Ganto Edisi 167

Page 1

CMYK

Ide/Desain Cover/Karikatur: Dedi/Faeza/Aai

ISSN: 1412-890X

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret- April 2012


2

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Fajar

Saripati

Nasib Surat Edaran No. 152/ E/T/2012 Rencana kadang tidak selamanya sesuai kenyataan. Setidaknya itu yang dialami Dirjen Dikti terkait surat edaran No. 152/E/T/2012 tentang kewajiban mahasiswa S1, S2 dan S3 mempublikasikan jurnal ilmiah. Kebijakan ini menuai perhatian hampir seluruh masyarakat akademis. Ada yang setuju, mengharapkan pertimbangan lebih lanjut, namun tak sedikit pula yang menolak keras. Bagi Dikti dan pihak ‘pro-jurnal ilmiah’, publikasi ini penting untuk meningkatkan kemampuan menulis ilmiah kaum akademisi, khususnya mahasiswa. Selain itu, jumlah jurnal ilmiah yang hanya sepertujuh dibandingkan negara tetangga juga menjadi alasan. Berdasarkan data Scimagojr, Journal and Country Rank 2011 Indonesia berada di rangking 65 dengan jumlah 12.871 publikasi. Jumlah ini masih kalah jauh dibandingkan negara kecil, Singapura (di posisi 32 dengan 108.522 publikasi). Tetapi, ketergesa-gesaan dalam membelakukan peraturan ini dan kurangnya fasilitas pendukung di tingkat perguruan tinggi membuat sebagian mahasiswa, dosen, pemerhati maupun praktisi pendidikan skeptis. Ditakutkan, pemaksaan ketetapan ini hanya akan menghasilkan tulisan ilmiah yang apa adanya bahkan terkesan ‘abal-abal’. Belum lagi fenomena plagiarisme yang semakin tumbuh subur dan keberadaannya sudah menjadi rahasia umum, khususnya dalam pembuatan skripsi. Tidak hanya itu, selain perjokian, kongkalingkong bisnis antara mahasiswa yang akan diwisuda dengan dosen pun kerap terjadi. Apakah ide publikasi ini tidak akan bernasib serupa dan semakin menambah ‘dosa’ mahasiswa? Realitanya, kebijakan ini ditujukan kepada seluruh mahasiswa program sarjana strata satu, magister dan doktor yang akan lulus di PTN dan PTS di Indonesia dan akan berlaku mulai kelulusan setelah Agustus 2012. Sementara, hingga kini sosialisasi mengenai aturan, teknis pembuatan dan publikasi juga belum terasa kehadirannya di kampus. Wajar bila hal ini membuat mahasiswa bingung, cemas dan takut tidak bisa wisuda. Begitulah nasib surat edaran No. 152/E/T/2012 kini sedang terombang-ambing; antara diminati dan dicaci. Dikti pun tampaknya mulai melunak. Terbukti dari pengakuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, Senin (27/2) bahwa surat edaran Dikti memang tidak ada kekuatan hukum. Dipertegas pula oleh Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN) Idrus Paturusi yang mengatakan telah diperoleh kesepakatan antara MRPTN dan Dirjen Dikti bahwa surat edaran itu hanya berupa dorongan sehingga tidak ada sangsi bagi mahasiswa yang tidak menjalankannya (edukasi.kompas.com). Meskipun banyak kecaman, ada juga beberapa universitas yang optimis dan mulai menyosialisasikan aturan ini. Khususnya kampus-kampus ‘kaya’ dan memiliki sarana dan prasaran yang memadai, seperti Universitas Indonesia. Di UNP, mulai periode perkuliahan semester lalu, petinggi jurusan kimia mulai memberlakukan aturan membuat karya ilmiah bagi calon wisudawan meskipun dengan cara tersendiri. Bagaimana dengan jurusan dan kampus lain? Sebab statusnya sudah turun dari wajib menjadi dianjurkan, sepertinya pelaksanaannya pun akan tergantung pada kebijakan kampus masing-masing.

Gantole

+ Pro-Kontra Jurnal Ilmiah - Ditelan pahit dibuang jangan

+ ISO: Upaya Keras Tingkatkan Kualitas - Susah-susah dahulu, senang-senang kemudian + Pembuka Cerita Menuju UNP 1 - Mulakan dengan Bismillah

Tidak Sulit Menulis Artikel untuk Jurnal Dalam surat edaran Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Januari 2012 No. 152/E/T/2012, diungkapkan pada saat ini jumlah karya ilmiah dari Perguruan Tinggi Indonesia secara total masih rendah dibandingkan Malaysia. Karya ilmiah Perguruan Tinggi Indonesia hanya sekitar sepertujuh dibandingkan karya ilmiah Perguruan Tinggi Malaysia. Berdasarkan surat edaran tersebut, kelulusan mahasiswa mulai Agustus 2012 diberlakukan syarat. Penerbitan makalah di jurnal universitas untuk program Sarjana, penerbitan makalah di jurnal ilmiah nasional terakreditasi untuk program Magister, dan publikasi makalah di majalah Internasional untuk program Doktor. Menurut beberapa pakar, pada negara-negara maju di bidang Iptek, seperti; Amerika, Jepang, dan Inggris, paper ilmiah yang dipublikasikan di jurnal internasional merupakan salah satu ukuran penting untuk mengukur kualitas penelitian dan untuk menentukan berapa besar dana penelitian yang akan diberikan pada laboratorium tersebut. Berkaitan dengan itu pula, beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam kaitannya dengan dunia penelitian di Indonesia yakni (1) menghidupkan pertemuan ilmiah; (2) mendorong terjadinya sinergi antar laboratorium; (3) mengembangkan jurnal-jurnal ilmiah di tanah air; (4) membuat prioritas penelitian. Di perguruan tinggi yakni mahasiswa pada tingkat akademi/diploma telah menghasilkan karya ilmiah yang disebut tugas akhir/laporan akhir. Tugas akhir/laporan akhir adalah laporan tertulis tentang suatu tugas akhir

untuk memenuhi syarat sebagian kelulusan pada akademi/diploma. Untuk tingkat universitas, karya ilmiah yang disusun mahasiswa dalam rangka memperoleh gelar sarjana, magister, dan doktor disebut pula dengan skripsi, tesis, dan disertasi. Berdasarkan substansinya, perbedaan skripsi, tesis, dan disertasi dapat pula dijelaskan sebagai berikut: Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang menguraikan suatu masalah yang didukung oleh data dan fakta empiris objektif, baik berdasarkan penelitian lapangan atau pun studi kepustakaan. Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengupas masalah (yang analisisnya lebih mendalam dibandingkan skripsi) didukung oleh data dan fakta empiris objektif, baik berdasarkan penelitian lapangan atau pun studi kepustakaan. Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengupas masalah untuk mengemukakan suatu dalil berdasarkan data dan fakta empiris objektif yang sahih dan analisis yang rinci. Bertolak dari hal di atas, ternyata mahasiswa telah menulis karya ilmiah. Artinya, mahasiswa dapat menulis artikel ilmiah yang dipersyaratkan itu dari hasil tugas akhir/karya ilmiah tersebut. Artikel ilmiah ini adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk dimuat dalam jurnal ilmiah dan lazim ditulis sebanyak 15-20 halaman dan terdiri atas empat subbab yakni pendahuluan, metode, pembahasan, dan penutup. Kenapa takut menulis artikel ilmiah? Tugas akhir/ karya ilmiah bisa diolah menjadi artikel ilmiah untuk jurnal. Jadi, tidak sulit menulis artikel ilmiah itu, bukan? (eto)

Pokok Padang Kebahagian adalah soal bagaimana kita menjadi juara bagi diri kita sendiri, maka jadilah juara bagi dirimu sendiri, yakinlah, teruslah melangkah, jangan biarkan dirimu dikalahkan rasa takut dan ragu, sebab setiap orang adalah juara bagi dirinya sendiri. (Hidup Berawal Dari Mimpi karangan Fahd Djibran). Dunia pendidikan heboh, sebab surat edaran Dikti pertanggal 27 Januari 2012 lalu soal kewajiban calon sarjana periode wisuda Agustus 2012 dan seterusnya untuk menerbitkan karya ilmiah di jurnal Ilmiah. Semua calon sarjana terjerat surat edaran ini, baik strata satu, strata dua (magister), dan strata tiga (doktor). Akibatnya, muncul pro kontranya. Bagaimana kampus di Sumatera Barat menyikapi hal ini. Apakah mahasiswa setuju dan sudah siap untuk mengikuti peraturan baru? Bagaimana pula dengan kesiapan sumber daya manusia yang ada untuk mengarap jurnal ilmiah ini? Pembaca dapat mengetahui lebih dalam melalui Laporan Utama Ganto kali ini. Kemudian, pada Laporan Khusus Ganto mencoba menelusuri tentang beberapa fakultas yang mendapatkan sertifikat International Standards Organization (ISO). Setelah FE dan FT, dua fakultas lainnya di UNP menyusul menerima sertifikat bidang sistem pelayanan dan mutu tersebut. Apa yang membedakan fakultas ISO dengan fakultas belum mendapatkan ISO? Benarkan ISO memberikan yang terbaik kepada warga fakultas? Ataukan ISO hanya sekedar nama saja? Silahkan temukan di Laporan Khusus edisi ini. Sejumlah infomasi seputar kampus tak luput dari pemantauan Ganto, siapakah calon-calon rektor UNP mendatang yang akan mengantikan Prof. DR. Z. Mawardi Effendi. M.Pd. Ada juga, kabar seputar tertundanya pembacaan LPJ BEM Periode 2011. Berita ini dapat pembaca temukan di rubrik Teropong. Begitu juga dengan berita-berita acara seputar kampus, bagi pembaca yang tak sempat hadir dapat membaca rubrik Inter Ganto. Pembaca juga dapat melihat sisi lain dari kampus yang terabaikan pada rubrik fokus. Lalu rasanya tidak lengkap jika membaca Ganto tanpa

PKJTD: SKK Ganto mengadakan foto bersama dengan salah satu pemateri Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Dasar (PKJTD) yang diadakan sebagai salah satu tahap dalam penerimaan anggota baru Kru Ganto, Sabtu-Minggu (21-22/4) di ruangan D82 FIS. f/Jefri.

membaca artikel-artikel dan rubrik sastra budaya. Di tengah kesibukan menyelesaikan edisi 167, Ganto mengadakan beberapa agenda diantaranya pelaksanan ujian presentasi anggota magang SKK Ganto angkatan ke-17, Minggu (8/4), mengadakan bedah buku Padang di Persimpangan Jalan karya Walneg yang menghadirkan Prof. Dr. Mestika Zed, Ph.D sebagai narasumber, Selasa (17/4). Masih dalam agenda pemagang anggota baru, Ganto mengadakan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PKJTD) sebagai bekal bergabung menjadi kru Ganto nantinya, SabtuMinggu (21-22/4). Hadir sebagai pemateri Hendra Makmur Ketua AJI Padang, Nasrian Wapemred Padang Ekspres, Abdulllah Khasauri kolomnis Harian Singgalang, Arif Rizki cerpenis dan Iggoy El Fitra pewarta foto Antara Sumbar. Tanpa pembaca apalah artinya kami. Berkat doa dan kerja keraslah Ganto edisi 167 akhirnya sampai ke tangan pembaca tercinta. Akhir kata, kami tentu tidak akan bosan-bosannya mengharapkan kritik dan saran pembaca karena dengan kritik dan saran itulah koran kampus kita ini dapat menjadi yang terbaik. Selamat membaca. Viva Persma!

Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP, Penasehat: Pembantu Rektor III UNP, Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M. Hum, Dewan Ahli: Sari Fitria, Afdhal Ade H, Priondono, Qalbi Salim, Yudhi Irvan Syah, Heri Faisal, Rahma Dania, Arda Sani, Windy Ocse M, Staf Ahli; Konsultasi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd. Kons, Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A, Konsultasi Kesehatan: dr. Elsa Yuniarti, dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: Mohammad Isa Gautama, M.Si, Kritik Puisi: Zulfadhli, S.S, M.A, Pemimpin Umum: Diana Besni, Pemimpin Redaksi: Dedi Supendra, Pemimpin Usaha: Mardho Tilla, Bendahara Umum: Fitria Ridhaningsih, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Dwi Utari Kusuma, Sekretaris: Ismeirita, Redaktur Pelaksana: Dila Monisa, Meri Maryati, Redaktur Berita: Aai Syafitri, Redaktur Tulisan: Ariyanti, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Elvia Mawarni, Redaktur Artistik dan Online: Anshar Firman Haryadi (NA), Layouter: Faeza Rezi S, Fotografer: Jefri Rajif, Reporter: Astuni Rahayu, Azizah Pratiwi, Siti Nurasyiyah, Staf Penelitian dan Pengembangan: Rahmi Jaerman, Sirkulasi dan Percetakan: Hasduni, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Wezia Prima Zolla, Bagian Iklan: Winda Yevita Dewi, Penerbit: SKK Ganto Universitas Negeri Padang, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G 65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.web.id, Post-el: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp1.500,- (permilimeter kolom-hitam putih), Rp3.000,- (permilimeter kolom full colour), 1/4 halaman belakang Rp1.000.000,-(full colour), Iklan Baris Rp1.000,- perbaris. Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.


3

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Surat Pembaca SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampiri kartu identitas: KTP atau KTM.

Konsistensi Warna Logo UNP Di beberapa media, seperti: website, buku panduan, dan suratsurat terdapat keberagamaan warna dari bentuk dari lambang (logo) kampus UNP. Sebenarnya bagaimana konsistensi dari logo univeritas kita? Logo mana yang benar yang sesuai dengan Ketetapan kampus? Mohon informasinya. Terimakasih.

Grafis: Faeza

Rifki Maulana Mahasiswa Teknik UNP

Pengelolaan SKS pada Historis Nilai Saya adalah mahasiswa TM 2010. Pada semester satu, saya mengambil mata kuliah sebanyak 23 SKS dan mendapatkan Indeks Prestasi 3.61. Namun, ketika saya mencetak historis nilai barubaru ini, ternyata ada satu mata kuliah yang awalnya berjumlah 3 SKS berkurang menjadi 2 SKS. Hal ini berdampak pada penurunan IPK saya. Bagaimana sebenarnya sistem pengelolaan SKS dan nilai di dalam historis? Mohon penjelasannya. Terimakasih. Silvia Rahmita Mahasiswa FIS UNP

Kecewa Pelayanan Perpustakaan Pusat Awalnya, saya tidak percaya ketika ada teman yang mengatakan bahwa ada oknum pegawai di perpustakaan pusat yang suka marah-marah. Namun, hal ini ternyata benar setelah saya mengalaminya sendiri. Waktu itu, saya ingin meminjam buku. Saya bertanya kepada pegawai perpustakaan. Tapi, pegawai tersebut malah memarahi saya. Saya jadi bingung, kenapa pegawai tersebut mudah marah. Kadang mahasiswa juga butuh penjelasan dari pihak perpustakaan tentang hal yang tidak dimengerti. Akhirnya, saya jadi malas ke perpustakaan karena takut akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan lagi. Mohon pihak UNP mendengar keluhan ini. Ori Mahasiswa UNP

Pencuri Helm di Parkiran FE Akhir-akhir ini, saya merasa tidak nyaman lagi jika memarkir kendaraan di lapangan parkiran di FE. Sudah banyak terjadi kehilangan di sana. Belum lama ini, teman-teman saya kehilangan helm di sana. Tidak hanya satu, bahkan dua sekaligus dengan motor yang berbeda. Beberapa hari yang lalu, giliran saya yang kehilangan helm. Ketika saya menanyakan ke Satpam, Satpam menjawab tidak tahu. Saya jadi bingung. Sebenarnya, bagaimana sistem keamanan parkir di FE? Semoga lebih diperketat lagi dan semoga kejadian yang saya alami tidak terjadi pada orang lain. Terima kasih. Hasanul Hakim Mahasiswa Akuntansi 2010

Perbaikan Kelas di Gedung Hijau Keadaan lokal gedung hijau FBS dirasa kurang memadai. Lokal-lokal memiliki kipas angin yang sudah di makan usia. Colokan listrik yang rusak. Hal ini membuat rasa kurang nyaman dalam belajar. Kondisi yang tidak nyaman tak hanya membuat ketidaknyamanan belajar, tapi juga menumbuhkan rasa takut, pasalnya beberapa kipas angin tampak nyaris lepas dari gantungannya. Mohon ada perbaikan demi kenyamanan perkuliahan dan kemajuan UNP yang lebih baik. Terima kasih. Novi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FBS, TM 2011

Refleksi

Perlukah Pemerintah Menaikan Harga BBM? Oleh Hasdi Aimon (Dosen Program Magister Ilmu EkonomiUNP).

Bangsa Indonesia sedang menghadapi masalah yang dilematis secara ekonomi tentang harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun demikian, Pemerintah Indonesia telah mengambil keputusan yaitu jika rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) naik sebesar 15% dari asumsi yang ditetapkan pemerintah pada APBN tahun 2012, yaitu sebesar US$ 105 per barel atau sudah melebihi US$ 120,75 per barel, maka pemerintah tidak diberikan batasan untuk menaikan harga BBM. Jadi, keputusan pemerintah menunda kenaikan harga BBM khususnya premium dan solar pada tanggal 01 April 2012 tidak berarti bangsa Indonesia telah berhasil keluar dari permasalahan tersebut, tetapi malah memunculkan masalah baru. Pertama , pada saat pemerintah baru berencana menaikan harga premium dan solar, pasar sudah terlebih dahulu merespon menaikkan harga. Hal ini disebabkan karena prilaku pasar dengan adanya rencana kenaikan harga BBM maka mereka tidak mau kehilangan assetnya. Menaikkan harga pasar artinya inflasi sudah terjadi. Dengan adanya keputusan tersebut, pasar justru tidak membatalkan kenaikan harga yang sudah mereka lakukan, malahan tetap menaikan harga karena mereka melihat fenomena harga Pertamax naik luar biasa jauh meninggalkan harga Premium dan Solar. Hal ini berarti beban masyarakat semakin besar atau daya beli masyarakat semakin berkurang.

Kedua , keputusan tersebut tetap membuat kondisi fiskal pemerintah menjadi sangat tertekan sehingga APBN Tahun 2012 perlu melakukan penghematan pembiayaan. Jika hal ini tidak diakukan, bukan tidak mungkin defisit akan semakin membengkak. Dengan adanya penghematan, apabila pemerintah tidak hati-hati memilih atau menetapkan apa yang harus dihemat bisa saja terjadi program-program pembangunan yang sudah direncanakan sebagian menjadi tidak jalan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang sudah direncanakan pada APBN Tahun 2012 tentu juga tidak akan tercapai. Secara ekonomi akan membuat efek berantai akan meningkatkan kemiskinan, pe-

“Suka

tidak suka maka “Cost Push Inflation” bakal menyerang rakyat Indonesia ronde kedua dan akan menjadi musibah bagi rakyat Indonesia secara ekonomi.”

ngangguran, dan sebagainya. Dengan kondisi yang ditempuh saat ini, pilihan-pilihan yang perlu dilakukan pemerintah adalah memilih untuk mereduksi pembiayaan program-program yang tidak mempunyai efek multiplier meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti; kunjungan ke luar negeri (studi banding). Di samping itu, kebocoran negara baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah perlu direduksi seminimal mungkin. Hal ini bertujuan agar program-program pembangunan

yang sudah dirancang pemerintah mampu mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan, sehingga program-program tersebut memiliki efek kesejahteraan (welfare effect) terhadap masyarakat. Namun demikian, apabila dalam beberapa bulan ke depan rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) naik mencapai lima belas persen, maka pemerintah tentu akan menaikan harga BBM dan pemerintah tidak ada hambatan lagi untuk tidak menaikannya. Sehubungan dengan itu, mau tidak mau suka tidak suka maka “Cost Push Inflation ” bakal menyerang rakyat Indonesia ronde kedua dan akan menjadi musibah bagi rakyat Indonesia secara ekonomi. Hal ini dikatakan demikian, karena biaya transportasi, biaya produksi, harga-harga input akan naik kembali, sehingga himpitan ekonomi dalam bentuk penurunan daya beli semakin hebat akibatnya terjadi penurunan welfare effect masyarakat. Sebenarnya, permasalahan itu berawal dari harga minyak dunia yang terus merambat naik, produksi BBM domestik tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, sementara jumlah pengguna kenderaan pribadi terus meningkat sehingga kebutuhan BBM dalam negeri juga meningkat. Sebelum ini Indonesia sebagai negara pengekspor BBM. Namun sekarang menjadi negara pengimpor BBM untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Dengan demikian, perlulah rasanya pemerintah Indonesia pada tanggal 01 April 2012 yang lalu itu menaikan harga premium dan solar agar serangan kenaikan harga agregat itu tidak terjadi berulang-ulang. Ini perlu menjadi renungan pengambil kebijakan untuk masa yang akan datang.


4

Laporan Utama

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Alasan Lahirnya Surat Edaran

Akreditasi Jurnal di UNP Menurut Statuta UNP, Lembaga Penelitian (Lemlit) UNP merupakan unsur pelaksana akademik bidang penelitian yang bertugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui penyelenggaraan kegiatan penelitian. Salah satu perwujudan tugas Lemlit yaitu menjadi lembaga yang mempublikasikan karya ilmiah dosen dan mahasiswa UNP dalam suatu jurnal. Saat ini, ada tiga jenis jurnal yang diterbitkan UNP, yaitu: Jurnal Saintek, Humaniora dan Penelitian Pendidikan. Pada 2011, jumlah karya ilmiah pada jurnal Saintek dan Humaniora masingmasing mencapai 15 karya, sementara Penelitian Pendidikan hanya 10 karya. Dalam 6 bulan terakhir, ada 30 karya yang terkumpul. Setelah dikumpulkan, karya dikirim ke penyunting ahli, yang terdiri atas doktor atau professor, baik dari UNP maupun luar UNP (mitra bestari). Di tangan penyunting ahli, karya akan diedit bahasa dan substansi. Setelah pengeditan selesai, karya tersebut kembali dikirim ke Lemlit untuk proses layout dan selanjutnya dipublikasikan baik dalam bentuk e-journal maupun hardcopy. Karya yang sudah diterbitkan akan disebar ke berbagai lembaga, seperti Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Nasional, Dirjen Dikti, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kepala Lemlit, Dr. Alwen Bentri, M.Pd. mengakui jurnal UNP tidak terakreditasi lagi. “Sudah hampir tiga tahun jurnal UNP tidak terakreditasi,” ungkapnya, Kamis (29/3). Ia mengaku ada banyak faktor yang mempengaruhinya seperti ketidakmampuan UNP untuk mempertahankan skala penerbitan jurnal. Agar bisa terakreditasi, jurnal harus terbit sebanyak enam kali dalam setahun. Sehubungan dengan kebijakan mengenai kewajiban publikasi karya ilmiah di jurnal, Alwen menilai positif. Ia mengatakan Lemlit akan terus berupaya menggenjot semangat peneliti, salah satunya dengan pemberian reward. Reward diberikan kepada peneliti yang jurnalnya layak terbit dan secara kontinyu meneliti. Lemlit juga telah mengeluarkan aturan untuk melibatkan minimal dua mahasiswa dalam penelitian dosen demi meningkatkan kemampuan meneliti mahasiswa. “Ada dalam buku Panduan Penelitian Dosen Pemula UNP,” ungkapnya. Lemlit juga berencana untuk memberi pelatihan kepada mahasiswa tentang pembuatan karya yang akan dimuat di jurnal.

Oleh: Meri Maryati

Proses Pengusulan Artikel

Tiba-tiba, mahasiswa calon lulusan universitas setelah Agustus 2012 mesti publikasi artikel ilmiah di jurnal. Mengapa? Beberapa bulan belakangan, Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia gempar oleh surat edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) tertanggal 27 Januari 2012. Dalam surat edaran tersebut dinyatakan lulusan PT harus membuat artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal sebagai salah satu syarat wisuda. Bagi lulusan program sarjana harus menghasilkan artikel yang terbit pada jurnal ilmiah tingkat universitas. Sedangkan bagi lulusan magister harus telah menghasilkan artikel yang terbit pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi Dikti. Selanjutnya bagi lulusan program doktor harus telah menghasilkan artikel yang terbit pada jurnal internasional. Ide ini mengemuka lantaran ingin merubah budaya akademik di Indonesia dari bahasa tutur menjadi bahasa tulis. “Kunci sukses sarjana, magister, dan doktor itu adalah di karya ilmiah. Itu bukti yang abadi.” Ungkap Dirjen Dikti Djoko Sentoso (kampus.okezone.com. (12/02). Namun bagi sebagian kalangan, alasan lahirnya ‘wajib karya ilmiah’ tidak hanya itu. Seperti yang diungkapkan Kepala Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Negeri Padang, Dr. Alwen Bentri, M.Pd. Ia menilai tujuan utama kebijakan tersebut untuk mencegah plagiat sebab artikel yang sudah dimuat di jurnal mudah untuk dilacak keasliannya. Hampir senada, Dosen Kimia, Dr. Mawardi juga berpendapat publikasi artikel di jurnal ini karena tindakan plagiat sivitas akademik yang sudha mengkhawatirkan. Hal ini pula yang menyebabkan lahirnya Permendiknas RI No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, Kebijakan Unggah Karya Ilmiah dan Jurnal (No.2050/E/T/2011), Kebijakan Layanan Kenaikan Pangkat/ Jabatan Akademik Dosen (No.24/E/T/2012) dan Publikasi Karya Ilmiah (No.152/E/T/2012). Dalam surat edaran Dikti tentang Kebijakan Unggah Karya Ilmiah dan Jurnal dijelaskan beberapa butir peraturan. Dirjen

Keterangan: a. Metadata adalah informasi tentang penulis b. File pelengkap seperti instrument penelitian, data penelitian dan lainlain. File pelengkap tersebut diunggah dalam berbagai format dan disediakan ke pembaca dalam format aslinya.

Sumber : Surat edaran tentang Panduan Pengelolaan Jurnal Terbitan Berkala Ilmiah Elektronik (No. 212/E/T/2012). Dikti tidak akan melakukan penilaian karya ilmiah yang dipublikasikan di suatu jurnal jika artikel dan identitas jurnal yang bersangkutan tidak bisa ditelusuri secara online. Kemudian, PT dan pengelola jurnal wajib mengunggah karya ilmiah mahasiswa dan dosen pada Portal Garuda, Portal Perguruan Tinggi, portal jurnal yang bersangkutan atau portal lainnya. Bila demikian, hal ini dapat meminimalisir plagiarisme yang dicemaskan sebagian orang. Selain itu, kebijakan ini dapat meminimalisir terjadi penumpukan skripsi mahasiswa di perpustakaan dan tidak dimanfaatkan. Seperti yang diungkapkan Wakil Rektor I Universitas Bung Hatta (UBH) Dr. Ir. Eko Alvares. Z, MSA,. Ia mengatakan jikalau kebijakan mengenai jurnal tersebut berjalan lancar maka semua karya mahasiswa akan diketahui oleh masyarakat banyak. Ditambah lagi, proses pembuatan skripsi atau karya ilmiah tidak hanya tertutup antara penulis dengan pembimbing saja. “Mengingat, peneliti luar dalam hal ini mitra bestari juga ikut mengedit,” ungkapnya, Kamis (19/4).

Selanjutnya, manfaat yang tidak kalah penting dari kebijakan jurnal ilmiah ini adalah sebagai head hunter job bagi suatu perusahaan. Maksudnya, perusahaan dengan mudah melacak identitas pelamar pekerjaan. “Tinggal searching nama pelamar di google maka akan terlihat hasil karya pelamar yang bersangkutan,” jelasnya. Hal itu tentu menjadi nilai tambah bagi mahasiswa yang nantinya akan mencari kerja. Tak hanya itu, masih ada manfaat lain dari kebijakan jurnal ilmiah tersebut seperti yang dikatakan Rektor Universitas Andalas, Dr. Weri Darta Taifur, SE. MA. Menurutnya, adanya kebijakan itu akan membuat mahasiswa menjadi lebih serius dalam melaksanakan tugas akhirnya. “Begitu juga dengan dosen pembimbing, juga akan lebih serius dalam membimbing mahasiswa,” tegasnya. Akhirnya, konsistensi dari pelaksanaan peraturan ini akan berdampak pada kualitas belajar mengajar yang juga akan semakin meningkat. Meri/Dedi Laporan: Winda,Via,Ibes,Fitri

Pro-Kontra Jurnal Ilmiah Menjadikan jurnal ilmiah sebagai salah satu syarat wisuda bukanlah pekara yang mudah. Ada pihak yang skeptis namun ada juga yang optimis. Bukan tanpa alasan Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan mengenai jurnal ilmiah sebagai salah satu syarat wisuda. Pasalnya, jumlah jurnal ilmiah di Indonesia hanya sepertujuh dari jumlah jurnal negara tetangga, Malaysia. Semenjak aturan itu dikeluarkan muncul pro dan kontra dari berbagai pihak. “Untuk skripsi saja sudah kewalahan apalagi ditambah jurnal,” keluh Reza, mahasiswa Ekonomi TM 2008, Rabu (5/ 4). Ia menjelaskan jikalau jurnal ilmiah tetap diterapkan maka akan memberatkan mahasiswa yang juga mengerjakan

skripsi. Apalagi saat ini ia mengaku, satu dosen membimbing sekitar 20 mahasiswa dan susah bertemu dosen. Selain itu, kurangnya ketegasan dari fakultas tentang pemberlakuan kebijakan ini membuatnya semakin ragu.”Hanya kertas-kertas yang ditempel di fakultas yang memberitakan wacana tersebut,” ungkapnya. Aria Rahayu, mahasiswa Jurusan Psikologi TM 2008 juga pendapat serupa. “Saya kurang setuju dengan aturan tersebut,” jelasnya, Senin (5/3). Sebab Ia belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara membuat artikel ilmiah dan hal-hal teknis lainnya. Lagi-lagi, sosialisasi menjadi penyebab utama kebingungan mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa, beberapa dosen pun mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan ini. Ardoni Yonas, dosen Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan salah satunya. “Tulisan dosen saja sangat

minim yang bisa dimuat, apalagi mahasiswa”, ujarnya, Kamis (29/3). Ia turut berkomentar mengenai jumlah jurnal ilmiah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan Malaysia. “Wajar saja, karena sistem belajar kita berbeda.” Lebih lanjut ia menjelaskan kebijakan tersebut boleh saja diterapkan namun bukan sekarang. Jikalau salah satu tujuan pembuatan jurnal untuk membiasakan menulis bagi mahasiswa maka sebaiknya berawal dari setiap mata kuliah diwajibkan membuat tugas akhir berupa makalah. Namun, di balik kesangsian sejumlah pihak, masih ada sejumlah sivitas akademik yang optimis. “Saya setuju dengan kebijakan tersebut,” ujar Ciptro, mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah TM 2009, Jumat (6/4). Hal ini dikarenakan jurnal ilmiah akan merangsang mahasiswa untuk lebih aktif menulis dan melakukan penelitian. Meskipun begitu, ia berharap pelaksanaannya haruslah bertahap mengingat banyak

hal yang perlu dipersiapkan. Pendapat yang sama juga dilontarkan dosen Jurusan Kimia, Dr. Mawardi, M. Pd. Sebelum mengemukakan pendapat setuju atau tidak setuju, pertama yang harus dicermati adalah apa faktor yang melatarbelakangi kebijakan itu dan harapan besar yang terkandung di dalamnya. Ia menilai persoalan pro-kontra yang muncul merupakan gesekan antara keinginan untuk meningkatkan kualifikasi perguruan tinggi (PT) di Indonesia sekaligus mutu lulusannya yang disanding-kan dengan masalah seberapa jauh kesiapan PT untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Terakhir, ia menjelaskan keharusan publikasi karya ilmiah di Jurnal Ilmiah untuk lulusan program sarjana perlu disambut dengan pikiran terbuka. Ketika kita sudah menyamakan pemikiran maka dapat dicarikan “formula” yang bijak agar keharusan mempulikasikan karya ilmiah itu menjadi kebutuhan bukan karena paksaan.


