ISSUE 2
JANUARI 2016
SUMMIT ATTACK JANUARI 2016 ISSUE 2 Diterbitkan sewaktu-waktu oleh UKM MAPALA Tursina UIN MALIKI MALANG mapalatursina.uin-malang.ac.id @mapalatursina
Konten
2. 3. 4. 6. 20. 22. 24. 26. 30. 32. 34. 35. 38. 40.
Tim Redaksi Sambutan Pemimpin Redaksi Agustus di Semeru Tursina Explore BATAFIA XX Hari Bumi Hari Lingkungan Hidup Sedunia Kawi Look Out! Dokumentasi Tursina Explore #2 Tebing Tontonan Sulawesi Menapaki Argopuro Inspired People Next Isuue
2
Tim Redaksi Summit Attack
PEMIMPIN REDAKSI Sifaul Anam IG : @alesooki Blog : -
EDITOR Fatikhul Mufida IG : @fatikhulmufida Blog : -
KONTRIBUTOR Hayuangga Tinno P. K.
Putri Krisna Sakti
IG : @h.tinno.pk Blog : -
IG : Blog : -
Ivan Najib IG : @maleotrs Blog : Atik Billah Naja IG : @bella_ragasha Blog : -
PENATA LETAK Rijaalul Fattah IG : @baggor Blog : baggor.blogspot.co.id
Baiq Laya Lissita IG : @bqlayalissita Blog : -
3
Dari Redaksi SALAM LESTARI !!! Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas terbitnya majalah Summit attack edisi kedua ini. Pada edisi selebelumnya kami telah membahas terkait dengan divisi-divisi yang kami naungi. Sementara itu pada edisi yang kedua ini bisa dikatakan sebagai edisi special dimana focus utama yang kami angkat adalah tentang budaya di Indonesia. Bukan, kami belum spenuhnya mengexplore semua budaya yang ada di seluruh Indonesia, hanya beberapa saja, dan itu kami sajikan dengan apik dalam edisi ini. Selain itu kami juga menyediakan beberapa info lainnya terkait kegiatan kami, serta ruang lingkup jelajah kami. Cintai alammu seperti kamu mencintai orangtuamu, karena bumimu ini hanya ada satu. Sekilas dari redaksi semoga anda semua menyukai sajian yang kami angkat dalam majalah ini.
Merdeka !
Perayaan kemerdekaan yang sering dilaksanakan oleh Negara tercinta kita mulai dari tingkat dusun, kecamatan, bahkan kabupaten sekalipun cenderung sama hamper di seluruh pelosok negeri. Lain halnya dengan apa yang kami lakukan dalam mengisi kemerdekaan Negeri tercinta ini. Kami tak mengadakan lomba, kami juga tak ikut karnaval dalam rangka mengenal budaya. Melainkan kami mengikuti upacara bendera. Bukan hanya sekedar bersama anggota, melainkan bersama dengna para petinggi birokrasi kampus UIN MALIKI Malang. Secara
bersama-sama kami melakukan hormat kepada bendera yang melambangkan identitas kita, Merah Putih. Pada mulanya acara yang kita usung ini menargetkan puncak Mahameru sebagai tempat untuk kita melakuakn hormat kepada bendera merah putih di hari kelahirannya, namun karena kebanyakan alasan maka kami beserta para pendaki lainnya terpaksa harus melakukan hormat bendera di Ranu Kumbolo saja. Tak apa, asalkan hormat dan rasa cinta pada bendera dan tanah air tidak berkurang.
TURSINA EXPLORE
Adalah perwujudan cinta kita terhadap budaya Indonesia yang beragam, kita berbaur dengan suku, meneliti, hingga mengagumi setiap keunikan dari suku yang kita datangi. Sampai saat ini Tursina Explore sudah terlaksana sebanyak empat kali di tempat yang berbeda. Mulai dari Lombok, Ujung Kulon, Jambi, Banyuwangi, dan selanjutnya kami akan melangkah menuju Baduy.
7 Lombok, terdapat hutan adat yang mana masih dijaga dengan sepenuh hati oleh suku sasak. memiliki mata air yang menghidupi
suku sasak. Adat dan budayanya masih sangat kental. benar-benar masih dianut oleh suku sasak.
Tursina Explore yang berada disana, masih, ada badak bercula satu yang kadang menampakkan diri di kubangan.
