Cerpen Abadi karena lagu cinta

Page 1

CERPEN


Abadi karena Lagu Cinta

“Kehidupan cintaku memiliki batas waktu. Jauh lebih pendek daripada yang lain. Jadi aku tak akan menyia-nyiakan, aku harus bersinar terang bagai kembang api di langit musim panas. Aku tahu tentang ini ketika aku berusia 8 tahun, aku dikurung di kamar oleh orang tuaku, dan mereka tak peduli dengan tangisku yang sejadi-jadinya. Padahal aku ingin keluar rumah melihat keindahan alam di siang hari, tapi orangtuaku melarangku. Aku terkena penyakit XP semacam alergi, penderitanya akan meninggal kalau terkena sinar matahari. Dokter mendiagnosa, umurku tak panjang karena penyakit ini langka dan para dokter belum menemukan obatnya. Aku hanya bisa hidup di tempat gelap. Aku seperti tahanan yang anti kebebasan. Aku tampak begitu tak normal. Siang, bagiku adalah malam hari dan malam bagiku adalah siang hari. Siang kugunakan untuk tidur sedangkan malam kugunakan untuk berkarya. Bagaimana tidak? Aku hanya bisa keluar pada malam hari. Tiap malam aku membuat lagu di tempat itu, tempat spesial bagiku. Hanya itu yang bisa kulakukan. Orang tuaku selalu mengingatkanku agar pulang sebelum terbitnya matahari. Aku harus tahu waktunya terbit matahari, jika tidak bisa fatal akibatnya. Aku bisa membunuh diriku sendiri”. ** Adalah sebuah catatan harian seorang gadis berparas rupawan nan elok yang mempunyai darah keturunan Tiong Hoa bernama Irenne. Gadis ini memang terlihat biasa saja dan terlihat normal. Keindahan rupanya tidak ada yang mengira kalau gadis ini mempunyai sakit seberat itu, ya sakit XP. Penderitanya akan meninggal kalau terkena sinar matahari. Setiap malam ia pergi ke halaman rumahnya, setiap malam ia berkarya. Ia membuat lagu-lagu dengan sesuka hatinya. Lagu tentang cinta. Tak tahu, teruntuk siapa cinta itu. “Irenne, kamu akan keluar lagi malam ini?”. Tanya ayahnya. “Iya Yah, seperti biasa”


“Hanya untuk membuat lagu, dan tidak ada tujuan lain?” “Kalau ada yang lain memangnya kenapa Yah?”. Goda Irenne sambil meringis dan mengoleskan obat pelembab pada wajahnya. Selain keluar untuk membuat lagu, sebenarnya Irenne memang punya satu tujuan lain. Ia ingin bertemu sesosok pria aneh dan unik yang sering ia lihat di balik jeruji jendela kamarnya setelah ia pulang ke rumah sebelum terbit matahari. Biasanya sesosok pria dengan pakaian lusuhnya itu mengendarai Vespa dengan membawa papan selancar dan tak lupa duduk di halte. Ya, halte tempat istimewa Irenne untuk menyanyi dan membuat lagu. Siapakah sesosok pria aneh itu? Malam ini Irenne keluar dan sengaja duduk agak lama di halte, sambil menyanyikan lagu yang ia ciptakan dan memetikkan gitar kesayangannya. Gitar kesayangan pemberian dari ayahnya sewaktu ia berusia 8 tahun. Tangannya sangat lentik sekali memainkan gitar itu dan suaranya juga sangat mendukung. Dengan penuh rasa cinta yang terlahir dari hati, Irenne lalu bernyanyi. “Cintaku terlahir dari cintamu.. hanya seuntai kata.. aku inginkan hidup yang begitu lama.. hanya untuk bersamamu.. bersama kalian orang yang mencintaiku...” “Wah, suaramu indah dan merdu sekali... begitu juga dengan irama gitarnya. Sangat serasi..”. Terdengar seorang pria berbicara di depan Irenne. “Kamu..?”. Irenne terkejut melihat pria itu, ternyata ia adalah sesosok pria unik yang sedang ditunggunya. “Kenalkan, namaku Sakti. Aku biasa singgah di halte ini sebelum pergi ke pantai untuk latihan berselancar”. Senyumnya sambil menyodorkan tangan pada Irenne. “Iya, namaku Irenne”. Balas Irenne dengan senyuman yang berbinar. “Suara kamu indah dan luar biasa, apa judul lagu yang baru kamu nyanyikan?” “Belum aku beri judul”


