CMYK
ISSN: 1412-890X
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
2
Pengabdian dalam Tanda Tanya Pada Agustus lalu, saat pendaftaran ulang Mahasiswa Baru (Maba) 2013, seorang Ibu memasuki kerumunan mahasiswa di ruangan T77. Ia mendekati seorang mahasiswa senior yang tengah duduk di depan komputer. Lalu ia bertanya kemana hendak ia ajukan permohonan penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) anaknya yang sangat tinggi. Lantas mahasiswa itu menyarankannya untuk menemui ketua jurusan yang dimaksud. Ini adalah salah satu cuplikan awal ‘kehidupan’ Maba 2013 Universitas Negeri Padang (UNP). Masih ada cerita tentang Maba yang biaya kuliahnya dihimpun dari patungan guru-guru sekolah. Serta tentang Maba yang mengurungkan niat kuliah di UNP dan memilih kuliah di kampus swasta. Ketika dikonfirmasi ke Pembantu Rektor II terkait problematika ini, diperoleh jawaban: “yang mau masuk UNP kan banyak!” lalu “kalau mereka berminat kuliah pasti akan diupayakan mencari dana” serta: “mereka yang tidak jadi kuliah itu berarti motivasinya rendah.” Tahun-tahun sebelumnya, sebelum UKT diterapkan animo masyarakat tinggi dalam menguliahkan anaknya di UNP dengan pertimbangan utama biaya kuliah di UNP terjangkau. Dikarenakan UNP bukan lagi kampus keguruan, sehingga tujuan orangtua menguliahkan anak untuk menjadikan mereka guru bukanlah alasan utama. Tahun sebelumnya mahasiswa reguler membayar uang semester sebesar 750.000 (bidang non sains) dan 900.000 (bidang sains). Namun tahun 2013 ini, sistem UKT membuat biaya kuliah dibagi ke dalam lima level. Dimulai dari level 1 sebesar 500.000 dan level 5 sebesar 4,7 juta, tergantung jurusan. Pemerintah telah menetapkan, minimal kampus menempatkan sebanyak 5% Maba di level 1 dan 5 % di level 2. Berdasarkan penjelasan Pembantu Rektor II, saat ini UNP menempatkan kuota sebesar 10% masing-masing untuk level 1 dan level 2. Berarti sebesar 80% Maba berada di level UKT 3, 4 dan 5 dengan biaya berkisar antara 1 sampai 4,7 juta. Sehingga tidak mengherankan jika orangtua yang sebelumnya berpengalaman membayar uang semester anak tidak lebih dari 1 juta (untuk jalur reguler) menjadi shock dengan biaya UKT anak selanjutnya yang menjadi dua, tiga bahkan empat kali lipat. Lantas akan muncul sebuah pertanyaan:”Apakah fasilitas yang ditawarkan kampus sebanding dengan besaran UKT yang dibayar mahasiswa?” Saat ini image masyarakat tentang UNP sudah beransuransur berubah. UNP sebagai kampus negeri yang dahulunya mengayomi masyarakat dengan pendidikan murah sekarang telah ‘disulap’ menjadi kampus dengan Uang Kuliah Tinggi. Sebagian besar orangtua mengeluh, Maba apalagi. Awal perkuliahan yang semestinya disambut dengan suka duka berubah menjadi masa-masa pembuat stress karena disibukkan dengan memikirkan uang kuliah dan mengurus pengajuan penurunan biaya kuliah ke Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U). Lalu pertanyaan selanjutnya muncul: Apakah dalam hal ini kampus sudah menjalankan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni melakukan ‘pengabdian’ kepada masyarakat?
+ UKT Perlu Evaluasi Wah. Ada yang bisa kami bantu? + Akses Menuju MKU semakin dibenahi Syukurlah, tapi kok jadi arena balap motor juga ya? + Tong Sampah Bisa Bicara Mantap! Ini Juara Satunya
Kebijakan Uang Kuliah Tunggal Kebijakan uang kuliah tunggal (UKT) merupakan kebijakan baru yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia termasuk di Universitas Negeri Padang. Untuk pelaksanaan UKT tahun ini, setiap PTN telah melakukan proses analisis yang cukup panjang. Proses itu berawal sejak penghitungan semua kebutuhan dana setiap mahasiswa selama perkuliahan (delapan semester) hingga proses paling akhir yakni penentuan UKT berdasarkan Program studi. Setiap PTN dimungkinkan memiliki UKT yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya, perbedaan kondisi kebutuhan perkuliahan mahasiswa setiap prodi yang juga berbeda pada setiap wilayah. Penyebab lain adalah perbedaan pendapatan orangtua calon mahasiswa di PTN tersebut. Penerapan UKT yang terdiri atas beberapa tingkatan ini ditujukan untuk subsidi silang dari para orangtua mahasiswa di PTN. Artinya, orangtua mahasiswa yang kaya dapat membantu orangtua mahasiswa yang miskin dalam pembiayaan perkulihan di PTN. Untuk itu, orangtua mahasiswa yang kaya tidak sama pembayaran UKT anaknya tidak sama dengan
orangtua mahasiswa yang miskin. Pada pelaksanaan UKT tahun ini, sebagai bentuk kebijakan baru yang dimulai tahun ini di setiap PTN tentu saja masih memiliki kelemahan-kelemahan. Misalnya, mungkin saja mahasiswa yang hampir miskin membayar UKT yang tingkatannya agak tinggi (agak mahal). Persoalan lain yang mungkin muncul adalah kondisi orangtua dapat pula berubah selama anaknya berkuliah. Pertanyaan yang akan muncul adalah bagaimanakah UKT mahasiswa yang orangtuanya sudah jatuh miskin atau bagi orangtua yang sudah jatuh kaya? Dalam konteks ini, pimpinan PTN tentulah harus mengevaluasi UKT dan menerima permohonan mahasiswa yang mengajukan peninjauan UKT kembali karena orangtuanya jatuh miskin. Sebaliknya dengan menjunjung tinggi kejujuran, orangtua yang mengalami jatuh kaya seharusnya juga menyatakannya kepada pimpinan PTN dengan mengirimkan permohonan peninjauan UKT anaknya. Untuk kedua hal ini, pimpinan PTN seharusnyalah dapat mengevaluasi UKT mahasiswa yang mengalami kasus ini dengan mengumpulkan data dan fakta ekonomi orangtua mahasiswa di lapangan. Berdasarkan data dan fakta yang dikumpulkan di lapangan (keadaan ekonomi orangtua mahasiswa) tersebut, UKT mahasiswa di PTN dapat dievaluasi secara berkala atau setiap tahun. (Eto)
dikupas dalam laporan ini. Semoga bisa dijadikan sebuah masukan bagi penyelenggara demi penyempurnaan UKT. Selain itu, kami kami juga mengemas berbagai berita seputar kampus dalam rubrik Teropong dan Inter. Salah satunya tim debat Bahasa Inggris UNP melaju ke tingkat nasional pada ajang National University Debating Championship yang diselnggatakan di kota Ampera. Bukan hanya itu, program kerja sama juga ditingkatkan oleh PR IV UNP melalui jurusan Bimbingan Konseling. Serta masih ada lagi berita seputar kampus yang penting untuk diketahui Foto Bersama: Kru Ganto berfoto bersama pemateri Seminar Travel Writer bersama. Liputan khusus dan telusur usai acara di Teater Tertutup FBS, Sabtu (5/10). f/Media juga kami sajikan khusus untuk pembaca semuanya. Assalamualaikum. Wr. Wb Berbagai pendapat mengenai sudut kehidupan terdapat Salam PersPadang Mahasiswa di rubrik artikel. Artikel yang disajikan merupakan Pokok “Untuk membuat orang menghendaki pemikiran kreatif dari berbagai penulis yang bisa sesuatu, bikinlah sesuatu itu sukar untuk dijadikan referensi bagi pembaca semuanya. Selain itu, diperoleh,” Mark Twain. dalam rubrik sastra budaya juga disajikan sebuah cerita SKK Ganto mengucapk an selamat pendek serta berbagai rangkaian kata-kata indah yang memperingati dies natalis UNP. Sudah sekian tersaji dalam rubric sajak. lama civitas akademika UNP menantikan Seperti biasa Kepala Penelitian dan Pengembangan perayaan ini. Saat ini semua penatian itu sudah SKK Ganto juga melakukan sebuah riset mengenai terbayarkan. Hakekat dies natalis mesti digali Mahasiswa dan Gadget. Hal ini diangkatkan karena dan diterapkan dalam kehidupan kampus demi Gadget sudah menjadi sangat fenomenal dikalangan mewujudkan cita-cita bersama. mahasiswa. Hasilnya bisa ditemui dalam rubrik seputar Senang sek ali rasanya k ami bisa mahasiswa. Semoga riset ini bermanfaat. menghadirkan kembali terbitan SKK Ganto Sebagai informasi tahap pemagangan anggota baru edisi ke 175. Pada terbitan ini SKK Ganto SKK Ganto sudah menempuh Reporter Junior. Insyaallah menyuguhkan laporan sistem Uang Kuliah bulan November nanti akan disahkan dalam Musyawarah Tunggal (UKT) yang sudah diterapkan di Besar menjadi kru kepengurusan tahun mendatang. berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Indone- semua peserta bisa meningkatkan kemampuan sia. Berbagai problema yang dirasakan menulis.kedepannya. Selamat membaca. mahasiswa baru khususnya di UNP akan Viva Persma !
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat: Pembantu Rektor III UNP: Dr. Syahrial Baktiar, M.Pd, Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M. Hum, Dewan Ahli: Priondono, Qalbi Salim, Heri Faisal, Arda Sani, Dedi Supendra, Aai Syafitri, Siti Nurasyiyah Staf Ahli; Konsultasi Psikologi: Niken Hartati, S.Psi, M.Psi, Psi, Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A, Konsultasi Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S. M.A Kritik Puisi: Zulfadhli, S.S, M.A, Pemimpin Umum: Faeza Rezi S, Pemimpin Redaksi: Elvia Mawarni Pemimpin Usaha: Mardho Tilla, Bendahara Umum: Wezia Prima Zolla, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Meri Maryati, Sekretaris Umum: Ismeirita, Redaktur Pelaksana: Hasduni, Redaktur Berita: Rahmi Jaerman, Winda Yevita Dewi Redaktur Tulisan: Astuni Rahayu, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Ariyanti, Redaktur Artistik dan Online: Jefri Rajif, Layouter: Meri Susanti, Fotografer: Media Rahmi, Reporter: Gumala Resti Halin, Wahida Nia Elfiza, Fidia Oktarisa, Staf Penelitian dan Pengembangan: Liza Roza Lina, Sirkulasi dan Percetakan: Novi Yenti, Reporter Junior: Yola Sastra, Juliana Murti, Novarina Tamril, Edo Febrianto, Ratmiati, Sonya Putri, Doni Fahrizal, Khadijah Ramadhani, Fitri Aziza, Ranti Maretna Huri, Redda Wanti, Suci Larassaty, Sri Gusmurdiah, Wici Elvinda Ramaddina Penerbit: SKK Ganto Universitas Negeri Padang, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G 65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web : http://ganto.or.id , Post-el : redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp1.500,- (permilimeter kolom-hitam putih), Rp3.000,- (permilimeter kolom full colour), 1/4 halaman belakang Rp1.000.000,-(full colour), Iklan Baris Rp1.000,- perbaris. Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari
sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
Edisi No. 175/Tahun XXIII/2013
3 SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampiri kartu identitas: KTP atau KTM.
PLB Butuh Perhatian Kami sebagai mahasiswa kampus Cabang IV merasa kurang diperhatikan oleh kampus pusat. Pertama dalam hal fasilitas: wc, mushalla, ruang kuliah dan asrama yang kurang memadai. Disamping itu jaringan wifi juga seing rusak. Selanjutnya kami mohon paket MKU juga dibuka disini, agar kami tidak jauh bolak-balik ke kampus pusat. Toh kalaupun tidak bisa, mohon fasilitasi kami dengan bus yang bisa antar kemput. Terimakasih. Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa FIP UNP
Pustaka Kurang Penerangan Saya ingin mengusulkan, perpustakaan pusat UNP perlu diperbaiki fasilitasnya. Terutama lampu-lampu penerangan yang sangat kurang. Dengan kurangnya penerangan di dalam pustaka tersebut pastinya akan mengurangi minat pembaca dan pengunjung yang datang. Jadi menurut saya, lampu-lampu di dalam perpustakaan tersebut perlu ditambah lagi, terutama untuk lantai tiga. Terimakasih. LL, Mahasiswa FIP
FMIPA Butuh Gedung Pertemuan Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakhatu Saya mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Saya ingin mengusulkan untuk pembangunan gedung pertemuan di FIMPA. Selama ini acaraacara yang diadakan di FMIPA selalu memanfaatkan ruang standar seperti ruang kuliah sehingga acara yang kami laksanakan seringkali berjalan tidak efektif. FMIPA juga butuh gedung pertemuan seperti RSG FT, teater tertutup FBS dan lainnya. Darwata, mahasiswa FMIPA
Pelayanan di Perpustakaan Pusat Perlu Ditingkatkan Saya merasa tidak nyaman dengan pelayanan pegawai perpustakaan pusat. Ketika saya sedang membaca para pegawai bercakap-cakap dengan suara keras sehingga menyebabkan pengunjung terganggu. Saya juga pernah menemukan pegawai yang merokok, membentak, dan masih banyak lagi yang membuat saya kurang nyaman dengan pelayanan perpustakaan pusat. Jadi saya berharapkan agar kenyaman ini lebih ditingkatkan lagi. K.A mahasiswa UNP
Peraturan Lalu-Lintas Jalan MKU Saya mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik. Saya ingin mengeluhkan tentang peraturan lalu lintas kendaraan di depan jalan MKU baru. Walau jalan telah dilakukan perbaikan dan sedikit pelebaran, namun dengan adanya kendaraan selain roda dua seperti halnya mobil yang melintas sering menimbulkan kemacetan. Saya harap pihak kampus kembali mempertegas peraturan ini. WZ MAhasiswa UNP
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Grafis: Meri Susanti
Sogok-menyogok Oleh Yola Sastra Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012
Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Pepatah lama ini adalah gambaran dari realita yang terjadi di tubuh bangsa Indonesia saat ini. Tidak dapat dinafikan lagi, bangsa yang besar seperti Indonesia tanpa disadari juga telah membesarkan orang-orang bermental melempem. Seperti yang dikatakan pepatah diatas. Bagaikan melihat semut di seberang lautan masyarakat kita terlalu sibuk mengurusi k es alah an o rang lai n, sedangkan gajah di pelupuk mata atau kesalahan diri sendiri tidak pernah disadari. Misalnya budaya praktek suap atau lebih dikenal dengan istilah sogok menyogok. Bagi masyarakat Indonesia saat ini, sogok menyogok bukan lagi hal yang tabu, melainkan sudah lumrah, bahkan membudaya. Tidak asing lagi jika banyak para tetangga atau sanak saudara kita memberikan uang pelicin kepada pihak-pihak yang membantu pendaftaran ke sebuah instansi pemerintahan. Pendaftaran untuk masuk kepolisian, misalnya. Tidak sedikit yang rela mengeluarkan kocek hingga ratusan juta rupiah untuk bisa lolos dalam tes tersebut. Atau ketika melanggar lalu lintas, mereka lebih memilih membayar uang damai kepada Polantas daripada mengikuti sidang. Kita tidak bisa menampik bahwa hal-hal kecil tersebut juga termasuk kedalam KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme). Namun
faktanya semua orang lebih mem ilih dia m da n ti dak menganggap itu suatu masalah. Sedangkan ketika ada seorang pejabat tertangkap karena kasus suap, kita berbondong-bondong menyalahkannya. Sebagai c ontoh, k etik a Angelina Sondakh cs diperkarakan karena kasus suap Hambalang beberapa tempo lalu. Kita dengan kompak mencaci dan mengutuki perbuatan mereka. Suap itu tidak baik. Korupsi itu menyakiti hati rakyat. Tapi apakah kita benarbenar bersih dari apa yang
Sewajarnya hanya orangorang berkompeten lah yang layak diterima di instansi pemerintah. Namun praktek sogok membuat orang yang tidak masuk kriteria pun bisa dijebolkan.
dilakukan pejabat di atas? Sepertinya kita juga punya andil dalam pembibitan koruptor kelas atas tersebut. Jik a dik aji-kaji, sogok menyogok juga termasuk kedalam simbiosis mutualisme. Kedua belah pihak, penyogok dan yang disogok sama-sama diuntungkan. Penyogok bisa mendapatkan tujuannya dengan mudah, sed angk an y ang diso gok mendapatkan uang dengan membantu si penyogok. Namun apakah simbiosis negatif seperti ini yang di harapkan? Kedua pihak memang diuntungkan, tapi kerjasama ini justru merugikan pihak lain. Contoh lain seperti
pr oses sel ek s i PN S ya ng seharusnya dilaksanakan dengan objektif tetapi malah terancam karena adanya sogokan. Mereka yang diuntungkan adalah mereka yang beruang, sedangkan ek o nomi lem ah s emak in disudutkan oleh ketidakberdayaan. Tanpa disadari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia akan semakin rendah. Pada proses normalnya hanya orang-orang berkompeten yang layak diterima untuk masuk dalam instansi pemerintah. Namun dengan adanya praktek sogok ini orang yang tidak masuk kriteria juga bisa diterima. Bayangkan saja bagaimana jadinya jika instansi diisi oleh orang-orang yang tidak layak. Negara ini bisa hancur. Pemerintah seharusnya tur un t anga n da lam memberantas praktek ini. Selain membuat masyarakat miskin semakin menderita, budaya sogok menyogok juga akan menurunkan SDM Indonesia. Jika memang pemerintah ingin memberantas KKN, sudah menjadi k ewajiban untuk menghentikan praktek sogok menyogok ini. Karena sogok menyogok berpotensi melahirkan bibit-bibit koruptor. Pemerintah tidak bisa hanya menangkapi koruptor kelas kakap saja, tanpa memberantas koruptor amatir. Sesuatu yang besar seharusnya berawal dari hal yang kecil. Selain itu kita juga harus menanamkan sikap jujur dalam sistem pedidikan kita. Dengan ad anya sik ap juju r ya ng ditanamkan sejak dini diharapkan nantinya dapat membangun negara yang tidak hanya pintar belaka melainkan juga orang-orang jujur. Dengan demikian negara kita akan mulai bergerak maju dari ke-stagnam-an ini.
Laporan
4
UKT; Belum Mampu Jadi Solusi Oleh Faeza Rezi S Pemimpin Umum SKK Ganto periode 2013
Beberapa tahun silam sebelum Uang Kuliah Tunggal (UKT) diterapkan, tidak ada komplain dari Mahasiswa Baru (Maba) mengenai biaya perkuliahan. Dengan adanya uang pangkal yang diansur dalam dua tahap, uang semester serta biaya lainnya tidak menjadi sebuah problema. Dengan sistem seperti ini, mahasiswa merasa sudah tepat dengan kemampuan ekonominya. Namun saat ini ada kebijakan pemerintah yang mengharuskan semua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk menerapkan sistem Biaya Kuliah Tunggal (BKT). BKT merupakan biaya kuliah yang dihabiskan oleh seorang mahasiswa dari awal masuk sampai diwisuda nantinya. Penghitungan BKT diserahkan pada setiap Program Studi (Prodi) di masing-masing jurusan untuk menghitung semua biaya yang perkuliahan mahasiswa. Dalam pengitungan BKT, selain ada ketentuan dari pemerintah pusat, setiap prodi diminta mengakumulasikan seluruh kebutuhan mahasiswa agar tidak ada pungutan lain selama masa perkuliahan. Begitu juga dengan uang pangkal, kegiatan kemahasiswaan dan lain sebagainya juga dimasukkan dalam BKT. Setelah semuanya dihitung maka BKT dibagi delapan dengan perkiraan mahasiswa tamat empat tahun. Pembagaian BKT itu disebut dengan UKT yang harus dibayar oleh mahasiswa setiap semesternya tanpa ada pungutan lain. Keb ijak a n pem erint ah da lam penerapan UKT untuk Maba yang masuk tahun akademik 2013/2014 sudah mencapai titik kesepakatan. Hal ini tertuang dalam peraturan Direktorat Pendidikan Tinggi
(Dirjen Dikti) dengan nomor 97/E/KU/2013 yang berisi instruksi kepada para pemimpin Universitas untuk menghapuskan uang pangkal dan memberlakukan sistem UKT. Surat edaran ini dikeluakan atas dasar amanat Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 mengenai Pendidikan Tinggi yang antara lain mengatur pembiayaan Pendidikan Tinggi. Dasar pemikiran UKT adalah memberikan solusi terhadap pembiayaan perkuliahan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) karena pemerintah ingin membuka peluang bagi masyarakat berekonomi menengah kebawah untuk bisa mengik uti perkuliahan di PTN. Selama ini banyak masyarakat yang mengeluhkan besarnya biaya perkuliahan di PTN yang konon katanya PTN merupakan milik pemerintah yang harus mempunyai uang kuliah rendah dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Dasar perhitungan UKT adalah besarnya BKT dikurangi besaran Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Jika tidak ada BOPTN maka biaya perkuliahan yang dibayarkan mahasiswa melonjak tajam. Berdasarkan perhitungan dengan rumus yang telah ditentukan maka didapatkan ada lima tingkatan sesuai kebutuhan program studi. Prinsip BOPTN diberikan untuk perguruan tinggi dengan tujuan uang kuliah yang ditanggung mahasiswa semakin lama semakin kecil. Dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu maka penerapan UKT juga berprinsip adanya subsidi silang antara sikaya dan simiskin.
Uang Kuliah Tunggal (UKT) terkadang tidak tepat pada sasaran. Ada anak petani yang tidak punya apa-apa mendapatkan UKT Rp. 2.200.000, dan ada juga yang punya mobil dan motor mendapatkan UKT Rp. 500.000. Sebaiknya pihak universitas lebih teliti lagi dalam mendeteksi uang kuliah mahasiswa. Selain bayar uang kuliah saya juga harus membayar uang kos atau biaya hidup lainnya. Kalau bisa uang kuliah mahasiswa yang tidak sesuai dengan penghasilan harus dicocokkan lagi untuk semester selanjutnya. Selain itu, UKT ini katanya tidak lagi memungut biaya lain, tetapi uang baju krida juga di minta. Osy Khalisyah Anggraini, Mahasiswa jurusan BK FIP
Artinya sikaya memberikan subsudi pada simiskin. Pada dasarnya hal ini sangat baik dalam kehidupan sosial. Namun dalam penetapan tingkatan UKT untuk Maba menimbulkan banyak polemik. Berbagai permasalahan mencuap, salah satunya ketidaktepatan level UKT yang didapat. Keluhan sebagian besar Maba mengalir ketika mendapatkan UKT level tinggi yang tidak sesuai dengan ekonomi keluarganya. Jika diperhitungkan dari tanggungan k eluarga seharusnya mendapatkan level satu atau dua. Pada sistem UKT, konon katanya tidak ada lagi pungutan apapun di kampus namun masih saja terjadi. Dalam hal pembelian jaket almamater dan baju krida misalnya. Hal lain yang menyedihkan adalah Maba yang menguru ngk an niatnya untuk kuliah di PTN dan memilih PTS. Hal ini disebabkan tidak mampunya membayar UKT di Grafis: Meri Susanti PTN. UKT yang diterimanya tidak sesuai dengan pendapatan dan tanggungan orang tuanya. Penetapan UKT Proses dalam menetapkan UKT untuk Maba melalui pengisian data online dan wawancara belum membuahkan hasil yang maksimal. Selain itu, kejadian pukul rata juga terjadi pada Maba yang orang tuanya pegawai negeri sipil ditetapkan pada level tertinggi. Proses penetapan UKT tidak bisa berpatokan pada slip gaji semata, melainkan
harus memperhitungkan juga tanggungan dalam keluarga. Sosialisasi UKT Proses sosialisai UKT yang dinilai kurang maksimal menjadikan banyaknya mahasiswa yang tidak paham. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, Maba menganggap wawancara untuk penentuan level UKT merupakan salah satu seleksi masuk PTN. Maka dari itu Maba menambah penghasilan orang tua karena takut jika penghasilan orang tua kecil tidak akan diterima di PTN. Semestinya UKT disosialisasikan mulai dari sekolah menengah atas untuk mengubah mindset siswa dan masyarakat bahwa UKT bukan sebuah kebijakan meningkatkan biaya kuliah di PTN melainkan untuk meringankan beban masyarakat miskin agar bisa mencicipi perkuliahan. UKT telah diterapkan maka sebagai sebuah solusi pemerintah dan PTN sebagai pelaksana UKT agar selalu mengevaluasi kebijakan ini setiap saat. Agar UKT tepat sasaran maka pihak terkait mesti melakukan survei langsung keadaan ekonomi Maba. Tidak hanya sebatas wawancar di kampus. Seperti yang sering terjadi, hal ini juga banyak menimbulkan praktek nepotisme. Jika ini dibiarkan maka apapun kebijakan yang dibuat membuahkan hasil yang tidak maksimal. Bagi Maba yang mendapatkan UKT tidak sesuai dengan keadaan ekonomi, maka selayaknya PTN sebagai penyelenggara mencarikan solusinya. Salah satu solusi yang bisa dilakukan dengan melakukan peninjauan kembali penyelenggaraan UKT. PTN membuka layanan pengaduan bagi Maba. Hal ini bertujuan untuk menjadikan kebijakan yang dibuat bisa tepat sasaran dan bisa membuka peluang bagi mahasiswa yang kemampuan ekonomi rendah tapi punyai kemampuan akademik tinggi. Ini sebuah pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah pengambil kebijakan serta PTN sebagai pelaksana.