Taman Nasional Ujung Kulon. Terletak di ujung barat pulau jawa. Masih memiliki wilayah yang teramat luas. Serta keanekaragaman fauna Tursina Explore #2
menyayangi hutan, dan masih mempertahankan keyakinan bahwa dalam hutan mereka ada yang tidak boleh terjamah oleh masyarakat luar.
Suku anak dalam, hingga saat ini masih memegang teguh adatnya, dan masih tinggal secara berkelompok yang dipimpin oleh tumenggung Mereka sangat Tursina Explore #3 Desa Kemiren yang keseluruhan penduduknya merupakan suku Osing masih megang teguh adat budayanya, di maraknya modernisasi di Jawa Timur suku Osing
tidak terpengaruh lingkungan. mereka masih menggunakan bahasa Osing, adat istiadat, beserta tempat tinggal. Tursina Explore #4
8
KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK
Tim expedisi tursina explore yang pertama fokus pada kearifan lokal suku sasak dalam menjaga kelestarian lereng gunung rinjani. Dalam suku sasak sendiri terdapat empat hutan adat (Bangkat bayan, Mandala, Tiuwarangan), yang masing-masing dijaga oleh satu lokak perombak daya (sepasang suami istri yang ditugaskan menjaga hutan adat selama 5 tahun). Dalam tursina explore yang pertama ini tim mendatangi tiga hutan adat yakni bangkat bayan yang memiliki kawasan hutan paling luas namun mata air tidak terlalu besar, hutan adat Mandala yang memiliki mata air paling besar, dan juga Tiuwarangan yang memiliki mata air, selain itu tim menginap di desa Bayan yang merupakan desa tempat suku sasak
yang masih memegang teguh adat istiadat mereka. Adanya hutan adat merupakan salah satu bentuk skearifan local suku sasak dalam menjaga kelestarian alam mereka. Dalam hutan adat pun terdapat beberapa peraturan yang dibuat oleh suku sasak yang mereka sebut sebagai Awiq-awiq. Dijaganya hutan adat secara turun temurun ini menjadikan suku sasak tidak pernah kekurangan air bahkan di musim panas sekalipun. Hutan adat di Lombok sendiri terdapat empat dimana kesemuanya memiliki sumber mata air yang dalam penggunaannya pun tidak boleh sepuas-puasnya. Setiap rumah dari suku sasak selalu memiliki berugak atau dalam Bahasa
Tim Tursina Explore dengan Perombak Daya hutan adat Bangkat Bayan
9
Indonesia sering diartikan sebagai gazebo. Suku sasak memanfaatkan berugak untuk menerima tamu, baik tamu dari manapun. Suku sasak sendiri memiliki kebiasaan yang menjadi ciri khas dari mereka. Jika orang pada umumnya meminum kopi untuk mengawali hari mereka maka tidak untuk suku Sasak, mereka mengkonsumsi minuman brem sebelum dan sesudah mereka melakukan pekerjaan harian, dan
hal itu sah-sah saja di suku Sasak Satu lagi adat yang unik di suku Sasak, ketika seorang dalam suku sasak memiliki gawe belik (acara pernikahan dan sunatan) maka mereka diharuskan menyediakan kepeng susuk atau uang logam cina yang berjumlah seribu (1000). Tidak peduli siapa dan bagaimana, kepeng susuk harus ada dalam setiap acara besar yang mereka laksanakan.
TURSINA EXPLORE #2 Jika kita menginginkan ke ujung barat dari Pulau Jawa, dan dua cara yang dapat kita tempuh. Pertama menggunakan perahu motor dan yang ke-dua dengan berjalan kaki. Kami lebih suka menggunakan cara yang ke-dua. Untuk mencapainya, kami harus berjalan masuk hutan dan keluar bertemu dengan pantai, kami bisa berjalan sepanjang hari menyusuri pantai dan berhenti di mana saja ketika sudah senja. Langit setelah matahari terbenam memang indah.
