MENYEMARAKKAN
DEMOKRASI DESA
Menyemarakkan Demokrasi Desa
1
2
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Tim Penyusun Koordinator
: Ahmad Hanafi Amy Supadmi Dewangga Saputra Erik Kurniawan Lusiningtyas Riyadh Ulfi Ulfiah Yuda Ferdinand
Pembimbing Editor
: Doni A Baruno Dedi Marquiz : Kurniadi
Menyemarakkan Demokrasi Desa
ŠJosh Estey/ USAID/ Program Representasi
3
Kata Pengantar “Bermula dari Training of Fasilitator (ToF) dan pelatihan di Jambu Luwuk bulan Agustus 2014, yang diselenggarakan oleh USAID/Program Representasi (ProRep), buku ini merupakan respons atas tantangan penyelenggara untuk menerapkan berbagai keterampilan yang diperoleh dari pelatihan tersebut.�
ŠFeri Latief/ USAID/ Program Representasi
Gagasan bergulir semenjak pelatihan belum berakhir. Alumni ToF perwakilan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh ProRep, Indonesia Parliamentary Center (IPC), Garut Governance Watch (GGW), dan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdatul Ulama (Lakpesdam NU) mulai berkolaborasi menjawab tantangan tersebut. IPC punya pengalaman konstituensi, GGW dan Lakpesdam punya basis dampingan. Muncullah gagasan untuk mengusulkan pelatihan meningkatkan partisipasi masyarakat desa. Di saat yang sama, alumni ToF dari lembaga Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) melihat basis dampingan ditingkat desa perlu peningkatan kapasitas dalam hal advokasi. YSKK mengusulkan pelatihan advokasi kreatif bagi masyarakat desa.
i
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Š Sheila Kartika/ USAID/ Program Representasi
Dua usulan pelatihan ini mempunyai latar belakang
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh
dan konteks yang sama yakni ingin memperkuat
tim konsultan Penala Sinergi, terutama kepada Doni A
pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 ten-
Baruno, atas bimbingannya yang telah memberi pela-
tang Desa. Undang-Undang Desa mengamanatkan,
jaran yang tak terhitung nilainya. Terima kasih kepada
bahwa ada tiga aktor utama dalam penyelenggaraan
LSM Jingga Media, yang turut berkontribusi untuk
pemerintahan desa, yaitu: BPD, pemerintah desa dan
mempersiapkan pelatihan dan mengambil tanggung-
masyarakat desa. Kedua usulan pelatihan ini melihat
jawab untuk memantau tindak lanjut pelatihan. Terima
aktor masyarakat yang masih lemah. Padahal, Un-
kasih juga kepada Desa Rawaurip Kabupaten Cire-
dang-Undang Desa mendorong ketiga aktor tersebut
bon, yang telah bersedia menerima peserta pelatihan
harus bekerja secara harmoni.
untuk melihat praktek langsung mengelola partisipasi.
Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan tersebut disusun
Akhir kata, buku ini tidaklah akan terbit tanpa dedi-
untuk memperkuat masyarakat desa agar setara ber-
kasi dari seluruh tim fasilitator sekaligus tim penyusun
peran dengan aktor yang lain.
buku. Meski karya ini tidak seberapa, semoga memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan demokratisasi di tingkat desa.
Februari 2015
Salam
Tim Penyusun
Menyemarakkan Demokrasi Desa
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul Tim Penyusun Kata Pengantar i Daftar Isi iii Glosarium vii
Panduan Penggunaan
Mengapa Diperlukan Buku Ini ? 1 Siapa yang Membutuhkan Buku ini ? 4 Siapa seharusnya Fasilitator ? 5 Siapa seharusnya Narasumber ? 5 Cara Menggunakan Buku ini ... 6 Sistematika Panduan Sesi 9 Metode Pelatihan 15 Tata Letak dan Peralatan Ruang Pelatihan 18 Cara Memulai Pelatihan 21 Daftar Periksa Peralatan Pelatihan 23
BUKU A Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa
24
1A. Panduan Sesi Menelisik Ruang Partisipasi Dalam Undang-Undang Desa 25 2A. Panduan Sesi Visualisasi Dari Masa Ke Masa Desa 31 3A. Panduan Sesi Strategi Mewujudkan Desa Impian 35 4A. Panduan Sesi Alur Perencanaan Dan Penganggaran Desa 39 5A. Panduan Sesi Perumusan RPJMDes 41 6A. Panduan Sesi Membangun Harmoni Para Pihak di Desa 47 7A. Panduan Sesi Strategi Komunikasi Efektif 51 8A. Panduan Praktek Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa 60 9A. Panduan Sesi RTL 65
iii
Menyemarakkan Demokrasi Desa
ŠJosh Estey/ USAID/ Program Representasi
BUKU B Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa
68
1B. Panduan Sesi Berbagi Cerita Advokasi Hebat 70 2B. Panduan Sesi Penyegaran (Refreshing) Materi Partisipasi dalam Undang-Undang Desa 75 3B. Panduan Sesi Penyegaran (Refreshing) Materi Aktor dan Peran Stakeholder Desa 77 4B. Panduan Sesi Menentukan Visi Advokasi 80 5B. Panduan Sesi Persiapan Advokasi a. Panduan Sesi Pemetaan Aktor dan Faktor 86 b. Panduan Sesi Pemetaan Kekuatan dan Tantangan 89 c. Panduan Sesi Pendalaman Isu : Saluran Advokasi 91 d. Panduan Sesi Merumuskan Strategi Advokasi 101 e. Panduan Sesi Rencana Aksi Advokasi 107 6B. Panduan Sesi Pelaksanaan Advokasi 111 7B. Panduan Sesi Simulasi Advokasi 116 8B. Panduan Sesi Paska Advokasi 118 9B. Panduan Sesi Rencana Tindak Lanjut 120
Menyemarakkan Demokrasi Desa
iv
BUKU C Seni Fasilitasi Pertemuan Desa
122
1C. Panduan Sesi Potret Diri 124 2C. Panduan Sesi Teori Pembelajaran dan Transformasi Sosial 131 3C. Panduan Sesi Peran dan Sikap Fasilitator 139 4C. Panduan Sesi Keterampilan Dasar Fasilitator 145 5C. Panduan Sesi Membangun Konsensus 152 6C. Panduan Sesi Mengelola Dinamika Kelompok 157 7C. Panduan Sesi Merancang Fasilitasi Pertemuan di Desa 170 8C. Panduan Sesi Praktik Fasilitasi 173
v
Menyemarakkan Demokrasi Desa
ŠFeri Latief/ USAID/ Program Representasi
BUKU D Seni Kesempurnaan Pelatihan
176
1D. Panduan Sesi Pembukaan Pelatihan 178 2D. Panduan Sesi Bina Suasana 180 3D. Panduan Sesi Pre-test Pelatihan 182 4D. Panduan Sesi Review dan Preview 184 5D. Panduan Sesi Barometer Mood atau Mood Meter 187 6D. Panduan Sesi Post-test Pelatihan 188 7D. Panduan Sesi Evaluasi Akhir Pelatihan 190 8D. Panduan Sesi Penutupan Pelatihan 191 Referensi 192
Menyemarakkan Demokrasi Desa
vi
GLOSARIUM
Advokasi
Fasilitasi
Adalah aksi strategis dan terpadu yang ditempuh secara perorangan maupun berkelompok, untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda politik (kebijakan) dan mengontrol para pembuat kebijakan, untuk mencari solusi bagi masalah tersebut, dan membangun basis dukungan bagi penerapan kebijakan publik, yang ditujukan bagi masalah tersebut.
Merupakan proses secara sadar untuk membantu sebuah kelompok agar sukses mencapai tugas dengan tetap masih berpegang kepada nilai-nilai partisipasi.
Appreciative Inquiry Adalah sebuah pendekatan yang menyelidiki kekuatan, harapan dan kemungkinan baru bagi sebuah komunitas atau organisasi.
Adalah lembaran-lembaran kertas yang membentuk album atau kalender yang berukuran 50x75cm, yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya. Dalam penggunaannya dapat dibalik jika pesan pada lembaran depan sudah ditampilkan dan digantikan dengan lembaran berikutnya
Brainstorming
Reframing
Adalah curah pendapat atau mengumpulkan ide-ide para peserta secara cepat dan sebanyak-banyaknya.
Pembingkaian ulang atas sebuah peristiwa, masalah atau percakapan dengan perspektif atau cara pandang lain yang fresh (segar) ketika menyeleksi isu.
Buzz Group Merupakan metode pelatihan yang melibatkan pembentukan kelompok dalam kelompok kecil dua atau tiga orang, dimana mereka duduk, dan dengan cepat “berbincang/ berdengung� mengenai jawaban terhadap pertanyaan atau masalah khusus.
Energizer Merupakan permainan-permainan yang digunakan ketika peserta tampak kehilangan semangat belajar, jenuh dan mengantuk.
vii
Flipchart
Gimmick Adalah sebuah trik atau menggunakan kata-kata ajaib yang dirangkai dimaksudkan untuk membangun sisi emosi orang lain, menarik perhatian, atau publisitas.
Ice Breaking Merupakan permainan dengan tujuan berusaha menghilangkan kebekuan-kebekuan dalam suasana pertemuan atau pelatihan, sehingga mereka saling mengenal dan saling berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang lainnya.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Partisipasi
Role Play
Adalah proses pelibatan mental, emosi dan fisik peserta dalam memberikan respon terhadap suatu kegiatan serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.
Adalah sebuah permainan, yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh berdasarkan karakteristik tokoh tersebut dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Istilah lain yang sering digunakan yakni bermain peran.
Probing
Sesi
Adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan lanjutan untuk memperoleh pengertian yang lebih baik.
Bagian logis mengenai sebuah isi atau topik yang dapat dipresentasikan dalam waktu yang memungkinkan, pada umumnya kurang dari dua atau tiga jam.
Refleksi Mempertimbangkan pengalaman sebelumnya untuk memperoleh pelajaran berharga darinya, untuk direnungkan, untuk penemuan.
Stakeholder Dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Dalam istilah lain sering juga dinamakan pemangku kepentingan. .
Review Adalah cara mudah mengingat apa yang telah dipelajari, meringkas apa yang sudah diketahui, mengaktifkan kembali apa yang sudah diciptakan, meresonansi ulasan secara singkat.
RPJMDes Singkatan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa adalah rencana kegiatan pembangunan desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Visi Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan citacita atau impian sebuah organisasi yang ingin dicapai di masa depan.
World Cafe Adalah sebuah metode curah pendapat dengan cara diskusi yang menyenangkan. Peserta mendapat masukan ide dari peserta lain dengan cara berkunjung ke meja atau dinding belajar. Jika ada yang tidak jelas, silahkan bertanya dan jika ada ide, silahkan tuliskan pada kertas stick note.
viii
1
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Mengapa Diperlukan Buku Ini? “Desember
2013, otonomi desa diakui secara politik oleh Negara dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kini, desa memiliki lembaga eksekutif dan legislatif, yakni pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dengan peran dan dukungan pembiayaan yang proporsional. Sementara bagian yudikatif mengikuti sistem peradilan yang sudah ada serta kelembagaan, serta kelembagaan yang memegang kekuasaan federatif, yaitu Musyawarah Desa sebagai Forum Permusyawaratan Tertinggi dan wujud demokrasi kerakyatan melalui permusyawaratan (deliberatif) di desa.� Berdasarkan Undang-Undang tersebut, desa dapat membuat peraturan desa, menyusun anggaran, mengelola aset dan mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Konsep pembangunan partisipatif terbuka lebar melalui mekanisme musyawarah desa, karena secara bertahap akan didukung pembiayaan mulai 2015 sebesar 40%, tahun 2016 sebesar 60% dan tahun 2017 sebesar 100%, dari total dana desa yang dijanjikan UndangUndang Desa dengan rata-rata Rp. 1,4 Milyar. Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, semakin mempertegas dan memberi panduan yang lebih jelas, bagaimana desa dikelola sebagai unit pemerintahan terkecil. Undang-Undang tersebut mengatur banyak hal, seperti: pembentukkan desa, pemecahan dan penggabungan desa, kewenangan dan struktur kelembagaan desa, mekanisme pembuatan aturan dan penganggaran desa, hingga pengelolaan aset desa. Hadirnya Undang-Undang Desa, telah membawa pengaruh terhadap sistem, kewenangan dan anggaran pembangunan desa serta tata kelola pemerintahan desa. Kondisi ini menuntut respons dari komunitas organisasi warga termasuk komunitas pemuda, kelompok/organisasi perempuan dan kelompok marginal ditingkat desa untuk mempersiapkan diri. Tujuannya, agar dapat berpartisipasi dan berperan lebih substantif dan strategis dalam politik, pemerintahan dan pembangunan desa.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
1
ŠJosh Estey/ USAID/ Program Representasi
Desa telah memperoleh modal politik dan anggaran
Partisipasi masyarakat hanya di tingkat prosedural,
yang cukup untuk pembangunan. Hal ini adalah se-
sebagaimana yang terjadi pada musyawarah pem-
buah peluang, terutama bagi desa-desa terpencil yang
bangunan desa (musrenbangdes) selama ini. Musren-
jarang tersentuh agenda pembangunan pemerintah
bang desa hanya disusun oleh sebagian elit di desa
tingkat pusat dan daerah. Desa tersebut kebanyak-
tersebut. Bahkan, di banyak desa hanya melibatkan
kan masuk dalam kategori daerah tertinggal. Peluang
kepala desa dan sekretaris desa. Dengan demikian,
desa untuk mengejar ketertinggalan 15 kriteria desa
proyek yang diusulkan juga menjadi bias kepentingan
tertinggal juga semakin tinggi1. Minimal, desa dengan
elit desa/kelurahan.
cepat merespon untuk menyediakan berbagai fasilitas jalan utama desa, air bersih, penerangan, kesehatan,
Episentrum pembangunan, kewenangan dan ang-
dan pendidikan, dilakukan secara partisipatif.
garan telah bergeser ke desa, dengan demikian desa akan menjadi medan advokasi yang strategis dalam
Dari sudut administrasi negara, pemerintah desa
mendorong sistem politik, pemerintahan dan pem-
dapat membuat perencanaan pembangunan, menge-
bangunan. Jika masyarakat tak turut berpartisipasi,
lola keuangan dan menyusun laporan secara mandiri.
maka lagi-lagi otonomi di tingkat desa hanya akan
Namun, tanpa bekal pengetahuan dan keterampilan
memunculkan kelompok-kelompok elit di desa.
yang cukup dari kepala desa. Peluang ini rawan secara akuntabilitas dan rentan terjerat kasus korupsi,
Sejumlah tantangan muncul. Pertama, kapasitas pe-
sebagaimana yang terjadi pada tiga kepala desa di
nyelenggara desa untuk melaksanakan kewenangan
Cianjur yang menyelewengkan dana bantuan desa
yang diberikan oleh Undang-Undang dan sumber
peradaban .
daya yang masih minim. Kedua, cara berpikir feodal
2
dan prosedural dari penyelenggara desa. Kapasitas Peluang-peluang yang diberikan oleh Undang-Un-
penyelenggara desa dan cara berpikir ini akan meng-
dang Desa mesti dimanfaatkan oleh masyarakat desa
hambat partisipasi dari kelompok-kelompok masyara-
itu sendiri. Kelompok pemuda, perempuan dan ke-
kat di desa. Akibatnya, bukan pembangunan, pem-
lompok marginal lainnya perlu meningkatkan kapasi-
binaan masyarakat atau pemberdayaan masyarakat
tas dirinya, untuk dapat berpartisipasi dalam pemban-
yang terjadi, tapi hanya aspirasi sebagian kelompok
gunan desa. Jika tidak berpartisipasi maka mereka
masyarakat yang kemudian diwujudkan.
tetap menjadi objek pembangunan saja, dan hanya akan dinikmati oleh sekelompok elit desa. 1 2
Pimpii. 2009. Desa Tertinggal. http://dreamindonesia.wordpress.com/2009/ 03/13/desa-tertinggal/ Tribunnews.com, 19 september 2014, Tiga Kepala Desa di Cianjur Terjerat Korupsi Dana Bantuan, http://www.tribunnews.com/regional /2014/09/19/tiga-kepala-desa-di-cianjur-terjerat-korupsi-dana-bantuan.
2
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Dengan demikian, penguatan kapasitas penyelenggara desa diperlukan, supaya mereka dapat menjalankan peluang Undang-Undang Desa dengan benar, yakni: melibatkan partisipasi masyarakat dan tidak terjebak dalam kasus korupsi. Sementara, peningkatan kapasitas masyarakat, terutama kelompok pemuda, perempuan dan kelompok marginal berfungsi untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam berpartisipasi secara tepat dan efektif. Transformasi sosial di tingkat desa ditentukan oleh masyarakat desa itu sendiri. Mereka perlu bersiap untuk melakukan transformasi yang diarahkan pada perbaikan 15 kriteria diatas. Tanpa persiapan yang memadai, masyarakat desa akan tergerus oleh kepentingan elit-elit desa, sebagaimana yang terjadi pada musrenbangdes. Masyarakat desa mesti menyetarakan diri dengan para aparat desa dan badan permusyawaratan desa. Untuk proses penyetaraan tersebut, sejumlah pengetahuan dan keahlian perlu dimiliki oleh kelompok-kelompok masyarakat secara bertahap, yaitu: 1. Pengetahuan mengenai peluang-peluang partisipasi masyarakat dalam Undang-Undang Desa dan keahlian untuk mempersiapkan diri dalam berpartisipasi dalam proses pembangunan. 2. Pengetahuan dan keahlian untuk menyusun strategi advokasi aspirasi komunitas-komunitas di desa. 3. Keahlian untuk memfasilitasi pertemuan-pertemuan di tingkat desa sehingga tercipta suasana nyaman bagi komunitas untuk mengeluarkan gagasan terbaiknya. Ketiga hal di atas, selain untuk penyetaraan, juga ber-
Panduan pertama telah diuji coba di Garut dengan
fungsi sebagai pendorong bagi pemerintah desa un-
melibatkan 7 desa dan di Cirebon dengan melibatkan
tuk meningkatkan kapasitas dirinya dalam memperka-
4 desa. Panduan kedua telah diuji cobakan di Solo
ya kemampuan teknik mengolah aspirasi masyarakat
dengan melibatkan kelompok perempuan dari 7 desa
desa.
di Gunung Kidul. Sementara, panduan ketiga telah
Untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh or-
dilaksanakan dalam training untuk fasilitator. Kami
ganisasi/kelompok
tingkat desa tersebut, Garut
meyakini, materi-materi dalam panduan ketiga ini me-
Governance Watch, Indonesian Parliamentary Cen-
miliki relevansi yang tinggi, dalam konteks memper-
ter, Lakpesdam NU dan Yayasan Satu Karsa Karya
siapkan fasilitator pertemuan di tingkat desa.
merancang modul untuk memenuhi kebutuhan ketiga hal di atas, yaitu panduan untuk mengelola partisipasi dalam “Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa”, panduan untuk advokasi dalam “Seni Advokasi Masyarakat Desa” dan panduan fasilitasi desa dalam “Seni Fasilitasi Pertemuan Desa”.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
3
Siapa yang Membutuhkan Buku Ini? Buku panduan ini diperuntukkan bagi para pembaharu desa seperti: LSM, organisasi warga/ komunitas, atau pihak lain yang berminat mengembangkan kapasitas masyarakat desa dalam menerapkan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Buku dirancang satu kesatuan dengan slide presentasi dan diperkaya dengan contoh berupa video sehingga dapat mempermudah para pembaharu desa menerapkan pelatihan di desa. Sesi pelatihan dalam buku panduan ini telah mengalami proses pengujian dan pembelajaran di beberapa kabupaten seperti: di Garut, Cirebon dan Solo, dengan ragam peserta antara lain: aparat desa, organisasi pemuda, kelompok perempuan dan aktivis LSM yang berminat mengawal proses implementasi Undang-Undang Desa di daerahnya masing-masing. Bagi pembaharu desa yang berminat mengembangkan kapasitas masyarakat desa dengan metode partisipatif dan pendekatan appreciative inquiry, dapat menemukan pada buku panduan ini. Pendekatan appreciative
inquiry adalah sebuah pendekatan yang menyelidiki kekuatan, harapan dan kemungkinan baru bagi sebuah komunitas atau organisasi, berbasis pada kekuatan/aset untuk menciptakan inovasi sosial. Pendekatan ini mendorong dan melibatkan peserta pertemuan dalam proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu. Dalam pengembangan kapasitas partisipasi masyarakat desa, fasilitasi dapat berbentuk apapun yang dapat mendorong proses-proses partisipatif yang kompleks dan berpengaruh jangka panjang seperti: penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) berbasis pada impian – bukan pendekatan masalah. Untuk pengembangan kapasitas advokasi aspirasi masyarakat desa, fasilitasi dapat berbentuk mendorong proses-proses penyusunan rencana advokasi yang kreatif.
Siapa seharusnya fasilitator pada pelatihan ini? Fasilitator pada Pelatihan Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa ini, setidaknya, adalah aktivis, organisasi, atau masyarakat yang telah berpengalaman melakukan perencanaan masyarakat setidaknya 3 tahun,
4
Menyemarakkan Demokrasi Desa
memiliki pemahaman dan kemampuan dasar membuat perencanaan, serta kemampuan sebagai seorang fasilitator. Fasilitator pada Pelatihan Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa ini, setidaknya, adalah aktivis, organisasi, atau masyarakat yang telah berpengalaman melakukan upaya advokasi setidaknya 3 tahun, memiliki pemahaman dan kemampuan dasar advokasi, serta kemampuan sebagai seorang fasilitator. Sedangkan fasilitator pada Pelatihan Seni Fasilitasi Pertemuan Desa ini adalah aktivis, organisasi, atau masyarakat yang telah berpengalaman melakukan pelatihan fasilitasi setidaknya 3 tahun, memiliki pemahaman dan kemampuan dasar kepelatihan, serta kemampuan sebagai seorang fasilitator.
Siapa seharusnya Narasumber pada pelatihan ini? Narasumber pada Pelatihan Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa ini, setidaknya, adalah akademisi atau praktisi pembaharu desa menguasai peraturan perundang-undangan tentang Desa, dan memiliki kajian atau pendampingan masyarakat desa selama 3 tahun. Untuk Pelatihan Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa ini, narasumber yang dibutuhkan, setidaknya, adalah aktivis, organisasi, atau masyarakat mempunyai pengalaman melakukan upaya advokasi dan menggeluti isu pembaharuan desa setidaknya 3 tahun. Sedangkan nasumber pada Pelatihan Seni Fasilitasi Pertemuan Desa ini setidaknya adalah aktivis, organisasi, atau masyarakat yang mempunyai pengalaman melakukan kajian atau pendampingan isu tentang desa, setidaknya 3 tahun.
Cara Menggunakan Buku Ini... Buku ini memiliki tiga bagian besar yaitu (1) Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa (2) Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa dan (3) Seni Memfasilitasi Pertemuan Desa serta satu bagian tambahan (4) Seni Kesempurnaan Pelatihan. Ketiga bagian di atas merupakan satu kesatuan rangkaian secara berurutan. Untuk menggunakan buku ini, dapat disesuaikan dengan kondisi sosial di satu desa yang hendak dilatih. •
Jika tingkat partisipasi masyarakat desa sudah cukup baik, maka bisa menggunakan buku bagian kedua.
•
Jika aspirasi-aspirasi sudah tersampaikan kepada pemerintah desa, maka diperlukan seseorang untuk mempermudah proses pertemuan-pertemuan di desa dengan menggunakan buku bagian ketiga.
Sementara bagian keempat merupakan panduan sesi untuk melengkapi pelaksanaan seluruh sesi di bagian 1, 2 dan 3. Buku bagian keempat dipergunakan pada ketiga pelatihan sesuai dengan urutan sesi yang telah ditentukan, karena sifatnya yang berulang pada setiap pelatihan.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
5
Dalam sebuah pelatihan, efektivitas juga patut dijadikan dasar dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, fasilitator pengguna buku ini dapat memodifikasi waktu pelaksanaan. •
Jika memiliki keleluasan waktu dan pembiayaan yang memadai, pelatihan dapat dirancang dengan model pengembangan kapasitas jangka panjang selama 12 hari.
•
Jika hanya ingin memperkuat salah satu kapasitas pada buku panduan ini, misal: pelatihan seni advokasi atau pelatihan seni fasilitasi pertemuan saja, maka dapat menggunakan waktu 4 hari.
•
Misalnya, karena susahnya mencari waktu untuk berkumpul masyarakat desa selama 4 hari berturut-turut, maka pelatihan dapat dipecah menjadi dua seri. Satu seri dilaksanakan selama 2 hari. Pemecahan waktu tersebut disesuaikan dengan kondisi sosial yang ada di desa tersebut.
6
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Desain pelatihan model 1 : Proses pengembangan kapasitas jangka panjang Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Pembukaan
Review+Preview
Review+Preview
Review+Preview
Bina Suasana
Strategi Mewujudkan Desa
Membangun Harmoni Para-
Praktik Mengelola Partisipasi
Impian
pihak di Desa
Masy. Desa
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Pre-test: Benchmarking
Siklus Pembangunan Desa
Membangun Harmoni Para-
Praktik Mengelola Partisipasi
Partisipasi
pihak di Desa
Masy. Desa
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
Menelisik Ruang Partisipasi
Membumikan Visi dan Misi
Strategi Komunikasi Efektif
Refleksi praktik
dlm UU Desa
dalam RPJMDes
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Visualisasi Desa Dari Masa
Membumikan Visi dan Misi
Strategi Komunikasi Efektif
Post-test
Ke Masa
dalam RPJMDes
Barometer Mood
Barometer Mood
Barometer Mood
Barometer Mood
umpan balik harian
umpan balik harian
umpan balik harian
umpan balik harian
Hari 5
Hari 6
Hari 7
Hari 8
Pre-test: Benchmarking
Review+Preview
Review+Preview
Review+Preview
Partisipasi
Menentukan Visi Advokasi
Merumuskan Strategi Advokasi
Simulasi Advokasi
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Berbagi Cerita Hebat
Pemetaan Aktor dan Faktor
Merumuskan Strategi Advokasi
Simulasi Advokasi
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
Penyegaran Materi Partisi-
• Pemetaan Peran dan Pen-
Rencana Aksi Advokasi
• Paska Advokasi
pasi dalam UU Desa
garuh Aktor dan Faktor
• RTL
• Saluran Advokasi Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Penyegaran Materi Aktor dan
Saluran Advokasi
Pelaksanaan Advokasi
Post test,
Peran Stakeholder Desa
Baromoter Mood
Baromoter Mood
Baromoter Mood
Baromoter Mood
Umpan Balik Harian
Umpan Balik Harian
Umpan Balik Harian
Umpan Balik Harian
Hari 9
Hari 10
Hari 11
Hari 12
Pre-test: Benchmarking
Review+Preview
Review+Preview
Review+Preview
Partisipasi
Peran dan Sikap Fasilitator
Membangun Konsensus
Praktik Fasilitasi
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Potret Diri
Peran dan Sikap Fasilitator
Mengelola Dinamika Kelompok
Praktik Fasilitasi
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
Teori Pembelajaran dan
Keterampilan Dasar Fasilita-
Merancang Aksi Bersama
Refleksi fasilitasi
Transformasi Sosial
tor
Rehat
RTL
Rehat
Rehat
Merancang Aksi Bersama
Rehat
Teori Pembelajaran dan
Keterampilan Dasar Fasilita-
Barometer Mood
Post-test, Evaluasi dan
Transformasi Sosial
tor
Umpan Balik Harian
Penutupan
Barometer Mood
Barometer Mood
Umpan Balik Harian Menyemarakkan
Umpan Balik Harian Demokrasi Desa
7
Desain pelatihan model 2 : Pelatihan 4 hari A. Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa Hari 1
Hari 3
Hari 2
Hari 4
Pembukaan
Review+Preview
Review+Preview
Review+Preview
Bina Suasana
Strategi Mewujudkan Desa
Membangun Harmoni Para-
Praktik Mengelola Partisipasi
Impian
pihak di Desa
Masyarakat Desa
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Pre-test: Benchmarking
Siklus Pembangunan Desa
Membangun Harmoni Para-
Praktik Mengelola Partisipasi
Partisipasi
pihak di Desa
Masyarakat Desa
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
Menelisik Ruang Partisipasi
Membumikan Visi dan Misi
Strategi Komunikasi Efektif
Refleksi praktik, RTL,
Dalam UU Desa
dalam RPJMDes
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Visualisasi Desa Dari Masa
Membumikan Visi dan Misi
Strategi Komunikasi Efektif
Evaluasi dan Penutupan
Ke Masa
dalam RPJMDes
Barometer Mood
Barometer Mood
Barometer Mood
Umpan balik harian
Umpan balik harian
Umpan balik harian
Post-test
B. Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa Hari 1
Hari 3
Hari 2
Hari 4
Pembukaan
Review+Preview
Review+Preview
Review+Preview
Bina Suasana
Menentukan Visi Advokasi
Merumuskan Strategi
Simulasi Advokasi
Rehat
Rehat
Advokasi
Rehat
• Pre-test: Benchmarking
Pemetaan Aktor dan Faktor
Rehat
Simulasi Advokasi
Partisipasi
Merumuskan Strategi
• Berbagi Cerita Hebat
Advokasi
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
Penyegaran Materi Partisi-
• Pemetaan Peran dan Pen
Rencana Aksi Advokasi
• Paska Advokasi
pasi dalam UU Desa
• RTL
garuh Aktor dan Faktor • Saluran Advokasi
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Penyegaran Materi Aktor dan
Saluran Advokasi
Pelaksanaan Advokasi
Post test, Evaluasi dan
Peran Stakeholder Desa
Barometer Mood
Barometer Mood
Penutupan
Barometer Mood
Umpan balik harian
Umpan balik harian
Umpan balik harian
8
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Desain pelatihan model 2 : Pelatihan 4 hari C. Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa Hari 1
Hari 3
Hari 2
Hari 4
Pembukaan
Review+Preview
Review+Preview
Review+Preview
Bina Suasana
Peran dan Sikap Fasilitator
Membangun Konsensus
Praktik Fasilitasi
Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Pre-test: Benchmarking
Peran dan Sikap Fasilitator
Mengelola Dinamika Kelom-
Praktik Fasilitasi
Partisipasi
pok
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
ISHOMA
Potret Diri
Keterampilan Dasar Fasilita-
Merancang Aksi Bersama
Refleksi fasilitasi RTL
tor Rehat
Rehat
Rehat
Rehat
Teori Pembelajaran dan
Keterampilan Dasar Fasilita-
Merancang Aksi Bersama
Post-test, Evaluasi dan
Transformasi Sosial
tor
Barometer Mood
Penutupan
Barometer Mood
Barometer Mood
Umpan Balik Harian
Umpan Balik Harian
Umpan Balik Harian
Menyemarakkan Demokrasi Desa
9
Sistematika Panduan Sesi Buku panduan ini disusun menjadi 4 bagian utama, yakni: • Buku A. Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa, • Buku B. Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa, • Buku C. Seni Fasilitasi Pertemuan Desa, dan • Buku D. Seni Kesempurnaan Pelatihan. Ketiga bagian di atas merupakan satu kesatuan rangkaian secara berurutan. Namun, penggunaan buku ini, dapat disesuaikan dengan kondisi sosial di satu desa yang hendak dilatih. Anda dapat secara terpisah menggunakan buku A, B atau C. Sedangkan buku D adalah untuk menyempurnakan sesi pelatihan pada Buku A, B dan C. Selain bagian pengantar, setiap bagian menyediakan sejumlah sesi pelatihan yang berhubungan dengan topik tertentu. Sesi-sesi dalam setiap bagian juga mengikuti satu alur logis. Banyak rencana sesi juga berisi contoh berupa latihan, studi kasus, permainan, slide presentasi dan bahan bacaan. Contoh-contoh tersebut dapat diadaptasi atau diganti agar menjadi lebih tepat untuk situasi pelatihan Anda sendiri. Satu penjelasan ringkas mengenai isi dari setiap bagian diberikan dalam tabel berikut ini.
Bagian
Isi
Buku A. Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa Menelisik Ruang Partisipasi Dalam
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta mengi-
Undang-Undang Desa
dentifikasi pasal-pasal dalam Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa yang menyangkut aspek partisipasi masyarakat desa.
Proses Penyusunan RPJMDes
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta men-
(Visi, Misi, Strategi, Rencana Keg-
emukan kekuatan atau potensi sumberdaya desa, dan menggambarkan desa im-
iatan dan Anggaran)
pian yang dicita-citakannya; merumuskan visi dan misi desa, serta indikasi-indikasi program berdasarkan pada gambar desa impian; serta menyusun rencana kegiatan yang diterjemahkan dari visi dan misi dalam RPJMDes.
Alur Perencanaan Dan Pengang-
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta mema-
garan Desa
hami alur perencanaan pembangunan dan alur penganggaran desa.
10
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Bagian
Isi
Buku A. Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa Membangun Harmoni Para Pihak
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta mema-
di Desa
hami cara berbagi peran antar pemangku kepentingan (stakeholder) di desa untuk mewujudkan usulan RPJMDes.
Strategi Komunikasi Efektif
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta menemukan saluran-saluran komunikasi yang efektif dalam pembangunan desa, dan merancang strategi komunikasi efektif dalam pembangunan desa.
Praktik Mengelola Partisipasi
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta
Masyarakat Desa dan RTL
mendapatkan pengalaman langsung mengelola partisipasi masyarakat dalam menyusun RPJMDes, dan menyusun langkah awal untuk melaksanakan proses partisipasi di desa.
Bagian
Isi
Buku B. Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa Berbagi Cerita Advokasi Hebat
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta menemukenali kekuatan-kekuatan organisasi dan komunitas dari pengalaman keberhasilan dalam melakukan advokasi perubahan sosial di desa.
Penyegaran (refreshing) Materi
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta
Partisipasi dalam Undang-Undang
menghidupkan kembali ingatan tentang aspek partisipasi dalam Undang-Undang
Desa
No.6/2014 tentang Desa.
Penyegaran (refreshing) Materi
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta meng-
Aktor dan Peran Stakeholder Desa
hidupkan kembali ingatan tentang materi peran stakeholder desa dalam mengelola perubahan sosial di desa.
Menentukan Visi Advokasi
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta menyusun visi atau tujuan advokasi perubahan sosial di desa.
Persiapan Advokasi
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta mengidentifikasi aktor/faktor, peran dan pengaruhnya dalam advokasi pembangunan desa; menemukenali saluran-saluran komunikasi, mendesain intervensi advokasi melalui saluran advokasi, dan meningkatkan keterampilan mengemas pesan; mengidentifikasi strategi-strategi advokasi, memilih strategi advokasi yang tepat, dan menerjemahkan strategi advokasi menjadi rencana kerja advokasi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
11
Bagian
Isi
Buku B. Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa Pelaksanaan Advokasi
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta menentukan langkah-langkah awal dalam advokasi di desa.
Simulasi Advokasi dan RTL
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta mempraktikkan langkah-langkah melakukan advokasi yang kreatif di desa, merefleksikan dan mengevaluasi hasil simulasi praktik advokasi; serta memberikan peserta panduan dalam melaksanakan advokasi di tingkat desa, paska pelatihan usai.
Bagian
Isi
Buku C. Seni Fasilitasi Pertemuan Desa Potret Diri
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri dalam memfasilitasi, membuat daftar tindakan (action list) sendiri untuk dapat meningkatkan fasilitasinya selama pelatihan, dan mengevaluasi tingkat keterampilan para peserta pada permulaan pelatihan.
Teori Pembelajaran dan
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta mema-
Transformasi Sosial
hami mengenai hubungan gaya belajar, metode dan hasil belajar.
Peran dan Sikap Fasilitator
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta memahami pengertian fasilitator dan peran fasilitator dalam sebuah pertemuan desa.
Keterampilan Dasar Fasilitator
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta terampil dalam menggunakan teknik bertanya, menggali informasi lebih dalam, membuat ikhtisar, mengaitkan pernyataan dan komentar, mengamati dan seni menyimak.
Membangun Konsensus dan
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta meng-
Mengelola Dinamika Kelompok
gunakan metode lokakarya (workshop) dalam membangun kesepakatan kelompok, memahami berbagai karakter peserta dalam pertemuan, dan memahami bagaimana cara mengatasinya.
Merancang dan Praktik Fasilitasi
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta me-
Pertemuan di Desa
nyusun rencana sesi fasilitasi dan terampil dalam memfasilitasi pertemuan desa.
12
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Bagian
Isi
Buku D. Seni Kesempurnaan Pelatihan Pembukaan dan Bina Suasana
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta me-
Pelatihan
mahami maksud dan tujuan diselenggarakannya pelatihan, serta gambaran umum proses pelatihan, menciptakan suasana akrab, penuh kebersamaan, menyelaraskan harapan peserta terkait kegiatan pelatihan, dan membangun kesepakatan mengenai waktu, dan tata tertib pelatihan.
Pre-test Pelatihan
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk memetakan tingkat pengetahuan peserta terhadap tema pelatihan. Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta mengingat apa saja yang sudah dipelajari, mengaktifkan kembali apa yang sudah diciptakan pada hari sebelumnya, meresonansi ulasan secara singkat dan meringkas apa yang sudah diketahui.
Review dan Preview
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk mengetahui mood atau suasana hati peserta.
Barometer Mood atau Mood Meter
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan pemahanan peserta pada berbagai materi yang telah disampaikan.
Post-test Pelatihan
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik dari peserta mengenai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelatihan.
Evaluasi Akhir Pelatihan
Rencana-rencana sesi yang disusun dimaksudkan untuk membantu peserta meray-
Penutupan Pelatihan
akan perpisahan dengan peserta pelatihan.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
13
Untuk membuat penerapan modul ini lebih mudah, maka dipergunakan berbagai alat bantu lainnya : Bahan Presentasi
:
Hanya beberapa sesi disertai rujukan bahan presentasi atau slide presentasi. Bahan presentasi mengandung informasi untuk ditampilkan kepada peserta. Meskipun begitu, informasinya bisa dipindahkan pada satu kertas plano atau white board. Anda bisa memilih sesuai dengan ketersediaan peralatan pada saat pelatihan.
Bahan Bacaan Fasilitator
:
Hanya beberapa sesi disertai rujukan bahan bacaan bagi fasilitator. Bahan bacaan itu berguna untuk membantu Anda memperluas dan memperdalam wawasan topik pelatihan ini.
Lembar Bacaan Peserta (Handout)
:
Kebanyakan rencana-rencana sesi memiliki satu handout sisipan. Handout tersebut merumuskan butir-butir pembelajaran kunci dari setiap sesi. Handout juga bisa memandu Anda, sebagai seorang pelatih, untuk memeriksa butir-butir pembelajaran mana yang harus Anda lalui selama sesi.
Lembar Latihan
:
Beberapa sesi berisi sisipan latihan. Latihan-latihan tersebut memberi kesempatan kepada peserta untuk berpraktik secara individual atau dalam kelompok.
Studi Kasus
:
Rencana-rencana sesi yang lain disertai dengan studi kasus. Studi kasus ini menyediakan contoh-contoh untuk peserta baik sebagai bahan bacaan atau sebagai satu latihan untuk dianalisis dalam kelompok.
Permainan Peran
:
Beberapa sesi disertai dengan permainan peran, termasuk naskah untuk permainan peran, yang menjelaskan peran-peran yang berbeda untuk dimainkan.
14
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Metode Pelatihan Panduan ini menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa (andragogi) dengan dipadu pendekatan Appreciative Inquiry. Pendekatan ini memungkinkan adanya partisipasi yang penuh dari peserta dengan prinsip apresiatif. Metode Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi) Andragogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (learner centered teaching). Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif, dalam proses belajar yang melibatkan elemen-elemen: • Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri. • Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif. • Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik. • Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar. • Merencanakan pola pengalaman belajar. • Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metode dan teknik yang memadai. • Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini adalah model proses. Oleh karena itu, dalam memproses interaksi belajar dalam pelatihan orang dewasa, kegiatan dan peranan fasilitator bukanlah memindahkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta. Peranan dan fungsi fasilitator adalah mendorong dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri, yaitu proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu. Dengan begitu, maka tugas dan peranan fasilitator bukanlah memaksakan program atau kurikulum dari atas, dari instansi, dari dinas, yang mereka buat di atas meja terlepas dari kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
15
Metode Appreciative Inquiry (AI)3 Appreciative Inquiry meyakini manusia merupakan pusat kapasitas yang tak terbatas. Appreciative Inquiry berusaha menyingkap kapasitas manusia tersebut sehingga terwujud sisi terbaiknya. Kapasitas manusia yang terhubung dengan kapasitas manusia lain mempunyai kekuatan untuk mengkonstruksikan realitas, menciptakan perubahan yang diidamkan.
Appreciative merupakan upaya untuk menghargai, merasakan sumber kehidupan, meningkatkan nilai, dan mengakui keberadaan. Dengan bersikap apresiatif, kita menghargai kapasitas orang lain sebagai bentuk pengakuan terhadap keberadaan dan perannya dalam menghidupkan kehidupan. Dengan pengakuan ini, kita membuat relasi dan keberadaan bersama (co-existing) dengan yang lain. Dalam relasi yang apresiatif ini, kita bisa bersama-sama menciptakan perubahan yang kita idamkan.
Inquiry berarti keingintahuan, menyelidiki dan mengkaji, serta mengajukan pertanyaan. Dengan melakukan penyelidikan, kita berarti memilih menjadi pemula yang penuh rasa ingin tahu dengan berjuta pertanyaan. Kita menolak untuk berpuas diri dengan pengetahuan yang ada. Kita menjadi pembelajar yang meyakini setiap orang dan setiap hal mempunyai keunikan yang layak untuk dipelajari. Dengan penyelidikan ini, kita mendapat pemahaman baru, kemungkinan baru dan ide-ide baru.
Appreciative Inquiry atau penyelidikan yang apresiatif adalah sebuah pendekatan yang menyelidiki kekuatan, harapan dan kemungkinan baru bagi sebuah komunitas atau organisasi. Pendekatan ini berbasis kekuatan/aset untuk menciptakan inovasi sosial. Sifatnya yang improvisasional, membuat setiap orang bisa berkreasi menciptakan metode dan tekniknya sendiri.
Bagaimana Appreciative Inquiry bekerja? a. Definition
: Menemukan fokus. Tahap ini kita merumuskan apa yang menjadi fokus perubahan kita. Bisa berdasarkan berbagai persoalan yang kita temui. Bisa berasal dari harapan-harapan kita yang belum terwujud. Persoalan dan harapan itu kita membingkai-ulang (reframing) pada sasaran yang akan kita capai di masa depan. Kita ajak komunitas untuk menentukan topik afirmatif dari intervensi perubahan yang akan kita jalankan. Ciri topik afirmatif itu adalah: Pertama, topik tersebut bersifat positif. Kedua, topik tersebut dibutuhkan. Ketiga, topik tersebut merangsang pembelajaran. Keempat, topik tersebut memancing pembahasan tentang masa depan yang dinginkan.
3
ProRep-USAID, Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, 2012, halaman 119-121
16
Menyemarakkan Demokrasi Desa
b. Discovery : Menemukan kekuatan. Setelah menentukan topik afirmatif, kita melakukan penyelidikan seputar topik tersebut. Penyelidikan mengenai aset, potensi, praktik terbaik dan modal yang menghidupkan topik afirmatif tersebut di masa lalu dan masa kini. Kita kenali dan akui apa yang telah berjalan dengan baik dari topik tersebut. Pada tahap ini, anggota komunitas saling berbagi cerita dan saling menginspirasi satu sama lain. Para anggota komunitas mulai saling percaya dan bersedia membangun relasi sosial yang lebih menghargai. Pada akhirnya, komunitas menemukan value atau inti positif yang perlu di bawa ke masa depan. Menemukan impian. Pada tahap ini, komunitas diajak untuk membayangkan masa c. Dream : depan idaman bila topik afirmatif tersebut telah terwujud. Komunitas diundang untuk menjelajahi kemungkinan-kemungkinan positif yang diinginkan di masa depan. Imaji yang menarik energi semua orang untuk bergerak dan memandu tindakan di masa yang akan datang. Menemukan kontruksi sosial. Setiap nilai (value) perlu mendapat bentuk agar dipad. Design : hami orang lain. Setiap impian butuh suatu konstruksi sosial yang dapat mewujudkannya. Itulah pentingnya kita mendesain kenyataan masa kini yang mengarah pada impian di masa depan. Kenyataan tersebut bisa berarti desain organisasi, bentuk kolaborasi, pilihan strategi, desain budaya ataupun desain produk. Desain ini kita terjemahkan dalam bentuk prinsip yang nantinya akan memandu arah dan tindakan kita. Menemukan inovasi. Ketika prinsip desain telah dirumuskan, langkah selanjutnya e. Destiny : adalah menciptakan inovasi yang bisa mendekatkan impian menjadi kenyataan. Organisasi atau komunitas perlu membangun sebuah sistem dukungan agar setiap orang bisa menjalankan tindakan inovatif yang diusulkan. Kita perlu menunjukkan dukungan atas inisiatif perubahan yang diajukan. Sistem dukungan ini meminimalkan syarat seseorang dalam melakukan tindakan perubahan, membebaskan orang untuk melakukan perubahan. Dari kedua metode ini, peserta akan diajak untuk menggali atau mengeluarkan pengalaman-pengalaman mereka selama ini karena pada dasarnya peserta sudah punya bekal pengalaman yang banyak dan berbeda-beda. Dari penggalian pengalaman ini, selanjutnya peserta diajak untuk mendiskusikan, menilai dan menganalisanya. Hasil dari analisa ini, dicoba untuk dikembangkan model atau prinsip-prinsip baru berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Secara teknis beberapa metode yang digunakan untuk memaksimalkan proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut: ceramah, tanya jawab, curah pendapat, permainan terstruktur, bedah film, diskusi kelompok, diskusi pleno.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
17
Tata Letak dan Peralatan Ruang Pelatihan Dalam sebuah pelatihan, tata letak peralatan dan ruangan merupakan faktor yang sangat penting untuk menciptakan suasana belajar yang baik. Tata letak peralatan dan ruangan bukan hanya nyaman bagi peserta, tetapi bisa membuat peserta lebih konsentrasi dan rileks ketika mengikuti pelatihan. Akan tetapi, tata letak peralatan dan ruangan seringkali luput dari perhatian karena dianggap tidak penting. Akibatnya, fasilitator sering menghadapi peserta tidak nyaman di kelas dan sulit berkonsentrasi dalam belajar. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam merancang sebuah pelatihan yang dapat menciptakan iklim dan suasana belajar yang baik.
