Display Studio Sintang 2 Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
MEET the TEAM
Afif Mubarok 19/443523/TK/48719
Qonieta Maulidya 19/443547/TK/48743
Anisa Nur Rahmaningtyas Anisa Nur Rahmaningtyas 19/439587/TK/48317
19/439587/TK/48317
Maharany Dewi Effendi 19/443539/TK/48735
Sasanda Mahesa Putri 19/443550/TK/48746
Muhammad Usamah 19/443543/TK/48739
Sekar Budi Dewani 19/443551/TK/48747
KONTEN
Neraca Sumber
1
Overview
6
2
Fisik Wilayah
7
Struktur Ruang
8
Pola Ruang
3
4
5
Sosial Kependudukan Ekonomi Sarana dan Prasarana
9 10
Daya Alam
Potensi Masalah Isu Strategis
OVERVIEW
1
Masalah
utama
Kabupaten
Sintang
adalah
pembangunan
infrastruktur wilayah masih belum optimal, ketidaksesuaian antara kondisi lingkungan di Kabupaten Sintang dan perannya sebagai heart of borneo, serta pendapatan daerah dan penanaman modal rendah
2 Kabupaten Sintang berpotensi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pengoptimalan pemanfaatan sumber daya dengan didukung lokasi yang strategis
3 Rekomendasi yang kami berikan untuk merespon potensi dan masalah adalah
dengan
pendekatan
ekstensifikasi
permukiman,
eco-sanctuary, dan agropolitan
4
Isu strategis yang kami analisis adalah kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia, inefisiensi mobilitas, kerugian dampak bencana banjir terhadap potensi pengembangan
Kabupaten
Sintang
sebagai
agropolitan,
peningkatan
laju
deforestasi, pengembangan dan pengelolaan agrikultur berbasis kelestarian lingkungan, kesiapan KSK ekonomi (Kec. Kayan Hilir, Dedai, dan Sungai Tabelian) sebagai kawasan agropolitan Kabupaten Sintang, dan potensi dan tantangan logistik air di Kabupaten Sintang
FISIK WILAYAH
Lokasi Kabupaten Sintang
LUAS WILAYAH
21.638 km²
Ibu Kota : Kec. SINTANG
Kabupaten Sintang 8
JARAK RELATIF SINTANG KE DAERAH PENTING
SINTANG - SARAWAK 200 km
SINTANG - JAKARTA 870 km
SINTANG - IKN 600 km
SINTANG - PONTIANAK 250 km 9
Batas Administrasi ➔ Utara
:Kab. Kapuas Hulu dan Malaysia
➔ Barat
: Kab. Sanggau dan Sekadau
➔ Selatan : Kab. Melawi dan Provinsi Kalimantan Tengah ➔ Timur
: Provinsi Kalimantan Tengah
Guna Lahan
DAS
Didominasi pertanian lahan kering campuran
DAS menjadi sumber ketersediaan air dan
sebesar 983.502 Ha (44,56%) dari luas total
jalur transportasi air
wilayah
Geologi
Jenis Tanah
Didominasi oleh Formasi Tebidah (18,61%) dan
Jenis tanah didominasi Latosol seluas 1,52jt Ha
Mensibau Granidiorite (10,70%)
(68,94%) dari luas wilayah
Topografi
Guna Lahan
Memiliki kemiringan rata-rata 15%-44%
tidak ada konflik antara peruntukan dengan penggunaan lahan
VISI DAN INDIKATOR
“Terciptanya Kabupaten Sintang sebagai beranda depan yang Kultural, Liveable, Accessible, dan Mandiri berbasis pembangunan tangguh dan lestari pada tahun 2045”
Komponen 1.
Beranda depan: kota representatif Indonesia yang terintegrasi dalam inisiatif BIMP-EAGA.
2.
Kultural: pelestarian dan pengembangan budaya yang ada.
3.
Liveable: terpenuhinya sarana dan prasarana serta kebutuhan lapangan pekerjaan
4.
Accessible: keterhubungan antar daerah di dalam maupun luar kabupaten yang baik dengan infrastruktur jalan yang mudah diakses dan kondisi baik serta mengurangi jalan yang tanah dan kerikil agar tangguh di segala musim.
5.
Mandiri: dapat mewujudkan perekonomian yang mandiri tanpa perlu bergantung pada pemerintah pusat sehingga dapat membuat keputusan sendiri yang mempercepat proses pembangunan Kabupaten Sintang
6.
Tangguh: pembangunan wilayah yang bisa bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan seiring zaman dan ancaman bencana seperti banjir
7.
Lestari: tidak mengubah guna lahan yang terlalu signifikan dan tetap mempertahankan luasan lahan hijau yang ada dengan mengedepankan sustainability pada semua aspek pembangunan. 16
VISI DAN INDIKATOR
No.
Komponen
Indikator Keberhasilan a.
Pembangunan 1 ICQS
b.
Perencanaan dan pembangunan wilayah berbasis mitigasi bencana sehingga tangguh dalam menangani bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, puting beliung.
c. 1.
Perencanaan berbasis Food Sensitive Planning yang meningkatkan daya dukung pertanian >1 dan daya
Beranda Depan yang
dukung air >1 di seluruh kecamatan serta
Tangguh dan Lestari
menurunkan angka stunting <14% d.
Pembangunan wilayah yang tetap mempertahankan proporsi luas hutan pada kisaran >40%
e.
Pengimplementasian doughnut economy dalam pembangunan wilayah yang seimbang antara kebutuhan manusia dan lingkungan. 17
VISI DAN INDIKATOR
No.
Komponen
Indikator Keberhasilan a.
Terbentuknya payung hukum dalam pemberian rekomendasi perizinan dan pengawasan usaha bidang kebudayaan dan pariwisata
b.
Meningkatnya nilai budaya lokal dalam kehidupan masyarakat yang rukun, toleran, dan memiliki semangat gotong royong
c.
2.
Terciptanya kawasan budaya dengan identitas lokal yang kuat
Beranda Depan yang
melalui penataan dan pengelolaan kawasan peruntukan
Kultural
budaya yang baik d.
Terbentuknya sarana prasarana serta badan/organisasi yang mewadahi kegiatan pelestarian dan pengembangan budaya seperti sanggar seni, gedung pusat kebudayaan, dan organisasi kesenian.
e.
Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata dan budaya pada pendapatan daerah PDRB
18
VISI DAN INDIKATOR
No.
