A Second Home for Your Children
28 special report
Creative Community Celebration 2008 Editorial Team PUBLISHER Yayasan Pendidikan Pelita Harapan ADVISOR Brian Cox, Aileen H. Riady MANAGING DIRECTOR Hannah Achmadi EDITOR & TRANSLATOR Budi Alto, Anita Purwanti, Maureen Cox GRAPHIC DESIGNER Iwan Werlin PHOTOGRAPHER Ugeng Agus, Hariyanto
Address 2500 Bulevar Palem Raya, Lippo Karawaci Tangerang 15811, Banten Phone: (021) 546 0232-33 Fax: (021) 546 9663 www.sph.edu
20 Congratulations to Our 2008 Graduating Students
c o n t e n t s a second 4 regular
8th Edition/2008
32 special report
h o m e for your children By Brian Cox
6 examples
COVER: Gianfranco Ongko (Grade 2) & Katie Elizabeth Thorn LOCATION: SPH Lippo Karawaci PHOTOGRAPHER: Ugeng Agus, Hariyanto
4
regular
a second T h o m e for your children “A second home for your children”–has been the unofficial slogan for Pelita Harapan Schools for many years. We have now actually made it official. It’s not some neat little marketing exercise but an attempt to encapsulate the nature of our school communities. This edition of “The Light” contains many brief statements from our students in relation to this theme.
HE fact that our schools are “second” homes means that we all need to remember that it is first homes that are of primary importance. The role of a school is never to replace parents but to support them in raising their children. So before we can decide how to identify a good “second home” we have to know the nature of a good “first home.”
perfect son! However there are immense lessons to be learned here ....
There is no shortage of books telling us how to become the perfect family; how to be a good parent; how to raise wonderful children. The common problem is that many of them are technique driven and they make us feel guilty because the techniques often don’t work!
Did God provide a way of redemption that arose from His limitless love for Adam? Yes.
Being a family is a relational experience not a set of tasks! So my first piece of advice is to throw out most of those parenting books! The Bible is the only book worth consulting about how family life should be. We even need to be careful here, that we don’t look for a set of rules about parenting and family, but look for the nature and practice of relationship. The Bible is not primarily about how we should behave. The Scriptures show us the person of Jesus Christ and how God the Father, Son and Holy Spirit exist in perfect harmonious relationship. Much of our parenting is driven by us wanting other people to see what good parents we are and this, of course, will be reflected in how people perceive our children. We fall into the simplistic trap of believing that good parents will always produce good children and thus, the opposite belief, that bad parents will produce bad children. There are some generalities. We must seek to be the best parents that we can and often our children will be responsive to our good parenting. But there are no guarantees. Thus if we believe that a badly behaved child always indicates poor parenting then we live in fear of our children causing us embarrassment. Somebody needs to tell God about this rule!
Brian Cox
Head of School Pelita Harapan Karawaci Coordinator of Pelita Harapan Schools
Consider Adam, the first created being, God’s first earthly child. Adam’s Father was God; Adam’s environment was Paradise. In other words Adam had the most perfect start to life. He had perfect parents and perfect environment–yet he did not become the
Did God overlook Adam’s rebellion; did he lessen the expectations of being in the family of God? No. Did God allow the consequences of wrong actions to affect Adam’s life? Yes.
The role of parents is to represent God’s Fatherhood to their children-nothing more, but nothing less. This means that parents must know God as their Father, and recognize that He is also the Father of their children. Parents who know the gracious and firm dealings of God with themselves will represent this to their children. The Bible asks us to be good managers of our families. That means we will know how to relate to our family members in good times and in bad times. By looking closely at the Scriptures, understanding how God deals with us and reflecting that into our families is the best way for us to be effective parents. This will mean that we provide unending and unconditional love for our children; our homes will be places of security. It means that we will be committed to our families no matter how embarrassing some members’ behavior might be! It will mean that we will discipline our children firmly but lovingly. It means we will expect our children to be obedient. It means that we will strongly encourage our children to use the gifts that God has given to them for His glory and for the benefit of others. Ultimately, it is not our love, security and discipline that needs to be known by our children; it is God’s. So, let me say it again: we can only know correctly how to parent if we are secure in knowing the Fatherhood of God. If we know of God’s grace to us; we are able to reflect His nature in our families with all the accompanying love and strength that comes with that knowledge. So, our schools, in being second homes need to have a similar perspective. As your sons and daughters spend time with us, we need to understand that in this second family,
regular we need to be second parents. We need to love, to provide security, to discipline, to challenge, to pray and to continually point them to the Father of all families. It is a delight and a joy for us to help in raising your children to be disciples of the Lord Jesus Christ. Blessings, Brian Cox “A second home for your children”–telah menjadi slogan tidak resmi dari SekolahSekolah Pelita Harapan selama bertahun-tahun. Saat ini kami membuatnya menjadi resmi. Hal ini bukanlah suatu pekerjaan marketing yang sederhana tetapi suatu usaha untuk meringkas keadaan alamiah dari komunitas sekolah kami. Edisi majalah The Light kali ini berisikan pernyataan-pernyataan singkat dari para siswa kami dalam kaitannya dengan tema ini.
F
AKTA bahwa sekolah-sekolah kami adalah rumah yang kedua berarti kita semua perlu untuk mengingat jikalau ada “rumah pertama” yang memiliki nilai penting yang mendasar. Peran dari sekolah tidak pernah menggantikan orangtua tetapi mendukung mereka membesarkan anak-anaknya. Maka sebelum kita dapat memutuskan bagaimana mengidentifikasikan suatu “rumah kedua” yang baik, kita harus mengetahui keadaan dasar dari suatu “rumah pertama” yang baik. Begitu banyak buku-buku yang mengarahkan kita bagaimana menjadi keluarga yang sempurna; bagaimana menjadi orangtua yang baik; bagaimana membesarkan anak-anak yang hebat. Persoalan yang seringkali terjadi adalah banyak dari teknik-teknik tersebut hanyalah sekedar dorongan tehnis yang membuat kita merasa bersalah karena tidak berjalan baik. Menjadi sebuah keluarga adalah pengalaman relasi bukan serangkaian tugas kewajiban! Maka nasihat pertama saya adalah abaikan semua bukubuku tersebut! Alkitab satu-satunya buku yang yang memberikan konsultasi berharga tentang bagaimana kehidupan keluarga yang seharusnya. Kita bahkan perlu berhati-hati di sini bahwa kita tidak mencari serangkaian peraturan tentang pengasuhan anak dan keluarga tetapi mencari akan dasar-dasar dan praktek dari relasi. Alkitab tidaklah semata-mata tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku. Firman Tuhan memperlihatkan kita akan pribadi dari Yesus Kristus dan bagaimana hubungan yang sempurna harmonis antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Banyak dari pola pengasuhan anak didorong oleh keinginan kita agar orang lain melihat betapa baiknya kita menjadi orangtua dan tentu saja hal ini akan terefleksikan bagaimana orang lain menanggapi anak-anak kita kemudian. Kita jatuh ke dalam jebakan sederhana mempercayai bahwa orangtua yang baik akan selalu menghasilkan anak-anak yang baik pula, demikian pula sebaliknya orangtua yang buruk akan menghasilkan anak-anak yang tidak baik. Kita memang harus menjadi orangtua sebaik mungkin yang dapat kita lakukan dan seringkali anak-anak kita akan berespon kepada pola pengasuhan yang kita berikan. Tetapi tidak ada jaminan demikian. Jadi jikalau kita percaya bahwa perilaku anak-anak yang buruk mengindikasikan buruknya pola asuh yang kita terapkan, maka kita akan tinggal dalam ketakutan kalau anak-anak akan mempermalukan diri kita. Seseorang perlu untuk menceritakan kepada Tuhan tentang aturan ini! Lihatlah Adam, ciptaaan pertama, anak Tuhan secara ciptaan yang pertama. Bapanya Adam adalah Tuhan sendiri; lingkungan hidup Adam adalah Taman Firdaus. Dengan perkataan lain Adam memiliki permulaan yang sempurna untuk kehidupan. Dia memiliki orangtua dan lingkungan yang sempurna–tetapi dia tidak menjadi anak yang sempurna! Ada banyak pelajaran yang dapat dipelajari di sini .... Apakah Tuhan mengabaikan pemberontakan Adam; apakah Dia mengecilkan harapan menjadi keluargaNya Tuhan? Tidak. Apakah Tuhan mengizinkan konsekuensi dari tindakan yang mempengaruhi kehidupan Adam? Ya. Apakah Tuhan menyediakan jalan penebusan dari kasihNya yang tidak terbatas? Ya. Peranan dari orangtua adalah untuk mewakili sifat ke-Bapa-an dari Tuhan kepada anak-anak mereka–tidak lebih, tetapi juga tidak kurang. Ini berarti para orangtua harus mengenal Tuhan sebagai Bapa mereka dan menyadari kalau Dia juga adalah Bapa dari anak-anak mereka. Orangtua yang mengetahui anugrah serta perjanjian yang erat antara Tuhan dengan diri mereka, akan menjadi contoh bagi anakanak mereka. Alkitab meminta kita menjadi pengatur yang baik dari keluarga kita. Ini berarti kita akan tahu bagaimana berelasi kepada anggotaanggota keluarga kita ketika dalam waktu yang baik maupun dalam waktu yang tidak baik.
5
Dengan memperhatikan Firman Tuhan sungguh-sungguh, mengerti bagaimana Tuhan berjanji dengan kita dan merefleksikan hal ini ke dalam keluarga kita adalah cara terbaik menjadi orang tua yang efektif bagi kita. Hal ini berarti kita menyediakan kasih yang tidak pernah berakhir dan tidak bersyarat bagi anak-anak kita; rumah kita menjadi tempat yang aman tenteram. Juga berarti bahwa kita akan berkomitmen kepada keluarga tidak peduli kemungkinan betapa memalukannya perilaku dari beberapa anggota keluarga kita. Hal ini berarti kita akan mendisiplinkan anakanak kita secara ketat tetapi dengan kasih. Hal ini berarti kita akan berharap kalau anak-anak akan menjadi taat. Hal ini berarti kita akan memberi semangat kepada anak-anak untuk menggunakan talenta yang Tuhan berikan kepada mereka demi kemuliaan Tuhan dan manfaat bagi sesama. Akhirnya bukan kasih kita, keamanan dan disiplin yang perlu untuk diketahui oleh anakanak kita; tetapi semata-mata adalah Tuhan. Maka biarlah kita mengulanginya sekali lagi: kita hanya dapat mengetahui secara benar bagaimana mengasuh anak jikalau kita mengenal sifat ke-Bapa-an dari Tuhan. Jikalau kita tahu akan anugrah Tuhan bagi diri kita; kita akan mampu untuk merefleksikan sifat pribadiNya Tuhan dalam keluarga kita dengan semua kasih dan kekuatan yang menyertainya bersama pengetahuan tersebut. Maka, sekolah kami, dalam upaya menjadi rumah yang kedua perlu memiliki cara pandang yang demikian. Karena anak-anak lelaki dan perempuan kalian menghabiskan waktu bersama kami, kami perlu untuk mengerti bahwa ini adalah keluarga yang kedua, kami perlu menjadi orang tua yang kedua. Kami perlu mengasihi, untuk menyediakan keamanan, tantangan, doa, dan mengarahkan mereka secara terus menerus kepada Bapa dari semua keluarga. Adalah sukacita dan kegembiraan kami dalam membantu membesarkan anak-anak kalian untuk menjadi murid Tuhan Yesus Kristus.
6
examples
Comrie’s Family
SPH, A Second Home for Your Children One Family’s Perspective on SPH’s Relational Context
examples Pepatah lama yang menggambarkan bahwa perlu usaha sekampung untuk membesarkan anak adalah benar, tetapi jarang menjadi kenyataan dalam masyarakat saat ini. Bagi kami, “kampung” ini adalah komunitas di SPH yang menjadi bagian sangat penting bagi kehidupan keluarga kami. Sebagai seorang ayah, adalah sangat menentramkan dan bahkan menyenangkan hati memiliki begitu banyak pengaruh positf dalam hidup anak-anak saya. Pengaruh positif ini tidak saja datang dari bentuk hubungan antara guru dan murid saja tetapi juga dari para siswa terdahulu dalam hubungan sehari-hari. Tetapi juga jangan salah sangka. Tidak semua siswa SPH adalah model yang sempurna, tetapi bagaimanapun mereka adalah para siswa yang memberi pengaruh yang baik kepada anak-anak kami. SPH sungguh menjadi komunitas yang membantu secara positif bagi kami membesarkan anak-anak.
Bruce Comrie Teacher of Physical Education Years at SPH: 13
T
HE old adage that “it takes a village to raise a child” is so true, but is so rarely a reality in today’s society. For us, the “village” is the community at SPH (Sekolah Pelita Harapan) that has become such an important part of our family’s lives. As a father, it is very reassuring and even exciting for me to have so many positive influences in the lives of my children. These positive influences come not only in the form of teachers and staff, but also in the form of the older students with which they come into contact on a daily basis. Now don’t get me wrong. Not all SPH students are perfect role models, but there really are a lot of wonderful students who are a very positive influence on our children. SPH truly is a “village”−like community that is helping to positively raise all of our children. Not only are there positive influences for our children, but there are also excellent mentors for us teachers and parents here at SPH. We are privileged to come under the positive mentorship of our school Leadership Team, and to be a part of such a caring staff. We are also often incredibly humbled by many of our students and the strong leadership attributes that they possess and the strong sense of servant hood that they have developed. I am sure we still have things we can teach them, but we certainly can also learn from our students. Interacting with them every day is hopefully an enriching experience for all!
Tidak hanya pengaruh positif bagi anak-anak kami, tetapi juga mentor yang baik sekali bagi kami guruguru dan para orang tua di SPH. Kami mendapat hak istimewa untuk berada di bawah mentor yang positif dari Leadership Team sekolah kami dan menjadi bagian dari staff yang sedemikian perhatiannya. Kami juga melihat kepemimpinan dan kepelayanan yang kuat dari para siswa kami, dimana untuk hal ini di samping kami tetap memiliki berbagai hal untuk diajarkan kepada mereka tetapi juga kami pun belajar dari para siswa kami. Berinteraksi dengan mereka setiap hari memperkaya pengalaman bagi semua.
7
Beniah Comrie Age 7, Grade 1, Years at SPH: 4 SPH sometimes feels like a family to me because the older students are like older brothers and sisters. I have a Grade 6 buddy, Pete, who helps me to understand things like reading, and making poems. I also like to spend time with boys in grade 11 and 12 because they are fun to play with. Sometimes I get to hangout with them at the soccer games and they like to see my Lego airplanes. It’s also fun when they come to my house and we can play games or watch movies together. I like it when I see them during my breaks at school and we can say ‘hi’ to each other. Adakalanya merasa kalau SPH itu sudah seperti sebuah keluarga bagi saya, siswa-siswa yang lebih tua menjadi seperti kakak bagi adik-adiknya. Saya mempunyai seorang sahabat di Grade 6, Pete, yang membantu saya mengerti banyak hal seperti membaca dan membuat puisi. Juga suka bermain bersama teman-teman lainnya di Grade 11 dan 12. Kadangkala bermain bola dan juga mereka suka melihat kapal terbang Lego saya. Adalah suatu hal yang menggembirakan apabila mereka datang ke rumah dan kita dapat bermain atau menonton film bersama. Juga senang sekali saat jam istirahat di sekolah kita dapat bersama-sama dan saling mengucapkan ‘hi’ satu sama lain.
