September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
2 ARTIKEL
FA J AR
UKM Kurang Diperhatikan World Health Organization (WHO) menetapkan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai pandemi global sejak 11 Maret lalu. Saat itu, wabah Covid-19 sudah menjangkiti hampir 121.000 orang dari seluruh dunia. Dengan berjalannya waktu, wabah ini pun sampai juga ke Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada Maret lalu. Tidak tinggal diam, Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai salah satu kampus terbesar di Sumbar memutuskan untuk mengalihkan kegiatan menjadi daring. Hal ini juga berlaku untuk kegiatan organisasi mahasiswa di kampus. Para aktivis kampus dituntut untuk mampu beradaptasi dengan cepat terhadap keputusan tersebut. Semua acara dan kegiatan yang awalnya diadakan secara tatap muka, terpaksa dilakukan secara daring. Apalagi, tuntutan ini tidak diiringi dengan fasilitas penunjang yang harus disediakan kampus. Adapun akses premium aplikasi video conference zoom meeting untuk kegitan seminar daring dan lainnya hanya satu untuk semua ormawa. Belum lagi akses jaringan internet yang susah dan kuota internet yang tidak memadai juga menjadi tantangan ormawa dalam mengangkatkan sebuah acara. Tidak hanya itu, kebutuhan mahasiswa aktivis akan ruang sekre juga perlu diperhatikan kampus. Anggota ormawa mengaku masih membutuhkan sekre untuk berkegiatan. Selain itu, susahnya prosedur dan proses pencairan dana juga menjadi kendala ormawa selama pandemi Covid-19. Walaupun kegiatan dilaksanakan secara daring, organisasi mahasiswa mengaku masih membutuhkan dana untuk menunjang kegiatan. Kampus sebagai pihak penyedia layanan untuk mahasiswa, baik dari fasilitas maupun dana dituntut untuk cepat tanggap dengan permasalahan ini. Menindak lanjuti keluhan ini pihak kampus melalui WR III, Drs. Hendra Syarifuddin, M. SI, Ph. D. menjawab bahwa kampus saat ini sedang mencegah penyebaran covid-19 dan sedang berusaha memenuhi keluhan mahasiswa tersebut. Terlepas dari segala permasalahan di atas, pihak kampus juga patut mendapat apresiasi atas usahanya memutus rantai penyebaran Covid-19 selama beberapa bulan terakhir. Kampus dan ormawa seharusnya seiring sejalan dalam beradaptasi menghadapi wabah ini. Pihak aktivis harus berfikir lebih kreatif dengan fasilitas yang terbatas, begitupun dengan kampus yang harus berusaha menyediakan layanan dengan maksimal. Sehingga kesalah pahaman dan kecurigaan tidak terjadi antara kampus dan ormawa. Pemimpin Redaksi Cetak GANTOLE
+ Kegiatan UK butuh dana dan tempat. - Kan ada corona! + UNP bangun Gedung Parawisita. - Kok cuma sampai pondasi? POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG + E-learning UNP eror. - Kumpul tugas lewat deadline lagi dong.
Krisis Pendidikan di Masa Pandemi Oleh Afifah Chairunnisa Peserta Lomba Opini SKK Ganto Awal Maret 2020 Indonesia diuji dengan wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang berasal dari Wuhan, China. Masyarakat dituntut untuk physical distancing (jaga jarak), memakai masker dan mencuci tangan serta melakukan aktivitas apapun di rumah. Tanpa disadari hal ini menimbulkan dampak di berbagai sistem, salah satunya adalah sistem pendidikan. Salah satu upaya dalam melaksanakan ketetapan pemerintah tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem Makarim menetapkan kebijakan sekolah daring sebagai salah satu upaya pencegahan Covid-19 di Indonesia. Hal ini sejalan dengan adanya program merdeka belajar yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Kemendikbud. Namun jauh dari harapan, pelaksanaannya berantakan, pembelajaran online umumnya dilaksanakan dengan cara pembagian materi begitu saja. Tugas yang diberikan pun dengan deadline yang tidak lama. Hal ini menimbulkan beban tersendiri bagi pelajar sebab ia harus terlebih dahulu memahami materi sendiri. Tapi pada
tingkat sekolah dasar fenomenanya berbeda lagi bukan murid yang sekolah tapi orang tua. Belum lagi kendala yang harus dihadapi oleh pelajar selama sekolah online. Seperti susah sinyal di daerahdaerah pelosok yang tidak terjangkau oleh jaringan dan tidak mempunyai sarana untuk belajar online yaitu gawai dan sejenisnya. Walaupun tidak dipungkiri pemerintah menyediakan atau memberikan paket data gratis bagi seluruh pelajar dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tetapi hal itu tidaklah cukup, malah menimbulkan kebosanan atau kemuakan pada siswa. Kebosanan yang dialami oleh siswa menimbulkan tindakantindakan protes terhadap kebijakan pemerintah. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya pelajar di Lombok Timur dan Jawa Tengah memutuskan untuk berumah tangga karena tidak suka dengan belajar online. Angka pernikahan dini di kedua provinsi tersebut melonjak naik sejak adanya pandemi. Tercatat dari bulan Januari 2019 di Lombok timur
ada 15 pernikahan dini, 8 diantaranya menikah di masa pandemi. Sementara itu di provinsi Jawa tengah tercatat ada 236 pernikahan. Fakta mengejutkan lainnya adalah bunuh dirinya seorang siswa di Gowa Sulawesi Selatan karena depresi dengan sistem pendidikan yang ada. Hal di atas memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan yang dilaksanakan secara daring di Indonesia belumlah baik. Kesadaran akan pentingnya pendidikan juga semakin menurun. Hal ini didukung dengan data yang dikeluarkan oleh Kemendikbud bahwa sebanyak 1590.75 anak putus sekolah selama tahun 2020. Dengan rincian 59.443 pada tingkat sekolah dasar, 38.464 tingkat sekolah menengah pertama, 26.864 pada tingkat sekolah menengah atas, 32.365 di tingkat sekolah menengah kejuruaan dan 1.909 di pendidikan luar biasa. Data tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari data 2018 di mana anak putus sekolah pada tahun itu kurang lebih hanya 28.000 anak.
POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG
Organisasi dan Pesimisme Salam Pers Mahasiswa !
Tidak ada pemandangan yang lebih mengenaskan daripada seorang pesimis muda (Mark Twain). Begitulah ungkapan yang diutarakan oleh seorang novelis ternama, Mark Twain. Dari ungkapannya diatas agaknya membuat anak-anak muda tersentak dengan apa yang telah dilakukan dalam kehidupannya. Tak dapat dipungkiri, pemuda merupakan salah satu aset bagi bangsa yang menjadi penentu maju atau tidaknya suatu bangsa nantinya. Namun, beberapa dari pemuda-pemudi yang ada tidak percaya akan dirinya dan cenderung memiliki sifat pesimisme yang disadari atau tidak selalu ada dalam dirinya. Sehingga, tentunya hal tersebut berpengaruh terhadap proses yang seharusnya dijalani terlebih dahulu. Kru SKK Ganto juga terdiri atas pemuda-pemudi yang ingin mengasah kempampuannya dan ingin menggapai suatu tujuan dalam berorganisasi. Namun, sifat pesimis tidak dapat dihindari oleh kebanyakkan kru yang ada. Sehingga berpengaruh sedikit banyaknya terhadap kinerja dari SKK Ganto tersendiri. Pada kepengurusan 2020 seluruh organisasi mahasiswa, termasuk SKK Ganto sendiri terkena dampak dari pandemi Covid-19. Hal ini, membuat beberapa program kerja tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga, tak pelak rasa pesimis dalam menjalankan oraganisasi pun terjadi pada awal pandemi melanda. SKK Ganto merupakan organisasi yang menekankan rasa kekeluargaan di antara sesama kru, sehingga hal inilah yang dijadikan sebagai kekuatan
Diskusi : Kru SKK Ganto melaksanakan diskusi bersama anggota magang angkatan ke-25 di pelataran Gedung Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP. Diskusi ini bertujuan untuk menambah wawasan anggota magang SKK Ganto terkait keredaksian. Minggu (20/9) f/ Rani
bagi kru SKK Ganto untuk tetap menjalankan roda organisasi. Sifat pesimis mungkin akan tetap ada, tapi sifat pejuang dan mau belajar dalam menjalani proses yang ada pantang untuk dihilangkan. Inilah yang selalu ditekan kepada setiap kru SKK Ganto yang ada. Pada tahun ini, SKK Ganto mengalami kemunduran dalam memberikan informasi melalui media cetak, akibat pandemi Covid-19. Edisi 215 merupakan edisi pertama yang di cetak oleh pengurusan tahun 2020 dan merupakan edisi terakhir yang digarap oleh kru SKK Ganto tahun 2020. Namun, ini bukanlah akhir dari SKK Ganto untuk menyapa setiap pembacanya melalui media cetak. SKK Ganto akan selalu senantiasa untuk tetap menghadirkan Ganto cetak kepada para pembaca kedepannya. Pada edisi ini Ganto mengangakat laporan mengenai dampak pendemi
Covid-19 terhadapa program kerja organisasi mahasiswa di UNP. Dari laporan tersebut akan dijelaskan bagaimana pengaruh dari berbagai Organisasi yang ada, serta akan ada tangggapan dari pihak birokrat mengenai kejelasan dananya. Selain itu, Ganto juga menghadirkan beberapa berita lainnya yang tentunya diulas lebih mendalam, seperti pembangunan kampus UNP di Padang Pariaman dan lain sebagainya. Bukan hanya pemberitaan, seperti biasa Ganto juga menghadirkan bacaan santai seperti cerpen, puisi dan lainnya. Akhir kata, Ganto akan senantiasa untuk selalu mengevaluasi kinerjanya dan akan selalu memberikan bacaan dan tontonan yang tidak asal jadi. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca dan penonton akan selalu dinanti untuk perbaikan karya yang mengedukasi. Salam Pers Mahasiswa! Pemimpin Umum
Surat K abar K ampus Ganto Universitas Negeri P Kabar Kampus Padang International adang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, Inter national Standard Serial Number elindung: Rektor UNP: Prof. Ganefri, Ph.D., Penasehat enasehat: Wakil Rektor III UNP: Drs. Hendra Syarifuddin, M. Si, Ph. D., Penanggung (ISSN): 1412-890X, Pelindung Jawab Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., dan Dr. Hasrul Piliang, M.Si., Dewan Ahli Ahli: Akbar Wahyu Pratama,, Mega Oktavianda, MHD. Agus Saputra, Ozza Syafrigo sikologi onsultasi Agama Aulia, Imelda Kristinafanny Sirait, Staf Ahl Ahli: Konsultasi P Psikologi sikologi: Indah Sukmawati, S.Pd, M. Pd. Kons., K Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi K esehatan Kesehatan esehatan: dr. Pudia M. Indika, M.Kes., Kritik Puis Puisi: Muhammad Adek, M.Hum., Kritik Cerpen: Refisa Ananda, M.Pd., Kritik English Umum Irza Ade Suarni, Sekretaris Umum: Umum Hega Corner tikel F ilsafat : Alim Harun Pamungkas, M. Pd., Pemimpin Umum: Corner: Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd., Ar Artikel Filsafat emimpin Redaksi Cetak: Anisa Erda Walanda,, Pemimpin Redaksi T elevisi dan Daring Dwi Dian Dola, Bendahara Umum Umum: Rhoudatul Annisa, P Pemimpin Televisi Daring: enelitian dan P engembangan elaksana Fuji Jelang Ramdhan, Kepala P Penelitian Pengembangan engembangan: Monalisa, Pemimpin Usaha Usaha: Aminah Wulansari Lubis, Redaktur P Pelaksana elaksana: Riska ulisan: Meliani, Redaktur Berita Berita: Nisrina Zakia Khalel dan Rahma Livia, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Tharifa Annisa Onny, Redaktur T Tulisan: tistik Aisyah Hamid, Redaktur Ar Artistik tistik: Habil Ramanda, Layouter Layouter: Ahmad Fadillah B, Fotografer otografer: Yeni Maharani, Redaktur Daring Daring: Rezky Amelia Putri, Editor dan Vidiografer: Lili Rahmadani dan M. Afdal Afrianto, Staf Grafis dan Media Sosial: Mitha Melanie Putri, Staf Riset: Siska Novridayanti, Staf Pustaka dan K earsipan: Widia Nur fitri, Staf Usaha: Lidya Octaliani. Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat:Gedung Student Center Lt 2 Kearsipan: Universitas Negeri P adang Laman web http://ganto.co Padang adang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131.Laman web:http://ganto.co http://ganto.co, email:redaksiganto@gmail.com email:redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,00 (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000,00 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,00
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
3
SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
Pelanggaran Protokol Kesehatan Covid-19 Selama masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), sudah beberapa kali saya datang ke kampus. Sayangnya, saya menemukan beberapa oknum yang tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti tidak memakai masker, tidak mencuci tangan dengan sabun dan berkumpul tanpa memerhatikan jarak. Saya berharap oknum tersebut sadar bahaya akan tindakannya tersebut. Selain itu, saya rasa adanya tindakan tegas dari pihak kampus mengenai permasalahan ini juga diperlukan. Adre Putra Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial TM 2017
Maksimalkan Wifi di UNP Zaman sekarang jaringan internet merupakan kebutuhan primer semua orang terkhusus mahasiswa. Semua tugas yang ada memerlukan sumber dari internet. Permasalahan yang dikeluhkan yaitu wifi.id yang hanya bisa diakses di tempat tertentu. Seharusnya fasilitas ini bisa diakses di seluruh penjuru Universitas Negeri Padang.
C ATATAN BUD A YA BUDA
Ruminasi
Vira Pratiwi Mahasiswa Jurusan Kepelatihan TM 2018
Buku di Perpustakaan Kurang Memadai Buku-buku sumber di perpustakaan pusat sangatlah kurang. Padahal, setiap mata kuliah mahasiswa pasti disuruh mencari buku sumber yang dapat ditemukan di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Padang (UNP). Saya berharap pihak kampus lebih memperhatikan hal tersebut, apalagi UNP sudah terakreditasi A. Rihadatun Nafi Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara TM 2018
Masih Butuh Lapangan Parkir Saya merasa kesulitan saat memarkirkan sepeda motor di sekitar kampus terutama di Gedung Mata Kuliah Umum. Saya melihat Universitas Negeri Padang (UNP) hanya memprioritaskan pembangunan fasilitas parkir di bagian depan saja, sedangkan di bagian belakang seperti tidak diperhatikan. Alangkah baiknya pihak kampus menyediakan lapangan parkir terpadu di setiap fakultas dan gedung agar tidak mengambil trotoar jalan. Micel Seprianto Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia TM 2017
SKK Ganto UNP menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email redaksiganto@gmail.com atau bisa diantar langsung ke Sekretariat SKK Ganto UNP Gedung Student Center Lantai 2 UNP dengan melampirkan kartu identitas, seperti KTP atau KTM.
Oleh Rahma Livia Redaktur Berita SKK Ganto “Cogito, ergo sum”. Begitulah populernya ungkapan filsuf asal Prancis, Rene Descartes yang berarti “Aku berpikir, maka aku ada.” Ungkapan yang semulanya muncul dalam bahasa Prancis “je pense, donc je suis” dalam bukunya Discours de la Methode pada tahun 1637 ini kemudian menjadi prinsipprinsip pada filsafat selanjutnya, terutama aliran filsafat rasionalisme. Ungkapan tersebut bermakna akan eksistensi kita sebagai manusia bahwa dengan berpikir kita menyadari siapa diri kita. Sebuah entitas pada diri yang membedakan kita dengan makhluk lainnya. Sejak fenomenalnya ungkapan Descartes bersamaan dengan pemikiran segarnya dalam filsafat, maka berpikir menjadi suatu jalan bagi manusia dalam mencari kebenaran. Suatu aktivitas yang tak lagi diabaikan, melainkan menjadi penting dan krusial bagi kehidupan manusia yang terus berproses maju. Berpikir menjadi aktivitas dalam otak manusia yang hanya akan terhenti pada saat kita tidur, mengalami gangguan jiwa atau mati. Maka, dengan berpikirlah kita digiring pada pencarian siapa diri ini, Apa yang menjadi tujuan hidup, dan untuk Apa hidup ini. Namun, bagaimana halnya saat pikiran menjadi pisau bermata jahat yang siap menyasar kita tanpa kenal pedih dan derita? Agaknya, Descartes mungkin perlu melihat kembali bagaimana manusia kian terombang ambing dari semakin peliknya diri yang terus berpikir, mewujudkan diri menjadi entitas yang hampa dan tanpa makna, melampaui jauh dari kebenaran yang diwejangkan. Saat kehidupan modern mulai
menyingsing naik kepelataran masa depan manusia yang semakin benderang, agaknya berpikir menjadi semakin rumit dan kompleks dari sebelumnya. Kehidupan yang serba cepat, tuntutan yang mendesak dan beban yang berlipat ganda berakumulasi dengan ekspektasi dan nilai status yang semakin pretisius di mata manusia. Menyulap segala hal di depan mata menjadi ketaku-tan dan kekhawatiran, membenturkan waktu pada jalan buntu
Desain Grafis & Ilustrator : Habil Ramanda kegagalan, terengah-engah pada ketidakpastian yang mengekang diri. Barangkali, seperti inilah overthinking memainkan pikiran manusia penyakit abad ke- 21 yang melanda sebagian besar manusia modern. Saat overthinking mengikis energi kita, memanjang semakin jauh dari keberpisahan diri dengan akal sehat, kemudian kian terpuruk pada keadaan ruminasi suatu kondisi dimana seseorang terjebak pada suatu masalah, berlarut memikir-
kan masalah secara berlebihan tanpa menemukan solusi yang tepat. Keadaan inilah yang kerap mengantarkan seseorang rentan menjadi depresi dan mengalami gangguan kecemasan, bahkan lebih buruk bunuh diri. Keadaan ini menjadi paradoks atas hidup manusia modern yang semakin maju dan canggih. Manusia dengan segala kehebatannya yang tampak hingga saat ini, menampakkan batasan diri dalam standar hidup yang terus dituntut maju oleh zaman. Manusia tidak lagi berpikir tentang makanan yang akan dimakan atau tempat yang memberi keamanan. Jauh dari pada itu, manusia mulai mencoba meramalkan masa depannya. Mereka mulai menimbang, melahirkan optimisme dan tak jarang jatuh pada pesimisme. Berada pada kondisi ruminasi, manusia mengembangkan overthinking untuk menyalahkan diri atas kegagalan, mengkhawatirkan masa depan hingga menjadi panik yang mampu mengguncangkan diri kapan saja, kehilangan kendali atas diri, mengalami fiksasi untuk hidup yang dituntut berprogres. Berpikir sudah selayaknya menjadi kodrati manusia yang mesti dioptimalkan. Namun, sedikit yang menyadari bahwa pikiran perlu dikelola. Belajar untuk menenangkan diri dengan mengendalikan pikiran. Seperti ungkapan yang dikutip dari filsuf Stois, Marcus Aurelius, “Jika kamu merasa sulit akibat hal eksternal, maka perasaan sulit itu tidaklah datang dari hal tersebut. Melainkan dari pikiran dan persepsi dirimu dan kamu memiliki kekuatan untuk mengubah pikiran dan persepsimu kapan pun juga.”
4
LAPORAN
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
UKM di Masa Pandemi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) membuat kegiatan ormawa selingkungan Universitas Negeri Padang terkendala. Kendala ini mengakibatkan banyak proker yang harus kembali dirombak dan para pengurus pun harus memutar otak agar kegiatan tetap berjalan. Oleh Riska Meliani dan Anisa Erda Walanda
Saat ini dunia tengah diguncang oleh Covid-19. Dikutip dari who.int, Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru ini sebelumnya tidak dikenal dan awalnya menyebar di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019 lalu. Virus ini dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikanpercikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang terinfeksi Covid-19 batuk, bersin atau berbicara. Orang dapat terinfeksi Covid-19 jika menghirup percikan orang yang terinfeksi tersebut. Untuk memutus penyebaran virus ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan aturan belajar dari rumah. Semua aktivitas belajar mengajar dilakukan dari rumah begitu juga dengan UNP. Pada Juli lalu, Rektor UNP mengeluarkan surat edaran tentang kegiatan akademik JuliDesember 2020 bahwa metode pembelajaran di perguruan tinggi pada semua zona wajib dilaksanakan secara daring. Tidak hanya perkuliahan tatap muka saja yang dialihkan ke daring, semua bentuk kegiatan kemahasiswaan pun juga turut dialihkan ke daring. Dari pantauan Ganto, gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) terlihat sepi semenjak bulan April lalu. Hal tersebut lantaran semua kegiatan ormawa dialihkan ke daring. Tanggapan aktivis kampus Ketua Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH), Rinias Febrianti Zandroto mengatakan bahwa selama pandemi ini anggotanya sangat sulit aktif, apalagi banyak anggota kepengurusan yang pulang kampung. “Kami belum ada melaksanakan kegiatan, yang mana di awal kuliah kita sudah diliburkan oleh UNP yang membuat anggota MPALH banyak pulang kampung. Sehingga kegiatan kami seperti rutinitas biasa saja,” ungkap Rinias kepada Ganto, Minggu(23/8). Berbeda dengan Rinias, Arif Munandar Harahap, selaku Komandan Resimen Mahasiswa (Menwa) mengatakan bahwa mereka telah melakukan pertemuan secara virtual dan pengumpulan donasi secara online pada bulan Juni lalu, kemudian dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Arif ber-
P ert emuan : Sejumlah perwakilan dari organisasi mahasiswa tingkat universitas, adakan pertemuan di lantai 1 gedung PKM UNP. Mereka mendiskusikan ertemuan terkait dana UKM dan solusi kegiatan ormawa yang tidak berjalan semasa pandemi Covid-19, Senin (12/10). f/Rani
harap kegiatan ormawa ini dapat dilakukan secara langsung. “Sebaiknya diberlakukan new normal, yang mana hal ini harus mematuhi protokol kesehatan itu sendiri,” terang Arif, Minggu (23/8). Ketua Umum Unit Kegiatan Kesenian (UKKES), Fawwas Akbar menuturkan selama pandemi ini, anggota UKKES berkegiatan dari rumah dengan menjalin komunikasi menggunakan aplikasi WhatsApp, Zoom dan aplikasi lainnya untuk mempermudah kegiatan. Fawwas juga mengatakan bahwa UKKES telah melaksanakan kegiatan, salah satunya diskusi online (DiskOn) yang dilakukan secara Live di Instagram. “Salah satunya kegiatan DiskOn ( diskusi online) yg dilakukan Live di IG UKKES” ucapnya, Selasa (1/9). Tidak hanya itu, Muhammad Rizky, Ketua Umum Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UPKK) menjelaskan bahwa kegiatan selama pandemi sedikit terhambat. Semua kegiatan harus diatur ulang kembali untuk penyesuaian konsep dari online menjadi offline yang membutuhkan waktu yang cukup dan ide yang bagus sesuai dengan program kerja (proker), apalagi menunggu kebijakan kampus mengenai proker UKM. “Selama pandemi ini, kami sudah melaksanakan kegiatan secara virtual,” jelas Rizky Kamis (27/8). Rizky juga menuturkan bahwa kegiatan daring cukup efektif karena peserta otomatis dari nasional. Namun kegiatan secara langsung dengan sistem new normal juga akan berlangsung secara efektif jika pesertanya tidak terlalu banyak dan mengikuti protokol kesehatan. Senada dengan Rizky, Vilma Lestari, Sekretaris Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik (WP2SOSPOL) menerangkan bahwa kegiatan selama
pandemi mereka megusahakan untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. “Semenjak pandemi, tentu diskusi tatap muka tidak dapat dilakukan, sebab itu ada beberapa kegiatan diskusi dialihkan ke daring, seperti melalui Zoom, live via instagram dan aplikasi whatsapp grup” ujarnya, Sabtu (29/8). WP2SOSPOL sudah beberapa kali melakukan diskusi online, di antaranya peringatan hari kartini, talkShow hari kemerdekaan, peringatan hari pancasila, posko pengaduan online bagi mahasiswa yang terkendala pembayaran UKT, penggalangan dana secara online untuk penyaluran bantuan bagi masyarakat terdampak Covid-19, dan penggalangan bantuan online bagi mahasiswa UNP yang terkendala biaya saat operasi. Aditya Dwiyansyah, Ketua Umum Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) mengatakan selama pandemi kegiatan dilaksanakan secara daring. Namun UKK mengalami beberapa kendala terkait dengan proker yang seharusnya dilaksanakan secara offline dan tidak bisa di online-kan. Kesulitan lainnya yaitu anggota yang kurang aktif. “Keaktifan anggota yang kurang dikarenakan berdomisili di tempat yang susah sinyal” katanya, Selasa (25/8). Sama halnya dengan Aditya, Ketua Umum SKK Ganto, Irza Ade Suarni menyampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan di Ganto dilaksanakan secara daring. Irza menyatakan bahwasa Ganto sudah terbiasa dengan hal yang bersifat daring dan pelaksanaan kegiatan sudah bisa dilakukan dengan baik. Saat ini Ganto juga melaksanakan webinar setiap bulannya, baik itu webinar yang terbuka untuk umum maupun webinar yang khusus untuk anggota Ganto sendiri. “Ganto juga merancang dua tabloid yang akan diselesaikan saat
ini,” ucapnya, Selasa (25/8). Selain itu, Vicky Olse, Ketua Umum Unit kegiatan Pramuka mengungkapkan suka dan duka selama kegiatan secara virtual. Sukanya sesama anggota bisa bertatapan muka dan bersapaan melalui jaringan dengan para keluarga anggota. “Dukanya yaitu tidak bisa berkegiatan secara langsung di lapangan, yang mana Pramuka lebih sering di lapangan” ungkap Vicky, Kamis (3/9). Ketua Umum Unit Kegiatan Paskibraka, Hanton Kurnawan juga mengungkapkan selama pandemi ini bisa lebih santai dalam melakukan kegiatan, serta bisa dilakukan secara jarak jauh. Namun, selama pandemi ini banyak kekurangan dan kegiatannya tidak maksimal dibandingkan sebelum masa pandemi. Hanton juga mengatakan di Paskibraka kegiatan daring sangat tidak efektif dikarenakan basis dari UK ini kegiatannya banyak di lapangan. “Sebaiknya kegiatan dilakukan dengan tatap muka serta memperhatikan protokol kesehatan,” jelasnya, Minggu (6/9). Berbeda dengan Hanton, Fair Muda Harahap, Komandan KSRPMI mengungkapkan selama daring kegiatan sangat sulit dilakukan, karena biasanya setiap kegiatan yang dilaksanakan melibatkan keramaian, seperti donor darah dan juga kegiatan lain. Selain itu, ia juga menjelaskan saat ini kegiatan yang dilakukan hanya sebatas kegiatan internal saja. “Untuk acara webinar secepatnya akan kita laksanakan” jawabnya kepada Ganto via whatsapp, Rabu (30/9). Wahyu Ilham Zen, Ketua Umum Robotik juga mengatakan selama pandemi program kerja yang telah dirancang menjadi terganggu, terlebih selama pandemi harus mengutamakan
kesehatan dan keselamatan diri. Oleh karena itu, UK Robotik merubah kegiatan yang sebelumnya melibatkan masa secara tatap muka menjadi kegiatan secara virtual. Saat ini UK Robotik sedang melakukan persiapan Kontes Robot Indonesia yang dilaksanakan secara daring. Wahyu mengungkapkan kesulitan dari segi SDM, karena membuat robot membutuhkan banyak anggota dan dana. Apalagi Kota Padang sekarang zona merah, banyak orang tua dari anggotanya yang tidak mengizinkan anaknya ke Kota Padang, terutama untuk anggota muda angkatan 2018 dan 2019. “Untuk pengkaderan kami juga kesusahan, belum lagi anggota yang ada di Kota Padang saat ini kebanyakan mahasiswa tingkat akhir,” jelasnya, Selasa (1/9). Hari Kamdani, Ketua Umum Unit Kegiatan Olahraga (UKO) mengungkapkan kalau kegiatan pada saat pandemi belum ada yang jalan. Ia juga berharap UK bisa berkegiatan tatap muka dan gedung PKM dibuka seperti semula. “Karena melihat bagian TU, Subag, Kabag, dan Banknya sudah melaksanakan aktifitas menggunakan protokol kesehatan. Apa salahnya PKM juga” ucap Hari, (4/9). Menjawab permasalahan di atas Wakil Rektor III UNP, Drs. Hendra Syarifuddin, M. SI, Ph. D mengungkapkan bahwa ormawa yang ingin mengadakan kegiatan secara tatap muka dapat langsung mengurus suratnya kepada rektor. Hal ini dikarenakan izin kegiatan tatap muka hanya dapat diputuskan rektor, Kamis (15/10). Reporter : Afdal, Aisyah, Habil, Lidya, Lili, Mita, Rahma, Rani, Tari, dan Widya.
