Edisi 202

Page 1


2

Hati-hati Jangan Sampai Terjangkiti Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang harus ia penuhi demi tercapainya satu tujuan. Namun, bila berkaitan dengan menentukan dengan siapa kita menjalin hubungan itu adalah mutlak hak individu. Akan tetapi bila yang dipilih itu bertentangan dengan adat, nilai-nilai yang dianut masyarakat ataupun ideologi negara tentunya akan menuai protes. LGBT merupakan akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. Selain menjadi perbincangan hangat yang menuai pro kontra. Sangat banyak debat kusir yang membahas isu ini. Berbagai tulisan, artikel, opini mengenai LGBT kian merebak. Sumbar yang dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adatnya juga merasakan hal yang sama. Bahkan, universitas juda dikenai dampak LGBT ini. Ada lima penyebab utama kenapa LGBT ini bisa terjadi. Pertama faktor keluarga, biasanya sorang anak akan terbiasa dengan didikan dari keluarganya karena keluarga atau orangtua adalah sekolah pertama bagi anaknya. Apabila orang tua mendidik dengan kasar, perilaku yang mengekang juga mengidam-idamkan anak lakilaki padahal ia perempuan atau sebaliknya, dan pendidikan agama yang minim bisa menyebabkan si anak mencari perhatian keluar. Kedua Lingkungan dan pergaulan. Bila anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang orangtua dan di dalam pergaulannya ia mendapatkan sesuatu yang diinginkannya otomatis ia bisa terpengaruh dengan lingkungannya. Ketiga faktor genetik, ada orang tua atau keluarga yang juga LGBT. Keempat, akhlak dan moral sang anak. Pendidikan mengenai akhlak dan moral ini hendaknya diajarkan dari dini supaya tidak terjadinya LGBT. Kelima, pengetahuan tentang agama. Dampak yang diakibatkan karena LGBT antaranya dari segi kesehatan akan terjadi penyakit berbahaya, dari segi kekeluargaan akan ada rasa malu juga dari segi psikologis pelaku akan merasa tidak percaya diri dan lain sebagainya. Sebenarnya kita bisa mengantisipasi perilaku LGBT ini antaranya dengan meningkatkan keimanan atai ilmu agama, mengetahui bahaya yang didapatkan, melakukan penolakan terhadap perilaku tersebut dan ikut serta membantu mereka yang sudah terlanjur untuk memperbaiki hal itu. Bila ada rekan, teman ataupun saudara kita yang terjangkit atau bahkan menjadi pelakunya hal yang utama kita lakukan adalah mengingatkan bahwa LGBT berbahaya bagi kesehatan, dan jangan sesekali menghujat mereka ataupun mengucilkan. Lebih kepada mengayomi, menyemangati supaya mau merubah perilaku mereka.

+ Ada gay di UNP - Segera rehabilitasi sebelum menular! + UKT tinggi mahasiswa mengeluh lagi - Sebuah usaha untuk memperjuangkan. + SIB tidak up date - Masalah klasik!

Meningkatkan Kecerdasan Sosial dalam Pergaulan

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga dikenali sebagai makhluk sosial. Artinya, manusia adalah makhluk yang dalam menjalani hidup dan kehidupannya harus berkawan atau bermasyarakat. Pada hakikatnya manusia membutuhkan manusia lain. Secara singkat disebut manusia itu harus hidup bermasyarakat. Dalam bermasyarakat itu, manusia perlu mematuhi etika sosial. Jika ditelisik lebih lanjut, etika adalah suatu aturan yang dibuat dan disetujui secara bersama oleh manusia untuk menjaga keselarasan hubungan manusia dengan manusia lain. Dari beberapa sumber rujukan dijelaskan kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos”. Arti kata “ethos” ini adalah

watak, adat ataupun kesusilaan. Dengan demikian manusia yang beretika adalah menusia yang memiliki kesediaan jiwa dan senantiasa patuh kepada aturan-atauran baik yang telah ditetapkan masyarak at . Kita memiliki etika kehidupan berbangsa yakni konsep nilai moral yang bersumber dari ajaran agama dan khususya tercermin dalam pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Pokok-pokok yang terkandung dalam etika kehidupan berbangsa itu seperti etika sosial dan budaya. Etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan, etika keilmuan, dan etika li ngk u ngan Mahasiswa sebagai makhluk sosial perlu meningkatkan kecerdasan sosial terutama dalam mematuhi dan mengejawantahkan etika sosial dalam semua lini kehidupannya. Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat sangat banyak terjadi fenomena sosial yang merupakan penyimpangan-penyimpangan dari kehidupan yang sesungguhnya dan hubungan yang ideal. Misalnya, penyimpangan

dari hubungan berkawan yang ideal. Dalam konteksi ini terjadilah hubungan berkawan sesama jenis yang diluar kepatutan (LGBT). Selain itu, dalam konteks ini terjadilah hubungan berkawan berbeda jenis yang tidak sesuai dengan aturan-aturan agama. Beberapa contoh ini merupakan bentukbentuk penyimpangan dan fenomena sosial yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Mahasiswa sebagai manusia yang cerdas perlu membentengi diri agar terhindar dari kehidupan yang menyimpang dari kehidupan bermasyarakat yang ideal itu. Mahasiswa harus menjadi personal yang mampu mengurangi fenomena sosial itu. Mahasiswa seharusnya jangan terpengaruh dan ikut terlibat dalam fenomena kehidupan sosial yang tidak ideal tersebut. Jadilah manusia yang mampu menjadi pelopor dan pengendali dalam kehidupan yang ideal di dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa harus cerdas bergaul, cerdas berinteraksi, dan menjadi manusia yang cerdas di dalam semua lini kehidupan bermasyarakat. Semoga saja. (Eto)

Salam Pers Mahasiswa! Sebuah organisasi membutuhkan adanya kaderisasi untuk menjadikannya selalu eksis dan terus ada. Salah satu hal yang menjadi pokok penting untuk keberlangsungan organisasi adalah adanya pembekalan kepahaman tentang kinerja organisasi itu sendiri. di Ganto, pembekalan untuk anggota magang yang baru di lantik, di berikan Training Dasar Organisasi (TDO). TDO di tujukan sebagai pembekalan untuk kepengurusan satu tahun kedepan. Menjadi tangguh, sabar, dan selalu belajar adalah tuntutan. Dimana ketiga hal tersebut merupakan modal utama agar mampu berlayar di kapal kepengurusan 2018 ini. Dalam proses penggarapan karya cetak pertama Ganto, maupun kerja-kerja di awal kepengurusan. Terdapat banyak pelajaran, mulai dari belajar saling memahami, menilai masalah, dan memberi solusi, juga belajar menakukan diri sendiri. Termasuk salah satunya belajar ikhlas. Ikhlas dalam mengerjakan amanah, ikhlas dalam bersosial, juga ikhlas dalam menerima hal yang berat bagi diri. Jangan lelah, karna manusia tidak akan pernah berhenti dituntut untuk belajar. Cetak yang menjadi salah satu produk SKK Ganto saat ini merupakan yang pertama bagi kepengurusan ganto di tahun 2018. Pengelolaan dan penggarapannya dilaksa-

nakan dengan sungguh-sungguh dan di riset secara mendalam oleh kru Ganto. Dalam edisi ini Ganto mengangkatkan Laporan mengenai fenomena sosial yaitu LGBT yang merupakan singkatan dari (Lesbian, Gay, Bisexsual, dan Transgender,). Fenomena ini di anggap penting untuk di angkatkan oleh Ganto. Edisi pertama ini juga terdapat profil kru Ganto 2018, tepatnya mereka yang berperan aktif dalam berjalannya SKK Ganto baik dari redaksi juga keorganisasian Ganto. Selain itu, pembaca dapat menikmati sajian berita diulas secara mendalam dalam rubrik teropong diantaranya Pendidikan Inklusif jadi mata kuliah wajib Fakultas Ilmu Pendidikan, SIB untuk Mahasiswa, yang membahas

mengenai sudah baikkah SIB, dan lain sebagainya. Tak lupa pada edisi ini ada sajian cerpen dan puisi yang tentunya dapat menghibur pembaca. Untuk berita lainnya Ganto selalu mengupdate di portal berita www.ganto.co. Ganto juga memiliki Platform media sosial seperti FB, Instagram, dan Twitter. Untuk sivitas akademika UNP yang ingin bartisipasi dengan diterbitkan karyanya oleh SKK Ganto kirim karyanya melalui email Ganto ( redaksiganto@gmail.com). Akhir kata. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Ganto selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Selamat membaca Viva Persma!

Prof. Dr. Ermanto, M.Hum Pembina SKK Ganto

Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP:Prof.Ganefri,Ph.D.,Penasehat:WakilRektorIIIUNP:Prof.Dr.Ardipal,M.Pd.,PenanggungJawab:Prof.Dr.Ermanto,M.Hum.,danDr.JufriSyahruddin,M.Pd.,DewanAhli:Jefri Rajif, FitriAziza, DolyAndika,Sabrina Khairissa,ErmiatiHarahap,Yulia Eka Sari,FakhruddinArrazzi,OktaVianof,TivaniMonicSandria,Lutfi Darwin, Alfendri,AntoniaDwi Rahayuningsih,WildanFirdaus.Staf Ahli:KonsultasiPsikologi:Dr.Afdal, S.Pd.,M.Pd.,Kons., Konsultasi Agama:Dr.AhmadKosasih,M.A.,Konsultasi Kesehatan:dr. Pudia M. Indika, M.Kes., Kritik Cerpen: Muhammad Adek, M.Hum., Kritik Puisi: Dadi Satria, M.Pd., Kritik English Corner: Drs. Jufri, M.Pd., Pemimpin Umum:Abdul Hamid, Sekretaris Umum: Putri Radila, Bendahara Umum: Oktri Diana Putri, Atas Nama Pemimpin Redaksi: Laila Marni, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Maida Yusri, Pemimpin Usaha: Debi Gunawan , Redaktur Pelaksana:Irza Ade Suarni, Redaktur Redaktur Berita: Nadilla Aprisia dan Dwi Agustini, Redaktur Tulisan: Deby Purnama Sari, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Yanda Dewi Kurnia, Redaktur Artistik: Venny Sindya Fitri, Layouter: Muhammad Agus Saputra, Fotografer: Akbar Wahyu Saputra, Staf Riset: Monalisa, Staf Pustaka dan Kearsipan: Ariska Novia Mariady Staf Iklan: Yolanda Septia Putra, Staf Eo dan Sirkulasi Percetakan: Hega Dwi Dian Dola, Reporter Niswasani. Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.co, email: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,00 (halamanpenuhberwarna),Rp1.500.000,00(1/2halamanhitam-putih),Rp100.000,00(iklanwebukuran300x250pixel).Redaksimenerimatulisanberupaartikel,esai,feature,cerpen, puisi,danbentuktulisankritislainnyadarisivitasakademikaUNP.Redaksiberhakmenyuntingtulisantanpamengubahesensinya.Tulisanyangmasukmenjadihakredaksidanyangtidak dimuatakandikembalikanataumenjadi bahanedisiberikutnya.Setiaptulisanyangdimuatakandiberiimbalan/uanglelahsemestinya.


3

SKK Ganto UNP menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email redaksiganto@gmail.com atau bisa diantar langsung ke Sekretariat SKK Ganto UNP Gedung Student Center Lantai 2 UNP dengan melampirkan kartu identitas, seperti KTP atau KTM.

Pustaka Tempat Belajar Perpustakaan harusnya tempat bagi mahasiswa untuk mencari bahan perkuliahan, membuat tugas, dan hal lainnya. Biasanya saya mencari tempat nyaman dalam artian jauh dari kebisingan, tersedianya colokan listrik serta akses internet. Dalam mengerjakan tugas tentu menggunakan perangkat elektronik seperti smartphone dan Laptop. Namun di Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial, beberapa hari yang lalu, colokan listrik yang ada di dalam Perpustakaan semuanya ditutup. Tidak tahu alasannya kenapa. Sehingga mahasiswa seperti saya kesulitan mencari tempat yang nyaman membuat tugas.

Lutfi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial

Jalan yang Mengerikan Setiap hari, UNP tidak pernah sepi dengan kendaraan, baik itu sepeda motor atapun mobil. Memang kendaraan sangat membantu kita dalam bepergian, namun sayangnya, jalanan di sekitar UNP sering kali tidak tertib. Terutama sepeda motor, hampir di setiap sudutnya ada. Parahnya lagi mahasiswa ataupun masyarakat yang berkendaraan ini sama sekali tidak tertib, dan seringkali tidak menghargai para pejalan kaki. Saya sering lewat di simpang 4 MKU, disana sangat ramai dengan pejalan kaki, saat akan m en y eber an g saya harus menunggu lama dulu untuk bisa menyeberang, karena kendaraan yang berlalu lalang sering tidak memberi kesempatan kepada kami yang berjalan untuk menyeberangi jalan disana. Mereka sangat kencang berkendara dan jaraknya sangat dekat, jadi saya agak takut menyeberang dan ini menurut saya sangat mengganggu. Hal ini juga dirasakan oleh teman-teman saya yang lain. Alangkah baiknya ada pihak yang menertibkan hal ini. Silvia Putri Mahasiswa UNP

Wifi FMIPA tidak Merata Setiap fakultas memiliki wifi, tapi penyebarannya juga tidak merata. Tidak hanya di FBS, di FMIPA khususnya di lobi dan perkarangan FMIPA. Tempat tersebut merupakan tempat mahasiswa berkumpul ketika pergantian mata kuliah satu dengan lainnya, di tempat tersebut mahasiswa juga mengerjakan tugas dan sibuk melakukan browsing. Saya sering kesulitan dalam mengirimkan tugas e-learning di FMIPA karena wifi yang sering mati hidup, jika banyak mahasiswa yang memakai wifi, jaringan di laptop saya langsung terhambat. Semoga UNP dapat memperbaiki sistem wifi di seluruh fakultas. Siska Febritama Mahasiswa Jurusan Biologi, FMIPA

Al-Kalam Kekurangan Air Setiap waktu sholat datang, saya dan temanteman akan menuju mushola Al-Kalam FMIPA. Kami melaksanakan sholat disana namun sayang air untuk berwudhu disana tidak memadai. Kami sering mendapatkan air disana tidak mencukupi alias kekurangan. Saya harap hal ini dapat diatasi oleh pihak kampus secepatnya. M. Rezky Mahasiswa FMIPA UNP TM 2015

DesainGrafis:VennySindyaFitri

Evolusi Mahasiswa UNP Yolanda Septia Putri Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2015

Mahasiswa ialah individuindividu yang menuntut ilmu di perguruan tinggi, institute maupun akademi dan memiliki andil yang cukup berpengaruh untuk kemajuan bangsa. Menyandang gelar mahasiswa, merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Hal tersebut dikarenakan ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, mahasiswa sering dikenal sebagai agen pembawa perubahan, karena kemajuan bangsa dan perkembangan bangsa berada di tangan mereka. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, seperti media dalam pembelajaran. Sedangkan prasarana adalah alat tidak langsung yang dijadikan sebagai penunjang guna mencapai tujuan. Proses perkuliahan dapat dikatakan baik atau buruk tergantung pada kinerja fungsi dari sarana dan prasarana yang ada. Pada tahun 1963, proses pembelajaran sering berpindah-pindah dikarenakan tidak adanya kelas yang di tempati. Tak jarang, mereka harus meminjam kelas di sekolah SMPN 2 Padang, Kantor Gubernur, SPMA yang berada di Padang Baru, Laboratorium jati bahkan di lapangan terbuka dengan kondisi bangku rusak selama 3,5 tahun demi memperoleh status sarjana.

Tak jarang mahasiswa merasakan minimnya sarana dan prasarana dalam belajar seperti tidak memakai meja dan hanya beralaskan tanah dengan kertas yang ada. Padahal biaya kuliah pada masa itu cukup mahal, dimana spp disamaratakan dengan membayar 10.000 rupiah untuk satu semester. Meski merasakan minimnya sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran. Namun, mahasiswa dahulu memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam menjaga peralatan sarana dan prasarana yang ada. Semangat belajar mereka tidak padam meski di tengah keterbatasan, tugas selalu mereka kerjakan dengan menulis di kertas-kertas yang ada. Berbeda dengan mahasiswa hari ini, pada umumnya banyak mahasiswa yang tidak bersyukur dengan fasilitas sarana dan prasarana. Hal tersebut telah nampak dari kurangnya kesadaran mahasiswa dalam menjaga fasilitas yang ada seperti, mencoret-coret tembok, mencoret-coret kursi atau meja bahkan tak jarang ada yang mematahkannya. Tidak hanya itu, banyak juga mahasiswa yang menyalahgunakan kecanggihan teknologi bahkan melakukan tindakan plagiat dalam mengerjakan tugasnya, sehingga menjadikannya manja dan malas berpikir. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa zaman now, jangan kita

tanyakan apa yang telah diberi kampus untu k kita, n amun tanyalah kepada diri kita masing-masing, apa yang telah kita berikan untuk kampu s tercintai ini. Mari kita tingkatkan ku alitas, menjaga nama almamater, tetap menjalankan pengembangan diri dengan rajin membaca bu k u . Dalam hal pendidikan yang semakin dipermudah, mahasiswa harus dapat menjaga sikap, harus dapat mencontohkan dan menjadi teladan yang baik. Membuat ilmu untuk diaplikasikan untuk kehidupan yang lebih bermanfaat selanjutnya.Jangan cari kerja tapi buka lapangan kerja. Karena di perguruan tinggi ini kita mendapatkan basik ilmu yang banyak dari pengajar yang sangat luar biasa. Sarana dan prasarana yang sudah semakin membaik di kampus sebaiknya sivitas akademika bersama memelihara, menjaga dan merawat fasilitas yang ada. Pentingnya fasilitas yang memadai menjadi satu motivasi bersama untuk terus maju dan perlu diperhatikan juga bahwa seluruh civitas akademika memiliki tanggung jawab yang besar pula untuk merawat dan menghemat serta menjaga fasilitas yang ada. Karena berkaca dari yang dahulu, mahasiswa harus berjuang agar pembelajaran dapat berlangsung, sedangkan pada saat ini, fasilitas sudah disediakan langsung oleh pihak Universitas.


4

Fenomena LGBT semakin hari semakin melebar kemana-mana. Bahkan juga merambah ke lingkungan kampus termasuk ke Universitas Negeri Padang. Oleh Irza Ade Suarni Laila Marni

D

ari penelusuran yang dilakukan Ganto, ada tujuh grup Facebook yang mengatas namakan gay UNP, diantaranya ada 225 anggota gay UNP, 36 anggota gay UNP generasi baru, 7 kelompok gay UNP Sumbar, dan beberapa anggota kelompok gay UNP. Bukan hanya akun media sosial, Ganto juga mendapati beberapa aplikasi yang menghubungkan kelompok LGBT ini satu sama lain, salah satunya Blued yang bisa di unduh di Play Store. Ganto mencoba untuk menggunakan aplikasi ini di sekitar kampus UNP, hal yang didapati cukup megejutkan. Ganto menemukan beberapa orang yang berada di sekitaran UNP menggunakan aplikasi khusus komunitas LGBT ini. Dalam aplikasi ini, penggunanya bisa mengetahui seorang LGBT berdasarkan jarak dengan penggunanya yang lain, termasuk juga dengan usia pengguna aplikasi ini. Sebelum laporan ini dikeluarkan, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), telah meminta Google untuk mencabut aplikasi terkait LGBT ini di Play Store. Dikutip dari laman kominfo.go.id Menkominfo, Rudiantara mengatakan bahwa Kominfo juga telah meminta Google untuk mencabut 73 aplikasi komunitas LGBT di Indonesia. Setelah itu, Ganto mengeceknya di Play Store, dan benar aplikasi Blued tidak tersedia lagi di Play Store, hanya saja masih ada beberapa aplikasi khusus LGBT disediakan. Setelah itu, Ganto mencoba menghubungi beberapa anggota yang termasuk ke dalam salah satu grup facebook yang mengatas namakan gay UNP. Namun, beberapa hari menunggu, Ganto tidak mendapatkan balasan dari anggota grup tersebut. Akhirnya, Ganto memutuskan menelusuri melalui beberapa orang kenalan untuk mengetahui bahwa LGBT benar-benar ada di UNP. Setelah menanyakan ke beberapa orang, akhirnya Ganto berhasil menemukan salah seorang gay yang merupakan mahasiswa aktif di UNP. Pertemuan pun direncanakan, seminggu menunggu untuk melakukan percakapan tidak dapat terlaksana, karena gay tersebut tidak sedang berada di lingkungan kampus. Pada akhirnya, Ganto memutuskan untuk menghubungi melalui jejaringan seluler. Dede-bukan nama sebenarnya- merupakan salah satu gay yang terdapat di UNP. Dede mengaku sudah menyadari bahwa ia merupakan seorang gay pada saat masih duduk di bangku kelas satu Sekolah Menengah Atas (SMA). Dede bercerita bahwasannya dalam kehidupan sehari-hari ia menghabiskan waktu dengan beberapa orang yang seperti

dirinya, terkadang juga bergabung dengan perempuan. Selanjutnya Dede mengatakan, orangtuanya tidak mengetahui bahwa ia adalah seorang gay, hanya beberapa temannya lah yang mengetahui hal tersebut. “Ada sebagian teman yang menyuruh berubah, menyuruh pacaran dengan perempuan, cuma ada juga teman yang menganggap itu diri saya ya terserah saya, ada juga teman yang kayak gitu,” ujarnya saat dihubungi pada siang hari oleh Ganto. Percakapan Ganto dengan Dede berlanjut pada siang yang cerah itu. Dalam percakapan tersebut, Dede kembali mengaku bahwa ia memiliki pasangan sesama jenis. Karena sudah berpengalaman pergaulan LGBT Dede bisa mengetahui apakah seseorang itu LGBT atau tidak. Lebih lanjut Dede mengungkapkan pada awalnya ia sering kali tidur di rumah teman yang juga seperti dirinya dan melakukan tindakan asusila. “Sering tidur peluk-pelukan, kemudian ada senang-senangnya dan tertarik,” ungkapnya. Selanjutnya, Dede menjelaskan bahwa pengaruh lingkungan (teman) sangat mempengaruhi dirinya menjadi seorang gay. Dede mengatakan bahwa ada di antara mereka itu bukan gay awal mulanya, namun karena dipengaruhi mereka menjadi ketagihan dan menikmati untuk menjadi seorang gay. “Ya mudah sekali untuk mempengaruhi orang, mungkin gak bisa dibilang kalau seks itu bagi manusia merupakan suatu kebutuhan, “ tutur Dede. Dede sempat ragu mejawab apakah ia ingin berubah menjadi normal kembali. Baginya gay itu tidak munafik, walaupun cenderung lebih suka dengan

yang sesama, ada saatnya juga ingin dengan perempuan. “Saya lebih senang saja menjalin hubungan seperti itu dengan pasangan gay saya karena lebih mudah,” ungkap Dede. Universitas Negeri Padang (UNP) menerapkan bahasa lain dalam pelarangan LGBT. Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph. D, mengatakan secara eksplisit LGBT tidak dibunyikan, namun secara implisit, bahwa mereka (mahasiswa UNP) harus sehat jasmani dan rohani. Ganefri juga mengatakan bahwa tidak ada ruang untuk LGBT di UNP. “Kalau ketahuan LGBT di sini saya keluarkan. Orang yang berprilaku menyimpang tidak kita terima di UNP, yang normal-normal saja kita terima,” ujarnya pada acara pelepasan mahasiswa PL ke Thailand dan Filipina, Jumat ( 19/ 1 ) . Terkait hal tersebut, pada sore (20/2) Ganto pergi mengonfirmasi hal tersebut kepada Ganefri. Dalam percakapan yang Ganto lakukan dengan Ganefri, dapat dibenarkan bahwa UNP akan mengeluarkan mahasiswa yang memilki perilaku LGBT. Ganefri menjelaskan bahwa UNP sebagai universitas yang berlatar kependidikan mustahil mengizinkan perilaku LGBT di UNP. Ia akan mengeluarkan mahasiswa dengan prilaku tersebut, dengan mengembalikan kepada orangtuanya dan selanjutnya diminta untuk memasukkannya ke tempat rehabilitasi. “Jika ketahuan kita kembalikan kepada orangtuanya, kecuali dia sudah berubah. Namun, jika tidak, kita akan tetap mengeluarkannya. Mereka dapat menjadi mahasiswa di UNP lagi jika mereka sudah sembuh,” ujar Ganefri. Menanggapi hal tersebut

Dede pun tidak menyetujuinya, ia beranggapan bahwa hal itu merupakan hak individual, namun jika membawa nama UNP dalam melakukan hubungan (senggama) itu mungkin saja dikeluarkan. Dede menambahkan, untuk mengatasi ini Dede beranggapan bahwa tidak perlu adanya rehabilitasi, karena menurutnya untuk membentuk karakter itu pada saat di bangku sekolah. “Kuliah itu, kita cuma mengembangkan potensi diri bukan mengubah karakter lagi. Karena itu memang sudah pilihan dia kan, tidak harus diubah lagi karakternya,” tutur Dede. Bukan hanya Dede, Ganto juga menemukan mahasiswa UNP yang memiliki prilaku yang sama. Beni-bukan nama sebenarnya-mengatakan lingkunganlah yang membuat dirinya menjadi seorang LGBT, karena ikut-ikutan dengan temannya. Beni menambahkan, bahwa ia menyadari memiliki perilaku ini semenjak duduk di bangku kuliah, yakni pada semester satu. Ternyata, setelah mengaku bahwa ia merupakan seorang gay, Beni mengatakan, ia tidak sedang berhubungan dengan sesamanya melainkan dengan yang tidak sejenis dengannya. Beni pun menyatakan bahwa ia mulai menjauhi pergaulan dengan penyuka sesama jenis tersebut. Tanggapan Beni mengenai pelarangan LGBT oleh Rektor UNP sangat berbeda dengan yang dituturkan Dede. Ia menyetujui sikap yang diambil oleh rektor tersebut. “Bagus untuk diberantas. Junior saya di kampus banyak seperti itu.” Ungkap Beni. Bukan hanya Dede dan Beni, Ganto juga mendapati seorang gay yang mengajar di suatu kelas di UNP (bukan dosen).

