ISSN: 1412-890X
Edisi No.220/Tahun XXXII/September-Oktober 2021
Teropong
Polemik Pembukaan Gedung PKM Selama Pandemi
Sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa melakukan aksi berdiam diri di Gedung PKM lantaran ... Hal 16
Feature
Merosotnya Eksistensi Bendi di Tengah Laju Transportasi Umum
Melirik eksistensi bendi di Kota Padang selama pandemi membuka mata tentang... Hal... 14
Telusur Monumen Tugu Perang Panta, Destinasi Wisata Sejarah dan Alam
Berkunjung ke salah satu monumen bersejarah Tugu Perang Panta di... Hal 15
www.ganto.co
SKK Ganto
SKK Ganto UNP
skkgantounp
redaksiganto@gmail.com
@gantonews
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
2 FAJAR
Perangi Wabah
Berlansungnya pelaksanaan vaksinasi di Universitas Negeri Padang (UNP) pada tanggal 24 dan 25 Maret, merupakan pelaksanaan tahap vaksinasi pertama yang dilakukan kepada sivitas akademika UNP. Pelaksanaan vaksinasi tersebut juga dibarengi sebagai bentuk usaha pemerintah memberikan vaksin bagi seluruh kalangan masyarakat, salah satunya di bidang pendidikan. Vaksinasi yang dilakukan pun kini juga telah menjadi suatu kewajiban yang saat ini sering kita temukan, salah satunya administrasi. UNP sendiri dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti Praktek Lapangan Kependidikan kini telah mengupayakan vaksinasi. Tak hanya itu, target perkuliahan luring yang dilaksanakan UNP pun juga memerlukan para mahasiswa untuk melansungkan vaksin, khususnya mahasiswa baru berdasarkan pada Surat Edaran Rektor nomor 3558/UN35/ EP/2021. Saat ini, UNP melaksanakan empat tahap vaksin yang telah dilakukan, yaitu dilanjutkan pada tahap kedua 7-8 April, tahap ketiga 22 April dan tahap keempat pada tanggal 18-20 Agustus. Saat ini sebanyak 60 persen dosen dan tendik telah mendapatkan vaksin. Mengulik pendapat para sivitas akademika terkait pelaksanaan vaksin yang saat itu masih menuai keraguan, Ganto edisi ini menghadirkan kepada pembaca Laporan terkait vaksinasi yang dilakukan di lingkungan UNP. Pro dan kontra adalah kewajaran yang masih ditemui Ganto dalam meliput isu seputaran vaksin kepada sivitas akademika. Meskipun begitu, tidak saja di UNP, vaksinasi ini telah menjadi kewajiban global bagi negara yang terkena dampak. Saat ini dilansir dari liputan6.com sudah sebanyak 124 juta penduduk Indonesia sudah mendapatkan vaksin dosis pertama. Bagaimanapun, ini merupakan suatu kebaikan bagi negara untuk melansungkan vaksin demi memerangi wabah Covid-19. Pro dan kontra adalah suatu keniscayaan bagi orang-orang yang meragukan efektivitas vaksin. Namun tentu keterbukaan akan informasi yang benar mesti menjadi keharusan bagi kita untuk mendapatkannya. Ragam hoax mengenai vaksin pun telah dituai sejak kebijakan vaksinasi ini diberlakukan. Kendati demikian, saat ini pertambahan jumlah individu yang mendapatkan suntikan vaksin merupakan sebuah upaya yang masih terus untuk digencarkan. Harapan untuk menang dari wabah ini tentu akan selalu terbuka dengan berbagai cara untuk dicoba. Pada edisi kali ini, Ganto mengalami keterlambatan hadir untuk pembaca. Edisi kali ini pun juga tidak dapat hadir dalam bentuk cetak tabloid. Meskipun begitu, hal tersebut tidak mengurangi semangat para awak Ganto untuk terus menghadirkan isu-isu menarik seputaran kampus lainnya kepada pembaca dalam edisi lainnya. Terakhir, kami tim redaksi cetak mengucapkan terima kasih bagi pembaca setia Ganto yang masih semangat menunggu kehadiran tiap edisinya. Akhir kata, selamat membaca! Pemimpin Redaksi Cetak
GANTOLE
+ Vaksinasi dianjurkan bagi sivitas akademika. - Hmm masih ada yang bimbang, tuh. + Gedung PKM tetap dibatasi jam masuk. - Lah? Susahlah! + Uang pembangunan mandiri naik. - Kok bisa?
SARIPATI
Antara Pandemi, Vaksin dan Pendidikan
Oleh Romi Mardela Pembina SKK Ganto 2021
Suatu waktu saya bercerita dengan kerabat, seorang siswi kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Pada saat itu, dia sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan gurunya. Salah satu tugasnya pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Di dalam tugas itu, ada beberapa pertanyaan tentang teori teknik pelaksanaan tolak peluru serta keterampilan terkait yang menyertainya. Dia meminta bantuan saya untuk membantu menyelesaikan tugasnya. Tugas yang menurut saya kurang tepat dikerjakan siswa kelas 4 SD, apalagi berupa tugas tertulis bukan praktikum. Dapat diduga, sama halnya dengan yang dialami oleh para siswa lainnya, sejak masa pandemi mereka kehilangan kesempatan untuk belajar secara langsung keterampilan yang semestinya dapat dikuasai melalui mata pelajaran PJOK tersebut. Alhasil, pelajaran yang seharusnya dilakukan secara praktik, berganti daring. Persoalan yang sama juga terjadi di perguruan tinggi khususnya pada mata kuliah praktikum. Se-
perti yang saya alami sebagai seorang staf pengajar di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP, misalnya. Selama masa pandemi, kesempatan para mahasiswa untuk belajar secara langsung juga terhenti. Pun keadaan ini berimbas terhadap pembelajaran keterampilan olahraga bagi para mahasiswa. Semestinya materi tersebut dapat mereka pelajari melalui tatap muka di kampus dan sebagai syarat lulus mata kuliah. Namun pada akhirnya indikator capaian keberhasilan pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai. Bagi para pendidik, hingga saat ini, berbagai metode pendekatan pembelajaran daring telah diujicobakan dalam mendemonstrasikan keterampilan gerak yang harus dikuasai dalam satu cabang olahraga. Kondisi seperti ini tentu menjadi tantangan, baik bagi para mahasiswa juga bagi para dosen. Bagaimana tidak, bagi mahasiswa kesulitan yang mereka alami tidak dapat berlatih atau mencobakan secara langsung. Di sisi lain, para dosen pun juga mengalami persoalan dalam memberikan materi praktikum. Pandemi telah menjadi momok bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, pilihannya adalah terus berinovasi atau terlibas kegagalan. Berbagai webinar pun juga digelar sebagai upaya mencari dan memberikan solusi mengatasi persoalan ini. Sama halnya dengan kuriku-
lum pendidikan di Indonesia yang keseringan gonta ganti, begitu pula halnya dengan metode pembelajaran yang diterapkan. Untuk melahirkan sebuah metode yang tepat untuk pembelajaran di tengah pandemi ini, tentu butuh waktu panjang. Meski demikian, salah satu solusi mumpuni yang jamak sekarang dijalankan adalah penerapan metode bauran, campuran antara pembelajaran daring dan luring. Tentu saja pembelajaran sistem bauran ini ada tantangan tersendiri, sama halnya pada saat tidak semua pihak mendukung pelaksanaan pendidikan secara luring ataupun sebaliknya juga pada saat tidak pula semua pihak setuju jika pendidikan dilaksanakan hanya melalui sistem daring. Kita khawatir dengan masa depan pendidikan. Para pelajar yang berada dalam masa transisi pendidikan ‘model’ pandemi dalam dua tahun ke belakang seperti kehilangan orientasi. Gadget berupa telepon pintar, yang seharusnya menjadi alat komunikasi disulap menjadi sarana utama pendidikan yang notabene belum layak dijadikan sebagai alat pendidikan. Pada penghujung tahun ini pemerintah menargetkan vaksinasi hingga 70 persen. Sebuah keniscayaan yang harus dipatuhi bersama sebagai upaya agar nantinya dapat mengantarkan pendidikan kembali ke arah yang lebih baik.
POKOK PADANG
Lihat, Dengarkan dan Pastikan Mata, telinga, dan mulut adalah tiga hal yang dapat menyebabkan malapetaka. Mereka selalu beriringan. Apabila mata melihat, mulut menyampaikan ke telinga sebagai pihak ketiga. Pihak ketiga mendengar dan diteruskan ke mulut, lalu si mulut menyampaikan ke telinga lainnya dan seterusnya menjadi sebuah siklus. Mata adalah saksi bisu dari sebuah kisah. Sedangkan telinga merupakan wadah tempat mulut berkreasi. Semakin tinggi kreativitas si mulut maka semakin indah percakapan yang dihasilkan. Semakin banyak telinga yang mendengar semakin bervariasi apa yang didengar. Seperti sebuah bidak dalam permainan catur. Dia akan bergerak dan menikam lawan sesuai keahliannya. Menikam pemain lemah hingga mendominasi permainan. Apabila pemain lengah akan mudah untuk terkecoh. Apabila si telinga tidak menyaring perkataan yang masuk maka akan timbul kesalahpahaman. Sehingga mulut yang siap siaga menyampaikan juga meracuni pemikiran orang lain. Siklus ini lumrah terjadi di sekitar kita, apalagi dalam kehidupan berkelompok. Bahkan kru Ganto juga memiliki peluang yang besar untuk terjebak dalam
Hiburan: Kru SKK Ganto bersama Kru Magang saat melakukan jalan-jalan selepas cetak tabloid edisi 219 di Pantai Muara Putih, Padang, Minggu (3/10). f/Sandi.
siklus tersebut. Kesalahpahaman wajar terjadi dalam berkomunikasi sehingga perlu klarifikasi sebelum sebuah informasi dicerna menjadi sebuah keyakinan. Layaknya siklus yang terjadi antar sesama kru, dalam hal pemberitaan pun kru Ganto perlu mematuhi kode etik jurnalistik dalam hal kebenaran sebuah informasi yang disajikan kepada sahabat Ganto. Pada edisi 220 ini, kami mengangkat sebuah laporan terkait Vaksin Covid-19 di Universitas Negeri Padang (UNP) yang membahas mengenai vaksinasi yang digelar oleh UNP kepada sivitas akademika dalam upaya pengurangan kasus infeksi virus Covid-19. Vaksinasi ini juga akan
menjadi syarat perkuliahan luring mahasiswa tahun masuk 2020 dan persyaratan administrasi lainnya bagi sivitas akademika. Sebelum itu, segenap kru Ganto memohon maaf kepada pembaca apabila kehadiran edisi ini tidak dalam bentuk cetak seperti edisi sebelumnya dikarenakan alasan pendanaan. Namun, kami tetap setia menyajikan bacaan berupa isu seputaran kampus seperti peresmian Kampus Program Studi Luar Kampus (PSDKU) UNP Kota Sawahlunto, problema UKT mahasiswa dan beberapa isu serta tulisan menarik lainnya yang dapat dinikmati oleh pembaca setia. Salam hangat dari kami, selamat membaca! Pemimpin Umum
Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP: Prof. Ganefri, Ph.D., Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Drs. Hendra Syarifuddin, M. Si., Ph. D., Penanggung Jawab: Titi Sri Wahyuni, S.Pd., M. Eng., Romi Mardela, S.Pd., M.Pd., dan Drs. Andria Catri Tamsin, M.Pd., Dewan Ahli: Lutfi Darwin, Mega Oktavianda, Irza Ade Suarni, Ozza Syafrigo Aulia, Anisa Erda Walanda, Aminah Wulansari Lubis, Ahmad Fadillah B, Imelda Kristinafanny Sirait, Staf Ahli: Konsultasi Psikologi: Indah Sukmawati, S.Pd, M. Pd. Kons., Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, M.Kes., Kritik Puisi: Muhammad Adek, M.Hum., Kritik Cerpen: Nesa Riska Pangesti, S.S., M.A., Kritik English Corner: Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd., Artikel Filsafat: Alim Harun Pamungkas, M. Pd., Pemimpin Umum: Mitha Melanie Putri, Sekretaris Umum: Widia Nurfitri, Bendahara Umum: Lidya Octaliani, Pemimpin Redaksi Cetak: Rahma Livia, Pemimpin Redaksi Televisi dan Daring: Habil Ramanda, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Siska Novrida Yanti, Pemimpin Usaha: M. Afdal Afrianto, Redaktur Pelaksana: Nisrina Zakia Khalel, Redaktur Berita: Rezky Amelia Putri dan Rizka Mutiah Nur, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Nurul Safitri, Redaktur Tulisan: Tiara Tri Dewi, Redaktur Artistik dan Layouter: Vedri Rahmadhana, Fotografer: Rino Warisman Putra dan Kurnia Sandi, Redaktur Daring: Rezky Ultabaini, Monalisa Hayati, dan Indah Pareza, Editor dan Vidiografer: Ardi Candra dan Muhammad Taufik, Ilustrator: Fitria Panca Ramadhani, Staf Riset: Tharifa Annisa Onny dan Sisri Hayati, Staf Pustaka dan Kearsipan: Lili Rahmadani, Staf Usaha: Azizah Septianti, Staf Percetakan dan Sirkulasi: Yuni Komala Dewi, Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung Student Center Lt 2 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.co, email: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,00 (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000,00 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,00
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
3
SURAT PEMBACA
Pendaftaran TOEFL Harap Dipermudah Sebagai mahasiswa tahun akhir, saya berharap untuk proses dan syarat pendaftaran TOEFL dipermudah. Apalagi hasil TOEFL yang diterima di UNP adalah hasil tes yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa UNP. Jangan sampai prosedur TOEFL ini menjadi penghambat bagi mahasiswa nantinya. Khairanisa Arya Mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2017
Ongkos Keamanan Universitas Negeri Padang (UNP) memiliki Satuan Pengaman (Satpam) yang jumlahnya banyak dalam menjaga keamanan lingkungan UNP. Namun sayang, terdapat beberapa oknum satpam yang ditemui masih memanfaatkan posisinya. Contohnya seperti oknum satpam yang menemukan kunci motor mahasiswa, kemudian meminta imbalan berupa uang untuk membeli rokok dan minuman dingin. Tentu hal ini sangat melanggar prosedur. Semoga oknum-oknum seperti ini bisa ditindak UNP. M. Afdal Afrianto Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2018
Ilustrator: Vedri Rahmadhana
FILOSOFIA
Pembatasan Pembukaan Gerbang UNP
Perang dan Hubungan Manusia
Sudah lebih satu tahun belakangan ini, hanya dua gerbang Universitas Negeri Padang (UNP) yang dibuka. Akibat penutupan di gerbang lainnya, saya dan mahasiswa yang lain mengalami kendala dalam hal akses. Kami harus berputar lebih jauh untuk menuju kampus, karena akses ke kos terhalang oleh penutupan gerbang. Semoga hal ini juga menjadi perhatian bagi UNP. Wildsum Adlis Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2018
Garangnya Staf Administrasi Sudah seharusnya staf administrasi kampus bersikap ramah dalam melayani mahasiswa. Namun, salah satu pengalaman buruk saya ketika menemui staf administrasi Fakultas Bahasa dan Seni untuk menanyakan sertifikat Krida dan PKKMB, respon dari staf tersebut sangat tidak ramah. Bahkan ketika saya tanyakan kembali kapan sertifikat tersebut dapat diambil, staf tersebut merespon dengan sedikit marah. Genta Hidayat Tullah Mahasiswa Prodi Perpustakaan dan Ilmu Informasi TM 2019
Tidak Ramah Ini pengalaman buruk saya selama kuliah di UNP. Kejadiannya di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Saat itu saya sedang berkumpul bersama teman-teman sekitar pukul 16.30 WIB, dua perempuan dan satu laki-laki di sebelah saya. Pada saat bersamaan seorang teman laki-laki saya sedang rebahan di kursi sebelah dengan kepala di atas tas. Lalu datang seorang satpam FIP yang mengatakan perkataan yang membuat saya marah. Ia berprasangka kami melakukan tindakan tercela, lantas mengatakan hal yang merendahkan dan menyebut saya tidak punya harga diri. Saran saya, hal tersebut tidak terulang lagi karena merendahkan perempuan. Boleh menegur, tapi dengan bahasa yang layak di lingkungan pendidikan. Terima kasih. Siska Novrida Yanti Mahasiswa Teknik Elektronika TM 2017
Oleh Alim Harun Pamungkas Pengajar Filsafat Pendidikan Dosen Pendidikan Luar Sekolah Surel: alimharun@fip.unp.ac.id
Persenyawaan dapat dimaknai sebagai ilustrasi pertemuan antara dua nyawa yang ingin menjadi satu nyawa, se-nyawa. Setiap nyawa saling berjanji untuk menjaga nyawa lainnya seperti menjaga nyawanya sendiri. Kegagalan kesepakatan bersatunya dua nyawa ini akan berubah menjadi bentuk kesepakatan baru yang dikenal dengan kerja sama. Tidak untuk kepentingan menyatukan nyawa, melainkan hanya dibatasi pada kesepakatan untuk bekerja secara bersama pada suatu urusan tertentu. Kerja sama yang gagal dilakukan akibat situasi tertentu menghasilkan interaksi yang disebut ko-eksistensi. Setiap pribadi dalam interaksi ini hanya mengurus urusan masing-masing (urusanku bukan urusanmu) dan ini merupakan bibit dari lahirnya bentuk selanjutnya, kompetisi, persaingan yang masih memiliki aturan. Apabila kesepakatan aturan dalam persaingan ini tidak dapat dipatuhi, maka akan menghasilkan bentuk baru, yaitu konflik. Sebuah bentuk lanjutan dari persaingan tanpa aturan. Konflik ini dapat dipahami dengan bahasa yang lain sebagai “perang”. Perang inilah yang selanjutnya menghasilkan pembunuhan, pembantaian, pemusnahan yang dikenal dengan genosida. Alur ini menjelaskan bahwa cita-cita manusia
awalnya adalah menjadi se-nyawa, namun dapat berakhir dengan penghilangan nyawa. Pembunuh dan Teror Senjata tradisional tentu dapat menjadi ciri utama dari suku bangsa yang mengenakannya. Sebut saja keris, senjata tusuk untuk menaklukkan lawan pada pertarungan satu lawan satu. Pertarungan satu lawan satu yang dilakukan secara berhadapan mengesankan suatu peristiwa sportifitas. Memang dalam situasi semacam itu, kedua belah pihak petarung berpeluang menjadi pembunuh, salah satu pihak tewas atau justru keduanya. Dengan kata lain, kedua belah pihak hanya akan membunuh atau melukai lawan tandingnya saja, dan tidak mungkin melukai atau membunuh orang lain di luar pertarungannya. Nilai sportifitas dalam pertarungan (baca: peperangan kecil) tersebut diartikan bahwa pembunuh adalah orang yang memilih korbannya. Dia hanya melukai siapa yang menjadi lawan yang berhadapan dengannya. Berdasarkan uraian tersebut, sebuah pertarungan mestinya merupakan peristiwa sportifitas yang jauh dari nilai-nilai kecurangan. Lahirnya teknologi persenjataan modern nyatanya mengubah kondisi ini. Awalnya pertarungan melibatkan keris lawan keris, atau tombak lawan tombak. Berubah menjadi keris lawan meriam atau keris lawan senapan. Pertarungan jarak dekat satu lawan satu secara berhadapan, akhirnya harus berubah pertarungan jarak jauh. Petarung tidak lagi bertemu dengan lawannya. Seorang penembak bahkan bisa jadi tidak tahu siapa yang menembaknya. Tidak ada lagi tatapan mata yang terjadi. Ini menunjukkan situasi yang memungkinkan terciptanya situasi ketidakspor-
tifan. Dalam kasus peperangan, persenjataan tradisional versus persenjataan modern terjadi dalam banyak catatan sejarah. Sepasukan tentara dengan persenjataan tradisional yang terlatih dalam pertarungan jarak dekat yang menyiapkan diri untuk bertempur satu lawan satu harus berhadapan dengan peluru yang dilesatkan dari jarak jauh tanpa tahu siapa musuh yang melesatkannya. Walhasil pada banyak peperangan semacam ini, kekalahan berada pada pihak yang bersenjata tradisional. Hal inilah yang dapat disebut sebagai asal mula ketidaksportifan yang kemudian menjadi akar dari ketidakadilan. Selanjutnya berkembang pada berubahnya konsep perang. Perang yang awalnya terjadi antara tentara melawan tentara pada area dan waktu yang ditentukan menjadi tentara yang menyerang tanpa memilih korbannya. Praktik perang tidak lagi berfokus pada mereka yang bersenjata, namun berfokus pada pemusnahan sumberdaya. Mereka yang bahkan tak bersenjata pun dianggap sebagai objek serangan. Dengan kata lain, perang bahkan tidak lagi memiliki fokus. Ini tentu dimungkinkan karena model persenjataan yang digunakan. Jika keris dan tombak hanya digunakan untuk membunuh satu orang, tentu berbeda dengan meriam yang bisa membunuh puluhan orang. Gara-gara ini, peperangan tidak lagi memilih siapa korbannya, melainkan siapa saja bisa jadi korbannya. Lantas kalau demikian apa bedanya dengan teror? Perbedaan antara pembunuh dengan teror adalah terletak pada sasarannya. Pembunuh memilih korbannya, sedangkan peneror tidak lagi memilih korbannya.
LAPORAN
4
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Langkah Maju Vaksinasi
Vaksinasi: Tampak sejumlah orang tengah melakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan dalam pelaksanaan vaksinasi di Gedung Auditorium Universitas Negeri Padang, Jumat (3/9). f/Rino.
