2
Edisi No. 194/Tahun XXVII
FAJAR
SARIPATI
Menggugah Semangat Pergerakan Sudah saatnya mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan reformasi pergerakan. Pola pergerakan yang selama ini dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil harus diperluas cakupannya menjadi kelompok massa yang lebih besar. Maju bersama sebagai satu kesatuan dalam upaya memperjuangkan kepentingan rakyat. Bukan bergerak sendiri atas nama organisasi, unit kegiatan, ataupun komunitas, melainkan sebagai mahasiswa. Mahasiswa UNP, mahasiswa Indonesia. Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang seharusnya lepas dari kepentingan politik suatu golongan. Mahasiswa menjadi orang yang paling dipercaya dan dipertimbangkan suaranya oleh rakyat maupun pemerintah. Dengan kapasitasnya sebagai kaum terdidik, mahasiswa akan mampu memandang suatu permasalahan secara logis dan memberikan solusi yang solutif. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam catatan sejarah pergerakannya, mahasiswa menjadi komponen masyarakat yang paling memberikan pengaruh besar terhadap perubahan bangsa ini. Reformasi struktur pemerintahan, seperti peralihan orde lama ke orde baru dan orde baru menuju reformasi tidak terlepas dari campur tangan mahasiswa. Demikianlah kuatnya peran mahasiswa dalam mewujudkan perubahan. Hendaknya, semangat pergerakan mahasiswa dahulu tetap mengakar di dalam diri mahasiswa sekarang. Namun, saat ini mahasiswa terlihat lebih menyibukkan diri dengan kuliah dan tugas. Tidak ada lagi waktu untuk berdiskusi tentang permasalahan yang terjadi di negeri ini. Forum-forum diskusi semakin minim peminat. Hanya segelintir mahasiswa yang tertarik mengikuti diskusi. Hal tersebut terbukti dengan sedikitnya peserta yang hadir. Jika mahasiswa sudah tidak tertarik membahas permasalahan yang terjadi di masyarakat, lalu pergerakan seperti yang masih diharapkan dari mahasiswa? Mahasiswa seharusnya kembali membuka mata dan memasang telinga terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Negeri ini membutuhkan mahasiswa yang mau meluangkan waktu untuk berdiskusi dan melakukan analis mendalam secara ilmiah terhadap suatu permasalahan. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang tidak hanya pandai mengkritisi, tapi juga memberikan solusi. Menjadi mahasiswa bukan sekadar masuk kuliah dan mengerjakan tugas. Ada banyak bentuk pergerakan yang dapat dilakukan sebagai mahasiswa. Pergerakan tidak saja perihal orasi atau aksi demontrasi ke jalan. Mengadakan diskusi atau seminar juga merupakan bentuk pergerakan. Sekaranglah saatnya mahasiswa menghidupkan semangat pergerakan yang tengah mati suri.
GANTOLE
+ Aksi, Wujud Pergerakan Mahasiswa - Tunjukkan aksimu! + UNP Raih Akreditasi A POKOK PADANG - Salut! + UNP Canangkan Pembangunan Lima Titik Parkir - Semoga tidak harapan palsu.
Memacu Aktivitas Mahasiswa Mahasiswa di perguruan tinggi adalah generasi muda yang dianggap sudah tumbuh dan berkembang atau dianggap mulai dewasa. Mahasiswa tentulah menjadi harapankelangsungan bangsa dan negara. Untuk itu, mahasiswa haruslah berusaha untuk mengembangkan segala potensi diri. Perguruan Tinggi tentulah menjadi wadah yang tepat untuk pengembangan potensi diri baik potensi akademik maupun potensi nonakademik seperti bakat, minat, keterampilan dan sebagainya. Pengembangan potensi akademik adalah hal utama yang harus dipacu dan digapai oleh mahasiswa. Penguasaan akademiklah yang akan mengubah mahasiswa menjadi lulusan profesional sesuai dengan bidang keilmuannya. Selain itu, perguruan tinggi juga merupakan wadah mengembangkan karakter, kepribadian, bakat, minat, dan keterampilan mahasiswa. Pengembangan potensi nonakademik ini adalah pokok kedua yang harus dikuasai mahasiswa untuk mendukung keprofesionalannya demi kesuksesan menjalani kehidupan di masyarakat.
Dalam sejarah kehidupan bangsa dan negara ini, tokoh-tokoh penerus kehidupan bangsa dan negara pada umumnya berasal dari aktivisaktivis mahasiswa. Kita bisa berkaca dari sejarah prakemerdekaan, sejarah kemerdekaan, sejarah orde lama, sejarah orde baru, dan sejarah orde reformasi. Tokok-tokoh bangsa pada setiap orde perkembangan bangsa umumnya berasal dari aktivis mahasiswa perguruan tinggi. Agar menjadi tokoh-tokoh penerus bangsa nantinya, perguruan tinggi telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana untuk pengembangan akademik dan nonakademik mahasiswa. Pengembangan potensi akademik telah difasilitasi oleh program studi sesuai bidang keilmuan yang dimasukinya. Pengembangan potensi nonakademik telah difasilitasi oleh keberadaan berbagai organisasi mahasiswa di tingkat jurusan dan fakultas serta berbagai organisasi mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa di tingkat universitas. Pada pokoknya, perguruan tinggi telah memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan potensi
akademik dan potensi nonakademik agar menjadi lulusan profesional yang paripurna hendaknya. Organisasi mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa merupakan wadah yang tepat mengembangkan potensi berorganisasi mahasiswa. Kembangkanlah potensi berorganisasi dalam diri mahasiswa secara elok. Selain organisasi mahasiswa di dalam kampus, mahasiswa juga dapat mengembangkan kemampuan berorganisasi di luar kampus. Berbagai organisasi di luar kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Komite Nasional Pemuda Indonesia, dan sebagainya. Artinya, jugalah baik mahasiswa ikut berpartisipasi dan mengembangkan diri di dalam organisasi mahasiswa dan organisasi kepemudaan yang ada di luar kampus. Singkatnya, mahasiswa yang berhasil baik dalam bidang akademik dan berhasil baik dalam pengembangan bakat, minat, dan organisasi akan menjadi sukses dalam kehidupannya kelak. Mahasiswa yang seperti inilah yang akan berhasil menjadi tokohtokoh penerus kehidupan bangsa dan negara ini. (Eto)
POKOK PADANG
Proses Layout: Tim layout SKK Ganto sedang me-layout dan menyelesaikan bahan edisi 194 di sekretariat SKK Ganto. f/Wildan*
Salam Pers Mahasiswa! Bertahan. Sebuah kata yang sangat berarti di akhir perjuangan menjalankan organisasi ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertahan berarti tidak mau menyerah. Tetap pada keadaannya meskipun mengalami berbagai hal. Kata inilah yang dirasa tepat menggambarkan kondisi kru SKK Ganto saat ini. Bertahan untuk menyelesaikan hal yang harus diselesaikan walaupun banyak konflik internal mendera. Mencoba menjadi pribadi bertanggung jawab. Tidaklah mudah untuk bertahan di tengah tekanan deadline cetak dan tugas-tugas akhir kuliah yang harus dituntaskan. Masamasa ujian akhir semester menjadi
momok bagi kru Ganto dalam menyelesaikan edisi 194 ini. Maka, tidak ayal, beberapa di antara mereka menghilang satu per satu. Hanya mereka dengan mental pemenanglah yang masih mendampingi penyelesaian edisi kali ini. Sampainya edisi 194 ke tangan pembaca tidak terlepas dari perjuangan dan sokongan dari manusia tangguh Ganto, yaitu mereka yang bertahan. Oleh sebab itu, apresiasi yang tinggi ditujukan kepada mereka yang telah bekerja keras menyelesaikan edisi kali ini. Semoga, situasi ini bermuara pada pendewasaan diri menjadi pribadi lebih baik. Selain menggarap redaksi, SKK
Ganto juga berkomitmen untuk meningkatkan jejaring di kancah nasional. Pada awal Desember lalu, Ganto juga mengikuti Kongres Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia di Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh ratusan Lembaga Pers Mahasiswa se-Indonesia. Diharapkan agar Ganto lebih dikenal lagi di kancah nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi ini penting bagi suatu lembaga untuk membangun jaringan. Edisi kali ini, Ganto menghadirkan pembahasan laporan mengenai pergerakan mahasiswa Indonesia secara umum dan mahasiswa UNP secara khusus. Selain itu, Ganto juga menyuguhkan beragam informasi dan jawaban seputar permasalahan yang ada di kawasan kampus, seperti UNP raih akreditasi A, UNP canangkan pembangunan lima titik parkir, dan juga berita kegiatan yang diadakan oleh unit kegiatan mahasiswa selingkungan UNP. Jangan lupa untuk berkunjung ke portal berita Ganto di http:// www.ganto.or.id. Untuk berita kegiatan yang tidak bisa dicetak, sudah diterbitkan di halaman website tersebut. Akhir kata, segenap Kru SKK Ganto menyampaikan permohon maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakni UNP. Selamat membaca. Viva Persma!
