2
Edisi No. 191/Tahun XXVII
FA J AR
SARIP ATI SARIPA
Jalannya Surat Edaran Pada 17 Februari lalu, keluar Surat Edaran Rektor dengan No.722/UN35/KM/2016 yang memuat aturan mengenai aktivitas mahasiswa. Dalam hal ini yang menjadi sasarannya adalah mereka yang aktif dalam kegiatan kampus, baik itu organisasi mahasiswa (ormawa), maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Empat poin tersebut berupa, pertama, larangan berkegiatan ekstrakurikuler di kampus setelah pukul 18.00 WIB dan jika ada kegiatan di luar jam tersebut harus melapor pada pembimbing atau keamanan UNP; kedua, larangan menginap di sekretariat; ketiga, tidak boleh terlibat dengan miras, narkotika, dan pergaulan bebas; keempat harus menjaga keamanan dan kebersihan masing-masing sekretariat; dan kelima bagi yang melanggar akan diberi sanksi. Turunnya peraturan ini menuai beberapa protes dari kalangan aktivis kampus. Mereka berpendapat ada beberapa poin dari surat edaran ini tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi. Seperti larangan pada poin pertama. Rata-rata jam kuliah mahasiswa berakhir pada pukul 16.00 WIB, dan setelahnya dimanfaatkan untuk berkegiatan , biasanya hingga malam hari. Tak jarang pula sebagian dari mereka menginap di sekretariat. Dengan adanya pembatasan jam ini, tentu membuat kegiatan tersebut menjadi terhambat. Meskipun ada kelonggaran berupa perizinan dari pembina atau keamanan, hal ini dinilai juga tidak efektif. Sebab terkesan menyulitkan jika harus meminta izin setiap akan berkegiatan, mengingat intensitas kegiatan malam bisa dibilang hampir setiap hari. Berjalannya waktu, surat edaran seperti tak menjadi hambatan. Mahasiswa yang aktif di organisasi maupun UKM tetap melaksanakan kegiatan seperti semula, termasuk kegiatan pada malam harinya. Seolah peraturan yang telah diedarkan tidak menjadi penghalang dalam lancarnya kegiatan. Hal ini bukan terjadi tanpa sebab. Alasan mengapa mahasiswa yang aktif berkegiatan tersebut masih tetap berlangsung meski sudah dipagari oleh aturan jam malam, adalah pihak universitas belum memberlakukan aturan tersebut secara mengikat. Setelah dikonfirmasi kepada bagian kemahasiswaan kampus, dialasankan peraturan ini benar-benar akan dijalankan ketika UKM telah menempati gedung baru nanti. Perihal surat edaran ini, tentulah mahasiswa yang disasar maupun pihak kampus harus samasama memperoleh akhir yang baik bagi keduanya. Sebab hingga kini, peraturan tersebut tak terdengar lagi kiprahnya. Mahasiswa tetap berkegiatan dengan lancar, dan pihak kampus belum mempermasalahkan. Seolah belum jelas kedudukan aturan ini. Dengan demikian, jika aturan pada surat edaran ini benar-benar diterapkan, hendaknya sesuai untuk mahasiswa yang aktif berorganisasi, serta tidak merugikan universitas dari segi manapun. Tentunya harus ada pembicaraan lebih lanjut dari kedua belah pihak, agar tak ada yang saling dirugikan.
GANTOLE
+ Aturan Jam Malam Untuk UKM - Siang kami ka berkegiatan lai, Pak? POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG
+ Lima Prodi Baru UNP - Alhamdulillah.. + Pemilu Presma Minim Partisipasi - Partisipasi, oh partisipasi..
Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa Jika ditilik dari sudut pandang kuantitas, Universitas Negeri Padang (UNP) memiliki mahasiswa yang cukup besar yakni sekitar tiga puluh ribu. Artinya, mahasiswa UNP memiliki potensi yang cukup besar mengembangkan kreativitas. Jika potensi kreativitas mahasiswa UNP yang besar tersebut dikembangkan secara maksimal tentulah dapat dipandang sebagai salah satu kekuatan untuk menjadikan UNP menjadi lebih besar lagi. Kita yakin mahasiswa yang cukup besar jumlahnya itu tentulah memiliki berbagai kemampuan dan kreativitas yang beragam karena berasal dari sekolah, daerah, dan budaya yang beragam pula. Jadi, di dalam diri mahasiswa UNP yang besar tersebut terdapat potensi besar yang patut dikembangkan untuk memajukan UNP di masa kini dan untuk masa datang. Untuk mendorong dan meningkatkan kreativitas mahasiswa UNP dalam berbagai bidang perlu diperhatikan berbagai hal berikut ini. Pertama, mengembangkan sarana dan prasarana yang seimbang dengan jumlah mahasiswa UNP untuk pengembangan kreativitasnya. Kedua, mengembangkan berbagai program untuk memaju pengembangan kreativitas mahasiswa UNP. Ketiga, menyediakan anggaran yang berpihak kepada mahasiswa UNP untuk pengembangan kreativitasnya.
Pengembangan sarana dan prasarana yang seimbang dengan jumlah mahasiswa UNP untuk pengembangan kreativitasnya perlu menjadi perhatian dari pimpinan universitas dan pimpinan fakultas. Penyediaan sarana dan prasarana untuk pengembangan organisasi mahasiswa dan untuk pengembangan berbagai kreativitas mahasiswa di tingkat fakultas perlu menjadi perhatian pimpinan fakultas. Demikian juga, penyediaan sarana dan prasarana untuk pengembangan organisasi mahasiswa dan untuk pengembangan berbagai kreativitas mahasiswa di tingkat universitas perlu menjadi perhatian pimpinan universitas. Agaknya, gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa yang ada sekarang jelaslah tidak seimbang lagi untuk melayani mahasiswa yang pada saat ini sudah berjumlah tiga puluh ribu orang. Mudah-mudahan, dengan pembangunan gedung baru dengan dan IDB sekarang juga diperuntukkan untuk kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa UNP. Selain itu, Pimpinan Universitas dan Pimpinan Fakultas perlu secara berkelanjutan mengembangkan berbagai program untuk memaju kreativitas mahasiswa UNP. Berbagai program kreativitas yang bermanfaat bagi semua atau setidaknya bagi sebagian besar mahasiswa perlu dilakukan. Bebe-
rapa tahun terakhir ini, sudah dilakukan program pengembangan kreativitas bagi mahasiswa namun agaknya lebih teruntuk bagi mahasiswa penerima bidik misi. Untuk itu, perlu dikembangkan lagi program pengembangan kreativitas yang bermanfaat dan melibatkan semua atau sebagian besar mahasiswa UNP. Hal yang amat penting lagi adalah menyediakan anggaran yang layak dan berpihak kepada mahasiswa UNP untuk pengembangan kreativitasnya. Sekarang perlu diperhatikan lagi, sudah berapa persen anggaran di tingkat universitas, fakultas, dan jurusan yang diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan kreativitas mahasiswa tersebut. Kita yakin mahasiswa yang besar memiliki potensi besar untuk mengembangkan kreativitasnya. Jika kreativitas mahasiswa yang potensial tersebut ikut bertarung dan aktif di tingkat nasional, seberapa besar biaya yang disediakan untuk hal tersebut? Apakah kita sudah maksimal mengirimkan mahasiswa-mahasiswa potensial dan berprestasi ke tingkat nasional bahkan ke tingkat regional? Kita yakin pengiriman mahasiswa UNP yang berprestasi dan kreatif dalam ajang tingkat nasional dan regional tentulah salah satu hal untuk mewujudkan visi UNP menjadi universitas berkelas dunia. (Eto)
POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG
Camping : Kru SKK Ganto periode 2016 sedang mengadakan camping di Lubuak Minturun, Sungai Bangek, Minggu (7/8). f/Okta
Salam Pers Mahasiswa! Ada gamang yang timbul ketika manusia dihadapkan pada tanggung jawab baru yang Ia sendiri tidak percaya bahwa dirinya mampu mengemban amanah itu. Hal itu lah yang terkadang menyebabkan konflik di dalam diri dan pada akhirnya muncul perasaan ingin menyerah saja. Memilih berada di zona nyaman dan “menghibur diri” dengan berdalih, “Saya senang dengan diri saya sekarang.” Mungkin, itu pulalah yang dirasakan oleh sebagian awak Ganto, gamang.
Seiring dalam penggarapannya, edisi 191 ini mendapatkan “cobaan” dan kendala yang membuat kru Ganto harus menyikapi permasalahan secara dewasa. Oleh sebab permasalahan internal yang seharusnya bisa disikapi secara bijaksana, mengakibatkan tersendatnya jalan redaksi. Untungnya, permasalahan ini masih dapat diatasi sehingga edisi 191 dapat diselesaikan. Selain menggarap redaksi, Ganto juga mengadakan perayaan Gebyar SKK Ganto ke-27 pada Mei lalu dengan mengadakan berbagai
macam lomba. Selanjutnya, juga diadakan Buka bersama dengan anak-anak panti asuhan dan organisasi mahasiswa selingkungan UNP dalam rangka berbagi sekaligus mempererat silaturahmi. Edisi kali ini, Ganto menghadirkan pembahasan laporan mengenai pro kontra aktivis terhadap surat edaran rektor yang membatasi jam malam di kampus. Selain itu, Ganto juga menyuguhkan beragam informasi dan jawaban seputar permasalahan yang ada di kawasan kampus, seperti Pemilu Presma Minim Partisipasi, Lima Prodi Baru UNP, Mahasiswa FBS Juarai Mawapres UNP 2016, dan lain sebagainya. Juga berita kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh unit kegiatan mahasiswa selingkungan UNP. Jangan lupa untuk berkunjung ke portal berita Ganto di http://www.ganto. or.id. Untuk berita kegiatan yang tidak bisa dicetak, sudah diterbitkan di halaman website tersebut. Akhir kata, segenap Kru SKK Ganto menyampaikan permohon maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar UNP. Selamat membaca. Viva Persma!
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung Jawab Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab: Dewan Ahli Ahli: Jefri Rajif, Media Rahmi, Gumala Resti Halin, Yola Sastra, Suci Larassaty, Novarina Tamril, Khadijah Ramadhanti, Putri Rahmi, Redda Wanti, Sabrina Khairissa, Kurniati Rahmadani. Staf Ahl Ahli: Konsultasi Psikologi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Konsultasi Agama Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puis Puisi: Utami Dewi Pramesti, M.Pd., Kritik English Corner : Drs. Jufri, M.Pd. , Pemimpin Umum Umum: Fitri Aziza, Sekretaris Umum Umum: Windy Nurul Alifa, Bendahara Umum Umum: Resti Febriani, Pemimpin Redaksi Redaksi: Ranti Maretna Huri, Kepala Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Sri Gusmurdiah, Pemimpin Usah Usahaa : Hari Jimi Akbar, Redaktur Pelaksana Pelaksana: Yulia Eka Sari, Redaktur Berita Berita: Ermiati Harahap dan Neki Sutria, Redaktur Tulisan Tulisan: Maida Yusri, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Fakhruddin Arrazzi, Redaktur Artistik dan Online : Doly Andhika Putra, Layouter Layouter: Fauziah Safitri, Fotografer Fotografer: Okta Vianof, Riset: Zahara, Staf Usaha: Abdul Hamid. Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web web: http://ganto.or.id http://ganto.or.id, email: redaksiganto@gmail.com redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,- (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,- (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esai, feature, cerpen, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
3
Edisi No. 191/Tahun XXVII
SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
SKK Ganto menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampirkan kartu identitas: KTP atau KTM.
Tempat Tukang Ojek Mengganggu Pejalan Kaki Akhir-akhir ini, saya melihat beberapa tukang ojek sering mangkal di depan sekretariat BEM UNP. Hal ini selain membuat kurang indah dipandang, juga mengganggu jalan di sekitar sana. Misalnya ketika saya berjalan dari arah Magister Manajemen ingin menuju ke Koperasi Mahasiswa, harus memutar ke tikungan jalan, karena tukang ojek tersebut menyebabkan jalan mengarah kesana menjadi terhambat. Saya rasa hal ini berbahaya bagi pejalan kaki, sebab bisa saja menyebabkan terserimpet kendaraan mengingat di tikungan tersebut juga ada pohon yang menghalangi pemandangan ke jalan bagi pejalan kaki maupun pengendara. Arrasyd Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris TM 2015
Perbaikkan Jalan Berlubang Jalan di pintu gerbang GOR UNP perlu mendapatkan perhatian lebih dari pihak kampus. Jalan yang berlubang tersebut susah untuk dilewati oleh kendaraan terutama pengendara sepeda motor. Selain itu juga sering membuat kemacetan karena perlu berhati-hati untuk melewati jalan tersebut. Demi meningkatkan kelancaran lalu lintas dan kenyamana pengguna jalan, pihak kampus perlu melakukan perbaikan secepatnya. Semoga dengan adanya perbaikan bisa memperlancar UNP menuju akreditasi A. AF Mahasiswa FMIPA UNP
Penerangan Kampus Sebelumnya saya mengapresiasi UNP yang sedang dalam tahap pembangunan. Gedunggedung yang ada di UNP juga sudah megah. Namun sayang, jalan-jalan di sekitar UNP masih gelap. Lampu jalan juga banyak yang mati. Seperti halnya lampu jalan yang ada di lapangan FIK. Sehingga menyebabkan jalanan di sekitar itu menjadi gelap. Padahal penerangan di kampus sangat dibutuhkan, karena pada daerah-daerah yang gelap rawan maling dan juga kerap dijadikan tempat mesum. Saya harap ke depannya UNP lebih memperhatikan penerangan di kampus. Hari Jimi Akbar Mahasiswa Desain Komunikasi Visual TM 2012
Grafis: Hari Jimi Akbar
SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
Beasiswa untuk Mahasiswa Ketertiban Aktif Pengunjung Organisasi Koleksi Digital Winda Sri Astuti Alumnus Jurusan Administrasi Pendidikan
UNP merupakan salah satu universitas yang dibanjiri beasiswa untuk menunjang studi mahasiswanya, baik itu beasiswa dari Kemenristekdikti sendiri maupun dari pihak donatur lain. Namun, dalam pembagian untuk beasiswa ini, harapan saya agar diutamakan untuk mahasiswa yang aktif dalam organisasi terlebih dahulu, khususnya bagi mahasiswa aktifis yang juga berprestasi dalam kuliahnya dan juga kurang mampu dalam membiayai perkuliahan. Hal ini dikarenakan oleh, mahasiswa yang aktif dalam organisasi punya nilai tambah dalam mengangkat dan mengharumkan nama UNP tidak saja ditingkat lokal, namun juga ditingkat nasional.
Muhammad Azis Junaedi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Mesin TM 2012 Ketua I KSR PMI UNP
Kejelasan SKPI AP Saya adalah wisudawan Jurusan Administrasi Pendidikan Periode 105. Hingga sekarang di jurusan saya, kami belum menerima Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Sedangkan wisudawan jurusan lain sudah menerima SKPI bersamaan dengan penerimaan ijazah. Lalu, bagaimana kejelasan terkait SKPI ini? kapan akan dikeluarkan?
Sebelumnya, saya mengapresiasi Perpustakaan UNP karena sudah memiliki koleksi digital karena memudahkan mahasiswa dalam mencari referensi untuk tugas kuliah ataupun skripsi. Namun, saya menyayangkan ada beberapa pengunjung yang menyalahgunakan tempat tersebut untuk membuat skripsi—sementara ia tidak menggunakan komputer tersebut. Padahal banyak pengunjung yang antre dan mengakibatkan pengunjung lain tidak bisa mengggunakan komputer. Di samping itu, saya lihat ada beberapa unit komputer yang rusak. Sebaiknya diperbaiki agar lebih banyak pengunjung yang bisa mengakses koleksi digital. Yola Sastra Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Keberfungsian Selokan FMIPA yang Baru Diperbaiki Saat ini UNP sedang gencar-
gencarnya membangun maupun rehabilitasi gedung yang sudah didirikan, tidak terkecuali dengan perbaikan saluran air atau selokan di FMIPA. Pada tahun 2015 kemaren, selokan FMIPA telah diperbaiki dan telah tampak rapi jika dilihat secara kasatmata. Namun, pada kenyataannya keberfungsian selokan ini belum dapat dirasakan, khususnya bagi mahasiswa FMIPA sendiri. Misalnya saja ketika Kota Padang diguyur hujan pada Senin (21/3) malam lalu, FMIPA masih saja terkena dampak kebanjiran. Akibatnya sebagian besar perkuliahan terhenti pada esok harinya, Selasa (22/3). Tidak hanya itu, ketika turun hujan yang tidak terlalu deraspun kawasan FMIPA tetap saja digenangi air. Sebenarnya bagaimana keberfungsian selokan yang telah diperbaiki tersebut? Oktafiani Mahasiswa FMIPA UNP TM 2013
Mobil Lewat di Jalur MKU Sebelum jalan dari LPMP menuju MKU atau sebaliknya, terlihat rambu jalan mobil dilarang lewat. Namun, seringkali masih banyak terlihat mobil yang lalu lalang di jalanan tersebut. Terkadang perihal demikian, di sekitar MKU sering terjadi macet parah, ditambah lagi dengan semrawutnya parkiran di MKU, menambah panjangnya macet. Saya berharap semoga pihak kampus dapat menyelesaikan masalah ini. perihal ini, saya mempunyai usulan agar di persimpangan jalan, di depan LPMP dibuat pos satpam untuk menyortir mobil yang lewat. Hengky Yalandra Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika TM 2014
LAPORAN
4
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Aktivis Tolak Surat Edaran Rektor Kendati turunnya surat edaran ditujukan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan dalam berorganisasi, aturan sepihak tersebut dinilai hanya memberatkan mahasiswa. Oleh Yulia Eka Sari dan Ranti Maretna Huri
D
iwadahi dengan organisasi mahasiswa (ormawa), Universitas Negeri Padang (UNP) melaksanakan fungsinya untuk meningkatkan dan mengembangkan bakat, minat, penalaran, keilmuan, dan kesejahteraan, pengabdian masyarakat serta kegiatan mahasiswa lainnya. Organisasi ini dikelola oleh, dan untuk mahasiswa sendiri. Hal itu sebagaimana termuat dalam Statuta Pasal 49 Ayat 1. Namun, dengan dikeluarkannya Surat Edaran Rektor No. 722/UN35/KM/2016 pada 17 Februari lalu, ada beberapa poinnya menuai protes dari aktivis kampus. Surat edaran tersebut memuat ketentuan sebagai berikut. Pertama, semua kegiatan ekstrakurikuler di dalam kampus UNP dilaksanakan mulai pukul 07.00 - 18.00 WIB. Apabila kegiatan akan dilaksanakan di luar jam tersebut, terlebih dahulu meminta surat izin kepada pembimbing dan melapor kepada keamanan UNP. Kedua, sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa dijadikan tempat tidur/tempat tinggal mahasiswa. Ketiga, tidak terlibat/bersentuhan dengan NARKOBA, minuman keras (Miras), judi dan pergaulan bebas. Keempat, seluruh pengurus dan mahasiswa wajib menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan masing-masing kantor sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa. Kelima, bagi pengurus dan mahasiswa yang melanggar ketentuan ini akan kami beri sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di UNP. Pasca turunnya surat edaran, aktivis kampus baik yang berasal dari ormawa maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) melakukan rapat gabungan pada Jumat 26 Februari lalu. Dalam
rapat gabungan tersebut diambil keputusan, di antaranya, pertama, UKM tidak sepakat dengan poin satu dan dua yang terdapat pada surat No.722/ UN35/KM/2016. Kedua, pada Senin, 29 Februari 2016 membuat surat pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Ketua UKM selingkungan UNP. Ketiga, mengadakan audiensi dengan pihak universitas dan meminta mereka untuk melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan yang berdampak terhadap mahasiswa. Adapun alasan ditolaknya beberapa poin dalam surat edaran tersebut sebagaimana yang diungkap oleh Turahman dari Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) UNP, salah satu peserta yang hadir dalam rapat gabungan. Bahwa surat edaran ini dinilai memberatkan mahasiswa yang terlibat dalam organisasi dalam melakukan aktivitasnya. Sebab mahasiswa harus kuliah pada pagi hingga sore. “Kami dari UKKes harus latihan terlebih dahulu sebelum tampil. Selain itu acara kami akan ramai penonton pada malam hari, kalau siang tidak efektif. Sebab, masyarakat UNP sibuk kuliah,” ujarnya, Sabtu (27/2). Senada dengan Turahman, Khairul Hifsi, Komandan Resimen Mahasiswa UNP mengatakan selain banyak anggota yang kuliah pada siang hari, kegiatan malam di kampus juga telah menjadi kebiasaan. “Selain itu, sudah terbiasa melaksanakan kegiatan malam di UK, seperti jalan malam untuk anggota baru,” ujar Khairul, Minggu (27/3). Lebih lanjut menurut Khairul jika memang peraturan tersebut diberlakukan, sediakan hari khusus untuk mahasiswa berkegiatan. Lain halnya dengan Turahman dan Khairul, Randa, Kepala
Randai Randai: Terlihat beberapa orang tengah melakukan gerakan silat dalam acara Cool Art Boration dihalaman SD Pembangunan UNP, Minggu (4/10). UKKes selaku penyelenggara Cool Art Boration menampilkan beberapa pertunjukan seni tradisional a Minangkabau, Perkusi, Tari Kreasi, dan body painting dengan bertemakan street Exhibition Visual Art. f/Okt f/Okta
Bidang Usaha Koperasi Mahasiswa mengatakan bahwa keamanan sekretariat pun harus dijaga sendiri oleh anggota, sehingga harus ada anggota yang menginap di kampus. “Kalau tidak dijaga maka ditakutkan akan terjadi kehilangan sebab satpam tidak bertanggung jawab untuk jaga sekre,” ujar Randa sambil menunjuk kotak snack untuk acara esok hari, Minggu (27/3). Berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh aktivis kampus tersebut, Afrinaldi Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro TM 2014 mengatakan bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh rektorat sudah tepat untuk membatasi kegiatan mahasiswa di kampus. Namun untuk pembatasannya hanya hingga jam 18.00 WIB perlu ditinjau ulang kembali. “Akan lebih baik jika pembatasannya hingga pukul 21.00 WIB dengan pertimbangan jadwal perkulihan mahasiswa padat,” ungkapnya, Rabu (23/3). “Saya sangat setuju dengan surat edaran tersebut, karena
mendengar jam malam mahasiswa dibatasi sampai jam 18.00 WIB,” ungkap Dr. Rifma, M.Pd., dosen Administrasi Pendidikan, Selasa (12/4). Dikarenakan hal ini banyak berdampak positif bagi mahasiswa. Mahasiswa tidak harus bermalam di kampus, apalagi jika ada perkuliahan di esok harinya, ketika mahasiswa akan mempersiapkan bahan untuk belajar besok. Hingga wajar jika banyak mahasiswa yang terlambat karena alasan ketiduran. Jika memang ada kegiatan organisasi di malam hari, mahasiswa harus pandai mengaturnya hingga tidak berdampak buruk bagi perkuliahannya. “Tentunya mahasiswa harus belajar bagaimana mengatur organisasinya agar hanya berkegiatan hingga jam 18.00 WIB,” tutupnya. Namun saat dikonfirmasi kepada universitas, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, S.E., mengatakan bahwa tujuan diturunkan surat edaran tersebut bukan untuk
memberikan batasan pada kegiatan mahasiswa. Namun lebih kepada mengatur mahasiswa dalam melakukan kegiatan keorganisasiannya. Hal ini dikarenakan beberapa kali pihak kampus pernah melihat mahasiswa yang hanya menongkrong pada malam hari di depan sekrenya tanpa ada kegiatan. “Dari apa yang tampak sangat tidak bagus jika mahasiswa beperilaku seperti itu,” ungkap Azhari. Sebab itulah pihak universitas menurunkan surat edaran. Agar mahasiswa bisa memperhatikan kegiatan yang dilakukannya pada malam hari di kampus dan mengatur keorganisasiaanya. “Tidak ada maksud kami melarang mahasiswa berkegiatan malam di kampus, tidak sama sekali,” tegasnya. Tujuan surat edaran tersebut adalah untuk menertibkan kegiatan organisasi kemahasiswaan. “Kami ingin memberikan rasa nyaman dan aman pada mahasiswa.”
Surat Edaran Rektor Tidak Ada Konsolidasi Oleh Yulia Eka Sari dan Ranti dan Maretna Huri Surat Edaran Rektor tidak hanya menuai kritik dari poin yang terkandung di dalamnya. Beberapa mahasiswa, terutama aktivis menyesalkan kebijakan yang lahir tanpa komunikasi. Keluhan karena tidak dilakukan konsilidasi terlebih dahulu untuk kebijakan yang berdampak besar bagi aktivitas ormawa menjadi pembicaraan hangat aktivis kampus di Universitas Negeri Padang (UNP). “Seharusnya MPM dipanggil untuk mendiskusikan kebijakan yang berkaitan dengan mahasiswa,” ujar Syukran Nafri Arpan, Ketua MPM UNP, Sabtu (23/7). Pemanggilan tersebut akan sesuai dengan wewenang MPM UNP sebagai lembaga organisasi mahasiswa tertinggi di universitas. Hal itu tercantum dalam Petunjuk Teknis (Juknis) No.55/
J.41/KM/2004 yang ditandatangani oleh Rektor UNP. Dimana, MPM mempunyai wewenang untuk memberikan pendapat, usul, dan saran kepada pimpinan universitas terutama yang berkaitan dengan kemahasiswaan serta pelaksanaan dan pencapaian tujuan UNP. “Dan surat edaran tersebut menyalahi juknis ormawa,” lanjut Syukran. Menurut Syukran, memang secara struktural organisasi bertanggung jawab kepada universitas dalam segi pendanaan. Tapi, dalam pelaksanaan organisasi tidak boleh ada keterlibatan dari pihak universitas. “Organisasi itu independen dan berhak mengatur sendiri kegiatannya,” jelas Syukran. Namun yang berlaku di UNP, universitas seperti tidak memperhatikan aturan yang dibuat oleh mahasiswa.
