LAPORAN PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN
LAPORAN PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN
KOTA KOTA MUNTILAN MUNTILAN 2020 - 2040
To Have and To Hold From This Day Forward
OUR TEAM
ALNODIO ADAM 19/443528/TK/48724
FADILAH KARTIKA D 19/446432/TK/49537
PRANADWIBASWARA A 19/443546/TK/48742
FADHILLA PURBA S 19/440230/TK/48557
MATAHARI 19/446441/TK/49546
AISYAH SINTA S 19/443525/TK/48721
KATA PENGANTAR Ucapan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi kemudahan, kelancaran, dan kesehatan selama proses penyusunan laporan ini. Tidak lupa rasa terima kasih kami sampaikan kepada pihak - pihak yang telah berandil memberi masukan serta evaluasi dalam menyelesaiakan laporan ini, khususnya kepada: 1.
2. 3. 4.
Dosen Pengampu Mata Kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan (PTGL) Retno Widodo Dwi Pramono, S.T., M.Sc., Ph.D., Irsyad Adhi Waskita Hutama, S.T., M.Sc., Rendy Bayu Aditya, S.T., MUP. Orang tua yang selalu memberi dukungan dan doa untuk kami. GhiaaďŹ a Putri D. Selaku asisten dosen mata kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan Teman - teman Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2019 yang telah memberikan semagat serta seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas laporan Perencanaan Tata Guna Lahan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gadjah Mada. Kami berharap laporan ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pembaca. Kami memohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat kesalahan ataupun kekeliruan. Kritik dan saran bagi pembaca sangat kami harapkan untuk menjadi bahan perbaikan selanjutnya.
Sleman, Desember 2020 Studio Analisis Kota Muntilan
DAFTAR ISI 1. Pendahuluan 2. Methodological Framework 3. Konsep Perencanaan 4. Analisis Proyeksi Guna Lahan 5. Rencaana Hasil Pemanfaatan Lahan 6. Rencana Tata Guna Lahan 7. Penutup
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I Pendahuluan 1.1
Latar Belakang
Sesuai dengan KBBI, lahan berarti tanah terbuka atau tanah garapan. Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan (Purwowidodo, 1983). Perencanaan tata guna lahan merupakan perencanaan terhadap penggunaan lahan yang didasari oleh hasil analisis yang menghasilkan proyeksi lahan pada masa yang akan datang. Perencanaan tata guna lahan yang baik akan menjadi salah satu faktor utama dalam peningkatan kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia. Setiap kota memiliki karakter masing-masing dengan kebutuhan lahan yang beragam. Kegiatan penduduk dan jumlah penduduk yang terus bertambah berimbas pada peningkatan kebutuhan lahan untuk memenuhi seluruh aktivitas penduduk. Meskipun begitu, kondisi kapasitas ruang (fisik) tidak akan bertambah, oleh karena itu dibutuhkan perencanaan guna lahan yang sesuai sebagai solusi dalam keberlangsungan seluruh kegiatan perkotaan.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1.
Apa konsep perencanaan yang akan digunakan dalam memproyeksikan serta merencanakan guna lahan Kota Muntilan selama 20 tahun ke depan? 1.2.2. Bagaimana proyeksi guna lahan serta perencanaan Kota Muntilan selama 20 tahun ke depan?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1.
Mengetahui konsep perencanaan yang akan digunakan dalam memproyeksikan serta merencanakan guna lahan Kota Muntilan selama 20 tahun ke depan. 1.3.2. Mengetahui proyeksi guna lahan serta perencanaan Kota Muntilan selama 20 tahun ke depan.
1.4
Ruang Lingkup
1.4.1.
Ruang Lingkup Spasial Daerah amatan studio merupakan Kota Muntilan yang berada pada Kecamatan Muntilan. Kota Muntilan mempunyai luas 13,71 km2 yang meliputi lima desa dan satu kelurahan yaitu, Kelurahan Muntilan, Desa Sedayu, Desa Pucungrejo, Desa Taman Agung, Desa Gunungpring, dan Desa Keji. Berikut merupakan batas administrasi Kota Muntilan: Batas Timur Batas Barat Batas Utara Batas Selatan
: Kelurahan Sedan : Kelurahan Pabelan : Kelurahan Taji : Kelurahan Ngawen
2 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan
1.4.2. Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial meliputi: 1. Konsep perencanaan yang diterapkan 2. Proyeksi serta perencanaan guna lahan selama 20 tahun mendatang (tahun 2020-2040)
1.3.
Gambaran Umum
Kota Muntilan memiliki luas 13,7 Km2 dari total Kecamatan Muntilan seluas 28,6 Km2. Jumlah penduduk Kota Muntilan 52.719 Jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,21% dan luas lahan terbangun 6,29 Km2. Kota Muntilan terdiri dari enam kelurahan atau desa yaitu Desa Muntilan, Desa Taman Agung, Desa Pucungrejo, Desa Gunungpring, Desa Sedayu dan Desa Keji. Kota Muntilan dilalui oleh dua jalan arteri yaitu Jalan Pemuda dan Jalan Tentara Pelajar.
1 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan Sumber: Google Earth dan Analisis Kelompok
PerencanaanTata TataGuna GunaLahan LahanKota KotaMuntilan Muntilan Perencanaan l l3 1
METHODOLOGICAL METHODOLOGICAL FRAMEWORK FRAMEWORK
PerencanaanTata TataGuna GunaLahan LahanKota KotaMuntilan Muntilanl l1 1 Perencanaan
BAB II METODOLOGI FRAMEWORK Pada tahap penentuan kesesuaian alokasi lahan dan terbentuknya peta proyeksi perencanaan guna lahan, dibutuhkan langkah-langkah kebutuhan yang memudahkan dalam menganalisis peruntukan lahan existing guna lahan Kota Muntilan yaitu Peta Kesesuaian Lahan Pendidikan, Peta Kesesuaian Lahan Industri, Peta Kesesuaian Lahan Kesehatan, Peta Kesesuaian Lahan Perdagangan, dan Peta Kesesuaian Lahan Permukiman. Untuk menentukan tiap kesesuaian alokasi lahan, kami menggunakan dua analisis factor yakni factor pendefinisi dan factor limitasi (penghambat). Factor pendefinisi merupakan factor yang memperlihatkan atau mendefinisikan kesesuaian masing-masing fungsi yang berbeda di tiap sektor, sedangkan factor limitasi merupakan factor yang memberi Batasan dibangunnya suatu fungsi di area tersebut, pada factor limitasi, Kawasan lindung menjadi hal yang penting untuk dilihat. Kedua factor tersebut kami dapatkan melalui peraturan undang- undang dan SNI serta diskusi agar terlihat dan diketahui seperti apa pengaruh dan perbedaan dari suatu kriteria sebagai penentu suatu tingkat kesesuaian lahan. Adapun Langkah-langkah yang dapat kami simpulkan dalam penentuan kesesuaian lahan sebagai berikut, pertama kami mengumpulkan data factor pendefinisi dan limitasi dari tiap guna lahan, kedua menentukan kriteria dan parameternya, setelah itu melakukan Metode “Spatial Multi Criteria Decision Making� dengan bantuan software ArcGIS. Kemudian kami melakukan visualisasi radius kesesuaian lahan dengan menggunakan fitur Euclidean Dinstance dan menyamakan tingkat radius kesesuaian tingkat standar pada tiap factor. Lalu penggunaan tahap weighted overlay, yaitu penentuan bobot untuk tiap kesesuaian lahan. Bobot total tersebut yaitu sebanyak 100% dari seluruh kriteria. Dengan begitu pada tahap akhir yaitu melakukan perhitungan luas kesesuaian lahan dengan menggunakan Tools Hexagon, sebagai memperjelas area mana yang dapat dikatakan sesuai.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 5
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 6
KONSEP KONSEP PERENCANAAN PERENCANAAN [TRADING [TRADING CITY] CITY]
1 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan
BAB III Konsep Perencanaan Trading City (Kota Perdagangan) Konsep dari Trading City atau Kota Perdagangan merupakan kota pertukaran hasil industry dimana biasanya berupa kota pusat yang dikelilingi oleh kota-kota industry yag berbeda. Trading cities merupakan tempat dimana hasil industry kota lain bercampur dan diperjual belikan (pasar grosir) tetapi signifikansinya lebih dari sekedar tempat dimana pembeli dan penjual dapat berinteraksi. Sesuai dengan buku Urban Economics oleh Arthur O’Sullivan, biaya transportasi yang murah serta akses menuju sector perdagangan yang besar akan lebih disukai oleh penduduk pengguna sector perdagangan Konsep Trading City kami pilih karena didasari oleh Pasal 16 pada Perda Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang RTRW Jawa tengah Tahun 2009 – 2029 yang mengklasifikasikan Kota Muntilan sebagai Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Magelang dan Jawa Tengah. Pada pasal 46 ayat (4) Perda Kabupaten Magelang No. 5 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Magelang Tahun 2010 – 2030, Kota Muntilan merupakan pusat perdagangan dan pemasaran hasil pertanian skala regional (antar kabupaten) dan nasional antar provinsi) ditunjukkan oleh adanya Pasar Muntilan dan sektor perdagangan lainnya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan melayani beberapa kecamatan di sekitarnya. Kondisi ini didukung oleh pemenuhan aksesibilitas kota melalui Jalan Jogja – Semarang dan Jalan Pemuda (jalan arteri).