Sur at Kabar Kam pus U niver sitas Negeri Pad ang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, Internatio nal Standar d Ser ial Num ber ( ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP: Prof. Ganefri, Ph.D., Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli: Jefri Rajif, Novarina Tamril, Sabrina Khairissa, Kurniati Rahmadani. Staf Ahli: Konsultasi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puisi: Utami Dewi Pramesti, M.Pd., Kritik English Corner : Drs. Jufri, M.Pd., Pemimpin U mum: Fitri Aziza, Sekr etaris U mum: Windy Nurul Alifa, Bendahara U mum: Resti Febriani, Atas Nama Pemimp in R ed ak si: Fitri Aziza, Kep ala Penelitian d an Pengem bangan: Sri Gusmurdiah, Pem imp in U s aha: Hari Jimi Akbar, Red aktur Pelak s ana: Yulia Eka Sari, Redaktur Berita: Ermiati Harahap dan Neki Sutria, Redaktur Tulisan: Maida Yusri, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Fakhruddin Arrazzi, Redaktur Online: Ranti Maretna Huri Redaktur Artistik: Doly Andhika Putra, Layouter: Fauziah Safitri, Fotografer: Okta Vianof, Riset: Zahara, Staf Usaha: Abdul Hamid. Reporter Junior: Alfendri, Antonia Dwi Rahayuningsih, Arrasyd, Debi Gunawan, Gezal Sabri, Hengky Yalandra, Laila Marni, Lutfi Darwin, Nadila Aprisia, Oktri Diana Putri, Putri Radila, Tivani Monic Sandria, Wildan Firdaus, Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.or.id , email: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,00 (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000,00 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,00 (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esai, feature, cerpen, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas
akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
3
Edisi No. 194/Tahun XXVII
SURAT PEMBACA
SKK Ganto menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke Sekretariat SKK Ganto UNP, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampirkan kartu identitas: KTP atau KTM.
Pengurusan Surat Online Beberapa bulan lalu, saya hendak membuat surat keterangan aktif kuliah untuk beberapa keperluan di Kantor Jurusan, Fakultas Ilmu Sosial. Namun saya diminta untuk memfotokopi contoh surat keterangan aktif oleh orang Jurusan. Sesudah saya memfotokopi saya diminta untuk mencari sendiri tanda tangan Ketua Prodi, hal ini cukup sulit bagi saya, terkadang waktu kuliah saya tidak sesuai dengan jadwal mengajar Ketua Prodi tersebut. Alhasil saya cukup lama untuk bisa meminta tanda tangannya. Saran saya, sebaiknya FIS membuat suatu web untuk keperluan mengurus surat, agar mahasiswa tidak kebingungan untuk membuat surat, seperti surat keterangan aktif ku liah.
LD Mahasiswa Fakultas Imu Sosial
Penambahan Koleksi Perpustakaan Selamat kepada UNP yang meraih akreditasi A dipenghujung 2016. Akreditasi A tersebut, tentunya tidak sekadar status atau formalitas belaka bagi UNP. Namun juga harus sesuai dengan kualitas UNP di semua bidang. Jika pun masih ada yang kurang, UNP harus berbenah secepatnya. Terkhusus untuk perpustkaan pusat UNP, sejauh ini koleksi bukunya masih minim dan kurang lengkap. Semoga ke depannya koleksi buku pustaka pusat lebih banyak dan lebih lengkap lagi. Sehingga, mahasiswa UNP lebih terbantu dalam mencari berbagai literatur dan referensi, baik untuk tugas perkuliahan maupun tugas akhir/skripsi
Sri Gusmurdiah Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2012
Pungutan Biaya oleh Satpam Saya ingin pihak keamanan Universitas Negeri Padang memberikan penjelasan mengenai aturan tentang pemungutan biaya ketika kunci motor ketinggalan di motor. Saya pernah mengalami kejadian kehilangan kunci ketika tergesa-tegesa memasuki lokal karena terlambat. Pada saat itu ternyata kunci motor saya ketinggalan di motor. Ketika saya sudah berada di kelas, baru saya sadari bahwa kunci motor saya ketinggalan. Setelah melihat ke motor, ternyata di motor saya juga tidak ada. Akhirnya saya menanyakan hal tersebut ke pihak keamanan yang berjaga di sana, ternyata kunci motor saya sudah diamankannya. Setelah mengisi surat perjanjian dan melihatkan Surat Tanda Nomor Kendaraan ke petugas tersebut, mereka meminta sejumlah uang. Apakah hal itu memang peraturan UNP atau bagaimana?
Mahasiswa UNP
Luthfy Darwin Grafik: Doly Andhika 3/1/2017 SURAT PEMBACA
Kursi Kuliah Rusak Salah satu ru angan perkuliahan di Jurusan Elektronika, yaitu ruang E30, kursi-kursinya su dah banyak yang ru sak. Keadaan itu sudah hampir satu semester terjadi dan belum ada perbaikan. Saya berharap, setelah beru bahnya akreditasi UNP menjadi A, semua kerusakan yang ada dapat diperbaiki dengan segera, sehingga mahasiswa merasa nyaman untuk mengikuti perkuliahan, serta posisi duduk pun tidak berantakan.
Mahasiswa Fakultas Teknik
Kecepatan kendaraan di kampus Sebelu m menulis su rat pembaca ini, saya sendiri adalah perwakilan dari mahasiswa yang sering berpindah-pindah gedung ku liah. Karena jarak yang tidak begitu jauh, kami lebih memilih berjalan kaki menuju gedu ng perkuliahan. Akan tetapi ketaku tan sering kami rasakan di saat berjalan di sekitar jalanan lingku ngan kampus kita ini. Untu k menyeberang bisa menunggu lama, kita perlu berhatihati karena rata-rata pengendara melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Berdasarkan yang kita ketahu i dan kami lihat sendiri, kecepatan kendaraan di lingkungan kampus ini sudah diatur dengan adanya plang peringatan yang dipasang di depan Fakultas Ilmu Sosial, yaitu mewajibkan selu ru h kendaraan melaju dengan kecepatan 10 km Perjam. Kami mau menanyakan apakah peringatan itu hanya berlaku u ntuk kendaraan yang melewati jalan di depan FIS saja? Jika peratu ran berlaku u ntuk semu a jalanan di su du t kampus
ini, kenapa hal ini masih banyak terjadi? Kami pejalan kaki masih saja merasa takut untuk berjalan di jalan kampus ini. Adakah pihak yang berwenang menegakakan peringatan ini? Memang ada beberapa titik yang sudah memiliki space untuk para pejalan kaki, tapi hanya beberapa tempat saja.
Arrasyd Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
Parkir Liar Saya menyayangkan adanya parkiran liar di area tu gu seorang anak bersama laki-laki dewasa yang mengenakan seragam wisu da lengkap di dekat simpang depan rektorat lama. Padahal pos satpam ada di depannya. Apakah parkir di sana diperbolehkan? Atau memang sudah diperingati tapi tidak ada peru bahan. Saya berharap, ke depannya tidak ada lagi kendaraan yang terparkir di sana. satu lagi, jika itu memang tugu, kenapa terlalu tertu tu pi sehingga keberadaannya ku rang terasa. Kalau tidak ada maknanya, sebaiknya diruntu hkan saja.