“Universitas jalan sendiri dengan aturannya tanpa memperhatikan aturan yang berlaku di mahasiswa,” lanjut Syukran. “Surat edaran yang dikeluarkan tersebut pun terkesan adanya intervensi dari pihak birokrat kampus kepada kita, mahasiswa,” ujar Eko Muda Setiawan, Sekretaris Umum MPM UNP, Jumat (15/4). Maksud intervensi ini, adalah adanya ikut campur tangan dari birokrat terkait aturan pembatasan jam, tanpa melibatkan ormawa. Jadi, kalau melibatkan ormawa atau kemahasiswaan seharusnya ada mahasiswa di sana, minimal ada serasehan atau ada pertemuan terkait dengan permasalahan yang ada, atau untuk mewujudkan kampus religius, maka harus ada unsur mahasiswa di sana. “Sedangkan ini terkesan otoriterlah kalau kami
melihat,” tutupnya. Tak hanya MPM yang mempertanyakan keterlibatan aktivis kampus dalam penurunan surat edaran tersebut, UKM juga mempertanyakannya. Salah satunya Muhammad Zikra, Sekretaris Unit Kegiatan Fotografi dan Film (UKFF) yang mengeluhkan tidak adanya konsolidasi pihak kampus dengan ormawa terkait aturan, dan hal ini menyebabkan ormawa merasa dirugikan. Zikra juga mengatakan bahwa jika ada yang tidak sesuai pada surat edaran bisa dibahas lebih lanjut sebelum surat itu turun. “Untuk solusinya harus dicari bersama, agar kebijakan yang diambil itu efektif,” ujarnya, Sabtu (16/4). Ditemui di ruangannya pada Selasa, 29 Maret 2016, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNP,
Azhari Suwir, S.E., mengatakan, memang tidak ada dilakukan konsolidasi dengan mahasiswa terlebih dahulu. “Kami akui memang tidak ada konsolidasi dengan mahasiswa,” ungkap Azhari. Namun jika diandaikan dengan hubungan mahasiswa dengan BAAK. “Kami sudah menganggap sebagai orang tua dengan anak,” ujarnya. Jadi, mengapa aturan orang tua harus dikomunikasikan terlebih dahulu ke anaknya. Pun jika ada ketidaksetujuan dalam aturan tersebut, si anak berhak mengomunikasikannya. Begitupun yang diharapkan dengan keluarnya kebijakan ini. “Diharapkan jika ada yang tidak setuju dengan surat edaran, dikomukasikan terlebih dahulu, jangan langsung ambil keputusan sendiri,” tutupnya.
LAPORAN
Edisi No. 191/Tahun XXVII
5
Sekretariat PKM UNP: Beberapa orang mahasiswa tampak sedang melintasi jalan depan sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa. Selain itu, beberapa sepeda motor juga terparkir di teras Sekretariat Unit Kegiatan KSR PMI, Minggu (21/2). f/Okta
Kegiatan Malam Aktivis Kampus Jika pagi, siang, dan sore adalah waktu kuliah, maka malam dinilai efektif untuk menjalankan agenda organisasi. Surat Edaran membuat mahasiswa harus berpikir ulang. Oleh Yulia Eka Sari dan Ranti Maretna Huri
H
ari menunjukkan pukul delapan malam. Sesuai dengan surat edaran Rektor UNP, seharusnya kegiatan mahasiswa di kampus telah berakhir. Namun, tujuh mahasiswa masih duduk melingkar berdiskusi di pelataran Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP, Rabu (6/4). Tak jauh dari sana, beberapa mahasiswa tampak duduk di depan Sekretariat Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Unit UNP, . Sementara, di sekretariat sebelahnya, salah satu aktivis Pramuka tampak tengah menjahit sesuatu untuk acara esok paginya. Sementara itu, suara talempong yang diiringi oleh gendang dan saluang terdengar dari pelataran samping sekretariat ormawa, di sayap kiri Fakultas Ekonomi. Di sana, beberapa mahasiswa tengah memainkan alat musik tersebut dan berlatih menari dan silat. Mereka adalah anggota Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) yang tengah berlatih untuk persiapan suatu acara. “Terkadang kami latihan sampai pagi,” ujar Rahmat Hidayat, Ketua UKKes, Rabu (6/4). Contohnya saat melakukan persiapan untuk lomba Festival Tari Nasional di Universitas Sriwijaya Palembang Tahun 2016. Dengan jadwal latihan setiap hari dan hingga larut malam, terkadang mengharuskan sebagian anggota menginap di sekretariat. Namun, ada toleransi untuk yang wanita, tidak diharuskan menginap. Menurut Rahmat, malam hari adalah waktu yang efektif untuk latihan. Terlebih latihan mereka menggunakan alat musik. Jika dilakukan siang hari, selain mengganggu aktivitas perkuliahan, juga bentrok dengan jadwal kuliah anggota,
sehingga latihan dilakukan pada malam hari. “Malam hari kami bisa lebih fokus latihan,” sambungnya. Dengan usaha yang demikian, UKKes pernah meraih beberapa prestasi tingkat Sumatra Barat dan nasional, di antaranya, penampilan terbaik pada Teater Festival se-Sumatra Barat di Taman Budaya Padang 2011, koreografer terbaik, penari terbaik, penata musik terbaik pada Variasi UNAND 2 2014, Harapan 1 Duta Mahasiswa Genre Sumatra Barat 2015, Delegasi UNP Forum Indonesia Angkatan 17 di Cibubur 2015, dan Peserta dalam Festival Tari Nasional Mahasiswa yang ke-3 di Universitas Sriwijaya Palembang 2016. Rahmat berpendapat, bermalam di kampus untuk suatu kegiatan yang mendesak itu tidak salah. Adanya surat edaran dapat menghambat produktivitas dari mahasiswa. “Mahasiswa berkegiatan juga untuk kemajuan UNP,” tutupnya. Sama halnya dengan UKKes, Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) juga memanfaatkan waktu malam untuk beraktivitas di sekretariatnya. Ketua UKFF, Muhammad Rezky mengatakan, mereka melakukan kegiatan hunting foto dan pembuatan film pada malam hari. “Beberapa gambar diambil pada malam hari, sebab siang untuk audionya terkendala dengan kebisingan,” katanya, Sabtu (16/4). Selain itu, sambung Rezky, untuk proses editing video film juga dituntut untuk dikerjakan pada malam hari, sebab membutuhkan ketenangan. Pada proses ini, yang bekerja bukan hanya tenaga, tapi juga pikiran. Kalau dilakukan di siang hari akan mengganggu fokus dengan banyaknya kebisingan. “Apalagi untuk editing memakan biaya yang besar. Untuk editing video 30 menit
saja membutuhkan biaya Rp1.500.000,” jelasnya. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini juga mengatakan, sebelumnya UKFF pernah mengadakan acara pameran foto arsip UKFF. Acara dilakukan selama tiga hari tiga malam. Sehingga beberapa anggota harus menginap di kampus untuk menjaga perlengkapan acara, seperti alat band, stiker, dan lainlain. “Namun untuk perempuan dibatasi hingga pukul sembilan malam,” terangnya. Selain itu, ia mengatakan bahwa menginap di sekretariat pada malam hari juga dilakukan untuk menjaga keamanan inventaris organisasi yang dibeli dengan harga yang cukup mahal dari hasil iuran anggota. Tidak sekadar untuk mempersiapkan acara dan menjaga inventaris organisasi yang menyebabkan sebagian aktivis mahasiswa menginap di kampus. Pengurus dan anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) malah menjadikan menginap di kampus sebagai salah satu agenda. “Setiap Sabtu malam biasanya kami menginap di kampus,” ujar Khairul Hifzi, Komandan Menwa, Minggu (28/3). Agenda tersebut dilakukan karena pada keesokan subuh, mereka harus melakukan apel pagi. Pemilihan hari ditentukan sesuai dengan jadwal kuliah angotanya. “Dan sejauh ini kegiatan tersebut cukup efektif,” kata Khairul. Menurutnya, jika pembatasan kegiatan mahasiswa pada malam hari tetap diberlakukan di UNP, maka universitas harus mencarikan solusi untuk kegiatan mahasiswa dan memberikan ketegasan dalam pelaksanaanya. “Diharapkan ada ketegasan mutlak di sini,” tegas Khairul. Atur Ulang Manajemen Organisasi Pada fungsinya, organisasi mahasiswa (ormawa) di pergu-
ruan tinggi menjadi wadah untuk melatih manajemen organisasi mahasiswa. Sebagaimana yang termuat dalam Pasal 5 Ayat 5 Kemendikbud RI Nomor. 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa mengagendakan berbagai kegiatan agar terlaksananya program kerja yang ditetapkan di awal kepengurusan. Dalam pengaturannya, beberapa agenda dilakukan pada malam hari. Berbeda dengan UKKes, UKFF, dan Menwa, Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) memiliki batasan waktu tersendiri dalam menjalankan organisasinya. Dalam melaksanakan kegiatan, perempuan hanya diperbolehkan hingga waktu magrib berada di sekretariat. Sementara untuk laki-laki dibolehkan hingga malam dengan ketentuan adanya agenda. Hal tersebut telah dikomunikasikan dengan Pembina UKK terlebih dahulu. Agenda yang dilakukan pada malam hari biasanya rapat dan kumpul bersama untuk menjalin keakraban. “Sementara yang perempuan karena satu kos, mereka menyelesaikan agenda di kos,” ungkap Arief Rahman, Ketua Umum UKK, Kamis (14/4). Menanggapi manajemen waktu aktivis mahasiswa dalam melakukan aktivitas organisasi di kampus, Dosen jurusan Kimia UNP Fajriah Azra, S.Pd., M.Si., mengatakan bahwa sebagian aktivis di UNP sudah baik dalam mengatur waktu antara kuliah dan organisasinya. Namun, masih ada terlihat kegiatan mereka yang sia-sia. “Misalnya, hanya ngumpul-ngumpul saja di sekretariat,” ujarnya, Selasa (12/4). Menurut Fajriah, hal itulah yang membuat kegiatan keorganisasian menjadi tertunda. Sehingga berlanjut sampai malam hari. “Untuk itu, mahasiswa harus berpandai-pandai dalam membagi waktu, tentukan skala prioritas dan atur kembali manajemen organisasi,” tutup Fajriah. Mahasiswa Pendidikan Fisika TM 2013 Era Agustriani mengatakan, adalah sesuatu yang wajar jika untuk mengangkatkan suatu acara, mahasiswa berkegiatan hingga malam hari di kampus. “Itu merupakan solidaritas dari ormawa untuk
mengangkatkan suatu acara,” katanya, Jumat (8/4). Namun, sambung Era, dalam pelaksanaanya semua ormawa harus lebih bertanggung jawab dalam menjalankansuatu acara. Serta tidak ada yang berkumpul untuk melakukan kegiatan yang sia-sia. “Semua anggota harusnya bertanggung jawab, tidak hanya datang pada hari H saja,” tegas Era. Surat Edaran Masih Tahap Sosialisasi Tertanggal 7 Februari 2016 sejak surat edaran diturunkan, mahasiswa masih melakukan aktivitas pada malam hari di kampus. Padahal dalam surat edaran dinyatakan bahwa kegiatan mahasiswa dibatasi hingga pukul 18.00 WIB, dan jika ada kegiatan lain dikomunikasikan dengan satpam dan pihak keamanan kampus terlebih dahulu. Pihak keamanan kampuslah nantinya yang akan memantau kegiatan mahasiswa pada malam hari tersebut. Menanggapi hal ini, Wakil Kepala Satpam UNP Zamrizal, mengatakan bahwa dalam pelaksanaan surat edaran tersebut, satpam bertugas untuk memantau kegiatan mahasiswa di UNP. Untuk menjalankan tugas tersebut, satpam bekerja sama dengan Tim Trantib (Ketentraman dan Ketertiban) kampus. Mereka kemudian melakukan patrol gabungan di lingkungan UNP. “Patroli terdiri dari 14 orang tim trantib dan 10 orang satpam,” ungkap Zamrizal, Kamis (21/4). Namun, setelah keluarnya surat edaran, Zamrizal mengakui masih terdapat kegiatan mahasiswa pada malam hari yang tidak dilaporkan kepada pihak keamanan. “Walau intensitasnya sudah berkurang,” tambahnya. Sementara untuk prosedur pemantauan, Zamrizal menjelaskan, mahasiswa yang mengadakan kegiatan malam hari harus memiliki surat izin. Setelah itu pihak keamanan akan mengadakan pemantaun, “Jika ingin berkegiatan malam di kampus, syaratnya memang harus memiliki surat izin dulu,” tutup Zamrizal. Selain itu, Komandan Tim Trantib sekaligus staff ahli Wakil Rektor III UNP, Zulkarnaen Turki menjelaskan bahwa untuk pengamanan kegiatan malam mahasiswa di kampus sudah dilakukan sejak dulu. “Bahkan pernah diadakan razia dadakan bersama seluruh Wakil Dekan III UNP,” ungkapnya, Senin (11/4). Hal itu ditujukan untuk menciptakan keamanan kampus, sekaligus mencengah oknum-oknum yang tidak dikenal masuk ke UNP pada malam hari. Sementara terkait ketidakjelasan kegiatan Trantib dan satpam dalam pelaksanaan surat edaran, Zulkarnaen mengatakan bahwa tim sebenarnya selalu turun memantau kegiatan mahasiswa dalam jangka waktu yang berbeda, hanya mahasiswa tidak menyadarinya. “Kami melakukan pemantauan, jika ada yang ganjal kami tegur,” tegasnya. Selain itu, untuk pelaksanaan surat edaran, ia menjelaskan, pelaksanaannya belum dioptimalkan di awal turunnya surat. “Kami menunggu UKM dipindahkan dulu ke gedung yang baru pada bulan Juni, untuk saat ini masih masa sosialisasi,” tutupnya.
LAPORAN
6
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Manajemen Waktu Aktivis Dalam Statuta UNP Pasal 48 Ayat 1 Poin k, mahasiswa memiliki hak untuk ikut dalam kegiatan keorganisasian kampus. Adapun lingkup organisasi yang terdapat di UNP meliputi Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di mana, fungsi dari kegiatan organisasi ini adalah menjadi wadah untuk mengembangkan minat bakat serta mengasah softskill dan hardskill mahasiswa. Pun, mahasiswa melalui keorganisasiannya berhak memanfaatkan sumber daya yang dimiliki kampus untuk mengurus dan mengatur minat dan tata kehidupan dalam bermasyarakat (Statuta UNP Pasal 48 Ayat 6 Poin i). Hal tersebut tentu dilakukan oleh mahasiswa berbarengan dengan jadwal perkuliahan mereka. Sebab itu ,manajemen waktu menjadi penting agar keduanya berjalan seimbang. Berdasarkan jajak pendapat dalam bentuk polling yang disebarkan oleh bagian Riset subdivisi Penelitian dan Pengembangan Ganto, mahasiswa UNP umumnya mengikuti dua organisasi berbarengan dengan SKS mata kuliah yang lebih dari 20 SKS. Dua hal tersebut dijalani mereka secara alami, namun lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk kuliah.
WAWANCARA KHUSUS
Ormawa Lakukan Kegiatan yang Bermanfaat
Rino , S.Pd., M.Pd., M.M. Berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor.155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, Pasal 2, bahwasanya, “Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa,� maka organisasi mahasiswa (ormawa) di UNP pun memberikan kebesasan bagi mahasiswa dalam menjalankan keorganisasiannya sesuai dengan ketentuan terkait. Bagaimana ormawa UNP dalam mengatur keorganisasiannya? Bagaimana tanggapan mereka mengenai keluarnya aturan terbaru terkait pembatasan jam bagi kegiatan mahasiswa di UNP. Berikut wawancara
reporter Ganto, Hari Jimi Akbar bersama Rino , S.Pd., M.Pd., M.M.. Seberapa penting ormawa bagi sebuah universitas? Penting. Karena ormawa adalah mitra strategis bagi pihak universitas. Terutama untuk menjadikan mahasiswa baik akademiknya dan skill-nya. Dan pihak kampus pun perhatian penuh kepada ormawa dengan adanya wakil rektor dibagian kemahasiswaan. Mahasiswa penting untuk kemajuan kampus. Tidak mungkin kan rektor yang ikut lomba atau pegawai. Nah, sudahkah mahasiswa merasa mereka itu penting bagi kampus. Bagaimana pandangan Anda terhadap ormawa di UNP dalam mengatur organisasinya? Menurut pandangan saya secara pribadi, dari tahun-tahun sebelumnya, agak terjadi penurunan dari segi kegiatannya. Kalau tahun 2000-an, saya melihat semaraknya banyak, seperti kegiatan besar lomba gerak jalan se-Sumatra dari MPALH dan Pramuka. Sekarang, mungkin ada kegiatan mereka, tapi tidak tampak besar. Karena suksesnya organisasi mengangkatkan acara dilihat dari indikasi berapa jumlah orang terlibat di sana, berapa jumlah orang yang menikmati acara itu. Bagaimana seharusnya mahasiswa dalam mengatur keorganisasian dan kuliah mereka? Antara organisasi dan kuliah keduanya bisa berjalan beriringan. Kuliah jalan, organisasi juga tidak ketinggalan. Namun, tujuan utama mahasiswa ke sini adalah kuliah, bukan untuk organisasi.
Organisasi hanya tambahan di luar aktifitas kuliah untuk memperkaya pengetahuan di luar akademik. Untuk menjalankan keduannya kadang kala akan berbenturan. Nah disini mahasiswa harus melakukan selektifitas. Salah satunya pasti ada yang akan dikorbankan, tapi jangan sampai mengerdilkan kuliah. Jangan gara-gara organisasi kuliah diabaikan! Itu berarti dia tidak bisa menentukan skala prioritas. Dalam pandangan saya, fokus utama mahasiswa adalah kuliah. Terkait dengan ormawa yang menginap di kampus dikarenakan persiapan acara untuk keesokan paginya, bagaimana pandangan Anda? Untuk mengangkatkan kegiatan dan menginap di kampus demi kepentingan suksesnya acara tersebut, jika sudah ada koordinasi dengan pihak kampus dan ada izinnya, sah-sah saja. Kenapa tidak? Tapi, kalau menginapnya tanpa izin dan kegiatannya tidak ada, hanya tidurtiduran, saya tidak setuju. Bagaimana pandangan Anda terkait Surat Edaran Wakil Rektor III UNP Nomor. 722/UN35/KM/2016 Tanggal 17 Februari 2016? Sah-sah saja ada pembatasan untuk jam organisasi, seperti pembatasan jam kantor. Tujuannya agar terawasi dan aman. Dan jika mahasiswa merasa keberatan, itu wajar saja. Karena mahasiswa melakukan kegiatan di waktu tersebut. Kegiatan dan program mereka sudah diatur. Persoalannya lagi bagaimana membangun komunikasi yang baik. Ketika aturan itu dibuat seharusnya ada
diskusi antara Wakil Rektor III dengan mahasiswa untuk menemukan titik temu. Mahasiswa harus memiliki komunikasi yang baik dengan pimpinannya, sehingga pimpinannya bisa menerima masukan dari mahasiswa. Dan jika masih ada perbedaan pendapat, komunikasikan terus, satu kali, dua kali, sampai ada titik temu dan kebenarannya. Apa peran universitas dalam mengawal organisasi mahasiswa? Universitas selaku lembaga di kampus harus memberikan pengarahan kepada mahasiswa, petunjuk-petunjuk, dan memberikan ilmunya. Selanjutnya, tidak membatasi kreatifitas mahasiswa dalam mengembangkan hal-hal positif dari dirinya. Selama ini saya lihat kampus terbuka terhadap hal itu. Persoalannya pada mahasiswa, apakah mahasiswa sudah mengembangkan potensi sebesarbesarnya untuk kampus ini. Apa harapan Anda terhadap kegiatan ormawa di UNP, khususnya di malam hari? Untuk kegiatan-kegiatan positif, silahkan saja. Kalau kegiatan itu ditujukan untuk mensukseskan program mereka silahkan. Tapi, kalau kegiatan tidak jelas atau program yang diangkatkan tidak ada, nongkrong-nongkrong kayak ota di lapau sebaiknya itu tidak diteruskan. Kalau mau nongkrong sebaiknya diluar kampus, karena kampus area akademis. Saya tidak mendukung kegiatan malam hari yang hanya duduk-duduk saja, tidurtidur saja, tidak ada manfaatnya, tidak ada program yang dijalankan. Hanya memindahkan tempat tidur ke kampus.
LAPORAN
Edisi No. 191/Tahun XXVII
7
ARTIKEL
Aktivis dan Jam Malam Oleh Sri Gusmurdiah Kalitbang SKK Ganto 2016 Bergabung dengan organisasi demi mengaktualisasikan diri adalah kebutuhan bagi mahasiswa. Terlepas dari kegiatan akademik yang memang menjadi kewajiban, berorganisasi merupakan cara lain untuk mengasah kemampuan demi mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia kerja. Di organisasi, mahasiswa bisa mengembangkan minat, bakat, serta kemampuannya. Baik di organisasi kemahasiswaan, komunitas, maupun organisasi intra kampus lainnya. Namun, banyaknya jumlah sistem kredit semester yang harus dipenuhi mahasiswa, menyebabkan waktu siang mahasiswa banyak dihabiskan untuk jadwal perkuliahan. Sehingga beraktivitas di organisasi tidak efektif dilakukan pada siang hari. Kebanyakan mahasiswa baru efektif menjalankan organisasinya pada sore hingga malam hari. Khusunya di Universitas Negeri Padang, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat universitas rata-rata masih beraktivitas pada malam hari. Hal ini disebabkan tidak efektifnya menjalankan organisasi pada siang hari. Misalkan untuk rapat, perkuliahan yang padat dan jadwal kuliah masing-masing pengurus organisasi yang berbeda, rapat lebih efektif dilaksanakan sore dan malam hari. Begitu juga kegiatan lainnya. “Kami sering mengadakan rapat, menerima tamu mahasiswa dari universitas lain, dan diskusi dengan senior pada malam hari, sebab siangnya kuliah,� aku salah satu ketua UKM memberi alasan kenapa masih beraktivitas di kampus pada ma-
lam hari. Namun, adanya aktivitas organisasi pada malam hari, menyebabkan sebagian mahasiswa menginap di sekretariat organisasinya. Berbahaya jika pulang ke kos terlalu malam pun, menjadi salah satu alasan hal tersebut dilakukan. Selain itu, keharusan untuk menjaga inventaris organisasi serta latihanlatihan untuk
bagi universitas. Belakangan, Rektor UNP mengeluarkan surat edaran tentang kegiatan mahasiswa. Pada poin pertama dan kedua Surat Edaran Rektor dari Wakil Rektor III UNP No. 722/UN35/KM/2016 tersebut disampaikan bahwa “Semua kegiatan ekstrakurikuler di dalam kampus UNP dilaksanakan m u l a i
sebuah kegiatan yang dilakukan pada malam hari juga menyebabkan mahasiswa harus menginap di kampus. Sehingga, hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa menjadikan sekretariat organisasi sebagai tempat tinggal atau tempat menetap. Tak urung, keadaan ini pun menjadi hal yang mengganggu
pukul 07.00 s/d. 18.00 WIB, apabila kegiatan akan dilaksanakan di luar jam tersebut, terlebih dahulu meminta izin kepada pembimbing dan melapor kepada keamanan UNP, dan dilarang kantor sekretariat UKM dijadikan tempat tidur/ tempat tinggal mahasiswa�. Hal ini tentunya mendapat
penolakan dari mahasiswa, sehingga sebuah surat terbuka untuk rektor pun beredar di kalangan aktivis mahasiswa UNP. Surat yang ditulis oleh penulis tak dikenal yang mengaku sebagai Serikat Mahasiswa tersebut menyatakan menolak pemberlakuan aturan terkait aktivitas kampus hanya diperbolehkan hingga pukul 18.00 WIB. Penulis menyatakan, mahasiswa yang aktif di lingkungan UKM hanya dapat beraktifitas secara efektif di malam hari, karena padatnya jadwal perkuliahan di siang hari. Selain itu, penulis juga mengatakan adanya kegiatan malam di kampus merupakan salah satu jalan bagi aktivis untuk menjadi mahasiswa aktif dan berprestasi. Mereka juga tidak melakukan hal yang tidak senonoh dan melanggar hukum di kampus. Sehingga mereka meminta tidak ada larangan bagi mahasiswa untuk beraktivitas di kampus pada malam hari. Namun, setelah adanya edaran rektor dan tindak lanjut berupa mediasi dengan aktivis mahasiswa, permasalahan seakan teredam. Pihak kampus kembali diam dan mahasiswa masih beraktivitas pada malam hari seperti sebelumnya. Terlepas dari efektif atau tidaknya aktivitas organisasi pada siang hari, edaran rektor tersebut ada benarnya. Sebab, tidak semua aktivitas yang dilakukan mahasiswa pada malam hari adalah kegiatan yang berhubungan dengan kelangsungan organisasi. Tidak sedikit juga mahasiswa yang beraktivitas di sekretariatnya pada malam hari hanya sekadar untuk menginap saja, serta tidak melakukan ke-
giatan organisasi apa-apa. Selain itu, terkadang beberapa aktivis yang pulang melebihi pukul sembilan malam, mereka hanya sekadar bersenda gurau dan dudukduduk saja di sekretariatnya. Meski tidak seluruhnya, pada beberapa UKM hal tersebut tak jarang ditemukan. Namun, juga ada sebagian mahasiswa benarbenar menggunakan waktu pada malam hari untuk kegiatan organisasinya. Untuk keamanan dan teraturnya keadaan kampus, ada baiknya surat edaran rektor tersebut benar-benar diterapkan setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut. Memang harus ada pengontrolan untuk jam malam mahasiswa di kampus. Sebab, tidak sepantasnya sekretariat UKM dijadikan sebagai tempat tinggal atau tempat menetap mahasiswa. Apalagi sampai mandi, mencuci, dan menjemur pakaian di kampus. Adalah sebuah pemandangan yang kurang sedap jika hal ini ditemukan di lingkungan pendidikan. Namun, jika peraturan tersebut diterapkan, pihak kampus tentunya juga harus memberi toleransi atau kelonggaran untuk mahasiswa yang benar-benar melakukan aktivitas organisasi hingga bermalam di kampus. Tentunya dengan memberikan perizinan serta pemantauan dari pihak keamanan kampus. Sebab, jika peraturan ditetapkan dengan dilakukan pemantauan lebih lanjut, aktivitas organisasi mahasiswa akan tetap berjalan lancar serta kenyamanan di kampus pun tetap terjaga.