Komponen
Indikator Keberhasilan a.
Tercapainya seluruh jangkauan fasilitas sarana dan prasarana dari luas wilayah Kabupaten Sintang (mengikuti pola
3.
Beranda Depan yang Livable
permukiman) b.
Penurunan indeks risiko bencana (<80)
c.
Penyediaan sarana dan prasarana tanpa mengurangi bahkan meningkatkan luasan RTH
19
VISI DAN INDIKATOR No.
Komponen
Indikator Keberhasilan a.
Peningkatan kualitas konstruksi kondisi jalan, bahu jalan, dan saluran samping jalan setidaknya minimal mencapai kondisi sedang sebanyak 90% dari total panjang jalan Kabupaten Sintang. (Angka didapat dengan preseden Kota Pontianak yang mencapai 91%)
b.
Peningkatan kualitas dermaga dan peningkatan akses jalan menuju pelabuhan yang sebagian besar berada pada kondisi rusak
c. 4.
Mengaktifkan kembali transportasi umum dalam kota, antar kota dan
Beranda depan yang
pedesaan yang sudah bangkrut dengan indikator load factor yang
Accessible
berada di kisaran 30-70% serta memperbarui angkutan yang lebih ramah lingkungan (Bio Fuel Bus) dan pengadaan angkutan jarak jauh yang baru yaitu green train dengan kapasitas 270 penumpang/train set d.
Peningkatan sarana dan prasarana titik-titik hub transportasi air pada titik strategis yang terhubung dengan kawasan produksi
e.
Memperbaiki kualitas dan meningkatkan konstruksi jembatan menuju kondisi baik 100% 20
VISI DAN INDIKATOR
No.
Komponen
Indikator Keberhasilan a.
PDRB meningkat lebih dari 100%
b.
Kontribusi sektor industri dan transportasi pada PDRB ADHB lebih dari 15%
5.
Beranda depan yang Mandiri
c.
PMA dan PMD meningkat 70 persen
d.
Realisasi PMA dan PMD lebih dari 80% persen
e.
Jumlah export import meningkat 70 persen
f.
100 ha kawasan industri baru yang sustainable
21
SOSIAL KEPENDUDUKAN
Pertumbuhan
Persebaran
Penduduk
Penduduk
Meningkat +-50.000 jiwa
Laju Pertumbuhan
Proyeksi
Penduduk
Penduduk
KEPADATAN Terbesar : Kelam Permai 388,64 Terbesar : Sintang 2,17
Terkecil : Ketungau Tengah 5,18 Terbesar : Ambalau 207,29
Terkecil : Ambalau 0,02
Terkecil : Ambalau 127,23
Brutto
Netto
Fisiologis
Average : 0,19 jiwa/ha
Average: 344 jiwa/ha
Average: 11,92 jiwa/ha
Kategori rendah
Kategori tinggi
Kategori rendah
SNI 03-1773-2004
Penduduk Kabupaten Sintang sedang mengalami Bonus Demografi
DR : 46,39 Setiap
100
orang berusia produktif, terdapat tanggungan
1
belum dan tidak produktif.
47
penduduk
AHH (%) Lebih tinggi daripada Kalbar dan Indonesia Cukup Baik
KESE HATAN Tingkat kesehatan di Kabupaten Sintang masih belum optimal,
Stunting Stunting 2020 : Masih jauh dari RPJMN 2020-2014 Buruk
terutama kesehatan pada bayi
APK Menurun
APM Menurun
PENDIDI KAN Program pembangunan pendidikan Belum Maksimal dan Program Pendidikan Belum Berhasil
AMH Dibawah rata-rata Kalbar dan Indonesia
Pendapatan Meningkat 7,07 juta rupiah, indikasi program hilirisasi industri pemerintah berhasil
Pengeluaran Meningkat 0,43 juta rupiah, indikasi daya beli dan kesejahteraan masyarakat meningkat
Pola permukiman berdasarkan etnik bersifat menyebar
-Putri, 2003
Melayu
Dayak
Tionghoa
Random pattern ;
Dispersed pattern ;
Cluster pattern ;
cenderung tinggal di
cenderung tinggal di
cenderung tinggal di
dataran banjir, pinggir
dataran rawa dan daerah
tempat strategis secara
sungai, dan jalan
pedalaman
ekonomi seperti pasar
EKONOMI
Pertumbuhan PDRB
Rp 2.512 Miliar
-Putri, 2003
Laju Pertumbuhan
Proyeksi PDRB
Analisis Penentuan Sektor
1
Unggul 2
3
4
Analisis SLQ DLQ Analisis Shift-Share Analisis Tipologi Klassen Penjumlahan
SLQ
DLQ
Hasil Analisis SLQ-DLQ Kriteria
DLQ>1
DLQ<1
SLQ>1
Unggulan Potensial •Pertanian, Kehutanan, dan •Pertambangan dan Perikanan Penggalian •Penyediaan Akomodasi dan •Konstruksi Makan Minum •Perdagangan Besar dan •Jasa Pendidikan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda •Informasi dan Komunikasi •Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
SLQ<1
Berkembang •Industri Pengolahan •Pengadaan Listrik dan Gas •Transportasi dan Pergudangan •Jasa Perusahaan •Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
Terbelakang •Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur •Jasa Keuangan dan Asuransi •Real Estate •Jasa Lainnya
SHIFT SHARE
Hasil Analisis Shift-Share
TIPOLOGI KLASSEN
Hasil Analisis Tipologi Klassen Y sektor ≥ Y PDRB
r sektor ≥ r PDRB
Sektor Cepat Maju dan Cepat Tumbuh ∙ Konstruksi
Y sektor < Y PDRB ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙
Sektor Berkembang Cepat Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Sektor Relatif Tertinggal
r sektor ≤ r PDRB
∙ ∙
Sektor Maju tapi Tertekan Transportasi dan Pergudangan Jasa Keuangan dan Asuransi
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙
Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Lain
Kesimpulan Sektor Unggul
5 sektor terunggul Kabupaten Sintang adalah : 1. Pertanian Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Informasi dan Komunikasi 4. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5. Konstruksi
Klaster Terdapat spesialisasi pada sektor usaha A, B H, dan J
Tipologi Klassen Spasial Tahun 2020 kembali ke Daerah Tertekan dalam Proses Membangun
Williamson rendah Menurun
Ketimpangan Wilayah
In. Gini
Ketimpangan wilayah Kabupaten Sintang
Kategori Rendah
rendah
dibawah rata-rata Kalbar dan Indonesia
Entrophy Kategori rendah Menurun
Kemiskinan Angka kemiskinan Kabupaten Sintang Cukup Tinggi , Tertinggi ke-5 se- Kalimantan Barat
Terendah
Produktivitas Sektoral Sektor pertanian, perkebunan, perburuan, dan Tertinggi
perikanan memiliki produktivitas terendah
Angkatan Kerja Angkatan kerja di Kabupaten Sintang mayoritas lulusan sekolah dasar dan semakin ke atas semakin sedikit
SARANA DAN PRASARANA
Sarana Belum Mencukupi Kesehatan
Peribadatan
Perdagangan/Jasa
345
742
1613
unit
unit
unit
227 Balai Pengobatan warga
612 Masjid
14 BKIA/Klinik Bersalin
130 Vihara
1562 Toko dan Warung 51 Pertokoan
100 Praktek Dokter 4 Apotik/Rumah obat
Perhitungan mengacu pada penduduk pendukung berdasarkan SNI 03-1733-2004 dan ditemukan adanya backlog sarana di Kabupaten Sintang untuk tahun 2045 pada sarana Kesehatan, Peribadatan, serta Perdagangan dan Jasa.