PerencanaanTata TataGuna GunaLahan LahanKota KotaMuntilan Muntilanl l81 Perencanaan
ANALISIS PROYEKSI GUNA LAHAN
4.1. Analisis Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan lahan yang berada di Kota Muntilan seluruhnya berupa lahan yang cocok untuk kawasan budidaya dan tidak ada lahan yang khusus untuk kawasan lindung. Pola pemanfaatan lahan kawasan budidaya di dominasi untuk lahan permukiman dan komersial dimana paling tinggi intensitas bangunan komersial di pinggiran jalan arteri, sedangkan untuk kawasan permukiman tersebar merata dari pusat kota sampai dengan daerah pinggiran kota. Di Kota Muntilan juga terdapat jalan arteri yang menjadi pusat aktivitas permukiman, perdagangan dan jasa.
4.2 Analisis Intensitas Guna Lahan Koefisien Dasar Bangunan
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan berbandingan dari luas lahan terbangun dengan luas lahan yang belum terbangun, dimana fungsi dari KDB adalah untuk melihat berapa persen lahan alami yang belum terbangun yang dapat dijadikan sebagai indikator permasalahan lingkungan seperti erosi dan penurunan kualitas air. Pada Kota Muntilan secara Keseluruhan memiliki KDB yang bervariasi, dari 0 hingga 100 %. Sebagian Besar daerah yang memiliki KDB tinggi sekitar 70-100 % berada di pusat kota dan sepanjangan jalan arteri, hal ini disebabkan pada pusat kota memiliki daya tarik yang lebih dalam pembangunan bangunan untuk perdagangan, perkantoran, jasa, dan permukiman.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 10
Sedangkan daerah yang memiliki KDB 60% tersebar merata di pinggiran pusat kota. Selain itu Kota Muntilan didominasi lahan untuk pertanian sehingga pada sebagian daerah memiliki KDB yang rendah. Warna yang ada pada peta menunjukan intensitas KDBnya dimana semakin tua warna menunjukan KDB yang semakin tinggi dan bangunan yang semakin padat.
Koefesien Lantai Bangunan
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan perbandingan antara seluruh luas lantai yang dibangun dengan luas lahan yang belum terbangun. KLB ini indikator untuk mengetahui daya dukung yang digunakan pada bangunan tertentu seperti air, kelistrikan dll, semakin tinggi KLB maka daya dukung yang diperlukan juga semakin tinggi pula. Selain itu, KLB juga merupakan indikator untuk mengetahui kepadatan penduduk. Peta diatas menunjukan Koefisien Lantai Bangunan yang berada di Kota Muntilan. Dapat dilihat KLB dengan range tinggi sekitar 1.2 - 2.00 paling banyak berada di pusat kota dan sekitaran jalan arteri, sama seperti KDB apabila bangunan semakin padat maka mempengaruhi juga pada KLB. Selain itu, KLB dengan range 0 - 1 sebagian besar berada pada daerah daerah yang berada pada pinggiran pusat kota. Warna yang ada pada peta menunjukan intensitas KLB, dimana semakin tua warnanya menunjukan bahwa bangunan tersebut memiliki perbandingan luas lantai dengan luas lahan yang belum terbangun semakin tinggi.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 11
Koefesien Dasar Hijau
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Koefisien Dasar Hijau (KDH) merupakan perbandingan antara lahan terbuka yang diperuntukkan untuk penghijauan dengan luas lahan yang dikuasai. KDH dapat dijadikan sebagai indikator pembangunan kota, karena dengan peta KDH dapat diketahui area mana saja yang memiliki KDH rendah (persentase KDB tinggi) dan area yang belum terbangun (persentase KDB rendah). Koefisien Dasar Hijau (KDH) pada range 1-20 pada Kota Muntilan paling banyak berada di pusat kota dan sekitar jalan arteri, hal ini dikarenakan banyaknya daerah terbangun sehingga di pusat kotamemiliki sedikit lahan alami. Sedangkan KDH yang memiliki range 20 hingga lebih dari 30 sebagian besar berada pada bangunan yang menjauhi pusat kota dan jalan arteri dikarenakan banyak rumah rumah yang memiliki lahan alami dan masih banyaknya sawah sehingga memiliki KDH yang lebih tinggi daripada daerah yang berada di pusat kota dan sekitar jalan arteri.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 12
4.3 Analisis Kependudukan Jumlah Penduduk Kota Muntilan Menurut data BPS, Kota Muntilan memiliki jumlah penduduk sebanyak 52.719 jiwa yang tersebar di 6 desa/kelurahan, yaitu Kelurahan Muntilan, Desa Sedayu, Pucungrejo, Taman Agung, Gunungpring, dan Keji, dengan rincian sebagai berikut:
Sumber : BPS Kecamatan Muntilan Dalam Angka, 2015-2020 Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa terdapat beberapa desa yang mengalami pertambahan maupun penurunan jumlah penduduk. Dari total jumlah penduduk, Kota Muntilan mengalami pertambahan penduduk di tahun 2015 hingga 2016, sementara di tahun 2017 mengalami penurunan, dan kembali mengalami pertambahan penduduk hingga tahun 2020 dengan total penduduk 52.719 jiwa
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Sumber : Analisis Penyusun, 2020
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 13
Berdasarkan data jumlah penduduk, maka dapat dihitung laju pertumbuhan penduduk Kota Muntilan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,21% yang menunjukkan bahwa Kota Muntilan memiliki pertumbuhan penduduk yang tergolong lambat.