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
LAPORAN
5
Krisis Pendanaan dan Fasilitas Tidak hanya kegiatan tatap muka saja yang sulit untuk dilakukan, proses pencairan pendanaan pun juga sama sulitnya. Bahkan banyak ormawa yang menggunakan dana pribadi anggota untuk mendanai program kerja ormawa Oleh Riska Meliani dan Anisa Erda Walanda Menggunakan Dana Pribadi Komandan Resimen Mahasiswa, Arif Munandar Harahap mengungkapkan bahwa dalam berkegiatan UK ini hanya menggunakan biaya dari donatur dikarenakan belum adanya biaya dari kampus. “Kami melakukan kegiatan kemaren menggunakan biaya donatur, bukan dari kampus,” katanya kepada Ganto, Senin (21/8) Rinias Febrianti Zandroto, selaku Ketua Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH) menerangkan dalam melaksanakan kegiatan, MPALH menggunakan dana pribadi dan dana sisa dari kepengurusan sebelumnya. “Kami menggunakan dana pribadi dalam berkegiatan, seperti contoh kuota internet serta pulsa. Untuk keperluan lainnya kami juga menggunakan dana dari kepengurusan sebelumnya,” ucap Rinias, Minggu (23/8). Senada dengan Rinias, Ketua Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM), Muhammad Jefri mengatakan dalam berkegiatan UK-nya juga menggunakan dana pribadi. “Ada yang dibiayai oleh kampus dan ada yang pribadi. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dibiayai kampus, sedangkan pelatihan dan pembinaan internal dari dana organisasi,” terangnya, Minggu (27/9). Tidak hanya itu. Fawwas Akbar, Ketua Umum Unit Kegiatan Kesenian (UKKES) menerangkan untuk kegiatan pertamanya masih menggunakan dana pribadi. “Untuk kegiatan selanjutnya mungkin nanti akan didiskusikan lagi,” ucapnya Selasa (1/9). Sama halnya dengan Ketua Surat Kabar Kampus Ganto, Irza Ade Suarni menjelaskan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Ganto dibiayai dengan menggunakan kas organisasi. Sedangkan dana dari kampus belum ada cair sama sekali. “Untuk pengurusan pencairan dana ini lumayan susah untuk masa sekarang ini,” ucap Irza Minggu (25/9). Selain itu, pelaksanaa kegiatan kegiatan pada Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UPKK) juga menggunakan dana pribadi dalam melaksanakan kegiatan. Muhammad Rizky, Ketua Umum UPKK menjelaskan bahwa saat ini kegiatannya masih menggunakan dana pribadi karena kebijakan baru keluar beberapa bulan lalu, Kamis (27/8). Begitu pun dengan UK WP2-
Audiensi : Perwakilan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas bersama BEM UNP sedang melakukan audiensi bersama WR III, Drs. Hendra Syarifuddin, M. Si, Ph.D di lantai 2 Gedung Rectorate and Research Center, Kamis (15/10) f/Irza f/Irza.
SOSPOL dan Pramuka. Vilma Lestari selaku Sekretaris Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik (WP2SOSPOL) mengungkapkan dalam berkegiatan ia menggunakan kas UK, Selasa (29/9). “Kegiatan dibiayai dari Kas UK Pramuka,” terang Vicky Olse, Ketua Umum Pramuka, Kamis (3/9). Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) juga mengalami hal serupa, yakni masih menggunakan kas UK. “Sejauh ini belum ada kami menyodorkan proposal ke birokrat, hanya dari kas UKK dan infak jamaah,” ucap Aditya Dwiyansyah, Ketua Umum UKK, Selasa (29/8). Selama pandemi UK Paskibraka mengaku juga belum mendapatkan bantuan dana sama sekali dari pihak kampus, sebagaimana yang dijelaksan oleh Hanton Kurnawan, Ketua Umum UK Paskibraka, Minggu (6/9). Fair Muda Harahap, Ketua KSR-PMI mengatakan ketika ditanyakan ke pihak kampus perihal dana, kemungkinan besar hanya sebatas biaya mendatangkan pemateri. “Ada juga kabar dari kemahasiswaaan bahwa peserta webinar akan diberikan kuota data,” katanya, Rabu (30/9). Selanjutnya, Tri Yuli Pahtoni, selaku Ketua Umum Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) mengungkapan pendanaan kampus terakhir untuk sidang pelaporan setengah kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa diberi kuota dan diberi akses akun zoom. “Namun, kegiatan selain itu tidak ada pendanaan dari kampus,” ungkap Toni, Sabtu (26/9). Fasilitas yang Mesti Dise diakan Kampus Terbatasnya fasilitas dan tidak diperbolehkan menggunakan sekre karena pandemi mem-
buat ormawa kesulitan dalam melaksanakan proker. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas pendukung yang hendaknya dapat disiapkan oleh pihak kampus. Fasilitas daring yang dibutuhkan seperti kuota internet, zoom premium dan lain sebagainya. Fasilitas Daring Ketua MPM, Tri Yuli Pahtoni mengatakan untuk menyelenggarakan kegiatan pastilah tempat yang pertama perlu disediakan kampus. Namun, untuk perizinannya sangat sulit dan panjang prosesnya apalagi melihat keadaan pandemi saat sekarang. “Ada baiknya kita dapat memaksimalkan fasilitas berupa zoom dari UNP untuk melaksanakan kegiatan,” ungkap Toni, Sabtu (26/9). Sama hal nya dengan Muhammad Rizky, Ketua Umum UPKK menyebutkan kampus mestinya menyediakan fasilitas akun zoom premium untuk seluruh ormawa. “Akun zoom premium atau sejenisnya perlu disedikan saat ini,” tuturnya Kamis (27/8). Vilma Lestari, Sekretaris Umum WP2SOSPOL juga mengungkapkan hal yang sama dengan Toni dan Rizky. Kampus mesti menyediakan aplikasi premium dan perangkat daring untuk mempermudah urusan ormawa dengan pihak kampus. “Aplikasi premium meeting room dan perangkat daring diperlukan untuk memudahkan secara prosedural antara ormawa dengan birokrat kampus,” ungkapnya, Selasa (29/9). Tidak hanya itu, Ketua Umum Robotik, Wahyu Ilham Zen mengatakan bahwa yang paling dibutuhkan saat ini adalah media video conference yang dikhususkan untuk kegiatan mahasiswa. “Selain itu kuota internet juga dibutuhkan, dengan kuota internet yang disediakan kepada
pengurus ormawa. Sehingga kegiatan seperti rapat dan webinar dapat dengan mudah kita angkatkan,” katanya, Selasa (1/9). Untuk fasilitas zoom premium yang disediakan pihak kampus, hendaknya bisa difasilitasi lebih dari satu. Seperti yang dituturkan Muhammad Jefri, Ketua PPIPM berharap bahwa setiap UK difasilitasi kuota khusus untuk berkegiatan.”Serta difasilitasi aplikasi zoom premium per satu UK tidak untuk satu bersama,” jelasnya, Minggu (27/9). Pembina UK KSR PMI, Nirwandi M.Pd., mengungkapkan fasilitas yang dibutuhkan mungkin sesuai kegiatan yang akan diadakan. Untuk kegiatan yang dilakukan secara daring, mahasiswa banyak menggunakan media daring seperti zoom dan sejenisnya. “Hal seperti itulah fasilitas yang mesti disediakan kampus. Intinya seluruh fasilitas yang digunakan dengan metode baru ini harus disediakan kampus agar kegiatan ormawa tetap berjalan.” Ungkap Nirwandi, Selasa (29/9). Selain itu, ia berharap seluruh ormawa tetap semangat dalam menjalankan kegiatan secara daring ini dan tetap kreatif kedepannya. Disamping itu, dalam hal perekrutan anggota baru ia mengungkapkam akan lebih sulit dikarenakan sistem daring ini. “Untuk itu kekreatifan mahasiswa ormawa sangat dibutuhkan.” Ruang Sekre Arif Munandar Harahap, Komandan Resimen Mahasiswa mengatakan selain fasilitas daring, para ormawa juga membutuhkan tempat untuk melaksanakan kegiatan. “Kami membutuhkan fasilitas yang berkaitan dengan daring. Seperti kuota internet, komputer dan ruang sekre untuk kami.” tutur-
nya Jumat (21/8). Sama dengan Arif, Rinias Febrianti Zandroto, selaku ketua MPALH juga mengungkapkan hal bahwa mereka membutuhkan tempat. “Kami sangat membutuhkan tempat yang biasa dijadikan ruang sekre,” ucapnya, Mingggu (23/8). Tidak hanya Arif dan Rinias, Fair Muda Harahap selaku Ketua KSR PMI juga mengatakan untuk melancarkan kegiatan organisasinya membutuhkan ruang sekre, minimal yang bisa di akses oleh Dewan Pengurus Harian (DPH). “Selain fasilitas kuota untuk anggota dalam melancarkan kegiatan, untuk ruang sekre sebisa mungkin diperbolehkan DPH untuk mengakses UK masing-masing,” ungkapnya, Minggu (30/9). Pengajuan proposal secara online Selain kebutuhan fasilitas daring dan ruang sekre, pengajuan proposal secara online juga dibutuhkan mengingat sulitnya mengurus proposal kepada pihak rektorat saat pandemi ini. Menurut Aditya Dwiansyah, Ketua Umum Unit Kegiatan Keagamaan pengajuan proposal secara online sangat dibutuhkan agar mempermudah masalah urusmengurus. “Pengajuan proposal secara online sangat diharapkan,” kata Aditya, Selasa (25/9). Adapun saat audiensi dengan perwakilan ormawa Wakil Rektor III UNP, Drs. Hendra Syarifuddin, M. SI, Ph. D menyebutkan bahwa kegiatan mahasiswa akan dibiayai oleh kampus. “Pengajuan proposal yang dilakukan dengan baik dan benar akan dibiayai,” ungkapnya Kamis (15/10). Sedangkan untuk prosedur pengurusannya disesuaikan dengan kondisi saat ini. Reporter : Aminah, Fuji, Habil, Ina, Mitha, Siska
LAPORAN
6
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
Nasib UKM di Masa Pandemi Selama masa pandemi ini, banyak Unit Kegiatan (UK) yang kurang terlihat produktifitasnya sehingga UK tersebut dapat dikatakan vakum sejenak dari kegiatan-kegiatan kampus. Akan tetapi masih ada UK yang tetap eksis di tengah pandemi dengan mengadakan webinar-webinar online, seperti UKFF, UKK dan lain-lain. Disini perlu adanya kebijakan terbaru dari pihak kampus mengenai kejelasan terhadap organisasi tersebut. Lalu bagaimana pendapat aktivis kampus tentang permasalahan tersebut?
Sumber: Litbang SKK Ganto UNP Infografik: Habil Ramanda WAWANCARA KHUSUS
Adaptasi Aktivis Masa Pandemi
B
erbagai kendala terjadi akibat pandemi korona, semua aspek terkena dampaknya. Salah satunya, kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa. Berbagai kegiatan yang semula telah dirancang sampai dibatalkan, sehingga harus menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Kamis (15/10), beberapa perwakilan ormawa termasuk Ganto melakukan audiensi dengan WR III di ruang sidang lantai 2 Gedung Rektorat UNP. Dalam audiensi tersebut aktivis ormawa UNP meminta pihak kampus agar dapat mengizinkan ormawa melakukan kegiatan secara langsung dengan mematuhi protokol kesehatan, kejelasan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dan lain sebagainya. Berikut tanggapan dari Wakil Rektor III UNP. 1. Apakah kegiatan daring yang dilakukan oleh UK akan dibiayai kampus, seperti acara daring yang dilakukan di zoom?
Selagi mengajukan proposal dengan baik dan benar, kegiatan tersebut akan dibiayai. “Adakah acaranya atau pengajuan bantuan dana ditolak?”. Memang ada yang belum diterima, karena copy paste saja tidak memperhatikan bagaimana membuat proposal yang baik. Oleh sebab itu, buatlah proposal dengan yang sebenar-benarnya, maka pasti akan disetujui. 2. Terkait Dana BOPTN, bagaimana kejelasannya? Dana tersebut memang direncanakan untuk kegiatan kemahasiswaan, namun karena pandemi dialihkan untuk kepentingan yang lain. Seperti, kemarin ini ada pembagian kuota internet untuk mahasiswa, itu dananya dari sana. Namun, karena dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga memberikan bantuan kuota internet. Akhirnya, sisa dana BOPTN tersebut dialihkan ke Fakultas yang nantinya akan digunakan untuk acara-acara
satu, sekarang sudah ditambah lagi, sehingga bisa digunakan secara merata. 4. Bagaimana pengurusan dana ormawa selama pandemi? Ajukan proposal yang sesuai dengan kondisi sekarang. Untuk prosedurnya, pertama diperlihatkan terlebih dahulu ke Kasubbag Minat, Bakat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan, lalu ke WR III, setelah itu ke Kepala BAK, kemudian Kabag kemahasiswaan, kemudian kembali lagi ke Kasubbag Minat, Bakat, PenaDrs. Hendra Syarifuddin, M. SI, Ph. D laran, dan Informasi KemahaWakil Rektor III UNP siswaan. 5. Apakah memang tidak fakultas. bisa diadakan kegiatan UKM 3. Bagaimana aplikasi Zoom memamakai sistem new noryang akan diberikan oleh mal yang mematuhi protokol pihak kampus, kapan kesehatan selama pandemi realisasinya? ini? Untuk zoom premium itu Memang benar ada kegiatan sudah ada, untuk peminjaman- dilakukan secara luring. Namun, nya itu dipercayakan melalui kegiatan tersebut langsung perinpresiden mahasiswa. Zoom ter- tah dari rektor. Jadi, jika ananda sebut awalnya hanya diberikan sekalian ingin lagi meminta hal
tersebut, silahkan buat surat resmi yang ditandai presma misalnya sebagai perwakilan kepada rektor untuk mengabulkan hal tersebut. Untuk kami di kemahasiswaan tidak bisa memutuskan hal tersebut. Semua keputusan ada di tangan rektor dan kami hanya perpanjangan tangan dari rektor.
6. Harapan untuk kegiatan kemahasiswaan kedepannya? Untuk situasi sekarang kita memang harus berhati-hati lagi, karna sudah banyak sivitas akademika UNP yang terkena bahkan ada dosen yang meninggal oleh virus korona. Tahun depan saya dengar perkuliahan akan dilakukan secara luring, karena penemuan vaksin yang hampir didepan mata. Nanti kami dari kemahasiswaan juga kan merapatkan lagi bagaimana sistem pengajuan dana/untuk bagian kemahasiswaan. Namun itu tentunya untuk tahun 2021.
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
LAPORAN
7
ARTIKEL
Dilema dalam Jaringan Virus Covid-19 atau lebih sering dikenal dengan virus corona mulai masuk ke Indonesia sejak kasus pertamanya pada bulan Maret lalu. Awalnya aktivitas masih berjalan seperti biasa, namun perkembangan virus tersebut semakin bertambah dan tidak sedikit memakan korban. Karena hal tersebut dilakukan berbagai cara supaya virus tidak menyebar, yakni dengan membatasi aktivitas masyarakat dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah. Salah satu kebijakan tersebut adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga masyarakat sulit untuk keluar masuk daerah. Tidak hanya itu, banyak pasar atau mal ditutup, tempat ibadah diperketat pengawasannya, karyawan kan– toran bekerja dari rumah, dan banyak kebijakan lainnya. Selain itu, penyebaran virus tersebut juga mempengaruhi sistem pendidikan dunia, termasuk Indonesia. Banyak sekolah dijalankan melalui daring, begitu pula dengan universitas-universitas di Indonesia. Hal tersebut juga terjadi di Universitas Negeri Padang (UNP). Rektor UNP mengeluarkan surat edaran bahwasanya perkuliahan semester JuliDesember dilakukan secara daring. Tentu saja hal tersebut membuat mahasiswa UNP lebih memilih untuk pulang ke kampungnya masing-masing karena ARTIKEL AP A KA TA MEREKA APA KAT
bisa belajar dari jarak jauh. Namun hal tersebut sangat mengkhawatirkan bagi aktivis kampus, mereka susah untuk berkegiatan secara langsung. Pada bulan Juni lalu telah dilaksanakan pelantikan Unit Kegiatan (UK) atau organisasi mahasiswa (ormawa) selingkup UNP secara virtual melalui aplikasi zoom. Pelantikan tersebut biasanya dilaksanakan pada bulan Maret atau April, tapi karena memang tidak memungkinkan maka dilakukan secara daring. Pada dasarnya ada beberapa kesedihan dan dilema yang dirasakan mahasiswa yang aktif berorganisasi. Tak ayal beberapa program kerja tahunan yang mereka buat seharusnya terlaksana di bulan-bulan tertentu, namun keadaan memaksa mereka untuk mengundur waktu pelaksanaan kegiatan. Selain itu tak tidak sedikit pula yang mengganti program kerja mereka dengan program kerja lain yang lebih memungkinkan dilaksanakan di tengah pandemi bahkan sampai berhenti berkegiatan. Ada banyak juga yang sudah mempersiapkan pelaksanaan berbagai acara di jurusan, fakultas, bahkan kampus dengan segala rangkaian kegiatan lainnya. Untungnya masih banyak UK yang mencari alternatif lain untuk tetap aktif berorganisasi. Kajian online dan seminar online adalah hal yang sedang gencargencarnya dilakukan,sepertinya
memang itu yang bisa dilakukan di tengah pandemi dewasa ini. Hal tersebut tentunya atas dasar pelaksanaan tanggung jawab terhadap masing-masing organisasi untuk tetap melaksanakan kegiatan yang bermanfaat. Di samping itu, proses menuju pelaksanaannya harus ada komunikasi yang baik antar anggota, mereka mau tidak mau harus melakukan rapat online. Rapat
Grafis & Ilustrator : Habil Ramanda lewat google meet, zoom, webex teleconference dan berbagai aplikasi lain yang memunginkan. Pelaksanaan rapat online sendiri dipenuhi dengan warna-warni, beberapa sampai ketiduran dan banyak yang tidak bisa menyimak dengan maksimal karena kendala sinyal dan kendala ber-kegiatan seorang mahasiswa jika telah sampai di rumah. Hal yang paling krusial dalam pelaksanaan kegiatan tersebut tentunya harus ada kuota internet yang memadai.
Begitulah yang terjadi pada UK yang ada di UNP, mereka masih menjalankan kegiatan walaupun secara daring. Contohnya masih ada UK yang tetap eksis di tengah pandemi dengan mengadakan webinar-webinar online, seperti UKFF, UKKPK, UK Pramuka, dan UK lainnya di UNP. Sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap organisasi mahasiswa, seharusnya bagian kemahasiswaan memberikan kejelasan pada setiap UK supaya mereka tidak kewalahan mengemban tugasnya sebagai aktivis kampus dan menjalankan roda organisasinya di masa pandemi ini. Apalagi UK akan kesusahan memperkenalkan ormawa mereka pada adik tingkatnya untuk regenerasi. Terkesan tak tersampaikan jika tidak bertatap muka, ekspresi yang dilihat terasa seperti tidak nyata saja. Tentu ini akan berdampak untuk kepengurusan UK di tahun berikutnya. Padahal masih ada pegawai kantor yang dibolehkan berkegiatan. Sementara di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) terkesan terlalu dibatasi. Selagi mematuhi protokol kesehatan yang ada, tentunya tak masalah untuk berkegiatan kecil-kecilan (rapat organisasi) dan tentunya ada pengawasan dari pihak bersangkutan. Sebenarnya dari pihak kemahasiswaan telah menyediakan aplikasi zoom premium demi kelancaran kegiatan-kegiatan
Oleh Monalisa Kepala Penelitian dan Pengembangan 2020 organisasi mahasiswa. Namun sayangnya aplikasi tersebut hanya ada satu untuk ormawa yang ada, apalagi di UNP ada banyak ormawa, baik tingkat kampus, fakultas, maupun jurusan. Alangkah sebaiknya ada satu aplikasi untuk satu unit kegiatan atau pun setidaknya ada lima aplikasi zoom untuk menunjang kegiatan yang dilaksanakan ormawa supaya mereka tidak berebut meminjam aplikasi tersebut. Semuan perizinan dan pendanaan organisasi tersebut tentunya berasal dari kampus, tergantung bagaimana transparansi dari pihak kampus menjelaskannya pada masing-masing ormawa. Hal itu dilakukan dengan tujuan memotivasi mahasiswa, terkhusus aktivis agar terus berkarya dan memberikan prestasi yang membanggakan untuk universitasnya, walau di masa pandemi seperti ini.