AP ARTIKEL A KA TA MEREKA APA KAT
Surat Edaran Perlu Tinjau Ulang Tujuan dari disebarkannya Surat Edaran Rektor yang bernomor No. 722/UN35/KM/2016 semata adalah untuk kebaikan mahasiswa UNP. Hal tersebut salah satu upaya untuk mewujudkan kenyamanan dikalangan mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi. Kemudian peraturan yang ada dalam surat edaran tersebut tidak ada kaitannya dengan aplikasi menuju kampus religius yang banyak dibicarakan. Bagi mahasiswa yang ingin berkegiatan hingga lewat dari jam yang telah ditetapkan, pihak universitas tidak melarang. Namun, mahasiswa atau organisasi yang bersangkutan harus melaporkan kegiatan tersebut terlebih dahulu kepada pihak keamanan UNP. Tujuannya adalah untuk menjaga keamanan dan ketertiban kegiatan organisasi dan ketertiban kampus UNP.
Setiap organisasi atau unit kegiatan kampus pasti memiliki waktu untuk melakukan kegiatan malam di kampus. Walaupun tidak rutin dan tidak semua anggotanya terlibat, paling tidak masing-masing oganisasi tersebut telah mengatur waktu atau anggota yang akan berkegiatan hingga malam hari di lingkungan kampus. Contohnya seperti jadwal piket, rapat, dan acara-acara besar seperti seminar dan lain sebagainya. Pembatasan jam dalam berkegiatan di kampus dapat menghambat program-program kerja yang telah dirancang sedemikian rupa di awal kepengurusan. Hal ini juga disebabkan karena w a k t u efektif untuk fokus berorganisasi itu memang dimulai pada pukul 16.00 WIB yaitu seusai jam kuliah. Terkait pembatasan jam malam di kampus sebaiknya universitas meninjau kembali surat edaran tersebut. Harapannya, jika memang akan diberlakukan peraturan ini, berikan waktu satu hari penuh selain hari Sabtu dan Minggu untuk mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi agar mereka dapat menjalankan program kerja yang telah mereka rencanakan.
Zamrizal Kepala Satpam UNP
Grisela Ardini Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro TM 2015
Pembatasan jam untuk berkegiatan malam hari di kampus berdasarkan Surat Keputusan Rektor tersebut mungkin punya tujuan dan maksud yang baik. Misalnya saja dalam hal peningkatan akreditasi universitas, atau dapat juga untuk menjaga mahasiswa agar tidak melakukan perbuatan di luar batas kewajaran. Sepanjang hal tersebut tidak memberikan dampak yang buruk bagi
Dicky Irawan Ketua Umum UKKPK UNP
mahasiswa, peraturan itu sah-sah saja jika memang akan diterapkan. Kendatipun begitu, sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak universitas terkait pemberlakuan jam malam ini. Sampai saat sekarang ini mahasiswa yang tergabung aktif dalam organisasi masih dapat melanjutkan kegiatannya hingga lewat jam yang telah ditentukan dalam surat keputusan tersebut.
KONSUL TASI ONSULT
8
Edisi No. 191/Tahun XXVII
K ONSUL TASI A G AMA ONSULT AG
Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke e-mail Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Pemimpin Umat Islam Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A. Bagi umat Muslim tentunya sebaikbaik pemimpin adalah seorang muslim juga, lalu bagaimana dengan hal yang terjadi pada Jakarta pada saat sekarang ini yang disana terdapat banyak muslim namun pemimpinnya non-muslim, dan ada pula sekumpulan yang mengaku muslim malah mendukung dengan alasan pemimpin berakhlak baik biarpun kafir. Bagaimana menurut Bapak? Fakhruddin Arrazi Mahasiswa Pendidikan Fisika TM 2013 Jawaban: Saudara Fakhruddin Arrazi. Barangkali yang perlu diluruskan dulu adalah ungkapan “berakhlak baik biarpun kafir”. Ungkapan ini sepintas lalu kedengarannya indah dan terkesan benar, namun dapat pula menyesatkan. Bagaimana kita bisa menetapkan akhlak seseorang itu baik sedangkan ia kafir? Padahal penilaian baik atau buruknya akhlak itu dasarnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah, dan dia saja tidak mengimani kedua sumber itu. Akhlak itu standar dan tokoh idolanya jelas yaitu Rasulullah Saw (Q.S.31:21). Salah satu contoh akhlak Rasulullah ialah sikapnya yang santun, baik dalam berbahasa atau berkomunikasi maupun dalam bertindak. Sekalipun dalam berkecamuknya pertempuran di Bukit Uhud, beliau masih dapat berkata santun dan bermusyawarah dengan para sahabatnya (Q,S.3:159). Jadi Rasulullah itu paling
bagus komunikasinya sebagai pemimpin, itulah salah satu makna dari sifat tabligh Rasulullah. Selain itu, beliau memiliki keinginan yang kuat untuk mengangkat harkat serta martabat kaumnya; berempati terhadap penderitaan mereka serta santun dan penyayang terhadap orang-orang beriman (S. At-Taubah:128). Inilah kunci kesuksesan beliau sebagai pemimpin umat sehingga diakui oleh kawan serta lawan. Terkait dengan memilih pemimpin, Al-Qur’an juga banyak memberikan petunujuk dan panduan kepada kita umat Islam. Misalnya ayat: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orangorang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)Nya. dan hanya kepada Allah kembalimu” (S.Ali-Imran:28). Menurut Ibnu Katsir, Allah Swt melarang orang-orang beriman berwali kepada orang-orang kafir, dan bagi yang melanggar larangan ini ia akan lepas dari Allah (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir Juz I:221). Maksudnya, lepas dari rahmat dan tanggungjawab Allah. Perlu diperhatikan lagi bahwa ada tiga kriteria mendasar bagi calon pemimpin yaitu: 1. Memilki ilmu yang luas (wawasan), 2. Fisik yang tegar (S.Al-Baqarah:247), dan 3. Tidak serakah meminum “air kehidupan”.
Untuk yang disebutkan terakhir ini Allah menampilkan figur raja Thalut sebagai pemimpin kaum Bani Israil. Ketika Thalut melepas tentaranya menuju medan pertempuran dibawah komando panglima Daud, Thalut mengingatkan agar jangan terlalu banyak minum ketika kalian bertemu dengan sungai yang jernih. Namun, setibanya di sungai itu banyak diantara mereka yang minum sepuas-puasnya dan sedikit saja yang dapat menahan nafsu dan minum sekedarnya. Akhirnya, yang banyak minum itu saat berhadapan dengan musuh tidak sanggup lagi berperang, sedangkan mereka yang minumnya sedikit ternyata mampu melanjutkan perjuangannya sampai berhasil membunuh raja Jalut di pihak musuh (Al-Baqarah:249-251). Jadi, pemimpin yang serakah, tidak sanggup menahan nafsunya, tidak akan sampai kepada keberhasilan, sedangkan pemimpin yang sanggup mengendalikan dirinya saat berkuasa akan berhasil dalam melaksanakan misinya untuk mewujudkan visinya. Mengenai sekumpulan orang yang mengaku sebagai umat Islam lalu mendukung calon pemimpin dari kalangan non-muslim, jika itu hanya sekadar pengakuan, jelaslah sebuah kebohongan. Kebohongan tentu tidak layak dijadikan contoh. Bagaimana sikap kepura-puraan dapat kita katakan baik apalagi dijadikan patron? Itu sebuah kesalahan besar! Itulah salah satu bentuk peperangan di abad
informasi ini yang disebut dengan perang urat syaraf (proxy war) dimana lawan dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk mematahkan musuhnya. Misalnya media masa baik cetak maupun media elektronik yang dapat mengacaukan bahkan menyesatkan pikiran musuh yang sedang dihadangnya dengan perang pemikiran/ideologi (ghazwul fikri). Targetnya adalah “mengacaukan” pikiran sekaligus akidah orang-orang yang diperanginya. Di dalam Al-Qur’an Allah menyebutnya dengan “zukhruf alqaul” yakni kata-kata yang terdengar manis namun menyesatkan. “Dan demikian itulah Kami jadikan bagi setiap nabi musuh, yaitu setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sabagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu. Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka adaadakan” (S.Al-An’am:112). Kata zukhruf berarti hiasan yang diperindah, yang hakikatnya adalah keburukan, oleh karena itu, zhukhruf al-qaul adalah kebohongan dan penipuan dalam bentuk ucapan yang terdengar sangat indah (Tafsir Al-Mishbah Vol.3:619). Manakah yang bagus, “Minyak babi cap onta atau minyak onta cap babi”? Oleh karena itu, kita perlu berpikir dan berpandangan kritis, jangan mudah terpancing apalagi terjebak oleh isu, slogan serta jargon-jargon yang menyesatkan itu. Waspadalah ! Wallahu a’lam bisshawab.
PSIKOLOGI
Pengendalian Diri
Keinginan yang berlebihan dalam aktivitas tertentu berakibatkan pada kenyamanan terhadap kegiatan tersebut, sehingga aktivitas yang lain tidak terkendali dengan baik. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan untuk berhenti secara utuh dari aktivitas tersebut, seperti halnya bermain game online. Bermain game online membuat seseorang merasa senang karena mendapat “kepuasan psikolagi”. Permainan yang bersifat interktif dan kelompok akan tergantikan pada permainan yang bersifat soliter. Kepuasan yang
diperoleh dari bermain game online membuat seseorang menjadi semakin betah menggandrunginya. Seseorang disebut kecanduan apabila dia berada pada sikap yang tidak terkontrol hingga mengulangi satu bentuk tingkah laku tanpa mempedulikan konsekuensi-konsekuensi negatif yang ada pada dirinya. Brown (Dwiastuti, 2005:40) mengungkapkan tiga dari enam kriteria pecandu game online yaitu (1) Salience: menunjukkan dominasi aktivitas bermain game dalam pikiran dan tingkah laku. (2)
Euphoria: mendapatkan kesenangan dalam aktivitas bermain game. (3) Conflict: pertentangan yang muncul antara pecandu dengan orang-orang yang ada disekitarnya (external conflict) dan juga dengan dirinya sendiri (internal conflict) tentang tingkat dari tingkah laku yang berlebihan. Dampak Bermain Game Online Berlebihan Menimbulkan adiksi (kecanduan) yang kuat. Sebagian besar game yang beredar saat ini didesain supaya menimbulkan kecanduan bagi pemainnya. Semakin seseorang kecanduan pada suatu game maka pembuat game semakin diuntungkan karena peningkatan pembelian gold/tool/character dan sejenisnya semakin meningkat. Tapi keuntungan produsen justru menghasilkan dampak yang buruk bagi kesehatan psikologis pemain. Salah satunya yaitu, terbengkalainya kegiatan di dunia nyata. Keterikatan untuk menyelesaikan tugas di game dan rasa asik memainkannya seringkali membuat berbagai kegiatan terbengkalai. Waktu beribadah, tugas sekolah, tugas kuliah ataupun perkerjaan menjadi terbengkalai karena bermain game. Tidak hanya itu, bermain game online terlalu lama juga dapat mengganggu kesehatan, karena duduk terus-menerus didepan komputer selama berjam-jam
menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Kelelahan mata yang terjadi karena penggunaan mata secara berlebihan pada saat main. Selain melihat monitor terus-menerus, mata juga semakin jarang berkedip yang justru menambah kelelahan, dan juga duduk dalam jangka waktu lama dapat menganggu sirkulasi darah. Cara Mengatasi Kecanduan Game Online Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu, (1) meminta orang terdekat untuk sementara menjadi pengingat setiap kali ingin main game, akan sangat baik apabila bukan seorang gamers juga. (2) Mulai menata kembali waktu dengan mengisinya dengan jadwal-jadwal agar tidak memikirkan game online setiap waktu. (3) Kurangi waktu bermain dengan mulai menentukan jam bermain dan hari bermain serta usahakan mematuhi jadwal yang ditetapkan. (4) Hitung kembali biaya yang sudah anda keluarkan hanya untuk main game online dan lihat jumlahnya, “Kalau saja saya tidak menghabiskan uang saya untuk bermain game saja, mungkin saya sudah bisa beli banyak barang yang saya inginkan”. (5) Alihkan pikiran dengan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan sebelum kecanduan game online saat timbul keinginan untuk memainkan. (Maida Yusri dari berbagai sumber).
9
Edisi No. 191/Tahun XXVII
ENGLISH CORNER
The Reasons Why Students Drop Out of College
The Great View from Ulu Gadut
By Febrina Fitri Student of English Department 2015
By Zahara Student of Chemistry Departemen 2013
In recent decades, education becomes one of the most important things for people. Education determines many things such as people characters and their jobs. Because of that, many people want to have a higher level of education. On the other hand, there are still many students drop out of college in tertiary level. What makes them drop out of college? Here are some reasons: high tuition fee, adaptation with new environtment, too many assignments, and emotional problems. Many students drop out of college because of high tuition and books. They can’t find any financial aid because they are too expensive. Consequently, many students have to find a part time job to pay the expenses. Moreover, being a working student is not easy and adds difficulties. First, they have less time to concern to their lessons, so their grades are low. They start to feel dissapointed, and finally they drop out of college. Second, money makes them forget about their study because they believe that without a college degree they still can earn money. In fact, they will find a better job if they have a better education. Students should adapt with new environment, when they enter college. New friends, new house, and new neighbors sometimes make them fell stressfull. Many college students aren’t too care with their friends because of study and organizations. New college students are difficult to adapt with this because when they were in senior high school, they had a lot of friends and used to hang out together. They also have to live in a boarding house. Many boarding houses have small room which makes them couldn’t withstand anymore because they miss their lovely room. Fi-
nally, some students fell so sress because their new neighbors disturb them. They want to move but can’t find any places, so they want to leave college forever. Another reason is that students think their lecturers give them too many assignments. They have to write long essays and their lectures treat them as if they were children. As a result, they didn’t complete their home work, study for a test, or write papers. In college, there are many academic deficiencies from high school and they didn’t prepare themselves to face it. Freedom is what they want and they decide to drop out. Many students say that when they enter college they can’t stand to live far from their parents, being away from home for the first time is difficult for them. They also have problems to deal with new responsibilities and independence. They are college students, so they have to make decisions for their own life such as choose the things that good or bad for them and manage their money. In order to survive in life they have to make big decisions. Some students avoid this responsibilities and prefer to leave college. In conclusion, going to college is everyone’s dream. According to today’s demands in life, it is important for students to have a higher level of education, but it is difficult for some students. They have many problems that make them have to leave college earlier such as high tuition fee, adaptation with new environment, too many assignments, and emotional problems. The best way to avoid these problems is encourage students to keep studying by proving them all the benefits of getting a high level education and being professional.
In addition to the culinary and the beauty of the coast, Padang city in West Sumatra has a beautiful waterfall hidden. The name is Sarasah Ulu Gadut waterfall, whose shape was unique because of rock stacked like a pyramid. Arriving at the location will be greeted with a view of the amazing waterfall. Panorama millions of cubic feet of water crashing and falling rocks so it’s a great view and spread in all directions. Sarasah Ulu Gadut waterfall has seven levels until the top and each level has its own path. Waterfall in the first stage will see the water flowing straight from a distance which is Sarasah Ulu Gadut second level waterfall. So easy to climb there, just only walked and climbed the rocks beside the waterfall first rate. Height of the waterfall is about 10-15 meters and has a pool to get swimming in there. The rocks in the waterfall is slick and mossy. According to the explanation from one of food seller in the location, Suarti (52) that, visitors usually when it comes to Sarasah Gadut Ulu only until the first and second levels . Not many people want to explore again up to the seventh level is difficult because trackingnya and adrenaline. “Usually, some boys from elementary school near from here, come to the seven level to swimming at the Saturday and Sunday”, she said, Saturday (30/1).To get the highest levels can be up and down the cliff slope is quite challenging approximately above 50 degrees. The road is quite slippery and rocky. Need extra concentration as passed. Apart from that, at third level appear the PT. Semen Padang view and Padang city areas. While those aspects in the loca-
tion of Sarasah Ulu Gadut waterfall, the third level has been greeted with the great view and coolness. The height of waterfall about 2 meters long and pick the pool. Walking towards the top will be seen a few waterfalls are Sarasah Ulu Gadut waterfall fourth level to a height of about 1.5 meters, while Sarasah Ulu Gadut waterfall at fifth level height of about 5 meters with two waterfalls. While in Sarasah Ulu Gadut waterfall six levels with a height of about 4 meters with a greenish with depth can reach 2 meters. At the peak of waterfall flowing water just flows are typically to 1 meter. Waterfall in here, there are two flows of pool that flow is quiet and not so in about 1.5 meters. At this place for looking at Padang city view from the heigth place. According to the story Sarasah Gadut Ulu waterfall is also called the Sarah Banyak Gariang waterfall. Formerly the waterfall pool is a lot of Gariang fish, therefore Ulu Gadut society call the named with Sarasah Banyak Gariang at the location about 40 meters. Tika Agustin (20), one of visitor who visit the waterfall said that, Sarasah Ulu Gadut waterfall with seven level waterfall are amazing view. She added that, the fatigue when she walked and climbed the slippery rock disappear directly. “Beside we can enjoy the view, we can also swim in the pool, so it is great”, she said, Saturday (30/1).
SOSOK
Putri Permata Sari, Model yang Juga Novelis Ramah dan anggun; demikianlah gambaran sosok Putri Permata Sari. Meski ditemui di sela aktivitasnya yang padat, Putri tetap welcome dengan kedatangan setiap orang yang ingin menemuinya, Senin (18/4). Sambil tersenyum, Putri membuka layar laptopnya. Ia memperlihatkan delapan folder berisi karya fiksinya, yaitu Animus, Reflection, Islamic Quant, Lost the Series, A Secret Behind the Secret, Kamu, Anugerah, dan Kita, Diary of Miserable Princess dan Sacrifice. Untuk dua novel yang disebutkan terakhir, Putri telah meluncurkannya di Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang (UNP), pertengahan Maret lalu. Acara peluncuran kedua novelnya tersebut diresmikan oleh Hasril Chaniago, seorang penulis, wartawan, dan editor. Hasril mengapresiasi kedua novel ditulis Putri. “Ibarat mengandung, ketika lahir, langsung kembar dua,” pujinya. Selain itu, kedua novelnya tersebut dibedah oleh Boy Chandra, penulis best seller alumni UNP, dan A.R. Rizal, Redaktur Singgalang Minggu. Pemilik nama pena Thiye Savannah ini mengaku bisa menulis tiga sampai lima halaman dalam sehari. Ia menulis di kampus atau di tempat kos. Oleh
karena itu, laptop adalah salah satu barang yang selalu dibawanya kemana pun pergi. Dalam menulis, Putri mempunyai kiat tersendiri. Terlebih dahulu, ia menentukan tema cerita, tokoh dan wataknya, latar, lalu alur per bab. Lebih lanjut, jika ada ide muncul sesuai dengan alur per bab yang terletak, baik di awal, tengah, maupun akhir, langsung dituliskan saja. “Insya Allah, ngalir saja gitu!” ujar Putri yang pada 2015 lalu resmi dinobatkan sebagai Gadih Intelegensi Duta Wisata Kota Bukittinggi dalam pemilihan Bujang Gadih Kota Bukittinggi. Hal itulah diterapkan Putri, baik pada dua novel yang telah diluncurkan maupun enam karya fiksi lainnya yang masih dalam proses penggarapan. Untuk tahun ini, Putri memprioritaskan penciptaan dua buah karyanya, yaitu Kamu, Anugerah dan Kita dan A Secret Behind the Secret. Sebagai bocoran, Kamu, Anugerah, dan Kita adalah antologi tunggal 13 cerpen Putri yang ditulis selama April tahun ini. Ceritanya bermacam-macam. Ada tentang persahabatan, pengalaman hidup, keajaiban, dan kekuasaan Tuhan. Sementara, A Secret Behind the Secret bercerita tentang seorang peneliti bahasa dari Belanda, bernama Vincent, yang datang ke In-
donesia. Novel ini mengambil latar Indonesia pada abad 23. “Sebenarnya, sudah masuk chapter enam lagi,” imbuh Putri yang juga bergabung dalam agensi M Female Models sebagai model, dan anggota di Junior Chamber Internasional West Sumatera ini. Karena sibuk dalam dunia permodelan dan penulisan novel, mahasiswa Prodi Sastra Inggris TM 2012 ini haruslah mahir dalam memanajemen waktu. Sebab, Putri memegang prinsip hidup untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Ia menyibukkan diri dalam berbagai aktivitas positif. Misalnya, belajar olah vokal, mendesain pakaian, atau membaca biografi orang-orang hebat. Selain itu, ia juga hebat melukis wajah. Saat ini, Putri menerima orderan lukisan dari temantemannya sesama mahasiswa. Dalam manajemen waktu, tiga buah buku adalah “sahabat” yang selalu menemani keseharian Putri. Buku pertama adalah buku ide, berisi tentang ide-ide tulisan yang didapatkan dalam kegiatan sehari-hari. Buku kedua adalah buku aktivitas harian yang dalam setiap lembarnya memuat kalender bulanan. Di dalam kalender bulanan itu, Putri menuliskan aktivitas hariannya. Buku ketiga adalah
buku aktivitas perjam. Di buku itu, Putri menuliskan kegiatan perjamnya secara jelas. “Resepnya adalah m a n a j e m e n waktu,” tutupnya. Fakhruddin Arrazzi
Putri Permata Sari
OPINI
10
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Penyimpangan Seksual Dalam Konteks Budaya Minangkabau Oleh Dr. Erianjoni, M.Si. Dosen Jurusan Sosiologi FIS UNP Studi penyimpangan seksual seakan menjadi trend, semenjak hadirnya komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) dalam masyarakat. Meningkatnya stadium kejahatan seksual bahkan dianggap darurat dalam porsi pemberitaan media massa di Indonesia. Mengkaji penyimpangan seksual perlu dari segala aspek, jika menggunakan perspektif ilmiah tidak hanya satu perspektif saja, sehingga membutuhkan pendekatan multidisipliner. Kasus homoseksual akan lebih bermakna jika dikaji dalam sudut pandang historis, sosiologis, psikologis, patologis, hukum, antropologis termasuk biologis. Walaupun studi penyimpangan seksual membutuhkan analisis berbagai bidang ilmu, namun penyimpangan seksual dalam konteks dan bahasa masyarakat setempat perlu dipahami. Sebagai sebuah entitas budaya, masyarakat Minangkabau memiliki pemahaman dan mekanisme kontrol sosial pada masalah-masalah seputar penyimpangan seksual. Masyarakat menempatkan penyimpangan seksual dengan pelabelan yang berdampak secara psikologis atau memberikan efek sosiologis pada pelaku. Sistem pelabelan yang digunakan termuat nilai-nilai budaya dalam ekspresi simbolik dan memiliki makna bagi pelaku serta yang melabelkan. Menurut Edwin Lemert (2000), pemberian label pada pelaku penyimpangan secara langsung akan mempengaruhi konsep diri pelaku atas label yang diberikan. Label tidak selamanya berbentuk negatif tetapi justru label positif memberikan reinforcement bagi pelaku untuk lebih progresif dalam hidup. Diskusi tentang bagaimana orang Minang meghadapi realitas penyimpangan seksual, akan lebih menarik jika diidentifikasi melalui pelabelan yang dibentuk oleh masyarakat dan menjadi sebuah sistem nilai budaya, jika dipinjam istilah Koentjaraningrat (2001). Filosofis hidup
yang dinyatakan dalam adagium “alam takambang jadi guru” mempengaruhi cara pandang masyarakat. Penyimpangan dianalogikan sebagai keganjilan-keganjilan yang ada di alam dan hal tersebut dipandang sama dengan perilaku manusia. Selanjutnya bagaimana penyimpangan dikemas dalam bahasa lokal atau pengistilahan masyarakat Minangkabau dapat dijelaskan? Penulis mencoba membuat pengklasifikasian berdasarkan beberapa studi tentang penyimpangan di beberapa daerah di Provinsi Sumatera Barat, baik darek maupun pasisie. Klasifikasi terhadap label tersebut berdasarkan analogi hewan, kebendaan, dan perilaku. Analogi hewan, penggunaan simbol hewan paling banyak diadopsi untuk memberikan efek sanksi sosial bagi pelaku, diantaranya (1) anak jawi; istilah ini dipakai untuk kasus homoseksual yang dilakukan oleh laki-laki yang konon menurut Navis (1995) menjadi simbol perilaku pada laki-laki gay dalam kehidupan surau tempo dulu, sepanjang pengamatan penulis masih digunakan oleh kalangan masyarakat desa di Sumatra Barat. Anak jawi merupakan istilah pada anak laki-laki piaran kaum gay yang berperilaku seperti anak jawi (anak sapi) yang liar dan mudah dijinakkan dengan aktivitas seksual pada masa itu. (2) Padusi anaianai; merupakan wanita malam yang nakal dan kehilangan harga diri seperti anai-anai binatang malam yang mencari cahaya, walaupun badannya akan terbakar oleh api. Dalam realitas sekarang padusi anai-anai adalah seorang wanita
Pekerja Seks Komersial (PSK), menariknya aktivitas seksual mereka identik dengan munculnya istilah rumah kuniang, semacam rumah bordil, tempat yang digunakan untuk aktivitas seks. (3) Bapak rutiang, istilah yang diberikan pada seorang ayah yang jahanam, memperkosa anak gadis sendiri untuk kepuasan nafsu birahi belaka. Perilaku kejahatan seksual ini dianggap seperti ikan rutiang (gabus) yang ganas dan suka memakan anak sendiri untuk kelanjutan hidup. Dalam konteks kajian sosiologi perilaku menyimpang, bisa
disebabkan karena orang tua mengalami gangguan seksual yang berorientasi pada anak-anak (fedofilia). Analogi kebendaan, misalnya; (1) Dulu bajak dari kabau, ungkapan yang meng-gam-barkan hal yang tidak lazim dilakukan atau abnormal dalam struktur sosial yang telah teratur (social order), seolah-olah bajak yang mendahului kerbau di sawah, padahal untuk mengolah sawah kerbaulah yang harus di depan bukan bajak. Perilaku seksual ini disebut seks bebas (adultery) pada masa sekarang menjadi fenomena pada kasus pacaran di
kalangan remaja. Perilaku ini juga memicu terjadinya pernikahan dini, aborsi bahkan bunuh diri. (2) Cimporong angek, untuk melabelkan wanita dan laki-laki genit yang menyukai pergaulan bebas, karena perilakunya seperti cimporong pada lampu togok yang bisa dipindahpindahkan ke lampu lainnya. (3) Pinang sirah ikua, dianggap perilaku yang suka menarik lawan jenis dengan penampilan, ibarat sebuah pinang berwarna merah menarik orang atau binatang untuk menggambilnya, padahal bagian bawahnya saja yang berwarna merah. (4) Talua saparo masak, diumpakan pada laki-laki atau perempuan yang berperilaku tidak sesuai identitas gendernya (transgender), seperti telur yang dimasak antara matang dan tidak matang. Gambaran perilaku ini dianggap secara genetik mengalami ketidaksempurnaan atau gangguan. Analogi perilaku, misalnya bujang gadih, untuk pria yang kewanitawanitaan (bencong) dalam bahasa tubuh dan gaya bicara serta penampilan mengarah pada identitas gender. Sebaliknya, upiak jantan pada wanita yang berperilaku kepria-priaan (tomboi) baik dengan pakaian, model rambut, aksesoris maupun gaya berbicara tidak sesuai dengan identitas gendernya sebagai perempuan. Pada simbol penyimpangan seksual dalam konten dan konteks budaya Minangkabau, terlihat bahwa orang Minang memegang teguh realitas perilaku manusia yang ada di alam dan ling-kung-an fisik sekitar mereka. Sebagai masyarakat yang memegang filosofis Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, meyakini bahwa ayat-ayat Allah SWT bukan saja dalam kitab suci Al Quran (ayat qauliyah), juga banyak pada alam (ayat kauniyah). Jika pendekatan budaya digunakan untuk melihat persoalan ini tentu akan lebih dalam untuk memahami aspek simbolik dengan mengungkap makna di balik simbol atau label tersebut.