Sebut saja namanya Patrick, Patrick mengungkapkan bahwa banyak mahasiwa UNP yang termasuk dalam komunitas LGBT, yang lebih mengejutkan lagi Patrick juga mengungkapkan bahwasannya bukan hanya mahasiswa, tetapi juga ada dosen yang tergabung dalam kelompok ini. “Di UNP banyak mahasiswa yang tergabung, tak hanya di UNP, di kampus lain juga banyak,” ungkapnya. Mahasiswa Jurusan Seni Rupa TM 2016, Mella Darmayanati, membenarkan bahwa LGBT memang ada di UNP. Mella mengatakan bahwa ia mengenal mahasiswa UNP yang memiliki prilaku tersebut, ia pun pernah menasehati temannya tersebut. “Saya pernah menasihatinya seperti, apakah kamu ngak takut dosa dan masuk neraka,” ujar Mella. Lebih lanjut, Mella mengatakan bahwa ia merasa terganggu dengan perilaku LGBT itu. Mella juga menyetujui tindakan rektor yang melarang LGBT di UNP. “Bagus, biar mereka mengetahui kesalahan mereka. Dan kedepannya tidak diulangnya kembali,” ujar Mella, Minggu (4/2). Senada dengan Mella, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri TM 2016, Aldova Guswantri juga beranggapan hal yang sama. Ia mengatakan selagi pelarangan itu memang baik, hal tersebut tidak masalah. Ia pun mengharapkan bahwa adanya tindakan tegas dari pihak kampus, tidak hanya kata-kata saja. “Walaupun sekarang belum ada peraturan yang dikeluarkan rektor pasal sekian ayat sekian bahwa orang yang LGBT akan dikeluarkan dari UNP,”ujarnya, Selasa (6/2). Reporter : Agus, Debi, Hega, Irza, Laila, Yola


5

melanggar agama dan nilainilai moral,” kata Alwen. Namun demikian Alwen mengatakan, dalam peraturan akademik sebenarnya sudah ada peraturan yang melarang hal ini. Hanya saja tidak disebutkan secara gamblang LGBT melainkan asusila. “Bagi mahasiswa yang melanggar dan melakukan asusila bisa dikenakan pasal tersebut,” ujar Alwen.

Rektor UNP menegaskan bahwa LGBT sangat dilarang keberadaannya di lingkungan kampus. Namun, masih belum ada peraturan dalam menyikapinya.

R

ektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof. Ganefri, Ph. D., sangat melarang keras keberadaan Lesbian, Gay, Bikseksual, Transgender (LGBT) di lingkungan kampus UNP. Ganefri menjelaskan bahwa UNP adalah sarana edukasi dan religius. “Kehidupan-kehidupan perilaku yang menyimpang dari norma agama, tentu tidak bisa kita terima di UNP,” ujar Ganefri, Selasa (20/2). Selain itu, Ganefri juga memaparkan apabila pelaku LGBT dibiarkan saja, hal tersebut akan menimbulkan berbagai macam dampak baik bagi pelakunya maupun orangorang di sekitarnya. Mulai dari masalah kesehatan yang akan menyebabkan HIV/AIDS dan lain sebagainya. Beranjak dari apa yang dikatakan oleh Ganefri mengenai dampak yang akan ditimbulkan oleh prilaku LGBT, Ganto menemui beberapa pakar yang ahli dalam bidangnya. Salah satunya ialah pakar kesehatan dan rekreasi, dr. Pudia M Indika, M.Kes. Pudia mengungkapkan LGBT paling banyak disebabkan oleh trauma masa kecil seperti disodomi oleh orang lain. “Bisa dikatakan pelaku trauma seksual atau ia diputuskan pacarnya, sehingga ia tidak lagi menyukai perempuan. Jadi faktor trauma itu sangat besar,” ujarnya, Senin (5/2).

Selanjutnya, Pudia mengatakan hal kedua yang menyebabkan seseorang menjadi LGBT ialah dari bawaan lahir atau faktor dari genetiknya. Ia memaparkan bahwa ini disebabkan oleh orangtua yang kurang perhatian pada sang anak. “Misalnya sosok bapak tidak berperan banyak dalam kehidupan si anak, yang dilihat adalah ibunya. Jadi, ada kecendrungan ia mencari sosok laki-laki yang diimpikannya,” jelas Pudia. Selain menemui pakar kesehatan dan rekreasi, Ganto juga menemui pakar psikologi yang merupakan dosen Jurusan Psikologi di UNP. Nurmina S. Psi M.Psis, menjelaskan bahwa dalam ilmu psikologi seseorang dapat menjadi LGBT disebabkan oleh pola asuh bagaimana seseorang diajarkan bertingkah laku sesuai dengan jenis kelaminnya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa cara pembelajaran kepada anak itu hanya menunjukkan bentuk jenis kelamin yang berbeda. “Sebenarnya yang harus lebih diperhatikan ialah bagaimana perilaku laki laki, dan perilaku perempuan seperti apa,” jelasnya, Kamis (8/2). Dari penjelasan kedua pakar tersebut, jelaslah bahwa pengaruh terbesar yang menyebabkan seseorang menjadi LGBT ialah faktor lingkungan, khususnya lingkungan keluarga. Hal ini juga dibenarkan oleh Dosen

Jurusan Sosiologi Nora Susilawati, S.Sos, M.Si, Nora mengatakan bahwa ketidaksempurnaan dalam proses sosialisasi dapat membuat seseorang memilki prilaku menyimpang (LGBT). Nora mencontohkan bahwa dalam sebuah keluarga yang memiliki anak laki-laki namun mengiginkan anak perempuan, sehingga di sini terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna. Selain itu, adanya pengaruh dari teman sebaya, serta lingkungan masyarakat. “Hal lain yang berpengaruh terhadap perilaku menyimpang ini adalah media. Jadi, sangat penting peran dari orang tua dan lingkungan,” ujarnya, Selasa (6/1). Masih Berupa Himbauan Informal Dari penelusuran yang dilakukan Ganto, didapati bahwa belum adanya himbauan kepada civitas akademika dalam menyikapi permasalahan mengenai LGBT di lingkungan kampus UNP secara resmi. Seperti yang dituturkan oleh Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Nur Rosita, S.Pd., M.A, “Secara formalisasi belum ada namun secara non formal ada, pada umumnya himbauan itu ada. Setau saya belum ada surat edarannya, tapi rektor memang melarang LGBT itu,” ujarnya, Selasa (13/2). Hal yang sama juga diutarakan oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum. Ia mengaku belum ada sama sekali mendengar mengenai pelarangan LGBT tersebut di UNP. Namun, Zaim mengatakan tindakan yang diambil oleh

rektor itu wajar-wajar saja karena menurutnya hal tersebut sudah sejalan dengan apa yang tertulis dalam kode etik mahasiswa yang terdapat pada ayat ke13, berbunyi “mahasiswa UNP dilarang melakukan tindakantindakan yang bersifat pemerasan, penyuapan, pelacehan seksual, pemalsuan dalam bentuk apapun”. “Kan termasuk pelecehan seksual, kalau ada orang yang tidak suka diperlakukan seperti itukan pelecehan namanya,” ujarnya, Senin(12/2). Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Dr. Alwen Bentri, M. Pd., mengatakan bahwa dalam cakupan mikro, di FIP sendiri baru dilakukan himbauan kepada mahasiswa dan memberikan pemahaman secara umum mengenai apa itu LGBT dan apa dampaknya pada saat mengajar. Alwen mengatakan bahwa LGBT sangat bertentangan dengan tata nilai dan budaya yang ada “Bagaimanapun juga kita akan memerangi LGBT, biarlah mereka saja yang melegalkan hal tersebut, namun kita tidak,” u j a rn y a . Terkait pelarangan LGBT, Alwen mengatakan jika LGBT ditemukan di FIP, maka pihaknya akan terus mempelajari apakah mahasiswa tersebut benar-benar LGBT atau tidak. Selanjutnya, ia mengatakan akan melakukan beberapa proses dalam menyikapinya, seperti terapi dengan memberdayakan jurusan BK yang ada di FIP. “Namun, saya sangat setuju untuk memerangi LGBT di kampus karena seolah-olah itu perbuatan yang tidak bertuhan dan

Terlepas dari Prilaku LGBT Melalui seorang teman Ganto mengetahui bahwa terdapat mantan pelaku LGBT di UNP yang dahulunya merupakan seorang lesbian. Setelah melakukan beberapa pertimbangan akhirnya, Jumat (2/2) siang itu, Ganto memutuskan untuk menemui sang mantan lesbian tersebut. Mawar, sebut saja namanya begitu, mengaku sudah terlepas dari perilaku lesbian. Mawar sangat bersyukur karena bisa terlepas dari perilaku yang tidak sepantasnya itu. Ia mengatakan bahwa ia sempat bergabung dengan sebuah kelompok yang tidak mengatasnamakan kaum LGBT, namun orang-orang di dalamnya merupakan golongan LGBT. “Di dalam kelompok itu juga ada beberapa anak UNP,” ujarnya. Selanjutnya, Mawar menyampaikan penyebab ia bisa terlepas dari prilaku LGBT. Ia mengalami musibah berupa kecelakaan yang mengakibatkan salah satu kakinya patah dan kepalanya bocor. Kejadian itu menyadarkannya bahwa teman-teman LGBT-nya tidak memiliki kepedulian terhadap dirinya. “Saat saya sakit tidak ada yang menjengguk dari mereka sama sekali,” ujarnya. Mawar pun menjauhi orang-orang tersebut dan terlepas dari prilaku LGBT. Mawar sempat bercerita bahwa orangtuanya tidak mengetahui bahwa ia memiliki prilaku menyimpang itu sebelumnya. Hanya saja, ia selalu mendapatkan teguran karena perbedaan penampilan dari yang seharusnya. “Orangtua saya hanya sebatas marah karena melihat potongan rambut saya yang semakin pendek,” ujar Mawar. Terkait pelarangan LGBT di UNP, Mawar mengatakan bahwa langkah tersebut sangat bagus untuk dilakukan. Mawar juga mengusulkan bahwa pelaku LGBT ini hendaknya menjalani proses rehabilitasi terlebih dahulu. Lebih lanjut, Mawar menyarankan, sebaiknya universitas menyediakan suatu wadah atau pelayanan untuk membantu para pelaku tersebut, seperti seorang konselor agar dapat memberikan arahan kepadanya. Selain itu, Mawar juga memberikan usulan untuk pihak rektorat, agar setiap calon maba tidak hanya diperkenalkan tentang kampus saja. Namun, juga tentang acara keagamaan yang juga mewajibkan seluruh mahasiswa agar dapat mencegah perilaku menyimpang dan menggiring mereka ke arah yang lebih baik. Reporter: Ariska, Deby, Dwi, Irza, Laila, Nadilla, Oktri, Putri, Sindy


6

LGBT di UNP

Lingkungan Sekitar yang Mempengaruhi

Dr. Herman Nirwana, M.Pd,. Kons. Tidak dipungkiri bahwa fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) telah merebak di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Fenomena ini juga memasuki ranah pendidikan, yakni di lingkungan kampus. Di Universitas Negeri Padang (UNP) isu mengenai LGBT juga hangat-hangatnya untuk diperbincangkan. Kamis (8/2), Ganto menemui Ketua Jurusan Psikologi, Dr. Herman Nirwana, M.Pd,. Kons., di ruangannya di lantai 2 Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Ganto menemui Herman untuk mewawancarainya mengenai pandangannya terhadap LGBT yang ada di kampus dari sudut pandang psikologi. Berikut hasil

wawancara Reporter Ganto, Monalisa dengan Herman. Bagaimana pandangan anda mengenai fenomena LGBT di lingkungan kampus? Menurut saya LGBT merupakan perilaku yang menyimpang. Dikatakan menyimpang karena tidak sesuai dengan fitrahnya. Tuhan menciptakan manusia itu berpasang-pasangan, ada lakilaki dan perempuan. Sekarang ada LGBT, mereka suka sejenis yang disebut lesbi dan gay. Jadi menurut saya, LGBT itu merupakan prilaku yang menyimpang dan perilaku tidak normal. Jika ada mahasiswa yang LGBT berarti mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang menyimpang. Apalagi di UNP menghasilkan calon guru, itu semakin tidak benar lagi jika mahasiswa memiliki perilaku seperti itu. Menurut anda, faktor apa yang menyebabkan seseorang bisa menjadi LGBT? Lingkungan, lingkungan bisa dari pendidikan, dimulai pendidikan dari rumah. Mungkin orangtua kurang kontrol sehingga dibiarkan anaknya seperti itu. Menurut saya LGBT itu bukan dari faktor bawaan, tidak ada itu.

Dari segi agama sangat melarang, seperti yang terjadi pada zaman Nabi Luth. Tuhan saja marah pada orang yang seperti itu. Jadi apakah itu genetika? Tidak. Karena Tuhan tidak akan memberikan gen yang jelek. Ini merupakan faktor pendidikan dan pola asuh. Berarti ada pendidikan yang tidak beres, sehingga terbentuk prilaku LGBT. Bisa jadi karena perhatian orangtua tidak mengontrol anaknya dan juga faktor teman sebaya atau kelompok pertemanannya. Menurut saya LGBT itu hasil dari lingkungan bukan bawaan, jika pun karena gen itu diperkuat oleh lingkungan . Bisa jadi orang tua mengharapkan anak lakilaki sedangkan yang lahir anak perempuannya, sehingga diperlakukan seperti laki-laki. Menurut anda, bagaimana cara menyikapi seseorang dengan perilaku tersebut? Kalau disini (UNP) ada konseling. Seseorang yang menyukai sejenis dipindahkan dengan lawan jenisnya. Jika perempuan menyukai perempuan maka kita harus membuatnya menyenangi laki-laki begitu pun sebaliknya. Itu dilakukan dengan teknik

konseling dengan gambar atau film-film. Apakah prilaku LGBT itu merupakan gangguan kejiwaan ? Tidak. Bisa jadi ini karena identitas diri yang keliru atau ambigu. Mereka normal, hanya prilakunya saja yang menyimpang, tapi kejiawaannya tidak. Kejiwaannya tidak bermasalah, tidak parah betul, mereka tidak gila. Contohnya saja mereka makan yang bagus-bagus. Apakah perilaku LGBT dapat disembuhkan? Bisa. Butuh beberapa bulan tergantung keinginan dan kesadarannya. Sehingga nanti dalam proses terapi itu dia perlu dibimbing terus, teman-temannya harus dikontrol, dan perhatian orangtua. Intinya perbaiki lingkungan (pergaulan) yang tidak benar. Apa upaya yang harus dilakukan oleh universitas dalam menangani masalah ini? Pembimbing Akademik (PA) dulu, tentu dia tau mana mahasiswanya yang terkena LGBT. Kalau dia mampu silahkan dinasehati kalau tidak kirim ke Unit

Pelayanan Bimbingan dan Konseling (UPBK) yang ada di FIP UNP. Dimulai dari PA, kemudian ketua jurusan, ketua jurusan berkoordinasi dengan wakil dekan III, wakil dekan III berkoordiansi dengan pihak kemahasiswaa, kemudian baru ke pihak universitas jika tidak bisa. Apapun permasalahan mahasiswa di kampus, itu dosen PA yang bertanggung jawab. Jika mereka tidak mau bercerita pada PA nya, maka diperlukan perhatian tem a n - tem an n y a . Apa harapan anda terhadap mahasiswa yang memiliki perilaku tersebut? Harapannya supaya mereka berubah. Dari segi masyarakat, budaya Minangkabau apalagi agama itu tidak dibenarkan. Bagaimana cara menanggulanginya? Bagi yang terlanjur, hanya bisa mencari solusi supaya tidak menyebar ataupun tidak menular. Sedangkan untuk mencegahnya, Orang tua mesti menanamkan pada anak-anak terutama remaja untuk peduli pada kesehatan dan pergaulan anaknya. Karena pergaulan adalah faktor utama terjadinya LGBT selain gen dan moral.


7

LGBT, Butuh Solusi Bukan Diskriminasi Berbicara tentang lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT), ibarat berjalan di jalan yang tidak berujung. Semua kalangan seakan tidak ada henti-hentinya menjadikan fenomena ini sebagai topik hangat untuk diperbincangkan. Tak ayal, hal ini pun menuai pro dan kontra, bahkan menimbulkan berbagai sudut pandang dalam menyikapinya. Mulai menyikapi dari segi agama, sampai mengkaitkannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Dari segi agama, semua orang mungkin sudah mengetahui bahwa tidak ada satu agama pun yang membenarkan prilaku LGBT. Bahkan, agama mengutuk manusia yang berprilaku LGBT. Dari segi kesehatan pun mengatakan bahwa pengidap HIV terbanyak adalah dari golongan gay. Lalu, bagaimanakah seharusnya kita menyikapi fenomena sosial ini? Akhir-akhir ini, ranah minang dihebohkan dengan pernyataan Wakil Gubernur Sumatra Barat, Nasrul Abit yang mengatakan bahwa jumlah LGBT terbanyak di Indonesia terdapat di Sumbar, berdasarkan hasil survei sementara yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumbar dan lembaga konseling rekanan. “Diperkirakan angka sementara mencapai puluhan ribu LGBT di Sumbar. Untuk memastikan angkanya berapa, mulai sekarang sampai tiga bulan kita akan survei kembali,� ujar Abit, Senin (8/1). Oleh karena itu, Abit beren-

cana akan mengusulkan pembangunan pusat rehabilitasi khusus LGBT di Sumbar, terlebih jika hasil survei yang dilakukan telah rampung. Hal itu tentu membuat sebagian orang tercengang, di ranah yang terkenal dengan kekentalan adat dan agamanya malah menjadi tempat menjamurnya kaum LGBT. Jauh sebelum Nasrul Abit me n y am p a i k an perny ataan tersebu t, Un iv ersi tas Andalas

DesainGrafis:VennySindyaFitri

juga pernah mensyaratkan kepada calon mahasiswa barunya untuk menandatangani surat bebas LGBT. Namun hal itu dicabut kembali oleh Universitas Andalas dengan alasan untuk men y emp u rn ak an .

Maksimalkan BK untuk Rehabilitasi Saya sendiri tidak setuju dengan LGBT. Saya berpendapat agama yang diakui di Indonesia tidak ada yang membolehkan umatnya LBGT. Sebenarnya LGBT dilarang keras terutama di tanah Minang. Sebaiknya pihak kampus lebih menindaklanjuti hal ini lagi. Jika ternyata ada mahasiswa yang LGBT harus diproses, baik dengan proses rehabilitasi atau tindakan lainnya. UNP sendiri mempunyai pusat konseling yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yang seharusnya dengan itu bisa dimaksimalkan penyembuhan mahasiswa yang terkena LGBT.

Rani Intan Sari Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2016

Terlepas dari pro-kontra pembahasan mengenai LGBT, apa seharusnya yang kita lakukan? Beranjak dari laporan Ganto edisi 202 ini, terlihat bahwa kaum LGBT itu memang ada di sekitar kita. Mungkin saja teman, saudara, atau pun orang terdekat kita yang lainnya. Penentuan sikap yang tepat, merupakan jalan satu-satunya bagi kita untuk memutus mata rantai penyebaran LGBT ini. Semua pihak harus terlibat dengan porsinya masin g-masing. Namun yang terjadi di masyarakat, perlakuan terhadap pelaku LGBT lebih banyak yang menghakimi. Berbagai diskriminasi pun terjadi. Mulai dari dikucilkan dari kehidupan sosial sehingga sulit mencari pekerjaan, bahkan ada yang mendapatkan perlakuan yang sem en a - m en a. Hal itu tentu dapat menyebabkan ketimpangan sosial kepada mereka, karena bersikap menyudutkan dan membuat mereka merasa menjadi manusia yang sangat hina. Rasa tersebut menyebabkan mereka untuk tetap menjadi LGBT dan menularkannya ke banyak orang.

Bersumber dari pemberitaan kompas.com pada 21 Agustu s 2016, menunju kan banyaknya terjadi diskriminasi terhadap kelompok LGBT. Salah seorang pegiat HAM dari sebu ah komu nitas yang bernama Arus Pelangi mengatakan pada tahu n 2016 terjadi 142 kasus penangkapan, penyerangan, diskriminasi, pengu siran, dan ujaran kebencian yang ditujukan kelompok LGBT. Sementara itu, pada 2013 lalu , tercatat 89,3 persen dari seluruh jumlah LGBT yang ada di Indonesia mengalami kekerasan psikis, fisik, dan budaya. Mencegah sejak dini merupakan langkah yang tepat dilaku kan. Bukanlah dengan cara melaku kan diskriminasi terhadap mereka. Orang tua dan lingku ngan kelu arga harus berperan aktif dalam menjaga anggota keluarganya agar tidak terjerumus ke dalam prilaku LGBT ini. Misalnya saja, menjalin hu bu ngan yang terbuka ke pada anak-anaknya dan tidak menghakimi anaknya dalam segala hal, namun memberikan pertimbang-pertimbangan. Kalaupun salah seorang dari kelu arganya merupakan pelaku LGBT, jangan sesekali mendiskriminasinya. Namu n membantunya untuk kembali menemu kan fitrahnya sebagai manu sia yang diciptakan berpasang-pasangan agar bisa melestarikan ketu ru nan. Lingku ngan kampus pun ju ga harus berprilaku yang sama, jangan terkesan mendiskriminasi jika ada mahasis-

Debi Gunawan Pemimpin Usaha SKK Ganto UNP wanya yang berprilaku LGBT. Mu ngkin yang haru s dilakukan adalah menyediakan wadah bagi mahasiswa tersebut u ntuk beru bah. Semisal layanan konseling atau pun badan rehabilitasi kaum LGBT. Jadi, tindakan yang harus dilakukan kepada para penderita LGBT ada di sekitar kita, haruslah tindakan yang tepat. Di satu sisi, kita mengutuk keras prilaku LGBT dan di sisi yang lain kita ju ga haru s membantu kau m LGBT untu k terbebas dari prilaku men yi mp an gn ya. Begitu pun mah asiswa yang merupakan pelaku LGBT, bukalah diri u ntuk teru s beru bah. Jangan berpikiran masalah yang dihadapi merupakan sudah ketetapan tuhan, karena tu han melarang prilaku LGBT tersebut. Ceritakan masalah yang dihadapi kepada orang yang terdekat, jangan dipendam sendiri. Perbaiki amal ibadah dan dekatkan diri kepada sang pencipta.