Tata Ruangan Pelatihan Salah satu faktor yang paling penting untuk keberhasilan pelatihan adalah tempat atau ruang penyelenggaraan pelatihan. Sebelum pelatihan terselenggara, periksa sendiri tempat itu. Fasilitator disarankan untuk datang sendiri ke tempat tersebut, sebelum pelatihan terselenggara. Keterlibatan fasilitator dalam pengaturan tata ruang dan hiasan amat penting. Pengaturan sirkulasi manusia dalam ruangan berkaitan erat dengan strategi fasilitasi dan presentasi setiap sesi. Dengan mendiskusikan dan mengatur tata letak, para fasilitator dapat menentukan bagian mana dari ruangan yang perlu dibuka dan untuk keperluan apa, dimana mengadakan ener-
gizer dan dimana narasumber ditempatkan. Luas ruangan harus cukup memadai untuk berbagai aktivitas, sesuai jumlah peserta yang hadir. Atap tak terlalu rendah, penerangan dan tata udara ruang perlu dipertimbangkan agar energi peserta dapat terjaga. Berdasar pengalaman, ruang dengan lantai karpet sebaiknya dipertimbangkan ulang, karena aktivitas fisik saat melakukan game atau permainan dapat terhambat oleh debu karpet yang berterbangan, dan bisa mengganggu peserta yang alergi debu. Ideal luas ruangan yang diperlukan adalah 2 m2 untuk setiap peserta. Bila jumlah peserta sebanyak 15 orang, maka dibutuhkan ruangan minimal sebesar 30 m2. Sementara untuk dinding ruangan, akan lebih baik jika bisa ditempelkan kertas plano hasil kerja kelompok selama proses pelatihan.
18
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Jangan lupa untuk mengatur dekorasi ruangan tempat pelatihan. Lakukan dengan menempelkan gambar, memasang balon, membuat ruangan lebih berwarna dengan menempel kertas warna-warni demi memberikan kenyamanan kepada para peserta. Hiasan dalam ruangan, sebaiknya, menggunakan warna-warna yang cerah untuk merangsang kreativitas peserta. Rasa artistik diperlukan dalam hal ini, namun penting pula menjaga agar suasana ‘informal’ tampak dalam pengaturan ruang. Jangan lupa juga memperhatikan: pencahayaan ruangan apakah terlalu gelap atau terlalu terang, apakah udara terlalu panas atau terlalu dingin, apakah dapat mendengar suara bising di luar, dan tempat duduk di kursi yang keras atau yang terlalu lembut. Apabila para peserta merasa tidak nyaman dengan kondisi ruangan, maka konsentrasi mereka dapat terganggu.
Tata Tempat Duduk Setiap tata letak tempat duduk mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk kegiatan pelatihan yang menggunakan pendekatan partisipasi dan diskusi, lebih baik menggunakan tata tempat duduk/kursi tanpa meja yang diatur berbentuk huruf U atau U-Shape, mengelilingi area presentasi di tengah. Tata tempat duduk U-Shape bisa lebih pipih untuk ruangan yang panjang dan agak sempit, atau lebar untuk ruangan yang lebih besar. Tata tempat duduk U-Shape tanpa meja bagus untuk menciptakan suasana pendekatan partisipasi dalam pelatihan, melakukan percakapan dengan seluruh peserta. Fasilitator mudah melakukan kontak mata dengan semua peserta. Peserta dapat melihat satu sama lain dengan baik tanpa penghalang. Orang-orang dapat berpindah dan bergerak dengan mudah dan leluasa. Area aksi di tengah, dapat digunakan dengan mudah dan cepat oleh siapa saja yang ingin memberikan presentasi, atau memperlihatkan sesuatu. Tata tempat duduk U-
Shape juga memudahkan peserta dan fasilitator untuk menyiapkan dan menggambil peralatan yang dibutuhkan yang sudah tersedia. Jika luas ruangan memadai, maka untuk mengerjakan tugas kelompok bisa membuat tata tempat duduk kafe atau restoran. Pergunakan sejumlah meja di dalam ruangan dan para peserta duduk mengelilingi meja dalam kelompok kecil, yang jumlah anggotanya kurang lebih serupa. Tata tempat duduk ini dapat menciptakan suasana informal pada saat kerja kelompok, juga bagus untuk menciptakan pendekatan partisipasi dan diskusi. Fasilitator juga mudah berpindah-pindah dan berinteraksi dengan berbagai kelompok pada saat kelompok sedang bekerja. Peserta akan lebih fokus pada kelompok belajar, dan meja-meja dapat digunakan peserta dalam kegiatannya.
Tata Peralatan Dalam merancang sebuah pelatihan, sebaiknya mempersiapkan peralatan atau alat bantu belajar terlebih dahulu, sesuai dengan kebutuhan setiap sesi dalam pelatihan. Setelah peralatan pelatihan tersedia, tentu tata letak peralatanpun harus diperhatikan. Carilah posisi yang tepat untuk menyimpan peralatan yang akan digunakan selama pelatihan diselenggarakan.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
19
Saat menyimpan peralatan adalah penting bagi kita untuk memperhatikan posisi dimana peralatan itu akan disimpan, agar tidak mengganggu peserta selama mengikuti sesi-sesi pelatihan. Untuk peralatan tulis seperti:
meta card atau metaplan, board maker besar, stick note, spidol kecil, krayon, kertas plano, gunting, lakban kertas, double-tip, dan lem kertas, lebih baik disimpan pada satu tempat dan ditata dengan rapih, sesuai jenisnya masing-masing. Biasanya disimpan diatas sebuah meja yang disediakan di samping kanan atau kiri
U-Shape tempat duduk peserta. Tujuannya, agar tidak mengganggu peserta pada saat mengikuti sesi, dan memudahkan fasilitator atau peserta untuk mengambil peralatan jika dibutuhkan. Posisi layar proyektor diletakkan di depan tata tempat duduk U-Shape, agar semua peserta bisa melihat materi presentasi dengan jelas. Untuk LCD proyektor, sebaiknya diletakkan diatas meja kecil agar tidak mengganggu pandangan peserta, dan tempatkan didepan berdekatan dengan layar proyektor. Untuk menyimpan laptop, sediakan meja biasanya disimpan disamping meja peralatan. Sediakan kabel koneksi proyektor yang panjang, untuk mengantisipasi jika posisi LCD proyektor dan tempat menyimpan laptop agak jauh. Tempatkan flipchart pada kedua sisi tempat duduk U-Shape. Tujuannya agar mudah bagi fasilitator atau peserta jika memerlukannya, dan mudah untuk mengembalikan lagi ketempat semula ketika akan menggunakan alat bantu lain. Flipchart dibutuhkan sebagai alat bantu dalam meletakkan kertas plano, saat menulis catatan pada proses pelatihan.
20
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Cara Memulai Pelatihan... Merumuskan modul dan silabus pelatihan Sebagai langkah awal, merumuskan modul dan silabus pelatihan menjadi langkah awal yang akan menentukan keberhasilan pelatihan. Pada tahap ini akan menentukan tujuan metode, materi, kriteria peserta, dan teknis pelatihan lainnya.
Menentukan peserta berdasarkan kriteria ideal dan sesuai tempat pelatihan “Setiap kelompok pelatih yang berbeda tentunya membutuhkan tipe pelatihan yang berbeda pula, sehingga tujuan pelatihannya juga berbeda. Semakin jelas pemahaman anda mengenai fokus program pelatihan dan tujuannya yang realistis maka semakin jelas bagi peserta mengenai apa yang harus mereka pelajari� Menentukan kriteria peserta menjadi tahapan penting dalam mencapai keberhasilan suatu pelatihan. Dampak dari kegiatan pelatihan akan bergantung terutama pada konteks kelembagaan dimana peserta berasal. Dalam konteks pelatihan ini, yang menjadi perlu untuk diperhatikan adalah dari tipe daerah seperti apa peserta berasal dan komposisi peserta berdasarkan keaktifan peserta di desanya masing-masing. Tentunya akan berbeda jika kita mengadakan pelatihan di daerah pegunungan dengan daerah pantai. Tantangan dan permasalahan pada level desa yang dialami akan berbeda. Selain itu, pada sisi karakteristik peserta juga berbeda. Oleh karena itu, perlu pemahaman dari fasilitator untuk menyesuaikan penyampaian materi kepada peserta. Kecenderungan orang yang tinggal di pegunungan, memiliki karakter yang lebih mudah dipengaruhi. Sedangkan kecenderungan karakter orang yang tinggal dikawasan pesisir, lebih menyukai status quo.
Panitia lokal Untuk pelatihan yang akan dikerjakan dibanyak tempat, melibatkan panitia lokal bisa menjadi pertimbangan baik dalam mendukung pencapaian hasil pelatihan yang lebih maksimal. Tingkat pengetahuan dan pemahaman panitia lokal seperti: konteks lokal terkait dengan kriteria peserta yang telah ditetapkan dan kenyamanan tempat pelatihan, akan sangat membantu. Pada sisi lain, berbagi pengetahuan mengenai pelatihan ini sendiri menjadi nilai tambah yang bisa dikembangkan bagi panitia lokal.
Pembagian kerja Guna kelancaran proses pelatihan, akan lebih baik jika ada satu orang atau tim yang fokus untuk mengurus satu bidang pekerjaan. Pembagian kerja menjadi penting untuk
Menyemarakkan Demokrasi Desa
21
mendukung kelancaran pelatihan mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Setidaknya, ada empat pembagian kerja yang harus dijalankan oleh tim, agar memastikan seluruh proses pelatihan berjalan sesuai rencana. a) Teknis Administrasi, lingkup tugas dan tanggung jawab meliputi: koordinasi dengan pihak hotel/ tempat pelatihan, menyiapkan absensi, P3K, ketersediaan logistik pelatihan, penyediaan sarapan, makan siang, makan malam, dan rehat tepat waktu. b) Fasilitator dan co-fasilitator, bertanggung jawab pada alur pelatihan, metode pelatihan, dan materi pelatihan sehingga tujuan dari pelatihan tercapai. c)
Notulen, meliputi tugas merekam seluruh proses pelatihan dan mencatat poin-poin pembelajaran penting selama pelatihan.
d) Dokumentasi
Dokumentasi proses Satu kegiatan pelatihan tidak pernah berhasil pada saat pertama anda menjalankannya. Cara yang terbaik untuk memperbaikinya adalah dengan secara teratur menyimpan catatan mengenai apa yang sedang terjadi. Anda bisa melakukannya selama istirahat dan jam-jam malam hari atau meminta co-fasilitator untuk melakukannya. Hal yang penting adalah bahwa dokumentasi ini selesai secepat mungkin karena ide-ide terbaik terbentuk pada saat kejadian.
Dokumentasi keluaran Semua curah pendapat, proses berbagi, umpan balik harian dan latihan-latihan yang lain yang dilakukan dalam kelompok kerja yang kecil, akan menghasilkan banyak keluaran yang berharga. Itu adalah oleh-oleh yang paling ingin dibawa peserta pulang. Kita bisa menggunakan tenaga notulen untuk menyalin semua kertas singkap (flip-
chart) walaupun akan memakan waktu, karena menjadi bagian dari aspek penting dalam pelatihan partisipatif. Kedua tipe dokumentasi tersebut, dapat dilakukan dengan dengan cara yang berbeda dan oleh orang-orang yang berbeda. Namun demikian, hal yang penting adalah memikirkan tentang apa dan bagaimana anda mendokumentasikan sesuatu, dan siapa yang bisa melakukannya dan menyiapkannya secara bersamaan. (All Seni Pelatihan;13)4
4
Lydia Braakman & Karen Edwards, Seni Membangun Kemampuan Fasilitasi, Buku Panduan Pelatihan, Regional Community Forestry Training Center for Asia and the Pacific (RECOFTC), Bogor, 2002, hal 13
22
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Daftar Periksa Peralatan Pelatihan Dibawah ini adalah daftar periksa peralatan dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan untuk sebuah pelatihan. Untuk jumlah peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan lama waktu pelatihan, jumlah peserta dan kemampuan finansial penyelenggara pelatihan. No
Perlengkapan & Alat Tulis
No
Perlengkapan & Alat Tulis
LCD Proyektor dan Layar
16
Pulpen peserta
2
Laptop
17
Spidol besar (3 warna)
3
Sound-system plus speaker aktif
18
Spidol besar ujung tumpul (3 warna)
4
Kabel connector sound
19
Spidol kecil (warna-warna)
5
Laser Pointer (presentasi)
20
Pewarna krayon
6
Kabel Gulung
21
Lakban kertas
7
Kamera
22
Double-tape
8
Perekam suara
23
Pisau Cutter
9
Printer
24
Gunting
10
Papan Flipchart
25
Spanduk kegiatan
11
Kertas A4
26
Co card atau kertas label
12
Kertas plano
27
Barometer mood & stiker
13
Kertas metaplan (3 warna)
28
Obat-obatan (P3K)
14
Blocknote peserta
29
Sertifikat
15
Sticknote (5 warna)
1
Dekorasi Ruangan No
Perlengkapan & Alat Tulis
1
Balon
2
Kertas krep berbagai warna
3
Poster selamat datang
4
Properti
lainnya
yang
Jumlah
Keterangan
sesuai
dengan tema pelatihan, misalnya desa. Misal: orang-orangan sawah, kentongan, Palawija 5
Dan lain-lain
Menyemarakkan Demokrasi Desa
23
BUKU A
Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa
1. Panduan Sesi Menelisik Ruang Partisipasi Dalam Undang-Undang Desa
2. Panduan Sesi
3. Panduan Sesi
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Alur Perencanaan dan Penganggaran Desa
24
Menyemarakkan Demokrasi Desa
BUKU A : Daftar Isi 6A. Panduan Sesi Membangun Harmoni Para pihak di Desa
48
Dalam Undang-Undang Desa
26
7A. Panduan Sesi Strategi Komunikasi Efektif
51
2A. Panduan Sesi Visualisasi Dari Masa Ke Masa Desa
32
8A. Panduan Praktik Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa
61
3A. Panduan Sesi Strategi Mewujudkan Desa Impian
35
9A. Panduan Sesi RTL
65
4A. Panduan Sesi Alur Perencanaan Dan Penganggaran Desa
40
5A. Panduan Sesi Perumusan RPJMDes
42
1A. Panduan Sesi Menelisik Ruang Partisipasi
4. Panduan Sesi Membangun Harmoni Para Pihak
5. Panduan Sesi
6. Panduan Sesi
Strategi Komunikasi Efektif
Praktik Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa
Menyemarakkan Demokrasi Desa
25
PANDUAN SESI - 1A
Menelisik Ruang Partisipasi Dalam Undang-Undang Desa Rencana Pembelajaran Materi : Menelisik Ruang Partisipasi Dalam Undang-Undang Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu mengidentifikasi pasal-pasal dalam Undang-Undang Desa yang menyangkut aspek partisipasi masyarakat desa.
Metode : Ceramah, diskusi, dskusi kelompok, dan curah pendapat. Alat Bantu Belajar : Kertas plano, metaplan, spidol besar, spidol kecil, lakban kertas, laptop, laser pointer dan LCD proyektor, bahan bacaan peserta, kertas plano, papan flipchart atau dinding di ruangan pelatihan, dan sticknote
Waktu : 120’ (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “Apa kabar?” atau ungkapan lain yang
15’
tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan dengan permainan atau game (ice
breaking atau energizer) untuk membangkitkan semangat belajar peserta. 2. Presentasikan secara singkat tujuan sesi, waktu sesi yang dibutuhkan, alur dan metode pe-
5’
nyampaian. Berikan ruang tanya jawab untuk penjelasan yang belum dipahami atau klarifikasi singkat. 3. Lanjutkan dengan menyiapkan bahan bacaan berupa enam isu dari Undang-Undang Desa
50’
yaitu: •
Penyelenggaraan pemerintahan desa (pasal 23-53),
•
Musyawrah desa dan BPD (pasal 54-65),
•
Hak dan kewajiban desa serta peraturan desa (pasal 67-70),
•
Pembangunan desa dan sistem informasi pembangunan desa (pasal 78-86),
•
Keuangan desa dan aset desa (pasal 71-77),
•
Lembaga kemasyarakatan desa, pengawasan dan pembinaan (pasal 94-95 dan pasal 112-115).
26
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Bagilah peserta menjadi 6 kelompok dengan cara yang menyenangkan, misal: dengan metode “kertas kendaraan”. Caranya, siapkan kertas bergambar dengan enam jenis kendaraan, jumlah kertas disesuaikan dengan jumlah peserta. Bagikan kertas gambar kepada peserta. Minta peserta untuk mencari teman lain yang bergambar sama sebagai teman kelompoknya.
Edarkan bahan bacaan Undang-Undang Desa yang sudah disiapkan kepada peserta, dan kembangkan suatu diskusi kelompok dengan panduan pertanyaan: •
Temukan apa saja ruang dalam Undang-Undang Desa yang dapat dimanfaatkan untuk partisipasi masyarakat?
•
Temukan apa saja peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam UndangUndang Desa?
•
Bagaimana cara melaksanakan peran tersebut?
Mintakan peserta untuk menyajikan hasil diskusi kelompok dalam bentuk garis, bulat, kotak dan panah (risbulkonah), ditulis dalam kertas plano.
Lakukan pendampingan kelompok untuk memastikan peserta memahami instruksi atau penugasan dan mendorong keterlibatan penuh peserta dalam diskusi kelompok.
4. Undang wakil kelompok untuk menyampaikan hasil kerjanya. Ajak kelompok lain terlibat
30’
memberikan masukan atau bertanya jika dirasakan ada jawaban yang tidak jelas. Catatlah poin-poin atau kata kunci dari hasil kerja kelompok diatas kertas metaplan.
Refleksikan
mengenai pembelajaran yang bisa diambil dari setiap kelompok, seperti: keterlibatan penuh dan keputusan bersama. 5. Bantu peserta mendapatkan kesimpulan segar dengan membingkai ulang (reframing) hasil
15’
kerja kelompok. Caranya dengan membacakan kata kunci dari hasil kerja kelompok, sambil menempelkan metaplan di papan flipchart.
Pada bagian ini, fasilitator dapat mengkonfirmasi kepada peserta mengenai praktik partisipasi yang terjadi selama ini, dengan pertanyaan tertutup:
• Warga datang duduk diam, apakah itu partisipasi?
• Warga datang, banyak bicara tanpa solusi, apakah itu partisipasi? • Apakah sebuah pertemuan di desa yang dihadiri oleh PKK, Karang Taruna, tokoh masyarakat/tokoh agama, itu sudah pertemuan partisipatif?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
27
Berikan penjelasan prinsip-prinsip partisipasi atau teori, dalam sebuah grafis atau slide presentasi, untuk menuju kesimpulan tentang sesi ini. •
Saling memahami
•
Keterlibatan penuh
•
Tanggung jawab bersama
6. Tegaskan kembali kesimpulan yang diperoleh pada sesi ini. Kaitkan alur logika antara sesi
5’
ini dengan sesi berikutnya, bahwa ada ruang partisipasi yang tumbuh dan dijamin oleh Undang-Undang Desa. Ceritakan tentang pentingnya partisipasi dalam pelaksanaan penerapan Undang-Undang Desa, sebagai bagian dari upaya pembangunan desa seperti: terlibat dalam pembahasan RPJMDes atau menjadi anggota tim penyusun RPJMDes.
Penutup sesi, ucapkan terima kasih atas proses pembelajaran bersama, dan hantarkan judul sesi selanjutnya.
Bahan Presentasi
: Aspek Partisipasi dalam Undang-Undang Desa
Bahan Bacaan
:
•
Bahan Bacaan Peserta (Handout)/Lembar Tugas 1: Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
•
Bahan Bacaan Peserta (Handout)/Lembar Tugas 2: Musyawarah Desa dan BPD
•
Bahan Bacaan Peserta (Handout)/Lembar Tugas 3: Hak & Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa serta Peraturan Desa
•
Bahan Bacaan Peserta (Handout)/Lembar Tugas 4: Pembangunan desa dan sistem informasi pembangunan desa
•
Bahan Bacaan Peserta (Handout)/Lembar Tugas 5: Keuangan Desa dan Aset Desa
•
Bahan Bacaan Peserta (Handout)/Lembar Tugas 6: Lembaga Kemasyarakatan Desa, Pembinaan dan Pengawasan
28
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Lembar bacaan peserta (handout):
Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Desa, Dan Pembangunan Kawasan Perdesaan Berdasarkan Undang-Undang Desa5
Dalam Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa (pasal 1 No.1) desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada dua asas dalam pengaturan desa terbaru yakni:
Implikasi dari visi tata kelola skala lokal desa, bahwa
asas rekognisi dan subsidiaritas. Asas pengakuan
Desa harus memiliki kewenangan yang jelas meliputi:
dan penghormatan yang diamanatkan oleh konstitusi
kewenangan asal-usul sesuai asas pengakuan, dan
dalam ilmu sosial disebut sebagai rekognisi. Rekog-
kewenangan skala lokal desa sesuai asas subsidiari-
nisi mencakup pengakuan keragaman budaya untuk
tas. Dengan begitu, Desa dapat membuat perenca-
membangun keadilan budaya (cultural justice) serta
naan program sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
pengakuan terhadap kemandirian desa. Yang strat-
pembangunan; Desa mesti memiliki sumber-sumber
egis adalah rekognisi terhadap: hak asal-usul, inisiatif
pendanaan yang memadai; Desa memiliki hak untuk
(prakarsa) dan produk hukum desa, tradisi dan insti-
mengelola aset dan membentuk usaha; Desa diberi
tusi lokal.
kewenangan untuk menjalankan sendiri (swakelola) proyek-proyek skala desa; dan Tata kelola desa dibuat
Asas subsidiaritas menjamin kewenangan lokal ber-
agar ada ‘check and balances’ dalam perencanaan,
skala desa. Pihak-pihak yang berkepentingan atas
pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
desa berkewajiban memfasilitasi dan membantu desa untuk berdaya mengelola secara mandiri urusan-uru-
Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kese-
san lokal berskala desa. Konsekuensinya, segala uru-
jahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manu-
san lokal yang desa dan yang mampu dikelola sendiri
sia serta penanggulangan kemiskinan melalui: penye-
oleh desa, pelaksanaannya harus diserahkan kepada
diaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
desa. Segala urusan lokal berskala desa yang mampu
sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi
dikelola sendiri oleh desa tidak boleh diambil alih dari
ekonomi lokal, pemanfaatan sumber daya alam dan
desa.
lingkungan secara berkelanjutan.
5
Budiman Sudjatmiko. Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Desa, Dan Pembangunan Kawasan Perdesaan Berdasarkan UndangUndang Desa, http://bit.ly/1zgP6nP, 2014.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
29
Desain Kelembagaan Dasar Tata Kelola Desa Prinsip Tata Kelola Desa • Check and balances antara Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa
Musyawarah Desa (pasal. 54)
• Demokrasi Perwakilan + Permusyawaratan • Proses Demokrasi Partisipatoris melalui Musdes
• RPJM-Desa • Asset Desa • Hal-hal Strategis
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) (pasal. 55-65)
Kepala Desa (pasal. 25-53) • RPJM-Desa dan RKP-Desa • APB-Desa • Peraturan Desa • Kinerja Pemerintah • Kerja Sama
Perangkat Desa (Pelayanan) Panitia (Ad-Hoc) BUMDes Lembaga Kemasyarakatan / Adat
Dipilih secara Demokratis
Warga / Masyarakat Dipilih Langsung Perangkat Desa (Pelayanan)
Perangkat Desa (Pelayanan)
Pembangunan Desa mengedepankan kebersamaan,
diintegrasikan pelaksanaannya kepada desa. Peren-
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewu-
canaan pembangunan desa merupakan salah satu
judkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan
sumber masukan dalam perencanaan pembangunan
sosial.
kabupaten/kota.
Pasal 79 memuat tentang produk perencanaan pem-
Pasal 80 berbicara tentang prosedur perencanaan.
bangunan. Pemerintah desa menyusun perencanaan
Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan
pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya
dengan mengikutsertakan masyarakat desa. Pemer-
dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
intah desa wajib menyelenggarakan musyawarah per-
kabupaten/kota, mencakup: RPJM Desa untuk jangka
encanaan pembangunan desa.
waktu 6 (enam) tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa, merupakan penjabaran dari RPJM
Musyawarah
perencanaan
pembangunan
desa
Desa. RPJM desa dan rencana kerja pemerintah desa
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutu-
ditetapkan dengan peraturan desa.
han pembangunan desa yang didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja desa, swadaya masyarakat
Rencana pembangunan desa merupakan satu-satun-
desa, dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
ya dokumen perencanaan di desa dan merupakan pe-
daerah kabupaten/kota. Prioritas, program, kegiatan,
doman dalam penyusunan APBDesa (one village one
dan kebutuhan pembangunan desa dirumuskan ber-
plan). Program pemerintah dan/atau pemerintah dae-
dasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat
rah yang berskala lokal desa dikoordinasikan dan/atau
desa. Dalam pasal 81 memuat tentang pelaksanaan
30
Menyemarakkan Demokrasi Desa
pembangunan desa. Pembangunan desa dilak-
Sistem informasi desa dikelola oleh pemerintah desa
sanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan
dan dapat diakses oleh masyarakat desa dan semua
seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong
pemangku kepentingan.
royong. Pelaksanaan pembangunan desa dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumber
Pasal 112 ayat 3 memuat soal pemberdayaan pemer-
daya alam desa. Pembangunan lokal berskala desa
intah dan masyarakat desa. Pemerintah, pemerintah
dilaksanakan sendiri oleh desa secara swakelola. Se-
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/
dangkan pelaksanaan program sektoral yang masuk
kota memberdayakan masyarakat desa dengan:
ke desa diinformasikan kepada pemerintah desa untuk diintegrasikan dengan pembangunan desa.
• Menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna,
Pada pasal 82 berbicara topik pemantauan dan
dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi
pengawasan pembangunan desa. Masyarakat desa
dan pertanian masyarakat desa;
berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan pembangunan desa, melakukan
• Meningkatkan kualitas pemerintahan dan ma-
pemantauan terhadap pelaksanaan pembangunan
syarakat desa melalui pendidikan, pelatihan,
desa, dapat melaporkan hasil pemantauan dan ber-
dan penyuluhan; dan
bagai keluhan terhadap pelaksanaan pembangunan desa kepada pemerintah desa dan badan permusy-
• Mengakui dan memfungsikan institusi asli dan
awaratan desa. Pemerintah desa wajib menginforma-
atau yang sudah ada di masyarakat desa.
sikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, termasuk APBDes, kepada masyarakat desa melalui
Pemberdayaan masyarakat desa dilaksanakan den-
layanan informasi kepada umum dan melaporkannya
gan pendampingan dalam perencanaan, pelaksa-
dalam musyawarah desa paling sedikit 1 (satu) tahun
naan, dan pemantauan pembangunan desa dan ka-
sekali. Masyarakat desa berpartisipasi dalam musy-
wasan perdesaan.
awarah desa untuk menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa. Pasal 86 tentang sistem informasi pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan sistem informasi desa dan pembangunan kawasan perdesaan. Pemerintah daerah kabupaten/kota menyediakan informasi perencanaan pembangunan kabupaten/kota untuk desa. Sementara, desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi desa yang dikembangkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
31
PANDUAN SESI - 2A
Visualisasi Desa dari Masa ke Masa Rencana Pembelajaran Materi : Visualisasi Desa dari Masa ke Masa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menemukan kekuatan atau potensi sumberdaya desa, Mampu menggambarkan desa impian yang dicita-citakan.
Metode : Ceramah, diskusi kelompok, diskusi pleno, nonton film dan menggambar. Alat Bantu Belajar : LCD proyektor, speaker aktif, laptop, video Asset Based Community Development (ABCD), metaplan, spidol, kertas plano, lakban kertas, dan krayon.
Waktu : 120’ (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Ucapkan salam untuk menyapa peserta. Berikan pandangan umum terhadap sesi yang akan
5’
dilalui. Jelaskan alur sesi, metode, tujuan dan lama waktu yang akan digunakan. 2. Lakukan permainan atau game sebagai pengantar sesi atau sekedar membangkitkan se-
15’
mangat belajar peserta. Misal: permainan menggambar pemandangan. Bagikan metaplan dan minta peserta menggambar pemandangan alam pada kertas metaplan yang sudah dibagikan tersebut, dalam waktu 5 menit. Setelah selesai, minta peserta memperlihatkan gambarnya masing –masing.
Refleksikan permainan tadi dengan meminta konfirmasi dari peserta, mengapa yang terlintas dibenak pikiran gambar demikian? Biasanya, hasil gambar peserta lebih banyak menggambar gunung, pantai dan sawah, sebagaimana gambar waktu sekolah dasar. Sesi ini mengajak peserta untuk tidak saja menggambar masa lalu, tetapi juga menggambar masa kini, dan menggambarkan cita-cita di masa depan.
32
Menyemarakkan Demokrasi Desa
3. Putarkan video Asset Based Comunity Develovment (ABCD). Kembangkan pertanyaan un-
15’
tuk refleksi video: •
Apa kesan setelah menonton video ABCD?
•
Bagaimana alur cerita video tadi?
•
Konfirmasi peserta dengan pertanyaan apa yang dimaksud dengan discovery, dream,
•
Apa saja pelajaran yang bisa kita peroleh dari video singkat tadi?
design, define & destiny?
Bingkai kembali (reframing) pendapat peserta, misal: untuk membangun impian itu diperlukan tahapan-tahapan dari mulai menggali potensi/ kekuatan (discovery), sampai menetapkan tujuan (dream) dan menjalankanya (destiny). Impian akan lebih mudah jika digambar.
4. Bagilah peserta berdasarkan asal desa masing-masing. Berikan penugasan kepada peserta
40’
untuk membuat 3 gambar sekaligus mengenai: •
Kondisi desa di masa lalu: tentang apa yang membanggakan atau apa cerita sukses desa anda di masa lalu ?
•
Kondisi desa di masa sekarang: dengan melihat perubahan perubahan yang terjadi jika dibandingkan dengan masa lalu.
•
Menggambarkan desa impian yang dicita-citakan di masa yang akan datang.
Dalam menggambar, minta peserta memperhatikan aspek potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial, sumberdaya ekonomi, sumberdaya fisik (infrastruktur) dan layanan pemerintah desa
Lakukan pendampingan kepada kelompok untuk memastikan adanya keterlibatan penuh peserta dan isi penugasan benar-benar dipahami kelompok.
5. Undang wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan gambar yang sudah dibuat,
30’
menjelaskan kondisi dan potensi desanya dimasa lalu, masa kini dengan melihat perubahan yang terjadi dan cita-cita terhadap desanya dimasa yang akan datang. Mintakan respon dari kelompok lain, pertanyaan meminta diklarifikasi gambar dan masukan untuk perbaikan gambar.
Refleksikan aktifitas menggambar tadi dengan pertanyaan, “Apa hal baru yang ditemukan di desa lain?” dan “Apa hal yang inspiratif dari desa lain yang bisa diterapkan di desa Anda?” Catatlah pendapat peserta pada metaplan atau kertas plano dan tempelkan di papan flipchart.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
33
6. Lakukan pembingkaian ulang tentang semua potensi, masa kini dan cita- cita desa yang
10’
digambarkan. Misal: dikemas menjadi presentasi tentang empat mata yakni: (1) mata hati untuk kondisi spiritual dan budaya, (2) mata hidup untuk kelestarian lingkungan dan kebersihan, (3) mata pencaharian untuk potensi ekonomi, aset desa, dan (4) mata rantai untuk pelayanan publik, pembangunan fasilitas umum di desa. 7. Tutuplah sesi dengan mengucapkan terimakasih. Ajak peserta bertepuk tangan sebagai
5’
mengapresiasi hasil kerja bersama dan mengantarkan pada sesi selanjutnya. Bahan Presentasi : • Visualisasi Desa dari Masa ke Masa • Video Asset Based Comunity Develovment (ABCD), Inspirit.Inc, 2011, https://www.youtube.com/watch?v=ZPsb4sU0ewY Bahan Bacaan Fasilitator : Rianingsih Djohani. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Desa. Jakarta: FPPM. 2008 Contoh Visualisasi Desa :
34
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 3A
Strategi Mewujudkan Desa Impian Rencana Pembelajaran Materi : Strategi Mewujudkan Desa Impian Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu merumuskan visi dan misi desa berdasarkan pada gambar desa impian.
Metode : Ceramah, permainan, curah pendapat, dan diskusi kelompok Alat Bantu Belajar : Sound system, metaplan, spidol, papan flipchart, lem kertas, slide presentasi, LCD proyektor, laptop/komputer, laser pointer, aliran listrik, kertas plano, spidol, lembar kerja dalam kertas plano yang sudah disusun kolomnya.
Waktu : 120’ (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Bukalah sesi dengan ucapan salam atau sapaan lain yang disepakati (salam pembangkit se-
10’
mangat). Tampilkan slide presentasi mengenai tujuan sesi, metode dan waktu yang dibutuhkan. Berikan ruang tanya jawab dan berikan klarifikasi yang cukup atas pertanyaan peserta. 2. Mulailah dengan permainan atau game pengantar sesi. “Anda sekarang berada di kota Cire-
10’
bon. Saya akan berikan Anda uang Rp. 25.000,- Dengan uang itu, bagaimana caranya Anda bisa sampai ke kota tujuan Jakarta?” Lakukan curah pendapat untuk mendapatkan jawaban peserta dan minta klarifikasi atas jawaban yang kurang jelas maksudnya. Kembangkan pertanyaan reflektif, “Apa makna game di atas jika kita kaitkan dengan strategi mewujudkan impian?” Mainkan game kedua. Bagi peserta dalam 2 kelompok, berbaris memanjang, di ujung setiap kelompok ada kertas plano yang sudah disiapkan, semua anggota kelompok memunggungi kertas plano. Perintahnya untuk menggambar apa saja yang ada dibenak pikiran tanpa berkomunikasi dengan anggota lainnya. Berikan aba-aba untuk memulai, orang terdekat kertas plano diminta untuk balik kanan dan mulai membuat coretan, dan kembali ke posisi ujung paling jauh dari plano kelompok. Anggota kelompok berikutnya melanjutkan coretan anggota sebelumnya, begitu seterusnya hingga terjadi sebuah gambar.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
35
3. Berikan pertanyaan reflektif: “Apa bentuk gambar yang dihasilkan? Apa maksud gambar
30’
dari setiap kelompok? Apakah gambar ini merepresentasikan maksud dari seluruh kelompok? Kaitkan permainan tadi dengan sesi yang akan dibahas, misal: Jika gambar ini adalah rencana pembangunan desa, atau visi dan misi desa, maka apa yang akan terjadi bila tanpa partisipasi dan arah yang sama?”
Catatlah pendapat peserta, bahas satu persatu dan mengulasnya kembali. Berikan pembingkaian ulang (reframing) atas kesimpulan dan pembelajaran dari permainan tadi. Misal: “Membuat strategi yang keren itu punya rumus low cost high impact, dengan biaya yang rendah tetapi memiliki dampak yang luar biasa. Tetapi, rumuskan terlebih dahulu tujuan bersama terhadap perubahan yang diinginkan, baru disebutkan luar biasa...”
4. Berikan ulasan terlebih dahulu sesi yang telah dilalui dan hasil yang didapatkan tentang
60’
gambaran desa impian. Jelaskan bahwa tahapan selanjutnya adalah menuliskan visi dalam bentuk kata-kata inspiratif. Lanjutkan, dengan memberi penjelasan isi lembar tugas dalam slide presentasi atau kertas plano untuk sesi strategi mewujudkan desa impian, yang berisi tabel elemen sukses, indikator, pihak terkait dan strategi. Jangan lupa berikan contohnya.
Bagikan lembar tugas dalam kertas plano yang sudah dipersiapkan (tabel kolom contoh). Beri penugasan pada kelompok: •
Rumuskan impian pada gambar dalam 4 kata.
•
Buatlah strategi dalam tabel: elemen sukses, indikator, pihak terkait dan strategi
•
Ajak peserta untuk buatlah yel-yel, lagu atau puisi yang merepresentasikan visi dan misi desanya.
Elemen Sukses
36
Indikator
Pihak Terkait
Strategi
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Berikan waktu 15 menit bagi kelompok mengerjakan tugasnya. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan hasil kerja kelompok sesuai dengan perintah kerja.
Presentasikan hasil diskusi kelompok. Undang seluruh anggota tampil didepan kelas, menyampaikan puisi atau yel-yel kelompok. Lanjutkan dengan presentasi hasil kerja kelompok. Ajak kelompok lain untuk memberi masukan untuk perbaikan, sekaligus mencontohkan salah satu prinsip partisipasi – melakukan kritik yang bertanggung jawab. Lakukan hal yang sama hingga selesai untuk seluruh kelompok.
Ajukan pertanyaan reflektif, “Apakah terasa sulit menyusun visi dan misi ? Apakah dalam menyusun visi dan misi tadi, seluruh anggota kelompok berpartisipasi aktif ? Apakah proses kerja di kelompok tadi mungkin dilakukan di desa?” Catatlah jawaban-jawaban tersebut dalam bentuk kata kunci dan mengulasnya.
5. Lakukan pembingkaian ulang terhadap capaian sesi ini. Misal: dengan pernyataan bahwa
15’
“Untuk mewujudkan desa impian harus dirumuskan dan dibumikan dalam visi-misi dan strategi sehingga bisa dilaksanakan....”
Berikan penegasan kembali terhadap sejumlah pelajaran yang diperoleh pada sesi ini. Ucapkan terima kasih kepada peserta. Ajak tepuk tangan bersama atas karya cipta terbaik pada sesi ini.
Jelaskan bahwa visi dan misi yang partisipatif selanjutnya harus dimasukkan dalam rencana pembangunan desa (RPJMDes), yang akan dibahas pada sesi berikutnya.
Bahan Presentasi : Strategi Membangun Desa Impian Bahan Bacaan Fasilitator :
Rianingsih Djohani. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa. Jakarta: FPPM. 2008
Menyemarakkan Demokrasi Desa
37
Lembar bacaan peserta (handout):
Tips: Merumuskan Visi dan Misi
Visi merupakan gambaran masa depan mau jadi apa lembaga kita. Menentukan visi berarti menentukan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Dalam menentukan visi hendaknya memenuhi persyaratan: • Tidak berdasarkan kondisi saat ini • Berorientasi ke depan • Mengekspresikan kreativitas • Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat Misi adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai gambaran masa depan (visi). Misi merupakan langkah-langkah dan strategi apa untuk mencapai visi kita. Kadang misi perlu dirubah sedemikian rupa apabila visi belum tercapai. Jadi bukan visinya yang dirubah, hanya cara-caranya mencapai tujuan yang dirubah. Apabila visi berubah-ubah maka akan terkesan tidak konsisten gambaran masa depan tentang organisasi tersebut. Kriteria Rumusan Visi 1. Menggambarkan dengan jelas tentang kondisi masa depan yang ingin dicapai dalam enam tahun mendatang; 2. Menjawab permasalahan permbangunan daerah dan/atau isu strategis yang perlu diselesaikan dalam jangka menengah; 3. Disertai penjelasan yang lebih operasional sehingga mudah menjadi acuan bagi perumusan strategi, kebijakan dan program; 4. Disertai penjelasan mengapa visi tersebut dibutuhkan, relevansi visi dengan permasalahan dan potensi; dan 5. Sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah.
38
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Kriteria Rumusan Misi 1. Menunjukkan dengan jelas upaya-upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan visi daerah; 2. Disusun dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis eksternal dan internal daerah; dan 3. Disusun dengan menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana dan mudah diingat.
Pertimbangan dalam menyusun visi dan misi 1. Internal : Cek kembali konsistensi dokumen antara visi hingga turunannya 2. Eksternal: Kesesuaian dengan dokumen di atasnya (misalnya: RPJMD kabupaten, Perda Tata Ruang Daerah dan kebijakan lain)
Menyemarakkan Demokrasi Desa
39
PANDUAN SESI - 4A
Siklus Pembangunan Desa Rencana Pembelajaran Materi : Siklus Pembangunan Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu memahami alur perencanaan pembangunan dan alur penganggaran desa.
Metode : Ceramah dan curah pendapat Alat Bantu Belajar : Sound system, LCD proyektor, komputer/ laptop, spidol, lakban kertas. Waktu : 60’ (1 jam)
Langkah-langkah : 1. Bukalah sesi dengan ucapan salam atau sapaan lain yang disepakati (salam pembangkit
5’
semangat). 2. Tampilkan slide presentasi mengenai topik sesi Siklus Pembangunan Desa, tujuan sesi,
10’
metode dan waktu yang dibutuhkan. Berikan ruang tanya jawab dan klarifikasi yang cukup atas pertanyaan peserta. 3. Lakukan curah pendapat dengan panduan pertanyaan, Apa yang Anda ketahui selama ini
10’
mengenai siklus perencanaan pembangunan dan penganggaran ? Catatlah jawaban-jawaban peserta tadi di kertas plano untuk di parkir sementara. 4. Tampilkan slide presentasi dan jelaskan alur tahapan perencanaan pembangunan, jadwal
30’
perencanaan dan tahapan perencanaan. Lanjutkan, dengan penjelasan struktur anggaran pembangunan dan belanja desa (APBDes) yang terdiri dari: pendapatan desa, peluang sumber-sumber pendapatan asli desa (PADes) dan peruntukannya menurut Undang-Undang Desa, belanja desa dan pembiayaan desa.
40
Menyemarakkan Demokrasi Desa
5. Setelah presentasi, dengan melihat jawaban peserta yang sudah dituliskan di kertas plano,
30’
ajukan pertanyaan: •
Bagaimana yang terjadi di desa selama ini? Apakah sudah sama dengan apa yang dijelaskan oleh fasilitator ? Apa saja persamaan dan hal yang berbeda atau baru ? Catat pendapat peserta di kertas plano dan berikan klarifikasi dan ulasannya.
6. Tutup sesi dengan mengucapkan terimakasih, dan ajak peserta bertepuk tangan atas hasil
5’
yang dicapai pada sesi ini. Berikan pernyataan singkat untuk mengantarkan pada sesi selanjutnya. Bahan Bacaan : •
Rianingsih Djohani. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangu-
•
Undang-Undang 2014 No. 6 tahun tentang Desa
•
PP No.43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang No.6/2014_tentang
nan Desa. Jakarta: FPPM. 2008.
Desa •
PP No.60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
41
PANDUAN SESI - 5A
Membumikan Visi dan Misi dalam RPJMDes Rencana Pembelajaran Materi : Membumikan Visi dan Misi dalam RPJMDes Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menyusun RPJMDes, Mampu mengelola partisipasi dalam penyusunan RPJMDes.
Metode : Ceramah, diskusi, curah pendapat, permainan, pemutaran film pendek, diskusi kelompok, world cafe.
Alat Bantu Belajar
: Slide presentasi, laptop dan layar proyektor, sedotan, spidol besar, flipchart dan plano, kertas plano yang sudah digambar sesuai matrik, film RPJMDes Hanura
Waktu
: 150’ (2 jam 30 menit)
Langkah-langkah :
1. Bukalah sesi dengan ucapan salam atau sapaan lain yang disepakati (salam pembangkit
10’
semangat). Bertanyalah, “Apa kabar hari ini? Apakah masih tetap bersemangat?”
Jangan jelaskan dulu tujuan sesi. Lakukan curah pendapat dengan pertanyaan: Apakah ada yang pernah melihat RPJMDes ? Bagaimana bentuknya? Apa itu RPJMDes ?
Tidak perlu dicatat jawaban peserta, hanya untuk benchmarking secara cepat. Sampaikan pernyataan bahwa cara untuk membumikan visi dan misi adalah melalui RPJMDes.