Renungan Menunggu Rektor Baru Oleh Dr. Mestika Zed, M.A. Guru besar Fakultas Imu Sosial
Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan suasana menyambut “pesta demokrasi” di kampus ini. Menunggu rektor baru UNP, mestinya tidak seperti kisah “Menunggu Godot” (Waiting for Godot), sebuah novel klasik karya Samuel Beckett (1906-1989), yang bercerita tentang penantian dua sahabat karib bernama Vladimir dan Estragon. Kedua sejawat ini dengan setia menunggu datangnya Godot. Siapa Godot? Dia adalah sesuatu yang tak jelas sampai akhir cerita: apakah manusia, dewa, Tuhan, penyelamat, uang, dukun atau makhluk siluman atau apa. Namun, keduanya sepakat untuk tetap tabah dan setia menunggu Godot datang. Sambil menunggu Godot, mereka mengisi waktu dengan ngobrol, kadang berdebat, bahkan sampai bertengkar meributkan sesuatu yang tak jelas. Celakanya, mereka sibuk untuk sesuatu yang tidak penting, dan akhirnya tak melakukan apapun. Mereka berdebat tentang rencana tidur sambil menunggu Godot. Namun, rencana itu buyar karena takut kecolongan kalau Godot datang selagi mereka tidur. Alih-alih tak ada apa pun yang disepakati. Akhirnya disepakti untuk gantung diri saja, karena frustasi dan puyeng menunggu Godot yang tak kunjung datang. Lagi-lagi, rencana ini batal, karena tak menemukan
kata sepakat tentang siapa yang harus lebih duluan bunuh diri. Selalu begitu. Mereka sibuk berencana, berjanji, dan berdebat tanpa berbuat. Entah berapa lama suasana ini berlangsung. Yang pasti, keduanya tak lagi sanggup mengingat apakah telah menunggu seharian, seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan puluhan tahun. Ada pelajaran berharga dari “Menunggu Godot” bagi warga UNP, perihal menunggu rektor baru terpilih. Pertama, kesetiaan dua sahabat karib, Vladimir dan Estragon, menunggu Godot adalah sebuah kepedulian yang patut dihargai. Berdebat dan berwacana tentang sesuatu yang mereka anggap penting untuk mengisi waktu kosong. Meskipun tidak melakukan apa-apa, tetapi mereka peduli dan berwacana, ketimbang tidak sama sekali. Bagi saya cerita menunggu Godot adalah potret kita juga. Bagaimanapun sikap mereka mungkin lebih baik daripada tidak acuh sama sekali. Sifat tidak peduli dan apatis tentang apa yang tengah terjadi di kampus, dalam hal ini adalah pemilihan rektor, merupakan pertanda buruk. Kedua, kampus mestinya benteng terakhir dari demokrasi negeri. Mereka yang
tak peduli dengan kondisi demokrasi di kampus, meskipun mungkin sengaja diciptakan sedemikian rupa, ikut bertanggung jawab terhadap kondisi apatis itu. Mereka mestinya harus bersuara dan menyuarakan aspirasi mereka. Dalam hal ini calon pemimpin mereka di masa datang. Maka, sangat sulit membayangkan kampus dengan populasi mahasiswa yang begitu besar seperti UNP (di atas 30.000 mahasiswa), tidak memiliki daya bagi lalu lintas pemikiran, dikalahkan oleh Mr. Vladimir dan Estragon. Ketiga, terlalu menggantungkan seluruh harapan kepada kedatangan Godot, tentu merupakan sikap naïf. Kita menunggu dan menunggu terus sampai datangnya pemimpin (baca: rektor terpilih) yang ideal, benar-benar memenuhi janji-janji seperti yang diajukan dalam platform mereka. Dalam proses menunggu itu, banyak dari kita—seperti Vladimir dan Estragon— berfikir positif tentang harapan bahwa apa yang ditunggu-tunggu itu pasti datang. Kita menunggu perubahan dan menggantungkan harapan untuk sebuah masa depan yang lebih baik. Faktanya, perubahan ke arah yang lebih baik tak kunjung datang, sementara waktu terus berjalan. Keempat, pada akhirnya, kita bagaikan orang yang terpenjara. Ya, kita terpenjara
oleh harapan semu, bahkan palsu, entah itu World Class University ataupun BLU, yang ironisnya diciptakan oleh diri kita sendiri. Hampir bisa dipastikan bahwa kebanyakan warga kampus tidak tahu macam apa substansi platform yang “dikarang” oleh masing-masing kandidat. Mereka mungkin tidak memiliki gambaran yang jelas tentang pemimpin ideal bagi sebuah komunitas orang-orang terpelajar di mana pikiran rasional dan kritis mendapat tempat yang sewajarnya, bukannya dibungkam lewat demokrasi prosedural. Last but not least, mari kita kembalikan saja ke moto kampus UNP yang memetik kearifan lokal Minangkabau, yakni “alam takambang jadi guru”. Sebuah ajaran metode berpikir induktif, mendahului Rene Descartes. Ada banyak indikator yang dapat dipergunakan untuk menilai sebuah kinerja pemimpin kampus selama ini. Entah itu rangking universitas kita di tanah air, atau iklim demokrasi dalam pemilihan pemimpin pada berbagai tingkat kelembagaan di kampus seperti juga dalam iklim akademik dan pengembangan fasilitas kampus yang lebih berpihak kepada mahasiswa. Ini saja sudah cukup berharga diwacanakan. Bahkan juga tetap relevan setelah hadirnya pemimpin baru UNP lima tahun mendatang.
OPINI
Edisi No. 191/Tahun XXVII
11
Ironi Budaya Masa Kini Oleh Zahara Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2013 Memperoleh hasil yang baik ketika ujian merupakan keinginan setiap siswa sampai-sampai berbagai cara pun dilakukan. Menyontek, salah satunya, telah lumrah terjadi di kalangan pelajar. Praktik itu bahkan terjadi dalam ujianujian penting, seperti kejadian di sejumlah sekolah yang ada di Distrik Chhapra India. Hampir 20 orang tua murid ditangkap karena mencoba membantu anaknya dalam ujian. Tidak hanya itu, sebanyak 2.440 siswa Cina yang ikut dalam ujian nasional ketahuan menggunakan perangkat sinyal radio untuk mengirimkan jawaban kepada para peserta tes, kemudian memasang alat tertentu di penghapus elektronik yang diletakkan di meja ujian. Modus canggih tersebut akhirnya terbongkar pada 18 dan 19 Oktober 2014 lalu. Untuk mencegah kecurangan tersebut, pemerintah Cina telah mengamandemen Pasal 384 Undang-Undang Hukum Kriminal. Dalam amandemen tersebut dikatakan bahwa siapa saja yang terbukti menyontek atau mencoba untuk membantu upaya menipu saat ujian akan dihukum penjara selama tiga tahun. Kemudian pada 27 Oktober 2015, pemerintah Cina mengeluarkan aturan bahwa hukuman pidana karena telah merancang aksi menyontek atau terlibat dalam kerja sama menyebarkan kunci jawaban. Aturan tersebut berlaku mulai 1 November 2015 dengan hukuman tiga hingga tujuh tahun penjara ditambah dengan denda. Di Indonesia pun menyontek menjadi hal biasa di kalangan pelajar. Namun, sanksi tegas dari pemerintah untuk para pelaku belum terlihat. Lembaga pendidikan paham bahwa menyontek merupakan tindakan yang mengkhianati nilainilai kejujuran. Hal ini dikarenakan larangan menyontek ketika ujian adalah tindakan yang diterapkan di setiap
instansi pendidikan. Namun kenyataannya, menyontek saat ini seakan menjadi tradisi pendidikan yang layak ditoleransi oleh pihak bersangkutan. Salah satu faktor yang memengaruhi para pelajar menyontek adalah motivasi dalam berkompetisi dan prestasi belajar yang ketat. Motivasi berkompetisi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk memperlihatkan keunggulannya masing-masing. Dari teori-teori motivasi (Alhadza, 2004), diketahui bahwa menyontek dapat terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure (di bawah tekanan), atau apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Semakin besar harapan atau prestasi yang diinginkan, semakin kecil potensi yang dimiliki, maka semakin besar juga keinginan dan kemungkinan untuk melakukan perbuatan menyontek tersebut. Permasalahan yang terjadi saat ujian, tidak hanya dari peserta didik, namun pegawas juga terlibat. Pengawas hanya sebagai formalitas saat ujian yang datang membawa soal dan lembar jawaban, menjelaskan aturan yang harus dipatuhi peserta ujian, kemudian duduk di depan kelas hingga ujian berakhir. Ada juga sebagian yang tetap mengawasi, memberi peringatan bagi yang melanggar aturan, mencatat nama dan menyerahkannya
kepada pihak bersangkutan. Namun, sanksi yang dijatuhkan sering tidak setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan. Terkadang, si pembuat aturan lupa untuk memberikan sanksi. Bahkan, nilai yang diberikan kepada peserta yang melanggar pun tidak berbeda jauh dengan mereka yang jujur saat melaksanakan ujian. Hal ini tidak hanya melukai hati mereka yang belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Namun, juga menimbulkan sikap meremehkan si pembuat aturan oleh mereka yang melakukan kecurangan. Pada akhirnya peserta didik akan beranggapan bahwa ujian hanyalah kegiatan untuk mengasah keterampilan menaklukkan soalsoal yang diujikan, kemudian menyiapkan strategi-strategi lain untuk melewatinya. Praktek menyontek yang dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan ketidakjujuran. Lalu, muncullah peserta didik dengan kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor (Poedjinoegroho, 2006). Jika sekarang negara ini masih dirundung oleh masalah-masalah ketidakjujuran dan ketidakadilan, seperti maraknya kasus korupsi, mungkin saja hal ini disebabkan oleh perilaku menyontek yang telah menjadi hal lazim di kalangan pelajar. Menurut Doni Kusuma A, dalam artikelnya berjudul “Pendidikan Karakter Integral”, ada tiga dasar yang harus diperhatikan dalam upaya menumbuhkan nilai-nilai tersebut dalam diri peserta
didik. Pertama, desain pendidikan karakter di dalam kelas. Nilai-nilai kebaikan seperti nilai kejujuran akan dapat diterima oleh peserta didik jika suasana belajar menyenangkn telah tercipta. Kedua belah pihak harus mampu menciptakan kenyamanan dalam proses pembelajaran, seperti saling terbuka tentang topik yang akan dibahas dan saling berinteraksi ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan suasana demikian, pengetahuan yang akan diperoleh tidak hanya melekat dalam akal pikiran siswa, melainkan juga di dalam hati. Kedua, desain pendidikan karakter berdasarkan kultur sekolah. Untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran tidaklah cukup dengan memberikan pesan berupa pesanpesan moral di dalam ruang kelas saja, melainkan pesan moral juga diterapkan di luar lingkungan kelas ataupun sekolah. Ketiga, desain pendidikan karakter berdasarkan komunitas. Dalam proses pembelajaran ini, sekolah ataupun kampus selalu berdampingan dengan masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga dan masyarakat umum lainnya. Mereka juga punya peranan penting dalam membantu pembentukan karakter siswa. Penerapan nilai-nilai kehidupan sejak dini akan membentuk pelajar yang berkarakter. Upaya perbaikan semestinya telah dimulai dengan memberikan keyakinan bahwa yang seharusnya ditaklukan adalah diri sendiri bukanlah soalsoal yang diujikan. Selain dari desain pendidikan karakter di atas, fenomena menyontek yang marak terjadi di Indonesia juga dapat ditanggulangi melalui kebijakan dan ketegasan langsung pemerintah. Seperti halnya yang berlaku di negara Cina, yaitu adanya peraturan perundang-undangan yang memberikan sanksi seberat-beratnya terhadap pelaku menyontek.
KOLOM
Orkestra Kolaborasi Penuh Karya Oleh Galant Victory Ketua BEM UNP Periode 2014-2015
Menjadi bagian penting Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan suatu kesempatan berharga. Sejak awal dilantik sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP pada 2014 lalu, banyak mimpi-mimpi besar yang ingin diwujudkan. Banyak semangat dan komitmen yang hadir untuk kebaikan kampus ini. Maka, pada akhirnya sampai di penghujung masa bakti dalam organisasi, tekad itu masih tetap sama. Keinginan untuk terus berkontribusi dan mengerahkan seluruh jiwa dan raga masih terpatri dalam hati. Semua berawal dari suatu kegelisahan ketika melihat berbagai fenomena yang terjadi. Kampus besar dengan beragam dinamika dan perbedaan di dalamnya. Lebih dari 30.000 mahasiswa, berbagai suku, ras, dan latar belakang bercampur menjadi satu. Ditambah lagi dengan hadirnya berbagai organisasi kemahasiswaan yang turut mewarnai kebesaran UNP. Sangat disayangkan, banyak di antara kita yang kemudian dibelah ke dalam berbagai kepentingan kelompok tertentu.
Sebagian dari kita kemudian terjebak ke dalam egoisme individu dan golongan yang turut mewarnai dinamika kemahasiswaan. Namun itu semua tak pernah sedikitpun mengurangi optimisme BEM UNP tentang sebuah harapan besar. Mimpi besar yang ingin diperjuangkan dengan semangat “Kabinet Kolaborasi Penuh Karya”. Sebuah nama dan harapan yang membuat pengurusnya percaya bahwa perbedaan merupakan suatu keniscayaan. Kepercayaan pada semua orang pasti memiliki potensi dan kelebihan, perbedaan yang terjadi tidak dipandang sebagai suatu kelemahan, justru menjadi kekuatan yang membuat kita semakin besar. Seperti sebuah pergelaran orkestra, perbedaan alat musik justru menjadi harmoni yang indah dan kekuatan dalam suatu pertunjukan. Orkestra itulah yang ingin diwujudkan. Terlepas dari berbagai ujian dan tantangan yang dihadapi, bahwa suatu saat nanti mimpi itu akan benar-benar terwujud. Beberapa refleksi pribadi yang terbagi untuk seluruh aktivis dan mahasiswa UNP. Pertama yang harus kita bangun adalah sistem. Sebuah sistem kemahasiswaan yang kuat dan tidak bergantung kepada pihak manapun. Sistem kemahasiswaan haruslah bergantung pada mahasiswa itu sendiri sebagai poros kekuatan.
Sejarah sudah mengajarkan bahwa jika sistem kemahasiswaan kuat akan membuat mahasiswanya juga kuat dan berpengaruh. Namun, jika sistem kemahasiswaannya lemah, maka mahasiswanya akan terjebak ke dalam perpecahan dan mudah dipengaruhi. Sebuah sistem yang mampu membuat setiap mahasiswa di kampus ini menyadari bahwa keadilan dan kebenaran menjadi satu-satunya hal yang paling layak untuk diperjuangkan. Kedua adalah spirit kekeluargaan dan persatuan. Tantangan hari ini adalah mengelola suatu perbedaan. Setiap orang harus mampu menurunkan egoisme pribadi masing-masing. Keinginan saling membenci dan saling menjatuhkan harus bisa disingkirkan. Semangat membangun demi perubahan yang baik dikedepankan dan rasa kekeluargaan satu sama lain ditumbuhkan demi menjaga kekuatan aktivitas kemahasiswaan. Jangan terjebak pada eksistensi pribadi atau kelompok, lebih baik saling bahu-membahu untuk mewujudkan kepentingan yang baik. Kampus bukanlah miniatur negara, tapi kampus harus mampu menjadi tempat munculnya gagasan tentang konsep negara yang ideal di masa depan. Ketiga, tumbuhkan rasa kepedulian. Setiap mahasiswa UNP harus menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat amanah yang begitu besar. Mahasiswa adalah orang yang dibekali pengetahuan yang
cukup untuk melakukan perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Keinginan untuk berkontribusi bagi perbaikan bangsa harus ditumbuhkan, agar ke depannya lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang tulus dan peduli terhadap berbagai masalah di masyarakat. Tanggung jawab ini pada akhirnya bukanlah kepada kelompok atau golongan tertentu, melainkan kepada kampus ini. Berakhirnya kepengurusan menandakan dimulainya suatu babak baru dalam dinamika aktivitas kemahasiswaan UNP. Kepada siapa pun yang akan melanjutkan estafet perjuangan ini ke depannya, tertitip segenap harapan untuk terwujudnya budaya yang luhur, di mana setiap masyarakat UNP, saling bahu-membahu untuk memberikan yang terbaik. Budaya intelektual dan idealisme dikedepankan untuk berkolaborasi memberikan karya terbaik bagi bangsa. Sehingga terciptanya harmoni yang indah dalam suatu orkestra bertajuk “Universitas Negeri Padang”. Seluruh pengurus BEM UNP periode 2014-2015 berharap akan bermunculan generasigenerasi yang lebih baik, aktivis-aktivis yang tulus yang menjadikan organisasi sebagai wadah perjuangan dan motor pergerakan demi terwujudnya iklim kemahasiswaan yang kuat, intelektual, saling berkolaborasi dan tetap mengedepankan prinsip kekeluargaan.
FOTO
12
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Pantai Air Manis, Tak Sekadar Pesona si Malin Kundang Pantai Air Manis menyimpan bukti legenda terkenal asal Sumatera Barat (Sumbar), yaitu Malin Kundang. Berkisah tentang seorang anak durhaka kemudian dikutuk menjadi batu oleh ibunya, maka tak heran jika pengunjung berwisata ke Pantai Air Manis, salah satunya, ingin melihat sisasisa peninggalan Malin Kundang tersebut. Sekarang, Pantai Air Manis tak sekadar cerita si Malin Kundang. Pantai Air Manis telah menjadi tempat rekreasi pantai bagi wisatawan, baik wisatawan lokal, nusantara, maupun mancanegara. Berbagai macam sarana dan prasarana pun telah difasilitasi oleh pemerintah. Pengunjung tidak hanya menikmati wisata pantai atau peninggalan fisik batu Malin Kundang saja. Bahkan, pengunjung juga dapat menikmati aneka permainan pantai, seperti ATV dan banana boat. Tidak hanya itu, Pantai Air Manis menjadi salah satu tempat penangkaran penyu di Sumbar.
Wisatawan: Menikmati senja di Pantai Air Manis Padang bersama keluarga dengan latar belakang lautan lepas Samudera Hindia. Sebuah kapal tongkang terlihat seperti pelengkap pemandangan laut di sore itu, Kamis (3/3). f/Okta
Penangkaran Penyu: Beberapa orang pengunjung sedang melihat penyu di tempat penangkaran yang berada di Pantai Air Manis, Kamis (3/3). f/Okta
ATV: Kendaraan ATV menjadi salah satu aneka permainan yang ditawarkan di Pantai Air Manis. Sejumlah pengunjung tenggah melintas kendaraan ATV yang berjejer, Kamis (3/3). f/Okta
Melintasi: Wisatawan tengah melintasi barisan pohon yang berjajar rapi di Pantai Air Manis. Kamis (3/3). f/Okta
Fot o dan T eks F ot o: Okt a Vianof oto Teks Fot oto: Okta Desain dan T at a Let ak: F auziah Safitri dan Hari Jimi Akbar Tat ata Letak: Fauziah
Batu Malin Kundang: Dua orang wisatawan tengah mengamati sisa-sisa peninggalan legenda Malin Kundang, yang menerima kutukan menjadi batu. Tampak salah satunya sedang memegang “kepala� Malin Kundang tersebut, Kamis (3/3). f/Okta
13
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Jejak Pemilihan Calon Rektor 2016
P emilihan Rekt or: Prof. Ganefri Ph.D. M.Pd terpilih menjadi Rektor UNP periode 2016-2020 setelah mengantongi 63 Rektor: suara dari 126 suara, Senin (30/5). f/Doc*
Dari 126 suara, Ganefri menang dengan perolehan 63 suara.