Proyeksi Penduduk Kota Muntilan Berdasarkan data jumlah penduduk dan laju pertumbuhan, maka dapat dihitung proyeksi penduduk Kota Muntilan tahun 2020 - 2040, salah satunya dengan rumus proyeksi geometrik yaitu sebagai berikut: Pt = Po (1+r)^t Pt : Jumlah penduduk tahun ke-t Po : Jumlah penduduk tahun ke-o r : Laju pertumbuhan penduduk (%/tahun) t : Rentang waktu antara Po dan Pt (tahun)
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dari hasil perhitungan dapat diketahui proyeksi penduduk Kota Muntilan dalam 10 hingga 20 tahun mendatang yaitu sebanyak 55.954 jiwa di tahun 2030 dan 59.547 jiwa di tahun 2040. Diproyeksikan penduduk Kota Muntilan selama 20 tahun mengalami pertambahan penduduk sebanyak 6.738 jiwa. Data proyeksi penduduk ini sangat diperlukan dalam mempertimbangkan kebutuhan sarana dan prasarana yang memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat Kota Muntilan.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 14
4.4 Analisis Kebutuhan Lahan Sarana dan Prasarana (Permukiman, Kesehatan, Pendidikan, Perdagangan & Jasa, dan Industri) A. Permukiman Perhitungan kebutuhan lahan permukiman Kota Muntilan pada tahun 2040 menggunakan pendekatan kebutuhan kavling minimun yang tercantum pada SNI 03-1733-2004 dengan mengansumsikan: 1. Dalam satu KK dihuni oleh 5 orang 2. Kebutuhan lahan untuk masing masing KK sebesar 100 m2 Jumlah penduduk Kota Muntilan pada tahun 2020 adalah sebesar 52.719 jiwa dan hasil proyeksi penduduk Kota Muntilan untuk 20 tahun mendatang yaitu 59.457 jiwa. Dari data yang ada dapat dihitung jumlah kebutuhan lahan permukiman yang dibutuhkan di Kota Muntilan pada 2040 sebagai berikut: 59.457 – 52.719 = 6.738 jiwa 6.738 jiwa : 5 = 1.347 Rumah 1.347 unit rumah x 100 m2 = 134.700 m2 / 13.4 ha
B. Pendidikan
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Kebutuhan Pendidikan Kota Muntilan menurut SNI untuk beberapa jenjang pendidikan seperti SMA dan SMP sudah memenuhi standar dan tidak memerlukan penambahan lagi. Sedangkan sarana pendidikan untuk TK dan SD masih memerlukan penambahan dengan kebutuhan lahan sebesar 24.500 m2 atau dibulatkan sekitar 2,5 ha. Karena dalam analisis kriteria hanya untuk kebutuhan sarana pendidikan untuk SMP dan SMA, maka Kota Muntilan sudah memenuhi standar pelayanan yang ada.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 15
C. Kesehatan
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Kota Muntilan memiliki beberapa macam sarana kesehatan yang tersebar merata diseluruh wilayah Kota Muntilan. Perhitungan kebutuhan sarana kesehatan ini berdasarkan SNI, dari perhitungan analisis kelompok Kota Muntilan sebagian besar telah memenuhi standar yang ada, kecuali fasilitas puskesmas yang masih memerlukan penambahan 1 unit dengan memerlukan lahan sebesar 1000 m2 atau sebesar 0,1 ha.
D. Perdagangan & Jasa
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Berdasarkan SNI 03-1733-1989, Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di Kota, kondisi eksisting perdagangan dan jasa di Kota Muntilan sudah baik dilihat dari perhitungan analisis secara keseluruhan sudah memenuhi standar yang ada dan tidak memerlukan penambahan lahan. Hal tersebut dikarenakan sarana perdagangan dan jasa di Kota Muntilan sudah tercukupi untuk tahun 2020 hingga 2040 mendatang.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 16
5.
Kebutuhan Lahan Industri
Berdasarkan Pasal 48 Perda Kabupaten Magelang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang, menyebutkan bahwa desa-desa di Kecamatan Muntilan, diperuntukkan sebagai desa pusat pertumbuhan dengan fokus pada pengembangan kegiatan sektor pertanian, pariwisata, dan industri kecil menengah. Dengan demikian, jelas terdapat kebutuhan lahan untuk industri kecil menengah Kota Muntilan hingga tahun 2040 mendatang. Menurut Peraturan Pemerintah RI No 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, pada pasal 10 dijelaskan bahwa luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro, kecil, dan menengah minimal seluas 5 hektar pada suatu wilayah atau kota. Oleh karena itu, mengacu pada peratuan tersebut, perlu adanya pemanfaatan lahan minimal seluas 5 hektar untuk mendukung kegiatan industri kecil menengah di Kota Muntilan.
4.5 Limiting Factors, Daya Dukung, dan Daya Tampung Kawasan Rawan Bencana Menurut SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980, kawasan yang tergolong ke dalam rawan bencana yaitu kawasan rawan bencana 1 dan 2, sehingga tidak memenuhi kriteria yang ada. Sementara Kota Muntilan merupakan kawasan rawan bencana gunung api tingkat I, yaitu kawasan yang rawan terhadap banjir lahar dingin. Semua sungai di Kota Muntilan dikategorikan sebagai daerah rawan bencana mengingat hulu sungai yang berasal dari gunung Merapi. Rawan bencana digunakan sebagai faktor limitasi karena bencana alam dapat membahayakan jika terdapat bangunan di sekitarnya.
Kawasan Sempadan Sungai Sempadan sungai digunakan sebagai faktor limitasi, dengan pertimbangan kawasan yang berada < 15 m dari sungai tidak diizinkan untuk didirikan bangunan, karena dinilai membahayakan apabila terjadi banjir bandang dan sebagainya. Peraturan ini termuat dalam Permen PU No. 63/PRT/1993.
Ketersediaan Lahan Berdasarkan Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah No 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sehat Sederhana, disebutkan bahwa kebutuhan lahan untuk setiap jiwa adalah 9 m2. Kebutuhan ruang hidup ini dihitung dengan perbandingan antara ketersediaan lahan dengan kebutuhan lahan perjiwa. Berikut perhitungan ketersediaan lahan di Kota Muntilan:
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 17
Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa banyaknya penduduk yang dapat tinggal di Kota Muntilan yaitu sebanyak 1.463.333 jiwa. Sementara jumlah penduduk Kota Muntilan saat ini yaitu 52.719 jiwa menunjukkan adanya supply lahan yang masih lebih luas dari demand lahan. Konsumsi lahan Kota Muntilan saat ini yaitu 13.170.000 m2/52.719 jiwa = 249,81 m2/jiwa. Jumlah ini mengindikasikan bahwa masih sangat mungkin untuk dilakukan pembangunan di Kota Muntilan.
Kebutuhan Air Bersih Ketersediaan air yang bersumber dari PDAM untuk Sub-Unit pelayanan Muntilan sebanyak 4.749.637 Liter menurut PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang, Kota Muntilan merupakan kota fungsional Kecamatan Muntlan sehingga untuk ketersediaan air di Kota Muntilan dapat dihitung dengan
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 18
Dengan perhitungan berdasarkan kapasitas eksisting air bersih di Kota Muntilan, hanya mampu melayani sebanyak 17.466 jiwa, sementara penduduk Kota Muntilan mencapai 52.719 jiwa di tahun 2020, maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan air di Kota Muntilan belum dapat melayani 100% penduduk. Adapun perhitungan kebutuhan air bersih di Kota Muntilan sebagai berikut :
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Jumlah kebutuhan air bersih di tahun 2020 sebanyak 12.062.107 liter. Sedangkan kapasitas eksistingnya sebanyak 2.270.326 liter. Sehingga ketersediaan volume air PDAM di Kota Muntilan belum mampu melayani kebutuhan seluruh penduduk Kota Muntilan. Akan tetapi, penduduk Kota Muntilan tidak hanya menggunakan air PDAM untuk pelayanan air, tetapi masyarakat juga menggunakan air sumur dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Kebutuhan Listrik Menurut data BPS, Kabupaten Magelang memiliki ketersediaan daya terpasang listrik sebesar 353.720.505 VA, dengan rincian ketersediaan daya terpasang listrik peruntukan domestik sebesar 226.671.850 VA dan nondomestik sebesar 127.048.655 VA. Ketersediaan listrik domestic apabila disesuaikan dengan Kota Muntilan, maka dapat dihitung sebagai berikut: • Asumsi 1 KK/rumah tangga = 5 orang • Asumsi 1 KK memerlukan listrik sebesar 450 VA • Jumlah penduduk Kabupaten Magelang tahun 2020 = 1.363.655 jiwa • Jumlah KK Kabupaten Magelang tahun 2020 = 272.731 KK • Jumlah penduduk Kota Muntilan tahun 2020 = 52.719 jiwa • jumlah KK Kota Muntilan tahun 2020 = 10.544 KK
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 19
Maka, ketersediaan listrik untuk Kota Muntilan:
Jumlah KK yang dapat terlayani oleh sambungan listrik:
Berdasarkan hasil dari perhitungan di atas, didapatkan bahwa seluruh cakupan listrik penduduk Kota Muntilan dapat terlayani sebanyak 19.443 KK/ keluarga/ rumah. Dengan demikian, ketersediaan listrik Kota Muntilan untuk saat ini telah mencukupi seluruh penduduk Kota Muntilan. Apabila proyeksi penduduk Kota Muntilan pada tahun 2040 sebanyak 59.547 jiwa atau 11.909 KK, maka ketersediaan listrik masih bisa mencukupi seluruh penduduk Kota Muntilan. Sedangkan ketersediaan daya terpasang listrik untuk peruntukan non-domestik Kota Muntilan dihitung melalui perhitungan sebagai berikut: â&#x20AC;˘ Luas Kabupaten Magelang = 1.085,73 km2 â&#x20AC;˘ Luas Kota Muntilan = 13,71 km2
Ketersediaan listrik non-domestik Kota Muntilan :
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 20
4.6 Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Kesesuaian Lahan merupakan faktor penting untuk menentukan apakah wilayah tersebut cocok untuk dibangun suatu bangunan yang mendukung sektor tertentu. Setiap jenis kegiatan memiliki faktor tertentu sesuai jenis lahannya. Menurut SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980, dalam mempertimbangkan pembangunan permukiman diperlukan syarat syarat kesesuaian lahan berupa curah hujan, kerawanan bencana, dan kelerengan melalui pengharkatan.