A.A Mahasiswa UNP
Konsistensi Jadwal Ujian Universitas Negeri Padang selalu menetapkan jadwal ujian baik ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Namun, sangat disayangkan jadwal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh dosen. Terkadang ujian dipercepat dan terkadang diperlambat. Akibatnya ketika ujian dipercepat mahasiswa terkesan tidak siap, sedangkan jika diperlambat membuat maha-
siswa membatalkan beberapa rencananya seperti pembatalan tiket yang telah di pesan jauh hari. Sehingga percuma saja ada jadwal ujian. Saya berharap kebijakan ini lebih ditegaskan.
Nur Fitri Mahasiswa UNP
Solusi Tempat Parkir di FMIPA Di zaman yang modern ini, hampir seluruh mahasiswa dan dosen membawa kendaraan pribadi ke kampus. Hal yang menjadi permasalahan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNP saat ini adalah kurangnya tempat parkir kendaraan. Tempat parkir yang tersedia tidak mampu menampung seluruh kendaraan. Sehingga banyak mahasiswa yang parkir sembarangan. Tak hanya itu, dosen pun juga banyak yang parkir mobilnya di badan jalan. Banyaknya kendaraan membuat tempat parkir penuh terutama oleh kendaraan roda dua. Bahkan ada mahasiswa yang tetap memaksakan memarkirkan sepeda motornya meskipun tempat parkir telah penuh. Hal ini dapat menyulitkan mahasiswa yang akan keluar dari parkiran. Selain itu dapat merugikan pemilik kendaraan lain, seperti gores pada kendaraannya. Seharusnya satpam yang bertugas mengatur kendaraan yang akan parkir agar tidak ada kendaraan yang mendesak kendaraan yang lain. Saya juga pernah mendengar bahwa UNP akan membangun tempat parkir. Namun Saya berharap agar pihak kampus FMIPA memberikan solusi sementara sampai tempat parkir itu ada. Agar dapat terciptanya ketertiban dan keamanan di kampus.
AR Mahasiswa FMIPA TM 2014
LAPORAN
4
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Aksi, Wujud Pergerakan Mahasiswa Menyadari perannya sebagai agent of change, mahasiswa dituntut kritis terhadap isu di masyarakat. Mereka pun menyuarakan aspirasinya melalui Aksi Oleh Fitri Aziza dan Yulia Eka Sari epat dua tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla pada Jumat 21
T
Oktober 2016, tampak ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Sumatra roadshow dari halaman Mesjid AlAzhar menuju Kantor DPRD Sumbar. Roadshow tersebut merupakan aksi damai yang juga dilakukan oleh Aliansi BEM seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta pada hari tersebut. Dalam aksi tersebut mahasiswa menyampaikan lima tuntutan pada pemerintah, yaitu tindak tegas mafia kasus kebakaran hutan dan lahan, tolak reklamasi Teluk Benoa dan Teluk Jakarta, tolak tax amnesty yang tidak pro rakyat, tolak perpanjangan izin ekspor konsentrat setelah Januari 2017, komitmen terhadap usaha hilirisasi minerba, serta cabut hukum kebiri dan selesaikan akar permasalahan kejahatan seksual pada perempuan dan anak. Tidak hanya mengajukan lima tuntutan kepada pemerintah, selama aksi mahasiswa juga membagikan selebaran kepada masyarakat yang bertuliskan “Dua tahun Nawa Cita digadanggadang, dua tahun pula Nawa Cita dininabobokan oleh kepentingan-kepentingan parsial”. Selebaran tersebut juga berisi penilaian mahasiswa terhadap penegakan hukum di Indonesia yang masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hal ini berlatar dari kekecewaan mahasiswa atas diterbitkannya Surat Pernyataan Pemberhentian Penyelidikan terhadap 15 perusahaan yang tengah diselidiki dalam kasus kebakaran hutan dan lahan di Sumatra dan Kalimantan. Adapun tanggapan dari pemerintah, dalam hal ini Ketua DPRD Sumbar, Ir. H. Hendra Irwan Rahim berjanji akan meneruskan aspirasi mahasiswa tersebut ke pemerintahan pusat. “Insya Allah, saya akan sampaikan aspirasi mahasiswa ini ke pusat” ungkapnya, Jumat (21/10). Dua pekan setelah aksi yang dilakukan oleh Aliansi BEM seSumbar, Kantor DPRD Sumbar kembali diramaikan oleh 300 mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang berasal dari Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Andalas, Institut Agama Islam Imam Bonjol Padang, dan mahasiswa Pasca Universitas Andalas. Dalam aksi yang berlangsung pada Kamis, 3 November 2016 ini, mahasiswa menuntut pemerintah dan Polri agar segera menangkap dan mengadili Basuki Tjahya Purnama alias Ahok atas kasus penistaan agama. Hendra Syaputra, Sekretaris Gerakan Mahasiswa Pembebasan Sumatera Barat mengatakan bahwa aksi tersebut hanyalah salah satu dari gerakan yang berusaha dilakukan untuk membangkitkan kembali pergerakan
Barat (Sumbar) melakukan
yang mulai melemah. “Pergerakan mahasiswa dewasa ini sudah mulai melemah, banyak mahasiswa yang tidak peduli lagi dengan bangsa dan negaranya,” ujar Hendra saat ditemui pukul setengah delapan malam di salah satu kafe jalan Simpang Tinju, Padang, Minggu (4/12). Bagi Hendra, melemahnya pergerakan mahasiswa terjadi karena mahasiswa sekarang hanya mementingkan kuliah sesuai dengan SKS yang sudah diterapkan, wisuda tepat waktu dan setelahnya bekerja. Tidak hanya itu, Ia melihat mahasiswa juga mulai apatis terhadap politik dan ideologi Islam. “Mahasiswa cenderung suka diskusi untuk banyak hal, namun jika sudah mengaitkan islam ke dalam politik, kebanyakan mereka hanya akan diam,” tegas mahasiswa Institut Teknologi Padang ini. Beberapa pekan usai wawancara dengan Hendra, Gerakan Mahasiswa Pembebasan Sumbar kembali mengadakan aksi long march dari Depan Hotel Pangeran Beach ke Polresta Padang dalam rangka Aksi Peduli Kaum Muslim Aleppo Suriah, Jumat (23/12). Organisasi Dalam Kampus Pun Ikut Aksi Tidak hanya melalui organisasi luar kampus, mahasiswa UNP sudah terlebih dahulu melakukan pergerakan atas nama organisasi di dalam kampus, salah satunya Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik (WP2SOSPOL) UNP yang melakukan orasi Menolak Lupa Tragedi G-30 S/PKI pada 30 September lalu. Acara tersebut diikuti oleh puluhan mahasiwa UNP. Acara yang berakhir di Taman Makam Pahlawan ini diawali dengan orasi dari UNP menggunakan topeng yang bergambarkan 7 Jendral Besar yang terbunuh dalam tragedi G-30 S/ PKI. Menurut Hendri Refsyi Saputra sebagai Koordinator Lapangan dalam kegiatan, orasi tersebut tidak hanya ditujukan untuk menolak lupa, tapi juga membangkitkan ideologi Pancasila di Indonesia yang telah dipengaruhi oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. “Komunis, kapitalis dan liberalis telah merusak ideologi bangsa ini. Oleh sebab itu, kami suarakan di sini bahwa ideologi Pancasilalah yang pantas bagi bangsa Indonesia,” ujarnya. Melalui orasi yang mereka gagas, Hendri berharap agar mahasiswa bisa berpikir kritis terhadap kegiatan yang mereka adakan. Seperti yang tertera dalam Tridarma Perguruan Tinggi bahwa mahasiswa dituntut untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. “Jadi, kami merasa bahwa ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kami,” papar Hendri. Hal senada pun diungkapkan oleh Ketua Himpunan Jurusan (HMJ) Sejarah, Melsa Maizarah yang mengungkapkan kekecewannya pada mahasiswa yang tidak peduli dengan kondisi lingkungannya. “Mahasiswa seka-
Aksi Aleppo : Mahasiswa yang terdiri dari perguruan tinggi se kota padang sedang melakukan aksi peduli muslim suriah di depan Bank Indonesia yang berada di Jalan Jendral Sudirman. Menurut Imam Ali Sabri selaku penanggung jawab aksi ini dilakukan agar pemerintah atau pihak miiter dapat mengirimkan tentara ke suriah untuk membantu musllim suriah, Jumat (23/12). f/Okta