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

5

Laporan Utama

Jurnal Ilmiah Tersendat di Berbagai Kampus Oleh: Meri Maryati

Lain kampus, lain kendala. Lain kampus, lain strategi. Di Universitas Negeri Padang, kewajiban publikasi di jurnal ilmiah membuat mahasiswa bingung. Selain belum ada kejelasan dan sosialisasi mengenai hal ini, waktu yang semakin kasip menimbulkan kekhawatiran bagi mahasiswa yang akan diwisuda Oktober tahun ini. Seperti yang diungkapkan Husna, mahasiswa Jurusan Seni Rupa TM 2008, ia dan kebanyakan teman-temannya belum mempunyai cukup pengetahuan mengenai cara membuat artikel yang akan dipublikasikan di jurnal. “Sebagai mahasiswa tahun akhir, tentu saja saya khawatir dengan wisuda saya,” ujarnya, Senin (5/3). Kekhawatiran seperti ini wajar menurut Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Prof. Dr.Jamaris Jamma, M.Pd. Hal ini dikarenakan pembuatan artikel ilmiah yang nantinya dipublikasikan di jurnal membutuhkan usaha yang tidak sedikit. “Mungkin karena belum terbiasa makanya ada kekhawatiran terlambat untuk menyelesaikan studi,” ungkapnya, Rabu (11/ 4). Ia menjelaskan penyebab kekhawatiran mahasiswa, seperti minat baca dan menulis mahasiswa yang masih rendah. Ditambah lagi kurangnya sumber bacaan yang akan dijadikan referensi dalam penulisan artikel ilmiah. Oleh sebab itu, ia berharap pihak kampus serius menanggapi hal tersebut dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung. Pihak kampus juga harus menciptakan suasana akademik yang berbudaya menulis, seperti mengadakan pelatihan-pelatihan penulisan artikel ilmiah secara rutin. Menurut Jamaris, jika ada kampus yang belum siap, mau tidak mau mereka harus mempersiapkan diri dan menjalankan

kebijakan tersebut. “Hanya masalah waktu,” katanya. Sebab sudah merupakan salah satu fungsi perguruan tinggi dalam Tridharma untuk melakukan penelitian. Beda lagi dengan Dosen Jurusan Kimia, Dr. Mawardi, M.Si. Ia berpendapat, sebenarnya kendala untuk menerbitkan jurnal relatif tidak ada sebab pemerintah dalam hal ini diwakili Kementrian Pendidikan Nasional telah menerbitkan Permendiknas RI No. 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala Ilmiah. Hal tersebut diikuti dengan surat edaran tentang Panduan Pengelolaan Jurnal Terbitan Berkala Ilmiah Elektronik (No. 212/E/ T/2012). Justru sistem pengelolaannya yang sering menjadi kendala. “Kita memiliki keterbatasan karya ilmiah yang memenuhi standar,” katanya, Senin (16/4). Selain itu, juga memiliki keterbatasan mitra bestari. Akibatnya, pengelola kesulitan dalam mempertahankan kesinambungan terbit suatu jurnal. Lantas, berujung pada kesulitan untuk lulus dalam akreditasi. Namun ada satu kendala, menurut Lembaga Penelitian: Lembaga Penelitian yang dimiliki oleh Universitas Negeri Padang sebagai wadah ilmiah dapat menunjang terlaksananya kebijakan publikasi karya ilmiah bagi mahasiswa, Kamis (3/5). f/ Mawardi sangat penting, yaitu sikap Jefri. dan ketidaksiapan secara kejiwaan. Untuk mahasiswa jenjang strata satu jenis jurnal yang dimiliki UNP, yaitu: Saintek, “Kami sedang menunggu petunjuk misalnya, permasalahan mulai timbul saat Humaniora, dan Penelitian Pendidikan. pelaksanaan dari Dikti,” ungkapnya. Jikalau proses pembimbingan mahasiswa yang tidak “Namun hanya sampai tahun 2002 saja, petunjuk pelaksanaanya sudah ada maka berjalan sebagaimana mestinya. Padahal hal setelah itu tidak tahu lagi bagaimana UBH akan melakukan sosialisasi menyeluruh. itu tidak perlu dicemaskan mengingat sudah perkembangannya,” ungkapnya, Kamis (5/ Ia menambahkan, dalam waktu dekat akan ada aturannya dalam Peraturan Akademik 4). melaksanakan kuliah umum mengenai dan Panduan Tugas Akhir Universitas Negeri Hal yang tidak jauh berbeda juga dialami jurnal ilmiah ini. Padang TA 2011/2012 Pasal 5 ayat 5 dan 7. oleh Perguruan Tinggi Swasta, Universitas Sehubungan dengan upaya yang Dalam pasal itu dijelaskan bahwa menye- Bung Hatta (UBH). Pihak UBH mengaku dilakukan PTS dalam menyikapi kebijakan lenggarakan kegiatan penelitian, melakukan telah memiliki jurnal. Namun hanya sebagian Dikti tersebut, Kepala Koordinasi Perguruan pembimbingan dan pelatihan mahasiswa jurnal yang memiliki International Standar Tinggi Swasta (Kopertis), Prof. Dr. dalam bentuk bimbingan seminar, tugas Serial Number (ISSN) sedangkan yang lain Damsar,M.A angkat bicara. Ia menjelaskan akhir dan skripsi merupakan tugas pokok belum. “Yang penting bukan akreditasinya bahwa saat ini PTS lebih memfokuskan diri dosen. tetapi bagaimana karya-karya ilmiah itu bisa kepada proses belajar mengajar. “Seperti Kendala lain, minimnya wadah untuk dipublikasi,” ujar Wakil Rektor I, Dr. Ir. upaya dalam meningkatkan mutu dosen,” menerbitkan jurnal. Hal ini disampaikan Eko Alvares. Z, MSA, Kamis (19/4). ungkapnya, Selasa (10/4). Pembantu Dekan II FIS UNP, Drs. Suryanef, Eko mengatakan walaupun secara umum M.Si. Dulu UNP pernah memiliki jurnal UBH belum melakukan persiapan namun Meri/Dedi untuk menerbitkan karya ilmiah. Ada tiga hal ini sudah dibicarakan oleh pihak kampus. Laporan: Azizah,Duni,Ibes,Fitri

Dosen Kimia UNP Dr. Mawardi, M.Si

Kebijakan Baru, Masalah Baru Membuat sistem baru untuk meningkatkan kualitas mahasiswa secara khusus dan kualitas Perguruan Tinggi secara umum bukanlah pekara yang mudah. Analisis dan kajian mendalam adalah suatu keharusan jika tidak ingin kebijakan yang baru diambil terkesan asalasalan. Bagaimana sebenarnya kebijakan tentang publikasi karya ilmiah ini? Bagaimana pula sikap universitas seharusnya? Simak hasil wawancara Reporter Ganto Meri Maryati dengan Dosen Jurusan Kimia, Dr. Mawardi, M.Si, Senin (16/4).

Apa saja upaya yang bisa dilakukan Dikti agar kebijakan tentang jurnal ilmiah bisa terealisasi? Secara umum, Dirjen Dikti telah menerbitkan Permendiknas RI No. 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala Ilmiah yang diikuti dengan surat edaran tentang Panduan Pengelolaan Jurnal Terbitan Berkala Ilmiah Elektronik (No. 212/E/T/2012). Upaya-upaya lain yang harus dilakukan tentunya melakukan sosialisasi, mewadahi masukan dari pihak-pihak terkait yang menyuarakan kondisi nyata di lapangan. Termasuk kemungkinan adanya ketidaksiapan secara kejiwaan dari pihak terkait. Hal ini dikarenakan merubah “pola” yang selama ini telah terbentuk bukanlah hal mudah. Apa saja dampak positif dan negatif dari kebijakan tersebut baik bagi mahasiswa maupun pihak kampus sendiri? Sebagaimana dikemukakan Ketua Majelis Rektor PTN, Idrus Paturisi, kebijakan tersebut merupakan u s a h a untuk

membangun kesadaran menulis. Demi tercapainya tujuan tersebut, dilakukan usaha dengan mendorong mahasiswa membuat makalah dan memasukkannya ke jurnal ilmiah. Secara lebih luas tentu sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas lulusan Perguruan Tinggi (PT) dan memenuhi komitmen untuk membangun bangsa yang berkarakter. Sedangkan efek samping yang timbul dari aturan baru tersebut, munculnya kekhawatiran tentang kesiapan pembimbing memfasilitasi mahasiswa bimbingannya. Selain itu, kapasitas atau daya tampung jurnal ilmiah yang terbatas dan kemungkinan akan lahirnya jurnal ilmiah tidak bermutu.Terakhir, tidak tertutup kemungkinan munculnya pertanyaan seberapa efektif menulis publikasi karya ilmiah dalam menghasilkan lulusan PT yang berkualitas. Apakah pihak kampus sudah siap menjalankan kebijakan tersebut? Saya yakin, kebijakan ini diambil setelah melalui kajian mendalam dan melibatkan pihak-pihak yang bertanggung jawab di Perguruan Tinggi (PT). Selanjutnya, sejauh mana pihak-pihak pengambil kebijakan di PT telah menyosialisasikan dan “mempersiapkan” setiap komponen terkait sehingga kebijakan ini diterima sebagai kebutuhan

bersama. Hal ini dikarenakan publikasi ilmiah seorang mahasiswa pasti melibatkan dosen pembimbing. Dengan adanya publikasi ilmiah merupakan kebutuhan bagi seorang dosen dan institusi tempat si dosen bernaung, Para dosen akan memerlukannya minimal untuk keperluan pengisian Beban Kerja Dosen (BKD), kenaikan pangkat dan akreditasi program studi. Dengan demikin, kesiapan perguruan tinggi dalam menjalankan kebijakan tersebut merupakan sesuatu keharusan. Dalam artian, hal tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak terkait, tidak hanya mahasiswa. Bagaimana seharusnya UNP dalam menyikapi kebijakan tersebut? Pada dasarnya kebijakan Dirjen Dikti sejalan dengan apa yang menjadi visi dan misi Universitas Negeri Padang (UNP). Hal tersebut tertuang dalam kata pengantar Panduan Akademik. Disana dijelaskan harapan proses pendidikan di UNP akan lebih akuntabel terhadap publik, efisien dalam proses, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian sudah menjadi keharusan UNP mendukung kebijakan Dirjen Dikti tersebut.


6

Laporan Utama

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Artikel

Kontroversi; Wajib Publikasi Ilmiah Bagi S1/S2/S3 Oleh Dadan Suryana (Dosen PGPAUD FIP UNP)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh menyatakan pihaknya kini tengah melakukan sosialisasi kebijakan baru tentang publikasi jurnal ilmiah sebagai syarat kelulusan. Kebijakan baru tersebut harus dijalankan dengan maksud untuk menumbuhkan budaya akademik supaya para sarjana yang kuliah empat tahun memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Apalagi para Magister dan Doktor selayaknya memiliki kemampuan menulis karya ilmiah yang berkualitas. Jika dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi di luar negeri, kemampuan menulis karya ilmiah lulusan perguruan tinggi di Indonesia memang masih rendah. Dirjen Dikti membandingkan dengan Malaysia hanya sepertujuhnya saja. Apalagi dibandingkan dengan negara-negara maju, mungkin akan lebih jauh lagi ketertinggalannya. Kebijakan pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sangat baik untuk meningkatkan kualitas kemampuan lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Hal itu relevan dengan enam tahap domain kognitif yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa, yaitu knowledge (pengetahuan), application (aplikasi), analysis (analisis), synthesis (sintesis), dan evaluation (evaluasi). Namun, kualitas pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mencapai standar di atas. Di perguruan tinggi misalnya, kegiatan perkuliahan yang bersifat aplikatif, analitis, sistesis dan evaluasi masih kurang. Bahkan mata kuliah yang aplikatif pun disampaikan dengan ceramah dan menyampaikan teoriteori yang harus dihafal. Atas dasar tersebut, orientasi mahasiswa sangat terfokus pada indeks prestasi kumulatif, namun mengabaikan kompetensi sesungguhnya. Mahasiswa seharusnya memiliki dua kompetensi. Pertama, kompetensi bidang kajian ilmu masing-masing, kedua memiliki kompetensi holistik, seperti; mandiri, mampu berkomunikasi, memiliki jejaring (networking) yang luas, mampu mengambil keputusan, peka terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di dunia luar. Menyikapi Surat Dirjen Dikti No. 152/E/ T/2012 tentang wajib publikasi jurnal ilmiah

bagi lulusan S1/S2/S3 menimbulkan masalah tersendiri bagi para mahasiswa. Walaupun tujuan surat edaran tersebut sangat baik untuk dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan kompetensi bidang kajian ilmu, kompetensi holistik, dan menghindarkan plagiarism , namun tetap saja memunculkan perdebatan dikalangan akademisi baik mahasiswa, dosen, pejabat ditingkat jurusan, fakultas, sampai tingkat rektorat. Apa yang diperdebatkan? Salah satunya adalah kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi belum baik karena memiliki masalah yang sangat kompleks seperti standar kurikulum, budaya membaca, sarana dan prasarana, kualitas sumber daya guru, kesejahteraan dan lain sebagainya. Semua itu berdampak kepada kurangnya kemampuan menulis bagi para pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Menurut Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), Prof. Dr. Edi Suandi Hamid dalam Republika edisi Rabu, 29 Februari 2012 menyatakan surat Dirjen Dikti dipandang sebagai bentuk kepanikan pemerintah dalam menyikapi kualitas pendidikan di Indonesia. Menjadikan Malaysia sebagai bahan perbandingan akan merendahkan martabat dan harga diri bangsa Indonesia. Sebagai bentuk ketergesagesaan dan ketidakrasionalan terbukti dengan memberikan batas berlaku mulai dari lulusan Agustus 2012. APTISI menolak keharusan publikasi ilmiah tersebut. Masa berlaku kebijakan yang akan dimulai bulan Agustus 2012 adalah waktu yang sangat tidak masuk akal untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Bagaimana kualitas jurnal yang akan dimuat jika sebuah perguruan tinggi meluluskan sarjana dalam periode Agustus-Desember jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan sarjana. Bisa dibayangkan jurnal yang secara dadakan dibuat pada semester kedua tahun 2012, akan muncul jurnal yang tidak berkualitas bahkan asal-asalan. Begitu juga lulusan S2 yang harus melakukan publikasi ilmiah pada jurnal terakreditasi. Sebagai gambaran, jurnal pendidikan yang terakreditasi di Indonesia hanya satu untuk seluruh Indonesia yaitu

LP3 (Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pemmbelajaran) di Universitas Negeri Malang dengan ketentuan terbit jurnal dalam satu semester 1 kali. Dalam satu tahun, jurnal tersebut hanya dua kali terbit. Padahal yang antri untuk dimuat artikel tidak hanya para calon magister, tapi dosen-dosen perguruan tinggi pendidikan baik negeri maupun swasta yang jumlahnya ribuan bahkan mungkin jutaan. Dapat dibayangkan berapa lama mereka harus antri untuk artikelnya dimuat.

Grafis: Faeza

Tidak jauh beda, lulusan S3 yang harus melakukan publikasi ilmiah pada jurnal internasional, terkendala dengan kemampuan bahasa Inggris. Lagipula, tidak mudah untuk mendapatkan jurnal internasional. Sudah pasti usaha mereka akan memerlukan waktu yang cukup lama. Kebijakan tersebut tidak saja akan memunculkan jurnaljurnal yang dipertanyakan kualitasnya, tapi juga akan menjadi penghambat kelulusan baik sarjana, master, maupun doktor. Lembaga perlindungan konsumen Indonesia mengeluhkan tentang kebijakan tersebut karena akan membebani bahkan merugikan para pengguna jasa perguruan tinggi, yaitu

orang tua dikarenakan mahasiswa akan tertunda kelulusannya sehingga mereka harus tetap membayar uang SPP dan membiayai anaknya untuk living cost. Untuk membuat sebuah jurnal yang sesuai standar Dikti harus memiliki beberapa persyaratan yang sangat ketat seperti terbit berkala, mendapatkan ISSN, mempunyai image positif sehingga mengundang banyak peminat untuk memasukkan artikelnya dari berbagai kalangan bukan hanya kalangan intern perguruan tinggi, dan harus memiliki tim reviewer sesuai dengan bidang keahliannya. Jurnal ilmiah hakikatnya berakar dari tercapainya satu level tertentu dalam pendidikan. Bukan cuma pendidikan di kelas, tapi juga di laboratorium, latihan industri/magang, proyek-proyek ilmiah, seminar, diskusi, dan lain-lain. Sistem pendidikan di Indonesia belum cukup kondusif menjaga tercapainya level ini. Jika kebijakan publikasi ilmiah sebagai syarat kelulusan sarjana, master, dan doktor ini jadi diluluskan yang akan terjadi justru meningkatnya budaya plagiarisme (yang kebetulan sudah parah). Hal ini hanya akan mempermalukan Indonesia lebih jauh lagi (yang sudah terkenal sebagai negara jual beli skripsi, tesis dan disertasi). Memang betul ada mahasiswa S1 di luar negeri atau didalam negeri yang diwajibkan menulis jurnal. Tapi mereka itu biasanya bekerjasama dengan dosen. Jadinya 1 artikel ada 3-4 penulis. Bahkan mahasiswa S2 atau S3 saja masih bekerjasama dengan dosennya. Pertanyaannya adalah apakah mungkin mahasiswa S1 bisa seorang diri menulis artikel ilmiah? Kesimpulannya adalah ketetapan ini tetap diberlakukan, tapi tidak untuk dilaksanakan per Agustus 2012 dan bukan sebagai syarat kelulusan. Perbaiki kualitas pengajaran mulai tingkat pendidikan paling rendah sampai perguruan tinggi dengan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, aplikatif, analitik, sintesis dan evaluatif. Melatih mahasiswa pada masa kuliah untuk menulis artikel di jurnal ilmiah sehingga mahasiswa tidak terganggu kelulusannya. Perbanyak dana yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan untuk penelitian sehingga memicu gairah penelitian bagi kalangan akademisi baik mahasiswa, maupun dosen.

Apa Kata Mereka

Sisi Positif untuk Mahasiswa “Saya sangat mendukung dengan surat edaran (SE) Dirjen Dikti No. 152/E/T/ 2012 tanggal 27 Januari 2012. Alasannya, SE tersebut dapat memicu seluruh civitas akademik lebih kreatif dan produktif dalam menghasilkan karya ilmiah, selain juga mengurangi praktik plagiarisme. Sehingga kita dapat melihat mana mahasiswa yang betul-betul serius mengerjakan tugas akhirnya”.

Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNP, Drs. Akmam, M.Si

“Dengan adanya jurnal kita tahu siapa pemilk karya itu yang sebenarnya, dan juga bisa dijadikan referensi yang sah karena telah diakui. Sebelumnya kita mencari referensi jurnal di internet tidak jelas siapa pengarangnya,entah itu betul karya sendiri atau tidak. Jurnal isinya lebih padat mempermudah orang untuk membacanya”.

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2008, Sadam Husein

“Ada setujunya dan ada pula gak setujunya. Sebenarnya dengan adanya jurnal akan meningkatkan kualitas mahasiswanya. Selain itu akan membuat mahasiswa itu sendiri menjadi bangga karena jurnal tersebut dimuat di media dan akan semakin banyak lagi karya ilmiah yang diakui. Tidak setujunya karena wisuda bisa jadi tertunda karena tugas menjadi bertambah selain skripsi”.

Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara TM 2011, Fazia Primadola Ardi


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

7

Laporan Utama

Sejumlah Pihak Mulai Bergerak Oleh: Meri Maryati

Meskipun aturan yang dikeluarkan Dirjen Dikti berubah status dari diwajibkan menjadi dianjurkan. Namun, beberapa kalangan sudah mulai bergerak untuk melaksanakan anjuran Dikti tersebut. Belakangan, setelah mendapat kritik dari berbagai pihak yang tidak setuju dengan kebijakan ini, Dikti mulai menurunkan status surat edaran ini dari wajib menjadi dianjurkan. Dalam sebuah media online, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan surat edaran Dikti memang tidak ada kekuatan hukum. Dipertegas pula oleh Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN) Idrus Paturusi yang mengatakan telah diperoleh kesepakatan antara MRPTN dan Dirjen Dikti bahwa surat edaran itu hanya berupa dorongan sehingga tidak ada sangsi bagi mahasiswa yang tidak menjalankannya (edukasi.kompas.com). Meski begitu, jurusan Kimia Universitas Negeri Padang (UNP) sudah mulai menyosialisasikan dan menerapkan aturan ini kepada mahasiswa walaupun dengan cara yang sedikit berbeda dengan arahan yang dibuat Dikti. Di Jurusan Kimia UNP, selain menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir, mahasiswa strata satu juga diwajibkan untuk membuat poster dan artikel ilmiah. Poster menggambarkan secara ringkas isi dari skripsi yang dibuat. Biasanya berupa baganbagan dari penelitian yang dilakukan. Poster dibuat dalam selembar kertas yang cukup besar dan kemudian ditempelkan di

S c h o o l o f R e s e a r c h: P u s a t P e n g e m b a n g a n I l m i a h d a n P e n e l i t i a n M a h a s i s w a ( P P I P M ) U N P membentuk sebuah wadah yang bernama School of Research bagi mahasiswa untuk mempelajari bagaimana penulisan Ilmiah yang baik dan benar, Minggu (29/4). f/Winda.

laboratorium kimia. Sedangkan, artikel ilmiah merupakan intisari dari skripsi yang dibuat. Biasanya terdiri dari lima belas hingga dua puluh halaman. Aturan seperti ini sudah berlaku sejak semester lalu dan akan terus diterapkan hingga seterusnya. Salah satu hal yang membuat aturan ini berbeda dengan kebijakan Dikti adalah artikel yang dibuat mahasiswa masih berupa hardcopy dan belum dipublikasikan melalui jurnal. “Sejauh ini, artikel dikumpukan kepada Ketua Prodi dan menjadi arsip prodi,” ujar Dra. Andromeda, M.Si., Ketua Jurusan Kimia, Sabtu (21/4). Ia juga mendukung perihal kebijakan yang dikeluarkan Direktorat Pendidikan Tinggi tersebut mengingat banyak dampak

positif yang ditimbulkannya. Salah satunya dapat meminimalisir tindakan plagiat. Andromeda menyayangkan ada sebagian mahasiswa yang ketahuan berlaku curang. “Copadit. Copy, paste, edit ,” jelasnya. Plagiarisme tidak akan terjadi jikalau artikel ilmiah tersebut sudah dipublikasi karena akan cepat diketahui prilaku plagiatnya. Tak hanya itu, jurnal ilmiah juga bisa meminimalisir penumpukan skripsi di perpustakaan yang akhirnya menjadi sampah ilmiah. Alasan lain yang tidak kalah penting menurut Andromeda adalah biaya pembuatannya yang jauh lebih murah daripada skripsi. Ia menambahkan pembuatan artikel ilmiah yang nantinya diharapkan bisa dipublikasi di jurnal tersebut sejalan dengan

pembuatan skripsi. Maksudnya, mahasiswa selain diberi arahan dalam pembuatan skripsi juga dibimbing untuk membuat artikel ilmiah. Untuk menambah pemahaman mahasiswa juga dibantu dengan buku petunjuk pembuatan artikel yang telah dibagikan. Tidak hanya jurusan Kimia UNP, upaya untuk mengusahakan agar mahasiswa mampu menulis artikel ilmiah dan terpublikasi di jurnal ilmiah juga dilakukan oleh sebuah Event Organizer (EO) di Kota Padang, yaitu EO Lentera. Penggerak Lentera terdiri dari mahasiswa UNP dan Unand. Untuk mendukung kebijakan baru ini, mereka mengangkatkan sebuah kegiatan berupa Seminar Nasional Jurnal Ilmiah Berbasis Pelatihan yang diadakan pada 5 Mei lalu di Unand. Dalam seminar tersebut dihadirkan Guru Besar dan Pimpinan Dewan Redaksi Jurnal Antropologi Prof. Dr. Nusyirwan Effendi dan Dosen Sastra Unand yang juga mantan Ketua Forum Lingkar Pena Sumatera Barat Ronidin SS, M.A. Pemateri yang dihadirkan merupakan orang-orang yang telah mempublikasi karya ilmiahnya di jurnal terakreditasi nasional. Elsa selaku kru Lentera mengatakan kegiatan ini diangkat sebagai upaya tindak lanjut dari aturan Dikti yang baru saja dikeluarkan. “Di Unand, SK rektor sudah keluar untuk pelaksanaan surat edaran ini,” Ujar Elsa. Peserta yang hadir saat itu lebih dari 50 orang. Mereka berasal dari berbagai kampus yang ada di kota Padang, seperti: UNP, Unand, dan STKIP. Namun, sebagian besar berasal dari UNP dan Unand. Sebagai penyelenggara kegiatan, Elsa berharap dengan diadakannya seminar tersebut mahasiswa tidak lagi kebingungan dalam membuat karya ilmiah yang nantinya akan dipublikasi di jurnal. Meri/Dedi Laporan: Winda,Jefri

Prof. Dr. Prayitno, MSc. Ed,

Ciptakan Budaya Ilmiah Melalui Jurnal Ilmiah Aturan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tentang kewajiban membuat jurnal ilmiah sebagai syarat wisuda, sebenarnya sarat akan manfaat. Salah satunya menciptakan sikap ilmiah bagi mahasiswa. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Simak wawancara reporter Siti Nurasyiyah dengan Prof. Dr. Prayitno, MSc. Ed, Selasa (17/4). Bagaimana Anda melihat kebijakan Dikti tentang kewajiban membuat artikel ilmiah sebagai salah satu syarat wisuda? Saya sangat setuju dan memberikan apresiasi terhadap kebijakan Dirjen Dikti tersebut. Selama ini, kecenderungan proses perkuliahan mahasiswa khususnya jenjang Strata satu hanya mengharapkan penjelasan dari dosennya saja. Selain itu, masih sedikit mahasiswa yang secara swadaya mencari pengetahuan selain yang diberikan dosen. Idealnya, mahasiswa harus berperan aktif dan bersikap kritis sehingga perkuliahan yang berlangsung tidak monoton. Melalui pengadaan jurnal ilmiah diharapkan mahasiswa bisa lebih kristis dan benar-benar mendalami serta mengusai keilmuan yang digelutinya. Akibatnya, mahasiswa dituntut berpikir ilmiah dan bertanggungjawab terhadap ilmu yang dimilikinya tersebut. Apa harapan anda terhadap mahasiswa dengan adanya peraturan baru tersebut?

Jikalau jurnal ilmiah terlaksana, maka pembaharuan konsep, teori dari berbagai bidang keilmuan akan berkembang pesat. Hal itu akan mempengaruhi cakrawala berfikir civitas akademik. Selain itu, karya mahasiswa bisa dimanfaatkan sebagai referensi dalam mengkaji ilmu pengetahuan dan berbagai bidang seperti bidang industri, ekonomi, sosial dan budaya. Melihat manfaat yang ditimbulkan dari jurnal ilmiah tersebut maka tentulah akan lahir kaum intelek yang handal. Apa saja upaya pihak kampus untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis suatu karya ilmiah? Saat ini, pihak kampus telah mengupayakan pembentukan tim untuk mengadakan pelatihan terkait pelaksanaan jurnal ilmiah. Menurut saya, seharusnya tim tersebut dibentuk dalam ruang lingkup jurusan atau program studi. Pada tahap lanjut, baru dilakukan pelatihan untuk memberikan penjelasan tentang tatacara membuat jurnal ilmiah. Disamping itu, diharapkan dosen yang mengajarkan mata kuliah metodologi penelitian bisa memberikan bimbingan secara kontiniu dan totalitas terkait pembuatan jurnal ilmiah, sehingga mahasiswa tidak lagi merasa dibebani dengan adanya kewajiban membuat jurnal ilmiah. Apakah kebijakan tersebut efektif jika

diterapkan pada mahasiswa tingkat akhir saat ini? Semua itu tergantung pada keputusan rektor. Setidaknya Dirjen Dikti telah mewacanakan. UNP berupaya untuk bisa melaksanakan kebijakan tersebut meskipun secara bertahap. Bagi mahasiswa jenjang Strata tiga setidaknya bisa memuat karyanya di jurnal terakreditasi nasional atau jurnal yang sudah terakreditasi. Sementara untuk mahasiswa jenjang strata dua wajib membuat artikel ilmiah namun tidak wajib dimuat pada jurnal terakreditasi nasional. Sedangkan untuk mahasiswa jenjang strata satu, skripsi yang dibuatnya diarahkan ke format penulisan artikel ilmiah yang nantinya bisa dimuat di jurnal. Paradigma mahasiswa merasa dirugikan atau dipaksakan oleh kebijkan tersebut dikarenakan mahasiswa belum terbiasa atau masih banyak diantara mahasiswa belum mengenal bentuk jurnal yang telah memenuhi kualifikasi standar jurnal ilmiah. Selain itu, mahasiswa merasa canggung dengan aktifitas penelitian dan karya tulis baik yang sifatnya ilmiah maupun tulisan tidak ilmiah. Sehingga, keberadaan karya tulis ilmiah dianggap seolah-olah masih asing dan

tabu, lebih-lebih jurnal ilmiah. Akibatnya, tingkat kepedulian mahasiswa terhadap kegiatan tulis-menulispun sangat rendah. Jika hal itu dibiarkan secara terus-menerus, maka akan berdampak buruk terhadap mutu pendidikan di berbagi lembaga pendidikan, karena keberadaan universitas sebagi lembaga pendidikan tertinggi mampu menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas untuk melahirkan penerus yang berkualitas pula.


8

Artikel Umum

Konsultasi Kesehatan Jika Anda mengalami masalah kesehatan, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.

Urgensi Literasi Informasi di Kampus Oleh Elva Rahmah

Diasuh oleh:

dr. Pudia. M Andika

Nyeri Lambung Sebelah Kanan Sejak semester tiga, saya sudah merasakan penyakit ini. Saya merasa lambung sebelah kanan selalu nyeri dan sakit. Setiap malam saya tidak bisa tidur. Orang mengatakan saya menderita usus buntu. Apakah itu benar? Saya jadi bingung. Soalnya ketika meminta obat ke poliklinik, saya selalu diberi obat yang sama tanpa diberitahu penyakit yang saya idap. Saya mohon jawaban dari masalah ini. Terimakasih. Eliza Rahmi Mahasiswa FMIPA TM 2010 Jawab: Dari keluhan yang anda sampaikan dengan nyeri lambung dan sakit sebelah kanan pada umumnya merupakan keadaan yang disebut Dyspepsia. Dyspepsia merupakan kumpulan gejala rasa sakit dan nyeri pada bagian ulu hati, yang disertai rasa panas di dada dan perut, mual, muntah, sendawa, perut kembung, dan rasa cepat kenyang. Walaupun tidak seluruh penderita mengalami gejala–gejala tersebut, keluhan dapat bervariasi. Gejala yang timbul berasal dari saluran cerna bagian atas, lambung dan duodenum. Dyspepsia dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu dyspepsia organic dan dyspepsia fungsional/non-organic. Dyspepsia organic adalah dyspepsia yang telah diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya misalnya ada tukak (luka) di lambung, radang pankreas, radang empedu, radang mukosa lambung (gastritis). Sedangkan dyspepsia non organic ialah dyspepsia yang terjadi tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan). Penyebab dyspepsia fungsional antara lain : 1. Gangguan pergerakan (motilitas) dari lambung dan usus 2. Menelan terlalu banyak udara, untuk mereka yang mempunyai kebiasaan makan secara salah (mengunyah dengan terlalu cepat atau sambil berbicara) 3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu. Efeknya bisa membuat lambung terasa penuh dan bersendawa terus 4. Mengonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dyspepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi, makan berlemak, gorengan, makanan yang terlalu asam, sayuran dan buah yang mengandung gas seperti kol, sawi, nangka dan kedondong. 5. Terlalu sering menggunakan obat penghilang rasa nyeri misalnya golangan obat NSAID (aspirin, Ibuprofen, dll) 6. Pola makan yang tidak teratur, terutama sarapan pagi. Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak. Sehingga bila tidak sarapan, maka lambung akan lebih banyak memproduksi asam. 7. Stress yang timbul dapat memicu berbagi hormon seperti kortisol, adrenalin yang lambat laun akan mempengaruhi psycosomatik dari seseorang yang memicu terjadinya peningkatan asam lambung. Apabila seseorang mengalami penyakit dyspepsia, disarankan untuk menghindari faktor–faktor pencetus yang dapat mengalami kekambuhan. Dengan berulangnya anda datang ke poliklinik kemungkinan anda menderita dyspepsia. Usus buntu dalam istilah medis disebut Appendiksitis. Merupakan peradangan pada appendix vermivormis dengan gejala awal nyeri didaerah pusat dan menetap di perut kanan sebelah bawah bahkan ada yang menjalar sampai paha dan punggung. Penyebab terjadinya akibat penyumbatan lubang appendiks sehingga cairan yang dihasilkan mengalami bendungan. Gejala yang ditimbulkan, nyeri tekan – lepas didaerah perut kanan bawah bertambah berat bila batuk dan berjalan.

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

(Dosen Program Studi Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan FBS-UNP)

informasi berbasis komputer, serta mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan bisa belajar secara mandiri sepanjang hayat. Semua keterampilan tersebut adalah penting dan merupakan sebagian dari literasi informasi. Mungkin selama ini kita menyadari ada keterampilan atau kemampuan yang perlu dimiliki para mahasiswa untuk dapat belajar secara mandiri, tapi tidak menyadari bahwa keterampilan yang kita sajikan belum mencukupi bagi mereka untuk dapat belajar secara mandiri. Sehingga dalam proses belajar mengajar, mahasiswa sering mendapatkan kesulitan dalam memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan. Bahkan ada mahasiswa yang kesulitan menemukan ide untuk paper dalam topik tertentu atau ide penelitian untuk tugas akhir (makalah, skripsi dan thesis) mereka. Disisi lain, masih banyak mahasiswa yang kesulitan mendapatkan sumber informasi, sehingga sumber informasi kurang bervariasi dan cenderung menggunakan sumber atau format yang sama.

Dampak dari perkembangan teknologi informasi mengakibatkan terjadinya ledakan informasi. Setiap orang dapat menerima informasi apapun, kapanpun dan dari manapun tanpa batas. Untuk itu setiap orang perlu mempunyai pengetahuan dalam mencari dan memperoleh informasi yang mereka terima supaya bisa memenuhi kebutuhannya. Informasi merupakan sebuah entitas yang berpotensi untuk menjadi sebuah kekuatan sekaligus sumber kebingungan bagi banyak orang. Setiap hari kita ditantang untuk berhadapan dengan informasi yang melimpah ruah dan melaju dengan kencang, dalam berbagai format yang tak terhitung pula jumlahnya. Informasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang, karena informasi sudah menjadi kebutuhan utama setiap individu terutama dalam dunia pendidikan. Misalnya di perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk memperoleh informasi pendukung dan penunjang kegiatan perkuliahan atau dengan kata lain mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri. Ketika mencari informasi yang cepat, tepat dan relevan maka seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam memperoleh informasi tersebut. Agar proses pemenuhan kebutuhan akan informasi berhasil dengan baik, maka sangat perlu seseorang memahami tentang literasi informasi (information literacy) yang juga diartikan kemelekan Grafis: Faeza informasi. Kemampuan dalam mengidentifikasi, mencari, menemuPerguruan Tinggi harus kan, mengevaluasi dan memanfaatkan informasi disebut literasi informasi. menyadari pentingnya literasi Pengertian informasi berkembang sejalan informasi, karena kemampuan itu dengan berkembangnya teknologi tidak mudah diperoleh sejalan informasi itu sendiri. Informasi juga hasil dengan proses belajar mengajar di dari adaptasi dan pengembangan institusi perguruan tinggi. Untuk itu pendidikan, organisasi profesional serta perguruan tinggi perlu membuat personal. Format informasi yang beragam program pelatihan literasi informasi istilah, hinga beragam bentuk seperti; bagi mahasiswa. Program ini dapat visual, komputer, digital, jaringan juga diberikan pada masa orientasi pendidikan. Program dapat berupa menjadi kajian literasi. Istilah literasi informasi bukan perkuliahan non SKS atau SKS yang merupakan kemampuan baru yang terpadu pada kurikulum. Pembelamuncul sebagai tuntutan dalam era jaran dapat dilaksanakan di kelas informasi. Kebutuhan akan penguasaaan dengan melibatkan dosen dan kemampuan ini telah ada sejak pustakawan yang menjadi narasumbertahun-tahun yang lalu, yang berubah ber. Program pelatihan literasi hanyalah jumlah dan bentuk dari informasi dapat diberikan sekali informasi yang tersedia. Walaupun pada masa awal perkuliahan atau kebutuhan untuk mencari, mengevaluasi dibagi menjadi dua kali waktu. Isi dan menggunakan informasi yang materi dapat dibagi menjadi dibutuhkan secara efektif telah ada sejak kemampuan literasi awal dan lama, tetapi kemampuan yang harus lanjutan. Sementara itu, perpustakaan dimiliki pada era informasi saat ini telah terus berkembang dan menjadi lebih perguruan tinggi pada umumnya kompleks. Dengan demikian mahasiswa hanya membekali mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan dengan literasi yang berkaitan literasi informasi. Dengan memiliki dengan kegiatan perpustakaan kemampuan literasi informasi seseorang yaitu cara mencari dan mengakses mengetahui kapan dan mengapa informasi. Disamping itu ada bebemembutuhkan informasi, tahu bagaimana rapa keterampilan yang bisa dan dimana mendapatkan informasi diajarkan perpustakaan yaitu cara tersebut, mampu mengevaluasi apakah menggunakan koleksi dan memaninformasi yang didapatkan tepat, dan faatkan layanan perpustakaan, akhirnya dapat menggunakan dan serta pencarian artikel online pada database yang dilanggan perpustamempresentasikan dengan benar. Melalui keterampilan literasi informasi kaan. Kita yakin perpustakaan mahasiswa dapat menggunakan sumber informasi untuk memecahkan masalah mempunyai peran penting dalam dan mengambil keputusan, baik sumber pendidikan sebab perpustakaan informasi tercetak maupun sumber adalah tempat pengetahuan

dimana semua disiplin ilmu berhubungan. Perpustakaan juga merupakan lingkungan informasi yang dibutuhkan oleh para lulusan dalam hidup mereka dan untuk bekerja. Bahkan perpustakaan dianggap sebagai lingkungan alami untuk pemecahan masalah. Keadaan itu seharusnya menjadi suatu tantangan bagi perpustakaan untuk membuktikan bahwa literasi informasi adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki semua orang. Untuk itu, perpustakaan perlu memulai mengembangkan dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Adapun cara yang dapat dimanfaatkan atau dilakukan perpustakaan, yaitu: Pertama , mengajarkan model literasi informasi dengan didukung sumber informasi cetak yang beragam. Mengajarkan cara membaca secara efektif, menulis dengan benar sesuai dengan aturan, mengutip, menggunakan sumber informasi tercetak. Modul-modul literasi dalam bentuk sederhana dan menarik dapat dibuat dalam bentuk tercetak: buku saku atau posterposter menarik. Kedua, menelusuri dengan didukung keterampilan menggunakan komputer dan mengajarkan cara menyusun karya tulis atau produk informasi dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang sesuai. Modul-modul literasi informasi dapat disediakan dalam bentuk CD atau tersedia dalam bentuk file atau aplikasi komputer. Selain itu modul-modul literasi informasi dapat disajikan di situs perpustakaan yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun termasuk di ruangan komputer perpustakaan. Keterampilan-keterampilan tersebut harus ditunjang dengan keterampilan pokok yang perlu dimiliki mahasiswa yaitu kerampilan dasar tentang pemberdayaan perpustakaan dan pengetahuan serta penggunaan teknologi informasi. Perkembangan zaman yang demikian dinamis dan sangat cepat hanya bisa diikuti dengan penguasaan literasi informasi yang didukung oleh teknologi informasi. Dengan demikian urgensi pembekalan kemampuan literasi di lingkungan pendidikan utamanya di perguruan tinggi menjadi tidak bisa ditunda-tunda lagi agar menciptakan generasi yang literat. Melalui program literasi informasi ini mahasiswa diharapkan menjadi mahasiswa yang kompeten dan menjadi pelajar yang mandiri. Mengetahui apa yang menjadi kebutuhan informasinya dan menangkap ide-ide yang ada. Selain itu mahasiswa juga mampu menyelesaikan persoalan informasi yang mereka miliki. Melalui standar kompetensi literasi informasi yang dimiliki mahasiswa dapat mendefinisikan kebutuhan informasinya, memperoleh informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, mengevaluasi dan memilih informasi sesuai dengan kebutuhannya, menggunakan informasi untuk mencapai tujuannya, dan menggunakan informasi sesuai etika dan secara legal. Sehingga mahasiswa dapat beradaptasi terhadap perubahan dan dapat menghasilkan karya ilmiah yang memenuhi standar internasional.


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

9

Artikel Pendidikan

Harapan Untuk PGRI Oleh Citra Rafika, S.Pd Mahasiswa Pendidikan Sosiologi-Antropologi-Pasca Sarjana UNP

Salah satu kriteria jabatan profesional adalah mempunyai wadah untuk meyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Guru merupakan salah satu jabatan profesi, seperti halnya dokter. Bagi guru-guru di negara kita, wadah ini telah ada sejak lama yang dinamai Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). PGRI lahir pada 25 November 1945, 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI diawali dengan adanya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organisasi profesi terbesar yang dimiliki oleh guru di Indonesia adalah organisasi yang sangat ideal dan tepat sebagai wadah meningkatkan profesionalisme guru, mengatasi berbagai masalah yang dihadapi para guru serta memperjuangkan nasib guru dan pendidikan pada umumnya. Agar guru dan tenaga kependidikan dapat berperan maksimal dalam menjalankan fungsinya, mereka perlu didukung, dibantu, didorong dan diorganisasikan dalam suatu wadah yang dinamis, prospektif, dan mampu menjawab tantangan masa depan. Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka. Empat misi utama PGRI, yaitu: Misi politis/ideologi, Misi persatuan organisatoris, Misi profesi, dan Misi kesejahteraan. Berbicara tentang PGRI masa kini, sepertinya organisasi ini sedang mengalami sakit, tepatnya sakit stroke. PGRI mengalami krisis fungsi sebagai suatu organisasi yang besar, yang tidak hanya menghimpun para guru, namun juga menjadi tempat para guru untuk ‘curhat’ dan meminta solusi atas keluhan-keluhan yang mereka alami. Realita ini dibuktikan dengan fakta-fakta yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Di suatu daerah, guru harus merelakan sedikit gajinya untuk organisasi ini setiap bulannya. Meskipun hanya sedikit tapi jika

dikalikan dengan begitu banyaknya guru yang ada di suatu daerah tersebut setidaknya sudah bisa melaksanakan suatu kegiatan untuk bimbingan teknis (BIMTEK) mengenai kurikulum atau kegiatan yang mampu menunjang mutu guru. Namun, pada kenyataannya guru teralienasi dengan keadaan ini. Mereka menjadi seperti orang bodoh pada saat ada pembaharuan pembelajaran atau perubahan dalam kurikulum. Katakanlah ketika ada tuntutan untuk membuat perangkat pembelajaran terbaru sesuai dengan perubahan kurikulum, guru-guru tidak tahu apa-apa dikarenakan tidak ada bimbingan sebelumnya. Ketika ada pemeriksaan mereka hanya bisa bilang “kami tidak tahu itu” , apalagi guru-guru yang mengajar di desa-desa mereka tidak tahu tentang hal ini. PGRI juga terbukti tidak mampu mengakomodir para guru yang terdiskriminasi akibat situasi-situasi politik yang menjebak mereka, mulai dari kepangkatan mereka dan kecurangankecurangan Ujian Nasional yang membuat guru sebagai jabatan profesi semakin terpuruk dan tidak dihargai dimasyarakat. PGRI sampai saat ini masih mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam merencanakan dan melakukan program-program penataran guru serta program peningkatan mutu lainnya. PGRI belum banyak merencanakan dan melakukan program kualifikasi guru, atau melakukan penelitian ilmiah tentang masalah-masalah profesional yang dihadapi oleh para guru dewasa ini. Kebanyakna kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu profesi biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan ulang tahun atau kongres PGRI Organisasi profesional di bidang pendidikan lain yaitu Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini mempunya divisi-divisi antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia (HSPBI), dan lain-lain. Hubungan formal antara organisasiorganisasi ini dengan PGRI masih belum tampak secara nyata sehingga belum didapatkan kerja sama yang saling

menunjang dan menguntungkan dalam peningkatan mutu anggotanya. Sebagian anggota PGRI yang sarjana mungkin menjadi anggota salah satu divisi ISPI, tetapi tidak banyak anggota ISPI staf pengajar di LPTK yang juga menjadi anggota PGRI. Namun yang terjadi, kepengurusan organisasi PGRI tak lebih dari kumpulan kepala sekolah yang mengisi struktur keorganisasian PGRI terutama di daerahdaerah. Agar tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud, PGRI dan organisasi pendidikan lainnya harus dapat bekerjasama

Grafis: Faeza

dalam merancang program-program untuk meningkatkan mutu guru dan peserta didik. Khususnya di daerah, hendaknya PGRI lebih produktif dalam urusan peningkatan mutu guru, karena masih banyak guru-guru di daerah yang buta dengan perubahan kurikulum dan inovasi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan melakukan bimbingan teknik (Bimtek) kurikulum untuk para guru. Kemudian Lembaga perguruan tinggi yang melahirkan tenaga-tenaga pendidik juga turut andil bekerjasama dengan PGRI dalam peningkatan mutu tenaga pendidik. Keterlibatkan alumni perguruan tinggi juga diperlukan, yaitu dengan cara menjalin komunikasi dengan perguruan tingginya mengenai halhal baru yang berkaitan dengan inovasi dunia pendidikan. Selain itu yang perlu dibenahi dalam struktur keorganisasian PGRI

di daerah yang jabatannya banyak diisi oleh para kepala sekolah, sehingga distribusi aspirasi kurang optimal. Hal yang baru saja dilakukan PGRI dan perlu mendapatkan dukungan yaitu PGRI menjalin kerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka menyamakan persepsi dalam menangani persoalan yang menimpa guru, pembahasan naskah nota kesepahaman sebaiknya dibahas bentuk kerja sama yang meliputi perlindungan hukum, profesi, dan kenyamanan kerja. Selain itu, pendidikan serta latihan, tukarmenukar informasi, dan sosialisasi kebijakan. Perkara guru mendisiplinkan siswa di sekolah dengan tujuan mendidik sering disalah-artikan sebagai tindak kekerasan. Akibatnya, guru selalu disalahkan dan mudah dipidanakan. Posisi guru sering lemah ketika berhadapan dengan hukum. Saat ini telah dibentuk Dewan Kehormatan Guru PGRI di tingkat kabupaten/kota. Selain itu, ada juga lembaga konsultasi bantuan hukum PGRI untuk mendampingi guru-guru yang bermasalah secara hukum, baik terkait profesinya maupun persoalan pribadi. Diharapkan kedepan PGRI sebagai wadah silaturahmi dan berbagi para tenaga pendidik bisa menunjukkan lebih eksistensinya demi kemajuan pendidikan berkualitas di daerah. Sebagaimana diketahui, PGRI sebagai salah satu organisasi profesi yang dilindungi undang-undang, memiliki tanggungjawab moral meningkatkan profesi guru. PGRI memiliki peran penting dalam mengoptimalkan peran serta guru dalam rangka menuju tujuan pendidikan. PGRI perlu membina guru-guru yang inovatif dan kreatif dalam mengembangkan kurikulum di sekolah agar tidak menjadi guru yang konsumtif kurikulum. Guru yang kreatif akan membawa suasana belajar yang kondusif, sehingga siswa menjadi bergairah dalam belajar. Guru yang inovatif adalah guru yang selalu mencari hal-hal yang baru dalam proses transfer ilmu dan membentuk karakter. Sehingga, harkat guru sebagai jabatan profesi mendapatkan penghargaan yang tinggi seperti halnya guru-guru yang ada di negara tetangga kita Malaysia yang sebelunya merupakan anak didik bangsa ini.

Konsultasi Psikologi Jika Anda mengalami masalah psikologi, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke alamat Ganto: Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP atau kirim ke email redaksiganto@gmail.com. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.

Diasuh oleh

Dr. Marjohan, M.Pd. Kons. Sekarang, saya berumur 20 tahun. Hingga saat ini, kedekatan hubungan dengan keluarga saya bisa dibilang jauh. Saya merasa di keluarga saya tidak ada rasa memiliki satu sama lain. Saya terkadang iri melihat keluarga teman yang begitu kompak. Saya pernah berpikir apakah ini kesalahan dari orang tua atau nenek dulu kala yang tidak menerapkan rasa kekompakan dalam berkeluarga atau ini memang kesalahan kami semua? Bagaimana saya sebaiknya mengatasi masalah ini? Bagaimana meyakinkan keluarga agar mau mendengarkan keluhan maupun saran saya? Terimakasih. Yuhani, Mahasiswa UNP TM 2010 Saudara Yuhani, Adalah wajar Anda mendambakan keluarga yang kompak, mempunyai ikatan batin dan saling membutuhkan satu sama lain. Keluarga merupakan tempat menenteramkan pikiran di kala kita kacau dan gelisah, tempat berdiskusi ketika menghadapi masalah, tempat berbagi rasa

Tidak ada Rasa Memiliki dalam Keluarga

senang dan bahagia di kala kita sedang bersukacita, dan sebagainya. Berkenan dengan keluarga Anda yang anda sebut tidak terlalu dekat, menurut hemat kami ada beberapa catatan. Pertama, boleh jadi kondisi seperti itu berlangsung pada saat keluarga berada dalam kondisi aman dan tidak ada tantangan. Kualitas hubungan dalam keluarga akan berubah apabila terjadi sesuatu yang memprihatinkan, misalnya; ada anggota keluarga yang sakit, meninggal, atau kalau ada anggota keluarga yang terancam keselamatannya. Keadaan seperti itu dapat mengubah kondisi hubungan keluarga yang tadinya kurang akrab menjadi lebih akrab, dari kurang kompak menjadi lebih kompak. Kedua , kurang akrabnya sesama anggota keluarga boleh jadi disebabkan karena masing-masing anggotanya sibuk dengan urusan masing-masing. Setiap orang memusatkan perhatiannya kepada tugas mereka. Karena tidak ada masalah yang perlu mendapat perhatian anggota, maka kualitas hubungan tidak menjadi pusat perhatian. Ketiga , kurang

akrabnya Anda dengan anggota keluarga boleh jadi didasarkan pada suatu nilai yang dikembangkan orang tua sejak dulu yaitu setiap anggota harus mandiri dan tidak boleh bergantung kepada saudara-saudara. Boleh jadi juga orang tua mencontohkan sifat kemandirian itu di depan anak-anak, bahwa setiap persoalan kalau bisa diselesaikan sendiri dan tidak perlu dibicarakan kepada anggota keluarga lain. Pertanyaannya, apakah situasi ini tidak bisa diubah? Menurut kami tidak ada yang tidak bisa diubah. Keinginan Anda yang kuat dalam mempermasalahkan kondisi sekarang justru merupakan suatu modal yang sangat berharga untuk mengubah kondisi seperti yang Anda mau. Tentu saja Anda tidak perlu bernafsu dengan cara mengecam suasana yang terjadi saat ini sambil berpidato “telah terjadi kesalahan besar dalam keluarga kita”. Ada beberapa strategi yang dapat Anda lakukan. Pertama, Anda menyadari dengan sikap positif bahwa memang ada suasana dalam keluarga yang kurang akrab satu sama lain, Kedua ,

menegaskan dalam diri bahwa Anda akan berupaya sebaik-baiknya untuk membuat kondisi berubah dengan keyakinan bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya diukur dari materi namun dari kehangatan sejati yang diperoleh dari saling berbagi dalam kebersamaan pada sebuah keluarga. Ketiga, mencari strategi dan metode agar ada saat-saat penting untuk berkumpul bersama-sama (boleh jadi waktu makan malam, atau hari libur dimana anggota ada di rumah) dan mulai mengemukakan topik-topik yang bisa didiskusikan bersama. Dalam kesempatan itu Anda dapat mulai pembicaraan dengan hal-hal penting atau meminta orang tua atau saudara menjawab pertanyaan ringan yang terjadi dalam keluarga. Topik yang dikemukakan tersebut bisa topiktopik ringan seperti berita-berita di koran atau tv, sehingga semua anggota dapat menyatakan pendapatnya. Apabila kondisi itu berulang-ulang dilakukan secara konsisten, mudah-mudahan keadaan akan cepat berubah, Insya Allah.


10

Laporan Khusus

Upaya Keras Peningkatan Kualitas Oleh: Dila Monisa

Fakultas terus berupaya memperbaiki kualitas untuk dapat mencerminkan ISO dengan baik meskipun masih terdapat beberapa kekurangan. Gedung Fakultas Ekonomi (FE) UNP terlihat tegap di antara gedung lain di sekitarnya. Atapnya hitam pekat dengan tembok bercat putih kombinasi pink pada beberapa bagian gedung. Di sisi kiri pintu masuk terlihat tulisan In dan Out di sisi kanan. Sementara, di bagian lobi terlihat poster-poster peraturan akademik, visi dan misi fakultas, aturan berpakaian dan peringatan lainnya. Tangga gedung juga diberi tanda bertuliskan up dan down. Pemandangan yang tidak jauh beda juga bisa ditemui di Fakultas Teknik (FT). Selain adanya poster dan spanduk, di fakultas orange ini mahasiswa juga diwajibkan untuk memakai Id Card jika ingin berurusan ke fakultas. “Kita tidak akan dilayani jika tidak memakai Id Card,” ujar Suci Ramadhani, Mahasiswa Elektronika TM 2011, Senin (23/ 4). Selain itu, tambah Suci, di FT Juga diberlakukan TOEFL untuk syarat sidang skripsi dan sistem kredit point kegiatan ekstrakurikuler yang akan diperhitungkan sebagai persyaratan wisuda. Tak heran, jika kedua fakultas ini memberlakukan aturan-aturan tersebut. Pasalnya, kedua fakultas ini adalah penerima Internatioanal Standard Organization (ISO) bidang sistem manajemen mutu. Mereka telah mendapatkan ISO 9001:2000 pada 2008 lalu dan juga telah sama-sama memperbaharuinya menjadi ISO 9001:2008 yang lebih teperinci dan jelas manajemennya. Kemajuan dan ingin dikenal sampai ke taraf internasional menjadi alasan utama penerapan ISO. Dekan FT, Drs. Ganefri, M.Pd. PhD, mengungkapkan FT akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas. Menurutnya saat ini FT tengah berusaha untuk memaksimalkan kinerja dan menjalankan enam pokok kendali ISO yaitu: pengendalian dokumen, audit internal, rapat peninjauan manajemen, perbaikan dan koreksi, sosialisasi dan pernyataan komitmen bersama.

Penerapan ISO: Pada lantai I Fakultas Ekonomi akan ditemukan beberapa spanduk yang berisi aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh mahasiswa FE. Keberadaan spanduk ini merupakan penerapan dari International Organization for Standardization (ISO) dibidang Sistem Manajemen Mutu yang telah diterima FE sejak 2008 lalu, Kamis (3/5). f/Jefri.

Dalam hal ini, banyak mahasiswa FT merasakan adanya peningkatan kualitas pelayanan di fakultas. Hanya saja, menurut mereka masih ada hal yang harus diperbaharui oleh FT. “Peralatan labor masih kurang dan sudah tua,” ujar Putri Ayu Dwiyana, mahasiswa Teknik Sipil TM 2009. Kekurangan ini juga diakui oleh Ganefri dan mengaku telah berupaya untuk memperbaikinya, “Hanya saja butuh proses untuk dapat memperoleh semuanya,” ujarnya, Rabu (28/ 3). Ganefri juga menjelaskan, pada awalnya ada 100 Standard Operation Prosedur (SOP) yang ditetapkan FT untuk mengimplementasikan ISO, namun dipilah kembali menjadi 77 dengan alasan kemampuan dalam pelaksanaannya. Di FE, selain upaya peningkatan kualitas, sulitnya berurusan dengan birokrasi dan fasilitas sekretariat HMJ merupakan hal yang menjadi keluhan mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Ade Syaputra. “Sayang sekali, FE tidak punya sekretariat HMJ padahal sudah dapat ISO,” ujarnya, Rabu (28/3). Pihak FE menyadari masih banyak kekurangan yang harus dipenuhi fakultas dalam penerapan ISO ini yang tengah diupayakan perbaikannya serta siap

menerima kritikan. “Di beberapa bagian gedung telah tersedia kotak saran bagi mahasiswa untuk menyampaikan keluhannya,” ujar Drs. Siti Khadiah,MM, Kamis (29/ 3). Kepala Bagian Tata Usaha FE ini juga menjelaskan beberapa hal yang telah dilakukan fakultas dalam penerapan ISO, yaitu: adanya kontrak perkulihan, percepatan pengurusan surat menyurat bagi mahasiswa dan penilaian untuk dosen. Pengawasan untuk pelaksanaan ISO juga terus dilakukan oleh PD I, II, III dan Kabag TU sendiri. FE dan FT boleh jadi merupakan fakultas yang pertama kali memperoleh ISO di UNP, tapi kini dua fakultas lainnya juga telah memperoleh pengakuan serupa. Fakultas tersebut adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam. FMIPA sudah memperoleh ISO sejak Oktober 2011 dan Fakultas Ilmu Sosial yang baru memperolehnya Maret 2012 lalu. Kedua fakultas ini mengaku akan berusaha untuk melaksanakan SOP yang telah disusun untuk memperoleh ISO dan sekarang tengah berupaya untuk menjadi lebih baik. Dila/Dedi Laporan: Ami,Zola,Tari

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

FIS Terima Sertifikat ISO Ada yang beda pada upacara wisuda ke-93 di Fakultas Ilmu Sosial, Maret lalu. Tidak hanya menjadi hari pelepasan wisudawan, namun juga menjadi hari bersejarah sebab pada hari itu FIS secara resmi menerima sertifikat ISO 9001:2008 bidang sistem manajemen mutu dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Sertifikat yang diserahkan Presiden direktur PT TUV Rheinland perwakilan Indonesia, Ir. M. Bacharul Asama, MBA, ini diterima langsung oleh dekan FIS, Prof. Dr Syafri Anwar. “Bukan usaha yang mudah untuk bisa mendapatkan sertifikat ini,” ujar Syafri, Senin (12/3). Pada awal usaha untuk mendapatkan ISO ini, Syafri menjelaskan sempat ada pihak yang keberatan. Pada umumnya pihak ini hanya takut akan perubahan, merasa belum siap dan sudah merasa nyaman dengan keadaan yang lama. “Namun semua itu bisa diatasi sampai akhirnya diperoleh komitmen bersama untuk dapat memperoleh sertifikat ini,” jelasnya. Dekan yang baru dilantik pertengahan tahun 2011 lalu ini juga menambahkan bahwa inti dari sertifikat ISO ini adalah untuk merubah budaya, kinerja dan disiplin kerja di selingkungan FIS UNP. Untuk mengaplikasikan manjemen ISO saat ini FIS sudah mulai melakukan beberapa perbaikan. Salah satu yang terlihat jelas adalah perbaikan fisik yang tengah berlangsung. Gedung FIS sudah mulai diperbaiki dan dipercantik agar terlihat lebih indah. “Bukan hanya bentuk fisik, kami juga melakukan beberapa perbaikan lain seperti perbaikan mutu pelayanan mahasiswa, perbaikan kinerja dosen dan juga mahasiswa,” tambahnya. Untuk dosen, lanjut Syafri, saat ini FIS tengah menyiapkan angket penilaian dosen yang akan dilakukan pada akhir semester nanti dan untuk mahasiswa juga akan diberlakukan beberapa aturan seperti; cara berpakaian dan beberapa aturan lain bagi mereka untuk dapat melaksanakan perkulihan dengan baik. “Pada akhirnya mahasiswalah nantinya yang akan diuntungkan dengan adanya ISO ini,” ujar Syafri. Selain itu, ijazah yang disertai dengan logo ISO didalamnya akan menjadi nilai tambah bagi mahasiswa ketika melamar pekerjaan nantinya.

Presiden BEM UNP Periode 2012, Tunjung Budi Utomo

Mahasiswa Harus Jadi Perhatian Utama Adanya Sertifikat ISO yang diperoleh fakultas tentunya memberikan harapan baru bagi mahasiswa. Layanan dengan kualitas internasional menjadi angan karena pengakuan berlabel global tersebut. Lebih dari separuh fakultas di UNP telah memperoleh ISO. Seperti apa mahasiswa menyambut dan memandang ISO tersebut? Berikut adalah hasil

wawancara Reporter Ganto Siti Nurasyiah dengan Presiden BEM UNP Periode 2012 Tunjung Budi Utomo, Sabtu (21/3). Apa yang anda ketahui tentang ISO? ISO merupakan penghargaan berstandar internasional yang diberikan kepada lembaga yang memiliki sistem organisasi atau menajemen yang baik dan telah memenuhi standar desain organisasi yang memenuhi kebutuhan pelanggan. Bagi lembaga pendidikan, hal itu bisa berupa pelayanan akademik maupun pelayanan non akdemik. Di Universitas pelanggannya adalah mahasiswa. Ketika universitas memberikan pelayanan yang baik dengan menyediakan sistem pendidikan yang bermutu, hal itu bisa dijadikan salah satu gambaran bahwa universitas telah menjadi lembaga yang dapat mememenuhi ISO. Akan tetapi, mahasiswa juga harus melaksanakan kewajibannya dan tidak hanya meminta hak. ISO menuntut adanya keseimbangan antara kewajiban mahasiswa terhadap kampus atau sebaliknya. Apakah ISO yang diberikan ke empat fakultas itu telah berjalan dengan baik? Sepengetahuan saya empat fakultas yang telah mendapatkan ISO telah melakukan

beberapa perubahan ke arah yang lebih baik. Misalnnya di FT mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dalam hal ini, mahasiswa mendapatkan kredit poin yang disesuaikan dengan seberapa banyak kegiatan dan organisasi yang diikutinya. Salah satu tujuan diadakan sistem ini agar membentuk mahasiswa yang tidak hanya mementingkan akademik, namun juga menjadi mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan. ISO memberikan dorongan untuk selalu melakukan perbaikan. Jika diperhatikan dalam lingkungan dan kondisi fisik, empat fakultas yang mendapatkan ISO telah menunjukan bahwa fakultas itu berhak mendapatkan sertifikat ISO. Bagi mahasiswa, pelayanan akademik seperti apa yang mereka harapkan dari fakultas atau universitas? Harapan sebagai mahasiswa, pihak kampus bisa memberikan hak mahasiswa untuk mendapatkan tenaga pengajar yang berkompeten, disiplin dan tidak melepaskan tanggungjawab. Selain itu, juga memberikan pelayanan yang baik saat melakukan administrasi kemahasiswaan seperti BAAK dan Kasubag bisa memberikan pelayaanan

yang baik kepada mahasiswa, baik di bagian akademik, kemahasiswaan ataupun perlengkapan. Bagaimana anda menilai fenomena bahwa setiap fakultas terus berupaya untuk memperoleh ISO? Secara menyeluruh keberadaan ISO memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu UNP, baik kuantitas ataupun kualitas yang mencakupi berbagai bidang. Untuk mendapatkan penghargaan dibutuhkan upaya memaksilmalkan kinerja dengan penuh totalitas. Misalnya dari segi tenaga pengajar bertanggungjawab dengan amanahnya. Sementara, sebagai mahasiswa juga harus memberikan sikap yang baik dalam proses perkuliahan. Sikap itu dibuktikan dengan prestasi di bidang akademik dan kegiatan ekstrakulikuler. Hal itu menjadi langkah untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik. Berdasarkan pernyataan tersebut, untuk fakultas yang belum berkesempatan untuk mendapatkan ISO perlu usaha lebih keras lagi. Fenomena yang timbul adalah adanya kompetisi untuk menjadi yang terbaik. Saya rasa UNP secara menyeluruh tengah melakukan proses melakukan perbaikan


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

11

Laporan Khusus

Gencar Mengejar ISO Oleh: Dila Monisa

Perlu persiapan yang matang untuk dapat memperoleh ISO, jangan sampai nantinya ISO yang diperoleh hanya berupa piagam tertulis yang tidak ada mamfaatnya Mawardi, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FBS TM 2009 senang, sebab pelayanan di fakultasnya sudah mulai mengalami peningkatan. Informasi di papan pengumuman di depan kantor jurusan diganti hampir tiap minggu. Tong sampah sudah bertambah. Fasilitas wireless pun sudah dapat dinikmati di tiap sudut gedung FBS. “Birokrasi di jurusan dan fakultas pun sudah mulai cepat,” ungkapnya, Senin (26/3). Meskipun masih ada beberapa pelayanan yang belum memuaskan, seperti website fakultas yang belum dimanfaatkan secara optimal dan sarana toilet yang masih butuh perhatian, tapi Mawardi yakin FBS sudah layak dapat ISO. Sudah lama ia berharap FBS bisa menerima sertifikat ISO. “Karena kalau ISO, tamatan dari FBS lebih diakui di luar,” katanya lagi. Memang saat ini FBS tengah berusaha mewujudkan ISO untuk ruang lingkup sistem manajemen mutu dalam pelaksanaan Tridharma perguruan Tinggi. Hal ini dilakukan tak lebih karena hendak meningkatkan kualitas fakultas dari tahun ke tahun. Nampaknya FBS juga tidak mau ketinggalan dengan sebagian besar fakultas di UNP yang telah terlebih dahulu bisa menerapkan manajemen ISO di fakultas mereka. Untuk itu berbagai usaha telah

Siap Raih ISO Pasca Rehabilitasi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) tengah berupaya mendapatkan sertifikat ISO seperti FE, FT, FMIPA dan FIS. Namun, kebakaran yang terjadi beberapa bulan lalu menghambat tercapainya tujuan tersebut lantaran banyak dokumen yang hangus, termasuk dokumen-dokumen syarat ISO, seperti SOP. “Sekarang FIP kembali berupaya kembali untuk mempersiapkan SOP,” ujar Dekan FIP, Prof. Dr. Firman MS.Kons, Senin (2/4). Tidak hanya itu, sekarang FIP tengah merehabilitasi beberapa gedung, baik di kampus pusat maupun cabang yang direncanakan akan selesai pada 2013 mendatang. Firman optimis meskipun belum mendapatkan ISO, fakultas akan tetap memberikan pelayanan yang berkualitas. Namun, pelayanan hanya akan diberikan kepada orang yang mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh fakultas, seperti; aturan berpakaian. “Hal ini berlaku tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga untuk dosen,” ujarnya. Peraturan ini telah disosialisasikan melalui spandukspanduk yang dipasang di beberapa tempat di FIP. Mahasiswa FIP, Fitri Liani mengakui adanya pembelakuan disiplin berpakaian ini di fakultasnya. Namun begitu, Ia berharap FIP bisa mendapatkan ISO. “Setidaknya fakultas besertifikat ISO lebih diakui kualitasnya,” ujarnya, Selasa (27/3). Untuk itu, ia akan terus mendukung FIP untuk dapat memperoleh ISO.

dilakukan FBS, seperti pembenahan di berbagai bidang termasuk keterbukaan informasi dengan cara pemamfaatan fasilitas online dan papan pengumuman. Selain itu FBS juga terus melakukan sosialisasi kepada seluruh komponen yang ada di fakultas untuk dapat bersama-sama dapat mencapai tujuan tersebut. Sosialisasi yang sudah mulai dilakukan oleh fakultas salah satunya dengan melakukan wirid setiap hari jumat. Setelah kegiatan wirid tersebut akan ada komunikasi langsung antara pimpinan, dosen dan juga mahasiswa. Karena yang menjadi esensi ISO adalah melakukan apa yang direncanakan, maksudnya merencanakan apa yang akan dilakukan dan melakukan apa yang telah direncanakan tersebut. “Perencanaan dan pelaksanaan itu harus dilakukan secara bersama-sama agar dapat terlaksana lebih baik,” jelas Dekan FBS, Prof. Dr. M. Zaim, Menuju ISO: Fakultas Ilmu Keolahragaan melakukan pembenahan fisik terhadap gedung Dekanat demi persiapan mendapatkan International Organization for Standardization (ISO), Kamis (3/5). f/Jefri. M. Hum, Rabu (28/3). Meskipun belum mendapatkan ISO bukan berarti selama ini kualitas fakultas yang ada di UNP hanya tiga fakultas dilakukan FIK untuk mendukung program percepatan penyelesaian studi mahasiswa pelayanan di FBS buruk, “Selama ini FBS inilah yang belum memperoleh ISO. Baik FBS, FIK, dan FIP sama-sama (PPSM) yang mereka gelar setiap selalu memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh universitas mengaku telah berusaha menjalankan semesternya. “Kami bahkan pernah dan selalu berusaha untuk menjadi yang kegiatan pelayanan akademik dan non memanggil orangtua mahasiswa yang terbaik,” ujar M. Zaim. Ia mengaku tidak akademiknya dengan baik meskipun tanpa bermasalah dan melebihi masa studinya agar ada kendala yang dihadapi fakultas dalam ISO. Di FIK bahkan seperti yang dijelaskan bisa memberikan bimbingan khusus,” kata memperoleh ISO, hanya saja saat ini fakultas Dekan FIK Drs. Arsil, M.Pd, dosen bersedia Arsil, Rabu (28/3). Memperoleh ISO samamasih terus berupaya untuk menyusun SOP dihubungi kapan saja ataupun dikunjungi sama tetap menjadi harapan dari ketiga dan persiapan-persiapan lain yang langsung ke rumah jika ada mahasiswa yang fakultas ini, dan mereka berharap nantinya dibuthkan. Alasan itu jugalah yang membutuhkan pelayananan akademik. ISO yang mereka peroleh nantinya tidak dikemukakan oleh fakultas lain yang juga Menurut Arsil, hal ini dilakukan agar hanya sekedar piagam tertulis saja tapi bisa belum memperoleh ISO seperti Fakultas ilmu mahasiswa tidak menjadi bosan menunggu dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dedi-Icha Pendidikan (FIP) dan fakultas Ilmu dan dapat menyelesaikan studi mereka tepat laporan: Faeza, Rian, Rita Keolahragaan (FIK). Saat ini dari tujuh pada waktunya. Semua tindakan tersebut

Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Drs. Arsil, M.Pd,

Jangan Hanya di Atas Kertas Beberapa fakultas di UNP seperti; FT, FE, FMIPA, dan FIS telah mendapatkan sertifikat ISO sejak beberapa waktu yang lalu. Sertifikat yang didapat tersebut pada umumnya adalah ISO di bidang mutu pelayanan dan manajemen. Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi sebelum akhirnya memperoleh sertifikat ini. Tentunya ada nilai lebih bagi mereka yang telah mendapatkan sertifikat ini. Selain citra yang lebih bagus, fakultas hedaknya mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Namun demikian masih ada beberapa fakultas yang belum mendapatkan ISO sampai sekarang. Mengapa? Untuk mengetahuinya lebih jauh, simak hasil wawancara reporter Ganto Faeza Rezi S dengan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Drs. Arsil, M.Pd, Rabu (28/3) yang saat itu juga didampingi oleh Pembantu dekan I, Syafrizal MPd Mengapa sampai saat ini FIK belum memperoleh ISO? Untuk mendapatkan sertifikat ISO tidaklah semudah yang kita pikirkan. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk memenuhi persyaratannya. Kita harus mempersiapkan diri agar nantinya ISO yang kita dapatkan jangan hanya tinggal di kertas saja. Namun, yang sangat diperlukan adalah terjadinya peningkatan dari apa yang digariskan oleh ISO tersebut. Sebenarnya FIK juga tengah berusaha untuk memperoleh ISO dan kami sudah berusaha dalam satu tahun terakhir ini. Kami sedang mengusahakan ISO 9001:2008 berkaitan dengan Standar Manajemen Mutu. Semua persyaratan telah kami sediakan. Sekarang kami

tinggal menunggu untuk audit internal dan audit eksternal. Setelah kedua tahap itu selesai baru piagam ISO bisa kami peroleh. Seperti apa usaha yang telah lakukan? Usaha yang kami lakukan untuk mendapatnya terutama menuliskan semua proses akademik yang terdapat di FIK sebab salah satu syaratnya kita harus mempunyai proses pekerjaan maupun pelayanan secara tertulis. Selain itu, untuk memaksimalkan jalannya ISO, kami akan membenahi semua hal yang berkaitan dengan peraturanperaturan yang digariskan ISO. Hal ini sudah kami mulai dengan pelayanan, misalnya dulu berurusan dengan birokrat agak sedikit rumit namun sekarang mahasiswa sudah mendapatkan kepuasan. Apa yang menjadi motivasi bagi fakultas untuk memperoleh ISO? Tentunya kita berharap dengan adanya ISO mutu pendidikan akan lebih meningkat. Tak terkecuali, FIK akan lebih banyak menghasilkan mahasiswa-mahasiswa berprestasi seperti menjadi seorang atlet. Begitu juga pelayanan terhadap mahasiswa harus ditingkatkan menjadi lebih baik, ramah dan bersahabat. Selama ini bagaimana kegiatan pelayanan akademik dan non akademik terselenggara di FIK? Selama ini kami hanya berpatokan pada peraturan terdahulu yang telah diterapkan pemimpin sebelumnya. Menurut kami apa yang dilakukan mereka sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun, jika ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan

keadaan di lapangan itulah yang kami olah untuk menjadi lebih baik. Ada beberapa peraturan yang telah diterapkan oleh pemimpin terdahulu seperti bimbingan untuk mahasiswa dalam menyelesaikan studi tepat pada waktunya. Kegiatan ini tergabung dalam kegiatan Percepatan Penyelesaian Studi Mahasiswa (PPSM) yang kami gelar setiap semesternya. Di sini kami membimbing mahasiswa yang sedang menulis proposal penelitian maupun skripsi. Kami tidak pernah membuat mahasiswa bosan karena menunggu lama. Tak hanya itu, bagi mahasiswa yang melebihi lama studi yang ditetapkan, mereka kami panggil dan berikan bimbingan khusus untuk mereka. Oleh karena itu di FIK mahasiswa bisa tamat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Selain itu, guna meningkatkan layanan untuk mahasiswa kami selalu bersedia dihubungi kapan saja, kalau tidak ada di kampus silahkan datang ke rumah kapan pun.


12

Kilas Foto

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret-April 2012

Himbauan Tak Berbalas

Jualan di dalam kampus: Surat Edaran Rektor nomor 2353/ UN35/PS/2011 Oktober lalu yang menyatakan larangan untuk berjualan di area kampus, sepertinya belum terlaksana. Di pinggir jalan gerbang dua UNP, masih banyak terlihat orangorang berjualan, Rabu (18/4).f/ Jefri.

Idiom “Peraturan dibuat untuk dilanggar� sepertinya telah melekat dalam pemikiran civitas akademika yang ada di UNP dan orang-orang yang ada di sekitar kawasan UNP. Adanya surat edaran Rektor tanggal 27 Oktober 2011 nomor 2353/UN3510/PS/2012 yang berisi tentang larangan untuk berjualan di pinggir jalan kampus, mangkal di depan kampus bagi angkutan umum dan mengenai parkir dikawasan kampus. Berikut beberapa pelanggaran yang terabadikan oleh kamera Ganto.

Parkir: Belum adanya lahan parkir di gedung perkuliahan Mata Kuliah Umum yang baru, membuat mahasiswa memarkir kendaraan mereka di depan gedung tersebut. Hal ini membuat jalanan di sekitar gedung itu menjadi sempit dan sesama mahasiswa kesulitan dalam mengeluarkan kendaraan yang telah d i p a r k i r. N a m u n , P i h a k B a g i a n Ru m a h Ta n g g a U N P t e l a h m e m b u a t s u rat larangan tertanda 23 April 2012, tidak diperbolehkan parkir di dalam lingkungan gedung MKU baru, Rabu (18/4). f/Jefri

Mangkal di depan kampus: Surat Edaran Rektor nomor 2353/ UN35/PS/2011 Oktober 2011 lalu yang menyatakan larangan bagi bus, angkutan umum dan kendaraan lainnya untuk berhenti atau mangkal di depan kampus belum terlaksana. Dari depan Masjid AlAzhar hingga gerbang dua UNP masih banyak angkutan umum yang mangkal, Rabu (18/4).f/ Jefri.

Sebatas simbol: Simbol tanda dilarang parkir yang terdapat di pinggir jalan Fakultas Ilmu Pendidikan baru menjadi sebatas simbol. Masih banyak mahasiswa yang memarkir kendaraan mereka di dekat plang simbol tersebut, Rabu (18/4). f/ Jefri.

Parkir: Lahan parkir yang dikhususkan untuk kendaraan roda empat di depan Bank Nagari, nyatanya masih digunakan p en g g u n a kendaraan roda dua untuk parkir, Rabu (18/4).F/ Jefri

Foto & Teks Foto: Jefri Rajif Desain & Tata Letak: Faeza Rezi S


Teropong

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret-April 2012

13

Pembuka Cerita Menuju UNP-1

Menanti: Civitas akademika Universitas Negeri Padang sedang menanti sosok pemimpin baru yang akan dipilih 14 Mei ini. Rektor baru akan dipilih oleh Senat dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Foto diambil Rabu, 17 Agustus 2011.f/Jefri.

Pemimpin Universitas Negeri Padang (UNP) tak lama lagi akan berganti. Siapakah yang akan terpilih menjadi ‘Bapak’-nya UNP untuk 4 tahun ke depan?Betulkah mahasiswa telah memiliki hak suara?

Civitas akademika Universitas Negeri Padang (UNP) akan segera memasuki masa kepemimpinan rektor baru setelah kepemimpinan Prof. Dr. Mawardi Z. Efendi M.Pd berakhir. Sesuai dengan keluarnya Surat Keputusan Rektor UNP pada 17 Januari 2012 Nomor:19/UN35/KP/2012tentang Tata Cara Pemilihan Calon Rektor UNP periode 2012-2016, dibentuklah kepanitiaan pemilihan rektor yang diketuai oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Prof. Dr. Firman, M.Pd, Kons. Surat keputusan tersebut berisi aturan dan ketentuanketentuan umum mengenai pemilihan rektor, mulai dari syarat agar bisa menjadi calon rektor, baik syarat umum dan syarat khusus, serta tata cara dan tata tertib pemilihan rektor. “Seorang rektor itu minimal harus seorang Lektor Kepala, memiliki kualifikasi pendidikan strata 3 (S3), serta dosen Pegawai Negeri Sipil dan bersedia dicalonkan menjadi rektor,” terang Firman mengenai beberapa syarat-syarat bakal calon rektor, Senin (2/4) di ruang kerjanya. Dari penjaringan bakal calon (balon) rektor pada 30 Januari-14 Februari lalu, muncullah 26 nama balon yang diajukan oleh lembaga-lembaga yang ada di universitas, mulai dari tingkat universitas, fakultas hingga

mahasiswa yang diwakili oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Penjaringan lebih lanjut dilakukan oleh senat universitas terhadap 26 balon ini pada 15-21 Februari. “Walaupun nama balon yang muncul ada 26 orang, yang menyatakan kesediaannya menjadi calon rektor hanya 3 orang,” ujar Firman. Ketiga orang itu adalah Pembantu Rektor I, Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Pembantu Rektor II, Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed., dan Guru Besar Fakultas Ekonomi, Prof. Dr. Syamsul Amar, MS. Balon yang telah menyatakan kesediaannya untuk menjadi calon rektor, tidak boleh lagi mengundurkan diri. Untuk tahap lanjut, ketiga calon diminta untuk membuat platform (visi dan misi pengembangan universitas) serta Curriculum Vitae mereka dalam rentang waktu 15-21 Februari. Seteah platform tersebut diserahkan ke panitia, balon diminta untuk membacakannya di depan senat universitas. Selanjutnya senat akan mengadakan rapat penyaringan bakal calon rektor dan melaporkannya kepada panitia. “Karena hanya 3 balon yang bersedia, maka ketiga nama tersebut akan langsung dikirim ke atas (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional),” jelas Firman. Kini nama ketiga balon rektor tersebut telah dikirim ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Tinggal menunggu pemungutan suara yang akan dilakukan pada 14 Mei nanti. Dalam pemungutan, senat universitas memiliki hak suara sebesar 65%, sedangkan 35% suara lagi akan dikeluarkan oleh Menteri. Lebih lanjut Firman menjelaskan, keterlibatan suara menteri dalam pemilihan rektor merupakan kesepakatan forum rektor se-Indonesia yang mulai diberlakukan pada tahun ini. “Tidak masalah, menteri tentu bisa memilih mana yang berkompeten,” ungkap Firman ketika ditanyai mengenai keabsahan suara menteri tersebut, Senin (2/4).

Salah seorang dosen Fakultas Ilmu Sosial, Afriva Khaidir, SH., M.Hum.,MAPA, juga berpendapat sama. Menurutnya, sangat baik jika menteri dilibatkan dalam pemilihan rektor kali ini karena dapat mengurangi politisi kampus. “Jadi bukan orang populer saja yang akan menang dan jadi rektor,” ungkapnya, Rabu (25/4). Hal yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Kepala Humas UNP, Drs. Amril Amir, M.Pd. Menurutnya kita sebagai sebuah universitas harus mengikuti aturan tersebut. “UNP tidak punya kapasitas untuk menolak aturan tersebut,” jelas Amril, Senin (23/ 4). Ia juga menambahkan, untuk saat ini mahasiswa hanya bisa terlibat dalam pencalonan balon rektor, itu pun diwakili oleh BEM Fakultas yang berkoordinir dengan BEM Universitas, sedangkan untuk ikut memilih belum bisa. “Senat harus rapat dulu dan statuta UNP mesti diubah,” ujarnya.

Peran Mahasiswa dalam Pencalonan

Keikutsertaan mahasiswa dalam penyampaian aspirasi tentang balon rektor ini terdapat dalam Keputusan Rektor, pasal 6 ayat 3. Mahasiswa di tingkat fakultas menyampaikan aspirasi melalui lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas, yaitu BEM Fakultas, kepada Senat Fakultas, sedangkan mahasiswa di tingkat universitas menyampaikan aspirasi melalui lembaga kemahasiswaan tingkat universitas, BEM Universitas dan Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM), kepada panitia pemilihan. Muhammad Sobri, Ketua Umum MPM 2012 mengungkapkan pihaknya telah berkoordinasi dengan BEM dan jajaran unit kegiatan kampus untuk mengambil tindakan aspirasi atas pemilihan rektor dengan rapat pada 14 Maret. “Kami memutuskan untuk mengajukan diskusi atau dialog dengan tiga calon terpilih,” ungkapnya Rabu, (2/5). Dengan

dihadiri 15 orang perwakilan dari masingmasing unit kegiatan, mahasiswa meminta agar tiga calon yang terpilih bersedia berdiskusi langsung dengan mahasiswa sebelum mereka sah menjadi rektor baru UNP. Sobri juga menambahkan aspirasi tersebut telah disampaikan kepada panitia pemilihan, namun belum menemukan tanggapan yang jelas. Mengenai waktu pelaksanaan dialog itu, senat justru menyerahkannya langsung kepada mahasiswa. “Mereka (Senat) tidak menyatakan setuju atau tidak mengenai diskusi atau dialog yang kami ajukan,” ungkap Sobri. Menurutnya diskusi ini akan tetap dijalankan, namun belum bisa ditentukan waktunya. “Tunggu saja kabarnya,” tutupnya. Ironisnya, kesibukan kuliah serta beberapa alasan lain masih membuat beberapa

mahasiswa bersikap apatis terhadap pemilihan rektor. Ketika universitas sibuk dalam persiapan pemilihan rektor, sebagian mahasiswa bahkan tidak tahu sedikit pun mengenai hal ini. Salah satunya adalah mahasiswa Administrasi Negara TM 2005, Mivilia Ochtari. “Pemlihan rektor, kapan ya?” ungkapnya bingung, Kamis (19/4). Menurutnya, mahasiswa biasa yang hanya sibuk dalam perkuliahan tidak akan peduli dengan urusan birokrat jika hal tersebut tidak berurusan langsung dengan kuliah. Sikap yang sama juga dimunculkan Lembaga Mahasiswa Fakultas Teknik, BEM FT. Mereka lebih memilih diam atas surat edaran yang meminta mahasiswa menyampaikan aspirasinya. “Kalau tidak ada feedback yang diberikan atas usulan yang diajukan, apa gunanya? Tidak ada urgensinya jika hanya ada hak bicara tapi tidak ada hak suara,” jelas mereka, Rabu (2/5). Mereka menyarankan kepada sesama organisasi mahasiswa yang ada di kampus untuk memperbaiki kembali sistem peraturan yang telah rusak, baru masuk ke ranah rektorat. “Ormawa masih berjalan tidak baik,” tutup mereka. Jefri, Ryan.

F KUS

Satu tempat dua nama: Berdasarkan Keputusan Mendikbud No. 276/0/ 1990 oleh Menteri Pendidikan Nasional pada 27 April 2010 lalu, Fakultas yang mulanya bernama Fakultas Ilmu-ilmu Sosial telah ditetapkan menjadi Fakultas Ilmu Sosial. Namun plang yang berada di depan pintu masuk fakultas masih terpampang tulisan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, sedangkan di dinding gedung dekanat sudah terpampang Fakultas Ilmu Sosial, Kamis (19/4).f/Jefri.

Banjir dan Sampah: Akses jalan menuju gedung perkuliahan MKU baru masih belum tersentuh untuk diperbaiki. Air yang menggenang membuat jalanan banjir dan sulit diakses oleh pengguna jalan khususnya mahasiswa. Ditambah lagi, tempat pembuangan sampah yang kurang terurus menimbulkan bau kurang sedap, Rabu (18/4). f/Jefri


14

Artikel Agama

Konsultasi Agama Jika Anda mengalami masalah keagamaan, silahkan manfaatkan Jika Anda masalah agama, silahkan manfaatkan rubrik rubrik ini. mengalami Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung ini ke alamat Ganto: Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. dengan identitas.

Islam dan Keironisan Politik Oleh Muhammad Zukir

Diasuh oleh:

Dr. Ahmad Kosasih,M.A.

Menahan Angin Ketika Shalat Terima kasih kepada Ganto yang telah memuat surat ini. Ketika sedang shalat, saya sering kali merasa mulas dan ingin buang angin. Tapi saya berusaha menahannya sehingga angin tersebut tidak jadi keluar. Saya tahu apabila sedang shalat, lalu kita buang angin maka shalat saya tersebut dianggap tidak sah. Tapi saya tidak tahu, apakah dengan saya menahan angin untuk keluar tersebut, maka shalat saya akan sah? Lalu bagaimana yang harus saya lakukan, apakah akan tetap melanjutkan shalat atau kembali mengambil air wudhu‘. Mohon penjeasannya. Ike Riansyah, Mahasiswa Teknik Otomotif TM 2010 Ananda Rian yang baik! Salah satu hal yang termasuk membatalkan wudhu‘ adalah keluar sesuatu dari dua pintu (qubul dan dubur), demikian menurut bahasan Fikih. Misalnya keluar angin dari dubur alias kentut. Jika keluar kentut saat mengerjakan shalat, maka wudhu‘ jadi batal dan dengan sendirinya shalatpun jadi batal. Tapi kalau baru sebatas menahan dan tidak sampai keluar sesuatu, maka tidak ditemukan dalil yang menyatakan bahwa wudhu‘ menjadi batal, dengan demikian, shalat boleh diteruskan. Hal ini didasarkan kepada hadis-hadis yang terjemahannya sebagai berikut: 1. Dari Abbas bin Tamim, dari pamannya, R.A., katanya: “Bahwa seorang laki-laki mengadukan kepada Nabi SAW, bahwa ia serasa mengalami sesuatu di waktu shalat. Nabi berkata: Janganlah ia berpaling sebelum mendengar bunyi atau tercium akan baunya” (H.R. Jama’ah kecuali Tirmizi). 2. Dari Abu Hurairah R.A. dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Bila salah seorang di antaramu merasakan sesuatu dalam perutnya dan ia bimbang, apakah ada yang keuar atau tidak, maka janganlah ia keluar masjid sebelum mendengar suara atau, mencium baunya” (H.R.Muslim, Abu Dawud dn Tirmizi). Adapun yang dimakasud dengan bunyi dan bau di sini ialah bunyi dan bau kentut tersebut. Meskipun yang dimaksud di sini bukanlah semata-mata mendengar bunyi atau mencium baunya, namun yang terpenting ialah adanya keyakinan bahwa memang ada yang keluar dari dalam perut melalui dubur. Ibnu Mubarak berkata: “Jika seseorang dalam keadaan ragu-ragu tentang hadas, maka ia tidak wajib berwudhu` sampai ia berubah menjadi yakin. Sebaliknya, bila ia yakin berhadas dan meragukan kesuciannya, menurut ijma’ ia wajib berwudhu`. Walaupun menahan kentut atau buang air tidak sampai kepada membatalkan shalat, disarankan sebaiknya sebelum ananda shalat, lepaskan dulu segala sesuatu yang akan mengganggu kita di dalam shalat. Sebab dengan menahanmenahan sesuatu yang seharusnya dikeluarkan dari dalam perut, pasti akan mengganggu konsentrasi dan kekhusyu’an shalat kita. Wallhu a’lam bishshawab !

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

(Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA UNP TM 2009)

Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu kamu menjadi orang –orang yang bersaudara karena nikmat Allah...(QS.Ali Imran (3):103). Dewasa ini, tidak sedikit masyarakat yang memisahkan antara Islam dan politik. Banyak yang memiliki pemahaman bahwa perpolitikan tidak berpengaruh terhadap tersyiarnya ajaran Islam sehingga mereka menyimpulkan berbicara politik tidak dapat dikaitkan dengan hakikat keislaman, dan begitu sebaliknya. Politik merupakan hal sakral yang menjadi pembicaraan di setiap level kehidupan masyarakat, terutama generasi muda/mahasiswa. Sedangkan perpolitikan merupakan suatu proses pendewasaan berfikir seorang mahasiswa, yaitu dengan olah analisa dan pemahaman dalam mencanangkan program terbaru demi kemakmuran bangsa dan negara. Di tengah pertarungan perpolitikan dewasa ini, kondisi kesolidan umat Islam menjadi terancam. Ketidakstabilan persatuan mulai mekar di tengah kuatnya rantai ikatan persaudaraan seiman. Namun, ada satu hal yang mulai dilupakan oleh generasi muda Islam di Indonesia yang terwakili dalam sebuah pertanyaan besar sepanjang imperium peradaban manusia, “apakah yang menyebabkan umat Islam tidak bisa bangkit kembali sebagai penguasa dunia sampai abad ini?” Sejak akhir masa pemerintahan khulafaurrasyidin, umat Islam mulai terpecah belah karena perebutan kekuasaan oleh sistem politik “belah bambu” (menjatuhkan golongan seiman yang lain demi kepentingan golongan sendiri). Pada akhirnya, Islam menjadi korban perang saudara, sampai-sampai mengorbankan cucu Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia. Hal tersebut terjadi hingga kini. Saat ini tidak terlihat lagi sosok Umar bin Khattab yang tegas dalam pemerintahan yang bersih. Kehebatan Umar melebihi Kaisar Julius Caesar, Charlemagne dan Alexander the Great sebagaimana tertera dalam buku Michaell Hart, The 100. Ketika itu Islam masih berada di kota kecil Mekah. Berkat beliau, Islam mampu melindas imperium besar Romawi dan Persia, kerajaan terbesar di dunia. Ratusan tahun belakangan tak nampak lagi sosok kesatria Harun ArRasyid, seorang pemimpin yang adil dan bijaksana sehingga baghdad menjadi kota yang tidak ada tandingannya di seluruh dunia. Tahta kemudian diwariskan kepada Khalifah AlMakmum. Masa itulah lahir matematikawan muslim Al-khawrizmi (Penemu aljabar) dan Ibnu Sina (Bapak Ilmu

Kedokteran Modern), Ibnu Hitham (Bapak Ilmu Optik), Alghazali (ahli filsafat), dan banyak yang lain. Ingatlah, pada masa itu, Islam menjadi super power dunia. Politik yang kuat menciptakan ekonomi yang tangguh dan ilmuan yang cerdas. Itulah sebagian bukti sejarah yang mengungkap kejayaan islam tanpa perpecahan. Kerinduan akan pemimpin dan pemerintahan seperti ini berharap bisa kembali ada. Namun, jika umat Islam masih mengedepankan ego golongan yang berkuasa atau kepentingan individu, jangan pernah berharap kejayaan Islam akan seperti dulu. Sama-sama diketahui, pesona kekuasaan dalam perpolitikan memiliki daya tarik yang luar biasa untuk memicu terjadinya konflik, pertengkaran, dan pertumpahan darah di kalangan umat Islam sendiri. Sebagai buktinya adalah konflik perebutan kekuasaan politik yang terjadi di Timur Tengah dan di berbagai negara Islam seperti; Iran, Irak, Mesir, Kuwait, Pakistan, Afghanistan, Aljazair, dan sebagainya. Hal ini terlihat di ranah kehidupan mahasiswa Indonesia. Perpecahan ideologi menjadikan generasi muda bangsa, khususnya mahasiswa mulai terpecah. Perpolitikan “belah bambu” akhirnya menjadi pilihan. Dapat dilihat dalam pemilihan presiden BEM Universitas di Indo-

Grafis: Faeza

nesia, atau pemilihan calon bupati, gubernur dan presiden sekalipun. Begitu banyak partai yang menyatakan diri Islam yang berpecah dalam golongan. Ideologi dan kecerdasan politik seperti inilah nanti yang akan mengusung percaturan politik bangsa ke depan yang tidak diharapkan. Pembuktian otentik mengenai perpecahan bangsa ini dibuktikan oleh sejarah bangsa, terlihat dengan berseminya jumlah partai politik. Pada 1971, pemilu diikuti oleh sepuluh partai politik, tahun 19771997 diikuti oleh tiga partai politik, tahun 1999 diikuti oleh 48 partai politik, tahun 2004 diikuti oleh 24 partai politik, sedangkan tahun 2009 yang lalu diikuti oleh 38 partai politik dan enam partai politik lokal Aceh. Kemungkinan angka ini akan bertambah. Di sini terlihat jelas, umat Islam telah terpecah berdasarkan partai masing-masing dan tidak jarang kepentingan partai menjadikan persaudaraan seiman dan sekeyakinan menjadi goyang. Inilah yang dicamkan oleh alquran QS.Ali Imran (3):103.

Memang kejayaan Islam bukan tergantung kepada kekuasaan politik. Kekuasaan politik hanyalah satu dari sekian banyak cara yang menjadi pintu masuk bagi kejayaan dan kemuliaan Islam di muka bumi. Sekarang bagaimana menyinergikan dan menyesuaikan pergerakan politik dengan kandungan Al-Quran. Inilah yang harus menjadi fokus utama umat Islam. Sebenarnya seluruh sisi kehidupan manusia jika bersentuhan dengan isi dan petunjuk Al-Quran akan mengantarkan umat islam menjadi umat teladan dalam arti sesungguhnya. Untuk mengatasi hal ini, beberapa langkah yang harus diperhatikan masyarakat Islam dalam menghadapi tantangan dan dilematika dalam politik adalah dengan menauladani keunggulan kepemimpinan politik Rasululah SAW yaitu; unggul, berani, visioner, partisipatif, prestatif, dan disiplin. Unggul dalam berbuat baik, belajar, ilmu, kemampuan, dan prestasi. Keunggulan ini membuat Ia dihormati. Memimpin dengan pemahaman, pencerahan, dan kesabaran, serta tauladan, tidak otoriter dan paksaan. Rasulullah dahulunya aktif membimbing pengikutnya untuk memperluas ilmunya, termasuk belajar ke negeri yang jauh. Ditambah dengan kecerdasan intelektual dan moral yang qurani, maka Rasululah saw mampu melihat mana yang benar dan salah. Walaupun beliau dapat langsung mendapat wahyu dari Allah, tetapi beliau tetap menerima dengan baik semua masukan dan tidak mencela sesama. Rasulullah juga mampu memecahkan masalah saat renovasi Ka’bah. Ia mampu meyakinkan orang dengan kekuatan karakternya. Inilah salah satu nilai yang paling disegani manusia. Beliau tidak pernah ragu dalam memperjuangkan kebaikan. Semua keunggulan ini hanya dapat diperoleh dengan disiplin dan ketahanan yang sangat tinggi. Kejayaan Islam yang telah melemah selama berabad-abad harusnya bisa terbantu peningkatannya dengan keikutsertasan campur tangan para mahasiswa Indonesia. Saling bahu membahu dalam sebuah payung keislaman. Hindari perpecahan demi kekuasaan dengan jalan yang tidak sehat. Ciptakan perpolitikan yang madani, bukan politik belah bambu. Berorientasi kepada kemajuan bangsa yang lebih baik, bukan kepada kemajuan golongan dan egoisme pribadi. Menjadikan AlQuran sebagai landasan berfikir, bukan hanya sekedar untuk panduan shalat dan ibadah rutinitas belaka. InsyaAllah dengan mengamalkan semua ini perpolitikan sebagai wasilah (jalan) menuju kejayaan islam bisa menuntun menuju kemakmuran negara yang lebih baik. “Sesungguhnya tidak ada yang berhak menjadi pemimpin kamu, melainkan Allah dan rasulNya dan mereka yang beriman, yang mendirikan shalat, dan membayar zakat. Mereka itu tunduk (taat) kepada perintah Allah”.


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

15

Artikel Politik

Politik Substansial menjadi korban bahkan sengaja dikorbankan. Lebih baik tidak berpolitik (apolitik/anti politik). Rasanya tidak berlebihan bila berpandangan dan bersikap demikian. Kemuakan, ketakutan, dan ketidakpercayaan sebagian masyarakat terhadap Oleh Adil Mubarak,S.IP,M.Si realitas politik praktis saat ini cukup beralasan. Betapa tidak, (Dosen ISP FIS panggung politik dewasa ini jelasUNP) jelas mempertontonkan perilaku politik kotor para aktor politik Politik, bagi sebagian kalangan secara tidak etis. Maraknya kasusmenjadi momok yang tak berkesu- kasus korupsi mulai dari kelas teri dahan. Mereka alergi bersentuhan sampai kelas kakap mengundang dengan masalah politik, takut Prof Syafii Maarif, mantan Ketua menjadi korban politik, tak mau PP Muhammadiyah berargumen menjadi kambing hitam hiruk bahwa negeri ini sedang dipimpin pikuk politik, dan mereka sebenar- dan dikelilingi para garong/maling, nya tak sudi menjadi penonton politik hujat-menghujat(Black Campesta pora politik yang diperagakan paign), memarginalkan sebagian para politikus di negeri ini. Dalam kelompok, membunuh karakter, benak mereka, politik itu “kotor,” mengorbankan teman sejawat, sangat kejam, dan selalu mengan- penyalahgunaan kewenangan, cam. Bayang-bayang keseraman membenarkan yang salah dan politik tersebut didukung pula oleh menyalahkan yang benar, sebuah jargon yang begitu popu- menguntungkan sebagian lar bahwa dalam dunia politik tidak golongan, dan dengan ada kawan abadi, tidak ada lawan sengaja membuat rugi abadi, yang ada hanya kepentingan sekelompok yang lain, abadi. Politik semata-mata hanya bahkan tega membunuh jika bagaimana merebut kekuasaan ada yang dianggap menghalangi dengan segala cara dan memper- tujuan politik. Semua itu kiranya tahankan kekuasaan sekuat- cukup membuat kesimpulan politik kuatnya juga dengan menghalal- bahwa itu memang “hitam” di Negeri ini. kan semua cara. Gara-gara politik, mudah saja Di negeri ini dunia politik adalah dunia hedonis , penuh terjadi yang tadinya teman tekat, dengan sensasi-sensasi selebrasi. sahabat, kawan salapiak sakatiBusyro Muqoddas, mantan Ketua duran, teman seperjuangan dan seKPK pernah menyebut politikus di iya dan se-kata bisa dengan DPR dengan sebutan “orang-orang seketika menjadi musuh bebuyutan, tidak jelas” artinya tidak jelas pola tempat melampiaskan dendam pikir dan pola perilakunya. Di kesumat. Contoh, Nazaruddin tengah masyarakat yang terhimpit politikus partai Demokrat yang kini masalah kemiskinan, para politikus, menjadi tersangka mega korupsi justru memperlihatkan gaya hidup wisma atlit. Dulu sebelum tersanyang berlebihan (mewah). Di dung kasus wisma atlit, Nazaruddin tengah begitu banyak persoalan adalah teman dekat Anas publik yang harus dipecahkan, Urbaningrum. Namun saat ini para politikus sibuk mengurusi Nazaruddin begitu jelas memperlikepentingan-kepentingan golongan hatkan kebencian, rasa dendam mereka hanya demi mempertahan- yang membara, dan kemarahan kan kekuasaan. Mereka tidak yang begitu besar kepada sosok sadar ulah perilaku seperti itu Anas. Pertanyaanya adalah separah banyak golongan masyarakat yang terpinggirkan, menderika dan itukah politik, benarkah politik itu

kotor dan kejam, sesuaikah pilihan kita menjadi seorang apolitik (anti politik) padahal pada hakekatnya manusia adalah zoon politicon, makluk yang memiliki fitrah politik. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan betapa politik secara substansial itu memiliki makna dan nilai yang sangat luhur dalam kehidupan bermasyarakat. Frans Magnis Suseno, seorang guru besar filsafat politik pernah menyatakan, politik itu sebenarnya tidak kotor. Politik adalah konsensus bermartabat yang dibentuk untuk mengatur masyarakat

Grafis: Faeza

dengan suatu cara tertentu demi mencapai kebaikan bagi sebanyakbanyaknya orang. Dengan begitu, politik adalah sebuah institusi kebudayaan yang sejatinya bersih dan mulia. Politik sarat akan nilainilai luhur. Sejumlah nilai yang dimaksud antara lain merujuk pada pandangan Harold Lasswell (Budiharjo:2003) yang merinci delapan nilai, yaitu; Kekuasaan, Pendidikan/penerangan (enlightenment), Kekayaan (Wealth), Kesehatan ( well-being), Keterampilan

(skill), kasih sayang ( affection) , Kejujuran (rectitude), dan Respek (respect). Nilai-nilai itulah yang akan dialokasikan secara merata kepada masyarakat dengan legal, rasional dan dilandasi oleh prinsip moral. Musuh terbesar politik adalah nihilisme atau absennya fondasi (Adian:2010). Politik, sejak zaman Yunani Kuno, selalu ditegakkan di atas sebongkah fondasi yang solid dan kokoh, yaitu: moral, rasionalitas, individualisme, atau Tuhan. Aristoteles misalnya, memandang politik sebagai asosiasi atau komunitas manusia yang bertujuan untuk kebaikan utama (highest good ). Politik adalah manifestasi hasrat manusia untuk hidup berkeutamaan dalam sebuah kolektifitas. Layaknya keluarga dan kampung, politik politik bukan sekedar buatan, melainkan hadir secara alamiah. Filsuf Rousseau juga menyandarkan politik pada moralitas, yang ia sebut dengan kehendak umum. Sementara Marx pun setali tiga uang dengan fondasionalisme politik dua filsuf tadi. Kritik Marx terhadap kapitalisme sesungguhnya adalah kritik terhadap politik yang disandera oleh kepentingan ekonomi para majikan. Demikian sebenarnya politik. Dia dibangun di atas prinsip moral yang mengandung nilai-nilai luhur, politik juga dibangun berdasarkan prinsip rasionalisme. Rasional artinya jauh dari kejahatan, disharmoni, kepentingan golongan. Prinsip lain dari politik adalah Tuhan. Ruang lingkup politik tidak saja berkutat pada hubungan antar manusia saja namun secara vertikal pertanggungjawaban politik erat hubungannya dengan eksistensi sang Khalik . Dari sang Khalik (pencipta) lah adanya makhluk dan dari makhluk berkembang menjadi masyarakat yang berbangsa dan bernegara yang di dalamnya bersileweran aktivitas dan praktek politik tersebut dan pada ujungnya

kembali lagi semua ke sang khalik sebagai pemilik alam semesta dengan segala isinya. Di Indonesia, implementasi tiga fondasi politik itu sebenarnya telah dirumuskan secara lengkap oleh seorang intelektual politik yang cukup mumpuni yaitu Prof.Dr.Amin Rais yang dikenal dengan pemikiran politik adiluhungnya (high politics). Dalam pandangan Amin, politik adiluhung adalah politik yang luhur berdimensi moral dan etis. Amar Ma‘ruf Nahi Munkar menjadi sendi utama dari high politics. Gagasan politik adiluhung Amin Rais ini ingin melandasi setiap aktivitas yang bernuasa politik dengan etika pemahaman keagamaan yang luhur itu. Internalisasi ide dan prinsip politik adiluhung inilah yang mestinya dapat diaktualisasikan oleh para praktisi politik dan dikembangkan juga oleh institusi politik untuk menafikan semua problema yang mengatakan politik itu nista. Politik menjadi kotor karena anti fondasionalisme. Saat ini, itulah yang terjadi. Makna politik secara substansial berseberangan dengan politik secara nyata/riil. Praktek politik seakan lepas dari bungkus idealitas yang sebenarnya. Politik akhirnya menjadi kambing hitam segala kebobrokan praktek politik yang tak berfondasi. Oleh sebab itu, ketika banyak orang menjerit dengan fakta politik yang ada, sedianya pemahaman tentang politik secara substansial ini akan bisa sedikit banyak menggeser prasangka buruk tentang politik. Kalau ingin menemukan politik yang bersih maka dari sekarang berpolitiklah dengan prinsip yang kuat sesuai dengan cita-cita politik yang luhur. Berpolitiklah karena manusia adalah makhluk politik, sebagai generasi penerus sudah saatnya mahasiswa menjadi garda terdepan untuk melakukan perubahan pola perilaku politik elit hari ini, sehingga image politik yang kotor akan bersih sebersih bayi yang baru lahir ke bumi.

Gantopedia

M. Jusuf; Saksi Terakhir Supersemar

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) merupakan salah satu sejarah Indonesia yang hingga kini masih belum diketahui kebenarannya. Surat yang berisi perintah penginstruksian untuk mengatasi masalah keamanan setelah peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI), ternyata menjadi titik awal lengsernya kep-

residenan Soekarno. Siapa orang yang berada dibalik peristiwa Supersemar ini? Menurut seorang saksi, Sukardjo Wilardjito yang merupakan mantan pengawal Presiden Soekarno, ada empat orang jenderal yang menghadap kepada Soekarno saat itu, bukan hanya tiga “M. Panggabean, Amir Machmud dan Basuki Rachmat, tetapi juga ada M. Jusuf. Diantara keempat saksi tersebut, M. Jusuf lah orang terakhir yang bertahan hidup. Namun hingga akhir hayatnya, ketika ditanya mengenai kebenaran Supersemar ini, Jusuf hanya menjawab dengan senyuman. Ia tidak mau menjelaskannya. Ini menyebabkan kasus Supersemar tidak terungkap hingga hari ini. Seperti apakah pribadi dari M. Jusuf itu sendiri? Andi Muhammad Jusuf Amir, salah seorang jenderal terbaik yang dimiliki oleh negara Indonesia. Ia lahir di Kayuara, Bone Selatan, 23 Juni 1928. Tidak banyak tulisan yang bisa mengungkapkan pria Bugis yang satu ini. Masalahnya, ia sendiri selalu menolak untuk

ditulis. Sikap ini diperteguh oleh kenyataan, M. Jusuf bukan tipe orang yang dengan mudah mengumbar cerita. Ia amat pelit dalam mengungkap sesuatu kepada publik, apalagi yang berkaitan dengan dirinya. Maka, sosok sejati M. Jusuf hanya bisa dipahami melalui penuturan orang ke orang yang kebetulan pernah dekat dan bekerjasama dengan dirinya. M. Jusuf memiliki prinsip yang mengutamakan kejujuran dalam hidupnya. Jusuf yakin bahwa orang yang berwibawa merupakan orang-orang yang bebas mengambil keputusan. Pemimpin yang bebas mengambil keputusan merupakan pemimpin yang berwibawa. Bagi kebanyakan orang, Jusuf terkesan memiliki sikap tertutup dan seakan memiliki wilayah kelabu. Kesan ini lahir karena Jusuf tidak suka untuk merepotkan orang lain. Jusuf bukanlah orang yang akan bersenang-senang di atas kesedihan atau kesusahan orang lain. Ia juga bukan orang yang suka bereuphoria atas sebuh kejadian yang melibatkan orang lain. Oleh karena

itu, kejadian yang melibatkan Jusuf dan orang lain akan sulit dibeberkan dan akan menjadi kejadian yang misterius. Jusuf dikenang sebagai seorang pemimpin yang amat jujur dan sederhana, watak yang jarang dimiliki oleh pemimpin yang lain. Kesederhanaannya berbanding lurus dengan kejujurannya. Meskipun beberapa dekade ia menjadi petinggi di Republik Indonesia, kehidupannya sebagai Jusuf yang biasa dengan seorang Jusuf sebagai petinggi tetap sama. Benda-benda atau peralatan yang digunakannya sehari-hari, amat jauh dari kesan kenikmatan sesaat (glamour). Dalam perspektif ini, M. Jusuf teguh memegang prinsip kepemimpinan Bugis, seorang pemimpin yang berwibawa harus pemimpin yang berwatak malempu (lurus atau jujur). Disamping menjadi pemimpin yang jujur dan sederhana, M. Jusuf merupakan pimpinan TNI yang sangat memperhatikan nasib prajurit dan peralatan-peralatan yang ada di TNI. Di era kepemim-

pinannya, pembelian peralatan TNI dilakukan secara besarbesaran. Kemudian, di saat menjadi Menhankam/Panglima TNI, M. Jusuf memperbaharui peralatan-peralatan yang dimiliki oleh TNI. Salah satu diantaranya adalah pesawat Hercules, pesawat yang juga menjadi pesawat terakhir yang mengantarnya dari Jakarta ke Makassar, dengan tubuh rapuh sebelum akhirnya pergi untuk selamanya. Kini, Jendral yang diidolakan bangsa itu, khususnya prajurit dan perwira TNI, terbaring tenang. Jusuf meninggal pada 8 September 2004 di daerah kelahirannya, Makassar. Usia tua dan tubuh yang sudah rentan dengan penyakit membuatnya tidak mampu lagi membendung penyakit-penyakit yang telah melilit tubuhnya itu. Kepergian Jenderal ini tentu amat berbekas di kalangan TNI, sebab M. Jusuf adalah pimpinan TNI yang amat memperhatikan nasib para prajuritnya. Jefri Rajif (dari berbagai sumber)


16

Teropong

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Polemik Akhir Kepengurusan Setelah ditunda dua kali, akhirnya Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U) periode 2011 dibacakan juga. Rencananya, LPJ tahunan ini akan dibacakan pada Sabtu (7/4). Namun karena ada beberapa data yang belum lengkap, pembacaan LPJ urung dilaksanakan dan dimundurkan seminggu setelahnya, Sabtu (14/4). Sayangnya, penundaan pertama tidak mengalami perkembangan apa-apa hingga harus ditunda lagi dan baru bisa dibacakan pada Sabtu (28/4) di Ruang T25 UNP. “Mereka hanya beralasan datanya belum lengkap,” ujar Ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM), Muhammad Sobri, Kamis (3/5). Sobri menambahkan, diwisudanya Presiden BEM Tomy Devisa Maret lalu ikut mempengaruhi keterlambatan penyerahaan LPJ. Namun untuk masalah yang satu ini, pihak MPM tidak bisa melakukan apa-apa karena pada Petunjuk Teknis (Juknis) 2011 tidak terdapat sanksi apa pun. “Tapi tahun ini kami sudah menyiapkan perjanjian tertulis bermaterai untuk kepengurusan BEM U periode 2012,” tambahnya. Perjanjian itu diketahui seluruh Pembantu Dekan III dan Pembatu Rektor (PR) III. MPM telah mengeluarkan dua kali Surat Peringatan (SP) kepada pengurus BEM U karena keterlambatan ini. Setelah SP I tidak ditanggapi, MPM melayangkan SP II dengan tembusan kepada PR III. “Kamis (19/4), BEM U sudah menyerahkan kepada MPM, tetapi anggota BEM belum siap untuk membacakan,” ujar Sarmen Aris, Sekretaris MPM, Sabtu (28/4). Saat pembacaan LPJ hanya tiga anggota

Presiden BEM tidak hadir: Pembacaan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kinerja BEM Universitas periode 2011-2012 pada Sabtu (28/4) lalu di lokal T25 hanya dihadiri oleh 3 orang perwakilan BEM, sedangkan Presiden BEM dan Sekretaris Jenderal BEM tidak hadir. f/Jefri.

BEM U yang hadir, salah satunya Menteri Dalam Negeri, Andre. Ia yang membacakan LPJ di depan forum. Perkara keterlambatan LPJ, Andre mengatakan dari 60 anggota awal yang dilantik, kini hanya bersisa 20 orang. Anggota aktifpun kebanyakan sedang melaksanakan Praktek Lapangan Kependidikan di luar daerah. Hal ini juga menjadi kendala. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun terkendala dengan data

Aspi Makin Tidak Aman Tidak biasanya siang itu, Senin (6/2), Friska Maydia Voni pulang kuliah dengan terburu-buru. Pasalnya tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan harus dikumpul siang itu juga. Sebelum berangkat kuliah, Voni meminjam laptop temannya untuk mengerjakan tugas. Laptop tersebut tidak Voni bawa kuliah. Ia memutuskan untuk meletakkan laptop tersebut di dalam lemarinya. Malang tidak dapat ditolak, ketika Voni masuk kamar, gembok lemari yang awalnya terkunci rapat rupanya sudah terbongkar paksa. Dua laptop, dua handpone dan satu buku tabungan hilang. Bukan hanya Voni yang menjadi korban kehilangan saat itu. Juwita Frescillya, mahasiswa Administrasi Ilmu Pendidikan teman satu kamar Voni pun kehilangan sebuah laptop. Siang itu, Asrama Putri (Aspi) UNP kemalingan lagi. Peristiwa hilangnya barang milik penghuni Aspi tidak hanya sekali ini terjadi. Sebelumnya, televisi milik asrama juga raib. Enam hari setelah kejadian tersebut terjadi lagi pencurian oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebuah tas berisi uang dan buku tabungan milik Suci Wahyuni, mahasiswa Fisika TM 2011 lenyap di kamarnya. Perkara hilangnya barang Voni dan Juwita ini telah dilaporkan kepada pihak berwenang (polisi) oleh korban. Namun penanganan dari pihak kepolisian dinilai korban tidak terlalu peduli dan terkesan lamban, pasalnya pihak kepolisian baru mendatangi tempat kejadian perkara lima hari kemudian. Hal itu sangat disesalkan oleh Voni. “Kami sangat kecewa, karena tidak ada tindakan yang serius dari polisi,” ujarnya, Selasa (26/3). Aspi merupakan tempat tinggal mahasiswa putri yang dikelola oleh kampus. Namun sayang untuk keamanan, pihak kampus hanya menyediakan posko satpam di area kampus FMIPA yang letaknya agak jauh dari Aspi. Hal ini disayangkan oleh mahasiswa yang tinggal di Aspi sebab bila terjadi hal yang tidak diinginkan, mahasiswa

sulit untuk menghubungi. Pernah suatu kali di tengah malam, sekitar pukul 24.00 ada mahasiswa yang tiba-tiba tidak sadar diri. Saat itu hujan lebat, tapi tidak ada orang sekitar asrama yang bisa dimintai tolong. Untung saja ada salah satu mahasiswa memiliki keluarga yang bisa menolong membawa ke Rumah Sakit. “Seandainya malam itu tidak ada yang menolong, kami tidak tahu apa yang terjadi,” jelas Voni. Lebih lanjut Voni menjelaskan, satpam khusus yang ditugaskan untuk menjaga asrama tidak ada. Padahal mahasiswa yang tinggal semuanya wanita. Ada satpam, tapi jaraknya lumayan jauh dari asrama, di posko FMIPA. “Itupun kadang-kadang tidak ada di posko,” ungkap Voni. Awalnya asrama yang dihuni sebanyak 37 mahasiswi tersebut memiliki pembina yang tinggal bersama mahasiswa di Aspi, yaitu Dra. Elizar Ramli, M.Pd. Namun, akibat gempa yang terjadi belakangan ini menyebabkan Elizar harus pindah ke tempat yang lebih aman. “Bukan saya lepas dari tanggung jawab, tapi semenjak sering adanya gempa, keluarga saya jadi trauma dan kami harus pindah,” jelas Eli, Selasa (8/ 5). Sebagai gantinya, Elizar meminta dua anak angkat Elizar yang tinggal di sekitar asrama untuk melihat-lihat keadaan di Aspi. “Kebetulan salah satunya bekerja di BAAK,” terangya. Menanggapi kurang perhatiaannya pihak universitas terhadap fasilitas di Aspi akhir-akhir ini , Elizar menilai hal ini disebabkan karena nantinya mahasiswa yang tinggal di asrama akan dipindahkan ke asrama yang baru. Saat ini universitas hanya akan memperbaiki asrama tersebut apabila ada kerusakan-kerusakan ringan. “Kalau air macet atau atap bocor, baru ada perbaikan,” jelasnya. Selanjutnya Elizar menambahkan, apabila terjadi kehilangan barang pribadi, kampus tidak akan bertanggung jawab. “Apalagi karena keteledoran sendiri,” tutupnya, Selasa (8/5). Duni, Rita.

dari anggota yang tidak berada di Padang” ungkapnya, Sabtu (28/4). Dari hasil pembacaan LPJ, program kerja yang mampu dilaksanakan BEM U hanya sekitar 30% dari yang direncanakan dan didominasi oleh kegiatan di luar UNP. Melalui ketetapan MPM mengenai laporan pertanggungjawaban presiden BEM UNP 2011, LPJ BEM U dinyatakan diterima bersyarat dengan delapan persyaratan. Salah

satunya menyesuaikan kembali penulisan LPJ dengan Petunjuk Pelaksanaan Laporan Pertanggungjawaban Presiden BEM UNP. Batas penyerahan hasil penyempurnaan LPJ pada Sabtu (5/5) jam 18.00 WIB. “Jika pihak BEM U tidak memenuhi hal tersebut presiden dinyatakan demisioner atau pemberhentian jabatan secara tidak hormat,” ujar sekretaris umum MPM sekaligus pimpinan sidang paripurna LPJ BEM, Sarmen Aris, Kamis (3/5). Ternyata pihak BEM U tidak mampu memenuhi persyaratan tersebut hingga waktu yang telah ditentukan. Sesuai surat ketetapan pemberhentian dan pengangkatan, MPM memutuskan untuk memberhentikan masa jabatan BEM U tahun lalu secara tidak terhormat. Menanggapi persoalan ini Pembina MPM, Drs. Helmi Hasan, M.Pd mengatakan seharusnya MPM harus lebih gencar lagi mengawasi kinerja BEM. Idealnya MPM harus bisa memberikan ketegasan agar kejadian ini tak terulang. “Ketegasan itu bisa berupa sanksi yang dituangkan pada Juknis,” paparnya, Kamis (3/5). Pembantu Rektor III UNP, Dr. Alizamar, M.Pd.Kons pun mengatakan hal yang serupa. Tapi, selain mempertegas kontrol MPM terhadap kinerja BEM U, PR III juga sudah membuat peraturan baru soal tata aturan wisuda bagi pengurus BEM U. Peraturan baru tersebut mengharuskan setiap anggota BEM U yang akan diwisuda harus atas sepengetahuan bidang kemahasiswa kampus. “Saya ingin tidak ada lagi kasus seperti ini,” tutupnya, Jumat (11/5). Winda, Zolla

HMJ Kritis Tanpa Sekretariat Meskipun telah resmi digunakan sejak 2011 lalu, masih terdapat kekurangan dari gedung Fakultas Ekonomi (FE). Semua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di FE tidak memiliki sekretariat. Hal ini menimbulkan kendala bagi mahasiswa, terutama pengurus HMJ, misalnya, susah untuk melakukan sosialisasi dengan mahasiswa baru lantaran tidak ada tempat yang pasti untuk berkumpul. Hal ini menyebabkan komunikasi antar pengurus dan dengan junior menjadi terputus. Kesulitan lain karena tidak adanya sekretariat ini, tambahnya, akan lebih terasa ketika HMJ mengangkat sebuah acara. Selain koordinasi antarpanitia menjadi terhambat, penyerahan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dari masing-masing anggota semakin tidak jelas. HMJ tidak memiliki tempat untuk mengatur dan menyimpan arsip. “Bingung jadinya mengurus surat masuk dan surat keluar HMJ itu,” jelas Yopansa Putra, Ketua HMJ Pendidikan Ekonomi, Kamis, (19/4). Tidak hanya HMJ Pendidikan Ekonomi, kendala serupa juga dialami oleh HMJ Manajemen. Biasanya ada agenda wajib berkumpul satu kali dalam sebulan sebagai bentuk koordinasi rutin antar pengurus. “ Namun sekarang jarang sekali,” ungkap Hidayat Eka Putra, ketua HMJ Manajemen, Senin (23/4). Kalaupun ada rapat, pengurus sering meminjam ruangan kepada pihak fakultas, yang juga ada kendalanya. “Rapat kami jadinya tidak efektif,” keluhnya. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, beberapa HMJ di FE pernah bekerja sama untuk menyampaikan masalah ini kepada pihak fakultas. Hal ini disampaikan ketua HMJ Ekonomi Pembangunan, Typhu Yogi Martharama. Ia menjelaskan HMJ di FE sempat dijanjikan akan diberi satu ruangan di Magister Manajemen. Namun hal itu belum juga diwujudkan. “Sampai sekarang janji itu belum ditepati,” terangnya, Kamis (19/4). Ditemui di tempat berbeda, Pembantu Dekan III FE, Dr. Susi Evanita, MS. menyampaikan keadaan gedung yang masih baru menyebabkan HMJ memang belum bisa memiliki sekretariat. Semua ruangan di FE

sudah digunakan sebagai ruang kuliah dan labor. Untuk mengantisipasi masalah ini, lanjut Susi, HMJ seharusnya bisa memanfaatkan fasilitas yang ada. “Saya pikir tidak harus di dalam ruangan, mereka (HMJ_red) bisa saja memanfaatkan koridor kampus,” ujarnya, Selasa (8/5). Susi menambahkan tidak adanya sekretariat seharusnya tidak menjadi penghalang HMJ untuk berorganisasi. Mahasiswa seharusnya lebih kreatif untuk mengatasi setiap kendala yang ada. Meskipun demikian, lanjutnya, fakultas tetap akan mengusahakan penyediaan sekretariat untuk HMJ. “Saya harap mahasiswa mau menunggu,” tutupnya. Tidak hanya di FE, masih ada beberapa HMJ di fakultas lain yang tidak memiliki sekretariat. Salah satunya HMJ Ilmu Sosial Politik (ISP), Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang merupakan satu-satunya HMJ yang tidak memiliki sekretariat. Menurut Boni Syaputra, wakil ketua HMJ, untuk rapat HMJ sering meminjam ruang kuliah. Boni mengaku sering kewalahan dalam menyimpan arsip-arsip penting HMJ. “Arsiparsip itu sering dibawa pulang saja jadinya,” terang Boni, Jumat (27/4). Lain halnya HMJ di Fakultas Ilmu Pendidikan(FIP), pascakebakaran HMJ ini sering memanfaatkan taman di belakang gedung rektorat sebagai tempat pertemuan mereka. Salah seorang pengurus HMJ Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Ciptro Handrianto, menjelaskan tidak adanya sekretariat tidak menjadi penghalang untuk berorganisasi. Menurutnya, mahasiswa perlu memahami kemalangan yang menimpa FIP. “Harus tetap berjuang,” tegas Ciptro, Jumat (6/4). Pembantu Dekan II FIP, Drs. Taufik, M.Pd, Kons, menyampaikan penyediaan sekretariat HMJ akan diusahakan seiring berjalannya pembangunan di FIP. Mahasiswa perlu menunggu pembangunan gedung FIP selesai. Setelah itu, tambahnya, baru dilakukan perencanaan penyediaan sekretariat bagi organisasi mahasiswa FIP. “Saya harap mahasiswa tetap bersabar,” terangnya, Senin (23/4). Tilla, Zolla


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Rencana Lift Khusus dari FBS Setelah mati suri selama lima tahun sejak 2007, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) berencana akan mengaktifkan kembali lift d i gedung perkuliahannya. Sayangnya, penggunaan lift di gedung berlantai lima ini hanya diperuntukkan bagi dosen dan pegawai tatausaha. Kebijakan itu diputuskan dalam rangka perawatan sarana dan menghindari kenakalan mahasiswa untuk tidak melakukan tindakan asusila. Mengingat dulu pernah ditemukan mahasiswa yang berlaku tidak senonoh di dalam lift sehingga tidak digunakan lagi. “Hal itu tentunya mencemari nama baik kampus,” ungkap Kepala Bagian Perlengkapan FBS Tristiyeni, SH., Selasa (8/5). Sayangnya, adanya kebijakan ‘khusus’ ini menimbulkan pandangan negatif dari mahasiswa. Jefri Aditya, Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FBS menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan tersebut. Menurutnya, lift merupakan fasilitas umum dan pendanaannya juga berasal dari uang mahasiswa. “Mahasiswa berhak menggunakan fasilitas kampus,” tegasnya, Selasa (8/5). Sikap tak setuju juga diperlihatkan Deded Palma Putra, mahasiswa Sastra Indonesia TM 2008. Ia mengatakan tindakan asusila yang dilakukan mahasiswa dulu dan upaya perawatan sarana tidak bisa dijadikan alasan konkret untuk

melarang mahasiswa menggunakan lift. Menurut Deded, seharusnya pihak kampus mencarikan solusi, seperti memasang kamera CCTV di dalam lift . “Agar pelakunya dapat diketahui dan ditindaklanjuti,” ungkapnya, Selasa (8/5). Ia menambahkan, jika pihak kampus belum mampu menyediakan CCTV, sebaiknya lift tidak digunakan. “Untuk menghindari prasangka buruk,” tambahnya. Menanggapi hal ini, Pembantu dekan II FBS, Drs. Ramalis Hakim, M.Pd., menjelaskan penggunaan lift bagi kalangan dosen dan pegawai saja disebabkan kondisi sebagian tenaga pengajar FBS yang tidak mampu menaiki tangga gedung terlalu lama, sementara semua kegiatan perkuliahan akan berpusat di gedung itu. “Kalau mahasiswa ‘kan masih muda-muda,” terangnya, Selasa (8/5). Sedangkan bagi mahasiswa, lanjutnya masih pada tahap petimbangan. Jika mahasiswa berkomitmen bisa menjaga sarana dengan baik, pihak kampus tidak akan melarang. “Toh, lift juga milik bersama,” ujarnya. Ramalis menambahkan, saat ini lift masih pada tahap perbaikan, butuh waktu yang lama untuk bisa digunakan kembali. Kapasistas daya arus listrik yang ada masih belum memadai. Jika dipaksakan juga, terangnya, akan berdampak buruk terhadap aktivitas lain yang membutuhkan daya listrik. Nunung

Sewindu Kebangkitan UNP Pelaksanaan upacara wisuda kembali diadakan di Gedung Olahraga (GOR) UNP, Sabtu (3/3). Dalam pidatonya, Rektor UNP, Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd., mengaku bangga karena hingga maret 2012 UNP telah melahirkan 104.306 lulusan mencakup seluruh jenjang pendidikan diploma, sarjana, profesi, magister, dan doktor. Sebanyak 40% diantaranya diluluskan selama masa jabatan Mawardi dalam waktu delapan tahun terakhir. “Khusus untuk S3, UNP telah menghasilkan 51 Doktor, 15 orang diwisuda periode ini,” ungkapnya, Sabtu (3/3). Orasi ilmiah bertemakan Sewindu dalam Kebangkitan Kampus juga disampaikan Rektor UNP. Ia menyampaikan perkembangan UNP pada 2003 hingga Juli 2012 mendatang. Pada 2003, UNP memiliki 13.425 mahasiswa dan 916 dosen denga ratio 1:14. Tingginya peminat UNP menurut Mawardi menjadi salah satu alasan nama IKIP diubah menjadi UNP. Setelah perubahan nama itu, kesempatan untuk bangkit menjadi perguruan tinggi yang lebih besar, bermutu, dan memberikan manfaat untuk masyarakat semakin luas. Pada semester Juli-Desembar 2011, UNP memiliki 34.675 mahasiswa dan 989 dosen dengan ratio 1:35. Ditambah lagi mahasiswa Pascasarjana yang mencapai 4000 mahasiswa. Selain melayani mahasiswa, UNP juga mempunyai Sekolah Laboratorium. Disamping itu, UNP telah membangun beberapa gedung, meliputi gedung perkuliahan, perkantoran, fasilitas olah

raga, kolam renang dan rumah susun mahasiswa dengan anggaran dana dari DIPA/APBN maupun PMBP UNP yang menghabiskan dana 120 miliyar. Selain melakukan perbaikan aspek infrastuktur, UNP juga telah melakukan pengembangan aspek mutu pendidikan. UNP mendapatkan sertifikasi mutu manajemen status ISO 9001:2008 oleh lembaga sertifikasi global TUV-Rheindland dari Jerman. Sejak 2010 UNP juga diikutsertakan dalam pengembangan dan pembinaan kualitas pendidikan secara nasional, berupa pelaksanaan Sertifikasi Guru dan Dosen. “Tidak hanya aspek kuantitatif, tetapi juga kualitatif,” ujarnya. Di akhir orasinya, Mawardi berharap agar lulusan program kependidikan menjadi pendidik yang mengusai ilmu pendidikan dan mampu menyelenggarakan proses pembelajaran efektif dan bermutu. Bagi lulusan program non kependidikan, agar mampu mendarmabaktikan kemampuan di bidang pekerjaan sesuai dengan jurusan yang telah ditempuh. “Junjung tinggilah nama almamater melalui penerapan kompetensi dan perilaku terpuji, serta berdedikasi tinggi di tempat kerja,” harapnya. Pada periode Maret ini, tercatat jumlah wisudawan/i sebanyak 3.015, meliputi 179 Program Pascasarjana, 763 Fakultas Ilmu Pendidikan, 296 Fakultas Bahasa dan Seni, 243 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 209 Fakultas Ilmu Sosial, 314 Fakultas Teknik, 768 Fakultas Ilmu Keolahragaan, dan 243 Fakultas Ekonomi. Siti

17

Teropong

Pesta Demokrasi Pemira Mahasiswa Selama 37 hari, pada 22 Februari hingga 29 Maret lalu, pesta demokrasi Pemilihan Umum Raya (Pemira) Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP periode 2012 berlangsung. Pembantu Rektor III Drs. Alizamar M.Pd, Kons mengaku bangga kepada semua pihak yang telah menyukseskan pemilu. Menurutnya, pemilu kali ini lebih baik dibandingkan pemilu sebelumnya. Hal ini terlihat dari pelaksanaannya yang berlangsung damai. “Hanya saja, masih banyak mahasiswa yang tidak menggunakan hak suara,” ungkapnya, Kamis (29/3). Ketua Panitia Pemilihan Umum (PPU), Yasmir mengatakan dalam proses pelaksanaan Pemilu, PPU telah berusaha keras agar mahasiswa berpartisipasi aktif mengikuti pemilu. Sejak 22 Februari hingga 14 Maret telah dilakukan sosialisasi dengan menyebar pamflet dan spanduk di masing-masing fakultas dan tempat-tempat yang ramai dikunjungi mahasiswa, seperti Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Setelah itu, pendaftaran bagi mahasiswa yang ingin mencalonkan diri dibuka pada 1-13 Maret. Yasmir menuturkan ada enam balon yang mendaftar. Namun setelah melakukan verifikasi, hanya lima pasang bakal calon yang memenuhi persyaratan. Kelima pasang bakal calon tersebut, diantaranya: Ahmad Fauzan H-Angga Perdana Putra, Achmad BadarudinCandra Kirana, Cipto HandriantoAlphi Syahrin, Andre Martha Saputra-Deri Pratama, dan Tunjung Budi Utomo-Rizki Adam. Setelah lulus, lanjut Yasmir, para bakal calon diberikan kewenangan untuk melakukan kampanye selama sepuluh hari (17-26/3). Setelah melalui masa tenang, tepat pada Kamis (29/3), mahasiswa UNP menggunakan hak suaranya. Ana Arisman, Anggota Divisi Penalaran Ilmiah HMJ Bahasa dan Sastra Inggris TM 2010 mengatakan mahasiswa harus selektif dalam memilih calon pemimpinnya, begitu juga dengan pemilihan presiden

Penghitungan suara: Setelah melakukan pemungutan suara pada pemilihan Presiden BEM Universitas pada hari kamis (29/3) siang, Panitia Pemilihan Umum melakukan penghitungan suara yang telah diberikan mahasiswa malam harinya di lokal T27. f/faeza.

dan wakil presiden BEM. Ia menjelaskan presiden dan wakil presiden BEM UNP harus mampu mengkoordinir sistem organisasi mahasiswa di UNP. “Agar tidak terjadi ketimpangan program kerja antar ormawa,” harapnya, Jumat (30/3). Namun tidak sedikit juga mahasiswa yang tidak menggunakan hak suaranya. Salah seorang mahasiswa FBS, Ersariadi mengaku tidak ikut serta dalam pemilu presiden dan wakil presiden BEM UNP. Menurutnya, tanpa memilih pun tidak ada pengaruh sama sekali, tetap saja akan ada yang terpilih. Lebih lanjut ia memaparkan tidak begitu merasakan kinerja BEM bagi UNP. “Jadi tidak masalah jika tak memilih,” ungkapnya, Senin (17/4). Bertempat di ruang T27, proses penghitungan suara hasil pemilu pun langsung dilakukan. Dari 5402 jumlah suara yang sah, pasangan Tunjung Budi Utomo-Rizki Adam dengan nomor urut 5, memperoleh jumlah suara terbanyak, yaitu 1834 suara. Kemudian suara terbanyak kedua diperoleh nomor urut 3 (Ciptro Handrianto-Alphi Syahrin) dengan 1575 suara. Disusul nomor urut 4 (Andre Martha Saputra-Deri Pratama) dengan 1270 suara, nomor

urut 2 (Ahmad Badarudin-Candra Kirana) dengan 507 suara, dan nomor urut 1 (Ahmad Fauzan HAgga Perdana Putra) dengan 216 suara. Sebagai kandidat yang terpilih menjadi presiden BEM UNP, Tunjung Budi Utomo menyatakan ke depan akan menciptakan sistem organisasi mahasiswa yang tertata rapi dengan visi membangun UNP ke arah yang lebih baik. Menurut Tunjung, kondisi ormawa saat ini kurang menyatu. Hal ini disebabkan sistem koordinasi yang terkadang sering tumpang tindih. Didampingi Rizki Adam sebagai wakil presiden, Tunjung juga menyatakan gambaran program BEM ke depan. Kegiatan terdekat yang akan diadakan BEM mengadakan kemah bakti ormawa UNP. Hal ini diutarakan Rizki sebagai langkah awal menjalin silaturrahmi antar ormawa. Selain itu, program wirausaha merupakan program unggulan BEM tahun ini. Melalui wirausaha, lanjutnya, organisasi mahasiswa diharapkan tidak hanya mengandalkan dana anggaran dari universitas. “Agar terwujud organisasi mahasiswa yang mandiri,” ungkapnya, Kamis (29/3). Faeza dan Nunung.

FE Siapkan Mahasiswa Siap Kerja Selain mewajibkan mahasiswa untuk memiliki TOEFL, sejak 2008 FE juga menerapkan peraturan bagi mahasiswa sebelum diwisuda untuk mengikuti Personality Development Training (Pelatihan Pengembangan Kepribadian). Pelatihan ini merupakan salah satu syarat yang wajib diikuti oleh mahasiswa FE sebelum lulus. Rine, mahasiswa Pendidikan Ekonomi TM 2007 mengaku antusias mengikuti pelatihan ini. Bagi Rine, pelatihan ini menjadi sebuah motivasi dan inspirasi untuk terjun ke lapangan nantinya. Lebih lanjut ia memaparkan pelatihan ini dapat membuka wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam berwirausaha. “Tidak hanya menjadi PNS saja, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan,” ungkapnya, Selasa (3/4). Hal yang sama juga disampaikan mahasiswa Manajemen TM 2009, Zuraifah Trisna Dewi. Menurutnya, pelatihan ini mampu me-

nambah kreativitas mahasiswa dalam berwirausaha. Selain itu, mahasiswa tidak akan canggung atau takut untuk menempuh dunia kerja. “Takutnya jika pelatihan ini tidak ada, mahasiswa malah tidak siap untuk berkarir,” tuturnya, Senin (30/4). Di tempat berbeda, Pembantu Dekan 1 FE, Dr. Idris, M.Si. menyatakan program pelatihan yang diadakan FE ini merupakan tradisi yang terus berlanjut yang sudah berlangsung selama lima tahun. Pelatihan ini juga bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal diri sendiri, mengetahui kiat-kiat dalam mendapatkan pekerjaan, dan cara berwirausaha. “Pelatihan ini sangat membantu dalam dunia kerja,” ungkapnya, Selasa (27/3). Lebih lanjut Idris menjelaskan pelatihan ini diadakan tiga hari sebelum mahasiswa diwisuda. Selama dua hari, mahasiswa wajib mengikuti pelatihan ini. Hari pertama, mahasiswa dibekali terlebih

dahulu mengenai diri sendiri, cara mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja. Kemudian pada hari kedua, mahasiswa akan diajarkan cara menghadapi dunia kerja, berwirausaha dengan baik, dan lainnya. Berkenaan dengan syarat wisuda, tambahnya, dari pelatihan ini mahasiswa akan memperoleh sertifikat yang diajukan untuk diwisuda. Di fakultas lain semisal FBS, pelatihan semacam ini belum pernah diadakan. Padahal, ini perlu diagendakan mengingat ada beberapa jurusan di FBS yang tidak mengadakan magang maupun praktik lapangan. Hal ini disampaikan oleh Melisa Nofa Nanda, mahasiswa Sastra Inggris TM 2007. “Saya merasa kurang siap,” ujarnya terkait kesiapan terjun ke lapangan kerja setelah diwisuda, Jumat (6/ 4). Untuk itu, ia berharap agar fakultas lain juga mengadakan pelatihan ini agar mahasiswa tidak canggung di lapangan nantinya. Tuni


18

Inter

UKFF UNP

Berkarya di Usia Muda Dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyatukan minat dan bakat mahasiswa UNP di bidang fotografi dan perfilman, lahirlah Unit Kegiatan Perfilman dan Fotografi (UKFF) pada 28 April 2010 lalu. Di usianya yang masih muda, UKFF telah banyak melakukan kegiatan. Workshop dan pelatihan dengan fotografer-fotografer yang telah memenangi beberapa penghargaan internasional serta workshop perfilman. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut yaitu Workshop Fotografi dengan M. Fadhli (Pemenang lomba foto tingkat internasional), Iggoy El Fitra (Fotografer kantor berita ANTARA) serta hunting dan workshop foto bersama Hebi Febri Ardian (Fotografer nasional) saat acara Tabuik Pariaman di Taman Budaya. Untuk perfilman, UKFF telah memproduksi film berjudul Ikan dalam Plastik yang disutradarai oleh salah seorang dewan pendiri UKFF, Arif Rizki, serta workshop film bersama David Darmadi, perwakilan Indonesia pada ajang Image Festival di Toronto, Kanada. Selain mengadakan pelatihan,

UKFF juga aktif dalam perlombaan yang diadakan di luar lingkungan kampus, seperti; Jakarta International Film Festival, yaitu perlombaan membuat skenario film. UKFF yang diwakili Arif Rizki terpilih menjadi terbaik lima kategori Naskah Film Fiksi. Sedangkan di bidang fotografi, UKFF juga pernah menjadi juara harapan lomba foto tingkat nasional yang diwakili Julihendra Aciak. UKFF akan melakukan penayangan perdana film Ikan dalam Plastik hasil garapan awak UKFF pada saat peringatan ulang tahun tahun ini. “Kami ingin penayangan film ini bisa dilakukan di tempat umum, seperti Plaza Andalas atau Basko, bukan di Taman Budaya lagi,” ujar Ketua UKFF, Zulfikar, Rabu (28/3). Selain itu UKFF mengharapkan adanya perhatian yang lebih dari pihak universitas, terutama dalam bidang fasilitas. “Selama ini, untuk foto, kami menggunakan kamera pribadi. Sedangkan untuk kamera video, kami patungan untuk mendapatkannya. Itupun butuh waktu satu tahun,” tutup Zul. Jefri

MPALH UNP

Aksi Bersih Kampus untuk Hari Bumi Memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2012, Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH) Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan aksi bersih kampus dengan membersihkan sampah-sampah yang berserakan di lingkungan kampus UNP. Aksi bersih kampus ini diikuti semua anggota MPALH yang berjumlah 20 orang. Kegiatan juga disertai dengan penempelan pamflet himbauan untuk menjaga kebersihan pada semua mading selingkungan UNP.

UKKES UNP

Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. MPALH mengangkat acara tersebut dengan tujuan agar masyarakat kampus bisa meningkatan kepedulian terhadap lingkungan tertana sampah. Hal ini diungkapkan ketua pelaksana, Robby Harfianto. “Diharapkan kesadaran warga kampus untuk menjaga kebersihan sehingga tujuan Hari Bumi tersebut dapat tercapai” tuturnya, Minggu (22/4). Tilla

KAMMI

Anggota Muda Bahas Penyakit Berkarya Masyarakat Tahun ini, Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) kembali menggelar Panggung Kagetan Exhibition di Pendopo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP, Kamis, (3/5). Acara yang khusus diselenggarakan calon anggota UK-Kes angkatan ke-22 ini menampilkan berbagai jenis seni, seperti: seni musik, teater, tari, sinematografi, band dan pembacaan puisi. Selain untuk menjalin kebersamaan antar sesama anggota UKKes, kegiatan ini juga bertujuan untuk menjadi wadah untuk mengeksplorasi bakat yang dimiliki mahasiswa UNP. “Di sini, kami ingin mengeksplore bakatbakat yang dimiliki mahasiswa UNP,” kata Rio Wantono, Ketua UKKes, Kamis (3/5). Rio merasa senang karena acara yang telah dipersiapkan selama dua bulan ini berlangsung sukses. Hal ini diakui pula oleh Septia Andini, penonton dari Jurusan Sendratasik. “Acaranya seru, makanya kami mau menonton dan menyaksikannya,” ungkap Septia, Kamis, (3/5). Via

Kesatuan Aksi Mahasiiwa Muslim Indonesia (KAMMI) melaksanakan diskusi publik dengan tema “Refleksi dan Evaluasi Perkembangan dan Pemberantasan Penyakit Masyarakat di Kota Padang” di ruang T16, Minggu, (22/ 4). Diskusi ini bertujuan untuk kembali membahas penyakit masyarakat terutama masalah moral masyarakat Padang yang makin memprihatinkan. “Kami membahas ini karena semakin rusaknya moral masyarakat, apalagi generasi muda.” Ujar Ketua Pelaksana Suryadi, Minggu (22/4). Rencananya, tiga pemateri akan dihadirkan untuk berdiskusi dengan mahasiswa. Namun, hanya Syahril Khaidir (tokoh masyarakat) yang datang. Sedangkan, Yadrizon, M.Si., (Kakanpol Kota Padang) dan Irwan Fikri (Anggota DPRD Kota Padang) tidak hadir tanpa alasan yang jelas. “Padahal mereka sudah berjanji akan hadir,” ungkapnya. Tetapi diskusi yang dihadiri 50 mahasiswa tetap berlanjut. Zolla

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

ELCO UNP

UNP

Fasli Jalal Dukung Distribusi Linux ELCO

Upacara Generasi Emas

Eletctronica Linux Community Opensource (ELCO) adakan open house hasil karya aplikasi linux terbaru di lokal T78, Minggu (6/5). Acara yang mengangkat tema Distribusi Linux Persembahan Universitas Negeri Padang Untuk Dunia Pendidikan dihadiri Fasli Jalal, mantan Wakil Menteri Pendidikan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Di acara itu ditampilkan aplikasi olahan Ubuntu yang dirancang ELCO untuk dunia pendidikan. Berbagai aplikasi yang dihasilkan untuk memudahkan proses belajar mengajar dalam berbagai bidang mata pelajaran. “Kami merancang dalam waktu empat bulan,” tutur Ketua Panitia

Sefri Doni, Minggu (6/5). Dalam acara yang diikuti 20 pecinta Linux se-Sumatera Barat ini, Fasli Jalal menyumbang dana sebesar Rp. 2.500.000 sebagai wujud dukungannya. Ia mengharapkan aplikasi berbasis media pembelajaran ini lebih dikembangkan. Menurutnya akan lebih baik jika ELCO menumbuhkan visi untuk membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu ia juga menekankan untuk melakukan pengecekan dengan teliti terhadap karya yang dihasilkan. “Buktikan kualitas produk sebelum diluncurkan keluar,” tegasnya, Minggu (6/5). Faeza

KOPMA UNP

Tingkatkan Performa Kinerja Untuk Masa Depan Untuk pertama kalinya dalam kepengurusan periode 2012, Koperasi Mahasiswa (Kopma) UNP mengadakan Pelatihan Tingkat Lanjut mengenai Pendidikan Koperasi, Sabtu-Minggu (28-29/4). Acara pelatihan yang dilaksanakan di UPTD-Balai Pelatihan Koperasi, Jl. S. Parman No. 211 Ulak Karang, Padang ini mengangkat tema Our Performance, Kopma’s Future yang berarti masa depan Kopma ke depan tergantung kepada performa dari para pengerusnya. Menurut ketua pelaksana,

Febriza Harini, tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan performa kinerja pengurus Kopma kedepannya. “Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan potensi diri yang terdapat pada masing-masing anggota Kopma,” ujarnya, Sabtu (28/4). Adapun materi yang akan dibahas pada pelatihan ini antara lain Pendidikan Koperasi, Manajemen Organisasi, Kewirausahaan, Pemahaman Laporan Keuangan Koperasi dan Motivasi. Kegiatan ini diikuti oleh anggota inti Kopma sebanyak 31 orang. Jefri.

