Edisi 192

Page 1


2

Edisi No. 192/Tahun XXVII

FAJAR

SARIPATI

Harapan Akan Perubahan Universitas Negeri Padang (UNP) bagai mendapat angin segar dengan terpilihnya Prof. Ganefri, P.hD. sebagai rektor baru. Bagaimana tidak, baru dua bulan usai dilantik, lima pejabat penting telah berhasil ia datangkan ke UNP. Beberapa kerja-sama juga telah dilakukan dengan berbagai pihak. Itikad baik untuk kembali mengadakan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa program studi pendidikan tahun masuk 2013 juga menjadi bagian yang patut diapresiasi. Dalam temu ramah dan diskusi program rektor dengan dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu Sosial, Ganefri menyampaikan bahwa target UNP berikutnya adalah menjadi Universitas Riset atau Research University. Untuk menjadi universitas riset ini, 30% Pendapatan Negara Bukan Pajak UNP harus berasal dari riset. Adalah sebuah citacita besar yang digaungkan Ganefri kepada sivitas akademika UNP. Cita-cita tinggi tentu membutuhkan usaha yang kuat pula. Melihat kondisi UNP saat ini, masih banyak hal yang harus diperbaiki. Jika dilihat dari peringkat di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada 2016, UNP berada di urutan ke-93. Posisi ini turun dari tahun sebelumnya, yakni urutan ke88. Berdasarkan indikator klasterisasi dan pemeringkatan perguruan tinggi, salah satu indikator yang memiliki andil besar dalam penilaian adalah kualitas kegiatan penelitian sebanyak 30%. Dalam hal ini, tentu dosen yang memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas penelitian di perguruan tinggi. Selain itu, masalah krusial yang dimiliki UNP adalah tidak adanya jurnal UNP yang terakreditasi. Padahal, seberapa besar jurnal yang terakreditasi internasional juga menjadi penilaian besar dari sebuah perguruan tinggi. Di samping permasalahan di atas, juga muncul pendapat terkait UNP yang telah mulai kehilangan esensinya sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). UNP seakan menjadi perguruan tinggi serba tanggung. Tidak kuat di pendidikan, tapi di ilmu murni juga tidak. Dari data yang ada, kata Ganefri, UNP berada pada peringkat 11 dari 12 LPTK. Padahal, UNP dulu merupakan salah satu LPTK terbaik yang diperhitungkan oleh m as y a r ak at . Ada harapan besar yang ditumpangkan oleh sivitas pendamba perubahan, si pemerhati yang mulai geli melihat kondisi UNP kini, di pundak Ganefri. Ada rasa ingin mengulang kembali masa jaya yang masih membekas di memori. Ibarat pepatah Minang mambangkik batang tarandam. Sekaranglah masanya seluruh komponen di UNP berbenah diri. Karena, mengharapkan perubahan sebuah universitas membutuhkan komitmen dari semua praktisi. Inilah saatnya Ganefri menakhodai akan dibawa ke mana UNP nanti.

GANTOLE

+ Langkah Awal Rektor Baru - Jangan melangkah sendiri, Pak POKOK PADANG + Penelitian UNP Peringkat 38 dari 1477 PT

- Alhamdulillah, lai ado juo yang meningkat + Penyebab Tertundanya Penggunaan Gedung Baru - Ayo berdoa bersama ...

Rektor Universitas Negeri Padang Setiap pemimpin adalah orang yang terpilih di zamannya. Orang yang terpilih karena dipilih oleh masyarakatnya. Setiap pemimpin adalah orang yang sejatinya telah memiliki kemampuan untuk memimpin. Oleh karena itu, setiap pemimpin punya sejarah yang berbeda-beda dan dicatat oleh sejarah dengan karya yang berbeda-beda pula. Hal yang pantas diingat adalah bahwa setiap pemimpin pastilah meninggalkan karya dengan jejak yang berbedabeda pula. Universitas Negeri Padang (UNP) telah dipimpin oleh rektor yang berbeda pada setiap periode atau beberapa periode kepemimpinan. Setiap rektor pastilah memiliki cita-cita, visi, dan misi kepemimpinan untuk memajukan dan mengembangkan universitas. Hanya saja, setiap rektor memiliki cara yang berbeda-beda pula dalam mengejawantahkan cita-cita, visi, dan misi kepemimpinannya tersebut. Namun, hal yang penting diingat adalah bahwa setiap rektor

telah berkarya dengan cara yang berbeda untuk universitas ini. Kita yakin kepemimpinan dan karya besar setiap rektor akan dicatat di dalam sejarah universitas ini dan dinilai ibadah oleh Allah Yang Maha Ku asa. Rektor UNP periode 2016-2020, Prof. Ganefri, M.Pd., Ph.D., tentulah juga memiliki cita-cita, visi, dan misi kepemimpinannya untuk meningkatkan, memajukan, dan mengembangkan UNP. Sebagai rektor UNP yang baru, Prof. Ganefri, M.Pd., Ph.D. tentulah mempunyai cara khasnya untuk memajukan universitas ini. Hal ini kita yakini seperti halnya rektorrektor periode sebelumnya yang memiliki cara khas pula dalam memajukan universitas ini. Harapan sivitas akademika UNP kepada Prof. Ganefri, M.Pd., Ph.D. sebagai rektor yang baru adalah mewujudkan visi dan misi UNP sebagai salah satu universitas berkelas dunia yang telah dicanangkan oleh Rektor Periode 2012— 2016, Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram.

Selanjutnya, harapan sivitas akademika UNP kepada Prof. Ganefri, M.Pd., Ph.D. tentulah melahirkan dan mengejawantahkan programprogram khasnya untuk mencapai visi dan misi UNP tersebut. Namun, hal yang perlu pula diingat adalah betapa pun hebatnya program-program UNP yang dilahirkan Prof. Ganefri, M.Pd., Ph.D., hanya akan dapat diwujudkan jika didukung oleh semua pihak. Artinya, seluruh sivitas akademika UNP perlu mendukung pelaksanaan programprogram yang dilahirkan dan dicanangkan Prof. Ganefri, M.Pd., Ph.D. untuk memajukan universitas ini. Jadi, seluruh unsur di UNP, seperti wakil rektor, dekan, direktur, wakil dekan, wakil direktur, ketua jurusan, sekretaris jurusan, ketua prodi, staf pengajar, kepala lembaga, kepala biro, kepala bagian, kepala subbagian, tenaga kependidikan, dan mahasiswa/mahasiswi haruslah mendukung semua program untuk peningkatan kualitas universitas ini. Semoga. (Eto)

POKOK PADANG

Foto Bersama: Salah seorang kru SKK Ganto yang menjadi peserta whorkshop Sejuk Salatiga berfoto bersama setelah pemberian materi di Grand Wahid Hotel, Salatiga, Jumat (2/9). f/doc

Salam Pers Mahasiswa! Adalah tentang benih-benih egoisme yang mulai tumbuh dalam iklim organisasi. Sikap yang lebih mementingkan perasaan dan kepentingan pribadi. Tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain. Masih dalam taraf kewajaran, jika terkadang muncul keinginan untuk memenuhi kepentingan pribadi terlebih dahulu ketimbang yang lain. Ada kalanya, egolah yang memegang kendali, sehingga muncul keinginan tidak mau mengalah. Apalagi mahasiswa yang sejatinya masih berapi-api dan sedang berproses mencapai kema-

tangan emosi. Namun, apabila egoisme tumbuh dalam organisasi, kondisinya bagai duri dalam daging. Jika tidak segera dibuang, duri siap merusak saraf dan jaringan hingga perlahan membusuk. Mungkin, benih-benih itu pulalah yang mulai tersemai pada diri kru SKK Ganto. Berbagai ego pribadi yang tumbuh menjadi kendala tersendiri dalam penyelesaian edisi 192 ini. Oleh sebab beberapa kesibukan pribadi yang tidak bisa teratasi dengan baik, mengakibatkan tersendatnya jalan redaksi. Untungnya, permasalahan ini masih dapat diatasi sehingga edisi 192 dapat diselesaikan. Selain menggarap redaksi, SKK Ganto juga berkomitmen mening-

katkan kualitas sumber daya anggota dengan mengikutsertakan beberapa pengurus dalam ajang pelatihan jurnalistik tingkat lanjut nasional di Medan, Lampung, Makassar, dan daerah lain. Pada awal September lalu, satu kru SKK Ganto juga lulus seleksi untuk mengikuti pelatihan yang diadakan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman di Salatiga. Ajang ini diikuti oleh 25 orang terpilih dari lembaga pers mahasiswa se-Indonesia. Edisi kali ini, Ganto menghadirkan pembahasan laporan mengenai program Rektor baru UNP dan harapan sivitas akademika untuk pengembangan UNP ke depan. Selain itu, Ganto juga menyuguhkan beragam informasi dan jawaban seputar permasalahan yang ada di kawasan kampus, seperti UNP Dikunjungi Lima Menteri dan Ketua BPK, Satu Tim UNP Lulus PHBD, UNP Tetap Adakan PLK. Juga berita kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh unit kegiatan mahasiswa selingkungan UNP. Jangan lupa untuk berkunjung ke portal berita Ganto di http://www.ganto.or.id. Untuk berita kegiatan yang tidak bisa dicetak, sudah diterbitkan di halaman website tersebut. Akhir kata, segenap Kru SKK Ganto menyampaikan permohon maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakni UNP. Selamat membaca. Viva Persma!

Sur at Kabar Kam pus U niver sitas Negeri Pad ang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, Internatio nal Standar d Ser ial Num ber ( ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli: Jefri Rajif, Novarina Tamril, Sabrina Khairissa, Kurniati Rahmadani. Staf Ahli: Konsultasi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puisi: Utami Dewi Pramesti, M.Pd., Kritik English Corner : Drs. Jufri, M.Pd. , Pemim pin Umum: Fitri Aziza, Sekr etaris U mum: Windy Nurul Alifa, Bend ahara Umum: Resti Febriani, Atas Nama Pemimpin Redaksi: Fitri Aziza, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Sri Gusmurdiah, Pemimpin Usaha: Hari Jimi Akbar, Redaktur Pelaksana: Yulia Eka Sari, Redaktur Berita: Ermiati Harahap dan Neki Sutria, Redaktur Tulisan: Maida Yusri, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Fakhruddin Arrazzi, Redaktur Online: Ranti Maretna Huri Redaktur Artistik: Doly Andhika Putra, Layouter: Fauziah Safitri, Fotografer: Okta Vianof, Riset: Zahara, Staf Usaha: Abdul Hamid. Reporter Junior: Alfendri, Antonia Dwi Rahayuningsih, Arrasyd, Claudia Gusra (NA), Debi Gunawan, Debi Purnama Sari (NA), Emel Yadi (NA), Gezal Sabri, Hengky Yalandra, Laila Marni, Lutfi Darwin, Nadila Aprisia, Oktri Diana Putri, Putri Radila, Revina Ornela Kartini, Tivani Monic Sandria, Yanda Dewi Kurnia (NA), Yulia Arafika (NA), Wildan Firdaus, Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.or.id, email: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,- (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,- (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi

menerima tulisan berupa artikel, esai, feature, cerpen, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.


3

Edisi No. 192/Tahun XXVII

SURAT PEMBACA

SKK Ganto menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke Sekretariat SKK Ganto UNP, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampirkan kartu identitas: KTP atau KTM.

Pelayanan Perpustakaan Kimia Perpustakaan merupakan sarana yang dapat menunjang proses pembelajaran. Seperti halnya perpustakaan yang ada di Jurusan Kimia yang terletak di Laboratorium Kimia lantai II. Namun, beberapa waktu belakangan perpustakaan yang biasanya ramai dikunjungi mahasiswa terlihat sepi. Salah satu penyebabnya pelayanan dari perpustakaan yang kurang menyenangkan. Padahal, mahasiswa Kimia membutuhkan perpustakaan dengan suasana yang nyaman dalam mencari referensi dari tugas mereka. Saya berharap ke depannya pelayanan di sini lebih ditingkatkan agar mahasiswa yang berkunjung merasa nyaman berada di perpustakaan. MF Mahasiswa Kimia

Aktivis Kurang Jaga Kebersihan Saya mengeluhkan aktivis UKM yang menggunakan lobi dan lapangan parkir FIP pada malam hari, sebab mereka tidak menjaga kebersihan. Pagi harinya banyak sampah yang berserakan, seperti gelas-gelas plastik bekas minuman. Hal tersebut mengganggu pemandangan dan merepotkan cleaning service pada pagi harinya. Sebaiknya, kalau memang mau ada kegiatan, aktivis harus bisa menjaga kebersihan dan buanglah sampah pada tempatnya. Satpam FIP

Wifi Kampus Cabang Saya adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang berada di kampus cabang Limau Manis. Hingga saat ini, di jurusan saya untuk mengakses wifi cukup sulit, tidak seperti ketika saya berada di kampus pusat. Bahkan, di sini jaringan wifi hanya dapat diakses di sekitar jurusan saja dan tidak sampai hingga ke kelas-kelas. Padahal, saya sangat membutuhkanya untuk mencari bahan materi tambahan saat perkuliahan berlangsung. Meski pihak jurusan telah menyediakan tiga buah meja dan kursi berukuran besar di depan jurusan untuk memudahkan mahasiswa ketika mengakses wifi, namun tetap saja jumlahnya tidak memadai. Seringkali saya kesulitan mencari tempat duduk ketika semua bangku telah penuh. Saya harap ke depanya UNP lebih memperhatikan hal ini sehingga terciptanya kenyamanan dalam perkuliahan. Putri Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa

Butuh CCTV di Kelas Saya adalah mahasiswa Jurusan Tata Rias dan Kecantikan TM 2014. Beberapa waktu belakangan ini, di kelas kami sering terjadi kehilangan, baik itu kehilangan barang-barang kecil seperti kosmetik maupun kehilangan uang atau HP. Walaupun setiap orang memang bertanggungjawab atas barangnya masing-masing, namun menurut saya, seperti yang terdapat di ruangan kelas FT, ruang kelas FPP juga harus memiliki CCTV. Hal ini dapat meminimalisir kehilangan tersebut. Fau Mahasiswa Tata Rias dan Kecantikan

ULASAN SURAT PEMBACA

Beasiswa untuk Mahasiswa Aktif Organisasi UNP merupakan salah satu universitas yang dibanjiri beasiswa untu k menunjang studi mahasiswanya, baik itu beasiswa dari Kemenristekdikti sendiri mau pu n dari pihak donatur lain. Namu n, dalam pembagian untu k beasiswa ini, harapan saya agar diutamakan untu k mahasiswa yang aktif dalam organisasi terlebih dahu lu , khu su snya bagi mahasiswa aktivis yang ju ga berprestasi dalam kuliahnya dan juga ku rang mampu dalam membiayai perkuliahan. Hal ini dikarenakan oleh, mahasiswa yang aktif dalam organisasi punya nilai tambah dalam mengangkat dan mengharumkan nama UNP tidak saja di tingkat lokal, namu n ju ga di tingkat nasion al. Muhammad Azis J un a edi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Mesin TM 2012 Ketua I KSR PMI UNP

Jawaban: Mahasiswa yang baik dalam akademik dan aktif di organisasi itu sangatlah bagus. Pada u mu mnya, mahasiswa yang aktif di organisasi dan mempunyai prestasi dalam bidang akademiknya lebih cepat mendapatkan beasiswa. Dengan adanya beasiswa diharapkan mampu meringankan beban keu angan mahasiswa tersebu t. Sebab, tidak

semu a mahasiswa berasal dari kelu arga menengah ke atas. Universitas juga sangat mendu ku ng mahasiswa yang memiliki keseimbangan dalam bidang akademik dan organisasinya. Sehingga akan mengusahakan bantuan meringankan biaya ku liahnya. Dengan demikian diharapkan selain memiliki nilai akademik yang baik, mahasiswa tersebut juga lebih aktif lagi di organisasi serta memperbanyak prestasi. Sebaliknya, beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa yang hanya aktif di organisasi, sedangkan kuliahnya berantakan akan mempunyai efek negatif. Dikhawatirkan dengan beasiswa tersebut mahasiswa akan semakin cenderung berorganisasi dan meninggalkan perkuliahan. Meski pada u mu mnya mahasiswa yang aktif di organisasi merupakan mahasiswa yang cerdas, punya kemampuan, dan kreatifitas yang tinggi. Namun, saat ini beasiswa khusus untuk aktivis belum ada. Saat ini, UNP sedang menyusun statuta dan akan dipertimbangkan untuk memberikan anggaran dana kepada mahasiswa jika mahasiswa tersebut aktif di organisasi, memiliki kreativitas, dan nilai akademik yang bagus. Tapi, hal ini haruslah dari inisiatif dari masing-masing organisasi mahasiswa. Salah satu caranya dengan mengajukan proposal. Selain itu , struktu r kepenguru san dalam organisasi selalu berganti tiap tahunnya. Dengan demikian, istilah beasiswa tidak cocok digunakan. Sebab, beasiswa itu memiliki jangka waktu yang panjang misalnya sampai mahasiswa tersebu t menyelesaikan masa stu dinya. Oleh sebab itu, istilah yang lebih tepat digunakan ialah bantuan pendidikan. Sutrisno, M.Pd. Kepala Bagian Kemahasiswaan UNP

Pustaka Tidak Update Buku Geografi Saya kesu litan menemukan bu ku geografi u ntuk rujukan karya tu lis ilmiah di perpu stakaan jurusan atau pu n perpu stakaan pusat. Geografi di perpustakaan bisa di-update. Devin Anggara Saputra Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2012

Jawaban: Perpustakaan selalu berusaha menyediakan koleksi bu ku dan ju rnal yang lengkap dan update serta sarana dan prasarana yang memadai untuk sivitas akademika Universitas Negeri Padang. Namu n, u ntu k tahu n 2016 ini, dana perpustakaan tidak dianggarkan di Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga. Hal ini disebabkan karena pada 2015 lalu perpustakaan su dah mendapat dana sebanyak 1,7 miliar u ntu k penambahan koleksi, sarana, dan prasarana. Jadi, untuk tahun ini penambahan bu ku tidak ada, kecuali jika ada bu ku yang dihadiahkan oleh lembaga lain. Biasanya, untuk pengadaan bu ku di perpustakaan pu sat, pembelian buku berdasarkan rekomendasi dari masing-masing ju ru san. Jurusan memberikan daftar buku dan jurnal yang haru s ada dan dibutuhkan oleh mahasiswa kepada pihak perpu stakaan. Jika anggaran dana perpustakaan ada, maka perpu stakaan akan membeli bu ku dan ju rnal tersebu t. Drs. Yunaldi, M.Si. Kepala Perpustakaan UNP


LAPORAN

4

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Langkah Awal Rektor Baru Rektor baru dengan programnya tidak bisa berjalan sendiri. Perlu kerja-sama semua pihak untuk UNP yang lebih baik. Oleh Yulia Eka Sari dan Fitri Aziza

M

asih mengenakan kaca mata, berhias kalung kebesaran rektor dengan padanan peci dan jas berwarna hitam, Prof. Ganefri, Ph.D., hadir dalam Upacara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Rektor Perguruan Tinggi Negeri, Direktur Politeknik Negeri, Direktur Akademi Komunitas Negeri, dan Sekretaris Pelaksana Kopertis di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Auditorium Gedung Di Lantai 2 Senayan, Jakarta, Rabu (2 0/7). Sejak pelantikan tersebut, Ganefri resmi menjalankan tugasnya sebagai rektor UNP, yakni melaksanakan tridharma perguruan tinggi, serta membina pendidik, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan hubungannya dengan lingkungan, (Pasal 7 Peraturan Menristekdikti No.10, tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja UNP). Dalam pelaksanaan tugasnya tersebut, Ganefri harus mempertanggungjawabkan berbagai program yang telah disusunnya dalam platform bertema Peningkatan Mutu Berkelanjutan Menuju Akreditasi Unggul. Dalam platform tersebut, Ganefri merangkum 18 isu strategis yang harus dibenahi UNP. Di antaranya, kualifikasi dosen dan tenaga kependidikan yang belum merata, fasilitas yang kurang untuk mahasiswa berkegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, Badan Layanan Umum (BLU) yang belum terimplementasi dengan maksimal, serta tidak adanya jurnal yang terakreditasi nasional dan internasional di UNP. Hadapi Isu Strategis dengan Program Kerja Berangkat dari isu tersebut, beberapa program dirancang oleh Ganefri. Pertama, UNP akan menjalin kerja-sama dengan

lembaga, perusahaan, stakeholder, serta perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Salah satu dari kerja-sama tersebut terwujud pada 2016, yaitu dengan dipercayakannya UNP sebagai penyelenggara sertifikasi IT-security, sebuah kerjasama dengan EC-Council, lembaga konsultan IT ternama. “Diharapkan dengan kerja-sama ini, UNP di masa depan dapat menjadi satu dari sedikit institusi pendidikan tinggi Indonesia yang menjadi pusat sertifikasi dalam bidang IT untuk masyarakat,” ungkap Ganefri pada pidato wisuda UNP ke 107, Sabtu (17/9). Kedua, mutu pendidikan akan diperbaiki dengan peningkatan seleksi masuk mahasiswa baru, peningkatan kualitas dosen melalui pendidikan lanjut (S3), jabatan fungsional Guru Besar, pelatihan model pembelajaran inovatif dosen, dan revisi kurikulum yang sesuai kebutuhan pasar kerja. Saat ini, dari 1162 dosen UNP, 50 di antaranya adalah guru besar, 250 orang bergelar Doktor, 656 orang bergelar Magister S2 dan 206 dosen sedang studi S3, dengan 50 orang di antaranya di universitas luar negeri. Dengan jumlah tersebut, ditargetkan pada tahun 2020 sebanyak 70% sudah berkualifikasi S3, dan 15% berkualifikasi Guru Besar. Sedangkan untuk mutu mahasiswa, Ganefri akan menyediakan fasilitas bagi kegiatan mahasiswa. Baik berupa perpustakaan, pusat komputer, laboratorium, bengkel kerja, balai bahasa, dan ruang baca yang lebih berkualitas. Ditambah dengan pendirian pusat karir dan kewirausahaan mahasiswa. Ketiga, terkait BLU akan dilakukan pengoptimalan implementasi pengelolaan keuangan UNP pada 2016 dengan penuntasan dan penerapan Susunan Organisasi dan Tata Kerja bagi seluruh fakultas dan unit-unit selingkungan UNP, peningkatan

Temu Ramah dan Diskusi: Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Ganefri, P.hD. menyampaikan Program Pengembangan UNP ke depan di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik pada acara Temu Ramah dan Diskusi dengan dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu Sosial, Selasa (4/10). f/Fitri

kualitas pelayanan akademik, keuangan, pengadaan barang, sumber daya dan aset dengan sistem teknologi informasi. Disertai dengan peningkatan peranan dan fungsi Dewan Pengawas Sistem Pengendalian Internal, Badan Penjamin Mutu Internal UNP, dan peningkatan layanan Sistem Informasi Akademik UNP. Keempat, Ganefri akan mendorong peningkatan kualitas dosen dalam penelitian untuk mewujudkan UNP sebagai Universitas Riset. Untuk menjadi universitas riset ini, 30% Pendapatan Negara Bukan Pajak UNP haruslah berasal dari riset. Sementara, jurnal UNP saat ini belum ada yang terakreditasi baik nasional maupun internasional. “Saat ini, target kita adalah jurnal berakreditasi internasional,” papar Ganefri dalam temu ramah dan diskusi rancangan pengembangan UNP masa datang rektor dengan dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu Sosial, Selasa (4/10). Dari beberapa program ter-

sebut, Ganefri menargetkan 80% prodi terakreditasi A pada 2020, 70% dosen sudah berkualifikasi S3, 15% dosen berkualifikasi Guru Besar, masuk dalam jajaran 20 besar universitas di Indonesia, serta menjadi universitas riset. Tak luput menjadikan UNP sebagai perguruan tinggi berakreditasi A pada 2016. Serta menuju universitas unggul di ASEAN. Butuh Kerjasama Semua Kalangan Terkait dengan berbagai program kerja dan sasaran yang hendak dicapai oleh Ganefri, Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd., Rektor UNP periode 20032007 dan 2008-2012 mengatakan perlu kerja-sama dari berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut. “Universitas tidak bisa selesai oleh rektor saja, perlu kerja-sama dengan staf, dosen, dan mahasiswa,” ujar Mawardi, Kamis (15/9). Misalnya, capaian rektor 80% prodi UNP terkareditasi A dapat terlaksana jika ada kerjasama yang dijalin oleh rektor

dengan berbagai lini terkait, pemanfaatkan sumber daya yang dimiliki UNP dengan baik, mendengar banyak pendapat dari bawahan. “Karena perbedaan pendapatlah yang membuat perguruan tinggi itu maju,” pesann ya. Tidak hanya itu, UNP juga harus meningkatkan kualitas kepemimpinannya, jika ingin mencapai beberapa sasaran diatas. “Sekarang, kualitas kepemimpinan kita masih tertinggal jauh, yaitu sekitar rangking 400-an,” tuturnya. Terkait sasaran menjadi universitas unggul di ASEAN atau menjadi WCU, Mawardi mengatakan hal itu tidak perlu menjadi tujuan perguruan tinggi, karena capaian tersebut hanya menyederhanakan fungsi dari lembaga PTN. “Tidak perlu kita memikirkan WCU dan lainnya, kembali saja pada tujuan PTN menurut UUD, yaitu menciptakan insan manusia yang berpendidikan,” tutupnya. Laporan: Eka, Ermi, Fitri, Sri

UNP Butuh Rektor yang Peduli Oleh

Yulia Eka Sari dan Fitri Aziza

“Kita butuh rektor inspiratif dan mau bersosialisasi dengan mahasiswa,” ujar Akram. Salah satu hak mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) adalah memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan bidang akademik sesuai dengan minat, bakat, kegemaran, dan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan Pasal 48 Ayat 6 Poin b Statuta UNP tentang Kemahasiswaan. Namun, kewajiban universitas memenuhi hak mahasiswa tersebut masih belum dipenuhi UNP. “Sarana dan prasarana kampus belum baik, seperti toilet rusak. Hal kecil tersebut mengganggu keberlangsungan pembelajaran,” ujar Mahasiswa Sastra Indonesia TM

2014, Silvia Anggrina, Rabu ( 14/9) . Untuk permasalahan di atas, menurut Silvia, universitas tidak menyediakan wadah bagi mahasiswa menyalurkan aspirasinya. Contohnya, kebijakan pembatasan jam malam di kampus yang tidak meminta pendapat mahasiswa.“Seharusnya kampus menyediakan wadah bagi mahasiswa menyampaikan aspirasinya, walaupun hanya online,” pesan Silvia. Hal yang sama juga dirasakan Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Keluarga TM 2015, Akram Syafarino, juga mendapati hal serupa. Menurutnya, UNP masih belum memperhatikan fasilitas yang ada dengan kapasistas yang diterima untuk perkuliahan. Masih terdapat perkuliahan dengan 70 maha-

siswa dalam satu kelas pada kelas mata kuliah umum. Selain itu, masih terdapat alat-alat lama yang digunakan mahasiswa dalam pembelajaran, “Alat-alat itu jika rusak diperbaiki, lalu dipakai kembali, hal itu mengganggu proses belajar,” ungkap Akram, Rabu (13/9). Akram berharapkan Rektor UNP peduli dengan kebutuhan mahasiswa tersebut. Juga dibutuhkan rektor yang mau terbuka tentang kebijakan yang akan diterapkan, dan tentunya menyediakan wadah bagi mahasiswa untuk mengenal rektornya. “Kita butuh rektor yang inspiratif dan mau bersosialisasi, tidak hanya duduk di kantor dengan mahasiswa,” ujar Akram. Selain itu, menurut Staf Ahli Departemen Advokasi dan Kajian Strategi BEM FIS UNP, Davindra