2. Kemudian tampilkan slide presentasi menjelaskan topik sesi tujuan, metode dan hasil yang
5’
ingin dicapai pada sesi ini. Berikan ruang tanya jawab dan berikan klarifikasi yang cukup atas pertanyaan peserta. 3. Buatkan permainan atau game pengantar sesi. Misal: Game membuat menara dari sedotan. Mintalah peserta untuk berhitung 1,2,3,4 dan 1,2,3,4... untuk mendapatkan 4 kelompok
30’
yang diinginkan. Beri setiap kelompok @ 60 batang sedotan.
Aturan main: Buatlah bangunan setinggi-tingginya dari sedotan tersebut ! Pemenang adalah kelompok yang berhasil membuat bangunan menara paling tinggi dan tidak mudah roboh tertiup angin.
42
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Setelah selesai permainan dan ditentukan pemenangnya, buat panduan pertanyaan reflektif secara beruntun: Apakah seluruh anggota kelompok berpartisipasi pada permainan tadi ? Apa pelajaran yang bisa diperoleh dari permainan menyusun menara dari sedotan tadi ?
Kaitkan dengan topik sesi, Jika bangunan menara ini ibaratnya RPJMDes, Apa pelajaran yang bisa diambil ? Bagaimana penyusunan RPJMDes desa selama ini, apakah sudah partisipatif dan menyusun anggaran secara seimbang antara pendapatan dan pengeluaran? Catat seluruh jawaban peserta di kertas plano, membahasnya, lalu mengulangnya satu kali lagi.
Berikan pembingkaian ulang terhadap kesimpulan pada sesi ini. Misal: “bahwa proses partisipasi merupakan fondasi utama dalam menyusun visi dan misi desa. Tanpa partisipasi, visi dan misi sulit untuk dicapai karena fondasi lemah. Penyusun perencanaan juga mesti seimbang antara rencana pendapatan dan pengeluaran – sebagaimana contoh bangunan menara sedotan tadi...”
4. Sebelum penugasan kelompok, tayangkan film penyusunan RPJMDes Desa Hanura – untuk
15’
memotivasi peserta. Usai pemutaran film, buatkan pertanyaan reflektif, Apa perasaan Anda setelah menyaksikan film tadi ? Apakah partisipasi mungkin dilakukan di desa ? Setelah yes, lalu ajak peserta mengerjakan tugas kelompok. 5. Bagilah kelompok berdasarkan desa asal peserta. Jelaskan tabel penugasan dalam slide
30’
presentasi tentang kolom: visi, misi, kegiatan, anggaran dan indikator masing-masing. Berikan contoh untuk mempermudah pemahaman peserta.
Bagikan lembar tugas yang sudah dipersiapkan sebelumnya, supaya hemat waktu belajar. Yaitu lembar tugas berupa kolom: visi, misi, kegiatan, anggaran dan indikator masing-masing.
Visi
Misi
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Kegiatan
Anggaran
Indikator
43
Berikan waktu 15 menit untuk mengerjakan tugas kelompok. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan hasil kerja kelompok sesuai dengan perintah kerja dan partisipasi penuh peserta.
6. Setelah selesai diskusi kelompok, gunakan metode world cafe untuk membahasnya. Caran-
45’
ya: setiap kelompok desa memasang hasil diskusi kelompoknya pada papan flipchart atau dinding, masing-masing ditunggu satu orang sebagai tuan rumah, yang bertugas untuk menjelaskan hasil diskusi kelompoknya, sementara anggota yang lain berkunjung ke kelompok lain. Anggota kelompok yang berkunjung diberikan kertas stick note jika ada masukan yang hendak diberikan kepada kelompok yang dikunjungi. Tujuan metode ini untuk pelibatan aktif seluruh peserta, berinteraksi dengan kelompok lain, memberikan masukan bukan sekedar kritik.
Berikan waktu maksimal 5 menit untuk setiap kali kunjungan ke kelompok lain. Setelah selesai proses berkunjung, minta kelompok mendiskusikan kembali hasil masukan peserta dari kelompok lain. Undang wakil peserta untuk menyampaikan tanggapan hasil masukan dari kelompok lain.
7. Berikutnya, berikan pertanyaan reflektif: Apakah menyusun usulan RPJMDes itu mudah?
10’
Bagaimana proses pemberian masukan dan usulan tadi? Bagaimana proses berbagi informasi antar desa tadi? Catatlah jawaban-jawaban peserta dalam bentuk kata-kata kunci, tuliskan di kertas plano atau metaplan, ulas jawaban itu dan beri penegasan satu per satu.
Berikan pembingkaian ulang yang segar terhadap proses penyusunan RPJMDes. Misal: “Bahwa partisipasi mampu membuat pembangunan lebih berdaya. Proses partisipatif akan memperkaya ide-ide baru dan memberikan rasa memiliki kepada seluruh elemen masyarakat desa sehingga mempermudah proses pelaksanaannya....�
8. Untuk menghantarkan ke sesi berikutnya, sampaikan bahwa bahwa RPJMDes perlu diwu-
5’
judkan dengan cara membagi peran, karenanya perlu dilakukan pemetaan stakeholders atau pembagian peran. Ucapkan terima kasih dan tepuk tangan bersama atas pencapaian di sesi hari ini.
44
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Bahan Bacaan : •
Bahan Presentasi dan Rujukan/Cara Menyusun RPJMDes
•
Video lokalatih penyusunan RPJMDes Desa Hanura, Kab.Pesawaran, Prop.Lampung. https:// www.youtube.com/watch?v=XpdVRByMFpk
Bahan Bacaan : •
Rianingsih Djohani. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangu-
nan Desa. Jakarta: FPPM. 2008. •
Undang-Undang 2014 No. 6 tahun tentang Desa
•
PP No.43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang No.6/2014_tentang Desa
•
PP No.60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
45
Lembar bacaan peserta (handout):
Tips Dalam Menyusun Strategi
Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana indikator akan dicapai. Langkah merumuskan strategi •
Menyusun alternatif pilihan langkah yang dinilai realistis dan dapat mencapai terealisasinya indikator;
•
Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan untuk setiap langkah yang akan dipilih;
•
Melakukan evaluasi untuk menentukan langkah yang paling tepat dengan menggunakan metode
SOAR (strenght, opportunities, aspirations, results).
Program adalah serangkaian kegiatan untuk mencapai indikator yang berkaitan dengan perwujudan visi dan misi. Alur Perumusan Rencana Pembangunan
Visi
Rumusan umum keadaan yang diinginkan pada akhir perencanaan
Misi
Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai visi
Indikator
Menjelaskan indikasi keberhasilan pelaksanaan visi
Strategi
Menjelaskan indikasi - indikasi program untuk mencapai indikator
Kebijakan
Arah kebijakan sebagai landasan pelaksanaan program
Program
Kebijakan yang berisikan rangkaian kegiatan untuk mencapai indikator dalam visi dan misi
46
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Specific
KONSEP “SMART�6
: Sasaran kinerja harus bersifat spesifik. Artinya harus secara rinci dan detil menggambarkan apa yang ingin kita raih. Misal, ketika hendak meningkatkan penjualan, kita mencantumkan secara spesifik jenis produk apa saja yang akan ditingkatkan penjualannya, pada wilayah apa saja, dan dalam satuan apa kenaikan terjadi (dalam volume atau persentase). Demikian juga, jika kita hendak merumuskan sasaran untuk menyelesaikan sebuah projek/kegiatan, maka kita perlu menyebutkan jenis projeknya secara detil dan cakupan tugas yang akan dikerjakan.
Measureable : Sasaran kinerja yang kita susun dapat diukur. Ukuran yang dicantumkan bisa berupa volume, rupiah, persentase, atau angka nominal. Misalnya meningkatkan pendapatan sebesar 10%; atau proyek implementasi sistem IT diselesaikan 100% pada minggu terakhir semester II. Konsep measurable ini juga sejalan dengan metode penentuan key performance indicators (KPI). Beberapa contoh performance indicators yang lazim digunakan antara lain: jumlah (%) tugas yang dapat diselesaikan sesuai deadline; jumlah kesalahan dalam pelaksanaan tugas; jumlah kecelakaan kerja; jumlah produksi; jumlah pendapatan perusahaan; skor kompetensi pegawai, dll.
Achieveable
: Artinya target yang ditetapkan dapat dicapai dengan dukungan sumber daya yang tersedia. Selain melihat kesiapan sumber daya yang dimiliki, penetapan target ini lazimnya dilakukan dengan melihat pada tiga jenis data. Data yang pertama adalah data kinerja tiga tahun terakhir (historical performance). Data yang kedua adalah membandingkan dengan kinerja organisasi yang sama di kota atau negara lain (benchmarking). Data yang ketiga biasanya merujuk pada kondisi ekonomi makro dan prospek pertumbuhan bisnis yang terjadi di tanah air. Data-data ini akan memberikan pengaruh signifikan bagi proses penetapan target kinerja perusahaan dan juga pada gilirannya target kinerja pegawai.
Relevant
: Sasaran kinerja yang ditetapkan bersifat relevan dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang diemban oleh pegawai. Prinsip ini meminta kita untuk menyusun sasaran-sasaran kinerja yang fokus dan relevan dengan tugas utama pekerjaan, atau tujuan utama unit kerja dimana kita berada. Dengan demikian, sasaran yang ditetapkan juga menjadi lebih tajam dan bersifat kritikal bagi peningkatan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Time-bound : Artinya sasaran kinerja yang kita susun memiliki target waktu yang jelas. Kapan proyek atau kegiatan ini harus selesai. Apakah minggu pertama atau kedua bulan ini, ataukah minggu terakhir bulan depan. Target waktu ini juga bisa diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin. Misal kapan laporan bulanan harus selesai tiap bulannya atau kapan saja proses pemeliharaan rutin harus dilakukan.
6
Yodhia Antariksa. Menentukan Target Kerja dengan Metode SMART, http://pakarkinerja.com/menentukan-target-kerja-dengan-metodesmart/#sthash.ex9NfBGj.8ekYSB13.dpuf. 2014.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
47
PANDUAN SESI - 6A
Membangun Harmoni Para Pihak di Desa Rencana Pembelajaran Materi : Membangun Harmoni Para Pihak di Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu memahami cara berbagi peran antar pemangku kepentingan untuk mewujudkan usulan RPJMDes.
Metode : Ceramah, curah pendapat, permainan “segitiga berkawan”, diskusi kelompok Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, LCD proyector, komputer Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah :
1. Bukalah sesi dengan ucapan salam atau sapaan lain yang disepakati (salam pembangkit se-
5’
mangat). Misal: “Apa kabar? Sehat luar biasa!” atau “Are you ready? Let’s go!” dan lain-lain.
Kemudian tampilkan slide presentasi menjelaskan topik sesi tujuan, metode dan hasil yang ingin dicapai pada sesi ini. Berikan ruang tanya jawab singkat dan berikan klarifikasi yang cukup atas pertanyaan peserta.
2. Mulailah dengan permainan atau game pengantar sesi, agar peserta mudah mencerna sesi
30’
ini. Ajak peserta untuk berdiri tidak berjauhan dengan peserta lain, di halaman atau ruangan yang luas. Perintahkan mereka, untuk memilih dua teman, dalam hati saja. Tidak boleh bicara dan melakukan kontak fisik seperti kontak mata, isyarat dan lainnya dengan teman yang dipilihnya. Teman yang dipilih tidak boleh berasal dari kelompok atau desa yang sama.
Berikan perintah, “Buatlah posisi segitiga sama sisi dengan dua teman Anda yang dipilih !” Ini akan memakan waktu untuk mencapai titik keseimbangan.
Apabila seluruh peserta telah berhasil membentuk segitiga sama sisi, untuk menambah dinamika permainan: ambil dua orang peserta yang berada pada posisi menentukan seperti ditengah formasi peserta. “Bagi yang kehilangan teman, Pilih teman baru dan buatlah posisi segitiga sama sisi kembali …!” Permainan diakhiri dan tepuk tangan bersama.
48
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Setelah itu, lakukan refleksi dari permainan tadi dengan panduan pertanyaan: “Apa perasaannya setelah melakukan permainan tadi ? Adakah yang mengalami kesulitan membentuk segitiga sama sisi ? Jika diibaratkan dengan kerja membangun harmoni parapihak, Apa yang bisa kita petik dari pelajaran permainan tadi?�
Catat setiap jawaban peserta dalam bentuk kata-kata kunci di kertas plano. Berikan pembingkaian ulang yang segar tentang makna permainan tadi, dikaitkan dengan kerja membangun harmoni parapihak di desa. Misal: “pemetaan terhadap teman lain dan peran yang dimainkan menjadikan kita hidup dinamis, mencari keseimbangan baru ketika teman dan peran yang dimainkannya tidak hadir...�
3. Mulai kembali dengan slide presentasi memetakan para pihak yang berkepentingan dan
60’
mengetahui peran para pihak di desa, dalam kaitan dengan pelibatan dalam penyusunan RPJMDes.
Bagilah peserta kedalam kelompok berdasarkan asal desanya masing-masing. Tugas: minta setiap kelompok untuk menuliskan siapa saja para pihak yang ada di desa, dan apa perannya, apa saja kendala dalam komunikasi dan solusi penyelesaiannya. Berikan waktu 15 menit untuk mengerjakan tugas kelompok. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan hasil kerja kelompok sesuai dengan perintah kerja dan partisipasi penuh peserta.
Mintakan setiap kelompok untuk menempelkan hasil kerjanya pada papan flipchart atau dinding di ruangan pelatihan. Undang wakil kelompok untuk menyampaikan hasil kerja kelompok @5 menit.
Kembangkan diskusi untuk mencari solusi atas permasalahan yang muncul dalam pembagian peran dan komunikasi para pihak di desa. Jadikan game pengantar sesi di awal (segitiga berkawan) sebagai inspirasi dan mengatasi permasalahan harmonisasi yang muncul. Catat jawaban-jawaban peserta dalam bentuk kata-kata kunci dalam kertas plano.
Lakukan pembingkaian ulang terhadap proses diskusi tentang harmoni atau kerjasama antar para pihak dalam mewujudkan tujuan bersama. Misal: (Gb. Diagram Bela – Adil) “Ketika kebijakan di desa sudah cukup adil tetapi parapihak di desa belum sama pembelaannya atau acuh tak acuh, maka komunikasi perlu dilakukan. Namun, ketika parapihak di desa berbeda pembelaannya terhadap kebijakan dan belum dirasakan adil, maka advokasi yang mesti dilakukan...�
Menyemarakkan Demokrasi Desa
49
4. Sampaikan kembali poin-poin penting kesimpulan apa saja yang muncul dalam proses dis-
10’
kusi. Kemudian tutup sesi dengan mengucapkan terimakasih, dan ajak peserta bertepuk tangan atas hasil yang dicapai pada sesi ini. Berikan pernyataan singkat untuk mengantarkan pada sesi selanjutnya. Bahan Presentasi : Membangun Harmoni Para Pihak di Desa Bahan Bacaan
:
• Rianingsih Djohani. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Desa. Jakarta: FPPM. 2008. •
Undang-Undang 2014 No. 6 tahun tentang Desa
•
PP No.43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang No.6/2014_tentang Desa
•
PP No.60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
Gambar Diagram ADIL - BELA
BELA
ADVOKASI
HARMONIS
TIDAK ADIL
ADIL KOMUNIKASI PERSUASI
KOMUNIKASI
TIDAK BELA
50
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 7A
Strategi Komunikasi Efektif Rencana Pembelajaran Materi : Strategi Komunikasi Efektif, untuk Meningkatkan Kualitas Rembug Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Meningkat pemahamannya mengenai manfaat komunikasi efektif dalam pembangunan desa. Menemukan saluran-saluran komunikasi yang efektif dalam pembangunan desa.
Metode : Ceramah, permainan, curah pendapat, diskusi kelompok, Alat Bantu Belajar : Plano, spidol, lakban kertas, slide presentasi, papan flipchart, gambar untuk permainan
Waktu
: 150’ (2 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Fasilitator dapat memperkenalkan
10’
diri secara singkat, jika masih banyak peserta yang belum kenal nama. Ajak peserta untuk menyerukan yel-yel pembangkit semangat. Misal: “ha”, “hu”, “jos” dengan peragaan gerak tangan dan badan yang berbeda untuk setiap teriakan.
Selanjutnya, jelaskan hubungan sesi ini dengan sesi sebelumnya. Ulangi kembali kesimpulan pada proses diskusi tentang harmoni atau kerjasama antar parapihak di desa (Gambar Diagram Bela – Adil): •
Ketika kebijakan di desa sudah cukup adil tetapi parapihak di desa belum sama pembelaannya atau acuh tak acuh, maka komunikasi perlu dilakukan atau menyampaikan informasi kepada para pihak lain.
•
Ketika kebijakan di desa tidak adil dan parapihak di desa memiliki pembelaan yang sama, maka dibutuhkan komunikasi persuasif atau komunikasi yang lebih meyakinkan pengambil kebijakan desa.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
51
2. Tampilkan slide presentasi untuk menjelaskan materi apa yang akan dibahas, tujuan dan hasil
5’
yang diharapkan, alokasi waktu serta metode yang digunakan. Berikan ruang tanya jawab singkat dan berikan klarifikasi yang cukup atas pertanyaan peserta. 3. Lakukan game pengantar sesi untuk memudahkan peserta mencerna materi yang akan
30’
dibahas. Misal: ajak peserta bermain “gambar berkait�. Bagilah peserta menjadi 3-4 kelompok, setiap kelompok ada 1 orang bertugas menggambar dan peran lainnya menyampaikan pesan.
Buatlah gambar panduan di kertas plano dengan tingkat kesulitan sedang-tinggi, misal: perpaduan bentuk bulat-kotak-segitiga-oval. Berikan waktu 1 menit bagi penyampai pesan untuk mencerna gambar. Pastikan tidak ada komunikasi antara para penyampai pesan.
Peran penggambar diletakkan di posisi jauh dari kumpulan penyampai pesan. Satu persatu penyampai pesan memberikan instruksi kepada penggambar, komunikasi satu arah. Selesaikan semua petugas penyampai pesan, baru perintahkan penggambar membuat coretannya di kertas plano. Setelah itu, undang para penggambar dari wakil kelompok memperlihatkan hasil karyanya. Undang komentar peserta, kelompok mana yang paling mendekati gambar aslinya ?
Lanjutkan dengan variasi permainan yang kedua. Buatlah gambar dengan tingkat kesulitan rendah-sedang, misal: perpaduan bentuk bulat-kotak-segitiga-oval. Berikan waktu 1 menit bagi penyampai pesan untuk mencerna gambar, diminta antara para penyampai pesan saling berkomunikasi.
Contoh Gambar:
Lalu, ajak penyampai pesan secara bersama-sama mendatangi penggambar kelompoknya masing-masing. Lakukan komunikasi dengan penggambarnya untuk menghasilkan gambar yang sama-sama ingin dituju. Undang komentar peserta, kelompok mana yang paling mendekati gambar aslinya ?
52
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Refleksi permainan tadi, kembangkan pertanyaan: Apa yang menyebabkan hasil gambar permainan pertama tidak berhasil dan permainan pertama cenderung berhasil? Jika dikaitkan dengan komunikasi, Apa pelajaran penting yang kita peroleh ? Catat poin-poin jawabanjawaban peserta dan tuliskan di kertas plano.
4. Mulai kembali dengan pembingkaian ulang poin-poin refleksi permainan “gambar berkait”
30’
, misal: “bahwa komunikasi efektif perlu menggunakan saluran yang tepat....” Setelah itu, ajak peserta melakukan curah pendapat dengan panduan pertanyaan : •
Apa sajakah saluran-saluran komunikasi yang saat ini ada di desa yang bisa digunakan untuk mendiskusikan RPJMDes ?
•
Apa sajakah saluran baru yang bisa dikembangkan di desa sebagai media untuk mendiskusikan RPJMDes ?
Siapkan kertas metaplan, tulis poin-poin jawaban dalam bentuk kata-kata kunci saja. Metaplan mempermudah perbaikan jika terjadi kesalahan dalam penulisan atau salah dalam isi jawaban, tempelkan atau cabut untuk perbaikan.
Untuk memeriksa kedalaman jawaban peserta, kembangkan diskusi dengan panduan pertanyaan : •
Dari berbagai saluran komunikasi yang saat ini ada di desa, mana saluran komunikasi yang masih efektif dan perlu dirawat untuk membahas RPJMDes ?
•
Dari berbagai saluran baru yang bisa dikembangkan di desa, mana saluran komunikasi yang efektif sebagai media untuk membahas RPJMDes ?
Pastikan kembali bahwa jawaban-jawaban yang disampaikan tidak ada lagi koreksi atau penambahan.
5. Lanjutkan dengan penugasan kelompok, tampilkan lembar kerja pada slide presentasi atau kertas plano yang telah disiapkan.
40’
Berikan tugas: Ambil salah satu isu atau topik yang
hangat pada RPJMDes yang telah disusun. Tetapkan tujuan komunikasi atau pesan yang disampaikan melalui saluran komunikasi. Pastikan stakeholder desa yang telah dikenali pada sesi belumnya.
Tuliskan strategi komunikasi yang mesti dilakukan masing-masing stakeholder desa pada saluran komunikasi yang tersedia.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
53
Prekondisi
(Target Perubahan)
Target Pelaku
Target Pesan
Bentuk Intervensi
Strategi Komunikasi (Aktivitas)
Berikan waktu 15 menit untuk mengerjakan tugas kelompok. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan hasil kerja kelompok sesuai dengan perintah kerja dan partisipasi penuh peserta.
6. Teknik pembahasan hasil diskusi kelompok menggunakan metode world cafe, setiap kelom-
30’
pok desa memasang hasil diskusi kelompoknya pada papan flipchart atau dinding, masingmasing ditunggu satu orang sebagai tuan rumah, yang bertugas untuk menjelaskan hasil diskusi kelompoknya, sementara anggota yang lain berkunjung ke kelompok lain. Anggota kelompok yang berkunjung diberikan kertas stick note jika ada masukan yang hendak diberikan kepada kelompok yang dikunjungi.
Berikan waktu maksimal 5 menit untuk setiap kali kunjungan ke kelompok lain. Setelah selesai, minta kelompok mendiskusikan kembali hasil masukan peserta dari kelompok lain. Undang wakil peserta untuk menyampaikan tanggapan atas masukan dari kelompok lain.
Catat temuan-temuan menarik dalam bentuk kata-kata kunci, tulis di kertas metaplan dan tempelkan. Lakukan pembingkaian ulang hasil karya kelompok, misal: “Tampilkan slide presentasi bahwa ada 3 ranah komunikasi efektif untuk pembangunan desa, yakni: di tingkat desa, advokasi eksternal desa, dan pemasaran desa...�
7. Tutup sesi dengan mengucapkan terimakasih, dan ajak peserta bertepuk tangan atas hasil
5’
yang dicapai pada sesi ini. Berikan pernyataan singkat untuk mengantarkan pada sesi selanjutnya. Bahan Presentasi
: Komunikasi Efektif
Bahan Presentasi
: USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Jakarta.
54
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Lembar bacaan peserta (handout):
Teknik Komunikasi Efektif7
Dalam mengembangkan komunikasi masyarakat, unsur-unsur komunikasi yang terdiri dari sumber pesan, pesan, media atau saluran, penerima dan efek tetap menjadi pedoman. Unsur inilah yang harus saling berkaitan satu dengan lainnya. Hubungan antar unsur harus logis, jelas dan mudah dipahami. Terdapat 8 (delapan) bagian yang harus diperhatikan dalam mengembangkan komunikasi masyarakat secara lebih terarah yakni: analisis situasi internal dan eksternal, menetapkan tujuan utama komunikasi, menetapkan sasaran audiens, mengembangkan pesan, memilih saluran komunikasi, menentukan media, menyebarkan dan mendistribusikan pesan komunikasi, melakukan monitoring dan evaluasi komunikasi media.
1. Analisis situasi internal dan eksternal Yang dimaksud dengan analisis situasi internal dan eksternal adalah memahami situasi yang terjadi di dalam organisasi/lembaga dan situasi yang terjadi di luar lembaga. Untuk melakukan upaya komunikasi yang sukses dan efektif, mulailah dengan melihat secara internal organisasi anda melalui visi, misi dan nilai-nilai dasar, serta program yang sudah dilakukan selama ini. Selain itu, konstituen utama lembaga juga harus dilihat sebagai bagian internal. Proses ini akan membantu mempersempit dan mempertajam fokus komunikasi organisasi anda. Beberapa pertanyaan pemandu untuk melakukan analisis internal seperti: Hal-hal paling penting apa sajakah yang selama ini sering dikomunikasikan? Siapa saja pihak yang selalu lembaga komunikasikan terhadap isu/ pesan tersebut? Manfaat apa saja yang audiens masyarakat peroleh selama ini dari isu/pesan yang dikomunikasikan? Faktor apa saja yang membuat isu. pesan tersebut berhasil dan mampu untuk dikomunikasikan dengan baik kepada audiens yang anda tetapkan? Faktor apa saja yang membuat isu anda terhambat untuk dikomunikasikan? dan lain-lain.
2. Menetapkan tujuan utama komunikasi (goal) Sama halnya dengan rencana strategis lembaga, maka tujuan utama komunikasi harus konkret, realistis, terukur dan spesifik. Tujuan utama komunikasi juga harus selaras dan mendukung tujuan organisasi maupun tujuan program. Cara menentukan tujuan utama lembaga adalah mengacu hasil analisis situasi ekternal dan internal organisasi/ lembaga, kemudian mengambarkan perubahan apa yang ingin dicapai dan dilihat melalui upaya komunikasi.
7
USAID-ProRep. 2012. Modul Pengembangan Konstituensi dan Representasi. Jakarta. Hal 75-90
Menyemarakkan Demokrasi Desa
55
Panduan pertanyaan untuk menetapkan tujuan komunikasi, seperti: Apa yang diharapkan dari pemberi pesan? Apa yang ingin dilakukan audiens kepada isu/ pesan anda? Apakah audiens diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, pemahaman, mengubah perilaku, terlibat, melakukan tindakan, mendukung, mengembangkan dukungan, dan lain lain? Apakah tujuan komunikasi sudah cukup spesifik, dapat diukur, dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu?
3. Menetapkan sasaran audiens dan tujuan khusus Audiens atau sasaran penerima pesan komunikasi harus dapat diidentifikasi dengan jelas. Sasaran audiens yang dimaksud dapat berupa individu, maupun kelompok atau institusi. Siapa saja pihak-pihak utama yang diharapkan akan berubah dalam pengetahuan, sikap dan perilakunya untuk memenuhi tujuan utama anda, biasanya disebut dengan audiens primer (utama). Sedang audiens sekunder adalah individu atau kelompok atau lembaga lain yang terpengaruh jika berhasil mencapai tujuan utama. Audiens tersier adalah pihak-pihak yang terpengaruh oleh audiens sekunder. Contoh: Tujuan utama komunikasi: Melakukan penyebarluasan informasi, pendidikan yang menarik bagi warga/ kelompok warga di desa, dan menggalang dukungan untuk budaya hidup bersih.
Audiens Staf lembaga
Pesan Staf lembaga mampu menggalang dukungan berbagai pihak untuk terciptanya budaya hidup bersih di desa
Kelompok ibu arisan
Kelompok ibu ibu memiliki gaya hidup bersih
Aparat RT
Aparat RT memiliki kepedulian menjadwal gotong royong kebersihan lingkungan setiap minggu
Pemuda (Masjid, gereja)
Pemuda memiliki sikap dan berpartisipasi untuk gerakan budaya hidup bersih
Aparat Desa
Aparat Desa memiliki program pembangunan untuk perbaikan kualitas lingkungan hidup (pengelolaan sampah dan infrastrukturnya)
Masyarakat umum
56
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang budaya hidup bersih
Menyemarakkan Demokrasi Desa
4. Mengembangkan pesan Pesan sangat terkait dengan tujuan dan sasaran audiens. Pesan harus mampu memberikan informasi (menyampaikan fakta-fakta baru) yang penting, kemudian memaksa audiens yang ditargetkan (persuasif) untuk berpikir, merasa, memahami, setuju, percaya, mengubah sikap dan perilaku, mendorong partisipasi dan bertindak. Pada tahap ini, biasanya agak kesulitan dalam mengembangkan pesan, karena menyangkut kepekaan dan kreativitas merangkai kata/ frase yang menarik. Pesan komunikasi, biasanya disampaikan dalam bentuk: pernyataan (statement), cerita singkat, Jargon/slogan/citra yang dapat terus-menerus diulang. Beberapa hal yang yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan pesan adalah: masuk akal, mudah diingat, menunjukkan pentingnya masalah tersebut diperhatikan, relevan dengan kepercayaan dan nilai-nilai audiens, dan inspiratif, memotivasi audiens untuk berpikir, merasa, dan bertindak Contoh: Tujuan utama komunikasi: Melakukan penyebarluasan informasi, pendidikan yang menarik bagi warga/ kelompok warga di desa, dan menggalang dukungan untuk budaya hidup bersih.
Audiens Staf lembaga
Pesan Mengembangkan dukungan ke berbagai pihak (pemerintah dan swasta) untuk pelayanan publik yang lebih baik
Kelompok ibu arisan
Lingkungan sehat, Keluarga Ceria
Aparat RT
RT siaga Warga Bahagia
Pemuda (Masjid, gereja)
Pemikir pejuang, pejuang pemikir untuk menciptakan lingkungan yang nyaman untuk berkarya
Aparat Desa
Desa Sehat Warga Kuat
Masyarakat umum
Budaya hidup Sehat, Saatnya Kita Mulai ‌
Menyemarakkan Demokrasi Desa
57
5. Memilih Saluran Komunikasi Saluran komunikasi, akan membawa pesan kepada target audiens.Ada banyak bentuk saluran komunikasi yang bisa digunakan, dengan jumlah yang mungkin tidak terbatas. Beberapa bentuk saluran komunikasi diantaranya adalah: radio, televisi, surat kabar, internet, email, mall, stasiun, sekolah, rumah, perpustakaan, seminar, kegiatan, acara, dan lain-lain. Semakin banyak saluran komunikasi digunakan, maka pesan yang akan disampaikan kemungkinan akan diterima. Apalagi jika frekuensi penyampaian pesan tersebut sangat sering dilakukan dalam jangka waktu lama. Namun dengan anggaran dan sumber daya yang seringkali terbatas, pemilihan saluran yang tepat dan efektif memerlukan sikap hati-hati. Untuk memilih saluran yang tepat, beberapa pertanyaan berikut ini akan membantu: Di mana atau dari siapa biasanya audiens mendapatkan informasi ini? Apa sumber-sumber informasi yang mereka percaya? Dimana audiens ini menghabiskan sebagian besar waktunya? Dimana dan kapan audiens paling mungkin untuk memberikan perhatiannya? Bagaimana mereka lebih memilih untuk mendapatkan informasi anda? Contoh saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada masing-masing audiens adalah sebagai berikut:
Audiens
Pesan
Staf lembaga
Rapat, diskusi bulanan, makan siang, lobi, acara, pertemuan warga,
Fasilitator Desa
Diskusi bulanan, pelatihan, pertemuan warga, koran, radio, fasilitasi warga, lobi, dll
Kelompok ibu arisan
Arisan, gereja, pasar, koran, radio dll
Aparat RT
Diskusi bulanan, pertemuan warga, koran, radio, dll
Pemuda (Masjid, Gereja)
Masjid, gereja (perayaan hari besar agama) jalan, pelatihan, koran, radio dll
Aparat Desa
Kantor desa, pertemuan warga, dengar pendapat, koran, radio, diskusi, dll
Masyarakat umum
Pasar, mesjid, gereja, terminal, puskesmas, rumah sakit, pertemuan orang tua murid, pertemuan warga, koran, radio, dll
58
Menyemarakkan Demokrasi Desa
6. Memilih media Media adalah alat/ instrumen yang digunakan untuk membawa pesan ke audiens. Alat/ instrumen tersebut dibawa melalui kendaraan yang di sebut saluran (Channel). Pesan yang bagus, jika menggunakan media yang tidak tepat, tidak akan kena sasaran. Demikian pula sebaliknya, jika medianya bagus tetapi pesannya tidak jelas juga tidak akan kena sasaran audiens yang diharapkan. Oleh karena itu, media, saluran, tujuan komunikasi, pesan sangat berhubungan erat. Dalam peran inilah, maka media sangat berperan dalam membantu kelancaran komunikasi secara umum. Dengan adanya perkembangan teknologi, maka media dibagi dalam empat bagian yakni: (a) Verbal dan ekspresif: media yang menggunakan bahasa lisan, bahasa tubuh, seperti: percakapan, ekspresi tubuh, simulasi, nyanyian, permainan, tari, isyarat dll (b) Cetak: media yang menggunakan tulisan, gambar yang dicetak di di atas medium kertas, kain, plastik, kaos atau yang lainnya., seperti: poster, leaflet, buku, brosur, laporan, spanduk dan lain-lain; (c) Elektronik/multimedia; media yang menggunakan sarana elektronik/ listrik, seperti: rekaman lagu/ suara, film, foto, kaset, cd interaktif, slide presentasi, dan lain-lain; (d) Cyber; media yang menggunakan bahasa digital. Termasuk di dalam media ini adalah website, email, blog, social network, dan lain-lain. Strategi Komunikasi dengan stakeholder desa dapat ditempuh melalui : •
Interpersonal: Bisa dilakukan pada lingkungan terdekat misalnya tetangga (baik perempuan, laki-laki, maupun anak-anak). Biasanya pada forum atau kesempatan informal, misal pada saat bertamu, cangkrukan, di pasar, arisan, saat menunggui anak di sekolah, dsb,
•
Media Massa (Radio, Televisi, Media Cetak, Internet); bisa berupa acara talkshow, membuat iklan layanan masyarakat, siraman rohani, acara campursari, yang ada di media yang bersangkutan. Lewat jaringan sosial di internet (facebook, twitter, mailing-list, blog).
•
Reference group/kelompok strategis; melibatkan dan mengundang kelompok/ komunitas dalam kegiatan penyuluhan tertentu misalnya, ibu-ibu PKK, kelompok tani/nelayan/pedagang pasar, kader lingkungan, kelompok pengajian, siswa sekolah dsb)
•
Reference Individual; dengan menghadirkan pakar/ahli di bidang atau materi tertentu dalam penyuluhan/ seminar/lokakarya.
•
Kampanye dengan menyebarluaskan pesan secara masif kepada masyarakat. Misalnya kampanye Peningkatan Perempuan Melek Hukum.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
59
7. Menyebarkan dan mendistribusikan pesan Anda bebas untuk menentukan alat manajemen sendiri tentang: kapan disebarkan, dimana disebarkan, siapa yang harus menyebarkan, kepada siapa saja disebarkan dan bagaimana cara menyebarkan. Yang perlu diingat adalah, bahwa kita tidak sedang menyebarkan media tersebut secara bebas. Proses penyebaran media komunikasi masyarakat lebih banyak dilakukan secara terkontrol, yang selalu menggunakan fasilitator untuk memandunya.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan yang secara reguler dilakukan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat/ memeriksa dengan seksama apakah rencana tersebut mencapai tujuan komunikasi dan, apabila belum memenuhi, bagaimana upaya membuat modifikasi yang sesuai dan tepat waktu untuk memastikan keberhasilan. Rencana komunikasi masyarakat adalah sebuah proses yang berkelanjutan yang harus selalu dilihat kembali dan diperlakukan sebagai sebuah dokumen hidup yang siap untuk direvisi serta disempurnakan dari waktu ke waktu.
60
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 8A
Praktek Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa Rencana Pembelajaran Materi : Praktek Lapangan, Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu mengelola partisipasi masyarakat dalam menyusun RPJMDes.
Metode : Observasi, wawancara, curah pendapat, diskusi kelompok dan permainan. Alat Bantu Belajar : Slide presentasi, layar proyektor dan laptop, panduan wawancara dan observasi, kertas plano, spidol, pewarna krayon, spidol kecil, lakban kertas, sound system atau pengeras suara, metaplan.
Waktu : 225’ (3 jam 45 menit)
Langkah-langkah : 1. Bukalah sesi dengan ucapan salam dan sampaikan judul sesi. Sampaikan tujuan sesi, bahwa
5’
“praktek lapangan ini merupakan sarana untuk belajar dan melihat langsung bagaimana partisipasi masyarakat dilaksanakan, sehingga manfaatkan peluang ini dengan baik...” 2. Ajak peserta meneriakkan yel-yel dan gerakan tangan :
Aku tahu sadar dan siap melakukan 2X
Aku tahu sadar siap, siap sadar tahu
Aku tahu sadar dan siap melakukan •
tahu
: gerakan tangan memegang kepala,
•
sadar
: gerakan tangan memegang dada sebelah kiri,
•
siap : gerakan tangan sejajar dengan kaki seperti posisi siap dalam baris berbaris,
•
melakukan : gerakan kaki menghentak dua kali
15’
Sampaikan penugasan kepada peserta untuk melakukan wawancara dan observasi: •
Bagaimana proses partisipasi terjadi?
•
Bagaimana dinamika peserta selama sesi praktek
•
Apa pelajaran yang bisa dipetik?
•
Wawancara: hal baru dan inspiratif yang diperoleh di pertemuan? dan apa yang akan dilakukan pasca pertemuan?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
61
Bagilah peran siapa yang bertugas untuk fasilitator, co fasilitator, pemandu peserta untuk observasi dan wawancara, serta bagian teknis (konsumsi, transportasi dll). 3. Perjalanan menuju desa praktek
30’
4. Sesi Praktek di Desa:
210’
Sebelum acara dimulai, pastikan tata letak ruangan dan hal teknis lainnya kondusif untuk pertemuan, seperti: pengeras suara berfungsi, penerangan cukup, sirkulasi udara berfungsi, tata letak kursi U-Shape atau meja bundar dan lain-lain.
Mulai acara dengan pembukaan dan sambutan oleh kepala desa atau aparat pemerintah desa setempat. Ketika acara sudah diberikan penuh oleh panitia lokal, maka mulailah dengan ucapan salam dan perkenalkan diri dan rombongan. Lalu, sampaikan tujuan praktek lapangan terkait dengan kebutuhan peserta pelatihan dan bagi desa.
Presentasikan secara singkat tentang peluang partisipasi dalam Undang-Undang Desa dan berbagi pengalaman mengenai praktek seni mengelola partisipasi.
Bagian 1: Bina suasana
Bagilah peserta menjadi 4-5 kelompok dan perkenalan: nama, pekerjaan, hobi, ukuran baju dan nomor sepatu. Lelanglah kepada siapa yang bisa memperkenalkan anggota kelompoknya dengan nama, pekerjaan, hobi, nomor sepatu dan ukuran baju, dan berikan hadiah sebagai motivasi dan merayakan kegembiraan.
Bagian 2: Menyusun cita-cita bersama
Putarkan Video Asset Based Community Development sebagai media pengantar sesi. Setelah itu, kembangkan pertanyaan reflektif dari video misal: “Sebutkan satu kata yang mewakili perasaan Anda setelah menonton video tadi? Bagaimana alur cerita video tadi? Jika dikaitkan dengan membuat perencanaan desa, Apa yang bisa kita pelajaran dari video tadi?
Setelah itu, Ajak peserta berkenalan dengan menggunakan mandala diri, yaitu buat gambar dalam lingkaran yang dibagi tiga tentang gambar: masa lalu yang membanggakan dari dirinya, masa kini yang membanggakan dan apa yang cita-cita terhadap desanya.
Selesai itu, kelompokkan peserta berdasarkan cita-citanya dalam 5 kelompok besar: ekonomi, pembangunan infrastuktur, pendidikan, kesehatan, dan sosial agama. Minta kelompok untuk mendiskusikan cita-cita kelompok dan menggambarnya dalam kertas plano.
62
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Setelah selesai kerja kelompok, undang wakil kelompok untuk presentasi. Lakukan konfirmasi dan dalami setiap presentasi hasil kerja kelompok, untuk mendapatkan hasil kerja kelompok yang bermutu.
Bagian 3 – Menyusun Visi
Ajak peserta untuk menganalisis dengan mengembangkan pertanyaan “Apakah kita sepakat ini adalah cita-cita bersama? Apakah cita-cita ini sudah direncanakan sejak lama? Apakah kita bisa mewujudkan cita-cita ini?”
Undang wakil kelompok untuk menuliskan kembali, dan dipilih mana cita-cita yang diprioritaskan dan menuliskannya dalam 1 kata. Baca kembali program prioritas dan susun kembali kata dari peserta menjadi visi bersama, buat gimmick untuk mendapatkan pembingkaian ulang (reframing) yang berkesan.
Bagian 3 – Membangun Komitmen Pemerintah Desa
Konfirmasi kepada kepala desa atau aparat desa, apakah semua cita-cita ini sudah tertampung di RPJMDes? Bisakah ditunjukkan pada bagian mana?
Sampaikan bahwa cita-cita ini harus diakomodir di RPJMDes dan dikawal pelaksanaannya bersama-sama, dengan membuat pertanyaan tertutup, “cita-cita ini milik siapa”? “ siapa yang akan melaksanakan?” “Apakah kita siap mengawal dan dilaksanakan?”
Sampaikan kepada perangkat bahwa masyarakat siap berperan serta untuk membangun desa tinggal tindak lanjut berikutnya untuk melibatkan mereka.
Bagian 4 – Merancang rencana tindak lanjut
Ajak peserta untuk merancang rencana tindak lanjut guna menyebarluaskan visi bersama yang telah disusun kepada warga desa lainnya. Pilihlah saluran komunikasi yang dapat digunakan warga desa dalam menyebarluaskan pesan pembangunan. Misal: model-model pertemuan dengan perangkat desa (rapat dengar pendapat, musyawarah desa) atau pertemuan informal seperti: pengajian, pertemuan orang tua murid dll).
5. Perjalanan pulang ke lokasi pelatihan
30’
Menyemarakkan Demokrasi Desa
63
6. Lakukan penggalian atas pengamatan praktek di lapangan. Ajukan pertanyaan, “Apa hasil
30’
observasi dan wawancara yang sudah dilakukan? Bagaimana proses partisipasi dan dinamika peserta tadi? Apa pelajaran yang diperoleh dari proses tadi ?” Catat jawaban dan ulaslah jawaban dari para peserta. Lakukan pengemasan kesimpulan secara sederhana.
Lalu, ajukan kembali pertanyaan reflektif: “Apakah praktek tadi mungkin dilaksanakan di desa ? Bagaimana cara memulainya? Siapa yang akan memulainya? Apakah kita semua siap melakukannya?”
Catatlah jawaban peserta dalam kertas plano dan mengulasnya, temukan kata-kata kunci dari hasil jawaban peserta. Buatlah pembingkaian ulang dengan segar misal: “Partisipasi masyarakat dalam berbagai proses pembangunan di desa mungkin bisa dilakukan jika mempergunakan metode-metode yang sudah kita pelajari bersama ...”
7. Tutup sesi praktek dengan merayakan bersama, misal: bernyanyi lagu atau tepuk tangan yang meriah.
5’
Hantarkan peserta ke sesi berikutnya, yakni menyusun RTL, langkah awal
untuk melaksanakan proses partisipasi di Desa ... Catatan
: Beberapa hari sebelum pelatihan, lakukan assessment desa yang ingin dituju. Lakukan observasi, wawancara dengan kepala desa, sekdes atau ketua BPD untuk mendapatkan gambaran tentang desa, sekaligus mengutarakan keinginan untuk praktek belajar di desa. Temukan keterkaitan kegiatan praktek belajar dengan agenda di desa, misal: agenda penyusunan RPJM Desa, musrenbang penyusunan RKP Desa, membahas peraturan desa dan lainlain.
Jadikan kehadiran praktek belajar di lapangan berarti bagi pembangunan dan pemberdayaan warga, bukan pengulangan kegiatan yang telah mereka lakukan, atau hanya sekedar menjadikan desa sebagai laboratorium cobacoba saja.
Bahan Bacaan
: • Rianingsih Djohani. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa. Jakarta: FPPM. 2008
• Undang-Undang 2014 No. 6 tahun tentang Desa
• PP No.43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang No.6/2014_tentang Desa
64
• PP No.60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 9A Rencana Tindak Lanjut
Rencana Pembelajaran Materi : Menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menyusun langkah awal untuk melaksanakan proses partisipasi di desa.
Metode : Ceramah, presentasi dan diskusi kelompok Alat Bantu Belajar : Slide presentasi, kertas plano, spidol Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Bukalah sesi dengan ucapan salam dan sampaikan judul sesi. Presentasikan tujuan sesi
5’
dan waktu yang dibutuhkan. Jelaskan tentang harapan dari adanya penyusunan RTL, yakni agar peserta mampu mengimplementasikan apa yang sudah di dapatkan selama mengikuti pelatihan. 2. Review semua sesi satu persatu, sampaikan dengan menggunakan alur logika pelatihan
20’
yang sederhana. Konfirmasi kepada peserta, Apa saja yang sudah Anda dapatkan dari setiap sesi yang sudah dilalui ? Jelaskan kembali pendapat peserta yang tidak lengkap dan rangkai kembali dalam kesatuan alur pelatihan yang utuh.
Mintalah komitmen peserta untuk membuat kegiatan pasca pelatihan sebagai tindak lanjut dari pelatihan.
3. Beri penugasan: Tentukan tiga kegiatan dari lima pilihan kegiatan yang tersedia yang paling
30’
memungkinkan untuk dilakukan, disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing kelompok. Minta peserta membuat kelompok berdasarkan desa masing –masing untuk mendiskusikan penugasan.