rang hanya dibebankan oleh tugas kuliahnya masing-masing sehingga lupa pada fungsinya sebagai agent of change,” ujar Melsa saat ditemui di sekretariat HMJ Sejarah, Rabu (23/11). Melsa yang pada 28 Oktober lalu mengadakan peringatan hari pahlawan di bawah naungan HMJ Sejarah, mengatakan, jika mahasiswa mau melakukan pergerakan, dosen pun akan memaklumi. Kata Melsa, mereka hanya punya persiapan tiga hari untuk melakukan Aksi Peringatan Hari Pahlawan ke Makam Pahlawan. “Dengan bantuan Ketua program studi, dosen mengizinkan Mahasiswa Sejarah yang punya jadwal kuliah untuk diliburkan pada hari tersebut,” akunya. Yang terpenting menurut Melsa adalah tanggapan dari masyarakat juga baik. Oleh sebab itu, kata Melsa, tidak ada halangan bagi mahasiswa ikut dalam aksi. Apalagi soal anggapan dosen tidak mengizinkan mahasiswa ikut aksi. Gerakan berbeda juga dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UNP yang menggelar Hari Aspirasi selama lima hari, dari SeninJumat (17-21/10). Selama hari aspirasi tersebut mahasiswa UNP bisa mengemukakan aspirasinya untuk UNP melalui tulisan yang dimasukkan ke dalam sebuah kotak. “Kotak aspirasi tersebut telah kami sebar ke fakultasfakultas dan kampus cabang dan sekarang sedang dalam proses tindak lanjut hari aspirasi,” ujar Syukran Novri Arpan, Ketua MPM UNP Selasa (22/11). Lain halnya dengan yang berlaku di kampus cabang UNP Limau Manih. Ketua HMJ Pendidikan Luar Biasa (PLB), Fauzi Irwan menjelaskan, pergerakan mahasiswa di kampus cabang sangat berbeda dengan di kampus pusat. “Di sini kami terkendala akses informasi yang tidak semudah di kampus pusat,” ungkapnya, Kamis (1/12). Menurut Fauzi, yang bisa dilakukan oleh kampus cabang membantu pergerakan adalah dengan membantu setiap hal
yang diperlukan oleh ormawa di kampus pusat, salah satunya terkait hari aspirasi. HMJ PLB juga membantu menjadi wadah bagi mahasiswa PLB memberikan aspirasinya. “Hingga saat ini itu yang bisa kami lakukan, kalau untuk pergerakan berupa aksi belum ada,” tandas Fauzi. Tentukan Fokus Aksi Menanggapi berbagai pergerakan yang ada di seluruh Indonesia, terkhususnya di Sumbar, Koordinator BEM Indonesia, Bagus Tito Wicaksono mengatakan bahwa pergerakan mahasiswa sekarang sebenarnya sudah mulai tampak. Di Jawa sendiri sudah ada pergerakan mahasiswa yang menuntut kebijakan pemerintah yang dirasa merugikan rakyat. “Begitu pun yang berlaku di Sumbar,” ujar Tito saat dihubungi melalui telepon, Jumat (23/12). Menurut Tito, mahasiswa yang terkesan apatis pasti ada dalam setiap universitas, namun bukan berarti mereka tidak peduli dengan isu lingkungan. Mungkin secara tidak langsung mereka dipengaruhi beban kuliah atau bahkan organisasi yang tidak memberikan wadah pada mereka untuk melakukan pergerakan yang mereka sukai. “Apa pun yang mereka lakukan, saya rasa tetap ada pergerakan, dan ini cukup bagus,” lanjutnya. Ada delapan isu yang menjadi fokus BEM Indonesia selama 2016. Delapan isu tersebut, di antaranya pendidikan, kesehatan, lingkungan, ekonomi, korupsi, energi, pertanian, dan maritim. Melalui isuisu tersebut, satu tahun ke belakang BEM Indonesia berusaha mengubah opini publik. “Setidaknya sekarang kita sudah punya suara sebanyak 50-60% untuk mengubah suatu kebijakan agar lebih pro rakyat,” jelas Bagus. Soal fokus, dosen Administrasi Pendidikan, Dr. Hanif Alkadri, M.Pd. juga angkat bicara. Menurutnya, aktivis tidak perlu membicarakan masalah keaktifan mahasiswa dalam pergerakan lalu mengomentarinya. Aktivis harus menyadari apakah pergerakan
yang mereka lakukan selama ini sudah benar-benar memiliki tujuan. “Dalam bergerak mahasiswa harus mempunyai tujuan yang jelas, dikelola oleh orang yang tepat, dan dilakukan secara benar,” jelas Hanif, Senin (6/12). Hal terpenting menurut Hanif adalah pelaku pergerakan. Pergerakan harusnya dilakukan oleh mahasiswa yang benarbenar bagus secara akademik. Alasannya adalah karena pergerakan mahasiswa berupa aksi bermula dari analisis suatu kasus yang berusaha dicarikan solusinya. “Tentunya orang yang berakademik bagus, mampu melakukan analisis tingkat tinggi, dan masyarakat akan pro dengan pergerakan yang jelas kredibilitasnya,” lanjutnya. Hanif melihat, banyak mahasiswa yang ikut aksi hanya karena ikut-ikutan tanpa tahu tujuan dan apa yang ingin dicapai serta mereka yang cenderung bermasalah di segi akademiknya. Tentunya pergerakan demikian akan sia-sia, karena diharapkan yang melakukan pergerakan adalah orang yang mampu membenahi diri sendiri. Hal ini dimaksudkan Hanif agar mahasiswa yang ikut organisasi tidak pincang, secara akademik bagus dan skill juga bagus. Jika mahasiswa hanya kuliah saja menurutnya tidak bagus, begitu pun dengan mahasiswa yang hanya fokus pada organisasinya. Saat ditemui di ruangannya, Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., mengatakan bahwa adanya pergerakan mahasiswa, baik berupa aksi oleh WP2SOSPOL maupun Hari Aspirasi, merupakan suatu hal yang bagus. Menurut Ganefri, mahasiswa UNP yang diharapkan adalah mahasiswa yang kreatif. Melalui pergerakan sebenarnya adalah proses pembelajaran yang kreatif bagi mahasiswa. “Cuma yang perlu dijaga, tidak boleh ada anarki dan tindakan yang merugikan kepentingan banyak orang,” pesannya, Kamis (22/12). Laporan: Sri, Hamid, Ermi, Okta, Eka, Arrasyid*, Gezal*
LAPORAN
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Hari Aspirasi: Puluhan mahasiswa tengah melakukan orasi dengan berkeliling UNP pada penutupan Hari Aspirasi Mahasiswa, Jumat (21/10). Selain spanduk, beberapa orator menjadikan tubuh mereka sebagai media penyampai aspirasi dengan cara diwarnai. f/Hamid
Pergerakan Mahasiswa dan Permasalahannya Tak hanya masalah yang menjadi latar pergerakan yang harus dicarikan solusinya. Pola, gerakan yang berkelompok dan minim diskusi pun menjadi masalah bagi mahasiswa sendiri. Oleh Fitri Aziza dan Yulia Eka Sari
Suasana di depan gerbang Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Kampus Cabang Limau Manis Universitas Negeri Padang (UNP) tampak sepi, Kamis (1/12). Di seberang gerbang kampus hanya terlihat empat orang perempuan mengenakan pakaian guru duduk di kursi panjang dan beberapa mahasiswa dengan pakaian hitam putih duduk di atas kursi yang terlindungi oleh meja berpayung. “Biasanya warung ini selalu ramai di waktu kuliah,” ujar Doni Agus Frianto, Mahasiswa PLB Tahun Masuk (TM) 2014, Kamis (1/12). Doni duduk bersama tiga temannya yang juga menggunakan pakaian hitam putih. Selain disibukkan dengan kuliah, mahasiswa semester lima ini juga berkutat dengan kegiatan keorganisasiaannya. Salah satunya persiapan seminar HMJ PLB dimana ia terlibat sebagai panitianya. “Kalau untuk organisasi, sekarang kami sedang mempersiapkan seminar HMJ PLB. Tapi kalau soal aksi, saya tidak pernah ikut,” ujarnya saat ditanya tentang pergerakan mahasiswa di kampus cabang oleh reporter Ganto. Selain Doni, mahasiswa di kampus cabang pun menurutnya hampir tidak ada yang melakukan aksi. Hal ini disebabkan keterbatasan informasi yang dimiliki oleh kampus cabang. Saat ada pergerakan di kampus pusat, mahasiswa di kampus cabang terkadang tidak mendapatkan informasi sehingga tidak ikut bergerak. Hal ini menurut Doni menjadi ketidakseimbangan tersendiri bagi pergerakan mahasiswa dalam bentuk aksi di kampus cabang. “Namun, pergerakan kan juga tidak harus aksi. Bisa juga me-