TURSINA EXPLORE #3 Suku anak dalam terbagi tiga kawasan, (Air hitam, daerah jalan lintas Sumatra, bukit 12) yang memiliki satu ketua adat dan pada setiap kelompoknya terdapat pemimpin yang mereka sebut sebgai Temenggung. Tim expedisi kali ini focus pada suku anak dalam yang tinggal di bukit 12, yakni pada kelompok Makekal Ulu. Nama tiap kelompok dalam suku anak dalam dinamakan dengan nama-nama sungai yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Dan mereka bertempat tinggal secara berpindahpindah tergantung pada sumber makanan yang tersedia di hutan maupun ketika ada saudara yang meninggal. Rumah suku anak dalam sendiri diberi nama sesudungon yakni sebuah gubuk minimalis dengan ukuran kecil yang beratapkan daun Serdang dan tidak berdinding. Dalam berinteraksi suku anak dalam masih menggunakan Bahasa rimba yang hampir mirip dengan Bahasa melayu. Mereka menganut agama animism dan juga dinamisme yang masih percaya bahwa suatu pohon, hutan, sungai, batu, hewan memiliki kekuatan tertentu dna
13
juga percaya bahwa dalam lingkungannya terdapat roh-roh yang berpengaruh dalam kehidupannya. Namun dialin sisi mereka mempercayai bahwa Tuhan hanya ada satu, dan mereka meyakini bahwa mimpi mereka merupakan petunjuk yang harus mereka lakukan dalam kehidupan seharihari. Masyarakat suku anak dalam sangat manyayangi dan menlindungi hutan mereka, mereka tidak kenal menebang pohon karena mereka percaya bahwa setiap pohon yang tumbuh memiliki manfaat sendiri. Suku anak dalam sendiri sangat menjaga sungai mereka karena mereka yakin bahwa sungai adalah sumber kehidupan mereka sehingga ketika mandi mereka tidak menggunakan sabun agar tidak mencemari sungai. Hidup selaras dengan alam, sehingga menciptakan harmoni keindahan dalam kehidupan. Berburu, meramu, juga bercocok tanam adalah gambaran kehidupan Suku Anak Dalam tempo dulu. Mereka dapat memenuhi segala kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan dari alam yang mereka rawat dan juga mereka hormati.
14
TURSINA EXPLORE #4
Suku Osing berada di Banyuwangi yang terletak di ujung pulau Jawa. Seperti halnya suku lain, suku Osing pun memiliki adat istiadat dan aturan adat yang beragam dan juga special yang masih juga dianut oleh suku Osing sendiri ditengah peradaban modern seperti sekarang ini. Tradisi tumpeng sewu dan mepe kasur adalah tradisi suku osing yang dilakukan pada waktu bulan haji atau dalam Islam disebut Dzulhijjah. Biasanya dilakukan di minggu-minggu pertama pada malam senin atau malam jum’at. Tradisi tersebut dilakukan sebagai kegiatan bersih desa suku osing. Tradisi tumpeng sewu sendiri merupakan ritual adat yang dilakukan secara massal dan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan kepada masyarakat suku osing dari Tuhan yang Maha Esa. Tradisi mepe kasur dipercaya sebagai tanda membuang segala penyakit yang terdapat pada kasur. Karena warga osing desa kemiren mempercayai bahwa sumber penyakit terdapat di tempat tidur mereka, sehingga mereka menjemur kasur secara massal di halaman masing-masing. Warna kasur yang dijemur juga khas dan unik. Yakni berwarna merah dan hitam semua. Atau mereka juga menyebutnya kasur abang cemeng. Abang yang berarti merah sedangkan cemeng berarti hitam (Menurut bahasa osing) yang mempunyai arti atau lambang sebagai semangat kerja dan kerukunan dalam berumah tangga. Tradisi Kesenian Barong Osing desa Kemiren Kesenian barong sendiri