Jawaban kelompok ditulis dengan 7 kolom yakni: (a) Kegiatan apa yang akan dilakukan, (b) Menjelaskan tujuan kegiatan, (c) Menentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan,
Menyemarakkan Demokrasi Desa
65
(d) Kapan kegiatan akan dilaksanakan, (e) Apa hasil yang diharapkan dari kegiatan yang akan dilaksanakan, (f) Latar belakang kegiatan dan (g) Bentuk dukungan apa yang dibutuhkan oleh peserta dari CSO/NGO pendamping untuk melaksanakan kegiatan.
Contoh tabel RTL:
Kegiatan
Tujuan
Penanggung Jawab
Waktu
Hasil
Latar Belakang
Bentuk Dukungan NGO
4. Undang wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok desanya. Lakukan
30’
probing untuk memperdalam hasil diskusi kelompok dan mendapatkan sisi menarik di masing-masing RTL. Undang juga kelompok lain untuk memberikan catatan-catatan penting untuk perbaikan.
Selesai presentasi kelompok, ajukan pertanyaan reflektif, “Apakah ada dari pemaparan kelompok lain yang berbeda dan menginspirasi untuk diterapkan di desa Anda?�
5. Sampaikan kembali poin-poin penting dan kesimpulan apa saja yang muncul dalam proses
5’
diskusi. Kemudian tutup sesi dengan mengucapkan terimakasih. Ajak peserta bertepuk tangan atas hasil yang dicapai pada sesi ini. Berikan penjelasan singkat untuk mengantarkan pada sesi selanjutnya.
66
Menyemarakkan Demokrasi Desa
ŠJosh Estey/ USAID/ Program Representasi
Menyemarakkan Demokrasi Desa
67
BUKU B
Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa
1. Panduan Sesi Cerita Advokasi Sukses
Berbagi Cerita Advokasi Hebat
DEsA SEJAHTERA
2. Panduan Sesi
3. Panduan Sesi
Cita-cita Besar Undang-Undang Desa
Peran Utama Stakeholder Desa
68
Menyemarakkan Demokrasi Desa
BUKU B : Daftar Isi 1B. Panduan Sesi Berbagi Cerita Advokasi Hebat
70
2B. Panduan Sesi Penyegaran (Refreshing) Materi Partisipasi dalam Undang-Undang Desa
75
3B. Panduan Sesi Penyegaran (Refreshing) Materi Aktor
5B. Panduan Sesi Persiapan Advokasi
86
6B. Panduan Sesi Pelaksanaan Advokasi
111
7B. Panduan Sesi Simulasi Advokasi
116
118
9B. Panduan Sesi Rencana Tindak Lanjut
120
8B. Panduan Sesi Paska Advokasi
dan Peran Stakeholder Desa 77 4B. Panduan Sesi Menentukan Visi Advokasi
80
4. Panduan Sesi Menentukan Tujuan Advokasi
SMS
@ SMS SMS
@
SMS
@
@
STRATEGY
5. Panduan Sesi
6. Panduan Sesi
Panduan Pelaksanaan Advokasi
Panduan Simulasi Advokasi dan Rencana Tindak Lanjut
Menyemarakkan Demokrasi Desa
69
PANDUAN SESI - 1B Berbagi Cerita Hebat
Rencana Pembelajaran Materi : Berbagi Cerita Advokasi Hebat Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Menemukenali kekuatan-kekuatan organisasi dan komunitas dari pengalaman keberhasilan dalam melakukan advokasi perubahan sosial di desa.
Metode : Ceramah, diskusi, dan curah pendapat. Alat Bantu Belajar : Kartu empat mata, spidol, kertas plano dan papan flipchart Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang
5’
tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan dengan permainan atau game (ice
breaking atau energizer) untuk membangkitkan semangat belajar peserta.
Kutip perumpamaan pada fragmen pembukaan, Mengapa ibu-ibu tadi berdemonstrasi? Untuk apa?
2. Lanjutkan dengan penyampaian tujuan sesi, metode dan waktu yang diperlukan. Berikan
10’
kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang tujuan sesi dan metode yang digunakan, berikan klarifikasi yang berkesan. 3. Letakkan kartu bergambar di meja atau lantai yang tersedia. Minta peserta untuk memilih
20’
satu, dari 50 kartu bergambar, yang merepresentasikan sumberdaya ekonomi, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial, dan administrasi pemerintahan di desa.
Minta peserta untuk membuat selembar bahan presentasi berbentuk sketsa, infografis, atau
flowchart sederhana tentang
70
Menyemarakkan Demokrasi Desa
cerita advokasi yang membanggakan (sukses). Bantu peserta dengan panduan format ATAP8. •
Awalnya: Dimana, Siapa dan Apa Keinginannya (misi, impian, harapan atau aspirasi)?
•
Tantangan: Apa tantangan yang menghalangi tokoh dalam mewujudkan keinginannya?
•
Aksi: Apa sikap dan tindakan tokoh dalam mengatasi tantangan untuk mewujudkan keinginannya?
•
Perubahan: Apa dampak dari tindakan tokoh? Apakah sudah mendekatkan tokoh pada pencapaian keinginan?
Beri waktu 15 menit untuk menyiapkan presentasi tentang cerita advokasi yang membanggakan. Lakukan pendampingan pada proses menggambar, untuk memastikan peserta memahami instruksi atau penugasan.
Berikan motivasi bahwa “Fokuslah pada pengalaman positif, bukan pengalaman negatif. Pengalaman positif berarti sebuah pengalaman yang telah dimaknai secara positif. Bisa jadi pengalaman berhasil melakukan advokasi, tapi bisa juga kegagalan yang dimaknai positif karena memberi banyak pelajaran...”
4. Setelah selesai bahan presentasinya, ajak peserta untuk mencari teman sebanyak-ban-
60’
yaknya untuk berbagi cerita advokasi yang membanggakan. Berikan waktu 10 menit untuk peserta saling bercerita dan mendengarkan cerita dari peserta yang lain.
Setelah itu, bagi peserta berdasarkan kelompok desa asalnya. Beri penugasan, “Temukan kekuatan-kekuatan yang dimiliki organisasi atau komunitas pada cerita advokasi yang membanggakan tadi !”
Beri waktu 15 menit untuk berdiskusi. Lakukan pendampingan pada proses diskusi, untuk memastikan peserta memahami instruksi atau penugasan. Minta kelompok untuk menuliskan pada kertas plano dengan huruf kapital dan besar.
Setelah selesai diskusi, undang wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya secara ringkas, dan ajak kelompok lainnya untuk memberikan masukan. Catat hal-hal menarik pada diskusi dalam bentuk kata-kata kunci. Sampaikan apresiasi terhadap pengalaman para peserta.
8
ProRep-USAID, Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Op. Cit. Hal 130.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
71
Lakukan reframing atas temuan kekuatan-kekuatan organisasi atau komunitas pada cerita advokasi yang membanggakan. Misal: “Cara belajar dari keberhasilan adalah menemukan cerita-cerita hebat yang hidup dan dipercakapkan oleh komunitas/ masyarakat tertentu. Ini dilakukan sebagai sebuah upaya untuk menyadari kekuatan organisasi dan komunitas. Kekuatan itu akan menjadi modal dasar dalam mendesain inisiatif advokasi yang kreatif...�
5. Diakhir sesi, ucapkan terimakasih dan ajak peserta tepuk tangan yang meriah untuk sesi
5’
yang berkesan ini. Jangan lupa untuk menyampaikan materi pada sesi berikutnya.
Catatan
: 50 kartu merupakan potongan gambar yang merepresentasikan sumberdaya ekonomi, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial, dan administrasi pemerintahan di desa. Kartu dibuat hingga 3x lipat dari jumlah peserta dan dibuat dalam cetakan warna-warni. 50 kartu bisa diperoleh dari 10 model gambar yang sama, diperbanyak 5x.
Bahan Presentasi : Berbagi pengalaman keberhasilan advokasi Bahan Bacaan
: USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Jakarta.
72
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Permainan Peran:
Naskah Fragmen Pembukaan Bagian I Pengantar (Meja di depan kelas disiapkan, dan ada papan/ karton yang bertuliskan “kepala desa”). MC memberitahukan kepada peserta, “Mari kita saksikan drama pendek tentang partisipasi”. Seluruh lampu ruangan dimatikan Narator membacakan situasi:
Pada suatu pagi nan sejuk, Desa Kopaja tampak damai. Para petani berangkat ke sawah. Anak-anak berbondong-bondong menuju sekolah. Pegawai-pegawai berpakaian rapi dan wangi menuju kantor. Tapi di depan kantor kepala desa gaduh. Ibu-ibu PKK sudah berkumpul. Mereka protes terhadap Kepala Desa. “Pak Kades tidak aspiratif,” teriak seorang warga. “Pak Kades musuh perempuan desa,” teriak yang lainnya.
Bagian II Para perempuan berjalan mendekati dan mengelilingi kursi kepala Desa, dengan membawa spanduk “Perempuan mampu merumuskan dirinya sendiri”, “Kami perempuan mandiri” dan “Desa ini juga milik para perempuan”. “Ada apa ini ?” tanya Kades. “Pak Kades tidak adil, tidak mau mendengarkan suara kami para perempuan!” teriak si perempuan 1 “Iya, Pak Kades bilang mau memberikan anggaran dan kesempatan PKK untuk menyusun program-program. Kami sudah susun program, lha kok anggarannya malah dialihkan dan program masuk malah programnya pak Kades ?” Tanya perempuan 2 “Ini lho ngapain ibu-ibu pada protes. Kita ini di pengurus desa sudah merancang semuanya. Semua sudah disusun sesuai dengan petunjuk pemerintah. Sekarang ibu-ibu pulang saja lah, biar semua kami yang urus. Ibu-ibu semua tinggal tunggu nantinya. Enak to? Sanggah Kades.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
73
“Gak bisa begitu, Pak. Kami ini juga warga desa, ikut bayar pajak, bayar iuran desa. Kalau ada kerja bakti, kami juga ikut berpartisipasi, bikin wedhang, bikin kue, cuci piring. Kalau kami tidak dianggap terus apa?” ujar perempuan 2. “Pokoknya kami dari PKK harus menyusun program sendiri. Kalau anggarannya tidak cukup gak papa. Lha, kami ini kan yang lebih tahu masalah kami. Kok tiba-tiba Pak Kades datang-datang memutuskan kalau PKK programnya begini, begitu,” protes perempuan 3. “Lha terus ibu-ibu maunya bagaimana?” tanya Kades. “Pokoknya kita harus susun ulang program PKK dan anggarannya. Supaya sesuai dengan aspirasi kita,” jawab perempuan 1. “Kita minta harus ada pertemuan minggu ini juga. Kita tidak mau ditunda-tunda. Dan harus melibatkan BPD juga,” tegas perempuan 2. “Ya sudah, kalau begitu Rabu besok kita bikin pertemuan sama BPD juga. Temanya membahas program dan anggaran untuk PKK. Setuju?” kata Kades. “Setuju!” jawab ibu-ibu serentak.
Bagian III Penutup Narator membacakan kesepakatan: “Tak semua pemimpin peka, tak semua pemimpin mau mendengar. Saat situasi itu terjadi, maka advokasi jawabannya.”
74
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 2B
Penyegaran (Refreshing) Materi Aspek Partisipasi dalam Undang-Undang Desa Rencana Pembelajaran
Materi : Penyegaran (Refreshing) Materi Aspek Partisipasi dalam Undang-Undang Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menghidupkan kembali ingatan tentang aspek partisipasi dalam Undang-Undang No.6/2014 tentang Desa
Metode : Ceramah, diskusi, dan curah pendapat. Alat Bantu Belajar : Kartu gambar kendaraan, spidol, kertas plano dan papan flipchart Waktu : 60 menit (1jam)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan dengan permainan atau game
5’
untuk membangkitkan semangat belajar peserta. 2. Presentasikan secara singkat tujuan sesi, waktu sesi yang dibutuhkan, alur dan metode pe-
5’
nyampaian. Berikan ruang tanya jawab untuk penjelasan yang belum dipahami atau klarifikasi singkat. 3. Bagi peserta secara berpasang-pasangan (buzzgroup). Ajukan pertanyaan kepada peserta,
30’
“Apa yang telah Anda pelajari dari Undang-Undang Desa tentang partipasi masyarakat ?” Catatlah jawaban-jawaban dari peserta di kertas plano.
Jika mengalami kemandegan jawaban dari peserta, bantulah dengan menyebutkan pokokpokok bahasan dalam Undang-Undang Desa, seperti: penyelenggaraan pemerintahan desa (pasal 23-53), musyawarah desa dan BPD (pasal 54-65), hak dan kewajiban desa serta peraturan desa (pasal 67-70), pembangunan desa dan sistem informasi pembangunan desa (pasal 78-86), keuangan desa dan aset desa (pasal 71-77), lembaga kemasyarakatan desa, pengawasan dan pembinaan (pasal 94-95) dan pasal 112-115). Misal:
Menyemarakkan Demokrasi Desa
75
•
Didalam pasal terkait penyelenggaraan pemerintahan desa, Apa saja hal-hal yang terkait dengan partipasi masyarakat? Ulangi lagi pertanyaan diatas, dan tunggu respon jawaban dari peserta. Begitu seterusnya, untuk memancing jawaban peserta lebih mengalir.
4. Bacakan kembali secara ringkas poin-poin penting dari jawaban-jawaban peserta.
15’
Sampaikan presentasi singkat tentang cita-cita besar yang terkandung dalam UndangUndang Desa, dan kaitan dengan aspek partisipasi yang sudah berhasil ditemukan oleh peserta. Tampilkan slide presentasi yang menginformasikan rumusan cita-cita besar yang terkandung dalam Undang-Undang Desa. Lakukan tanya jawab untuk klarifikasi pernyataan yang tidak jelas, atau memperdalam pembahasan cita-cita besar Undang-Undang Desa.
Tutup sesi ceramah/ presentasi singkat, dengan reframing, misal: “bahwa prasyarat agar cita-cita besar yang terkandung didalam Undang-Undang Desa dapat terwujud, diperlukan sinergitas antara semua elemen desa dalam memajukan, menyejahterakan, dan meningkatkan kualitas demokrasi desa...”
5. Penutup sesi, ucapkan terima kasih atas proses pembelajaran bersama, dan hantarkan judul
5’
sesi selanjutnya. Catatan : • Panduan Sesi Penyegaran Aspek Partisipasi dalam UndangUndang Desa ini, disusun bagi peserta yang telah mendapatkan pelatihan pada Buku A Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa.
• Jika peserta belum pernah mendapatkan pelatihan pada Buku A, maka pergunakan panduan sesi pada Buku A sebagai acuan fasilitasi.
Bahan Presentasi : Peluang dan Tantangan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Bahan Bacaan : •
Undang-Undang 2014 No. 6 tahun tentang Desa
•
PP No.43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang undang No.6/2014_tentang Desa
•
76
PP No.60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 3B
Penyegaran (Refreshing) Materi Peran Stakeholder di Desa Rencana Pembelajaran Materi : Penyegaran (Refreshing) Materi Peran Stakeholder di Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu menghidupkan kembali ingatan tentang materi peran stakehold-
er desa dalam mengelola perubahan sosial di desa.
Metode : Curah pendapat, buzz group, dan ceramah Alat Bantu Belajar : Slide presentasi, kertas plano, papan flipchat, metaplan, lakban kertas, spidol Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang
5’
tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan dengan permainan atau game (ice breaking, energizer, teka-teki humor) untuk membangkitkan semangat belajar peserta. 2. Jelaskan secara singkat tujuan sesi, keluaran yang ingin dicapai, alokasi waktu yang dibutuh-
5’
kan, dan metode sesi yang dipergunakan.
Jelaskan juga keterkaitan sesi dengan sesi sebelumnya, dan mengingatkan kembali kepada peserta perihal prasyarat utama yang dibutuhkan agar cita-cita besar yang terkandung dalam Undang-Undang Desa dapat terwujud.
3. Bagilah peserta secara berpasang-pasangan (buzz group). Lakukan curah pendapat dan
30’
kembangkan pertanyaan untuk diskusi: “Siapa saja yang dimaksud stakeholder desa dalam Undang-Undang Desa?” Tulislah semua pendapat peserta pada kertas metaplan, dan tempelkan.
Ajukan kembali pertanyaan, Siapa saja stakeholder desa yang tidak masuk dalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa? Bagaimana dengan masyarakat awam yang tidak masuk dalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
77
Tulislah kembali semua pendapat peserta pada kertas metaplan, dan tempelkan. Baca semua jawaban, dan sampaikan “Apakah masih ada stakeholder desa yang belum dituliskan ?” Lakukan probing hingga stakeholder yang dimaksud tereksplorasi semuanya.
4. Lanjutkan dengan pertanyaan diskusi yang kedua, “Apa peranan masing-masing pihak atau
30’
pemangku kepentingan dalam demokrasi desa?” Tulislah semua pendapat peserta pada kertas metaplan, dan tempelkan dibawah kertas metaplan stakeholder yang dimaksud.
Ajukan kembali pertanyaan, “Apa saja tugas dan wewenang serta peranan masing-masing pihak dalam demokrasi desa sesuai peraturan yang berlaku?”
Lakukan probing hingga semua peran stakeholder desa yang dimaksud bisa diungkap peserta, “Apakah peranan stakeholder desa ini sudah lengkap? Apakah ada yang diperankan melakukan pendidikan warga (civic education) ?
Tulislah kembali semua pendapat peserta pada kertas metaplan, dan tempelkan dibawah kertas metaplan stakeholder yang dimaksud.
5. Bacakan kembali secara ringkas poin-poin penting dari jawaban-jawaban peserta. Berikan
15’
reframing yang segar, misal: “Undang-Undang Desa mengamanatkan bahwa peran pemangku kepentingan di desa adalah untuk saling melengkapi, bukan untuk saling bersaing berebut pengaruh. Sehingga, penting memiliki pemahaman yang utuh tentang tugas pokok, fungsi dan peranan masing-masing pihak dalam Undang-Undang Desa...”
Tampilkan isi reframing dalam slide presentasi dan menegaskan pembagian stakeholder desa. Lakukan tanya jawab untuk klarifikasi pernyataan yang tidak jelas, atau memperdalam pembahasan peranan stakeholder (para pemangku kepentingan) desa.
Tutup sesi ceramah dengan menegaskan kembali kesimpulan, misal: “bahwa prasyarat agar cita-cita besar yang terkandung didalam Undang-Undang Desa dapat terwujud, diperlukan sinergitas antara semua elemen desa dalam memajukan, menyejahterakan, dan meningkatkan kualitas demokrasi desa...”
6. Diakhir sesi, ucapkan terima kasih dan rayakan bersama capaian keberhasilan sesi ini, den-
5’
gan mengajak peserta bertepuk tangan yang meriah. Jangan lupa, sampaikan kaitan sesi ini dengan sesi berikutnya.
78
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Bahan Presentasi : Peran Pemangku Kepentingan di Desa Bahan Bacaan Fasilitator : •
Undang-Undang 2014 No. 6 tahun tentang Desa
•
PP No.43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang undang No.6/2014_tentang Desa
•
PP No.60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
79
PANDUAN SESI - 4B
Menentukan Visi Advokasi Rencana Pembelajaran Materi : Menentukan Visi Advokasi Perubahan Sosial di Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menyusun visi advokasi perubahan sosial di desa.
Metode : Curah pendapat, pemutaran film, diskusi dan ceramah Alat Bantu Belajar : Spidol, plano, metaplan, lakban kertas, slide presentasi, LCD proyektor,
komputer dan laser pointer, film “peran perempuan dalam demokrasi Indonesia”
Waktu : 120 menit (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang
5’
tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan yel-yel “ya” “yuk” “yes” lalu diakhiri dengan tepuk tangan. Tujuannya untuk membangkitkan semangat belajar peserta. 2. Tampilkan slide presentasi mengenai tujuan sesi, hasil yang diharapkan, metode dan waktu
10’
yang dibutuhkan. Jelaskan secara singkat, lakukan tanya jawab dengan peserta dan berikan klarifikasi jawaban yang berkesan. 3. Siapkan LCD proyektor, speaker aktif (sound system) dan laptop untuk penayangan film
35’
“peran perempuan dalam demokrasi Indonesia”. Ajak peserta untuk memperhatikan dan mencatat hal-hal penting dalam film tersebut.
Setelah usai menonton film, kembangkan diskusi dengan pertanyaan reflektif, “Apa kesan Anda setelah menyaksikan tayangan film tadi ? Bagaimana alur cerita film tadi ? Apa pelajaran yang bisa kita peroleh dari film tadi ?”
Gunakan klasifisikasi “masa lalu”, “masa kini”, “masa yang akan datang”, “cita-cita” dan “tantangan” sebagai panduan untuk menggali lebih jauh jawaban-jawaban peserta. Tulisan jawaban-jawaban peserta dan kelompokkan berdasarkan klasifikasi tersebut.
80
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Berikan ilustrasi pentingnya merumuskan tujuan dengan menggambar perumpamaan perjalanan dari Gunung Kidul (daerah asal peserta) ke Solo (lokasi training), bagian mana yang merupakan “masa depan”, bagian mana yang “masa lalu” dan bagian mana yang “masa kini” ?
4. Lanjutkan dengan penyampaian konteks merumuskan visi advokasi perubahan sosial di
30’
desa. Tampilkan slide presentasi dan jelaskan secara singkat. Lakukan tanya jawab jika ada peserta yang butuh klarifikasi dan pendalaman atas hal yang disampaikan.
Penugasan: Minta semua peserta membuat Mandala Diri Advokasi. Caranya: (1) Gambarkan kondisi masa kini yang membutuhkan advokasi. (2) Gambarkan prasyarat yang dibutuhkan agar kondisi itu lebih baik. (3) Gambarkan cita-cita advokasinya. (lihat: lembar kerja peserta).
Beri waktu 10 menit untuk menggambar, lakukan pendampingan untuk memastikan peserta memahami instruksi atau penugasan. Setelah itu, ajak peserta saling bercerita dan mendengarkan cerita dari peserta yang lain, selama 10 menit.
5. Kemudian, bagi peserta berdasarkan kelompok desa asalnya. Beri penugasan, “Buatlah
45’
mandala kelompok advokasi desa Anda!” Gabungkan gambar atau ide-ide cerita yang ada pada anggota kelompok. Caranya sama, gambar kondisi masa kini, prasyarat dan cita-cita advokasi.
Minta kelompok untuk menggambar pada kertas plano dengan pewarna krayon, spidol warna warni dll. Minta juga kelompok mengidentifikasi kata-kata kunci yang mewakili visi advokasi bersama, dan menuliskannya sebagai judul gambar mandala kelompok. Beri waktu 15 menit untuk berdiskusi. Lakukan pendampingan pada proses diskusi, untuk memastikan peserta memahami instruksi atau penugasan.
Setelah selesai diskusi, undang wakil kelompok untuk menyampaikan karyanya secara ringkas. Ajak kelompok lainnya merespon untuk memberikan masukan. Catat hal-hal menarik pada diskusi dalam bentuk kata-kata kunci. Sampaikan apresiasi terhadap gambar para peserta.
Lakukan reframing yang segar atas temuan kekuatan-kekuatan organisasi atau komunitas pada cerita advokasi yang membanggakan. Misal: “Visi berorientasi masa depan. Oleh karena itu, visi advokasi menggambarkan keadaan ideal masyarakat pada beberapa tahun ke depan, bisa 3 tahun hingga 25 tahun, tergantung lingkup perubahan sosial yang ingin diwujudkan...”
Menyemarakkan Demokrasi Desa
81
6. Diakhir sesi, ucapkan terima kasih dan rayakan bersama capaian keberhasilan sesi ini den-
10’
gan mengajak peserta bertepuk tangan yang meriah. . Catatan : • Panduan Sesi Penyegaran Aspek Partisipasi dalam UndangUndang Desa ini, disusun bagi peserta yang telah mendapatkan pelatihan pada Buku A Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa.
• Jika peserta belum pernah mendapatkan pelatihan pada Buku A, maka pergunakan panduan sesi pada Buku A sebagai acuan fasilitasi.
Bahan Presentasi : • Menyusun Visi Advokasi. • Film peran perempuan dalam demokrasi Indonesia: • SFCG Indonesia. 2014. Perempuan Harus Bersuara. https://www.youtube.com/ watch?v=h_TlNq8DRRI • SFCG Indonesia. 2014. The Road to Women’s Ideal Representation, https://www.you-
tube.com/watch?v=DAFBBv89Luo&list=PLSKwy3p1Isc21HLxOHXd0sbWmZD5sCUVH • SFCG
Indonesia.
2014.
Perempuan
Indonesia
https://www.youtube.com/
watch?v=wwu3g--srBY
Bahan Bacaan : •
Rianingsih Djohani. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa. Jakarta: FPPM. 2008
82
Menyemarakkan Demokrasi Desa
. Lembar Kerja Peserta
Menyemarakkan Demokrasi Desa
83
Lembar bacaan peserta (handout):
Tips Merumuskan Tujuan Advokasi9
Sebuah advokasi pun perlu mempunyai kejelasan tujuan, sebagai pemandu arah advokasi tersebut. Tanpa kejelasan tujuan, advokasi akan mudah bergeser menjadi aksi yang reaksioner. Akibatnya, kelelahan para pelaku dalam menjalani proses advokasi. Sebuah advokasi pun perlu mempunyai kejelasan tu-
Tujuan berorientasi masa depan. Oleh karena itu, tu-
juan, sebagai pemandu arah advokasi tersebut. Tan-
juan advokasi menggambarkan keadaan ideal organ-
pa kejelasan tujuan, advokasi akan mudah bergeser
isasi pada beberapa tahun ke depan, bisa 3 tahun
menjadi aksi yang reaksioner. Akibatnya, kelelahan
hingga 25 tahun, tergantung lingkup perubahan sosial
para pelaku dalam menjalani proses advokasi.
yang ingin diwujudkan. Selain itu, setidaknya tujuan advokasi mempunyai beberapa ciri berikut:
Tujuan advokasi adalah ‘‘sebuah citra tentang masa
depan�. Citra berarti sesuatu yang belum nyata, yang ada hanya dalam benak kita. Tujuan advokasi menggambarkan kondisi yang dibayangkan tentang masa depan. Sebagai sesuatu yang dibayangkan, tujuan advokasi yang kuat berpengaruh pada emosi dan perilaku orang.
1. Menantang : Keadaan masa depan yang memberikan tantangan pada organisasi 2. Inspiratif : Menyentuh emosi anggota organisasi & kelompok sasaran 3. Bersama : Orang bisa melihat tujuan personal dalam tujuan advokasi 4. Mengikat : Anggota organisasi harus merasa
Tujuan advokasi adalah dasar yang menyelaraskan tindakan-tindakan para anggotanya. Tujuan advokasi menyatukan beragam kepentingan dalam organisasi
menjadi bagian dari tujuan advokasi 5. Memberi Arah : Kejelasan visualisasi masa depan
dan mengubahnya menjadi solidaritas antar anggota.
Cara Menemukan Visi Advokasi Mengapa advokasi butuh tujuan? Advokasi bukanlah
Hasil yang baik terwujud berkat proses yang baik, be-
kerja semalam. Perubahan sosial membutuhkan kerja
gitu pula proses perumusah tujuan advokasi. Proses
advokasi dalam jangka waktu yang lama dan dukun-
perumusan visi advokasi adalah proses partisipatif
gan dari banyak pihak. Advokasi bukan sekedar pe-
yang melibatkan para pelaku advokasi. Hanya saja,
rubahan kebijakan, tapi implementasi dan manfaat
orang seringkali menyerah dengan proses partisipatif
nyata dari kebijakan tersebut bagi masyarakat. Oleh
dan mengambil jalan pintas untuk merumuskan tujuan
karena itulah, advokasi membutuhkan tujuan sebagai
advokasi secara elitis.
penggerak, panduan, pengikat dan penarik perhatian masyarakat. 9
ProRep-USAID. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga. Op.Cit. Hal 133 – 138.
84
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Padahal dengan memahami cara pengelolaan pertemuan kelompok yang efektif, tidak sulit untuk merumuskan tujuan advokasi secara partisipatif. 1. Merumuskan pertanyaan kunci. Berdasarkan tujuan umum advokasi, rumuskan pertanyaan advokasi. 2. Dialog impian. Berbagi harapan dan aspirasi berdasarkan pertanyaan kunci yang telah tersusun 3. Visualisasi impian. Visualisasikan impian bersama agar orang bisa memperjelas bayangan mengenai
keadaan masa depan idaman
4. Identifikasi kata kunci. Identifikasi kata kunci yang mewakili visi bersama 5. Perumusan tujuan. Perumusan visi sesuai visualisasi impian dan pertanyaan kunci yang
telah ditemukan
Tujuan advokasi seringkali diawali dengan “mempengaruhi” atau “mendorong” pada pihak atau perbaikan atas kondisi yang sedang dihadapai. Misalnya “mempengaruhi proses perumusan anggaran desa agar memberikan porsi yang proporsional untuk organisasi perempuan (PKK)” atau “mendorong perbaikan anggaran yang proporsional untuk organisasi perempuan desa (PKK).” Aktivitas yang penting untuk diperhatikan adalah perumusan pertanyaan kunci karena kualitas jawaban tergantung pada kualitas pertanyaan. Berikut ini beberapa tips dalam merumuskan pertanyaan kunci: 1. Pahami tujuan umum advokasi. Pertanyaan kunci adalah pertanyaan yang menanyakan terwujudnya
tujuan umum advokasi di masa depan.
2. Ciptakan pertanyaan “ajaib”. Pertanyaan biasa akan menghasilkan visi yang biasa. Pertanyaan ajaib adalah pertanyaan yang mendorong orang menggunakan imajinasi dan kreativitas dalam memberikan jawaban.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
85
PANDUAN SESI - 5B Persiapan Advokasi
(a) Pemetaan Aktor dan Faktor Rencana Pembelajaran Materi : Identifikasi Aktor dan Faktor Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu mengidentifikasi faktor dan aktor yang berkaitan dengan
perubahan sosial di desa.
Metode : Ceramah, curah pendapat dan diskusi kelompok. Alat Bantu Belajar : LCD proyektor, laptop, metaplan, spidol, lakban kertas, papan flipchart dan kertas plano.
Waktu : 120 menit (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang tujuannya untuk
10’
menyapa peserta. Ajak peserta melakukan permainan untuk membantu konsentrasi. Caranya: lakukan pemanasan terlebih dahulu. Setel musik yang energik, minta peserta mengikuti instruksi. Jika ketika mendengar perintah “joged” maka peserta mesti berjoged. Jika Peserta mendengar perintah “jalan” maka peserta mesti berjalan. Jika mendengar perintah “stop” maka peserta mesti stop. (lakukan intruksikan beberapa kali) 2. Jelaskan tujuan sesi, metode dan waktu sesi yang dibutuhkan untuk membahas identifikasi
5’
aktor dan faktor. Buka ruang tanya jawab dengan peserta jika ada hal-hal yang ingin diklarifikasi. 3. Lanjutkan, dengan membuat game pengantar sesi. Ajak peserta untuk bermain “tali kusut
15’
darsono”.
Minta peserta untuk membuat sebuah pola melintang dari sebuah tali, sesuai dengan posisi peserta pada saat terakhir kali berhenti. Peserta harus memegang tali, kemudian berikan bagian tali lainya pada peserta lain yang jauh darinya. Peserta yang menerima tali, harus memegang tali dan memberikan lagi tali pada peserta lainnya, dan seterusnya.
86
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Lakukan hal yang sama, sampai pada peserta terakhir yang menerima dan memegang ujung tali sampai terbentuk sebuah pola melintang dari tali. Pola harus terlihat kencang, jangan kendor.
Kemudian, minta satu orang peserta keluar dari posisinya untuk melepaskan tali yang di pegangnya. Kemudian peserta yang masih memegang tali, harus tetap berusaha dan berupaya membuat tali yang melintang tetap dalam keadaan kencang, tidak kendor.
Lakukan 3 sampai 4 kali menarik peserta keluar dari posisi untuk melepas tali, dan meminta peserta lain tetap berusaha untuk mengencangkan tali.
Minta peserta yang sudah keluar dari posisi dan melepaskan talinya, dikembalikan ke posisi semula, kemudian harus memegang dan menarik tali yang dilepasnya, dan menjaga pola tetap kencang.
4. Ajak peserta untuk merefleksikan game “tali kusut darsono�, dengan mengembangkan per-
10’
tanyaan: Apa kesan Anda setelah memainkan game tadi ? Apa yang terjadi pada permainan kita tadi ? Jika dikaitkan dengan sesi aktor dan faktor, Apa yang dapat kita simpulkan ?
Catat jawaban-jawaban peserta di kertas plano. Dan buatkan kesimpulan atas permainan tadi.
5. Jelaskan Apa yang dimaksud dengan Aktor dan Faktor yang berkaitan dengan advokasi
60’
perubahan sosial di desa, dan berikan contoh. Tampilkan slide presentasi atau kertas plano yang sudah disiapkan. Lakukan tanya jawab dengan peserta supaya mendapatkan penjelasan yang memadai.
Setelah itu, bagi peserta ke dalam kelompok berdasarkan asal desa/ organisasinya masingmasing. Minta peserta untuk : • Memilih salah satu visi atau tujuan advokasi yang sudah didapatkan pada sesi sebelumnya. • Mengidentifikasi dan menuliskan siapa saja aktor dan apa saja faktor, yang berkaitan de ngan tujuan advokasi.
Pertanyaan aktor, “Berdasarkan visi advokasi yang telah disusun, Siapa saja parapihak berkepentingan atau stakeholder yang terkait dengan pencapaian visi advokasi? Siapa saja
stakeholders yang berkepentingan tadi yang melakukan advokasi?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
87
Apakah ada aktor diluar desa yang memiliki kepentingan atas sebuah kebijakan atau program pembangunan di desa? Siapa yang signifikan dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan atau program pembangunan di desa? Siapa aktor kunci dalam pembuatan kebijakan atau program pembangunan di desa (misal; Kepala desa, BPD, dll)?”
Pertanyaan faktor, “Bagaimana struktur sosial mempengaruhi proses kebijakan atau pembahasan program pembangunan ? Bagaimana situasi sosial, politik, dan ekonomi saat proses penyusunan kebijakan atau pembahasan program pembangunan desa?” • Klarifikasi faktor dan aktor yang sudah teridentifikasi. Beri tanda (+) untuk yang mendukung tujuan advokasi dan tanda (-) untuk yang akan menjadi tantangan advokasi.
Berikan waktu 15 menit untuk mengerjakan tugas kelompok. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan peserta memahami penugasan dan partisipasi penuh peserta dalam kelompok.
Setelah diskusi selesai, undang satu persatu wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Mintakan kelompok lain untuk memberikan masukan. Catat poin-poin penting yang disampaikan pada diskusi.
6. Lakukan reframing pada sesi ini. Misal: “Dalam diskusi ditemukan banyak faktor dan aktor
15’
yang berkaitan dengan advokasi yang akan dilakukan. Pentingnya identifikasi aktor dan faktor ini sebagai bagian dari upaya keberhasilan advokasi...” 7. Tutup sesi dengan mengucapkan terima kasih kepada peserta atas proses sesi yang dilalui.
5’
Ajak peserta tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi kerja kelompoknya. Jangan lupa untuk menghantarkan pada sesi selanjutnya. Bahan Presentasi : • Peta Ekologis Advokasi
Bahan Bacaan : • USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Jakarta.
88
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 5B Persiapan Advokasi
(b) Pemetaan Peran dan Pengaruh Aktor/Faktor Rencana Pembelajaran Materi : Identifikasi Peran dan Pengaruh Aktor/Faktor Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu mengidentifikasi peran dan pengaruh aktor/faktor dalam advokasi perubahan sosial di desa.
Metode : Ceramah, curah pendapat, diskusi kelompok, presentasi Alat Bantu Belajar : Kertas karton, meta plan, board maker warna, laptop, LCD proyektor, papan flipchart dan kertas plano
Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang tujuannya untuk
10’
menyapa peserta. Lakukan permainan (game energizer, cerita lucu, bernyanyi atau berjoged) untuk menghangatkan suasana. Tujuannya untuk membangkitkan semangat belajar peserta. 2. Lanjutkan dengan menjelaskan tujuan, metode dan hasil yang diharapkan dari sesi ini den-
5’
gan menggunakan slide presentasi 3. Ajak peserta untuk mengulas sesi terdahulu, identifikasi aktor/ faktor. Bagi kelompok peser-
40’
ta sesuai dengan desa/organisasi masing –masing.
Lihat kembali faktor/aktor yang sudah teridentifikasi dan diberi tanda (+) dan (-). Tunjukkan mana aktor/faktor yang menjadi kekuatan, dan mana yang menjadi tantangan dalam mencapai tujuan advokasi. Uraikan peran dan kontribusi aktor/ faktor pada tercapainya tujuan advokasi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
89
Kemudian berikan penugasan untuk diskusi: • Berdasarkan tabel sebelumnya, “Identifikasi peran dan kontribusi semua aktor/faktor yang mendukung keberhasilan advokasi !” • “Identifikasi juga peran dan kontribusi semua aktor/faktor yang berpotensi akan mengganggu pencapaian tujuan advokasi !”
Panduan pertanyaan: “Apa agenda aktor/faktor ? Seberapa besar kekuatan yang dimiliki? Bagaimana keterkaitan diantara para stakeholder tersebut? Apakah ada perbedaan kepentingan diantara para stakeholder kebijakan? Apakah ada kekuatan yang melakukan perlawanan pada proses pembuatan kebijakan? Peluang apa yang ada untuk mempengaruhi proses kebijakan?”
Berikan waktu 15 menit untuk mengerjakan tugas kelompok. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan hasil kerja kelompok sesuai dengan perintah kerja dan partisipasi penuh peserta.
4. Setelah selesai diskusi, undang satu persatu wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusi
30’
kelompoknya. Minta kelompok lain untuk mengkonfirmasi atau memberikan masukan, pada hasil diskusi kelompok lain. Catat poin-poin penting dari diskusi di kertas plano. Baca kembali poin-poin penting diskusi. Lakukan reframing dari hasil diskusi tentang pentingnya memahami peran dan pengaruh aktor/faktor dalam mencapai keberhasilan advokasi. Misal: “Keberhasilan sebuah strategi berawal dari ketepatan kita dalam membaca apa yang terjadi di lingkungan. Sebuah strategi meski ada panduan umum namun tetap bersifat unik tergantung pada keadaan yang kita hadapi...” 5. Tutup sesi dengan mengantarkan peserta pada sesi berikutnya. Ajak peserta untuk bertepuk
5’
tangan sebagai bentuk apresiasi atas karya terbaiknya pada sesi ini. Bahan Presentasi : • Peta Ekologis Advokasi
Bahan Bacaan : • USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Jakarta.
90
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 5B Persiapan Advokasi
(c) Saluran Advokasi Rencana Pembelajaran Materi : Saluran Advokasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu menemukenali saluran-saluran komunikasi untuk advokasi dalam pembangunan desa.
Mampu menyusun desain intervensi advokasi melalui saluran advokasi. Mampu meningkatkan keterampilan mengemas pesan.
Metode : Permainan, presentasi, curah pendapat, diskusi kelompok Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, lakban kertas, slide presentasi, Papan flipchart, metaplan Waktu : 150 menit (2 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Ajak peserta untuk menyerukan yel.
5’
Yelnya sebagai berikut: “ya”, “yuk”, “yes”. Selanjutnya fasilitator menjelaskan hubungan/ mengkoneksikan sesi ini dengan sesi sebelumnya. Kenalkan diri secara singkat. 2. Jelaskan secara singkat sesi materi yang akan dibahas, tujuan dan hasil yang diharapkan,
10’
alokasi waktu dan metode yang digunakan. Tampilkan dalam slide presentasi. Lakukan percakapan tanya jawab dengan peserta, jika ada peserta yang membutuhkan klarifikasi atas hal-hal yang disampaikan. 3. Setelah itu, ajak peserta bermain “pesan berantai dengan menggunakan bahasa tubuh”.
15’
Caranya: • Buat peserta menjadi 2-3 kelompok besar, berbaris memanjang menghadap satu arah. Tepuk pundak peserta paling belakang, minta untuk berbalik arah dan bisikkan kalimat. Misal: “Ibu pergi ke pasar membeli pisang untuk monyet di rumah”.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
91
• Perintahkan peserta yang telah dibisiki tadi menepuk bahu teman lainnya, minta untuk berbalik arah dan meneruskan pesan ini dengan cara berpantomim atau dengan bahasa tubuh memperagakan isi pesan. Begitu seterusnya hingga sampai ke peserta paling depan. • Diakhir, minta peserta terakhir menyampaikan isi pesan berantai tadi.
Ajukan pertanyaan reflektif, Apakah ada kelompok yang tepat menyampaikan isi pesan tadi ?
• Jika ada, minta penjelasan apa yang menyebabkan kelompok itu sukses ?
• Jika tidak ada, minta penjelasan juga apa saja yang menyebabkan kelompok itu gagal ? • Lalu ajukan pertanyaan kunci: Jika permainan tadi dikaitkan dengan materi saluran advokasi, Apa yang dapat kita kita pelajarannya ?
Lakukan reframing atas pendapat peserta. Caranya: buat kata-kata kunci dari pendapatpendapat peserta dan hubungkan dengan materi komunikasi efektif. 4. Presentasikan secara singkat tentang hubungan komunikasi dan advokasi. Misal: “bahwa
25’
komunikasi itu penting di ranah advokasi, dan perlu memanfaatkan saluran-saluran/media komunikasi yang saat ini ada untuk proses advokasi. Advokasi dapat berjalan baik jika memanfaatkan saluran atau media komunikasi yang telah teruji berjalan efektif, dan memilih saluran yang tepat...”
Lalu, lakukan brainstorming dengan mengembangkan pertanyaan: Apa sajakah saluransaluran komunikasi yang saat ini ada di desa yang bisa digunakan untuk advokasi ? Apa sajakah saluran baru yang bisa digunakan sebagai media untuk advokasi ?
Catat jawaban-jawaban peserta, tulis dikertas metaplan dan tempelkan. Lakukan reframing dari pendapat peserta. Misal: “Ada 3 ranah komunikasi efektif untuk perubahan sosial di desa, yakni: ranah di tingkat desa, ranah advokasi eksternal desa, ranah pemasaran desa...”
5. Lanjutkan dengan penugasan kelompok, tampilkan lembar kerja pada slide presentasi atau
30’
kertas plano yang telah disiapkan. Bagi kelompok sesuai dengan desa/organisasi masingmasing. Berikan tugas: • Tentukan Target Perubahan (Prekondisi) atau sasaran dari Advokasi. Sebuah kondisi yang akan dicapai. • Tentukan Target Pelaku. Identifikasi siapa tokoh utama yang terkait dengan target perubahan. Siapa yang harus berubah sikap dan perilakunya sehingga mendukung tercapainya sasaran advokasi?
92
Menyemarakkan Demokrasi Desa
• Target Pesan. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada target pelaku sehingga bersedia mengubah sikap dan tindakan? Isi pesan yang sesuai kebutuhan, aspirasi, kekhawatiran atau ketakutan target pelaku. Pilih kata atau rangkaian kata yang inspiratif, bukan normatif. • Bentuk Intervensi. Apa media untuk menyampaikan target pesan kepada target pelaku ? Gunakan ide-ide segar dan kreatif agar Target Pelaku tertarik untuk terlibat dan melakukannya. Setelah itu, rincilah bentuk intervensi. • Desain Intervensi, pelaku advokasi mengeksekusi intervensi advokasi kreatif.
Prekondisi
(Target Perubahan)
Target Pelaku
Target Pesan
Bentuk Intervensi
Desain Intervensi (Aktifitas)
Berikan waktu 15 menit untuk mengerjakan tugas kelompok. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan hasil kerja kelompok sesuai dengan perintah kerja dan partisipasi penuh peserta.
6. Teknik pembahasan hasil diskusi kelompok menggunakan metode world cafe. Setiap kelom-
30’
pok desa memasang hasil diskusi kelompoknya pada papan flipchart atau dinding, masingmasing ditunggu satu orang sebagai tuan rumah, yang bertugas untuk menjelaskan hasil diskusi kelompoknya, sementara anggota yang lain berkunjung ke kelompok lain. Anggota kelompok yang berkunjung diberikan kertas stick note, jika ada masukan yang hendak diberikan kepada kelompok yang dikunjungi. Berikan waktu maksimal 5 menit untuk setiap kali kunjungan ke kelompok lain.
Setelah selesai proses penyerbukan atau berkunjung, minta kelompok mendiskusikan kembali hasil masukan peserta dari kelompok lain. Undang wakil peserta untuk menyampaikan tanggapan atas masukan dari kelompok lain.
Catat temuan-temuan menarik dalam bentuk kata-kata kunci, tulis dikertas metaplan dan tempelkan. Lakukan reframing atas hasil karya kelompok.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
93
7. Presentasi dengan singkat, bahwa dalam memilih media perlu menyusun pesan yang baik,
30’
dan kepada siapa pesan itu akan disampaikan.