Kebijakan yang Adil LGBT merupakan penyakit dan di sisi lain merupakan perilaku yang tidak baik. Jika di hukum secara langsung, ada rasa kemanusiaan kita yang menolak, tapi jika dibiarkan ada rasa bermoral kita yang juga menolak. Masih ada keraguankeraguan tentang itu. Mungkin akan ada kebijakan-kebijakan yang dapat diambil. Menurut saya solusi yang tepat adalah rehabilitasi yaitu dengan mengumpulkan semua mahasiswa UNP yang LGBT dalam forum tertutup. Kita tuntut mereka untuk jujur atas dirinya. Seandainya mahasiswa yang LGBT memperjuangkan haknya sebagai LGBT, maka dia harus datang pada forum tersebut. Karena, dengan kehadirannya di forum itu kita bisa berunding. Kita berikan mereka pilihan, yaitu antara ingin keluar dari UNP atau ingin sembuh. Kalau dia mau sembuh dan masih ingin kuliah di UNP maka kita rehabilitasi. Sebaliknya kalau dia tidak ingin sembuh kita keluarkan saja dari UNP. Akan tetapi, tidak semudah itu sebenarnya, mungkin ada langkah-langkah pertama seperti memberikan selebaran, mengadakan seminar, penyuluhan, dan sebagainya. Saya berharap kebijakankebijakan yang akan dikeluarkan nantinya oleh pihak rektorat itu adalah keputusan yang ad il.

Aldova Guswantri Anggota Magang UK Robotika dan Otomasi UNP TM 2016

Rehabilitasi, Jangan Dilepas LGBT memang lagi hangat-hangatnya diperbincangkan akhir-akhir ini. Kalau yang saya lihat memang ada mahasiswa laki-laki yang berlaku agak kewanitaan. Hanya apakah mereka benar-benar mengetahui, menghakimi atau mengkategorikan diri mereka sebagai LGBT saya tidak tahu. Hal ini bisa kita lihat dari gaya, cara berbicara, dan tampilan dari luar mereka. Sejauh ini yang saya lihat belum sampai ekstrim seperti memakai pakaian wanita. Sebaiknya sebagai mahasiswa kita jangan menjudge seseorang yang LGBT dengan mengatakan “Kamu tidak normal.� Lebih baik dinasehati dan dibina supaya mereka tidak terjerumus lebih dalam lagi. Mahasiswa itu masih muda dan pikirannya masih labil, ingin berpenampilan berbeda karena banyaknya tren. Jangan sampai karena itu kita jadi ikut-ikutan. Sebaiknya mereka yang LGBT direhabilitasi terlebih dahulu, dengan bimbingan konseling dan tidak melepas begitu saja. Mungkin memang lama untuk penyembuhannya. Takutnya jika dilepas nanti mereka tambah membangkang atau menjadi-jadi dengan mengatakan bahwa mereka itu benar. Jadi LGBT, sebaiknya direhabilitasi terlebih dahulu. Keadaan mahasiswa memang masih labil, jadi lihatlah pada diri kita dulu, benar-benar dipikirkan lagi bagaimana masa depan kita. Jangan melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan dan jangan membuat keluarga bersedih.

Dini Faisal, M. Ds Dosen Desain Komunikasi Visual UNP


8

Rubrik Konsultasi diasuh oleh Staf Ahli SKK Ganto UNP dan membahas persoalan seputar kesehatan, psikologi, atau agama. Jika Anda memiliki permasalahan atau pertanyaan yang ingin dikonsultasikan, silakan kirimkan ke email redaksiganto@gmail.com atau bisa juga diantarkan langsung ke Sekretariat SKK Ganto UNP Gedung Student Center Lantai 2 UNP

Gangguan Keseimbangan

dengan melampirkan kartu identitas, seperti KTP atau KTM.

Diasuh oleh dr. Pudia M. Indika, M.Kes.

Donor Darah

Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A.

Dewasa ini sangat marak adanya donor darah bahkan donor jantung dan organ penting lainnya, menurut Islam, itu bagaimana? Apakah berhubungan dengan nasab penerima donor khususnya darah, karena mengalir pada si penerima donor. Saya harapkan penjelasannya Pak. Terima kasih sebelumnya. Monalisa Mahasiswa Pend. Bahasa Indonesia TM 2016 Ananda Monalisa. Donor darah adalah fenomena yang terjadi seiring kemajuan dalam bidang kedokteran di zaman sekarang. Hal itu di masa Rasulullah belum pernah ada. Karena itu, untuk menentukan kedudukan hukumnya dalam bidang agama, ia masuk ke dalm lapangan ijtihad. Ijtihad adalah penetapan hukum oleh ulama mujtahid dengan menggunakan segenap kemampuan akal yang didasarkan atas prinsip-prinsip umum Al-Qur’an dan Sunnah. Prinsip-prinsip tersebut misalnya kemaslahatan, tolong-menolong, mencegah kemudaratan dan sebagainya. Karena persoalan tersebut tidak terdapat dalilnya secara eksplisit baik dalm AlQur’an maupun hadis. Donor darah adalah pemberian darah secara sukarela oleh pendonor kepada oarng yang membutuhkannya (penerima donor), sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan dalm ilmu kedokteran. Persyaratan tersebut misalnya adanya kesamaan golongan darah antara si pendonor dan si penerima donor. Disampung itu, berdasarkan pengetahuan dokter, tidak membahayakan bagi pendonor. Tujuan mendonorkan darah itu adalah dalam rangka menolong orang yang dalam keadaan kritis dan membutuhkan bantuan darah demi kemaslahatan orang (pasien) yang ditolong itu. Dengan istilah lain, atas dasar kemanusiaan. Ini sejalan dengan maksud firman Allah yang artinya: “Bertolong tolonganlah kamu atas dasar kebajikan dan ketakwaan, dan janganlah kamu bertolongtolongan untuk berbuat dosa dan pemusuhan”, (S. Al-Maidah: 2). dan sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya: “Allah senantiasa menolong hamba yang memberikan pertolongan kepada saudaranya”, “Tidak boleh membuat kemudaratan dan tidak boleh membiarkan adanya kemudaratan”. Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan nasab adalah hubungan kekerabatan yang disebabkan adanya pertalian darah dalam arti adanya garis keturunan. Misalnya ayah, ibu, anak, saudara kandung dan lain-lain yang menyebabkan haramnya pernikahan dengan mereka. Jadi, donor darah sama sekali tidak akan menimbulkan dampak hukum antara pendonor dan penerima donor. Darah yang kita berikan kepada seseorang tidak akan berakibat terbentuknya hubungan nasab antara kita dengan dirinya walau sebanyak apapun darah yang didonor itu.

Vertigo bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan pada sistem vestibular (telinga dalam) ataupun gangguan pada sistem saraf pusat. Assalammualaikum wr.wb. Pak, saya merasa sering kehilangan keseimbangan secara tibatiba, tapi tanpa rasa pusing. Hanya saja terasa kehilangan keseimbangan seperti akan jatuh jika sedang berdiri. Namun, ini saya rasakan baik ketika duduk, berbaring ataupun berdiri. Seperti ada yang berdengung di telinga kanan saya secara tiba-tiba dan kemudian kehilangan keseimbangan. Apakah itu merupakan sebuah penyakit, Pak? Rohim Irfanatur Mahasisiwa Jurusan Kimia TM 2015 Salam Sehat Kehilangan keseimbangan atau gangguan keseimbangan merupa-

kan keadaan Vertigo adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Latin, vertere, yang berarti memutar. Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi bergerak atau halusinasi gerakan. Vertigo ditemukan dalam bentuk keluhan berupa rasa berputar – putar atau rasa bergerak dari lingkungan sekitar (vertigo sirkuler) namun kadang – kadang ditemukan juga keluhan berupa rasa didorong atau ditarik menjauhi bidang vertikal (vertikal linier). Vertigo bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan pada sistem vestibular (telinga dalam) ataupun gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu, vertigo dapat pula terjadi akibat gangguan pada alat keseimbangan tubuh yang terdiri dari reseptor pada visual (retina), vestibulum (kanalis semisirkularis) di telinga dalam dan proprioseptif (tendon, sendi dan sensibilitas d alam) . Adanya suara berdengung pada telinga (Tinnitus) memungkinkan bahwa gangguan keseimbangan yang dirasakan berasal penyebabnya dari telinga. Tinnitus dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Penyebabnya juga terkadang sulit diketahui dengan pasti. Berikut ini beberapa faktor penyebab yang umumnya melatar belakangi tinnitus dalam usia muda : 1. Kerusakan pada telinga bagian dalam. Ini merupakan penyebab dari sebagian besar tinnitus, 2 . Pajanan suara atau bunyi yang nyaring, contohnya mende-

ngar musik yang terlalu nyaring melalui earphone, pekerja pabrik yang menangani mesin-mesin berat, atau mendengar bunyi ledakan. Pajanan jangka pendek biasanya akan menyebabkan tinnitus yang bisa hilang sendiri. Sementara pajanan jangka panjang berpotensi menimbulkan kerusakan permanen. 3 . Penumpukan kotoran dalam telinga. Ini akan menghalangi pendengaran dan bisa memicu iritasi pada gendang telinga akibat tumbuhnya bakteri. 4 . Infeksi pada telinga bagian tenga h . 5 . Penumpukan cairan dalam telinga bagian tengah Jenis vertigo yang dikeluhkan kemungkinan tergolong pada vertigo vestibular jenis perifer dimana terjadi kelainan pada telinga bagian dalam. Penanganan yang dapat dilakukan antara lain 1. Melakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode brandDaroff. Dengan cara duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari. 2 . Terapi obat – obatan yang diberikan oleh dokter. Semoga bermanfaat

Menjadi Pribadi Introvert

Diasuh oleh Dr. Afdal, M.Pd., Kons. Begini pak, saya mempunyai saudara yang susah sekali diajak ngomong. Saya sering kali bertanya kedia tetapi dia susah kali menjawabnya. Padahal dulu dia tidak seperti itu pendiamnya. saya sungguh tidak mengerti bagaimana kepribadiannya. Di sisi lain kalau dia disuruh untuk mengerjakan sesuatu pasti dia kerjakan dan ia termasuk pekerja keras. Tetapi terkadang kalau dia sudah ngomong , kata-kata yang dikeluarkannya kurang enak didengar. Saking susahnya dia diajak ngomong keharmonisan antara bersaudara pun kurang. Akhirnya saya pun sebagai saudaranya tidak mengetahui masalah apa yang terjadi padanya. Apa yang menyebabkan saudara saya jadi seperti itu? Bagaimana cara mengatasinya agar saudara saya tidak pendiam lagi? Lalu bagaiman cara saya berkomunikasi kepada saudara saya agar dia mau bercerita? Niswasani Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2015

Melalui surat yang ananda kirimkan, saya memahami bahwasanya permasalahan ananda adalah ingin membantu saudara ananda untuk tidak lagi menjadi pribadi yang pendiam sehingga dapat berkomunikasi efektif untuk kehidupan sosial yang lebih baik lagi di masa akan datang. Saya memiliki kesan yang cukup positif terhadap ananda karena memiliki keinginan yang kuat untuk membantu orang lain diterima secara baik di lingkungan sosialnya. Terhadap hal yang ananda konsultasikan, saya memiliki komentar sebagai berikut: (1) ananda perlu membahas lebih banyak (termasuk mungkin lebih dalam) dengan saudara ananda tersebut, hal apa yang membuat dia tidak terlalu mau untuk berbicara lebih banyak dengan orang lain atau cenderung diam. Mungkin diperlukan satu waktu, tempat dan situasi kondisi yang khusus untuk berbicara langsung dengan saudara ananda, berkenaan dengan permasalahan yang di alaminya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwasanya orang yang memiliki kepribadian introvert memang sulit untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan/fikirkan kepada orang lain. Akan tetapi, dengan waktu, tempat dan situasi kondisi khusus yang saya sampaikan, individu yang cenderung memiliki kepribadian tertutup perlahan-lahan dapat kita ubah menjadi individu yang sedikit mau berbagai dengan orang

lain. Ananda tidak disarankan untuk memaksa/berdebat dengan saudara ananda tersebut berkenaan dengan keinginan/tujuan yang ananda harapkan; (2) perlu ananda pahamai bahwasanya sesuatu yang menjadi rahasia bagi pribadi introvert sangat sulit untuk dibicarakan dengan orang lain. Untuk itu, dibutuhkan waktu yang relatif agak lama dan keterampilan 3 M (mendengarkan, memahami dan merespon) dari pribadi ananda sehingga ananda dipahami sebagai orang yang dapat dipercayainya; (3) jika komunikasi langsung tidak dapat dilakukan, ananda bisa melakukan penggalian masalah dengan cara komunikasi menggunakan media seperti surat, diary, massanger dan lainnya. Akan tetapi ananda perlu berhati-hati karena terkadang biasanya bahasa tulisan yang disampaikan oleh ananda/saudara ananda dapat dipahami berbeda/dimungkinkan untuk salah tafsir; (4) jika ananda tidak dapat melakukan dengan baik berbagai keterampilan komunikasi yang saya sampaikan, ananda dapat menyarankan saudara ananda untuk datang kepada Konselor ( di UNP terdapat di Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling/UPBK). Mereka sudah memiliki keterampilan yang memadai melalui berbagai pendekatan untuk membantu individu-individu yang bermasalah (introvert) sehingga menjadi individu yang lebih bahagia lagi.


9

Dying Language, Dying Culture By Herry Sutama A language, a culture. Indonesia as a plural country has many local languages, from Sabang until Merauke that consist of more than seven hundred languages 1, such as Aceh, Minang, Sunda and many more, yet there are only few of them that exist today. Accrording to Ethnologue; Indonesia is the country with the largest number of languages in the world after Papua New Guinea 2.The languages represent the local value of each region - they convey the strength, religion and character of a particular region that make them different from another. The social dynamic in the society makes some Indonesia’s local languages perish and forgotten by the generation due to some factors. Language is a means of communication and characteristics of a nation. It has functioned as a method on how humans interact with each other. Language is the most important way of communication; without language, probably humans will not be able to communicate well. It does not only function for communicating but also, the essence of a language is a character of a nation. As an example, Apa Kabar? Is an Indonesian greeting term that means “How are you?” and Kumusta for Philippines and

other terms of greetings differ from one language to another. Nowadays, every single nation all over the world has their own languages; local and national langu ages. International languages tend to make local and national languages less important. Foreign languages such as English and Japanese, have more powerful influence to replace the local language position in the society because people feel more up-to-date and so present if they speak in foreign language. The trend of international language can be felt in the entire side of our lives, such as in daily products, education curriculum and government rules. It can lead people to no longer care with their local language. Moreover, it can accelerate local languages to encounter their extinction. It is not only because of international language invasion, the socio-cultural movements in society also determine the death of some local languages. The socio-cultural movements include acculturation into new norms and new cultures. They come to Indonesia and as soon as possible adapt easily. They bring their own languages, for example, K-pop culture uses Korean and Harajuku style related to Japan language.

The native speakers of local languages also play essential roles in the language preservation. The ever decreasing number of native speakers of local languages takes place because Indonesians do not want to teach their children their own local languages; they think Muatan Lokal taught to children in school is enough, but it is not sufficient. Language is not only a subject in school to be studied but a practice to go through every day. People getting engaged across ethnic also leave their local languages- for automatically they speak with Indonesian language to have easier communication, and it will impact their offspring. They will not know anything about their parents’ origin lan gu age. In conclusion, as the greatest nation, we have to be proud of our languages by keeping and learning them. Dying language phenomenon is becoming less of attention to people. Local language as part of culture’s wealth ought to keep and learn as well as possible. As the young generation, we have a moral burden to keep the presence of our local language, for when a language become dying, it conveys the culture of the nation will be dying too. –Think Globally, Act Locally.

Diasuh oleh Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd. Pertama sekali saya mengucapkan selamat kepada Herry Sutama karena dia telah berhasil menyelesaikan artikel yang berjudul “Dying Language, Dying Culture” ini. Tentunya, kita berharap bahwa buah pikiran yang dituangkan dalam karangan ini akan menambah pengetahuan pembaca. Sebagai sebuah tulisan yang mengupas masalah bahasa dalam kaitannya dengan budaya artikel Herry Sutama bisa menimbulkan perdebatan terutama bagi mereka yang bergelut di dunia penelitian bahasa dan budaya atau antropologi budaya. Yang akan menjadi pokok persoalan adalah apakah betul terjadi kematian sebagian bahasa lokal di Indonesia atau apakah benar adanya budaya yang masuk ke negeri ini sudah menyingkirkan bahasa lokal? Untuk menjawab pertanyaan itu Herry Sutama harus mengemukakan data empiris yang mampu meyakinkan pembaca. Hal ini harus dilakukan supaya tulisan kita dapat menjadi bahan kajian bagi pengambil keputusan di Negara ini. Secara sepintas kita membaca

Tulisan ini sebenarnya cukup bagus, tetapi kita terkesan seperti membaca buku literatur yang terdapat di perpustakaan. Fakta dan data yang ditampilkan tidak cukup untuk menggiring pemikiran pembaca terhadap kegalauan tersebut. Oleh karena itu, jika tulisan ini diangkat dari data lapangan yang meyakinkan, tentu masalah ini harus menjadi bahan telaahan dan penelitian yang cukup bagus ke depan. Dari sudut pandang bahasa, secara umum bahasa Inggris Herry Sutama sudah cukup bagus. Jika kalimat demi kalimat yang ada dalam tulisan ini betul-betul milik Herry, maka saya menyampaikan salut. Hal ini disebabkan bahasa dalam tulisan tersebut sangat bagus baik dari segi grammatical maupun dari segi kekohesian dan kekoherensian sebuah karangan. Walaupun terdapat beberapa kesalahan tata bahsasa, ide dan kosa kata sebagaimana saya berikan dengan tanda-tanda hitam, garis bawah dan miring, tetapi itu hanyalah kesalahan kecil saja. Oleh karena itu, secara umum saya katakana bahwa Herry Sutama sudah mampu menyumbangkan tulisan yang baik. Yang perlu ke depan adalah bagaimana membuat sebuah tulisan yang memiliki kekuatan dari segi data dan wawasan keilmuannya. Teruslah berkarya dengan menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih bermutu di masa datang.

Kekurangan Bukanlah Hambatan dalam Berprestasi “Mau bagaimanapun situasi dan kondisinya kita harus bisa,” ujar Arif Firman Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, Selasa (27/2). Sederhana namun berkelas, demikianlah moto hidup pemuda yang akrap dipanggil Arif ini. Terlahir memiliki keterbatasan dalam segi penglihatan (Low Visioan) tidak menjadikan anak kedua dari tiga bersaudara ini berkecil hati untuk mengukir prestasi. Terbukti dengan beberapa penghargaan yang ia raih dalam bidang akademik maupun non akademik. Semasa SMA, pemuda yang pernah memelihara kelinci ini acap kali menjadi perwakilan sekolahnya untuk mengikuti olimpiade matematika. Berkat doa dan kerja keras, Arif berhasil membawa nama sekolahnya hingga ke tingkat nasional dan memperoleh juara III OSN Matematika PKLK pada tahun 2015 lalu. Selain berprestasi dalam akademik, Arif juga memiliki talenta besar dalam bidang musik. Ini tampak dari kepiawaiannya memainkan alat musik keyboard. Bahkan dalam kehidupan sehari-harinya, Arif bisa menghabiskan waktu seharian hanya untuk bermain musik. “Kalau ada yang temanin, bisa main sampai 24 jam,” ujarnya sambil tersenyum. Arif menjelaskan kemampuannya

dalam memainkan alat musik keyboard sendiri sudah ia latih sejak kecil. Untuk menguasai alat musik tersebut, Arif hanya belajar sendiri tanpa ada guru yang

mengajarkan. “Belajar musik dari umur 7 tahunan. Otodidak juga,” tambahnya. Pada tahun 2016, Arif pernah menjuarai ajang kompetisi bernyanyi Sumbar Talenta yang diadakan oleh Himpunan Wanita Karya Sumatra Barat (Sumbar). Dalam ajang yang diadakan tiap tahun tersebut Arif berhasil menuai prestasi yaitu, memperoleh peredikat The Best Vocal. Selang waktu dua tahun, pemuda yang juga pandai bermain alat musik drum ini kembali menggali prestasi dibidang musik. Ia menjadi perwakilan Sumbar untuk mengikuti ajang kompetensi Liga Dangdut Indonesia yang diadakan oleh salah satu stasiun tv swasta. Tak tanggung-tanggu Arif yang saat itu menyanyikan lagu Cinta Hitam karya Meggi Z dan

Kembalikan lah Dia karya Fazal Dath berhasil mengumpul kan poin SMS sebanyak 71,37 persen jauh unggul dibandingkan dengan empat kontestan lainnya. Berkat dukungan yang banyak tersebut, membawa Arif menuju pintu kesuksesan dengan menjadi wakil Sumbar ke tahap selanjutnya. Arif juga pernah mengalami kekecewaan sebelum berhasil masuk dalam kompetensi Liga Dangdut Indonesia. Pasalnya pada tahun 2017 Arif pernah mencoba untuk mengikuti kompetisi serupa, yakni Dangdut Akademi 4. Namun dikarenakan adanya ujian kuliah dihari yang bersamaan, Arif memutuskan untuk mengikuti ujian kuliahnya. “Ujiannya memang gak mungkin ditinggalkan dan audisi juga belum tentu keberhasilannya sampai dimana,” jelasnya. Dengan keterbatasan yang ia miliki, tidak menutup kemungkinan ada orang yang merasa tidak senang terhadap pencapaian yang Arif peroleh saat ini. Menyadari kenyataan tersebut, pemuda yang sudah memilih hidup mandiri dan tinggal jauh dari orang tua sejak SMA ini pun mengambil keputusan untuk tidak menghiraukan apa yang dibicarakan orang lain. “Kalau emang ada omongan yang gak bagus, ya dibiarkan ajalah,” ujarnya. Terlepas dari pandangan orang lain terhadapnya, pemuda kelahiran Kasang, 7 Agustus 1996 ini lebih memilih membalas hal tersebut dengan terus berkarya dan melakukan hal yang positif. Putri Radila


10

S

Penunjukan Moeldoko Kunci Hadapi Prabowo?

esuatu yang menarik ketika Presiden negara kita, Joko Widodo melakukan reshuffle kabinet untuk yang ketiga kalinya. Terdapat sesuatu yang menarik ketika Presiden negara kita, Joko Widodo melakukan reshuffle kabinet untuk yang ketiga kalinya. Salah satunya yaitu terselipnya nama ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) yang juga pernah menjabat sebagai Panglima Jendral TNI pada masa pemerintahan SBY yakni (Purn) Jend. Moeldoko. Tentunya bukan sembarang orang, sebab beliau dahulu pernah digadang-gadang menjadi salah satu kandididat Capres 2014 lalu. Selain memiliki elektabilitas yang cukup memadai sebagai seorang tokoh nasional sebelum datangnya sebutan media darling kepada Jokowi yang menggebrak dengan mobil esemka nya. Ditambah pemberlakuan Presidential Trershold atau ambang batas suara dari partai politik untuk mengajukan calon yang akan diusung oleh masing masing partai. Tentu hal tersebut merupakan sebuah alarm bagi masingmasing parpol untuk menoleh kirikanan menggapai kawan (baca;koalisi) sebelum tumbang oleh kerasnya demokrasi saat ini. 20% suara DPR RI ataupun 25% suara sah nasional bukan perkara gampang untuk dicapai. PDIP tidak memberikan jaminan kepada Jokowi untuk kembali dicalonkan, sementara itu Jokowi yang bukan petinggi partai dari PDIP tentu membutuhkan dukungan dari partai politik.Sedangkan, Megawati yang selama ini sering disebut sebagai “penyokong” Jokowi,masih enggan memastikan untuk kembali mendukung mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. Tentu hal tersebut mengakibatkan posisi Jokowi terhimpit. Maka dari itu, sang presiden tentu membutuhkan dukungan partai. Di satu sisi, Nasdem telah