Hingga kini pandemi virus Covid-19 belum kunjung berakhir. Guna menekan kasus yang terus bertambah, pemberian vaksin Covid-19 mulai didistribusikan ke seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, termasuk dalam ranah pendidikan. Oleh Nisrina Zakia Khalel dan Rahma Livia Pemerintah lewat kebijakannya menjadikan sektor pendidikan sebagai salah satu prioritas sasaran vaksinasi. Pemberian vaksin ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 sekaligus sebagai salah satu langkah untuk memulihkan sistem pendidikan. Dilansir dari Kompas.com pada Februari lalu, pemerintah telah memulai proses vaksinasi terhadap tenaga pendidik, termasuk para dosen. Presiden Joko Widodo menargetkan lima juta guru dan tenaga pengajar harus tuntas divaksin pada bulan Juni sehingga proses pembelajaran tatap muka bisa dimulai pada bulan Juli. Universitas Negeri Padang (UNP) mengambil bagian dalam pelaksanaan vaksinasi tersebut. Para Tenaga Pendidik (tendik) dan dosen selesai melaksanakan vaksin di Gedung Auditorium sejak bulan Maret lalu. Berkaitan dengan hal itu, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 UNP, Dr. dr. Linda Rosalina, M.Biomed memberikan penjelasan Kamis (19/8), bahwa UNP telah melaksanakan vaksin sebanyak empat tahap. Pada tiga tahap pertama pelaksanaan vaksin dikhususkan untuk para tendik dan dosen. Tahap pertama, dimulai pada tanggal 24 dan 25 Maret 2021. Diikuti dengan tahap kedua pada 7-8 April 2021, dan tahap ketiga pada 22 April 2021 yang dilaksanakan di gedung Auditorium UNP. Berikutnya, tahap keempat vaksin di UNP digelar selama tiga hari berturut-turut, yakni tanggal 18 hingga 20 Agustus 2021. Vaksin ini terkhusus diberikan kepada mahasiswa Tahun Masuk (TM) 2020 untuk dapat memulai pembelajaran
tatap muka yang dijadwalkan pada minggu ke-6 (21 September) berdasarkan Surat Edaran Rektor nomor 3558/UN35/ EP/2021. Sivitas akademika pun turut memperoleh vaksinasi. Tidak berhenti pada tahap keempat, UNP terus memfasilitasi pelaksanaan vaksin. Berbeda dari sebelumnya, pelaksanaan vaksin kali ini berkat aksi sosial yang dilakukan oleh Alumni Akademi Kepolisian (AKPOL) Patriatama Angkatan 1995 yang digelar serentak di 13 provinsi Indonesia. Satgas Covid-19 UNP, Dr. dr. Linda Rosalina, M.Biomed mengatakan untuk kegiatan vaksin yang dilakukan di UNP bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Padang. Linda juga menyampaikan bahwa jenis vaksin yang digunakan yaitu Sinovac yang merupakan jenis vaksin yang sama diberikan kepada para tenaga kesehatan. Untuk lebih meyakinkan, Ketua Satgas Covid yang sekaligus Wakil Dekan III FPP ini menegaskan vaksin Sinovac telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Dalam paparannya terkait keamanan vaksin, Dr. dr. Linda Rosalina, M.Biomed menjelaskan bahwa secara internasional, keputusan BPOM RI selaras dengan panduan WHO. Bahwasanya Emergency Use Authorization (UEA) atau otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 dapat ditetapkan dengan beberapa kriteria. Pertama, telah ditetapkan keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat oleh pemerintah. Kedua, terdapat cukup bukti ilmiah terkait aspek keamanan dan khasiat dari obat (vaksin) untuk mencegah, mendiagnosa, atau mengobati penyakit atau
keadaan yang serius dan mengancam jiwa berdasarkan data non-klinik, klinik dan pedoman penatalaksanaan penyakit terkait. Ketiga, obat (termasuk vaksin) memiliki mutu yg memenuhi standar yang berlaku serta dan cara pembuatan obat yang baik. Keempat, memiliki kemanfaatan yang lebih besar dari resiko (risk-benefit analysis) didasarkan pada kajian data non-klinik dan klinik obat untuk indikasi yang diajukan. Terakhir belum ada alternatif pengobatan atau penatalaksanaan yang memadai dan disetujui untuk diagnosa, pencegahan atau pengobatan penyakit penyebab kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat. Telah dilaksanakannya vaksinasi di lingkungan UNP, Ganto mencoba mencari data dan informasi mengenai persentase dosen atau tendik yang sudah maupun belum divaksin. Ganto menanyai hal ini ke beberapa Wakil Dekan (WD) di antaranya Wakil Dekan (WD) I Fakultas Ekonomi (FE) Dr. Marwan, S.Pd, M.Si., WD III FE Dr. Yulhendri, S.Pd, M.Si., serta WD I Fakultas Ilmu (FIP) Prof. Dr. Hadiyanto, M.Ed., dan Dr. Desyandri, M.Pd selaku WD III FIP. Berdasarkan itu informasi yang didapat dari Ketua Satgas Covid-19 UNP, Dr. Rosalinda mengatakan vaksin ini diikuti hampir 60% dari jumlah dosen atau tendik. Pada waktu itu, kebijakan dari pemerintah baru memprioritaskan pada pelayan publik, yaitu dosen atau tendik,” jelas Satgas Covid-19 UNP, Dr. dr. Linda Rosalina, M.Biomed saat diwawancarai melalui pesan Whatsapp Minggu, (15/8). Mengetahui jalannya pelaksanaan vaksin di UNP, menurut keterangan yang didapatkan
dari salah satu Dosen Pendidikan Bahasa Jepang yang telah melaksanakan vaksin, pihak UNP sebelumnya melakukan sosialisasi mengenai Vaksinasi Covid-19 dengan menyebarkan pamflet di grup-grup dosen. Pamflet ini berisi pentingnya vaksin, kehalalan vaksin, hingga kewajiban ASN untuk divaksin dan disertai surat dari pemerintah. Selama pelaksanaannya, lanjut Reny, dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan, nyaman dan terkoordinasi. Selain itu semua dosen terlebih dahulu diperiksa oleh pihak tenaga kesehatan mengenai kondisi kesehatannya. Bagaimana kejadian paska vaksin yang dirasakan, Dosen Pendidikan Bahasa Jepang ini mengatakan tidak mengalami efek yang begitu serius. Vaksin pertama yang dilakukannya aman, selanjutnya vaksin kedua hanya merasa pegal di lengan yang disuntik. “Emang ada yang berpengaruh dan ada yang down. Itu kejadian sama teman sensei yang dosen juga. Efek paska vaksin tergantung imun individu masing-masing kita,” ujarnya, Jumat (30/7) melalui balasan pesan WhatsApp. Selain dosen, tenaga pendidik juga termasuk dalam daftar wajib vaksin di UNP. Melinda Febrianti, S.IP, merupakan salah seorang tendik perpustakaan yang telah melakukan vaksin di UNP. Melinda mengatakan bahwa ia setuju dilaksanakannya vaksinasi bagi ASN selingkungan UNP demi menekan penyebaran virus Corona. Hal biasa, karena vaksin untuk Covid-19 masih dalam uji coba, Jumat (30/7) via WhatsApp. UNP mewajibkan seluruh dosen dan tendik untuk melakukan vaksinasi Covid-19, namun beberapa di antaranya yang ti-
dak bisa mendapatkan vaksin lantaran kondisi kesehatannya. Winda Agustiarmi, S.Pd., M.Pd.T Dosen Teknik Elektronika, salah satunya yang tidak menjalani vaksin karena tekanan darah tinggi. Namun ia sendiri mendukung pelaksanaan vaksin sebagai persiapan pembelajaran untuk mahasiswa tahun masuk 2020 yang disampaikannya pada Kamis, (19/8). Grahita Kusumastuti, M.Pd Dosen Pendidikan Luar Biasa, termasuk dosen yang belum melakukan vaksin karena sedang dalam masa hamil. Dalam wawancara tersebut Grahita juga menyampaikan bahwa pelaksanaan vaksin dapat menjadi hal pendukung untuk memulai perkuliahan tatap muka. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan yaitu situasi penyebaran covid sudah terkendali, adanya kesadaran protokol kesehatan ada, dan kesiapan fasilitas protokol kesehatan. “Jadi vaksinnya tidak berdiri sendiri,” jelasnya (19/8). Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D menanggapi terkait persiapan perkuliahan luring bagi TM 2020 selain pelaksanaan vaksin, juga dilengkapi dengan fasilitas protokol kesehatan. Di antaranya wastafel cuci tangan dan masker cadangan pada tiap kelas. Ganefri menambahkan catatan bahwa bagi mahasiswa maupun dosen yang memang tidak memungkin melaksanakan perkuliahan luring, maka dapat dilaksanakan secara daring. “Ini masih tahap uji coba, kita tentu melihat keadaan terbaru dari kondisi pandemi,” tutupnya saat di wawancarai Ganto di Gedung Rektorat lantai 4, Rabu (30/6). Reporter: Nurul, Rizka, Indah, Sisri, Siska, Mitha, dan Rahma
LAPORAN
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
5
Bayang-bayang Vaksinasi Memeriksa: Seorang pria tengah melakukan pengukuran tensi oleh tenaga kesehatan untuk diperiksa kesiapan fisiknya dalam menerima suntikan vaksin Covid-19 di Gedung Auditorium Universitas Negeri Padang, Jumat (3/9). f/Rino.
Vaksinasi Covid-19 saat ini menjadi persyaratan administrasi di manapun untuk dapat menunjang aktivitas. Kendati demikian, hal tersebut masih belum meyakinkan keraguan sebagian orang untuk melakukan vaksinasi. Oleh Nisrina Zakia Khalel dan Rahma Livia Dalam Frequently Asked Question seputar vaksinasi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menjelaskan sejarah panjang Indonesia dalam upaya penanggulangan penyakit menular dengan vaksinasi atau imunisasi. Indonesia juga telah berkontribusi terhadap penanggulangan penyakit di muka bumi ini melalui pemberian vaksinasi. Sebagai contoh sejak pertama kali imunisasi cacar dicanangkan pada tahun 1956, akhirnya penyakit cacar bisa dieradikasi, yaitu dimusnahkan di seluruh dunia pada tahun 1974. Sehingga pelaksanaan imunisasi campak dihentikan pada tahun 1980. Pun demikian dengan polio, sejak imunisasi polio dicanangkan pertama kali tahun 1972, Indonesia akhirnya mencapai bebas polio tahun 2014. Saat ini dunia, termasuk Indonesia sedang dalam proses menuju eradikasi polio yang ditargetkan pada tahun 2023. Upaya gencar lain termasuk pemberian imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil juga dilakukan, akhirnya Indonesia mencapai status eliminasi tetanus maternal dan neonatal tahun 2016. Di Indonesia, vaksinasi Covid-19 pertama kali dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2021. Vaksinasi tersebut awalnya tidak bisa diikuti oleh orang lanjut usia. Namun, pada tanggal 5 Januari 2021 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengizinkan penggunaan vaksin untuk orang lanjut usia (lansia). Dengan adanya izin tersebut, masyarakat yang berusia 60 tahun ke atas pun bisa mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Hal ini dipaparkan oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 UNP, Dr. dr. Linda Rosalina, M.Biomed pada Minggu (15/8). dr. Linda dalam wawancaranya menjelaskan, vaksin adalah
zat yang mengandung bakteri, virus, atau komponen yang dikendalikan lewat kemajuan teknologi. Vaksin mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan penyakit. Namun antigen yang ada di dalam vaksin tersebut sudah dikendalikan, maka pemberian vaksin tidak menyebabkan orang menderita penyakit. Sementara itu, tujuan utama dari semua jenis vaksin adalah untuk merangsang sistem kekebalan dalam tubuh sehingga pertahanan tubuh lebih kuat melawan setiap benda asing atau organisme yang masuk, misalnya virus. Meskipun telah banyak penjelasan terkait vaksin yang beredar, namun masih ada yang menyimpan keraguan terkait efektivitas vaksin. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Komandan Unit Kegiatan Palang Merah Indonesia di UNP, Resti yang merasa ragu dengan kandungan yang terdapat di dalam vaksin dan efek yang ditimbulkan. “Saya sendiri sedikit ragu mengenai vaksin ini, karena pihak kesehatan atau dokter tidak menjelaskan apa yang terkandung dalam vaksin dan efeknya terhadap tubuh,” terangnya, Senin (20/8). Hal tersebut dijawab oleh dr. Linda bahwa Indonesia telah menggunakan tiga jenis vaksin, yakni vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm. Ketiga jenis vaksin tersebut jelasnya, telah direkomendasikan World Health Organization (WHO) melalui daftar penggunaan darurat. dr. Linda menyampaikan bahwa Vaksin Covid-19 produksi Sinovac (CoronaVac) adalah yang terbaru mendapatkan validasi dari WHO tersebut pada 1 Juni lalu. Sedangkan AstraZeneca telah masuk dalam persetujuan penggunaan darurat sejak 15 Februari 2021 dan Sinopharm pada 7 Mei 2021.
“Jenis vaksin Covid-19 yang diadakan oleh pemerintah adalah yang sudah dipastikan keamanan dan efektivitasnya untuk melindungi masyarakat. Jadi, jangan ragu untuk turut berpartisipasi dalam program vaksinasi Covid-19,” jelasnya, Jumat (30/7). Pelaksanaan vaksin yang masif saat ini, salah satunya juga dilakukan di UNP. Dalam memulai perkuliahan tatap muka yang dijadwalkan pada minggu ke-6 (21 September) sesuai dengan Surat Edaran Rektor nomor 3558/ UN35/EP/2021 bagi mahasiswa TM 2020, UNP juga menganjurkan persyaratan vaksin. Namun dengan beberapa kondisi tubuh, salah seorang mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual TM 2020, Zaky Thursina mesti terkendala melaksanakan vaksin. Ia mengatakan bersedia untuk divaksin namun tidak dianjurkan dokter karena memiliki asma. “Saya merasa mendapatkan resiko yang besar jika harus kuliah luring karena memiliki penyakit bawaan dan tidak bisa vaksin, harapannya ada opsi untuk kuliah daring,” terangnya dalam pesan WhatsApp, Rabu (15/9). Munculnya keraguan dalam melakukan vaksinasi juga diungkapkan oleh salah seorang Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) TM 2020, Febyola Ayu Monevy lantaran mendapatkan informasi adanya orang yang sudah melakukan vaksin, namun tetap terpapar Covid-19, ucapnya Kamis (12/8). Tidak hanya dari mahasiswa FIS, Mahasiswa Fakultas Ekonomi TM 2020, Adinda Putri yang diwawancarai pada Kamis (12/8) juga mengutarakan keraguannya akan kabar yang beredar tentang bahaya vaksinasi ini. Di sisi lain, respon positif mengenai vaksinasi ini juga
datang dari kalangan mahasiswa lainnya yang meyakini efektivitas vaksin. Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan TM 2020, Naufal Azzuhdi yang telah mengikuti vaksin mengatakan tidak mengalami efek samping yang serius. Ia sendiri menepis isu mengenai kebohongan vaksin, menurutnya ada banyak tipikal orang yang kontra terhadap vaksin. “Yang katanya virus buatan, atau vaksin mengandung chip, dan bahkan yang mengatakan vaksin itu haram,” ungkapnya, Rabu (15/9). Naufal menilai seharusnya sudah tidak ada orang yang takut dengan vaksin karena kenyataanya vaksin sudah digunakan oleh orang di seluruh dunia. Sementara itu, vaksin ini sudah menjalani tahap uji yang rumit, dan didukung lembaga terpercaya seperti WHO, KEMENKES, dan Majelis Ulama Indonesia. “Masih banyak orang yang belum paham tentang ini, mereka masih mengira virus dan bakteri sama aja dan bisa disembuhkan dengan obat, padahal untuk melawan virus (antigen) itu harus dengan antibodi yang diproduksi tubuh sendiri, dan untuk memproduksi antibodi tubuh harus terlebih dahulu ‘terpapar’ virus tersebut,” jelasnya. Dilaksanakannya vaksinasi di UNP sebagai salah satu langkah memulai perkuliahan luring bagi TM 2020, menurut salah seorang Mahasiswa Bahasa Indonesia dan Daerah TM 2019 akan efektif jika tetap menerapkan protokol kesehatan seperti adanya 5M. Hal ini menurutnya secara fakta di lapangan, vaksinasi ini bukan berarti kita tidak akan terpapar Virus Covid-19. Mery menilai, justru hal ini bisa menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19. “Jangan terlalu berpikiran karena kita sudah vaksin, kita akan terbebas
Covid-19,” tegasnya, Rabu (11/8). Pelaksanaan vaksin Covid-19 tidak terbatas bagi mahasiswa TM 2020 yang hendak melaksanakan perkuliahan tatap muka, namun juga beberapa mahasiswa yang tengah melakukan Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) dan magang di beberapa instansi. Diutarakan oleh seorang Mahasiswa Pendidikan Ekonomi TM 2018, Isma Elisa bahwa di tempat ia PLK mewajibkan vaksin. Hal ini lantaran sebagai syarat mengajar tatap muka. “Saya sendiri sudah melakukan vaksinasi, lokasinya saya vaksin di Nagari Koto Ranah, Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya,” kata Isma pada Rabu (4/8). Kendala pelaksanaan vaksin terjadi pada orang dengan penyakit bawaan tertentu. Hal ini dialami oleh Anggia Indra Pulinda Mahasiswa yang tengah magang di Bank Nagari Payakumbuh. Anggia menyebutkan di tempatnya magang memang mewajibkan vaksin, namun lantaran ia memiliki penyakit bawaan, maka ia tidak dipaksakan melakukan vaksin. Hal ini disampaikannya dalam pesan WhatsApp Rabu, (4/8). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Rektor UNP Prof. Ganefri, Ph.D pada 30 Juni lalu, Ganefri juga menyebutkan pelaksanaan vaksin di UNP tidak dengan asas paksaan, diikuti bagi sivitas akademika dengan kriteria yang sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan. “Vaksin ini tidak dipaksa, bagi yang memenuhi syarat saja, karena nanti akan beresiko,” jelasnya saat ditemui Ganto di ruangannya, Rabu (30/6).
Reporter: Afdal, Habil, Nisrina, Rahma, Rezky, dan Vedri.
LAPORAN
6
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Sikap Hadapi Vaksinasi Salah satu upaya untuk menekan angka kasus Covid-19 yang kian meningkat salah satunya melakukan suntik vaksin yang dianjurkan oleh pemerintah. Penetapan vaksin yang digunakna pemerintah adalah yang terbukti sudah aman dan lulus uji klinis serta masuk dalam Emergency Use Listing dari World Health Organization. Berdasarkan hal tersebut Ganto melakukan riset kepada sivitas akademika mengenai sikap mereka terhadap Vaksin C0vid-19.
Apakah Anda sudah divaksin Covid-19?
Apakah Anda setuju Vaksinasi diwajibkan bagi sivitas akademika untuk PLK, magang, dan kuliah tatap muka?
Apakah menurut Anda Vaksinasi terhadap sivitas akademika efektif memerangi Covid-19? Sumber: Litbang SKK Ganto UNP Infografik: Vedri Rahmadhana
WAWANCARA KHUSUS
Vaksinasi UNP: Realisasi Menyikapi Pandemi
Ketua Satuan Tugas Covid-19 UNP Dr. dr. Linda Rosalina, M.Biomed
Dalam upaya penanganan pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai vaksinasi di tanah air. Seiring dengan kebijakan ini perguruan tinggi turut merealisasikan kebijakan tersebut, tak terkecuali Universitas Negeri Padang (UNP). Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 UNP, Dr. dr. Linda Rosalina, M.Biomed memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan vaksinasi di UNP, saat diwawancarai reporter Ganto Nurul Safitri melalui pesan Whatsapp, Minggu (15/8).
Vaksin jenis apa yang digunakan? Kegiatan vaksinasi UNP bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Padang. Vaksin yang tersedia saat itu adalah sama dengan vaksin yang diberikan pada tenaga kesehatan, yaitu Sinovac. Vaksin Sinovac adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus Sars-cov-2 atau Covid- 19. Vaksin ini dikenal juga dengan nama Corona AC dan sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia (RI). Keamanan vaksin Sinovac? Secara internasional keputusan badan POM RI selaras dengan panduan World Health Organization, yang menyebutkan bahwa otoritas penggunaan darurat vaksin Covid -19 dapat ditetapkan dengan beberapa kriteria. Pertama telah ditetapkan keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat oleh pemerintah. Kedua terdapat cukup bukti ilmiah terkait aspek keamanan dan
khasiat dari obat (vaksin) untuk mencegah, mendiagnosa, atau mengobati penyakit atau keadaan yang serius dan mengancam jiwa berdasarkan data non-klinik, klinik dan pedoman penatalaksanaan penyakit terkait. Ketiga, obat (termasuk Vaksin) memiliki mutu yang memenuhi standar yang berlaku serta cara pembuatan obat yang baik. Keempat, memiliki kemanfaatan yang lebih besar dari resiko (risk-benefit analysis) yang didasarkan pada kajian data non-klinik dan klinik obat untuk indikasi yang diajukan. Terakhir, belum ada alternatif pengobatan atau penatalaksanaan yang memadai dan disetujui untuk diagnosa, pencegahan atau pengobatan penyakit yang menjadi penyebab kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat. Apakah sebelum vaksin petugas memberikan pertanyaan seputar kesehatan peserta vaksin? Ya betul sekali, pada saat akan divaksin akan dilakukan penyaringan oleh petugas kesehatan.Ketika hendak divak-
sinasi Covid-19, akan mendapat beberapa pertanyaan dari tenaga medis untuk memastikan apakah seseorang layak mendapat vaksin atau tidak. Ketentuan ini telah tertuang di dalam Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor Hk.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Adakah keluhan pasca vaksin? Terkait keluhan pasca vaksin ada beberapa peserta vaksin yang mengalami pusing dan mengantuk. Namun hal tersebut segera pulih setelah 1-3 hari. Apakah vaksinasi efektif dilakukan sebagai upaya memulai pembelajaran tatap muka? Tujuan utama vaksinasi Covid adalah merangsang sistem kekebalan dalam tubuh orang tersebut untuk melawan antigen atau virus Covid-19, sehingga apabila antigen tesebut mengin-
feksi kembali, reaksi imunitas respon imun pertahanan tubuh akan lebih kuat melawan apabila ada virus Covid-19 yang masuk. Kita berharap vaksinasi memberikan perlindungan aktif bagi tubuh kita dan juga bagi mahasiswa Apakah nantinya akan ada aturan wajib vaksin bagi mahasiswa UNP? Kami hanya bisa menghimbau dan menyarankan yang terbaik bagi mahasiswa. Tidak ada paksaan. UNP akan memfasilitasi dan mendorong seluruh sivitas akademika untuk mendapatkan perlindungan terhadap Covid-19. Tanggapan terkait pro-kontra mengenai vaksin yang berkembang di masyarakat? Mengenai pro-kontra, kami atas nama Satgas UNP berupaya memberikan literasi kepada seluruh elemen yang ada di UNP. Hal ini berupa sosialisasi setiap Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru, dalam kegiatan pelatihan dosen dan lainnya. Semoga kita bisa lebih cerdas, selektif dan kritis dalam membaca serta membagi informasi.
LAPORAN
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII ARTIKEL LAPORAN
Perencanaan vaksin di Indonesia merupakan sebuah upaya penanganan Covid-19. Sebelum akhir tahun 2021, pemerintah menargetkan sebanyak 181.554.465 penduduk Indonesia di atas 18 tahun telah menerima vaksin. Merujuk pada target yang telah ditetapkan, timbul kekhawatiran mengenai titik temu dari rencana penanggulangan tantangan terhadap realitas di lapangan terkait kebijakan vaksinasi ini. Pada maret 2021, pandemi Covid-19 genap setahun hadir di seluruh dunia. Penemuan vaksin Covid-19 oleh pelbagai negara menjadi upaya penting dalam membawa dunia keluar dari pandemi Covid-19. Seluruh negara menggencarkan pendistribusian vaksin Covid-19 kepada masyarakatnya guna membunuh dan memutus rantai penyebaran Covid-19. Salah satunya Indonesia, pelaksanaan vaksin di Indonesia dilaksanakan selama 15 bulan mulai Januari 2021 hingga Maret 2022 untuk 34 provinsi dan mencapai total populasi sebesar 181,5 juta orang. Keberterimaan vaksin pada masyarakat di Indoensia sudah menjadi polemik semenjak diberlakukannya wajib vaksin oleh pemerintah pada Peraturan
7
Keberterimaan Vaksin Covid-19 Presiden (Perpres) nomor 14 tahun 2021. Sebagian masyarakat sudah terdoktrin dengan beredarnya isu-isu buruk tentang vaksin, ada yang barasumsi vaksin mengandung sel babi, ada juga yang berpendapat bahwa setelah vaksin bisa menyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Tidak sedikit dari masyarakat sudah percaya dan yakin dengan isuisu ini hingga masyarakat pun berupaya menghindar jika dihadapkan dengan vaksinasi. Terlepas dari itu, vaksin menjadi keharusan bagi setiap warga negara. Dilansir dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan aturan yang salah satunya berisi sanksi bagi warga yang menolak untuk divaksin. Sanksi tersebut terdapat dalam peraturan presiden Nomor 14 Tahun 2021 sebagai perubahan atas Perpres Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Covid-19. Disebutkan, sanksi bagi warga yang menolak divaksin di antaranya berupa denda atau penghentian pemberian bantuan sosial. Beragam tanggapan muncul setelah adanya aturan tersebut, terutama mengenai pemberian sanksi bagi mas-
yarakat yang menolak divaksin. Dijelaskan, soal sanksi bagi warga yang menolak divaksin diatur dalam pasal 13 A ayat 4, menetapkan penerima vaksin yang tidak mau mengikuti vaksinasi akan dikenakan sanksi administratif. Sank- si administratif ini berupa penundaan atau pengh e n t i a n pembe-
Ilustrator: Vedri Rahmadhana
rian jaminan sosial, penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan, dan atau denda. Tentu ini perlu dikomunikasikan secara hati-hati kepada masyarakat terkait aturan tersebut. Ini bisa menjadi polemik baru dalam keberterimaan vaksin di masyarakat. Selain itu dalam pengurusan administrasi baik itu di pemerintahan, sekolah dan perguruan tinggi, semua persyaratan sekarang dikenakan dengan surat
bukti vaksin. Dengan adanya aturan seperti ini, mau tidak mau, suka tidak suka masyarakat harus vaksin untuk dapat melangsungkan kegiatannya. Tidak sedikit dari masyarakat yang menggeluhkan akan hal ini. Akhirnya masyarakat yang mendapati dirinya wajib vaksin akibat tuntutan pekerjaan, perusahaan dan kepengurusan akses memilih untuk tetap melaksanakan vaksin dengan mempersiapkan diri semaksimal mungkin dan menyediakan beberapa minuman dan makanan yang bervitamin. Takut vaksin sudah menjadi momok yang mendasar bagi masyarakat pada saat ini. Tidak hanya pada masyarakat awam, mahasiswa juga ikut terpengaruh. Padahal tidak sedikit dari masyarakat yang sudah melaksanakan vaksin tapi tidak terjadi apa-apa dalam artian sehat. Namun pertanyaannya apakah setelah divaksin dapat memberikan kekebalan tubuh terhadap Covid-19? Menanggapi hal itu, dikutip dari Kontan.co.id mengenai studi baru para ilmuan di Rockefeller University, New York, Amerika Serikat menunjukkan bahwa vaksin meningkatkan daya tahan tubuh alami terhadap virus corona, SARS-Cov-2. Orang yang
Oleh Kurnia Sandi Fotografer 2021 terinfeksi Covid-19, mendapatkan kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus corona, setidaknya selama setahun setelah awalnya mereka terinfeksi. Peneliti menemukan bahwa mereka yang pernah terinfeksi virus corona, kemudian menerima vaksin covid-19, menunjukkankekebalanalamimereka berkembang sedemikian rupa. Tentunya anjuran pemerintah akan vaksinasi adalah bentuk perlawanan virus Covid-19. Sebagai warga negara yang baik, perlulah untuk mengikuti anjuran pelaksanaan vaksinasi tersebut. Adanya isu-isu terkait vaksin tidak bisa dijadikan patokan untuk berstigma buruk terhadap vaksin yang diberikan. Cukup banyak masyarakat yang baik-baik saja setelah melaksanakan vaksin. Harapannya vaksin bisa menjadi solusi yang paling tepat untuk menuntaskan pandemi Covid-19.
APA KATA MEREKA
Pentingnya Vaksinasi
Atri Waldi, S.Pd.M.Pd Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Vaksinasi adalah salah satu langkah agar pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan. Sesuai edaran rektor UNP beberapa waktu lalu, pemberian vaksinasi merupakan salah satu pra-syarat yang harus dipenuhi sivitas akademika untuk memulai pembelajaran tatap muka. Melihat kesimpangsiuran informasi tentang vaksinasi di masyarakat, sudah saatnya kita harus jeli dalam menyaring informasi tentang vaksinasi. Pada dasarnya vaksinasi menjadi langkah pemerintah untuk menekan angka penyebaran covid-19, oleh karena itu kita sebagai warga negara sudah seharusnya mengambil sikap dan berpartisipasi dalam memutus mata rantai covid-19, salah satunya yaitu mengajak memberikan pengertian mengenai vaksinasi. Adapun manfaat vaksinas ini yaitu memberikan kekebalan tubuh atau imunitas, jika seluruh masyarakat melaksanakannya, maka akan membentuk kekebalan kelompok atau dikenal dengan istilah herd immunity. Vaksinasi sangat penting bagi sivitas akademika oleh karena itu diperlukan sosialiasi sebelum melaksanakan vaksinasi, mengingat pro dan kontra dalam kebijakan vaksin yang turut menjadi perhatian. Oleh karena itu selain sosialisasi yang ada juga diperlukan mencari informasi sendiri tentang dampak dan manfaat vaksin.
