenangan masa silam. Sesuatu yang
yang mengerti jalan pikir Dinda sejauh itu hanya
lampau dan usang, yang tidak pernah mampu
Zulfikar. Sudah kebal pria itu menghadapinya.
Dinda temui lagi.
Dinda meneguk sisa kopi di gelasnya. Kali ini
Kopi dan Dinda hampir seperti saudara.
Zulfikar yakin, tegukan itu tidak mengantar Dinda
Keduanya menyimpan banyak keajaiban. Dinda
pulang lagi, tetapi adalah untuk menyapu bersih
sudah berlangganan di kedai Zulfikar. Kadang
segala kekesalan yang sedang bermuara di
espresso atau macchiato jika Dinda datang untuk
tenggorokan, meminta dimuntahkan lewat kalimat
menggarap beberapa tugas kantor. Atau
amarah. Dinda mengambil beberapa lembar
cappuccino saat sedang santai, sekadar mampir
rupiah di dompet dan meletakkannya di atas meja,
untuk menikmati penampilan buih yang terampil
sudah hafal harga tanpa harus melihat struk
dibuat Zulfikar menjadi bentuk daun, bunga, hati,
pembayaran. Ditatapnya tajam pasang mata
ataupun objek lainnya. Kopi selalu berhasil
Zulfikar.
menarik Dinda ke dunia yang dia kehendaki. Entah
“Terima kasih,� ujar Dinda. Kini ia
masa lalu atau sekarang, tenang atau tegang, suka
beranjak meninggalkan Zulfikar. Keluar kedai
atau duka.
menembus kegelapan. Menghilang dari
“Aku tidak pernah bisa pulang dalam arti
pandangan. Zulfikar mengusap wajahnya.
sesungguhnya, kamu mengerti itu, Zul. Tidak ada
Mengembuskan napas lelah. Dia merasa menjadi
tempat untukku kembali. Aku tidak punya rumah
kawan yang buruk bagi Dinda.
13
Cerpen “Kamu tidak perlu berterima kasih,
Kamu tidak perlu kopi pahit tanpa gula, yang
Dinda. Aku tidak memberimu apa-apa. Aku tidak
menyiksa tenggorokanmu dan menyakiti
bisa mengantarmu pulang meski aku ingin.
lambungmu. Kamu tidak butuh ingatan kuat untuk
Kepercayaanku tidak pernah mampu sejajar
lalu hanya bisa sibuk mengenang. Selama kamu
dengan kepercayaanmu. Aku hanya terus-terusan
masih bisa pulang dengan cara wajar, maka
membawamu tenggelam lewat racikan kopiku,
pulanglah.
tanpa bisa menolongmu.�
Sepakat atau tidak, kamu harus percaya
Selagi masih punya tempat untuk pulang,
bahwa cara terbaik untuk mereguk rasa nyaman
maka pulanglah. Ada rumah yang menantimu
dan melenyapkan kerinduan adalah pulang,
untuk singgah, bahkan menetappun dia rela. Ada
kembali; jika tidak mampu pulang pada sesama
sosok yang menunggumu untuk berbaur, lebur
makhluk, maka pulanglah pada yang Dzat, Allah,
dalam segenap suka dan duka. Kamu tidak perlu
curah limpahkan segalanya pada-Nya. Zulfikar
kopi pahit tanpa gula, yang menyiksa
harap, untuk yang satu ini Dinda tidak lupa dan
tenggorokanmu dan menyakiti lambungmu.
selalu percaya, bahwa ada Allah bersamanya. Dinda tidak sendiri.
“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.� -Dee Lestari, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade17
Esai
Merantau = Pulang Oleh: Yusuf Mantoro
“Saat naluri ekpedisi ilmiah hilang, umat Islam kehilangan tongkat-tongkat keropos milik umat lain. Tapi perubahan itu diciptakan, bukan dinantikan. Karena fenomena masyarakat yang sekarang disaksikan adalah hasil pemikiran zaman muda mereka yang dibiasakan. Sehingga wajah masyarakat 2-3 dekade lagi adalah refleksi gaya hidup pemuda hari ini.” Kala pagi menyingsing tanpa izin kita sang
awan air yang banyak tercurah” (an-Naba: 14),
pecandu kehidupan, bisa jadi sebuah kejahatan
“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan
yang tidak bisa kita hindarkan bahkan akan terus
bumi yang ada di hadapan dan di belakang
seperti itu. Selalu berganti dan menjadikan kita
mereka?” (Saba: 8), “ Dan Dialah, Allah yang
selalu dalam kedilemaan untuk hidup dengan
menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
tuntutan nyaman versi kita, tanpa menelisik lebih
memakan dari padanya daging yang segar (ikan),
jauh makna dari hidup ini seutuhnya versi Tuhan
dan kamu mengeluarkan dari lautan perhiasan
Yang Maha Esa. Entah tuntutan atau memang ini
yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera
semua skenario Tuhan. Hidup dengan lebih
berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
menggantungkan pada materi bukan bergantung
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
dengan hati nurani, merasa kurang dengan nikmat
bersyukur” (an-Nahl:14).
ini padahal tidak pernah berterima kasih kepada sang ilahi.