FT UNP

Tutup Krida dengan Tanam 500 Pohon Dalam rangka penutupan krida, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik (FT) mengadakan penanaman pohon bersama Pemerintah Kota Padang, Minggu (6/5). Kegiatan yang diikuti sekitar 1400 mahasiswa tersebut dihadiri jajaran Pemko Padang, diantaranya Walikota yang diwakili Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Kebersihan dan Kehutanan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah dan Camat. Selain itu hadir juga Pembantu Dekan III FT, Drs. Hasan Maksum, MT. Ketua Pelaksana kegiatan Ade Rahma Saputra menjelaskan,

kegiatan tersebut terselenggara karena rasa cinta mahasiswa teknik UNP terhadap lingkungan di sekitar air tawar. “Ini bentuk pengabdian kami terhadap masyarakat setempat,” katanya, Senin (7/ 5). Sementara itu Ketua BEM FT, Zainul Ardi mengatakan kegiatan tanam pohon adalah bagian dari rangkaian penutupan krida mahasiswa teknik yang bekerjasama dengan pemerintah. “Kami berharap terciptanya kota Padang yang hijau, seperti diharapkan pemerintah,” ujar Ardi, Senin (7/ 5). Sebanyak 500 pohon diberikan pemerintah untuk ditanam di sepanjang pantai air tawar. Duni

FBS UNP

Pementasan Drama untuk Hari Teater Dunia Dalam rangka memeriahkan Hari Teater Dunia yang ketiga, Ranah Teater Sumatera Barat dan KSP Ku-Liek mengadakan pementasan drama di Gedung Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni. “Pementasan drama merupakan wujud kepedulian terhadap nilainilai budaya dengan mengungkap permasalahan dari berbagai aspek kehidupan,” ungkap Dekan FBS, Prof. Dr. M. Zain. M. Hum saat membuka acara, Selasa (27/3). Untuk pementasan kali ini, Ranah Teater menampilkan naskah Lelucon Sakit Hati karya S.Metron, sekaligus sutradara drama tersebut dan Windu Ks dari KSP Ku-Liek melakoni naskah monolog Merdeka

karya Putu Wijaya. Menurut S. Metron Medison, pementasan bertujuan untuk mengungkap dan memberikan kesadaran kepada penonton terhadap kondisi bangsa Indonesia saat ini, terkait permasalahan korupsi yang kian menjamur. Hal itu dijadikan tema dalam naskah tersebut, sehingga tak lepas dari nilai edukatif dan mengajak penonton agar lebih kritis dalam menyikapi permasalahan hidup. “Lelucon yang mendidik,” ungkapnya, Selasa (27/3). Metron menambahkan, naskah ini terdiri dari 10 orang aktor yaitu Hadi, Zulfikar, Dede, Novan, Ahmad, Geger, Uti, Diana, Iwan, Hafis, tiga orang pemusik dan dua penata lampu. Siti

Civitas akademika Universitas Negeri Padang yang terdiri dari dosen, pegawai, mahasiswa, siswasisiwi SMP dan SMA Laboratorium Pembangunan UNP dan mahasiswa-mahasiswa penerima beasiswa melakukan upacara bendera memperingati hari pendidikan nasional di Lapangan rektorat, (2/ 5). Dalam upacara itu, Rektor UNP, Prof.Dr. Z.Mawardi Effendi, M.Pd.Kons yang bertindak sebagai inspektur acara membacakan kata sambutan dari Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh dengan tema ‘Bangkitnya Generasi Emas Indonesia’. Rektor menyampaikan periode 2010-2035, Indonesia dikaruniai potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. “Jika kesempatan emas ini dimanfaatkan dengan baik akan menjadi bonus demografi yang berharga,” katanya. Setelah upacara, diumumkan dosen dan mahasiswa yang mendapatkan penghargaan sebagai dosen, ketua program studi, dan mahasiswa berprestasi UNP, pemenang olimpiade, dan penghargaan kepada pegawai UNP terbaik. Dwi Utari Kusuma sebagai mahasiswa berprestasi UNP tahun 2012 mengatakan bersyukur dengan pencapaian yang telah ia raih. “Agak cemas juga dengan beban ke depannya,” ujarnya, Rabu (2/ 5). AmiJaer

PPIPM UNP

Semangat Peneliti Muda Tujuan utama penelitian adalah untuk memecahkan berbagai persoalan dan masalah. Itulah yang disampaikan Afriva Khaidir, SH., M.Hum., MAPA, selaku pemateri pada Pelatihan Penelitian yang bertemakan Melalui Pelatihan Penelitian, Peneliti Muda Beraksi Mengukir Prestasi, Minggu (25/3). Pelatihan ini merupakan program kerja dari divisi Departement Penelitian Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) UNP. Acara tersebut diadakan dalam dua bertahap, yaitu Minggu (25/3) dan Minggu (1/4) di ruang kuliah D 81 Fakultas Ilmu Sosial UNP. Lebih lanjut Afriva menjelaskan, seorang peneliti harus memiliki pedoman dalam meneliti agar upaya menemukan jawaban dari tujuan penelitian dapat terwujud. “Hal terpenting, jangan ada seseorang yang merasa dirugikan dari kegiatan penelitian,” jelas Afriva. Hari pertama peserta mendapatkan penjelsan materi dan pada hari kedua peserta mempraktekkan cara menyusun kerangka sebuah laporan penelitian. Ketua pelaksana, Siti Muflihatunnisa menuturkan tujuan acara pelatihan tersebut untuk memberikan pembekalan kepada peneliti muda, khususnya UNP sendiri. “Semakin banyaknya peneliti muda dan bisa membuat laporan penelitian yang berkualitas adalah harapan PPIPM kedepannya,” ujar Siti Minggu (25/3). Sebanyak 75 peserta dari seluruh fakultas UNP hadir dalam pelatihan ini. Salah seorang peserta, Novi Daviana, mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia mengharapkan kegiatan ini dapat berlanjut untuk ke depannya. “Tidak hanya penelitian, tapi juga membantu menyelesaikan skripsi dan Tugas Akhir,” ungkap Novi, Minggu (25/3). Duni


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

19

Feature

Keadilan Tidak Turun Dari Langit Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM mendapatkan kecaman dari mahasiswa Sumatera Barat yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cipayung. Oleh Hasduni

Di luar gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat, anggota polisi dan mobilnya berjejeran. Di halaman gedung putih itu, sudah banyak orang berkumpul. Ada yang memakai kopiah hitam yang bertuliskan HMI, ada yang berpakaian merah dan topi bertuliskan PMKRI, dan benderabendera terikat dengan kayu dan bambu. Bendera-bendera tersebut sengaja dibawa oleh kelompok Aliansi Mahasiswa Cipayung kota Padang. Di dalamnya tergabung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Hari itu, Selasa (20/3) Aliansi Mahasiswa Cipayung kota Padang melakukan aksi demonstrasi. Mereka membawa aspirasi masyarakat Kota Padang menolak kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Aspirasi tersebut akan mereka sampaikan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Barat. “Kita harus desak orang yang di dalam sana,” teriak salah seorang peserta demo

Aksi Cipayung: Sekelompok mahasiswa Sumatera Barat yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cipayung tengah melakukan aksi penolakan harga bahan bakar minyak di depan gedung DPRD Sumatera Barat, Selasa (20/3). f/Duni.

yang mengenakan baju kaus dan jeans hitam. Ia adalah Eko Fernanda, Pimpinan GMNI Cabang Padang. “Pak polisi yang terhormat, tolong izinkan kami masuk. Bapak ditugaskan untuk mengawasi bukan untuk menghalangi,” seorang pendemo lainnya angkat bicara. Aksi saling dorong tidak terhindarkan. Bahkan bendera salah seorang pendemo yang terikat dengan bambu dipatahkan oleh aparat kepolisian karena dianggap membahayakan. “Tenang kawan-kawan. Kita adalah kaum intelek. Kita tidak boleh melakukan kekerasan. Kita tunggu lima menit lagi.

Seandainya dalam waktu lima menit kita masih tidak diterima, baru kita masuk,” Eko berbicara lagi, menenangkan massa yang mulai naik pitam. Pendemo kembali tenang. Namun, beberapa kata-kata yang membangkitkan semangat mahasiswa pun tetap diteriakkan oleh peserta demo. “Hidup Mahasiswa!” “Keadilan tak turun dari langit!” Lima menit berlalu. Anggota dewan tak kunjung keluar dari dalam gedung. Mahasiswa yang berdemo siang itu kembali memanas. Untung, tidak ada aksi saling dorong lagi. Tak lama, tujuh orang anggota

dewan keluar dan menemui pendemo. Mereka adalah Trianda Farhan, Irdinansyah Tarmizi, Zailis Usman, Siti Izzati Azis, M. Tauhid, M. Nurnas, dan Abel Tasman. Inilah waktu yang ditunggu-tunggu pendemo. Mereka akan menyampaikan 15 tuntutan yang telah ditandatangani oleh masing-masing pimpinan organisasi, diwakili Yogi Primadanu (HMI), Jefri Sinabutar (GMKI), Antonius Silalahi (PMKRI), Eko Fernanda (GMNI), dan Sudarmono (PMII), pada Sabtu (17/3). Aliansi Cipayung mendesak para anggota DPRD Sumbar agar menyetujui dan menandatangani surat tuntutan tersebut. Lima belas tuntutan tersebut berbunyi: menolak dengan tegas kenaikan BBM, tegakkan konstitusi pasal 33, jangan potong subsidi BBM dan tambahkan kapasitas kilang minyak Indonesia, wujudkan kemandirian energi, nasionalisasikan aset-aset negara yang dikuasai asing, stop pembodohan dan kemiskinan terhadap masyarakat dengan Bantuan Langsung Tunai Sementara Masyarakat (BLTSM), tolak liberalisasi, stop hutang luar negeri, wujudkan kedaulatan pangan, optimalisasi pajak tambahan, dan transparasi pengolahan pajak minyak. Anggota DPRD yang hadir saat itu setuju untuk menandatangani tuntutan tersebut. “Seandainya kenaikan ini membawa dampak, kami akan menyesuaikan kebijakan anggaran Sumbar dengan membicarakannya lebih lanjut bersama Gubernur. Mudahmudahan tidak jadi naik,” Ungkap wakil ketua DPRD Trianda Farhan. Pernyataan Trianda ini menenangkan pendemo. Mereka perlahan membubarkan diri. Bendera-bendera berkibar menuju jalan raya, dibawa oleh pendemo entah kemana. Para polisi yang tadinya berdiri tegap, siaga, kini sudah bisa duduk dan bercanda.

Wisata Tambang: Mengingat Orang Rantai Semenjak 1880, pengerukan harta karun bumi Sawahlunto dilakukan. Salah satunya di Lobang Tambang Mbah Soero. Tambang ini merupakan penghasil mutiara hitam terbaik. Oleh Faeza Rezi S

Inilah tambang tertua di Sawahlunto yang dibuka pada 1898. Keberadaannya yang terletak di tengah kota diapit bangunanbangunan tua peninggalan Belanda di Jalan Mohammad Yazid menjadi daya tarik tersendiri saat ini. Setelah menghasilkan berton-ton mutiara hitam, pada 1932 lobang tambang ini ditutup. Dahulunya, Lobang ini bernama Lobang Tambang Lembah Soegar karena letaknya di Lembah Soegar. Untuk mengambil mutiara yang terdapat di dalam lembah, pada saat itu pemerintahan Hindia Belanda mendatangkan buruh paksa dari berbagai daerah di Indonesia kemudian dimasukkan ke penjara. Mereka dipaksa bekerja tanpa penghasilan. Tak hanya itu, selama bekerja kaki mereka juga dirantai. “Oleh sebab itu, mereka disebut dengan orang rantai,” tutur salah seorang pemandu wisata, Sudarsono, Selasa (6/3). Penderitaan orang rantai semakin bertambah ketika produksi batu bara semakin meningkat. Selain kaki yang dirantai, pekerja paksa itu juga harus menerima cambukan tiga kali dalam setahun. Beruntung, pada awal abad 20 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan mandor dari Jawa. Namanya Mbah Soerono

Memandu: Seorang pemandu wisata Lobang Tambang Mbah Soero sedang menceritakan sejarah pengunjung wisata tambang. Sawahlunto, Rabu (6/3). f/Istimewa

dan akrab dipanggil Mbah Soero. Ia diangkat menjadi mandor di Lobang Tambang Soegar ini. Dalam kesehariannya ia dikenal sebagai pribadi yang sangat rajin bekerja, berperilaku baik, dan taat beribadah. “Karena sifatnya itu, lobang tambang ini berubah nama menjadi Lembah Soero,” ungkap Sudarsono. Namun pada 1932, Lobang Tambang Mbah Soero harus ditutup karena permukaan air Sungai Lunto di sekitar lobang tambang naik. Kehebatan lobang tambang tak berhenti begitu saja. Meskipun tak mampu lagi menikmati hasil tambangnya, banyak orang yang ingin tahu mengenai sejarah dan

pesona masa lalu lobang ini. Akhirnya pada 26 Juni 2007, pemerintah membuka kembali lobang ini sebagai tempat wisata bagi masyarakat. Inilah satu-satunya wisata tambang yang ada di Sumatera Barat. Perjalanan wisata diawali dengan melewati galeri tambang yang terletak di samping Lobang Tambang Mbah Soero ini. Galeri berlantai dua yang disebut Info Box ini menghadirkan berbagai peninggalan tambang yang dipakai orang rantai saat bekerja. Salah satunya rantai besi yang terdapat di kota kaca berukuran 1,5 x 1 meter yang disuguhkan ketika memasuki

Info Box. “Untuk masuk lobang tambang anak-anak bayar 5000 dan dewasa 8000,” ungkap Sudarsono. Menaiki lima belas anak tangga yang terbuat dari besi hitam yang dipasang sebelah kiri pintu masuk, akan terdapat catatan sejarah tambang Mbah Soero yang dipajang pada bingkai kaca merah dengan tulisan kuning. Di sini pengunjung akan mengetahui lebih jauh tentang seputar wisata tambang. Uniknya, sebelum memasuki lobang tambang yang berkedalaman 30 meter ini pengunjung diwajibkan memakai pakaian ala pekerja tambang. Sepatu dan helm ini tersedia di meja resepsionis khusus untuk pengujung. Hal ini dilakukan supaya pengunjung bisa merasakan keadaan yang pernah dialami pekerja dahulunya. “Ini juga bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung,” ungkap Sudarsono. Terowongan sepanjang 135 meter dengan tinggi kepada 2 meter dan lebar 1,5 meter ini berdinding dan beratap batu bara. Di isi kanan dan kiri terdapat beberapa ruangan kecil yang berlantai pavin blok sebagai tempat perlindungan pekerja saat lori melintas. Lobang tambang yang memiliki 2 pintu itu terdapat di bawah pamukiman penduduk. Pengunjung memasuki lobang tambang di samping kiri Info Box dan keluar di depan Info Box persis ditengah pemukiman padat penduduk. “Inilah keunikan wisata tambang yang membuat para pengunjung meningkat setiap tahunnya, baik dari dalam dan luar negeri,” ungkap Sudarsono ketika keluar dari lobang tambang Mbah Soero.


20

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Resensi

Quo Vadis Kota Padang? Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan I Tebal

: Padang di Persimpangan Jalan : Walneg S. Jas dan Windo Wibowo : PT Visi Nusantara, Jakarta : Tahun 2012 : 235, Bibliografi tanpa indeks

... Agak sulit untuk mengatakan bahwa simbol kejayaan [masa lalu] itu adalah gambaran kekinian dari eksistensi kota Padang....” (Irman Gusman). MAU KEMANA KOTA PADANG? Itulah judul yang hendak saya berikan terhadap tinjauan buku baru ini. Jawabannya, ya, sudah tersedia pada judul buku ! “Kota Padang di Persimpangan Jalan. Penjelasan selanjutnya dipaparkan penulis dalam delapan bagian. Kata kuncinya terletak pada bagian awal. Inilah kutipannya: “Saat ini Kota Padang seolah berada di persimpangan jalan, akankah terus tertinggal dari kota-kota lain ataukah bisa bangkit meretas kejayaan masa lampau [masa lalunya] kembali? Apa yang salah dan siapa yang bertanggungjawab dengan fenomena kemunduran ini? Tentu bukan saatnya untuk mengupas siapa yang salah, karena hal itu hanya akan menghabisakan energi dan menimbulkan disharmoni (p.xii, kata dalam kurung, kata dari penulis esi ini). Dengan membuka halaman-halaman berikutnya, pembaca akan mengerti bahwa buku ini merupakan renungan penulis tentang potret kota Padang dalam perspektif jangka panjang mulai dari masa lalu, masa kini dan visi masa datang. Buku ini juga didukung data memadai. Penulis menggambarkan a.l succes story masa lalu, baik dalam perdagangan, maupun pemerintahan dan penataan kota. Pun dilukiskan potensi sumberdaya (manusia dan alamnya). Misalnya, Padang pernah melahirkan sejumlah “orang besar” yang cukup dikenal dalam khasanah tokoh nasional, seperti tokoh pers Minangkabau, Mahyuddin Dt. St Maharaja, pengarang Roestam Efendi dan Marah Roesli, Wali Kota Padang Bgd. Azizchan yang terbunuh di zaman

perjuangan, Jend. Awaluddin Djamin, Jend. Azwar Anas, pengusaha Nasional A Hasjum Ning, dan lain-lain. Pasti jumahnya akan lebih banyak lagi jika dimasukkan tokohtokoh besar lain yang pernah hidup dan tinggal (bersekolah) di kota ini seperti, Wk Presiden Moh. Hatta dan mantan Rektor UI, Bahder Djohan, kecuali ketua DPD RI, Irman Gusman, yang memang sudah disebut dalam buku ini. Kota Padang di Persimpangan Jalan merupakan sebuah kajian evaluasi tentang perkembangan kota dalam tiga zaman (kolonial Belanda, Jepang), masa perjuangan kemerdekaan dan setelah masa merdeka sampai hari ini (ada potret kampus baru Univ. Bung Hatta di Aie Pacah, By Pass). Menurut sejarahnya, Padang adalah kota tua yang sudah berusia 342 tahun (tahun 2011). Namun perkembangannya, seperti dipaparkan buku ini, ternyata tidak berjalan linier, atau progresif ke depan, melainkan terdapat semacam fluktuasi jatuh-bangun yang tidak konsisten dan hari ini gambaran pesimistik lebih mengemuka ketimbang optimistik. * * * Akan tetapi itulah soalnya. sengaja saya mengutip langsung cuplikan pandangan penulis tentang kota ini, untuk menunjukkan penulis tidak memilii ‘keberanian’ intelektual untuk mengupas tuntas, mengapa Kota Padang terperosok di persimpangan jalan. Penulis hanya mengatakan seolah-olah..... di persimpangan jalan. Sebagai kajian evaluasi (assessment) penulis tidak berhasil menjelaskan apa yang salah dan siapa yang bertanggungjawab terhadap kemerosotan, kalau bukannya karut marut kota. Penulis juga seperti sengaja melupakan isu kronis dan aktual, misalnya, tentang kisruh pembangunan kios pedagang dan distribusi bantuan paska gempa hebat 2009 yang

memenuhi halaman koran padang dewasa ini. Katanya, “karena hal itu hanya akan menghabiskan energi dan menimbulkan disharmoni...” Jadi salah satu kelemahan utama buku ini ialah kegagalan penulis menganalisis mengapa terjadi kemerosotan dan siapa yang harus bertanggungjawab. Hipotesis saya ialah, tentu masih perlu diuji, bahwa warga kota, khususnya para pedagang sebagai ahli waris penduduk perkotaan dimanapun, tidak mendapat perlakuan yang wajar dan karena itu mereka dibuat

nyaman oleh kebijakan perkotaan. Orang yang paling bertanggungjawab, dalam semua ini, ialah pengurus kota, utamanya walikota dan para politisinya yang duduk di legislatif, yang lebih suka menghamburkan biaya untuk hal yang tidak perlu daripada menyisihkannya untuk pelayanan publik. Sesungguhnya merekal harus bertanggungjawab karena mereka digaji rakyat untuk mengurus kota dan warganya. Seandainya penulis mau dan mampu menjelaskan ini, judul buku ini

menjadi lebih tajam dan jujur. Kelemahan kedua ialah buku ini miskin literatur dan data. Apa yang tidak pernah ditulis tentang Padang? Sejarah, populasi, dan pembangunan infrastrukturnya telah ditulis, misalnya oleh antropolog Belanda, Freek Colombijn dalam bukunya Paco-Paco Kota Padang...(2006). Buku Rusli Amran, tokoh yang tercatat dalam buku ini sebagai kelahiran di kota ini, tidak digunakan. Padahal ia menulis tentang Padang Riwayatmu Dulu (1988), sebuah buku tebal yang kaya data. Rusli Amran juga menyebutkan Eduard Douwes Dekker yang terkenal sastrawan dunia nama samaran Multatuli itu, juga pernah tinggal di Padang pada pertengahan abad ke-19, seperti juga seorang pangeran Jawa itu, juga dibuang dan meninggal di Padang di awal abad lalu. Buku saya, Mestika Zed dkk, tentang Kota Padang Zaman Perjuangan (2004) dan Biografi Azizchan (2005) juga cukup kaya dengan data tentang isu perkotaan, populasi dan pendidikan zaman kolonial dan zaman paska-proklamasi. Labih disayangkan penulis tidak menggunakan dokumen resmi berupa laporan pembangunan yang banyak macam dan jumlahnya, termasuk koran yang terbit di Padang yang menyuguhkan drama sehari-hari tentang Kota Padang. Termasuk misalnya, kasus menjual air yang tidak bermodal oleh PDAMN itu, tekor melulu dan celakanya malah terlibat skandal korupsi. Bagaimanapun saya menyambut baik kehadiran buku ini karena ia mengingatkan kita akan banyak hal yang dilupakan orang, khususnya yang terkait dengan seluk beluk kota yang makin rumit dalam era kontemporer ini. Salah satu analisisnya yang menarik ialah tentang gambaran visi masa depan kota ini lewat uraian “kontrak psikologis”, suatu saran yang juga sulit diukur, seperti yang dikritiknya terhadap visi resmi Kota Padang. Secara keseluruhan buku ini saya ponten baik dan perlu dibaca oleh para peneliti, politisi, perencana bangunan, dan tentu saja juga oleh warga kota. Resensiator Mestika Zed Pusat Kajian Sosial Budaya & Ekonomi (PKSBE) FIS, Universitas Negeri Padang

Mengutip Pesan Dari Casper Judul Buku Penulis Penerbit Tebal Terbitan

: Casper, Si Kucing Lucu Penumpang Bus : Susan Finden : Serambi Alam Semesta : 303 Halaman : September 2011

Hidup memang sangat singkat, namun dalam waktu yang singkat itu rupanya setiap makhluk telah banyak saling mempengaruhi. Secara sadar atau tidak, baik manusia atau hewan sering memberikan pengaruh. Di tengah kerasnya hidup, Casper, seekor kucing rupanya mampu memberikan pengaruh hebat terhadap kelangsungan hidup orang-orang yang ada di sekitarnya. Casper mampu melembutkan hati banyak orang dan membuat orang mengeluarkan kebaikan mereka bagi dunia. Casper adalah nama seekor kucing peliharaan Susan Finden. Susan merupakan seorang pencinta kucing sedari kecil. Ia memelihara kucing bukan hanya sematamata menilai bahwa kucing adalah hewan lucu atau hewan yang dapat menghibur, tapi dapat dikatakan ada sebuah misi mulia yang ia emban. Latar belakang Susan dalam merawat kaum lansia dan orang dewasa dengan ketidakmampuan belajar membuatnya ingin memelihara kucing tua atau yang penyakitan. Hal ini karena Susan ingin mencurahi mereka, para kucing peliharaannya dengan kenyamanan dan kasih sayang.

Awalnya Casper hanyalah kucing tua yang berada di rumah penampungan kucing. Pada saat masih di rumah penampungan, nama kucing bandel ini adalah Morse. Namun ketika Susan mengadopsinya, Susan menyadari bahwa Morse adalah kucing yang suka menghilang dan tergolong kucing yang tidak suka bermain dengan temanteman sesama kucing lainnya. Akhirnya Susan mengganti namanya dengan Casper, yang berarti ‘hantu cilik’. Selain suka menghilang, nama tersebut dirasa cocok karena warna kucing tersebut hitam putih. Sejak itu, Casper menjadi kucing kesayangan Susan. Susan menguraikan secara detail sifatsifat unik Casper, yang di antaranya tak suka dikekang, dan suka berkelana. Casper memiliki kesukaan berkeliaran keliling kota dengan bus. Dari kesukaannya menumpang bus inilah, Casper menjadi terkenal di kota Plymouth bahkan dunia. Casper dengan sopan mengantre di belakang penumpang lain di halte bus, kemudian melenggang masuk ke dalam bus. Di dalam bus Casper tetap menjalin hubungan baik dengan para penumpang, karena tidak ada satu pun penumpang yang

merasa terganggu. Bahkan Casper dipersilahkan meringkuk di kursi dengan tenang. Casper biasanya selalu meringkuk di kursi bagian belakang. Tidak ada yang tahu, kenapa harus di belakang. Semua berlanjut ketika Susan menuliskan surat ucapan terima kasih kepada perusahaan First — perusahaan bus yang menjadi kendaraan sehari-hari Casper. Beberapa hari kemudian datang seorang wartawan yang hendak mewawancarai Susan mengenai kebiasaan unik Casper. Kisah pertama Casper diulas secara khusus di Plymouth Herald, koran lokal kota Plymouth. Tidak butuh waktu lama, kisah ini menjadi hal menarik untuk diburu oleh para awak media yang ada di Inggris. Bahkan akhirnya seluruh dunia ikut memungut kisah Casper, sebut saja: situs web BBC, Daily Telegraph dan Daily Mail. Akhirnya, pada suatu pagi kabar buruk itu datang. Kabar mengenai saat-saat dimana Casper harus mengakhiri “jejak”nya di muka bumi. Ia menutup pesan-pesan

bagi orang-orang di sekelilingnya. Hidup seekor kucing memang sangat singkat, namun dalam waktu yang singkat itu rupanya Casper telah banyak memberikan pesan kepada manusia. Dalam buku ini jelas sekali Susan Finden mengajak semua orang untuk mencintai hewan berbulu itu. Susan beranggapan kucing bukan sekedar hewan peliharaan saja, namun kucing mengulurkan persahabatan yang bisa mengubah suasana hati dan menghangatkan perasaan. Buku ini juga merupakan buku yang mengharukan. Terlihat ketika Casper mati pada awal 2010, sejumlah pesan bernada simpati mengalir dari seluruh dunia. Dari sini menunjukkan Casper dan kisahnya telah menyentuh hidup banyak orang. Hargailah apa yang kau miliki, raihlah cinta di mana kau menemukannya dan selalu luangkanlah waktumu walau sejenak untuk mengagumi seekor kucing yang cantik ketika ia berlalu di hadapanmu. Karena, siapa tahu, kucing itu memiliki sesuatu untuk diajarkan kepadamu... (hal. 299). Resensiator Hasduni Mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2010.


21

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Seputar Mahasiswa

Info Kampus

Rektor Idaman

Masa Ujian dan Batas Akhir Nilai PPLK

Bicara tentang rektor idaman memang sangat menarik untuk diperbincangkan. Oleh karena itu sosok rektor yang didambakan mahasiswa sangat diharapkan akhir-akhir ini, tapi bagaimanakah rektor yang didambakan mahasiswa itu? Bulan Mei ini, Universitas Negeri Padang (UNP) akan melaksanakan pemilihan rektor untuk periode 2012-2016. Mahasiswa memang belum dapat memilih rektor secara langsung, namun mahasiswa diharapkan dapat memunculkan isu-isu mengenai kriteria rektor yang sesuai dengan idaman mahasiswa. Untuk itu Ganto edisi 167 kali ini mengangkatkan tentang “Bagaimana kriteria rektor idaman versi mahasiswa UNP”.

Sehubungan dengan Surat Keputusan Rektor No. 81/UN35/AK/2012 tanggal 20 Maret 2012 tentang Kalender Akademik Universitas Negeri Padang Tahun Akademik 2012/2013, dengan ini diumumkan kepada mahasiswa, dosen dan guru pamong berkenaan dengan hal-hal sebagi berikut : 1. Masa ujian PPLK dimajukan menjadi tanggal 10 s.d. 19 Mei 2012 2. Batas akhir penyerahan nilai pamong ke dosen pembimbing tanggal 25 Mei 2012 3. Batas akhir nilai masuk ke UPPL tanggal 30 Mei 2012 Sumber: baak.unp.ac.id

Rektor bisa merakyat sehingga seluruh civitas akademika mengenalnya, tidak hanya pada kalangan tertentu saja.

28.68 % Berwibawa, tegas, bijaksana, dan loyal.

22.33 % Pintar.

17.21 % Cepat tanggap terhadap masalah universitas dan mahasiswa.

15.35 % Mau menerima kritikan dari mahasiswa (open minded).

8.52 % Low profile (ramah)

7.9 % NB: Jumlah angket yang disebar 645 lembar, penyebarannya di 7 Fakultas. Grafis: Faeza

UNP Jalin Kerja Sama dengan Jerman Oleh Mimi Rawang Schlueter Braunschweig, April 2012,

Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang (UNP) telah menjalin kerja sama dengan Technische Universitaet Carolo Wilhelmina Braunschweig (TUBS) propinsi Lower Saxony, Jerman Utara. Kerja sama di bidang Pendidikan Keguruan ini adalah kerja sama yang pertama kali terjadi untuk Indonesia. Kerja sama antar Perguruan Tinggi Indonesia dengan Jerman selama ini kebanyakan bergerak dalam bidang Teknologi, Biologi dan Kimia dan sebagian besar adalah dengan Universitas yang ada di kepulauan Jawa seperti: Univesitas Padjadjaran, Institut Tekhnologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada. Penjajakan TU Braunschweig ke UNP Padang dilakukan pada bulan September 2011 lalu oleh Ketua jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (Engslisches Seminar) di Fakultas pengetahuan Ilmu Pendidikan dan Keguruan (Geistesund Erziehungswissenschaften), Prof. Dr. Angelika Kubanek, ke kampus FBS Univesitas Negeri Padang. Prof. Dr. Angelika Kubanek mengenal kampus ini dari mahasiswinya yang juga adalah alumni pada jurusan ini dahulu sewaktu masih bernama IKIP Padang. Di akhir penjajakannya selama 10 hari di sana, Prof. Dr. Kubanek akhirnya memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan kampus ini dalam berbagai bidang, misalnya pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, praktek, double degree, kebudayaan dan sebagainya. Dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditanda tangani pada 16

September 2011 oleh Rektor UNP Prof. Dr. Mawardi Effendi dan Prof. Dr. Angelika Kubanek menyatakan tujuan utama kerja sama antara kedua Perguruan Tinggi ini akan bertitik berat dalam bidang peningkatan akademika, penelitian dan kooperasi budaya dalam program pendidikan. MoU yang berisikan 7 point utama yang akan dilaksanakan ke depan akan ditanda tangan ulangi oleh Rektor UNP Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi. M.Pd dan Presiden TUBS Prof. Dr.-Ing. Dr. h. c. Jürgen Hesselbach pada tanggal 21 Mai 2012 di kampus TUBS Braunschweig, Jerman. Kedatangan 4 orang delegasi UNP yang terdiri dari dekan FPBS dan Kajur Bahasa Inggris serta direktur program graduasi akan dipimpin langsung oleh rektornya. Selain mengunjungi kampus TUBS, delegasi ini direncanakan juga akan untuk mengunjungi kota kembar Padang, Hildesheim dan universitas Hildesheim serta kampus seni rupa HBK (Hochschule für Bildende Kunste/Sekolah Tinggi Seni rupa) Braunschweig, perwakilan pemerintah Indonesia di Berlin dan Hamburg, juga beberapa Universitas yang dinilai relevan dengan UNP dan juga organisasi Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI) di Jerman serta Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di region Lower Saxony. Penulis adalah Mahasiswi S2 Stadt und Regional Management (Management Pengembangan Kota dan Regional) Hochschule Ostfalia Karl-Schafernberg Fakultaet Salzgitter - Calbecht.