Skor Jenis Tanah
Skor Curah Hujan
Skor Kelerengan
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 21
Total pengharkatan adalah 115, Sehingga kesesuaian lahan Kota Muntilan adalah untuk kawasan budidaya tanaman semusim dengan kelerengan <8%.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 22
4.7 Kriteria dan Potensi Tata Guna Lahan Untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan lahan yang sesuai di Kota Muntilan, kami melakukan analisis dengan mengolah data dari kriteria-kriteria dan faktor limitasi guna lahan, selanjutnya dilakukan pemetaan dari kriteria dan faktor limitasi tersebut untuk mengetahui lahan mana yang memiliki fungsi dan peruntukan yang cocok. Terdapat beberapa macam fungsi lahan yang kami analisis seperti; permukiman, perdagangan dan jasa, kesehatan, industri, pendidikan SMP, dan pendidikan SMA
A. Permukiman Dalam menganalisis kesesuaian lahan permukiman kita harus mempunyai standar acuan berupa kriteria kriteria pertimbangan yang sesuai dengan fungsi lahan untuk permukiman. Dalam analisis kami terdapat 8 kriteria yang terdiri dari 6 faktor pendifinisi dan 2 faktor limitasi seperti dalam tabel dibawah
Tabel Kesesuaian Lahan Permukiman No
Kriteria Spasial
Fungsi Topologi
Parameter
Nilai (Value)
Referensi
Bobot
Faktor Pendefinisi 1
Kelerengan
0-8%→sangat baik
Overlay to → semakin landai semakin sesuai
8-15%→baik 15-25%→sedang
(Reclassify)
25-45%→buruk >45%→sangat buruk 2
Jarak ke Distance to → community center semakin dekat, semakin sesuai (Eucledian Distance)
4
0-500 m→Sangat Baik
Jarak dengan Distance to → sarana pendidikan semakin dekat semakin baik
500-1.000m→Baik
(Eucledian Distance)
1.000-1.500m→ Sedang 1.500-2.000m→ Buruk
4
Jarak dengan puskesmas
Distance to → semakin dekat semakin baik (Eucledian Distance)
2
400-800m→Baik
1.600-2.000m→ Sangat Buruk
15%
1 5
Permen PU No 41 Tahun 2007
4 15%
3 2
500-1000m→ Baik
4
2000-2500m→ Sangat buruk
Design
2
5
1500-2000m→ Buruk
Urban Reclaimed
3
2.000-2.500m→ Sangat Buruk 0-500m→ Sangat baik
1000-1500m→ Sedang
10%
3
1 5
800-1.200m→ Sedang
Permen PU No 41 Tahun 2007
4
0-400m→Sangat Baik
1.200-1.600m→ Buruk
3
5
1
3
Permen PU No 41 Tahun 2007 15%
2 1
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 23
Sumber : Analisis Penyusun, 2020 Dari masing masing kriteria tersebut kta dapat menentukan kesesuaian lahan masing masing kriteria yang diwujudkan dalam peta. Dari 8 kriteria yang sudah dipetakan lalu di overlay menggunakan Weighted Overlay sehingga menghasilkan daerah daerah hasil overlay yang mana daerah tersebut mengindikasi kan lahan yang cocok untuk dibangun sebuah fungsi lahan permukiman.
PENJELASAN FAKTOR PENDEFINISI Kelerengan Dalam pembangunan fungsi lahan permukiman harus memiliki kriteria kelerengan yang sesuai. Permukiman idealnya dibangun pada kelerengan yang datar dengan tingkat kelerengan sekitar 0-8%. Jika kelerengan suatu lahan landai hingga curam maka tingkat keamanan suatu permukiman akan rendah, selain itu permukiman di lereng yang curam juga berisiko terjadi bencana longsor.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 24
Jarak ke Community Center Keterjangkauan Community Center penting dikarenakan warga yang bermukim juga memerlukan sebuah aktivitas ke luar lingkungan untuk bersosialisasi, sarana interaksi dan juga untuk refreshing. Jarak yang ideal dari permukiman untuk Community Center adalah 0-400 m
Jarak dengan Sarana Pendidikan Semakin terjangkau jarak ke sarana pendidikan semakin baik karena dapat dijangkau dengan berjalan kaki sehingga mengurangi berbagai biaya perjalanan, mempersingkat waktu tempuh, dan mengurangi risiko kecelakaan bagi siswa.
Jarak ke Puskesmas atau Sarana Kesehatan Jarak ke sarana kesehatan penting karena mempermudah pemukim untuk menjangkau fasilitas kesehatan jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti kecelakan dsb. Jarak ideal untuk sarana kesehatan adalah 0-500 m
Jarak dengan Jalan Utama Jarak yang dekat dengan jalan utama memudahkan masyarakat yang tinggal melakukan pergerakan,mobilitas dan aksesibilitas dalam memenuhi kegiatan dan kebutuhannya. .
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 25
Jarak dengan Sarana Perdagangan Overlay Semakin terjangkau permukiman dengan sarana perdagangan yang dapat diakses dengan berjalan kaki, semakin mudah masyarakat memenuhi kebutuhan logistik untuk kehidupan sehari hari.
PENJELASAN FAKTOR LIMITASI Tidak Berada pada Kawasan Rawan Bencana Berarti mengurangi risiko terdampak bencana yang dapat membahayakan masyarakat
Tidak Mengganggu Ekosistem Kawasan Lindung Menghindari kemungkinan ekosistem sumber daya alam yang ada.
perusakan
Peta Kelerengan Peta Jarak ke Community Center Peta Jarak dengan sarana Pendidikan
OVERLAY
Peta Jarak ke sarana Kesehatan Peta Jarak dengan Jalan Utama Peta Jarak dengan sarana Perdagangan Peta Kawasan Rawan Bencana Peta Kawasan Lindung
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 26
B.1 Pendidikan SMP Dalam menganalisis kesesuaian lahan Pendidikan SMP kita juga harus mempunyai standar acuan berupa kriteria kriteria pertimbangan yang sesuai dengan fungsi lahan untuk perdagangan dan jasa. Dalam analisis kami terdapat 6 kriteria yang terdiri dari 4 faktor pendifinisi dan 2 faktor limitasi seperti dalam tabel dibawah
Tabel Kesesuaian Lahan Pendidikan SMP
Sumber: Analisis Penyusun, 2020
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 27
Dari masing masing kriteria tersebut kta dapat menentukan kesesuaian lahan masing masing kriteria yang diwujudkan dalam peta. Dari 6 kriteria yang sudah dipetakan lalu di overlay menggunakan Weighted Overlay sehingga menghasilkan daerah daerah hasil overlay yang mana daerah tersebut mengindikasi kan lahan yang cocok untuk dibangun sebuah fungsi lahan untuk sarana Pendidikan SMP,
PENJELASAN FAKTOR PENDEFINISI Kelerengan Pemilihan lokasi untuk pendidikan hendaknya pada area yang memiliki topografi datar, karena dapat mempermudah kontruksi dalam pembangunan, mengehemat biaya pembangunan dan mengefisienkan fungsi lahan pendidikan secara maksimal.