Ribuan ayat sejenis ini bukan sekedar penguat akidah, bahwa segala sesuatu ada
Padahal jelas dalam sumber literasi yang
penciptanya dan kisah-kisah terdahulu yang hilang
paling diagungkan dalam Agama Islam, banyak
sumbernya itu ada dalam Qur'an yang benar. Tapi
menjelaskan tentang tugas utama dari manusia di
ia mempunyai fungsi yang independen, yang
atas bumi ini. Diantaranya, “dan kami turunkan
berkaitan dengan misi manusia sebagai pengelola
18
Esai bumi. Qur'an memang tidak memberikan rumus
daerah yang kurang dikenal. Sedangkan berusaha
–rumus ilmiah, tapi ia mengarahkan teman-teman
merubah takdir sendiri lebih mengarah kepada
umun agar manusia mengeksplorasinya. Karena
untuk merantau dan mencoba hal baru. Hampir
memang ilmu-ilmu inilah bahan dasar manusia
sama diantara keduanya untuk bisa mengetahui arti
untuk mengelola bumi.
dari kita ini sebagai manusia diciptakan untuk apa.
Kaitannya dengan semua fungsi yang
Ibnu Batutah, dari Tangiers Maroko, ia
telah kita ketahui lebih dalam lagi tentang hakikat
melakukan ekspedisi ilmiah melebihi 120 ribu
kita sebagi manusia, pastinya tak bisa terlepas dari
kilometer di abad 14, seorang diri. Ia jelajahi
sudah apa saja yang kita lakukan untuk
Afrika, bagian Selatan dan Timur Eropa, Timur
mewujudkan hal tersebut. Banyak sebenarnya hal
Tengah, Asia Tengah, Cina, bahkan Aceh
yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan fungsi
Indonesia. Dengan tujuan untuk meneliti berbagai
tersebut, bukan hanya lewat bualan belaka
tipe budaya, karakteristik umat manusia,
melainkan lewat tindakan nyata. Namun, kadang
fenomena alamnya, corak peradabannya, yang di
kita tidak menyadarinya, karena mindset kita
hari ini menjadi sumber terpenting dalam ilmu
sendiri yang menganggap semua hal itu terasa
Antropologi yang bahkan sampai di filmkan yang
berat apalagi untuk memikirkan hakikat dari
bertajuk “Journey to Mecca�.
menjadi manusia dan fungsinya. Padahal kita
Selain itu ada juga al-Idrisi yang di abad
beruntung diciptakan sebagai makhluk yang
ke-12 mampu meneliti dataran bumi ini hingga
paling sempurna daripada makhluk ciptaan Tuhan
bisa menggambarkan peta dunia yang relatif mirip
lainnya, yaitu memiliki akal pikiran. Lantas kalau
peta modern. Bukankah jelas sebenarnya memang
kita tak mau berpikir dan menggunakan nikmat
kita manusia diciptakan dengan beribu akal dan
Tuhan ini, apa bedanya kita dengan binatang?
rasa keingintahuan yang tinggi. Kita bisa untuk
Kembali ke permasalahan utama terkait dengan
melakukan perjalan ke manapun yang kita mau.
idealnya kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Namun balik kepada sikap terlalu ingin apa-apa
Mencoba menganalisa dan berusaha
mudah yang sudah termindset di diri manusia
merubah takdir adalah salah satunya, menganalisa
bahkan condong kepada pemuda zaman now yang
disini lebih kepada ekspedisi. Ekpedisi sendiri
membuat kita untuk sekedar mau saja tidak
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
terpikirkan.
berarti perjalanan penyelidikan ilmiah di suatu
19
Dalam salah satu artikel yang diunggah
Esai oleh Dakwahtuna.com yang bersikan “ Saat
diam beristirahat di kampung halaman.
naluri ekpedisi ilmiah hilang, umat Islam
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri
kehilangan tongkat-tongkat keropos milik umat
orang)' dan 'Aku melihat air menjadi rusak karena
lain. Tapi perubahan itu diciptakan, bukan
diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih, jika
dinantikan. Karena fenomena masyarakat yang
tidak, akan keruh menggenang'. Benar saja banyak
sekarang disaksikan adalah hasil pemikiran
orang yang bisa sukses dengan modal merantau
zaman muda mereka yang dibiasakan. Sehingga
dan bertekad untuk merubah nasib dan menggali
wajah masyarakat 2-3 dekade lagi adalah
ilmu sebanyak-banyaknya di tempat lain. Bahkan beberapa daerah Indonesia
refleksi gaya hidup pemuda hari ini.� Agak miris ketika membaca satu
mempunyai budaya merantau, seperti suku
paragrap penggalan artikel tersebut. Hanya
Minangkabau, Bugis-Makassar, Banjar, Bawean,
sebuah penyesalan yang terbesit dihati penulis
Batak dan Madura. Setidaknya masih ada harapan
saat membacanya, dan apakah sebegitu
untuk memunculkan budaya ekpedisi ini, karena
berpengaruhnya kita sebagai pemuda dalam
banyak dari mereka yang berani untuk keluar dari
kehidupan ini. Pantas saja proklamator kita, Bung
zona nyamannya. Selain dengan tujuan untuk
Karno dulu pernah berseru dengan hanya 10
memperbaiki dan memperbaharui kualitas diri
pemuda saja dunia ini dapat digoncangkan. Hal
ternyata ada hal lain yang bermuara dalam
Ini juga menjadi kritik untuk penulis dalam
perantauan itu sendiri. Seperti yang dilakukan oleh
memikirkan dan melakukan sesuatu agar tepat
Alif, tokoh cerita dalam serial Trilogi buku Negeri
pada tempatnya. Serta pastinya terus
5 Menara buah karya A. Fuadi.
menciptakan kembali ekpedisi ilmiah yang mulai
Tercantum dalam halaman 395 buku
hilang digerus perkembangan zaman.