Sarana Pendidikan
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, didapatkan bahwa jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Sintang sangat memenuhi
Sarana Kesehatan
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, didapatkan bahwa jumlah balai pengobatan, polindes, dan praktek dokter masih membutuhkan tambahan sarana. Sedangkan posyandu, apotik, rumah sakit, puskesmas, dan puskesmas pembantu jumlahnya telah tercukupi
Sarana Peribadatan
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, didapatkan bahwa jumlah masjid, pura, dan vihara pada tahun 2020 belum mencukupi standar penduduk pendukung. Sedangkan jumlah mushola dan gereja pada tahun 2020 telah mencukupi
Sarana Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, didapatkan bahwa hanya sarana pasar yang jumlahnya telah mencukupi kebutuhan eksisting dan proyeksi masyarakat Kabupaten Sintang
Sarana Pariwisata Tempat wisata terfokus di Kabupaten Sintang bagian barat, tengah, dan timur.
Drainase Masih mengandalkan parit dan sungai kecil.
Listrik Jumlah pengguna listrik cenderung terus meningkat setiap tahunnya.
Transportasi Mayoritas sepeda motor Transportasi umum terbatas karena kondisi jalan
Persampahan Sistem pembuangan sampah didominasi: dibakar, dikubur dan dibuang ke badan air atau lahan kosong
Air Limbah Belum ada SPAL Air limbah langsung dibuang ke badan air.
Air Bersih Cakupan air bersih baru mencapai 40% pada skala perkotaan dan 28% pada skala perdesaan.
Jalan
Jembatan
48% kerikil, 39% tanah,
47,08% rusak
dan 13% aspal
NERACA SUMBER DAYA ALAM
Peta Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan
Perkebunan
Hortikultura Buah
Hortikultura Sayur
Hortikultura Biofarmaka
Peta Neraca Sumber Daya Alam
Pertanian Tanaman Pangan
Peternakan Ruminansia
Perikanan Budidaya
Neraca Sumber Daya Alam
text
STRUKTUR RUANG: Identifikasi
Agregasi Permukiman
Setelah dilakukan analisis average nearest neighbor, agregasi permukiman membentuk cluster/bergerombol dengan nilai NNR=0,2
Analisis Agregasi Fasilitas
1
Skalogram
2
Marshall
3
Kernell
4
Jaringan Penghubung
Skalogram
Marshall
Skalogram
Marshall
Kernell Density
Isi
66
Jaringan Penghubung
Pola Jaringan Tree • Pada simpul 6-10 banyak ditemukan jalan buntu • Tidak adanya jaringan penghubung formal pada simpul 7 dan 9
STRUKTUR RUANG
Matriks Pelayanan Klasifikasi Simpul
Kriteria Berdasar UU No 26 tahun 2007
68
STRUKTUR RUANG: Evaluasi
Potensi Simpul Terdapat 5 area yang menjadi potensi simpul baru, yaitu - Desa Nanga Merkak - Desa Setungkup - Desa Kebong - Desa Nanga Mau - Desa Nanga Payak
Aksesibilitas Berdasarkan
peta
Overlay
antara
jangkauan fasilitas dengan kawasan permukiman yang ada mengindikasikan bahwa semakin tumpang tindih warna yang ada maka semakin tinggi pula tingkat keterjangkauannya.
Konektivitas Berdasarkan analisis Mobilitas, diketahui bahwa Kabupaten Sintang memiliki simpul sebanyak
10
penghubung. Vertices (v) = 10 Edge (e)
= 14
titik
dan
14
garis
Konektivitas ● Indeks Alpha jaringan di Kabupaten Sintang masih memiliki konektivitas yang cukup rendah antar simpul atau dengan kata lain bahwa tidak semua simpul terhubung sempurna. ● Indeks Beta Hasil analisis menggambarkan bahwa tiap simpul yang ada sudah memiliki lebih dari 1 penghubung dan jaringannya memiliki putaran siklus pada beberapa simpulnya dan tergolong kompleks. ● Indeks Gamma Hasil analisis mengartikan bahwa konektivitas yang tersedia
baru
memungkinkan
memenuhi
separuh
jaringan
yang
Mobilitas Secara keseluruhan efisiensi jaringan terhadap jarak antar simpul permukiman perkotaan tergolong tidak efisien karena nilainya berada diantara 0,05 – 0,08. Namun masih terdapat simpul 3-7 dengan nilai 0,605 dan simpul 7-8 dengan nilai 0,365 yang tergolong cukup efisien
Interaksi Semakin besar hasil perhitungan menunjukkan semakin besar pula besar interaksi antar simpul. Dapat dilihat pada data berikut interaksi antar simpul paling banyak terdapat di simpul
3
dan
selanjutnya simpul seterusnya.
yaitu 1
dan Kemudian
untuk simpul dengan interaksi rendah yaitu simpul 9 dan 10.