8
examples
Judy Comrie Teacher of Grade 11 & 12 History, Years at SPH: 13
W
HEN Bruce and I came to SPH in January of 1995, we didn’t know what to expect. Well, 13 years later, SPH certainly ‘worked out’ for us and is definitely a significant part of all of our lives. There is so much that could be shared about the relationships built over the years in the context of the school community. Naturally it is our relationship with the students that makes our work as teachers meaningful. What may surprise many people is that this relationship that develops between teachers and students doesn’t necessarily end with the students’ graduation. Unfortunately, sometimes graduation does mark the end of our involvement in a student’s life, but in many cases, the bonds formed during the time spent together in school are maintained over the years and grow into a beautiful friendship. Just thinking about the many alumni that I not only think of as former students, but now, also as friends, brings joy to my heart. It has been such a privilege for us to continue to be involved in our graduates’ lives, be it through our attendance at major occasions such as weddings, or in the more ordinary events of life, such as spending time together in person, sharing a meal, or in cyber-space chatting. These continued relationships with our alumni go a long way towards making me feel as though SPH is a second home for us. Another relational context that I would like to highlight is between parents and teachers. Despite our sometimes very different cultures, ages or any other differences, we share one important priority–the students. It is this mutual concern for the development of the students that forges a common bond between the teacher and parent. Over the years I have been privileged to observe and learn from many SPH families who are raising their children in the context of a loving Christian family. I have also spent time with parents as we together work out how to best help their son or daughter through a difficult time. To then come together and celebrate that student’s success at an event such as a basketball game or at graduation is indeed a meaningful and memorable experience.
Ketika Bruce dan saya datang ke SPH pada bulan Januari 1995, kami tidak tahu apa yang akan diharapkan. Tiga belas tahun kemudian, SPH secara pasti menjadi bagian penting untuk keseluruhan hidup kami. Terlalu banyak yang dapat dibagikan berkenaan dengan hubungan-hubungan yang terbangun dalam konteks komunitas sekolah selama tahun-tahun ini. Secara alami terbangun hubungan dengan para siswa yang membuat pekerjaan kami sebagai guru menjadi berarti. Apa yang mungkin mengejutkan banyak orang adalah hubungan yang terbentuk antara guru dan murid ini tidaklah berakhir ketika para siswa tersebut lulus. Sangat disayangkan jika seringkali saat kelulusan menjadi akhir dari keterlibatan kami dalam kehidupan para siswa tersebut, tetapi dalam banyak hal ikatan yang telah terbentuk selama periode belajar mengajar di sekolah dapat dipertahankan dan berkembang menjadi persahabatan yang indah. Mengingat banyaknya alumni dimana tidak lagi dianggap sebagai siswa yang dulu pernah diajar, tetapi justru sekarang sebagai teman-teman, membawa kegembiraan dalam hati saya. Adalah suatu hak istimewa bagi kami untuk ikut terlibat dalam kehidupan para alumni melalui kehadiran kami dalam peristiwa-peristiwa besar mereka seperti pernikahan ataupun dalam acara-acara kehidupan sehari-hari seperti makan bersama ataupun chatting di dunia maya. Hubungan yang berlanjut demikian dengan para alumni dalam jangka waktu yang panjang membuat saya merasa kalau SPH adalah rumah kedua bagi kami. Hubungan relasi lainnya yang ingin saya tekankan adalah antara orang tua dan guru-guru. Meskipun berbeda budaya, umur, dan perbedaan-perbedaan lainnya, kami berbagi satu prioritas yang penting–para siswa. Perhatian bersama untuk pengembangan diri para siswa ini menempa ikatan antara guru dan murid. Selama bertahun-tahun saya mendapat hak istimewa mengamati dan mempelajari dari banyak keluarga yang membesarkan anak-anak mereka dalam konteks keluarga Kristen yang saling mengasihi. Juga bersama para orang tua kami bekerjasama untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak saat mereka melewati masa-masa yang sulit. Kemudian juga datang bersama dan merayakan kesuksesan para siswa pada acaraacara seperti pertandingan basket atau kelulusan, yang sungguh merupakan pengalaman yang berarti dan layak diingat.
Sophie Comrie Age 11, Grade 5, Years at SPH: 8 A family relationship is very close. At school it sometimes feels like my friends are as close to me as family. We play, we talk, and do many things like a family. In the mornings, I look forward to meeting my friends before we head to class. In class, we begin by having devotions. Many times we pray for each other’s needs and this way we are able to grow closer together and express our care for each other. During our lessons, we discuss and help each other to do our best to learn–I really appreciate all the help that I get from friends. We also share many fun times and laughs throughout the day. After school activities such as sports and choir allow me to spend more time with friends and build even closer relationships. I’m so glad that school can be a place where I feel like I’m with my family. Hubungan kekeluargaan sangat erat. Di sekolah kadangkala merasa kalau teman-teman begitu dekat hubungannya dengan saya bagaikan keluarga. Kami bermain, berdiskusi, dan mengerjakan banyak hal seperti sebuah keluarga. Saat pagi hari, saya mencari teman-teman dahulu sebelum masuk ke kelas. Dalam kelas, kami mulai dengan ibadah. Kami sering berdoa untuk kebutuhan satu sama lain dan dengan cara inilah kami dapat bertumbuh bersama makin dekat dan mengekspresikan perhatian kami kepada yang lain. Selama pelajaran, kami berdiskusi dan menolong satu sama lain untuk belajar dengan baik–saya sangat menghargai semua pertolongan yang saya dapat dari teman-teman. Kami juga membagi kesenangan dan tawa bersama sepanjang hari itu. Aktivitas-aktivitas setelah jam pelajaran sekolah seperti olah raga dan paduan suara juga membuat saya memiliki waktu lebih bersama dengan kawan-kawan dan membangun hubungan yang lebih dekat. Saya senang dengan sekolah yang dapat memberikan suatu tempat dimana saya merasa seperti di dalam keluarga sendiri.
examples
9
SPH, A Second Home for Our Children
I
AM not only a teacher, but also a parent of children who are not only expats, but also Indonesian nationals. My sons’ various best friends have come from four different continents, as have their teachers. I can not think of a better environment
for my children to grow up in, than in this microcosm of the world community. They can see the relevance of God’s love to every culture, and the consistency of character of those who choose to follow Him. SPH has made learning so enjoyable for my boys that even during vacations, they often say, “I can’t wait for school to start again!” They bring home friends to work on presentation projects, and love to read books and study bugs and lizards and plants.
Mr. Jonathan, Grade 6 Teacher SPH Lippo Cikarang
When out on adventures, they’ll say proudly, “I’m a Risk-Taker!” SPH may be a second home for my children, but our home has also become a second school for them as well!
Saya bukan hanya seorang guru tetapi juga adalah orang tua dari anak-anak, yang bukan hanya seorang expat, tetapi juga berkebangsaan indonesia. Kawan-kawan anak-anak lelaki saya datang dari empat benua yang berbeda, demikian pula dengan guru-guru mereka. Saya tidak dapat berpikir lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak saya untuk bertumbuh dari mikro komunitas dunia ini. Mereka dapat melihat relevansi dari kasih Tuhan kepada setiap budaya dan konsistensi karakter bagi mereka yang telah memilih untuk mengikut Dia. SPH membuat proses pembelajaran menjadi sedemikian menyenangkan bagi anak-anak saya, bahkan selama berlibur, mereka sering berkata, saya tidak dapat menunggu untuk memulai sekolah kembali! Mereka mengajak kawan-kawan ke rumah untuk mengerjakan proyek presentasi dan suka membaca buku serta mempelajari serangga, reptil dan tanam tanaman. Ketika berpetualang, mereka akan dengan bangga berkata, “Saya berani mengambil resiko!” SPH mungkin menjadi rumah kedua bagi anak-anak saya, tetapi rumah kami juga menjadi sekolah kedua bagi mereka!
10
examples
To be honest, I cannot recollect many vivid memories on the first day I set foot in Grade One at SPH. Everything was new for me; the classmates I was about to meet, the teachers that would teach me, the new uniform I had to wear, and of course, where the toilet
nervous because I would not be able to
SPH: The Best Home Away from Home
see my parents all the time, everyday.
By Yoga A.A. Pradana (Year 11), SPH Lippo Karawaci
was!!! Much like any other child who goes to a new school for the first time, I was afraid and nervous; afraid that I would not blend with the others,
A
S it turned out, I lived my school life day by day with a myriad of events, moments, and experiences. As an innocent primary school student, I remember wishing that someday I could travel to Mars with my family. I learned how to operate a computer without annoying the person next to me. I experienced the fun and enjoyment of playing all sorts of games and sports together with classmates of my age. Most importantly, the seeds of character and identity started to sprout within me, full of life and excitement.
If I only had one home, I would never have been able to have friends to share lunch with and play together; to help each other study for a test; in fact be there with them in everything. I am grateful to SPH for being a second home for me, I have been trained to face life’s random chaotic probabilities and calibrate them into consistent, orderly events. Thanks to SPH, which I regard as the best place I have ever been to, I will never, ever be the same.
Things were pretty much the same as I became an adolescent, apart from the fact that I had to learn more than ever before. I even realized the fact that there are people who are called women and they have feelings. I experienced the aggravation of answering questions in the form of essays (Sometimes I still do). For the first time in my life, I started to learn the importance of having friends and began to understand what an impact they will have on me for the rest of my life. The process of being molded into a fully-fledged adult was underway. I know I still have much more to learn before being set free into the vast world that’s ahead of me.
Secara jujur, saya tidak dapat mengumpulkan memori secara jelas akan hari pertama saya menginjakkan kaki di Grade 1 di SPH. Semuanya terasa baru bagi saya, teman-teman, guru-guru yang akan mengajar saya, seragam sekolah yang saya harus pakai, dan tentu saja dimana kamar kecil berada!! Seperti kebanyakan anak-anak pergi ke sekolah yang baru untuk pertama kalinya, saya merasa takut dan tertekan, takut kalau saya tidak dapat bergaul dengan yang lain, tertekan karena saya tidak dapat melihat orang tua sepanjang waktu setiap hari.
Presently, I am about to finish Year 11 of the IB Diploma program and about to be promoted to Year 12. As I look back upon all those wonderful younger years, I acknowledge the fact that it has been SPH that has given me this chance to grow and mature.
Kemudian hal-hal tersebut berubah, saya menjalani kehidupan sekolah hari lepas sehari dengan berbagai kegiatan, kesempatan, dan pengalaman. Sebagai seorang siswa sekolah dasar yang masih polos, saya teringat akan cita-cita kalau suatu hari saya dapat pergi berjalan-jalan ke Mars bersama keluarga. Saya belajar bagaimana mengoperasikan komputer tanpa mengganggu teman di sebelah saya. Saya mengalami kegembiraan bermain berbagai permainan dan berolahraga bersama teman-teman sekelas seusia saya. Yang terpenting adalah benih-benih karakter
dan identitas mulai bersemi di dalam diri saya, penuh akan kehidupan dan kegembiraan. Hal yang sama juga pada saat saya menjadi dewasa, saya belajar lebih banyak dari waktuwaktu sebelumnya. Saya bahkan mulai menyadari ada orang-orang yang dinamakan wanita yang memiliki perasaan. Saya mengalami hal-hal yang buruk dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk karangan (yang mana masih sering terjadi). Untuk pertama kali dalam kehidupan saya, saya mulai belajar akan pentingnya memiliki teman-teman dan mulai memahami pengaruh mereka bagi keseluruhan hidup saya. Proses pembentukan menjadi kedewasaan penuh sedang berlangsung. Saya tahu kalau saya masih harus banyak belajar sebelum masuk ke dunia yang ada di depan saya. Saat ini, saya akan segera menyelesaikan tahun kesebelas dari IB Diploma program dan akan naik ke tahun dua belas. Jika memandang ke belakang akan semua tahun-tahun yang menakjubkan saat saya masih muda, saya menyadari kenyataan bahwa SPH-lah yang memberi saya kesempatan untuk bertumbuh dan menjadi dewasa. Jika hanya memiliki satu rumah, saya tidak pernah dapat memiliki kawan-kawan untuk makan siang dan bermain bersama; saling membantu dalam proses belajar menghadapi ujian; kebersamaan bersama mereka dalam berbagai hal. Saya berterima kasih kepada SPH menjadi rumah kedua bagi saya, dimana saya dilatih menghadapi kehidupan yang penuh dengan kemungkinankemungkinan yang kacau dan mengukurnya dalam konsistensi hingga menjadi kejadiankejadian yang teratur. Terima kasih kepada SPH yang merupakan tempat terbaik dimana saya pernah dan akan berada.
A Neighbor to Others
examples
11
By Domenico Gregory Tukiman (Year 8), SPH Lippo Karawaci Jesus once said, “It is better to give than to receive.” I learnt this valuable lesson in practical form when I was introduced to the various Community & Service programs in SPH.
I
N the very first C&S program that I took part in, we went to visit a poor school and did some activities with the students there. It was located in Binong, small, run down and old. There, we were partnered up with Grade 2 students that would become our “buddies” for the rest of the year. I was partnered up with two interesting boys. One was Haerul, a small boy who prefers to be called Alung, who has Dora-like hair and very bad dental caries, and Handi, an even smaller boy who loves to eat fried chicken. After a few minutes of chit-chat, we then headed to the gym next door where we met up with the girls and played a game of dodge ball. The purpose was to have fun and bond with them. We went back to the school later where we translated English storybooks to Bahasa Indonesia for them while learning how to tell stories to little children. After that first visit, we did follow-ups with more visits to that school. In the subsequent visits, we played duck-duckgoose, parachute, sharks and minnows, a small game of mini soccer and some classroom activities such as coloring, drawing and word search games. I did all these with the same buddies I had on the first visit. Through this valuable experience, I felt very content and glad because I was able to help those children and spread a little joy. I had compassion towards them since they cannot get better education in a better environment due to their family condition. It moved my heart when I noticed some of them even have bigger dreams & goals than kids who are from wealthier families. Clearly, the circumstances and limitations of their families’ economic conditions do not prevent them from having those big dreams & goals. This opened my eyes and helped me to count my blessings, while motivating me to give my best in everything that I do. At the end of last semester, we did a big event which was held in an army base in Tangerang where we celebrated Christmas with street kids. There were a total of 2,000 people (adults and kids included)! It was awesome! We did a talent show for those people in which we sang songs, told them the real good news of Christmas, and played a drama on the story of Christmas. Afterwards, we took some kids and played tug-owar of them. In the last game, SPH students went against all the children that were at the tug-o-war
station. We lost but I believe we kept our dignity, since it was 60 against 12! The peak of the event was when we watched Santa Claus descend from the sky using a helicopter, bringing presents for all the little children! The kids were very delighted and ran towards Santa as soon as he came out of the chopper. Through it all, I learned through the C&S programs that the people not only benefit but we who serve benefit too. For one, they have helped me change, by realizing that the world is not only about me, that there are many others less privileged than me, who I need to reach out to and spread the love God has shown me. In short, I got the chance to practice love in action. A statement by a famous artist comes into my mind that sums up our C&S programs: “Service ... Giving what you don’t have to give. Giving when you don’t need to give. Giving because you want to give.” That is what Jesus had done for us and I believe it is what He wants us to do for others too.