Rantau 1 Muara, “seperti nasihat Kiai Rais dulu,
Teringat beberapa syair buah karya
muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus
Imam asy-Syafi'i dalam bukunya Diwan asy-
khalifah di muka bumi. Sebagai hamba , tugas kita
Syafi'i. Imam asy-Syafi'i sendiri adalah seorang
mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat.
ulama besar yang terkenal dengan kecerdasan
Hidup adalah pengabdian. Dan kebermanfaatan�.
dan kata-kata mutiara yang penuh hikmah. Di
Ya sejauh apapun kita merantau, sedalam apapun
antaranya 'Orang berilmu dan beradab tidak
ilmu yang kita punya, kalau bukan untuk
20
Cerpen Esai kebermanfaatan umat maka akan sia-sia sahaja.
Serta yang terpenting, merantau adalah
Serta janganlah beranggapan merantau itu berat,
sama dengan pulang. Pulang kepada kita sebagai
yang berat itu adalah kita sebagai insan yang
umat yang harus berguna bagi sesama. Pulang
sempurna hanya diam dan biasa saja menanggapi
sebagai pemberi solusi untuk peradaban manusia
kebobrokan budaya now ini, kalian gak akan kuat
ke depannya. Dan pastinya, Pulang kepada
biar kita saja bersama-sama dalam satu tujuan.
julukan kita yang sebenarnya sebagai mahasiswa
Yaitu mengajak dalam kesadaran bersama untuk
yaitu, agent social of change.
membagikan apa yang kita punya kepada mereka
Oh ya jangan lupa, ini kata para perantau
yang belum beruntung mendapatkan kesempatan
loh ya. 'Mau tahu rasanya arti rindu yang
seperti kita sebagai perantau untuk bebenah diri
sesungguhnya, maka merantaulah'.
dan berkembang dalam menentukan hakikat kehidupan ini.
“Merantau adalah sama dengan pulang. Pulang kepada kita sebagai umat yang harus berguna bagi sesama. Pulang sebagai pemberi solusi untuk peradaban manusia ke depannya. Dan pastinya, Pulang kepada julukan kita yang sebenarnya sebagai mahasiswa yaitu, agent social of change.�
21
Opini
Pulang Malu, Tak Pulang Dibutuhkan Oleh: Azizah
Banyak pemuda Indonesia yang memilih
tanggung jawabnya sebagai “agent of change”
untuk menempuh pendidikannya di luar kota.
akhirnya kampung halamannya hanya jalan di
Mereka memiliki berbagai alasan diantaranya
tempat.
ingin hidup mandiri, ingin lebih memiliki jiwa
Problematika seperti ini tak boleh
kompetitif yang lebih tinggi, ingin terlihat keren
dipandang sebelah mata. Konyol, jika hanya
dari yang lain, atau bahkan ingin lepas dari
karena rasa malu untuk pulang melekat di
pengawalan orang tua. Sah-sah saja jika kita ingin
mahasiswa lalu berimbas pada kampung
kuliah di luar kota selama kita memiliki alasan
halamannya. Lalu, bagaimana solusinya? Kalimat
yang logis. Namun, yang perlu diingat adalah tak
yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang
lupa akan rasa tanggung jawab kita sebagai “agent
dipaksa itu tidak baik bisa dikatakan mitos. Untuk
of change”. Kota atau negeri yang kita tinggalkan
mengalahkan rasa malu tersebut, seorang
butuh sosok yang mampu merubahnya agar jauh
mahasiswa harus bisa mengalahkannya dengan
lebih baik daripada sekarang.
cara dipaksa. Memaksakan diri untuk melakukan
Permasalahan dari fenomena tersebut
aksi nyata sebagai penyandang “agent of change”.
ternyata cukup kompleks. Alasannya beragam,
Rasa tanggung jawabnya harus lebih besar
seperti malu untuk pulang ke kampung
daripada rasa malunya.
halamannya karena mereka tak percaya diri akan
Contoh aksi nyata mahasiswa sebagai
skillnya sebagai “agent of change”, hingga malu
penyandang agen dari perubahan adalah
disebabkan karena studinya tak kunjung berakhir.
meningkatkan minat literasinya untuk anak-anak
Padahal, para pemuda ini sadar akan permasalahan
hingga orang dewasa di daerahnya. Para
yang ada dimana mereka dilahirkan. Namun,
mahasiswa tersebut dapat membangun sebuah
karena rasa malunya lebih besar daripada rasa
kelompok literasi kecil-kecilan terlebih dahulu
22
Opini untuk memulai aksinya. Sambangi anak-anak
AgenT Of Change
yang sedang berkumpul terlebih jika mereka bermain gadged. Jelaskan kepada mereka secara baik-baik apa pentingnya literasi itu. Bisa menggunakan permainan agar mereka tidak bosan. Lain cerita jika remaja yang ingin dijadikan objek dari hal tersebut. Karena remaja sekarang biasa nongkrong di taman, mall, cafe,
change�. Mahasiswa tak boleh malu untuk pulang
atau bahkan dipinggir jalan. Undang mereka ke
ke daerah asalnya karena mereka dibutuhkan aksi
sebuah tempat dengan pendekatan yang lebih
nyatanya. Selain itu, mahasiswa juga tak boleh jika
asyik. Misal, menjelaskan pentingnya literasi
hanya kritis terhadap isu-isu disekitarnya tanpa
untuk kemajuan daerahnya dengan disertai jokes
adanya aksi nyata untuk perubahan yang lebih
yang menghibur. Hal seperti inilah yang paling
baik. Dan yang tak kalah penting lagi, mahasiswa
disukai oleh remaja zaman sekarang. Selain itu,
mampu berbagi ilmu selama mereka mengenyam
memberi reward bagi yang sering meramaikan
pendidikan kepada masyarakat sekitar.
kelompok mereka agar mereka juga lebih tertarik.