Efektifitas Vaksin sebagai Upaya Penanganan Covid-19
Islah Fain Sanul Ketua Umum UKK UNP
Menurut saya vaksinasi efektif digunakan dalam menangani covid-19. Dari referensi yang saya baca tentang keamanan dan kehalalan vaksin Sinovac, saya meyakini sebagai umat muslim jenis vaksin ini suci dan halal. Namun, harus tetap melalui tahap memastikan keamanannya bagi yang akan divaksin karena setiap tubuh yang menerima akan beda kondisinya. Menurut dokter yang saya tanyakan vaksin bisa melindungi tubuh saat terkena covid-19. Orang yang sudah divaksin gejala covid-19 nya akan lebih kecil di bandingkan yang belum divaksin. Vaksinasi sangat diperlukan bagi mahasiswa UNP, terlebih karena mahasiswa sudah resah dengan keadaan yang serba daring. Untuk sosialisasi saya rasa sudah sangat banyak di media. Barangkali kita mahasiswa juga bisa ambil bagian terutama kepada orang-orang terdekat, akan pentingnya vaksinasi. Pro-kontra di masyarakat merupakan suatu kewajaran, terkadang masyarakat terlalu cepat ambil keputusan setelah mendengar isu buruk tantang vaksin, tidak hanya vaksin dan obat-obat medis lain pun juga ada efek sampingnya tergantung tubuh setiap orang.
Gencarkan Sosialisasi Vaksin
Muhamad Ikhwan Bagus Jurusan Geografi TM 2018
Vaksin merupakan sebuah program pemerintah sebagai bentuk usaha untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Dalam memulai pembelajaran tatap muka, efektifitas vaksin tidak terlalu tinggi karena berbagai faktor. Salah satunya, muncul ada keraguan mengenai kualitas vaksin karena adanya berbagai merek dan kandungan di dalamnya dan vaksin covid ini hanya berfungsi untuk membentuk imunitas tubuh dan mengurangi gejala, bukan untuk menyembuhkan. Menurut saya, vaksin sebaiknya digunakan ke semua golongan masyarakat dan mahasiswa sebagai kaum terpelajar sebaiknya melakukan vaksin sebagai bentuk contoh kepada masyarakat bahwa vaksin ini aman. Sosialisasi terhadap vaksin masih kurang, bahkan sebelum divaksin saya mencari infomasi sendiri. Menurut saya, sosialisasi vaksin sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat harus lebih digencarkan agar masyarakat mau untuk divaksin dan tidak menimbulkan keraguan di masyarakat akibat berbagai informasi yang beredar. Vaksin juga memicu pro-kontra yang disebabkan sosialisasi yang tidak digencarkan. Pemerintah dan pemangku kepentingan harus mengedukasi masyarakat agar bisa memilih vaksin sebagai satu-satunya jenis pengobatan yang bisa dipilih di masa pandemi.
KONSULTASI
8
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
KONSULTASI AGAMA
Mengucapkan Selamat Ulang Tahun
Diasuh Oleh Dr. H. Ahmad Kosasih, M.A
Ketika ada teman yang berulang tahun atau bertambah usia saya sering kali mengucapkan “Barakallah Fii Umriik” kepada teman tersebut, apakah dalam islam hal tersebut diperbolehkan atau tidak, Pak? Mohon penjelasannya. Miftahul Nur Amalia Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2018 Ananda Miftahul! Mengucapkan selamat kepada teman yang sedang memperoleh kebahagian merupakan sunnah Rasulullah, itu yang disebut dengan tahni`ah. Seperti halnya kita mengucapkan rasa berduka terhadap teman atau saudara kita yang ditimpa musibah yang disebut dengan ta’ziyah (perasaan turut berduka). Jadi kedua hal itu merupakan anjuran dari sunnah Rasulullah SAW dalam rangka mem-
pererat tali silaturrahim sesama muslim. dibolehkan. Sebaliknya, bila besar mudarat Terkait dengan peringatan tanggal dari pada manfaatnya, maka hal itu sehakelahiran yang dilakukan oleh seseorang, rusnya ditinggalkan. saya tidak menemukan dalil yang terang Dalam Ushul Fiqh ada kaidah: Laa (sharih) untuk melarangnya, dharaara wa laa dhiraara yang baik dari Al-Qur`an mauartinya Tidak boleh mempun Sunnah. Hal tersebut bahayakan diri dan memhanya bagian dari budaya bahayakan orang lain. dalam arti kebiasaan yang Memperingati tanggal sudah mentradisi yang kelahiran ada suatu ditemukan pada berbagai kebaikan sepanjang bangsa di dunia ini, sama hal itu dapat menginhalnya seperti memperingati gatkan kita kepada perhari jadi suatu bangsa atau hari jalanan hidup yang sudah kemerdekaannya dari penjajahan. dilalui dan mengingatkan kita Prinsip dalam syari’at seperti yang kepada persiapan-persiapan untuk tertuang dalam kaidah Ushul Fiqh: hari esok, baik kehidupan di alam “al-ashlu fi syai`in al ibaahah dunia maupun akhirat sambil illaa maa dalla al-dalilu ‘alaa merenung dosa-dosa yang khilaafihi” artinya: Segala sesbelum pernah dimohonkan uatu pada dasarnya boleh keampunan dari Allah SWT kecuali sudah ada dalil yang (taubat). berkata lain. Jadi kebiasaan, Sebagaimana firtradisi atau budaya yang tidak berman-Nya: “Wahai orangtentangan dengan prinsip agama orang yang beriman, berIlustrator: dianggap sebagai hal yang bolehtaqwalah kamu kepada Allah Vedri Rahmadhana boleh saja. Kecuali kebiasaan itu dan hendaklah diadakan peremenimbulkan efek negatif maka di situlah nungan (introspeksi) ke dalam diri tenakan muncul larangan berdasarkan ijtihad tang apa yang sudah dipersiapkan buat ulama. Dalam sebuah ijtihad biasanya ada hari esok (akhirat)…” (Q.S. Al-Hasyr:18). pertimbangan manfaat dan mudaratnya. Kalau hal itu yang dilakukan dalam memSepanjang sesuatu itu ada manfaat dan peringati tanggal kelahiran (Ulang Tahun) tidak menimbulkan mudarat maka hal itu tentu akan lebih besar maknanya ketim-
bang hanya sekadar hura-hura. Tapi jika dalam memperingati Ulang Tahun itu diisi dengan perbuatan yang berbau maksiat seperti pergaulan bebas dengan lawan jenis seperti berpelukan serta berciuman dengan yang bukan mahram, itu jelas termasuk yang terlarang dalam Islam. Atau melakukan hal-hal yang tidak lazim dan perbuatan mubazir seperti dengan melemparkan telur atau menyiramkan air kepada seseorang yang memperingati Ulang Tahun tersebut adalah perbuatan mubazir (tabzir). Sedangkan si pelaku tabzir (mubazzir) itu dipandang sebagai teman dari syetan. Padahal syetan itu merupakan musuh yang nyata bagi orang beriman dan manusia pada umumnya. Allah berfirman: Innal mubazziriina kaanuu ikhwaanasysyayathiini, wa kaanasy syaithaanu lilarbbihii kafuura, yang artinya sesungguhnya pelaku mubazir adalah teman syetan sedangkan syetan itu kafir terhadap Tuhannya. Jadi, mengucapkan Selamat atau “barakallahu fii ‘umurik” (Semoga Allah memberkahi umurmu), karena itu adalah ucapan yang mengandung doa, maka menurut hemat pengasuh tidaklah ada alasan untuk melarangnya. Bukankah kita disuruh untuk saling mendoakan? Wallahu a’lam bisshawab !
KONSULTASI PSIKOLOGI
Takut Sirine Ambulans
Diasuh Oleh Indah Sukmawati, S.Pd, M.Pd, Kons. Dosen Bimbingan dan Konseling
Semenjak ibu saya meninggal di tahun 2017, saya mengalami trauma terhadap sirine ambulans. Setiap mendengar serine ambulans tersebut saya merasakan cemas, dan refleks menutup telinga. Apakah hal ini berhubungan dengan psikologis saya atau bagaimana? Chelsea Aurahijr Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2018 Terimakasih Saudara Chelsea Aurahijr, yang telah mengirimkan pertanyaan ke Ganto terkait permasalahan yang anda kemukakan, di mana anda cemas dan takut mendengar sirine ambulans semenjak Ibunda wafat. Sebelum menjawab pertanyaan dari anda, saya belum bisa menentukan derajat atau tingkat kecemasan yang anda miliki pada saat sekarang ini, sehingga dibutuhkan pembahasan tatap muka langsung berkenaan dengan hal ini. Saya
perlu membahas terlebih dahulu kondisi yang anda alami apakah karena suara keras dan tidak terduga dari suara sirine ambulans yang menyebabkan serangan kecemasan terjadi? Apalagi ditambah dengan gejala adanya keinginan untuk menghindar, keringat berlebihan, detak jantung tidak teratur, serangan panik bahkan pingsan. Apabila jawabannya iya berarti anda dapat dikatakan mengalami gangguan kecemasan Fonofobia (takut pada suara keras) walaupun tidak selalu bisa dipastikan. Namun apabila anda mengalami kecemasan dan ketakutan yang disebabkan oleh kejadian masa lalu sewaktu ibunda meninggal dan menyebabkan trauma yang cukup dalam sehingga membuat anda memiliki kecemasan dan ketakutan berlebihan maka itu tidak dapat dikatakan mengalami Fonofobia. Pada kasus-kasus sebelumnya sebenarnya sudah pernah saya bahas berkenaan dengan fobia ini, di mana ketakutan yang dialami oleh seseorang adalah respons normal terhadap sesuatu yang berpotensi menimbulkan bahaya. Namun, memiliki rasa takut dan cemas berlebihan terhadap sesuatu yang tidak biasanya dirasakan dapat dikatakan memiliki fobia. Fobia melibatkan pengalaman ketakutan yang terus-menerus serta berlebihan dan tidak dapat diterima akal. Beberapa fobia saat ini sudah banyak dikenali, namun masih ada beberapa yang belum. Apapun fobianya, individu cenderung hidup dalam ketakutan dan kecemasan. Kunci untuk membedakan rasa takut dan fobia yaitu munculnya reaksi secara fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yang
dapat muncul pada diri seorang fobia sewaktu melihat objek yang ditakuti yaitu keringat dingin, gemetar, mual, pusing bahkan sesak nafas dan pingsan. Tentunya reaksi fisik tersebut diiringi reaksi psikologis seperti perasaan tertekan atau benci, sehingga dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan berkembangnya pikiran negatif. apabila Hal ini terus terjadi tentu menganggu aktivitas individu dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kondisi Chelsea, munculnya ketakutan dan kecemasan sekaligus terhadap suara sirine ambulans dapat dikatakan Anda mengalami fobia, apalagi jika dikaitkan dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan suara sirine ambulans menjadi sering terdengar. Pada umumnya fobia disebabkan oleh pengalaman masa lalu atau kejadian buruk yang dialami sendiri, terekam di memori otak sehingga rasa cemas yang muncul tidak bisa atau sulit sekali hilang. Saya berasumsi kejadian masa lalu itulah yang berpengaruh bagi anda sehingga menyebabkan anda memiliki kecemasan tersebut. Selain itu, anda mungkin saja mengembangkan imajinasi dari berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu yang berkaitan sewaktu ibunda meninggal. Apakah kecemasan yang Anda alami bisa dikurangi bahkan dihilangkan? Jawabannya tentu saja bisa. Saya menyarankan untuk bertemu langsung atau melewati komunikasi daring dengan Konselor di Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling (UPBK) Universitas Negeri Padang (UNP), di mana Anda dapat melakukan terapi bicara, yaitu upa-
ya penyembuhan yang dilakukan dengan cara beromunikasi verbal dengan orang yang ahli seperti Konselor atau psikolog di UPBK UNP untuk merasionalkan ketakutan dan kecemasan mendengarkan suara sirine. Selanjutnya beberapa hal yang dapat Anda lakukan yaitu, pertama anda harus mencoba untuk menghilangkan rasa cemas dengan mencoba berpikir rasional bahwasanya itu hanya suara dan tidak membahayakan diri Anda. Pada intervensi psikologis yang akan diberikan konselor adalah pengubahan persepsi atau pemikiran anda yang tidak rasional menjadi pemikiran yang rasional atau masuk akal berkenaan dengan ketakutan dan kecemasan mendengar sirine ambulans. Kedua, coba untuk mendeteksi kesensitifan kecemasan Anda sendiri dengan mendekatkan secara bertahap dan mencoba menggali apa yang terjadi sewaktu Ibunda meninggal yang menyebabkan trauma pada suara sirine ambulans. Pada penanganan psikologis yang akan diberikan konselor, salah satu cara anda akan diintervensi melalui cognitive behavioral therapy, di mana dengan merubah cara berpikir anda akan membantu mengubah cara bersikap dan berperilaku. Dari mengubah cara berperilaku dapat membantu mengubah cara anda berpikir. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan dapat membantu anda dalam mengatasi permasalahannya. Jika ada hal yang kurang memuaskan, konselor di UPBK akan dengan senang hati melayani permasalahan anda lebih baik. Terima kasih.
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
9
ENGLISH CORNER
KRITIK ENGLISH CORNER
What You Eat Define Our Future Oleh Novira Amir Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2018
Could you believe that what you eat define our future? Our future means our earth. One of the biggest issues in our earth is climate change. How is that possible? What is the correlation between what you eat and our planet? Livestock and transportation has produces the same amount emission, respectively by 14% of total human-caused greenhouse emission. That means cattle’s gas-produced emission is equal to vehicle’s on the planet combined. Ruminant animals at least produce methane 25 times more potent than carbon dioxide. Ruminant animals also take a lot of land, fertilizer and billion tons of grain to feed them but if we were directly eating that amount of grains, that means we could reduce a lot of carbon dioxide emitted from cattle industry. Ben Houlton and Maya Almaraz study the connection between climate and diet at University of California, Davis. They have figured out how much carbon pollution produced by different foods. A single serving of beef could be emit about 330gr of carbon. It has the same amount of carbon emitted when you drive a car for 5m. One serving meal could emit about 52gr of carbon for chicken, and 40gr for fish, 14gr for vegetables. So, do you think being vegan is a good way to fight climate change? Marco Springmann, from Oxford Martin School’s Future Food
Programme, built a computer model that predicted what would happen if everyone became vegan by 2050. The result shows that if we eliminate red-meat food, the emission would drop by about 60% but if the world went vegan, it would drop by around 70%. Worldwide veganism by 2050 would lead to a global mortality reduction of up to 10%.
Ilustrator: Vedri Rahmadhana
However, around one-third of the world’s land is composed of arid and semi-arid rangeland that can only support animal agriculture. People that live in certain environment who depend their life on livestock would likely impossible to go vegan. In order to go vegan, Nomadic groups such as Mongols and Barbers would have to lose their livestock, need to settle in the city permanently and probably would lose their cultural identity. Culture and religion have a big role in what people’s eat. For example in Minangkabau, they would likely to have Rendang for any
event, such as Baralek (wedding party), or daily-consumed food. In Islamic events like Eid al-Adha, they would likely to eat meat. And also Thanksgiving and Christmas events they would likely to eat turkey or roasted beef. It shows that meat is an important part of history, tradition, cultural identity and religion. Tim Benton, a food security expert at the University of Leed said that it’s true that veganism by 2050 has a benefit, but to do that, we need to replace meat with nutritionally-appropriate substitutes. Animal products contain more nutrients per calorie than vegetarian staples like grains and rice, so choosing the right replacement would be important. Going vegan in the developing country could create a health crisis. Because the need of micronutrients would be imbalanced. The entire world doesn’t need to be vegan to feel the benefit while reducing climate change effect. Reducing a little bit of meat you consume really helps our earth. Cutting the amount your meat consumption as doctor’s recommendation, (from 6oz to 4oz) could reduce emissions by half, and that could make a huge different. Maybe we couldn’t afford an electric car and solar panels, but the simplest thing you could do is to be thoughtful of the portion of the meat you eat every day. So basically, “What you eat define our future”.
Diasuh Oleh Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd.
Setelah membaca tulisan Saudari Novira Amir dari Jurusan Bahasa Indonesia bertajuk “What You Eat Define Our Future”, saya memperoleh kesan bahwa penulis ini sangat peduli terhadap kesehatan manusia. Akan tetapi, jika menilik latar belakang penulis sebagai mahasiswa Bahasa Indonesia, tentu karangan ini patut diragukan kesahihannya. Kenapa demikian, secara ilmiah seorang penulis akan menyajikan tulisan yang berhubungan dengan bidang keahliannya atau bidang studinya. Jelaslah bahwa topik tulisan ini dengan keahlian pengarang jauh panggang dari api. Menurut penilaian saya, dari sisi bahasa Inggris tulisan ini sudah cukup baik. Hal ini dilihat dari kaidah gramatikal, diksi dan susunan gagasan yang dikemukakan penulis. Bahkan Saya merasakan bahasa tulisan ini seperti lahir dari seorang yang sudah menguasai bahasa Inggris secara baik. Prediksi saya, agaknya penulis mengambil tulisan asli lebih dulu dan kemudian
melakukan sedikit revisi, Ketika revisi dilakukan, maka di situlah terdapat sejumlah kesalahan sebagaimana saya beri tanda tebal dan tanda miring pada komentar ini. Diksi yang digunakan juga cukup bagus dan sesuai dengan topik kajian. Sepertinya, penulis menguasai kaitan antara kesehatan manusia dengan konsumsi hewan. Tambahan lagi, data persentase dan jumlah nutrisi serta istilah veganisme pun ditampilkan oleh penulis di sini. Ini tentu membuat kita kagum atas keluasan pengetahuan penulis di bidang veganisme serta para ahli di universitas dunia. Ini jelaslah baik untuk pengetahuan kita semua, namun tentu kita berharap bahwa tulisan ini sebaiknya murni lahir dari pemikiran penulis. Di sinilah kita dilatih untuk menguraikan dan membahas sesuatu menurut kaidah penulisan artikel, opini dan feature. Semoga ke depan akan lahir tulisan-tulisan dari dosen dan mahasiswa yang berasal dari kajian empiris di lapangan seperti penelitian, pengabdian masyarakat ataupun saat ada praktek kerja atau praktek lapangan. Masalah di sekolah, di perusahaan atau industri, serta perkantoran begitu banyak yang dapat kita angkat sebagai tulisan yang pasti jauh lebih bernilai dan berguna bagi sivitas akademika. Semua kajian yang berangkat dari lapangan atau pustaka tersebut kemudian ditulis dalam bentuk artikel, views, dan feature. Semoga.
SOSOK
Aktualisasi Diri untuk Masa Depan Riri Novridayanti Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah TM 2019
Aktif dan semangat, adalah gambaran sosok yang Ganto dapatkan ketika berbincang dengan gadis asal Kabupaten Lima Puluh Kota, Payakumbuh ini, Jumat (12/11). Ia salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah TM 2019 yang lolos dalam seleksi Pejuang Muda Kementerian Sosial. Meskipun di tengah perkuliahan daring dan pandemi, justru menjadikan ini kesempatan emas baginya untuk mencoba kegiatan bermanfaat yang memungkin ia terjun ke masyarakat di luar daerah kelahirannya. Pejuang Muda merupakan program yang diluncurkan oleh Kementerian Sosial dengan menerjunkan mahasiswa di tengah masyarakat dalam memahami dan menemukan solusi dari permasalahan sosial yang ada. Program ini sendiri diikuti oleh 5.140 mahasiswa di berbagai perguruan tinggi Indonesia yang tersebar di berbagai daerah. Salah satunya, Riri Novridayanti yang berkesempatan ditempatkan di Blitar, Jawa Timur. Riri hampir dua minggu lamanya berkegiatan di sana den-
gan kesibukkan saat ini tengah melakukan verifikasi data tempat masyarakat ia diterjunkan. Dari sana, kegiatan tersebut juga mendata masyarakat yang layak untuk memperoleh bantuan atau tidaknya. Berkegiatan di luar provinsi merupakan kali pertama baginya dalam waktu yang cukup lama. Penyesuaian dengan budaya setempat diungkap Riri tidak menjadi kendala serius baginya. Namun bahasa tentunya menjadi tantangan baru baginya untuk bisa berdekatan dengan masyarakat. “Bahasa ya, karena masyarakat lanjut usia ada yang tidak pandai bahasa Indonesia,” ungkapnya. Di kesehariannya, gadis kelahiran 21 tahun silam ini juga aktif dalam mengikuti beraneka kegiatan. Dari organisasi hingga perlombaan terus ia upayakan untuk mengembangkan di-
rinya. Saat ini ia aktif berada di organisasi himpunan mahasiswa daerah asalnya, Payakumbuh dan juga Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan. Panggilan berorganisasi telah ia jalani sejak semester 1 perkuliahan. Saat itu ia sempat tergabung dalam Unit Kegiatan Bahasa Asing. Kegiatan seperti acara yang diselenggarakan juga tak luput ia ikuti untuk menambah pengalaman. Selain itu ia juga sempat mengikuti Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan, namun tak berlangsung lama kini ia mengakui
lebih aktif di organisasi himpunan mahasiswa daerahnya. Gadis yang juga dikenal sebagai sosok yang gigih ini juga mengutarakan pentingnya organisasi untuk menunjang soft skill di dunia perkuliahan dan masa depannya. Semua itu didasari oleh kesadaran kurangnya ilmu yang memacunya untuk aktif mencari kesempatan baik di organisasi maupun lomba. Lomba seperti Program Kreativitas Mahasiswa dan Program Mahasiswa Wirausaha pun tak mangkir ia ikuti untuk mengasah prestasi. “Saya belajar dari senior yang mendorong saya aktif di setiap perkuliahan. Bagaimana kita nanti untuk mendapatkan pekerjaan nantinya tidak hanya mendapatkan IPK yang tinggi tapi pengalaman apa yang kita capai selama kuliah,” jawabnya ketika ditanyakan tentang apa yang mendorongnya ingin berorganisasi. Baginya hal tersebutlah yang akan menjadi nilai jual bagi seorang lulusan untuk bersaing memperoleh pekerjaan. Kala menghadapi jenuh dengan rutinitas, diakui Riri bukan
masalah besar baginya untuk dihadapi. Karena prinsipnya bagi Riri yaitu mengetahui kemampuan dan kelemahannya. Dari sanalah ia mengenal masalah yang dihadapi. “Kita diberi tanggung jawab harus bisa dikerjakan sampai akhir jangan sampai bekerja setengah-setengah. Prinsip saya saya harus bisa melakukan sesuatu sesuai kemampuan saya dan semaksimal mungkin,” pungkasnya. Anak kedua dari empat bersaudara ini mengakui, apa yang menjadi pandangan utama untuk menjalani kehidupannya saat ini adalah orang tua. Kedekatan dengan keluarga terutama orang tua menjadi prioritas untuknya menjalani kehidupan. “Jangan pernah lupakan orang tua,” begitu ucapnya. Mahasiswa yang bercita-cita ingin menjadi dosen ini berpesan agar jangan pernah mengeluh untuk kehidupan yang masih panjang. Terus mencoba hal baru serta gali potensi diri adalah hal yang patut dilakukan oleh seorang mahasiswa di kehidupan perkuliahannya. Rahma
OPINI
10
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Peningkatan Ekonomi Seiring Bertambahnya Kemiskinan Pandemi Covid-19 akan membuat sejarah baru bagi dunia. Memasuki era yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, politik dan lainnya. Efek yang diakibatkan oleh pandemi ini sangat beragam terhadap kehidupan, ada yang berkembang, ada yang stagnan, bahkan ada yang mengalami kemunduran. Salah satunya mempengaruhi kebijakan politik, seperti kebijakan pembatasan sosial yang membuat beberapa sektor benar-benar terdampak, ada yang berkembang ke arah positif dan ada semakin memburuk. Salah satu sektor yang berkembang adalah di bidang ilmu dan teknologi, digitalisasi menjadi sektor yang paling berefek positif terhadap pandemi ini. Digitalisasi yang terjadi pada segala bidang, mulai dari pendidikan jarak jauh, teleconference, jual beli, dan semua bidang didaringkan selagi bisa diupayakan. Perkembangan jual beli online menjadi kian menggurita, namun sektor ekonomi pula yang makin terdampak, terkhusus untuk kalangan kelas menengah ke bawah. Pandemi ini dapat dikatakan bisa menaikkan ekonomi berbarengan dengan bertambahnya kemiskinan. Pandemi yang terjadi membuat dunia terdistorsi lagi, baik individu maupun negara dianjurkan untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kebijakan-kebijakan seperti pembatasan sosial dalam skala besar membuat minimnya interaksi. Hal itu tentu memberi pengaruh yang luar biasa terhadap kehidupan, terkhusus permasalahan sosial politik. Sektor yang paling terdampak oleh pengaruh pembatasan so-
sial dibidang ekonomi bisa dilihat membuat sektor ekonomi beralih dari sisi makro maupun dari sisi prioritas. mikro. Pada akhirnya perang malah Fenomena-fenomena dunia dimenangkan sekutu sehingga seperti pandemi ini memberi pe- berefek pada kenaikan harga salajaran penting bagi kehidupan ham di negaranya. Tidak banyak manusia ke depan. Fenomena ini yang bisa memprediksi kemenansangat bisa disebut dengan dis- gan sekutu ini, namun hal ini rupsi global yang membuat ke- membuat beberapa kalangan yang biasaan dunia berubah haluan. membeli saham pada perusahaan Kita juga bisa melihat contoh dis- sekutu sebelumnya dengan harrupsi yang terjadi pada era perang ga murah membuat naiknya aset dunia. Pengaruh yang diakibat- mereka secara signifikan. Sehingkan oleh perang dunia dapat kita ga membuat segelintir orang saja lihat hari ini, di mana perubahan yang menguasai perbesar-besaran pada sistem kekua- ekonomian saan ekonomi dan politik berubah total. Perubahan besar terkhusus di negara barat terjadi di waktu itu, pengaruh dari revolusi besar di barat memberi dampak yang luas. Dampak yang diakibatkan menjadi meluas yakni terhadap sistem politik, sosial, dan terutama ekonomi. Pengaruh dari revolusi industri Inggris membuat kelas baru antara pemodal dan pekerja. Namun setelah itu aset-aset perusahaan masih dimiliki publik secara merata. Setelah terjadinya perang dunIlustrator: ia, kapitalisasi mulai eksis pada Mitha Melanie Putri sistem ekonomi. Bisa kita pelajari seperti saat negara tersebut. terjadinya perang dunia, ketika Hal ini membuat orang-orang saham-saham perusahaan Ing- kapital berhasil menguasai peregris dan Prancis anjlok, terutama konomian negara, ibarat nasi superusahaan negara. Entah atas dah menjadi bubur pemerintah pertimbangan apa, sebagian be- sekutu waktu itu juga tidak bisa sar dari kalangan kapital membeli berbuat terlalu banyak terhadap saham tersebut. Anjloknya saham permasalahan ekonomi ini. PasInggris dan Prancis tidak terlepas ca kemenangan perang dunia, dari kekalahan-kekalahan yang masyarakat seakan tidak ikut mereka alami, Jerman diperkira- merasa menang, terutama dari kan menang perang, sehingga sisi ekonomi yang hanya dikuasai
oleh beberapa orang saja. Tentu konspirasi bukanlah alat yang tepat untuk menganalisis sesuatu, namun pandemi hari ini sudah bukan teori lagi, tetapi benar-benar konspirasi. Dunia saat terjadi pandemi mencatat jumlah kemiskinan naik lebih kurang menembus angka sepuluh persen. Namun, walaupun ekonomi terkadang stagnan tetapi juga meningkat di beberapa negara. Hal ini bisa dipastikan, anjloknya aset perusahaan membuat lapangan kerja menjadi berkurang karena perusahaan mempertimbangkan likuiditas keuangan dalam membuat kebijakannya. Di sisi lain anjloknya saham membuat orang-orang yang mempunyai kekayaan sebelumnya bisa membeli aset perusahaan dengan harga murah. Masih adanya celah untuk mempertahankan perkembangan ekonomi memberi peluang untuk bertahan di era pandemi ini. Dengan cara membeli aset-aset perusahaan yang berkemungkinan besar mengalami kenaikan seiring pulihnya isu pandemi. Tetapi tidak semua orang bisa menerapkan konsep ini, karena kemampuan ekonomi yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja. Sehingga dapat dipastikan, efek positif dari perkembangan di beberapa bidang tidak berdampak pada masyarakat menengah ke bawah. Konsep tersebut memang terlihat sederhana, di mana dengan membeli saham hari ini saja lalu menunggu kenaikan harga. Konsep tersebut sederhana untuk bisa dipelajari semua orang dan
Oleh Ozza Syafrigo Mahasiswa Teknik Mesin TM 2016
juga tidak ada larangan membeli saham-saham perusahaan oleh publik. Namun akan sulit diterapkan oleh mereka yang tidak mempunyai kekayaan sebelumnya, di mana hanya mengandalkan gaji bulanan saja. Belum lagi berpotensi terkena PHK ditambah regulasi untuk pekerja diperketat, dengan pandemi yang terjadi membuat segelintir orang saja yang bisa memanfaatkan anjloknya harga saham ini. Hal ini dapat dilihat dari target jangka panjang, aset akan naik seiring pulihnya isu Covid-19 ini. Pengaruh pandemi berdampak positif terhadap kaum kapital saja, membuat yang kaya bertambah kaya, tetapi yang miskin tetap miskin, dan jumlah kemiskinan juga bertambah. Seharusnya kebijakan pemerintah perlu dilonggarkan sedikit. Terkhusus orientasi untuk kalangan menengah ke bawah, seperti kelas buruh, tani, dan pekerja. Kebijakan pemerintah terlihat hanya memperhatikan pengaruh dari sisi makro ekonomi saja, tanpa memperhatikan kemampuan ekonomi sebagian besar rakyat yang hidup dari kalangan menengah ke bawah.