Hasil Analisis Skoring Identifikasi - Evaluasi
POLA RUANG: Identifikasi
KERANGKA BERPIKIR
Guna Lahan Eksisting
Permen ATR No.14
RTRW Kabupaten
Tahun 2021
Sintang 2016-2036
16
07
02
16
07
02
Guna Lahan
Pola Ruang
Kesesuaian Lahan
Guna Lahan
Pola Ruang
Kesesuaian Lahan
Pola Ruang RTRW
Permen ATR No.14
RTRW Kabupaten
Tahun 2021
Sintang 2016-2036
08
04
02
08
04
02
Guna Lahan
Pola Ruang
Fungsi Lahan
Guna Lahan
Pola Ruang
Fungsi Lahan
POLA RUANG: Evaluasi Suitability Analysis
KERANGKA BERPIKIR
Fungsi Budidaya
Evaluasi Guna Lahan Eksisting
45,05% Sesuai
54,95%
Tidak Sesuai
Fungsi Lindung
13,49% Sesuai
86,51%
Tidak Sesuai
Fungsi Budidaya
Evaluasi Pola Ruang Rencana RTRW
49,43% Sesuai
50,57%
Tidak Sesuai
Fungsi Lindung
3,92% Sesuai
96,08%
Tidak Sesuai
Kesesuaian Lahan Ecological Sensitivity
Kesesuaian Lahan Sustainable Developability
POLA RUANG
Kesesuaian Pengembangan Lahan Guna Lahan Eksisting
Evaluasi Kesesuaian
Kesesuaian Pengembangan Lahan Pola Ruang Rencana
Evaluasi Kesesuaian
52%
42%
6%
60%
36%
4%
Sesuai
Sesuai Bersyar at
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai Bersyar at
Tidak Sesuai
Evaluasi Lahan Permukiman (eksisting)
Pada tahun 2045 diprediksi bahwa penduduk Kabupaten Sintang mencapai 596.412 Jiwa dan membutuhkan penambahan luas lahan permukiman sebesar 3.720.07Ha.
Evaluasi Lahan Permukiman (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002)
Luas lahan permukiman eksisting mencukupi untuk kebutuhan lahan pada tahun 2021 dan juga tahun 2045 sehingga tidak diperlukan penambahan luas lahan permukiman. Kebutuhan lahan pada tahun 2045 berjumlah 536,771 Ha.
ISU STRATEGIS
Isu Strategis
Nilai Skala Kriteria
Nilai Pembobotan Kriteria
Total
Peringkat
1
2
3
4
1
2
3
4
Kesejahteraan dan Kualitas Sumber Daya Manusia
4
5
2
5
120
125
50
100
411
6
Inefisiensi Mobilitas
5
4
3
2
150
100
75
40
379
7
Analisis Kerugian Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi Pengembangan Kabupaten Sintang sebagai Agropolitan
5
4
5
5
150
100
125
100
494
1
Peningkatan Laju Deforestasi
4
4
5
5
120
100
125
100
463
2
Pengembangan dan Pengelolaan Agrikultur Berbasis Kelestarian Lingkungan
5
4
4
4
150
100
100
80
447
3
Kesiapan KSK Ekonomi (Kec. Kayan Hilir, Dedai, dan Sungai Tabelian) sebagai Kawasan Agropolitan Kabupaten Sintang
5
4
3
4
150
100
75
80
421
5
Potensi dan Tantangan Logitik Air di Kabupaten Sintang
4
4
4
5
120
100
100
100
437
4
Potensi Wisata Alam
3
3
3
3
90
75
75
60
312
9
Potensi Sumber daya air
3
4
4
1
90
100
100
20
322
8
Sarana Prasana Belum Memadai
3
3
3
2
90
75
75
40
291
10
Analisis Kerugian Dampak Bencana
Peningkatan Banjir Terhadap Potensi Laju Pengembangan
Deforestasi di
Kabupaten Sintang
Kabupaten Sebagai Agropolitan Sintang
Afif Mubarok 19/443523/TK/48719
Latar
1
Banjir: Deforestasi - Curah Hujan Akumulasi deforestasi 20 tahun terakhir dan curah
Belakang
hujan yang tinggi menjadi penyebab banjir Sintang
Kenapa Banjir? Kenapa Agropolitan?
Kondisi Sungai dan Morfologi
2
Sintang Sungai tidak sanggup menampung air dari hulu dan bentuk Sintang yang seperti mangkok (digestforest.com)
4 Agropolitan
3
Rawan Banjir Area kerawanan banjir tinggi → cukup luas → dampak yang signifikan → perlu pencegahan lebih lanjut
Sumber daya alam dan komoditas Kabupaten Sintang yang mendukung sebagai agropolitan dapat terkena dampak
Kerangka Berpikir
Temuan
Analisis Penyusun, 2021
Temuan
Temuan
Pembahasan
Kesimpulan Dilakukan analisis spasial menggunakan bencana banjir yang memiliki kerawanan tinggi lalu dilakukan tumpang tindih (overlay) dengan guna lahan untuk mengetahui luasan guna lahan yang terdampak. Digunakan pendekatan guna lahan yang mendukung agropolitan Kabupaten Sintang untuk dapat mengakomodasi konsep perkembangan wilayah pada masa mendatang. Hasilnya, kerugian nominal (asset) yang terjadi ketika banjir datang pada kawasan rawan tinggi terhitung 5,4 Triliun rupiah. Diperlukan intervensi dan terobosan untuk meminimalisir kerugian.
Rekomendasi 1. Melakukan pembatasan dan pengawasan deforestasi bersama masyarakat terutama di daerah kawasan hulu sungai. 2. Penerapan konsep kawasan agropolitan yang berbasis ketahanan bencana agar mengurangi risiko kerugian. 3. Perbaikan dan pembangunan sarana-prasarana drainase, tanggul sungai, normalisasi/naturalisasi sungai
Peningkatan
Kesejahteraan dan
Laju Kualitas Sumber Deforestasi Daya Manusia
di
Kabupaten Sintang Anisa Nur Rahmaningtyas 19/439587/TK/48317
LATAR BELAKANG Bonus Demografis
Indikator ● IPM
Memengaruhi
● Kemiskinan ● Kondisi Sarana dan
Kualitas SDM
Prasarana
Keberhasilan POTENSI jika
MASALAH jika
Pembangunan
kualitas baik
kualitas tidak
Wilayah
dan mumpuni
baik
Pendukung
Kesejahteraan Menentukan
KERANGKA BERPIKIR
IPM 7/14
Kemiskinan 66.88
Sedang
Cenderung Meningkat
5/14
9,27
Turun dalam 2 tahun terakhir
Keterkaitan IPM dan Kemiskinan Multiple Regression R
0,783 Y = 8,814 - 1,299X₁ - 0,933X₂ + 2,013X₃
R²
0,613
Signifikansi AHH: 0,243 RLS: 0,175 Pengeluaran: 0,098
Kemampuan Dimensi-Dimensi IPM dalam menjelaskan kemiskinan adalah 61%. Korelasi dimensi IPM dengan kemiskinan tidak signifikan, artinya terdapat faktor selain IPM yang juga memengaruhi kemiskinan.