Suatu kali Yesus berkata bahwa lebih baik memberi daripada menerima. Saya belajar hal yang berharga ini dalam bentuk yang praktis ketika saya diperkenalkan kepada berbagai program Community Service di SPH. Pertama kali terlibat dalam C&S Program tersebut ketika mengunjungi sebuah sekolah yang kurang mampu dan beraktivitas bersama para siswa di sana. Sekolah yang kecil dan tua yang berlokasi di Binong. Di sana kami bertemu dengan siswa-siswa kelas dua yang akan menjadi “teman sekerja” untuk sepanjang tahun. Saya berpasangan dengan dua anak laki-laki; yang satu bernama Haerul, bertubuh kecil, berpotongan rambut seperti Dora, gigiya banyak yang rusak, dan yang lebih ingin dipanggil Alung. Yang satunya adalah Handi, bertubuh lebih kecil lagi dan suka makan ayam goreng. Setelah beberapa saat bercakap-cakap, kami kemudian menuju ke lapangan olah raga di sebelah untuk bergabung bersama anak-anak perempuan dan bermain “dodge ball”. Tujuannya adalah lebih kepada ikatan persahabatan dan bergembira bersama. Kemudian kami kembali ke sekolah menerjemahkan buku cerita dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia untuk mereka ketika mempelajari bagaimana bercerita kepada anak-anak yang lebih kecil. Setelah kunjungan pertama tersebut, kami menindaklanjuti dengan kunjungan-kunjungan berikut ke sekolah itu., dimana kami bermain duck-duck-goose, parasut, ikan hiu, dan ikan-ikan kecil, suatu permainan kecil akan sepak bola mini, serta beberapa aktivitas kelas seperti mewarnai, menggambar, dan cari kata. Saya melakukan semua ini bersama kawan yang sama ketika kunjungan pertama. Melalui pengalaman berharga ini, saya merasa sangat puas dan gembira karena mampu untuk membantu anak-anak itu dan membagikan sedikit
kesukacitaan. Saya berbelas kasihan kepada mereka karena mereka tidak mampu mendapatkan pendidikan yang lebih baik di lingkungan yang baik karena kondisi keluarga mereka. Hati saya tergerak ketika memperhatikan mimpi dan cita-cita mereka, yang bahkan lebih besar dari anak-anak yang berasal dari keluarga lebih mampu. Secara jelas, kondisi dan keterbatasan dari ekonomi keluarga tidak merintangi mereka untuk memiliki mimpi dan cita-cita yang besar. Ini membuka mata dan membantu saya untuk menghitung berkat serta memotivasi saya untuk memberikan yang terbaik yang dapat saya berikan. Pada akhir semester, kami mengadakan acara besar yang diselenggarakan di markas tentara di Tangerang, dimana kami merayakan natal bersama anak-anak jalanan. Ada sekitar dua ribu orang (dewasa dan anak-anak). Luar biasa! Kami melakukan “talent show” kepada mereka, dimana dalam menyanyikan beberapa lagu, kami menceritakan kabar baik dari natal, serta bermain drama cerita Natal. Setelah itu, kami bersama beberapa anak bermain tug-o-war. Pada permainan terakhir, para siswa SPH melawan anak-anak tersebut di terminal “tug-o-war”. Kami kalah tetapi dengan martabat, mengingat enam puluh melawan dua belas! Puncak acara ketika kami menyaksikan Santa Claus turun dari langit dengan menggunakan helikopter, membawa hadiah untuk anak-anak kecil. Mereka sangat senang dan berlari menuju Santa pada saat keluar dari helikopter tersebut. Melalui itu semua, saya belajar melalui C&S program bahwa tidak hanya kami saja yang mendapatkan manfaat tetapi mereka pun memperoleh keuntungan. Salah satunya adalah mereka menolong saya untuk berubah, dengan menyadari bahwa dunia ini tidak hanya mengenai saya pribadi saja, tetapi ada banyak orang lain di luar sana yang kurang beruntung, dimana perlu untuk dijangkau dan kasih Tuhan dapat diberitakan. Singkat kata, saya mendapat kesempatan untuk mempraktekkan kasih dalam tindakan nyata. Suatu pernyataan dari artis terkenal timbul dalam pikiran saya untuk menyimpulkan C&S program: “Pelayanan … Memberikan apa yang tidak harus kamu berikan. Memberikan ketika kamu tidak perlu untuk memberi. Memberikan karena kamu ingin untuk memberi.” Ini yang Yesus lakukan bagi kita dan saya percaya inilah yang Dia ingin kita lakukan untuk sesama juga.
examples
SPH Sentul City
12
AYU HAPSARI PRABANTO “My favorite place in this whole world would be this one and only place: “HOME.” A place to live in, a place that is filled with your emotions, feelings, things you love, and much more .... SPH can be called my “second home.” The teachers in here are like my parents, and my friends and the students are my siblings .... I have been in SPH for a long time, so SPH is like my second home.” Tempat yang paling saya suka dalam dunia ini hanyalah satu yaitu “RUMAH”. Suatu tempat untuk hidup, suatu tempat yang penuh dengan emosi, perasaan, dan kasih .... SPH dapat disebut sebagai rumah kedua saya. Guru-guru di sini seperti orang tua dan teman-teman dan para siswa seperti saudara kandung sendiri .... Telah lama saya berada di SPH, hingga SPH seperti rumah kedua saya.
A Second Home JESSICA SANANTHA “For me, home is a place of peace and full of comfort. And I feel secure and contented if I am home. SPH could be a second home for me because I spend most of my time there and gain knowldege which I think is good for me .... This school also looks natural, fun and comfortable for me.” Bagi saya, rumah adalah tempat yang penuh kedamaian dan kesenangan. Saya merasa aman dan puas ketika berada di rumah. SPH dapat menjadi rumah kedua bagi saya karena saya menghabiskan banyak waktu di sana dan mendapatkan pengetahuan yang saya pikir baik bagi saya… Sekolah ini juga terlihat alami dan menyenangkan bagi saya.
MELVIN HADE “Fun, is the word to describe home. I feel that sometimes SPH could be my first home if I have a dilemma with friends or family at home. SPH just feels like the right place for me to study, eat and play. For six years I’ve been here meeting fabulous, extraordinary friends and awesome people. I feel very comfortable with the atmosphere and culture in SPH. This is my second home, SPH.” Gembira adalah kata untuk menggambarkan rumah. Saya merasa kalau seringkali SPH dapat menjadi rumah pertama saya ketika memiliki dilemma dengan teman-teman atau keluarga di rumah. SPH menjadi tempat yang tepat untuk belajar, makan, dan bermain. Selama enam tahun saya di sini menjumpai teman-teman dan orang-orang yang hebat. Saya merasa sangat nyaman dengan atmosfir dan budaya di SPH. Inilah rumah kedua saya, SPH.
examples
13
When my wife and I made the decision to travel overseas to pursue a ministry at SPH, we didn’t know what to expect in Indonesia. Over the course of this year we have been given a chance to not only work, but to be part of a community of people who have shown us care, warmth, and welcome, and whom we have come to love as well. We feel that we could never survive in a place so different from home if it were not for the constant, deep, and awesome sense of family that we have here. From things as simple as Friday-night Starbucks runs with our colleagues to things as wonderful as holiday celebrations to bring back the warmth of Christmas or Easter, we have found ourselves part of a community and family that makes it easy for us to call SPH our second home. Ketika istri dan saya membuat keputusan menyeberangi lautan untuk melayani di SPH, kami tidak tahu apa yang akan diharapkan dari Indonesia. Melewati tahun ini, kami tidak hanya diberikan kesempatan untuk bekerja bekerja saja tetapi juga menjadi bagian dari komunitas orang-orang yang menunjukkan kasih, kehangatan, dan yang menyambut kami. Kami merasa tidak pernah dapat bertahan di suatu tempat yang sedemikian berbeda dari rumah kami jika tidak untuk keluarga yang sedemikian konstan, mendalam dan luar biasa yang kami miliki di sini. Dari hal-hal yang sederhana seperti Friday-night Starbucks dengan kolega-kolega sampai kepada hal-hal yang luar biasa seperti perayaan liburan yang membawa kehangatan natal atau paskah, kami menemukan diri kami menjadi bagian dari suatu komunitas yang kami panggil SPH, rumah kedua kami.
for Your Children GLENN ARDITHO SPH has been my second home for nearly 4 years. I’ve learned a lot about living with others in one place. I also learned how to solve problems with various kinds of people, who have different characteristics that live around me. SPH sudah menjadi rumah kedua saya untuk sekitar empat tahun. Saya telah belajar banyak tentang hidup bersama orang lain di suatu tempat. Saya juga belajar bagaimana menyelesaikan masalah dengan berbagai macam orang yang memiliki karakter berbeda yang ada di sekitar saya.
CAROLYN REEB SPH Sentul is like a second home, I believe in the old saying that “home is where the heart is”, and, well, Sentul−it’s teachers, staff and students−are quickly winning my heart, so the rest must be true. A person can have many homes with this theory and isn’t limited to just one or two earthly homes, and it becomes the people that make the difference and not the place. That is how I feel about Sentul−the people have made all the difference in the world, and I feel very “at home” here. SPH Sentul adalah seperti rumah kedua. Saya percaya pada pepatah tua yang berkata bahwa rumah adalah tempat di mana hati kita berada, dan benar, Sentul–bersama guru-gurunya, staf, dan para siswa–secara cepat memenangkan hati saya. Seseorang dapat memiliki banyak rumah dengan teori ini dan tidaklah terbatas pada satu atau dua rumah di dunia ini. Hal ini berkenaan dengan orang-orang yang membuat perbedaan dan bukan mengacu pada tempat belaka. Ini yang saya rasakan dengan Sentul– orang-orang yang telah membuat semua perubahan di dunia dan saya merasa sangat “di rumah” di sini.
SPH Sentul City
ERIC MOORE
14
examples
SPH Lippo Karawaci, Grade 12
Marshiela Giosisca If you take away SPH from my heart, I’d be a different person altogether. Spending time in orange brick walls, turquoise doors with butter rice for lunch and wonderful friends makes me feel comfortable and homey. Jikalau kalian mengambil SPH dari hati saya, maka saya akan menjadi seseorang yang berbeda. Menghabiskan waktu dalam di dalam lingkungan dinding bata jingga, di balik pintu-pinty biru kehijauan dengan makan siang nasi mentega serta teman-teman yang baik membuat saya serasa di rumah nan nyaman.
Rienaldy Taniwangsa (Ridge) Shelter and protection is secure; true knowledge and Godly character is always the focus; faith in Christ is obtained. What more can one desire as the focus for the future leaders of the next generation? SPH is a perfect second home indeed. Aman dan dilindungi; pengetahuan yang benar dan karakter yang saleh selalu menjadi fokus; iman dalam Kristus didapat. Apa lagi yang seseorang harapkan untuk menjadi pemimpin generasi mendatang? SPH sungguh adalah rumah kedua yang sempurna.
Stephen Sugiono
Patrick Djuanda I was able to feel the love around me at SPH through the teachers and friends. The bond of relationships we have here is very close. The teachers are loving and caring; the students friendly and kind. My five years in SPH has been a life-changing experience. Saya dapat merasakan kasih yang mengelilingi saya di SPH melalui guru-guru dan temanteman. Hubungan kami di sini sangat erat. Guruguru mengasihi dan memperhatikan, para siswa bersahabat dan baik hati. Lima tahun di SPH menjadi suatu pengalaman yang mengubah kehidupan.
Yessi Calissa Solihin It has been pleasure for me to study at SPH. I have many friends that encourage me and help me in whatever I do. SPH has taught me how to develop good relationships, and how to interact with others. Adalah suatu hal yang menyenangkan bagi saya untuk belajar di SPH. Saya memiliki banyak kawan yang menguatkan dan membantu dalam berbagai hal yang saya lakukan. SPH mengajar saya bagaimana membangun hubungan persahabatan yang baik dan bagaimana berinteraksi dengan sesama.
Ronald Tulus
Orange bricks on top of orange bricks are a view I’ve seen for so many years. Together with supportive teachers, my life at school has been really enjoyable. SPH has shaped my character especially through events where we were given a chance to serve others and to sacrifice our own time.
SPH has been a great place in which to begin a lifelong approach to learning as there is a very supportive community which gives the foundation both academically and spiritually. We are taught by teachers with love and spiritual kindness. SPH has been my second home, definitely!
Bata jingga yang tersusun adalah pemandangan yang saya lihat untuk bertahun-tahun. Bersama guru-guru yang membantu, kehidupan saya di sekolah sungguh menyenangkan. SPH telah membentuk karakter saya khususnya melalui kegiatan-kegiatan dimana kami mendapat kesempatan untuk melayani sesama dengan mengorbankan waktu kami.
SPH menjadi tempat yang luar biasa untuk memulai suatu pembelajaran karena terdapat komunitas yang sangat membantu untuk mendapatkan dasar-dasar baik akademis maupun spiritual. Kami diajar oleh guru-guru dengan kasih dan kebaikan rohani. SPH secara pasti menjadi rumah kedua saya.
Nicolaus W. Sekolah Pelita Harapan has been my second home for eight years, and I have learnt that SPH is a positively protective community that shields its students from smoking, drugs, free sex present in other schools. Everyday we are surrounded with Christian teachers and students who create a positive influence. SPH teaches great values of integrity within Christianity, without it actually being a lesson. It is integrated in every aspect of the lessons, behavior and staff. Sekolah Pelita Harapan telah menjadi rumah kedua saya untuk delapan tahun; dan saya belajar bahwa SPH adalah suatu komunitas yang sangat melindungi para siswanya dari rokok, narkoba, kehidupan seks bebas yang kerapkali terjadi di sekolah-sekolah lain. Setiap hari kami dikelilingi oleh guru-guru Kristen dan para siswa yang menciptakan pengaruh yang positif. Guru-guru SPH memiliki nilai-nilai yang luar biasa dalam integritas kekristenan yang meliputi setiap aspek, baik dari segi materi pembelajaran maupun perilaku; juga serta para staf.
Verina Antonio I have learned so many things about life through SPH. I realize that God has been central in my life. I have enjoyed studying here so much and I have friends and teachers who love me and have guided me through my life. I have been taught to learn from my mistakes. SPH has built my character helping me to realize that I can be a successful and useful person in the future. Saya telah belajar banyak hal berkenaan dengan kehidupan di SPH. Saya menyadari kalau Tuhan menjadi pusat di dalam kehidupan saya. Saya senang belajar di sini dan memiliki teman-teman dan guru-guru yang mengasihi dan mengarahkan kehidupan saya. Saya telah diajar untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang saya perbuat. SPH telah membentuk karakter yang membuat saya sadar kalau dapat menjadi seseorang yang sukses dan berguna di masa mendatang.
examples Albert Ateng
SPH telah menyediakan dasar iman kekristenan dan nilai-nilai kehidupan yang solid. Saya telah mendapatkan kesempatan menjadi kawan bersama para siswa dari berbagai belahan dunia. Sekolah ini membuat saya menjadi seseorang yang utuh yang tidak hanya mengejar akademis saja tetapi juga spiritual kerohanian.
Christine SPH has developed my character and strengthened my faith. It has been the school that I have really wanted to go to every morning. There I have found my second family with friends who always cared for me and teachers who were really good to talk with. I made friends with everyone even the workers in the canteen. People in SPH are so friendly; I could see smiley faces everywhere. I discovered who I truly am and what my purpose in life is. SPH is the only school that I will send my children to. SPH telah mengembangkan karakter dan menguatkan iman saya. Adalah suatu sekolah yang saya ingin datangi setiap pagi. Di sana saya menemukan keluarga dengan temanteman yang selalu memperhatikan dan guru-guru yang sungguh baik untuk diajak berbicara. Saya berteman dengan semua orang termasuk para pekerja di kantin sekolah. Orang-orang di SPH sedemikian bersahabat sehingga saya dapat melihat senyuman di mana-mana. Saya menemukan diri saya yang sesungguhnya dan apa yang menjadi tujuan saya dalam kehidupan ini. SPH adalah satu-satunya sekolah dimana saya akan menyekolahkan anak-anak saya kelak nanti.