melambangkan kebersamaan bagi suku osing. Biasanya barong diiringi oleh arak-arakan warga. Untuk pemain barong sendiri tidak sembarangan orang bisa memainkannya. Menurut warga desa kemiren kesenian barong di dasari oleh buyut cili yaitu leluhur desa kemiren. Sehingga pada saat barong dimainkan, pemainnya mengalami kesurupan. Yang diyakini sang pemain kesurupan oleh buyut cili. Mungkin prosesi permainan tidak jauh beda dengan kesenian bantengan khas malang. Tradisi ider bumi identik dengan kesenian barong. Dimana tradisi ider bumi dilaksanakan pada awal bulan-bulan syawal tepatnya hari kedua tanggalan jawa dan islam. Tradisi ider bumi dilakukan sebagai bentuk pensucian diri warga osing desa kemiren. Selain itu, sebagai bentuk penolakan bahaya dan permohonan kesuburan terhadap sang penguasa. Tari Gandrung merupakan tarian khas suku osing. Tari Gandrung juga dijadikan sebagai simbol Kabupaten Banyuawangi. Menurut sejarahnya, tarian Gandrung menceritakan tentang kekaguman masyarakat Suku Osing kepada Dewi padi, Dewi Sri yang membawa kesejahteraan bagi rakyat. Tarian Gandrung biasanya diadakan sebagai ucapan syukur masyarakat pasca panen dan dibawakan dengan iringan instrumen tradisional khas Jawa dan Bali. Tarian ini di bawakan oleh seorang penari perempuan, pada mulanya tarian Gandrung di bawakan oleh seorang penari laki-laki. Untuk di jaman modern ini,
15
tarian Gandrung tidak hanya dijumpai pada saat setelah musim panen saja. Tetapi seperti hajatan kawinan atau hajatan yang di adakan oleh masyarakat Banyuwangi biasanya terdapat penampilan Gandrung. Suku osing sendiri membagi rumah adat menjadi tiga dan di sesuaikan dengan strata socialnya,yang pertama adalah tikel balung yakni rumah adat yang terdiri dari empat atap dan rumah ini untuk kaum menengah keatas, kedua adalah baresan yang terdiri tiga atap dan
di gunakan oleh golongan menengah dan yang terakhir adalah crocogan yang hanya terdiri dari dua atap dan diperuntukkan golongan menengah kebawah. yang membedakan rumah adat suku osing dengan rumah rumah biasa di jawa timur memang lebih mencolok di bagian atapnya ,selain itu juga dalam rumah adat suku osing terdapat teras yang dalam bahasa osing “amper� yakni teras yang berada di depan dan belakang rumah
16
Pernikahan di Suku Osing Dalam hal perkawinan suku osing memiliki tiga adat dalam pelaksanaannya, yakni: Yang pertama adalah kawin angkat – angkatan dimana dalam perkawinan ini terjadi kesepakatan di antara pihak lakilaki dan perempuan dan kawinan seperti ini sudah sering di jumpai khalayak perkawinan pada umumnya. Yang kedua adalah kawin colong yaitu karena penolakan dari pihak wanita maka dalam adat suku osing di perbolehkan untuk menjemput sang perempuan untuk di bawa pulang ke rumahnya dan pada saat penjemputan biasanya si lelaki akan di temani wanita yang lebih tua dari keluarganya agar si wanita yang akan dinikahi akan percaya dan bahwa penjemputan itu bukanlah main – main, setelah wanita di bawa pulang ke rumah oleh si lelaki maka harus ada utusan dari keluarga laki-laki yang menyampaikan kabar kepada keluarga wanita yang disebut sebagai tukang colok.
disinilah keunikannya dimana setuju tidak setujunya pihak wanita dengan berlangsungnya pernikahan pernikahan itu akan tetap di langsungkan jika tanpa persetujuan keluarga pihak wanita maka perwaliannya akan di wakilkan dan ini sah dalam masyarakat suku osing. Yang ketiga adalah kawin lebonan dan merupakan kebalikan dari kawin colong yakni pihak keluarga lelaki yang tidak menyetujui akan berlangsungnya pernikahan ,dan disini maka lelaki yang harus pergi ke tempat wanita karena haram hukumnya bagi wanita untuk datang menjemput dalam masyarakat osing, lelaki sendiri yang akan mendatangi rumah wanita dan tinggal di rumahnya dan dari pihak wanita di haruskan mengirim tukang colok untuk memberikan kabar ke keluarga laki-laki ,dan sama halnya juga dengan kawin colong dimana kawin lebonan juga tidak membutuhkan persetujuan dari pihak yang tidak menyetujui.
Gunung Merapi
Langit malam bertabur bintang di atas Cisentor, Dataran Tinggi Yang. Ketika langit cerah kita dapat menyaksikannya langsung dengan mata telanjang di sepanjang jalur pendakian ke Argopuro.