Sumber: Platform Calon Rektor
Grafis: Hari Jimi Akbar
Rektor UNP periode 20162020 akhirnya terpilih. Pemilihan calon rektor yang dilaksanakan secara tertutup di Ruang Sidang Senat Universitas Negeri Padang (UNP), Kamis (16/6), memastikan kemenangan Prof. H. Ganefri, Ph.D sebagai Rektor UNP Terpilih periode 2016-2020. Pemilihan dilakukan oleh senat universitas bersama dengan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Prof. Intan Ahmad, Ph.D.. Ketua Panitia Pemilihan Rektor UNP, Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum. mengatakan bahwa total suara pada pemilihan calon rektor ini adalah 126 suara dengan rincian 82 suara dari senat universitas dan 44 suara dari menteri. Hal ini sesuai dengan persentase hak suara, yakni menteri memiliki 35% hak suara dari total pemilih dan senat universitas 65% hak suara dari total pemilih. Dari 126 suara tersebut, Prof. H. Ganefri, Ph.D. memperoleh 63 suara, Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram memperoleh 40 suara, dan Prof. Dr. Syamsul Amar mendapat 23 suara. “Rektor terpilih akan dilantik sekitar tanggal 20 Juli mendatang, yakni ketika masa jabatan rektor sebelumnya habis,” jelasnya. Hasil di atas berbeda dengan penyaringan bakal calon yang dilakukan ditingkat senat pada Senin (30/5) lalu, yang mana perolehan suara terbanyak diperoleh oleh Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram sebanyak 32 suara. Kemudian disusul oleh Prof. Dr. Syamsul Amar sebanyak 25 suara dan Prof. H. Ganefri, Ph.D 21 suara. Menanggapi terpilihnya Ganefri sebagai Rektor UNP yang baru, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang, Muhammad Haris Sabri,
mengatakan bahwa Ganefri merupakan sosok yang berpengalaman dan bagus menjadi pemimpin. Lebih lanjut, ia berharap dengan terpilihnya rektor baru, semoga program rektor lama dapat dilanjutkan. “Terutama mewujudkan UNP menjadi World Class University,” ujarnya. Selain itu, Ketua Umum MPM UNP 2016, Syukran Novri Arpan, mengharapkan agar rektor yang terpilih benar-benar dapat melaksanakan visi dan misi universitas. Ia juga menginginkan kedepannya transparansi anggaran kemahasiswaan lebih diperjelas, pelayanan kampus lebih diperbaiki, pengabdian masyarakat oleh mahasiswa lebih diperbanyak, kualitas mahasiswa lebih ditingkatkan, dan penghijauan kampus lebih digencarkan. Penjaringan dan Penyaringan Ulang Awal April, baliho tentang tahapan pemilihan calon rektor UNP beserta jadwal pelaksanaannya mulai dipasang. Dalam baliho tersebut dijadwalkan bahwa pemilihan calon rektor UNP akan dilaksanakan pada Kamis (19/5). Namun, pemilihan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan terpaksa diundur. Hal itu terjadi sehubungan dengan keluarnya surat Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Nomor: 1801/A.A4/KP/ 2016 tanggal 10 Mei 2016, tentang tata cara pemilihan calon rektor yang meminta perubahan terhadap keputusan rektor UNP Nomor 020/UN35/KP/2016 tentang peraturan dan tata cara pemilihan calon rektor UNP periode 2016-2020. Menurut keterangan Sekretaris Senat UNP, Prof. Dr. Sayuti Syahara, M.S., AIFO, ada sekitar empat poin tentang peraturan dan tata cara pemilihan calon rektor UNP Periode 2016—2020 yang tidak sesuai dengan peraturan Menristekdikti Nomor 1 Tahun 2016 dan harus diubah. Oleh sebab itu, tiga calon rektor yang telah diajukan sebelumnya
dibatalkan dan dianggap tidak sah dan UNP harus mengulang kembali membentuk panitia serta melakukan penjaringan ulang Bakal Calon Rektor UNP Periode 2016-2020. Ketiga calon yang sebelumnya diajukan, yakni Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Prof. Dr. Syamsul Amar B, M.S., dari Fakultas Ekonomi dan Prof. Dr. Yasri, MS. dari Magister Managemen. Poin-poin yang harus diubah pada surat keputusan rektor UNP Nomor 020/UN35/KP/2016 tersebut, menurut Sayuti, di antaranya, judul yang menggunakan keputusan rektor diubah menjadi keputusan senat; persyaratan umum dan persyaratan khusus, dihilangkan; dan persyaratan yang menyaratkan harus mengabdi terlebih dahulu minimal dua tahun, juga dihilangkan. Setelah menerima surat dari Menristekdikti tersebut, UNP segera melakukan penjaringan ulang bakal calon di tingkat fakultas yang merupakan tahap pertama dalam pemilihan calon rektor. Masing-masing fakultas mengajukan nama bakal calon yang mereka calonkan sehingga terkumpul delapan nama bakal calon. Dari delapan bakal calon tersebut, dua orang menyatakan tidak bersedia dicalonkan menjadi rektor dan enam orang menyatakan bersedia, serta dari enam orang yang bersedia, hanya empat orang memenuhi syarat. Pada tahap penyaringan, keempat orang ini disaring menjadi tiga calon untuk diajukan ke menteri dan kemudian dipilih pada tahap pemilihan calon. Ketiga calon tersebut adalah Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram, Prof. Dr. Syamsul Amar, dan Prof. H. Ganefri, Ph.D.. Dari ketiga calon, akhirnya terpilih lah Ganefri sebagai rektor UNP periode 2016-2020. “Rektor terpilih akan dilantik sekitar tanggal 20 Juli mendatang, yakni ketika masa jabatan rektor sebelumnya habis,” jelas Zaim. Fitri
FEA TURE FEATURE
14
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Danau Tarusan Kamang Berkah dari Kemajuan Teknologi oleh Fakhruddin Arrazzi
Tarusan Kamang: Salah seorang pengunjung tengah mencoba menangkap ikan dengan alat tradisional penangkap ikan yang disebut dengan pasok di Danau Tarusan Kamang yang menjadi objek wisata. Danau ini juga menjadi tempat pengambilan gambar film tenggelamnya Kapal van Der Wijk. Sabtu (16/4). f/Ermi
Danau Tarusan Kamang, salah satu lokasi pengambilan gambar film Tenggelamnya Kapal van der Wijk. Film ini diadaptasi dari novel berjudul serupa, karya sastrawan Pujangga Baru asal Minangkabau, Buya Hamka. Berlokasi di Kabupaten Agam atau sekitar setengah jam dari Kota Bukittinggi, pristise Danau Tarusan Kamang sebagai objek wisata naik daun beberapa tahun terakhir. Sabtu sore (16/4), awan mendung memayungi kawasan yang dikelilingi oleh Bukit Barisan tersebut. Beberapa orang penduduk tampak menebarkan jala dari atas rakit. Sementara, di tepian danau, ada yang menangkap ikan dengan memancing dan pasok—alat penangkap ikan tradisional tersusun dari dua belah bambu melengkung yang keempat ujungnya dihubungkan jaring, sedangkan di pusat kelengkungan kedua bambu tersebut diikatkan sebilah bambu ber-
fungsi sebagai tumpuan. Di tepian danau itu pula, ada beberapa kubangan, tempat kerbau-kerbau mandi. Selain itu, ada juga itik-itik hendak pulang ke kandang. Semua menyatu dalam suasana perkampungan yang asri. “Di sana!” tunjuk Hadi (41), yang sedang menangkap ikan dengan pasok, ke arah dataran kecil di tengah danau. Masyarakat sekitar menyebutnya Padang Dato. Selain rerumputan, Padang Dato juga ditumbuhi
sebatang pohon. Jika Anda menonton film Tenggelamnya Kapal van der Wijk dengan teliti, pasti Anda menemukan dua adegan yang menggunakan Padang Dato sebagai latar. Pertama, ketika Zainuddin berdiri di atas rakit sambil menulis karangannya. Kedua, setelah Zainuddin diusir oleh mamak Hayati, di tempat itulah Zainuddin dan kekasihnya mengikat janji suci, cinta sehidup semati. Meski terkenal lewat film
Tenggelamnya Kapal van der Wijk, menurut pengakuan Hadi, Danau Tarusan Kamang sebenarnya mulai ramai dikunjugi wisatawan, baik lokal maupun nasional, setelah tempat ini dijadikan lokasi pengambilan gambar acara hiburan berbau misteri, Mister Tukul Jalan-Jalan, sekitar empat tahun lalu. “Padahal, sebelumnya biasa-biasa saja,” ujarnya. Di acara itu, Tukul Arwana ingin snorkeling di dalam danau, tapi dilarang oleh seorang penduduk. Meski memiliki pemandangan yang indah, Danau Tarusan Kamang juga memiliki keunikan dan cerita mistis tersendiri. Danau ini bisa kering atau terisi air selama beberapa bulan, setahun, dua tahun, bahkan sampai tiga tahun. Pokoknya, waktunya tidak bisa ditentukan. Saat air danau kering berarti musim panen bagi penduduk untuk menangkap ikan. Baik kering maupun terisi air, penduduk tidak boleh menangkap ikan dengan cara diracun. Jenis ikan yang terdapat di danau ini pun beragam, di antaranya ikan nila, ikan emas, dan ikan gabuih. Jika danau terisi air, pasti menyisakan Padang Dato minimal pohon yang tumbuh di atasnya. Menurut pengakuan Hadi, pohon, yang berumur lebih kurang 40 tahun, itu tidak boleh diganggu karena menjadi
istana bagi “penghuni” danau ini. “Dulu, di acara Mister Tukul itu, orang itu sampai lari karena tidak sanggup lagi dekat-dekat dengan pohon itu. Bahkan, penduduk sini sudah ada yang sampai meninggal,”cerita Hadi. Meski terdengar menyeramkan, cerita mistis itu merupakan cara efektif bagi penduduk untuk menggaet pengunjung. Terbukti dari banyaknya pengunjung yang menjadikan Padang Dato dan pohon kecil yang tumbuh di atasnya sebagai tempat selfie. Belum lengkap rasanya, jika berkunjung ke Danau Tarusan Kamang, tidak selfie dulu di dataran kecil di tengah danau itu. Bagi kebanyakan pengunjung, Padang Dato seperti Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba, Sumatra Utara. Nah, untuk sampai di “Pulau Samosir kecil” itu, pengunjung cukup menyewa rakit milik penduduk dengan harga sepuluh ribu per individu. Salah satu yang menyewa rakit di Danau Tarusan Kamang itu adalah Hadi. Sambil menunggu penumpang, dia memanfaatlan waktunya dengan menangkap ikan. Hadi bercerita, banyak perbedaan sebelum dan sesudah tempat ini dijadikan sebagai objek wisata.”Penduduk sekitar sudah banyak yang menjadi pedagang atau penyewa rakit,” jelasnya.
Dari Bonsai untuk Sungkai Oleh Ranti Maretna Huri
“Selepas dari Sungkai ini kami berharap ada inisiator-inisiator yang lahir dari anak-anak ini, yang kemudian menggerakkan masyarakat ataupun adik-adiknya,” ujar Haris. Terik tidak terlalu menyengat tatkala motor yang membawa saya dan rombongan melewati jalanan kecil berbatu di daerah pedalaman Pauh, Kota Padang. Padahal, kala itu hampir tengah hari. Setelah melewati tanjakan, perjalanan kami selanjutnya menempuh penurunan dengan beberapa badan jalan yang berlubang. Laju motor harus melambat, sebab selain jalannya terbilang sempit, sebelah kanan jalan adalah tebing dan ada sungai kecil yang menanti di bawah. Akhir dari penurunan itu, motor yang menumpangi saya berhenti di depan halaman sebuah bangunan menyerupai rumah panggung. Alih-alih dari kayu, material rumah panggung ini terbuat dari beton sebagaimana rumah pada umumnya. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai dasar tidak berdindingkan apaapa, hanya lantainya saja yang di semen dengan enam buah tonggak beton tertanam, menyangga lantai di atasnya. Untuk menuju lantai atas, ada sebuah tangga besi berwarna hitam di sisi kanan rumah. Di lantai atas terdapat sebuah beranda kecil selebar satu langkah orang dewasa, dan dipagari besi serupa pagar tangga, berwarna hitam. Dari bawah, terde-
ngar suara anak-anak, entah meributkan apa. Tampak beberapa orang anak seperti berlarian, memainkan buku-buku bergambar, juga alat tulis untuk mewarnai. Seorang laki-laki dengan kemeja dan celana bahan hitam juga turut bersama anakanak tersebut. Dia adalah Muhammad Haris Sabri, salah satu pendiri sekaligus Ketua Komunitas Bonsai. Komunitas ini baru berdiri pada Oktober 2015 lalu. Tepatnya, pada saat seminar yang bertemakan Character Building di Aula Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang, Sabtu, 12 Desember 2015 lah komunitas ini diperkenalkan kepada publik. Awalnya, Bonsai bergerak di bidang leadership dan kepemudaan, namun pada akhirnya mereka beralih pada pendidikan di Sungkai. Adalah Sungkai, sebuah desa di Kelurahan Lambung Bukik, Kecamatan Pauh, Padang, yang kala itu sedikit terkendala dari segi pendidikan. Daripada belajar, kebanyakan anak-anak usia sekolah di Sungkai membantu orang tuanya untuk bekerja seusai sekolah. Maka, Komunitas Bonsai yang sebagian anggotanya sudah lebih dahulu ke sana, masuk dari segi sektor pendidikan. Komunitas ini mendirikan sebuah rumah
Kegiatan Rumah Belajar Belajar: Beberapa orang anggota dari Komunitas Bonsai sedang membimbing anak-anak di Sungkai belajar di rumah belajar, Minggu (14/2). f/Doc f/Doc*
belajar untuk anak-anak Sungkai, turut membantu untuk membangkitkan pendidikannya. Satu kali dua minggu, mereka datang ke sana dan mengajak anak-anak untuk belajar. Selain rumah belajar, Komunitas Bonsai juga melakukan reboisasi berupa penanaman bibit buah sekaligus upgrading pengurus pada 16-17 April 2016 di Sungkai. Penanaman ini melibatkan anak-anak dari rumah belajar. Satu batang bibit milik satu orang anak. Tujuannya agar mereka bisa merawat pohon milik mereka masingmasing hingga tumbuh dan berbuah. Haris menjelaskan bahwa struktural Komunitas Bonsai sendiri terdiri atas empat bagian, yakni Sumber Daya Manusia (SDM), sosial masyarakat,
pendidikan, dan kepemudaan. Dalam bidang pendidikan yang saat ini sedang berjalan berupa kegiatan di rumah baca, sedangkan bidang sosial masyarakat, Bonsai bekerja sama dengan lembaga masyarakat seperti LSM dan LP2M. Begitu pula dengan bidang SDM, yang bisa dikatakan senada dengan pendidikan, bertujuan untuk anak-anak di Sungkai dan juga sumber daya anggota. “Sembari mengembangkan SDM luar, kami juga mengembangkan di dalam (komunitas),” ujar Haris, Minggu (8/5). Untuk bidang kepemudaan, dalam agendanya, Komunitas Bonsai akan memberikan pelatihan kepemudaan pada OSIS sekolah-sekolah di Padang. Dari segi program kerja memang belum dilaksanakan, namun dari segi struktural sudah dibentuk.
Bonsai, yang merupakan akronim dari Be ONe of the aweSome sociAl Inisiators, terdiri dari anggota yang sebagian besar aktif di sejumlah kegiatan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus, dengan basic yang berbeda-beda. Haris mengungkapkan bahwa hal ini menjadi keuntungan juga dan kendala tersendiri. Artinya, Bonsai memiliki sumber daya yang beragam, yang sangat menguntungkan terutama dalam mendidik anak-anak Sungkai. Di sisi lain, kesibukan dari masing-masing anggotalah yang menyebabkan hingga kini Bonsai masih fokus pada kegiatan di rumah baca. “Intinya, bagaimana kami berbuat dulu, walaupun itu kecil. Impian kami melihat anak Sungkai nantinya menjadi orang hebat di luar sana,” harap Haris.
15
Edisi No. 191/Tahun XXVII
TELUSUR
Jejak Portugis di Kawasan Wisata Pantai Carocok Oleh Sri Gusmurdiah Hujan yang disertai badai membuat ombak di bibir pantai Pulau Batu Kureta kawasan wisata Pantai Carocok, tampak sedikit mengganas. Ombak dengan buih yang memutih tak henti-hentinya menghempas batu karang yang berada di pinggiran pulau. Satu dua orang pengunjung yang usai bermain di Pulau Cingkuak menyeberang kembali ke Pulau Kureta, sebelum akhirnya kembali ke pantai utama. Dari pantai utama, pengunjung kawasan wisata Pantai Carocok memang harus berjalan dulu ke Pulau Batu Kureta sebelum menyeberang ke Pulau Cingkuak. Untuk penyeberangan menggunakan perahu ke Pulau Cingkuak ini membutuhkan biaya Rp20.000,00 per orang untuk pergi dan pulangnya. Selain terpikat dengan keindahan laut di Pulau Cingkuak, di pulau ini pengunjung juga disuguhkan berbagai wahana olahraga air seperti banana boat, jetski, donat boat, dan berbagai variasi bentuk perahu karet. Untuk menikmati wahana air tersebut, pengunjung harus mengeluarkan biaya mulai dari Rp20.000,00Rp150.000,00 Berjarak lima puluh meter dari gerbang utama Pulau Batu Kureta, terdapat sebuah plang bertuliskan “Dilarang bermain di lokasi ini, ombak berbahaya”. Walau ombak tampak mengganas dan peringatan sudah ada, beberapa pengunjung tetap berlalu melewati plang yang tertanam di samping kanan pulau tersebut. Seolah tak acuh dengan pe-
Jejak Portugis: Pulau Batu Kureta menjadi bukti peninggalan Portugis di kawasan Pesisir Selatan. Masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Pualau Kereta karena memiliki bentuk seperti kereta, Minggu (17/4). f/Sri
ringatan yang disampaikan. Beberapa pasang muda-mudi lalu-lalang. Bahkan, ada yang duduk berlindung dari hujan dan badai di bangku semen, yang sebelumnya telah disediakan di sana, sambil menikmati pemandangan di sekitar pulau. Di ujung sebelah kiri bagian belakang pulau, terdapat sebuah batu yang berbentuk kereta. Batu dengan ukuran yang cukup besar tersebut memiliki cekungan di tengahnya, serta sisi kiri, kanan, dan atasnya menyerupai tirai yang menjadi
pelindung pada sebuah kereta. Sebab berbentuk seperti keretalah, masyarakat menyebut batu tersebut sebagai Batu Kureta (kereta), sekaligus menamai pulaunya dengan Pulau Kureta. Setiap pengunjung yang akan menyeberang ke Pulau Cingkuak, akan menaiki kapal penyeberangan dari Pulau Kureta serta melewai Batu Kureta. Setidaknya, lima belas meter paling jauh dari kapal melaju, Batu Kureta akan tampak dengan jelas di sisi kiri belakang pulau. Namun, tidak banyak pengunjung yang tahu
dengan sejarah Batu Kureta. Yang akhirnya telah menjadi latar belakang nama Pulau Batu Kureta tersebut. Konon, masyarakat mempercayai bahwa Batu Kureta terbentuk dari kereta Raja Portugis yang telah menjadi batu di pulau tersebut. Safril (58), pemandu wisata kawasan Pantai Carocok menceritakan, Batu Kureta terbentuk dari sisa pengeboman tentara Jepang terhadap pemerintah Portugis pada 1711 lampau. Kala itu, raja Portugis tengah berada di atas keretanya usai menyeberang dari Pulau Cingkuak. Namun, di saat yang bersamaan, tentara Jepang datang melalui jalur laut dan langsung mengebom Portugis. Raja Portugis beserta tentaranya meninggal dunia dan hanya tersisa keretanya yang lama-kelamaan menjadi batu. Batu itulah yang hingga sekarang dipercayai masyarakat sebagai batu Kureta, kereta Raja Portugis. Di kawasan Wisata Pantai Carocok lainnya, juga terdapat peninggalan yang menjadi sejarah pernah hadirnya bangsa Portugis di daerah tersebut. Sebuah benteng yang terbuat dari batu dengan panjang sekitar 30 meter terdapat di Pulau Cingkuak. Benteng yang berada di bagian tengah pulau tersebut, membentang layaknya sebuah tembok tinggi. Beberapa lubang terdapat di tengahtengah benteng yang berbentuk seperti dinding yang memanjang itu. Namun, kebanyakan pengunjung tidak terlalu mempertanyakan dan tidak begitu peduli dengan benteng tersebut. Kebanyakan, mereka hanya berfoto dengan sebuah plang yang terdapat di sebelah benteng tersebut.
RAGAM
Pengabdian Tiada Batas di Timur Matahari Oleh Muhammad Ridwan
Guru Muda SM-3T UNP Angkatan V Wilayah Merauke
Tinggallah Sekolah, Tinggallah Tubang, Tinggallah Merauke, Tinggallah Sayang. Merauke. Satu kata sejuta cerita. Terlintas beribu cerita yang akan tertoreh di langit Merauke, langit yang akan menaungi saya selama satu tahun penuh pengabdian di tanah Merauke. Bintang dan angin menjadi saksi perjalanan anak bangsa ini dari pulau Sumatra untuk mengabdikan diri di negeri orang lain, yakni Papua. Saya terlahir di ranah Minang dengan adat yang kental dan akan terus terpatri dalam hati. Seorang pemuda Minang jika telah memasuki usia remaja menuju dewasa akan pergi merantau. Begitulah adat orang Minang selama ini yang dikenal dengan istilah merantau. Saya merantau untuk mengabdikan diri pada anak bangsa yang ada di ujung negeri ini. Menjadi mahasiswa SM-3T membuat saya merasakan bahwa perjalanan menuju tempat tugas di sana memanglah tidak mudah. Dengan menggunakan ojek dalam waktu tempuh perjalanan lebih kurang 8 jam dan tiga kali penyeberangan sungai yang lebar dan arus yang deras. Dengan jalanan yang bergelombang dan berlubang penuh debu terbentang seluas mata memandang tanpa ada ujungnya di bawah teriknya matahari yang begitu ingin meradiasikan kegarangannya kepada siapa saja yang terlihat olehnya. Setelah perjalanan jalur darat yang panjang dan melelahkan, saya menyusuri pantai yang masih basah dengan air laut, karena air laut baru saja surut. Perjalanan yang semakin sulit karena air laut baru saja surut dan mentari berada di peraduannya,
Foto Bersama: Para peserta Empowered, Prepared, Inspired, and Connected (EPIC) Camp 2016 yang diadakan di Bukittinggi, dari 18 hingga 30 Januari. f/Doc*
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang melekat indah di tanah Merauke. Beraneka suku bangsa dengan keyakinan yang berbeda berada pada wilayah yang sama, yaitu Merauke dengan semboyan “Izakod Bekai Izakod Kai” (Satu Hati Satu Tujuan). Toleransi antar umat beragama terasa begitu indah. Silaturahmi pun terjalin dengan baik. Ketika perayaan hari besar Islam, masyarakat nonmuslim akan ikut bersilaturahmi ke rumah warga muslim. Begitu juga sebaliknya. Anakku sayang anakku malang. Sedih rasanya melihat kondisi sekolah di pedalaman pulau besar seperti Papua di tanah Merauke. Kondisi sekolah yang kurang layak untuk disebut sekolah. Anak Papua memang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Mereka layaknya anak yang kurang mendapatkan perhatian. Mereka lebih nyaman untuk bekerja dengan fisik dibanding menggunakan otak mereka. “Anak-anak ini tidak bisa diarahkan. Mereka harus dipalu dulu baru
jalan,” tutur salah seorang guru tempat saya mengajar. Setiap pagi puluhan pasang kaki yang tidak beralas selalu melangkah ke sekolah dengan meloncat kegirangan. Bahkan, sesekali berlarian kecil menuju gerbang sekolah tempat mereka menimba ilmu. Sangat disayangkan, keinginan mereka sekolah sepertinya hanya takut karena paksaan dari ketua adat yang ada di kampung mereka. Mereka sekolah hanya sekadarnya. Tidak ada yang dapat dibanggakan selain sepasang baju putih biru lusuh yang mereka gunakan. Dengan pakaian itu mereka telah berganti status, dari anak hutan menjadi anak sekolah tingkat pertama. Siswa-siswa di pedalaman Papua ini sangat menghormati guru mereka dan santun. Di saat Indonesia dihebohkan oleh kasus siswa yang menindas gurunya, siswa yang dengan tega melaporkan gurunya kepada polisi, dan bahkan memenjarakan gurunya. Namun di sini,
di pedalaman Papua, saya merasakan hubungan harmonis antara guru dan siswa. Di lingkungan sekolah tercipta hubungan antara guru dan siswa. Jika telah berada di luar lingkungan sekolah terciptalah hubungan persahabatan yang erat antara guru dan siswa. Siswa sering bermain bersama dengan guru, bermain sepak bola, berenang, memancing, bahkan siswa tidak jarang membawakan hasil buruan mereka untuk guru mereka. Orang tua siswa juga memperlakukan guru dengan baik dan hormat. Seorang guru menjadi tokoh yang dipanuti dan dihargai keberadaannya. Jika terjadi permusuhan antarkampung, mereka tidak akan pernah mengusik ketentraman seorang guru. Karena mereka memiliki rasa hormat yang tinggi khususnya kepada guru dan umumnya kepada pendatang. Bahkan, pernah suatu waktu seorang anak sakit, dan ada beberapa orang meninggal dunia. Sehingga siswa libur sekolah selama satu minggu dengan alasan adanya gangguan dari Suanggi (makhluk jadi-jadian) dan kena bayangan. Bayangan merupakan suatu istilah bahwa seseorang telah menjadi incaran sosok gaib yang bernama Suanggi. Mitos ini hanya berlaku pada suku asli Merauke, yaitu suku Marind dan tidak akan berdampak apa pun terhadap pendatang. Saya menulis kisah ini pada dua bulan terakhir pengabdian saya. Semua begitu indah untuk dilukiskan, sulit untuk dilupakan. Namun, saya tahu, di mana ada pertemuan di situ pasti ada perpisahan. Hanya waktulah yang dapat menentukannya. Terima kasih buat keluarga yang ada di Distrik Tubang ini. Semua telah melekat indah di memori ini. Tidak sanggup untuk pergi dan meninggalkan mereka. Namun, inilah hidup bak perjalanan panjang yang masih terbentang dan siap dilalui. Walau penuh debu dan teriknya mentari, tetap harus dilalui.