Zonasi Sarana Pendidikan Penggunaan zonasi akan mempermudah aksesibilitas penduduk dalam menjangkau sarana pendidikan yang ada. menurut SNI 03-1733-2004 jarak jangkauan zonasi yang baik untuk pendidikan SMP adalah sekitar 0-1500 m
Jarak ke Pusat Permukiman Semakin terjangkau jarak ke sarana pendidikan semakin baik, karena dapat dijangkau dengan berjalan kaki sehingga mengurangi berbagai biaya perjalanan, mempersingkat waktu tempuh, dan mengurangi risiko kecelakaan bagi siswa.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 28
Dekat dengan Community Center Salah satu fasilitas yang menunjang keberadaan sekolah menengah pertama adalah dekat dengan ruang terbuka hijau, dimana ruang ini dapat memberikan rasa nyaman sekaligus sebagai ruang rekreasi. Menurut Permen PU No. 41 Tahun 2007 jarak ideal sarana pendidikan dengan Community Center adalah 0-200m.
PENJELASAN FAKTOR LIMITASI Tidak Berada pada Kawasan Rawan Bencana Berarti mengurangi risiko terdampak bencana yang dapat membahayakan masyarakat
Tidak Mengganggu Ekosistem Kawasan Lindung Menghindari kemungkinan ekosistem sumber daya alam yang ada.
perusakan
Peta Kelerengan Peta Zonasi Sarana Pendidikan Peta Jarak ke Pusat Permukiman
OVERLAY
Peta Jarak ke Community Center Peta Kawasan Rawan Bencana Peta Kawasan Lindung
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 29
B.2 Pendidikan SMA Dalam menganalisis kesesuaian lahan Pendidkan SMA kita juga harus mempunyai standar acuan berupa kriteria kriteria pertimbangan yang sesuai dengan fungsi lahan untuk perdagangan dan jasa. Dalam analisis kami terdapat 6 kriteria yang terdiri dari 4 faktor pendifinisi dan 2 faktor limitasi seperti dalam tabel dibawah.
Tabel Kesesuaian Lahan Pendidikan SMA
Sumber: Analisis Penyusun, 2020
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 30
Dari masing masing kriteria tersebut kta dapat menentukan kesesuaian lahan masing masing kriteria yang diwujudkan dalam peta. Dari 6 kriteria yang sudah dipetakan lalu di overlay menggunakan Weighted Overlay sehingga menghasilkan daerah daerah hasil overlay yang mana daerah tersebut mengindikasi kan lahan yang cocok untuk dibangun sebuah fungsi lahan untuk sarana Pendidikan SMA.
PENJELASAN FAKTOR PENDEFINISI Kelerengan Pemilihan lokasi untuk pendidikan hendaknya pada area yang memiliki topografi datar, karena dapat mempermudah kontruksi dalam pembangunan, mengehemat biaya pembangunan dan mengefisienkan fungsi lahan pendidikan secara maksimal.
Zonasi Tempat Pendidikan Penggunaan zonasi akan mempermudah aksesibilitas penduduk dalam menjangkau sarana pendidikan yang ada. menurut Permendikbud No. 14 Tahun 2018, Permendikbud No 51 Tahun 2018. jarak jangkauan zonasi yang baik untuk pendidikan SMA adalah sekitar 0-1000 m
Jarak ke Pusat Permukiman Semakin terjangkau jarak ke sarana pendidikan semakin baik, karena dapat dijangkau dengan berjalan kaki sehingga mengurangi berbagai biaya perjalanan, mempersingkat waktu tempuh, dan mengurangi risiko kecelakaan bagi siswa.
Dekat dengan Community Center Salah satu fasilitas yang menunjang keberadaan sekolah menengah pertama adalah dekat dengan ruang terbuka hijau, dimana ruang ini dapat memberikan rasa nyaman sekaligus sebagai ruang rekreasi. Menurut Permen PU No. 41 Tahun 2007 jarak ideal sarana pendidikan dengan Community Center adalah 0-200m.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 31
PENJELASAN FAKTOR LIMITASI Tidak Berada pada Kawasan Rawan Bencana Berarti mengurangi risiko terdampak bencana yang dapat membahayakan masyarakat
Tidak Mengganggu Ekosistem Kawasan Lindung Menghindari kemungkinan ekosistem sumber daya alam yang ada.
perusakan
Peta Kelerengan Peta Zonasi Sarana Pendidikan Peta Jarak ke Pusat Permukiman
OVERLAY
Peta Jarak ke Community Center Peta Kawasan Rawan Bencana Peta Kawasan Lindung
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 32
C. Kesehatan Dalam menganalisis kesesuaian lahan Kesehatan kita juga harus mempunyai standar acuan berupa kriteria kriteria pertimbangan yang sesuai dengan fungsi lahan untuk perdagangan dan jasa. Dalam analisis kami terdapat 6 kriteria yang terdiri dari 4 faktor pendifinisi dan 2 faktor limitasi seperti dalam tabel dibawah.
Tabel Kesesuaian Lahan Kesehatan
Sumber: Analisis Penyusun, 2020
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 33
Sumber: Analisis Penyusun, 2020 Dari masing masing kriteria tersebut kta dapat menentukan kesesuaian lahan masing masing kriteria yang diwujudkan dalam peta. Dari 6 kriteria yang sudah dipetakan lalu di overlay menggunakan Weighted Overlay sehingga menghasilkan daerah daerah hasil overlay yang mana daerah tersebut mengindikasi kan lahan yang cocok untuk dibangun sebuah fungsi lahan untuk sarana kesehatan
PENJELASAN FAKTOR PENDEFINISI Jarak ke Permukiman Semakin dekat jarak dengan permukiman semakin baik, karena akan memudahkan penduduk untuk menjangkau sarana kesehatan yang ada. Mengutip dari SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan jarak ideal sarana pendidikan dengan sarana kesahatan adalah sekitar 0-200 m
Kemudahan Aksesibilitas Tingkat aksesibilitas yang baik akan memudahkan penduduk untuk menjangkau sarana kesehatan. Menurut Permen PU No.41 Tahun 2007 yang dimaksudkan aksesibilitas yang baik adalah jika jalur jalan mudah dijangkau dengan jarak dengan permukiman dengan jalan adalah 0-400m.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 34
Kelerengan Pemilihan lokasi untuk pendidikan hendaknya pada area yang memiliki topografi datar, karena dapat mempermudah kontruksi dalam pembangunan, mengehemat biaya pembangunan dan mengefisienk-an fungsi lahan pendidikan secara maksimal.