SPH is a school with creative ways of teaching and learning. It has made me a wellrounded individual, in terms of education and spirituality. At first I thought school until 3pm would be boring, yet SPH has changed my view that school is actually fun. The learning environment and school facilities are outstanding. SPH has provided everything that I need to study in a university overseas. SPH has shaped my way of thinking to have Christian values as well as critical thinking skills and open mindedness and has given me great experiences in this early stage of my life. SPH adalah suatu sekolah dengan cara belajar mengajar yang kreatif. Membuat saya menjadi pribadi yang utuh, dalam hal pendidikan dan kerohanian. Pertama kali saya pikir kalau bersekolah sampai pukul tiga sore adalah hal yang membosankan, tetapi SPH mengubah cara pandang saya dan membuat sekolah itu adalah hal yang menyenangkan. Lingkungan belajar dan fasilitas sekolahnya luar biasa. SPH menyediakan segala sesuatu yang saya perlukan untuk belajar di luar negeri. SPH telah membentuk cara berpikir yang berdasarkan nilai-nilai kekristenan baik pada kemampuan berpikir kritis maupun berpikiran terbuka serta memberikan saya pengalaman yang luar biasa pada tahapan awal kehidupan saya.
Cynthia Larasanti SPH has helped me to think about my future and prepare me to pursue what I want. It also has helped me to strengthen my faith and godly character and improved my socialization skills. SPH telah membantu saya untuk berpikir tentang masa depan dan mempersiapkan saya untuk mengejar apa yang saya inginkan. Juga membantu saya memperkuat iman dan karakter serta mengezttmbangkan kemampuan saya untuk bersosialisasi.
Rayindra Aelyo SPH is the place where I found happiness. Through friends, sports, teachers, a family environment, SPH has led me to be a better Christian and a more mature person. It has shown me a better future for my life and also helped me to recognize the real purpose of my life in this world. Through sports, I have become a healthy athlete and have learned one of the most important lessons in life that is to never give up and keep trying to your best to fulfill life’s goals. For me, SPH is not only just a second home but it is also my second family with friends and teachers who have supported and always helped me with all my problems in life. “No matter how smart you are, without faith in Christ and believing in Jesus Christ, you won’t find the true happiness and joy in your life.” SPH adalah tempat dimana saya menemukan kegembiraan. Melalui kawan-kawan, olah raga, guru-guru, lingkungan yang bersifat kekeluargaan, SPH memimpin saya menjadi seorang Kristen yang lebih baik dan lebih dewasa. Juga menunjukkan kehidupan masa depan yang lebih baik serta membantu saya menyadari akan tujuan yang sesungguhnya dari kehidupan saya di dunia ini. Melalui olah raga saya menjadi atlit yang sehat dan belajar akan pelajaran terpenting dalam kehidupan kalau jangan pernah menyerah dan selalu mencoba yang terbaik untuk mengisi tujuan hidup. Bagi saya SPH tidak hanya menjadi rumah kedua tetapi juga keluarga yang kedua bersama kawan-kawan dan guru-guru yang menolong menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan ini. “Tanpa iman dalam Kristus dan percaya kepada Yesus Kristus, walaupun seberapa bijaknya kita, tidak akan mendapatkan kesukacitaan sejati dan kegembiraan dalam kehidupan kita”
You don’t choose your family. They are God’s gift to you, as you are to them. -Desmond Tutu
SPH Lippo Karawaci, Grade 12
SPH has provided me with a solid foundation in Christian beliefs and life values. I have had the opportunity to be friends with students from all over the world. The school has made me a well rounded person by not only advancing me academically but also spiritually and mentally.
Malvin Aris Lookman
15
16
examples
SPH Lippo Karawaci, Grade 12
Narendra D. Adoe SPH is a place where I discovered my talents and potential. God has given me the chance to develop and become a blessing to other people. I have been able to live in total balance. Not only was I challenged academically, but also physically, mentally, and spiritually. SPH is a second home for me because it is where my teachers became my parents and my friends became my siblings. SPH is Family. SPH adalah tempat di mana saya menemukan talenta dan kemampuan saya. Tuhan telah memberikan saya kesempatan untuk berkembang dan menjadi berkat bagi sesama. Saya menjadi mampu menjadi seseorang yang seimbang. Tidak hanya dalam bidang akademis tetapi juga secara fisik, mental, dan kerohanian. SPH adalah rumah kedua bagi saya karena guru-guru menjadi orang tua dan teman-teman menjadi saudara. SPH adalah keluarga bagi saya.
Meta Putridi Sasmita SPH has become a place that I definitely call my second home. Just like in every home, I have faced trials and tribulations. However, SPH has shaped me into a stronger person emotionally and spiritually. I have been surrounded by friends and teachers who encouraged me to express myself. SPH provided me with life long relationships with friends and teachers who have become an invaluable part of my life. SPH telah menjadi tempat dimana saya secara pasti menyebutnya sebagai rumah kedua. Seperti dalam setiap rumah, saya menghadapi ujian dan pencobaan. Tetapi SPH membentuk saya untuk menjadi seseorang yang kuat secara emosional dan spiritual. Saya dikelilingi oleh teman-teman dan guru-guru yang menguatkan saya untuk mengekspresikan diri. Guru-guru dan teman-teman di SPH menjadi bagian yang tak ternilai dalam hidup saya dan menjadi bentuk hubungan yang jangka panjang.
Agnes R. Sudjasmin SPH has been my second home since I was in TK. I have been guided in my Christian life and been taught to love others in Christ Jesus. SPH has implemented in each individual True Knowledge, Faith in Christ, and Godly Character. SPH telah menjadi rumah kedua saya sejak di Taman Kanak-kanak. Saya diarahkan dalam kehidupan kekristenan dan diajar untuk mengasihi sesama di dalam Yesus Kristus. SPH mengimplementasikan pengetahuan yang benar, iman dalam Kristus dan karakter yang saleh.
Henry Sinanta In SPH I have gained many friends who I consider my family. For me it is a place where I could socially adapt with others in certain events giving meaning to my life. SPH also introduced me to Jesus and taught every single one of us how to be a real child of God. Di SPH saya mendapatkan banyak teman yang saya anggap sebagai keluarga saya sendiri. Bagi saya ini adalah tempat di mana saya dapat bersosialisasi beradaptasi dengan orang lain dalam kegiatan-kegiatan yang memberi arti dalam kehidupan saya. SPH juga mengenalkan saya kepada Yesus dan mengajarkan kami bagaimana menjadi anak-anak Tuhan yang sesungguhnya.
Jessica Delys Russell SPH has been a second home to me because I have been at the school for my entire high school career. Throughout this time it has provided me with many opportunities. It has helped me to become a more well-rounded person in terms of my academic and sporting abilities. The ever present system of discipline in the school has made SPH a second home for me as it is a support to my parents discipline at home. In SPH I have learnt a lot about life and developed my values and opinions about significant life issues. SPH telah menjadi rumah kedua karena telah berada di sini sepanjang masa sekolah menengah atas saya. Melalui waktu ini, saya mendapatkan banyak kesempatan-kesempatan. Juga membantu saya menjadi pribadi yang lebih utuh dalam hal akademis dan kemampuan berolah raga. Suatu sekolah yang berdisiplin yang membantu SPH menjadi rumah kedua bagi saya karena membantu kedua orang tua saya dalam menerapkan disiplin di rumah. Di SPH saya banyak belajar tentang kehidupan dan pengembangan nilai-nilai serta wawasan mengenai berbagai hal tentang kehidupan.
examples Adanty K. Pradita
SPH tidak memanjakan saya, tetapi menantang dan mengajar saya untuk menghadapi dan menerima realita.
Sisca Caroline
Being a part of SPH has brought major changes to me personally as well as spiritually. I discovered many different skills and abilities. Moving from a small city in West Borneo and being faced with a completely new and unfamiliar environment frightened me. However I found that the school was completely different from my old school. What amazed me was how the students and teachers related to each other. The relationship between teacher and student was like no other relationship in the schools I have attended before. In my old schools, students were afraid of their teachers, and teachers thought themselves as superior and therefore must always be respected. Students had no courage to play or tell jokes with the teacher. In SPH though, I found teachers and students were so close. Teachers are not afraid to act humorously and joke with students. That is how SPH has been a second home to me. Menjadi bagian dari SPH membawa perubahan besar bagi diri saya khususnya dalam hal kerohanian. Saya menemukan banyak kemampuan yang berbeda. Pindah dari kota kecil di Kalimantan Barat dan menjumpai lingkungan yang sama sekali baru, menakutkan saya. Meskipun demikian, saya menemukan kalau sekolah ini sangat berbeda dari sekolah lama sebelumnya. Adalah hal mengherankan saya bagaimana para siswa dan guru berelasi satu sama lain dimana tidak seperti hubungan di sekolah-sekolah saya sebelumnya. Di sekolah lama saya, para siswa merasa takut akan guru mereka dan guru adalah superior yang harus selalu dihormati. Para siswa tidak punya keberanian bermain atau becanda dengan gurunya. Berbeda dengan SPH, hubungan guru dan murid sangat erat. Guru tidak takut untuk bersenda gurau dengan para siswa. Hal ini yang membuat SPH menjadi rumah kedua bagi saya.
For ten years of my life, I have been surrounded and nurtured by the most supporting and positive environment. Through these years, I have grown from a young girl to a young woman, led by the love of my teachers, friends, and Christ. On some days, SPH has been my refuge. In SPH I found love, friendship, rules, and I found God. Selama sepuluh tahun kehidupan, saya dikelilingi dan dibina oleh suatu lingkungan yang sangat membantu dan positif. Melalui tahuntahun ini saya telah bertumbuh dari seorang anak perempuan kecil menjadi seorang wanita muda, dipimpin oleh kasih dari guru-guru, teman-teman, dan Tuhan Yesus. Terkadang SPH menjadi tempat perlindungan. Di SPH pula saya menemukan kasih, persahabatan, disiplin dan saya menemukan Tuhan.
Diana P. Purnomo Friends and teachers have helped me to feel comfortable in SPH; it has been really amazing to have an opportunity to be in the school for five years. I know this is God’s plan and SPH is absolutely the best school ever!! Teman-teman dan guru-guru membantu saya untuk merasa nyaman di SPH; adalah hal yang luar biasa mendapatkan kesempatan di sekolah ini untuk lima tahun. Saya mengerti hal ini adalah rencana Tuhan dan SPH sungguh adalah sekolah terbaik!!
Licya Hermawan It was in SPH that I first found a way to channel my passion for debates and speeches. It was also here that I found a direction for my future and finally and where I met teachers who are more than just teachers and friends I will treasure for life. Di SPH saya pertama kali menemukan minat untuk berpidato dan dalam hal debat. Juga di sini saya menemukan arah masa depan dan akhirnya juga tempat di mana saya menemukan guru-guru dan teman-teman yang menjadi harta dalam kehidupan.
Juan Paolo Octavio I have learned to think critically and have been challenged to gain a deeper understanding with the help of my teachers. SPH has helped me to improve academically. The school fosters an environment conducive to learning. The teachers have challenged me academically and also to grow in my faith and knowledge of God. I have enjoyed attending the year-level retreats and having a few days off from school work. I will always cherish the time I spent in SPH. Saya telah belajar untuk berpikir kritis dan ditantang untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam dengan bantuan dari guru-guru saya. SPH membantu saya untuk berkembang secara akademis. Lingkungan sekolah mendukung proses belajar. Guru-guru mendorong saya secara akademis dan juga bertumbuh dalam iman dan pengetahuan akan Tuhan. Saya menikmati retreat dan liburan sekolah. Saya selalu senang saat berada di SPH.
Felisia Yo SPH has been a second home for me throughout the past years in my life because it provided me with the right education combined with a fun atmosphere. It also created friendships that are unbreakable and has been a family to me. My friends have also built up the environment to make it pleasant and exciting every single day. Not forgetting the teachers who helped me through my difficulties and made me improve to become a better person. SPH telah menjadi rumah kedua bagi saya selama beberapa tahun terakhir dalam kehidupan saya karena menyediakan pendidikan yang tepat digabungkan dengan lingkungan yang menyenangkan. Juga menciptakan persahabatan dan menjadi suatu keluarga bagi saya. Teman-teman saya membuat keadaan yang menarik dan menyenangkan setiap hari. Tidak melupakan pula guru-guru yang membantu saya melewati kesulitan-kesulitan dan membuat saya berkembang menjadi seseorang yang lebih baik.
SPH Lippo Karawaci, Grade 12
SPH did not spoil me; it challenged me and taught me to deal with reality as well as to accept it.
Chintara Diva Tanzil
17
18
examples
SPH Lippo Karawaci, Grade 12
J. Christopher M. What a significant difference it was to move to SPH from a local school. SPH really emphasizes family rather than institution. Merasa sangat berbeda saat pindah ke SPH dari sekolah lokal. SPH sungguh menekankan kekeluargaan daripada institusi.
Charles Kurniawan I feel like I am a part of a big family. SPH is where I have gained lots of knowledge and information. The teachers are very kind and friendly and always answer my questions, not only about subjects at school, but also personal questions about daily life. Saya merasa menjadi bagian dari suatu keluarga besar. SPH adalah tempat di mana saya mendapatkan banyak pengetahuan dan informasi. Guru-guru sangat baik dan bersahabat dan selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, tidak hanya berkenaan dengan pelajaran sekolah tetapi juga pertanyaan-pertanyaan pribadi tentang kehidupan sehari-hari.
Yuda Effendy A home is where one can find comfort and joy. SPH has been my second home for the last six years. Here in SPH, I was able to meet my friends and enjoy my time with the teachers. In one sentence, I love SPH so much! Rumah adalah tempat seseorang menemukan kenyamanan dan kegembiraan. SPH telah menjadi rumah kedua saya untuk enam tahun terakhir. Di SPH ini, saya dapat bertemu dengan teman-teman dan bergembira bersama guruguru. Kesimpulannya, saya sangat suka SPH!
Children need love, especially when they do not deserve it. -Harold Hulbert
Alfred SPH has been my second home because there are friends and teachers ready to help. For me a home should be where we can feel secure as people will be there to help us, and the school has provided me with that. With having friends and teachers backing me up, I felt secure. Whenever I had troubles at home, I would try to stay as long as I can at school, because at school I know that I have friends to help me. SPH telah menjadi rumah kedua karena temanteman dan guru-guru siap untuk menolong. Bagi saya sebuah rumah haruslah menjadi tempat dimana kita dapat merasa aman karena ada orang-orang yang menolong kita di sana, SPH menyediakan hal ini untuk saya. Memiliki teman dan guru-guru yang membantu, saya merasa aman. Ketika menjumpai masalah di rumah, saya akan mencoba berada lebih lama di sekolah karena di sana saya tahu ada temanteman yang menolong.
