Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
ISSN: 1412-890X
2
Tentang Sebuah Perubahan Dalam sejarahnya, kurikulum sebagai ‘ruh’ sebuah pendidikan selalu mengalami perubahan. Perubahan itu tak terlepas dari kebutuhan masyarakat sebagai konsumen dari produk pendidikan yang juga selalu berubah-ubah. Kebutuhan masyarakat itu tidak hanya berupa sumber daya manusia yang tanggap terhadap IPTEK, melainkan juga sumber daya manusia yang berkarakter dan mampu mengatasi kompleksnya permasalahan sosial yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Maka, untuk memenuhi kebutuhan konsumennya, lembaga pendidikan tinggi sebagai pencetak sumber daya manusia berkualitas, mau tidak mau harus berinovasi agar lulusannya tetap terpakai. Salah satu caranya adalah dengan melakukan perubahan atau penggantian kurikulum. Belakangan ini, tersebutlah kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagai kurikulum terbaru yang dicanangkan pemerintah untuk perguruan tinggi. Kurikulum baru ini muncul sebagai jawaban atas kurikulum sebelumnya yang dianggap tidak lagi relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Oleh sebab itu, kurikulum baru ini pun diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkarakter dan berdaya guna di tengah-tengah kemajuan peradaban yang sangat pesat. Dalam hal ini, Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi juga tidak mau ketinggalan dalam mengaplikasikannya. UNP pun mulai menjalankan kurikulum berbasis KKNI sejak 2012. Sedangkan untuk penerapannya baru terealisasi 2013 lalu. Sekarang, hampir satu setengah tahun berlalu. Berbagai persoalan pun ditemui dalam penerapannya. Mulai dari kurangnya sosialisasi, kesimpangsiuran informasi, sampai ke hal-hal teknis yang menghambat penerapan kurikulum itu sendiri. Namun, untuk masa transisi, hal ini bukanlah sebuah anomali. Masa transisi butuh adaptasi—dan juga butuh waktu. Seluruh komponen yang terlibat di dalamnya harus saling bersinergi dan mengerti. Mahasiswa, dosen, birokrat, dan pemangku kebijakan lainnya harus saling mendukung dan bekerja sama, serta mencari solusi untuk menyempurnakan pelaksanaan kurikulum ini. Seluruh masyarakat UNP harus berkontribusi. Karena masalah ini tidak hanya masalah petinggi kampus, tetapi masalah bagi seluruh komponen yang ada di UNP. Dengan adanya kontribusi dan dukungan dari seluruh sivitas akademika, niscaya apa yang dicita-citakan dari kurikulum ini dapat tercapai. Dengan demikian UNP dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter dan berdaya guna di dalam kehidupan masyarakat. Dan jika semua usaha telah dilakukan secara maksimal, sekarang tinggal menunggu waktu. Berikan kesempatan kepada waktu untuk menjawab segala rencana dan upaya yang telah kita usahakan.
+ Optimalisasi Penerapan Kurikulum - Optimalkan dengan optimal! + Maling tertangkap di Al-Azhar - Jangan tangkap saya, Pak. + Pemilu Badunsanak Kurang Peminat - Kurang eksis sih.
Pengembangan Kurikulum di UNP Jika dibandingkan dengan beberapa universitas di Indonesia, Universitas Negeri Padang (UNP) tampak sudah lebih maju dalam pengembangan kurikulum tiap program studi. Kegiatan pengembangan kurikulum di UNP sudah mulai dilaksanakan sejak 2012 lalu dan mulai diterapkan pada mahasiswa tahun masuk 2013. Kurikulum harus dipahami sebagai satuan utuh dan terpadu antara dokumen (curriculum plan) dengan kegiatan nyata pembelajaran (actual curriculum). Dokumen dapat dipahami secara sederhana sebagai profil lulusan, capaian tujuan yang akhirnya ditunjukkan dalam bentuk daftar mata kuliah, silabus, satuan acara perkuliahan (SAP), dan sebagainya, sedangkan kegiatan nyata dapat dipahami sebagai proses pembelajaran, penciptaan suasana pembelajaran, dan evaluasi. Kurikulum yang dikembangkan harus mengacu kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), yakni kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja, serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang
dimiliki. Dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi, UNP jelas telah menetapkan konsep lulusan yang termuat dalam visi dan misi universitas. Konsep tersebut selanjutnya akan terwujud sebagai profil lulusan. Profil lulusan harus ditetapkan dengan mengacu pada rumusan mutu lulusan dan relevansi. Hal itu akan dapat dicapai melalui serangkaian proses pendidikan yang bemutu, baik untuk pendidikan akademik maupun pendidikan profesi. Hal yang menjadi cita-cita UNP adalah kurikulum tiap program studi dapat diakses oleh semua orang melalui jaringan internet. Untuk mewujudkan hal itu, perlu pula pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT). Hal ini dapat dilakukan pula melalui pengembangan Learning Management System (LMS) atau sistem majemen belajar yang diwujudkan dalam bentuk tersedianya silabus, SAP, dan bahan ajar secara elektronis. Untuk pencapaian LMS, UNP telah berupaya mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak; mengembangkan metode dan materi perkuliahan secara online; meningkatkan kemampuan dosen dalam hal ICT, dan sebagainya. Upaya UNP ini jelaslah memiliki sasaran akhir untuk peningkatan kualitas lulusan secara berkelanjutan. (Eto)
disematkan tersebut, untuk edisi kali ini, SKK Ganto menghadirkan laporan mengenai kurikulum yang diterapkan di UNP. Selain itu, juga ada informasi dan masalah yang ada di kawasan kampus dan berita kegiatan yang diadakan Unit Kegiatan Mahasiswa selingkungan UNP. Untuk informasi lebih lengkap, silakan kunjungi portal berita SKK Ganto di http://www.ganto.or.id. Untuk berita kegiatan yang tidak termuat cetak, bisa diakses di halaman website tersebut. Selain kegiatan keredaksian, SKK Ganto juga tetap melaksanakan kegiatan lainnya untuk tetap mendukung lancarnya jalan organisasi. Pengujung September lalu, SKK Ganto mengutus Foto Bersama: Kru, RJ, beserta sesepuh foto bersama pada acara “Idul Adha Ceria” di sekretariat SKK Ganto, Padang, Selasa (8/10). f/Ratmiati seorang Kru untuk mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Nasional yang Sebuah waktu, datang dan pergi. Dalam peralihan- diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Suara USU nya, selalu ada perlintasan tanggung jawab, ada bertang- Universitas Sumatra Utara, Medan. Kemudian, SKK Ganto baru saja berhasil menggung jawab, menanggungjawabi, pertanggungjawaban, dan sekelumit bentuk-bentuk dari improvisasi tanggung angkat sebuah acara minat bakat yang bertema Dengan Menulis “5 cm” Menuju Mimpi bersama Donny jawab itu sendiri. Tanggung jawab bersifat kodrati, yakninya sebuah Dhirgantoro pada 13 September 2014 lalu. keadaan yang sudah menjadi bagian hidup manusia. Dalam mempererat jalinan emosi di antara pengAdalah sebuah kemutlakan bahwa setiap manusia dibe- ampu bahtera serta para sesepuh yang telah terlebih bani dengan tanggung jawab. Apabila dikaji dengan dahulu pernah menggerakkan jalannya organisasi, lebih lagi, tanggung jawab itu adalah kewajiban yang Kru SKK Ganto menggelar sebuah acara keakraban, bertema “Idul Adha Ceria” di sekretariat SKK Ganto. harus dipikul sebagai ciri manusia beradab. Sekarang, Kru SKK Ganto sedang dalam masa Dalam setiap kata yang terucap dan salah yang transisi, perpindahan tanggung jawab, biasa disebut tiada bertuan, segenap Kru SKK Ganto menyampaikan dengan masa bayangan. Pada masa ini, seluruh kru permohon maaf kepada pembaca setia. Kritik dan yang akan melenggang ke depan akan banyak belajar saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua mengenai proses bertanggung jawab dalam menjalani dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga amanah yang akan dipercayakan. besar, yakninya Universitas Negeri Padang. Selamat Dan dengan modal tanggung jawab yang telah membaca. Gest.
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat Penasehat: Pembantu Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli Ahli: Aai Syafitri, Faeza Rezi S, Mardho Tilla, Wezia Prima Zolla, Ismeirita, Rahmi Jaerman, Winda Yevita Dewi, Ariyanti Staf Ahl Ahli: Konsultasi Psikologi Psikologi: Niken Hartati, S.Psi., M.A., Konsultasi Agama Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puis Puisi: Zulfadhli, S.S., M.A., Pemimpin Umum Umum: Jefri Rajif, Pemimpin Redaksi Redaksi: Meri Susanti, Pemimpin Usaha Usaha: Novi Yenti, Bendahara Umum Umum: Gumala Resti Halin, Kepala Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Liza Roza Lina, Sekretaris Sekretaris: Juliana Murti, Redaktur Pelaksana Pelaksana: Wahida Nia Elfiza, Redaktur Berita Berita: Media Rahmi, Fitri Aziza, Redaktur Tulisan Tulisan: Ranti Maretna Huri, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Yola Sastra, Redaktur Artistik dan Online Online: Edo Febrianto, Layouter Layouter: Doni Fahrizal, Fotografer Fotografer: Ratmiati, Reporter Reporter: Fidia Oktarisa(NA), Wici Elvinda Rahmaddina, Redda Wanti, Novarina Tamril, Staf Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Sri Gusmurdiah, Sirkulasi dan Percetakan Percetakan: Sonya Putri, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Khadijah Ramadhanti, Iklan: Suci Larassaty, Reporter Junior: Sabrina Khairissa, Yulia Eka Sari, Rizka Wahyuni, Hera Gusmayanti, Ermiati Harahap, Hari Jimi Akbar, Resti Febriani, Rival Mulyadi, Neki Sutria, Putri Rahmi, Windy Nurul Alifa, Kurniati Ramadhani, Siti Ayuna Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G 65 Universitas Negeri Padang Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban Kode pos 25131. Laman web : http://ganto.or.id , Post-el: redaksiganto@gmail.com percetakan), Tarif iklan: Rp1.500,- (permilimeter kolom-hitam putih), Rp3.000,- (permilimeter kolom full colour), 1/4 halaman belakang Rp1.000.000,- (full colour), Iklan Baris Rp1.000,- (perbaris). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
3
SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran, dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui e-mail: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan melampirkan kartu identitas; KTP atau KTM.
Koperasi Pegawai UNP Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) UNP sebaiknya lebih disosialisasikan lagi. Banyak masyarakat UNP yang tidak mengetahui keberadaannya. Padahal koperasi tersebut menawarkan berbagai kebutuhan dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan kedai-kedai di sekitar UNP. Liria Lase, Mahasiswa FIP
Toilet Balai Bahasa Sejak ruang belajar dipindahkan ke Balai Bahasa, kami mengalami kesulitan untuk buang air karena toilet yang tersedia hanya satu dan sering tidak ada airnya. Sedangkan jika menumpang di Al-Azhar tidak bisa karena toiletnya hanya dibuka saat jam salat. Mohon perhatiannya. Terima kasih. Sabrina Khairissa, Mahasiswa FBS
Denah Lokasi UNP Sebaiknya di depan gerbang UNP disediakan atau dipajang denah lokasi UNP. Sebab kebanyakan tamu-tamu atau mahasiswa baru tidak tahu lokasi yang akan dituju. Dengan demikian mereka tidak akan kebingungan lagi untuk mencari bangunan-bangunan yang ada di dalam lingkungan kampus. Yudi Andika, Mahasiswa FT
Parkiran MKU Saya berharap parkiran di MKU dibenahi lagi. Masih banyak tumpukan batu dan besi yang tajam di sana. Saya pun kewalahan untuk memarkirkan dan mengeluarkan motor. Selain itu alangkah baik lagi jika ada juru parkir yang dapat mengatur dalam memarkirkan motor. Annisa Iman Sari, Mahasiswa FBS
Toilet FT Butuh Perhatian Saya melihat fasilitas toilet di Fakultas Teknik (FT) sedikit sekali. Toilet hanya ada di musala dan gedung yang bertingkat saja. Hal itu menyulitkan mahasiswa yang tidak kuliah di sana. Selain itu, toiletnya juga sangat gelap. Saya berharap semoga toilet tersebut dapat dikelola dengan baik dan maksimal. Nova Sari, Mahasiswa FT
Grafis: Hari Jimi Akbar
Dewasa Dini Oleh Hera Gusmayanti
lebih miris ada anak-anak yang kecanduan rokok dan video porno. Dulunya, menyanyikan lagu cinta Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012 orang dewasa juga tidak pernah— waktu itu lagu anak-anak memang banyak tersedia. Dunia anak-anak Tiada kesejukan yang tak dulu memang sebenar-benarnya menenangkan. Serupa anak yang dunia anak-anak. Namun kini, sering membahagiakan. Mereka dunia tersebut tak lagi ditemukan. datang dengan segala bentuk Sesungguhnya fenomenakeceriaan. Suatu hal yang fenomena seperti itu memberikan terkadang tak mampu terjelaskan dampak buruk bagi kualitas anakoleh beberapa bentuk penganak Indonesia. Berdasarkan ungkapan seorang manusia. Dalam penelitian-penelitian yang telah kesempurnaannya, kanak-kanak Tumbuh kembang dilakukan, terbukti bahwa sering diagung-agungkan anak merupakan semakin awal seorang anak sebagai masa yang paling memasuki masa pubertas, menyenangkan dengan segala kewajiban bersama. Karena resiko mereka mengalami kompleksitasnya. apapun ceritanya proses gangguan kesehatan fisik Tidak seperti masa pertumbuhan mereka adalah hal dan mental juga semakin dewasa, saat kanak-kanak terpenting. Jangan sampai sang besar. Sedangkan, sebagian seseorang tidak punya beban generasi muda lebih dulu rusak besar anak yang mengalami pikiran. Yang terpikir hanya masa puber yang ‘normal’ bermain. Sebab bermain itu sebelum sempat tumbuh, tidak akan mengalami efek menyenangkan. Maka tiada bercita-cita, apalagi negatif tersebut. hari tanpa bermain. Demikianberkarya. Fakta ini membuka kembali lah dunia kanak-kanak. mata kita bahwa betapa bahayanya Secara psikologis, masa kanakfenomena itu untuk keberlangkanak merupakan periode sungan eksistensi bangsa. Apa perkembangan dari bayi hingga usia lima atau enam tahun. Masa “dewasa dini”. Dewasa dini jadinya jika sebuah negara ini nantinya akan terus berlanjut merupakan keadaan saat seorang “melahirkan” generasi muda sampai usia sekolah dasar sebelum anak tumbuh lebih cepat, baik dengan yang mental tidak sehat. secara fisik maupun mental, Tentunya harapan akan ide-ide beralih ke masa remaja. Anak yang sehat tumbuh secara melampaui usianya. Secara fisik briliant dari generasi tersebut bertahap, baik secara fisik anak-anak yang dewasa dini menjadi isapan jempol belaka. Sudah sepatutnya perhatian maupun mental. Di masa inilah mengalami masa pubertas lebih segala nilai-nilai, baik nilai agama, cepat dari usia rata-rata, yaitu terhadap dunia anak-anak lebih moral, sosial, dan nilai pendidikan usia 10 tahun. Padahal normalnya ditingkatkan. Sebab pengawasan akademik harus ditanamkan usia pubertas anak adalah 13-14 tumbuh kembang anak merupakan tahun. Secara mental, keadaan ini kewajiban bersama. Karena apapun dalam diri setiap anak. Begitu juga dengan anak In- sangat meresahkan. Anak Indo- ceritanya proses pertumbuhan donesia sebagai harapan dan masa nesia sekarang bersikap seperti mereka adalah hal terpenting. Mereka adalah sebuah harapan. depan bangsa. Jika anak Indone- orang dewasa. Hal ini terbukti dari banyak- Seorang yang akan meneruskan sia tumbuh dengan baik dan cerdas, maka baik dan cerdas nya anak usia sekolah dasar yang cita-cita bangsa. Jangan sampai pulalah bangsa ini ke depannya. sudah mengenal istilah pacaran, sang generasi muda lebih dulu Namun, jika anak tidak tumbuh menyanyikan lagu-lagu cinta rusak sebelum sempat tumbuh, dengan baik dan mentalnya rusak, milik orang dewasa, bahkan yang bercita-cita, apalagi berkarya. maka hancurlah masa depan negara ini. Kiranya hal inilah yang sedang menghantui perasaan setiap orang tua saat ini. Mengapa tidak, melihat kondisi anak-anak Indonesia sekarang, terselip rasa khawatir dengan nasib bangsa ini ke depan. Belakangan, masyarakat sedang dihebohkan dengan istilah
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Laporan
4
pertama kali diterapkan di UNP sejak satu setengah tahun yang lalu, bertepatan dengan semester ganjil Januari-Juli 2013. Pelaksanaannya seiring dengan rampungnya kurikulum baru yang diterapkan di tingkat pendidikan dasar dan menengah yaitu Kurikulum 2013, yang awalnya menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga kurikulum berbasis KKNI ini disebut-sebut sebagai Kurikulum 2013. Sejalan dengan berbagai persiapan yang dilakukan oleh pihak sivitas akademika UNP dalam rangka penerapan kurikulum berbasis KKNI tersebut, mahasiswa sebagai salah satu unsur di dalamnya juga dituntut untuk melakukan hal yang sama. Seperti yang disampaikan oleh Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP Dra. Nelvia Adi, M.Pd.. Menurut Nelvia, mahasiswa perlu diLokakarya: Dosen Jurusan Teknik Pertambangan FT UNP mengadakan lokakarya di Ruang Sidang Jurusan Teknik Pertambangan dalam mempersiapkan penerapan biasakan untuk melakukan kurikulum berbasis KKNI, Senin (15/4/2013). f/doc. aktivitas pendidikan di kampus sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis KKNI. Dalam proses perkuliahan, mahasiswa harus memiliki pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan kurikulum tersebut. Selain itu, mahasiswa juga harus mencari sendiri informasi-informasi terkait, baik dari internet atau pun dari buku. “Selain memPersiapan kurikulum berbasis KKNI sudah jalan dari beberapa tahun yang lalu, harapannya biasakan diri, mahasiswa juga hapelaksanan kurikulum ini tidak sekadar harapan. rus mau memburu informasi,” ungkapnya, Jumat (10/10). Oleh Wahida Nia Elfiza/Sri Gusmurdiah dan Meri Susanti/Yola Sastra Sehubungan dengan kesiapan mahasiswa, menuju tahun kedua sosialisasi dan koordinasi mulai terealisasinya kurikulum berbasis agi itu, sekitar pukul 07.30 untuk mata kuliah yang menga- nya. WIB, beberapa Dosen lami perubahan pada kurikulum Lebih lanjut, Perengki juga dari tingkat pusat, universitas, fa- KKNI, masih banyak mahasiswa Jurusan Teknik Pertam- berbasis KKNI. menjelaskan bahwa dengan kultas, jurusan, hingga prodi, na- UNP yang belum mengetahui Selain lokakarya yang dilaku- adanya kurikulum berbasis KKNI, mun penerapan kurikulum ini di- tentang kurikulum yang sedang bangan Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) kan oleh dosen Jurusan Teknik mahasiswa lebih dituntut untuk pandang terlalu tergesa-gesa, digunakan ini. Salah satunya telah berada di Ruang Sidang Pertambangan, berbagai persiapan belajar tuntas. Sebab, pada kuri- sehingga perbaikan, pengembang- Maifil Eka Putra, Mahasiswa JuTeknik Pertambangan, Senin (15/ lainnya juga digencarkan di UNP. kulum yang sekarang, jumlah SKS- an dan pelaksanaannya belum rusan Teknologi Pendidikan TM 4/2013). Dosen yang telah hadir Salah satunya persiapan yang nya mencapai 9 SKS untuk satu sempurna. “Masih ada beberapa 2013. Eka mengatakan bahwa ia duduk melingkar mengelilingi dilakukan di Fakultas Ekonomi mata kuliah, berbeda dengan kuri- silabus dan sinopsis mata kuliah hanya mengetahui kalau kurimeja bertaplak biru tua yang di (FE). Berdasarkan keterangan kulum dahulu yang hanya 3 SKS. yang belum selesai dirancang,” kulum yang sedang diterapkan di UNP sekarang adalah Kuriruangan tersebut. Hari itu, mereka Koordinator Program D3 FE, “Hal ini akan memicu pembela- ungkapnya. Demikian beberapa bentuk kulum 2013, bukan kurikulum akan melaksanakan lokakarya Perengki Susanto, S.E, M.Sc., fa- jaran menjadi lebih baik, dan yang membahas tentang kuri- kultas ini telah melakukan per- mahasiswa tidak perlu lagi mem- persiapan dari fakultas, jurusan, berbasis KKNI. “Saya baru kali kulum program Strata 1 (S1) dan siapan untuk penerapan kurikulum pelajari banyak ragam mata ku- dan prodi yang ada di UNP dalam ini mendengarnya,” ujar Eka yang rangka penerapan kurikulum ber- kala itu tengah duduk di lobby Diploma 3 (D3) Jurusan Teknik berbasis KKNI semenjak 2012 yang liah,” ungkapnya. Pertambangan, untuk menindak- lampau. Persiapan dilakukan deSama halnya dengan Perengki, basis KKNI. Sebelumnya, kampus FIP UNP, Kamis (16/10). Kendati lanjuti kurikulum berbasis ngan cara mengadakan workshop Ketua Jurusan Kimia Fakultas Ma- kuning ini menggunakan Kuri- pernah mengikuti seminar interKerangka Kualifikasi Nasional untuk semua dosen yang difasi- tematika dan Ilmu Pengetahuan kulum Tingkat Satuan Pendidikan national tentang kurikulum saat Indonesia (KKNI) yang akan litasi oleh UNP dan dibiayai oleh Alam (FMIPA) UNP, Dra. Androm- (KTSP). Keputusan tentang pelak- masih berada di semester dua dipakai oleh mahasiswa baru Islamic Development Bank (IDB). eda, M.Si. juga mengatakan bahwa sanaan kurikulum ini tertuang da- yang lalu, Eka mengaku bahwa tahun akademik 2013. Setelah Pelatihan telah dilakukan sebanyak kurikulum berbasis KKNI me- lam Peraturan Presiden Republik materi yang ia dapatkan saat itu semua dosen hadir, lokakarya pun lima sampai enam kali. “Baik da- mang telah disosialisasikan di Indonesia (Pepres) nomor 8 tahun bukanlah tentang kurikulum berdimulai. lam bentuk seminar nasional mau- UNP sejak 2011 yang lampau. Na- 2012 tentang KKNI. Salah satunya, basis KKNI, melainkan mengenai Lokakarya yang dipimpin oleh pun workshop yang diadakan se- mun pembentukan tim pengem- pada pasal 1 ayat 1 yang menya- penerapan Kurikulum 2013. “Saat Drs. Bambang Heriyadi, M.T., tiap semesternya,” ujar Perengki bangannya dilakukan pada 2012, takan bahwa, “Kerangka Kualifi- itu pemateri tidak menyinggung Ketua Jurusan Teknik Pertam- ketika ditemui di ruangannya, sehingga kurikulum ini baru di- kasi Nasional Indonesia, yang se- sama sekali tentang kurikulum bangan itu berlangsung hingga Kamis (9/10). rampungkan pada 2013, dan masih lanjutnya disingkat KKNI, adalah berbasis KKNI,” tambahnya. pukul 15.20 WIB. Pada akhirnya Selain itu, Perengki juga me- menuju tahun kedua untuk perja- kerangka perjenjangan kualifikasi Menyikapi hal tersebut, Eka lokakarya itu menghasilkan nyampaikan bahwa untuk tingkat lanannya di UNP. “Kurikulum ini kompetensi yang dapat menyan- berharap agar kurikulum berbasis keputusan bahwa kurikulum program studi (prodi), workshop diberlakukan semenjak mahasiswa dingkan, menyetarakan, dan KKNI yang diterapkan di UNP berbasis KKNI siap dirampung- dilaksanakan dalam bentuk pe- tahun masuk 2013 dan sesudahnya,” mengintegrasikan antara bidang ini lebih disosialisasikan dan kan di Jurusan Teknik Pertam- ngembangan kurikulum prodi de- ujarnya, Selasa (7/10). pendidikan dan bidang pelatihan pelaksanaannya lebih dimaksimalbangan. Salah satu perubahan ngan mengundang pakar, baik dari Sejalan dengan pelaksanaan kerja, serta pengalaman kerja kan lagi. Khususnya sosialisasi yang akan dilakukan seiring pusat maupun dari UNP sendiri. kurikulum berbasis KKNI ini, dalam rangka pemberian penga- dan persiapan dari dosen. “Untuk lahirnya kurikulum baru tersebut “Rata-rata semua dosen di FE su- Andromeda juga menyampaikan kuan kompetensi kerja sesuai de- pelaksanaannya, dosen harus lebih yaitu adanya penambahan atau dah paham mengenai kurikulum bahwa dalam penerapannya kuri- ngan struktur pekerjaan di berba- paham dan bisa memberikan yang pengurangan mata kuliah, serta berbasis KKNI dengan adanya kulum ini belum berjalan mak- gai sektor.” terbaik,” harapnya. Kurikulum berbasis KKNI ini bobot satuan kredit semester (SKS) pelatihan-pelatihan ini,” tambah- simal. Meskipun telah dilakukan Laporan Kru SKK Ganto