Selain mahasiswa yang bergerak aktif
Jika sasarannya orang dewasa, lain lagi
untuk merubah keadaan di kampungnya, peran
cara menghadapinya. Jelaskan kepada mereka
pemerintah dalam masalah ini juga penting.
pentingnya literasi. Walaupun mereka tak lagi
Pemerintah tak boleh menutup mata dan tutup
mengenyam pendidikan, program ini penting
telinga. Untuk mempercepat dan lebih efektif,
untuk mengatasi kebodohan. Selain itu, agar
pemerintah bisa berkolaborasi dengan para
mereka juga dapat mendampingi anak-anaknya
mahasiswa. Seperti dalam kelompok litertasi yang
yang ingin belajar membaca dan menulis. Hal ini
telah dibuat oleh para mahasiswa. Pemerintah bisa
juga dapat mendekatkan orang tua dengan
memberi sokongan dana untuk meningkatkan
anaknya secara emosional.
kelompok literasi tersebut. Demi perubahan yang
Perlu diingat sekali lagi, mahasiswa
lebih baik, harus ada kerja sama antara mahasiswa,
adalah objek yang dapat diharapkan oleh daerah
pemerintah, dan masyarakat setempat untuk
asalnya atau bahkan negara ini sebagai “agent of
mengaktifkan kalimat “agent of change�.
23
Puisi Resensi
Rindu Pulau Sebrang Oleh: Arum Fitriana Teriakan rindu Di malam yang tak berbintang Wahai angin, sudikah kau bersahabat denganku
Alam Sesungguhnya
malam ini?
Oleh: Ikhtaroza Salamatun
Betapa tak luluhnya hatiku untuk menahan
Foya-foya, berkelana, hura-hura Tak terbesit sedikitpun tentang karma Yang ada hanya kesenangan dunia fana
rindu Yang setiap hari harus kurasakan
Berlomba-lomba berburu rupiah Berlomba-lomba berburu gelar sarjana Tapi apa daya, Jika semua tak sesuai asa
Sakit .... Berat .... Bahkan ingin memberontak pada dunia Satu tahun sudah aku meninggalkannya
Keelokan dunia membutakan mata Menggilakan gairah jiwa Menjerumuskan ke jurang nestapa, Bahkan neraka
Saat itu dengan langkah gontai aku pergi Meninggalkannya bersama air mata Jambi ....
Tak berfikir semua hanya semu dan tak selamanya Alam barzah lah tempat mereka singgah Berpulang ke Yang Maha Kuasa Bukan dengan pahala, namun dengan sejuta dosa
Ya, Dialah yang telah kutinggalkan saat itu Setelah kusadari ternyata rindu itu berat Bahkan sesak Aku ingin pulang Menghapuskan semua rindu yang tak sudah Karena menatapnya dengan kuasa Tuhan Adalah inginku saat ini Bahkan sampai aku benar-benar bisa menatapnya
24
Puisi
25
Puisi
Pulanglah
KALA
Oleh: Ana Risqiana
Oleh: Indah Kurnianik
Kala malam datang menghantam, dan hampa
Tetesan rindu mulai tak terbendung
mulai tertanam
Ada sesuatu yang tak terungkapkan
Kala hujan mulai mengguyur, dan rindu ini
Mungkin mereka semua tahu
tumbuh semakin subur
Tapi tak semuanya mengerti
Kala suasana berubah kelam, dan sosokmu
Segudang rindu dari sebuah perantauan
selalu membuatku tenggelam
Serta cahaya dari sebuah perjuangan
Kala mendung datang menghampiri, dan jarak
Hanya menyisakan selembar kertas
selalu membuatku iri
Dengan sebuah tambahan nama belaka
Kala zona waktu mulai berubah, dan mengingatmu adalah sebuah musibah
Beberapa yang disana senang, lelah, bahkan lupa
Kala bintang enggan bersinar, dan bayangan
Rasa tanggungjawab pun mungkin tak ada
wajahmu enggan tuk pudar
Mereka lupa dengan kulit yang melindunginya
Kala petir datang menyambar, dan menanti
Tempat dimana mereka mulai bersentuhan
waktu untuk bertemu perlulah sabar
dengan dunia
Kala suara tak lagi merdu, dan suasana hati berubah sendu
Pulanglah,
Kala rasa semakin miris, dan keadaan ini
Kembalilah dengan sebuah cahaya yang bersinar
membuat hatiku teriris
darimu
Kala langit berubah petang, dan akulah orang
Sinari mereka yang ada disekelilingmu
pertama yang ingin pulang
Tak usah berharap sang surya menghampirimu Karena sinar dari perjuanganmu lebih berarti
26
Puisi
Perpisahan Oleh: Yokastama Adhi Prasetya
Dalam tatanan kehidupan yang mereka sebut keabadian Kau bersemayam tinggali memori kisah tentang kita yang menyertainya Kuucap namamu lirih Kupeluk erat kenangan demi kenangan Sebelum hamparan waktu biaskan kita Dan ruang pisahkan raga Tak ada kata terucap disana Tak ada lagi senyum yang merekah merona Ingatanku tertuju pada saat pertama jumpa Saat kau menemukanku diantara milyaran manusia Yang kini aku mendatangimu Untuk mengantar kepergianmu
27
Duka yang kau tebarkan, menyisakan kehampaan Aku pun tak pantas untuk salahkan keadaan Termasuk waktu Termasuk dirimu Hatiku berdiskusi untuk melepasmu merelakan kehilangan Kau kembali pada pangkuan sang Ilahi Menjajaki perjalanan sunyi, berpulang untuk abadi Jiwamu damai bersama warna-warni bunga surga Hingga saatnya telah tiba,akankah aku menemuimu? Masihkah kau mengenaliku?