Fenomena Impor di Negeri Agraris Berdasarkan catatan Badan alasan bahwa kebutuhan dalam Pusat Statistik (BPS) Indone- negeri akan komoditas tersebut sia, pada tahun 2020 ada sekitar belum terpenuhi oleh hasil panen 33,4 juta petani yang bergerak petani Indonesia. di semua komoditas sektor perHal tersebut sekiranya masih tanian di Indonesia. Sebagai ne- bisa diterima jika memang begara agraris angka ini cukup gitulah fakta yang ada. Namun, kecil dibandingkan data tahun baru-baru ini terjadi sebuah aksi sebelumnya yang mencapai angka bakar hasil panen yang dilaku34,58 juta. kan oleh seorang petani cabai di Negara agraris adalah ne- Kulun Progo. Hal ini merupakan gara yang mengandalkan bidang bentuk kekecewaan petani terpertanian sebagai penopang pe- hadap rendahnya harga cabai di rekonomian masyarakat. Sebagai daerah tersebut sejak awal Agusnegara subur yang dilintasi garis tus 2021. Hal ini merupakan khatulistiwa, posisi Indonesia se- pekerjaan rumah bagi pemerintah bagai salah satu negara agraris khususnya menteri pertanian Intidak kalah dengan negara lain- donesia. Namun lucunya terdapat nya yang berada di kawasan Asia fakta mengejutkan yang bersangTenggara, seperti Thailand, Laos, kutan dengan permasalahan ini Kamboja, dan Vietnam. yang membawa petani Indonesia Namun terdapat paradoks berada pada kesengsaraan yang yang tetap terjaga eksistensinya tiada putus-putusnya. di Indonesia saat ini. Hal tersebut Dikutip dari Kompas.com adalah adanya fakta bahwa Indo- dikatakan bahwa Indonesia manesia acap kali melakukan impor sih menjadi salah satu negara komoditas pertanian ke negara yang langganan impor cabai dari lain. Sebut saja jelang Ramadan berbagai negara di tahun 2021. lalu, dilansir dari Liputan6.com BPS mencatat selama setengah taberdasarkan pengakuan dari Ke- hun saja sepanjang Januari-Juni mentrian Pertanian Indonesia 2021 Indonesia mengimpor cabai perlu melakukan impor terhadap sebanyak 27.851,98 ton. Cabai beberapa komoditas pangan sep- impor sebut berasal dari bererti kedelai, gula, dan bawang pu- bagai negara seperti India, Chitih. Impor ini dilakukan dengan na, Malaysia, Thailand, Spanyol,
Amerika Serikat, Australia, dan sejumlah negara lainnya. Hal ini tentu memunculkan pertanyaan, mengapa di tengah-tengah hasil panen melimpah di tanah air, pemerintah Indonesia justru melakukan impor cabai dengan angka yang relatif tinggi. Tidak hanya impor cabai, Indonesia juga merupakan negara yang sering melakukan impor beras. Dilansir dari Kompas.com Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebutkan impor beras tersebut perlu dilakukan pemerintah untuk menjaga stok beras nasional dan menstabilkan harga. Meski diprediksi akan terdapat peningkatan produksi beras sepanjang Januari-April 2021, namun Menteri Perdagangan Indonesia itu mengakui bahwa hal tersebut masih bersifat ramalan semata. Berbeda dengan impor cabai yang sudah terlaksana dengan angka yang cukup bombastis, rencana impor beras ini tidak jadi direalisasikan. Namun, tentu saja hal-hal seperti ini dapat menciptakan keresahan-keresahan bagi petani Indonesia. Jika ditilik lebih lanjut permasalah ekspor-impor produk pangan di Indonesia sangatlah menarik untuk dikuliti. Berkaitan
dengan bahan pangan cabai misalnya, terdapat perbedaan angka yang berbanding terbalik antara nilai ekspor dan nilai impor bahan pangan tersebut. Dikutip dari Detik.news sejak 2015 nilai impor cabai selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan negara asal utama impor yaitu India, China dan Thailand. Hal ini sungguh disayangkan, padahal menurut Food Agriculture Organization Indonesia merupakan negara penghasil cabai terbesar keempat di dunia. Menyikapi hal ini, pemerintah Indonesia dan Menteri Pertanian Indonesia harus menunjukkan konsitensinya dalam mewujudkan kesejahteraan petani. Terdapat beberapa hal yang bisa dijadikan alternatif pilihan pemerintah dalam mengatasi permasalahan turun-temurun tersebut. Pertama, pemerintah perlu meningkatkan nilai ekspor pertanian dengan meningkatkan jumlah dan kualitas produksi pertanian dalam negeri. Hal ini bisa dimulai dengan edukasi yang berkelanjutan dan peningkatan teknologi pertanian Indonesia. Kedua, untuk menekan angka impor setelah adanya ketersediaan bahan pangan di Indonesia, pe-
Oleh Nurul Safitri Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2018
merintah masih perlu melakukan penekanan nilai impor agar tidak meningkat terus-menerus, caranya adalah dengan menerapkan sistem pajak pada produk-produk tertentu. Ketiga, pemerintah harus meminimalisir adanya campur tangan elit politik dalam memutuskan kebijakan ekspor-impor di Indonesia. Semoga dengan alternatif ini, harapan peningkatan komoditas pertanian Indonesia sebanyak tiga kali lipat seperti yang dijanjikan Menteri Pertanian Indonesia Syahrul Yasin Limpo, tidak hanya menjadi angan belaka.
OPINI
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
11
Peran Penting Bank Indonesia dalam Pengentasan Covid-19 Salah satu fakta global yang belakangan ini ramai diperbincangkan dan menjadi momok menakutkan bagi masyarakat global yaitu serangan Covid-19. Lebih dari 209 negara di belahan dunia manapun ikut terjangkit serangan Covid-19 ini. Setiap negara berlomba-lomba membangun kebijakan untuk memerangi penyebaran virus ini. Baik itu penelitian untuk membuat vaksin pengobatan penyakit yang disebabkan Covid-19, kebijakan lock down hingga social distancing merupakan salah satu kebijakan negara global dalam memerangi Covid-19. Sialnya, fenomena Covid-19 ini juga memaksa jarak pada interaksi sosial, mengurangi produktifitas sehari-hari, dan membuat perekonomian global kian merosot. Akibat adanya fenomena pandemi ini bisa dikatakan kita menjadi naif, mengabaikan kondisi global yang menunjukkan bahwa permintaan pangan dunia mengalami peningkatan jauh lebih cepat dari pada penyediaan. Pada tahun 2008 Food and Agriculture memprediksi, kebutuhan pangan bagi negara-negara berkembang meningkat hingga 60% di tahun 2030 dan naik dua kali lipat di tahun 2050. Meningkatnya permintaan pangan yang konsekuen dari peningkatan populasi dunia, berdasarkan skenarionya penduduk dunia akan bertambah sebesar 73 juta jiwa setiap tahun mulai dari 1995 sampai tahun 2020, ini berarti terjadi peningkatan sebesar 32% dalam kurun waktu tersebut. Dan benar bahwa jumlah populasi dunia pada ta-
hun 2020 telah mencapai angka 7,7 miliar jiwa berdasarkan data dari Worldometer 2019. Peningkatan kebutuhan dan permintaan pangan yang begitu tajam berimplikasi terhadap kenaikan harga semua jenis komoditi pangan, oleh karenanya jumlah penduduk miskin dan fenomena kelaparan semakin meningkat. Tidak dapat dipungkiri, negara Indonesia juga ikut terkena dampak Pandemi Covid-19. Tercatat per hari Minggu, 22 Agustus 2021 jumlah kasus positif mencapai 3.979.456 orang. Jumlah itu sepertinya belum akan berhenti bergerak secara eksponensial di dalam waktu dekat. Di tengah upaya keras mengatasi penyebaran Covid-19, Bank Indonesia juga mengambil andil dalam pengentasan Pandemi Covid-19 di Indonesia. Tidak hanya pengentasan Covid-19, Bank Indonesia juga melakukan upaya dalam memperkuat perekonomian negara. Beberapa langkah Bank Indonesia untuk mengantisipasi imbas covid-19, terutama yang berimbas pada stabilitas nilai Rupiah, yaitu melaksanakan relaksasi bagi investor asing terhadap lindung nilai dan posisi devisa netto. Kemudian pencatatan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dalam posisi devisa netto, dan juga transaksi DNDF diperhitungkan dalam PDN Bank dan dilaporkan ke Bank Indonesia, sehingga perbankan semakin longgar dalam transaksi di pasar valas. Langkah kedua adalah in-
vestor global dapat menggunakan bank Kustodi Global dan Domestik dalam kegiatan investasi di Indonesia. Ketiga, bersama Kementerian Keuangan telah melakukan komunikasi secara langsung dengan Investor Global. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga mengatakan bahwasanya Bank Indonesia akan terus menggunakan berbagai instrumen-instrumen yang ada, baik moneter, instru-
Ilustrator: Vedri Rahmadhana
men-instrumen pasar, baik itu pasar uang maupun pasar valas, instrumen-instrumen makroprudensial, dan instrumen-instrumen yang terkait dengan sistem pembayaran. Bank Indonesia juga melakukan koordinasi yang sangat erat dengan pemerintah, khususnya bersama Kementerian Keuangan, dengan otoritas terkait khususnya OJK, dan melakukan stabilisasi makro ekonomi, stabilisasi sistem keuangan dan tentu saja mengatasi dampak negatif dari Covid-19. Tidak hanya stabilitas Ru-
piah, Bank Indonesia juga ikut andil dalam menekan penyebaran Covid-19. Cara pertama, Bank Indonesia mendistribusi rupiah kepada masyarakat dijamin sudah lewat proses pengolahan khusus, sehingga meminimalisir penyebaran Covid-19. Langkah riil kedua adalah optimalisasi transaksi non-tunai lewat uang elektronik mobile banking, internet banking dan QRIS untuk mendukung wfh dan social distancing. Termasuk MDR QRIS 0% untuk usaha mikro dan penurunan biaya SKNBI. Bank Indonesia pun sudah menambah penyediaan uang di ATM seluruh indonesia dan juga sudah mengkarantina uang yang telah disetor oleh perbankan. Apakah upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia ini efektif? Data pasal menunjukkan bahwa di awal kebijakan berjalan indeks harga saham kembali ke atas 4.000-an dan Rupiah stabil di angka Rp16.200 per dolar amerika serikat. Tentu ini bisa menjadi indikator bahwa keyakinan investor tetap baik pada indonesia. Penulis berpendapat, bahwasanya melawan ancaman yang disebabkan Covid-19 ini secara bersama adalah pilihan yang tepat. Tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi masyarakat luas pun harus ikut andil, sebab Covid-19 merupakan pan-
Oleh Aditia Warman Mahasiswa Jurusan Akuntansi TM 2017
demic yang memang melanda warga global secara bersama. Lihatlah kondisi kehidupan harihari ini, jumlah populasi miskin dan kelaparan telah mencapai lebih dari 1 milyar jiwa setiap harinya, itu berarti lebih dari 15% populasi dunia. Hal ini disebabkan karena tidak dapat mengakses kebutuhan pangan secara produktif dan pola hidup sehat sehingga menjadi kutukan abadi bagi mereka. Orang-orang seperti ini harus kita perjuangkan karena tidak memperoleh hak asasinya akan pangan dengan cukup. Covid-19 memberikan sejarah panjang bagi negara global. Begitu juga di indonesia, di saat adanya ancaman krisis ekonomi, Indonesia juga dihadapkan pada pilihan siapa dulu yang akan diselamatkan karena tidak hanya berdampak pada ekonomi dan kehidupan sosial. Pandemi Covid-19 juga telah menulari sektor ekonomi paling bawah. Tentu ini menjadi tugas kita bersama, tidak hanya pemerintah dan juga Bank Indonesia, masyarakat dan pemuda sebagai kontrol sosial juga harus ambil peran.
KOLOM
Budaya Indonesia: Mata Asing VS Mata Lokal Oleh Habil Ramanda Mahasiswa Pendidikan Sejarah TM 2017
Kata “seksi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang merangsang r a s a berahi, baik
itu tentang bentuk badan, pakaian, dan sebagainya. Dalam hal ini Indonesia merupakan negara yang seksi. Lekuk tubuh kebudayaan Indonesia yang unik dan kaya akan nilai-nilai kehidupan membuat mata asing terangsang. Kebudayaan Indonesia dianggap oleh masyarakat internasional sebagai suatu keseksian yang harus dinikmati. Hal itu terlihat ketika para pelancong luar negeri rela menghabiskan banyak uang hanya untuk menyaksikan suatu pertunjukan kebudayaan Indonesia. Budaya-budaya Indonesia juga sering muncul di pentas negara luar, seperti Tari Saman dari Aceh yang sering tampil dalam pertunjukan Internasional. Dilansir dari Tentik.com, ada
beberapa kebudayaan Indonesia yang mendunia, antara lain Wayang, Angklung, Batik, Keris, Tari Saman, Tari Kecak, Reog Ponorogo, Tari Pendet, Randai, dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuktikan bahwa Kebudayaan Indonesia yang kaya raya eksis di kancah internasional. Kekayaan budaya Indonesia diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Pengakuan tersebut membuktikan bahwa budaya Indonesia merupakan warisan dunia yang patut diberi penghargaan. Seksinya Indonesia akan budaya menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Kenyataan yang terjadi di Indonesia justru berbeda dengan pandangan masyarakat asing. Kencangnya arus globalisasi dan modernisasi membuat lalu lintas budaya barat dan Asia menjadikan mata anak bangsa buta akan kebudayaan sendiri. Anak milenial sekarang banyak menilai bahwa kebudayaan Indonesia itu sudah tidak eksis dijalankan di era
modern. Pandangan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor. Contohnya saja faktor perkembangan teknologi yang mempermudah generasi milenial mengakses berbagai lini kehidupan masyarakat luar, seperti budaya Korean Pop atau yang dikenal dengan K-Pop. Dalam survei yang dilakukan oleh kumparan.com rata-rata umur perncinta K-Pop sebanyak 57% dari 100 responden adalah usia 12-20 tahun dan 43% lagi berusia 21-30. Melihat hal tersebut tentu kita sangat prihatin dengan generasi penerus bangsa yang lebih candu akan budaya asing daripada budaya nenek moyangnya. Butanya mata anak bangsa akan budaya akan berakibat buruk terhadap kelangsungan budaya itu sendiri. Sebut saja kasus batik, di mana negara Malaysia mengklaim bahwa batik itu kebudayaan mereka. Masih banyak lagi kasus penklaiman budaya Indonesia oleh bangsa lain karena faktor keseksian tadi dan faktor kelengahan
bangsa Indonesia sendiri yang terlena akan budaya luar. Polemik kebudayaan yang terjadi sekarang ini merupakan suatu blunder yang disebabkan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Polemik tersebut tentu akan mengakibatkan hilangnya citra baik mata asing terhatap kebudayaan Indonesia. Hal ini harus diwanti-wanti dari sekarang agar tidak menyesal kemudian hari. Saling menghargai budaya daerah lain merupakan salah satu contohnya karena dalam kehidupan bernegara yang budayanya beraneka ragam kita perlu dan wajib untuk saling toleransi terhadap budaya daerah lain. Mengatasi persoalan-persoalan yang telah terjadi, kita harus memperkaya diri dengan literasi-literasi yang menyangkut kebudayaan agar timbul dalam diri kita sikap toleransi yang tinggi. Memaknai setiap nilai-nilai budaya membuat kita sadar akan pentingnya melestarikan budaya supaya tetap eksis di tengah arus modern yang deras.
12
FOTO
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Gelar Seni Pekan Kebudayaan Daerah Pada edisi 220 kali ini, Fotografer Ganto mengabadikan acara Penutupan Pekan Kebudayaan Daerah Sumatera Barat yang dilaksanakan sejak 1-5 Oktober 2021 di Taman Budaya Kota Padang. Acara ini ini menampilkan beragam kesenian, mulai dari pertunjukan seni kontemporer hingga multikultural. Beberapa komunitas yang menjadi pengisi acara ini di antaranya berasal dari Etnis Mandailing, Nias, India, Tionghoa, dan Mentawai. Tidak hanya itu, terdapat juga pameran jalur rempah serta festival dan perlombaan yang terdiri dari lomba baca puisi, lomba baju kurung basiba, lomba sipak rago, serta lomba tari piring kreasi. Cukup banyak pengunjung yang datang untuk menyaksikan Gelaran Pekan Kebudayaan Daerah ini. Pengunjung yang datang disuguhkan dengan berbagai macam hiburan, mulai dari menggambar secara gratis, pertunjukan seni, dan beragam aksesoris menarik yang dapat dibeli.
Konser: Orkes Taman Bunga saat konser di pementasan Pekan Kebudayaan Daerah, Taman Budaya Kota Padang, Selasa (5/10). f/ Sandi.
Berfoto: Terlihat seorang pengunjung tengah memotret temannya yang berpose di belakang galeri lukisan, Taman Budaya Kota Padang, Selasa (5/10). f/ Sandi.
Sepatah Kata: Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Gamala Ranti menyampaikan kata sambutan saat penutupan acara Pekan Kebudayaan Daerah, Taman Budaya Kota Padang, Selasa (5/10). f/Sandi.
Konser: Orkes Taman Bunga saat konser di pementasan Pekan Kebudayaan Daerah, Taman Budaya Kota Padang, Selasa (5/10). f/ Sandi.
Pertunjukan Musik: Penampilan etnis Tionghoa saat memainkan musik khas Tionghoa dengan lagu-lagu Minang, Taman Budaya Kota Padang, Selasa (5/10). f/ Sandi.
Menawar: Dua orang pengunjung tengah melakukan negosiasi dengan penjual aksesoris di lokasi Pekan Kebudayaan Daerah, Taman Budaya Kota Padang, Selasa (5/10). f/ Sandi.