Kurikulum Bar u Itu Berbasis KKNI
P
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Laporan
5
Optimalisasi Penerapan Kurikulum
Target KKNI: Pemasangan kokarde kepada mahasiswa baru sebagai peserta PKKMB 2014 oleh Dekan FIK di GOR UNP, seiring berjalannya kurikulum 2013 mahasiswa tahun masuk 2014 akan tetap menjalankan kurikulum 2013 yang berbasis KKNI. Maba 2014 merupakan salah satu target pelaksanaan kurikulum ini, Kamis (21/8). f/Ratmiati
Ujung tombak kurikulum berbasis KKNI itu adalah prodi dan jurusan, dengan adanya usaha yang maksimal akan melahirkan lulusan yang dibutuhkan pasaran. Oleh Wahida Nia Elfiza/Sri Gusmurdiah dan Meri Susanti/Yola Sastra
ada 2010 lalu, Prof. Dr. Festiyed, M.S., Asisten II Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP), terpilih sebagai ketua Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi National Indonesia (KKNI) di UNP. Terpilihnya Festiyed sebagai ketua, membuatnya harus bertolak ke Jakarta untuk menjemput kurikulum tersebut. Keberangkatannya didanai oleh Islamic Development Bank (IDB) yang sebelumnya telah bekerja sama dengan UNP untuk pembangunan fisik dan juga nonfisik. Usai mengikuti berbagai kegiatan penalaran, pelatihan, dan pembekalan tentang kurikulum berbasis KKNI, Festiyed kembali ke UNP dengan harapan bisa menerapkan acuan pendidikan yang baru di kampus kuning. Kembalinya Festiyed ke UNP mendapat sambutan baik dari sivitas akademika. Secara bergiliran, Festiyed melakukan sosialisasi dan menjadi pemateri seminar untuk tujuh fakultas yang ada di UNP. Tidak hanya itu, di tingkat jurusan dan prodi pun tidak sedikit yang meminta Festiyed untuk mengisi berbagai seminar tentang kurikulum berbasis KKNI ini. Namun, selang beberapa semester setelah adanya sosialisasi tersebut di UNP, realisasinya belum berjalan maksimal. Hal ini disebabkan oleh penerapan kurikulum yang tidak merata di berbagai jurusan dan prodi. “Secara teori kita telah maksimal, tapi praktisnya yang masih lemah,” ujar Festiyed ketika
P
ditemui di ruangannya, Kamis (17/ 10). Selain itu, Festiyed juga mengatakan bahwa kurikulum berbasis KKNI memang diterapkan dalam lingkup universitas, tetapi dalam praktiknya tergantung kepada jurusan dan prodi yang akan menerapkan kurikulum itu sendiri. “Mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan,” tambahnya. Apa yang disampaikan Festiyed tersebut dibenarkan oleh Anton Komaini, S.Si., M.Pd.. Dosen Prodi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNP ini mengatakan bahwa untuk Jurusan Kesehatan dan Rekreasi memang belum diterapkan kurikulum tersebut. Penyebabnya adalah banyak staf pengajar yang masih bingung tentang penerapan kurikulum ini. “Rekan-rekan saya masih banyak yang belum paham, jadi belum diterapkan,” ujarnya, Rabu (1/10). Selain itu, Anton juga menyampaikan kalau ia kurang setuju dengan diterapkannya kurikulum berbasis KKNI. Sebab menurutnya, jika hanya metode pembelajaran saja yang lebih ditekankan, maka tidak harus merubah kurikulum. “Mungkin hanya perlu evaluasi dan perbaikan, serta penambahan sarana dan prasarana,” ungkapnya. Sama halnya dengan Anton, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP, Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum., juga mengatakan bahwa penerapan kurikulum berbasis KKNI belum sempurna. Pasalnya, pemahaman sivitas akademika
UNP tentang kurikulum ini masih beragam, sehingga penerapannya pun belum maksimal. “Kurikulum yang dibuat belum seragam di
sendiri telah memberikan informasi dan bimbingan kepada dosen beserta mahasiswa. “Sosialisasi telah kami lakukan,” ujarnya, Rabu (1/10). Selain itu, Darnis juga mengatakan bahwa tidak ada kendala dengan penerapan kurikulum ini. Sebab, seluruh dosen dan mahasiswa BK saling berkoordinasi dalam melaksanakannya. Hal tersebut juga didukung dengan adanya SMS Info untuk dosen dan mahasiwa BK, “Sejauh ini kami belum menemukan masalah yang berarti,” ungkapnya. Senada dengan Darnis, Dekan Fakultas Teknik (FT) UNP, Prof. Dr. Ganefri, M.Pd., Ph.D., juga mengatakan hal yang sama. Menurut Ganefri, pelaksanaan kurikulum berbasis KKNI telah berjalan maksimal di UNP. Hanya saja, untuk FT sendiri masih terkendala oleh sarana dan prasarana, khususnya peralatan untuk pratikum mahasiswa. “Secara umum, kurikulum ini sudah berjalan baik,” ujarnya, Senin (13/10). Menanggapi berbagai permasalahan tersebut, Pembantu Rektor I UNP, Prof. Dr. Agus Irianto membenarkan bahwa penerapan kurikulum ini belum sempurna. Menurut Agus, pelaksanaan kurikulum harus bertahap. “Kemarin masih ada sedikit
dari jurusan dan prodinya. Setelah itu, learning outcome yang telah ditetapkan tersebut dijabarkan menjadi mata kuliah yang nantinya akan dilaksanakan dalam perkuliahan yang disertai dengan bobot-bobot tertentu yang telah ditetapkan. “Untuk mata kuliah pun, kami meminta prodi yang menyusunnya”, tambah Agus. Selain penetapan learning outcome dan penyusunan mata kuliah, setiap jurusan dan prodi juga diminta untuk berkoordinasi secara nasional dengan jurusan dan prodi lain. Sebab, jika jurusan dan prodi sudah berjalan dengan baik dan bisa mengadakan pertemuan tingkat nasional, maka jurusan dan prodi tersebut dapat merumuskan core dan outcome dari jurusan dan prodinya. “Jadi, prodi yang sama secara nasional dapat merumuskan mata kuliah atau topik apa saja yang harus diberikan kepada mahasiswa,” terangnya. Selanjutnya, Agus menjelaskan bahwa pada kurikulum ini pola berpikir mahasiswa dalam belajar akan diubah. Mahasiswa dituntut untuk berpikir induktif, yaitu menemukan sendiri jawaban atas fenomena yang dijumpainya. “Jadi mahasiswa tidak hanya menunggu apa yang dikatakan dosen,” jelasnya. Ia juga berharap agar kurikulum ini berjalan lancar di UNP,
4%
Sarana dan Prasana: Beberapa gedung di Fakulta Bahasa dan Seni sudah dihancurkankan, rencananya pada tahun 2015 mendatang akan dibangun gedung kuliah empat lantai, pembangunan ini juga salah satu upaya untuk mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis KKNI dari segi penyediaan sarana dan prasarana, Selasa (19/9). f/ Rahmi*
tingkat universitas,” ujarnya, Rabu (8/10). Namun, apa yang disampaikan oleh Anton dan Zaim ditanggapi berbeda oleh Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) FIP UNP, Dr. Daharnis, M.Pd., Kons.. Daharnis mengatakan bahwa penerapan kurikulum berbasis KKNI di Jurusan BK telah berjalan maksimal. Karena, BK
kekurangan dalam hal teknis,” ujar Agus ketika ditemui di ruangannya, Senin (13/10). Selain itu, Agus juga menambahkan bahwa kurikulum berbasis KKNI dalam pelaksanannnya memang dirancang dan disusun langsung oleh jurusan dan prodi. Pada awalnya, masing-masing jurusan dan prodi harus menetapkan learning outcome
sehingga lulusan UNP nantinya mempunyai potensi yang benarbenar sesuai dengan learning outcome sebagaimana yang telah ditetapkan. “Semoga learning outcome yang dirumuskan sesuai dengan kebutuhan, sehingga lulusan kita tidak sia-sia,” tutupnya. Laporan Kru SKK Ganto
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Laporan
6
Pro Kontra Masa Studi 5 Tahun Kuliah maksimal lima tahun lahirkan mahasiswa sukses kuliah dan organisasi? Oleh Wahida Nia Elfiza/Sri Gusmurdiah dan Meri Susanti/Yola Sastra
Ormawa: Salah satu organisasi mahasiswa (Ormawa) tengah melakukan kegiatan di ruangan PKM UNP, Jumat (25/4). f/doc.
ertanggal 9 Juni 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Mohammad Nuh menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi. Menindaklanjuti hal itu, maka pada 11 Juni 2014 ketetapan tersebut telah diundangkan di Jakarta. Peraturan ini ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Amir Syamsudin. Setelah momen pengesahan, maka muncullah Salinan Permendikbud nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Na-sional Perguruan Tinggi yang telah dijamin kesesuaiannya dengan peraturan asli oleh Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan, Ani Nurdiani
T
Azizah. Pada salinan Permendikbud itu, dari situs www.its.ac.id, terdapat 6 BAB dan 65 pasal yang membangun peraturan tersebut. Lalu, menilik lebih lanjut pada BAB II, bagian keempat, pasal 17 ayat ketiga dan lebih spesifik pada bagian d tertuang sebuah peraturan, yaitu bagi mahasiswa Diploma 4 (D4) dan Strata 1 (S1), memiliki masa studi selama empat sampai lima tahun. Lahirnya peraturan itu ternyata belum disambut dengan serta merta oleh sebagian mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP). Sikap tersebut ditunjukkan oleh salah satu Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2010, Dandi Arianto Pelly. Menurut Dandi, masa kuliah yang diperpendek menjadi 5 tahun akan menghambat kreativitas
mahasiswa, sedangkan bobot Satuan Kredit Semester (SKS) yang dibebankan masih sama. Hal ini juga akan membuat mahasiswa fokus dengan perkuliahan dan melupakan organisasi. “Saya kurang setuju dengan pera-turan ini,” ujarnya, Selasa (7/10). Senada dengan Dandi, Andika Putra juga merasakan hal yang sama. Mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2011 ini mengaku terkejut dan masih mempertanyakan tentang peraturan tersebut. Menurutnya, hal-hal yang membedakan antara masa studi selama lima tahun atau lebih, belum begitu jelas. Selain itu, mahasiswa yang terlambat menyelesaikan masa studinya belum tentu disebabkan oleh nilai akademik yang rendah. “Pemerintah seharusnya mengkaji hal ini terlebih dahulu,” ujar Ketua Umum Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa, Jumat (3/10). Namun, berbeda halnya dengan Heru Setiawan, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2011. Heru setuju jika peraturan ini diterapkan di UNP. Menurutnya, peraturan tersebut sudah ideal karena akan membuat mahasiswa lebih terpacu dan bersemangat lagi untuk kuliah. Selain itu, kurangnya minat mahasiswa dalam berorganisasi menurutnya tidak ada kaitannya dengan batas kuliah lima tahun. “Jika memang mahasiswa memiliki niat yang benar, organisasi tidak akan mengganggu kuliahnya,” ungkapnya, Rabu (1/10). Januar Sahri juga tidak keberatan jika
peraturan tersebut diterapkan di UNP. Menurutnya, peraturan ini punya sisi positif dan sisi negatif, tergantung kepada diri pribadi mahasiswa yang menjalaninya. Jika mahasiswa memang bersungguh-sungguh untuk kuliah, organisasi tidak akan jadi penghalang untuk bisa wisuda tepat pada waktunya. “Karena, mahasiswa harus bisa membagi waktu dengan baik,” ujar Mahasiswa Prodi Ilmu Keolahragaan TM 2014 ini, Jumat (3/10). Dukungan terhadap peraturan menteri mengenai kuliah batas lima tahun, juga terlihat dari kalangan Staf Pengajar UNP, salah satunya Dr. Azwir Anhar, M.Si., Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), setuju dengan peraturan tersebut. Menurutnya, lamanya waktu kuliah mahasiswa hanya akan merugikan pihak universitas. Karena semakin lama waktu kuliah yang diberikan, maka mahasiswa akan santai untuk melakukan perkuliahan. “Hal ini akan menyebabkan akreditasi universitas menjadi rendah,” ujarnya, Jumat (3/10). Selain itu, Azwir juga mengatakan bahwa diperpendeknya masa kuliah tidak akan berpengaruh terhadap keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi. Malahan dengan waktu yang diperpendek, mahasiswa akan lebih semangat untuk berkuliah. “Mahasiswa itu harus sukses kuliah dan organisasi,” tutupnya. Laporan Kru SKK Ganto
KKNI dan Masa Kuliah 5 Tahun halnya UNP, sekarang tengah menerapkan kurikulum berbasis Kerangka Nasional Indonesia (KKNI). Seberapa jauh kurikulum berbasis KKNI ini telah terlaksana di UNP? Ikuti wawancara reporter Ganto, Meri Susanti dan Yola Sastra bersama Pembantu Rektor I UNP, Prof. Dr. Agus Irianto.
Prof. Dr. Agus Irianto
urikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, (Undang-undang nomor 20 tahun 2003). Sebagai acuan dari setiap jenjang pendidikan, kurikulum selalu berubah sejalan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang diterapkan. Seperti
K
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Apa yang melatarbelakangi kurikulum selalu berganti? Kurikulum itu berubah karena perkembangan ilmu dan bisa berubah 2 tahun sekali. Jadi kalau ada perubahan dan perbaikan, itu wajar saja. Perubahan kurikulum adalah kebutuhan. Karena adanya perubahan-perubahan ilmu, teknologi, bahkan masyarakat itu sendiri juga berubah. Kita kan ingin meluluskan sarjana yang terjun ke masyarakat. Jika masyarakatnya sudah berubah sedangkan lulusan kita masih model lama, mana bisa laku. Sudah sejauh mana pelaksanaan kurikulum berbasis KKNI di UNP? Terhitung tahun 2012, kita pun menggarap kerangka kurikulum sesuai
acuan. Lalu, pada tahun 2013, kita himbaukan kepada seluruh sivitas akademika UNP untuk menjalankan kerangka yang telah dibuat tersebut. Meminta prodi untuk menetapkan learning outcome dari masing-masing prodi serta dijabarkan menjadi mata kuliah lengkap dengan bobotnya. Untuk mata kuliah, kita minta kepada prodi untuk menyusunnya secara langsung. Kurikulum berbasis KKNI ini, pada 2012 sudah disosialisasikan ke seluruh prodi yang ada di UNP. Sebagian besar dari prodi sudah menerapkannya tahun 2012. Dan untuk yang belum, kita kembangkan lagi. Kita sempurnakan kurikulum tersebut dengan meminta (rancangan kurikulum) yang sudah jadi, walaupun sebagian ada yang belum selesai semua. Dan tahun ini kita minta kepada seluruh prodi untuk menyelesaikan semuanya. Bagaimana tanggapan Anda terhadap Permendikbud nomor 49 mengenai batas masa kuliah menjadi lima tahun? Sebelumnya saya pernah mengikuti rapat tentang keputusan SBMPTN dengan seluruh PR I se-Indonesia. Kami bertemu
karena ketidakpuasan terhadap Permendikbud nomor 49 tersebut. Saya juga sudah pernah komplain langsung ke Dirjen mengenai masalah ini. Sebab untuk UNP, peraturan ini memang belum bisa diterapkan, karena rata-rata nilai mahasiswanya saat tes seleksi SBMPTN hanya berkisar 70-an. Berbeda dengan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yang nilainya di atas rata-rata. Saya meminta peraturan ini untuk ditinjau kembali, karena masa tenggangnya pun 2 tahun. Jika peraturannya keluar tahun ini, maka penerapannya baru akan benar-benar diberlakukan pada 2016. Bagaimana seharusnya mahasiswa menyikapi peraturan itu? Ini kan baru akan berlaku 2016. Jadi bagi mahasiswa lama tidak berlaku. Tetapi kalau saya menjadi mahasiswa tidak mau kuliah itu lama-lama. Cepat selesai itu menguntungkan. Saya heran banyak mahasiswa menunggu yang untuk mendapatkan dispensasi. Buang waktu. Saya menghimbau mahasiswa supaya tidak menunggu sampai batas waktu akhir. As soon as possible better than late. Cepat itu lebih baik daripada lambat.
Laporan
7
Nilai dan Kebajikan Sebuah Pendidikan
Meri Susanti Pemimpin Redaksi SKK Ganto 2014 Tercatat sejarah dikarenakan tulisan adalah salah satu impiannya. Twitter: @mheri_mazhra Blog: www.merisusanti10.wordpress.com
Pendidikan bertujuan untuk menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat yang berupa kebodohan dan ketertinggalan. Dalam mencapai tujuan tersebut, tak terlepas dari proses abadi dalam perbaikan alam sekitar intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia. Diperlukan sebuah formulasi dan perbaikan-perbaikan sudut padang demi tuaian hasil yang sesuai dengan pemilik harapan besar dalam hal tersebut. Salah satu formula yang terus digalakkan pemerintah demi terwujudnya proses perbaikan tersebut adalah dengan terus menyesuaikan kurikulum sebagai ruh pendidikan dengan perubahan tuntutan zaman. Socrates dan Nabi Muhammad SAW pernah menyuarakan, bahwa moral atau karakter adalah tujuan yang tidak bisa dihindarkan dari dunia pendidikan. Tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah hal yang bernilai. Karena, nilai berfungsi
sebagai penggerak pendidikan. Ia seperti jantung yang memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Oleh sebab itu, tujuan utama pendidikan adalah untuk menghasilkan kepribadian manusia yang matang secara intelektual, emosional, dan spiritual. Fungsi nilai yang tak mampu terbantahkan dalam sebuah nilai yang bermoral. Kompleksitas sebuah tujuan pendidikan bermuara pada keinginan suatu luaran yang berkualitas tinggi. Manusia layak pakai untuk kegilaan zaman di masa yang akan datang. Manusia berkualitas yang mampu bersaing dengan diri sendiri dalam penaklukan oleh kekejaman dunia masa depan. Semakin menakutkan apabila hitam putih pendidikan tidak dilandasi sebuah karakter yang akan membangun sebuah nilai. Karena itulah, komponen esensial manusia adalah nilai dan kebajikan. Gagalnya pendidikan dalam membangun manusia yang utuh perlu ada kajian ulang mengapa hal tersebut dapat terjadi. Oleh manusia yang bernilai dan baik dalam peradabannya. Pemerintah selalu mempunyai solusi ampuh untuk menjawab tantangan perkembangan globalisasi dalam arusnya. Belakangan ini berkembang wacana pendidikan karakter yang akan diterapkan di setiap satuan pendidikan. Pendidikan karakter yang mengutamakan penanaman nilai-nilai. Penilaian nilai-nilai pada zaman yang ketika manusianya telah terpenjara oleh tujuantujuan sekuler. Jika tidak dilakukan perubahan dalam pengembangan konsep berkarakter, praktik pendidikan yang diaplikasikan hanya menyentuh kulit. Ia tidak akan pernah menyentuh ruh yang menjadi jantung pendidikan. Jika ruh pendidikan
hilang, anak didik yang dibentuk dalam pendidikan pun akan menjadi manusia yang kehilangan ruh. Sesuai dengan peran yang harus dimainkan, kurikulum sebagai alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya. Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Makna dapat hidup di masyarakat itu bukan saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi juga pendidikan harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat Grafis: Hari Jimi Akbar mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dalam sistem pendidikan, kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri. Dewasa ini, pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dengan pendidikan, masyarakat dapat memperbaiki kualitas hidup. Hal ini diperkuat dengan semakin tinggi pendidikan yang dipelajari maka terbuka kemungkinan peningkatan wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam menyelesaikan masalah.
Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya pondasi pendidikan, yaitu kurukulum. Kurikulum merupakan suatu cara untuk mengukur tingkat perkembangan pendidikan, hal ini dapat diartikan bahwa arah pendidikan kita tergantung kurikulum yang dibuat. Dalam kurun waktu belakangan ini kurikulum mengalami banyak perubahan yang secara langsung membawa dampak terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Perubahan yang terjadi tidak terlepas dari perkembangan secara global di dunia yang mau tidak mau menuntut kita untuk menyesuaikan dengan kebudayaan bangsa Indonesia sehingga dapat meningkatkan daya beda yang tiap daerah memiliki ciri khas tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah didengungkan oleh Socrates dan Nabi Muhamad SAW. Dengan kuat, kurikulum yang diberlakukan pada tahun 2013 ini menjunjung tinggi karakter dalam pengembangannya, memang harus dikembangkan sedemikian mungkin. Kerena pada dasarnya, manusia yang terdidik dengan moral yang tinggi adalah sebuah harapan dari bangsa yang tengah mencoba merintis perubahan. Sebuah hal yang memang harus diformulasikan pemerintah untuk bisa mencapai tujuan pendidikan yang bernilai dan berkarakter. Mahasiswa sebagai lakon dalam pergerakan kebaikan nilai sebuah pendidikan memang harus ikut bekerja sama dengan pemerintah dalam mewujudkan harapan besar pemerintah. Oleh sebuah ide pendidikan yang bernilai, bermoral, dan berkarakter. Adalah sebuah akhir yang akan menjadi nyata apabila semua pihak yang terlibat dalam pergulatan mimpi ini benarbenar bekerja sama dengan keras untuk itu. Tiada sebuah kemustahilan. Semua adalah proses. Dan sebuah keputusan adalah sudut pandang dari proses untuk menemukan sebuah hasil.
Kurikulum Baru di UNP Kurikulum baru memiliki dampak tersendiri bagi mahasiswa. Mahasiswa benar-benar terpaku pada kurikulum sebelumnya. Mereka sedikit kewalahan dengan penerapan kurikulum ini. Di sini mahasiswa memang dituntut mandiri. Selain itu, kurikulum ini lebih mengutamakan kepada sikap mahasiswa atau yang diharapkan. Mungkin disebabkan karena masih adanya bias dari kurikulum sebelumnya. Saya pun masih canggung dengan kurikulum baru ini.