nyampaikan aspirasi melalui media elektronik maupun cetak,” paparnya. Anggapan bahwa pergerakan mahasiswa tidak hanya dapat dilakukan dengan cara aksi, juga dirasakan oleh Al Fathan Firassan Ardhi, Mahasiswa yang juga Jurusan PLB dan seangkatan dengan Doni. Menurut Ardhi, mahasiswa seharusnya lebih kreatif lagi dalam melakukan pergerakan. Selain aksi turun ke jalan, mahasiswa juga bisa melakukan pergerakan dengan memanfaatkan media sosial, seperti instagram. “Keluh kesah mahasiswa harusnya disampaikan secara lebih kreatif lagi, misalnya dengan membuat meme, video atau lainnya,” jelasnya, Kamis (1/12). Penyampaian aspirasi mahasiswa melalui demontrasi, menurut Ardhi, tidak lagi tepat dilakukan saat ini. Apalagi jika demo tersebut menjurus ke anarki dan hal yang tidak bermanfaat. Mahasiswa seharusnya menyalurkan aspirasinya dengan memanfaatkan bakat yang dimiliki. Gambar yang disalurkan melalui media sosial, akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan aksi yang hanya bersoraksorak. “Mahasiswa berperan untuk membangun negeri ini. Hal itu dilakukan dengan melakukan hal yang bermanfaat, bukan hanya berkata hoyak… hoyak...” tegas Ardhi sembari bersorak menirukan gerakan demostran. Terlebih lagi, isu yang perlu menjadi perhatian dalam pergerakan mahasiswa adalah kebutuhan yang paling dekat dengan mahasiswa itu sendiri, seperti masalah UKT dan fasilitas kampus. “Kami berharap tidak hanya kotak-kotak aspirasi yang sampai ke sini, tapi akses informasi
kami di perbaiki, begitu pun dengan fasilitas kampus dilengkapi, sehingga kami tidak tertinggal dari kampus pusat,” harap mahasiswa yang aktif di komunitas menggambar ini. Lain halnya dengan Doni dan Ardhi, Willy Caesar Sumardi, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2014 mengatakan bahwa pergerakan mahasiswa memang bisa dilakukan dengan banyak cara. Namun, aksi lebih memiliki poin dan manfaat tersendiri. Melalui aksi, kontribusi nyata mahasiswa untuk menegakkan keadilan lebih terlihat. “Mahasiswa yang melakukan aksi bisa meningkatkan eksistensi kampus, bahwa kampus tersebut bisa menghasilkan pemikir bangsa yang berkomitmen tinggi dalam memperjuangkan keadilan,” ujarnya, Minggu (25/12). Hariz Naufaldi, Sekretaris HMJ Otomotif pun sependapat dengan Willy. Menurut Hariz, pergerakan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pergerakan yang menimbulkan efek dan tidak menimbulkan efek. Pergerakan yang tidak menimbulkan efek dapat berupa audiensi, penyebaran selebaran atau pamflet, dan surat pernyataan yang dipublikasikan melalui media sosial. “Nah, aksi menurut saya merupakan pergerakan yang menimbulkan efek, khususnya aksi yang brutal,” ujar Hariz, Senin (5/12) saat diwawancarai di Teras Gedung Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Teknik UNP. Terkait pergerakan mahasiswa di UNP, Hariz berpendapat bahwa aksi yang dilakukan oleh mahasiswa sekarang sudah cukup baik. Mahasiswa tidak lagi mengedepankan emosinya dalam mengadakan suatu aksi. Mahasiswa sekarang sebelum
5 aksi telah mengadakan audiensi dan aksi yang dilakukan pun cenderung aksi damai. “Namun, yang menjadi permasalahan adalah aksi seperti ini belum ada titik terang untuk solusinya,” jelas Hariz. Gerakan Mahasiswa Masih Berkelompok Pergerakan mahasiswa di UNP dinilai masih dilakukan secara berkelompok-kelompok, sehingga tidak ada kesatuan dalam pergerakan mahasiswa. “Pergerakan mahasiswa yang terlihat sekarang cenderung berkelompok-kelompok,” ungkap Rahmat Faisal, Ketua Unit Kegiatan WP2SOSPOL UNP, Rabu ( 2 3 / 11 ) . Berkelompok-kelompok yang dimaksud oleh Faisal adalah setiap ormawa maupun UKM sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Misalnya, kata Faisal, WP2SOSPOL sibuk dengan aksi menolak lupanya, MPALAH dengan Hari Bumi, Ganto dengan kesibukan cetaknya, MPM dengan Hari Aspirasinya, sedangkan mahasiswa pun sibuk dengan pergerakan mereka sendiri. “Memang kita memiliki kepentingan masing-masing dan cara bergerak yang berbeda, tapi untuk sebuah pergerakan demi kepentingan NKRI tentunya harus meninggalkan egoego tersebut,” ujarnya. Adapun dampak dari pegerakan yang berkelompok tersebut disampaikan oleh Ketua MPM UNP, Syukran Novri Arpan. Menurut Syukran, belum bersatunya ormawa dalam pergerakan menyebabkan dampak pergerakan itu sendiri masih belum nampak. Syukran mencontohkan dengan Hari Aspirasi yang digagas oleh MPM UNP. Meskipun acara itu telah berjalan, namun partisipasi dari ormawa dan mahasiswa untuk mengawal hasilnya masih kurang, “Jika kita masih bekelompok-kelompok tentu hasil dari hari aspirasi tersebut tidak tercapai,” jelasnya, Rabu (23/11). Sebagai lembaga ormawa tertinggi pun, Syukran mengatakan telah ada upaya dari MPM agar pergerakan mahasiswa di UNP dapat bersatu. Salah satunya dengan mengadakan silaturahmi antarormawa. “Sampai sekarang itu masih berlanjut, memang diharapkan ini menjadi upaya untuk menyatukan silaturahmi kita,” harapnya. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP sebagai lembaga yang ditinggikan di universitas juga menyadari bahwa pergerakan mahasiswa saat ini cenderung berkelompok. BEM UNP pun saat ini sedang menyusun pola untuk membuat pergerakan mahasiswa tidak berkelompok lagi. “Saat ini kami sudah punya polanya, namun tidak dapat disebutkan di sini,” ungkap Haris Sabri, Ketua BEM UNP, Rabu (23/11). Sementara itu, Zalmasri mengatakan bahwa pergerakan mahasiswa sekarang itu wajar berkelompok, karena ada kepentingan berbeda-beda yang diembannya. “Di zaman saya juga demikian,” ujar aktivis yang pernah aktif di UKKes pada tahun 2000 serta aktif di KSR PMI dan menjadi relawan pada Tsunami Aceh 2004 ini, Kamis (8 /12) . Pergerakan berkelompok tersebut salah satunya dapat dilihat dari atribut yang digunakan. Jika ada aksi, mahasiswa meng-
gunakan atribut ormawa masing-masing. Menurut Zalmasri, seharusnya peserta aksi menggunakan atribut UNP, sehingga terlihat bahwa itu adalah pergerakan dari mahasiswa UNP. Untuk menyatukan pergerakan tersebut, BEM UNP selaku lembaga yang mengurus semua ormawa memiliki peran yang sangat penting. “BEM hendaknya mau membuka diri. Jangan mengeksklusifkan diri, karena bukan partai politik,” katanya. Perbaiki Gerakan dengan Banyak Diskusi Mengemban nama sebagai mahasiswa, dalam pergerakan pun mahasiswa dituntut untuk tidak terbawa emosi dalam melakukan pergerakan. Mahasiswa harus menganalisis suatu masalah dengan melakukan musyawarah terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan audiensi. Jika belum juga menemukan solusi baru dilakukan aksi. “Mungkin bertahap dulu, tidak langsung melakukan pergerakan tanpa tahu duduk permasalahannya” jelas, Roni Priadarwin, Ketua HMJ Pertambangan, Senin (5/12). Lebih lanjut Husnul Ramadan, Kepala Divisi Riset WP2SOSPOL mengatakan bahwa untuk melakukan musyawarah tersebut, mahasiswa tidak bisa melakukannnya hanya dengan diskusi online. “Harusnya mahasiswa tidak hanya berkomunikasi di gadget, tapi juga diskusi tatap muka dan menambah bahan bacaan,” jelas mahasiswa yang juga aktif di Teras Literasi, sebuah komunitas membaca dan wadah berdiskusi di FIS UNP, Rabu (23/11). Namun, yang menjadi permasalahan di UNP dan generasi bangsa saat ini adalah malas untuk