Pergerakan UK Selama Masa Pandemi
Pandemi Tidak Surutkan Kreativitas Aktivis dan Ormawa
Masa pandemi bukan menjadi halangan untuk para aktivis dalam melaksanakan tugasnya. Kegiatan yang awalnya dilaksanakan tatap muka, ikut menyesuaikan dengan keadaan. Seperti awalnya berdiskusi secara langsung, namun sekarang sudah dialihkan ke daring menggunakan aplikasi yang mendukung terjadinya interaksi tersebut. Tentunya selama pengalihan daring ini banyak suka duka yang dirasakan. Sukanya dapat dilihat dalam hal partisipasi peserta setiap diadakannya suatu kegiatan karena area jangkauan daring ini yang luas. Tak hanya itu, pelaksanaan secara daring ini lebih efektif, efisien dan lebih praktis. Tentunya daring juga lebih hemat biaya dan waktu. Sedangkan untuk dukanya, dalam hal membangun informasi. Baik dari panitia maupun peserta, sehingga terjadi miskomunikasi dan misunderstanding. Masa pandemi juga berdampak pada proses pergerakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), seperti dalam hal membangun komunkasi tadi. Sehingga berhasil atau tidaknya suatu organisasi bergantung pada komunikasi. Jika suatu anggota terkendala jarak dan sinyal, otomatis akan terjadi miskomunikasi yang dapat mengganggu pergerakan UKM. Harapannya untuk seluruh pengurus Unit Kegiatan atau stakeholder yang terkait, jangan pantang menyerah dalam menjalankan program kerja selama masa pandemi ini. Teruntuk kampus, agar dapat memfasilitasi UKM dalam melaksanakan kegiatannya, seperti memberikan aplikasi premim dan aplikasi yang mempermudah secara prosedural antara UKM dengan birokrat kampus.
Selama pandemi Covid-19 ini jika diperhtikan beberapa organisasi mahasiswa (ormawa) tetap kreatif dalam membuat beberapa aktivitas berupa kegiatan yang dilakukan secara daring. Namun, ada juga beberapa ormawa yang mungkin terbatas pergerakannya akibat pandemi. Kegiatan yang dilakukan secara daring oleh aktivis mahasiswa lebih aman dilakukan. Jika kegiatan dikemas secara kreatif, kegiatan yang dilakukan secara daring akan sangat efektif dan baik, bahkan dapat mencapai skala kegiatan yang lebih besar karena sifat nya online. Agar kegiatan mahasiswa dapat berjalan dengan baik semasa pandemi ini, tentu ormawa perlu memodifikasi program yang telah direncanakan. Desain kegiatan haruslah dibuat semenarik mungkin agar menjaring peserta dalam kegiatan tersebut menjadi lebih banyak. Dimasa pandemi in lah kita dituntun untuk belajar dan mengikuti zaman yang segala sesuatunya berkaitan dengan teknologi. Saya mengharapkan, jangan menjadikan sitausi pandemi ini mengecilkan langkah kita untuk bergerak. Sebagai generasi muda justru kita kita harus mampu menciptakan, menginovasi, memodifikasi dan mengembangkan kegiatan yang berguna bagi kita, kampus, masyarakat dan negara.
Rahayu Sri Wahyuni Menteri PP BEM UNP Kabinet Karsarasa TM 2015
Johandri Taufan, S.Pd., M.Pd. Pemina BPM FIP UNP
Pihak Kampus Perlu Membuat Kebijakan – Kuliah daring merupakan sebuah gebrakan yang sangat bagus untuk menunjang perkuliahan selama masa pandemi ini. Kuliah daring merupakan jawaban yang tepat untuk menjawab bagaimana jalannya perkuliahan di masa pandemi ini. Kegiatan webinar yang diadakan oleh beberapa Unit Kegiatan (UK) sangat bagus untuk dilaksanakan. Pihak kampus seharusnya membuat sebuah kebijakan khusus terkait kegiatan yang dilakukan oleh UK. Kebijakan tersebut berupa himbauan kepada seluruh mahasiswa agar wajib mengikuti seminimal mungkin dua Webinar UK selama satu semester ini. Kebijakan ini nantinya tidak hanya membantu UK dalam memperoleh pesertanya, namun juga akan bermanfaat bagi mahasiswa yang mengikuti dalam memperoleh ilmu tambahan terkait webinar yang diikutinya. Bantuan kuota dari Universitas Negeri Padang ataupun pemerintah nantinya juga bisa tersalurkan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, tidak salah apabila kampus melakukan kebijakan seperti itu. Mengingat keefektisan dari kegiatan, sebaiknya pihak kampus mengizinkan kegiatan dilaksanakan secara luring, kecuali beberapa kegiatan yang memang menerapkan sistem daring dari awal. Nurhayani Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah TM 2017
KONSULTASI
8 K ONSUL TASI A G AMA ONSULT AG
Perkara Melagukan Al-Quran
Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A. Assalamu’alaikum Pak. Saya mau bertanya, ada orang yang mengatakan bahwa Al-Quran tidak boleh dilagukan karena Al-Quran adalah petunjuk untuk dipahami dan diamalkan isinya, sedangkan bernyanyi itu hukumnya haram. Apakah hukum melagukan bacaan Al-Quran itu Pak dan apa manfaat membaca Al-Quran dengan melagukan itu? Kartika Mahasiswa Jurusan Ilmu Agama Islam TM 2017
Ananda Kartika, terlebih dahulu yang harus digaris bawahi ialah bahwa Al-Quran itu adalah kitab petunjuk dan pedoman hidup kita sebagai umat muslim, hal itu tidak diragukan lagi dan tidak ada khilafiah di situ. Membaca AlQuran dengan suara dan lagu yang indah tidak harus dipertentangkan dengan petunjuk yang terdapat di dalamnya. Apakah haram hukumnya membaca Al-Quran dengan suara yang indah? Saya jawab, tidak! bahkan banyak hadis yang mendorong agar Al-Quran dibaca dengan suara yang indah. Hadis tersebut antara lain: “Dari Barra’ bin ‘Azib r.a ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, “Hiasilah Al-quran dengan suaramu” (H.R. Abu Daud Nasai dan lain-lainnya). Kemudian hadis Nabi SAW: “Bacalah Al -Quran dengan bentuk suara dan lagu (lahn) Arab”. Salah satu makna kata lahn menurut Al-Munawwir (1997:1261), adalah “al-ahsanu ghina’ aw qira`ah” (kebagusan lagu serta qira`atnya). Dari keterangan hadis-hadis tersebut, kiranya cukup beralasan bila membaca Al Quran itu perlu dengan suara (irama) yang indah dan merdu. Asal saja tidak dilakukan dengan berlebih-lebihan sehingga tidak cocok dengan kesucian dan kemuliaan Al- Quran itu sendiri. Jadi lagu itu harus disertai dengan tajwid yang benar sehingga dibaca dengan fasih (fashahah) dan lagu (nagham) yang indah. Adapun lagu-lagu yang cocok dan serasi dengan ayatayat Al-Quran tentu lagu atau irama yang lazim digunakan oleh si pemilik bahasanya. Ismail Raji al-Faruqi (1999:194195), seorang cendekiawan muslim terkemuka asal Palestina, di dalam bukunya Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam, mengemukakan bahwa walau umat Islam tidak pernah menganggapnya sebagai musiq (musik), lagulagu Al-Quran adalah jenis artsitektur suara (handasah alshawt) yang terdengar hampir dalam setiap konteks, dengan segala macam hadirin, di setiap sudut dunia Islam. Lebih lanjut beliau katakan salah satu faktor yang mempengaruhi lagu-lagu Al-Quran ialah kedekatan secara geografis dengan tempat kelahiran Islam. Misalnya wilayah-wilayah Masyriq, Maghrib, Turki dan Iran. Ini adalah wilayah yang memperlihatkan kesesuaian terbesar dengan ciri-ciri utama Al-Quran. Kesesuaian itu disebabkan alasan-alasan berikut. Pertama, subdivisi ini meliputi bagian-bagian dunia Islam yang terdekat dengan tanah kelahiran Islam. Kedua, basis kultural pra-Islam daerah-daerah ini adalah yang paling bersesuaian dengan perkembangan Islam yang mengikutinya. Ketiga, wilayah ini meliputi tanah-tanah yang berkenalan paling lama dengan Islam. Keempat, dalam wilayah ini mayoritas penduduk menjadi pemeluk Islam. Seperti disebutkan sebelumnya, lagu-lagu yang dibawakan di dalam membaca Al-Quran tentu bukan sembarang lagu/irama melainkan lagu/irama yang sesuai dengan bahasa Al-Quran. Oleh karena Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab, maka lagu/irama yang cocok untuk dibawakan dalam membaca Al-Quran adalah irama Arab bukan irama dangdut, keroncong dsb. Kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada jemaah shalat apabila seorang Imam membaca ayat dengan irama dangdut. Maka lagu-lagu yang biasa dibawakan dalam membaca Al-Quran terdapat tujuh macam lagu yang terdiri dari; bayyati, shaba, hujaz, nahawand, rast, sika, dan jiharkah. Kemudian mengenai manfaat membaca dengan melagukan antara lain: Mengamalkan sunnah Nabi SAW seperti dalil-dalil yang sudah dikemukanan di atas. Dapat menambah kekhusyukan si pendengarnya terutama yang berjiwa seni. Seni atau keindahan merupakan fitrah yang ditanamkan Allah ke dalam diri hamba-Nya, dan Allah sendiri menyukai keindahan.
K ONSUL TASI KESEHA TAN ONSULT KESEHAT
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
ORBITUARI
Hand Sanitizer Aman Digunakan Sebelum Makan
Diasuh oleh dr. Pudia M.Indika, M.Kes. Nama saya Putri. Saya cukup parno dengan adanya wabah pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini. Saya hampir setiap saat menggunakan hand sanitizer, termasuk ketika akan memakan sesuatu. Namun beberapa orang di sekitar saya, melarang saya terlalu sering menggunakannya. Saya ingin bertanya dokter, apakah boleh atau berbahayakah menggunakan hand sanitizer sebelum makan? Putri Utami Mahasiswa Jurusan Biologi Tahun Masuk 2018
Adaptasi pada tatanan kehidupan baru akibat pandemi Covid19 menuntut setiap individu untuk dapat hidup secara “berdampingan”. Pelaksanaan 3 M merupakan hal mutlak yang dilakukan yaitu Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan. Selain hal tersebut, dikenal juga dengan istilah VDJ yaitu Ventilasi, Durasi dan Jarak apabila individu berada didalam ruangan dalam kondisi berkumpul yang tidak dapat terelakkan. Pelaksanaan konsistensi pelaksanaan norma-norma dalam adaptasi baru perlu dijadikan suatu kebiasaan.
Mencuci tangan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan sabun yang dibilas dengan menggunakan air mengalir selama lebih kurang 20 detik. Sabun dapat merusak struktur dinding virus karena terdiri dari struktur kimia yang lemah. Pemakaian sabun yang terkadang cenderung tidak praktis, mendorong masyarakat menggunakan disinfektan lain dalam kehidupan sehari hari seperti hand sanitizer. Hand sanitizer juga digunakan apabila air sulit untuk didapatkan sehingga membutuhkan cara cepat untuk membersihkan tangan. Hand sanitizer ada yang berbentuk gel, busa hingga cairan spray. Hand sanitizer memiliki bahan utama berupa alkohol. Secara kimiawi, alkohol merupakan sebuah molekul organik yang terbuat dari karbon, oksigen, dan hidrogen. Propanol dan isopropanol (isopropil alkohol) yang juga ditemukan dalam hand sanitizer adalah dua jenis alkohol lain yang umum dijumpai pada disinfektan karena sangat larut dalam air, seperti halnya etanol. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa alkohol yang memiliki kandungan 60 persen dapat membunuh beragam bakteri dan akan bekerja jauh lebih cepat ketika konsentrasinya meningkat. Hebatnya lagi, kuman yang terbunuh tersebut tidak akan mengembangkan daya tahan terhadap alkohol, sehingga pengunaaan hand sanitizer dalam jangka panjang tidak akan mengurangi keampuhannya dalam membunuh beragam bakteri.
Kandungan alkohol dalam hand sanitizer dianggap cukup aman ketika digunakan sebagai cairan antiseptik. Walau dikatakan cukup aman dan tidak beracun, sebaiknya hindari penggunaan hand sanitizer secara berulang dan terus menerus karena memungkinkan untuk dapat menyebabkan kulit kering atau iritasi ringan. Pemakaian hand sanitizer sebelum makan terbilang aman untuk dilakukan. Di Kanada, pekerja industri makanan diizinkan membersihkan tangan menggunakan cairan antiseptik tersebut yang telah disetujui. Pada industri jasa makanan, pembersih tangan ini paling memberi manfaat sebagai langkah desinfeksi tangan setelah mencuci tangan dengan sabun dan air. Kandungan alkohol dari cairan antiseptik tersebut dapat menguap dalam waktu kurang lebih 15 detik. Anak-anak tetap dapat menggunakan hand sanitizer asalkan dengan pengawasan. Dalam jurnal Peer review Emerging Infectious Disease, yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penggunaan hand sanitizer setidaknya harus dilakukan selama 30 detik, agar bisa ampuh menonaktifkan virus corona yang menempel di tangan. Selama 30 detik penggunaan itu, pastikan menggosok seluruh area tangan. Mulai dari telapak tangan, selasela jari dan kuku, hingga semua bagian tangan terbasahi cairan hand sanitizer. Kemudian, jangan dulu menyentuh apapun hingga hand sanitizer mengering di tangan.
K ONSUL TASI PSIK OL OGI ONSULT PSIKOL OLOGI
Takut Balon
Diasuh Oleh Indah Sukmawati,S.Pd.,M.Pd.,Kons. Dosen Bimbingan dan Konseling
Saya memiliki fobia terhadap balon. Hal ini dikarenakan sewaktu kecil saya pernah meniup balon, lalu tiba-tiba balon tersebut meletus dan mengenai sebagian wajah saya. Akibatnya sampai sekarang saya tidak berani meniup balon bahkan melihat orang meniup balon pun saya langsung menutup telinga dan mata saya. Bagaimana penjelasan psikologi mengenai fobia yang saya alami? Widia Nurfitri Mahasiswa Geografi Tahun Masuk 2018
Saudara Widia yang berbahagia. Termakasih saya sampaikan atas pertanyaan yang Anda kirimkan terhadap permasalahan yang Anda sampaikan dimana Anda takut atau fobia dengan balon. Akan tetapi saya belum bisa menentukan derajat/tingkat ketakutan tersebut pada tingkat mana pada saat sekarang ini, sehingga dibutuhkan pembahasan tatap muka langsung berkenaan dengan hal ini. Fobia pada balon oleh para ahli disebut sebagai Globophobia. Hal ini
biasanya terkait dengan ketakutan bahwa balon akan meledak tibatiba, bahkan ada yang merasa takut walau hanya melihat balon yang belum ditiup. Selain itu, keadaan yang dapat muncul pada diri seorang fobia sewaktu melihat balon yaitu keringat dingin, gemetar, mual, pusing bahkan sesak nafas dan pingsan. Seperti yang Anda jelaskan di atas, pada umumnya Globophobia disebabkan oleh pengalaman masa lalu/ kejadian buruk sewaktu kecil yang Anda dialami sendiri dimana balon meletus sewaktu ditiup mengenai wajah Anda. Hal ini ditambah dengan ketakutan mendengar suara ledakan yang akhirnya terekam di memori otak sehingga rasa takut yang muncul tidak bisa atau sulit sekali hilang. Kemudian diperparah lagi dengan reaksi orang terdekat yang mengetahui keadaan Anda menjadikan bahan tertawaan atau humor yang semakin membuat Anda menjadi takut untuk melihat balon. Apakah ketakutan yang Anda alami bisa disembuhkan? Jawabannya tentu saja bisa. Saya menyarankan untuk bertemu langsung atau melewati daring berkomu-
nikasi dengan Konselor di Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling (UPBK) UNP, dimana Anda dapat melakukan terapi bicara, yaitu upaya penyembuhan yang dilakukan dengan cara berkomunikasi verbal dengan orang yang ahli seperti Konselor/ psikolog di UPBK UNP untuk merasionalisasi ketakutan akan balon. Selanjutnya beberapa hal yang dapat Anda lakukan adalah Anda harus mencoba untuk menghilangkan rasa takut dengan mencoba berpikir rasional bahwasanya balon itu bukanlah benda yang membahayakan. Pada intervensi psikologis yang akan diberikan konselor adalah pengubahan persepsi/ pemikiran Anda yang tidak rasional/ irrasional believe menjadi pemikiran yang rasional/ masuk akal. Selanjutnya coba untuk mendeteksi kesensitifan ketakutan Anda sendiri dengan mendekatkan diri ke balon secara bertahap dan mencoba mengklasifikan ketakutan yang paling ringan seperti mendengar kata balon, melihat gambar balon, memegang atau menyentuh balon kempes. Kemudian, setelah merasa nyaman dengan ini
Rubrik Konsultasi diasuh oleh Staf Ahli SKK Ganto UNP dan membahas persoalan seputar kesehatan, psikologi, atau agama. Jika Anda memiliki permasalahan atau pertanyaan yang ingin dikonsultasikan, silakan kirimkan ke email redaksiganto @gmail.com atau bisa juga diantarkan langsung ke Sekretariat SKK Ganto UNP Gedung Student Center Lantai 2 UNP dengan melampirkan kartu identitas, seperti KTP atau KTM.
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
9
ENGLISH CORNER
KRITIK ENGLISH CORNER
Children and Impact of Gadget Oleh Yonanda Deniko Putri Mahasiswa Pendidikan Geografi TM 2016 Children and gadget, nowadays, it’s like a tradition to have a gadget since a young age especially when you have a whining child that hard to deal with. Just give them a phone or tablet, as easy as that to keep calm a child. But parents, are they think about the consequences of their actions in the future? I bet yes, but not taking it seriously. Some parents are still strict when it comes to what their child play or watch, and not give them gadget until it is necessary. I personally grew up in very strict parenting, when I was in elementary school I can’t watch tv on weekdays because my mom will ask me is there any homework or not, if not I’ll study for the next chapter until 9 p.m and go straight to the bed after that. And I do think that it’s the biggest factors that help me keep my good grades until high school, even now in university. I’m not saying that all children that given a gadget from a younger age are gonna be a bad student or person. But mostly, it is what happens around me. Example, my younger brother. I don’t know if our role in family had a reason to make such a huge difference in “parenting” way. I just noticed it when I got to university and my mom started asking me to do my brother homework, at first I can’t resist and just do whatever she wants me to but lately, it’s been annoying. once I talk to her like this “it’s a simple task that you can find the answer in the textbook, tell him to read it first. I don’t have enough time to do this every day, and he has to learn by himself” and it makes my
mom kinda upset. Back in that day when I was the only child, I don’t have a sister or brother to ask for help and do anything on my own. Because if I can’t do my homework my mom would be mad at me, cause she thinks that I’m not paying attention when the teachers explained the subject. If I couldn’t get 100 or A in any subject, I will get no cash to buy a meal for lunch. And the worst thing is if don’t get minimal top three on the
Grafis dan Ilustrator: Habil Ramanda class she will hit me and make me standing with one foot the whole day till my dad come and save the day. But with my brother, there is no such thing as she does to me. Everything is easy with him because she gives him a gadget since he was in kindergarten, and that kid makes everything seems easy for him. And my mom doesn’t think about how it will affect him in the future. Maybe she just too tired to deal with more kids so she becomes an easy mother to him, and give him everything he wants to so he doesn’t ruin her day. But it’s wrong in my opin-
ion. Out the all imbalance and social jealousy, it’s sad to look at how the behavior of children today. They grow up so fast and know all of the stuff that they shouldn’t know yet, now or later it will be a great mess if this condition genuinely continues. Because of there is so much negative content on the Internet that is not children friendly and sometimes they could see it if outside the supervision of parents, in a certain age on every child, there is a stage where they want to know anything and everything, children can easily be incited to do things, especially the one that they found interesting and never done before, neighbours and circles, and doesn’t get enough parental control and love. Me as a college student, as a woman, as a mom to be, and as a former teenager, I hope all parents take this issue seriously. And if it is necessary, the government can make laws to take care of this tragedy. Because they are the successor of the nation, and if this thing remains to continue, sooner or later it will be the reason why this nation is destroyed. We can’t close our eyes, it should stop from the smallest thing. Parents should really care about their children, but don’t hurt or forced the kid to follow what the parent wants. Please, lead our successor to the light that will bring us to a better future. And for the sake of this earth, let’s reevaluate our way of raising the nation and do the best for one in a life time.
Setelah membaca dan menganalisis karya Yonanda Deniko Putri tentang tulisan yang berjudul “Children and Impact of Gadget”, seorang Mahasiswa yang bukan kuliah di Jurusan Bahasa Inggris, Saya cukup kagum atas kebenariannya menulis dalam bahasa Inggris. Dalam menulis ada beberapa Diasuh oleh Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd. aspek atau faktor utama yang harus diperhatikan betul yakni tata bahasa, pilihan kata atau diksi dan gagasan yang ingin disampaikan. Aspek tata bahasa begitu komplit dan rumit. Banyak sekali yang harus diindahkan tentang hal ini seperti masalah “tenses, clauses, concordances or parallelism, pluralism,” dan “run on sentences”. Ketahuilah bahwa unsur minimal sebuah kalimat adalah “subject and predicate”. Sebagai contoh, ketika kita menulis kalimat verbal dalam bentuk “simple present,” ketinggalan “s-ending” saja bagi orang ketiga tunggal merupakan kesalahan sangat konyol. Sama halnya ketika seorang penulis tak menguasai aspek “to be” baik pada kalimat nominal maupun verbal, niscaya tulisannya akan kacau. Sementara itu, masalah sederhana lainnya adalah aspek “plural”. Semua kata benda jamak yang dapat dihitung harus ditulis pakai “s-ending”. Jika penulis lupa membubuhkan “s”, kualtas tulisan terasa kurang sekali. Hal lain yang juga rumit adalah kesejajaran klausa pada kalimat majemuk, baik majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Di sini penulis mesti menguasai penggunaan “tenses” dan “conjunctions” agar tidak terjadi kesalahan yang amat mengganggu. Banyak penulis pemula yang tidak paham tentang unsur minimal kalimat sehingga dia seringkali terjebak membuat kalmat yang disebut “run on sentences” atau kalimat yang kehilangan salah satu unsur utama tersebut. Tambahan lagi, ada juga penulis yang hanya membuat anak kalimat saja tanpa ada induk kalimatnya Faktor kedua yang harus dikuasai oleh penulis bahasa Inggris adalah kosa kata atau pilihan kata. Kosa kata bahasa Inggris memiliki banyak arti,”a bundle of meanings” sesuai dengan konteksnya. Kita tidak boleh menggunakan kosa kata hanya berdasarkan arti kamus belaka, melainkan mesti disesuaikan dengan konteks penggunaannya. Faktor terakhir yang wajib dipahami oleh penulis adalah tentang gagasan. Pertama,gagasan yang disampaikan harus jelas. Yang kedua, gagasan yang dibahas harus bertolak dari sebuah tesis. Setelah itu, semua uraian ke bawah mesti terkait dengan tesis dimaksud. Selanjutnya, gagasan yang kita sampaikan harus didukung oleh literatur yang kuat dan lengkap. Sehubungan dengan penjelasan saya di atas, dapat saya katakan bahwa karya Yonanda masih mengandung banyak kesalahan baik dari segi tata bahasa, diksi maupun gagasan. Kesalahan-kesalahan itu saya beri tanda berupa garis bawah untuk kesalahan tata bahasa, cetak miring untuk kesalahan gagasan dan cetak tebal untuk kesalahan diksi.
SOSOK
Produktif Mengembangan Diri, Kunci Zadrian Masuk 500 Peneliti Terbaik Nasional Zadrian Ardi, S.Pd., M.Pd., Kons.