20
look out & get wise Halo pejuang muda tursina, penerus generasi pencinta bumi, para penggerak perubahan. Selamat datang di rumah yang kami sebut sebagai gerbang perubahan ini. kalian dilahirkan kembali sebagai orang yang diharapkan mampu merubah
kondisi, pendidikan yang kalian enyam hanya selama 7 hari bersama kami semoga mampu merubah pola pikir merusak alam yang kalian dapatkan semenjak bayi. Lagi. Tursina beregenerasi, BATAFIA atau yang dalam organisasi lain sering disebut sebagai DIKALTSAR telah
21
berhasil melahirkan 12 pemuda pencinta alam, 12 pemuda yang mampu membikin prubahan. Seperti pada tema yang kami usung, “look out and get wise�. Lihatlah dunia sekitarmu, dan berlakulah bijak. Bijak dalam memandang setiap perubahan kondisi lingkungan, bijak dalam menentukan sikap yang harus dilakukan. MAPALA sering disalah artikan sebagai mahasiswa paling lama, stigma negative yang selama ini melekat pada
almamater anggota mapala. Mapala bukan melarang kalian untuk menjadi pintar dalam akademik, bukan pula mengajari kalian untuk menjadi mahasiswa paling lama, melainkan kita menuntut kalian, menuntut untuk menjadi mahasiswa yang bijak yang mampu menyeimbangkan porsi antara akademik, organisasi, dengan aksi. Tursina bukan sekedar organisasi dimana kalian berlabuh, namun dimana kalian mulai berlayar.
22
Dua artwork yang digunakan dalam memperingati Hari Bumi 2015.
23
Hari Bumi di UIN Malang merupakan kegiatan tahunan yang juga diselenggarakan pada tahun ini. Kegiatan ini secara teknis mengikuti alur acara pada tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan diprakarsai oleh Mapala Tursina sebagai pejuang bumi, yang terus melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian. Mapala Tursina juga meminta kerjasama dengan UKM-UKM lain yang tergabung dalam FUB. Pesan yang ingin disampaikan oleh Mapalaa Tursina sebenarnya bukan hanya untuk mematikan kendaraan saat
memasuki kampus saja, namun lebih dari itu kita ingin mengajak seluruh pihak untuk lebih peduli terhadap bumi. Untuk lebih menyadari bahwa hanya bumilah satu-satunya tempat sebagai “rumah�, dimana disanalah orang-orang yang kita sayangi berada, disanalah tempat lahirnya generasi baru yang akan melestarikan Bumi juga kelak, disanalah satu-satunya tempat yang suatu saat dengan senang hati menerima jasad kita untuk bersatu lagi dengan tanahnya, jadi marilah kita jaga Bumi ini sekecil apapun aksinya mari kita dukung. Selamat Hari Bumi!
24
Pada tau kan kalau tanggal 5 Juni diperingati sebagai hari lingkungan hidup sedunia? kalau belum tau kita kemarin telah mengadakan event untuk merayakan jatuhnya hari lingkungna hidup sedunia itu. Tak tanggungtanggung, kita mengusung tema yang epic, yakni “Run Faster, Plant Wider, for Environment�. Dengan menggunakan tema itu, kami jadi satu-satunya tuan rumah yang mengadakan acara lomba lari marathon dalam lingkup kampus kita tercinta. Bukanhanya sekedar sebagai peringatan hari lingkungna hidup sedunia
saja, melainkan juga memperingati Dies Maulidiyah kampus kita, UIN MALIKI malang. Dalam lomba lari yang diusung, jarak yang harus ditempuh oleh peserta adalah 11 KM, dipilihnya angka 11 adalah karena kampus kita tahun ini tepat berusia 11 tahun sehingga angka yang ditentukan dalam rangkaian acara ini berkutat pada 11. Tak tanggung-tanggung kami menargetkan 500 peserta dalam dua acara yang kita usung, meski pada akhirnya hanya mendapatkan 300 peserta. Karena
dalam kampus kita acara lomba lari sangat jarang atau bahkan belum pernah dilaksanakan, maka para mahasiswa sangat antusias dalam mengikuti lomba lari marathon ini, belum lagi kita acara ini memang didesain untuk juga menampung peserta dari luar dengan artian bukan mahasiswa uin saja. Dalam lomba lari ini start kita ambil dari gerbang belakang kampus UIN Maliki malang dengan finish kampus 3 yang berada di junrejo, seperti yang telah dibilang, jarak yang harus ditempuh oleh peserta adalah 11 KM, dengan 2
25
pos yang telah disediakan setiap 4 KM. terdapat masing-masing tim kesehatan dari KSR dan juga konsumsi yang berupa air mineral dalam tiap pos yang telah disediakan. 11 km yang telah ditempuh oleh peserta lari marathon tidak serta merta menyebabkan mereka kelelahan dengan sangat, bahkan mereka masih berantusias dalam mengikuti rentetan acara selanjutnya hingga maghrib menjelang. Selamat untuk para juara lari marathon hari lingkungan hidup sedunia.