Jarak dengan Industri Semakin jauh jarak dengan industri semakin baik, karena limbah dan asap yang dihasilkan oleh industri dapat mengganggu kesehatan para penduduk dan pasien yang sedang berada di fasilitas kesehatan tersebut
PENJELASAN FAKTOR LIMITASI Tidak Berada pada Kawasan Rawan Bencana Berarti mengurangi risiko terdampak bencana yang dapat membahayakan masyarakat
Tidak Mengganggu Ekosistem Kawasan Lindung Menghindari kemungkinan ekosistem sumber daya alam yang ada.
perusakan
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 35
Peta Jarak ke Permukiman Peta Aksesbilitas Peta Kelerengan
OVERLAY
Peta Jarak ke Industri Peta Kawasan Rawan Bencana Peta Kawasan Lindung
D. Perdagangan & Jasa Dalam menganalisis kesesuaian lahan perdagangan dan jasa kita harus mempunyai standar acuan berupa kriteria kriteria pertimbangan yang sesuai dengan fungsi lahan untuk perdagangan dan jasa. Dalam analisis kami terdapat 6 kriteria yang terdiri dari 4 faktor pendifinisi dan 2 faktor limitasi seperti dalam tabel dibawah
Tabel Kesesuaian Lahan Perdagangan dan Jasa
Sumber: Analisis Penyusun, 2020
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 36
Sumber: Analisis Penyusun, 2020 Dari masing masing kriteria tersebut kta dapat menentukan kesesuaian lahan masing masing kriteria yang diwujudkan dalam peta. Dari 6 kriteria yang sudah dipetakan lalu di overlay menggunakan Weighted Overlay sehingga menghasilkan daerah daerah hasil overlay yang mana daerah tersebut mengindikasi kan lahan yang cocok untuk dibangun sebuah fungsi lahan perdagangan dan jasa.
PENJELASAN FAKTOR PENDEFINISI Jarak ke Permukiman Jarak perdagangan dan jasa ke permukiman memudahkan masyarakat untuk mengakse fasilitas pemenuhan kebutuhan hidupnya. Jarak yang ideal untuk permukiman adalah 0-200 m.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 37
Terletak di Jalan Utama Sektor perdagangan dan jasa yang terletak di jalan utama memungkinkan penduduk untuk mudah dan menjangkau dalam usaha mengakses memudahkan akomodasi.
Kelerengan Dalam pembangunan fungsi lahan perdagangan dan jasa harus memiliki kriteria kelerengan yang sesuai. Dimana fungsi lahan tersebut idealnya dibangun pada kelerengan yang datar dengan tingkat kelerengan sekitar 0-8% sampai dengan landai 9-15 % dengan syarat syarat yang harus dipenuhi sebelum membangun bangunan tersebut. Jarak ke Fasilitas Pendukung Perdagangan Fasilitas pendukung perdagangan dan jasa seperti ATM, POS Polisi dll dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan penduduk dalam beraktivitas. Jarak ideal fasilitas perdangan menurut Permen PU No. 41 Tahun 2007 adalah 0-100 m.
PENJELASAN FAKTOR LIMITASI Tidak Berada pada Kawasan Rawan Bencana Berarti mengurangi risiko terdampak bencana yang dapat membahayakan masyarakat
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 38
Tidak Mengganggu Ekosistem Kawasan Lindung Menghindari kemungkinan ekosistem sumber daya alam yang ada.
perusakan
Peta Jarak ke Permukiman Peta ke Jalan Utama Peta Kelerengan
OVERLAY
Peta Jarak ke Failitas Perdagangan Peta Kawasan Rawan Bencana Peta Kawasan Lindung
E. Industri Dalam menganalisis kesesuaian lahan Industri kita harus mempunyai standar acuan berupa kriteria kriteria pertimbangan yang sesuai dengan fungsi lahan untuk Industri. Dalam analisis kami terdapat 6 kriteria yang terdiri dari 4 faktor pendifinisi dan 2 faktor limitasi seperti dalam tabel dibawah
Tabel Kesesuaian Lahan Industri
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 39
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 40
Sumber: Analisis Penyusun, 2020 Dari masing masing kriteria tersebut kita dapat menentukan kesesuaian lahan masing masing kriteria yang diwujudkan dalam peta. Dari 6 kriteria yang sudah dipetakan lalu di overlay menggunakan Weighted Overlay sehingga menghasilkan daerah daerah hasil overlay yang mana daerah tersebut mengindikasi kan lahan yang cocok untuk dibangun sebuah fungsi lahan Industri.
PENJELASAN FAKTOR PENDEFINISI Kelerengan Dalam pembangunan fungsi lahan Industri harus memiliki kriteria kelerengan yang sesuai. Dimana fungsi lahan tersebut idealnya dibangun pada kelerengan yang datar dengan tingkat kelerengan sekitar 0-8% sampai dengan landai 9-15 % dengan syarat syarat yang harus dipenuhi sebelum membangun bangunan tersebut.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 41
Jarak ke Pusat Kota Semakin jauh kawasan industri dari pusat kota semakin baik karena limbah dan asap dari aktivitas industri dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan penduduk yang tinggal di perkotaan. Menurut Permen Perindustrian No. 35 tahun 2010 setidaknya jarak antara industri dengan pusat perkotaan adalah lebih dari 2000 m
Jarak ke Pusat Permukiman Semakin jauh kawasan industri dari permukiman semakin baik karena limbah dan asap yang dihasilkan dari aktivitas industri dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan penduduk. Menurut Permen Perindustrian No. 35 tahun 2010 setidaknya jarak antara industri dengan pusat perkotaan adalah lebih dari 2000 m
Jarak dengan Jalan Arteri Semakin dekat jarak kawasan industri dengan jalan semakin baik, karena akan mempermudah distribusi produk yang dihasilkan dari proses industri tersebut.
PENJELASAN FAKTOR LIMITASI Tidak Berada pada Kawasan Rawan Bencana Berarti mengurangi risiko terdampak bencana yang dapat membahayakan masyarakat
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 42
Tidak Mengganggu Ekosistem Kawasan Lindung Menghindari kemungkinan ekosistem sumber daya alam yang ada.
perusakan
Peta Kelerengan Peta Jarak ke Pusat Kota Peta Jarak ke Permukiman
OVERLAY
Peta Jarak ke Jalan Arteri Peta Kawasan Rawan Bencana Peta Kawasan Lindung
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 43
4.8 Potensi Tata Guna Lahan A. Rencana Pemanfaatan Lahan Untuk Permukiman
Sumber: Analisis Kelompok Kesesuaian pemanfaatan guna lahan pada sektor permukiman didasarkan pada kriteria-kriteria spasial seperti jarak ke community center, jarak dengan sarana pendidikan, jarak dengan puskesmas, jarak dengan jalan utama, jarak dengan sarana perdagangan, dan kelerengan datar. Selain itu kesesuaian lahan juga dilihat berdasarkan adanya faktor penghambat agar lokasi tersebut dapat dikatakan telah sesuai, faktor penghambat tersebut antara lain tidak berada pada Kawasan rawan bencana dan tidak mengganggu ekosistem serta Kawasan lindung. Persediaan lahan permukiman yang termasuk dalam proyeksi guna lahan dihasilkan dari bentuk bobot atau persen yang didapat sebagai berikut; Community Center (15%), Sarana Pendidikan (15%), Sarana Puskesmas (15%), Jalan utama (15%), Sarana Perdagangan (10%), dan Kelerengan (10%). Berdasarkan hasil overlay kriteria-kriteria di atas telah didapatkan area mana yang berpotensi sebagai daerah permukiman dengan menyesuaikan konsep perdagangan (trading city) yang ditunjukan dengan warna kuning. Dengan menyesuaikan konsep trading city, lahan permukiman dapat didirikan pada lahan yang berdekatan dengan perdagangan seperti Pasar Mekar Muntilan dan sekitarnya sehingga dapat mendukung kesesuaian lahan dengan masyarakat Kota Muntilan.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 44
B. Rencana Pemanfaatan Lahan Untuk Pendidikan
.