Ade Syafrinaldo (Mahasiswa Pendidikan Matematika TM 2014)
Secara konsep, sebenarnya kurikulum baru ini bagus. Dengan adanya kurikulum ini, mahasiswa tidak tergantung kepada dosen lagi, tetapi lebih ke bagaimana cara mereka untuk mengembangkan dirinya baik di dalam maupun di luar kampus. Begitu pula dengan kemungkinan untuk diterapkan di UNP. Namun, penerapan tersebut sebaiknya belum saat ini karena sosialisasinya yang masih kurang. Terlebih lagi karena sekarang masih dalam masa transisi. Sebelum diterapkan, akan lebih baik jika kampus meriset terlebih dahulu pendapat mahasiswa terkait penerapan kebijakan baru ini. Setuju atau tidakkah mereka dengan kebijakan baru ini. Karena bagaimanapun juga, mahasiswalah yang akan menjalankannya. Seandainya diterapkan juga sekarang, dan hasilnya tidak sesuai harapan, mungkin perlu dibentuk konsep yang baru. Yang menguntungkan bagi semua pihak, baik itu mahasiswa, kampus, Dandi Arianto Pelly (Wakil Gubernur BEM FIS) maupun pemerintah.
Kurikulum diibaratkan sebagai jantung dan hatinya pendidikan. Kurikulum merupakan kunci pendidikan. Kurikulum disusun dengan mempertimbangkan lulusan sebuah institusi pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya kurikulum ini tidak diganti tetapi hanya direvisi. Sekarang dicanangkanlah kurikulum baru oleh pemerintah, yaitu kurikulum berorientasi kepada KKNI. Pada kurikulum ini, lebih dituntut keaktifan mahasiswa. Selain itu, kurikulum baru juga lebih mengarah ke pembentukan sikap mahasiswa
tersebut. Nah, inilah kekurangan kurikulum sebelumnya. Dalam penerapannya, kurikulum yang berlaku saat ini harus dikaitkan dengan kesiapan lulusan kita. Siap atau tidakkah lulusan kita menghadapi lapangan kerja, terumata
Drs. Zulfa Eff. Uli Ras, M.Pd. (Dosen Pendidikan Teknik Bangunan)
untuk mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon guru. Jadi, diharapkan pula penerapan kurikulum ini harus sinkron dengan penerapan kurikum di sekolah. Seandainya sudah mantap, barulah diterapkan di UNP secepatnya. Tentunya dengan harapan perubahan kurikulum tidak menghambat studi mahasiswa nantinya.
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
8
Jika Anda mengalami masalah kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke e-mail Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh: dr. Pudia M. Indika
Nyeri di Kepala Akhir-akhir ini, kepala bagian belakang saya sering terasa nyeri. Rasa nyeri semakin terasa ketika sedang banyak pikiran. Selain itu dari pergelangan kaki hingga ujung kaki juga terasa pegal-pegal. Apakah yang menyebabkan saya merasakan rasa sakit seperti itu? Penyakit apa yang sedang saya alami? Apakah hal-hal yang saya rasakan itu masih dalam batas kewajaran atau sesuatu yang perlu dikhawatirkan? Terima kasih. Wassalam. Miftahul Hidayah Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2012
In Memoriam Ady Rosa (1952-2014) Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Siapapun dia dan setinggi apapun pangkatnya tetap tidak bisa lari dari yang namanya kematian. Sebelum maut menjemput, kehidupan tentulah akan terasa bermakna jika dijalani dengan kesungguhan dan kebaikan untuk orang lain. Adalah Drs. Ady Rosa, M.Sn. Dosen FPBS Universitas Negeri Padang yang telah lebih dulu berpulang pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul 03.10 WIB. Penyakit stroke yang menyerang tubuhnya membuat ia harus dirawat di RS. Yos Sudarso, Padang beberapa hari sebelum jiwanya dipisahkan dari raganya. Seperti biasa, penghormatan almamater diberikan kepada almarhum dan jenazahnya sempat disemayamkan di Rektorat UNP, dilepas serta disalatkan di Masjid Al-Azhar UNP, Air Tawar, Padang sebelum diantar ke peristirahatan terakhir. Mendiang Ady Rosa asli putra Minangkabau, dilahirkan di Jakarta pada 23 Juli 1952. Suami dari Ibu Farida Idrus yang berprofesi sebagai guru SMK 4 Padang ini memiliki dua orang anak, Dipa Aditya Rosa dan Dibya Prayasitta Somya Rosa. Ia tercatat sebagai dosen tetap FPBS UNP dan kandidat doktor Universiti Kebangsaan Malaysia. Sepanjang karirnya, Ady Rosa dikenal sebagai peneliti yang tekun, perupa, kurator seni, dan instruktur desain kerajinan pada pelatihan kerajinan
Assalammualaikum Wr.Wb Salam Sehat Miftahul Nyeri kepala bagian belakang merupakan salah satu dari gejala beberapa tipe sakit kepala (lihat Ganto Edisi 172). Gejala yang dirasakan lebih mendekati kepada Tension Type Headache (TTH). TTH adalah sakit kepala yang terasa seperti tekanan atau ketegangan di dalam dan di sekitar kepala. Nyeri kepala karena tegang yang menimbulkan nyeri akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi, dan leher yang disertai dengan pelebaran pembuluh darah di luar tengkorak kepala. Nyeri ditandai dengan rasa kencang seperti pita di sekitar kepala dan nyeri tekan di daerah kepala bagian belakang hingga leher. TTH terbagi atas: (1) Infrequent episodic tension-type headache, (2) Frequent episodic tension-type headache, (3) Chronic tension-type headache,, dan (4) Probable tension-type headache Penyebab TTH antara lain: (1) ketegangan (tension) dan stres, (2) kelelahan (tiredness), (3) kecemasan (anietas), (4) terlalu lama membaca, mengetik, atau konsentrasi (eye strain), (5) posture yang buruk, (6) benturan pada leher, dan (7) tekanan darah tinggi. Mengobati Tension Headache Tujuan pengobatan tension headache adalah untuk mencegah serangan lebih lanjut dan mengurangi rasa sakit yang dialami. Pencegahan tension headache meliputi: 1. Minum obat yang direkomendasikan oleh dokter Anda, seperti penghilang rasa nyeri, relaksan otot, anti depresi 2. Menghindari atau meminimalkan penyebab atau pemicu tension headache 3. Manajemen stres /latihan relaksasi. Berikut ini beberapa tips tentang sakit kepala : 1. Menghangatkan leher dengan kompres maupun botol 2. Menghela napas dalam secara teratur 3. Menghindari suara berisik yang dapat mencetuskan tension headache 4. Membiasakan diet rendah garam 5. Pola makan teratur 6. Hindarkan jenis makanan tertentu yang tubuh tidak tahan menerimanya 7. Olahraga dan aktivitas fisik bisa mencegah serangan sakit kepala atau mengatasi sakit kepala ringan 8. Istirahat yang cukup
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
daerah, serta aktif dalam pelbagai events budaya nasional, a.l. “Festival Istiqlal” Jakarta pada 1995. Keterlibatannya dalam pelbagai kegiatan itu membuat dirinya menjadi dosen yang “sibuk” dalam rangka untuk memenuhi panggilan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat). Kontribusinya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah diragukan, khususnya di bidang seni tato. Di dunia Internasional ia dikenal sebagai ahli tato Indonesia satu-satunya. Penelitian Masternya di Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang “Eksistensi Tato sebagai Salah Satu Karya Senirupa Tradisional Mentawai” (1994), dan karya-karyanya yang lain, serta keahliannya yang unik itu membuat dirinya sering diundang media dan lembaga penelitian, seperti LIPI Jakarta. Beberapa penelitiannya yang lain adalah “Studi Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Suku Terasing Mentawai di Desa Sotboyak Kecamatan Siberut Utara” (Depsos, 1995), “Fungsi dan Makna Tato Serta Implikasinya pada Perilaku Kehidupan Sosial Budaya dalam Pembangunan” (Hibah Bersaing PT, 1997-1999), dan “Kajian Semiotik dan Mitologis tentang Tato Masyarakat Tradisional Kepulauan Mentawai” (1999). Ketekunannya dalam penelitian tato Mentawai selama lebih sepuluh tahun tersebut membawa dirinya terbiasa menelusuri kampung-kampung terpencil, keluar masuk hutan Mentawai, khususnya Siberut. Salah satu temuan penelitiannya mengatakan bahwa tradisi seni tato Mentawai sebenarnya jauh lebih tua usianya daripada tato Mesir, seperti yang telah dikenal selama ini. Ensiklopedi terkemuka dunia, Encyclopaedia Bri-
tannica, mencatat bahwa tato tertua ditemukan pada mumi di Mesir (1300 SM), tetapi dalam penelitiannya Ady Rosa mengatakan bahwa orang Mentawai sudah menato badan mereka sejak Zaman Logam (1500 SM 500 SM). Tato ialah Mestika Zed lukisan pada bagian organ tubuh Unit Kerja: Pensyarah dan Peneliti tertentu, atau sePKSBE, Fakultas Ilmu Pendidikan luruhnya. Tato (FIP) UNP disebut juga seni e-mail: mestikazed@yahoo.com lukis tradisional, sama halnya dengan lukisan di gua zaman prasejarah, memiliki makna simbolik bagi pelakunya, umumnya tekait dengan dunia kehidupan masyarakatnya, status, kelas sosial, dan jati diri serta makna sosiologis lainnya. “Hal ini tentu amat beda fungsinya dengan trend tato dikalangan pesepak bola atau selebritas akhirakhir ini. Para pesohor Indonesia seperti Ayu Azhari, Yuni Arso, Rebecca Tumewu, Jajang C. Noer, Karenina, Dian Nitami, Anjasmara, Cut Keke, Inneke Koesherawaty, dan Ari Sihasale—untuk menyebut sejumlah nama—juga bertato, tetapi bagi mereka tato hanyalah sekadar kesenangan, hobi, dan mengikuti trend budaya pop. Berbeda dengan tato tradisional, selain unik dan dahsyat, juga sarat akan simbol dan makna. Tetapi sayangnya, tato tradisional ini terancam punah,” kata Drs. Ady Rosa M.Sn. sekali waktu (Kompas, 2/2/2001). Dengan keahliannya di bidang inilah membuat ia dijuluki oleh media dan juga dosen-dosen di ITB sebagai “Jenderal Tato”. Dua minggu sebelum kepergiannya, Pak Ady sempat hadir untuk memberi dukungan dan semangat kepada koleganya di Jurusan Seni Rupa, yang mempresentasikan hasil penelitian S3-nya di Pascasarajana Universitas Negeri Padang, di mana saya menjadi salah seorang pengujinya. Tak ada tanda-tanda kepergiannya yang begitu cepat. Hanya saja kondisi fisiknya waktu itu tampak agak letih. Sehabis sidang dia juga pernah mengatakan dengan suara rendah kepada saya bahwa dia akan bertekad untuk melanjutkan risetnya tentang seni tato Indonesia, terutama di dua daerah lain, yaitu Dayak di Kalimantan dan Sumba di Nusa Tenggara Barat. Itulah perjumpaan terakhir saya dengan Pak Ady. Meskipun keahlian kami berbeda satu sama lain, sekali-sekali kami tetap saling menyapa dan beliau juga pernah mampir ke pusat kajian saya, PKSB, FIS UNP untuk bertukar pikiran. Kepergian Pak Ady pastilah menjadi sebuah kehilangan bagi keluarga termasuk komunitas akademik di UNP dan dunia ilmu pengetahuan umumnya. Terlebih karena dia adalah salah seorang dari sedikit pengajar UNP yang memiliki reputasi ilmiah yang baik, dikenal di dalam dan di luar kampusnya. Selamat jalan Pak Jendral. Buah dari setiap kerja keras dan ketekunan itulah yang menghasilkan berbagai karya yang berkualitas. Bukan malah menjadikan seseorang congkak akan karya yang telah mereka rangkai. Seperti Ady Rosa yang pergi dengan meninggalkan segudang karyanya untuk diwariskan kepada para intelektualitas yang ingin mengikuti jejaknya.
9
Generasi (Tanpa) Sejarah Indonesia patut bersyukur atas segenap sejarah yang dimilikinya. Karena dari sejarah, Indonesia bisa meraup banyak pelajaran yang dijadikan acuan untuk kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Perjuangan panjang masyarakat Nusantara dalam mempertahankan tanah air seharusnya selalu diingat dan diingatkan agar Bhineka Tunggal Ika masih tetap terjaga. Banyak tokoh yang patut dijadikan panutan dalam kehidupan bernegara. Pemikiranpemikiran para tokoh terdahulu yang hidup di zaman yang belum secanggih sekarang, ternyata bisa menyatukan Indonesia yang tidak satu daratan. Bahkan saat pendidikan tidak semudah saat ini, pahlawan tanah air mampu menanamkan semangat juang pada generasi selanjutnya. Contohnya saja Tuanku Imam Bonjol yang menggugah naluri juang Mohammad Hatta untuk turut campur tangan memerdekakan tanah Air. Roeslan Abdul Ghani mengatakan, ilmu sejarah ibarat penglihatan terhadap tiga dimensi, yaitu penglihatan ke masa silam, ke masa sekarang, dan ke masa depan. Dengan demikian, mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah akan selalu terkait dengan ‘waktu’ yang terus bergerak dari masa sebelumnya ke masa-masa berikutnya serta melahirkan peristiwaperistiwa baru yang saling terkait sehingga perjalanan sejarah tidak pernah berhenti. Peranan sejarah sangat penting dalam kehidupan manusia sebab sejarah adalah pengalaman manusia. Tanpa sejarah, manusia tidak mempunyai pengetahuan tentang dirinya. Manusia yang demikian tidak mempunyai memori atau ingatan, sehingga pada dirinya tidak dapat dituntut suatu tanggung jawab. Untuk itu, manusia yang punya rasa tanggung jawab, biasanya menyadari kedudukan sejarah sebagai suatu yang urgen dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Namun, pentingnya pelajaran sejarah sepertinya sudah lama diabaikan di negara ini. Belakangan ini masyarakat dikejutkan oleh pemberitaan televisi nasional mengenai minimnya pengetahuan sejarah anggota DPR RI. Seorang publik figur muda yang juga anggota DPR tergagapgagap
Grafis: Hari Jimi Akbar
ketika harus menjawab isi sumpah pemuda. Ada juga siswa yang tidak tahu makna tiap butir pancasila atau bahkan ada mahasiswa menjawab tidak tahu saat rekan-nya bertanya tentang gambar pahlawan yang tertera pada lembaran rupiah. Selain itu, muncul pula keprihatinan berbagai kalangan mengenai hilangnya jati diri bangsa, KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), separatisme, dan primordialisme, serta banyak lagi lainnya. Pengetahuan sejarah memang diberikan
pada siswa SD, SLTP, dan SLTA. Namun, dirasa belum cukup. Pelajaran sejarah yang terkandung dalam subpelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hanya dipelajari siswa dengan waktu dua sampai tiga jam pelajaran. Selain itu tidak ada lagi asupan pengetahuan sejarah yang diberikan. Mungkin, jika tidak ada upacara bendera setiap hari senin di sekolah, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 pun dikhawatirkan akan membias. Selain batasan waktu untuk pelajaran sejarah, kurang jelinya pengajar dalam memberikan penguasaan terhadap pengetahuan sejarah juga menjadi alasan rontoknya minat siswa terhadap sejarah. Umumnya siswa menggambarkan sejarah sebagai mata pelajaran yang menghafal tanggal dari suatu kejadian. Orang tua yang merupakan guru bagi generasi muda Indonesia dalam lingkup lingkungan rumah juga bertanggung jawab atas fenomena ini. Seharusnya orang tua dan guru saling bersinergi dalam menumbuhkan minat anak terhadap pengetahuan sejarah. Dari fenomena tersebut, muncul pertanyaan apakah karena sejarah dianggap kurang penting menjadi alasan kurangnya kesadaran sejarah generasi muda sekarang? Lalu bagaimana usaha untuk meningkatkannya? Revolusi kehidupan dari berbagai sisi memang mengubah pandangan masyarakat dari berbagai hal, salah satunya pandangan terhadap sejarah. Tidak dapat dipungkiri perkembangan zaman yang semakin maju membuat manusia kadang enggan melihat ke belakang. Hal ini pulalah yang diprediksi menjadi penyebab sejarah dianggap kurang penting oleh generasi muda. Sebagai negara berkembang, Indonesia selayaknya menekankan kembali aspek sejarah pada kehidupan masyarakat, khususnya pada generasi muda. Terlebih saat ini sudah di-
Novi Yenti Tempat/Tanggal Lahir: Padang/ 14 November 1992 Twitter: @opi_anok Facebook: Novi Yenti
kembangkan kurikulum yang berasaskan karakter siswa. Pengetahuan sejarah sebaiknya lebih diresapkan pada generasi muda yang kelak akan menggantikan para pengemban amanah rakyat. Untuk itu, menanamkan kesadaran sejarah bagi generasi muda lebih dari sekadar retorika. Membangun kesadaran sejarah bagi generasi muda harus dimulai dari hulu ke hilir. Maksudnya mempersiapkan teknik mengajar pengetahuan sejarah pada siswa dengan meminimalisir kekurangan yang terjadi sebelumnya. Pembelajaran sejarah merupakan proses yang bermakna bagi siswa, bukan sekadar menghapal angka tahun dan peristiwa saja. Dengan menjadikan pelajaran sejarah menjadi sesuatu yang bermakna, siswa diharapkan memiliki keterikatan dengan masa lalunya untuk diambil pelajarannya di masa depan. Dari sanalah muncul kesadaran sejarah bagi anak-anak muda sebagai calon pemimpin bangsa.
Jika Anda mengalami masalah Psikologi, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Pertengkaran Orang Tua Bu, saya sering merasa tidak nyaman ketika berada di rumah. Orang tua saya sering sekali bertengkar. Padahal mereka sudah tua. Selain itu mereka seharusnya menjadi contoh yang baik bagi anakanaknya. Pertengkaran ini juga sering disaksikan adik-adik saya yang masih kecil. Saya takut hal ini berdampak bagi psikologis mereka. Saya pun jadi dilema karena tidak bisa berbuat apaapa. Apa yang harus saya lakukan sebagai seorang anak dan kakak terhadap masalah ini? Terima kasih. Linda Sari Mahasiswa FBS UNP 2012
Saudari Linda yang baik, lingkungan keluarga memang menjadi salah satu aspek penunjang keberhasilan anak. Energi-energi dari keluarga membentuk emosi anak secara tidak langsung. Jika orang tua bisa menjaga kestabilan emosi saat berada di rumah akan menimbulkan
suasana nyaman bagi anak. Suasana nyaman tersebut tentu menunjang perkembangan psikologis anak ke arah yang lebih baik. Dorongan keluarga tersebut akan kamu pertanyakan saat menemukan kondisi keluarga tidak pada keadaan seharusnya. Orang tua yang sering bertengkar dan tuntutan kamu sebagai anak serta kakak yang harus menjadi penengah membuat kamu bingung. Beberapa hal yang bisa kamu lakukan saat merasa tertekan ketika berada dalam situasi tersebut: Menyibukkan diri dengan lebih sering berada di luar rumah Hal ini sebenarnya bukan termasuk ke dalam pengelolaan stres yang baik, tetapi lebih ke arah menghindar. Perilaku menghindar ini tidak sampai ke tahap destruktif dan berjalan ke arah yang negatif. Mengikuti unit kegiatan kampus yang seuai dengan yang kamu butuhkan, mungkin juga akan membantu kamu mengalihkan per-
hatian sementara dari kemelut di rumah. Menyalurkan hobi Menjalankan hobi adalah kegiatan yang bisa membuat seorang merasa tenang dan puas. Menyalurkan hobi bisa membuat kamu memiliki kesibukan dan penyaluran emosi secara positif. Saat hobi kamu tersalurkan kamu akan merasa memiliki kekuatan untuk menjalani masalah yang kamu hadapi dan yakin bahwa Tuhan pasti mempunyai rencana yang terbaik. Mencari social support Kamu perlu memilih beberapa teman dekat yang mungkin kamu anggap dapat menyemangati dan memberi kamu kekuatan. Ketika kamu sedang benar-benar berada dalam keadaan yang terpuruk, merekalah yang akan mengingatkan dan menyemangatimu. Berdoa Pentingnya doa secara psikologis adalah agar kita mendapat ketenangan dan dapat melewati suatu kelepasan dari ketegangan
dan pergumulan (Gintings, 1999). Salah satu hal yang membuat yakin akan selesainya suatu masalah adalah dengan berdoa. Doa mengubah cara pikirmu terhadap masalah yang kamu alami. Perbaiki hubungan dengan ayahibu dan saudara kamu Saat kamu merasa ada masalah dengan orang tuamu, sebagai anak dan sebagai kakak, sudah semestinya kamu menjadi pelindung bagi adik-adikmu. Kamu dituntut untuk memberikan perhatian dan kasih sayang pada adikadikmu. Kamu juga bisa merekatkan kembali hubungan ayah ibu kamu dengan mengulang-ulang kenangan yang kalian miliki. Ingatlah kamu masih memiliki saudara di bawah kamu yang masih membutuhkan dorongan keluarga. Dan ingat bahwa “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.� (QS. Alam Nasyroh: 5)
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Feature
10
Misteri Hilangnya Si Pora-pora Pernah dalam sejarah kehidupan, mereka mencapai kejayaan. Menikmati limpahan rahmat Tuhan. Kemudian hilang tergerus waktu. Sekarang tak lagi pagi, sore telah menjelang, untuk menjemput malam.
Oleh Meri Susanti
ebuah pagi di penghujung September 2014. Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, masih hidup dalam dimensinya. Oleh sebuah jalan takdir yang pernah dilewatkan melalui peran Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, mengantarkan warga setempat pada nasib masing-masing. Pada 2003 lalu, sebanyak 4.500 benih ikan bilih yang diangkut dari Danau Singkarak, Sumatera Barat, ditabur dan dikembangbiakkan di Danau Toba yang kemudian diberi nama pora-pora. Terhitung dari tahun 2005-2008, perairan tempat bermuaranya sebanyak 191 sungai ini, si pora-pora berkembang dengan pesat— melimpah ruah. “Saking banyaknya, ikan-ikan tersebut menyambangi kita saat mendekatinya,” terang Ramlan Tampubolan, pengusaha porapora bernostalgia dengan masa lalunya. Saat berburu keterangan kepada pengusaha dan nelayan pora-pora, teras Mes Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, seketika ramai oleh pergiliran tanya jawab terkait misteri hilangnya pora-pora di perairan yang memiliki panjang 100 km dan lebar 30 km ini. Dengan tawa yang tertahan, Ramlan
S
mencoba mengurai cerita, masih tentang kejayaan masa lalu yang kini tinggal kenangan. Seketika ada gurau yang sulit dilupakan, lalu sesal menyeruak di antaranya. Dalam canda yang masih mencoba membangunkan kenangan, tentang produksi melimpah dan tentang roda perekonomian yang bergerak dengan pesatnya. Waktu itu, sebagai pengusaha pribumi penggagas crispy porapora. Dengan usaha yang dirintisnya, harga jual pora-pora meningkat dari Rp500-Rp1.000 per kg menjadi Rp4.000 per kg. Hingga membuat semua kalangan diuntungkan dengan keberadaan pora-pora, bahkan mencapai titik kepuasan tertinggi. “Umpamanya, sekali kirim bisa dapat setumpuk emas,” jelas Ramlan. Dalam nostalgia memoar tersebut, seorang perempuan yang juga pernah merasakan jayanya menjadi seorang nelayan ini pun ikut berkisah. Adalah Siska Neggolan, seorang ibu yang memiliki delapan orang anak ini dulunya merupakan seorang penangkap ikan. Diakui Siska, pengambilan ikan pada masa lalu memang dalam jumlah besar, mencapai 50 kg dalam satu jala dan hampir seluruh warga terlibat dalam partisipasi ini. “Bayangkan saja, berapa banyak ikan yang mereka keruk jika punya banyak jala,” sesalnya. Serta, beberapa isu alam lainnya turut menyeimbangi sesal yang terpancar. Masih ada beberapa hal yang menguap ke permukaan sebagai deret akibat penyebab hilangnya porapora. Ikan bawal sebagai predator pun menjadi alasan tersendiri bagi warga, namun hal tersebut belum pasti adanya. Tentang keberadaan PT Aquafarm, bagi mereka, perusahaan budidaya ikan nila penanaman modal asing dari Swiss ini tak ikut mencemari Danau Toba. Sehingga tidak ikut
Danau Toba: Untuk mendatangkan kembali pora-pora di perairan Danau Toba, pemerintah berupaya membuatkan kawasan penangkaran di beberapa muara sungai di kawasan Danau Toba, Medan, Sabtu (27/9).f/Doc.
menjadi dalang penyebab hilangnya pora-pora. “Bahkan, menguntungkan dengan merekrut banyak tenaga kerja,” terangnya lebih lanjut. Kepala lurah daerah Ajibata, B. Doloksaribu, S.H., dengan terang-terangan mengakui keterlambatannya dalam mengatasi pengerukan berlebihan pada pora-pora ini. Bahkan nelayan mengeruk hingga 100 ton per hari, terutama di tiga titik penghasil pora-pora terbesar, yaitu Samosir, Toba Samosir, dan Simalungun. Isu pencemaran yang disebabkan oleh perusahaan raksasa milik Swiss pun menjadi penolakan tersendiri baginya. Menurutnya, PT Aquafarm tak ada sangkut pautnya dengan hilangnya eksistensi pora-pora. “Kalau pun iya, kita harus berbuat apa?” pasrahnya. Untuk membangkitkan masyarakat dari
keterpurukan, pemerintah telah berupaya memberikan pelatihan pengolahan hasil tangkap Danau Toba serta berbagai penyuluhan mengenai pemanfaatan kekayaan alam sekitar Danau Toba. Walau misteri di balik hilangnya eksistensi sang primadona Danau Toba ini belum terpecahkan, pemerintah terus berupaya untuk mengembalikan pora-pora ke tengah kehidupan ekonomi masyarakat. Dengan pertimbangan ke depan, agar masyarakat mampu memerangi nafsu dalam pengeksploitasian pora-pora. Karena bagaimana pun, masyarakat tak boleh hanya memikirkan kepuasan hidup sesaat dan bersama untuk saling menjaga agar pora-pora yang tersisa tidak benar-benar menghilang dari perairan Toba ini.