Sejauh ini kebijakan dikeluarkannya UKT ini sangat Sistem UKT ini sebenarnya bagus diterapkan untuk bagus, UKT ini sudah diatur sedemikin rupa oleh pihak memanajemen dan menata keuangan yang lebih sederhana dikti. Hanya saja untuk masih tahap awal, masih banyak agar mudah terkontrol dan dipertanggungjawabkan. Dengan kekurangan. Cukup banyak masalah yang terjadi, baik adanya sistem UKT ini, diharapkan tidak ada lagi penetapan level dan banyaknya pengaduan UKT. Untuk penyalahgunaan keuangan, pungutan serta lebih jelas pengaduan di BEM sekitar 20 orang, sedangkan di Rektorat sasarannya. Namun, yang namanya hal baru diterapkan tentu sekitar 300-an. masih ada ketimpangan. Terutama dari manajemen UKT itu Kami berharap sistem UKT ini diperbaiki. Penetapan sendiri. Kurang cermatnya pihak universitas dalam mendeteksi uang kuliah sesuai keadaaan mahasiswa. Kedepannya ada dan mengumpulkan data keuangan keluarga mahasiswa keterbukaan dalam hal alokasi dana sehingga mahasiswa menjadi salah satu alasan ketimpangan UKT. Oleh karena tidak mereasa terlalu berat ketika itu, perlu dibenahi lagi sistem untuk menjangkau informasi mereka mendapatkan level yang lebih akurUKT ini lebih efektif dan efisien dan tepat yang tidak sesuai. pada sasaran, benahi Berapapun biaya manajemennya, jangan kuliah yang ditetapkan memberi beban yang sekarang tidak menjadi lebih berat kepada ormasalah asalkan bisa ang yang tidak mampu. memanfaatkannya. Prof. Dr. Dasman Lanin Yang jadi masalah Dosen Ilmu Sosial Politik, FIS adalah ketika bayar besar tapi tidak bisa m e m a n faatkannya. Mufadhal Barseli, Pengurus BEM UNP
Mufadhal Barseli, Pengurus BEM UNP
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Laporan
5
Sistem UKT Disambut Keluh-Kesah Oleh Hasduni/ Via
Salah seorang petinggi Fakultas Ilmu Pendidikan berpesan kepada Diah Ayu Pitriani agar melakukan peninjauan ulang, supaya semester depan uang kuliahnya bisa turun. Tapi, ia juga sempat berkata, jika tidak punya dana sebaiknya tak usah kuliah. iah Ayu Pitrianti, Mahasiswa B ar u Ju rusa n Te k nol ogi Pendidikan tak menyangka slip gaji ayahnya yang terakhir akan menghasilkan keputusan membayar UKT sebesar 4.7 juta. Ayahnya bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan di Tanggerang. Gaji pokoknya 2.5 juta per bulan. Jika lembur akan naik menjadi 7 juta. Kebetulan selama bulan Juli ayahnya kejar target untuk biaya lebaran, sehingga harus banyak lembur. “Karena yang diminta saat daftar ulang gaji bulan Juli, maka saya berikan slip gaji ayah yang bulan Juli,” ungkap Diah, Rabu (4/9). Diah mengaku, saat ini ayahnya bekerja sendiri untuk membiayai tiga orang adiknya yang semuanya bersekolah. “Untuk berangkat ke Padang saja Ayah ngutang,” katanya. Sama halnya dengan Diah, Rahmad Hidayat Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro juga mengutarakan kekecewaannya. “Kalau tahu mahal, mungkin orang tua akan suruh kuliah di Riau saja,” ujarnya, Kamis (26/ 9). Ia merasa uang kuliah yang diemban terlalu besar dan tidak tepat. Uang kuliah yang harus Rahmad bayar sebesar 4.7 juta. Sementara orang tuanya hanyalah pensiunan PNS dan dua saudaranya masih kuliah. Rahmad pernah mengajukan permohonan kepada Dekan Fakultas Teknik. Harapannya ia bisa menerima beban uang kuliah yang lebih rendah dari sekarang. Tapi sayang, sudah dua bulan berlalu suratnya belum mendapat tanggapan. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT juga berjanji untuk menolong mengurus permohonannya. “Mama menyuruh saya mengajukan permohonan,” ujarnya. Berbeda dengan Diah dan Rahmad yang tetap melanjutkan kuliah meski uang kuliahnya mahal, Zaid Alfaruq memilih masuk ke Perguruan Tinggi Swasta. Penantian Zaid selama satu tahun untuk menimba ilmu di UNP akhirnya harus ia buang jauh-jauh. Setelah tahun 2012 lalu ia tidak lulus tes ujian masuk UNP, pada tahun 2013 ia mencoba mengikuti tes kembali. Akhirnya Zaid diterima kuliah di UNP sebagai mahasiswa Jurusan Otomotif melalui program Reguler Mandiri. Namun, diterimanya sebagai mahasiswa UNP tidak serta merta membuat Zaid senang. Pasalnya uang kuliah yang harus ia bayar cukup mahal, yaitu sebesar 4.7 juta. Sementara profesi ayahnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dirasa kurang mampu untuk mengemban uang kuliah yang ditetapkan. “Ibu tidak punya kerjaan, sementara saya anak tertua dan adik saya ada empat,” ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Senin (11/9). Kini Zaid memilih untuk kuliah di perguruan tinggi swasta di Jambi. Ia mengambil Jurusan Teknik Pertambangan. “Saya merasa UKT ini tidak adil. Tidak tepat sasaran dalam menetapkan biaya kuliah per-mahasiswa,” terang Zaid. Ia
D
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
bertutur setiap orang yang berprofesi sebagai PNS belum tentu kaya. Karena bisa jadi pegawai tersebut memiliki tanggungan yang lebih besar dari gaji yang diperolehnya. Ia juga mengatakan tidak seharusnya PTN menetapkan biaya kuliah lebih mahal dibandingkan PTS. “Kampus saya sekarang menetapkan uang kuliah jauh lebih rendah dibandingkan UNP, yakni sebesar satu juta seratus lima puluh ribu rupiah.” Problematika lainnya dialami Yulia Rahman. Ia terpaksa mengubur impiannya menimba ilmu di UNP karena menimbang orang tuanya harus menghidupi dua belas sau darany a. Yu lia diterima di UNP sebagai mahasiswa di Jurusan Fisika. Ia mendapat besaran biaya kuliah sebesar 4.3 juta. Saat ini Yulia kuliah di sebuah PTS yang ada di Jakarta. Ia memilih masuk PTS karena biaya kuliah lebih murah dibandingkan UNP. Waktu kuliahnya pun harus dibagi untuk bekerja. “Dengan uang kuliah yang sudah agak murah saja saya harus mencari kerja sampingan,” ujarnya. *** Awal Februari lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan aturan baru terkait pembayaran uang kuliah di PTN di lingkungan Kemendikbud. Melalui Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 97/E/KU/2013, Dikti mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang regulasi pembayaran uang kuliah yang dinamakan UKT dan Biaya Kuliah Tunggal (BKT). Kebijakan tersebut berlaku bagi mahasiswa 2013 program S1 dan D3. BKT merupakan keseluruhan biaya operasional per-mahasiswa yang dirumuskan oleh setiap program studi yang ada di perguran tinggi. Sedangkan UKT merupakan jumlah biaya yang harus dibayar mahasiswa per-semester yang seluruh kebutuhan selama menjadi mahasiswa sudah dikalkulasikan di dalamnya dan disesuikan dengan kemampuan ekonominya. Dengan adanya kebijakan ini, mahasiswa tidak diwajibkan membayar kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti uang praktikum, baju praktek, uang wisuda dan pungutan-pungutan lainnya. Dengan diberlakukannya peraturan UKT dan BKT, Mendikbud Muhammad Nuh menilai hal itu dapat meringankan beban mahasiswa untuk kuliah. Menurutnya dibandingkan sistem yang lama, UKT dan BKT lebih tepat untuk diterapkan, terutama bagi masyarakat kurang mampu. “Mereka yang tidak mampu bisa tidak bayar sama sekali, atau bayar biaya paling murah. Dan yang mampu pasti bayar lebih tinggi,” ujarnya di poskotanews.com, Senin (26/5) Dasar perhitungan UKT adalah besaran BKT dikurangi besaran Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Perhitungan BKT didasarkan pada: capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi, jenis program studi, dan indeks kemahalan wilayah. Sementara rumus perhitungan
alokasi BOPTN 2013 adalah: 2 (Pendapatan kerjasama) + (pendapatan S1 reguler/diploma) + pendapatan SPP lain-lain + alokasi dasar + % bidik misi + alokasi untuk memberdayakan PTN baru/kecil. Berdasarkan perhitungan diatas, saat ini UNP menerima BOPTN sebesar Rp 24.757.089.448,-. Jumlah ini masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan PTN lainnya, seperti Unand, UNJ, UNS, UNY dan jauh lebih rendah dibandingkan UI dengan BOPTN sebesar Rp 226.790.370.292,UGM sebesar 170.137.806.596 dan ITB sebesar Rp 176.875.631.564,-. Dengan besaran BOPTN yang diterima saat ini, menyebabkan UNP menerapkan UKT yang cukup mahal. Bahkan UKT yang katanya membuka peluang bagi mahasiswa untuk tidak membayar uang kuliah, tidak direalisasikan di UNP. Hal itu dikarenakan untuk menutupi biaya pembangunan lainnya, yang tidak tercukupi dengan hanya BOPTN. *** Durjoko, awalnya merasa senang karena cucunya Rahmadeni diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNP. Namun, setelah mengetahui sistem pembayaran di PTN berubah, kebahagiaan Durjoko sirna. Pasalnya, cucu kesayangannya itu mendapatkan UKT sebesar dua juta dua ratus ribu. Padahal penghasilannya sebagai kuli tidaklah besar, hanya satu juta per bulan dan harus menanggung lima anaknya yang lain. “Kebijakan UKT kurang efektif, apalagi penentuannya kurang teliti. Seharusnya rumah dan ekonomi keluarga benar-benar disurvei langsung,” ujar Darmoko, Rabu (4/9). Rumah Durjoko belum sempurna tegak. Sebagian semen batu bata dan sebagian lagi masih kayu. Di depan rumahnya terdapat warung kecil yang menjual kebutuhan harian: jajanan, gula, minyak makan dan lain-lain. Warung itulah yang dijadikan sebagai tambahan uang masukan untuk kebutuhan sehari-hari. “Sebenarnya ingin protes, tapi pasti tidak akan ada kepastian. Belum tentu juga diproses,” kata Durjoko. Rahmadeni merupakan anak piatu. saat ini ia dan adiknya terpaksa tinggal bersama kakeknya, Darmono. Hal senada juga diungkapkan Efni Yenti
,orang tua dari Triana Dewi Cahyani. Ia sangat keberatan apabila suaminya yang bekerja sebagai sopir truk harus menanggung beban kuliah anaknya yang mencapai 2juta 200ribu. Triana adalah anak Efni yang pertama kali bisa merasakan bangku kuliah. Sedangkan dua saudara Triana lainnya hanya mencicipi bangku sekolah menengah atas saja. “Rasanya gak kuat ibu menanggungnya,” ujar Efni ketika sedang menunggu warung yang tegak di depan rumah yang ia kontrak, Selasa (3/ 9). Ketika hendak melakukan pendaftaran ulang, Efni sebenarnya sudah wanti-wanti agar Triana tidak mengatakan gaji ayahnya mencapai dua sampai tiga jutaan. Karena gaji yang mencapai dua jutaan itu hanya jarang-jarang. Gaji sebesar itu hanya bisa didapat jika banyak orang yang menyewa mobilnya, sementara kalau tidak, gajinya tidak sampai sebesar itu. Namun, suaminya tetap menyarankan agar Triana menye rahkan slip gaji tersebut. “Kata bapak sih itu sudah rendah. Siapa tahu dapat yang lima ratus ribuan,” ujarnya. “Ternyata malah mahal,” lanjut Efni sambil menirukan perkataan suaminya saat itu. Tanggapan kampus Menanggapi hal ini, Pembantu Rektor II UNP Dr. Ali Zamar, Mpd ketika ditemui di ruang kerjanya mengaku tidak terlalu ambil pusing. Menurutnya ia hanya akan menanggapi jika ada bukti otentik yang menunjukkan jika mahasiswa yang melapor memang benar-benar kurang mampu. Misalnya, mahasiswa tersebut bersedia rumahnya benar-benar diperiksa. “Jika kita langsung saja menurunkan UKT nya, tentu akan banyak mahasiswa yang akan melakukan peninjauan ulang,” katanya saat ditemui di ruang kerja, Jumat (27/9). Ia mengaku sudah berusaha untuk berlaku adil. Jangan sampai setelah permohonan peninjauan ulang dikabulkan, akan banyak mahasiswa yang sebenarnya mampu tapi mengaku kurang mampu. Menurutnya, mahasiswa juga harus tahu, jika penerapan UKT tidaklah asal-asalan, tapi penuh berbagai pertimbangan. “Dengan UKT mahasiswa yang kaya dapat membantu mahasiswa yang kurang mampu untuk kuliah,” lanjutnya. Laporan: Kru SKK Ganto
Laporan
6
UKT Perlu Peninjauan Ulang Oleh Hasduni/ Via
Penetapan UKT dinilai kurang efektif bagi sebagian pengamat. Banyak mahasiswa yang melakukan permohonan peninjauan ulang, karena merasa UKTnya tidak sesuai dengan ekonomi orang tua. abu (5/9) siang, sekretariat BEM UNP tampak ramai. Beberapa pengurus terlihat tengah berdiskusi, ada yang tengah sibuk dengan laptop dan ada juga yang duduk santai. Sementara itu, Presiden BEM Adnan Arafani terlihat baru saja selesai menunaikan shalat Dzuhur. Ia lalu menemui seorang mahasiswa baru yang sudah menunggunya. Mahasiswa itupun memulai cerita. Adnan men deng ark a n, s ambi l se sek a li menanggapi. Lalu, setelah mahasiswi itu selesai bercerita, giliran Adnan yang banyak berbicara. Mahasiswi itu bernama Ayu. Ayu merupakan mahasiswi Jurusan Administrasi Ilmu Pendidikan. Ia tengah melakukan pengaduan kepada BEM terkait biaya UKT yang diterimanya. Ayu merupakan salah satu dari puluhan mahasiswa yang mengadu ke posko pengaduan UKT yang dibuka BEM. Berdasarkan penjelasan Adnan, Posko pengaduan tersebut dibuka berdasarkan fungsi BEM. “Ini salah satu cara kami menampung aspirasi mahasiswa,” kata Adnan, sesaat setelah ia menyelesaikan perbincangan dengan Ayu. Sejak awal pendaftaran mahasiswa baru, BEM telah mendirikan posko pengaduan UKT. Ada tiga posko yang pernah didirikan, pertama di dekat gedung Mata Kuliah Umum, di samping Bank BRI dan posko utama terletak di sekretariat BEM UNP. Selama pembukaan posko, BEM mengum-
penurunan UKT bagi mahasiswa yang benar-benar UKTnya dianggap tidak sesuai. Namun, penurunan tersebut baru akan direalisasikan pada semester selanjutnya. Hal tersebut dik arenak an sistem administrasi yang telah berlangsung dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Untuk menetapkan sesuai atau tidaknya UKT bagi mahasiswa yang melakukan peninjauan ulang, pihak universitas nantinya akan meyiapkan tim yang bertugas meninjau langsung ke lapangan. Sehingga nantinya pihak universitas memiliki data
pulkan data-data mahasiswa baru, seperti jumlah UKT yang diterima, pendapatan orang tua, tanggungan orang tua, dan datadata lainnya. Lalu, setelah data terkumpul, BEM akan menyampaikan keluhan mahasiswa tersebut ke Rektor. “Rektor berjanji akan menindaklanjuti aduan kami ini,” ujar Adnan. Saat itu, Rektor berjanji akan memberikan peluang
otentik terkait kriteria mahasiswa penerima UKT rendah. Namun, jika nanti ditemukan adanya indikasi manipulasi yang dilakukan secara sengaja oleh mahasiswa, pihak universitas pun tidak segan-segan untuk memberikan sanksi kepada mahasiswa yang melakukan peninjauan ulang. Sanksi terberatnya adalah dikeluarkan dari kampus. Hal tersebut disampaikan Rektorat
R
Sosialisasi UKT: Pihak rektora t untuk pertama kali menyosialisasikan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) kepada mahasiswa di ruang senat UNP, Kamis (20/6). f/Media
melalui Pembantu Rektor II, Dr. Ali Zamar, Mpd, Kons. Menurut Adnan, dasar pihak kampus dalam menentukan beban UKT kepada mahasiswa dirasa kurang maksimal. Hal itu dikarenakan penetapannya hanya berdasarkan penghasilan orang tua mahasiswa saja. Sedangkan menurutnya, besarnya penghasilan orang tua tidak menjamin apakah mahasiswa tersebut mampu atau tidak. “Padahalkan penghasilan tersebut harus disesuaikan juga dengan tanggungan orang tuannya,” ujar Adnan. Adnan juga mengkhawatirkan penetapan UKT yang dilakukan dengan wawancara. Menurutnya hal tersebut tidaklah objektif. “Pertanyaan mahasiswa yang duluan melakukan wawancara, pasti beda dengan mahasiswa yang terakhir. Karena sudah lelah seharian mewawancarai,” lanjut Adnan. Hal yang sama pun terjadi di Unand. BEM Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unand juga membuka posko pengaduan UKT. Bahkan sejak awal wacana penerapan UKT, BEM KM Unand melalui divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) sudah melakukan pengkajian untuk penerapan UKT. Dari hasil kajian tersebut, BEM KM Unand memprediksi UKT akan memberatkan biaya kuliah mahasiswa. “Dari awal-awal wacana penerapan UKT, kami juga pernah melakukan aksi,” ujar Mediansyah Harahap, selaku ketua divisi Litbang. Harahap juga menjelaskan, sejauh ini BEM KM Unand telah menerima sebanyak 600 laporan dari mahasiswa baru yang melakukan pengaduan. Namun, dari jumlah
tersebut sudah ada sekitar 200 lebih mahasiswa yang telah berhasil dibantu. Menurut pengakuannya, 200 mahasiswa tersebut telah berhasil ditangguhkan UKTnya. Hal tersebut didapat setelah dilakukan pengaduan kepada pihak rektor. “Penangguhan tersebut berupa pengalihan mahasiswa ke bidikmisi, ada yang UKTnya diturunkan dan ada yang SPPnya ditangguhkan,” ujarnya. *** “Bagi mahasiswa baru yang memberikan informasi dengan tidak benar, sanksi yang diperoleh akan dikeluarkan”. Seperti itulah informasi yang tertera di portal pengisian UKT bagi mahasiswa baru di Unand. Berbeda dengan UNP yang masih menerapkan sistem manual, Unand sendiri telah menerapkan penentuan UKT dengan sistem online. Menurut Wakil Rektor II Unand, Prof. Dr. Herri, SE, MBA, penerapan sistem online tersebut diharapkan dapat mempermudah mahasiswa dalam memberikan data. Setelah data masuk ke bagian administrasi, selanjutnya akan diverifikasi ulang dan dari situ akan diperoleh nilai UKT per mahasiswa. Ketika ditanya mengenai apakah pihak kampus melakukuan survey ke lapangan, ia menjawab itu akan dilakukan dalam waktu dekat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari apabila ada kecurangan yang dilakukan mahasiswa. Terkait adanya laporan mahasiswa yang mengurungkan niatnya melanjutkan kuliah di Unand, Herri sangat menyayangkan hal tersebut terjadi. Menurutnya, sejauh ini pihaknya telah berusaha untuk tetap memberikan peluang kepada mahasiswanya untuk tetap kuliah. Ia tidak ingin ada mahasiswa yang tidak jadi kuliah hanya gara-gara UKTnya mahal. “Kita sangat mewanti-wanti, agar tidak ada mahasiswa yang tidak jadi kuliah. Jika ada yang benarbenar tidak mampupasti kita tolong,” ujarnya. Ia menambahkan, jika saat ini Unand telah memberikan peluang selebarlebarnya untuk tetap kuliah. “Tidak ada mahasiswa yang berhenti gara-gara dana,” ujarnya, Jumat (6/9) Laporan: Kru SKK Ganto
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Laporan
7
Pembantu Rektor II: Tidak Ada Mahasiswa UNP Berhenti Kuliah Karena Biaya bayar 1 juta. Kedua, adanya keberatan dari masyark at untuk membayar uang pangkal.
wal Februari lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan aturan baru terkait pembayaran uang kuliah di PTN lingkungan Kemendikbud. Melalui Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 97/E/KU/2013, Dikti mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang regulasi pembayaran uang kuliah, yang dinamakan UKT dan BKT. Kebijakan tersebut berlaku bagi mahasiswa 2013 program S1 dan D3. Setelah peraturan tersebut di’iya’kan PTN, pro kontra pun bermunculan. Banyak yang beranggapan jika UKT bukan meringankan beban kuliah, tapi malah menjadikan biaya kuliah semakin tinggi. Di UNP bahkan ada beberapa mahasiswa yang mengurungkan kuliah, dan memilih untuk kuliah di PTS. Dr. Ali Zamar, Mpd., Kons selaku Pembantu Rektor II menyayangkan hal itu terjadi. Menurutnya pihak kampus tidak ak an membiark a n mahasiswanya terkendala kuliah hanya gara-gara dana. “Nantikan akan ada banyak beasiswa yang bisa membantu mahasiswa kurang mampu,� ujarnya, Senin (30/9). Beberapa waktu lalu, Senin sore (30/9) reporter SKK Ganto Gumala Resti Halin dan Hasduni berkesempatan mewawancarai mantan PR III tersebut. Ditemui di ruang kerjanya, Ali Zamar terlihat tengah sibuk melayani tamu. Setelah beberapa menit, tamupun undur diri. Sebelum wawancara berlangsung, Ali Zamar menunaikan salat ashar terlebih dahulu. Berikut hasil wawancara yang berlangsung kurang lebih satu setengah jam tersebut.
A
Apa yang melatar belakangi UNP mengikuti aturan Kemendikbud, terkait, UKT? Peraturan ini bukan hanya untuk UNP saja, tetapi untuk seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Ada beberapa hal mengapa kita menerapkan peraturan tersebut. Pertama, menimbang selama ini dinilai ada kepincangan dalam keadilan membayar uang kuliah di PTN. Artinya yang kaya dan yang miskin sama saja kewajibannya dalam membayar SPP. Kalau SPP 1 juta, maka semua mahasiswa mem-
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Langkah yang telah dilakukan? SNMPTN sebenarnya salah satu langkah yang dituj uk an unt uk mempermudah mahasiswa yang kurang mampu masuk PTN. Nanti, setelah merek a masuk ke PTN biasanya akan banya k be asis wa yang ditujukan untuk mahasiswa kurang mampu. Selain itu, tersedia juga beasiswa bidik misi bagi mahasiswa yang kurang mampu. Bagaimana penerapan UKT di UNP? UNP tetap mengusulkan sesuai dengan kondisi pemasukan kampus. Jadi UKT di UNP tidak sama dengan UKT di Unand, UI, ITB dan kampus-kampus yang memiliki pemasukkan lebih besar dari pada UNP lainnya. Pada umunya UKT memiliki lima level. Untuk UKT level satu dan dua, semua PTN wajib memberikan kuota sebesar 5%. Artinya, kalau sudah mencapai 5% berarti universitas tersebut sudah mentaati aturan menteri. Namun, saat ini kita sudah memberikan lebih dari kuota yang diminta oleh Dikti. Bahkan penerima UKT level satu dan dua mencapai 10% lebih. Hal tersebut kita lakukan karena mengingat taraf ekonomi masyarakat yang masih rendah. Apa tanggapan Dikti terkait usulan tersebut? Setelah itu terjadilah penyuluhan penerimaan UNP dari tahun-tahun sebelumnya. Lalu pemerintah mencoba menutupi kekurangan pemasukan universitas dengan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Kalau uang negara kita cukup maka akan ditanggulangi, tapi kalau tidak maka ditanggung sendiri oleh universitas, dengan cara menghemat atau cara lainnya. Sebagaimana diketahui pembagian BOPTN untuk PTN tidaklah sama. Bagaimana dengan porsi pembagian BOPTN? Kenapa UNP masuk kategori terendah penerima BOPTN? Kemarin ketika pertemuan Pembantu Rektor II antar PTN di Solo, ada protes soal pembagian yang tidak merata. Sebenarnya kita masih tidak terima dengan pembagian sekitar 24 miliar, sedangkan PTN ternama mencapai ratusan miliar. Seperti apa perumusan sistem UKT di UNP? Rencana penerapan UKT sudah ada sejak dua tahun lalu. Jadi setelah ada wacana tersebut, kita diminta untuk merumuskan biaya kuliah yang ideal. Berapa dana yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyelesaikan studi di UNP, kita kalkulasikan. Setelah matang dan dirasa
pas, kita akhirnya tetapkan UKT untuk UNP. Memang, perjalanan dalam menetapkan tiap-tiap level tidaklah gampang. Kita benar-benar dituntut untuk mencari porsi yang benar ideal. Setelah dirasa pas, baru kita laporkan ke Jakarta. Seperti apa tahapan yang dilakukan untuk menentukan biaya kuliah per mahasiswa? Tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana kondisi ekonomi keluarganya. Untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi keluarganya tersebut, kita lakukan wawancara langsung dengan calon mahasiswa. Selama wawancara berlangsung, mahasiswa akan ditanya tentang penghasilan orang tuanya, tanggungan orang tuanya dan pengeluaran-pengeluaran lainnya. Hal itu dibuktikan dengan catatan gaji terakhir orang tuanya (bagi orang tuanya yang pegawai) dan bukti pengeluaran lainnya, seperti pembayaran listrik, air, telepon dan lain-lain (jika ada). Bagaimana dengan orang tuanya PNS akan tetapi memiliki tanggungan banyak? Sebenarnya kita pertimbangkan juga. Akan tetapi logikanya seperti ini, penghasilan orang tua ini kan per bulan. Harus diingat SPP itu dibayarkan sekali dalam enam bulan. Terkadang banyak orang yang salah tafsir, orang tuanya berpenghasilan 4 juta, tapi masih merasa keberatan. Padahal, kalau 4 juta juta itu dikalikan dengan enam bulan, totalnya adalah 24 juta. Ee, mereka meminta untuk diturunkan UKTnya. Alasannya bermacammacam, ada potongan kredit motor, kredit rumah, kredit ini, kredi itu. Itu bukanlah pertimbangan. Yang jelas pemerintah sudah bayar gajinya. Kalau sudah seperti itu, berarti pola hidupnya yang salah. Itu bukan tanggungan universitas. Jumlah anak juga menjadi pertimbangan untuk penetapan UKT. Bagi orang tuanya yang memiliki anak satu dengan enam tentu kita bedakan, walapun penghasilannya sama. Petani juga demikian. Sebenarnya kita dilema karena embel-embel petani. Kadang petani, belum tentu miskin. Petani tapi sawahnya banyak, kan kaya juga. Siapa dan apa saja kriteria yang diperkenankan untuk melakukan tes wawancara? Kita serahkan kepada fakultas. Biasanya fakultas menyerahkan ke masing-masing jurusan dan prodi. Jika ada pengaduan dari mahasiswa, apa yang dilakukan pihak universitas? Boleh mengajukan permohonan, tapi UKT nya tidak serta merta turun. Kita akan survey dulu, apakah yang dilaporkan itu benar. Yang akan kita lakukan adalah melihat realita di lapangan. Nanti, jika memang ia tidak mampu, pasti akan kami turunkan UKT nya. Tapi ingat, jika terjadi ketidaksesuaian dengan data-data yang menerima sanksi. Sanksi terberat, kita akan keluarkan. Itu sesuai dengan yang kita buat dipernyataan. Atau paling tidak, uang kuliahnya akan kita naikkan lagi. Harus sama-sama berani mengambil resiko. Setelah disurvey, apakah akan langsung diturunkan? Mahasiswa harus bersabar sampai kita benar-benar mendapatkan data yang pas. Kalaupun sudah kita tinjau, mereka harus
menunggu sampai semester depan. Hal itu dikarenakan administrasi yang sudah tersusun. Ada mahasiswa yang mengurungkan kuliah di UNP gara-gara terkendala biaya dan akhirnya memilih masuk PTS. Bagaimana tanggapan anda? Biar saja, tidak masalah. Masih banyak orang yang berminat masuk UNP. Itu kan pilihan hidup. Kalau ingin ke swasta apa boleh buat, siapa yang bisa paksa. Di UNP juga tidak akan ada mahasiswa yang diberhentikan hanya gara-gara tidak mampu bayar uang kuliah. Kalau memang tidak sanggup, kita akan carikan solusinya. Misalnya, akan kita berikan dia beasiswa. Kan kita banyak menyediakan beasiswa. Berbeda kalau itu merupakan keinginan mahasiswanya sendiri. Dengan UKT, katanya tidak ada pemungutan uang lainnya selama kuliah. Tapi kenapa almamater masih bayar dan sebagian mahasiswa membeli baju krida? Memang benar, jika dengan adanya UKT maka mahasiswa dibebaskan pembayaran lainnya. Namun, ada beberapa biaya yang sifatnya kondisional dan tidak masuk ke dalam hitungan UKT. Almamater itu tidak kita masukkan ke dalam rumusan UKT, karena kita membutuhkannya cepat. Maka dari itu kita lakukan tender. Nah, kalau tender bisa cepat. Sehingga dari awal masuk, mahasiswa baru sudah mendapatkan almamater. Akan tetapi, untuk tahun depan almamater akan kita masukkan ke dalam rumusan UKT. Lalu, terkait baju krida dan pungutan uang dari organisasi mahasiswa, itu tergantung kesepakatan. UNP tidak memberikan aturan agar baju krida harus sama, tapi kalau mahasiswa setuju ya tidak masalah. Demikian juga dengan organisasi mahasiswa, kalau ada kesepakatan bersama, tidak masalah. Namun, saya tegaskan tidak ada pungutan yang sifatnya ilegal. Dengan adanya UKT, biaya kuliah mahasiswa reguler dan nonreguler disamakan. Lalu bagaimana untuk prodi yang memberikan jam mengajar dosennya lebih banyak, yang biasanya dibayar dengan uang regular mandiri? Untuk prodi yang dosennya masih minim, dulu memang kita ada anggaran untuk membayar dosen yang mengajar melebihi jam maksimal mengajar. Jam maksimal dosen mengajar itu adalah 16 SKS. Nah, jika lebih dari itu akan kita bayar dengan hitungan per SKS. Sekarang masih seperti itu. Kita akan tetap bayarkan hak dosen tersebut. Apakah perubahan sistem pembayaran ke UKT merupakan kebijakan yang tepat? UKT memberikan peluang kepada mahasiswa kurang mampu untuk kuliah di PTN. Dan secara tidak langsung memberikan perbedaan yang tepat, mana kewajiban yang kaya dan memberikan hak kepada yang kurang mampu. Apa harapan anda ke depan untuk pelaksanaan UKT? Harapan semua komponen turut mengawal perjalanan UKT. Ini kan niat baik pemerintah., bukan universitas mencari uang. Malah pendapatan universitas berkurang. Mari semua komponen itu mengawasinya, sehingga niat baik ini bisa berjalan dengan baik pula.