T
iiada hal yang lebih menenangkan ketika menyadari bahwa hari-hari dilewati dengan proses pengembangan diri, baik itu dalam skala besar ataupun kecil. Begitulah Zadrian Ardi, S.Pd., M.Pd., Kons., menjalani kehidupannya. Zadrian selalu konsisten dengan prinsip manajemen waktu yang dijunjungnya, hingga pertengahan 2020 lalu, ia sukses menorehkan prestasi menjadi satu dari dua dosen Universitas Negeri Padang (UNP) yang masuk dalam 500 Peneliti Terbaik Tingkat Nasional. Penganugrahan ini, disampaikan pada acara Pemeringkatan Kinerja Ilmuan Indonesia berdasarkan 500 besar di SINTA (Scienceand Technology Index) tahun 2020, yang disampaikan oleh Bambang Brojonegoro pada Pemeringkatan Peneliti Indonesia SINTA Series 1 Kamis, 28 Mei 2020. “Untuk perankingan sendiri bersifat akumulasi, yang mana perankingan dimulai sejak 3 tahun terakhir berdasarkan formula untuk menilai kinerja peneliti berda sarkan beberapa indikator, yang Alhamdulillah saya masuk dalam salah satunya, yaitu rangking 449 Nasional.” Begitulah ujar Zadrian saat berbicara melalui telepon kepada Ganto, Jumat (28/8). Menjadi seorang dosen sejak tahun 2015 dan aktif dalam kepenulisan artikel tak ayal membuat Zadrian berhenti untuk
terus mengembangkan dirinya. Mulai dari mengisi podcast mengenai isu psikologi, membuat video di Youtube tentang materi perkuliahan, menulis puisi, dan cerpen yang kini sudah berjumlah hampir 50an sampai melakukan aktivitas memanah, ia geluti. Telah menulis sebanyak 150 lebih artikel, Zadrian menekankan bahwa menulis tanpa membaca akan sia-sia, karena kunci dari menulis adalah membaca. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa kunci dari menulis artikel adalah kedisiplinan dalam menulis. Dengan menentukan waktu dan tempat agar bisa fokus menulis dan melakukan peningkatan setiap harinya meskipun hanya menulis satu paragraf atau satu baris. Kolaborasi dan relasi juga
tak kalah penting dalam menulis artikel, karena dengan melaksanakan kolaborasi dengan seseorang atau sekelompok orang yang memiliki bidang keilmuan yang berbeda, akan dapat melahirkan ide baru dan mengembangkan relasi. “Mau tidak mau nyatanya ide itu muncul bukan karena hebatnya kita, melainkan bantuan dari Allah SWT, karena itu jangan pernah berhenti berdoa,” hal ini juga disampaikan Zadrian ketika menceritakan cara-cara yang dilakukannya agar lancar dalam kepenulisan artikel. Kendala dalam melakukan sesua t u wajar adanya,
karena tidak mungkin ada pekerjaan yang dilalui tanpa tantangan, terutama menulis. Selain waktu, kejenuhan tak jarang membuat Zadrial terkendala dalam penulisan, namun ia tidak menjadikan kejenuhan tersebut sebagai alasannya berhenti menulis. Menurutnya, dalam menulis niat dan motivasi juga sangat dibutuhkan dalam memerangi kejenuhan tersebut. Zadrian juga menyampaikan bahwa roh dalam sebuah artikel ada pada datanya, karena itu baginya dalam pengerjaan artikel diperlukan ketenangan, yang dapat ditemuinya pada waktu subuh. Ia juga menyampaikan bahwa dalam penulisan artikel, jika tidak ada gangguan ia mampu mengerjakan satu artikel hanya dengan hitungan dua minggu saja. Namun jika ada kendala atau gangguan dalam pengerjaannya, ia bisa menghabiskan sampai dua bulan untuk pengerjaan satu artikel. Dosen yang menginjak usia 30 tahun ini, juga memberikan nasehat mengenai perubahan. Bahwa jangan pernah berhenti untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, karena sekecil apa pun perubahan itu, akan menjadi besar jika terus dilakukan dengan niat baik. “Jika ingin menjadi sesuatu, lakukanlah perubahan dan jangan pernah berhenti berdoa,” tutupnya. Tharifa
OPINI
10
Omnibus Law Omnibus Law telah resmi ketok palu pada Senin (5/10) lalu. Pengesahan Omnibus Law menjadi Undang-Undang (UU) resmi disepakati dalam rapat paripurna DPR RI ke-7 masa persidangan I tahun 2020-2021. Konsep ini membuat satu UU baru yang bertujuan untuk mengamandemen beberapa UU sekaligus. Dalam proses pengesahannya, Omnibus Law dikebut dengan 64 kali rapat hingga pada akhirnya disahkan menjadi Undang-Undang. Pertanyaannya, begitu besarnya eskalasi protes dan penolakan terhadap UU Omnibus Law hingga saat ini, namun mengapa pemerintah terlihat sangat “ngotot” membahasnya di tengah prioritas penyelesaian Pandemi Covid-19? Pakar hukum tata negara, Jimmy Z Usfunan berpendapat bahwa ada persoalan konflik dalam kontestasi penyelenggara pemerintah ingin membuat kebijakan yang kemudian berbenturan dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga Omnibus Law dinilai mampu menjadi salah satu alternatif jalan keluar yang mungkin bisa diambil oleh pemerintah. Problematiknya, apakah dengan begitu banyaknya pasal-pasal kontroversial akan menyelesaikan persoalan investasi, hak asasi tenaga kerja hingga faktor lingkungan yang terjadi? Dari awal draf RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja ini beredar luas di publik, beberapa pasal di dalam draft tersebut banyak menuai polemik. Diantaranya, rencana skema penerapan upah per jam, bukan upah minimum seperti sistem pengupahan yang berlaku sebelumnya, persoalan wacana penghapusan pesangon dan diganti dengan tunjangan PHK yang dari jumlahnya jauh lebih kecil. Hilangnya sanksi bagi perusahaan yang membayar upah minimum, tak adanya jaminan kesehatan dan pensiunan akibat berlakunya aturan upah per jam hingga sistem outsourching yang notabenenya lebih
bebas dari sanksi pemutusan kerja sepihak. Konsep UU Omnibus Law akan menurunkan konsumsi rumah tangga yang menopang pertumbuhan ekonomi dengan sumbangsih kira-kira 54,68% atau 2,73 dari 5,02% pertumbuhan. Ini didasari pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung tersendat melambat bahkan hingga mencapai 5,02% pada 2019 lalu, terlemah sejak tahun 2016.
Grafis dan Ilustrator Ilustrator:: Habil Ramanda Jika membaca lagi total 1028 halaman draf kebijakan UU Omnibus Law, sekurang-kurangnya akan ada tiga (3) dampak terkait penurunan konsumsi domestik yang kemungkinan terjadi sebagai bentuk imbas dari pasal-pasal rancangan Omnibus Law pada lingkup kelompok masyarakat pekerja. Pertama, merusak lingkungan dan menurunkan daya beli pada masyarakat di pedesaan. Hal ini terjadi karena dihapuskannya analisis mengenai dampak lingkungan atau amdal yang akan menyebabkan korporasi terlalu riskan dalam merusak alam atau lingku-
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
dan Hilangnya Substansi Kebijakan
ngan. Kedua, ketidakpastian kerja yang merajalela dan akan berpotensi menjatuhkan daya beli pekerja. Ketiga, menurunkan upah riil karena perencanaan penerapan upah dalam skema upah per jam dan tentu akan mengakibatkan jaring pengamanan upah minimum provinsi (UMP) tidak lagi efektif untuk digunakan. Saat proses perencanaanya pun Omnibus Law disebut-sebut tidak melibatkan organisasi buruh dan justru malah melibatkan kalangan pengusaha saja. Bahkan pembahasannya terkesan selalu ditutuptutupi hingga penyelesaiannya pun berlangsung sangat cepat tanpa pertimbangan mendalam terhadap ekosistem tenaga pekerja yang ada. Beberapa pasal bahkan terkesan sangat kontroversial, seperti yang diterlihat dalam draft Omnibus Law ciptaker pasal 77 A dalam UU ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003, bahwa jam kerja lembur hanya dapat dilakukan empat jam dalam sehari dan 18 jam dalam seminggu, kemudian dihapuskanya cuti haid, cuti menikah, cuti ibadah, serta cuti sakit. Bahkan dalam pasal 93 dijelaskan upah tidak akan dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaannya. Selain beberapa poin-poin kontroversial tersebut, margin waktu pembahasan Omnibus Law terbilang sangat sempit dimana seharusnya bisa dibahas lebih lama dan dengan melibatkan semua pihak terkait seperti buruh dan akademisi dibidangnya. Aturan ini terlihat akan berpihak pada sistem neo-liberal. Karena dengan resminya Omnibus Law, korporasi akan lebih mudah mendapatkan izin amdal dan izin lingkungan yang mana telah ditiadakan. Sehingga perusahaan/koorporasi cenderung seperti memperalat pekerja tanpa harus dijegal oleh aturan hukum, dalam artian untuk mengupayakan optimalisasi peningkatan keuntungan menjadi lebih
Oleh Viggo Pratama Putra Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara TM 2017 maksimal. Kelas pekerja tentu akan sangat dirugikan dengan adanya hal tersebut. Di tengah era ketidakpastian Pandemi Covid-19 seperti sekarang, masa depan kelas pekerja benar-benar seakan tidak menentu. Di tengah kondisi tidak menentu seperti ini, sebuah langkah besar memang perlu untuk dilakukan pemerintah. Namun tentu dengan segala pertimbangan yang ada termasuk mempertimbangkan konsumsi rumah tangga yang merupakan satu hal relatif dan bisa memberikan napas melalui kontribusi cukup besar. Apakah pemerintah lupa bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi yang mana rakyat memegang kedaulatan tertinggi? Jika diperhatikan dari lingkup kebijakan publik, ketika pemerintah membuat sebuah kebijakan, pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat. Setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai dan praktika-praktika sosial yang dikejar di dalamnya. Ketika sebuah kebijakan publik berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan, seperti yang terjadi saat ini.
Korupsi, Antara Budaya dan Keinginan Menurut Black’s Law Dictionary, korupsi merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hakhak dari pihak lain, secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bersamaan dengan kewajibannya dan hak-haknya dari pihak lain. Transparency International merilis indeks tahunan tentang negara-negara yang terkorup, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2017. Masih banyak negara yang diketahui belum bisa bersih dari korupsi. Termasuk Indonesia. Indonesia memiliki skor 37 dan menduduki peringkat ke-96 dunia sebagai negara paling bersih dari korupsi pada 2017. Dalam penelititannya, Divisi Investigasi Indonesia Currupption Watch (ICW) menemukan fakta bahwa terdapat 576 kasus korupsi sepanjang tahun 2017. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2016 dengan total 482 kasus. Jumlah kerugian negara bahkan ditaksir sebesar Rp 6,5 triliun dan suap Rp 211 miliar. Kerugian pada tahun 2017 ini juga meningkat tajam dari tahun 2016 yang total kerugiannya sebesar Rp 1,5 triliun. Peningkatan jumlah kerugian ini dikarenakan adanya korupsi besarbesaran terhadap pengadaan kartu tanda
penduduk atau e-KTP dengan jumlah kerugian negara terhadap kasus tersebut sebesar Rp 2,3 triliun. Menurut data yang beredar dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jumlah kasus korupsi pada tahun 2019. 65% dari semua kasus yang ditangani adalah kasus penyuapan dengan jumlah kasus sebanyak 661 kasus. Peringkat kedua jatuh kepada kasus pengadaan barang/ jasa sebanyak 205 kasus. Penyalahgunaan anggaran sebanyak 48 kasus, Pencucian uang sebanyak 34 kasus, pungutan sebanyak 26 kasus, dan perizinan sebanyak 23 kasus serta perintangi proses KPK sebanyak 10 kasus. Sebanyak 97 kasus terjadi dalam enam bulan pertama tahun 2019 yang merupakan kasus penyuapan. Mengutip dari BBC.Com, Wakil ketua KPK, Saut Situmorang mengatakan bahwa proporsi yang dikorupsi sebesar 10%, berarti nilai kerugian negara sekitar Rp.200 triliun dalam satu tahun. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat uang sebesar itu keluar secara tidak benar. Berdasarkan catatan KPK mulai dari tahun 2004 sampa 2019, kasus yang paling banyak terjadi yaitu pada tahun 2018 dengan anggota DPR dan DPRD menjadi tokoh utamanya. Belum lagi terhitung kepala daerah ataupun pejabat pemerintahan kota/kabupaten. Terhitung dari 2018 hingga 2019 saja, sebanyak 27 kasus melibatkan pemerintahan kota/kabu-
paten. Dengan rincian, sebanyak 20 kasus terjadi pada tahun 2018 dan sebanyak 7 kasus terjadi pada awal 2019. Adapun rata-rata, kasus korupsi ini adalah kasus suap terkait pengembangan sarana, prasarana ataupun infrastruktur terkait pembangunan. Hukuman yang ringan, menjadi salah satu penyebab korupsi. Hukuman yang diberikan kepada tersangka kasus korupsi tidak sebanding dengan korupsi yang dilakukan. Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) juga menjadi sorotan, terutama pasal 723. Ketentuan Pasal 723 dinilai justru akan menghilangkan asas-asas hukum yang diatur secara khusus dalam UU Tipikor dan UU KPK. Sementara, selama ini asas tersebut menjadi mekanisme yang digunakan KPK untuk mengembalikan kerugian negara yang dikorupsi. Dilansir dari tirto.id bahwa KPK telah melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) sebanyak 47 kasus terhitung sejak akhir 2018 hingga 2019 dengan spesifikasi, 31 operasi dilakukan pada tahun 2018 sedangkan 16 operasi dilakukan pada awal tahun 2019. Selama itu pula, sebanyak 231 orang telah diringkus KPK selama operasi. Namun, dalam penanganannya, tidak seluruh yang ditangkap ditetapkan sebagai tersangka. Berdasarkan catatan KPK mulai dari tahun 2004 sampai 2019, kasus yang
Oleh Siska Nofrida Yanti Mahasiswa Teknik Elektronika TM 2017 paling banyak terjadi yaitu pada tahun 2018 dengan anggota DPR dan DPRD menjadi tokoh utamanya. Dengan keterlibatan mereka sebanyak 255 kasus dari 1064 kasus tindak pidana korupsi yang terjadi. Pemberantasan korupsi dapat dimulai dari diri sendiri. Dengan tidak melakukan korupsi kecil-kecilan di lingkungan sekitar. Pendidikan moral sejak usia dini juga diperlukan. Tersangka korupsi memiliki moral yang rusak, bertabiat penjahat dan tidak bermartabat. Diperlukannya penanaman moral disetiap jenjang pendidikan. Untuk memupuk rasa kebangsaan dan anti korupsi pada diri peserta didik.
OPINI
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
11
Demokrasi Dalam Ancaman Gurita Oligarki dan Rezim Demoriter Prasyarat demokrasi adalah interaksi antara demos (rakyat) yang dinyatakan secara resmi dan bagaimana rakyat dapat mengidentifikasikan diri terlibat dalam urusan-urusan publik. Kemudian memiliki hak dengan jaminan terpenuhinya hak itu untuk dapat menuntut dan turut serta dalam pembuatan kebijakan untuk kesejahteraannya. Tanpa hal tersebut, demokrasi kehilangan pondasi paling dasarnya. Citra politik tanah air kita akhir-akhir ini disuguhkan oleh para elite politik yang semakin menunjukkan sikap pragmatis, oportunis, dan oligarkis. Mandat rakyat yang diperoleh melalui proses demokrasi dijadikan sebagai sarana pencapaian kepentingan pribadi atau segelintir orang, sementara kehendak rakyat dinomorduakan. Bahkan rakyat pun ikut menjadi penanggung dari ke-oportunis-an para elite. Dalam beberapa kesempatan aspirasi publik memang benar tidak menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan beberapa kebijakan. Di tengah pandemi, pemerintah baru saja menetapkan kebijakan pelaksanaan pilkada serentak serta pengesahan RUU Omnibus Law, yang notabene bukan merupakan aspirasi publik bahkan mendapat penolakan hingga perlawanan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip demokrasi yakni partisipasi. Demokrasi di Indonesia telah terjebak pada aspek prosedural namun abai terhadap nilai-nilai yang lebih substansial. Atau diistilahkan dengan “Demokrasi yang tidak Demokratis” Begitupun prinsip kesetaraan dalam politik, hukum, pemerintahan, serta kesempatan yang sama dalam akses ekonomi telah dikorupsi oleh segelintir orang yang memiliki kepentingan pada usaha pertahanan kekayaan oleh para oligarki. Profesor di Northwestern University Jefrey A Winters mengatakan para oligarki memiliki kekayaan material yang sangat ekstrem. Dominasi kekayaan yang sangat besar di tangan minoritas kecil dapat menciptakan kekuasaan yang signifikan di ranah politik. Tesis ini menghilangkan hal subtansial demokrasi yakni kesetaraan.
Di Indonesia, dominasi sentralistik dari negara terhadap resource merupakan lahan basah untuk para oligarki mengakumulasikan kekayaannya. Alasannya, setiap periode rezim berkuasa selalu terdapat relasi harmonis antara elite dengan para oligarki. Bisa kita temui, hasil penelurusan majalah Tempo.co yang melaporkan terdapat 45% pebisnis dalam komposisi 575 anggota legislatif 20192024. Keberhasilan penggulingan rezim orde baru menyebabkan publik terjebak pada euphoria kemenangan refor-
Grafis dan Ilustrator: Habil Ramanda masi. Jika dulu para oligarki bertumpu pada satu payung kekuasaan otoriter, maka sekarang menyesuaikan dengan konteks politik di Indonesia yang didorong oleh skema pasar bebas, desentralisasi, dan deregulasi. Oligarki telah memonopoli ruang demokrasi rakyat dalam pertahanan
kekayaan. Kuasa dominasi ekonomi yang dimiliki juga memunculkan kuasa dominasi politik pula. Munculnya kekuatan gurita oligarki ini tidak lepas dari praktik kartel ekonomi-politik, antara rezim yang demoriter dan kekuatan oligarki. Persoalan-persoalan ini menjadi alasan mengapa proses transisi kearah yang lebih demokratis di Indonesia tidak berjalan mulus alias mandek. Implikasinya, transisi dari Orba ke Reformasi tidak kunjung membawa arah perubahan yang lebih baik. Di satu sisi, institusi demokrasi banyak diciptakan untuk mengawal reformasi, namun di sisi lain keberadaan tidak lantas membuat fungsi dan kinerjanya berjalan seperti yang diharapkan. Misalnya keterwakilan rakyat melalui DPR dalam proses politik, hendaknya juga keterwakilan dari kehendak rakyat. Relasi ini telah termanifestasi secara formal dan terlembaga melalui konstitusi dan undang-undang. Kehendak rakyat salah satunya diwujudkan dalam proses legislasi (perumusan kebijakan). Namun, bekerjanya pemerintahan tidak selalu berada pada ranah ideal. Sering kali perumusan kebijakan tidak akomodatif dan representative dari tujuan semula, dan ini adalah cerminan institusi demokrasi tidak berjalan secara efektif. Sumber kemarahan dan penolakan publik terhadap pengesahan Omnibus Law yang diundangkan pada senin (5/10) kemarin bertitik tolak pada alasan tersebut. Proses penyusunan nya pun dilaksanakan tertutup, kilat, dan tim kerjanya didominasi oleh kalangan pengusaha tanpa melibatkan partisipasi rakyat. Padahal, prasyarat demokrasi dalam politik adalah keterlibatan atau partisipasi rakyat. Gagasan RUU Omnibus Law meru-
Oleh Kelvin Ramadhan Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik TM 2017 pakan terobosan ambisius pemerintah yang cendrung tendensius terhadap investor. Melalui pembentukkan payung hukum ini memungkinkan pemerintah pusat melakukan sentralisasi aturan. Tak hanya itu UU ini juga menuai kontroversial, sejumlah pasal-pasal bermasalah memungkinkan terjadinya eksploitasi tenaga kerja, deregulasi isu lingkungan, dan kemudahan masuknya tenaga kerja asing. Proses legislasi yang sangat pro terhadap oligarki memang menguat beberapa waktu terkahir. Kilas balik ke belakang, pengesahan UU Minerba oleh DPR memberikan karpet merah bagi pengusaha tambang di Indonesia. Melalui UU ini pengusaha tambang dapat memperpanjang izin tambangnya secara otomatis tanpa pengurangan luas wilayah dan tanpa melewati tahap lelang dengan perusahaan lain. Diaaat bersamaan pemerintah sedang melakukan pembangunan mega proyek listrik 35.000 megawatt untuk grid JawaBali. Sementara itu, beban puncak listrik Jawa-Bali hanya 28.000 megawatt. Pemerintah dalam hal ini PLN mengalami “over supply”. Kondisi demikian di perparah melalui kontrak “take or pay” artinya terpakai atau tidak PLN tetap membayar seluruh listrik yang di pasok oleh swasta. Akhirnya, sebagai perusahaan PLN mendorong masyarakat untuk mengonsumsi listrik lebih banyak agar produksi yang berlebih dapat diserap. Tentu saja kondisi ini menjadikan gerakkan hemat energi demi bumi dikalahkan oleh kepentingan keuangan korporasi.
KOLOM
Batasan Diri dan Orang Lain Oleh Nelvia Aprinalni Mahasiswa Jurusan Sosiologi TM 2017 Dalam hidup mungkin banyak manusia yang sering merasa dimanfaatkan dan tidak dihargai. Hal ini sebenarnya terjadi karena secara tidak sadar manusia mengizinkan orang lain memperlakukannya demikian. Hal ini terjadi karena diri manusia itu tidak memiliki batasan atau boundaries. Batasan atau boundaries adalah limit untuk menandakan hal-hal yang bisa diterima (acceptable) atau tidak, bisa ditolerir dan tidak yang berlaku untuk diri sendiri dan orang lain. Dr. Henry Cloud pernah berkata di dalam salah satu bukunya bukunya “Healthy Boundaries are Like the Property Around Your Home.” Ia mengatakan bahwa boundaries seperti properti rumah yang dikelilingi oleh pagar, ada pintu masuk dan ruangan-ruangan lain yang salah satunya adalah kamar tidur, ada orang-orang yang hanya bisa berada di luar pagar, ada yang bisa masuk ke dalam rumah namun hanya sampai di ruang tamu, pun ada orang yang kita
izinkan untuk bisa masuk ke kamar kita. Dari pernyataan tersebut, boundaries atau batasan ialah menempatkan physical space, emosional space, mental dan spiritual space untuk diri kita sendiri. Batasan-batasan dan skala prioritasnya berbeda-beda, entah itu emosional maupun phsycal. Begitu juga dengan orang lain ada yang significant other kepada teman, orang tua bahkan bersifat rumit dan fleksibel. Memiliki batasan itu penting sekali. Setting boundaries bukanlah untuk mengontrol orang lain, namun untuk melindungi diri sendiri. Kenyataannya ini bisa membantu seseorang untuk bisa membedakan antara posisi dirinya dan posisi orang lain. Antara keinginannya dan keinginan orang lain. Sehingga hidup yang ia jalani nantinya akan lebih sesuai dengan nilai-nilai yang ia pegang. Menetapkan batasan juga merupakan cara seseorang mencintai diri sendiri karena sebagai seorang manusia ia memiliki hak untuk mengatur otonomi atas diri sendiri. Ternyata memiliki batasan atas diri sendiri itu juga bisa melindungi diri dari orang-orang yang ingin memanfaatkan diri kita. Kebahagiaan orang lain bukanlah tanggung jawab kita. Memiliki batasan juga membantu kita untuk memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain karena sebenarnya hubungan yang sehat
itu didasari oleh bagaimana diri sendiri bukan bagaimana tentang apa yang dilakukan ke orang lain. Seorang individu bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan ia berhak untuk hidup mandiri. Ia tidak bergantung kepada keinginan, perasaan, ataupun pemikiran orang lain. Setting boundaries sebenarnya sulit dilakukan karena adanya hambatan seperti rasa takut dianggap ribet, kaku, takut orang sekeliling kecewa dan meninggalkan, dan masih banyak orang yang tidak paham dengan konsep boundaries bahkan salah mengartikan arti dari batasan itu sendiri. Adapun cara mengetahui batasan yang harus dibuat yakni seseorang harus tahu nilainilai yang dipegang. Bertanya kepada diri sendiri tentang hal-hal yang ia sukai atau tidak. Kemudian mengevaluasi nilai-nilai yang dibutuhkan, mengategorikan batasan dengan melihat situasi dan kondisi orang yang sedang dihadapi. Kemudian mengaplikasikan batasan tersebut dalam kehidupan. Setelah hal tersebut dilakukan pasti akan ada analisa dari hasil yang telah seorang individu jalani. Semakin sering mempraktekkan batasan yang telah dibuat, maka seorang individu akan semakin mudah mengkomunikasikan batasan itu dengan orang lain maupun dengan diri sendiri.
FOTO
12
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
Dua Masjid Megah Baru di Pinggir Pantai
Masjid Al Hakim : Seorang pekerja sedang membersihkan Mesjid Al Hakim di pinggir pantai Padang. Arsitektur mesjid ini terinspirasi dari bangunan Taj Mahal India, Kamis (5/ 11). f/Rani.
Bagian dalam mesjid : Bagian dalam Mesjid Al Hakim dipenuhi dengan ukiran berwarna putih dan warna emas. Mesjid ini juga menjadi Venue MTQ Nasional ke XXVIII yang dilaksanakan pada 12-21 November 2020. Kamis (5/11). f/Rani.
P
ada edisi kali ini, fotografer Ganto mengabadikan dua mesjid megah di pinggir pantai Kota Padang yang baru selesai dibangun pada tahun 2020. Pertama, Mesjid Al Hakim berada di Jalan Nipah, Kota Padang. Melihat sisi luar Mesjid Al Hakim pengunjung seakan berada di Taj Mahal, India. Hal ini karena arsitektur bangunannya yang terinspirasi dari Taj Mahal. Selain itu Masjid Al Hakim juga merupakan salah satu tempat berlangsungnya MTQ Nasional ke XXVIII pada 12-21 November 2020. Selanjutnya adalah Mesjid Mujahidin yang berada di Jalan Ir. H. Juanda No 79, kawasan Pantai Lolong, Kota Padang. Mesjid ini memiliki dua lantai, pada lantai satu terdapat aula pertemuan dan lantai dua terdapat ruang solat. Selain digunakan untuk tempat ibadah, kedua mesjid ini juga dijadikan wisata religi oleh pengunjung dengan berfoto-foto sekaligus menikmati suasana pantai sambil menunggu matahari terbenam.
Pemandangan : Pemandangan pantai dari teras Mesjid Al Hakim, para pengunjung disuguhkan langsung dengan pemandangan pantai dan Gunung Padang, Kamis (5/11). f/Rani.
