Policy brief 4, muslimat

Page 1

OPTIMALISASI ANGGARAN PEMBANGUNAN DAS A. Pendahuluan Banjir adalah peristiwa terbena mnya daratan (yang biasany a kering) oleh volume air yang meningkat karena peluapan air yang melebihi batas akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Meluapnya air yang mengakibatkan banjir seperti di beberapa daerah di Indonesia seperti DKI Jakarta, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Banjar memiliki kekhasan tersendiri, yang tidak semata disebabkan oleh curah hujan yang tinggi namun disebabkan juga oleh menurunnya kapasitas sungai untuk mengalirkan air dari hulu ke hilir serta menurunnya resapan di hulu sungai sedangkan di sisi lain aliran permukaan bertambah besar. Penyebab banjir sendiri ada yang bersifat alamiah, dan ada juga yang merupakan dampak dari perbuatan manusia. Di antara penyebab banjir antara lain hujan deras secara terus menerus dalam beberapa hari, adanya penyempitan dan pendangkalan sungai dan situ, adanya alih fungsi lahan (menjadi tempat permukiman, perkantoran, pertokoan, jalan & tempat parkir) hingga daya serap air hujan tidak ada. Letak geografis seperti permu-kaan tanah lebih rendah dari dae-rah sekitarnya, di mana tidak terdapat saluran pembuangan air yang berfungsi untuk memin-dahkan air ke lokasi lain yang lebih tinggi serta permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut yang sedang pasang menyebabkan daerah tersebut rentan banjir. Secara teoritis Hidrolog menyebutkan bahwa air hujan dapat merembes ke tanah atau mengalir ke sungai. Gejala banjir mulai terlihat ketika hujan terjadi terus menerus dalam waktu yang lama sehingga tanah tak mampu menyerap air hujan. Hujan yang berlangsung lama juga mengakibatkan meluapnya air sungai dan jika

air hujan tersebut melebihi daya tampung sungai maka akan terjadi banjir. Melihat dampak banjir dan pentingnya memiliki system manajemen banjir di Indonesia, Muslimat NU sebagai organisasi kemasyarakatan yang tujuan didirikannya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia terpanggil menyelenggarakan menelitian tentang pengelolaan banjir sebagai bekal bagi organisasi untuk berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan dalam mengurangi dampak banjir dan derita masyarakat akibat banjir.__________________ Banjir di Indonesia memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan banjir yang ada di Negara-negara lain. Kondisi geografis Indonesia antar daerah yang berbeda-beda berimplikasi pada pembangunan infrastruktur yang juga berbeda. Masyarakat yang berdomisili di lereng gunung merapi yang kerap menghadapi banjir bandang memiliki gaya adaptasi yang berbeda dengan masyarakat perkotaan seperti DKI Jakarta yang ketika banjir banyak menggantungkan hidupnya dari bantuan pemerintah. Justru masyarakat yang berdomisili di lereng gunung merapi seperti di Kabupaten Lumajang Jawa Timur misalnya, menganggap banjir sebagai anugerah karena air banjir dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, memasak, mandi) dan juga untuk mengaliri sawah-sawah penduduk. Banjir membuat sebagian hak masyarakat hilang, sebagaimana banjir yang merusak rumah, membuat masyarakat kehilangan harta kekayaan mereka, menurunkan standar hidup masyarakat, membuat masyarakat merasa tidak aman dan tidak nyaman, serta mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Banjir juga membawa kerugian materi dan non materi. Kerugian materi dapat berupa hilangnya harta benda yang hanyut oleh air sedangkan kerugian non materi berupa trauma serta perubahan struktur sosial oleh adanya ketidakstabilan infrastruktur di daerah rawan banjir. Banjir dapat merusak sarana dan prasarana seperti rumah, gedung, jembatan, dan jalan. Banjir dapat memutuskan jalur transportasi, merusak dan bahkan menghilangkan peralatan, perlengkapan, harta benda dan bahkan jiwa manusia serta pemadaman listrik. Banjir yang terus menerus mengakibatkan masyarakat rentan dengan wabah penyakit. Pengelolaan banjir yang efektif diharapkan dapat mengurangi kejadian banjir dan mengurangi derita masyarakat yang tinggal di lokasi rawan banjir di Indonesia.


dan Kota Banjarmasin Sebelah Utara : Kabupaten Tapin Seb. Selatan : Kab. Tanah Laut dan Kota Banjarbaru