Sumber: Analisis Kelompok Analisis sector pendidikan didasari oleh peta kesesuaian lahan pendidikan, luas lahan pendidikan, dan peta tata guna lahan eksisting. Selain itu, adapun kriteria-kriteria yang digunakan sebagai bahan pertimbangan, yaitu kelerengan, zonasi tempat pendidikan, jarak ke pusat permukiman, jarak terhadap RTH, serta peletakan lokasi pendidikan yang tidak berada pada kawasan lindung maupun kawasan rawan bencana. Hasil overlay yang didapatkan kemudian akan disesuaikan dengan konsep kota Trading City. Adapun kaitan dari sector pendidikan dengan konsep Trading City, yaitu adalah keterkaitan antara kebutuhan dari pengguna sector (murid, guru, dll) terhadap fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan. Dibutuhkan sarana perdagangan penunjang fasilitas pendidikan seperti toko buku, toko peralatan tulis, dsb guna memenuhi kebutuhan dari pengguna sector pendidikan. Letak sarana pendidikan diharapkan dekat dengan sarana perdagangan penunjang fasilitas pendidikan guna memudahkan akses murid maupun guru dalam memenuhi kebutuhan pendidikan.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 45
C. Rencana Pemanfaatan Lahan Untuk Kesehatan
Sumber: Analisis Kelompok Rencana Pemanfaatan lahan untuk kesehatan dilakukan dengan mengoverlay faktor pendefinisi dan limitasi. Faktor pendefinisi untuk lahan kesehatan mempertimbangkan jarak ke permukiman, kelerengan, aksesibilitas, dan jarak dengan industri. Sedangkan untuk faktor limitasi kami mempertimbangkan agar tidak berada dikawasan rawan bencana dan kawasan lindung. Pemanfaatan lahan untuk kesehatan mempertimbangkan jarak ke permukiman dan aksesibilitas agar mudah dijangkau penduduk yang berada di Kota Muntilan. Selain itu pemanfaatan lahan kesehatan mempertimbangkan jarak dengan kawasan industri karena dikhawatirkan limbah yang dihasilkan oleh proses produksi dapat bercampur dengan limbah dari alat alat kesehatan, selain itu polusi yang dihasilkan dari proses produksi juga dapat berakibat pada kesehatan penduduk dan sarana kesehatan yang berada di lokasi dekat dengan kawasan industri. Dalam konsep trading city, sarana kesehatan yang dekat dengan pusat perdagangan sangat sesuai karena notabene kawasan komersial memiliki lokasi yang mudah dijangkau, dengan adanya sarana kesehatan yang berada di sekitar kawasan komersial diharapkan juga mempermudah aksesibilitas dan keterjangkuan penduduk dalam mengakses saran kesehatan dan komersial. Selain itu sektor komersial juga dapat mendukung berbagai logistik yang dibutuhkan pada saran kesehatan.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 46
D. Rencana Pemanfaatan Lahan Untuk Perdagangan dan Jasa
Sumber: Analisis Kelompok Kesesuaian pemanfaatan lahan untuk perdagangan didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai pertimbangan, yaitu kelerengan lahan datar, kedekatan dengan permukiman karena sifat perdagangan yang mendekati konsumen, lokasi di jalan utama untuk memudahkan akses, dan kedekatan dengan fasilitas penunjang ekonomi yang ada seperti bank, kantor pos, pos polisi, dan sebagainya. Hasil overlay dari kriteria-kriteria tersebut kemudian menjadi daerah potensi perdagangan, yang disesuaikan dengan konsep kota perdagangan (trading city). Lahan yang paling sesuai untuk mendukung pembentukan kota perdagangan (trading city) adalah lahan hasil overlay yang memenuhi kriteria pendefinisi dan kriteria pembatas yaitu memiliki tingkat kesesuaian paling tinggi, memiliki skor tertinggi, dan tidak berada pada lahan yang dimaksud dalam kriteria pembatas. Hasil dari overlay dapat dilihat bahwa lahan yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai perdagangan dan jasa berada di pusat kota sepanjang Jalan Pemuda dan Jalan Tentara Pelajar, serta beberapa pada daerah permukiman. Dari analisis kebutuhan lahan sarana perdagangan dan jasa, telah diketahui bahwa baik sarana perdagangan maupun sarana jasa di Kota Muntilan telah mencukupi. Meskipun demikian, tetap dibutuhkan penambahan sarana untuk 20 tahun ke depan.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 47
E. Rencana Pemanfaatan Lahan Untuk Industri
Sumber: Analisis Kelompok Berdasarkan analisis penyusun, terdapat kriteria pendefinisi dan kriteria pembatas yang menjadi pertimbangan untuk menentukan kesesuaian tata guna lahan dalam bidang industri. Yang pertama dengan melihat jarak antara pusat industri ke pusat kota, dimana lahan untuk industri sangat sesuai semakin jauh dari pusat kota. Apabila dilihat dari peta kesesuaian lahan, lahan yang dikategorikan sebagai sesuai memiliki jarak antara 2000m sampai 2500m dan >2500m. Yang kedua adalah dengan melihat jarak antara industry dengan pusat permukiman, dimana lahan yang sesuai untuk guna lahan industry adalah lahan yang jauh dari permukiman, yaitu sekitar 2000m sampai 2500m. Sedangkan yang ketiga yaitu berada pada lahan yang datar dengan kelerengan 0-8%. Adapun faktor pembatas kesesuaian lahan industri yaitu tidak berada pada kawasan rawan bencana dan tidak mengganggu ekosistem dan kawasan lindung seperti sempadan sungai. Hasil overlay dari kriteria-kriteria tersebut kemudian menjadi daerah potensi industry, yang disesuaikan dengan konsep kota perdagangan (trading city). Pada peta terlihat bahwa daerah yang paling sesuai untuk guna lahan industry yaitu berada pada pinggiran pusat kota yang memang didominasi oleh pertanian dan kepadatan bangunan yang rendah. Kawasan Industri yang jauh dari pusat kota dapat mendukung perdagangan sebagai pemasok hasil produksi pengolahan bahan baku yang dapat dijual dalam kawasan perdagangan. Distrik perdagangan yang terdapat di pusat kota juga berpotensi sebagai fasad untuk menutupi estetika distrik industry, seperti Pasar Muntilan dapat menjadi landmark kota perdagangan Muntilan.
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 48
RENCANA HASIL PEMANFAATAN LAHAN
BAB V RENCANA HASIL PEMANFAATAN LAHAN A.
Lahan Permukiman
Lahan permukiman dari tahun ke tahun akan selalu meningkat kebutuhannya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Di Kota Muntilan jumlah penduduk pada tahun 2020 adalah sebesar 52.719 jiwa, pada 20 tahun mendatang berdasarkan perhitungan proyeksi untuk tahun 2040 jumlah penduduk Kota Muntilan akan mencapai 59.457 jiwa. Dari tahun 2020 ke 2040, Kota Muntilan mengalami penambahan penduduk sekitar 6.738 jiwa. Untuk mengetahui jumlah lahan yang dibutuhkan. Dilakukan perhitungan dengan menggunakan asumsi satu rumah dihuni oleh 5 orang, dan setiap rumah akan memerlukan lahan sekitar 100 m2 . dari data tersebut dilakukan perhitungan : 59.457 â&#x20AC;&#x201C; 52.719 = 6.738 jiwa 6.738 jiwa : 5 = 1.347 Rumah 1.347 unit rumah x 100 m2 = 134.700 m2 = 13.4 ha. Dari perhitugan diatas menunjukan bahwa di Kota Muntilan pada tahun 2040 perlu disediakan lahan sekitar 13.4 hektar. Dari hal ini penyusun melakukan analisis overlay menggunakan peta kesesuaian guna lahan permukiman dan peta land use, satu hexagon pada peta menggambarkan lahan seluas 1 hektar sehingga diperlukan 13,4 hexagon (penyusun membulatkan menjadi 14 hexagon). Dari peta peta analisis, penyusun menentukan lokasi lokasi lahan baru yang paling sesuai. Lahan lahan permukiman baru digambarkan oleh hexagon dengan warna biru muda.
Sumber: Analisis Kelompok, 2020
1 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan 50 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan
B.
Lahan Pendidikan
Dalam menganalisis fungsi lahan pendidikan menggunakan peta kesesuaian lahan untuk pendidikan dengan peta land use eksisting. Selain itu, kebutuhan lahan untuk pendidikan menggunakan standar pelayanan minimum (SPM) dan SNI. Perhitungan lahan pendidikan sebagai berikut
Sumber: Analisis Kelompok, 2020 Dari perhitungan diatas Kota Muntilan masih memerlukan penambahan fasilitas pendidikan berupa TK dan SD dengan jumlah total kebutuhan lahan sekitar 24.500 m2 atau dibulatkan menjadi 2,5 ha. Satu hexagon pada peta menggambarkan lahan seluas 1 hektar sehingga diperlukan 2.5 hexagon (penyusun melakukan pembulatan menjadi 3 hexagon). Dari peta peta analisis, penyusun menentukan lokasi lokasi lahan baru yang paling sesuai. Lahan lahan permukiman baru digambarkan oleh hexagon dengan warna merah muda.