8 Jika Anda mengalami masalah kesehatan, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. Diasuh oleh dr. Pudia M. Indika
Pantangan Asma Assalamualaikum Dokter Saya mempunyai penyakit asma. Setiap meminum cappuccino atau berada di ruangan ber-AC, sekitar 15 menit setelah itu saya langsung flu dan merasa pusing. Apakah itu memang pantangannya Dokter? Lalu apa solusinya? Apa obat yang dapat mengatasi penyakit asma ini? Dan apakah sudah ada orang yang sembuh dengan meminum obat ini Dokter? Terimakasih Dokter. Meisya Rahmawati Assalammualaikum wr. wb Salam sehat MR Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran pernapasan. Gangguan inflamasi ini berhubungan dengan penyempitan saluran pernapasan dan juga berhubungan dengan hiper reaktivitas (kelebihan menghasilkan lendir) saluran pernapasan. Asma terjadi karena adanya kelainan saluran pernapasan bukan kelainan pada paru-paru. Tanda-tanda awal datangnya asma sifatnya unik untuk tiap individu. Tanda peringatan awal umumnya adalah perubahan dalam pola pernapasan, bersin – bersin, batuk, merasa letih, hidung tersumbat. Apabila terjadi inflamasi saluran pernapasan gejala yang timbul antara lain wheezing (suara nafas yang berbunyi “ngik-ngik”) dengan atau tidak diiringi batuk cenderung pada malam hari, sesak nafas, rasa tertekan pada dada, nyaman bernafas pada posisi tertentu. Menurut The Lung Association of Canada, terdapat dua faktor yang menjadi pencetus asma : 1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan pengencangan atau penyempitan saluran pernapasan (bronkokonstriksi) Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari antara lain : Perubahan cuaca yang sangat berpengaruh bagi kebanyakan penderita asma adalah perubahan cuaca atau suhu udara yang menjadi dingin secara mendadak, Polusi udara yang berasal dari asap pabrik, bengkel, pembakaran sisa atau sampah industri. Demikian pula gas yang berasal dari knalpot kendaraan, hair spray, deodorant, pewangi ruangan dan segala sesuatu yang disemprotkan dengan aerosol sebagai propelan bisa memicu asma. Asap rokok adalah allergen yang kuat memicu timbulnya gejala-gejala asma, terutama pada anak-anak. Efek dari sebatang rokok bertahan didalam rumah hingga tujuh hari. Infeksi saluran pernapasan dapat menjadi pencetus terjadinya asma. Infeksi sinus adalah salah satu penyebab asma yang sulit dideteksi, Gangguan emosi, menurut Stuart Tonsman, Ph.d, pakar mengenai akibat stress bagi asma pada American Acedemy of Allergy, Asthma & imunology mengatakan stres juga menurunkan kemampuan sistem imunitas tubuh untuk melawan bakteri patogen. Sehinggga penderita asma yang mengalami stres berpeluang besar akan terjadi serangan asma 2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernapasan Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk Ingestan adalah alergen yang masuk tubuh melalui mulut (dimakan/ diminum), Inhalan adalah alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut Ingestan yang utama adalah makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan alergi pada penderita. Sedang inhalan adalah substansi atau bahan protein yang terhirup melalui hidung dan mulut. Jenis allergen inhalan yang utama adalah : tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang dan jamur hingga serbuk kopi dan teh. Tiga jalur pertahanan terhadap asma : 1. Mengatur lingkungan hidup disekitar penderita asma, yang bersifat dapat menimbulkan iritasi pada saluran nafas dan alergen 2. Mengatur saluran pernapasan, dengan mengkonsumsi obat-obatan jenis pencegah atau anti peradangan, yang mengendalikan asma jangka panjang 3. Mengatur datangnya serangan, diperlukan kepekaan terhadap tanda-tanda dari datangnya serangan asma seperti batuk yang kering, sesak nafas atau gatal gatal pada tenggorokan Jangan Biarkan Asma mengatur hidup Anda, Kendalikan Asma anda. Semoga bermanfaat
Empati Minus ampus adalah sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan \ kumpulan gedung-gedung universitasatau perguruan tinggi sedangkan ideal adalah sesuai dengan apa yang dicita-citakan atau yang diidam-idamkan. (www.wikipedia.org)
K
Pemahaman mengenai kampus ideal dapat dilihat dari menaati sistem yang telah disepakati bersama, misalnya memiliki fasilitas yang mendukung mahasiswa dalam beraktifitas. Baik itu layanan WIFI, atau sekedar tempat makan. Pernah Prof. Dr. Mestika Zed, M.Hum mengemukakan bahwa kampus ideal adalah kampus yang dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman, baik dan benar-benar mencerminkan kampus. Berbeda pula, bila kompleks pasar yang bernuansa hiruk-pikuk orang berjual beli, atau kompleks terminal, maka yang terfikirkan adalah suasana orang-orang naik-turun bus, atau sekedar angkutan masa yang ngetem. Sedangkan nuansa kampus yang terfikirkan adalah mahasiswa yang berkumpul untuk berdiskusi, belajar di kelas dan sebagainya. Sebuah pemahaman yang mungkin bisa kita sepakati sebagai pengertian kampus ideal. Menyambung pengertian kampus ideal, UNP agaknya sedikit menyimpang. Walaupun sebenarnya kampus ideal sangat susah untuk dijumpai, UNP sepertinya sedang berusaha untuk itu. Bagaimana tidak, sebelum tahun ajaran 2013/2014 di sepanjang jalan kampus dari gerbang 2 UNP (gerbang dekat BNI) menuju taman FIS, banyak sekali penjaja makanan mulai dari soto sampai bakso bakar mangkal disana. Ini sebenarnya tidak mengganggu. Disamping memudahkan mahasiswa da pat jaj an dengan mudah, juga membantu pedagang memutar uang setiap har inya . Ak an tetapi, perlu diingat kampus ideal adalah kampus yang sebenarnya. Bukan dicampur adukkan dengan suasana pasar maupun terminal dadakan. Entah dari kapan “pasar kuliner” itu atau terminal dadakan itu dibiarkan beroperasi di depan kampus, yang jelas sungguh sangat tidak enak dilihat dan juga membisingkan. Ilmu psikologi lingkungan menjelaskan bahwa kebisingan akan mempengaruhi konsentrasi belajar. Namun hari ini, sebuah fenomena unik datang dari pelataran sepanjang jalan FIS menuju gerbang dua UNP. Tepat di saat pertama kali penulis menjajakan kaki setelah libur panjang, “Pasar kuliner” yang dulunya ramai kini sudah tidak ada dan diberi tembok pembatas. Tentu banyak anggapan tentang ini, entah itu adalah perasaan bangga pada kampus yang semakin mengerti akan bagaimana kampus ideal, atau bahkan kekecewaan karena tempat makan biasanya tidak ada lagi. Berfikir positif, hanya itu yang bisa dilakukan pada saat melihat pembangunan tembok yang memisahkan kompleks kampus dengan perumahan dosen disampingnya. Hari ini, para pedagang itu seperti “dibumihanguskan”. Sebenarnya hal ini bagus, mengingat bahwa kampus ideal tersebut adalah kompleks yang tidak dicampur adukkan dengan keadaan lain. Tapi ternyata pembangunan tembok itu, bukanlah program terbaru dari UNP. Melainkan pekerjaan dari warga perumahan dosen tadi (hal ini penulis dapatkan dari salah seorang dosen di UNP). Lalu apakah penggusuran pedagang kaki lima tersebut juga ulah para dosen tersebut? Kalau begitu, bagaimanakah UNP mengartikan konsep kampus ideal? Mengingat UNP sedang berusaha menjadi kampus ideal, mulai dari pembangunan gedung baru sampai penerapan Uang Kuliah Tunggal
(UKT). Tidaklah etis jika kemudian UNP tidak memperhatikan kondisi fisik kampusnya. Anggap saja penggusuran tersebut dilakukan oleh pihak UNP, tetapi apakah UNP tidak memikirkan akibat yang akan ditimbulkan kemudian? Penggusuran tanpa solusi tentu akan menciptakan masalah baru. Dari sini terlihat, UNP seakan lupa dengan slogannya sendiri,
Alam Takambang Jadi Guru. Tidakkah
Najla Anissa Fatin Mahasiswa Jurusan Sejarah TM 2010 ini, menjabat sebagai koordinator Sastra 2013/2014 di Unit Kegiatan Kesenian. Karyanya pernah masuk dalam ontologi Oase II dan Nulisbuku.com, pernah pula mewakili Sumatera Barat ke ranah Nasional bernama Ikahimsi juli 2012
UNP pernah mendengar kabar rektorat IPB yang didemo mahasiswa dan pedagang kecil karena tempat mereka digusur dari lingkungan kampus tanpa ada solusi dari pihak kampus. Keprihatinan akan kondisi UNP yang seperti ini ditambah pula dengan jawaban salah seorang pedagang mpek-mpek ketika ditanya seperti apa UNP menindak lanjuti kondisi ini. Jawaban yang diberikan yaitu UNP tidak memberikan opsi tempat berjualan yang lebih layak pada mereka. Alhasil mereka akan berjualan dimanapun asal memungkinkan. Jika tidak ada solusi yang lebih baik setelah penggusuran ini maka kedaan yang tentram tentu tidak ak an bisa bertahan lama. Contohnya saja mulai dari keluhan yang akan di lontarkan mahasiswa, karena tempat makan biasa mereka tidak ada lagi sampai Grafis: Meri Susanti mu ngk i n de mo yang terjadi serupa dengan kampus lain dengan masalah sama. Jika sudah begitu, maka habislah UNP. Rusak citra kampus pendidikan yang sudah dipupuk dari lama ini. Lalu apa solusinya? Jika UNP bisa lebih bijak, tentu UNP pernah melihat kampus-kampus lain yang memiliki kawasan kafe maupun tempat berbelanja mahasiswa yang disediakan. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa kampus ini berada di daerah ramai aktifitas, yang mungkin tidak seperti Unand yang berada jauh dari Pasar Baru atau STKIP yang letaknya jauh dari jalan raya, bahkan IAIN Imam Bonjol dan Bung Hatta yang letaknya berada 5 meter dari jalan sehingga tidak terfikirkan untuk menyediakan tempat yang lebih baik untuk mahasiswa menyantap batagor, sandwich, maupun mpek-mpek tanpa mengurangi nilai estetika kampus adalah kesalahan besar. Karena, ada satu kawasan yang bisa dijadikan kompleks berbelanja bagi mahasiswa dan dosen. Jika UNP memindahkan para pedagang kecil ke area kantin tersebut tentu akan memperlihatkan usaha UNP menjadi kampus ideal, selain membuat mahasiswa tidak kecewa karena tempat berbelanjanya layak, hal ini tentu juga membuat para pedagang tersebut tidak kehilangan mata pencahariannya. Nasi sudah jadi bubur, para pedagang sudah di gusur dari kawasan kampus. Maka yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa dan berharap para pedagang tersebut tidak datang membawa masalah. Sebuah perubahan dimulai dari yang kecil dan berada dekat dengan kita, jadi mengapa harus bertindak terlalu jauh sebagai kampus yang bermutu sedang kondisi fisiknya belum terurus dengan baik. Dengan berfikir lebih dahulu tentu saja akan membuat tindakan kita lebih berarti.
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
9
Tes Keperawanan Bukan Solusi isela-sela hiruk pikuknya dunia pendidikan Indonesia dengan kurikulum baru 2013, muncul satu lagi persoalan yakni tes keperawanan. Tentu saja persoalan ini menimbulkan bahan pembicaraan serius dikalangan pengamat pendidikan bahkan bagi para ulama di Indonesia. Tes keperawanan bukanlah suatu langkah tepat untuk menuntaskan permasalahan moralitas generasi muda saat ini. Tes keperawan bagi pelajar hanya akan memperuncing masalah moral anak bangsa, karena seharusnya tidak ada larangan bagi setiap orang dalam hal menuntut ilmu. Para wanita ataupun laki-laki sama haknya dalam menuntut ilmu. Tes keperawanan mulai mendapat perhatian serius di dunia pendidikan Indonesia setelah muncul wacana Kepala Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, Sumatera Selatan H.M Rasyid, yang bahkan sampai mengajukan anggaran RAPBN 2014 untuk mengadakan tes keperawanan bagi calon siswa SMA/ SMK sederajat. Kebijakan pemerikasaan keperawanan ini menimbulkan banyak pro dan kontra. Alasan pihak yang pro terhadap kebijakan ini adalah untuk mengurangi seks bebas dikalangan siswa sekolah karena berdasarkan data yang ada tingkat seks dikalangan siswa sekolah sangatlah tinggi. Sedangkan pihak yang kontra berangggapan bahwa tes keperawanan tersebut tidak memandang keadilan seseorang dalam memperoleh pendidikan. Terlebih sangat menyalahi kandungan pancasila dan melanggar HAM. Rawannya pergaulan bebas dikalangan siswa sekolah harusnya dapat diatasi dengan asupan religius dari lingkungan tempat ia berada. Tes keperawanan bukanlah solusi baik untuk menimbulkan efek jera bagi kalangan siswa sekolah. Selain itu dari segi keadilan, mengapa pada wanita saja dilakukan tes keperawanan? Bukankah
D
laki-laki juga tidak lepas dari prilaku menyimpang bahkan lebih rawan dari para perempuan. Tes keperawanan sangat bertentangan dengan Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, juga dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Hak pendidikan juga telah diatur secara jelas dalam pasal 28C ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Begitu pula dalam pasal 12 UU nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbunyi setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya, agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia,bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia. Hak pendidikan seseorang tidak dapat dikurangi atas dasar apapun. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh dan Menteri Agama
secara terang-terangan juga menolak tegas terhadap wacana tes keperawanan. Komisi nasional perlindungan anak, Arist Merdeka sirai menuturkan “Tes keperawanan bukanlah tolak ukur moralitas seseorang, justru pelanggaran terhadap hak anak.” Dikutip dari kapanlagi.com (28/09). Banyak hal yang merugikan perempuan dalam hal tes keperawanan diantaranya: Pertama: tes keperawanan membuka pintu su’udzan (berprasangka buruk) untuk orang lain. Belum tentu ketidakperawanan itu diakibatk an oleh hubungan seksual. Sekalipun ia, belum tentu juga itu dilakukan dengan sengaja. Kedua: membuka aib orang lain. Tes keperawanan dapa t me mbu at k eluarga dan korban menjadi bahan gunjingan orang sekitar Pergaulan bebas yang terjadi dikawula muda seharusnya dapat diatasi dengan cara lain yang tentunya tidak merugikan pihak tersebut serta merampas haknya. Agama sudah mengajarkan cara agar manusia tidak mengalami penyimpangan seksual dengan cara mencegah khalwat (berdua-duaan lakilaki dan wanita buGrafis: Meri Susanti kan mahram di tempat yang sepi) serta meminimalkan ikhtilat (bercampurnya laki-laki dan wanita), serta peran dari orang tua dan para pendidik sangat penting didalam masa depan para generasi muda. Pentingnya asupan religius untuk para generasi muda juga menjadi salah satu cara untuk mengatasi pergaulan bebas.
Suci Larassaty Suci Larassaty, dilahirkan di Duri 13 Januari 1995 saat ini terdaftar sebagai mahasiswi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia UNP TM 2012 . FB Suci Larassaty Twitter @Larassaty_Suci
Selain itu perlu juga adanya sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi. Sekolah perlu mengembangkan pendidik sebaya (peer educator) untuk melengkapi celah yang tidak tersentuh dalam interaksi guru dan siswa. Seperti yang sudah banyak diterapkan di sekolah-sekolah yaitu Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR). Unit kegiatan ini menangani masalah-masalah yang terjadi dikalangan pelajar namun dibawah naungan guru bimbingan konseling. Remaja seringkali lebih bebas dan terbuka kepada teman sebayanya untuk menceritakan perilakunya dibandingkan kepada para pendidik maupun orang tua. Upaya memberantas pergaulan bebas di kalangan pelajar, tentunya dapat disimpulkan bahwa tes keperawanan bukanlah solusi baik dalam menyelesaikan perkara moral generasi bangsa. Pada dasarnya semua manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Tugas berat setiap orang tua dan kalangan yang peduli terhadap generasi bangsa adalah memberi asupan religius dan membangun iman dan takwa anak bangsa.
Jika Anda mengalami masalah Psikologi, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. Diasuh oleh Niken Hartati, S.Psi, M.A
Assalamu’alaikum Wr Wb Bu, saya rasakan takut yang tibatiba saat bertemu orang gemuk. Bawaannya selalu ingin lari saja. HF mahasiswa UNP (Hafizah, mhs teknik Elektronika) Saya selalu merasa takut berbuat salah dalam segala hal yang saya lakukan, terutama saat berhubungan dengan orang yang lebih tua dari saya, terutama dosen. Bagaimana caranya saya menyikapi hal tersebut Bu? Terima kasih Bu. Wassalam. MT. Mahasiswa UNP. Assalamu’alaikum wr .wb. Nanda HF dan nanda MT yang saya sayangi, sebenarnya perasaan yang nanda berdua alami memiliki kesamaan yaitu sama-sama dicetuskan oleh pikiran yang tidak masuk akal (irasional believe), yang kemudian menghasilkan perilaku menarik diri (withdrawl). Perbedaannya, Nanda HF takut terhadap objek yang cukup jelas yaitu orang
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Takut Objek Nyata dan Abstrak
gemuk, sementara nanda MT objeknya relative abstrak, namun menggambarkan kecemasan akan penampilan diri (performance) di depan umum dan di depan figure otoritas, seperti dosen. Terdapat beberapa proses yang membuat nanda berdua mengalami emosi takut (HF) dan cemas (MT), namun sebelumnya perlu nanda ketahui bahwa emosi bersifat pasif, dimunculkan. Artinya emosi hanya akan muncul apabila ada aktivitas yang mendahuluinya, yaitu: pikiran atau perilaku. Dengan asumsi bahwa nanda HF tidak pernah mengalami kejadian traumatis yang disebabkan oleh orang gemuk, maka penjelasannya kira-kira begini. Nanda pernah menghubungkan orang gemuk dengan sesuatu yang membuat nanda merasa takut. Misalnya, nanda takut pada anjing yang menyalak. Nah, kebetulan si pembawa anjing adalah orang yang gemuk. Hasilnya, nanda jadi takut pada orang gemuk. Atau nanda pernah melihat film/ berita/kejadian (yang tidak nanda alami
sendiri) yang menakutkan, berhubungan dengan orang gemuk. Saran saya untuk nanda HF adalah berhenti menjauh setiap melihat orang yang gemuk. Pada saat rasa takut itu muncul (jantung berdegup kencang, oto tegang, nafas pendek2) nanda relaksasi saja, menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, menegangkan otot-otot tangan dan bahu kemudian melepaskannya (teknik lengkapnya dapat dipelajari di UPBK), asalkan jangan menjauh. Jadikan hal tersebut kebiasaan, sehingga pikiran nanda sedikit demi sedikit akan membentuk persepsi yang lebih realistis terhadap orang gemuk. Sampai akhirnya rasa takut itu tidak muncul kembali. Perasaan yang dialami nanda MT bersifat kecemasan (sebab objeknya abstrak) tidak realistis yang dicetuskan oleh pengalaman tidak menyenangkan (di-mispersepsi teman atau dibentak dosen) yang mengancam eksistensi ego nanda. Hal tersebut membuat nanda menjadi cemas bila nanda tidak dapat menampilkan kinerja
(performance) maksimal. Penyebab munculnya kecemasan tersebut, selain trauma masa lalu, lebih disebabkan oleh keyakinan yang tidak rasional dengan menetapkan standaryang tinggi pada diri sendiri. Keyakinan yang saya maksud antara lain: “saya tidak boleh gagal”, “saya tidak boleh memalukan”, “saya harus diterima orang lain”, atau “saya harus sempurna dan dicintai semua orang”. Berita bagusnya Nanda memiliki kebutuhan berprestasi yang cukup tinggi yang menyediakan energy bagi nanda untuk melakukan hal-hal yang baik secara aktif. Namun hal yang perlu dibenahi adalah toleransi nanda terhadap kegagalan. Cobalah untuk mengubah sudut pandang nanda pada peristiwaperistiwa yang tidak sesuai dengan harapan nanda sebagai sarana melatih kebijakan. Demikian jawaban saya, semoga nanda berdua berhasil. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Liputan Khusus
10
Odong-odong: Wujud Sebuah Kreativitas
“Lumayanlah buat beli sebatang rokok, sisanya buat beli odongodong lagi.”
Oleh Liza Roza Lina dan Sonya Putri
Kawasan Pantai Purus Padang memang sering didatangi wisatawan untuk sekadar bersantai dan menikmati deburan ombak. Masih di Pantai Purus, terdapat kendaraan menyerupai kereta api berwarna-warni seperti pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kendaraan yan mampu mengangkut cukup banyak penumpang ini mulai tenar beberapa bulan belakangan di kota Padang. Kendaraan itu dikenal dengan sebutan odong-odong. Bermacam bentuk odong-odong tersedia di kawasan ini. Kendaraan yang meramaikan wahana wisata warga ini berasal dari sepeda motor atau mobil yang di permak sedemikian menariknya. Kendaraan ini bisa memuat penumpang sekitar 18-25 orang. Penghasilan sopir odong-odong ini tak kalah banyak dari gaji seorang pegawai pada umumnya. Hal ini diungkapkan Irwansyah (49), sopir odong-odong yang putarannya di Pantai Purus, Padang. Menurutnya, penghasilan terbesar yang ia dapatkan tergantung pada hari tertentu. Misalnya saja hari Sabtu dan Minggu, bisa mendapatkan uang sampai Rp 400.000,00,
sedangkan di hari biasa berkisar Rp 200.000,00. Begitu juga dengan sopir odong-odong yang putarannya di luar pantai Purus. Seperti yang diungkapkan Rudi sopir odong-odong asal Bunguih yang disewa khusus pergi ke Pantai Purus oleh penumpang. Menurutnya, pendapatan pada hari biasa berkisar Rp 400.000,00-Rp 500.000,00. Sedangkan Sabtu dan Minggu mencapai satu setengah juta rupiah. Penumpang odong-odong milik Rudi tidak perlu khawatir dengan tarif perkepala. Tergantung jarak yang akan ditempuh. Jika putarannya hanya Bunguih dan sekitarnya, dikenakan Rp 5.000,00 perkepala. Sedangkan untuk cateran dari Bunguih ke Pantai Purus, penumpang cukup membayar Rp 20.000,00 pulang pergi (PP). “Lumayanlah buat beli sebatang rokok, sisanya buat beli odong-odong lagi”, ungkap Rudi sambil tertawa kecil pada Jumat 20 September lalu. Menjamurnya odong-odong membuat para pemilik harus memutar otak dan lebih kreatif dan inovatif terhadap kendaraan ini, meskipun harus merogoh kocek cukup banyak. Misalnya saja Irwansyah, Ia mengeluarkan uang sebesar tujuh puluh delapan juta rupiah untuk mem buat od ong- odon g b eser ta aksesorisnya. Rudi Suherman juga sama, harus mengeluarkan uang sampai puluhan juta, tapi tak sebanyak yang dikeluarkan Irwansyah. Rudi lebih kreatif dengan memanfaatkan mobil bekas dan disulapnya menjadi odong-odong dan tak kalah menarik.
Odong-odong: Penumpang odong-odong saling bergembira sambil menikmati keindahan kawasan Pantai Purus Padang, Jumat (209). f/Jefri
Penumpang bergembira, mereka saling sorak-menyoraki ketika berselisih dengan odong-odong lain. Seperti yang diakui salah seorang penumpang, Murni. Menurutnya, dengan naik odong-odong Ia bisa menikmati keindahan pantai pada malam hari. Selain itu juga bisa bersenang-senang dengan anaknya. “Ini kali keduanya saya naik odong-odong, asyik,” ungkapnya. Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang anak yang naik odong-odong, Ihsan. Anak laki-laki usia 5 tahun itu mengaku senang naik odong-odong. “Naik odong-odong lebih asik dari pada yang
lain,” katanya. Dengan naik odong-odong Ia bisa menikmati pantai dan juga musik serta keindahan aksesoris odong-odong yang cukup menarik. Dibalik kejayaan odong-odong ini ternyata terdapat resiko yang cukup berbahaya bagi kesalamatan penumpang dan sopirnya. Hal ini dikarenakan odongodong belum mendapatkan surat izin dari Pemerintah Kota (Pemko) Padang. Meskipun demikian Irwansyah berharap suatu saat nanti Pemko Padang memberikan izin. “Kepada Pemko mohon keluarkan izin,” pintanya.
Kebijakan Baru, Pengguna Kereta Api
“Kalau dengan kereta api, kita kan bisa menghindari polusi udara. Selain itu rasanya lebih nyaman jika dibandingkan dengan naik bus. Kalau dengan bus terkadang asal nyerobot lampu merah saja”
Oleh Suci Larasaty
Siang itu deretan kursi-kursi pengunjung stasiun Kereta Api Tabing tampak dipenuhi para pengguna jasa kereta api tujuan Pariaman. Calon penumpangpun beragam, mulai dari balita, remaja, dan dewasa. Mereka sibuk dengan aktifitasnya masingmasing. Ada yang duduk sambil menikmati minuman dan ada yang tengah sibuk menjinjing barang-barang bawaannya. Selain itu tampak pula para pedagang yang menjajakan dagangannya,”talua asin
,pisang abuih, sala lauak, balilah diak,” ujar sipedagang menjajakan dagangannya disekitar penumpang yang tengah menunggu kedatangan kereta dari Stasiun Simpang Haru, Padang. Teriknya mentari tidak mengurungkan niat para pengguna jasa Kereta api tujuan Padang-Pariaman untuk tetap menunggu keberangkatan mereka. Tepat pukul 14.15 WIB sebanyak 253 penumpang tujuan Pariaman diberangkatkan menggunakan kereta api kelas ekonomi. Para penumpang berdesak-desakan memasuki gerbong kereta dengan pengawalan petugas. Setelah para penumpang menaiki dan duduk dengan nyaman di dalam kereta, si roda bajapun melaju. Tampak dikursi-kursi stasiun hanya
pe nump ang tel ah diasuransikan, mulai dari usia balita hingga orang dewasa. Dengan harga tiket yang bisa dijangkau, keselamatan para penumpang telah dijamin dengan asuransi. “Harga tik etk an C uma Rp 2500,00” ujar Nursyirwandi lagi, Namun kebijakankebijakan baru ini telah mengundang pro dan kontra diantara para pengguna jasa kereta api. Kebijakan ini masih susah diterima oleh pelanggan setia kereta api dikarenakan kebijakan ini belum terlalu bayak diketahui oleh masyarakat. ”Sepertinya agak susah diterima, karena penumpang cenderung memikirkan Berdesakkan: Para penumpang ibu-ibu dan mahasiswa terlihat berdesakkan memasuki gerbong kereta api Sabtu (14/9) f/Suci harga yang terjangkau oleh kantong bukan tinggal beberapa orang mengguratkan Hal ini dilakukan dalam rangka keselamatannya” ujar Rika seorang wajah kecewa karena batal berangkat dengan berpijak pada pilar yang dipegang oleh Mahasiswa UNP. Selain itu Pratiwi Sapani Tanjung, kereta api tersebut. PT KAI, 2 diantara 4 pilar yag dipegang Tiket kereta api saat ini memakai sistem berbunyi keselamatan dan kenyamanan. mengatakan bahwa pengguna jasa kereta online. Hal inilah yang membuat PT Kereta Karena pihak Stasiun Kereta Api Tabing api sekarang ini cederung didominasi oleh Api Indonesia (Persero) harus membatasi berusaha meningkatkan kualitas serta kalangan mahasiswa. Hal ini disebabkan penumpang. Salah satunya men-setting memuaskan para pengguna jasa kereta api. oleh tarif pembayaran kereta api yang tempat duduk yang disediakan untuk “Kebijakan ini telah disesuaikan dengan terjangkau bagi saku mahasiswa. Selain pengguna jasa kereta api. Jika tempat duduk pilar yang di pegang oleh PT KAI,” ujar itu dengan menggunakan kereta api, dapat telah penuh maka petugas menghentikan Nursyirwandi, Kepala Stasiun Kereta Api menghindari polusi udara dan juga kereta api jauh lebih nyaman jika dibandingkan penjualan tik et. B erbeda dengan Tabing Sabtu (14/9). sebelumnya yang masih membolehkan Kebijakan baru lainnya adalah dengan naik bus. “Kalau bus terkadang pengguna kereta api untuk berdiri jika diberlakukannya harga tiket untuk semua asal nyerobot lampu merah,” ujarnya, Sabtu tidak kebagian tiket saat di stasiun. umur, hal ini dikarenakan semua (14/9).
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Telusur
Alek untuk Buyung Kagadang Mengkaji adat di Kabupaten Tanah Datar ini, alek sunat rasul diselenggarakan secara meriah mulai dari baarak keliling kampung, hajatan di rumah orang tua si anak, sampai menggelar pentas kesenian tradisional seperti randai dan saluang. Oleh Mardho Tilla
Bendera panjang tiga warna disangga bambu yang ditancapkan ke tanah berkibar ditiup angin. Bendera itu berwarna merah, kuning dan hitam yang dikenal dengan sebutan Marawa. Marawa menjadi pertanda adanya pesta atau baralek di Minangkabau. Alek gadang di Minangkabau biasanya berupa acara-acara seperti pernikahan, pengangkatan penghulu, khatam Al-qur’an dan khusus di daerah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat terdapat satu acara yang penyelenggaraannya juga meriah. Yakni Alek sunat Rasul.Erijon, salah seorang warga Gantiang Singgalang Kecamatan X Koto Tanah Datar menggelar alek sunat rasul untuk anak laki-lakinya Sabtu, 7 september lalu. Dalam agama Islam, Sunat Rasul atau khitan wajib dilaksanakan untuk semua anak laki-laki yang akan baligh dengan membaca dua kalimat syahadat lalu berkhitan. Terlepas dari hukum Islamnya, penyelenggaraan alek ini berkenaan dengan tradisi atau adat yang berlaku di daerah
11
masing-masing. Sesuai pepatah adat: Lain padang lain ilalang, lain lubuak lain ikannyo. Ini berarti suatu tradisi di setiap nagari berbeda-beda termasuk dalam hal prosesi adat yang begaram. Perayaan alek sunat rasul di Kabupaten Tanah Datar ini diselenggarakan secara meriah mulai dari baarak keliling kampung, hajatan, sampai menggelar pentas kesenian tradisional seperti randai dan saluang. Sedikit mirip dengan pesta pernikahan, si anak turun dari rumah Bako-nya memakai pakaian adat dan diarak sampai rumah orangtuanya. Sampai di rumahnya, si anak duduk di pelaminan yang telah disediakan sambil menyambut para tamu undangan. Perhelatan ini berlangsung hingga malam hari. Esoknya si anak baru dikhitan dan dilanjutkan dengan pagelaran senitradisional. Filosofinya, acara ini untuk menghibur orang kampung yang begadang menunggui sang anak karena biasanya anak yang baru dikhitan susah tidur karena kesakitan. Besar kecilnya alek yang diselenggarakan sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua. Jika berasal dari keluarga kaya, sang anak bisa diarak keliling kampung seperti penobatan seorang bupati. Keluarga yang hidup sederhana setidaknya bisa menggelar pesta kecil dengan syukuran yang disebut mando’a. Selain itu, menurut adatnya pesta meriah untuk sunat rasul ini diutamakan untuk anak laki-laki pertama atau anak tunggal. Makna dari tradisi ini lebih karena kebiasaan yang turun temurun sebagai pembayar hutang orang tua pada anak
Arak-arakan: sebelum disunat rasul, anak laki-laki terlebih dahulu diarak keliling kampung di kelurahan Gantiang, Singgalang, Ke camatan X Koto Tanah Datar, Sabtu (7/10). f/Tilla
mereka yang akan beranjak dewasa. Budaya ini bisa dikaji dalam satu cabang ilmu sosial Antropologi. Kebudayaan yang memusat pada kebiasaan masyarakat ini menjadi acuan utama dalam memahami ilmu ini. Seperti disampaikan dosen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, Emrizal Amril tentang budaya yang diikat atas nama adat. “Jika tak dilaksanakan, hutang ke anak belum tuntas secara adat,” ungkap Emrizal Kamis, (3/10). Emrizal juga menerangkan aspek etik dan emik yang digunakan untuk mengkaji
budayaini. Misalkan ketidakseragaman acara-acara atau perayaan di Minangkabau berdasarkan falsafah adat yang berlaku di daerah tersebut. Meski ritual ini masih dilaksanakan masyarakat, maknanya sudah banyak dilupakan. Sehingga pesta besar-besaran hanya sebagai pembuktian agar keluarga tidak malu pada orang kampung karena dianggap tidak mampu. Bahkan kajian antropologi yang berkembang saat ini lebih mengarah pada pengenalan untuk tradisi tiap daerah lebih pada kebiasaan yang berkembang di masyarakat.
Masjid Bersejarah Sepi Jamaah Ketika waktu shalat fardhu menjelang, para jamaah berbondong-bondong memasuki Surau Randah. Berjarak 10 meter, berdiri Masjid Raya Gadur dengan atap bagonjong dan langit-langit yang dilapisi ukiranukiran, tanpa jamaah. Oleh Khadijah Ramadanti
Dari dalam sebuah bangunan yang bernama Surau Randah, terdengar lantunan ayat suci al-quran yang diucapkan dengan keras dan serentak oleh sekelompok anak yang sedang belajar mengaji. Tidak hanya itu saja, di dalam surau itu juga sering dilaksanakan shalat fardhu berjamaah serta musyawarah warga. Lalu jika berjalan sekitar 10 meter, maka akan ditemukan sebuah masjid yang berdiri sejajar dengan Surau Randah, masjid itu bernama Masjid Raya Gadur. Surau Randah dan Masjid Raya Gadur adalah dua bangunan yang terletak di Kenagarian Gadur, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman dan telah menjadi tempat ibadah bagi masyarakat sekitar. Masjid Raya Gadur adalah bangunan tertua di Kanagarian Gadur yang didirikan pada tahun 1620 M. Masjid ini memiliki atap yang dibuat bagonjong seperti atap Rumah Gadang Minang Kabau. Ini dibuat untuk melambangkan tempat berdirinya mesjid ini yaitu di tanah Minang. Selain itu setiap ventilasi masjid terdapat ukiranukiran yang bertuliskan nama-nama sahabat nabi seperti, Usman bin affan. Lalu pada langit-langit masjid juga dilapisi dengan ukiran-ukiran yang disebut dengan
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
batu serta diapit oleh empat buah tonggak disekelilingnya. Hal ini bermakna bahwa Masjid Raya Gadur dibangun secara bersama oleh kelima suku yang tinggal disana. Tonggak macu diibaratkan sebagai pelopor yaitu suku Tanjung, sedangkan tonggak yang menggelilinginya diibaratkan sebagai keempat suku lainnya. “Tiang dan empat tonggak itu punya makna,” ungkapnyanya lagi. Setelah pembangunan masjid selesai, banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam masjid seperti, sholat fardhu berjemaah, belajar mengaji, wirid setiap minggu, musyawarah, dan ibadahibadah lainnya. Namun, seiring perkembangan zaman, masjid Sepi: Masjid Raya Gadur masih terlihat sepi saat waktu salat fardhu di Kenagarian Gadur, Enam Lingkung, raya gadur hanya diMinggu (22/9).f/ Khadijah gunakan untuk hari-hari aia ameh-ameh. dengan pembangunan masjid. Dan setelah besar saja, seperti ibadah sholat Menurut salah seorang warga dicapai kata mufakat, akhirnya mereka Jum’at, Tarwih, Idul Fitri, sholat Idul Adha kanagarian Gadur, Amiruddin. Ia mendirikan sebuah masjid diatas sebuah dan kegiatan di bulan ramadhan, seperti menjelaskan bahwa berdirinya Masjid Raya area yang terletak di korong Batiah- Pesantren Ramadhan, lomba MTQ, dan Gadur ini dipelopori oleh seorang mamak batiah, kenagarian Gadur, kecamatan Enam berbuka bersama. Sedangkan untuk yang bernama Aji Daimin. Pada masa itu Lingkung. “Begitulah perjuangan dalam kegiatan sehari-hari sudah tidak dilakukan Aji Daimin adalah seorang mamak yang mendirikan mesjid ini,” kata Amiruddin lagi. “Jangankan untuk shalat berjamaah, berasal dari Suku Tanjung serta memiliki manggut-manggut. suara adzan saja sudah tidak terdengar ilmu agama yang tinggi di kampungnya. Beberapa saat kemudian Amiruddin lagi,” ungkap Amiruddin dengan kecewa. Lalu bersama empat orang mamak dari melanjutkan ceritanya, pada awalnya Area Lebih lanjut ia mengharapkan agar suku Koto, Sikumbang, Jambak, dan suku di Korong Batiah-batiah merupakan kebun masjid difungsikan dan dimanfaatkan Guci, Aji Daimin berusaha keras agar kelapa yang sangat luas. Ditengah-tengah kembali seperti dulu, agar masjid menjadi pembangunan masjid di Nagari Gandur area, dibangun satu buah tiang yang lebih hidup. “Sekurang-kurangnya kita dilakukan. Mereka melakukan musyawarah dulunya sering disebut dengan Tonggak mendengar kumandang Azan,” harapnya, dan membahas segala hal yang berkaitan Macu (tongak tua) yang dilingkari dengan Minggu (22/9).
12
Fokus
Dies Natalis UNP ke-59
Atur strategi: Peserta pacu karung yang terdiri dari mahasiswa dan staf Humas mengatur strategi sebelum perlombaan dimulai di lapangan depan Rektorat lama UNP, Minggu (15/9). f/doc
Pelepas an balo n: Re kt or UNP, P rof.Dr. Ph il Yan uar Kiram melepaskan balon pada pembukaan peringatan Dies Natalis U NP ke-59 d i lap an ga n de pa n Rekto ra t la m a UNP, M in gg u (15/9). f/doc
Pada setiap kebudayaan, peringatan hari lahir (Dies Natalis) merupakan suatu hal yang istimewa. Biasanya, peringatan hari lahir tersebut sering dikaitkan dengan harapan akan tingkat kedewasaan seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Begitu pula halnya pada peringatan hari lahir sebuah lembaga atau organisasi. Berbagai harapan dan doa diperuntukkan agar lembaga tersebut semakin dewasa. Semenjak gempa September 2009 lalu, kegiatan dies natalis Universits Negeri Padang (UNP) yang biasanya digelar setiap tahun harus vakum beberapa tahun. Akhirnya, pada tahun 2013, dengan tema
Kita Tingkatkan Kualitas, Komitmen, dan Kebersamaan dalam Pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi, Dies Natalis kembali digelar.
Kenang-kenangan: Pembantu Rektor I UNP, Prof.Dr. Agus I ria n t o s e ra h ka n ke na n g -ke n a ng a n ke p a da p em a kala h pada acara seminar internasional di Pangeran Beach Hotel, Kamis (12/9). f/doc
Beragam rangkaian acara dipersiapkan untuk memeriahkan Dies Natalis. Tertanggal sejak 14 September, acara seperti seminar internasional, lomba nyanyi, dan Musabaqah Tilawatil Quran telah kelar dilaksanakan. Tak hanya itu, kegiatan olahraga dan pameran di Gedung Olah Raga pun juga telah diadakan. Terdapat satu acara lagi yang belum terlaksana hingga sekarang yaitu anjang sana/ ziarah ke makam tokoh-tokoh UNP. Foto & Teks Foto: Media Rahmi Desain & Tata Letak: Meri Susanti
Bercengkrama: Din Syamsudin terlihat bercengkrama dengan rektor UNP, Prof.Dr. Phil Yanuar Kiram dan Dr. Ahmad Kosasih, M. A di masjid Al-Azhar, Rabu (18/9). f/doc
Beragam lomba: Beragam lomba diadakan untuk memperingati Dies Natalis UNP ke-59. Salah satunya lomba bakiak di lapangan depan Rektorat lama UNP, Minggu (15/9). f/doc
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Teropong Akses MKU UNP UNP Jalin Kerjasama Dibenahi Dengan Uniba sangat terasa bagi mahasiswa yang berjalan kaki. Sebab kini pejalan kaki tidak perlu berpanas-panasan lagi berjalan di bawah terik matahari, sebab sudah ada koridor yang sengaja dibangun bagi pejalan kaki. Selain itu, para pejalan kaki juga tidak perlu khawatir berdesak-desakan dibahu jalan dengan Diperlebar: Jalan menuju gedung MKU diperlebar. Tak hanya itu, kendaraan lain yang sampah yang biasanya tertumpuk di pinggir jalan juga sudah tidak lalu-lalang. ada lagi, Jumat (11/10). f/Media Putri Oviolanda Irianto, mahasiswa Sekarang, sivitas akademika yang akan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonemelewati jalan utama menuju gedung Mata sia TM 2011 mengaku merasakan banyak Kuliah Umum (MKU) UNP sudah dapat perubahan setelah jalan menuju MKU bernafas lega. Pasalnya, jalanan berlubang, diperbaiki. Ia merasa senang dan genangan air saat hujan, tumpukan sampah, nyaman dengan kondisi jalan yang seserta pinggiran jalan yang penuh dengan karang. Dulu kalau jalan disana banyak rumput liar sudah tak terlihat lagi di sampah, jalannya juga sempit, sering sepanjang jalan ini. Tercatat semenjak macet dan rawan kecelakaan. “Perhatian dibangunnya gedung MKU, akses menuju dari pihak universitas untuk memlokasi tersebut selalu diperbaiki untuk perbaiki jalan ini, tentunya telah banyak kenyamanan penggunanya. membawa perubahan,” ungkapnya, Dua bangunan kembar berlabel huruf Nasaruddin H, selaku Kepala Sub A dan B bertingkat empat yang didominasi Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan warna kuning telah rampung dan mulai mengatakan bahwa jalan menuju MKU dihuni oleh kurang lebih 12.000 mahasiswa memang sudah selayaknya untuk dibepada tahun 2011 lalu. Namun, kondisi nahi. Diakuinya, sebelum dibenahi jalan jalan di sekitar bangunan waktu itu tak menuju MKU ini menuai kritikan dari seindah bangunannya, sebab beberapa ba- berbagai pihak. “Banyak pihak yang dan jalan rusak berat. “Hal ini sempat mengeluh, bahkan keluar kata-kata yang mengganggu ketika pertama kali mengikuti tak enak didengar,” tuturnya, Rabu (24/ proses belajar mengajar waktu itu,” kenang 9). Putri Permata Sari, mahasiswa Pendidikan Memang tak salah jika jalan menuju Fisika TM 2011, Kamis (5/9). MKU rawan kemacetan, sebab jalan itu Berawal dari ketidaknyamanan itu, adalah jalan pintas dari arah Air Tawar pihak birokrat selalu memberikan pela- Barat menuju MKU, sehingga banyak yanan demi perubahan ke arah yang lebih yang menggunakan jalan ini. Namun, baik. Berawal dari pengecoran jalan dari Nasaruddin sangat menyayangkan kugedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendi- rangnya kesadaran mahasiswa untuk dikan Sumatera Barat hingga batas Gedung mengutamakan keselamatan dan A MKU. Dilanjutkan dengan pengecoran kenyamanan berkendara. Tak jarang ulah jalan Gurami yang menjadi akses masuk mereka membuat pengguna jalan lain dari daerah Cendrawasih menuju MKU. menjadi terganggu. Terlepas dari semua Hingga perbaikan yang terakhir yakni permasalahan yang terjadi, pihak birokrat pelebaran jalan di samping gedung B untuk akan selalu mencoba memberikan pelapengguna kendaraan bermotor. yanan yang baik. “Untuk semua sivitas Tidak hanya bagi sivitas yang memba- akademika, terutama mahasiswa, bersawa kendaraan saja, perubahan tersebut juga barlah,” tutupnya. Meri Susanti, Nova*
Belajar: Sejumlah mahasiswa belajar di bawah pohon di kanopi menuju gedung MKU. Terbatasnya tempat-tempat yang sejuk untuk belajar membuat sejumlah mahasiswa memilih belajar di tempat ini, Jumat (27/9). f/Media
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
13
Bertepatan dengan hari pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB), Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Bayuwangi (Uniba) menandatangani kontrak perjanjian kerja sama di Gedung Rektorat UNP, Jumat (23/8). Momen ini dihadiri oleh Rektor UNP, Pembantu Rektor IV UNP, Dr. Ardipal, M.Pd., Pembantu Rektor II, D ek an Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Pembantu F oto ber sama: Re kt o r U NI B A d an Re kt o r U NP b e s ert a foto bersama setelah penandatanganan MoU, Jumat Dekan II FIP, serta Ketua jajaran (23/8). f/doc Jurusan dan Dosen jurusan Bimbingan dan Konseling (BK). Sedangkan ajar berpatokan kepada UNP. “Mereka dari pihak Uniba dihadiri Rektor Univer- disana tinggal mempelajarinya,” sitas PGRI Banyuwangi Drs. H. Teguh ungkapnya, Kamis, (27/9). Sebagai Sumarno, M.M. beserta jajarannya. jurusan yang telah memiliki jumlah Kerjasama yang dilakoni oleh kampus dosen sekaligus konselor lebih kurang kuning ini merupakan kerjasama dalam sebanyak 26 orang, kerjasama seperti penyelenggaraan Program Profesi Konselor ini akan memicu pihak UNP untuk (PPK) di Uniba. Sebelumnya UNP juga memberikan ide dalam bidang telah menjalin kerjasama dengan Universi- pendidikan ke universitas lain serta tas Negeri Medan (Unimed) dan masih akan membantu meningkatkan berjalan sampai sekarang. akreditasi jurusan BK. “Itulah Menurut salah seorang Dosen BK, Dr. kelebihannya bagi kita,” ungkapnya. Marjohan, M.Pd., salah satu alasan Uniba Secara Momerandum of Understandmemilih UNP sebagai mitra dalam ing (MoU), UNP dengan Uniba akan kerjasama ini karena UNP merupakan menjalin kerjasama dalam jangka perguruan tinggi pertama yang mendirikan waktu lima tahun, namun hal ini Program Profesi Konselor (PPK) di Indo- tidaklah mutlak. “Tidak bergantung nesia. Selain itu UNP juga telah memiliki pada waktu, tapi sudah mandirikah alumni lebih dari 300 orang yang tersebar mereka,” tegas Daharnis. Secara Memodi seluruh Indonesia. “UNP satu-satunya randum of Agreement (MoA) waktu Layanan Perguruan Tinggi Kependidikan pelaksanaan perjanjian ini belum jelas, (LPTK) yang memulai pendidikan profesi “kami masih menunggu persetujuan tahun 1999,” tegasnya Rabu, (18/9). Selain DIKTI,” ungkapnya lagi. itu, salah satu syarat untuk membuka Pembantu Rektor IV Dr. Ardipal, pendidikan profesi secara mandiri harus M.Pd sangat mendukung kerjasama ini. memiliki jumlah dosen bergelar master Selain menjadi jembatan bagi UNIBA dan telah mengikuti program profesi mini- dalam penyelenggaraan Program mal 6 orang. Uniba sampai sekarang masih Profesi Konselor secara mandiri, UNP mempunyai tenaga konselor sebanyak dua juga bisa menjalin kerjasama dibidang orang, “Untuk itulah Uniba meminta lainnya. “Karena kita sudah mebantuan kepada UNP agar bisa men- nandatangani MoU dengan rektor cukupkan jumlah konselor sesuai syarat,” Uniba,” ujarnya, Senin (9/9). Dalam ujarnya. hal ini ia berharap semoga jejak jurusan Ketua jurusan BK, Drs, Daharnis, M.Pd, BK bisa diikuti oleh jurusan atau proKons., mengatakan bahwa teknis yang gram studi lain karena melalui sebuah dilakukan dalam kerja sama ini berupa kerjasama UNP akan lebih dikenal. pengiriman tenaga pengajar ke UNIBA ”Universitas lain tahu UNP punya dengan ketentuan kurikulum dan bahan kelebihan,” tutupnya. Nia, Ana*
Merengas: Sebagian tanaman di pinggir jalan menuju gedung MKU merengas. Tanaman yang ditujukan demi kenyaman pejalan kaki tersebut hingga sekarang belum diganti dengan tanaman baru. f/Media
Agama
14 mengalami masalah keagamaan, JikaJika AndaAnda mengalami masalah agama, silahkan manfaatkansilahkan rubrik manfaatkan rubrik ini. masalah Kirimkan tentang ini. Kirimkan surat tentang Andasurat kepada pengasuhmasalah rubrik ini ke alamat Ganto: Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh: Dr. Ahmad Kosasih,M.A.
Menggunakan Produk Yahudi Assalamualaikum Pak! Saya mau bertanya tentang banyaknya produk yahudi yang beredar di pasaran. Produk tersebut sangat saya butuhkan misalnya shampoo yang sangat cocok untuk rambur saya, cemilan dan produk kebutuhan lainnya. Bagaimana menurut Bapak kita sebagai orang muslim menggunakan produk yahudi tersebut? Apakah solusi terbaik untuk mengatasi masalah saya itu Pak? Terimakasih. Vera Yani Okta Martika Mahasiswa Sastra Indonesia Ananda Vera yang baik! Keharaman menurut ajaran islam itu terbagi dalam dua kategori: pertama keharaman zatiah (haram lizatihi) yakni keharaman substansi yang melekat pada suatu zat, misalnya keharaman anjing dan babi. Bagaimanapun kedua jenis ini tidak akan berubah menjadi halal untuk dikonsumsi meskipun sudah dibersihkan sebersihbersihnya. Kedua: keharaman procedural (haram lighairihi). Keharaman bentuk yang kedua ini tidak berasal dari zatnya melainkan karena sifat atau cara memperolehnya. Misalnya daging ayam adalah halal secarazat, tapi dapat berubah menjadi haram karena cara mempeolehnya atau prosedur penyembelihannya yang tidak sesuai dengan tuntunan syari’ah.. Misalnya ayam yang disembelih tanpa menyebut nama Allah atau menyebut nama selain Allah atau penyembelihan untuk berhala, otomatis haram dimakan dagingnya.Demikian pula misalnya ayam yang dicuri dari kandang tetangga, atau rezeki yang berasal dari cara-cara tidak halal misalnya memalak, korupsi, manipulasi, sogokan dan sebagainya. Terkait dengan produk barang-barang, dari manapun dan umat agama apapun diluar islam yang memproduksinya, tidak otomatis menjadi haram kita konsumsi selama halal itu tidak: 1) mengandung zat-zat yang diharamkan dalam islam semisal najis, 2) memperolehnya melalui cara-cara yang bertentangan dengan agama islam semisal mencuri, merampok, dan sebagainya. Selain itu juga harus dibedakan antara pakaian dan makanan. Makanan yang kita ragukan kehalalannya sebaiknya ditinggalkan saja. Misalnya kita meragukan daging hewan yang tidak kita kenal halal atau haramnya, sebaiknya ditinggalkan saja karena masih banyak pilihan makanan lainnya. Kalau diketahui binatang itu termasuk binatang halal sedangkan ytang diragukan adalah cara penyembelihannya karena daging itu diimpor dari negeri non muslim, makan jalan keduanya adalah cukum membaca basmalah sewaktu akan memakannya. Berdasarkan hadis yang dituturkan Aisyah bahwa suatu kaum bertanya: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya suatu kaum member kami sejumlah daging. Kami tidak tahu apakah sewaktu penyembelihannya disebut nama Allah atau tidak? Rasulullah lalu berpesan:”Bacakan (nama Allah) lalu makanlah.” (H.R Bukhari) Sedangkan terkait dengan produk non muslim yang bukan berupa makanan seperti shampoo, sepanjang tidak mengandung unsure-unsur najis atau zat yang diharamkan, boleh dipakai. Tetapi jika didalamnya terkandung unsure-unsur najis atau bangkai maupun diproduksi oleh umat islam tetap tidak boleh (haram) dipakai.
Wallau a’lam bisshawab!
Penyimpangan Dibalik Perhelatan Miss World
eberapa mi nggu lalu p e m b e r i t a a n penyelenggaraan Miss World 2013 ramai bermunculan di media masa yang ada di Indonesia. Sebelum direncanakan malam puncak ajang bergengsi Miss World yang akan dilaksanakan di Sentul Bogor Jawa Barat, pro dan kontra tak dapat dielakkan lagi, akhirnya tempat penyelenggaraan acara ini beralih ke Nusa Dua Bali hingga malam puncak yang dilaksanakan pada tanggal 28 September lalu. Perhelatan kontes kecantikan dan ratu sejagad Miss World ke-63 tahun 2013 ini tentu akan menjadikan Indonesia sebagai sorotan dunia. Tidak hanya itu acara ini juga salah satu ajang promosi budaya, keayaan, dan keindahan alam yang dimiliki Indonesia. Dari hati yang terdalam tentu ada pengharapan, agar Negara luar mengingat dengan baik betapa kayanya Indonesia akan budaya dan tradisi. Sehingga Indonesia dapat dijadikan salah satu Negara tempat destinasi yang patut dikunjungi. Menurut penulis, ajang promosi ini tidak harus dilakukan pada acara Miss World saja. Ajang promosi juga dapat dilakukan dalam beberapa penyelenggaraan acara lainnya, seperti religi, otomotif, kesenian, akademik, olahraga, dan masih banyak lagi untuk bisa dijadikan ikon, jika ingin membanggakan tanah air Indonesia. Hal ini dapat bermula dengan perhatian khusus terhadap orang-orang yang
B
World, sehingga sebutan itulah
yang kita kenal saat ini. Bikini adalah pakaian yang sangat bertentangan dengan ajaran islam, menampilkan wanita-wanita cantik dengan busana minim, berlenggang lenggok di atas podium dan disaksikan oleh ribuan pasang mata. Menurut penulis, tidak pantas rasanya untuk bangsa yang menganut paham ketuhanan seperti indonesia diikutsertakan dalam ajang tersebut. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara mayoritas Islam yang terbesar diseluruh dunia. Jika dikaji lebih mendalam lagi, ada beberapa indikator yang terlupakan oleh Negara ini, dan hal tersebut sudah acap kali dibahas, baik melalui tulisan, diskusi, hingga pemberitaan menyedihkan, seperti kemiskinan. Berbicara tentang kemiskinan mungkin tidak ada habisnya. Dan menghabiskan dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan Miss World adalah bentuk pemborosan uang (Mubazir), mengingat sebagian besar masyarakat menengah ke baw bisa menyelenggarakan pesta yang tidak menguntungkan rakyatnya yang rata-rata dibawah garis kemiskinan ini. Sesungguhnya hal tersebut hanya menguntungkan
Cici Nur Azizah Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik Universitas Negeri Padang, TM2010, lahir di Padang 19 April 1992, Fb: Cici Azizah, twitter: @cicinurazizah3, Email: cicinurazizah@gmail.com, Penyuka Danbo.
sebaiknya merubah pola pikir dan cara pandang terhadap ajang-ajang yang tidak sesuai dengan prinsip dan ajaran agama. Islam mengajarkan bahwa wanita itu tidak untuk
dipertontonkan ataupun diperlombakan akan keindahan dan kecantikannya. Justru wanita itu adalah perhiasan yang senantiasa harus dijaga dan dipakai oleh mukhrimnya. Wanita juga ditugaskan untuk menjaga auratnya agar tidak mengundang sakhwat yang berakhir mudarat. Dalam Al-quran dijelaskan pada Surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya: Hai Nabi, katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orkaum ang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak Grafis: Meri Susanti diganggu. Dan Allah adalah Maha memiliki potensial akan hal itu, hanya kapitalis, seperti pengusaha Pengampun lagi Maha Penyayang. saja selama ini kurangnya publikasi desainer, pengusaha make-up, dan Ayat ini secara jelas memberikan dan promosi yang dilakukan. Andaikan hal tersebut mendapat perhatian khusus, maka seluruh penduduk di negara ini dipastikan sepakat memberikan dukungannya. Kemudian negara lain akan mengenal Indonesia sebagai negara yang memiliki kompetensi luar biasa ditambah lagi dengan budaya dan tradisinya yang patut untuk diketahui dan dihargai. Kembali lagi pada kompetisi Miss World, jika dilihat dari sejarah lahirnya, Miss World merupakan kontes kecantikan internasional yang diprakarsai oleh Eric Morley pada tahun 1951 yang pertama kali diadakan di Inggris. Miss World dimulai sebagai festival kontes “Bikini” untuk menghormati pakaian renang yang baru diperkenalkan pada masa itu. Lalu kemudian media menyebutnya dengan sebutan Miss
lain-lainnya yang sejenis. Penulis berpikir, alangkah baiknya jika dana-dana tersebut digunakan untuk hal-hal yang positif, seperti bakti sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia serta memberi bantuan kepada negara-negara yang masih membutuhkan bantuan. Dalam butir-butir Pancasila juga dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang berKetuhanan Yang Maha Esa. Katanya, bangsa Indonesia berdasarkan pada Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Tentu sulit diterima akal sehat, jika ada manusia yang mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa tetapi menolak kedaulatan Tuhan; menolak untuk tunduk dan patuh pada aturanaturan Tuhan. Kita sebagai bangsa yang mengakui adanya Tuhan,
ketentuan tentang pakaian yang wajib dikenakan wanita-wanita muslimah. Pakaian tersebut adalah pakaian yang menutupi aurat. Bagi penulis, wanita tidak sepatutnya diperlakukan secara diskriminatif, sebagaimana yang kerap diteriakkan oleh penganjur feminisme, seperti yang digelar pada kontes ratu kecantikan Miss World. Menurut Islam, wanita yang menutup aurat akan diangkat derajat kemuliaannya. Selain itu menutup aurat juga menjadi nilai plus tersendiri dalam penilaian terhadap pribadinya. Berbeda jika wanita tampil “terbuka”. Penilaian terhadapnya lebih tertuju pada fisiknya belaka. Kewajiban menutup aurat merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Siapa yang tidak mau disayangi-Nya?
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Politik
15
Media Berpolitik “Dengan surat kabar, kadangkadang muncul kericuhan, tapi tanpa surat kabar akan selalu muncul penindasan” (Benyamin Constant) Pers sering kali disebut sebagai pilar keempat demokrasi. Berada setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Meski berada di luar lingk up formal pilar demokrasi, pers memiliki posisi strategis sebagai sumber informasi publik, media pendidikan dan hiburan, serta kontrol sosial. Kebebasan pers juga merupakan wujud kedaulatan rakyat dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi yang berasaskan keadilan dan supremasi hukum. Secara umum, fungsi pers ada tiga. Pertama, sebagai sumber informasi publik. Kedua, pers harus menyajikan hiburan yang cerdas. Ini dapat dilakukan dengan memasukkan unsur pendidikan di dalam tulisan yang menghibur seperti cerpen, puisi, humor, dan lainnya. Dan fungsi ketiga sebagai kontrol sosial. Secara tidak langsung, pelaku kejahatan akan mendapat sanksi sosial dari opini publik yang tercipta setelah membaca faktafakta yang diberitakan. Namun selain fungsi diatas, pers juga berfungsi sebagai lembaga ek onomi (s eperti
tercantum pada pasal 3 UU No 40 tahun 1999 tentang Pers). Industri pers harus berusaha mendapatkan pemasukan yang melebihi biaya produksi demi kelangsungan bisnisnya. Pemasuk an sebuah media bisa dikatakan hanya bersumber dari pendapatan iklan. Walaupun misalnya pada media cetak
terdapat pemasukan dari penjualan hasil cetak, pemasukan tersebut tidak bisa diandalkan untuk menutupi biaya-biaya produksi. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa semua pers di dunia, bergantung pada pendapatan iklan untuk kelansungan hidup bisnisnya. Jenis iklan yang disajikan tidak hanya iklan untuk kepentingan bisnis, namun juga iklan kepentingan politik. Iklan politik adalah bentuk aktifitas promosi individu maupun partai. Berisi muatan-muatan politik, seperti profil pribadi tokoh elit partai tersebut. Saat ini, hampir semua par tai poli tik (parpol) menggunakan jasa iklan pers. Apalagi tahun ini disebut-sebut sebagai tahun politik. Tahun dimana partai-partai bersaing merebut suara terbanyak. Tidak ada aturan yang melarang partai untuk menggunakan jasa iklan pada media masa. Pemasangan iklan politik pada bisnis pers dikatakan lebih efektif dibanding pemasangan baliho, spanduk, stiker, dan lainnya. Namun disayangkan, penggunaan jasa iklan pada media masa tidak dibarengi dengan aturan/ batas yang jelas. Dampak-dampak negatif yang yang timbul dapat berupa monopoli penggunaan media, perang iklan, bahkan pencemaran nama baik Sebe-
lumnya ketentuan mengenai iklan politik telah diusulkan masuk UU nomor 12 tahun 2003 tentang pemilu, namun akhirnya tidak jadi dirumuskan. Pasal 73 ayat 2 UU tentang pemilu hanya menjelaskan bahwa media masa wajib memberi kesempatan sama bagi peserta pemilu untuk memasang iklan dalam rangka kampanye. Kepemilikan media oleh elit
Tidak jauh berbeda, Surya Paloh dengan MetroTV-nya juga memaksimalkan penggunaan media dalam pencitraan diri. Surya Paloh selalu hadir dalam sosok sederhana yang merakyat dalam setiap iklannya. Tidak hanya dalam hal iklan, pemberitaan MetroTV juga sangat tajam jika sudah membicarakan bobrok partai lain. Kita lihat Golkar yang telah babak belur dihantam kasus lumpur lapindo sampai-sampai Golkar ter bena m da lam pemberitaan yang menyudutkan hampir setiap hari. Belum lagi kasus dugaan korupsi impor sapi, yang menyeruduk PKS di setiap pemberitaannya. Juga Grafis: Meri Susanti Demokrat yang dihujani serangan terus menerus terkait kasus Hambalang. “Pengulitan” partai-partai tersebut secara tidak langsung parpol akan menciptakan sistem mendeskritkan bahwa Nasional monopoli. Salah satu contoh Demokrat (Nasdem)-nya Surya adalah kepemilikannya pengusaha Paloh adalah partai bersih tanpa dan politisi Aburizal Bakrie (ARB) kasus-kasus yang membelitnya. atas TVOne dan ANTV yang Perang iklan tidak hanya ada mengakibatkan tidak ada partai di Indonesia. Amerika Serikat (AS) selain Golkar yang boleh ber- telah terlebih dahulu mengalami iklan disana. Setiap iklan politik masa-masa tersebut. Bahkan yang ditampilkan selalu meng- sampai pada tahap ekstrim, hadirkan sosok ARB sebagai pencemaran nama baik. Korban pengusaha sukses yang berjanji iklan busuk salah satunya adalah membangun bangsa yang mandiri John Kerry, calon presiden dari jika ia terpilih sebagai presiden. Partai Demokrat pada tahun 2004. ARB tampak enggan membahas Ia diakui khalayak umum sebagai mengenai lumpur lapindo pada pahlawan perang setelah aksi medianya. heroik di medan laga Vietnam.
Doni Fahrizal Mahasiswa Akuntansi 2011. Lahir pada 13 April 1993. Golongan darah : AB, penyuka angka 13. Media sosial internet yang bisa di hubungi: FB: Doni Fahrizal. Twitter: @Doni_Fahrizal. Email: donifahrizal@gmail.com
Namun disaat pencalonan, beberapa iklan TV dari lawan politik menuduhnya memalsukan aneka perbuatan heroik tersebut. Ia beruntung semua tuduhan tersebut tidak ada bukti. Namun kepercayaan sebagian masyarakat yang terlanjur memudar tidak mampu diselamatkan. Begitulah keadaan saat ini. Para calon pemimpin atau pembuat k ebijak an berlomba-lomba “menampangkan” wajah dan berperang menusuk lawan yang sebangsa. Akankah manuver politik ini meracuni proses demokrasi yang dikhayalkan selama ini? Demokrasi yang sehat, yang lahir dari kebersamaan. Sudah langka kah calon pemimpin yang lahir karena kinerja dan prestasinya demi bangsa. Ataukah pemimpin kita nanti, hanya lahir dari proses “penampangan”?
Gantopedia
Pahlawan Indonesia dari Belanda Pada abad ke-19 pernah seorang penulis Belanda yang terkenal dengan novel satirisnya (suatu sindiran pada suatu keadaan) memadukan perasaan, pikiran serta tindakan sadar atas keterlibatan batinnya dalam sebuah tindak ketidakmanusiawian. Perlakuan yang tak berperikemanusiaan terhadap penduduk negeri jajahan menimbulkan kegusaran dalam dirinya. Ia mengambil sikap untuk membela rakyat yang disiksa oleh pengusaha perkebunan dan mencoba mengungkap ketidakadilan sistem tanam paksa yang diterapkan Hindia Belanda melalui sebuah tulisan. Pemerhati kejamnya penjajahan yang terjadi di Indonesia tersebut bernama Eduard Douwes Dekker atau yang lebih dikenal dengan nama
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
pena Multatuli, seorang sastrawan kelahiran Amsterdam, Belanda 2 Maret 1820. Nama Multatuli yang diambil dari bahasa latin yang bermakna ‘aku sudah banyak menderita’ ini merupakan sebuah nama samaran yang dipakai Douwes Dekker sewaktu menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Max Havelaar. Bagi Multatuli, buku Max Havelaar ini sudah mampu meringankan beban batinnya yang mencekam. Ia fokus menulis tentang tanam paksa dan kerja rodi yang sudah menjadi praktek penindasan terhadap masyarakat pribumi. Sebab, masyarakat tidak tahu tentang persengkokolan yang terjadi di belahan timur, yaitu persengkokolan antara “kulit putih” dan “kulit cokelat” terhadap sindikat kerja rodi yang dipaksakan. Pada tahun 1856, Multatuli
mulai bekerja sebagai asisten residen Lebak di Rangkasbitung, Banten. Disini ia langsung merasakan sendiri ketidakadilan terhadap masyarakat pribumi. Multatuli menemukan beberapa bukti tentang penyalahgunaan kekuasaan dan pemerasan terhadap rakyat oleh bupati Lebak. Ia mencoba meminta perlindungan dan melaporkan kasus ini kepada atasannya, Residen Brest van Kempen. Namun tanggapan bosnya tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Akhirnya ia membawa kasus ini ke Gubernur Jendral A.J. Duymaer van Twist yang terk enal beraliran liberal. Tragismya Multatuli diberi surat peringatan dan menuduh Multatuli tidak patuh terhadap atasannya. Merasa kecewa dengan sistem pemerintahan, ia pun menjadikan Banten sebagai tempat peng-
akhiran karirnya sebagai abtenaar. Dari sinilah lahir fokusnya perpaduan perasaan, pikiran serta tindakan sadar atas keterlibatan batinnya dalam sebuah tindak ketidakmanusiawian. Melalui tulisan, Multatuli berhasil membingkiskan sebuah ‘Bola Liar’ yang siap dilemparkannya melalui hasil karyanya tersebut. Tulisannya mampu merubah cara pandang penjajah Belanda pada khususnya dan dunia pada umumnya terhadap kaum terjajah dan bumiputera. Pemerintah kerajaan Belanda pada masa itu, merasa sangat tertampar dengan perang pena ini, sehingga bumiputera tidak lagi dianggap sebagai kasta yang lebih rendah dari binatang di negerinya sendiri. Selain itu, Multatuli pun berhasil mengubah semangat kebangsaan di Indonesia untuk melakukan pemberontakan terhadap kolo-
nialisme dan eksplotasi ekonomi yang tak ada habisnya menghisab rakyat jelata. Tak hanya di Indonesia, efek dari bola liar yang dilempar oleh Multatuli juga dirasakan oleh negara-negara terjajah lainnya, seperti di Asia dan Afrika. Edo Febrianto (dari berbagai sumber)
Teropong
16
UNP Kembali Kirim Tim Debat Ke NUDC Tahun ini Universitas Negeri Padang (UNP) kembali mengutus satu tim debat UNP yang terdiri dari Afnesha Noveriana Chang, Widya Febrina, dan Desty Febria untuk mengikuti National University Debating Championship (NUDC) di Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang, (24-31/8). Kompetisi ini merupakan kelanjutan atas kemenangan yang telah diraih sebelumnya di Pekanbaru. UNP berhasil menjadi peringkat pertama dari 32 tim yang berlaga dalam lomba debat tingkat regional X (Sumatra Barat-Riau-Jambi). Tidak hanya UNP, tujuh universitas lain yang berada di kawasan regional 10 sekaligus lawan UNP dalam kompetisi debat tingkat regional, juga akan unjuk kebolehan di kota Ampera tersebut. Seperti Politeknik Batam, Universitas Internasional Batam, Universitas Riau, Universitas Islam Riau, Universitas Jambi, Universitas Lancang Kuning dan Politeknik Negeri Padang. Widya Febrina, salah seorang anggota tim debat UNP mengaku sangat bangga bisa menjadi juara. “Senang sekali bisa membawa nama UNP ke tingkat nasional,” ungkapnya, Sabtu (7/9). Seminggu dalam kompetisi debat di Palembang, tim debat UNP tidak muncul sebagai pemenang. Menurut pengakuan Widya, Ia beserta teman-temanya belum bisa memasuki babak final pada tahun ini. Meski demikian gadis yang mendapatkan gelar the best speaker kedua tingkat regional ini, mengaku puas dengan pencapaiannya dan kawan-kawan. Dia mengaku lomba ini merupakan lomba pertamanya ditingkat nasional karena sebelumnya sempat gagal. Hal inlah yang
membuatnya termotivasi untuk lebih baik lagi. Baginya, menjadi debaters haruslah memiliki pengetahuan yang luas baik bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya serta pengetahuan baik dalam negeri maupun luar negeri. Tak berbeda jauh dengan Widya, Desty Febria, bertindak sebagai adjudicator dalam debat ini, mengatakan banyak mendapatkan pelajaran pada ajang NUDC lalu. Menjadi mahasiswa yang betindak sebagai juri dan telah menilai 28 tim ditingkat regional serta 15 tim ditingkat nasional, Ia mengaku cukup mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh universitas yang telah memasuki babak final ditingkat nasional. Seperti Universitas Bakri, Universitas Binus, UGM, dan ITB. “Walaupun jurusan mereka bukan dari jurusan bahasa inggris, namun kemampuan bahasa inggrisnya bagus sekali,” ungkapnya, Selasa (10/9). Hal yang senada juga disampaikan oleh Delvi Wahyuni, S.S, M.A. Dosen pendamping tim debat UNP ditingkat nasional ini mengakui keunggulan yang dimiliki tim debat universitas lain. Pasalnya perlombaan debat bagi debaters nasional telah mendarah daging dan sering mereka lakukan. “Dalam kompetisi debat, semakin sering mengikuti lomba, semakin perfect penampilannya,” ungkapnya Kamis, (19/ 9). Delvi berharap kepada tim debat UNP, agar bekerja dan belajar lebih keras seperti sering melakukan latihan debat dan menciptakan atmosfir debat di kampus. Sehingga lahirlah debaters yang tidak hanya berasal dari jurusan Bahasa Inggris tetapi juga dari semua jurusan yang ada di UNP. Nia, Yola*
LRAI Dibekukan, Mentoring Tetap Jalan Lembaga Responsi Agama Islam (LRAI) merupakan sebuah lembaga yang berwenang dalam melaksanakan agenda kegiatan Islam. Kegiatan tersebut diantaranya mentoring yang dilaksanakan dengan sistem kelompok. Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan satu kali seminggu selama satu semester saat mahasiswa sedang mengambil Mata Kuliah Umum (MKU) Pendidikan Agama Islam (PAI). Menurut ketua Unit Kegiatan Kerohanian (UKK), Amdrean Ruseffendi, LRAI diadakan dalam rangka menunjang kebutuhan mahasiswa, terutama bagi mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah umum Pendidikan Agama Islam. Menurutnya pembelajaran yang hanya tiga SKS sekali tatap muka dengan dosen, tidaklah cukup untuk mengetahui pemahaman serta pengamalan mahasiswa terhadap ajaran agama Islam yang telah diterima. “Apakah bisa baca Al-Qur’an kita tidak tahu, apakah shalat lima waktu kita juga tidak tau,” jelas Amdrean, Kamis (12/9). Selain itu ia juga menambahkan melalui LRAI mahasiswa bisa mengamalkan halhal yang sudah diketahui tentang agama Islam serta menjalankan syariat Islam lebih baik dari sebelumnya. Namun adanya isu aliran sesat dalam program tersebut menyebabkan LRAI harus dibubarkan. Amdrean Ruseffendi mengatakan bahwa jika ada mentor yang salah dalam menyampaikan syari’at Islam, maka sebaiknya diadukan ke LRAI atau ke dosen yang bersangkutan bukan ke tempat lain. “Jika benar syukur alhamdulillah,
jika salah terdzolimilah mentornya,” tegasnya, Kamis (12/9). Selain itu ia juga mengklarifikasi mengenai pembubaran LRAI, ia mengatakan tidak ada Surat Keterangan (SK) yang menyatakan bahwa LRAI dibubarkan. “Tidak ada SK tentang itu,” ungkap Amdrean. Senada dengan Amdrean, Penasihat LRAI, Elfit Gusrizal mengatakan bahwa pada saat ini LRAI hanya sedang dibekukan dalam arti kata kegiatan mentoring dan teknis dikembalikan ke UKK. “Karena UKK dengan LRAI adalah Badan Semi Otonom,” ungkap Elfit. Salah satu peserta LRAI Fatmawati, mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012 mengatakan bahwa dalam kegiatan mentoring tersebut materinya tidak ada yang menyimpang dari ajaran islam. “Senang bisa ikut, jadi lebih banyak tahu tentang agama islam,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa segala hal yang dibahas dalam mentoring sama dengan silabus dari MKU Pendidikan Agama Islam. “Materi yang diberikan mentor materinya sama dengan materi kuliah,” jelasnya, Sabtu (28/9). Lebih lanjut Ia berharap kegiatan LRAI tetap dilanjutkan, karena banyak manfaatnya. “Selagi dijalur yang lurus, tidak masalah dilanjutkan,” ungkapnya lagi. Perihal sertifikat LRAI, Fatmawati menyatakan bahwa ia belum dapat konfirmasi sertifikat sampai saat ini. “Sertifikat belum dibagikan, dan tidak ada pemberitahuan kapan sertifikat diberikan,” ujarnya. Fidi, Sonya*
1000 Pin Kuning Untuk UNP Baru-baru ini, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd, Pembantu Rektor III Universitas Negeri Padang (UNP) menggagas sebuah ide membuat PIN berlogo UNP. PIN tersebut terbuat dari besi berwarna kuning dan terdapat lambang UNP di tengahnya. Menurut Pembantu Rektor II Dr. Alizamar, M.Pd, Kons, ide pembuatan pin kuning muncul karena pihak rektorat melihat para dosen tidak merasa bangga lagi dengan UNP. Anggapan ini disebabkan adanya dosen UNP yang mengaku sebagai dosen Universitas Bung Hatta (UBH) saat di wawancara dan dimuat dalam sebuah surat kabar. Oleh karena itu, dosen dan pegawai diwajibkan memakai pin ini setiap hari. “Pin ini akan menjadi identitas bagi mereka,” ungkap beliau, Senin (30/9). PIN UNP ini ditujukan untuk seluruh dosen dan staf pegawai selingkungan UNP. Tidak hanya dosen dan pegawai, pin ini juga diberikan kepada tamu rektor yang datang. Walaupun sasaran sebenarnya adalah seluruh dosen dan pegawai selingkungan UNP, namun dalam pelaksanaannya tidak semua dosen dan pegawai mendapatkan pin tersebut. Hal itu terlihat pada beberapa fakultas seperti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Di FMIPA, yang sudah mendapatkan PIN baru sampai tingkat sekretaris jurusan dan di FIP, baru sampai tingkat Sub Bagian (Subag). Menanggapi perihal pembagian pin ini, Upita Yeniza, S.Pd, pegawai bidang perlengkapan mengatakan pin kuning dipesan sebanyak 1000 buah dan dibagikan kepada seluruh pegawai yang berada di
bawah rektorat. Seperti bagian perlengkapan, bagian keuangan, BAAK, dan fakultas-fakultas yang ada di UNP. Untuk pembagian pin di fakultas, pin diberikan kepada pemegang jabatan struktural, mulai dari dekan sampai kepala laboratorium. “Itu yang diperintahkan bapak PR3 kepada kami”, tegasnya saat ditemui di kantor perlengkapan, Selasa (24/9). Ia juga menambahkan jumlah pin yang dibagikan kepada fakultas sesuai dengan permintaan fakultas itu sendiri. Pihak fakultas jugalah yang membagikan pin kepada pihak yang telah ditentukan tadi. Para dosen dan pegawai menanggapi hal ini secara positif. Hal ini ditunjukkan oleh Ali Basrah Pulungan, S.T., M.T., Dosen Jurusan Teknik Elektro. Ia merasa senang mendapatkan pin kuning k arena menunjukkan identitas UNP. Ia juga berharap agar pembagian pin kuning ini bisa secepatnya dilakukan. “Kalau bisa, semuanya bisa mendapatkan PIN “, ungkapnya saat ditemui di ruangannya, Rabu (18/9). Hal yang senada juga diungkapkan beberapa dosen di UNP seperti oleh Drs.Mades Fifendi, M.Biomed dari Jurusan Biologi dan Dra. Ermita, M.Pd, dari Jurusan Administrasi Ilmu Pendidikan (AIP). Walaupun sama-sama belum mendapatkan pin, mereka mendukung program ini. Tidak berbeda jauh dengan kedua dosen diatas, Dra. Ermita, M.Pd, juga mengatakan pin kuning tersebut menandakan cinta kepada almamater UNP. “Kita punya almamater dan harus bangga dengan almamater kita”, ungkapnya saat ditemui di ruangannya, Kamis (5/9). Fitri*
Mushala FIP Dibangun Awal 2014 Yuliani Tnd, mahasiswa Administrasi Pendidikan (AP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) tergesa-gesa menuruni tangga dari ruang kuliahnya di lantai 3. Jeda waktu istirahat membuat Yuliani berpacu mengejar waktu shalat dan waktu makan siang. Tidak tersedianya mushala di kampus hijau ini membuat Yuliani harus shalat ke fakultas terdekat atau di Mesjid Raya Al Azhar UNP. “Belum lagi harus mengantri shalatnya,” keluh Yuliani, Rabu (4/9). Hal ini juga dibenarkan oleh Novita Sari. Ia sangat mengeluhkan ketiadaan mushala di FIP. Novita mengatakan ia merasa sangat terganggu karena jauhnya tempat untuk beribadah. “Belum lagi kalau jadwal kuliah padat,” lanjutnya, Jum’at (7/ 8). Tidak tersedianya mushala di fakultas hijau ini mengundang komentar Gubernur BEM FIP Agus Randa Lestari, Kamis (6/8). Ia menuturkan sebelum gedung perkuliahan dibangun ulang, FIP sudah memiliki mushala. Namun karena pembangunan gedung, menyebabkan mushala FIP harus di rubuhkan dan belum dibangun hingga saat ini. Selain itu jarak antara FIP dengan mesjid Al-Azhar yang UNP cukup dekat, menjadi salah satu alasan belum dibangunnya mushala FIP. Randa juga menambahkan guna mengantisipasi mahasiswa dan dosen yang tidak memiliki waktu istirahat cukup lama untuk shalat, ruangan BEM FIP menjadi salah satu solusi. Ruangan ini dilengkapi dengan perlengkapan shalat seperti sajadah dan mukenah. Selain itu, jika ada acara
seperti PKKMB, maka akan dibuka dua ruang kuliah untuk tempat shalat bagi peserta PKKMB. Usai pembangunan gedung kuliah FIP, sempat ada rencana untuk menjadikan salah satu ruang perkuliahan sebagai mushala. Namun kurangnya ruang untuk kuliah menyebabkan rencana tersebut surut. “Ruangan yang dibangun diprioritaskan sebagai ruang kuliah dulu,” ujar Randa. Lebih lanjut Randa menjelaskan penuturan Pembantu Dekan (PD) II FIP terkait pengadaan mushala yang akan dijalankan awal tahun depan dengan lokasi di parkiran samping ruangan Tata Usaha (TU). Penjelasan ini dibenarkan oleh PD II FIP Dr. Prof. Taufik, M.Pd. Ia mejelaskan rencana pembangunan mushala FIP telah dimasukkan dalam rancangan program kerja tahun 2014 yang akan diajukan tahun ini. Gambaran mushala pun sudah dirumuskan. Selain itu, dana sekitar 350 juta telah dianggarkan untuk pembuatan mushala FIP. “Rencananya hanya ada tempat wudhu saja di mushala, kamar mandi kan banyak” ujarnya, Kamis (19/6). Lebih lanjut Ia menjelaskan tidak hanya mushala FIP yang akan dibangun dalam rencana pembagunan 2014. Gedung dekanat pun akan dirombak menjadi tiga tingkat. “Sedang untuk taman FIP akan kita laksanakan tahun ini,” terangnya lagi. Taufik berharap saat mushala FIP sudah ada nanti agar dapat dijaga dan dirawat bersama baik oleh mahasiswa maupun sivitas akademika yang lain. Novi, Wici*
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Teropong
Prodi Bahasa Jepang Gencar Tingkatkan Mutu Program Studi (Prodi) Bahasa Jepang semakin gencar meningkatkan kualitasnya. Prodi yang berada di bawah jurusan Bahasa dan Sastra Inggris ini harus berusaha keras agar bisa setara dengan Prodi lain yang telah memiliki akreditasi. Prodi Bahasa Jepang pada awalnya memiliki empat orang dosen tetap, sekarang berjumlah enam orang ditambah dua orang dosen luar biasa. Tak hanya itu, Prodi Bahasa Jepang juga telah menjalin kerjasama dengan Japan Foundation. Prodi Bahasa Jepang Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan satu-satunya prodi Bahasa Jepang di Perguruan Tinggi Negeri yang berbasis Kependidikan di Sumatera Barat. Walaupun digolongkan sebagai Prodi yang masih baru, Program Studi Bahasa Jepang telah masuk dalam daftar pilihan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Peminat Prodi inipun cukup tinggi. Pada tahun pertama, proses masuk ke Prodi Bahasa Jepang melalui seleksi nilai rapor, dan mahasiswa yang diterima yaitu sebanyak 35 orang. Memasuki tahun kedua, mengalami peningkatan. Pada SBMPTN 2013, sebanyak 500 orang mendaftar pada Prodi ini, namun yang diterima hanya 41 orang. Hal tersebut ditegaskan oleh Dr. Zul Amri, M. Ed. Ia mengatakan bahwa proses penyaringan mahasiswa baru Pendidikan Bahasa Jepang seleksinya harus ketat. Hal ini sesuai dengan visi Pendidikan Bahasa Jepang sendiri, yaitu mencetak sarjana Pendidikan Bahasa Jepang yang memiliki keunggulan, keahlian intelektual, dan berwawasan luas sehingga mampu mengaplikasikannya untuk mengembangkan pendidikan dan metode pengajaran Bahasa
Jepang. “Tidak perlu banyak mahasiswa, tetapi mutu yang lebih utama,” ujarnya, Selasa (17/9). Saat ini, Prodi Bahasa Jepang tengah berusaha agar bisa menjadi jurusan sendiri— sekarang berada di bawah jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Berhubungan dengan itu, Prodi Bahasa Jepang harus bekerja ekstra karena tidaklah mudah jika sebuah Prodi ingin mengganti status menjadi sebuah jurusan. “Masih ada beberapa persyaratan yang belum terpenuhi untuk menjadi sebuah jurusan pendidikan,” ungkap Zul Amri. Banyak tahapan yang harus dilalui untuk beralih dari prodi menjadi jurusan, diantaranya: memperoleh persetujuan dari pihak jurusan melalui rapat di jurusan. Selanjutnya diteruskan ketingkat fakultas. Melalui presentasi dan proposal, diadakan sidang di senat fakultas. Setelah disetujui pihak fakultas pengajuan dilanjutkan ke tingkat UNP dengan penyelenggaraan sidang di senat Universitas. “Akhirnya, senat UNP akan merekomendasikan untuk dikirim ke Jakarta,” tutupnya. Menurut Prof. Dr. Agus Irianto, selaku Pembantu Rektor I, karena jurusan bahasa asing yang ada di UNP hanya bahasa Inggris, jadi tidak masalah jika bahasa Jepang berada di bawah jurusan Bahasa Inggris. Jelasnya, yang paling utama bagi sebuah Prodi adalah memiliki akreditasi terlebih dahulu. “Jika Prodi Bahasa Jepang telah memiliki akreditasi, tentunya akan dilirik,” ujarnya, Senin (7/10). Ia menambahkan bahwa akreditasi yang tengah diusahakan oleh Prodi Bahasa Jepang sekarang yaitu akreditasi mandiri –akreditasi yang berasal dari Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM), bukan akreditasi Dinas Pendidikan Tinggi. Media, *Redda
Warna-Warni Pekan Dies Natalis UNP Pada hari lahir yang ke-59, Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Pekan Dies Natalis. Mengusung tema: Mening-
katkan Komitmen dan Kebersamaan dalam Menyelenggarakan Tri Darma Perguruan Tinggi, acara ini diawali dengan upacara pembukaan di lapangan Rektorat UNP, Minggu (15/9). Acara berlanjut dengan aksi jalan santai dari UNP menuju jalan Cendrawasih menelusuri jalan Gajah dan kembali ke UNP melalui jalan Simpang Labor, Air Tawar Barat, Padang. Setelah tujuh tahun tidak pernah diperingati, tahun ini Pekan Dies Natalis UNP dimeriahkan dengan berbagai acara, diantaranya: seminar nasional dan internasional, anjangsana ke makam para pahlawan seperti makam M. Yamin, perlombaan dibidang olahraga, lomba kesenian, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan lainnya. Acara ini melibatkan seluruh civitas akademika UNP, baik pimpinan universitas, fakultas, dosen, karyawan, mahasiswa, dharmawanita, dan mitra kerja UNP. Pada hari terakhir diadakan kuliah umum di Mesjid Al-azhar UNP dengan menghadirkan keynote speaker Din Syamsuddin, ketua Muhammadyah Indonesia. Acara ini dihadiri sebagian besar mahasiswa yang mengambil mata kuliah umum (MKU). Menurut Ahmad Kosasih selaku salah satu staf pengajar MKU kegiatan ini merupakan instruksi dari rektor. “Kegiatan ini memang diarahkan pada UPT MKU,” ungkapnya Rabu (18/9). Pembantu Rektor III Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., sebagai Ketua Panitia Dies
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Natalis ke-59 mengatakan melalui rangkaian acara diharapkan bisa meningkatkan kualitas, komitmen, dan kebersamaan seluruh warga UNP dalam pelaksanaan Tri Darma perguruan tinggi. “Inilah momen yang tepat untuk menjadi lebih baik,” ungkapnya. Menanggapi pelaksanaan Dies Natalis pada tahun ini, Amelia Darwina, sebagai Biro Forum Diskusi, BEM FBS mengatakan acara terkesan hening-hening saja. Ia menyangka Peringatan Dies Natalis akan melibatkan seluruh civitas akademis UNP, tetapi kenyataannya tidak. “Yang dilibatkan kebanyakan adalah dosen,” ungkap Amel. Senada dengan Amelia, Nurwadiah, mahasiswa Bahasa Indonesia mengatakan tidak mengetahui peringatan Dies Natalis UNP. Nur mengutarakan rasa kecewaanya terhadap pihak kampus karena kurang publikasi dan informasi. “Jangankan berpartisipasi dalam acara, waktu pelaksanaannya saja tidak ada pemberitahuan,” terang Nur. Namun berbeda dengan Amelia dan Nurwadiah, Riken Adi Putra mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga, merasa senang dengan perayaan Dies Natalis. Menurutnya acara ini akan menambah nilai kebersamaan dengan melibatkan seluruh warga UNP. Ia berharap peringatan akan diadakan setiap tahun. Senada dengan Riken, Hendra Jaya, mahasiswa Pendidikan Olahraga mengusulkan selain diadakan setiap tahun, acara ini juga melibatkan seluruh mahasiswa. “Mudahmudahan acaranya lebih meriah lagi dan hadiahnya juga tambah meriah,” tuturnya sambil tertawa, Minggu (15/9). Ratmiati*
17
Lippo Group KucurkanBeasiswa
pengembangan sumber daya manusia Indonesia di segala aspek kehidupan. Lebih lanjut Ismail menyatakan program ini juga merupakan bentuk penghargaan Lippo group sekaligus ingin membantu mahasiswa berprestasi, terutama mahasiswa yang kurang mampu. Serah Terima: Komisaris Lippo Group melakukan serah terima beasiswa Mengenai teknis secara simbolis, Jumat (20/9). f/doc pelaksanaan dan persyaratan peneLippo group kembali memberikan rimaan beasiswa, pihak Lippo Group menyebantuan dana kepada sepuluh univer- rahkan sepenuhnya pada pihak Universitas. Sudiro Sembiring, Kepala Bidang (Kabid) sitas negeri di Indonesia. Salah satu kampus penerima bantuan itu adalah Kemahasiswaaan Biro Administrasi AkaUniversitas Negeri Padang (UNP). Saat demik dan Kemahasiswaan (BAAK) yang menghadiri serah terima beasiswa ini ditemui selepas acara di ruang Senat mengadi UNP, Ismail Ning, Komisaris Lippo takan sudah ada dua alternatif penyaluran Group mengatakan bantuan ini adalah beasiswa ini yang diberikan pihak BAAK salah satu bentuk rutin program Cor- kepada pihak rektorat. Pertama, mahasiswa porate Sosial Responsibility (CSR) yang yang akan mendapat beasiswa adalah setelah dilakukan Lippo Group selama banyak 35 orang, masing-masingnya metiga tahun terakhir. Jumlah yang telah nerima Rp 4.500.000,00 setahun dan sisanya menerima bantuan ini sebanyak 30 akan digunakan untuk kegiatan akademik universitas. Namun untuk tahun ini lainnya. Alternatif kedua, total mahasiswa ada penambahan total dana yang yang menerima beasiswa sebanyak 75 ordisalurkan. “Jika tahun sebelumnya ang dengan jumlah yang diperoleh hanya seratus juta, untuk tahun ini mahasiswa sebesar Rp 2.000.000,00 se-tahun. kami memberikan seratus lima puluh Sudiro mengatakan, pengumuman beasiswa ini akan dibertahukan dalam waktu dekat juta” ujarnya, Jumat (20/9). Ismail juga mengatakan bantuan kepada mahasiswa. “Masih ada beberapa dana pendidikan merupakan wujud pembicarakan alokasi beasiswa ini bersama komitmen Lippo Group terhadap pihak rektorat,” tutupnya. Zolla, Edo*
Tong Sampah Bisa Bicara Awalnya sederhana, Rahmat Hidayat mungkin gusar menemukan banyak sampah di laci meja belajar ketika ia kuliah di gedung mata kuliah umum. Hal inilah yang menjadi dasar dibuatnya tong sampah, yang bukan sekedar tempat membuang sampah, melainkan tong sampah yang bisa bicara dan kemudian ia sebut, Tongshiba (Tong Sampah Bisa Bicara). Selasa pagi, (17/9) Rahmat Hidayat, mahasiswa Teknik Sipil Universitas Negeri Padang (UNP) dan kawankawannya yang tergabung dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKMKC) bersama Iptech (Inovasi Peneliti dan Technopreneur) Sumbar, tengah mempresentasikan dua unit Tongshiba kepada Muhardanus, Pimpinan Sekolah Dasar Adzkia Padang. Kegiatan ini adalah rangkaian publikasi produk Tongshiba. PKMKC sendiri merupakan bagian dari unit kegiatan PPIPM yang ada di UNP. Selain Rahmat, masih ada rekanrekan UNP lainnya seperti Debi Saputra Utama dan Dwi Restianti dari Fakultas Teknik. Sedangkan Iptech merupakan lembaga resmi dari kumpulan peneliti, mahasiswa, dosen, dan juga profesor yang memiliki misi, salah satunya berinovasi dengan benefit daripada profit. “Tongshiba adalah suatu yang saya sebut harmoninovasi antara pendidikan dan kebersihan dengan nilai edukasi cinta kebersihan pada anak sejak dini,” tuturan Ryo Tumanggor,
ketua umum Iptech Sumbar. Tongshiba dirancang sesuai sasarannya, yakni anak-anak. Hingga saat ini, produk mereka adalah dua unit Tongshiba berbentuk Donal bebek dan Spongebob. Dua unit Tongshiba ini, telah terhubung dengan perangkat sederhana dan sensor pada masingmasing mulutnya, sehingga ketika seorang murid membuang sampah, sensor yang dialirkan membuat Spongebob seolah hidup. “Terimakasih telah membuang sampah pada tempatnya, terimakasih, terimakasih, terimakasih, mmmuach.” Begitu kira-kira suaranya. Meskipun terbilang produk baru, respon yang mereka dapatkan dari murid-murid sekolah dasar Adzkia pun positif. Indah, murid kelas enam Sekolah Dasar Adzkia mengatakan ia sangat senang dengan adanya tong sampah yang bisa bicara di sekolahnya, “Teman-teman mau buang sampah disini karena menarik.” Ungkap gadis cilik ini. Saat ini, Tongshiba baru memproduksi tiga bentuk karakter yang ada, yakni Donal Bebek, Spongebob, dan Angry Bird. Waktu untuk membuat Tongshiba pun terhitung singkat, proses pembuatannya pun hampir tanpa kendala. Dalam tiga bulan, 300 unit Tongshiba bisa dihasilkan. Hal ini diakui Denika, salah seorang anggota Iptech. Meskipun begitu, Denika menaruh harapan pada pihak Pemerintahan Kota Padang tentang produk timnya ini, “Selain edukasi, Tongshiba juga membantu program pemerintah mengembalikan Adipura kota Padang,” tutupnya. Ryan, Suci*
Inter
18 UKKes UNP
Selektif untuk Tingkatkan Mutu
Sej ak k elua rnya Sur at Keputusan Rektor UNP pada tanggal 18 Juni 1987 lalu, Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) terus mengepakkan sayap kejayaannya. Sebagaimana misi awal berdirinya UKKes yaitu sebagai wadah yang menampung dan menyalurkan aspirasi, minat dan bakat seluruh Mahasiswa UNP melalui kegiatan kesenian. Salah satu cara yang dilakukan UKKes untuk menyalurkan minat dan bakat tersebut adalah melalui penampilan seni ataupun mengirim utusan ke universitas dan daerah lain untuk menampilkan seni dan bakat mereka. Tak hanya berhenti di unjuk bakat, prestasiprestasi yang pernah diraih UKKes yaitu pada tahun 2010, Juara I Vocal Group di Pontianak, tahun 2008 Juara III penulisan cerpen dalam acara Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) di Jambi, “Temu Teman” (Teater Mahasiswa Nasional) di Purwokerto dan masih banyak lagi prestasi-prestasi yang diraih UKKes. Tahmid Syawal selaku
Ketua Umum UKKes mengatakan bahwa tidak hanya sekedar menampilkan kesenian saja di UKKes tetapi lebih menitikberatkan pada kualitas seni itu sendiri bukan pada kuantitas. “Memilih dan menyaring anggota lebih teliti adalah salah satu cara kami untuk meningkatkan kualitas UKKes ini.”jelasnya. Kamis (3/10). Untuk angkatan ke-24 sekarang UKKes mengadakan Open Recruitmen secara besarbesaran. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang merekrut anggota dibatasi dengan tahun masuk maksimal semester tiga. Se dangk an sekarang anggota yang diterima dari seluruh mahasiswa tidak dibatasi tahun masuknya jika memang berminat untuk bergabung bersama UKKes. UKKes dengan usia yang bisa dibilang matang terus berkembang pesat dengan adanya acara-acara yang diangkat di UNP maupun kesenian-kesenian mahasiswa yang bisa ditunjukkan ke luar UNP sendiri. Redda*
FIP UNP
BPM FT
PGSD Gelar PSTD
Bekal Anggota Baru BPM FT
Mahasiswa PGSD UPP IV UNP Bukittinggi menggelar latihan bersama Pencak Silat Tenaga Dasar (PSTD), Kamis (5/9). Sepuluh mahasiswa PGSD yang tergabung dalam PSTD ini mengundang 13 siswa SMA 1 Lanbow Bukittinggi berlatih bersama di lapangan hijau Kampus V UNP Bukittinggi. Dayat, seorang siswa yang telah lama mengikuti kegiatan ini mengaku banyak hal bermanfaat ia dapat sejak berlatih di PSTD. “Kesehatan meningkat, jadi jarang sakit lah,” ungkapnya. Alfi Khairil Huda selaku ketua PSTD PGSD UPP IV UNP Bukittinggi mengaku senang dan berharap kegiatan ini terus berlanjut. “Beberapa Atraksi seperti memecahkan batu, menerima pukulan buku jari dan pukulan menggunakan batu bata dipimpin langsung oleh pelatih,” tutupnya, Kamis (5/9). Fidi
Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FT adakan Pelatihan Wawasan Legislatif (PWL), Jum’at dan Sabtu (6-7/9) di Aula PKM FT lantai 2. Acara ini diikuti oleh anggota BPM periode 2013, perwakilan Hima dan Ormawa selingkungan FT. Hari pertama, pelatihan dihadiri 60 peserta. Taufikk urahman, Ketua Pelaksana mengatakan pelatihan ini bertujuan memberik an wawasan dan pembelajaran kepada anggota baru BPM. Taufik berharap BPM FT periode 2013 bisa bekerja lebih maksimal. Sehingga bisa menyuarakan aspirasi mahasiswa FT. “Semoga BPM FT lebih maju ke depannya,” tutupnya. Muhammad R. Hakim yang mengikuti latihan sejak 5 bulan terakhir berminat ikut untuk melatih bela diri. Ia mengaku sudah cukup tahu cara-cara menghindari musuh. Novi, Sastra*
Workshop Menuju PIMNAS 2014 \ UKM Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) UNP menyelenggarakan workshop Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di gedung Teater Tertutup FBS, Sabtu (7/9). Kegiata yang mengusung tema:
Realisasi Mimpi dengan Kreativitas tanpa Batas Menuju PIMNAS 2014 ini dihadiri oleh staf ahli Pembantu Rektor 3. Syawaludin, ketua pelaksana menjelaskan acara ini bertujuan memotivasi peserta lebih giat
membuat proposal PKM merupakan ajang bergengsi di Direktorat Pendidikan Tinggi. Tahun 2012 UNP mengirimkan 17 judul proposal dan tahun ini meningkat menjadi 270. Sebanyak 37 proposal berhasil lolos dan didanai Dikti. Tiga diantaranya berhasil menuju PIMNAS 2014 mendatang. Drs. Andria Catri Tamsin selaku staf ahli mengapresiasi acara ini. “Wujudkan mimpi dan menangkan PI MNAS 201 4”, tut upny a. Ratmiati* suci*
UKK UNP
FIP UNP
UNP
Wirid Mahasiswa
AP Gelar Futsal Cup
DinSyamsuddin Hadir di UNP
Peserta wirid mahasiswa UNP meneteskan air mata saat mendengarkan kisah perjalanan hidup Ustadz Adventus Supriadi (Irsyad ‘ibaad) sebagai seorang mualaf, Kamis (26/9). Rahma Noviyanti mengaku terharu mendengar cerita Sang Ustadz yang diusir keluarga karena memilih masuk Islam. Wirid ini diikuti sekitar 150 mahasiswa UNP di Masjid Raya Al-Azhar UNP. Acara yang merupakan agenda rutin Unit Kegiatan Kerohanian Bidang Syiar Islam ini dilaksanakan dua bulan sekali. Ahmad Syakhir, ketua pelakasana acara mengatakan pada Oktober wirid akan dilaksanakan hari kamis dan bulan november pada hari senin. “Semoga semakin banyak mahasiswa yang mengikuti wirid ini, dan kami dari panitia akan memberikan yang terbaik,” harapnya. Sri*
Dalam rangka memperingati Gebyar ke-29, Jurusan Administrasi Pendidikan (AP) FIP mengadakan AP Futsal Cup, di KandA Sport Center, Jumat (20/9). Kegiatan ini diikuti oleh 8 tim yang terdiri dari angkatan 2009 sampai 2013 serta alumni dan wisudawan AP yang tergabung kedalam Wisudawan FC. Keluar sebagai pemenang yak ni t im 2 012 F C y ang mengalahkan Wisudawan FC dengan skor 6-2. “Di sini kita tidak cari juara, tapi menjalin silaturahmi,” ujar Ade Chandra selaku Ketua Pelaksana Gebyar. Ilko Fazendra, Ketua Pelaksan AP Futsal Cup menilai animo peserta cukup tinggi. Peserta sangat bersemangat megikuti pertandingan yang berlangsung 2 x 10 menit ini. “Disini bisa dirasakan semangat kekeluargaan AP,” ucapnya. Sastra*
Rangkaian acara Dies Natalis UNP dimeriahkan oleh kedatangan mantan Menteri Agama RI, Din Syamsuddin, Rabu (18/9). Din menyampaikan kuliah umum di Mesjid Al-Azhar, Ia menyampaikan kuliah seputar krisis timur tengah dan dampaknya terhadap islam khusunya Indonesia. Menurutnya perlu ada upaya penyelesaian permasalahan musim semi Arab ini. “Bisa melalui sikap peduli dan dukungan moril kepada saudara di Arab”, ungkapnya. Dalam kata sambutannya, Phill Yanuar Kiram selaku Rektor UNP mengatakan acara ini diadakan agar kegiatan agama yang dilakukan dalam lingkungan UNP akan lebih menyatukan umat. Lebih lanjut Yanuar mengungkapkan harapannya memperbaiki aqidah umat khususnya dalam lingkup UNP. Novi, Ratmiati*
FKPWI FBS
KSR PMI UNP
FIP UNP
Berbagi Kisah di Kisahku
Bakti KSR PMI
Pendidikan Inklusif PLB
Forum Kajian Pengembangan Wawasan Islam (FKPWI) Fakultas Bahasa dan Seni UNP adakan acara talkshow bertema Kajian Tertutup FBS, Jumat, (27/9). Pada acara ini hadir mahasiswa berprestasi FBS yang berbagi pengalamannya ke 178 peserta dari berbagai jurusan di FBS. Salah satunya Nurul Huda, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang sukses di bidang debat Bahasa Inggris sampai ke tingkat internasional. Ketua Pelaksana acara, Ari Yolanda mengungkapkan bahwa acara ini bertujuan untuk menjalin silaturrahmi antar senior dan mahasiswa baru (Maba). Ari berharap ac ara ini dapat memotivasi. “Saya harap bisa lebih sering dan lebih baik lagi,” tutupnya. Doni*
\ Korp Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) UNP menggelar Bakti Palang Merah dengan terjun langsung ke masyarakat Jorong Bulakan, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Kamis (12/7). Kegiatan ini mengusung tema: Belajar Sehat Sejak Dini. Sosialisasi yang diberikan meliputi pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan remaja. Acara lainnya yakni PKK, menanam seribu pohon, dan panjat pinang. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, (1215/9) dengan melibatkan semua lapisan masyarakat. Aidil Saputra selaku ketua pelaksana mengaku senang dengan tema yang diusung, yakni kesehatan. “Tak ada masyarak at yang tak menginginkan sehat,” tutupnya. Ratmiati*
Dalam rangka menyukseskan program pemerintah tentang pendidikan inklusif, Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) adakan Seminar International di Aula FIP, Sabtu (28/9). Acara ini dihadiri oleh 223 peserta dengan mendatangkan dua pemakalah, Prof. L. Scott Lissner, Dosen Ohio State University , Amerika Serikat dan Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd dari UNP. Turut hadir Pembantu Rektor IV, Dr.Ardipal, M.Pd, sebagai pembuka acara. Ia berharap kegiatan ini sekaligus bisa menjalin hubungan baik antara Indonesia khususnya UNP dengan Konsulat Amerika di bidang pendidikan. “Semoga tepat di usia 100 tahun nanti, Indonesia bebas dari buta huruf dan tidak ada lagi pendiskriminasian di bidang pendidikan” ujarnya. Meri, Redda*.
UKFF UNP
PPIPM UNP
BEM UNP
Islam Amaliah Kampus Ungu (Kisahku) di ruangan Teater
UKFF Lantik PPIPM Sambut Anggota Muda Anggota Baru Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) adakan pelantikan anggota muda angkatan IV di Pasanggrahan, Gunung Merapi, Padang Panjang, JumatMinggu (27-29/9). Pelantikan diikuti oleh 12 orang anggota muda. Pelantikan sengaja diadakan di gunung, menurut Desri D Hendri, salah seorang Panitia acara di alam terbuka akan lebih terasa asyik dan tidak kaku. Mia Permata Sari, peserta pelantikan, mengaku senang mengikuti acara ini. Menurutnya solidaritas dan kekompakan antara peserta semakin kuat. Selain itu mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris ini sangat bangga karena telah dilantik. “Akhirnya bisa juga jadi anggota UKFF,” ujar Mia, Senin (30/9). Meskipun terdapat beberapa kendala, acara tetap berjalan lancar. Sastra*
Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) melangsungkan acara Orientasi Masa Seleksi dan Perkenalan (Orimasinal) yang dihadiri 220 anggota baru di ruangan A403404, Gedung FIP, Minggu, (22/9). Wayan Sumarya, ketua pelaksana mengatakan tujuan Orimasinal selain silaturahmi dan pemberian informasi tentang kegiatan PPIPM , anggota baru juga mendapatkan materi penulisan karya ilmiah. Panitia mendatangkan pemateri Hendra Hidayat S.Pd, M.Pd dan Wawan Purwanto ST, MT. Keduanya merupakan alumni PPIPM. Salah seorang peserta, Hendri Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin TM 2013 bertutur: “Semoga dengan bergabung saya dapat memahami dan menulis sebuah karya ilmiah,” harapnya. Nova* Sri*
BEM Serahkan Bantuan BEM-U UNP serahkan bantuan kepada korban angin puting beliung di kelurahan Dadok, Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sabtu (5/10). Bantuan diberikan sebesar 2,3 juta ke tiga belas kepala keluarga. Bantuan dihimpun dari seluruh BEM Fakultas. Ardiles, Menteri Pengabdian Masyarakat BEM-U mengatakan bantuan tersebut hanya dibagikan kepada warga yang mengalami kerusakan parah dan kurang mampu. Sayful (47) salah seorang korban mengatakan peristiwa angin puting beliung terjadi pada Sabtu (28/9)dan merusak rumah warga. Sayful mengaku senang mendapat bantuan dari mahasiswa UNP. “Kami baru sekali mendapat bantuan, sebelumnya diberi beras, sarden dan roti,” katanya. Media, Sonya*.
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Feature
Dari Istana Siak untuk Negeri Dia dihormati bukan karena kedudukannya sebagai raja, tetapi lebih-lebih karena satunya kata dan perbuatan. Dia mendukung negara RI tidak hanya dengan maklumat atau pernyataan politik, tetapi juga dengan menyumbangkan harta miliknya dengan jumlah besar kepada negara. —J. B. Sudarmanto, dalam Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia—
Oleh Gumala Resti Halin
“Dengar ngak tadi? Salah satu piringnya diputar. Waah bagus banget.” “Yah ! Aku nggak dengar, bisa diputar lagi nggak?” Selentingan percakapan dua orang pengunjung ini terdengar biasa-biasa saja. Tapi merupakan sebuah kesempatan emas untuk bisa mendengar alunan Mozart dan Bethoven dari alat musik jenis gramafon yang disebut Komet ini. Hanya tamutamu terhormat yang diperkenankan mendengar alat musik klasik tersebut. Komet yang hanya ada dua di dunia ini merupakan salah satu benda bersejarah peninggalan Istana Siak Sri Inderapura, Riau. Istana Siak kokoh berdiri di tengahtengah rimbunan hutan sawit. Bangunan bercorak Melayu, Arab dan Eropa ini merupakan karya seorang arsitek dari
Berkunjung: Para pengunjung sedang menuju Istana Siak Sri Inderapura, Riau, Kamis (29/9) f/ Gumala
Jerman, Vande Morte namanya. Istana Islam ini mulai dibangun pada tahun 1889 pada masa pemerintahan Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Dalam silsilah kerajaan, Istana yang juga dijuluki sebagai Istana Matahari Timur ini memiliki 12 orang raja. Raja yang terakhir bernama Tengku Sulung Syarif Kasim bergelar Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin, lalu dikenal sebagai Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II). Semasa hidupnya, ia tidak dikaruniai seorang anak pun dari istri pertama Tengku Agung Sultanah Latifah, maupun istri kedua Permaisuri Mahratu.
“Karena Sultan terkhir tidak memiliki keturunan maka pemerintahan diserahkan kepada negara.” Dedi salah seorang pemandu museum bertutur, Kamis 29 Agustus lalu. Siak merupakan kekuatan bahari yang sangat diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya. Kebesaran kerajaan Siak dapat terlihat pada kemewahan koleksi-koleksi istana. Beberapa diantaranya terdiri dari kramik-kramik yang didatangkan khusus dari Perancis, cermin permaisuri, alat musik Komet, tangga berbentuk spiral, lampu-lampu dari permata dan lain sebagainya.
19
Semasa pemerintahan Kesultanan Siak, rakyat hidup makmur dan sejahtera. “Kalau orang dulu masih hidup, ditanya lebih suka sekarang atau dulu pasti mereka menjawab enaknya hidup di zaman Sultan.” Dedi kembali menjelaskan. Dedi bercerita orang-orang pada zaman Sultan sering diberi bungkusan-bungkusan hadiah dari kerajaan. Walaupun pada masa Belanda banyak daerah yang tertindas, tapi pada masa itu di Siak tidak pernah terjadi pergolakan. “Siak ini anak emas Belanda. Dimana-mana terjadi pergolakan tapi di Siak adem-adem saja,” tuturnya. Namun demikian, Sultan ke-12 ini sangat menentang Belanda. Ia tidak menyukai Belanda yang terlalu ikut campur dalam urusan kerajaan. Pada masa itu tak hentihentinya Sultan menyuarakan kepada rakyat Siak untuk tetap ikut dalam lingkar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada pemerintahan Raja terakhir, Sultan Syarif Kasyim II, Istana Siak menyatakan bergabung dengan pemerintahan Republik Indonesia. Tepatnya pada tahun 1946, sultan terakhir menyerahkan mahkota asli kerajaan yang terbuat dari lapisan emas beserta sebahagian hartanya berupa uang sebesar Tiga Belas Juta Gulden kepada pemerintah Indonesia untuk membantu melawan penjajahan. Sejak menyatakan diri menjadi bagian dari NKRI, Sultan Syarif Kasyim beserta istri, Permaisuri Mahratu, pindah ke Jakarta. Pemerintahan di Istana berhenti, Sultan kemudian menjadi penasehat pribadi presiden pertama RI, Ir. Soekarno sampai akhirnya wafat pada tahun 1968. Sultan Syarif Kasyim II diberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1998 dengan anugerah tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana.
Satu Kaki Dibawa Berlari Sewaktu dalam kandungan, ibu Radit memotong ekor ikan besar yang didapat dari laut. Maka, Radit lahir dengan sebelah kaki yang tidak normal.
Oleh Ranti Maretna Huri
Perlahan Matahari mulai terbenam di ufuk barat, seperti biasa Pantai Gajah selalu ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan masyarakat seperti mahasiswa, anak-anak, orang tua dan kalangan lainnya. Pada Sabtu sore, 21 September lalu, sekelompok anak berumur 8-13 tahun tengah asyik bermain kapal-kapalan berbahan dasar gabus diantara bebatuan tepi Pantai Gajah 3. Mereka adalah Sidiq, Pedri, Nando, dan Radit. Ketika ombak pasang, mereka bersorak kegirangan. Kapal-kapalan yang mereka letakkan diantara bebatuan hanyut terbawa ombak pasang dan mereka akan bersorak sambil berlari mengejarnya. “Yee.. Kapa den, kap-pa den!” Kata-kata itu terlontar secara berulang-ulang. Dalam kelompok itu, Radit adalah anak yang paling muda diantara kawanan lainnya, sekarang ini ia menginjak usia 8 tahun. Anak dari Pasangan Siman (50 tahun) dan Simar (48 tahun) ini terlahir dengan satu kaki normal, yaitu kaki sebelah kiri. Kaki hanya tumbuh sebatas lutut, yang ikut bergoyang-goyang ketika Radit
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Bermain: Radit dan teman-temannya bermain kapal-kapalan di tepi pantai Gajah. Walau hanya dengan satu kaki, Radit bermain layaknya anak normal, Sabtu (21/9). f/Ranti
melompat-lompat diatas ombak yang menyapu bibir pantai. Radit merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak pertamanya sudah meninggal sedangkan yang kedua sudah menikah. Kakak ketiga bernama Resti, berumur 20 tahun dan terlahir sebagai seorang Tuna Wicara. Resti sekarang ini menuntut ilmu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Ulak Karang. Di bawah Resti, ada Ani. Ia sekarang menginjak bangku kelas X di SMKN 8 Padang. Selanjutnya, Pedri, Kakak terakhir Radit, yang umurnya terpaut lima tahun di atas Radit. Radit dan orangtuanya tinggal di Gajah 4, di gang para nelayan. Hanya berjarak
beberapa meter dari pantai. Ayah Radit bekerja sebagai tukang bangunan di SMKN 8 Padang, sedangkan ibunya bekerja di Rumah Makan Bareh Solok di jalan Gajah 1. Sehari-hari Radit dan Abangnya Pedri bersekolah di SDN 25 Padang. Radit duduk di bangku kelas 1 SD dan Pedri kelas 5 SD. Mereka beserta teman-temannya mengaku juga sering bermain-main di pantai Gajah pada sore hari. “Kadang kami main sampai Maghrib. Apalagi sekarang hari Sabtu,” ungkap Sidiq. Cerita dibalik kaki Radit sedikit berkaitan dengan mitos yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat lokal. Sewaktu dalam kandungan, ibu Radit
memotong ekor ikan besar yang didapat dari laut. Maka, Radit lahir dengan sebelah kaki yang tidak normal. “Waktu itu saya masih dalam kandungan,” ujar Radit. Wajahnya sedikit menunjukan gurat kesedihan. Selain kaki, jari yang dimiliki oleh Radit juga berbeda dengan yang dimiliki orang kebanyakan. Jari tangan kanannya hanya berjumlah tiga. Radit yang rajin bersekolah tak kesulitan menulis dengan kondisi jari tak lengkap ini. Rasa minder dan mengeluh tentang keadaan fisikpun tak pernah mampir dalam dirinya. Ia suka memanjat pohon dan berenang seperti anak-anak kebanyakan. Mengungguli teman-temannya ketika berlari juga adalah salah satu kebanggaannya. Adakalanya Radit sering merasakan sakit dan ngilu pada kakinya. Terlebih ketika kakinya tersenggol. Ia mengeluhkan sang Abang yang sering menjahilinya. “Saat sedang tidur Abang sering menyenggol kaki saya,” paparnya. Sudah dua kali Radit mendapat bantuan pengobatan ke Jakarta, tetapi bantuan tersebut tidak pernah diambil orangtuanya. “Nanti saya dijual mereka.” Ia bertutur polos. Ia hanya meminum obat yang dibeli di apotek maupun rumah sakit. Senjapun mendekat. Menulusuri pasirpasir Pantai Gajah, Radit melompat-lompat dengan kaki kirinya. Senyum mengembang dengan tangan kiri membawa sebuah kapal-kapalan gabus. Kapal-kapalan yang sedari tadi ia pertahankan dari kejaran ombak di sore hari. Ia dan ketiga teman sepermainannya meninggalkan bibir pantai dengan canda dan tawa.
20
Humor dan Tragedi
Resensi
Judul : Murjangkung Penulis : A.S. Laksana Penerbit : Gagas media Tahun Terbit : 2013 Tebal : 214 halaman “Keberhasilan adalah sesuatu yang menular. Begitu juga pikiran gelap dan kemurungan.” Siapa yang tidak kenal A.S Laksana? Buku pertama yang ia tulis, yakni Bidadari yang Mengembara, berhasil memukau Majalah Tempo sehingga terpilih sebagai buku sastra terbaik pada tahun 2004. Kali ini, ia kembali menciptakan karakter baru melalui
Murjangkung; Cinta yang Dungu dan Hantu-Hantu. . “Karena gairahku sedang menyala pada kegaduhan politik, benakku memoles pertanyaan tahun 1960 itu menjadi; apakah kepak seb elah bib ir J ak ar ta menyebabkan banjir besar di Semarang, membawa kelaparan di Kupang, dan melongsorkan gunung sampah di Jawa Barat?” Se pert i it ula h A. S. Laksana, ia memiliki bahasa biasa-yang tak biasa pada Murjangkungnya. Bahasa yang ringan dan mudah dilumat dalam pikiran para pembaca. Ia mungkin ingin membuktikan, bahwa karya sastra bukan masalah bahasa metafora yang njelimet dan berlebihan, tapi sastra sepertihalnya dalam Murjangkung, adalah kesederhanaan yang bermakna. Dari beberapa cerpen yang disuguhkan di dalamnya, ia mengkaitkan peristiwa dan tragedi di masa silam, melalui Murjangkung, dia menyibak peristiwa-peristiwa masa lampau yang memberikan pesan-pesan moral bagi kehidupan sekarang. Tak luput, penulis juga memperhatikan hal detail, mengenai betapa ia menc iptakan
Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal “kedekatan” dengan pembaca, sehingga A.S Laksana mengisahkan cerita dengan menjadikan kata aku sebagai perantara orang pertama. Hal ini terbukti membuat pembaca lebih menjiwai apa yang ingin dihidupkan penulis dalam karyanya. “Kau tidak akan bisa memikat orang lain jika tidak ada apa pun dari penampilanmu yang bisa diingat orang. Orang-orang hanya akan memandangmu ketika kau berbeda dari orang-orang lain yang sebagian besar biasabiasa saja.” (
Delapan Tokoh Eksentrik hal. 93). Begitulah yang dilakukan oleh A.S. Laksana dia mewarnai cerpencerpennya dengan hal yang berbeda. Kepiawaian dan kemahirannya sebagai pendongeng berhasil meramu antara humor dan tragedi. Melalui buku kumpulan cerpen Marjangkung cinta yang dungu dan hantu ini, ia menebar banyak imajinasi yang luar biasa. Dimana pembaca terheranheran dan berpikir kembali saat membaca setiap cerpen yang disajikannya. Resensiator: Wici Elvinda Ramaddina Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
Hutang yang Tak Sengaja Dibayar : : : : :
Wartawan Jadi Pendeta Putu Setia Kepustakaan Populer Gramedia Mei 2013 ix + 403 halaman
Hidup terkadang seperti pegas. Ketika Akhirnya teori pegas benar-benar bertekanan yang diberikan semakin kuat, maka laku dalam kehidupan Putu Setia. Bebanenergi yang ditimbulkan untuk meloncat beban berat yang dihimpitkan kepadanya lebih tinggi juga semakin besar. selama ini Ia jadikan latihan untuk dapat Hidup dalam himpitan ekonomi seringkali membuat seseorang harus melupakan keberaniannya menyusun mimpi-mimpi. “Uang memang bukan segala-galanya, namun segala-galanya butuh uang”. Begitulah kira-kira pameo yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga bukan tidak mungkin, jika orang tua pun tidak berani berharap banyak akan kesuksesan anak-anaknya kelak. Adalah Putu Setia, anak petani miskin yang selama bertahun-tahun keluarganya hidup dalam lilitan hutang. Makan seadanya. Sekolah adikadik tak beres. Bahkan Sang Ibu pernah menggadaikan pakaian untuk membeli makanan. Namun Putu memilih egois untuk memperjuangkan pendidikannya hingga tingkat yang lebih tinggi. Ia tahu sang Ibu telah sangat kesulitan. Namun dengan melakoni sebagai seorang Pembantu Rumah Tangga sudah cukup bagi Putu untuk berbagi beban dengan Ibu. Ia tetap meneruskan hidup yang tak akan berhenti sampai disitu. Ia percaya Tuhan selalu membalas kebaikan untuk setiap usaha kerasnya. Putu yang sempat mengenyam pendidikan hingga kelas 2 STM, mendapat tempat terhormat dimata masyarakat. Karena pada masa itu dibanding masyarakat di kampungnya, level pendidikan Putu sudah sangat tinggi.
meloncat lebih tinggi. Satu hal yang tak disangka-sangka, ketika ia dipanggil sebagai wartawan di majalah Tempo tanpa pernah melamar. Dari hari ke hari, melalui Tempo, Tuhan memberikan kemakmuran untuknya. Ia memperoleh promosi jabatan dalam waktu yang singkat dan mengalami peningkatan golongan dalam waktu yang relatif cepat. Rasa berhutang Putu pada Tempo dan pada Tuhan menanamkan keyakinan pada dirinya untuk dapat membayar hutang itu pada suatu saat. Ia mendedikasikan diri di Tempo hingga tiba masa pensiun dan ikut menghidupkan kembali Tempo yang pernah dibredel. Sementara itu, hutang pada Tuhan juga telah ia tunaikan saat ‘menyerahkan’ diri menjadi Pemangku. Di usia 55 tahun, Putu setia yang sebelumnya tidak berniat menjadi Pendeta, akhirnya mengambil keputusan untuk menjadi ‘Tawanan Umat’ itu. Satu puncak lagi yang tersisa diatas Pendeta, yakni Pendeta Nabe yang akan melahirkan pendeta-pendeta baru akhirnya pada tanggal 3 Juli 2012, juga diraih oleh Putu Setia yang sudah berganti nama menjadi Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda. Resensiator: Elvia Mawarni Mahasiswa Kimia TM 2009
Terhormat dengan Menenggelamkan Diri Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Canting : Arswendo Atmowiloto : PT Gramedia : Juli 2013 : 376
“Makanya, ia merasa bahwa pengabdian dirinya adalah bagian yang pokok dari mengutarakan rasa bersyukur. Kepasrahanpenyerahan secara ikhlas-adalah sesuatu yang wajar. Bukan kalah. Bukan mengalah.” (Canting hal. 61) Masa kejayaan batik tulis, tak hanya menampilkan sebuah barang berbentuk kain bercorak. Proses di dalamnya, bagaimana Canting, carat tembaga untuk membatik, ditiup dengan nafas dan perasaan oleh para buruh batik, menjadikannya sebuah masterpiece, karya terbesar warisan budaya yang adiluhung dari Tanah Jawa. Novel Canting, “Sebuah roman keluarga” begitu sang penulis Arswendo Atmowiloto menyebutkan istilah novelnya. Para buruh merupakan inti dari cerita novel ini. Banyak sisi kemanusiaan yang paling mendasar bisa diambil dari cerita para buruh batik. Bagaimana mereka hidup, bersyukur, dan mengabdi, tergambar jelas disini. Potret kehidupan wong cilik, yang nerimo-pasrah, ikhlas, dan tak pernah neko-
neko. Sangat biasa. Sangat sederhana. Keluarga Ngabean Sestrokusuman, sebuah keluarga priyayi, kasta tinggi di Jawa, yang juga menjalankan usaha batik tulis, menjadi isi cerita dengan tokoh sentral : Pak Bei, sang ayah dan Ni, anak bungsunya. Pak Bei, adalah generasi pertama keluarga Ngabean yang mendobrak tradisi dengan menikahi anak buruh. Karenanya, dia disebut sebagai aeng-aneh, berbuat yang tidak Jawa. Digambarkan memiliki sifat sak karepe dewe-seenaknya sendiri. Istrinya, Bu Bei, cepat beradaptasi dari seorang anak buruh batik menjadi seorang istri yang bektipatuh pada suami, sekaligus pengusaha dan penjual batik yang trengginas, yang mampu mengatasi hal-hal sekecil apapun baik itu menyangkut buruh-buruhnya, pembelinya di pasar, maupun adik dan kakak suami yang sering menggerogotinya. Namun kehadiran Batik jenis printing-cetak perlahan mengikis pasar batik
tulis yang mahal. Modernisasi menuntut hasil yang efektif, tanpa menghabiskan banyak waktu dan tenaga kerja. Rintangan Ni untuk melanjutkan usaha batik-Canting tidak hanya munculnya printing, tetapi ia juga dikucilkan dari kakak-kakaknya, dan juga ibunya. Ibunya sakit hingga meninggal dunia karena keputusannya untuk melanjutkan usaha batik tersebut. Sejak ibunya meninggal, ia hidup sendirian, ayahnya mengikuti kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga. Namun tekadnya untuk melanjutkan usaha batik tetap berjalan. Selama itu juga ia tidak pernah dilibatkan dalam acara keluarga, tidak pernah lagi ditanyakan kabarnya oleh ayah dan kakakkakaknya. Akhirnya Ni jatuh sakit hingga kakak dan ayahnya datang untuk menjenguknya. Saat kesadarannya pulih, Ni mencari jalan keluar kegelisahannya dengan membangkitkan sosok buruh batik dalam dirinya. Ni merasa, mereka inilah
sesungguhnya manusia-manusia perkasa yang bisa mendongak menatap matahari, dengan mata menunduk. Mereka inilah yang menemukan cara hidup yang tetap hormat, dengan menenggelamkan diri (Canting halaman 401). Ni memutuskan melepas cap Canting dan menyerahkan kepada perusahaan besar. Mereka membeli, dan menjualnya dengan cap milik mereka. Dengan jalan seperti inilah, para buruh itu tetap hidup, tetap bekerja demikian pula dengan usaha batiknya. Cara bertahan
dan bisa melejit bukan dengan menjerit,. Bukan dengan memuji keagungan masa lampau, bukan dengan memusuhi. Tapi dengan jalan melebur diri (Canting, halaman 403). Resensiator: Liza Roza Lina Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2010
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Cerpen
21
Sapariah Oleh Rahmi Jaerman (Mahasiswi Administrasi Ilmu Pendidikan TM 2010)
ku menghapus jejak dosa yang telah kubuat kemarin, minggu lalu, bulan lalu, dan beberapa tahun lalu. Aku menulisnya di tempat basah, aku harap akan hilang atau hanyut terbawa arus air. Aku sempat mengutuk diriku sendiri dengan umpatan bodoh yang kusadari itu memang bodoh. Riah, lilin merah dalam hidupku yang kubiarkan pergi begitu saja. Riahku pergi, Riahku pergi.