Masih dalam suasana menyemarakkan hari lingkungna hidup sedunia, selain lari marathon, kita juga memiliki acara penting lainnya, yakni Tanam pohon yang juga dilakukan berdekatan dengan tempat finish marathon. Peserta tanam pohon pun terlihat sangat antusias, bahkan para peserta sangat rajin dalam menyimpan momen tersebut dengan melakukan foto, baik foto dengan kamera canggih maupun kamera HP sendiri. Tak tanggung-tanggung, jumlah pohon yang ditanam pun 1.100 pohon, iya, memang acara ini sangat special, 11 KM, dan 1100 pohon.
26
KAWI
Kami Akan Selalu Kembali Pendakian Kawi atau pendakian wajib bagi yang namanya tertulis dalam buku induk MAPALA Tursina adalah pendakian yang mengesankan. Pertama kali mendaki gunung ini adalah saat tahun pertamaku bergabung dalam keluarga besar organisasi yang beratap
UIN MALIKI Malang ini. Saat itu adalah tahun 2009. Kami mendaki melalui jalur desa Gading Kulon kecamatan Dau, Malang. Jalur ini tidak mudah dilalui karena sebagian besar trekkingnya menanjak dengan kemiringan sekian sekian. Belum lagi jalur yang biasa kami
lewati adalah bekas jalur glondongan kayu-kayu diturunkan. Jika mendaki saat musim kemarau, maka ujian terbesar adalah debu yang jika diinjak akan naik setinggi kurang lebih 3-4 meter. Dan jika kesana saat musim penghujan, kami akan dibuat repot dengan lumpur yang mampu membenamkan langkah. Yang tak pernah terlupa adalah tanjakan dari jalur terdekat dari kampus ini, hingga Masyarakat setempat menyebutnya Tanjakan Dengklek. Gunung Butak memang bukan gunung tertinggi di pulau ini, bahkan bukan di kota ini. Gunung ini bahkan tak sampai 3000 MDPL. Butak juga bukan primadona bagi para pendaki ataupun wisatawan. Namun, ia mempunyai keindahan tersendiri bagiku. Hutannya, tanahnya, aroma kabutnya, dan airnya, semua detailnya membuatku kembali. Entah apa penyebabnya, tapi aku selalu kembali mendaki gunung ini tiap tahunnya. Pernah dua kali di
27
tahun yang sama. Mungkin karena tanjakannya, mungkin karena hutannya, atau sendangnya, atau mungkin karena padangnya yang luas, mungkin semua hal tentangnya. Adakah yang lebih sejuk dari kabut putih pegunungan yang menerpa wajah? Adakah yang lebih indah dari berjalan diantara belantara pepohonan nan hijau bersama orang-orang yang kita kasihi? Bagiku, bahagia adalah bersama Kalian. Memandang matahari terbit bersama, memikul beban bersama, melepas lelah bersama, membangun tenda bersama, memasak bersama, makan minum bersama, basah bersama, tertawa bersama, foto bersama, mencapai puncak bersama, bernyanyi Indonesia Raya bersama dan kembali pulang bersama. Hal-hal kecil yang menurutku besar maknanya, membuat cerita kita. Bersama kalian, aku akan selalu kembali. Aku yakin, jika bukan aku, maka kalian yang akan kembali.
Kompleks Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng.