TEROPONG
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
13
Bantuan Kuota Internet Periode Agustus-Desember
“Sejak awal pandemi hingga sekarang, saya belum pernah mendapatkan kuota internet dari UNP. Padahal saya sudah memperbaharui nomor di portal akademik,” ujar Selvia, Mahasiswa UNP TM 2018, Sabtu (28/8). Berdasarkan Press Release yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Universitas Negeri Padang (UNP) pada Rabu (14/7) menghasilkan beberapa poin yang diajukan kepada pihak kampus. Salah satunya mengenai permintaan adanya penambahan kuota internet kepada semua kalangan mahasiswa. Berkaitan dengan hal tersebut, pihak UNP menyatakan berkomitmen akan memberikan bantuan kuota internet, meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak memberikan bantuan kuota. Dilansir dari Ganto.co, sebelumnya UNP telah memfasilitasi mahasiswa dengan memberikan kuota internet gratis sejumlah 10 Gigabyte (GB). Penyaluran kuota internet ini, dilakukan dalam dua tahapan. Namun, sayang pemberian kuota internet tersebut hanya diberikan kepada mahasiswa yang menggunakan provider Telkomsel. Terkait pemberian kuota internet ini, Nurmina, S.Psi, MA, Psikolog.,
Dosen Jurusan Psikologi mengatakan bahwa dirinya sangat mendukung adanya lanjutan pemberian kuota internet bagi mahasiswa. Menurutnya, masih terdapat mahasiswa yang mengeluhkan kehabisan kuota saat mengikuti perkuliahan daring. “Masih terdapat mahasiswa yang mengeluhkan kehabisan kuota, apalagi jika perkuliahan menggunakan platform Zoom Meeting,” ujarnya saat diwawancarai melalui WhatsApp Rabu, (26/8). Serupa dengan Nurmina, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Atri Waldi, M.Pd turut mendukung adanya realisasi kelanjutan pemberian kuota internet ini. Selain itu, Atri juga mengatakan bahwa selain mahasiswa, dosen sebagai tenaga pendidikan juga memerlukan subsidi kuota tersebut. “Semua orang, terutama sivitas akademika UNP, pasti membutuhkan hal. Contohnya saja, bagi tenaga kependidikan (Tendik) dalam Work From Home (WFH) tentu juga membutuhkan kuota internet. Apalagi
Membaca: Pesan bantuan kuota internet sebanyak 15 gigabyte dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi masuk setiap bulannya bagi mahasiswa yang masih aktif, Padang, Minggu (12/12). f/Rahma
yang dilakukan Tendik tidak terlepas dari kontribusinya bagi UNP,” jelasnya saat diwawancarai Ganto melalui pesan WhatsApp, Minggu (15/8). Rahmad Wahyu Darmawan, Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) BEM KM FP mengatakan bahwa pemberian kuota internet bagi mahasiswa ini adalah hal yang tepat. “Bagus. Terkait sarana prasarana, setau Saya saat ini kita tidak menggunakannya. Jadi penyaluran kuota ini adalah salah satu bentuk
upaya mensejahterakan mahasiswa dan menunjang kegiatan perkuliahan daring,” tuturnya, Jumat (13/8). Terkait jumlah kuota yang diberikan, Rahmad mengatakan bahwa angka tersebut masih belum memenuhi kebutuhan mahasiswa. “Untuk kuota 10 GB, jujur itu tidak cukup. Apalagi jika banyak kegiatan meeting online dan upload video di YouTube. Mahasiswa juga tidak hanya berasal dari kota dan tidak semua mampu untuk membeli kuota internet,” ujarnya. Pemberian kuota internet yang
dilakukan UNP juga belum merata. Masih terdapat mahasiswa yang tidak mendapatkan kuota internet tersebut. Selvia Despita, Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial dan Politik, TM 2018 mengaku bahwa dirinya belum pernah mendapatkan kuota internet dari UNP. “Sejak awal pandemi hingga sekarang, Saya belum pernah mendapatkan kuota internet dari UNP. Padahal Saya sudah memperbaharui nomor di portal akademik,” ujarnya, Sabtu (28/8). Nurul
Kenaikan Uang Pembangunan Mandiri Dikeluhkan Mahasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan biaya yang wajib dikeluarkan oleh seluruh mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Selain UKT, uang pembangunan juga menjadi kewajiban yang harus dibayarkan setiap satu kali di semester pertama ketika menjadi mahasiswa. Di Universitas Negeri Padang (UNP) sendiri, pada tahun 2018 menetapkan uang pembangunan untuk mahasiswa jalur mandiri minimal Rp 3.000.000. Kemudian, pada tahun 2021, uang pembangunan tersebut naik menjadi Rp 5.000.000. Mahasiswa UNP mengeluhkan hal tersebut, mengingat perkuliahan yang dilakukan masih daring, tidak menggunakan fasilitas yang ada di UNP, seperti Air Conditioner (AC), listrik, air, dan lainnya seperti sebelum pandemi. Terkait kenaikan uang pembangunan, Mahasiswa Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) TM 2021, Anisa Munawaroh mengeluhkan UKT dan uang pembangunan yang harus ia bayarkan. Di mana Ia harus membayar uang pembangunan sebesar Rp 5.000.000 dan UKT sebesar Rp 4.500.000. Meskipun UNP memberikan keringanan dalam pembayarannya dengan pencicilan dua kali bayar, Ia
berharap UNP bisa memberikan keringanan lagi. Menurutnya keringanan tersebut berdasarkan dari fasilitas UNP yang selama pandemi Covid-19 ini tidak lagi digunakan ketika di kampus. “Sumber keuangan juga susah, jadi saya sedikit kesulitan dan keberatan dalam membayar UKT, apalagi fasilitas UNP tidak seutuhnya digunakan,” ucapnya saat diwawancarai melalui via telepon, Senin (30/8). Selain itu, Mahasiswa Jurusan Matematika, TM 2021 Raudhatul Kholisa juga mengeluhkan hal yang sama terkait besaran UKT dan alokasinya selama kuliah daring. “Sebetulnya saya keberatan dengan biaya UKT, kita membayar dengan besaran yang tak kurang dari sebelum pandemi melanda, sementara kita tidak menggunakan fasilitas kampus. Bahkan, untuk biaya pendukung kegiatan di kampus, mahasiswa sendiri yang menanggungnya,” ujarnya saat diwawancarai Sabtu (14/8). Ia berharap pihak kampus dapat mempertimbangkan hal tersebut. Di lain hal, Mahasiswa Jurusan Matematika TM 2019 Nelda Rahma Lisa Putri mengungkapkan bahwa ia kecewa dengan jadwal pembayaran UKT yang belum pasti. “Pas penetapan jadwal pertama orang tua saya kesulitan membayarnya sehingga mengharuskan untuk meminjam
uang ke saudara dan teman ayah saya. Pas waktu hampir berakhir jadwalnya baru dikeluarkan perpanjangan pembayaran UKT,” tuturnya melalui pesan WhatsApp, Rabu (11/08). Ia juga menambahkan bahwa, ia tidak pernah mendapatkan pengurangan UKT, “Saya tidak pernah mendapatkan pengurangan UKT sedikitpun. Saya pernah mengajukannya sekali, tetapi pengajuan saya tidak diterima,” keluhnya. Mengenai kenaikan UKT, Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Nelfia Adi mengatakan bahwa itu merupakan hal wajar. Menurutnya, dalam sisi pembiayaan sendiri, UNP bukan hanya sekedar membutuhkan biaya untuk pembelajaran. Akan tetapi, juga untuk melaksanakan tridharma perguruan tinggi yang lainnya. “Ingat, kegiatan universitas tidak hanya melakukan pembelajaran saja, tapi menjalankan tridharma perguruan tinggi yang membutuh pembiayaan tentunya,” ujarnya, Kamis (19/8). Apalagi ke depan, status UNP akan berubah menjadi Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTNBH) yang dari segi pendanaan, akan mandiri karena tak lagi menerima subsidi dari pemerintah. “Status UNP akan berubah naik menjadi PTN-BH
yang bisa membiayai kegiatannya secara mandiri, tidak disubsidi lagi dari pemerintah. Tentu perlu berbagai upaya untuk menyiapkan pembiayaan, supaya semua kegiatan universitas dapat berjalan secara maksimal,” tambahnya. Mengenai kenaikan uang pembangunan mahasiswa jalur mandiri, Wakil Rektor II Ir. Drs. Syahril, S.T., M.Sce.,Ph.D., mengungkapkan bahwa, jalur Mandiri adalah jalur masuk perguruan tinggi bagi orang-orang yang mampu secara ekonomi. Akan tetapi, saat ini terbalik. Jalur Mandiri banyak diisi oleh orang-orang yang ‘tidak mampu’. Jika dibandingkan universitas lain yang sebanding dengan UNP, ia mengatakan bahwa uang pembangunan di UNP adalah yang termurah di Indonesia. “Di tempat lain yang selevel dengan UNP, Universitas Negeri Makassar 30 juta. Uang pangkal se-Indonesia, UNP paling murah. Masih untung kita tidak puluhan (juta).” Selain itu, Ia juga mengungkapkan bahwa UNP mengalami Defisit keuangan (pengeluaran lebih besar daripada pemasukan) selama dua tahun terakhir, salah satu penyebabnya adalah banyaknya mahasiswa yang tidak membayar UKT. “Kita defisit di dua tahun terakhir ini. Jadi defisit itu mencapai 40 miliar Rupiah, banyak mahasiswa yang tidak bayar
SPP (UKT). Ditambah, UNP juga menggratiskan UKT mahasiswa semester akhir yang mengambil skripsi, jumlahnya sekitar 8 ribu mahasiswa. “Delapan ribu dikali satu juta, berapa? Itu saja sudah delapan miliar,” ujar Syahril menjelaskan penyebab naiknya uang pembangunan mahasiswa jalur mandiri ketika ditemui Ganto di ruangannya, Selasa (14/9). Terkait besaran UKT mahasiswa yang tidak diturunkan ketika perkuliahan daring, Rektor UNP Ganefri mengatakan bahwa selama perkuliahan daring, pengeluaran untuk biaya operasional UNP tidak ada yang berubah. “Listrik tidak kita bayar? Sama saja tak ada perbedaan. Tambah di UNP, jumlah pegawai kontrak lebih banyak dari pada Pegawai yg Pegawai Negeri Sipil. Siapa yang menggaji pegawai kontrak? Dosen juga demikian.” Ia melanjutkan, ketika akan kuliah di kampus seperti UNP, besaran UKT mahasiswa, idealnya adalah kisaran 6-12 juta per semester, agar perguruan tinggi tersebut bisa berjalan dengan baik. “Memang semua idealnya uang kuliah kalo dia kuliah seperti kampus UNP ini ya, itu 6-12 juta. Enam juta standar pelayanan minimalnya per mahasiswa. Mana ada yang bayar UKT 6 juta. Rata-rata uang kuliah kita itu 2,5 juta.” Ungkapnya. Sisri
KILAS
Memilah: Dua bocah terlihat sedang menghitung jumlah sampah yang ia pungut di lingkungan Universitas Negeri Padang,Selasa (19/10) f/Rino.
Parkir: Sejumlah mobil tengah terpakir berderetan di area yang bertandakan dilarang parkir di gerbang masuk Universitas Negeri Padang, Selasa (19/10). f/Sandi.
FEATURE
14
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Merosotnya Eksistensi Bendi di Tengah Laju Transportasi Umum
Bagaimana eksistensi “Kudo Bendi” yang saat ini keberadaannya bersaing dengan moda transportasi umum yang lebih canggih? Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda, eksistensi bendi makin tergerus oleh sepinya penumpang. Oleh Kurnia Sandi Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2018 Melirik eksistensi delman hingga saat sekarang ini, masih bisa kita temui di kawasan Pasar Raya Padang. Delman merupakan kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua, tiga atau empat yang tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya. Nama kendaraan ini berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur pada masa Hindia Belanda. Masyarakat Kota Padang lebih sering menyebutnya “Kudo Bendi”, yang berbeda dengan kendaraan kuda besi lainnya seperti mobil atau motor. Sejak awal adanya bendi hingga sekarang bentuknya masih sama, hanya saja ada penukaran variasi menggunakan ban mobil atau penambahan aksesoris lainnya. Yang menjadi sorotan dahulunya bendi menjadi transportasi primadona di Minangkabau, khususnya Kota Padang. Pada masa kolonial Belanda, bendi sering digunakan oleh saudagar kaya, para penghulu ataupun petinggi
pangrehpraja, seperti controleur (jabatan yang ada pada masa Hindia Belanda), demang, asisten demang dan sebagainya. Mulai berkurangnya bendi di Kota Padang terjadi pada tahun 1990an sejak munculnya bemo, apalagi ditambah krisis moneter pada tahun 1998. Seperti yang diungkapkan Bapak Siman yang merupakan salah seorang kusir bendi yang ditemui di kawasan Pasar Raya Padang, dulu sebelum adanya transportasi umum, bendi menjadi prioritas utama transportasi masyarakat Kota Padang. “Dulu bendi cukup diminati warga, sekarang sudah kurang karena banyaknya transportasi umum lainnya,” ucapnya, Jumat (20/8). Siman sebelumnya merupakan seorang kuli bangunan. Karena dahulu memiliki kuda ia berinisiatif menjadikannya bendi untuk menambah penghasilan. “Dulu pada tahun 1983 penumpang bendi masih sangat rame, sekarang memang sangat berkurang,” ujarnya.
Wawancara: Reporter Ganto (kanan) saat mewawancarai kusir bendi (kiri) di kawasan Pasar Raya Padang, Jumat (20/8). f/Rino.
Banyaknya transportasi umum memang menjadi persaingan ketat bendi saat sekarang ini. Kurangnya pengunjung bendi sudah menjadi keluhan dari setiap kusir bendi di Kota Padang, terlebih lagi di saat pandemi. Bendi di Kota Padang biasanya mangkal di depan Plaza Andalas. Pada saat Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat sekarang pengunjung Plaza Andalas sangat berkurang pesat. Hal tersebut semakin membuat bendi kehilangan penumpangnya. Tidak hanya bapak Siman, hal serupa juga dirasakan oleh kusir lain yaitu Bapak Aman, kurangnya pengunjung bendi membuat kusir bendi menjadi kewalahan dalam perekonomian. “Saat pandemi sekarang ini memang tidak ada lagi pengunjung yang mau menaiki bendi, untuk tarif bendi bisanya Rp30.000, terkadang tarifnya hanya sukarela pengunjung
berapa maunya memberikan,” ucapnya. Sebelum menjadi kusir bendi, Bapak Aman merupakan seorang petani, karena seorang memintanya untuk mengendarai bendi, Aman berinisiatif membeli kuda sampai memiliki bendi sendiri. “Dulu orang yang memiliki bendi adalah orang kaya, kusir bendi juga mendapatkan penghasilan yang cukup melimpah,” jelasnya ketika berbincang dengan Ganto. Kemerosotan bendi karena keberadaan transportasi umum sudah menjadi realita yang tampak saat sekarang ini. Para kusir bendi cukup kewalahan dengan penghasilan yang didapatkan. Bendi biasanya mangkal dari setelah zuhur sampai pukul 17.00 WIB. Jika tidak ada penumpang biasanya kusir bendi sudah pulang sebelum jam tersebut. Seorang penumpang bendi, Nurhayati yang saat itu diwaw-
ancarai Ganto usai menaiki bendi mengungkapkan, hingga saat sekarang ini ia masih gemar menaiki bendi di tengah maraknya jenis transportasi umum yang ada. “Saya sering menaiki bendi, karena unik ada hewannya sekaligus untuk menghibur anak-anak,” ungkapnya. Sampai saat sekarang ini bendi tetap menjadi transportasi tradisional yang sangat berbeda dengan transportasi lainnya. Walaupun persaingannya dengan transportasi umum sangat ketat, keberadaan bendi masih tetap dipertahankan masyarakat Minang khususnya di Kota Padang. Walaupun sedikit pengunjung, para kusir bendi tetap mangkal untuk mendapatkan penumpang. Terkadang penumpang yang menaiki benda tidak untuk bepergian semata, namun juga sebagai sarana hiburan menikmati jalanan Kota Padang.
Menikmati Pemandangan Pedesaan dari Sudut Swarga Menikmati pemandangan dengan panorama Gunung Kerinci dan perkebunan teh hijau di salah satu destinasi wisata di Swarga Lodge Homestay Kabupaten Kerinci akan menjadi pilihan wisata alam menarik untuk menyegarkan hati dan pikiran. Ribuan rumah warga yang ada di bawahnya, akan menambah kekayaan pemandangan yang dapat kita saksikan di atas Puncak Swarga. Oleh Tiara Tri Dewi Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2019 Sore itu, Senin (16/07) langit terlihat lebih cerah dari biasanya. Ganto memutuskan untuk pergi ke suatu tempat wisata, yaitu Swarga Lodge Homestay yang berada di desa Lindung Jaya, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. Dengan menggunakan sepeda motor Ganto beranjak dari desa Gunung Labu menuju desa Lindung Jaya dengan memakan waktu sekitar 10 menit. Dalam perjalanan dari desa Gunung Labu ke desa Lindung Jaya, Ganto melewati perkebunan teh tertinggi kedua di dunia yang terletak di bawah kaki Gunung Kerinci. Jalan menuju lokasi bisa dikatakan agak sulit karena masih belum diaspal. Jadi, masih banyak terdapat kerikil dan bebatuan. Setelah sampai di lokasi setiap orang dikenai biaya Rp. 10.000 untuk bisa masuk ke dalam sudah termasuk dengan biaya parkir. Sesampainya di puncak Swarga, Ganto langsung disajikan dengan pemandangan alam yang
sangat indah. Terlihat ribuan perumahan warga yang dibaluti dengan perkebunan teh hijau yang menyejukan mata, ditambah lagi dengan pemandangan Gunung Kerinci sebagai gunung tertinggi di Sumatra. Termasuk beruntung saat Ganto sampai di sini Gunung Kerinci belum tertutup oleh balutan awan. Konsep bangunan di Swarga ini mirip dengan bangunan Eropa sehingga saat berada di sini seperti sedang berada di luar negeri. Selain mirip dengan bangunan Eropa, Swarga juga mirip dengan bangunan di Lombok. Dilansir dari jendeladunia16.com, konsep bangunan Swarga juga merupakan penggabungan dua gaya arsitektur, yakni Lombok dan Kerinci. Karena bangunanya yang unik dan instagramable, Swarga dijadikan destinasi wisata bagi kaula muda-mudi untuk berfoto ria. Tidak hanya dijadikan tempat untuk berfoto, Swarga juga
Pemandangan: Terlihat panorama Gunung Kerinci, perkebunan teh, dan ribuan rumah warga dari Swarga Lodge Homestay, Senin (16/07). f/Tiara.
menyediakan cafe dan resto, tempat penginapan, dan tempat bermain untuk anak-anak. Terlihat beberapa anak kecil yang bermain perosotan dan ayunan di lokasi yang luas. Sembari itu, para pengunjung juga terlihat menikmati makanan di cafe dan resto yang disediakan. Hal itu yang menyebabkan Swarga ini cocok untuk anak-anak, muda-mudi, hingga orang tua. Saat Ganto melihat keadaan di sekitar Swarga suasananya cukup sepi. Hanya terlihat beberapa pengunjung saja. Mungkin karena cuaca sedang musim penghujan jadi minat pengunjung menjadi berkurang. Hal itu dirasakan oleh Ganto sendiri, saat Ganto sedang mengabadikan momen dan sedang mengambil beberapa foto tiba-tiba hujan turun sangat deras
sehingga memaksa kami untuk berteduh. Padahal sebelumnya cuaca terlihat begitu terik. Tingkat pengunjung di Swarga selama pandemi mengalami perbedaan dibandingkan sebelum adanya pandemi. Hal itu dijelaskan oleh Tomas Widiyasta, salah satu karyawan di Swarga. Ia menjelaskan pengunjung lebih ramai saat sebelum pandemi dibanding dengan sesudah pandemi “Kalau hari-hari biasa seperti sekarang ramainya hari Sabtu, Minggu, Senin, dan hari libur nasional biasanya,” tambahnya, Selasa (17/07). Selanjutnya, ketika ditanya mengenai pengunjung yang menginap di Swarga ini masih berasal dari Provinsi Jambi atau di luar Provinsi Jambi, Tomas mengatakan pengunjung yang
menginap di Swarga saat ini kebanyakan masih berasal dari masyarakat lokal, yaitu masyarakat Provinsi Jambi sendiri. “Alhamdulillah masih dari wilayah Jambi.” jelasnya. Bagi pengunjung yang ingin menginap di Swarga akan dikenakan tarif per lodge. Untuk tarifnya sendiri hari biasa mulai dari Rp. 1.2000.000 - Rp. 2.1000.000 / malam. “Kalau Swarga hitungannya per lodge. Jadi, lodge itu rumah dan per rumah itu dikenakan pajak 10%,” jelas Tomas Widiyasta. Selain sebagai tempat wisata dan penginapan, Swarga juga dijadikan tempat untuk mengadakan acara-acara besar. Event itu salah satunya Festival Budaya yang diadakan pada 15 November 2020 lalu.
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
15
TELUSUR
Monumen Tugu Perang Panta, Destinasi Wisata Sejarah dan Alam Mengenang momen bersejarah merupakan suatu pelajaran masa lampau untuk masa depan. Berkunjung ke salah satu destinasi wisata sejarah di Tugu Perang Panta salah satunya, akan memperkaya khazanah baru bagi ingatan kita terhadap bangsa sendiri. Oleh Habil Ramanda Jurusan Pendidikan Sejarah TM 2017 Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan dengan destinasi wisata sejarah terbaik di Indonesia, salah satunya situs sejarah Tugu Perang Panta yang didatangi Ganto pada Rabu (17/11). Tak banyak yang mengetahui keberadaan situs sejarah yang satu ini karena sejarah Perang Panta jarang kita temui dalam pelajaran sejarah Indonesia. Meskipun begitu, sebagai generasi muda kita perlu mencari peristiwa-peristiwa penting lainnya yang menghiasi sejarah perjalanan bangsa ini. Berlokasi di Nagari Sariak, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, monumen tugu perjuangan ini dibangun untuk mengabadikan peristiwa Perang Panta yang meletus pada 4 Januari 1949 silam. Tugu ini dibangun pada masa kepemimpinan Wali Nagari Junaidi Datuak Bandaro Gadang. Untuk datang ke Tugu Perang Panta ini, pengunjung tidak per-
lu mengeluarkan uang yang besar, cukup menempuh perjalanan sekitar 80 Kilometer dari kota Padang menggunakan motor ataupun bus. Pengunjung juga tidak akan dipungut biaya parkir asalkan pengunjung yang membawa kendaraan memarkirkan kendaraannya dengan rapi. Sebelum masuk ke kawasan tugu kita bisa melihat gapura yang sangat ikonik dengan bentuk seperti gonjong Rumah Gadang berwarna bendera marawa. Disampingnya, terdapat tulisan Tugu Perang Panta yang bercahaya ketika malam hari. Tugu ini memiliki tinggi sekitar dua meter dengan patung pemuda yang sedang memegang senjata dan di bawahnya terdapat cerita sejarah Perang Panta dan prasasti pengesahan monumen tersebut. Dalam tulisan tersebut diceritakan pada saat setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, kaum penjajah tidak serta
Kawasan: Potret pemandangan di kawasan Tugu Perang Panta di Nagari Sariak, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Rabu (17/11). f/Habil.
merta angkat kaki dari Indonesia. Para penjajah melakukan tindak kekejaman terhadap masyarakat Nagari Sariak dan sekitarnya. Atas dasar itu kelompok pemuda-pemudi yang tergabung dalam perguruan Beruang Hitam dan Tengkorak Merapi melakukan perlawanan kepada Belanda. Maka meletuslah Perang Panta pada tahun 1949 tersebut. Peristiwa ini dalam Sejarah Nasional Indonesia dicatat sebagai peristiwa Agresi Militer Belanda II pada akhir tahun 1948. Penyebabnya karena Belanda tidak menyepakati isi perjanjian Renville yang dibuat pada 17 Januari 1948. Maka dari itu Panglima Belanda, Jenderal Spoor menginstruksikan seluruh tentara Belan-
da untuk memulai penyerangan di Jawa dan Sumatera. Selain sejarah, di kawasan Tugu Perang Panta ini, sejauh mata memandang kita dapat menikmati pesona kota Bukittinggi dan indahnya Gunung Singgalang. Tidak hanya itu, jika kondisi cuaca cerah maka kita dapat melihat indahnya puncak Gunung Talamau yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera Barat. Pemandangan yang indah dan udara yang sejuk dapat dinikmati dengan meminum kopi bersama teman maupun keluarga dengan duduk di lesehan yang sudah disediakan. Tidak hanya kopi, di kedai tersebut juga menyediakan minuman khas Minangkabau yai-
tu kawa daun yang terbuat dari rebusan daun kopi kering. Goreng pisang panas menjadi “konco” dalam jamuan minuman tersebut. Untuk datang ke lokasi ini, disarankan untuk mengunjungi pada sore hari. Karena kita dapat menyaksikan langit sore yang indah dan gemerlap lampu-lampu yang mulai menyala di pusat kota Bukittinggi. Karena untuk kawasan wisata sejarah Tugu Perang Panta ini gratis, pengelola hanya mengharapkan pelancong untuk selalu membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan dan tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan dan norma yang berlaku di kawasan tersebut, khususnya untuk pasangan muda-mudi.
RAGAM
Memahami Ragam Budaya Melalui PMN DN Oleh Rezky Amelia Putri Mahasiswa Jurusan Fisika TM 2018 “Sebagai mahasiswa mungkin harus lebih jeli dan berani untuk mengambil kesempatan, apapun hasil dan konsekuensinya, saya yakin ada hal yang berguna di kemudian hari nantinya”. Kalimat tersebut merupakan kalimat yang motivasi kehidupan Agung Maulana Irsyad Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah TM 2019. Agung menggunakan kesempatan yang dimilikinya untuk mengikuti suatu program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang tergabung dalam Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Informasi terkait program ini, didapatnya dari instagram dan beberapa informasi dari temannya. Untuk tergabung dalam program ini, tentunya melalui alur tertentu. Tahapan awal yang dilalui oleh Agung adalah dengan membuat akun di web kampusmerdeka.kemendikbud.go.id. Kemudian, melengkapi biodata, Curiculum Vitae, transkip nilai, dan sertifikat organisasi. Selanjutnya, Agung memilih program yang ingin diikuti. Ketika memi-
lih program ini, yang dipilih oleh laki-laki berusia 20 tahun ini adalah Program Pertukaran Mahasiswa Dalam Negeri (PMM DN). Setelah itu, mahasiswa yang mendaftar memilih pulau kampus tujuan dan skema belajar, untuk hal ini Agung memilih di Pulau Jawa dengan skema satu yang berarti penuh mengambil mata kuliah di kampus tujuan. Sebelum mengikuti program ini, tentunya meminta izin kepada orang tua terlebih dahulu, agar mendapat dukungan penuh. Mahasiswa UNP yang mengikuti kegiatan ini selain Agung ada berjumlah 116 mahasiswa yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Program yang diikuti oleh Agung berlangsung selama satu semester. Seharusnya kegiatan ini dilaksanakan sejak awal semester melalui tatap muka secara langsung. Namun, karena di Bulan Juli sampai Agustus terjadi peningkatan penyebaran virus Covid-19, sehingga kegiatan dilaksanakan secara daring. Barulah di awal bulan November Agung bisa berangkat ke kampus tujuan yang dipilihnya.
Foto Bersama: Agung dalam foto bersama dengan kawan-kawan yang mengikuti program PMDN saat mengikuti salah satu kelas Modul Nusantara di Kampung Warna-Warni, Jodipan, Malang, Sabtu (13/11). f/Ist.