Keterkaitan IPM dan PDRB Simple Regression R
0,994 Y = 1,914 - 0,994X₁
R²
0,987 Kemampuan IPM dalam menjelaskan peningkatan PDRB adalah 99%. Korelasi dimensi IPM dengan PDRB sangat signifikan, artinya peningkatan IPM sangat berdampak pada peningkatan PDRB.
Dimensi Pendidikan 7/14
RLS
HLS
7,07
12,03
Angka RLS tidak sebanding HLS
Menurun seiring jenjang pendidikan yang lebih tinggi → INDIKASI PUTUS SEKOLAH
Dimensi Pendidikan
Kapasitas sekolah tidak sesuai SNI sehingga dilakukan perhitungan ulang
Aksesibilitas Pendidikan Akses SD
Akses SMA
Akses SMP
Aksesibilitas Pendidikan Kecamatan yang didominasi akses pendidikan sulit: Serawai, Sepauk, Kayan Hilir.
Dimensi Kesehatan 8/14
AHH
Stunting
71,71
0,31
Angka Harapan Hidup selalu meningkat
Penurunan Angka Stunting
dari tahun ke tahun
Belum Memenuhi Target
Dimensi Kesehatan 43% dari keseluruhan desa di Kabupaten Sintang memiliki aksesibilitas kesehatan sulit, sedangkan 28% desa memiliki aksesibilitas sangat sulit.
Aksesibilitas Pendidikan Kecamatan Serawai, Kayan Hulu, dan Ketungau Tengah didominasi desa dengan aksesibilitas kesehatan sangat sulit. Kecamatan Sepauk, Sungai Tebellian, Kayan Hilir, Ketunagu Hilir, dan Ketungau Hulu didominasi aksesibilitas kesehatan sulit.
Dimensi Pengeluaran 5/14
Rp8.728.000 per tahun
Pengeluaran per kapita lebih rendah dari
Pengeluaran per kapita dipengaruhi oleh beberapa
Kota Pontianak.
faktor, diantaranya tingkat pendapatan, pendidikan, kebutuhan, kebiasaan masyarakat, dan harga barang.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Kabupaten Sintang didominasi oleh lulusan sekolah dasar. Lebih dari 140.000 tenaga kerja bekerja pada sektor agrikultur dan perikanan. Dapat dilihat korelasi antara tingkat pendidikan dengan jenis kegiatan yang ditekuni, tenaga kerja dengan dominansi tingkat pendidikan rendah sejalan dengan banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada sektor informal agrikultur.
Produktivitas Sektoral
Produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perburuan, dan perikanan memiliki produktivitas terendah (23,38). Dapat diartikan bahwa upah yang didapatkan oleh masing-masing tenaga kerja di sektor tersebut sangat sedikit dibandingkan output PDRB yang dihasilkan. Sektor yang memiliki produktivitas sektoral terbesar antara lain konstruksi; transportasi, pergudangan, dan komunikasi; serta industri.
Faktor
Kondisi Jalan
Penghambat Pola Permukiman Menyebar dan Tidak Terencana
Kabupaten Sintang memiliki banyak jalan terputus
yang
disebabkan
karena
mayoritas permukaan jalan masih berupa tanah dan kerikil.
Faktor Lain Kondisi ekonomi masyarakat, kelayakan sarara dan prasarana, kualitas dan pendistribusian tenaga pendidik/medis, anggaran kabupaten.
Kesimpulan 1. Nilai IPM dan Kemiskinan di Kabupaten Sintang memiliki korelasi, sehingga angka kemiskinan dapat diturunkan melalui peningkatan kualitas
Pengetahuan Rendah
SDM 2. Kemiskinan berhubungan
bersifat dengan
struktural hambatan
karena struktural
dalam mengakses layanan sosial (permukiman layak,
pendidikan,
kesehatan,
pekerjaan,
kebutuhan dasar) yang mengakibatkan kualitas sumber daya manusia rendah sehingga tidak dapat meningkatkan kesejahteraan 3. Diperlukan kebijakan bersifat advokatif dan inklusif untuk mengubah struktur sosial tersebut.
Daya Beli Pendidikan & Informasi Rendah
Produksi Rendah Kinerja Rendah
Pendapatan Rendah
Miskin Produksi Rendah
Kesehatan Rendah Status Gizi Rendah
Konsumsi Rendah Sarpras Dasar Permukiman Tidak Layak
Tabungan Rendah
Modal Kecil
Rekomendasi 1. Peningkatan akses pelayanan pendidikan, kesehatan, dan permukiman dasar dengan penambahan fasilitas yang merata 2. Perbaikan pendataan guru sehingga penyebaran guru lebih merata 3. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan transportasi umum sehingga memudahkan masyarakat dalam menjangkau fasilitas pelayanan dasar 4. Optimalisasi pemanfaatan teknologi dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sehingga informasi edukasi dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat, tentunya dengan peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana telekomunikasi 5. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan atau workshop pada kecamatan berkapasitas sosial rendah untuk meningkatkan kualitas SDM sehingga produktif dalam ketenagakerjaan 6. Hilirisasi industri produk agrikultur 7. Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur regional bandara dan pelabuhan untuk mendukung hilirisasi produksi
Rekomendasi 1. Pemberdayaan masyarakat melalui dukungan pada UMKM industri pengolahan secara berkelompok untuk meningkatkan diversifikasi produk dan daya jual produk agrikultur serta pendapatan masyarakat 2. Program transmigrasi guna memperbaiki pola permukiman sehingga mempermudah dalam pemerataan akses layanan dasar 3. Optimalisasi simpul dengan melakukan intensifikasi permukiman di sekitar simpul, sehingga pembangunan fasilitas menjadi lebih efisien dan merata 4. Pengalokasian kawasan khusus pendidikan dengan sarana pendidikan sekaligus tempat tinggal siswa 5. Peningkatan sarana yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan masyarakat, contohnya pembangunan jamban dan IPAL komunal pada kelompok permukiman 6. Penggalakan program sanitasi berbasis kesadaran masyarakat
Peningkatan Inefisiensi Laju Mobilitas Deforestasi di Kabupaten Sintang Maharany Dewi Effendi 19/443539/TK/48735
LATAR BELAKANG Kondisi Eksisting
Padahal…
Panjang jalan yang merupakan
Infrastruktur transportasi
wewenang Kabupaten Sintang
merupakan salah satu
dengan kondisi permukaan
infrastruktur kunci dalam
aspal, masih di bawah 20%
mendorong pertumbuhan
dan terus menurun 11,96%
perekonomian dan
dari panjang total pada tahun
pembangunan suatu
2020.