Gemerlap kota dari atas Gunung Banyak, Kota Batu
30
LOOK OUT ! Kebakaran lahan dan gunung saat ini sering kali terjadi, menyusul kemarau panjang yang sedang melanda Indonesia. Kebakaran besar yang terjadi di sebagian pulau Sumatra hingga mengakibatkan kabut asap juga belum berhasil dipadamkan, bahkan telah menjadi bencana nasional karena skala pencemaran udara yang tinggi dan daerah jangkauan kabut asap yang meluas hingga Malaysia dan Singapura. Dampak dari kemarau panjang kemarin mengakibatkan kekeringan di mana-mana. Hutan dan semak yang mengalami kekeringan menjadi sangat mudah untuk terbakar. Di provinsi Jawa Timur sendiri tercatat banyak gunung yang mengalami kebakaran, sebagian telah berhasil dipadamkan sedangkan beberapa titik kebaran lain masih belum berhasil untuk dipadamkam. Akses yang sulit untuk ditempuh pemadam kebakaran sering menjadi alasan mengapa titik api masih berkobar. Berdasarkan informasi yang dihimpun, bulan September tercatat
beberapa Gunung mengalami kebakaran, yaitu Gunung Wilis, Gunung Kawi, Gunung Arjuna dan Gunung Penanggungan. Sebelumnya pada bulan Agustus di Gunung Semeru juga turut terjadi kebakaran. Sampai bulan Oktober titik api yang belum juga berhasil dipadamkan yaitu titik api kebakaran yang terjadi di Gunung Arjuna. Penyebab kebakaran ini antara lain aktivitas perburuan, gesekan dahan, meletusnya gunung berapi, dan pembukaan lahan hutan. Tindakan pencegahan yang dapat kita lakukan sebagai pendaki gunung untuk mencegah terjadinya kebakaran di kawasan gunung salah satunya dengan tidak membuat perapian saat camp, kalaupun membuat perapian atau api unggun harus selalu dijaga, dan pastikan memadamkan api hingga baranya agar tidak memicu terjadinya kebakaran dan tidak membuang putung rokok sembarangan. Apabila menemukan titik api ataupun perapian yang ditinggalkan segera padamkan.
32
Dokumentasi Tursina Explore #2 Ujung Kulon
31
Selamat pagi UIN Maliki Tim Tursina Explore baru sampai dari ekspedisi di Suku Sasak, NTB.
Tebing Tontonan Sulawesi Tebing tontonan terletak di wilayah Tanete anggaraja Kab.Enrekang dusun Tontonan. Masyarakat disana menggunakan bahasa duri, dalam bahasa duri tontonan artinya dilihat. sehingga dinamailah tebing tontonan karena lokasinya yang terbuka sehingga siapapun bisa melihatnya Dibawah tebing tersebut terdapat sungai yang cukup lebar, sehingga untuk menyebrangi sungai tersebut membutuhkan lintasan apalagi ketika
musim hujan teras-teras tebing akan tertutup dengan air. Tebing tersebut masuk dalam batuan karst atau batuan kapur. Masyarakat duri akan mempertahankan dan tidak akan mengizinkan untuk ditambang karena tebing itu adalah peninggalan dan sangat bersejarah dan disitulah dikubur nenek moyang orang-orang duri, meskipun tidak diketahui siapa saja yang dikubur disana karena sudah ada semenjak Islam belum masuk ke tanah mereka.
35
Menapaki Argopuro
Padang rumput luas rumputnya kekuningan mengingat kemarau berbulan-bulan hingga Agustus ini, padang yang lama tak terjamah basah hujan. Langit mulai teduh tapi belum gelap. Sore itu suasana pertigaan lonceng, sebuah padang rumput antara dua puncak Argopuro dan Rengganis. Sampainya di puncak Argopuro sang Saka merah putih dibentangkan diantara bebatuan penanda puncak yang sengaja disusun bertumpu, sejajar dengan bendera MAPALA Tursina. Pepohonan yang tinggi-tinggi belum nampak keindahan Rengganis yang dipuja-puji itu, belum jauh berajalan saya melihat bendera merah putih
penanda puncak namun masih jauh dari puncak ternyata. Tapak demi tapak saya jalani menuju rengganis, semakin naik mendekati puncak kanan kiri trek penuh dengan semak cantigi* yang membuat trek menuju puncak benar-benar tidak terlihat. Tidak begitu lama trek dengan kanan-kiri lebat dengan semak, tangan saya menyingkap ranting-ranting cabang cantigi dan terkuaklah keindahan tebing putih Rengganis, begitu putih kejinggaan diterpa sorot matahari senja. Tebing yang putih tersebut tersusun atas belerang menyebabkan bau yang kurang sedap ketika kami tiba tepat dibawah puncak Rengganis.
Tak Ada Keris Sekali Tempa. Proses awal pembuatan keris di Museum Keris Projobuwono, Surakarta.