Selanjutnya, ajak peserta untuk mengemas pesan advokasi pembangunan ke dalam poster, spanduk, baliho atau yang lainnya. Tunjukkan beberapa contoh iklan dan minta komentar peserta soal iklan yang ditayangkan. Lakukan diskusi dan tanya jawab untuk memperdalam maksud pengemasan pesan yang ada pada contoh iklan.
Pembagian kelompok sesuai asal desanya masing-masing. • Tugas: Lihat hasil kertas kerja tabel diatas, pilih salah satu desain intervensi yang ingin dilakukan. Buatlah illustrasi gambar dan kata-kata yang memikat hati, layaknya sebuah iklan layanan masyarakat.
Berikan waktu 15 menit untuk mengerjakan tugas kelompok. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan peserta memahami perintah penugasan dan partisipasi penuh peserta dalam kelompok.
Tempelkan hasil karya peserta di dinding kelas. Mintakan wakil peserta untuk menyampaikan hasil gambar secara singkat. Undang kelompok lain untuk memberikan komentar dan masukan yang berharga. Lakukan probing jika diperlukan untuk memperdalam maksud gambar.
Kembangkan pertanyaan reflektif, “Apakah susah mengemas pesan informasi pembangunan ? Bagaimana respon orang lain ketika melihat gambar kita ?�
Lanjutkan dengan reframing yang segar pada sesi ini. Misal: “Jika diibaratkan komputer, otak kita cara kerjanya mirip dengan prosesor gambar, mudah mencerna gambar. Komunikasi yang efektif adalah apabila kita menggunakan sarana/media yang mudah dicerna orang lain. Jadi, kita mesti pastikan bahwa dokumen RPJMDes yang kita susun, dikemas dalam gambar illustrasi desa impian, disebarluaskan dan menjadi perbincangan yang hangat di sudutsudut kampung...�
94
Menyemarakkan Demokrasi Desa
8. Tutup sesi dengan mengucapkan terimakasih, dan ajak peserta bertepuk tangan atas hasil
5’
yang dicapai pada sesi ini. Berikan penjelasan singkat untuk mengantarkan pada sesi selanjutnya Bahan Presentasi : • Media Komunikasi untuk Advokasi
Bahan Bacaan : • USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Fasilitator : Partisipasi Warga, Jakarta.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
95
Lembar bacaan peserta (handout):
Komunikasi dan Saluran Advokasi10
Sebuah rencana komunikasi yang terarah secara tidak langsung memaksakan alur pemikiran kita supaya lebih logis dan jelas dalam memfokuskan dan mengklarifikasi tujuan, audiens sasaran, mempertajam pesan, memilih media, saluran, dan membantu untuk lebih memahami lingkungan dimana pesan tersebut disampaikan. Dalam mengembangkan komunikasi masyarakat, un-
Proses ini akan membantu mempersempit dan mem-
sur-unsur komunikasi yang terdiri dari sumber pesan,
pertajam fokus komunikasi organisasi anda.
pesan, media/ saluran, penerima dan efek tetap menjadi pedoman. Unsur inilah yang harus saling berkai-
2. Menetapkan tujuan utama komunikasi (goal)
tan satu dengan lainnya. Hubungan antar unsur harus
Sama halnya dengan rencana strategis lembaga,
logis, jelas dan mudah dipahami. Terdapat 8 (delapan)
maka tujuan utama komunikasi harus konkret, realis-
bagian yang harus diperhatikan dalam mengembang-
tis, terukur dan spesifik. Tujuan utama komunikasi juga
kan komunikasi masyarakat secara lebih terarah yak-
harus selaras dan mendukung tujuan organisasi mau-
ni: analisis situasi internal dan eksternal, menetapkan
pun tujuan program. Cara menentukan tujuan utama
tujuan utama komunikasi, menetapkan sasaran audi-
lembaga adalah mengacu hasil analisis situasi ekternal
ens, mengembangkan pesan, memilih saluran komu-
dan internal organisasi/ lembaga, kemudian mengam-
nikasi, menentukan media, menyebarkan dan mendis-
barkan perubahan apa yang ingin dicapai dan dilihat
tribusikan pesan komunikasi, melakukan monitoring
melalui upaya komunikasi. Dengan menetapkan tu-
dan evaluasi komunikasi media.
juan utama secara spesifik dan terukur, maka lembaga/ organisasi anda dapat mengukur dan membuat
1. Analisis situasi internal dan eksternal
penanda kemajuan komunikasi secara berkala.
Yang dimaksud dengan analisis situasi internal dan eksternal adalah memahami situasi yang terjadi di
Panduan pertanyaan untuk menetapkan tujuan ko-
dalam organisasi/lembaga dan situasi yang terjadi di
munikasi, seperti: Apa yang diharapkan dari pemberi
luar lembaga. Untuk melakukan upaya komunikasi
pesan? Apa yang ingin dilakukan audiens kepada isu/
yang sukses dan efektif, mulailah dengan melihat
pesan anda? Apakah audiens diharapkan memiliki
secara internal organisasi anda melalui visi, misi dan
pengetahuan, keterampilan, pemahaman, mengubah
nilai-nilai dasar, serta program yang sudah dilakukan
perilaku, terlibat, melakukan tindakan, mendukung,
selama ini. Selain itu, konstituen utama lembaga juga
mengembangkan dukungan, dan lain lain? Apakah
harus dilihat sebagai bagian internal.
tujuan komunikasi sudah cukup spesifik, dapat diukur, dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu?
10
USAID-ProRep. 2012. Modul Pengembangan Konstituensi dan Representasi. Jakarta. Hal 75-90
96
Menyemarakkan Demokrasi Desa
3. Menetapkan sasaran audiens dan tujuan khusus Audiens atau sasaran penerima pesan komunikasi harus dapat diidentifikasi dengan jelas. Sasaran audiens yang dimaksud dapat berupa individu, maupun kelompok atau institusi. Siapa saja pihak-pihak utama yang diharapkan akan berubah dalam pengetahuan, sikap dan perilakunya untuk memenuhi tujuan utama anda, biasanya disebut dengan audiens primer (utama). Sedang audiens sekunder adalah individu atau kelompok atau lembaga lain yang terpengaruh jika berhasil mencapai tujuan utama. Audiens tersier adalah pihak-pihak yang terpengaruh oleh audiens sekunder. Setelah audiens dapat diidentifikasi dan difokuskan, maka tetapkan tujuan komunikasi untuk tiap-tiap audiens. Tujuan ini adalah penjabaran dari tujuan umum komunikasi. Oleh sebab itu harus menjadi lebih detil, dan lebih implementatif. Dengan kata lain, tujuan khusus ini perlu memperlihatkan efek komunikasi yang diharapkan kepada masing-masing audiens. Beberapa pertanyaan panduan pada langkah 2 dapat digunakan lagi untuk menetapkan tujuan khusus. Contoh: Tujuan utama komunikasi: Melakukan penyebarluasan informasi, pendidikan yang menarik bagi warga/ kelompok warga di desa, dan mengembangkan dukungan berbagai pihak yang dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Audiens Staf lembaga
Tujuan Khusus Staf lembaga mampu mengembangkan dukungan ke berbagai pihak (pemerintah dan swasta) untuk pelayanan publik yang lebih baik
Fasilitator RT
Fasilitator RT mampu mengorganisir warga melalui pendidikan layanan publik yang kreatif dan mengkoordinir tuntutan warga ke pemerintah
Kelompok ibu Arisan
Kelompok ibu ibu memiliki pemahaman layanan publik dan menyebarkan informasi ke kelompok lain
Aparat RT
Aparat RT memiliki keterampilan dan perilaku menyalurkan keluhan warga ke pemerintah terkait
Pemuda (Masjid, gereja)
Pemuda memiliki sikap dan berpartisipasi untuk mengawasi pelayanan publik menjadi lebih baik
Audiens Aparat Desa
Tujuan Khusus Aparat Desa memiliki keterampilan dan perilaku menyalurkan keluhan warga ke pemerintah terkait
Masyarakat umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hak warga terhadap pelayanan publik
Menyemarakkan Demokrasi Desa
97
4. Mengembangkan Pesan Pesan sangat terkait dengan tujuan dan sasaran audiens. Pesan harus mampu memberikan informasi (menyampaikan fakta-fakta baru) yang penting, kemudian memaksa audiens yang ditargetkan (persuasif) untuk berpikir, merasa, memahami, setuju, percaya, mengubah sikap dan perilaku, mendorong partisipasi dan bertindak. Pada tahap ini, biasanya agak kesulitan dalam mengembangkan pesan, karena menyangkut kepekaan dan kreativitas merangkai kata yang menarik. Pesan komunikasi, biasanya disampaikan dalam bentuk: pernyataan (statement), cerita singkat, Jargon/slogan/citra yang dapat terus-menerus diulang. Beberapa hal yang yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan pesan adalah: masuk akal, mudah diingat, menunjukkan pentingnya masalah tersebut diperhatikan, relevan dengan kepercayaan dan nilai-nilai audiens, serta inspiratif, memotivasi audiens untuk berpikir, merasa, dan bertindak Contoh: Tujuan utama komunikasi: Melakukan penyebarluasan informasi, pendidikan yang menarik bagi warga/ kelompok warga di desa, dan mengembangkan dukungan berbagai pihak yang dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Audiens Staf lembaga
Pesan Mengembangkan dukungan ke berbagai pihak (pemerintah dan swasta) untuk pelayanan publik yang lebih baik
Fasilitator RT
Selalu Mengorganisir warga melalui pendidikan layanan publik yang kreatif
Kelompok ibu arisan
Pelayanan publik yang baik, ibu bahagia
Aparat RT
RT siaga Warga Bahagia
Pemuda (Masjid, gereja)
Pemikir pejuang, pejuang pemikir untuk pelayanan publik menjadi lebih baik
Aparat Desa
Desa siaga warga bahagia
Masyarakat umum
Pelayanan Publik Yang Prima Saatnya Kita Nikmati
5. Memilih Saluran Komunikasi Saluran komunikasi, akan membawa pesan kepada target audiens.Ada banyak bentuk saluran komunikasi yang bisa digunakan, dengan jumlah yang mungkin tidak terbatas. Beberapa bentuk saluran komunikasi diantaranya adalah: radio, televisi, surat kabar, internet, email, mall, stasiun, sekolah, rumah, perpustakaan, seminar, kegiatan, acara, dan lain-lain. Semakin banyak saluran komunikasi digunakan, maka pesan yang akan disampaikan kemungkinan akan diterima. Apalagi jika frekuensi penyampaian pesan tersebut sangat sering dilakukan dalam jangka waktu lama. Namun dengan anggaran dan sumber daya yang seringkali terbatas, pemilihan saluran yang tepat dan efektif memerlukan sikap hati-hati.
98
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Untuk memilih saluran yang tepat, beberapa pertanyaan berikut ini akan membantu: Di mana atau dari siapa biasanya audiens mendapatkan informasi ini? Apa sumber-sumber informasi yang mereka percaya? Dimana audiens ini menghabiskan sebagian besar waktunya? Dimana dan kapan audiens paling mungkin untuk memberikan perhatiannya? Bagaimana mereka lebih memilih untuk mendapatkan informasi anda? Contoh saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada masing-masing audiens adalah sebagai berikut:
Audiens
Pesan
Staf lembaga
Rapat, diskusi bulanan, makan siang, lobi, acara, pertemuan warga,
Fasilitator RT
Diskusi bulanan, pelatihan, pertemuan warga, koran, radio, fasilitasi warga, lobi, dll
Kelompok ibu arisan
Arisan, gereja, pasar, koran, radio dll
Aparat RT
Diskusi bulanan, pertemuan warga, koran, radio, dll
Pemuda (Masjid, Gereja)
Masjid, gereja, jalan, pelatihan, koran, radio dll
Aparat Desa
Kantor desa, acara, pertemuan warga, koran, radio, diskusi, dll
Masyarakat umum
Pasar, mesjid, gerja, terminal, puskesmas, rumah sakit, kegiatan, acara tertentu, pertemuan warga, koran, radio, dll
6. Memilih Media Media adalah alat/ instrumen yang digunakan untuk membawa pesan ke audiens. Alat/ instrumen tersebut dibawa melalui kendaraan yang di sebut saluran (Channel). Pesan yang bagus, jika menggunakan media yang tidak tepat, tidak akan kena sasaran. Demikian pula sebaliknya, jika medianya bagus tetapi pesannya tidak jelas juga tidak akan kena sasaran audiens yang diharapkan. Oleh karena itu, media, saluran, tujuan komunikasi, pesan sangat berhubungan erat. Dalam peran inilah, maka media sangat berperan dalam membantu kelancaran komunikasi secara umum. 1. Verbal dan ekspresif: media yang menggunakan bahasa lisan, bahasa tubuh, seperti: percakapan, ekspresi tubuh, simulasi, nyanyian, permainan, tari, isyarat dll 2. Cetak: media yang menggunakan tulisan, gambar yang dicetak di di atas medium kertas, kain, plastik, kaos atau yang lainnya, seperti: poster, leaflet, buku, brosur, laporan, spanduk dan lain-lain; 3. Elektronik/multi media; media yang menggunakan sarana elektronik/ listrik, seperti: rekaman lagu/ suara, film, foto, kaset, cd interaktif, presentasi power point, dll. 4. Cyber: media yang menggunakan bahasa digital. Termasuk di dalam media ini adalah situs web, email,
blog, social network, dan lain-lain.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
99
Semakin banyak saluran yang digunakan, akan semakin banyak pula media yang diperlukan. Memang terkadang beberapa media yang diperlukan untuk saluran lobi, akan sama atau mirip dengan media yang digunakan untuk pertemuan warga. Untuk mengetahui mana saja media yang dapat digunakan secara bersama, terlebih dahulu kita harus menuliskannya secara lengkap. Seperti terlihat pada contoh di atas, kita baru melihat pada dua saluran saja, untuk satu jenis audiens. Strategi Komunikasi dengan stakeholder desa dapat ditempuh melalui : •
Interpersonal: Bisa dilakukan pada lingkungan terdekat misalnya tetangga (baik perempuan, laki-laki, maupun anak-anak). Biasanya pada forum atau kesempatan informal, misal pada saat bertamu, cangkrukan, di pasar, arisan, saat menunggui anak di sekolah, dsb,
•
Media Massa (Radio, Televisi, Media Cetak, Internet); Bisa berupa acara talkshow, membuat iklan layanan masyarakat, siraman rohani, acara campursari, yang ada di media yang bersangkutan. Lewat jaringan sosial di internet (facebook, twitter, mailing-list, blog).
•
Reference group/kelompok strategis; melibatkan dan mengundang kelompok/komunitas dalam kegiatan penyuluhan tertentu misalnya, ibu-ibu PKK, kelompok tani/nelayan/pedagang pasar, kader lingkungan, kelompok pengajian, siswa sekolah dsb)
•
Reference Individual; dengan menghadirkan pakar/ahli di bidang atau materi tertentu dalam penyuluhan/ seminar/lokakarya
•
Kampanye dengan menyebarluaskan pesan secara masif kepada masyarakat. Misalnya kampanye Peningkatan Perempuan Melek Hukum.
7. Menyebarkan dan Mendistribusikan Pesan Anda bebas untuk menentukan alat manajemen anda sendiri tentang: kapan disebarkan, dimana disebarkan, siapa yang harus menyebarkan, kepada siapa saja disebarkan dan bagaimana cara menyebarkan. Yang perlu diingat adalah, bahwa kita tidak sedang menyebarkan media tersebut secara bebas. Proses penyebaran media komunikasi masyarakat lebih banyak dilakukan secara terkontrol, yang selalu menggunakan fasilitator untuk memandunya. 7. Melakukan Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan yang secara reguler dilakukan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat/ memeriksa dengan seksama apakah rencana tersebut mencapai tujuan komunikasi dan, apabila belum memenuhi, bagaimana upaya membuat modifikasi yang sesuai dan tepat waktu untuk memastikan keberhasilan. Rencana komunikasi masyarakat adalah sebuah proses yang berkelanjutan yang harus selalu dilihat kembali dan diperlakukan sebagai sebuah dokumen hidup yang siap untuk direvisi serta disempurnakan dari waktu ke waktu.
100
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 5B Persiapan Advokasi
(d) Merumuskan Strategi Advokasi Rencana Pembelajaran Materi : Merumuskan Strategi Advokasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Meningkatkan kemampuannya dalam mengidentifikasikan strategistrategi advokasi. Meningkatkan kemampuannya dalam memilih strategi advokasi yang tepat.
Metode : Permainan, ceramah, curah pendapat, diskusi kelompok Alat Bantu Belajar : Aturan permainan, sedotan, kertas plano, spidol, metaplan, lakban kertas, LCD proyektor, slide presentasi • Sedotan plastik 260 batang (game 1) • Telur, kertas plano, benang, jarum, balon, lakban kertas, kantong plastik (game 2)
Waktu : 120 menit (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Ajak peserta untuk menyerukan yel.
10’
Yelnya sebagai berikut: “ya”, “yuk”, “yes”.
Bertanyalah kepada peserta, Masihkah peserta mengingat visi advokasi yang sudah mereka susun sebelumnya ? Kemudian lakukan curah pendapat dengan pertanyaan: “Apa yang harus dilakukan agar visi tersebut tercapai ?”
Tulislah setiap jawaban peserta dalam metaplan, kata-kata kuncinya saja dengan huruf kapital. Letakkan pada area parkir gagasan. Jelaskan kepada peserta bahwa jawaban dari brain-
storming tadi sementara diparkir akan kita bahas di akhir sesi ini. 2. Kemudian, jelaskan tujuan, metode dan hasil yang diharapkan dari sesi ini, tampilkan dengan
5’
menggunakan slide presentasi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
101
30’
3.
Contoh Game pengantar sesi 1
Ajak peserta untuk bermain membuat menara sedotan setinggi - tingginya. Bagilah peserta dalam 4 kelompok (menyesuaikan jumlah peserta). Beri setiap kelompok @ 60 batang sedotan. Setelah itu, jelaskan aturan permainan. • Aturan main: Buatlah bangunan setinggi-tingginya dari sedotan tersebut ! Pemenang adalah kelompok yang berhasil membuat bangunan menara paling tinggi dan tidak mudah roboh tertiup angin.
Berikan waktu 10 menit untuk kelompok bekerja. Amati hal-hal yang menarik dari peserta terkait proses perencanaannya, pembagian peran dan kreativitas yang terjadi. Setelah waktu habis, tentukan pemenangnya, dan beri hadiah yang menghibur.
Lalu lakukan pertanyaan reflektif secara beruntun: Apakah tadi seluruh anggota kelompok berpartisipasi ? Apa pelajaran yang bisa diperoleh dari permainan menyusun menara dari sedotan tadi ?
Kaitkan dengan topik sesi, Jika menyusun menara sedotan menara ini diibarat dengan strategi advokasi, Apa pelajaran yang bisa diambil ? Catat seluruh jawaban peserta di kertas plano, membahasnya, lalu mengulangnya satu kali lagi.
Berikan pembingkaian ulang terhadap kesimpulan pada sesi ini. Misal: “bahwa untuk mencapai tujuan permainan menyusun menara sedotan setinggi – tingginya, maka kita harus memiliki strategi yang tepat...�
Lakukan benchmarking kepada peserta tentang strategi. Buat pertanyaan: “Dari permainan tadi kemudian apa yang disebut dengan strategi ?� Catat poin-poin jawaban peserta di kertas plano, membahasnya, lalu lakukan framing yang menyegarkan
Contoh game pengantar sesi 2: Terjun Telur
Bagilah peserta menjadi 3-4 kelompok. Berikan seperangkat permainan (telur, kertas plano satu lembar, benang, jarum, balon, lakban kertas, kantong plastik). Tugasnya: Dengan perlengkapan yang tersedia, Buatlah cara agar telur tidak pecah ketika diterjunkan dari ketinggian (10-20 meter)...!
Berikan waktu 15 menit bagi kelompok untuk bekerja. Lakukan pendampingan agar penugasan dapat dipahami oleh peserta.
102
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Setelah selesai persiapan, satu persatu telur diterjunkan dari ketinggian (bangunan berlantai 2-3). Lalu periksa keadaan telur masing-masing kelompok.
Ajukan pertanyaan reflektif: Bagaimana kelompok Anda merancang strategi ? Apakah semua anggota kelompok berperan dalam merancang strategi ? Kepada kelompok yang telurnya pecah, ajukan pertanyaan, Mengapa strategi Anda tidak bekerja dengan baik ? Kepada kelompok yang berhasil, ajukan pertanyaan, Mengapa strategi Anda bekerja dengan baik ? Terkait strategi, Apa yang dapat kita pelajari dari permainan tadi ?
Catat poin-poin jawaban peserta di kertas plano, membahasnya, lalu lakukan framing yang menyegarkan.
4. Selanjutnya, minta peserta berkelompok sesuai dengan desa/organisasinya. Minta setiap
30’
kelompok merumuskan strategi advokasi, sesuai dengan tujuan advokasi yang sudah disusunnya. Tampilkan template lembar kerja penugasan kelompok pada slide presentasi atau kertas plano yang sudah disiapkan. Berilah contoh penerapan atau pengisian tabel di atas untuk memudahkan pemahaman peserta.
Elemen Sukses
Indikator Keberhasilan
Pihak Terkait
Strategi
Ajak peserta untuk membuat yel-yel, lagu atau puisi yang merepresentasikan visi dan misi desanya. Lakukan pendampingan ke seluruh kelompok, untuk memastikan hasil kerja kelompok sesuai dengan perintah kerja.
5. Presentasikan hasil diskusi kelompok. Undang seluruh anggota tampil didepan kelas me-
30’
nyampaikan puisi atau yel-yel kelompok. Lanjutkan dengan presentasi hasil kerja kelompok. Ajak kelompok lain untuk memberi masukan untuk perbaikan, sekaligus mencontohkan salah satu prinsip partisipasi – melakukan kritik yang bertanggung jawab. Lakukan hal yang sama hingga selesai untuk seluruh kelompok.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
103
Ajukan pertanyaan reflektif, “Apakah terasa sulit menyusun visi dan misi ? Apakah dalam menyusun visi dan misi tadi, seluruh anggota kelompok berpartisipasi aktif ? Apakah proses kerja di kelompok tadi mungkin dilakukan di desa?” Catatlah jawaban-jawaban tersebut dalam bentuk kata kunci dan mengulasnya. Bacakan hasil kesimpulan diskusi kelompok secara ringkas. 6. Lakukan reframing terhadap capaian sesi ini. Misal: “bahwa untuk mewujudkan visi advokasi
10’
desa, maka harus dirumuskan dan dibumikan dalam strategi sehingga bisa dilaksanakan....”
Berikan penegasan kembali sejumlah pelajaran yang diperoleh pada sesi ini.
7. Tutup sesi dengan mengucapkan terima kasih kepada peserta. Ajak tepuk tangan bersama
5’
atas karya cipta terbaik pada sesi ini. Jangan lupa untuk menyampaikan kepada peserta sesi berikutnya yakni menyusun rencana aksi. Bahan Bacaan : • USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Jakarta.
104
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Lembar bacaan peserta (handout):
SOAR (not SWOT): Kunci Menciptakan Masa Depan Organisasi Idaman11 Oleh Budi Setiawan. Master Appreciative Inquiry, Kata pengantar buku The Power of Appreciative Inquiry
Bagaimana cara kita memahami organisasi kita? Ada sebuah alat bantu yang sangat simpel, buatlah gambar organisasi kita! Lho kok gambar? Iya, sesuatu yang kita gambarkan itu mewakili imaji tentang organisasi kita. Pada dasarnya, manusia bertindak tidak berdasarkan data, angka, jumlah-jumlah kuantitatif dalam bertindak. Kita tidak melakukan tindakan antisipatif semata
Bagaimana imaji ini terbentuk? Interaksi dan komuni-
karena tingkat penjualan menurun. Tindakan kita lebih
kasi. Karena itulah, suatu merek yang berjaya adalah
didasarkan pada imaji tertentu tentang masa depan
merek yang sering berinteraksi dengan pelanggannya,
yang muncul setelah kita melihat data penjualan. Ke-
merek yang dikomunikasikan dengan cara-cara yang
tika imaji yang muncul adalah sosok diri kita sebagai
menarik. Tak segan-segan dilakukan riset terhadap
manajer pemasaran atau manajer penjualan maka kita
pelanggan, walau menghabiskan biaya besar, untuk
akan bereaksi gembira dan menggunakan data itu
sungguh-sungguh memahami pelanggan. Demikian
untuk mengkritik manajer saat ini. Ketika imaji yang
pula di kelas, proses pembelajaran yang efektif mem-
muncul adalah bonus yang berkurang maka kita akan
persyaratkan pola interaksi dan komunikasi tertentu.
khawatir dan melakukan tindakan untuk meningkat-
Semisal, umpan balik yang positif terhadap murid.
kan penjualan. Imaji masa depan menjadi basis dalam menginterpretasikan realitas yang kita hadapi saat ini.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita mengoptimal-
Imaji tentang organisasi yang memandu tindakan-tin-
kan kekuatan imaji dalam mengelola organisasi kita?
dakan kita yang membentuk organisasi kita.
Bagaimana kita memainkan interaksi dan komunikasi dalam menciptakan masa depan organisasi kita?
Power of Image! Kekuatan imaji inilah yang menjadi basis rekan-rekan kita yang bergerak di bidang adver-
Pada dua titik itulah, SOAR, metode perencanaan
tising. Imaji menjadi sesuatu yang diperjuangkan den-
strategis berbasis appreative inquiry menjadi sebuah
gan berbagai daya upaya. Mereka sadar benar bahwa
tawaran menarik yang berbeda dengan pendekatan
imaji suatu merek akan menentukan tindakan yang
dan metode yang telah ada. Stavros, Cooperrider dan
akan dilakukan pelanggan. Dalam studi psikologi, imaji
Kelly, penggagas SOAR, berupaya mengoptimalkan
murid yang ada dibenak guru menjadi faktor penentu
kekuatan imaji untuk menggerakkan seluruh sumber
keberhasilan proses pembelajaran. Dalam keseharian,
daya perusahaan untuk mewujudkan masa depan
apabila kita mempunyai imaji positif terhadap orang
yang diidamkan. Metode SOAR merupakan langkah
yang ada dihadapan maka akan bertindak positif pula.
penciptaan imaji organisasi yang positif dalam
11
Bukik Setiawan. SOAR (not SWOT): Kunci menciptakan masa depan organisasi idaman, http://bukik.com/organisasi-adalah-imaji-kita/. 2011
Menyemarakkan Demokrasi Desa
105
perencanaan strategis. Imaji ini dibentuk melalui
Mengingat kisah sedih membawa kita pada suasana
imajinasi terpandu dengan menggunakan kekuatan
yang muram. Mengenang kisah ceria menerbangkan
otak kanan. Lahirlah, imaji yang dashyat, imaji yang
kita pada puncak-puncak keceriaan. Karena itulah,
menggetarkan hati seluruh orang. Imaji yang melahir-
pembentukan imaji organisasi berlangsung sepanjang
kan tindakan-tindakan terbaik. Imaji yang mewujud-
waktu oleh semua orang yang terlibat. Tidak hanya
kan organisasi idaman kita.
pada saat rapat. Tidak pula oleh sebagian orang. Lalu, bagaimana kisah-kisah yang ada dalam percakapan
Dalam keseharian organisasi kita, imaji ini seharus-
organisasi kita?
nya terwujud dalam visi organisasi kita. Pertanyaannya, bagaimana imaji organisasi kita dimata karyawan,
Kisah lahir dari sesuatu yang menjadi fokus kita. Ketika
supplier, pelanggan, manajemen, direksi dan bahkan
anggota organisasi menganggap ketidakdisplinan se-
owner sendiri? Kalau imaji itu digambar, maka apa
bagai sesuatu yang berharga, maka akan lahirlah ber-
gambar yang digunakan para pihak itu untuk meng-
bagai kisah seputar ketidakdisplinan. Entah kisah ten-
gambarkan organisasi kita? Seberapa indah gambar
tang kekonyolan upaya seseorang untuk menghindari
tersebut? Seberapa kuat imaji itu mengundang tinda-
suatu aturan. Entah kisah tentang manajer yang galak
kan-tindakan terbaik?
dan tidak punya hati terhadap bawahannya yang tidak disiplin. Kisah selalu terpusat pada sebuah fokus yang
Imaji organisasi terkonstruksi melalui interaksi dan ko-
terpicu dari pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan.
munikasi diantara para stakeholdernya, dalam cara yang paling sederhana, percakapan. Dalam percaka-
Pertanyaan yang kita ajukan menentukan kisah yang
pan keseharian, orang saling bertukar kisah satu sama
akan lahir. Kisah yang dipertukarkan menentukan imaji
lain. Apa kekuatan sebuah kisah? Kisah menyimpan
organisasi kita. Imaji organisasi kita menentukan tinda-
jutaan makna sehingga manusia dapat mewariskan
kan seluruh pihak yang terlibat. So simpelnya, pertan-
tradisi dari generasi ke generasi, dan mempersatu-
yaan positif, kisah positif, imaji positif, tindakan positif,
kan orang dari berbagai latar belakang yang berbeda.
kinerja positif, masa depan positif. Begitulah SOAR
Dalam kisah, tersimpan akan ingatan sejarah yang
adanya.
memungkinkan orang merefleksikan perjalanan sebuah organisasi. Kisah pula yang memicu semangat orang, membangkitkan orang untuk memberikan atau tidak memberikan konstribusi terhadap suatu urusan. Ingat heboh kisah Chicken Soup? Kisah orang-orang biasa yang menularkan emosi kepada para pembacanya. Apa yang kita ingat tentang sekolah kita dulu? Sekumpulan kisah yang ketika diceritakan kembali menghangatkan suasana perjumpaan dengan sesama alumni. Bahkan, kekuatan kisah begitu berpengaruh sehingga kisah yang beredar pada pertemuan informal seringkali merupakan pertanda keputusan yang akan diambil dalam sebuat rapat formal.
106
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 5B Persiapan Advokasi
(e) Merumuskan Rencana Aksi Advokasi Rencana Pembelajaran Materi : Menyusun Rencana Aksi Advokasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menerjemahkan strategi advokasi menjadi rencana kerja advokasi.
Metode : Bercerita, curah pendapat, diskusi kelompok Alat Bantu Belajar : Kertas plano, metaplan, spidol, LCD, lakban kertas Waktu : 120 menit (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Ajaklah peserta untuk meneriakkan
5’
yel-yel pembangkit semangat, atau minta peserta untuk membuat cerita lucu dan memandu permainan ice breaking atau energizer. 2. Lanjutkan dengan memberi penjelasan singkat tahapan sesi yang telah dilalui dalam meran-
5’
cang advokasi kreatif, dimulai dengan Discovery - menemukan kekuatan dari cerita kisah advokasi yang membanggakan, Dream – menemukan impian perubahan sosial di desa, disusun dalam visi advokasi, dan Design - menyusun strategi advokasi.
Sesi ini bicara tentang Destiny – yaitu menerjemahkan strategi menjadi rencana kerja advokasi. Kemudian, presentasikan tujuan sesi, metode sesi, dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.
3. Sebelum masuk dalam sesi, berikan game pengantar sesi. Bacakan sebuah cerita mengenai
30’
“Seseorang yang bercita-cita menjadi kepala desa”.
Beri tugas kepada peserta untuk menyimak cerita. Minta peserta menemukan pada cerita tersebut yang disebut dengan visi advokasi, strategi advokasi dan rencana kerja advokasi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
107
Selesai bercerita, lakukan curah pendapat dengan pertanyaan: • “Bagian mana dari cerita yang disebut dengan visi advokasi, strategi advokasi dan rencana kerja advokasi ?”
Buat tulisan pada metaplan, kata kata: visi advokasi, strategi advokasi dan rencana kerja advokasi dan tempelkan di papan flipchart.
Tuliskan jawaban-jawaban peserta di metaplan, dan tempelkan dibawah tulisan visi advokasi, strategi advokasi dan rencana kerja advokasi, sesuai klasifikasinya. Lakukan reframing atas hasil curah pendapat.
4. Lanjutkan dengan penugasan kelompok. Bagi peserta kembali dalam kelompok desa/organ-
30’
isasinya. Minta kelompok untuk melihat kertas kerja pada sesi sebelumnya. Lalu minta untuk menerjemahkan strategi advokasi menjadi rencana kerja advokasi. Tuliskan hasil diskusi dalam kertas plano.
Berikan waktu 15 menit untuk kelompok bekerja. Lakukan pendampingan untuk memastikan penugasan dapat dipahami dengan benar.
5. Setelah selesai diskusi kelompok, undang wakil kelompok untuk memaparkannya. Ajak kelompok lain untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang dirasa menarik dan hal baru, dari
30’
rencana kerja yang disusun kelompok lain. 6. Bacakan secara ringkas poin-poin SMART (Spesific, Measureable, Archivable, Realistic, dan
15’
Timeable) penting pada presentasi kelompok. Lalu presentasikan tentang indikator SMART (Spesific, Measureable, Archivable, Realistic, dan Timeable) dalam penyusunan rencana kerja.
Ajukan pertanyaan reflektif, Apakah sudah ada unsur SMART pada hasil diskusi kelompok? Jika belum memuat indikator SMART, maka ajak kelompok untuk membenahi rencana kerja nya. Berikan waktu 5 menit untuk kelompok memeriksa hasil kerjanya.
5’ 7. Tutup sesi dengan mengajak peserta bertepuk tangan bersama. Jangan lupa untuk menyampaikan sesi berikutnya. Bahan Bacaan : • USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Jakarta.
108
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Studi Kasus:
Cerita Dibalik Kesuksesan Kades Terpilih Perempuan12 Meski lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), Puji Astuti punya keinginan kuat agar adik-adiknya dapat mengenyam pendidikan melebihi dirinya. Dan itu akhirnya berhasil diwujudkan perempuan kelahiran 1980 itu dengan menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). ’’Motivasi saya merantau ke Korea Selatan adalah
waktu, tetapi justru saat seperti itu sangat saya nik-
menyekolahkan adik-adik dan ingin cari rezeki dan
mati, dimana saya menjadi sangat bermanfaat dan
kehidupan yang layak,’’ ujar perempuan yang tinggal
dibutuhkan orang lain “. Dan tanpa terasa aktivitas
di Desa Juwono, Kecamatan Kertosono, Kabupaten
puji di desa tersebut mendapat banyak sambutan
Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.
dari orang-orang sekitar, hingga akhirnya dia membuat keputusan yang terbilang berani, maju sebagai
Keinginan anak kedua dari empat bersaudara itu
kandidat kepala desa Juwono. Meski perempuan, Puji
terpenuhi. Saudaranya nomor tiga dapat menyele-
ingin memberi kontribusi di desanya. ’’Pada pemilihan
saikan jenjang diploma, sedangkan saudaranya no-
kepala desa Juwono 2007, ada empat kandidat. Dua
mor empat, berhasil menyelesaikan sarjana pertama
pria dan dua perempuan, termasuk saya,’’ imbuhnya.
(S1).’’Yang nomor ketiga bekerja di Korea Selatan, sedangkan yang nomor empat di Jakarta,’’ cerita Puji.
Majunya Puji menjadi kandidat orang nomor satu di Ju-
Dia mengaku, setelah melalui pelatihan selama tiga
wono juga tak lepas dari keinginan orangtuanya. ’’Bapak
bulan, dia berangkat ke Korea Selatan (Korsel) dan di-
sebelum meninggal pernah bilang kepengen ada
tempatkan di perusahaan elektronik.’’Berangkat pada
anaknya yang menjadi aparat desa. Bapak meninggal
2001, bekerja di manufaktur,’’ imbuh perempuan yang
pada 2002, saya masih di Korsel. Saya memberanikan
saat berangkat ke Korsel belum menikah tersebut.
diri maju, karena biar orangtua bangga. Alasan lainnya, ingin menerapkan apa yang dilihat dan dirasakan-
Sempat Gagal membina rumah tangga merupakan
nya saat menjadi TKI.’’Di sana (Korsel, Red) disiplin.
kenyataan pahit. Namun, Puji tak mau berlarut dalam
Ada pelajaran tersendiri yang saya dapatkan di Korsel.
kesedihan. Pada tahun 2004, puji kembali ke Indone-
Kedisiplinan itu yang ingin saya terapkan,’’ tegasnya.
sia dan sembari beradaptasi kembali dengan lingkungan yang sempat ia tinggalkan, ia banyak mengikuti
Pada pemilihan kepala desa Juwono 2007, Puji
kegiatan yang ada didesa. . “Kalau di desa itu benar-
tampil
benar bekerja sukarela, tidak ada gajinya tidak kenal
rivalnya.’’Mungkin saya menang, karena nasib dan
12
sebagai
pemenang,
mengalahkan
tiga
Koran INDOPOS. Cerita Dibalik Kesuksesan Kades Terpilih Perempuan. Rabu 6 Juli 2011 di halaman Nasional.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
109
juga karena modal sosial yang tanpa sadar sudah
Sebagai mantan TKI, Puji berharap, para TKI yang
saya kumpulkan sejak tahun 2004 dengan terlibat di
tetap ingin berangkat ke luar negari harus menyiap-
masyarakat. Orang memilih saya barangkali orang-
kan diri sebaik-baiknya.’’Jangan asal berangkat. Pilih
nya enak diajak ngobrol dan tidak otoriter,’’ jelasnya.
agen yang baik. Tawaran jangan asal diterima sebelum
Juwono, lanjut Puji. dihuni 2090 orang atau sekitar
diselidiki. Jangan sekali-kali menyusahkan diri sendiri.
600 kepala keluarga. Mayoritas penduduknya adalah
Jangan asal berangkat sebelum punya bekal dulu,’’
petani, sedangkan yang menjadi TKI sekitar 5 persen.
jelasnya. Selain itu, kantor perwakilan, kedutaan, kon-
Komunikasi dengan masyarakat berjalan baik. Seb-
sulat, dan lain sebagainya yang di negara tersebut
agai kepala desa, berarti saya sebagai pelayan ma-
ada TKI diharapkan lebih memberi perhatian serius.
syarakat, bukan orang yang harus disegani. Sebagai
Kalau seandainya ada TKI yang mendapat masalah,
pelayan, harus mau dimintai tolong ini dan itu,’’ terang-
ikut menfasilitasi dan membantu. ’’Yang menyalurkan
nya.
juga harus bertanggung jawab, agen jangan melepas begitu saja setelah TKI ditempatkan di negara orang.
Awalnya, lanjut Puji, sejumlah perangkat desa atau
Yang disalurkan juga harus benar-benar serius beker-
stafnya meragukan kemampuannya. Namun, Puji ber-
ja dan ingat niat bekerja di luar negeri,’’ tegasnya.
hasil menjawab keraguan itu.’’Itu bisa diatasi. Saya belajar dengan perangkat di kecamatan yang sudah senior. Dunia kerja tidak membedakan perempuan dan laki-laki. Saya merasa menjadi kepala desa asyik saja. Senang jadi pelayan,’’ tambah istri dari Zainal Muttaqin itu. Setelah masa jabatannya berakhir pada 2013, Puji ingin maju mencalonkan diri lagi sebagai kepala desa Juwono untuk kali kedua.’’Rencananya nyalon lagi nanti,’’ imbuhnya. Dia
mengklaim
program
pembangunan
berja-
lan dengan baik. Misalnya pengaspalan yang sudah mencapai 90 persen. Artinya, jalan yang belum diaspal tinggal 10 persen. Di bidang ekonomi, terkoordinasi dengan baik. ’’Misalnya, industri kecil pembuatan tempe cukup baik,’’ ucapnya. Namun, Puji belum puas. Sebab, ada hal-hal yang diinginkan belum tercapai secara optimal. Kesehatan masyarakat misalnya. ’’Memang ada kartu kesehatan, berobat ke rumah sakit dengan menggunakan kartu itu, namun pelayanannya masih dibedakan,’’ terangnya.
110
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 6B Pelaksanaan Advokasi
Rencana Pembelajaran Materi : Pelaksanaan Advokasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menentukan langkah-langkah awal dalam advokasi di desa.
Metode : Ceramah, curah pendapat, diskusi Alat Bantu Belajar : Papan flipchart, metaplan, spidol, dan kertas plano Waktu : 90’ menit (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Ajak peserta untuk ikut permainan
10’
(game) ice breaking atau energizer untuk membangkitkan semangat belajar peserta. 2. Jelaskan tujuan sesi, waktu sesi, alur dan metode penyampaian, tampilkan pada slide presentasi. Lakukan percakapan tanya jawab jika dibutuhkan peserta. 3. Mainkan terlebih dahulu role play “advokasi ibu-ibu PKK terhadap kepala desa”. Bagi peserta menjadi 2 kelompok besar. Minta peserta untuk mengidentifikasi, menyusun dan mengusulkan aspirasi mereka kepada pembuat kebijakan. Lalu diminta untuk menunjuk juru bicara. Berikan waktu 5 menit untuk kelompok mendiskusikan bermain perannya.
Peran pengambil kebijakan di desa yakni: kepala desa dan BPD berasal dari fasilitator dan co fasilitator atau peserta yang ditunjuk.
4. Setelah selesai memainkan role play, ajukan pertanyaan reflektif kepada peserta, Apa yang terjadi pada role play 1 dan 2 ? Mengapa kepala desa menunda atau menolak usulan ibu-ibu PKK tadi ? Apa pembelajaran dari role play yang dapat kita peroleh ?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
111
Catatlah jawaban-jawaban peserta di kertas plano, mintakan klarifikasi terhadap jawaban yang kurang jelas.
Kemudian, siapkan slide presentasi. Jelaskan kenapa advokasi diperlukan? Bagaimana memulai langkah awal: yaitu pembentukan tim, pembagian peran dan tugas dan metode sebagai perwujudan dalam mengimplementasikan strategi.
Lanjutkan dengan menjelaskan bagaimana memulai sebuah advokasi, diantaranya: • Pembentukan tim • Pembagian tugas • Perumusan pesan kunci • Penentuan saluran advokasi
Jelaskan bagaimana membangun sebuah advokasi dengan membentuk dukungan yang lebih luas dengan cara berkoalisi dan berjaringan, membangun koneksi dengan pihak yang bisa mempengaruhi stakeholder kunci, dan membangun koneksi dengan media.
Kenalkan saluran-saluran advokasi, diantaranya: • Audiensi atau pertemuan dengan stakeholder • Konferensi media • Diskusi publik • Demonstrasi
Jelaskan mengenai pemilihan saluran advokasi untuk stakehoder yang tepat, misalkan konferensi pers untuk menggugah kesadaran publik atau memberikan tekanan kepada stake-
holder kunci. 5. Lakukan pembingkaian ulang yang segar dari game role play tadi dengan presentasi yang diberikan. Tegaskan kembali poin penting sesi dengan penekanan penggunaan saluran atau metode advokasi yang tepat untuk stakeholder yang tepat. 6. Tutup sesi dan mengucapkan terima kasih dan ajak peserta bertepuk tangan. Jangan lupa untuk menghantarkan kepada sesi berikutnya. Bahan Presentasi
:-
Bahan Bacaan : • Daarut Tauhid Advokasi
112
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Permainan Peran:
Role Play Praktek Advokasi Role Play 1
Permainan peran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta bahwa dalam advokasi harus ada data yang valid dan kuat. Pengambil keputusan memerlukan data tersebut untuk membuat kebijakan.
Pra Praktek Peserta diminta untuk mengidentifikasi, menyusun dan mengusulkan aspirasi mereka kepada pembuat kebijakan. Lalu diminta untuk menunjuk juru bicara.
Praktek Para peserta duduk di depan kursi Kepala Desa. Mereka bersiap untuk menyampaikan aspirasi. Kepala Desa datang dan duduk di kursi yang telah disediakan. “Selamat pagi ibu-ibu sekalian. Selamat datang di kantor kelurahan. Sebagaimana undangan yang telah dikirim bahwa pertemuan ini bertujuan untuk menyerap aspirasi ibu-ibu sekalian dan jika memungkinkan akan disalurkan dalam bentuk program dengan anggaran. Oleh karena itu, saya persilakan kepada ibu-ibu untuk menyampaikan aspirasinya. Silakan!” buka Pak Kades. “Baik, terima kasih Pak Kades. Kedatangan kami di sini untuk menyampaikan aspirasi kami sebagai warga dusun. Kami ada sejumlah usulan, pertama pengadaan al-Quran dan buku Iqra untuk anak-anak mengaji. Karena al-Quran dan buku Iqra yang sudah ada rusak. Kebetulan musholla di RT kami itu juga untuk TK Islam. Kedua, kami mengusulkan pengadaan mukena dan sajadah di musholla. Karena yang sudah ada itu pada rusak. Ketiga, pengadaan sumur bor untuk air wudhu. Itu saja pak yang kami inginkan,” jelas juru bicara. “Baik, kami mendegarkan permintaan ibu-ibu sekalian. Namun yang perlu diketahui adalah anggaran di Desa Kopaja ini terbatas. Sehingga kami perlu detil mulai dari jumlah, kondisinya seperti apa. Kami perlu tahu lebih jelas. Sehingga dalam membuat kebijakan nanti jangan-jangan sudah ada yang mau menyumbang,” kata Kades. “Tidak pak, kami pastikan itu. Kami butuh agak banyak,” jelas juru bicara. “Butuhnya berapa?” sambut Pak Kades tegas. “Ya kami harus hitung dulu,” kata juru bicara.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
113
“Pihak desa tidak bisa memutuskan kalau tidak ada yang jelas. Oleh karena itu, saya minta untuk mendata dulu. Baru nanti kita bertemu kembali. Saya sebagai Kades kan harus mempertanggungjawabkan atas dasar apa saya membuat keputusan.” Ibu-ibu itu akhirnya kembali dengan hasil yang belum jelas. Kecuali mereka menyediakan data yang diminta oleh Kepala Desa.