K

urangnya minat baca mahasiswa saat ini, tentu mengakibatkan pola pikir atau pengetahuan yang tertinggal dari negaranegara lain. Membaca merupakan salah satu jembatan seseorang menuju dunia luar, karena dengan membaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Namun faktanya berbeda, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki persentase minat baca yang cukup rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Berdasarkan studi Most Littered Nation In The World 2016 minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Hal itu, menyebabkan tenaga pendidik kesulitan untuk mengarahkan dan memberi materi kepada siswadalam proses balajar mengajar. Fakta hari ini, dapat dilihat sesaat sebelum masuknya proses pembelajaran, yaitu saat tenaga pendidik melontarkan pertanyaan kepada siswa dengan harapan siswa dapat menjawab atau merespon pertanyaan tersebut. Namun, ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan, siswa tidak merespon dan banyak diam, hal tersebut tentu disebabkan siswa yang tidak mengetahui jawaban pertanyaan tersebut.

menyatakan sikap paling awal untuk mendukung Jokowi kembali menduduki RI1, lalu disusul Golkar dan partai-partai lai n . Perlu diingat, pertarungan antara Jokowi vs Prabowo bukan tidak mungkin akan terulang lagi dengan tensi yang tentu semakin panas. Tidak ada lagi KMP (Koalisi Merah Putih) vs KIH (Koalisi Indonesia Hebat) saat ini hanya ada tiga partai yang masih loyal terhadap mantan menantu the smilling great-Soeharto tersebut. Gerindra tentunya ditemani PKS dan PAN memang menjadi koalisi yang dapat dibilang Islam-Nasionalis gaya baru. Meskipun partai yang disebut terakhir merapat ke istana namun sikap penolakan terhadap Perpu Ormas menegaskan bahwa “sang matahari biru putih” masih sulit berpa-

kan para menterinya maupun pejabat setingkat menteri agar tidak rangkap jabatan akhirnya pupus juga. Airlangga Hartato saat ini menjabat Ketua Umum Golkar sekaligus menteri perindustrian telah rangkap jabatan (juga). Moeldokosalah seorang (purn) Jend tentunya memiliki impact di lingkungan militer. Belum lagi adanya Wiranto, belum lagi ditunjuknya Agum Gumelar sebagai Dewan Pertimbangan Presiden. Namun penunjukan Moeldoko yang paling disorot, sebab bisa jadi dia akan diduetkan oleh koalisi pengusung Jokowi untuk memperrtahankan RI1, persis seperti apa yang dikatakan oleh Arief Poyuono selaku Wakil Ketua Umum DPP Gerindra.Sekretaris Fraksi PAN Yandri Susanto bahkan menyebut ditunjuknya Moeldoko menggambarkan bahwa Jokowi membutuhkan dukungan dari kalangan militer. Sebab, dibebastugaskannya Jend. Gatot Nurmantyo sebagai Panglima Jendral TNI berdampak pada elektabilitas Jokowi. Ingat, Gatot telah mendapat tempat di kalangan umat Islam atas dukungannya terhadap Islam dan gerakan terbesar yang pernah ada di Indonesia yakni 212 berkisar 6-7 juta manusia membanjiri monas kala itu. Apalagi Gatot juga sangat anti terhadap PKI, itu terlihat jelas ketika dia mewajibkan para anggotanya menonton film G30S/PKI ling dari kedemeskipun banyak kontroversi di dalamkatan bersama nya dengan enteng Gatot menyebut Gerindra. Pe“emang gue pikirin” dengan bahasa khas mbuktian anak muda sembari mengajak pemudanyata Pilpemudi anak bangsa juga menyaksikada DKI kan. Tak ayal, Tv One dan TVMU pun lustrator:OllaSeptiaPutri menunjukan menayangkan film lawas ini. DesainGrafis:VennySindyaFitri sinyal- sinyal Reshuflle Jokowi citarasa persiapan kerjasama akan Pilpres ini merupakan antisipasi, baik kembali berlanjut setelah mengantar Moeldoko, Agum Gumelar dan Airlangga Anies Baswedan-Sandiago Uno menakHartato serta Idrus Marham merupakan lukan Ahok. ancang-ancang untuk pertempuran Sebenarnya Moeldoko bukan benartahun depan. Sedangkan Prabowo? Sebenar kunci utama dari Jokowi menghamentara isu mahar politik yang dilempar dapi Pilpres siapapun lawannya termasuk oleh mantan ketua umum Persaruan Prabowo. Jokowi yang dulu mengharapSepak bola Seluruh Indonesia, La Nyalla

Vicky Kurniawan Jurusan Sejarah TM 2015 Matalitti dibantah sendiri oleh yang bersangkutan bahwa bukan Prabowo, namun oknum dilingkaran Prabowo yang melakukannya. Gerindra tentunya berada di garda terdepan untuk mencalonkan Prabowo kembali. PKS sepertinya masih akan setia terhadap Gerindra. Sedangkan PAN masih belum dapat dipastikan meskipun banyak yang menganalisis PAN akan kembali menuju kerjasama kembali. Pertarungan jilid II yang akan terjadi tentunya akan menghidupkan pesta demokrasi yang harus disikapi secara dewasa. Sedangkan mereka yang kontra terhadap Prabowo tak akan melepaskan isu seputaran reformasi dan sekaligus mengejek dengan “kalah berkali-kali kok gak kapok-kapok juga” toh, kegagalan bukan berarti menunjukan calon tersebut tak berkualitas. Lihat ke Amerika Serikat sana, Abraham Lincoln juga kalah berkali-kali sebelum menjabat Presiden USA dan ketika ia menjabat, dia membuahkan hasil yang besar menghilangkan perbudakan dan memperjuangan para penduduk berkulit hitam serta menjadi salah satu presiden USA terbaik yang pernah dimiliki negara. Akankah Prabowo menyusul jejak Lincoln atau mungkin Jokowi dan Moeldoko dkk sebagai kunci kemenangan Jokowi berhasil. Tunggu saja tahun depan, semua boleh beropini dan menganalisis namun yang pasti muatan politis dari kebijakan Jokowi akan tetap nampak menjelang tahun 2019 yang akan datang.

Masih “Sulitkah” Membaca Kejadian ini seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua, terkhusus mahasiswa. Sebab, jika hal ini terus terjadi, bukan tidak mungkin generasi berikutnya akan hancur.Salah satu penyebab permasalahan tersebut, dikarenakan pengaruh negatif globalisasi yang sangat pesat. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016 menguraikan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia adalah 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Penelitian tersebut mengungkapkan, bahwa anak-anak sekarang tidak ketinggalan dalam segi informasi. Kemajuan IT dan kemodrenan zaman membuat anak-anak dan remaja yang hidup pada generasi Z kini, menjadi manja dan malas. Selain menginginkan semua kegiatannya dilakukan secara praktis, mereka juga lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game dan menggunakan aplikasi-aplikasi media sosial hanya untuk hiburan yang berkepanjangan. Hal tersebut dapat dilihat dari laporan Tetra Pak Index 2017 yang dilansir dari Detikinet, bahwa ada sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia yang hampir setengahnya adalah penggila media sosial, atau berkisar di angka 40%. Padahal, jika mereka dapat menggunakan internet dengan sebaik mungkin dan

digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat akan menjadikan mereka lebih hebat. Jadi, dalam mengatasi fenomena-fenomena tersebut peran orangtua, guru, ataupun masyarakat sangatlah penting dalam mengarahkan anak-anaknya dalam meningkatkan minat baca guna mencerdaskan generasi bangsa ini. Salah satu cara untuk dapat mendukung anak dalam membaca bagi orangtua ialah memvariasikan buku-buku yang ada di rumah, selain buku-buku pelajaran agaranak dapat semangat dan tidak bosan dalam membaca. Orangtua juga bisa memberikan penghargaan berupa membelikan buku kesukaan mereka setiap prestasi yang mereka dapat. Hal tersebut bisa diterapkan kepada anak-anak sejak dini, untuk mulai membiasakannya membaca. Bagi tenaga pendidik dapat memberikan tugas-tugas dengan mewajibkan mahasiswa membaca beberapa buku, dan memberikan target waktunya. Selain itu, kampus juga bisa mengadakan acara dengan mendatangkan penulis-penulis terkenal yang juga dapat meningkatkan motivasi mereka dalam membaca. Tidak hanya itu, kampus juga harus menyediakan perpustakaan yang tidak hanya lengkap dari segi pembendaharaan buku saja, namun juga nyaman dan aman bagi mahasiswa membaca di dalamnya. Kurangnya minat baca mahasiswa

Oleh Tri Mike Aprila Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia TM 2016 saat ini, tentu mengakibatkan pola pikir atau pengetahuan yang tertinggal dari negara-negara lain. Hal tersebut tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa negara ini bisa kembali dijajah karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman generasinya. Padahal sumber bacaan hari ini, dapat dengan mudah diperoleh, tidak seperti zaman dulu yang belum mengenal ilmu teknologi dan informasi. Oleh karena itu, pengetahuan merupakan salah satu cara untuk mamajukan bangsa dan negara yang lebih dipandang oleh dunia sebagai negara yang berintelektualitas tinggi, dan itu akan diperoleh dengan membaca.


11

M

Brand Image Universitas Negeri Padang

eskipun hanya gurauan, namun secara tidak langsung hal ini menggambarkan image dari berbagai berbagai perguruan tinggi di Kota Padang. “Dima kuliah yuang?” (Dimana kamu kuliah dek?) “Di IKIP, Pak” (Di IKIP, Pak) “Oooo di IKIP........... Dima kampuang?” (Oooo di IKIP....Dimana daserah asal?) Itulah beberapa contoh candaan yang terkenal di lingkungan civitas akademika IKIP Padang dahulu. Saya sendiri kurang tahu kenapa hal tersebut bisa terjadi, apakah setiap mahasiswa dahulu yang menuntut ilmu di IKIP merupakan anakanak dari kampung saja? Biasanya, candaan tersebut diawali terlebih dahulu dengan menanyakan kampus-kampus lain. Misal, salah seorang yang kuliah di Universitas Andalas, maka lanjutannya “santiang tu?”, (“pintar dong?”), jika jawabannya Universitas Bung Hatta, maka lanjutanya “anak urang kayo tu?”, (anak orang kaya dong?”. Meskipun hanya gurauan, namun secara tidak langsung hal ini menggambarkan image dari berbagai berbagai perguruan tinggi di Kota Padang. Berdasarkan ilmu Manajemen Pemasaran yang diajarkan oleh Kevin Keller dan David Aaker, image atau citra merek (brand Image) adalah sesuatu yang menjadi ingatan konsumen ketika disodorkan sebuah merek. Artinya, apa yang terlintas pertama kali ketika disebutkan sebuah merek tertentu, itulah citra dari merek bersangkutan. Jadi, sebagai seorang civitas akademika UNP, yang merupakan kelanjutan dari IKIP, sudah selayaknya kita bertanya-tanya, apakah yang tergambar atau teringat oleh orang lain ketika disebutkan merek “Universitas Negeri Padang”? Beberapa waktu terakhir, ketika saya ditanya tempat saya mengajar, dan saya menjawab UNP, biasanya memberikan respon seperti, “UNP sekarang gedungnya bagus-bagus ya”. Atau “UNP sekarang pembangunannya pesat betul ya”. Mendengar jawaban tersebut, maka dapat

M

disimpulkan bahwa citra yang dimiliki penelitian-penelitian yang berpengaruh, UNP sekarang adalah sebagai kampus serta memiliki mahasiswa dengan reyang sedang membangun. searcher mindset. Sebelumnya, saat UNP masih Institut Tentu untuk mencapai citra tersebut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) tidak cukup dengan konsolidasi dan Padang, citra dari perguruan tinggi ini penguatan-penguatan di internal kampus cukup jelas, yaitu perguruan tinggi yang saja. Berbagai prestasi, peristiwa penting, menghasilkan guru. Hal ini semakin tak serta informasi lainnya hendaknya diseterbantahkan di lapangan bahwa mayobar agar menjadi pembicaraan dimanaritas guru di Sumatera bagian tengah mana. UNP juga harus selalu menjadi adalah lulusan IKIP Padang. Jika orang trending topic. di kampung bertanya dimana anak Di zaman sekarang ini, apapun yang kuliah, jika dijawab IKIP, maka tak dibuat belumlah besar artinya jika tidak perlu ditanya lagi cita-citanya. diberitakan atau disebarkan ke orPasti menjadi guru. ang lain. Maka setiap kegiatan Namun semenjak terjadan prestasi hendaknya jangan dinya re-branding di tahun berhenti sampai sukses penyele1999, dimana IKIP berubah nggaraan saja. Tidak cukup menjadi UNP, tentunya cithanya menggunakan website, ra tersebut lambat laun karena website lebih banyak mulai bergeser. Dimana diakses kalangan interUNP tidak lagi melanal UNP. Memakkukan spesialisasi simalkan penguntuk melahirkan gunaan media para guru, namun sosial dan mesjuga melahirkan senger seperti para sarjana di Youtube, twitbidang non kepenter, facebook, didikan. Selama instagram, w19 tahun UNP berjahatsapp, dan lalan, sudah tidak terin-lain adalah lehitung jumlah lulubih bijak. Serta san yang memiliki didukung dengberbagai macam proan media massa fesi. Mulai dari pegayang penyebaranwai swasta, PNS, bahnya luas di masyakan beberapa lulusan rakat. Untuk itu maka sudah menjadi kepala mulai saat ini tentudaerah dan menteri. nya langkah-langkah lustrator:DwiAgustini Sebagai civitas akamembangun brand imD e s a i n G r a f i s : V e n n y S i n d y a F i t r i demika sebuah kampus age UNP sebagai Researyang besar, tentunya ch University tersebut kita ingin agar citra kita mulai merintis bersayang tercipta adalah citra ma. yang hebat dan sesuai dengan keinginan Langkah awal dalam hal ini, tentunya kita. UNP sendiri juga telah mencamenegaskan nama internasional kita. nangkan diri untuk menjadi “Research Kata kunci dengan versi manapun, baik University”. Artinya, cita-cita besar UNP “State University of Padang” maupun adalah menjadi sebuah Perguruan Tinggi “Padang State University” keduanya dapat yang dikenal secara luas baik di tingkat menampilkan hasil pencarian. Walaupun nasional maupun internasional, terutasudah ada Surat Edaran agar tidak menerma terkenal karena riset-riset civitas nya. jemahkan nama UNP ke dalam bahasa UNP adalah sebuah kampus dimana para inggris, namun pada kenyataannya dosennya merupakan lulusan kampuspenggunaan kedua istilah inggris tersebut kampus terbaik dunia, menghasilkan masih sering digunakan.

Okki Trinanda Miaz Dosen Komunikasi Pemasaran Fakultas Ekonomi UNP Kedua dengan meningkatkan berbagai kegiatan penelitian di berbagai skala. Kegiatan penelitian di perbanyak kuantitasnya dan ditingkatkan kualitasnya. Siapapun boleh meneliti, bukan dosen senior saja. Bahkan, mahasiswa juga didorong untuk melakukan publikasi hingga ke tingkat internasional. Ketiga dengan melakukan kampanye promosi dan iklan di berbagai media. Sebab, tanpa promosi penerimaan mahasiswa pun sebenarnya peminat setiap jurusan/ prodi UNP sudah membludak. Materi promosi yang disampaikan adalah program-program yang telah berhasil dilaksanakan, berbagai kerjasama, berbagai kegiatan, publikasi-publikasi serta prestasi-prestasi lainnya. Dengan begitu, mungkin kita dapat membayangkan suatu saat nanti mahasiswa UNP bukan hanya mahasiswa dari berbagai daerah di Sumatera Barat, namun berasal dari berbagai negara di ASEAN atau bahkan ASIA. Penelitian para dosen kita tidak hanya dikutip oleh mahasiswa saja, namun oleh penelitipeneliti internasional. Nama kampus kita pun terkenal kemana-mana karena prestasinya yang gemilang. Namun, hal tersebut bisa jadi hanya sebatas impian belaka jika tidak berusaha untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, semua civitas akademika UNP harus bisa bersatu untuk mewujudkan hal tersebut, dengan memberikan gebrakan-gebrakan yang dapat membuat UNP lebih baik ke d ep an n ya.

Pergerakan Mahasiswa di Indonesia

enjadi mahasiswa dituntut harus memiliki pola pikir kritis. Kita tidak boleh menerima dengan tangan terbuka segala kebijakan yang ditetapkan. “Mahasiswa termasuk salah satu yang memiliki peran besar dalam suatu negara. Meski terkadang pergerakannya berakhir dengan anarkis, namun kekuatan kaum intelektual ini cukup membuat negeri ini geger setiap tindakanya”. Menyandang status “Maha” siswa memang menuntut kita untuk dapat bertindak lebih dewasa ketimbang masih menyandang status siswa. Dimana kata “Maha” mengantarkan kita dari pribadi labil (terombang-ambing) menjadi dewasa (teguh pendirian). Rutinitas mahasiswa tidak jauh berbeda dari siswa. Kita hanya perlu datang ke kampus, duduk, mendengarkan dosen lalu pulang. Hanya saja, apakah kita mau melakukan rutinitas tersebut selama empat tahun lamanya? Tentu tidak. Menjadi mahasiswa tidak cukup hanya menuntut ilmu, menimba ilmu atau semacamnya. Apakah kalian mau menjadi mahasiswa yang menyandang gelar

kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang), kunang-kunang (kuliah-nongkrongkuliah-nongkrong), atau kura-kura (kuliah-organisasi-kuliah-organisasi). Menjadi mahasiswa kupu-kupu umumnya kutu buku. Datang ke kampus hanya untuk belajar, meraih IP memuaskan kemudian lulus. Mereka tidak menyisihkan waktu mereka untuk hal-hal lain yang mungkin lebih berguna. Apalah gunanya jika Indeks Prestasi yang kita dapat melonjak jika kehidupan sosial kita tidak terpenuhi. Lantas, apakah kita harus menjadi mahasiswa kunang-kunang? Tentu tidak. Kita merantau bukan untuk nongkrong dan berfoya-foya dengan kekayaan orang tua yang dititipkan ke kita. Lalu pilihan terakhir, menjadi mahasiswa kura-kura yang tergila-gila akan organisasi yang mereka ikuti. Tentu hal ini yang paling diantisipasi. Pada fitrahnya, mahasiswa tidak hanya mengasah kemampuan hard skill, tetapi juga soft skill dengan cara mengikuti organisasi kampus yang kita minati. Menjadi mahasiswa dituntut harus memiliki pola pikir kritis. Kita tidak boleh menerima dengan tangan terbuka segala kebijakan yang ditetapkan. Sebab, semua kebijakan yang ada di dalam kampus maupun di luar kampus harus dianalisa dan dipertimbangkan apakah sesuai

dengan kehidupan mahasiswa saat ini. Oleh karena itu dibutuhkan pergerakan mahasiswa dalam menyikapi kebijakan tersebut. Sebagian orang berpandangan bahwa pergerakan mahasiswa identik dengan aksi demontrasi dan turun ke jalan menyuarakan aspirasi mahasiswa. Namun, polemik yang terjadi di kalangan mahasiswa saat ini adalah bagaimana seharusnya mahasiswa-mahasiswa menyampaikan aspirasinya. Kita tahu bahwa ada 3 hal mengenai mahasiswa, yaitu mahasiswa sebagai agen perubahan, penggerak dan pembaharuan. Ada yang berpendapat bahwa mahasiswa yang tidak berpartisipasi tidak digolongkan ke dalam penggerak perubahan. Berbicara tentang pergerakan mahasiswa, pasti pertama kali yang terlintas di benak kita adalah tindakan anarkis. Namun faktanya, Tidak semua pergerakan mahasiswa selalu berujung pada tingkat anarkis dan perusakan. Berita terbaru saat ini mengenai bagaimana pergerakan mahasiswa yaitu Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) yang memberikan kartu kuning kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang pada saat itu menghadiri acara perayaan Dies Natal ke 68 UI. Aksi Ketua BEM UI ini merupakan

Finny Rahma Tania Jurusan Kimia TM 2016

peringatan bahwa Joko Widodo harus mengevaluasi program kerja selama 4 tahun menjabat sebagai Presiden Indonesia. Masalah yang harus segera dibenahi yaitu, penuntasan persoalan gizi buruk di Asmat Papua, Menolak pengangkatan PJ Gubernur dari pihak polri aktif, menolak permendikti tentang Organisasi Mahasiswa yang dianggap membatasi pergerakan siswa. Keterlibatan mahasiswa dalam polemik negeri ini menyadarkan bahwa masih banyak yang harus dibenahi di negeri ini.


12


13


14

Warna-Warni Tanah Ombak Bang Hendri bercerita, tidak mudah baginya dan teman-teman untuk mengubah gang ini menjadi seperti sekarang ini. Tidak semua masyarakat di gang ini menerima gagasan yang pada awalnya dipelopori oleh salah seorang penyiar radio di Padang bernama Andahayani Yoseph. “Ya ada yang mendukung, ada yang biasa-biasa, malahan ada yang gak ingin terlibat,” ujarnya. Oleh Akbar Wahyu Pratama Mentari menyinari Kota Padang sore itu, Minggu (4/2), sinarnya sedikit menyengat punggung tangan saya ketika membawa sepeda motor. Namun, hal itu tidak menyurutkan niat saya untuk mengunjungi gang warna-warni yang terletak di Jalan Purus III, Kota Padang, Sumatra Barat. Untuk menuju ke Jalan Purus III saya melewati Pantai Padang. Sesampainya di depan gang, saya disambut dengan mural pada salah satu tembok rumah warga yang bertuliskan “Tanah Ombak”. Berbekal informasi dari media daring, saya mencari sosok di balik warna-warni gang ini. Syuhendri adalah salah satu pendiri komunitas yang ada di gang warna-warni tersebut. Selang beberapa lama, saya bertanya kepada salah seorang warga yang lewat di mana rumah Syuhendri. “Di ujuang jalan tu ha diak,” ujarnya sambil menunjuk ke arah ujung gang tersebut. Perlahan saya menelusuri gang yang dipenuhi oleh warna cat yang beragam tersebut. Rumah di kiri dan kanan

jalan tidak hanya memiliki satu warna saja, melainkan dihiasi oleh berbagai macam warna yang membentuk suatu pola tertentu dan juga ada beberapa mural. Tidak hanya dinding rumah yang menjadi sasaran warna-warni cat, melainkan sebagian badan jalan juga dihiasi oleh cat. Tibalah saya di rumah yang berada di ujung gang dengan plang bertuliskan “Ruang Kreativitas Anak Tanah Ombak”. Saat masuk ke dalam rumah tersebut, dinding-dindingnya dipenuhi oleh buku-buku yang tersusun rapi diatas rak-rak kayu. Di sebuah ruangan yang beralaskan matras tebal, saya bertemu langsung dengan Bang Hendri, sapaan akrabnya Syuhendri. Pria paruh baya ini sedang bercengkrama bersama beberapa orang sambil menikmati secangkir teh. Bang Hendri bercerita, tidak mudah baginya dan temanteman untuk mengubah gang ini menjadi seperti sekarang. Tidak semua masyarakat di gang ini menerima gagasan yang

pada awalnya dipelopori oleh salah seorang penyiar radio di Padang bernama Andhayani Yoseph. “Ya ada yang mendukung, ada yang biasa-biasa, malahan ada yang gak ingin terlibat,” ujarnya. Setelah seluruh masyarakat dikumpulkan untuk diberi pengertian baik buruknya jika gang ini disulap menjadi penuh warna, akhirnya masyarakat paham dan mengerti . Pengerjaan gang sepanjang 300 meter ini mendapatkan sponsor dari salah satu merek cat dan dimulai pada akhir Desem-

ber 2017, namun akibat terkendala faktor cuaca, pengerjaannya baru rampung pada Januari 2018. Gang warna-warni ini diresmikan langsung oleh Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah, pada 4 Januari lalu. Mahyeldi mengharapkan gang ini dapat menjadi destinasi wisata baru di Kota Padang. Lebih dari itu, dengan konsep gang warnawarni dapat menumbuhkan kepedulian masyarakat akan lingkungan sekitarnya. Gang warna-warni ini sendiri dibuat u ntuk memperku at

keberadaan Ru ang Kreativitas Anak Tanah Ombak. Ruang Kreativitas Anak Tanah Ombak sendiri didirikan pada tahun 2014 oleh Syuhendri dan Yusrizal KW. Tanah Ombak sendiri adalah semacam gerakan literasi yang menyangku t berbagai aspek salah satu nya membangun minat baca dikalangan masyarakat terkhususnya di kalangan remaja dan anakanak. Tidak hanya sebagai tempat membaca, di Tanah Ombak anak-an ak juga belajar mengurai proses kreatif lewat menggambar dan berkesenian t e at e r .