Alexandra Yasa If SPH is a word, it would be defined as Christian Education. I think that SPH has been a second home for me in three ways: True Knowledge, Faith in Christ and Godly Character. In order to obtain true knowledge, one has to justify ideas and statements. I feel that SPH has equipped and enabled me to do all these things. We argue in class; debate with teachers and friends. Through this, I was able to UNDERSTAND things, not just know them. Along with my understanding of faith and of God, I am able to hold on to what I believe is true, justify my beliefs, and defend them. As a second home it has been a place that I can trust by giving me the security I obtained from knowing that what I know is the truth. My faith in Christ has also grown in the past years. Apart from the growth I received from my parent’s nourishment the school community has given me comfort and support in the construction of my faith. With the building of True Knowledge, I was never forced to believe or memorize
Christianity, but I was taught to search for the truth thus Know, Believe, and Live by the Truth. SPH has been a second home for me by being so supportive and reliable. SPH dapat didefinisikan sebagai pendidikan Kristen. Saya berpikir kalau SPH menjadi rumah kedua bagi saya dalam tiga hal: Pendidikan yang benar, Iman dalam Kristus, dan Karakter yang saleh. Dalam upaya pendidikan yang benar, seseorang harus mengoreksi ide-ide dan pernyataan-pernyataan. Saya merasa SPH telah memperlengkapi dan memampukan saya mengerjakan hal-hal ini. Kami bertukar pendapat di kelas berdebat dengan guru-guru dan temanteman. Melalui semua ini, kami dapat memahami sesuatu hal, tidak sekedar mengetahuinya saja. Sepanjang pemahaman saya akan iman dan Tuhan, saya dapat memegang apa yang saya percaya adalah benar, mengoreksi kepercayaan saya dan mempertahankannya. Sebagai rumah kedua, SPH menjadi tempat yang saya percaya untuk mendapatkan pengetahuan yang saya tahu kalau itu adalah kebenaran. Iman saya juga telah bertumbuh selama beberapa tahun terakhir. Di samping pertumbuhan yang saya terima dari orang tua, lingkungan sekolah juga memberikan pertolongan dalam pertumbuhan iman saya. Dengan membangun pengetahuan yang benar, saya tidak pernah dipaksa untuk percaya akan kekristenan, tetapi saya diajar untuk mencari kebenaran sehingga tahu, percaya, dan hidup oleh kebenaran. SPH menjadi rumah kedua bagi saya karena sangat menolong dan dapat diandalkan.
Esther (Min Joo Park) As soon as I moved to this school, I just fell in love with the place because great friends and teachers are there. I had many ‘firsts’. I had my first Korean school friend in Indonesia, played in my first string orchestra even joined my first school soccer team. This school has given me new experiences, and worked as a compass to give me right direction in my life. Segera setelah pindah ke sekolah ini, saya merasa jatuh hati dengan tempat ini karena temanteman dan guru-gurunya. Saya menjumpai banyak hal untuk pertama kalinya, saya pertama kali mendapatkan teman sekolah Korea di Indonesia ini, pertama kali bermain biola, juga pertama kali bergabung dengan tim sepak bola. Sekolah ini memberikan saya pengalamanpengalaman baru dan juga sebagai kompas yang memberi arah kehidupan bagi saya.
examples Caroline Cahyadi
Berada di SPH selama empat belas tahun sangat menarik dan penuh kenangan. Lingkungan yang bersahabat dan nyaman mendorong pendidikan dalam bidang akademis dan juga kehidupan. Hidup daya berkembang karena diajarkan pelajaran-pelajaran tentang kehidupan yang saya tidak dapatkan di tempat lain.
Angeline Octavia SPH has been a great community. Everyone from the teachers to the support staff have been incredible guardians for all the students. For me personally, I have changed a lot through all the years in SPH. Every time I had difficulties, teachers and friends were always there for me. SPH teaches from all aspects; academically, physically, spiritually, and socially. The teachers were like my parents and other fellow students like brothers and sisters. I have gained confidence in my life. SPH really prepares each of the students to be responsible and dedicated to their own country and beyond. SPH telah menjadi komunitas yang hebat. Setiap orang baik guru-guru maupun staff menjadi penjaga yang baik untuk seluruh siswa. Bagi saya pribadi, saya telah berubah banyak melewati tahun-tahun di SPH. Setiap kali menjumpai kesulitan, guru dan teman-teman selalu ada bagi saya. SPH mengajar dari berbagai aspek; akademis, fisik, rohani, dan kehidupan sosial. Guru-guru seperti orang tua dan para siswa seperti saudara-saudari. Saya mendapatkan kepercayaan diri dalam hidup saya. SPH sungguh menyiapkan setiap siswa untuk bertanggungjawab dan berbakti untuk negara.
SPH has been a second home to me by providing me with a comfortable and secure environment filled with laughter, joy, love, friendship, and more importantly, hope for a bright future. For me, SPH gave me many opportunities to do things that I would never have done before, for example being a WWF member. For me a home is a place where I can be myself, and enjoy many things; it is also a place where I can have fun and have great adventure, and I always think that time flies when you have fun. SPH was always a fun place to be and the time flew. The school always felt like a vacation home in another country, because of the international atmosphere, coupled with the comfortable and safe atmosphere that a home has, and a strongly tied family that consists of all my teachers and friends. SPH telah menjadi rumah kedua bagi saya dengan menyediakan suatu lingkungan yang aman dan nyaman diisi dengan tawa, kegembiraan, kasih, persahabatan, dan yang penting, harapan akan masa depan yang cerah. Bagi saya SPH memberikan banyak kesempatan untuk berbuat sesuatu yang tidak pernah saya kerjakan sebelumnya; contohnya menjadi anggota WWF. Bagi saya, rumah adalah tempat di mana saya dapat menjadi diri sendiri dan menikmati banyak hal; juga di mana saya dapat memiliki kegembiraan dan petualangan yang hebat. Waktu seakan berlari ketika kita memiliki kegembiraan. SPH selalu menjadi tempat yang menyenangkan dan waktu pun berlalu dengan cepat. Sekolah serasa berlibur di negara lain karena atmosfir internasional, diiringi dengan atmosfir yang aman dan nyaman serta kekeluargaan yang erat antara guru dan teman-teman.
Calvina Martin
Marcia I have been through interesting times during my years in SPH, especially how I can see things differently. For me, SPH has a balanced education physically and spiritually and that made me comfortable. Besides the best education its offered, the strong spiritual life in SPH helps me to know God better, to live my life according to what God’s words, and follow His ways. SPH also has a friendly environment with many activities going up which helps me to develop as an individual and tighten up my friendship’s life. The teachers and staffs are very kind and willing to help me to get through hard situations. Four years in SPH went so fast, and SPH has helped me and prepared me to take further education. Saya telah melewati waktu waktu yang menyenangkan selama saya bersekolah di SPH, khususnya bagaimana saya dapat melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Bagi saya, SPH memiliki keseimbangan dalam pendidikan fisik dan spiritual dan hal ini membuat saya merasa nyaman. Di samping pendidikan yang terbaik yang ditawarkan, kehidupan kerohanian yang kuat di SPH membantu saya mengenal Tuhan lebih baik, menghidupi kehidupan saya seturut Firman Tuhan dan mengikuti jalanNya. SPH juga telah menjadi lingkungan yang bersahabat dengan berbagai kegiatan yang membantu saya berkembang dan mempersiapkan diri untuk pendidikan lebih lanjut. Guru-guru and para staf ramah dan membantu saya melewati situasi-situasi yang sulit. Empat tahun di SPH sangatlah cepat dan SPH telah membantu serta mempersiapkan saya untuk menempuh studi lanjut.
Brian Kristianto Liu
The past few years have been such a continuous blessing for me. I have been given the privilege to know God and get closer to him.
I once heard a saying “A home is a house where love is”. If that is the case, the reason SPH can be considered a second home for me is because of all the good relationships I’ve had here.
Beberapa tahun terakhir menjadi berkat yang berkelanjutan bagi saya. Saya mendapat hak istimewa untuk mengenal Tuhan dan lebih dekat kepadaNya.
Sekali waktu saya mendengar ada yang berkata ”Rumah adalah tempat di mana kasih berada”. Untuk hal ini, SPH adalah rumah kedua bagi saya karena semua relasi yang baik yang saya miliki di sini.
SPH Lippo Karawaci, Grade 12
Being in SPH for fourteen years has been very interesting and memorable. The friendly, comfortable environment encourages both education in academics as well as life. My life has been improved as I was taught life lessons that I know I could not have received anywhere else.
Fonda
19
22
examples
SPH Lippo Karawaci, Grade 12
Surya Hadi Sunarto
William Tandono
The ad that promotes how SPH is a “second home” for your children, always raises questions amongst prospective parents to what kind of environment awaits them. For eleven years, the SPH I know is a home where I have lived a whole different life than to the life I lived at home. At home I am a son and a brother. At SPH, I am a friend, a student, a president, and a captain. It is a life where I have learned about friendship and love. It is a life where I lived in an environment of care and understanding. It was a second home, where I experienced a whole different world. Red bricks, smiles, and the grace of God.
I have met and known wonderful friends and interacted with great teachers. The most memorable thing for me is how all those people and the environment of the school has influenced me in positive ways and I am now closer to God.
Iklan yang mempromosikan bagaimana SPH adalah ‘rumah kedua’ bagi anak-anak, selalu menimbulkan pertanyaan di antara prospektif orang tua akan jenis lingkungan apa yang ada di hadapan mereka. Untuk sebelas tahun lamanya, SPH adalah rumah di mana saya hidup dalam suatu kehidupan yang berbeda dengan rumah saya sendiri. Di rumah saya adalah seorang anak lelaki dan seorang saudara. Di SPH saya adalah seorang teman, siswa, ketua, dan seorang kapten. Suatu kehidupan di mana saya telah belajar tentang persahabatan dan kasih. Suatu lingkungan di mana terdapat perhatian dan pengertian. Suatu rumah di mana saya mendapatkan pengalaman yang berbeda. Bata merah, senyuman, dan anugrah Tuhan.
SPH has taught me many important values of life. It gave me a good and friendly environment in which to learn and good friends that I can share many things with. It has really helped me grow as a person.
Saya telah bertemu dan berjumpa dengan teman-teman yang hebat dan berinteraksi dengan guru-guru yang luar biasa. Yang paling dikenang bagi saya adalah bagaimana mereka dan lingkungan sekolah mempengaruhi saya secara positif dan sekarang saya lebih dekat kepada Tuhan.
Ariel Indra
SPH telah mengajar saya banyak nilai-nilai kehidupan yang penting. Memberikan saya suatu lingkungan yang baik dan bersahabat untuk belajar dan teman-teman di mana saya dapat berbagi dalam banyak hal. Sungguh menolong saya untuk bertumbuh sebagai seseorang.
William Soedewa SPH has been a second home for many ways. I have grown up in this school and I’ve seen many changes and, likewise, the school has seen many changes in me. In SPH i have met many friends and teachers that have left memories in my heart. Even though some have gone away, new ones came to replace them. I have learned many things besides education in class. I have learned how to respect others, care for others, help with needs, and most of all, to put God first in my life. SPH has shown me the way to eternal life. I would not be the same person I am today if not for my teachers and friends. God put me in the right place because I feel that this is His will for me to be in SPH. SPH telah menjadi rumah kedua dalam banyak hal. Saya telah bertumbuh di sekolah ini dan melihat banyak perubahan-perubahan dan juga sekolah pun melihat banyak perubahan dalam diri saya. Di SPH saya bertemu banyak teman dan guru yang meninggalkan kenangan dalam hati. Walau beberapa telah pergi dan yang baru datang menggantikan mereka. Saya telah belajar banyak hal di samping pendidikan di dalam kelas. Saya telah belajar bagaimana menghargai sesama, memperhatikan yang lain, membantu yang membutuhkan, dan yang terpenting menempatkan Tuhan pertama-tama dalam hidup saya. SPH telah menunjukkan saya jalan menuju hidup yang kekal. Saya tidak akan menjadi orang yang sama seperti saat ini jika tidak untuk guru-guru dan teman-teman saya. Tuhan menempatkan saya di tempat yang tepat karena saya merasa hal ini merupakan kehendakNya bagi saya untuk berada di SPH.
You have a lifetime to work, but children are only young once. -Polish Proverb
examples
23
A Home is Built with Love and Dreams By Alberts Hendrajaya (Year 11), SPH Lippo Cikarang
“A house is made of walls and beams; a home is built with love and dreams.” A quotation from Christian Morganstern. This quote reflects my life journey which I have experienced since I was a little child about love and dreams.
S
HORTLY after I was able to walk, to socialize, to see new things and importantly to understand the first steps of my education, I started on my first-year of education in Sekolah Pelita Harapan Lippo Cikarang. I am blessed and very grateful to experience the quality of this school. My school has motivated me to seek what is best in me so that I can express and enhance my talents and skills for the future through all of the support, facilities and quality of teaching that I have received.
best terminology to describe Sekolah Pelita Harapan a home for hundreds of students built with love and dreams?
My family has amazingly taught me about the importance of love. As I was schooled and educated in Sekolah Pelita Harapan, my school days have also been full of learning with the love and care that are shown consistently through my beloved friends, teachers and even staff. Additionally, the learning atmosphere which I have experienced for several years has taught me the importance of having a dream as well. Therefore, referring to the quotation previously, if a home is built with love and dreams then that is also the
“You’re so loyal to this school? Don’t you get bored studying in the same school from year to year?” some friends might ask.
In the year of 1995, it was the time when I began wearing the Sekolah Pelita Harapan uniform. I have experineced thirteen years of study since kindergarten to my current year 11. “A second home for your children” is absolutely true considering that I have always been going to the same buildings and playing in the same places for all of these years.
I always answer them with another question. “Why should I get bored with the same school if in reality I am still excited at being part of one wonderful family; it is like a home to me? It’s not just that I am loyal to my school, but instead, the school is the one who is loyal to us in providing joy and love through teaching as well as giving me the
support to always have a dream in my heart.” As I have grown older, I have become even more grateful that I could have the opportunity to be a student in Sekolah Pelita Harapan. The vision of Sekolah Pelita Harapan is that an educated generation will be best able to positively shape the future. Consequently, in order to accomplish this vision, Sekolah Pelita Harapan is committed to prepare the students to be qualified leaders for their nation and world citizens of tomorrow. Furthermore, the vision is to equip and empower future leaders by applying the transformational principles of obtaining knowledge and technical skills; developing good character and attitude; and building faith using a balanced and integrated curriculum to the glory of God. The mission of the school to meet the vision is to have a partnership with parents to prepare students to become leaders that will be achieved by educating the whole child: spiritually, emotionally, socially, intellectually, and physically.
24
examples
Here in Sekolah Pelita Harapan, the vision and mission has given us an extra bonus, to prepare us for the storms of life later in the future. When we had our chapel, I was told that when you see only one pair of footprints in the sand, just remind yourself that it is not your footprint but it belongs to God. He is the one carrying you for every single step you take so that you would not be alone. Being well-balanced as a student is very importnat to determine the quality of each individual. Through its vision and mission, I believe that Sekolah Pelita Harapan wants students to become successful leaders that change the world and to become the people that inspire nations and kings by having a true knowledge, faith in Christ and to have Biblical Christian worldview. The sense of “family ness” as a school and as a teacher to their students is present in the atmosphere of Sekolah Pelita Harapan Lippo Cikarang as the school works together with parents and students. This leads to major differences from many other schools. This is the automatic result of giving the very best quality of spiritual teachings, emotional teachings, social teachings, intellectual teachings, and physical teachings. Sekolah Pelita Harapan is my second home, your second home and our second home.
“Sebuah rumah dibuat dari dinding dan balok kayu: sebuah rumah didirikan dengan kasih dan cita-cita.” Suatu kutipan dari Christian Morganstern. Kutipan tersebut selalu mengingatkan saya akan perjalanan hidup yang saya alami sejak kanak-kanak berkenaan dengan kasih dan cita-cita.
P
ADA saat ketika saya mulai dapat berjalan, bersosialisasi, melihat halhal yang baru, dan yang terpenting memulai langkah pertama dari pendidikan, saya mengawali dengan bersekolah di Sekolah Pelita Harapan Lippo Cikarang. Saya diberkati dan bersyukur mengalami kualitas dari sekolah ini. Sekolah pertama bagi saya ini memotivasi untuk mencari apa yang terbaik dalam diri saya sehingga dapat mengekspresikan dan mengembangkan talenta-talenta serta kemampuan untuk masa depan dengan
melewati semua bantuan, fasilitas juga kualitas guru-guru yang saya dapatkan. Keluarga saya secara luar biasa mendidik saya berkenaan dengan pentingnya kasih. Karena saya disekolahkan dan dididik di Sekolah Pelita Harapan, banyak waktu dalam pendidikan saya sehari-hari diwarnai oleh kasih dan perhatian yang konsisten melalui teman-teman, guru-guru, dan bahkan para staff. Sebagai tambahan, atmosfir pendidikan yang saya alami selama beberapa tahun telah mengajarkan saya pentingnya memiliki cita-cita. Karena itu mengacu pada kutipan sebelumnya jikalau sebuah rumah dibangun dengan kasih dan cita-cita maka terminologi terbaik apa untuk menggambarkan Sekolah Pelita Harapan yang terbangun bahkan oleh kasih dan cita-cita dari ratusan siswa ? Tahun 1995 adalah waktu ketika saya mulai memakai seragam Sekolah Pelita Harapan. Secara jelas, saya telah mendedikasikan tiga belas tahun waktu belajar sejak di Taman Kanak-Kanak sampai saat ini saya di Sekolah Menengah Atas. Tiga Belas Tahun?! “A Second home for your children” adalah benar apa yang saya rasakan karena saya selalu pergi ke bangunan yang sama dari waktu ke waktu, melihat dan bermain di tempat yang sama selama berbulan-bulan bahkan bertahuntahun. “Apa kamu sedemikian loyal dengan sekolah ini? Apakah kamu tidak bosan belajar di sekolah yang sama selama bertahun-tahun ini?” tanya beberapa teman saya. Respon di atas adalah satu dari sekian banyak tanggapan teman-teman lainnya ketika mengetahui kalau saya adalah siswa terlama di sekolah ini. Saya seringkali bertanya balik kepada mereka, ”Mengapa harus merasa bosan di sekolah yang sama ketika saya masih bersemangat menjadi bagian dari satu keluarga ini? Tetapi tentang loyal dengan sekolah ini; justru sebaliknya sekolah ini dengan setia selalu membagikan kesukacitaan kasih di dalam hal pengajaran juga memberikan bantuan agar senantiasa memiliki cita-cita dalam diri saya.” Semakin bertambah usia dari waktu ke waktu, saya menjadi bakin bersyukur kalau mendapat kesempatan untuk bersekolah di Sekolah Pelita Harapan ini. Visi dari Sekolah Pelita Harapan adalah adanya generasi muda yang terdidik yang mampu menjadi yang terbaik dlam membentuk masa depan. Konsekuensi dalam upaya mencapai visi ini adalah Sekolah Pelita Harapan berkomitmen
mempersiapkan para siswa menjadi pemimpinpemimpin yang berkualitas bagi bangsa dan warga dunia masa depan. Lebih jauh lagi, visi untuk memperlengkapi pemimpin masa depan ini adalah dengan menerapkan serangkaian prinsip-prinsip transformasi dalam mendapatkan pengetahuan dan kemampuan teknis; mengembangkan karakter dan perilaku yang baik; serta membangun iman dengan mempergunakan suatu kurikulum yang seimbang dan terintegrasi bagi kemuliaan Tuhan. Misi dan visi sekolah bekerja sama dengan para orang tua mempersiapkan para siswa menjadi pemimpin-pemimpin akan dicapai dengan memdidik anak secara keseluruhan: spiritual, emosi, social, intelektual, dan secara fisik. Di Sekolah Pelita Harapan ini, visi dan misi memberikan suatu poin ekstra untuk mempersiapkan kami menghadapi badai kehidupan di masa depan kelak. Ketika dalam ibadah, saya diberitahu bahwa hanya ada sepasang jejak kaki, mengingatkan kita semua kalau ini bukanlah jejak kaki kita tetapi jejak kakiNya Tuhan. Dia yang menggendong kita dalam setiap langkah sehingga kita tidak pernah sendiri. Menjadi seorang siswa yang seimbang adalah sangat penting untuk menentukan kualitas dari seseorang. Melalui visi dan misi, saya percaya bahwa Sekolah Pelita Harapan ingin agar siswa-siswaNya menjadi pemimpin yang berhasil yang mengubah dunia dan menjadi seseorang yang menginspirasikan bangsa dan pemimpin-pemimpinnya dengan pengetahuan yang benar, iman dalam Kristus dan memiliki cara pandang kekristenan. Rasa kekeluargaan hadir mewarnai lingkungan Sekolah Pelita Harapan Lippo Cikarang; di antara hubungan guru dan para siswa. Hal ini yang membuat perbedaan besar dengan banyak sekolah lainnya. Ini adalah hasil otomatis dari upaya memberikan kualitas terbaik dari pengajaran spiritual, emosi, social, intelektual, dan fisik. Sekolah Pelita Harapan adalah rumah kedua saya, rumah kedua kalian, dan rumah kedua kita semua.
A truly rich man is one whose children run into his arms when his hands are empty. -Author Unknown
examples Christie
Saya pikir SPH adalah rumah kedua karena SPH sangat aman dan seperti rumah sendiri. Banyak orang di sana dan saya senang berada di SPH. Banyak hal yang membuat kita merasa aman, ada orang-orang yang memberi semangat dan guru-guru yang membantu. Di SPH kita akan merasa dikasihi dan diterima. Saya baru pindah ke sekolah ini dan merasa sangat diterima oleh banyak orang di sini. Mereka memperlakukan setiap orang seperti saudara-saudari.
Alyssa SPH is like a second home to me because I almost spend half of my day there. I have teachers there to protect me so I feel safe and I feel like I belong. My friends are like family and I am growing up with them. I love staying there because there are people taking care of me and watching me grow. SPH adalah rumah kedua bagi saya karena hampir setengah hari berada di sana. Saya memiliki guru-guru yang menjaga saya sehingga merasa aman. Teman-teman seperti keluarga dan saya bertumbuh bersama dengan mereka. Saya suka berada di sana karena orang-orang memperhatikan dan melihat saya bertumbuh.
Kim Gun SPH is my second home because my friends are there. Whenever I am sad, whenever I am mad, SPH comforts me by their strong Christianity. I feel strong again. SPH adalah rumah kedua karena teman-teman saya ada di sana. Ketika sedih, atau marah, SPH meneduhkan saya dengan kekristenan yang kuat sehingga saya pun merasa kuat kembali.
SPH is like my second home, because there are people who help me and take care of me. They give me happiness and they share dreams with me. Because of that happiness and those dreams, I feel comfortable. And I also want to share my happiness and sadness with them. So I think SPH is my second home. SPH seperti rumah kedua bagi saya karena ada banyak orang yang membantu dan memperhatikan saya. Mereka memberi saya kegembiraan dan berbagi angan-angan bersama. Karena kegembiraan dan cita-cita tersebut saya merasa nyaman. Dan juga saya dapat berbagi kegembiraan dan kesedihan bersama. Maka saya pikir SPH adalah rumah kedua saya.
Amanda Even though this is my second year in SPH, I can already feel that SPH is my second home, because we have fun learning. The teachers and friends are also kind and have Godly Character. They are like my second family. There are friends and also conflicts, that’s why it feels like home. Meskipun ini adalah tahun kedua di SPH, saya dapat merasa kalau SPH adalah rumah kedua karena kami bergembira dalam belajar. Guru dan teman-teman juga baik hati dan memiliki karakter yang saleh. Mereka seperti keluarga yang kedua bagi saya. Ada teman-teman dan juga konflik yang terjadi, karena itu mengapa saya merasa seperti di rumah.
Samuel I think SPH is my second home because there’s a big pleasant environment. I feel like I belong to SPH and we are one big family. When I have any problems my teacher will listen to me. Everyone cares and loves each other. Besides that, SPH is a school with a Christian background so I can read the Bible just like I usually do at home.
Saya pikir SPH adalah rumah kedua karena memiliki lingkungan yang besar dan menyenangkan. Saya merasa sebagai bagian dari SPH dan merupakan suatu keluarga besar. Ketika memiliki masalah, guru saya akan mendengarkan. Setiap orang memperhatikan dan mengasihi satu sama lain. Di samping itu, SPH adalah sekolah dengan latar belakang kekristenan maka saya saya dapat membaca alkitab seperti yang biasa saya lakukan di rumah.
Jasmine I think SPH is my second home because I have been here for about nine years. Also because my friends are here and I always feel like they are my brothers and sisters; and teachers that listen, care for and protect me. Sometimes, I feel like SPH is my first home. Saya pikir SPH adalah rumah kedua karena saya telah berada di sini selama sembilan tahun. Juga karena teman-teman di sini dan saya selalu merasa kalau mereka adalah saudara dan saudari sendiri, dan guru-guru yang mau mendengar, perhatian dan menjaga saya. Kadang-kadang bahkan saya merasa SPH adalah rumah pertama saya.
Andari I think that SPH is my second home because all the students grow spiritually in Christ. We get to know and understand the true meaning of being a follower of Jesus. To have faith in God can help with all the tasks that are given and not stress or panic when doing the task expectations. SPH adalah rumah kedua saya karena saya kira semua siswa di sini bertumbuh secara kerohanian dalam Kristus. Kita dapat mengetahui dan mengerti arti sesungguhnya menjadi pengikut Kristus. Memiliki iman dalam Tuhan dapat membantu mengerjakan tugas dengan tidak tertekan atau panik.
SPH Lippo Karawaci, Grade 6
I think SPH is my second home because in SPH it feels very secure and homey. There are lots of people I enjoy with in SPH. There are many things to make sure you feel safe, there are people encouraging you and teachers helping you. In SPH you feel loved and accepted. I recently moved to this school and I was very welcomed by lots of people. People treat every one as brothers and sisters.
Won Hyoung
25
26
examples
SPH Lippo Karawaci, Grade 6
Chelsie I’ve been in SPH for eight years since K3 and it feels so wondrous being here. SPH is a second home to me since all my friends are like siblings and all the teachers are like parents that care for their children. We study together, form a new family and build relationships with each other. Saya berada di SPH selama delapan tahun sejak K3 dan merasa luar biasa berada di sini. SPH adalah rumah kedua bagi saya karena semua teman seperti saudara dan semua guru seperti orang tua yang memperhatikan anak-anak mereka. Kami belajar bersama, membentuk suatu keluarga baru dan membentuk hubungan antara satu dengan yang lain.
Irvin Why I think SPH is my second home is that everyweek day I go here to learn. I can play, talk laugh, work and have fun with my friends at school. I learn here. I also have fun here with some of my friends. It is just like me living in with my friends, which is just like my living with my brothers and also my sister. I like this school. It’s just like home. Mengapa saya pikir SPH adalah rumah kedua karena setiap minggu saya ke sini untuk belajar. Saya dapat bermain, bersenda gurau, bekerja dan bersenang-senang bersama teman-teman di sekolah. Saya belajar di sini. Saya juga mendapat kesenangan bersama beberapa dari kawan-kawan saya. Tinggal bersama teman-teman, dimana seperti tinggal dengan saudara dan saudari saya. Saya suka sekolah ini. Seperti berada di rumah.
Christina I think SPH is my second home because I go to school five days every week. It means I spend hours and hours in SPH. Another reason is because our class is like my family. I spend most of my time in school with them. I also think SPH is a very educational and friendly place for children to be.
Saya pikir SPH adalah rumah kedua karena saya pergi ke sekolah lima hari seminggu. Itu berarti saya menghabiskan waktu berjam-jam di SPH. Alasan lain adalah karena kelas kami seperti keluarga bagi saya. Saya menghabiskan banyak waktu bersama mereka di sekolah. Saya juga berpikir kalau SPH adalah tempat yang sangat baik untuk belajar dan bersahabat bagi anak-anak.
Fredric For me SPH is my second home because it is specious and has a great, clean environment. It is the best home I could ever wish for. SPH has great people, awesome teachers and inspirational friends. Most of all it is a church for me as it teaches me more about God and how wonderful He is. Bagi saya, SPH adalah rumah kedua karena lingkungan yang luas dan hebat serta lingkungan yang bersih. Merupakan rumah terbaik yang dapat saya harapkan. SPH memiliki orang-orang yang hebat, guru-guru yang luar biasa dan teman-teman yang membuka wawasan. Dalam banyak hal seperti gereja bagi saya karena mengajarkan lebih banyak tentang Tuhan dan betapa ajaibnya Dia.
Ezra SPH is a second family because everyone can get together, know each other, and be a family in Christ. Everyone has their own work, their own business, and their own difficulty. Everyone helps each other, getting to know everyone in the community. Our teachers teach us like parents, about doing the right things, and being disciplined. SPH adalah keluarga kedua karena setiap orang bersama-sama dan mengenal satu dengan lainnya serta menjadi keluarga dalam Kristus. Setiap orang memiliki pekerjaan dan kesulitannya masingmasing. Setiap orang membantu satu dengan lainnya dan saling mengenal di dalam komunitas. Guru-guru mengajarkan bagaimana mengerjakan hal-hal yang benar dan mendisiplinkan, seperti orang tua kita sendiri.
Vera Tanujaya I think SPH is my second family because I have been with SPH since I was in kindergarten. I also have many great experiences in SPH, especially the retreats. And so I think here is my second family. I have become much closer with my friends and God. For me, the teachers in SPH are like my parents at school, and my friends at SPH are like my brothers and sisters. I feel so glad that I am one of the students in SPH. Saya pikir SPH adalah keluarga kedua karena saya telah bersama SPH sejak masih di taman kanak-kanak. Saya juga memiliki banyak pengalaman yang hebat di SPH khususnya retreat. Dan dengan demikian saya berpikir ini adalah keluarga kedua saya. Saya menjadi makin dekat dengan teman-teman dan Tuhan. Bagi saya, guru-guru di SPH adalah seperti orang tua di sekolah dan teman-teman seperti saudara-saudari. Saya merasa gembira kalau saya adalah salah seorang siswa SPH.
Melisa SPH is a second family for me because first, I spend eight hours (most of my waking time) here. I also learn about things and attitudes. Having to go to school with many students also makes it a BIG family. The fun thing about SPH is that sometimes it has special events like a Swimming Carnival, etc. The other thing that I like about SPH is that this second family is really close to my own family. SPH often invites parents to events and I’m really happy about that. SPH adalah keluarga kedua bagi saya karena pertama, saya menghabiskan delapan jam di sini. Saya juga belajar tentang berbagai hal dan perilaku. Pergi ke sekolah bersama banyak siswa lainnya membuat hal ini seperti keluarga yang besar. Hal-hal yang menyenangkan di SPH seperti kegiatan-kegiatan spesial Karnaval Renang dan lainnya. Hal lain yang saya sukai tentang SPH adalah keluarga kedua ini sungguh erat hubungannya dengan keluarga saya sendiri. SPH sering mengundang orangtua ke acara-acara dan saya sungguh senang karenanya.
examples Andrew
Saya pikir SPH adalah keluarga kedua karena memiliki teman-teman yang dapat membuat saya gembira dan dapat memiliki kegembiraan bersama. Kami juga dapat belajar dari sekolah tentang peraturan dan perilaku sepeti yang biasanya diajarkan orang tua kami di rumah. SPH juga dapat menjadi keluarga kedua karena kami merayakan acara-acara special bersama dan juga merayakan ulang tahun di sekolah. “House Team” di SPH juga seperti keluarga karena kami bermain dan memiliki kesenangan bersama dengan kawan-kawan. Kami juga berdoa bersama teman-teman dan guru-guru. Semua orang Kristen adalah saudara dan saudari SPH adalah Sekolah Kristen. Adapula acara “graduation” yang merayakan naik kelas dan kami merayakannya bersama teman-teman.
Joey I think SPH is a second family because here we meet great friends and the teachers are encouraging like normal parents. We have lots of whole school assemblies and spend our time together as one big family, singing and worshipping God. We have house teams that we compete in and the family enjoys friendly competition. We have lots of projects that we do as a group. Saya berpikir kalau SPH adalah keluarga
Marc SPH is a second home to me because there are friends in school which makes it like a family. I also do things together with my friends if there are house team competitions. Chapel also brings people together and we praise and sing together. SPH adalah rumah kedua bagi saya karena ada teman-teman yang membuatnya seperti keluarga. Saya juga mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan teman-teman jikalau sedang berlangsung kompetisi antar “house team”. Di ibadah, kami juga membawa orang-orang datang bersama dan bernyanyi serta memuji bersama.
Shaka I think SPH is my second home because, just as I learn what is good and what is bad at home, I also learn that at school. Another reason is that we spend over a third of the whole day at school. I enjoy hanging out with my friends, just like I have fun with my family. My friends are just like my brothers and sisters. This school is my second home because we meet five times a week which makes our relationships really close. What we all know is that we all are one family in Christ. Saya pikir SPH adalah rumah kedua karena apa yang saya pelajari mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik di rumah, juga saya pelajari di sekolah. Saya senang bersama-sama dengan teman-teman seperti memiliki kegembiraan bersama keluarga saya. Teman-teman seperti saudara dan saudari. Sekolah ini adalah rumah kedua karena kami bertemu lima hari seminggu yang menyebabkan hubungan yang erat satu dengan lainnya. Apa yang kami tahu adalah kami adalah satu keluarga dalam Kristus.
Cynthia I think that SPH is my second family because in SPH we can make a lot of friends. We can also learn a lot of things from the teachers. There are also lots of fun activities in house teams which shows all of us cooperating with each other. I have a lot of fun staying in SPH and that is why I think that SPH is just like my second family. Saya berpikir bahwa SPH adalah keluarga kedua karena di SPH kami dapat memiliki banyak teman. Kami juga dapat belajar banyak hal dari guru-guru. Juga ada aktivitas yang menyenangkan dalam “house team” di mana saling bekerja sama antar satu dengan yang lain. Saya juga memiliki banyak kesenangan di SPH dan itulah sebabnya saya berpikir kaalu SPH adalah seperti keluarga kedua.
Karen I think SPH is my second family because I spend more time in school than in my own house and because I have lots of friends that I always think are my brothers and sisters. In a family, we pray and do lots of things together daily. So that’s why I think SPH is my second family because I really do all the things that I usually do in my own family. I also think that SPH is my second family because it is a Christian School that really fits into my life and my character. I also have fun and enjoy family hours at home and that would be exactly the same thing I always do in school. Saya pikir SPH adalah keluarga kedua bagi saya karena saya menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah daripada di rumah sendiri dan karena saya memiliki banyak teman yang selalu saya anggap sebagai saudara dan saudari. Di dalam keluarga, kami berdoa dan mengerjakan banyak hal setiap hari. Karena itu saya anggap SPH adalah keluarga kedua karena saya mengerjakan hal-hal yang sama dengan yang biasa saya kerjakan di rumah sendiri. Juga karena SPH adalah Sekolah Kristen yang cocok dengan kehidupan dan karakter saya. Saya juga mendapatkan kesenangan dan bergembira bersama keluarga di rumah yang mana hal ini saya dengan apa yang selalu saya kerjakan di sekolah.
SPH Lippo Karawaci, Grade 6
I think SPH is a second family because we have friends that can make us happy and we can have fun together. We can also learn from school about things that our parents usually teach us at home like manners and our attitudes. SPH can also be our second family because we celebrate special events together and we can also celebrate birthdays at school too. The house teams at SPH are also like a family because we play and have fun together with our friends. We can also have prayers together with our friends and teachers. All Christians are brothers and sisters and SPH is a Christian school so it’s like a family because there are brothers and sisters. There is also graduation to celebrate our passing of our grade and we can celebrate our graduation with our friends.
kedua karena di sini kami berjumpa dengan teman-teman yang hebat dan guru-guru yang seperti orang tua. Kami memiliki kegiatan bersama dan menghabiskan waktu bersama sebagai suatu keluarga besar, bernyanyi dan menyembah Tuhan. Kami juga memiliki “house team” yang saling berkompetisi untuk membina persahabatan. Kami juga memiliki banyak proyek yang dikerjakan bersama kelompok.
27
28
special report Fun-filled event with a whole host of entertaining performances, exhibitions, competitions, fun activities & booths for SPH families!
T
HE big event that happened recently is the Creative Community Celebration. We have to say how grateful we are to have such a creative & lively community! As human beings we are created with a social nature and the need for fellowship and community. Therefore, thank God that He placed us in a fantastic and vibrant community, where so many talented, gifted people are willing to give and share their ideas, creativity, and work together to make our community a wonderfull place to be! We enjoyed amazing experiences and we hope all of you will keep the pleasant memories in your hearts!
C re at iv e Ex p re ss io n Pe rf o rm an ce s
Opening Ceremony
Sa
xo p
ho
ne
mpetition Hula-Hoop Co
Angklung P e
rformances
special report and Ladder
nc rma
er fo
Expression P e Creativ
Percussion
es
Gamelan
The Human Snak e
29
30
special report petition
Duet Chess Com
Junior School Choir
Cr
ea
tiv
e
Ex
pr es
sio
Creative Pet Parade
nP er
fo r ma
ncert
The Annual Strings Co
nce
s Kolintang
alumni
31
Q: Hi, Ryan. What are the things from SPH that help you a lot in studying overseas? A: There are lots of things from SPH that have greatly helped me. First of all is English. In SPH, teachers encouraged me to use English as my first language. Another thing is that we did not just learn about knowledge from books, we learned also about life and were taught to see it from the Biblical point of view. Q: Is there anything interesting about studying overseas? A: First of all is having new friends from different countries, from different continents. I can learn about their culture and they can learn about mine. Secondly, being able to be fully responsible for myself, because in Indonesia I did not really do it; my parents usually helped me take care of myself but now I have to do it all. Lastly is the opportunity to see new places and face different problems. Q: Anything you want to say to SPH students, your juniors? A: It is good to be the part of SPH. What I got from this school has significantly helped me in my first year of study in university. Some of the subjects−Biology, Algebra and English−that I learned at school were really useful.
Ryan Christian Ekasantosa
(Alumni from Sekolah Pelita Harapan Cikarang) Currently studying in Wichita State University, USA
Q: Do you think that SPH is really ‘A Second Home for Your Children’ such as stated by its motto? A: Yes. SPH is like a second home for me. Not because I studied here from 7am till 3pm but because the entire teacher body treated us like their own children. SPH also has a safe environment and the most important thing is that over here I learned how to respect other people. Q: Now about true knowledge, faith in Christ and Godly character. How was your character developed at school, Ryan? A: In SPH we have activities like chapels, retreats and devotions. Those activities helped me learn more about Christianity and these have made me become a better person. Studying in SPH has also given me so many benefits because the education that is offered by this school has prepared me well to face my future, helped me a lot for studying overseas. I highly recommend SPH Lippo Cikarang!
T: Hi, Ryan. Bagaimana SPH mempersiapkan kamu belajar di luar negeri? J: Ada banyak hal dimana SPH banyak membantu saya. Pertama adalah bahasa Inggris. Di SPH, guru-guru mempersiapkan saya untuk menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Hal lainnya adalah kami tidak hanya belajar ilmu pengetahuan dari buku-buku saja, tetapi juga belajar mengenai kehidupan dan diajarkan untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang Alkitab. T: Apakah hal yang menarik dari belajar di luar negeri? J: Pertama, memiliki kawan-kawan baru dari berbagai negara dan berbagai benua. Saya dapat belajar tentang budaya mereka dan sebaliknya mereka pun dapat belajar dari saya. Yang kedua adalah dapat bertanggung jawab atas diri saya, karena di Indonesia, hal ini tidak dapat saya lakukan sepenuhnya karena orang tua biasanya membantu tetapi sekarang saya harus mengerjakan semuanya. Juga kesempatan untuk melihat tempat-tempat yang baru dan menjumpai persoalan-persoalan yang berbeda. T: Ada yang ingin kamu sampaikan kepada para siswa SPH, adik-adik kelas? J: Adalah baik menjadi bagian dari SPH. Apa yang saya dapat sekolah ini membantu saya secara signifikan dalam tahun pertama di bangku kuliah. Beberapa mata pelajaran seperti biologi, aljabar, dan bahasa Inggris telah saya pelajari di sekolah benar-benar membantu. T: Apakah kamu berpikir bahwa SPH adalah sungguh-sungguh merupakan ‘A second home for your children’ seperti yang dinyatakan dalam mottonya ? J: Ya, SPH adalah rumah kedua bagi saya. Tidak karena saya belajar di sini dari pukul 7 pagi sampai 3 sore, tetapi karena semua guru memperlakukan kami seperti anak-anak mereka sendiri. SPH juga memiliki lingkungan yang aman dan yang terpenting adalah di sini saya belajar bagaimana menghargai orang lain. T: Sekarang berkenaan dengan True Knowledge, Faith in Christ, and Godly Character. Bagaimana karakter kamu berkembang di sekolah? J: Di SPH, kami memiliki kegiatan-kegiatan seperti kebaktian, retreat, dan ibadah. Aktivitas-aktivitas tersebut membantu saya belajar banyak tentang kekristenan dan hal ini membuat saya menjadi seseorang yang lebih baik. Belajar di SPH juga memberikan saya banyak keuntungan karena pendidikan yang ditawarkan sekolah ini mempersiapkan saya untuk menghadapi masa depan, membantu saya belajar di luar negeri. Saya sangat merekomendasikan SPH Lippo Cikarang!
32
special report
Harro Van Brummelen
visits Pelita
Dr Harro Van Brummelen is from Trinity Western University in Vancouver Canada. He is the most influential writer in relation to Christian Schools. His books have been translated into ten languages including, now, Bahasa Indonesia.
H
ARRO spent a week talking with and interacting with our Teachers and our teachers College Students. He has just made major revisions to his most popular book; “Walking with God in the Classroom” we were fortunate to gain access to the draft copy which has not yet been published. Here are a few excerpts: “When schools are places where people really care for each other, research shows that students like school more. Attendance improves. Students interact better socially, with fewer behavior problems. Not only that, but students are more motivated to learn. They work harder and achieve more. We must have a sound curriculum and set high expectations for our students. But more than that, our schools should work hard at
Harapan
implementing what Paul says in his letters about living as a Christian community. That helps us to be a place where students learn well.” “Schools are significant agents for enculturating children. However, our students live in a society where biblically based values are frequently ignored and even derided. Children and adolescents also often endure serious emotional, social, and ethical problems. These may be brought about by factors such as little parental time for children, family breakdown, increased mobility, hedonistic individualism, waning of religious beliefs, and abuse of various kinds. Moreover, the media is “a corrosive phenomenon that comes between parents and
children, threatens nonmaterial human relationships, and undermines democratic values” (Molnar, 1997, p. 164)1. “Effective schools are much more than collections of individuals going about their own tasks. Rather, they are communities for learning. School communities are united in common ideals and purpose. They share with those in need, are faithful in prayer, and live in harmony with each other (Romans 12). They commit themselves to making learning purposeful and effective for all. Teachers and students appreciate each other’s gifts and allow them to flourish. They encourage their use and development for service. Whether schools function as supportive learning communities depends a great deal on their culture−their beliefs, values, attitudes, ethos, traditions, and celebrations. School culture affects student and teacher attitudes and achievements. If a school culture is negative, it can undermine relationships as well as learning. So schools strive to establish and maintain a culture where: • Teachers are passionate about implementing the school’s vision while remaining open to God’s leading in a prayerful, humble way. • The principal and teachers promote shared values and an atmosphere of shalom. Students feel physically, emotionally, and intellectually secure. The staff treats them respectfully and fairly. • The school focuses on purposeful, meaningful, and interesting learning in an orderly environment. Teachers believe that all students can achieve. Teachers and students experience joy as they learn and live together in community.
special report
Students have opportunities to share their knowledge and gifts with others, both inside and outside of the school. • The school values individual contributions while encouraging collaborative teamwork. Both focus on efforts to improve all aspects of the school. • The school community regularly examines whether its vision and stated values agree with those lived in the school. What are the positive and negative aspects of its culture? What do teachers see, hear, and experience 1 2
in the school? What don’t they see, hear, and experience? What things are celebrated? Reprimanded? What things are “nondiscussables” that need to be discussed? Is there open and caring communication, relational trust, support for staff and students, interest in learning, and shared decisionmaking? Are restorative practices in place to manage conflicts and tensions? Is the negative confronted head-on and is the positive celebrated frequently?
No school community is perfect. The power of sin affects both teachers and students. That is why building school communities requires commitment and work. The school’s structures must encourage respect and responsibility. Policies must serve the welfare of students, not just administrative convenience. Community members must strive to create a positive atmosphere throughout the school. Teachers model and insist on courtesy and respect. They teach skills for resolving conflicts. They pay attention to the emotional, social, and ethical dimensions of learning.” Where families and schools work together to promote learning, student attitudes and learning improves. Parental support and encouragement matter. Schools need parents
33
to be involved with their children’s schooling (Arends, 2004; Oakes and Lipton, 2003)2. Some of the things which contribute to a school being a purposeful, supportive and caring community of learning: • A school culture where learning is focused and meaningful, where students feel secure and respected, and where teachers are passionate about the school’s vision. • A unified spiritual commitment that directs, pervades, and supports what takes place in the school. • A commitment to Biblical values such as the fruit of the Spirit. • Learning in ways that enable students to be and to become emotionally and socially healthy. • Service learning and school activities that encourage students to love God and neighbor as they develop their gifts. • Policies that enhance trust throughout the learning community, • A welcoming physical environment that facilitates learning. • Purposeful collegiality that binds the staff together as they support each other in their teaching and learning responsibilities. • A climate where everyone’s voice is appreciated and where parents and other supporters feel an integral part of the learning community.
Molnar, A. (Ed.). (1997). The construction of children’s character. 96th Yearbook, Part II. Chicago: National Society for the Study of Education Arends, R. (2004). Learning to teach (6th ed.). Boston: McGraw-Gill; Oakes, J., & Lipton, M. (2003). Teaching to Change the World (2nd ed.). Boston: McGraw-Hill
Kunjungan Harro Van Brummelen ke Pelita Harapan Dr. Harro Van Brummelen dari Trinity Western University, Vancouver Canada, adalah seorang penulis yang sangat berpengaruh dalam bidang Sekolah Kristen. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke sepuluh bahasa termasuk saat ini, Bahasa Indonesia.
H
ARRO selama seminggu ini berdiskusi dan berinteraksi dengan guru-guru kami dan para siswa dari Teachers College. Beliau baru saja mengerjakan revisi pada bukunya yang sangat terkenal; “Walking with God in the Classroom” dimana kami mendapat kesempatan untuk mengakses draft dari copy buku yang belum diterbitkan itu. Sedikit kutipan singkat dari buku tersebut:
“Ketika sekolah menjadi tempat di mana orang-orang sungguh memperhatikan satu sama lainnya, riset memperlihatkan bahwa para siswa akan lebih menyukai sekolah. Kehadiran meningkat. Para siswa berinteraksi sosial dengan lebih baik, serta sedikit masalah perilaku yang terjadi. Tidak hanya itu, bahkan para siswa lebih termotivasi untuk belajar. Mereka bekerja lebih keras dan mencapai lebih banyak. Kami tentunya harus memiliki kurikulum yang baik dan menetapkan harapan yang tinggi untuk siswa-siswi kami. Tetapi lebih daripada itu, sekolah kami harus bekerja keras dalam mengimplementasikan apa yang Paulus katakan dalam surat-suratnya mengenai hidup sebagai suatu komunitas Kristen. Hal ini membantu kami untuk menjadi suatu tempat di mana para siswa tersebut dapat belajar dengan baik.” “Sekolah adalah suatu lembaga yang penting di dalam membentuk anak-anak. Tetapi siswa-
siswi kami tinggal di lingkungan masyarakat yang seringkali mengabaikan nilai-nilai Alkitab dan bahkan mengolok-olok nilai-nilai tersebut. Anakanak dan orang dewasa juga seringkali mengalami masalah-masalah emosi, sosial, dan etika secara serius. Mungkin hal ini disebabkan oleh faktorfaktor seperti kurangnya waktu bersama anak, keluarga yang berantakan, peningkatan mobilitas, hedonistik individualisme, turunnya kepercayaan pada agama, dan berbagai penyalahgunaan lainnya. Lebih dari hal-hal ini, media adalah “suatu fenomena yang bersifat merusak yang mempengaruhi antara orang tua dan anak-anak, mengancam hubungan antar manusia yang bersifat non materi serta menggerogoti nilai-nilai demokrasi” (Molnar, 1997, p. 164)1 “Sekolah-sekolah yang efektif adalah jauh lebih dari sekumpulan individu yang mengerjakan tugasnya masing-masing, dimana mereka adalah
34
special report
suatu komunitas pembelajar. Komunitas sekolah yang disatukan dalam ide dan tujuan. Mereka berbagi dengan yang memerlukan, setia dalam berdoa, dan hidup harmonis antar satu dengan yang lain (Roma 12). Mereka berkomitmen untuk membuat proses pembelajaran menjadi bertujuan dan efektif bagi semua. Guru dan para siswa saling menghargai karunia di antara mereka dan mengembangkan serta menggunakannya bagi pelayanan. Ketika berfungsi sebagai komunitas yang mendukung proses pembelajaran, sekolah bergantung pada sejumlah faktor budaya– kepercayaan mereka, nilai-nilai, perilaku, etos, tradisi, dan juga perayaan-perayaan. Budaya sekolah mempengaruhi perilaku dan pencapaian dari para siswa dan guru-guru. Jika budaya sekolah negatif, maka akan mengganggu hubungan relasi dan pembelajaran. Maka sekolah berjuang untuk menegakan dan mempertahankan budaya dimana: • • • • • 1 2
Guru-guru berniat sungguh-sungguh untuk mengimplementasikan visi dari sekolah dengan tetap terbuka pada pimpinan Tuhan dalam doa dan kerendahan hati. Kepala sekolah dan guru-guru membagikan nilai-nilai dan kondisi yang shalom. Sekolah fokus pada proses pembelajaran yang bertujuan, berarti, dan menarik dalam suatu lingkungan yang teratur. Guru-guru percaya bahwa semua siswa dapat mencapainya. Para guru dan siswa mengalami sukacita saat mereka belajar dan hidup bersama dalam komunitas. Para siswa memiliki kesempatan untuk membagikan ilmu pengetahuan dan karunia mereka kepada yang lain baik di dalam maupun di luar sekolah. Sekolah menghargai kontribusi individu di samping mendorong kerjasama secara kelompok. Juga fokus pada usaha-usaha untuk mengembangkan semua aspek dari sekolah. Komunitas sekolah secara rutin menguji apakah visi dan nilai-nilai yang dinyatakan, sesuai dengan yang terjadi di dalam lingku-
ngan sekolah. Apakah yang menjadi aspek positif dan negatif dari budaya tersebut? Apa yang guru lihat, dengar, dan alami di sekolah? Apa yang tidak mereka lihat, dengar, dan alami? Hal-hal apa yang dirayakan? Yang ditegur? Hal-hal apa yang tidak dapat dibicarakan tetapi sebenarnya perlu untuk didiskusikan? Apakah di sana ada komunikasi yang terbuka dan yang saling memperhatikan, relasi yang saling percaya, bantuan untuk para staf dan siswa, semangat dalam belajar, dan pengambilan keputusan bersama? Apakah tindakan-tindakan dalam rangka memperbaiki dalam upaya mengatasi konflik dan ketegangan yang ada? Apakah sering hal-hal yang negatif dihadapi dan yang positif dirayakan ?
Tidak ada komunitas sekolah yang sempurna. Kekuatan dosa mempengaruhi baik guru maupun para siswa. Karena itu mengapa membangun komunitas sekolah membutuhkan komitmen dan kerja. Struktur sekolah harus mendorong rasa hormat dan tanggung jawab. Kebijakan-kebijakan harus melayani kesejahteraan para siswa, tidak hanya keteraturan administrasi belaka. Anggota komunitas harus berjuang untuk menciptakan kondisi yang positif di seluruh sekolah. Guru-guru menjadi teladan dan mendorong rasa sopan dan hormat. Mereka mengajarkan keterampilan untuk menyelesaikan konflik. Mereka memperhatikan pada kondisi emosi, sosial, dan dimensi etis dari pembelajaran.”
para siswa merasa aman dan dihargai, dan di mana guru-guru memiliki keinginan yang sungguh berkenaan dengan visi sekolah. • Suatu komitmen spiritual yang mempersatu kan, yang memimpin, yang meresap dan men- dukung apa yang terjadi di sekolah. • Suatu komitmen kepada nilai-nilai Alkitab sebagai buah Roh. • Proses pembelajaran yang memampukan para siswa berada dan menjadi dalam kondisi emosi dan hubungan sosial yang sehat. • Belajar melayani dan aktivitas sekolah yang mendorong para siswa untuk mengasihi Tuhan dan sesama sebagai bagian pengembangan karunia-karunia yang ada pada diri mereka. • Kebijakan-kebijakan yang memperluas keper- cayaan yang meliputi seluruh komunitas pem belajar. • Suatu lingkungan fisik yang ramah yang mem fasilitasi proses pembelajaran. • Hubungan kolega yang bertujuan dan yang mempersatukan para staf bersama-sama di mana mereka mendukung satu sama lain dalam tanggung jawab belajar dan mengajar. • Suatu iklim di mana pendapat setiap orang dihargai dan di mana orang tua serta orang orang yang mendukung merasakan bahwa mereka adalah bagian yang integral dari komunitas pembelajaran tersebut.
Di mana keluarga dan sekolah bekerja sama untuk mendorong proses pembelajaran dan perilaku siswa, dukungan dan semangat orang tua menjadi persoalan. Sekolah perlu orang tua yang terlibat bersama proses sekolah anak-anak mereka (Arends, 2004; Oakes and Lipton, 2003)2 Beberapa hal yang memberi kontribusi kepada sekolah yang memiliki tujuan dan komunitas pembelajaran yang saling memperhatikan: •
Suatu budaya sekolah di mana proses pembelajaran menjadi fokus dan memiliki arti, di mana
Molnar, A. (Ed.). (1997). The construction of children’s character. 96th Yearbook, Part II. Chicago: National Society for the Study of Education Arends, R. (2004). Learning to teach (6th ed.). Boston: McGraw-Gill; Oakes, J., & Lipton, M. (2003). Teaching to Change the World (2nd ed.). Boston: McGraw-Hill
Ephesians 3:14-19 … I bow my knees before the Father, from whom every family in heaven and on earth is named, that according to the riches of his glory He may grant you to be strengthened with power through His Spirit in your inner being, so that Christ may dwell in your hearts through faith–that you, being rooted and grounded in love, may have strength to comprehend with all the saints what is the breadth and length and height and depth, and to know the love of Christ that surpasses knowledge, that you may be filled with all the fullness of God.
special report
35
SPH LIPPO CIKARANG
PYP Authorization Visit SPH LIPPO CIKARANG is pleased to announce that they have achieved authorization in the Primary Years Program of the IBO. On April 15 and 16, the Junior School had a positive PYP Authorization visit with Mr. Bill Fenton from Singapore and Mrs. Richel Langit-Dursin from Jakarta. The IBO visitation team spent two days talking with parents, students, teachers and administrators. They also observed classrooms and reviewed curriculum documents. At the end of the visit, the team had positive things to say about the students, parents, teachers and school leadership of SPH-LC. The visitors from the IBO praised SPH-LC for their implementation of the PYP. The teachers were commended for their qualifications and experience. The leaders were recognized for their understanding of the PYP program and the commitment to providing ongoing professional development. The team also helped to identify areas that need strengthening in the school. These recommendations will help set the course for continued school improvement. SPH Lippo Cikarang bersama ini menginformasikan jika mereka telah mendapatkan otorisasi Primary Years Program IBO. Pada tanggal 15 dan 16 April, Junior School mendapat kunjungan dari Mr. Bill Fenton dari Singapura dan Mrs. Richel Langit-Dursin dari Jakarta. Dalam dua hari kunjungan tim IBO tersebut, mereka bertemu dengan orang tua, para siswa, guru-guru dan juga staf administrasi sekolah. Mereka juga melihat kelas-kelas dan mengevaluasi berkas dokumen dari kurikulum. Pada akhir kunjungan, tim tersebut mendapatkan hasil yang positif berkenaan dengan para siswa, orang tua, guru-guru, dan para pemimpin dari SPH-LC. Mereka memuji implementasi dari PYP dan kualifikasi serta pengalaman dari guru-guru di SPH-LC. Para pemimpin juga dinilai dari pengertian mereka akan Program PYP dan komitmen untuk menyelenggarakan pengembangan profesional yang berkelanjutan. Tim IBO juga membantu mengidentifikasikan kebutuhan apa yang harus dipenuhi untuk memperkuat sekolah. Rekomendasi ini akan membantu pengembangan sekolah.
Presidential Lecture featuring Bill Gates It was a privilege opportunity for me to be able to attend the Presidential Lecture Featuring Bill Gates on May 9th. This seminar, which was held in the Jakarta Convention Center, was attended by 2,500 people from many different classes such as university students, businessmen, businesswomen, entrepreneurs, etc. In this seminar, Bill Gates, the founder of Microsoft Corporation, talked about the Information Communication Technology (ICT) in the future where everything will be easier than now or even ten years before. Perhaps in the future we will be able to edit some data by two people in totally different places. Moreover, IT in the future will lead us to be able to do many things using our hands, such as using pens for tablet PCs. From this seminar, I learnt a lot about what’s going to happen in the future. One of the interesting things Bill Gates announced was the opening of a new Innovation Center at UPH. I really thank Mr. Eric for taking me to this seminar. I learnt that “we should learn new things in this young age, and discover your curiosity” (Bill Gates). But most of all, for me it’s a blessing and just a dream come true, that I could meet my role model. Yoas Arnest Sutopo (Grade 11, Sekolah Pelita Harapan Lippo Cikarang)
Yoas and Mr. Eric waiting to enter the Bill Gates seminar (Friday, 9 May 2008)
In bringing up children, spend on them half as much money and twice as much time. -Author Unknown
36
w h a t ’s o n
1-2. IB Art Exhibition (7-8 April 2008) 3-6. PYP Exhibition (29-30 April 2008) 7-8. Young Author’s Week Assembly (25 April 2008)
1
2
3
4
5
6
7
8
w h a t ’s o n
37
1-2. Parent Seminar with the author of I Love You by God, Maris Stella (29 April 2008) 3-5. International Costume Day (30 April 2008)
3
1
2
4
5
38
w h a t ’s o n
1-2. 3-4. 5-6. 7-9
Grade 6 Exhibition (25 April 2008) Digital Portfolio (18 March 2008) Go Cart Grade (6 March 2008) PYP Book Week (14-18 April 2008)
1
6
7
2
3
4
5
8
9
book corner
upcoming event FISKE GUIDE TO GETTING INTO THE RIGHT COLLEGE
39
SPH Lippo Karawaci
By Edward B. Fiske & Bruce G. Hammond
Sekolah Pelita Harapan Summer Opportunities 2008:
2nd.Ed.Sourcebooks, 2004
Community Service Habitat for Humanity, Yogyakarta
Community Service Yayasan Cinta Baca, Bogor
Writing Courses SPH Lippo Karawaci
23 June - 4 July 2008
Robotics SPH Lippo Karawaci
30 June - 4 July 2008
This book takes you behind the scenes of the college application process. The college search is a game of matchmaking. You have interests and needs; the college have programs to meet those needs. If all goes according to plan, you’ll find the right one and live happily ever after-or at least for four years. Nowadays many colleges are more interested in making a sale than they are in making a match. Before you find yourself spinning headlong on this merry-goround, take a step back. This is your life and your college career. What are you looking for in a college? What can a college do for you? In this book we hope will help you get started on a through self-assesment that will continue throughout the college search. This is a good resource for helping students get into the schools of their choice.
22 - 28 June 2008 7 - 13 July 2008
Student Leadership Summitt 1- 2 August 2008
SPH Sentul City Field Trips for Gr. 7 - 11 National Program
4 - 9 June 2008
MSS Teacher Meeting and Teacher Parent Conference 11 June 2008
PYP Graduation
11 June 2008
Report Card & Graduation Day for MYP & IB/National
12 June 2008
ed. by John O’Leary./Times, 2006.
SPHBSCC Pre-Competition Concert (Usmar Ismail Hall)
14 June 2008
This book provides a wealth of information to
Choir Team goes to Graz, Austria
help you select the courses and universities
Student Leadership Summitt 1- 2 August 2008
GOOD UNIVERSITY GUIDE 2007: make the right choice with confidence
of your choice and to guide you through the whole process of applying to university. As an international student, how do I choose? this book will gives you details of the most popular subjects and the most popular universities attended by international students, so helping further in the selection of a university. How much will it costs? Chapter 7 in this book will gives outlines the costs of studying at university (including payment of fees), while in chapter 5 provides advice on where to live during the course. What parents need to know? Chapter 8 will gives outlines some of the help parents can provide during the process of applying to and preparing for university. In this book each university profile (chapter 11) contact details are given (including e-mail addresses and websites), so you can obtain more information on any university you are interested in. With this book, hopefully you can find the information presented useful in planning for your university career and for further information you can contact through website: www.collins.co.uk
6 - 16 July 2008
SPH Lippo Cikarang Whole School Sport Day
6 June 2008
Community Service with Al-Muhajirrin Middle School, Bekasi
9 June 2008
Thank You Party for GS People
10 June 2008
Student Council Election Day
10 June 2008
Graduation Day
12 June 2008
Student Leadership Summitt 1- 2 August 2008