Kegiatan yang dilalui pada dasarnya hanya program seperti pindah kampus saja. Namun ada hal yang berbeda dari biasanya yaitu mata kuliah wajib Modul Nusantara. Pada mata kuliah ini, mempelajari keragaman budaya, seni, bahasa, dan wisata dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Ketika Agung melaksanakan program ini secara luring, untuk mata kuliah Modul Nusantara dilakukan di luar kelas yaitu dengan pergi ke tempat wisata dan kebudayaan di Kota tempat kampus yang dipilih oleh Agung yaitu Kota Malang. Selama program ini berlangsung, hal yang paling berguna menurut Agung adalah bertambahnya pertemanan dan relasi, tempat berdiskusi, dan lebih
memahami budaya dan seni nusantara khususnya Kota Malang. Dari segi perkuliahan yang dirasakan antara perkuliahan di UNP dengan di tempat program yang diikuti oleh agung yaitu sama, hanya saja dirinya merasakan di program yang diikutinya ini kelasnya lebih nyaman dan dosennya lebih ramah. Perbedaaan lain juga terdapat pada jadwal belajar, jam pelajarannya lebih cepat 10 menit dibandingkan UNP. Selain itu, adanya kesulitan mengatur jadwal sholat dan tidur disebabkan zona waktu yang walaupun masih Waktu Indonesia Barat tapi lebih cepat hampir satu jam dari Padang. Di sekitar tempat Agung berada sekarang, mengenai protokol kesehatan sangat
baik dilakukan yang dibuktikan dengan hampir setiap gedung berkode peduli lindungi, cuci tangan, hand sanitizer, thermo gun, dan harus menggunakan masker. Beradaptasi dalam berbagai hal di Kota Malang tidaklah terlalu sulit dirasa bagi Agung. Dari segi pertemanan, Agung bisa membaur dengan teman-teman lain yang juga mengikuti program ini. Dari segi makanan dan segi lainnya pun tidak terlalu sulit. Bagi mahasiswa seluruh Indonesia terkhusus UNP yang berminat memahami ragam budaya nusantara, bertemu dengan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, mungkin dengan ikut PMN DN bisa jadi salah satu jalannya.
TEROPONG
16
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Polemik Pembukaan Gedung PKM Selama Pandemi Satpam memaksa masuk ke dalam Gedung PKM dan meminta semua aktivis UKM meninggalkan gedung tersebut. Kericuhan berlangsung, adu mulut antara satpam dan aktivis pun terjadi, Minggu (29/8). Kegiatan kemahasiswaan di belasan unit organisasi Universitas Negeri Padang (UNP) hampir dua tahun terdampak penerapan aturan protokol kesehatan Covid-19. Sejak 18 Maret 2020 lalu, UNP memberlakukan penutupan sekretariat setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang terletak di dalam Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Akibatnya, kegiatan mahasiswa di UKM “lumpuh” total dan kegiatannya dialihkan menjadi daring. Meski masih ditutup, pada semester Januari-Juni 2021, aktivis UKM beberapa kali bisa memasuki Gedung PKM, walau dengan waktu yang dibatasi dan hanya untuk mengambil barang saja. Selain itu, juga harus mengantongi izin dari Satuan Pengamanan (Satpam) yang bertugas. Terkait hal itu, Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH) Nisfu Novian Deka, mengatakan anggota MPALH kesulitan dalam memasuki gedung PKM. Hal itu dimulai dengan seringnya Satpam yang bertugas tidak berada di lokasi. Menurut Deka, hal ini sangat mempersulit anggotanya dalam berkegiatan karena, semua barang untuk berkegiatan ada di
sekretariat MPALH, ucapnya, Kamis (12/8). Sejalan dengan pernyataan Ketua MPALH, Ketua Unit Kegiatan Kesenian (UKKES) Dickiara Vivaldi menyebut, dampak dari penutupan Gedung PKM juga sangat dirasakan anggota UKKES. Hal ini dimulai dengan tidak adanya lagi wadah tempat latihan anggota UKKES. “Dalam penutupan ini, kami tidak memiliki tempat dalam latihan. Selain itu, berkegiatan juga hanya bisa malam hari,” jelasnya, Sabtu (21/8). Menanggapi kendala yang dihadapi UKM, Presiden Mahasiswa UNP, Imam Wahyudi Afrizon mengatakan bahwa hal tersebut sudah pernah dikomunikasikan dalam Konsolidasi Akbar. Di mana, hasil yang disepakati dalam konsolidasi tersebut telah dibawa dalam audiensi dengan pihak kemahasiswaan, meski belum membuahkan hasil. “Kami sudah melakukan sama pihak rektorat. Total, sudah ada dua sampai tiga kali audiensi,” ungkapnya, Jumat (13/8). Aliansi gabungan beberapa UKM, beberapa kali melaksanakan audiensi mengenai pengembalian fungsi gedung
Ribut: Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam kumpulan Unit Kegiatan Mahasiswa sedang berunding dengan Wakil Rektor III ketika diminta meninggalkan Gedung PKM, Sabtu (28/8) f/ Sandi.
PKM, namun tak membuahkan hasil. Permintaan aliansi UKM tersebut ditolak bagian kemahasiswaan UNP, dengan alasan dikhawatirkan Gedung PKM menjadi klaster Covid-19 di UNP. Puncaknya, pada Jumat siang (27/8) aliansi UKM melaksanakan aksi berdiam diri dalam gedung PKM. Aksi tersebut membuat Wakil Rektor III UNP Hendra Syarifudin, Ph.D mendatangi Gedung PKM pada malam harinya dan melakukan audiensi mengenai pembukaan gedung PKM. Dalam audiensi tersebut, sejumlah perwakilan UKM meminta bagian kemahasiswaan untuk kembali membuka Gedung PKM 24 jam. Namun, Hendra dengan tegas menolak permintaan itu. Ia tidak sepakat lantaran
UNP Bangun Kampus PSDKU di Sawahlunto Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kota Sawahlunto dalam pembangunan PSDKU. Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Dr. Irwan Syahril, Ph.D., melakukan peletakan batu pertama dalam rangka pembangunan Kampus PSDKU di Nagari Kolok, Kota Sawahlunto pada Kamis, (17/6). Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjamin Mutu (LP3M) UNP, Prof. Dr. Jamaris, M.Pd menyebutkan, PSDKU yang telah dibangun di beberapa daerah lainnya, salah satunya di Kota Sawahlunto merupakan jawaban dari permintaan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini pun sekaligus bentuk kerja sama antara UNP dengan pemerintah daerah. Adapun bentuk keuntungan dari kehadiran PSDKU ini di antaranya dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan mahasiswa, menjawab persoalan mahasiswa yang ada di kampus utama, serta memperkuat kerja sama UNP dengan pemerintah daerah setempat. “Orang yang mendaftar ke UNP semakin hari semakin banyak, sehingga tidak tertampung lagi dengan kampus yang ada,” ujarnya, Sabtu (7/8). Untuk saat ini, ada tiga program studi (prodi) yang direncanakan akan dibuka di PSDKU Sawahlunto, yaitu prodi Diploma III (DIII) Teknik Pertambangan, DIII Teknik Otomotif, dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Namun, Jamaris mengatakan tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan prodi jika semua sarana dan prasarananya telah
terpenuhi. Pembangunan PSDKU di Kota Sawahlunto mendapat tanggapan baik dari sivitas akademika UNP, Afifatul Achyar, M.Si misalnya. Dosen Jurusan Biologi ini sangat mengapresiasi pembangunan PSDKU karena dinilai dapat menumbuhkan minat anak muda untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ditambah prodi yang dibuka salah satunya Teknik Pertambangan, sesuai dengan kondisi Kota Sawahlunto yang dulunya merupakan daerah tambang. “Bekas tambang tersebut kini masih terjaga dan menjadi tujuan wisata di Sumatera Barat,” ucapnya, Kamis (19/8). Sejalan dengan Afifatul Achyar, Randi Maulanda, Mahasiswa Pendidikan Sejarah Tahun Masuk (TM) 2018 mengatakan pembangunan PSDKU ini sangat bagus. “Karena untuk pengembangan dan sesuai dengan tujuan utama pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa,” jawabnya melalui pesan via WhatsApp, Selasa (17/8). Selanjutnya, Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Astri Yuza Sari, S.E., M.M juga turut memberikan tanggapan. Astri mengatakan bahwa adanya kampus di Sawahlunto memberikan banyak keuntungan, jika dilihat dari perspektif ekonomi. “Dari sisi ekonomi, dapat memajukan pendapatan daerah karena anak-anak dari luar kota nantinya juga akan kos di sana, itu dapat menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar,” jelasnya dalam wawancara bersama Ganto, Selasa, (17/8). Namun, ia juga menilai kesempatan luas berkuliah di PSDKU akan sedikit didapatkan
dibandingkan kuliah di kampus utama yang memungkinkan bertemu dengan orang banyak. Jamaris mengatakan, hingga saat ini pembangunan PSDKU Sawahlunto tidak ada kendala. Pembangunannya mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Bahkan masyarakat mengatakan bersedia untuk memperjuangkan dan berusaha agar pembangunan ini terwujud dengan segera. Pembangunan PSDKU dilakukan bertahap karena memerlukan banyak anggaran. Dana yang dibutuhkan dalam pembangunan kampus ditaksir mencapai miliaran rupiah, mengingat bidang tanah yang dipakai cukup luas. Mengenai pendanaan, itu merupakan tanggung jawab dari kedua pihak, yaitu UNP dan Pemerintah Kota Sawahlunto. “Target selesainya pembangunan bertahap karena ada kerja sama membangun. Pemerintah daerah menyediakan anggaran pembangunan awal, pembangunan berikutnya UNP. Sudah ada perjanjian, jadi tergantung nanti anggaran yang disediakan UNP dan Pemerintah Daerah,” paparnya. Terakhir, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris TM 2018 Monica Rahma Putri berharap, agar fasilitas yang ada di kampus ini sama seperti fasilitas yang ada di kampus utama. “Harapannya, semoga fasilitas yang ada di sini (kampus PSDKU Sawah Lunto) mendukung semua kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa. Fasilitasnya sama layaknya dengan kampus utama. Selain memenuhi minat belajar mahasiswa, juga menyediakan kenyamanan,” ujarnya, Selasa (17/8). Indah
Kota Padang masih dalam pemberlakuan PPKM. Lanjut, Sabtu pagi (28/8) pihak kemahasiswaan kembali mendatangi Gedung PKM. Didampingi Satpam, pihak kemahasiswaan meminta aktivis UKM untuk meninggalkan gedung. Tetapi aktivis UKM menolak, hingga audiensi yang kedua pun dilaksanakan. Namun, belum tercapai kesepakatan antara kedua pihak. Lanjut, pada Minggu pagi (29/8) pihak kemahasiswaan dan Majelis Pimpinan Universitas (MPU) kembali mendatangi Gedung PKM, menjelaskan penyebab larangan beraktivitas 24 jam di Gedung PKM. Sempat berdialog mengenai sarana dan prasarana setiap UKM selama daring ke
depan, tapi belum juga ada titik terang dari tuntutan aliansi aktivis UKM. Pada malam harinya, Satpam yang telah berjaga di depan Gedung PKM kembali membujuk aktivis UKM yang menolak keluar dari gedung tersebut. Tapi, tak membuahkan hasil. Pada pukul 20.00 WIB, Satpam memaksa masuk ke dalam gedung dan meminta semua aktivis UKM meninggalkan gedung tersebut. Ketegangan tak dapat dihindari. Bentrokan antara aktivis UKM dan satpam tak bisa ditahan. Kericuhan berlangsung, adu mulut antara satpam dan aktivis pun terjadi. Akhirnya satpam berhasil mendesak mundur aktivis UKM keluar dan kembali mengunci pintu Gedung PKM. Afdal
UNP Adakan Pengabdian Dosen di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan pembukaan pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) UNP di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, tepatnya di Hall Ibu Kota Kabupaten (IKK) Kabupaten Padang Pariaman, Selasa (6/7) lalu. Pada tahun ini, sebanyak 32 judul kegiatan pengabdian akan dilaksanakan di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, setelah sebelumnya lulus seleksi proposal oleh LP2M. Dengan rincian, 21 judul kegiatan pengabdian dengan anggaran Rp 479.000.000 untuk Kabupaten Padang Pariaman dan 11 judul dengan dana sebesar Rp 258.000.000 untuk Kota Pariaman. Di mana, setiap judul dinaungi oleh satu tim yang berisikan minimal dua orang dosen yang terdiri atas ketua dan anggota. Dalam kegiatan pengabdian, setiap tim diwajibkan untuk melibatkan minimal tiga orang mahasiswa. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa dapat peka terhadap permasalahan yang ada di masyarakat dan dapat menyerap ilmu yang disampaikan oleh dosen. Untuk perekrutannya sendiri, tergantung kepada tim masing-masing dosen, ujar Anton dalam sambungan telepon WhatsApp, Rabu (25/8). Kegiatan pengabdian masyarakat ini, dilaksanakan secara daring dan luring. Namun, sebagian besar kegiatannya dilaksanakan secara luring, dengan protokol kesehatan yang ketat. Dalam pelaksanaannya nanti, terdapat masing-masing tim yang dibagi untuk kegiatan luring dan daring. Pengabdian dilaksanakan selama enam bulan, mulai Juni dan berakhir pada November 2021. Sebelumn-
ya, pada bulan Mei lalu, dosen sudah mulai melakukan koordinasi awal. Pembukaan kegiatan pengabdian dilakukan serentak. Kemudian, peresmiannya dilakukan dengan menggabungkan daerah yang berdekatan. Kabupaten Lima Puluh Kota digabung dengan Kota Payakumbuh, Pasaman Barat digabung dengan Pasaman Timur, dan Agam. Kota Bukittinggi digabung dengan Padang Panjang dan Tanah Datar, serta Pesisir yang dilaksanakan secara terpisah. Meski mengalami beberapa kendala dalam prosesnya, seperti PPKM yang membuat kegiatan terhambat dan sulit dilaksanakan secara luring, kegiatan tetap berjalan secara efektif, dan masyarakat tetap antusias dan mendukung kegiatan, ujar Anton. Terakhir, Ia mengatakan, pengabdian masyarakat penting dilakukan untuk dosen maupun masyarakat yang didampingi. Sejalan dengan Anton, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Isda Aini, TM 2018 mengatakan bahwa pengabdian itu berguna untuk membantu meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan pengetahuan masyarakat. Contohnya, pelatihan keterampilan kelompok masyarakat dan pengembangan kelembagaan masyarakat. “Program yang diadakan LP2M UNP ini sangat membantu sekali di kalangan masyarakat,” ujarnya, Rabu (8/9). Tak hanya itu, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah TM 2018, Stephany Amelia menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian dosen juga dilaksanakan di Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi. “Di Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi dosen memberikan pelatihan massage pada masyarakat sekitar,” ujarnya. Tharifa
TEROPONG
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
17
Skenario Perkuliahan Juli-Desember 2021 Kuliah tatap muka bagi mahasiswa TM 2020 kembali ditunda hingga minggu ke-6 perkuliahan, lantaran perpanjangan PPKM level 4 di Kota Padang. Lantas, kapankah perkuliahan tatap muka bagi TM 2020 dimulai? Perkuliahan daring yang sudah berjalan sejak Maret 2020, telah memasuki babak satu tahun lebih. Pada semester Januari-Juli 2021, kebijakan blended learning diterapkan bagi jurusan yang membutuhkan perkuliahan tatap muka. Pada 10 Agustus 2021, Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) mengeluarkan Revisi Surat Edaran Nomor 3128/UN35/EP/2021 terkait perkuliahan tatap muka yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa Tahun Masuk (TM) 2020. Dalam Revisi surat edaran tersebut, tertulis bahwa dengan keluarnya aturan pemerintah tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Padang, maka perkuliahan tatap muka ditunda hingga minggu ke-5 perkuliahan. Namun, pada tanggal 8 September, UNP kembali mengeluarkan surat yang menginformasikan bahwa, kuliah tatap muka bagi mahasiswa TM 2020 kembali ditunda hingga minggu ke-6. Ajeng, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan TM 2020 mengatakan bahwa keputusan yang diambil pihak UNP dalam melakukan kuliah tatap muka cukup baik karena, selama pembelajaran daring mahasiswa merasa kurang puas dan sulit menyerap materi yang dipelajari. Namun, Ia juga mengatakan bahwa hal itu terkesan terlalu memaksakan karena, situasi pandemi masih belum bisa ditebak, menyebabkan mahasiswa TM
2020 tidak mendapat kepastian akan kuliah tatap muka ini, Selasa (17/8). Selanjutnya, Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Dr. Marwan, S. Pd, M.Si., mengatakan bahwa mahasiswa TM 2020, akan melaksanakan perkuliahan secara blended. Untuk mata kuliah umum di tingkat universitas, tetap dilaksanakan secara daring. Sedangkan mata kuliah di tingkat prodi, jurusan atau fakultas, direncanakan secara luring. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa untuk kuliah luring, kapasitas ruang kelas atau laboratorium maksimal 50%. Berdasarkan surat edaran Rektor, perkuliahan tatap muka diusahakan maksimal 50%, dari 16 kali pertemuan atau 14 kali tatap muka di luar UTS dan UAS. Kuliah tatap muka dilakukan 7 kali pertemuan untuk setiap mata kuliah, kecuali ada yang benar-benar membutuhkan kuliah di labor. Namun, tergantung kebijakan dari fakultas masing-masing, ujarnya ketika diwawancarai Ganto, Selasa (17/8). Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) TM 2019 Fanny Oktiza mengatakan bahwa, untuk prodinya perkuliahan semester Juli-Desember 2021 masih sepenuhnya dilaksanakan secara daring. “Setahu saya, untuk program studi saya sekarang ini full daring. Mungkin karena masih awal perkuliahan, jadi belum ada yang berbau praktik,” ujarnya, Selasa (24/8). Hal serupa juga disampaikan
Duduk: Beberapa mahasiswa tampak tengah duduk di Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam selepas dilaksanakannya kuliah tatap muka, Senin (13/12). f/Sandi.
oleh Dosen PLB, Rahmatri Silvia, S.Pd., M. Pd. Ia menjelaskan bahwa perkuliahan Semester Juli-Desember 2021, selain TM 2020 masih blended learning. Namun, tergantung dari dosen masing-masing. “Sistem perkuliahan 2019 campur antara tatap muka dengan online. Disarankan juga oleh rektor untuk tatap muka itu mereka-mereka yang usia dosennya masih muda, yang sudah sepuh (55 atau 50-an) ke atas, itu lebih dianjurkan untuk daring,” ujarnya, Rabu (18/8). Lebih lanjut, Silvia menjelaskan bahwa di masa perkuliahan daring, terdapat beberapa masalah dalam kinerja dosen UNP. Dosen-dosen yang kurang cakap Ilmu Teknologi (IT) mengalami masalah, karena perkuliahan online rata-rata menggunakan IT. Mulai dari meng-input mata kuliah, membuat daftar hadir online mahasiswa, membuat room tugas, membuat room untuk diskusi, membuat room untuk ujian, menempelkan link untuk materi kuliah, link YouTube, dan menempelkan Word untuk materi. “Karena terkait dengan IT, seba-
gian ada yang tidak cakap IT, itu yang menjadi masalahnya. Ketika orang (dosen) cakap IT, tidak jadi persoalan,” ujarnya. Di lain hal, Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi, Astri Yuza Sari, S.E., M.M., mengatakan, saat mengajar online, ia mengalami kendala tidak bisa sering-sering menggunakan Zoom Meeting, terkait kuota mahasiswa yang terbatas dan dosen juga harus membeli Zoom Premium secara pribadi. Tak hanya itu, ia juga mengeluhkan keseriusan mahasiswa yang kurang ketika mengikuti perkuliahan daring. “Ketika Zoom seakan-akan seperti berbicara sendiri. Mahasiswa kadang-kadang menyimak sambil melakukan kegiatan lain,” ujarnya, Selasa (17/8). Terakhir, ia berharap agar UNP bisa mewadahi aplikasi-aplikasi yang berguna untuk perkuliahan online. Sehingga memudahkan dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan daring. “Semoga UNP juga bisa mewadahi Zoom Premium untuk dosen-dosen, atau aplikasi-aplikasi menarik
lainnya yang pas digunakan untuk perkuliahan online,” ujarnya. Mengenai fasilitas protokol kesehatan selama perkuliahan luring nanti, Rektor UNP, Ganefri mengatakan bahwa semuanya sudah dipersiapkan. Bahkan, ia menjelaskan kalau nantinya, setiap kelas yang digunakan untuk kuliah tatap muka, akan dilengkapi dengan masker cadangan. Sekiranya ada mahasiswa atau dosen yang kelupaan membawa masker, karenanya protokol kesehatan tetap terjalankan. “Sudah dipersiapkan semua. Setiap kelas, itu bagi yang tidak punya masker, disediakan maskernya. Tapi bukan berarti disiapkan masker untuk seluruhnya,” ujarnya saat ditemui Ganto di ruangannya, Rabu (30/6). Terakhir, ia menjelaskan bawah, meskipun mahasiswa TM 20 melaksanakan perkuliahan secara luring, namun tidak semuanya bisa dilaksanakan luring 100%. “Perkuliahan itu tetap dilaksanakan blended, tidak semuanya luring. Jadi, nanti bagi yang memang tidak bisa ikut luring ya daring.” Rezky
Sengkarut Mubes Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro “Ngapain lagi buang-buang energi. Tidak bisa, ini institusi tidak bisa atas keinginan-keinginan saja,” ujar Ketua Jurusan Teknik Elektro, Risfendra ketika diminta tanggapannya mengenai kepengurusan Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE) dipilih dan dibentuk ulang melalui Mubes, sesuai aturan dalam AD/ART HMTE, Jumat (10/9). Pemilihan dan pembentukan pengurus Himpunan HMT tahun 2021, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, pengurus HMTE ditunjuk langsung oleh pihak jurusannya, bukan melalui musyawarah besar seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMTE, Pasal 21 yang tertulis “Pergantian pengurus sebelumnya dengan pengurus selanjutnya dilaksanakan dalam musyawarah besar dan pengurus sebelumnya bertanggung jawab untuk mengadakan musyawarah besar hingga pengurus selanjutnya dilantik.” Hal tersebut, menuai tanggapan dari salah seorang Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, STG (inisial) mengungkapkan keresahannya atas apa yang terjadi pada HMTE. Ia menyayangkan, ketika pelaksanaan pemilihan kepengurusan HMTE yang seharusnya merupakan ‘pesta demokrasi’ mahasiswa, justru tidak terjadi. “Harapan saya, ke depan Teknik Elektro kembali kepada masa demokrasinya. Himpunan dan pempinannya dipilih oleh mahasiswa, karena namanya kan himpunan mahasiswa,” ujarnya, Jumat (27/8). Mahasiswa Teknik Elektro
lainnya, inisial RM juga mengungkapkan hal yang sama. Dia mengatakan tidak adanya demokrasi dalam pemilihan ketua HMTE dan tidak mengikuti aturan yang ada. Turut memberikan pernyataan, Tyo Hutrianto, Ketua Umum HMTE Periode 2020/2021 yang terpilih pada 2019 lalu, tidak membenarkan atas adanya pemilihan ketua HMTE yang baru. Ia mengungkapkan, dalam AD/ ART HMTE, pemilihan pengurus dilakukan dengan Mubes. Mengenai itu, Ketua Jurusan Teknik Elektro Risfendra, Ph. D., mengatakan HMTE adalah wewenang dari jurusan, jurusan yang mengeluarkan surat tugas, dan berkoordinasi dalam menyusun program HMTE, termasuk anggarannya. Lanjutnya, Ia menjelaskan bahwa sebenarnya pihak jurusan menginginkan mahasiswa yang memilih pengurus HMTE, bukan pihak jurusan. Tetapi, HMTE periode 2020/2021 yang beberapa kali diberi kesempatan untuk mengadakan Mubes, tidak melaksanakannya dan vakum selama kurang lebih enam bulan, disebabkan pandemi. “Saya sebenarnya ingin mereka yang pilih karena kami dari jurusan banyak juga yang perlu
diurus. Oleh karena kita butuh Hima, kita di jurusan memutuskan untuk menunjuk beberapa mahasiswa BP 18 yang memang berhak menduduki kepemimpinan HMTE,” ujarnya saat ditemui Ganto di ruangannya, Jumat (10/9). Mengenai hak demokrasi mahasiswa, ia mengatakan bahwa pengurus HMTE yang ditunjuk sebelumnya, tidak ditetapkan secara sepihak oleh pihak jurusan, akan tetapi tetap mahasiswalah yang memilih. “Kita kumpulkan mahasiswa, kita ajukan, mereka juga yang milih. Mereka menyarankan, kita yang menetapkan. Tapi orang-orangnya berbeda, memang kita isolasi dari kepengurusan yang lama. Kita batasi dengan IPK, dan pengalaman prestasi,” jelasnya. Lebih lanjut, Ia menjelaskan seharusnya masa kepengurusan HMTE 2020/2021 sudah berakhir pada Januari lalu. “Seharusnya, Januari sudah tutup, sudah habis masa jabatannya. Lalu memang, tidak ada tanda-tanda mereka akan melakukan pemilihan. Jadi kita tunjuk saja,” jelasnya. Sementara itu, ketika Tyo diwawancarai Ganto, Ia mengatakan bahwa sebelumnya, sudah pernah mencoba melaksanakan
Mubes, akan tetapi dibatalkan oleh pihak jurusannya. Kemudian, sebulan setelahnya, Mubes kembali diadakan. Tepatnya di Gedung Rektorat Lama lantai 3, namun kembali dihentikan atas perintah dari Ketua Jurusan Teknik Elektro. “Sudah dua kali kami melaksanakan Mubes. Saat kami melaksanakan Mubes, pihak jurusan meminta tolong untuk mubes dihentikan,” ungkapnya, Selasa (14/9). Tak hanya itu, Tyo juga mengaku mendapat ancaman akan diberikan sanksi akademik, jika Mubes itu tetap dilaksanakan. “Sebelum kami mulai, pembina tiba dan ketua jurusan menelepon bahwasanya dia minta dibubarkan, kalau tidak sanksi akademik akan diberikan. Ada intimidasi dari pihak jurusan, tidak sepakat Mubes itu diadakan,” ungkapnya. Selain itu, Ia juga pernah mengajukan untuk mengadakan Mubes secara hybrid, di mana perwakilan setiap angkatan dan prodi akan hadir secara luring dan selebihnya hadir daring. Akan tetapi usulan itu tidak disetujui. Tyo juga membantah ketika HMTE dikatakan vakum. Menurutnya, HMTE tidak vakum, karena masih tetap melaksanakan kegiatan, meski lebih kepada ke-
giatan amal. Seperti bekerja sama dengan baznas dalam penggalangan dana untuk masyarakat yang terdampak pandemi dan juga bencana alam. Terakhir, ia mengatakan sempat menemui Pembina HMTE untuk membicarakan penyelesaian masalah yang terjadi, akan tetapi ia tidak ditanggapi. Di lain hal, Risfendra mengatakan bahwa kepengurusan HMTE yang baru dibentuk, dinamakan dengan HMTE transisi dikarenakan, masa jabatannya yang hanya beberapa bulan. Ketua HMTE yang baru, secara formal belum dilantik. Namun, Surat Keputusannya (SK) sudah dibuat dan sudah ditandatangani. Mengenai Anggaran Rumah Tangga (ART) HMTE, Risfendra berencana akan memperbaharuinya. “Untuk aturan baku dalam ART akan diperbarui. Nanti kita tugaskan kepada Hima yang baru dan pembimbing Hima yang baru untuk melakukan analisis kajian ART,” tuturnya. Terakhir, Ia mengatakan bahwa sebelumnya permasalahan HMTE ini sudah dikoordinasikan dengan Wakil Dekan III Fakultas Teknik dan Ketua Jurusan Teknik Sipil karena permasalahan yang sama juga terjadi pada Hima Jurusan Teknik Sipil. Sandi
INTER
18 Akabri Angkatan 90 Mengadakan Vaksinasi Massal Serentak Seluruh Indonesia
Vaksinasi massal diselenggarakan secara serentak oleh Alumni Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) angkatan 1990 di seluruh Indonesia. Untuk Sumatera Barat, vaksinasi berlangsung di tiga titik, yaitu Hall Exhibition Universitas Putra Indonesia (UPI), Auditorium Universitas Negeri Padang (UNP), dan Aula Serbaguna HTT, Selasa (26/10). Kombes Pol. Dwi Sulistyawan, S.I.K mengatakan vaksinasi di Auditorium UNP ditargetkan 2000 dosis dan beberapa tenaga kesehatan telah dipersiapkan. Dwi memaparkan terkait prosedur vaksinasi yaitu pertama, melakukan pendaftaran, selanjutnya pengukuran tensi, kemudian melakukan screening, dan terakhir melakukan suntik vaksin. Dr. Nur Aini selaku dokter screening yang bertugas di Auditorium UNP untuk menanyakan terkait riwayat penyakit yang diderita oleh masyarakat sebelum disuntik. Nur mengatakan keluhan masyarakat pada umumnya yaitu hipertensi. Nur menyampaikan, belum ditemukan masyarakat yang mengalami efek samping usai vaksinasi. Lebih lanjut, dengan keterbatasannya jumlah vaksin, Nur menyarankan agar masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat dari domisili. Fitri*
Perayaan Dies Natalis UNP ke-67 Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Rapat Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-67 dengan mengangkat tema “PTN BH UNP: Berinovasi dan Berprestasi Menghasilkan SDM Unggul Indonesia Maju” yang diadakan di Gedung Auditorium UNP dan platform Zoom Meeting serta siaran langsung YouTube, Senin (25/10). Dalam sambutannya, Prof. Ganefri Ph. D. selaku Rektor UNP mengatakan bahwa dalam peringatan Dies Natalis ke-67 ini, UNP melakukan beberapa kegiatan ilmiah dan sosial. Selanjutnya, Ketua Dewan Pengawas UNP Iwan Syaril, Ph.D. berharap UNP dapat menjadi penggerak dan teladan dalam mewujudkan merdeka belajar. Sementara itu, Gubernur Provinsi Sumatera Barat H. Mahyeldi Ansharullah, S.P. menyampaikan bahwa dirinya yakin UNP akan berhasil sebagai Universitas bermartabat dan bereputasi internasional. Acara ini dilengkapi dengan penyampaian testimoni oleh Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko widodo dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. serta mantan Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri. Nola*
Pemred Majalah Tempo, Setri Yasra: Teknik dan Etika Jurnalisme Investigasi Jurnalisme investigasi adalah kegiatan jurnalistik yang membongkar kejahatan. Itulah yang disampaikan oleh Setri Yasra, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo pada kegiatan Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PKJTLN) Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP), Sabtu (2/10). Dalam materinya, Setri menyampaikan bahwa dalam jurnalistik investigasi ada beberapa teknik dan etika yang harus dilakukan. Pertama, menyamar. “Kita dapat menyamar terlebih dahulu untuk mendapatkan fakta. Jika sudah, baru kita mengkonfirmasikan bahwa diri kita ini seorang wartawan,” paparnya. Kedua, dokumen. “Dokumen ini adalah hal yang sangat penting karena akan menjadi info tambahan untuk memperkuat fakta,” tuturnya. Ketiga, sumber anonim. “Upayakan sumber anonim ini sedikit dan dalam cakupan yang dekat,” ujarnya. Terakhir, membangun cerita. “Seorang penulis itu ibarat sutradara yang akan mengatur jalannya cerita. Teknik ini merupakan hal yang sangat penting dalam jurnalistik,” jelasnya. Mery*
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Peresmian Fakultas Psikologi dan Kesehatan UNP Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) Universitas Negeri Padang (UNP) resmi berdiri di Gedung Kuning, kampus pusat UNP, Air Tawar Barat, Senin (25/10). Peresmian yang berlangsung di gedung Psikologi tersebut dihadiri oleh jajaran petinggi kampus, termasuk dekan masing-masing fakultas yang ada di UNP. Dekan FPK yang baru dilantik beberapa waktu lalu, Dr. Suryanef, M.Si. menyampaikan rasa syukurnya atas keberhasilan UNP mendirikan fakultas FPK. Selain itu, Suryanef juga meyakini bahwa ke depan fakultas ini akan maju.