38
inspired
juga sering ikut andil dalam rescue para pendaki yang hilang. Beliau sempat beberapa kali tergabung dalam tim rescue yang dimulai sejak tahun 2001 yang tergabung bersama relawan tim rescue sardaris, tahun 2006 bergabung dalam sar Vincent dalam upaya rescue survivor di gunung Argopuro, sementara yang terakhir beliau tergabung dalam tim advance 2 yang bertugas dalam drop logistic tim advance 1 dalam upaya rescue survivor yang sempat dikabarkan hilang dalam gunung semeru pada bulan agustus tahun 2015 kemarin yang ketepatan dengan turunnya evakuasi korban meninggal di semeru tanggal 11 Agustus. Sebelumnya pertama kali beliau ikut bergabung dalam relawan tim rescue di gunung semeru pada tahun 2001 belum sempat menemukan korban survivor bahkan hingga dilaksanakan dua tahap yang membutuhkan waktu 40 hari
Nasihul Abidin namanya lahir di Malang Pada 33 tahun silam, memiliki gelar S.Hi dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Beliau menjadi anggota MAPALA Tursina semenjak duduk di bangku smester 1 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tepatnya pada tahun 2001. Sekarang beliau menjadi anggota kehormatan MAPALA Tursina yang sering memberikan masukan bahkan bimbingan kepada anggota yang masih aktif sekarang serta juga aktif di komunitas pencinta alam Gimbal Alas yang aktif sebagai pemerhati lingkungan di gunung semeru. Beliau
people
dalam usaha pencarian, namun tetap saja survivor tidak berhasil ditemukan dan dinyatakan hilang. Terakhir beliau tergabung dalam relawan SAR di gunung semeru Alhamdulillah survivor ditemukan dengan selamat meskipun tidak ditemukan secara langsung oleh tim sar melainkan oleh warga kampung yang sedang mencari jamur. Beliau tidak tergabung secara resmi sebagai tim SAR Nasional, maupun tim SAR khusus yang terdapat dalam setiap gunung, namun hanya mengikuti kata hati untuk membantu orang dengan secara sukarela mengikuti open sar sebagai relawan. Baru-baru ini beliau terlihat menghadiri permintaan Trans Tv dalam acara bukan empat mata yang dipandu oleh Tukul Arwana sebagai informan terkait banyaknya orang hilang di gunung semeru. Beliau menghadiri acara tersebut bersama dengan satu rekannya yang juga
tergabung dalam komunitas gimbal alas yang juga sering menjadi partner beliau dalam upaya rescue orang hilang di gunung. Jika dulu kegiatan mendaki gunung merupakan kegiatan yang sulit yang hanya dilakukan oleh sedikit orang, namun kegiatan mendaki gunung pada zaman sekarang dianggap suatu hal yang biasa yang bahkan semua orang pun bisa melakukannya. Pemikiran seperti itulah yang menurut beliau sangat berbahaya, dimana kita sebagai manusia tidak seharusnya meremehkan alam dan lalai dalam kegiatan yang memiliki resiko tinggi tersebut. Baru-baru ini seringkali terdengar kabar orang yang hilang dalam kegiatan mendaki gunung, terutama di gunung Semeru yang menurut beliau kebanyakan orang yang hilang di sana adalah karena lalai dan berpisah dari rombongan karena kebanyakan orang yang hilang du gunung semeru adalah ketika turun dari puncak yang mana korban tengah keasyikan turun biasanya tidak menyadari kalau jalur yang dilewatinya bukan jalur dimana ia naik,
39
melainkan sedikit melenceng ke kanan maupun ke kiri jalur sehingga ketika mereka sadar hal tersebut sudahlah terlambat. Nah, untuk kalian para pendaki yang belum handal, (maaf kurang sopan,hoho) ini ada beberapa tips dari mas Nasihul Abidin selaku ahli dalam kegiatan daki mendaki gunung. Bekal, Persipan fisik, Logistik, Peralatan safety pendakian yang wajib harus dibawa Body system dimana minimal para pendaki ini harus berdua dan jangan pernah sendirian. Ini prosedur wajib yang harus selalu dilakukan dalam kegiatan yang memiliki resiko tinggi, baik di laut maupun di gunung Bawa logistic lebih, karena dalam standard pendakian setidaknya harus dilebihkan 2 hari dari rencana perjalanan untuk berjaga-jaga jika ada kejadian yang tidak diharapkan. Mental, karena ketika kondisi kita sudah menjadi survivor adalah tetap menjaga mental agar tetap stabil, tidak panic dan realistis dalam berfikir, dan kreatif dalam upaya terus bertahan hidup.
next issue