Role Play 2 Permainan peran ini bertujuan memberikan pembelajaran kepada peserta bahwa dalam advokasi harus dengan komunikasi yang baik dan lancar, fokus ke tujuan, tidak dengan emosi.
Pra Praktek Peserta diminta untuk mengidentifikasi, menyusun dan mengusulkan aspirasi mereka kepada pembuat kebijakan. Lalu diminta untuk menunjuk juru bicara.
Praktek Para peserta duduk di depan kursi Kepala Desa. Mereka bersiap untuk menyampaikan aspirasi. Kepala Desa datang dan duduk di kursi yang telah disediakan. “Selamat pagi ibu-ibu sekalian. Selamat datang di kantor kelurahan. Sebagaimana undangan yang telah dikirim bahwa pertemuan ini bertujuan untuk menyerap aspirasi ibu-ibu sekalian dan jika memungkinkan akan disalurkan dalam bentuk program dengan anggaran. Oleh karena itu, saya persilakan kepada ibu-ibu untuk menyampaikan aspirasinya. Silakan!” buka Pak Kades. “Pak Kades, kami dari ibu-ibu PKK keinginannya hanya satu, supaya anggaran PKK untuk tahun ini ditambah. Selama ini anggaran PKK ya hanya 5 juta melulu. Bagaimana program-program kami bisa berkembang jika tidak ada penambahan anggaran,” kata juru bicara. “Anggaran Desa terbatas. Kami tidak bisa memenuhi. Lagipula PKK itu tidak penting. Masih banyak hal yang lebih penting yang butuh alokasi anggaran” kata Kades. “Pak Kades! PKK itu penting!” “Coba tunjukkan apa pentingnya PKK. Paling arisan kan”
114
Menyemarakkan Demokrasi Desa
“Tidak Pak Kades, kita kemarin itu baru nyusun visi dan misi” “Visi misi apa, dari dulu juga begitu. Sudah sebaiknya ibu-ibu pulang. Saya tidak bisa memenuhi permintaan ibu-ibu.” Ibu-ibu itu akhirnya kembali dengan hasil yang belum jelas. Kecuali mereka mampu merumuskan rencana komunikasi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
115
PANDUAN SESI - 7B Simulasi Advokasi
Rencana Pembelajaran Materi : Simulasi Advokasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu mempraktekkan langkah-langkah melakukan advokasi yang
Metode Alat Bantu Belajar
kreatif di desa.
: Praktek Simulasi : Papan flipchart, metaplan, spidol, lakban kertas, slide presentasi dan kertas plano
Waktu : 180’ (3 jam)
Langkah-langkah : 1. Awali sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Jelaskan hubungan sesi ini dengan sesi sebelumnya 2. Tampilkan slide presentasi. Jelaskan sesi apa yang akan dibahas, tujuan dan hasil yang di-
5’
10’
harapkan, alokasi waktu dan metode yang digunakan. 3. Ajak peserta membuat kelompok berdasarkan desa/organisasi asalnya masing-masing.
30’
Berikan penugasan: • Pilihlah salah satu topik advokasi di desa. • Buatlah skenario cerita advokasinya. Bayangkan situasi ceritanya seperti benar-benar terjadi di desa. Susun langkah-langkah advokasi yang akan dilakukan. • Mainkan simulasi advokasi. Setiap kelompok akan menampilkan prakteknya selama 30 menit. Sementara itu, kelompok lain akan berperan sebagai stakeholder desa pada simulasi tersebut. Sampaikan kepada kelompok lain mengenai situasi dan peta stakeholder desa, sehingga diharapkan dapat menghidupkan suasana forum.
Berikan waktu kepada kelompok 15-30 menit untuk menyusun skenario cerita pada simulasi. Lakukan pendampingan untuk memastikan tugas dapat dipahami secara baik oleh peserta.
116
Menyemarakkan Demokrasi Desa
4. Praktek Simulasi
130’
• Ajak kelompok untuk melakukan praktek simulasi advokasi. Masing-masing kelompok menampilkan praktek simulasinya selama 30 menit. • Bagi tugas antar fasilitator untuk peran time keeper atau penjaga waktu dan peran pengatur lalu lintas praktek simulasi. • Berikan tepuk tangan setiap satu kelompok menyelesaikan tugasnya, sebagai apresiasi kreativitasnya. 5. Tutup sesi praktek simulasi advokasi dengan tepuk tangan bersama-sama. Hantarkan sesi
5’
berikutnya yakni merefleksikan pengalaman praktek simulasi advokasi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
117
PANDUAN SESI - 8B Paska Advokasi
Rencana Pembelajaran Materi : Paska Advokasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu merefleksikan dan mengevaluasi hasil simulasi praktek advokasi.
Metode Alat Bantu Belajar
: Ceramah, curah pendapat, diskusi kelompok : Papan flipchart, metaplan, spidol, lakban kertas, slide presentasi dan kertas plano
Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Jelaskan hubungan sesi ini dengan
5’
sesi sebelumnya 2. Tampilkan slide presentasi. Jelaskan sesi apa yang akan dibahas, tujuan dan hasil yang di-
5’
harapkan, alokasi waktu dan metode yang digunakan. 3. Ajak peserta untuk menceritakan apa yang dialami pada simulasi praktek advokasi, dengan
15’
mengembangkan pertanyaan: • Siapa yang ditemui? • Apakah tanggapannya? • Apakah tujuan advokasi sudah tercapai? • Catat jawaban peserta secara ringkas pada kertas plano. Setelah selesai peserta bercerita, Bacakan kembali point-poin jawaban peserta. 4. Lalu, minta peserta di kelompoknya (kelompok simulasi) untuk mendiskusikan:
60’
• Hal apa yang menyebabkan advokasi yang dilakukan berhasil/belum berhasil ? Apakah karena strategi/ data/ saluran/ pihak-pihak yang diadvokasi?
118
Menyemarakkan Demokrasi Desa
• Jika belum berhasil, Apa hal yang perlu diperbaiki, perubahan strategi/ melengkapi data atau yang lain? • Jika sudah berhasil, Apa yang harus dilakukan, mengawal hasil advokasi atau mengingatkan kembali? 5. Berikan waktu 10 menit bagi peserta untuk mendiskusikan dalam kelompok. Lakukan pendampingan untuk memastikan kelompok dapat memahami perintah penugasan dengan jelas.
Setelah itu, undang wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Minta kelompok lain memberikan tanggapan/saran kepada kelompok lain.
Catat poin-poin penting dari presentasi kelompok pada kertas plano. Diakhir, berikan reframing yang segar pada sesi ini. Misal: “Setiap advokasi perlu dilakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil advokasi yang dilakukan. Kita mesti mempertahankan cara-cara advokasi terbaik sebelumnya dan mengambil cara-cara baru yang menginspirasi dalam advokasi, agar kita lebih berkembang...�
6. Tutup sesi dengan mengucapkan terimakasih, ajak peserta untuk bertepuk tangan untuk
5’
pembahasan sesi yang bergairah. Sampaikan sesi berikutnya terkait rencana tindak lanjut.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
119
PANDUAN SESI - 9B Rencana Tindak Lanjut
Rencana Pembelajaran Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL) Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Memiliki panduan dalam melaksanakan advokasi di tingkat desa (paska pelatihan usai).
Metode Alat Bantu Belajar
: Ceramah, curah pendapat, diskusi kelompok : Papan flipchart, metaplan, spidol, lakban kertas, LCD proyektor, laptop, slide presentasi dan kertas plano
Waktu : 60’ (1 jam)
Langkah-langkah : 1. Awali sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Ajak peserta untuk bermain teka-teki,
5’
game energizer atau kegiatan lain yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta. 2. Jelaskan tujuan, alokasi waktu, dan metode sesi yang dibutuhkan. Jelaskan juga keterkaitan
10’
sesi ini dengan sesi sebelumnya; 3. Bagilah kelompok sesuai dengan desa asal/ organisasinya. Distribuskan peralatan yang
20’
dibutuhkan dalam penyusunan RTL.
Tugas kelompok mengisi kolom yakni: (a) Kegiatan apa yang akan dilakukan, (b) Menjelaskan tujuan kegiatan, (c) Menentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan, (d) Kapan kegiatan akan dilaksanakan, (e) Apa hasil yang diharapkan dari kegiatan yang akan dilaksanakan, (f) Latar belakang kegiatan dan (g) Bentuk dukungan apa yang dibutuhkan oleh peserta dari CSO/NGO pendamping untuk melaksanakan kegiatan.
Berikan waktu 15 menit bagi kelompok untuk berdiskusi. Lakukan pendampingan kelompok untuk memastikan pemahaman yang benar terhadap penugasan.
120
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Contoh tabel RTL:
Kegiatan
Tujuan
Penanggung Jawab
Waktu
Hasil
Latar Belakang
Bentuk Dukungan NGO
4. Undang wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok desanya. Lakukan
20’
probing untuk memperdalam hasil diskusi kelompok dan mendapatkan sisi menarik di masing-masing RTL. Undang juga kelompok lain untuk memberikan catatan-catatan penting untuk perbaikan.
Ajukan pertanyaan reflektif, “Apakah ada dari pemaparan kelompok lain yang berbeda dan menginspirasi untuk diterapkan di desa ?�
5. Sampaikan kembali poin-poin penting kesimpulan. Kemudian tutup sesi dengan mengucap-
5’
kan terimakasih, dan ajak peserta bertepuk tangan atas hasil yang dicapai pada sesi ini.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
121
BUKU C
Seni Fasilitasi Pertemuan Desa
1. Panduan Sesi
2. Panduan Sesi
Potret Diri
Teori Pembelajaran dan Transformasi Sosial
MEETING MANAGEMENT & FACILITATION
3. Panduan Sesi
4. Panduan Sesi
Peran dan Sikap Fasilitator
Keterampilan Dasar Fasilitator
122
Menyemarakkan Demokrasi Desa
BUKU C : Daftar Isi 1C. Panduan Sesi Potret Diri
124
6C. Panduan Sesi Mengelola Dinamika Kelompok
157
2C. Panduan Sesi Teori Pembelajaran dan Transformasi Sosial
131
7C. Panduan Sesi Merancang Fasilitasi Pertemuan di Desa
170
3C. Panduan Sesi Peran dan Sikap Fasilitator
139
8C. Panduan Sesi Praktik Fasilitasi
173
4C. Panduan Sesi Keterampilan Dasar Fasilitator
145
5C. Panduan Sesi Membangun Konsensus
152
5. Panduan Sesi
6. Panduan Sesi
Membangun Konsensus
Mengelola Dinamika Kelompok
7. Panduan Sesi
8. Panduan Sesi
Merancang Aksi Bersama
Praktek Fasilitasi
Menyemarakkan Demokrasi Desa
123
PANDUAN SESI - 1C Berbagi Cerita Hebat
Rencana Pembelajaran Materi : Potret Diri Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri dalam memfasilitasi. Dapat membuat daftar tindakan (action list) sendiri untuk dapat meningkatkan fasilitasinya selama pelatihan. Dapat mengevaluasi tingkat keterampilan para peserta pada permulaan pelatihan.
Metode : Ceramah, diskusi kelompok, presentasi visual, curah pendapat. Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, fotokopi kertas evaluasi dan lembar tes MBTI.
Waktu : 120’ (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang
5’
tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan dengan permainan atau game (ice
breaking, energizer) atau cerita lucu untuk memompa semangat belajar peserta. 2. Jelaskan tujuan, hasil, waktu dan metode yang digunakan dalam sesi potret diri ini. Tampil-
5’
kan pada slide presentasi. Lakukan percakapan tanya jawab dengan peserta bagi yang membutuhkan penjelasan ulang atau lebih dalam. 3. Jelaskan metode MBTI atau Myers and Brigg Type Indicators13 kepada peserta untuk
10’
memotret jati diri dan kepribadian. Bagikan lembar tes tertulis dan minta peserta mengisi.
Setelah selesai, lembar tes tertulis dikumpulkan dan dianalisis oleh tim fasilitator lain. Sampaikan bahwa untuk menganalisis dan menyajikan hasil tes membutuhkan waktu yang lama. Diakhir sesi, hasil tes MBTI peserta akan dibagikan.
13
USAID-LGSP, Fasilitasi yang Efektif, Buku Pegangan Fasilitator, Jakarta. 2009. Hal 120-132
124
Menyemarakkan Demokrasi Desa
4. Lanjutkan sesi, jelaskan bahwa sesi ini disebut juga keterampilan benchmarking (standari-
60’
sasi), karena sesi ini merupakan sesi pertama dimana para peserta diminta untuk mempraktekkan keterampilan fasilitasi mereka.
Minta setiap peserta dalam kelompok mempraktekkan keterampilan fasilitasi mereka dalam sesi ini. Setiap peserta hanya diberikan waktu lima menit. Berikan kepada para peserta lembar kerja kelompok. Minta mereka membaca dengan suara keras, supaya para peserta benar-benar mengerti tugas tersebut.
Jelaskan bahwa para peserta akan mengambil undian (Pastikan bahwa ada cukup jumlah undian untuk semua peserta) dan bahwa undian tersebut akan menentukan urutan giliran. Jelaskan pula bahwa akan ada bunyi bel yang menandainya pergantian giliran. Para peserta tidak harus memulai proses fasilitasi dari awal, tetapi melanjutkan peserta yang terdahulu.
Mintalah kepada para peserta yang tidak berperan sebagai fasilitator menjadi bagian dari ‘delegasi rapat’ yang terlibat dalam tugas kelompok. Pada akhir giliran mintalah para peserta untuk menanggalkan peran mereka dan segera lakukan refleksi atas giliran tersebut. Ini akan memberikan kesempatan bagi para peserta kesempatan untuk melakukan eksternalisasi perasaan awal mereka. Jangan berhenti jeda diskusi terlalu lama di sini.
5. Sesudah semua praktek fasilitasi, ajukan pertanyaan reflektif, “Apa yang terjadi pada praktek
30’
memfasilitasi tadi ? Apa yang dilakukan fasilitator? Bagaimana reaksi kelompok? Apa yang sebenarnya kelompok inginkan sesudah menyaksikan fasilitator melakukan hal yang seperti itu?
Catat jawaban-jawaban peserta di kertas plano. Bacakan kembali dan ulaslah satu persatu.
Bagikan formulir evaluasi pribadi keterampilan fasilitasi dan mintalah mereka mengisinya. Jelaskan bahwa daftar ini akan membantu mereka memfokuskan perhatian mereka kepada proses pembelajaran selama pelatihan.
Secara cepat, lakukan curah pendapat mengenai situasi atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk mempraktekkan keterampilan fasilitasi, selama masa pelatihan. Ini dapat dilakukan kapan saja, tidak hanya dalam kelompok selama sesi pelatihan, tetapi juga di dalam kerja kelompok kecil, selama istirahat, dan pada jam-jam sore hari, dsb.
Mintalah para peserta untuk membagikan action plan mereka secara informal.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
125
6
Lalu, bagikan hasil tes MBTI dan sudah disajikan dalam bentuk penilaian jati diri dan kepriba-
10’
dian. Jelaskan tentang tes MBTI dan bagaimana cara melakukan penilaiannya. Lakukan percakapan tanya jawab dengan peserta secara singkat. Ajak peserta untuk memperdalamnya diluar sesi.
Tutuplah sesi dengan menjelaskan bahwa akan ada banyak kesempatan untuk mempraktekkan dan meningkatkan keterampilan mereka selama pelatihan dan bahwa yang mereka lakukan saat ini hanya permulaan saja.
Ucapkan terima kasih dan ajak peserta tepuk tangan. Jangan lupa menyampaikan materi yang akan diperoleh peserta pada sesi berikutnya.
126
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Lembar Latihan:
Belanjakan Uang ini!
Anda sekalian adalah sebuah delegasi Lembaga Kemasyarakatan Desa yang bekerja pada sebuah Desa yang Makmur. Pada tahun-tahun terakhir ini, Desa anda mengalami banyak perubahan, dan anda harus bekerja ekstra keras dan lebih lama di kantor Desa. Baru-baru ini ada pengumuman bahwa karena semua staff di kantor desa telah bekerja begitu keras dan tidak dapat uang lembur, maka Kepala Desa mengalokasikan 10 juta untuk penyegaran refreshing di akhir pekan. Di kantor itu ada sekitar 200 staff Lembaga Kemasyarakatan Desa yang aktif. Sebagai sebuah kelompok, anda perlu memutuskan bagaimana mem-belanjakan uang tersebut. Satu-satunya hambatan adalah: 1. Para karyawan harus pergi ke tempat yang sama dan harus ambil bagian dalam beberapa kegiatan yang sama. 2. Jumlah 10 juta itu harus dibelanjakan dalam satu akhir pekan saja dan tidak boleh dibagi dalam jumlah yang lebih kecil untuk beberapa kegiatan.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
127
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Apakah Potret Diri?14
Sebagai seorang fasilitator, anda mempunyai senjata paling ampuh dan sangat berpengaruh yang selalu anda bawa kemanapun anda pergi, yakni diri anda. Seorang fasilitator perlu mengenali dirinya dengan lebih baik agar dapat menggunakan dirinya dengan efektif untuk kemajuan orang lain. Begitu juga anda, perlu melihat potret diri anda sebagai fasilitator dengan seksama. Mengenali diri anda berarti: pertama, mengenali berbagai aspek dari diri anda, seperti nilai-nilai, kepercayaan, kebutuhan, cara pandang, pengalaman, dan kemampuan anda; kedua, memahami bagaimana semua itu mempengaruhi fasilitasi anda. Setiap aspek itu berpengaruh pada sikap dan perilaku seorang fasilitator, yaitu fasilitator yang efektif.
Nilai-nilai adalah apa yang dianggap penting oleh kebanyakan orang (Weaver & Farrell, 1999). Fasilitator yang efektif yakni mementingkan kerja sama. Mereka menghargai orang dan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Fasilitator mengutamakan hal-hal yang membantu orang lain dan membangun hubungan baik agar pekerjaan dapat diselesaikan. Mereka yang memfasilitasi dengan mengabaikan nilai-nilai ini maka besar kemungkinan akan membuat frustrasi dirinya sendiri, dan orang-orang yang bekerja bersamanya.
Kepercayaan adalah apa yang betul menurut kebanyakan orang. Fasilitator yang efektif akan percaya bahwa ia berperan sebagai pendukung. Tugas fasilitator adalah membantu agar kelompok yang ia fasilitasi menjadi bintang. Fasilitator percaya bahwa orang akan berfungsi sebaik-baiknya bila mereka memanfaatkan perbedaanperbedaan individual mereka sebagai aset ketimbang sebagai beban. Fasilitator yang efektif bagi sebuah kelompok juga harus memahami dengan jelas apa tugasnya, agar ia dapat berkiprah dengan baik.
Kebutuhan adalah apa yang diperlukan orang untuk dapat bertahan. Setiap orang mempunyai kebutuhan yang ia harap akan dapat dipenuhi oleh kelompoknya, seperti: penghargaan, pencapaian, interaksi sosial. Sebagai seorang fasilitator, anda perlu menyampaikan kepada kelompok, apa yang anda butuhkan dari mereka selama anda memfasilitasi mereka. Sebaliknya, sebagai fasilitator andapun perlu tahu apa harapan dan kebutuhan mereka. Bila ada kebutuhan yang tak terpenuhi dan fasilitator tidak menyadarinya, maka bisa mengganggu proses dan kerja kelompok. Untuk menghindari kekecewaan kedua pihak, penyampaian harapan dan kebutuhan ini sebaiknya dilakukan di awal kegiatan. Biasanya ini menjadi bagian dari proses penyepakatan kontrak belajar dengan peserta. 14
USAID-LGSP. Op. Cit Hal 9-10
128
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Perspektif adalah sudut pandang yang digunakan dalam memahami kelompok. Sudut pandang fasilitator merupakan hasil perkawinan antara nilai-nilai dan kepercayaannya dengan pengalaman dan pembelajarannya. Perspektif seorang fasilitator, sangat besar pengaruhnya pada pengertian yang ia tarik ketika mengobservasi interaksi kelompok. Pengertian yang berbeda akan mengarah pada tindakan yang berbeda pula bagi sang fasilitator.
Pengalaman adalah serangkaian kegiatan yang pernah diikuti, atau kejadian yang pernah dialami. Kegiatan atau kejadian ini sangat beragam, mulai dari kesuksesan besar sampai pengalaman terpahit. Kegiatan atau kejadian yang pernah dilalui setiap orang akan sangat berpengaruh pada cara ia memfasilitasi. Fasilitator akan ingat pendekatan mana yang biasanya ia gunakan dan berhasil, dan mana pula yang tidak. Mungkin ada caracara tertentu yang sangat sering ia pakai, dan sebaliknya, cara-cara lain yang jarang ia gunakan.
Kemampuan adalah apa yang dapat dilakukan oleh seseorang. Kemampuan seorang fasilitator menyangkut tiga aspek: (1) kemampuan menggunakan cara pandangnya untuk menggali berbagai informasi penting dari interaksi kelompok; (2) kemampuan mengartikan atau memaknai informasi ini dengan tepat, dan (3) kemampuan bertindak untuk membawa hasil pekerjaan kelompok ke tahap lebih lanjut. Fasilitator yang benar-benar mengenal dirinya sendiri akan bertindak sebagai barometer bagi kelompoknya. Perasaannya akan mampu membaca situasi dengan cepat. Ia akan tahu kapan kelompok mulai bosan, lelah atau bersemangat, bahkan marah.
Tes Kepribadian MBTI15 Salah satu yang sering digunakan adalah yang dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers dan Katharina Cook Briggs pada 1943, dikenal dengan nama Myers and Brigg Type Indicators (MBTI). Pada dasarnya ada 4 dimensi kepribadian yang diteropong oleh MBTI, yaitu: • Keterbukaan: apakah seseorang itu tipe ekstrovert (disingkat E) atau introvert (disingkat I). • Cara pikir: apakah ia berpikir dengan logika (thinking , disingkat T) atau dengan perasaan (feeling, disingkat F). • Cara pandang: apakah ia mengandalkan indera (sensory, disingkat S) atau intuisi (intuitive, disingkat N). • Cara mengambil keputusan: apakah ia orang yang lebih suka mengamati atau mengikuti proses (perceiving, disingkat P), atau lebih cenderung cepat menjatuhkan keputusan (judg-
ing, disingkat J). Kombinasi keempat aspek itu membentuk kepribadian yang unik. Silakan cek, apa tipe kepribadian anda...
15
USAID-LGSP. Op. Cit Hal 12
Menyemarakkan Demokrasi Desa
129
Lembar Latihan (Tugas):
Contoh: Formulir Evaluasi Pribadi tentang Kemampuan Fasilitasi16 Kolom dibawah ini menunjukkan daftar beberapa keterampilan fasilitasi. Bacalah setiap keterampilan dan refleksikan seberapa jah anda sudah menguasai keterampilan tersebut. Buatlah peringkat tentang diri anda sendiri dari 1 (=buruk) sampai 5 (=sangat terampil). Kemudian buatlah peringkat apa yang ingin anda capai, dengan mengingat jenis kegiatan yang akan anda fasilitasi.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kemampuan Fasilitasi
Peringkat Sekarang
Peringkat Yang Diinginkan
Mendengarkan dengan penuh perhatian Mengamati bahasa tubuh dan interaksi kelompok Bertanya kepada kelompok Menjawab pertanyaan kelompok Membuat ringkasan apa yang dikatakan seseorang Membuat ringkasan diskusi kelompok Memberikan umpan balik kepada perorangan Memberikan umpan balik kepada kelompok Terbuka menerima umpan balik dari kelompok Mendorong peserta pendiam untuk berbicara Meminta peserta yang dominan untuk mendengarkan orang lain Memfasilitasi sebuah diskusi terbuka dimana semua anggota kelompok dapat menyumbangkan gagasan dan ambil bagian dalam diskusi
Penilaian (Skoring): 1 = buruk
4 = terampil
2 = sedikit ide
5 = sangat terampil
3 = beberapa ide
16
Lydia Braakman & Karen Edwards, op.cit. Hal. 352
130
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 2C
Teori Pembelajaran dan Transformasi Sosial Rencana Pembelajaran Materi : Teori Pembelajaran dan Transformasi Sosial Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai hubungan gaya belajar, metode dan hasil belajar.
Metode : Ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat. Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, fotokopi kertas evaluasi dan action plan. Waktu : 90’ (1jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang
10’
tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan dengan permainan atau game (ice
breaking, energizer) atau cerita lucu untuk memompa semangat belajar peserta. 2. Jelaskan tujuan, hasil, waktu dan metode yang digunakan dalam sesi potret diri ini. Tampil-
15’
kan pada slide presentasi. Lakukan percakapan tanya jawab dengan peserta bagi yang membutuhkan penjelasan ulang atau lebih dalam. 3. Ajak peserta mendengarkan kisah gajah yang dilatih untuk merusak hutan yang dulu melind-
60’
unginya. Lalu buat pertanyaan: “Apa yang dimaksud dengan transformasi sosial? Jika gajah tadi diibaratkan masyarakat, apakah yang akan terjadi itu disebut sebagai transformasi?”
Catat jawaban peserta pada kertas plano dan membahasnya satu per satu. Perkuatlan dengan slide presentasi yang sudah dipersiapkan.
Kemudian, Bagilah peserta menjadi 3 kelompok dan diskusikan: “Apa beda pembelajaran bagi orang dewasa dan anak-anak? Apa beda pembelajaran yang berperspektif transformasi dan bukan berperspektif transformasi sosial ?”
Menyemarakkan Demokrasi Desa
131
Bagikan kertas plano dan spidol kepada kelompok. Berikan waktu 10 menit untuk kerja kelompok. Lakukan pendampingan pada kelompok untuk memastikan peserta dalam memahami penugasan yang diberikan.
Undang wakil setiap kelompok untuk presentasi dan catat hal-hal penting sepanjang presentasi kelompok. Ulas kembali temuan-temuan penting dari masing-masing kelompok.
Lakukan reframing, misal: “bahwa untuk mewujudkan transformasi sosial, masyarakatlah yang menentukan arahnya sendiri. Model pembelajaran orang dewasa merupakan metode yang tepat untuk menghantarkan transformasi sosial tersebut...�
4. Lanjutkan dengan presentasi tentang kaitan otak dengan pembelajaran, hubungan gaya be-
10’
lajar, metode, dan hasil belajar. Tampilkan penjelasan pada slide presentasi.
Lakukan percakapan tanya jawab dengan peserta untuk beberapa penjelasan yang kurang mendalam.
5. Tutuplah sesi dengan ucapkan terima kasih dan ajak peserta tepuk tangan. Jangan lupa
5’
menyampaikan materi yang akan diperoleh peserta pada sesi berikutnya.
132
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Studi Kasus:
Kisah Gajah Di hutan Sumatera, terjadilah penebangan pohon besar-besaran oleh sebuah PT. Kertas. Dalam sehari 100 pohon ditebang. Belum sampai seminggu, PT. Kertas menghentikan penebangan. Gajah-gajah terganggu habitatnya. Para gajah tersebut secara membabibuta memporakporandakan para pekerja pohon PT. Kertas. Traktor, gergaji kayu dan alat berat lainnya rusak parah karean diinjak gajah. Manajemen PT. Kertas tak mau dirugikan dengan peristiwa itu. Penebangan pohon harus terus dilakukan. Setelah pertemuan seluruh pimpinan tertinggi PT. Kertas akhirnya memutuskan untuk membayar para penjinak gajah. “Para gajah ini perlu dididik supaya tidak bertindak secara membabibuta,” kata Kepala Komisasir PT. Kertas, Badrun. Dua minggu para penjinak gajah bekerja, hasilnya mulai kelihatan. Para gajah yang bertindak seenaknya itu kini dengan mudah dijinakkan. Ketika para penjinak menginstruksikan “duduk”, maka gajah juga ikut duduk. Begitupun ketika instruksi “berdiri,” “jalan,” dan “angkat.” Banyak pekerja menyebutnya “gajah pintar.” Begitu patuhnya, sehingga pada saat gajah tersebut tidak protes ketika dipekerjakan oleh PT. Kertas untuk mengangkut balok-balok kayu. Para gajah sudah lupa bahwa kayu-kayu tersebut diangkut dari hutan habitat para gajah tersebut. [..]
Menyemarakkan Demokrasi Desa
133
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Transformasi Sosial
“Kedaulatan Ekonomi Politik desa harus dirancang cermat dalam satu proses transformasi desa, menciptakan prasyarat yang dibutuhkan, kedaulatan desa atas data, menciptakan konsensus-konsensus baru tentang demokratisasi desa, menerjemahkan kembali secara nyata siapa saja stakeholder desa, serta pengembangan teknologi sistem informasi desa dengan adanya jaminan setiap nafas di desa dapat mengakses, mengelola, dan memanfaatkannya.” Transformasi Sosial dapat kita maknai sebagai perubahan bermakna dalam wujud, rupa, sifat, watak, budaya, mekanisme, prosedur, dan kebijakan yang berdampak pada perbaikan kualitas hidup komunitas atau masyarakat secara berkelanjutan.
Dimensi Transformasi Sosial 1. Transformasi Personal – Realitas Subyektif, proses perubahan diri sendiri, membangun pemahaman dalam diri sendiri atas pengetahuan yang dibangun dengan melihat kondisi lingkungan; 2. Transformasi Relasional – Realitas Objektif, proses komunikasi antara diri sendiri dengan diri orang lain, membangun komunikasi antar personal; 3. Transformasi Pola Aksi Kolektif dan Berfikir – Realitas Intersubjektif, proses pemaknaan, membangun nilai bersama dalam komunitas; 4. Transformasi Struktural – Realitas Intersubjektif, proses komunikasi komunitas dengan pihakpihak untuk membangun nilai bersama dan mengukuhkan nilai tersebut menjadi sebuah kebijakan dan regulasi;
134
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Komponen Transformasi Sosial 1. Isu Utama, Adanya isu/masalah yang disepakati bersama oleh semua pihak sebagai materi utama yang akan dijadikan bahan untuk merumuskan agenda aksi bersama; 2. Agenda Aksi yang Disepakati, adanya kesepakatan bulat oleh semua pihak tentang agenda aksi apa yang harus dijalankan untuk menyentuh isu/masalah utama yang telah disepakati; 3. Penggerak, adanya orang-orang utama atau komunitas atau organisasi yang menjadi penggerak, menjaga dinamika, dan memastikan semuanya sesuai pada agenda yang telah disepakati; 4. Perluasan Dukungan, berbagai pihak yang relevan dan signifikan, juga pihak-pihak lain (masyarakat luas) yang dapat memperkuat dukungan terhadap aksi yang dilancarkan;
Jejak-Jejak Terjadinya Perubahan Sosial 1. Terjadinya perubahan sikap dan perilaku; 2. Terjadinya perubahan kesadaran kolektif, dan; 3. Terlembaganya tata cara, tata kelola, dan tata pengambilan kebijakan yang baru;
Tingkat Kesadaran Kolektif 1. Tahap Apatis, tahap yang banyak anggota organisasi/komunitas tidak perduli dan tidak memahami masalah yang terjadi; 2. Tahap Ketergantungan, banyak anggota organisasi/komunitas yang menganggap masalah akan beres dengan sendirinnya; 3. Tahap Pra-Kritis, semua anggota organisasi/komunitas sudah memahami masalah dan mau menjadi bagian dari pemecahan masalah (solusi); 4. Tahap Pembebasan, semua anggota organisasi/komunitas sudah menguasai masalah dan selalu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik;
Menyemarakkan Demokrasi Desa
135
Strategi Pengorganisasian pada Masing-Masing Tahap 1. Strategi Pengorganisasian pada tahap Apatis : menceburkan diri dengan semua kondisi di komunitas untuk akrab dengan semua anggota komunitas dan untuk mengidentifikasi pemimpin komunitas yang potensial; 2. Strategi Pengorganisasian pada tahap Ketergantungan : Pembentukan tata nilai, Pelatihan Kepemimpinan, dan pelatihan peningkatan keterampilan bagi semua anggota komunitas, khususnya bagi para pemimpin komunitas yang potensial; 3. Strategi Pengorganisasian pada tahap Pra-Kritis : Penguatan organisasi, Pengembangan Organisasi, Perluasan Kerjasama; 4. Strategi pengorganisasian pada tahap Pembebasan : Mengembangkan jaringan kerja dengan kelompok, organisasi, atau komunitas lain, Berkonsultasi dengan organisasi, tenaga ahli, dan pihak lain;
Strategi Pengorganisasian pada Masing-Masing Tahap Penggunaan teori pembelajaran ini berangkat dari asumsi-asumsi yang menjadi bangunan Transformasi Sosial, dimana : 1. Keberadaan kita adalah bagian dari apa yang terjadi di masa lalu. Apa yang terjadi saat ini adalah buah atau kelanjutan dari yang terjadi di masa lampau. Kita tidak mungkin tahu apa yang terbaik di masa mendatang jika kita tidak mengetahui apa yang baik dan yang buruk di masa lalu; 2. Tidak ada entitas yang sempurna utuh, selalu ada pori-pori, celah, atau bahkan retak. Unsurunsur pembaharu bisa ada dimana-mana, tetapi biasanya tidak berjumlah banyak, dan berada di tengah-tengah kelompok yang mempertahankan kemapanan/status quo atau cenderung tidak mau berubah 3. Setiap unsur reformis mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan perannya masing-masing yang akan saling melengkapi; 4. Untuk bisa memecahkan sebuah masalah, termasuk untuk menembus kebuntuan dan mencari jalan keluar yang tepat dibutuhkan pemikiran alternatif dan kreatifitas; 5. Hasil dari pelatihan ini sangat dinantikan untuk penguatan kapasitas masing-masing pihak agar dapat menghasilkan produk kebijakan yang lebih baik.
136
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Otak dan pembelajaran17
Otak berkembang seiring dengan perkembangan peradaban dan evolusi manusia. Strukturnya yang berlapis dengan jelas menunjukkan hal tersebut. Mulai dari bagian terdalam dan paling tua yakni bagian ‘reptilia’ dan bergerak keluar melalui sistem lymbic menuju neokoteks, di mana perilaku rasional berada. Otak kita sendiri berkembang dan berubah dari waktu ke waktu, dengan sel-sel saraf yang mati dan terbentuk kembali, sistem jaringan yang dihancurkan dan dibangun kembali. Otak memilih dan memperkuat atau memperlemah jaringan-jaringan tertentu untuk membangun stuktur syaraf kompleks yang menentukan cara berpkir kita. Kemudian kita membentuk kembali “model� neural ini melalui pengalaman, pendidikan dan pelatihan.
Isi Otak Kanan (dan Kiri) Otak kita luar biasa. Di dalam otak terdapat 100 milyar sel, masing-masing berhubungan dan berkomunikasi dengan 10.000 sel-sel lainnya. Mereka bersama membentuk jaringan kompleks beberapa quadrillion (1.000.000.000.000.000) penghubung yang menuntun cara kita bicara, makan, bernafas, dan bergerak. Menurut teori, bagian kiri meupakan bagian yang penting, bagian yang membuat kita sebagai manusia. Otak kanan bagian pelengkap – merupakan sisa-sisa perkembangan awal manusia. Wilayah kiri berisi rasional, analitis dan logis. Intinya semua yang kita pandang layak dalam otak. Wilayah kanan sifatnya diam, tidak logis dan instingtif - suatu jejak yang ditinggalkan alam untuk mengingatkan bahwa manusia sudah berkembang. Otak kanan bukannya kurang penting dibanding otak kiri, melainkan hanya berbeda. Terlihat ada dua cara berpikir, terletak dalam tatanan yang terpisah di wilayah kiri dan kanan otak. Otak kiri berpikir runtun, sangat hebat dalam menganalisis dan menata kata. Otak kanan berpikir holistik, cepat mengenali pola-pola, dan mampu menafsirkan ekspresi non verbal dan emosi. Manusia sesungguhnya mempunyai dua cara berpikir. Pemahaman tentang hal ini sangat penting bagi seorang fasilitator, karena fasilitator tidak hanya akan mengolah pengetahuan dan analisis tetapi harus sekaligus menguasai pilihan kata, bahasa non verbal dan emosi. Pengetahuan ini akan sangat berguna dalam dunia kefasilitasian.
17
USAID-LGSP. Op. Cit. Hal 24-37
Menyemarakkan Demokrasi Desa
137
Bukan Seperti Tombol ‘On and Off’ Kedua wilayah otak tidak bekerja seperti tombol “on” dan “off ”, yang satu segera mati bila yang lain dinyalakan. Kedua belahan memainkan peran hampir dalam segala hal yang kita lakukan. Kita bisa mengatakan bahwa wilayah otak tertentu lebih aktif dibandingkan yang lain jika melakukan fungsi tertentu, namun kita tidak bisa mengatakan bahwa fungsi tersebut terikat pada wilayah tertentu. Para ahli bersepakat bahwa kedua wilayah otak pendekatannya berbeda dalam menuntun tindakan, pemahaman dan respon kita terhadap sebuah kejadian. Perbedaan tersebut pada akhirnya, menentukan sikap kita dalam menjalani kehidupan pribadi dan profesional kita.Setelah lebih dari tiga dekade penelitian wilayah otak, pada akhirnya penemuan-penemuan tersebut dapat dirangkum ke dalam empat perbedaan kunci.
Otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh; otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh Hal ini dapat dengan jelas kita lihat pada kejadian stroke (lumpuh otak). Stroke yang menyerang bagian otak kanan seseorang, maka akan menyebabkan seseorang sulit menggerakkan bagian tubuh sisi kiri, demikian pula stroke otak kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian tubuh sisi kanan. Umumnya 90% populasi bersifat ‘tangan kanan’, itu berarti 90% populasi otak kiri mereka yang mengontrol bagian penting seperti menulis, makan dan menggerakkan mouse komputer. Keadaan kontra-lateral terjadi tidak hanya jika kita menuliskan nama atau menyepak bola, tetapi juga jika menggerakkan mata atau kepala.
Otak kiri bersifat rentetan, otak kanan simultan Otak kiri khususnya, ahli dalam serentetan kejadian dimana unsur-unsurnya muncul satu sesudah yang lain dan mengontrol rentetan kelakuan. Rangkaian fungsi yang dikerjakan otak kiri antara lain aktivitas verbal, seperti berbicara, memahami pembicaraan orang lain, membaca dan menulis. Sebaliknya otak kanan tidak berjalan dalam rentetan tertata A-B-C-D-E. Talenta uniknya adalah kemampuan untuk menafsirkan sesuatu secara simultan. Sisi kanan otak kita ini “ahli” dalam melihat banyak hal sekaligus, seperti: dalam melihat semua bagian dari suatu benda geometris dan menangkap bentuknya, atau dalam melihat semua unsur suatu situasi, dan memahami maksudnya. Hal ini membuat otak kanan secara khusus berguna dalam menafsirkan wajah-wajah. Dan hal itu memberi manusia keuntungan komparatif melebihi komputer.
Spesialisasi otak kiri dalam teks, otak kanan dalam konteks Otak kiri menangani apa yang dikatakan; sedangkan otak kanan fokus pada bagaimana sesuatu itu dikatakan: bahasa non verbal, petunjuk emosional yang disampaikan melalui tatapan, ekspresi wajah dan intonasi. Perbedaan antara otak kiri dan otak kanan lebih kompleks dibandingkan perbedaan antara kata verbal dan non verbal, petunjuk emosional yang disampaikan. Misalnya, bahasa-bahasa tertentu sangat tergantung pada konteks.
138
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Otak kiri menganalisis detil, otak kanan membuat sintesa gambaran menyeluruh Secara umum otak kiri terlibat dalam menganalisis informasi, sebaliknya otak kanan spesialisasinya adalah sintesis, khususnya ahli dalam menyatukan unsur-unsur terpisah sehingga sesuatu dapat dipahami secara keseluruhan. Analisis dan sintesis tersebut merupakan dua cara mendasar untuk memahami informasi. Kita bisa memilah keseluruhan dalam komponen-komponen. Kita juga dapat menyatukan komponen-komponen tersebut dalam suatu kesatuan yang utuh. Keduanya merupakan hal dasar pemikiran manusia, namun keduanya merupakan kerja bagian otak yang berbeda. Otak kiri menangkap detil, tetapi hanya otak kanan yang bisa menangkap gambar secara keseluruhan.
Hubungan Gaya Belajar, Metode, dan Hasil Belajar Lebih dua puluh empat abad yang lalu, Confusius mengatakan :
“Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya kerjakan, saya pahami”. Ketiga pernyataan itu menggambarkan dengan sangat jelas betapa pembelajaran yang aktif sangat dibutuhkan. Mel Silberman dalam bukunya Active Training (1998) mengembangkan pernyataan Confusius itu menjadi 5 prinsip pembelajaran aktif : • Ketika saya dengar, saya lupa. • Ketika saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. • Ketika saya dengar, lihat, tanya atau bahas dengan orang lain, saya mulai mengerti. • Ketika saya dengar, lihat, bahas, dan lakukan, saya mendapat pengetahuan dan keterampilan. • Ketika saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. Kelima prinsip itu dikembangkan dan diyakini oleh Silberman, setelah banyak orang yang mempopulerkan pembelajaran aktif menemukan bahwa berbagai cara pengajaran dapat mempengaruhi tingkat daya ingat (retensi) : Kuliah/mengajar 5% Membaca 10% Audiovisual 20% Demonstrasi/peragaan
30%
Diskusi 50% Praktek/mengerjakan
75%
Mengajar orang lain
90%
Menyemarakkan Demokrasi Desa
139
Temuan ini sejalan dengan temuan Albert Mehrabian pada tahun 1967, bahwa hanya 7% dari suatu pesan yang dapat diterima dengan baik bila disampaikan dengan kata-kata, 38% oleh cara menyampaikannya dan 55% oleh raut muka dan bahasa tubuh. Mengapa kebanyakan orang dewasa cenderung lupa apa yang mereka dengar ? Karena perbandingan antara jumlah kata-kata yang diucapkan seorang pelatih tidak seimbang dengan jumlah kata-kata yang mampu ditangkap peserta. Kebanyakan pelatih mengucapkan antara 200 sampai 300 kata per menit, sementara pesertanya, bila berkonsentrasi penuh, hanya mampu menangkap 50 sampai 100 kata permenit, atau setengah dari kata-kata yang diucapkan pelatih. Itu karena mereka memikirkan banyak hal ketika sedang mendengarkan si pelatih. Jadi, sungguh sulit untuk mengikuti pelatih yang senang berbicara. Bahkan meskipun materinya menarik, sulit berkonsentrasi untuk rentang waktu yang lama. Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa mahasiswa di ruang kuliah tidak memperhatikan sebanyak 40% dari jam kuliah (Pollio, 1984). Lebih jauh lagi, meskipun mahasiswa dapat mengingat 70% dari apa yang ia dengar pada 10 menit pertama, mereka hanya dapat mengingat 20% dari 10 menit terakhir (McKeachie, 1986). David dan Roger Johnson bersama Karl Smith mengemukakan beberapa masalah yang dapat ditemui bila metode kuliah digunakan tanpa jeda (Johnson, Johnson, and Smith, 1991): Perhatian khalayak menurun dari menit ke menit. Metode kuliah saja hanya cocok untuk pembelajar yang punya gaya belajar mendengar (auditory learner). Metode kuliah cenderung hanya membantu mempelajari informasi faktual saja dengan tingkat pembelajaran yang rendah. Metode ini mengasumsikan bahwa semua peserta membutuhkan informasi yang sama pada waktu yang sama. Orang cenderung tidak menyukainya. Bila kita kaitkan filosofi Confusius dengan pandangan Howard Gardner (8 kecerdasan) dan M.B. James dan M.W. Galbraith (6 cara menerima dan mencerna informasi), serta temuan David dan Roger Johnson dengan Karl Smith tentang metode kuliah, dapat disimpulkan bahwa semakin bervariasi cara (metode) dan sarana (media) yang kita gunakan dalam proses pembelajaran, akan semakin banyak aspek kecerdasan yang dapat kita sentuh, dan akan semakin gencarlah terjadi rangsangan di dalam otak yang akan membuat orang menjadi lebih kreatif. Bila anda ingin menjadi fasilitator yang membantu peserta menjadi kreatif, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu anda jawab: • Peserta pelatihan yang memiliki kecerdasan visual-ruang, berpikir dengan gambar dan visual. Bagaimana saya dapat merangsang indera lihat mereka? Bagaimana saya akan memanfaatkan warna, lukisan, alat peraga, dan imajinasi untuk merangsang ide-ide mereka? • Peserta dengan kecerdasan verbal-linguistik, berpikir dengan kata-kata. Bagaimana saya dapat menggunakan bahasa, tulisan maupun lisan, untuk merangsang pikiran mereka? Bagaimana saya dapat memanfaatkan cerita, diskusi, debat, dan percakapan untuk membantu mereka memahami suatu informasi?