daerah
Inefisiensi Mobilitas Dengan adanya kondisi tersebut menyebabkan inefisiensi mobilitas sehingga aktivitas perekonomian menjadi terhambat dan skala jangkauan masyarakat menjadi semakin sempit
KERANGKA BERPIKIR
Tingkat kemudahan tertinggi masyarakat untuk mengakses pelayanan fasilitas yang tersedia hanya terdapat di Kecamatan Sintang
Secara keseluruhan efisiensi jaringan terhadap jarak antar simpul permukiman perkotaan tergolong tidak
efisien
Temuan 1. Terdapat ketidaksesuaian antara strategi RTRW Kabupaten Sintang tahun 2016-2036 dengan kondisi eksisting Kabupaten Sintang 2016-2020 2. Kondisi infrastruktur berdampak langsung pada peningkatan PDRB dan juga berdampak tidak langsung pada peningkatan pembentukan modal serta jumlah pekerja 3. Variabel panjang jalan berkontribusi sebesar 43% terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi 4. Rendahnya kualitas infrastruktur transportasi dapat menyebabkan Kabupaten Sintang mengalami transport poverty yang kedepannya akan berujung pada social exclusion
Persamaan Regresi Persamaan model regresi dibuat untuk menjadi alat prediksi/estimasi seberapa jauh pengaruh panjang jalan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sintang Y = 0,713 + 9,98X
Y = Percepatan pertumbuhan ekonomi X = Panjang jalan (km)
Kesimpulan
Rekomendasi
Wilayah yang memiliki kecukupan infrastruktur, dalam arti mempunyai aksesibilitas yang tinggi/mobilitas yang efisien, akan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi sehingga permasalahan infrastruktur transportasi darat perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Sintang sebab kondisi ini menghambat perekonomian wilayah sekaligus pembangunan daerah. Selain itu, kondisi ini juga dapat mengakibatkan Kabupaten Sintang mengalami social exclusion jika tidak ditangani dengan tepat.
1. Menyusun kebijakan program peningkatan infrastruktur (dapat berupa perpanjangan jalan atau peningkatan skala pelayanan) 2. Membenahi prasarana jalan yang sudah rusak 3. Melakukan pemeliharaan infrastruktur jalan secara berkala
Peningkatan Peluang dan Laju Tantangan
Deforestasi di Logistik Air Kabupaten Sintang Muhammad Usamah 19/443543/TK/48739
Latar Logistik air lebih murah dan efisien serta
Belakang
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat
Pembangunan Pelabuhan Kijing dan PLBN Sei Kelik meningkatkan pangsa pasar masyarakat
Salah satu penghasil sawit dan karet terbesar di Kalimantan Barat
Harga pengiriman yang mahal dan keterbatasan pelayaran mengakibatkan inefisiensi logistik
Kerangka Berpikir
Identifikasi Kepelabuhan
Pelabuhan Regional
Pelabuhan Regional
Pelabuhan Pengumpul
Jawa
Kalimantan Barat
Kabupaten Sintang
Pelabuhan Tanjung Priok
Pelabuhan Diwkora
Pelabuhan Sungai Durian
NOW
avg : 3.750/kg
avg : 5.000/kg
min : 50 kg
min : 50-100 kg
time : 3-5 days
time = 2-3 days
Pelabuhan Tanjung Priok
LATER
Pelabuhan Kijing
Pelabuhan Sungai Durian
decreasing
Still 5.000/kg ??
min : 50 kg
min : 50-100 kg
time : 3-5 days
time = 2-3 days
Pelacakan
Ekspor-Impor
Belum Baik
Lumayan
per 10 Desember, selama 2 minggu terakhir
per 2020 Kabupaen Sintang telah
tidak ada kabar
ekspor 1.078.989 ton CPO
Infrastruktur
Kualitas
Belum Baik
Belum Baik
kebanyakan hanya memiliki gudang, lapangan,
Kapal kecil serta tempat penyimpanan minim
dan dermaga kecil
Administrasi Belum Baik Diperkirakan masih paper based
Performa Logistik Belum Baik
Waktu Belum Baik Tidak ada alat khusus
Tidak ada demand
Tidak ada supply
Tidak ada supply
Tidak Terlayani
Supply
Jangkauan
Demand
Terdapat 3 titik
Sebagian memiliki jarak
Terdapat 2 titik
ketidaksesuaian
dibawah 80 km
ketidakseusaian
SNI 03-1773-2004
Supply & Demand
Daerah A
Daerah B Daerah C
Kesimpulan
Rekomendasi
• Peluang logistik air di Kabupaten Sintang adalah peningkatan pangsa pasar petani, UMKM, serta industri melalui Pelabuhan Kijing dan PLBN Sei Kelik • Tantangan logistik air Kabupaten Sintang adalah performa yang belum baik serta kurang seimbangnya antara supply, demand, serta fasilitas kepelabuhan di beberapa titik menyebabkan alur kapal tidak loop.
1. Perlu adanya pembangunan pasar dan pelabuhan serta pendorongan pembangunan UMKM atau industri di daerah A. B. dan C. 2. Peningkatan performa pelabuhan melalui peningkatan infrastruktur, transparansi data di platform online, prevensi sedimentasi, serta perhitungan kedalaman laut.