Pulang Oleh: Indah Kurnianik Ketika pulang adalah sebuah pilihan, Namun berjuang adalah sebuah kewajiban
Apakah menyerah adalah sebuah pilihan? Ketika resah selalu mengusik pikiran,
Ketika rindu adalah keinginan,
Namun hati dipaksa untuk selalu
Dan bertemu merupakan sebuah angan
menenangkan
Ketika semua hal tak mampu kau ucapkan,
Ketika gundah sudah menjadi teman,
Namun hanyalah ilusi yang ada dipikiran
Dan "pulang" hanyalah sebuah kata yang tak
Ketika kenyataan terlalu berat untuk
mampu untuk diwujudkan
dilakukan,
27
Resensi
Mimpi Sederhana Gadis Desa Untuk Mondok Peresensi : Nina Fitriani
Kita seringkali mempersepsikan bahwa
serba kekurangan, Yasmin tidak pernah mengeluh.
orang desa selalu identik dengan hal-hal yang
Meskipun emaknya sering sekali marah-marah,
berbau tradisional, kuno, dan ketinggalan jaman.
adik-adiknya kadang rewel, cacak atau kakaknya
Perputaran hidupnya selalu tentang bercocok
yang memiliki keterbelakangan mental sejak lahir, ataupun bapak
t a n a m ,
Yasmin yang
beternak, menyabit rumput, mandi di sungai, dan l
a
i
n
sebagainya. Pendidikan bukan menjadi hal utama. Jika mereka bisa makan tiga kali
Judul Buku : Yasmin Penulis : Diyana Millah Islami Penerbit : Bunyan, Yogyakarta Terbit : 2014 Tebal : 263 Halaman ISBN : 978-602-291-013-8
sakit-sakitan. Rumah Yasmin dekat dengan pondok pesantren Kiai Durahem. Setiap pulang sekolah, k a d a n g Ya s m i n pergi ke pondokan untuk ikut mengaji bersama dengan
sehari, itu
santri di sana, tentu dengan izin sang emak. Atau
sudah lebih dari cukup. Tetapi semua menjadi berbeda ketika
terkadang jika Yasmin sedang disuruh emaknya
mengenal sosok gadis kecil bernama Yasmin. Ia
untuk membeli bahan menjahit, ia mampir ke
tinggal di salah satu desa bernama Tegalamat di
pondok karena tokonya berada di sekitar pondok.
daerah Madura yang masih kental dengan
Berawal dari sana, Yasmin jadi ingin mondok.
budayanya. Ia seorang yang pandai, memiliki
Setiap hari bisa belajar mengaji bersama teman-
keinginan serta tekad yang kuat, dan sangat sayang
temannya, belajar menulis arab pegon, belajar
terhadap keluarganya. Hidup dengan keadaan
membaca kitab kuning, dan lain sebagainya.
28
Resensi “... Emak masih membutuhkan tenaga kamu, Min. Kalau kamu mondok, siapa yang akan
ternyata Yasmin tidak mendapat juara, ia pun kabur karena merasa takut mengecewakan emak.
Emak suruh mengobras nanti? Membeli kancing,
Kaburnya Yasmin membuat emak dan
benang, dan lain-lain. Bapak juga belum sehat
bapaknya sangat khawatir. Emak bahkan
benar, siapa yang akan merawat Bapak?� (hlm.
menyalahkan dirinya sendiri, karena dia tidak
200).
pernah mengizinkan Yasmin mondok, makanya Terlihat sekali jika Mak Tik, ibu Yasmin
dia kabur. Yasmin kabur ke pondok, ke tempatnya
tidak menyetujui keinginan mondok anaknya itu
Halimah. Dia menceritakan apa yang dialaminya
walau seberapa Yasmin merengek. Yasmin tau,
pada Halimah. Kemudian Halimah juga
emaknya pasti lelah dengan semua keadaan yang
menceritakan seorang pemikir islam yang sangat
ada. Selain mengurus rumah tangga, Mak Tik juga
hebat yakni Muhamad bin Ali at-Tirmidzi. Dia
menjadi tulang punggung perekonomian keluarga.
ingin mengembara bersama dua orang temannya
Tapi tetap saja, Yasmin ingin mondok seperti
untuk menuntut ilmu, tapi karena tidak tega
teman-teman sepermainannya yang lain.
meninggalkan sang ibu yang lemah dan sakit-
“... Aku hanya ingin belajar di pesantren,
sakitan, Tirmidzi memutuskan untuk tetap tinggal.
tapi juga tak ingin menyakiti hati emak. Aku ingin
Hingga datang seorang laki-laki yang mengajari
berilmu seperti Ali dan para sahabat nabi lainnya,
ilmu pada Tirmidzi sampai dia pandai melebihi
tapi aku juga ingin berbakti seperti bakti Fatimah
kedua temannya. Ternyata laki-laki itu adalah Nabi
kepada ayahanda Nabi Muhammad Saw.� Salah
Khidir as. Lalu, kenapa Tirmidzi mengalami
satu ungkapan Yasmin tentang begitu besarnya
keberuntungan seperti itu? Karena dia berbakti
keinginan dia untuk mondok. Hingga pada suatu
kepada ibunya. (hlm. 249).
