Riau Pos

Page 1

”Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Tapi beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Bung Karno PARA pemuda adalah penggerak perubahan. Hampir tak ada perubahan besar di dunia tanpa andil pemuda di dalamnya. Mengapa pemuda? Karena anak muda adalah pemilik jiwa-jiwa pemberani, pendobrak, tak kenal takut, dan tak punya beban sejarah. Para orang tua boleh jadi memiliki konsep-konsep besar, punya visi dan pemikiran ke depan, tapi tak serta-merta selalu di garis terdepan dalam penerapannya. Anak mudalah yang biasanya punya keberanian dan menjadi pionir dalam Baca Pemuda Halaman 11

KABUT asap pekat menyelimuti Pekanbaru. Kualitas udara berada di garis hitam, level paling berbahaya. Mengenakan masker, Brigadir Sartika Fitria Enny Sitorus, seorang polisi wanita (polwan) sibuk mengatur lalu lintas di persimpangan Jalan Kartini dan Jalan Jenderal Sudirman. “Nyalakan lampu, pakai masker!“ begitu tangan personel Ditlantas Polda Riau itu seakan memberi isyarat dan perintah kepada semua pengendara sepeda motor melintas. Tugas seperti itu memang sudah biasa dilakukannya tiap hari selama sekitar satu setengah jam beberapa bulan belakangan ini. Meskipun kualitas udara begitu berbahaya namun Tika (begitu panggilanya) tak pernah merasa takut dan menyerah “Semua kita menghadapi ancaman yang sama,” ujarnya. Baca Nyalakan Halaman 2 Oleh: ANIES BASWEDAN Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah

Jakarta, 27-28 Oktober 1928 SELAMA 24 jam penuh polisi Belanda memantau setiap pergerakan para pemuda di rumah itu. Rumah yang di kemudian hari dikenal sebagai Gedung Kramat 106 itu sebenarnya tempat kos mahasiswa. Di dalam rumah, Soegondo memimpin beberapa rapat para pemuda yang datang dari

sejumlah daerah. Ketika terdengar kata “merdeka”, polisi masuk, protes dan marah-marah. Namun, berkat lobi Soegondo kemarahan polisi mereda. Kepada koleganya ia lalu berkata, “Jangan gunakan kata ‘kemerdekaan’, sebab rapat malam ini bukan rapat politik dan harap tahu sama tahu saja.” Namun, ketika datang permintaan pembubaran dari polisi agar acara itu bubar, Soegondo justru menampik. Ia tegar, berdiri menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Acara toh tetap berjalan dan

Acungan jempol pantas dialamatkan kepada Wiwiek Angraini. Di saat rekanrekannya sibuk turun ke jalan melakukan aksi menuntut pemerintah agar serius menangani kabut asap, mahasiswi Universitas Riau (Unri) ini justru memilih cara berbeda. Yakni, ikut terjun langsung memadamkan api di lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru soleh-saputra@riaupos.co.id SEMUANYA bermula pertengahan September lalu. Kualitas udara di Pekanbaru dan sekitarnya saat itu masuk dalam kategori tidak sehat hingga berbahaya. Selain asap kiriman dari provinsi tetangga, titik panas (hot spot)

juga terpantau di wilayah Riau. Salah satu di antaranya, kebakaran lahan di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Hanya berjarak Baca Ini Halaman 2

sejarah mencatat bahwa acara itu menjadi salah satu tonggak penting sejarah Indonesia yang melahirkan Ikrar Pemuda atau kita kenal kini sebagai Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah cerita tentang keberanian para pemuda. Jika ditanya apa makna Sumpah Pemuda, singkat saja jawabannya: pemberani dan visioner. Betapa tidak. Pada 27-28 Oktober 1928 itu belum ada negara Baca Membangun Halaman 11


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.