Kesiapan Kawasan Strategis dari sudut
Peningkatan Kepentingan Ekonomi (Kec.Kayan Hilir, Laju Dedai, Sungai
Deforestasi di
Tebelian) sebagai
Kabupaten Kawasan Agropolitan SintangSintang Kabupaten Qonieta Maulidya 19/443547/TK/48743
Kesenjangan Pembangunan
1
antar Wilayah Hubungan urban-rural linkage yang kurang kuat menyebabkan adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah
Latar Belakang
2
Potensi Sumber Daya Alam Melimpah Sumber daya alam terutama yang berasal dari komoditas pertanian dapat mengatasi disparitas wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
4 Perpanjangan Rantai Nilai Komoditas Unggulan
3
Mandat RTRW Kab.Sintang 2016-2036 Berdasarkan rencana tata ruang tersebut wilayah Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Dedai, dan
Sektor pertanian merupakan sektor basis dan
Kecamatan Sungai Tabelian termasuk kawasan
unggulan yang masih dimanfaatkan menjadi
strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang
produk mentah yang memiliki nilai jual rendah.
dimaksudkan sebagai kawasan agropolitan.
Kerangka Berpikir
Hasil Temuan
Berdasarkan hasil perhitungan AHP dapat diketahui kesiapan Kawasan Strategis sebagai kawasan agropolitan Kabupaten sintang termasuk ke dalam kategori siap. Siap menjadi kawasan agropolitan dilihat dari faktor: - Potensi Fisik: Iklim, Climate Soil, Jenis Tanah, Ketinggian, Kemiringan, Guna Lahan - Agribisnis : Agribisnis hulu, Usaha tani primer, Agribisnis hilir, Penduduk - Komoditas : Komoditas pertanian yang unggulan di Kabupaten Sintang - Infrastruktur : Infrastruktur pendukung agribisnis, perdagangan, perbankan - Kelembagaan: Lembaga pendidikan dan pelatihan bagi kelompok tani
Kesimpulan
Rekomendasi
• Potensi fisik termasuk kedalam kategori mendukung sebagai kawasan agropolitan dengan luas lahan
mendukung kegiatan agribisnis seperti gudang,
pertanian 87% • Potensi agribisnis termasuk dalam kategori mendukung • Potensi komoditas termasuk dalam kategori kurang mendukung • Potensi infrastruktur termasuk dalam kategori kurang • Potensi kelembagaan termasuk dalam kategori kurang mendukung • Berdasarkan hasil skoring dan pembobotan AHP dilihat kriteria
sub terminal, sarana perdagangan dari hulu hingga ke hilir. 2. Perlu
adanya
peningkatan
SDM
melalui
pelatihan dan pengembangan kelompok Tani
mendukung
dari
1. Perlu adanya pembangunan infrastruktur yang
diatas
Kawasan
Strategis
siap
dikembangkan menjadi kawasan agropolitan namun perlu perbaikan pada faktor komoditas, infrastruktur, dan kelembagaan.
dengan pendekatan Agro-Technopolitan 3. Perlu adanya pengoptimalan urban-rural linkage antara pusat kota yaitu kecamatan sintang dengan
kawasan
strategis
kedalam kawasan perdesaan.
yang
masuk
Peningkatan Peningkatan Laju Laju Deforestasi Kabupaten Deforestasi di Sintang Kabupaten Sintang Sasanda Mahesa Putri 19/443550/TK/48746
Latar Belakang & Kerangka Berpikir Luas
59%
Kabupaten
Sintang
merupakan kawasan hutan (lindung dan produksi)
Pada November lalu, Kabupaten Sintang menjadi sorotan karena terjadi banjir selama 4 pekan dimana merupakan banjir terparah selama 20 tahun terakhir Salah satu penyebabnya yaitu konversi lahan yang masif atau meningkatnya deforestasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Hutan 300 3,000 Taman Nasional Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas Areal Penggunaan Lain
1,000 100
0 20 0 20 0 0 20 1 0 20 2 0 20 3 0 20 4 0 20 5 0 20 6 0 20 7 0 20 8 0 20 9 1 20 0 1 20 1 1 20 2 1 20 3 1 20 4 1 20 5 1 20 6 1 20 7 1 20 8 19
Hutan Produksi Konversi
2,000 200
Km²
Hutan Produksi
• Data diatas merupakan luas deforestasi Kabupaten Sintang sejak tahun 2000 hingga 2019 Sumber: Sosial-ekonomi: BPS Area hutan: Sintang BAPPEDA
HASIL DAN PEMBAHASAN Deforestasi Deforestasi Kawasan Hutan (1990 - 2015)
Persentase Deforestasi Kawasan Hutan (1990 - 2015) Kab. Landak
400.000400 Ha Kab. Melawi
2.4%
4.1% Kab. Sanggau
300.000300 Ha
4.8% Kab. Sambas 4.9%
200.000200 Ha
Kab. Ketapang
Kab. Sintang
49.7%
5.5%
100.000100 Ha Kab. Kapuas Hulu 8.5%
Ka b. S
an gg Ka au b. Ke ta pa ng Ka b. Si Ka nt b. an Ka g pu as H ul Ka u b. Se ka da u Ka b. Ka M el b. aw Ka i ya ng Ut Ka ar b. a Ku bu Ka Ra b. ya si ng ka w Ko an ta g Po nt ia na k
Ka
b.