“Wah, berarti itu lagu buatan kamu sendiri.. hebat sekali kamu bisa menciptakan lagu”. Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Sakti merasa kagum dengan seorang gadis Irenne. “Terima kasih.. senang berkenalan denganmu. Aku harus pulang sekarang. Sampai jumpa kembali Sakti”. Irenne lalu pergi meninggalkan tempat itu karena matahari sudah mulai menampakkan diri. Keesokan harinya, Sakti sengaja datang lebih awal dari biasanya. Ia ingin mendengarkan Irenne menyanyikan lagu lebih lama. “Irenne, bisakah kamu menyanyi ditempat selain ini? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat indah” “Aku belum pernah pergi ke tempat lain sebelumnya. Baiklah, dengan senang hati” Mereka berdua lalu pergi dengan mengendarai Vespa ke tempat indah yang ramai dikunjungi orang. Sesampainya disana, Irenne lalu menyanyikan lagu ciptaannya sambil memetik gitar. Sontak, semua orang terpanah dengannya dan mengerumuninya. Lalu suasana menjadi ramai dengan gemuruhnya tepuk tangan. Irenne semakin bersemangat dan menguasai penonton. “Baru kali ini aku menyanyi di depan ramai orang dan rasanya aku menjadi semakin hidup”. Pikirnya dalam hati. “Selamat Irenne, semua mata tertuju padamu. Kamu hebat, dan tanpa sadar aku juga menjadi penggemarmu. Aku mencintaimu Irenne”. Sakti mengeluarkan perasaannya pada Irenne. “Terima kasih Sakti, kamu telah membawaku ke tempat indah ini. Aku juga mencintaimu Sakti”. Irenne tersenyum sambil tertunduk malu. “Baiklah, aku ingin kamu melihatku berselancar di pantai”. Tanpa pikir panjang, Sakti menarik tangan Irenne dan membawanya ke pantai.


Di rumah, ayah dan ibunya Irenne merasa sangat cemas. Matahari sudah terbit, tapi Irenne belum juga sampai di rumah. Tiba-tiba terdengar Vespa berhenti di depan rumah Irenne. Yang menaiki Vespa tersebut tak lain adalah Irenne bersama Sakti. “Irenne, kamu darimana? Sudah tak ingat lagikah waktunya terbit matahari. Kamu lihat, matahari sudah meninggi!”. Sontak, ibunya Irenne merasa khawatir dan marah-marah. Mendengar perkataan ibunya Irenne, Sakti merasa bingung. “Dan kamu siapa? Kamu ingin membunuh anak saya? Anak saya akan mati kalau terkena sinar matahari”. Jelasnya kepada Sakti. “Apa Bu, Irenne akan mati kalau terkena sinar matahari?”. Tanya Sakti keheranan. Kulit dan wajah Irenne mulai berbintik berwarna merah. Irenne segera dilarikan ke rumah sakit. Di rumah sakit itu, barulah Sakti mengerti tentang penyakit yang tengah diderita Irenne. Dokter berkata “Alhamdulillah bintik merah ini masih bisa diatasi namun Irenne harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari”. Mendengar ucapan dokter, ayah dan ibunya Irenne bersama Sakti lalu bersyukur dan merasa lega. Sakti merasa bersalah dan meminta maaf pada ayah dan ibunya Irenne. Namun, ibunya Irenne bersih kuku tak mau memaafkan kesalahan yang dibuat Sakti kepada putri kesayangannya. “Jika bukan karena kamu, putriku tak pernah lagi masuk rumah sakit. Lancang sekali kamu membawanya”. Ibunya Irenne merasa kesal pada Sakti. Ayah dan ibunya Irenne rela berjaga hingga larut malam secara bergantian demi kesehatan putri kesayangannya. Setelah hari ketiga perawatan Irenne di rumah sakit, Irenne dinyatakan boleh pulang oleh dokter. Walau bagaimanapun keadaan Irenne, Sakti tetap mencintai Irenne dan menginginkan agar anugerah suara merdunya Irenne dan lagu ciptaannya dapat terdengar di kalangan publik. Sakti datang ke rumah sakit dan ingin meminta maaf lagi pada ayah dan ibunya Irenne sambil membawa selembar brosur lomba cipta lagu. Tapi takdir berkata lain, ibunya Irenne melarang Sakti untuk bertemu dengan Irenne. Semenjak kejadian itu, Irenne terlihat murung dan tak ada lagi aurah semangat yang tersirat di wajahnya. Sempat terpikir di hati Irenne “Ketidaknormalanku ini sepertinya tak ada lagi sesosok pria yang akan mencintaiku”. Ia sudah tak pernah lagi