140
Menyemarakkan Demokrasi Desa
• Peserta dengan kecerdasan interpersonal, berpikir dengan cara berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana saya akan mengikat mereka dalam interaksi dan komunikasi interpersonal untuk menyampaikan sesuatu? Bagaimana saya akan menggunakan simulasi kelompok, berbagi pandangan, dan kerja sama di antara sesama peserta untuk memperkuat proses belajar mereka? • Peserta dengan tipe musikal-irama, berpikir dalam suara, irama dan nada-nada. Bagaimana saya bisa menyertakan nada, irama, dan berbagai bunyi untuk menyampaikan informasi penting? • Peserta bertipe naturalis, punya kekuatan dalam mengenal bentuk dan pola yang ada di alam. Bagaimana saya bisa menggunakan berbagai produk, benda dan proses alam untuk memperkaya pengalaman belajar mereka? • Peserta dengan kecerdasan fisik-kinestetik, berpikir melalui gerak dan sensasi fisik. Bagaimana saya dapat memanfaatkan gerakan fisik untuk memudahkan mereka mengingat sesuatu? Bagaimana simulasi dan latihan langsung dapat membantu memudahkan proses belajar mereka? • Peserta bertipe intrapersonal, berpikir melalui perasaan dan intuisi. Bagaimana saya dapat menyentuh aspek emosi dan refleksi diri mereka untuk membantu pikiran-pikiran mereka yang tersimpan dalam bisa muncul ke permukaan? • Tipe logis-matematis, berpikir secara konseptual dan punya kelebihan dalam melihat hubungan-hubungan serta mengenali pola. Bagaimana saya bisa menggabungkan pendekatan yang induktif dan deduktif, dan pengenalan terhadap pola-pola yang abstrak? Bagaimana pula saya dapat menyertakan angka-angka, penghitungan, logika dan berpikir kritis, untuk membantu mereka belajar?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
141
PANDUAN SESI - 3C
Peran dan Sikap Fasilitator Rencana Pembelajaran Materi : Peran dan Sikap Fasilitator Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Memahami pengertian fasilitator dan peran fasilitator dalam sebuah pertemuan desa. Memahami mengenai sikap fasilitator yang baik.
Metode : Ceramah, diskusi kelompok, presentasi visual, curah pendapat. Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, krayon, spidol warna-warni Waktu : 120’ (2 jam)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang
5’
tujuannya untuk menyapa peserta. Sesi dapat dilanjutkan dengan permainan atau game (ice
breaking, energizer) atau cerita lucu untuk memompa semangat belajar peserta. 2. Jelaskan tujuan, hasil, waktu dan metode yang digunakan dalam sesi “peran dan sikap
10’
fasilitator” ini. Tampilkan pada slide presentasi. Lakukan percakapan tanya jawab dengan peserta, bagi yang membutuhkan penjelasan ulang atau lebih dalam. 3. Lanjutkan dengan benchmarking, “Apa itu fasilitator?” “Apa beda fasilitator dengan modera-
55’
tor, narasumber dan penyuluh?” “Apa hal yang membedakan?”. Catat dan tulis apa yang menjadi jawaban peserta di kertas plano.
Bagilah peserta menjadi 4 kelompok. Lalu edarkan kertas metacard atau metaplan yang berisi tulisan “fasilitator” “moderator” “narasumber” “pengamat” “wartawan” “trainer”. Minta peserta untuk mendiskusikan dan menempelkan metaplan yang sudah dibagikan pada diagram berikut:
142
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Bicara
Memberi Tahu
Undang wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Ajak kelompok lain memberi masukan hasil kerja kelompok yang sedang presentasi. Lakukan probing untuk membantu peserta menemukan jawaban yang tepat. Catat poin-poin diskusi kelompok. Lalu bacakan hasilnya secara ringkas.
Sampaikan presentasi mengenai asal kata fasilitator yaitu dari kata “facile” yang artinya “mudah”. Dengan demikian, fasilitator adalah orang yang mempermudah proses. Fasilitator menampilkan slide mengenai definisi fasilitator dan membahasnya slide per slide. (lihat bahan bacaan fasilitator)
4. Lanjutkan sesi, dengan diskusi kelompok. Bagi peserta ke dalam kelompok, maksimal
55’
jumlah anggota kelompok 7 orang. Ajak kelompok untuk menjawab pertanyaan berikut: Apa saja sikap fasilitator yang baik? Dan Apa saja sikap fasilitator yang tidak baik? Minta setiap kelompok untuk mendiskripsikan hasil diskusi kelompok dalam bentuk gambar.
Selesai diskusi kelompok, undang wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Catat poin-poin penting dari diskusi tersebut. Ulas kembali poin-poin yang sudah diperoleh, dan menegaskan bahwa “fasilitator tugasnya adalah mempermudah proses kelompok yang dipandu menuju tujuan yang direncanakan. Untuk mempermudah proses tersebut, maka diperlukan sikap ... (fasilitator menunjuk kepada poin-poin yang telah ditulis)”
5. Tutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan ajak peserta tepuk tangan. Jangan lupa
5’
menyampaikan materi yang akan diperoleh peserta pada sesi berikutnya.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
143
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Apa itu Fasilitator?18
Fasilitasi adalah membuat lebih mudah atau tidak terlalu sulit. Fasilitator adalah orang yang membuat kerja kelompok menjadi lebih mudah karena kemampuannya dalam menstrukturkan dan memandu partisipasi anggota-anggota kelompok. Pada umumnya fasilitator bekerja dalam sebuah pertemuan atau diskusi. Akan tetapi seorang fasilitator juga dapat bekerja di luar pertemuan. Tetapi pada prinsipnya seorang fasilitator harus mengambil peran netral, dengan banyak bertanya dan banyak mendengarkan, ketika membantu sebuah kelompok atau pertemuan. Fasilitator juga seringkali disebut sebagai pemudah cara, dimana seorang fasilitator berperan membantu proses kelompok melalui suatu proses pembelajaran dan komunikasi yang berkesan untuk mencapai konsensus kelompok. Carl Rogers (1983) dalam bukunya Freedom to Learn, menjelaskan bahwa perkataan fasilitasi diambil dari bahasa Latin facilis. Arti dari kata ini adalah ’untuk mempermudah’. Sedangkan Trevor Bently (1994) menyebutkan fasilitasi sebagai menawarkan atau menyediakan peluang pembelajaran. Dengan demikian, seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dorongan semangat kepada kelompok. Dalam hal ini, peserta diskusi diharapkan dapat mengaplikasikan fakta, mengutarakan pendapat sendiri dan memanfaatkan ide secara bebas serta tidak diarahkan oleh orang atau kelompok lain. Secara umum, beberapa kata kunci yang bisa dikaitkan dengan dunia fasilitator adalah: 1. Untuk memudahkan 2. Untuk bebas dari kesulitan dan hambatan 3. Untuk mengurangi beban tugas yang sulit 4. Untuk menyenangkan 5. Untuk menggalakkan 6. Membantu supaya menjadi yang terdepan 7. Permudah cara
18
USAID-LGSP. Op. Cit. Hal 48-50.
144
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Fasilitasi adalah pertemuan sekelompok orang yang menghadirkan fasilitator sebagai perancang dan pengelola proses kelompok, agar kelompok dapat mencapai tujuannya. Sebuah fasilitasi juga bisa berarti sebuah pertemuan antara dua orang fasilitator dan satu orang lain, yang menerima bantuan dan panduan dalam prosesnya.
Kelompok adalah kumpulan individu-individu yang karena alasan-alasan tertentu memutuskan untuk bersama. Waktu hidup kelompok, ada yang pendek ada pula yang panjang. Dan bentuknya, ada yang sesuai dengan rencana awal, tapi ada juga yang terbentuk dalam perjalanan proses.
Tim (team) adalah sejenis kelompok yang anggota dan pimpinannya sangat dekat dalam bekerja sama mencapai hasil kesepakatan yang menguntungkan. Kata ‘tim’ berimplikasi pada kemandirian dan sinergi. Tim juga bisa dibayangkan seperti kelompok yang berfungsi dengan sangat baik. Dalam situasi pencapaian tujuan dan tugas sebagai sebuah kelompok, sebuah tim dapat berubah menjadi satu unit kohesif dan mampu memperbaiki keahlian anggota timnya. Dalam memfasilitasi kelompok, fasilitator bisa bertindak sebagai pemimpin ataupun narasumber dimana diperlukan. Fasilitator akan melakukan pekerjaannya dengan melebur beraktivitas bersama kelompoknya. Dengan keahliannya, seorang fasilitator akan menuntun, mengajak, memimpin dan membantu kelompok dengan sepenuh hati, sedemikian sehingga setiap anggota kelompok merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kelompok akan merasa terbantu dengan kehadiran fasilitator dan mudah untuk bekerjasama. Fasilitasi yang baik merupakan suatu keadaan dimana fasilitator dapat membantu kelompok menjadi lebih efektif dan efisien dalam mencapai konsensus. Kelompok yang dibantu fasilitator harus mampu berinteraksi dengan aktif, berkesan dan mampu membuat keputusan secara bijaksana. Fasilitator akan menggerakkan anggota kelompok untuk dapat saling menerima pendapat satu dengan yang lain, termasuk dirinya sendiri, kecuali dalam mengambil sebuah keputusan kelompok. Fasilitator tidak menggunakan kekuasaannya dalam mengambil keputusan kelompok. Fasilitator juga tidak campur tangan saat kelompok berproses untuk mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah. Dengan begini sebenarnya fasilitator membantu kelompok agar menjadi lebih efektif dan efisien. Fasilitator harus menjaga untuk tidak campur tangan dalam proses pengambilan keputusan kelompok. Campur tangan disini bermakna ‘masuk ke dalam suatu sistem interaksi yang sedang dijalankan’ dengan tujuan membantu sistem itu (Argyris, 1970, Overcoming Organizational Defense: Facilitating Organizational Learning). Dewasa ini, keahlian fasilitasi telah menjadi alat komunikasi yang sangat penting, terutama bagi kelompokkelompok atau tim yang memerlukan untuk membuat sebuah keputusan atau kesepakatan bersama, serta memerlukan setiap masukan, dukungan, kreativitas dan kolaborasi.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
145
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Memfasilitasi Kelompok Partisipastif Untuk Menjamin Nilai-Nilai Inti Partisipasi ?19 Mendorong partisipasi penuh, mengatasi sensor Kadang orang tidak mengatakan apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Kadang kala sulit mengambil risiko. Untuk sebagian besar kelompok aturannya adalah bahwa jika anda ingin berbicara, bicaralah dengan sederhana dan jelas, dan katakanlah sesuatu yang cukup biasa atau cukup menarik sehingga kelompok akan mendengar. Tanpa menyadari hal tersebut, kebanyakan orang akan menyeleksi pemikiran mereka sebelum mereka bicara. Seorang fasilitator harus sadar akan kecenderungan tadi dan membantu orang mengatasi hal tersebut. Seorang fasilitator harus mempunyai keterampilan dan watak untuk membuat orang terbuka dan membiarkan setiap orang didengar pendapatnya. Seorang fasilitator tahu bagaimana memberikan kesempatan kepada para anggota yang diam, bagaimana mengurangi terjadinya kritik prematur, dan bagaimana menjaga peserta untuk tetap berpikir dan bukan malahan menutupnya.
Mendorong saling memahami dan mengatasi posisi tertutup Sebuah kelompok tidak dapat menghasilkan pemikiran yang terbaik apabila para anggota tidak saling memahami. Sebagian besar orang merasa sukar untuk membebaskan dirinya dari titik pandang tertutup. Seorang fasilitator membantu sebuah kelompok menyadari bahwa kelompok produktif dibangun atas dasar saling pengertian.Seorang fasilitator membantu para anggota menyadari bahwa mengerti titik pandang orang lain merupakan sesuatu yang sangat berharga. Selain itu, seorang fasilitator menerima bahwa kesalahpahaman merupakan sesuatu yang tak terelakkan. Seorang fasilitator mengerti bahwa kesalahpahaman menimbulkan ketegangan (stress) bagi semua orang yang terlibat didalamnya. Seorang fasilitator mengerti bahwa orang yang sedang dalam keadaan stres memerlukan dukungan dan perlu diperlakukan dengan rasa hormat. Seorang fasilitator mengerti bahwa penting sekali untuk tidak memihak, menghormati semua pandangan dan berupaya terus mendengarkan, sehingga setiap anggota kelompok merasa yakin bahwa seseorang mengerti mereka.
Mendorong pemecahan (Solusi) inklusif dan mengubah mental menang-kalah Sukar sekali bagi semua orang membayangkan bahwa para pemangku kepentingan dengan perbedaan-perbedaan yang mencolok dapat mengambil keputusan bersama yang menguntungkan semua pihak yang terlibat. Kebanyakkan orang terkunci pada cara pandang konvensional dalam pemecahan masalah, dan berpikir cara saya atau cara kamu.
19
Lydia Braakman & Karen Edwards, op.cit. Hal. 123-126
146
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Seorang fasilitator yang berpengalaman, tahu bagaimana membantu sebuah kelompok mendapatkan gagasangagasan inovatif, dengan titik pandang semua orang. Ini dapat merupakan tugas yang menantang. Fasilitator, kadang kala, merupakan orang satu-satunya yang dapat mempertimbangkan kemungkinan adanya alternatif inklusif. Seorang fasilitator mengerti cara membangun persetujuan yang berkelanjutan. Pada saat seorang memperkenalkan kepada kelompok nilai-nilai dan metode yang berpihak pada pemecahan inklusif, pengaruhnya akan begitu mendalam. Pada saat kelompok menemukan kekuatan cara pemikiran baru ini, mereka sering mempunyai harapan yang lebih baik mengenai keefektifan kelompok.
Tanggung Jawab Bersama. Mengajarkan keterampilan baru dan meningkatkan pengelolaan rapat Kenapa kebanyakan rapat dilakukan begitu buruk? Kebanyakan orang akan mengatakan karena bos saya, karena ketua atau karena pimpinan. Nampaknya baik pimpinan atau anggota tidak mempunyai keterampilan dalam proses partisipastif dan metode kolaboratif. Seorang fasilitator mempunyai kesempatan dan tanggungjawab untuk mengajar anggota kelompok bagaimana merancang dan mengelola sharing yang efektif, pemecahan masalah dan/atau proses pembuatan keputusan. Prosedur yang dirancang secara baik untuk melakukan rapat. Prosedur yang eksplisit jelas merupakan salah satu keterampilan terpenting yang dapat dipelajari sebuah kelompok. Pikirkan pengaruh sebuah agenda rapat yang dirancang dengan tidak baik. Bagaimana kelompok akan menjadi efektif, apabila orang tidak tahu apa yang ingin mereka capai ? Seorang fasilitator dapat mengajarkan sejumlah tata cara agar rapat dapat berjalan dengan berhasil. Gambar. Nilai-nilai Parsial
Saling Memahami
Solusi Inklusif
Nilai-nilai Partisipasi
Partisipasi Penuh
Tanggung Jawab
Menyemarakkan Demokrasi Desa
147
PANDUAN SESI - 4C
Keterampilan Dasar Fasilitator Rencana Pembelajaran Materi : Keterampilan Dasar Fasilitator Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Terampil dalam menggunakan teknik bertanya, menggali informasi lebih dalam, membuat ikhtisar, mengaitkan pernyataan dan komentar, mengamati dan seni menyimak.
Metode : Ceramah, curah pendapat, simulasi Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, spidol. Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” Apakah sudah makan dan
10’
pertanyaan lainnya yang tujuannya untuk menyapa peserta. Jika memiliki bahan, isi pembukaan sesi dengan permainan atau game (ice breaking, energizer) atau cerita lucu untuk memompa semangat belajar peserta. 2. Jelaskan judul sesi, tujuan, waktu dan metode yang digunakan selama sesi ini. Buka kesem-
10’
patan tanya jawab bila ada hal yang perlu diperjelas. 3. Lanjutkan dengan memainkan game pengantar sesi. Sampaikan cerita: “Suharto 5 hari lalu
30’
keluar dari rumah sakit dengan menggunakan kereta dorong. Dia tidak sakit tetapi dia tidak bisa berjalan. Selama di rumah sakit sampai tiba di rumah, dia selalu di jenguk banyak orang. Mulai tua, muda bahkan anak-anak. Coba digali apa alasan dan siapa Suharto hingga dia di bawa dengan menggunakan kereta dorong !”
• Lalu buat pertanyaan: “Kalau anda sebagai fasilitator, apa yang akan anda tanyakan ?”. Catat jawaban peserta pada kertas plano dan mengulasnya satu persatu.
148
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Setelah semua jawaban peserta selesai dicatat, lalu jelaskan tentang teori ORIK (Objektif, Reflektif, Interpretatif dan Keputusan) satu persatu dan memberikan contoh. Tampilkan slide presentasi. Jelaskan mengenai keterampilan lainnya serta teknik melakukannya.
4. Ajak peserta untuk simulasi peran. Bagi peserta untuk berbagi kelompok, masing-masing
45’
kelompok anggotanya sebanyak dua orang. Minta kelompok 1 untuk menerapkan teori ORIK tadi kepada anggota kelompok 2 selama 5 menit, dan sebaliknya selama 5 menit pula. Topik yang ditanyakan adalah mengenai kisah unik.
Setelah selesai simulasi, buat pertanyaan reflektif kepada peserta, “Apakah Anda memperoleh informasi lebih banyak dari proses tadi? Teknik apa yang Anda gunakan? Apa tantangan yang ditemukan? Jika sudah kembali ke masyarakat, kira-kira bagaimana melakukannya?”
Catat jawaban-jawaban peserta dan mengulasnya satu persatu. Undang juga kepada peserta lain untuk menanggapi.
Lalu lakukan reframing, misal: “fasilitator bertugas untuk membantu kelompok untuk membuat keputusan dan orientasi masa depan kelompok. Karenanya, informasi yang utuh akan membantu memperloleh keputusan atau orientasi yang lebih utuh pula. Keterampilan dasar fasilitator membantu untuk menggali informasi-informasi tersebut secara lebih mendalam...”
5. Tutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan menyampaikan materi yang akan diper-
5’
oleh setelahnya serta korelasi dengan materi kali ini.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
149
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Keterampilan Dasar Fasilitator20
Dalam banyak hal, seringkali seorang fasilitator masih memaksakan pandangannya terhadap kelompok yang difasilitasinya. Hal ini terjadi karena fasilitator merasa lebih banyak memiliki pengalaman daripada kelompok yang difasilitasinya, dikarenakan pengalaman memfasilitasinya di masa lampau dengan berbagai permasalahan serupa. Fasilitator hendaknya menyadari bahwa adakalanya kelompok yang difasilitasi terdiri dari orang-orang yang jauh berpengalaman. Pada saat seperti ini, cara pandang kita sebaiknya dikesampingkan. Lebih penting bagi seorang fasilitator untuk mengeksplorasi ide-ide mereka, dan tetap netral dalam memandu proses kelompok untuk menemukan solusi bersama. Sebagai fasilitator, hendaknya kita menyadari bahwa tugas yang diemban lebih banyak mengeksplorasi, dengan melontarkan berbagai pertanyaan menganalisis untuk menemukenali permasalahan kelompok yang sebenarnya – ketimbang memberikan banyak pandangan-pandangan pribadi.
Seni Bertanya: ORIK Dalam memfasilitasi, kita sebaiknya tidak tergoda untuk memberikan pendapat terhadap suatu masalah yang sedang dibahas dengan peserta. Kita perlu mengetahui pandangan mereka terhadap hal yang sedang dibahas. Sebagai titik awal, kita bisa menggunakan beberapa pertanyaan untuk merinci lebih jauh masalah yang sedang dibahas itu, dan secara perlahan mendorong mereka untuk menganalisis masalah tersebut. Bagaimana caranya? Cara yang paling ampuh adalah dengan memberikan serangkaian pertanyaan secara bertingkat yang sifatnya menggali. Cara ini dikenal sebagai metode ORIK (singkatan dari Obyektif, Reflektif, Interpretatif, dan Keputusan). Ini merupakan cara bertanya dengan mengajukan pertanyaan yang kesulitannya bertingkat. • O - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat obyektif dimaksudkan untuk menanyakan hal-hal yang nyata, menggali fakta atau data, dan biasanya berkaitan dengan indera. Pertanyaanpertanyaan pada tingkat ini biasanyanya dimulai dengan “Apa..., Siapa…, Berapa…, Dimana…”.
20
USAID-LGSP. Op. Cit. Hal 64-70.
150
Menyemarakkan Demokrasi Desa
• R - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif dimaksudkan untuk menggali emosi atau perasaan lawan bicara. Gunanya ditanyakan adalah untuk membuat lawan bicara merasa kita peduli padanya. Contohnya, “Bagian mana yang paling Anda sukai dari...” • I - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat interpretatif dimaksudkan untuk menggali pemahaman, pandangan, dan analisis lawan bicara kita terhadap hal yang sedang dibicarakan. Kita dapat menggalinya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti: “Bagaimana kalau…; Apa yang mungkin terjadi bila…; Seandainya….; Bagaimana kira-kira….” • K - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat keputusan dimaksudkan untuk menyimpulkan pembicaraan. Biasanya dimulai dengan kata-kata seperti: “Jadi; setelah ini….; Kalau begitu kemana ….” Kita mesti pastikan bahwa ketika bertanya, kita tidak memasukkan gagasan-gagasan sendiri. Umpamanya, “Menurut saya, menggunakan X adalah cara terbaik. Bagaimana menurut Anda?”. Bila anda melakukan hal itu, maka yang anda lakukan namanya bukan lagi memfasilitasi, tetapi mem”fasipulasi” (pura-pura memfasilitasi, pada hal sebetulnya memanipulasi).
Seni Menggali Lebih Dalam (Probing) Teknik ini merupakan salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh seorang fasilitator. Teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam lagi dan menjaga agar orang-orang yang berdiskusi untuk tetap berbicara. Di samping itu, teknik probing ini sangat diperlukan untuk menghindarkan diskusi dari kemacetan. Teknik ini akan menunjukkan perbedaan positif diantara kegiatan fasilitasi pada tingkat kualitas dan kedalaman. Misalnya, pada saat kelompok terjebak pada kemacetan atau diskusi yang semakin melebar, maka teknik probing ini dapat digunakan untuk memindahkan diskusi, kepada hal-hal yang lebih detil dan spesifik. Beberapa cara probing untuk membantu kelompok antara lain: • Mencari akar masalah; • Mencerahkan anggota kelompok yang lain; • Mengeksplorasi perhatian atau gagasan; • Mendorong anggota kelompok untuk mengeksplorasi gagasan secara lebih mendalam dan untuk menolong proses berpikir mereka sendiri; • Membuka kelompok agar lebih jujur membagi informasi dan perhatian; • Menaikkan tingkat kepercayaan dalam kelompok; • Membongkar fakta-fakta kunci yang belum keluar; • Meningkatkan kreativitas dan berpikir positif. Komunikasi non verbal juga dapat dilakukan untuk melakukan probing, yaitu antara lain dengan menganggukkan kepala, menjaga kontak mata langsung, dan tetap berdiam diri untuk beberapa saat. Cara-cara ini digunakan untuk menggali lebih dalam lagi pendapat peserta.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
151
Teknik verbal juga dilakukan untuk hal yang sama, misalnya dapat menggunakan kalimat sederhana, “O ya?â€? atau “Hmm‌â€?, tetapi juga bisa saja pertanyaan atau permintaan langsung, seperti “Kenapa begitu?â€?, “Bisa diberikan contoh?â€? Namun, anda harus menggunakan probing ini secara selektif sebagai pembuka jalan saja. Terlalu banyak melakukan probing yang tidak tepat justru akan menimbulkan beberapa hal yang seharusnya dihindari, antara lain: anggota kelompok merasa diinterograsi; anggota kelompok lain merasa menjadi kurang diperhatikan, karena terlalu banyak probing pada salah satu orang; kehilangan netralitas (terutama bila memiliki agenda tersembunyi); dan probing dapat membuat berputar-putar pada satu tempat saja, tidak bisa kemana-mana.
Seni Membuat Ikhtisar (Parafrase) Ini teknik mengulang pendapat dengan menggunakan bahasa anda sendiri. Parafrase sangat berguna untuk memeriksa pemahaman seseorang. Ketika fasilitator mengulang kalimat-kalimat si pembicara, peserta yang lain juga akan saling memeriksa pemahaman mereka atas pendapat peserta yang mengajukan pendapat. Jika anda salah menangkap pesan yang dimaksud, maka anda dapat langsung melakukan perbaikan terhadap kesalahpahaman tersebut. Contoh kalimat parafrase tersebut adalah, “Baik, Supri. Kalau tidak salah Anda tadi mengatakan‌â€?. Anda dapat menggunakan teknik ini untuk menaikkan kesepahaman dalam kelompok, tetapi jangan sampai menggunakan teknik ini untuk memasukkan opini anda sendiri. Juga, hindari kesan bahwa anda berusaha untuk memperbaiki atau menambahkan apa yang telah dikatakan oleh peserta diskusi. Dalam bahasa yang sederhana, parafrase digunakan sebagai penghormatan terhadap orang yang berpendapat, dan sebagai fasilitator anda mendengar langsung dan menghargai apa yang diungkapkan peserta tersebut. Parafrase paling tepat digunakan untuk membantu kalimat-kalimat peserta yang tidak jelas, terlalu abstrak, konsep tidak terang, atau mempunyai terlalu banyak ide. Dalam beberapa kasus, seni membuat ikhstisar ini tidak perlu dilakukan terutama jika anda sudah mencatat input anggota di flipchart atau white board. Hindari memparafrase setiap input orang. Teknik terbaik yang bisa dilakukan adalah mendengar secara aktif dan merekam kata-kata kunci dari pembicara. Beberapa hal yang perlu dipegang sebagai dasar melakukan parafrase antara lain: parafrase hanya untuk memeriksa pemahaman; jangan menggunakan parafrase untuk memperbaiki kalimat-kalimat pembicara; hindari menambah atau mengubah apa yang dikatakan pembicara; jika mungkin gunakan kata-kata si pembicara setepat mungkin; dan parafrase digunakan ketika anda pikir ada anggota kelompok yang tidak mendengar apa yang dikatakan si pembicara.
Seni Mengaitkan Pernyataan dan Komentar Teknik ini seringkali disebut dengan teknik referencing back, yaitu teknik untuk mengkait-kaitkan pernyataan peserta dengan pernyataan peserta yang lain sebelumnya. Ketika peserta pertemuan mengemukakan sebuah
152
Menyemarakkan Demokrasi Desa
pendapat yang mirip dengan komentar yang telah dikatakan sebelumnya, anda bisa mengatakan, “Ini mungkin masih berkaitan dengan pernyataan yang dikatakan Andri tadi. Andri bagaimana pendapat Anda?�.
Referencing back mendorong anggota untuk mengetahui dan membangun di atas salah satu ide yang lain. Teknik ini juga mendorong partisipan untuk mendengarkan satu sama lain. Di samping itu, teknik ini dapat digunakan untuk tidak setuju dan menunjuk perbedaan yang ada di antara pendapat-pendapat peserta. Kadangkala peserta mengulang pembicaraan yang telah ada karena mereka tidak mendengar pendapat yang telah muncul sebelumnya atau ingin mengungkapkan ide tersebut dengan cara yang lain. Dengan mengungkapkan apa yang telah diungkapkan peserta sebelumnya, maka sebenarnya forum pertemuan telah didorong untuk lebih teliti dan menyimak pendapat-pendapat yang telah muncul sebelumnya. Para peserta didorong untuk mendengar lebih teliti dan mengkait-kaitkan komentar-komentar mereka dengan peserta lain. Keuntungan lain yang dapat anda peroleh dari menerapkan referencing back adalah, menunjukkan perhatian anda kepada setiap komentar yang muncul dari peserta. Di samping itu tentu saja hal ini membuktikan bahwa anda mendengarkan dan menyimak secara aktif setiap pendapat yang muncul. Kadangkala, banyak fasilitator atau peserta yang mengabaikan komentar orang lain dan menganggapnya sebagai sebuah komentar yang tidak pernah diungkapkan. Teknik referencing back juga teknik yang bagus untuk menyeimbangkan partisipasi. Sebagai fasilitator anda dapat memilih pendapat dari peserta yang sangat pendiam atau seseorang yang berada dalam posisi yang tidak berkuasa dalam organisasi. Hal ini adalah sebagai cara anda untuk memberi respek dan penghargaan karena telah membagi gagasan.
Seni Mengamati (Observing) Teknik observasi atau pengamatan adalah kemampuan untuk mengamati apa yang sedang terjadi tanpa menghakimi tanda-tanda non verbal seseorang dan kelompok secara obyektif. Hal ini terjadi karena seringkali orang lebih mudah mengembalikan kata-kata dibandingkan dengan perilaku kita. Sebagai fasilitator, pengamatan memberikan peluang bagi anda untuk mengetahui apa yang dipikirkan orang lain tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi juga dari perilakunya. Karena sebenarnya perilaku non verbal dapat mengungkapkan sesuatu pesan secara cukup kuat. Anda bisa mengecek berbagai pendapat bukan hanya pada apa yang dikatakan melainkan juga pada bahasa non verbalnya karena seringkali pendapat juga dipengaruhi oleh bagaimana cara pendapat tersebut diungkapkan. Misalnya untuk tataran individu, anda dapat mengecek pada intonasi suara, gaya komunikasi, ekspresi muka, kontak mata, gerakan tubuh, dan postur tubuh. Sedangkan pada tingkatan kelompok anda dapat mengecek beberapa hal berikut: Siapa mengatakan apa? Siapa melakukan apa? Siapa melihat siapa ketika mengatakan sesuatu? Siapa menghindari terjadinya kontak mata? Siapa duduk di dekat siapa? Bagaimana tingkat energi kelompok? Bagaimana tingkat minat kelompok?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
153
Pengamatan yang baik akan membantu anda untuk mendapatkan gambaran tentang perasaan dan sikap para peserta serta memantau dinamika, proses dan partisipasi kelompok. Karena itu sangat penting bagi seorang fasilitator untuk mengembangkan keterampilan mengamati jenis-jenis komunikasi non-verbal. Sebaiknya anda melakukannya dalam waktu yang singkat tanpa diketahui oleh peserta lain.
Seni Menyimak Banyak fasilitator melewatkan substansi komunikasi “dua arahâ€?, yang sejatinya sangat penting dalam meningkatkan kesepahaman antara berbagai pihak. Keterampilan menyimak adalah keterampilan kunci seorang fasilitator. Hal ini sangat penting bagi seorang fasilitator karena cara anda menyimak akan mempunyai arti yang sangat penting bagi orang yang berbicara dan membantu meningkatkan kualitas komunikasi antara Anda dan orang itu. Di samping itu, fasilitator juga bertanggungjawab untuk meningkatkan kualitas komunikasi dalam kelompok dan membantu anggota kelompok untuk saling menyimak dengan lebih baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak antara lain adalah: • Tunjukkan empati dan minat. Artinya, Anda sedang menyimak. Gunakan bahasa tubuh Anda sebagai pesan bahwa Anda sedang memperhatikan dan mencoba memahami apa yang mereka pikirkan. Perhatikan katakatanya yang utama, jangan banyak bicara untuk menjelaskan opini Anda sendiri, biarkan mereka bebas menyampaikan gagasan yang ada di pikiran. Berikan dukungan secara penuh dengan memberikan focus perhatian kepada orang tersebut dengan cara menganggukkan kepala ataupun dengan kata-kata dukungan. Jangan menyela! • Menyimaklah dengan aktif. Menyimak bukan berarti Anda harus pasif. Anda harus aktif untuk menangkap seluruh pesan yang ingin disampaikan oleh peserta yang berpendapat. Misalnya dengan memperhatikan bentuk tubuh, raut muka dan pilihan bahasa yang digunakan. Gunakan teknik parafrase untuk memastikan bahwa Anda paham. • Menyimak dengan baik lebih sulit dari dugaan kita. Hal ini terjadi karena banyak hal yang ternyata menyebabkan kita menjadi sulit untuk menyimak. Misalnya, karena proses kita berpikir lebih cepat daripada orang berbicara, maka kadang-kadang pada saat seseorang belum selesai berbicara mereka telah menggunakan kemampuannya untuk berpikir hal lain. Atau misalnya, mendadak emosi dan terbakar amarahnya saat mendengar orang lain berpendapat, mendengar dengan melamun, menyimak dengan telinga terbuka tetapi pikiran tertutup, menganggap isu-isu yang diungkapkan terlalu berat sehingga bias dan menyimak dengan serta merta menggoyang keyakinan orang lain.
154
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 5C Membangun Konsesus
Rencana Pembelajaran Materi : Membangun Konsensus Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu menggunakan metode lokakarya (workshop) dalam membangun kesepakatan kelompok
Metode : Ceramah, curah pendapat, simulasi metode lokakarya (workshop) Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, spidol, lakban kertas Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” Apakah sudah makan dan
10’
pertanyaan ringan lainnya yang tujuannya untuk menyapa peserta. Jika memiliki bahan, isi pembukaan sesi dengan permainan atau game (ice breaking, energizer) atau cerita lucu untuk memompa semangat belajar peserta. 2. Jelaskan judul sesi, tujuan, waktu dan metode yang digunakan selama sesi ini. Buka kesem-
5’
patan tanya jawab bila ada hal yang perlu diperjelas. 3. Kemudian ajak peserta melakukan simulasi metode workshop. Topic diskusi adalah mem-
60’
persiapkan perpustakaan desa.
Ajukan pertanyaan, “Apa yang diperlukan untuk membangun perpustakaan desa yang berkualitas?”. Jelaskan maksud pertanyaan, untuk memastikan agar jawaban yang mereka berikan tepat. Lakukan curah pendapat, ajak seluruh peserta untuk berpartisipasi.
Tahap 1: Minta peserta menjawab pertanyaan kunci secara sendiri-sendiri lebih dulu. Setiap orang menyiapkan 2 - 3 jawaban.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
155
Tahap 2: Minta peserta membentuk kelompok tiga-tiga orang. Cara yang paling mudah adalah dengan mengumpulkan 3 peserta yang saling berdekatan. Setiap anggota kelompok menyampaikan jawaban masing-masing kepada kelompoknya, lalu mintalah mereka memilih 4-5 jawaban sebagai hasil kesepakatan kelompok.
Bagikan kertas metaplan @5 buah/kelompok. Jelaskan bahwa setiap kelompok akan diminta menuliskan 5 jawaban terbaik kelompok di kertas metaplan, dengan syarat:
• Satu kartu berisi satu jawaban.
• Jawaban itu haruslah spesifik.
•Menggunakan paling banyak 7 kata.
• Tulisan haruslah besar, sehingga bila ditempelkan di depan kelas, bisa terbaca oleh semua
peserta.
Tahap 3: Kumpulkan metaplan dari setiap kelompok. Bacakan satu persatu metaplan yang Anda kumpulkan, untuk memastikan jawaban-jawaban itu telah memenuhi kelima syarat tadi. Bila sudah memenuhi, tempelkan atau pampangkan secara acak di depan kelas.
Bila ada kartu yang tidak jelas maksudnya, minta penjelasan kepada kelompok yang bersangkutan. Bila ada yang tidak memenuhi syarat penulisan di atas, minta kelompoknya membetulkannya.
Tahap 4: Mintalah peserta mengidentifikasi kartu-kartu yang mempunyai maksud yang sama, dan kelompokkan kartu-kartu itu.
Tahap 5: Minta peserta memberi judul setiap kelompok jawaban di metaplan. Judul itu hendaklah mewakili hal-hal yang tertulis di masing-masing kelompok metaplan.
Dengan kata lain, menjadi topik kelompok jawaban yang tertulis di kartu-kartu itu. Mulailah dengan kelompok yang jumlah kartunya paling banyak. Kemudian, mintalah mereka melengkapi judul-judul atau topik-topik itu menjadi rumusan yang lengkap, untuk menjawab pertanyaan kunci di langkah awal (konteks).
4. Setelah seluruh proses usai, ajukan pertanyaan reflektif: “Apakah hasil dari diskusi ini men-
10’
jawab pertanyaan pertama tadi? Apa yang terjadi pada setiap tahapan tadi? Bagaimana rasanya setelah memperoleh kesepakatan? Apakah semua pihak bisa memahami dan menyetujui atas kesepakatan ini? Bagaimana semua anggota berkontribusi terhadap pelaksanaan kesepakatan tadi?”
156
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Catat jawaban-jawaban peserta dalam bentuk kata-kata kunci. Lalu lakukan reframing dengan merangkai kata-kata kunci. Misal: “bahwa untuk mencapai kesepakatan ada proses penggalian ide dan memperdebatkan ide tersebut. Dalam metode lokakarya ini tensi ketegangan dalam diskusi terjadi pada saat perdebatan untuk mencari lima terbaik�.
5. Tutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan mengajak peserta bertepuk tangan. Jan-
5’
gan lupa sampaikan sesi yang akan diperoleh setelahnya dan keterkaitan dengan sesi kali ini.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
157
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Metode Lokakarya untuk Membangun Konsensus21
Pernahkah Anda melihat sebuah kelompok yang lesu, tidak ada kegiatan apapun, tak berenergi, dan tak punya ide-ide kreatif? Atau sebaliknya, sebuah kelompok dengan energi yang tak terbatas dan kaya dengan ide-ide kreatif tapi tidak termanfaatkan dengan baik, sehingga tidak ada keputusan yang disetujui semua anggota kelompok? Kita juga pernah melihat situasi dimana terjadi diskusi yang tidak terarah untuk mendapatkan keputusan-keputusan praktis, atau anggota kelompok mempertanyakan keputusan yang telah dibuat, atau lebih parah lagi, diskusi berlangsung alot karena keterbatasan pengetahuan kelompok. Dalam situasi-situasi seperti itu, diperlukan metode yang tepat untuk membangun partisipasi setiap peserta dalam kelompok untuk mencapai tujuan, metode yang memungkinkan kelompok untuk menyaring ide-ide yang mengarah ke pencapaian tujuan bersama, metode yang akan menghasilkan konsensus praktis. Metode yang dimaksud adalah metode lokakarya. Lokakarya di sini maksudnya bukanlah sebuah kegiatan, tetapi nama sebuah metode. Metode lokakarya memberi kita proses yang: • Memungkinkan semua anggota kelompok untuk ikut serta dan berpartisipasi; • Membangkitkan kreativitas dan energi dalam waktu yang singkat; • Menyaring pemikiran terintegrasi bersama; • Membangun konsensus kelompok dengan praktis; • Memfasilitasi formulasi penyelesaian masalah dan isu secara inovatif dan kreatif; • Menanamkan kepada kelompok rasa ikut memiliki dan tanggung jawab yang kuat. Metode lokakarya berjalan menyerupai cara kita mengatur tugas-tugas yang harus kita selesaikan pada satu hari kerja. Sebagaimana orang kebanyakan, pada saat sampai ke kantor kita bertanya pada diri kita sendiri apa yang harus kita selesaikan hari ini. Yang pertama-tama kita lakukan saat kita sampai ke kantor, adalah membuat daftar apa yang harus kita kerjakan, biasanya daftar acak berisi tugas-tugas ringan dan atau berat.
21
USAID-LGSP. Op. Cit. Hal 72-75.
158
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Langkah selanjutnya adalah memilah-milah daftar ini dan mengelompokkan tugas-tugas yang mirip, siapa yang harus ditelepon, rapat dan konsultasi yang harus dihadiri, memo-memo dan surat-surat yang harus dibuat dan laporan-laporan proyek yang harus diselesaikan. Setelah daftar “tugas” awal telah dikelompokkan, kemudian kita evaluasi mana yang harus diprioritaskan pada hari itu. Dengan prioritas yang telah dibuat untuk hari itu, maka akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memiliki hari yang produktif. Jika ada tugas lain yang harus dikerjakan, pastikan bahwa tugas-tugas prioritas tidak akan dikalahkan dan malah mengerjakan tugas yang berada dalam kelompok ‘kurang’ prioritas pada daftar “tugas” hari itu. Proses pengorganisasian tugas sehari-hari dapat juga diterapkan pada proses berpikir kelompok. Kelompok mungkin akan memulai dengan mendefinisikan apa yang perlu dilakukan. Ide dan saran dapat diperoleh dari anggota kelompok, yang dapat mereka atur dan prioritaskan secara langsung sebagai respon terhadap apapun yang telah mereka tentukan. Metode lokakarya-lah yang akan membantu proses ini terlaksana.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
159
PANDUAN SESI - 6C
Mengelola Dinamika Kelompok Rencana Pembelajaran Materi : Mengelola Dinamika Kelompok Tujuan : Pada akhir sesi, peserta …
Mampu memahami berbagai karakter peserta dalam pertemuan, dan memahami bagaimana cara mengatasinya.
Metode : Ceramah, curah pendapat, simulasi metode lokakarya Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, lakban kertas Waktu : 120’ (2 Jam)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” Apakah sudah makan dan
10’
pertanyaan ringan lainnya yang tujuannya untuk menyapa peserta. Jika memiliki bahan, isi pembukaan sesi dengan permainan atau game (ice breaking, energizer) atau cerita lucu untuk memompa semangat belajar peserta. 2. Jelaskan judul sesi, tujuan, waktu dan metode yang digunakan selama sesi ini. Buka per-
10’
cakapan tanya jawab dengan peserta, bila ada hal yang perlu diperjelas. 3. Ajak peserta untuk bermain peran. Bagi peserta dalam dua kelompok besar. Edarkan am-
90’
plop yang didalamnya adalah peran-peran yang mewakili berbagai karakter peserta dalam pertemuan (lihat lembar penugasan).
Peserta yang mendapat peran sebagai fasilitator dari kelompok 1, memfasilitasi kelompok 2 dan sebaliknya. Setiap kelompok dipersilakan untuk menentukan tema dan setting yang menantang fasilitator.
Berikan waktu 15 menit untuk setiap kelompok memfasilitasi. Kelompok lain diminta untuk mengamati fasilitator dalam mengelola kelompok.
160
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Setelah selesai simulasi, sampaikan pertanyaan, “Bagamana fasilitator tadi mengelola dinamika peserta?” Catat dan bahas satu per satu jawaban peserta. Lalu sampaikan berbagai tipe peserta dalam fasilitasi dan tips bagaimana mengatasinya. Tampilkan pada slide presentasi.
4. Lalu, tayangkan video yang memperlihatkan bagaimana dinamika kelompok. Ajak peserta untuk mengambil pelajaran dari video tersebut dengan menyampaikan pertanyaan “bagaimana fasilitator menangani dinamika kelompok pada tayangan video tadi?”
Catat dan bahas satu per satu jawaban peserta. Lalu bantu peserta membingkai ulang (re-
framing). Misal: “dinamika kelompok perlu diamati untuk memaksimalkan tujuan kelompok bisa tercapai...” 5. Tutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan ajak peserta tepuk tangan. Jangan lupa
10’
menyampaikan materi yang akan diperoleh setelahnya serta korelasi dengan materi kali ini.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
161
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran (Role Play) bagi Fasilitator Anda adalah seorang fasilitator bagi suatu kelompok penduduk desa, dimana anda sudah menentukan skala prioritas bersama kelompok tersebut. Topik yang dipilih adalah bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga untuk desa mereka. Pertemuan yang akan anda adakan dilakukan untuk memfasilitasi para penduduk desa bagaimana merancang sebuah eksperimen dengan mereka. Kegiatan berikut ini adalah apa yang ingin anda capai selama 30 menit terakhir: 1. Bagikan satu atau dua kasus mengenai sejarah eksperimen/pengamatan dari pengelolaan sampah yang dilakukan kelompok, sambil membahas bagaimana mereka melakukan eksperimen tersebut dan bagaimana mereka melakukan hal tersebut. 2. Mulailah diskusi untuk menentukan pokok-pokok berikut ini: • Merancang eksperimen: model pengelolaan sampah mana yang akan digunakan? Apa yang ingin kita pelajari? Apa yang akan diuji coba? • Implementasi: Dimana kita mencobanya? Kapan waktu yang paling baik? Masukan apa yang kita perlukan? • Monitoring dan evaluasi: Informasi apa yang perlu kita kumpulkan? Bagaimana kita mengumpulkannya? Apa yang akan kita lakukan dan kapan ?
162
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Dominator
Anda telah memobilisasi sekelompok penduduk desa untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di RT atau lingkungannya. Karena anda seorang ahli pembuat komposter di desa itu, anda mengetahui paling banyak mengenai pengelolaan sampah. Anda sudah memikirkan beberapa eksperimen dimana anda akan meminta penduduk desa untuk melakukannya. Selama pertemuan yang terakhir anda sadar bahwa fasilitator tidak mengetahui apapun mengenai pengelolaan sampah. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen untuk kelompok. Karena anda seorang ahli dalam bidang itu, anda akan mengambil alih hal itu dari fasilitator dan memanipulasi kelompok supaya setuju dengan pendapat anda.