k e t i k a , Ya s m i n m e w a k i l i p e r l o m b a a n
Dari sana kemudian Yasmin sadar, dia
menggambar tingkat kabupaten dari sekolahnya,
ingin berbakti pada emak dan bapaknya. Yasmin
ia meminta pada emak jika berhasil menjadi juara
tidak akan merengek lagi meminta untuk
satu, Yasmin dibolehkan mondok. Jika Yasmin
dipondokkan pada emaknya. Tapi tiga tahun
tidak bersungguh-sungguh untuk mendapatkan
kemudian, setelah bapak Yasmin sembuh, Yasmin
juara satu, itu berarti ia tidak benar-benar ingin
bisa mondok, mencapai mimpi kecilnya, dengan
mondok, kata emaknya yang dianggap Yasmin
biaya dari hasil jahitan emak yang sengaja
sebagai tanda setuju bahwa ia boleh mondok.Tapi
disisihkan untuk Yasmin mondok kelak.
29
Resensi Karakter yang diperankan masing-
Novel ini sangat menginspirasi, tentang
masing tokoh disini sangat kuat. Dari mulai Mak
mimpi sederhana seorang gadis kecil bernama
Tik dan Sulaiman, sebagai ibu dan bapaknya
Yasmin untuk mondok, dan lika liku perjuangan
Yasmin. Misrun, sebagai kakak Yasmin. Fatma,
untuk dapat mencapainya, serta bisa mengetahui
Mamad, dan Sholeh, sebagai teman-teman
berbagai kearifan lokal masyarakat Madura yang
Yasmin. Hasan, sebagai guru Yasmin, dan
diceritakan sangat apik oleh sang penulis.
Halimah, sebagai anak dari Kiai Durahem, pemilik pondok pesantren.
Mau Karyamu Dimuat? Ayo Kirimkan Ke: kotaksurat.almizan@gmail.com
30
Resensi
Tiga Kali Menyeberang Menuju Kehidupan yang Abadi Oleh: Mei Khasanatun Nisa Nama Buku Nama Penulis ISBN Berat Produk Ukuran Tebal Terbit Penerbit
: Merantau ke Delli : Buya Hamka : 9786022503880 : 0,2 kg : 20,5 cm x 14,5 cm : 204 halaman : Mei 2017 : Gema Insani,Jakarta
Ramai dan riuh rendah suasana di kebun
para pedagang kain karena barang dagangan
kala malam pergantian bulan, sebab pada saat
mereka akan laris manis pada hari itu dan para
itulah para pekerja kebun mendapatkan gajinya
penghutangpun membayar hutang-hutangnya. Hal
sebagai upah atas kerja kerasnya selama satu bulan
demikian juga yang dirasakan oleh Leman,
penuh. Akan tetapi, keramaian itu tidak serta merta
seorang pemuda asal Minangkabau yang bersama-
menunjukkan kebahagiaan. Karena gajian yang
sama temannya ikut mengadu nasib ke lingkungan
31Poenale Sanctie. Lingkungan yang penuh dengan
mereka terima sudah pasti hilang dalam sekali waktu. Uang itu digunakan mereka untuk
penderitaan dan arbitrer para tuan tanah.Lain
membayarkan hutang-hutang yang sudah
dengan para pedagang kain, lain pula dengan para
menggunung guna melangsungkan hidup di hari-
pekerja wanita yang berasal dari tanah Jawa.
hari sebelumnya.
Mereka yang tidak tahu menahu betapa pedihnya kehidupan di Delli. Mereka yang menginginkan
Namun ada pula senyum tersendiri dari
31
Resensi kehidupan yang lebih baik. Setelah sampai di
syarat akan nilai adat istiadat. Ketika kita melihat
tanah Delli itu barulah mereka merasakan makna
keadaan para pemuda sekarang yang sudah
dari sebuah pepatah yang mengatakan 'Laut Sakti
semakin menjauh dari nilai-nilai moral yang
dan Rantau Bertuah'. Hidup di perantauan
terkandung dalam masyarakat, buku ini sangat
bukanlah hal yang mudah, menjadi kuli orang-
rekomended sebagai bacaan, sebab karya Buya
orang besar yang semena-mena. Hidup jauh dari
Hamka ini bukan sekedar novel yang tertulis
orang tua. Dan harus selalu siap dengan segala
hanya berdasarkan imajinasi semata. Akan tetapi,
konsekuensi. Ada keberuntungan tersendiri bagi
novel ini merupakan buah karya yang lahir melalui
wanita-wanita yang cantik, karena mereka akan
pengamatan secara langsung yang dilakukannya
diperistri oleh para mandor. Meskipun menjadi
ketika menjadi seorang guru agama di suatu pasar
istri yang ke-dua, ke-tiga atau ke-empat, akan
kecil, tempat hidup para pedagang kecil, bernama
tetapi kehidupan mereka lebih terjamin dari pada
Pekan Bajalinggai yang terletak didekat Tebing
para kuli yang lainnya.
Tinggi, Deli.