Peresmian: Pemotongan pita Peresmian Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) oleh Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) di Gedung Kuning, Senin (25/10). f/Janniba*
Menyambut baik peresmian FPK, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Prof. Dr. Rusdinal, M. Pd. mengatakan FIP kehilangan anak bungsunya, meskipun tetap merasa bangga dengan berdirinya FPK ini. Selanjutnya, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Prof. Dr.
Alnedral, M. Pd. juga menyampaikan dukungan atas berdirinya FPK. Alnedral berharap kedepannya lebih kurang lima tahun, Psikologi dan Keperawatan sudah berdiri sendiri dengan fakultas yang berbeda, yaitu Fakultas Psikologi (FP). Janniba*
Pegiat Alam di Kampus Merah UNP Bernama Pegiat Alam Kampus Merah (Pakam) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang(UNP), wadah ini merupakan tempat bagi para pecinta alam. Terbentuk sejak tahun 2012, saat ini terdapat hanya beberapa anggota saja. Namun sejak tahun 2015, Pakam mulai menampakkan eksistensinya lagi dengan berkegiatan di dalam maupun di luar kampus. Awal mula terbentuknya Pakam FIS ini, karena sadar belum adanya wadah bagi para penggiat alam di tingkat fakultas. Sehingga berinisiatif membentuk sebuah wadah yang dapat berbaur dengan alam sekitar. Untuk kegiatan sendiri sudah dirancang di program jangka dekat dan program jangka panjang. Sehingga beberapa kegia-
tan sudah terencana sebelumnya. Heri Ritonga, Ketua Umum Pakam FIS periode 2020-2021 menjelas-
kan bahwa kegiatan yang dilakukan Pakam FIS berhubungan dengan alam. Seperti kegiatan mencabut paku di batang pohon yang dilakukan sebelum pandemi Covid-19. Tentu saja kegiatan ini mendapat respon yang sangat bagus dari lingkungan sekitar. Sampai saat ini, Pakam FIS sudah beranggotakan
110 orang dengan terdapat lima angkatan resmi. Untuk kepengurusan sekarang adalah angkatan 03,04 dan 05. Penghitungan keanggotaannya sendiri, tidak dihitung per-angkatan namun dihitung secara keseluruhan. “Semua yang pernah menjadi anggota Pakam adalah keluarga,” ungkap Heri, Sabtu(31/7) Sayangnya, Pakam FIS tidak memiliki ruang organisasi yang tetap, sehingga jika ada pertemuan biasanya menggunakan sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa FIS sebagai tempat berkumpul. Bahkan, untuk pertemuan rutin biasanya lebih sering di taman FIS. “Kecuali ada diklat, baru menggunakan rungan di MKU.” Tutupnya. Siska.
Alasan BEM KM UNP Tolak Kuliah Umum Bersama Puan Maharani
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Negeri Padang (UNP) menolak kuliah umum bersama Ketua DPR RI, Dr. (H. C.) Puan Maharani, S.Sos., yang dijadwalkan digelar pada Sabtu (28/8/2021) pukul 09.00 WIB melalui platform Zoom Meeting. Presiden Mahasiswa UNP, Imam Wahyudi Afrizon saat diwawancarai Ganto mengung-
kapkan, kuliah umum dengan siapa pun boleh, namun perlu dipahami terlebih dahulu tentang sentimen politik pada saat ini. “Kita boleh kuliah umum dengan siapa saja, tetapi kita pahami juga saat ini sentimen politik mengenai kontestasi politik yang akan diusung tahun 2024 nanti,” ujarnya, Jumat (27/8). “Salah satu yang dikampanyekan PDIP
adalah Ibu Puan Maharani. Jadi yang tidak kita inginkan dari UNP adalah adanya politik praktis dengan tujuan-tujuan lain dibelakangnya, termasuk mengampanyekan salah satu pihak dengan mengatasnamakan kuliah umum,” jelasnya. Imam mengungkapkan bahwa BEM KM UNP hanya tidak ingin kampus dijadikan sebagai sarana kampanye dari pihak-pihak tertentu. Agung*
Kegiatan Rektor Cup Futsal V Unit Kegiatan Olahraga (UKO) Universitas Negeri Padang (UNP) melaksanakan pembukaan Turnamen Rektor Cup Futsal kelima dengan tema “Sportivity and Solidarity are Beginning of the Victory” di Gedung Olahraga (GOR) UNP, Sabtu (23/10). Teguh Hidayat selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa tema yang diusung pada turnamen futsal ini dilandasi oleh sportivitas dan seman-
gat juang dari seluruh pemain. Lebih lanjut, Endang Sepdanius selaku Wakil Pembina UKO UNP, berharap agar kegiatan yang dilakukan antar jurusan di UNP ini kedepannya dapat dilakukan dalam ruang lingkup lebih besar lagi. Dalam pembukaannya, Yusuf, S.Pd. selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni UKO UNP mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan ajang untuk memperkuat
hubungan antar tim yang ikut serta dalam kegiatan Rektor Cup Futsal. Selain itu, Yusuf juga berpesan kepada panitia agar mampu menjaga kegiatan ini supaya berjalan dengan kondusif dan diharapkan tidak terjadi bentrok antar pendukung tim. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Yusuf dengan ceremonial menendang bola ke gawang. Ramadhano*
Informasi Seputar KKN UNP Periode Januari-Februari 2022 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Padang (UNP) periode Januari-Februari akan dilaksanakan pada tanggal 10 Januari s.d 10 Februari 2022. Pendaftaran KKN dilakukan dari tanggal 27 September s.d 15 Oktober 2021 di portal akademik www.portal.unp.ac.id dan portal KKN www.kkn.unp.ac.id dengan syarat mahasiswa yang akan mendaftar telah terdaftar pada semester lima perkuliahan. Kepala Pusat KKN UNP, Elfi Tasrif saat ditemui Ganto di ruangan Sekretariat KKN UNP Jumat (8/10) menyampaikan beberapa hal yang harus diperhatikan mahasiswa terkait KKN, di antaranya KKN dilaksanakan secara individu di rumah masing-masing, penempatan kkn sesuai dengan alamat KTP masing-masing, kkn di tempat yang berbeda dengan alamat di KTP, mahasiswa TM 2019 yang tidak mengikuti kkn periode Januari-Februari 2022 Mahasiswa TM 2019 yang tidak mengikuti KKN periode Januari-Februari 2021 tidak menjadi masalah dan mereka masih bisa mengikuti KKN pada periode berikutnya. Namun, mereka bukan lagi prioritas, karena prioritas KKN tahun berikutnya adalah mahasiswa TM 2020. Agung*
Tim Robotik UNP Raih Peringkat ke-6 Kontes Robot Abu Indonesia Tingkat Nasional 2021 Tim Doa Mande, delegasi Unit Kegiatan Robotika dan Otomasi (UKRO) Universitas Negeri Padang (UNP) pada Kontes Robot Indonesia (KRI) divisi Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI) gagal meraih peringkat tiga besar pada putaran final yang berlangsung pada Kamis (30/9). Hal tersebut dipastikan setelah nilai pertandingan babak final putaran pertama dan putaran kedua diakumulasikan. Pada putaran pertama, tim Do’a Mande memperoleh nilai 50 dan pada putaran kedua memperoleh nilai 51. Dengan demikian, tim Do’a Mande memperoleh total nilai 101. Berkat torehan tersebut, tim Do’a Mande menempati peringkat keenam pada KRAI 2021. Berikut hasil akhir KRAI 2021. Peringkat pertama diraih oleh tim Riot dari Institut Teknologi Sepuluh November dengan total nilai 160. Peringkat kedua diraih oleh tim Maestro_Evo dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan total nilai 145. Peringkat ketiga diraih oleh tim Aburobonema dari Politeknik Negeri Malang dengan total nilai 140. Rizka
Kota Padang Kembali PPKM Level-4, UNP Akan Meninjau Rencana Kuliah Luring Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof. Ganefri, Ph.D, menyebut akan meninjau kembali rencana kuliah tatap muka terbatas yang akan diadakan UNP pada 6 Oktober 2021. Hal tersebut sehubungan dengan Kota Padang yang kembali berstatus Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. “Kota Padang kemarin baru kembali ditetapkan PPKM level-4 dan kegiatan berkumpul tidak diperbolehkan. Jadi, rencana ini akan kami tinjau kembali,”ujarnya saat jumpa pers, Selasa (5/9). “Anak-anak kami yang angkatan 2020, yang kami rencanakan kuliah tatap muka juga sudah banyak di Padang. Jadi, Ia sementara akan melakukan kuliah hybrid,” sambungnya. Lebih lanjut, Ia menyebut pada semester Januari-Juni mendatang UNP akan mengadakan kuliah blended untuk semua angkatan. Afdal
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
SEPUTAR MAHASISWA
Intensitas Penggunaan Media Sosial Hai Pembaca Setia Ganto! Dewasa ini dapat dikatakan bahwa manusia dan sosial media merupakan dua hal yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Kehadiran pandemi Covid-19 turut memaksa seseorang untuk semakin mengandalkan internet dalam kehidupannya, yakni salah satunya sosial media. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh We Are Social ditemukan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu selama 3 jam 15 menit untuk mengakses sosial media. Berdasarkan hal tersebut Ganto melakukan survei kepada kalangan mahasiswa Universitas Negeri Padang mengenai pola penggunaan media sosial.
Berapa lama waktu yang digunakan untuk mengakses sosial media?
Tontonan apa yang paling sering diakses selama 6 bulan belakang?
Kegunaan media sosial yang paling sering digunakan?
Survei ini dilakukan kepada 563 mahasiswa yang tersebar di delapan fakultas UNP.
Apa yang dirasakan ketika tidak mengakses sosial media?
Apakah kamu memiliki kesulitan untuk mengontrol penggunaan media sosial?
Hasil yang ditemukan sebanyak 53,9% responden mengaku sulit untuk mengontrol penggunaan media sosial. Tharifa Annisa Onny Sumber: Litbang SKK Ganto UNP Infografik: Vedri Rahmadhana
19
SASTRA BUDAYA
20
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Puisi
Renjana
Pulihlah
Katamu ia begitu indah Katamu kau mengajakku ke sana Katamu aku seperti dirinya Katamu Iya Katamu Bisakah kau ulangi? Sekali saja pun tak apa Mendengarnya saja aku bahagia Walau ku tahu itu hanya janji Janji-janjimu yang terdengar nyata Oleh Monica Tagugurad Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris TM 2018
Dua Minggu Sekali Malam tenggelam di langit suram Alunan ombak memukul bibir-bibir kehausan Kering Pecah-pecah Sariawan Sampai sawan Aturan cinta berulang kali diterbitkan Seperti matahari yang terbit di timur dikala pagi hari Tapi aturan cinta ini terbit dua minggu sekali Rakyatnya putus cinta Digantung,tanpa kepastian
Kala itu langit belum tertutup kabut Sekolahpun sampai ditutup Bepergianpun harus menggunakan penutup mulut Sangat menyiksa hidup di kala itu Sekarang, hal yang sama terjadi lagi Hal yang bahkan lebih mengerikan Keluar dilarang, bersua dilarang Bahkan berjabat tangan juga dilarang Seolah hidup dalam dunia yang berbeda Yang menyendiri dianggap penyelamat semua Dunia kita sedang terluka Pulihlah, segera Oleh Alfhi Rhama Dani Siswa MAN 3 Batang Hari
Oleh Akbar Desti Mahasiwa Sastra Indonesia TM 2018
KRITIK PUISI
Seni Merahasiakan Puisi
Diasuh Oleh Muhammad Adek, M.Hum.
Jika boleh diibaratkan, menulis puisi tak jauh beda dengan main rahasia-rahasiaan. Kenapa tidak? Puisi itu suara subjektif, yang terlahir dari pengalaman privat seseorang mengenai sesuatu,―baik itu entitas yang bernyawa seperti makhluk hidup―atau sesuatu yang abstrak seperti jalannya waktu, terputusnya harapan, atau hilangnya sepotong perasaan. Peristiwa personal yang ditumpahkan penyair dalam bentuk karya imajinatif ini adalah murni kepemilikannya tanpa harus menambahkan aspek keberterimaan logika atau pendapat orang lain (konsep ini disebut art for art’s sake, lihat
Poe, The Poetic Principle (1850)). Oleh sebab itulah, puisi harus terus dijaga kekudusannya dan kemurnian dengan selalu merahasiakan identitas sebenarnya. Walakin, tidak semua penggubah syair terampil dalam kerja penyembunyian ini. Hal ini tentu tidak mudah sebab pada satu sisi, penyair diminta menumpahkan seluk-beluk peristiwa yang dialaminya secara mendetail; di sisi lain, tujuan dari puisinya tak boleh tampak terlalu jelas dan kentara. Maka, di sinilah diminta kelihaian penyair untuk tetap berterus terang meski dalam gelap-dinginnya ruang kerahasiaan. Dalam ketiga puisi Ganto terpilih kali ini, kita dapat menjumpai tiga tingkatan kerahasiaan dalam puisi. Tingkatan pertama dapat dilihat dari puisi berjudul Pulihlah. Pada kasus ini, puisi dapat diibaratkan sebagai barang peragaan dalam etalase kaca bening. Yang mana, produk puisi ini menampilkan jiwanya sejujur mungkin tanpa ada kamuflase sedikitpun. Puisi ini secara terang benderang membicarakan keadaan “dunia yang sedang terluka” dan hidup yang “sangat menyiksa”. Yang mana, digambarkan situasi abnormal seperti “sekolah ditutup”, “mulut ditutup”, “bersua
dan berjabat tangan dilarang” dan “menyendiri dianggap kegiatan menyelamatkan”. Hal ini tentu tak lain dan tak bukan membicarakan tentang pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia setahun belakangan ini. Namun sebenarnya, tidak ada salahnya menggubah puisi dengan teknik seperti di atas. Mungkin pada proses kreatifnya, si penyair menempatkan puisi tersebut sebagai kerja pembangunan (reconstructie arbeid) seperti yang sering dielu-elukan St. Takdir Alisyahbana. Yang mana, puisi harus membawa atau menyampaikan sesuatu yang bermakna dan berguna bagi peradaban manusia. Dalam artian lain, sepucuk puisi tidak boleh terlepas dari kebermaknaan dan keberartian dalam masyarakat pembacanya. Puisi kedua berjudul Dua Minggu Sekali terasa selangkah lebih lihai dalam hal bersiasat dibanding puisi yang sebelumnya. Lihat saja pada baris pertama, pembaca manapun pasti akan kehilangan petunjuk untuk menafsirkan kebermaknaannya. Tersebab, bagian tersebut hanyalah potongan peristiwa yang “tidak selesai dan setengah jadi”. Sehingga, pembaca akan seperti terjebak dalam sebuah labirin jika tidak melanjutkan pemba-
caannya pada stanza selanjutnya. Bait kedua puisi ini seperti seekor singa yang siap-siap menerkam objek buruannya. Kita menemukan beberapa pertanda yang memperlihatkan kemana arah dan tujuan perburuan puisi ini melalui tiga diksi yaitu aturan, rakyat dan dua minggu sekali. Tiga hal ini sudah cukup menjadi penanda bahaya yang nyata bahwa puisi ini membicarakan mengenai kebijakan PPKM yang diterapkan pemerintah Indonesia pada masa pandemi. Puisi terakhir berjudul Renjana agaknya dapat dikategorikan sebagai sajak yang misterius dan individual. Disebut misterius karena puisi ini dapat menjadi apapun dan dimaknai dengan cara apapun. Penulisnya telah membebaskan segala jenis beban pemaknaan tanpa membatasi pembacanya dalam ruang-ruang yang dapat diprediksi lintasan sekat-sekatnya. Tokohnya dapat diisi oleh siapa saja, baik sejoli anak muda dimabuk cinta, seorang hamba sahaya dengan Tuhannya atau rakyat dengan pemimpinnya. Topik yang dibicarakan juga tak sebatas cinta yang belum selesai; bisa jadi sebuah pengharapan anak kepada orang tua, atau tagihan janji kampanye seorang politikus oleh rakyat pemilihnya.
Ketika pembaca sibuk dengan luasnya kemungkinan pemaknaan, si penyair akan dapat secara penuh menikmati nasib puisinya tanpa harus terganggu oleh hingar-bingar keberterimaan. Inilah yang diharapkan oleh Chairil Anwar bahwa dunia puisi adalah dunia privat, bersifat individual, yang mana merupakan “nasib saya” dan nasib haruslah menanggung “kesunyian masing-masing”. Maka dari itu, jika ada sebuah puisi sering dianggap tidak logis, konyol, atau remeh, itu sebenarnya lebih kepada kadar individualitas dari penulisnya. Penyair takah-takahnya lebih suka puisinya untuk dinikmatinya sendiri daripada menjadi konsumsi khalayak. Manatahu juga penulis merasa sungkan pendapatnya dianggap melawan konsensus umum, pengalamannya begitu konyol, atau perasaan cintanya terlalu murahan. Ihwal itu sah-sah saja karena setiap puisi yang tercipta adalah hak sepenuhnya penyair yang mana berlaku hukum “untukku sendiri tapi”, “Sedang dengan cermin aku enggan berbagi”. Semoga penulis manapun mampu memanfaatkan kebebasan ini seluas-luasnya, setidaknya untuk melepaskan beban kehendaknya sendiri. Wallahu a’lam.
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Cerpen
SASTRA BUDAYA
21
Makan Malam Oleh Isna Meiriska Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia TM 2018
“Susun mejanya. Sudah waktunya makan malam.” Ali memasuki ruang tamu dengan wajahnya yang selalu terlihat serius. Alis mata dan kumisnya yang tebal seolah menegaskan keseriusan itu. Ia membidik mata ke setiap orang yang ada di rumah. Istrinya, adik perempuannya, serta dua anak perempuannya. “Rizal mana?” tanya Ali kepada Rika, anak perempuan pertamanya. “Tidur, Pa,” jawab Rika. Ali mengangguk. “Biarkan saja,” katanya. “Kalian, bantu-bantu sana di dapur.” Setiap hari akan selalu seperti itu. Ina, Ranti, Rika dan Ayara akan mempersiapkan makan malam. Ina dan Ranti akan memasak. Rika dan Ayara akan membantu menyusun meja makan. Ali tidak pernah mengizinkan makan malam alfa dari rutinitasnya. Makan malam dimulai saat Rizal, anak lelaki pertama dan satu-satu dari Ali dan Ina turun ke bawah dengan wajah bangun tidurnya. “Harusnya makan malam itu bukan jam segini,” kata Ali. Ina menyerahkan sepiring penuh makan malam kepada suaminya. Hal yang sama untuk anak lelakinya. Hari ini tubuhnya terasa sangat lelah. Bekerja sebagai PNS membuatnya mesti pergi ke kantor setiap hari dari pagi hingga sore. Untuk umurnya yang sudah hampir pensiun, dia tidak punya tenaga banyak lagi untuk menyiapkan makan malam. Terlebih lagi, Ina adalah tulang punggung keluarga. Ali sudah lama tidak bekerja.