Kisah Si Malin di Pasumpahan “Pasalnya kenapa diberi nama pasumpahan, karena Pulau Pasumpahan merupakan tempat bersumpahnya ibu Si Boko terhadap si Boko.” Oleh Monalisa Pulau Pasumpahan merupakan pulau cantik dengan pasir lembut dan perairan yang jernih. Pulau seluas lima hektar ini terletak di perairan Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang Sumatra Barat. Ditempuh dari Sungai Pisang dengan waktu kurang lebih 25 menit menuju objek wisata ini. Rabu (10/1) pagi, menggunakan dua angkutan kota (angkot) kuning Ganto bergerak menuju Pulau Pasumpahan yang berjarak sekitar 20 km dari pusat Kota Padang. Sesampainya di Sungai Pisang, Ganto naik perahu kayu dan menikmati setiap pesona yang disuguhkan. Deretan jembatan sebagai tempat pelabuhan menuju tepi pantai menyambut kedatangan pengunjung. Welcome Pasumpahan Island, begitu yang tertulis di gerbang masuk menuju taburan pasir putih nan lembut. Begitu sampai di tepi pantai, Ganto dikejutkan dengan banyaknya ubur-ubur yang men ggelik an . Hamparan pasir sepanjang Pantai Pasumpahan dengan deburan ombak menjadi daya tarik utama pulau ini. Perairannya jernih dan memiliki tiga gradasi warna. Bening di pinggir pantai, kehijauan setelahnya dan kebiruan di tengah lautan. Usai memanjakan mata de-

ngan keindahan pantainya, Pulau Pasumpahan juga menyajikan berbagai permainan bagi pengunjung yang datang seperti voli dan takraw. Ada juga beberapa pondok tempat melepas lelah dan bagi pengunjung yang ingin bermalam, tersedia camping ground. Fasilitas di pulau ini semakin sempurna dengan adanya musala. Tak hanya itu, pemandangan dalam lautnya juga sangat mempesona dengan terumbu karang yang masih terjaga. Di kedalaman dua meter terdapat dua sepeda motor yang sengaja ditenggelamkan untuk objek wisata foto bagi pengunjung yang hobi diving dan snorkling. Memancing juga menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan pengunjung, karena adanya tempat nelayan menangkap ikan. Ganto juga berkesempatan bermain didekat pelabuhan kapal, berloncat-loncatan masuk ke dalam air laut. Bagi yang tidak ingin bermain air, pengunjung dapat memilih naik rumah pohon, bermain ayunan atau berfoto dengan bingkai berbentuk simbol hati yang dihiasi rangkaian bunga w arn a- w arn i . Di atas bukit Pasumpahan, pengunjung bisa melihat sunset yang menawarkan ketenangan

dan panorama yang mengagumkan. Untuk naik ke atas bukit, pengunjung harus mendaki bukit setinggi lebih kurang 100 meter dengan memegang tali yang telah disediakan, seperti memanjat tebing. Namun di pendakian yang kedua tidak disediakan tali, hitung-hitung melatih adrenalin. Setibanya di atas bukit pengunjung dapat menikmati keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Tampak pesona pulau-pulau cantik di sekitar Pulau Pasumpahan seperti Pulau

Sikuai, Pulau Sirandah, Pulau Pagang, Pulau Pamutusan dan Pulau Setan. Bukit Pasumpahan cocok sekali bagi pengunjung untuk melepas penat dengan latar pemandangan laut dan pulau -pu lau . Di balik keindahan Pulau Pasumpahan, tersimpan cerita seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Konon, ceritanya tidak jauh berbeda dengan kisah Malin Kundang. Proyek (65), salah satu nelayan mengatakan bahwa pulau Pasumpahan merupakan jelmaan Si Boko, anak

yang durhaka pada ibunya. “Pasalnya kenapa diberi nama Pasumpahan, karena Pulau Pasumpahan merupakan tempat bersumpahnya Ibu Si Boko terhadap Si Boko,” jelasnya, Kamis (11/1). Proyek meyakini bahwa cerita tentang Malin Kundang merupakan cerita si Boko. Lantas pulau yang di depannya merupakan kapal yang telah membatu menjadi bukit yang dinamakan Bukit Si Boko. Artinya nama pulau ini diambil berdasarkan sejarah yang diakui oleh masyarakat setempat.


15

Tradisi Turun Mandi Hingga saat ini, kebiasaan turun mandi masih dilaksanakan di Kabupaten 50 Kota, Payakumbuh, Sumatra Barat. Oleh MHD. Agus Saputra “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Semboyan terebut mempunyai maksud bahwa adat Minangkabau didasarkan pada Al-Quran dan Hadits. Masyarakat Minangkabau dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya leluhur mereka. Berbagai macam tradisi terus terjaga hingga saat ini. Salah satu dari sekian banyak kebiasaan adat yang mesih bertahan adalah kebiasaan turun mandi. Hingga saat ini, kebiasaan turun mandi ini masih dilaksanakan di Kabupaten 50 Kota, Payakumbuh, Sumatra Barat. Salah seorang Bundo Kanduang Suku Caniago, Datuak Patiah, Yusriati, mengatakan bahwa upacara Turun Mandi merupakan upacara yang dilaksanakan untuk mensyukuri nikmat atas bayi yang baru lahir. Selain mensyukuri kelahiran bayi, upacara Turun Mandi ini juga dilaksanakan untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa telah lahir keturunan baru dari sebuah suku atau keluarga tertentu dan bagi si ibu bayi, upacara ini sebagai ajang untuk keluar rumah pertama kali

pasca pemulihan setelah melahirkan. Walaupun upacara ini dilaksanakan untuk menyambut bayi yang baru lahir, dari segi pelaksanaan, upacara Turun Mandi untuk bayi laki-laki dan perempuan sedikit berbeda. Upacara Turun Mandi bayi laki-laki biasanya dilaksanakan pada hitungan hari ganjil dan bayi perempuan pada hitungan hari genap dari kelahirannya. Namun, masyarakat setempat lebih sering melaksanakan upacara Turun Mandi pada hari ke-tujuh, ke-empat belas, dan ke-duapuluh satu setelah kelahiran bayi. Bu Ati, begitu nama panggilan sehari-hari yang dimiliki Bundo Kanduang ini, menjelaskan bahwa dahulunya, upacara ini mempunyai banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Diantaranya, tempat pelaksanaannya harus dilakukan di batang

aie (sungai). Sungai yang dipilih adalah tempat umum di mana banyak orang berkumpul. Kemudian, pihak keluarga penyelenggara harus menyediakan tampang karambia tumbuah (cikal kelapa), tangguak (jala kecil), batiah bareh badulang, sigi kain buruak, palo nasi, batiah bareh badulang yaitu beras yang digoreng, karena biasanya proses turun mandi ini diiringi arak-arakan, batiah nantinya dibagikan kepada anak-anak kecil yang pergi mengikuti upacara turun mandi. Sedangkan, sigi kain buruak (obor yang terbuat dari kain-kain yang

telah robek) akan dibakar dari rumah dan kemudian dibawa ke tempat upacara atau ke sungai tempat si bayi akan dimandikan dan palo nasi (nasi yang terletak paling atas) yang telah dilumuri dengan arang serta darah ayam. Tujuannya untuk mengusir setan, makluk halus yang ingin ikut meramaikan upacara tersebut. Syarat ini disiapkan sebanyak tiga cawan atau bejana. Dua bejana diletakkan dijalan menuju sungai atau tempat mandi yang jaraknya sudah diatur dan disesuai-kan, satu dibawa ke sungai atau tempat mandi di mana upacara berlang-

sung. Setelah seluruh prosesi selesai, bayi dan si ibu bayi akan diarak kembali menuju rumah. Di rumah orang yang terlibat dalam prosesi acara dan orangorang yang mengikuti arakan akan dijamu di rumah si bayi. Jamuan berupa makanan dan minuman yang sudah disediakan sebelumnya oleh keluarga si bayi. Sementara kelapa yang ditangkap si ibu bayi, juga turut dibawa pulang untuk ditanam dan inilah nanti menjadi bekal hidup si anak kelak. Namun sayang, Kata Ati, kebanyakan masyarakat sekarang jarang melengkapi persyaratan yang ada seperti dahulunya. Masyarakat sekarang, untuk melaksanakan upacara Turun Mandi, cendrung memanggil orang sekampung atau orang sekeliling rumah bagi yang ekonominya biasa-biasa saja. Di samping itu, memang masih ada masyarakat yang mempertahankan persyaratan kebiasaan lama ini, tapi kebanyakan disesuaikan kembali dengan sunnah nabi. Seperti hadist Rasullulah SAW bersabda, “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disemblih untuknya pada hari ketujuh, digundulkan rambutnya dan diberi nama.” “Dilihat dari hadist di atas, begitulah kebiasaan masyarakat sekarang dalam Upacara Turun Mandi. Masyarakat lebih mengutamakan tiga hal seperti hadist tersebut,” Jelas Ati.

Menapaki Provinsi Paling Utara Thailand Sebuah pengalaman berharga bagi saya bisa mengikuti program Seateacher Batch 5 ke Thailand. Walaupun banyak masalah yang harus dihadapi di sana, semuanya terbayar dengan ilmu pengetahuan yang saya dapatkan. Oleh Tivani Monic Sandria Untuk pertama kalinya, pada 21 Januari 2018 saya berangkat menuju Negeri Gajah Putih, Thailand. Bersama 13 orang lainnya, saya mengikuti program Sea-Teacher dan Sea-TVET Batch 5 mewakili Universitas Negeri Padang. Program ini diadakan oleh South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO). Program Seateacher adalah pertukaran mahasiswa jurusan kependidikan yang sudah memasuki tahun ketiga atau keempat bangku perkuliahan dan sudah mengambil mata kuliah Microteaching. Syarat utama mengikuti program ini adalah mampu berbahasa Inggris. Dari jurusan Geografi sendiri mengadakan seleksi kemampuan mengajar dalam Bahasa Inggris. Kemudian, pihak jurusan mengirimkan nama calon peserta Sea-Teacher ke Kantor Layanan Internasional (KLI). Perwakilan dari Geografi adalah saya dan Indyana Rachma Cania. Akhirnya, saya sampai di provinsi yang terletak dipaling utara Thailand, Chiang Rai. Ketika . menginjakkan kaki disana, saya disambut dengan suhu dingin Chiang Rai. Pada pagi hari, suhunya bisa mencapai 10°C. Sementara, suhu terti-

nggi hanya berkisar 20°C - 23°C. Saya dijemput oleh pihak kampus penerima yaitu Chiang Rai Rajabhat University (CRRU) kemudian diantarkan ke hotel yang berada di dekat kampus. Di sana saya bertemu dengan 15 orang mahasiswa dari Indonesia dan Filipina yang juga diterima di CRRU. Esok paginya kami menghadiri acara orientasi yang diadakan oleh CRRU. Lalu dua hari berikutnya, saya dijemput oleh Direktur Chiang Rai Provincial Administrative Organization School (CRPAOS), tempat saya akan mengajar nantinya. Di CRPAOS, saya sempat mengalami kesulitan berkomunikasi. Pertama, di CRPAOS hanya beberapa orang yang bisa berbahasa Inggris. Kedua, mereka berbahasa Inggris dengan aksen Thailand. Meski begitu, saya menemukan hal unik di sekolah ini. Mereka menerapkan English Program (EP) untuk tingkat TK dan SD, tetapi tidak bagi SMP dan SMA. Kelas EP diajar langsung oleh native speaker. Oleh karena itu, saya diamanahkan untuk mengajar SD bukan SMA seperti yang saya perkirakan. Minggu pertama di CRPAOS adalah orientasi. Saya mempelajari sistem, metode mengajar,

perangkat pembelajaran, dan penilaian yang diterapkan oleh sekolah. Minggu kedua, saya merancang perangkat pembelajaran dan observasi kelas. Minggu ketiga saya mengikuti red cross activities untuk Mattayom 1-3 (setingkat SMP) selama 1 minggu. Disana para siswa harus membuat kerajinan tangan berupa alas gelas (coaster), bunga, dan gantungan kunci. Tidak hanya siswa, guru pun juga ikut berpartisipasi. Minggu keempat adalah minggu mengajar. Saya dipercaya untuk mengajar di Primary 2/1 yang dihandle oleh Frank Ruse, pria asal Amerika Serikat. Sebelum mengajar saya berdiskusi

dengan Frank mengenai apa saja yang akan saya ajarkan pada mata pelajaran geografi. Satu lagi hal unik disini, mereka menerapkan sistem integrated classroom. Artinya siswa mempelajari banyak mata pelajaran dalam satu hari dengan durasi satu jam untuk satu mata pelajaran. Pengalaman perdana saya mengajar anak SD, ternyata tidak sebu ru k yang saya bayangkan. Mereka sangat menghargai saya dan selalu aktif dalam pembelajaran hingga membuat saya terkesan. Saya ju ga salut dengan kesadaran mereka akan kebersihan lingku ngan dan kepedu lian terha-

dap sesama. Terlepas dari muridnya yang mengesan kan, masyarakat di sini juga sangat ramah dan terbu ka kepada orang asing. Mereka tidak ragu menolong dan mengajarkan saya kata-kata dasar dalam bahasa Thailand Di hari terakhir, saya meninggalkan Chiang Rai dengan berat hati. 17 Februari 2018 saya diantar oleh koordinator CRRU ke bandara. “Satu bulan terlalu singkat, kamu harus mengunjungi kami lagi,” ujarnya. Saya mengangguk dan berharap suatu saat akan kembali lagi ke Chiang Rai, mengejar pengalaman yang lebih banyak la gi .


16

Mengusung tema “Peranan Pendidikan Tinggi Dalam Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila”, Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Kuliah Umum bersama Kepala Unit Kerja Presiden-Pembinaan Idiologi Pancasila, Yudi Latif, MA., Ph.D, di Auditorium UNP, Rabu (28/ 2). Dalam paparannya, Yudi mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara yang besar dan penuh dengan keberagaman budaya. Indonesia merupakan sebuah negeri yang luas dari sabang sampai merauke dan kaya akan keanekaragaman hayati,budaya, agama, manusia dan sebagainya. Keberaga-

man ini tersirat dalam sila-sila yang ada dalam pancasila. Keberagaman agama di Indonesia tersirat dalam sila pertama, keberagaman manusianya tersirat dalam sila kedua dan ketiga, serta pada sila keempat tersirat keberagaman politik Indonesia, sedangkan sila kelima melambangkan Indonesia kaya akan keberagaman sosialnya. Keberagaman ini tidak akan bisa dipersatukan kecuali masyarakat Indonesia meyatukannya pada suatu titik temu. Titik temu ini dapat diserap dari tujuan bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan titik temu, titik tumpu dan titik tuju bersama bangsa Indonesia. Jika

titik temu, titik tumpu dan titik tuju ini tercapai maka kita dapat menemukan kebahagiaan bersama dari bangsa Indoensia. Cara untuk menemukan kebahagiaan yang dituju oleh kita semua, salah satunya adalah dengan cara merealisasaikan visi dan misi bangsa Indonesia itu sendiri. Untuk visi Indonesia dapat kita temui dalam alinea ke-2 pembukaan UUD 1945. “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,

Pada 22 Januari 2018 lalu, sivitas akademika UNP sontak dikejutkan oleh surat edaran yang dikeluarkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAK) Universitas Negeri Padang (BAK) yang bernomor No. 315/ UN35.10/AK/2018 tentang Jadwal, Syarat, tata cara, dan langkah-langkah pendaftaran calon wisudawan UNP periode ke- 110. Pemicu kehebohan tersebut terdapat pada bagian A Persyaratan Umum poin 5, yang mana bunyinya sebagai berikut: calon wisuda ke-110 kecuali S1/D4 TM 2014 dan D3 TM 2015, diwajibkan membayar uang wisuda sebesar Rp. 400.000.-. Menyikapi hal tersebut, sejumlah mahasiswa yang akan mengikuti wisuda periode ke-110, terkhususnya mahasiswa TM 2013 angkat bicara. Nurhayati Mahasiswa TM 2013, misalnya. Ia mempertanyakan untuk apa keguaan uang tersebut, karena menurutnya mahasiswa TM 2013 merupakan mahasiswa yang telah memakai sistem uang kuliah tunggal (UKT). “Kalau untuk atribut wisuda kan jelas, tapi kami membayar juga uang atribut wisuda diluar uang itu, sebenarnya ini uang untuk apa?” ungkapnya, Senin (24/1). Senada dengan Nurhayati,

Laila Kurnia Sari yang juga mahasiswa TM 2013 juga mempertanyakan hal tersebutu. “Untuk apa lagi uang itu. Kami kan sudah membayar UKT,” ujarnya, Senin (24/1). Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud) nomor 55 tahun 2013 tentang biaya kuliah tunggal dan uang kuliah tunggal pada perguruan tinggi negeri di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (yang kini telah pindah ke Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi) pasal 5 yang menyatakan bahwa, “perguruan tinggi negeri tidak boleh memungut uang pangkal dan pungutan lain selain uang kuliah tunggal dari mahasiswa baru program sajana (S1) dan program diploma mulai tahun akademik 20132014. Kejanggalan tersebut tentu membuat sivitas akademika UNP terkhususnya mahasiswa ingin menyuarakan pendapatnya. Hal itu juga dilakukan oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP. Beraudiensi langsung dengan Kepala BAK, Azhari Suwir pun mereka lakukan. Kehebohan tersebut, juga dirasakan langsung oleh Rektor

UNP Prof. Ganefri, P.hD., banyak mahasiswa yang mengirimkan pesan melalui SMS dan Whatsaap kepadanya menanyakan uang wisuda tersebut. Namun ia menegaskan bahwa mahasiswa yang telah membayar UKT, tidak lagi membayar uang wisuda. Kecuali kepentingan yang menyangkut personal, seperti atribut dan lain-lainnya. “Mahasiswa yang masuk, yang sudah membayar UKT tidak membayar uang wisuda,” jelasnya pada acara pertemuan ketua dan pembina ormawa selingkup UNP, Rabu (31/1). Revisi surat edaran pun dilakukan pihak BAK UNP untuk mengakhiri permasalahan ini. Ralat dilakukan dengan nomor surat 499/ UN35.10/AK/2018, yang mana pada surat edaran sebelumnya poin 5 bunyinya sebagai berikut: calon wisuda ke110 kecuali S1/D4 TM 2014 dan D3 TM 2015, diwajibkan membayar uang wisuda sebesar Rp. 400.000.-, diralat menjadi sudah membayar uang wisuda sebesar Rp. 400.000.- (empat ratus ribu rupiah) pada Bank Nagari, kecuali bagi S1/D4 dan D3 fresh tahun masuk 2013, 2014, dan 2015 karena sudah sistem uang kuliah tunggal/ UKT dibebaskan dari pembayaran uang wisuda. Debi

berdaulat, adil dan makmur.” Kelima visi Indonesia inilah yang harus kita wujudkan. Untuk mengemban visi ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyatukan visi masyarakat. Pertama, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi yang dimaksud adalah melindungi manusia Indonesia, wilayah Indonesia, dan ini merupakan pesan moral yang sangat kuat untuk hidup bernegara. Kedua, memajukan kesejahteraan umum. Semua golongan masyarakat harus sejahtera, bukan hanya beberapa golongan. “Untuk memperoleh kesejahteraan umum ini, semua kesenjangan sosial harus diperbaiki,” ujarnya. Ketiga, mencerdaskan kehidupan bangsa. “Tidak ada perlindungan dan kesejahteraan tanpa ada kecerdasan,”ungkap Yudi. Inilah PR-rakyat Indonesia pada massa ini. Apabila kemakmuran dibangun dengan kecerdasan,

maka akan memberikan kesejahteraan untuk hidup bersama. Tak hanya itu, kita juga harus mampu mengemban hak dan kewajiban sebagai warga negara dengan baik. Keempat, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Apabila kita mampu dan berhasil mengemban visi dan misi negara kita, maka kita akan memperoleh kebahagiaan hidup bernegara. Lebih lanjut, Yudi mengatakan bahwa ada cara untuk mengangkat nilai-nilai Pancasila yaitu merevitalisasi pemahaman pancasila. Revitalisasi dapat dilakukan dengan pengajaran pancasila di sekolah, mengantisipasi gejala berkembangnya ekslusifisme. Kita harus mencari solusi dengan mengembangkan inklusi sosial, memahami keberagaman, dan kemajemukan masyarakat di Indonesia. “Inilah beberapa cara kita memahami kesaktian Pancasila,” ungkap Yudi. Sindi

Universitas Negeri Padang (UNP) menerima bantuan beasiswa pendidikan dari beberapa lembaga diantaranya Lembaga Amil Zakat Nasional Bank Syariah Mandiri Regional Sumatera sejumlah Rp 110,4 juta, PT. Pelabuhan Indonesia II(Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) senilaiRp150 juta, Program Bina Lingkungan Perum BULOG senilai Rp150 juta, dan PT Hotel Indonesia Natour sejumlah Rp50 juta. Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D, mengatakan bantuan beasiswa itu akan diberikan kepada mahasiswa pengaju Bidikmisi 2017 yang tidak lulus sebagai penerima Bidikmisi. Namun, sampai saat ini masih ada mahasiswa yang belum mendapatkan bantuan tersebut. Hal ini dikeluhkan oleh mahasiswa pengaju Bidikmisi 2017 yang tidak lulus. Salah satunya, Mahasiswa jurusan Sejarah TM 2017 Seri Hartati Lubis. Ia mengatakan bahwa belum mendapatkan bantuan itu padahal, keadaaan ekonomi keluarganya kurang mampu untuk membayar uang kuliahnya. Senada dengan Seri, Mahasiswa Ilmu Sosial Politik TM 2017 Indah Purnama Sari, menanyakan syarat mahasiswa yang berhak mendapatkan bantuan pengganti Bidikmisi. Pasalnya, ada sejumlah mahasiswa yang sudah mendapatkan bantuan tersebut.”Saya berharap, pihak kampus lebih gencar lagi dalam memberikan informasi tentang bantuan Bidikmisi,” harapnya, Kamis (8/2). Berbeda halnya dengan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam TM 2017, Desi Purnama Sari. Ia mengungkapkan bahwa telah mendapatkan bantuan tersebut dan bersyukur bisa mendapatkannya. “Semoga ke depannya lebih giat belajarnya karena mendapatkan beasiswa ini harus bagus juga nilainya,” harapnya,