TEROPONG
16
Lima Prodi Baru UNP
Mahasiswa FBS, Juarai Mawapr es UNP 2016 Mawapres UNP: Nama Universitas Negeri Padang dengan huruf timbul di depan gedung Re k t o ra t U N P, Senin (22/2). Pada tahun ajaran 20162017 ini UNP membuka lima prodi baru. f/ Okta
Pada tahun ajaran 20162017 ini, Universitas Negeri Padang (UNP) membuka lima program studi (prodi) baru. Lima prodi tersebut yaitu Prodi Pendidikan Musik (SI), Prodi Perpustakaan dan Ilmu Informasi (SI), Prodi Manajemen Pajak (D3), Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (S-2), dan Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (S-1). Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, S.E., menjelaskan bahwa tujuan UNP membuka lima prodi tersebut, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Masyarakat membutuhkan lulusan yang kompeten sesuai bidang keahliannya. Lebih lanjut, Azhari menjelaskan bahwa penambahan prodi baru tersebut membuat UNP semakin berkembang. Dengan demikan, jumlah prodi yang terdapat di UNP yaitu 91 prodi. “Dari segi jumlah prodi semakin besar, segi universitas juga,” ujarnya. Sementara, calon Ketua Prodi Pendidikan IPA yang ditugaskan oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Dra. Yurnetti, M.Pd., menjelaskan bahwa cikal bakal Prodi Pendidikan IPA berasal dari proyek pemerintah yang dikenal dengan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP). Kemudian, PGSLP ini dilanjutkan dengan Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Tujuannya untuk memenuhi guru IPA di sekolah menengah pertama (SMP). Yurnetti menambahkan bahwa FMIPA UNP berkeinginan membuka Prodi Pendidikan IPA pada 2015. Hal ini berdasarkan kebutuhan sekolah tehadap guru IPA meningkat. Dia menjelaskan bahwa pada kurikulum tidak dikenal lagi istilah mata pelajaran Kimia, Fisika, dan Biologi di SMP. Sebab, istilah mata pelajaran tersebut terangkum dalam Mata Pelajaran IPA. “Sehingga dipandang perlu untuk menghasilkan sarjana pendidikan IPA,” ujarnya. FMIPA dalam membuka Prodi IPA ini memiliki beberapa langkah. Pertama, diskusi Majelis Permusyawaratan Fakultas (MTF) FMIPA yang membahas mengenai SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats). “Terlebih dahulu dila-
kukan analisis tentang kekuatan, kelemahan, kekurangan, dan peluang yang ada,” jelas Yurnetti. Kedua, membentuk tim. Tim ini akan bertanggung-jawab terhadap pembuatan proposal serta menentukann enam dosen sebagai pembina prodi. Dosen tersebut haruslah berkualifikasi Pendidikan IPA. Dalam hal ini, FMIPA mampu menyediakan lebih dari enam dosen. Selain itu, dosen tersebut juga diminta untuk menandatangani surat komitmen. Kemudian, proposal yang telah selesai diunggah dan hard copy-nya dikirimkan ke Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada Februari 2015 lalu. Saat ini, Prodi Pendidikan IPA menerima mahasiswa baru melalui dua jalur masuk yakni jalur mandiri dan jalur prestasi. Untuk jalur mandiri, Prodi ini menerima 80 mahasiswa. Sedangkan jalur prestasi akan diterima 10 mahasiswa. “Mahasiswa akan dibagi dalam dua kelas,” ujarnya. Yurnetti juga mengatakan bahwa untuk sarana dan prasarana Prodi Pendidikan IPA sudah memadai. Misalnya, kurikulum dan mata kuliah mahasiswa telah diunggah ke Sistem Informasi Akademik (SIA) UNP. Selain itu, kantor administrasi juga telah disediakan fakultas begitu pun dengan laboratorium. Prodi Pendidikan IPA akan memakai laboratorium Fisika, Kimia, dan Biologi sesuai dengan kebutuhan. “Sebab IPA merupakan keterpaduan ilmu dasar dari Fisika, Kimia, dan Biologi,” jelasnya. Tidak hanya itu, Prodi Pendidikan IPA mempunyai dukungan yang bagus baik dari fakultas maupun universitas. Dengan dukungan serta sarana dan prasarana yang telah memadai, kata Yurnetti FMIPA siap untuk menyelenggarakan Prodi Pendidikan IPA. “FMIPA optimis dengan prodi baru ini,” ujarnya. Prodi baru selanjutnya yaitu Prodi Pendidikan Musik (D3) dan Prodi Perpustakaan dan Ilmu Informasi (SI) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP. Dalam hal jalur masuk, kedua prodi ini sama dengan Prodi Pendidikan IPA, yakni jalur mandiri. Pada tahun ini, Prodi Pendidikan Musik menerima 40 mahasiswa, sedangkan Prodi Perpustakan dan Ilmu Informasi (S1) menerima 35 mahasiswa.
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Wakil Dekan I FBS, Prof. Dr. Ermanto, M.Hum. mengatakan bahwa Prodi Pendidikan Musik sama halnya dengan Prodi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik). Namun, kedua prodi ini memiliki sedikit perbedaan. Prodi Pendidikan Sendratasik lebih umum karena tidak hanya mempelajari musik tapi juga drama dan tari. “Sedangkan prodi baru ini khusus untuk musik,” jelasnya. Tidak jauh berbeda dengan Prodi Pendidikan Musik (D3), Prodi Perpustakaan dan Ilmu Informasi (SI) merupakan pengembangan dari Prodi Perpustakan dan Ilmu Informasi (D3) yang ada di FBS UNP. Dengan demikian, dalam hal sarana dan prasarana, untuk kedua prodi ini sudah baik. “Pendopo, laboratorium, perpustakaan, ruangan kuliah juga sudah memadai,” ujarnya. Kedua prodi baru tersebut terbentuk karena adanya informasi pembukaan prodi baru oleh Pendidikan Tinggi (Dikti). Kemudian FBS mengisi blangko pendaftaran secara online. Setelah itu, FBS memenuhi bahan-bahan yang dibutuhkan seperti proposal, borang, kurikulum, dan daftar mata kuliah. Hingga akhirnya Dikti melakukan penyeleksian secara online dan kedua prodi tersebut memperoleh surat keputusan. Ermanto menjelaskan bahwa prodi baru ini merupakan prodi yang patut dikembangkan karena FBS UNP juga perlu menyediakan berbagai pilihan prodi. Dengan hal tersebut, Ermanto berharap agar prodi ini berkembang dengan baik. Sebab jika ditilik dari staf pengajar yang ada di kedua prodi ini sangat memadai. “Selain itu, peminat kedua prodi ini juga banyak,” ujarnya. Tidak hanya FMIPA dan FBS yang mempunyai prodi baru, Fakultas Ekonomi (FE) juga demikian. Pada tahun ajaran 2016-2017 ini, FE membuka Prodi Perpajakan (D3). Wakil Dekan I FE, Dr. Idris, M.Si. mengatakan bahwa prodi ini juga didirikan atas dasar kebutuhan masyarakat dunia kerja bidang perpajakan. “Kerena di Indonesia perpajakan semakin tegas,” ujarnya. Idris juga berharap agar prodi baru ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang perpajakan. Ermi
Universitas Negeri Padang (UNP) kembali mengumumkan pemuncak mahasiswa berprestasi (mawapres) 2016 pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional di Lapangan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP, 2 Mei lalu. Sebelumnya, para peserta mawapres mengikuti seleksi di tingkat fakultas. Pada seleksi ini peserta harus melalui empat kompetensi, yaitu Indeks Prestasi Komulatif, prestasi akademik/ nonakademik, kemampuan bahasa inggris, dan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Setelah melewati empat kompetensi tersebut, maka fakultas akan memutuskan pemenang untuk maju ke tingkat universitas. Pemenang terdiri atas satu Program Sarjana dan satu Program Diploma. Seleksi tingkat universitas tidak jauh berbeda dengan seleksi di fakultas. Pada seleksi ini, mahasiswa diwawancara dengan bahasa Inggris dan persentasi KTI. Setelah melalui seleksi ini baru diputuskan pemuncak mawapres 2016. Pemuncak dari Program Sarjana yaitu Hengki Agus Rifai Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris TM 2013. Sedangkan pemuncak dari Program Diploma yaitu Peradasari Pertiwi Mahasiswa Prodi Tata Boga TM 2013.
Selanjutnya dari program sarjana disusul oleh Debi Rianto Mahasiswa Prodi Fisika TM 2013 sebagai peringkat dua, Nori Mustika Mahasiswa Prodi Kepelatihan TM 2013 sebagai peringkat tiga. Untuk Program Diploma disusul oleh Weni Avri Rahman Mahasiswa Prodi Akuntansi TM 2014 sebagai peringkat dua, Sri Devi Mahasiswa Prodi Statistika TM 2013 sebagai peringkat tiga. Pemuncak mawapres, Hengki mengatakan bahwa dua tahun aktif di Unit Kegiatan Bahasa Asing (sebelumnya EDeC) sangat membantu untuk menjalani seleksi mawapres ini, Hengki juga telah mengukir prestasi tingkat nasional dan internasional tahun 2015 dalam hal debat bahasa inggris. “Menurut juri, karena faktor itu, nilainya besar,” ujarnya, Rabu (8/6). Kepala Bagian Kemahasiswaan UNP, Zainur Syafni, S.H., M.M., mengatakan bahwa mawapres ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa agar berprestasi. Ia berharap dengan adanya mawapres, mahasiswa yang mengikuti lomba nantinya yang betul-betul punya keandalan. “Sehingga, di tingkat nasional kita tidak sekadar ikut, namun juga bisa jadi pemenang,” ujarnya. Jimi
Aturan Baru Masuk Pustaka Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia menerapkan aturan baru masuk ke Pustaka Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aturan baru tersebut mewajibkan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mengenakan jaket almamater saat hendak masuk ke dalam pustaka. Aturan ini mulai diberlakukan pada awal semester ganjil tahun akademik Januari-Juni 2016. Pada pintu pustaka jurusan tersebut juga dituliskan aturan mengenai kewajiban mengenakan almamater ini yang terdapat pada poin 7, yaitu “Mahasiswa atau pengunjung wajib menggunakan jaket almamater di perpustakaan, jika tidak dipakai maka tidak akan dilayani.” Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dra. Emidar, M.Pd. membenarkan ketentuan tersebut, yaitu apabila mahasiswa tidak menggunakan jaket almamater maka tidak boleh memasuki pustaka dan tidak akan dilayani. Emidar menjelaskan bahwa aturan ini bertujuan untuk membedakan antara mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan mahasiswa bukan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berada di dalam pustaka. Emidar menambahkan bahwa selain untuk membedakannya, aturan baru Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini juga bertujuan untuk mewujudkan pendidikan karakter bertanggung jawab, disiplin, dan cinta kampus oleh mahasiswanya. “Dengan meng-
gunakan (jaket) almamater, diharapkan tumbuh rasa tanggung jawab terhadap almamaternya oleh mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,” katanya, Jumat (8/4). Salah satu Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2013, Siti Ayuna mengatakan bahwa ia mendukung adanya aturan baru masuk ke perpustakaan ini. Menurut Siti, dengan mengenakan jaket almamater saat berada di dalam perpustakaan, memudahkannya membedakan antara mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan mahasiswa lainnya. “Aturan ini juga membuat pengunjung pustaka terlihat rapi,” ujarnya, Selasa (19/4). Namun lain halnya yang diungkapkan oleh Reno Sabrina Khairisa, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2013. Menurutnya, aturan ini membuat mahasiswa malas datang ke perpustakaan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan mahasiswa tidak berencana untuk pergi ke perpustakaan dari rumah sehingga tidak membawa almamater. Reno memberikan contoh ketika dosen tidak hadir, maka ia ke perpustakaan. Namun karena harus menggunakan almamater, jadi tidak bisa masuk ke dalam pustaka. “Jika aturan ini tetap dilanjutkan, sebaiknya jurusan menyediakan loker bagi mahasiswa,” harapnya, Selasa (12/ 4). Jimi
TEROPONG
Edisi No. 191/Tahun XXVII
FIP UNP Terapkan English Friday Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP) menerapkan program English Friday. Selain bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di Asia Tenggara, program ini juga bertujuan untuk mencapai visi dan misi, baik fakultas maupun universitas, Program ini merupakan praktik berbicara menggunakan bahasa Inggris yang djalankan setiap Jumat di lingkungan FIP. Program ini dilaksanakan seiring dengan dikeluarkannya surat edaran oleh Dekan FIP, Drs. Alwen Bentri, M.Pd. pada 18 Januari 2016 . Dalam surat edaran dengan Nomor 0312/ UN35.1.4/KP/2016 tersebut, Alwen menghimbau seluruh dosen, pegawai, mahasiswa, dan sivitas akademika FIP lainnya untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris tiap Jumat. Ditemui di ruangannya 20 Januri lalu, Alwen mengatakan bahwa untuk menyukseskan program ini, diharapkan kepada seluruh sivitas akademika untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris yang sederhana. “Tidak apa-apa bilingual dulu, yang penting kita berusaha untuk peningkatan,” ujarnya. Selain itu, ia menambahkan bahwa untuk menunjang mahirnya berbicara dengan bahasa Inggris, FIP juga mendatangkan speaker sehingga sivitas bisa berbicara dan bertatap muka
FIP UNP: FIP terapkan program English Firday yang dimana setiap dosen, staf/pegawai, dan mahasiswa diwajibkan berbahasa inggris setiap Jumat. Selasa,(23/2). F/Okta
secara langsung. Selain program berbahasa Inggris, Alwen mengatakan di FIP juga telah dibentuk WhatsApp (WA) dengan nama FIP UNP’S English Forum, sebuah situs online yang digunakan sebagai wadah untuk berdiskusi dan berbicara bahasa Inggris. “Kami juga menggunakan WA ini untuk belajar dan praktik berbahasa Inggris,” tambah Alwen sambil memperlihatkan WA dari handphone-nya. Lebih lanjut, ia berharap program ini dapat terlaksana dengan baik dan bisa menjadi sebuah tradisi di FIP nantinya. “Dengan terlaksananya pro-
gram ini, semoga sivitas akademika FIP juga mampu bersaing di dunia internasional,” tutupnya. Menanggapi adanya program berbahasa Inggris di FIP, mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2012, Nikmatul Khaira mengatakan bahwa ia sangat mendukung program ini. Menurut Khaira, program ini memang sangat dibutuhkan. Sebab, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional dan sepatutnya mahasiswa harus bisa berbahasa Inggris. “Ini sangat membantu di lapangan kerja nanti,” katanya, Kamis (18/2). Sri
Pemilu Presma Minim Partisipasi Demgan berakhirnya Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP) pada 23 Mei, pasangan kandidat nomor urut dua, Muhammad Haris Sabri dan Nanda Satriawan terpilih sebagai Pasangan Presiden dan Wakil Presiden periode 20162017. Mereka dilantik pada 6 Juni. Pasangan ini menang dengan mengantongi sebanyak 5401 suara, mengalahkan pasangan Eko Nuryanto dan Saiful Haq yang hanya mengantongi 1956 suara. Total seluruh pemilih hanya 7357 dari 26150 jumlah mahasiswa UNP. meskipun jumlah pemilih meningkat sekitar lima ribu mahasiswa dari tahun lalu, Namun, hal ini masih menunjukkan partisipasi mahasiswa UNP masih rendah. Ketua Panitia Pemilihan Umum (PPU), Budiman Tanjung menyampaikan bahwa rendahnya partisipasi mahasiswa untuk memilih kali ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak seluruh mahasiswa UNP aktif di kampus. Kedua, pemilihan adalah masa libur tenang, dan bahkan sebagian fakultas sudah melaksanakan ujian. Minggu tenang ini kebanyakan dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk berkegiatan, seperti kemah bakti, dan sebagian
lagi ada yang pulang kampung. Ketiga, mahasiswa banyak yang apatis. Selanjutnya, Budiman mengatakan bahwa PPU sudah menyosialisasikan perihal pemilu ini ke seluruh mahasiswa, fakultas, dan kampus cabang. “Bagi saya, usaha kami sudah maksimal, bahkan kami sudah door to door ke jurusan untuk melakukan sosialisasi,” terangnya, Senin (23/5). Selain itu, target dari PPU untuk pemilihan ini adalah 10.000 suara. “Jumlah pemilih tahun ini kami rasa sudah memenuhi target,” tambah Budiman. Hal senada diungkapkan oleh Miftahul Khairi, Ketua 2 Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Unit UNP. Ia menyatakan bahwa banyak mahasiswa UNP yang apatis dalam memilih. Kebanyakan mahasiswa tidak peduli dengan lingkungan sekitar, termasuk tidak peduli dengan pemimpin. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa usaha dari PPU untuk menyukseskan pemilu seolah tidak tampak, menyebabkan acara yang seharusnya besar menjadi tidak terasa. “Jadi, wajar saja banyak mahasiswa yang tidak memilih,” jelasnya, Jumat (22/7). Lebih lanjut, Miftahul menambahkan bahwa mahasiswa
yang apatis dalam berkegiatan ini juga disebabkan pengaruh dari pemimpin yang cenderung kurang dekat dengan mahasiswa. Mahasiswa pun kebanyakan tidak tahu apa fungsi dari BEM di kampus sehingga hal tersebut berdampak pada ketidakpedulian kepada pemimpin, termasuk lingkungan kampus. “Jadi, BEM seharusnya merangkul seluruh mahasiswa, dan kasih pengertian tentang pentingnya keberadaan BEM maupun UKM, Dengan demikian, keapatisan lama-kelamaan bisa berkurang,” terangnya. Menanggapi hal tersebut, Presiden Mahasiswa Muhammad Haris Sabri mengatakan bahwa BEM merupakan promotor awal untuk menggerakan mahasiswa. Dengan kepemimpinan BEM tahun ini, dia akan mengembalikan marwah BEM seperti dahulunya, termasuk perihal mahasiswa yang kurang berpartisipasi. Hal ini seperti yang tertuang pada salah satu misinya saat pemilihan lalu. “Caranya dengan melibatkan kawan-kawan dari UKM,” ujarnya, Jumat (27/5). Sebab, lanjut Haris, UKM dengan bidangnya masingmasing berperan meningkatkan kontribusi mahasiswa dalam aktivitas kemahasiswaan. Ranti
17
Keberadaan SIB UNP Setelah diresmikan pada Desember 2015, situs Sistem Informasi Beasiswa (SIB) Universitas Negeri Padang (UNP) belum tanpak pembaharuannya. Unit Pelayanan Teknis (UPT) mengatakan bahwa SIB dapat digunakan mahasiswa mulai tahun 2016 ini. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam mendapatkan informasi terkait beasiswa. Namun, hingga kini dalam pelaksanannya tidak terlihat pembaharuan informasi dan kejelasan mengenai beasiswa apa saja yang termasuk dalam SIB. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro TM 2012, Muhammad Zulfadhly menyayangkan banyak mahasiswa yang tidak tahu dengan situs beasiswa ini. Situs yang telah diketahuinya semenjak semester tiga ini, telah pernah memberikannya beasiswa. “Sebaiknya mahasiswa lebih aktif dan peka lagi teradap informasi terkait kampus maupun beasiswa, dan juga situs SIB ada pembaharuan kembali agar lebih dikenal dan diakses oleh mahasiswa,” harapnya, Rabu (20/4). Hal serupa juga disampaikan oleh Efal Harpin, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2014 membenarkan minimnya informasi terkait situs SIB tersebut. “Saya baru mengetahui SIB belum lama ini. Terkait pembaharuan informasi memang belum tampak pergerak-
an,” ujar Efal, Rabu (20/4). Menanggapi hal itu, Zainur Syafni, SH., MM., Kepala bagian (Kasubag) Kemahasiswaan mengatakan bahwa SIB sebagai situs beasiswa telah disosialisasikan sebelumnya. Untuk beasiswa yang dimasukkan ke SIB tidak ada kriteria tertentu. “Setiap beasiswa yang masuk ke UNP akan dimasukan ke SIB. Tapi, untuk sekarang, SIB belum ada pergerakan kerena belum ada beasiswa yang masuk,” jelas Zainur, Kamis (14/4). Lebih lanjut, Zainur menyampaikan bahwa beasiswa yang telah terdaftar pada SIB, hanya berlaku untuk satu penerima besasiswa, sehingga mahasiswa yang telah mendaftar pada salah satu beasiswa yang terdaftar tidak dapat lagi mendaftarkan diri karena sistem akan menolak secara otomatis. Untuk mendaftar beasiswa, mahasiswa diharuskan login terlebih dahulu pada website http://sib.unp.ac.id. Sementara itu, terkait jumlah beasiswa yang masuk ke UNP tidak dapat dipastikan jumlanya karena setiap tahunnya selalu berbeda, tergantung pemberi beasiswa. Pada 2015 terdpat sembilan beasiswa yang masuk ke UNP, di antaranya Bank Nagari, Toyota, Bank BNI, VDMS, Semen Padang, BBM, Bank Indonesia, Lazis, dan PPA. “Untuk tahun ini, belum dapat dipastikan berapa jumlahnya,” tutup Zainur. Maida
GIBEI FE UNP Unggul dalam T om F air Trradc adcom Fair UNAND 2016 Dua tim Galeri Bursa Efek Indonesia (GIBEI) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Padang (UNP), Putera Sumatra dan Investor Muda meraih juara satu dan tiga dalam Trading Competition (Tradcom) GIBEI Fair Universitas Andalas (UNAND) 2016. Sebelumnya, acara ini mempertemukan 17 tim dari lima perguruan tinggi negeri seSumatra bagian Tengah, pada pada babak final, acara ini menyisakan lima tim dari tiga perguruan tinggi. Kelima tim tersebut di antaranya adalah Afera (Politeknik Negeri Padang), Berkshire dan Guardian of Justice (UNAND), dan serta Putera Sumatra Investor Muda (UNP). Acara berlangsung dari 22 Februari hingga 4 Maret untuk tahap pertama, dimana 17 tim melakukan trading saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tahap ini berupa simulasi perdagangan saham, dimana masing-msaing tim diberikan modal Rp100 jutaRp120 juta yang akan digunakan untuk jual beli saham. Salah satu anggota tim Putera Sumatra, Ardiansyah mengatakan bahwa pemilihan perusahaan tempat berinvestasi sudah ditentukan sejak persiapan awal sebelum lomba. Dari 524 perusahaan yang listing di BEI dilakukan analisis teknikal dan fundamental untuk melihat prospek perusahaan ke depannya. “Minimal dipilih
perusahaan yang harga sahamnya aman dan berpotensi akan naik selama dua minggu tersebut,” ungkapnya, Rabu (6/4). Lain halnya dengan tim Putera Sumatra, Qadra Hisna salah satu anggota tim Investor Muda mengatakan, untuk investasi, tim lebih memilih perusahaan yang milik negara. “Salah satu perusahaan yang kami pilih adalah Bank Rakyat Indonesia, karena perusahaan tersebut milik negara. Jadi, tidak mungkin ditutup,” ujar Hisna. Sementara, untuk penilaian lolos dari tahap awal adalah yang paling tinggi Capital Gain dan Net Realized Percentange. “Dari modal Rp100 juta kami dapat laba Rp10 Juta,” ungkap Hisna. Sementara tim Putera Sumatera mendapat laba Rp24 juta dengan modal Rp120 juta. Setelah lolos tahap tersebut, tim diminta untuk mempresentasikan analisis dalam memilih perusahaan selama trading di Gedung PSKD UNAND pada Minggu (6/3). Penilaian pada tahap ini berdasarkan ketepatan dalam analisis sekaligus kefasihan dan interaksi selama presentasi. Pembina GIBEI FE UNP, Erly Mulyani, S.E., M.Si., Ak., mengatakan bahwa prestasi yang dicapai GIBEI FE UNP tersebut membanggakan universitas. “Semoga prestasi ini meningkat ke nasional pada tahun berikutnya,” harap Erly, Rabu (6/4). Eka
INTER
18 UNP
Edisi No. 191/Tahun XXVII
UKFF
Pelantikan Rektor UNP
P elantikan: Usai pelantikan, Rektor UNP Prof. Ganefri, Ph.D berfoto bersama Wakil Rektor III UNP, Prof. Dr. Syahrial Baktiar, M.Pd dan Staf Ahli Kemenpora RI Bidang Ekonomi Kreatif, Joni Mardizal. f/Doc*
HMJ BK
Rektor terpilih UNP 2016-2020, Prof. Drs. Ganefri, M.T., Ph.D., telah dilantik oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak.. Pelantikan ini dilaksanakan pada Rabu (20/7) di Lantai II Gedung D Kemenristekdikti. Pengukuhan yang berlangsung pada 08.30 WIB, dihadiri oleh seluruh Wakil Rektor UNP, Dekan, Kepala Biro, Direktur Pascasarjana, sejumlah dosen, dan perwakilan guru besar serta beberapa panitia pelaksana pemilihan umum Rektor
rupakan program terbaru dari HMJ BK yang dilaksanakan dengan serangkaian lomba. “Serangkaian lomba akan dilaksanakan selama dua hari,” tambahnya, Jumat (29/4). Lebih lanjut, Dedi menyampaikan bahwa perlombaan yang akan diselenggarakan adalah penulisan artikel, turnamen futsal, bimbingan kelompok, tenis meja, uda-uni BK, mewarnai logo konselor, lomba menggambar tentang BK, desain logo HMJ BK, MTQ dan kaligrafi, serta lomba mengarang antar panti. Resti
Himafi
Seminar Akademik Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNP menggelar Seminar Akademik (Semak) Jurusan Fisika. Acara ini berlangsung di Lantai 5 Gedung Pascasarjana UNP, Sabtu (23/4). Agenda tahunan dari Himafi ini, mewajibkan mahasiswa Jurusan Fisika TM 2015 untuk mengikutinya, dan menghadirkan Zulhendri Kamus, S.Pd., M.Si. dan Zurian Affandi, S.Si. sebagai pemateri. Ketua Pelaksana, Rony Syahputra menjelaskan
bahwa Semak bertujuan untuk memberikan wawasan yang luas kepada Mahasiswa seputar Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dan kiat-kiat cepat tamat kuliah S-1. Zulhendri, membahas tentang PKM antara peluang dengan tantangan. Ia menjelaskan bahwa PKM merupakan kegiatan yang inovatif, cerdas, dan kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni. “PKM dapat memberikan pemicu kepada mahasiswa agar cerdas secara komprehensif dan kompetitif,” ujarnya. Fakhruddin
HMJ PLB
Hasilkan Prestasi Lewat Kreativitas Berpatisipasi dalam setiap ajang perlombaan dan pengembangan kreativitas membuat Komunitas Robotik Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) memperoleh sejumlah prestasi. Komunitas yang telah berdiri selama delapan tahun ini, dapat menghasilkan prestasi tiap tahunnya. Pada 2010, Komunitas Robotik memperoleh harapan 1 pada Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) di Bangka, yaitu pada divisi Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) beroda dan berkaki. Semakin semangat, pada 2011, tim ini kembali mengikuti KRPAI beroda pada KRCI Batam dengan menjadi pemenang robot terbaik. Komunitas yang biasanya menggunakan nama tim Gaza pada perlombaan ini, juga mengikuti kontes robot hingga tingkat nasional, yaitu di Institut Teknologi Bandung pada 2012 dan lolos pada