memamerkan suara merdunya. Melihat ini, ayah dan ibunya merasa terpukul. Kedua orangtuanya berusaha ingin mengembalikan semangat hidupnya, tapi tak tahu bagaimana caranya. “Irenne, ayo makan! Sudah waktunya makan malam”. Ayahnya Irenne mengingatkan waktu makan malam pada Irenne. Lalu Irenne bergegas ke meja makan. Terlihat raut wajah Irenne yang tak seperti biasanya. Ia sudah tak lagi selera untuk menyantap masakan ibunya. Dibalik pintu terdengar suara ketukan, pertanda ada tamu. Ayahnya Irenne lalu berjalan ke arah sumber suara tersebut. “Selamat malam pak, maaf mengganggu waktunya” Terdengar suara gagah yang tak asing bagi Irenne. Raut wajahnya mulai berbinar. Irenne lalu masuk kamar dan memperbaiki penampilannya dan kembali lagi ke meja makan. Melihat ini, ibunya Irenne merasa bahagia. “Malam juga, mari silakan masuk. Irenne sedang menunggumu”. Jawab ayahnya Irenne yang sengaja ingin membuat kejutan pada Irenne dengan mendatangkan Sakti ke rumahnya. Ibunya Irenne diam-diam juga sudah memaafkan Sakti, tapi raut wajahnya masih saja terlihat begitu kesal kepada Sakti. Sakti lalu masuk dan ikut gabung makan malam bersama. Di tengah-tengah makan, Sakti berbincang kalau ia telah mengumpulkan uang dan berharap agar Irenne mau rekaman. Mendengar itu, Irenne terlihat gembira dan berkata “Ya aku ingin rekaman, aku ingin karyaku abadi walau aku akan mati”. Sakti merasa bahagia, karena usahanya sampai menggadaikan papan selancarnya tak sia-sia. “Baiklah kalau begitu, Irenne harus tetap latihan menyanyi dan memainkan gitar untuk besok rekaman”. Sahut Sakti dengan nada semangat. Ketika latihan, jari tangannya Irenne terasa berbeda dan tak bertenaga. Jari tangannya berkontraksi dan tak bisa lagi digunakan untuk memetik gitar. Atas kejadian itu, Irenne hampir membatalkan rekaman suaranya. Namun, Sakti terus membangkitkan semangat Irenne. “Kamu termasuk penyanyi profesional Irenne. Ingatlah ketika kamu bernyanyi di taman tempat indah itu, semua orang berkumpul. Jika kamu biasa-biasa saja maka tak ada yang menonton. Disitu, aku juga menjadi salah satu penggemarmu


Irenne. Aku rasa setelah lagumu dirilis, akan laku keras. Perusahaan rekaman, televisi dan radio akan berebut mendapatkannya. Kamu akan menjadi bintang besar Irenne�. Mendengar ucapan Sakti, Irenne kembali bersemangat dan ada kebahagian tersendiri dalam diri Irenne karena kehadiran Sakti, sosok kekasih yang baik hati dan selalu membangkitkan semangat Irenne untuk berkarya. Detik-detik rekaman pun segera dimulai. Irenne masuk ke dapur rekaman. Semua penasaran dengan suaranya. Tapi sayang, hanya Irenne yang boleh masuk. Sakti, ayah dan ibunya Irenne hanya bisa menunggu di luar. Semua menunggu hasilnya. Beberapa hari setelah rekaman, lagu tersebut dirilis dan dipasarkan, ternyata lagunya laku keras dan diberi judul “umurku panjang karena cintamu�. Pasca rekaman itu, kesehatan Irenne semakin menurun. Akhirnya Irenne tak dapat tertolong dan meninggal. Irenne meninggalkan banyak kenangan. Walau begitu, Keluarga yang ditinggalkan, ayah, ibunya Irenne dan juga Sakti tetap merasakan sosok kehadiran Irenne yang tak pernah mati. Irenne terus bersinar bagai kembang api dimusim panas. Irenne tetap hidup karena lagunya. Ini semua karena kehadiran Sakti, sosok kekasih yang baik hati, penuh cinta dan selalu membangkitkan semangat Irenne untuk mengabadikan lagunya. Semua orang dapat memeluk kerinduan pada Irenne lewat rekamannya yang tersebar di televisi dan radio. Irenne tak pernah mati karena lagunya yang abadi. Semua orang mendengarkan suara emasnya Irenne dimanapun berada, tak peduli batas ruang dan waktu. Di negara tetangga lagunya pun terdengar, Irenne menjadi terkenal.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.