Dirgantara, wadah aspirasi tersebut bisa dalam banyak bentuk yang tujuannya membuat mahasiswa dekat dengan rektornya. “Wadah tersebut bisa berupa acara temu ramah atau lainnya,” ujarnya, Rabu (17/8). Alhasil, tidak ada lagi kebijakan seperti jam malam yang merugikan mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa, tenaga laboran di Laboratorium Fisika, Edi Kurnia, S.Si., juga butuh kepedulian dari universitas. Sebab, hingga saat ini, Edi masih belum memiliki sertifikat pelatihan penggunaan alat. Dengan tidak adanya sertifikat tersebut, status resmi Edi sebagai operator Laboratorium masih dipertanyakan. “Saya harap UNP mau menyediakan pelatihan untuk memperoleh sertifikat tersebut, karena itu di-

tanya waktu kita akreditasi” tutur Edi, Senin (22/8). Bertolak dari permasalahan tersebut, sebenarnya UNP membutuhkan sosok rektor yang perhatian terhadap permasalahan yang ada di sekitar sivitas akademika. “Selama ini masalah UNP adalah perhatian yang kurang,” tegas Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd., Rektor UNP periode 2003-2007 dan 20082012, Kamis (15/9). Rektor bisa membangun perhatian tersebut dengan menerapkan konsep kolegial atau kekeluargaan. Konsep ini akan memberikan kebebasan berpendapat bagi masyarakat UNP. “Sehingga berbagai permasalahan bisa diselesaikan dengan cepat,” tutup Mawardi. Laporan: Ermi, Eka, Fakhruddin, Debi*, Gezal*


LAPORAN

Edisi No. 192/Tahun XXVII

5

Ganti Tong Sampah: Tiga orang pegawai UNP sedang mengganti tong sampah lama dengan tong sampah baru yang terletak di depan Sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa , Minggu (8/5). Penggantian tong sampah dilakukan dalam rangka pembenanahan untuk persiapan reakreditasi UNP. f/Okta

Rektor Baru Dihadapkan Isu Strategis Rektor targetkan UNP menjadi universitas unggul di ASEAN. Sementara mahasiswa masih cemaskan ruang kuliah, dosen yang jarang masuk, dan dana kegiatan mahasiswa yang kurang. Oleh Yulia Eka Sari dan Fitri Aziza Setelah terpilihnya Prof. Ganefri, P.hD. sebagai rektor baru Universitas Negeri Padang (UNP) periode 2016-2020, berbagai tujuan universitas mulai ditetapkan. Beberapa program kerja mulai disusun, kebijakan-kebijakan baru diterapkan, serta isu-isu strategis UNP ditelaah lebih dalam. Isu-isu tersebut, di antaranya sarana dan prasarana yang masih belum mencukupi, kualitas dosen dalam mengajar yang masih kurang, dana untuk kegiatan mahasiswa yang terbatas, serta beberapa program studi (prodi) yang masih berjuang untuk memperoleh A. Perbaiki Sarana dan Prasarana serta Pelayanan Sudah tiga tahun Ruswandi menjadi mahasiswa di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNP. Selama kuliah ia kerap

mencari ruangan sebelum kuliah dimulai. Hal ini dikarenakan ruangan perkuliahan yang kurang di FMIPA. “Biasanya, kami kuliah di ruang standar dan lokal darurat. Itupun masih kurang, apalagi dengan kondisi yang sekarang,” tutur Ruswandi sambil mengarah pada lokal darurat yang sudah dirubuhkan, Kamis (18/8). Kendala lain datang dari Mahasiswa Teknik Elektronik, Deza Ilham, yang dengan berat hati harus meninggalkan perpustakaan pusat karena jam pelayanan sudah tutup. Menurutnya, jam pelayanan perpustakaan di UNP terlalu pendek, di universitas lain mahasiswa diberikan kesempatan menikmati waktu membaca sampai malam di perpustakaan. “Sementara di UNP, bagaimana menikmati waktu membaca, jika jam empat sudah ditutup,” ungkap Deza, Selasa (30/8). Tidak hanya mahasiswa, Te-

naga Laboratorium Fisika UNP, Edi Kurnia, S.Si., juga mengeluhkan tentang sarana dan prasarana perkuliahan, terutama yang ada di laboratorium. Menurutnya, alat yang ada di laboratorium masih kurang lengkap “Alatnya memang sudah ada, tapi belum lengkap, sehingga pembelajaran tidak efisien,” ujar Edi, Senin (22/8). Tingkatkan Kualitas Dosen Heru Setiawan, mahasiswa yang biasa berada di blok Elektro UNP ini pernah mendengar dosen jurusannya berkata-kata kasar dalam perkuliahan. Menurutnya, itu menunjukkan kualitas dosen UNP yang masih kurang profesional meski sudah berpendidikan tinggi. “Hal demikian tidak baik untuk menciptakan lulusan yang bermutu,” ungkap mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Elektro ini, Selasa (20/8). Lain halnya dengan Mahasiswa Pendidikan Kimia, Nova Maharani. Dia mengeluhkan keti-

dakdisiplinan dosen saat masuk kuliah. “Dosen sering telat, bahkan tidak masuk,” keluh Nova, Selasa (30/8). Padahal, hal tersebut adalah hak mahasiswa untuk memperoleh materi perkuliahan. Terkadang, cara dosen dalam penyampaian materinya pun kurang baik. “Sehingga banyak mahasiswa yang tidak mengerti materi,” ujarnya. Sementara itu, Mahasiswa Jurusan PG PAUD, Riskha Hanifa Nst, kerap kecewa karena mengetahui dosen pembimbingnya dinas keluar kota atau pelatihan sehingga ia tidak bisa bimbingan skripsi. ”Memang itu tidak kesalahan dosen, tapi dosen telah ditugaskan untuk membimbing mahasiswa, jadi harus dipenuhi dulu,” ucap Riskha, Kamis, (18/8). Menjawab pertanyaan tersebut, Dr. Ramadhan Sumarmin, Dosen Jurusan Biologi UNP mengakui memang banyak mahasiswa mengeluhkan dosen yang datang

terlambat atau tidak datang sama sekali. Akibatnya, ada beberapa hari di mana kuliah dipadatkan dan memberatkan mahasiswa. Selain itu, ada juga dosen yang tidak bisa memberikan bimbingan penuh pada mahasiswanya, karena mereka dituntut dengan tugas tridarma. “Namun, kita tidak bisa menilai kinerja dosen hanya dari aspek itu saja,” jelas Ramadhan, Kamis (1/9). Ormawa Masih Terkendala dengan Pendanaan Menjalani perannya sebagai iron stock, social control, serta agent of change, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mengisi 4 tahun masa normal kuliahnya dengan SKS mata kuliah. Mahasiswa UNP berhak menjalankan kegiatan ekstrakurikuler (Statuta UNP Pasal 48 Ayat 6 Poin k). Pendanaan kegiatan pun dipenuhi oleh universitas. Namun, mahasiswa masih disulitkan dengan dana untuk sewa ruangan UNP untuk acara mahasiwa yang terlalu mahal. “Sewa ruangan tersebut mahal, dan kadang kami harus mengalah jika ruangan dipakai oleh penyewa lain yang membayar lebih mahal,” ujar Bendahara BEM UNP 2015-2016, Iis wahyuli. Lain halnya dengan Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF), mereka terkendala dengan pembelian peralatan yang harganya rata-rata mahal. Proposal pun telah diajukan untuk pembelian alat, namun belum ada tanggapan dari pihak universitas. “Padahal, universitas menuntut untuk memberikan prestasi, sementara peralatan untuk berprestasi belum disediakan,” pungkas Ketua UKFF, Muhammad Rezky, di tengah bisingnya kendaraan di depan sekretariat mereka, Kamis (1/9). Menanggapi keluhan mahasiswa tersebut, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, S.E., mengakui dana untuk kegiatan mahasiswa masih kurang. Universitas pun menyadari hal yang demikian dan berusaha untuk meningkatkan anggarannya, “Tapi ada yang kita lebih prioritaskan dahulu sehingga tidak semuanya bisa terpenuhi,” jelasnya, Selasa, (30/8). Laporan: Windy, Hamid, Okta, Zahara, Eka, Ranti, Dika, Fakhruddin, Aila*, Rasyid*, Oktri*, Alfendri*

Raih Prodi Akreditasi A Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Negeri Padang (UNP) sudah berusia lebih ku rang 62 tahun sejak didirikan pada 1954. Dalam usia tersebut, universitas beralmamater ku ning dan berslogan Alam Takambang Jadi Guru ini telah memiliki 8 faku ltas de-ngan 88 program studi (prodi). Namu n, dari 88 prodi tersebu t, hanya 16 prodi yang terakreditasi A hingga 2016. Sementara prodi lainnya, masih berada dalam rentang akreditasi B dan C, dan ada yang dalam proses reakreditasi. Salah satu Prodi yang terkareditasi A adalah Sastra Indonesia. Dr. Novia Juita, M.Hum., Ketua Prodi Sastra Indonesia menjelaskan, hal yang menyebabkan kebanyakan pro-

di sulit untuk mendapatkan akreditasi A adalah pemenuhan dalam borang akreditasi, khususnya, standar empat dan tujuh. “Prodi kami unggulnya pada poin sumber daya manusia (SDM) dan banyaknya penelitian serta karya tulis dosen,” ujar Ketua Prodi yang Agustus 2016 ini baru terakreditasi A, Jumat (2/9). Novia menambahkan bahwa standar yang harus dipenuhi dalam borang akreditasi adalah sebagai berikut. Pertama, visi, misi, tujuan, sarana dan strategi pencapaian. Kedua, tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu. Ketiga, kemahasiswaan dan kelulusan. Keempat, sumber daya manusia. Kelima, kurikulum, pembelajaran, dan susunan

sistem akademik. Keenam, pembiayaan, sarana, dan prasarana. Ketujuh, penelitian dan pelayanan. Terkait tujuh standar tersebut, Ketua Prodi Ilmu Olahraga, Dr. Wilda Welis, SP, M.Kes., mengharapkan agar prodi tidak hanya bergantung pada kemauan dosen. “Jika prodi menginginkan akreditasi A harusnya jemput bola,” sarannya, Jumat (2/9). Jemput bola yang dimaksud, yaitu meminta langsung berkas penyusunan borang kepada orang terkait yang mendukung penilaian akreditasi. Wilda mengatakan bahwa kebijakan dari prodi untuk mengembangkan SDM-nya juga penting. Prodi Ilmu Keolahragaan mengambil kebijakan untuk mempermudah dosen mengikuti workshop dan akses bantu-

an dana untuk artikel internasional. “Kebijakan tersebut memberikan kesempatan bagi dosen seluas-luasnya untuk berkarya,” jelasnya. Selain itu, Wilda juga menjelaskan bahwa Jurusan Ilmu Keolahragaan memiliki poin lebih unggul, sebab banyak dosen yang menjadi pelatih di luar UNP. Tambahannya pula, prestasi mahasiswa bagus dan kemampuan menyelesaikan studi rata-rata sudah 4 tahun dengan masa tunggu kerja rata-rata enam bulan. “Jika UNP berkomitmen untuk jemput bola, membuat prodi akreditasi A akan mudah saja,” paparnya. Dari 88 Prodi yang ada di UNP, umumnya adalah konversi dari jurusan. “Wajar prodi di UNP akreditasinya belum mencapai A,” ungkap Dr. Ramadhan

Sumarmin, M.Si., Ketua Prodi Biologi yang berakreditasi A, Jumat (19/8). Menurutnya untuk mencapai hal tersebut, Prodi harus melakukan reakreditasi selama 6 bulan dengan mengumpulkan banyak dokumen. Sebelumnya, sambung Ramadhan, saat akreditasi Prodi Biologi masih B, prodi diminta untuk menggenjot jumlah doktor, jurnal publikasi ilmiah, serta kegiatan mahasiswa yang terus berjalan dan terpantau. Begitupun dengan kebijakan yang dibuat, harus dijalankan dengan mengoptimalkan semua komponen dan saling bersinergi. “Saya harap Rektor baru, memperhatikan kebijakan yang menunjang kinerja dan mendorong penelitian di UNP,” tutupnya. Laporan: Jimi, Maida


LAPORAN

6

Edisi No. 192/Tahun XXVII

UNP Tidak Hanya Menjadi LPTK Oleh Yulia Eka Sari dan Fitri Aziza Berubahnya Institut Kependidikan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang menjadi Universitas Negeri Padang (UNP) pada 1999, merupakan perluasan mandat dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) menjadi universitas. Sebagai sebuah universitas, UNP tidak lagi hanya menjalankan perannya sebagai LPTK, namun juga menjalankan mandat pada pengembangan program studi (prodi) bidang ilmu murni. Sebagai LPTK, UNP masih menyelenggarakan pendidikan untuk jurusan dan prodi kependidikan. Sedangkan sebagai non-LPTK, UNP memiliki jurusan dan program studi nonkependidikan. Namun, dengan dihilangkannya mata kuliah Pengalaman Lapangan Kependidikan (PLK) bagi mahasiswa pendidikan TM 2013, menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi sivitas akademika UNP. Hingga akhirnya, PLK kembali diadakan berdasarkan kebijakan rektor baru UNP. Hal ini menuai komentar dari pimpinan UNP sebelumnya. Salah satunya yang disampaikan Rektor UNP periode 2003-2007 dan 2008-2012, Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd.. Menurut Mawardi, PLK

tidak seharusnya dihapuskan di UNP, sebab UNP masih kampus kependidikan. “Dari dulu saya bilang, PLK itu ndak perlu dihapus, tidak ada untungnya bagi kita,” ujarnya, Kamis (15/9). Selain itu, Mawardi juga menyampaikan bahwa sebagai LPTK, UNP seharusnya tetap memberikan akta mengajar kepada tamatan kependidikan UNP. Terakhir kali UNP memberikan akta mengajar pada 2012. Namun, setelah adanya Program Profesi Guru (PPG) yang dicanangkan oleh pemerintah, akta tidak lagi diberikan. “Padahal, PPG dan akta mengajar adalah suatu persoalan yang berbeda,” sambungnya. Hal senada juga disampaikan Dr. Mestika Zed, M.A.. Menurutnya, fokus utama UNP masih kependidikan, hanya saja kurang diperbincangkan secara luas. Lahirnya kebijakan untuk meniadakan PLK, menurut Mestika adalah kebijakan yang menyalahi LPTK. “Hal ini menunjukkan bahwa UNP tidak lagi mementingkan pendidikan. Padahal, perpindahan IKIP ke universitas merupakan perluasan mandat, yang mana UNP tetap dengan fokus utama LPTK, sambil mulai masuk ke bidang ilmu murni,” jelasnya, Selasa (30/8). Berbeda dengan pendapat sebelumnya, staf pengajar mata

kuliah pendidikan, Dr. Syahniar, M.Pd Kons., mengatakan, UNP masih tetap berada pada jalurnya sebagai LPTK. Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya mata kuliah kependidikan di UNP. Misalnya, di Fakultas Ilmu Keolahragaan, mahasiswa pada jurusan kependidikan masih dibekali dengan mata kuliah pendidikan, yang pada akhirnya menunjang pekerjaannya sebagai tenaga pendidik. “UNP masih LPTK dengan disediakannya mata kuliah pendidikan,” jelas dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling ini, Rabu (5/10). Sama halnya dengan, Syahniar, Dra. Nelfia Adi, M.Pd., Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan ini mengatakan bahwa UNP masih memegang perannya sebagai kampus LPTK. Hal tersebut terbukti dengan adanya mata kuliah terkait kependidikan yang masih ada di UNP. Sebagian besar prodi di UNP juga prodi kependidikan. “Bukti nyatanya, 90 persen prodi di UNP masih pendidikan. Dengan demikian, kita tidak bisa mengatakan UNP telah meninggalkan perannya sebagai LPTK karena bukti nyatanya tidak mengatakan hal demi-kian,” ungkap Nelfia, Kamis (6/5). Untuk jurusan dan prodi kependidikan itu sendiri, lanjut

Nelfia, mahasiswa masih difasilitasi dengan berbagai sarana dan prasarana penunjang calon tenaga pendidik. Misalnya, Laboratorium micro teaching membuktikan bahwa UNP ma-sih konsisten untuk menyediakan calon guru. Namun, permasalahannya adalah kualitas dan penampilan dari mahasiswa UNP sebagai calon pendidik. Menurutnya, masih banyak mahasiswa yang tidak sadar dengan peran dan penampilannya sebagai calon guru. “Dari segi penampilan, calon pendidik UNP masih belum melambangkan perannya,” keluhnya. Menurut Nelfia, penampilan merupakan hal yang penting. Sebab, mahasiswa tersebut nantinya akan menjadi guru yang mengajar di kelas. Selain penampilan, mahasiswa yang lulus menjadi calon pendidik seharusnya adalah mereka yang pintar. “Saya harap UNP dapat menyediakan sistem untuk pe-nyeleksian yang demikian,” harap Nelfia. Pakar Pendidikan UNP, Prof. Prayitno, mengatakan bahwa sebenarnya UNP adalah kampus yang tidak sepenuhnya LPTK. Sebab, di UNP juga ada prodi dan jurusan yang tidak LPTK. “Dengan pengembangan prodi dan jurusan baru nonkependidikan, UNP tidak sepenuhnya menjadi

LPTK,” jelas Prayitno, Rabu (5/ 9). Hal itu menurut Prayitno adalah sebuah tantangan karena tujuan IKIP berubah jadi UNP adalah supaya tidak hanya mendidik tenaga pendidik saja. Sementara, terkait UNP sebagai bagian dari LPTK, menurut Prayitno, tugasnya sudah dijalankan sebagus-bagusnya. Dari delapan fakultas di UNP, masih banyak yang menyediakan jurusan dan prodi kependidikan. “Yang perlu diperhatikan adalah apakah calon pendidik UNP tersebut sepenuhnya menjalankan fungsinya sebagai pendidik di masyarakat,” ujarnya. Sejalan dengan hal itu, Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., mengatakan bahwa sivitas akademika UNP secara bersama-sama harus mengembalikan peran UNP sebagai LPTK. Menurut Ganefri, sivitas akademika UNP sekarang masih terlena dengan kebesaran nama UNP sebagai LPTK di masa lalu. Tapi, berdasarkan data, UNP berada pada peringkat 11 dari 12 LPTK yang ada. Komitmen dosen dan sivitas akademika UNP sudah berbeda. “Itu yang harus kita kembalikan,” ujarnya saat menyampaikan sambutan pada temu ramah dan diskusi dengan dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu sosial UNP, Selasa (4/ 10). Laporan: Eka, Ermi

WAWANCARA KHUSUS

Rektor Baru, Harapan untuk Reorientasi UNP Ke depan

Prof. Dr. Mestika Zed, M.A. Rektor dalam sebuah universitas adalah pemimpin yang memiliki tugas untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta membina pendidik, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan hubungannya dengan lingkungan (Pasal 7, Permen Ristekdikti RI No. 10 tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Universitas Negeri Padang). Tentunya, tugas inilah yang diharapkan dilaksanakan oleh pemimpin baru Universitas Negeri Padang (UNP) agar bisa membawa UNP ke arah yang lebih baik. Bertolak ke masa lalu, sebenarnya, seperti apa kepemimpinan rektor di UNP? Bagaimana pandangan terkait program rektor untuk meningkatkan penelitian guna menuju akreditasi unggul. Bagaimana

pula pandangan terhadap kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk Reguler Mandiri (RM) yang baru diterapkan. Berikut wawancara reporter Ganto, Yulia Eka Sari bersama Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial, Prof. Dr. Mestika Zed, M.A.. Bagaimana pandangan Anda terhadap kepemimpinan rektor UNP? Jika melihat posisi leadership sebuah perguruan tinggi, tidak perlu terlalu rumit. Kita lihat apa saja yang mereka kerjakan dan bagaimana kepeduliannya terhadap tridarma. Untuk kepemimpinan UNP selama ini, pertama, bagaimana aspek pendidikannya. Universitas tidak jelas mau di bawa ke arah mana. Padahal, kita tahu fokus utama dari universitas kita adalah Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai mantan IKIP. Tapi isu ini tidak pernah diangkatkan sebelumnya. Bahkan sempat lahir kebijakan tidak adanya PL. Pendidikan seolah-olah tidak terlalu perlu lagi, kita bersaing seperti pedagang kelontong yang menjual prodi ini dan prodi itu. Fokus utama kita harus tetap pada pendidikan. Tapi kondisi kita sekarang serba nanggung. Benteng kita tinggalkan, tapi tidak pula di ilmu murni kita kuat. Ini perlu diperhatikan. Kedua, bidang penelitian kita masih tertinggal juga publikasinya. Ketiga, soal mahasiswa, yakni UKT, sejauh mana fasilitas mahasiswa

terpenuhi, baik untuk unit kegiatan mahasiswa maupun akses dalam belajar seperti perpustakaan dan online. Terkait tujuan kita menuju world class university (WCU), saya kira kita tidak perlu menaruh harapan yang muluk-muluk. Selesaikan saja permasalahan-permasalahan konkret di dunia mahasiswa apa dan di dunia perguruan tinggi apa. Cukup bagi kita untuk menjadi good university. Karena WCU tidak sesuai dengan rasionalitas akal sehat, kita harus tegak pada realitas yang ada dan relevan untuk mencapai hal tersebut. Hal ini telah saya sampaikan pada rektor. Salah satu Program Rektor adalah meningkatkan penelitian, bagaimana pandangan Anda? Di masa lalu, jurnal kita pernah terakreditasi sebanyak dua buah. Namun, karena hal itu tidak dikelola dengan sungguh-sungguh, sekarang tidak satu pun jurnal terakreditasi di kampus kita. Kira-kira, jurnal kita sudah ada 20 buah. Rektor ingin memfasilitasi itu. Ini tidak berbicara biaya, tapi kualitas SDM. Sejauh mana kita mampu memberikan isi yang bermutu terkait jurnal, dan saya kira itu sebuah langkah berat yang belum tentu tercapai pada tahun ini. Secara umur, jumlah penelitian kita masih sangat kurang. Kita dengan jumlah mahasiswa

lebih dari 30.000 sudah termasuk universitas besar yang semestinya memcerminkan pengaruh atau dampak pada masyarakat. Pemimpin perlu membenahi pondasi penelitian di UNP, termaksud dengan pelibatan mahasiswa dalam penelitian. Saya lihat tradisi ini masih jauh di UNP. Padahal, hal tersebut adalah bentuk transformasi pendidikan yang benar-benar kongkret. Bagaimana menurut Anda Akreditasi UNP menuju A? Untuk akreditasi UNP, saya sebagai warga akademika kecewa dengan kepemimpinan tahun lalu karena akreditasi kita C. Akreditasi tersebut hanya layak untuk perguruan tinggi yang baru berdiri. Sedangkan kita termasuk dalam deretan yang paling tua di luar Jawa. Kita sadar betul dan tentunya kita ingin keluar dari kondisi tersebut, dan merubah itu. Satu tahun terakhir telah berubah menjadi B, dan bisa meningkat menjadi A dengan syarat bla, bla, bla. Apa pun alasannya hingga kita masih B menuju A. Itu hanya sekadar excuse dari pejabat. Sekarang, kita bahkan tidak punya riset dan publikasi. Bagaimana akan meningkatkan akreditasi. Meski sedikit lagi yang harus dipenuhi untuk akreditasi A, tapi yang sedikit inilah yang tidak bisa kita gigit. Akibatnya, yah saya tidak bisa bayangkan itu dalam waktu dekat.

Terkait kebijakan baru UNP tentang UKT RM bagaimana pandangan Anda? Secara birokrasi karena kita di bawah payung lembaga, kebijakan itu wajar-wajar saja. Cuma, tentu harus ada pengelolaan yang benar. Misalnya UKT ditetapkan sekian, tapi masih banyak temuan yang mahasiswa miskin tapi dapat UKT melambung. Perlu diperhatikan. Selain itu program reguler dan nonreguler atau reguler mandiri namanya sekarang, harus diperjelas. Seharusnya yang RM mendapat kuliah sendiri, dengan dosen khusus tersendiri pula. Tapi ini malah disamakan saja. Ini sangat tidak logis, ada manipulasi pola pikir di sini. Dan kita tidak boleh menjadikan mahasiswa sebagai objek untuk mencari uang, walaupun sekarang universitas digiring untuk lebih mandiri dalam hal manajemen, yaitu BLU. BLU harus diurus dan dikelola dengan benar sehingga mahasiswa tidak kena batunya. Harapan Anda terhadap rektor baru? Kita harap rektor membaca ulang permasalahan di universitas dan memberdayakan potensi-potensi yang ada, mendengar pikiran-pikiran di sekelilingnya, baik dari dosen maupun mahasiswa. Sehingga bisa keluar dari masalah-masalah lama. Kesimpulannya pemimpin baru adalah sebuah harapan untuk reorientasi perguruan tinggi ke depannya.


LAPORAN

Edisi No. 192/Tahun XXVII

7

ARTIKEL

Memahami Kolegialitas Kepemimpinan Rektor Oleh Ermiati Harahap Redaktur Berita SKK Ganto 2016 Perguruan tinggi merupakan instansi yang memiliki struktur kepemimpin. Meski demikian, pemimpin di perguruan tinggi berbeda dengan pemimpin di lembaga pemerintahan, seperti gubernur, bupati, wali kota, dan pemimpin lainnya. Pemimpin di universitas atau yang dikenal dengan sebutan rektor bersifat kolegial. Istilah kolega umumnya dipakai dalam dunia bisnis. Sebab, kolega sendiri memiliki artian kawan sejawat atau sepekerjaan. Kolega dalam kepemimpinan perguruan tinggi sangatlah penting. Sebab, perguruan tinggi terdiri dari beberapa komponen, seperti petinggi universitas, fakultas, jurusan, dosen, karyawan, dan yang tak kalah penting mahasiswa. Agar maju, tentu semua komponen dalam perguruan tinggi tersebut harus turut mendukung. Salah satu cara agar itu terjadi diawali dari pemimpin. Pemimpin mesti memiliki sifat dan karakter yang baik karena ia menjadi panutan bagi orang-orang yang dipimpin. Rektor tidak boleh memiliki jarak dengan mereka yang dipimpin. Artinya, memberikan perhatian yang seharusnya. Dengan adanya kedekatan, maka dukungan akan datang dengan sendirinya. Dukungan datang bila komponen dalam perguruan tinggi merasa saling membutuhkan, samasama mempunyai rasa saling memiliki, serta adanya rasa senasib dan sepenanggungan. Hal ini sesuai dengan angket yang disebar oleh Surat Kabar Kampus Ganto mengenai sosok rektor idaman mahasiswa pada Ganto edisi 191 yang menunjukkan data bahwa 57,56 %

mahasiswa berharap agar rektor merangkul, membimbing, dan mendukung setiap aspirasi mahasiswa. Sejauh ini, bimbingan dan dukungan dari rektor masih kurang terasa adanya di kalangan mahasiswa. Tak dapat dipungkiri bahwa banyak mahasiswa, baik tahun awal maupun tahun akhir, yang tidak mengenal atau bahkan tidak mengetahui nama rektornya sendiri. Selain itu, dengan banyaknya komponen di perguruan

mampu menguatkan kepemimpinannya agar lebih baik lagi. Sedangkan yang pro dengan kebijakan akan menguatkan dan memberikan dorongan kepada pemimpin agar tetap kokoh. Oleh karena itu, perbedaan dalam kepemimpinan sangat diperlukan untuk memperbaiki dan memperkokoh sinergi dalam memimpin. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa api dalam tungku dapat menyala jika kayu bakarnya saling bersila. Berba-

tinggi maka mustahil akan diperoleh pemikiran yang sama. Tentu ada pro dan kontra tentang kebijakan atau pemikiran yang dibuat oleh pimpimpin. Namun, hal ini bukanlah sesuatu yang harus dirisaukan oleh pemimpin. Sebab, pro dan kontra itu dapat menguatkan kepemimpinan. Mereka yang kontra akan mengutarakan umpatan, kritikan, dan masukan dari kebijakan. Dengan kritikan tersebut pemimpin

haya jadinya jika seorang pemimpin beranggapan bahwa mereka yang kontra dengan kebijakannya sebagai pemberontak. Hal ini akan berdampak pada ketidakharmonisan antarkomponen dalam perguruan tinggi. Pemimpin akan mendapat imbas yang tidak baik pula, yakni kehilangan dukungan dari beberapa orang yang ia pimpin. Ketidakharmonisan ini juga akan menjadi pemicu hancurnya sua-

tu kepemimpinan. Jika perguruan tinggi mempunyai citra yang baik di mata masyarakat, maka semua komponen turut merasakan manfaatnya. Misalnya, mahasiswa akan lebih bangga menunjukkan almamaternya di depan perguruan tinggi lain. Dengan demikian, keinginan mahasiswa untuk bersaing dalam artian menunjukkan prestasi dengan mahasiswa perguruan tinggi lain juga akan meningkat. Bahkan, setelah tamat pun mahasiswa akan merasakan dampaknya, yaitu kemudahahan mendapatkan pekerjaan. Terlebih lagi dosen, ia akan merasa bangga jika mahasiswa yang ia didik mempunyai banyak prestasi dan sukses di kemudian hari. Namun sebaliknya, jika citra perguruan tinggi buruk, maka dampaknya juga akan dirasakan seluruh komponen di perguruan tinggi tersebut. Oleh karena itu, sudah seyogyanya rektor lebih dekat dengan orang-orang yang ia pimpin terutama mahasiswa. Sebab komponen terbanyak dari perguruan tinggi ialah mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan wadah untuk lebih mengenal rektornya. Meski universitas telah mewadahinya dengan unit kegiatan kemahasiswaan ataupun kegiatan organisasi tingkat fakultas lainnya, namun masih kurang dalam hal fasilitas. Mahasiswa masih kesulitan dalam hal memperoleh dana untuk mengadakan suatu kegiatan. Karenanya, mahasiswa sangat mengharapkan dukungan dari rektor dengan adanya penganggaran dana untuk kegiatan dan kreatifiatas mahasiswa. Sebab,

kreatifitas mahasiswa juga dapat memperbaiki citra universitas. Selain itu, jurnal penelitian baik dosen maupun mahasiswa juga menentukan kredibilitas universitas. Semakin banyak jurnal penelitian dengan akreditasi nasional maupun internasional maka akan semakin bagus pula universitas tersebut. Namun, dalam empat tahun terakhir ini, Universitas Negeri Padang (UNP) mengalami penurunan dalam hal penelitian. Selain terkendala pada dana, para dosen juga mengaku tidak memiliki waktu lebih untuk melakukan penelitian karena jadwal mengajar yang penuh dan jumlah dosen di UNP juga masih kurang. Permasalahan di atas tidak seutuhnya salah rektor, dosen, ataupun mahasiswa. Namun, alangkah lebih baik jika mahasiswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap rektornya. Sebab, keputusan yang dibuat oleh rektor sedikit banyaknya akan berdampak bagi mahasiswa. Demikian halnya dengan rektor, jika memungkinkan lebih dekat dengan mahasiswa, seperti menghadiri kegiatan yang diadakan mahasiswa, kehadiran tersebut menandakan kepedulian dan apresiasi tersendiri dari rektor untuk mahasiswanya. Selain itu, rektor tentu lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan mendengarkan berbagai pertimbangan dari berbagai pihak. Jika keputusan tersebu t melibatkan mahasiswa, alangkah baiknya jika dila-kukan diskusi atau menanyakan pendapat dari bebe- APA KATA rapa mahasiswa akan kebijakan terseb u t.

ARTIKEL APA KATA MEREKA

Benahi Kampus Bersama Rektor Baru Terpilihnya pimpinan baru di Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan harapan baru juga bagi seluruh aspek kehidupan kampus. Tidak begitu banyak yang mesti dibenahi pada UNP, tinggal bagaimana semua pihak yang terlibat mempunyai kemauan dan semangat untuk bekerja sama menjadikan kampus ini menjadi universitas ternama di kancah dunia. Jika semuanya telah bersinergi dan bersatu, secara otomatis semua sistem yang tidak berjalan dengan baik itu akan terbenahi dengan sendirinya.

Dr. Rahadian Zainul, S.Pd., M.Si. Dosen Kimia FMIPA UNP

Tiara Anggraeni Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling TM 2014

Pada tahun 2016 ini UNP tengah menuju akeditasi A. Kendati pun begitu, dalam usaha reakreditasi ini ada beberapa hal yang perlu dibenahi oleh UNP sendiri. Di antaranya pembangunan yang sedang berlangsung untuk beberapa gedung baru di UNP, sarana dan prasarana penunjang pembelajaran bagi sivitas akademika UNP, keamanan dan ketertiban kehidupan kampus itu sendiri, serta sistem pelayanan khususnya bagi mahasiswa baru yang baru saja mengenyam jenjang perguruan tinggi. Harapan saya, Bapak rektor dan seluruh masyarakat UNP secara bersama menjadikan UNP ini menjadi universitas berprestasi baik di tingkat nasional hingga internasional.

Haris Sabri Ketua BEM UNP Periode 2016/2017

Hal yang harus dibenahi di UNP saat ini menurut saya adalah pelayanan dan ketertiban kampus. Contohnya, para pengendara sepeda motor maupun mobil yang parkir sembarangan, lalu lalang seenaknya di jalanan. Padahal sudah jelas-jelas di sana ditulis tidak boleh dilewati oleh kendaraan tertentu. Kemudian juga pedagang dan tukang ojek berlalu lalang di lingkungan kampus yang hanya ditertibkan ketika akan ada kunjungan dari tim akreditasi saja. Sebaiknya hal tersebut diberlakukan sepanjang hari. Oleh karena itu saya harap ada tindak lanjut dari pihak keamanan seperti satuan pengamanan maupun pihak rektorat langsung.


KONSULTASI

8

Edisi No. 192/Tahun XXVII

KONSULTASI AGAMA

Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke e-mail Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.

Tanda Hitam di Kening Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A. Saya ingin bertanya mengenai hubungan tanda hitam di kening dengan salat. Sejak dahu lu, saya sering mendengar, apabila orang yang mempu nyai tanda hitam di kening adalah orang yang rajin menu naikan salat. Sehingga, banyak orang berlomba-lomba u ntuk menghitamkan bagian keningnya, agar orang lain mengira mereka adalah orang yang rajin salat. Dan saya ju ga pernah membaca bahwa tanda hitam di kening disebabkan karena gerakan salat yang salah saat sujud. Bagaimana pandangan Islam terhadap tanda hitam di kening ini, Pak? Apakah benar jika tanda hitam di kening ini menandakan ketaatan dan kerajinan seseorang mengerjakan salat? Hengky Yalandra Mahasiswa Teknik Elektronika TM 2014

J a w a ba n : Saudara Hengky Yalandra. Sejauh ini saya belum menemu kan satu dalil pu n, baik dari Alquran mau pu n hadis, yang menyatakan bahwa tanda hitam di

kening seseorang merupakan indikasi ketaatannya dalam mengerjakan salat. Sebagaimana saya juga belum menemu kan keterangan Alquran atau hadis yang menyatakan bahwa tanda hitam yang terdapat di kening seseorang justru menu njukkan su judnya yang tidak benar dalam salat. Tetapi, banyak ju ga saya menemukan orang-orang yang saya kenal taat dalam mengerjakan salat tidak terdapat tanda hitam di keningnya. Sebaliknya, bukan tidak pernah pu la terjadi bahwa ada orang yang memiliki tanda hitam di keningnya namun dia termasuk orang yang tidak/mengabaikan salatnya, karena tanda hitam yang terdapat di kening seseorang dapat disebabkan berbagai hal. Boleh jadi hal itu faktor bawaan sejak lahir atau karena bekas cedera atau sengaja dibuat seperti orang yang memakai tato. Di dalam Alqu ran memang ada ayat yang menyatakan bahwa salah satu ciri pengikut setia Nabi Mu hammad adalah terdapatnya tanda-tanda atau bekas sujud di wajahnya. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras

terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, sima (tanda-tanda) me-reka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil... (Surat Al-Fath:29). Mengenai tanda-tanda pada mu ka seseorang dari bekas sujud dalam ayat ini lebih popu ler dengan sebu tan sima. Tentang ini ulama tafsir berbeda pendapat, ada yang memakai pengertian lafzhi (lahiriah), yakni semacam tanda yang bersifat fisik seperti warna hitam. Tetapi ada pu la yang memakai pengertian maknawi bahwa yang dimaksud sima bu kanlah semacam tanda yang bersifat fisik itu melainkan air mu ka seseorang yang mencerminkan ketu lu san hatinya serta sikap rendah hati (tawaduk), jauh dari keangku han dan kesombongan sehingga memantulkan kedamaian kepada sesama manusia serta menyenangkan orang memandangnya. Mufasir Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam menafsirkan Surat Al Fath ayat 29 itu mengemukakan bahwa setiap ke-

baikan itu akan menerangi hati, memancarkan cahaya di wajah, memberikan kelapangan pada rezeki dan rasa cinta (mahabbah) di hati manusia. Sementara itu , Usman bin Afan juga berkata: “Tidaklah seseorang menggembirakan orang lain melainkan Allah akan menggantinya dengan keceriaan wajahnya serta kelancaran bicaranya.” (Tafsir AlMaraghi Jld. IX, hlm. 177-178). Jika tanda itu sengaja dibuat dengan maksud u ntuk memberitahu kan kepada orang lain bahwa dia seorang yang rajin beribadah, hal itu malah termasu k ke dalam perbuatan riya yang sangat dibenci. Riya adalah sifat atau perilaku yang sengaja memamerkan ibadah kepada orang lain dan termasu k ke dalam kategori syirik kecil. Nabi Mu hammad Saw bersabda: “Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu yang lebih aku takuti menimpa dirimu daripada Dajjal yang merajalela? Mereka menjawab, baiklah! Maka ia (Rasulullah) berkata, ‘syirk khafi’, yaitu seseorang sedang salat lalu ia perindah salatnya karena ia tahu dilihat orang” (H.R. Ibnu Majah No. 4194). Inilah contoh dari sifat riya itu. Wallahu a’lam bisshawab!

KONSULTASI KESEHATAN

Penyebab Penyakit Maag Diasuh oleh Dr. Pudia M. Indika

Assalamualaikum Wr. Wb. Saya mengidap penyakit Maag sejak berusia 14 tahun. Ketika saya banyak pikiran karena beban pekerjaan yang terlalu berat, saya sering mengalami pusing, mual, kembung, bahkan diare. Awalnya, saya mengira itu biasa saja, tetapi lama-kelamaan setiap saya banyak pikiran, saya sering mengalami gelaja seperti di atas. Yang ingin saya tanyakan adalah apakah beban pikiran atau stres tersebut termasuk salah satu faktor penyebab maag? Kalau ia, lalu bagaimana cara mengatasinya? Dari gejala tersebut, apakah penyakit maag itu sudah kronis? Saya menunggu jawabannya. Terima kasih. Mahasiswa UNP Waalaikumussalam Wr. Wb. Salam Sehat! Sakit maag (secara medis: dispepsia) adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di sekitar ulu hati, bahkan ditambah keluhan seperti rasa mual bahkan sampai muntah. keluhan lainnya seperti kembung cepat kenyang, nafsu makan berkurang, sering sendawa. Sakit maag merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering membawa seseorang untuk datang ke dokter. Secara garis besar dispepsia dikelompokkan menjadi dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Pembagian ini dilakukan setelah

melalui pemeriksaan terutama pemeriksaan endoskopi atau teropong saluran cerna. Dispepsia organik apabila dalam pemeriksaan endoskopi ditemukanannya luka pada kerongkongan, ditemukan adanya tukak pada lambung dan usus dua belas jari. Selain itu, adanya polip atau tumor ganas. Dispespsia fungsional ditetapkan jika dengan pemeriksaan baik secara endoskopi, pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan penyebab lain. Dispepsia fungsional adalah seseorang yang mempunyai masalah dengan lambungnya berupa nyeri atau rasa panas di daerah ulu hati, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan dan rasa cepat kenyang yang telah berlangsung minimal selama 3 bulan dalam rentang waktu selama 6 bulan. Dispepsia fungsional ini memang sangat berhubungan erat dengan faktor psikis. Berbagai penelitian memang telah membuktikan hubungan antara faktor fungsional dengan faktor stress yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan (ansietas). Penyebab terjadinya Dispepsia, antara lain: 1.Mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri, dapat mengakibatkan iritasi pada lambung. sehingga rentan terhadap infeksi menyebabkan peradangan dan akhirnya menjadi penyebab penyakit maag.

2.Alkohol merupakan penyebab terjadinya penyakit maag. Karena se-seorang sering mengkonsumsi minuman keras akan mengganggu sistem pencer-naan. Lambung akan sangat rentan dan dalam kondisi yang rapuh dan akan menjadi sarang bagi bakteri penyebab penyakit maag. 3.Stres juga terbukti bisa mengubah keadaan dalam tubuh sehingga membuat lebih rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit maag. Yang sering terjadi dalam tubuh anda ketika sel-sel tubuh anda tidak saling berkomunikasi, selsel tubuh bisa berakhir dengan menyerang reaksi imun itu sendiri tanpa menyadarinya. Hal ini disebut disfugsi autoimun. Penyebab penyakit maag autoimun adalah gangguan komunikasi sederhana antar sel dan disebabkan oleh kekurangan gizi dan faktor gaya hidup 4.Penyebab penyakit maag juga bisa disebabkan oleh makanan berminyak dan berlemak secara berlebihan. Dan penyakit refluks empedu merupakan salah satu penyebab sakit maag. Empedu membantu mencerna lemak hewani . Empedu juga diproduksi di dalam hati dan disimpan di kantong empedu untuk mencegah kontaminasi usus kecil. Jika terjadi kebocoran empedu, hal itu akan memperparah penyakit maag dan menjadi penyakit maag akut. 5.Faktor umur juga menjadi salah satu

penyebab penyakit maag. Bila kita berusia lanjut, dinding lambung kita akan menipis sehingga jauh lebih rentan dibanding orang berusia muda. Sistem kekebalan tubuh juga menurun sehingga anda yang berusia lanjut lebih berisiko terkena penyakit maag. Cara mencegah munculnya sakit maag, diantaranya adalah: 1.Membiasakan pola makan teratur dan jangan menunda-nunda makan walaupun sangat sibuk, tetap sempatkan untuk mengisi perut meski hanya sedikit atau sepotong roti dan kue. 2.Menghindari dan kurangi makanan yang dapat memperburuk keadaan anda, seperti makanan pedas, asam, dan berlemak 3.Jangan segera berbaring setelah makan, tunggu setidaknya hingga 1 jam agar sebagian besar makanan sudah ke lambung menuju usus 4.Hindari makan yang terlalu berlebihan agar lambung tidak terlalu penuh. Makanlah sering dengan porsi sedikit daripada makan sekaligus dalam jumlah besar. 5.Kurangi makanan yang menghasilkan gas yang cukup banyak di saluran pencernaan 6.Kurangi atau hindari minuman bersoda karena bisa meningkatkan gas di lamb u n g 7.Berhentilah merokok


9

Edisi No. 192/Tahun XXVII

ENGLISH CORNER

KRITIK ENGLISH CORNER

Dating For Third Grade of Senior High School Students By Eeng Zahara A Student of English Literature

Ilustrasi: Google.co.id

Dating is one thing that almost people know it well. Even though in all ages from a children (7 years old) till the old people (50 years old) know about a dating, the term of a girlfriend or a boyfriend. However, what is a dating? While the dating has many meanings, the most common refers to a trial period in which two people explore whether to take the relationship further towards a more permanent relationship. Dating means, someone who has a special friend that it called a boyfriend or a girlfriend. Therefore, dating should get more attention to adolescents because dating has many effects in this li ve . In this era, dating may be caused by free society and environment. For

example, when someone is in a group of a friendship that view of them have a couple, it will make he/she wants have too. They think that having a boyfriend or a girlfriend is interesting and has benedicts on it. Actually, it can make they forget what is the true love. In addition, dating more affected to third grade of senior high school students. The third grade is the top of puberty period where at this moment, the adolescents have a high curiosity and feel interested to someone. Then, they want have a dating soon like their friends. There are some effects of dating for third grade of senior high school students. First of all, dating can make students lazy and do not have

time to learn. They are focus on dating and forget about school. Next, they only think about their relationship such as remembering her/his date of birthday, when they will have a dinner, or what is he/she doing now. Thus, it might affect to grades at school. Second, dating might affect relationship with their parents. Some parents might not find the child’s boyfriend or girlfriend good enough. the child might sacrifice their relationship with their parents, then boyfriend or girlfriend which is totally not totally not worth it especially if the relationship is not long-term, parents would also be really disappointed by how their child acted for their boyfriend or girlfriend. Third, as we know that the majority of Indonesian people is Islam in religion. Al Qur’an had already talk that having a date is forbidden before people get married. It means that people who had known about that command and break that rule will be sinned. In conclusion, dating for third grade of senior high school students is just tricks played and they do not know yet about the true love. Love is not real if they think about dating, the true love is loving of Creature and Merciful to the people. One thing that is important before deciding what will to do, try to find out the positive and negative effects on it.

Diasuh oleh: Drs. Jufri Syahruddin, M.Pd.

Karangan Eeng dengan judul Dating For Third Grade of Senior High School Students sebenarnya memiliki misi yang cukup bagus yakni mengingatkan anak sekolah SMA tentang pacaran. Akan tetapi, ide yang disajikan belum lagi padat dan diuraikan secara sistematis. Ada beberapa pengulangan gagasan yang tidak perlu sehingga membuat karangan kurang tajam. Setelah Saya membaca dengan seksama tulisan Eeng ini, dari segi bahasa terdapat saya menemukan sejumlah kesalahan baik kesalahan kalimat, ejaan, maupun tanda baca. Ada beberapa kalimat yang mengandung kesalahan tata bahasa karena belum lengkap unsurnya. Di samping itu, ada juga ejaan yang tidak tepat dan ide yang tidak berhubungan. Saya kurang tahu apakah kesalahan ini disebabkan salah ketik atau karena penulis belum memiliki pengetahuan kebahasaan yang cukup. Agar lebih jelasnya kesalahan dalam karangan ini, saya memberi tanda dengan menghitamkan kesalahan-kesalahan tersebut. Yang saya hitamkan itu ada yang kata, ada yang kalimat dan ada juga yang berbentuk paragraf. Kesalahan itu terjadi karena kesalahan struktur, kesalahan ejaan, dan kesalahan ide, yakni idenya kurang bisa dipahami. Namun demikian, motivasi penulis untuk mengarang sangat saya apresiasi.

SOSOK

Berinovasi dengan Melibatkan Mahasiswa Pemegang gelar dosen berprestasi Universitas Negeri Padang (UNP) 2016 ini berasal dari Jurusan Teknik Elektro UNP. Kris adalah sapaan akrabnya. Ia menyelesaikan pendidikan S3 di University of Malaya, Malaysia dengan menjadi Riset Engineer. Ya, seorang Krismadinata tidak dilepaskan dengan riset, penelitian, dan sejenisnya. Sebab, ia termasuk ke dalam Top Scientist 500 Indonesia. Pengalaman Kris dalam bidang penelitian, sebagai pembicara, serta jurnal-jurnalnya telah diapresiasi oleh banyak viewer. Penelitian-penelitian yang telah dilakukannya, selain bersumber dari Dikti, juga di tingkat nasional dan internasional. Menjadi Advisor International Conference di beberapa negara, menjadi reviewer di jurnal-jurnal yang berakreditasi Internasional, terlibat dengan peneliti-peneliti di luar negeri, menjadi pembicara konsultan di dalam dan luar negeri, dosen tamu, dan lain-lain. Selain itu, untuk bidang sosial Kris juga aktif di organisasi kemasyarakatan, yakni menjadi pengurus KMPI dan LSM (Flipmas). Likmas ini adalah kumpulan beberapa dosen di seluruh Indonesia yang melakukan pengabdian masyarakat khususnya di daerah-daerah terpencil.

Di samping itu, dalam inovasi pembelajaran, Kris menciptakan alat-alat praktikum buatan sendiri (homemade) yang kualitasnya teruji. Salah satu pengabdian masyarakat Kris baru-baru ini adalah Gerobak Keliling Tenaga Surya. Ini diperuntukkan bagi masyarakat sekitar Air Tawar Barat. Adapun tujuannya menurut Kris untuk membantu masyarakat agar tidak mencuri listrik lagi. Selain itu juga hemat biaya dan ramah lingkungan. “Besok akan dilanjutkan ke Lubuk Kilangan, beserta pelatihanpelatihan bidang teknik Elektro,” jelasnya, Rabu (7/9). Di samping mengajar, sehariharinya Kris dalam membimbing mahasiswa, tak jarang melibatkan mereka dalam penelitiannya. Begitu pun untuk mahasiswa yang akan membuat tugas akhir. Biasanya untuk judul dari Kris sendiri, sedangkan penulisan barulah mahasiswa terlibat. Alat-alat penelitian pun dibantunya juga. Untuk dananya, berasal dari uang hasil penelitiannya sendiri. Terkadang sebelum penelitian diusulkan, Kris sudah mulai melakukan penelitian dengan dana sendiri dengan mengajak mahasiswa. “Saya ingin mengeksplor ilmu baru dan mem-

biayainya sendiri,” ujarnya. Mahasiswa yang diajaknya pun diperlakukan seperti rekan penelitiannya. Mereka juga dilibatkan dalam pembuatan paper dan lainnya. Tujuannya agar mahasiswa terbiasa dalam bekerja. “Karena terbiasa itu, mahasiswa bimbingan saya yang sudah lulus rata-rata sudah mendapat pekerjaan, seperti di PLN, dan lain-lain” ceritanya. Dalam perkuliahan pun Kris juga melibatkan mahasiswa senior untuk mengajar junior-juniornya. Hal ini dapat menjadi latihan bagi mereka untuk berbicara. Ibaratnya, mahasiswa senior menurunkan ilmunya kepada adik-adiknya. Begitulah cara dosen yang sudah 16 tahun ini mengabdi di UNP dalam mengembangkan atmosfer kependidikan. Bagi Kris, kampus ini sudah seperti rumah kedua. “Lihat, ini saya pakai sandal saja, sudah seperti di rumah,” ujarnya menunjukkan sandal jepit yang dipakainya sembari tertawa. Pria kelahiran 11 September 1977 silam ini sudah sering ditawari di berbagai jabatan di kampus, namun ia menolaknya dengan alasan ingin fokus di bidang riset dan penelitiannya. Dengan demikian ia dapat membantu orang ba n y ak .

Dosen yang sewaktu kuliahnya ini aktif dalam berbagai organisasi kampus, dan atlet bidang pencak silat ini, selalu melakukan sesuatu dengan perencanaan yang matang. “Atur strategi untuk menyusunnya, dan fokus un-tuk mencapainya,” paparnya. Selain itu, ia juga berpesan kepada mahasis-

wa untuk aktif dalam organisasi. “IPK tinggi baru mengantarkan seseorang dalam tes wawancara, sedangkan aktif organisasi dengan IPK tinggi akan mengantarkan seseorang ke masa depan,” pungk as n y a.

Dr. Krismadinata S.T., M.T., Ph.D.


OPINI

10

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Pendidikan Karakter Indonesia Takut pada Waktu Oleh Yulia Eka Sari Mahasiswa Jurusan Akuntansi TM 2013 Bermula dari diberlakukannya Kurikulum 2013 tiga tahun lalu, dunia pendidikan Indonesia masih dalam garis abu-abu. Berbagai kebijakan ditetapkan, tetapi timpang penerapan. Berbagai metode dicoba, namun minim dukungan. Hingga isu pendidikan karakter pun yang sejatinya ditujukan untuk memperbaiki moral anak bangsa, hanya sebagai motto belaka. Upaya untuk tetap menerapkan pendidikan karakter seperti Kurikulum 2013, sekolah hingga hari sabtu di Jakarta hingga isu terbaru Full Days School (FDS), memang tetap ada. Namun, agaknya Indonesia lupa bahwa mematangkan arti dari pendidikan karakter untuk masyarakat sebagai orang dewasa, jauh lebih penting. Dan wajar saja jika wajah pendidikan anak Indonesia masih bernaung di balik narkoba, kasus kekerasan, dan isu moral lainnya jika orang dewasanya juga demikian. Pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Foerster adalah untuk membentuk karakter. Pendidikan karakter dapat menjadi strategi untuk mengatasi pengalaman yang selalu berubah sehingga membangun identitas yang kokoh pada setiap individu. Tentu pada akhirnya pendidikan karakter diharapkan dapat menjadikan individu mampu mengembangkan kemampun mereka untuk masa depan bangsa. Jika kita bawa ke Indonesia yang masih betah dengan gelar negara berkembang, tentu pendidikan karakter menjadi tumpuan untuk membawa Indonesia ke masa yang lebih cemerlang. Setidaknya, beberapa tahun kemudian, Indonesia sebagai negara maju bukan sebuah angan-angan. Anak bangsa diharapkan memiliki karakter Indonesia yang ramah serta beradab, dan bangku pendidikan sejak dini merupakan awal perubahan. Sebut saja FDS yang diterapkan untuk SD dan SMP. Pada konsepnya, FDS lahir dari keprihatinan akan moral anak

bangsa sehingga merasa waktu adalah pokok permasalahan. Anak-anak tidak dibiarkan memiliki waktu luang, harus ada yang menjaga mereka, sehingga tindakan penyimpangan bisa diminimalisir. Begitu poin pertama mengapa FDS layak untuk diterapkan. FDS pernah diberlakukan di sekolah agama seperti pesantren, yang hingga saat ini masih digunakan. Begitu pun dengan sekolah unggulan yang memulangkan muridnya pukul 16.00 WIB. Hasilnya mereka bisa menciptakan murid yang lebih loyal pada pendidikan, dan tindak penyimpangan menjadi minim. Namun, ada konsep yang sangat salah jika memegang kendali anak-anak perihal waktu untuk menciptakan k arak ter. Kita juga mengetahui bagaimana Ahok beberapa tahun lalu gencar dengan sekolah hanya lima hari? Waktu kembali dipersoalkan. Dengan dalih, Sabtu bisa digunakan untuk kegiatan bersama keluarga. Dengan demikian, keluarga berperan penting menunjang tumbuhnya karakter. Pendidikan tidak hanya diserahkan pada sekolah. Lalu bagaimana dengan materi pelajaran? Sayangnya solusi yang diberikan belum tampak, alhasil anakanak harus lebih fokus di waktu sekolah, karena beberapa jam pelajaran lebih dipadatkan materinya. Apakah sekolah yang demikian lebih baik? Jika melihat kepada tuntutan nilai yang ditanamkan dalam pendidikan karakter, ada 18 nilai yang harus dipenuhi untuk tercapainya karakter anak bangsa dan coba diubah dalam paradigma pendidikan Indonesia. Untuk merubah paradigma tersebut, pemerintah dan pihak sekolah, khususnya guru, memegang kendali penting.

Pemerintah harus mampu membuat program yang baik, sehingga 18 karakter tersebut bisa tertanam. Sedangkan sekolah diminta lebih bijak lagi dalam menerapkan peraturan mengenai penilaian pada anak. Dan soal karakter, guru menjadi tombak dari semua program pemerintah maupun peraturan sekolah. Guru di Indonesia harus

berpikir keras menyiapkan rancangan pelajaran yang cocok dengan 18 nilai. Plus, mereka jugamemberikan penilaian pada perkembangan karakter anak. Dengan fungsinya tersebut, siapa sangka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama atau lebih pendek. Awal mulanya seperti dua kasus di atas, FDS memberikan jangka waktu yang lebih lama, sehingga pendidikan karakter diharapkan bisa dicapai. Dalam waktu tersebut guru harus berpandai-pandai menerapkan metode pendidikan karakter

apa yang menyenangkan tapi tidak masuk ke mata pelajaran. Lain halnya dengan sekolah lima hari Ahok. Penanaman nilai karakter tidak hanya diberikan tanggung jawab sekolah, tapi juga orang tua. Dan untuk itu harus diberikan luang waktu yang lebih lama bagi anak dengan orang tua mereka. Namun, sekolah menjadi begitu menyeramkan ketika mata pelajaran malah dipadatkan. Dalam kasus ini tanggung jawab penuh karakter disertakan orang tua namun masih dikendalikan sekolah yang menyeramkan. Apa pun alasannya, kedua kebijakan dengan cara yang berbeda tersebut tidaklah benar. Karena, Pendidikan karakter tidak masalah berapa lama durasi waktu yang diluangkan pihak sekolah, tapi bagaimana menanamkan karakter. Dan itu tidak hanya terputus pada pemerintah dan sekolah. Orang tua lah yang harus dilibatkan. Dilibatkan tentunya tidak hanya dengan penyerahan satu hari libur sekolah. Tapi dilibatkan dalam artian, orang tua sebagai orang dewasa terdekat dari anak, memahami arti pendidikan karakter, bersumbangsih penuh dan menjadi tombak akhir pada apa yang terjadi terhadap anaknya. Aspek inilah yang agaknya luput dalam penerapan pendidikan karakter di Indonesia. Tidak ada kita lihat sosialisasi pendidikan karakter untuk orang tua, atau program besar lebih lanjut yang membahas ini. Pendidikan indonesia hari ini hanya takut pada waktu untuk mencapai karakter itu sendiri. Sehingga waktu mulai diotak-atik untuk diperpanjang atau diperpendek. Karakter yang intinya terletak bagaimana anak mencontoh orang dewasa dilupakan. Jadi, sikap orang dewasa terdekatlah yang harus diperbaiki atau dipahamkan dengan pendidikan karakter, bukan menggilas waktu atau bersembunyi dalam kedok yang itu-itu saja.

Bersedekah dengan Membaca Alquran Oleh Edi Saputra bin Wahab Dosen Universitas Negeri Padang Dengan membaca Alquran, Allah telah menilainya sama dengan bersedekah. Shahibul quran, yang suka baca dan tilawah Alquran di mana pun berada, baik itu di mesjid, di rumah, di kantor, maupun tempat-tempat umum, seperti taman-taman kota, tempat-tempat rekreasi, bahkan di atas kendaraan umum sekali pun. Bagi mereka yang gemar tilawah di waktu, seperti di tengah malam hari saat orang sudah terlelap tidur, di siang hari ketika orang asyik dengan berbagai kegiatan. Bagi mereka yang senang baca Alquran dalam kondisi apa pun, baik ketika senang dan bahagia maupun ketika susah dan banyak masalah serta mengalami berbagai banyak cobaan. Shahibul quran, ada kalanya di saat iman turun, sering timbul pertanyaan dalam diri bahwa dengan banyak membaca Alquran, banyak pula menghabiskan waktu. Ini berakibat mengurangi jatah waktu untuk melakukan kegiatan lainnya, terutama dalam tugas-tugas sehari-hari seperti mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia termasuk di akhirat kelak.

Hal ini disebabkan karena rata-rata membaca Alquran satu juz membutuhkan waktu hampir satu jam. Itu belum termasuk membaca arti untuk mendapatkan hikmah, ataupun mengh a p al n y a. Shahibul quran, ketahuilah, bahwa Allah lah yang mempunyai waktu, Allah pula lah yang mengaturnya. Kemudian dalam waktu itu juga Allah menjadikan waktu hambanya menjadi berkah. Namun dapat juga sebaliknya. Waktu yang dilalui itu bisa menjadi sia-sia, habis percuma tidak ada keberkahan di dalamnya. Waktu yang digunakan selalu sibuk dan hanya habis untuk urusan dunia. Bisa jadi itu adalah tandanya orang yang merugi sebagaimana hadits Rasulullah SAW, “Barang siapa yang bangun di pagi hari dan hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan empat macam penyakit padanya, yaitu, (1) kebingungan yang tiada putus-putusnya; (2) kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya; (3) kebutuhan yang tidak pernah merasa

terpenuhi; dan (4) khayalan yang tidak berujung wujudnya (HR Muslim). Shahibul quran, orang yang gemar membaca Alquran minimal satu hari satu juz dengan ikhlas dan mengharapkan ridho Allah, yakinlah bahwa Allah akan memudahkan urusannya. Sebab, orang yang gemar membaca Alquran akan membuat mereka mudah untuk mengefektifkan dan memanajemen waktunya. Dia akan berpikir mengatur waktunya kapan waktu untuk baca Alquran dan ibadah wajib lainnya, kapan waktu untuk mencari nafkah, kapan waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan bergaul dengan masyarakat, serta kapan pula waktu untuk istirahat. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan berkahnya waktu itu adalah bisa melakukan banyak hal dalam waktu sedikit, bisa membuka pintu kebaikan, dan selanjutnya membuka kesempatan untuk amal shalih b eri k u tny a. Shahibul quran, salah satu berkah membaca Alquran, yaitu sama dengan bersedekah. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW dari Uqpah bin Amir r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang

yang membaca Alquran dengan suara keras adalah seumpama orang yang memberikan sedekahnya secara terangterangan, dan orang yang membaca Alquran dengan suara perlahan adalah seumpama orang yang memberikan sedekahnya secara sembunyi-sembunyi.”(HR. Tirmidzi No.2919, Abu Daud No.1333, Al Baihaqi, 3/13. Di-shahih-kan oleh Al Albani di Shahih Sunan At Tirmidzi). Shahibul quran, coba direnungkan, hanya dengan membaca Alquran, Allah telah menilainya sama dengan bersedekah. Mungkin dalam keterbatasan dari segi harta, belum bisa bersedekah dengan rutin, tetapi dengan memperdengarkan bacaan Alquran dengan keras maupun perlahan kepada orang lain, di mana pun berada dan dalam kondisi apa pun, kemudian orang tersebut suka mendengarnya bahkan mau ikut pula untuk membacanya, insya Allah itulah waktu yang diberkahi, yakni bacaan Alquran dinilai Allah sama dengan bersedekah. Tentu dengan niat yang ikhlas, jauh dari perbuatan riya dan pamer. Wallahualam.


OPINI

Edisi No. 192/Tahun XXVII

11

Pengkhianatan terhadap Label Demokrasi Oleh Oktri Diana Putri Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa TM 2015 Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan,”—Soe Hok Gie Kekuatan di balik gelar “maha” menjadikan mahasiswa berani menyuarakan kebenaran. Karena itulah sebagai kaum intelektual, sudah sewajarnya mahasiswa mampu berpikir dan bersikap kritis. Kekuatan mahasiswa bahkan mampu mengalahkan posisi orang dengan jabatan tertinggi sekali pun. Jika kita tilik kembali ke belakang, tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998, adalah hari di mana terjadi penembakan besar-besaran terhadap mahasiswa yang melakukan aksi pemberontakan. Aksi dipicu akibat ketidakadilan pemerintah yang berdampak pada lengsernya Soeharto sebagai Presiden Indonesia ke-2. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi Pancasila. Demokrasi merupakan sistem kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, kebebasan memilih, kebebasan berpolitik, dan lain-lain. Masyarakat berhak ikut berpatisipasi menyampaikan aspirasinya. Sebagaimana tercantum dalam poin keempat Pancasila, Indonesia menjunjung tinggi asas musyawarah dan mufakat. Musyawarah dan mufakat ini adalah ciri dari demokrasi. Namun, sistem demokrasi pada masa reformasi tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa berdarah kala itu. Aksi pemberontakan yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di era reformasi adalah salah satu perwujudan dari bentuk perjuangan demokrasi mahasiswa terhadap lembaga negara. Hingga kini semangat demokrasi masih berdesir dalam darah generasi muda. Hak kebebasan menyampaikan pikiran dan pendapat telah dipaparkan dalam pasal 28 UUD 1945. Pertanyaannya,

apakah kebebasan itu memang masih berlaku sampai hari ini? Realita mengatakan bahwa masih marak terjadi pembungkaman aspirasi mahasiswa. Seperti yang terjadi pada salah satu universitas di Yogyakarta, yaitu mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua. Pada 12 Januari 2015, mereka berorasi untuk meminta pemerintah Indonesia memberikan kebebasan kepada rakyat Papua. Menuntut semua perusahaan asing, multinational cooporation yang beroperasi di Papua agar ditutup karena lebih banyak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Namun, aspirasi dibungkam dengan gas air mata oleh aparat keamanan. Lain lagi halnya dengan pembungkaman tiga Pers Mahasiswa (Persma) dari universitas di kota Madura, Salatiga, dan Mataram secara beruntun pada Oktober 2015 lalu. Alasan pembungkaman tidak jauh berbeda, yaitu karena pemberitaan yang mengangkat hal-hal negatif terkait masalah kampus atau birokrasi. Aktivitas persma dianggap membahayakan birokrat kampus, karena aktivitas yang dilakukan adalah penggalian data, investigasi atas kinerja birokrasi kampus, dan diberitakan, sehingga diketahui oleh publik. Sejatinya pers merupakan pilar keempat demokrasi sebagai penyambung

lidah masyarakat, namun malah diputus karena ketakutan akan terbongkarnya rahasia pihak birokrat. Begitu pun dengan kasus yang pernah terjadi di awal 2016 lalu. Mahasiswa salah satu universitas di Jakarta dengan berat hati harus menerima keputusan birokrat yang mencabut haknya sebagai mahasiswa aktif alias di-drop out (DO). Sebagai warga sekaligus Presiden Mahasiswa di kampus tersebut, ia dengan kritis menentang segala penyimpangan yang terjadi dan menyampaikan aspirasinya lewat media elektronik. Sadar akan gelar kemahaannya, ia bersama rekan tidak gentar melayangkan surat permohonan audiensi kepada rektorat untuk menempuh jalur dialogis dalam menyelesaikan permasalahan. Namun, sangat disayangkan, aksinya dibalas dengan surat pemberhentian sebagai mahasiswa aktif, dengan tuduhan telah melakukan tindakan yang tergolong perbuatan kejahatan berbasis teknologi, pencemaran nama baik, dan penghasutan. Tak berhenti di sana, pada 5 September lalu terjadi penangkapan mahasiswa salah satu universitas di Sumatra Barat. Mereka berorasi mengkritisi pemberian

gelar kehormatan Doktor Honoris Causa terhadap Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden Indonesia. Mahasiswa menilai gelar yang diberikan kepada JK tidak tepat. Sebab selama ini JK justru tidak pro dengan pemberantasan korupsi di Indonesia. Upaya perdamaian yang dilakukan JK juga dianggap lebih kepada menyelamatkan kepentingan pribadi. Namun, pembubaran secara paksa, perampasan spanduk bahkan penangkapan beberapa mahasiswa yang terlibat demo oleh aparat keamanan saat itu jelas menunjukkan dibungkamnya kebebasan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat. Katanya demokrasi, tapi kok dibungkam? Ada apa dengan demokrasi di negeri ini? Ada apa dengan si pembungkam aspirasi? Apa peristiwa berdarah pada tragedi Trisakti tidak cukup menjadi pelajaran? Tragedi pilu beberapa tahun silam itu dibiarkan mengambang begitu saja. Lantas apakah pembungkaman hari ini adalah season duanya? Entah karena terusiknya pihak yang menjadi objek aspirasi atau alasan tersembunyi lainnya, pembungkaman ini telah mempertegas kesan bahwa pihak kampus ingin bermain “kucing-kucingan” terhadap mahasiswa. Di sisi lain, mahasiswa memang memiliki hak berpendapat. Namun etika menyampaikan pendapat harus tetap dipegang teguh. Berpikir sebelum berucap dan bertindak, gunakan media penyampai aspirasi yang beragam dengan bijaksana, serta mampu mempertanggungjawabkan apa yang disampaikan. Begitu pun dengan pihak yang berwenang semestinya bersikap kooperatif terhadap mahasiswa yang menyuarakan aspirasinya, tidak dengan cara dibungkam. Karena pembungkaman aspirasi adalah pengkhianatan terhadap label demokrasi.

KOLOM

Manpower Mahasiswa Kualitas Dunia Dr. Rahadian Zainul, S,Pd., M.Si Dosen Kimia FMIPA UNP

Mau sukses? Mendunia? hebat? Mau masuk surga atau neraka sekalipun, itu semua tergantung anda. Menjadi terbaik dan berkualitas dunia, sejatinya dimulai dari diri sendiri. Tiga hal yang menjadi penentu. Pertama, pilihan yang dipilih, memilih sukses atau tidak, mendunia atau sekadar tamat dan dapat ijazah. Anda memilih, karenanya hidup itu kerap dianalogikan sebuah pilihan. Kedua, keputusan yang diambil. Putuskan untuk menjadi apa. Memutuskan bersikap dewasa atau tetap bergantung dengan keputusan orang lain. Memutuskan terkadang butuh keberanian dan sikap mandiri, karena setiap keputusan memiliki konsekuensi. Ketiga, ambil tanggung jawab atas pilihan dan putusan yang dipilih. Sebagai mahasiswa baru, bila pilihan dan putusannya adalah menjadi mahasiswa kualitas dunia, berarti harus siap dengan konsekuensi, standar, kompetensi, dan rintangan yang harus dilalui. Sejarah sukses adalah sejarah gengsi dan spekulasi. Anda memilih UNP sebagai pilihan atau sebagai pelarian, itu sah-sah

saja. Kalau akhirnya ditanya hati terdalam, gengsi pasti tak bohong. Dusta-dusta yang melanda generasi lalu, tak harus dipegang teguh. Saya ingat, betapa kental di telinga ini. “Dimaa kuliah…??? Unand.. hebat tuuh. Unes… bisaa tuuh!! Bung Hatta… Kayoo tuhh!! IKIP.. dimaa kampuang?”. IKIP dulu, UNP sekarang (?). Lupakan pameo dan stigma rendah. Spekulasi juga membutakan potensi. Jalan pintas menarik siapa saja dan membungkam tunas-tunas bangsa. Harganya sangat mahal, karena maksud menjadikan berkualitas, ujug-ujugnya terperangkap dengan fatamorgana. Mana ada kesuksesan sejati diraih serba cepat dan super kilat. Mau hebat, maka dibayar dengan belajar giat, tekun, ulet, dan menggebu-gebu. Ada sistem pemikiran, pola belajar, dan kesinambungan sikap positif dalam merespon apa pun permasalahan. Campakkan Sistem Kebut Semalam! Raihlah dengan perencanaan. Ingatlah, fokus saja tak cukup, anda harus punya prioritas. Prioritas saja belum tentu berhasil, anda butuh tekad. Tekat pun semalam bisa tamat, makanya butuh konsistensi dan stabilitas. Ini pun juga akan kandas jika sebatas mentalitas dan teori semata. Kata Mahatma Gandhi, “Berpikir benar, berkata benar, dan bertindak benar”. Kata Anthony Robin dalam Unlimited Power, “Muara dari semua rencana sukses orang orang hebat

itu adalah tindakan”. Stephen R Covey dalam Seven Habits of Highly Effective People juga menukas tajam, “Waktu bukan penentu, kompas akan mengarahkan Utara yang benar. Tindakan berbeda nyata hingga 5000 persen dari sekadar planning semata”. Pamungkasnya, semua bisa terwujud bila anda bertindak, berbuat dan belajar dari hari ini untuk menjadi terbaik dari yang baik. Ingatlah Hukum Pemikiran akan berlaku. Kenyataan bergerak dari pemikiran dan imajinasi serta persepsi dalam setiap. Alquran surat Ar Rad, ayat 11, tegas sekali, ”Allah tak kan merubah nasib suatu kaum, kalau dia tidak mengubahnya dulu (sendiri)”. Cara pandang keliru harus di ubah. Percaya diri selalu dan berhati-hati menerima pemikiran dan anggapan orang tentang kita, UNP. Unggul secara Kepribadian Pribadi yang unggul, yaitu unggul dalam pemikiran. Komponen mendasar tetaplah individunya, jika kita melirik UNP. Mahasiswa harus unggul. Unggul secara pribadi dan mental bukan berarti nilai bagus, passing grade tinggi. Buang jauh-jauh soal input, serta passing grade atau embel-embel semu yang membatasi potensi diri. Isi bahan bakar dengan tekad. Kuliah hebat bukan seperti kuliah nekad, tetapi kuliah dengan semangat untuk terus menerus berbuat dan bertindak dengan standar positi dan unggul.

Kalau hanya dicemooh dosen lantas loyo, anda buang itu. Ingat betapa positifnya sikap Thomas Alva Edison, sampai 10.000 kali mecoba menemukan lampu, tidak pernah menganggap itu sebagai kegagalan. Karna Edison tahu, sikap gagal adalah negatif, dan itu membunuh potensi. Integritas dalam Karakter Karakter tumbuh dan berkembang dengan latihan. Karakter adalah mengukir batu karang, membangun diri dengan kejujuran, ketekunan, kesabaran, senyuman, helaan nafas yang menyehatkan, makanan dan pola hidup yang sehat, spritulitas, dan mengakar serta berkesinambungan. Karakter kualitas dunia, mungkin tak secepat membuat pribadi unggul. Karakter butuh ujian, tempaan dan pengkondisian terus menerus. Karakter adalah urat nadi dan tulang punggung mahasiswa kualitas dunia. Karakter yang berintegritas membuat kita pantas dipercaya dan didengar oleh seluruh dunia. Mampu dan yakin serta menanamkan keunggulan, karena selagi ada sedikit ragu, sia-sia punya cita-cita besar. Kemenangan pribadi mendahului kemenangan sosial, inilah Hukum Dasar Manpower ala Stephen R Covey. Mau menang dan unggul, benahi diri mulai dari cara pandang terhadap diri dan lingkungan. Berbuat dan bekerjalah dengan sistematis dan terus-menerus. Kesuksesan akan jadi milik anda.


FOTO

12

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Asalkan Dapua Tetap Barasok

Sumatra Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tingkat inflasinya tergolong rendah. Meski demikian, kemiskinan pun menjadi hal yang tidak bisa dielakkan oleh masyarakat Minang. Masyarakat Minang sendiri memiliki banyak cara dalam menyambung hidup mereka. Salah satunya dengan cara berdagang, mencari bahan bekas, dan lain sebagainya. Hal itu akan mereka kerjakan asalkan pekerjaan tersebut halal dan tidak mencuri, atau berbuat kejahatan. Berikut Gambaran kehidupan di masa kini yang diabadikan lensa fotografer Ganto. Ada istilah orang Minang, “Asalkan dapua tetap barasok”. Istilah ini mengungkapkan bahwa agar dapat memenuhi kebutuhan hidup, orang rela melakukan apa saja asal halal. Walaupun penghasilan paspasan, yang penting ada dan dapat memenuhi kehidupan sehari-hari.

Sapu Lidi: Seorang pedagang sapu lidi terlihat sedang menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda di Jalan Raya Padang-Bukkittinggi, tepatya di Sicincin Kabupaten Padang Pariaman, Minggu (31/7). f/Okta

Mendorong Gerobak: Seorang pria tam p ak sedang mendorong gerobak yang berisikan daun pisang di area Pasar Raya, Padang, Selasa (16/ 7). f/Okta

Membawa Botol Bekas: Laki-laki paruh baya terlihat sedang mengangkat karung berisikan botol mineral bekas di Jalan Raya PadangBukittinggi, tepatnya di Sicincin, Minggu (31/7). f/Okta

Memilah Sampah: Tempat penampungan sampah yang berada di Jalan Berok Jembatan Lama Raya dimanfaatkan oleh sebagian orang sebagai ladang mengais rezeki, Selasa (11/10). Terlihat seorang pria paruh baya (kiri) sedang memilah-milah barang bekas ketika salah seorang petugas kebersihan tengah membuang sampah (kanan). f/Wildan*

Menjajakan : Seorang pedagang kacang rebus tengah menjajakan dagangannya di Jalan H. Juanda, Minggu (15/8). Pedangan ini berjualan di saat event Tour de Singkarak melintasi jalan tersebut pada etape terakhir TDS. f/Okta


13

Edisi No. 192/Tahun XXVII

UNP Dikunjungi Empat Menteri dan Ketua BPK

Penandatanganan Nota Kesepahaman: Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi menandatangani nota kesepahaman dengan Universitas Negeri Padang di Gelanggang Olahraga UNP, Kamis (22/9). f/Fitri

D

alam kurun waktu kurang dari dua bulan, Universitas Negeri Padang (UNP) dikunjungi oleh lima penjabat tinggi ne gara. Kelima penjabat negara tersebut adalah Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhammad Nasir, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT), Eko Putro Sadjojo, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia (RI), Harry Azhar Aziz, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, dan Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Muhammad Hanif Dhakiri. Temu Ramah Mahasiswa Bidikmisi dengan Menristekdik t i Menristekdikti, Muhammad Nasir, melakukan temu ramah dengan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi, Senin (5/9). Acara yang berlangsung di Gelanggang Olahraga UNP tersebut, diikuti sekitar 2.000 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi se-Sumatra barat. Dalam sambutannya, Nasir menyampaikan, mahasiswa penerima Bidikmisi merupakan mahasiswa yang berprestasi, namun kurang mampu dari segi ekonomi. Nasir juga mengatakan bahwa sangat banyak beasiswa lainnya yang bisa digunakan oleh mahasiswa. Baik beasiswa di dalam maupun di luar negeri. “Tergantung saudara, apakah mau menjadi mahasiswa yang berprestasi atau tidak,” katanya, Senin (5/9). Dalam acara ini, juga dilakukan penyerahan beasiswa secara simbolis oleh Kemenristekdikti kepada 12 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Serta pemberian penghargaan kepada empat mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi yang paling berprestasi. Salah satu mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi yang mengikuti acara, Asri Aprilia Yolanda, mengatakan bahwa acara yang dilaksanakan cukup menarik. Menurut Asri, temu ramah seperti ini dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa agar menjadi lebih baik lagi. Kuliah Umum dengan

Menteri DPDTT Tiga hari usai temu ramah dengan Menristekdikti, Menteri DPDTT, Eko Putro Sadjojo memberikan kuliah umum di UNP, Kamis (8/9). Pada materinya, Eko menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tropis terbesar ke dua di dunia dan lebih dari 80% masyarakat pedesaan hidup dari sektor pertanian. Oleh sebab itu, kata Eko, pemerintah akan membuat gerakan nasional, dan desa harus mempunyai skala yang cukup dalam menjalankan program tersebut. “Tidak hanya dari pemerintah, masyarakat desa juga harus mempersiapkan diri untuk itu,” ujarnya. Ia juga menjelaskan, permasalahan yang selama ini terjadi pada masyarakat desa adalah kurangnya keahlian dan kemampuan dalam mengolah pertanian dengan baik. Hal tersebut disebabkan masyarakat tidak konsisten dengan produk yang mereka hasilkan. “Kecenderungan masyarakat adalah selalu menggonta-ganti isi perkebunan yang mereka kelola,” sambungnya. Hal tersebut menurut eko, juga menyulitkan konsumen untuk memburu produk yang akan mereka beli. Permasalahan lain yang menyebabkan masyarakat desa kesulitan dalam memasarkan hasil pertanian menurut Eko adalah karena harga jual yang mahal. Sekali pun petani Indonesia memiliki hasil panen yang melimpah, namun kebanyakan masyarakat tetap menjadi konsumen dari produk luar negeri. Sebab, harga produk luar yang lebih murah. “Mahalnya harga produk dalam negeri ini, disebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses pengelolaan produk,” tambahnya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa solusi dari permasalahan ini adalah pemerintah dan masyarakat harus membuat desa binaan, yang mana sebuah desa konsisten dengan produk yang mereka kelola, sehingga masyarakat fokus pada produk yang dihasilkan. “Satu desa fokus

dengan satu produk yang dikembangkan,” pungkasnya. Selain kuliah umum, pada acara yang berlangsung di gelanggang olahraga UNP ini, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman UNP dengan Menteri DPDTT. Kerja sama dilakukan di bidang Tridharma perguruan tinggi meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan pengembangan sumber daya manusia. Kuliah Umum Bersama Ketua BPK RI Seminggu berselang setelah kuliah umum dengan Menteri DPDTT, UNP mengadakan kuliah umum bersama Ketua BPK RI, Harry Azhar Aziz, tepatnya pada Jumat (16/9). Saat kuliah umum bersama calon wisudawan dan mahasiswa baru UNP tersebut, Harry membahas mengenai pendidikan yang layak untuk mahasi sw a. Harry mengatakan, negara akan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada anak Indonesia untuk memiliki kompetensi dan pendidikan yang lebih baik. Kata Harry, dari 2.000 trilliun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016, 400 trilliun digunakan untuk pendidikan. Selain itu, Harry juga menyampaikan, saat ini pemerintah memang tengah memberikan dukungan kepada mahasiswa Indonesia untuk bisa melanjutkan pendidikan dan belajar di luar negeri. “Salah satu beasiswa yang diberikan, yaitu beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan,” ujarnya. “Bagi mahasiswa tamatan Strata 1 dengan indeks prestasi komulatif di atas 3,5 dan memiliki nilai TOEFL minimal 550, jika ingin beasiswa di eropa, Amerika, dan negara lainnya, silahkan hubungi saya,” imbuhnya. Lebih lanjut, ia berpesan agar mahasiswa juga mau berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang layak untuk dirinya sendiri. Tidak hanya sekadar dorongan dari pemerintah saja. Sebab, menurutnya mahasiswa Indonesia masih sedikit yang mengenyam pendidikan di luar negeri atau universitas terbaik dunia.

“Kita harus meningkatkan itu, dan mahasiswa yang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang baik, tentunya harus memiliki kemampuan dan prestasi,” k a t an y a . Malam sebelumnya, UNP mengadakan acara Jamuan Makan Malam dan Silaturahmi dengan Harry di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik UNP, Kamis (15/9). Dalam sambutannya malam itu, Harry membahas tentang transparasi uang negara. Harry menyampaikan bahwa pengelolaan keuangan negara harus terbuka, bertanggung jawab, transparan, dan akuntabel. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan setiap rupiah yang diberikan oleh negara ke daerahdaerah adalah untuk mendatangkan kemakmuran rakyat. “Begitu juga dengan penyelenggaraan pengelolaan keuangan UNP, yang merupakan bagian dari penyelenggaraan negara,” u j a rn y a . Kuliah Umum Bersama Menpora Dalam rangka perayaan dies natalis ke-62, UNP adakan kuliah umum dengan Menpora, Imam Nahrawi di Gelanggang Olahraga UNP, Kamis (22/9). Tema yang diusung pada kuliah umum kali ini adalah “Kebijakan Menteri Pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan Kapasitas Pemuda dan kemajuan bangsa”. Pada kesempatan ini, imam menyampaikan tentang program-program dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang salah satunya, yaitu 100 sarjana olahraga masuk desa. Selain mendorong generasi muda unggul, program yang sedang dirancang ini diadakan untuk memfasilitasi sarjana keolahragaan dengan mendorong mereka masuk ke desa guna memupuk semangat serta mencari bibit-bibit unggul olahraga di Indonesia masa datang. Menurut Imam, adanya Fakultas Ilmu Keolahragaan di UNP, membuat UNP berpotensi untuk mendukung program ini. “Sebagai tindak lanjut pertemuan ini, kami betul-betul ingin memanfaatkan sumber daya UNP yang luar biasa ini terkhususnya mahasiswa dan sarjana olahraga. Ke depannya, program 100 sarjana olahraga masuk desa ini akan melibatkan UNP sebagai bagian dari program,” ujarnya. Selain penyampaian program, Imam juga memberikan beberapa kiat sukses kepada peserta yang hadir. Menurutnya, kata kunci sukses yang pertama adalah kepercayaan, yaitu memberikan kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain. Kata kunci selanjutnya, yaitu mandiri dan menghormati guru, orang tua, dosen, karena mereka adalah berkah utama dalam menuntut ilmu. Pada acara ini juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara UNP dengan Kemenpora dan pemberian penghargaan kepada tokoh masyarakat yang telah berjasa dalam pengembangan, pembinaan dan

peningkatan prestasi olahraga di Sumatra Barat. Kuliah Umum Bersama Menaker Menaker, Muhammad Hanif Dhakiri, memberikan kuliah umum di Medan nan Balinduang Fakultas Bahasa dan Seni UNP, Sabtu (8/10). Hanif merupakan menteri keempat yang datang ke UNP dalam rangka menyemarakkan Dies Natalis UNP ke-62. Dalam paparannya, Hanif menjelaskan bahwa akibat globalisasi, dunia mengalami perubahan. Seluruh negara di dunia tidak lagi mengenal tapal batas. Artinya, seluruh negara sudah terintegrasi dalam suatu daerah yang dinamakan desa globalisasi. Dari segi sosial, perubahan tersebut berlangsung sangat dramatis. Ia mencontohkan bahwa dulu jika ingin mengirim surat, maka harus lewat pos. Sementara pada zaman sekarang, orang cukup berkomunikasi melalui berbagai media sosial. Hanif pun menambahkan bahwa bukan hanya dari segi sosial, perubahan yang sangat dramatis juga terjadi di bidang ekonomi. Jika dulu bahan utama dari alat produksi adalah tenaga kerja, modal, tanah, atau pabrik, maka sekarang sudah bergeser dengan apa yang disebut sebagai knowledge. “Ekonomi kita bergeser dari ekonomi indutri menjadi eknomi knowledge,” jelasnya. Oleh karena itu, lanjut Hanif, peran dari sumber daya manusia yang berilmu pengetahuan menjadi sangat dibutuhkan. “Inilah yang harus dikejar oleh RI yang kita cintai ini,” i mb u h n y a. Hanif juga menyampaikan bahwa menurut prediksi sejumlah kalangan, Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketujuh di dunia pada 2030. Untuk mecapai hal tersebut, ada konsekuensi kerja keras yang ditanggung oleh bangsa Indonesia sendiri. “Syaratnya, Indonesia harus memiliki 113 juta tenaga kerja skills yang knowledge-nya kuat, ” jelasnya. Sementara itu, pada 2016 ini Indonesia baru memiliki 55 juta tenaga kerja. Artinya, dalam jangka setahun, bangsa Indonesia harus mencetak 4 juta tenaga kerja. “Ini menjadi tantangan yang besar bagi negara ini, baik dari pemerintah, industri, maupun perguruan tinggi,” jelasnya. Menurut Hanif, untuk mencapai target 2030 tersebut, perguruan tinggi harus mendorong agar tenaga kerja yang berkualitas tercetak tiap tahunnya. Hal ini akan berdampak positif terhadap pemenuhan tenaga kerja pasar bebas Indonesia. Dia meminta agar perguruan tinggi yang ada di Indonesia untuk memfokuskan diri terhadap apa yang menjadi kebutuhan pasar bebas, baik dalam maupun luar negeri. “Perguruan tinggi harus berkontribusi lebih besar agar dapat meningkatkan relevansi lulusannya dalam menghadapi pasar bebas,” ujarnya. Sri, Fitri, Fakhruddin, Lutfi*


FEATURE

14

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Merajut Asa Si Perajut Ayunan Oleh Deby Purnama Sari*

Menunggu Pembeli: Agusman dengan sabar menunggu pembeli untuk melirik ayunan rajut dagangannya di Pasar Raya Padang, Minggu (31/7). f/Nadila*

Usia tidak membuat laki-laki berusia 72 tahun ini kehilangan semangat bekerja. Agusman yakin, kalau ia mau berusaha, Tuhan tidak akan menutup pintu rezeki baginya. Minggu (31/7) siang itu, meski terik matahari membungkus kota, namun Pasar Raya Padang tetap ramai. Toko-toko dan lapak-lapak dihiasi oleh orang-orang berlalu lalang. Di pinggir jalan, aneka pedagang kaki lima asyik melayani pembeli yang datang. Satu-dua pedagang sibuk dengan olahan makanan dan minuman yang akan mereka perjualbelikan. Tak

luput, angkutan umum berjejer mengantar jemput penumpang. Saat hangatnya sapaan mentari menjalar ke seluruh tubuh, butiran debu beterbangan kian kemari, dan bisingnya suara kendaraan-kendaraan roda dua dan empat, serta hiruk pikuk di tengah keramaian orang yang sedang berteriak menawarkan dagangannya kepada pembeli, tampak seorang lelaki tua yang

sedang duduk seorang diri di depan sebuah toko pedagang lain. Di tengah keramaian pasar, lelaki itu duduk dalam keheningan di depan sebuah lapak pakaian. Kedua tangannya erat menggenggam gulungan yang terlihat seperti sebuah jala. Sebuah jala dengan nuansa warna warni. Sosok lelaki itu pun menarik perhatian saya untuk melangkah menghampirinya. Diha-

dapannya, langit-langit pasar yang semula ramai oleh riuh rendahnya teriakan pedagang, seolah lengang sejenak demi mendengar suara pelannya. Agusman. Begitu ucapnya ketika ditanyai perihal nama lengk a p n y a. Lelaki yang berusia 72 tahun itu sedang menjual gulungan ayunan yang ia buat dari tali nilon. Sembari tersenyum lebar, ia menuturkan jika ia telah melakoni pekerjaan ini sejak 5 tahun lalu. Ia membuatnya sendiri di kampung halamannya, hingga kemudian menjualnya di Pasar Raya Padang. Proses pembuatan ayunan memakan waktu selama empat jam ini. Setiap harinya laku tiga sampai lima ayunan dari 30 persediaan yang ia miliki. Bahkan tak jarang juga tidak ada satu pun dari ayunannya yang terjual. Satu-dua orang pun ada yang berbelas kasihan sekadar memberikan uang padanya. Sejauh mata memandang, tidak ada usaha lebih yang dapat ia lakukan guna menarik perhatian orang yang berlalu lalang, untuk membeli ayunan miliknya. Dari posisi duduknya pun, tidak banyak yang dapat ia lihat lantaran usia senja yang telah merenggut sebagian penglihatannya. Masalah ekonomi merupakan salah satu faktor yang membuat

lelaki ini tak memiliki biaya untuk mengoperasi matanya yang terkena penyakit buta katarak. Hal tersebut membuat penglihatannya tak lagi jelas. Telah berbagai pengobatan tradisional dan obat herbal yang ia lakukan, tapi tak satu pun dapat mengurangi ataupun mengobati penyakit yang ia derita. Namun, hal itu tak menyurutkan keinginan untuk bekerja. Ia terus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Bapak dari tiga orang anak ini mengaku bahwa anak sulungnya telah dapat membiayai kebutuhan untuk keperluan hidupnya. Namun, ia memilih untuk menghasilkan uang dari hasil keringatnya sendiri. Ia tidak ingin jika hanya bergantung pada uang yang diberikan oleh sulungnya tersebut. Pun, tak bisa bila sekadar hanya menikmati apa pun yang diberikan untuknya. “Ndak lamak makan disuok an (Tidak enak makan disuapkan),” tuturnya sembari tersenyum. Sementara matahari telah merangkak naik hingga kemudian bersiap untuk terbenam, selama itu pula hanya keyakinan yang ia miliki dalam usahanya mengais rezeki. “Sebuah keyakinan jika pintu rezeki untukku akan terbuka selama aku mau berusaha. Sekecil apa pun usaha itu,” tutupnya.

RAS Peduli Akhlak Anak Oleh Abdul Hamid

RAS, tempat pendidikan bagi anak-anak yang berkonsepkan karakter. Minggu (11/9) siang itu, cuaca lebih cerah dari selepas zuhur biasanya. Awan tak menghalangi terik matahari untuk sampai ke bumi. Angin laut pun melambaikan daun kelapa di Pasie Jambak. Di sana, terlihat sebuah bangunan yang terbuat dari tembok bercat putih dan beratap runcing di tengah. Pelataran depan terdapat pohon jambu dan mangga. Di antara kedua pohon itu terdapat papan putih bertuliskan “Rumah Anak Soleh (RAS)” dengan cat berwarna hitam. Dari kejauhan juga tampak beberapa anakanak tengah asyik bermain, berlari-larian. Sekitar 10 meter dari bangunan itu, terdapat sebuah pondok berukuran 7 x 5 meter. Pondok yang beratapkan daun rumbia itu adalah tempat santai dan bermain bagi anak-anak. Kedua tempat tersebut adalah milik dari Yayasan RAS. RAS merupakan tempat pendidikan bagi anak-anak yang berkonsepkan karakter. Selain pendidikan yang diperoleh dari tempat yang dinamakan rumah singgah RAS ini, mereka juga mendapatkan aktivitas penunjang seperti tahsin, tahfiz quran, dan kegiatan kreativitas lainnya. Yayasan yang bertujuan un-

tuk mendidik karakter dan akhlak anak-anak ini didirikan oleh alumni SMAN 2 Padang angkatan 85. Hingga saat ini, angkatan 85 dari SMAN 2 Padang menjadi donatur tetap RAS. Inisiator berdirinya RAS adalah Irwan Rinaldi yang sekarang bekerja sebagai konselor anak. Data hasil riset terhadap anak-anak Kota Padang menunjukkan masih banyak anakanak yang mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Miris dengan hal itu, Irwan dan kawan seangkatan mendirikan RAS, yaitu pada 29 Oktober lima tahun lalu. Enam titik rumah singgah RAS yang tersebar di beberapa tempat di Kota Padang, seperti di Purus, Parkit UNP, Air Dingin Lumin, Guo Kuranji, Pasir Jambak, dan Patenggangan telah menghimpun sebanyak 400 anak. RAS yang berkantor di Jalan Gapura Nomor 1, Air Tawar Timur, Padang Utara, ini memiliki tenaga mentor sebanyak 22 orang dengan didominasi oleh mahasiswa, baik itu yang tengah menjalani pendidikan S1 maupun S2. Salah satunya bernama Novia Dwi Susanti, mentor pertama di yayasan ini. Menurut Novi, hanya sedikit orangtua yang mengerti bagai-

Mengadakan Game : Anak-anak pingggiran Pasie Jambak tengah melakukan game edukasi di salah satu rumah panggung Pasie Jambak, Minggu (11/9). f/Hamid

mana seharusnya memperlakukan anak-anak sehingga mengakibatkan anak lemah secara mental dan berakhlak kurang baik. Mereka dimarahi dan dibentak. Orangtua juga sering berkata kasar. Hal itulah yang menjadi alasan baginya untuk bergabung dengan RAS. “RAS merupakan rumah bagi anakanak untuk bermain dan tertawa bersama teman sebayanya,” t er a n g n y a . Novi yang telah berkecimpung di dunia kependidikan selama 15 tahun ini, mengakui bahwa tidak mudah untuk me-

lakukan pendampingan dan pengasuhan anak yang dikonsepkan RAS. “Hal ini berbeda dari yang saya temui selama di sekolah,” terang perempuan yang juga pernah menjadi dosen Pendidikan Guru Taman Kanakkanak ini. Terkait pendidikan berlandaskan karakter yang diusung RAS, Manajer di Yayasan RAS, Ardiles, mengatakan bahwa pendidikan karakter bukanlah pendidikan yang dapat dilihat hasilnya dengan cepat, melainkan membutuhkan waktu yang panjang. “Karakter yang kita

bentuk akan menjadi kebiasaan si anak, lalu jadi kepribadiannya sehingga nantinya melekat menjadi budaya,” ujarnya. Mengingat pentingnya pendidikan terhadap anak, Ardiles menyarankan agar mahasiswa yang peduli terhadap anak-anak Indonesia sebaiknya terlibat langsung dalam mendampingi dan mendidik anak-anak. Salah satunya dengan cara ikut bergabung bersama RAS. Ia berharap lebih banyak lagi orang peduli terhadap anak-anak. “Kalau bukan kita, siapa lagi peduli dengan mereka,” tutupnya.


15

Edisi No. 192/Tahun XXVII

TELUSUR

Lagu Minang, Riwayatmu Kini Oleh Fakhruddin Arrazzi Lagu Mati Raso yang dinyanyikan artis Minang, Ratu Sikumbang, terdengar dari sebuah kios yang menjual cakram video bajakan. Kios tersebut berlokasi di pinggir Jalan Kampung Kalawi, Kota Padang. Sewaktu reporter Ganto datang mengunjungi, suasananya masih sepi pembeli. Maklum, pemiliknya Bambang (24), nama samaran, baru saja memulai usahanya, Minggu (28/8) siang itu. “Ada, banyak,” jawab Bambang sambil memperlihatkan beragam cakram video lagu Minang bajakan yang dijual di kiosnya. Ada album Cinto Larangan dari Putri, album Jatuah Sabalun Tabang dari Ipank, album Jawek Dibari jo Aia Mato dari Vani Sikumbang, dan sebagainya. Semuanya diberi kover selayak aslinya dan dibungkus sampul plastik. Bambang menceritakan bahwa dia mulai menjalankan bisnisnya ini setahun lalu. Barang dagangannya dipasok dari Bukittinggi. Dia membuka kiosnya setiap hari dari siang sampai malam. Untuk setiap kepingnya, Bambang mengaku bermodal Rp3.000,00. Cakram video tersebut lalu dijual Rp5.000,00. Bahkan, ketika seorang pembeli datang, Bambang menawarinya Rp12.000,00. “Pembelinya kebanyakan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat sekitar,” ungkapnya. Menanggapi kondisi tersebut, seorang pencipta lagu Minang, Boy Candra (26) menjelaskan bahwa pembajakan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak cipta yang dapat merugikan pekerja industri kreatif. Dia sangat menyayangkan tidak

Lihat VCD Bajakan: Seorang pria sedang melihat cakram video lagu Minang bajakan di sebuah kios di Ulak Karang, Minggu (2/10). f/Wildan*

adanya ketegasan pemerintah dalam memberantas persoalan tersebut. “Masih sama saja sih. Dari tahun ke tahun kayak itu saja pembajakan,” jelas Boy, yang juga seorang penulis buku best seller, saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Kamis (18/8). Bersamaan dengan itu, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Kota Padang, Era Agustriani (22) mengungkapkan keprihatinannya atas nasib lagu Minang. Berdasarkan pengalaman pribadinya, dia lebih banyak mendengarkan lagu Minang di pasar, angkutan kota, bis, atau radio, yang menurutnya, merupakan tempat-tempat terpinggirkan. “Bahkan, ada sebuah stasiun radio, lagu

Minang hanya diputar satu jam, sedangkan lagu barat diputar tiga jam,” jelasnya, Senin (22/8). Era sendiri mengaku bahwa dia lebih menyukai lagu barat dan Indonesia ketimbang lagu Minang. Menurutnya, kondisi ini juga terjadi kepada temanteman sekampusnya. Tambahannya pula, generasi muda Indonesia sekarang sangat menggandrungi lagu Korea. Dia berharap agar pemerintah dapat menggelar berbagai acara yang bisa meledakkan kembali lagu Minang. “Lagu Minang sekarang kurang trend,” ujarnya. Meski demikian, bukan berarti lagu Minang menjadi mati. Boy mengatakan

bahwa, turunnya lagu Indonesia setelah generasi boyband dan girlband, tidak terlalu berpengaruh terhadap industri lagu Minang. Pasalnya, lagu Minang merupakan lagu daerah yang digemari oleh masyarakat Minang, baik yang ada di Sumatra Barat maupun di daerah rantau. “Kalau menurut saya stabil. Cuman data pastinya saya tidak tahu,” jelasnya. Lebih lanjut, Boy menjelaskan bahwa lagu Minang saat ini sudah mengalami pembaharuan. Dari segi lirik saja misalnya. Jika dahulu lirik lagu Minang menggunakan bahasa kiasan, maka sekarang lebih cenderung bahasa yang mudah dipahami atau populer. Pun jika ada yang masih menggunakan bahasa kiasan, itu kemungkinan lagu lama yang diaransemen ulang. “Kalau sekarang lebih banyak variasinya,” ujarnya. Tambahannya pula, di era digital ini, kata Boy, pekerja industri kreatif dituntut harus melek teknologi, sebab bisa mendatangkan keuntungan tersendiri. Dia mencontohkan bahwa, di Youtube, jika video klip bagus atau mendapatkan banyak penonton, pasti ada iklan yang terpasang. Nah, iklan tersebut bisa menjadi ladang uang. Selain itu, teknologi dengan media sosial di dalamnya bisa menjadi media promosi yang sangat baik. “Sayangnya tidak semua pekerja seni paham dengan hal seperti itu,” jelasnya. Menurut Boy, agar sebuah industri kreatif dapat berjalan dengan baik, maka harus ada perhatian total dari seluruh pihak terkait. “Bukan hanya peran pemerintah, kreator, tapi juga peran masyarakat sebagai penikmat karya,” tutupnya.

RAGAM

Destinasi Industri di Ibukota Oleh Zahara

Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2013 Panas dan hiruk pikuknya Kota Jakarta menyambut kedatangan rombongan Kunjungan Industri, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang (UNP) pada April lalu. Kedatangan kami ke ibukota Indonesia ini bertujuan untuk memenuhi mata kuliah Kunjungan Industri. Mata kuliah ini bertujuan memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana dunia industri yang sesungguhnya. Kunjungan industri ini berlangsung selama enam hari dengan mengunjungi perusahaan berbeda. Didampingi oleh empat dosen dari Jurusan Kimia, peserta kegiatan adalah seluruh mahasiswa Program Studi Kimia TM 2013. PT Asahimas Flat Glass Tbk. menjadi tujuan pertama kami. Perusahaan ini bergerak di industri kaca, baik itu kaca mobil, kaca untuk bangunan, kaca transparan, maupun kaca berwarna. Di sana, kami diberi materi dan pengarahan tentang proses pembuatan berbagai jenis kaca tersebut. Mulai dari bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan, proses pengolahan, hingga menjadi sebuah produk kaca yang dapat dipasarkan. Setelah itu, kami dibawa masuk ke dalam pabrik kaca. Di sana, kami melihat langsung cara pengolahan kaca yang berlangsung dalam suhu yang mencapai ratusan derajat celsius. Ketika berada dalam pabrik pembuatan kaca ini, ada beberapa aturan yang harus dipatuhi, di antaranya harus mengenakan pengaman yang biasa digunakan oleh para pekerja di sana, yakni helm dan jas khusus pabrik. Saat berada di dalam pabrik tersebut, kami harus berjalan di atas jalurjalur yang telah disediakan dan dipimpin oleh seorang pembimbing yang menjelaskan bagaimana prinsip dan cara kerja

Foto Bersama: Rombongan Kimia Industri Prodi Kimia FMIPA UNP melakukan foto bersama usai mendapatkan materi di PT. Asahimas Flat Glas Tbk., Jakarta, Senin (18/4). f/Doc

dalam pembuatan kaca. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kecelakaan pabrik, seperti tersentuh alat-alat panas, dan sebagainya. Setelah itu, kunjungan dilanjutkan ke PT Frisian Flag Indonesia. Di sana, kami belajar banyak tentang proses pengolahan susu sapi menjadi susu bubuk, susu kental, dan susu cair yang dapat dipasarkan. Pada saat penyampaian materi dan diskusi bersama pihak perusahaan, dijelaskan bahwa proses pengolahan susu ini berlangsung dalam kondisi steril. Bagaimana tidak, kami yang berkunjung ke sana dan melihat cara pengemasan dalam pabriknya saja harus menggunakan jas khusus, memakai sepatu khusus pabrik, dan menggunakan pelapis kepala serta pengaman telinga. Pengaman telinga ini bertujuan untuk melindungi telinga dari suara mesin dalam pabrik yang sangat keras. Seperti yang berlaku di PT Asahimas, di PT Frisian Flag ini juga berlaku aturan tempat berjalan khusus bagi pengunjung dan para pekerja pabrik.

Selain proses produksi, di sini kami juga diberikan materi tentang proses pengolahan limbah pabrik. Pengolahan limbah ini bertujuan untuk menetralisir racun yang terkandung dalam limbah itu sendiri, agar tidak mencemari lingkungan di sekitar pabrik. Di sela-sela kunjungan industri, rombongan kami menyempatkan diri untuk berwisata, salah satunya ke Keraton Yogyakarta. Keraton Jogja merupakan kerajaan terakhir dari semua kerajaan yang pernah berjaya di tanah Jawa. Hingga sekarang, keraton ini masih menyimpan kebudayaan yang sangat mengagumkan. Keraton Jogja sangat kental dengan warisan budaya etnik Jawa yang sangat menakjubkan yang masih dapat di temukan di sekitar dan dalam keraton sendiri. Ketika singgah ke Keraton Jogja, itulah gambaran sederhana tentang budaya dan keindahan tanah Jawa. Keraton menyimpan tentang berbagai kesenian, hasil budaya, ragam pakaian adat, dan bentuk

rumah ala Jawa yang indah. Tidak berhenti di situ saja, Keraton Jogja juga menunjukkan bagaimana orang Jawa dalam berkomunikasi dan bersapa dengan semua orang yang datang di sana. Beragam budaya Jawa dapat dijumpai ketika masuk ke dalam keraton, seperti pergelaran tari-tari Jawa tentang berbagai cerita (babad tanah Jawa, epik Ramayana) yang dipentaskan oleh penari yang menarik perhatian penonton hingga terbawa suasana sakralnya budaya Jawa. Diiringi suara gemelan yang mengalun indah bercampur dengan bait-bait Jawa dilantunkan indah oleh penyinden dan warangono Keraton Jogja. Selain tari, juga disajikan pentas wayang orang yang sangat menarik untuk dilihat. Wayang orang ini berbeda dengan wayang kebanyakan karena gerakannya hampir mirip dengan gerakan balet. Melihat sudut Keraton yang lain, terdapat kedhaton, yaitu tempat bertemunya raja dengan semua pemangku keraton. Suasana bangunan joglo yang indah dengan beberapa ornamen ala Jawa-Arab yang menghiasi setiap tembok dan pilarpilar yang berjajar sedemikian rupa, menambah gagah dan kuatnya Keraton Jogja. Ketika memasuki pintu area keraton, akan bertemu dengan para penjaga keraton atau yang biasa di sebut dengan Abdi Dalem. Penjaga tersebut dilarang untuk mungkur (membelakangi kedhaton). Abdi Dalem akan selalu menghadap ke arah kedhaton, sebab kedhaton merupakan simbol raja. Di sana merupakan tempat raja duduk dan begitulah salah satu cara untuk menghormati raja. Begitulah pengetahuan yang kami peroleh dari kunjungan industri ini. Harapannya, lulusan Kimia UNP tidak akan canggung lagi jika akan terjun ke dunia kerja nantinya setelah mengikuti mata kuliah ini.


TEROPONG

16

Seminar Sehari, Mengingat Tragedi Peristiwa 30 September 1965 Seminar Sehari: Juru s an Se j a ra h FIS UNP m e n g a d a ka n S e m in a r S eh a ri bertem akan Trage di Peristiwa 30 September 1965 Mengingat yang Lupa di Aula F IP U NP, S e n in (3 /1 0 ). S e m in a r t e rs e b u t me ngu nda ng tiga pe mat eri, yaitu Prof. Dr. Me st ika Zed, M.A., Dr. Warnofri Sauri, M.Hum ., dan Rusli Ma rz uki S aria. f / Fitri

Seminar Sehari bertemakan Tragedi Peristiwa 30 September 1965 Mengingat yang Lupa digelar oleh Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang (UNP). Acara tersebut berlangsung di Aula Fakultas Ilmu Pendidikan Lantai 4 UNP, Senin (3/10). Pemateri pertama, Prof. Dr. Mestika Zed, M.A., menjelaskan bahwa wacana tentang kebangkitan komunis Indonesia akhirakhir ini ramai diperbincangkan orang. Bukan hanya dalam berbagai diskusi publik lewat media massa, seperti cetak dan elektronik, tapi juga dalam diskusi-diskusi akademik di dalam dan luar negeri. “Barangkali, ini merupakan buah dari reformasi,” ujarnya. Mestika menjelaskan bahwa ideologi komunis pernah menjadi ideologi dengan jumlah pengikut terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Ideologi ini masuk pertama kali ke Hindia Belanda lewat sebuah perkumpulan, Indisch Social Democratische Vereninging (ISDV), pada 1914. Kemudian, pada 1924, Partai Komunis Indonesia (PKI) berhasil didirikan. Akibat pemberontakan yang dilakukan oleh PKI di Banten pada 1926, dan di Silungkang, Sumatra Barat, pada 1927, pemerintah Hindia Belanda melakukan penumpasan besarbesaran terhadap pemimpin dan pengikut partai itu. Kedua pemberontakan tersebut gagal karena masih bersifat lokal. Sejak 1930-an, pemerintah Hindia Belanda juga melarang dan menindak keras semua organisasi pergerakan nasional, kecuali yang mau berkolaborasi. “Jadi, pada awal kemerdekaan, PKI tidak hadir,” tegas Mestika. Bukan hanya kepada pemerintah Hindia Belanda, PKI juga melakukan pemberontakan terhadap Republik Indonesia, yakni pada 1948 dan 1965. Menurut Mestika, ada persamaaan strategi yang dilakukan oleh PKI, baik periode 1920-an, 1948, maupun 1965. Pertama, PKI melakukan infiltrasi ke berbagai organisasi pergerakan yang ada untuk selanjutnya melakukan politik devide et impera dan membuat perpecahan. Kedua, PKI selalu melakukan propaganda untuk melawan

pemerintah yang berkuasa. Hal ini sejalan dengan ideologi komunis yang berorientasi internasional. “Komunisme tidak hanya bicara masyarakat negara, tapi juga masyarakat universal,” jelas Mestika. Khusus tragedi 30 September 1965, Mestika sangat menyayangkan adanya tuntutan menghilangkan kata PKI setelah G30S. Memang, ada berbagai analisis tentang pelaku dari peristiwa itu sendiri, tapi tidak dikuatkan dengan bukti. Faktanya, dalang dari peristiwa tersebut memang PKI. “Bangsa ini sudah tuna sejarah baik dari pemerintah maupun dari masyarakat,” tegasnya. Pemateri kedua, Dr. Warnofri Sauri, M.Hum., menjelaskan bahwa untuk melihat tragedi 30 September 1965, kita tidak bisa melihat apa yang terjadi pada hari itu. “Jika kita membuka lembaran-lembaran media, saya pikir masalah perdebatan siapa pelaku dari peristiwa 1965 itu akan terjawab,” ujarnya. Warnofri juga menjelaskan, sebelum 1965 itu, ada konflik antara intelektual, jurnalis, seniman, sastrawan, dan aktivis media massa. “Yang paling urgen adalah pertarungan dua kelompok yang sangat penting, yaitu Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dan Manifes Kebudayaan,” paparnya. Lekra didirikan oleh Nyoto dan Aidit pada 1950 dan menguasai berbagai surat kabar di Indonesia, terutama Harian Rakyat dan Bintang Timur. Kemudian, pada 1963, kontra dari organisasi kepanjangan tangan PKI ini pun muncul, yaitu Manifes Kebudayaan. “Ini merupakan bentuk polarisasi politik pada tahuntahun itu,” ungkapnya. Berbeda dengan Mestika dan Warnofri, pemateri lainnya, Rusli Marzuki Saria menceritakan pengalamannya pada 1965. Salah satu pengalamannya, yaitu ketika ada acara pembacaan puisi di Universitas Andalas. Acara tersebut diserang oleh orang-orang Lekra karena sajaksajak yang dibacakan pada acara tersebut adalah sajak-sajak dari tokoh Manifes Kebudayaan. “Lalu, Rektor Unand waktu itu, Pak Harun Zain, tercengang-cengang saja,” kisahnya. Ketua Pelaksana, Azmi

Fitrisia, Ph.D., menjelaskan bahwa acara ini dilatarbelakangi oleh pemikiran mengenai film G30S/PKI yang tidak diputar lagi sejak 1998 atau zaman Reformasi. “Semoga kita bisa mendiskusikan kembali mengapa dan apa esensial dari peristiwa itu sendiri,” ujarnya. Sejalan dengan hal tersebut, Wakil Rektor III UNP, Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd. menjelaskan bahwa, berkat kemajuan teknologi dan media sosial, ada sekelompok orang yang mengugat kembali keterlibatan PKI dalam peristiwa 30 September 1965. Dia pun mencontohkan bahwa, di Facebook, ada postingan orang yang tidak takut mengenakan seragam dan atribut bersimbol PKI. “Mudahmudahan dengan adanya seminar ini ada pencerahan,” harapnya. Fakhruddin

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Penyebab Tertundanya Penggunaan Gedung Baru UNP Delapan gedung baru yang dibangun oleh Universitas Negeri Padang (UNP) yang bekerjasama dengan Islamic Development Bank belum bisa ditempati tahun ini. Gedung rektorat, Fakultas Ilmu Sosial (FIS), dan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Terpadu, serta lima gedung lainnya baru bisa digunakan awal 2017 mendatang. Sebelumnya, beredar informasi bahwa gedung-gedung tersebut sudah bisa digunakan pada penghujung 2016. Salah satunya informasi yang didapatkan oleh Ketua Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus (UKKPK) UNP, Dicky Irawan. Dicky mengatakan bahwa ia sempat mendengar kabar pemindahan gedung PKM akan berlangsung pada November 2016. “Saya mendapatkan informasi tersebut dari bagian Kemahasiswaan UNP pada akhir Juli lalu,” ungkapnya, Senin (15/8). Namun, hingga sekarang ia belum tahu pasti kapan pemindahan dan penempatan dilakukan. Sebab, belum terlihat adanya tanda-tanda gedung tersebut akan segera ditempati. Dicky berharap pemindahan gedung segera dilakukan. Selain itu, dalam pembagian ruangan nantinya, ia juga menginginkan agar disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing unit kegiatan mahasiswa. “Dalam pembagian ruangan juga harus adil nantinya,” harapnya. Menanggapi hal ini, Kepala Bagian Perlengkapan UNP, Drs.

Nazarudin Harahap, S.T., mengatakan, penyebab belum bisa digunakannya gedung-gedung baru tersebut adalah belum adanya mobiler seperti kursi, meja, dan peralatan lainnya. Sedangkan untuk pengadaan mobiler, diperlukan pelelangan dan tender terlebih dahulu. “Pelelangan dan tender memakan waktu sekitar tiga bulan,” jelas Nazaruddin, Jumat (12/8). Selain itu, Nazarudin mengungkapkan bahwa pembangunan telah selesai sekitar 90%. Secara umum tidak ada kendala dalam pembangunan, UNP hanya menunggu penyediaan mobiler. “Semester Januari-Juli 2017, gedung baru sudah bisa ditempati,” tambahnya. Sementara terkait penempatan gedung PKM Terpadu, ia mengatakan belum ada kepastian dalam pembagian ruangan. Namun untuk penempatannya, akan dilakukan bersamaan dengan penempatan gedung-gedung lainnya. “Kalau pembagian ruangan, pimpinan yang memutuskan,” pungkas Nazarudin. Lebih lanjut, ia berharap dengan terselesaikannya gedung-gedung baru tersebut, UNP lebih maju dan mampu mencapai visi serta misi yang telah ditetapkan. Untuk semua keterbatasan serta kendala yang terjadi akibat pembanguman, ia berharap sivitas akademika UNP memakluminya. “Salah satunya, untuk mahasiswa FIS yang gedung perkuliahannya belum selesai,” tutupnya. Sri

Penelitian UNP Peringkat 38 dari 1477 PT Universitas Negeri Padang berada pada urutan 38 dari 1.477 perguruan tinggi (PT) di Indonesia dalam hal penilaian kinerja penelitian PT tahun 2013-2015. Untuk urutan pertama diduduki oleh Universitas Gadjah Mada. Hal ini tertuang pada lampiran surat nomor 2331/DRPM/TU/2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang ditandatangani oleh Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Ocky Karna Radjasa di Jakarta, 18 Agustus 2016. Drs. Yushamdi yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian UNP (saat ini dikenal dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)) mengatakan bahwa hasil penilaian kinerja penelitian PT dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu binaan, madya, utama, dan mandiri. Sebelumnya, UNP berada pada kelompok madya dan sekarang sudah berada pada kelompok utama. Untuk berada di kelompok utama ini, kata Yushamdi, ada beberapa indikator yang ditingkatkan oleh UNP seperti jurnal, riset, publikasi, dan manajemen.

Yushamdi juga menjelaskan bahwa penilaian ini tidak selalu naik, melainkan tergantung pada kinerja yang telah dilakukan selama 3 tahun. Jika kinerja tidak baik, maka peringkat tersebut dapat turun. “Semoga besok ini kita berada pada kelompok mandiri,” harapnya, Jumat (19/8). Prof. Alizamar, M.Pd., yang dipercaya rektor sebagai pelaksana tugas ketua LP2M membenarkan hal tersebut. Ia menyampaikan bahwa jika suatu PT berada pada kelompok binaan maupun madya, dalam hal penelitian masih dibina oleh perguruan tinggi lainnya. “Berada pada kelompok utama, berarti kita sudah dipercaya sebagai peneliti,” ujarnya, Rabu (19/9). Selain itu, dengan berada di kelompok utama, pemerintah pusat ataupun daerah dapat memanfaatkan PT untuk penelitian. “Sehingga, lembaga penelitian bisa melakukan kerjasama dengan stakeholder,” i mb u h n y a . Sementara, jika sebuah PT berada di kelompok mandiri yang merupakan target UNP selanjutnya, menandakan bahwa kompetensi dosen sudah jauh

lebih baik. Dengan demikian, secara otomatis PT diberi kesempatan lebih luas untuk penelitian dan desentralisasi. Contohnya, bila dosen UNP mengajukan proposal penelitian maka universitas dipercaya untuk menilai dan mengevaluasi sendiri kelayakan dari proposal tersebut. Alizamar menambahkan, naiknya posisi UNP ke kelompok utama didorong oleh komitmen universitas dalam menyediakan anggaran dari PNBP untuk penelitian. Salah satu standar suatu PT berada di kelompok utama ialah jumlah dosen terlibat penelitian sebanyak 25-30%. Jika standar tersebut tidak terpenuhi maka perguruan tinggi masih berda di kelompok madya. “Tahun 2016 ini, hampir 300 dosen melakukan penelitian. Jadi, sekitar 30% dari jumlah dosen yang ada sudah melakukan penelitian,” jelasnya. Alizamar mengharapkan agar ke depannya penelitian di UNP jauh lebih baik, terlepas dari siapa pun yang nantinya menjadi ketua LP2M UNP. “Semoga Ketua LP2M selanjutnya lebih proaktif mendorong dosendosen kita untuk melakukan penelitian,” tutupnya. Jimi


TEROPONG

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Satu Tim UNP Lolos PHBD Satu tim dari Universitas Negeri Padang (UNP) lolos dalam Program Hibah Bina Desa (PHBD) 2016 yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Tim tersebut berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang dibimbing oleh Dr. Wilda Welis, SP., M.Kes., dosen FIK UNP. Beranggotakan Ima Matunnisa, Edi Syahputra, Yufika Wizarah, Rahmat Hidayat, dan Media Rahmi, tim tersebut diketuai oleh Jeifil Esa. Je mangatakan bahwa pada PHBD kali ini, timnya mengusung tema tentang ketahanan dan keamanan pangan dengan judul Desa Akuaponik Greenovarif Danau Maninjau. Hal ini merupakan alternatif pemanfaatan kotoran dan limbah pakan ikan Danau Maninjau sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat petani keramba ikan dengan cara menanam sayuran di atas Keramba Jaring Apung (KJA). Sebab, akuaponik merupakan kombinasi dari akuakultur (budidaya perairan) dan hidroponik (budidaya menanam dengan memanfaatkan air sebagai pengganti tanah). Menurut Je, ide tersebut muncul karena banyaknya ikan KJA di Danau Maninjau yang mati massal tiap tahunnya sehingga menyebakan kerugian besar bagi petani ikan KJA.

“Dengan akuaponik tersebut diharapkan kematian ikan dapat diminimalisir,” jelasnya. Kematian massal ini, kata Je dikarenakan dua penyebab. Pertama, tubo belerang yang disebabkan Danau Maninjau merupakan danau vulkanik dengan kadar belerang cukup tinggi. Kedua, tumpukan pakan dan kotoran ikan di dasar danau. Pengendapan kotoran ikan di dasar danau menghasilkan fosfat dan nitrogen yang merangsang pertumbuhan bakteri dan organisme air berupa plankton. Lalu, karena kondisi cuaca yang tidak bagus dan ditambah dengan angin kencang, menyebabkan terjadinya pengadukan massa air atau dikenal dengan umbalan. Akibat pengadukan tersebut, amoniak dan karbondioksida menjadi tinggi sehingga berdampak pada minimnya persedian oksigen. Setelah itu, ditambah dengan munculnya bakteri halus yang masuk ke insang ikan sehingga ikan sulit bernafas dan akhirnya mati. Dengan penerapan sistem akuaponik, kandungan nitrogen dalam air bisa dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi sayur yang ditanam di atas KJA. Selain itu, sayur yang dipanen dari sistem akuaponik dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual untuk menambah penghasilan. Manfaat lain yang didapat melalui kegiatan ini

adalah secara tidak langsung pengetahuan petani tentang sistem pertanian modern atau akuaponik bertambah. Pada 3-9 Agustus lalu, Je dan timnya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai akuaponik tersebut. Selain sosialisasi, tim juga telah melakukan pelatihan, pembuatan media tanam dan penanaman bibit, yakni kangkung. Seiring berjalannya waktu, sayur yang ditanam tersebut tumbuh dengan baik. Sehingga dalam perencanaanya sayur dapat dipanen sebanyak dua kali. Namun, pada akhir Agustus lalu tubo melanda Danau Maninjau sehingga sayur yang ditanam di atas KJA tidak mengalami pertumbuhan. “Berbeda dengan sayur yang kami tanam di tepi danau telah bisa dipanen,” u j a rn y a , Kegagalan panen tersebut membuat Je dan timnya beserta masyarakat sekitar melakukan penanaman sayur kembali tepatnya pada Jumat-Minggu (30/ 9-2/10) lalu. Je berharap agar penanaman yang kedua ini sukses hingga tahap panen. Selain itu, Je menginginkan agar selanjutnya banyak tim dari UNP yang berhasil lolos PHBD. Ia juga mengharapkan mahasiswa lebih peduli dengan lingkungan dan lebih giat untuk berkreasi. “Kreativitas tidak harus linear dengan akademik,” ujarnya. Ermi

dengan bimbelnya juga,” terangnya. Darma berharap timnya bisa melanjutkan rencana bisnis mereka selama dua tahun. PMW lainnya yang mendapatkan dana Dikti yaitu Makaroni Spiral. Menurut salah satu anggotanya, Inda Mardatillah, timnya sudah sampai pada tahap pemasaran, melalui media online seperti Facebook, Instagram, dan BBM, dan tidak dipasarkan seperti orang-orang kebanyakan. “Jadi tergantung order-an saja,” jelas Inda, Selasa (4/10). Selain itu, produknya juga dipasarkan melalui pembicaran dari mulut ke mulut, karena sebelum ini usaha makaroni ini telah dilakukan Inda, dan sekarang tinggal melajutkannya saja. Kelompok yang magang di Kripik Balado Mahkota Asli ini terkendala dalam pembagian waktu anggota dalam hal produksi. Namun, untuk mengatasinya, Inda dan timnya sudah menemukan satu hari untuk mengurus masalah produksi dan lain-lain. Selain Makaroni Spiral, PMW berjudul Kerupuk Tulang Santet juga memiliki masalah tersendiri dalam mengembangkan usahanya. Prima Ryan Perdana selaku Ketua Tim menjelaskan, selain terkendala waktu, mereka juga terkendala dengan bahan baku produk, yaitu tulang rawan sapi yang cukup langka dan mahal. “Jadi, untuk tahap awal kami membuat 100 kerupuk tulang,” jelasnya, Selasa (4/10).

UNP Tetap Adakan PLK Universitas Negeri Padang (UNP) tetap adakan Praktik Lapangan Kependidikan (PLK) untuk mahasiswa Program studi (Prodi) pendidikan TM 2013. Sebelumnya, mata kuliah ini ditiadakan untuk mahasiswa kependidikan TM 2013 karena PLK akan dilaksanakan pada Program Profesi Guru (PPG). Menurut Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Prof. Dr. Lufri, M.Si., mata kuliah PLK masih dibutuhkan oleh mahasiswa Prodi pendidikan. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pihak UNP telah melakukan berbagai pertimbangan dari Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang menilai bahwa mata kuliah ini masih diperlukan. “LPTK lainnya juga tetap adakan mata kuliah PLK ini” ungkapnya, Rabu (30/8). Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial, Drs. Suryanef M. Si. juga menjelaskan tentang pentingnya mata kuliah PLK bagi mahasiswa kependidikan. Menurutnya, tidak semua mahasiswa setelah lulus dari sarjana pendidikan akan dapat mengikuti PPG. “Dengan adanya PLK bisa menjadikan lulusan prodi pendidikan punya peluang mengajar meskipun sebagai honorer,” tuturnya, Kamis (12/8). Hal ini dibenarkan oleh Rektor UNP, Prof. Dr. Ganefri, P.hD.. Saat pembukaan Pembekalan Praktik Lapangan Kependidikan

(PPLK) pada Jumat (9/9), Ganefri mengatakan bahwa real teaching tidak tercantum pada awal kurikulum 2013. Namun, praktik mengajar di lapangan tetap diadakan setelah dipertimbangkan bersama pimpinan universitas yang menilai bahwa hal ini perlu bagi mahasiswa kependidikan. “PLK penting bagi mahasiswa kependidikan karena tidak semua mereka bisa ikut PPG nantinya,” ucap Ganefri. Untuk menjadi guru profesional, kata Ganefri, mahasiswa calon guru harus memiliki sertifikat pendidik. Sertifikat ini diberikan kepada mahasiswa setelah mengikuti PLK. Dalam sertifikat akan dicantumkan bahwa mahasiswa terkait telah mengikuti PLK. Sertifikat PLK juga dapat dimasukkan ke dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah. Pelaksanaan PLK tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Mahasiswa melaksanakan PLK selama satu semester dengan jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) sebanyak empat. Sedangkan syarat agar dapat mengikuti PLK, di antaranya, telah menyelesaikan mata kuliah minimal 110 SKS, telah mengambil mata kuliah Micro Teaching (Metode Mengajar Khusus atau Pembelajaran Mikro) dengan nilai minimal B, dan harus mengikuti pembekalan serta berperilaku baik sebagai pendidik. Windy

UNP Kembali Bangun Tiga Gedung Baru

PMW 2016 Tahun ini, sebanyak 33 judul Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) lolos didanai oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) dari 91 judul yang ikut diseleksi. Mantan Kepala Subbagian Kemahasiswaan, Zainur Syafni, menyampaikan bahwa juduljudul yang lolos diseleksi tersebut adalah judul yang layak dan kompeten yang telah dievaluasi terlebih dahulu oleh reviewer. “Proposalnya tidak mengada-ada dan rasional,” jelasnya. Selain itu, Zainur menerangkan bahwa tahapan yang dilalui oleh tim PMW yang lolos antara lain pengiriman proposal, lolos seleksi, workshop, magang, dan memulai kegiatan. Rentang waktu magang adalah satu bulan, dan tiap kelompok ditempatkan sesuai bidang usaha masingmasing. “Misalnya, kalau usahanya bimbingan belajar (bimbel), magangnya di tempat bimbel juga,” tuturnya. Salah satu judul PMW yang didanai adalah PRIVO (Private Online) sebagai Acelerasi Bukan Lapangan Pekerjaan di Wilayah Kota Padang. Tim yang diketuai oleh Darma Yeliza Putra ini telah menyelesaikan magang di salah satu bimbel di kawasan air Tawar Barat. Darma menjelaskan bahwa timnya hanya melakukan magang selama tiga minggu. “Walau dari pihak kampus memberikan waktu satu bulan, namun tergantung kesepakatan

17

Untuk pemasarannya, kata Prima, dimulai dari orang-orang terdekat seperti mahasiswa dan dosen. Pada tahap pengembangan akan dimasukkan ke pasar oleh-oleh atau tempat lainnya. “Semoga Kerupuk Tulang Santet bisa diterima di masyarakat,” h ar ap n y a . Selain tiga judul di atas, berikut 30 judul PMW lainnya, MONHION (Make Over and Hijab Fashion) Give Easy Give Beauty, Bimbingan dan Konsultasi Belajar “Jaya Sakti” Ber0rientasi Leadership, Ayse Cake, Gesmooth (Gerobak Smoothis), Salon BMTH, Muslimah Design Sport, Kawa DAKARA (Kawa Daun Kaya Rasa), Seminar dan Kompre Organizer, Trapi Masage, Malika Indie Publisher, Usaha Bola-bola Pensi; Inovasi Baru Jajanan Kuliner Padang Berbahan Baku Pensi, Uda Muis (Usaha Budi Daya Mustache Fish) Used Tarpaulin Media Sistem dengan Kombinasi Pakan, Beres Motor Mas, Bimbingan Belajar Plus-plus (++) (Bimbel Sahabat), Usaha Jasa Produksi Videografi dan Photo Studio (Rasa Production), CUPITA, Cassava House, Butik Vintage Story, Ngewisata, Bakso Batok, BALKIS (Bantal Lukis), Sasah Shoes (Cuci Sepatu), Rumah Kreatif Tempurung, Bakso Ikan Lucu BAKEMOKAR dan Minuman Sehat Kemukar, Usaha Bakso Sedunia, KEPANG (Kreasi Pisang), Publik Speaking Institut, “LESEHAN” Jelly Art, KIPEH ART, dan ACRYLED. Ranti

Universitas Negeri Padang (UNP) kembali membangun tiga gedung baru. Gedung tersebu t merupakan tambahan dari delapan gedu ng yang dibangun sebelu mnya dengan menggu nakan dana pinjaman dari Islamic Development Bank (IDB). Ketiga gedung tersebut yakni Sport Science Center yang dibangun di sebelah ko-lam renang UNP, Hospitality Center dibangun di dekat po-liklinik UNP dan dikelola oleh Fakultas Pariwisata dan Per-hotelan, serta gedu ng ku liah terpadu yang dibangun di sebe-lah perpustakaan UNP. Sekretaris IDB UNP, Afriva Khaidir, MAPA., PhD., menjelaskan bahwa ketiga gedu ng ini telah dibangu n sejak Ju li 2016 dan direncanakan akan selesai pada Desember 2016 ini. Pembangunan dilaksanakan menggu nakan sisa dana dari pembangunan gedung sebelu mnya. “Dananya dari pinjaman sebelumnya yang berlebih 75 miliar,” terang Afriva saat ditemui di ruangannya, Ju mat (26/8). Selain itu, terkait pencairan dana untuk pembangu nan, ia menyampaikan bahwa teknisnya sama seperti peminjaman untu k pembangunan delapan gedung sebelumnya. Pihak UNP mengajukan proposal ke Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), lalu pihak Kemenristek Dikti mengajukan

usulan tersebut ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Kemudian, pihak Bappenas mengajukan ke departemen keuangan, dan departemen keuangan mengajukan ke IDB. “Setelah IDB menerima, pihak UNP tinggal mengirimkan perlengkapan dan persyaratan lain u ntuk pencairan dana,” ucapnya. Afriva juga menjelaskan bahwa pengerjaan gedu ng masih menggu nakan tender dari PT Adi Karya dengan memperpanjang kontrak yang lama. Sedangkan untuk kegu naan masing-masing gedung, ia menerangkan bahwa Sport Science Center akan digunakan sebagai pu sat olahraga, salah satunya adalah lapangan tenis. selanjutnya, Hospitality Center akan digu nakan u ntuk gedu ng hotel dan kafe, sedangkan gedu ng ku liah terpadu digunakan u ntu k kelas perku liahan secara umum bagi sivitas yang membutuhkan kelas. Lebih lanju t, terkait pembangunan gedu ng baru ini, Afriva mengharapkan agar pembangu nan gedung selesai tepat waktu . Ia ju ga menginginkan sivitas akademika UNP mempunyai rasa memiliki dan merawat gedung dengan baik nantinya. “Sivitas akademika UNP harus bangga dengan adanya gedu ng baru tersebu t. Gedu ng dibangun demi meningkatkan mutu UNP,” tutupnya. Sri


INTER

18

Seminar Penulisan Jurnal Internasional Faku ltas Pariwisata dan Perhotelan (FPP) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Seminar Nasional Penulisan Ju rnal Internasional di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik UNP, Senin (15/8). Seminar yang diikuti oleh dosen dan mahasiswa pascasarjana dari 11 pergu ru an tinggi di Sumatra Barat ini, berlangsu ng . Seminar yang bertemakan Kiat-kiat dalam Publikasi Ilmiah ini, menghadirkan du a pemateri, yaitu Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D. dan Penga-

rah Pu sat Transformasi Komuniti Universiti Universitas Pendidikan Su ltan Idris Malaysia, Prof., Dr. Ramlee bin Mu staph a. Selaku Ketu a Pelaksana, Dr. Yuliana, S.P., M.Si. mengatakan bahwa seminar ini bertujuan untu k meningkatkan dan memotivasi peserta dalam mempu blikasikan karya ilmiah ke tingkat internasional. “Semoga seminar ini membantu peserta dalam mempu blikasikan karya ilmiahnya,” tu tu p Yu liana. Put ri *

Bidikmisi UNP

Temu Bidikmisi Nasional Universitas Negeri Padang (UNP) mengutus lima mahasiswa penerima Bidikmisi berprestasi mengikuti kegiatan Temu Bidikmisi Nasional. Mereka adalah Yovi Azhari dari Program Studi (Prodi) Matematika, Roni Priono Putra dari Prodi Pendidikan Kewarganegaraan, Titin Hajri dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Sri Nurbayani dari Prodi Pendidikan Sendratasik, dan Sri Rezki Wardana Siregar dari Prodi Penjaskesrek. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, yaitu Selasa-Jumat (9-12/ 8) di Solo.

Sri Nurbayani, peserta yang memiliki prestasi di bidang tarik suara ini, mengimbau agar penerima Bidikmisi lainnya mengikuti semua kegiatan yang telah disediakan. Menurutnya, sangat disayangkan jika mahasiswa penerima bidikmisi menyia-nyiakan kesempatan mengikuti kegiatan tersebut. Sri berharap, mahasiswa penerima bidikmisi lebih semangat, rajin kuliah, dan memperbanyak keterampilan. “Jangan takut kalau mau tampil dan terampil,” pesan mahasiswa dengan IPK 3.93 ini. Ermi

FBS

Kuliah Umum Bertema Penerapan Mixing Method dalam Penelitian Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan kuliah umum bagi mahasiswa program magister dan sarjana di Teater Tertutup FBS UNP, Senin (29/8). Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd., dosen Universitas Negeri Yogyakarta selaku pemateri menjelaskan bahwa mixed method adalah penggabungan antara metode penelitian kuantitatif dengan metode penelitian kualitatif. Dengan menggu-

nakan Mixing Method, peneliti akan memperoleh hasil yang luas dan dalam. Kelemahannya, metode ini membutuhkan biaya lebih mahal dan waktu lebih lama ketimbang metode penelitian lainnya. Selain itu, Sugiyono juga menjelaskan tentang cara mudah menulis skripsi, tesis, dan disertasi. “Sebelumnya, kita harus memahami apa yang diteliti, memahami metode penelitian, menjalin hubungan baik dengan pembimbing, dan memahami buku panduan penelitian,” jelasnya. Debi*

UKKPK

Lomba EScReMS Sekota Padang

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UPP III Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Olimpiade Elementary School Race of Math and Science (EScReMS) se-Kota Padang yang ke-4, Sabtu (3/9). Acara tahunan ini merupakan salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa (HIMA) PGSD UPP III FIP UNP. Olimpiade yang diadakan di Kampus III Gadut UNP ini diikuti oleh sembilan sekolah dasar (SD) dengan jumlah peserta 50

orang pada lomba bidang Matematika dan 40 orang bidang Ilmu Pengetahuan A lam. Ketua Jurusan PGSD UPP III, Drs. Muhammadi, M.Si. berharap olimpiade ini dapat menjadi gambaran ke depan agar lebih baik dan berkualitas lagi. Dari segi panitia dan peserta, supaya menjadi ajang yang menyenangkan. “Semoga acara ini dapat mencetak generasi yang berkompetensi, bisa bersaing serta berprestasi dan berguna bagi bangsa,” tutupnya. Oktri* & Gezal*

Edisi No. 192/Tahun XXVII

UKKes

Biologi

Kuliah Umum Bertema Biological Research for Community Empowerment based on Agroecological Approach, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan kuliah umum di Ruang Standar Biologi, Senin (5/9). Menghadirkan Prof. Wan Mohtar Wan Yusuff dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) sebagai pemateri. Ketua pelaksana, Dr. Dwi Hilda Putri, M. Si., mengatakan bahwa kuliah umum tersebut diadakan untuk menambah wawasan mahasiswa tentang perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu,

acara ini juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi “Semoga tujuan kita bisa tercapai dengan baik,” harapnya. Dekan FMIPA, Prof. Lufri, M.S., mengatakan bahwa melalui acara ini diharapkan nantinya akan terbentuk kerja-sama yang baik dengan UKM baik dalam bentuk kunjungan maupun pertukaran ma-hasiswa. Ia juga mengi-nginkan peserta termoti-vasi sehingga proposal dosen ataupun mahasiswa termuat di jurnal inter-nasional dan bisa meng-angkat citra universitas. “Semoga dengan adanya acara ini akan lahir riset- riset baru,” harapnya. Alfendri*

FKPWI

Berdakwah Melalui Media Forum Kajian Pengembangan Wawasan Islam (FKPWI) adalah salah satu forum kajian Islam yang ada di Universitas Negeri Padang (UNP). Saat ini, FKPWI bertekad untuk melakukan dakwah melalui media. Salah satu target yang telah dicapai, yaitu nonton bareng (nobar) film berjudul Karena Dia yang dirilis di Teater Tertutup FBS, Jumat (2 3/9). Dewan Penasehat Pengurus FKPWI, Nanda Setiawan menjelaskan bahwa pembaharuan ini disesuaikan dengan era globalisasi. Menurutnya, dakwah tidak hanya disampaikan dari satu majelis ke majelis lainnya, tapi juga dapat disam-

paikan melalui sebuah film. “Mahasiswa lebih tertarik dengan menonton daripada membaca,” ujarnya, Minggu (18/9). Nanda juga menjelaskan bahwa film kedua FKPWI ini m e n c e r i takan tentang seorang pemuda yang sedang merasa gundah oleh sebab memiliki masalah dengan pacarnya. Hingga ia nekat mencuri sepeda dan akhirnya bertemu dengan teman yang baik yang membuatnya kembali ke jalan yang benar. Lebih lanjut, Nanda menjelaskan bahwa pesan moral yang disampaikan oleh film tersebut adalah ikhlas dalam melakukan kebaikan karena Allah itu harus bukan karena orang lain. Ermi

UNP

Pelatihan PKM Lima Bidang Bagian Kemahasiswaan Universitas Negeri Padang (UNP) bekerja-sama dengan Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa menggelar Pelatihan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Lima Bidang di Aula Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP, SabtuMingu (3-4/9). Acara yang dibuka oleh Wakil Rektor III, Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., ini dihadiri oleh Wakil Dekan III fakultas selingkup UNP, kepala bagian kemahasiswaan, dan 450 peserta dari berbagai fakultas seUNP. Pelatihan ini bertemakan “Melalui Pembuatan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Li-

ma Bidang Kita Tingkatkan Motivasi dan Mutu Karya Ilmiah Mahasiswa pada Program Kreativitas Mahasiswa”. Jenis bidang PKM yang dijelaskan, yakni PKM Penerapan Teknologi, PKM Kewirausahaan, PKM Pengabdian Kepada Masyarakat, PKM Karsa Cipta, serta PKM Artikel Ilmiah dan PKM Gagasan Tertulis. Zainur Syafni S.H., M.M. selaku Ketua Pelaksana mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan mutu karya ilmiah mahasiswa. “Semoga peserta dapat meningkatkan mutu, kualitas, serta kuantitas karya ilmiahnya,” harapnya. Laila*

Tuan Rumah Peksimida Universitas Negeri Padang (UNP) dipercaya menjadi tuan rumah tiga tangkai lomba Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) yang dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Kesenian di Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan Lantai IV Gedung FBS, Sabtu (23/7). Tiga tangkai lomba tersebut, yaitu tari, penulisan puisi, dan penulisan cerpen. Acara yang diadakan dua tahun sekali ini memiliki 15 jenis tangkai lomba, yaitu tari, vokal grup, monolog, baca puisi, nyanyi tunggal populer (putra/

putri), nyanyi tunggal keroncong (putra/putri), nyanyi tunggal seriosa (putra/ putri), nyanyi tunggal dangdut (putra/putri), penulisan puisi, penulisan cerpen, penulisan lakon, fotografi, komikstrip, lomba lukis, dan desain poster serta 1 tangkai eksibisi, yakni group band. Pemenang dari lomba tersebut akan mewakili Sumbar di ajang Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) XIII yang diselenggarakan oleh Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara pada 20-26 September mendatang. Windy

UPPL

Donasi 1000 Jilbab Dalam rangka memperingati International Hijab Solidarity Day, Kemuslimahan Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan donasi 1000 jilbab. Donasi dapat dibe-rikan dalam bentuk jilbab baru, jilbab bekas layak pakai atau uang tunai. Kegiatan ini telah dimulai dengan menyebarkan jilbab hasil donasi secara gratis kepada muslimah seUNP pada acara Forum Annisa Gabungan di Aula Fakultas Ilmu Ke-olahragaan, Jumat (16/9). Ketua Kemuslimahan

UKK UNP, Hanna Syahidah mengatakan, sekitar seratus jilbab telah berhasil disebar hari ini. Seminggu atau dua minggu ke depan, penyebaran juga akan dilakukan ke panti asuhan, darma wanita, dan selingkungan UNP. “Untuk tanggal pastinya kita belum putuskan,” katanya, Jumat (16/9). Hanna mengharapkan dengan adanya penyebaran jilbab ini, kesadaran muslimah untuk berhijab semakin meningkatkan. “Dan untuk donatur semoga menjadi amal jariah,” tutupnya. Sri

Jurusan Fisika

Lomba Fisika Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP), kembali mengadakan Lomba Fisika (Lofi), Sabtu (27/ 8). Agenda tahunan Himafi ini diselenggarakan di Gelanggang Olahraga UNP yang diikuti oleh 1500 siswa SMA dan SMP se-Sumatra. Pada acara yang bertema Melalui Lomba Fisika Tingkat SMA XX dan SMP XII se-Sumatra Kita Tumbuh Kembangkan Literasi Sains dan Jiwa Kompetitif Guna Mewujudkan Generasi Emas

Masa Depan ini, Elmiyanto selaku Ketua Pelaksana kegiatan mengatakan bahwa kali ini, Lofi diadakan di tiga wilayah sekaligus, yakni wilayah utara di Pekanbaru, tengah di Padang, dan selatan di Jambi. “Hal ini, bertujuan untuk membantu peserta yang jauh,” terangn ya. Wakil Rektor III UNP, Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M. Pd. berharap agar semua peserta dapat berkompetisi dan mengasah kemampuannya di bidang Fisika. “Selamat berkompetisi,” tutupnya. Zahara

UPT PTIK

Seminar IT Security UPT Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan seminar IT Security di Ruang Serba Guna (RSG) FT UNP, Selasa (30/8). Seminar ini menghadirkan pemateri dari E-Commerce Consultants (EC-Council) Indonesia, Tin Tin Hardijanto dan Rizqi Ardiansyah. Seminar ini sekaligus juga merupakan peresmian UNP sebagai kampus akademi EC-Council. Rektor

UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., mengungkapkan bahwa seminar ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mencari lapangan pekerjaan. “Mahasiswa yang nantinya mengikuti sertifikasi IT Security bisa mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan ataupun membuka lapangan pekerjaan,” tuturnya. Sejauh ini, kata Tin Tin sudah sebelas kampus yang bekerja-sama dengan ECCouncil. “UNP merupakan universitas negeri pertama di Indonesia yang bekerja sama,” ujarnya. Hengky*


Edisi No. 192/Tahun XXVII

SEPUTAR MAHASISWA 19

Dilema Pendidikan Tinggi Indonesia Hai pembaca setia Ganto! Pendidikan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia, seperti terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, pada zaman sekarang, biaya operasional pendidikan di Indonesia semakin tinggi, terutama pada jenjang pendidikan tinggi. Hal ini dikhawatirkan berujung pada komersialisasi pendidikan. Kekhawatiran ini merujuk pada pengesahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang membuat negara mengurangi kewajibannya untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan tinggi. Hal ini ditakutkan oleh berbagai kalangan akan mendorong terjadinya komersialisasi pendidikan. Salah satu pihak yang paling khawatir adalah mahasiswa. Apalagi bila merujuk pada kenaikan uang kuliah di beberapa universitas usai pemberlakuan UU tersebut. Hal ini semakin menguatkan dugaan mahasiswa bahwa pemberlakuan UU ini akan menambah beban biaya pendidikan kepada mereka. Beranjak dari hal tersebut, bagaimana tanggapan Anda selaku mahasiswa UNP?

S

alah satu hak yang dijamin oleh negara Indonesia ialah pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005, yaitu negara menjamin aksesibilitas yang sama untuk semua peserta didik serta alokasi dana dengan tujuan menuju pendidikan gratis. Namun, hal ini belum dapat berlaku pada perguruan tinggi. Perguruan tinggi diberikan otonomi untuk mencari sendiri kekurangan biaya operasional pendidikan yang tidak dapat dipenuhi negara. Pemenuhan biaya operasional ini dapat diperoleh dari peserta didik melalui uang kuliah. Menurut Marx (2013), pendidikan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat mempunyai peran penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai kecakapan hidup serta media sosialisasi dalam masyarakat. Namun, peran pendidikan juga mempunyai keterkaitan dengan masalah ekonomi bahkan menjadi faktor yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses tercapainya pendidikan berkualitas. Maraknya komersialisasi pendidikan saat ini juga menimbulkan berbagai opini di tengah masyarakat. Pro dan kontra masyarakat melalui tulisan-tulisan di media massa merupakan suatu fenomena yang begitu memprihatinkan dari pendidikan Indonesia. Pengoptimalan sistem pendidikan akan berdampak pada kemajuan pendidikan yang telah dicitacitakan oleh bangsa Indonesia. Namun sebaliknya, bila proses pendidikan yang dijalankan tidak berjalan secara baik maka kemajuan tersebut tidak akan terealisasi. Betapa pun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya terhadap pendidikan. Penyelenggaraan otonomi perguruan tinggi ini secara nonakademik juga dijelaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 hingga UU nomor 12 tahun 2012 tentang konsep badan hukum. Pada dasarnya, konsep tersebut merupakan salah satu bentuk komersialisasi yang mengubah orientasi pendidikan tinggi untuk mengejar keuntungan semata. Dalam hal ini, otoritas perguruan tinggi di Indonesia terlihat dalam perubahan status beberapa perguruan tinggi di Indonesia,

menjadi perguruan tinggi negeri Badan Layanan Umum atau pun Badan Hukum. Terbitnya UU tentang pendidikan tinggi juga dinilai sebagai bentuk lepas tangan pemerintah dari urusan pembiayaan pendidikan. Seorang mahasiswa UNP, Ridwandi, mengatakan bahwa hal ini sesuai dengan UndangUndang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan tanggung-jawab negara. “Lain halnya dengan UU Pendidikan Tinggi, hal ini sangat tidak berpihak ke mahasiswa”, ujarnya, Selasa (13/9). Menurutnya, UU Pendidikan Tinggi ini dapat dikatakan sebagai bukti pemerintah ingin lepas tangan terhadap pengaturan biaya operasional pendidikan tinggi. Pada konsep otonomi perguruan tinggi, komersialisasi dalam batasan tertentu diperbolehkan. Misalnya, ketika pembayaran biaya pendidikan oleh peserta didik bertujuan untuk menutupi biaya operasional, mengembangkan ilmu pengetahuan, ataupun untuk menjalankan pengelolaan institusi pendidikan. Bukan untuk mencari keuntungan secara berlebihan atau menambah fasilitas penunjang yang tidak sesuai dengan kebutuhan akademis. Secara teoritis, komersialisasi pendidikan yang terjadi telah memberi pengaruh atau dampak terhadap proses pendidikan di Indonesia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Beberapa kebaikan atau manfaat yang dapat diperoleh dari kebijakan komersialisasi pendidikan tinggi ini, seperti beban pemerintah dalam membiayai pendidikan semakin berkurang sehingga anggaran yang tersedia dapat digunakan untuk membiayai aspek lain yang lebih mendesak, lembaga pendidikan menjadi semakin kompetitif sehingga terjadi peningkatan fasilitas dan mutu pendidikan, serta gaji para pendidik dapat lebih ditingkatkan. Kelemahannya, kebijakan pemerintah dan penegakan hukum dapat mendistorsi swastanisasi pendidikan yang sebelumnya bertujuan mulia. Komersialisasi pendidikan juga dapat membawa dampak sosial yang tidak dapat diharapkan jika tidak disertai aturan dan etika sosial yang benar serta jelas. Begitu banyak pihak yang dikhawatirkan oleh sebab pelegalan komersialisasi pendidikan tinggi ini, salah satunya mahasiswa. Beranjak dari kekhawatiran yang muncul tersebut, Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto UNP

melakukan jejak pendapat dalam bentuk polling yang disebarkan oleh bagian Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan terkait pendapat mahasiswa tentang komersialisasi pendidikan tinggi di kampus UNP. Polling yang disebar berupa angket yang terdiri dari empat pertanyaan, teruntuk 800 mahasiswa UNP. Data angket didapatkan dengan metode random sampling yang diambil secara accidentil. Berdasarakan angket yang telah disebar, dari keseluruhan responden sebanyak 65,76% mahasiswa menyatakan tidak setuju dengan pendidikan tinggi yang sedang mereka jalani, termasuk kepada sesuatu yang harus dibayar mahal. Hal tersebut merupakan bukti ketakutan dan kekhawatiran mahasiswa akan terjerat dengan dilema komersialisasi

pendidikan tinggi tersebut. Kekhawatiran tersebut dapat dilihat dari pendapat mahasiswa yaitu sebanyak 51,78% dari mahasiswa tersebut kembali menyatakan bahwa mereka tidak setuju dengan biaya operasional yang berlaku di kampus akan berujung pada komersialisasi pendidikan tinggi. Kemudian, 71,21% responden memberikan tanggapan terkait tingginya biaya pendidikan tersebut mengarah kepada komersialisasi. Mereka menyatakan bahwa peraturan yang mengarah pada komersialisasi pendidikan tinggi harus dihapuskan. Hal ini disebabkan oleh pendidikan tinggi merupakan bagian dari barang publik yang menjadi tanggungjawab pemerintah dalam menanggung biaya pelayanannya. Selain itu, hanya 10,27% dari

keseluruhan responden yang tidak mempermasalahkan biaya operasional pendidikan tinggi dapat dibayar mahal oleh mahasiswa. Hal tersebut sesuai denga angket yang menyatakan biaya operasional pendidikan memang tinggi sehingga masyarakat perlu ikut andil untuk menanggung beban pendidikan. Dari permasalahan tersebut, masing-masing responden juga memberikan solusi berdasarkan pandangannya. Sebanyak 52,54% responden mengusulkan untuk mendesak pemerintah mengkaji ulang kebijakan yang telah diterapkan. Kemudian, 39.42% mempunyai pendapat yang berbeda yaitu mengembalikan kepedulian dan peran serta masyarakat untuk membantu biaya pendidikan di Indonesia berupa pemberian dana sosial.*


SASTRA BUDAYA

20

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Cerpen KRITIK SAJAK

Cerita untuk Rifal Oleh Rifal Fauzi

Ceritakan pada Rifal mengenai keteguhan hati, Tukang Cerita! Berceritalah ia mengenai seorang Ibu membesarkan ketiga si Enam Tahun, dan si Tiga Tahun— yang masih kecil sewaktu ditinggal mati suaminya. Masih segar di ingatan si Ibu sebelum suaminya dikuburkan di liang lahad, ia melihat banyak luka di bagian dada dan lubang di kepala suaminya. Jantung suaminya hilang tidak ditemukan. Perasaan sedihnya itu semakin pilu saat mendengar tawa si Delapan Tahun dan si Enam Tahun, sibuk bermain ke sana ke mari menghindari barisan batu nisan pekuburan dengan memakai peci, baju, dan celana putih. Si Ibu hanya bisa melihat kedua anaknya dengan berurai air mata sambil menggendong si Tiga Tahun, “Apalah mereka tahu mengenai kematian,” pikir si Ibu. Azan dikumandangkan, barisan papan ditutup, dan butiranbutiran tanah sudah dibenamkan ditemani lantunan ummul quran dan doa oleh ustad ke dalam lubang dua meter itu. Amin! Para peziarah lalu pergilah meninggalkan kuburan itu. Si Delapan Tahun dan si Enam Tahun menghampiri si Ibu yang masih berdiri di sebelah kuburan suaminya. Mereka melihat tulisan kayu di atas papan itu dan berpikir itu nama ayah mereka. Kenapa nama ayah ada di batu nisan? “Nak, ayo pulang!” Maka, pulanglah si Ibu dan ketiga anaknya itu meninggalkan pemimpin keluarga mereka terbaring seorang diri di liang lahad. Sampai di rumah si Ibu berpikir apakah dendam harus dibalaskan atau ia memulai hidup baru memperbaiki ini semua. Ia beranjak ke tempat tidur. Sebelum kedua matanya terpejam, kejadian malam itu datang lagi menghampiri ingatannya. ***

anaknya— si Delapan Tahun,

“Aku pergi dulu, ya! Kali ini, bayaran untuk kepalanya lebih besar.” Si Ibu tersenyum ketika si Ayah mencium kening si Tiga Tahun yang masih tidur di ayunan. Sesaat terdengar tangisannya, tangisan anak ketiga mereka ini terdengar berbeda. Tangisan ini seperti tangisan perpisahan, tangisan kepergian. “Biar aku yang menenangkannya. Kamu jenguklah mereka berdua.” Si Ayah hanya mengangguk, kemudian meninggalkan si Ibu. “Nak, ayah pergi dulu, ya,” katanya saat memasuki kamar tidur kedua jagoannya yang bising oleh suara playstation. “Nak, ayah pergi dulu,” ulangnya lagi. Namun tetap tidak ada jawaban. ”Mereka terlalu asyik bermain seperti aku terlalu asyik saat menghabisi orang yang membuatku bisa membelikan mereka playstation ini,” pikirnya. Enam langkah meninggalkan rumah, tangisan si Tiga Tahun semakin menyalak. Si Ibu langsung mengeluarkan puting susunya dan menyumbatkannya ke mulut si Tiga Tahun. Namun tetap saja si Tiga Tahun menangis. Ada yang aneh dari perasaan si Ibu, entah perasaan apa. Dor! Terdengar suara tembakan diringi raungan kesakitan seseorang. Si Tiga Tahun menangis kencang. Si Enam Tahun dan si Delapan Tahun menghampiri si Ibu. Mereka diliputi ketakutan. Dari balik tirai jendela, mereka melihat si Ayah telah tumbang mengeluarkan darah segar dari kepalanya disusul cairan putih kental. Otaknya telah hancur. “Itu untuk kepala ayahku yang kau habisi jahanam,” teriak seseorang. Para penduduk yang ketakutan mendengar suara tembakan hanya melihat dari celah-celah jendela, tidak ada berani keluar. “Bos, ayo pergi! Jahanam itu telah mati.”

Dor! Laki-laki yang dipanggil bos itu mengeluarkan tembakan ke atas langit. Tidak ada yang berani keluar jika mendengar suara AKA 46, pikirnya. “ Aku masih belum puas, kita ambil jantungnya untuk anjing di rumah.” *** Si Delapan Tahun mulai merasa kehilangan seorang sosok. Sosok yang selalu menggendong dan menciumnya saat ia tidur. Sosok yang selalu menyayanginya

d a n tidak pernah memu ku ln ya. Si Enam Tahun juga merasa kehilangan. Ia merasa rumah ditinggalinya sunyi. Tidak ada suara televisi yang tiap malam hidup memekakkan telinga. Tidak ada bau asap rokok di rumahnya atau gelak tawa seorang pria yang kadang mengganggu tidurnya. Semenjak kematian suaminya itulah si Ibu berusaha untuk menjauhkan anaknya dari barang-barang peninggalan suaminya. Ia takut timbul dendam dari anaknya dan mereka akan berakhir seperti ayahnya. Maka, keesokan harinya, si Ibu mendaftarkan anaknya ke madrasah untuk mengenalkan agama kepada kedua anaknya yang mulai beranjak dewasa. Hari berlanjut. Si Ibu membesarkan ketiga anaknya sendirian tanpa pekerjaan tetap. Ia pergi pagi pu lang malam dari

pasar menju al serabu tan bermodal peninggalan barang suaminya dahulu. *** Selama lima tahun membesarkan anaknya lewat kedisplinan membuat anaknya menjadi anak yang saleh. Setidaknya untuk mendoakan ayah mereka. Selama lima tahun pula si Ibu berhasil menjalankan programnya sendiri, magrib mengaji. “Bu, aku udah mau khatam ngajinya. Yeee ...,” ujar si Enam Tahun yang kini sudah berusia 11 tahun sambil membuka halaman selanjutnya. Si Delapan Tahun yang kini su dah berusia 13 tahun pu n tidak mau kalah. “Abang udah hafal sebagian ju z amma, Bu” katanya. Si Ibu yang duduk menyuapi makan si Tiga Tahun, yang kini berusia delapan tahun, pun tersenyum senang. Ia merasa berhasil mendidik anak-anaknya. “Oh, anak-anakku, elok-eloklah kelakuan kalian! Jika tidak kalian bakal jadi anak yatim jahat, jahat karena tidak punya ayah,” nasehat si Ibu. “Jangan lupa doakan ayah kalian di sana! Doakanlah ia biar tenang di sana.” “Adwek kwapan dwiajawri ngwaji, Bu?(Adek kapan diajari ngaji, Bu?)” tanya si Tiga Tahun yang kini berusia delapan tahun itu dengan mulut penuh nasi. “Hehehe .... Adek telan dulu nasinya kalau ngomong.” Untuk sekian kalinya si Ibu meneteskan air mata melihat anaknya menjadi anak baik. ***

Suatu pagi di hari Minggu, si Ibu tidak berjualan ke pasar. Ia ingin menghabiskan hari ini dengan anaknya yang libur sekolah. Ia akan memasakkan anaknya makanan lezat. “Permisi. Selamat Siang!” Seorang pria dengan setelan jas dibalut blazer dan topi semi koboi mengetuk rumah didampingi dua orang pengawalnya. Dari dapur, si Ibu langsung ke depan dan mempersilahkan tamu itu duduk. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai klien yang menyewa suaminya untuk misi di malam berdarah itu. “Kenapa baru datang sekarang? Sudah lima tahun,” gerutu si Ibu. “Kalau kami datang di hari suami Ibu dikuburkan, kami takut keselamatan Ibu dan anakanak akan terancam. Tidak ada menjamin. Di bisnis ini, semua keturunan akan dibantai.” Dengan memberikan kode tangan kepada pengawalnya, pria itu lalu memberikan koper berisi lembaran rupiah. Si Ibu memperhatikan uang itu. Kejadian malam itu menghantuinya: suara tembakan dan hilangnya jantung suaminya. Dor! Terdengar lagi suara tembakan dari luar rumah. Si Ibu segera berlari menuju kamar anak-anaknya. “Menunduk kalian,” teriaknya panik. “Tuan, sepertinya mereka tadi menembak mobil kita,” kata seorang pengawalnya. “Kau lindungi aku. Kau lindungi Ibu dan anak-anaknya itu!” Ada puluhan orang berkumpul di halaman rumah si Ibu. “Bos, kita langsung masuk saja. Ini momen pas untuk membunuh bos si Jahanam itu.” “Dan apakah si Ibu dapat mencium kening ketiga anak-nya, Tukang Cerita?” tanya Rifal. “Hanya satu orang yang tersisa dari keluarga itu dan sedang mengisahkan kisahnya,” jawab si Tukang Cerita. (*)

KRITIK CERPEN KRITIK CERPEN Cerpen “Cerita untuk Rifal” mencoba meruntuhkan persepsi masyarakat tentang ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’. Persepsi itu mengiaskan bahwa perangai anak tidak akan beda jauh dengan perangai ayahnya. Melalui peristiwa yang dideskripsikan di dalam cerpen, tampak bahwa persepsi itu ditentang karena ternyata perangai anak tidak sama dengan ayahnya. Pengarang menyuguhkan sebuah tragedi dengan nuansa kekerasan. Seorang ayah yang tewas mengenaskan setelah kepalanya ditembak dan jantungnya diambil untuk diberikan ke anjing pembunuh. Peristiwa itu seperti terjadi di dunia yang tidak berhukum. Pembunuh bebas melenggang. Peristiwa terbunuhnya tokoh Ayah dipicu oleh pekerjaan yang dilakukan se belumnya. Ia bekerja sebagai penjahat yang

Cerpen Psikologis membunuh orang dengan bayaran. Hal itu tampak pada peristiwa setelah lima tahun kematiannya, klien yang mempekerjakan tokoh itu datang untuk menyerahkan uang sebagai warisan dari tokoh si Ayah. Uniknya, ketika ia di rumah perilaku itu tidak tampak. Ia memainkan peran sebagai seorang ayah yang menyayangi anaknya. Jika anak tertidur de ngan kaki kotor, ia akan mencu cinya. Ia menggendong dan men cium anaknya tatkala hendak tidur. Dua pribadi yang berbeda. Satu sisi, ia sangat manusiawi tetapi pada sisi lain sebaliknya, tidak berperikemanusiaan. Tokoh si Ayah mengalami gangguan kejiwaan. Ia mampu menjalankan dua kepribadian yang kontras secara bersamaan. Ia tidak mempertimbangkan bahwa kehidupan keluarga dapat terancam akibat perbuatan

yang ia lakukan. Ia mengidap psikopat dicirikan dengan antisosial dan merugikan orangorang terdekatnya. Orang yang mengidap penyakit ini baginya memotong leher manusia sama dengan memotong leher ayam. Gejala dini pada anak-anak berperilaku kejam terhadap binatang, emosional, antisosial, dan cenderung mengintimidasi atau melakukan “bullying” terhadap teman-temannya. Hal itu berdampak pada buruknya prestasi di sekolah. Robert D. Hare, ahli psikopat, menyebut seseorang yang mengidap psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutarbalikkan fakta, mene bar fitnah dan kebohongan. Hal itu bertujuan agar ia mendapat sesuatu sehingga dirinya puas, misalnya membunuh, memperkosa, atau korupsi. Cerpen itu menarik dikaji dengan paradigma psikologi sas-

tra. Endraswara dalam bukunya Metode Penelitian Psikologi Sastra (2008:7-8) menyebut bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconsicious) setelah itu ketika mendapat wujud yang jelas ia dituangkan kembali ke dalam bentuk yang sadar (conscious). Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mutu karya sastra ditentukan oleh proses penciptaan dari tingkat pertama yang terjadi dalam keadaan sadar. Ditambah kemampuan pengarang menata dan mencerna perwatakan dan menuangkannya dalam bahasa yang mudah dipahami. Oleh sebab itu, ada relevansi antara penciptaan karya sastra dengan kondisi psikis manusia karena karya sastra adalah sesuatu yang dibuat dalam keadaan sadar tetapi diangkat dari alam bawah sadar.

Kemudian, selain meruntuhkan persepsi “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, pengarang menyampaikan secara inplisit bahwa hukum alam bagi perbuatan jahat akan dibalas dengan kejahatan terhadap dirinya sendiri. Tampak pada peristiwa yang dialami tokoh si Ayah yang tewas dibunuh oleh anak yang ayahnya dibunuh oleh ayah Tukang Cerita itu. Belajar dari peristiwa itu si Ibu mendidik anaknya dengan nilainilai agama dan sikap disiplin agar anak-anaknya tidak seperti ayahnya. Dengan pola demikian, pembalasan dendam dapat ditekan. Hal itulah fungsi karya sastra. Selain memberikan hiburan, ia mewacanakan pembelajaran yang dapat dikontemplasi oleh pembaca sehingga terjadi proses pengalihan nilai. Karya sastra dapat dijadikan sebagai media pendidikan bagi masyarakat. Sukses buat Rifal Fauzi.


SASTRA BUDAYA

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Sajak

21

KRITIK SAJAK

Balada si Telepon Pintar

Kritik dan Otokritik dalam Puisi

Kau seperti ibu kandungku, kau suapkan makan setiap jam lewat tegangan kabelmu Tapi kau tak ingat ibumu, bahkan sembilan bulan tali pusarmu berhubung Kau zikirkan tangan lembutmu, kau baca aku dengan tatapan penuh girang Tapi kau tak sedikit pun jelangak kitabmu, bahkan ia menuntunmu di persimpangan Kau sayangi, kau puji, kau tertawa, kau bahagia bersama azamatku Tapi kau tak pernah berbaik dengan makhluk yang diciptakan berharkat denganmu Kau lihat dunia dalam lima inci mirat pintarku Tapi kau tak pernah bersyukur, bahkan kau kufurkan udara yang kau seruput Kau penuhkan ingatanku dengan dada telanjang yang mengerang Tapi kau tak bisa menjaga birahimu, bahkan kau cabik kesucian lawan jenismu Kau isi aku dengan kibulnya duniawi Silahkan! Dustai saja dirimu hingga ruhmu tak bisa lagi perpanjang kontrak Aku bukan diryah yang kau sembunyikan dalam brankas berbalut kebajikan Aku tak sanggup layani permintaan-permintaan bejatmu Ya! bohongi dirimu dengan sumringah semu Berkamuflase seperti bunglon, bersinggah di batangan perhiasan garib Padahal kau tak berdaya untuk melompat dari besi karat lepuk Dengar tangis tempatmu berpijak, ia tak sanggup lagi menampung kaum bebal Wkwkwkwk! Barangkali begitu tertawamu, sekarang aku Kebodohanmu sahih, membuatku menjelma dan mengalir dalam darah keturunanmu Aku virus jika kau benarkan aku virus Aku juga vitamin jika akalmu berjalan lurus Sudahlah, aku tak sanggup jadi saksi dalam persidangan terakhirmu

Oleh Rafdisyam Pemenang Lomba Puisi Gebyar SKK Ganto ke-27

Sembunyi Tadi malam, ada sepucuk surat yang aku selipkan di balik jendela. Kemarennya lagi, seonggok harapan aku letakkan dalam karung beras. Tadi pagi, aku menyimpan sekeping cinta dalam buku sejarah punya kakakku. Siangnya, aku menanam sebuah ranting dalam pasir berlumpur. Sore ini, tak ada yang akan aku selipkan, Tak ada yang akan aku letakkan, Tak ada yang akan aku simpan, Tak ada yang akan aku tanam. Lalu aku hanya berpikir untuk kembali menulis sepucuk surat. Bukan, beberapa lembar surat yang akan aku masukkan dalam amplop yang berbeda. Bukan, akan aku masukkan dalam amplop yang sama. Amlop berwarna coklat berpita biru muda. Sekali lagi aku hanya berpikir untuk menaruhnya dalam sebuah guci tua berwarna merah bata. Lalu aku pecahkan dengan jarum yang sudah kucuri dari laci lemari ibu semalam. Pecahannya akan aku simpan, lalu aku buang dalam kotak besi berwarna emas. Dan surat itu lenyap bersama pecahan yang tampak berkilauan. Bukan, surat itu berkilauan. Ya, berkilauan! Dan aku masih berpikir. Oleh Anggy Rusidi Mahasiswa Desain Komunikasi Visual TM 2014

Utami Dewi Pramesti, M. Pd.

Kary a sas tra ti dak lah lah ir tan pa alas an ; tid ak j u ga men galir tan pa tu ju an . Demik ian j u ga pu isi . Bany ak latar yang mengin sp iras i tertu an gn ya kary a pu n beragam “ efek” d is as ar peny ai r dalam k ep en u lis an ny a. Kritik d an o to kri ti k me-ru p ak an du a di antara b an yakn ya alas an mengap a sebu ah kary a lahi r. Mengkritik lewat pu isi men antan g imaji nasi s ekali gu s k etan gk asan penyair u ntu k memi li h dan memilah k ata-k ata menjadi h armo ni makn a: i ndah nadany a; ku at mak nany a. Melalu i puisi “Balada si Telepon Pintar”, penyair mewujudkan kritikan dalam bahasa yang jelas dan tegas. Rafdisyam cerdik memosisikan diri sebagai si telepon pintar yang luar biasa peranannya di zaman sekarang ini. Seandainya “aku” si Telepon pintar bisa bicara, (mungkin) larik-larik puisi inilah klausa dan kalimatnya. Ya, benda yang “super istimewa” ini seringkali akan bisa mengalihkan dan mengalahkan “otak dan hati” pemiliknya terhadap kebutuhan dan kepemilikan sejati kehid u p an n y a. Kritikan pedas Rafdisyam ini bukan tanpa alasan. Fenomena si telepon pintar yang mencandu di seluruh lapisan masyarakat ini sering kali tidak disikapi secara arif dan bijaksana. Waktu 24 jam yang disediakan Tuhan untuk manusia

kini lebih dari setengahnya tidak terlewatkan bersama telepon genggam. Rafdisyam tidak menampik manfaat luar biasa telpon genggam, tetapi hendak kita lebih bijaksana dalam menggunakannya. Pergunakanlah telepon genggam dengan baik, maka kita akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya, jika kita menggunakannya tanpa kiat dan jurus, si tepon pintar bisa menjadi virus Ji ka p u i si sebelu mny a beri si kritik , mak a pu isi k ed u a berj u d u l “Sembu ny i” , lebih tep at d is eb u t otok ri ti k. Membac a pu is i An ggy, perasaan ki ta s eperti “di permai nkan”. Du gaan d an penafsi ran yang mu lai terbentu k sejak larik pertama terb ac a ti ba- ti ba b u y ar ak ib at p eny an gk alan pada lari k- larik b eriku tn ya. Pembaca d igiri ng u ntu k mengiku ti satu demi satu “perbu atan ” yang d ik erjak an ny a. Seo laholah memang i a sangat “s ib u k ”. Namu n, p embac a terb elalak mend ap atkan “ keju tan” lari k terak hi r yang mematahk an s emu a lari k sebelu mny a. Selu ru h yang diu ngkapkan s ebenarny a baru “ ide” dan belu m terlaksana. Ini lah yang seri ng terj ad i. In sp iras i dalam p i- ki ran begi tu bany ak , tetap i seri ng kali tid ak menjadi ap a-apa. T idak j arang “i de brilian” yang k ita miliki men jadi si a- si a b elak an keti ka ki ta h an ya teru s memi ki rkann ya d an tid ak pern ah b ergerak u ntu k mewu ju dkannya. Selamat u ntu k k ed u a pu is i in i. Memperkaya bac aan memb u at lu mbu ng k os ak ata d an i nsp iras i ki ta teru s berk emb an g dalam b erkary a. Teru s memb ac a. Teru s menu li s. Teru s semangat mengab ad ik an nama lewat kary a.

CATATAN BUDAYA

Menara Babel Oleh Fitri Aziza “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi,” ajak Nimrod kepada pengikutnya seperti tertulis dalam Kitab Penciptaan. Menara Babel merupakan menara yang diprakarsai oleh Nimrod di zaman Babilonia Kuno. Kisah tentang Menara Babel muncul dalam Alquran, Injil, dan berbagai teks tentang budaya kuno, termasuk Ibrani, Yunani, dan Kabbalah. Nimrod, atau dalam Islam dikenal dengan Namrud, merupakan seorang raja yang mahasombong. Cucu dari anak Nabi Nuh ini mendirikan Menara Babel setelah banjir besar terjadi. Dia memutuskan bahwa Kota Babel, tempatnya tinggal, harus memiliki menara sangat besar

dengan puncaknya harus sampai ke langit. Sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus, dalam bukunya Jewish Antiquities, menjelaskan bahwa Nimrod sedikit demi sedikit mengubah keadaan menjadi suatu tirani, dengan berpendapat satu-satunya cara untuk membuat manusia tidak takut lagi Allah ialah dengan membuat mereka senantiasa bergantung pada kekuasaannya. Ia mengancam akan melakukan pembalasan kepada Allah jika Dia sekali lagi ingin membanjiri bumi; sebab ia akan membangun sebuah menara yang demikian tinggi hingga tidak dapat dicapai oleh air dan membalaskan kebinasaan leluhur mereka. Orang-orang dengan antusias mengikuti saran Nimrod ini karena menganggap ketundukan kepada Allah sebagai perbudakan. Maka, mereka mulai membangun menara itu Menara Babel merupakan

simbolisasi keangkuhan manusia terhadap Tuhan. Itu terbukti dari sikap mereka ketika membangun menara tersebut. Mereka tinggi hati dan merasa bangga dengan kekuasaan sehingga memisahkan diri dari Tuhan, menunjukkan kepada Tuhan bahwa mereka sanggup dan tidak membu tu hk an -Nya. Celakanya, sikap Nimrod dan pengikutnya ini telah ditiru, baik secara sadar maupun tidak, oleh manusia zaman sekarang. Memang, manusia di zaman modern ini tidak lagi mendirikan menara atau bangunan tinggi sebagai simbol untuk menentang Tuhan. Tetapi, mereka malah mendirikan menara kesombongan di dalam dirinya. Mereka memang mempercayai adanya Tuhan, tapi tidak menjadikan-Nya landasan utama dalam kehidupan. Urusan agama dipisahkan dengan dunia. Tuhan dikesampingkan, sementara ilmu pengetahuan

dan teknologi dipertuankan. Buktinya, di zaman modern ini, ada sekelompok manusia yang secara terang-terangan tidak mengakui Tuhan. Mereka malah menyembah setan. Ini merupakan penyataan kekerasan hati dan permusuhan mereka terhadap agama. Setan sebagai simbol keduniawian dan keserakahan. Para satanis merupakan ateis, otoideis; menyembah diri mereka sendiri. Kaum ini tidak percaya adanya Allah, malaikat, surga, neraka, dewa, atau hal gaib lainnya. Sebagai manusia yang percaya bahwa setiap benda yang ada di dunia ini pasti ada penciptanya, sudah sewajarnya juga kita percaya bahwa diri kita, manusia, memiliki pencipta, yaitu diinterpretasikan dengan Tuhan. Maka, adalah suatu kesombongan apabila manusia tidak percaya bahwa Tuhan itu ada dan mengenyampingkan urusan terhadap-Nya ketimbang urus-

an duniawi. Seperti menara Babel dan Namrud yang telah dibinasakan atas balasan dari keangkuhannya, mungkin saja menunggu waktu bagi manusia untuk menerima hukuman atas kesombongan yang sama terhadap Tuhan. Sebagaimana yang dituliskan bahwa dalam Alquran bahwa Tuhan membinasakan Namrud dan pengikutnya dengan angin kencang hingga tak meninggalkan bekas, seperti yang tertera pada dua ayat berikut. “Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk.” (QS. adz-Dzariyat : 41-42). “Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang.” (QS. al-Haqqah : 6).


RESENSI

22

Edisi No. 192/Tahun XXVII

Megawati dalam Lingkaran Pewarta Pejuang Ju du l Penulis Penerbit Cetak an Tebal

: Menangis & Tertawa Bersama Rakyat : Tan Malaka : PT Gramedia Pustaka Utama : 2016 : 228 halaman

Siapa yang tidak kenal dengan Megawati Soekarnoputri? Putri Bapak Bangsa terebut merupakan presiden keempat sekaligus presiden wanita pertama di republik ini. Patut diketahui, sejarah reformasi sendiri bermula dari

kisah dirinya yang berani memproklamasikan diri untuk siap dicalonkan sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang kini bernama PDI Perjuangan, pada 1993. Saat itu, rezim Orde Baru berkuasa dengan kuat-

nya. Siapa yang menjadi ketua umum, baik dari PDI maupun Partai Persatuan Pembangunan, haruslah orang yang mengantongi restu pemerintah. Tak ayal, dekat Megawati dianggap “musuh negara”. Buku ini merupakan catatan 22 wartawan tentang perjuangan Megawati dalam merintis kedaulatan rakyat dan menegakkan demokrasi di Indonesia. Perjuangan menegakkan demokrasi merupakan isu dunia. Tokoh pejuang demokrasi akan mendapat tempat khusus bagi media, terlebih di Indonesia. Di masa Orde Baru, media dan Megawati merupakan pihak yang menjadi korban. Tidak mu-dah untuk menyuarakan hal yang dibungkam oleh peme-rintahan. Media yang bersikap kritis akan dibredel. Salah satu tulisan dalam buku ini adalah “The Year of Living Dangerously” oleh Tomohiko Otsuka. Dia berada di Jakarta dari 1994 sampai 2000 sebagai kepala koresponden koran The Mainichi Shimbun, surat kabar berbahasa Jepang. Dalam tulisannya, Tomohiko bercerita bahwa setelah mendapatkan wawancara ekslusif dengan Megawati di awal kepemimpinannya, dia selalu mendapatkan kesempatan untuk meliput aktivitas

Mengenang Tan Malaka Lewat Autobiografinya Ju du l Penulis Penerbit Cetak an Tebal

“Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan untuk umum, maka ia harus dan sedia ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan diri sendiri. Siapa ingin merdeka harus bersedia dipenjara.” (hal 9). Tan Malaka merupakan seorang pahlawan terlupakan. Namanya tidak pernah diperkenalkan secara serius sebagai seorang pahlawan, meski telah ditetapkan sebagai pahlawan kemerdekaan nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1963. Buktinya, semasa Orde Baru, peranannya seolah sengaja dikaburkan karena dianggap sebagai ideolog atau tokoh komunis. Padahal, Tan Malaka merupakan sosok yang telah memberikan kontribusi besar terhadap usaha mempertahankan dan merebut kemerdekaan Indonesia di masa lampau. Dari Penjara ke Penjara merupakan sebuah autobiografi. Buku ini menceritakan pengalaman Tan Malaka, baik sebelum, sedang, maupun sesudah dipenjara di Hindia Belanda, Filipina, Hongkong, dan Republik Indonesia. Pihak kolonialisme merasa ketakutan karena pemikiran kritisnya yang dituangkan dalam banyak tulisan. Tak ayal, Tan Malaka pun menjadi tokoh revolusioner yang dikejar-kejar, diasingkan, dan dikurung dari satu penjara ke penjara lain. Banyak sekali nilai diperjuangkan Tan Malaka dalam bukunya ini. Salah satunya adalah hak perlindungan diri. Pada dasarnya, manusia memiliki dua hak, yaitu hak negatif dan hak positif. Hak negatif merupakan hak perlindungan diri, sedangkan hak positif merupakan hak mendapatkan pencarian. Misalnya, pada zaman Yunani dan Roma, para budak belian sering mendapat pelayanan cukup memuaskan, seperti menjadi mandor suatu perusahaan.

Namun, sewaktu-waktu mereka bisa diperjualbelikan dan dipukuli sampai mati. Kondisi ini bisa ditemukan di tatanan masyarakat feodal di Prancis. Orang yang tidak disukai, bahkan tidak bersalah sekali pun, bisa saja ditangkap dan ditahan seumur hidup dalam penjara gelap dan kotor. Hal ini disebabkan adanya sistem lettre de cachet. Setelah runtuhnya Bastille— penjara di Kota Paris, maka berakhirlah semua tindakan sewenang-wenang itu. Ditulis dalam dua jilid, buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca, baik oleh pelajar, mahasiswa, aktivis, negarawan, politikus, maupun masyarakat luas. Kita bisa meneladani Tan Malaka sebagai sosok nasionalis sejati yang selalu konsisten dalam usahanya mempertahankan dan merebut kemerdekaan. Tidak hanya itu, kita juga kembali mengenang Tan Malaka sebagai pahlawan terlupakan. Resensiator: Windy Nurul Alifa Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2013

surat kabar Bali, Nusa Tenggara pada 16 Oktober 1997. Artikel tersebut dibuat untuk menim-bulkan persepsi bahwa warta-wan yang mendampingi Megawati adalah wartawan bermasa-lah. Padahal, menurut asisten korespondennya, Tomohiko me-miliki identitas lengkap. Demikianlah! Goresan pena berhasil menyiarkan apa yang terjadi di tanah air ke seluruh dunia. Keberanian itulah yang dimiliki oleh pekerja media. Dengan cara mereka yang cerdas mereka berhasil menembus tembok-tembok represivitas kekuasaan yang tanpa ampun membungkam siapa pun yang bersikap kritis dalam menyuarakan kebenaran. Merekalah yang sebenarnya berkontribusi menciptakan panggung demokrasi di Indonesia dan membuahkan Reformasi 1998. Hal inilah yang menjadikan buku ini layak dibaca oleh siapa saja yang ingin menjadi wartawan atau siapa saja yang sedang bergelut dalam profesi tersebut. Di samping itu, masyarakat umum juga dianjurkan untuk membaca buku ini sehinga lebih memahami bagaimana cara kerja seorang jurnalis sebagai pilar keempat demokrasi. Resensiator: Zahara Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2013

Novel tentang Cinta, Fitnah, dan Kasih-Sayang Ju du l Penulis Penerbit Cetak an Tebal

: Dari Penjara ke Penjara : Tan Malaka : Narasi : Kedua, 2016 : 560 halaman

politik figur sentral PDI tersebut. Dia sendiri merupakan salah satu korban bentrokan antara pendukung Megawati dengan aparat keamanan di depan Stasiun Gambir, 20 Juni 1996. Tambahannya pula, sejak Kantor Pusat PDI di Jalan Diponegoro diserang dan dibakar pada 27 Juli 1996, dia bersama wartawan asing lainnya mulai meliput banyak peristiwa kerusuhan dan kekerasan dengan resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Hariharinya sangat sibuk dan menarik ketika mengikuti alur perjalanan sejarah Indonesia pada masa itu. Pengalaman berbahaya pun dialaminya ketika mengikuti Megawati berkampanye ke Bali pada 15 Oktober 1997. Ketika chek in di sebuah hotel di Denpasar, resepsionis memintanya untuk menyerahkan paspor sebagai jaminan. Hal itu bukanlah hal yang lumrah. Ketika makan malam berlangsung di sebuah restoran, atas permintaan Megawati, ‘Tomohiko pun memutuskan tidak kembali ke hotel. Dia berhasil kabur dari incaran intelijen yang telah sia-ga di lokasi. Tomohiko bersembunyi dan berlindung di Konjen Jepang di Denpasar. Dia dituduh melanggar UU Keimigrasian. Karena tuduhan itu, namanya pun mejeng di halaman pertama

: Terusir : Hamka : Gema Insani : Pertama, Januari 2016 : 132 halaman

Novel Terusir merupakan salah satu novel sastra melayu terbaik karya Hamka, seorang ulama sekaligus sastrawan Angkatan Pujangga Baru. Sama dengan novel Hamka lainnya, membaca novel ini berarti membaca gaya tutur Hamka yang mendukakan hati dan merawankan pikiran. Mengambil latar belakang masa penjajahan Belanda tahun 1930-an, novel ini bercerita tragisnya kehidupan seorang perempuan bernama Mariah. Novel ini dibuka dengan sebuah surat dikirimkan Mariah kepada suaminya, Azhar, yang mengungkapkan kekecewaannya mengapa Azhar yang menelan mentah-mentah tuduhan dirinya berselingkuh. Dia meminta Azhar tidak menceritakan apa pun tentang dirinya kepada sang anak, Sofyan. Nasib membawa Mariah bekerja dengan seorang tuan Belanda sebagai pembantu rumah tangga. Ketika tuannya itu memutuskan pindah dari Medan ke Jawa, dia diikutkan serta. Namun, beberapa waktu lamanya, tuannya tersebut pulanglah ke Belanda. Mariah kemudian menikah dengan Yasin, bekas tukang kebun si tuan Belanda. Setelah harta Mariah dikuras habis, Mariah pun ditinggalkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mariah terpaksa menjadi pelacur. Sementara itu, Sofyan kini tumbuh dewasa. Setelah tamat HBS Medan, dia melanjutkan pendidikannya ke sekolah hakim tinggi di Jakarta. Sofyan bertunangan dengan Emi, seorang gadis Sunda. Adalah Wirja, pemuda sekampung dengan Emi, cemburu dengan pertunangan itu. Dia ingin menjatuhkan Sofyan dengan menyewa seorang pelacur bernama Flora. Akan tetapi, Flora gagal merayu Sofyan untuk bercinta. Di rumah pelacuran, Wirja

melampiaskan kemarahan kepada Flora. Nah, ketika nama Sofyan disebut berulang kali untuk dicelakakan, Mariah yang juga seorang pelacur di tempat itu pun muncul. Dia mencoba menghentikan niat buruk Wirja dengan menyampaikan bahwa Sofyan adalah anak kandungnya. Namun, Wirja tetap dengan rencana awalnya. Akhirnya, Mariah pun membunuh Wirja. Lalu, apa yang terjadi dengan Mariah? Akankah Mariah, Sofyan, dan Azar dapat berkumpul kembali? Dan, bagaimana tangggapan Emi kekasihnya? Novel ini akan membuat pembaca berada pada sebuah drama tentang cinta, fitnah, dan kasih sayang. Memainkan perasaan dan mencampuradukkan emosi kita sebagai pembaca. Ditambah lagi, dengan dicetak kembalinya novel ini, membuktikan bahwa novel Terusir masih dicari-cari dan dinikmati oleh pembaca. Resensiator: Abdul Hamid Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro TM 2015


23

Edisi No. 192/Tahun XXVII

GANTOPEDIA

AppSKEP Solusi Baru Keperawatan Indonesia

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berbentuk bio-psiko-sosiospiritual komprehensif. Ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup keseluruhan proses kehidupan man u s ia. Keperawatan internasional memiliki tiga standarisasi keperawatan, yaitu standar pengkajian, standar diagnosis, dan standar pelaksanaan dan intervensi. Keseluruhan standar tersebut dibukukan menggunakan bahasa Inggris dengan tebal 1.500 halaman yang terdiri dari 100.000 lebih database. Manfaat dari standar tersebut telah teruji mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang menjadi standar keamanan pasien. Sedangkan di Indonesia, standar ini tidak ada sehingga berdampak pada buru knya pelayanan di rumah sakit. Keperawatan di Indonesia tidak menggun-

akan standar tersebu t. Meskipun ada beberapa ru mah sakit yang menggunakan, tapi tidak keseluruhan standar melainkan beberapa standar saja yang sesu ai kebu tu han rumah sakit terkait. Hal ini dibuktikan dengan data bahwa dari sekitar 2000 rumah sakit yang ada di Indonesia hanya sekitar 18 rumah sakit yang terakreditasi dalam Join Comission Internasional (JCI), yaitu standar internasional keamanan pasien ru mah sakit di lu ar negeri. Alasan keperawatan di Indonesia tidak menggunakan standar tersebut ialah su litnya untu k menerjemahkan buku berbahasa Inggris ini ke bahasa Indonesia. Selain itu, database yang banyak juga menyulitkan programmer dalam hal pembu atan programnya. Masalah keperawatan berikutnya ialah proses dokumentasi keperawatan yang masih secara manual. Akibatnya, ketika berada di rumah sakit tak jarang ditemui perawat sedang menulis di buku catatan tertentu. Padahal, sesuai dengan

aturan, perawat seharusnya fokus pada pasien dan proses dokumentasi. Beranjak dari permasalahan tersebut, Yaumil Fajri yang sekarang ini menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO), membuat suatu software bernama AppSKEP yang fokus pada bidang keperawatan. AppSKEP merupakan start up yang fokus di bidang keperawatan sebagai solusi permasalahan perawat. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan di atas, yaitu tidak adanya standarisasi yang seragam pada bidang keperawatan di Indonesia dan dokumentasi yang masih manual. Hal ini berdampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. AppSKEP hadir dalam bentuk aplikasi yang membantu perawat dalam melaku kan proses keperawatan, seperti pengkajian, diagnosis, pelaksanaan, dan intervensi. Semua proses dilakukan dalam satu aplikasi tanpa menggunakan kertas. Kertas hanya diperlu kan jika ingin mencetak laporan yang formatnya telah disediakan oleh aplikasi. AppSKEP yang diluncu rkan kali ini terdiri dari 235 diagnosa keperawatan berbasis North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang sudah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. Di dalamnya, terdapat lebih dari 5000 database pengkajian yang diambil dari batasan karakteristik dan faktor resiko. AppSKEP terdiri dari 3 versi, yaitu 1.0, 2.0, dan 3.0. AppSKEP 1.0 fokus pada Diagnosis Keperawatan berbasis NANDA. Kelebihan yang didapatkan oleh pengguna AppSKEP 1.0, yaitu simpel, praktis, berdasarkan standar NANDA, dilengkapi dengan padanan kata dan ku is keperawatan serta selalu update. Sistem AppSKEP berbasis komputerisasi diharapkan mampu membantu perawat agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar internasional dan memiliki lebih banyak waktu untuk pasien serta yang dilakukan. Perawat juga

menjadi lebih mudah untuk membuat laporan karena telah berbasis komputer. Selain itu, profesi keperawatan di Indonesia juga termasuk baru. Dulu, perawat merupakan pembantu dokter. Namun, seiring berjalannya waktu, profesi perawat semakin berkembang. Hingga saat ini, telah hadir empat profesor di bidang keperawatan yang berdomisili di pulau Jawa, tepatnya Jakarta dan Surabaya. Sekolah tinggi keperawatan ju ga meru pakan sekolah tinggi terbanyak di Indonesia sehingga tidak ada keseimbangan antara mahasiswa dan pengajar. Agar bisa menjadi seorang perawat, mahasiswa harus lulus u ji kompetensi perawat terlebih dahulu. Namun, masih banyak yang belum lulus kompetensi. Akibatnya, semakin banyak pengangguran. Salah satu penyebabnya adalah terbatasnya akses kepada tenaga ahli keperawatan. Hal tersebut menjadi pemicu untuk membuat proyek e-learning khusus keperawatan. Alhasil, mahasiswa keperawatan yang terjangkau dengan internet dapat mengikuti perku liahan dengan para ahli keperawatan yang ada. AppSKEP 1.0 karya alumnus Fakultas Keperawatan Universitas Andalas ini telah dapat diakses melalui official situ s www.appskep.com dan mahasiswa dapat melaku kan simulasi u jian kompetensi secara gratis melalui e-learning tersebut. E-learning yang dilu ncukan pada 5 Agustu s 2016 ini telah memu lai persiapan database pada Desember 2015. Untuk grand launching, AppSKEP diadakan 10 Agu stus 2016 lalu bersama Telkom Indonesia di Istana Basa Pagaruyu ang, Batusangkar. AppSKEP ju ga lu lu s seleksi nasional untuk mengiku ti Kompetisi Startup ke Istanbul, Tu rki, dan terpilih menjadi 10 besar u ntuk mengikuti Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Pitching Seleksi Start up Istanbul 2016. (Ermiati Harahap dari berbagai sumber)

Refleksi

Membaca Lagi UNP Kita Oleh Mohammad Isa Gautama Dosen Jurusan Sosiologi Ketika diminta menulis tulisan reflektif yang mewujud ke dalam rubrik refleksi, persis 4 tahun lalu, di koran kampus Ganto ini juga, saya menyambut tawaran itu dengan senang hati. Melalui kesempatan emas itu, saya tulis harapan saya, semoga mewakili harapan semua elemen di Universitas Negeri Padang (UNP). Tulisan itu bertajuk Harapan Pada UNP baru, dimuat secara offline dan online oleh Ganto pada edisi september 2012. Pada tulisan tersebut saya pernah mengatakan bahwa tantangan UNP ke depan tidak bisa dilepaskan dari perubahan ekspektasi yang meninggi dari publik. Sebagai eks-LPTK (Lembaga Perguruan Tinggi Kependidikan),tantangan terbesar adalah bagaimana kampus ini tetap mengedepankan pendidikan nilainilai luhur yang bermuara pada perbaikan karakter generasi baru pendidik. Penanaman nilai moral tentu didahului oleh pendidikan moral yang tercermin dari para sivitas akademika UNP. Bagaimana nilai-nilai moral itu secara koheren melekat dalam aktivitas sehari-hari, baik dalam memimpin, menjalankan tugas dan amanat, serta berinteraksi dalam lingkungan kampus. Mustahil pula rasanya, motto alam terkambang menjadi guru kita dengung-dengungkan. Sementara manusianya, sebagai bagian dari alam tidak mampu mengemban tugas

universal sebagai guru satu sama lainnya, tempat saling belajar segala hal. Tugas berat itu semakin tepat momennya untuk direvitalisasi, mengingat UNP kini dipimpin oleh figur baru, namun bukan berarti orang baru di UNP. Prof. Ganefri, Ph.D, adalah tokoh yang sudah lama berbuat nyata bagi perkembangan UNP termutakhir. Seyogyanya, kita yakin dan optimis, UNP akan semakin berkualitas di tangan Ganefri. Tentunya harapan itu digapai bersama-sama, penuh keikhlasan. UNP ibarat kapal besar. Nakhoda tidak akan berhasil mencapai tujuan jika elemen lain, kelasi, dan seluruh anak buah kapal tidak memahami visi dan misi nakhoda dengan baik. Untuk itu, diperlukan komunikasi yang harmonis, konstruktif, serta taktis untuk menghadapi berbagai ombak dan cuaca badai di tengah lautan yang bisa jadi tiba-tiba menghadang. Dalam kesempatan ini, adalah wajar kita memberi beberapa masukan dan ingatan demi segala yang positif untuk UNP. Selama ini perbaikan dan pembenahan UNP seringkali “hanya fokus” ke elemen sivitas akademika saja, yaitu dosen dan mahasiswa. Peningkatan kapasitas dosen sudah menjadi “kaji menurun” sebuah kewajiban, dan seluruh PTN/ PTS sedang giat-giatnya melakukan itu. Begitu juga peningkatan mutu mahasis-

wa yang berkorelasi erat dengan peningkatan mutu lulusan. Baik secara akademik maupun soft skill, adalah tugas para dosen dan pimpinan UNP meningkatkan kualitas mahasiswa. Kampus akan tidak eksis jika mahasiswa tidak ada. Menurut berbagai sumber, sivitas akademika di era (post) modern juga mencakup tenaga kependidikan, dalam hal ini seluruh pegawai dan staf struktural yang sehari-hari menjadi penunjang utama bergeraknya “nadi kehidupan” di kampus kita. Peran mereka yang jumlahnya hampir menyamai jumlah dosen UNP saat ini yang mencapai 1000-an orang, tentu sudah tidak bisa dianggap remeh lagi. Mereka harus terus digenjot kompetensi dan kapabilitasnya. Kalau dosendosen sudah pasti diwajibkan untuk melanjutkan studinya serta wajib mensertifikasi dirinya, maka sudah waktunya pula para pegawai juga diwajibkan, tentunya melalui mekanisme lain, semisal pelatihan, penataran, dan lain sebagainya. Untuk itu, rektor beserta jajaran harus getol mengingatkan kepala biro sampai kepala subbagian di seluruh kantor di kampus kita untuk mewujudkan konsep pelayanan prima, mau menerima kritik untuk kemajuan, serta tidak henti dan bosan untuk belajar dan meng-upgrade kompetensi melalui berbagai kesempatan. Amatlah banyak kesempatan melakukan

itu semua yang difasilitasi oleh Kemenristekdikti. Terlebih, kualitas tenaga kependidikan juga mempengaruhi poin akreditasi kelembagaan kita sejak lama. Janganlah pekerjaan rumah mengenai peningkatan kompetensi tenaga kependidikan ini terabaikan di era Ganefri. Last but not least, marilah terus berbenah. Seperti yang pernah saya sampaikan 4 tahun lalu, mengutip Mangkusubroto (2012), dalam komunitas, passion (semangat), devotion (kesetiaan), trust (kepercayaan), continuous learning (terus menerus belajar), sharing (berbagi), dan expertise (keahlian) akan muncul dengan sendirinya, dan berkumpul menjadi sebuah kekuatan. Jika dalam sebuah institusi, semua komponen yang ada di dalamnya dapat membentuk sebuah komunitas, atau paling tidak menempatkan dirinya sebagai bagian dari komunitas, maka komunikasi dan kerjasama tidak hanya terjadi secara efektif antara sesama anggota di satu divisi saja, tetapi dalam satu komunitas secara menyeluruh. Semoga rektor baru kita selalu peduli dalam mendengar berbagai masukan. Pemimpin terbaik adalah pribadi yang selalu memilah apa yang dipelajari dan didengarnya untuk kemudian mencernanya melalui kesungguhan dan ketajaman intuisi kepemimpinannya. (*)


Edisi No. 192/Tahun XXVII

IKLAN

24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.