wa seminar ini sukses menumbuhkan minat peserta untuk menggeluti dunia wirausaha dengan bergabung menjadi agen dan distributor Al-Hawari. “Tercatat 130 dari 206 peserta berminat bergabung,” jelasnya, Minggu (1/5). Ketua Pelaksana, Wike Widya Putri menambahkan, 130 peserta tersebut akan diberikan pelatihan satu kali dalam seminggu selama satu tahun. “Tempat pelatihan ditentukan oleh Al-Hawari Tour and Travel,” tambahnya. Hamid
divisi KRPAI beroda, juara 2 pada Kontes Robot Seni Iindonesia (KRSI) serta juara 3 pada KRSBI pada 2013. Selain itu, komunitas yang beranggotakan 21 orang ini, juga memperoleh juara 2 dan 3 KRPAI beroda dan KRSI pada tahun lalu. Ketua Komunitas robotik tahun ini, Zul Saputra, Mahasiswa Teknik Elektro Industri TM 2012 mengatakan bahwa komunitas ini selalu berprestasi sejak tahun 2011. “Komunitas Robotik selalu mendapat peringkat dan tak jarang menjadi juara pada setiap ajang,” ungkapnya. Lebih lanjut, untuk komunitas ini, ia berharap agar kehadiran Komunitas Robotik selalu dapat mengembangkan kreativitas dan nalar mahasiswa. “Semoga mahasiswa di fakultas lain juga ingin bergabung dengan Komunitas Robotik untuk dapat mengembangkan kreativitas dan menghasilkan prestasi,” harapnya, Kamis (21/7). Hamid
Bakti Sosial dan Buka Bersama
Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus (UKKPK) UNP melaksanakan kegiatan bakti sosial dan buka puasa bersama, Senin (13/ 6). Kegiatan bakti sosial ini dilaksanakan di panti asuhan Puti Bungsu Dadok Tunggul Hitam Parupuak Tabing, setelah zuhur. Dilanjutkan dengan buka bersama yang dihadiri oleh seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) selingkungan UNP, bertempat di ruang sidang PKM. Agung Gumelar selaku
Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) mengadakan pameran foto anggota muda angkatan ke-7. Pameran foto ini berlangsung di taman samping Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP) dengan tema Show Your Creativity. Fadhilla Azherda selaku Ketua Pelaksana menyampaikan bahwa kreativitas dari masing-masing individu berbeda. “Dengan ini Kami menampilkan berbagai macam kreativitas dari anggotaanggota muda UKFF terutama di bidang foto,”
katanya, Jumat (10/6). Foto yang dipamerkan merupakan foto yang diambil oleh anggota muda UKFF dalam dua minggu terakhir, berjumlah sebanyak 47 karya. Ia juga mengatakan, pameran ini dilatarbelakangi oleh beberapa orang anggota muda UKFF yang tidak mengikuti diklat pada 13-15 Mei . “Semoga kawankawan tetap berkarya, karena masing-masing karya tidak dapat diukur dengan apa pun oleh keunikan dan kelebihan dari masing-masing karya tersebut,” tutupnya. Okta
UKBA
UKKPK
Seminar Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) mengadakan Seminar Nasional Kewirausahaan Minggu (1/5). Acara berlangsung di Aula PLB kampus cabang Limau Manis Universitas Negeri Padang. Acara yang bertema Pemanfaatan Teknologi untuk Menciptakan Pengusaha Muda yang Kreatif dan Inovatif ini, menghadirkan owner Al-Hawari Tour and Travel, Ahmad Rafiola sebagai pemateri. Ketua Hima PLB, Fauzi Irwanto mengatakan bah-
UNP. Kepala Biro Administrasi dan Akademik Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, S.E. mengatakan bahwa acara pelantikan berjalan dengan lancar dan khidmat. “Semoga dengan rektor baru ini, UNP menjadi lebih maju lagi ke depannya,” harapnya. Selain itu, ia juga berharap agar UNP menjadi World Class University (WCU) pada 2020. “Sebab, UNP telah dicanangkan untuk menjadi WCU oleh rektor sebelumnya,” jelasnya. Ermi
Komunitas Robotik
Program Baru BK Fair Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP menyelenggarakan BK Fair pada Jumat (29/4). Acara ini berlangsung di Auditorium FIP UNP yang diikuti oleh sekitar 200 peserta. Peserta yang bergabung di dalamnya terdiri dari SD, SMP, dan SMA serta mahasiswa BK se-Sumbar. Pada acara yang bertema Membangun Asa Merangkai Mimpi Meraih Cita ini, Dedi Timoti Silitonga selaku Ketua Pelaksana mengatakan, BK Fair me-
Pameran Foto
Ketua Pelaksana mengatakan bahwa bakti sosial ini telah menjadi agenda tahunan yang diangkatkan oleh anggota muda UKKPK. “Kali ini yang ketiga kalinya kami membagikan pakaian, sembako, beserta uang tunai yang dananya dari donasi dan sponsor,” jelasnya. Ketua Umum UKKPK, Dicky Irawan mengungkapkan bahwa buka bersama ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama aktivis UNP. Fauziah, Maida
English Debate Training Unit Kegiatan Bahasa Asing (UKBA) menggelar English Debate Training 2016 dengan tema Knowledge, Experienced, and Wise se-Sumatra Barat (Sumbar). Acara itu berlangsung di Aula Imam Bonjol Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumbar, Sabtu (16/4). Ketua Pelaksana, Ongky Andriawan mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai persiapan siswa SMA dan guru untuk mengikuti National School Debating Campionship (NSDC) yang diadakan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan pada 20 April. Selain itu, acara ini juga ber tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada guru dan siswa SMA tentang debat bahasa Inggris. Wakil Rektor IV UNP, Dr. Ardipal, M.Si. dalam sambutannya menuturkan bahwa saat ini, Indonesia berada dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sehingga semua orang bebas untuk mencari pekerjaan di Indonesia. “Kita harus profesional di bidang masing-masing,” tutupnya. Ermi
Jurusan Sendratasik
Pagelaran Ensiclavertee Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni UNP kembali menggelar Ensambel Musik, yang dinamai Ensamble Music Class Vertion of Thirteen (Ensiclavertee), Kamis (19/5). Ini merupakan pergelaran yang diadakan kesepuluh kalinya. Pergelaran ini merupakan hasil akhir dari mata kuliah Ensambel Musik dan melibatkan 80 orang mahasiswa Sendratasik TM 2013. Erfan Lubis, salah satu pembina mata kuliah Ensambel Musik mengatakan bahwa acara ini diselenggarakan atas dasar ke-
sepakatan antara dosen pembimbing dan mahasiswa. “Kami sebagai dosen pembimbing hanya memfasilitasi,” ungkapnya. Dr. Ardipal, M. Pd., Wakil Rektor IV UNP sekaligus membuka pergelaran secara resmi mengatakan bahwa ia merasa bangga dengan FBS khususnya Sendratasik dan Seni Rupa. Sepengamatan Ardipal, mahasiswa Sendratasik dan Seni Rupa memiliki potensi yang tinggi. “Kalau bisa Sendratasik dan Seni Rupa menjadi ikon UNP,” tuturnya. Windy
UKK
Tebar Seribu Takjil Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) UNP berbagi takjil kepada pengguna jalan yang melintas di Jalan Raya Prof. Dr. Hamka, depan kampus UNP, Sabtu (11/6). Ada 100 paket takjil yang dibagikan di jalan raya tersebut dan 250 paket di Masjid Raya Al-Azhar UNP. Pengguna jalan, baik sepeda motor maupun mobil antusias saat mahasiswa dari UKK UNP membagikan takjil. Hal ini terlihat tiga menit sebelum waktu berbuka masuk, takjil telah habis dibagikan di jalan raya. Takjil juga dibagikan
kepada anak yatim dan mahasiswa UNP di Masjid Raya Al-Azhar. Menyelenggarakan Tebar Seribu Takjil ini, UKK UNP bekerja sama dengan Lembaga Kemanusian Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Padang dan Laskar Sedekah. “Tugas UKK di sini yaitu mencari donasi, selanjutnya PKPU yang mencari anak yatim, cattering, dan santunan. Begitu juga dengan Laskar Sedekah yang menyediakan takjil,” ucap Usamah Sya’ban, Ketua Pelaksana Semarak Ramadan Kampus. Jimi
Edisi No. 191/Tahun XXVII
SEPUT AR MAHASISW A SEPUTAR MAHASISWA 19
Sosok Rektor Idaman Mahasiswa Hai pembaca setia Ganto! Masa jabatan Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram akan berakhir tahun 2016 ini. UNP akan segera memilih Rektor baru untuk periode 2016-2020. Berdasarkan peraturan dan tata cara pemilihan calon Rektor UNP periode 20162020, pemilihan calon rektor dilakukan oleh senat universitas bersama dengan Menristekdikti dalam rapat senat universitas yang khusus diadakan untuk itu melalui pemberian suara. Menteri memiliki 35% hak suara dari total pemilih dan Senat Universitas 65% hak suara dari total pemilih serta masing-masing anggota senat memiliki hak suara yang sama. Selanjutnya, menteri akan menetapkan pengangkatan rektor terpilih menjadi rektor dengan ketentuan rektor terpilih adalah calon rektor yang memeroleh suara terbanyak (www.ganto.or.id). Berdasarkan informasi di atas, bagaimana pendapat mahasiswa terkait sosok rektor baru UNP?
P
emimpin sejatinya merupakan sosok yang menjadi panutan dalam bertindak ataupun bersikap. Ia harus memberi contoh dan teladan yang baik kepada rakyatnya sebagai manifestasi dari status pemimpin yang dimilikinya. Akan tetapi, dengan justifikasi yang berlebihan terhadap sosok pemimpin, kita seperti mengkultuskan bahwa semua pemimpin merupakan orang-orang hebat yang memiliki sikap dan karakter yang jauh lebih unggul dibandingkan orang lain. Umumnya hal ini terjadi karena kita melihat pemimpin hanya dari satu sisi, yaitu dari aspek luarnya saja, tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya terjadi di balik sosok seorang pemimpin. Menurut dasar negara Indonesia, seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah, ing ngarsa sung tuladha, pemimpin harus mampu besikap bijaksana dengan sifat dan perbuatannya yang menjadikan dirinya sebagai pola anutan dan ikutan bagi orangorang yang dipimpinnya. Kebijaksanaan di sini dapat diartikan sebagai kecakapan bertindak dalam menghadapi suatu masalah. Pemimpin juga perlu meminta pendapat orang lain bagaimana baiknya, karena ia tau bahwa kebijaksanaannya ini nantinya akan membawa pengaruh atau dampak yang cukup besar. Lalu, ing madya mangun karsa. Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya. Untuk menjadi pemimpin tidak hanya sekadar mempunyai kekuasaan semata, melainkan lebih dari itu. Dari semuanya yang harus dimiliki pemimpin adalah sifat dan karakter. Kedua hal itulah yang memang akan menunjang agar dapat membentuk seorang pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya. Menjadi pemimpin ada kalanya terdengar menyenangkan karena bisa melakukan ini dan itu semakin di batas wajar kekuasaan. Namun, jika tidak bisa menjadi pemimpin yang baik, bersiap-siaplah untuk dilengserkan, atau malah tidak dianggap oleh rakyat. Terakhir, tut wuri handayani, pemimpin harus mampu men-
dorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. Di balik kepercayaan diri seorang pemimpin, sejatinya tersimpan ketakutan besar dalam dirinya. Ketakutan seorang pemimpin membuatnya merasa memiliki tanggung jawab yang sangat besar dan berusaha dengan sebaik mungkin mengatasi ketakutan itu dengan komitmen dan dedikasinya yang tinggi pada setiap aktivitasnya. Menjadi seorang pemimpin bisa mencakup ke dalam beberapa posisi. Pemimpin di rumah tangga, pekerjaan, ataupun di masyarakat. Dari semua lingkup untuk menjadi seorang pemimpin, karakter dan sifat itulah yang menjadi landasan utamanya, termasuk juga pemimpin di sebuah perguruan tinggi. Sebuah perguruan tinggi dipimpin oleh seorang rektor. Masa depan suatu perguruan tinggi tentu berada pada tangan seorang rektor karena seorang rektor akan membawa harapan baru bagi seluruh civitas akademika perguruan itu sendiri. Begitu juga di Universitas Negeri Padang. Seiring berakhirnya masa jabatan Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Phil. Yanuar Kiram, UNP telah melakukan pemilihan rektor baru pada 16 Juni 2016. Pemilihan tersebut diselenggarakan berdasarkan peraturan dan tata cara pemilihan calon rektor yang dilakukan oleh senat universitas bersama dengan Kementrian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) dalam rapat senat universitas (ganto.or.id). Prof. Drs. Ganefri, M.T., Ph.D terpilih sebagai Rektor UNP periode 2016-2020. Ketua Panitia Pemilihan Rektor UNP, Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum mengatakan bahwa total suara pada pemilihan calon rektor ini adalah 126 suara dengan rincian 82 suara dari senat universitas dan 44 suara dari menteri. Hal ini sesuai dengan persentase hak suara, yakni menteri memiliki 35% hak suara dari total pemilih dan senat universitas 65% hak suara dari total pemilih.Dari 126 suara tersebut, Ganefri memeroleh 63 suara, Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram 40 suara, dan Prof. Dr. Syamsul Amar B., M.S. 23 suara. Dengan terpilihnya rektor baru, Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto UNP melakukan jejak
pendapat dalam bentuk polling yang disebarkan oleh bagian Riset subdivisi Penelitian dan Pengembangan terkait harapan mahasiswa terhadap rektor terpilih tersebut. Polling berupa angket yang terdiri dari empat pertanyaan yang di sebar pada 400 mahasiswa UNP. Data angket didapatkan dengan metode random sampling yang diambil secara accidentil. Dari keseluruhan responden yang mengisi polling, hanya 40.80% yang mengetahui adanya pemilihan rektor baru di UNP. Sementara, 57.33% responden lainnya tidak mengetahui bahwa pemilihan rektor UNP diadakan pada Juni 2016 ini. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah seorang mahasiswa Jurusan Fisika TM 2013, Ulvia Oktaviani bahwa
pemilihan rektor UNP yang diselenggarakan secara tertutup, membuat kebanyakan mahasiswa UNP itu sendiri tidak mengetahuinya. “Siapa pun yang terpilih nanti, semoga menjadikan UNP lebih baik,� harapnya, Senin (30/5). Meskipun banyak dari mahasiswa UNP yang tidak mengetahui hal tersebut, harapan yang besar terletak pada rektor terpilih. Berdasarkan polling yang telah disebarkan lebih dari separuhnya berharap bahwa rektor yang telah terpilih senantiasa akan merangkul, membimbing, serta mendukung setiap aspirasi mahasiswa. Kemudian, 20% dari responden berharap bahwa rektor terpilih nantinya akan mengikutsertakan seluruh sivitas akademika UNP dalam mengambil kebijakan internal
kampus. Sementara, 13.54% lainnya juga berharap bahwa nantinya rektor terpilih akan memberikan apresiasi lebih terhadap mahasiswa berprestasi yang aktif dalam organisasi. Terlepas dari sosok rektor harapan mahasiswa tersebut, harapan mahasiswa terhadap rektor yang telah terpilih pada Juni lalu berdasarkan hasil polling, yaitu sebanyak 52.81% mahasiswa berharap, dengan terpilihnya rektor baru UNP ini, pelayanan kampus akan menjadi lebih baik. Kendatipun demikian, untuk menjadikan pelayanan ini menjadi lebih baik, upayanya tidak saja dari rektor, juga dibutuhkan sinergi dan kerjasama dalam menjalankan tugas masing-masing sivitas akademika UNP (SKK Ganto Edisi 189).
SASTRA BUD AYA BUDA
20
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Cerpen
Jihad
KRITIK SAJAK
Oleh Fadhillah Muhammad Rifa
Setelah Perang Dunia Ketiga, dunia telah dikuasai oleh pemikiran sekuler. Manusia tidak mempercayai Tuhan lagi. Dunia bertransformasi ke kekayaan intelektual nan hedonis. Sebaliknya, mereka malah menuhankan dunia, bahkan diri sendiri. Tetapi, di beberapa belahan dunia, beberapa orang sepertiku, seperti kami, masih berpegang teguh kepada Islam, agama Allah yang disebarkan melalui perantara-Nya, Nabi Muhammad Saw. Untuk membangun kekuatan, kami membentuk Lembaga Riyadush Shalihin, sebuah lembaga dakwah, di Gladwell City. Kami berpusat di daerah kecil bernama Dedikof. Pergerakan kami secara diamdiam, namun terstruktur. Tujuan kami adalah mewujudkan kembali kebenaran Islam di muka bumi. Wisdomes City, 20 Juli 2819 “Sudah aku katakan Allah itu tidak ada!” teriak sipir penjara itu, sipir penjara atheis. Aku hanya tersenyum. “Kalau Tuhan memang ada, coba buktikan bagaimana Tuhanmu akan membebaskanmu dari tempat ini!” teriak sipir penjara yang lain. Aku lalu tertawa—menertawakan tingkah mereka yang tidak lagi mengakui eksistensi Tuhan. Untuk selanjutnya, aku hanya dapat merasakan pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan, di sekujur tubuhku, diiringi segala macam kata cacian dan umpatan. *** Malam harinya, seorang sipir penjara kembali datang ke selku. Mereka seolah belum puas menyiksaku. Tujuan sipir penjara itu adalah ingin menginterogasiku. “Nama?” tanyanya dengan pentungan di tangan kanannya. Meski tubuhku penuh memar, dia tidak berani melepas borgol yang mengikat kedua tanganku. KRITIK CERPEN “Alexandria!” jawabku dengan suara serak, namun tegas. “Pekerjaan?” tanyanya lagi. “Mahasiswa Jurusan Filsafat!” “Kami mendapatkan laporan bahwa kau telah menyebarkan ajaran kuno kepada masyarakat!” “Bukan ajaran kuno, tapi kebenaran Tuhan,” ralatku. “Kebenaran akan Tuhan katamu? Apa alasanmu?” tanyanya pongah. “Tuhan itu ada. Dialah Allah Yang Maha Esa, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, yang ...,” belum habis ucapanku, pentungan sudah melayang ke pipiku. Darah pun mengalir dari bibirku. Wisdomes City, 21 Juli 2819 Aku tidak pernah sedih dipenjara karena menegakkan kebenaran. Sedikit pun tidak pernah. Yang menyedihkan hatiku adalah ibuku atheis. Beberapa bulan lalu adalah hari
terakhir pertemuan kami. “Ibu! Aku percaya Tuhan itu ada!” kataku dengan penuh lemah lembut. “Jangan bicara sembarangan anak ingusan, atau kau akan mati!” balasnya dengan geram. Dia selalu marah setiap aku mendebatkan tentang Tuhan. Dia tak segan-segan memukulku, bahkan sampai mengusirku dari rumah. Walau aku sangat menyayanginya, aku terpaksa meninggalkan rumah. Takdir lalu mempertemukanku dengan Guru Toha. Beliau menguatkanku tentang keyakinanku terhadap Tuhan. “Inilah hari di mana kata-kata menjadi cahaya. Allah Maha Besar,” kata Guru Toha pada suatu pengajian. Dan sekarang, aku berada di dalam penjara karena ulah ibu. Dialah yang melaporkanku. Eyota City, 24 Juli 2819 Aku dipindahkan ke sel tertutup di Eyota City. Beberapa menit setelah melaksanakan tahajud, aku mendengar derit pintu selku. “Silahkan masuk!” kata seorang sipir penjara. “Lakukanlah apa yang harus kau lakukan!” titahnya. Sipir penjara itu meninggalkanku dengan seorang yang sepertinya pernah kukenal. “Baik, terima kasih,” jawabnya. Benar, suaranya tak asing lagi bagiku. Aku tatap wajahnya dalam-dalam. Tak salah lagi, memang dia, Abu Marwan, sahabatku. Kami teman sepermainan dan sepemikiran. Dia juga mahasiswa sepertiku. Jurusan Psikologi menjadikannya sebagai seorang psikolog ternama. Dia juga sama sepertiku, anggota Lembaga Riyadush Shalihin. Pandai sekali dia menyamar. Hampir saja aku tidak mengenalinya. “Kenapa kau bisa sampai di sini?” tanyaku. “Kamu tahulah pekerjaanku. Mereka memerintahkanku untuk menemui dan memeriksa kondisi kejiwaanmu.” “Apa mereka sudah menganggapku gila?” timpalku. Marwan tersenyum. “Walaupun sedang dipenjara, paras wajahmu tak menunjukkan kamu dalam kondisi tertekan,” katanya. “Terima kasih,” balasku. Aku menjawab berbagai pertanyaannya yang keluar dari mulutnya. Semuanya terkait kondisi kejiwaanku. Aku menjawabnya santai. Ini hanya semacam drama. Eyota City, 2 Agustus 2819
Seorang sipir penjara menghampiriku. “Selamat pagi!” “Aku tak perlu menjawabnya, bukan?” kataku mengejek. “Kau remaja yang cukup bernyali juga, ya!” Matanya menatap tajam kepadaku. “ A p a kau tetap percaya Tuhan?” tanyanya sambil menyunggingkan senyum. “Aku akan meyakininya sampai kapan pun,” jawabku mantap. “Terserah kau! Persid a n g a n m u
sedang mengelabui kita semua, Pak Hakim!” “Biarkan tersangka melanjutkan pembelaan!” Hakim memukul palu. “Pak Hakim, ketika masih kecil, saya selalu bertanya kepada ibu, siapa yang menciptakan matahari, bulan, dan bintang? Beliau menjawab bahwa semua itu terlahir begitu saja, tak ada yang menciptakan ....” “Ibumu benar, Nak!” Pak Hakim memotong. “Tidak! Ibuku salah, bahkan kita semua salah. Tuhan y a n g
jawaban, bahwa Tuhan yang menciptakan semesta raya ini.” Semua terhening, seluruh yang hadir menunduk, terdiam, dan berpikir. Bahkan gesekan sepatu dari salah seorang hadirin begitu jelas terdengar. Detak jarum jam juga terdengar lebih nyaring dari biasanya. Sidang pun berlanjut. Saksi-saksi didatangkan. Akhirnya sidang di tutup dengan hasil: keputusan akan di umumkan dua hari lagi. Aku hela nafasku panjang, aku bersyukur hakim tidak menanyaiku lebih banyak. Aku takut. Ini kasusku sampai merangsek ke Lembaga Riyadhus Shalihin, dan diketahui pemerintah dan semua perjuangan kami terhenti sia-sia, dan bahkan semua teman-temanku juga akan mengalami nasib yang sama denganku. Tidak. Ini adalah sebagian dari perjuangan kami. Eyota City, 5 Agustus 2819 “Ya Allah, aku tau Engkau Maha Mengetahui segalanya. Mengenai hasil sidang nanti, aku serahkan semuanya pada-Mu , ya Allah, amin.” Itu penggalan
dilaksanakan besok. Kita lihat apakah Tuhanmu akan menolongmu!” Eyota City, 3 Agustus 2819 “Alexandria, Mahasiswa jurusan Filsafat, Ayajewar of University. Dengan tuduhan menyebarkan ajaran-ajaran kuno kepada masyarakat. Dengan tuntutan, hukuman kurungan penjara seumur hidup. Tersangka diberikan waktu untuk melakukan pembelaan. “ Aku pun berdiri melakukan pembelaan. “Pak Hakim, saya yakin dalam nurani Anda, Anda percaya ada kekuatan yang lebih hebat dari manusia. Itulah fitrah kita. Meyakini ada kekuatan dan kedigdayaan yang lebih kuasa dari diri sendiri. Dan itulah yang kita rasakan, semua yang hadir di sini!” “Pak Hakim!” Jaksa Penuntut bediri. “Dia mahasiswa filsafat. Dia
menciptakan alam semesta ini.” Pak Hakim dan Penuntut Umum diam seribu bahasa. Begitu pula semua yang hadir. Tak ada terdengar satu suara pun. Semua sibuk dengan pikiran sendiri. “Pak hakim, sadarlah! Dia tengah menebarkan kebohongan kepada kita semua!” Jaksa penuntut kembali berdiri, suaranya menggema ke seluruh ruangan. Hakim memukul palu tiga kali. “Biarkan aku bertanya,” katanya. “Sejak kapan kau percaya Tuhan?” Hakim menatapku tajam. “Berawal dari pertanyaanku dari kecil, akhirnya aku pun memutuskan untuk belajar Ilmu Filsafat. Aku pikir mungkin akan menemukan beberapa sederet nama yang menciptakan alam ini. Tapi hasilku nol besar. Aku tak menemukan deretan nama-nama manusia, justru dari sana aku menemukan
doaku sehabis shubuh. Aku siap mendengarkan keputusan. Dua jam kemudian, Keputusan dibacakan oleh hakim. “Mengingat terdakwa telah melanggar UU No. 284 pasal 1, tentang ajaran kuno. Menimbang. . . .dst. Memutusan: Alexandria, umur 21 tahun. Mahasiswa Jurusan Filsafat, Ayejiwar of University. Menerima Hukuman Penjara Seumur Hidup. Semoga ini menjadi sebuah pelajaran, agar tidak ada lagi yang mencoba untuk menyebarkan bentuk-bentuk pemikiran apapun tentang Tuhan, tentang ajaran-ajaran kuno.” Semua para hadirin hening, mata mereka pun berkaca-kaca. Aku kembali diseret masuk kedalam sel, penjagaan semakin perketat. Yang dapat aku lakukan hanyalah mempasrahkan dan bermunajat kepada Allah, memohon yang terbaik. (*)
SASTRA BUD AYA BUDA
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Sajak
21
KRITIK SAJAK
Kala dalam Karya Cinta Sepasang Tua
(Intertekstualitas, Rima, dan Amanat)
Ada yang menggelepar di suatu malam tanpa bintang Sesudah kugerendel perjamuan Di lubuk hati ia berdenyar Sebuah tatap dari mata hitam yang rasanya pernah merasuk dalam bola mataku “Mengapa kaunamai kedai tuakmu dengan martohap? Tidakkah namanya lebih berarti untukmu?” tanyamu menikam jantungku Hatiku berdenyut ngilu, geletar tubuhku Tumbang dalam penghujung malam Ingin kuteriakkan isak pada kelamnya langit Ah, kini kau telah tua, begitupun aku Sanggulku telah berubah perak tak ubahnya rambutmu yang bau tembakau “Lalu untuk siapakah kau pulang?” umpat hatiku yang berpuluh tahun rela menapaki kesendirian Bahkan hingga kini kau tak pernah benar-benar datang Saat angin menelisik berseliweran Hanya mata tuamu yang masih saja kulihat sama: ada sejuk aliran sungai, ada gugusan kabut pagi Hijaunya bukit kampung kita, Dan ah, Ada cinta untukku Elin Nofia Jumesa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2014
Tak Hilang
Sedetik
Sayup subuh Beriringan lantunan tabuh Mentari kian terbasuh Oleh detak yang menggigilkan tubuh Bersenandung meyambut gemuruh
Berhenti sedetik dari bernafas Detak jantungmu mengusik daun Merenggutnya dari ranting. Berhenti sedetik menatap Matamu banyak membinasakan harap yang menjalar. Sedetik saja tautkan bibirmu Terlalu sering luka mengindahkannya Sejenak, sedetik saja. Pisahkan kakimu dari pijakan Angkuhkan asamu dari angan. Sedetik. Buang masamu untuk sedetik tak lakukan. Sanggupkah?