Mesjid Mujahidin : Tampak luar bangunan Mesjid Mujahidin yang terletak di kawasan Pantai Lolong Padang. Mesjid ini terdiri dari dua lantai. Kamis (5/11). f/Rani.
Sholat: Seorang laki-laki sedang melaksanakan sholat di dalam Mesjid Mujahidin. Bagian dalam mesjid ini dilengkapi dengan lampu gantung, ukiran, kaligrafi dan fasilitas lainnya. Kamis (5/11). f/Rani.
TEROPONG
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
13
Titik Terang Pembangunan Labor Pariwisata UNP Proyek pembangunan gedung labor pariwisata Universitas Negeri Padang (UNP) di Kampus lima Bukittinggi mangkrak dan terbangkalai setelah pondasi ditanamkan kurang lebih tiga tahun lalu. Berdasarkan pantauan Reporter Ganto di lapangan, terlihat pondasi bangunan tersebut sudah lama tidak tersentuh sehingga dipenuhi rumput liar dan besi-besi penyangga pondasi tampak sudah berkarat. Menanggapi hal ini, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pariwisata dan Perhotelan (FPP) UNP, Andika Angga mengatakan pembangunan tersebut seharusnya dilanjutkan sampai tuntas karena mahasiswa di Kampus lima Bukittinggi terkendala tempat praktek. Lebih jauh, Angga mengatakan pihak kampus tidak memberikan informasi terkait pembangunan gedung tersebut. “Kami dari BEM sendiri belum ada berkomunikasi dengan pihak kampus terkait gedung itu, karena dari kami sendiri belum mengetahui pasti dimana titik masalahnya, dan dari pihak kampus juga tidak pernah memberi informasi terkait pemba-
ngunan disana,” tulis Andika Angga dalam pesan WhatsApp kepada Ganto, Selasa (13/10). Senada dengan itu, Mahasiswa Manajemen Perhotelan TM 2019, Hendro Barty juga berharap pembanguanan tersebut dapat dituntaskan. “Menurut saya sebaiknya segala sesuatu yang sudah dikerjakan kalau bisa dituntaskan, apalagi dampaknya akan dirasakan civitas academica UNP sendiri,” ungkapnya, Sabtu (17/10). Mengkonfirmasi masalah ini, Ganto mencoba menghubungi pihak Dekanat FPP. Sayangnya, saat dihubungi melalui pesan WhatsApp pihak FPP enggan memberikan keterangan hingga berita ini terbit. Menjawab permasalahan ini, Wakil Rektor II, Ir. Drs. Syahril, S.T., M.Sc.,Ph.D mengatakan bahwa pembangunan tersebut akan dilanjutkan pada tahun 2021. Syahril juga menegaskan bahwa pengesahan pendanaan pembangunan labor ini sudah diperoleh UNP dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sedangkan izin pembangunan dari Pemerintahan Kota (Pemko) Bukit-
Labor Pariwisata: Kondisi pembangunan gedung labor pariwisata Universitas Negeri Padang (UNP) di Kampus V UNP Bukittinggi yang terbengkalai. Proyek ini diberhentikan sementara karena adanya masalah perizinan pendirian oleh pemerintah Kota Bukittinggi, Selasa (06/10). f/ Rani.
tinggi sudah sejak satu bulan lalu. “Telatnya pembangunan gedung ini dikarenakan lamanya perizinan dari Pemko Bukittinggi. Baru sekitar dua minggu ini keluar izin pengesa-
han pendanaan dan sebulan lalu izin pembangunan dari Pemko Bukittinggi,” terangnya saat dijumpai Ganto, Senin (16/11). Syahril juga menambahkan bahwa UNP merencanakan nan-
tinya bangunan ini tidak hanya digunakan sebagai labor praktik mahasiswa FPP. Bangunan ini kedepannya juga dapat digunakan sebagai ruang-ruang kelas mahasiswa Fakultas lain. Habil
Kejelasan Pengembalian UKT
U
ang Kuliah Tunggal (UKT)merupakan sebuah sistem pembayaran yang saat ini berlaku untuk seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Pada 17 Juni 2020, Universitas Negeri Padang (UNP) menyebarkan panduan mengenai pengajuan penurunan dan pencicilan UKT yang menjadi peluang bagi Mahasiswa UNP untuk mengurus penurunan ataupun pencicilan UKT semester Agustus-Desember 2020. Namun karena banyaknya mahasiswa yang mendaftar, proses seleksi memakan waktu yang lama. Akibatnya saat tagihan uang semester sudah tiba dan menjadi salah satu syarat pengisian Kartu Rencana Studi (KRS), mahasiswa memutuskan
untuk membayar UKT terlebih dahulu meskipun permohonannya sedang diproses, agar bisa mengisi KRS dengan maksimal. Seperti halnya yang dirasakan salah seorang Mahasiswa Seni Rupa TM 2018, berinisial A. Ia mengatakan bahwa sudah membayarkan UKT terlebih dahulu sebelum proses penurunan UKT-nya diterima. Hal tersebut juga disampaikan pada hasil audiensi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP yang diunggah melalui instagram pada 23 Juni 2020 lalu. Audiensi bersama Wakil Rektor II, Ir. Drs. Syahril, S.T. M.Sce.,Ph.D tersebut mengatakan bahwa bagi mahasiswa yang mengajukan penurunan UKT dan masih dalam proses
maka membayar UKT terlebih dahulu untuk mengisi KRS, jika pengajuan diterima setelah membayar UKT, maka pembayaran berlebih akan dikembalikan. Salah seorang Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika UNP TM 2019, inisial Z mengatakan bahwa waktu pengajuan penurunan UKT sampai pada pencairan UKT kurang lebih memakan waktu dua bulan. “Diterima itu mungkin sekitar dua atau tiga minggu, kalau cair itu dua bulan.” ujarnya, Minggu (6/9). Sama halnya dengan Z, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2018, Dwita Elma Putri mengakui sudah mendapatkan pengembalian UKT lebih
cepat selang dua minggu dari awal diterimanya permohonan penurunan UKT. Namun demikian, terdapat beberapa mahasiswa yang belum menerima pengembalian UKT. Mahasiswa Jurusan Seni Rupa TM 2018, A mengatakan belum menerima uang UKT yang berlebih saat pembayaran UKT. “Yang dibutuhkan kepastian saja. Kata orang rektorat pengembalian uangnya diundur karena data yang masuk banyak. Sedangkan gelombang satu ada yang sudah keluar,” ujar A saat dihubungi Ganto, Sabtu (23/10). Presiden Mahasiswa BEM UNP, Ravi Kurnia mengatakan hal yang sama bahwa lambatnya proses pencairan UKT disebabkan kesulitan bagian
administrasi menangani hal ini. “Saya curiga karena ribet dan banyaknya yang mengurus pengembalian, sehingga ada banyak tumpukan pengembalian yang harus diselesaikan.” ujarnya, Minggu (18/10). Adanya perbedaan dalam pengembalian UKT tersebut, Wakil Rektor II, Ir. Drs. Syahril, S.T., M.Sc.,Ph.D kembali menegaskan bahwa kebijakan yang diambil UNP adalah dengan mengalihkan pembayaran yang berlebih ke semester berikutnya. “Jadi misalnya jika UKT-nya diterima penurunan dari empat juta menjadi dua juta, maka untuk dua juta sisanya akan dialihkan ke semester depan,” jelasnya saat ditemui Ganto di ruangannya, Senin (16/11). Lili
KILAS
Wisuda: Stikes Syedza Saintika menggelar acara wisuda ke XIV di Auditorium Universitas Negeri Padang (UNP), pasca UNP di- lockdown . Peserta wisuda terlihat mematuhi protokol kesehatan Covid-19, Sabtu (7/11). f/Rani.
Berkumpul : Terlihat sejumlah mahasiswa berkumpul di Selasar Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP tanpa memperhatikan protokol kesehatan Covid-19, seperti tidak menjaga jarak dan tidak menggunakan masker, Jumat (6/11) f/Rani f/Rani.
FEATURE
14
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
Nuansa Asri Nagari Baringin Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam terletak di lereng pegunungan ini memiliki delapan jorong. Berada di Jorong Baringin, suasana asri yang dirindukan oleh penduduk kota ditengah hiruk-pikuknya perkotaan akan segera dirasakan saat menyambangi desa ini. Oleh Nisrina Zakia Khalel Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2018 Hari itu Sabtu (5/9), langit terlihat bersih tak berawan, menyuguhkan siluet Gunung Marapi yang berdiri elok dari kejauahan. Pemandangan inilah yang membawa Ganto menuju Puncak Lawang, Kabupaten Agam dan menyapa keramahtamahan penduduk dari Nagari Baringin. Setelah menyiapkan mantel hujan dan mengenakan masker. Ganto bertolak dari Kota Pariaman pukul 09.30 WIB menggunakan sepeda motor. Ganto terus menyusuri jalan hingga sampai di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Perjalanan yang berbelok dan banyaknya tanjakan menjadi tantangan menuju daerah ini. Beruntungnya, tidak banyak kendaraan saat itu membuat perjalanan menjadi lebih mudah. Semakin jauh motor melesat menaiki tanjakan hingga melewati jalanan setapak. Setelah memutuskan berhenti Ganto mencoba berjalan kaki mendaki jalanan setapak, namun yang terlihat hanyalah pohon-pohon pinus yang tingginya berkisar 15-40 meter. Kare-
na tidak menemukan rumah penduduk, Ganto kembali menuruni jalanan setapak tersebut. Berjarak 40 meter, terlihat sebuah perkampungan kecil di kaki bukit. Kami menghampiri enam orang ibu-ibu yang tengah duduk bercengkrama di sebuah pondok kayu. Daerah ini disebut Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Nagari yang terletak di lereng pegunungan ini memiliki delapan jorong dengan jarak antar jorong yang dibatasi perbukitan. Suhu rata-rata di sini berkisar 22ºC s/d 25ºC dengan ketinggian 750-1250 meter di atas permukaan laut sehingga selalu terasa sejuk. Nagari Baringin, berjarak 57,5 kilometer dari ibukota kabupaten, kegiatan berbelanja dilakukan di Pasar Lawang yang terbilang lebih dekat. Sekolah pun terdapat di Jorong Mambuang, salah satu jorong di Nagari Baringin, bagi siswa tak berkendaraan harus bangun lebih pagi untuk menempuh perjalanan yang lama.
Hamparan sawah dan perbukitan dari atas Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sabtu (5/9). f/Nisrina
Berada di Jorong Baringin, Ganto merasakan suasana asri yang akan dirindukan penduduk kota bila jengah dengan hirukpikuk perkotaan. Meski zaman sudah berkembang sedemikian rupa, sebagian besar rumah penduduk masih menggunakan bangunan dari kayu dan bekerja sebagai petani karena kondisi geografis wilayah perbukitan yang menjanjikan. “Kami keluar rumah sejak pukul delapan pagi, menggiring kerbau menuju sawah, karena memang sebagian besar penduduk di sini menjadi petani,” cerita Masyitah (55), penduduk Jorong Baringin, Sabtu (5/9).
Beras hasil panen disimpan dalam lumbung padi berbentuk rumah panggung dengan dinding anyaman bambu. Ada juga yang menyimpannya di dalam sumpit beras yang berupa karung dari anyaman pandan. Biasanya kampung ini mulai sepi dari pagi hingga sore, kendati hampir semua penduduk bekerja seharian di sawah. Namun sore itu, ibuibu sedang duduk santai, karena kata Masyitah dari pagi langit terlihat gelap seakan turun hujan. Keramah tamahan penduduk Nagari ini terasa sejak menyambut kami di pondok itu. Selepas bercerita, mereka mengajak untuk masuk dan minum ke rumah,
namun karena hari semakin sore, Ganto tidak bisa menerima ajakan tersebut. Saat beranjak pulang, Ganto melewati perkebunan Tabu di daerah Lawang, Kabupaten Agam yang terkenal diolah menjadi Gula Lawang. Sesampainya di Puncak Lawang, Danau Maninjau sempurna terlihat dari ketinggian 1.210 meter di atas permukaan laut. Tidak hanya itu, pemandangan puncak Gunung Marapi yang menyembul di antara gumpalan awan seakan menghipnotis mata. Dengan memperlambat laju motor, perjalanan pulang ditempuh melalui jalan Kelok Ampek Puluah Ampek.
Melirik Wisata Kuliner Pantai Tiram Pegiat wisata kuliner Pantai Tiram sangatlah pandai memanjakan lidah para pegunjung. Biasanya, di Pantai Tiram tersedia gulai kepala ikan yang merupakan hidangan favorit atau yang paling diburu pengunjung. Oleh M. Afdal Afrianto Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2018 Pagi itu, Minggu 30 Agustus 2020, berkat rasa penasaran mengenai keelokan wisata kuliner Pantai Tiram, Ganto mengunjungi surganya kuliner Ranah Minang tepatnya di Pantai Tiram Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Selain rasanya yang nikmat, ikan-ikan yang disuguhkan di Pantai Tiram merupakan ikan segar hasil tangkapan nelayan sekitar, seperti Ikan Karang dan jenis ikan laut lainnya. Pantai Tiram sendiri berukuran lebih kurang 10 hektar. Di sepanjang pantai berjejer pondok yang saling berdekatan yang diberi nama lesehan. Untuk membedakan pemilik pondok lesehan tersebut, pengunjung cukup memperhatikan warna cat yang berada di pondok itu. Ali Arifin, salah seorang pegiat kuliner mengaku bahwa suasana pantai yang asri dan harga makanan yang bersahabat menjadikan tempat ini cocok sebagai destinasi wisata. “Harga makanan di sini bersahabat, sehingga harapannya Pantai Tiram bisa menjadi tempat
wisata favorit keluarga,” ungkapnya Sabtu, (28/11). Lokasi wisata kuliner ini buka setiap hari mulai dari jam delapan pagi hingga pukul delapan malam. Wisata di sini juga selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal yang berasal dari Kota Padang, Bukittinggi, Pasaman, bahkan luar Provinsi Sumatera Barat. Adapun pada hari besar, wisata Pantai Tiram menjadi destinasi favorit wisatawan untuk singgah dan menyantap hidangan kuliner. Selain rasanya yang nikmat, harga makanan di tempat ini juga terjangkau. Sepanjang Pantai Tiram pengunjung juga disuguhkan dengan area pantai yang dirancang modern dan disambut oleh angin sepoi-sepoi khas pesisir pantai sepanjang perjalanan menelusuri wisata ini. Pantai Tiram, memiliki tiga jembatan dengan esensi yang berbeda. Jembatan sebelah kiri memiliki estetika tradisonal karena bahan utama dari jembatan terbuat dari bambu. Selanjutnya, jembatan yang berada di tengah-tengah terbentang melingkar. Warna jembatan tengah
Salah seorang pengunjung Pantai Tiram sedang berjalan di atas Jembatan Pelangi yang menghubungkan sungai dengan muara di Pantai Tiram, Pariaman, Selasa (29/9). f/Afdal
ini dirancang dengan warna yang meriah, sehingga tidak jarang tampak pengunjung berfoto di sini. Di bawah jembatan, juga disuguhkan dengan banyaknya ikan-ikan kecil yang berkeliaran di sepanjang rawa. Jembatan terakhir berada diujung sebelah kanan Pantai Tiram. Berbeda dari jembatan sebelumnya, jembatan ini terbuat dari beton sebagai akses masuk motor penjual di area pantai. Sepanjang jembatan, pengunjung juga akan menyak-
sikan banyaknya para wisatawan atau warga setempat yang sedang memancing ikan. Aktivitas memancing juga bisa dilakukan dari atas perahu yang akan membawa pengunjung menyusuri rawa-rawa di Pantai Tiram. Saat merasa sudah penat menyusuri rawa Pantai Tiram, pengunjung juga dapat beristirahat di Hutan Mangrove yang berjajar rapi. Di pantai ini juga ada ayunan sebagai tempat bermainan sambil menyaksikan permandangan yang masih asri.
Selain itu, di sepanjang persisir pantai pengunjung juga dapat menyaksikan anak-anak sedang bermain bola, air laut, pasir, dan layangan yang menambah hidup pemandangan. Ombak di Pantai Tiram, juga digunakan sebagai area bermain surfing. Biasanya pemuda daerah setempat bermain surfing di akhir pekan. Selain hal yang diceritakan diatas, Pantai Tiram juga memiliki fasilitas yang memadai, mulai dari musala, toilet umum serta tempat pakir yang luas.
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
15
TELUSUR
Wisata Religi di Makam Syekh Burhanuddin Sumatera Barat terkenal akan keindahan wisata alam dan budayanya yang dapat menjadi tujuan utama bagi para wisatawan untuk berlibur. Salah satu tempat yang dapat menjadi rekomendasi ialah Makam Syekh Burhanuddin. Oleh Hega Dwi Dian Dola Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2016 Makam Syekh Burhanuddin merupakan cagar budaya yang terletak di Korong Manggopoh Dalam, Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Pariaman, Sumatera Barat. Makam Syekh Burhanuddin menjadi wisata religi yang dapat dinikmati oleh pengunjung dari berbagai penjuru untuk mengenal sejarah masuknya islam di Minangkabau. Sabaruddin Saad (70) yang bergala Katib Malin Malano sebagai Katib Nagari yang bertugas mengelola makam mengatakan bahwa Syekh Burhanuddin adalah orang pertama yang mengembangkan ilmu agama Islam di Minangkabau. Berkat Syekh Burhanuddin, ajaran agama Islam berkembang pesat sampai saat sekarang ini. Syekh Burhanuddin adalah orang asli Pariangan, Padang Panjang. Ia dikenal sebagai orang yang sangat cerdas. Dalam ceritanya, guru yang mengajar Syekh Burhanuddin, yaitu Syekh Madinah meminta Burhanuddin pergi ke Aceh belajar ilmu agama Islam. Selama tiga tahun Syekh Burhanuddin menuntut ilmu di sana, ia kemudian kembali ke ranah Minang dan mengem-
bangkan agama Islam serta ajaran Tarekat Syattariyah. “Sampai saat ini ajaran beliau masih dipakai orang,” ungkap Sabaruddin, Senin (5/10) . Makam Syekh Burhannudin dibangun di Surau Gadang Tanjung Medan. Surau ini dibangun semasa Syekh Burhanuddin masih hidup. Bangunan surau ini dibangun dari kayu. Sabaruddin mengatakan bahwa ukuran makam Syekh Burhanuddin sekitar dua meter. Makam ini terletak di gedung pendopo yang berada di tengah bangunan surau. Makam ini ada dalam bangunan yang berbentuk seperti masjid kecil. Di gerbang masjid kecil ini juga terdapat tulisan bergaya kaligrafi. Sabaruddin menjelaskan bahwa peziarah yang datang ke makam tersebut memang sudah banyak sejak dulu. “Nabi Muhammad pernah mengatakan jika kita tidak bisa mengunjungi makamnya, kita dianjurkan mengunjungi makam guruguru kita. Masyarakat yang datang ke makam ini dari berbagai daerah. Terutama jemaah yang menganut ajaran Tarekat Syattariyah. Peziarah datang dari
Makam: Terlihat sejumlah makam murid Syekh Burhanuddin di dalam gedung pendopo, sementara makam Syekh Burhanuddin terletak di tengah bangunan yang berbentuk seperti masjid kecil di Makam Syekh Burhanuddin, Sabtu (10/10). f/Hega
berbagai daerah di Sumatera Barat, misalnya Payakumbuh, Batu Sangkar, Dharmasraya, dan lain sebagainya,” ungkapnya. Sabaruddin mengatakan bahwa jam operasional dari makam ini tidak menentu. Selama tujuh tahun menjaga makam ini, Sabaruddin mengatakan niat peziarah yang datang beragam.
Contohnya seseorang berniat berziarah ke makam apabila mendapatkan pekerjaan. Makam ini ramai dikunjungi pada tanggal 10 Safar. Hal ini untuk memperingati meninggalnya Syekh Burhanudin yaitu 10 Safar 1111 /1691 M yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Basapa. Hanya
saja, pada saat 10 Safar lalu, masyarakat yang masih ramai datang terpaksa mesti dilarang bahkan diusir oleh polisi karena pandemi virus Covid-19. “Selama pandemi masyarakat yang berziarah dibatasi se-banyak 10 orang. Mereka ber-gantian masuk ke makam Syekh,” sambungnya.
RAGAM
KKN Masa Pandemi Menjalankan kegiatan KKN di kampung halaman sendiri ternyata menjadi suatu hal yang menarik karena selain dapat berkontribusi untuk kegiatankegiatan yang bermanfaat bagi kampung halaman, juga sebagai ajang bersosialisasi dengan masyarakat luas.
Peserta KKN Kampung Tangguh, sedang menjalani tugas jaga posko dalam memantau, mencatat, dan menindak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan di era adaptasi kebiasaan baru, Minggu (28/6). f/doc
Oleh Daniel Saras Rahmana Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2017 Pada tahun ini, Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan oleh berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia untuk mahasiswa TM 2017 harus dilaksanakan secara daring dan berdomisili ditempat masing-masing akibat adanya pandemi virus Covid-19. KKN juga masuk dalam agenda akademik dari Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai wujud dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam hal pengabdian masyarakat. Sebagai mahasiswa TM 2017 di UNP, saya juga diwajibkan untuk mengikuti KKN pada tahun ini. Saya melaksanakan KKN di Kenagarian Koto Panjang Kecamatan Lamposi Tigo Nagori, Kota Payakumbuh. Selama pandemi Covid-19, masyarakat Koto Panjang mendirikan Posko Mandiri Covid-19 yang dikelola oleh masyarakat untuk memantau mobilitas akses keluar masuk Koto Panjang serta mensosialisasikan penggunaan masker kepada masyarakat. Setelah memasuki masa adaptasi kenormalan baru, Posko
Mandiri Covid-19 Koto Panjang ditunjuk sebagai salah satu “Posko Kampung Tangguh Nusantara”. Diresmikan langsung oleh Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, posko ini bertujuan untuk memberikan edukasi serta bimbingan kepada masyarakat pasca Covid-19 dalam hal perbaikan ekonomi bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Di Payakumbuh sendiri hanya terdapat dua Posko Kampung Tangguh Nusantara yang terdapat di Koto Panjang dan Kelurahan Kubang Gajah. KKN di Koto Panjang 2020 ini diikuti oleh empat Perguruan Tinggi yaitu UNP, Universitas Andalas, UIN Suska Riau dan IAIN Bukittinggi dengan total anggota sebanyak sembilan orang. Kegiatan pertama yang kami ikuti adalah pembagian kartu tani yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan Petanian (BPP) untuk petani-petani yang terkena dampak ekonomi akibat Covid-19. Kartu tani tersebut dapat digunakan untuk mengambil bantuan pupuk yang
diberikan oleh pemerintah. Program lain dalam hal ketahanan pangan adalah pembuatan kolam ikan dalam pekarangan serta tambak ikan yang bibitnya didapat atas bantuan Kapolres Kota Payakumbuh dan dilepas langsung bersama dengan petugas posko yang lain. Kegiatan dalam ketahanan pangan bidang pertanian yang kami ikuti juga cukup beragam seperti penanaman bibit sayuran, pembuatan instalasi hidroponik, panen hasil pertanian dan lain-lain. Dalam hal kegiatan yang berkaitan dengan Covid-19, kami membuat beberapa program yang cukup menarik seperti pembuatan dan pembagian masker gratis kepada mas-
yarakat yang sekaligus dilakukan kegiatan sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat dan bahkan harus dilakukan dua kali karena kami kehabisan masker yang menjadi rebutan masyarakat. Selain itu, untuk mempersiapkan kembali normalnya aktivitas peribadahan di masjid dan musala di Koto Panjang kami melakukan penyemprotan disinfektan di area masjid/musala. Kegiatan yang cukup berkesan lainnya yang kami lakukan adalah pembuatan konten edukasi masyarakat berupa video edukasi protokol kesehatan, tutorial pembuatan handsanitizer dan pembuatan hidroponik
dengan bahan bekas yang di upload ke media sosial seperti Instagram dan YouTube. Video edukasi protokol kesehatan yang kami buat dibalut dengan konsep komedi yang lucu dan menghibur serta diharapkan pesan yang terkandung dalam video tersebut sampai kepada masyarakat yang menonton. Sebagai penanda berakhirnya kegiatan KKN, kami membuatkan tulisan Asmaul Husna yang dipasang di pinggir jalan Koto Panjang menggunakan bambu sebagai tiangnya. Hal ini diharapkan menjadi kenang-kenangan bagi seluruh masyarakat Koto Panjang yang telah membantu jalannya program KKN kolaborasi Nagari Koto Panjang.
TEROPONG
16
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
Matkul Praktek secara Virtual dan Tatap Muka Perkuliahan Semester Ganjil 2020/2021 di Universitas Negeri Padang (UNP) dilaksanakan secara jarak jauh dengan sistem Daring (Dalam jaringan). Ini sesuai dengan arahan dari Kemendikbud tentang Panduan Penyeleng-garaan Pembelajaran pada Tahun Akademik 2020/2021 di masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Menanggapi hal tersebut, UNP mengeluarkan Surat Edaran Rektor pada tanggal 27 Juli 2020 yang berisikan kebijakan sebagai pedoman pelaksanaan perkuliahan. Salah satunya adalah aturan pelaksanaan perkuliahan pratikum selama pandemi. Dalam Surat Edaran tersebut disebutkan bahwa perkuliahan praktikum rencananya akan diadakan secara tatap muka pada minggu ke 10-15 di laboratorium, bengkel, dan sejenisnya. Namun, UNP kembali mengeluarkan Surat Edaran Rektor mengenai pemindahan jadwal kuliah praktik dalam rangka menyikapi kasus penyebaran Covid-19 yang masih tinggi. Surat Edaran Rektor yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober dengan Nomor: 4589/UN35/EP/ 2020 ini menginformasikan bahwa perkuliahan praktikum di laboratorium, bengkel, atau sejenisnya untuk perkuliahan Juli-Desember 2020 ditiadakan. Akan tetapi, apabila dosen memandang adanya praktikum yang mengharuskan tatap muka, maka dapat dipindahkan pada hari libur setelah Ujian Akhir Semester yang jatuh pada bulan Januari 2021. Menanggapi hal tersebut, Wakil Dekan I, Bidang Akademik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),
Alizar, S.Pd, M.Sc, Ph.D. menjelaskan bahwa sesuai dengan arahan Surat Edaran, pelaksanaan perkuliahan praktikum di laboratorium, bengkel atau sejenis disarankan diganti dengan bentuk penugasan, virtual reality, maupun simulasi lainnya. “Dengan catatan pada Mata Kuliah (Matkul) praktikum yang bersifat memerlukan keterampilan atau tidak bisa diadakan secara virtual, dapat dipindahkan sesuai jadwal tersebut,” jelas Alizar saat ditemui di ruangannya, Gedung IPA Terpadu FMIPA Lantai 2, Jumat (17/9). Mahasiswa FMIPA Jurusan Fisika TM 2018, Dewi Ratna Sari membenarkan bahwa pelaksanaan perkuliahan praktikum dilaksanakan secara virtual. Di FMIPA, pelaksanaan praktikum dipegang oleh Asisten Dosen dan Laboran, setiap materi diusahakan menggunakan Virtual Lab dengan bantuan aplikasi simulasi online gratis Phet. Menggunakan Aplikasi ini mahasiswa dapat merangkai pratikum dengan alat dan bahan yang disediakan secara virtual. Adapun dengan aplikasi ini mahasiswa bisa melihat berbagai pengaruh variabel terhadap hasil data yang didapat. Dewi menyatakan cukup puas dengan pelaksanaan praktikum yang harus dilaksanakan secara virtual. “Sebelum pandemi kami sudah mengenal Virtual Lab, hanya saja untuk materi yang bersifat abstrak, untuk saat ini memaklumi keadaan saja,” ungkapnya, Kamis (16/9). Begitu juga dengan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro TM 2019, Aisha Fadilla mengatakan di semester ini ia harus menuntaskan tiga Matkul dengan praktikum. “Pembelajaran pratikum kami saat ini menggunakan Virtual Lab, dosen memberikan
YPKMI: Terlihat seorang wanita tengah memasuki Gedung YPKMI. Berdasarkan Putusan Menteri Keuangan RI No.76/ KM.6/2018 lahan ini milik Universitas Negeri Padang (UNP) dan sudah ditancapkan plang kepemilikannya, Rabu (7/8). f/Hega
Laboratorium : Gedung laboratorium Biologi Universitas Negeri Padang merupakan salah satu laboratorium praktik perkuliahan. Perkuliahan praktikum rencananya akan diadakan secara tatap muka pada minggu ke 10-15 di laboratorium, dan bengkel, sebagaimana terdapat pada Surat Edaran Rektor UNP pada 27 Juli 2020, Senin (19/10). f/Rani.
aplikasi dan pembelajaran dilaksanakan di sana,” tuturnya. Aisha Fadilla juga mengaku beberapa kali menemukan kesulitan, seperti kurang paham pelaksanaan pratikum virtual di beberapa materi. Alizar mengungkapkan sebagai bentuk usaha fakultas memaksimalkan perkuliahan praktikum tatap muka, nantinya akan disediakan perlengkapan guna memenuhi protokol kesehatan, seperti hand sanitizer, masker dan juga tempat cuci tangan. Tidak hanya itu menurut Alizar, pelaksanaan social distancing tentu akan dilaksanakan dengan sistem shift.
Bantuan Kuota Internet Belum Merata Sejak ditetapkannya virus Covid-19 sebagai pandemi oleh World Health Organization pada bulan Maret lalu, upaya pencegahan penyebaran virus Covid19 telah dilakukan pemerintah dengan menerapkan pembatasan sosial berskala besar. Universitas Negeri Padang (UNP) telah melaksanakan perkuliahan daring sejak pertengahan semester genap lalu setelah dikeluarkannya surat edaran rektor terkait peralihan kuliah tatap muka menjadi daring. Bersamaan dengan itu, UNP juga telah memberikan kuota internet sebanyak 10 Giga Byte (GB) pada setiap mahasiswa sebanyak dua kali. Namun, dalam pembagian kuota ini masih banyak mahasiswa yang tidak kebagian kuota internet tersebut. Pada semester Juli-Desember ini pun, UNP juga menjanjikan pembagian kuota internet kepada mahasiswa baru yang mengi-
kuti Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Namun, pada pelaksanaannya masih ada yang mengaku belum mendapatkan kuota tersebut. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah TM 2020, Widya Sari menuturkan bahwa ia belum menerima kuota yang dijanjikan oleh pihak kampus ketika PKKMB. Hal tersebut lantaran ia salah mengisi nomor. “Pengisian datanya hanya sekali, jadi saya tidak mengulang nomornya,” ungkapnya, Senin (12/10). Meskipun begitu, Widya menjelaskan bahwa ia menerima kuota internet dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Senada dengan Widya, Mahasiswa Jurusan Fisika TM 2020, Zurahma mengatakan ia juga telah menerima kuota internet dari Kemendikbud sejumlah 45 GB. Paket ini hanya terkhusus untuk mengakses pembelajaran saja, seperti mengakses aplikasi
zoom. “Kuota ini cukup membantu jika ada kuliah menggunakan zoom, jadi tidak perlu menggunakan paket data yang biasa,” ujar Zurahma kepada Ganto saat diwawancarai via WhatsApp. Sementara itu, terkait pemberian kuota internet yang dijanjikan oleh pihak kampus, Zurahma mengatakan bahwa ia tidak tahu terkait hal tersebut. Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan, Drs. Yushamdi mengatakan bahwa kuota internet tersebut telah diberikan kepada mahasiswa, hanya saja bagi yang belum mendapatkan kuota internet dari UNP terjadi akibat kesalahan mahasiswa dalam mengisi data nomor handphone. “Mahasiswa tersebut salah mengisi nomor sehingga kuota tersebut tidak masuk kepada mereka,” ujarnya saat ditemui di ruangannya, Kamis (27/10). Riska
“Kelas dibagi kelompok dan akan praktikum dalam dengan judul yang
menjadi dua dilaksakan dua satu minggu sama. Sehing-
ga jumlah mahasiswa setiap shift tidak begitu banyak dan dapat duduk berjarak,” tambahnya, Jumat (17/9). Rhoudatul.
Pembangunan Kampus FIK UNP di Stadion Sikabu Sudah di Depan Mata Gubernur Sumatra Barat dan Bupati Padang Pariaman telah menyepakati pengelolaan Stadion Sikabu diserahkan kepada Universitas Negeri Padang (UNP). Stadion yang berada di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman itu direncanakan akan dijadikan sebagai kampus reguler Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), sedangkan kampus FIK yang berada di Air Tawar, Kota Padang akan digunkan bagi mahasiswa pascasarjana. Dekan FIK, Dr. Alnedral, M.Pd saat dihubungi Ganto via WhatsApp mengatakan bahwa saat ini pengelolaan stadion tersebut masih dalam proses hibah tanah untuk FIK UNP “Tahun 2021 direncanakan akan dibangun kampus, perkantoran, asrama mahasiswa dan atlet,” ujarnya, Sabtu (24/10). Alnedral juga mengatakan bahwa pembangunan stadion utama berlanjut oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) sampai selesai paketnya dan setelah itu diserahkan kepada FIK UNP untuk dikelola. Pemanfaatannya baik untuk kepentingan perkuliahan, penggunaan program Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Dinas Pemuda dan
Olahraga (Dispora) dan kepentingan lain oleh Masyarakat Sumbar. UNP sendiri juga telah mengantongi izin dalam Permendikbud. “Yang sudah diprogram Pemprov tetap berlanjut, sedangkan untuk bangun kampus baru itu UNP penganggarannya,” ungkap Dekan FIK UNP, Sabtu (24/10). Rencana pembangunan kampus ini disambut baik oleh mahasiswa FIK UNP, salah satunya Rital, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga TM 2017, ia mengatakan bahwa pembangunan tersebut sangat baik bagi UNP. Namun, untuk pemindahan kampus reguler ke sana, ia mengatakan akan lebih baik dipertimbangkan kembali. “Lebih baik reguler di Air Tawar tetap dipakai oleh mahasiwa S1, sehingga membaur dengan mahasiswa S1 di Jurusan yang lain,” katanya, Kamis (1/10). Menanggapi hal tersebut, Alnedral mengatakan bahwa rencana Prodi S1 dipusatkan di sana karena fasilitas labor yang lebih lengkap. “Sedangkan S2 dan S3 di kampus lama, sekarang Prodi D3 Keperawatan juga di Pariaman,” tambahnya, Sabtu (24/10). Irza
TEROPONG
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
17
Adaptasi Perkuliahan Daring Menyesuaikan dengan Surat Edaran Rektor No 3435/UN35/ AK/2020 tentang Kegiatan Akademik Semester Juli-Desember 2020 dalam Rangka Kewaspadaan Pandemi Covid-19, Universitas Negeri Padang (UNP) telah kembali melaksanakan perkuliahan semester JuliDesember 2020 secara daring sejak 31 Agustus lalu untuk mahasiswa lama dan 14 September untuk mahasiswa baru. Perkuliahan daring yang dijalankan kembali untuk kedua kalinya ini mengaharuskan penyesuaian ulang sistem perkuliahan bagi semua kalangan civitas academica. Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa kendala dan keluhan yang muncul di kalangan mahasiswa. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Mahasiswa Jurusan Fisika TM 2018, Elvira Hendini. Ia mengatakan bahwa keluhan yang dirasakan selama mengikuti perkuliahan daring ini, yaitu terkendalanya kuota dan jaringan. “Terkendala kuota dan kadang mati lampu menyebabkan jaringan terganggu sehingga sulit mengikuti perkuliahan. Selain itu, seharian penuh dengan handphone dan laptop membuat mata cepat lelah,” ungkapnya kepada Ganto saat diwawancarai via WhatsApp, Jumat (18/9). Tidak hanya itu, Elvira juga menanggapi keefektifan penggunaan e-learning 2 UNP yang baru digunakan selama perkuliahan daring semester ganjil ini. Ia menilai e-learning 2 UNP dirasa kurang efektif karena masih terdapatnya akses e-learning yang eror, sehingga hal tersebut berdampak pada pengambilan absensi yang terkendala bagi mahasiswa. Meskipun begitu, ia menilai bahwa penggunaan e-learning 2 UNP memiliki fitur yang lebih lengkap daripada sebelumnya. Sementara itu, Mahasiswa
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris TM 2018, Devani Oktaviana juga mengeluhkan hal yang serupa dengan Elvira. Ia mengatakan bahwa kendala yang dialami selama menjalani perkuliahan daring di rumah adalah masalah jaringan. Selain itu, ia menilai kebanyakan dosen hanya mengandalkan pemberian tugas dengan waktu yang singkat. “Kuliah online ini kurang efektif karena kebanyakan dosen hanya mengandalkan tugas dan terkadang dalam penyelesaiaan tugas tersebut hanya diberikan waktu selama satu jam,” terangnya, Jumat (18/9). Berbeda dengan Elvira, Devani justru merasa penggunaan e-learning 2 UNP dianggap lebih efektif dengan tampilan dan fitur yang jauh lebih menarik. Namun, erornya masalah server masih menjadi kendala yang ia temui selama menjalankan perkuliahan daring di e-learning 2 UNP. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Rifki Oktaviandy, S. Pd., M. Hum., mengatakan bahwa tersedia media cadangan dalam menjalankan perkuliahan daring, seperti penggunaan Zoom, Google Classroom, Grup WhatsApp, dan lain sebagainya. Selain itu, ia menjelaskan bahwa pemberian tugas oleh dosen kepada mahasiswa selama perkuliahan daring merupakan suatu hal yang diperlukan sebagai sarana evaluasi pembelajaran bagi mahasiswa. “Masalah kuantitas yang dirasa berlebih oleh mahasiswa mungkin bisa disikapi positif dengan time management yang baik,” jelasnya saat diwawancarai Ganto secara daring, Selasa (29/9). Rifki menambahkan, bahwa saat ini belum bisa menilai apakah efektif atau tidaknya perkuliahan daring yang terlaksana karena baru berjalan beberapa pertemuan. Namun, ia menu-
Kuliah daring : Seorang mahasiswa sedang melaksanakan kuliah via Zoom Meeting di Pendopo Fakultas Bahasa dan Seni UNP. Mahasiswa memanfaatkan wifi kampus untuk memperlancar jaringan internet, Senin (02/11). f/Rani.
turkan bahwa hal tersebut merupakan suatu hal yang baru bagi mahasiswa dan dosen sehingga membutuhkan waktu untu beradaptasi. “Mahasiswa dan dosen pun belajar cara menggunakan e-learning. Kendala pasti ada, baik teknis maupun nonteknis,” jelasnya kepada Ganto, Selasa (29/9). Sementara itu, Dosen Jurusan Bimbingan Konseling, Drs. Taufik, M. Pd., Kons., menanggapi bahwa perkuliahan daring ini belum sepenuhnya efektif. Tugas yang dirasa banyak oleh mahasiswa itu karena kurangnya waktu untuk berdialog dan memperoleh penerangan materi dari dosen, sehingga banyak dosen yang menyuruh mahasiswa mencari materi. Selain itu, ia
menuturkan bahwa masih banyak kendala yang ditemui baik dari mahasiswa, dosen maupun e-learning itu sendiri. Ia juga menambahkan bahwa sebetulnya e-learning 2 UNP sudah memiliki kapasitas yang besar, tapi sering kali belum lancar. “Banyak keluhan yang disampaikan mahasiswa melalui WhatsApp, bahwa mereka tidak dapat masuk untuk mengisi daftar hadir dan mengirimkan tugas,” ungkapnya, Selasa (29/9). Menanggapi mengenai penggunaan e-learning 2 UNP saat ini, Ganto pun akhirnya mewawancarai Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi UNP, Dr.Aswardi, M.T., Ia menjelaskan bahwa pada e-learning 2 UNP
sekarang terdapat perbedaan fitur dengan e-learning UNP sebelumnya. Pada e-learning 2 UNP sudah bisa mengisi daftar hadir selama waktu yang diatur oleh dosen, adanya forum diskusi dan adanya tatap muka virtual menggunakan icon Big Blue Bottom. Ia memaparkan bahwa penerapan Big Blue Bottom ini pun terbatas, jika semuanya menggunakan Big Blue Bottom maka server akan eror. Untuk pelatihan pengunaan e-learning ini juga sudah diadakan training untuk setiap fakultas. “Untuk masa pandemi sekarang ini, e-learning 2 UNP ini sudah bisa dikatakan efektif, tetapi maksimal belum. Selain itu, sinyal wifi.id juga sudah kembali diaktifkan,” jelasnya, Sabtu (8/8). Mput
Jadwal Kuliah Mahasiswa Baru dan Lama Berbeda Pada 4 Agustus lalu, Wakil Rektor I Universitas Negeri Padang (UNP), Dr. Refnaldi, S.Pd., M. Litt mengeluarkan Surat Edaran Nomor 2302/ UN35/EP/2020 tentang Jadwal Perkuliahan Juli-Desember 2020. Dalam surat edaran tersebut, Wakil Rektor I UNP menyampaikan bahwa ada perbedaan jadwal kuliah antara mahasiswa baru dan mahasiswa lama. Perkuliahan mahasiswa lama dimulai pada 31 Agustus 2020, sedangkan perkuliahan bagi mahasiswa baru dimulai pada 14 September 2020. Sementara itu, di Universitas Andalas sudah lama memakai sistem seperti itu. Hal ini dibenarkan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas TM 2016, Rona Fitriati Hasanah. Ia mengatakan bahwa jadwal mulai perkuliahan antara mahasiswa lama dan mahasiswa baru di universitasnya memang berbeda. “Itu tergantung pada Kartu Renca Studi (KRS) yang diambil
masing-masing mahasiswa,” jelasnya, Kamis (10/9). Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAK), Drs. Yushamdi menyatakan bahwa perbedaan tersebut dipengaruhi oleh pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Hal tersebut membuat perkuliahan mahasiswa baru mengalami penundaan selama dua minggu, sehingga terjadi pergeseran jadwal akademik. Selain itu, Wakil Rektor I UNP Dr. Refnaldi, S.Pd., M.Litt., juga mengatakan bahwa para dosen UNP sudah dibekali kemampuan dalam penyediaan konten pembelajaran dan berbagai pelatihan selama masa libur untuk persiapan kuliah mendatang. Dosen Bimbingan Konseling (BK), Indah Sukmawati, S.Pd., M.Pd., Kons membenarkan bahwa mereka (para dosen) memang diberikan pelatihan sebelum perkuliaha semester Juli-
Desember dimulai. “Berupa pelatihan e-learning, pelatihan perkuliahan daring, dan lain sebagainya,” jelasnya, Rabu (9/9). Sama halnya dengan Indah, Dosen Jurusan Bahasa Indonesia dan Daerah, Refisa Ananda, M.Pd mengaku juga ada pelatihan di jurusannya. Sebelum pelatihan di jurusan masing-masing, ia mengatakan bahwa ada pelatihan secara nasional yang ia ikuti. Pelatihan itu membahas optimalisasi e-learning2.unp.ac.id untuk perkuliahan dan pengembangan e-modul untuk menciptakan pembelajaran menarik dan menantang. “Peserta dari pelatihan nasional tersebut menjadi pemateri di jurusannya masingmasing. Setiap jurusan ada dua orang dosen perwakilan,” jelasnya Kamis (10/9). Menanggapi perbedaan jadwal perkuliahan antara mahasiswa lama dan mahasiswa baru, Mahasiswa Bimbingan Konseling TM 2017, Rosi Elmawati mengatakan bahwa memang
sebaiknya jadwal antara mahasiswa lama dan mahasiswa baru itu disamakan saja. Namun ia mengaku tidak ada masalah dan tidak bingung dengan perbedaan jadwal masuk perkuliahan tersebut. “Tidak bingung dengan sistemnya,” ucapnya, Jumat (11/9). Selain itu, Mahasiswa Informasi Perpustakaan dan Kearsipan TM 2018, Nova Wardina memberikan saran untuk pelaksanaan ujiannya tetap sama walau ada perbedaan waktu selama dua minggu. Ia mengatakan bahwa untuk jadwal ujiannya diserentakkan saja dengan cara memadatkan materi pada dua pertemuan terakhir bagi mahasiswa baru atau di setiap pertemuan materinya dipadatkan, sehingga pada pertemuan 14 materi mereka selesai. “Seperti ditambah atau dipadatkan materinya, sehingga ujian antara mahasiswa lama dan baru bisa serentak,” sarannya, Kamis (10/9). Menanggapi hal tersebut, Refisa menjelaskan untuk waktu
pelaksanaan ujian mahasiswa lama dan mahasiswa baru itu tergantung kebijakan dari jurusan masing-masing. Ia juga mengatakan bahwa di kelas yang ia ajar sekarang ada mahasiswa lama yang sekelas dengan mahasiswa baru. Untuk jadwal masuknya mahasiswa lama tersebut akan masuk atau belajar bersamaan dengan mahasiswa baru (berdasarkan KRS yang diambil). Hal ini karena memang mahasiswa lama tersebut mengambil kelas yang diperuntukkan untuk mahasiswa baru. “Ada tiga kelas di Mata Kuliah Umum mahasiswa lama dan mahasiswa baru sekelas,” jelasnya. Yushamdi saat diwawancarai Ganto diruangannya juga menjawab jika perbedaan jadwal kuliah antara mahasiswa baru dan mahasiwa lama sudah berdasarkan prosedur jadwal akademik yang tepat. “Ujian mahasiswa lama tetap belakangan juga dengan mahasiswa baru,” terangnya. Monalisa
INTER
18 Lahan UNP
UNP Lockdown Sementara Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof.Ganefri, Ph.D mengeluarkan Surat Edaran Nomor : 3250/UN35/TU/ 2020 mengenai Penutupan Sementara (Lockdown) Kampus UNP Kewaspadaan Pandemi Covid-19, yang dikeluarkan pada Jumat, (16/10). Ravi Kurnia, selaku Presiden BEM UNP memberikan tanggapan bahwa memang kasus positif Covid-19 kian meningkat dan hasil tes swab orang-orang yang pernah kontak dengan yang terkena virus juga memperhatinkan sehingga kampus memilih kebijakan lockdown. “Namun dibalik itu semua kita juga harus menunggu kebijakan lain yang terimbas oleh Surat Edaran tersebut. Kebijakan yang sangat ditunggu mahasiswa terkait kegiatan kemahasiswaan/ organisasi,” ujarnya ketika diwawancarai via Whatsapp. Di sisi lain, Lahdi Pekbar Putra Pagaben selaku Ketua Umum UKKPK menjelaskan bahwa sudah sewajarnya Rektor mengambil keputusan tegas dalam kondisi ini seperti melakukan penutupan sementara kampus. Ketua PPIPM, Muhammad Jepfri juga memberikan tanggapan bahwa penutupan kampus UNP mungkin menjadi langkah terakhir bagi pimpinan universitas untuk menghentikan penyebaran Covid-19.Yuni*
DKV UNP
Memperingati 16 Tahun Prodi DKV UNP
Memperingati ulang tahun ke-16, Prodi Desain Kounikasi Visual (DKV) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan acara ulang tahun dengan mengangkat tema cyberpunk secara virtual via Zoom Meeting, Minggu (11/10). Danis selaku Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa tema tersebut diangkat lantaran keadaan kebudayaan masyarakat yang saat ini segala aktivitasnya tidak lepas dari teknologi. Selain itu, tema acara ini diangkat karena melihat keadaan pandemi Covid19 di berbagai negara dan berlakunya era Normal Baru di Indonesia yang berdampak pada aspek kehidupan sosial masyarakat, yaitu beralih pada pemanfaatan fitur teknologi. Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara virtual, seperti lomba desain poster, sharing session bersama dosen dan alumni DKV, serta membicarakan DKV untuk ke depannya.
Rumah Disabilitas
Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi
Rumah Disabilitas (RD) menyelenggarakan webinar dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia tanggal 10 Oktober lalu, dengan tema “Mental Health in Pandemics Period” via Zoom Meeting, Kamis (15/10). Nandy Agustin Syakarofath, S.Psi., M.A. selaku dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang mengatakan bahwa kekacauan yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 seperti larangan keluar rumah, kecemasan terkena virus, dan menipisnya stok makanan akan menambah stres yang menyebabkan terjadinya gangguan pada kesehatan mental kita. Cara mengatasi stres, disampaikan oleh Rakhi Cintaka, M.Psi. selaku Psikolog S2 Psikologi Profesi Klinis Anak Universitas Indonesia. “Me time sangat dibutuhkan untuk mengurangi stres, melakukan halhal simple seperti mendengarkan musik disela-sela kegiatan yang padat akan membantu meningkatkan mood jadi lebih baik dan mengurangi stres penyebab ganguan mental,” tutup Rakhi. Meisha*
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
Omnibus Law
Aksi Tolak Omnibus Law Tuai Ricuh, Polisi Lemparkan Gas Air Mata
Aksi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja yang berlangsung di hari kedua tuai ricuh di jalanan depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat, Kamis (8/10). Aksi ricuh ini dimulai ketika oknum massa melakukan aksi anarki seperti lempar batu dan lain sebagainya. Salah satu anggota kepolisian yang melakukan pengejaran pelaku anarki mengatakan bahwa massa yang melakukan tindakan anarki berasal dari campuran. “Yang melakukan aksi ricuh bukan hanya anak STM, namun campuran
Profil UK
Tolak Omnibus Law : Polisi sedang berjaga untuk menahan tindakan anarki saat aksi tolak Omnibus Law di depan Gedung DPR Provinsi Sumatera Barat, Kamis (8/10). f/Aminah
massa seperti preman dan lain sebagainya,” ujarnya (tidak ingin disebutkan nama), Kamis, (8/10). Aksi ricuh yang terus berlajut memaksa polisi untuk melemparkan gas air mata dan melakukan
pengejaran hingga ke depan Basko. Dalam pantauan Ganto, massa campuran yang melakukan aksi anarki tersebut melarikan diri saat dikejar oleh pihak kepolisian menggunakan truk polisi. Aminah
Wildlife Observer Community
Wildlife Observer Community (WOC) adalah sebuah komunitas di Sumatera Barat yang bergerak dibidang konservasi dan pendataan spesies terutama hewan. WOC mengumpulkan data mengenai spesies-spesies hewan baik keberadaan, populasi, maupun habitatnya. Komunitas ini berawal dari survei burung Asian Water Bird Census (AWC) tahun 2017 di Kawasan Pantai Teluk Buo, Bungus, Kota Padang. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa mahasiswa dan satu orang dosen dari Jurusan Biologi Universitas Negeri Padang (UNP). WOC terbentuk pada 24 Januari 2017 dengan 40 orang anggota yang terdiri dari mahasiswa serta alumni dan dua orang pembina dari dosen Jurusan Biologi UNP. Ketua WOC, Rahmat Hidayat mengatakan bah-
wa setiap tahun organisasinya mengadakan Open Recruitment anggota baru dengan beberapa kriteria dan persyaratan. “Beberapa anggota WOC juga ada yang pernah bekerja di NGO terkemuka seperti
di SINTAS Indonesia dan NGO asal Jerman, Frankfurt Zoological Society (FZS),” ujarnya, Selasa (3/11). WOC memiliki kegiatan lapangan, salah satunya yaitu kegiatan internal berupa Tahura Animal Count (Pendataan
spesies hewan di Taman Hutan Raya Bung Hatta Padang), Herping (Pengamatan Reptil dan Amfibi), pencarian jamur bercahaya di Kiliranjao, pengamatan dan survei di Teluk Buo, Muaro Binguang Pasaman Barat, Taman Nasional Tesso Nilo Riau dan Taman Nasional Kerinci Seblat Solok Selatan. Tidak hanya itu, kegiatan berskala nasional dan internasional pun juga diikuti. WOC memiliki catatan prestasi nasional maupun internasional, yaitu Juara 2 Regional Sumatera Gerakan Observasi Amfibi Reptil Kita (GO-ARK) tahun 2018, mendapat dana hibah dari Mohamed bin Zayed Species Conservation Funds tahun 2019 untuk proyek konservasi Kura-Kura Kaki Gajah (Manourya emys), serta pernah diundang oleh beberapa radio di kota padang untuk Talkshow seputar komunitas dan konservasi. Aisyah
Ormawa FPP
FPP Adakan Virtual Tour Video Competition
Organisasi Mahasiswa Fakultas Pariwisata dan Perhotelan (FPP) Universitas Negeri Padang (UNP) adakan Virtual Tour Competition berupa konten video dengan tema “Eksistensi Mahasiswa FPP UNP Demi Kejayaan Pariwisata selama Pandemi” yang diselenggarakan mulai tanggal 20 September hingga pengumuman pemenang pada 18 Oktober 2020. Erika Prameswari selaku panitia acara mengatakan bahwa kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan sektor wisata sebagai salah satu sumber penda-
patan devisa negara yang mengalami kemerosotan karena pendemi. Selain itu, acara ini bertujuan untuk memberdayakan mahasiswa FPP agar turut meningkatkan sektor wisata serta memperkenalkan sektor wisata yang berhubungan dengan jurusan yang terdapat di FPP. Dr. Retnaningtyas Susanti, S. Ant., M.Sc. selaku Pembina BEM KM FPP mengatakan bahwa pemenang dari lomba ini akan diutus untuk mengikuti perlombaan di tingkat internasional. Nurul*
BEM KM UNP
Webinar Sekolah Relawan BEM UNP dan Unila
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Negeri Padang (UNP) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Lampung (Unila) dalam mengadakan Webinar Sekolah Relawan melalui platform Zoom meeting, Sabtu (17/10). Webinar ini mengusung tema “Menumbuhkan Jiwa Kemanusiaan Millenial Menuju Indonesia Jaya” dengan menghadirkan tiga pemateri, yaitu Septia Irawati, M. Adam Buchori Muslim, dan Haves Annamir, S.H.
Ketua Pelaksana, Tito Pratama menjelaskan bahwa acara ini diperuntukkan bagi mahasiswa umum se-Indonesia dan bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kerelawanan. Ravi Kurnia selaku Presiden Mahasiswa UNP mengatakan terbentuknya acara Sekolah Relawan ini karena adanya silaturahim antara BEM KM UNP dengan BEM KM Unila. “Ini merupakan momen yang sangat luar biasa karena jarang adanya kegiatan yang diadakan oleh dua lembaga eksekutif tingkat universitas secara langsung,” paparnya. Tiara*
Corona Virus
Indonesia Berpacu Mencari Vaksin
Tempodotco mengadakan diskusi daring dengan mengangkat tema “Berpacu Mencari Vaksin” via live streming Instagram, Senin (12/10). Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Indonesia, Bambang Brodjonegoro menjelaskan bahwa Indonesia sedang berpacu mencari vaksin. Ada dua kemungkinan vaksin Covid-19 yang akan digunakan yaitu vaksin kerja sama dengan luar negeri seperti Cina dan vaksin produksi sendiri yang dinamai Vaksin Merah Putih. “Saat ini Indonesia sedang fokus pada pengembangan Vaksin Merah Putih, vaksin jangka panjang yang akan jadi produksi sendiri. Sedangkan vaksin yang berasal dari luar negeri hanya untuk jangka pendek,” ungkapnya. Bambang menjelaskan bahwa Vaksin Merah Putih akan siap sekitar akhir tahun ini atau awal tahun 2021 setelah memperoleh izin BPOM. “Indonesia secara riset sudah siap, industri Biofarma akan menjadi produsen utama untuk produksi vaksin Covid-19 selain itu juga sudah ada beberapa kerja sama dengan perusahaan lain di Indonesia,” tambahnya. Masyarah*
UPKK UNP
Cara Terbaik Mempersiapkan Karir Di Masa Depan Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UPKK) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Coaching Career, dengan tema “The Best Way To Prepare Your Future Career”. Acara ini dilaksanakan melalui platform Zoom Meeting, Sabtu (17/10). Ketua Ikatan Alumni UPKK UNP, Siti Hajar Thaytami S.ST., M.Pd., mengatakan bahwa acara ini diadakan selama lima kali pertemuan dengan tujuh pemateri, yakni pada tanggal 17, 18, 24, 1, dan 8 November. Sandri Feri selaku ketua pelaksana mengatakan tujuan diadakan Coaching Career ini, yaitu untuk menciptakan mahasiswa yang paripurna dan dapat mempersiapkan karier dimasa depan. Ketua umum UPKK UNP Muhammad Rizky menyampaikan harapan dari diadakan acara ini yaitu, agar kita semua dapat mengenali diri masing-masing, apa pekerjaan yang cocok buat diri kita serta dapat merencanakan masa depan dengan sebaiknya. Sisri*
Tan Malaka
Hasan Nasbi Akui Tan Malaka Sebagai Pemikir Besar Tak Tertandingi
Penulis Buku “Filosofi Negara Menurut Tan Malaka” Hasan Nasbi menjadi salah satu narasumber dalam webinar Dialog Sejarah Historia.ID yang bertemakan “Indonesia dalam Mimpi Tan Malaka”. Webinar ini diselenggarakan melalui kanal YouTube Historia.ID, Jumat (16/10). Dengan nama asli Ibrahim Datuk Tan Malaka, sosok ini menjadi istimewa karena riwayat hidupnya. Menurut Hasan, Tan Malaka mempunyai gagasan yang berlian disaat ia kesepian. Tapi gagasan itu tidak bisa mendialektikakan pikiran-pikirannya sendiri. Hasan Nasbi juga mengakui bahwa Tan Malaka adalah pemikir besar. Sebagai bukti, Hasan menunjukkan buku Madilog yang merupakan karya terbesar Tan Malaka. Sampai saat ini buku tersebut masih sulit untuk dipelajari. Menurutnya, level berpikir Tan Malaka jauh diatas ratarata orang Indonesia dan penguasaan ilmunya yang luas.”Dengan pemikiran besarnya, dia layak dianugerahkan sebagai pahlawan nasional,” ujar Hasan.Vedri*
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
SEPUTAR MAHASISWA
PKKMB Virtual Pertama UNP Hai Pembaca Setia Ganto!
Sebanyak 1858 mahasiswa baru Universitas Negeri Padang (UNP) yang diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mengikuti kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) secara virtual. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, yakni mulai tanggal 6-8 Agustus 2020.
Selanjutnya, juga diselenggarakan PKKMB untuk mahasiswa baru jalur masuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang diselenggarakan mulai tanggal 3-7 September 2020 dan diikuti oleh 2993 mahasiswa baru.
Adapun untuk mahasiswa baru jalur Mandiri PKKMB dilaksanakan pada tanggal 10-11 September 2020, menyusul dengan jadwal PKKMB mahasiswa baru jalur DIII pada tanggal 1213 September 2020.
PKKMB tahun sekarang sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya dilaksanakan secara tatap muka. Maka sekarang dilaksanakan secara daring untuk memutus rantai penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19).
Untuk mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa mengenai PKKMB daring ini, Ganto melakukan survei dengan cara menyebarkan angket kepada mahasiswa baru dari semua fakultas sebagai responden dalam masalah ini yang terdiri dari lima pertanyaan. Siska Novrida Yanti
19
SASTRA BUDAYA
20
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
Puisi
Di P enghujung Penghujung
Tiada T ers ebab Ada Ters ersebab
Masih berkeliling bintang malam di udara Menusuk sembilu sampai ke dada Hingga terjaga, tapi tak tergapai Ratu malam mulai meredup Seperti lorong yang menelan tumpukan yang menyala Merengut bintang-bintang malam Tarian ombakpun tak dapat jadi peredam Tapi kau masih bertahan di atas puncak gelombang Meraih sisa-sisa kilauan yang menyebar di atas pasak bumi Sambil sesekali melirik ambai-ambai Yang menyentuh gejolak jiwa
Tas lusuh yang terkantung-kantung Pada bahu miskin lemak, Melorot tiba-tiba L alu lesap dalam penglihatan jua Kerangka harap, Debu kota memusuhinya, Enggan hinggap tersebab hina lebih dulu dekat Mengolok-oloknya saat menumpang lewat Lampu jalanan padam, tak setitik cahanyapun yang menunjukkan rupanya Aspal yang basah tersebab ratapannya tak tampak Lalu tubuhnya melayang, terbang, hilang, Ah bumi tidak menginginkannya Dia memilih hinggap di ekor pesawat Yang ditakdirkan jatuh di lautan
KRITIK SAJAK
Oleh Monalisa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2016
Oleh Nurul Safitri Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2018
Iya, T idak ! Tidak Banyak yang bilang tidak! Namun iya kataku! Dunia seolah-olah mengusirrmu dari teduh Lalu melempar ke terik menyengat Atau ia sengaja membuang Tak memberi ruang untuk singgah Lalu tertawa terbahak-bahak Seperti kau sedang menjadi sumber lelucon saja Tenang ini hanya fana Oleh Hanifah Putri Ruli Utami Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2017
KRITIK PUISI
Merenungkan Pandemi Lewat Puisi
Diasuh oleh Muhammad Adek, M.Hum Sebelum pandemi Covid-19 menyelimutkelamkan bumi, mungkin tidak seorangpun yang memproyeksikan dunia akan bergerak ke arah Apocalypse seperti saat ini. Dimana, di tengah peradaban modern nan serba canggih dan mutakhir ini selalu menjanjikan hal-hal memanjakan harapan dan selera. Merujuk data yang dikumpulkan John Hopkin University per tanggal 21 September, hampir tidak ada satu negarapun di dunia yang terbebas dari terpaan virus mematikan ini. Bahkan negara kecil dan terpencil di tengah lautan Karibia seperti Anguila tak luput dari bidasan virus berbentuk seperti mahkota (dari bahasa Latin: corona) ini. Hingga di titik tertentu, beberapa orang mulai bersugesti bahwa Tuhan benar-benar sedang berang saat ini. Keadaan serba sulit dan rumit ini semakin mendesak perenungan manusia ke alam kesemrawutan. Banyak yang memper-
tanyakan kembali arti kehidupan, harta, waktu, jarak dan halhal trivial lainnya. Kehidupan yang terbiasa mapan tiba-tiba dipaksa berputar 180 derajat dimana menyulap temu menjadi celaka, bersentuh bak malapetaka, berbicara laksana bala. Kontemplasi bernada miris dan pesimistis ini juga muncul dalam tiga Puisi Terpilih Ganto edisi kali ini. Puisi pertama sudah menampakkan tema kepelikan dari judul yakni “Di Penghujung”. Penulis menyiratkan puisi ini merujuk keadaan yang hampir mendekati akhir, yakni akhir dari sebuah perjuangan. Pada bait pertama, digambarkan sebuah situasi perjuangan “masih berkeliling bintang malam di udara” yang keras “menusuk sembilu sampai ke dada” namun menemui kegagalan “tapi tak tergapai”. Pada larik kedua, perjuangan tersebut semakin berat dan sendat karena waktu tak lagi bersahabat “Ratu malam mulai meredup” dan “merenggut bintang-bintang malam”. Pada stanza terakhir, diilustrasikan bahwa pelaku perjuangan “kau” masih sanggup “bertahan” di tengah kegamangan dan kepelikan “puncak gelombang”. Tokoh pejuang kau berusaha “meraih sisa-sisa kilauan” yang masih tersisa dan “menyebar di atas pasak bumi” karena hanya itulah yang dapat “menyentuh gejolak jiwa”. Lain halnya dengan puisi
kedua yang mengambil titik pijak cukup kontras dengan sajak sebelumnya. Dalam puisi yang berjudul “Tiada Tersebab Ada”, tokoh utama memilih untuk tidak melanjutkan perjuangan hidupnya lagi. Didapati gambaran diri yang melarat dan tidak penting dalam citra “tas lusuh”, “miskin lemak” dan “lesap dalam penglihatan”. Pada deret berikutnya, potret tokoh utama semakin hina dan lata yakni “debu kota memusuhinya”, hina lebih dulu dekat” dan “mengolok-oloknya saat menumpang lewat”. Keberadaan tokoh “dia” bahkan tak lain dari tiada “tak setitik cahayapun yang menunjukkan rupanya” hingga keberlaluannya tidak sedikitpun disadari oleh sekitarnya “tubuhnya melayang, terbang, hilang”. Walhasil, tokoh “dia” berkesimpulan bahwa “bumi tidak menginginkannya” hingga memilih terbang, “hinggap di ekor pesawat” dan lenyap “jatuh di lautan”. Jika pada dua puisi sebelumnya memedulikan dunia sebagai pertimbangan menilai keberhargaan hidup, puisi ketiga yang berjudul “Iya, Tidak!” tidak lagi menggunakan takaran tersebut. Sedari baris awal, puisi ini menawarkan cara pandang yang cukup radikal ketika penduduk dunia menegasikan dirinya dan pendapatnya “banyak yang bilang tidak”, si tokoh Aku memilih untuk berkata “… iya kataku”. Pada baris selanjutnya, tokoh Aku mendapati dirinya tak lagi
menjadi bagian dari apapun “dunia seolah-olah mengusirmu”, “membuang”, “melempar ke terik menyengat”, “tak memberi ruang untuk singgah” hingga dihinakan sebagai “sumber lelucon”. Hingga akhirnya, ia menolak segala kriteria keduniaan dan terlepas dari dimensi yang “hanya fana” ini. Berdasarkan uraian pemaknaan ketiga puisi di atas, dapat digolongkan tiga cara menghadapi situasi seperti Pandemi Covid-19 saat ini. Cara pertama berasal dari puisi pertama yakni tetap teguh berjuang walau hanya sekelumit hal yang tersisa. Hal ini mengingatkan pada lelucon dunia maya (atau meme) yang sepele namun mengena “tetaplah hidup walau tak berguna”. Siapa tahu, perjuangan yang menyisakan sedikit hal ini, memberi arti yang sangat kemudian hari. Cara kedua dari puisi kedua adalah menyerah. Ikhtiar ini tidak sepopuler mode yang pertama. Namun pada level tertentu, menjadi pilihan yang masuk akal ketika hidup tiada lagi yang memedulikan dan perjuangan tak lagi membuahkan. Filsuf kenamaan Albert Camus menawarkan ini sebagai solusi terakhir menghadapi dunia yang absurd ini dalam beberapa esainya. Menurutnya, seseorang akan mendapati kesadaran berharga bahwa dirinya benarbenar pernah berjuang walau akhirnya menyerah kalah. Cara terakhir yang diajukan
oleh puisi terakhir yakni menegaskan cara pandang duniawi. Dengan tidak lagi memakai patokan keduniaan, seseorang dapat mengajukan kaidah baru dan bobot nilai yang lebih aktual dalam menyimpulkan arti sebuah perjuangan hidup. Hal ini dirasa sedikit radikal namun banyak rasionalnya ketika perhitungan duniawi hanya berpihak pada segelintir orang. Sehingga diperlukan cara pandang yang lebih segar menyikapi kegetiran permasalahan hidup salah satunya dengan tidak berkiblat pada tolok ukur yang kuno dan usang. Dengan begitu, proses pemberian arti dan makna perjuangan hidup lebih dinamis dan demokratis. Akhir kata, puisi tak jauh beda dengan berfilsafat, sering lahir dari dialektika pengalaman dan perasaan sentimental penulisnya mengenai keadaan yang tengah dirasakannya. Terkait keadaan Pandemi dan suka-duka yang meliputinya, memaknai tiga puisi di atas dapat memberikan sebuah pendalaman (insight) menghayati perjuangan dan arti dari hidup periode abnormal ini. Tatkala, orang-orang tak lagi menghiraukan keselamatan orang lain dengan menganggap bahaya nyata hanya jenaka belaka. Tak mengherankan jika akhirnya sebagian lainnya memlih untuk menyerah dan tidak acuh lagi pada segala upaya. Setidaknya, seperti kata Pram, (mereka) telah melawan, sebaikbaiknya, sehormat-hormatnya.
SASTRA BUD AYA BUDA
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
Cerpen
21
Enam Puluh Empat Tangga Surau Kami Oleh Nisrina Zakia Khalel Mahasiswa Pendidikan Biologi TM 2018
Tangga ke-1 Langit memudar, burungburung ribut kembali ke sangkar. Para ibu yang hendak pulang selepas mencuci di tepian sungai, berjalan memeluk ember hasil cucian dan sesekali meneriaki anak-anaknya yang berlarian di jalanan. Aku memperlambat langkah saat menginjak tangga pertama surau. Tahun ini 2016, setelah lama tak mengunjungi surau, akhirnya aku berdiri disini sambil menyaksikan kenangan yang menyeruak kembali. Akan kuceritakan tentang sebuah kisah lama dan benar adanya, tentang kisah anakanak kampung di surau 64 tangga, tempat semua cerita ini berawal. *** “Salju turun! Salju turun!” Kami berteriak girang saat bunga Tectona grandis yang kecil sekali terenggut dari dahannya bak kepingan salju. Aku dan anak perempuan lainnya berebutan menyambutnya sebelum jatuh menyentuh tanah. Sama halnya dengan pohon jati ini, yang tidak kesulitan tumbuh dengan sedikit air. Kami pun begitu, tak perlu pusing untuk membeli aneka mainan, cukup dengan tertawa bersama di sela pepohonan membuat kami hidup dengan menikmati keterbatasan. “Dapat salju berapa?” Aku bertanya kepada Aci, teman masa kecilku. “Tak banyak,” Aci menjawab sambil memandangi mobil biru tua yang terparkir di halaman rumah lama tak berpenghuni. “Apa mungkin orang rumahnya pulang?” Aku kembali bertanya, Aci memalingkan pandangan dari rumah itu, kemudian mengangkat bahu. Kira-kira maksudnya ‘entahlah’. Tak berselang lama hujan turun deras sekali, seperti air bah yang tumpah dari langit, membentuk tirai bulir air jika kalian lihat dari tempat yang teduh. “Rin, tunggu!” Aci berlari menyamaiku yang telah lebih KRITIK CERPEN awal bermandikan hujan. Sebenarnya dia tidak diizinkan ayahnya untuk mandi hujan, tapi
kita semua celaka!” aku membujuknya dan berucap, Ancaman itu memadamkan “bilang saja nanti kalau kau nyali kami, kakak-kakak itu kehujanan saat pulang dari jauh lebih tua, mereka mengorumahku.” Aku tersenyum simmandoi setiap gerak kami. Konon pul, menyadari intrik kebohongan orang memanggilnya kelompok yang kulakukan. Kami berteriak Nendek. Hari itu mereka berentak jelas sambil menatap langit, cana membuang rotan Bapak atau bahkan berguling-guling di jauh ke lereng, agaknya belajar jalanan, membiarkan hujan mengaji ditemani rotan setiap membasahi tubuh kami. melakukan kesalahan membuat Semua kakak laki-lakiku sore itu aneh, bergegas ke rumah tua yang aku dan Aci bicarakan tadi, entah untuk melakukan apa? Selepas magrib mereka tak berada di rumah, aku masih tak tahu bahwa mereka mulai mengaji hari itu dan mengubah keterbatasan kami, anakanak kampung. Aku baru tahu lusanya, saat Maknima (maknya uni Ima) datang ke rumah membawa perintah. Menyuruhku dan anak perempuan lainnya ikut belajar mengaji di surau. Dua hari yang lalu anak lelaki telah dahulu belajar mengaji di rumah yang aku dan Aci bicarakan. Aku sempat melihat mereka pulang sambil makan kue kering, mereka pasang muka masam membuatku malas bertanya, dan ternyata kue kering itu sebagai penawar pedihnya rotan yang mereka terima saat belajar tajwid di hari pertama. Tangga ke-31 Dua tiang lampu terpasang persis bersebelahan dengan tangga ini, sepertinya baru diganti setahun lalu. Aku berhenti sejenak, menikmati lukisan Tuhan Grafis dan Ilustrator : Habil Ramanda saat langit yang berumereka bertindak demikian. bah menjadi jingga berpadu Desaingrafis: Venny Sindya Fitri Malamnya, kami duduk medengan hamparan padi yang lingkar seperti biasa, Bapak menguning. Dulu di tangga ini membelakangi dinding, kemukami sering menghabiskan buah dian di sebelahnya duduk kak manggis yang berjatuhan. TemNubli anak lelaki Bapak. Lima pat ini pun menjadi saksi bisu kebersamaan tanpa menun-tut. menit lengang. Bapak baru meCerita ini baru saja dimulai! nyadari rotan itu telah hilang *** saat akan memberi hukuman “Tutup mulut kalian atau salah seorang yang lupa Shalat
Zuhurnya. “Nubli lihat rotan?” Bapak bertanya, kak Nubli di sebelahnya menjawab dengan gelengan. “Siapa lihat rotan?” Kali ini Bapak bertanya kepada kami semua. Kami diam satu dua menggeleng, mulai memanas. “Siapa lihat rotan di bawah karpet?! ”Suara Bapak sedikit ditinggikan, memperjelas sambil menunjuk karpet. Kami tetap diam. Kian mencekam. Kemudian, terdengar panjang tarikan napas Bapak. Aku mengutuk-ngutuki Nendek dan pengikutnya, toh kesimpulannya kami tetap dihukum. Cubit kunci inggris katanya, cubitan Bapak tidak sedetik saja sakitnya, tapi membekas berhari-hari. Bagaimana tidak, jika cubitannya diputar-putar. Ah tak usah dibayangkan! Untunglah acara cubit-cubitan ini berakhir dalam dua hari. Sore itu kak Nubli datang lebih awal mengabarkan berita baik bahwa bapak telah menemukan rotan pengganti. Benar saja, bapak datang dengan membawa sebilah rotan baru, masih jelas lengkungannya yang baru dibuka dari pemukul kasur. Setelah itu tak ada lagi sejarah hilangnya rotan. Tapi rasanya rotan yang baru ini lebih sakit. Tangga ke-64 Hari semakin gelap. Surau-surau sudah menghidupkan kaset mengaji dan mungkin sebentar lagi azan dikumandangkan. Aku teringat kembali perkataan Bapak saat hendak belajar mengaji “Supaya kalian tahu, apa rasanya dipukuli rotan itu”. Bapak mengatakannya sambil mengibaskan rotan dihadapan kami dengan tawa kecil. Nenekku bilang semula surau memiliki 65 tangga, namun tangga terakhir ditutupi tanah hingga tak terlihat. Cerita ini akan berakhir seperti tangga ke-65. ***
Bapak pernah mengatakan, “Rina bacaannya sudah jauh lebih baik.” Saat itu mati lampu jadi tak ada yang melihatku tersenyum. Jika mati lampu kami berkumpul, bercerita, tertawa bersama dan menumbuhkan semangat kami untuk berani bercita-cita. Beberapa hari setelah malam itu, kotaku Pariaman dilanda gempa berkekuatan 7,6 SR. Saat kami memulai untuk kembali mengaji, ada anggota baru, seorang pengungsi dari kampung lain. “Dia sering mengadu pada ayahnya,” Aci bilang begitu padaku saat pulang dari sekolah. “Menangis pula, padahal kita saja yang perempuan tidak pernah begitu,” aku mengangguk menyetujui. Sehabis isya ada laki-laki jangkung berdiri mendekati bapak. Bapak masih menunduk berdoa. “Kau kira mereka kerbau yang bisa seenaknya dipukuli!” bapak tersentak menatap. “Anakku pulang mengadu kesakitan,” kata-katanya keluar begitu saja, tak mengacuhkan kami yang pergi menyudut ketakutan. Saat itulah kudengar tarikan napas bapak yang kedua kalinya, lebih panjang. Aku mengerti bapak tak mampu menjelaskan. Mengaji bertemankan rotan telah mendidik kami untuk bersungguh-sungguh, agar rotan tak sampai ditangan dan mengajarkan kami berani menerima risiko. Meskipun begitu, Bapak menyangyangi kami seperti anaknya sendiri. Ia selalu mengantarkan obat herbal ke rumah saat aku sakit, adikku sering diberi roti jika lewat bersepeda di depan rumahnya, dan bapak juga membantu kami melanjutkan sekolah. Kali itu kami menangis, benarbenar menangis tak terkecuali kelompok Nendek. Bapak yang selalu mengajarkan kami menghormati waktu tak pernah datang telat, sekarang pergi lebih awal meninggalkan surau. Lalu, waktu telah merampas kenangan itu, dan tertutupi seperti tangga ke-65.
KRITIK CERPEN
Filosofi Tectona Grandis dan Anak Tangga
Diasuh Oleh Refisa Ananda, M.Pd Alam takambang jadi guru. Berbagai filosofi kehidupan dianalogikan penulis dari berbagai hal dan benda di sekitar. Pertama, filosofi anak tangga. Pola penghitungan jumlah anak tangga dalam cerpen ini akan terasa berbeda dari biasanya. Kenapa? Karena Nisrina, sang penulis, memulai hitungan anak tangga tersebut dari atas menuju bawah. Biasanya, seseorang akan memulai hitungan satu dari
anak tangga pertama yang dinaikinya. Artinya, jika mengikuti pola umum tersebut anak tangga ke-65 akan berada di paling atas. Namun hal biasa itu tak menarik minat Nisrina. Ia punya pola sendiri yang berkaitan erat dengan kisah yang ditulisnya. Seperti pada kutipan berikut. Nenekku bilang surau kami semula memiliki 65 tangga, namun tangga terakhir telah ditutupi tanah hingga tak terlihat. Cerita ini akan berakhir seperti tangga ke65. Berdasarkan kutipan itu, jelas terlihat bahwa anak tangga ke65 menurut pola penghitungan Nisrina adalah tangga pertama dari bawah. Bagian ini mengisyaratkan tokoh Rina tengah mengisahkan kisah masa kecilnya. Masa kecil yang nantinya pun akan dilupakan. Ia ada, tapi waktu mengaburkan keberadaannya. Masa kecilnya berpusat di surau itu. Namun, semakin ia dan temantemannya dewasa, semakin ia
menjauh dari surau. Persis seperti urutan anak tangga yang dilaluinya. Semakin besar angkanya, semakin jauh ia dari surau. Tempat mereka belajar banyak tentang ilmu agama pun juga lainnya. Cerita ini dituturkan dari sudut pandang tokoh Rina. Lengkap dengan segala pemikiran, pengalaman, dan perasaannya. Kenangan Rina ketika menapaki satu per satu anak tangga. Setiap anak tangga punya kisahnya sendiri. Pun begitu dengan hidup. Selalu ada kisah di setiap fasenya, sejak manusia lahir, anak-anak, dewasa, tua, dan akhirnya tiada, tertimbun tanah seperti halnya tangga ke-65. Kedua, filosofi pohon jati (Tectona Grandis). Hal tersebut tergambar pada kutipan berikut. Sama halnya dengan pohon jati ini, yang tidak kesulitan tumbuh dengan sedikit air. Kami pun begitu, tak perlu pusing untuk membeli aneka mainan, cukup
dengan tertawa bersama di sela pepohonan membuat kami hidup dengan menikmati keterbatasan. Mengapa Pohon Jati begitu menarik? Jati bisa tumbuh pada tanah yang tandus sekali pun. Ia isa bertahan hidup di daerah dengan curah hujan yang sangat rendah. Manusia berkualitas pun begitu, tak sedikit yang sukses walau tumbuh dengan berbagai keterbatasan. Jika ditilik lebih jauh, latar cerita ini adalah Kota Pariaman tahun 2000-an, tepatnya sekitar tahun 2009. Ketika gempa besar meluluhlantakkan Kota Pariaman dan serta merta nilai seorang guru (mengaji). Sebuah rotan yang bagi pendatang hanya dipandang sebagai bentuk kekerasan. Ternyata berbeda dengan pandangan anak-anak dan penduduk asli daerah tersebut. Nilai-nilai pendidikan yang akhirnya dirasakan dan dipahami oleh mereka yang “dibesarkan” oleh pedihnya rotan. Kisah ini layak dinikmati
siapa pun, tidak berbatas umur. Baik orang tua atau calon orang tua, anak-anak atau dewasa. Setiap kata menghadirkan nilainilai pengajaran yang luhur tentang kehidupan. Penulis piawai menuliskan idenya menjadi sebuah cerita yang membuat pembaca berpikir. Berpikir tentang peran empat buah angka. Apa arti angka 1, 31, 64, 65 bagi penulis? Apakah ada makna tersembunyi yang harus ditemukan pembaca? Mengapa penulis memunculkan angka-angka itu dalam kerumunan huruf-huruf pada kisah yang ditulisnya? Apa istimewanya angka-angka itu dibanding angka lainnya? Berbagai penafsiran yang nantinya akan diperoleh masing-masing pembaca, biarlah menjadi hak istimewanya. Tidak mesti sama. Toh, aturan mainnya ketika sebuah karya sastra sampai kepada pembaca, penulis tidak punya kendali apapun lagi.
RESENSI
22
Membaca Takdir 12 Makhluk Judul Penulis Penerbit Tebal Cetakan
: : : : :
Tukar Takdir Valiant Budi PT. Gramedia Pustaka Utama 221 Halaman Pertama, 2019
Adam Malik dalam Dunia Pers Judul
Penulis Penerbit Cetakan Tebal
B
egitulah bunyi salah satu kutipan yang ada di dalam buku Tukar Takdir ini, salah satu karya Valiant Budi yang berisi kumpulan dari 12 cerita yang membahas tentang takdir dari makhluk hidup. Cerita ini menceritakan berbagai macam takdir yang dilalui oleh makhluk hidup yang tidak saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya serta memiliki genre yang berbeda-beda. Valiant merancang akhir yang tidak terduga di setiap penutup ceritanya sehingga memberikan efek kejut kepada pembaca. Ketika membaca buku ini, kita seolah-olah membaca 12 misteri dengan akhir yang sudah dirancang sedemikian rupa, sehingga memberikan kesan rasa ingin tahu untuk membaca cerita selanjutnya. Namun pemberian kesan tidak terduga pada bagian akhir ini juga menjadi kelemahan dari buku ini. Beberapa dari akhir cerita memang memberikan akhir yang mengecoh, namun beberapanya lagi sudah ada yang mengetahui bagaimana akhirnya. Buku ini menceritakan bagaimana seluk beluk kehidupan yang dilalui oleh makhluk hidup. Makhluk hidup disini tidak terfokus kepada manusia, namun juga membahas tentang binatang, makhluk tak kasat mata, bahkan makhluk imajinasi seperti alien. Tentang bagaimana mereka ingin merasa-kan kebebasan, merasa putus asa, bersema-ngat bahkan yang tidak ingin menjadi diri mereka sendiri akan dibuat merenung dengan akhir cerita ini. Kelebihan dari buku ini yaitu setiap ceritanya dikemas dalam genre yang berbeda-beda, sehingga akan sangat cocok untuk dibaca oleh semua orang. Buku ini
B
juga dikemas dalam bahasa santai yang membuat pembaca lebih mudah untuk memahami isinya. Cerita-cerita yang disuguhkan dalam buku ini juga menceritakan kisah kehidupan yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari, namun lebih di kemas dalam sudut pandang yang berbeda, sehingga akan membuat kita larut dalam. Sudut pandang yang dipilih oleh penulis juga menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga seakan-akan membuat pembaca merasa bahwa kitalah yang menjadi tokoh utama dan merasakan setiap emosi yang ada. Pesan yang dapat diambil dalam buku ini sangat dalam. Tak terkesan menggurui, namun kita dibuat merenung dan mensyukuri setiap hal yang kita miliki. Seperti di bagian awal ketika hendak membaca buku ini, kita akan dihadapkan pada quotes yang berbunyi “Yang semangat hidup, dipanggil Tuhan. Yang berumur panjang, rindu kematian” begitulah pesan tersirat dalam buku ini. Kita diajarkan untuk siap dengan segala situasi yang ada dan menerima apapun yang menjadi takdir kita. Resensiator: Lidya Octaliani Mahasiswa PGSD TM 2018
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
: Seri Pemimpin Bangsa Adam Malik : Membangun Pers Indonesia : Litbang Kompas : PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta : Pertama, 2019 :92 hlm
uku Seri Pemimpin Bangsa Adam Malik: Membangun Pers Indonesia ditulis serta disusun oleh Litbang Kompas sebagai penghargaan tertinggi dari Dewan Pers kepada Adam Malik atas jasa-jasanya di bidang pers. Adam Malik sendiri merupakan pendiri kantor berita Antara sekaligus Wakil Presiden RI pada tahun 1978-1983. Dalam buku yang diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara ini dijabarkan pula bagaimana proses Adam Malik dalam membangun kantor berita Antara serta bagaimana jatuh bangunnya kantor berita Antara yang telah ia bangun bersama para rekannya. Buku ini merupakan gabungan dari berita-berita yang ditulis oleh kompas terkait dengan Adam Malik. Seperti judulnya Membangun Pers Indonesia, di dalam setiap halaman dan berita yang telah ditulis oleh Kompas, disampaikan bahwa sebagai seorang anggota pers banyak sekali aturan-aturan yang harus dipatuhi serta kode etik yang telah diatur. Tak lupa Adam Malik menyampaikan bahwa pers boleh melancarkan kritik setiap hari secara tajam, asal tetap berada pada batas yang objektif, sopan, normal, keagamaan, serta moral Pancasila. Dalam bukunya, Adam Malik juga mengatakan bahwasanya pemerintah yang benar-benar bekerja dan memperjuangkan kepentingan rakyat tak perlu takut mengenai kritikan-kritikan sehat yang ditujukan padanya. Seorang anggota pers juga harus berani, keberanian sikap terutama untuk membela hak-hak rakyat. Tak lupa Adam Malik meminta kepada kantor berita
Nasional Antara supaya lebih memainkan perannya sebagai komunikator tingkat nasional yaitu sebagai penghubung antara pemerintah dan rakyat, pemimpin dan yang dipimpin, serta masyarakat dengan masyarakat. Adam Malik pernah berkata bahwa kebebasan arus informasi hanya dijadikan dalih untuk membanjiri negara-negara berkembang dengan bahan-bahan informasi dan propaganda yang merusak nilainilai kebudayaan. Meski menjabat sebagai seorang pejabat pemerintah, Adam Malik dengan lantang mengatakan bahwa pemerintah harus menilai tinggi tugas wartawan dari segi positifnya. Buku ini tidak hanya cocok dibaca oleh anggota pers, namun juga oleh masyarakat umum. Karena terdapat banyak informasi mengenai dunia Pers yang patut diketahui masyarakat umum. Pada buku ini juga dijelaskan bagaimana seorang pers itu harus bertindak baik untuk mengkritik, maupun memperjuangkan hak rakyat. Resensiator : Widia Nurfitri Mahasiswa Pendidikan Geografi TM 2018
ULASAN FILM
Bicara Bumi dan Energi Kolektif Judul film Kreator Produksi Rilis
: : : :
Diam dan Dengarkan Mahatma Putra Anatman Picture Juni 2020
F
ilm berjudul Diam dan Dengarkan merupakan film dokumenter aktivisme lingkungan yang dibungkus apik melalui narasi dan visualisasi suka rela berbagai pihak hingga tercipta energi kolektif yang mengubah cara pandang kita terhadap bumi dan alam semesta. Semua aspek krisis lingkungan yang dipadukan dalam satu proyek film memperlihatkan bahwa Mahatma Putra bersama Anatman Picture sangat ambisius dalam memperlambat kepunahan massal. Satu proyek film biasanya tidak akan tuntas membahas satu problematika biodiversitas, tetapi tim Anatman Picture berhasil meramu berbagai masalah alam semesta hanya dalam satu film berdurasi 90 menit. “Akhirnya ada jeda untuk dunia berhenti dan merenung. Melahirkan cinta bagi sesama makhluk hidup lain.” Suara syahdu Christine Hakim diiringi potongan-potongan gambar yang termuat dalam bab pembuka berjudul Kiamat Tak Terhindarkan jelas berhasil menggetarkan hati manusia. Fondasi argumen tentang bumi dan alam semesta diramu lalu diletakkan dalam bab Kiamat Tak Terhindarkan. Bab ini menuntun diri kita untuk mengetahui hakikat manusia dan posisi kita di alam semesta. Fondasi argumentasi terkait bumi dan alam semesta ini mengantarkan kita masuk
ke dalam bab-bab berikutnya yang saling bersangkut-paut. Dokumenter ini memandu kita kepada berbagai macam problematika bumi yang dibabak menjadi enam bagian. Film ini merupakan gabungan berbagai chapter yang diunggah Anatman Picture bergiliran. Lantas diunggah keseluruhan babak menjadi film utuh pada 28 Juni 2020. Setiap babak atau bab dituntun oleh suara narator yang berbeda. Christine Hakim dengan suara lirihnya sebagai narator pembuka. Lalu berikutnya ada Dennis Adiswara pada bab Mens Sana in Corpore Sano, pada bab 3: Kerajaan Plastik oleh Arifin Putra, Eva Celia pada bab 4: Air Sumber (Gaya) Hidup, Nadine Alexandra pada bab 5: Kehutanan yang Maha Esa, dan bab 6: Samudra Cinta oleh Nadine Aisyah. Film ini berisi pengetahuanpengetahuan populer di berbagai media yang kemudian dirangkum dan disesuaikan dengan pemirsa Indonesia. Film dokumenter ini sebenarnya menyajikan informasi dan fakta yang tak jauh berbeda dengan film dokumenter lingkungan lainnya. Akan tetapi, cara meracik informasi, fakta, dan data yang dilakukan Anatman Picture benarbenar membuat penonton terbius untuk diam dan mendengarkan dokumenter ini hingga tuntas. Pihak Anatman Picture juga mengambil gambar/footage dengan lisence creative commons, sehingga
pihaknya tidak mengklaim hak cipta pada dokumenter ini. Hal tersebut membuat film ini semakin spesial karena dengan begitu pihak Anatman Picture mengizinkan semua konten kreator serta aktivis lingkungan menggunakan dan memodifikasi film tersebut guna tercapainya kondisi bumi yang lebih baik. Hal spesial lainnya adalah kehadiran berbagai narasumber ahli yang mempunyai latar belakang beragam. Keberagaman narasumber ini menjadi variasi argumen berupa sudut pandang yang benar-benar mencerminkan biodiversitas di bumi. Mulai dari pegiat lingkungan, praktisi kesehatan holistik, plantbased nutitionist, designer, dokter, praktisi meditasi dan yoga, enterpreneur, hingga praktisi pendidikan. Variasi tersebut memperkaya sudut pandang manusia akan bumi dan menyadarkan bahwa gaya hidup sehat pribadi manusia akan menyelamatkan bumi. Jelas tercermin kekuatan energi kolektif setiap individu menjadi pesan yang ingin ditujukan kepada pemirsa. Memperteguh bahwa perubahan besar dapat terjadi dengan aksi-aksi kecil yang dilakukan secara kolektif, bersamaan. Perubahan kecil itu dimulai dari diri kita di kehidupan sehari-hari demi menyelamatkan manusia dari kepunahan massal serta menyelamatkan bumi, karena kita adalah bumi.
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
23
FILOSOFIA
Covid-19 : Ketakutan dan Harapan
Oleh Alimharun Pamungkas Pengajar Filsafat Pendidikan, Organisasi kesehatan dunia atau lebih dikenal World Health Organization (WHO) lebih dari tujuh bulan lalu merilis bahwa wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai pandemi. Pemerintah Indonesia setidaknya telah mengumumkan bahwa lebih dari 7000 orang telah terpapar virus ini. Lalu, pantaskah kita takut terhadap situasi yang terjadi ini? Apakah tetap akan ada harapan dengan adanya kejadian ini? Kita akan memulai menjawab pertanyan tersebut dari paradoks antara harapan dan ketakutan. Harapan menjadikan seseorang untuk mencapai sesuatu yang diyakini di masa yang akan datang. Harapanlah yang menjadikan seseorang berusaha sekuat tenaga karena terdapat sesuatu yang indah, menarik, dan menyenangkan. Sementara ketakutan adalah suatu hal buruk yang akan terjadi di masa depan. Ilustrasinya, mengejar harapan adalah sepertimenginjak OGAN pedal gas, sedangkan ketakutan adalah seperti menginjak pedal rem. Harapan yang tidak terwujud akan menjadi sumber keputusasaan, kekecewaan, dan bahkan kehancuran sehingga, harapan perlu ‘direm’ dengan ketakutan. Kita akan tahu kapan harus mengejar harapan dengan berlari, namun kita juga perlu tahu kapan menggunakan ketakutan OGAN
untuk berhenti sejenak atau bahkan diam. Hal inilah yang disebut dengan kebijaksanaan. Ketakutan ataupun harapan merupakan part of life atau part of human experience, sehingga keduanya sangatlah bersifat manusiawi. Justru ketika manusia tidak memiliki rasa takut, maka itu tidaklah manusiawi. Semua tindakan akan selalu memiliki rumus-rumus ketakutan, karena dibalik ketakutan tersebut terdapat harapan. Kalau begitu, bagaimana dengan rasa takut kita terhadap Covid-19? Jawabnya adalah sesuatu yang sangat manusiawi. Maka tidak perlu ada yang dirisaukan dari ketakutan terhadap Covid-19. Kita tidak perlu bersusah payah untuk menghilangkan rasa takut tersebut. Mengapa demikian? Karena ketakutan kita terhadap sesuatu memiliki hubungan dengan adanya suatu yang mengancam dan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Seperti dalam hal ketakutan kita terhadap Covid-19. Mengapa kita mesti menggunakan masker atau disiplin dalam menjaga jarak fisik. Tentu karena kita merasa terancam dengan potensi terjangkit oleh Covid-19. Ketakutan terhadap situasi tersebut menjadikan diri kita selanjutnya sangat berhati-hati dalam menjalankan aktivitas keseharian. Mengapa kita harus memiliki rasa takut terhadap Covid-19? Sebab ketakutan terhadap Covid-19 itu bermanfaat, agar kita selamat. Inilah yang melahirkan konsep tentang survival atau defence mechanism, seperti yang diulas oleh Sigmund Freud dalam sebuah karya berjudul The Ego and the Mechanisms of Defence (1936) yang dirilis ulang oleh putrinya, Anna Freud. Jadi rasa takut itu bersifat instingtif. Artinya semua orang mesti memikirkan tentang keselamatan dirinya. Ringkasnya, selagi seseorang tersebut ‘waras’,
maka ‘pasti dia akan cari selamat’. Demi memeroleh keselamatan inilah, maka kita rela untuk memiliki dan memelihara rasa takut. Apakah memiliki dan memelihara rasa takut terhadap Covid19 itu diperlukan? Diantara cara kita agar tetap eksis menjadi manusia adalah melalui kepemilikan kita tentang rasa takut. Ketakutan terhadap Covid-19 tidak berhubungan dengan jenis kelamin, kelas sosial, atau bahkan ‘kejantan’, melainkan sesuatu yang manusiawi. Hanya saja, rasa takut kita tersebut, perlu untuk dikontrol, seperti halnya dengan harapan. Mengapa demikian? Ya, karena jika hidup kita hanya diselubungi ketakutan saja, maka kita tidak akan mampu untuk berbuat apa-apa. “Kenapa tidak keluar rumah? Ya, karena takut terjangkit Covid-19” atau “Kenapa tidak pergi untuk jalan-jalan keliling kota? Ya, karena takut kecelakaan”. Jika kita secara terus menerus bersikap ‘serba takut’ seperti ini, tentu akhirnya kita tidak akan berbuat apa-apa (do nothing). Oleh karena itu, kita perlu untuk mengetahui formulanya. Formula apa yang dimaksud? Misalkan jika kita menggunakan penalaran induktif, hubungan kausal. Terdapat kondisi yang perlu (necessary condition) dan ada kondisi yang cukup (sufficient condition). Ilustrasinya begini, kita memiliki rasa takut terjangkit Covid-19 karena berinteraksi dengan orang lain, maka kita menggunakan masker dan menjaga jarak fisik. Lalu apakah dengan upaya tersebut kita akan tidak terjangkit Covid-19? Menjaga jarak dan menggunakan masker adalah sesuatu yang cukup (sufficient) untuk dilakukan, namun untuk terjangkit, tentu harus ada virus dan kondisi tubuh yang lemah sebagai sesuatu yang perlu (necessary). Seperti halnya, apakah dengan berkendara pada jalur yang diten-
tukan dan menerapkan safety riding maka kita akan selamat? Tentu tidak, sebab masih ada peluang datangnya kendaran lain dari luar jalur. Artinya rasa takut terhadap adanya sesuatu perlu berimbang dengan potensi harapan yang ada. Dengan demikian, kita tidak perlu dikuasai rasa takut sehingga tidak berani untuk berbuat apa-apa yang memiliki kemungkinan baik, ketimbang kemungkinan buruk yang kita bayangkan. Mengapa ketakutan muncul? Ketakutan muncul dari pikiran (thoughts) dan pengalaman sebelumnya (past experience). Kita takut terhadap sesuatu karena kita memikirkan sendiri ketakutan tersebut dan karena pengalaman kita atau juga pengalaman orang lain. Kita takut untuk melakukan sesuatu di luar protokol kesehatan adalah karena pengetahuan kita tentang Kesehatan atau informasi tentang terus berkembangnya korban akibat Covid-19. Selain itu juga karena pengalaman dari kerabat atau kolega kita yang terjangkit. Lalu apa penyebab rasa takut? Takut disebabkan adanya pengetahuan atau informasi yang tidak lengkap. Terkadang kita hanya mengetahui sesuatu secara ‘setengah-setengah’ (uncomplete knowledge). “Mengapa kamu tidak keluar rumah? Ya karena nanti dapat tertular Covid-19”. Jawaban tersebut, tentu masih merupakan jawaban ‘setengah jadi’, sebab masih terdapat banyak kemungkinan yang lain, semisal kita tetap bisa bersenang-senang dengan berinteraksi bersama orang lain sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan. Kita dapat mengatur agar tetap dapat terhindar dan tetap dapat bersenang-senang. Selain itu, ketakutan juga disebabkan imajinasi (imagination). Ilsutrasinya, seperti ketika kita berada sendirian di suatu tempat. Kita yang awalnya biasa
saja, menjadi ‘merinding’ karena diberitahu bahwa sebelumnya di lokasi tersebut ada yang pernah bunuh diri. Padahal jika tidak ada informasi tersebut, kita juga masih bersikap biasa-biasa saja, dan tidak takut. Lalu bagaimana kita merespon ketakutan? Pilihannya tentu ada dua, bertarung menghadapinya atau menghindar. Tidak selalu menghindar adalah wujud kepengecutan. Jika kita berhadapan dengan Covid-19, tentu pilihannya adalah menghindar, dan bukan menghindari Covid19 bukan wujud kepengecutan. Sama halnya ketika seseorang berada di sebuah rel kereta api, lalu ia menghindar menjauhi rel saat ada kereta api yang datang, kita tidak perlu menyebutnya pengecut, “ah pengecut kamu, masa iya kamu menghindar, harusnya kan kamu hadapi!” Ketakutan semacam itu adalah bersumber dari keyakinan yang kita miliki bahwa jika berhadapan dengan kereta api, maka sesuatu yang buruk atau berbahaya akan terjadi, badan kita akan tertabrak dan hancur. Hal ini sama halnya jika kita merasa ‘sok berani’ dengan Covid-19 maka kita meyakini sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri kita. Maka dari itu, karena kita memiliki ketakutan bahwa diri kita akan terjangkit Covid-19, maka kita perlu untuk berubah dan berbuat sesuatu. Kita mematuhi untuk menggunakan beragam protokol yang ditetapkan untuk mengurangi ketakutan kita. Pada bagian akhir tulisan ini, sudah sepantasnya kita patut bersyukur bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa masih menganugerahkan (a gift) kepada kita rasa takut. Karena dengan takut yang kita miliki, kita akan waspada, dan kewaspadaan itu akan menghasilkan kehati-hatian berupa formula untuk mengatasi rasa takut, sehingga kita tetap bisa memiliki harapan yang lebih panjang.
July-Agustus 2019 Edisi No.211/Tahun
XXX
IKLAN
September-Oktober 2020 Edisi No.215/Tahun XXXI
24