Senin (5/2). Menanggapi hal tersebut, Kassubag Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa dan Alumni UNP, Arnaini, S. Pd., menjelaskan bahwa adanya bantuan tersebut merupakan salah satu peluang bagi pengaju Bidikmisi yang tidak lulus untuk mendapatkan beasiswa. Mahasiswa yang mendapatkan peluang adalah mahasiswa yang menempati posisi ranking teratas berdasarkan hasil wawancara seleksi penerimaan Bidikmisi. Dengan kuota penerima Bidikmisi sejumlah 1160 orang sedangkan pengaju Bidikmisi mencapai 3000 orang, maka mahasiswa yang berada dibawah ranking 1160 tersebut menjadi daftar tunggu. “Jadi diprioritaskan dulu yang menempati ranking teratas untuk mendapatkan bantuan tersebut karena dana yang didapatkan juga terbatas,” jelasnya, Rabu (28/2). Lebih lanjut, Arnaini menjelaskan bahwa sistemnya digilir. Bila mahasiswa prioritas pertama sudah mendapatkan beasiswa maka, bantuan lainnya akan diberikan untuk mahasiswa berikutnya. “Mahasiswa yang belum dapat akan diberi, kalau ada bantuan juga,” ujarnya. Selain itu, mereka juga berkesempatan menjadi pengganti mahasiswa penerima Bidikmisi. Hal ini dapat terjadi jika mahasiswa penerima Bidikmisi dikeluarkan karena tidak memenuhi syarat. Arnaini juga menegaskan bahwa bantuan beasiswa tersebut, tidak sama dengan status beasiswa Bidikmisi. Kepala Biro Akademik dan Administrasi Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, SE., mengungkapkan bahwa selain memberikan bantuan kepada pengaju Bidikmisi yang tidak lulus, UNP juga telah menaruh perhatian dengan memberikan UKT yang murah yaitu sebesar Rp 1 juta. Niswa


17

Komisi I Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Universitas Negeri Padang (UNP) mewadahi pengajuan penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa TM 2016-2017. Pengajuan ini dimulai pada 16-19 Februari 2018. Syarat utama pengajuan penurunan UKT tersebut adalah dengan mengisi formulir penurunan UKT. Salah satu mahasiswa yang

mengajukan penurunan UKT itu ialah Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling TM 2017, Mona Risa. Mona mengatakan bahwa UKT yang ia bayarkan cukup mahal. “UKT saya empat juta, semoga nantinya bisa diturunkan,” harapnya, Jumat (16/2). Senada dengan Mona, Mahasiswa Jurusan Matematika TM 2016, Annisa juga mengungkapkan hal yang serupa. Dengan

UKT sekarang, Annisa merasa sangat membebani orang tuanya. “Ayah saya seorang kuli dan ibu saya berkerja sebagai penjahit,” ungkapnya, Jumat ( 16/2 ) . Kepala Komisi I MPM UNP, Iqbal Pandawa, mengatakan bahwa kegiatan penurunan UKT mahasiswa TM 2016-2017 ini merupakan salah satu cara penyampaian aspirasi mahasiswa

Universitas Negeri Padang (UNP) resmi menambahkan satu mata kuliah wajib untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) pada tahun 2017 lalu. Mata kuliah itu adalah pendidikan inklusif yang merupakan sistem layanan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Mata kuliah ini menyatu dalam layanan pendidikan regular. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Dr. Marlina, S.Pd, M.Si., mengungkapkan mata kuliah pendidikan inklusif ini bertujuan untuk membekali mahasiswa sebagai calon pendidik untuk mengajar penyandang disabilitas. Saat ini, Sumatra Barat telah menjadi provinsi inklusif yang artinya setiap penyandang disabilitas berhak mendapatkan layanan pendidikan di sekolah luar biasa maupun di sekolah reguler. Guru yang mengajar di sekolah regular harus pula memahami ilmu tentang pendidikan inklusif. Lebih lanjut Marlina menje-

laskan mata kuliah ini untuk mahasiswa Tahun Masuk (TM) 2017 hingga mahasiswa baru selanjutnya di FIP. Pada semester genap dibuka untuk jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Administrasi Pendidikan, dan Pendidikan Luar Sekolah. Sedangkan pada semester ganjil tersedia untuk jurusan PGSD cabang Bukittingi, Teknologi Pendidikan, Bimbingan dan Konseling, dan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. ”Sekarang ada 21 orang dosen dari jurusan PLB yang mengajar mata kuliah ini,” ungkapnya, Selasa (6/2). Marlina juga mengatakan, sekarang mata kuliah ini sedang dalam proses menjadi Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) bagi mahasiswa program studi kependidikan.. Hal itu dibenarkan oleh Dekan FIP Dr. Alwen Bentri, M.Pd mata kuliah tersebut telah diusulkan menjadi mata kuliah wajib tingkat universitas. “Na-

mun, saat ini masih dalam pertimbangan,” ujarnya. Meski begitu, Alwen berharap mata kuliah ini dapat menjadi mata kuliah MKDK. Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan TM 2017, Helingga Ulfhal Rima mengaku belum mengetahui informasi adanya mata kuliah baru ini. Ia mengalasankan Kartu Rencana Studi mahasiswa TM 2017 masih dipaketkan dan untuk jurusannya sendiri belum medapat jatah mata kuliah pendidikan inklusif ini di semester sekarang. Berbeda dengan Helingga, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah TM 2017, Bismi Nur Vallah mengatakan sudah mengambil mata kuliah ini di semester sekarang. “Sekarang sudah masuk minggu kedua belajar pendidikan inklusif”, ujarnya, Selasa (13/2). Menurut Bismi, mata kuliah ini sangat bagus karena dapat menambah wawasannya tentang anak berkebutuhan khusus. Oktri

Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) meresmikan Pusat Kajian Kewirausahaan Mahasiswa (PKK-M) pada acara Seminar Kewirausahaan di Fakultas Teknik UNP, Kamis (14/ 12/2017). Meski demikian, PKKM sendiri masih menunggu izin resmi dari pihak FBS. Hal ini dikarenakan pihak fakultas tidak mengizinkan adanya Unti Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berdiri di FBS kecuali berada di bawah naungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakutas tersebut. Ketua PKK-M, Syahrul Ham-

dani mengatakan bahwa larangan pendirian UKM di FBS merupakan kebijakan regional suatu fakultas. Jika berkiblat di fakultas lain, seperti Fakultas Ilmu Sosial memiliki kurang lebih 16 UKM yang telah legal dan berdiri di luar BEM fakultasnya. “Kenapa tidak dengan FBS,” ungkapnya, Kamis (8/2). Syahrul berharap pihak fakultas memberikan peluang untuk PKK-M menjadi UKM di FBS dan sejajar dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) maupun BEM. “Akan sangat rugi jika seandainya yang diandalkan hanya ormawa tingkat HMJ dan

BEM,” harapnya. Sementara itu, Pembina PKK-M, Dini Faisal, M.Ds., mengatakan bahwa PKK-M masih mencari jalan agar dilegalkan di fakultas maupun universitas. Terlepas dari hal tersebut, Dini tidak keberatan PKK-M berada di bawah BEM jika dapat berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan lebih. “Jika memang seperti itu aturan yang harus diikuti. Kami akan melihat keuntungan berada di bawah BEM fakultas,” ujarnya. Menanggapi hal tersebut, Wakil Dekan III FBS, Drs. Esy Maestro, M.Sn., mengatakan bahwa

terkait tingginya UKT yang diterima. “Sangat miris sekali, kita menemukan fakta di lapangan bahwa banyak adik-adik yang putus kuliah karena tidak sangup membayar UKT,” ujarnya, Selasa (20/2). Iqbal menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengajukan surat permohonan harus memenuhi syarat tertentu yang telah di tetapkan oleh MPM. Bagi mahasiswa yang orang tuanya nonPNS harus berpenghasilan lima ratus ribu sampai dua juta, penerima bantuan sosial pemerintah, orang tua di PHK atau bangkrut di tahun ini, UKT minimal dua juta, dan diutamakan yatim atau piatu. Sedangkan, untuk mahasiswa yang orang tuanya PNS haruslah memiliki tanggungan UKT lebih dari satu orang. “Semoga tidak ada lagi terdengar ada mahasiswa yang berhenti kuliah karena UKT yang terlalu besar,” harapnya. Pengajuan penurunan UKT ini melalui beberapa tahap, seperti pengisian formulir, wawancara dan penyeleksian oleh

rektor. Pengisian formulir dilaksanakan pada 16-19 Februari 2018. Seleksi wawancara di mulai pada 5-10 Maret 2018. Pada sesi ini, mahasiswa akan ditetapkan apakah memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan oleh MPM. Kemudian, pada 12-17 Maret 2018 akan dilaksanakan tahap wawancara. Pada tahap akhir, mahasiswa yang telah lolos akan dipilih kembali oleh rektor untuk penurunan UKT yang bersangkutan. Menanggapi penurunan UKT tersebut, Rektor UNP, Prof. Ganefri, M.Pd., Ph.D., mengatakan bahwa peluang penurunan UKT akan diberikan kepada mahasiswa yang memenuhi persyaratan. Selain mengajukan surat pemohonan, akan dilakukan kajian yang menyatakan bahwa ia layak atau tidak menerima penurunan UKT tersebut. “Misal, orang tuanya meninggal. Namun, tidak semudah itu. Kita kaji dulu lebih dalam apakah mahasiswa tersebut berhak atau tidak,” ujarnya, Selasa (20/2). Maida

Sistem Informasi Beasiswa (SIB) merupakan sebuah aplikasi untuk melakukan manajemen pendaftaran dan pengurusan beasiswa yang ada di Universitas Negeri Padang (UNP). Sejak 2015 UNP telah meluncurkan SIB dengan prinsip kebersamaan, keadilan dan pemerataan. Akan tetapi, sampai saat ini sejumlah mahasiswa masih belum memanfaatkan keberadaan SIB sebagai sistem informasi beasiswa. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2014, Kurniawan mengaku bahwa selama ini dia tidak pernah membuka laman SIB. “Karna saya tidak tahu apa itu SIB,” ungkapya, Sabtu (10/2). Pasalnya, informasi beasiswa selalu ia dapatkan melalui teman-temannya saja. Berbeda dengan Kurniawan, Mahasiswa Teknik Elektro TM 2014 Denal Nadi mengatakan pernah membuka laman SIB untuk mencari tahu informasi beasiswa. Namun ia menyayangkan kurangnya informasi yang ditampilkan di SIB. Denal berharap pengelolaan laman SIB kedepannya lebih dikembangkan. “Sebagai sistem informasi, seharusnya disediakan informasi lengkap,” ujarnya, Sabtu (10/2). Menanggapi hal tersebut, Kasubag Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa dan Alumni UNP, Arnaini, S.Pd., mengatakan beasiswa yang diinformasikan ke dalam SIB adalah beasiswa yang dibuka untuk seluruh fakultas di UNP. “Kalau beasiswanya hanya untuk fakultas tertentu, itu biasanya diinformasikan langsu-

ng di fakultas yang bersangkutan,” jelasnya, Rabu (28/2). Ia menambahkan, terkait sosialisasi SIB telah dilakukan pada saat pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru. Kepala Biro Akademik dan Administrasi Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, SE., mengungkapkan bahwa tujuan SIB adalah untuk memudahkan mahasiswa mencari informasi beasiswa secara luas dan menghindari agar tidak terjadinya double dalam penerimaan beasiswa. Dengan sistem ini, jika mahasiswa berulang kali mendapatkan beasiswa di tahun yang sama, maka SIB dapat menjaring hal tersebut. “Misalnya anda sudah mendapatkan beasiswa kemudian mendaftar lagi, maka akan muncul tanda merah karena di sini sifatnya berbagi,” ungkapnya, Rabu (28/ 2). Azhari menambahkan bahwa itu hanya berlaku untuk satu tahun saja. Jika tahun ini sudah dapat, tahun besok diizinkan berkompetisi kembali untuk mendapatkan beasiswa. Dalam pengeloaannya, Azhari menjelaskan SIB memberikan kesempatan mahasiswa mendaftar online untuk mengisi format permintaan beasiswa. Setelah diisi online akan diverifikasi ulang oleh Wakil Dekan (WD) III dan dilakukan penyeleksian di fakultas masing masing. Selanjutnya dari rekomendasi WD III, nama yang lolos akan masuk ke bagian kemahasiswaan. “Dan tidak ada lagi seleksi, karena yang menyeleksi adalah fakultas,” ujarnya. Hamid

PKK-M bukan ormawa yang berada di FBS. Pasalnya, PKK-M belum memiliki Surat Keputusan (SK) yang jelas. Hal itu dikarenakan PKK-M tidak berada di bawah naungan BEM FBS. Menurut Esy, kegiatan organisasi itu harus dipayungi dengan kejelasan dan yang terpenting memiliki label atau otoritas sendiri.

Jika bergerak di bidang kewirausahaan, Kata Esy, PKK-M bisa tetap berdiri di bawah naungan UK kewirausahaan universitas, seperti Koperasi Mahasiswa, UK Pengembangan Karir dan Kewirausahaan, serta Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. “Saya berharap organisasi itu harus ikut aturan fakultas yang ada,” harapnya. Yolanda


18 FIS UNP

Plafon Gedung Terpadu B FIS Runtuh

Plafon Gedung Perkuliahan Terpadu B Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang (UNP) runtuh akibat hujan lebat pada Rabu malam (14/2). Kerusakan disebabkan oleh genangan air pada plafon dari bocoran atap gedung. Berdasarkan pemantauan reporter Ganto, kondisi langit-langit yang runtuh menyebabkan patahnya beberapa rangka plafon dan terputusnya instalasi listrik pada langitlan git. Dekan FIS UNP, Prof. Dr. Syafri Anwar, M.Pd., mengatakan bahwa ia telah menerima laporan te-

ntang kerusakan tersebut. Syafri menjelaskan bahwa kerusakan ini bukan pertama kali dialami gedung baru ini. “Saya telah menerima laporan tentang kerusakan ini kira-kira sebanyak tiga kali,” jelasnya, Kamis (15/2). Syafri mengatakan bahwa ia telah melaporkan hal ini kebagian perlengkapan UNP. Perbaikan yang dilakukan seharusnya tidak hanya pada plafon, namun juga atap gedung. Mahasiswa FIS, Achmad Edwin Sutiawan, menjelaskan malam itu ia sedang beraktifitas di gedung Lektor Kepala Jurusan Sejarah

UKKes

yang berada di lantai 2 gedung terpadu B dan mendengar bunyi seperti gemuruh. “Saat itu saya langsung

turun mengecek apa yang terjadi sampai ke lantai bawah,” jelasnya, Kamis (15/2). Hamid

Sebanyak 15 Anggota Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) Universitas Negeri Padang (UNP) akan mengikuti Festival Tari Mahasiswa Nasional (Variasi) 4 di Universitas Jember, Jawa Timur, Senin-Minggu (26/ 2-4/3). Pimpinan Produksi, Khairani Wirsa, mengatakan melalui acara ini anggota UKKes akan mendapatkan keuntungan. Mulai dari mendapat kenalan baru, ilmu, pengalaman, dapat bertukar fikiran dengan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. “Dengan ikut lomba ini, bakat kami akan berkemUKK

bang lebih lagi,” ujarnya. Tidak hanya perlombaan tari saja, kata Rani, masing-masing kontingen akan menampilkan pertunjukan budaya lokalnya. “Nanti ada parade dan pertunjukan budaya dari masing-masing kontingen,” k atan ya. Rani berharap tahun ini UKKes dapat meraih kemenangan pada kategori-kategori yang ada. “Karena sistem penilaiannya berdasarkan kategori, seperti kategori penari terbaik, pemusik terbaik, dan lainnya, kami berharap UKKes dapat membawa kemenangan,” harapnya. Agustini

Bidang Kemuslimahan Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) Universitas Negeri Padang (UNP) adakan Kajian Cantik Muslimah Teladan (Kacamata) di Teater Tertutup Mursal Esten Fakultas Bahasa dan Seni UNP, Jumat (23/02). Acara yang dilakukan menjelang zuhur ini menghadirkan Nurul Adha selaku terapis Spiritual Emotional Freedom Techniquesebagai pemateri. Ketua Bidang Kemuslimahan, Fiki Novita mengatakan bahwa Kacamata merupakan agenda kaum perempuan untuk mengisi waktu luang men-

jelang shalat zuhur. Agenda yang biasanya dilakukan setiap hari Jumat ini hadir dengan kegiatan yang berbeda-beda tiap pertemuannya, seperti diskusi terkait kemuslimahan, informasi kesehatan, belajar merajut, dan membuat bros. “Untuk kegiatannya dilakukan tiap hari Jumat di masingmasing fakultas. Kalau untuk agenda gabungan rencananya satu kali sebulan,” jelasnya. Lebih lanjut, Fiki mengatakan, kegiatan ini untuk seluruh mahasiswi UNP tanpa terkecuali. Putri

Rumah Bagi Mahasiswa Jabodetabek Himpunan Mahasiswa Jabodetabek (HIMAJA) adalah rumah, rumah itu ialah HIMAJA. Begitulah slogan HIMAJA Universitas Negeri Padang (UNP). Himpunan yang berdiri sejak 9 Desember 2015 ini,

Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh HIMAJA yaitu Bakti Sosial (Baksos), Temu ramah, dan lainnya. “Kita turun untuk menggalang dana di jalan untuk membantu mereka yang terkena musibah,” kata-

Kacamata Bersama Terapis SEFT

FT

Mahasiswa Teknik Pertambangan Raih Juara II

Tim Abizard Rangers Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan Faku ltas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) me-raih juara II pada Indonesia Students Mining Competition (ISMC) XIWord Edition yang diselenggara-kan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Sabtu-Minggu (3-11/ 2). UNP berhasil meraih juara II pada cabang kompetisi Bench Blasting. Bench Blasting merupakan pertandingan yang menguji kemampuan maha-

siswa untuk mendesain pola pengeboran dan peledakan sesuai dengan permasalahan yang diberikan oleh expert. Salah satu anggota Tim Abizard Rangers, Iswardi Hidayat, mengatakan Bench Blasting me-rupakan pertandingan de-ngan kesulitan lebih dari kompetisi lainnya. “Kegia-tan ini sangat berbahaya,” ujarnya, Jumat (16/2). Delapan anggota Tim Abizard Rangers adalah Feby, Josep, Iswardi, Syarif , Denny, Ricky, Tiansi , dan M Billy. Mona

Majukan Pendidikan Vokasi di UNP Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Prof. H. Mohamad Nasir, Ph. D, Ak meresmikan Gedung Laboratorium Fakultas Bahasa dan Seni serta Gedung Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Auditorium UNP, Jumat (9/ 20). Nasir meminta UNP lebih giat lagi untuk memajukan pendidikan vokasi. Terutama dalam bidang culinary. “Karena permintaan dunia sangat tinggi dalam bidang ini,” katanya. Ia menjelaskan di Singapura, perusahaan

Indonesia akan berinvestasi untuk masakan Padang. Namun mengalami kendala dengan sertifikasi chef-nya, karena tidak bisa berdiri jika tidak punya sertifikat terhadap chef-nya. Nasir mengatakan di dunia ada enam ratus lebih masakan Thailand yang dikenal, Jepang lebih besar lagi. Sementara Indonesia hanya ada dua yang dikenal, yakni nasi goreng dan sate. Ternyata masakan Padang juga sangat digemari di dunia “Bisa nanti ada program studi Minang culinary di UNP, itu bisa nanti di standarisasi internasional,” ujarnya. Irza

FBS UNP

HIPMI PT UNP

Anggota UKKes Ikuti Variasi 4 Jember

Kemenristekdikti

Dosen FBS UNP Luncurkan Buku

“Bahasa Indonesia itu bagaikan air kehidupan. Orang-orang menganggap Bahasa Indonesia mudah saja. Padahal Bahasa Indonesia masih dipelajari mulai SD hingga kuliah” ungkap dosen Prodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Andalas, Dr. Oktavianus, M.Hum., pada Peluncuran dan Bedah Buku Bahasa Indonesia karya Prof. Dr. Ermanto, M.Hum dan Dra. Emidar, M.Pd., di Teater Mursal Esten Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang (UNP), Jumat (9/2). Oktavianus mengungkapkan sub judul buku ini tentang Pengembangan BEM UNP

Kepribadian Perguruan Tinggi. Di dalam Bahasa Indonesia akan mempelajari bentuk, fungsi, makna, ideologi, nilai, dan makna bahasa. Hal-hal itu dibahas dalam buku Bahasa Indonesia ini. Buku ini terdiri atas 9 bab dan setiap bagian sub judul berisi pendalamam materi. Bab pertama berjudul Sejarah Pertumbuhan, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia. Bab 2 adalah Bahasa Indonesia Baku, Tantangan, serta Pengemba-ngannya. Lalu Bab 3 berjudul Ejaan Bahasa Indonesia, Sejarah dan Penerapan Kaidah-nya. Niswa

Surat Cinta BEM UNP untuk Jokowi sebelumnya bernama Batavia yang mengumpulkan seluruh mahasiswa Jabodetabek yang berada di seluruh universitas seKota Padang. Ketua umum HIMAJA, Dori Taufik, mengatakan bahwa tujuan didirikan HIMAJA untuk saling membantu sesama mahasiswa perantau dari Jabodetabek. “Contohnya anak Jabodetabek yang baru kuliah di UNP kebingunggan mencari tempat tinggal nanti kita bantu,” katanya, Minggu (4/2).

nya. Bagi Dori, HIMAJA bukan hanya tempat berkumpul, tetapi juga tempat mengadu. “Kita inginnya mereka itu tau sebenarnya HIMAJA itu adalah keluarga mereka yang hilang,” ujarnya. Dori pun mengharapkan bahwasannya HIMAJA dapat seperti Batavia yang dulu, yang mendapatkan legalitas dari kampus. “Semoga HIMAJA ini bisa dilegalkan di UNP, kita juga berharap punya tempat di UNP,” harapnya. Irza

HMJ Kimia

kebijakan yang dikeluarkan lebih valid. Menolak keras tindak kekerasan terhadap ulama. Menuntut lembaga yang berwajib mengusut tuntas kasus penganiayaan dan pembunuhan terhadap ulama. Menuntut pemerintah untuk mengambil tindakan tegas. Merevisi UU migas mengenai penyetaraan BUMN dan swasta serta mengambil alih pengelolaan migas nasional yang masih produktif. Meminta realisasi janji kampanye Jokowi-JK mengenai kedaulatan energi. Debi

BEM UNP

Reuni Jurusan Kimia TM 1984 Mengusu ng tema “Katakan Aku Rindu”, Alumni Jurusan Kimia TM 1984 Fakultas Matematika dan Ilmu Pen getahu an Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan acara Reuni di Gedu ng Hamka Lembaga Penjamin Mu tu Pendidikan Su matra Barat, Sabtu (17/2). Ketu a Pelaksana, Drs. Epinug M.Pd., mengatakan bahwa peran alumni sangat penting dalam membantu kemaju an juru san dan u niversitas. Ku alitas alumni sangat berpengaruh dalam me-

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP) memberikan “Surat Cinta” kepada Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo melalui Mentri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Prof. H. Mohamad Nasir, Jumat (9/2). Isi tuntutan sebagai berikut, menuntut koordinasi yang baik antar instansi atau lembaga pemerintah sehingga tidak merugikan rakyat. Melakukan pemutakhiran data di bidang pertanian agar

nyu kseskan ke depannya. “Mah asiswa, Dosen, dan Alulmni adalah sivitas akademika yan g sangat berperan dalam memajukan universitas dan jurusan,” ujarnya. Senada dengan Epinu g, Ketu a Ju rusan Kimia, Mawardi mengatakan keberhasilan jurusan salah satunya dibu ktikan dengan keberh asilan alu mn i. Untuk itu, komunikasi dengan alumni harus tetap dijaga. Pendidikan yang diberikan akan terbu kti baik jika menciptakan alumni yang baik. Agustini

WR III UNP, Lantik BEM UNP Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP) resmi dilantik di Ruang Senat Rektorat lama UNP, Kamis (15/2). Dalam sambutannya, Ardipal mengatakan berorganisasi adalah ajang untu k mencari pengalaman dan latihan membentuk karakter. Ia menghimbau agar mahasiswa aktif ber-organisasi. Berorganisasi dapat melatih dan mengembangkan softskill, serta bisa didapatkan dengan aktif ber-

organisasi. “Dalam berorganisasi kita harus cerdas dalam menyampaikan aspirasi salah satunya dengan cara yang benar dan berhati-hati dalam berbicara mau pun dalam bertin dak,” ujarnya. L eb i h l an j u t, i a m e n ga t a k a n b a h w a m a h a s i s w a j u ga h ar u s b e rp re s ta s i . P r es i d e n M ah a s i s w a 2 0 17 / 2 0 1 8 , T an z i l a l W a n d a R i zk i me nyampaikan bah wa kabinet BEM periode ini d i n a m a k a n K ab i n et A k s i H a rm o n i . Ve n n y