Sumber: Analisis Kelompok, 2020 Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 1 Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 51
C.
Lahan Kesehatan
Dalam merencanakan lahan kesehatan mempertimbangkan lokasi lokasi yang strategis dan sesuai supaya kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan dapat terjangkau dan terpenuhi dengan baik. Dalam menganalisis kebutuhan lahankesehatan menggunakan peta kesesuaian lahan untuk kesehatan dan peta land use eksisting, selain itu kebutuhan lahan kesehatan dihitung berdasarkan SNI. Perhitungan lahan kesehatan sebagai berikut:
Sumber: Analisis Kelompok, 2020 Dari perhitungan diatas Kota Muntilan masih memerlukan penambahan fasilitas kesehatan berupa puskesmas sebesar 1000 m2 . Dari hal ini penyusun melakukan analisis overlay menggunakan peta kesesuaian guna lahan kesehatan dan peta land use, satu hexagon pada peta menggambarkan lahan seluas 1 hektar sehingga diperlukan 0,1 hexagon (penyusun melakukan pembulatan menjadi 1 hexagon). Dari peta peta analisis, penyusun menentukan lokasi lokasi lahan baru yang paling sesuai. Lahan lahan permukiman baru digambarkan oleh hexagon dengan warna biru tua.
Sumber: Analisis Kelompok, 2020 152 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan
D.
Lahan Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor yang paling dominan di Kota Muntilan, perencanaan lahan untuk sektor perdagangan diperlukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Muntilan, akan tetapi perencanaan lahan untuk perdagangan diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian kota. Dalam perhitungan kebutuhan perdagangan menggunakan standar pelayanan minimum (SPM) berdasarkan SNI. Untuk perhitungan kebutuhan perdagangan Kota Muntilan sebagai berikut:
Sumber: Analisis Kelompok, 2020 Dari perhitungan diatas, Kota Muntilan secara keseluruhan telah memenuhi standar pelayanan minum perdagangan pada tahun 2040. Akan tetapi dalam kondisi real nya sektor perdagangan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan suatu kota. Oleh karena itu penyusun telah melakukan analisis lahan yang sesuai untuk perdagangan apabila akan dibangun sektor perdagangan baru di Kota Muntilan berdasarkan kesesuaian lahan. Lahan yang sesuai untuk dibangun perdagangan digambarkan pada pola hexagon dan pada peta diberi warna hijau.
Sumber: Analisis Kelompok, 2020 Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 1 Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 53
E.
Lahan Industri
Dalam menganalisis guna lahan industri mempertimbangkan beberapa kriteria pertimbangan seperti jarak dari permukiman, jarak dari pusat kota, jarak dari jalan arteri dll agar dalam pembangunannya tidak mengganggu masyarakat dan mengakibatkan dampak buruk pada lingkungan. Pada Kota Muntilan sebagian besar industri berskala kecil dan industri rumah tangga sehingga masih memungkinkan memiliki daya tampung lahan untuk pembangunan industri. Dari pertimbangan tersebut penyusun telah melakukan analisis lahan yang sesuai untuk lahan industri apabila akan dibangun industri baru di Kota Muntilan berdasarkan kesesuaian lahan. Lahan yang sesuai untuk dibangun perdagangan digambarkan pada pola hexagon dan pada peta diberi warna hijau tua.
Sumber: Analisis Kelompok, 2020
1 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan 54 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan
RENCANA RENCANA TATA TATA GUNA GUNA LAHAN LAHAN
PerencanaanTata TataGuna GunaLahan LahanKota KotaMuntilan Muntilanl l55 1 Perencanaan
BAB VI RENCANA TATA GUNA LAHAN
Sumber: Analisis Kelompok, 2020
Peta Proyeksi Guna Lahan Kota Muntilan Tahun 2040 di atas merupakan overlay dari hasil rencana pemanfaatan ruang permukiman, perdagangan dan jasa, sarana pendidikan dan kesehatan, dan pemanfaatan lahan industri, sehingga dihasilkan tata guna lahan baru. Peta di atas menunjukkan adanya perubahan tata guna lahan di Kota Muntilan, namun perubahan yang dilakukan tidak banyak. Hanya dilakukan beberapa perubahan seperti penambahan guna lahan baru untuk fasilitas atau sarana yang mengalami kekurangan di tahun 2020, perluasan kebutuhan lahan permukiman dan industri. Selain itu, proyeksi guna lahan baru di Kota Muntilan dilakukan lebih ke arah penyatuan antara kegiatan dan fasilitas penunjang sehingga terjadi kesinambungan dan sinergi antar area satu dengan lainnya. Pemilihan lahan dalam rencana gua lahan baru didasarkan pada kriteria-kriteria penentuan lokasi yang mengarah pada konsep Trading City (Kota Perdagangan).
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 56
PENUTUP PENUTUP
BAB VII PENUTUP EVALUASI Kota Muntilan memiliki luas 13,71 km2 dan dapat menampung sekitar 685.500 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa Kota Muntilan masih memiliki daya tampung untuk proyeksi penduduk 20 tahun ke depan. Dari analisis daya dukung, ketersediaan layanan air bersih Kota Muntilan masih belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, sehingga diperlukan adanya penambahan kapasitas air PDAM untuk memenuhi kebutuhan penduduk saat ini dan untuk persediaan kebutuhan 20 tahun mendatang. Dari analisis sarana, Kota Muntilan dinilai masih mengalami kekurangan pada beberapa sarana baik untuk tahun sekarang maupun 20 tahun mendatang, seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Di proyeksikan pada tahun 2040 mendatang, selain kekurangan sarana pendidikan dan kesehatan, Kota Muntilan juga membutuhkan perluasan lahan untuk permukiman dan industri terutama industri kecil menengah.
PEMBELAJARAN Layaknya manusia, kota mengalami pertumbuhan dan perkembangan kegiatan. Pertumbuhan kota akan berimplikasi pada daya dukung dan daya tampung yang dimiliki kota tersebut. Kedua hal tersebut akan menjadi pertimbangan dalam perencanaan kota di masa mendatang, agar kota tetap dapat menjalankan fungsinya secara berkelanjutan. Kegiatan yang ada di suatu kota dapat berasal berbagai sektor, diantaranya sektor perdagangan, kesehatan, pendidikan, industri, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap kriteria-kriteria guna lahan setiap sektor. Kriteria-kriteria dari setiap sektor ini dapat digunakan sebagai landasan penentuan lahan yang dinilai paling sesuai.
KESIMPULAN Kota Muntilan merupakan kota fungsional Kecamatan Muntilan, dengan jumlah penduduk 52.719 jiwa sehingga dikategorikan sebagai kota kecil. Dengan peran sebagai Pusat Kegiatan Lokal terhadap Kabupaten Magelang, maka pemanfaatan dan penggunaan lahan di Kota Muntilan haruslah optimal untuk mendukung berjalannya fungsi dan peran Kota Muntilan. Berdasarkan hasil dan analisis kesesuaian lahan dan potensi masalah Kota Muntilan, maka konsep Trading City (Kota Perdagangan) dinilai sangat tepat untuk direncanakan pada Kota Muntilan. Konsep ini diterapkan sebagai bentuk perencanaan yang mengoptimalkan penggunaan lahan berbagai sektor yang mendukung kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Muntilan. Konsep Trading City diharapkan dapat mengarahkan perkembangan Kota Muntilan dari tahun-tahun sebelumnya. 1 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan 58 l Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan
Matur Nuwun -Studiio 4 Kota Muntilan-
Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 1 Perencanaan Tata Guna Lahan Kota Muntilan l 59
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA