Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
CMYK
Ide/Grafis/Karikatur: Ariyanti/Jefri/Sastra*
Teropong
Cerpen
Dari Gaza Untuk UNP
(halaman 13)
ISSN: 1412-890X
Surat Awan (halaman 21)
2
“Kehangatan� Sistem Baru
Pemilihan Umum (Pemilu) sering disebut-sebut sebagai pesta demokrasi rakyat. Begitu juga halnya Pemilu Presiden Mahasiswa (Presma) yang berlangsung sekali setahun di UNP. Ibarat kata, pemilu inilah yang manjadi wadah untuk menampung suara puluhan ribu mahasiswa UNP untuk memilih siapa orang yang akan mewakili aspirasi mereka nantinya. Namun fenomena yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, animo mahasiswa untuk terlibat dalam pemilihan masih kurang. Golput masih menjadi pilihan kebanyakan mahasiswa. Kerap kali pesta demokrasi di kampus kuning tidak ditutup dengan kisah Happy Ending. Ketidakpuasan terhadap hasil perhitungan suara selalu bermuara kepada anarkisme mahasiswa dan tuntutan untuk dilakukannya pemilu ulang. Tak ayal, masalah ini menjadi hal yang paling dikhawatirkan dalam setiap Pemilu Presma. Sebagai Penanggungjawab Kemahasiswaan, Dr. Syahrial Bachtiar, M.Pd, memunculkan wacana untuk mengubah sistem pemilu. Ia menyarankan mahasiswa untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam Pemilu Presma ini. Dengan mendayagunakan Pusat Studi Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) Fakultas Teknik UNP, muncul lah system baru dalam pemilu yang di kenal dengan system pemilu e-voting. Fakultas Teknik sendiri, sebagai pionir pemilu e-voting di UNP menjadi sebuah tolak ukur dalam hal penyelenggaraan system ini. Wacana ini mengundang pro-kontra mahasiswa. Pihak pro berasumsi bahwa pemilu ini akan meningkatkan pemilih karena berkaca dari pemilu FT, pemilihan dilakukan tidak harus di TPS. Keunggulan yang keduanya itu dari segi efektivitas. Dibanding pemilu manual, pemilu online tidak akan membutuhkan lagi kertas suara serta memiliki kecepatan dalam hal perhitungan suara. Sementara di sisi kontra, mahasiswa berpegang pada Juklak dan juknis ormawa tahun 2004. Disana dikatakan bahwa system Pemilu Presma dilakukan secara manual. Alhasil untuk merubah system pemilu, harus merubah juklak dan juknis terlebih dahulu, tentunya dilakukan pada kongres mahasiswa. Disamping itu, ada kekhawatiran terjadinya kecurangan dalam pemilu e-voting. Kurangnya pengawasan dan ancaman hacker menjadi factor pemicu keberatan hati mahasiswa. Namun setelah menjalani diskusi-diskusi panjang antara Ormawa-Pembantu Rektor 3 dan pihak terkait lainnya, akhirnya ketukan palu menjadi pertanda penyelenggaraan pemilu e-voting sudah sah dilaksanakan. Beberapa hari menjelang pemilu, berbagai dinamika terjadi di tubuh kampus UNP. Penyegelan secretariat Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) menjadi salah satu dampak dari ketidaksetujuan mahasiswa akan pemilu e-voting. Permasalahan lain muncul ketika pengumuman hasil pemilu, Selasa (30/4) lalu. Ruang Serba Guna (RSG) Fakultas Teknik UNP menjadi saksi anarkisme mahasiswa yang tidak setuju akan hasil pemilu. Buntutnya, dua hari pasca pemilu, Sekretariat MPM di demo mahasiswa yang mengajukan tuntutan pemilu ulang. Ketidakhadiran Ketua MPM beserta anggota waktu itu menjadi penyulut kemarahan demonstran. Akibatnya, terjadilah perusakan terhadap sekretariat MPM yang waktu itu masih dalam tahap renovasi. Ketidaksesuaian hasil dengan rencana yang disusun ini bersumber dari komunikasi yang kurang baik antar warga kampus. Untuk sebuah system baru, tentu diharapkan sosialisasi dan koordinasi yang maksimal. Dan inilah yang harus dipersiapkan untuk tahun-tahun selanjutnya.
+ Lika Liku Menuju Pemilu e-voting - Asal berada di jalan yang benar, no what-what + Dari Gaza untuk UNP - Dari UNP untuk Gaza kapan? + Terminal Bayangan; Tetap Eksis - Demi Tuhan!!! Kehilangan kata-kata saya
Pemilu Presma ala E-voting
Rekayasa dalam arti yang positif (lihat kembali KBBI) perlu dilakukan secara terus-menerus dalam berbagai aktivitas kehidupan. Rekayasa tersebut perlu ditemukan untuk memudahkan kehidupan dan kemaslahatan bersama. Artinya, terobosan-terobosan terbaru yang efektif dan efesien perlu dikembangkan, dan diaplikasikan dalam kehidupan. Bentuk rekayasa dengan pemanfaatan teknologi seperti ini perlu diaplikasikan dalam berbagai aktivitas terutama di perguruan tinggi. Universitas seperti UNP sudah selayaknya menjadi pioner dalam berbagai aktivitas dan diharapkan dapat pula diterapkan untuk kepentingan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sslah satunya sistem pemilu online. Pemilu ala e-voting secara online ini dapat saja diterapkan dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden pada suatu saat nanti. Setidaknya dalam waktu yang sangat singkat pemilu ala e-voting secara online dapat saja diaplikasi dalam wilayah lokal seperti pemilihan kepala daerah, pemilihan walikota dan wakil walikota atau pemilihan bupati dan wakil bupati yang sudah memadai teknologinya. Setidaknya, pemilu ala e-voting secara online seperti ini sudah dapat dijadikan pionir dan perlu ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan sehingga dapat menjadi cermin bagi masyarakat dan pemerintah. Pemilu ala e-voting secara online mungkin saja memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya adalah mengurangi jumlah panitia (tidak ada lagi Panitia Pemungutan Suara), alat tulis, kertas, konsumsi
panitia, dan sebagainya. Kelebihannya adalah lebih efektif dari segi pekerjaan dan lebih efesien dari segi keuangan. Waktu penyelenggaran relatif lebih singkat karena penghitungan kertas suara tidak perlu dilakukan berjam-jam. Hasil pemenang pemilu dapat diketahui dalam waktu yang relatif singkat, bahkan dalam hitungan detik atau menit. Selain hal di atas, pemilu ala e-voting secara online ini dapat pula meningkatkan jumlah partisipasi pemilu. Konon, pemilu BEM UNP pada masa lalu secara manual hanya diikuti oleh sekitar 4000 sampai dengan 5000 mahasiswa. Namun saat ini, pemilu BEM UNP ala e-voting secara online sudah diikuti hampir 11.000 mahasiswa atau setara dengan 36 persen mahasiswa. Apalagi jika sosialisasi dapat ditingkatkan sudah pasti jumlah partisipasi peserta pemilu akan meningkat lagi. Lebih jauh dari itu, data partisipasi pemilu ini dapat pula dianalisis dan hasil analisis itu dapat dijadikan kajian untuk meningkatkan kualitas pemilu pada masa datang. Misalnya, bagaimana persentase partisipasi peserta pemilu tiap prodi dan tiap fakultas. Selain itu, dapat pula diketahui persentase partisipasi peserta pemilu dari segi tahun masuk dan rentang waktu yang dominan mahasiswa melakukan pemilihan. Pada pokoknya, pemilu ala e-voting secara online pada Pemilu BEM Universitas Negeri Padang tahun ini patut dipujikan dan dikembangkan secara terusmenerus, jika perlu, menjadi pionir untuk pemilu di negara ini. (Eto)
Pokok Padang kegiatan kampus yang dilakukan berbagai ormawa di UNP dalam rubrik Inter. Berita-berita seputar kampus lainnya juga kami sajikan dalam rubric teropong. Seperti biasanya kami juga tidak menyajikan berita-berita saja. Namun, terdapat tulisan-tulisan ilmiah yang bisa dijadikan rujukan bagi pembaca. Tulisan-tulisan ini kami kemas dalam bentuk artikel yang bisa menambah khasanah pemikiran pembaca. Selain itu kami juga mengadakan penelitian kecil-kecilan dengan menyebarkan angket ke mahasiswa terhadap masalah yang kami angkatkan. Hasil dari angket yang pembaca isi sebelum ini diterbitkan dan bisa dilihat di rubrik seputar mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan Foto bersama: Usai mengikuti Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Dasar (PKJTD) yang berlangsung selama dua hari (4-5/5), para peserta, kru, pembaca akan bahan bacaan yang bisa menyegarkan otak, bisa didan anggota magang berfoto bersama pemateri, Sabtu (4/5). f/Media nikmati pada rubrik sastra dan Assalamualaikum Wr. Wb budaya. Salah satunya cerpen yang kami sajikan Salam Pers. “Jika ada yang salah dengan dunia, berarti ada berjudul surat awan dan untuk lirik-lirik indah juga yang salah dengan dirimu�. Kutipan ini merupakan bisa dinikmati pada puisi-puisi yang tersaji. Serta kami juga menyuguhkan tiga buku terbaru sebagai bahan salah satu penyemangat kru SKK Ganto untuk selalu pertimbangan bagi pembaca jika ingin membeli buku memperbaiki diri dan lingkungan tempat kami tumbuh yang kami kemas dalam rubrik resensi buku. demi kebaikan kita semua ke depan. Tidak jarang Disamping itu kami juga akan menyampaikan menunggu narasumber yang terkadang sangat sibuk, perkembangan anggota magang SKK Ganto ke-18 dimarahi Pemimpin Redaksi dan redaktur karena tidak sekarang sudah masuk tahap magang indoor. Untuk memenuhi deadline, bermalam di sekretariat menjelang mempersiapkan pemahaman junalistik bagi mereka cetak, dan berjalan subuh-subuh sepulang dari SKK Ganto juga mengadakan Pelatihan Jurnalistik percetakan karena belum ada angkutan kota, tetap Tingkat Dasar (PKJTD). menjadi pengalaman yang membuat kami tersenyum Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan generasi ketika menghadirkan koran ini ke tangan pembaca. emas sebagai penerus dalam menjalankan SKK Ganto Pada edisi kali ini kami menyajikan laporan kedepannya. fenomena Pemilu Presiden dan Wakil Presiden BEM Akhir kata kami mengucapkan selamat menikmati UNP periode 2013-2014. Selain itu, ikuti juga wawancara sajian intelektual ini dari SKK Ganto. Namun, tidak khusus dengan Pembantu Rektor III UNP seputar lupanya kami meminta kritikan yang membangun dari pemilu ini. semua pihak demi hasil yang lebih baik kedepannya. Tidah hanya itu, Ganto juga menyajikan berbagai Salam Pers Mahasiswa.
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat: Pembantu Rektor III UNP: Dr. Syahrial Baktiar, M.Pd, Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M. Hum, Dewan Ahli: Priondono, Qalbi Salim, Heri Faisal, Arda Sani, Dedi Supendra, Aai Syafitri, Siti Nurasyiyah Staf Ahli; Konsultasi Psikologi: Niken Hartati, S.Psi, M.Psi, Psi, Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A, Konsultasi Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S. M.A Kritik Puisi: Zulfadhli, S.S, M.A, Pemimpin Umum: Faeza Rezi S, Pemimpin Redaksi: Elvia Mawarni Pemimpin Usaha: Mardho Tilla, Bendahara Umum: Wezia Prima Zolla, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Meri Maryati, Sekretaris Umum: Ismeirita, Redaktur Pelaksana: Hasduni, Redaktur Berita: Rahmi Jaerman, Winda Yevita Dewi Redaktur Tulisan: Astuni Rahayu, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Ariyanti, Redaktur Artistik dan Online: Jefri Rajif, Layouter: Meri Susanti, Fotografer: Media Rahmi, Reporter: Gumala Resti Halin, Wahida Nia Elfiza, Fidia Oktarisa, Staf Penelitian dan Pengembangan: Liza Roza Lina, Sirkulasi dan Percetakan: Novi Yenti, Penerbit: SKK Ganto Universitas Negeri Padang, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G 65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.or.id, Post-el: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp1.500,- (permilimeter kolom-hitam putih), Rp3.000,- (permilimeter kolom full colour), 1/4 halaman belakang Rp1.000.000,-(full colour), Iklan Baris Rp1.000,perbaris. Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
3 SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampiri kartu identitas: KTP atau KTM.
Jadwal Buka Perpustakaan PPs Saya mahasiswa Program Pascasarjana (PPs) UNP yang berdomisili di luar kota padang. Saya meminta pihak PPs untuk membuka kembali perpustakaan pada hari Minggu, karena mahasiswa dari daerah seperti kami hanya bisa ke kampus pada hari minggu saja. Mohon ditindaklanjuti. Terimakasih.
Mahasiswa PPs UNP
Apresiasi untuk Aktivis Universitas Saya ingin mengusulkan bagaimana jika pada setiap upacara wisuda pihak kampus memberikan apresiasi kepada para aktivis tingkat universitas. Saya melihat fenomena seperti ini di kampus tetangga, dimana setiap upacara wisuda, ada 10 aktivis terbaik kampus yang diberi penghargaan. Istilahnya hal ini sebagai bentuk apresiasi terhadap mahasiswa yang sudah mau berkontribusi untuk kampus di luar bidang akademiknya. Terimakasih.
Grafis: Jefri
Ds, Mahasiswa UNP
Sasindo Jalan di Tempat Assalamualaikum Wr, Wb Saya mahasiswa prodi sastra Indonesia. Saya mau bertanya kenapa prodi saya terkesan jalan di tempat? Kenapa tidak ada observasi lapangan seperti yang dilakukan dosen Unand dan mahasiswanya? Saya cemburu melihat mahasiswa Sasindo Unand yang dibawa dosennya melihat pertunjukan seni tradisional. Kenapa dosen sasindo UNP tidak melakukan hal yang sama? Padahal banyak sekali seni sastra dan budaya yang dapat dijadikan bahan kuliah lapangan. Sekian saja. Terimakasih atas tanggapannya.
Hana, Mahasiswa Sasindo 2011
Diskusi Publik UK Saya mengusulkan bagaimana jika setiap Unit Kegiatan (UK) di UNP mengadakan diskusi Publik sesuai Background masingmasing per minggu? Diskusinya tak harus mengajukan proposal dan undangan, cukup diskusi santai dengan mahasiswa umum sebagai peserta. Tujuannya saling berbagi informasi, saling bersilaturahmi dan mengikis rasa apatis dikalangan mahasiswa yang marak dewasa ini. Sekian. Semoga usulan saya diterima dengan baik oleh rekan UK se UNP. Terimakasih.
OO, Mahasiswa UNP
Jawaban Surat pembaca Apresiasi Untuk Aktivis Universitas Ini usulan bagus menurut saya. Kerena memang selama ini yang diberi apresiasi hanya aktivis setingkat fakultas saja. Nanti akan saya bicarakan di rapat Musyawarah Petinggi Universitas (MPU).
Dr. Syahrial Bachtiar, M.Pd, PR3 UNP
Diskusi Publik UK Ini sebenarnya akhir masa jabatan kami. Sebenarnya dari dulu sudah ada program kami untuk mengadakan diskusi setiap UKM. Namun program ini sudah mati. Hal ini dikarenakan ketua tiaptiap Unit Kegiatan (UK) juga sudah berganti. Insya Allah tanggal 1 Mei nanti kami akan mengantarkan undangan ke setiap UK.
Tunjung Budi Utomo, Presiden Mahasiswa
Jadwal Buka Perpustakaan PPs Jadwal buka perpustakaan Pascasarjana UNP hanya pada hari Senin-Jum’at. Untuk Senin-Kamis, jam dinasnya hanya sampai pukul 15.00 dan hari Jum’at hanya sampai pukul 11.00. Kadangkadang Perpustakaan dibuka diluar jam dinas karena pegawainya masih bisa lembur dan tidak ada pekerjaan lain. Namun jika kami ada hal lain yang harus dikerjakan, ya memang hanya bisa melayani mahasiswa pada waktu dinas yang sudah ditentukan.
Ibu Eni, PPs
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Mindset Bangsa Tertinggal Oleh: Januarisdi Dosen Bahasa dan Sastra Inggris
Tidak sedikit anggaran, energi, dan waktu kita habis untuk melakukan “perubahan”, bongkar-pasang adalah pemandangan biasa. Akibatnya, kita tetap menjadi bangsa tertinggal. Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia pernah digambarkan sebagai seekor Garuda yang sedang terbang persis dibelakang Jepang. Dibelakangnya berbaris puluhan ekor burung, antara lain Korea, India, Singapura, Malaysia, Pakistan, Philipina, Thailand dan Vietnam. Kalau sekarang burung-burung itu masih berbaris di angkasa bebas, kita akan menyaksikan sang Garuda sudah berada pada posisi kedua dari belakang, jauh tertinggal dari Singapura, Korea, Malaysia, India dan Thailand. Burung yang membawa bendera mata hari, Jepang, yang persis berada didepan Garuda tadi sudah tidak kelihatan lagi karena sudah tertutup awan. Kita menjadi bangsa tertinggal. Banyak faktor yang ikut handil terhadap keadaan ini. Satu yang paling dominan dan tidak terfikirkan selama ini adalah cara berfikir kita sendiri atau mindset; mindset bangsa kita selalu tertinggal. Kita tidak pernah memiliki sebuah filsafat semangat to be number one atau frontier seperti yang dikembangkan oleh bangsa Amerika. Bangsa kita senang bernostalgia tentang kejayaan masa lalu sambil beretorika tentang masa sekarang tanpa memikirkan masa depan. Alhasil pemikiran untuk tindakan di masa depan, sudah terkalahkan oleh hal-hal tidak bermanfaat. Pengecualian barangkali dilakukan sebuah BUMN yang bermoto “Kami telah berbuat, sebelum yang lain memikirkan”. Namun seorang sahabat saya mengatakan: “Kami berbuat tanpa berfikir-fikir”. Ini adalah fenomena empiris yang dapat kita
saksikan sepanjang hari yang hampir semua sudut negeri ini. Tidak sedikti anggaran, energi, dan waktu kita habis untuk melakukan “perubahan”, bongkarpasang adalah pemandangan biasa. Akibatnya, kita menjadi bangsa tertinggal. Kenyataan lain yang paling menarik adalah tantangan seorang pejabat (sekembalinya dari studi banding). Ia menginstruksikan kepada bawahannya untuk melakukan pembaharuan seperti yang ia lihat di negeri yang selangkah di depan. Dengan nada tegas ia berkata: “Coba terapkan apa yang kita lihat ketika studi banding keluar negeri kemarin”. Dengan santai sang bawahan
Tidak sedikit anggaran, energi, dan waktu kita habis untuk melakukan “perubahan”, bongkarpasang adalah pemandangan biasa. Akibatnya, kita tetap menjadi bangsa tertinggal.
menjawab: “Maaf Pak, kalau kita terapkan apa yang kita lihat di luar negeri kemarin sekarang, maka besok mereka sudah berubah jauh lebih maju dari apa yang kita terapkan hari ini’. “Lalu bagaimana?,” tanya sang pejabat. “Itulah yang sedang saya fikirkan; bagaimana caranya kita bisa membuat sesuatu yang sepuluh tahun lebih maju dari apa yang kita lihat di luar negeri kemarin. Dengan itu kita baru bisa sejajar dengan mereka,” kata sang bawahan. “Kalau begitu, kita buat ‘renstranya’ dulu,” kata sang pejabat. Renstra (rencana strategis) adalah sebuah persoalan yang “setali-tiga-uang” dengan persoalan diatas-mindset bangsa
tertinggal. Renstra kita masih berkutat di sekitar visi dan misi yang kabur tertutup awan; mau dibawa kemana bangsa ini, tidak jelas. Renstra kita cenderung “mencontek” bangsa lain yang hasil contekan itu sendiri keliru. Umpamanya, bangsa lain menggunakan kata being dalam visinya, kita memadankannya dengan kata “menjadi”. Padahal “visi” adalah sebuah cara pandang kita terhadap masa depan kita yang sama sekali tidak relevan menggunakan kata “menjadi”, karena kata “menjadi” lebih bernuansa misi atau citacita. Kata “adalah” (be) barangkali jauh lebih bernuasa “keyakinan” untuk berfikir, bersikap dan berprilaku seperti “visi” tersebut. Jika Khairil Anwar mengatakan: “Aku ini adalah binatang jalang”, maka cara berfikir, bersikap dan bertindaknya seperti “binatang jalang”. Ringkasnya, visi kita tidak memberikan “rasa” pada fikiran, sikap dan perbuatan kita untuk yakin melangkah ke depan. Begitu juga halnya dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, kurikulum dan program pendidikan yang kita terapkan sekarang lebih ditekankan pada pemahaman kajian masa lalu. Pembentukan prilaku (behaviour) adalah karakteristik kurikulum dua abad yang lalu (behaviorism) yang cocok untuk era industri. Kita lebih cenderung memberikan keterampilan hidup untuk masa yang sedang kita jalani hari ini, dan memacahkan persoalan terkini, ketimbang mempersiapkan generasi yang terampil hidup pada masa depan. Ironisnya, ketika seorang futurist memberikan gagasan tentang masa depan, spontan kita mengejeknya: “Ah itu mimpi,” Ternyata, setelah selesai menjalani proses pendidikan dan pembelajaran, bangsa kita tetap tidak mampu bersaing dengan bangsa lain karena “illeterate” dengan kehidupan saat itu. Akhirnya, bangsa ini tetap menjadi bangsa tertinggal.
4
Laporan
Demokrasi (bukan) Harga Mati Oleh Ariyanti (Redaktur Bahasa, Sastra, dan Budaya SKK Ganto)
“Demokrasi akan diterjemahkan sebagai kebebasan dalam mengungkapkan tuntutan, namun terkadang tuntutan itu sendiri “harga mati” tanpa bisa dikompromikan. Ukuran kualitatifnya lebih ditentukan besarnya pendukung dari tuntutan itu, bukan kualitas rasional tidaknya tuntutan tersebut.” (Komunikasi politik, Media, dan Demokrasi) Nietzsche dan ‘Kehendak untuk Berkuasa’ nya mungkin tampak hidup pada pesta demokrasi yang dilaksanakan UNP pada 30 April. Masalahnya bukan lagi benar atau salah keinginan tersebut, tapi lebih kepada rasional dan tidak rasionalnya keinginan, serta bagaimana demokrasi itu tampak diaplikasikan. Boleh disebut, bahwa apa yang terjadi dalam pesta demokrasi pemilihan presiden UNP, adalah buah ketakutan atas apa yang dipikirkan Alexis De Tocqueville. Pemikir besar Prancis abad ke-19 ini telah lama mempertanyakan apa yang akan dihasilkan oleh sebuah sistem yang disebut demokrasi. “Apakah kesetaraan dalam berbagai kondisi (sistem pemerintahan) sudah sesuai dengan praktik kebebasan? Dan dengan memberikan hak pemungutan suara kepada seluruh warga tanpa kecuali itu tidaklah menyebabkan demokrasi menjadi anarkhi?” Pertanyaan tersebut kemudian
harusnya menjadi refleksi. Demokrasi bukan lagi sekedar slogan bahwa segala sesuatu harus, dari, oleh, dan untuk rakyat. Ia lebih filosofis dari itu, ada makna yang lebih krusial di dalamnya, yakni bagaimana sistem sosial budaya masyarakat yang mendukungnya. Masyarakat, dalam hal ini, mahasiswa UNP, membutuhkan komitmen, menghargai kebebasan, dan yang lebih penting lagi adalah pentingnya toleransi. Berbagai penafsiran yang berbeda atas hakhak demokratis dan prioritas sosial, individu ataupun kelompok harusnya bukan lagi menjadi persoalan, bila setiap mahasiswa yang telah menempuh pendidikan ini mampu memaknai paham kekebasan dengan benar. Dengan pendidikan dan kebebasan akses, makhluk intelektual yang disebut mahasiwa ini, harusnya tidak lagi mengartikan kebebasan secara awam. Kebebasan harusnya bukan hanya masalah paham, tapi kenyataan. Dimana kebebasan tidak lagi dikonotasikan sebagai salah satu bentuk yang liar. Mengakui bahwa setiap individu mempunyai hak dan sudut pandang yang sah adalah kebebasan. Menyadari bahwa kebebasan tidak absolut, sementara setiap individu harus mengakui kebebasan individu lain adalah tuntutan. Pada akhirnya demokrasi tumbuh sebagai sebuah tantangan, dimana keberhasilan sebuah usaha demokratis bertumpu pada pundak masyarakatnya; mahasiswa UNP.
Ruang-ruang bebas provokasi.
Di balik itu, pesta atau mungkin akan lebih tepat bila disebut euphoria demokrasi ini ikut menunjukkan pentingnya eksistensi melalui visimisi, kampanye kandidat, dan bahkan memasuki ruang-ruang yang lebih ekstrim;
provokasi. Di dunia maya, provokasi memiliki ruang yang lebih luas. Masalahnya bukan saja soal pemanfaatan kebebasan berpendapat di ruang-ruang jejaring sosial, tapi pendapat seperti apa yang harusnya meramaikan euphoria makhluk intelektual tersebut. Seberapa banyak yang mereka baca? Seberapa paham mereka akan masalah tersebut, dan sepintar apa emotional question mereka bermain di dalamnya. Hal yang ditakutkan adalah debat dan adu argumen yang terjadi tidak lebih dari sekadar talkshow, yang sudah lama kita tahu—tidak menghasilkan apa-apa selain pretensius para pelaku dalam Jakarta Lawyers Club (JLC) misalnya. Sehingga menurut penulis, layaknya JLC, adu argumen tanpa solusi hanya akan menjadi panggung bagi mereka yang terlihat ‘narsis’ dengan paham politiknya yang baru ‘puber.’ Rentetanrentetan fenomena pemilu-sebelum dan Grafis: Jefri sesudahnya-, akhirnya membawa demokrasi kepada wujud lain, dimana ia terbukti tidak bisa tumbuh dalam segala kompleksitas ego pribadi dan ketimpangan emosional di atas segala perbedaan. Mungkin akan lebih bijak bila harus jujur bahwa demokrasi nyatanya hanya teori yang terlalu manis untuk dapat hidup pada pemilu UNP. Dalam bukunya; Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, Henry Subiakto menjelaskan bahwa perubahan politik menuju sebuah sistem demokratis, belum menyentuh ke segala aspek kehidupan politik. Boleh dikata, bahwa untuk sekedar
membuka aspirasi pada masyarakat mungkin memang sudah terbuka selebar-lebarnya, namun kompetensi untuk pengungkapan demokrasi ini masih menjadi persoalan. Semangat menyampaikan berbagai aspirasi yang berbeda dan kemampuan yang dimiliki warga negaranya dalam berdemokrasi masih timpang, sehingga demokrasi yang tumbuh menjadi tidak sehat. Akibat yang dilahirkannya pun kompleks, seperti hilangnya respek terhadap ide orang lain, atau individu maupun kelompok tertentu terlalu memaksakan kehendak dengan mengungkapkannya secara irasional. Akhirnya, demokrasi yang tumbuh dan bertransisi, menjadi sebuah diskrepansi antara semangat demokrasi dan kompetensi demokrasi yang semakin menjauh. Masyarakat Indonesia dan mungkin juga mahasiswa UNP akhirnya hanya menjalankan demokrasi dengan semangat, euphoria sendiri tanpa didukung pemahaman yang cukup tentang mengapa mereka bertindak demikian. Disini pulalah, menurut Almond Coleman, banyaknya masyarakat yang aktif, namun bila keaktifannya tanpa dukungan informasi dan pengetahun yang cukup, maka mereka lebih layak disebut Activist Irrasionality. Jadi tidak heran, perpecahan ide dan gesekan-gesekan fisik antar kelompok yang berbeda, sebutlah ke empat kandidat pertarungan pemilu ini, pada akhirnya memakan dan mengubur hidup-hidup konsep demokrasi itu sendiri. Dalam masalah ini, komunikasi seharusnya menjadi hal yang sakral. Karenanya, tidak jarang para penguasa berusaha mengendalikan atau mengawasi “komunikasi” agar mereka tetap mendapat dukungan untuk berkuasa. Seorang pemimpin politik, memiliki kecenderungan untuk memanipulasi atau menguasai informasi yang ada. Untuk itu, calon presiden terpilih harusnya mampu mengendalikan tim suksesnya, karena bila mengendalikan tim suksesnya saja tidak sanggup. Bagaimana akan mengendalikan puluhan ribu mahasiswa UNP yang akan dipimpinnya?
Plus Minus Sistem E-Voting Sebenarnya jika telah memenuhi aturan yang ada, sistem pemilu e-voting tidak masalah. Hanya saja, kita kan punya konstitusi (juklak dan juknis). Aturan mengenai sistem pemilu sudah ada disana. Kalau ingin mengubah sistem pemilu harus diubah dulu konstitusinya, yaitu dalam Kongres Mahasiswa. Jika dilihat dari segi efektivitasnya memang lebih dari pada pemilu online. Namun yang harus diperhatikan adalah asas pemilu (Luber Jurdil) masih terjaga. Salah satunya: pemungutan suara sah, hanya pada TPS yang disediakan. Karena salah satu hal yang ditakutkan disini adalah kecurangan/ketidakjujuran serta monopoli pemilih.
Rezfinal Mardhan Gubernur BEM FMIPA
Saya tidak setuju pemilu dengan sistem e-voting, karena beberapa alasan diantaranya tempat khusus untuk e-voting itu tidak ada, tidak semua mahasiswa yang punya laptop, sosialisasi e-voting ini juga kurang, hanya spanduk saja, sebaiknya diberikan brosur. Kemudian takutnya kapasitas wifi tidak mencukupi, seperti pengisian KRS. Selain itu juga takut ad anya pembajakan portal. Keuntungan sistem evoting ini yaitu hemat biaya. “Semoga pemilu lebih jujur, kalau bisa tidak ada yang demo, siapaun yang kalah harus lapang dada”
Mariyon BEM Universitas
Dari sisi efektifitas sistem e-voting ini bagus, namun ia akan lebih baik jika di sosialisasikan. Dengan adanya sistem pemilu e-voting pemilih akan lebih banyak, selain itu pemilu ini akan berhasil jika tingkat kepedulian mahasiswa tinggi. Semua tergantung bagaimana menyikapinya, jika disikapi dengan positif maka hasilnya tentu juga positif dan sebaliknya. Sistem pemilu denga E-voting ini perlu di apresiasi. Kenapa harus sistem yang baik ini diabaikan? Tidak ada salahnya untuk mencoba sesuatu yang baru. Harapannya semoga sistem e-voting bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan dan mempermudah mahasiswa.
Esy Maestro PD3 FBS
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Laporan
5
Lika-liku Pemilu E-voting Oleh: Duni/Via
UNP menyambut Pemilihan Umum Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa dengan sistem baru— E-voting. Pemilu berbasis e-voting merupakan terobosan baru dari universitas ini, bahkan katanya di Sumatera. Namun rupanya penentuan e-voting cukup pelik dan penuh lika-liku. Ketua Panitia Pemilihan Umum, Hendra Eka Putra terlihat tegang. Pasalnya pemenang pemilu Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UNP 2013 telah diketahui orang banyak. Padahal PPU dan Panwaslu baru akan mempersiapkan acara pengumuman pemenang pemilu, di Ruang Serbaguna (RSG) Fakultas Teknik, Selasa (30/4). Gedung RSG mulai ramai didatangi mahasiswa. Mulai dari tim sukses masingmasing kandidat, birokrat kampus, Resimen Mahasiswa yang mengamankan jalannya acara sampai mahasiswa biasa yang sekedar ingin menyaksikan pengumuman. Suasana mulai panas ketika masing-masing tim sukses dilarang masuk. Padahal mereka merasa harus ikut dalam pengumuman sore itu di RSG. “Apakah ada peraturan yang mengatur kriteria yang diperbolehkan masuk,” ujar salah satu tim sukses kandidat nomor empat. Sementara itu di dalam RSG, MPM telah memulai acara. Hilda Yatul Ramadanis, selaku sekretaris komisi membuka acara. Dengan melafalkan al-fatihah bersama, acara sore itu resmi dibuka. Namun tepat di depannya berdiri, terdapat beberapa mahasiswa yang ingin mengutarakan pendapat. Ia meminta untuk menunda acara, karena baru ada satu kandidat yang hadir, yaitu pasangan nomor urut satu. Sebagaimana diketahui melalui portal pemilu, pasangan nomor satu memiliki perolehan paling tinggi. Mahasiswa juga menanyakan, kenapa hanya orang-orang tertentu yang diundang. Namun Hilda tetap melanjutkan acara. Katanya MPM telah menyebarkan undangan kepada mahasiswa yang diperbolehkan masuk— masing-masing kandidat, satu tim sukses masing-masing kandidat, birokrat kampus, dan BEM Universitas. “Bagi yang merasa tidak diundang, silahkan meninggalkan tempat ini,” ujarnya. Hal itu rupanya memancing mahasiswa untuk melanjutkan protesnya. Hingga akhirnya keputusan sore itu tidak diakui oleh mahasiswa yang hadir. Mereka malah menginginkan pemilu putaran kedua. Mereka menganggap selisih suara beda tipis, sehingga harus diadakan pemilu putaran dua. “Pemilihan presiden negara saja menggunakan putaran kedua,” teriak salah satu mahasiswa. Namun MPM enggan mengabulkan usulan tersebut, karena tidak ada aturan dalan Petunjuk Pelaksana ataupun Petunjuk Teknis. “Kami menjalankan tugas sesuai dengan prosedur. Putaran kedua tidak ada dalam aturan,” jawab Ichsan Nasution selaku ketua MPM. Namun mahasiswa bergeming. Mereka terus menyudutkan MPM agar mengadakan pemilu putaran kedua. Akhirnya sore itu disepakati akan adanya diskusi lebih lanjut pada waktu yang ditentukan, setelah PR3 datang menengahi. Dalam diskusi lanjutan tersebut, MPM akan mengundang perwakilan birokrat kampus, PD3, PR3, BEM selingkungan universitas dan Unit Kegiatan Mahasiswa. “Baiklah, kami akan tentukan harinya nanti,” ujar Ihsan. *** Sebelum menemui Pembantu Rektor 3, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd, MPM telah
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Pernak-pernik Kampanye: Berbagai macam cara dilakukan masing-masing kandidat calon presiden BEM UNP agar mereka dikenal oleh seluruh mahasiswa. Salah satunya dengan memasang spanduk berukuran besar di persimpangan jalan antara Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Ilmu Sosial, Jumat (12/4). f/Media
matang untuk melakukan pemilu sistem manual. Segala persiapan telah MPM selesaikan, sampai tanggal pemilu pun telah dimantapkan. Kamis 14 Maret, Ichsan Nasution selaku ketua MPM dan beberapa rekan lainnya menemui PR3. Tujuan kedatangannya tak lain untuk menceritakan kesiapannya melakukan pemilu. “Kami menetapkan pemilu sesuai dengan keinginan mahasiswa,” ujar Ichsan, Senin (22/4). Esoknya Ichsan terkejut, ketika mendapat undangan dari PR3 untuk menghadiri acara sosialisasi pemilu online di ruang senat. Selain MPM, siang itu PR3 juga mengundang Pembantu Dekan 3, birokrat kampus, BEM Universitas, BEM Fakultas, dan Unit Kegiatan Mahasiswa selingkungan UNP. Hal itu membuat MPM bingung. Karena sehari sebelumnya mereka telah mengatakan akan mengadakan pemilu dengan sistem manual. Setelah mengikuti sosialisasi, MPM bersama PPU dan Panwaslu mengadakan rapat. Kali ini mereka membahas kembali sistem pemilu manual dan online. PPU dan Panwaslu merupakan wakil dari setiap ormawa, sehingga sudah dianggap mewakili mahasiswa. Hasil rapat yang diadakan di sekretariat MPM itu tetap seperti semula, yaitu pemilu manual. Berselang beberapa hari, MPM kembali menghadap PR3. Namun hasilnya tetap sama, PR3 tetap menginginkan pemilu online. “San, seandainya kamu ingin ke Bukittingi, pilih pakai pedati atau mobil? Kalau pedati empat hari baru sampai, kalau mobil empat jam?” ujar Syahrial kepada ketua MPM. “Ya pakai mobil lah, pak,” “Itu analoginya. Kalau pakai e-voting akan lebih efektif dan efisien,” “Baiklah pak, saya bicarakan lagi dengan mahasiswa,” jawab Ihsan. Ihsan kembali menjelaskan kepada PPU dan Panwaslu hasil pertemuanya dengan PR3. Namun, mereka tetap menolak e-voting. Ridwan selaku ketua Panwaslu secara terang-terangan menolak. Menurutnya PR3 telah melanggar peraturan yang ditetapkan kemendikbud nomor 155/U/1998 tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan PR3 telah mengintervensi mahasiswa. “Seharusnya undang-undang tersebut dirubah dulu, baru bisa birokrat mengintervensi” ujar Ridwan yang juga menjabat ketua BPM FIP. Tidak ingin gegabah, akhirnya MPM memutuskan untuk menyebarkan angket kepada mahasiswa. Angket tersebut berisi pertanyaan, apakah mahasiswa setuju dengan sistem manual atau e-voting. Angket disebarkan keseluruh jurusan tiap-tiap fakultas. Tiap jurusan disebarkan sepuluh angket. Hasil angket pun menunjukkan
Lokasi Strategis: Beberapa lokasi strategis di UNP dimanfaatkan oleh para calon presiden untuk berkampanye, salah satunya simpang tiga dekat Rektorat Lama, Jumat (12/4). f/Media
bahwa mahasiswa setuju untuk e-voting. Akhirnya PPU dan Panwaslu setuju untuk e-voting, dengan catatan pemilih harus memilih di Tempat Pemungutan Suara yang telah ditetapkan PPU dan menggunakan voucher. Ichsan menjelaskan, teknis e-voting akan diserahkan kepada Pusat Komunikasi UNP dan tim Rekayasa Perangkat Lunak— pencetus e-voting dari Fakultas Teknik. “Nantinya voucher akan digarap tim RPL, dan mereka sudah mengiyakan,” jelas Ichsan. Setelah itu, Sabtu (13/4) MPM pun mengamandemen petunjuk pelaksana pemilu. Senin (22/4) sosialisasi e-voting tahap dua dilakukan. Namun kali ini PR3 tidak datang karena tengah bertugas ke luar negeri dan diwakili PD3 FIS, Drs. Ikhwan, M.Si. Sosialisasi kedua kali ini tambah membingungkan bagi MPM dan PPU. Pasalnya peserta yang hadir kala itu bersikukuh untuk melakukan e-voting dengan sistem yang pernah dilakukan di FT. Dimana pemilih bisa memilih dimana saja dan tidak perlu menggunakan voucher. Selain mahasiswa, puskom juga menyarankan agar pemilu dengan sistem biasa saja, karena tidak merepotkan. “Kalau masih harus datang ke TPS, ya sama saja dengan manual,” ujar Drs. Yushamdi selaku ketua puskom. Awalnya PPU dan MPM menolak kebijakan tersebut, dikarenakan MPM telah mengamandemen juklak. “Jukla sudah kami amandemen, tidak mungkin kami harus amandemen lagi,” ujar Ihsan. Namun MPM dan PPU tidak bisa
berbuat banyak. Hal itu dikarenakan peserta yang datang tetap menginginkan e-voting secara biasa saja. Akhirnya MPM pun setuju. Meskipun awalnya bingung dengan keputusan yang dianggap tidak konsisten, MPM akhirnya menurutinya. “Sekali lagi saya tegaskan, kami menjalankan apa yang mahasiswa inginkan,” ujar Ichsan. Terkait intervensi yang dilakukan PR3, Dr. Syahrial Bakhtiar tidak terlalu ambil pusing. Menurutnya, keputusannya meminta MPM melakukan e-voting bukanlah sebuah intervensi negatif. Ia menyatakan jika evoting bisa dijadikan langkah awal mahasiswa untuk terus berkreatif dan inovatif. “Ini merupakan karya mahasiswa kita, dan harus dikembangkan,” ujarnya, Rabu (1/5). Selain itu, menurutnya e-voting juga merupakan terobosan baru dalam pemilu, dan diharapkan bisa menjadi rujukan bagi orang banyak. Mantan Dekan FIK itu juga mengomentari kelemahan dari sistem pemilu yang selama ini digunakan MPM. Menurutnya dengan sistem manual akan banyak menyita waktu, biaya dan menguras fisik. Apabila selama ini mahasiswa rela bermalam-malaman untuk menghitung hasil suara, kini mahasiswa tidak akan mengalaminya lagi. Hal itu dikarenakan dengan e-voting mahasiswa bisa langsung mengetahui hasilnya sesaat ketika voting ditutup. “Sistem pemilu yang digunakan selama ini merupakan pemilu paling aneh sedunia,” ujarnya. Laporan: Kru SKK Ganto
6
Laporan
Ramai-ramai Ribut E-voting Oleh: Duni/Via
Setelah MPM ketuk palu untuk evoting, pro-kontra dari kalangan mahasiswa pun bermunculan. Bahkan sampai berdampak terhadap penyegelan sekretariat lembaga legislatif mahasiswa— MPM.
mengundang 25 mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan lainnya untuk membahas teknis e-voting. Lembaga kemahasiswaan itu diantaranya dari BEM Universitas, BEM Fakultas, Himpunan Mahaasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa. Semua yang hadir hari itu membubuhkan tanda tangan, sebagai tanda kesepakatan apa yang telah dirapatkan. Pada ketetapan yang telah dibuat itu, MPM menetapkan bahwa pemilu menggunakan sistem e-voting dan seluruh pemilih dapat memilih dengan menggunakan password e-voting yang telah dibuat tim Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Selain itu MPM juga telah menetapkan bahwa pemilih hanya dapat memilih di lokasi yang telah ditentukan oleh Panitia Pemlihan Umum (PPU). Ketetapan itu lalu dilaunching bersamaan dengan hari kampanye dialogis, 15 April lalu di Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Awalnya kampanye berlangsung tenang dan lancar. Setiap kandidat mendapatkan pertanyaan dari panelis dan peserta yang hadir, lalu dijawab. Tidak terlalu banyak peserta yang hadir hari itu. Kebanyakan hanya dari tim sukses masingmasing kandidat. Namun kurangnya peserta tidak mengganggu jalannya kampanye yang berlangsung kurang lebih tiga jam itu. Panitia mengatakan sedikitnya peserta yang hadir dikarenakan kampanye dilakukan hari senin, sehingga banyak mahasiswa yang kuliah. Tiga jam telah berlangsung, kampanye pun usai. Saatnya MPM dan PPU mengambil alih acara untuk launching sistem e-voting. Ichsan membuka dengan mengatakan bahwa sistem e-voting kali ini berbeda dengan yang dilakukan di FT sebelumnya. Apabila di FT dulu tingkat kecurangan masih cukup tinggi, maka sekarang kecurangan benar-benar diminimalisir. Menurutnya sistem kali ini adalah jiplakan yang dipakai di Universitas
Pagi-pagi sekali Ichsan Nasution sudah mendapat pesan melalui jejaring facebook miliknya. Pengirim pesan tersebut adalah anggota Badan Eksekutif Mahasiswa yang juga merupakan teman satu jurusan kuliahnya. Isi pesan tersebut sebuah perintah sekaligus informasi bahwa sekretariat MPM telah disegel. Setelah membaca pesan tersebut, buru-buru Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa itu menuju sekretariat. Setibanya di sekretariat, Ichsan merasa terkejut dan bingung. Pagi itu, sekretariat MPM tidak seperti biasanya. Dinding, kaca jendela dan plang nama lembaga tertinggi mahasiswa tersebut telah penuh dengan coretan-coretan cat merah. Coretan tersebut menyampaikan bahwa MPM telah disegel oleh rakyat UNP. Selain itu, pintu masuknya juga dipalang menggunakan kayu. “Saya sangat terkejut, pagi-pagi sudah disuruh ke sekretariat, karena sekrenya disegel,” kata Ichsan pagi itu, Jumat (19/4). Setelah melihat-lihat, Ichsan lalu memfoto kondisi terbaru kantornya tersebut. Lalu ia upload foto tersebut di jejaring sosial pribadi miliknya. Ia kirim juga kepada Pembantu Rektor 3, Dr. Syahrial Bachtiar, M.Pd, yang tengah berada di Malaysia. Setelah itu Ichsan pun bergegas kembali menuju kost-an. Hanya sebentar Ichsan pulang. Tidak beberapa lama ia kembali lagi ke sekretariat. Kini ia telah bersama beberapa anggota MPM lainnya. Tidak banyak yang mereka lakukan, kecuali hanya melihat-lihat saja. Ada juga yang nekat Segel MPM: Lagi-lagi mahasiswa mencoret plang nama sekretariat MPM. masuk ke dalam de- Padahal sebelumnya sekretariat MPM ini pernah disegel oleh oknum ngan cara memanjat tertentu, Kamis (2/5). f/Media palang pintu, sekedar Indonesia (UI), dan memiliki tingkat melihat kondisi di dalam. Tidak tahu pasti kapan penyegelan keamanan cukup tinggi. berlangsung. Yang jelas Jumat (19/4) pagi, Ichsan menjelaskan bahwa password akan sekretariat MPM telah disegel. Menurut dibuat tim Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), pengakuan Ichsan, penyegelan dilakukan dan setelah itu akan diserahkan langsung pagi hari, ketika tidak ada mahasiswa yang kepada mahasiswa yang akan memilih. mengetahui. Itu diidentifikasi dari cat yang Mahasiswa UNP yang hendak memilih digunakan masih lembab dan belum terlalu diharus menyerahkan KTM nya terlebih kering. “Sepertinya ini belum lama dilakukan. dahulu, setelah itu baru akan mendapatkan Catnya saja belum kering,” ujar Ichsan sambil password yang disegel dan dijaga keramenyentuh cat di plang nama MPM. hasiaannya oleh RPL. Sebelumnya RPL telah Sebelumnya Ichsan tak pernah me- disumpah terlebih dahulu untuk menjaga nyangka, tempat dimana ia dan rekan-rekan kerahasiaan password yang telah dibuat. MPM biasa menjalankan tugas sebagai Tiga anggota RPL— pencetus e-voting lembaga legislatif kemahasiswaan, akan dari Fakultas Teknik, telah siap untuk disegel. Ia hanya merasa telah berusaha memaparkan teknis pemilu e-voting. Lalu untuk melakukan tugasnya dengan papan slide dibuka dengan tampilan awal semaksimal mungkin, yaitu menyampaikan portal vote, dimana pemilih nantinya harus aspirasi mahasiswa. Namun setelah kejadian memasukkan nim dan password terlebih itu, timbul berbagai pertanyaan di benaknya. dahulu. “Satu password hanya untuk satu “Saya tidak tahu apa salah saya,” ujar Ichsan, user,” kata Elgi Janliza Putra, sang empuh Senin (22/4). dari salah satu tim RPL. Portal tidak hanya *** menyediakan ruang untuk vote saja, disana Sabtu (13/4) lalu, seminggu sebelum pemilih juga dapat melihat latarbelakang penyegelan berlangsung, MPM telah dari masing-masing kandidat. Selain itu, Elgi mengamandemen Petunjuk Pelaksanaan juga memberikan simulasi bagaimana cara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil masuk ke portal. Di sana ditampilkan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UNP. bagaimana portal akan menolak secara Sebelumnya pada 28 Maret lalu, MPM telah otomatis jika user dan password yang sudah
Demonstrasi: Keluarnya hasil e-voting pemilihan presiden BEM UNP menuai protes. Sejumlah mahasiswa menuntut agar dilakukan pemilihan putaran kedua dengan melakukan demonstrasi ke sekretariat Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) UNP, Kamis (2/5). f/Media
digunakan untuk memilih. Secara ringkas, RPL menyatakan sistem yang mereka ciptakan aman dan menjamin tidak akan ada hacker yang bisa mengganggu jalannya pemilu. “Segala celah telah kami usahakan untuk menutupi kecurangan yang mungkin terjadi,” lanjut Elgi. RPL juga menekankan bahwa ketakutan adanya intervensi untuk mengumpulkan password junior oleh senior—untuk memilih salah satu calon, tidak akan terjadi karena setiap pemilih tetap pergi ke TPS untuk mendapatkan password. “MPM tidak tahu menahu mengenai password ini,” ujar Ichsan menambahkan ditengah-tengah pemaparan RPL. Tidak berapa lama setelah pemaparan RPL selesai, peserta yang duduk di belakang mulai menguasai microphe yang disediakan panitia. Salah satu peserta mulai bertanya. Ia menanyakan keadan wifi yang berada di kampus cabang, salah satunya Fakultas Ilmu Keolahragaan Lubuk Buaya. Menurutnya wifi di kampus cabang bisa dikatakan buruk, dan belum bisa melaksanakan e-voting. Lalu MPM menjawab melalui Ichsan. Menurutnya hal itu sudah dipertimbangkan sebelumnya. Untuk mengatasi hal itu, PPU akan memaksimalkan jumlah laptop dan juga modem, sehingga bisa mengatasi buruknya wifi di sana. Selain itu, MPM dan PPU juga akan berkoordinasi dengan sesama aktivis lain untuk melancarkan e-voting. Merasa tidak puas dengan jawaban itu, salah satu dari mereka yang diketahui bernama Muhammad Arifin Siregar, terangterangan mengatakan bahwa e-voting belum bisa untuk diterapkan di UNP. Dia juga menyanggah beragam alasan teknis lainnya, termasuk penyediaan laptop dan modem. Karena dari segi efektifitas, penyediaan laptop tidak akan sebanding dengan jumlah mahasiswa yang berada di Lubuk Buaya. Jika seandainya namanya akan dicari garagara tidak setuju dengan kebijakan MPM, Arifin bersedia untuk dipanggil. “Silahkan catat nama dan NIM saya,” ujarnya. Senada dengan Arifin, Riki yang mengaku sebagai mahasiswa FIK juga menanyakan kebijakan e-voting tersebut. Kali ini Riki menanyakan status mahasiswa UNP yang tengah di luar negeri, seperti yang kuliah di Malaysia. “Mereka dianggap mahasiswa haram?” ujarnya. “Pemilih juga bisa menggunakan handphone nya,” jawab Ichsan. “Apakah MPM menyangka semua mahasiswa kaya, sehingga semuanya memiliki blackberry,” sanggah Riki sambil menunjukkan handphone miliknya. Sebelum di jawab, Riki mengatakan bahwa ia tidak perlu jawaban. “Saya tidak perlu jawaban,” lanjutnya. Melihat keadaan yang mulai tegang, tibatiba salah satu calon wapres, dari nomor urut tiga, Apenriko Berlindo mencoba untuk memberikan penjelasan. Riko menjelaskan kepada sekelompok mahasiswa yang sedari tadi mempertanyakan teknis.
Riki kembali mengambil microphone. Menurutnya ada sedikit keanehan dari penjelasan calon wapres itu. Menurutnya aneh, kenapa ada kandidat yang ikut-ikutan menjelaskan hal-hal teknis tentang e-voting tersebut. “Ini kan bodoh, saya curiga,” begitu cetusnya sambil bersiap-siap keluar ruangan, “Saya tidak perlu jawaban,” ujarnya sekali lagi. Ia pun berlalu meninggalkan ruangan bersama rombongannya. Tiga hari setelah kampanye dialogis dan launching e-voting, sekretariat MPM didatangi beberapa mahasiswa. Mahasiswa yang datang sore itu mempertanyakan keputusan MPM yang menunda pemilu dan mempertanyakan kebijakan pemilu online. “Kenapa kok gak jadi e-voting saja?” “Berdasarkan kesepakatan bersama” “Kok pemilu diundur?” “Sosialisasi kurang. Jadi harus ada waktu tambahan untuk sosialisasi kepada mahasiswa,” ungkap Sujar sambil mengulangi percakapan sore itu. Sujar yang juga anggota MPM menceritakan kembali kejadian sehari sebelum penyegelan berlangsung. Berdasarkan pengakuannya, Kamis (18/4) sore ada beberapa mahasiswa yang mendatangi sekretariat MPM. Kedatangan beberapa mahasiswa itu untuk mempertanyakan beberapa kebijakan MPM yang dianggap menyalahi aturan. Diantaranya adalah teknis penyelenggaraan pemilu e-voting yang dianggap hanya keputusan sepihak dan diundurnya pemilu tanpa sepengetahuan mahasiswa. Presiden BEM, Tunjung Budi Utomo, salah satu mahasiswa yang juga datang sore itu menjelaskan tidak tahu menahu mengenai penyegelan tersebut. Kedatangannya sore itu hanya untuk menanyakan sistem e-voting, kenapa diundur dan bagaimana teknisnya. Ia dan lima mahasiswa lainnya dari BPM, Sekjen BEM, Gubernur FT, dan Sekretaris FT sebelumnya telah menemui PR3, lalu dilanjutkan ke sekretariat MPM. Tunjung juga menanyakan kebijakankebijakan MPM yang dianggap tergesa-gesa dalam menetapkan keputusan. Setiap kali mengambil keputusan, MPM tidak pernah melibatkan kandidat dan tim sukses, menurutnya itu merupakan kesalahan besar. “Saya dulu dua kali di MPM, jadi tahu persis bagaimana kinerja MPM itu seharusnya,” ujarnya, Senin (29/4). Tunjung menilai wajar jika ia dan mahasiswa lainnya menanyakan kepada MPM. Menurutnya sampai saat itu aturanaturan pemilu belum jelas, karena selama ini ia menerima pemberitahuan hanya melalui sms. Tunjung juga telah menduga sebelumnya jika nanti ada sedikit kecurigaan terhadapnya. Namun menurutnya itu hal yang biasa. “Yang jelas saya tidak ada terlibat di dalamnya,” tegasnya. Laporan: Kru SKK Ganto
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Laporan
7
Intervensi Bersifat Positif Sebelum pemilu berlangsung, sebagian mahasiswa UNP sempat menolak pemilihan presiden BEM dengan cara e-voting. Mereka tetap menginginkan sistem manual. Kala itu Pembantu Rektor III UNP, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd— selaku pencetus ide untuk pemilu secara e-voting, selalu bisa mengatasinya dengan memberikan berbagai pertimbangan. MPM selaku lembaga tertinggi kemahasiswaan yang bertanggung jawab terhadap e-voting pun luluh setelah diberikan penjelasan dari PR III. Namun setelah pemilu usai, mahasiswa kembali menyoalkan e-voting. Permasalahannya kali ini adalah menuntut dilaksanakan pemilu putaran kedua, karena hanya selisih 39 suara. Kali ini Syahrial Bachtiar enggan lagi ikut campur. Pembantu Rektor III UNP yang dilantik Desember 2012 silam itu menyerahkan sepenuhnya kepada mahasiswa. Menurutnya mahasiswa sudah cerdas dalam menyelesaikan masalah. “Lagian kalau saya ikut campur, nanti dibilang intervensi lagi,” ujarnya ketika menjawab pertanyaan mahasiswa untuk mengadakan pemilu putaran dua, Selasa (30/4) lalu di RSG. Wacana pemilu e-voting memang bermula dari ide PR III. Melalui MPM selaku pelaksana pemilu, ia ingin kretifitas mahasiswa UNP dikembangkan. Meskipun terkesan mengintervensi, menurutnya asalkan untuk kebaikan tidak menjadi masalah. “Toh ini untuk kebaikan bersama,” ujarnya. Rabu (1/5) lalu, mantan dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan itu tampak sibuk di ruangannya. Terlihat ada lima orang yang tengah menemuinya di ruangan. Kru SKK Ganto Ismeirita dan Hasduni mencoba untuk mewawancarainya terkait pemilu evoting. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya ia bersedia untuk diwawancara. Dalam ruangan ber-AC yang tidak terlalu luas itu, ia menjawab pertanyaan dengan lancar. Sesekali ia menjawab panggilan di handphone nya yang berdering. Berikut hasil wawancara sore itu: Bagaimana awal mula munculnya ide pemilu berbasis e-voting? Ide awalnya itukan dari FT. Saya dengar FT pakai e-voting. Lalu ketika ketua BEM FT ke ruangan saya, saya tanya mengenai e-voting. Saya menanyakan bagaimana berlangsungnya pemilu e-voting di FT dan bagaimana antusias dari mahasiswa. Setelah saya mendapatkan penjelasan, saya fikir pemilu e-voting cukup bagus. Kemudian saya hubungi Pak Deni (Pembina Rekayasa Perangkat Lunak FT), saya tanyakan teknisnya lebih lanjut. Setelah itu, langsung saya himbau MPM untuk melakukan e-voting. Apakah pemilu sekarang sama dengan pemilu di FT? Secara teknis sama. Hal yang berbeda hanya penanggung jawab posko atau adminnya saja. Saat ini disediakan posko disetiap fakultas. Untuk pemilihan umum BEM UNP kali ini admin diserahkan kepada puskom dan berkoordinasi dengan tim RPL. Tim RPL sebelumnya telah disumpah terlebih dahulu, tujuannya agar mereka tetap independen dan tidak berbuat kecurangan. Tapi di FT dicurigai ada kecurangan, bagaimana tanggapan anda? Sampai saat ini, saya tidak mendengar adanya kecurangan pada saat pemilu ketua BEM di FT. Pemilu e-voting telah usai dan hasil sudah diketahui. Bagaimana Anda menilai pemilu kali ini? Bisa dikatakan sukses. Sukses dari segi partisipasi mahasiswa, walaupun ada kekurangan di sana sini. Partisipasi dari mahasiswa kali ini melonjak drastis dan itulah yang dinamakan demokratis. Kalau yang memilih sedikit, berarti yang mengakuinya
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
juga sedikit, karena mereka tidak memilih. Apabila dengan manual jumlah mahasiswa yang memilih hanya berkisar 3400-an, tapi dengan e-voting jumlahnya mencapai 10000-an. Itu kemajuan yang sangat positif. Kemudian pihak MPM tidak sibuk menghitung lagi seperti yang pernah dilakukan dulunya. Kalau dulu kan setelah pemilihan, panitia pemilu tidak tidur semalaman hanya untuk menghitung hasil suara. Jumlah pemilih paling banyak tahun ini, bagaimana tanggapan bapak? Bagus itu, karena mahasiswa itu cendrung suka online-nan, makanya banyak yang mau berpartisipasi. Semoga dengan banyaknya jumlah pemilih, akan menambah juga kepercayaan mahasiswa terhadap BEM. Karena dengan ikut memilih, berarti mahasiswa mempercayai yang mereka pilih. Tapi mahasiswa menolak hasil e-voting, bagaimana itu bisa terjadi? Namanya suatu pembaharuan itu akan selalu ada pro kontranya, apalagi e-voting ini termasuk hal yang benarbenar baru diterapkan, bahkan di Sumatera baru UNP yang melakukannya. Tapi ketika kita melihat pengaruh e-voting di Fakultas Teknik beberapa waktu lalu, kita bisa melihat tingkat partisipasi mahasiswa meningkat lebih dari 100 persen. Penolakan mahasiswa hanya ketakutan kecurangan saja, dan itu jangan menyalahkan sistem. Kalau kecurangan kembali kepada moral mahasiswa masing-masing. Mahasiswa memaksa untuk putaran kedua, sedangkan itu tidak tertera di dalam juklak, bagaimana seharusnya? Itu saya kembalikan kepada MPM dan mahasiswa saja. Tetapi ide untuk melaksanakan putaran kedua itu muncul ketika MPM mengadakan acara pengumuman Selasa (30/4) sore setelah voting dilakukan. Sebenarnya acara itu sudah saya larang pada saat rapat pimpinan pembantu dekan 3 dan MPM. Biarkanlah mahasiswa melihat sendiri hasilnya di portal. Tapi MPM tetap bersikukuh. Ya beginilah hasilnya. Mahasiswa akhirnya banyak menuntut, hingga meminta pemilu putaran dua. Dimana letak kelemahan e-voting? Sejauh ini saya tidak melihat kelemahan e-voting, tergantung kepada mahasiswa yang memiliki NIM dan password nya. Jika ia memberikan NIM dan password nya kepada orang lain, ya salah dia sendiri. Lagian yang rugi kan mahasiswa itu sendiri, karena portalnya nanti akan diketahui orang. Apakah tahun depan akan tetap menerapkan e-voting? Belum tahu, nanti kita akan adakan evaluasi terlebih dahulu. Untuk menentukanya nanti kan juga ada kongres mahasiswa, disanalah kita akan bicarakan. Dan sebaiknya tetap diterapkan, karena evoting berdampak positif. Apa ada sanksi bagi yang ketahuan berbuat curang? Sejauh ini belum ada yang melaporkan bahwa terdapat kecurangan. Namun, apabila ada yang terbukti melakukan kecurangan, akan nada sanksi nantinya. Sanksi berbentuk apa belum ditetapkan. Namun saya fikir mahasiswa sekarang sudah cerdas. Untuk apa pula memberikan NIM dan paswordnya kepada orang lain? Mahasiswa sempat menolak e-voting, bagaimana tanggapan Anda ketika itu? Ide e-voting itu kan bagus. Saya menanggapinya dengan memberikan
pengertian saja. Lalu saya cari tahu lagi kelemahan dan kelebihan sistem pemilu manual dan saya bandingkan dengan evoting. Setelah itu saya menyimpulkan bahwa jelas lebih banyak keunggullan e-voting. Salah satu contoh adalah mengenai perhitungan suara. Saya kaget ketika tahu setelah pemilihan secara manual panitia tidak tidur semalam hanya untuk menghitung hasil pemilu. Pemilihan presiden saja tidak seperti itu. Dengan e-voting kan kita akan langsung tahu hasilnya, dan pelaksanaannya juga mudah. Apakah MPM pernah juga menolak evoting? Awalnya MPM menolak e-voting karena telah menetapkan juklak dan juknis untuk pemilihan secara manual. Tapi saya berikan pengertian lagi, bagaimana bagusnya sistem e-voting, akhirnya MPM setuju. Ada kesan birokrat mengintervensi MPM, bagaimana tanggapan Anda? Intervensi dalam tanda kutip iya. Maksudnya itu kan intervensi yang dilakukan bersifat positif, karena untuk kebaikan bersama. Saya meminta kepada MPM dengan berbagai pertimbangan. Bisakah dikatan e-voting sudah di-vetokan birokrat? Iya, bisa dikatakan sudah di-veto-kan. Penerapan E-voting ini terlihat bagus dan menjadi suatu hal yang inovatif, sebab
kampus lain saja belum banyak yang menerapkannya. Setahu saya baru Universitas Indonesia saja yang menerapkan evoting. Lagian ini melihatkan bahwa Sumber Daya Manusia UNP memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Siapa tahu setelah ini Sumatera Barat akan mengadakan pemilu secara e-voting juga, karena terinspirasi dari UNP. Dampak dari pro kontra e-voting sekretariat MPM disegel, bagaimana bisa terjadi? Sekretariat MPM disegel saya tidak tahu, karena pada waktu itu saya berada di Malaysia. Lalu saya mendapat kabar MPM disegel, sampai sekarang saya belum tahu siapa pelakunya. Yang jelas itu tindakan premanisme, dan sangat tidak dibenarkan. Apa tindak lanjut dari penyegelan tersebut? Itu sudah diserahkan kepada pihak yang berwajib. Bagaimana Anda menilai kinerja MPM pada pemilu kali ini? Saya mengapresiasi apa yang telah MPM kerjakan. Mereka sudah menjalankan kewajibannya, meskipun masih terdapat kekurangan. Tidak apa-apa, itu bisa dievaluasi nantinya. Saya juga mengapresiasi ketua MPM yang seringkali protes kepada saya, itu berarti dia berani mengeluarkan pendapatnya.
8 Jika Anda mengalami masalah kesehatan, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh dr. Pudia M. Indika
Penyebab Rambut Rontok Assalamu’alaikum Wr. Wb Terimakasih kepada Ganto yang sudah memuat keluhan saya. Satu tahun terakhir ini saya mengalami kerontokan rambut yang tak wajar, dulunya saya beranggapan dikarenakan shampo. Namun sejalannya waktu kerontokan tersebut tidak pernah henti-hentinya hingga rambut saya menipis. Kenapa hal ini bisa terjadi dok? Apakah saya terlalu banyak berpikir atau ada organ tubuh saya bermasalah? Mohon jawabannya dok. Terimakasih. Raha Mahasiswa FBS Wa alaikum salam Wr Wb Salam Sehat Raha, Salah satu fungsi rambut adalah memperindah penampilan seseorang baik wanita dan pria apabila dirawat dengan baik. Banyak keluhan mengenai rambut salah satunya adalah kerontokan pada rambut seperti yang Raha keluhkan, umumnya sering juga dialami oleh orang lain. Berbagai cara tradisional untuk mengatasi kerontokan rambut, seperti dengan penggunaan lidah buaya, pemakaian minyak kemiri dan lainnya pada rambut. Rambut merupakan salah satu pelengkap (derivat) kulit yang tumbuh hampir diseluruh tubuh manusia. Pertumbuhan rambut berasal dari dasar papilla (tonjolan) folikel rambut yang terletak di dalam lapisan kulit yang kedua. Folikel rambut berbentuk seperti tabung. Folikel rambut berhubungan dengan kelenjar sebasea yang berfungsi untuk melumasi rambut, pembuluh darah kulit dan otot errector pili. Kelenjar – kelenjar ini berfungsi membantu dalam pertumbuhan rambut. Kerontokan rambut lebih dikenal dengan istilah Alopesia merupakan kelainan yang ditandai dengan bercak/daerah pada kulit, dimana rambut menghilang secara komplit dan cepat. Penyebab dari kerontokan ini belum diketahui dengan jelas. Faktor – faktor pencetus kerontokan rambut saya bagi menjadi : 1. Gangguan Anatomis Rambut tersusun dari tiga lapisan dari luar kedalam yaitu kutikula, korteks, dan medulla, kerusakan pada daerah bagian dalam rambut (medulla) dapat menyebabkan rambut mudah putus. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum (zat lilin/minyak) yang memiliki muara pada folikel rambut, penyumbatan kelenjar ini dapat menyebabkan jerawat yang dapat menghalangi tumbuhnya rambut dan menghambat nutrisi bagi pertumbuhan rambut. Gangguan ini biasanya timbul akibat pewarnaan, perawatan rambut yang tidak baik 2. Gangguan Fisiologis Rambut dapat tumbuh karena adanya nutrisi dari pembuluh darah dan otot yang terdapat di sekitar rambut. Rangsangan terjadi dari saraf simpatis yang biasanya bekerja pada situasi mempercepat kerja jantung. Penyakit – penyakit endokrin biasanya pada penderita diabetes mellitus dan hipertiroidism dapat menyebabkan terjadinya kerontokan rambut. 3. Gangguan Psikis Stress emosional merupakan pencetus yang paling banyak ditemukan pada penderita kerontokan rambut. Hal ini terjadi stress emosional dapat mempengaruhi sistem kerja hormon – hormon. Dalam hal kerontokan rambut hormon yang berpengaruh adalah hormon adrenalin dan tiroksin yang akan merangsang sistem saraf simpatis, yang akan membuat folikel rambut menjadi lebih kecil sehingga rambut mudah rontok. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Pencegahan agar tidak terjadi kerontokan yang lebih banyak lagi selain pengendalian stress adalah mengkonsumsi makanan – makanan yang banyak mengandung biotin yang merupakan kelompok dari vitamin B, vitamin A. Sumber terbaik dari biotin adalah ayam, kambing, sapi, hati, ikan, kacang – kacangan, kuning telur, keju. Sumber terbaik dari vitamin A berasal dari wortel, kentang, melon kuning, pepaya, brokoli, minyak ikan, bayam, kangkung, keju, mentega, hati. Keluhan yang Raha rasakan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter spesialis kulit, apabila sudah dalam jangka waktu lama (kronis) sebaiknya diperiksa kerokan kulit kepala untuk melihat kemungkinan adanya infeksi jamur. Penggunaan shampoo sebaiknya khusus untuk pengobatan kerontokan.
Mahasiswa Intelektual (?) \
Sejatinya, mahasiswa identik dengan gerakan progresif, mahasiswa seakan penuh gagasan, dan kreativitas. Potensi-potensi positif ini terlupakan dan merupakan aset penting bagi kemajuan agama dan negara. cenderung tidak Potensi dan bakat yang mereka miliki tidak bisa begitu dipikirkan lagi. saja tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Perlu Semua itu terlihat upaya keras untuk menggali potensi dan bakat seorang dari kehidupan mahasiswa agar menjadi generasi yang terampil dan mahasiswa sekaberprestasi. Hal ini dapat dimulai dari rutinitas membaca, rang ini. Kampus menulis dan berfikir. Selain menjadi nilai plus, kegiatan sebagai pusat perini tentu akan mempengaruhi pola pikir mahasiswa, cara adaban kaum intememandang berbagai persoalan, dan peningkatkatan lektual, seolah telah kekritisannya. disulap menjadi Menurut sejarahnya, mahasiswa mampu membawa pusat fashion show perubahan pada Indonesia dari orde baru ke reformasi. para mahasiswa/i Ia memiliki gejolak dan semangat yang lebih dibandingkan dan sebagai ajang masyarakat pada umumnya. Namun, kebanyakan bermain untuk mediantaranya ada yang menggunakan predikat ‘mahasiswa’ ngisi waktu dengMuhammad Hidayat, saat ini untuk melakukan tindakan-tindakan yang amoral. Sangat an teman-teman. terdaftar sebagai mahasiswa disayangkan bila seorang mahasiswa yang dikenal dengan Setiap orang Pendidikan Kewarganegaraan FIS sebutan kaum intelektual tidak memiliki etika dan moral memang boleh berUNP. Sebagai persiapan untuk dalam setiap aksinya. Sebenarnya, semangat tanpa diikuti ekspresi, namun menjadi guru di masa depan, dengan ilmu, akhlak, dan moralitas akan membuat langkah harus diingat ada sekarang Ia sedang melakukan PKL di mahasiswa menyimpang dari nilai kebaikan. batasan yang mesti SMP 3 Batang Anai . Daya kritis mahasiswa akan mempengaruhi sikap perhatikan dan fb: Muhammad Hidayat mereka terhadap agama, bangsa dan negaranya. Mereka dijaga. Sebab, kita tidak akan menerima begitu saja semua informasi dan semua diawasi oleh pengajaran yang didapat di meja perkuliahan. Mahasiswa maha pencipta yang senantiasa melihat, dan mendengar, cerdas, biasanya menganalisis dan memahami apa yang setiap gerakan perbuatan dan gerakan hati kita. Jika mereka dapatkan, baik dari membaca, menyaksikan hal ini dapat dipahami oleh setiap orang dengan baik, berbagai peristiwa dari media, dan mendiskusikan dengan khususnya mahasiswa, tentu berbagai kerusakan akhlak, orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih darinya. moral, amal, dan ilmu akan berkurang, bahkan mungkin Oleh karena itu, mahasiswa perlu disarankan dan diberi saja tidak muncul lagi pada kehidupan selanjutnya. kesempatan yang luas untuk mengenal, memahami, dan Sebagai para penerus bangsa, pemuda/i dari berbagai mengamalkan nilai-nilai agama yang sesuai dengan daya macam kelebihan dan potensi yang dimilikinya, haruslah kritis dan cara pandangannya. Mahasiswa bahkan perlu mampu menjaga kedaulatan bangsa dan kestabilan didorong dan ditantang untuk menjadi pelopor bangsa. Sikap kritis dan optimis seharusnya selalu pembangunan rohani dalam masyarakat. ada dalam diri mahasiswa yang menjadi Sebagai kaum terpelajar, mahasiswa Agen Of Change di masa sekarang tentu harus lebih cerdas dalam berbagai dan masa depan. Dalam kaitan hal. Tidak hanya dituntut mampu dengan itu, perguruan tinggi menguasai berbagai macam ilmu diharapkan dapat membantu pengetahuan, tapi juga dituntut untuk mahasiswanya, agar mereka taat beribadah sesuai agama masingmampu mengembangkan potensi masing yang diikuti dengan akhlak baik, diri yang sejati serta agar tidak terutama dalam menjalin hubungan kehilangan jati diri didalam era dengan orang lain. Namun, nilai globalisasi. Para mahasiswa moral belum banyak dipahami dan perlu ditantang untuk disadari oleh sebagian menjadi pelopor dalam mahasiswa. Sehingga sering membangun agama, bangsa terlihat mahasiswa dan negaranya dengan melakukan tindakan-tindakan memberikan kontribusi menyimpang yang tak layak positif. dilakukan seseorang yang Mahasiswa adalah bagian bergelar ‘kaum intelektual’. Sering baris terdepan dari generasi ke kali hawa nafsu yang merajai sifat generasi. Melanjutkan apa yang manusia muncul karena manusia sudah ada dan terus menjalankerap melalaikan persoalan kannya. Suatu bangsa yang kaya moralitas, spiritualitas dan akhlak. akan SDA dan SDM namun didera Selain kurangnya pendidikan agama oleh berbagai permasalahan juga dan moral, pergaulan dan mengikuti trend menjadi salah satu tanggung jawab masa kini menjadi persoalan yang tak bisa untuk dibenahi oleh mahasiswa. Sebab, dipungkiri. Seperti kasus yang dialami ketersediaan pemimpin suatu negara mahasiswa yang malas belajar dan memilih tergantung dari pemuda/inya. Itulah menghabiskan waktu bermain game dan kenapa mahasiswa berperan sebagai browsing sehingga melupakan tugasnya Creator of Change, Agen Of Change, sebagai seorang mahasiswa. Contoh kasus Social Control dan Iron Stock. lainnya seperti mahasiswi yang fanatik terhadap Pemuda/i yang berkualitas adalah fashion up to date demi, sehingga gaya calon pemimpin terbaik yang dimiliki hidupnya mulai menyimpang. Seperti, memakai bangsa ini. Oleh sebab itulah peran pakaian yang tidak menutup aurat. Hal ini mahasiswa sangat dibutuhkan bagi Intentu bertentangan dengan budaya timur yang donesia untuk menjadi Indonesia yang dikenal sangat menjunjung tinggi etika dan lebih baik. Maka sebagai seorang yang moral. terdidik dan hidup berdampingan Grafis: Jefri Dan mengejutkan lagi, sebuah kasus di ditengah-tengah masyarakat, moralitas Yogyakarta sebagai kota pelajar, menunjukkan rentannya haruslah dibangun dalam diri seorang mahasiswa. Tidak pelajar dan mahasiswa mengalami kerusakan moral. Sebuah hanya kecerdasan IQ, namun kecerdasan EQ juga penelitian menyebutkan bahwa sekitar 80% mahasiswi kota merupakan faktor utama yang akan menjadikan ini telah kehilangan keperawanannya (Tapurnomo.blog- mahasiswa sebagi kaum yang benar-benar ber-intelek. spot.com/2010/03/mero). Sebab, karakter hedonisme lah yang Sehingga memang diharapkan, kemampuan mengakibatkan mahasiswa/i kehilangan arah dan gagal merubah moral ini dapat membawa mahasiswa kembali dalam mencapai cita-cita pendidikan. Berawal dari ke jati dirinya. Mahasiswa yang peka, bertanggungjawab pergaulan bebas, selanjutnya minum-minuman keras, dan mau berkontribusi melalui pemikiran-pemikiran narkoba, hingga memicu seks bebas. Sungguh ironis, modern demi kemajuan bangsa. Selain itu, mahasiswa mahasiswa yang mengemban tugas mulia melanjutkan juga harus mampu mengarahkan setiap kemampuan perjalanan kemajuan bangsa, negara dan agama malah dan potensi dirinya ke arah yang lebih bermanfaat melakukan aksi-aksi yang jauh dari nilai-nilai agama dan bagi diri sendiri dan orang lain. Bukan malah moral. Jika kondisi kacau tersebut dialami kaum muda sebaliknya, menyalahgunakan setiap potensi, kesempatan secara terus-menerus, maka sungguh tragis kondisi kaum dan kelebihan yang dimiliki hingga akhirnya merugikan muda hari ini. diri sendiri. Alhasil, ketika mahasiswa sudah mampu Mahasiswa kini, sudah lupa pada tugas dan hakikatnya. mengemban semua tanggungjawab yang ditompangkan Karakter intelektual, kritis, analisa tajam, dan di pundaknya, kekhawatiran akan sedikitnya calon memperjuangkan masa depan bangsa, seolah-olah punah pemimpin yang baik di negeri ini akan beransur-ansur atau hilang dalam jati dirinya. Peran sejatinya sebagai mengabur.
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
9
Kurikulum LPTK; Dilema Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 untuk pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi akan dilaksanakan pada semester pertama tahun 2013 ini. Telah dialokasikan anggaran secara fantastis melonjak menjadi 2,4 triliun rupiah dalam kurun waktu satu bulan (Tribunnews.com Kamis 28 Maret 2013). Kesiapan dalam pelaksanaan kurikulum pun sudah dirancang oleh pemerintah, adanya pelatihan guru, merancang silabus, dan buku yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Pelaksanaan kurikulum tentu langsung tertuju pada sekolah atau guru. Guru tidak lagi dituntut menyiapkan silabus dan bahan ajar seperti kurikulum 2006 lalu, karena buku ajar sudah disiapkan pemerintah. Hal ini tentu akan mengurangi beban kerja guru. Namun, guru tetap menjadi objek yang harus dilatih dan didampingi dalam pelaksanaan kurikulum ini, terutama dalam proses pembelajaran di sekolah. Menanggapi hal ini Wamendikbud Musliar Kasim, menjelaskan inti kurikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan dan tematik integratif. Kurikulum disiapkan untuk mencetak generasi yang menghadapi masa depan, pembelajaran tematik, kedalaman implementasi kurikulum, dan menawarkan kesempatan pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan” (Padang Ekspres, 3/04/2013). Tematik integratif maksudnya materi ajar berdasarkan mata pelajaran tertentu, atau bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Perubahan kurikulum 2013 tidak menjadi persoalan sekolah saja, hal tersebut juga berpengaruh pada Kurikulum di Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK). Sebab, LPTK cenderung mengalami perubahan dan mementingkan ilmu atau kebijakan dari lulusan yang akan dihasilkan. Melalui LPTK tentu akan menghasilkan calon tenaga pendidik yang beorientasi terhadap ilmu dan mata kuliah, dan dapat menunjang kemampuan dalam mengajarkan masingmasing disiplin ilmu. Mata kuliah yang diajarkan pun mengantarkan lulusannya untuk menguasai kedua kemampuan tersebut. Dulu LPTK yang dikenal sebagai ‘wider minded’ akhirnya berubah nama menjadi universitas. Hal ini dikarenakan adanya keinginan untuk menghilangkan keraguan terhadap kualitas lulusan yang hanya
berorientasi untuk menjadi guru, dan hasilnya akan melemahkan penguasaan materi ilmu pengetahuan yang diajar. Perubahan menjadi universitas menjadikan lulusan sebagai “sarjana plus” yang menguasai dari masingmasing disiplin ilmunya dengan baik, serta memiliki kemampuan untuk mengajarkan ilmu tersebut, bukan sebagai lulusan yang memiliki kemampuan bidang pengajaran tetapi tidak memiliki penguasaan ilmu dengan baik. Berkaca pada program kurikulum sebelumnya, tidak ada dinamika nyata yang dilakukan kurikulum sebelumnya, dan perubahan kurikulum 2013 kini adalah hal yang wajar. Lalu muncul pertanyaan, apakah kurikulum tematik integratif untuk sekolah dasar dan menengah 2013 ini akan relevan dengan kebutuhan kurikulum LPTK yang menghasilkan calon
kurikulum pendidikan tinggi, sebab di perguruan tinggi mata kuliah sudah merupakan pengenalan dan pendalaman keahlian di bidang ilmu tertentu. Jadi rasanya sangat membingungkan menyatukan beberapa mata pelajaran yang semula hanya dua atau tiga sks diubah menjadi delapan atau sepuluh sks, atau berdalih pada tematik integratif. Oleh karena itu standar kurikulum yang diharapkan pada jenjang kualifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) mengharapkan pada kualifikasi standar kualitas/mutu lulusan yang dihasilkan dengan learning outcomes (standar apa yang harus dikuasai), tidak dengan mengurangi jumlah mata kuliah dan menambah jam pelajarannya, seperti pelajaran siswa sekolah dasar. Kualifikasi KKNI juga mengharapkan kurikulum di LPTK yang diberikan pada mahasiswa harus relevan, dengan standar kualifikasi sebagai calon guru atau menghasilkan lulusan sesuai dengan strata yang diprogramkan. Maka, lulusan PGSD tentu tidak sama dengan lulusan program studi lainnya yang akan menghasilkan calon guru di SLTP dan SLTA, walaupun sebenarnya standar tujuh untuk profesi guru atau guru profesional di KKNI belum terpenuhi dari lulusan sarjana pendidikan. Pada kurikulum 2013 untuk SMA/MA terdapat kelompok mata pelajaran wajib dan pemi-
Grafis: Jefri
guru? Atau kurikulum di LPTK harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan lulusan untuk mengajar di sekolah? Dan apakah mata kuliah di LPTK juga harus tematik integratif? Jika dikaji lebih dalam tidaklah tepat model tematik integratif diterapkan pada
natan yang sesuai dengan mata kuliah dan program studi di LPTK. Untuk kelompok peminatan Matematika dan Sains yang wajib dipelajari adalah Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia. Mata Pelajaran wajib untuk
Adri Febrianto, S.Sos., M.Si, yang biasa dipanggil Anto, lahir di Padang, 28 Februari 1968. Saat ini Ia mendedikasikan diri sebagai ketua Jurusan Sosiologi FIS UNP. Email : febrianto_unp@yahoo.com
peminatan Sosial adalah Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Antropologi, dan Ekonomi. Mata pelajaran wajib untuk peminatan Bahasa terdiri dari Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Asing lainnya serta Antropologi, ditambah dengan mata pelajaran pilihan minat dan bakat. Pada kurikulum 2013 mata pelajaran Sosiologi berubah menjadi Sosiologi dan Antropologi. Bagian ini diulas, dikarenakan sedikit program LPTK di Indonesia yang memiliki Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi, seperti UNP, UNS Solo dan Unnes Semarang. Di Unimed Medan terdapat Prodi Pendidikan Antropologi dan di Universitas Negeri Jakarta terdapat Prodi Pendidikan Sosiologi. Di UNP prodi ini bernaung di Jurusan Sosiologi. Pada kurikulum 2013 diharapkan mata kuliah antropologi setara dengan mata kuliah sosiologi, dan mata kuliah keahlian pendidikan dan pengajaran, atau mata kuliah antropologi seharusnya lebih banyak karena antropologi diajarkan khusus di peminatan bahasa di SMA. Pemikiran ini sebagai dasar learning outcomes untuk calon guru. Di samping itu kurikulum di berbagai prodi juga harus diperhatikan penguasaan ilmu pengetahuan lulusannya. Artinya prodi juga mempertimbangkan kemampuan lulusan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian untuk mengajarkan masing-masing disiplin ilmu tersebut.
Jika Anda mengalami masalah Psikologi, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh Niken Hartati, S.Psi, M.A Assalamualaikum Wr. Wb Saya mau bertanya kepada Ibuk pengasuh konsultasi psikologi SKK Ganto. Saya bermasalah dalam hal mengontrol emosi. Emosi saya tiba-tiba meledak begitu saja ketika ada orang yang membuat hati saya tidak senang. Bahkan saya sering membanting barang-barang berharga misalnya handphone, dan helm. Begitu sulit rasanya untuk mengontrol emosi. Banyak sekali kerugian yang saya buat, padahal setelah itu saya menyesal. Agus Andriyani Wa’alaikum salam wr.wb. Pertama-tama saya bersyukur karena Nanda menyadari bahwa luapan emosi yang Nanda rasakan merupakan perilaku yang mengganggu dan Nanda memiliki keinginan untuk mengubahnya. Sebelumnya, Nanda perlu mengetahui bahwa emosi merupakan reaksi spontan yang dapat disebabkan oleh aktivitas pikiran maupun perilaku yang dilakukan. Hal itu membuat pengendalian emosi terasa sulit untuk dilakukan. Reaksi fisiologis yang terjadi pada saat kita mengalami emosi yang meluap akan saya jelaskan sebagai berikut. Aktivitas
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Sulit Kendalikan Emosi
pikiran (utamanya pikiran-pikiran negatif) mengirimkan sinyal tanda bahaya ke bagian otak yang memproses emosi (bagian otak primitif), kemudian mengaktifkan kelenjar tertentu untuk melepaskan hormon yang dapat memecahkan cadangan gula untuk diubah menjadi energi yang sebenarnya berfungsi untuk mengatasi ancaman (fight or flee). Selama proses tersebut berlangsung, intensitas pikiran negatif yang tinggi membuat bagian otak primitif kita bekerja secara dominan dan menghambat kinerja otak kritis (akal sehat) kita. Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menekankan pada dua kejadian penting dari emosi. Pertama adalah pikiran-pikiran negatif dan kedua mekanisme pemecahan gula menjadi energi yang berpotensi menimbulkan perilaku amuk. Kita bahas faktor pencetusnya terlebih dahulu yaitu pikiran negatif. Dengan asumsi bahwa Nanda sering marah, dapat diketahui bahwa Nanda sering memproses informasi yang masuk dengan menghubungkannya pada situasi-situasi yang mengancam harga diri. Karena sering melakukannya maka
proses tersebut berjalan seolah-olah otomatis. Hal ini harus dihentikan dengan melakukan latihan-latihan untuk memodifikasi informasi yang masuk. Cara pertama yang saya sarankan adalah, ketika Nanda mendapatkan informasi yang tidak menyenangkan terkait perbuatan orang lain terhadap Nanda, jangan langsung bereaksi, melainkan lakukan aktivitas relaksasi, yang termudah ialah menghirup nafas dalam-dalam kemudian melepaskannya perlahan (lakukan berulangkali dan pastikan bahwa otak teraliri oksigen sehingga tetap mampu berpikir kritis). Gunakan juga nasehat Nabi Muhammad SAW, yaitu jika Nanda sedang berdiri, duduklah, jika duduk belum juga reda, rebahlah. Jika luapan emosinya terlanjur berubah menjadi letupan energi, maka yang perlu Nanda lakukan ialah menyalurkannya dengan aktivitas fisik berat. Mengantisipasi perilaku membanting benda-benda di sekitar Nanda, bagaimana kalau Nanda langsung push-up saja 100x. Intinya ialah energi tersebut harus dihabiskan terlebih dahulu
agar akal sehat Nanda kembali berfungsi. Setelah Nanda mengendalikan aktivitas fisiologis emosi tersebut, latihlah pemrosesan informasi yang positif. Pertama-tama tempatkanlah diri Nanda pada posisi orang yang Nanda anggap bersalah (perspektif taking) dan cobalah merasakan apa yang melatarbelakangi perbuatannya pada Nanda (empati). Usahakan “warna” pikiran tersebut mengarah pada usaha untuk memaklumi kekurangan orang yang bersangkutan dan berpikir positif terhadap peristiwa yang Nanda alami. Penekanan yang kedua dari reaksi emosi Nanda ialah pengendalian makananmakanan yang dapat diubah menjadi energi yang meluap (nasi dan daging misalnya). Makanlah secukupnya dengan komposisi seimbang serta kaya serat. Terdapat sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa diet vegetarian dapat mengurangi reaksi emosi yang berlebihan. Demikian saran saya, namun keberhasilan Nanda sangat tergantung pada kesungguhan Nanda untuk mengubah kebiasaan Nanda sendiri. Selamat mencoba.
10
Liputan Khusus
Terminal Bayangan UNP: Tetap Eksis “Jika calon penumpang tidak menunggu bus di depan kampus UNP, otomatis para sopir bus juga enggan berada disana”. Oleh Media Rahmi Sebuah motor berpenumpang seorang gadis berhenti di depan gerbang dua Universitas Negeri Padang (UNP). Dalam waktu sekejab, seorang pria paruh baya melesat ke arah gadis tersebut. Tanpa basa-basi, pria ini langsung melemparkan sebuah pertanyaan pada sang gadis yang telah ribuan kali ia utarakan pada setiap orang yang berlalu lalang di sana. Pria ini adalah kenek bus jurusan Padang-Pasaman. Biasanya, ia takkan berhenti menawari seseorang dengan satu pertanyaan pamungkasnya “Mau kemana Bu/Pak/dek,” hingga yang ditanyai merespon atau malah tidak acuh sama sekali. Hal seperti ini tidak hanya terjadi di gerbang dua UNP saja, melainkan hampir di sepanjang trotoar depan kampus UNP. Layaknya sebuah terminal, di wilayah ini terdapat para penjual cemilan dan makanan khas lainnya. Tak hanya itu, bus-bus juga berhenti mencari penumpang dengan kenekkenek yang selalu siap siaga mencari calon penumpang. Keberadaan terminal bayangan yang sudah empat tahun ini bukan berarti dibiarkan begitu saja. Penertiban mulai dari teguran hingga tindakan tegas telah dilakukan, namun terminal ini tetap saja eksis. Bus-bus yang ngetem akan memakan sebagian badan jalan. Akibatnya, kesemrawutan lalu lintas bahkan kecelakaan tak dapat dihindari. Martalita Sari, mahasiswa
Jurusan Fisika TM 2012 mengungkapkan bahwa ia adalah salah satu korbannya. Dalam kecelakaan yang dialaminya tersebut, nasib mujur ia hanya mengalami lebam dikaki. “Waktu itu di depan UNP sangat macet” ujarnya, Kamis (11/4). Hal yang tak jauh berbeda juga diutarakan oleh Azizah, mahasiswa Jurusan Sejarah TM 2010. Walaupun mengaku pernah memanfaatkan jasa terminal bayangan ini, Azizah mengatakan bahwa terminal bayangan tersebut memang merusak keindahan kampus. “Bus-bus dan pedagang itu menjadikan kampus terlihat tidak rapi,” ujarnya, Jumat (21/4). Azizah menyarankan agar kampus punya revolusi eksternal untuk menyelesaikan permasalahan ini. Selain itu, mahasiswa juga harus ikut andil mendukung pembersihan terminal bayangan. Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Padang, Drs. H. Firdaus Ilyas, MM., menyatakan untuk menertibkan terminal bayangan tersebut, pihak Dishub telah memasang rambu peringatan yang melarang bus untuk berhenti menunggu penumpang di depan kampus UNP. “Mereka hanya boleh menaikkan dan menurunkan penumpang saja. Bukan ngetem di sana,” terangnya, Kamis (18/4). Lebih lanjut ia menjelaskan untuk sementara hingga terminal kota Padang akan dibangun, bus-bus diperbolehkan untuk ngetem di sepanjang Jalan Jhoni Anwar hingga Jalan S. Parman sebelum kawasan Basko Grandmall. “Walaupun demikian, tetap saja bus-bus nakal itu ngetem di depan kampus UNP”, lanjutnya. Sehubungan dengan itu, awal April lalu pihak Dishub dibantu Satuan Polisi Pamong Praja mengulang kembali aksi penertiban terhadap bus nakal dan pedagang kaki lima yang nongkrong di depan UNP. “Efeknya
Abaikan Rambu: Walaupun rambu dilarang berhenti telah dipasang di sepanjang jalan di depan kampus UNP, masih saja ada bus yang mengabaikannya dan ngatem untuk mencari penumpang, Rabu (1/5). f/Media
hanya beberapa hari dan mereka ulangi lagi,” ungkap Firdaus Ilyas, Kamis (18/4). Ia menambahkan tindakan tegas dari penegak hukum seperti pihak kepolisian lalu lintas sangat diperlukan dalam hal ini. Keberadaan rambu peringatan di pinggir jalan kampus UNP sudah bisa dijadikan landasan untuk bertindak tegas terhadap para pelanggar. Mengenai keberadaan terminal bayangan ini, pihak Polisi Lalu Lintas (Polantas) Padang Utara angkat bicara. “Wilayah kerja kami sebagai polantas hanya menertibkan jalanan yang macet, bukan menertibkan terminal bayangan,” tegas M.A. Harahap, Kamis (25/ 4). Lebih jelasnya M.A. Harahap menerangkan bahwa pihak Polantas Padang Utara hanya bekerja mengatasi kemacetan di beberapa titik, seperti kawasan
Cendrawasih dan simpang Tunggul Hitam, dan titik-titik rawan lainnya. Selain itu, untuk menertibkan terminal tersebut tentunya memerlukan kerjasama banyak pihak, seperti Polres, Batalyon, dan lain sebagainya. Jumlah personil yang sedikit, semakin membatasi gerak-gerik Polantas dalam menangani berbagai permasalahan lalu lintas. Dari keseluruhan Polantas yang ada, hanya empat orang yang dikhususkan untuk menertibkan lalu lintas di sekitar UNP. Menurut M.A Harahap, jika calon penumpang tidak menunggu bus di depan kampus UNP, otomatis para sopir bus juga enggan berada disana, menimbang keberadaan terminal bayangan tersebut akan semakin mengganggu kelancaran arus lalu lintas.
Di Balik Payung Ceper “Yang memandang buruk itu cuma orang dari luar. Orang sekitar sini, siapa lo siapa gua, nggak peduli,” ujar Opet, pemilik usaha kafe payung ceper. Oleh Jefri Rajif dan Wezia Prima Zolla Langit sore Pantai Puruih Padang, Senin (8/4) tampil apik dengan sinar matahari yang perlahan tenggelam di ufuk barat. Berbagai macam kendaraan lalu lalang di jalan raya depan Kafe Opet, pemilik usaha kafe payung ceper. Disebut payung ceper karena tinggi payung yang digunakan hanya sekitar 1 meter di kawasan Pantai Puruih Padang. Di samping kafenya, telah terkembang 30 payung yang siap untuk diisi oleh pelanggan. Sembari duduk di kursi plastik putih, sesekali Opet mengajak pasangan muda-mudi yang sedang berkendara motor untuk mampir ke kafenya. “Masuaklah diak, masih banyak yang kosong,” ajaknya. Opet telah memulai usahanya sejak 5 tahun lalu sebagai pedagang di kawasan itu, hanya saja baru menjadi pedagang dengan menggunakan payung ceper ini baru dua tahun yang lalu. Pada awalnya, Opet menggunakan tenda biru. Tenda yang menggunakan terpal biru dan dibentuk sedemikian rupa hingga berbentuk sebuah kamar sebagai pendamping usaha kafenya. Namun karena adanya larangan dari pemerintah, maka usaha tenda biru tidak dipakai lagi. Meskipun sekarang masih ada satu-satu pedagang di pinggiran pantai Padang yang tetap menekuni usaha itu. Peralihan dari tenda biru ke payung ceper membutuhkan biaya yang besar. “Butuh dana hingga 50 juta rupiah. Beli
payung, meja, kursi dan penimbunan lahan yang awalnya landai dan penuh bebatuan,” jelas Opet. Setiap harinya, ibu tiga anak ini bisa mendapatkan penghasilan minimal 500 ribu rupiah. “Kalau ramai, bisa hingga 1 juta dalam satu hari,” ujarnya, Senin (8/4). Opet memasang tarif Rp. 20.000,- untuk pemakaian satu payung dan 2 botol minuman. Kendati usaha yang sedang digelutinya sekarang mendapat pandangan negatif oleh orang-orang, Opet tetap menjalananinya. Yang memiliki pandangan seperti itu orang luar. “Orang sekitar sini, siapa lo sia gua, nggak peduli,” tutur Opet. Bagi penduduk di sekitar pantai, pandangan terhadap keberadaan payung ceper ini sudah lumrah. Karena kebanyakan penduduk di sana juga menggeluti usaha yang sama. “Uni mengawasi setiap pengunjung yang masuk, kok,” jelas Opet. Setiap akan mengantar minuman atau makanan. Kalau ada yang sudah kelewatan batas, akan ditegur. Bagi Opet, pasangan muda-mudi yang sedang berpacaran kemudian melakukan cumbu berpelukan dan lainnya yang masih dibatas wajar, merupakan hal biasa. “Namanya juga orang pacaran,” jelasnya. Kecuali kalau sudah sampai membuka pakaian dan melakukan hubungan, baru melewati batas. Mengenai perizinan usaha ini, Opet mengaku kalau dulu membayar retribusi sebesar lima ribu rupiah ke Dinas Pariwisata kota Padang. Namun sekarang sudah tidak ada lagi pungutan itu. Opet dan rekanrekan disana menjalani usaha sendiri-sendiri. Ketika ada razia dari Satpol PP, mereka menurutinya, “Disuruh meninggikan payung, ya ditinggikan,” jelas Opet. Beberapa meter dari kafe Opet, Rina juga mengadu nasib dengan berjualan makanan kerupuk kuah dan minuman mineral di kawasan jembatan layang yang belum lama ini diresmikan pemakaiannya. Ketika ditanya pendapatnya mengenai keberadaan
Tenda Ceper: Sepasang muda-mudi sedang menggunakan jasa payung ceper yang disediakan oleh pemilik kafe di pinggiran pantai Puruih Padang, Minggu (5/5). Meskipun ada pandangan miring terhadap payung ceper, usaha ini tetap banyak diminati oleh pasangan muda-mudi. f/ Zolla
payung ceper sebagai sesama pedagang, Rina hanya bisa mengatakan tidak apa-apa. Hanya saja, kalau bisa menjalani usaha yang tidak dipandang jelek oleh orang banyak. “Melihat payung rendah itu pikiran orang banyak, ya jadinya tidak baik,” jelas Rina. Melihat fenomena payung ceper dan pedagang kaki lima di kawasan pariwisata Pantai Puruih ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang di wakili oleh Kepala Seksi Perizinan dan Pembinaan Usaha Pariwisata, Efit Diardi, SE, M.Si memberikan penjelasannya. Efit menjelaskan bahwa dari pihak Dinas Pariwisata sebenarnya telah ada memberikan aturan bahwa pemakaian payung dengan tinggi 2,5 meter, namun para pedagang tidak mengindahkan. “Ada juga yang memasang payung tinggi, tapi dibawahnya tetap dipasang payung ceper.
Sama saja,” jelas Efit, Kamis (2/4). Bahkan Pemerintahan Kota Padang telah membagikan payung setinggi 2,5 meter sebanyak 150 unit, masing-masing 10 payung untuk tiap kedai, tapi pedagang tetap saja memakai yang ceper. “Malahan ada diantara mereka yang menjual kembali payung tersebut,” jelas Efit. Dinas pariwisata juga telah melakukan pendekatan. Bahkan dari Dinas telah melakukan berbagai macam aksi, membongkar, mengobrak-abrik, tapi menjamur lagi. Surat peringatan juga telah dilayangkan kepada para pedagang, “Kami sampai bosan,” keluh Efit. Bahkan pernah Satpol PP datang untuk razia, malah Satpol PP yang diserang balik oleh pedagang. “Merubah kebiasaan itu memang susah,” tutup Efit.
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
11
Telusur
Parade Hari Teater Sedunia ke-52 Lahirnya hari teater se-dunia ini terjadi pada tahun 1961 yang dicetuskan Institut Teater Internasional (ITI) dengan membawa pesan kebudayaan dan perdamaian internasional. Sejak itu, hari teater ini selalu diperingati seluruh masyarakat dunia.
Oleh Mardho Tilla
Matahari sudah meninggalkan sudut tegak lurus terhadap bumi sejak setengah jam yang lalu. Teriknya masih membakar ubun-ubun saat riuh klakson dan dengung puluhan kendaraan bermotor memekakkan telinga. Rombongan pemuda penuh semangat turun dari kendaraan mereka masing-masing tepat di depan gedung Rektorat lama Universitas Negeri Padang (UNP), Rabu (27/3). Gelagat mereka menarik perhatian, menunjukkan akan ada sesuatu. Benar saja, mereka berkumpul untuk pementasan teater guna memperingati hari teater se-dunia yang ke-52. Komunitaskomunitas teater Sumbar yang tergabung dalam Salingka Teater (Sate) Padang seperti Rumah Teduh, RK Serunai Laut, Podjok Art Space, teater Imam Bonjol, Komunitas Seni Nan Tumpah dan yang lainnya menggelar parade pertunjukan teater di beberapa titik kota Padang dengan mengusung tema “Rakyat Teater Rakyat”. Latar belakang digelarnya parade ini bertolak dari lahirnya hari teater se-dunia pada 27 Maret 1961 yang dicetuskan Institut Teater Internasional (ITI). Sejak itu hari teater ini selalu diperingati seluruh masyarakat dunia dengan membawa pesan kebudayaan dan perdamaian internasional. Di Padang, parade dimulai dari Selasa (26/3) di Parkit
Air Tawar Barat oleh komunitas Teater Langit berjudul “Suara Patung-Patung” yang disutradarai Mila K Sari. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukkan di Danau Cimpago Purus yang dilakoni Rumah Teduh berjudul “Ovarium” dan malamnya komunitas Podjok Art Space menampilkan persembahan mereka yang berjudul “Ruang Pagar 5” di ruang Chairil Anwar Taman Budaya (Tambud) Padang. Lokasi pertunjukan ini dipilih karena merupakan titik keramaian masyarakat kota Padang. Berlanjut esok harinya, halaman depan gedung rektorat lama UNP disulap menjadi panggung pertunjukan bagi RK Serunai Laut. Kelompok ini menyumbangkan teater berjudul “Anjing-Anjinglah,” yang disutradarai oleh Robby W Riyodi, Mahasiswa Sastra Indonesia UNP. Tak ingin tanggung-tanggung dalam berekspresi, pertunjukan ini menyulap lima pemain menjadi sosok serba putih dengan dilumuri kapur serta diikat tali dengan berbagai pose yang melambangkan panca indra manusia. “Anjing-anjinglah,” merupakan ungkapan ketidakpedulian yang pekat dan berpilin dengan waktu. Robby menjelaskan tali yang mengikat gestur-gestur ini melambangkan waktu yang bisa ditarik ulur dan dikendalikan manusia serta ketidakpedulian yang melahirkan penyesalan. “Pada hakekatnya tidak ada manusia yang tidak peduli, yang ada hanya terlambat peduli” ujar Robby Senin, (8/4). Bertolak dari penampilan “AnjingAnjinglah”, rombongan Sate melesat menuju Lubuak Lintah sekitar jam 16.00 WIB, dimana teater Imam Bonjol menggelar aksi panggung di halaman depan Ruang Serba Guna (RSG) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Iman Bonjol Padang. Teater berjudul “WajahWajah” yang disutradarai Julnadi Indapura ini menceritakan isu-isu global yang mencuat di Indonesia saat sekarang. Wajah merupakan hati dan rumah pemiliknya.
Kibarkan Bendera: Seorang pemain teater mengibarkan bendera Merah Putih dalam pertunjukan berjudul “Wajah-Wajah”, di kampus IAIN Imam Bonjol Padang, Rabu (27/3). f/Ariyanti.
Mengapa wajah, menurut Julnadi wajah tersebut pusat dari teater, “Simbol teater itu topeng yang menutupi wajah.” Tutur Julnadi Rabu, (27/3). Penampilan “Wajah-Wajah” telah membuat masyarakat IAIN tumpah ke jalan dan berkerumun untuk menonton pertunjukan seni ini. Sukses menarik perhatian di IAIN Imam Bonjol, para penambang seni ini meluncur lagi menuju pelataran parkir Tambud Padang untuk mempersiapkan pertunjukan selanjutnya. Sekitar pukul 17.00 WIB Komunitas Seni Nan Tumpah dari HMJ Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang menampilkan pertunjukan teater terakhir hari itu dengan judul “Di Luar Kepala Kita” yang disutradarai Yose Fendia Sinta.
Tampaknya hari itu begitu panjang, dalam sehari ditampilkan tiga pertunjukan di tiga lokasi berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa Sumbar merupakan salah satu penggiat teater di Indonesia dengan sasatrawan yang tidak diragukan lagi kemampuannya. Parade peringatan hari teater sedunia ini ditutup dengan malam puisi bertema “Ini Cara Gue Baca Puisi, Masalah Buat Loe” di panggung pertunjukan Tambud Padang. Para sastrawan menbacakan puisi mereka dengan cara dan gaya sendiri. Malam itu penonton bisa menyaksikan pembacaan puisi dengan kolaborasi musik rock dan kolaborasi unik lainnya. Kemeriahan hari teater ini ditutup dengan alunan musik yang meruap bersama syair-syair yang melelapkan malam.
Aia Panyambuah; Sisi Unik Rumah Gadang Setelah penyakit seseorang itu sembuh atau hajatnya tercapai, biasanya orang itu kembali lagi ke Rumah Gadang mande Rubiah. “Katanya untuk membayar nazar, karena dahulu mereka bernazar jika penyakitnya sembuh atau hajatnya tercapai mereka akan berdoa di Rumah Gadang Mande Rubiah ini
Oleh Liza Rosa Lina Rumah Gadang mande Rubiah menurut sejarahnya merupakan milik salah satu keluarga yang dipercaya sebagai keturunan Bundo Kanduang. Seorang raja perempuan Minangkabau abad 16 yang menyelamatkan diri dari musuhnya, Raja Tiang Bungkuk pada kisah Cindua Mato yang menyerang Pagaruyung dari Timur. Ia menyelamatkan diri bersama anaknya Dang Tuanku Remendung Syah Alam dan menantunya Puti Bungsu putri Raja Mudo, Rajo di renah Sekalawi yang sekarang Kabupaten Lebong. Hingga kini masih terdapat makam keluarga Kerajaan Pagaruyung di nagari Lunang dan juga sebuah Rumah Gadang yang tak lain adalah istana Bundo Kanduang. Rumah Gadang Mande Rubiah terletak di Kecamatan Lunang Silaut, sekitar 157 km dari Kota Painan dan lebih kurang 5 jam dari kota Padang. Bundo Kanduang yang kemudian berganti nama menjadi Mande Rubiah, sampai sekarang tahta kebesarannya masih berlanjut hingga Mande Rubiah VII. Keberadaan Mande Rubiah sebagai penerus kebesaran Bundo Kanduang diakui di tengah-tengah masyarakat tidak hanya di
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Nagari Lunang, akan tetapi sampai ke daerah-daerah yang pernah dipengaruhi oleh kekuasaan Minangkabau seperti Indopuro, Muko-Muko (Bengkulu), Jambi, dan Palembang. Masyarakat setempat percaya dengan kekeramatannya. Setiap hari biasa Rumah Gadang ini selalu dikunjungi. Terlebih pada saat lebaran, lebih banyak pengunjung yang berasal dari dalam daerah ataupun luar daerah seperti Jambi, Palembang, Bengkulu dan lain sebagainya. Selain untuk berkunjung ada juga yang bertujuan membayarkan nazar. Masyarakat percaya bahwa dengan bernazar di Rumah Gadang Mande Rubiah, penyakit akan sembuh. Selain berobat, juga ada yang bernazar lainnya, misalnya mendapatkan keberuntungan dan menghindari kemalangan. Menurut Bobi salah seorang warga setempat, Rumah Gadang Mande Rubiah ini memiliki keunikan tersendiri. “Salah satu tiang di Rumah Gadang itu dapat mengeluarkan air,” ungkapnya, Minggu (28/ 4). Ia juga menambahkan air yang berasal dari salah satu tiang Rumah Gadang Mande Rubiah sudah ada sekitar 7 abad yang lalu. Air yang dikeluarkan tersebut tidak sama dengan air yang ada di hulu atau air jenis lainnya. Tiang yang mampu mengeluarkan air ini berasal dari pohon jelatang. “Air itu hanya bisa di ambil oleh mande rubiah saja,” ungkapnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Jusar, salah seorang tokoh masyarakat setempat, Mande Rubiah sendiri dipercaya sebagai seorang yang sakti (orang bertuah). Jadi diantara mereka yang datang ke Rumah Gadang mande Rubiah ini bukan saja orang yang ingin berobat, tetapi mereka juga memiliki hajat. Jika mereka punya suatu hajat dan menghajatkannya ketika meminum air yang keluar dari tonggak Rumah Gadang mande Rubiah ini maka Insya Allah hajat itu akan tercapai. Setelah
Pusat Sakral: Rumah Gadang Mandeh Rubiah menjadi pusat yang sakral Masyarakat Lunang dan wilayah sekitarnya. Berbagai kegiatan adat dan keagamaan bahkan kebutuhan alternatif ekonomi seperti ritual Tolak Bala di pusatkan di rumah gadang ini. f/doc
penyakit seseorang itu sembuh atau hajatnya tercapai, biasanya orang itu kembali lagi ke Rumah Gadang mande Rubiah. “Katanya untuk membayar nazar, karena dahulu mereka bernazar jika penyakitnya sembuh atau hajatnya tercapai mereka akan berdoa di Rumah Gadang Mande Rubiah ini,” terangnya Rabu (1/5). Menurut Novel Nofriansyah, salah seorang anak dari Mande Rubiah, air yang keluar dari tiang hanya bisa dilihat oleh mande rubiah. Ia juga mengakui segala penyakit itu hanya Allah yang bisa menyembuhkan bukan air itu. “Air itu hanya perantara,” ungkapnya, Minggu (5/5). Selain untuk berobat atau pun membayar nazar, Rumah gadang ini bisa juga menjadi tujuan wisata sejarah. Salah satunya melihat kuburan tua yang ada disekitar komplek
Rumah Gadang Mandeh Rubiah yang dipercaya sebagai kuburan Raja Pagaruyung dan pengikutnya. Nantinya dengan senang hati turunan Mande Rubiah yang tinggal di Rumah Gadang tersebut akan menjelaskan sejarah yang cukup menarik tersebut. Di Rumah Gadang ini juga terdapat koleksi benda-benda pusaka minangkabau lainnya dan juga ada sebuah telur besar talua garudo (telur burung garuda). Menurut pengakuan salah seorang pengunjung, Nurhayanis, anaknya telah bertahun-tahun menderita penyakit, hingga badannya kurus. Setelah diberitahukan bahwa Mande Rubiah bisa menyembuhkannya, ia mencoba untuk datang ke Rumah Gadang. “Alhamdulillah anak saya sembuh dari penyakitnya,” ungkapnya ketika ditemui di Rumah Gadang, Kamis (31/1) lalu. Liza
12
Fokus Ketika Art menyerang UNP Art is not what you see, but what you make others see. Seni bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu buat orang lain melihatnya—Edgar Degas.
Manfaatkan Lahan: Meski dalam kondisi sudah rusak dan ditumbuhi tanaman liar, tembok yang terdapat di dekat Jurusan Senirupa ini tetap dimanfaatkan sebagai wadah karya seni, graffiti, Rabu (24/4). f/ Media.
Kehidupan kita takkan pernah lepas dari yang namanya seni. Baik itu seni audio, visual, atau pun audio-visual. Melalui seni setiap orang bebas mengekspresikan diri dan perasaannya. Salah satu karya seni yang sedang booming yaitu street art. Street art merupakan karya seni yang penempatannya wajib bersinggungan dengan khalayak agar pesan-pesannya tersalurkan. Medium utama karya seni ini berupa dinding atau tembok. Pada awalnya street art ini dipopulerkan di New York pada tahun 1980-an yang terdiri dari berbagai jenis, diantaranya: graffiti, mural, dan stensil. Masing-masing jenis ini tentunya mempunyai teknik pengerjaan yang berbeda-beda. Berikut beberapa karya seni street art yang diabadikan fotografer Ganto. Foto & Teks Foto: Media Rahmi Desain & Tata Letak: Meri Susanti
Asal tempel: Karya seni yang biasanya tertempel di dinding atau tembok ini sedikit berbeda. Karya seni bermotifkan seorang wanita ini tertempel di tiang atap koridor menuju gedung yang dulunya disebut Gedung Hijau. Rabu (24/4). f/Media.
Mulai Berlumut: Salah satu Street Art jenis Grafitti ini juga dapat ditemukan di tembok belakang gedung Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Saat ini terlihat kondisi tembok telah mulai berlumut, Rabu (24/4). f/Media.
Pembuatan stensil: Seorang mahasiswa tengah mengerjakan stensil (salah satu karya street art). Dengan menempelkan sejumlah kertas yang disusun sedemikian rupa, stensil ini menghiasi dinding UKKPK, Sabtu (27/4). f/Media. Menarik Perhatian: Keberadaan karya seni di UNP tak hanya sebatas di Fakultas Bahasa dan Seni saja. Sebagai contoh mural dengan gambar manusia berkepala anjing di dinding jalan menuju gedung Mata Kuliah Umum UNP. Terlihat seorang pengguna jalan tengah mengamati mural ini, Selasa (23/4). f/Media.
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Teropong
Dari Gaza untuk UNP
ponen-komponen baru yang dibutuhkan untuk mengem bangkan robot-robot mereka. Terle bih untuk mendapatkan komponenkomponen tersebut mereka memesan nya ke pulau Jawa. Rifki berharap agar ada pasokan dana lebih lagi supaya bisa menciptakan robot dengan kualitas yang lebih bagus. Kini, Rifki dan rekan-rekan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Tim Robotik Gaza: Anggota tim robotik Gaza dan robot-robot yang Kontes Robot Na diikutsertakan dalam Kontes Robot Nasional Indonesia 2013 di sekretariat tim robotik, Rabu (1/5).f/Media sional 2013 yang akan dilaksanakan Tim robotik “Gaza” Fakultas Teknik di Semarang, tepatnya di Universitas (FT) membukukan nama Universitas Dian Nuswantoro pada tanggal 16 Juni Negeri Padang (UNP) pada Kontes Robot mendatang. Memalui kontes ini mereka Nasional Regional Sumatera 2013 yang ingin melanjutkan keberhasilan di divisi diadakan di STMIK Teknokrat, Lampung, sepak bola dan seni. Sedangkan untuk 18-20 April lalu. Berpartisipasi dalam divisi berkaki dan beroda masih menung empat kategori lomba, tim ini berhasil gu keputusan dari tim kontes robot, kare memenangkan dua kategori, yaitu Kontes na dari masing kategori yang meraih juara Robot Sepak Bola Indonesia dengan nama harapan hanya dimbil satu pemenang saja. robot “i-prove” (juara 3) dan Kontes RoDengan kemenangan Gaza ini, Pembot Seni Indonesia dengan nama robot “Si bantu Dekan III FT, Drs. Hasan Ma’sum, Gagah” (juara 2) dengan menampilkan MT sangat senang. Hasan yang ikut gerakan tarian Anoman Buto dari Jawa mendampingi tim ini bertanding, mengeBarat. Untuk Kontes Robot Pemadam Api tahui bagaimana perjuangan mereka. Indonesia divisi Berkaki dan Beroda, Tim “Kami dari fakultas selalu memberikan Gaza merebut juara empat dan lima. dukungan terhadap pusat studi mahaKontes robot yang merupakan acara siswa, terlebih bagi mereka yang telah tahunan Direktorat Jenderal Pendidikan menunjukkan prestasi seperti ini,” jelas Tinggi ini diikuti oleh Perguruan Tinggi Hasan di ruangannya, Jum’at (3/5). (PT) yang ada di wilayah Sumatera. Lebih Mengenai masalah pendanaan, Hadari 20 PT ikut berpartisipasi. Dari Su- san mengatakan bahwa memang selumatera Barat sendiri diikuti oleh Univer- ruh dana kegiatan dari universitas sitas Andalas, Politeknik Andalas, Univer- sendiri yang belum cair. Jadi semua sitas Pendidikan Indonesia YPTK Padang pendanaan kegiatan memang sedang dan Institut Teknologi Padang. terkendala. “Untuk ke Lampung waktu Wakil ketua Tim Gaza, Rifki Fajri itu saja, kami melakukan penalangan menjelaskan lebih dari 6 bulan untuk dana untuk mengiktui lomba ini,” persiapan menghadapi perlombaan ini. ungkapnya. Hasan juga berharap ke Mulai dari pengiriman proposal mengenai depannya seluruh dana kegiatan mahapenjelasan seperti apa robot yang akan siswa ini bisa berjalan lancar tanpa ada diikutsertakan dalam kontes, serta algorit- kendala lagi. ma-algoritma yang digunakan dalam roTim robotik Gaza telah mengikuti bot tersebut. Kemudian mengirimkan kontes robotik ini sejak 2008, pertama video perkembangan robot dan setelah itu kalinya di Politeknik Caltex Riau. Kebaru mengikuti kontes regional. mudian Kontes Robot Cerdas Indonesia Rifki mengaku, selama persiapan (KRCI) pada 2010 di Bangka, divisi persoalan dana seringkali menjadi ken- beroda dan berkaki menggaet harapan dala. Meskipun setiap akan mengikuti 1. Semakin semangat, tahun 2011 tim ini event ada dana yang disediakan oleh ikut kembali dengan 3 divisi; sepak bola, fakultas dan universitas, tapi itu tidak beroda (harapan 1) dan berkaki di KRCI cukup. “Dari dana yang disediakan, bisa Batam. Pada 2012, Tim Gaza sampai ke dibilang tidak semua keperluan lomba tingkat nasional bidang seni di Institut bisa terpenuhi,” ujar Rifki, Jum’at (26/4). Teknologi Bandung, sedangkan untuk Rifki dan rekan-rekan mengaku kesulitan KRCI di Medan, Gaza mengikuti divisi untuk melakukan riset dan membeli kom- Beroda (harapan 1) dan Berkaki. Jefri
Berbahasa Inggris: Fakultas Ilmu Keolahragaan telah menggunakan bahasa Inggris pada plang nama fakultasnya. Hal serupa juga berlaku pada plang nama Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Pendidikan, Jumat (26/4). f/Media.
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
13
Kampus Rawan Kejahatan
karena terdesak hendak membayar hutang. “Saya terpaksa bang. Saya ada hutang enam puluh tujuh ribu sama teman,” ujarnya. Yuda akhirnya dibawa ke kantor polisi Padang Utara bersama ba rang bukti, sebatang besi untuk meme cahkan kotak amal. “Kami serahkan saja kepada polisi, karena ini termasuk tindakan kriminal,” ujar Bambang. Menurut Suheri selaku gharin masjid, kejadian tanggal 23 April waktu itu berlangsung sekitar jam 23.30. Saat itu sengaja pintu masjid belum dikunci, karena masih ada mahasiswa yang melakukan mentoring. Namun setelah mentoring usai, mahasiswa langsung pulang tanpa memberitahu petugas masjid. “Mungkin setelah tahu masjid kosong dan tidak dikunci, baru pelaku masuk,” Maling : Yuda (19th) pelaku pencurian kotak amal ungkap Heri, Rabu (8/5). Masjid Al-Azhar yang ditangkap oleh satpam UNP, Heri juga menjelaskan jika pencu Selasa (7/5). f/Duni rian di dalam masjid cukup sering 23 April lalu, seseorang tak dikenal terjadi dan terekam CCTV, namun pelatertangkap kamera Closed Circuit Television kunya belum pernah tertangkap. Selain (CCTV) masjid Al-azhar UNP, ketika te mencuri uang kotak amal, pencuri juga ngah mengambil kotak amal masjid. Me biasanya terekam tengah mengambil ngenakan baju dan celana hitam serta topi barang-barang yang ada dalam tas putih, ia mondar-mandir di dalam masjid. jamaah. Heri dan gharin masjid lainnya Setelah beberapa saat kemudian, ia mulai me- selalu menghimbau kepada seluruh ng angkat kotak amal yang terletak di dekat jamaah yang hadir, agar tetap waspada pintu masuk masjid. Ia membawa kotak ketika beribadah. “Selain cepat-cepat itu ke luar masjid, lalu dipecahkan ke tembok. menyimpan uang yang ada dalam Dua pekan berselang, Selasa (7/5) kotak, kami juga selalu menghimbau malam pelaku yang sama datang lagi. jamaah untuk selalu berhati-hati.” Beberapa malam sebelumnya, tepatNamun kali ini ia tidak berhasil membawa uang sepeserpun. Aksinya diketahui nya tanggal 4 Mei pembobol ATM bank satpam kampus yang tengah berjaga. BRI cabang UNP, berhasil ditangkap Kejadian itu bermula ketika Bambang anggota kepolisian Padang Utara. Sutrianto salah satu satpam piket malam Kejadian itu bermula ketika Faeza Rezi regu dua UNP berjaga di posko gerbang akan mengambil uang di mesin ATM. utama kampus. Sekitar jam 23.30 ketika Namun kartu ATM miliknya tidak bisa lampu masjid sudah padam, Bambang keluar. Akhirnya Faeza melaporkan ke melihat seseorang di lantai dua hendak satpam UNP. Rupanya satpam sudah meloncat turun. Ia mulai curiga dan lebih dulu mengintai tidak jauh dari lokasi. Ia mencurigai dua orang yang memanggilnya. mengenakan penutup kepala lalu lalang “Maliang ang yo?” teriak Bambang. “Ndak bang, wak takuruang. Tadi wak di depan mesin ATM. Pelaku mengelabuhi korban dengan takalok,” ujar tersangka yang diketahui meninggalkan call center bank BRI untuk bernama Yuda. Awalnya Yuda, anak putus sekolah di dihubungi. Setelah dihubungi pelaku kelas 1 SMA itu tidak mengaku jika meminta nomor PIN kepada korban. hendak mencuri kotak amal masjid. Ia Atas himbauan satpam, Faeza pun mengaku hanya tertidur di dalam masjid memberikan nomor PIN palsu kepada dan terkunci di dalam. Namun Yuda tidak pelaku. Tidak beberapa lama berselang, bisa mungkir lagi, ketika ada rekaman pelaku datang ke mesin ATM. Namun CCTV yang melihatkan ia tengah beraksi. sial, ketika hendak keluar dari mesin Rekaman CCTV tersebut merupakan ATM, polisi telah bersiap untuk menang rekaman tanggal 23 April lalu. “Awalnya kap pelaku yang diketahui bernama ia tidak mengaku, malah silahkan lapor Antoni dan Hendra. Sebelumnya sat ke polisi katanya. Tapi ketika petugas pam telah menghubungi polisi, untuk masjid menampilkan CCTV, ia tidak bisa datang ke lokasi. “Kami sudah curiga sejak awal, menghindar lagi,” ujar Bambang. Pada aksinya yang pertama, Yuda karena gerak-gerik mereka itu menmengaku mendapatkan uang delapan curigakan,” ujar Edi, salah satu angpuluh satu ribu. Menurut pengakuan gota satpam yang ikut mengintai malam Yuda, ia terpaksa melakukan tindakan itu, itu. Duni
Jadi Lahan Parkir: Sejumlah motor terlihat berjejer di salah satu teras kelas sementara SMP Laboratorium UNP. Tempat tersebut dijadikan tempat parkir oleh sejumlah pengguna kendaraan lantaran beberapa ruangan tersebut tidak digunakan, Rabu (24/4). f/Media.
14
Agama
Jika Anda mengalami masalah keagamaan, silahkan Jika Anda mengalami masalah agama, silahkan manfaatkan rubrik manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda ini. Kirimkan surat tentang rubrik masalah Anda kepada pengasuh ini kepada ke pengasuh email rubrik Ganto, ini ke alamat Ganto: Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh: Dr. Ahmad Kosasih,M.A.
Shalat Sebelum Azan Assalamualaikum Wr Wb Saya mau bertanya kepada bapak pengasuh rubric konsultasi agama SKK Ganto. Begini Pak, teman saya pernah bercerita, suatu siang dia akan shalat dzuhur di mesjid. Ketika selesai berwudhu, ia masuk mesjid dan shalat. Namun ketika baru saja menyelesaikan shalatnya, ia baru sadar bahwa ternyata muadzin baru akan adzan. Ia banar-benar tidak tahu. Namun saat itu, ia kembali ikut shalat berjamaah. Apakah tindakannya sudah betul? Sebenarnya apa yang seharusnya dilakukan? KAlau ia mengulangi shalat dzuhurnya bagaimana? Adakah pembahasan islam soal ini? Apa hukumnya untuk kedua tindakan tersebut (mengulang shalat atau tidak mengulanginya)? Terimakasih. WD, Mahasiswa UNP Waalaikum salam Wr Wb Ananda WD yang baik! Menganai shalat yang dikerjakannya sebelum adzan dikumandangkan jika shalatnya itu sudah masuk waktu, tentulah shalatnya sah. Dengan demikian, ia tidak wajib mengulangi lagi shalatnya bersama jamaah. Jika ia mulai shalatnya sebelum waktu masuk, sudah barang tentu shalat itu tidak sah, maka ia wajib mengulangi shalatnya. Tetapi orang yang sudah menunaikan satu shalat fardhu pada waktunya kemudian ia mendapati orang sedang shalat berjamaah, ia dibolehkan mengikuti jamaah itu dengan niat shalat sunat, bahkan itu lebih baik baginya. Ini didasarkan pada hadist Rasulullah SAW yang diceritakan Yazid bin Aswad, ia berkata: “Kami shalat bersama Nabi SAW yakni shalat subuh di Mina”. Lalu datanglah dua orang yang berhenti atas kendaraannya. Lalu nabi SAW menyuruh memanggil kedua orang itu. Mereka datang dengan gemetar seluruh persendiannya. Beliau bertanya: “Apakah yang menghalangi kalian berdua untuk ikut shalat bersama orang banyak itu, bukankah kamu ini orang islam?” Keduanya menjawab: “Benar Ya Rasulullah, tetapi kami sudah shalat di perkemahan”. Beliaupun bersabda: “Jika kau berdua sudah shalat di kemahmu, lalu kamu mendapati imam, maka shalatlah bersamanya, sebab itu adalah tambahan pahala (nafilah) bagimu” (H.R. Ahmad dan Abu Daud). Maka niat shalat yang kedua itu bukan lagi niat shalat fardhu melainkan shalat sunat. Karena tidak ada shalat fardhu dikerjakan dua kali dalam satu hari. Berdasarkan hadis nabi SAW: “ Janganlah kamu mengerjakan satu macam shalat dalam satu hari dua kali”. Dalam hal ini Ibnu Abdil Barr berkata: “Ahmad dan Ishak sependapat bahwa yang dimaksud dengan larangan shalat sua kali itu adalah jika shalat yang kedua itu masih dengan niat shalat fardhu. Tetapi kalau diniatkan sebagai shalat sunat dengan berjamaah, itulah sebenarnya yang dianjurkan nabi SAW. Nah, jawaban atas pertanyaan ananda yang terakhir, yaitu apa hukumnya untuk kedua tindakan tersebut (mengulang shalat atau tidak mengulanginya) dapat disimpulkan: 1. Kalau seseorang sudah mengerjakan satu kali shalat fardhu di dalam waktunya, maka ia tidak diwajibkan mengulangi lagi ketika ia mendapati shalat jamaah sesudahnya. 2. Kalau ia ingin shalat lagi bersama jamaah hendaklah ia pakai niat shalat sunat guna mendapatkan pahala tambahan. Wallaahu a’lam bissawab!
Metode Qurani dan MTQ Pelaksaaan MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) terlihat semakin marak dilaksanakan dalam berbagai tingkatan mulai dari tingkat dasar, menengah sampai tingkat tinggi. Dilihat dari klasifikasi teritorial, MTQ dilaksanakan pada tingkat kecamatan, propinsi, nasional dan internasional. Ada juga yang diselenggarakan pada klasifikasi jenjang pendidikan mulai SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Bahkan dilaksanakan pada tingkatan usia, dari remaja, dewasa dan lansia. Jika diperhatikan dengan seksama, semangat penyelenggaraan MTQ, adalah salah satu dasar sikap keberagamaan bangsa Indonesia yang mencerminkan pada falsafah NKRI yaitu pancasila, terutama sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya bangsa Indonesia memiliki semangat keberagamaan berupa sikap mental dan moral serta apresisasi terhadap nilai-nilai agama yang dianut dan menjadi keyakinan. Selanjutnya berbuah pada konsekuensi-konsekuensi amaliah yang menjadikan Al-quran sebagai panutan. Bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk Islam, tidaklah mengherankan jika Al-quran dijadikan sebagai sentral kegiatan masyarakat, bahkan idealnya Al-quran sebagai “Pedoman Hidup” atau landasan dalam setiap pengambilan keputusan serta kebijakan pada tataran individu maupun masyarakat. Eksistensi Al-quran bagi seorang muslim tidak hanya sebagai “kitab” atau buku-buku ilmu pengetahuan lainnya, baik ilmu sosial, eksakta, humaniora, seni budaya dan ilmu agama. Melainkan Al-quran harus dipandang dari sudut (dimensi) keimanan, sebab Al-quran merupakan salah satu dari rukun iman yang enam. Layaknya sebuah rukun iman, tentu membutuhkan konsekuensi ataupun tuntutan (beban) sikap yang harus dilakukan seseorang dalam mengimani, karena iman memiliki tiga aspek yang saling berkaitan dan sinergis yaitu: meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan. Ketiganya harus terintegrasi dan berkesinambungan, artinya keyakinan membutuhkan perwujudan berupa pernyataan dan penegasan yang berupa ikrar. Secara garis besar ada dua cara dalam upaya mendekatkan diri dengan Al-quran yaitu: pertama, dengan mempelajari (ta’alum) Al-quran, kedua, dengan mengajarkan (ta’liim) Al-quran. Dengan demikian akan dipahami bahwa beriman kepada Al-quran menuntut seseorang untuk berusaha mempelajari Al-quran dengan sungguh-sungguh, disamping itu mengajarkan kepada orang lain juga menjadi keharusan. Maka dalam konteks mempelajari dan mengajarkan Al-quran, akan diuraikan cara-cara untuk mendekatkan diri pada Al-quran. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada kegiatan membaca atau tilawah. Ada tiga hal yang harus diketahui atau menjadi tuntutan dalam memahami tilawah sebagai kewajiban untuk mendekatkan diri kepada Alquran: Pertama, sebagai pedoman dan rujukan hidup manusia yang dituntut untuk senantiasa bersama dengan Alquran. Melalui membaca dan mempelajari kandungannya yang berupa hukum-hukum, prinsip hidup dan sebagainya. Firman Allah dalam hal ini terdapat pada quran Surat: 2 (AlBaqarah): 121 yang terjemahannya: “Orang-orang yang telah kami beri kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman
kepadanya. Dan barangsiapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi”. Maka dalam kegiatan MTQ, seharusnya tidak untuk memperoleh penghargaan atau pujian saja, melainkan membaca Al-quran dengan sebenarnya, yaitu membaca untuk mendatangkan pemahaman yang benar terhadap ayat-ayat Al-quran. Kedua, orang yang mentilawahkan Al-quran dengan sulit atau masih terbata-bata, Allah memberikannya dua pahala bagi yang sudah lancar dan fasih membaca Al-quran dengan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Selain itu, membaca Al-quran juga dapat memberi pengaruh kepada orang munafik dan orang-orang yang berbuat dosa, itu sebabnya orang-orang kafir Quraisy dulu sangat menghalanghalangi orang membaca Al-quran karena takut terpengaruh dengan bacaan tersebut. Terlebih orang beriman, tingkatan kepengaruhan hatinya besar, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-quran Surat alAnfal: 8 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang beriman adalah orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambah imannya dan kepada Tuhan mereka mereka bertawakkal”.(QS.al-Anfal: 8). Dalam konteks MTQ pada dasarnya para peserta disisi Allah mendapatkan status yang sama yaitu hamba Allah yang berusaha
Sulaiman arrasyid, S.Pd.I dilahirkan di Payakumbuh 22 Februari 1981. Saat ini Ia mendedikasikan diri sebagai dosen Pendidikan Agama Islam di MKU UNP, Pembina Unit Kegiatan Kerohanian (UKK UNP), Pembina Lembaga Responsi Agama Islam (LRAI) UNP Motto: “Berusaha menjadi yang terbaik dalam setiap kebaikan”
etika lahir yaitu membaca Al-quran secara tartil yakni membaca dengan bacaan yang jelas dengan irama dan suara yang indah. Agar kegiatan MTQ berpengaruh pada peningkatan dan perbaikan akhlak atau karakter anak bangsa, perlu adanya faktor yang mengefektifitaskan MTQ baik secara internal maupun eksternal. Sebab, Indikasi ini terlihat dengan adanya oknum peserta MTQ yang berpenampilan (life style) yang tidak Islami, seperti: pacaran, merokok dan berpakaian yang tergolong ketat (tidak syar’i) serta perilaku-perilaku lainnya yang bertentangan dengan semangat MTQ itu sendiri. Demikian pula dengan adanya praktek “kongkalingkong” antara pihak penyelenggara dengan kafilah, offisial, atau dengan de?au juara “pesanan” yang diorder oleh pihakpihak yang berambisi mendapatkan gelar (prestise), namun dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai kejujuran, sportifitas dan persaudaraan (ukhuwah Islamiyah). Oleh sebab itu, sudah saatnya mengembalikan esensi Grafis: Jefri MTQ pada makna yang sebenarnya, yaitu perlombaan yang untuk membaca ayat-ayat-Nya didasarkan pada semangat dengan baik dan masih dalam taraf membaca, memahami dan belajar maupun yang sudah mahir, mengamalkan Al-quran, sehingga menang atau kalah dalam sebagaimana ajaran Islam MTQ tidaklah menjadi persoalan, memerintahkan umatnya supaya namun yang menjadi persoalan berlomba-lomba dalam kebaikan. adalah jika MTQ dijadikan sebagai Perlombaan MTQ bukan ajang untuk memperoleh gelar mengarahkan pada perlombaan ataupun popularitas, dan melupakan yang didasarkan pada keinginan tujuan utama, untuk mendapatkan atau ambisi duniawi yang berupa ridha Allah dan memperoleh pahala perolehan juara, gengsi, ataupun dari-Nya. Maka paradigma “juara” popularitas semata. Jika hanya dalam MTQ harus diiringi dengan ambisi duniawi yang menjadi pengaruh positif kepada jiwa yang orientasi pelaksanaan kegiatan membaca maupun mendengarkan, MTQ, maka prakteknya pun serta dapat meningkatkan sikap dimanipulasikan, bahkan kolusi akan keberagamaan individual, guna semakin marak yang akan mengamewujudkan masyarakat madani. burkan makna kegiatan ini. Tidaklah Ketiga, dalam membaca Al-quran berlebihan ketika Rasulullah SAW ada etika yang harus diperhatikan, menyampaikan kekhawatirannya diantaranya etika batin, yaitu dengan sebuah ungkapan “Banyak khusyuk dan menimbulkan mena- orang membaca Al-quran namun Alngis saat membacanya. Khusyuk dan quran melaknatinya”. Seharusnya menangis disini bukan sekedar semakin Al-quran banyak dibaca dan hanyut dalam dimensi kesyahduan diperdengungkan maka semakin membaca Al-quran, melainkan berlimpah keberkahan yang diperkarena adanya resapan makna yang oleh oleh pembaca, pendengar, mempengaruhi terhadap jiwa pada penyelenggara dan pihak-pihak setiap ayat yang dibaca. Selanjutnya yang terlibat.
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
15
Politik
Etika Politik “Real Politiek” dan Dunia Perpolitikan di Kampus Akhir-akhir ini, Republik ini sedang galau. Gerak geriknya kian memperlihatkan gejala pikiran kacau. Ini antara lain terlihat dari prilaku elit politik yang tak lagi peduli dengan etika politik bernegara dan berbangsa. Mulai dari Presiden sampai ke pejabat tinggi dan massa di bawah, sama saja. Dalam eseinya berjudul “Berpolitik dengan Etika”, mantan Menteri Dikbud Daoed Joesuf, menyindir Presiden SBY, yang ‘menelan air ludahnya sendiri’ (Kompas, 14/2/13). Setelah melarang para menteri di kabinetnya agar jangan rangkap jabatan dan atau mencampuradukkan urusan partai dan tugas negara, kini malah giliran sang Presiden sendiri yang melakukannya. Kebetulan saat partai Demokrat lagi ricuh, SBY lagi di Luar Negeri (LN). Ironisnya, pulang dari LN ia langsung mengurus partai, mengumpulkan elit Demokrat dan bukannya rapat dengan anggota kabinet, untuk menindaklanjuti hasil kunjungan LN-nya. Bukankah keberangkatan SBY dan rombongannya atas biaya uang rakyat. Terlepas dari apa yang dipikirkan petinggi negeri ini untuk rakyat atau untuk dirinya sendiri. Contoh-contoh prilaku elit politik yang tak lagi menghiraukan etika politik juga banyak. Nyaris tak ada hasil Pilkada yang tak berujung ricuh. Di setiap tingkat (Propinsi, kabupaten/ kota) ada saja yang protes dan memperkarakannya. Banyak figur politik yang tanpa malu-malu jadi “bajing loncat”, pindah-pindah partai. Ada pula pejabat tinggi penegak hukum dengan arogan sesumbar akan menangkap koruptor, tapi kini ia sendiri yang menelan air ludahnya sendiri. Itulah yang terjadi atas diri ahli bicara “Cecak dan Buaya”, jenderal bintang tiga Susnoduaji. Ia malah berkelit melawan kepu-
tusan pengadilan tinggi. Lalu lari bersembunyi dan kini menyerah. Lucunya, petinggi kepolisian tanpa sungkan memuji sikap ‘ksatria’ Susno yang mau menyerah. Logika akal sehat diputar balik. Tak kurang brutalnya prilaku politik massa di bawah. Tak terima keputusan politik dalam kasus pemekaran kabupaten, kantor aparat penegak hukum dibakar hangus. Korban pun berjatuhan. Ini terjadi di hampir setiap daerah. Akar masalahnya karena etika politik kian tak dihiraukan. Begitulah “real politik” yang berlangsung sejak era reformasi. Etika Politik Pemikir/ filsuf Perancis Paul Recour (1999) membedakan antara etika dan nilai (values). Setiap orang memiliki seprangkat nilai dan kode etik yang menjadi pedoman hidupnya. Satu sama lain berbeda tetapi berhubungan. Nilai (values) ialah apa yang diyakini seseorang (sebagai basic belief) selaku benar dan tak benar. Nilai dapat dikatakan pedoman prinsip hidup seseorang (individual), sementara etik adalah pedoman hidup bersama. Nilai merupakan batu pijakan bagi seseorang untuk membuat keputusan tentang apa yang dianggap baik dan buruk, benar dan salah, yang lebih penting atau yang kurang penting, yang berharga dan tak berharga. Jika seorang mahasiswa, misalnya, kurang menghargai kebiasaan membaca buku, maka dalam dirinya sebetulnya tidak ada ‘nilai’ akademik karena membaca adalah
salah satu ciri nilai utama perilaku akademik. Sedangkan etika adalah seperangkat ‘aturan’ yang disepakti bersama oleh suatu negeri (negara) atau perusahaan, lembaga, termasuk lembaga pendidikan. Etika umumnya didasarkan pada nilai moral tetang kebijakan, tentang kebenaran dan ‘kewajiban’ (obligation) tiap individu untuk mengikuti aturan bersama. Jika kita dapat memahami etika sebagai common guidelines atau aturan yang harus dipatuhi bersama dan untuk masyarakat, untuk suatu organisasi, untuk yayasan dan sejenisnya, maka kita dapat membedakan antara etika dan nilai.
Grafis: Meri Susanti Singkatnya, “values are very much personal while ethics is very much societal”. Mereka yang peduli etika, mestinya lebih mendahulukan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi. Keduanya harus sinkron dan komplimenter agar negeri jangan galau. Tapi itulah soalnya. Di negeri yang minus etika, dalam ‘real politik” semua penuh ketidakpastian dan pembiaran. Pepolitikan Gaya Mahasiswa di Kampus. Tujuan etika politik sekali lagi
menyimak Recour (1990) “adalah guidelines untuk mengarahkan ke kebajikan hidup bersama dan untuk orang lain, dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan membangun institusi-institusi yang adil”. Pemahaman konsep etika politik seperti itu membantu kita menganalisis korelasi antara tindakan individual (nilai) dan tindakan kolektif (ethics), serta struktur-struktur dalam institusi kampus. Etika politik hendaknya janganlah diredusir menjadi hanya sekadar etika individual atau perilaku orang dalam bernegara. Menurut Ricoeur setidaknya ada tiga prasyarat menegakkan etika politik: pertama, tunduk pada upaya hidup baik bersama dan untuk orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri; kedua, upaya memperluas lingkup kebebasan; ketiga, membangun institusi-institusi yang adil”. Ketiga prasyarat itu saling terkait. Hidup baik bersama dan untuk orang lain tidak mungkin terwujud kecuali bila menerima pluralitas dan dalam kerangka institusi-institusi yang adil. Menerima prulitas, keberagaman, adalah salah satu ciri demokrasi. Demokrasi tanpa mengindahkan aturan adalah anarki. Dewasa ini orang lebih suka mengeluarkan apa yang menjadi pendapat pribadinya ketimbang kesediaan untuk mendengar. Kalau mahasiswa di kampus sudah terkontaminasi oleh prilaku seperti itu, maka etika kehidupan kampus kian dicampakkan. Gejala ini mestinya tidak boleh terjadi di kampus, sebab kampus adalah ‘benteng terakhir’ dari demokrasi. Jika demokrasi di luar sana, sudah terlanjur kebablasan, mengapa mahasiswa kampus tidak mampu
Prof. Dr. Mestika Zed, M.A lahir di Batu Hampar, Lima Puluh Kota, Sumbar 19 September 1955. Selain menjadi dosen sejarah di UNP dan Unand, Ia juga mendedikasikan diri sebagai peneliti di Pusat Kajian Sosial Budaya & Ekonomi (PKSBE) FIS UNP.
memerankan dirinya sebagai pengawal demokrasi yang elegan. Sungguh amat disayangkan jika dalam pemilihan pimpinan organisasi mahasiswa BEM UNP barubaru ini, ada kelompok mahasiswa yang memaksakan kehendaknya untuk meminta agar pemilihan ulang, hanya karena kalah suara tipis. Padahal aturan yang dijalani sudah disepakati bersama. Perbedaan esensil antara etika berpolitik di kampus dengan demokrasi kebablasan di luar sana ialah bahwa organisasi mahasiswa dibimbing oleh etika kehidupan kampus. Salah satunya ialah memelihara identitasnya sebagai kaum terpelajar, insan akademik yang peka terhadap standarstandar nilai kebenaran atas dasar etika akademik. Warna akademik juga harus tampak dalam perpolitikan kampus, baik dalam kriteria kandidat, maupun dalam proses penyelenggaraan pemilihan dan terlebih dalam menyikapi hasilnya. Jika tidak, mahasiswa yang suka menyebut diri mereka (sebagai kelompok) “agent of change” hanyalah sekadar isapan jempol.
Gantopedia
H.C Andersen; Bapaknya Dongeng Pada usia 3-7 tahun adalah masa yang baik dalam pengembangan kemampuan berimajinasi, seperti mendongeng. Lewat dongeng anak akan terbantu mengembangkan imajinasinya. Itulah sebabnya dongeng tak dapat dipisahkan dari peradaban zaman, karena ia punya peran tersendiri dalam pendidikan, terutama dalam membentuk karakter anak, dan dongeng pun mampu melatih anak mengembangkan kecerdasan emosional. Melalui tokoh HC Andersen, dongeng mulai dikenal masyarakat. Sebab, cerita yang ia ciptakan selalu sadar untuk membebaskan kalimat-kalimat dari tema atau pesan. HC Anderson terlahir dari keluarga miskin dan tidak pernah menikmati dunia pendidikan. Ia mulai mengenal berbagai cerita dongeng dan cerita rakyat dari ibunya, dan sering diajak menonton pertunjukan sandiwara oleh ayahnya yang seorang pencinta sastra. Pengalaman dari
orangtua itulah yang membuat HC Andersen tertarik dengan cerita dan sandiwara, termasuk karya William Shakespeare. Hans Christian Andersen atau lebih dikenal sebagai HC Andersen adalah seorang pendongeng ulung. Ia lahir di Odense, Denmark bagian selatan, pada 2 April 1805, tepatnya di kawasan kumuh kota Odense. Anderson menjadi yatim di usia yang sangat muda, 11 tahun, dan harus pindah ke Kopenhagen pada tahun 1819, ibu kota Denmark. Ia memulai kehidupan menjadi seorang aktor, penyanyi, dan penari. Awalnya, Andersen sempat bergabung dengan Royal Theater, tetapi ketika suaranya berubah karena masa pubertas, ia terpaksa meninggalkan panggung sandiwara. Kemudian ia memilih untuk menjadi seorang penulis. HC pernah mencoba menulis beberapa naskah sandiwara, tapi sayang, semua karyanya ditolak di manamana. Tiga tahun berada di kota Kopenhagen, kehidupan H.C. Andersen terlihat begitu menyedihkan. Setelah ayahnya mening-
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
gal. H.C. Andersen yang belum lama mengenyam pendidikan formal akhirnya bekerja serabutan, diantaranya pernah bekerja di sebuah pabrik rokok, magang di sebuah penjahit dan bekerja sebagai penenun. Ia terpaksa memburuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada masa-masa menyedihkan itulah H.C. Andersen bertemu dengan Raja Denmark, Frederik VI. Raja Frederik tertarik dengan penampilan H.C. Andersen muda yang cerdas dan gagah. Raja Frederik kemudian mengirimkan Andersen untuk bersekolah. Berkat kebaikan Raja, Andersen berkesempatan mengenyam pendidikan bahasa di Slagelse dan Elsinore hingga 1927. Sebelum sekolah, ia sempat menerbitkan jilid pertama karyanya yang berjudul The Gost at Palnatoke’s Grave (1822). Di bangku pendidikan, Andersen termasuk siswa tertinggal, dia menjalaninya dengan setengah hati. Sebab, ia tak nyaman berada di tengah para siswa yang berusia enam tahun lebih muda dari
dirinya. Setamat dari sekolah bahasa, Andersen melanjutkan studi ke Universitas Kopenhagen, dan pada tahun 1835, ia mulai meluncurkan cerita anakanak Tales for Children dalam bentuk buku saku dengan harga murah. Lalu kumpulan cerita berjudul Fairy Tales and Story ditulisnya dalam kurun 1836-1872. Serial anakanak yang kebanyakan terbit pada hari Natal itu tidak hanya kisahkisah dunia khayali belaka. Ia menulis 156 cerita, 12 dongeng yang dituliskan berdasarkan cerita rakyat Denmark. Selebihnya baru lahir dari buah pikirannya sendiri. Salah satu dongeng karya Andersen The Emperor’s new Clothes, memberikan pesan bahwa keserakahan tidak baik, disampaikannya lewat parodi raja lalim yang cukup menggelikan. Ciri khas yang menonjol dalam cerita dongeng Andersen adalah hadirnya kaum miskin dan ketidak beruntung dalam hidup. Cerita-cerita dongeng H.C. Andersen memang berisi pesan-pesan moral universal. Maka tidak mengherankan jika
karya-karyanya diterjemahkan ke dalam 147 bahasa dunia. Buah tangannya pun bukan hanya sebatas “pelajaran” untuk anakanak, melainkan dibaca oleh orang dewasa di seluruh dunia. Dan siapa yang menyadari, bahwa kebanyakan mimpi dan harapan anak-anak tentang indahnya suatu dongeng diawali oleh goresan tangan seorang H.C Anderson. Meri Susanti (dari berbagai sumber)
Teropong
16
Kurikulum 2013 Hapuskan TIK dan BK
Lahirnya rancangan kurikulum 2013 di dunia pendidikan sempat menimbulkan kekhawatiran ditengah-tengah masyarakat. Pasalnya kurikulum yang akan disahkan tahun ini akan menghapus beberapa mata pelajaran di sekolah. Menanggapi kekhawatiran itu, Mendikbud pun telah angkat bicara bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran pada kurikulum ini, yang ada hanya pengintegrasian mata pelajaran. (www.kemendikbud.go.id). Pengintegrasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam hal penalaran, tidak sekedar hafalan saja. Untuk itu pemerintah telah menentukan objek pembelajaran yang berkaitan dengan fenomena alam, fenomena sosial, dan fenomena budaya. (Wawancara Mendik bud dengan wartawan PIH Kemdikbud dan Vivanews.com, Rabu 5 Desember 2012) Lahirnya wacana pengintegrasian beberapa mata pelajaran oleh mendikbud mengundang komentar dari berbagai kalangan diantaranya Ketua Pogram Studi Teknik Informatika fakultas teknik universitas negeri padang (UNP), Ahmadul Hadi,S.Pd.M.Kom. Ia mengatakan bahwa mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebenarnya tidak hanya sekedar mengetik dan mengolah beberapa data standar saja, tetapi harus lebih mendalam. Seperti belajar pemograman dan aplikasi-aplikasi teknologi, agar siswa bisa menghasilkan suatu produk salah satunya pada pembuatan robot. “Jika seperti ini TIK lebih bermakna,” ungkapnya, Jumat (12/4). Lebih lanjut ia berharap ada perubahan dalam pembelajaran TIK walaupun memang terjadi pengintegrasian mata pelajaran ini. Ia percaya pemerintah telah memikirkan dan menganalisa tentang kurikulum 2013 ini. “Perubahan itu sah-sah saja,” tambahnya. Lain halnya dengan Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan, Drs. Zelhendri Zen, M.Pd, ia mengatakan kurang setuju
dengan pengintegrasian mata pelajaran TIK. Pasalnya melalui mata pelajaran TIK, sebuah proses pembelajaran terasa lebih hidup. Walaupun siswa bisa mempelajari seluk beluk teknologi di luar, tetapi tetap saja harus ada bimbingan dari guru seperti pembuatan bahan ajar yang menarik serta berbasis Informatika dan Teknologi (IT). “Sebaiknya untuk mata pelajaran TIK memang harus ada spesialisasinya,” ujarnya, Jumat (19/4). Salah seorang mahasiswa Pendidikan Teknologi Informatika dan Komputer, Kurniati Rahmadani TM 2012 mengatakan bahwa keputusan pengintegrasian mata pelajaran TIK menyebabkan berkurangya pe luang lapangan kerja bagi lulusan TIK nanti nya. “Biasanya lulusan jurusan ini bisa me ngajar di SMA dan SMK,” ujarnya, Kamis (25/4). Selain mata pelajaran TIK, mata pelajaran Bimbingan konseling (BK) juga mengalami perubahan kedudukan. Pasalnya mata pelajaran ini sudah tidak diajarkan di dalam kelas dan tidak mempunyai jam resmi lagi seperti mata pelajaran lainya. Menanggapi hal itu ketua jurusan BK, Drs. Daharnis, M.Pd, Kons mengatakan bahwa ada atau tidaknya jam yang disediakan untuk mata pelajaran BK, mata pelajaran ini tetap menjalankan fungsinya yaitu membimbing siswa, “Saya kira tidak ada masalah dengan keputusan ini,” tegasnya, Rabu (10/4). Selain itu ia juga menambahkan dengan adanya kurikulum 2013 akan memberi peluang bagi prodi bimbingan konseling (BK), karena dalam hal ini bimbingan konseling mendapat tugas untuk membantu menangani sebuah program yang bernama perminatan. Perminatan adalah sebuah pogram yang akan dicanangkan untuk membantu siswa dalam memilih bidangbidang mata pelajaran yang ia minati. “Wakil Menteri pendidikan sendiri yang mengatakan BK berperan penting untuk mengurus perminatan ini,” ujarnya. Nia
Bank Nagari Tambah Kuota Beasiswa
Dalam rangka membantu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, Bank Nagari Cabang Pembantu (Capem) Universitas Negeri Padang (UNP) kembali memberikan beasiswa untuk mahasiswa yang kurang mampu di bidang ekonomi dan mampu di bidang akademik. Pimpinan Bank Nagari Capem UNP, Wiwik Febriani Putri mengatakan setiap mahasiswa mendapatkan 2.500.000 untuk satu tahun. Selain itu, beasiswa yang diberikan oleh Bank Nagari untuk tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu. “Tahun ini ada 160 orang sedangkan tahun lalu 125 orang,” ungkapnya, Kamis (2/5). Beberapa syarat yang diberikan Bank Nagari untuk calon penerima beasiswa ini diantaranya memiliki Indek Prestasi Komulatif 3.00 dan kurang mampu dalam bidang ekonomi. Sedangkan untuk teknis penyerahannya diserahkan ke UNP untuk mencarikan mahasiswa yang tepat menerimanya. “Bank Nagari sudah mengirimkan suratnya ke pihak UNP,” ungkapnya. Wiwik mengatakan Bank Nagari memberikan beasiswa karena UNP merupakan mitra kerja Bank Nagari sendiri. Selain itu, mahasiswa bisa menjadi aset untuk jadi karyawan Bank Nagari nantinya. Disamping itu ia mengharapkan beasiswa yang diberikan Bank Nagari bisa membantu lancarnya pendidikan mahasiswa kurang mampu agar bisa mencapai cita-citanya. “Semoga ekonomi tidak menjadi kendala dalam mencapai prestasi,” tutupnya. Menanggapi hal ini Kepala Bagian Kemahasiswaan Badan Administrasi Akademik Kemahasiswaan (BAAK) UNP Drs. Sudiro Sembiring mengatakan sudah
menerima surat perihal besiswa yang diberikan Bank Nagari. Untuk pencairannya ia menunggu pengesahan dari pihak rektorat. Setelah membicarakan dengan Pembantu Rektor (PR) III UNP, pihaknya akan mengirim surat ke Pembantu Dekan III di setiap fakultas. “Kami akan membaginya tiap fakultas,” tegasnya (3/5). Mengenai persyaratan pengusulan beasiswa, selain persyaratan yang diberikan oleh Bank Nagari, Sudiro mengatakan masih sama dengan persyaratan beasiswa lainnya. Namun beasiswa ini juga diperuntukkan bagi mahasiswa Reguler Mandiri (RM). Hal ini dikarenakan mahasiswa reguler sudah menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM). “Tidak semua mahasiswa RM yang mampu,” ungkapnya. Selanjutnya Sudiro mengharapkan yang mengusulkan beasiswa ini benar-benar mahasiswa yang kurang mampu di bidang ekonomi dan berprestasi dalam bidang akademik. Pihaknya akan menyeleksi dengan ketat mahasiswa yang mengusulkannya. Ia juga meminta kepada pihak yang mengeluarkan surat keterangan kurang mampu di desa dan kelurahan agar lebih selektif dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam mengeluarkan surat keterangan tersebut. “Ini dilakukan agar beasiswa yang diberikan tepat sasaran”, ungkapnya. PR III UNP Dr. Syahrial Bachtiar, M.Pd mengucapkan terima kasih kepada pihak Bank Nagari karena telah menyediakan beasiswa untuk mahasiswa UNP. Semoga beasiswa yang diberikan bisa membantu peningkatan mutu pendidikan. “Semoga beasiswa ini dapat digunakan dengan sebaikbaiknya,” tutupnya (6/5). Faeza
UNP Gandeng Kejati Jalin Kerjasama Kerjasama UNP dengan Kejati: penanda tanganan: Rektor UNP Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram bersama Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatra Barat tengah menandatangani MoU kerjasama, di RSG FT U N P, Selasa (7/ 5). f/Novi
Selasa, (7/5) Universitas Negeri Padang (UNP) adakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama UNP dengan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatra Barat di bidang perdata dan Tata Usaha Negara. Acara yang diadakan di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik UNP ini dihadiri oleh Rektor UNP, para Pembantu Rektor, Dekan fakultas selingkungan UNP, Pembantu Dekan, sivitas akademika dan perwakilan mahasiswa. Kerjasama ini ditujukan untuk membentuk sivitas akademika yang paham dan patuh hukum. Dalam kata sambutannya, Rektor UNP, Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram mengutarakan pentingnya hukum dalam mencetak lulusan yang sadar hukum dan bisa merealisasikannya dalam dunia kerja nanti. “Hukum ibarat panglima yang harus kita taati,” tegasnya, Selasa (7/5). Usai penandatanganan MoU oleh Rektor UNP dan Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Ahmad Jauluri, S.H, M.H, acara
dilanjutkan dengan penyerahan plakat dari UNP kepada pihak Kejati dan foto bersama. Kemudian dilanjutkan dengan kuliah umum bersama Ahmad Jauluri, S.H, M.H yang tampil sebagai pemateri. Sebelum materinya dimulai, Ahmad Jauluri terlebih dahulu memperkenalkan asisten kejaksaan tinggi yang ikut hadir bersamanya. Diantaranya adalah asisten tindak pidana umum, asisten intelijen, asisten tindak pidana khusus, asisten pembinaan, dan asisten perdata dan tata negara. Ahmad Jauluri meminta keaktifan peserta diskusi publik dalam mendiskusikan masalah hukum. “Karena saat ini pemahaman masyarakat menganai hukum sering rancu,” ujarnya. tak hanya itu, Ahmad Jauluri juga berharap semoga dari diskusi bersama ini akan member pemahaman kepada sivitas akademika perihal hukum. “Pada hakekatnya, hukum itu meng ayomi masyarakat, bukan sebaliknya,” jelasnya. Novi
Masalah Ketertiban, Tersangkut Lahan
Penertiban dan kerapian kampus seolah selalu menjadi hal yang selalu dipermasalahkan dalam kalangan mahasiswa. Jika pada edisi 169 lalu, Ganto mengangkatkan masalah sanitasi, ojek, atau masalah lain tentang kenyamanan kampus. Ternyata masih ada keluhan yang sama dilontarkan mahasiswa. Seperti yang dituturkan Indra Mardian, Ketua KSR PMI Unit UNP, lahan parkir tak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang membawa kendaraan ke kampus. Terlebih di kawasan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), lahan parkir yang tidak luas dan jalanan yang masuk kategori kecil itu menjadi penyebab kemacetan. Indra menjelaskan bahwa dari pihak KSR PMI sendiri juga membahas masalah parkir dalam rapat keanggotaannya. “Untuk menyiasatinya, sebagian anggota yang fakultasnya dekat disarankan parkir di fakultas masing-masing ketimbang di Sekretariat KSR.” Jelas Indra, Kamis (4/4). Sama halnya dengan Indra, Abdi Syukri, mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan jurusan kepelatihan, juga menyatakan bahwa lahan memang menjadi pokok persoalan dalam masalah ketertiban parkir. Lahan yang sempit membuat pemilik kendaraan memakai badan jalan untuk memarkirkan kendaraannya. Selain menyebabkan kampus jauh dari kata tertib, juga menimbulkan banyaknya masalah. “Pencurian motor, helm dan aksesoris kendaraan lainnya terjadi”, ujarnya, Kamis(4/4). Beruntung, semenjak bulan Januari lalu FIK telah memberlakukan sistem pengamanan parkir. Ide pengamanan parkir ini baru diberlakukan pada kawasan parkir fakultas tersebut. Ide pengamanan semacam ini diprakarsai oleh Satuan Pengamanan
(SATPAM) FIK. Teknisnya, setiap mahasiswa harus memperlihatkan STNK motor kepada SATPAM sebelum mengambil kembali motornya di parkiran. Hanya saja Abdi sedikit risau, pasalnya peraturan ini akan mengganggu kalau-kalau STNK motor lupa dibawa oleh pengendara motor. “Jadi sedikit terkekang begitu,” keluhnya, Jum’at (5/4). Jika FIK melakukan penertiban melalui STNK motor. FBS justru memilih jalan sanksi untuk penertiban parkir ini. Riko Febrian, Satpam FBS, menjelaskan area parkir FBS sudah dibagi dan diberikan garis-garis parkiran. Namun, masih banyak mahasis wa yang tidak taat peraturan. “Untuk antisipasi kesembrautan ini, pihak fakultas mengeluarkan kebijakan menyangkut permasalahan parkir”, jelasnya, Jumat (5/4). Kebijakannya dengan mengempeskan ban motor yang parkir di luar garis yang sudah dibuatkan. Kemudian dapat diambil kembali melalui sebuah proses, mahasiswa diminta menandatangani surat perjanjian yang berisi pihak keamanan tidak akan bertanggung jawab atas kendaraan yang bersangkutan jika terjadi apa-apa. Begitu juga dengan masalah kunci motor atau helm mahasiswa yang tertinggal di atas motor yang terparkir. “Akan mendapat proses yang sama dan dimintai fotokopi KTM dan STNKnya.” jelas Riko. Sekalipun sudah adanya penertiban semacam ini, ternyata Satpam pun mengeluhkan mahasiswa yang memakai lahan parkir untuk duduk atau sekedar berkumpul. Hal ini membuat pengamanan sedikit terganggu dan kecurigaan pada tindak kriminal seperti maling motor dan helm meningkat. “Saya berharap agar rekan mahasiswa dapat memahami peraturan yang ada.” tutup Riko. Novi
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
17
Teropong
PPG Untuk Semua Pendidik
Pada 2012 lalu, Rusilawati, lulusan Sarjana Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi TM 2006, bersama beberapa orang temanya mengabdikan diri sebagai Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM3T). Pengabdiannya untuk SM3T hanya setahun saja. Pada November 2012 lalu Ia mengakhiri pengabdiannya karena kontrak kerja telah berakhir. Saatnya untuk mereka kembali ke kampus dan menerima haknya yang telah dijanjikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Sebelum keberangkatannya di program SM3T, ia dan kawan-kawan SM3T lainnya dijanjikan akan diberi beasiswa untuk mengikuti Program Profesi Guru (PPG). Program ini telah dimulai pada tanggal 4 Maret 2013 lalu. Mahasiswa PPG lainnya, Darmis S.Pd., yang merupakan angkatan pertama menceritakan tentang pendidikan yang sedang dijalaninya sekarang. PPG 2013 yang sedang berlangsung ini merupakan suatu program yang dibiayai pemerintah secara utuh, “Kita difasilitasi dengan tempat tinggal di Rumah Susun Mahasiswa, biaya makan, uang saku, uang kesehatan, dan uang buku.” ungkapnya, Jumat (20/4). Darmis berharap alangkah baiknya para sarjana pendidikan benar-benar memanfaatkan program permerintah ini dengan baik. Darmis menjelaskan bahwa semester pertama program ini diisi dengan kegiatan perkuliahan berupa workshop dan dilanjutkan dengan praktek lapangan pada semester selanjutnya. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa kuliah PPG ini nantinya menghasilkan produk seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, bahan ajar, media pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan evaluasi. “Produk yang dihasilkan oleh mahasiswa PPG inilah yang digunakan nanti dalam proses belajar mengajar,” tutupnya, Jumat (5/4). Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Azhari Suwir, SE.,
turut menjelaskan tujuan program PPG ini. Diantaranya adalah untuk menghasilkan guru profesional yang memiliki kompetensi; merencanakan, melaksanakan, menilai pembelajaran, dan menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan bimbingan, pelatihan peserta didik, mampu melakukan penelitian dan mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan. “Masa studi PPG ini selama satu tahun,” sambung Azhari, Jumat (19/4). Azhari pun berharap supaya guru yang ada di Indonesia ini adalah betul-betul guru professional, apalagi sarjana yang telah berpengalaman seperti SM3T. “Mereka memang harus menjadi profesional karena sebelumnya mereka telah melalui masa sulit dalam mengajar”, terangnya, Jumat (19/4). Azhari berkata ini adalah kabar gembira bagi para pendidik bahwa program ini tidak hanya untuk sarjana SM3T saja. Namun PPG ini adalah hak bagi semua sarjana kependidikan menuju keprofesionalan dalam mengemban tugas sebagai pendidik. Hanya saja program ini baru dicanangkan sebagai beasiswa bagi sarjana yang telah mengikuti program SM3T. Bahkan, PPG ini juga ditujukan kepada pengajar yang telah berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah, sarjana pra jabatan atau sedang dalam masa jabatan. Bagi sarjana pra jabatan bisa menggunakan sertifikat PPG ini sebagai point plus untuk melalui seleksi calon Pegawai Negeri Sipil nantinya. “ Dimana-mana yang lebih berkualitas akan didahulukan,” tambah Azhari. Sedangkan bagi pendidik yang telah menjabat sebagai guru adalah sebuah keharusan baginya mengikuti program PPG ini seperti yang telah dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. “Mengenai anggaran yang akan dikeluarkan oleh calon mahasiswa PPG diluar beasiswa masih dalam tahap perumusan,” tutup Azhari, Jumat (19/4). Meri Susanti
Bidik Misi FIP Bentuk Organisasi
Diresmikannya organisasi bidik misi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP) pada Oktober lalu, membuka pintu bagi organisasi ini menjalani program kerjanya. Terdiri dari empat depertemen, yaitu Depertemen Kerohanian, Penalaran, Kewirausahaan, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Masingmasing departemen sudah menyiapkan program kerja mereka untuk diaplikasikan kedepannya. Dua buah program sudah berjalan. Saat ini sedang berlangsung les TOEFL untuk mahasiswa Bidik Misi dan juga telah dilasanakan Latihan Keterampilan Managemen Mahasiswa (LKMM) yang berlangsung pada 12-14 April lalu di Alahan Panjang. Bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan potensi mahasiswa, organisasi ini merangkul seluruh mahasiswa Bidik Misi FIP untuk mengikuti program-program kerja yang sudah di rencanakan sebelumnya. Dalam penyelenggaraan les TOEFL, mahasiswa bidik misi wajib menghadiri kelas selama enam jam per minggu. Materi yang diajarkan meliputi reading, listening, dan structure yang masing-masingnya terdiri dari 2 sks, bertempat di Balai Bahasa UNP. “Les ini rutin di adakan pada hari Kamis, Jum’at dan Sabtu menggunakan staf pengajar dari Jurusan Bahasa Inggris,” tutur Mega Siska salah seorang mahasiswa Bidik Misi FIP Jurusan Teknologi Pendidikan (TP) TM 2011, Selasa (16/4). Mega juga mengaku bahwa pengadaan les ini sangat bermanfaat bagi mereka karena nantinya TOEFL merupakan salah satu syarat untuk wisuda. Untuk saat ini, peserta les TOEFL berasal dari mahasiswa angkatan 2010 dan 2011. “Les ini baru pertama kali dicobakan, jika berhasil angkatan selanjutnya juga akan diikut
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
sertakan”, ujar Ketua Organisasi Bidik Misi, Ferdino Wedi Sanjaya, Rabu (17/4). Les TOEFL yang dimulai pada 28 Maret lalu ini, memiliki total mahasiswa 183 orang. Sebanyak 23 orang berada di Bukittinggi dan mengikuti les disana. Ferdino menambahkan bahwa nantinya juga akan mengadakan Pelatihan Karya Ilmiah pada awal Juni mendatang. Banyak yang mempertanyakan dari mana dana operasional organisasi bidik misi ini berasal. Pasalnya, organisasi ini mempunyai program kerja yang juga membutuhkan uang yang tidak sedikit. Menanggapi hal ini, Pembantu Dekan III FIP, Drs. Syahril, M.Pd., angkat bicara, Ia menjelaskan anggaran dana untuk pelaksanaan seluruh kegiatan berasal dari anggaran dana yang sudah di programkan dari dana beasiswa bidik misi. Menurut Syahril, dana ini memang dianggarkan untuk meningkatkan kreatifitas mahasiswa Bidik Misi. “Dana bidik misi dibiayai selama satu semester sebanyak Rp 6.000.000,- untuk biaya hidup sebanyak Rp 3.600.000,- setiap bulan mereka menerima Rp.600.000 per bulan. Untuk biaya SPP dianggarkan sebesar Rp 2.400.000,-. Keterangan ini merupakan pedoman dari pusat. “Karena uang kuliah kita kecil, maka dimanfaatkanlah untuk meningkatkan kreatifitas mahasiswa bidik misi ini dengan membentuk organisasi”, jelas Syahril , Rabu (24/4). Tapi ia menyayangkan mahasiswa bidik misi yang masih acuh dengan program organisasi bidik misi ini. Ada beberapa diantara mereka yang bolos mengikuti les sedangkan mahasiswa lain yang bukan bidik misi ingin diikutsertakan. Syahril yang di temui di kantornya menambahakan, akan memanggil mahasiswa yang suka bolos les dan bersikap acuh ini. Gumala
Menilik Program Kerja BPM
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Afriszal ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Teknik (FT), Tugas BPM adalah memantau dan mengawasi organisasi yang ada di fakultas. Di BPM FT sendiri, hampir semua program kerja dapat terlaksana. Diantaranya rapat koordinasi seluruh organisasi mahasiswa FT, rapat silaturahmi seluruh lembaga di FT, rapat koordinasi BEM serta rapat dengan Dekan dan Pembantu Dekan (PD) III FT. Satu program yang belum terlaksana yaitu pengadaan kotak saran untuk seluruh mahasiswa. Hal ini dikarenakan kurangnya pendanaan. Selama masa kepengurusan Ia mengaku koordinasi dengan Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) berjalan dengan baik, misalnya dalam hal pemilihan ketua BEM fakultas. Mengacu kepada petunjuk teknis Pemilihan Umum (Pemilu), yaitu dua kali mengirim surat ke Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) telah direspon dengan baik, kemudian berhubungan dengan petunjuk pelaksanaan pemilu yang menggunakan e-voting. “Alhamdulillah evoting diterima oleh MPM,” ungkapnya, Senin(8/4). Hal senada juga diungkapkan Ridwan Lubis, ketua BPM Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Sejak awal kepengurusan mulai dari 20 Juni 2012, semua program kerja yang direncanakan telah terlaksana dengan baik. Diantaranya pemilu BEM, penjaringan aspirasi, penggodokan peraturan kemahasiswaan, pengawasan kinerja BEM dan pelatihan kepemimpinan legislatif. Untuk peraturan kemahasiswaan dilaksanakan setelah disidangkan bulan mei dan disahkan oleh senat. “Selama ini berjalan baik dan tetap berkomunikasi dengan MPM,” ujarnya. Namun berbeda halnya dengan BPM FMIPA. Menurut Ilham, Ketua BPM FMIPA, salah satu penyebab vakumnya BPM
disebabkan bergantinya sistem pelantikan di FMIPA. Sebelumnya, semua unit kegiatan di FMIPA dilantik oleh PD3. Namun pada periode 2012-2013, BPM dilantik oleh dekan, BEM dilantik oleh BPM. Selama kepengurusan yang telah berjalan ada beberapa program kerja yang terlaksana seperti rapat koordinasi dengan Dewan Pengurus Harian (DPH). Meskipun belum dilantik, Surat Keputusan (SK) jabatan telah diberikan. “Insya Allah dilantik dalam dua minggu kedepan,” ungkapnya Jum’at (5/4). Hal sama juga dialami BPM FBS, meski belum dilantik namun mereka juga sudah mengantongi SK kepengurusan. Sejak awal kepengurusan, Jefri Adetia, Ketua Komisi G BPM FBS mengaku semua program berjalan dengan baik. Diantaranya rapat perekrutan biro, rapat kerja BPM, rapat rutin satu kali dalam satu minggu. Namun ketika ditanyakan pengawasan terhadap BEM, ia mengakui belum terlaksana. Sebagai BPM tentunya bertanggung jawab atas pelantikan dan pengawasan BEM. “Bagaimana kami mau melantik BEM, yang dilantik saja sudah menghilang,” ungkapnya Senin (15/4). Sebagai lembaga mahasiswa tertinggi di tingkat universitas, tentu MPM mempunyai koordinasi dengan lembaga yang ada di bawahnya, khususnya BPM. Sebagaimana yang dijelaskan Ketua MPM, Ichsan Nasution bahwa dari 7 BPM yang ada di UNP, tidak beberapa badan yang berkoordinasi dengan baik. Misalnya dalam hal rapat pemilihan umum (PU) dan utusan legislatif. Alasan mereka tidak datang diantaranya lupa, MPM memberi undangan mendadak. Padahal tiga hari sebelum acara atau rapat, undangan telah diberikan ke BPM masing-masing fakultas. Ia juga mengingatkan, jika ingin memperbaiki UNP bukan mencari masalah, tetapi mencari solusinya. “Semoga organisasi mahasiswa bergabung, yang penting komunikasi,” harapnya, Selasa (8/5). Liza
Empat Pilar Goes To Campus Kunjungi UNP
Selasa siang, (7/5) teras Aula Tengku Syafei, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat ramai didatangi oleh mahasiswa berseragam almamater kuning. Mereka adalah mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) yang hendak melakukan registrasi ulang sebagai peserta Talk Show 4 Pilar Goes To Campus. Lebih spesifiknya, peserta dalam acara ini adalah perwakilan tiap ormawa yang ada di UNP, masing-masing diundang sebanyak 7 orang. UNP merupakan kampus ke-18 yang dikunjungi setelah penyelenggarakan acara serupa di 17 universitas sebelumnya. Acara ini merupakan buah kerjasama antara UNP dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI). Talk show yang bertemakan: “Perguruan Tinggi dan Permasalahannya” ini dihadri oleh Rektor UNP Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram, Pembantu Rektor III UNP Dr. Syahrial Bakhtiar dan Pembantu Rektor IV UNP Dr. Ardipal, M.Pd. Acara ini memboyong narasumber tingkat Nasional dan salah seorang dosen UNP. Anggota DPR periode 2009-2014 Dedi Gumelar, anggota komisi X DPR RI periode 2009-2014 H. Raihan Iskandar serta salah seorang dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP Dr. Afriva Khaidir, SH, M.Hum, MAPA. Dialog yang merupakan bentuk sosialisasi empat pilar negara dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara ini dipandu oleh pembawa acara yang merupakan salah seorang artis Indonesia, Anya Dwinov dan Yana Indrawan. Selain itu dalam acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan komedi oleh pelawak Jaim,
Jamil, dan Dibyo Primus. Dalam sambutanya, Rektor UNP Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram menyatakan bahwa tidak ada tawar menawar dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Kalau ada yang ingin memisahkan diri, berantas saja,” ujarnya, Selasa (5/7). Dan Ia juga menyampaikan kepada para mahasiswa yang menghadiri diskusi publik ini supaya dapat menyatu dengan pihak birokrat dalam menghadapi persoalan yang menghadang. Dialog publik ini dikemas dalam empat sesi. Dalam acara pembukaan, ditampilkan komedi bertema pendidikan oleh pelawak Jaim, Jamil, dan Dibyo Primus. Selanjutnya pembukaan materi dan penyampaian materi oleh ketiga pemateri, serta sesi terakhir kesempatan bagi mahasiswa untuk bediskusi dengan ketiga pemateri tersebut. Dalam diskusinya, Dedi Gumelar juga mengatakan bahwa pendidikan harus adil bukan hanya merata. Sedangkan kenyataan yang didapat sekarang adalah, 20% APBN tidak semuanya untuk pendidikan, tetapi 125 Triliyun telah dialokasikan untuk gaji guru, tunjangan, serta sertifiksai. Namun, dibalik peliknya bahasan diskusi mengenai kehidupan pendidikan serta rumitnya permasalahan yang ada di lingkungan kampus ini. Dr. Afriva Khaidir, SH., M.Hum., MAPA, tetap bersyukur 4 Pilar Goes To Campus ini singgah di UNP. “Bisa menjadi ajang untuk belajar serta promosi kampus bagi kita” ujarnya, Selasa (5/7). Di penghujung acara, Kasubag Minat Penalaran dan Informasi Kemahasiswaan BAAK UNP, Erman, berharap semoga mahasiswa selalu memahami dan mengaplikasikan yang telah didiskusikan bersama narasumber. Meri Susanti
Inter
18 PIK-M UNP
Geliat di Usia Dini
Pusat Informasi Konseling Mahasiswa (PIK-M) merupakan salah satu Unit Kegiatan (UK) mahasiswa yang ada di UNP sejak tahun 2012. UK ini bergerak di bidang konseling dan pusat informasi. PIK-M bertugas memberikan penyuluhan, khususnya pada permasalahan remaja, seperti bahaya Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif (NAPZA), seksualitas, HIV dan Aids pada sekolah-sekolah yang ada di kota Padang. Di usia yang terbilang dini, PIK-M sudah mampu meraih prestasi di tingkat daerah, yaitu juara tiga pada perlombaan Duta Mahasiswa Generasi Berencana seSumatera Barat yang diadakan di kampus Universitas Andalas pada 9-10 Februari lalu. Acara ini diikuti oleh berbagai universitas yang ada di Sumbar. Tidak hanya itu, PIK-M juga dipercaya sebagai dewan juri dalam kegiatan yang diadakan oleh Saka Kencana Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) Padang Panjang yang diikuti oleh siswa/i tingkat SMA. Sampai saat ini, PIK-M memang belum intens menyelenggarakan kegiatan di lingkungan kampus. Hal ini dikarenakan terbatasnya dana dan tidak adanya sekretariat dan fasilitas yang diberikan kampus,
seperti UK lainnya. Sejauh ini sekretariat PIK-M masih menumpang di Sekretariat Unit Pelayanan Bimbingan Konseling (UPBK) yang dikelola oleh dosen Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan. Walaupun belum pernah mengadakan kegiatan di lingkungan kampus, namun PIK-M sudah mengadakan pelatihan internal, seperti diskusi dan pelatihan. UK ini dibentuk untuk memajukan kampus dalam bidang event organizing, seperti pelatihan dan konsultasi ke sekolah, sebagai media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dan sebagai tempat konseling bagi mahasiswa. Hingga kini hal itu belum terwujud, sebab support dari kampus minim sekali, “Apalagi masalah dana,” sambung Sugero selaku salah satu pendiri dan ketua PIKM tahun lalu, Rabu (1/5). Sementara ini dana operasional PIK-M berasal dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai instansi yang bekerjasama dengan PIK-M semenjak berdiri. Kerjasama ini dalam bentuk praktisi, jika BKKBN menyelenggarakan acara, anggota PIK-M lah yang menjadi penyelenggara. Astuni
PPIPM UNP
PLB FIP
Unit Kegiatan Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) UNP mengadakan acara Bedah Penelitian di ruang kuliah MKU A102, Sabtu (20/ 4). Acara ini merupakan kelanjutan dari Pelatihan Research Club (PRC) pada 7 April lalu dan bertujuan untuk membuka wawasan peserta dalam melakukan observasi. Menurut Riandi Kurniawan selaku ketua pelaksana, acara ini masih akan berlanjut Minggu depan berupa observasi lapangan kepada 50 peserta angkatan 27. Adapun bidang-bidang yang difokuskan dalam observasi ini terdiri-dari bidang sosial dengan ranah observasi panti asuhan, bidang ekonomi dengan ranah observasi Pasar Raya, bidang teknologi ranah penelitiannya pabrik minuman di kawasan Lubuk Buaya dan bidang pendidikan ranah observasinya masih dalam perencanaan. “Dari permasalahan tersebut, nanti diupayakan pemecahan masalahnya,” ujarnya, Sabtu (20/4).Novi
Bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Sumatera Barat, Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) FIP UNP mengadakan Temu Kolegial Jurusan PLB Nasional, di Ruang Sidang Bung Hatta, Bukittinggi, JumatSabtu (5-7/4). Acara ini dihadiri oleh ketuaketua jurusan PLB se-Indonesia, dosen, kepala sekolah inklusi, guru pembimbing khusus disekolah regular serta mahasiswa PLB FIP UNP. Acara yang dihadiri oleh 463 peserta ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumatera Barat, Prof. Dr. Irwan Prayitno. Selaku ketua pelaksana, Drs. Damri, M.Pd., memaparkan tujuan acara ini adalah tuntutan ilmiah pengembagan jurusan PLB, mengantisipasi tentang kebijakan kurikulum 2013 serta menjawab masalah-masalah berkembang oleh profesi pendidikan khusus. “Semoga terselenggara pelayanan pendidikan bermutu bagi anak-anak berkebutuhan khusus.” Harapnya, Sabtu (6/4). Meri Susanti
Bedah ala PPIPM
Kesetaraan Pendidikan
Kuliah Umum Bersama Abu Rizal Bakrie Mengusung tema: “Membangun Wirausahawan Muda Untuk Kebangkitan Negeri”, Organisasi Mahasiswa (Ormawa) selingkungan Fakultas Ekonomi (FE) UNP berhasil mendatangkan Ir. H. Abu Rizal Bakrie (ARB) sebagai pemateri pada kuliah umum, Kamis (28/3). Acara dibuka secara resmi oleh Rektor UNP, Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram pada 14.45 WIB dan dihadiri oleh sekitar 600 peserta dan didominasi oleh mahasiswa FE.
Anisa, Mahasiswa Pendidikan Ekonomi mengaku ia sebagai mahasiswa bidik misi disarankan untuk mengikuti acara ini. Sebagai Ketua Penyelenggara, Sucita Fitriani, Mahasiswa Pendidikan Ekonomi TM 2010 menuturkan acara ini terselenggara oleh adanya mata kuliah kewirausahaan di FE. “Kami mendatangkan pemateri Bapak Ir. H. Abu Rizal Bakri karena beliau adalah pengusaha yang sukses”, tutupnya, Kamis (28/3). Via
BEM FE
KSR UNP
Dengan tema “Inovatif, kreatif, kooperatif untuk maju bersama”, Fakultas Ekonomi (FE) UNP mengadakan acara pelantikan organisasi mahasiswa untuk kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) selingkungan FE. Acara ini dilaksanakan di Auditorium FE pada hari Sabtu (6/4) dan diikuti oleh 350 peserta yang berasal dari berbagai jurusan di FE. Ketua Pelaksana acara, Sandri, mengatakan bahwa acara ini merupakan acara yang pertama kali diselenggarakan di FE. Menurutnya dilaksanakannya acara ini karena dilatarbelakangi oleh tampaknya permasalahan seperti adanya gap antar program studi yang ada di FE, “Untuk itu perlu tindakan penyatuan,” ujarnya, Senin (8/4). Sandri juga berharap dengan adanya acara ini bisa lebih mendekatkan hubungan antar civitas akademika FE. Nia
Usai melaksanakan seminar donor darah pada Sabtu (14/4) lalu, Unit Kegiatan Korp Suka Rela Palang Merah Indonesia (UK KSR PMI) UNP laksanakan kegiatan donor darah pada Selasa dan Rabu (17-18/4). Kali ini posko donor darah bertempat di kesekretariatan UK KSR PMI unit UNP sendiri. Seperti yang dikatakan Ketua UK KSR PMI pada acara seminar lalu, tercatat hanya sekitar 100 orang yang mendonorkan darahnya dari keseuruhan mahasiswa UNP. Oleh karena itu kegiatan ini bertujuan memperkenalkan aksi donor darah dan membuat mahasiswa lebih terbiasa dengan aksi donor darah. Haris Riandi, salah seorang anggota UK KSR PMI mengatakan kegiatan donor darah ini akan dilaksanakan rutin dua hari dalam sebulan pada minggu kedua. “Agar kegiatan donor darah ini lebih dikenal mahasiswa UNP,” ujarnya, Selasa (17/4). Novi
Acara Perdana Satukan Fe
UKKPK UNP
Lahirkan Anggota Muda
Unit Kegiatan Komunikasi Penyiaran Kampus (UKKPK) menggelar pelantikan anggota angkatan 19 dan 20 di Bumi Perkemahan Padang Besi Lemdadika Pramuka Sumbar. Acara pelantikan dilaksanakan pada Sabtu dan Minggu (13-14/4). UKKPK melantik 89 anggota muda dan 45 orang panitia pelaksana kegiatan ini menjadi anggota biasa. Proses pembekalan bagi calon anggota dikemas dalam rangkaian acara jurik. Pelasanaan jurik tersebut bertujuan untuk membekali para anggota dengan ilmu seputar organisasi. Ketua Pelaksana acara, Nanda Rika Putra mengatakan tantangan yang diberikan dalam acara pelantikan ini akan menjadi bekal bagi calon anggota dalam menjalani organisasi. “Semoga para peserta semakin bertahan dalam menjalankan tantangan organisasi kedepannya,” harapnya, Sabtu (13/ 4). Nia
GEOGRAFI FIS
Selamatkan Bumi
Peringatan Hari Bumi yang diadakan mahasiswa Geografi UNP, Sabtu (20/4) dihadiri oleh mahasiswa, dosen Geografi dan masyarakat. Sekitar 300 pohon trembesi yang disediakan oleh Panin Bank siap untuk ditanami di Kelurahan Bungo Pasang dan Batang Kabuang Gantiang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Dalam acara pembukaan, H. Mahyeldi Ansyarullah, SP., Wakil Wali Kota Padang yang juga turut hadir, mengatakan bahwa ada sepanjang 81 km pinggir jalan yang harus ditanami pohon. “Menghadirkan lingkungan yang baik akan menghadirkan surga untuk warga disini,” ungkapnya, Sabtu (20/4). Rifki Randa Syafri, selaku ketua pelaksana, menjelaskan kegiatan ini lebih awal dua hari dari Hari Bumi yang jatuh pada 22 April. “Kegiatan ini diakhiri dengan aksi bersihbersih di sekitar Kanal Simpang Muaro Panjalinan hingga tepi pantai di wilayah itu, katanya, Sabtu (20/4). Media
Bantu Lewat Donor Darah
ORMAWA UNP
FKPWI FBS
Bedah Film TheMessage
Forum Kajian Pengembangan Wawasan Islam (FKPWI) FBS UNP menggelar acara bedah film The Massage di Teater Tutup FBS UNP, Sabtu (20/4). Acara yang dihadiri oleh 80 orang peserta ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui bagaimana nabi Muhammad SAW memperjuangkan islam dari kaum Yahudi dan Qafir Quraisy. Ketua pelaksana, Fauziatul Fitriani mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris TM 2010 berharap agar mahasiswa tidak lagi melalaikan kewajibannya sebagai muslim setelah menyaksikan film ini. “Mereka mengorbankan harta bahkan nyawa demi agama islam,” ujarnya. Meli Safitri mahasiswa jurusan Sendratasik TM 2011 mengakui acara bedah film ini sangat bermanfaat baginya, khususnya menambah keimanan sebagai muslim, “Semoga kita tidak lagi menyia-nyiakan agama”, katanya. Meri Susanti
BEM FT
Peran RUU Kamnas
Untuk menyajikan konsep Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional (RUU Kamnas) bagi mahasiswa, diadakanlah seminar nasional dan diskusi terbuka RUU Kamnas, Sabtu (4/5). Acara yang diadakan di RSG FT ini terlaksana berkat kerja sama BEM FT, HIMA Sejarah, HIMA Sosiologi, UNP, Historia Study Club, Paradigma Study Club, Komunitas Palanta Bambu, dan Badan Seni Kampus Orange. Kegiatan ini mengundang empat orang narasumber dan dihadiri oleh 250 orang peserta dan undangan. Menurut salah seorang narasumber, Mayor Jenderal (TNI) Hartind Asrin, RUU Kamnas akan disosialisasikan ke Universitas-Universitas. “Indonesia sudah lama merdeka namun UU Kamnas belum ada,” ujarnya, Sabtu (4/5). Ia menambahkan UU Kamnas melindungi kepentingan nasional Negara. Winda
BEM UNP
Belajar Melobi dan Advokasi
Departemen Ham dan Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP mengadakan acara Training Lobi dan Advokasi pada Minggu, (14/4). Bertempat di ruang D81 Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP, acara ini dihadiri oleh 75 peserta . Menurut Ketua Pelaksana, Fakhrudin, acara ini bertujun untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana teknis melobi dan advokasi yang baik. Fakhrudin menerangkan bahwa jumlah peserta training dibatasi dan tidak memungut bayaran. Hal ini bertujuan agar materi yang diberikan dapat dipahami dengan baik oleh seluruh peserta. “Lebih baik sedikit tapi materi dipahami dengan baik,” ujarnya Minggu, (14/ 4). Widya Trisna, Mahasiswi Jurusan Ilmu Sosial Politik TM 2011 berpendapat bahwa acara ini sangat menarik dan membuat kita mengerti teknik lobi yang baik. “Acara ini bagus sekali. Nantinya kita bisa mengaplikasikan teknik ini untuk mengangkat acara,” ucapnya. Gumala
Seminar Anti Narkoba
Lebih 260 mahasiswa UNP mengikuti Seminar Anti Narkoba di Ruang Serbaguna FT. Acara ini diadakan oleh BEM FT UNP bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumbar, Kamis (18/4). Acara terselenggara akibat kekhawatiran terhadap narkoba . “Semoga dengan acara ini mahasiswa tahu dampak negatif narkoba,” harap Syari Rahma Yanti selaku ketua pelaksana, Kamis (18/4). Pada kegiatan ini disampaikan dua materi yaitu: narkoba dari segi hukum dengan pemateri Drs. Suryadi Boy dan yang kedua, narkoba dari segi kesehatan dengan pemateri Abdul Halil. Menurut seorang perserta, seminar anti narkoba ini sangat bagus. “Mengingat banyak mahasiswa yang tidak tahu bahaya narkoba untuk masa depan mereka,” tutur Atmaji Tri N, mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2010nya, Kamis (18/4). Zolla
UKK UNP
Seminar Kartini
Memperingati Hari Kartini, Unit kegiatan kerohanian (UKK) UNP mengadakan seminar kartini di ruang D81 Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Minggu (21/4). Ketua pelaksana, Hasanatul Nisak mengungkapkan seminar ini bertujuan menyadarkan muslimah agar kembali ke fitrahnya. Salah satu pemateri, Daslinar, menjelaskan emansipasi itu berupa perjuangan untuk memperoleh hak, melepas wanita dari kebodohan dan maju, melepas wanita dari ekonomi rendah, dan persamaan hak dan kewajiban perempuan secara utuh. Dengan demikian, perjuangan wanita itu harus berangkat dari jati diri dalam bingkai kodrati agar tidak kehilangan jati diri. Hal-hal yang harus diwaspadai yaitu emansipasi bebas nilai, lepas kendali dengan dalih modernisasi, hak azazi manusia menabrak nilai agama, etika dan moral serta gerakan yang mengatasnamakan emansipasi kesetaraan gender. “Persamaan derajat yang memperjuangkan wanita justru merendahkan wanita” ungkapnya. Liza
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Oleh I
19
Feature
Cerita Generasi Penghafal Al-Qur’an Suara riuh anak-anak terdengar dari seberang jalan. Semakin mendekat, suara itu makin jelasa adanya. Mereka adalah para penghafal rangkaian huruf hijaiyah yang ada dalam kitab suci umat islam. Oleh Ismeirita Di dalam ruangan berbentuk persegi sedikit yang terletak di lantai dua, tampak anak-anak kecil berkerudung duduk bersimpuh dalam posisi setengah melingkar. Terlihat juga, sosok perempuan dewasa yang tengah duduk bersama mereka. Apabila ada tamu atau orang datang berkunjung, orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut akan mendekat dan menyapa dengan senyuman hangat. Ruangan itu sederhana, tanpa kursi ataupun meja belajar. Guru dan anak-anak duduk bersama. Mereka tengah sibuk mengafal Al-Qur’an dan sebagian lagi sedang mengantri giliran untuk menyetor hafalan ayat Alqur’an kepada guru pembimbingnya. “Tiap kali pertemuan, anak-anak diminta membacakan/melafadzkan kemajuan hafalan ayat Alqur’annya,” tutur Nengsih selaku satusatunya staf tata usaha di Markazul Qur’an ini, Minggu (21/4). Kegiatan mendidik hafalan alqur’an ini telah ada semenjak Oktober 2010 dikenal dengan nama Markazul Alqu’an Nurul Huda. Terinspirasi dari Markazul Alqur’an di daerah Padang Panjang, Pengurus Mushola Nurul Huda bagian divisi dakwah, salah satunya Dwi Dasa Warsani ingin menyelenggarakan Tahfiz (kegiatan menghafal Alqur’an) serupa di daerah tempat tinggalnya. Berlokasi di Desa Pincuran Tinggi, Kanagarian Panyalaian, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar inilah Markazul berdiri.
Menghafal Al-qur’an: Beberapa orang santri tengah menyetor hafalan ayat Al-Qur’an mereka secara bersama-sama di ruangan lantai dua Mesjid Nurul Huda, Desa Pincuran Tinggi, Kanagarian Panyalaian, Kecamatan X Koto, Tanah Datar, Minggu (21/4). f/Rita
Sekarang markazul Qur’an ini sudah memasuki tahun ketiga, peserta tahfiz dan tahfizah berjumlah 37 orang. Santri perempuan sebanyak 13 orang dan 24 orang santri laki-laki. Nengsih menjelaskan Rata-rata peserta Markazul dari berasal dari kelas 2 Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN). “Jumlah peserta tahfiz ini cendrung stabil tiap tahunnya”, tambah Neng. Tujuan awal diadakannya Markazul ini ditujukan untuk anak lakilaki yang telah khatam Al-Qur’an agar nantinya bisa dijadikan seorang imam.
Meskipun masih dalam usia yang terbilang dini, anak didikan Markazul ini telah ada yang hafal beberapa juz al-qur’an. Husna yang masih duduk di bangku MTsN kelas 2 sudah hafal 5 juz al-qur’an. Radiah juga sudah mempu menghafal 4 juz al-Qur’an meski umurnya baru 9 tahun. Sedangkan sntri laki-laki, seperti Rehan yang tengah duduk di bangku kelas 3 SMP telah hafal 3 juz Alqur’an. “Rata-rata yang lainnya telah menghafal 1-2 jus,” tutur Neng dengan tersenyum. Kegiatan mereka tak hanya sekedar menghafal Al-Qur’an, anak didik Markazul
Qur’an juga giat meraih prestasi. Tri Nengsih, santri yang duduk di kelas 3 SMP pernah menjuarai lomba tahfiz Qur’an tingkat SMP. “Dia meraih juara 1 dalam kategori hafalan surah 30 juz”, tutur Neng, Minggu (21/4). Dan baru-baru ini, Markazul Qur’an mengutus anak didiknya untuk lomba tahfiz di Padang yang diselenggarakan Pondok pesantren Ar-Risalah yang berlokasi di Lubuk Minturun, Padang. Jadwal rutin markazul tersusun pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Staf tata Usaha yang biasa disapa dengan sebutan Buk Neng ini menjelaskan, untuk memantau dan membimbing anak-anak dibutuhkan 2-3 ustadz/ustadzah. “Pembimbing didatangkan dari Markazul yang berasal dari Padang Panjang”, tambah Neng, Minggu (2/5). Untuk kestabilan peningkatan hafalan, pembimbing terkadang memberikan surprise berupa hadiah kepada anak didiknya, “Pena, pensil atau hadiah lainnya kami berikan untuk lebih memotivasi mereka”, jelas neng lagi. Hal ini dilakukan ketika anak-anak mulai menunjukkan progres dalam hafalannya. Tidak hanya itu, di waktu senggang, Neng juga mengajari anak didiknya membuat keterampilan tangan, seperti membuat rangkaian bros bunga dari benang wol dan membuat pin ataupun gelang tangan. Markazul Qur’an ini dibantu oleh para donator yang berdonasi setiap bulannya. Bantuan yang diberikan digunakan untuk menunjang kelancaran operasional markazul Qur’an ini. Dan berkat sumbangan ini jualah, peserta didik tidak dikenakan biaya apapun untuk bergabung pada Markazul Qur’an. “Anak-anak dibebaskan dari uang muka dan uang SPP,” jelas Buk Neng. Susilawati, AMd, salah satu Ustadzah yang membimbingi anak-anak dalam menghafal Al-Qur’an, ditemani Faizah, S.Pd., berharap Markazul ini tetap ada dan berlanjut kegiatannya. “Belajar disini gratis, dibanding Markazul lain yang ada di Padang Panjang, harus bayar,” jelas Susilawati, Minggu (21/4).
Permainan Lore Terhimpit Zaman Ketika modernisasi menginjak peradaban suatu negeri, permainan anak nagari bisa dijadikan alternatif sebagai pengingat damainya masa lalu. Namun ketika alternatif itu harus terseret dan tenggelam oleh perkembangan zaman, lantas apalagi yang akan menjadi alarm di nagari ini? Oleh Wahida Nia Elviza Suara ceria enam orang anak perempuan yang rata-rata berumur 8-10 tahun menghiasi halaman rumah bercat orange sore itu, Sabtu (23/3). Halaman itu memang ramai satu bulanan terakhir ini oleh teriakan anak-anak yang tampak asyik bermain lore. Lore adalah salah satu permainan anak nagari di Kenagarian Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Solok. Permainan itu disajikan dalam bentuk ukiran di atas tanah berupa gabungan beberapa buah persegi dengan menggunakan stonek. Stonek merupakan media yang terbuat dari kaca berbentuk datar dan pipih yang nantinya dilempar ke dalam persegi-persegi itu. Terkadang mereka mengunakan uang koin pecahan 100, 500, dan 1000 rupiah. Permainan ini merupakan permainan musiman, yang mana permainan ini akan bertahan paling lama 2 bulan saja. Setelah itu permainan lore akan digantikan oleh permainan anak nagari yang lainnya, seperti permainan kelereng, main tikuak, main tali, dan masih banyak yang lainnya. Pesertanya terbagi atas dua kelompok, dengan ketentuan kelompok yang menang dalam
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
Bermain: Seorang bocah sedang bermain permainan Lore di halaman rumahnya di Kenagarian Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Solok, Senin (6/5). Permainan ini sudah mulai pudar di kalangan anak-anak semenjak modernisasi mewabah di masyarakat. f/doc.
suit akan bermain terlebih dahulu sampai stonek yang dilempar keluar dari kotak persegi. Suci Wulandari, anak perempuan berambut panjang yang menjadi ketua kelompok satu memulai aksinya dengan melempar stonek ke dalam kotak persegi satu. “Yes, masuk,” ujarnya, Sabtu (23/3). Kemudian ia dan dua orang anggotanya mulai melompat dengan satu kaki melintasi kotak demi kotak yang tidak berisi stonek dengan syarat jangan menginjak garis persegi. Setelah itu kembali lagi ke posisi awal. Begitu seterusnya. Tidak jauh dari lokasi tempat anak-anak itu bermain, terdapat seorang bapak bertubuh kecil dan berwajah ramah tengah menikmati suasana sore. Namanya Khaidir. Ia pemilik rumah bercat orange itu. Sambil
mengamati anak-anak bermain, ia juga sesekali memberikan nasehat kepada anakanak agar berkonsentrasi saat melempar stonek agar tidak keluar garis,”Ayo fokus, jangan asal lempar saja,” ungkapnya setengah berteriak, Sabtu (23/3). Sesekali ia mencoba memperagakan cara melempar stonek yang benar, agar bisa masuk dikotak-kotak persegi yang dituju.”Nah seperti ini,” ujarnya dengan bangga. Anak-anak pun bertepuk tangan pertanda dukungan atas sikap khaidir. “Ye ye,” sorak mereka. Setelah itu, iapun kembali duduk ke tempat semula dan menyaksikan kembali anak-anak yang tengah semangat bermain lore. Khaidir mengaku sangat terhibur dengan anak-anak yang bermain lore di rumahnya. Hal ini karena selain bisa
menghilangkan penat sembari menunggu magrib datang, permainan lore juga mengingatkannya pada permainan temanteman masa kecilnya.”Ternyata masa kecil itu memang indah,” ungkapnya sambil tersenyum. Menurut Khaidir tidak ada yang tahu pasti kapan permainan lore ini lahir. Namun permainan ini sudah dimainkan oleh anak perempuan semasa kanaknya dulu dan diwariskan secara turun temurun. Khaidir melanjutkan, dulunya permainan lore ini adalah permainan yang mampu menyatukan antara anak dari kampung yang satu dengan kampung yang lainnya, sehingga mereka saling mengenal dan merasa memiliki saudara dimana-mana. “Ini dusanak, itu dusanak,” papar Khaidir. Banyak nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam permainan lore, diantaranya: meningkatkan keakraban antar sesama teman, bermain sambil berolahraga dan bisa mengundang keceriaan. “Lore adalah pemainan yang mengasyikan,” ujar Khaidir. Khaidir juga menambahkan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, permainan anak nagari semakin redup, hilang ditelan masa. Hal ini sedikit banyaknya dipengaruhi oleh timbulnya permainan-permainan yang memanfaatkan fasilitas internet (online) maupun permainan modern lainnya. Jika ini terus terjadi, Khaidir menakutkan akan lahir generasi indivualis yang mementingkan diri sendiri. Lebih lanjut ia mengatakan, walaupun lore ini hanya permainan musiman, ia berharap permainan ini tetap ada dan terus dilestarikan, jangan sampai terhimpit dan tenggelam oleh arus perkembangan globalisasi. “Walaupun mustahil rasanya, saya harap lore tetap eksis di kalangan anakanak pada masa sekarang dan selanjutnya,” harap Khaidir.
Resensi
20
Pejuang Pendidikan dari Lembah Swat Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit
: Kepalaku Ditembak hanya untuk Bisa Sekolah : Hendri F. Isnaeni : Zaytuna : Januari 2013
Siang hari itu, 9 Oktober 2012. Sebuah bus yang tengah mengantar pulang anakanak sekolah, tiba-tiba diberhentikan. “Siapa diantara kalian yang bernama Malala? Cepat bicara, jika tidak, aku tembak kalian semua!”, ancam seorang pria berjanggut dengan sorban menutupi wajah. Sembari ketakutan, salah seorang menunjuk Malala. Pria itu tanpa ragu membidik Malala yang duduk di bagian tengah bus. Malala rebah bersimbah darah. Dua peluru melesak ke leher dan kepalanya. Kisah nyata ini, diceritakan kembali oleh Hendri F. Isnaeni, (salah satu wartawan Majalah Historia) dalam karyanya: “Kepalaku Ditembak Hanya untuk Bisa Sekolah.” Ia membawa pesan, bagaimana upaya seorang gadis belia dari Pakistan untuk bisa sekolah dengan tenang tanpa ada rasa takut yang berkecamuk. Penulis menjelaskan dengan apik bagaimana perjuangan yang dilakukan Malala hingga mendapat perhatian besar dari dunia. Malala Yousafzai, ia baru berumur 11 tahun, namun karena keberaniannya, dia dianugrahi penghargaan unggulan “The Future of Pakistan” (Masa Depan Pakistan). Dengan menggunakan media nasional dan internasional, ia memberi tahu dunia, bahwa anak perempuan juga harus memiliki hak untuk pergi sekolah. “Kepalaku Ditembak Hanya untuk Bisa Sekolah” mengajak pembaca untuk memaknai dan merasakan apa yang dilakukan Malala beserta ayahnya untuk memperjuangkan pendidikan. Menjelaskan kondisi rumit yang terjadi di lembah Swat. Dimana, nyawa hilang dalam sehari adalah
kabar biasa, apalagi ledakan dan hembusan nafas senapan telah fasih terdengar di sana. Malala mengungkapkan kebenaran atas apa yang tengah terjadi di negerinya melalui catatan hariannya. Sebuah kenyataan, dimana Taliban, yang menguasai Lembah Swat, tempat ia berdomisili memaksakan hukum syariah dengan ‘versinya’ sendiri. Seperti melarang perempuan bersekolah dan pergi ke pasar, serta melarang toko musik, dan lain sebagainya. Naas memang, bila direfleksikan pada kondisi di Negara sendiri. Dimana informasi melalui akses internet bergulir terlalu bebas, jiwa juang luntur dan bahkan terkesan ‘manja’ akan teknologi itu sendiri. Malala dan catatan hariannya adalah sebuah konsumsi yang patut dinikmati semua orang, terutama mahasiswa dan mereka yang sempat mengecap manis pahit pendidikan. Buku ini kemudian mampu merefleksikan situasi ironis, ketika di luar sana perempuan dilarang menuntut ilmu, dilarang menggunakan seragam dengan menyandang tas. Tidak bebas belajar dan menonton berita apapun. Kisah malala diakui memang sanggup menggetarkan nurani dan membawa suasana haru biru, ia sekaligus menggerakkan kesadaran setiap orang untuk melanjutkan merajut impian dan cita- cita yang bersahaja. Buku ini layak dibaca bagi siapa saja yang ingin mendapakan masa depan peradaban manusia yang cemerlang. Resensiator: Ismeirita, Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FE UNP TM 2010
Intimidasi Perbedaan dalam Demokrasi Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Maryam : Okky Madalisa : PT Gramedia Pustaka Utama : Februari 2013 : 280 halaman
“Adakah alasan yang bisa diterima akal, sehingga kami, lebih dari dua ratus orang, harus hidup di pengungsian seperti ini? Kami mohon keadilan. Sampai kapan kami harus menunggu?” (Maryam Hayati) Kini Maryam berdiri di depan rumahnya. Setelah enam tahun berlalu, akhirnya ia bisa kembali melihat bangunan tempat ia dibesarkan. Tempat terakhir kalinya ia berjumpa sekaligus bertengkar dengan orang tuanya. Menatap rumah itu secara utuh dari depan, membuatnya tak bisa menahan air mata kerinduan dan rasa sesal karena telah mengkhianati orangtuanya. Namun, setelah masuk ke rumah itu, ia hanya bertemu dengan Jamil. Dari Jamil, Maryam mengetahui keluarganya telah terusir dari Gepuruk. Mereka diusir oleh warga yang dulu hidup rukun bersama keluarganya. Warga yang dulu bahkan tak pernah peduli kenapa keluarga Khairudin tidak sholat di mesjid mereka. Novel ketiga dari Okky Madasari ini pada dasarnya adalah sebuah fiksi, namun tetap merujuk pada realita kekinian. Okky melakukan riset selama enam bulan di daerah-daerah Lombok yang dijadikannya tempat kejadian. Serta keluar masuk gedung transito yang hingga saat ini masih dihuni orang-orang Ahmadiyah, agar bisa mendalami apa yang mereka rasakan. Okky melahirkan sebuah novel dengan perpaduan kisah cinta, keluarga, dan tragedi pengusiran dengan alur dan bahasa yang apik. Lewat penokohan Maryam yang terlahir dari keluarga penganut Ahmadiyah, Okky menyiratkan bahwa perbedaan
ternyata tidak dapat hidup damai dalam kesatuan. Di balik itu, ia juga memperlihatkan betapa lemahnya keteguhan hati beberapa penduduk Indonesia, sehingga mereka terlihat begitu mudah terprovokasi oleh propogandis yang memang sengaja memanas-manaskan suasana. Meskipun hati mereka sebenarnya tak menginginkan hal tersebut. Hal ini tergambar jelas dalam penokohan jamil. Ada peperangan batin antara keinginan membela, serta rasa takut yang dialami Jamil. Seseorang yang telah lama bekerja pada Khairidin. Okky memang tidak menggambarkan secara gamblang tentang apa itu Ahmadiyah. Dia juga tidak membenarkan atau menyalahkan. Ia hanya memaparkan bagaimana perasaan dan penderitaan orang-orang Ahmadiyah ketika harus terusir dan kehilangan rumah yang mereka dirikan dengan susah payah. Novel ini seolah kembali mengajak kita merenungi sisi sejati manusia yang punya hak untuk hidup. Mengingatkan bahwa masalah Ahmadiyah bukan lagi sebatas masalah agama, tetapi juga masalah hidup berbangsa. Dimana embelembel negara demokratis yang dipakai, akhirnya hanya sebuah lelucon. Rakyat Indonesia seperti menginjak kesepakatan lama di balik kata demokrasi. Maryam menitipkan pesan, agar tidak membenarkan begitu saja kekerasan pada kaum minoritas. Karena kaum minoritas, apapun nama mereka, mereka masih rakyat Indonesia yang secara hukum punya kebebasan beragama dan punya hak untuk memperoleh pengadilan yang adil. Resensiator: Wezia Prima Zolla Mahasiswa Ilmu sosial politik TM2010
Sejarah Korban dan Rekonsiliasi Masa Lalu Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Kenangan Tak Terucap; Saya, Ayah, dan Tragedi 1965 : Bill Kovach dan Tom Rosenstiel : Kompas Media Nusantara : Februari 2013 :
“Masa lalu bisa saya torehkan sebagai perlawanan antara yang kalah dan yang menang, antara salah dan benar. Ini adalah penilaian sejarah yang tentu saja banyak ditulis oleh mereka yang menang. Sering dilupakan bahkan tidak ditulis adalah bagaimana sejarah itu menimbulkan tragedi dan korban. Siapakah yang menjadi korban?” Sejarah menyebutkan bahwa Tragedi 1965, atau yang lebih dikenal dengan Gerakan 30 September, telah merenggut ribuan nyawa. Tujuh orang jenderal yang ‘diambil’ dari rumah mereka pada dini hari, 1 Oktober 1965, ditemukan tidak lagi bernyawa dalam sebuah sumur, di daerah Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965. Jenderal
yang mati tersebut, kemudian kita kenal dengan sebutan Pahlawan Revolusi. Sedangkan apa yang terjadi dihari-hari berikutnya? Ratusan, bahkan mungkin ribuan orang yang dituduh PKI waktu itu diambil paksa, ditahan, disiksa, baik di dalam penjara maupun yang kemudian dibuang ke pulau Buru. Mungkin luput dari kesadaran, bahwa selain merenggut banyak nyawa, tragedi itu nyatanya masih meninggalkan keluarga dari para korban. Mereka ini, yang kemudian akan melanjutkan hidup dalam pergolakan reformasi, dimana sejarah disusun sebagaimana mereka menyusun kembali puing-puing yang
disisakan sejarah. Nani Nurrachman Sutojo salah satunya, anak kedua dari Mayor Jenderal Anumerta Sutojo Siswomihardjo ini, terpaksa harus kehilangan ayah yang sangat dicintainya ketika masih berumur 15 tahun. S e l a m a bertahun-tahun lepas dari penjajahan, Indonesia merangkak, mulai merabaraba dan menyusun k e m b a l i sejarahnya. Namun apa yang ditakutkan? Siapa yang menulis sejarah? Disini, N a n i mencontohkan d e n g a n penayangan film Pengkhianatan G30S/PKI. Bagi Nani, film itu menimbulkan kegundahan tersendiri. Apakah informasi seperti itu yang akan diwariskan kepada anak cucu tentang
Peristiwa 30 September 1965? Dimana yang ditonjolkan hanyalah peran Pak Harto, tanpa mengangkat situasi sosial yang terjadi saat itu. Selain itu, kata pengkhianatan dijudul film tersebut ditujukan kepada siapa? Bagi Nani, hal tersebut adalah pertanyaan yang sulit dijawab, karena tidak adanya konteks sosial di dalamnya, baik sebelum atau sesudah peristiwa itu. Nani mampu menuliskan tragedi 1965 dengan perspektif berbeda. Menempatkan diri sebagai “korban” dan juga seorang psikolog, mengangkatkan sisi humanis dan juga sosial. Pendekatan yang jarang ditemui dalam pengolahan peristiwa sejarah. Ia memaparkan peristiwa-peristiwa tadi, diiringi dengan keprihatinan terhadap hal-hal yang lebih luas daripada urusan pribadinya sendiri, yakni kehidupan berbangsa. Dengan “Kenangan Tak Terucap; Saya, Ayah, dan Tragedi 1965” ini, Nani mampu membuktikan sekaligus melanjutkan masamasa di depannya seraya mengatakan pada masa lalunya, bahwa memaafkan, bukan berarti melupakan. Nani dan memoarnya, adalah salah satu pembaharuan yang membuktikan, bahwa sejarah yang ditorehkan oleh korban, akan memiliki penuturan yang jauh berbeda dengan sejarah yang ditulis, mungkin oleh mereka yang disebut para ‘pemenang’. Resensiator: Jefri Rajif Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika 2010
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
21
Cerpen
Surat Awan Oleh : Sri Endah (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2010)
S
eketika awan bergerak, menyibak langit menjadi indah. Perlahan warna biru menyapu bersih keindahan langit. Udara yang bergerak, tidak berwarna, bahkan hanya dapat kurasakan, menyatukan pikiranku dengan masa yang akan datang. Dari kejauhan, tampak samar keindahan laut. Berada di sebuah gedung dengan ketinggian tiga puluh tiga meter, membantuku menikmati indahnya dunia. Ya, dunia yang semakin hari kurasakan banyak perubahan. Dunia yang sudah tidak perawan lagi. Tepat waktu siang hari, ketika panas matahari berada vertikal melihat tanah, aku menolehkan pandangan pada sebuah titik. Awan segumpal tinju memanggilku untuk terbang menuju langit. Setelah itu, ia berusaha menarikku agar aku bisa duduk bertengger di atasnya. Kubenamkan dengan pasti pikiran saat ini. Awan itu melepaskan kailnya padaku. Dengan pasti kupegang kail itu. Secara beringsut, ia menarikku hingga semakin dekat. Tarikan itu semakin kencang. Semakin dekat. Ya, kini aku terseret ke dunianya. Aku tengah bersamanya. “Benarkah kamu seorang mahasiswa?” tanyanya padaku. Dengan singkat kubalas “Ya”. Ia membalas dengan goncangan. Seketika kurasakan tubuhku berguncang. Kupikir ini gempa, sayangnya tidak. “Jawablah sekali lagi dengan pasti!” Suara Awan terdengar meninggi. Aku heran, apakah ada sesuatu yang aneh dari jawabanku. Cepat-cepat kuambil sebuah keputusan. “Ya! Aku adalah seorang mahasiswa.” Kembali tubuhku berguncang. Aku tersentak kaget, kurasakan kali ini aku seperti berada dalam sebuah ayunan. “Bagus. Jangan tanggung-tanggung bila menjawab. Apa yang membuatmu merenung begitu lama?” tanyanya lagi. Kali ini kubalas dengan basabasi, “yah, kau tahu, sekedar menikmati keindahan alam”. Seketika suasana menjadi hening. Awan sepertinya murka padaku. Apakah sebuah kesalahan besar yang menyeretku bertemu dengannya. Ah tidak mungkin, ini hanyalah sebuah klise yang kuno. Entah kenapa awan berubah hampa, keheningan ini terlalu lama, aku harus mencari nya, aku harus mengetahui alasanku diseretnya ke tempat ini. Aku harus memanggilnya. “Awan…. Awan…! Maaf. Kali ini
Oleh: M. Ismail Nasution., S.S.,M.A.