Salah satu dari wanita cantik itu adalah
â€œâ€Ś tiga kali kita menyeberangi hidup,
Poniem yang menjadi istri simpanan salah
apabila ketiga kalinya telah diseberangi dengan
seorang mandor besar di perkebunan tersebut.
selamat, bahagialah kita. Pertama hari kelahiran,
Namun setelah masa kontraknya habis, Poniem
hari suci. Kedua hari pernikahan, hari bakti. Ketiga
bertemu dengan Leman. Seperti mendapatkan
hari kematian, hari yang sejati.� (Halaman: 19)
pertolongan yang tak terduga. Pada akhirnya
Selain menyampaikan hakikat sebuah pernikahan,
Poniem meninggalkan perkebunan dan menikah
penulis juga menyampaikan bahwa sejatinya
dengan Leman. Namun sayangnya setelah
seluruh manusia akan mengarungi tiga samudera
menelan janji-janji manis dan menjalani lika-liku
besar dalam kehidupan sebagaimana dalam
rumah tangga, Poniem harus merasakan nasib
kutipan tersebut. Yang pada akhirnya
malang.
mengantarkan kita untuk kembali pulang ke Novel karya Haji Abdul Malik Karim
kehidupan yang abadi.membaca buku ini menjadi
Amrullah atau yang masyhur dengan nama
sebuah hiburan dan keasyikan tersendiri, sebab
BuyaHamka yang berjudul Merantau ke Delli ini
dapat menemukan banyak tutur bahasa yang
menguak nilai-nilai besar di dalamnya.Tentang
menggunakan kaidah sastra yang indah.
sebuah cita-cita, perjuangan, kesetiaan, dan juga
32
Sosok
Nabi Kegelapan itu Gus Muh Oleh: Fenny Ardhila Ada yang menarik di ruangan yang
Kalijaga Yogyakarta (Sejarah Peradapan Islam)
penuh ornamen tulisan dan gambar yang
dan dua-duanya tidak rampung semua.
berwarna-warni itu. Di tengah kesibukan orang-
Mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia
orang yang membolak-balikan kertas yang
(PII), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
lumayan cukup tebal nan besar itu, dia disana. Dia
(PMII), Dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
seorang laki-laki dengan tubuh agak tambunnya ,
ini merupakan salah satu sastrawan bangsa yang
pakaiannya yang hanya sebatas kaos polo merah
telah mewarnai dunia sastra Indonesia dengan
yang dipadukan dengan celana pendek sebatas
torehan penanya yang tajam. Gaya tulisannya
lututnya itu, terkesan biasa ala kadarnya. Duduk
yang frontal dan terkadang terkesan vulgar itu
berhadapan dan bercengkrama dengan tamu yang
membuat si pembaca harus berkonsentrasi penuh
baru saja tiba di singgasana yang dikelolanya. Tak
untuk memahami dan mendalami alur cerita yang
disangka, dialah tokoh utama yang namanya
terjadi dalam karya itu. Pasalnya penggunaan
sempat fenomenal
bahasa dan pemilihan kalimat yang digunakannya
berkat karyanya yang
kontroversial. Dialah Muhidin M. Dahlan.
itu sebenarnya sederhana. Namun, dibeberapa
Muhidin M Dahlan sendiri ialah seorang
karyanya ia mengungkapkan sebuah cerita
Novelis yang lahir dan tumbuh di Donggala,
dengan menghubungkan dengan hal diluar logika.
Sulaewsi Tengah pada 12 Mei 1978. Ia
Sehingga dari karyanya itu secara tersirat
menamatkan status pelajar di tanah kelahirannya
membuat si pembaca
hanya sampai strata sekolah menengah kejuruan
ikut membayangkan
a p a
saja. Setelah itu, dalam perjalanan hidupnya ia
yang sedang terjadi
dala
“hijrah� ke pulau sebrang, dimana orang
m ceritanya.
menyebutnya sebagai kotanya pelajar
Muhidin M
(Yogyakarta). Disana ia melanjutkan studynya
an atau yang
untuk menjadi seorang mahasiswa di IKIP
a k r a b
Yogyakarta (Teknik Bangunan) dan IAIN Sunan
dipanggil
33
untuk
Dahl
Sosok novelnya.
Gus Muh ini berkidmat kepada dunia baca tulis, dan total dalam menjalaninya. Dalam
Tak kurang dari 10 judul Novel sudah di
kesehariannya, selain terus membaca dan menulis
tulisnya. Dan dari novel yang telah dibuatnya itu
juga menjadi pustakawan di Yayasan Indonesia
ada beberapa judul yang sempat kontroversial dan
Buku.
fenomenal yang sempat mengguncang publik. Sebelumnya Gus Muh juga merupakan
Ditengah kecaman itu, ia menerimanya
mantan anggota LPM EKSPRESI IKIP
dan pernah membuat Majelis Mujahidin
Yogyakarta. Sehingga jangan ditanyakan jika ia
Indonesia melayangkan somasi kepadanya. Dan
sudah lebih dulu memiliki bekal dan pengalaman
dikesempatan bedah karyanya, ia pernah di
didalam dunia tulis menulis maupun jurnalistik.
sumpahi dan dilaknat oleh kelompok muslim.
Ia mencoba mengasah bakat sekaligus menapaki
Namun, yang lebih luar biasanya lagi ia diberi
karirnya di berbagai perusahaan penerbitan.
gelar Nabi Kegelapan dalam sebuah forum
Seperti penerbit Kreasi Wacana Yogyakarta,
diskusi ketika masalah itu melandanya.