“Ayamnya kurang garam. Harusnya kamu tambah sedikit lagi.” Wajar saja, Ia tidak sempat untuk memastikan rasa masakannya. Pikirannya bercabang, antara ingin istirahat dan memasak. “Padahal rasanya sudah cukup tadi,” balas Ina. Ali sedikit mengangkat kepalanya. “Ya coba saja itu ayamnya. Menurutmu rasanya cukup?” Ina mengambil sepotong ayam, kemudian mencuil sedikit dagingnya untuk dirasa. Sebenarnya tidak terlalu hambar, tetapi Ali selalu punya standar untuk banyak hal. Suasana di meja makan menjadi sedikit tegang. “Ranti, kamu itu kenapa main HP terus?” kali ini Ali mengalihkan perhatiannya kepada adik perempuannya, Ranti. “Kamu pikir kamu masih muda? Di umurmu yang segini cari suami itu susah. Ditambah lagi statusmu itu.” Ranti adik Ali. Umurnya sudah 40 tahun. Dua tahun yang lalu, ia resmi bercerai dengan suaminya tanpa memiliki anak. Saat ini ia bekerja mengelola toko online-nya Sudah hampir setahun ia menekuni pekerjaannya itu. Tetapi, Ali, selalu menganggapnya hanya bermain-main handphone. “Saya jualan, bang,” jawab Ranti. Ia cukup beruntung karena tokonya mampu berkembang dengan pesat walaupun belum genap setahun. Ranti sangat senang mengetahui bahwa penghasilannya tersebut bisa membiayai hidupnya sehari-hari, walaupun ia masih harus menumpang tinggal di rumah Ali. Keluarga besarnya sudah tidak mau mener-
ima Ranti karena perceraiannya dengan suaminya. “Jadi istri nggak becus, ya pantas saja diceraikan.” Ranti masih mengingat jelas ucapanucapan tersebut sampai sekarang. Membuatnya terkadang mesti meremas dada. Bahkan orang-orang itu tidak tahu betapa ia harus menahan sakit di tubuhnya setelah dipukuli oleh pria tersebut.
Ilustrator: Mitha Melanie Putri
“Makanya cepat cari suami, supaya tidak perlu kerja begitu,” Ali menyuapkan kembali nasinya ke mulut. Rika melirik Ranti. Ia selalu berada di pihak Ranti. Bahkan disaat Ranti diamuk oleh seluruh keluarga besarnya. Ia hanya tidak mampu membayangkan betapa terlukanya Ranti ketika dia terjebak dalam rumah tangga yang abusive, tapi orang-orang terdekatnya justru lebih mempercayai bahwa Ranti saja yang tidak becus menjadi istri. “Rika, gimana pekerjaanmu? Sudah dapat?” Rika mengalihkan pandangannya. Sepertinya ini gil-
irannya. “Belum Pa,” jawabnya pelan. “Udah dua tahun kamu nganggur, Rika.” Rika bukannya tidak mau bekerja. Dia sangat ingin membantu ibunya menafkahi keluarga. Tetapi, setiap lamaran yang dia kirimkan, setiap pengumuman wawancara yang ia tunggu, selalu menghasilkan kegagalan. “Lebih dulu lulus kamu daripada Rizal, Ka, tapi lihat Rizal. Dia sudah dapat kerja duluan.” Rika terkekeh miris di dalam hati. Orang-orang bilang, laki-laki lebih mumpuni dalam bekerja. Mereka tidak seperti perempuan yang mesti diberi perlakuan khusus. Laki-laki tidak perlu mengalami datang bulan, sehingga dibandingkan perempuan, hari produktif laki-laki lebih banyak, dan itu sangat menguntungkan bagi perusahaan. Belum lagi setiap kriteria yang perusahaan minta selalu berbunyikan ‘berpenampilan menarik dan rapi’. Ia sudah berkali-kali mengalami penolakan disaat temannya yang lain, yang lebih cantik, dan berpenampilan menarik, diterima begitu saja. Padahal ia tahu, kualifikasi kemampuannya lebih mumpuni. “Jadi perempuan itu mesti cantik dan bersih, Ka. Kayaknya karena kamu gendut dan tidak menarik, makanya tidak ada perusahaan yang mau.” Rika tidak akan pernah mengerti kenapa penampilan bisa mempengaruhi kinerja seseorang. “Ayara.” Dan Ali masih belum berhenti. Kali ini, anak bungsu perempuannya yang terlihat tidak
nafsu makan, mendongak menyahuti panggilannya. “Kemarin Papa lihat kamu pakai rok pendek. Jangan dipakai lagi. Kamu itu perempuan.” Ayara menunduk, mengingat beberapa hari yang lalu tidak sengaja bertemu dengan Ali saat ia pergi dengan teman-temannya. “Papa malu liat kamu berpakaian seperti itu.” Dikomentari persoalan pakaian sudah makanan hariannya. Ketika waktu itu seorang laki-laki menyentuhnya tanpa izin, ia justru sedang menggunakan pakaian yang sangat tertutup dan longgar. Dan ketika Ayara marah dan melawan, ia justru ditertawakan. “Pakaian yang seperti kamu pakai itu bisa mengundang nafsu laki-laki, Ayara. Jaga diri kamu baik-baik.” Ayara meremas tangannya di bawah meja. Lalu, bagaimana saat dia memakai baju serba tertutup dan laki-laki masih menyentuhnya? Apa laki-laki tidak disuruh menjaga pikirannya? Makan malam terus berlanjut setelah Ali berhenti berbicara. Ruang makan dipenuhi dengan suara dentingan sendok dari Ali dan Rizal. Sementara Ina, Ranti, Rika dan Ayara hanya memegang sendok makan mereka tanpa ada niat untuk melahap makanan di hadapan mereka. Setelah seharian berjuang hidup menjadi wanita, bahkan saat di meja makan pun, mereka masih mesti berjuang menelan makanan mereka. Makanan yang bahkan sudah tidak bisa mereka nikmati rasanya, sebab sudah terlalu banyak rasa pahit yang mereka telan selama ini.
KRITIK CERPEN
Langgengnya Patriarki di Keluarga Indonesia
Diasuh Oleh Nesa Riska Pangesti, S.S., M.A.
Sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut sistem patrilineal, yakni garis keturunan ayah. Hal ini membuat sistem patriarki masih melekat erat dengan kehidupan masyarakatnya. Perempuan dituntut untuk tunduk dan patuh pada laki-laki, dalam hal ini ayah pun suaminya. Wacana patriarki yang kental dapat kita temui dalam cerpen yang
ditulis oleh Isna Meiriska yang berjudul Makan Malam. Momen makan malam seharusnya menjadi momen hangat berkumpulnya anggota keluarga. Percakapan yang hangat diselingi dengan canda dan gurauan antar anggota keluarga atau sekedar menanyakan kegiatan yang telah dilalui masing-masing anggota selama seharian penuh, seharusnya menjadi topik pembicaraan ketika makan malam. Namun tidak dengan keluarga yang satu ini. Ali sebagai kepala keluarga menunjukkan sikap yang begitu otoriter. Semua anggota keluarganya, terutama yang perempuan harus menuruti perintahnya. Dia menyuruh anak perempuan dan adik perempuannya untuk membantu istrinya menyiapkan makan malam, sedangkan dia membiarkan anak laki-lakinya yang masih tidur di kamarnya. Makan malam pun tertunda sampai dengan Rizal, anak laki-lakinya, bangun dan turun ke bawah untuk makan
malam. “Rizal mana?” tanya Ali kepada Rika, anak perempuan pertamanya. “Tidur, Pa,” jawab Rika. Ali mengangguk. “Biarkan saja,” katanya. “Kalian, bantu-bantu sana di dapur.” Dari kutipan di atas penulis menunjukkan wacana patriarki yang masih melekat di banyak keluarga Indonesia. Anak laki-laki tidak dituntut untuk membantu pekerjaan rumah sedangkan anak perempuan dikonstruksi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Setelah selesai menyiapkan makan malam, semua anggota keluarga lalu berkumpul di meja makan untuk memulai makan malam bersama. Makan malam menjadi sebuah ritual yang tidak pernah dilewati oleh keluarga Ali. Dalam momen makan malam bersama tersebut, setiap anggota keluarga yang perempuan dijejali
pertanyaan yang menyudutkan. Ina, sebagai istri Ali, yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil masih dituntut untuk melayani dan menyiapkan makan untuk anggota keluarganya setelah lelah bekerja seharian, sedangkan suaminya tidak bekerja. Penulis menunjukkan meskipun Ina sebagai istri sudah memiliki eksistensi di ranah publik, nyatanya Ina masih berada di posisi bawah ketika berada di ranah domestik. Ia masih harus tunduk pada perintah suaminya. Operasi patriarki masih terus dilanjutkan Ali kepada adik perempuannya. Perceraian Ranti dengan suaminya dituding sebagai kesalahan Ranti sebagai perempuan yang tidak becus mengurusi suaminya sehingga pantas untuk diceraikan. Berlanjut pada anak perempuannya yang sudah lebih dahulu lulus dibanding anak laki-lakinya tetapi masih juga belum mendapatkan pekerjaan. Hal ini menjadi sebuah kemenangan
bagi kaum patriarki, karena Rizal telah mendapatkan pekerjaan dan Rika belum juga mendapatkan pekerjaan karena penampilannya. Mirisnya, di Indonesia kebanyakan lowongan pekerjaan menilai seseorang dari penampilannya bukan dari kemampuan yang dimilikinya, terutama pada pencari kerja perempuan. Yang terakhir, anak perempuannya disalahkan karena mengenakan pakaian yang pendek. Ali tidak menyadari bahwa anak perempuannya pernah mengalami pelecehan seksual bahkan ketika ia mengenakan pakaian yang sangat tertutup. Meskipun demikian, kesalahan terus saja ditujukkan kepada perempuan sebagai korban. Dari percakapan keluarga Ali ini, wacana patriarki begitu terasa dilanggengkan oleh Ali kepada setiap anggota keluarganya. Keluarga Ali merupakan cerminan dari banyak keluarga di Indonesia yang masih melanggengkan budaya patriarki.
RESENSI
22
Menguak Sisi Kelam Kebebasan Pers Indonesia Judul Penulis Penerbit Tebal Cetakan
Kilas Balik Indonesia Masa Lampau
: Kebebasan Pers Memburuk di Tengah Pandemi : Benny Mawel, Erick Tanjung, Ika Ningtyas, Mus dalifah, Sasmito : Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia : 20 Halaman : Cetakan Pertama, 2021
Buku terbitan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini merupakan kumpulan catatan AJI yang merekam situasi kebebasan pers di Indonesia selama setahun ihwal terjadinya pandemi Covid-19. Catatan tersebut menguak kebebasan pers di Indonesia yang kian memburuk sejak pandemi Covid-19, dari 3 Mei 2020 hingga 3 Mei 2021. Penulis memaparkan kekerasan dan teror yang acap kali terjadi terhadap para jurnalis dan pelaku pers Indonesia. Banyak kasus yang terjadi menjurus pada tindakan represif. Sebut saja kasus Nurhadi, jurnalis yang melakukan reportase lapangan dan meminta keterangan mengenai kasus suap bekas Direktur Ditjen Kementerian Keuangan, Angin Prayitno. Nurhadi dianiaya, ponselnya dirusak dan seluruh data yang ada di ponsel tersebut dihapus. Penulis juga memaparkan sebanyak 64% pelaku tindakan represif justru berasal dari aparat. Tak heran, Reporters Without Borders menetapkan kebebasan pers Indonesia berada di posisi ke-113 dari 180 negara di tahun 2021. Benny dan kawan-kawan dalam buku ini tak luput membeberkan tindakan kekerasan seksual yang acap kali terjadi pada jurnalis perempuan. Mirisnya lagi tindakan tersebut justru dilakukan di lingkup kerja atau perusahaan pers itu sendiri. Ironi yang memilukan adalah sering kali kekerasan seksual ini dianggap sebagai risiko kerja bagi jurnalis perempuan. Penulis juga merangkum banyaknya hukum di Indonesia yang justru merenggut kebe-
basan pers. Beberapa Undang-undang (UU) yang bermasalah seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Cipta Kerja Klaster Penyiaran, hingga Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Semua undang-undang tersebut justru mempersulit dalam menyampaikan pendapat baik lisan pun tulisan. Buku ini juga membahas mengenai kebebasan pers di ujung timur Indonesia. Salah satu daerah yang masih kental dengan hukum adatnya, yakni Papua. Kebebasan pers di Papua masih sangat minim, banyak kasus teror yang terjadi terhadap jurnalis yang meliput ke daerah tersebut. Di antaranya kasus teror yang diterima oleh Pemimpin Umum Jubi.co.id yang mendapatkan teror berupa pengrusakan mobil pribadinya. Menguak sisi-sisi kelam pers Indonesia yang belum diketahui oleh banyak orang, menjadikan buku ini sebagai referensi yang tepat untuk menyelami seluk beluk realita dunia jurnalistik yang terpinggirkan. Buku ini juga sangat pas dibaca bagi pewarta pemula sebagai referensi melakukan liputan lapangan. Karena pembahasannya yang informatif buku ini juga cocok menjadi bahan bacaan semua kalangan. Memberikan pengetahuan bagi khalayak umum terkait sisi gelap yang belum diketahui dari pers di Indonesia. Resensiator: Rino Warisman Putra Mahasiswa Olahraga dan Rekreasi TM 2018
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
Judul Buku Penulis Penerbit Tebal Cetakan
: Perjalanan Menuju Pulang : Lala Bohang & Lara Nuberg : Gramedia : 169 Halaman : Pertama, Agustus 2021
Buku Perjalan Menuju Pulang memaparkan tentang sejarah dan pengaruh masa penjajahan di Indonesia terhadap kehidupan keluarga penulis, yakni Lala Bohang dan Lara Nuberg. Pengaruh yang mereka dapatkan mengiris kehidupan kedua penulis tersebut secara fisik maupun emosional. Pada bagian awal buku ini, mulanya kita akan ditampilkan ilustrasi peristiwa sejarah Indonesia sejak masa kerajaan hingga kondisi Indonesia pada tahun 2019 lalu. Di tengah peristiwa sejarah Indonesia tersebut, diselipkanlah sejarah keluarga Lala Bohang dan Lara Nuberg. Buku ini ditulis dengan gaya kepenulisan acak. Cerita dibuat sesederhana mungkin namun tetap kritis dalam penyampaiannya. Dalam kisahnya, Lala dan Lara tidak hanya menampilkan ilustrasi, tapi juga menyuguhkan foto-foto keluarga mereka. Hal ini memberi kesan bagi pembaca, seolah dua penulis ini bercerita secara langsung melalui album foto yang mereka tampilkan. Penyampaian sang penulis dalam ceritanya tidak hanya dalam bentuk cerita secara langsung, namun juga menampilkan surat-surat yang saling mereka kirimkan satu sama lain. Dalam suratnya kepada Lala, Lara menuliskan bahwa cara penulisan dan pengajaran sejarah di Indonesia tidak memicu rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga beban Indonesia pada masa lalu belum terselesaikan dan masih tersimpan tanpa disadari oleh banyak
orang. Selain itu, buku ini juga berisi fakta-fakta menarik. Salah satunya yaitu bahwa sesungguhnya Indonesia tidaklah dijajah selama 350 tahun oleh Belanda. Pada dasarnya, konsep negara Indonesia tidak ada dulunya. Pulau-pulau di Indonesia disatukan dengan sebutan Nusantara, bukan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan, dulunya “Indonesia” bukanlah sebuah negara republik melainkan berisi berbagai macam kerajaan di bumi Nusantara. Memang benar Indonesia tidak dijajah oleh Belanda, melainkan Nusantaralah yang ditindas pada periode masa itu. Buku ini mengajarkan kita untuk lebih peduli lagi pada sejarah negara Indonesia. Kejadian masa lalu tidak hanya meninggalkan peninggalan fisik, namun juga emosional bagi bangsanya. Sejarah kolonial meninggalkan jejak bagi keluarga Lala dan Lara. Layaknya nenek Lala, yang semasa hidupnya sering membuat masakan Belanda bernama Sup Brenebon sedangkan ibu Lara yang tinggal di Belanda sering membuat roti kukus asal Indonesia. Hal Ini menunjukkan bahwa sejarah meninggalkan kenangan tidak langsung bagi keluarga keduanya. Buku ini cocok menjadi bacaan ringan di waktu luang dalam memberi wawasan sejarah yang tetap segar dan menarik. Resensiator: Fitria Panca Ramadhani Mahasiswa Jurusan Statistika TM 2018
ULASAN FILM
Satu Hari Mencari Cahaya Judul Genre Rilis Durasi Sutradara Bahasa Pemeran
: Hari yang Dijanjikan : Drama : 12 Mei 2021 : 68 menit : Fajar Bustomi : Bahasa Indonesia : Vino G Bastian, Agla Artalidia, Graciella Abigail Ence Bagus, Kemal Palevi, Alfie Alfandy, Asep Suaji
Film besutan Fajar Bustomo yang dirilis pada bulan Mei 2021 ini meceritakan tentang kisah hidup seorang ayah yang baru saja mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19. Cerita dimulai dengan Puji yang diperankan Vino G Bastian tengah termenung di teras rumah setelah melihat sebuah pesan singkat dari Pak Abeng yang hendak menagih hutang yang jatuh tempo. Secara keseluruhan, film ini hanya dibuat dengan alur maju dengan latar waktu hanya satu hari. Pada satu hari tersebutlah diceritakaan tentang perjuangan yang dilakukan Puji untuk melunasi hutangnya. Menyoroti fenomena yang muncul akibat pandemi Covid-19 film ini menampilkan berbagai permasalahan seperti PHK, keterpurukan ekonomi, masyarakat yang terlilit hutang, hingga penjualan Alat Perlindungan Diri (APD) dan masker bekas yang diolah kembali. Berbagai permasalahan tersebut dikemas secara singkat, padat, dan rapi. Film ini dengan apik memaparkan kesukaran hidup yang terjadi akibat pandemi. Perma-
salahan yang dihadapi pemain pun diiringi dengan usaha mereka berusaha keluar dari krisis yang mencekik meski harus melakukan tindakan kriminal. Segala kesulitan yang dihadapi membentuk pola pikir seolah pandemi ini tidak memiliki jalan keluar. Namun seiring dengan bergulirnya cerita, poin untuk keluar dari masa-masa sulit ini disampaikan secara “halus”. Hal tersebut terdapat pada adegan saat Puji bertanya kepada Sandi tentang caranya berbisnis namun sukses di saat pandemi. Sandi menjawab pertanyaan Puji dengan ungkapan di masa pandemi ini kita harus kreatif. Tetapi setelah itu penonton dihadapkan lagi pada konflik saat adegan terungkapnya bisnis Sandi di bidang penjualan masker dan APD bekas. Ungkapan Sandi kepada Puji yang dikemas dengan adegan yang berbanding terbalik ini dapat memberikan perasaan yang mendalam untuk penonton. Bagi penonton yang menyukai film dengan alur cerita yang kaya akan konflik dan adanya plot twice film ini akan terasa menjemukan. Hal ini dikarenakan cerita yang disajikan dalam bentuk cerita po-
tongan kehidupan ini memaparkan konflik hanya berdasarkan pembangunan karakter dari Puji yang lurus saja. Terlihat dari Puji yang menentang bisnis Sandi, namun tidak melakukan tindakan lanjutan seperti melapor ke polisi atau yang lain. Karena karakter Puji di film ini adalah sosok protagonis yang tidak suka konflik. Selain itu bagi yang mengharapkan film yang lebih dramatis atau penuh action, film ini tidak disarankan. Namun film ini cocok bagi kita untuk lebih sadar akan keadaan pandemi saat ini. Tak ketinggalan juga di dalam film ini terdapat banyak pesan moral yang dikaitkan dengan realita kehidupan di masa pandemi. Selain diikuti dengan berbagai dialog antar tokoh mengenai pentingnya mematuhi protokol kesehatan film ini juga dapat menumbuhkan kepedulian antar sesama. Hal tersebut tersirat melalui adegan antar tokoh yang tengah kesulitan di masa pandemi namun masih mmemiliki kepedulian satu sama lainnya. Resensiator: Muhammad Taufik Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2018
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
23
CATATAN BUDAYA
Tentang Sebuah Rasa Oleh Tharifa Annisa Onny Staf Riset SKK Ganto 2021 Ada banyak alasan bagi seseorang untuk terus hidup, salah satunya karena perasaan yang biasa disebut cinta. Cinta merupakan keistimewaan, tak dapat dipungkiri perasaan yang dipunyai manusia tersebut selalu menghadirkan sesuatu yang bernama ‘kebahagiaan’. Sebut saja kisah klasik Romeo dan Juliet karangan William yang selalu dipasangkan dengan romantisme cinta yang abadi. Tentang Romeo yang meneguk racun karena mengira Juliet sudah mati, dan Juliet yang kemudian bunuh diri juga dengan belati milik Romeo. Segala yang terjadi dihalalkan atas perasaan yang dinamakan cinta yang kemudian menggiring pembaca kepada kisah romansa yang dituliskan, bukan kisah tragis di baliknya. Pun cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku karangan Seno Gumira. Menceritakan seorang yang mencuri sepotong senja untuk diberikan kepada pasangannya. Karena cinta. Pembaca dibuat terfokus kepada kisah romansa yang dibuat, bukannya keserakahan yang dilakukan si pencuri senja. Setiap pengorbanan atas nama cinta dipandang sebagai sebuah romansa cinta yang menarik. Manusia sering kali lupa akan
kisah tragis dan konsekuensi di baliknya. Semua orang sibuk mencari cinta saat perasaan tersebut sesungguhnya telah berada di genggamannya, namun masih abai akan perasaan lain yang menanti di hadapannya. Seluruh lapisan maupun sudut kehidupan kini sibuk menyoroti indahnya romansa percintaan, seperti halnya di postingan sosial media yang menampilkan orang-orang yang tengah memamerkan keindahan kisah romansanya. Menjamurnya media entertainment yang memberitakan hal tersebut seolah membuat kebahagiaan akan cinta lebih menonjol dibanding kondisi lain yang menanti di hadapannya. Berlebihan dalam merasa tidak menjadi bukti ketulusan, perasaan yang berlebihan justru menjadi celah kehancuran dalam sebuah hubungan. Mengedukasi tentang ‘sesuatu hal yang berlebihan tidaklah baik’ agaknya
mesti ditanamkan sedini mungkin. Sebab dalam praktiknya, berlebihan dalam merasa kerap terjadi dan menjadi bumerang pada diri manu-
Ilustrator: Vedri Rahmadhana
sia. Anggapan tentang cinta yang besar akan mendatangkan kebahagiaan yang besar pula, terus
hadir dan mencuatkan persepsi gagal bahwa berlebihan dalam hal satu ini dinilai wajar-wajar saja. Jika ditarik benang hitamnya, sebuah kisah klasik, drama, maupun serial tak pernah lepas dari sebuah rasa bernamakan cinta. Meski hanya sekilas, b a g i a n tersebut kerap dibuat lebih m e nonjol d a n penuh rasa. Penonton juga pembaca seakan dibimbing untuk menerjemahkan seluruh rasa itu dalam satu bingkai, yakni cinta yang tulus. Pertengkaran terjadi karena cinta yang tak terbendung, permasalahan terjadi karena cinta yang berlebihan dan kebahagiaan pun ada karena hadirnya cinta. Lagi, rasa itu menghadirkan stigma, bahwa apapun
dapat dihalalkan atas nama cinta, seluruh rasa dan keadaan. Bahkan kesakitan yang hadir juga akan dianggap hal yang wajar disebabkan pengorbanan atas nama cinta harus dapat di-aminkan. Namun, tak dapat dipungkiri pula bahwa hadirnya rasa dan pemikiran tersebut turut serta didukung oleh dorongan dalam diri. Terdapat beberapa hormon yang aktif ketika seseorang sedang dilimpahi oleh rasa tersebut. Maka secara tak langsung tubuh ikut mendorong manusia untuk semakin menyadari rasa tersebut, semakin merasa dan semakin jatuh hingga kemudian menjadikan manusia tak menyadari bahwa ia telah berlebihan dalam merasa dan mulai mengorbankan satu demi satu hal yang dimilikinya. Segalanya kemudian akan dimaklumi dengan alasan tersebut, disadari maupun tak disadari, tampak ataupun tak tampak. Lantas, agaknya manusia tetap menggunakan akal sehat meski perasaan menggebu dan tubuhnya bergejolak. Sesuatu yang berlebihan tidaklah elok bagi seseorang, termasuk perasaan. Perasaan yang menggebu merupakan kewajaran, namun alangkah lebih baik jika seseorang dapat mengontrol dan mengendalikannya.
OGAN
Ilustrator: Vedri Rahmadhana
IKLAN
September-Oktober 2021 Edisi No.220/Tahun XXXII
24
Liza Marlinda
Mahasiswa Program Studi Kurikulum & Teknologi Pendidikan Tahun Masuk 2018
Telah dicabut status keanggotaannya sejak 12 September 2021.
Maka segala hal yang dilakukannya tidak lagi menjadi tanggung jawab Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang.
Masriani Oktari
Mahasiswa Jurusan Psikologi Tahun Masuk 2018
Telah dicabut status keanggotaannya sejak 22 September 2021.
Maka segala hal yang dilakukannya tidak lagi menjadi tanggung jawab Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang.