Edisi 193

Page 1


2

Edisi No. 193/Tahun XXVII

FAJAR

SARIPATI

Berpikir ke Depan Hari , bu lan , dan tah u n bertu kar s ei ri ng berp u tarnya j aru m jam. Demi ki an kehi du pan. Masa lalu menjelma masa sekarang u ntu k selanj u tnya berganti mas a d ep an . Tak teras a, Un iv ersi tas Negeri P ad an g ( UNP) telah meni u p lilin u lang tah u nny a ke-62. San gat bany ak s u ka du ka y an g di had ap i mu lai dari kamp u s i ni berd iri sampai berada di titik s ekarang. Ji ka di ib aratkan d en gan j atah hi du p man u s ia, 62 tahu n meru p ak an u s ia y an g c u k u p matang. Di u s ia i ni , ses eo rang h aru s memi li ki kedewasaan dalam menyi ngkapi berbagai p ers oalan demi kemaju an mend atan g. Di h ari jad in ya k e- 62, U NP menggelar berbagai kegiatan. Seti ap s ivi tas ak ademi ka d iharapk an berp arti si pas i ak ti f, baik d alam kegi atan yang d iad ak an d i tin gk at faku ltas mau p u n u niv ersi tas . Kegi atan yang di ad ak an ad a yang berbau akademi k, seperti ku li ah u mu m, seminar nasional dan internasional. Ada pu la y an g d ibu n gk u s dengan acara seni d an olah raga, s ep erti pameran, lo mba lagu po p, pertan di ngan sepak bo la, d an s ebagain ya. Pada hari j ad iny a, U NP ju ga mengu n dang beberapa pejabat negara. Semu an ya u n tu k memeriahk an Dies Natalis UNP ke-62. Pertanyaan nya, s u dah s eberapa bes ar si vitas ak ad emika meny ad ari arti pen ti ng di es natali s? Harapann ya, j an gan s ampai kegiatan yang di gelar bersi fat seremon ial. In i ten tu h an ya menghabi sk an an ggaran . Ya, h an ya men ghabi sk an an ggaran . Sebagai co ntoh , d i sebu ah semi nar nasio nal bertema k ep emu daan , keti ka narasu mbern ya s ibu k berbic ara d i depan, pesertan ya ju ga s ibu k berbi cara d i belak an g. Bahk an , di an tara mereka, ada y ang bermain gadget dan melaku k an swafo to. Han ya beberapa yang men gi ku ti semi nar d en gan seriu s. Setelah di u s ik lebih mend alam, motiv as i pes erta u ntu k mengik u ti k egiatan tersebu t han ya u ntu k mendapatkan sertifikat, makan siang, dan snack gratis . Celak an ya, tu j u an p an itia mengad ak an seminar sekadar u ntu k menghabiskan dana yang di beri kan u ni versi tas. Sejati ny a, d ies n atalis meru pakan mo mentu m u n tu k memu h asabah di ri, bercermi n ai r, dan merefleks ik an p otens i. A pa s aja p ek erjaan yang telah di laku kan ? Ap a s aj a prestas i yang berh as il di raih ? Su d ah s ejau h man a v is i- mi si terc ap ai ? Semu a i ni haru s di jaw ab d an d ipertimbangkan . Tambahan nya pu la, dies natalis ju ga h aru s menj ad i mo men u ntu k men do ro ng maju ny a kegiatan akademi k di kamp u s d an mend ek atkan d iri s es ama siv itas ak ad emik a. UNP haru s memiliki dan menetapkan indikatorin di kato r sendi ri u ntu k menentu k an s u d ah sejau h man a u ni vers itas mengalami k emaj u an. Melalui dies natalis, mari kita jadikan UNP maju di mas a mend atan g.

GANTOLE

+ Progres dan Empat Indikator Ganefri - Semoga bisa tercapai, Pak! POKOK PADANG + UNP Jadi Lembaga Sertifikasi

- Akhirnya, kami tidak pengangguran lagi setelah wisuda nanti. + MPM Siapkan Kongres Mahasiswa - Jangan sekedar rencana, Bung!

Dies Natalis UNP ke-62 Sejak September 2016, Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar serangkaian kegiatan untuk memeriahkan Dies Natalis UNP ke-62. Kegiatan tersebut berupa seminar nasional dan internasional di setiap fakultas, kuliah umum dengan mendatangkan beberapa pejabat tinggi di tingkat nasional, serta berbagai lomba seperti olahraga, kerohanian, dan kesenian yang diikuti sivitas akademika UNP. Bersamaan dengan kegiatan dies natalis tersebut, UNP telah melakukan beberapa kemajuan seperti visitasi untuk reakreditasi UNP dari status akreditasi B pada tahun 2015 untuk mendapatkan status akreditas A pada tahun 2016 ini. Selain itu, UNP juga telah memiliki Statuta baru pada 2016 ini. Pada usia 62 tahun ini, UNP memiliki visi yakni menjadi salah satu universitas unggul di kawasan Asia Tenggara di bidang ilmu kependidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, dan seni pada tahun 2020 berdasarkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kenapa UNP sudah 62 tahun? Untuk memahami hal tersebut seluruh sivitas akademika harus menge-

tahui sejarah perkembangan perguruan tinggi ini yang dapat diklasifikasikan dalam lima periode. UNP adalah hasil konversi Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang menjadi universitas, yang pada mulanya bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Batusangkar didirikan 1 September 1954. Periode PTPG Batusangkar (1954-1956) sendiri memiliki enam jurusan. Kemudian, periode Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Andalas (Unand) Bukittinggi di Batusangkar (1956-1958). Periode ini adalah pengintegrasian PTPG di seluruh Indonesia ke universitas setempat. Selanjutnya, periode FKIP Unand Padang (1958—1964), yakni periode FKIP Unand diaktifkan kembali pada 10 Juni 1958 dan pada 1 September dalam tahun sama kedudukannya dipindahkan ke Padang. Periode selanjutnya adalah periode IKIP Jakarta Cabang Padang (19641965). Pada 1964, FKIP Unand Padang terlepas dari Unand dan menjadi IKIP Jakarta Cabang Padang. Periode berikutnya adalah periode IKIP Padang sebagai lembaga yang berdiri sendiri (1965-1999). Sejak 7

Agustus 1965, dengan Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 351/ 1965, IKIP Padang berstatus sebagai IKIP yang berdiri sendiri. Pada Mei 1966, seluruh kegiatan IKIP Padang dipindahkan ke Air Tawar. Periode terakhir adalah periode UNP (1999-sekarang). Perubahan IKIP Padang menjadi UNP ditetapkan dengan Kepres Nomor 93 Tahun 1999 Tanggal 24 Agustus 1999. Dengan berubahnya IKIP Padang menjadi UNP, maka terjadi perubahan nama-nama fakultas menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan pada 2005 melalui persetujuan DIKTI Nomor 2816/ D/T/2004 tanggal 22 Juli 2004 dan Surat Keputusan Rektor No 05/J.41/ KP/2005 tanggal 2 Januari 2005 bertambah satu fakultas lagi, yaitu Fakultas Ekonomi. Pada 2011, FBSS berubah nama menjadi Fakultas Bahasa dan Seni. Pada 2015, bertambah satu fakultas lagi yakni Fakultas Pariwisata dan Perhotelan. (Eto)

POKOK PADANG

Diskusi: Kru SKK Ganto UNP berdiskusi dengan Andri Rizki Putra, pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) di Sekretariat SKK Ganto UNP, Sabtu (12/11). Pada diskusi ini, Rizki bercerita pengalamannya dalam mengelola YPAB. f/Wildan*

Salam Pers Mahasiswa ! Suatu organisasi akan tetap eksis dan berkiprah jika ada melanjutkannya. Untuk itu, diperlukan kaderisasi yang baik dari pengurus ke anggota magangnya. Sebab, jika gagal dalam hal kaderisasi, maka secara tidak langsung para pengurus juga menghancurkan organisasi tersebut. Pengurus dapat dikatakan berhasil jika meninggalkan para penerusnya dengan ilmu yang cukup untuk melanjutkan jalannya roda organisasi. Demikian pula halnya dengan Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP). Ganto melakukan open recruitment pada Februari lalu. Setelah dinyatakan lulus melewati seleksi tahap

awal yang dilakukan dengan tes wawancara, selanjutkan diberikan pembekalan yang disebut dengan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar. Kemudian, dilanjutkan dengan pembuatan buletin mulai dari yang 12 halaman hingga 24 halaman. Setelah itu, peserta magang turut berkontribusi dalam penggarapan tabloid Ganto yang didampingi oleh Kru Ganto. Kru Ganto saat ini sedang dalam masa bayangan. Artinya, yang menduduki suatu jabatan mulai mengkader seseorang yang dipercaya mampu dan mempunyai potensi untuk menggantikan kedudukannya di kepengurusan berikutnya. Di masa bayangan ini pula, mereka yang dikader belajar

bagaimana cara menjalankan roda organisasi ke depannya. SKK Ganto UNP juga baru menyelenggarakan dua seminar nasional. Pertama, Seminar Nasional Kepenulisan Puisi bersama M. Aan Mansyur, seorang sastrawan yang bergulat dalam penulisan puisi. Kedua, Seminar Kepemudaan yang bertemakan Bangkitkan Kreativitas Pemuda Lahirkan Karya dengan pemateri Andri Rizki Putra. Edisi kali ini, Ganto menghadirkan pembahasan laporan mengenai pelaksanan Dies Natalis UNP ke62, harapan sivitas akademika dengan pertambahan usia UNP, dan kilas sejarah UNP. Kemudian, Ganto juga memberikan informasi dan jawaban seputar permasalahan yang ada di kampus, seperti BI Corner UNP, Prosedur Peminjaman aset UNP, Rumah Singgah Teknik Mesin, dan sebagainya. Tidak lupa pula menginformasikan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh organisasi mahasiswa selingkungan UNP. Jangan lupa untuk berkunjung ke portal berita Ganto di http://www.ganto.or.id. Untuk berita kegiatan yang tidak dimuat pada buletin, sudah diterbitkan di halaman website tersebut. Akhir kata, kami segenap keluarga besar SKK Ganto UNP menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakni UNP. Selamat Membaca. Viva Persma!

Sur at Kabar Kam pus U niver sitas Negeri Pad ang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, Internatio nal Standar d Ser ial Num ber ( ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP: Prof. Ganefri, Ph.D., Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli: Jefri Rajif, Novarina Tamril, Sabrina Khairissa, Kurniati Rahmadani. Staf Ahli: Konsultasi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puisi: Utami Dewi Pramesti, M.Pd., Kritik English Corner : Drs. Jufri, M.Pd., Pemimpin U mum: Fitri Aziza, Sekr etaris U mum: Windy Nurul Alifa, Bendahara U mum: Resti Febriani, Atas Nama Pemimp in R ed ak si: Fitri Aziza, Kep ala Penelitian d an Pengem bangan: Sri Gusmurdiah, Pem imp in U s aha: Hari Jimi Akbar, Red aktur Pelak s ana: Yulia Eka Sari, Redaktur Berita: Ermiati Harahap dan Neki Sutria, Redaktur Tulisan: Maida Yusri, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Fakhruddin Arrazzi, Redaktur Online: Ranti Maretna Huri Redaktur Artistik: Doly Andhika Putra, Layouter: Fauziah Safitri, Fotografer: Okta Vianof, Riset: Zahara, Staf Usaha: Abdul Hamid. Reporter Junior: Alfendri, Antonia Dwi Rahayuningsih, Arrasyd, Debi Gunawan, Gezal Sabri, Hengky Yalandra, Laila Marni, Lutfi Darwin, Nadila Aprisia, Oktri Diana Putri, Putri Radila, Tivani Monic Sandria, Wildan Firdaus, Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.or.id , email: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,00 (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000,00 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,00 (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esai, feature, cerpen, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas

akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.


3

Edisi No. 193/Tahun XXVII

SURAT PEMBACA

SKK Ganto menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke Sekretariat SKK Ganto UNP, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampirkan kartu identitas: KTP atau KTM.

Empat Prodi Terakreditasi A di FBS UNP Saya merasa bangga menjadi mahasiswa FBS UNP. Hal ini dikarenakan pencapaian FBS atas empat prodi yang terakreditasi A oleh BAN-PT. Empat prodi tersebut yaitu Prodi Pendidikan Seni Rupa, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris, Prodi Sastra Indonesia, dan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi sivitas akademika UNP, khususnya mahasiswa FBS. Bagi saya pribadi, terakreditasi A-nya prodi saya, akan membantu saya dalam mendapatkan pekerjaan setelah lulus nanti. Sebagaimana diketahui, akreditasi prodi menjadi salah satu poin yang diperhitungkan dalam penerimaan kerja. Semoga prodi lain di UNP juga segera menyusul akreditasi A. Hal ini demi kemajuan UNP ke depannya. Weni Susanti Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2014

Tingkatkan Keamanan UNP UNP merupakan sebuah kampus yang memiliki lahan luas. Untuk meningkatkan keamanan, pada malam hari, pihak keamanan kampus hanya membuka gerbang depan. Tujuannya agar kampus terhindar dari pencurian. Namun, di siang hari semua gerbang masuk UNP terbuka. Seiring dengan hal tersebut, saya berharap pihak kampus lebih bisa meningkatkan keamanan pada siang hari. Soalnya, pada Oktober lalu, ada seorang mahasiswa yang kehilangan motor di Mesjid LPMP Sumatra Barat. Beberapa waktu yang lalu, saya juga kehilangan helm motor di depan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa. Saya juga mengeluhkan banyaknya pengemis, satu-dua pedagang kaki lima, dan pihak “ilegal” yang masuk ke dalam lingkungan kampus pada siang hari. Hal ini tentu bisa mengakibatkan keamanan kampus menjadi tidak terkendali. Mahasiswa UNP

Dukungan terhadap Kegiatan Komunitas di Lingkungan UNP Saya ingin pihak kampus memberikan dukungan terhadap komunitas yang dibuat oleh mahasiswa UNP. Karena banyak komunitas yang menjadi wadah melatih potensi dan mengembangkan kreativitas. Sayangnya, kurang mendapat dukungan dan perhatian dari pihak kampus. Sekian dan terima kasih. Tesa Dharma Jurusan Bahasa dan Sastra TM 2015

Hengky Yalandra 25/11/2016 ULASAN SURAT PEMBACA

Perpustakaan UNP Buka 24 Jam, Mungkinkah? Saat ini, Perpustakaan UNP hanya buka selama sembilan jam saja. Hal ini menyebabkan waktu yang dapat dimanfa-atkan mahasiswa untuk belajar di perpustakaan hanya sedikit, terlebih mahasiswa yang kuliahnya full dari pagi sampai sore. Ketika mau ke perpustakaan habis jam empat sore, ternyata perpustakaannya tutup. Sebaiknya, UNP membuka perpustakaan 24 jam, agar mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Karena untuk membuat tugas yang baik tentunya mahasiswa membutuhkan referensi yang banyak, yang bisa ia dapatkan jika mengerjakannya di perpustakaan. Mungkinkah hal tersebut diterapkan di UNP? Deza Ilham Ardiansyah Mahasiswa Teknik Informatika TM 2014 Jawaban: Jam layanan kita memang bukan sesuai dengan jam dinas karena jam dinas PNS di UNP itu sesuai SK Rektor. Misal, pada Senin, dari 7 pagi sampai 4 sore. Jadi, lewat dari jam 4 itu kami PNS tentu pulang. Kalau di luar jam dinas, konsekuensinya UNP membayar uang lembur. Dan, lembur saat ini yang diizinkan oleh Wakil Rektor II hanya Sabtu dan Jumat sore. Sebenarnya, Jumat sore itu, kami buka sampai jam 3. Tetapi sekarang, kami buka sampai jam 5 sore. Sebenarnya, kami telah melabihi jam dinas karena jam dinas PNS itu 37 setengah jam per minggu. Jadi, dari Senin sampai Kamis, kami buka dari 7 pagi sampai 4 sore. Sementara, pada Jumat, yang seharusnya kami

buka dari 7 pagi sampai setengah tiga siang, kami tambahkan sampai lima sore. Itu sudah lebih dari jam dinas, hari Sabtu dan Minggu pun, dalam tanda kutip seluruh pustakawan kami tugaskan memberikan layanan. Kecuali, ada solusi dari Rektor, kami disuruh buka sampai 24 jam atau sampai 9 malam. Jika kami diperintahkan oleh Rektor tentu konsekuensinya harus membayar uang lembur. Dan, untuk membuka 24 jam itu, kami tidak mungkin di Padang ini, karena dulu kami pernah buka sampai jam 9 malam, nyatanya lebih banyak pacaran daripada belajar. Makanya, diputuskan kami tidak membuka sampai 9 malam karena banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Drs. Yurnaldi, M.Si. Kepala Perpustakaan UNP

Sistem Kartu Parkir dan Stiker untuk Parkir FT Saya merupakan salah seorang mahasiswa yang menggunakan sepeda motor untuk pergi kuliah. Biasanya, kalau sudah pukul sembilan pagi, parkiran FT sangat padat, bahkan tak ada lagi ruang untuk parkir. Selain itu, parkiran FT juga terlihat tidak tertata rapi. Tidak ada aturan terkait arah parkir sepeda motor. Saya harap pihak kampus dapat menertibkan parkiran di FT, dan juga memperluas area parkir. Saya menanyakan terkait sistem penggunaan kartu parkir dan stiker FT kemarin. Kenapa hanya sebentar diterapkan di FT? Apakah ada cara atau sistem lain untuk mengatasi masalah tersebut? Ade Satria Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika TM 2014

Jawaban: Untuk meningkatkan kerapian dan ketertiban parkiran di FT, diperlukan kesadaran mahasiswa agar menempatkan kendaraannya di tempat yang telah disediakan. Dari pihak fakultas, kami telah menyediakan lahan untuk parkiran tersebut. Namun, untuk pengaturannya, itu bekerja sama dengan petugas keamanan dari u niversitas. Praktiknya dalam sehari-hari, mahasiswa memarkirkan kendaraannya sembarangan. Padahal, telah disediakan lahan beserta garis pengatur parkiran tersebut. Kalau saja mahasiswa menyusun kendaraannya dengan tertib, maka parkiran di dalam FT bisa menampung 3000 motor. Hal ini sudah dicobakan ketika visitasi akreditasi universitas kemarin. Pihak fakultas pernah melakukan uji coba penggunaan stiker parkir bagi mahasiswa FT. Hal ini terkendala karena kendaraan yang parkir di FT itu tidak hanya dari FT, tetapi juga dari FPP dan FBS. Kebanyakan yang parkir di FT itu adalah mahasiswa FBS, mahasiswa Jurusan Seni Rupa. Sekarang, penggunaan stiker itu tidak diberlakukan lagi karena dianggap kurang efisien. Untuk menambah daya tampung parkir di FT, sekarang sudah disediakan parkiran di luar yaitu di depan FT. Kalau parkiran di dalam sudah penuh, diharapkan mahasiswa untuk memarkirkan kendaraannya di lahan parkiran baru. Selain itu, lahan parkiran di FT sudah dilengkapi kamera CCTV untuk membantu pengamanannya. Rencana ke depannya, FT akan memberlakukan parkir elektronik dengan menggunakan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) untuk membuka portal parkirannya. Namun untuk sekarang, dibutuhkan kerja sama segala pihak, baik itu mahasiswa maupun pihak keamanan yang mengatur teknisnya. Sezriwirman, S. Sos. Kepala Subbagian Umum dan Perlengkapan Fakultas Teknik


LAPORAN

4

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Harapan di Usia Baru Lilin telah ditiup, kue telah dipotong, harapan pun datang sebagai penutup kemeriahan. Oleh Fitri Aziza/Fakhruddin Arrazzi dan Yulia Eka Sari/Debi Gunawan*

D

ua mahasiswa tampak mengamati spanduk yang terletak di depan bangunan baru Auditorium Universitas Negeri Padang (UNP) yang masih dikerjakan, Jumat (28/9). Spanduk berwarna kuning dan biru itu memuat informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk menyemarakkan pelaksanaan Dies Natalis UNP ke-62. Ada lomba paduan suara darma wanita antarfakultas atau unit, lomba lagu pop putra dan putri antarmahasiswa di UNP, lomba band antarmahasiswa se-UNP, serta lomba lagu pop “Golden Memories” putra dan putri antardosen dan tenaga kependidikan UNP. Selain itu, ada juga seminar nasional dan internasional yang digelar, baik di tingkat universitas maupun fakultas. Kehadiran Menteri Semarakkan Dies Natalis Salah satu rangkaian Dies Natalis UNP ke-62 adalah lomba lagu pop “Golden Memories” yang dilaksanakan di Teater Tertutup Mursal Esten Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP, Jumat (7/ 10). Tepuk tangan penonton memenuhi ruangan tersebut setelah Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Drs.Suryanef, M.Si., sekitar 11.00 WIB, melantukan lagu Kisah Seorang Pramuria yang pernah dipopulerkan grup band Boomerang. Lomba lagu pop “Golden Memories” adalah buah kerja sama universitas dengan mahasiswa, yakni Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) UNP, dalam pelaksanaan dies natalis. Ketua UKKes, Rahmat Hidayat, mengatakan bahwa kerja sama ini disambut dengan senang hati. “Kami merasa sudah dipandang layak sebagai event organizer oleh UNP,” tuturnya, Selasa (25/10). Selain mengadakan kegiatan dalam bentuk perlombaan, ulang tahun UNP ke-62 ini juga disemarakkan oleh kehadiran empat pejabat negara. Keempat pejabat negara tersebut, yaitu Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sadjojo; Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Harry Azhar Aziz; Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi; dan Menteri Tenaga Keja, Muhammad Hanif Dhakiri. Kehadiran keempat pejabat negara tersebut untuk memberikan kuliah umum kepada sivitas akademika UNP. Sekretaris Dies Natalis UNP ke 62, Azhari Suwir, S.E., saat ditemui di ruangannya, menjelaskan bahwa tema dari dies natalis kali ini lebih berfokus kepada berbagai seminar yang diadakan untuk menambah pengetahuan mahasiswa. Seminar tersebut seperti yang dapat dilihat beberapa waktu yang lalu, UNP mendatangkan menteri-menteri. “Yang selain untuk menambah pengetahuan mahasiswa, juga untuk memperkenalkan UNP ke

skala nasional, begitu yang dikatakan rektor kita,” kenang Azhari, Rabu (9/11). Fakultas Turut Meriahkan Dies Natalis Seperti yang dikatakan Azhari, fakultas-fakultas juga ikut menyelenggarakan seminar dalam rangka memperingati Dies Natalis UNP yang ke-62. Salah satunya International Seminar on Languages and Art (ISLA) ke-5 yang diadakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dengan tema Positioning Technology and Theories in Studies and Pedagogical Application of Languages, Art, and Culture. Dihadiri oleh 10 pemakalah utama dari empat Negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Jepang, serta 75 pemakalah pendamping yang mempresentasikan 18 topik, acara tersebut berlangsung di Hotel Pangeran Beach selama dua hari, RabuKamis (19-10/10). Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., dalam sambutannya pada acara tersebut, berharap bahwa ISLA tahun depan bisa lebih baik lagi dengan cara memperbanyak kerja sama dengan berbagai negara ataupun penerbit yang terindeks pada jurnal-jurnal yang terdaftar di database internasional. Hal ini, kata Ganefri, sejalan dengan target UNP yang ingin menjadi research university dan meninggalkan teaching university. Demi target tersebut, UNP akan mempersiapkan dana untuk pengembangan jurnal dan penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian dosen UNP banyak yang masuk ke jurnal terindeks, seperti Scopus dan Thompson. “Kita akan mengalokasikan 15% dana PNBP UNP mendukung hal tersebut,” jelasnya, Rabu (19/10). Sama halnya dengan FBS, fakultas lain pun juga mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk menyemarakkan Dies Natalis UNP ke-62. Misalnya saja Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan Fakultas Ekonomi (FE). FIP mengadakan FIP Fair pada 1820 November, sedangkan FE memanfaatkan momen Dies Natalis UNP untuk menyelenggarakan acara The 1st International Conference On Economics, Business, and Accounting (THE 1st ICEBA 2016). ICEBA dibarengi dengan rapat pleno antarguru ekonomi se-Indonesia untuk membahas kurikulum pelajaran ekonomi. Acara ini berlangsung pada 21-23 September di Hotel Pangeran Beach. Sementara itu, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) memiliki tradisi berbeda dalam menyambut dies natalis. FIK mengadakan berbagai lomba di bidang keolahragaan. “Hingga kini, semua acara keolahragaan memang belum semuanya terlaksana, tapi kita akan usahakan untuk memeriahkan dies natalis,” ujar Sekretaris Bidang Olahraga Dies Natalis UNP ke 62, Drs. Jonni, M.Pd., Senin (31/10). Makna Dies Mata Sivitas

Natalis di

Foto Bersama: Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., dan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, berfoto bersama usai penandatanganan nota kesepahaman pada acara kuliah umum dalam rangka Dies Natalis UNP ke-62 di Gelanggang Olahraga FIK UNP. f/Fitri

Perayaan dies natalis memiliki makna yang berbeda bagi sivitas akademika UNP. Salah satunya Riyan Nofardo Putra, Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2014. Riyan mengatakan bahwa peringatan dies natalis itu penting dilaksanakan untuk menunjukkan bahwa UNP memiliki sejarah kelahiran. “Acara dies natalis penting diadakan asalkan melakukan kegiatankegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa dan sivitas akademika UNP,” ujarnya, Rabu (21/9). Senada dengan Riyan, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP, Muhammad Haris Sabri mengatakan bahwa dengan diperingatinya dies natalis, terlihat seberapa besar kecintaan mahasiswa UNP kepada universitas. “Salah satu bukti kecintaan mahasiswa terhadap kampus adalah mahasiswa mengetahui kapan ulang tahun kampus, acara-acara yang diadakan, dan sebagainya,” ujarnya, Senin (10/10). Selain itu, Haris berharap bahwa acara dies natalis ke depannya bisa lebih meriah dan semarak. Tujuannya agar semua sivitas akademika merasakan euforia ulang tahun UNP. Ia juga mengharapkan terjalinnya hubungan komunikasi dan informasi yang baik antarorganisasi mahasiswa yang ada di UNP, seperti Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), BEM, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Sehingga cita-cita kampus agar 30 persen dari 32.000 mahasiswa untuk aktif di bidang organisasi bisa tercapai,” tuturnya. Tidak berbeda dengan yang diutarakan oleh mahasiswa, Ketua Program Studi Sastra Indonesia UNP, Dr. Novia Juita, M. Hum., mengatakan bahwa pelaksanaan Dies Natalis UNP merupakan agenda yang penting asalkan sivitas akademika UNP bisa memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang diadakan semaksimal mungkin. “Lebih baik kegiatan-kegiatan dies natalis itu lebih produktif dan mengandung unsur akademis, tidak hanya sekadar peringatan-peringatan acara seremonian saja,” tuturnya.

Oleh karena itu, menurut Novia, bukan hanya UKM seperti UKKes yang dilibatkan dalam pelaksanaan dies natalis. Dana pelaksanaan dies natalis sebaiknya juga dihibahkan untuk Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) sehingga mahasiswa juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan, seperti seminar ilmiah, kuliah umum, dan sebagainya. “Boleh kegiatannya berbau hiburan, tapi alangkah lebih baiknya diutamakan kepada kegiatan-kegiatan yang bernuansa akademis,” jelasnya. Sementara, Dekan Fakultas Teknik (FT), Drs, Syahril, M.Sc., Ph.D., mengatakan bahwa dies natalis penting sebagai tolak ukur pencapaian visi-misi universitas. Kegiatan yang dilaksanakan dalam dies natalis hendaknya dapat mendukung dan mencapai visi-misi UNP. “Itu menandakan visi dan misi universitas dipahami dan dilaksanakan,” ujarnya, Rabu (12/10). Selain Dekan FT, Dekan FBS, Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum., menilai bahwa perayaan dies natalis merupakan sesuatu yang penting sebagai momen untuk memperlihatkan kepada masyarakat kampus bahwa UNP sudah cukup tua. “Saya kira momen itulah yang harus kita nyatakan dalam bentuk aktivitas yang menunjukkan kualitas perguruan tinggi yang sudah berumur 62 tahun,” ujarnya, Selasa (11/10). Pelaksanaan Dies Natalis Masih Belum Maksimal Di balik kemeriahan Dies Natalis UNP ke-62, ada beberapa pihak yang mengeluhkan pelaksanaannya. Dilla Yuliatika, Mahasiswa Administrasi Pendidikan TM 2015 merasakan minimnya informasi seputar agenda yang diadakan dalam rangka memperingati Dies Natalis UNP ke-62. Menurut Dilla, hal ini membuat mahasiswa terkesan tidak peduli. “Seharusnya, sosialisasinya bisa lebih ditingkatkan agar semua mahasiswa tahu agenda-agendanya, sehingga tidak hanya mahasiswa tertentu saja yang tahu,” ujarnya. (5/10).

Begitupun dengan Rahmat. Dia menyayangkan terjadinya miskomunikasi antara UKKes dengan pihak universitas mengenai penetapan tanggal pelaksanaan lomba. Hal ini menurutnya menimbulkan anggapan bahwa penyebab keterlambatan dikarenakan oleh UK-Kes. “Acara sering diganti-ganti, hingga empat kali pengunduran. Jadinya, mahasiswa UNP men-judge UKKes sebagai penyelenggara,” ungkapnya. Sementara, kekurangan sosialisasi dan informasi tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa yang berkuliah di kampus pusat. Ketua UPP III Bandar Buat, Melva Zainil, S.T., M.Pd., juga mengungkapkan hal sama. Ia menyayangkan ketidakkonsistenan jadwal yang disampaikan oleh pihak penyelenggara Dies Natalis UNP yang ke-62. “Seperti yang terjadi ketika adanya undangan paduan suara, tahu-tahu diminta harus langsung. Padahal, kan harus menyatukan suara 1, 2, 3, 4 dulu. Jadi, tidak semua fakultas bisa mempersiapkan mahasiswanya untuk itu,” jelasnya, Kamis (29/9). Syahril juga menyarankan hal serupa untuk peringatan dies natalis ke depannya. Ia berharap agar kegiatan dies natalis dapat ditata lebih baik. Jika kegiatan dies natalis tersebut disosialisasikan lebih awal, sivitas akademika akan banyak yang siap. ”Harapan saya, di UNP ini, harus jelas kalender kegiatannya,” ujarnya. Menjawab berbagai pernyataan di atas, Azhari menjelaskan, persiapan dies natalis sendiri memang baru dilakukan sejak minggu terakhir Agustus, termasuk publikasi kepada mahasiswa. Namun, acara dies natalis kali ini adalah acara yang pertama kalinya UNP memberikan peluang kepada mahasiswa untuk berkontribusi. “Jadi, tidak dapat dikatakan mahasiswa tidak dilibatkan. Dan lagi panitia telah memasang spanduk yang besar di dekat bagunan baru,” tutup Azhari. Reporter: Alfendri*, Debi*, Fakhrudin, Nadila*, Oktri*, Gezal*, Eka, Fitri, Lutfi*


LAPORAN

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Dari IKIP Padang: UNP mendapatkan perluasan mandat sebagai unjiversitas berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 4 Agustus 1999. f/Wildan*

Sejarah Tiga Surat 1995, surat pertama adalah tawaran; 1996, surat kedua untuk persiapan 12 tahun; 1999, surat ketiga bernamalah ia Universitas Negeri Padang. Oleh Fitri Aziza/Fakhruddin Arrazzi dan Yulia Eka Sari/Debi Gunawan* Tanda tangan Presiden ke 4 Republik Indonesia, Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie, pada lembar ketiga surat bertanggal 4 Agustus 1999, menjadi saksi bisu berubahnya delapan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) di Indonesia menjadi universitas. Salah satu di antaranya adalah IKIP Padang menjadi Universitas Negeri Padang (UNP). Hal ini berdasarkan Pasal 1 Ayat 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perubahan IKIP menjadi universitas. Surat tersebut adalah surat ke-

tiga yang diterima IKIP Padang setelah didahului dua surat beberapa tahun sebelumnya. Surat pertama datang dari Jakarta tertanggal 1 November 1995. Isinya tawaran dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi untuk mengkonversi IKIP Negeri menjadi universitas. Namun, helai surat tersebut diakui bukan awal keinginan IKIP Padang berubah menjadi universitas. Jauh sebelumnya, meski tawaran belum datang, IKIP Padang telah mempersiapkan diri menjadi universitas. Prof. Mohamad Ansyar, Ph. D., Rektor IKIP Padang Periode 1991-1995 dan 1995-1999, saat ditemui di rumahnya, menjelas-

kan bahwa, sejak masalah yang dihadapi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan muncul ke permukaan, IKIP Padang telah melakukan persiapan agar bisa berubah menjadi universitas. Di antaranya adalah menyiapkan pembangunan sarana dan prasarana serta kualitas staf pengajar. “Jadi, sewaktu tawaran tersebut datang, kita sudah siap,” ujarnya, Kamis (20/10). Ansyar juga sempat menjadi Rektor UNP pada 1999. Dia menyampaikan bahwa di masanya, IKIP Padang giat membangun sarana dan prasarana, seperti perpustakaan dan laboratorium. “Ada tiga laboratorium yang saya

5 bangun, yaitu fisika, kimia, dan biologi. Pendidikan MIPA tidak mungkin kuat tanpa laboratorium. Jadi, kita dulu banyak memakan biaya untuk peralatan laboratorium,” jelasnya. Seiring dengan hal tersebut, berdasarkan laporan Ganto edisi Maret 1996, Ansyar menjelaskan bahwa IKIP Padang juga berupaya untuk meningkatkan sumber daya staf pengajarnya. Dua tahun sebelum surat dari Jakarta sempat diketik, IKIP Padang telah mengirimkan 22,5% atau 208 dari 982 staf pengajar masa itu untuk melanjutkan studi S2 dan S3 dalam bidang ilmu murni. Hal tersebut juga diakui Dr. Novia Juita, M. Hum., alumni IKIP Padang yang kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia UNP. “Jauh sebelum tahun 1999 itu, sudah disiapkan dosen untuk mengambil kuliah S2 dan S3 ilmu murni. Jadi, pas transisi IKIP ke universitas kita lancar-lancar saja,” tuturnya. Demi maksimalnya persiapan, IKIP Padang membagi tiga tahap perkembangan yang akan ditempuh jadi universitas. Berpedoman pada Surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0686/U/1991 tanggal 30 Desember 1991 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi. Tahap pertama dimulai pada 1996. Pada tahap ini, FMIPA, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pendidikan, Fakultas Sastra, Fakultas Olahraga, dan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) (kecuali bidang studi sejarah) siap dikembangkan dalam satu universitas. Tahap pertama ini direncanakan berakhir pada 2002. Tahap kedua, pengembangan Jurusan Sejarah pada FIS, Fakultas Teknik, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Seni. Tahap ini berlangsung pada 1998-2003. Sementara, tahap terakhir, pada 2002 hingga 2012, UNP akan mengembangkan Fakultas Publisistik dan Komunikasi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ekonomi Keluarga. Total waktu yang diperlukan untuk ketiga tahapan tersebut adalah 12 tahun. Pada 2007, IKIP

Padang dirancang siap menjadi universitas dengan 13 fakultas. Akan tetapi, belum genap satu tahun tahap pertama dimulai, tepatnya 20 Juni 1996, IKIP Padang kembali menerima sebuah surat. Surat kedua bernomor 1499/D/T/96tersebut berisi pengumuman bahwa IKIP Padang telah diluluskan menjadi salah satu dari empat IKIP yang akan dikembangkan menjadi universitas. Pada 1999, tiga tahun setelah kabar gembira tersebut datang, barulah gelar universitas benarbenar resmi dipegang oleh IKIP Padang. Surat ketiga menjadi surat terakhir dan meresmikan perluasan mandat bagi IKIP Padang untuk bisa bergerak di bidang ilmu murni. Salah seorang saksi sejarah, yang mengalami masa transisi IKIP Padang menjadi UNP, mengatakan bahwa perluasan mandat tersebut merupakan hal bagus yang membuat UNP bisa berkembang seperti sekarang. Dengan perluasan mandat tersebut, UNP pun berhak mencetak tenaga profesional di luar ilmu keguruan. “Kita tidak hanya mencetak calon guru, tapi juga yang ahli,” ujar Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang dulunya pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Padang, Selasa (11/10). Perluasan mandat tersebut merupakan suatu penghargaan bagi IKIP Padang. Dengan perluasan mandat, diharapkan terjadi perbaikan, baik dari segi fasilitas, jumlah mahasiswa, maupun layanan pendidikan. “Saya kira, pada waktu itu, seluruh sivitas akademika menyambutnya dengan suka-cita,” kenang Zaim. Kini, 17 tahun sejak IKIP Padang resmi menjadi universitas. UNP telah memiliki 8 fakultas, 33.483 mahasiswa dari 20 provinsi se-Indonesia (2015), 941 staf pengajar ditambah 241 dosen yang tengah melanjutkan pendidikan, serta 50 guru besar, dan 88 program studi. Reporter: Eka, Debi*, Fakhruddin

Progres UNP dan Empat Indikator Ganefri Oleh Fitri Aziza/Fakhruddin Arrazzi dan Yulia Eka Sari/Debi Gunawan* Dua puluh delapan tahun lalu, Drs. Syahril, M.Sc., Ph.D., Dekan Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) masih berstatus sebagai mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang. Mulai dia berkuliah pada 1988 sampai menjabat sebagai Dekan FT pada 2016 ini, banyak sekali perubahan terjadi pada kampus ini. “Dulu, mahasiswa tidak seramai sekarang. Fasilitas yang kami pakai dulu pun masih barubaru,” ujarnya saat ditemui di ruangannya, Rabu (12/10). Perubahan tersebut dirasakan Syahril sejak IKIP Padang mendapatkan perluasan mandat pada 1999. Perluasan mandat tersebut membuat IKIP Padang berganti status menjadi universitas. Dampaknya, UNP tidak hanya mengembangkan prodi kependidikan, tapi juga prodi nonkependidikan. “Sejak mandat tersebut,

sudah banyak gedung baru yang dibangun,” imbuh Syahril. UNP dikenang lewat jasa rektor yang memimpinnya. Prof. Mohamad Ansyar, Ph.D. memimpin IKIP Padang sewaktu masih periode Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan. Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. melakukan transisi penyesuaian struktur perguruan tinggi modern. Kemudian, Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd. memulai perubahan strukturisasi perwajahan dan meningkatkan SDM. Kemudian, Prof. Phil. Yanuar Kiram memiliki moto kampus regilius. Yanuar melanjutkan restrukturisasi sampai bangunan fisik selesai sekitar 85% dan merubah sistem pengelolaan keuangan dari Satuan Kerja menjadi Badan Layanan Umum. Sementara itu, di periode kepemimpinan Rektor UNP Drs. Ganefri, M.T., Ph.D., universitas berhadapan dengan go ahead sumber daya manusia. “Dalam waktu empat tahun ini, beliau sudah men-set agar universitas menjadi Badan Hukum Milik Negara,” ungkap Hendra

Naldi, S.S. M.Hum., dosen sejarah sekaligus Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP. Dalam dokumen evaluasi diri yang dipublikasikan situs unp.ac.id, ada empat tahap yang harus dilewati untuk mencapai visi UNP. Tahap pertama adalah winder mandate (2001-2005) yang dikhususkan pada persiapan transformasi dari IKIP ke universitas. Tahap kedua adalah penguatan tata kelola (2006-2010) berfokus pada perencanaan pembangunan. Tahap ketiga adalah pemantapan teaching university (2007-2015) yang lebih melirik penguatan kualitas dosen, akreditasi, dan Badan Layanan Umum (BLU). Sementara, tahap terakhir adalah teaching university. Tahap ini sedang berlangsung dengan mengunggulkan bidang pendidikan dan berfokus pada pengembangan penelitian. Berbeda dengan hal tersebut, Ganefri menamai tahap keempat tidak lagi sebagai teaching university, tetapi research university. Menurutnya, dalam usia ke62 tahun ini, UNP sudah saatnya memiliki arah dalam perkem-

bangannya. “Jika melihat UNP ke belakang, bukan tidak adanya progres, tapi progres tersebut belum terarah dan terukur,” ujarnya, Kamis (20/10). Menurut Ganefri, perkembangan UNP sudah jauh tertinggal dari perguruan tinggi lain. Untuk mempercepat progres tersebut, ia mengatakan bahwa ada beberapa hal dasar yang perlu diubah, seperti tata kelola institusi, aplikasi statuta UNP, dan penggunaan anggaran yang diancang berbasis prioritas. Untuk mempercepat progres, Ganefri menekankan empat indikator. Indikator pertama, meningkatkan jumlah dosen yang punya jabatan akademis lektor kepala dan guru besar. Hal ini berimbas kepada semakin banyaknya jumlah penelitian dan meningkatnya mutu dosen dan mahasiswa. Pasalnya, penelitian dibutuhkan dosen untuk menaikkan jabatan. Dosen akan mengupdate pengetahuannya tersebut sehingga banyak mahasiswa membaca jurnal Indikator kedua, meningkatkan akreditasi institusi dari

B menjadi A serta mengajukan 8 prodi untuk akreditasi internasional. “Untuk akreditasi A, kita harap tahun ini, sedangkan untuk tahun depan, kita mulai untuk akreditasi internasional prodi tersebut,” tambahnya. Indikator ketiga, meningkatkan kualitas mahasiswa melalui kegiatan kemahasiswaan. Sementara, indikator keempat, meningkatkan tridarma perguruan tinggi dengan memperbanyak jumlah penelitian. Hal ini terkait dengan research university. “Akan dianggarkan 15% dari pendapatan kita untuk penelitian, berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya 3-4%,” jelas Ganefri. Menurut Ganefri, indikatorindikator tersebut jelas dan terukur sehingga pergerakan UNP selama empat tahun di masa jabatannya punya arah dalam pergerakannya. “Empat tahun ke depan, universitas akan bergerak dengan ukuran yang jelas. Salah satunya untuk tahun ini, kita harus dapat akreditasi A,” tutupnya. Reporter: Fitri, Ermi, Eka, Mai, Fakhruddin


LAPORAN

6

Edisi No. 193/Tahun XXVII

WAWANCARA KHUSUS

Peningkatan Mutu Seperti Berlayar ke Horizon

Prof. Mohamad Ansyar, Ph.D. Prof. Mohamad Ansyar, Ph.D. merupakan pensiunan Guru Besar Universitas Negeri Padang (UNP). Ia menjabat sebagai Rektor Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang selama dua periode, yaitu tahun 1991-1995 dan 1995-1999. Selama beberapa waktu, Ansyar sempat menjadi Rektor UNP tahun 1999. Ia memimpin IKIP Padang hingga mendapatkan perluasan mandat menjadi UNP. Menurutnya, tidak ada kendala berarti yang dihadapi oleh IKIP Padang untuk mendapatkan perluasan mandat tersebut pada 1999. Sebab, sebelum tawaran tersebut datang, IKIP Padang telah melakukan persiapan, baik dari segi dosen maupun sarana dan prasarana. Lalu bagaimana cerita IKIP Padang bisa menjadi universitas? Berikut

hasil wawancara reporter SKK Ganto UNP, Fitri Aziza dan Fakhruddin Arrazzi, dengan Rektor IKIP Padang terakhir dan Rektor UNP ini di rumahnya, Kamis (20/10). Bagaimana ceritanya IKIP Padang bisa menjadi universitas? Perubahan IKIP Padang menjadi universitas berawal dari tawaran yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan syarat mandat yang diperluas. Jadi, universitas baru ini fokusnya tetap kepada pendidikan guru, tapi bidang studinya diperkuat. Ketika saya kembali dari Amerika setelah menyelesaikan masa studi di sana dan kala itu masih menjabat sebagai Pembantu Rektor I, kita memberikan kesempatan kepada dosen-dosen untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2 dan S3 dengan beasiswa, baik beasiswa dari universitas maupun hasil kerja sama dengan pihak lain. Tapi, syaratnya, tidak boleh menyambung S2 atau S3 di IKIP sehingga dosen-dosen kita yang kebanyakan tamatan IKIP ini dapat memperkuat keilmuannya pada bidang studi masing-masing. Jadi, sebelum adanya tawaran tersebut, kita sudah siap. Sewaktu ada tawaran, kita tidak banyak masalah lagi, karena dosen-dosen

kita yang S1-nya banyak tamatan IKIP, waktu di S2-nya sudah tidak di IKIP lagi. Jadi, ilmu pendidikannya diperoleh di IKIP tambah bidang studinya di perguruan tinggi lain, seperti UI, ITB, IPB, UGM, dan sebagainya. Ketika tawaran itu datang, kita tidak begitu ketinggalan sehingga praktis kita tidak ada masalah. Malah, dari 12 LPTK waktu itu, proposal kita mendapat rangking 2. Selain itu, dengan adanya perluasan mandat ini, kita tidak hanya menguatkan pendidikan guru, tapi juga bidang studi. Untuk itulah dibangun laboratorium dan perpustakaan. Di FMIPA, ada tiga laboratorium yang kita bangun, yaitu fisika, kimia, dan biologi. Pendidikan MIPA tidak mungkin kuat tanpa laboratorium. Kita dulu banyak memakan biaya untuk peralatan laboratorium. Jadi, begitulah ceritanya. Apa kendala yang Bapak temui saat peralihan IKIP menjadi UNP? Boleh dikatakan tidak ada. Kita sudah siap. Tapi, ada beberapa memang kita masih kekurangan dosen. Oleh sebab itu, kita bekerja sama dengan Universitas Andalas untuk mengajar ke tempat kita. Yang paling siap kala itu, yang saya senang sekali, adalah dua fakultas, FMIPA dan FT. Sebab, FT

dan FMIPA menjalin kerja sama dengan ITB. Praktis secara umum tidak ada masalah. Yang menjadi masalah itu sebenarnya kan dosen. Kita memperkuat bidang studi, tapi dosennya tidak mau bagaimana? Dosen adalah aset luar biasa dalam sebuah universitas, tanpanya universitas tidak akan ada artinya. Aset besar yang harus ditingkatkan profesionalismenya. Menurut Bapak, apa saja yang harus dilakukan UNP agar tetap memegang perannya sebagai LPTK? Peningkatan mutu, yakni continuous development, pengembangan yang tidak pernah berhenti. Seolah-olah kita mau melaksanakan kurikulum, selesai. Tidak ada yang selesai itu, seperti kita berlayar ke horizon, UNP harus menciptakan tenaga guru profesional. Tidak hanya tahu teori, tapi juga bisa melaksanakan. UNP melatih calon-calon guru agar tidak hanya pintar mengajar saja, tapi mendorong dan memotivasi siswa belajar. Jadi, setiap mahasiswa di UNP ini memiliki keterampilan belajar sendiri, tidak banyak tergantung kepada dosen. Sehingga waktu mengajar, nanti dia juga memberdayakan siswanya belajar maksimal. Ada pesan yang ingin Bapak titipkan kepada Rektor

yang sekarang? Agar bisa meningkatkan mutu pendidikan, itu saja. Saya menginginkan akreditasi itu dimulai dari bawah dulu, dari jurusan dan prodi. Jangan dari atas, dari universitas! Jadi, program studi yang harus dikuatkan. Mula-mula, untuk menjaga kualitas, dimulai dari input. Input kita ini harus yang terpilih, tidak bisa semua bisa orang masuk. Orangorang yang sudah memiliki penguasaan batas tertentu. Kedua, dosen itu harus disesuaikan dengan bidang studinya. Jangan sampai ada dosen yang bidang studinya A tapi mengajar di bidang studi B. Itu berbahaya. Bisa merendahkan mutu. Ketiga, kelas tidak boleh besar. Tidak ada kelas yang sampai 50. Mahasiswa itu lebih banyak didorong untuk belajar dari sumber-sumber belajar. Kepada dosen, kurangi mengajar, tapi lebih banyak mendorong mahasiswa belajar sendiri. Apa harapan Bapak terkait perkembangan UNP ke depannya? UNP berhasil dalam mencapai misinya, yaitu dual function; widened mandate, mencetak, mendidik, atau menyiapkan tenaga keguruan yang profesional, yang tidak hanya bisa mengajar, tapi juga membelajarkan


LAPORAN

Edisi No. 193/Tahun XXVII

7

ARTIKEL

Memaknai Kembali Dies Natalis Oleh Putri Radila Dies natalis merupakan ungkapan yang sering digunakan untuk memperingati hari kelahiran. Dalam sejumlah besar budaya, perayaan ini dianggap sebagai peristiwa penting untuk menandai awal perjalanan hidup. Peringatan hari kelahiran ini biasanya dirayakan dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Bertambahnya usia selalu disertai dengan pengharapan bertambahnya kedewasaan. Tidak hanya bagi manusia, ungkapan dies natalis justru lebih sering digunakan untuk merayakan hari jadi sebuah organisasi atau perguruan tinggi di mana pertambahan usia selalu dikaitkan dengan tingkat kedewasaan, baik dari segi perencanaan, manajemen kegiatan, sarana dan prasarana, maupun sumber daya manusia di dalamnya. Perayaan dies natalis, baik perguruan tinggi maupun organisasi, tidaklah jauh berbeda dengan perayaan hari kelahiran seorang anak manusia. Setiap perayaan identik dengan pesta gemerlap, mewah, dan meriah. Banyak generasi muda zaman sekarang yang merayakan hari kelahirannya dengan mengadakan pesta semacam itu tanpa tahu dan peduli makna pertambahan usia itu sendiri. Mungkin hal inilah yang harus diantisipasi oleh Universitas Negeri Padang (UNP) yang saat ini merayakan hari jadinya yang ke-62. Untuk merayakan hari jadinya yang ke-62, UNP mengadakan berbagai macam kegiatan yang diberi nama dies natalis UNP ke-62. Berbagai kegiatan

diselenggarakan, seperti kuliah umum, lomba paduan suara, lomba lagu pop, lomba band, seminar nasional dan internasional, dan sebagainya, baik di tingkat universitas maupun di tingkat fakultas. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi seluruh sivitas akademika UNP guna memeriahkan perayaan Dies Natalis UNP ke-62. Terlepas dari minimnya sosialisasi dan informasi dari pihak penyelenggara, perayaan Dies Natalis UNP ke-62 saat ini sudah lebih baik dibandingkan dengan perayaan tahun sebelumnya. Hal ini dibenarkan oleh Melva Zainil, dosen sekaligus Ketua UPP III Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. “Sudah banyak ibu lihat untuk kegiatankegiatan mahasiswa, dosen, dan karyawan semua dilibatkan dalam kegiatan dies natalis. Artinya, seluruh lapisan sivitas akademika UNP sudah ada nampak perubahan dari sebelumnya,” ujar Melva, Kamis (29/9). Bagi sivitas akademika UNP, Dies Natalis UNP ke-62 bukan hanya sebagai penanda bertambahnya usia, melainkan penanda naiknya tingkat kedewasaan dalam berkarya. Keberadaan UNP yang sekarang berusia 62 tahun menjadi bukti bahwa UNP masih memiliki daya tarik di tengah persaingan yang makin ketat di antara perguruan-perguruan tinggi negeri maupun swasta

yang ada di Indonesia. Terlepas dari itu, UNP juga memiliki tantangan berat di berbagai bidang. Tambahannya pula, dengan perkembangan teknologi di era globalisasi ini, banyak

Grafis: Hengky Yalandra

perguruan tinggi lain yang mampu mengejar ketertinggalan di usia dini dengan memanfaatkan strategi pemasaran yang canggih untuk membangun pencitraan dan reputasi diri. Dies natalis seharusnya menjadi momentum untuk menguat-

kan komitmen demi perubahan yang lebih baik. Perlu ada penegasan tentang upaya-upaya yang harus dilakukan sebagai bagian dari resolusi ulang tahun. Tidak ada salahnya merayakan dies natalis dengan perayaan meriah dan kegiatan-kegiatan hiburan jika hal tersebut merupakan bagian dari upaya menumbuhkan dan mengembangkan budaya organisasi, menghilangkan perbedaan antarlapisan, serta membangun sportivitas dan rasa memiliki terhadap universitas. Apalagi bila kegiatan itu berkontribusi positif bagi kemajuan, kemasyarakatan, dan mempererat hubungan antarsivitas akademika UNP. Sebaliknya, tidak ada larangan untuk menyelenggarak an kegiatan-kegiatan yang bersifat serius bertemakan ilmiah seperti menggelar seminar dan kuliah umum untuk mempromosikan atau menyebarluaskan berbagai isuisu terkait dengan pendidikan dan pengetahuan guna memperbaiki kemampuan daya saing

lulusan UNP nantinya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 yang menyatakan bahwa tujuan perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan kesenian, serta menyumbangkan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional. Semua kegiatan itu tidak ada salahnya untuk dilakukan asalkan masih bagian dari ucapan rasa syukur atas pencapaian yang telah diraih atas bertambahnya usia. Tapi, pertanyaannya sekarang, sudahkah perayaan Dies Natalis UNP ke-62 tersebut mampu membangkitkan kebanggaan kita sebagai sivitas akademika UNP? Semua kembali ke individu masing-masing. Yang pasti, rasa memiliki sejatinya harus menjadi inti dari peringatan dies natalis sekaligus momentum untuk mengaktualisasikan semangat awal berdirinya universitas yang kita cintai ini. Nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme inilah harusnya ditanamkan dalam setiap peringatan dies natalis bahwa UNP didirikan bukan hanya untuk menjadi universitas yang mampu terus berdiri dan go internasional, melainkan yang paling utama adalah untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan berkualitas. Oleh karena itu, kita perlu memaknai kembali Dies Natalis UNP ke-62 ini.

ARTIKEL APA KATA MEREKA

Dies Natalis, Evaluasi dan Perlu Sosialisasi Pelaksanaan dies natalis memiliki sisi penting dari segi kebermaknaannya. Semua kalangan tahu jika perjuangan mendirikan kampus ini sudah sangat panjang dan itu semua harus dihargai dan dibangun ke depannya. Selain itu, pelaksanaan dies natalis merupakan saluran mengevaluasi diri. Dari evaluasi ini, pembuat kebijakan harus bisa menganalisis bagaimana harus membangun kampus dan menghasilkan mahasiswa berguna di masyarakat. Pada pelaksanaan dies natalis kali ini, animo sivitas akademika terlihat bagus sekali. Namun, alangkah lebih baiknya jika lomba yang diadakan bisa memberikan penilaian terhadap kemampuan mahasiswa. Misal, dengan diadakannya lomba karya tulis ilmiah berkesan jika berhubungan dengan pembelajaran. Sehubungan dengan itu, penekanan kebermaknaan dari proses dies natalis itu harus ada. Artinya, bukan hanya sekedar lomba-lomba, tapi sivitas akademika harus tahu jika sekian kali kita berulang tahun, sekian kali kita pula UNP melaksanakan evaluasi yang nantiya berdampak bagi pembangunan kamp u s.

Serli Marlina, S.Pd. M.Pd. Dosen Pendidikan Guru PAUD FIP UNP

Ridha Nur Rahayu Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru SD FIP TM 2015

Dies natalis merupakan suatu acara perayaan atau peringatan hari ulang tahun. Perayaan ini juga merupakan suatu wadah bagi seluruh sivitas akademika untuk melihat bagaimana perjalanan UNP sejak pertama kali didirikan hingga saat ini. Begitu banyak perubahan-perubahan yang dialami oleh UNP. Awalnya bernama IKIP Padang, sekarang sudah berubah menjadi UNP. Melalui dies natalis ini hendaknya kita dapat memaknai dan mengevaluasi diri agar perjalanan ke depannya menjadi lebih baik. Dalam memperingati dies natalis ini, sangat banyak kegiatan yang kita lakukan, seperti acara seminar kependidikan di masingmasing fakultas dan sebagainya. Harapannya, perayaan dies natalis ke depannya lebih meriah dan lebih disosialisasikan lagi kepada seluruh sivitas akdemika UNP. Tujuannya, agar semua pihak tersebut tahu kalau UNP sudah sekian lama berdiri, dan menjadi wadah mengevaluasi diri menjadi lebih baik lagi. Jumadil Hidayatul Menteri Luar Universitas BEM UNP

Pelaksanaan dies natalis adalah salah satu wujud rasa cinta dan bangga kita terhadap kampus. Melalui dies natalis, kita bisa membangkitkan jiwa kita sebagai mahasiswa untuk melakukan perubahan terhadap kampus ke arah yang lebih baik lagi. Misalnya, kita sebagai mahasiswa turut aktif dalam mengikuti kegiatan atau perlombaan yang mengharumkan nama kampus. Menurut pandangan saya, dalam pelaksanannya, tahun ini pun, banyak kegiatan yang diikuti dengan antusias, baik oleh mahasiswa maupun dosen. Lomba paduan suara dan lomba solo song, misalnya. Namun, saya berharap kegiatan yang diadakan ke depannya adalah kegiatan yang dapat menyentuh seluruh sudut kampus. Contoh, seluruh sivitas akademika melakukan penghijauan selingkungan UNP. Kegiatan ini pasti bisa meningkatkan rasa kebersamaan antarsivitas akademika UNP.


KONSULTASI

8 KONSULTASI AGAMA

KONSULTASI KESEHATAN

Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email redaksiganto@gmail.com atau diantarkan langsung ke Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.

Hukum Foto Preewedding

Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A. Saya merasa heran dengan fenomena calon pengantin zaman sekarang. Sebelum menikah atau melangsungkan pesta pernikahan, kebanyakan calon pengantin melakukan foto preewedding (foto sebelum menikah). Terkadang, pada foto tersebut, calon pengantin tampak seperti pasangan yang sudah menikah saja, padahal belum. Parahnya, foto tersebut juga digunakan pada undangan yang disebarkan nantinya. Bagaimana pandangan Islam tentang fenomena ini? Apakah foto preewedding diperbolehkan? Fatimah Juma Sesa Mahasiswa Jurusan Matematika TM 2012 Ananda Fatimah. Foto preewedding, yaitu foto yang dilakukan oleh sepasang calon pengantin, baik untuk dicantumkan pada kartu undangan maupun ditampilkan pada gerbang masuk tenda-tenda pesta. Foto preewedding memang sebuah fenomena yang sudah biasa terlihat di sebagian masyarakat kita akhir-akhir ini. Tentu saja kebiasaan tersebut bukan berasal dari tradisi Islam dan umat Islam, melainkan adalah tradisi. Halal artinya sesuatu yang dibolehkan. Haram artinya sesuatu yang terlarang keras dengan larangan yang tegas. Sementara, syubhat termasuk ke dalam wilayah remangremang, tidak jelas haram atau halalnya. Untuk yang syubhat ini, kita diperingatkan supaya berhati-hati agar tidak terjerumus kepada yang haram. Termasuk dalam pengertian kehati-hatian itu adalah menghindari sesuatu yang tidak begitu penting, namun ia dapat menimbulkan kemudaratan seperti fitnah. Orang yang bermain dalam wilayah syubhat, sebagaimana hadis Nabi itu, ibarat seseorang yang sedang bermain di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan terjatuh ke dalamnya. Terkait dengan pengambilan foto calon pengantin yang bertujuan untuk memperkenalkan pasangan pengantin kepada khalayak undangan, di situ terdapat beberapa persoalan, antara lain (1) Seberapa pentingkah memamerkan foto pasangan pengantin itu kepada khalayak undangan? (2) Foto preewedding sebagaimana yang kita saksikan selama ini sebagian besar bergaya seperti layaknya pasangan suami-isteri yaitu dengan saling berpelukan, berangkulan, atau—paling tidak—mereka berpegangan tangan, padahal belum menikah. Agaknya, ini yang menimbulkan persoalan, baik secara hukum maupun etika Islam. Untuk poin yang pertama, jika memamerkan foto pengantin kepada khalayak tujuannya adalah sekedar untuk memperkenalkannya kepada umum, menurut hemat saya juga kurang tepat, sebab bukankah para tamu juga dapat menyaksikan langsung kedua pasangan pengantin asli yang sedang bersanding di pelaminan? Sementara, untuk poin yang kedua itu, yakni berfoto berangkulan sambil bermesraan antara seorang pria dengan wanita sebelum menikah, jelas tidak dapat dibenarkan oleh ajaran Islam. Apalagi sengaja untuk dipamerkan. Selain hal itu memberikan pendidikan yang tidak baik tentang akhlak dan norma-norma kesopanan Islam, juga dapat menimbulkan fitnah. Bukankah Islam menyuruh kita untuk menghindari sesuatu yang akan menimbulkan fitnah, padahal ia tidaklah termasuk hal yang penting. Oleh karena itu, hal tersebut harus kita hindari untuk memelihara kesucian dan kemuliaan diri serta menjaga keperibadian sebagai muslim/muslimah. Maka untuk lebih aman, jika ingin juga menampilkan foto, semestinya foto tersebut adalah foto yang diambil sesudah berlangsungnya akad nikah (ijab dan qabul) agar jelas kehalalannya secara hukum. Bila perlu, ditulis di bawahnya sedikit penjelasan, misalnya, “Foto ini diambil/dibuat setelah berlangsungnya akad nikah”. Cara yang terakhir ini menurut hemat penulis agaknya tidak ada masalah. Oleh karena itu, dihimbau kepada umat Islam terutama tokoh-tokoh Islam agar memberikan contoh yang terbaik kepada umat sembari meninggalkan contoh-contoh yang tidak baik/pantas itu. Wallahua’lam bisshawab!

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Onani dan Permasalahannya Diasuh oleh Dr. Pudia M. Indika Assalamualaikum Wr. Wb. Saya merupakan salah seorang mahasiswa yang suka menonton film porno dan membaca bacaan-bacaan berorientasi seksual. Saya melakukan prilaku tercela tersebut dengan bantuan android saya di tempat kos. Biasanya, saya mengakhirinya dengan melakukan onani. Saya sadar bahwa onani adalah tindakan yang dipandang tercela dalam agama dan moral. Tetapi, saya juga pernah mendapatkan informasi di sebuah situs kesehatan bahwa onani itu baik bagi kesehatan. Sedikit-banyaknya, pendapat ini juga memberikan “sumbangsih” terhadap keputusan saya untuk tidak segera berubah. Sebenarnya, bagaimana ilmu kedokteran memandang onani? Benarkan onani itu bermanfaat bagi kesehatan? Dan, apa dampak buruknya? Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Oleh Anwar (nama samaran) Mahasiswa UNP

Waalaikumsalam Wr. Wb. Salam sehat! Onani atau lebih dikenal dalam masyarakat dengan “masturbasi” adalah suatu keadaan pemberian rangsangan seksual pada diri sendiri. Kegiatan onani dilakukan secara sendiri-sendiri dan apabila dilakukan oleh dua orang yang disebut dengan onani mutual dengan

jenis kelamin yang sama dan bahkan jenis kelamin yang berbeda. Pada umumnya, masa remaja awal usia 11-14 tahun pada laki-laki dan 9-13 tahun pada wanita adalah onani paling sering dilakukan karena pada saat ini remaja sudah mulai mengalami perubahan fisik. Pada masa ini, remaja seringkali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal, yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan kadar estrogen pada remaja perempu an. Onani merupakan suatu ekspresi seksualitas manusia yang normal. Onani bisa membantu pengenalan diri sebagai tanggapan seksualnya sendiri. Onani tidak membawa efek yang negatif bagi fisik karena onani yang telah mencapai klimaks akan menyebabkan seseorang merasakan kepuasan seks dari dorongan seksualnya. Terdapat sebagian yang melakukan onani merasa malu dan berdosa berdasar pemahaman agama yang telah diterimanya. Hal ini yang dapat memberikan efek negatif bagi perkembangan seksual. Permasalahan yang dihadapi adalah apabila onani ini menyebabkan addict dilakukan setiap hari dan memiliki kecenderungan untuk bersifat obsesif sehingga dapat mengalami gangguan kejiwaan obsesifkompulsif. Keadaan ini dapat menggangu kehidupan per-

sonal dan interpersonalnya. Secara fisik keadaan ini juga dapat mengurangi kebersihan dari organ reproduksi seperti timbulnya jamur dan bahkan dapat menimbulkan luka yang akan memudahkan kuman untuk masuk sehingga menimbulkan infeksi. Kebiasaaan melakukan onani dapat dirubah dengan berbagai usaha di antaranya mengubah dorongan kehidupan seksual menjadi semangat dalam kehidupan berolahraga. Melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran hingga mencapai prestasi dapat dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu. Selain berolahraga, mengubah kegairahan dalam kehidupan dunia seni dapat mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan onani. Apabila terasa berat, dapat melatih diri untuk tidak melakukan onani dari waktu yang relatif pendek, yakni dari sebagian waktu dalam sehari. Jika berhasil ditingkatkan menjadi setengah hari, kemudian satu hari. Jika ternyata berhasil, tingkatkan lagi menjadi satu setengah hari dan seterusnya. Petumbuhan fisik dan perkembangan perasaan seksual memerlukan beberapa waktu bagi kehidupan manusia. Jika hendak berhenti melakukannya, maka anda akan berusaha. Hal ini dikarenakan pandangan agama terhadap onani merupakan perbuatan yang harus dihindari. Semoga bermanfaat!

KONSULTASI PSIKOLOGI

Bahaya Mentalitas Korban Dalam kehidupan seharihari, mungkin kita memiliki teman, keluarga, atau bahkan diri sendiri yang berpikiran dan menempatkan diri sebagai seorang korban, dan tidak mau disalahkan. Merasa seolah-olah selalu dirugikan dan dimanfaatkan oleh orang lain. Namun, kenyataan yang sebenarnya tidaklah seperti yang diprasangkakan. Prilaku yang dijelaskan di atas adalah gejala dari sindrom mentalitas korban atau victim mentality. Seseorang yang mengalami gejala ini mudah terlihat, seperti selalu menyalahkan orang lain sebagai penyebab terjadinya hal buruk dalam hidupnya. Mentalitas korban adalah sindrom yang berbahaya untuk kehidupan dan perlu dihilangkan dari dalam diri seseorang. Seseorang dengan mentalitas korban akan selalu merasa sebagai orang yang dikorbankan, dianiaya, dan ditindas oleh orang lain. Selalu dikuasai rasa sakit dan amarah, sangat agresif

serta menutup diri. Tetapi, keduanya berpangkal dari keinginan mempertahankan diri, mekanisme defensif yang keliru. Akibatnya, tidak pernah meraih kemajuan apa pun, selain kebiasaan mudah tersinggung, keahlian untuk bertahan, dan protes. Salah satu penyebab timbulnya mentalitas korban, yaitu pernah menjadi korban dari perbuatan buruk. Mentalitas korban muncul ketika terus mengingat-ingat dan menanamkan dalam diri serta pikiran bahwa orang lain berlaku tidak adil. Di mana pun dan dalam situasi apa pun selalu merasa dan bertindak sebagai korban. Menuduh, menyerang, khawatir, penuh prasangka, curiga, nyinyir, dan tidak produktif. Jalan terbaik untuk mengatasi mentalitas korban dalam diri adalah kebesaran hati untuk memahami sebaik-baiknya orang lain, memaafkan, dan meminta maaf. Tidak menunggu apalagi meminta orang

lain meminta maaf. Hal itu hanya memperkuat mentalitas korban dalam diri karena di situlah akar mentalitas korban terbentuk. Sadarilah kembali bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang lemah dan tidak sempurna, juga bukan seorang hakim terhadap kekurangan orang lain. Ketika timbul masalah, sebaiknya berhenti sejenak dan tahan beberapa saat untuk tidak memberikan respon. Kemudian, berikanlah waktu terlebih dahulu kepada diri sendiri untuk berpikir secara jernih. Temukan kesalahan diri sendiri, cari garis penghubung diri dengan masalah yang terjadi. Selain itu, perbanyaklah membaca agar wawasan dan cara berpikir semakin luas. Banyak bergaul dengan orangorang yang positif dan punya hobi positif. Bersikap bijaksana, belajar untuk berkomunikasi dengan baik, berbicara dengan baik, dan mendengarkan dengan baik. (Maida Yusri dari bebagai sumber)


9

Edisi No. 193/Tahun XXVII

KRITIK ENGLISH CORNER

ENGLISH CORNER

The Negative Impacts of Divorced Parents on Children’s Psychology Diasuh oleh

By Febrina Fitri Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris All married couples want to have a happy family. However, the reality is not always based on what they expect. They realize that they could not keep their marriage anymore and decide to divorce. Divorce is not prohibited, but in Islam God hates it a lot. As we know, everything that we do always have consequences in terms of cause and effect. Divorce always has some negative effects especially on children’s psychology. I would like to explain three negative impacts of divorce based on that aspect. Those negative impacts are loneliness, insecurity, and feeling unwanted. The most obvious psychological impact on children when their parents divorce is loneliness. It is because they will lose their parents. For instance, children accustomed to get intense attention and affection from their parens. It may happen in a very simple thing such as asking children’s daily activities. Because of separation they will lose all of them. In fact, not all couples pay attention about these problems when divorce process is underway. Consequently, children change their atitudes. They start to hate their parents, do not listen to them, and fall into negative sides like drugs, alcohols, and free sexs. For children, family is the most important thing in life. Family is a place of refuge and gaining affection. The role of family determines children’s development in the upcoming period, both psychology and physically. The time when divorce occurs is a critical period for children, especially about the rela-

Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd.

tionship with parents who do not live together. Children without family will feel alone because there is no place to take shelter. Consequently, they tend to feel insecure, fear, and worry. Children will imagine a lot of things will happen to them. At that time, they could not tell their problems to their parents. As a result, children become moody and easy to lose the spirit of life and they may have problems in their study. When children face the reality that their parents are not together anymore, they are more likely feeling unwanted. There are many reasons to explain this problem. They used to get many attentions and they are the first for their parents. Then, all of those things change because emotional bonds between children and parents increasingly weakened. Afterward, they vent their frustration to those who have neglected them. Sometimes th ey would tempt to run away from home in order to escape from their problems, but instead they find a bigger problem. A divorce only leaves much wound and sadness on children. Based on psychological aspects, there are many negative impacts, but three of the most striking efeects are always in deserted, unwanted, and unsafe feeling. As the parents, we certainly do not want these bad things happen to our children. Therefore, it would be better to think about divorce twice and use this opportunity to introspect ourselves. It is important to avoid ruining children’s future through divorce.

Pertama sekali Saya mendoakan semoga Febrina Fitri senantiasa berada dalam keadaan sehat dan sukses dalam aktivitas sehari-hari, amin. Sehubungan dengan tulisan Febrina Fitri pada English Corner koran Ganto ini yang berjudul “The Negative Impacts of Divorced Parents on Children’s Psychology”, beberapa komentar dari saya yang dapat dijadikan bahan perbaikan ke depan. Pertama, secara keseluruhan tulisan ini sudah bagus, baik ditinjau dari pemilihan topik karangan maupun paparan yang ada di dalamnya. Akan tetapi, dilihat dari bahasanya karangan tersebut belum disusun secara kohesif dan kohenren sehingga terasa longgar. Penulis telah mencoba menuangkan gagasannya dengan memaparkan dampak perceraian terhadap kejiawaan anak dan masa depannya. Namun, paparan tersebut belum fokus dan antaralenia idenya belum terjalin dengan baik. Ada kesan bahwa alur fikir penulis belum terurut secara sistematis sehingga ide-ide yang diuraikan tidak kuat. Kalau bicara tentang aspek kejiwaan, seharusnya penulis memfokuskan uraiannya kepada masalah tersebut. Pada paragraf pembuka penulis sudah mengemukakan tiga dampak yang mempengaloneliness, insecurity, and feeling unwanted. Pada paragraf-paragraf berikutnya, kita belum menemukan uraian yang memadai tentang ketiga hal tersebut. Selain itu, kita juga belum melihat adanya jalinan ide-ide pendukung dengan kalimat tesis yang

ruhi kejiwaananak, yakni

dikemukakan penulis dalam karangan ini. Agar karangan menjadi padu dan padat, maka perlu bagi penulis untuk menyusun gagasan secara sistematis dengan menggunakan pola-pola paragraf yang sesuai. Hal kedua yang perlu diperhatikan oleh penulis adalah mengenai ejaan bahasa Inggris. Setiap kata harus dicek kebenarannya ejaannya dalam kamus. Kata-kata yang Saya beri tanda miring dalam karangan itu adalah kata-kata yang masih diragukan kebenaran ejaannya. Justru itu, ke depan penulis harus mencek kembali semua ejaan sebelum tulisan diberikan kepada redaktur. Di samping itu, ada kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa. Kalimat yang saya miringkan juga masih diragukan kebenaran tata bahasanya. Hal ini perlu dipelajari kembali di masa mendatang. Terakhir adalah ada gagasan atau ide yang kurang jelas dan terkesan adanya pengulangan yang tidak perlu. Sebenarnya gagasannya sudah banyak, tetapi belum disusun dengan baik sehingga belum fokus kepada masalah pokok yang dipaparkan. Bagaimanapun, Saya memuji tulisan ini terutama dari segi tata bahasa yang mendekati sempurna serta kandungan tulisan yang berguna bagi pembaca. Saya menyarankan agar penulis terus berkarya sehingga menjadi penulis yang handal. Bakat menulis dari penulis karangan ini sudah terlihat dengan baik dan tinggal lagi penyempurnaanya saja. Semoga!

SOSOK

Dinni Ramayani, Menggapai Mimpi dengan Prestasi “Masing-masing kita pasti pernah jatah gagal. Jadi, prinsip saya kalau semakin gagal, maka keberhasilan itu akan semakin dekat dengan kita,” ujar Dinni Ramayani, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar TM 2015, saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Rabu (6/10).

D

Dinni Ramayani

inni, demikian dia akrab disapa, merupakan salah seorang mahasiswa Bidikmisi. Tulisannya yang berjudul Rajutan Mimpi Anak Petani berhasil dimuat dalam buku antologi Para Pembidik Mimpi. Buku tersebut memuat 99 kisah inspiratif mahasiswa dan alumni Bidikmisi berprestasi se-Indonesia. Gadis asal Asam Kumbang, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan ini menjadi satu-satunya perwakilan Universitas Negeri Padang (UNP) karyanya dimuat dalam antologi tersebut. “Aku tak ingin hanya berdiam diri tanpa prestasi,” ujarnya. Gadis yang mempunyai moto hidup segala sesuatu adalah mungkin selagi kita berusaha dan berdoa pada-Nya ini juga pernah menjuarai berbagai lomba penulisan

puisi dan cerpen. Karya-karyanya tersebut dimuat dalam berbagai buku antologi, seperti Pilunya Negeriku (Oase Pustaka, 2015), Perempuan Telapak Kaki (Sabana Pustaka, 2015), Tempat Surga Diletak (Kekata Publisher, 2015), Tinta Kehidupan (Isykarima Media, 2016), Garis Kehidupan (Isykarima Media, 2016), Teruntuk Pak Polisi (Ajrie Publisher, 2016), Kado Kata untuk Mama (Penerbit Zukzez Express, 2016), Nyanyian Belibis (Oase Pustaka, 2016), Being Writer Motivation (Acong Publisher, 2016), dan Aquarium & Delusi (Bebuku Publisher, 2016). Bukan hanya itu, Dinni juga pernah mendapat juara 1 Lomba Balita Cerdas se-Kabupaten Pesisir Selatan dan juara 2 Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kabupaten Pesisir Selatan. Dia juga menjadi satu-satunya siswa Pesisir Selatan yang mewakili Indonesia sekaligus Provinsi Sumatra Barat sebagai delegasi untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Jepang dalam program Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) pada Desember 2014. Tambahannya pula, Dinni yang aktif bergiat di Unit Kegiatan Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian UNP ini menjadi 10 besar finalis

lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya Palembang. Ia juga lolos dalam seleksi Alliance Youth Leader yang merupakan Pelatihan Kepemudaan diselenggarakan oleh Aliansi Pemuda Peduli. Dia pemilik IPK 3,80. Meski demikian, Dinni juga pernah mengalami banyak kegagalan dalam menggapai mimpinya. Salah satunya ia pernah gagal dalam perlombaan siswa berprestasi sewaktu masih SMA. Oleh karena itu, dia jadi down. Dia bukanlah tipikal gadis yang mudah menyerah. Dinni kembali bangkit dan mengejar mimpinya. “Seindahindahnya rencana kita, masih indah lagi rencana Allah,” ujarnya. Saat ditanya tentang tips dan triknya untuk menjadi mahasiswa berprestasi, Dinni menjawab bahwa dia selalu menulis setiap mimpinya dalam bentuk tulisan. Dia bercitacita untuk menjadi seorang motivator dan penulis inspiratif. Dinni menjadikan Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara, sebagai motivatornya dalam menulis. “Ingin bisa bermanfaat dan menginspirsi banyak orang,” ujarnya. Putri Radila*


OPINI

10

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Menuju Indonesia Emas 2045 Oleh Nora Eka Putri, S.Ip., M.Si. Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FIS UNP

Meski telah menginjak usia 71 tahun, namun kesejahteraan Indonesia belum sepenuhnya terwujud. Salah satu solusi kesejahteraan adalah pendidikan. Hal ini menjadi harapan dan cita-cita bangsa untuk lebih baik. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2011-2012 mencanangkan Indonesia Emas 2045, yaitu persiapan generasi Indonesia menuju kejayaan dan kesejahteraan melalui bidang pendidikan. Usia kemerdekaan 100 tahun dinilai telah memenuhi kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih dewasa, mandiri, dan sejahtera dari segala aspek. Badan Pusat Satistik mencatat pada 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa. Dari angka tersebut, jumlah usia produktif lebih tinggi dari nonproduktif sekitar 66,5%. Artinya, lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia adalah usia produktif. Hal ini menunjukkan berbagai implikasi, di antaranya aspek ekonomi. Secara positif masyarakat semakin kreatif mengelola perekonomian karena tingginya persaingan dunia usaha. Indonesia mendapatkan bonus demografi. Namun sebaliknya, bencana demografi pun bisa terjadi jika masyarakat tidak mampu mengelola dan bersaing untuk meningkatkannya. Melihat kondisi riil Indonesia saat ini, angka pengangguran relatif tinggi. Pemicunya adalah sulitnya lapangan pekerjaan dan lemahnya kreativitas masyarakat. Perekonomian akan berjalan dengan lancar jika didukung SDM yang berkualitas. Dampaknya, masyarakat yang sejahtera pun akan terwujud. Cikal bakal Indonesia emas adalah pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Direktorat Pendidikan Tinggi mempersiapkan beasiswa unggulan bagi mahasiswa untuk mewujudkan Indonesia emas. Kategorisasi penerima beasiswa tersebut dilihat dari beberapa aspek, di antaranya nilai akademis mahasiswa, karya tulis (Intelectual Social Responsibility), artikel yang harus dipublikasikan, dan bebas dari penggunaan narkoba.

Seharusnya, kebijakan pemerintah hasiswa hari ini dalam pembangunan, juga ditunjang dengan proses peningkayaitu dengan cara menempuh pendidiktan kualitas pendidikan. Namun yang an sebaik-baiknya, berpartisipasi aktif terjadi saat ini animo mahasiswa mengidalam pembangunan, dan memberikan kuti perkuliahan cenderung menurun. saran, serta kritikan membangun. MelaSecara internal, mahasiswa malas memlui organisasi kemahasiswaan, misalnya. baca sehingga tidak memiliki kemamTidak hanya lewat aksi orasi dan demonspuan menulis yang baik. Pun, masih setrasi, mahasiswa juga bisa menyampaikan dikit mahasiswa yang berkeinginan terlisaran kepada pemerintah mealui tulisan bat aktif dalam organisasi kemahasiswayang kritis, bernas, dan berkualitas. an atau organisasi kemasyarakatan. Tantangan Generasi Emas 2045 Kondisi ini diperparah lagi oleh faktor Kecenderungan generasi muda saat ini eksternal seperti efek negatif globalisasi. adalah kuantitatif materialistik, yakni Generasi emas bagi mahasiswa sebenarnya memiliki makna tersendiri. Pertama, mahasiswa harus memiliki kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Mahasiswa dituntut meningkatkan kemampuan intelektual terutama pada bidang yang ditekuni agar terwujud kehidupan yang lebih baik. Di samping itu, mahasiswa juga harus memiliki kemampuan emosional yang baik sehingga bisa berpikiran positif, mandiri, dan mampu menyelesaikan masalah. Yang tidak kalah penting adalah nilai-nilai spritual dengan menjalankan syariat agama dan mengamalkannya. Saat ini, generasi muda Indonesia perlu meningkatkan keimanan dan ketakwaan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Grafis: Hengky Yalandra Kedua, mahasiswa memahami dan mengamalkan nilai-nilai Panmemikirkan orientasi materi dan tidak casila dalam kerangka NKRI. Pancasila memikirkan nilai-nilai atau kualitatif spiadalah landasan idil masyarakat Indoneritual. Faktanya, mahasiswa hari ini adasia. Pancasila adalah pedoman dalam kelah mahasiswa yang suka sesuatu yang hidupan berbangsa dan bernegara. Nilaibersifat “instan”, tetapi menginginkan nilai yang terkandung dalam Pancasila hasil maksimal, ditempuh dengan cara harus diamalkan dalam kerangka kehirelatif curang, dan tidak berkualitas dari dupan dan kebangsaan. Saat ini, nilaisegi moral. Pengaruh negatif globalisai nilai tersebut cenderung ditinggalkan, sangat terasa. Mahasiswa cenderung tidak seperti menjunjung nilai-nilai kebebasan kritis bahkan apatis terhadap lingkung(liberal) dan jauh dari karakter budaya Inan. Mahasiswa menginginkan eksistensi donesia. diri instan tanpa usaha dan kerja keras. Ketiga, mahasiswa harus mandiri Salah satu yang masif terjadi adalah dalam berpikir, menulis, dan berbuat. eksistensi di media sosial tanpa mempeSangat dimungkinkan keterlibatan madulikan etika dan norma.

Begitupun dengan kebijakan pendidikan Indonesia yang saat ini masih bersifat ideografis (kemampuan individual). Hal ini mengakibatkan pendidikan nomotetis (karakter kebangsaan) menjadi terlupakan. Dahulu, di jenjang pendidikan SD sampai SMA, kita mengenal adanya kelas unggul. Secara individual, hal itu cukup baik karena ada semangat dan usaha untuk mencapai kemampuan intelektual terbaik. Namun, di sisi lain, sistem tersebut memiliki kelemahan dari segi etika dan moralitas (nomotetis), sebab siswa akan terbiasa dengan pola interaksi egois dan individualistis. Relatif sulit ditemukan di dalam kelas unggul para siswa yang saling membantu dalam memahami pelajaran dan mengikuti proses pembelajaran. Menurut Belferik Manullang, praktisi pendidikan dari Unimed, mendidik Generasi Emas dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif nomotetis dan perspektif ideografis. Pancasila sebagai sumber karakter norma kebangsaan yang mempengaruhi sikap, pola pikir, komitmen, dan kompetensi. Sementara, perspektif ideografis mengacu kepada kemampuan produktif dan kreatif secara individual. Kedua aspek ini sangat penting di dalam proses pendidikan dan tidak bisa dipisahkan. Kemampuan akademik dan kreativitas peserta didik yang baik ditunjang dengan pembentukan karakter dan moralitas yang baik pula. Maka dari itu, nilai-nilai budaya dan karakter Indonesia yang tertuang dalam Pancasila penting diperkenalkan sejak dini kepada generasi penerus. Dampaknya, penerus bangsa memiliki cinta dan peduli membangun negara dengan semangat. Bukan sebaliknya, malah menjadi tamu di negeri sendiri. Telah banyak contoh negara atau bangsa besar yang kemudian hancur karena kekuatan dan spirit yang lemah. Sebagai generasi penerus, kita harus mengantisipasi hal tersebut. Kita harus menjadikan momen 100 tahun usia kemerdekaan Indonesia sebagai momentum simbolis untuk terwujudnya generasi emas 2045 nanti.

Persatuan Indonesia? Oleh Maida Yusri Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika TM 2014 “Negeri ini, Republik Indonesia, bukanlah milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan juga milik adat-istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke! Entah bagaimana tercapainya persatuan itu, entah bagaimana rupanya persatuan itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke Indonesia Merdeka itulah Kapal Persatuan adanya.”—Ir. Soekarno. Berbicara mengenai keberagaman, erat kaitannya dengan toleransi. Beragam tentu tidak sama, seperti orkestra yang menghasilkan musik yang seirama. Nada-nada dari alat berbeda menyatu dengan sendirinya, tidak ada yang saling mendahului. Begitupun dalam kehidupan bermasyarakat, keberagaman sangat jelas terlihat, mulai dari berbedanya agama, suku, ras, dan etnis. Badan Pusat Statistik merilis data pada 2010, ada 1.128 suku di Indonesia yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Keberagaman ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan budaya paling kaya. Jika orkestra dapat menciptakan musik yang indah, kenapa kehidupan yang berbeda ini tidak membentuk

keindahan juga? Musik yang indah ditentukan oleh instrumen yang mendominasinya. Sama halnya kerukunan ditentukan toleransi masyarakatnya. Banyak konflik keberagaman terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Keberagaman dapat memicu konflik bila tak dijembatani dengan baik, seperti konflik yang terjadi pada Juli lalu di Tanjung Balai, Sumatra Utara. Konflik bermula dari keluhan seorang warga etnis Tionghoa terhadap suara azan yang dikumandangkan di sebuah masjid dekat rumahnya. Akibat keluhan itu, masyarakat terprovokasi hingga berujung perusakan dan pembakaran beberapa vihara dan kelenteng. Pun, konflik penghapusan Raja Gowa yang terjadi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, memperjelas rendahnya kerukunan antarmasyarakat. Menyikapi keberagaman diperlukan sikap yang mencerminkan “persatuan Indonesia”, menghargai dan menghormati sesama. Menerapkan sikap yang berdasarkan persatuan akan mengantarkan pada masyarakat yang tentram dan damai. Apakah menjadi bangsa yang kaya akan keberagaman menjadi pembentuk konflik? Indonesia telah merdeka, namun

“belum” bagi masyarakatnya. Konflik internal menjadi bom penghancur kemerdekaan yang telah berumur 71 tahun. “Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa”, realitanya hak untuk hidup dengan damai hanya menjadi cita-cita. Apa yang salah dengan masyarakat Indonesia? Seperti telah mendarah daging, virus “baper” menjadi bagian masyarakat. Sikap mengedepankan perasaan berlebihan tanpa menghiraukan logika memicu pertikaian yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan demokrasi, seperti yang diterapkan beberapa kota toleransi di Indonesia. Dalam pengukuran tingkat toleransi, Setara Institute menggunakan empat variabel penelitian. Pertama adalah regulasi pemerintah kota yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan peraturan daerah dengan penilaian diskriminatif atau nondiskriminatif. Kedua, tindakan pemerintah kota dengan nilai respon pemerintah dalam menangani peristiwa intoleran yang terjadi di daerah. Ketiga adalah regulasi sosial, atau peristiwa intoleran yang terjadi selama beberapa waktu terakhir di kota tersebut. Keempat, demografi agama dan komposisi penduduk.

Dalam hal ini, penelitian membandingkan komposisi penduduk berdasarkan agama. Begitupun dengan penelitian oleh lembaga studi Center of Strategic and International Studies (CSIS) mengenai toleransi keagamaan di Indonesia yang masih rendah. Penelitian dilakukan pada Februari lalu di 23 provinsi dan melibatkan 2.213 responden. Dalam survei CSIS, sebanyak 59,5% responden tidak keberatan bertetangga dengan orang beragama lain. Sisanya menjawab sebaliknya. Saat ditanya soal pembangunan rumah ibadah agama lain di lingkungannya, sebanyak 68,2 % responden menyatakan lebih baik tidak dilakukan. Hanya 22,1%persen yang menyatakan tidak berkeberatan. Hal ini semakin memperjelas bahwa semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” tidak benar-benar bisa diterapkan dalam masyarakat. Siapakah yang harus disalahkan? Melihat kenyataan yang ada, tak ada yang perlu disalahkan atau dibenarkan. Toleransi merupakan tali kehidupan. Ibarat kapal yang diikatkan di dermaga, walaupun badai datang, kapal itu tidak akan terlepas, kecuali tali tersebut telah lapuk atau diputuskan.


OPINI

Edisi No. 193/Tahun XXVII

11

Mendobrak Masa Depan, Bisa jika Percaya Bisa! Oleh Dr. Rahadian Zainul, S.Pd., M.Si. Alumni Universitas Negeri Padang TM 1992 “Mewarnai kehidupan yang semakin garang dan penuh tantangan, manusia seperti serigala bagi yang lain, potensi saling memangsa selalu ada.”—Hobes.

kiranlah yang membuat perbedaan. Jika berpikir positif, maka kita akan memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi rintangan jauh lebih besar dari rintangan itu sendiri. Dalam dunia medis, pikiran sangat menentukan kesehatan seseorang. Di kolong langit manapun, pikiran positif akan menuntun untuk bersikap, berprilaku dan merasakan hal-hal positif. Ketika semua sudah positif, kesulitan dan tantangan bukan lagi menjadi halangan dan rintangan, tetapi sebagai kekuatan untuk melompat ke jenjang yang lebih tinggi. Kedua, memahami komunikasi efektif. Efektivitas hanya bisa didapatkan jika kita punya mata, telinga, dan hati yang efektif pula. Jangan sampai, “Punya mata, tapi tak melihat; punya telinga, tapi tak mendengar; dan punya hati, tapi tak bisa merasakan”. Mahasiswa yang memahami komunikasi dengan dirinya akan berkembang dengan luwes dan tidak kaku. Pergaulan dengan lingkungan sedapat mungkin bisa menjadi network bagi kesuksesan setelah tamat. Saat berada di lingkungan kampus, gunakan kegiatan ektra sebagai wadah untuk berkomunikasi. Bergaul dengan lingkungan adalah koneksi yang akan diperlukan ketika selesai di bangku universitas. Teramat naif jika kuliah hanya sekadar mencari IP. Mau setinggi langit pun IP, jika tidak bisa berinteraksi dan bergaul, mungkin separuh masa de-

Grafis: Hengky Yalandra

Dalam bukunya Unlimited Power, Anthony Robbins dengan tegas menjelaskan bahwa muara dari informasi dan pengetahuan adalah tindakan. Konteks lebih jauh, jika berilmu, maka cerminkanlah tindakan itu. Tak berlebihan, kekuasaan pun terlihat dalam tindakan yang dilahirkan. Pun, saat ini ditulis, karena kerasnya tudingan yang tidak enak didengar. “Kita kuliah dan akhirnya menganggur?” Apa iya? Lalu, kalau begini kenapa kita kuliah? Bukankah sia-sia selama ini menghabiskan waktu hanya untuk datang, duduk, dengar, tulis, catat, baca, dan seabrek rutinitas semu yang tak ubahnya membuat mahasiswa menjadi mesin perasa dan berjiwa. Berkuliah dan datang ke kampus ini, Universitas Negeri Padang (UNP), jauh lebih mulia dari sekadar mendapatkan IP atau nilai akademis belaka. Masa depan adalah nomor satu. Masa Depan? Apa itu masa depan? Tak sulit untuk tahu “masa depan” di era digital ini. Dalam hitungan 0.41 detik, mudah ditemukan 25.600.000 istilah terkait masa depan dan 244.000 video, film, atau rekaman yang memuat masa depan. Pendek kata, masa depan adalah diri sendiri dan di tangan kita sendiri. Bukan alasan lagi untuk mencari dalih bahwa masa depan sesuatu yang sulit dipahami. Gagal paham, meminjam istilah Muhammad Jaeni dalam blognya, sulit untuk ditemukan. Omong kosong jika era digital ini masih ada mahasiswa yang gagal teknologi, gagal dengar, apalagi gagal masa depan. Jika masih terjadi, mungkin keputusan menduduki perguruan tinggi patut

dipertanyakan? Mau apa dan motifnya apa? Gengsi, pelarian dari masalah, atau sekedar wara-wiri (main-main)? Bagaimana mendobraknya? Membuat dan membangun masa depan sendiri, bukan mencari dan ikut-ikutan dengan masa depan orang lain? Tak salah George Bernards Shaw menyatakan bahwa muara integritas (kualitas luar-dalam) pada akhirnya adalah diri sendiri. Mewujudkan gagasan dan ide-ide hebat adalah konsekuensi pilihan jika menginginkan masa depan gemilang dan sukses. Tak perlu sungkan jika tak mampu. Di kampuslah kita belajar untuk tahu dan memahami persoalan dari A sampai Z. Semua itu bertujuan agar mahasiswa menjadi kuat saat terjun ke kehidupan nyata. Ketika semua sayap dan keberanian tumbuh dan berkembang, tidak takut lagi terjun di jurang kehidupan. Tak loyo, tak manja, tak mudah menyerah, bahkan semuanya membuat kekuatan yang telah terbekali selama duduk di bangku kuliah, muncul dan bersinar. Anda bisa bila Anda percaya bisa! Ada tiga kunci yang harus dimiliki untuk mewujudkan masa depan. Pertama, mentalitas positif yang dimulai dengan pikiran positif. Dr Ibrahim ElFikky, dalam bukunya Terapi Berpikir Positif, dengan gamblang menjelaskan, pi-

pan tak ada lagi dalam peta masa depan. Sukses bukan soal IP semata, tapi akan berlipat ganda dampaknya jika mendapatkan koneksi (lobi), pergaulan, ekstrakurikuler, dan seabrek kegiatan ormawa (organisasi mahasiswa) yang kelak akan menjadi jembatan masa depan. Ketiga, tekad dan fokus untuk tidak menyerah. Bila ada yang bertanya apa itu tekad, jawab sederhananya adalah tetap belajar dan tetap bekerja kendati sudah tidak ada lagi ujian semester atau ujian-ujian lainnya. Tekad bukan soal kecepatan dan kekuatan, tapi soal konsistensi diri dan daya tahan. Boleh jadi semangat mengebu-gebu, tapi serta merta hancur berantakkan saat menghadapi tantangan. Hanya ketekunan dan daya tahan konsisten yang mampu menggeser batu karang dan gunung tinggi yang menjulang. Tekad dan fokus untuk satu tujuan bisa bila percaya bisa! Jika tiga hal ini sudah dimiliki, setinggi apa pun masa depan, pasti bisa diraih. Mendobrak masa depan tak sulit bila sikap mental pejuang dan tangguh telah dikembangkan sedari dini. Tentukan apa yang hendak diraih dan masa depan seperti apa yang Anda inginkan. Buatlah planning, lakukan analisis potensi dan peluang (semisal analisis SWOT), lanjutkan dengan penjabaran misi dan aksi yang hendak dicapai. Buatlah target dengan jelas, dan kompetensi apa yang harus dikuasai dan berbagai kegiatan lain yang bisa mendekatkan diri dengan skill yang diperlukan. Ingat satu hal, bisa bila percaya bisa! Tunggu apa lagi, dobraklah masa depan, dan jangan pernah berpikir setamat UNP akan menganggur! Singkirkan pikiran negatif itu! jadilah sukses dengan masa depan yang indah dan gemilang. Just do it! Just believe it!

KOLOM

Bullying Berkemasan Candaan Oleh Resti Febriani Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro TM 2013

“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburukburuk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al Hujarat: 11). Dalam menjalani rutinitas seharihari, terkadang kita merasa jenuh ataupun suntuk. Tujuh hari dalam seminggu, setidaknya terdapat lima hari yang digunakan untuk aktivitas rutin, baik bekerja, belajar, maupun kuliah. Pikiran yang jenuh tidak baik dibiarkan berlarutlarut, sebab akan berdampak pada perfor-

ma ketika beraktivitas. Untuk itu diperlukan sedikit refreshing pikiran. Salah satunya dengan menyaksikan tayangan hiburan di televisi. Saat ini, tayangan yang banyak diminati yaitu hiburan yang bernuansa komedi. Tak hanya menghibur, namun juga mampu memberi energi baru bagi penontonnya. Kata komedi sendiri, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan meskipun kadangkadang kelucuan itu bersifat menyindir dan berakhir dengan bahagia. Kelucuan atau lawakan yang dilakoni para komedian sukses menghibur para penontonnya karena itulah tujuan dari adanya komedi. Seperti ungkapan yang mengatakan “tawa Anda adalah kepuasan kami”. Namun, kebanyakan lawakan yang dilakoni sudah kebablasan. Kekerasan (bullying) yang kebablasan terjadi, baik dalam bentuk celaan, olok-olok, pelecehan, maupun kekerasan fisik. Seperti kasus yang terjadi pada 2014 lalu, salah satu program hiburan komedi bernama Yuk Keep Smile (YKS) mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan sanksi berupa pemberhentian sementara. Penyebabnya adalah dalam salah satu episode terdapat adegan yang dinilai melakukan pelanggaran dengan melecehkan seorang seniman legendaris.

Program tersebut menayangkan adegan hipnotis yang dilakukan oleh seorang hypnotherapist terhadap salah satu artis komedi yang terkenal saat itu. Dalam tayangan tersebut, sang hypnotherapist menghipnotis untuk tidak takut pada anjing dengan sugesti setiap melihat wajah anjing, maka wajah anjing itu akan berubah menjadi wajah seniman legendaries tersebut. Setelah diberi sugesti demikian, sang komedian tertawa melihat wajah anjing dan tidak takut lagi. Selain menampilkan unsur pencelaan atau olok-olokan, tak jarang hiburan bergenre komedi pun menampilkan kekerasan (memukul dan mendorong). Anda pasti pernah membaca kalimat ini di layar kaca Anda: properti yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak membahayakan? Ya, properti yang digunakan tersebut terbuat dari bahan-bahan yang aman seperti styrofoam. Namun, tindakan ini memunculkan makna lain bagi penonton. Hal yang wajar jika penonton beranggapan bahwa memukul atau bentuk kekerasan lainnya boleh dilakukan selama properti yang digunakan adalah benda-benda yang aman. Komedi seharusnya menghibur tanpa ada unsur mencela, mengolok-olok, ataupun kekerasan. Karena penonton acara komedi tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Bagi yang sudah dewasa, mungkin bisa menanggapi hal

tersebut dengan sisi positif. Bagaimana dengan anak-anak? Kita tahu bahwa anak-anak adalah peniru yang baik. Jika yang dia dengar atau dilihat adalah buruk, seperti mengejek, mengolok-olok, atau penindasan, maka hal serupa yang ditiru dalam kehidupan nyata. Di era sekarang, mungkin hal yang lumrah jika seseorang memberikan julukan yang kurang baik kepada orang lain, seperti si bodoh, si pembuat onar, atau si jam karet. Julukan bermaksud agar yang bersangkutan menyadari kekurangannya dan memperbaikinya. Namun, jika julukan yang diberikan disamakan dengan binatang atau ungkapan tidak pantas lainnya, hal ini akan menyakiti hati. Julukan-julukan negatif termasuk dalam kekerasan secara verbal (menggunakan kata-kata) yang menyangkut kemampuan, fisik, dan harga diri seseorang. Tindakan mengejek atau mengolokolok akan berakhir pada penindasan, apabila yang diejek tidak terima diperlakukan demikian. Jika itu telah terjadi, maka akan sulit untuk mengembalikan kondisi buruk tersebut ke kondisi baik. Sang pencipta telah mengatakan sebagai orang yang berpikir, alangkah baiknya jika kita menilai kembali sisi baik dari setiap tindakan. Jika yang dicontohkan adalah hal yang buruk, maka biarkan saja berlalu. Jika yang dicontohkan adalah yang baik, maka kemaslah dalam kebaikan.


FOTO

12

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Mahasiswa, Gerakan Perubahan!

Mahasiswa adalah cikal bakal dari generasi peneru s yang akan datang. Banyak masyarakat di luar sana yang menaruh harapan kepada mahasiswa untu k membawa perubahan yang baik di negara ini. Bahkan, mahasiswa su dah dicap sebagai pahlawan pembawa perubahan di masa depan. Mahasiswa memiliki empat peran penting dalam perkembangan suatu negara, yaitu iron stock, mahasiswa harus bisa menjadi pemimpin di masa yang akan datang; agent of change, mahasiswa dituntu t menjadi sosok yang membawa peru bahan yang diharapkan; social control, mahasiswa harus mampu mengontrol sosial yang ada di lingkungan sekitarnya; dan moral force, mahasiswa diwajibkan u tu k menjaga nilai moral yang su dah ada. Beriku t beberapa contoh kegiatan yang dilaku kan oleh mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam memainkan perannya yang sempat pernah diabadikan oleh kamera Ganto. Mahasiswa harus melatih dirinya untuk turun langsung ke lapangan, berhadapan dengan kendala, dan mencari solu sinya.

Program Hibah Bina Desa: Salah seorang anggota PHBD FIK UNP sedang memindahkan paralon untuk penanaman Aeroponik, Minggu (30/10). Judul PHBD mahasiswa Desa Akuaponik Greenovatif Danau Maninjau. f/Hamid

Donor Darah: Petugas transfusi darah sedang melakukan pengambilan darah di Sekretariat KSR PMI UNP, Rabu (19/ 10). Kegiatan donor darah ini merupakan kerja sama antara Unit Transfusi Darah Kota Padang dengan KSR PMI UNP. f/Hamid

Olimpiade Bahasa Inggris: Peserta Olimpiade Bahasa Inggris tingkat SMA mendengarkan pengarahan dari panitia di Teater Tertutup FBS UNP, Sabtu, (19/11). Acara tersebut diadakan oleh HMJ Bahasa Inggris Jurusan Bahasa Inggris FBS UNP. f/Wildan*

Orasi: Aliansi Mahasiswa Sumatera Barat mengadakan orasi pada dua tahun masa pemerintahan Jokowi-JK di depan Gedung DPRD Sumbar, Kamis (20/10). f/Hamid

Foto: Hamid & Wildan* Tata letak: Fauziah

Membaca: Beberapa orang anak terlihat sedang membaca buku di pelataran musala SMK Pembangunan Labor Padang, Rabu (16/11). Kegiatan yang bernama Teras Literasi ini merupakan salah satu inisiatif dari mahasiswa FIS UNP. f/ Wildan*


13

Edisi No. 193/Tahun XXVII

BI Corner untuk UNP

UNP Jadi Lembaga Sertifikasi Profesi

Fasilitas Baru: Seorang mahasiswa tengah membaca buku di BI Corner yang terletak di Lantai 2 Gedung Perpustakaan Pusat UNP, Sabtu (19/11). BI Corner diresmikan langsung oleh Rektor UNP pada Kamis (17/11). f/Wildan*

N ot a Ke s ep a ha m a n: Menteri Tenaga Kerja dan Rektor UNP berfoto bersama usai penandatanganan nota kesepahaman di Medan nan Balinduang FBS UNP, Sabtu (8/10). f/Lutfi*

Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Ganefri, Ph.D., dan Kepala Perwakilan Bank Indoneia (BI) Sumatra Barat (Sumbar) , Puji Atmoko meresmikan BI Corner di Lantai Dua Perpustakaan UNP, Kamis (17/11). Ganefri mengucapkan terima kasih kepada BI Sumbar yang telah bekerja sama dengan UNP dalam pengadaan BI Corner ini. Mahasiswa diharapkan mampu memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan, seperti buku, e-book, jurnal, komputer, dan lainnya. Dosen pun diharapkan punya kesempatan lebih besar untuk mengakses jurnal. Menurut Ganefri, ilmu baru terdapat di dalam jurnal, sedangkan textbook merupakan ilmu usang. Semakin banyak dosen membaca jurnal semakin banyak pula baru ilmu yang akan diperoleh. Kemudian, dosen diimbau untuk melakukan penelitian. Setelah banyak membaca jurnal dan melakukan penelitian, diharapkan pola pembelajaran dosen dan mahasiswa selalu berkembang. “Dosen kalau tidak meneliti, pasti ilmunya tidak update. Dia hanya mengajar itu-itu saja,” ujar Ganefri. Hal ini juga berhubungan dengan UNP yang telah menjadi instansi Badan Layanan Umum (BLU). Setelah BLU, UNP fokus pada penelitian. Hal ini terlihat dari 15% Pendapatan Negara Bukan Pajak dimanfaatkan untuk riset dan publikasi. Dalam hal ini, kata Ganefri dosen diharapkan banyak melibatkan mahasiswa. Selain itu, ia juga mengimbau kepada dosen untuk mewajibkan mahasiswa agar membuat tugas bersumberkan jurnal, bukan textbook. “Dosen harus berani memberikan tugas kepada mahasiswa di

Universitas Negeri Padang (UNP) ditunjuk sebagai lembaga sertifikasi profesi. Hingga saat ini, ada tiga sertifikat profesi dapat dikeluarkan UNP. Pertama, sertifikat IT Security yang merupakan hasil kerja sama UNP dengan E-Commerce Consultants Council Indonesia. Sertifikat ini diberikan kepada tiap individu dalam berbagai bidang e-business dan keahlian keamanan informasi berbasis komputer. Kedua, sertifikat profesi di bidang pemasangan instalasi listrik. Ketiga, sertifikat profesi auditor internal. Menurut Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., hal ini semakin memudahkan lulusan UNP dalam mencari pekerjaan. Di samping memiliki kompetensi sebagai tenaga pendidik, mahasiswa harus mempunyai kompetensi di bidang keahliannya. Oleh sebab itu, pihak universitas mendorong fakultas dan jurusan untuk menjalin kerja sama dengan asosiasi profesi. Alhasil, lulusan UNP mendapat pengakuan asosiasi profesi. “Ke depan, sertifikat profesi ini diperlukan, karena yang ditanyakan adalah kompetensi,” ujarnya, Rabu (2/11). Selain itu, pentingnya sertifikat keahlian ini dimiliki oleh lulusan UNP juga disebabkan oleh terbatasnya kesempatan untuk mengikuti Program Profesi Guru yang sudah dicanangkan pemerintah. Menurut Ganefri, tidak semua sarjana kependidikan UNP bisa mengikuti sertifikasi guru. Paling banyak lulusan yang bisa ikut adalah sebanyak 10-15%. Sementara, ada 85% lulusan tidak berkesempatan mengikuti sertifikasi guru harus memiliki keahlian tambahan agar bersaing di dunia kerja. “Mahasiswa harus ada soft skill,” jelasnya. Dalam upaya untuk mengembangkan UNP sebagai lembaga sertifikasi profesi, UNP melakukan kerja sama dengan Menteri

atas kemampuan mahasiswa,” ujar Ganefri. Dosen di universitas ternama seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung, jelas Ganefri, mewajibkan mahasiswa membuat tugas menggunakan literature jurnal. UI telah berlangganan kurang lebih 30 jurnal yang mengeluarkan uang puluhan milyar. “Pengeluaran tersebut relevan dengan prestasi yang dicapai oleh mahasiswa,” imbuhnya. UNP telah berlangganan dua buah jurnal, namun masih sepi pengunjung. Alhasil, investasi yang dikeluarkan untuk biaya langganan jurnal tersebut tidak sebanding dengan manfaatnya. “Saya ingin ubah cara belajar, pola pikir semua dosen dan sivitas akademika UNP. Kalau tidak, kita akan kalah bersaing,” tambahnya. Menurut Ganefri, dengan adanya BI Corner, UNP akan dapat mengakses jurnal yang terdapat pada BI, terlebih dalam jurnal ekonomi. Dengan demikian diharapkan lulusan UNP dapat bersaing dengan lulusan perguruan tinggi lain. Selanjutnya, Puji berharap agar BI Corner ini bermanfaat dan bisa memberikan nilai tambah untuk UNP. Ia juga menjelaskan bahwa selain menyediakan BI Corner, BI juga menyalurkan beasiswa. Beasiswa tersebut disalurkan ke mahasiswa di tiga Perguruan Tinggi Negeri di Kota padang, yakni Universitas Andalas, UNP, dan Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol. Saat ini, kata Puji beasiswa tersebut diberikan Rp. 450.000 per bulannya. “Tahun depan insya Allah akan kita naikkan menjadi Rp750.000,00 per bulan,” ujarnya. Ermi dan Oktri*

Tenaga Kerja (Menaker), Muhammad Hanif Dhakiri. Hal ini disebabkan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) banyak menaungi lembaga-lembaga dapat mengeluarkan sertifikat profesi. “Pengakuan itu banyak dikeluarkan oleh Kemennaker,” imbu hn ya. Selain kerja sama sertifikasi profesi, UNP juga menjalin kerja sama di bidang tridarma perguruan tinggi dan pengembangan sumber daya manusia dengan beberapa kementerian lain. Beberapa kerja sama yang dilakukan oleh UNP seperti penandatanganan nota kesepahaman dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT), Eko Putro Sadjojo dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi. Ganefri menjelaskan bahwa kerja-sama dengan Menteri DPDTT ini berhubungan dengan UNP yang akan mengadakan kembali Kuliah Kerja Nyata. Sementara, kerja-sama dengan Menpora dilakukan untuk memfasilitasi lulusan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP untuk ikut dilibatkan dalam program kementerian, yakni Sarjana Olahraga Masuk Desa. “Dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman, tentu kita akan lebih dilirik dan diutamakan,” tutupnya. Salah seorang mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2014, Gregorius mengatakan bahwa ia sangat mendukung sertifikasi profesi. Ia berharap agar mahasiswa yang memperoleh sertifikasi tersebut benar-benar layak dan mempantaskan diri. “Mudahmudahan untuk ke depannya, UNP diberikan kepercayaan oleh lembaga terkait untuk memberikan sertifikasi profesi kepada bidang-bidang yang lain juga,” harapnya. Fitri, Dwi*

KILAS

Lalu Lalang: Kendaraan terus saja berlalu lalang di tengah kesibukan konstruksi pembangunan Gedung Rektorat UNP, Sabtu (19/11). Para pengendara tampak memperhatikan kegiatan konstruksi yang sedang berlangsung. f/Wildan*

Melintasi Larangan: Sebuah mobil sedang melintasi area larangan melintas bagi roda empat yang berada di depan gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Sumtra Barat, Sabtu (19/11). f/Wildan*


FEATURE

14

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Pensi dan Lengkitang Kuliner Khas Kawasan Wisata Pantai Padang Oleh Ranti Maretna Huri Pantai Taman Muaro Lasak di kawasan Purus Kota Padang ramai dipadati pengunjung. Hari tampak cerah, Kamis (15/ 9) sore itu. Birunya langit dihiasi oleh riak-riak halus awan. Sementara itu, matahari menggantung rendah di langit bersiap kembali ke peraduannya. Lanskap alam sore itu menambah apik latar belakang gambar bagi pengunjung yang ingin swafoto. Tentu saja, Monumen Merpati Perdamaian menjadi titik paling ramai. Tugu melengkung yang puncaknya berbentuk origami merpati ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Bukan hanya swafoto, banyak juga pengunjung yang sekadar duduk bersantai di tempat itu. Para pedagang kaki lima, seperti penjual gelembung sabun, baling-baling plastik, sampai layang-layang juga ramai menjajakan dagangannya di sekitar tugu itu. Tambahannya pula, di bibir pantai dekat tugu itu, terdapat tenda-tenda kecil beraneka warna memayungi bangku plastik dan meja berkaki rendah. Di bangku tersebut, pengunjung duduk menikmati pemandangan laut. Tak luput, aneka kuliner Pantai Padang, seperti kerupuk kuah, jagung, dan pisang bakar, menghiasi meja tersebut. Ratarata, di meja setiap tenda, terda-

pat piring dan mangkuk kecil berisi pensi dan lengkitang. Kedua kuliner tersebut menjadi primadona bagi pengunjung ketika berwisata ke pantai. Adalah Suryani (35), salah seorang penjual pensi dan lengkitang di kawasan tersebut. Dia berjualan setiap hari semenjak pedagang kaki lima tidak diperbolehkan lagi berdagang di area jembatan Purus sekitar empat tahun lalu. Setiap hari, Suryani mulai menjalankan usahanya mulai pukul tiga sore sampai malam hari; tergantung ramainya pengunjung. Dia sendiri bahkan pernah baru tutup tengah malam. Suryani mengakui bahwa pengunjung yang membeli dagangannya cukup ramai, terutama pada akhir pekan dan hari libur. “Kalau hari cerah tentu saja ramai, namun agak sepi jika cuaca tidak bagus,” jelas ny a. Selain pensi dan lengkitang, Suryani juga menjual lontong, mie, kerupuk kuah, jagung dan pisang bakar, juga aneka minuman. Dia mengakui bahwa pensi dan lengkitang sudah menjadi ciri khas kuliner di Pantai Padang. Kebanyakan pengunjung yang datang pun mencicipi kedua kuliner tersebut. Pensi adalah lokan kecil yang hidup di danau-danau yang dagingnya dapat dimakan, sedangkan leng-

Beli Lengkitang: Salah seorang pembeli sedang membeli lengkitang kepada salah seorang penjual di Pantai Muaro Lasak Kota Padang, Sabtu (19/9). f/Wildan*

kitang berupa siput bercangkang lonjong. Untuk bahan baku, Suryani mendapatkannya dari agen khusus. Lengkitang berasal dari Pariaman, Pesisir Selatan, dan Sibolga, sedangkan pensi berasal dari Danau Maninjau dan Danau Singkarak. Dalam penyajiannya, lengkitang berkuah santan seperti gulai. Sementara, untuk pensi, ada dua macam, yakni pedas dan tidak pedas. “Keduanya samasama ditumis. Bedanya untuk yang pedas ditambah cabai,” jelas Suryani. Ia menerangkan bahwa bumbu pelengkap kedua kuliner tersebut berupa rempahrempah khas masakan Minang,

seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas, sereh, daun salam, daun jeruk, dan cabai. Ke depannya, Suryani berharap agar kawasan wisata tersebut menjadi tempat tetapnya untuk berjualan. Hal ini mengingat Dinas Kota Padang telah memberikan dukungan berupa gerobak dorong bagi masingmasing pedagang. Menurut Suryani, kawasan wisata Pantai Taman Muaro Lasak juga menjadi tempat mencari penghasilan bagi pengangguran. “Mereka bisa berjualan, atau menjadi tukang parkir,” ujar Suryani sambil memanggil-manggil pe-

ngunjung yang berlalu-lalang agar singgah di warungnya. Senja telah datang. Matahari hampir terbenam di batas cakrawala, membuat warna langit memerah. Bukannya berkurang, pengunjung malah bertambah ramai saja dibandingkan sore hari. Mereka beramairamai swafoto berlatarkan matahari tenggelam dan langit senja; juga menempati bangkubangku kosong di pinggir pantai, menikmati suguhan pemandangan elok tersebut, bertemankan bermacam kuliner. Seiring dengan suara-suara penggilan pedagang di sekitar yang meminta mereka untuk singgah.

Berwirausaha untuk Menambal Keperluan Kuliah Oleh Oktri Diana Putri

Mahasiswa merupakan sebutan bagi sekumpulan anak muda yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Pada umumnya, mahasiswa disibukkan dengan berbagai hal mulai dari tugas kuliah, kegiatan organisai, hingga nongkrong dengan teman. Namun, sembari menuntut ilmu, ada juga mahasiswa yang bekerja untuk menambah uang jajan atau bahkan membiayai sendiri uang kuliahnya. Adalah Sonia Fitriani, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi TM 2014. Gadis yang kerap dipanggil Nia ini kuliah sambil berwirausaha. Di sela-sela waktu kuliah, dia berkelililng menjajakan dagangannya di sekitar lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang (UNP). Nia menjual kerupuk kuah, tahu telur kuah kacang, dan berbagai gorengan. Terkadang, sambil mengerjakan tugas kuliah, dia mencari tempat yang cukup luas guna meletakkan dagangannya dan membiarkan pembeli datang menghampiri. “Sambil menyelam minum air,” ujarnya. Kuliah sambil berjualan makanan pengganjal perut tentu

bukan hal yang mudah. Karenanya, Nia harus benar-benar pandai dalam memanajemen waktu. Dalam hal ini, Nia telah menyusun waktu kapan ia harus memasak dagangannya. Jika jadwal kuliah pagi, maka ia akan membuat dagangan di malam hari dan membuat kuah kacang di kala subuh. Jika kuliahnya siang atau sore hari, Nia akan memasak dagangannya pada pagi hari sebelum berangkat ke kampus. Putri dari pasangan Dasril dan Sri Hartati ini mengaku memilih usaha ini karena lebih praktis dan sederhana, baik dalam membuat maupun menjualkannya. Nia tahu bahwa mahasiswa gemar membeli makanan pengganjal perut. Terkadang, dia juga mendapatkan pesanan makanan dari dosen yang akan mengadakan rapat dan kegiatan lainnya. Dari usaha ini, Nia berhasil mengumpulkan uang lima puluh hingga delapan puluh ribu rupiah per hari. Uang tersebut ia gunakan untuk menambal keperluan kuliah. Membeli buku, misalnya. Bukan hanya berjualan makanan pengganjal perut, Nia juga membuat bunga dari kain

Menata Dagangan: Sonia tengah menata barang dagangannya pada kantin di samping tangga Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNP, Kamis (25/11). f/Wildan*

flanel untuk selanjutnya dijual saat acara wisuda. “Tidak banyak, paling sekitar seratus tangkai bunga kain flanel yang dijual,” kata mahasiswa penerima Bidikmisi ini. Agar usaha yang telah ia lakoni sejak semester dua tersebut tidak menggangu akademik, khusus Sabtu dan Minggu, Nia memmanfaatkannya untuk mengerjakan segala tugas rumah dan kuliah. Dara kelahiran Kamang, Kabupaten Agam ini, sempat beberapa kali ditanyai oleh teman-temannnya perihal kepercayaan dirinya dalam berwirausaha. Nia beranggapan bahwa tak perlu malu ataupun

gengsi selama pekerjaan yang dilakoni menghasilkan rezeki yang halal. “Untuk apa kita gengsi? Kita ini kan sama di mata Allah. Malah malulah bergaya dengan apa yang didapat melalui hanya diminta dari orangtua,” ujarnya. Setelah lulus kuliah nanti, ia tak mau mencari pekerjaan yang hanya sesuai dengan jurusan yang digelutinya. Hal ini mengingat sempitnya lowongan pekerjaan. “Mudah-mudahan bisa membuka usaha sendiri,” h ar ap n y a . Berbeda dengan Nia, Anggi Nurmalia, Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik TM 2014 lebih memilih untuk berwirausaha

dengan mengikuti perkembangan zaman. Dia berdagang secara online. Anggi, demikian dia akrab disapa, menjual pakaian, kosmetik, dan berbagai perlengakapan fashion mahasiswa. Produk tersebut ia datangkan dari luar kota, seperti Bandung dan Surabaya. Anggi memilih berwirausaha dengan produknya ini karena akan lebih awet. “Kalo makanan, kan bisa basi. Tapi kalo ini, bisa tahan,” katanya. Anggi mengungkapkan bahwa kunci dari berwirausaha adalah selalu menjaga kepercayaan konsumen dan bersosialisasi dengan penyampaian yang baik. Ia berharap setelah tamat nanti mempunyai toko sendiri.


15

Edisi No. 193/Tahun XXVII

TELUSUR

Bika si Mariana, Asal Mula Bika di Sumatra Barat Oleh Lutfi Darwin “Jikok dicubo … batambuah juo … Lamak rasonyo dimakan baduo Bika ei bika … Balilah bika … Lamak bikanyo si Mariana Indak dibali takana-kana” Demikianlah reff lagu Bika si Mariana yang dipopulerkan oleh Lily Syarief L. pada 1960. Lagu tersebut menggambarkan enaknya bika si Mariana, jajanan khas Koto Baru, sebuah daerah yang menjadi tempat persinggahan bagi wisatawan yang akan menuju dan meninggalkan Kota Bukittinggi. Bika sendiri merupakan singkatan dari Biskuit Koto Baru Asli. Memang, di Koto Baru, banyak dijumpai kedai yang menjajakan bika, tetapi Bika si Mariana merupakan pelopornya. Bika menjadi salah satu oleh-oleh yang harus dibawa wisatawan jika melewati daerah yang terletak di antara kaki Gunung Singgalang dan Gunung Marapi ini. Bika si Mariana diproduksi dan dijual di kedai berukuran 10 x 5 meter dengan dinding bercat kuning yang dipadukan dengan warna biru. Di depan kedai tersebut, terdapat sebuah etalase kaca, tempat menaruh bika yang akan dijual. Tidak jauh dari etalase kaca itu, Boy (35), salah seorang karyawan, duduk di sebuah kursi kayu sambil menggunting pinggiran bika yang sedikit hangus karena baru saja dipanggang. Tujuannya agar bika terlihat rapi. Boy menjelaskan bahwa karyawan

Mengeluarkan Bika: Salah seorang karyawan di Kedai Bika si Mariana mengeluarkan bika yang telah matang dari oven dengan mengenakan sarung tangan, Sabtu(14/10). Bika si Mariana merupakan jajanan khas Koro Baru, sebuah daerah yang menjadi tempat persinggahan bagi wisatawan yang menuju dan meninggalkan Kota Bukittinggi. f/Sri

yang bekerja di kedai tersebut berjumlah delapan orang. Masing-masing karyawan memiliki tugas yang berbeda. “Ado yang mambaka, ado yang mangameh, (ada yang membakar, ada yang mengemas)” ujarnya, Sabtu (15/10). Jika kedai tersebut ditelusuri, akan terlihat proses produksi Bika si Mariana secara tradisional. Di sana, kurang lebih 17 tungku, yang digunakan untuk pemanggangan bika, berjejer. Di atas tiga dari tungku tersebut, terdapat wadah yang digunakan untuk memanggang bika. Bika tersebut ditutup oleh wadah yang berisi arang batok kelapa. Pemba-

karan bika secara tradisional mempunyai dua sumber panas, yakni di bawah bara ada kayu bakar, sedangkan di atas arang ada batok kelapa. Oleh karena itu, loteng dapur dibuat bertingkat. Alhasil, sirkulasi udara berganti dengan baik. Sementara, di bagian depan dapur, terlihat pintu yang ditutupi gorden berwarna merah. Hembusan angin yang berasal dari ruangan tersebut membawa aroma bika bercampur daun pisang terpanggang. Ketika masuk ke ruangan tersebut, terlihat Asram Basri, karyawan lainnya, sedang mengeluarkan beberapa tatanan yang berisi bika yang sudah

matang dari oven menggunakan sarung tangan. Oven tersebut berwarna hijau, tingginya kisaran dada orang dewasa, dan mempunyai kapasitas enam tatanan. Tiap tatanan terdiri dari 20 cetakan b ik a. Basri menjelaskan bahwa penggunaan oven sudah digunakan kurang lebih empat bulan yang lalu. Hal ini dikarenakan kayu bakar yang semakin sulit diperoleh. Kemudian, dengan menggunakan oven, waktu yang dibutuhkan saat pemanggangan menjadi lebih singkat dibandingkan cara tradisional. Sebab, pemanggangan secara tradisional membutuhkan waktu sepuluh menit hingga bika matang, sedangkan dengan oven cukup lima menit saja. Setelah dikeluarkan dari oven, bika kemudian dirapikan dengan menggunting pinggirannya yang sedikit gosong agar penampilannya lebih menarik. Kemudian, bika dibungkus dengan daun pisang dan siap dijajakan. Untuk dapat menikmati bika ini, kita hanya mengeluarkan uang Rp3.000,00 per buahnya. Di balik kegurihannya, bika ternyata dibuat dari bahan tepung beras, parutan kelapa, gula, dan santan. Roy, yang juga salah satu karyawan di sana, terlihat duduk di kursi pastik, sambil menunggu bika yang akan matang. Ia mengatakan bahwa, dalam sehari, bahan yang dibutuhkan tepung 20 liter, kelapa 40 liter, gula 5 kg, dan gula 3 kg. Kedai yang biasanya buka dari pukul tujuh pagi sampai sebelas malam ini dapat menghasilkan 1500 bika tiap harinya.

RAGAM

Peluang Berinovasi dan Berprestasi Tanpa Batas Oleh Jumadil Hidayatul Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2012

Kreativitas dan inovasi merupakan suatu hal saling bersinergi. Hubungan keduanya sangat jelas di mana sebuah inovasi merupakan aplikasi praktis dari sebuah kreativitas, sedangkan kreativitas merupakan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seringkali tumbuh dan berkembang ketika ada tekanan dan tuntutan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terjadi dalam kehidupan. Tidak sedikit ide kreatif mahasiswa yang lahir menjadi sebuah produk inovasi disebabkan tuntutan lingkungan di sekitar harus dibenahi dan diperbaharu hi. Tepatnya, pada Oktober 2015, di sebuah mading di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang (UNP), saya melihat sebuah pamflet lomba Karya Tulis Nasional bertajuk Keselamatan, Transportasi, dan Teknologi. Lomba tersebut diadakan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Setelah saya membaca persyaratan dan deadline pengumpulan, saya memutar otak untuk mencari ide yang harus saya buat untuk mengikuti lomba tersebut. Awalnya, saya berpikir bahwa tidak mungkin bagi saya bersaing dengan mahasiswa dari kampus ternama, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan sebagainya, yang ikut berpartisipasi pada lomba berskala nasional tersebut. Hal ini berkaca dari pengalaman saya ketika mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-27 di Semarang. Saat itu, karya-karya yang dihasilkan oleh teman-

Foto Bersama: Pemenang lomba Karya Tulis Nasional foto bersama dengan seorang panitia dan sponsor di Hotel Allium Jakarta, Kamis (26/11/2015). Lomba yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ini mengusung tema Keselamatan, Transportasi, dan Teknologi. f/doc

teman dari Jawa sangat luar biasa. Inovasinya sangat kreatif dan aplikatif. Meski demikian, saya terus meyakinkan diri bahwa tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau berbuat. Setelah berusaha, saya akhirnya berhasil menemukan sebuah ide. Namun, sebagai mahasiswa kimia, saya masih kurang percaya diri karena ide ini sangat berkaitan sekali dengan teknologi yang notabenenya tentu mahasiswa teknik lebih paham. Sebagai seorang aktivis organisasi yang memiliki banyak teman, saya pun memanfaatkan peluang ini. Saya mencoba berdiskusi dengan temanteman dari Jurusan Fisika tentang ide saya, yaitu Penerapan Lampu dan Alarm Peringatan untuk Menghindari Kecelakaan di Jalur Rel Kereta Api Berbasis Sensor Getar dan Mikrokontroler. Ide ini disambut positif oleh teman-teman. Saya lalu mencari data dan referensi. Berbagai paper, jurnal, dan buku, saya rangkum. Namun, karena masih kurang puas, saya mendiskusikan kembali karya tulis yang telah saya buat dengan maha-

siswa elektronika. Rasa yakin dan percaya diri saya pun timbul hingga akhirnya karya tulis tersebut saya upload dan kirimkan ke panitia pelaksana lomba di Jakarta sesuai dengan prosedur yang telah diinformasikan. Aktivitas lomba tahap pertama berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Tahapan pertama, penilaian karya tulis yang telah dikirimkan peserta. Dari sekitar 400 peserta, karya tu lis tersebu t diseleksi menjadi sepu lu h terbaik oleh lima orang juri. Hasil penju rian diumumkan panitia pada 20 November 2015. Alhamdulillah, saya masuk ke dalam sepuluh besar tersebu t. Untu k sementara, saya berada pada peringkat kedelapan dari sepu luh peserta terbaik. Setelah itu, panitia pelaksana mengundang kesepuluh peserta ke Jakarta, tepatnya di Hotel Allium, untuk mempersentasikan karya masing-masing. Kegiatan ini dibalut dengan rangkaian Seminar Pemberdayaan Masyarakat Peduli Keselamatan Jalan Tahun 2015. Hari perta-

ma, peserta diberi wejangan dengan seminar dinarasumberi dosen, instansi pemerintah, dan motivator. Seminar ini memberi kami bekal untuk berkompetisi esok harinya, sebab dalam rangkaian seminar, kami diberi ilmu tentang psikologi, ilmu komunikasi, keselamatan, transportasi, dan teknologi. Hari kedua, peserta mengambil lot untuk menentukan nomor urut persentasi. Ketika giliran saya tiba, saya mencoba untuk tetap tenang agar tidak gugup dan blank di depan dewan juri. Dengan berbekal ilmu persentasi dan pembuatan power point dalam mata kuliah Seminar Kimia, saya menyampaikan materi dengan tenang agar maksud dan tujuan persentasi tercapai. Proses persentasi dan penjurian selesai pada sore harinya. Semua peserta berdebar-debar menunggu pengumuman hasil lomba tersebut. Tanpa berlama-lama, panitia pun mengumumkan hasil dari lomba tersebut. Panitia memulainya dari pemenang terbaik tiga yang diraih oleh Alfan Y.W dari Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) Jawa Tengah. Selanjutnya, pemenang terbaik dua diraih oleh saya sendiri, Jumadil Hidayatul dari UNP Sumatra Barat. Kemudian, pemenang terbaik pertama diraih oleh Faiz Anhar W dari ITB Jawa Barat. Dari pengalaman ini, sangat banyak pelajaran yang bisa saya petik. Salah satunya adalah memanfaatkan peluang. Mahasiswa harus mampu memanfaatkan peluang yang ada, apa pun bentuknya. Menurut saya, mahasiswa UNP bukannya tidak kreatif, hanya saja belum banyak yang mampu memanfaatkan peluang-peluang untuk berprestasi di kancah nasional ataupun internasional. Semoga ke depannya kita bisa bersamasama lebih bekerja keras untuk menggapai mimpi dan prestasi demi kemajuan UNP dan Indonesia pada umumnya.


TEROPONG

16

UNP Seragamkan Pakaian Dosen, Pegawai, dan Staf Seragam Pegawai: Petugas Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial UNP, memakai seragam batik pada Rabu (23/11). Penggunaan seragam ini sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D. f/Wildan*

Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Ganefri, P.hD., mengeluarkan peraturan untuk menyeragamkan pakaian seluruh dosen, pegawai, dan staf UNP pada hari-hari kerja. Pada Senin dan Selasa, dosen, pegawai, dan seluruh staf wajib menggunakan seragam hitam dan putih. Pada Rabu, menggunakan batik seragam universitas. Kemudian, pada Kamis, mengunakan batik seragam fakultas. Sementara, pada Jumat, menggunakan baju batik atau baju koko. Peraturan tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai sivitas akademika UNP. Staf Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Syafril Efendi memuji peraturan tersebut. Menurutnya, peraturan tersebut merupakan kebijakan yang bagus. Bukan hanya berguna untuk keseragaman baju dosen, pegawai, dan seluruh staf di UNP, tapi juga di fakultas. “Karena di fakultas juga ada baju seragamnya,” ujar Syafril, Kamis (7/10). Salah seorang dosen Jurusan Teknik Elektronika, Thamrin, S.Pd., MT, mengatakan bahwa dia sudah mengetahui peraturan tersebut. Namun, menurutnya, masih banyak dosen yang belum menerapkan. “Saya pun

dapat info tersebut hanya dari grup dosen di Whatsapp yang dikirimkan oleh salah satu dosen,” terangnya, Senin (10/10). Senada dengan Syafril, Thamrin juga menyatakan bahwa ia setuju dengan peraturan rektor tersebut. Namun, di sisi lain menurut Thamril peraturan ini juga memiliki sisi buruk. “Pakaian dosen terkesan terlalu monoton,” pungkasnya. Berbanding terbalik dengan Thamrin, salah seorang dosen Jurusan Pendidikan Olahraga, Arie Asnaldi, M.Pd., justru tidak setuju dengan peraturan ini. Menurutnya, peraturan untuk memakai seragam yang sama itu tidak cocok diberlakukan untuk para dosen. “Namun, untuk para pegawai mungkin tidak masalah, karena mereka lebih banyak beraktivitas di kantor,” ungkapnya, Selasa (8/11). Arie menyayangkan peraturan ini juga diterapkan kepada dosen. Ia berharap pimpinan meninjau ulang perihal peraturan ini, sebab dosen di UNP ini heterogen. “Pimpinan boleh saja membuat peraturan, tapi disesuaikan. Karena kita ini bukan PT,” tuturnya, Selasa (8/11). Sementara itu, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah TM 2015, Nurhaliza berpen-

dapat bahwa peraturan tersebut bagus diterapkan di UNP. Sebab, dengan adanya keseragaman dalam berpakaian, maka seluruh sivitas tersebut terlihat lebih kompak. “Jadi, semua bisa berpakaian sama. Tak ada yang berpakain lebih bagus atau tidak, sehingga mahasiswa tidak pilih-pilih dosen,” ujarnya, Selasa (18/10). Namun, Nurhaliza juga menyayangkan jika Senin dan Selasa, dosen, pegawai, dan seluruh staf harus menggunakan seragam hitam-putih. Menurutnya, pakaian hitam-putih juga digunakan oleh mahasiswa, sehingga tidak ada pembeda mahasiswa dengan dosen. “Kalau bisa harus ada seragam yang ditetapkan oleh universitas,” tambahnya. Menanggapi perihal penyeragaman pakaian dosen, pegawai, dan staf UNP ini, Ganefri menjelaskan bahwa peraturan tersebut masih bersifat imbauan. Penyeragaman ini dimaksudkan supaya ada keteraturan di UNP dan diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan diri serta rasa bangga kepada instansi. “Pada akhirnya, ini juga akan berdampak kepada pelayanan terhadap mahasiswa,” ujarnya, Rabu (2/11). Hengky* dan Sri

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Prosedur Peminjaman Aset UNP Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 335/ KMK.05/2015, maka pada 17 Februari 2015, status Universitas Negeri Padang (UNP) resmi ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Saat ini, UNP tengah menerapkan sistem fleksibilitas di dalam pengelolaan keuangan, pengembangan aset, dan pelayanan yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005. Meski demikian, masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui tentang proses peminjaman aset dan pelayanan di UNP. Salah satunya adalah Mahasiswa Biologi TM 2013, Haning Priyanti. Dia mengeluhkan mahalnya biaya peminjaman gedung di UNP. Padahal, gedung tersebut digunakan untuk penyelenggaraan seminar nasional. Meski UNP memberikan keringanan dengan mengajukan disposisi harga, tetapi harus dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut seperti peserta hanya mahasiswa UNP dan tidak boleh dibebani insert. “Kalau seperti itu, dari mana kami mendapatkan dana untuk acara seminar,” ujarnya, Kamis (17/11). Kepala bagian perlengkapan UNP, Drs. Nazarudin Harahap, S.T., menjelaskan bahwa prosedur peminjaman aset di fakultas dan di universitas sedikit berbeda. Peminjaman aset di fakultas langsung diajukan melalui surat permohonan peminjaman ke Wakil Dekan II untuk selanjutnya diproses oleh kepala bagian perlengkapan fakultas. Sementara, untuk peminjaman aset di universitas, surat permohonan peminjaman diajukan ke Wakil Rektor (WR) II. Prosedurnya, surat dimasukkan terlebih dahulu ke Bagian Tata Usaha universitas. Surat tersebut lalu diantarkan ke WR II.

Selanjutnya, disposisi akan dibuat di Bagian Umum dan Keuangan untuk selanjutnya diproses di bagian Unit Badan Milik Negara. Terakhir, Kepala Subbagian Rumah Tangga akan mengatur jadwal serta keadaan aset yang dipinjamkan. “Untuk peminjaman ini akan dikonfirmasi selama tiga hari atau seminggu paling lambat,” tuturnya, Jumat (30/9). Nazar menambahkan bahwa nominal harga peminjaman oleh sivitas akademika berbeda dengan umum. Sivitas akademika diberi keringanan tergantung dengan kegiatan yang dilakukan. Biasanya, untuk kegiatan akademis, biayanya akan diringankan. “Silahkan ajukan disposisi harga ke WR II,” jelasnya. Lebih lanjut, Nazar menjelaskan bahwa berdasarkan Keputusan Rektor UNP Nomor 209/ UN35/LK/2015 tentang penetapan tarif layanan BLU UNP tahun 2015, tarif BLU UNP terdiri atas dua bagian, yaitu tarif layanan akademik dan tarif penunjang akademik. Tarif layanan akademik seperti biaya wisudawan dikenakan biaya satu juta lima ratus rupiah per orang ditambah dengan biaya legalisir fotokopi ijazah, transkrip, dan sertifikat dikenakan biaya dua ribu rupiah per lembar. Sementara, tarif penunjang akademik seperti penggunaan Ruang Serba Guna Fakultas Teknik untuk umum, kegiatan per harinya dikenakan biaya enam juta rupiah sedangkan untuk sivitas UNP dikenakan biaya satu juta lima ratus rupiah. Begitu juga dengan penggunaan Medan Nan Balinduang Fakultas Bahasa dan Seni untuk umum, kegiatan per harinya dikenakan biaya tiga juta lima ratus lima puluh ribu rupiah, sedangkan untuk sivitas akademika UNP dikenakan biaya dua juta rupiah. Windi

MPM Siapkan Kongres Mahasiswa Sudah dua belas tahun semenjak diamandemennya petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) organisasi mahasiswa (ormawa) UNP pada 2004 lalu. Pada tahun ini, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Universitas Negeri Padang (UNP) selaku pihak yang berwenang perihal ini, berencana akan mengadakan kongres mahasiswa atau musyawarah mahasiswa (musma). Ketua MPM, Syukron Novri Arpan mengatakan bahwa musma tersebut akan dilaksanakan pada Februari 2017 mendatang. Namun, untuk persiapan sendiri akan dimulai pada Desember ini dengan mengadakan sarasehan ormawa. Pada sarasehan tersebut akan dibahas mengenai Undang Undang Dasar (UUD) Ormawa yang telah dirumuskan oleh MPM. Tujuannya ialah untuk mendapatkan pertimbangan dan tambahan dari ormawa selingkungan UNP terhadap

UUD tersebut. Selain itu, juga untuk mengefektifkan waktu sehingga ketika musma berlangsung tidak akan banyak lagi pembahasan mengenai UUD Ormawa ini. Hal yang melatarbelakangi diadakannya musma ini, kata Syukron, yaitu juklak dan juknis hasil amandemen 2004 lalu dianggap sudah tidak lagi relevan dengan kondisi ormawa di UNP sekarang. Selain itu, saat ini banyak aturan dalam juklak dan juknis yang telah dilanggar oleh ormawa maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dikarenakan ketidaktahuan dan ketidakjelasan dari juklak dan juknis tersebut. Seperti koordinasi program kerja ormawa dengan Badan Eksekutif Mahasiswa yang sudah tidak ada lagi. Lebih lanjut, Syukron menjelaskan bahwa dalam rancangannya, akan ada dua konsep dari MPM. Pertama, konsep seperti amandemen 2004 lalu. Ke-

dua, diadakan sosialisasi mengenai draf UUD ke seluruh ormawa. Selain itu, di MPM sendiri juga akan ada silahturahmi dengan lintas generasi MPM untuk mendengarkan pendapat senior dan mengulik kekurangan-kekurangan yang terjadi di kepengurusan MPM sebelumya, terutama mengenai musma ini. “Jadi, jika semua masukan sudah terangkum, termasuk dari ormawa, kami nanti bisa mengeksekusi,” jelas Syukron, Selasa (4/ 10). Musma ini pun menuai berbagai komentar dari para aktivis. Seperti Ketua Umum Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup, Nopan Putra yang tidak mendukung diadakannya musma. Menurutnya, musma tidak terlalu penting mengingat peraturan yang dikeluarkan nantinya dirasa akan merugikan UKM. “Tapi kalau niatnya mengubah aturan dan tidak akan merugikan, tidak masalah,” ujarnya,

Jumat (7/10). Berbeda dengan Nopan, Rahmad Faisal, Ketua Umum Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik berkomentar, musma ini harus didukung dengan sangat baik, mengingat selama ini rencana musma tidak pernah terealisasi. Namun sebelum musma ini diadakan, menurut Faisal, tugas penting MPM adalah menyadarkan seluruh ormawa tentang pentingnya juklak dan juknis. “Seperti negara tanpa aturan, hukum rimba yang dipakai. Yang kuatlah yang akan menang,” ungkap Faisal, Senin (17/10). Perihal ini, Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP, Muhammad Haris Sabri, meminta MPM selaku lembaga legislatif yang berwenang mengeluarkan undangundang, agar mencari jalan tengah. Bagaimana MPM dan BEM tetap berjalan sesuai dengan kondisi ideal sebuah negara

yang mengacu pada juklak dan juknis, sementara ormawa dan UKM juga tetap dengan budayanya, tanpa melanggar aturan-aturan tersebut. Musma diharapkan dapat mewujudkan kondisi yang sama-sama diinginkan. “Kondisi sekarang dan kondisi ideal merupakan dua hal yang bertolak belakang,” Kamis (13/10). Namun, jika untuk mencapai keidealan UNP sebagai sebuah negara, menurut Haris, musma bisa sangat penting untuk dilaksan ak an . Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor III UNP, Prof. Dr. Syahrial Bahtiar mengatakan bahwa pihak universitas meminta agar musma segera dilaksanakan. “Dana sudah disediakan,” ujarnya pada acara Sehari Bersama Rektor yang berlangsung di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik UNP, Selasa (1/11). Ranti dan Nadilla*


TEROPONG

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Mahasiswa PGSD Juara II LKTI

Foto Bersama: Muspita dan tim berfoto bersama usai pengumuman juara LKTI nasional di Universitas Sriwijaya, Palembang, Minggu (30/10). f/doc

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Padang meraih juara du a Lomba Karya Tu lis Ilmiah (LKTI) tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Gelora Madani Faku ltas Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya, Palembang. Mahasiswa tersebu t yaitu Dinni Ramayani, Andri Hayatul Akbar, dan Muspita Anjelia. Karya tu lis tersebu t berju du l “SI-ROIS (Roda Islmi) Inovasi Media Pembelajaran Interaktif di Sekolah Dasar dalam Mewu judkan Generasi Emas Indonesia yang Berintegritas”. Lomba ini berlangsu ng dari 26-30 Oktober lalu. Mu spita mengatakan bahwa ide karya tu lis tersebu t terinspirasi dari keadaan anakanak zaman sekarang yang masih bermasalah dengan karakter. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran, anak-anak cenderu ng menghapal tanpa memahami nilai dari pelajaran yang disamp a i k an . Tak ayal, kondisi ini mendorong Muspita dan kedua rekannya u ntu k berinovasi menciptakan media pembelajaran interaktif yang tidak monoton

dalam mendidik anak-anak, khususnya pada jenjang sekolah dasar. “Dengan media ini, anak-anak akan lebih aktif dalam pembelajaran, serta bisa belajar dengan memahami dan tidak sekadar menghapal,” ujarnya, Senin (31/10). Selain itu , dalam penulisan karya tu lisnya, Muspita mengaku mereka hanya menghabiskan waktu tiga hingga empat hari. Namun, u ntuk idenya sudah terpikirkan dari jauh-jau h hari. “Untu k ide, tentunya haru s kekinian, dan kami menyesuaikan dengan tema yang dilombakan panitia. Kebetu lan sebelumnya sudah ada ide, tinggal merombaknya sedikit saja,” tambahnya. Lebih lanjut, mahasiswa Ju ru san PGSD TM 2014 tersebu t berharap ia dan temantemannya bisa lebih baik lagi dalam menu lis karya ilmiah, serta lebih banyak lagi mahasiswa FIP dan UNP yang menu lis dan mengiku ti berbagai LKTI di Indonesia. “Semoga kami juga bisa lulus u ntuk Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-30,” harapnya. Wakil Dekan III FIP, Drs. Zelhendri Zen, M.Pd., mengapresiasi prestasi yang telah dira-

Prodi Baru Teknik Sipil (SI) ih oleh tiga mahasiswa Jurusan PGSD tersebut. Zelhendri mengharapkan agar prestasi yang diraih Muspita dan kedu da rekannya bisa mendorong dan memotivasi mahasiswa lain untuk berprestasi dalam bidang karya tu lis ilmiah. “Kalau bisa tidak hanya di LKTI, tapi ju ga di PKM 5 bidang,” ujarnya, Senin (1/11). Zelhendri juga menginginkan agar pengalaman Muspita dan kedu a rekannya selama mengikuti lomba bisa dijadikan sebagai pengalaman yang berharga. Dampaknya, tidak hanya memotivasi diri pribadi, tapi juga mahasiswa lain untuk terpanggil bergiat di bidang ilmiah. “Seperti pengembangan program mahasiswa wirausaha, pengabdian masyarakat, dan kegiatan lainnya,” tambah nya. Selain itu , u ntuk pengembangan mahasiswa, ia mengatakan bahwa pihak FIP sendiri akan mengadakan pelatihan-pelatihan u ntuk menambah wawasan mahasiswa. Dalam waktu dekat, sambungnya, FIP akan mengadakan seminar akademik dengan tuju an melatih mahasiswa membu at makalah sesuai bidang ilmu nya. “Kalau sudah terlatih, nanti ju ga membantu mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat menyelesaikan program S1-nya,” terang Zelhendri. Lebih lanjut, Zelhendri berpesan agar mahasiswa tidak sekadar berkarya di bidang nonakademik saja, tapi ju ga komitmen untu k bisa menyelesaikan studi secepat mungkin dengan tetap meraih prestasi yang tinggi. “Jika mau bekerja keras untu k meraih prestasi dan menyelesaikan stu di tepat waktu, saya yakin mahasiswa bisa,” pungkasnya. Sri

Home Base Pusat Informasi Peluang Kerja Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP) membentuk pusat informasi dunia kerja untuk alumni Teknik Mesin. Pusat informasi dunia kerja tersebut disebut dengan home base atau rumah singgah. Home base ini berdiri sejak 2013 di Bekasi. Pencetus home base, Drs. Nelvi Erizon, M.Pd., yang juga merupakan dosen Teknik Mesin mengatakan bahwa ia memperoleh ide untuk mendirikan home base dari anaknya. Saat itu, anaknya dengan mudah mendapat informasi pekerjaan setelah wisuda dari para alumni. Hal tersebut menggerakkan hati Nelvi untuk membuat home base yang memudahkan para wisudawan di Jurusan Teknik Mesin memperoleh informasi pekerjaan. Nelvi juga mengatakan bahwa awal pendirian home base ini tidak mudah karena biaya yang digunakan untuk menyewa rumah berasal dari sumbangan para wisudawan. “Untuk sekarang telah diurus oleh Hima Teknik Mesin,”

jelasnya, Selasa (11/10). Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan di home base tidak hanya sharing informasi pekerjaan, tapi juga berkumpul untuk saling mengakrabkan. “Kami tidak memaksa untuk bergabung. Semua kami serahkan pada alumni,” tegas Nelvi. Saat ini, kata Nelvi, home base Teknik Sipil memiliki cabang di dua tempat, yaitu Pekanbaru dan Batam. Para alumni yang membutuhkan pekerjaan bebas memilih home base yang disukai karena tidak ada pembagian untuk memilih pekerjaan. Namun, untuk wisudawan ke-107 pada September lalu, lebih banyak memilih home base yang bertempat di Batam. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Alinus mengatakan bahwa, dengan adanya home base, alumni sangat terbantu dalam memperoleh informasi pekerjaan. Untuk biaya secara keseluruhan ditanggung oleh alumni yang telah tergabung di home base. “Jadi, kami hanya

17

sebagai pengontrol, dan untuk iyuran wisudawan kami yang mengelola, yang sebelumnya untuk home base, namun karena telah di biayai alumni, iuran tersebut kami pergunakan untuk keperluan yang lain,” terang Alinus, Rabu (26/10). Seiring dengan hal tersebut, Ketua Jurusan Teknik Mesin, Arwizet, ST, MT,, mengatakan bahwa, di home base, alumni juga memberikan pembekalan mengenai prosedur melamar pekerjaan, seperti tes, wawancara, dan cara memasukkan lamaran. Keberadaan home base memberi pengaruh yang baik untuk akreditasi Jurusan Teknik Mesin. Arwizet berharap home base terus berlanjut sampai batas waktu yang tidak ditentukan dan terus berkembang ke berbagai daerah di Indonesia. Ia juga berharap jurusan lain yang ada di UNP mengikuti jejak Jurusan Teknik Mesin dalam hal pengadaan home base ini. “Meniru ke arah kebaikan itu tidak apa-apa,” jelasnya, Jumat (21/10). Maida

Fakultas Teknik (FT) Universitas Negri Padang (UNP) membuka Program Studi (Prodi) baru untuk Jurusan Teknik Sipil. Prodi tersebut yaitu Prodi Teknik Sipil (SI). Pada tahun ini, Prodi Teknik Sipil (S1) sudah melakukan penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2016-2017. Dekan FT UNP, Drs. Syahril, M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa ada beberapa hal melatarbelakangi didirikannya prodi baru tersebut. Pertama, bagusnya kesiapan FT, baik dari segi dosen maupun sarana dan prasarana. Pasalnya, Jurusan Teknik Sipil FT UNP juga telah memiliki Prodi Teknik Sipil (D3). Hal ini menandakan Prodi Teknik Sipil (S1) telah memadai untuk diadakan di UNP. Kedua, tingginya minat lulusan sekolah menengah atas berkuliah di UNP dan banyaknya pertanyaan masyarakat akan keberadaan prodi tersebut. “Berdasarkan pertanyaan masyarakat untuk mencari informasi berarti di sana ada kebutuhan masyarakat,” tutur Syahril, Rabu (12/10). Senanda dengan hal tersebut, Ketua Prodi Teknik Sipil (S1), Rusnardi Rahmat Putra, S.T., MT., Ph.D. Eng., membenarkan bahwa Jurusan Teknik Sipil membuka prodi baru Teknik Sipil (S1). Jadwal penerimaan mahasiswanya sendiri diadakan pada 19-27 September melalui seleksi mandiri. Jadwal tersebut berbeda dengan jadwal penerimaan mahasiswa baru ditetapkan universitas yang berlangsung pada 15 Juni hingga 25 Juli. Hal ini dikarenakan Prodi Teknik Sipil (S1) masih menunggu Surat Keputusan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi. Pada semester ini, mahasiswa Prodi Teknik Sipil (S1) berjumlah sebelas orang. Proses seleksinya dilakukan fakultas. Untuk jadwal perkuliahan dimulai 6 Oktober lalu. Oleh karena itu, untuk penyelesaian masa studi pada semester pertama ini, sepenuhnya diserahkan kepada dosen bersangkutan dengan berdiskusi bersama mahasiswa. “Yang penting bagi kita, harus mencukupi enam belas kali pertemuan,” jelas Rusnardi. Lebih lanjut, Rusnardi menjelaskan bahwa lulusan prodi baru ini diharapkan terampil untuk terjun langsung ke lapangan. Di samping merencanakan bangunan, lulusan Prodi Teknik Sipil (S1) diharapkan bisa melakukan perawatan bangunan. “Karena jurusan ini lebih spesifik dalam perawatan bangunan,” tuturnya. Perawatan yang dimaksud adalah perawatan bangunan pascagempa mulai dari memperbaiki hingga memperkuat bangunan tersebut agar kembali kokoh. Bahkan, bangunan bisa lebih kuat dari sebelumnya. Selain itu, lulusan mampu memperbaiki jalan, jembatan, rel kereta api yang rusak, dan tanah longsor melalui teknik pengembangan dan teknik baru lainnya. Rusnardi juga berharap dengan adanya Prodi Teknik Sipil (S1) ini, Jurusan Teknik Sipil FT UNP bisa mendapatkan peringkat baru dan bagus di tingkat nasional. “Semoga Teknik Sipil yang baru ini dapat menjadi prodi yang spesifik, terutama untuk bidang perawatan dan penguatan bangunan,” tutupnya. Andhika dan Gezal*

UNP Ikuti Program PERMATA Universitas Negeri Padang (UNP) mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara (PERMATA) pada tahun ini. Program tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan berlangsung selama satu semester. Tujuan dari program ini adalah membangun nasionalisme mahasiswa dan meningkatkan komunikasi mahasiswa lintas perguruan tinggi dan budaya. Selain itu, program ini juga bertujuan memberi kesempatan mahasiswa mengambil perkuliahan di perguruan tinggi memiliki keunggulan dan kekhasan keilmuan. Pada tahun ini, alokasi anggaran program PERMATA ditujukan untuk 600 mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta. Pada tahun ini pula, UNP yang diwakili Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS), berkerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kedua universitas mengirimkan dua perwakilannya mengikuti program . Meski demikian, salah satu mahasiswa UNY mengundurkan diri karena berhalangan. Mahasiswa ikut program ini dipilih berdasarkan prestasi akademik dan nonakademik. Ketua Jurusan Sejarah FIS, Dr. Erniwati, S.S., M.Hum., menjelaskan bahwa mahasiswa ikut seleksi adalah mahasiswa TM 2014. “Kami me-

milih berdasarkan ranking satu sampai lima, dan yang berhasil lolos hanya dua mahasiswa,” terangnya, Selasa (15/11). Mahasiswa tersebut yaitu Ayu Tri Wahyuni dan Rezi Oktania. Sementara, perwakilan UNY adalah Muhammad Faruq Jabbar Baihaqie. Mengenai prosedur pendaftaran, mahasiswa diseleksi terlebih dahulu oleh Ketua Jurusan yang berhubungan langsung dengan mahasiswa bersedia mengikuti program. Selanjutnya, proses penginputan data diserahkan kepada mahasiswa terpilih. Salah seorang perwakilan UNP, Ayu mengatakan bahwa program tersebut bisa menambah pengalaman dan memotivasinya untuk terus maju. Dia juga ingin tahu proses perkuliahan di UNY. “Untuk penilaian diberikan berdasarkan mata kuliah yang kita ambil pada semester tersebut,” jelas Ayu ketika diwawancarai via telepon, Selasa (11/10). Senada dengan Ayu, Faruq pun menjelaskan bahwa untuk permasalahan mata kuliah harus diambil di UNP, dia bisa berkonsultasi dengan dosen di UNY. “Beberapa mata kuliah ada sama dengan mata kuliah di UNY. Namun, ada satu mata kuliah tidak diambil karena tidak tersedia di UNP,” jelasnya Rabu (9/11). Nantinya, imbuh Faruq, nilai semester akan dikirimkan pada universitas masing-masing. Maida dan Tivani*


INTER

18

HMJ PLB

UK Kopma

KSR PMI

OASIS II Unit Kegiatan Korps Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar OASIS II, Rabu (5/10). Acara yang diadakan di Lapangan Bumi Perkemahan Lemdadika Padang Basi Sumatra Barat ini dihadiri oleh Dispora Sumbar, Kepala Markas daerah Sumbar, Ketua PMI Kota Padang, staf ahli Wakil Rektor III UNP, serta Kepala Bagian Kemahasiswaan UNP. Bertema Dari OASIS Kita Bentuk Relawan yang Kreatif, Inovatif, dan Berkualitas, acara ini diikuti oleh 884 peserta yang terdiri dari

anggota Palang Merah Remaja (PMR) Wira dan sekolah menengah atas sederajat yang berasal dari 36 kontingen. Masing-masing kontingen terdiri 24 orang. Ketua Pelaksana, Uswatun Hasanah menjelaskan, acara ini bertujuan untuk menjadikan peserta sebagai peer educator yang menjadi pendidik sebaya keterampilan hidup sehat bagi teman-temannya serta dapat mengembangkan kompetensinya. “Semoga semua PMR Wira dapat memberikan pengabdian kepada masyarakat,” harapnya. Lutfi*

Unit Kegiatan (UK) Koperasi Mahasiswa (Kopma) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Pendidikan Tingkat Dasar (Diksar) untuk calon anggota Kopma angkatan ke-32, Sabtu (29/10). Kegiatan yang mengusung tema Menumbuhkembangkan Pemahaman Mengenai Prinsip-Prinsip dan Nilai-Nilai Koperasi serta Loyalitas Kader dalam Berkoperasi ini berlangsung di Aula Engku Syafei Imam Bonjol LPMP Sumatra Barat. Pembina Kopma, Drs. Abdul Maujud, M.Pd., berpesan kepada peserta Diksar

agar mampu memahami dan mendalami koperasi. Dengan demikian, diharapkan nantinya tumbuh rasa memiliki terhadap Kopma. Di samping itu, Ketua Ikatan Alumni Kopma, Drs. Yan Indra menyampaikan agar peserta menjadikan Kopma sebagai pilihan dari keinginan diri sendiri. “Jangan memilih Kopma jika hanya sekadar ikut-ikutan teman,” tegasnya, Senada dengan itu, Ketua Umum Kopma, Feri Andika berpesan kepada peserta untuk belajar dengan sungguh-sungguh bersama Kopma. Nadilla*

ugurasi ini, Dekan FMIPA, Prof. Lufri, M.S., dalam sambutannya mengharapkan agar , silaturahmi antarsivitas akademika Jurusan Biologi FMIPA UNP dapat terjaga dengan baik. Senada dengan itu, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi, Izan Muhammad Fadlan menyampaikan bahwa seluruh sivitas akademika Jurusan Biologi UNP harus tumbuh, berkembang, dan bermanfaat bagi orang lain. “Semoga keluarga Biologi semakin jaya dan selalu kompak,” ujarnya. Zahara

HMJ ISP

Debat Konstitusi Mahasiswa Jilid III dan Unit Kegiatan Mahasiswa selingkungan UNP. Kegiatan ini merupakan program universitas yang diserahkan kepada HMJ ISP karena sejalan dengan bidang keilmuan yang didalaminya. Tidak hanya untuk berdebat, tapi juga menjalin silaturahmi antar mahasiswa dan organisasi di UNP. Selain itu, juga untuk melahirkan insan yang berjiwa kebangsaan yang peduli terhadap bangsanya serta pandai menyikapi kebijakan secara kritis sesuai aturan yang berlaku. Gezal*

Jurusan Basindoda

Festival Sastra Mursal Esten Bertujuan memperingati Bulan Bahasa dan Hari Sumpah Pemuda ke-88, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (Basindoda) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Festival Sastra Mursal Esten, Jumat-Minggu (28-30/10). Ada delapan cabang lomba, yaitu menulis puisi, cerpen, kritik sastra, baca puisi, debat, balas pantun, pewara, dan monolog. Ketua Pelaksana, Dr. Yenni Hayati, S.S,M.Hum., mengatakan, acara ini diikuti sebanyak 120 peserta

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa‘(PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan kegiatan Bakti Sosial Mahasiswa (BSM), Jumat (28/10). Bertemakan Harmony in Diversity, kegiatan ini bertepatan dengan hari peringatan Sumpah Pemuda dan diikuti oleh 187 peserta. Muhammad Zuliansyah selaku Ketua Pelaksana mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya acara ini adalah untuk menjalin silaturahmi, baik antarsesa-

ma mahasiswa maupun antara sivitas akademika PLB dengan masyarakat sekitar. Ketua Jurusan PLB, Drs. Asep Ahmad Sopandi, M. Pd., mengatakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyatukan mahasiswa yang berasal dari daerah berbeda adalah melalui kegiatan yang sifatnya membangun. Ia berharap agar kegiatan BSM ini benar-benar memberikan hal yang bermanfaat kepada masyarakat. “Semoga kegiatan ini membawa hikmah dan manfaat untuk kita semua,” harapnya. Oktri* dan Putri*

FIK UNP

Hari Jadi Biologi ke-51

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Sosial Politik (ISP) Universitas Negeri Padang (UNP), mengadakan lomba Debat Konstitusi Mahasiswa Jilid III Tingkat UNP, Sabtu (29/10). Acara yang bertemakan Membangun Kesadaran Berkonstitusi ini, digelar di Aula Fakultas Ilmu Pendidikan UNP selama dua hari, yakni Sabtu-Minggu (29-30/10). Ketua pelaksana, Siti Khodijah mengatakan, kegiatan ini diikuti oleh 18 tim yang berasal dari Himpunan Mahasiswa Jurusan, Badan Eksekutif Mahasiswa,

BSM

Diksar

HMJ Biologi

Dalam rangka merayakan hari jadinya ke-51, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan acara inaugurasi di Aula Engku Syafei LPMP Sumatra Barat, Minggu (23/10). Acara tahunan Jurusan Biologi kali ini mengusung tema Sprinkle Spring Generation of Biology. Tema ini bertujuan untuk menanamkan jiwa Biologi kepada keluarga besar Jurusan Biologi, yakni sikap semangat dan tangguh. Melalui kegiatan ina-

Edisi No. 193/Tahun XXVII

dari mahasiswa TM 2013, 2014, 2015, dan 2016. “Semoga acara ini menjadi agenda tahunan Jurusan Basindoda dan ke depannya diikuti peserta se-Indonesia,” harapnya. Ketua Jurusan Basindoda, Dra. Emidar, M.Pd. mengatakan, ada empat tujuan diadakan Festival Sastra Mursal Esten, yaitu mengenang tokoh sastra nasional, Dr. Mursal Esten, mendorong dan meningkatkan potensi, menggali dan memupuk kreativitas serta meningkatkan kepekaan dan ketajaman analisis mahasiswa. Laila*

BEM FPP UNP

Terkendala Sekretariat Berdasarkan Surat Keterangan Dekan FPP Nomor 210/UN35.8/km/ 2016 perlu adanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di lingkungan FPP, maka pada 24 Februari lalu BEM FPP resmi dilantik. Kepengurusan perdana BEM FPP beranggotakan 55 orang yang diketuai oleh Muhammad Idroki dari Ju ru san Ilmu Kesejahteraan Keluarga (IKK). BEM FPP membentuk lima divisi, yaitu divisi humas dan protokoler, divisi human resaurce development (HRD), divisi pendidikan dan pengajaran pariwisata, divisi minat dan bakat, serta divisi kerohanian. “Masing-masing divisi merancang dua program kerja,” ungkap Idroki, Senin (10/ 10). Adapun program kerja yang telah terlaksana di antaranya Latihan Ke-

terampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM), event organizer, minat bakat, buka bersama penggurus BEM FPP, kepanitiaan Perkenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2016, perekrutan anggota baru, dan pelantikan anggota muda. Idroki menambahkan, k en d al a yang dihadapi dalam melak s an akan program kerja ialah masalah pendanaan yang minim serta kurangnya sumber daya manusia. Sedangkan untuk sekretariat, BEM FPP menempati salah satu ruangan di PKM FT UNP yang merupakan sekretariat jurusan IKK dahulunya. Namun, ruangan BEM FPP harus berbagi dengan BPM FPP dan juga Badan Seni Kampus Orange (BSKO). “Kami membutuhkan dukungan dan ketegasan dari dekanat,” ungkapnya. Fauziah

FIP

Internasional Seminar on Education Mengusung tema Understanding Future Trends Towards Global Education, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Internasional Seminar on Education di Hotel Rocky Padang, Kamis (20/10). Acara ini menghadirkan delapan narasumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, dan profesor, serta doktor dari universitas dalam dan luar negeri. Dekan FIP UNP Drs. Alwen Bentri, M.Pd., mengatakan, seminar internasional ini terselenggara berkat kerja sama FIP UNP

dengan Kampus Pendidikan Teknik, Institut Pendidikan Guru, Malaysia. “Kerja sama antardua kampus juga dapat dilanjutkan dengan berbagai kegiatan lain. Seperti penelitian, pertukaran dosen, serta penulisan buku bersama,” h arap n ya. Seluruh peserta diharapkan memperoleh wawasan baru dalam pengembangan guru serta tenaga kependidikan lainnya. “Peranan pendidik dan tenaga kependidikan sangat penting dan merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pembangunan pendidikan,” pungkasnya. Sri

Pelantikan IMORI Sumbar Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Padang (UNP) melantik Ikatan Mahasiswa Olahraga Indonesia (IMORI) kesekretariatan Sumatra Barat (Sumbar). Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan IMORI se-Indonesia di Aula FIK UNP, Sabtu (22/10). Wakil Rektor III UNP, Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., menyampaikan bahwa IMORI memiliki peluang untuk maju, apabila seluruh anggota saling bekerja sama. “IMORI harus menciptakan kualitas dan daya saing, jangan sampai mengabaikan tu-

gas sebagai seorang mahasisw a,” u jarnya. “Selain itu, IMORI diharapkan dapat membentuk kegiatan yang memajukan keolahragaan Indonesia agar terus berkembang sampai tingkat internasional nantinya,” pungkasnya. Rio Afriandi selaku ketua terpilih mengatakan, proses pembentukan IMORI Sumbar sudah berlangsung sejak Februari lalu. “Saya bersyukur pada bulan ini bisa dilantik kepengurusannya karena itu kita harus saling bekerja sama,” harapnya. Mai

HMJ Seni Rupa

Nonton Bareng Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan nonton bareng (nobar) film yang berjudul Layar Kampus di Pendopo FBS, Kamis (20/10). Sekretaris acara, Hidayatul Azmi mengatakan bahwa nobar ini merupakan salah satu program kerja baru HMJ Seni Rupa yang dilaksanakan rutin setiap dua minggu sekali pada hari Selasa, dimulai dari pukul tujuh malam hingga selesai. “Ini kali

pertama, tapi direncanakan diadakan secara berperiodik,” ujarnya. Menurut Hidayatul, film yang ditampilkan ialah film-film yang tidak ditayangkan di media komersial seperti televisi dan bioskop. Tentunya, lanjut Hidayatul, film tersebut layak, bermanfaat, dan menarik dibahas karena setelah nobar dilanjutkan dengan bedah film bersama moderator. “Acara ini dapat melatih mahasiswa untuk berani mengungkapkan pendapat dan berpikir kritis,” tutupnya. Gezal*

PPIPM

PPIPM Fair 2016 Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa(PPIPM) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan PPIPM Fair. Agenda tercakup dalam PPIPM Fair ini, di antaranya Lomba Karya Tulis Ilmiah Siswa dan Mahasiswa, Young Research Competition, seminar nasional, gala dinner dengan walikota, field trip, dan malam inaugurasi. Pembukaan PPIPM Fair 2016 berlangsung di Aula Fakultas Ilmu Pendidikan, Rabu (26/10). Diikuti 120 finalis dari 22 perguruan tinggi dan 8 sekolah berbagai daerah di Indonesia.

Wakil Ketua Pelaksana, Candra Hidayat, berharap melalui PPIPM Fair kali ini generasi muda dapat ikut berperan aktif dalam program pemerintah. Hal ini sesuai dengan tema acara, yaitu “Strategi dan Inovasi Indonesia Muda dalam Mewujudkan SDG‘s 2030”. Staf ahli Wakil Rektor III UNP, Drs. Willadi Rasyid, M.Pd., mengapresiasi acara ini. “UNP selalu memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang ingin mengembangkan intelektual, etika, dan estetika, ”ujarnya, Sabtu (29/10). Jimi dan Windy.


Edisi No. 193/Tahun XXVII

SEPUTAR MAHASISWA 19

Eksistensi Berita Online bagi Pembaca Hai pembaca setia Ganto! Tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi. Hal ini memungkinkan terjadinya konvergensi media antara media massa konvensional dengan teknologi komunikasi. Kondisi ini dapat terlihat pada media cetak besar yang ada di indonesia memanfaatkan teknologi komunikasi dengan membuat portal berita online. Konvergensi media ini pula yang melahirkan jurnalisme baru, yaitu jurnalisme online, yang mengandalkan internet sebagai sebarannya. Salah satu produk jurnalistik online adalah media online. Yang termasuk salah satu kategori media online adalah portal berita online. Memang, dengan adanya internet, sebuah berita dapat diakses dari mana dan kapan saja. Meski demikian, perkembangan teknologi juga mempengaruhi eksistensi media. Dewan pers mencatat, dari 2.000 jejaring berita online yang ada di indonesia, hanya 211 yang memenuhi syarat sebagai media profesional. Tidak ada penanggung jawab dan badan hukumnya (Media Indonesia). Bertolak dari hal tersebut, bagaimana tingkat kepercayaan Anda terhadap berita yang beredar di media online saat ini? Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi membawa perubahan besar terhadap industri komunikasi. Kondisi ini dapat dilihat dari media cetak yang kian berpacu menuju teknologi komunikasi sehingga nantinya bermuara pada lahirnya media online. Layaknya media cetak, media online yang berbasis internet juga menerbitkan produk yang dinamakan portal media online. Kehadiran portal berbasis internet secara tidak langsung telah menggeser posisi media cetak sebagai pusat informasi. Tidak dapat dipungkiri, portal media online memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk mengakses informasi di mana dan kapan saja. Portal media online juga bersifat update atau terbaru. Canggihnya teknologi dapat dilihat dari munculnya berbagai jenis gawai, seperti smartphone, tablet, laptop yang mayoritas dilengkapi aplikasi internet. Hal ini menciptakan kemudahan bagi setiap orang agar bisa mengakses internet. Terlebih lagi dengan adanya tawaran menarik paket internet dan kehadiran jaringan wifi yang disediakan di berbagai tempat, seperti kafe, restoran, kantor, ataupun kampus. Semua itu tentu memberikan efek siap saji yang disukai orang untuk mendapatkan informasi. Menurut data yang dirilis oleh Internet World States, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 39,6 juta orang. Bahkan, menurut AntaraNews 2012, jumlah pemakai internet sudah mencapai 48 juta orang. Bercermin dari data tersebut, media online telah menjangkau sebagian besar masyarakat Indonesia. Kecepatan waktu, kemudahan mengakses, dan ruang lingkup yang luas membuat banyak pembaca lebih memilih mengonsumsi berita online. Informasi pun bisa digulir lewat jejaring sosial, seperti Facebook ataupun Twitter yang semakin dekat dengan masyarakat. Sekjen Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, Suwarjono, mengatakan, dari 260 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 23 persen di antaranya telah menjadi pembaca setia beragam media online dan akan terus berkembang (Republikaonline.com). Kondisi tersebut juga menjadi sorotan bagi media cetak ternama. Pilihan untuk menerbitkan portal seakan menjadi hal yang penting. Media cetak pun bertransformasi menjadi media online. Redaktur

senior Kompas.com, Heru Margiyanto, dalam sebuah seminar, mengungkapkan bahwa, di Amerika Serikat, sejumlah media besar membuktikan kalau menghentikan produksi media cetak dan menggantinya dengan portal berita online adalah pilihan yang sangat tepat. Sebagai contoh, ia menyebut “Newsweek” yang tidak lagi terbit dalam bentuk cetak, melainkan dalam bentuk online. Meski begitu, kemajuan teknologi juga mempengaruhi eksistensi media. Dewan pers mencatat bahwa dari 2.000 jejaring berita online yang ada di Indonesia, hanya 211 yang memenuhi syarat sebagai media profesional. Tidak ada penanggung jawab dan badan hukumnya. Hal tersebut membuktikan jika pemberitaan di media online masih diragukan keakuratannya (Media Indonesia). Beranjak dari kondisi tersebut, Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang melakukan jejak pendapat dalam bentuk polling yang disebarkan oleh bagian Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan terkait pendapat mahasiswa dengan eksistensi berita online di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa UNP sendiri. Polling berupa angket terdiri atas lima pertanyaan, dan disebarkan kepada 800 mahasiswa UNP. Data angket didapatkan dari metode random sampling yang diambil secara accidentil. Berdasarkan angket tersebut, terungkap bahwa jenis berita hiburan merupakan jenis berita yang sangat disukai dan sering dibaca oleh mahasiswa UNP. Hal ini sesuai dengan hasil polling yang telah disebarkan, yaitu 31,23% mahasiswa UNP mencentang pada pilihan hiburan. “Berita bertemakan hiburan lebih menarik dan bahasannya tidak terlalu berat. Sekalian bisa refreshing,” ungkap Mahasiswa Pendidikan Ekonomi TM 2016, Mayang Efridiyanti. Kemudian, disusul oleh jenis berita bertemakan sains dan teknologi sebanyak 18,28%. Lalu, sebanyak 16,20% mahasiswa UNP menyukai bahan bacaan atau berita bertemakan pendidikan. Selanjutnya, berita bertemakan kriminal 12,12%; politik 11,27%; sains dan teknologi 3,99%; dan sisanya menyukai jenis lain. Selain itu, lebih dari 53,51% responden menjadikan media online sebagai media informasi tambahan setelah menikmati dan membaca media cetak. Sementara, sebanyak 46,14% responden

memilih media online sebagai informasi utama sebelum media cetak. Mayang pun menjelaskan bahwa media online lebih update dibandingkan dengan media cetak. “Proses penerbitannya saya rasa tidak terlalu lama,” ujarnya. Lebih lanjut, dari keseluruhan responden yang telah mengisi angket, sebanyak 50,00% di antaranya menyatakan bahwa alasan membaca berita di portal berita online disebabkan beritanya aktual, update, dan mudah diakses. Sementara, 23,86% dari keseluruhan responden menyatakan alasannya bahwa berita di portal online lebih menarik karena tim redaksi menyertakan teks, suara, gambar, video, atau komponen lain ke dalam berita. Jika sudah begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa berita di media online memberikan kemudahan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa UNP dalam mendapatkan informasi.

Kendatipun demikian, mahasiswa UNP tetap mengakui bahwa kualitas berita yang ada di portal berita online masih perlu ditelaah lagi. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase pengisian polling pada pertanyaan kualitas kebanyakan berita yang terdapat di portal berita online yang pernah dibaca mahasiswa. Sebanyak 49,49% responden menyatakan kualitas dari kebanyakan berita dari portal berita online yang pernah mereka baca kurang dapat dipercaya karena tidak disertai dengan sumber yang jelas. “Hal ini bisa jadi karena berita yang ada di portal berita online ini berpacu dalam masalh waktu, dan akhirnya tidak memikirkan lagi bagaimana keakuratannya,” ungkap Mayang lagi. Sementara, jumlah responden yang menyatakan percaya dengan kualitas berita online lebih sedikit daripada jumlah responden yang tidak percaya, yaitu sebanyak 39,04%. Hal

ini dikarenakan berita online disertai dengan sumber yang jelas Eksistensi berita online bagi pembaca juga dapat dilihat dari tanggapan responden terkait dengan pertanyaan apa yang mereka lakukan setelah membaca suatu portal berita online. Sebanyak 64,01% mahasiswa memilih mencari berita yang sejenis di portal lain untuk membandingkan bagaimana kualitas dan keakuratan beritanya setelah membaca berita di portal berita online tersebut. Sementara, hanya 7,15% responden yang memilih untuk menerima begitu saja informasi yang terdapat di dalam berita online tanpa menelaahnya terlebih dahulu. Jadi, berdasarkan polling tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden, yang terdiri dari mahasiswa UNP, masih berusaha mencari kebenaran dan keakuratan berita yang diterbitkan oleh portal berita online.


SASTRA BUDAYA

20

Cerpen

Tarompah Oleh Fanila Insani

KRITIK SAJAK “Iya, apalagi setelah lama menghilang dari kampung ini.” “Aku bukan menghilang, As. Aku mondok di Padangpanjang. Kemudian, bekerja di rumah makan teman Abah. Tapi, sekarang rumah makannya bangkrut dan aku dipulangkan.” “Bangkrut? Kenapa bisa, Da?” “Ntahlah, As! Mungkin sudah jalan Tuhan. Aku pun sudah rindu sekali dengan kampung ini.” “Setiap malam kau ke surau, As?” “Iya, Da. Jika tak ada halangan .” “Memakai tarompah itu?” “Iya, Da. Kenapa?” “Besok, kau letakkan tarompah-mu paling pojok di bawah jenjang. Ketika hendak pulang lihatlah di bawahnya. Aku akan menaruh sesuatu. Berhati-hatilah kau pulang, As. Nanti, Mak dan Apak cemas menanti kau.” Sudah hampir subuh, namun mataku masih betah saja terjaga. Apa maksudnya menaruh tarompah di bawah jenjang? Apa yang akan aku dapatkan ketika mengangkat tarompah itu? Entahlah, berbagai pikiran berputar-putar di kepalaku. Tak sabar rasanya menunggu esok. Setelah salat Isya dan semua jamaah beranjak keluar, aku masih saja duduk membatu. Doaku amat panjang malam ini, berdoa jika benar-benar ada sesuatu di bawah tarompah-ku, dan itu adalah sesuatu yang baik. Berdegup jantungku ketika mengangkat tarompah. Sebuah kertas yang dilipat dengan aroma semacam kuburan baru atau apalah itu menusuk-nusuk rongga hidungku. Apakah ini? Aku membukanya perlahan, amat pelan. Assalamualaikum, As. Amat manis wajahmu malam tadi kulihat berkerudung. Iba hatiku ketika kau tak mengenaliku, seketika aku mengacungkan tangan kepadamu. Tapi tak apa, setidaknya kau telah mendengarkan saranku untuk menaruh tarompahmu di tempat ini, sampai kau temukan suratku. Aku benar-benar tak pandai ber-

kata-kata indah, As. Anggap saja ini surat cinta dan aku tunggu balasannya besok malam di bawah tarompah-ku yang kuletakkan sejajar dengan tarompah-mu. Khairul Akhbar. Begitulah setiap malam, jika aku membawa surat ke surau malam ini berarti besok malam aku

Grafis: Hengky Yalandra

“Sudah kau putuskan pacarmu itu, As?” “Tidak, Pak.” “Kenapa kau jawab tidak? Yang aku tanya sudah atau belum. Jadi, jawabnya sudah atau belu m.” “As tidak akan putus dengan Uda Khairul, Pak.” “Lah, kenapa tidak?” Aku meletakkan buku bacaan lalu bergegas ke kamar. Menutup pintu dan juga pembicaraan dengan Apak. Aku dan Uda Khairul telah merajut cinta kurang lebih dua tahun. Dulu, Irul, begitu teman sejawat memanggilnya, adalah seniorku di sekolah dasar dan juga ketika mengaji di surau kecil dekat tepi sawah tak jauh dari rumahku. Setelah aku bersekolah di SLTP, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya di sekolah ataupun di surau. Aku memang sudah tak mengaji lagi di surau, tapi salat lima waktu masih aku sempatkan mendirikannya di sana. Sesekali sambil bernostalgia dan terkadang mengajar anak-anak mengaji iqra jika ustad berhalangan hadir. Hal tersebut berlanjut sampai saat ini, tiga tahun setelah aku tamat SLTA. Malam itu, aku ke surau bersama Limah, adikku. Sehabis Isya, aku mampir ke kedai Tek Linar untuk membeli minyak tanah. Keluar dari kedai, seorang lelaki tinggi berkulit sawo matang, mengenakan peci dan sarung, menghampiriku. “Maaf, kamu si As, bukan? Asmawati?” Sontak aku terkejut dan memandangi laki-laki di depanku lebih seksama. Sekian detik aku men yerah . “Maaf, Uda siapa?” Aku benarbenar tidak kenal dengan laki-laki ini. “Saya Irul, Khairul Akhbar.” “O, Uda Irul! Maaf, jika tadi saya tidak mengenal uda, karena uda berbeda sekali.” “Hahaha .... Tidak kau saja yang bilang begitu, As. Sudah banyak sekali, hampir seluruh isi kampung ini, termasuk Mak dan Abahku .”

Edisi No. 193/Tahun XXVII

akan mendapat surat di bawah tarompah. Jika aku tidak ke surau karena datang bulan, maka Limahlah yang menjadi tukang pos kami. Dengan imbalan aku mengerjakan tugas sekolahnya ketika ia ke surau. Seringkali surat dari Da Irul berisi puisi-puisi karangannya dan terkadang janjian bertemu setelah salat isya di dekat kedai Tek Linar. Lebih satu tahun aku berkirim surat lewat tarompah, aku berani mengenalkan Da Irul kepada Mak dan Apak sebagai teman dekat. Aku menceritakan kepada Mak dan Apak bahwa Da Irul pernah menuntut ilmu di pesantren selama tujuh tahun. Dalam ilmu agamanya, fasih baca Alquran, dan laki-laki yang bertanggung-jawab. Mak dan Apak tidak keberatan dengan hubunganku dengan Da Irul. Bahkan, beberapa bulan setelah itu, Mak mendesakku untuk segera menikah karena Teti, temanku, sudah mau dua anaknya. “Mau umur berapa kau menikah, As? Teman sepermainanmu

sudah menikah semua. Tinggal kau saja yang belum.” “Iya, Mak. Tunggu Da Irul dapat kerja dulu, katanya.” Sudah yang kesepuluh kali Mak bertanya kapan aku akan menikah, dan alasan yang aku berikan selalu itu ke itu saja. Menunggu Da Irul dapat pekerjaan dan barulah kami segera menikah. Setelah dipulangkan karena tempat kerjanya bangkrut Da Irul masih belum mendapatkan pekerjaan hingga saat ini. Hal serupa pun sudah aku tanyakan kepada Da Irul. Aku juga menceritakan kepadanya bahwa Mak dan Apak sudah setuju dengan hubungan kami serta menyuruhnya untuk segera datang beretong ke rumah. “Setelah aku dapat pekerjaan bagus dan cocok, aku akan segera melamarmu, As. Dan kita akan menikah.” Aku malas bernyinyir seperti Mak kepadanya. Nanti, terkesan aku mendesak. Selain Mak, Apak tak kalah seringnya menanyakan tentang pekerjaan Da Irul. “Sudah dapat kerja pacar kau itu, As?” “Belum, Pak.” “Apa yang kau harapkan dari laki-laki seperti itu?” “Da Irul itu laki-laki saleh, Pak. Salatnya tak pernah tinggal, selalu berjemaah di surau, kadang-kadang dia juga menjadi imam. Bacaannya fasih dan jelas, Pak. Begitupun mengaji dan memimpin doa setelah salat.” “Kenyang kau karena salatnya itu? Berbedak muka kau karena doanya itu? Bertukar baju kau karena zikirnya?” “Astagfirullah, Pak. Kenapa Apak berbicara seperti itu? Bukankah Apak yang menyuruh As dan Limah untuk mencari suami yang saleh dan bertanggung-jawab.” “Dia memang saleh, kuakui itu. Tapi, tanggung-jawab? Jika dia memang bertanggung-jawab, dia akan mencari pekerjaan dan meminang kau kepada kami. Bukan malah berpacaran sekian tahun. Malu kita kepada masyarakat. Malu kepada Tuhan juga, As. Aku bukannya tak merestui kau dengan dia. Tapi, bagaima-

napun dia akan menjadi kepala keluarga dan tanggung-jawabku berpindah ke pundaknya. Menjaga dan menjamin kelangsungan hidup kau.” “Da Irul sudah berusaha mencari kerja, Pak. Tapi, belum ada yang cocok.” “Sudah, kalau dalam dua minggu ini dia tak dapat pekerjaan, kau akan aku jodohkan dengan anak kawan lamaku. Dia bekerja sebagai guru di kota. Dua belas tahun lebih tua dari kau. Itu calon suami yang ideal.” “Tapi, As hanya mencintai Da Irul saja, Pak. As siap hidup susah asal bersama dia.” “Cinta? Biar susah asal cinta? Cinta? Makan sepiring berdua? Lagu lama As tak laku lagi di zaman sekarang. Bisa mati kaumakan cinta.” Aku benar-benar sudah bosan dihujami pertanyaan yang serupa setiap hari tambah lagi Apak yang mengancam akan menjodohkanku dengan laki-laki yang sudah tua dan tak aku kenal. Kutulis sebuah surat kepada Da Irul. Isinya agar aku dan dia kawin lari saja, berangkat ke kota dengan uang simpananku, dan memulai hidup berdua di sana. Tidak apaapa susah yang penting usaha dan doa, begitu kutulis di akhir surat. Keesokan malamnya suratku dibalas, pendek sekali. Kutunggu kau di tempat biasa, As. Malam ini. Segera. Jantungku selalu berdegup kencang setiap kali melihatnya, jauh maupun dekat. “Sudah kau pikirkan apa yang kau tulis di surat itu, As?” “Sudah, Da. Aku sudah tidak tahan dengan pertanyaan Mak dan Apak, Da.” “Bukankah kau katakan kepada Mak dan Apakmu bahwa aku laki-laki yang taat beragama?” “Iya, Da.” “Dan aku adalah laki-laki yang bertanggung-jawab?” “Iya, Da.” “Sekarang kau pulang dan katakan kepada Mak dan Apakmu bahwa kita tak punya hubungan apa-apa lagi. Assalamualaikum, As.”

KRITIK CERPEN

Romantisisme: Tema Karya Sastra Sepanjang Hayat

KRITIK CERPEN

Oleh Muhammad Ismail Nasution, S.S., M.A. Sungguh aneh memang kepribadian Khairul, lelaki menjadi tokoh cerpen Tarompah karya Fanila Insani. Ia ketuk hati Asmawati agar mau mencintainya. Setelah sekian lama menjalin asmara, orangtua As meminta keberanian Rul datang melamar. Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung memutuskan hubungan romantis mereka. Bagi As, peristiwa itu sungguh menyakitkan. Sebelumnya, lelaki dianggapnya saleh itu, ia pertahankan dengan gigih walau harus menantang orangtua. Bahkan, rela kawin lari karena ia hendak dijodohkan dengan lelaki lain. As membuat keputusan melabrak banyak hal terutama nilai-nilai yang dianutnya dalam balutan keyakinan. Peristiwa itu menarik. Pengarang berupaya merefleksikan kehidupan remaja memasuki usia

dewasa selalu diwarnai persoalan asmara. Remaja yang menerabas mengatasi persoalan hidup. Keunikan lain, konflik hadir di awal cerita. Konflik antara As dan ayahnya. Sikap As mempertahankan kekasih membuat hubungannya dengan si ayah kurang harmonis. Tokoh Ayah menghendaki Khairul bertanggung jawab. Tuntutan itu muncul karena ia malu kepada masyarakat dan Tuhan jika hanya hubungan anaknya sebatas pacaran. Tragedi di awal cerpen merupakan salah satu strategi memancing kuriositas pembaca agar mau menikmati karya. Persoalan romantisisme menjadi bagian proses penciptaan karya sastra. Jika ditelisik perjalanan sastra di Indonesia, tema itu tidak luput mewarnai setiap masa dinamika sastra Indonesia.

Tahun 1920–pancang awal lahirnya sastra Indonesia—misalnya, romantisisme menjadi tema penting. Roman-roman terbit pada masa itu bahkan sampai 40-an mengumbar romantisisme yang dipertentangkan dengan berbagai aspek: kasta, adat-istiadat, agama, status sosial, ras, dan sebagainya. Era berikutnya sampai sekarang tema itu juga tidak pernah luput dari pengamatan pengarang. Hanya sentuhannya mulai berkembang. Awalnya, dominasi maskulinitas sehingga perempuan selalu menjadi korban seperti dialami Mariati, Siti Nurbaya, Nyai Dasimah, dan lain-lain. Periode berikutnya, dominasi itu mulai pudar karena kaum feminis mondobrak persepsi maskulinitas. Novel-novel 80-an sampai sekarang, perempuan tidak lagi seperti Mariati dan Siti Nurbaya tetapi

mulai seperti Atik dalam Yasmin dalam Saman. Persoalan romantis menjadi tema sepanjang hayat. Sesungguhnya, pemikiran feodal tentang perempuan sebagai makhluk kedua telah ditentang Sutan Takdir Alisyahbana (STA). Namun, tidak secara terangterangan . Pemikirannya terintegrasi pada tokoh Tuti pada novel Layar Terkembang. Sisi lain, STA berseteru pendapat dengan beberapa pemikir bangsa masa itu, seperti Ki Hadjar Dewantara, Adinegoro, dan Purbacaraka tentang arah budaya Indonesia ke depan di dalam tulisan. Ia menyebut generasi muda Indonesia bukan hanya pandai meniru dan mengelap Candi Borobudur dan berbangga dengan berbagai kerajaan. Indonesia harus mengarahkan mata ke dunia barat agar menjadi bangsa yang dinamis.

STA pun dicap sebagai orang kebarat-baratan. Kemudian, efek lain yang menimbulkan nilai estetis cerpen itu adalah bahasa digunakan pengarang. Bahasa merupakan media komunikasi menghubungkan antara karya dengan pembaca. Bahasa ibarat warna cat pada lukisan, warna berbeda membuat lukisan menarik dan bernilai. Pengarang menggunakan cara pengungkapan dengan kalimatkalimat pendek dan asosiasi-asosisi menarik, seperti tarompah, surau, duduk membatu, dan sebagainya. Penamaan tokoh bersifat lokalitas memosisikan cerpen itu sebagai cerpen yang matang dalam pengungkapan bahasa berwarna lokal Minangkabau. Cara itu membuat seolah-olah pengarang berdialog langsung dengan pembaca. Sukses. Teruslah berkarya!


SASTRA BUDAYA

Edisi No. 193/Tahun XXVII

21

KRITIK SAJAK

Sajak

Ragam Repetisi Puisi

Senjaku Di atas karang, aku duduk menatap senja. Warna utama merah, kuning, dan biru menghias langit di atas garis laut. Indah namun hampa. Aku curiga senja ini adalah sepotong senja yang dicuri Seno untuk pacarnya, lalu ia ganti dengan senja palsu yang ia dapatkan dari loronglorong panjang itu.

Diasuh oleh Utami Dewi Pramesti, M. Pd.

Biarlah! Aku tak mungkin dapat mengejar Seno yang gesit mengendarai mobil. Ah, polisi saja dikelabuinya, apalagi aku! Lalu, akan aku apakan pula senja di hadapanku ini, tanpamu.

Oleh Abdul Hamid Mahasiswa Teknik Elektro TM 2014

Jejak yang Meluruh Bukan jejak tipis di bibir cangkir yang kau sesap Bukan pula sisa abu tembakau yang kau hisap Bukan itu. Sudah kuresap kenangan sepekat ampas kopimu Sudah hambar sisa gula bekas kecupmu Sudah kering ingatanku akan masa lalu Sudah pudar bayangan tentang dirimu Yang kubutuh kini hadirmu. Karena penghiburku—kenangan—telah meluruh seiring tuanya waktu.

Oleh Tesa Darma Mahasiswa Bahasa dan Sastra TM 2015

Takdir

Partikel-partikel bumi itu Lamat-lamat memecahkan satu mimpi utuh Mimpi dua anak manusia yang mencoba membuat takdir supaya menyatu Mereka pernah jatuh. Tapi, ada satu alasan yang tak goyah diterpa Hingga suatu hari, Partikel bumi diperintahkan tuhan memisahkan satu tujuan itu, Dan tidak ada yang bisa mencegahnya, Dua hati yang sempat jatuh berkali-kali tadi Tercerai-lerai terurai, Tidak ada tetes air mata di sana Tidak ada kata kerja ‘saling melupakan’ di sana Semuanya lebur termakan waktu, yang ada hanya kata “dulu satu” Partikel-partikel bumi itu.

Oleh Yolanda Pebtya Mahasiswa Bahasa dan Sastra TM 2015

Kali pertama membaca ketiga puisi ini, hal yang menarik perhatian adalah repetisi. Menurut Keraf (1996), repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Kata kuncinya “penekanan” dan harus hati-hati jangan sampai menyebabkan kebosanan. Kendatipun ketiga puisi ini sama-sama menggunakan repetisi, tetapi penempatan dan gaya penulisannya berbeda-beda. Puisi pertama “Senjaku” merepitisi kata senja dan Seno. Puisi ini kental “rasa” Seno Gumira Adjidarma, sastrawan Indonesia penulis novel “Sepotong Senja Buat Pacarku (SSBP)”. Kedua kata yang direpetisi tersebut jelas merujuk pada novel dan penulisnya sekaligus. Tidak salah jika mengatakan bahwa puisi ini intertekstual dari novel SSBP. Repetisi senja dan Seno dalam puisi ini menegaskan bahwa si penulis terinspirasi keromantisan, kesehajaan, sekaligus kehampaan seperti pada novel yang dibacanya tersebut. Namun, mengintertekskan karya yang telah membumi seperti novelnovel Seno tidaklah mudah karena ekspektasi pembaca tentu tinggi. Kendatipun mencoba membangun “keromantisan rasa Seno” secara mesodiplosis (pengulangan di tengah larik atau kalimat secara berurutan), tetapi suasana syahdu seperti di novelnya belum kuat tertambat. Selain itu, ketidakcermatan pemenggalan frasa dan klausa hampir di seluruh larik menyebabkan makna puisi jadi ambigu (rancu). Puisi kedua “Jejak yang Meluruh” menggunakan repetisi anadiplosis. Anadiplosis adalah pengulangan kata/frasa terakhir dari klausa/kalimat menjadi kata/frasa pertama kalimat sebelumnya (Keraf, 1999). Anadiplosis digunakan hampir di setiap larik. Jelas, penulis benar-benar menegaskan isi puisi tersebut, yakni tentang kenangan yang hilang. Rasa kehilangan yang teramat bisa lebih rekat seandainya repetisi diikuti pula dengan kata terangkai yang sesuai. Jika bunyi larik 1 cangkir bertalian dengan bunyi larik 4 ampas kopi dan sisa gula, alangkah lebih eloknya bunyi larik 2 sisa abu tembakau juga ditalikan dengan kata yang bermakna harmoni, misalnya sudah menebal kerak asbakmu. Pertalian diksi antarlarik ini sangat penting untuk mengutuhkan makna dan isi puisi. Lain pula dengan puisi ketiga “Takdir”. Larik pertama puisi ini begitu menarik. Bunyi larik awal di-anadiplosisi pada larik tengah dan terakhir untuk menguatkan isi puisinya. Puisi ini akan lebih menarik bila diksi setiap larik lebih diperkuat dan dipertajam lagi sehingga tidak seperti bahasa percakapan biasa. Selain itu, bangun puisi ini menjadi lebih utuh jika judul yang dipilih tepat. Perepetisian bunyi larik awal dan akhir merupakan satu di antara pilihan judul tersebut sehingga puisi sebagai karya sastra yang berciri adanya keutuhan dan kepadatan makna bisa terpenu hi. Selamat untuk ketiga penulis puisi ini. Sebuah karya tidak pernah sempurna, kecuali kita selalu belajar dan berbenah diri. Terus berlatih. Terus menulis. Terus mengabadikan nama lewat karya.

CATATAN BUDAYA

EKSTASI Oleh Yulia Eka Sari Pernah mendengar kata “ekstasi”? Pernah menyentuhnya? Tidak apa-apa asal jangan ditelan, ya. Ekstasi adalah salah satu jenis obat penenang digolongkan sebagai narkotika. Berwujud pilpil kecil berwarna kuning, hijau, atau biru, ekstasi mampu membuat pemakai merasakan ketenangan dan kebebasan semu, sampai akhirnya berkeinginan untuk mengkonsumsi terus-menerus. Dalam sebuah video dokumenter berlatar tahun 2012, saya menyaksikan pengakuan seorang mantan pengguna ekstasi, sebut saja namanya Jay, remaja 20-an yang pernah

terobsesi dengan ekstasi. Dalam video tersebut, Jay mengatakan, efek berkepanjang ekstasi adalah merenggut hidupnya. Menilik perkataan Jay , saya rasa, di tengah kehidupan kampus pun kita mengalami hal sama; praktek mencari kesenangan semu. Dengan mudahnya, mahasiswa men-copy paste tugas dari internet, mencontek tugas teman, dan praktek melihat internet sewaktu ujian. Semuanya cara mudah mencapai kesenangan mencari nilai tinggi. Begitu pula berlaku di masyarakat kita. Kasus guru mendapat kekerasan fisik dari orangtua murid karena merasa anaknya diperlakukan kasar sang guru.

Hal ini juga menjadi cara mudah oleh orangtua murid menyelesaikan masalah dan menunjukkan tanggung jawab atas anak. Hal sama juga berlaku pada kasus Ahok dinilai menistakan Alquran. Lewat kata-katanya, jutaan umat muslim Indonesia berdatangan ke ibukota karena menilai Ahok telah SARA. Tidak hanya pejabat negara diminta bertindak, presiden pun diminta turun tangan. Namun, kebebasan berekspresi siap jadi tameng Ahok untuk menghindar. Jika menganalogikan ke ekstasi, ada pil-pil sendiri yang ditelan mahasiswa, orang tua murid, dan Ahok untuk mencari kesenangan, keselamatan. Pil itu

bisa diibaratkan sebagai kebebasan. Pemaknaan kebebasan dalam artian negatif. Hingga wajar mencontek tugas teman, karena tanggung jawab atas tindakan adalah personal. Padahal, mencontek hanya mendatangkan kesenangan akan nilai yang semu; tidak ada ilmu melekat sebagai investasi jangka panjang. Sementara, kekerasan fisik dilakukan orangtua murid juga merupakan telaah sendiri dari orangtua murid tentang arti kebebasan. Padahal, jangka panjangnya si anak bisa jadi hanya mengambil tindak kekerasan dilakukan orangtua, bukan pada wujud tanggung jawab yang berusaha dilihat-kan oleh

orangtua. Dan, Ahok mengambil pil kebebasan berekspresi. Hingga tiada salah mengutarakan pendapat tanpa tandeng aling-aling. Tanpa kepedulian untuk melihat saudara sebangsa yang mungkin tersakiti hanya karena kata-kata. Tiga kasus di atas adalah wujud menelan esktasi demi meraih kesenangan semu. Agaknya ini tidak kita harapkan untuk terus berlajut . Bukankah Jay di atas mengatakan bahwa pada akhirnya ektasi hanya merenggut hidupnya. Ingin menelannya terus menerus. Tidak terbayangkan bukan, jika kebebasan menjadikan kasus di atas hal biasa.


RESENSI

22

Edisi No. 193/Tahun XXVII

Douwes Dekker, Sang Peniup Bara Perjuangan Ju du l Penerbit Cetak an Tebal

: Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi : Kepustakaan Populer Gramedia : Ketiga, Juni 2016 : 168 halaman

Di dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa, tapi semangatnya lebih menggelora ketimbang penduduk bumiputra. Ialah Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, atau lebih dikenal Douwes Dekker. Dia lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879. Meski bukan penduduk Indonesia tulen, Douwes Dekker selalu mengaku sebagai orang Jawa. Demi kecintaannya kepada Hindia (Indonesia), dia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemerdekaan Indonesia. Sebagai pengerak revolusi, Douwes Dekker melampaui zamannya. Ia mendirikan partai politik pertama di Indonesia, Indische Partij, bersama dua rekannya, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara, pada 1912 di Bandung. “Tiga Serangkai” ini memperjuangkan kesetaraan hak bagi semua ras di Hindia. Mereka melakukan tur propaganda di tanah Jawa, di antaranya Ban-

dung, Pekalongan, Tegal, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Indische Partij membuka 30 cabang dengan j u m l a h 7.300 anggota. Dengan dalih mengancam keamanan dan ketertiban umum, pemerintah Hindia Belanda pun menolak berdirinya partai politik ini. Indische Partij dianggap sebagai partai terlarang karena tidak mengantongi izin. Setelah resmi dibubarkan pada 31 Maret 1913, semua anggotanya lalu beralih ke Insulinde, organisasi diizinkan pemerintah. Douwes Dekker mengenyam pendidikan dasar di Europeesche

Lagere School Batavia. Dia lalu melanjutkan pendidikannya ke Hogere School dan HBS Gymnasium Koning Willem III Surabaya; lulus pada 1898. Meski hanya berijazah sekolah menengah atas, Douwes Dekker masuk ke Universitas Zurich pada tahun ajaran 1914-1915. Sebelum melanjurkan studi ke perguruan tinggi, dia pernah bekerja di perkebunan Soember Doeren di lereng Gunung

Perang Fatamorgana dalam Novel Asmaraloka Ju du l Penulis Penerbit Cetak an Tebal

Novel Asmaraloka bercerita tentang perperangan yang terus terjadi, tidak memandang bulu, siapa pun bisa terlibat, baik anak-anak, perempuan, maupun wartawan yang sedang meliput. Bahkan anehnya, yang tewas akibat perperangan ini tidak hanya yang berada di medan perperangan, tapi juga penonton televisi di rumah karena serangan jantung. Banyak nilai perjuangan terkandung. Salah satunya perjuangan seorang wanita bernama Arum ingin menemukan malaikat pembawa mayat suaminya. Ia jadi terjebak dalam medan perperangan. Meski begitu, sekian lama tak kunjung ia temukan. Arum malah melahirkan anak di medan perang. Tak ada makanan, pakaian; sangat tipis kemungkinan hidup. Namun, perjuangannya tak berujung dengan keputusasaan. Adalah Firdaus, seorang anak laki-laki berumur 12 tahun, berjuang mempertahankan keyakinan dan melawan siasat berkedok kebaikan. Dia seorang santri di pesantren dipimpin Kiyai Mahfud. Firdaus pergi meninggalkan pesantren menuju medan perperangan karena jatuh cinta pada Arum. Maka itu, Kiyai Mahfud terpaksa mengejar Firdaus yang dianggapnya layak menjadi penggantinya. Adalah Soba, seorang ibu rumah tangga biasa, namun diangkat menjadi ratu dari pasukan tak terkalahkan. Dari sekian banyak wanita ada di dunia, Sobalah dipilih karena ia merupakan ibu dari anak dikatakan akan menjadi penerus sebuah pesantren, yakni Firdaus. Begitulah siasat setan untuk membuat rencananya berjalan lancar. Ia memanfaatkan kelemahan manusia itu semaksimal mungkin. Dengan menjadi-

kan wanita sebagai ratu, maka anaknya mau tidak mau ikut perkataan ibunya. Akibatnya, sang anak yang bernama Firdaus itu terjebak dalam siasat setan. Pada usia 17 tahun, ia dibuai kenikmatan tiada tara, memiliki banyak anak dan istri. Meski demikian, Firdaus akhirnya tersadar dengan tipuan dilakukan setan. Apakah yang membuat Firdaus tersadar? Bagaimanakah kisah cinta Firdaus dengan Arum? Bagaimanakah kehidupan Kiyai Mahfud yang terjebak dalam kancah perperangan? Dan, bagaimanakah nasib anak yang dilahirkan di medan perperangan itu? Novel ini menarik untuk dibaca. Apalagi bagi pencinta sastra. Danarto menyuguhkan bahasa sastranya yang begitu kental dan sulit dipahami. Dilihat dari alurnya yang di luar perkiraan akan membuat pembaca semakin penasaran. Pembaca akan dihadapkan kejutankejutan kisah tak terbayangkan. Penulis menggambarkan peperangan fatamorgana ini dengan warna yang berbeda dari perperangan yang biasa kita ketahui. Resensiator: Laila Marni Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia TM 2015

tangan Jepang, ia ditangkap dan ditahan oleh Belanda di Jakarta untuk selanjutnya dipindahkan ke Amsterdam. Pada 6 Desember 1946, Doewes Dekker melarikan diri ke tanah air, dan berkunjung ke Istana Negara Yogyakarta menemui Presiden Sukarno dan tokoh lainnya. Douwes Dekker tinggal di Indonesia dan meninggal pada 28 Agustus 1950. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. Buku Douwes Dekker Sang Inspirator Revolusi ini berusaha mengungkai spirit perjuangan dan petualangan Douwes Dekker dalam memperjuangkan kesetaraan. Disajikan dengan bahasa yang ringan, suguhan kasus-kasus nyata, ditambah foto, gambar, dan infografik jejak langkah Douwes Dekker menjadikan buku ini menarik untuk dibaca. Kesetaraan ras, jenis kelamin, dan agama adalah cita-cita yang diperjuangkan sang peniup bara perjuangan ini, dan masih penting untuk diteruskan. Hal ini dikarenakan kesetaraan adalah persoalan yang tak lekang oleh zaman. Resensiator: Maida Yusri Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika TM 2014

Demokrasi dalam Balutan Agama Ju du l Penulis Penerbit Cetak an Tebal

: Asmaraloka : Danarto : DIVA Press : Pertama, April 2016 : 360 Halaman

Semeru; juga di Pabrik Gula Padjarakan, dekat Kraksaan, Probolinggo. Pekerjaan itu tidak bertahan lama karena ia menentang prilaku tak adil terhadap pekerja, yakni rakyat Jawa. Dia memilih berpetualang dan bergabung dengan militer dalam Perang Boer. Sejak itu, ia mulai membulatkan tekad memperjuangkan persamaan hak rakyat Jawa dari penindasan politik dan ekonomi Belanda. Berpindah pekerjaan membuat Doewes Dekker tertambat pada jurnalistik. Dia pernah menerbitkan De Expres pada Maret 1912 yang kemudian ia pakai sebagai media resmi Indische Partij. Akan tetapi, sejak Indische Partij dibubarkan, Douwes Dekker pun menjadi pengajar di sebuah MULO di Bandung. Di situ, ia menjabat sebagai direktur atau setara dengan kepala sekolah menegah pertama. Ia mengubah MULO tersebut menjadi sebuah yayasan bernama Schoolvereeniging Het Ksatrian Instituut. Berjuang dan melawan adalah pesan terpenting dari Ksatrian Instituut. Oleh karena itu, dia pun dilarang mengajar. Doewes Dekker lalu bekerja di kamar dagang Jepang di Jakarta. Dengan tuduhan menjadi kaki

: Demokrasi La Roiba Fih : Emha Ainun Nadjib : PT Kompas Media Nusantara : 2016 : 262 Halaman

Muhammad Ainun Nadjib atau dikenal Cak Nun merupakan seorangtokoh intelektual, seniman, budayawan, penyair, dan pemikir yang menularkan gagasannya melalui buku-buku berbau islami. Salah satunya buku ini. Demokrasi La Roiba Fih merupakan salah satu judul esai yang sekaligus menjadi judul buku. Esai ini menceritakan tentang permasalahan kehidupan sistem demokrasi di mana demokrasi dipandang manusia sebagai kebebasan dalam menjalankan segala hal karena bukan demokrasilah yang mengawasi dan menghukum. Sebagian orang bahkan menjadikan demokrasi sebagai tameng kesalahannya. Menurut Cak Nun, demokrasi itu diibaratkan “perawan” yang merdeka dan memerdekakan, yang mempunyai sifat “mempersilahkan”. Demokrasi itu tidak menolak, menyingkirkan, atau membuang sesuatu hal. Tak hanya itu, Cak Nun menuliskan bahwa semua makhluk hidup berhak hidup bersama si “perawan” yang bernama demokrasi itu, bahkan berhak “memperkosanya”. Hanya moral dan hukum bisa melarangnya. Di Indonesia, demokrasi seakan lebih tinggi derajatnya dari Alquran. Orang akan melanggar hukum jika melanggar demokrasi, sedangkan Alquran tidak. “Bahkan, konstitusi negeri demokrasi lebih tinggi daripada Tuhan. Tuhan berposisi dalam lingkup hak pribadi setiap orang, sedangkan demokrasi terletak pada kewajiban bersama, dan itu berarti juga kewajiban pribadi.” (hal 7). Tak hanya berbicara mengenai demokrasi, buku Demokrasi La Roiba Fih ini juga menilik sejumlah fenomena-fenomena

hangat dalam kurun waktu 2009 hingga sekarang mulai dari pemilu di Indonesia, reformasi, korupsi, hingga masalah Israel-Palestina. Tambahannya pula, permasalahan luar

negeri pun ikut dibahas, seperti permasalahanGeorgeBushdilempar sepatuketika berpidatodi AmerikaSerikat. Bukuini juga memuat kumpulan esai terhadap kondisi sosial politiknasional daninternasional. Menariknya, Cak Nun memosisikan dirinya sebagai orang tidak lebih tahu dari pembacanya. Cara penyampaian yanggamblang—denganbahasasederhana dan disertai sentilan—memberikan kesan tidak membosankan. Caramembacanyatidakharussistematis. Namun, jika kitamembacanyasepintastanpamemahami maknanya, bisasajaakan menilainya biasa saja. Cak Nun sangat jeli melihat permasalahan dari sudut yangt sangat unik dan tidak terpikirkan oleh banyak orang. Resensiator: Hengky Yalandra Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektronika TM 2014


23

Edisi No. 193/Tahun XXVII

GANTOPEDIA

Tan Malaka, Bapak Republik yang Terlupakan “Dari dalam kubur, suara saya terdengar lebih keras daripada di atas bumi.”— Tan Malaka saat ditangkap polisi Hongkong pada 1932. Tan Malaka merupakan pejuang sejati yang berjasa melahirkan gagasan berbobot demi kemerdekaan negeri ini. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1963, pemerintah telah mengangkatnya sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Meski demikian, masih banyak generasi muda zaman sekarang, bahkan masyarakat Indonesia umumnya, belum mengenal Tan Malaka seperti mengenal tokoh pergerakan nasional lainnya. Lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatra Barat pada 2 Juni 1897, Tan Malaka memiliki nama kecil Ibrahim dan setelah dewasa diberi gelar Datuk Tan Malaka. Indonesia merdeka seratus persen adalah cita-cita utamanya. Tak ayal, ia diburu polisi rahasia Belanda, Inggris, Amerika, dan Jepang di 11 negara. Sebelum dibuang keluar negeri, Tan Malaka dipenjara tiga kali oleh pemerintah kolonial di Bandung, Semarang, dan Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, dalam pelariannya, ia menggunakan 23 nama samaran. Pendidikan modern pertama diterima Ibrahim Tan Malaka adalah Twede Klasse School (Sekolah Kelas Dua) dari 1903— 1908. Kemudian, dia melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru). Di sini, dia berkenalan akrab dengan Direktur II Kweekschool, Horensma. Karena kepintarannya, Horensma ingin Ibrahim melanjutkan sekolah ke Belanda. Dia diterima bersekolah di Rijkweekschool, Harlem, Belanda berdasarkan keputusan Kementerian Pendidikan Belanda tertanggal 10 Januari 1914. Sebelum berangkat, tepatnya Juni

1912, Ibrahim memperoleh gelar adat, yaitu Datuk Tan Malaka. Sejak itu, dia dikenal dengan nama Tan Malaka. Selama di Belanda, Tan Malaka sangat paham tentang berbagai peristiwa sejarah terutama berkaitan dengan perang. Tan Malaka termasuk orang yang berada di Eropa saat meletusnya Perang Dunia I. Setelah memperoleh sertifikat guru, Tan Malaka pulang ke Indonesia pada 1919. Dia mendapatkan tawaran bekerja sebagai pembantu pengawas pada semua sekolah bagi anak kuli di Senembah Maatschappij (Perusahaan Senembah), Deli, Sumatra Utara. Selama di Deli, Tan Malaka memperoleh pengetahuan tentang penderitaan dialami bangsa Indonesia dan Tionghoa. Dia menyadari pentingnya pendidikan terutama untuk anakanak kaum kuli. Di Deli ini pula, pandangan komunis Tan Malaka semakin mendalam. Karena tidak mendapat respon positif dari pembesar perkebunan, dia mengundurkan diri dari Senembah Mij, dan memilih Jawa sebagai tempat perantauan selanjutnya. Di Jawa, Tan Malaka memasuki organisasi selaras dengan jiwa revolusionernya, yaitu organisasi komunis. Pangkalnya, setelah Semaun, Ketua PKI saat itu, memberikan jaminan ia bisa menyediakan apa dibutuhkan Tan Malaka berupa pendirian sekolah. Melalui pendidikan, kehadiran Tan Malaka semakin diperhitungkan apalagi sekolah yang didirikannya, Sekolah Rakyat, semakin mendapat tempat di hati rakyat. Ketika PKI berkongres di Semarang, akhir 1921, Tan Malaka didaulat menjadi ketua partai tersebut. Meski menyebut dirinya seorang komunis, tapi keanggotaannya bersifat independen atau tidak tunduk pada Moskow. Tan Malaka memiliki pemikiran

berbeda dengan tokoh-tokoh komunis global, seperti Lenin dan Stalin, yang menentang Pan Islamisme. Menurutnya, komunis bekerja-sama dengan Pan Islamisme untuk membebaskan negeri-negeri muslim yang sedang terjajah. Di tingkat nasional, Tan Malaka juga menentang pemberontakan PKI tahun 1920-an. Menurutnya, kondisi sosial-ekonomi bangsa Indonesia saat itu belum siap melakukan revolusi. Sebagai seorang pemikir ulung, Tan Malaka banyak menulis artikel, brosur, dan buku. Dia adalah tokoh pertama menggagas secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) di sela-sela tugasnya sebagai agen Komintern di Tiongkok pada 1925. Dalam buku tersebut, Tan Malaka menyatakan bahwa bentuk negara Indonesia adalah federasi berwujud Republik Indonesia. Tak salah jika Muhammad Yamin menjulukinya “Bapak Republik Indonesia”. Tan Malaka mendirikan Pari (Partai donesia) di tempat persembunyiannya di Bangok awal 1930-an. Dia kembali ke tanah air pada zaman Jepang. Di masa Soekarno, Partai Murba yang didirikannya mencoba mengusung nama besar sang pendiri, tetapi ditentang PKI Aidit yang menjadikannya sebagai kambing hitam atas kegagalan kebijakan PKI yang salah selama tahun 20-an sampai 40-an. Di seputar Proklamasi, Tan Malaka menorehkan peran penting. Ia menggerakkan para pemuda ke rapat raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945. Dia sangat kecewa dengan Soekarno-Hatta yang memilih berunding dengan Belanda daripada melakukan perlawanan gerilya. Keteguhannya menetang perundingan berujung penjara. Atas tuduhan menga-

cau keadaan, berbicara, dan bertindak menggelisahkan, dia ditangkap pada 17 Maret 1951 dan tetap ditahan sampai September 1948. Hidupnya juga berakhir tragis di ujung bedil tentara republik yang diperjuangkannya di Kediri pada 21 Februari 1949. Menjadi pemimpin PKI di masa kolonial dan mengaku sebagai pengikut ideologi komunis, membuat Orde Baru sangat sulit memahami “Bapak Republik Indonesia” ini. Peran Tan Malaka dalam pendirian republik ini dihapus dari ingatan sejarah. Oleh karena itu, di zaman Reformasi ini, sudah sewajarnya kita menggali kembali ketokohan Tan Malaka dan nilai-nilai diperjuangkannya. Sebab, rasa sentimen terhadap seorang tokoh, tidak harus mencampakkan obyektifitas sejarah. (Fakhruddin Arrazzi dari berbagai sumber)


Edisi No. 193/Tahun XXVII

IKLAN

24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.