Jalasutra Yogyakarta, Scripta Manent
Ia pernah menjadi alumni dari sebuah
Yogyakarta, Yayasan Indonesia buku, hingga
komunitas yang membenci ideologi negara dan
penerbit Lentera Dipantara Jakarta sebagai
menganggap mengebom gereja itu prestasi.
spesialis pemberi kata pengantar dan back cover
Namun, kini tersadar bahwa itu salah hingga ia
karya –karya Pramoedia Ananta Toer sampai
menuangkan segala sifat kritis dan gugatannya
sekarang.
dengan sastra, dengan tulisan, salah satu cara
Bisa dibilang Gus Muh ini orang yang
yang elegan dalam berpolemik. Ia tahu karena ia
mampu berbicara melalui karya sastra. Lewat
merasakannya dan pernah mengalaminya dan ia
karya sastra yang ditulisnya, ia mampu
ungkapkan menjadi sebuah cerita. Sebab
menyampaikan pesan tersirat dari alur cerita
pemahaman mereka dalam menerjemahan nilai-
buatannya. Hingga tak segan-segan ia menyeret
nilai agama itu masih sempit dan sektarian.
pembaca untuk ikut terhanyut dan bahkan
Dalam kesempatan yang terbatas di awal
terjerumus akibat salah menafsirkan pesan dari
bulan lalu itu, ia mengungkapkan bahwa semua
novel yang ditulisnya. Bahkan, ia pernah
karyanya itu hanyalah cerita. Masalah realita
menggoreskan luka dan hati dari sejumlah
ataupun diluar logika itu urusan saya (Gus Muh).
kalangan dengan beragam kesan akibat membaca
Hanya sebatas karya sastra untuk dibaca.
34
Tips
Cara Ampuh! Jadi Sang Juara Ala Putri Ayu Oleh: Arini Sabrina
Dalam hidup, setiap orang ingin menjadi sang juara. Bukan hanya sekedar soal lebih unggul daripada orang lain, namun ini soal cara meraih tujuan yang hendak dicapai. Menjadi seorang atlet dan menjadi mahasiswi misalnya, itu memang bukan halyang mudah. Keduanya harus imbang. Butuh pengorbanan yang besar untuk menjalani keduanya. Putri Ayuningtyas namanya. Gadis kelahiran kota Pekalongan yang mengambil jurusan Ekonomi Syariah di IAIN Pekalongan itu sering menyabet juara tenis meja baik tingkat lokal maupun nasional. Atlet tenis meja yang tahun lalu menjadi juara di PIONIR 2017 ini mempunyai tips untuk dirinya agar tetap bisa meraih impiannya yaitu menjadi sang juara. Namun tidak menutup kemungkinan tipsnya ini bisa ditiru bagi anda yang ingin menjadi sang juara. Tips yang pertama yaitu harus suka. Ketika ingin menjadi sang juara maka diwajibkan untuk suka terlebih dahulu. Suka pada bidang yang anda tekuni, karena kalau sudah suka maka anda akan senang hati melakukannya tanpa beban sedikitpun. Tips yang kedua yaitu harus ingat tujuan. Fokus untuk menjadi sang juara itu tak ada salahnya dijadikan sebagai tujuan karena setidaknya anda punya target. Selama proses yang Anda kerjakan itu memang dirasa sudah
maksimal, no problem right? Ketiga, ingat orang-orang disekeliling anda yang selalu memberi motivasi dan semangat, seperti orang tua, pelatih, guru, sahabat, teman, pacar (kalau punya) dan yang lainnya. Jangan biarkan mereka menaruh harapan kosong pada anda. Mereka akan ikut bahagia dan bangga dengan diri anda. Jadi buktikan jika anda memang pantas menjadi sang juara dan pantas membahagiakan mereka. Lalu bagaimana cara untuk menjadi sang juara? Caranya ya dengan perbanyak latihan dan praktek dibidang yang anda tekuni. Ada peribahasa Inggris mengatakan practice makes perfect yang artinya praktek membuat jadi sempurna. Yang mengandung pesanbanyakbanyaklah berlatih/praktek, maka ilmu dan pengetahuanmu akan menjadi sempurna, yaitu bagus. Bukankah pepatah Arab juga mengatakan ٍ اَﻟْﻌِﻠْﻢُ ﺑِﻼـَ ﻋَﻤَﻞٍ ﻛَﺎﻟـﺸَﺠَﺮِ ﺑِﻼــَ ﺗَﻤَﺮyang artinya ilmu yang tidak dipraktekkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Nah, seusai anda berlatih, praktek dan berusaha maksimal, maka do'a menjadi jalan terakhir dalam perjalanan dan perjuangan. Anda tau bukan bahwa doa tanpa usaha itu bohong dan usaha tanpa doa itu sombong. Selamat berjuang wahai calon sang juara.
35
Komik
36
Pimpinan Umum Rizka Apriliana
Ketua Keorganisasian Muhammad Arsyad
Pimpinan Redaksi Arini Sabrina
Sekretaris Umum Mei Khasanatun Nisa
Redaktur Buletin Sastra Nurul Fadlilah
Redaktur Buletin Sastra Nina Fitriani
Divisi Jaker Ikhtaroza Salamatun
Redaktur Pelaksana Majalah Ulfatunnisa
Divisi Kaderisasi Chilya Machrusoh
Redaktur Pelaksana Majalah Dewi Pujiati
Divisi Kaderisasi Asnalia Rohmah
Redaktur Media Online/Mading
Redaktur Media Online/Mading
NaelaYusna
Misbakhul Munir
Divisi Jaker Diyah Wulandari
Bendahara Umum Elif Hudayana
Divisi Jaker Sekar JatiRuci
Divisi (Litbang) Fenny Ardhila
Layouter Zufar Rafi Z.
Redaktur Buletin SM Yusuf Mantoro
Redaktur Buletin SM Saiful Ibad
Divisi (Litbang) Mucharom Syifa
Layouter Zaenal Mustakim
Editor Ikhrom Khoirudin
Pulanglah Pulanglah, Kembalilah dengan sebuah cahaya yang bersinar darimu Sinari mereka yang ada disekelilingmu Tak usah berharap sang surya menghampirimu Karena sinar dari perjuanganmu lebih berarti
foto by PxHere