Melihat dampak banjir dan pentingnya memiliki system manajemen banjir di Indonesia, Muslimat NU sebagai organisasi kemasyarakatan yang tujuan didirikannya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia terpanggil menyelenggarakan menelitian tentang pengelolaan banjir sebagai bekal bagi organisasi untuk berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan dalam mengurangi dampak banjir dan derita masyarakat akibat banjir. Selain itu, hasil penelitian tersebut diharapkan memberi masukan bagi para pe-ngambil keputusan agar mengalokasikan anggaran pengelolaan banjir yang rasional. Penelitian difokuskan pada alokasi penge-lolaan anggaran banjir dan realisasi pelaksanaannya, serta kebutu-han infrastruktur potensial untuk mening-katkan atau menjaga fungsi alamiah arus sungai di lokasi sampel yang dipilih, yaitu Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan dan Kabupaten Lamongan di Jawa Timur. Sekalipun kedua kabupaten terpilih tergolong sebagai daerah rawan banjir, namun kondisi geografis kedua daerah relatif berbeda. Gambaran yang berbeda antara kondisi antar satu daerah rawan banjir dengan da-erah rawan banjir lain, seperti kasus Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Banjar diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan pembangunan infrastruktur yang tidak harus sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. B. Profil Daerah Rawan Banjir; Studi Kasus Kab. Banjar

Kabupaten Banjar terbagj menjadi 19 Kecamatan. Ketinggian wilayah Kabupaten ini berkisar antara 01.878 meter dari permukaan laut (dpl). Ketinggian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan letak kegiatan penduduk, atas dasar pertimbangan tersebut ketinggian digunakan sebagai penentuan batas wilayah tanah usaha, dimana 35 % berada di ketinggian 0-7 m dpl, 55,54 % ada pada ketinggian 50-300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpi. Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu tergenang (29,93%) 1 sebagian lagi (0,58%) tergenang secara periodik .

Berdasarkan data yang tercatat pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, jumlah rumah tangga pada pertengahan tahun 2010 mencapai 134.289 RT, dengan jumiah penduduk 506.839 orang yang terdiri dari 257.320 laki-Iaki dan 249.519 perempuan, dengan sex ratio 103 yang berarti hampir tidak ada perbedaan jumlah menurut jenis kelamin. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Martapura dengan kepadatan 2.414 penduduk per kilometer persegi.

Wilayah Kabupaten Banjar secara geografis terletak pada koordinat 2째49'55" -3째43'38" Lintang Selatan dan 114째30'20" - 115째35'37" Bujur Timur dengan luas 2 4.668,50 Km , Ibukota Kabupaten Banjar adalah Martapura. Berdasarkan letaknya Kabupaten Banjar berbatasan dengan:

C. Penyebab dan Dampak Banjir; Studi Kasus Kab. Banjar

1

Sebelah Timur : Kab. Kotabaru Sebelah Barat : Kab Barito Kuala

Kabupaten Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar 2012


Banjir merupakan salah satu bencana yang tidak asing bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Air banjir bisa menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu. Kabupaten Banjar secara geografis memiliki potensi banjir, apalagi Kabupaten Banjar termasuk daerah konfergensi awan. Di Kabupaten Banjar, banjir adalah bencana rutin yang datangnya tiap tahun. Banjir di daerah merupakan fenomena kejadian alam yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar. Jenis banjir yang terjadi di Kabupaten Banjar antara lain : 1. Banjir sungai yakni banjir yang terjadi karena air sungai meluap yang menimbulkan banjir bandang dengan waktu yang relative singkat maupun berdampak genangan dengan masa waktu yang cukup lama 2. Banjir Danau atau waduk yakni banjir yang terjadi karena air danau/ waduk yang meluap atau banjir yang terjadi karena jebol waduk 3. Banjir bandang dan rob yakni banjir yang disebabkan oleh fenomena masuknya air laut yang terjebak di daratan dan mengakibatkan genangan.

Survey yang dilakukan oleh Pimpinan Pusat Muslimat NU pada Januari 2013 hasilnya tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh UNPAM dan Pemerintah Kabupaten Banjar tentang penyebab dan dampak banjir di Kabupaten seribu sungai ini. Survey PP Muslimat NU menyebutkan bahwa Kab. Banjar merupakan daerah yang sering kebanjiran (97,9%). Penyebab banjir oleh adanya hujan deras