Wanita Penjinak Api Tak peduli siang atau malam, jika sirine telah berbunyi maka Bang Yos langsung menuju lokasi kebakaran. Oleh Sonya Putri
alam itu, Yosie Anita yang kerap dipanggil Bang Yos bersama rekan satu regunya tengah berjaga, shift malam, demikian mereka menyebutnya. Mendapat shift malam, berarti Bang Yos dan rekan-rekan sesama pasukan pemadam kebakaran harus siap siaga mulai dari jam tujuh malam hingga jam tujuh pagi jikalau nanti ada panggilan pemadaman. Tak disangka, pada dini harinya, sirine pun berbunyi, pertanda adanya peristiwa kebakaran. Mereka pun langsung bergegas menuju ke lokasi terjadinya kebakaran. Rutinitas seperti ini telah digeluti Bang Yos sejak 2003. Saat itu, perempuan 33 tahun ini hanya berstatus sebagai relawan. Empat tahun kemudian Bang Yos diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Padang. Sebelum itu, pada tahun 2005, Bang Yos telah diangkat pula menjadi Pegawai Daerah MPD. Hingga saat ini, Bang Yos merupakan satu-satunya anggota pemadam kebakaran perempuan yang ada di Sumatera Barat.
M
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
tetangga sebelah. Sedangkan suaminya terkadang ikut serta bergabung sebagai relawan pemadam kebakaran. Tak hanya dari suami dan anak saja. Dukungan juga didapatkan Yosie dari kedua orang tuanya, Syari dan Nurjani. Kedua orang tuanya tidak menghalangi pilihan hidupnya itu. Mereka merestui apapun yang anakanaknya kerjakan, asalkan itu masih dalam hal kebaikan. Orang tuanya bangga dengan apa yang telah ia miliki saat ini. Meski demikian, Yosie belum merasa puas sebelum kedua orang tuanya menunaikan rukun Islam yang kelima, naik haji. Sekarang, menjadi pemadam kebakaran tidak hanya menjadi profesi bagi anak kelima dari enam bersaudara ini. Bagi Yosie, memadamkan kebakaran telah menjadi bagian dari Perempuan Tangguh: Yosie Anita sedang bersama anaknya saat ditemui di Kantor Pemadam Ke b a k a ra n Kota Pa d a n g , Ka m i s ( 2 / 1 0 ) . H i n g g a s a a t i n i , Yo s i e A n i t a m e r u p a k a n s a t u - s a t u nya jiwanya. Bahkan jika kebakaran terjadi pemadam kebakaran wanita di Sumatera Barat. f/Sonya di luar jam kerjanya, ia akan tetap Perempuan pemberani ini dikenal lebih nya ini tetap melanjutkan tugas untuk turut serta memadamkannya tak peduli siang atau malam. “Itu sudah merasuk ke suka berteman dengan laki-laki daripada bertarung melawan si jago merah. Dalam menjalankan tugasnya, jiwa saya,” akunya. dengan perempuan. Faktanya, walaupun Bagaimanapun juga, apapun yang perempuan, Yosie tidak pernah dibedakan perempuan kelahiran 8 Mei 1981 ini dari rekan-rekan lainnya dalam bertugas. mendapatkan dukungan penuh dari suami dilakukan Yosie saat ini tidak bisa terlepas Ia selalu disamaratakan dengan pemadam dan anaknya. Bahkan anak laki-lakinya dari peran Yosie sebagai seorang istri dan yang lainnya. Pernah ketika bertugas pada yang masih berumur 3,5 tahun dari hasil ibu yang disayangi oleh keluarganya. Jika tahun 2009 karena bergegas menuju lokasi pernikahan dengan Putra Akmal, turut saat bekerja ia adalah seorang pemadam kebakaran, Yosie terjepit di pintu mobil mengingatkan Yosie jika sirine tanda kebakaran yang handal, maka di rumah pemadam kebakaran. Walaupun sakit, kebakaran berbunyi, meskipun hal itu Yosie adalah idola keluarga yang selalu Yosie yang terkenal dengan sifat tomboy- berarti anaknya harus dititipkan pada men-support-nya.
11
Amanah untuk yang Muda Ramo-ramo si kumbang jati, katik endah pulang bakudo, patah tumbuah hilang baganti, pusako lakek ka nan mudo.
Oleh Rizka Wahyuni
alai-balai adat Nagari Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Tanah Datar tampak lebih ramai dari biasanya. Di depan pintu utama berdiri stand talempong yang dimainkan oleh para pemuda. Suara talempong tersebut saling bersahutan membentuk nada indah khas Minangkabau. Di sudut kiri ruangan, ibuibu tengah sibuk mempersiapkan makanan, sedangkan ninik mamak dan para datuak telah siap dengan saluak pangulu, yaitu topi khas datuak serta kain sarung yang terselempang di bahunya. Anak-anak berseragam biru putih juga tampak memadati halaman balai adat tersebut, berebut tempat terdepan untuk menyaksikan upacara malewakan gala (peresmian gelar) penghulu pucuk suku Sikumbang. Anak-anak berseragam biru putih ini tidak sedang menyaksikan upacara pengangkatan datuak untuk tugas sekolahnya, tidak pula sekadar ikut-ikutan meramaikan suasana di tengah jam istirahat sekolah, namun lebih dari itu. Datuak yang sedang diresmikan gelarnya itu adalah teman sepermainan mereka. Muhammad
B
Rezi yang sekarang bergelar Datuak Majo Lelo adalah teman bermain kelereng, teman sekelas mereka di SMP Negeri 4 Padang Laweh, dan teman berenang di tepian Danau Singkarak. Sekarang Rezi telah berubah status menjadi penghulu, yaitu urang nan dituokan salangkah, ditinggikan sarantiang. Tidak hanya menjadi penghulu biasa, namun teman mereka adalah penghulu pucuk, yaitu kepala dari semua datuak di suku Sikumbang. “Kami datang untuk memberikan dukungan,” ucap Fajrul, salah seorang teman Rezi. Datuak Sati, penghulu yang dituakan di Nagari Padang Laweh, mengatakan bahwa diangkatnya Rezi sebagai penghulu karena pergiliran gelar penghulu di dalam kaum bertepatan jatuhnya pada ranji keluarga Rezi, serta tidak adanya laki-laki dewasa lain dalam Datuk Cilik: Datuak Majo Lelo yang baru diangkat berfoto dengan penghulu kaum lainnya usai upacara kaum tersebut yang menetap di malewakan gala, Minggu (14/9). f/Doc. kampung. Menurut Datuak Sati memang tidak dilarang penghulu yang kaum maka disepakatilah Rezi sebagai tua, tetapi adat merangkul semua lapisan diangkat adalah orang yang sedang pengganti penghulu sebelumnya yang telah masyarakat, mulai yang muda hingga yang merantau, akan tetapi untuk penghulu meninggal. “Patah tumbuh hilang berganti, tua. Belakangan kaum muda Minang banyak pucuk hendaklah orang yang menetap di gelar pusaka jatuh kepada yang muda,” yang salah persepsi. Menganggap adat itu kampung. Karena memang berdiri ungkapnya. kuno dan hanya milik kaum tua. Padahal penghulu adalah di dekat anak kemenakan Lebih lanjut, Datuak Sati berharap kaum mudalah yang diharapkan untuk dan di atas sako jo pusako (harta pusaka) dengan pengangkatan gelar datuak ini dapat terus melestarikan adat dan budaya yang berada di kampung. Berdasarkan hal mengubah pola pikir generasi muda bahwa Minangkabau. “Generasi muda harus tersebut, setelah bermufakat dengan semua adat tidak hanya dijalankan oleh kaum melestarikan adat,” tutupnya.
Berlomba-lomba dalam Beradiwiyata Sebanyak 213 dari 697 sekolah di Kota Padang telah terdaftar sebagai sekolah Adiwiyata. Oleh Media Rahmi
aktu itu hari Minggu, namun SMPN 18 Padang tetap ramai. Sejumlah siswa terlihat sedang latihan baris-berbaris. Di sudut lain sejumlah siswa tampak membawa keranjang sampah ke sekeliling sekolah sambil memunguti sampah-sampah yang mereka temukan. Ukuran keranjang sampah yang tidak sebanding dengan ukuran tubuh mereka, membuat anak-anak itu membawanya dengan bergotong-royong. Apalagi dengan kondisi keranjang yang penuh dengan sampah basah. Bertindak seperti pemulung, mereka berjalan dengan tertatih-tatih. Rupanya siswa yang baru menduduki kelas VII tersebut tengah melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) yang bernama Sobat Bumi. Ekskul Sobat Bumi yang mulai dilaksanakan 2013 lalu ini, juga melibatkan mahasiswa dari salah satu universitas di Kota Padang. Ekskul ini diadakan dalam rangka mendukung Program Adiwiyata SMPN 18 Padang. Sebagai sekolah yang baru menjadi Sekolah Adiwiyata sejak Maret 2014 lalu, SMPN 18 harus bisa mengejar ketertinggalannya dari sekolah lain yang telah lama
W
Adiwiyata: Foto bersama siswa SMPN 18 Padang foto bersama usai mengadakan aksi bijak plastik di GOR Agus Salim, Minggu (27-4). aksi tersebut merupakan bagian dari program adiwiyata sekolah tersebut. f/doc.
menjadi sekolah Adiwiyata. Bahkan beberapa di antaranya telah meraih penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri tahun 2013, seperti SDN 01 Sei Sapih dan penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional 2013, seperti MTsN Parak Laweh. “Kami juga ingin Adiwiyata di sekolah ini berprestasi di kancah nasional,” ujar Erdawati M.Pd., Kons., Ketua Adiwiyata SMPN 18 Padang, Sabtu (11/10). Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah
yang telah menerapkan program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Bertujuan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Di Kota Padang, Sekolah Adiwiyata ini pertama kali dilombakan tahun 2007. Saat itu hanya sepuluh sekolah yang berpartisipasi. Berselang 5 tahun, jumlah Seko-
lah Adiwiyata Padang meningkat drastis. Hingga sekarang, 213 sekolah telah terdaftar sebagai Sekolah Adiwiyata, yang terdiri atas tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Dari semua Sekolah Adiwiyata yang terdaftar, delapan sekolah telah meraih penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri dan tujuh sekolah sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional. “Perbedaannya, kalau Sekolah Adiwiyata Mandiri telah membina sekolah lain,” terang Kepala Bidang Pengembangan Komunikasi dan Kelembagaan Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Padang, Titin Masfetrin, Rabu (15/10). Untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata berprestasi, dukungan seluruh komponen sekolah sangat diperlukan. Titin menjelaskan beberapa poin penting dalam penilaian Sekolah Adiwiyata, di antaranya kebijakan sekolah dan kurikulum yang mendukung kegiatan peduli lingkungan. Tak hanya itu, partisipasi siswa dalam melibatkan masyarakat juga menjadi pertimbangan. Sarana dan prasarana yang dapat mendukung kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah, seperti tong sampah terpilah dan bank sampah juga merupakan poin penting penilaian Sekolah Adiwiyata. “Adiwiyata sangat penting untuk sekolah terutama dalam menumbuhkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat,” tutur Titin.
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Fokus
12
Pembekalan Wawasan Kebangsaan
Panjat Tali: Peserta krida FMIPA 2014 sedang melakukan outbond panjat tali yang dipandu oleh anggota Komando Resor Militer 032/Wirabraja, Batalyon Infanteri 133/ Yuda Sakti., Sabtu (11/10). f/Rahmi*
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” — Bung Karno. Dibutuhkan seribu orang tua untuk mencabut Gunung Semeru dari akarnya, namun hanya butuh sepuluh orang pemuda untuk mengguncang dunia, mengenalkan bangsa Indonesia. Pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang cinta dan sadar akan bangsanya. Salah satu upaya yang dilakukan Universitas Negeri Padang untuk mencetak pemuda yang kenal akan bangsanya adalah dengan memberikan pembekalan wawasan kebangsaan kepada mahasiswa baru peserta Krida 2014, Sabtu–Minggu (11–12/10). Kegiatan ini melibatkan 3 fakultas yaitu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Bahasa dan Seni, dan Fakultas Ekonomi. Fotografer SKK Ganto pun ikut mengabadikan moment menarik dari kegiatan ini.
Uji nyali: Peserta krida Fakultas Ekonomi 2014 mengikuti tantangan uji nyali dengan menyebrangi jembatan tali dua pada acara outbond yang berlokasi di sungai samping Perpustakaan Pusat UNP, Minggu (12/10). f/Rahmi*
Tampilkan Bakat: Peserta krida musik Fakultas Bahasa dan Seni 2014 menampilkan karya mereka pada acara penutupan krida Fakultas di Teater Tertutup FBS, Minggu (12/ 10). f/Rahmi*
Foto & Teks Foto: Putri Rahmi Desain & Tata Letak: Hari Jimi Akbar dan Resti Febriani
PBB: Intruktur dari Batalyon Infanteri 133, Komando Resor Militer 032 memberikan latihan baris-berbaris pada mahasiswa baru 2014, Minggu (12/10).f/Rahmi*
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Outbond: Mahasiswa baru FMIPA mengikuti outbond jembatan tali kagiatan Pembekalan Wawasan Kebangsaan bagi mahasiswa baru, Sabtu (11/10). f/Rahmi*
13
dunsanak Pemilu Ba Badunsanak Kurang P eminat Peminat
KK Jadi FFakult akult as akulta
Pemilu Badunsanak: Mahasiswa FT sedang melakukan pemilihan presiden dan wakil presiden BEM Universitas Negeri Padang (UNP) periode 2014-2015 di belakang Ruang Serbaguna (RSG), pemilihan dilakukan secara E-voting, Selasa (30/9). f/Rahmi*
emilu Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP) telah dilaksanakan serempak di semua fakultas pada Selasa (30/9). Sama seperti tahun lalu, pemilu Badunsanak 2014 masih menggunakan sistem e-voting. Dari situs resmi e-voting diketahui sebanyak 5.031 Mahasiswa UNP turut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tersebut, menurun hingga 50% lebih dari tahun lalu yang mencapai 10.818 pemilih. Menurut Amelia Anggaraini, Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling TM 2011, antusiasme mahasiswa kurang pada pemilu kali ini. Ia tidak memilih karena tidak mengenal sosok calon presiden yang akan dipilih. “Saya takut memilih orang yang salah, sebab saya tidak mengenal calon presiden yang akan naik,” ujarnya, Selasa (30/9). Musi Jauhari selaku Ketua Panitia Pemilihan Umum, mengatakan berkurangnya jumlah pemilih dikarenakan sistem yang digunakan berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, PPU mencanangkan program one vote, one PC bagi mahasiswa yang memilih di luar
P
tempat pemungutan suara (TPS) yang disediakan. Ini berarti gadget atau laptop di luar TPS hanya bisa memilih satu kali. Program ini dimaksudkan untuk menghindari kecurangan dan mengantisipasi terjadinya konflik. Lebih lanjut, Musi menjelaskan bahwa masih ada beberapa poin yang perlu diperbaiki dari pelaksaan pemilu kali ini. Menurutnya, sosialisasi dan fasilitas masih perlu perbaikan. Di beberapa fakultas, seperti Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas Bahasa dan Seni tidak ada koneksi internet, sehingga Panitia Pemungutan Suara harus menyediakan modem. Galant Victory dan Rahmad Satriawan muncul sebagai pemenang dalam pertarungan demokrasi tersebut. Wakil presiden mahasiswa terpilih, Rahmad Satriawan, menyatakan visi mereka adalah menjadikan BEM UNP sebagai motor penggerak menuju UNP yang kolaboratif, inovatif, terdepan, dan aspiratif. Selanjutnya ketua umum Majelis Perwakilan Mahasiswa, Febrian Toni, berharap presiden mahasiswa terpilih dapat merangkul semua mahasiswa UNP. Suci, Hera*
Jurusan KK: Aktivitas mahasiswa di Jurusan KK masih terlihat seperti biasanya menjelang dijadikan fakultas, Selasa (14/10). f/Rahmi*
urusan Kesejahteraan Keluarga (KK) Uni versitas Negeri Padang (UNP) akhirnya disetujui menjadi Fakultas Pariwisata dan Perhotelan. Dulunya Jurusan KK berada di bawah naungan Fakultas Teknik (FT) UNP. Fakultas ini akan diisi oleh lima program studi (prodi), yaitu Strata 1 (S1) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Diploma 4 (D4) Manajemen Perhotelan, D4 Tata Rias, D3 Tata Boga, dan D3 Tata Busana. Dengan kelima prodi tersebut KK memiliki lebih dari 1.000 mahasiswa. Hal inilah yang menjadi salah satu modal KK untuk menjadi fakultas. Dekan FT, Prof. Dr. Ganefri, M.Pd. Ph.D., dalam sambutannya pada Wisuda ke-101 UNP, Sabtu (27/9) mengatakan bahwa UNP baru saja menerima surat izin pendirian fakultas baru dari Dirjen Dikti untuk Fakultas Pariwisata dan Perhotelan. Senada dengan hal tersebut Ketua Jurusan KK, Dra. Ernawati, M.Pd., dalam perayaan hari jadi KK yang ke-47, Selasa (23/9) lalu mengungkapkan bahwa dengan umur yang memasuki 47 tahun ini, KK sudah layak untuk menjadi fakultas. Mengenai bangunan yang akan
J
digunakan, Ernawati mengatakan masih akan menggunakan Jurusan KK. Sekarang tengah menunggu persetujuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, terkait pendanaan struktur fakultas dan staf pengajar. Fakultas Pariwisata dan Perhotelan ini akan diresmikan pada Semester Genap Tahun Ajar 2014/2015. Selanjutnya Ernawati berharap dengan berdirinya Fakultas Pariwisata dan Perhotelan akan membuat staf pengajar dan mahasiswa lebih baik lagi dibandingkan saat menjadi jurusan. “Semoga lebih maju lagi,” ujar Ernawati. Untuk memperoleh izin pendirian fakultas ini, sebelumnya seluruh Ketua Jurusan KK dari 12 Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) di Indonesia telah membuat kesepakatan pada tanggal 12 Juli 2010 di Surabaya. Saat itu semua ketua jurusan berencana menjadikan Jurusan KK di 12 LPTK sebagai fakultas. Namun, dari semua Jurusan KK yang ada, hanya lima di antaranya yang memenuhi syarat, salah satunya adalah UNP. Novi, Jimi*
Kilas
Tidak Diindahkan: Sejumlah pengemudi kendaraan roda empat tidak menghiraukan plang larangan melewati jalan akses menuju MKU, Sabtu (11/10). f/Rahmi*
Sisa Reruntuhan: Beberapa dinding sisa reruntuhan Jurusan Bahasa Inggris ditulis dengan coretan menyentil, Selasa (14/10). f/Rahmi*
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktoebr 2014
14
Jika Anda mengalami masalah keagamaan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke e-mail Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh: Dr. Ahmad Kosasih, M.A.
Sistem Demokrasi Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Saya ingin bertanya mengenai sistem demokrasi di Indonesia. Nabi mencontohkan bentuk pemerintahan Khilafah. Organisasi seperti HTI, FPI, bahkan ISIS mengagungkan sistem tersebut dan menolak sistem demokrasi seperti yang kita gunakan di negara saat ini. Apakah sistem demokrasi seperti sekarang memang buruk untuk diterapkan oleh umat Islam? Doni Fahrizal Mahasiswa Akuntansi TM 2011
Ananda Doni Fahrizal! Baik Al-Qur‘an maupun hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam tidak menyebutkan secara eksplisit tentang bentuk negara dan sistem pemerintahan. Persoalan bentuk negara dan sistem pemerintahan diputuskan melalui ijtihad ulama. Ijtihad tersebut berpijak pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur‘an dan hadis serta tujuan syari’ah (maqashid al-syari’ah) yaitu memelihara lima hajat/ kebutuhan manusia, yaitu nyawa, akal, harta, keturunan/ kehormatan, dan akidah. Terkait dengan bentuk negara, apakah kerajaan atau republik, demikian pula bentuk pemerintahan, apakah sistem monarki, demokrasi, atau yang lainnya tergantung pada situasi dan kondisi yang cocok dengan bangsa yang bersangkutan, asalkan terwujud maqashid syari’ah tersebut. Adapun negara yang pertama berdiri di dalam Islam adalah Negara Madinah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah sejak hijrah ke Madinah. Karena Rasulullah masih hidup, saat itu semua kekuasaan dipegang oleh beliau karena orang lain juga tidak mau mendahului dalam mengambil keputusan atau bertindak. Meskipun demikian, Rasulullah tetap menggunakan prinsip-prinsip musyawarah sebagaimana firman Allah yang artinya: “...dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S.3:159). “...dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (Q.S.42:38). Sebenarnya setiap sistem pasti ada plus dan minusnya, dan buruk atau baiknya juga tidak sepenuhnya ditentukan oleh sistem tetapi juga pribadi orang-orangnya. Mengenai pertanyaan, manakah yang baik untuk dipakai apakah sistem khilafah seperti yang dijelaskan di atas atau sistem demokrasi ditentukan oleh sejauh mana tercapainya maqashid syari’ah seperti dikemukakan di atas. Namun, sistem khilafah sebagaimana yang diidealkan oleh sebagian gerakan-gerakan Islam kontemporer dewasa ini, yakni agar umat Islam sedunia berada di bawah satu kepemimpinan, akan berhadapan dengan banyak persoalan. Antara lain, sistem pemilihan/pengangkatan, misalnya siapa memilih siapa, batas-batas wilayah secara geografis, pusat pemerintahan, dan sistem pemerintahan yang akan mengelola sedemikian banyak umat dan sebagainya.
Wallahu a’lam bishshawab!
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Cermin Diri Dimensi kehidupan selalu menawarkan beberapa pasti akan mengpilihan untuk segera dijadikan sebuah keyakinan. ikuti sunah perjalSebagai insani yang berpijak pada belantara sang anan orang sebepencipta, pemilik lakon kehidupan sering lupa dengan lumnya, sejengkal esensi keberadaannya sebagai seorang hamba. Banyak demi sejengkal, hal yang hilang, kemudian tumbuh berganti dengan sehasta demi sekeangkuhan. Masih dalam kelupaan, terkadang sang hasta hingga walaumanusia lebih sering merasa puas dengan tirani, lalu pun mereka masuk terasingkan oleh kejamnya sebuah akhir yang lubang biawak kamu akan mengimenggelapkan. Mereka yang tak pernah memiliki pondasi kutinya ” (H.R. kehidupan sebagai makhluk Tuhan, selalu goyah Bukhari dan Musketika berpijak, dan bahkan selalu merasa hidup lim). Bahwasannya dalam sebuah dunia yang gelap. Dalam dunia yang kehidupan ingar Ranti Maretna Huri setiap orangnya masih meraba-raba. Mencoba, bingar di dunia mengulang, lalu memformulasikan sebuah cara. Dan telah membawa Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012 akhirnya tidak menemukan denyut nurani. Tidak manusia pada jalan Twitter: @Ranhuri merasakan sentuhan kasih dan tidak melihat sorot yang sudah tak lagi Facebook: Ranti Maretna Huri dikenali. Jauh dari mata persahabatan yang tulus. Beberapa praduga pun bermunculan, hingga hubungan sosial tersebutlah, bahwa mungkin saja mereka telah yang baik, pun melupakan Tuhan. Dalam hal ini, manusia mungkin dengan kedekatan pada Illahi. Nilai-nilai Islam yang saja tengah mengalami krisis moral. Hilang kendali mencakup semua sektor kehidupan manusia, perlu ditanamkan kembali. dalam berpijak, tak lagi teguh dengan keyakinan, Tersebutlah akhlak, suatu tingkah laku dan seolah telanjang dari balutan akhlak bagi yang harus terpelihara dalam diri manusia. riasan diri. Dalam hidupnya, di setiap sudut Perangai baik yang tidak hanya diperbuat sebuah tampakan, selalu ada pembatas sekali saja, namun harus dilakukan secara yang harus dipagarkan pada diri. Untuk berulang-ulang hingga menjadi sebuah mewawas diri agar tak lepas dari kebiasaan berbudi luhur nan terpuji. kendali. Lost control, hingga Akhlak mestilah didamba dan membuat semua membaur dalam dijadikan sebagai bunga diri. Perias hitamnya sebuah kegelapan. dalam setiap kebiasaan-kebiasaan Realitas kini, dunia yang pribadi. Serta menjadikannya menyeret manusia di dalamnya seumpama sinar dalam setiap kepada ambang krisis perilaku amalan dan tingkah laku. dan moralitas. Dalam nyatanya Akhlak dipelihara berupa pun, manusia tak luput tergerus pagar yang akan melindungi oleh lalu lintas sebuah peradadiri manusia dari tindakban. Hingga menghasilkan tanduk di luar batasan sebuah krisis. Krisis yang agama. Entah itu pengaruh menimbulkan begitu banyak dari kehidupan dunia ketidakseimbangan di dalam Grafis: Edo Febrianto yang semakin lama kehidupan. Terutama manusia semakin tak terjangkau sebagai lakon pengisi karakter oleh diri, pun dengan kemanusiaan sebagai masyapribadi yang masih rakat yang tentunya sama belum cukup puas mensekali tidak menyampaikan dapatkan kefanaan pesan kebahagiaan kepada dunia, hingga ingin umat manusia. Dan kebahaGrafis: Edo Febrianto meminta lebih, lagi dan giaan seakan menjadi hal abstrak yang tak tersampaikan. Hal ini berujung lagi. Di sini lah akhlak memainkan perannya. pada penyimpangan pemikiran. Lalu hilang menjadi Perlindungan oleh akhlak yang sesungguhnya timbul sebuah ilusi yang nanti menimbulkan kesesatan. dari dalam diri insani. Proteksi untuk menghadapi Menimbulkan aura-aura pikiran negatif dan bersarang kehidupan zaman yang semakin lama kian buram dalam otak. Membeku dan kemudian menjadikan saja. Tentu saja akhlak berbudi yang semestinya hal tersebut tercatat abadi sebagai sebuah sikap yang sudah tertanam sedari dini. Adapun akhlak ialah sebuah penerangan dalam mencerminkan diri. Tiada lagi pengharapan pada kemunculan hidup. Penuntun jalan-jalan yang telah menggelap di prasangka baik, jika diri sudah dibaluti dengan dunia, hingga manusia dapat beranjak dari sebuah pandangan buruk dan keterpurukan yang teramat keadaan kelam menuju pencerahan jiwanya. Kembali dalam. Model kepribadian yang memadukan segala pada tujuan yang menjadi muara segala kehidupan bentuk kefrustasian, prasangka-prasangka tak meng- makhluk di dunia, yaitu Yang Maha Esa. Allah dalam surahnya berfirman, “ Maka, enakkan, juga munculnya antagonisme dalam barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak pendidikan moral. Keadaan serupa ini tentu saja mengkhawatirkan. ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka Mendatangkan ketakutan yang berlebih hingga, lagi, bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 38). Kenyataannya, mengantarkan manusianya kelembah kesesatan yang Allah telah menyebutkan dalam ayat di atas, nyata. Keadaan ini, menjadi sebab utama yang dapat bahwasannya akan menghapus seluruh kegelisahan mengantarkan umat kepada bentuk dunia, di mana yang besarang dalam diri manusia. Segala keduniawian tak lagi mengenal diri, terutama Tuhannya dalam yang melunturkan keyakinan untuk melangkahkan perputaran waktu dan beberapa bentuk kemesraan diri pada kehidupan yang dipunya. Hanya saja manusia lainnya dengan Tuhan. Manusia bisa saja nantinya perlu kembali menuju jalan Allah, berbalutkan iman memelihara penyakit syubhat dan syahwat, yang dan akidah yang dipupuk melalui akhlak luhur. Sejatinya manusialah yang cenderung bergerak bersumber dari kelemahan akal dan jiwa. Semakin perlahan-lahan menjauhi agama dan Tuhannya. Karena menjauhkan manusia dari agama Allah. Realitas yang begitu memprihatinkan ini telah Allah tak pernah meninggalkan hambanya, entah itu diprediksikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya: dalam kebajikannya, sekalipun terpuruk dalam Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw bersabda: “Kamu kepekatan dunia.
15
Mahasiswa dan Demokrasi Pancasila Dalam menjalankan peran sebagai agen yang diharapkan untuk membawa bangsa pada perubahan yang dicita-citakan, mahasiswa dituntut tak hanya menjadi objek, tetapi juga menjadi subjek yang akan meneruskan tugas tersebut. Posisi mahasiswa harus sudah mengarah pada pencetus perubahan, pengontrol sosial, kekuatan atau gerakan pengubah, juga teladan pengamalan moral bagi masyarakat secara umum. Pun sejarah Indonesia telah mencatat, mahasiswa adalah pahlawan terhadap hak-hak masyarakat kala penjatuhan rezim orde baru dulu. Idealnya, mahasiswa merupakan motor penggerak perubahan sehingga mahasiswa mampu berada sedikit di depan masyarakat dengan segala kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya. Sebagai agen penggerak, mahasiswa harus dapat bergerak secara independen, sesuai dengan idealisme dan pengamalan, serta pengetahuaan ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa. Demikian pula dengan situasi perpolitikan Indonesia saat ini yang dapat dikatakan tak kunjung membaik. Tatanan kehidupan politik secara demokrasi yang dibangun pascareformasi 1998 selama kurang lebih 16 tahun masih dibumbui dengan gejolak-gejolak kebimbangan. Dalam pelaksanaannya selalu saja menimbulkan pertentangan di sanasini. Nah, di sini mahasiswa dituntut turut memainkan perannya sebagaimana mestinya. Bertolak dari sistem perpolitikan saat ini, perkembangan demokrasi di Indonesia masih mengarah pada masa reformasi yang lalu. Pemikiran sistem demokrasi masyarakat tersusun atas komunitaskomunitas kecil, sehingga mempengaruhi
keadaan, situasi, dan kondisi dalam politik. Kedudukan mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan dalam sistem berdemokrasi ialah mengawasi dan mengendalikan, juga menerapkan nilai-nilai pancasila sesuai dengan sila-sila yang tertera pada lima butir pancasila. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan, yakni kekuasan berada di tangan rakyat melalui perwakilan yang dipilih oleh rakyat.
Aspirasi dan harapan kehidupan berbangsa dan bernegara disalurkan kepada para wakil rakyat bertujuan terciptanya keseimbangan antara pemerintah dengan rakyat. Dalam sistem berdemokrasi, seluruh warga negara memiliki kebebasan untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Begitupun dengan mahasiswa, mereka juga tergolong dan harus ikut serta berpartisipasi aktif untuk memajukan perkembangan Indonesia melalui demokrasi yang baik pula. Selain berperan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat, demi tercipta jalan yang baik bagi demokrasi di Indonesia. Demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah demokrasi pancasila.
Sistem demokrasi pancasila berpedoman pada nilai-nilai historis dalam pancasila sebagai ideologi negara. Di setiap nilai yang terkandung dalam masing-masing sila, digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Demokrasi pancasila memiliki prinsip yang sedikit berbeda dengan demokrasi pada umumnya, karena demokrasi pancasila telah mengalami adaptasi dalam penyesuaian prinsip yang dianut bangsa Indonesia. Sebab, sistem pemerintahan yang dijalankan berdasarkan konstitusi UUD 1945. Dalam pelaksanaannya, demokrasi pancasila ini haruslah dijalankan Grafis: Hari Jimi Akbar berdasarkan konstitusi. Singkatnya, demokrasi pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyelesaikan masalah. Baik antara pemerintah dan semua warga negara harus ikut andil secara bersama-sama dalam melaksanakan demokrasi pancasila, dan berpartisipasi dalam menjamin hak-hak asasi dari setiap warga negara. Adanya pemilu secara berkesinambungan, dan juga perlindungan terhadap kaum minoritas juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah, demi terciptanya suatu kesetaraan antara kaum minoritas dan kaum mayoritas. Peran aktif mahasiswa dalam menerapkan dunia politik yang menjejah di ruang lingkup sekarang harus dijalankan kembali. Jangan sampai posisi mahasiswa yang dinilai kuat, adakalanya dimanfaatkan
Siti Ayuna Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2013 Email: sitiayuna007@yahoo.com Fb: Siti Ayuna.73
oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti halnya kepentingan politik, demi kebutuhan sepihak. Karena sejatinya, mahasiswa adalah kaum yang berpijak pada idealisme mereka dan membuka mata juga peka terhadap realitas masyarakat saat ini. Mahasiswa haruslah mampu memberikan sumbangsih berharga terhadap pelaksanaan demokrasi ini. Pun dalam mempersiapkan diri untuk menyongsong dunia politik dan sanggup mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam berdemokrasi dengan baik. Mahasiswa dan demokrasi pancasila berarti satu kesatuan yang akan saling terkait dalam proses kinerja yang utuh, baik itu dari segi politiknya ataupun segi-segi yang lain. Jadi, selama proses demokrasi masih berlanjut mengitari, maka di situlah kemampuan mahasiswa dalam menerapkan cara berpolitik yang harus ditunjukkan.
Tsai Lun: Penemu Kertas
Kederhanaan suatu benda bukanlah penentu seberapa makna yang mampu dihasilkannya. Kebermaanfaatan suatu benda, ada kalanya lahir dari benda yang sepele. Sebut saja kertas, benda tipis yang rentan rusak. Sekilas, jika diperhatikan, kertas hanyalah benda biasa. Namun, di balik kesederhanaannya itu, kertas sebagai media utama
untuk menulis, merupakan penyumbang terbesar dalam peradabaan manusia. Kertas adalah revolusi baru dalam dunia penulisan. Kertas didapatkan melalui pengompresan serat. Biasanya serat yang digunakan adalah serat yang bersifat alami dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Lazimnya, kertas yang digunakan pada zaman sekarang terbuat dari serat kayu dan bambu yang telah diolah dan ditambah dengan bahan lainnya. Sebelum kertas ditemukan, tulisan dan prasasti biasanya dituliskan pada tablet bambu atau potongan sutera. Namun, karena harga sutera yang mahal dan beratnya bambu, kedua benda tersebut tentu tidak nyaman digunakan sebagai sarana untuk menulis. Adanya kertas saat ini tidak lepas dari campur tangan dan jasa penemunya. Adalah Tsai Lun, seorang berkebangsaan Tionghoa yang hidup di masa Dinasti Han di Cina abad ke-1 dan ke-2 Masehi, yang pertama kali menemukan kertas. Tsai Lun yang bernama lengkap Cai Jingzhong lahir di Guiyang (sekarang di wilayah Provinsi Hunan). Sebelum ia menguncang Cina
dengan temuannya, Tsai Lun adalah seorang kasim Cina yang bekerja sebagai pegawai negara pada pengadilan kekaisaran. Awalnya, Tsai Lun berinovasi menciptakan kertas dengan serat bambu yang banyak dijumpai di Cina. Kemudian ia membuat kertas dari kulit kayu murbei. Bagian dalamnya direndam di air dan dipukul-pukul sehingga seratnya lepas. Rendaman itu juga berupa bahan seperti rami, kain bekas, dan jala ikan. Setelah menjadi bubur, bahan ini ditekan hingga tipis dan dijemur. Lalu jadilah kertas, meskipun mutunya masih belum sebagus sekarang. Tsai Lun pun melakukan perbaikan secara signifikan dengan menstandarisasikan pembuatan kertas melalui penambahan bahan-bahan baru yang penting ke dalam komposisinya. Percobaannya akhirnya berhasil pertama kali pada tahun 105 Masehi. Tsai Lun kemudian mempersembahkan contoh kertas yang telah ia temukan pada Kaisar Dinasti Han, yaitu Kaisar He Ti. Penemuan yang menghebohkan itu membuat kaisar sangat girang. Sebagai
imbalan atas penemuannya, Tsai Lun mendapatkan kenaikan pangkat dan gelar kebangsawanan menjadi seorang cukong. Sejak saat itu, kertas digunakan secara luas di Cina. Bangsa Cina menyebut kertas hasil ciptaan Tsai Lun ini dengan “Kertas Bangsawan Tsai�. Tetapi sayang, hidup dari sang penemu kertas berakhir tragis. Kekayaan yang didapatkan membawa Tsai Lun bergabung dengan komplotan anti istana. Akhirnya Tsai Lun pun harus dikeluarkan dari istana dan menerima ganjaran atas perbuatannya. Karena takut akan hukuman penjara yang dijatuhkan padanya, Tsai Lun pun bunuh diri. Untuk mengenang jasa Tsai Lun, akhirnya pemerintah, tepatnya saat pemerintahan Kaisar Fei Zhu dari Dinasti Song, mendirikan sebuah kuil di daerah Chengdu. Kuil ini adalah tanda penghormatan sekaligus monumen untuk mengenang jasa dari sang penemu kertas. Kurniati Rahmadani (dari berbagai sumber).
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Teropong
16
Dies Nat alis Natalis Kurang Sosialisasi
Dies Natalis UNP: Rektor UNP didampingi Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansyarullah (kanan) serta kepala Humas UNP, Drs. Amril Amir, M.Pd. (kiri) pada pembukaan Dies Natalis UNP ke-60, Sabtu (6/9). f/Jimi*
Animo mahasiswa terhadap peringatan hari jadi Universitas Negeri Padang (UNP) tampaknya masih kurang. Penyebabnya ditenggarai oleh penyebaran informasi yang kurang merata. Hal ini terlihat pada acara Dies Natalis UNP ke-60 yang dilaksanakan pada 1-13 September lalu. Tidak semua mahasiswa UNP yang tahu tentang keberlangsungan acara ini. Hanya beberapa kalangan saja yang terlibat. Padahal menurut Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram dalam sambutannya pada pembukaan Dies Natalis, perayaan ini diadakan untuk meningkatkan apresiasi, silaturahmi, dan kreasi seni mahasiswa. Syarif Hidayat, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tahun masuk (TM) 2010, mengaku tidak tahu tentang perayaan hari ulang tahun UNP ini. “Saya tidak mendengar berlangsungnya acara Dies Natalis UNP,” ungkapnya, Rabu (1/10). Begitu pula dengan Lel Fitri Mahasiswa Biologi TM 2013. Menurutnya, penyebaran informasi tentang pelaksanaan Dies Natalis ini masih kurang. Lel mengaku tidak melihat pamflet atau sejenisnya mengenai informasi acara tersebut di fakultasnya. Namun, menurut Lel
temannya sempat melihat surat undangan festival lagu dangdut yang merupakan rangkaian acara dari Dies Natalis. “Kalau saya tahu acara ini hanya melalui pamflet dan spanduk yang terpajang di Gelanggang Olahraga (GOR) UNP,” ujarnya, Jumat (27/ 9). Ketua Hubungan Masyarakat (Humas) UNP, Drs. Amril Amir, M.Pd., mengatakan bahwa penyebaran informasi yang dilakukan oleh Humas hanya dalam skala universitas. Sedangkan di tingkat fakultas pemberian informasi dilakukan oleh Pembantu Dekan III melalui Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) dan Krida. Sebab, waktu pelaksanaan acaranya tepat setelah kedua kegiatan tersebut usai. “Kebanyakan mahasiswa yang tahu informasi ini hanya panitia PKKMB dan Krida, serta mahasiswa baru saja,” tambahnya, Jumat (3/10). Lebih lanjut Amril mengharapkan agar persiapan acara Dies Natalis ini lebih baik lagi. Sehingga perayaan hari ulang tahun UNP berlangsung lebih meriah. “Kalau bisa waktu pelaksanaan Dies Natalis berdekatan dengan acara UNP lainnya, sehinngga persiapannya dilakukan secara bersamaan,” tutupnya. Edo, Windy*
Pusk om Benahi Puskom Hot Hotsspot UNP Semenjak Agustus lalu, Unit Pelayanan Teknis Pusat Komputer (Puskom) Universitas Negeri Padang (UNP) telah melakukan pemasangan ulang dan penambahan hotspot (titik akses internet) di area kampus pusat. Hotspot yang semula hanya 50 titik ditambah menjadi 128 titik. Semuanya tersebar di seluruh area kampus. Penambahan ini dilakukan karena jumlah mahasiswa yang semakin banyak sehingga membuat titik-titik untuk mengakses internet yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa. Sampai saat ini, hotspot baru yang sudah diaktifkan semenjak Senin (29/9) masih dalam tahap uji coba. Titik-titik yang terpasang saat ini bersifat roaming, artinya mahasiswa bisa online di mana saja dengan menggunakan Nomor Induk Mahasiswa tanpa harus mengubah password.
Dari 128 titik hotspot yang dipasang, 115 titik dipasang di fakultas-fakultas, Gelanggang Olahraga (GOR), masjid kampus, dan gedung perkuliahan Mata Kuliah Umum (MKU), selebihnya, 13 titik lagi akan dipasang di Information and Communication Technologies (ICT) atau gedung rektorat lama. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Subbagian Tata Usaha Puskom, Yosefrizal, S.Kom., M.Kom.. Menurutnya saat ini Puskom telah melakukan pemasangan ulang dan penambahan jumlah hotspot di semua fakultas. Selain itu juga dilakukan pemasangan hotspot baru di GOR, MKU, masjid, dan Pusat Kegiatan Mahasiswa. “Untuk kampus cabang, dalam waktu dekat ini belum ada agenda untuk pemasangan hotspot,” jelas Yosef, Rabu (1/10). Selanjutnya Yosef menjelaskan
bahwa untuk saat ini kecepatan akses sudah mencapai 768 kbps, bahkan bisa mencapai 1 mbps. Puskom akan terus melakukan pelayanan yang terbaik dan menyediakan aplikasi-aplikasi untuk dosen dan mahasiswa. Di samping itu, ia juga berpesan kepada mahasiswa untuk tetap menjaga kerahasiaan password. “Supaya nanti tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” tegasnya. Terkait dengan pemasangan dan pembenahan hotspot ini, Hariselmi, Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer TM 2012, mengatakan sekarang sudah sangat mudah terhubung ke jaringan internet yang ada di kampus karena bandwith-nya sudah cepat. Ia pun berharap semua mahasiswa dapat memanfaatkannya untuk keperluan kuliah. “Jangan untuk facebook-an saja,” tutupnya, Selasa (7/10). Jefri, Nia*
Renov asi enova Laborat orium FMIP A Laboratorium FMIPA Sebanyak 33 ruangan yang terdiri atas Laboratorium Biologi, Fisika, dan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) tengah mengalami perombakan. Renovasi yang bertajuk Proyek 100 hari Kerja ini dimulai sekitar Pertengahan Agustus lalu untuk memperbaiki bagian laboratorium yang rusak karena gempa pada 2009 silam. Bagian laboratorim yang direnovasi tersebut meliputi bagian fisik seperti atap atau loteng yang bocor, plafon-plafon yang rusak, pipa-pipa yang bocor, water closet yang tersumbat, dan kayukayu yang telah dimakan rayap. Pembantu Dekan II FMIPA, Drs. H. Yarman, M.Pd. mengatakan bahwa seharusnya perbaikan labora-
torium ini telah dimulai sejak tahun 2010 lalu. Namun, karena terkendala dana dan kurangnya koordinasi antara pekerja di lapangan dan pengawas, pembangunan sempat terhenti selama beberapa tahun. Hingga akhirnya pada bulan Mei lalu, dana turun dan pembangunan kembali dilanjutkan selama 100 hari ke depan atau hingga akhir tahun ini. Pembangunan laboratorium Biologi diperkirakan selesai pada akhir tahun 2014, sedangkan untuk laboratorium Fisika dan Kimia akan menyusul tahun depan. “Jadi untuk sekarang perbaikan laboratorium Fisika dan Kimia tengah mengatasi hal-hal yang vital terlebih dahulu,” terang Yarman, Rabu (15/10). Namun, proses renovasi labora-
torium ini mendapat komentar miring dari beberapa mahasiswa. Wulandari, Mahasiswa Pendidikan Kimia TM 2013 mengaku kurang konsentrasi selama praktikum karena perbaikan menimbulkan suara yang cukup berisik. “Praktikum jadi tidak konsentrasi,” ungkap Wulandari. Hal senada juga diungkapkan Yulastri W.P, Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2012.Yulastri mengatakan bahwa salah satu praktikum terpaksa dipindahkan ke ruangan lain karena laboratorium dirombak. Namun demikian ia berharap renovasi laboratorium ini cepat selesai. “Semoga sarana dan prasarana laboratorium juga lebih lengkap,” harapnya, Kamis (9/10). Ranti, Sabrina*
Pemb angunan T erk endala K ontrak embangunan Terk erkendala Kontrak ontrakttor Pembangunan besar-besaran delapan gedung di Universitas Negeri Padang (UNP) yang merupakan kerja sama antara UNP dengan Islamic Development Bank (IDB), belum bisa terlaksanakan pada tahun ini. Hal ini terjadi karena terkendala pada pengadaan kontraktor pembangunan. Sebelumnya Prof. Ganefri, Ph.D., selaku Ketua Proyek IDB UNP mengatakan bahwa pembangunan kemungkinan akan dilakukan pada bulan Oktober tahun ini. Namun, setelah dikonfirmasi ulang, ternyata proses pembangunan delapan
gedung tersebut baru akan dimulai pada 31 Januari 2015 mendatang. Delapan gedung tersebut, antara lain University Centre, Auditorium, Integrated Laboratory, Integrated Classroom, Student Centre, Training Centre, Bussiness Centre dan ICT Centre. Mengenai hal ini, Ganefri menjelaskan bahwa proses pembangunan kedelapan gedung tersebut akan dilakukan secara simultan dengan kontraktor yang sama. Kontraktor dipilih berdasarkan beberapa kriteria, yaitu perusahaan yang pernah mengerjakan nilai kontrak minimal 80% dari nilai kontrak UNP, tidak
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
dalam kondisi blacklist, memiliki cukup tenaga ahli, dan pernah mengerjakan pekerjaan sejenis. “Nah, mencari kontraktornya inilah yang sulit,” ujarnya, Jumat (3/10). Menjelang pembangunan dilaksanakan, pihak UNP tengah berkoordinasi dengan IDB untuk mencari kontraktor pembangunan. Sampai saat ini, UNP telah memiliki sepuluh perusahaan kontraktor yang bersaing, yang telah diusulkan ke IDB. Hanya saja, sekarang UNP masih menunggu surat tidak keberatan dari IDB mengenai satu kontraktor yang terpilih untuk proyek ini
nantinya. “Di sini kita hanya bertindak sebagai pengusul. Semua peraturan tersebut mengikuti IDB Guideline Only” jelas Ganefri, Senin (13/10). Terkait dengan sistem pelaksanaannya, pembangunan akan dibagi menjadi tiga zona. Pembagian zona ini bertujuan agar lalu lintas di UNP tidak terganggu. Nantinya, setiap zona akan dipagar seluruhnya agar proses perkuliahan tetap berjalan seperti semestinya. Zona A berlokasi di sekitar Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan lama, zona B berlokasi di lapangan rektorat,
dan zona C berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial. Pembangunan delapan gedung ini dicanangkan akan selesai dalam waktu 365 hari. Dalam selang waktu tersebut, pembangunan gedung-gedung di UNP diselenggarakan dengan satu perusahaan kontaktor yang benefit. Ganefri berharap warga UNP dapat membantu dalam menyukseskan pembangunan ini meskipun proses perkuliahan mungkin akan sedikit terganggu. “Saya mohon dukungan dari semua pihak agar semuanya bisa berjalan dengan lancar,” harapnya, Jumat (3/10). Ana, Rival*
Teropong
Animo Mahasiswa Masuk UKM Meningkat Animo mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) untuk mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah pendaftar pada open recruitment (OR) yang diadakan Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM), 27 Agustus s/d 12 September 2014. Tahun ini pendaftar PPIPM mencapai 405, naik 125 pendaftar daripada tahun lalu. “Tahun ini yang mendaftar jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Ketua PPIPM Andika Putra, Senin (29/9). Begitu pula dengan Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) yang melakukan OR terhitung sejak 1 September 2014. OR dilakukan dalam tiga gelombang dengan tiap-tiap gelombang memiliki waktu selama dua minggu. “Memasuki gelombang ketiga, pendaftar sudah sebanyak 200 orang,” ungkap Ichsan Pria Darma, Ketua Umum UKKes, Sabtu (11/10). Ichsan juga menambahkan bahwa jumlah mahasiswa yang mendaftar meningkat dari hari ke hari. Peningkatan jumlah pendaftar juga terjadi pada Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang melakukan OR sejak 22 September hingga 5 Oktober 2014. Hal ini terlihat dari jumlah peserta yang mendaftar telah melebihi kuota yang disediakan. Kuota yang disediakan hanya 100 orang, sedangkan yang mendaftar mencapai 140 orang. “Pendaftar tahun lalu hanya 125 orang,” ujar Nadia Davici, salah satu Anggota
Usaha Kopma, Sabtu (11/10). Peningkatan antusiasme mahasiswa untuk masuk UKM ini merupakan jawaban atas minimnya jumlah mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota UKM dan ormawa, yakni hanya 6% dari 35.000 lebih mahasiswa UNP. Hal ini juga merupakan salah dampak dari penekanan yang diberikan pihak birokrat terhadap UK dan ormawa agar lebih giat dalam meningkatkan jumlah anggota. “Penekanan kami berikan kepada UK dan ormawa pada rapatrapat yang melibatkan mereka,” tutur Erman A, S.Pd. selaku Kasubag Minat Penalaran dan Informasi Kemahasiswaan, Senin (6/10). Lebih lanjut, Erman menyampaikan jika UK dan ormawa tidak meningkatkan jumlah anggotanya, maka dengan terpaksa UK yang jumlah anggotanya sedikit harus dinonaktifkan. Untuk lebih jelasnya, Erman menyebutkan 13 UKM dan 2 ormawa di UNP, antara lain Resimen Mahasiswa, Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus, PPIPM, Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik, Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup, Pramuka, Unit Kegiatan Olahraga, KOPMA, UKKes, Unit Kegiatan Film dan Fotografi, Unit Kegiatan Kerohanian, Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia, SKK Ganto, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa. Doni, Neki*
Sis edit P oin Sisttem Kr Kredit Poin untuk Mahasiswa Sejak tahun 2010, Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) telah memberlakukan sistem kredit poin bagi mahasiswanya. Sistem kredit poin yang ini merujuk kepada buku panduan khusus yang diberikan kepada mahasiswa mengenai kegiatan-kegiatan dan proses pemberian poin. Kasubag Kemahasiswaan FT Muhammad Arifin, S.Pd., M.Pd. menjelaskan bahwa poin yang harus dicapai mahasiswa Strata 1 sebanyak 100 poin sedangkan untuk mahasiswa Diploma III, yaitu 80 poin. Yang menjadi sumber kegiatannya bisa berupa acara tingkat fakultas, nasional, maupun internasional. Selain menjadi salah satu persyaratan wisuda, kredit poin ini juga menjadi patokan bagi mahasiswa untuk menerima beasiswa yang ada di FT. “Jika skor TOEFL-nya sudah melebihi angka 400, maka mahasiswa sudah mengantongi 50 poin,” jelasnya, Jumat (17/10). Sejalan dengan FT, Fakultas Bahasa Sastra (FBS) dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP juga mulai mencanangkan sistem tersebut. Dekan FBS, Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum., mengatakan bahwa sistem kredit poin ini memang akan diberlakukan di FBS untuk mahasiswa baru tahun masuk 2014. “Sistem ini belum ada SK-nya, namun drafnya sudah ada,” ungkapnya, Rabu
(8/10). Zaim menjelaskan sebagaimana adanya suplemen atau surat keterangan pendukung mengenai prestasi akademik yang dicapai selama kuliah, mahasiswa diharapkan berperan aktif dalam semua kegiatan, tidak hanya kurikuler namun ektrakurikuler juga. Hal ini akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi mahasiswa untuk bisa menemukan peluang pekerjaan setelah wisuda. “Abaaba mengenai suplemen ini sudah ada dari kementerian, tapi kapan dimulainya belum ditetapkan,” jelasnya. Pembantu Dekan III FIP, Drs. Syahril, M.Pd. juga mengungkapkan bahwa setiap kegiatan mahasiswa yang bernilai positif di luar kegiatan kurikuler akan disuplemenkan. Untuk penetapan sistem kredit poin di FIP belum ditentukan berapa jumlah poin yang harus dikumpulkan mahasiswa. Namun pengumpulan sertifikat-sertifikat kegiatan ekstrakurikuler oleh mahasiswa akan menjadi faktor pendukung bagi mahasiswa nantinya untuk seleksi penerimaan beasiswa, termasuk nantinya sertifikat PKKMB dan KRIDA. “Dengan adanya sistem ini mahasiswa nantinya akan berperan aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan fakultas,” harapnya, Senin (13/10). Redda, Ermi*
17
Lant ai Dua Al-Azhar Lantai Perlu P erb aikan Perb erbaikan
Masih Bocor: Sebuah baskom diletakkan pada salah sebagai penanggulangan sementara dari kebocoran Azhar UNP, Minggu (12/10). f/Rahmi*
Masjid Raya Al-Azhar sebagai sarana yang disediakan bagi mahasiswa dan masyarakat di lingkungan Universitas Negeri Padang (UNP) untuk beribadah, saat ini tengah mengalami kebocoran pada lantai dua. Tetesan air sering jatuh dari lantai yang terbuat dari semen itu dan membuat lapisan luarnya rusak. Besi-besi penyangganya pun terlihat dari bawah. Kebocoran yang tepat berada di atas saf perempuan ini membuat karpet masjid basah. Sebuah baskom besar pun diletakkan untuk menampung tetesan air sebagai penanggulangan sementara. Hal ini menyebabkan jamaah perempuan terganggu. “Baskom itu mengganggu pemandangan, tikarnya basah, dan saf terputus saat salat jamaah,” keluh Widya Pratiwi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah TM 2012, Kamis (2/10).
Jamaah lainnya, Rani Selvia, juga menyampaikan keluhannya terhadap masalah tersebut. “Air dari lantai 2 yang bocor membuat tikar jadi berbau,” ujar Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2011 ini. Menurut Rani, kondisi masjid yang seperti ini perlu segera diperbaiki. Menanggapi hal tersebut Ketua Pengurus Masjid AlAzhar, Sukardi, menjelaskan bahwa kebocoran berasal dari tempat wudu perempuan di lantai dua. Air dari tempat satu saf perempuan wudu perempuan itulah yang lantai 2 Masjid Almeresap ke dalam semen sehingga lama-kelamaan bocor. “Air yang diserap semen bukan yang mengalir hari ini, tetapi bisa saja air sepuluh hari lalu,” ujarnya saat ditemui di Gedung Lembaga Pengabdian Masyarakat UNP, Jumat (10/10). Lebih lanjut Sukardi menjelaskan bahwa untuk perbaikan mesjid, jika dilakukan secara manual akan memakan biaya miliaran rupiah. Oleh sebab itu, saat ini tengah dicari metode perbaikan dengan menggunakan teknologi, sehingga tidak dibongkar semua. Kemudian Sukardi mengimbau kepada seluruh jamaah Masjid Al-Azhar UNP agar memakai fasilitas dengan baik dan benar serta menggunakannya sesuai dengan tuntutan agama. Karena, seharusnya jamaah bersyukur atas seluruh fasilitas yang telah disediakan. “Oleh karena itu, sayangilah masjid,” tutupnya. Gumala, Eka*
Maling di Al-Azhar Ter erttangkap Keheningan Masjid Al-Azhar Universitas Negeri Padang (UNP) seketika gaduh oleh kepanikan jamaah yang kehilangan barang bawaan ketika salat, Kamis pagi (16/10). Berdasarkan penuturan Taufik Hidayat, pengurus masjid, kejadian ini bermula saat mobil Mahasiswa Pascasarjana UNP yang berasal dari Pekanbaru memasuki pelataran masjid untuk salat subuh. Setelah itu, seorang pengendara sepeda motor juga datang dan memarkirkan motornya di sebelah kiri masjid. Anehnya, pengendara ini tidak langsung salat, namun langsung menuju ke arah pintu toilet wanita. Di sana pengendara ini berdiri menghadap ke luar seperti sedang menunggu seseorang. Menurut korban yang tidak ingin disebutkan namanya, saat itu kondisi masjid sedang sepi. Jamaah wanita sudah tidak ada lagi selain penumpang mobil tersebut, sedangkan pada saf laki-laki masih terlihat beberapa orang yang sedang mengaji dan tidur-tiduran. Korban merasa situasi masjid aman, kemudian meninggalkan tasnya di saf paling belakang sambil mengecas handphone (HP) sebelum salat karena kondisi masjid yang sepi. Saat itu semua penumpang mobil salat secara serentak sehingga tidak ada yang mengawasi barangbarang di belakang. Mereka baru menyadari kehilangan ini saat akan bersiap-siap meninggalkan masjid. Barang-barang yang hilang tersebut adalah 3 unit HP, 1 unit gadget, 2 buah cincin emas, 2 kartu ATM, dan uang sejumlah
1 juta rupiah. “Jika ditotalkan kurang lebih 17 juta rupiah,” jelas korban, Kamis (16/10). Mendengar pengaduan ini, pengurus masjid langsung melihat rekaman closed circuit television (CCTV) dan menemukan bahwa barangbarang tersebut dicuri oleh seorang laki-laki yang tadinya sempat berdiri di dekat toilet perempuan. Pencuri itu beraksi saat semua jamaah sedang salat. Pada CCTV ini wajah dan gerak-gerik pelaku sangat jelas terlihat. Selain itu juga terlihat bahwa pencuri meninggalkan motornya di halaman masjid usai melancarkan aksinya. Menyadari hal itu, pengurus langsung menghubungi Kepolisian Sektor Padang Utara dan Satpam UNP. Beberapa jam setelah pencurian, pelaku kembali untuk mengambil motor yang ditinggalkan. Namun, polisi dan satpam sudah siaga menunggu dan langsung menangkap sang pencuri saat itu juga. “Kami langsung menangkapnya ketika pelaku mendekati motornya,” ungkap Donny Andhika salah seorang satpam yang juga terlibat dalam proses penangkapan. Setelah dibekuk, pelaku pun langsung dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Atas kejadian ini, garim masjid mengimbau kepada jamaah agar lebih berhatihati dengan barang bawaannya. Barang-barang hendaknya dibawa kemanapun bila tidak ada yang menjaganya. “Bila perlu saat salat tas diletakkan di samping, walaupun di masjid tidak ada jamaah lain,” tutup Taufik. Ayu*
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Inter
18 FT UNP
Alek Gadang UNP
Mengatasi Solusi Energi Fakutas Teknik (FT) UNP mengadakan seminar untuk mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di Ruang Serba Guna (RSG) FT, Jumat (3/10). Seminar ini mendatangkan Prof. Dr. Suryo Purwono. M.Sc. Ph.D. yang merupakan Dosen Universitas Gajah Mada sebagai pemateri. Khairul Anwar selaku ketua pelaksana dari seminar yang bertema Energi Terbarukan Sebagai Salah
Satu Solusi untuk Mengatasi Solusi Energi Masa Depan ini mengatakan bahwa selain mendapatkan ilmu baru seminar juga dapat membantu mahasiswa untuk membuat Program Kreativitas Mahasiswa. Nur Atika seorang peserta seminar mengatakan bahwa seminar ini penting karena kita dapat mengetahui pengganti bahan bakar jika energi yang ada saat ini habis. Kurnia*
Pembaharuan dan Perubahan prestasi. Pada 2014 ini, anggota BEM FIK terpanggil mengikuti Pelatnas Asean Games di Inceon dan mendapat juara III untuk kategori sepak takraw. Selain itu, BEM FIK juga mengikuti Kejuaraan Nasional Kriket di Cibubur. Tahun ini, BEM FIK pun mendapat penghargaan dari Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Syafri, penghargaan Ikatan Mahasiswa Olahraga Indonesia dari Menteri Pemuda dan Olahraga, dan penghargaan Pelatihan Jurnalistik dari Dekan FIK. Ketua BEM FIK, Romi Candra, mengatakan ke depannya akan mengupayakan pembaharuan dan perubahan dalam menciptakan FIK yang lebih berkualitas, serta terus mengepakkan sayap hingga akhir kepengurusan. “Kita harus menciptakan sejarah baru dan lebih jaya,” ujarnya, Minggu (12/10). Windy*
Tutorial Islam UNP
dengan pihak kampus. “Tunjukkanlah karakter serta integritas yang kuat,” ujarnya. Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Muslim Kasim. Dalam sambutannya Muslim memberikan apresiasi karena telah ikut serta memajukan pembangunan di Sumbar. “Terima kasih telah menyumbangkan dedikasinya untuk Sumbar,” ujarnya. Rival*
Rendra selaku Ketua Umum Tutorial. Ia berharap semoga peserta tutor dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari pemateri dan pembimbing tutorial. “Agar peserta dapat menambah wawasan keislamannya,” ungkapnya. Selanjutnya Ketua UKK UNP, Ardian Perkasa Mawan juga mengharapkan agar acara ini dapat menjadi ajang silahturahmi. Kurnia*, Windy*
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Plus Minus Pilkada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ilmu Sosial UNP selenggarakan seminar nasional dan diskusi panel di Aula Pascasarjana UNP, Jumat (26/9). Acara bertema Plus Minus Pilkada Langsung atau Diwakili ini dihadiri lebih dari 300 peserta dari berbagai fakultas dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Seminar ini menghadirkan Bupati Kerinci Dr. Ardi Rozal, M.Si., Anggota DPRD
Sumatera Barat Sabar As, S.Ag, dan Dosen Ilmu Sosial dan Politik Aldri Frinaldi, S.H., M.Hum. sebagai pemateri. Hendra Naldi, S.S., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sejarah FIS UNP mengatakan dengan acara ini mahasiswa akan tahu apa yang harus dilakukan dalam mengawal undangundang pilkada. “Di sanalah posisi mahasiswa sebagai civil society ,” ujarnya. Doni, Resti*
FMIPA UNP
Kuliah Umum
Lomba Internal Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus (UKKPK) UNP adakan pembukaan lomba internal XXI di Ruang Mata Kuliah Umum NB302, Sabtu (20/09). Bertemakan Dream and Action , lomba yang berlangsung dua hari (2021/09) ini diikuti oleh 90 peserta yang terdiri atas 65 anggota muda dan 15 orang anggota biasa. Acara ini bertujuan untuk mengevaluasi kemam-
puan anggota UKKPK yang telah dilatih selama beberapa minggu terakhir. Adapun lomba terdiri atas tiga bidang yaitu jurnalistik, protokol, dan penyiaran radio. Pembina UKKPK, Havid Ardi, S.Pd., M.Hum., mengingatkan pemenang untuk tidak cepat puas. “Kita baru boleh bangga jika telah menang pada lomba eksternal,” ucapnya. Ranti, Eka*
PPIPM
Mengusung tema Stem Cell dan Pemanfaatannya , Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNP menyelenggarakan kuliah umum bersama Indra Bachtiar, Ph.D., Rabu (24/9). Acara yang digelar di Ruang C15 dan C-18 ini bertujuan untuk mengenalkan stem cell kepada mahasiswa. Stem cell adalah sel yang belum memiliki bentuk tetapi bisa berdiferensiasi
menjadi sel apa pun. Kuliah umum ini dihadiri oleh seluruh dosen maupun mahasiswa yang tergabung dalam Jurusan Biologi FMIPA UNP. Dr. Azwir Azhar, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi berharap agar mahasiswa memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali ilmu lebih dalam tentang stem cell dan peranannya dalam bidang kesehatan.. Risa*, Windy*
UNP
ORIMASINAL PPIPM Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) adakan Orientasi Masa Seleksi dan Pengenalan (ORIMASINAL) di Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP, Minggu (21/9). Acara bertema Mewujudkan Presiden RI (Precious, Scientific and Different of Research Institution) ini diperuntukan bagi mahasiswa yang ingin bergabung dengan PPIPM. Pe-
serta pun diberi materi tentang pengenalan organisasi PPIPM, pembuatan makalah, pembuatan Program Kreatif Mahasiswa (PKM), dan pengarahan dari tim penilai. Renda Arianto Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro TM 2013 mengatakan alasannya bergabung dengan PPIPM adalah untuk menambah wawasan tentang organisasi dan keahlian menulis karya ilmiah. Resti*, Neki*
UPT-MKU UNP
Pembukaan Tutorial PAI Pembukaan Tutorial Islam Pendidikan Agama Islam (PAI) diselenggarakan di Masjid AlAzhar, Minggu (21/9). Acara yang mengusung tema Dari Tutorial untuk UNP Menuju Kampus Intelektual dan Relegius menghadirkan Drs. Ardi, M. Si., Miftahul Khair S. Si, M.Sc., Cipto Hardianto S.Pd., dan Ardiles sebagai pemateri. Acara dengan peserta 300 orang ini dibuka oleh
UNP selenggarakan wisuda ke-101 di Gelanggang Olahraga (GOR) UNP, Sabtu (27/9). Pada periode ini, jumlah mahasiswa yang diwisuda sebanyak 3.513 orang. Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram selaku Rektor UNP menyampaikan wisuda kali ini adalah momen yang bertepatan dengan Dies Natalis UNP ke-60. Setelah keluar dari UNP wisudawan harus tetap menjalin komunikasi
UKKPK UNP
BEM FIK
Mengusung visi Pembaharuan dan Perubahan, Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIK UNP yang dilantik pada 3 Juni 2014 lalu tengah berusaha mewujudkan program kerja yang telah dirancang. Program kerja tersebut antara lain mengadakan Latih-an Kepenulisan Manajemen Ma-hasiswa (6-7/9), Dekan Cup cabang sepakbola, Kejuaraan Bola Basket se-UNP, Seminar Nasional Manajemen Olahraga, Krida dan Kemah Bakti Mahasiswa, pelatihan baris berbaris, serta study tour ke Yogyakarta. Untuk menjalankan program kerja tersebut, organisasi yang beranggota 20 orang ini melaksanakan upgrading untuk peningkatan mutu berorganisasi pada Sabtu-Minggu (11-12/10). Meskipun banyak kegiatan, BEM FIK tetap ber-
HMI UNP
UNP
UNP adakan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina di Gelanggang Olahraga (GOR) UNP untuk pertama kalinya, Kamis (25/ 9). Bertema Inovasi Sobat Bumi untuk Masa Depan Generasi, acara ini diikuti oleh 1.562 mahasiswa UNP yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Teknik (FT) UNP. Dalam sambutannya,
Dr. Amril, M.Si., Pembantu Dekan (PD) III FMIPA sekaligus Ketua Pelaksana OSN Pertamina 2014 UNP, mengatakan antusias mahasiswa dalam mengikuti OSN 2014 patut dibanggakan. “Mudah-mudahan ada yang lulus di tingkat provinsi,” harapnya. Selanjutnya PD I FMIPA, Dr. Yuzkifli, S.Pd., M.Si. berharap OSN ini akan membuat Pertamina semakin melirik UNP. Ranti, Windy*
UKK UNP
Pendidikan Karakter Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum gelar seminar nasional bertajuk Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Religius, Berbahasa Santun, dan Berbudaya Sopan di Grand Inna Muara Hotel, Sabtu (27/9). Pemateri pada seminar ini, yaitu Dosen dan Guru Besar Universitas Merdeka Malang Prof. Kasuwi Saiban, M.Ag., Dosen Universitas Negeri Jakarta Dr. Achmad Rid-
OSN Pertamina 2014
wan, M.Si., Dosen Hukum Universitas Islam Yogyakarta Dr. Rohidin, M.Ag., Pembantu Rektor I UNP Prof. Dr. Agus Irianto, dan Dosen Agama Islam UNP Dr. Fuady Anwar, M.Ag.. Wakil Ketua Pelaksana Seminar, Drs. Nasrul HS., M.Ag., mengatakan tujuan seminar ini adalah menanamkan nilai-nilai agama dalam pembinaan karakter agar tercapai kampus yang religius. Sastra
Cantik Selamanya Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) UNP Divisi Kemuslimahan mengadakan Talkshow and Hijab Class di Auditorium Prof. Kamaluddin, Fakultas Ekonomi (FE), Sabtu (11/10). Talkshow bertema Cantik Selamanya ini mengundang Fitri Aulia, seorang fashion designer muslimah, sebagai pembicara. Dalam materinya Fitri Aulia memberi inspirasi kepada seluruh muslimah
yang datang untuk tetap berpenampilan modis namun tetap syar’i . “Cantik yang sesungguhnya itu harus berasal dari luar dan dalam,” ungkapnya. Ayu Lestari yang mewakili ketua kemuslimahan mengatakan ini merupakan rangkaian acara terakhir dari Muslimah Expo yang telah dilaksanakan selama dua hari, Jumat-Sabtu (1011/10). Suci, Sabrina*
Seputar Mahasiswa
19
Mahasiswa dan RUU Pilkada 3. Bagaimana tanggapan Anda jika UU Pilkada oleh Hai pembaca setia Ganto! Rancangan Undang-undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) DPRD benar-benar diterapkan? a. Bentuk kemunduran demokrasi di Indonesia. oleh Dewan Perwakilan Kepala Daerah (DPRD) telah disahkan pada b. Meningkatkan tindakan KKN di Indonesia. 25 September 2014 lalu. Dengan lahirnya UU Pilkada oleh DPRD, c. Menghemat uang negara. maka pilkada yang selama ini mengandung asas dari rakyat, oleh d. Merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan rakyat, dan untuk rakyat terancam hilang. Dalam kenyataan di pemimpin yang lebih baik. lapangan, UU Pilkada ini mengandung kontroversi. Hal ini dibuktikan dengan pandangan-pandangan yang muncul di tengah-tengah lapisan masyarakat Indonesia. 1. Apakah Anda mengetahui informasi UU Pilkada oleh DPRD? a. sangat tahu b. tahu c. kurang tahu d. tidak tahu 45.2%
47.5%
24.48% 16.1% 11.4%
4. Bagaimana tanggapan Anda melihat pro dan kontra mengenai UU Pilkada ini? a. Wajar saja karena UU Pilkada lahir di atas kepentingan sebagian golongan. b. Wajar saja karena UU Pilkada juga tidak didukung oleh SBY. c. Apa salahnya pilkada oleh DPRD dicoba dulu. d. Wajar saja karena UU Pilkada oleh DPRD menimbulkan banyak kebingungan di kalangan masyarakat. 49.3%
28.03% 34.4%
`14.9% 11.8%
11.1% 5.26%
2. Apakah Anda setuju diterapkan UU Pilkada oleh DPRD? a. sangat setuju b. setuju c. kurang setuju d. tidak setuju 45.5%
5. Menurut Anda, apa solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini? a. UU Pilkada harus dikaji kembali. b. SBY segera menurunkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau Perppu. c. UU Pilkada harus dibatalkan. d. UU Pilkada harus diterapkan.