19

Esensi Pemilu di Mata Mahasiswa Pemilu merupakan salah satu upaya dalam mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melaksanakan aktivitas retorika, hubungan politik, komunikasi massa, lobi dan aktivitas lainnya. Pemilu pertama di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955 hingga sekarang. Pemilu telah dilakukan sebanyak 11 kali yakni pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 2004, 2009, dan 2014. Pemilu juga merupakan salah satu dari tolak ukur keberhasilan sistem demokrasi di suatu negara. Apalagi sekarang kita disibukkan dengan persiapan menjelang pesta demokrasi yang akan dilaksanakan 2019 mendatang. Akan ada kampanye dari pimpinan daerah, legislatif dan eksekutif yang akan duduk di parlemen. Sebagai mahasiswa tentulah kita juga ikut berpartisipasi memilih calon-calon yang akan duduk di parlemen tersebut. Jadi sebagai mahasiswa, kampuslah tempat kita membiasakan diri untuk menyuarakan demokrasi dengan menggunakan hak suara dalam pemilu. Tentunya kita tidak ingin suara kita tidak masuk dalam penghitungan suara. Berbicara mengenai pemerintahan, tentunya di setiap kampus memiliki pemerintahan mahasiswa seperti pada pemerintahan negara. Yaitu adanya Presiden Mahasiswa (Presma), Gubernur Mahasiswa dan lainnya yang dilakukan dengan sistem demokrasi yang kemudian dijalankan dengan pemilu. Istilah lain dari pemilu mahasiswa ada yang menyebutnya Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) ataupun Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa). Sebagai salah satu cara untuk melanjutkan estafet pemerintahan serta mencari pemimpin baru tentu pemilu mahasiswa sama pentingnya dengan pemilu negara. Pada Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto edisi 201 dinyatakan bahwa Senin (11/12) telah dilaksanakan Pemilu Presma dan Wakil Presiden Mahasiswa (Wapresma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode 2017/2018 oleh Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Universitas Negeri Padang (UNP). Ada dua pasang calon yang lulus tahap seleksi. Kedua pasangan calon yang lulus ini adalah pasangan Tanzilal Wanda (FIP)-Joni Karnando (FT) dan Muhammad Rafi (FIK)Umar (FIP). Untuk selanjutnya kedua pasang calon mengadakan kampanye. Setelah dilakukan evoting, kandidat satu atas nama Tanzilal Wanda Rizki-Joni Karnando memperoleh suara sebanyak 7.241, sedangkan kandidat dua atas nama Muhammad RafiUmar dengan perolehan suara sebanyak 3.174. Pelaksanaan e-voting di UNP khususnya pemilu Presma dan Wapresma dimulai pada tahun 2013. Pemilihan secara e-voting ini tidak serta merta diterima oleh seluruh elemen mahasiswa. E-voting diharapkan dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa karena pencoblosan dapat dilakukan dimana pun tanpa

harus datang ke tempat pencoblosan. Selain itu, sistem e-voting juga lebih efisien tanpa harus mengeluarkan dana untuk penyediaan kertas suara. Sampai pemilu 2017/2018 sistem e-voting tetap terlaksana atas kesepakatan bersama sivitas akademika UNP lewat quisioner yang dibagikan oleh MPM. Saat pelantikan Presma dan Wapresma pun, Rabu (27/12), Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph,D., mengatakan bahwa dengan adanya sistem evoting kecurangan bisa dideteksi. Berdasarkan hasil perhitungan pemilu yang dipublikasikan oleh infounp, dari 32.905 jumlah Mahasiswa UNP hanya ada 10.415 mahasiswa yang ikut memilih. Sedangkan untuk suara yang memilih Golongan putih (Golput) pada hari pemilu lebih dari 20.000 suara yaitu sebanyak 22.490 suara. Padahal segala sesuatu yang berhubungan dengan pemilu telah dipersiapkan oleh panitia. Ditambah lagi teknologi yang telah canggih yang bisa mengakses segala hal dengan mudah. Realitanya, masih banyak mahasiswa apatis dalam pemilu yang telah dilaksanakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil polling yang disebarkan oleh Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan SKK Ganto UNP terkait pemilu yang baru saja dilaksanakan dua bulan belakangan. Polling yang disebarkan berupa angket yang terdiri dari 6 pertanyaan untuk 800 mahasiswa UNP. Data angket didapatkan dengan metode random sampling yang diambil secara accidentil. Berdasarkan polling yang dibagikan, sebanyak 63,44% responden mengatakan bahwa menggunakan sistem e-voting dalam pemilu kampus masih belum efektif. Padahal pemilu dengan sistem e-voting sudah berlangsung sejak tahun 2013. Hal ini bisa dibuktikan, yakni sebanyak 65,9% responden mengatakan bahwa mereka pernah tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilu yang diadakan oleh kampus. Tentunya ini akan mengurangi jumlah suara yang masuk. Kemudian Riset juga menguji bagaimana pandangan mahasiswa terkait dengan pentingnya pemilu yang dilakukan untuk memilih Presma dan Wapresma di kampus. Sebanyak 37,5% responden mengatakan pemilu itu adalah sebagai partisipasi civitas akademika untuk menentukan kebijakan di masa mendatang. Lalu, sebanyak 30,77% responden mengatakan supaya tercapainya demokrasi di kampus. Dua hal ini merupakan suatu hal yang saling berkaitan, karena dengan demokrasi berarti sivitas akademika juga akan menentukan kebijakan dalam pemerintahan mahasiswa. Seberapa pun pentingnya pemilu bagi mahasiswa dalam pemilihan di kampus, pastinya ada alasan tertentu mengapa mereka tidak ikut menggunakan hak suaranya. Sebanyak 42,9% mahasiswa UNP mengatakan bahwa sosialisasi dalam pemilu masih kurang. Ini berimbang

Sumber: Litbang SKK Ganto UNP Infografik: Venny Sindyafitri

dengan 36,88% responden menginginkan supaya sosialisasi sebelum pelaksanaan pemilu lebih digencarkan dan tidak terjadi kecurangan (26,89%). Lalu sebanyak 18,40% responden mengatakan jenuh dengan proses demokrasi yang tidak membawa perubahan. Selain itu, sebanyak 16,62 % responden mengatakan bahwa mereka sibuk. Kesibukan tersebut tentunya dilatarbelakangi beberapa hal seperti mengerjakan tugas atau kegiatan organisasi atau suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan. Sebanyak 10,15% responden mengatakan pemahaman bahwa memilih adalah sebuah hak, bukan kewajiban. Mereka beranggapan jika hanya hak, berarti itu terserah

pada yang punya hak untuk memilih atau tidak, berbeda dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, jika tidak pasti ada sanksi tertentu. Kemudian sebanyak 10,03 % responden menggatakan tidak ada pasangan calon yang berkenan di hati pemilih. Jika kendala ini tidak diatasi, tentunya akan menyebabkan demokrasi kita akan seperti ini terus, bergerak di tem p at. Untuk menanggulangi supaya mahasiswa menyadari pentingnya pemilu, maka diperlukan kerjasama dengan civitas akademika UNP untuk mengajak teman-temannya yang tidak mengetahui atau yang tidak mau tahu dengan pemilu yang diadakan kampus. Sebanyak 65,3 %

responden mengatakan akan menasehati dan mengajaknya (golput) untuk ikut serta dalam pemilu. Jangan hanya karena teman tidak ikut memilih kita jadi ikut-ikutan tidak memilih juga. Namun sayang, masih ditemukan mahasiswa UNP yang acuh tak acuh dengan teman sekitarnya. Sebanyak 28,28 % responden mengatakan membiarkan, itu hak mereka. Agaknya sebanyak 15,23 % responden mengatakan harapannya supaya mahasiswa tidak bersikap apatis lagi. Hal ini karena kita berada pada lingkungan yang sama (UNP), tentunya harus tahu paling tidak sedikit tentang sistem pemerintahan mahasiswa di kampus. Mona


20

Cerpen

Cinta yang Mekar di Kebun Bunga Oleh Riki Fernando*

Nama aslinya mungkin tak lagi penting sebab siapa saja– mulai dari yang muda hingga yang tua–di desa itu sudah lama terbiasa memanggilnya Idiot. Ya, barangkali dia memang agak idiot dalam arti yang sebenarnya. Dia seorang pemuda yang lemah akal. Dari tahun ke tahun, fisiknya tumbuh normal, tapi tidak dengan akalnya. Dia selalu seperti anak-anak dan dunia baginya tak lebih dari sekadar lapangan bermain yang mengasyikkan, sehingga apa pun yang terjadi, dia selalu saja berbahagi a. Satu hal yang menarik dari dirinya: dia pemuda tampan yang tinggal di sebuah perkebunan bunga yang indah dan menawan. Dia suka bunga dan dia tahu banyak hal tentang apa yang disukainya itu. Suatu hari, ketika si Idiot sedang asyik menyiram bunga yang mekar sambil bernyanyi riang gembira, seorang putri kerajaan yang tengah menunggang kuda poni putih, lewat dan terpesona melihat kebun bunga itu. Sang putri menghentikan laju kudanya dan segera turun dari pelana. Matanya berbinarbinar ketika menatap lebih dekat sehampar kebun bunga di hadapannya. “Aduhai, siapakah pemilik kebun bunga yang indah ini?” seru sang putri dengan takjub. Si Idiot tertegun dan menoleh ke belakang dengan cepat. Melihat seorang gadis jelita berdiri terpaku di ambang pintu pagar yang terbuka, membuatnya seketika tersenyum bahagia–ada teman bermain! Si Idiot segera membuang penyiram bunga begitu saja dan berjalan terburuburu menemui teman yang baru datang itu. “Kamukah pemilik kebun bunga yang indah ini?” tanya sang putri sekali lagi. Si Idiot mengangguk-angguk antusias. Senyumnya merekah dan tatapan matanya bercahaya seakan sedang melihat surga. “Wah, bolehkah saya melihat bunga-bunga di kebunmu ini seben tar?” Si Idiot mengangguk-angguk semakin antusias. Sejurus kemudian, mereka berdua telah berjalan beriringan di antara bebunga yang bergoyang pelan tertiup angin sepoi. Sang putri pun sesekali bertanya basa-basi kepada si Idiot yang telah berbaik hati mengizinkannya mengunjungi kebun bunga yang indah itu. Si Idiot, sebagaimana apa adanya dirinya, menjawab segala pertanyaan putri cantik itu dengan lugu saja. Tanpa ragu sedikit pun sang putri segera paham dengan keadaan pemuda yang tengah berjalan bersamanya. Dan dia pun mencoba maklum. “Hey, Tuan Putri, apakah kamu tahu,” tanya si Idiot ketika memetik setangkai mawar di dekatnya, “kenapa bunga mawar merah disukai banyak wanita?” “Karena kecantikannya,” tanggap sang putri meladeni gaya bicara si Idiot yang kekanak-k an akan. “Selain itu?” “Hmm ... saya tidak tahu, memangnya kenapa?” “Karena mawar merah ada-

lah lambang pengorbanan cinta,” jawab si Idiot. “Ceritanya begini, dahulu kala ada seorang pemuda yang pergi berperang meninggalkan kekasihnya tercinta. Di tengah pertempuran, pemuda itu terluka parah dan dia terkapar di dekat kebun bunga yang penuh mawar putih. Kerena teringat pada kekasihnya, pemuda itu segera memetik setangkai. Tangannya yang bersimbah darah perlahan membuat mawar putih itu mulai memerah. Dalam sekarat dia meminta teman yang mendampinginya menyerahkan bunga itu kepada kekasihnya. Tak lama usai berwasiat, pemuda itu pun gugur. “Nah, begitulah, Tuan Putri, saat sekuntum mawar itu sampai di tempat tujuan, warnanya telah menjadi merah terbasuh darah. Betapa sedihnya kekasih pemuda itu ketika menerima sekuntum mawar merah itu. Ah, sedih sekali!” Walau kisah itu sebenarnya mengharukan, si Idiot tetap saja

ng. Dia berjanji akan pulang dua bulan kemudian. Tapi, hingga hari ini saya tak kunjung mendengar berita kepulangannya. Ah, mungkin dia sudah gugur di medan perang. Mungkin.” “Kalau begitu, mawar ini untuk kamu saja,” kata si Idiot. “Anggap saja kekasihmu itu menitipkan mawar ini kepada saya sebelum kematiannya. Anggap saja.” Sang putri menerima mawar merah pemberian si Idiot dengan seulas senyum yang menyejukkan. Si Idiot pun spontan melompat-lompat kegirangan. “Hore!! Hore!! Tuan Putri bahagia kembali! Tuan Putri bahagia kembali! Hidup Tuan Putri! Hidup Tuan Putri!” ucapnya bersemangat. “Jangan sedih lagi ya. Hidup ini terlalu indah untuk bersedih.” Tak terasa senja pun perlahan turun mengisi cakrawala. Putri cantik itu telah bersiap pamit pada si Idiot. Ketika dia baru saja duduk di atas pelana, tujuh kurcaci tampak datang

lustrator:DwiAgustini DesainGrafis:VennySindyaFitri menutup ceritanya sambil tersenyum polos–ya, dia memang senang tersenyum. Tapi, senyum itu langsung sirna ketika dia melihat gadis di sebelahnya mendadak murung entah kenapa. Si Idiot pun jadi bingung. “Hey, Tuan Putri, kenapa kamu ... apakah saya telah berbuat jahat barusan?” “Tidak, tidak, kamu tidak berbuat jahat. Saya hanya teringat sesuatu.” “Ah, saya tidak suka bersedih. Bukankah hidup ini terlalu indah untuk bersedih?” Sang putri hanya diam dan terus berjalan pelan hingga tiba di halaman depan rumah si Idiot. Mereka berdua duduk bersama di sebuah bangku panjang yang menghadap tepat ke kebun bunga. “Ceritamu tadi,” ucap sang putri pelan, “mengingatkan saya pada seseorang.” “Berceritalah,” sambut si Idiot yang kembali bersemangat, “Saya suka sekali mendengar ceri ta .” “Ceritanya hampir mirip dengan apa yang tadi kamu ceritakan. Hanya saja tanpa mawar merah.” “Maksudnya?” si Idiot mulai mengernyitkan dahi. “Saya punya seorang kekasih. Empat bulan lalu dia juga pergi berperang ke negeri sebera-

dari arah hutan dan berjalan berbanjar memasuki rumah si Idiot. “Kamu tinggal bersama tujuh kurcaci?” Tanya sang putri pen asaran. “Oh benar, mereka temanteman saya. Kamu melihatnya baru san ?” “Ya, mereka membawa sekeranjang apel merah.” “Apakah kamu mau apel? Saya akan mengambilkan apel yang paling merah ....” “Oh tidak usah, saya harus segera pergi.” “Oh ...,” si Idiot ingin sekali memaksa sang putri untuk menunggu sebentar, tapi dia akhirnya memilih sikap yang lain. “Apakah besok kamu akan ke sini lagi?” “Hmm ....” Sang putri memandang sehampar kebun mawar merah di depannya. “Kalau besok kamu ke sini lagi, saya berjanji akan memberimu setangkai bunga yang sangat cantik. Sangat cantik seperti kamu, Tuan Putri.” “Benarkah?” “Saya berjanji!” “Ah, terakhir kali seseorang berjanji pada saya, dia malah memberi kekecewaan!” “Saya berjanji dan saya akan menepati!” Sang putri menangkap kesungguhan dalam tatapan mata si

Idiot yang seakan terus bercahaya penuh ceria. Akhirnya, senyum lugu si Idiot membuatnya mantap berkata, “Baiklah, saya akan datang lagi besok. Sampai jumpa!” “Sampai jumpa, Tuan Putri!” Keduanya saling melambaikan tangan. Si Idiot masih berdiri terpaku tak beranjak sampai kuda putih yang membawa sang putri hilang di ujung jalan. Dia merasa bahwa di antara hariharinya yang selalu penuh bahagia, hari itulah yang paling membahagiakan. Lalu, dia mulai membayangkan hari esok yang luar biasa. Dia segera melangkah ke rumah dan terus bernyanyi-nyanyi girang dengan lantang. Tapi, ketika tiba di ruang depan, dia diam sejenak dan berdiri berkacak pinggang menatap jam dinding. “Ya Tuhan, kenapa jarum jam ini berputar begitu lamb at ? ” *** Matahari baru saja tergelincir ke ufuk barat ketika sang putri kembali mengunjungi kebun bunga si Idiot yang saat itu tampak lengang karena tiada siapa pun di sekitar. Pintu rumah juga tertutup. Sesaat secuil kekhawatiran membersit di hati sang putri. Tapi, dia memberanikan diri mengetuk pintu. Setelah beberapa kali panggilannya tak mendapat sahutan, barulah pintu kayu yang tua itu terbuka perlahan. Seorang kurcaci berjenggot lebat pun muncul dari balik pintu. Matanya merah dan sayu seperti baru saja bangun tidur. “Permisi, bisakah saya bertemu dengan Tuan Rumah?” tanya sang putri dengan segenap k e ram ah a n . “Ha, kamu pasti Tuan Putri! Iya kan?” “Ya.” “Hmm ... tuan kami sedang pergi ke luar. Tapi, marilah kita duduk dahulu,” kata kurcaci itu sembari menunjuk kursi panjang tempat si Idiot dan sang putri duduk bersama kemarin. “Ke mana?” “Ah, saya tidak tahu. Tadi dia pergi begitu saja tanpa kabar.” “Apakah ....” Hachiu! “Aduh, maaf, saya sedang flu,” kata kurcaci itu sembari menarik sehelai sapu tangan dari dalam kantong bajunya. “Oh tidak apa-apa. Semoga cepat sembuh.” “Terima kasih.” “Apakah dia sudah lama pergi ? ” “Saya sudah tak melihatnya lagi saat matahari masih belum terbit di ufuk timur. Jadi, sudah cukup lama. Mungkin sebentar lagi Tuan Putri akan bertemu d en ga n n y a.” Kurcaci itu menatap wajah diam putri di sebelahnya dengan saksama. Lalu, dia pun tersenyum simpul. “Ada apa?” tanya sang putri mendadak heran. “Wajar jika tuan kami bahagia luar biasa tadi malam.” “Ap a?” “Dia bercerita panjang lebar pada saya semalaman suntuk– sampai saya jadi flu begini– tentang seorang putri yang barangkali telah menyentuh hati-

nya. Dia bercerita dengan penuh antusias seakan dia bercerita tentang surga rahasia yang baru saja ditemukannya.” “Apa maksudmu?” “Sepertinya tuan kami telah jatuh cinta pada Tuan Putri.” “Apa? Mana mungkin, dia kan ....” “Benar, dia idiot, tapi ....” “Maaf, saya tak bermaksud m e n g h i n a n y a. ” Hachiu! “Tuan Putri, dia itu memang lemah akalnya, tapi hatinya sungguh luar biasa tiada tara! Lihatlah bagaimana dia mencintai bunga-bunga itu. Saya berani bersumpah bahwa hatinya lebih penuh cinta dari pangeran manapun di muka bumi ini.” Sang putri hanya tertunduk segan sambil merenungi kebaikan laku si Idiot yang terekam jelas dalam ingatannya. Entah kenapa tiba-tiba saja dia jadi gelisah. “Ha, itu dia pulang,” ucap kurcaci itu sambil menunjuk seorang pemuda yang berjalan riang di kejauhan. “Kalau begitu, saya masuk dulu. Saya harus banyak istirahat.” “Ya, semoga cepat sembuh.” Kurcaci itu bangkit, lalu berjalan pelan menuju pintu. Di ambang pintu dia berhenti sejenak dan kembali berpaling. “Tuan Putri, ingatlah, dia sangat m en ci ntaim u ! ” Sang putri semakin terpaku. Tapi, belum sempat dia menoleh, kurcaci itu telah hilang di balik pintu . Tak lama berselang, si Idiot telah tiba di dekat kebun bunga. Karena tahu sang putri tengah duduk di depan rumah, si Idiot cepat-cepat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Dengan ragu dia pun melangkah men dekat. “Tuan Putri? Apakah saya telah membuatmu kecewa karena menunggu?” “Tidak apa-apa.” “Maafkan saya, Tuan Putri. Lain kali saya tidak akan terlambat,” kata si Idiot dengan raut wajah bersalah. “Tidak, kamu tidak terlambat, saya saja yang datang terlalu cepat.” “Benarkah?” “Ya, saya baik-baik saja. Tapi ... apakah kamu baik-baik saja?” Sang putri menatap saksama pakaian si Idiot yang lusuh dari atas ke bawah–pada beberapa bagiannya tampak kotor sekali. Bahkan, lutut celanannya telah robek entah kenapa. “Saya baik-baik saja, Tuan Putri,” terang si Idiot kembali bercahaya–senyumnya merekah dan matanya berbinar penuh semangat. “Oh ya, ini yang saya janjikan untukmu kemarin.” Sang putri terkejut ketika si Idiot mengeluarkan setangkai bunga yang cantik luar biasa dari balik punggungnya. “Ini bunga edelweiss 1 , hanya tumbuh di gunung.” Sang putri terpana. “Jadi ... kamu baru saja mendaki gun u ng ? ” “Ya, dan ini untukmu, Tuan Putri,” ucap si Idiot sembari menyerahkan setangkai bunga itu dengan penuh cinta. *Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2014


21

Sajak

Memberanikan Hidup Bersama Puisi

Aku Takut Tuhan M elentang pasrah Suara-suara Tari Merdu Mendayu Mendesah Pasrah Tangis Pecah Disini mengerikan, Yah Ku takut tuhan marah

Diasuh oleh Muhammad Adek, M.Hum

Cahyu Ningsih Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah TM 2016

Jejak Kaki Jejak kakiku bertaburan di bibir pantai Seketika lenyap oleh ombak yang datang Kubentuk jejak itu Lagi dan lagi Takdirku bagaikan jejak kaki itu Sekejap yang baik datang Sekejap yang baik pergi Digantikan oleh yang buruk Aku bisa apa? Mengikuti alur kehidupan penuh lika-liku Menghadapi ketika kaki tak sanggup berdiri Menjalani dengan segenap hati Finny Rahmatania Pendidikan Kimia TM 2016

Elegi Nelangsa tatkala gundahku Elegi penyampai rindu Luas ruang pemisah Pulangku tak tau arah Ibu... Sepi ini mengeruk sendiriku Yang terkulai nelangsa berapi-api Andai bisa ku putar waktu Harapku mencegah kau pergi Putrimu tumbuh dewasa ibu... Untaian kasihmu yang selalu diceritakan Ayah Tak mampu membendung deras air mataku Rasa ini semakin tak terkendali Ingin rasanya sekali lagi bertemu denganmu, Walau hanya di dalam mimpi. Nelpi Syahputri Jurusan PGSD TM 2016

Setiap karya seni, selalu mempunyai nilai dan sifat yang unik. Namun, untuk mencapai kualitas keunikan nilai dan sifat dari suatu karya kesusastraan, cara-cara yang ditempuh pembaca sungguhlah sangat beragam. Tidaklah sedikit jumlah penikmat, pengagum, praktisi atau akademisi sastra tersohor sekalipun, gagal dalam menangkap nilai-nilai tersebut. Filsuf searif Plato saja pernah terjebak dalam “peremehan” nilai sebuah puisi -yang menurutnya tidak berharga karena hanyalah tiruantiruan dari realita (mimetis), namun akhirnya Plato tidak sanggup untuk menolak sensasi dan pengalaman luar biasa yang dihadirkan oleh puisi-puisi epik gubahan Homer. Keunikan nilai-nilai tersebut bisa ditemukan pada puisi yang berjudul Aku Takut Tuhan Marah. Dalam hal ini, penulis melibatkan tiga partisipan yaitu narator, si Ayah dan sang tuhan (tidak besar). Aduan narator kepada sosok Ayah menunjukkan kekhawatirannya akan kemarahan tuhan. Tetapi, apakah sang tuhan benarbenar sedang marah? Apa yang menyebabkan narator berpikir demikian? Pertanyaan-pertanyaan ini memandu kita untuk lebih memerhatikan lagi puisi ini lebih dekat dan sensitif. Secara struktur, terdapat beberapa masalah dalam penyusunan unsur-unsur sastra dan bagaimana memfungsikannya secara maksimal seperti pada kombinasi diksi yang janggal pada “badai … dengan suara yang basah”, “benua yang hampa”, “lautan gula telentang pasrah” dan kesimpulan tentang kengerian serta ketakutan pada kemarahan sang tu h an .