dalam waktu lama (62,5%), banjir kiriman dari hulu sungai (51,5%), banjir kiriman dan hujan deras (42,5%). Masyarakat yang mengalami dampak banjir (85,4%). Banjir menyebabkan kerugian materi berupa rusaknya perabotan rumah tangga, kendaraan bermotor rusak (30,95%) dan kerugian immateri berupa terjangkkit penyakit kulit, trauma (100%). Kondisi topografi, tutupan lahan, curah hujan serta penggunaan lahan yang tidak berwawasan lingkungan menyebabkan Kabupaten Banjar mempunyai potensi ancaman bencana yang cukup tinggi khususnya bencana banjir. Dari kajian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar penyebab terjadinya banjir di daerah ini antara lain: 1. Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan RTRW. Lahan yang seharusnya digunakan sebagai daerah resapan air, dibuka dan digunakan sebagai lahan pertambangan. 2. Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi, Penghijauan dan Restorasi 3. Pemanfaatan daerah resapan sebagai pemukiman 4. Kegiatan Pertambangan 5. Pendangkalan sungai 6. Pembuangan sampah yang sembarangan ke aliran sungai 7. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat 8. Pembuatan tanggul yang kurang baik 9. Air laut, sungai, atau danau yang meiuap dan menggenangi daratan.


Banjir telah mengakibatkan rusaknya sarana-prasarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah, tempat ibadah, perkantoran seperti pada tabel 2.

Banjir juga telah merendam rumah-rumah penduduk, tanaman, dan harta benda. Banjir mengakibatkan luapan air bah sehingga masyarakat sulit mendapatkan air bersih. Air hujan yang berlangsung lama dapat mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-tempat yang rendah sebagaimana pada tabel 3.

Tabel 4 Dampak Lingkungan

Dampak yang terjadi pada sektor sosial-ekonomi, banjir menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan dan hifangnya orang. Banjir juga mengakibatkan terganggunya kesehatan masyarakat umum dan juga terganggunya bermacam aktifttas masyarakat seperti pada tabel 4 tentang dampak banjir. Tabel 4 Dampak dan Korban Banjir

Tabel 3 Kerusakan Tanaman dan Sektor Pertanian

Banjir menyebabkan sungai menjadi dangkal, kolam dan danau pun juga mengalami pendangkalan oleh adanya endapan. Pasca banjir di daerah ini membuat lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah seperti di tabel 4.

Ketika banjir datang, penduduk mengalami kesulitan mengakses transportasi darat, udara dan laut karena jalanan dipenuhi dengan air selama berhari-hari. Banjir di Kabupaten Banjar menyebabkan berkurangnya ekosistem sumber daya hayati, berkurangnya nilai ekonomis hasil pertanian, kebun dan hutan.


Tabel 5 Dampak Pada Sektor Ekonomi

dukung sungai melemah dan penyebab utama terjadinya banjir.

akhirnya

menjadi

D. Rekomendasi Kebijakan

Penelitian yang dilakukan Pimpinan Pusat Muslimat NU pada Januari 2013 tentang Manajemen Banjir di Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa permasalahan banjir di daerah ini erat kaitannya dengan kondisi topografi yang dapat menyebabkan daerah ini rentan dengan bencana banjir. Kabupaten Banjar, juga Kabupaten lain di Provinsi Kalimantan Selatan dikenal dengan daerah seribu sungai dimana aktifitas masyarakat banyak tertumpu di sungai termasuk membuang sampah juga di sungai. Bahkan di masa lalu (di beberapa tempat juga masih ada), masyarakat melakukan aktifis hidupnya di sungai. Interaksi dengan warga masyarakat lainnya dilakukan di atas sungai. Perdagangan bahan-bahan makanan juga di atas sungai. Kondisi geografis yang menempatkan Kabupaten Banjar sebagai daerah sungai menjadikan daerah ini daya tampungnya kini tidak mampu menahan jumlah penduduk beserta aktifitas sosial-ekonominya. Aktifitas penduduk di atas sungai menyebabkan kapasitas daya

Selain faktor geografi, topografi dan kondisi sosial daerah Banjar tersebut di atas, melemahnya daya dukung sungai Martapura dalam membendung air hujar, faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab banjir adalah adanya pemantaan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW. Lahan yang seharusnya digunakan sebagai daerah resapan air, dibuka dan digunakan sebagai lahan pertambangan, belum lagi permasalahan penebangan hutan secara liar tanpa dibarengi oleh aktifitas reboisasi dan penghijauan. Melihat kondisi tersebut di atas maka rumusan kebijakan yang dapat direkomendasikan kepada para pengambil keputusan antara lain : 1. Memberikan kenaikan DAK untuk pembangunan DAS di Kabupaten Banjar dan Kalimantan Selatan pada umumnya sebagai upaya pencegahan banjir dari hulu 2. Optimalisasi anggaran normalisasi sungai 3. Membuat regulasi yang mengatur sangsi bagi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW. Lahan yang seharusnya digunakan sebagai daerah resapan air, dibuka dan digunakan sebagai lahan pertambangan maka pelakunya harus mendapat hukuman sebagaimana di atur dalam Perda No.3/2008.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.