Masih saja pekat Dengan ketukan para pemahat Lalui surat kecil dari isyarat Tentang engkau yang tak berkarat Di penghujung untaian-untaian amanat Tabir mulai terungkap Menjajahi air mata yang kudekap Lalu’ angin murung menghapus harap Pada siang ku kembali terlelap Ia teleh terbang Dipupus subuh ia melayang Tertutup kabut berpenghalang Aku penjarakan lamunan dalam bayang Bayang yang tak enggan hilang
Nabela Putri Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2015
Laila Marni Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015
Utami Dewi Pramesti, M. Pd. Kala (atau sering kita sebut waktu) merupakan bilangan perjalanan hidup manusia. Rentangan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun bahkan milenium tak terhitung menjadi galaksi penciptaan karya sastra. Bagaimana inspirasi, interpretasi, dan kreativitas terhadap kala dituangkan dalam puisipuisi edisi ini? Dalam dunia penulisan karya sastra, saling memengaruhi bukan hal yang tabu. Julia Kristeva menegaskan setiap teks merupakan mozaik kutipan-kutipan dan penyerapan serta transformasi dari teks-teks lainnya. Artinya, sebuah karya sastra bisa saja lahir atas dasar karya sastra lain yang lahir sebelumnya. Puisi pertama Cinta Sepasang Tua mengaitkan kala dalam intertekstualitas. Bagi pembaca yang pernah membaca cerpen Kompas 2010, mendengar diksi ini tentu samar-samar, tetapi kenal. Mendengar nama ini, seperti ditarik kembali pada memori kala membaca cerpen Ada Cerita di Kedai Tuak Martohap karya Timbul Nadeak. Salah satu cerpen terbaik Kompas saat itu “diduga” menginspirasi penulisan puisi ini. Sepintas, ketika membaca puisi pertama, penggambaran latar yang realistik bercampur metaforik begitu kental terasa. Pembaca seolah diajak mengikuti “alur” cerita yang dramatis melalui deskripsi latar sederhana nan apik. Penempatan dialog yang diolah lebih cerdas dan tangkas lagi bisa memperkuat isi dan makna puisi ini. Penulis pandai menghanyutkan pembaca pada alur cerita sehingga bisa jadi pembaca lupa bahwa ini puisi, bukan prosa. Ya, karena puisi pertama ini “berasa cerpen“. Setiap lariknya seolah paragraf prosa yang menaburkan kisah
dan suasana. Pada puisi kedua, kala menjiwai isi puisi yang dianyam dalam rima yang menarik. Perimaan atau persamaan bunyi pada akhir setiap larik menjadi salah satu ciri puisi lama, seperti syair dan pantun. Puisi Tak Hilang ini tidak menghilangkan kekhasan puisi lama tersebut. Diksi rima setiap larik begitu cantik sehingga membentuk bunyi yang harmonis. Diksi tersebut dipadupadankan serasi tanpa mengaduk acak makna tiap baitnya. Penyusunan rima yang harmonis akan semakin apik bilamana dikuatkan dengan kejeliaan menali bait demi bait agar lebih utuh maknanya. Keindahan setiap bait puisi seolah berdiri sendirisendiri. Larik penghubung diperlukan untuk menalikan koherensi tiap bait agar indah dan bermakna utuh. Rima menjadikan puisi cantik, tetapi kekuatan puisi adalah keterdalaman dan keutuhan makna. Ketidakjelian menali tiap bait dapat menghamparkan “rasa” bahkan membuyarkan makna utuh sebuah puisi. Pengkalaan semakin terasa pada puisi ketiga. Walaupun judulnya Sedetik, makna dan amanat puisi begitu mendalam, tak sesingkat judul. Penulis mengajak pembaca untuk sedetik saja berkontemplasi dan merenung tentang perjalanan kita mengayam waktu: menilik masa lalu untuk memperbaiki hari ini dan hari depan. Apakah hidup kita telah benar-benar utuh? Tidak sekadar jadi manusia, tetapi insan berbudi bahasa? Terjagakah setiap panca indera kita? Tidak meninggalkan luka? Coba renungkan walau sebentar saja. Hanya SEDETIK! Kala dan karya yang menginspirasi ketiga puisi ini setidaknya mendeskripsikan sekelumit dari hidup dan kehidupan. Kala dapat diwujudkan dalam intertekstualitas karya; mewujud dalam rima, serta menjiwai dalam balut amanat. Selamat untuk ketiga puisi yang terpilih ini. Puisi yang terpatri adalah puisi menyentuh dan menginspirasi. Teruslah menulis untuk berkarya dan “mengabadikan” nama.
C ATATAN BUD AY A BUDA
Sambalado Oleh Hari Jimi Akbar Suatu siang, ketika lapar menyerang, saya singgah di sebuah Rumah Makan (RM) Padang. Dari luar, tampak berbagai jenis masakan Minangkabau, seperti rendang, pangek ikan, gulai cincang, dendeng balado, ayam pop, soto padang, dan sebagainya. Karena semua terlihat membangkitkan selera, saya pun bingung mau pilih mana. Setelah berpikir sejenak, saya akhirnya memesan gulai kepala ikan kakap disertai sambalado. Ah, betapa nikmatnya makan bersila di lantai kayu RM Padang sambil ditemani segelas teh es! Mungkin, Anda bisa merasakan, bukan teh es atau gulai kepala ikan kakap yang membuat makan saya bersemangat, tapi sambalado. Jamaknya orang Minang, makan nasi tanpa lado (cabe) belum dapat dikatakan sebenar-benarnya makan. Sambalado, yang secara harfiahnya berarti cabe
dijadikan samba (lauk-pauk), telah membuat lidah saya bergoyang karena menahan pedas yang nikmat. Belakangan hari, sambalado menjadi judul lagu biduan dangdut, Ayu Ting Ting. Lagu “sambalado” fenomenal karena sangat digemari masyarakat Indonesia. Buktinya, video klipnya di Youtube, diganjar penghargaan dari Hits Records Awards untuk video klip yang berhasil mendapatkan 10 juta viewers dalam kurun dua bulan. Meski nyeleneh, siapa sangka lagu tersebut mengandung falsafah hidup. Menurut penciptanya, Dadan Ind., lagu “sambalado” memiliki makna, jaga lidah atau jangan asal bicara, sebab lidah itu panas seperti bara api, seperti sambal. Hal ini tertuang dalam bait lagu berikut, “Di dalam lidahmu itu mengandung bara api yang membakar hati. Di dalam lidahmu itu mengandung racun tikus
yang mematikannya.” Memang, bara api dan racun tikus merupakan perumpamaan bagus untuk menyindir orang-orang yang tidak bisa mengontrol lidahnya. Mereka tidak sadar bahwa lidah itu lebih tajam dari pedang dan bisa melukai hati orang mendengarnya. Sebagai makhluk dianugerahi akal, manusia wajib berpikir sebelum berkata; terlebih seorang pemimpin. Adalah Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama, atau lebih akrab disapa Ahok, terkenal dengan gaya komunikasi politiknya yang keras dan pedas. Ahok suka ceplas-ceplos, frontal, dan bahkan terkesan merendahkan lawan bicara. Banyak sekali media, baik cetak maupun tidak, memberitakan gaya komunikasi Ahok ini. Sekadar menyebutkan, salah satu contohnya saat Ahok diwawancarai dalam sebuah acara stasiun televisi yang disiarkan
langsung. Sewaktu ditanyakan tentang perannya dalam kasus Rumah Sakit Sumber Waras, Ahok mengatakan, “Lu koran apaan sih, berita lu basi.” Huh, seperti sambalado saja, membuat merah kuping orang yang mendengarnya. Ironisnya, Ahok dan para pendukungnya dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang akan diselenggarakan pada 2016, menyatakan bahwa ini merupakan bentuk ketegasan dalam memimpin. Pencalonan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi polemik tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat DKI Jakarta, karena gaya kepemimpinannya, yang menurut pendukungnya yang bergabung dalam Teman Ahok, merupakan gaya kepemimpinan yang baik. Hal inilah yang dikritik oleh banyak kalangan, baik negarawan maupun masyarakat
awam. Menurut tokoh-tokoh Tionghoa sendiri, Ahok dengan gaya kepemimpinannya telah menimbulkan kesan di benak masyarakat Indonesia bahwa semua orang Tionghoa memiliki gaya komunikasi seperti itu. Pendapat bermuatan sara seperti ini harus dicegah bersama-sama. Sebagai pemimpin, Ahok seharusnya tahu mana yang bisa disampaikan di hadapan publik dan mana yang hanya boleh di dalam ruangan. Boleh saja tegas, tapi jangan pakai emosi. Bukan hanya Ahok, siapa pun pemimpinnya, jika memiliki gaya komunikasi politik yang baik, tentu akan dekat dengan rakyat yang dipimpinnya. Jujur, tentu saja! Akhir kata, hidup seperti sambalado yang hanya nikmat di mulut saja harus dijauhi bersama. “Gaya kepemimpinan rancak bana.” (*)
RESENSI
22
Edisi No. 191/Tahun XXVII
Menaklukkan Deadline Berita Televisi Judul
: Deadline; Menaklukkan Rintangan Menulis Berita Televisi : Nuesalim : Andi :2015 : xiv+178 halaman
Penulis Penerbit Cetakan Tebal
“Pekerjaan yang tak kunjung bisa diselesaikan adalah pekerjaan yang tak kunjung pernah dimulai.”—JRR Tolkien.
Tepat deadline merupakan hal utama dalam dunia jurnalistik, terlebih pada media televisi. Hampir semua tugas reporter ada batas waktunya.
Kadang, tugas tersebut harus selesai dalam sehari, hitungan jam, bahkan hitungan menit. Melewati deadline berarti kegagalan menayangkan berita kare-
na dianggap sudah basi. Langkah awal dalam menaklukkan deadline adalah selalu menjaga semangat menjadi nomor satu. Dengan semangat, kita bisa menaklukkan berbagai rintangan dalam menulis berita televisi. Rintangan itu bisa berupa kesulitan menulis bentuk berita, tidak tahu mana yang menarik untuk ditulis, kesulitan menulis judul, lead, dan mengembangkannya menjadi badan naskah lengkap, atau kesulitan lainnya. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari banyak tokoh dan penggiat pers, seperti Jakob Oetama, Karni Ilyas, Yurnaldi, dan sebagainya. Kita bisa menapak tilas jejak-jejak mereka untuk dijadikan guru. Setelah memiliki semangat nomor satu, kemenangan reporter dalam menaklukkan deadline dilakukan lewat perencanaan yang baik. Dalam menulis berita televisi, kita harus cermat dan teliti dalam membuat rancangan berita, mulai dari angle, narasumber, sederet pertanyaan, kebutuhan gambar, hingga sejumlah data awal sebagai pengantar jika ada. Apabila perencanaan tersebut sudah dilakukan, maka proses lain, seperti meliput, membuat nas-
kah, dan mengedit naskah akan mudah dilakukan hingga ke tahap berita itu ditayangkan (mixing). Contoh, untuk kasus ogahnya pengguna mobil pribadi pindah ke busway pada 6 November 2007, ini merupakan data awal. Sementara, angle-nya berupa pertanyaan “mengapa busway kurang diminati pengguna mobil pribadi?” Contoh lainnya adalah perencanaan liputan bencana. Dalam menyusun daftar pertanyaan, kita harus memperhatikan urutan (kronologis) terjadinya bencana tersebut. Bencana hujan angin, misalnya. Desa mana saja yang diterjang hujan angin? Dari sekian desa itu, paling parah di mana? Berapakah data rumah roboh dan rumah rusak ringan? Adakah korban jiwa (luka, meninggal)? Adakah kerusakan selain rumah? Apakah pohon tumbang? Atau mungkin sawah rusak? Apa saja yang dilakukan warga saat hujan angin terjadi? Apa saja yang dilakukan warga setelah hujan angin terjadi? Adakah aparat di lapangan? Melakukan apa? Nah, jika kita sudah menyelesaikan rancangan berita yang baik, itu artinya sama dengan kita telah membuat naskah ce-
merlang. Menulis berita televisi satu paket kerjanya dengan liputan, karena semua bahan menulis (data dan gambar) didapat dari lapangan. Perencanaan adalah salah satu cara terbaiknya. Buku Deadline; Menaklukkan Rintangan Menulis Berita Televisi ini berisi 19 tulisan membongkar teknik untuk mengatasi persoalan-persoalan tentang menulis naskah berita televisi. Selain bahasa sederhana, buku ini juga disajikan secara sistematis, mulai dari mengenali berita, bentuk berita televisi, mengenali bagian-bagian naskah, disertai taktik dan contoh-contoh yang mudah dipraktikkan, juga kata-kata motivasi dari para tokoh untuk penyemangat pembaca. Oleh karena itu, buku ini layak dibaca oleh semua praktisi media televisi, baik itu reporter pemula, reporter televisi, maupun para penggiat citizen journalism televisi di tanah air. Pun, pers mahasiswa agar bisa menjadi wartawan profesional saat memasuki dunia kerja nanti.
Resensiator: Neki Sutria Mahasiswa Pendidikan Kimia TM 2013
Episode Penutup dari Serial Soft Power dalam Supernova Memberantas Radikalisme Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
:Deradikalisasi; Peran Masyarakat Sipil Indonesia Membendung Radikalisme : Muhammad A. S. Hikam : Buku Kompas : 1, 2016 : xiv + 230 halaman
“Terorisme musuh besar kemanusiaan, harus kita lawan!”—Joko Widodo. Sebagai sumbu terorisme, pemahaman radikal tentang Islam merupakan pemahaman berbahaya bagi sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Radikalisme merangsang pelakunya untuk melakukan aksi-aksi teror, seperti bom bunuh diri dan penembakan, di tempattempat umum sehingga mengakibatkan jatuhnya korban dari masyarakat sipil. Radikalisme merupakan paham yang menginginkan pembaharuan sosial dan politik dengan kekerasan. Aksi terorisme yang marak di Indonesia pasca reformasi adalah kelanjutan dari gerakan politik anti NKRI yang pernah terjadi, yakni pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia pada 1942-1962. Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, pengikut Kartosoewiryo, melanjutkan gerakan Negara Islam Indonesia dengan mendirikan Jamaah Islamiyah pada 1990an. Organisasi ini gencar melakukan rangkaian teror pada 2001-2010, seperti bom Bali I dan II, serangan di Hotel Marriot, dan seterusnya. Pemerintah telah melakukan pendekatan untuk memberantas aksi terorisme, yakni pendekatan hard power lewat penangkapan dan pembunuhan para aktivis terorisme. Pendekatan ini berhasil diterapkan oleh institusi terkait, tetapi dirasakan tidak efektif untuk jangka waktu panjang. Hal ini dikarenakan pendekatan hard power belum mematikan paham radikal sebagai sumbu terorisme. Nah, di sinilah peran pendekatan soft power melalui program deradikalisasi penting dilakukan. Deradikalisasi merupakan upaya menghentikan, meniadakan, atau paling tidak
menetralisasi radikalisme. Deradikalisasi harus disosialisasikan kepada masyarakat sipil Indonesia (MSI), karena memiliki peran strategis dalam sistem masyarakat dan politik demokratis. Organisasi-organisasi di dalam MSI memiliki kapasitas tinggi di dalam mengomunikasikan dan menyosialisasikan gagasan, pengalaman, dan inovasi sehingga lebih mudah diterima oleh warganya ketimbang oleh pemerintah atau aparatnya. Membahas upaya penanggulangan radikalisme, Muhammad A. S. Hikam memfokuskan peran aktif MSI sebagai kekuatan penting dalam proses deradikalisasi. Buku ini juga menawarkan metode pengembangan deradikalisasi, mulai dari kesiapan para pemangku kepentingan dalam menjembatani perbedaan, edukasi, hingga menyebarkan informasi lewat media massa atau jejaring sosial. Sistematis dan mudah dipahami, buku ini layak dibaca oleh semua lapisan masyarakat sebagai komponen utama dalam memberantas radikalisme. Resensiator: Okta Vianof Mahasiswa Pendidikan Geografi TM 2014
Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Supernova; Episode Intelegensi Embun Pagi : Dee Lestari : Bentang Pustaka :Pertama, Februari 2016 : 724 halaman
Sewaktu berkunjung ke toko buku, mata saya tertarik pada sebuah buku yang kovernya didesain unik dan berkelas. Berwarna dominan putih, kover depannya dihiasi tiga liukan heliks dalam bingkai heksagon. Dengan sudut dan pencahayaan yang tepat terlihat semburat pelangi. Tangan saya tergerak untuk menjangkaunya. Buku tersebut berjudul Supernova; Episode Intelegensi Embun Pagi (IEP). Bagi Anda pencinta sastra tanah air, IEP merupakan novel yang sangat ditunggu kehadirannya, sebab menjadi episode penutup dari serial Supernova. Episode ini sendiri telah didahului oleh lima episode Supernova, yaitu: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2001), Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), dan Gelombang (2014). Menggunakan sudut pandang orang ketiga, episode ini menjadi titik pertemuan empat tokoh utama, yaitu Bodhi, Elektra, Alfa, dan Zarah. Titik temunya adalah Indonesia. Selain itu, ada juga tokoh-tokoh pendukung yang berasal dari berbagai episode. Mereka semua kembali ke IEP. IEP diawali dengan kisah Gio yang mendapatkan petunjuk dari upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba. Dari upacara itu, dia mengetahui bahwa dirinya seorang Peretas Kunci. Dia berangkat ke Indonesia untuk menemui Reuben dan Dimas. Mereka berusaha menelusuri identitas di balik Supernova. Apakah Supernova itu terdiri atas seseorang atau banyak orang? Sementara, di Bandung, setelah membaca selembar surat yang ditemukannya secara tidak sengaja di komputer warnet dengan judul dokumen Akar, Bodhi menjadi sangat berminat dengan tempat bernama Asko. Dia merasa surat itu ditujukan kepadanya. Bersama Elektra, mereka
berdua memicu ingatan mengenai tempat yang belum pernah mereka dengar sebelumnya itu. Lebih lanjut, tokoh utama lainnya, Alfa, terkejut mendapatkan informasi dari teman seperjalanannya dalam pesawat dari New York menuju Jakarta, bernama Kell—yang ternyata seorang Infiltran. Informasi tersebut yaitu dialah orang yang akan menemukan Bodhi untuknya, dan bahwa Ishtar adalah seorang Sarvara. Kemudian, bagaimana kabar Zarah setelah sekian lama melanglangbuana? Tak lain tak bukan adalah dia balik pulang ke Desa Batu Luhur. Dia ingin mencari jawaban atas pertanyaan ke mana ayahnya selama ini menghilang. Konfliknya adalah perperangan besar antara Peretas, Infiltran, dan Sarvara. Bersamaan dengan itu, banyak sekali misteri yang belum terjawab pada episode sebelumnya dipecahkan di sini. Misalnya, bagaimana Zarah menemukan ayahnya yang hilang dan bagaimana caranya Elektra memanipulasi medan listrik. Hal inilah yang membuat IEP sebagai kumpulan jawaban dan konflik. Resensiator: Sri Gusmurindah Mahasiswa Administrasi Pendidikan TM 2012
23
Edisi No. 191/Tahun XXVII
GANTOPEDIA
Gen Unik pada Manusia
Ilustrasi: Google.co.id
Penuaan merupakan hal lumrah yang terjadi pada manusia. Karena pada dasarnya, penuaan ditentukan oleh gen yang terdapat pada diri manusia itu sendiri. Manusia memiliki gen sebagai pembawa sifat yang berisi informasi tentang manusia secara rinci dan detail. Gen manusia berasal dari proses pertemuan 23 kromosom dari ayah dan 23 kromosom dari ibu. Kromosomkromosok tersebut bercampur serta berinteraksi sehingga membentuk individu baru. Akibat dari peristiwa ini, terjadilah pertemuan gen pada setiap pasangan kromosom dari ayah dan ibu yang memiliki sifat tertentu (gen). Para ahli genetika menemukan gen penyebab penuaan pada manusia bernama Telomerase RNA Component (TERC). Gen tersebut berisi instruksi untuk membentuk salah satu komponen dari enzim telomerase. Telomer melindungi kromosom dan saling melekat atau mendegradasi secara abnormal untuk menentukan panjang tolemer seperti tutup yang
IKLAN
terdapat pada ujung kromosom. Telomer merupakan bagian paling ujung dari DNA linear. Pada kebanyakan sel, telomer menjadi semakin pendek karena bersifat regeneratif sehingga mengakibatkan pembelahan. Setelah pembelahan sel mencapai batas tertentu, telomer menjadi begitu pendek dan memicu sel untuk berhenti membelah serta mengalami apoptosis. Apoptosis merupakan kematian sel yang terpogram dengan cara membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Pada serangkaian percobaan yang dilakukan terhadap beberapa makhluk hidup yang berbeda membuktikan bahwa memanipulasi gen TERC dapat menghambat penuaan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian di Inggris yang dipublikasikan di jurnal Genetik menjelaskan bahwa individu yang membawa gen ini memiliki proses penuaan sekitar tiga hingga empat tahun lebih cepat dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki gen ini. Ada juga efek
dosis gen bahwa dua salinan varian (satu warisan dari masing-masing orangtua) mengakibatkan efek penuaan aditif enam sampai delapan tahun. Artinya, pada orang yang berumur 50 tahun yang membawa dua salinan varian memiliki telomeres seperti orang yang berumur 58 tahun. Penelitian lain juga menunjukkan tentang manipulasi gen TERC oleh Harvard Medical School yang berhasil mengaktifkan gen tua pada tikus. Hasilnya, proses penuaan berhasil dibalikkan sehingga organ pada tikus itu mengalami regenerasi dan tingkat kesuburan mereka berhasil pulih. Selain gen penyebab penuaan, ilmuwan juga menemukan gen yang bisa memperpanjang umur manusia. Walaupun umur dan kematian ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun, untuk memecahkan teka-teki ini Buck Institute for Research on Ageing dan University of Washington melakukan sebuah penelitian semenjak 10 tahun belakangan. Metode ini dilakukan dengan mengubah sedikit gen manusia akan memanjangkan umur sebanyak 60%. Percobaan tersebut menggunakan 238 gen sel yeast yang diidentifikasi. Ketika gen ini dihapus, maka dapat memperpanjang masa hidup. Umumnya, gen-gen tersebut banyak ditemukan pada mamalia, termasuk manusia, sehingga mungkin saja umur manusia bisa diperpanjang dengan menghapus gen-gen tersebut. Untuk menentukan gen yang bertanggung-jawab atas proses penuaan, Dr. Mark McCormick dari Buck Institute memeriksa 4.698 rangkaian sel yeast yang masingmasing gennya sudah dihapus dan memonitor berapa lama sel-sel tersebut bisa hidup sebelum berhenti memisahkan diri. Ternyata gen tersebut adalah Gen LOS1 yang berhubungan dengan perubahan gen dan diasosiasikan dengan pembatasan kalori melalui puasa dan perpanjangan umur. Selain memanipulasi gen, penelitian ini diperkuat oleh akademisi dari University of Southern, California yang mene-
mukan bahwa pola diet lima hari yang mirip dengan puasa bisa memperlambat penuaan, memperpanjang umur, dan meningkatkan sistem imun serta mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker. Kemudian, puasa juga bisa meregenerasi keseluruhan sistem imun dan memberikan keuntungan kesehatan jangka panjang. Dalam jurnal Cell Metabolism, para peneliti berhipotesis bahwa dengan menghapus hormon yang mendorong pertumbuhan maka dapat mempengaruhi tubuh untuk memperlambat penuaan. Dengan berpuasa maka akan memotong jumlah kalori yang dimakan selama lima hari dalam sebulan. Individu yang menjalani diet ketat berdasarkan pengawasan medis menunjukkan tanda-tanda lebih kecil untuk penuaan, diabetes, penyakit jantung, dan kanker, dibandingkan individu yang tidak berpuasa. Penelitian ini dilakuakan pada 19 subjek pada tikus dengan mengurangi jumlah kalori sekitar 34–54%. Pada subjek penelitian hanya mengonsumsi 1.090 kalori, sementara diet dibatasi hanya sampai 725 kalori pada hari kedua sampai kelima. Penelitian ini menemukan, kadar glukosa darah turun 10% selama berpuasa, namun 6% tetap lebih rendah secara keseluruhan. Bahan kimia IGF1 yang menyebabkan penuaan pada manusia juga berkurang 24%. Diet ini harus mengandung sekitar 11-14% protein, 42-43% karbohidrat, dan 44-46% lemak. Untuk sisa 25 hari dalam sebulan, subjek penelitian kembali menjalani pola makan normal. Hasil yang sama diungkapkan dalam penelitian pada tikus ini adalah sel-sel pada tikus, termasuk tulang, otot, otak, jantung, sel-sel kekebalan tubuh menunjukkan tanda-tanda regenerasi. Tikus-tikus juga hidup lebih lama dan kemungkinan untuk menderita penyakit radang dan kanker lebih kecil. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan memori dan berkurangnya pengoropasan tulang. (Windy Nurul Alifa dari berbagai sumber)
Edisi No. 191/Tahun XXVII
IKLAN
24
.