Jadwal Pelayanan Akademik Semester Juli - Desember 2012


22

Sastra dan Budaya

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

Cerpen

Marsinah Oleh Rio Rinaldi (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2008)

Cot Plieng, 1942 Panas terik yang menantang membuat seluruh kehidupan gersang. Tumbuhan kurus kerempeng sebab tak mampu menahan tangis di bumi. Burung-burung sakit-sakitan setelah trauma mendengar serangan udara yang bertubi-tubi. Angin diam. Sejumlah pengakuan dari mulut pribumi berontak di balik siasat melawan musuh. Di tempat lain, sejumlah kelompok Indonesia berhasil dibubarkan paksa. Sebuah perkumpulan di sebuah pemondokkan pada malam hari; di mesjid. “Kita harus atur siasat. Apapun caranya, kita tidak boleh patah sekayu pun. Jepang sudah sangat tidak manusiawi. Terus terang, saya remuk melihat keadaan sekarang. Kita harus satu. Satu kepal.” Ujar guru mengaji di Cot Plieng itu. Ia dikenal dengan nama Tengku Abdul Jalil. Matahari kemudian datang mengebiri pagi. Dari kejauhan tampak segerombol tentara Jepang dengan salah seorang petingginya. Tengku lantas menghirup kopi dalam gelas dengan tenang. Ia sudah meraba-raba maksud kedatangan kelompok itu. “Koniciwa,” “Koniciwa,” “Ini ada titipan. Silahkan.” Ujar salah seorang suruhan Jepang pada Tengku. Kemudian suruhan tersebut kembali menuju mobil Jeep kumpulan tentara Jepang itu. Sepotong senyum munafik terbit di bibir petinggi Jepang yang tengah duduk di atas Jeep. Tengku lantas membuang muka. Ia buka surat itu penuh curiga. Dengan bahasa tulis yang cukup fasih, di sana tertulis beberapa potong kalimat dari Hiroshima, Jendral Pemimpin tentara Jepang :

Di beranda rumah, Tengku melamun. Ia masih terbayang kejadian subuh tadi. Ia lanjutkan mengasah-asah ujung pedangnya dengan batu asahan. Siang menyelam menjadi sore dan senja setelahnya. Senja disambut malam. Suasana kampung sepi sunyi. Tak ada tanda-tanda hiburan seperti suara radio atau layar hitam putih yang menyiarkan berita. Barangkali seluruh kampung sudah tertidur. Perasaan Tengku masih dibayangbayangi oleh teror serangan Jepang. Ia pandangi anak dan istrinya yang pulas di ruang tidur. Ia kepul asap yang keluar dari mulutnya. Paling tidak, sebatang rokok bisa menenangkan fikirannya. Ia tatap jam yang tergantung di dinding. “Sudah pukul 01.00 dini hari.” Katanya dalam hati. Perasaannya semakin tak karuan. Buruburu ia kenakan pakaian dan keluar rumah. Ia amati sekitar. Suara jangkrik yang bernyanyi membuat ia semakin gerah. Kesana kemari ia arahkan senter. Satu persatu ia bangunkan pemuda dan penduduk kampung. Rupa-rupanya hal ini justru juga di rasakan penduduk. Alih-alih pun sudah diketahui. Dari kejauhan kembali terdengar pekikkan pemuda yang ronda. “Jepang datang... Jepang datang.... Angkat senjata... Pemuda... Penduduk!” Belum sempat Jepang masuk ke perkampungan Cot Plieng, mereka mulai merasakan keterancaman jiwa. Kali ini suara tembakkan senapan rakitan dan busur

sudut rumput untuk menghindari pandangan bala tentara Jepang. Seluruh penduduk sepertinya tertidur pulas sebab merasa aman. Riuh-riuh suara adzan Subuh berkumandang. Belum seberapa orang yang datang ke Mesjid. Namun Tengku lebih dahulu datang dan menjadi imam. “Tuututuuutuutuut dor...dor..dor..ciung.” Seketika jamaah yang sedang sholat mati terkapar di tempat. Termasuk Tengku. Beberapa pemuda yang rondapun ikut mati. Anak-anak dan ibu-ibu dibantai. Pesta darah dan mayat hari itu bagi Jepang. Sukamanah, 1944 “Ini tidak bisa dibiarkan lagi. Saya melarang masyarakat menyetor beras lagi pada Jepang. Terus terang saya marah. Saya kecewa. Kalian harus berontak. Kerja paksa harus dihapuskan. Mulai pagi ini, kita lakukan latihan perang secara manual. Saya tidak mau kehilangan saudara lagi. Saya bersumpah atas arwah mendiang Tengku, saya akan rebut kemerdekaan.” Ujar K.H Zainal Mustafa. Di tempat yang berbeda. “Gawat ini, Tuan. Gawat. Ini sungguh gawat, Tuan. Indonesia menolak dan akan mencoba menentang kita. Pangkal balanya K.H Zainal Mustafa. Saya mengamati ketika saya pulang mandi di kali. Kebetulan saya melewati kampung itu.” “Apa? Kiai itu? Sialan! Dia menentang matahari! Segera kau tangkap kiai itu dan

Kepada, Tengku Abdul Jalil “Harap datang ke acara jamuan pesta. Ada kabar baik yang ingin disampaikan. Tentang persaudaraan kita. Jangan ditolak. Kami yakin Indonesia baik hati dan bersikap.” Hiroshima Berjam-jam Tuan Hiroshima menunggu kedatangan Tengku. “Bajingan! Ajakanku tak dihiraukan. Kita mesti atur jalan.” Ia berdiri di beranda dengan mata melotot nanar. Tengku Abdul Jalil tak menggubris undangan itu. Ia tak datang pada hari perjamuan. Merasa kesal dengan sikap Tengku, maka siasat Jepang beralih. “Serangan Jepaaaaaang...” Teriak seorang pemuda di subuh buta. Pemuda itu berlari keliling kampung menyorakkan warga Cot Plieng untuk bangun. Ia sampai di Mesjid Al-Huda. Di sana ada Tengku yang usai sholat Subuh bersama jama’ah. Tepatnya usai takbir terakhir. Berhamburan seluruh Jama’ah keluar. “Tengku, Ayo. Segera. Sebelum terlambat, kita harus siap-siap.” Ujar salah seorang jema’ah yang terlanjur panik. “Ya. Ya. Mari. Segera.” Sahut Tengku. Di kegulitaan terdengar riuh suara bising mobil Jeep tentara Jepang yang menyusup ke Cot Plieng. Dengan bahasa mata, satu persatu tentara Jepang mati terkena anak panah. Merasa tak aman akan keselamatan nyawa, mereka lantas kalang kabut berteriak. “Kembali... Kembali ke BARAK...” Di saat seperti itu, serangan anak panah terus menghujan ke arah mobil Jeep tentara Jepang. “Huursss...Alhamdulillah.” Tengku bisa bernafas lega dengan kepergian Jepang meskipun agak tersengal-sengal. Semua anggota juga itu merasa lega. “Syukurlah. Allahuakbar.” Mentari mulai menampakkan wujudnya. Namun suasana kampung masih mencekam. Anak-anak dan para wanita masih diselimuti ketakutan yang mendalam.

Grafis: Faeza panah sudah menjajah ke arah rombongan Jepang. Lantas Jepangpun juga melepaskan tembakan dan serangan bom nanas. Namun dengan kegulitaan mereka tak dapat menerka dimana penduduk bersembunyi. Hanya beberapa rumah yang menjadi bulanbulanan Jepang dan terbakar. Rasanya lama sekali hari siang bagi Jepang. Namun justru ia rahmat bagi rakyat. Hal ini lantas merubah taktik Jepang hingga sampai di malam berikutnya. “Bagaimana ini, Tengku? Bisa-bisa anakanak dan ibu-ibu akan goncang jiwanya. Saya tidak ingin itu terjadi.” Aswarman, seorang warga Cot Plieng cemas. Dengan nada tenang, Tengku Abdul Jalil lantas memberikan arahan kepada seluruh warga yang tengah duduk-duduk di pendopo malam itu. “Hanya ada satu cara selain membela diri, berserah diri kepada Allah SWT. Anakanak dan ibu-ibu jangan terlalu khawatir. Tidak akan mungkin Tuhan menguji umat di luar kemampuan umat itu sendiri. Kuncinya adalah iman.” Seluruh penduduk manggut-manggut, mengisyaratkan bahwa mereka mengerti apa yang disampaikan Tengku. Sebagian anak yang tertidur di pangkuan ibunya. Sementara ibu-ibu sudah terkantuk-kantuk. Beberapa pemuda dan laki-laki lain ditugaskan untuk tetap ronda dan berjagajaga dengan senjata di pintu masuk kampung. Mereka menyelinap di sudut-

bawa kemari.” “Baik-baik, Tuan.” Ujar kaki tangan Hiroshima itu. Buru-buru kaki tangan itu menuju Sukamanah. Ia tancap gas menuju kampung itu berbekal sepucuk senjata dan beberapa orang serdadu. “Kiai, Keluar, Kau! Mau mati di tempat dengan anak-anakmu atau ikut dengan kami? Keluar!” Bentak kaki tangan itu. Beberapa letusan tembakan ikut berteriak. Namun tidak semudah itu mereka mendapatkan Kiai. Satu persatu mereka tertembak peluru dan anak panah di balik semak belukar oleh beberapa penduduk yang sudah mahir menembak. Namun ada juga kaki tangan lain yang sempat melarikan diri menuju Tasikmalaya. “Sialan ! Aaaaarrrkkkhh... Lukaku parah!” Terus menggerutu dengan memaksa langkah untuk lari dari Sukamanah. Hari semakin menanjak menuju siang. Terik panas semakin gersang. Kemarau yang cukup lama membuat penderitaan semakin belukar. “Sial! Lagi-lagi mereka punya peta untuk mengalahkan kita. Bajingan!” Gerutu Hiroshima di baraknya. “Saya tidak mau tahu. Hari ini kiai itu harus jadi bangkai.” Maka berbondonglah tentara Jepang menuju Sukamanah dengan gerombolan Jeep

dan sepucuk senjata masing-masing. Usai sholat Jumat, seluruh pemuda dan tetuapun berhamburan keluar Mesjid. Mereka lekas mencari senjata yang disembunyikan di bawah kolong mesjid yang terbuat dari kayu itu. Tampak Marsinah, istri mendiang Tengku Abdul Jalil. Ia terlihat panik dan berusaha membangunkan anaknya yang tengah tidur. “Cepat bangunkan. Aku akan membantumu. Ayo, Marsinah.” Ujar Kiai. Serangan pertama mulai terdengar. Seribu peluru mulai menghujan di Sukamanah. Kontak senjata berbalas-balasan. Ada yang tumbang, ada juga yang bertahan. Para anak-anak panik lari tidak karuan. Mereka lepas dari orang tua. Pada akhirnya mereka mati sia-sia. Kiai kehilangan Marsinah. Ia tak tampak lagi oleh pandangan Kiai. Ia bersiaga menyelamatkan diri. Semua mati. Gersang hari sudah menjadi bukti. Kali ini mereka menang dan penduduk kalah. Kiai kabur ke Tasikmalaya. Tak lama, di Tasik ia menerima pukulan keras di pundak. Kiai terkapar dan tersadar di jeruji tentara Jepang. “Kali ini kau tak punya siapa-siapa kiai. Ha ha ha... Umurmu tinggal hitungan menit lagi. Mana cambuk? Bawa dia keluar.” ujar Hiroshima geram. Kiai diseret keluar. Tubuhnya layu tak berdaya. Nafasnya tersengal-sengal. Seluruh tentara kaki tangan Hiroshima tampak mengelilinginya. Ia dicambuk, dan selepas itu teriakannya menggema beriring dengan gemuruh di langit. Angin diam. Tanaman kurus kerempeng melihat aku sekarat. Burung-burung tampak sakit-sakitan karena polusi udara. Kiai disiksa berkali-kali. Hingga pada akhirnya Hiroshima mencabut revolver dari sakunya dan mengarahkan ujung pistolnya ke arah Kiai yang sudah tidak mampu lagi berdiri. Dalam hitungan detik Kiai sudah bisa menerka kematiannya. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....” Ia meringis. Dalam kesadaran, Kiai melihat dengan jelas. “Marsinah?” Ia terkapar tertembus peluru tepat dihadapan Kiai. Dengan pistol di tangan Marsinah, Kiai lantas berlari dan mencari tempat aman. Berkejar-kejaran bersembunyi. Sebongkah bungkusan kain berisi bom nanas di sampingnya. Ia lemparkan ke sembarang arah. Rupanya tepat. Sebagian tentara mati sia-sia. Sebagian lagi dicicilnya dengan peluru. Tinggal Kiai dan Hiroshima. Ia mendapati Kiai. Tangannya masih menggenggam pistol. Sialnya, peluru Kiai habis. Belati tajam berada di tangan Hiroshima. Ia mengejar Kiai yang berusaha lari dengan tubuh penuh darah dan luka robek. “Aaaaaaaaaaaaaaaaa...” Tangan Kiai terluka kena belati Hiroshima. Kiai terkapar. Hiroshima membidiknya. Sekuat tenaga Kiai berusaha mendorong. Sementara tangan Hiroshima menodongkan belati ke arahnya. Kiai menahan sekuat tenaga. Ia melihat pecahan kaleng di dekatnya kemudian meraihnya. Kemudian, Ia pukul kuat-kuat pada kepala Hiroshima. Kali ini, Kiai dengan penuh nafsu membayar kematian Tengku, Marsinah, dan orang Cot Plieng dan Sukamanah. Kiai merasa merdeka. Hiroshima mati dengan mengenaskan. Kiai menancapkan belati ke dada Hiroshima. Ia juga menambahkan tiga peluru dari pistol yang ditariknya dari tangan seorang prajurit yang telah mati. “Subhanallah... Allahuakbar... Allahuakbar...” Kiai mengucap syukur. Ia merasa telah dengan lunas membayar hutang. *Untuk K.H Zainal Mustafa yang gugur di Tasikmalaya dan Tengku Abdul Jalil yang gugur di Cot Plieng.

Redaksi Ganto meminta maaf tidak bisa menampilkan kritik cerpen pada edisi 167 sebab ada kendala teknis.


Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret - April 2012

23

Sastra dan Budaya

Sajak

Kritik Sajak

Fajar Sempurna Oleh: Zulfadhli, S.S, M.A

Kulihat sisa ampas kopi semalam Usahaku untuk mengejar fajar Bisakah aku mengejar hatimu? Kutatap langit yang masih kelam Aku coba nikmati dingin angin suram Diantara temaram langkah malam Aku masih menghapus sisa air mata semalam

Panorama Bahasa Puisi

Bukan hanya kelam yang ingin kulihat Bukan hanya dingin yang ingin kurasa Bukan aku berani menantang malam Aku hanya ingin melihat fajar sempurna Tiara Bella Pratiwi Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2010

Magenta Setiap ku terkurung kejenuhan Kilau misteri jatuh merobek iris ini Pikirku kan menghilang di tengah mega kelam Terperangkap di sini Hidup, Meski ku tak rela harus seperti ini Inginku luruh saja bersama nila Namun ku lain... ku hina nestapa Darah ... bergelimang panatone, Haruskah magenta ini membusuk? Mardho Tilla Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2010

Persembunyian Menggigil … Ketakutan… Berdiri membeku di sini Di atas puing-puing lelah yang melecut kehidupan Kaki yang tertatih memijak duri-duri malam Terdiam, terpaku di sudut waktu Keringat yang bercucuran Nafas yang terengah-engah Kata yang terbungkam Berada jauh di masa silam Membuka pintu kembali ke langit Cici Nur Azizah Mahasiswa UNP Jurusan Ilmu Sosial Politik TM 2010

Bahasa adalah media sastra (puisi). Sebagai media, bahasa merupakan sarana utama yang digunakan oleh penyair untuk mengekpresikan pikiran dan perasaannya ke dalam puisi. Bahasa puisi adalah bahasa hasil pengkristalan dari berbagai pengalaman, perasaan, dan pikiran penyair yang menjadi satu kebulatan yang utuh. Melalui bahasa pulalah, seorang penyair mampu memberi kesan dan suasana tertentu dalam puisinya Penggunaan bahasa di dalam puisi adalah penggunaan bahasa secara khusus. Hal ini berarti bahwa bahasa yang digunakan di dalam puisi berbeda dengan penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, ada kemungkinan bahasa puisi menyimpang dari penggunaan bahasa normatif. Secara umum, tingkatan bahasa dalam karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu primary modelling system dan secondary modelling system, bahasa tingkat pertama dan bahasa tingkat kedua. Pada tataran bahasa tingkat pertama, hubungan antara bahasa dan makna bersifat absolut. Makna pada tingkat ini disebut juga dengan makna leksikal, makna kamus atau makna berdasarkan struktur bahasa (secara linguistik). Pemahaman terhadap puisi, tentu saja tidak cukup sampai pada tataran primary saja. Untuk itu, di dalam memahami puisi, bahasa puisi harus ditafsirkan secara secondary modelling system , bahasa tingkat kedua. Pada tataran bahasa tingkat kedua, hubungan antara bahasa dan makna bersifar universal. Hal ini berarti bahwa makna bahasa pada tingkat kedua lebih luas dan memberikan ruang yang lebih besar untuk ditafsirkan. Kata

bunga di dalam puisi tentu memiliki kemungkinan makna yang beragam karena ditafsirkan dengan secondary modelling system (sebagai bahasa tingkat kedua). Puisi-puisi Ganto edisi ini memperlihatkan kemampuan penyair dalam menggunakan dan memanipulasi bahasa untuk menimbulkan kesan dan suasana tertentu dalam puisi yang diciptakannya. Hal ini tampak pada //kilau misteri jatuh merobek iris ini//pikirku kan menghilang di tengah mega kelam// inginku luruh saja bersama nila. Melalui “Magenta”, Mardho Tilla mengekspresikannya. Puisi “Persembunyian” yang ditulis Cici Nur Azizah juga memperlihatkan kemampuan penulisnya dalam menggunakan bahasa sehingga menimbulkan kesan tersendiri dalam puisinya. Hal ini tampak pada larik //berdiri membeku di sini//di atas puing-puing lelah yang melecut kehidupan//kaki yang tertatih memijak duri-duri malam//terdiam, terpaku di sudut malam. Begitu juga dengan puisi “Fajar Sempurna”karya Tiara Bella Pratiwi. Melalui //aku coba nikmati dingin angin suram//di antara temaram langkah malam/ /bukan hanya kelam yang ingin ku lihat//bukan hanya dingin yang ingin kurasa//bukan aku berani menantang malam//aku hanya ingin melihat fajar sempurna. Bahasa yang sederhana, ternyata mampu memberikan sugesti yang kuat kepada pembaca, sehingga dapat menemukan sisi lain dari sebuah puisi. Makna puisi tidak tampak secara langsung di dalam katakata, tetapi makna itu justru bersembunyi di balik kata-kata itu. Begitulah puisi, selalu menyimpan misteri yang harus ‘dibongkar’ oleh setiap pembacanya. Salam.

alat untuk menyelesaikan tugas perkuliahan tetapi juga untuk kegiatan lain, seperti online dan bermain games. Keseringan online dan bermain games membuat pelajar lupa waktu dan mau berlama-lama di depan laptop. Akibatnya, waktu terbuang percuma. Ditambah lagi, menjamurnya jejaring sosial di dunia maya, seperti: facebook dan twitter dan menyebabkan pelajar semakin betah berlama-lama di depan laptop. Kegilaan semacam ini yang seharusnya dihindari. Banyak tugas pokok yang terabaikan bila pelajar sudah gila berlama-lama di depan laptop. Tidak hanya itu, terlalu lama di depan laptop berakibat buruk pada kesehatan. Radiasi layar monitor akan membuat mata

perih dan sakit. Bahkan, efeknya bisa berdampak pada gangguan tulang belakang. Berdasarkan penelitian Emmanuel Stamatakis, Ilmuwan University Of College, London orang yang menghabiskan waktu lebih dari 5 jam perhari di depan laptop bisa terserang penyakit jantung dan dapat menjurus pada kematian lebih cepat. Oleh karena itu, setiap orang harus mampu berpandaipandai terhadap benda yang satu ini. Orang yang memiliki laptop harus mampu mengontrol penggunaannya. Sebaiknya, gunakanlah laptop sesuai kebutuhan karena bila sudah terjebak pada keasikan bermain laptop, seseorang bisa bisa mati sia-sia.

Catatan Budaya

Gila Oleh Astuni Rahayu (Mahasiswa Mahasiswa Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan TM 2010)

Gila adalah suatu keadaaan dimana manusia telah bertindak di luar batas kewajaran. Dahulu, kata gila digunakan untuk orangorang yang sudah kehilangan akal sehatnya secara total. Namun lama kelamaan, kata “gila” ini telah mengalami perluasan makna. Tidak jarang kita mendengar kata-kata gila bola, gila judi, gila buku, gila laptop dan gila lainnya. Ungkapan ini bukan lagi berarti orang-orang yang kehilangan akal sehat secara total, tapi dapat dikatakan kecintaan yang terlalu berlebihan terhadap sesuatu.

Kegilaan ini ada yang berdampak positif dan ada pula yang berdampak negatif. Dampak positif misalnya gila mengotakatik peralatan elektronik untuk menemukan hal-hal baru, yang ujung-ujungnya juga bermuara kepada proses pembelajaran. Gila seperti ini tentunya sangat dianjurkan. Namun ada pula gila yang menghasilkan efek negatif dan malah merugikan. Misalnya, gila berlama-lama di depan laptop. Permasalahannya adalah, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seseorang atau mahasiswa khususnya berlomba-lomba untuk menguasai teknologi. Salah satu sarana yang digunakan adalah laptop. Hal ini disebabkan

karena laptop merupakan barang berbasis teknologi yang akhir-akhir ini banyak diminati kaum terpelajar. Di samping bisa digunakan untuk menyelesaikan tugas, pekerjaan dan kegiatan lainnya. Berbeda dengan komputer, laptop lebih mudah dibawa kemana-mana sehingga lebih praktis dan multiguna. Tidak sedikit mahasiswa yang mengorbankan uang saku dan bekerja keras untuk mendapatkan laptop, atau merengekrengek dulu kepada orang tua agar mereka dapat memiliki benda yang satu ini. Meskipun, ada beberapa mahasiswa yang memiliki laptop hanya untuk mengikuti trend yang berkembang di zaman modern. Setelah mendapatkan laptop, ternyata banyak pelajar yang tidak hanya menggunakannya sebagai


24

Edisi No. 167/Tahun XXII/ Maret- April 2012

Kolom

Sosok

Kesetiaan Dalam Ikatan Menarik tentunya jika melihat kondisi pemerintahan terkait perpolitikan dewasa ini. Rakyat disuguhi dengan panggung pemerintahan ala dramaturgi. Halamanhalaman media massa baik cetak maupun elektronik menampilkan perkembangan kasus korupsi yang tidak pernah tuntas. Dugaan suap terhadap pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia (BI) terpilih, Miranda Gultom menyeret Nunung Nurbaeti sebagai aktor yang bermain dalam kasus ini. Lain lagi dengan nasib M.Nazarudin, mantan bendahara Partai Demokrat sebagai terpidana dengan hukuman 4 tahun karena terlibat kasus korupsi proyek pembangunan Wisma Atlet SEA GAMES di Palembang tahun lalu. Bahkan saat ini politisi Angelina Sondakh juga ditetapkan sebagai tersangka atas kasus yang sama dengan M.Nazarudin. Dari sederet kasus aktual diatas, apakah akan ada penyelesaian yang adil? Jika melihat kondisi perkembangan kasus korupsi masa lalu di Indonesia yang hanya menguap dan hilang dari permukaan (tidak tuntas-red). Melalui sederet kasus ini, tampkanya kita memang perlu bercermin pada sejarah, dimana selama ini kebanyakan kasus-kasus yang ada adalah milik penguasa yang dimainkan dalam skenario tingkat tinggi. Bahkan penulis menilai bahwa kasus ini sebuah siklus tentang kesetiaan dalam sebuah ikatan. Dalam buku Teori-Teori Ilmu Sosial karangan Peter Burke menjelaskan konsep yang hidup di tengah budaya korup, yakni patronase . Dalam penggambarannya, korupsi yang berkembang dalam tubuh pemerintahan terjadi karena adanya

Oleh Priondono (Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNP TM 2007)

keterkaitan patron (penguasa) dan klien (pengikut). Adanya saling keterkaitan dan kebutuhan. Maka korupsi yang melibatkan seorang patron cukup dilakukan atau diakui oleh seorang klien. Tidak heran jika pelaku yang terlibat terdiri dari kalangan politisi tingkat atas bahkan birokrat terpilih tidak akan tersentuh. Adanya kesetian dalam patronase cukuplah mengambil satu aktor yang tidak lain adalah tumbal. Pada zaman pra reformasi, masyarakat diikat dalam satu kekuasaan birokrat besar bernama zaman orde baru. Kesetiaan masyarakat telah terikat dalam satu kekuasaan yang terlihat feodal. Maka dalam konsepsi kesehariannya muncul istilah ABS (Asal Bapak Senang), sebuah prilaku yang tunduk dan setia dengan setiap kebijakan yang dilakukan. Akhirnya kesetiaan pada satu kekuasaan hanya melahirkan kesetiaan yang tidak kekal. Akibatnya, ikatan kesetiaan dalam banyak kasus korupsi adalah bagian dari wujud kesetiaan patronase . Saling keterikatan dan keterkaitan membuat kasus-kasus mandeg di tengah jalan. Akhirnya masyarakat sebagai penonton hanya akan menyaksikan dramaturgi politik yang tak pernah usai. Setelah tidak ada kelanjutan yang jelas, diganti dengan kasus dramaturgi yang baru; kisah tentang sebuah kesetiaan dengan menghasilkan royalti kejahatan sebagai akibatnya.

Dalami Karakter melalui Teater Penampilannya tidak seperti apa yang dipikirkan orang-orang ketika mendengar kata “seni”. Tidak ada rambut gimbal atau pakaian dengan sedikit aksen ala Punk. Ia adalah Rori Maidi Rusji, mahasiswa Teknologi Pendidikan yang sudah enam tahun mendalami dunia teater. Berawal dari ketertarikannya dalam seni drama dan operet ketika di bangku sekolah, ia mulai belajar seni teater di Oase, Unit Kegiatan Kesenian UNP. Baginya, kuliah adalah mencari pengalaman. Ilmu pengetahuan tidak hanya ditemukan di dalam kelas, tetapi bisa dari mana saja. Sebab itulah, semenjak di Oase, Rori pun mendapatkan beragam pengalaman, pengetahuan dan teman dari berbagai daerah, seperti Bali dan Papua. Semua itu Ia dapatkan melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama Oase. Ia pernah tampil menjadi actor dalam pementasan teater di Temu Ramah Unit Kegiatan Mahasiswa se-Sumatera Barat (2007), bermonolog di Pekan Kreativitas Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNP (2008), menjadi piñata cahaya (lighting) dalam pementasan Segitiga Tanpa Sudut yang dipentaskan di Gedung Sasana Budaya Bali (2009) dan bertindak sebagai Sutradara ketika pementasan Lidi Berjalin di Kemuning, Bogor. Pada 2010 lalu, Rori sempat menjadi Pemimpin Produksi penampilan teater Arwah-Arwah di Padang Panjang. Tidak hanya itu, baru-baru ini, Rori menulis naskah Beranak Anjing yang ditampilkan di Universitas Sriwijaya Palembang. Ia juga menjadi pernah mendapatkan gelar penampil nomor dua terbaik versi Alek Teater se-Sumatera Barat di Taman Budaya, Padang.

Namun begitu, eksistensi seni teater bukan hanya untuk ajang penilaian dan perlombaan. Menurut Rori, setiap penilaian seni yang diberikan bersifat relatif. Setiap penampil seni akan berusaha menampilkan pertunjukan dengan maksimal. Sedangkan penilaian juri hanya akan memunculkan keegoan dari masingmasing penampil seni. Poin utama dari sebuah kesenian adalah untuk memahami seni dan terus mempelajarinya. Seni dapat pula dijadikan ajang menjalin persaudaraan antar sesama pelaku seni teater yang tersatukan melalui diskusi-diskusi bersama. “Seni teater bukan ajang penghargaan, tapi memang murni belajar,” tegasnya. Bisa belajar untuk menjadi orang lain adalah hal yang membuatnya menyukai dunia teater. Esensi teater itu sendiri menurutnya adalah pertunjukan kehidupan. “Bukan hanya di panggung, dalam kehidupan sehari-hari pun kita sedang berteater.” Ujarnya. Teater bukan hanya memberinya kesenangan, tapi juga pelajaran untuk memahami watak orang lain. Satu hal yang semestinya harus, namun sulit dimilki oleh setiap orang. (Rian)

Rori Maidi Rusji


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.