30.25% 62.8%
18.6%
5.57% 17.79% 9.94%
ndang-undang seumpama kompas kehidupan. Ia merupakan landasan bagi diri pribadi dan kelompok dalam bertindak di sebuah daerah hukum tertentu. Jika demikian, sebuah undang-undang diharapkan mampu menjadi sebuah acuan yang ideal baik secara teoritis maupun secara praktis, agar tidak menimbulkan kebingungan serta penolakan bagi objek pelaksana undang-undang. Namun pada kali ini, penolakan tersebut sedikit banyaknya telah terjadi pada Undang-undang pemilihan kepala daerah (UU Pilkada). Pasalnya undang-undang yang telah disahkan pada tanggal 25 September 2014 tersebut telah mengubah kebijakan demokrasi di Indonesia yang telah diterapkan semenjak masa reformasi hingga sekarang, yaitu Pilkada oleh rakyat akhirnya berubah haluan menjadi Pilkada oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Memang, perubahan zaman tak dapat dielakan, segala permasalahan seharusnya jadi pembelajaran, segala agenda harus direncanakan, pilkada oleh rakyat bisa jadi telah menorehkan banyak
U
kisah hitam dalam perjalanan demokrasi Indonesia, seperti politik uang, pemimpin yang tidak berkopetensi, penghamburan uang negara dan segala permasalahan lainnya. Namun apakah permasalahan tersebut dapat teratasi dengan UU pilkada oleh DPRD? Disadari atau tidak, segala kebijakan pasti ada resikonya, dampak positif dan negatif jelas bermain di sana. Lalu, apakah kebijakan untuk mengesahkan UU pilkada oleh DPRD ini telah memperhitungkan segala aspek? Di saat rakyat merongrong mengenai kebijakan ini, seharusnya pemerintah segera intropeksi diri, apakah kebijakan yang diambil demi kepentingan rakyat dan negara, atau hanya bisikan beberapa ke-lompok yang berkepentingan. Banyaknya, penolakan terhadap UU pilkada oleh DPRD adalah wujud pemberontakan rak-yat terhadap pemerintahnya. Dengan lahirnya kebijakan pilkada oleh DPRD, sedikit banyaknya te-lah menggerus optimisme rakyat terhadap pemerintahan yang selama ini di kontrol oleh pantauan mata mareka sendiri. Bisa jadi dengan kebijakan ini sikap apatis
dari rakyat semakin membludak. Pada akhirnya mereka tidak tahu siapa yang berdiri didepan mereka, siapa yang tengah melayani mereka, dan siapa yang tengah meminta mereka. Pilkada oleh DPRD ini bukanlah pertama kalinya tercatat dalam sejarah demokrasi Indonesia, namun telah ada sebuah catatn yang mencatatkan bahwa pernah di Indonesia suatu tindakan yang dituduh sebagai tindakan yang tidak demokratis yakninya kebiasaan politik Orde Baru yang pongah saat mengalami kejayaan selama 32 Tahun yang dipimpin oleh Soeharto, seorang militer yang kerap dijuluki Presiden Otoriter oleh banyak peneliti bidang politik. Pada masa rezim Orde Baru ini berkuasa, Kepala Daerah adalah merupakan jatah untuk sekelompok orang dekat dan segolongan dengan Soeharto, saat itu pejabatnya banyak yang berasal dari rezim militer. Lalu seiring bergulirnya zaman, masa reformasi pun bersinar hingga sekarang. Dan pemilihan pemimpin di pascareformasi selalu berpegang pada prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Mungkin, pengambil kebijakan punya pandangan lain dengan UU pilkada oleh DPRD ini, dan semoga saja semuanya atas pertimbangan yang matang dan tidak dipengaruhi emosi pribadi. Lau, dari pengesahan UU pilkada dan penerapannya yang kabarnya akan diterapkan pada pilkada-pilkada setelah tahun 2014 banyak harapan yang tercurah dari rakyat. Hal ini dibuktikan dengan hasil polling yang disebarkan oleh Subdivisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang (UNP) terkait dengan UU pilkada. Polling yang disebarkan berupa angket yang terdiri dari 5 pertanyaan kepada 650 mahasiswa di UNP, dengan metode random sampling dan responden diambil secara accidentil. Dari jumlah tersebut, sebanyak 62,8 persen responden berharap UU pilkada oleh DPRD harus dikaji kembali, meskipun ada responden yang menyarankan agar UU pilkada ini segera diterapkan namun saran tersebut tidak mencapai angka 10 persen. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwsanya UU
9.45%
pilkada ini masih belum berkenan di hati rakyat. Munculnya harapan pengkajian ulang terhadap UU pilkada disebabkan oleh banyaknya kebingungan-kebingungan di benak masyarakat. Hal ini juga terlihat dari hasil polling, bahwasanya 49,3% responden menjawab demikian, setelah itu disusul oleh anggapan bahawasanya UU pilkada oleh DPRD lahir diatas kepentingan sebagian golongan sebanyak 34,4 persen. Anggapan yang muncul hendaknya menjadi perhatian dan bisa memotivasi pengambil kebijakan untuk menepis dugaan-dugaan negatif tersebut. Karena pada hakikatnya pemimpin adalah pelayan. Pelayan bagi rakyatnya dan secara otomatis rakyat adalah raja. Jangan sampai kebijakan yang diambil penguasa menyebakan kemarahan dari rajanya (rakyat). Karena ketika rakyat marah, maka negara bagaikan di ujung tanduk. Jauh dari kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan, dan pada akhirnya penguasa hanya akan menjadi hujatan bagi rakyatnya sendiri. dan bukankah karena hal ini, kas negara bisa tergerus kembali?
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Resensi
20
Meminta Keadilan Pemerintah Langit Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
Semar Gugat di Temanggung Mohamad Sobary PT Gramedia I, Juni 2014 xvi + 274 Halaman
Jika keadilan tak bisa diharapkan dari penguasa di bumi, maka tak ada cara lain, rakyat menggugat secara simbolis, meminta keadilan kepada “pemerintah langit.” — Mohamad Sobary. Pernah dalam sejarah, kretek begitu diagungkan pada zamannya. Bahkan kretek bukan sekadar punya sejarah, malahan kretek adalah sejarah itu sendiri. Kretek mengandung kompleksitas dan kedalaman makna yang ekspresif maupun simbolisnya di dalam kebudayaan. Kretek merupakan penjalin solidaritas. Kretek pernah melambangkan sebuah keharmonisan. Dia pernah hadir dalam kebersamaan. Dalam sebuah pergaulan, kretek pernah menyatukan, antara si pemilik dan penikmat lainnya. Menyatukan sulutan untuk sebuah kenyamanan. Milik pribadi ini tibatiba menjadi milik bersama atas nama kebersamaan. Namun, lain halnya dengan pemerintah. Mereka terus memformulasikan pergerakan untuk menggulung kebudayaan ini. Kehidupan perdagangan ini seolah dimatikan. Karena pasaran kretek pribumi telah mengalahkan rokok putih di negerinya. Oleh sebab itu, aturan demi aturan mulai bermunculan. Semua bermuara pada sebuah kiblat yang mengarah pada perang dagang nan mematikan di tingkat dunia. Lagi, uang dan jabatan berkuasa di atas kuatnya konspirasi asing. Dalam permasalahannya, kebijakan impor tembakau cenderung semakin besar. Adanya paket sebab-akibat dari peraturan pemerintah yang menekankan bahwa produk kretek harus rendah nikotin—peraturan yang mengharuskan produk kretek dibuat dengan bahan tembakau impor. Sebuah bukti bahwa konspirasi asing
Perang Pemikiran
sangatlah kuat. Katanya demi kesehatan masyarakat. Mereka berdalih, tidak ada uang di balik program kesehatan itu. Namun tiada sangka, tentang sebuah kebenaran di balik semua dalihan tersebut. Seorang ahli Biologi Prof. Sutiman, bersama ahli Fisika Ibu Gretha membuktikan bahwa kretek itu sehat. Kretek sehat tersebut mengandung protein, asam amino yang menggantikan sel-sel tubuh yang mati, dan banyak zat bagus lainnya. Tak hanya itu saja, banyak lagi hal lain yang membuat para petani tembakau bungkam. Pembungkaman yang berujung kemarahan, kejengkelan, dan kefrustasian terhadap pemerintah. Telah lama mereka melakukan protes, bahkan semenjak peraturan tersebut masih berupa rencana. Tetapi tak pernah didengar. Para petinggi itu membisu. Mereka menggugat secara simbolis, meminta keadilan kepada “pemerintah langit”. Mohamad Sobary, dalam Semar Gugat di Temanggung menuntut keadilan kepada penguasa pertiwi. Untuk mendengarkan aspirasi rakyatnya. Tidak hanya membiarkan para petani itu merasa berbicara dengan tembok-tembok tebal birokrasi—walaupun memang dikondisikan untuk selalu tebal. Resensiator: Edo Febrianto Mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2011
: Burung-burung Rantau : Y. B. Mangunwijaya : Gramedia Pustaka Utama : Agustus 2014 : 406 Halaman
“...betapa manusia adalah satu-satunya makhluk dunia yang serba kurang. Menghadapi burung dia tidak bisa terbang. Menghadapi ikan dia tidak bisa menang berenang dalam air. Berpacu dengan kuda dia kalah. Melawan badak dia lemah; kemampuan tubuh untuk dapat menembus tanah nyaris nol bila disuruh melawan tikus atau ular. Tetapi manusia punya otak, dan inilah yang dimanfaatkan sampai sel dan sarafnya setuntas mungkin....” (hal 238). Sesempurnanya, manusia dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, tetap saja manusia adalah makhluk paling rapuh. Perkara manusia, dengan beragam kerumitan yang menyertainya, kadang berujung pada konflik mendalam, gejolak batin, dan pertempuran pikiran. Namun di balik semua itu, manusia mempunyai akal dan budi, yang pada akhirnya akan membantu manusia itu keluar dari permasalahannya. Letnan Jenderal Wiranto, seorang mantan duta besar—juga gerilyawan 45, hidup dengan istri dan kelima anak-anaknya yang memiliki pemikiran bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Putri pertama mereka, Anggraini, sejak kecil sudah kentara watak dan nafsu kemandiriannya. Begitu juga dengan Wibowo, anak kedua yang berotak cemerlang, merupakan lulusan Sarjana Fisika Nuklir dan Astro-Fisika. Adiknya, Letkol Candra, seorang instruktur pesawat jet pemburu di Madiun. Selanjutnya Marineti, seorang Sarjana Antropologi dan sosiawati yang idealis. Serta si bungsu, Edi yang menempuh jalan pengganguran, juga seorang morfinis dan heroinis. Kelima
saudara ini lahir dari generasi pascakemerdekaan. Mereka menjelajah dunia masing-masing dengan cara mereka tersendiri. Kelimanya merupakan burungburung rantau yang seolah tidak lagi merasa terikat sebagai orang Indonesia. Di samping pertentangan pikiran yang sering mengudara, pun perselisihan berawal dari si bungsu Edi, yang jalan pikirannya tak pernah selaras, terutama dengan ayahnya. Berakibat pada ia memilih dunia gelap sebagai jalan hidupnya dan berujung kepada kematian. Salah satu dampak dari keinginan dan cara berpikir yang ditentang oleh sang ayah. Bukti bahwa ia tak menggunakan logika dan akal sebagaimana seharusnya. Burung-burung Rantau oleh Y. B. Mangunwijaya, menggambarkan tentang kedalaman pikiran-pikiran tokoh, yang sempat memicu konflik pada rumah tersebut. Meskipun demikian, peran pemikiran tersebut reda seiring waktunya. Perlu perjalanan panjang untuk sebuah pemikiran baru yang bermuara pada penyelesaian. Resensiator: Khadijah Ramadhanti Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012
Etika dalam Jurnalisme Lingkungan Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
34 Prinsip Etis Jurnalisme Lingkungan Agus Sudibyo Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) I, Agustus 2014 200 Halaman
Maraknya persoalan lingkungan dari hulu hingga hilir telah menghiasi keseharian manusia. Mulai dari masalah kerusakan hutan akibat pertambangan dan industri, kerusakan sumber air, banjir, kerusakan ekosistem, masalah politik, pertanian, medis, hingga teknologi menjadi topik yang populer belakangan ini. Masalah lingkungan berhubungan dengan hajat hidup banyak orang. Karena itu, masalah lingkungan ini memerlukan penanganan khusus dalam menyelesaikan kasusnya. Pers pada dasarnya adalah agen pengontrol dan pejuang kepentingan publik. Pers juga menjadi agen penyalur informasi dari dan untuk masyarakat. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pers dalam kesehariannya menjadikan kepentingan umum di atas segalanya. Dan penyelamatan lingkungan hidup adalah bagian dari kepen-
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
tingan umum itu. Jurnalisme lingkungan sebagai salah satu cabang pers dan media yang memberitakan masalah lingkungan, diharapkan mengangkat fakta-fakta dan memberi banyak masukan bagi solusi persoalan lingkungan. Pers harus mampu menangkap banyaknya inisiatif masyarakat dalam memecahkan persoalan lingkungan. Intinya jurnalisme lingkungan menyampaikan seruan kepada semua pihak untuk berpartisipasi dalam penyelamatan ling-
kungan, baik dalam bentuk tindakan nyata maupun ide dan solusi. Media massa secara moral mempunyai tanggung jawab untuk memberitakan kasus hingga tuntas, terutama jika media itu sendiri yang memulai pemberitaan tersebut. Pers harus menuntaskan kasus yang dimulainya—dan terlanjur menyedot perhatian khalayak—dengan selalu berpegang pada Kode Etik Jurnalstik. Apalagi bila kasus itu menyangkut hajat hidup orang banyak, nama baik perorangan, atau kelompok tertentu. Istilahnya, “Kau yang mulai, kau pula yang mengakhiri.” Namun, dalam pelaksanaannya, banyak jurnalis yang bersikap “lempar kasus tinggalkan tanda tanya”. Jurnalis memberitakan kasus kerusakan lingkungan, pencemaran, dan ketidakadilan terhadap warga ke ruang publik secara menggebu-gebu dalam beberapa waktu, menyedot perhatian
publik, menciptakan kontroversi, namun tidak mengawal kasusnya hingga tuntas. Sebelum kebenaran tentang suatu kasus terungkap, pers keburu beranjak pada kasus lain yang lebih aktual, sehingga kebenaran kasus tetap menggantung dan publik tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang dilemparkan pers. Agus Sudibyo dalam 34 Prinsip Etis Jurnalisme Lingkungan memberikan panduan praktis bagaimana seharusnya jurnalisme lingkungan bekerja. Menurutnya, dalam konteks jurnalisme lingkungan banyak rambu yang harus diperhatikan oleh jurnalis. Jurnalisme lingkungan bukanlah pemberitaan model sekali muat, kemudian selesai. Namun, berperan dalam jangka panjang dengan kontinuitas peliputan. Dalam konteks itulah buku ini sangat bermanfaat sebagai seruan kepada semua jurnalis untuk selalu menjunjung etika jurnalistik, khususnya untuk jurnalis lingkungan hidup. Resensiator:Rizka Wahyuni Mahasiswa Pendidikan Biologi TM 2013
Cerpen
21
Kasam Oleh Rio Rinaldi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana UNP
Tubuh yang kini terbujur kaku di atas rumah gadang itu adalah milik Tek Kiah. Orang-orang naik ke atas rumah, lalu duduk di sekitar mayat Tek Kiah. Ada yang terus membacakan Quran. Ada pula yang setengah berbisik. “Ke mana Si Niar tak tampak batang hidungnya. Padahal, Tek Kiah kakak kandungnya sendiri,” bisik Tek Siar pada Ni Suma. Tek Siar dan Ni Suma adalah karib sepesukuan bagi Tek Kiah. Kedua orang itu memang suka bergunjing. Malah, suami atau iparnya sendiri dipergunjingkannya juga. “Entahlah, kita kan sudah samasama tahu, sejak perebutan sawah pusako itu, mereka tak lagi bersapaan,” sela Ni Suma berbisik. Tak lama berselang, anak Tek Kiah yang dari rantau datang. Orang-orang di halaman berdiri menyambut kedatangan Harun dan Numi dengan penuh air mata. Yang pertama sekali menyambut kedatangan dua kakak beradik itu Pak Jorong dan Datuk Rajo Gadang. Pak Jorong lantas memapah Numi yang sudah melemas, ke atas rumah gadang. Se-dangkan Datuak Rajo Gadang mengawal Harun yang berusaha tegar. Tak tahan lagi, dua kakak beradik itu meraung tegang ketika dilihatnya tubuh ibunya yang sudah tertutup kain panjang. Orang-orang tak banyak bicara. Ada yang berusaha membujuk-bujuk, namun sia-sia. Mereka betul-betul sudah kehilangan junjungan. Kalau ada yang bertanya ke mana suami Tek Kiah, lelaki itu sudah lama tak pulang. Sejak puluhan tahun yang lalu malah. Mungkin juga sejak Harun dan Numi masih kecil. Mati pun lelaki itu sungguh
tak tahu kuburnya di mana. Sesat pun tak tahu rimbanya di mana. Bagi mereka, ayahnya itu memang sudah mati. Kalau pun masih hidup sampai seka-rang, mereka tetap menganggapnya mati. Tengah hari pecah, lalu orang-orang memandikan jenazah Tek Kiah. Harun turut serta memandikannya. Sedangkan Numi dengan air mata yang tak kunjung reda, turut pula memandikan jenazah ibunya. Sesekali ia jatuh pingsang. Lalu orang-orang mere-bahkan dirinya di dalam bilik. Di perjalanan menu-ju pandam perku-buran yang melintasi rumah Si Niar, Numi berusaha tegar. Ia melihat rumah itu tertutup rapat. Terkunci. Jendelanya pun dira-patkannya. Orangorang yang mengangkat keranda terus bertakbir dan melangkah semakin cepat. Numi yang dipapah ka-kaknya, Harun, mencela melihat rumah Si Niar. Betapa ibu-ibu yang turut pula mengawalnya mengalihkan pandangan Numi dari rumah Si Niar. Setelah jenazah Tek Kiah tertanam, Pak Jorong dan Datuk Rajo Gadang menasihati Harun dan Numi agar tetap tabah. Di perjalanan menuju pulang, tiba-tiba orang-orang yang berjalan berarak-arak terkejut. Sumi tiba-tiba meronta. “Akan kubunuh kalian sekeluarga. Hutang nyawa dibayar nyawa. Sekarang kalian se-nang kan Ibuku telah mati? Aku sumpahi kalian mati terhina. Mati kalian! Mati!” bentak Numi di pekarangan rumah Si Niar yang
Oleh: M. Ismail Nasution, S.S., M.A.
Dalam “Kasam”, pengarang seolah-olah menjadi seorang tokoh yang berdiri di antara para tokoh cerita. Ia ada di antara orang yang melayat, mengantarkan ke pandam pekuburan, bahkan sampai dengan ikut melepaskan tokoh utama kembali ke daerah rantauannya. Hal itu tampak dari gaya tuturan penamaan tokoh. Pengarang menjadi pengisah (narator) yang memosisikan dirinya sebagai pengamat yang menceritakan tragedi itu kepada orang lain. Ia menjadi ‘penguping’ yang selalu ingin tahu dengan apa yang dialami oleh semua tokoh terutama yang terlibat langsung dengan konflik. Seluruh gerakgerik tokoh selalu diperhatikan. Pengarang menjadi narator tepat dalam cerpen itu karena membuat alur menjadi
sama sekali tak menampakkan tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Harun sigap mencoba untuk menenangkan adiknya yang sudah tak terkendali lagi. Ia bawa adiknya pulang. Meskipun hatinya pun remuk redam. Kali ini semua luapan emosi Numi semakin membuncah. Beberapa orang pun juga berusaha membujuk Numi untuk pulang. Pak Jorong dan Datuk Rajo Gadang kembali memberikan nasihat pada dua kakak beradik itu di atas rumah gadang.