M
em
an
pa w
ah
k da
g Ka b. L
gk ay an
en
Ka b. B
Ka
b. S
am
ba
s
0
Total deforestasi kawasan hutan Kabupaten Sintang dari tahun 1990 - 2015 seluas 41.704,62 Ha
Kab. Kubu Raya 13.5%
Persentase deforestasi sebesar 5,26%, sehingga deforestasi Kabupaten Sintang tergolong tinggi, yakni peringkat keempat setelah Kab. Ketapang, Kab. Kubu Raya, dan Kab. Kapuas Hulu
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebakaran Hutan Indeks Rawan Karhutla Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kebakaran hutan di Kabupaten Sintang disebabkan oleh kondisi kemarau yang ekstrem, pembakaran hutan secara ilegal baik oleh masyarakat maupun perusahaan sawit. Namun, sebagian besar disebabkan oleh masyarakat yang membersihkan lahan dengan cara dibakar
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanian dan Perkebunan Tumpang Tindih Permukiman dengan Kawasan Hutan Beberapa masyarakat adat maupun lokal di Kabupaten Sintang masih membangun permukiman berada pada kawasan hutan karena belum dilakukan penetapan areal nilai konservasi tinggi (NKT) yang bertujuan untuk Luas lahan pertanian pangan dan perkebunan eksisting Kabupaten Sintang tergolong tinggi dengan pertanian pangan seluas 42.235 Ha dan perkebunan seluas 185.275 Ha
menggambarkan kawasan lindung dan konservasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Emisi Deforestasi Kawasan Hutan Kabupaten Sintang Deforestasi
yang
terjadi
di
Kabupaten Sintang mengakibatkan tingginya emisi yang dihasilkan. Pada tahun 2006 - 2009 emisi yang dihasilkan
mencapai
4.615.159
Ton CO2E yang merupakan emisi tertinggi yang dihasilkan selama kurun waktu 25 tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dampak Deforestasi
Menurunnya kualitas tanah
Banjir
Berkurangnya
Berkurangnya daerah
tutupan lahan
resapan air
Kesimpulan
Rekomendasi
• Penyebab deforestasi Kabupaten Sintang diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan, kebakaran hutan, pertanian dan perkebunan serta tumpang tindih permukiman • Berdasarkan hasil temuan, perubahan alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama • Deforestasi mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah, berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap air, peningkatan emisi gas
1. Perlu adanya pembaharuan data agar dapat menjadi dasar pertimbangan tata kelola hutan dan penetapan kebijakan 2. Pemantauan dan melakukan tindak tegas atas pelanggaran 3. Memperketat perizinan pembangunan lahan perkebunan kelapa sawit 4. Peningkatan efisiensi produktivitas perkebunan 5. Melakukan rehabilitasi Hutan dan Lahan 6. Memaksimalkan program Sintang Lestari
Pengembangan dan
Peningkatan
Pengelolaan
Laju Agrikultur
Deforestasi Berbasis
di
Kelestarian Kabupaten
Lingkungan Hidup
Sintang
Sekar Budi Dewani 19/443551/TK/48747
LATAR BELAKANG Penggunaan Lahan:
44,56% Pertanian Lahan Kering
Namun.. Potensi - Sektor unggulan dan sektor basis - Valuasi moneter tinggi
Pada
pengembangannya,
terutama perkebunan kelapa sawit
dan
karet,
menimbulkan
diduga banyak
dampak negatif.
● Lingkar Temu Kabupaten Lestari ● Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan
KERANGKA BERPIKIR
Temuan
● berfokus pada pengembangan perkebunan kelapa sawit, dimana sektor lainnya dengan potensi tinggi kurang mendapatkan sorotan. ● konflik tenurial seperti tumpang tindih kebun swadaya masyarakat dengan izin perkebunan, areal HGU terlantar ● Berkurangnya lahan gambut yang menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca serta masalah kesulitan air bersih
● Metode sederhana kalau ada hama atau penyakit baru diobati. ● Mengekspansi lahan untuk meningkatkan produktivitas ● Minimnya pendampingan petani dalam praktik budidaya kelapa sawit berkelanjutan ● dari 48 perusahaan kelapa sawit, baru ada 2 perusahaan bersertifikasi RSPO
Analisis SWOT
Strengths · Guna lahan terluas · Merupakan Sektor basis dan sektor unggulan
Weakness
Opportunities
Threats
· Meningkatkan perekonomian · Menjadi daya tarik dan spesialisasi Kabupaten Sintang
· Dampak negatif ke lingkungan · Memicu bencana alam
Strategi S-O (Agresif) Mengembangkan agrikultur dengan optimal
Strategi W-O (Pembalikan)
· Pemanfaatan lahan belum optimal · Mengurangi lahan gambut yang Pengoptimalan pembagian lahan tiap ada sektor agrikultur dengan melihat produktivitas dan valuasi moneter
Strategi S-T (Diversifikasi) Pengambangan berbasis kelestarian lingkungan hidup
Strategi W-T (Bertahan) Penjaminan pengembangan agrikultur yang optimal dan dan berkelanjutan
Kesimpulan Kabupaten Sintang memiliki potensi Agrikultur yang sangat tinggi terutama dalam meningkatkan ekonomi. Pemanfaatan lahan yang paling luas dimiliki oleh perkebunan kelapa sawit, sedangkan pemanfaatan untuk sektor agrikultur lain sangatlah minim, walaupun memiliki produktivitas tinggi. Terjadi berbagai dampak negatif termasuk lingkungan. RSPO dapat menjadi standar kelestarian lingkungan dalam pengembangan sektor agrikultur sawit, dengan gap yang harus diatasi adalah metode sederhana, bibit kurang berkualitas, dan ekspansi lahan besar-besaran.
Rekomendasi 1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan
sektor agrikultur selain perkebunan sawit. 2. Pembatasan ekstensi lahan sawit secara tegas 3. Memaksimalkan peran lahan sawit saat ini dengan meningkatkan produktivitas 4. Melakukan sertifikasi RSPO sebagai jaminan kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Sintang.
POTENSI DAN MASALAH
POTENSI
MASALAH
TUJUAN
REKOMENDASI
Ekstensifikasi Permukiman
Eco Sanctuary
Agropolitan
Kelebihan & Kekurangan EKSTENSIFIKASI PERMUKIMAN
DESKRIPSI
+ are their What
-
Perbandingan 3 Alternatif ECO-SANCTUARY
Rekomendasi ini berasumsi penggunaan lahan sesuai dengan RTRW Kabupaten Sintang Tahun Rekomendasi didasarkan pada perkembangan 2016-2036. Akan tetapi, pada permukiman proyeksi dengan mengutamakan skenario ini penulis meminimalisir optimalisasi simpul-simpul permukiman pengembangan lahan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit
AGROPOLITAN
Rekomendasi ini menitikberatkan alokasi lahan untuk pengembangan sumber daya alam terutama yang berhubungan dengan sektor pertanian. Analisis aspek fisik memfokuskan pada peningkatan pemanfaatan lahan terproduktif sesuai analisis NSDA
Mampu menyediakan sarana pokok yang dibutuhkan masyarakat Perluasanand lahan di sekitar simpul profiles visual personas? meningkatkan efisiensi penyediaan sarana dan prasarana
Mampu menyediakan sarana Mampu meningkatkan pokok yang dibutuhkan kesejahteraan masyarakat melalui Visualize masyarakat sekaligus the people who will turn to you for pemanfaatan sumber daya alam mengoptimalkan fungsi lahan
Pengembangannya hanya berdasar proyeksi penduduk, sehingga tidak berorientasi lingkungan
Pengembangannya tidak mengoptimalkan potensi Kabupaten Sintang
solutions.
Pengembangan membutuhkan alih fungsi hutan yang luas
TERIMA
KASIH
TERIMA
KASIH
TERIMA
KASIH