membaca, sehingga ketika berdiskusi tidak menghasilkan solusi yang optimal. Permasalahan inilah menurut Husnul yang harus dicarikan solusinya, agar pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa itu benar-benar bermanfaat dan memberikan solusi. “Ini yang terjadi pada generasi sekarang, Nah bagaimana cara kita mengatasinya mulai dari diri sendiri,” katanya. Dr. Ahmad Kosasih, M.A., dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang juga aktif dalam pergerakan saat menjadi mahasiswa, juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda dengan Husnul. Saat ditemui di ruangan dosen Gedung Mata Kuliah Umum B UNP, Ahmad mengatakan bahwa mahasiswa sekarang mengahadapi tantangan yang berbeda dalam pergerakan, “Perang kalian saat ini adalah proxy war,” tegasnya, Senin (6/12). Yang dimaksud dengan proxy war oleh Ahmad adalah perang yang pihak ketiganya tidak tampak. Pihak ketiga tersebut menurutnya adalah informasi. Media dengan mudahnya memutarbalikkan informasi. Hal yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar. Jika mahasiswa tidak berpengetahuan, tentunya mereka hanya akan terbawah arus. Oleh sebab itu , jangan terlena dengan gadget yang kalian genggam, tapi perdalam ju ga pengetahuan melalui membaca, diskusi, dan lainnya,” pesannya. Laporan: Okta, Mei, Eka, Erm i
LAPORAN
6
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Tujuh Poin Hari Aspirasi Oleh Fitri Aziza dan Yulia Eka Sari
Lepas kotak aspirasi disebar. Harapan pun ditebar oleh mahasiswa Sore itu, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) tampak lengang, Rabu (23/11). Di dalam sekretariat, tampak dua mahasis-wi duduk berhadapan. Satu orang berbicara sambil melihat pada laptopnya, sementara yang lain membalik-balik kertas dalam map yang ada di atas meja. Beberapa menit kemudian, suara percakapan dua mahasiswi tadi digantikan dengan selingan suara antara pertanyaan dan jawaban tentang Hari Aspirasi yang berlangsung Senin-Jumat (17-21/10) lalu. Suara itu berasal dari Ketua MPM UNP, Syukran Novri Arpan saat menjawab pertanyaan tentang hasil Hari Aspirasi yang ditanyakan oleh reporter Ganto. Kilas Balik Hari Aspirasi Hari Aspirasi yang menjadi perbincangan tersebut adalah salah satu acara yang digagas oleh MPM UNP pada kepengurusan 2016. Hari pertama, diisi dengan pemotongan pita sebagai pembukaan acara oleh Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, Azhari Suwir, S.E., dan dilanjutkan dengan penyerahan kotak ke setiap Badan Perwakilan
Mahasiswa fakultas, Senin (17/ 10). Setelah pembukaan di hari pertama, hari kedua diisi dengan orasi dan sosialisasi hari aspirasi pada masyarakat kampus. Seperti yang dilakukan oleh BPM Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP yang mengajak mahasiswa mengisi kertas aspirasi, lalu memasukkannya ke dalam kotak, dan diakhiri dengan menandatangi kain aspirasi di Lantai 2 SMK Pembangunan, Selasa (18/10). Salah seorang peserta yang mengisi kertas aspirasi adalah Isya Rahma Agustin, Mahasiswa FIS UNP. Isya mengatakan, acara ini sangat bagus karena membantu mahasiswa menyampaikan aspirasinya. Namun, dia khawatir jika yang disampaikan hanya suarasuara mayoritas. “Sebaiknya suara minoritas juga disampaikan, supaya adil,” ha-rapnya, Selasa (18/10). Hal senada juga menjadi kekhawatiran Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fauzi Irwanto saat ditemui di Kampus Cabang Limau Manih, Kamis (1/12) lalu. Kata Fauzi, memang sudah beberapa kali BEM datang ke kampus cabang
untuk menampung aspirasi mahasiswa kampus cabang, se-perti pelayanan akademik, sara-na dan prasarana, namun belum ada tindak lanjutnya. “Terakhir hari aspirasi dari BPM, tetapi efek baliknya juga tidak ada,” ungkap Fauzi. Kunjungan ke kampus cabang dalam rangka Hari Aspirasi oleh MPM dan BPM tersebut berlangsung pada hari keempat, Kamis (20/10). Pada hari sebelumnya, Rabu (19/10), diisi dengan perayaan hari aspirasi di media sosial maupun perayaan lain seperti yang diselenggarakan oleh BPM Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP yang menggelar panggung aspirasi di Pendopo FBS UNP. Hari aspirasi baru ditutup pada Jumat (21/10) dengan orasi keliling UNP yang berakhir di belakang Gedung Rektorat UNP. Poin-Poin Aspirasi Mahasiswa Menanggapi pertanyaan mahasiswa mengenai hasil hari aspirasi, saat ditanya oleh reporter Ganto, Syukran menjawabnya dengan menunjukkan kertas yang berisi tulisan tujuh poin aspirasi mahasiswa UNP. Tulisan tersebut
berjudul “Topik Pembahasan Satu Hari Bersama Rektor”. Syukran menjelaskan bahwa tujuh poin tersebut dirumuskan berdasarkan kotak aspirasi yang disebar ke masing-masing fakultas dan kampus cabang di UNP. Tujuh poin tersebut baru disampaikan pada acara Satu Hari bersama Rektor yang digagas oleh BEM Universitas pada, Selasa (1/11). “Poinpoin tersebut sudah ditanggapi rektor dan beliau menjanjikan beberapa hal” tukas Syukran, Rabu (23/11). Tujuh poin tersebut terdiri dari, formula penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT), transparansi dana ormawa, tarif sewa ruangan dan bus untuk mahasiswa sesuai dengan status UNP sebagai Badan Layanan Umum (BLU), transparansi dana beasiswa, perbaikan fasilitas kampus, perlu adanya evaluasi dan perbaikan pelayanan akademik, dan penghapusan kebijakan jam malam. Saat penyampaian tujuh poin tersebut pada acara Satu Hari bersama Rektor, Drs. Ganefri, M.T., Ph.D., menjanjikan beberapa hal. Di antaranya, transparansi dana ormawa akan dilakukan pada 2017, evaluasi sikap dosen
akan diusahakan, jam malam telah dihapuskan, fasilitas kampus UNP sedang dalam masa pembangunan, namun akan diupayakan, begitu pun dengan transparansi beasiswa akan diusahakan. Sedangkan untuk UKT, Ganefri mengatakan bahwa sudah ada formula yang jelas untuk menentukan. Sementara terkait tarif BLU itu sudah jelas dalam SOP. “Untuk etika dosen, laporkan saja pada saya jika ada masalah, sedangkan UKT formula kita sudah jelas, tapi tidak bisa dibukakan, begitupun dengan BLU sudah jelas tarifnya” jelas Syukran menirukan apa yang dikatakan Ganefri. Syukran mengatakan, untuk mengawal janji rektor tersebut adalah tugas bersama seluruh mahasiswa UNP, karena MPM dan ormawa lain hanya memfasilitasi. “Mengawal aspirasi tidak hanya tugas MPM, tapi juga mahasiswa,” tegas Syukran. Begitupun untuk menjawab kekhawatiran mahasiswa akan aspirasi yang tidak sampai menjadi tugas bersama untuk membagikan informasi tersebut. Laporan: Ranti, Sri, Eka, Hamid, Vani*, Gezal*, Arrasyd*
WAWANCARA KHUSUS
Persiapan Menjadi Pemimpin Bangsa
Prof. Dr. Azwar Ananda, MA., Sebagaimana perannya sebagai agen perubahan, mahasiswa di tengah masyarakat juga dituntut untuk mampu membawa perubahan. Perubahan tersebut salah satunya tampak dengan pergerakan yang diadakan oleh mahasiswa. Pergerakan mahasiswa sendiri adalah kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya (wikipedia.org). Adapun bentuk pergerakan dapat berupa diskusi, seminar maupun berupa aksi. Untuk melihat bagaimana pergerakan mahasiswa di Universitas Negeri Padang (UNP), reporter Ganto, Windy Nurul Alifa dan Yulia Eka Sari mewawancarai Guru Besar Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP, Prof. Dr. Azwar Ananda, MA., di lantai satu gedung baru Pascasarjana UNP, Rabu (21/12). Berikut hasil wawancaranya. Menurut Anda apa makna dari pergerakan mahasiswa?
Dalam arti positif pergerakan mahasiswa menurut saya adalah kegiatan yang berguna untuk menyiapkan pemimpin dan politisi bangsa di masa depan. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan pergerakan mahasiswa yang ada. Semakin kritis mereka semakin bagus, apalagi sekarang tidak ada halangan. Di zaman saya, demo saja tidak boleh. Melakukan demo sedikit dipanggil oleh WR III. Sekarang kan tidak, jadi mahasiswa sekarang bisa lebih dinamis dibandingkan dengan mahasiswa zaman dulu. Pada intinya, menurut saya pergerakan mahasiswa bermanfaat untuk pengaderan pemimpin bangsa. Bagaimana seharusnya mahasiswa melakukan pergerakan? Pergerakan itu banyak bentuknya, ada diskusi, seminar, aksi, dan lain-lain. Selama mereka masih melakukan kegiatan yang bermanfaat dan menambah skill menjadi pemimpin bangsa, terserah bagaimana bentuknya. Jika sekarang pergerakan mahasiswa lebih ke diskusi atau seminar dan jarang melakukan aksi, tentunya dengan bentuk pergerakan yang demikian peran penting ada di BEM tingkat universitas. BEM Universitas Negeri Padang harus bisa mengkoordinir semua unit-unit untuk bergerak secara simultan. Makanya, program WR III dan program BEM harus dijabarkan untuk mengetahui pola pengembangan mahasiswa. Kalau misalnya setiap unit melakukan pergerakan sendiri-sendiri tentu tidak nampak. Walaupun sebe-
narnya tidak masalah juga bergerak sendiri-sendiri, karena ada tujuan yang berbeda, tetap harus ada agenda yang mempertemukan unit-unit tersebut, semisal dialog masing-masing fakultas tentang masalah-masalah yang harus di bahas sekali satu bulan. Lebih lanjut, dalam sekali tiga bulan masalah tersebut dibahas ke tingkat universitas. Pokoknya, minimal satu kali dalam satu semester tiap-tiap BEM atau ormawa lain yang ada di fakultas harus mengadakan seminar untuk membahas isu-isu terhangat. Kalau di zaman saya, setiap Hima akan mengadakan seminar akademik. Sekurang-kurangnya mengundang satu dosen dan satu aktivis. Hal ini juga merupakan sebagai pelatihan nalar untuk menjadi pemimpin bangsa. Apa perbedaan pergerakan mahasiswa dulu dengan sekarang? Untuk bergerak mahasiswa tentu harus dikomandoi oleh organisasinya. Inilah yang membedakan pergerakan mahasiswa dulu dan sekarang. Di masa saya, orde baru kita tidak punya organisasi tingkat universitas. Kami hanya punya organisasi tingkat fakultas namanya senat tingkat fakultas. Kalau sekarang sudah ada BEM UNP, MPM, dan UKM untuk tingkat universitas serta ada BEM Fakultas, BPM dan Hima untuk tingkat fakultas. Tentunya, adanya organisasi tersebut lebih bagus dibanding zaman saya. Namun, yang perlu diperhatikan adalah peningkatan pembinaan dan pengembangan dari bidang kemahasis-
waan oleh WR III. Pengembangan ini bukan hanya dari masalah kebangsaan. Dulu, ada tiga pengembangan di kemahasiswaan, di antaranya penalaran, bakat minat, dan kesejahteraan. Pergerakan itu kan mengacu kepada reaksi mahasiswa terhadap masalah kebangsaan dan isu-isu terkini. Di zaman reformasi, saya masih aktif membina mahasiswa, dan kebanyakan mahasiswa waktu itu aktif untuk melakukan pergerakan, sedangkan mahasiswa sekarang yang saya lihat tidak begitu aktif untuk melakukan pergerakan. Bagaimana tanggapan Anda dengan mahasiswa yang tidak ikut pergerakan? Merisaukan. Bagi saya tidak adanya pergerakan berarti tidak akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa. Perlu diingat, pemimpin bangsa itu tidak hanya presiden, Menjadi kepala sekolah juga pemimpin bangsa. Jika pergerakan mahasiswa tidak bagus, bagaimana mereka punya skill untuk menjadi pemimpin. Hal ini akan merisaukan kehidupan bangsa. Untuk itu, pergerakan mahasiswa perlu ditingkatkan, harus ada pengaderan pemimpin bangsa. Pengaderan tersebut tidak hanya dari akademik saja. Apa upaya yang harus dilakukan oleh universitas untuk mendorong mahasiswa agar lebih aktif melakukan pergerakan? Harusnya WR III ada program kerja terkait pergerakan mahasiswa, tapi saya tidak tahu apakah ada atau tidak, nanti tanyakan saja pada beliau. Seperti
sekarang sudah Desember 2016, seharusnya WR III mengadakan rapat dengan ketua-ketua organisasi mahasiswa di UNP untuk menyusun program kerja yang akan diadakan pada tahun 2017, seperti seminar. Kalau untuk sekarang tentunya kita hanya bisa berharap pada WR III yang baru untuk memperjelas program kerja mahasiswa yang dapat membina mahasiswa untuk menyiapkan diri menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Karena, menjadi pemimpin bangsa dimulai dari kegiatan aktivis. Bagaimana saran Anda untuk mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan? Mahasiswa sekarang jangan hanya kuliah-pulang. Karena untuk menjadi pemimpin di masa depan, mahasiswa tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan akademik, tapi juga harus punya pengalaman. Rugi mahasiswa jika tidak terlibat aktif dengan kegiatan kemahasiswaan. Baik kegiatannya dalam ruang lingkup kecil maupun dalam ruang lingkup yang lebih besar. Pengelolaan ruang lingkup tersebutlah yang akan mengasah kemampuan mahasiswa secara praktek dan memberikan p en galaman . Bagaimana harapan Anda untuk pergerakan mahasiswa UNP ke depan? Lebih aktif dan lebih mencerahkan. Karena kampus ini bukan menara gading, tapi kampus merupakan penerang bagi masyarakat. Sekecil apapun yang kalian lakukan untuk masyarakat, akan berarti banyak untuk masa depan.