Puisi kedua berjudul Jejak Kaki juga menawarkan keunikannya dan pengalaman tersendiri. Berbeda dengan puisi sebelumnya yang cukup kaya dengan metafora, permainan simbol, gaya bertutur serta pembenturan elemen saling berlawanan (metode yang lazim disebut Samuel Johnson sebagai discordia concors), puisi Jejak Kaki hanya memakai satu kiasan saja yaitu persamaan antara “takdir” dengan “jejak kaki.” Dari segi komposisi, puisi ini terdiri dari tiga stanza yang adil (empat baris setiap stanzanya) yang mana menostalgiakan kita dengan puisi-puisi lama. Tidak banyak eksplorasi, misteri, teka-teki maupun penyembunyian pesan dalam lapisan-lapisan. Pengarang hanya menyampaikan gambaran umum yang skematis seperti yang sering ditemukan dalam karya Tolstoy (penulis kenamaan Rusia) dan Thomas Mann (pengarang Jerman) serta memfokuskan pada satu kecenderungan fisik/imaji yaitu “jejak kak i” . Puisi ketiga dengan judul Elegi. Atmosfer kuyu dan muram telah hadir semenjak baris pembuka melalui diksi nelangsa dan gundah. Penyebabnya tak lain adalah ketidaksanggupan si Aku untuk menemukan tujuan kerinduanya yaitu Ibu. Si Aku juga menegaskan posisinya yang terjebak dalam kebingungan (tak tau arah) dan pendambaan tak berujung (rindu) yang sama menyedihkannya (elegi). Beranjak ke stanza kedua, hawa sesal (melalui penggunaan pengandaian andai bisa) dan nestapa semakin menjadi-jadi (berapi-api) kembali mengerubungi kalbu tokoh Aku. Si Aku tidak mampu (yang terkulai) memberi perlawanan yang seharusnya (mencegah kau pergi) hingga tertelan oleh sesalan yang kian mengenask an. Ketiga puisi yang dibahas di atas diakui memang masih berjarak dari kualitas karya-karya besar yang mensyaratkan keterampilan dalam aspek “kompleksitas, proporsi, dan releva nsi ”.

JARUM JAHIT Oleh Niswasani Jarum jahit adalah alat menjahit berbentuk batang yang bagian ujungnya runcing dan memiliki mata jarum sebagai lubang lewatnya benang. Jarum jahit sudah ada sejak tahun 1955 dan kegiatan menjahit sudah dimulai pada awal-awal peradaban manusia. Bahan jarum sendiri bermacam-macam diantaranya dari tembaga, batu tulang, ataupun gading. Kemudian jarum itu digunakan untuk menyatukan kulit hewan menjadi .sebuah pakaian. jarum tersebut dibantu oleh benang yang terbuat dari otot hewan. Seiring berjalannya waktu manusia mulai menyadari untuk membuat pakaian yang layak dan pantas untuk dikenakan. Maka dibuatlah sebuah alat untuk mempercepat proses pembuatan pakaian. Alat tersebut dinamakan mesin jahit. Sampai saat ini jarum jahit masih digunakan baik itu jarum jahit manual maupun bentuk mesin untuk berbagai keperluan manusia menjahit pakaian. Jarum akan menyatukan kumpulan kain menjadi satu bentuk seperti celana, baju, tas

dan sebagainya. Meskipun pakaian sudah sobek, maka jarum itulah yang menyatukannya untuk menjadikannnya utuh kembali. Jarum jahit juga akan mempererat dan menkokohkan kembali jahitan yang longgar. Bahkan jarum jahit juga mampu menyatukan kulit manusia yang luka meskipun itu sangat p arah . Dalam hidup ini, tidak sedikit kita temukan orang-orang yang disebut penimbul masalah. Tidak jarang diantara kelompok-kelompok kita temukan yang namanya pemisah atau bisa juga dikatakan sebagai penghasut. Contohnya seperti seorang pasangan yang sudah awet hubungannya, akhirnya keawetan pasangan mereka pun menjadi renggang bahkan\ berpisah karena adanya orang ketiga sebagai penghancur. Pernah kejadian, dua warga yang bersebelahan rumahnya. Hubungan antara dua warga itupun sangat harmonis. Namun, pada akhirnya hubungan dua warga yang harmonis itu memberikan perseteruan diantara mereka karena terjadi kesalahpahaman. Kesa-

lahpahaman itu akibat ada salah seorang warga yang memberikan kabar yang tidak sesuai dengan fakta. Dalam artian membalikkan kata-kata atau menyimpang dari yang sebenarnya. Di dalam kehidupan dunia maya, hal-hal seperti itu juga sering kita temukan. Misalnya pihak-pihak yang menyebarkan informasi tidak jelas kebenarannya. Informasi itu tidak hanya disebarkan ke satu akun saja melainkan ke banyak akun. Pada akhirnya para netizen di media sosial menjadi heboh dengan isu yang belum jelas kebenarannya. Akibatnya dari perbuatan tersebut menuai banyak konflik hingga merugikan orang lain. Informasi terkait seseorang, yang tidak benar itu pun akan membuat orang yang dituduh itu merasa terpukul dan malu karena tidak sama sekali dengan kenyataan yang ada. Berbagai cacian atau kata-kata kasar yang dilontarkan kepadanya bahkan beberapa teman dekat menjauh darinya. Alangkah baiknya manusia meniru sifat jarum jahit

yang bisa menyatukan perpisahan. jarum jahit walaupun ujungnya tajam tetapi mampu memberikan kelembutan dan perdamaian dengan menimbulkan persatuan. Meskipun jarum ukurannya kecil, namun ia mampu menyatukan kerusakan yang parah. Sebesar dan sepanjang apapun sobek yang ada pada kain, maka jarum jahit akan melekatkan sobekan tersebut. Apabila manusia meniru sifatnya jarum jahit, hubungan antara warga, masyarakat, bangsa maupun negara akan d ama i . Tetapi ada pula orang yang beranggapan bahwa janganlah seperti jarum itu menyakitkan dan menusuk. “Sakitnya seperti ditusuk jarum” seperti itu istilahnya. Anggapan seperti itu keliru. Justru orang yang tertusuk itu karena dia tidak berhati-hati dalam menjahit. Itulah makanya nenek moyang melarang kita untuk menjahit malam-malam. Hal itu ditakutkan sesorang akan menusuk jarinya itu karena tidak terlalu jelas melihat jahitannya. Justru jarum membawa kebaha-

giaan karena ia mempersatukan kembali hubungan yang mulai retak. Apapun keadaan buruk yang ditemuinya, tetapi ia hadir untuk memperbaiki keadaan yang buruk tersebut. Seberapa banyak kerusakan yang ia hadapi, tetapi jarum tidak mengenal lelah dan akan selalu fokus untuk menyatukan keadaan yang terpisah. Diharapkan manusia juga dapat berlaku seperti itu dalam menjalin hubungan antar sesama. Sebuah permasalahan bisa diselesaikan dengan baikbaik. Jangan langsung percaya jika ada yang menyampaikan kabar. Bukan berarti kita harus jadi gunting yang memisahkan hubungan yang tentram, tetapi jadilah sepeti jarum jahit yang selalu menyatukan. Bagi seseorang yang masih punya kebiasaan menimbulkan masalah atau perseteruan di tengah perdamaian, segeralah meninggalkannya lalu meniru jarum jahit. Karena salah satu cara damainya dunia adalah dengan tidak adanya kabar bohong dari orangorang yang tidak bertanggung j awab .


22

Potret Nyata Manusia Modren Ju du l P en ga ran g Penerbit Cetak an Tebal

: : : : :

Kerumunan Terakhir Okky Madasari Gramedia Pustaka Utama Kedua, Agustus 2017 360 Halaman

Teknologi berfungsi memudahkan manusia dalam berbagai bidang. Teknologi sama halnya dengan pisau bermata dua, apa bila seseorang menggunakannya dengan baik otomatis akan berdampak pada dirinya. Bila tidak tentu sebaliknya akan terjadi. Perubahan hidup akibat teknologi yang tidak tepat itulah yang digambarkan oleh Okky Madasari, dalam novel Kerumunan Terakhir. Okky membagi buku ini menjadi tiga bagian. Bagian pertama berjudul Dunia Pertama. Bagian kedua membahas Dunia Kedua, dan pada bagian ketiga pengarang membahas mengenai Dua dunia bermuara. Melalui tokoh Jayanegara sebuah nama yang sangat kental akan sejarah tanah Jawa. Jayanegara merupakan seorang pemuda yang menjalani hidup biasa-biasa saja. Keluarga yang tak harmonis, bapak yang suka berselingkuh. Kepergian ibunya dari rumah akibat bapaknya yang selingkuh dengan perempuan lain membuat Jayanegara sangat membenci bapaknya. Hingga akhirnya ia pergi ke Jakarta meninggalkan kuliahnya untuk menyusul pacarnya bernama Maera yang sudah lebih dulu tinggal di sana untuk bekerja. Maera bekerja menjadi seorang wartawan politik di sebuah koran kota. Kedatangan Jaya yang tiba-tiba tak terlalu memusingkannya, Maera malah bersemangat mengenalkan Jaya kepada dunia baru, internet. Setiap Maera pergi kerja, ia akan selalu berpesan pada Jaya untuk melamar pekerjaan secara online. Tetapi setelah berbulan-bulan Jaya mencoba, bukannya pekerjaan di dunia nyata yang

Kesaksian Tragedi Pejalanan Hok-Gie Ke Semeru Ju du l Penulis Penerbit Cetak an Tebal

ia temukan, ia malah asyik menjelajahi dunia baru yang ramai dan bising di internet. Berbekal nama baru dan kemampuannya merangkai kata, Matajaya nama barunya- menjadi sosok yang terkenal di kerumunan dunia baru. Jaya membangun identitas dan cerita baru tentang siapa dirinya tak peduli apakah itu cerita asli atau hanya fantasi belaka, karena tidak akan ada orang yang tahu atau repot-repot mencari tahu. Kerumunan Terakhir sangat dekat dengan keseharian kita. Ceritanya terasa begitu nyata. Novel ini merupakan sindiran halus bagi kita yang terlalu mengagung-agungkan media sosial. Lantas, apa media sosial itu salah? Jawabannya ada pada pembaca. Namun, kita sebagai penggunanya harus pandai mengatur diri sendiri dalam menggunakannya. Ketika sekat-sekat antara dunia nyata dan dunia maya semakin tipis di situlah kita sudah harus semakin mawas di ri . Okky berhasil menyajikan masalah yang terjadi di masyarakat kita sekarang ini dengan gayanya tersendiri. Meski masih ditemukan kekurangan buku ini tidak kehilangan nilai untuk dinikmati pencinta sastra hususnya untuk mereka yang peduli dengan lingkungan sekarang ini. Resensiator Ariska Novia Mariady Mahasiswa Bahasa Indonesia TM 2016

: : : : :

Soe Hok-gie... Sekali Lagi Rudy Badil, Luki Sutrisno Bekti, dan Nessy Luntungan R. Kepustakaan Populer Gramedia kelima, Desember 2017 512 Halaman

“Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya� Soe HokGie Dalam buku ini dibahas secara mendalam mengenai perjalanan Hok-Gie ke semeru, Hok-Gie sebagai sejarawan muda, dosen, teman, mantan ketua Mapala FS-UI yang juga terkenal sebagai penulis, aktivis, dan tokoh pergerakan mahasiswa di zaman orde baru di mata teman, sahabat, maupun saudaranya. Gie dapat bergaul, berdebat, atau berdiskusi dengan siapa saja. Intuisi politik Gie amat tajam karena kekayaan ilmu dan pengetahuannya. Bacaan apa pun dilahapnya, dari filsafat, sastra, sosiologi, hukum sampai politik. Kritikannya juga menggigit, namun penuh humor. Ketika teman-temannya yang aktivis berlomba-lomba masuk DPRGR, Gie malah mengirim kepada mereka alat make up perempuan yang penuh sindiran, karena sebagai bagian dari elite keku a saan. Meskipun meninggal pada usia muda, 27 tahun kurang sehari di gunung tertinggi Pulau Jawa, namanya masih harum sampai detik ini. Sejumlah temantemannya menuturkan bahwa sosok Gie adalah seorang yang periang, lincah, tidak bisa diam, senang berdebat, ramah,

supel, tapi pada dasarnya Gie adalah seorang yang kesepian. Namun ia tidak pernah takut hal itu. Sikap teguh pada idealisme dan jalan lurus selalu dipegangnya meski berkonsekuensi temantemannya mulai meni n ggalk an n y a satu per satu. Selain pribadi yang disebutkan, Gie memiliki hobi naik gunung bahkan meninggal dalam pelukan dinginnya Gunung Semeru disergap racun dan terlantar berharihari, bersama Idhan Lubis sahabatnya. Ia beralasan bahwa hanya kepada langit di puncak gunung yang sepi dia bisa menghilangkan rasa penatnya perpolitikan. Meski buku ini kelihatan begitu tebal, pembaca akan dibawa menelusuri tragedi kejadian yang menimpa sang tokoh mahasiswa ini. Banyak tingkah laku maupun pola pikir Gie yang patut kita tiru. Dari buku ini kita sebagai generasi muda bisa lebih bersikap kritis lagi dalam memperjuangkan kebenaran. Selain itu, dari buku ini terdapat kata-kata bijak yang bisa diaplikasikan bagi pemuda juga foto-foto yang jarang dipublikasikan. Resensiator Monalisa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2016

Memaksakan Sebuah Kejelasan Judul Film : Su tra d ara : Tanggal Liris : Durasi : Bahasa : Pemain :

Three Billboards Outside Ebbing, Missouri Martin McDonagh 12 Januari 2018 (Britania Raya) 115 menit Inggris subtitle Indonesia Frances McDormand, Woody Harrelson, Sam Rockkwell, John Hawkes, Peter Dinklage

Film yang bergenre drama kriminal ini menceritakan tentang seorang ibu bernama Mildred Hayes (Frances McDormand) yang marah dan masih berduka atas kematian putrinya yang masih remaja, Angela (Kathryn Newton). Putrinya diketahui diperkosa saat telah kehilangan nyawa. Hal ini membuat Mildred memutuskan untuk menyewa tiga papan reklame yang sudah lama tidak digunakan yang berada di dekat rumahnya. Alasan yang menyebabkannya melakukan hal tersebut ialah, rasa ketidakpuasannya terhadap kinerja polisi yang tidak bisa memecahkan dan mengungkapan siapa pelaku yang mendalangi kematian putrinya. Reklame tersebut menuai kritikan dari masyarakat, kebanyakan dari mereka menolak Mildred untuk memasangnya. Hal ini membuat simpatisme dari mereka semakin berkurang

atas kemalangan yang terjadi pada Mildred dan malah dicemooh, namun Mildred tetap teguh pada pendiriannya untuk tetap memasang relame itu. Kalangan yang paling menentang hal ini ialah, satuan polisi Sherif Bill Willoughby (Woody Harrelson) dan opsir Jason Dixon (Sam Rockwell) yang diduga oleh Mildred tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan benar. Banyak rintangan yang dihadapi oleh Mildred dalam mendapatkan jawaban atas kematian putrinya. Mulai dari bunuh diri yang dilakukan oleh Sherif Bill Willoughby yang diduga disebabkan oleh dirinya yang memaksakan atas ketuntasan kasus ini, hal ini juga membuatnya semakin dibenci oleh masyarakat. Selain hal tersebut, Mildred juga mengalami kekurangan dana dalam memasang iklan di tiga papan tersebut. Namun, untungnya ada seseorang yang memba-

yarkan biaya untuk pemsangan iklan tersebut tanpa diketahui identitsasnya. Bukan hanya konflik dari Mildred yang disugukan dalam film garapan sutradara yang telah beberapa kali mengeluarkan film ini, melainkan juga konflik yang ada dari beberapa pemerannya lainnya. Salah satunya Jason Dixon yang memiliki sifat yang tempramental dan bertindak kasar kepada orang yang tidak disukai sebagai seorang polisi, namun sebenarnya memilki hati yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran. Konflik semakin memuncak pada saat Mildred menemukan bahwa ketiga papan reklame yang ia sewa dibakar. Hal ini

membuatnya semakin marah dan selanjutnya membalas kepada kantor kepolisian dengan membakarnya pada malam hari. Ternyata, di dalam kantor tesebut masih ada Jason yang sedang mengambil surat yang ditinggalan oleh Sherif sebelum meninggal. Hal ini membuat beberapa bagian tubuh Jason terkena luka bakar yang cukup serius. Dalam film ini beberapa kali menunjukan rasisme dari beberapa tokoh yang membedakan orang kulit putih dengan orang yang berkulit hitam. Film ini juga menampilkan sisi paling gelap dari manusia, yakni kemarahan dan balasa dendam yang berlebihan. Alur dalam film ini

juga tidak dapat ditebak, seperti film pada kebanyakan. Dalam film ini tidak ditemukan suatu penyelesaian dari kematian putri Mildred. Walaupun sudah menemukan beberapa titik terang dari kasus kematian putrinya tersebut. Meski demikian, dalam film ini kita dapat mengambil kesimpu lan bahwa amarah tidak akan menyelesaikan masalah, namu n akan semakin membuat masalah itu semakin ru mit. Perlu diingat, film ini menyindir isu -isu yang tidak berani dibicarakan, seperti menebar kebencian, memandang rendah aparat, dan lain sebagainya. Selanjutnya, film ini ju ga mengajarkan kita untuk menjaga perdamaian dalam lingku ngan sosial. Dalam film ini juga mengajarkan kepada kita u ntuk tidak melakukan suatu hal diluar batas dan apabila dalam menghadapi su atu masalah komu nikasikan dengan kepala yang dingin. Intinya tergantung kepada kita sendiri bagaimana mengartikan atau menyimpu lkan maksud dari film ini. Resensiator: Irza Ade Suarni Mahasiswa Sastra Inggris TM 2016


23

Siti Manggopoh, Pahlawan Kurang Dikenang Minangkabau terkenal dengan ranah tempat lahirnya para pahlawan, cendekiawan, sastrawan, dan pemikir-pemikir ulung Indonesia. Hal itu terbukti dari banyaknya nama-nama tokoh besar Indonesia yang berasal dari Minangkabau dan masih sering disebut hingga saat ini. Misal, Buya Hamka, Bung Hatta, Tuanku Imam Bonjol, dan masih banyak lagi. Ada pula tokoh perempuan Minangkabau yang memiliki daya juang tinggi, namun sudah kurang dikenang bangsa, bahkan masyarakat Minangkabau. Siti Manggopoh, itulah namanya. Ia merupakan wanita pejuang yang berasal dari Manggopoh, kecamatan Lubuk Basung, Kab. Agam. Ia biasanya dipanggil dengan Mande Siti. Kapan ia lahir, tidak ada yang tahu. Namun diperkirakan ia lahir pada tahun 1885. Ia dijuluki “Singa Betina Dari Manggopoh�. Ia populer karena keberanian dan kegigihannya dalam melawan penjajahan pemerintah kolonial di Minangkabau. Perlawanan yang dilakukannya dalam sejarah lokal Sumatera Barat dikenal dengan perang Manggopoh. Perang ini lahir akibat kebijakan belasting yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap rakyat Minangkabau. Perang belasting merupakan perang bersenjata pada 15-16 Juni 1908 yang melibatkan rakyat Sumatera

Barat melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda akibat penerapan pajak (bahasa Belanda: belasting) langsung kepada m as y a r ak at . Siti Manggopoh adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Masa kecilnya ia habiskan di surau. Ia mempelajari agama Islam dengan seorang guru yang

memiliki visi yang sama yaitu mengusir penjajahan dari bumi Minangkabau. Selain disetujui oleh pihak keluarga, ia juga memandang bahwa Rasyid adalah lelaki yang tepat untuk mendampinginya dalam berjuang. Perebutan benteng yang dilakukan Siti di atas menyulut terjadinya Perang Manggopoh. Seperti halnya peristiwa gerakan sosial di daerah, peristiwa Perang Manggopoh hanya berlangsung sehari. Keesokan harinya, Siti dan suaminya Rasyid Bagindo Magek dicari tentara Belanda. Setelah 17 hari buron, Siti bersama suaminya berhasil ditangkap dan dipenjarakan Belanda. Namun, lantaran mempunyai bayi bernama Dalima, Siti terbebas dari hukuman pembuangan. Sedangkan Rasyid Bagindo Magek dihukum buang ke Manado dan meninggal di sana. Puncak perlawanan Siti Manggopoh dan rakyat Manggopoh adalah pada tanggal 16 Juni 1908. Dalam aksi tersebut, Mande Siti berhasil masuk ke dalam markas serdadu Belanda yang sedaSumber: Google ng mabuk dan berasal dari Padang. Di suraulah ia berhasil membunuh beberapa semangat anti imperialismenya orang. Sesaat kemudian datang timbul. Ia sangat membenci rakyat Manggopoh yang menyepenjajahan. Siti Manggopoh me- rang secara serentak. Akibatnya nikah dengan Rasyid karena banyak serdadu Belanda yang

tewas. Sayangnya, seorang serdadu Belanda selamat dan berhasil melihat Mande Siti dan rakyat Menggopoh melakukan aksi penyerangan. Keesokan harinya Mande Siti dan suaminya dicari oleh prajurit Belanda. Setelah 17 hari mengejarnya, Mande Siti dan suaminya menyerahkan diri kepada Belanda. Belanda langsung memasukkan Mande Siti dan Suaminya ke penjara secara terpisah. Sebelum menerima keputusan pengadilan, Mande Siti dan Suaminya mendekam dipenjara selama 14 bulan di penjara Lubuk Basung, 16 bulan di Pariaman dan 12 bulan di Padang. Setelah dua kali di sidang akhirnya Mande Siti dijatuhi hukuman dibuang seumur hidup. Tetapi karena lain hal, akhirnya hukuman tersebut dibatalkan. Namun, suami Mande Siti, Rasyid divonis hukuman dibuang ke Menado. Akibatnya Mande Siti dan Rasyid jadi hidup berpisah. Hingga akhirnya Rasyid meninggal di Tondano. Mande Siti masih sempat menikmati alam kemerdekaan yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sayangnya, ketika itu banyak orang yang lupa akan jasa perjuangan Mande Siti. Pada tahun 1957, orang mulai mengingat akan perjuangan heroik Mande Siti. Pemerintah Sumatera Tengah yang beribukota di Bukittinggi mengirim satu tim ke Lubuk

Basung dan memberikan bantuan ala kadarnya. Mande Siti merasa senang. Bantuan yang ia terima dijadikannya sebagai modal untuk membuka warung kecil di depan rumahnya. Pada tahun 1960, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Nasution mendengar cerita heroik perjuangan Mende Siti. Ia sangat terharu sekali atas keperkasaan Mande Siti. Akhirnya ia memutuskan untuk datang ke Manggopoh untuk menemui Mande Siti. Ia mengalungkan selendang kepada Mande Siti sebagai lambang kegigihan dan keberaniannya melawan penjajahan. Masyarakat Manggopoh jadi haru ketika Jend. Nasution membopong dan mencium wajah tua keriput Mande Siti. Pada tahun 1964, Menteri Sosial mengeluarkan Sk tertanggal 17 November 1964 No. Pal. 1379/64/P.K yang isinya menyatakan bahwa Mande Siti berhak menerima tunjangan atas jasa kepahlawanannya sebesar Rp 850,-. Namun, tidak diketahui apa penyebabnya, Mande Siti hanya sekali saja menerima tunjangan tersebut. Dalam usia 80 tahun, Mande Siti meninggal dunia. Ia meninggal dengan tenang di rumah cucunya di kampung Gasan dan dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Lolong, Padang. (Debi Gunawan dari berbagai sumber)

DesainGrafis:VennySindyaFitri


24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.