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran (Role Play) bagi Fasilitator Anda adalah bagian dari penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda memutuskan untuk bergabung dengan kelompok karena anda adalah seorang seniman di desa tersebut dan anda mempunyai minat khusus untuk menggunakan produk daur ulang untuk kegiatan pertunjukkan seni anda. Selama 30 menit terakhir, fasilitator mempunyai minat khusus atas tumbuhan khusus ini. Anda ingin agar jenis sampah-sampah tertentu masuk dalam eksperimen.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
163
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Inisiator
Anda merupakan bagian dari kelompok penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah tangga di desa. Anda memutuskan untuk bergabung dengan kelompok tersebut karena anda tertarik untuk menjadi pengepul daur ulang. Selama 30 menit kedepan fasilitator akan mencoba merancang eksperimen dengan kelompok. Karena anda tahu nilai pasar dari sebagian besar produk daur ulang, anda ingin membagikan informasi dengan kelompok, sehingga mereka menerima ide anda untuk hanya memilih jenis sampah tertentu yang nilai jualnya baik dalam eksperimen tersebut.
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Agresor
Anda adalah isteri dari kepala desa. Anda memutuskan untuk bergabung dalam kelompok penduduk desa (yang ingin meningkatkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda) hanya karena anda mendengar bahwa para laki-laki sangat mendominasi pertemuan yang terakhir. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen dengan kelompok. Anda ingin agar suara perempuan benar-benar didengarkan oleh kelompok. Anda akan benar-benar menentang laki-laki yang mempunyai pendapat lain.
164
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Orang yang Mempunyai Kepentingan Lain
Petunjuk role-play untuk orang yang mempunyai kepentingan lain (topic jumper). Anda adalah bagian dari penduduk desa yang sudah memutuskan untuk meningkatkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda bergabung dalam kelompok karena anda tertarik dalam meningkatkan produksi sayuran di pekarangan. Tetapi, pada pertemuan yang terakhir yang tidak anda hadiri, orang-orang yang dominan dalam kelompok menyetir keputusan menjadi hanya untuk pengelolaan sampah rumah tangga. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen untuk kelompok. Yang ingin anda lakukan selama pertemuan adalah meyakinkan fasilitator untuk mengerti bahwa mayoritas kelompok tidak tertarik dengan pengelolaan sampah. Anda akan terus menerus mencoba mengubah subyek pembicaraan ke arah budidaya sayuran di pekarangan. Apabila tidak berhasil, anda akan bosan mendengarkan semua argumentasi, sambilterus melakukan interupsi dalam diskusi tersebut.
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Orang yang Suka Menarik Diri
Anda adalah bagian dari kelompok penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda sebenarnya tidak ingin bergabung dengan kelompok ini, tetapi ayah anda, yang sibuk, meminta anda untuk datang. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen dengan kelompok. Karena anda tidak berminat dengan apa yang sedang berlangsung, anda tidak mengambil bagian dalam diskusi. Anda akan menunjukkan ketidakberminatan anda dengan bicara kepada teman di sebelah anda/tetangga anda mengenai masalah lain, dengan membaca majalah atau surat kabar, dengan tertidur atau apa saja yang ingin anda perbuat.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
165
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Pemberi Opini
Anda adalah bagian dari kelompok penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda memutuskan bergabung dalam kelompok itu, karena anda sering mengumpulkan sampah yang anda jual kepada pengepul sampah keliling. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen dengan kelompok. Karena anda tahu dimana bagaimana teknik memilah, memilih dan mengemas/packing sampah, anda ingin membagikan informasi tersebut dengan kelompok.
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Penghambat (Blocker)
Anda adalah bagian dari kelompok penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda bergabung dengan kelompok tersebut karena anda tertarik untuk meningkatkan produksi kayu bakar. Tetapi, pada pertemuan yang terakhir yang tidak anda hadiri, orang-orang yang dominan dalam kelompok menyetir keputusan menjadi hanya kegiatan mengelola sampah rumah tangga. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen untuk kelompok. Yang ingin anda lakukan selama pertemuan adalah meyakinkan fasilitator agar mengerti bahwa mayoritas kelompok tidak tertarik dengan pengelolaan sampah rumah tangga.
166
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk yang Cari atau Gila Hormat (Recognition Seeker)
Anda adalah bagian dari kelompok penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda adalah penduduk desa yang paling terpelajar di dalam kelompok. Sejak pertemuan yang pertama anda sangat jengkel karena fasilitator mendengarkan lebih banyak kepada kelompok yang tidak berpendidikan daripada kepada anda. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen untuk kelompok. Saat ini anda ingin bahwa fasilitator benar-benar mendengarkan anda.
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Play Boy
Anda adalah bagian dari kelompok penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda mengikuti pertemuan ini karena anda ingin menikmati makan siang yang disajikan di akhir pertemuan dan berbincang-bincang dengan lawan jenis yang hadir di pertemuan. Anda merasa bahwa peserta lain terlalu serius dan membosankan. Selama 30 menit kedepan, fasilitator akan mencoba merancang eksperimen untuk kelompok. Karena anda tidak benar-benar peduli dengan apa yang diputuskan, anda mencoba menghidupkan pertemuan dengan lelucon dan cerita.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
167
Permainan Peran:
Petunjuk Bermain Peran untuk Penjaga Keseimbangan (Harmonizer)
Anda adalah bagian dari kelompok penduduk desa yang sudah memutuskan untuk mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga di desa anda. Anda memutuskan untuk mengikuti pertemuan karena anda suka mendapatkan gagasan baru dan belajar bersama. Anda merasa sedih karena ada begitu banyak ketegangan dalam kelompok. Anda merasa sulit berpartisipasi dalam suasana yang seperti itu. Selama 30 menit terakhir fasilitator akan mencoba merancang eksperimen dengan kelompok. Anda tidak suka adanya perdebatan atau ketidakhormisan, jadi anda berusaha untuk menjaga suasana damai.
168
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Lembar Bacaan Peserta (Handout):
Proses Perkembangan Kelompok22
Perkembangan setiap kelompok tidak selalu sama antara yang satu dengan yang lain, begitu juga dinamikanya. Namun ada tahap-tahap tertentu yang biasanya dilalui setiap kelompok ketika berproses. Sebagai seorang fasilitator, Anda perlu mengetahui tahap-tahap perkembangan kelompok ini agar Anda dapat menentukan pendekatan dan metode yang tepat dalam memfasilitasi mereka. Tahap-tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Forming Tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Mungkin ada yang mengikuti pertemuan karena penugasan. Mungkin ada beberapa peserta yang masih diliputi perasaan keraguan dan was-was. Apakah saya akan bisa cocok dengan yang lain? Sebagai fasilitator Anda harus dapat memastikan agar mereka merasa nyaman. Berikan perhatian secara khusus kepada peserta. Beri waktu kepada mereka untuk saling berkenalan dan Anda juga bisa gunakan permainan atau icebreaker.
Informing Tahap penjelasan di mana anggota kelompok diberi penjelasan tentang tujuan dari tugas yang akan dilakukan. Ada interaksi antar anggota karena mereka sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama. Sebagai fasilitator Anda dapat mencari titik pijak yang sama, dan membentuk sendiri visi, misi serta tujuan kelompok. Gunakan kegiatan-kegiatan pengenalan dan agenda yang jelas.
Storming Pada tahapan ini adalah dimulainya membangun peran di antara masing-masing peserta. Tahapan ini adalah sebuah fase yang sangat penting karena sangat mungkin dalam tahapan ini akan terjadi tarik menarik, uji coba dan bahkan terjadinya konflik. Benturan antar pribadi sangat mungkin akan terjadi, bahkan benturan dengan pemimpin kelompok. Sebagai fasilitator, anda harus memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Kembangkan dan gunakan teknik-teknik fasilitasi, serta ingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan terjadinya keterbukaan dan keinginan untuk mengatasi konflik.
Norming Tahapan ini adalah fase stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur ditetapkan dan diterima. Identitas peran disepakati bersama dan tercipta suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disetujui bersama. Sebagai fasilitator, anda harus memberikan bantuan dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma dan serahkan kembali tanggung jawab kepada kelompok.
22
USAID-LGSP. Op. Cit. Hal 78-85.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
169
Mourning Anda telah memasuki tahap akhir. Dalam tahapan ini tugas sudah selesai dikerjakan, dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi sudah berakhir. Ada rasa sedih dan anggota mulai memikirkan tugas lain. Sebagai fasilitator Anda perlu untuk mempersiapkan peserta agar bisa menghadapi transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ritual perpisahan, baik secara individu maupun sebagai kelompok. Gunakan beberapa metode umpan balik akhir.
Transforming Pada tahap ini tim menjadi dinamis dan tidak statis karena pembentukan kelompok sudah terjadi. Mulai ada perubahan baik di masing-masing anggota maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai fasilitator, anda dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya pada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian tetapi jaga agar tidak berlebihan.
Setiap Kelompok Selalu Memiliki Dinamika Sendiri Fasilitator sebaiknya dapat berperan sebagai penyeimbang (balancing), agar dinamika kelompok dapat mencapai hasil yang diinginkan (performing). Untuk membuat dinamika kelompok seimbang, fasilitator perlu melakukan kombinasi berbagai teknik fasilitasi seperti: menyimak, mengamati, bertanya, probing, menyimpulkan, mengelola perbedaan pendapat, memberikan semangat (encouraging) dan lain-lain. Beberapa kiat yang dapat membantu fasilitator membangun kelompok, antara lain: belajar memahami sebanyak mungkin karakter dan sifat-sifat individu ketika ia menjadi anggota kelompok; membentuk kelompok diskusi yang benar-benar kecil dan memungkinkan semua menyumbangkan pikiran dengan aman; dan jangan malu meminta bantuan orang di luar kelompok, jika memang diperlukan. Paling penting adalah manfaatkan pendukung anda!
Efektivitas Kelompok Sebagai fasilitator, anda diharapkan selalu bisa memantau proses efektivitas kelompok, mengidentifikasi faktorfaktor dan elemen apa yang bisa membantu proses kelompok untuk menjadi lebih efektif, dan memastikan saat-saat dimana diperlukan untuk melakukan intervensi. Anda bisa memulainya dengan mengidentifikasi tiga kriteria efektivitas kelompok (Hackman dalam Schwarz, 2002): 1. Performance : Pelayanan yang diberikan oleh seorang fasilitator untuk membantu kelompok memenuhi penilaian standar kinerja yang diharapkan oleh kelompok yang menerima, menggunakan ataupun melakukan kajian terhadap hal tersebut 2. Process : Proses dan struktur yang digunakan dalam memfasilitasi kelompok memungkinkan untuk terjadinya kerjasama, dan saling belajar di antara anggota kelompok. 3. Personal : Pengalaman dalam dinamika kelompok berkontribusi dalam perkembangan dan kecakapan menjadi anggota kelompok.
170
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Ketiga faktor diatas, memberikan kontribusi terhadap efektivitas kelompok, baik dari segi proses, struktur maupun konteks kelompok. Fasilitator mempunyai tugas yang berat untuk meningkatkan efektivitas kelompok. Fasilitator harus mampu masuk dalam perkembangan dinamika kelompok, termasuk didalam perubahan proses, struktur dan konteks kelompok. Selain itu, fasilitator juga harus menumbuhkan tanggung jawab dan akuntabilitas dalam proses berbagi dan berdiskusi di kelompok.
Tantangan bagi Individual, Kelompok dan Organisasi Tiap fasilitator pasti selalu menghadapi berbagai hal baru dan tantangan dalam menjalankan pekerjaannya. Berbagai hal ini akan memperkaya pengalamannya dalam dunia kefasilitasian. Bagi seorang fasilitator, menjadi sebuah keharusan yang tak terhindarkan untuk mampu mengatasi berbagai tantangan tersebut, dengan membuat sebuah proses yang memungkinkan terjadinya interaksi kelompok. Beberapa tantangan tersebut dapat dibedakan menjadi tantangan individual ataupun tantangan kelompok/organisasi.
Teori Permata Sebagai seorang fasilitator, anda juga perlu mengetahui bagaimana dinamika proses pengambilan keputusan dalam kelompok. Para peserta pertemuan biasanya mempunyai tujuan, keinginan dan pendapat yang berbedabeda, dan semuanya berupaya mencapai tujuan terbaiknya, terutama saat harus memecahkan perkara sulit. Dalam keadaan seperti itu, proses pengambilan keputusan akan berlangsung sangat dinamis. Banyak fasilitator yang meremehkan keadaan seperti itu, dan menganggap enteng situasi dimana masalah yang sulit harus dipecahkan. Akibatnya, kelompok seringkali berdiskusi dengan “cara biasa�, dan hasilnyapun akan biasa-biasa saja. Ide atau solusi yang dihasilkan kedengaran cukup memuaskan pada saat diskusi, tetapi kemudian gagal diimplementasikan karena sebetulnya yang dicapai adalah hasil yang semu, atau yang “yaaah..., begitulah..�. Untuk memandu proses dalam situasi seperti itu, seorang fasilitator hendaknya memahami Teori Permata. Teori Permata menggambarkan proses pengambilan keputusan dalam kelompok, digambarkan dalam tiga zona berpikir, yakni: zona divergen (berpikir terbuka), zona sulit (berargumentasi), dan zona konvergen (berpikir mengerucut). Teori ini dikembangkan oleh Sarah Fisk, Duane Berger dkk dalam buku mereka Facilitator’s Guide
to Participatory Decision Making (2007).
Tiga Zona Penting Zona divergen adalah tahap di mana anggota kelompok saling berbagi pendapat. Tugas fasilitator di tahap ini adalah menggali ide atau gagasan peserta sebanyak-banyaknya, dan untuk itu perlu menggunakan metode yang sesuai, seperti curah pendapat (brainstorming) atau peta pikiran.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
171
Zona sulit adalah saat ketika peserta berbeda pendapat dan berargumentasi. Suasana diskusi di tahap ini bisa menjadi ramai, juga bisa membingungkan. Tugas fasilitator pada tahap ini adalah mendukung anggota kelompok untuk saling berbagi dan mungkin melakukan modifikasi perspektif mereka agar bisa saling memahami. Cara paling mudah untuk membantu kelompok saling memahami perspektif masing-masing adalah dengan membuat mereka merasakan berada dalam posisi orang lain. Ini dapat dilakukan, misalnya, dengan mendorong mereka untuk bertanya langsung dan mendengarkan jawaban yang disampaikan. Di zona konvergen, gagasan dikerucutkan dan dipilah-pilah, serta diputuskan. Tugas utama anda sebagai fasilitator adalah membantu kelompok melakukan eksplorasi alternatif, dan membuat sintesis yang menjadi solusi yang dapat diterima semua orang. Ini kedengarannya jauh lebih mudah dari kenyataan.
172
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 7C
Merancang Fasilitasi Pertemuan di Desa Rencana Pembelajaran Materi : Merancang Fasilitasi Pertemuan di Desa Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu memahami desain menyusun aksi fasilitasi bersama. Mampu merumuskan desain aksi bersama. .
Metode : Ceramah, curah pendapat, diskusi kelompok Alat Bantu Belajar : Kertas plano, spidol, papan flipchart, lakban kertas Waktu : 120’ (2 Jam)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” Apakah sudah makan dan
10’
pertanyaan ringan lainnya yang tujuannya untuk menyapa peserta. Jika memiliki bahan, isi pembukaan sesi dengan permainan atau game (ice breaking, energizer) atau cerita lucu untuk memompa semangat belajar peserta. 2. Jelaskan judul sesi, tujuan, waktu dan metode yang digunakan selama sesi ini. Buka per-
10’
cakapan tanya jawab dengan peserta, bila ada hal yang perlu diperjelas. 3. Bagi peserta berdasarkan asal desa/organisasi masing-masing. Ajukan pertanyaan: “Apa
45’
kegiatan di desa anda yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat? Mengapa?” Setelah masing-masing perwakilan desa menjawab, maka minta kepada peserta untuk menjawab pertanyaan berikut: • Apa kegiatan yang akan diadakan? • Mengapa perlu diadakan? • Kapan akan diadakan? • Dimana akan diadakan?
• Siapa saja yang akan terlibat (siapa pesertanya, siapa yang menjadi pelaksananya)? • Apa asumsi para pelaksana ini (peserta pelatihan anda) tentang hal-hal yang akan mempengaruhi pelaksanaannya nanti?
Menyemarakkan Demokrasi Desa
173
Minta peserta untuk merumuskan kegiatan masing-masing desa dengan menggunakan formulir berikut:
Peluang
Kondisi Saat Ini
Tujuan Akhir
Hasil & Indikator
Berikan waktu 15 menit kelompok untuk bekerja. Lakukan pendampingan pada kelompok untuk memastikan perintah penugasan dapat dipahami dengan baik.
Setelah itu, undang setiap kelompok untuk presentasi hasil kerja kelompok. Ajak kelompok lain untuk memberikan masukan bagi kesempurnaan hasil kerja dari kelompok.
4. Minta peserta kembali ke masing-masing kelompok dan mendiskusikan lanjutan kerja kelom-
45’
poknya pada matrik berikut:
Pilih 1-2 topik kegiatan yang ada, terkait fasilitasi pertemuan di desa. Lalu, minta peserta menuliskan langkah-langkah fasilitasi dari pembukaan sesi, diskusi hingga penutupan sesi. (lihat tabel di bawah ini)
Judul Kegiatan
: .........................................................
Total Waktu
: .........................................................
Alat yang Dibutuhkan : .........................................................
Waktu
174
Langkah-langkah Fasilitasi
Metode
Pelaksana
Alat Bantu
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Berikan waktu 30 menit kelompok untuk bekerja. Lakukan pendampingan pada kelompok untuk memastikan perintah penugasan dapat dipahami dengan baik.
Setelah itu, ajak peserta untuk melakukan pembahasan hasil diskusi kelompok dengan metode world cafe. • Tempel hasil diskusi kelompok di dinding belajar, berurutan sesuai dengan arah
jarum jam, untuk memudahkan proses berkeliling atau tahap penyerbukan. Minta satu orang @kelompok sebagai penjaga cafe, bertugas memberi penjelasan singkat. • Minta anggota kelompok untuk berkunjung ke kelompok lain untuk mendengarkan penjelasan, minta konfirmasi bila tidak jelas, beri masukan untuk kesempurnaan hasil kelompok dengan cara menulis di kertas sticknote dan tempelkan di kertas kerja kelompok yang dikunjungi. Berikan waktu berkunjung @5 menit. • Setelah selesai, minta kelompok untuk mendiskusikan masukan kelompok lain, dan sampaikan ke diskusi pleno.
Beri apresiasi setiap hasil kerja kelompok dan memberikan semangat dan dukungan untuk dapat mengimplementasikan rencana tersebut
5. Tutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan ajak peserta tepuk tangan. Jangan lupa
10’
menyampaikan materi yang akan diperoleh setelahnya serta korelasi dengan materi kali ini.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
175
PANDUAN SESI - 8C Praktek Fasilitasi
Rencana Pembelajaran Materi : Praktek Fasilitasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu memfasilitasi pertemuan desa.
Metode : Simulasi praktek, curah pendapat Alat Bantu Belajar : Slide presentasi, layar proyektor dan laptop, kertas plano, spidol, pewarna krayon, spidol kecil, lakban kertas, metaplan.
Waktu : 225’ (3 jam 45 menit)
Langkah-langkah : 1. Bukalah sesi dengan ucapan salam dan sampaikan judul sesi, tujuan sesi, metode dan wak-
5’
tu dibutuhkan. 2. Ajak dahulu peserta meneriakkan yel-yel dan gerakan tangan:
Aku tahu sadar dan siap melakukan 2X
Aku tahu sadar siap, siap sadar tahu
Aku tahu sadar dan siap melakukan
15’
• tahu: gerakan tangan memegang kepala, • sadar: gerakan tangan memegang dada sebelah kiri, • siap: gerakan tangan sejajar dengan kaki seperti posisi siap dalam baris berbaris, • melakukan: gerakan kaki menghentak dua kali. 3. Mintalah peserta untuk berpasang-pasangan (bisa sesuai dengan asal desa/organisasi). Ajak
20’
peserta memilih topik bahasan 7C, rencana fasilitasi pertemuan desa yang disukai. Lalu sampaikan penugasan: “Mainkan simulasi praktek fasilitasi pertemuan desa, dalam waktu 15 menit !” Bagilah peran siapa yang bertugas sebagai fasilitator dan co.fasilitator.
176
Menyemarakkan Demokrasi Desa
• Ketika satu kelompok maju berperan sebagai fasilitator pertemuan, maka peserta lain berperan sebagai anggota pertemuan di desa. Sementara konteks peserta seperti: gender, tingkat pendidikan, pekerjaan dll ditentukan oleh kelompok yang tampil. Misal: fasilitasi pertemuan kelompok wanita tani sayuran di desa, rata-rata berpendidikan SMP.
Berikan kesempatan 15 menit bagi kelompok untuk mempersiapkan fasilitasinya. Lakukan pendampingan kelompok agar penugasan yang diberikan dapat dipahami secara baik oleh peserta.
4. Setelah persiapan selesai, undang satu persatu kelompok untuk mempraktekkan simulasi
210’
fasilitasi pertemuan di desa @15 menit. Setiap selesai satu kelompok praktek fasilitasi, ajukan pertanyaan reflektif: • Kelompok yang tampil: Apa perasaan Anda setelah mempraktekkan simulasi fasilitasi di depan? Apakah sudah sudah sesuai dengan rencana fasilitasi yang disusun? Apakah peserta lain sudah berperan sesuai yang diharapkan? • Peserta kelompok lainnya: Apa hal yang telah baik dimainkan oleh kelompok yang tampil tadi? Apa hal yang perlu diperbaiki sehingga penampilan kelompok tadi bisa sempurna?
Catatlah setiap jawaban peserta, mintalah klarifikasi terhadap jawaban-jawaban yang tidak jelas. Mintalah contoh praktek terhadap masukan terhadap kelompok lain, agar tidak sekedar asal kritik.
Berbagilah tips-tips sederhana untuk membantu peserta mengatasi keadaan yang sulit sewaktu memfasilitasi. Begitu seterusnya hingga semua kelompok selesai melakukan simulasi praktek fasilitasi.
5. Diakhir sesi, ajukan kembali pertanyaan reflektif: “Apakah praktek tadi mungkin dilaksanakan
5’
di desa ? Bagaimana cara memulainya? Siapa yang akan memulainya? Apakah kita semua siap melakukannya?”
Catatlah jawaban peserta dalam kertas plano dan mengulasnya, temukan kata-kata kunci dari hasil jawaban peserta. Lakukan reframing, misal: “Partisipasi masyarakat dalam berbagai proses pembangunan di desa mungkin bisa dilakukan jika mempergunakan metodemetode yang sudah kita pelajari bersama ...”
6. Tutup sesi praktek mengelola partisipasi masyarakat desa dengan merayakan bersama, misal: bernyanyi lagu atau tepuk tangan yang meriah. Hantarkan peserta ke sesi berikutnya, yakni menyusun RTL, langkah awal untuk melaksanakan proses partisipasi di Desa …
Menyemarakkan Demokrasi Desa
177
BUKU D
Seni Kesempurnaan Pelatihan
1. Panduan Sesi Membina Suasana Pelatihan
2. Panduan Sesi
3. Panduan Sesi
Pre-Test Pelatihan
Review dan Preview Pelatihan
178
Menyemarakkan Demokrasi Desa
BUKU D : Daftar Isi 1D. Panduan Sesi Pembukaan Pelatihan
178
6D. Panduan Sesi Post-test Pelatihan 188
2D. Panduan Sesi Bina Suasana
180
7D. Panduan Sesi Evaluasi Akhir Pelatihan
190
3D. Panduan Sesi Pre-test Pelatihan 182
8D. Panduan Sesi Penutupan Pelatihan
191
4D. Panduan Sesi Review dan Preview 184 5D. Panduan Sesi Barometer Mood atau Mood Meter
barometer Mood
187
Referensi 192
4. Panduan Sesi Barometer Mood
5. Panduan Sesi
6. Panduan Sesi
Post-Test Pelatihan
Evaluasi dan Penutupan
Menyemarakkan Demokrasi Desa
179
PANDUAN SESI - 1D Pembukaan Pelatihan
Rencana Pembelajaran Materi : Praktek Fasilitasi Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu memahami maksud dan tujuan diselenggarakannya pelatihan. Mampu memahami gambaran umum proses pelatihan.
Metode : Ceramah Alat Bantu Belajar : LCD proyektor, video musik lagu Desaku (ciptaan L. Manik), kertas plano, papan flipchart, spidol, speaker aktif
Waktu : 30’ (30 menit)
Langkah-langkah : 1. Awali pembukaan sesi dengan salam dan ucapan, “apa kabar?” atau ungkapan lain yang
10’
tujuannya untuk menyapa peserta.
Berikan waktu untuk acara sambutan-sambutan. Salah satunya, dari ketua panitia yang menyampaikan kerangka acuan pelatihan seperti: peserta yang diundang, penyelenggara kegiatan, waktu yang disediakan dan lain-lain.
2. Selanjutnya, siapkan speaker aktive dan LCD Proyektor. Ajak peserta untuk menyanyikan
15’
bersama-sama lagu Desaku ciptaan L. Manik. Iringi dengan video musik Lagu Desaku.
Desaku yang kucinta Pujaan hatiku Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku
Tak mudah ku lupakan
Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan
Desaku yang permai
180
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Selesai lagu dinyanyikan, ajukan pertanyaan reflektif: “Sebutkan satu kata yang menggetarkan hati Anda, dari syair lagu Desaku !�. Lakukan curah pendapat, cukup 4-6 orang saja. Catat di kertas plano dan minta peserta untuk memberi penjelasan mengapa memilih satu kata tersebut. Lalu, berikan reframing yang mempesona.
3. Dan sampaikan bahwa untuk suasana pembelajaran yang efektif, perlu diciptakan semenjak
5’
awal. Oleh karena itu, mari kita masuk pada sesi berikutnya, yaitu, bina suasana. Catatan : • Fasilitator dapat membacakan puisi untuk menyentuh emosi peserta pada saat lagu tersebut dinyanyikan.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
181
PANDUAN SESI - 2D Bina Suasana Pelatihan
Rencana Pembelajaran Materi : Bina Suasana Pelatihan Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Dapat menciptakan suasana akrab, penuh kebersamaan antara peserta dan peserta, fasilitator dan peserta. Mampu menyelaraskan harapan antara peserta, panitia dan fasilitator terkait kegiatan pelatihan. Membangun komitmen/kesepakatan peserta, panitia dan fasilitator mengenai waktu, tata tertib dan alur proses pelatihan.
Metode : Ceramah, Permainan “Bola Berkawan”, Alat Bantu Belajar : Kertas plano, kertas metaplan, spidol, slide presentasi, lakban kertas, flipchart, bola kertas atau plastik.
Waktu : 90’ (1 jam 30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Ajak peserta untuk menyerukan yel-
5’
yel. Yel-yelnya diberi nama “YA, YUK, YES”. Jelaskan cara bermainnya dengan memberikan instruksi gerakannya, sebagai berikut: • “YA” dengan gerakan tangan yang memperlihatkan jari jempol mengayun ke
depan. • “YUK” dengan membuka jari-jari tangan lalu diayun ke belakang. • “YES” dengan gerakan mengepalkan jari-jari di kedua tangan dan diayun ke depan.
Cek pemahaman peserta dengan mencoba gerakan satu per satu dan berurutan dari “YA”, “YUK” dan “YES”. Setelah paham, fasilitator memberi instruksi dengan gerakan tangan dan meminta peserta menirukan gerakan dan melafalkan kata-katanya.
182
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Mulai dengan berurutan “YA”, YUK” dan “YES”, lalu dibuat variasi urutannya “YES”, “YA”, “YUK”; “YA”, “YUK”, “YES”; “YES”, “YES”, “YES”, dst atau dengan memperlambat gerakan maka lafalnya juga harus diperlambat, misal “YAAAAAAA” atau “YUUUUUK” atau sebaliknya.
2. Perkenalkan diri secara singkat (nama lengkap, nama panggilan dan asal lembaga).
5’
3. Ajak peserta berkenalan dengan permainan “Bola Berkawan”. Minta seluruh peserta untuk
30’
membentuk lingkaran besar. Ajak peserta untuk berkenalan dengan orang yang ada di sebelah kanannya.
Setelah itu dengan bantuan sebuah bola, fasilitator berkenalan dengan peserta pertama dengan menyerahkan bola tersebut sambil memperkenalkan diri seperti: nama, asal organisasi dan harapan terhadap desa.
Lalu peserta tersebut mengucapkan “terima kasih teman”, dan menyebutkan nama, asal organisasi, harapan terhadap desa dari teman sebelumnya. Kemudian mengenalkan diri sendiri dan memberikan bolanya kepada orang yang ada di sebelah kanannya. Begitu seterusnya hingga peserta terakhir.
Peserta terakhir yang mendapat tugas menyebutkan seluruh nama peserta, diminta membuka isi bola dan mengambil hadiah yang ada didalamnya.
4. Masuk tahap identifikasi harapan peserta. Bagikan kertas metaplan dan meminta peserta
10’
menjawab pertanyaan, “Apa harapan peserta terhadap pelatihan ini?”. Tuliskan pertanyaan di kertas plano. Tempelkan jawaban peserta pada kertas plano.
Setelah itu, Bagikan metaplan kedua dan ajak peserta untuk mengidentifikasi: “Kontribusi apa yang bisa peserta berikan terhadap kelancaran proses belajar selama pelatihan?” Tuliskan pertanyaan di kertas plano. Dan tempelkan jawaban peserta pada kertas plano.
5. Lalu, klasifikasi harapan-harapan peserta berdasarkan tema atau topik yang sama. Ajak
35’
peserta, membantu mengklasifikasikan harapan, konfirmasi setiap harapan yang dituliskan peserta. Beri penamaan atau judul pada kelompok jawaban yang sama.
Untuk menjawab harapan-harapan dari peserta, tampilkan slide presentasi, dan jelaskan tentang latar belakang, tujuan, hasil pelatihan, alur proses pelatihan, dan metode yang akan digunakan selama proses pelatihan. Lanjutkan dengan memperkenalkan tim fasilitator.
Dari kontribusi yang telah disusun peserta, ajak peserta membuat penormaan atau kontrak belajar.
6. Tutup sesi bina suasana, ajak peserta bertepuk tangan dan mengantarkan ke sesi berikut-
5’
nya.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
183
PANDUAN SESI - 3D Pre-Test Pelatihan
Rencana Pembelajaran Materi : Pre-Test Pelatihan Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu memetakan tingkat pengetahuan peserta terhadap tema pelatihan.
Metode : Ceramah Alat Bantu Belajar : Kertas plano, metaplan, spidol white board, lakban kertas, Waktu : 30’ (30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan memberikan salam kepada peserta. Ajak peserta untuk menyerukan yel-
5’
yel “YA, YUK, YES”. 2. Jelaskan pengantar tentang tujuan dilakukan pre-test kepada peserta. Lakukan percakapan
15’
tanya jawab jika ada peserta yang butuh klarifikasi. 3. Bagikan metaplan dan spidol kepada seluruh peserta. Minta peserta untuk menjawab pertanyaan yang terkait isu atau tema kegiatan.
Untuk membantu peserta memahami pertanyaan yang harus dijawab, fasilitator menuliskan pertanyaan tersebut pada plano yang terpasang di papan flipchart.
Misal pertanyaan untuk pelatihan Seni Mengelola Partisipasi Masyarakat Desa: • Apa itu partisipasi? • Apa kegiatan yang pernah Anda ikuti dan kegiatan itu disebut sebagai
partisipasi?
184
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Misal pertanyaan untuk pelatihan Seni Advokasi Aspirasi Masyarakat Desa: • Apa itu advokasi? • Apa kegiatan yang pernah Anda ikuti dan kegiatan itu disebut sebagai advokasi?
Pertanyaan untuk pelatihan Seni Fasilitasi Pertemuan Desa: • Apa itu fasilitator? • Apa kegiatan yang pernah Anda ikuti dan pada kegiatan itu Anda disebut
sebagai fasilitator? 4. Setelah semua jawaban peserta ditempel di depan kelas, Lakukan klarifikasi atau melakukan
10’
probing untuk pertanyaan yang meragukan. Ajak peserta bersama-sama melakukan klasifikasi jawaban-jawaban yang telah ditulis. 3. Sebagai penutup sesi pre-test, lakukan reframing dari berbagai jawaban peserta yang telah
5’
diklasifikasikan dan memberikan pengantar ke sesi berikutnya.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
185
PANDUAN SESI - 4D Review dan Preview
Rencana Pembelajaran Materi : Review dan Preview Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mampu mengingat apa saja yang sudah dipelajari, dan mengaktifkan kembali apa yang sudah diciptakan pada hari sebelumnya. Mampu meresonansi ulasan secara singkat dan meringkas apa yang sudah diketahui.
Metode : Permainan “Catur Darsono”, diskusi kelompok, diskusi pleno, ceramah. Alat Bantu Belajar : Kertas plano, metaplan, spidol white board, lakban kertas, daftar pertanyaan yang diambil dari proses belajar hari sebelumnya.
Waktu : 30’ (30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan salam dan pertanyaan-pertanyaan yang menyentuh emosi peserta, misal-
5’
nya “Apa kabar pagi ini?” “Semalam tidurnya nyenyak?”, dan sebagainya. 2. Sebelum melakukan review, Ajak peserta untuk melakukan game ice breaking dengan ber-
5’
nyanyi dan menari dengan ritme gerakan yang semakin dipercepat. Lagu yang dinyanyikan adalah:
“Watermelon watermelon
Papaya papaya
Banana banana
Orange juice orange juice”
3. Memasuki tahap review, Bagi peserta ke dalam dua kelompok. Jelaskan cara melakukan
15’
review:
186
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Alternatif 1 Permainan “Catur Darsono�:
Langkah 1: Buatlah 9 kotak di lantai dengan menggunakan lakban kertas sebagaimana
berikut :
Langkah 2: Siapkan pertanyaan-pertanyaan kunci sebanyak 9 pertanyaan untuk review materi hari sebelumnya.
Langkah 3: Bagi peserta dalam dua kelompok besar dan meminta setiap kelompok menunjuk juru bicara. Lalu membagikan kertas warna berbeda kepada masing-masing kelompok.
Langkah 4: Bacakan membacakan aturan main, yaitu fasilitator akan membacakan pertanyaan, setiap kelompok harus berebut untuk menjawab. Jika tidak bisa menjawab maka dilempar kepada kelompok lain. Jawaban kelompok hanya disampaikan oleh juru bicara. Anggota kelompok lain hanya bisa menyampaikan jawaban melalui juru bicara.
Setiap pertanyaan berhasil dijawab, maka kelompok meletakkan kertas disalah satu kotak hingga membentuk segitiga secara berjajar. Jika sudah terisi, maka permainan berakhir.
X O X
Menyemarakkan Demokrasi Desa
X X O
O O X
187
Alternatif 2 “Sepakbola Virtual”
Langkah 1: Siapkan kertas yang digulung menyerupai bola dan lima pertanyaan kunci.
Langkah 2: Bagi peserta @ 4 orang setiap kelompoknya.
Langkah 3: Fasilitator menyampaikan aturan main, yaitu Setiap peserta di kelompok
menyerahkan bola dari peserta 1 hingga peserta 4. • Peserta 1 menyerahkan bola kepada peserta 2 sambil berkata “tendang”. • Peserta 2 menyerahkan bola kepada peserta 3 sambil berkata “oper”. • Peserta 3 menyerahkan bola kepada peserta 4 samil bilang “giring”. • Peserta 4 menerima bola lalu melempar kepada kelompok lain sambil berkata
“tembak”.
Kelompok yang menerima bola kembali mempraktekkan sebagaimana aturan di atas. Jika terjadi kesalahan, maka berikan memberikan kartu kuning, yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan. Sampai seluruh kartu kuning terbagi, permainan dinyatakan selesai.
Saat permainan selesai, maka kelompok yang memperoleh kartu kuning menjawab pertanyaan sebagaimana yang tertulis dalam kartu tersebut.
Alternatif 3 “Menggubah Lagu”
Langkah 1: Siapkan lagu yang sedang tren dan familiar dengan peserta. Lagu diputar sebelum para peserta memasuki ruangan.
Langkah 2: Bagi peserta dalam 4 kelompok. Minta peserta untuk menuliskan lirik lagu, berdasarkan sesi materi yang telah diperoleh sebelumnya. Lagunya menyesuaikan dengan lagu yang sudah dipersiapkan oleh fasilitator.
Langkah 3: Minta peserta untuk menyanyikan lagu yang trend tersebut dengan lirik lagu baru yang sudah dibuat bersama anggota kelompoknya.
5. Setelah selesai permainan, jelaskan materi yang akan dibahas pada sesi-sesi selanjutnya
5’
dengan bantuan kata kunci yang dituliskan di metaplan.
188
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 5D
Barometer Mood Pelatihan Rencana Pembelajaran Materi : Barometer Mood Pelatihan Tujuan : Pada akhir sesi, peserta ‌ ďƒź Mengetahui mood atau suasana hati peserta di pelatihan.
Metode : Ceramah Alat Bantu Belajar : Barometer Mood dan stiker Waktu : 5 Menit
Langkah-langkah :
Berikan pengantar kepada peserta untuk menempelkan stiker yang telah tersedia pada ba-
5’
rometer mood, sesuai dengan suasana hati yang dirasakan pada setiap penutupan seluruh sesi dalam satu hari.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
189
PANDUAN SESI - 6D Post-Test Pelatihan
Rencana Pembelajaran Materi : Post-Test Pelatihan Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mengetahui peningkatan pemahanannya berbagai materi yang telah disampaikan.
Metode : Ceramah dan curah pendapat Alat Bantu Belajar : Kertas plano, metaplan, spidol white board, lakban kertas, papan flipchart Waktu : 30’ (30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan mengucapkan salam dan sapa dengan ucapan “Apa kabar ?” atau uca-
5’
pan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta.
Jelaskan pengantar tentang tujuan melakukan post-test. Lakukan percakapan dan tanya jawab dengan peserta jika dibutuhkan.
2. Lalu, Bagikan metaplan dan spidol kepada seluruh peserta. Ajukan pertanyaan kunci yang
15’
terkait isu atau tema kegiatan (sama dengan pertanyaan pada pre-test). Tuliskan pertanyaan tersebut pada kertas plano yang terpasang di papan flipchart.
Pertanyaan untuk pelatihan “seni mengelola partisipasi masyarakat desa”: • Apa itu partisipasi? • Apa kegiatan yang pernah Anda ikuti dan kegiatan itu disebut sebagai partisi-
pasi?
Pertanyaan untuk pelatihan “seni mengelola partisipasi masyarakat desa”: • Apa itu advokasi? • Apa kegiatan yang pernah Anda ikuti dan kegiatan itu disebut sebagai advokasi?
190
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Pertanyaan untuk pelatihan “seni fasilitasi pertemuan desa”: • Apa itu fasilitator? • Apa kegiatan yang pernah Anda ikuti dan pada kegiatan itu Anda disebut
sebagai fasilitator?
Setelah semua jawaban peserta ditempel di depan kelas, lakukan klarifikasi terhadap jawaban yang tidak jelas. Ajak peserta mengklasifikasikan jawaban-jawaban dan mengkonfirmasi jawaban yang telah ditulis.
3. Sebagai penutup sesi, ajak peserta membandingkan jawaban yang telah tersusun dengan
10’
harapan-harapan dan tujuan pelatihan. Jangan lupa untuk memberikan pengantar ke sesi berikutnya.
Menyemarakkan Demokrasi Desa
191
PANDUAN SESI - 7D Evaluasi Pelatihan
Rencana Pembelajaran Materi : Evaluasi Pelatihan Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Mengetahui efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelatihan.
Metode : Ceramah dan curah pendapat Alat Bantu Belajar : Kertas plano, metaplan, spidol white board, lakban kertas, papan flipchart Waktu : 30’ (30 menit)
Langkah-langkah : 1. Buka sesi dengan mengucapkan salam dan sapa dengan ucapan “Apa kabar ?” atau uca-
5’
pan lain yang tujuannya untuk menyapa peserta. 2. Berikan pengantar tujuan sesi evaluasi, sambil membagikan kertas A4 kepada masing-mas-
5’
ing peserta. 3. Minta peserta menjawab 3 pertanyaan, yang sebelumnya telah disiapkan. Tulis pertanyaan
15’
pada kertas plano dan ditempel pada flipchart. • Hal baru apa yang didapat selama mengikuti pelatihan? • Apa inspirasi yang didapatkan? • Masukan atau saran terhadap perbaikan pelatihan? 4. Setelah semua jawaban peserta terkumpul, peserta membacakan hasil evaluasi peserta dan
10’
menutup sesi dengan “magic word”. 5. Fasilitator mengantarkan ke sesi berikutnya, yaitu sesi penutupan.
192
5’
Menyemarakkan Demokrasi Desa
PANDUAN SESI - 8D Penutupan Pelatihan
Rencana Pembelajaran Materi : Penutupan Pelatihan Tujuan : Pada akhir sesi, peserta … Merayakan perpisahan.
Metode : Ceramah Alat Bantu Belajar : Sertifikat, puisi dan lagu Waktu : 30’ (30 menit)
Langkah-langkah : 1. Sampaikan alur proses sesi penutupan, yakni pesan dan kesan dari perwakilan peserta,
5’
penyerahan sertifikat, sambutan penutupan dari penyelenggara pelatihan, doa, dan menyanyikan lagu yang diselingi dengan pembacaan puisi. 2. Undang perwakilan peserta pelatihan untuk berbagi kesan dan pesan.
10’
3. Penyerahan sertifikat pada perwakilan peserta pelatihan
5’
4. Do’a penutupan
5’
5. Ajak peserta menyanyikan theme song yang sesuai dengan tema pelatihan (pembacaan
5’
puisi oleh fasilitator).
Menyemarakkan Demokrasi Desa
193
Referensi
Antariksa, Yodhia. 2014. Menentukan Target Kerja dengan Metode SMART, http://pakarkinerja.com/menentukan-target-kerja-dengan-metode-smart/#sthash.ex9NfBGj.8ekYSB13. dpuf. (diakses 23 Desember 2014).
Arum, Tika Sekar. 6 Juli 2011. Cerita Dibalik Kesuksesan Kades Terpilih Perempuan. INDOPOS. halaman Nasional.
Braakman, Lydia & Karen Edwards. 2002. Seni Membangun Kemampuan Fasilitasi, Buku
Panduan Pelatihan. Bogor: RECOFTC.
Djohani, Rianingsih. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pemban-
gunan Desa. Jakarta: FPPM
KAWAN TANI. 2014. Lokalatih Penyusunan RPJMDes Desa Hanura, Kab.Pesawaran, Prop.
Lampung. https://www.youtube.com/watch?v=XpdVRByMFpk, 12:19 menit, (diakses tanggal 13 November 2014).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014. Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor
6 tahun 2014 tentang Desa. http://bit.ly/1zlo3aY . (diakses tanggal 15 November 2014)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014. Dana Desa yang Bersumber dari APBN. http:// bit.ly/1Dhc14C, (diakses tanggal 21 November 2014)
Pimpii. 2009. Desa Tertinggal. http://dreamindonesia.wordpress.com/2009/ 03/13/desatertinggal/. (diakses 23 Desember 2014).
Rendra. 2011. Asset Based Community Development. Indonesia: Inspirit. Inc. https://www. youtube.com/watch?v=ZPsb4sU0ewY (diakses tanggal 16 Juni 2011).
Search for Common Ground (SFCG) Indonesia. 2014. Perempuan Harus Bersuara. https:// www.youtube.com/watch?v=h_TlNq8DRRI,
7:01 menit, (diakses tanggal 29 November
2014).
Search for Common Ground (SFCG) Indonesia. 2014. The Road to Women’s Ideal Repre-
sentation, https://www.youtube.com/watch?v=DAFBBv89Luo&list=PLSKwy3p1Isc21HLxO HXd0sbWmZD5sCUVH, 5:18 menit, (diakses tanggal 29 November 2014).
194
Menyemarakkan Demokrasi Desa
Search for Common Ground (SFCG) Indonesia. 2014. Perempuan Indonesia https://www. youtube.com/watch?v=wwu3g--srBY, 7:02 menit, (diakses tanggal 29 November 2014).
Setiawan, Bukik. 2011. SOAR (not SWOT): Kunci menciptakan masa depan organisasi idaman, http://bukik.com/organisasi-adalah-imaji-kita/, (diakses 8 Januari 2015).
Sudjatmiko, Budiman. 2014. Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Desa, Dan Pem-
bangunan Kawasan Perdesaan Berdasarkan Undang-Undang Desa, http://bit.ly/1zgP6nP, (diakses 16 Februari 2015).
Tribunnews.com, 2014, Tiga Kepala Desa di Cianjur Terjerat Korupsi Dana Bantuan, http:// www.tribunnews.com/regional/2014/09/19/tiga-kepala-desa-di-cianjur-terjerat-korupsi-dana-bantuan (diakses 23 Desember 2014).
USAID-LGSP. 2009. Fasilitasi yang Efektif, Buku Pegangan Fasilitator. Jakarta
USAID-ProRep. 2012. Modul Advokasi Kreatif untuk Mendorong Partisipasi Warga, Jakarta.
USAID-ProRep. 2012. Modul Pengembangan Konstituensi dan Representasi. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014. Desa. http://bit.ly/1zMyQvZ, (diakses tanggal 21 Agustus 2014).
Menyemarakkan Demokrasi Desa
195
MENYEMARAKKAN
DEMOKRASI DESA 198
Menyemarakkan Demokrasi Desa