Grafis: Hari Jimi Akbar
Rumah gadang yang masih beraroma air mandi Tek Kiah itu kian sunyi. Pak Jorong dan Datuk Rajo Gadang membawa Harun bicara keluar rumah gadang. Sedangkan Numi mengurung diri di dalam bilik tengah. “Jangan biarkan dia bermenung berlama-lama. Usapkan ini ke kening dan hidungnya kalau dia kembali berontak,” kata Datuk Rajo Gadang sambil menyelipkan bungkusan kain putih yang terikat. “Kalau butuh sesuatu datang saja ke rumah, anggaplah kami ini orang tuamu juga,” tambah Pak Jorong menghibur Harun. Lalu Pak Jorong dan Datuk Rajo Gadang pamit pulang. Maka, rumah gadang semakin terasa hening. Kesedihan Harun bertaut-
taut dan semakin berlarut-larut, mengingat ia tak sempat pulang menemani ibunya yang terbaring lemas. Selama sakit, hanya Tek Mi, sepupu kandung Tek Kiah, yang mengurusi sawah, mengurusi keperluan, dan mendengarkan keluh kesah Tek Kiah. Pernah Tek Kiah bercerita pada Tek Mi tentang sakitnya. Kalau sudah malam tiba, dadanya sesak, kepalanya terasa seakan mau pecah. Tek Kiah sempat pula bercerita pada Tek Mi tentang mimpinya bertemu Amak yang menyuruhnya berbaikan dengan Si Niar, adiknya. Sedangkan Harun dan Numi, hanya me-ngirim-kan uang seadanya dari rantau. Bagaimana ti-dak, kehidupan mere-ka saja di Pekanbaru pun tak bisa dibilang senang. Susah. Pelik. Malam ketujuh, orang-orang datang bertakziah ke rumah mendiang Tek Kiah. Kali ini Numi sudah mulai tampak tabah. Harun pun demikian. Ia sudah sedikit tenang sekarang. Kebiasaan orang di Kampung Tanjung Alam kalau bertakziah disediakan makan. Siang harinya, ibu-ibu sepesukuan membantu Numi memasak, sampai memban-tu menghidangkannya. Setelah selesai mendoa, orang-orang di-persilakan makan. *** Harun dan Numi tak mungkin berlama-lama di kampung. Sedangkan mereka sudah sepekan lebih izin bekerja. Kini, tibalah saatnya mereka pamit kembali ke Pekanbaru. Kepada Tek Mi mereka izin pamit. Mereka memesankan agar sawah tetap digarap Tek Mi dan suaminya Pak Sidi. Hasil panennya bisa di-kirim saja. Tak lupa, mereka menyelipkan sedikit uang ke tangan Tek
Mi sebagai rasa terima kasih. Saat mereka hendak menunggu Pelita, bus yang akan mereka tumpangi di pinggir jalan, seseorang berteriak memanggilmanggil mereka dari kejauhan. Ada yang seperti menjemput mereka. Rupanya Si Pengkok, tetangga Si Niar. Harun menghampiri Si Pengkok, sedangkan Numi tetap berdiri di situ dengan Tek Mi sambil duduk menanti kedatangan Pelita yang akan menambang ke Pekanbaru. Dengan napas tersengal, Si Pengkok berbisik. “Si Niar sakit parah. Etekmu. Sekarang tak bisa bicara. Tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Jenguklah dia sebentar. Dia terus menyebut-nyebut nama kalian,” bisik Si Pengkok yang masih tersengal-sengal. “Maaf, tidak bisa, sampaikan saja kami sudah berangkat ke Pekan.” “Ada apa, Da?” tanya Numi penasaran. “Ah tidak, tidak ada apa-apa. Tunggu saja di sana,” sahut Harun berahasia. “Pergilah, sebelum Numi mendengarnya. Sampaikan saja maaf kami,” kata Harun pada Si Pengkok. Benar saja, Pelita yang melaju dari arah atas berhenti tepat di depan mereka. Tek Mi membantu mengantarkan barang-barang mereka ke atas Pelita. Harun meninggalkan Si Pengkok dan segera menaiki Pelita yang sudah menantinya. Pelita berjalan dan mereka saling melambaikan tangan. Ketika Pelita sudah berjalan agak jauh, seseorang tiba-tiba datang lagi dari arah Si Pengkok tadi berlari, rupanya Si Pendi. “Mana Harun dan Numi?”tanya Si Pendi. “Ada apa, Pendi?” tanya Si Pengkok terkejut. “Si Niar sudah dulu.”
Cerpen Padat Alur
padat. Kepadatan itu menyebabkan cerita langsung menukik ke dalam konflik sehingga dapat memunculkan efek khusus. Dari awal cerita, pembaca langsung disuguhkan dengan tragedi bahkan sampai berakhir cerita tetap klimaks. Jika seandainya, pengarang menjadi pelaku maka alur akan berlaku normatif sehingga sukar untuk dipenggal karena kelonggarannya. Akibatnya, cerita tidak langsung menukik ke dalam puncak konflik karena harus diantarkan dengan peristiwa-peristiwa awal (perkenalan). Memang, pola seperti ini memiliki kelemahan karena menuntut pembaca untuk memikirkan sendiri maksud pengarang. Sementara itu, di lain pihak, pembaca belum tentu memiliki pengalaman yang sama. Faktor tersebut akan membuat teks itu asing bagi pembaca
karena konstruksi cerita yang tidak utuh. Cerpen “Kasam” berisi tentang cerita perebutan harta warisan dengan latar budaya Minangkabau. Elemen itu refleksikan melalui nama-nama tokoh, tempat, dan istilah warisan itu sendiri, pusako. Cerpen itu mengingatkan saya akan novel Warisan yang ditulis oleh Chairul Harun pada era 80-an. Pokok permasalahannya sama, konflik muncul karena perebutan pusako. Chairul Harun menceritakan konflik itu secara detail dengan konteks budaya yang sama kultur Minangkabau. Kemudian, di dalam cerpen pengarang menguraikan konflik langsung kepada titik klimaks. Pembaca diberikan kebebasan untuk menduga sendiri bagian awal cerita. Oleh sebab itu, cerpen “Kasam” barangkali hasil kondensasi dari
novel pengarang periode 80-an itu. Hal tersebut sesuai pula dengan kapasitasnya sebagai cerita pendek. Sebagai karya seni, karya sastra tidak hanya mengandung unsur hiburan tetapi juga memberikan manfaat. Pengertian hiburan berarti tidak membosankan atau memberikan kesenangan sedangkan bermanfaat mengarah pada pernyataan tidak membuang-buang waktu atau bukan hanya kegiatan iseng belaka. Dalam hal itu, ia perlu mendapat perhatian serius. Keduanya bersifat dialektis, ketika menghibur ia ‘mengajarkan sesuatu’. Sebaliknya, ketika mengajarkan sesuatu adalah sebuah proses maka di dalamnya terdapat hiburan. Dalam hiburan ada manfaat dan manfaat itu pada akhirnya memberikan hiburan.
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Sastra Budaya
22 Sajak
Kumpulan Puisi Robby W.Riyodi
Kumbang Sayap-Bagai “Di reruntuh kelopak aku berteduh, kemudian mati serupa kumbang sayap rapuh!”
Bak Kuda Waktu adalah pacuan dalam perut yang memberinya sepasang jarak antara hari lalu dengan kecut. Bak kuda masa kecil yang dipelihara utuh dalam ingatan. Bak kuda penurut dan Tuan palacak bak kuda pandai itu. Dahulu, ketika zaman masih ditunggang (ia kerap beranggapan bahwa usia adalah kitab). Di pekan Baso dua kali seminggu bak kuda nomor satu, larinya memacu petir tidak direm dan pandai melenggang meniru gadis-gadis menari di panggung atap bolong dengan derap yang meratap dari jarak yang hampir. Dari Padang Tarok melulu ia kekang kendali ke jalan lurus sekencang angin melenyapkan telapak zaman sebelah, mendongkak kakinya dari Ampuh ke Simpang Sangka ke Simpang Canduang dan simpang ketiga yang ia tandai sebagai kandang keduanya tempat ia belajar mengenal nama Tuhan, Tuhan seluruh kuda. Biaro pekan Rabu Sabtu adalah gelanggang pacuan hingga betis Marapi yang berwarna biru. Di mulut perasaian serupa gunung dihadapan dan pada beban selalu di tanggungkan sebuah pelukan bagai jantung putih yang dibungkus dalam dadanya. Berteduh ia di balai gelombang keempat yang turun menjadikan kota dan kabupatennya merah segar. Merah yang lebih nyala, merah daging orang muda. Dari rimbun batang Gurah, di batang perak pelerai segala suntuk, di balai rindang emas segala kutuk, bak kuda tahan lecut adalah bak kuda perut kosong yang alpa. Ia lupa sagu, jurai rumput-rumput gajah, daun baling-baling pucuk ubi, air terkepung daun keladi dan segala dedaunan yang hijau di mata kacamata bak kuda buta itu. Bak kuda berkata “hei tuan palacak, kematianku adalah kepandaianmu itu!”. Sekali beristirahat Bak kuda ingin mati. Sebab pundaknya yang rusak berat belum sempat di buat orang jepang atau cina, semenjak itulah urat-uratnya mulai dilipat. Dicuci, dan disetrika sebelum ditumpunya dalam sebuah laci di perutnya. Bak kuda hendak menjadi kerbau, ia berkehendak menjadi nama baru bagi negeri besarnya, tentu saja dengan tanduk yang ia pesan pada pandai besi di sebelah kampung sipenunggang angan-angan. Serupa dalam omong orang tua ompong padanya. Bahwa negerinya terlahir dari pertarungan omong kosong. si penunggang angin dan segala penunggang ingin bak kuda kaki terkilir itu terlalu mengaduh sunyi padanya. Sehingga bak kuda berangan tidak sampai bak kuda terjatuh dan patah tungkai, ia selesaiakan segala sakit dengan menyebut sebuah kematian akan bermula dari kaca mata bak kuda. “Hey tuan palacak, kematianmu adalah kepandaianku tentunya!” Bak kuda melacak penunggang pandai, bak kuda masa kecil ia mendongkak keluar dari ingatan.
RK Serunai Laut, September 2014
Ia potong pergelangan sayap-bagai pasang kepada kumbang lelaki yang nikahi si pacar sebagai restu dan doa paling kabul. Lewat keping air mata sayap-bagai adalah sebuah solitude, genap kantuk juga akan sembuh olehnya. Dengan sayap-bagai tangan ia petik tujuh tangkai hujan untuk si pacar, ia sunting di lipatan tubuh satu-satu. tubuh baginya hanya sepotong kepala. Selebihnya ia tidak sebut apa-apa. Dengan sayap-bagai ia genggam sebuah purnama penuh, gelombang laut besar ia benam di jantung, kemudian hidup hanya berjalan antara nelangsa dan gelap baginya.
“Hanya saja kumbang aku memadu, singgah di mekar mana saja kumau!” Kumbang sayap-bagai malam dalam telepon genggam. Di kamarnya aku bersarang, menyimak pecahan-pecahan percakapan. Barangkali hanya tengkar yang tidak hiruk darinya. Serupa percakapan si tukang cerita dengan kekasih banyaknya, ketika ia lapar dan membujuk agar si pacar mengajaknya kencan dan membayar. Kemudian ia hadiahi sebuah prosa sederhana; “Kelak akan ku bangun sebuah rumah dengan jumlah pintu melebihi jendela, dan tiap pasak juga kuncinya kuserah padamu.” Ia adalah kumbang sayap-bagai gombal besar yang bangun ketika matahari tegak lurus. Kumbang nafsi. Kumbang yang belum lulus sekolah kumbang. Kumbang pembaca sastra. Sastra kumbang. Baginya waktu hanya memanjakan sepi dan tugasnya adalah menikmatinya. Sampai waktu benar menutup matanya sendiri. Ia kumbang yang berkisah dengan sayap-bagai. Kumbang yang diam-diam aku menulisnya. Setelah si pacar yang sebenarnya tidak ia cintai lagi menikah. Dan aku teringat si tukang cerita yang memotong pergelangan tangan dan menghadiahkan potongan tangan kepada si pacar di hari pernikahan dalam sebuah cerita. Ia manusia bukan kumbang-bagai. Tetapi mau apa saja disebut, jangankan madu hendak di hisap, kelopak hanya menumbuhkan senyap, dan bunga akan tumbuh mekar di luar musim. Aku curiga ia-bagai si tukang cerita kumbang sayapbagai ada.
Robby W. Riyodi lahir di Balai Gurah, Ampek-Angkek, Kabupaten Agam. Aktif berkegiatan di RK Serunai Laut dan KSST Noktah. Selain itu juga merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP.
Kapal Oleh Suci Larassaty (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2012)
Bocor kecil bisa menenggelamkan kapal yang besar. — NN Seabad yang lalu, pernah dalam sejarah tercatat bahwa sebuah kapal super mewah dan istimewa pada eranya, tenggelam di perairan Atlantik Utara. Kapal itu RMS Titanic. Badan kapal sengaja dibuat dengan baja yang kuat sehingga mampu melawan guncangan badai. Selain itu, kapal juga dirancang khusus agar dapat berlayar tanpa tenggelam— meskipun 4 kompartemennya bocor. Namun apa mau dikata, RMS Titanic tetap tenggelam setelah menabrak gunung es dan menewaskan 1.514 dari 2.224 penumpang. Kiranya, peristiwa tersebut dapat
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
dijadikan pelajaran. Kemewahan dan kekuatan belum tentu bisa menjamin sebuah keselamatan. Sebagus dan sekuat apapun kapal, tetap saja akan tenggelam jika ada bagian komponennya yang rusak. Sebuah kapal akan berlayar baik bila semua yang berada di dalamnya merasa siap untuk menerjang berbagai rintangan selama perjalanan. Nahkoda yang baik belum tentu dapat menyelamatkan kapal tanpa bantuan awak kapal dan penumpang. Sebuah kapal akan berlayar dengan baik bila semua ikut berperan dan menjaga dalam perjalanan. Mampu bertahannya sebuah kapal di perairan tidak dapat diukur dari kemewahan yang dimiliki, melainkan dari kemampuan semua awak yang terlibat
Noktah, September 2014
dalam menahkodainya hingga sampai ke tempat tujuan. Dalam sebuah pelayaran, banyak sekali tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Seorang nahkoda sebagai pemimpin pelayaran harus peka terhadap semua bahaya yang mungkin akan ditemui dalam perjalanan. Nahkoda bertanggung jawab untuk membawa seluruh awak dan penumpangnya ke tempat yang dituju dengan selamat. Demikian juga halnya dengan kepemimpinan, sebuah negara dapat diibaratkan sebagai kapal. Seorang pemimpin bertanggung jawab atas negara yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang peka dan tanggap terhadap hal-hal yang dapat merusak bagian negara. Rusaknya suatu bagian negara akan berpengaruh terhadap bagian lainnya. Dan bila sudah banyak bagian dari negara yang ikut rusak, maka kehancuran akan semakin dekat. Oleh sebab itu, agar dapat terhindar dari kehancuran, bagian negara yang rusak tentu harus diperbaiki terlebih dahulu. Di sinilah ketanggapan sang pemimpin
dibutuhkan. Namun, nasib sebuah negara tidak bisa diserahkan kepada pemimpinnya saja. Sebuah negara bergantung pada seluruh komponen yang ada di dalamnya. Bagian-bagian tentu tersebut menjadi sebuah sistem yang kuat dan kokoh bila semua bagiannya dapat bekerja sama dengan apik. Kehebatan seorang pemimpin akan luntur jika anggota yang ada di dalamnya tidak bisa saling membantu dalam bekerja sama. Negara yang hebat tidak hanya karena memiliki seorang pemimpin yang hebat. Tapi negara hebat adalah negara yang semua elemennya bersatu untuk mewujudkan suatu tujuan. Seperti halnya kapal, sebuah kapal akan oleng jika tidak ada keseimbangan. Seperti itulah sebuah negara dan kepemimpinan. Sebuah negara akan hebat bila masyarakat yang ada di dalamnya dapat satu suara menggapai satu tujuan.
23
Bersatu dan Berprestasi dalam Seni Oleh Dewi Syafrina Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah TM 2011
Menang-kalah itu biasa. Yang penting adalah pengalaman, relasi, dan sadar bahwa berseni tidak sembarang berekspresi. Kota Padang masih berembun, bahkan azan subuh pun belum berkumandang ketika kontingen Sumatera Barat untuk Pekan Seni Mahasiswa Indonesia Tingkat Nasional (PEKSIMINAS) XII sampai di Bandara Internasional Minangkabau. Ada bangga dan tanggung jawab tinggi yang dirasakan saat pesawat pagi itu mengantarkan kami menuju Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Terdapat 15 tangkai lomba yang diikuti. Di antaranya lomba vocal group, nyanyi pop tunggal, lagu dangdut tunggal, keroncong tunggal, seriosa tunggal, tari, baca puisi, monolog, penulisan cerpen, penulisan puisi, penulisan lakon, desain poster, lukis, fotografi, dan komik strip. Rintik hujan menyambut kedatangan kami di Bandar Udara Tjilik Riwut. Bersyukur dengan hujan yang turun karena membuat kami terbebas dari kabut asap yang kabarnya sedang meraja di Palangka Raya. Hotel Melati Wisata menjadi tempat penginapan kami selama sembilan hari ke depan. Tari Rampai Nusantara menjadi pem-
Opening Ceremony: Tari Rampai Nusantara dengan meriah ditampilkan pada pembukaan PEKSIMINAS XII di Palangka Raya, Minggu (14/9). f/doc.
buka PEKSIMINAS XII pada 14 September 2014. Panggung silih berganti diramaikan oleh para penari yang membawakan tarian dari seluruh Indonesia. Melihat begitu banyak budaya Indonesia yang ditampilkan, kami semakin bangga menjadi anak Indonesia. Bahkan di sini disatukan oleh seni dan berjuang dengan seni demi nama provinsi. Banyak hal yang bisa didapatkan. Selain teman baru, pengalaman dan suasana baru, pengetahuan tentang seni juga bertambah.
Bermula dari Kesalahan Oleh Resti Febriani
Ternyata berseni itu tidak sekadar membebaskan diri dengan sesuatu yang belum tentu dimiliki orang lain. Mengekspresikan diri dengan seni tetap ada caranya, ada aturannya. Untuk menghasilkan karya seni yang berkualitas dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang tepat. Ketika geladi resik, yel-yel “Sumatera Barat! I’m the best! You’re the best! You and I are the best!” mampu membakar semangat kami yang akan berkompetisi tiga hari setelah itu. Setiap malam menjelang
Mimpi Membuat Kita Hidup -- Fauzul Aufa, M.App Ling. --
(Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro TM 2013)
“Suatu kesalahan tidaklah menjadi kesalahan, kecuali Anda menolak untuk memperbaikinya”. — Orlando Aloysius Battisa Sesuatu yang salah harus dibenarkan. Tetapi yang menjadi permasalahannya, apakah mudah mengubah yang salah menjadi benar? Jawabannya tentu tidak. Untuk hal yang dinilai salah akan menjadi benar jika secara perlahan diubah dengan berbagai tindakan yang mengarah pada hal yang benar. Atau istilah lainnya perbaikan. Perbaikan tidak hanya dilakukan pada material fisik saja, seperti peralatan rumah tangga, gedung, dan sebagainya. Pribadi seseorang juga perlu perbaikan. Manusia memang awalnya diciptakan tanpa beban hidup. Tetapi, dengan segala perjalanan yang dilalui sepanjang hidupnya pasti akan menemukan suatu masalah dan menciptakan beberapa kesalahan—meskipun sejatinya tak ada yang menginginkan terjadi kesalahan dalam hidupnya. Lalu, apa jadinya jika seseorang tidak melakukan perbaikan setelah melakukan kesalahan? Tentunya akan menjadi terbiasa untuk menciptakan kesalahan lainnya. Contohnya dalam hal mengerjakan tugas bagi kalangan mahasiswa. Alangkah baiknya jika tugas tersebut dikerjakan beberapa hari sebelum dikumpulkan. Namun, kebanyakan mereka baru akan mulai mengerjakan-
nya sehari sebelum dikumpulkan atau malam harinya. Terkadang, mahasiswa terbiasa mengulur waktu, melakukan sesuatu saat mendekati deadline. Jika belum deadline, maka tugas tersebut belum akan dikerjakan, bahkan diabaikan. Apakah ini akan menjadi tradisi yang dibiarkan mendarah daging? Mari kita renungkan kembali. Kebiasaan yang buruk tersebut bisa menciptakan kesalahan yang tak terlihat karena hanya memiliki pengaruh kecil. Seperti, tidak selesainya kewajiban pada waktu yang telah ditetapkan. Namun, jika hal ini terus berlanjut, maka akan menimbulkan masalah dan berujung pada kesalahan yang lebih besar. Sekarang, hal tersebut mungkin masih bisa dimaklumi. Barangkali, masih dianggap wajar karena masih dalam gejolak jiwa muda. Namun, jika hal seperti ini terbawa hingga ke dunia kerja, bisa jadi dalam jangka waktu tertentu akan merugikan perusahaan. Dan tak menutup kemungkinan akan bermuara pada pemberhentian karena dianggap lalai. Kita sering memandang sepele kesalahan-kesalahan kecil. Tapi bagiamanapun juga hal itu tetap saja sebuah kesalahan. Dan pada hakikatnya semua tahu—barangkali juga mengerti— bahwa kesalahan kecil jika terus dibiarkan akan terus berkembang dan membesar hingga tak mampu lagi untuk mengatasinya.
perlombaan, penginapan tidak pernah hening. Dari setiap sudut terdengar peserta yang berlatih membaca puisi, menari, menyanyi, monolog, dan vocal group. Perlombaan dalam PEKSIMINAS XII dilaksanakan pada hari yang sama, di tempat yang berbeda. Ketika satu per satu peserta turun dari bus, peserta yang lain meneriakkan kata-kata penyemangat. Ada rasa haru ketika semua sahabat menyematkan harapan mereka di pundak. Rasa lega sekaligus harap-harap cemas hinggap setelah lepas dari hari perlombaan. Namun kecemasan kembali muncul ketika tiba saatnya menghadiri acara penutupan. Satu per satu juara per tangkai lomba pun diumumkan. Sumatera Barat berhasil meraih juara I monolog, juara II dangdut putra, juara harapan II tari, juara harapan II pop hiburan putra, dan juara harapan II lukis. Namun, juara umum I diraih oleh kontingen Jawa Timur, juara umum II diraih oleh kontingen Jawa Tengah, dan juara umum III diraih oleh kontingen DKI Jakarta. Ada kekecewaan, tetapi tersemat pula kebanggaan. Sabtu, 20 September 2014 pukul 14.00 WIB kami meninggalkan Bandar Udara Tjilik Riwut. Semoga suatu saat nanti kami berkesempatan untuk kembali ke Kalimantan. Kalah bukan berarti menyerah. Kekalahan tahun ini akan menjadi pelajaran untuk tahun berikutnya.
Sederhana namun berkelas, begitulah pemikiran dari seorang dosen muda Jurusan Bahasa Inggris, Fauzul Aufa. Putra kelahiran Padang ini memiliki segudang prestasi semasa kuliahnya. Lulus dengan predikat cum laude dengan indeks prestasi nyaris sempurna, 3.96 selama empat setengah tahun, tak menghalanginya untuk mengukir prestasi di kampus almamaternya, Universitas Negeri Padang (UNP). Mewakili organisasi mahasiswa Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM), penyuka warna coklat, merah, hitam, dan biru ini menjuarai berbagai perlombaan, seperti meraih peringkat pertama Karya Tulis Ilmiah tahun 2004. Kemudian pada tahun 2005 ia mengikuti Pelayanaan Kebangsaan dan lagi-lagi berhasil menyabet peringkat pertama. Selain itu, Aufa juga merupakan utusan dari UNP pada event Mahasiswa Berprestasi Nasional tahun 2006. Beliau mencapai tahap final yang saat itu menyisakan 15 dari 100 orang peserta. “Mimpi yang membuat kita hidup,” kata-kata inilah penyemangat dari pria
yang hobi memasak ini. Setelah menamatkan kuliah Strata 1 di UNP, Aufa melanjutkan mimpinya untuk kuliah ke luar negeri. Meski sempat mengalami kegagalan saat mendaftar di dua perguruan tinggi di Amerika Serikat dan Australia, ia tak pernah menyerah. Akhirnya perjuangan pun terbayar setelah berhasil lulus di University of Queensland, Australia. Semasa kuliah di Australia, Aufa tetap berprestasi. Aufa mendapatkan penghargaan Dean’s Award atas pencapaiannya sebagai Top 5% Student atau 5% mahasiswa yang mendapatkan nilai terbaik dengan mengalahkan pelajar asing lainnya, . Selain itu ia juga aktif dalam kegiatan organisasi, yaitu University Queensland Indonesia Student Association (UQISA) yang bergerak di bidang sosial. Di UQISA ia ditempatkan pada divisi Hubungan Masyarakat. Di luar kampus, pria yang ramah ini juga pernah menyibukkan diri dengan berwirausaha. Berangkat dari hobi memasaknya, ia bersama teman-teman satu apartemen membuka usaha catering dengan memasak dan menjual masakan Minang dan Jawa. “Kita harus beda dari orang lain,” jawabnya mengenai tips dalam meraih kesuksesan. Hanya niat, usaha dan doa dari orang tua yang mendorong tekadnya untuk terus maju. Sabrina Khairissa*
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
24
Edisi No. 182/Tahun XXV/September-Oktober 2014
Iklan