A
Namaku Warnida. Kata Sapariah kakakku, nama itu diberikan ibu satu jam setelah aku lahir kedunia. Aku bungsu dari dua bersaudara. Dan aku menyimpan Sapariah di dalam hatiku. Sapariah kakakku, wanita yang kukenal keras dan aku tak pernah mau mengobrol dengannya, tak pernah dalam bahasan apapun. Aku layaknya si bisu jika berhadapan dengan Riah, mulutku berat, entah itu karena terlalu sayang padanya, entahlah. Kini, aku baru saja lulus dari universitas terkenal di Jawa Barat. Kemudian memustuskan untuk pulang dan hidup bersama keponakanku satu-satunya, Wahida. “Etek, ini kuburan ibu ya?” malaikat kecil itu mendongakkan kepalanya melihat aku. “Iya, ayo kita doakan ibu.” *** “Aku tak sanggup mengurusimu, sebaiknya kau tinggal dengan Makdang. Mudah-mudahan dia mau menyekolahkanmu.” Kata Riah seraya membereskan barang-barangku. Aku mengucek-ngucek mata setengah sadar. Aku kaget, terdiam. Baru saja aku bangun dari mimpiku yang indah semalam, tapi kenapa Riah membangunkanku dengan keputusan sial ini? Sejak saat itu, entah kenapa aku mulai membenci Riah. Aku berharap besar pada Riah, selain dia, aku tak punya saudara kandung lagi. Apakah terlalu berat baginya memberi makan seorang aku? Aku mau melupakan Riah, melupakan anaknya dan tentu juga suaminya. Tibatiba saja aku benci rumah ini, rumah peninggalan orang tuaku. Rumah yang dulunya sangat membuatku nyaman
Oleh: M. Ismail Nasution., S.S.,M.A.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) seringkali menjadi tema pembicaraan di dalam karya sastra, terutama kekerasan terhadap perempuan. Hal itu memperlihatkan bahwa persoalan itu menjadi fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tema-tema yang demikian mewarnai perjalanan sastra Indonesia modern mulai dari awal perkembangan sampai dengan sekarang. Cerpen karya Rahmi Jaerman menceritakan tentang tokoh Sapariah yang seringkali menerima perlakuan kekerasan oleh suaminya. Warnida menyebut di rumah kakaknya itu seperti ada serigala yang berkandang di dalamnya. Setiap malam serigala itu mengaung (melolong). Akan tetapi, pada siang hari serigala itu
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
berada di dalamnya. Rumah, sekarang ang. Mintuo bilang, dia dan Makdang akan seperti ada serigala yang berkandang di mengurus semua keperluan sekolahku, dalamnya. Setiap malam mengaung dan mulai dari perpindahan dan lainnya. Aku jadi domba di siang harinya. Aku benci akan sekolah di tempat yang sama dengan lulungannya, suara-suara busuk yang Ena. kudengar setiap kali malam. Setidaknya Aku harus memejamkan mata dan aku akan meninggalkan surga yang tiba- menerima semua ini, sekolah baru, teman tiba jadi neraka ini setelah orang tuaku baru, dan keluarga baru, kemudian tiada. Setidaknya aku tak mendengar lagi membuka kembali mata ini seolah-olah lulungan seperti anjing kelaparan ditengah aku memang terlahir disini. Aku membuka malam yang selalu menghantuiku. Aku tas barangku, kudapati sebuah sarung baru benci, aku membenci Si busuk. yang bertuliskan pesan dari Riah. Kira“Baik-baik di rumah orang, lakukan kira isinya menyuruhku untuk memapekerjaan rumah dan tolonglah Mintuo2 kainya sebagai teman tidur. Riah memang disana. Jangan pernah bertengkar dengan suka menuliskan pesan kepadaku, karena anaknya, bagaimanapun kau tetaplah aku jarang sekali berbicara dengannya. tinggal di rumah orang, meskipun itu Aku jadi ingat kebiasaan seorang ibu di Mamakmu.” Minang yang menitipkan sarung kepada Aku terdiam. “Tak usah kau urusi aku anaknya jika hendak pergi merantau, lagi,” batinku. Ku ambil tas barangku dari pengobat rindu. Riah, apa kabar kau disana? tangan Riah dan berbasa-basi mencium Ah, sial. tangannya sebagai tanda perpisahan. *** seketika aku merasa ada Sudah hampir empat sesuatu yang jatuh ke tahun aku tinggal di kota kepala menembus ini, kota kecil di selangrambutku. Hangat, kangan gunung Merapi sepertinya jatuh dan Singgalang. Makagak tiga kali. dang dan keluarMasa bodoh! Saat ganya begitu ak u k e mba li elok, mesmengangkat kipun hanya kepalaku, seketika menumsaja Riah berpaling. pang, aku Riah benar-benar tetap ditak menginginkanku beri pendilagi. “Tenang Riah, aku dikan yang Grafis: Meri Susanti pergi.” layak seperti Makdang menjemputku di termianak-anaknya. nal tak jauh dari rumahnya. Aku menatap laki-laki bertubuh ceking tinggi itu, dia Seketika aku ingat Riah, tampak begitu baik dan ramah. Tapi aku kakak semata wayang yang belum harus tetap hati-hati, biasanya kerabat kuberi tahu kabar gembira ini. Riah, lilin memang begitu, diawal saja baiknya, tapi merah yang ku taruh rasa kecewa padanya. jika sudah tinggal di rumahnya, aku bisaBagaimana kabar Riah? bisa jadi babunya. Anaknya? Aku dikenalkan degan istrinya yang Tiba-tiba aku merindukannya setelah kupanggil Mintuo dan ketiga anaknya, beberapa lama berusaha membencinya. Adi, Farhan dan Ena. Rasa benci itu kusadari perlahan menjadi “Ida, kami juga keluargamu, anggaplah rindu yang kurasakan belakangan ini, rumah ini juga rumahmu.” Kata Makdang, berubah menjadi rasa cemas. Aku yang lain hanya mengangguk men- mencemaskan keadaan Riah kali ini. Si dengarnya. Lantas aku juga ikut busuk iparku itu apa kabarnya? mengangguk menirukan mereka. “KaMemori itu kembali lagi, ketika aku marmu di atas, disamping kamar Ena”. menjerit dalam hati menyaksikan dari Mintuo mengajakku ke lantai dua dan lubang pintu kamar menggendong wahida. menunjukkan kamarku. Kamar baruku ini Riah dipukuli, diludahi, dan dihardik nyaman, kasurnya cukup untuk satu or- dengan makian yang tak kutahu ujung
perkaranya. Itu tak hanya sekali, sudah dua, tiga, empat atau mungkin lebih dari sepuluh kali. Tidak hanya malam hari, siang haripun iparku yang busuk itu tak segan-segan membantai kakakku. Aku tahu Riah wanita kuat, tapi Ia tak pernah melawan suaminya. Aku benci Riah begitu patuh pada Si busuk itu meskipun Ia dalam keadaan seperti kerasukan setan. Tiba-tiba air mataku jatuh, ini pertama kali untuk Riah setelah bertahun-tahun lalu. “Ida, Ida,” Ena membuyarkan lamunanku. “Ada apa Ena?” “Ayah menunggumu di ruang tamu.” “Ada apa Makdang, Mintuo?” Tanyaku, Makdang menyuruhku duduk dan sepertinya membaca pikiranku. “Riah, menitipkanmu kepada Makdang empat tahun lalu bukan tanpa alasan, nak. Riah sangat khawatir karena kau selalu jadi incaran suaminya setiap malam menjelang. Menurut ceritanya, sudah tiga kali ia memergoki suaminya masuk ke kamarmu secara diam-diam. Riah tak ingin jika kau diperulah oleh suaminya.” Aku ngeri sekaligus jijik mendengar cerita Makdang. “Ketahuilah Ida, Riah itu sangat memikirkanmu, setiap bulan ia selalu menanyakan kabarmu, namun melarangku untuk memberitahumu, setiap lebaran ia juga menyuruh Makdang untuk membiarkanmu tetap disini dan tidak pulang.” Kupeluk kain sarung yang diberikan Riah empat tahun lalu. Aku peluk eraterat, aku menyesal tak pernah memakainya. Aku harus bersiap-siap pulang. Aku sampai di gang depan rumahku, aku berlari mengejar pintu rumah dan memanggil-manggil nama Riah. Tapi yang keluar malah tetanggaku yang tersenyum pahit. Aku lantas terdiam, melangkah diam memasuki rumah. Aku lihat beberapa tetangga duduk di samping dipan yang di atasnya ada Riah terbaring lemah. Aku terduduk, tiba-tiba seluruh badanku rasanya tak bertulang, sakit. Kakak semata wayangku badannya kurus sekali, penuh bekas luka. Sedetik terlewatkan olehku kala memeluknya, aku merasakan jantung Riah berhenti berdegup. Ia menutup Mata. Riah hanya menungguku, menahan sakitnya selama ini untuk melihatku setelah berpisah empat tahun lamanya. Terimakasih Riah, aku akan merawat anakmu.
Perempuan, KDRT, dan Karya Sastra
menjadi domba (mengembek). Di samping itu, hal ini mengingatkan saya akan ungkapan musang berbulu ayam. Menariknya, secara inplisit pengarang mengalihkan ungkapan itu menjadi serigala berbulu domba. Pengalihan ini tentunya berhubungan dengan karakter tokoh yang lebih sesuai dipadankan dengan sifat serigala daripada musang. Kedua-duanya sebenarnya sama-sama buas hanya makanannya yang berbeda. Secara denotatif ungkapan itu bermakna seseorang yang bersikap atau berperilaku dibuat-buat; perilaku baik bertujuan untuk menutupi prilaku jahat. Sapariah adalah ikon kebanyakan perempuan Indonesia; istri yang takut kepada suami. Jika mendapat perlakuan kekerasan memilih diam dan mengalah serta menanamkan sifat sabar dalam hati. Ketakutan itu boleh jadi dibungkus dengan
gagasan-gagasan normatif yang ditanamkan dalam pikiran, sehingga mengharapkan sesuatu yang besar dan membahagiakan yang sifatnya transedental di alam lain. Keunikan lain pada cerpen ini adalah persitiwa dikembangkan dengan pola kilas balik. Pada awalnya, kita disuguhkan dengan peristiwa bagaimana hubungan Warnida dengan Sapariah dulunya. Peristiwa itu memberikan efek yang kuat untuk menarik perhatian pembaca agar membaca cerita itu sampai selesai. Secara konvensional, peristiwa itu diistilahkan tahap denouement dalam alur karya sastra. Tahap ini berisikan penyelesaian cerita dari konflik yang memuncak sehingga bagian ini biasanya mengandung sebuah pesan yang hendak disampaikan kepada pembaca. Pesan itu berupa akibat yang terjadi dari akumulasi penyebab yang disuguhkan dari awal cerita. Oleh sebab itu,
kiat menghadirkan penyelesaian cerita pada bagian awal sangat tepat untuk membangun tragedi yang diceritakan. Cerpen ‘Sapariah” ini menggugah kita untuk menyadari bahaya akan KDRT. Walaupun pembicaraan itu masih sederhana karena dipengaruhi oleh genre yang ada dan tokoh Sapariah mirip boneka; tidak memberikan perlawanan ketika dikasari suaminya. Cerpen ini berisikan sebuah pelajaran yang berharga bagi pembaca sebagai model yang tidak patut ditiru. Cerpen ini juga bagian dari upaya menyosialisasikan gagasan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap eksistensi perempuan agar tidak selalu tersubordinasi dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu negara yang menenpatkan perempuan sebagai posisi terpenting.
Sastra Budaya
22 Halusinasi
TUA
Kupikul belantara ruang sepipun kini adalah kawan lawakan mendesis diantara bau debu menjalang apa adaku dipelukkeras ketiadaan? ataukah selalu seperti itu, mata coklat kutukanku ketika aku menemuimu dengan sangat tegar diantara keseperti akuan biasa, meminta. kekakuan dipeluhi aksara kusangsi kau mengisi mimpi delusi, persepsi dan hati tak seperti, yang terpatri dalam ironi berdiam diri aku tiada tau kata terakhir yang dilagukan rasa pada selinapan realita memaksa berduka serta kapan kuat menjelang lawakan peluh yang meradang dan tak mau tau dimana di alam seperti apa berada namun tetap dan selalu saja memucatkan.
Malam memaksa senja beranjak Temaram lampu jalan mulai berlagak Kaca berdebu tudung pun malu Di kota tua yang tak berdaya Tirai-tirai sutra tersemat di langit kelam Menapak pasir Si pemburu liar bergelak tawa Unjuk angkuh bagai penguasa raja Dia, si tua tak berdaya
Khadijah Ramadhanti Mahasiswa Pendidikian Bahasa dan Sasta Indonesia TM 2012
TerangGelap Sinar purnama di balik semburan malam Tetaplahia tersenyum kecut Menegadah kepada malam yang berkutat pada kegelapan
Ratmiati Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Inodesia TM 2012
Minang Ade Kurniawan Mahasiswa Ilmu Sosial Politik TM 2010
Mati Nada di balik Pintu Kemarau dan setelahnya hujan Begitu Tuan, semua bermuara sama Mereka singgah Mereka pergi Mereka hilang
Sebait sendu di balik pintu Tanya saja atau gitar tuanya usang Minor maupun mayor terdengar sama Maafkan aku, ibu Toga biru ini hanya kutitip pada nya Pada bunga-bunga yang kini mulai layu Diatas pusara Dalam sebait nada dibalik pintumu
Meri Susanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2011 Putra bin aldabiyah Mahasiswa Pendidikan Matematika TM 2011
Tertawa Oleh Doni Fahrizal (Mahasiswa Akuntansi TM 2011)
“Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang,” Jargon andalan milik Warkop DKI ini mengindikasikan kebebasan manusia untuk memilah dan memilih hal yang membuat mereka tertawa. Tertawa merupakan sifat alamiah yang dimiliki manusia sejak bayi dan bersifat menular. Otak akan merespon suara tawa yang didengar, direspon dan lalu akan distimulus ke otot wajah untuk menampilkan ekspresi kegembiraan. Alhasil, setiap mendengar orang lain tertawa, kita juga akan ikut tertawa. Selain menular, tertawa juga bersifat universal. Dimanapun, tertawa menjadi alat komunikasi yang dapat dimengerti semua orang sebagai sebuah ungkapan kegembiraan. Tidak hanya saat melihat atau mendengar hal-hal lucu, perasaan
malu pun terkadang dapat menjadi penyebab seseorang tertawa. Namun sayangnya, kebiasaan tertawa telah menjelma menjadi produk komersial. Tanpa tedeng aling-aling, tertawa berubah menjadi komoditas berharga untuk mengisi kantong uang. Hampir semua stasiun televisi menayangkan acara komedi demi rating tinggi. Hanya saja beberapa konsep yang ditawarkan pada acara tersebut belum sepenuhnya mampu menampilkan lawakan yang segar nan cerdas. Mayoritas tayangan komedi lebih ba-
nyak menawarkan jenis slapstick comedy, blue comedy dan insult comedy. Slapstick merupakan jenis lawakan fisik
yang mudah dicerna dengan objek lawakan yang teraniaya dan menderita. Seperti memukul seseorang menggunakan sterofoam, menyiramkan tepung kepada objek derita,
atau bahkan melempar pie ke wajahnya. Komedi jenis ini paling banyak ditemui di layar kaca. Kita tahu bagaimana Andre OVJ mendorong jatuh Nunung OVJ ke tumpukan sterofoam, lalu penonton tertawa riuh melihatnya. Padahal mungkin saja Nunung menahan rasa sakit akibat jatuh di tengah tawa penonton. Lalu ada lagi yang namanya Blue comedy. Lawakan ini biasanya mengangkat tema sex, libido, dan hal tabu lainnya. Sekarang banyak ditemui komedian yang “melencengkan” guyonan-guyonan yang sebenarnya memiliki makna tabu. Sebut saja Adjis Doa Ibu, comic yang memandu acara stand up comedy bertema blue nite di Marley SCBD. Padahal mungkin saja acara tersebut diunggah ke Youtube dan ditonton jutaan orang termasuk anakanak. Yang terakhir Insult Comedy. Merupakan jenis lawakan dengan kualitas terburuk. Insult Comedy adalah komedi yang disajikan dengan cara menghina dan merendahkan objek lawakan. Seperti halnya lawakan Olga Syahputra yang menghina
Minus dengan kata “Dodol Codet” atau “Botol Kecap” hanya karena perawakannya yang mirip orang Papua. Belum lagi hinaan Raffi kepada Olla Ramlan ketika mengucapkan “Eh, Janda dengerin tuh”. Entah apa yang menjadi kelucuan dari celaan seperti ini. Walau sebenarnya lelucon-lelucon tersebut tidak lagi pantas ditayangkan, namun programnya tetap mendapat rating tinggi. Mungkin bukti, bahwa masih banyak yang menonton dan menyukai lawakan jenis ini. Bukti yang memalukan, bahwa ternyata masih banyak yang suka tertawa melihat objek lawakan dianiaya, dihina, dan dipanggil dengan sebutan yang tidak pantas. Menyedihkan memang, disaat zaman mulai maju dan pintar, namun masyarakatnya masih tertawa untuk hal-hal yang primitif. Akankah kita tetap memilih tertawa disaat orang menderita dan terhina? Bukankah kenyataannya, tidak ada satu agama atau norma manapun yang menganjurkan untuk menertawakan kesedihan orang lain.
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
23
Mahasiswa dan Gadget Hai pembaca setia Ganto! Gadget secara garis besar dapat kita artikan sebagi suatu perangkat elektronik (jenisnya macam-macam, sesuai dengan fungsinya) yang berukuran mini, serta mengedepankan fungsinya sebagai perangkat berteknologi mutakhir. Dewasa ini mempunyai perangkat elektronik canggih yang kemudian disebut gadget seolah sudah menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan bagi kebanyakan masyarakat modern. Penikmatnyapun tak tanggung-tanggung, mulai dari anak-anak hingga orangtua. Banyaknya pemakai gadget, tak terlepas dari fitur-fitur yang ditawarkan seperti kemampuan memutar musik, games, browsing, membaca e-book, pengambilan foto dan aplikasi canggih lainnya. Lantas, bagaimana akhirnya gadget bisa mengubah gaya hidup masyarakat seperti halnya mahasiswa ? Menurut anda, apa dampak negatif gadget terhadap diri seseorang? Diantara beberapa gadget ini: Ponsel/smartphone, Music player (Ipod, MP4, MP5), Tablet PC (Ipad), Kamera Digital/kamera mini, music box, Play Station Portable (PSP), netbook/laptop, translator, disc man(pemutar DVD portable), berapakah yang anda miliki? A. 1 D. 21,3% A. 21,6% B. 2 C. 3 C. 20,3% B. 36,8% D. 4 atau lebih
Menurut anda, kenapa orang-orang membutuhkan gadget saat ini? A. Demi meningkat status sosial B. Sudah merupakan suatu kebutuhan D. 8.3%A. 15.86% C. Menunjang studi C. 25,14% D. Hanya sebatas ikut-ikutan
Untuk salah satu gadget seperti ponsel/smartphone, disaat-saat apa saja anda sering menggunakan gadget ini? A. Saat mengikuti perkuliahan B. Saat berada diatas kendaraan/angkutan umum C. Saat istirahat A. 1,7% B. 0,4% D. Hampir setiap saat. C. 39.02% D. 58,88%
Menurut anda, apa dampak positif gadget terhadap diri seseorang? A. Menunjang studi B. Bisa sebagai wadah untuk menyalurkan hobi C. Salah satu alternatif untuk mengisi waktu luang D. Mempermudah membangun relasi D. 38,7%
A. 26,41% B. 5,06% C. 29,83%
A. B. C. D.
Bisa mengakibatkan candu Membuat seseorang lengah akan tugas pokoknya Menjadi antisosial Efek jangka panjang bisa merusak kesehatan D. 24,69%
A. 24,8%
C. 9,8%
B. 50,7%
B. 40,71% Grafis: Meri Susanti
Info Kampus
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013
Jadwal Pelayanan Akademik Semester Ganjil dan Genap
24
Rektor Idaman Dalam sebuah diskusi muncul pertanyaan tentang apa yang membuat seseorang menjadi rektor. Lalu, jawabannya masih menggunakan kata mungkin. “Mungkin karena Ia sebelumnya menjadi dosen teladan,” atau “kinerjanya yang bagus, mungkin,” atau “mungkin karena sikapnya yang kharismatik.” Lalu setelah menjadi rektor, apa yang mereka lalukan? Katanya, “Ya, berpidato saat acara wisuda dan menceritakan bangganya universitas karena yang wisuda banyak atau menceritakan bagaimana selektifnya universitas dalam menyeleksi mahasiswa baru. Pernah tidak kita berharap memiliki sosok rektor seperti Prof. Mahar Mardjono (UI) yang dikenal berani mengusir tentara dari kampus dan menolong mahasiswa yang dihajar aparat saat menuntut perubahan? Prof. Andi Hakim Nasution (IPB) yang memperkenalkan Sistem Panduan Bakat penerimaan mahasiswa baru, yang sekarang menjadi Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) dan rektor inspiratif lainnya seperti Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (Unpad), Prof. Herman Johannes dan Prof. Dr. Teuku Jacob (UGM)? Seperti itulah rektor idaman masa kini. Pemimpin kampus yang tidak administratif dalam menjalankan tugasnya. Praktis sekarang mahasiswa haus akan pemimpin yang inspiratif. Pemimpin yang mau diajak berbagi dan mau berada di tengah-tengah mahasiswanya. Rektor seolah terlalu sibuk dengan agendaagenda: keluar negeri, keluar kota, rapat
Oleh Hasduni ( Alumni Jurusan Teknik Pertambangan TM 2010)
senat dan rapat-rapat lainnya. Bahkan mahasiswa yang hendak menemuinya harus melalui staf terlebih dahulu, dan tak jarang harus menunggu lama. Ironisnya, banyak mahasiswa yang selama kuliah tidak mengetahui siapa rektornya. Lantas, apakah sekarang tidak ada sosok rektor yang memiliki popularitas di mata kaum agent of change? Jawabanya ada. Sebagai testimoni, mungkin tidak sedikit kalangan mahasiswa yang tahu dengan Prof. Komarudin Hidayat dan Prof. Anies Baswedan. Ya, inilah sosok pemimpin yang dianggap sebagian mahasiswa sebagai sosok yang peduli terhadap kaum pembawa perubahan. Namun, ironisnya kedua sosok ini bukanlah pemimpin Perguruan Tinggi Negeri, yang katanya menjadi “barometer” pendidikan. Padahal universitas negeri diberikan kesempatan pertama untuk menyeleksi calon mahasiswa dan menjadi tujuan utama kaum cerdik pandai. Kampus tidak melulu dijamin dengan belajar dari buku, dosen dan laboraturium. Tapi kinerja rektornya dalam memimpin dan memberi contoh haruslah menjadi prioritas pula. Jejak para rektor yang inspiratif diharapkan tidak hanya mendoktrin bagaimana menjadi ilmiah, tetapi benar-benar berdampak rill terhadap perubahan. Mereka turun tangan terlibat dalam masalah aktual, sehingga gerakannya punya pengaruh yang kuat.
Bermimpi dengan Berani Ajang bergengsi Belgium Open Pencak Silat Championship di Schoten Sporthall, Belgia pada 4-5 Mei 2013 lalu adalah satu dari deretan pengalamannya menorehkan prestasi di kancah internasional kategori olahraga pencak silat. Tidak tanggung-tanggung, dara manis kelahiran Tabek Patah, 21 tahun lalu ini turut mengharumkan nama tanah air dengan membawa pulang medali emas ke bumi pertiwi. Belum cukup sampai disitu, Belgium Open Pencak Silat Championship tidak menjadikan gadis bernama lengkap Weni Sasmita itu berpuas diri. Karena baginya puncak tertinggi yang paling bergengsi di tingkat olahraga pencak silat adalah Sea Games yang akan segera direalisasikannya tahun 2013 ini. Dari lima belas buah medali yang berhasil ia koleksi, 12 diantaranya adalah medali emas, satu medali perak dan dua buah medali perunggu. Sewaktu masih menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama, 2006 lalu, putri dari pasangan Septinar dan Syafriwal ini mulai merintis perjalanan karirnya. Dari sini bermula semua pencapaiannya pada beberapa iven bergengsi. Ikut serta dalam iven Pekan Olah Raga Pelajar Daerah (Pobda), mengikuti Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP),
Pekan Olahraga Mahasiswa Tingkat Nasional (Pomnas), Pekan Olah Raga Nasional (PON) Asean dan yang terbaru Belgium Open Pencak Silat Championship di Schoten Sporthall Belgia . Rangkaian iven bergengsi ini dia ikuti
tak terlepas dari giatnya usaha yang dilakukan. Seperti latihan rutin dua kali sehari kecuali pada Minggu. Sebelumnya, tak pernah sama sekali terbayang oleh sulung dari dua bersau-
dara ini untuk bisa berprestasi dalam dunia pendidikan yang dia tekuni. Diakuinya bahwa dirinya memang terlahir dari keluarga primitif. Tumbuh dan berkembang di lingkungan yang masih berfikiran bahwa perempuan tak memerlukan pendidikan tinggi. Berkat usaha kerasnya mampu membuka mata kedua orangtua bahwa pendidikan bukan hal sepele yang bisa diabaikan begitu saja. Terbukti, bermodal ketekunann dapat tercatat sebagai Mahasiswa Pendidikan Olahraga TM 2010 adalah kado terindah yang mendukung hobinya. Kembali ia mengulangi, semua pencapaian ini memang berawal dari keberaniannya bermimpi. Kita memang harus mempunyai target pencapaian dalam melakoni peran kehidupan. “Sebab segala sesuatu dilakukan tanpa ada tujuan hasilnya akan sama dengan nol,” ungkapnya. Meri Susanti
Edisi No. 175/Tahun XXIII/ 2013