Membaca kalimat demi kalimat dari cerpen “Surat Awan” yang ditulis oleh Sri Endah, rasa penasaran saya terusik untuk membacanya sampai tuntas. Salah satu rasa itu muncul disebabkan oleh aneka simbol yang digunakan oleh pengarang. Sebagai pembaca, keingintahuan saya terusik ketika membaca judul. Pertanyaan sederhana terlintas dalam pikiran saya, “kok awan mengirim surat?” Apakah cerita ini mengisahkan tentang dunia antah barantah? Pertanyaan itu kemudian menuntut saya mencari jawaban pada teks berikutnya. Rasa penasaran muncul kembali setelah awan yang mengirim surat itu hanya sebesar tinju. Hal ini menggelitik dan membuat saya kembali bertanya sembari tertawa kecil sendiri, kenapa awannya
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
akan kuikuti semua kemauanmu. Asalkan setelah ini aku kembali ke bumi.” Lagi-lagi aku terhenyak oleh suara Awan yang menggema tepat di gendang telingaku. “Ha…ha…ha…Dasarmahasiswa.Dengarkan. Aku membawa sebuah surat untukmu.” “Surat? Maksudmu?” tanyaku heran. “Jangan terlalu memaksa. Kau harus lebih cekatan. Bukankah kau mahasiswa?” wajahnya lebih terlihat seperti menyindir. “Ya, ini sebuah surat yang datang dari masa depan.” “Apa? Tidak masuk akal. Sama sekali tidak realistis!” aku memalingkan pandangan keseluruh sudut, semua terlihat begitu putih. Begitu lembut. Apakah aku bermimpi?” ah tidak, aku sadar, aku bahkan tidak tidur. Cepat-cepat aku tantang lagi awan yang mulai heran menatapku. “ Aku tidak mau membacanya!”. Awan seketika marah. Ia berputar haluan menjadi geram. Warnanya yang tadi putih bersih, dengan singkat menjadi abu-abu. Bahkan, seperti abuabu yang sudah tua. “Dengar ya mahasiswa! Aku hanya melaksanakan perintah. Dasar kau pemalas! Membaca surat saja tidak mau, bagaimana pula universitas akan memberikanmu gelar sarjana!” bentak
“Mahasiswa, bukankah itu hanya untuk orang-orang yang berpendidikan? Apakah kata makian seperti itu yang selalu kamu tuturkan? Menyedihkan. Aku datang baik-baik. Bahkan, ini adalah sebuah kemuliaan untukmu. Mendapat surat yang tidak semua orang bisa dapatkan.” Pembicaraan itu terhenti. Aku terdiam mendengar ucapan Awan. Memang, selama menjadi mahasiswa banyak hal tidak baik kulakukan. Aku tidak bersemangat, aku merasa jenuh karena terlalu lama menetaskan gelar sarjana. Bahkan, kadangkala aku mempunyai pemikiran untuk mencabut statusku sebagai mahasiswa. Dengan berat hati, terpaksa kurangkuhkan tangan dan mulai membuka surat tersebut. “Baiklah. Surat itu akan kubaca sekarang.” Warna Awan kembali menjadi putih. Kuharap itu pertanda bahwa ia telah memaafkanku. “Salam sejahtera untuk mahasiswa. Saya sezlalu merindukan mahasiswa yang intelektual dan bersemangat. Semoga Anda mendengar su gesti saya. Negeri Kebahagiaan adalah sebuah tempat
Grafis: Jefri
Awan padaku. Aku naik pitam, kali ini kekesalanku memuncak. “Heh! kau jangan terlalu menggurui. Membaca atau tidaknya, itu bukan urusanmu. Yang jelas, aku tidak mau membaca surat itu! Palingan surat itu isinya sama dengan surat yang datang kepadaku tahun lalu. Apalagi, perintah agar aku harus rajin-rajin kuliah?” Sepertinya awan kesal dengan ucapanku.
yang menjanjikan untuk Anda. Mahasiswa adalah orang yang istimewa. Bahkan, mahasiswa adalah orang yang beruntung. Orang-orang yang bernasib baik, yang mendapat kedudukan lebih tinggi di atas siswa. Tapi, ada satu hal yang membuat kami mengirimkan surat ini kepada Anda. Negeri bagian kami, dua bulan yang lalu mengirimkan surat. Surat itu datang dari sebuah negeri bagian bernama Pengharapan. Salah seorang warga dari negeri ini benar-benar berusaha dan berjuang agar suratnya kami terima. Karena negeri Pengharapan tidak bisa
mendapat rekomendasi secara lansung untuk menemui mahasiswa, maka kamilah yang mendapat wewenang untuk menyampaikannya. Di dalam isi surat itu kami mendapatkan informasi bahwa seorang wanita yang bernama ibu Siti mengharapkan anaknya untuk bekerja di negeri kami. Beliau sangat antusias dan gigih menemui negeri bagian Pengharapan. Beliau bercerita bahwa ia memiliki seorang anak laki-laki yang sekarang berstatus sebagai mahasiswa. Beliau sangat berharap agar anaknya suatu hari menjadi mahasiswa yang bahagia. Sayangnya, ia melihat anaknya berada di ambang keterpurukan. Harapan ibu Siti adalah: melihat anaknya memakai toga, dan membubuhkan gelar sarjana di namanya. Demikian surat ini kami sampaikan kepada mahasiswa di seluruh dunia, agar harapan ibu Siti dapat terwujudkan”. Seketika air mata menetes dari kedua mataku. Nama itu, sebuah nama yang tak lagi asing bagiku, nama ibuku, ibu Siti. Aku tidak lagi merasakan massa, ruang angkasa dan tubuhku melebur, perasaan hancur. Aku pasrah, bahwa angkasa akan menjatuhkanku kembali ke bumi. Aku tidak peduli. Memang, ketika pulang kampung dan berjumpa dengan ibu, aku sempat mengeluh karena sudah tidak sanggup menetaskan gelar sarjana. Di rumah, kadang aku sering bermenung dan menyendiri. Kadang aku malu, mengingat banyak sahabatku yang sudah menetaskan gelar sarjananya. Bahkan ada yang tiga setengah tahun. “Awan, terima kasih atas suratmu. Ibu Siti adalah ibuku. Aku menghancurkan harapannya. Selama ini, aku memang banyak melakukan kesalahan pada ibu.” Awan tersenyum kemudian berkata, “Pulanglah mahasiswa, dan ketika bertemu dengan ibumu berceritalah sejujurnya. Ia pasti paham dengan kegundahanmu.” Ia menangkapku, mengembalikan tegak badanku yang dari tadi terhuyung angkasa. Sekarang aku merasakan kebahagiaan. Namun, untuk sementara aku ingin memberikan koreksi berharga untuk jiwaku. “Awan, aku tidak mau pulang sekarang. Biarkan untuk sementara aku tinggal bersamamu. Ketika kegundahan itu telah sirna, aku pasti kembali dan menemui ibu,” bujukku pada Awan. “Baiklah. Tapi, sampaikan juga surat ini kepada mahasiswa yang lain. Agar mereka paham, beban dan tanggung jawab menjadi seorang mahasiswa begitu banyak.” “Biarlah mereka yang membaca surat ini ketika mereka sadar, sama sepertiku.” Awan tersenyum, dan sepertinya ia tak mau memulai pertengkaran denganku untuk kedua kalinya.
Cerpen Sarat Simbol
digambarkan hanya sebesar tinju. Apalagi, ditambah dengan ilustrasi bahwa awan itu kemudian menarik si aku dengan cara mengulurkan kailnya. Pengarang memunculkan lagi sebuah simbol baru. Hubungan dengan teks itu semakin dekat karena saya juga sedikit berkecimpung dengan kail-mengail, seraya membayangkan bagaimana awan menarik si aku seperti seorang pengail menarik ikannya. Si aku memberontak—walaupun tidak seperti ikan— namun pada akhirnya ia terseret ke dunia awan itu. Kata awan atau mega memang merupakan salah satu simbol yang lazim; termasuk juga bulan, matahari, langit biru, pelangi, dan sebagainya, digunakan oleh sastrawan. Bukan saja dalam prosa melainkan juga puisi, seperti WS. Rendra dalam sajaknya “Serenada Biru”, “Serenada Kelabu”, dan karya-karya serupa lainnya. Kata awan dalam hal ini bermakna seseorang yang berkepentingan, boleh jadi
status, usia, pengalaman yang berbeda dengan si aku, sehingga sejalan dengan fungsinya sebagai pengirim atau pembawa surat. Simbol-simbol berikutnya menguatkan makna yang hendak disampaikan oleh pengarang. Sampai pada kesimpulan, surat yang diantarkan oleh awan itu adalah surat peringatan untuk si aku agar menyadari betapa orangtuanya amat berharap melihat si aku memakai toga dan bergelar sarjana. Hal itu sebenarnya juga merupakan keinginan si aku. Pesan itu penting terutama bagi kalangannya karena pada akhirnya bermuara pada satu kesimpulan, bahwa tidak ada satu mahasiswapun yang tidak mau tidak selesai dalam studinya. Hanya saja, dalam proses itu antara perorangan menempuh rute yang berbeda-beda. Ada rute yang dipilih sendiri, terpaksa memilih, atau tanpa sadar sudah berada dalam rute itu. Cerpen “Surat Awan” begitu apik
sehingga tepat untuk pembaca Ganto. Membaca karya itu menggiring pembaca untuk mengenal sekelumit lika-liku mahasiswa. Tidak sedikit karya sastra yang mengungkapkan persoalan-persoalan mahasiswa. Hal itu berarti banyak hal-hal menarik yang patut diketahui oleh orang pada masa itu. Cerpen Ganto edisi bulan lalu yang berjudul Kardus Kebencian yang ditulis oleh Rio Rinaldi juga mengisahkan dunia yang sama, tentunya dengan masalah yang berbeda. Simbol dalam karya sastra menjadi salah satu sarana penting untuk menggayakan bahasa. Simbol-simbol itu melibatkan pembaca untuk memahami teks itu secara keseluruhan bahkan mengajak pembaca untuk keluar dan ke luar dari teks itu sendiri. Simbol membuat jalan memutar sehingga memunculkan efek estetis bagi pembaca. Teruslah berkarya.
22
Sastra Budaya Rasai
Puisi, Suasana, dan Musikalitas
jika kamu rasa, maka terasa rasa rasa mu akan membuatmu asa merasakan maka rasai, terasa dan asa marasai dirimu, asa asa akan terasa jika kamu merasai
Oleh: Zulfadhli, S.S, M.A
jika kamu merasa alang alang rasakan merasai maka asa mu bengkok! jangan merasai jangan beri rasa yang tak kamu tau, asa asamu menjatuhkanmu sendiri maka makan rasa mu, rasai dan rasakan putih akan tetap putih, dan hitam tak akan berubah jadi biru!
Widya Trisna Mahasiswa Sosiologi-Antropologi 2011
Lekuk Terakhir kecapi-kecapi malam melenguh tiada henti ini malam apa? satu suro? oh tidak, hanya ini kali terakhir ronggeng bercinta. dengan serampaian selendang pusaka. kali ini tanpa sugih kali ini tanpa susuk kali ini tanpa dukun dan kali ini tanpa cinta.
Novi Yenti Mahasiswa Sastra Indonesia 2011
Man dan An Manusia boleh saja menjerit kaku Asalkan jangan pernah tanyakan keluh resah datangnya dimana Kumpulan manusia itu membelenggu pada sebuah makna hidup Sulit dicari, dan sukar dijelaskan Sepercik angan membekas dalam keinginan Akankah tercipta masa itu nantinya? Apa yang diimajinasikan Lewat khayalan belaka Hingga bertumpuk Sejuta impian! “pahit”
Sri Endah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2010
Memori Oleh Fidia Oktarisa
(Mahasiswa Psikologi TM 2010)
Memori adalah sebuah fungsi kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Memori memiliki kapasitas penyimpanan untuk setiap informasi yang diterima. Untuk mengingatkan kembali informasi yang sudah ada, kita akan memangil ulang informasi tersebut dengan bantuan clueclue tertentu untuk mempermudahnya. Dengan segala kompleksitas informasi yang tersimpan dalam memori, maka tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa informasi yang akan hilang seiiring bertambahnya usia, hal ini lebih lazim disebut dengan ‘lupa’. Lupa merupakan sebuah ungkapan ringan yang sering didengar. Saat seorang mahasiswa ditanya dosennya mengapa tidak mencantumkan nama penulis atau ahli dari teori dalam makalahnya, mahasiswa tersebut biasanya secara spontan melontarkan kata ‘lupa’.
Secara teori medis, lupa biasanya hanya akan dialami oleh orang-orang lanjut usia, penderita alzhaimer dan amnesia. Namun kenyataannya, lupa telah menjadi empat suku kata yang paling sering dijadikan alibi. Hampir semua orang dari segala kalangan sering mengucapkannya dan dijadikan awal dari sebuah alasan. Lupa membuat tugas, lupa dengan janji yang sudah dibuat, dan beragam lupa-lupa lainnya. Sifat lupa ini sudah menjadi hal yang fenomenal dalam kehidupan. Hingga menurut beberapa kalangan, kata lupa sudah menjadi sesuatu yang manusiawi dan termaafkan. Target korbannya tidak memandang usia. Dari usia tua, bahkan usia muda yang selayaknya masih memiliki memori yang segar, juga turut andil dalam tumbuh-kembangnya sifat lupa ini. Akhirnya tidak jarang, lupa dimanfaatkan sebagai hal yang lumrah dalam mencari alasan untuk
Dalam rubrik kritik puisi surat kabar kampus Ganto edisi kali ini, saya memilih judul “Puisi, Suasana, dan Musikalitas.” Judul ini saya pilih, karena tiga puisi yang dimuat oleh Ganto memperlihatkan kemampuan masing-masing penulisnya dalam mengolah kata-kata menjadi perpaduan bunyi-bunyi tertentu. Bila kita berbicara tentang musikalitas, tentu tidak bisa terlepas dari masalah bunyi. Musikalitas akan muncul dari perpaduan bunyi yang terpola dan teratur. Bunyi yang diatur sedemikian rupa, akan menimbulkan kesan dan suasana tertentu bagi pembaca. Melalui bunyi yang diatur sedemikan rupa itu pula, pembaca akan dapat larut dalam suasana yang ditimbulkan dalam puisi. Membaca puisi “Rasai” yang ditulis oleh Widya Trisna, mengingatkan saya pada puisi Sutardji yang berjudul “Shang Hai” dan “Pil.” Dalam kedua puisi tersebut, terdapat pengulangan kata yang sama hampir diseluruh lariknya. Kata yang diulang-ulang itu, adalah kata ping pong dan pil (Kumpulan Puisi O, Amuk Kapak). Permainan bunyi seperti itu juga dapat dibandingkan dengan pengulangan dan permainan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat dalam puisi “Rasai”. Diksi dasar yang digunakan dalam puisi “Rasai” adalah rasa, kemudian rasa itu ‘dimainkan’ oleh penulisnya menjadi beberapa diksi yang lain, seperti asa, merasa, rasai, dan terasa. Jika dalam “Sang Hai” Sutardji menutup puisinya dengan //sembilu jarakMu merancap nyaring/ /, Widya Trisna menutup “Rasai”-nya dengan //putih akan tetap putih,dan hitam tak akan berubah jadi biru !// —Sebuah pernyataan yang mengindikasikan dan bermakna bahwa kebenaran itu akan tetap adanya. Setelah itu, melalui Puisi “Lekuk Terakhir,” Novi Yenti berhasil memadukan bunyi asonansi, aliterasi, dan anafora. Bunyi asonansi terdapat pada larik // kecapi-kecapi malam melenguh tiada henti//, aliterasi pada larik // dengan serampaian selendang pusaka//, dan bunyi anafora pada larik//kali ini tanpa sugih// kali ini tanpa susuk// kali ini tanpa dukun// Puisi ini bercerita tentang kehidupan ronggeng. Ketika mendengar ronggeng, dalam konteks karya sastra, pikiran kita jelas tertuju pada novel terkenal yang diciptakan oleh Ahmad Tohari—Ronggeng Dukuh Paruk. Dalam novel itu, Ahmad Tohari menceritakan tentang bagaimana sosok dan kehidupan ronggeng di Jawa sebagai latar cerita. Bahkan, begitu terkenalnya novel tersebut, Ifa Isfansyah mengadaptasinya menjadi sebuah film dengan judul Sang Penari. Maka dapat dikatakan bahwa puisi ini menginterteks karya Ahmad Tohari tersebut. Dalam puisi ini, Novi Yenti telah mengisahkan kembali ronggeng, tetapi kali ini tanpa susuk, tanpa dukun, tanpa cinta—lewat genre yang berbeda pula. Lewat “Man dan An” nya, Sri Endah dalam puisinya juga memanipulasi bunyi-bunyi bahasa untuk menimbulkan suasana tertentu. Dilema kehidupan manusia yang selalu dihantui oleh harapan, impian, dan keinginan disuguhkan dengan sangat menarik oleh penulisnya melalui “Man dan An”—Manusia dan Impian. Permainan bunyi seperti ini, tentu akan menimbulkan suasana tertentu dalam diri pembaca. Bunyi yang terpola dalam puisi, bukan hanya berfungsi sebagai pembentuk nilai estetis puisi, tetapi juga untuk menentukan makna puisi itu sendiri. Selamat pada ketiga penulis puisi; Widya Trisna, Novi Yenti, dan juga Sri Endah. Ketiga penulis terbukti mampu memainkan tulisan mereka menjadi sesuatu yang bukan saja indah, tapi sarat makna. Mereka mampu mengolah dan menjadikan bahasa menjadi layaknya sebuah nada, ikut mewarnai serta meramaikan kakayaan bahasa. Masih banyak cara dalam menyampaikan makna dalam bahasa, semoga setelah ini lahir penulispenulis dengan karakter yang unik lainnya. Salam.
menutupi kelalaiannya sendiri. Lupa bisa saja menjadi hal yang sangat menghancurkan, karena bisa menimbulkan kesalahan-kesalahan fatal. Seperti halnya lupa jabatan serta lupa tanggung jawab. Setiap orang tentu punya rencanarencana pencapaian dalam hidup, itu pula yang melahirkan sifat ingin berkuasa, mendapatkan status, dan eksistensi. Namun cara atau proses yang dilalui setiap orang tidaklah sama. Dalam hal pemilihan presiden misalnya, visi dan misi adalah senjata yang paling sering digunakan untuk mencapai tujuan. Tidak ada yang salah dengan tujuan yang mungkin memang bisa dikatakan mulia. Namun semangat awal (euphoria) dalam perencanaan visi-misi tersebut kadang membuat sebagian kalangan, buta dan lupa akan mana rasional, dan mana yang hanya akan menjadi tumpukan teori-teori indah dan gagal teraplikasi. Hasilnya? Tidak jarang lupa dijadikan alasan karena visi-misinya tidak terlaksana. Beragam alasan kesibukan, dan lain-lainnya menyebabkan seseorang lupa tanggungjawab yang dulu ia janjikan. Lupa bisa saja lebih positif apabila dilakukan pada hal-hal tidak menyenangkan. Lupa bisa menjadi senjata untuk membuang
hal-hal yang tidak penting dan membuat kehidupan tidak nyaman untuk dilanjutkan. Hal ini dikarenakan memori tentu saja tidak melulu penuh oleh hal-hal yang menyenangkan, di dalamnya juga terdapat halhal yang (kadang) tidak ingin diingat lagi oleh yang mengalaminya. Istilah “move on” yang kemudian tenar, mejadi salah satu fungsi lupa yang bisa berarti positif. Karena dengan tidak mengingat/mengambil kembali ingatan pada masa lalu yang akan berdampak buruk, seorang individu bisa tetap fokus melanjutkan masa depannya. Lupa dan move on menjadi ajang untuk bertarung denga masa lalu yang kelam dan keberanian menata ulang masa depan. Namun untuk hal lain, sangat tidak bijak bila melupakan atau (mungkin) sengaja melupakan hal-hal penting untuk setiap tindakan yang akan dikerjakan. Penting sekali untuk mencoba lupa terhadap halhal buruk agar tidak mengundang hal-hal yang akan membuat tidak nyaman. Namun akan lebih penting lagi jika tidak lupa untuk hal-hal yang penting, terutama pada hal yang harusnya disiagakan, yakni tanggung jawab.
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
23
Quo Vadis Gerakan Mahasiswa ?
Hai pembaca setia Ganto! Tahun 1998, bisa dikatakan adalah tahun keemasan bagi mahasiswa. Sejarah mencatat, pada tahun itu, mahasiswa berhasil menumbangkan rezim orde baru dengan segala keingar-bingarannya. Peristiwa yang fenomenal tersebut cukup membuktikan bahwa mahasiswa memiliki rasa kepedulian dan perhatian akan permasalahan bangsa. Jika boleh membandingkan dengan mahasiswa sekarang, kita bisa merasakan bahwa semangat untuk berpacu memberikan kontribusi sebagai abdi negara tidaklah sekental dulu. Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Simak hasil poling Ganto berikut ini.
A. 15,3 D. 26,7 B. 18
C. 40 %
D. 3,2 % C. 10,8 % C.10,8% A. 40 %
1. Menurut anda, apa yang menyebabkan mahasiswa pada tahun 1998 mampu menumbangkan rezim orde baru? a. Tingkat otoriter rezim orde baru sudah melewati batas b. Mahasiswa belum disibukkan dan belum teracuni fikirannya oleh arus globalisasi yang menyesatkan pada saat itu c. Mahasiswa saat itu mau berfikir keras dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi d. Ada kelompok penggerak yang mampu menyugesti mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk melakukan perubahan
2. Melihat kondisi Negara saat ini, menurut anda sudah berapa persen kah Indonesia menjadi Negara yang merdeka? a. 25 % b. 50 % c. 75 % d. 100 %
A. 5 % D. 3,7 %
C. 53,6 %
4. Bagaimana anda memandang mahasiswa sekarang? a. Peduli dan kritis, tapi kekurangan kekuatan b. Terlalu sibuk, dengan hal-hal tidak jelas c. Cukup vokal dalam mengkritisi kebijakan, tapi kebanyakan NATO (No action, Talk Only) d. Apatis dan hanya memikirkan kepentingan sendiri
Grafis: Meri Susanti
Hari Kebangkitan (untuk) Hari Pendidikan Oleh Dede Prandana Putra
Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan UNP angkatan 2008
Ada dua momen penting setiap bulan Mei, yaitu hari kebangkitan nasional (harkitnas) pada tanggal 1 Mei, dan hari pendidikan nasional (hardiknas) pada tanggal 2 Mei. Secara tersurat keduanya tidak ada hubungan. Menurut sejarah, harkitnas berawal dari kelahiran organisasi pemuda Boedi Oetomo yang berdiri pada tanggal 1 Mei 1908, sedangkan hardiknas diperingati setiap tanggal 2 Mei, sejatinya adalah hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pendidikan yang menjadi pahlawan nasional. Meskipun tidak ada relevansi antara harkitnas dan hardiknas, tapi kita dapat mengambil semangat yang diambil dari kedua perayaan ini. Semangat harkitnas merupakan semangat kebangkitan bagi masyarakat, terutama mahasiswa untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan, dan kelahiran organisasi pemuda Boedi Oetomo yang merupakan tonggak awal untuk memperkuat rasa nasionalisme dikalangan pemuda untuk mengusir penjajahan dan sebagai alat pemersatu bangsa yang mencapai klimaks pada tanggal 28 Oktober 1928 atau hari sumpah pemuda. Lalu, semangat hardiknas dipetik dari kegigihan Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara yang vocal menyuarakan bahwa pendidikan itu hak setiap warga negara. Beliau dikenal sebagai concern membela kaum pribumi dari pembodohan, dan memberi kesempatan kaum pribumi untuk sekolah layaknya para priyayi. Dengan men-
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013
dirikan perguruan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara memberi kesempatan yang luas kepada kaum pribumi untuk mendapatkan pendidikan. Dari semangat kedua hari tersebut, ada satu tujuan yang hendak dicapai, yaitu cita-cita bersama seluruh bangsa Indonesia yang menciptakan persatuan dan kesempatan merata bagi seluruh anak negeri, untuk mengakui bahwa persatuan dan jaminan hak setiap orang. Namun, dilihat dari tahun atau lebih tepatnya hari ini, tampaknya semangat dan tujuan citacita Boedi Oetomo dan Ki Hajar Dewantara sudah pudar, atau sudah terlalu uzur, maka semangat, tujuan, dan cita-cita keduanya menghilang. Tak ada lagi semangat, tujuan, dan cita-cita yang diagungkan itu meresap kedalam sanubari masyarakat Indonesia. Memonitor dari kenyataan, perayaan harkitnas dan hardiknas berlangsung setiap tahun. Namun, kegiatannya bersifat seremonial belaka, atau hanya sekedar upacara dan sesekali ada demonstrasi. Toh, semua itu hanya misi agar masyarakat tidak lupa dengan tanggal 1 dan 2 Mei tersebut. Jika dikatakan tua dan ringkih, sama halnya dengan pemerintah dalam mengambil semangat yang ditelurkan oleh kedua hari ini. Tua dalam artian tak ada lagi semangat seperti Ki Hajar, dan ringkih karena badan ini tak sanggup lagi bergerak untuk membuat keseteraan masyarakat dalam menempuh pendidikan. Alhasil, hanya mampu melakukan perayaan seremonial belaka.
D. 15,8 %v A. 14,3 %
B. 34,2 %
C. 35,7 %
D. 23 % 5. Menurut anda, apa yang menyebabkan A. 27,7 % mahasiswa sekarang terkesan kurang peduli terhadap
C. 34,3 % B. 46 %
3. Untuk memperbaiki kondisi negara seperti saat ini, kontribusi apakah yang dapat dilakukan mahasiswa ? a. Membentuk organisasi massa dan melakukan demonstrasi besar-besaran b. Rajin diskusi, banyak membaca dan perubahan dari lingkungan terdekat B. 37,7 % memulai c. Mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang suatu saat akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik d. Menyampaikan suara hati kepada para penguasa melalui tulisan
B. 15 %
permasalahan-permasalahan sosial? a. Kurangnya didikan dan motivasi dalam lingkungan akademis akan pentingnya perubahan b. Merasa sudah berada pada zona nyaman sehingga tidak diperlukan lagi perubahan c. Sibuk dengan urusan pribadi d. Takut mengambil resiko
Kawan Sebagai Rival Jika tak sama-sama terjebak di jurusan Teknik Informatika, mungkin Anshar dan Elgi tidak akan bersua dan berteman akrab. Duo sahabat ini mempunyai istilah “Kawan sebagai Rival”, teman adalah lawan yang dijadikan motivasi diri agar lebih baik lagi. Awal cerita, Pemilik nama lengkap Anshar Firman Haryadi dan Elgi Janliza Putra ini tidak berniat untuk berkuliah di jurusan Teknik Informatika. Anshar malah tertarik untuk masuk ke Jurusan Gambar Bangunan karena bercita-cita menjadi arsitek dan Elgi ingin sekali melanjutkan studi ke Jurusan Teknik Industri. Tapi sepertinya jalan hidup berkata lain, keduanya terjaring ke dalam Program Penerimaan Mahasiswa Jalur Prestasi (PMJP) dan berkuliah di Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik (FT) pada tahun 2010. Meskipun bidang Information Technology (IT) bukanlah pilihan utama dalam melanjutkan studi, namun dua orang yang memang sudah akrab sejak pertama kuliah ini tetap menjalaninya dengan tekun. Ketekunan itu membuahkan hasil, Anshar dan Elgi mulai menorehkan prestasi di bidang IT yang tidak mereka sangkat-sangka. “Ternyata IT itu enak juga jika ditekuni,” kata Elgi saat diwawancarai di belakang gedung rektorat lama, Selasa (30/4). Anshar pun mempunyai pikiran yang sejalan dengan mantan teman sekamarnya ini. Menurutnya dunia IT itu bisa membantunya dalam berbagai hal dan memudahkan pekerjaannya. “Dengan IT segala sesuatu jadi lebih mudah, kerjanya cuma di depan komputer,” kata sulung dari tiga bersaudara ini. Dimulai dari ketercapaian mereka meraih juara satu pada perlombaan web design yang diadakan di Bukittinggi tahun 2012, keduanya terus menjadi tim yang solid dalam bidang IT ini. Prestasi yang mereka peroleh tidak datang begitu saja. Semasa sekolah,
Elgi yang berasal dari Pesisir Selatan ini memang unggul dalam bidang akademik. Ia selalu mendapatkan juara saat di sekolah dasar sampai sekolah menengah. Sedangkan Anshar yang asli urang Kampuang Dalam, Pariaman juga selalu masuk tiga besar saat bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Pariaman. Keduanya juga merupakan anggota aktif Divisi Web Programming di Komunitas Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) FT. Semakin sering bergelut dengan IT, dan berkat memenangi lomba web design, keduanya jadi sering ditawari job-job membuat wesite. “Kami senang dengan pekerjaan ini, ilmu yang di dapat di kuliah bisa langsung dipraktekkan,” ujar Elgi. Tidak sampai disitu saja, kemampuan keduanya dipercayai oleh RPL untuk mendesain dan mengelola program e-voting yang digunakan untuk pemilihan presiden mahasiswa UNP. Awalnya, Elgi yang lebih dulu terlibat dalam program e-voting ini saat pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FT. Namun untuk Pemilihan Umum yang diadakan universitas, Elgi memboyong sahabatnya Anshar untuk bekerja sama. “Anshar orangnya cepat tanggap dan sangat professional,” kata Elgi. Anshar juga tak mau kalah, dan juga ikut berkomentar mengenai sohibnya ini, “Kalau Elgi orangnya baik dan kompetitif, meskipun bicaranya ceplasceplos,” sahut Anshar sambil tertawa. Mereka mengaku, persahabatan mereka adalah silahturahmi yang harus dijaga sampai kapanpun. “Elgi itu saudara saya, jika saya ke Pesisir Selatan jadi tau harus nginap dimana,” kata Anshar. Keduanya juga berharap, akan terlibat dalam kerjasama tim yang lebih hebat lagi dan terus menorehkan prestasi. Rahmi Jaerman
24
Edisi No. 173/Tahun XXIII/ Maret-April 2013