LAPORAN
Edisi No. 194/Tahun XXVII
7
ARTIKEL
Diaspora Pergerakan Mahasiswa Oleh Fitri Aziza Pemimpin Umum SKK Ganto sudah menyimpang dan tidak berhaluan kepada pembangunan yang mementingkan rakyat. Mahasiswa menilai malah dengan kerja sama ini semakin
lam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Sumatra Barat dengan melakukan roadshow dari halaman Mesjid Al-Azhar menuju Kantor DPRD Sumatra
memperburuk kondisi ekonomi raky at. Pada 2016 ini, juga ada beberapa aksi yang dilakukan oleh mahasiswa, terkhususnya mahasiswa Sumatra Barat. Pada 21 Oktober 2016, terjadi aksi damai yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa yang tergabung da-
Barat. Mereka mengajukan lima tuntutan kepada pemerintahan Jokowi-JK. Aksi damai ini juga dilakukan oleh Aliansi BEM seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta pada hari yang sama. Dua pekan setelahnya Kantor DPRD Sumatra Barat kembali diramaikan oleh 300 mahasiswa
Grafis: Fauziah Safitri
Jika melihat kembali catatan sejarah pergerakan, munculnya sebuah pergerakan mahasiswa di Indonesia adalah hal yang tidak asing lagi. Pergerakan tersebut tercipta karena berbagai hal, mulai dari kegerahan bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang memaksa untuk meraih sebuah kemerdekaan bangsa, sampai gerakan yang menuntut sebuah perubahan pada penyelengaraan negara. Karena dianggap sudah tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Beberapa pergerakan mahasiswa bahkan mampu mereformasi struktur pemerintahan, seperti peralihan dari orde lama ke orde baru dan orde baru menuju reformasi. Kehadiran mahasiswa dengan gerakan pembaharuannya sangat diperlukan sebagai pengontrol implementasi kebijakan negara, sehingga keseimbangan negara dan kepentingan rakyat dapat terlaksana. Mahasiswa menyuarakan masalah, tidak terbatas dengan apa yang mereka rasakan melainkan tertuju pada realita atau kenyataan yang ada di masyarakat luas. Contoh pergerakan yang pernah dilakukan oleh mahasiswa, yaitu demonstrasi oleh ribuan mahasiswa pada 15 Januari 1974 yang kemudian dikenal dengan peristiwa Malari. Mereka merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah terkait kerja sama dengan pihak asing untuk pembangunan nasional. Para mahasiswa menganggap kebijakan pemerintah kala itu
yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang berasal dari UNP, Universitas Andalas, Institut Agama Islam Imam Bonjol Padang, dan mahasiswa Pasca Universitas Andalas. Mereka menuntut pemerintah dan Polri agar segera menangkap dan mengadili Basuki Tjahya Purnama alias Ahok atas kasus penistaan agama. Namun, terdapat perbedaan nyata dari ketiga peristiwa di atas. Perbedaannya adalah kekuatan mahasiswa dalam berhimpun. Jika dilihat, jumlah mahasiswa yang mengikuti aksi pada masa sekarang hanya berkisar ratusan orang dan mereka sudah merupakan gabungan dari beberapa perguruan tinggi di Sumatra Barat. Jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa UNP saja yang berjumlah kurang lebih 30 ribu orang, jumlah tersebut baru satu persen. Mengapa? Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini pergerakan mahasiswa terfokus pada kelompokkelompok masing-masing. Setiap organisasi sibuk dengan bidang kajiannya sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya diaspora pergerakan mahasiswa. Terceraiberainya orientasi pergerakan. Dengan semakin banyaknya alternatif gerakan yang dapat dipilih sesuai dengan minat, orientasi pergerakan tidak lagi terfokus pada aksi protes terhadap rezim yang ada. Contoh kecilnya dapat dilihat di UNP sendiri. UNP telah memiliki beragam organisasi pemi-
natan yang dapat diikuti oleh mahasiswa sesuai dengan minat dan keahlian masing-masing. Namun, setiap Unit Kegiatan cenderung terfokus pada bidang masing-masing. Maka, bukanlah suatu hal yang mengherankan jika pada aksi Orasi Menolak Lupa Tragedi G-30 S/PKI yang diadakan oleh Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik 30 September lalu hanya diikuti oleh puluhan mahasiwa UNP. Jika dilihat pada skala lebih luas, terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan ragam komunitas di Indonesia. Apabila kasus yang sama terjadi, maka kesatuan pergerakan mahasiswa akan semakin melemah. Oleh sebab itu, sudah saatnya mahasiswa kembali menyatukan ideologi pergerakan. Gerakan mahasiswa harus kembali kepada semangat yang sebenarnya, yakni memperjuangkan kepentingan rakyat dan kepentingan mahasiswa untuk memperjuangkan pendidikan nasional yang ilmiah, demokratis, dan mengabdi pada rakyat. Walaupun terpisah menjadi kelompok-kelompok kecil dengan bidang yang berbeda-beda, organisasi mahasiswa harus memiliki isu bersama yang akan diperjuangkan, yaitu hal-hal yang bermuara pada kepentingan rakyat. Gerakan mahasiswa sebaiknya menjadi gerakan yang benar-benar lahir dari sebuah perjuangan massa. Bukankah itu juga yang selalu digaungkan oleh Bhinneka Tunggal Ika? Bersatu dalam perbedaan.
ARTIKEL APA KATA MEREKA
Lebih Reaktif dengan Saling Menyelaraskan Aksi Mahasiswa UNP termasuk mahasiswa yang reaktif terhadap perkembangan yang ada, menyikapi banyak hal yang terjadi dengan menyampaikan aspirasinya kepada pihak-pihak terkait tanpa melalui kekerasan. Pergerakan seperti ini merupakan suatu hal yang positif selagi aksi ini dilakukan tidak dengan cara yang anarkis dan tidak mengorbankan diri sendiri. Pergerakan atau aksi mahasiswa pada tahun 90-an dahulu jika dibandingkan dengan pergerakan yang terjadi sekarang memang berbeda. Pada tahun 1998 itu pergerakan mahasiswa memang agak sedikit frontal, juga cukup ramai. Kemudian mahasiswa pada zaman sekarang ini, lebih banyak yang ikut aksi untuk menyampaikan aspirasinya, yaitu mahasiswa yang tergabung dalam organisasiorganisasi tertentu saja, lalu mahasiswa lainnya hanya mewakilkan saja suaranya kepada mereka yang telah aktif pada organisasi tersebut dengan tidak meninggalkan idealisme sebagai identitas mereka. Kemudian pada saat sekarang ini yang menjadi pertanyaan adalah apakah mahasiswa tersebut melakukan pergerakan atas dasar kemauan sendiri sebagai bentuk kontroversialnya atau atas perintah dari pihakpihak tertentu. Di UNP sendiri, baik atas kesadaran ataupun atas perintah, pergerakan mahasiswa tersebut mulai minim. Pilihan untuk menyampaikan aspirasi tergantung kepada mahasiswa tersendiri, sesuai dengan bidangnya masingmasing, seperti menulis, melukis, turun langsung ke jalan, dan lain sebagainya. Harapannya mahasiswa harus lebih responsif terhadap permasalahan yang ada, kemudian menyampaikan aspirasi melalui pergerakan yang elegan selaku kaum intelektual. Nofrion, M.Pd. Dosen Jurusan Geografi FIS UNP
Adek Indra Mahasiswa Jurusan Kimia UNP TM 2013
Pergerakan mahasiswa, yaitu mahasiswa menyampaikan pendapat atau aspirasinya melalui kegiatan atau cara-cara tertentu. Masing-masing fakultas maupun organisasi di UNP mempunyai cara dan gaya yang berbeda-beda dalam penyampaian pendapatnya. Contohnya seperti yang terjadi di FBS sendiri, mahasiswanya mengemukakan pendapat atau melakukan aksinya tidak dengan orasi, melainkan melaui karya seperti menggelar pertunjukan seni, lukisan, dan bentuk bahasa, seni, dan budaya lainnya. Begitu juga dengan fakultas-fakultas lainnya, mereka punya cara tersendiri dalam melakukan aksi tersebut. Menurut Saya, pergerakan mahasiswa UNP beberapa waktu belakangan ini cukup bagus, seperti adanya hari aspirasi mahasiswa yang di wadahi oleh MPM UNP, kemudian juga BEM UNP. Harapan untuk ke depannya, setiap fakultas yang ada di UNP menyelaraskan dan saling bersinergi dalam mengemukakan pendapat, sehingga dapat berdampak baik d a n menghasilkan satu garis kebersamaan. Hal tersebut tidak akan dapat tercapai tanpa adanya dukungan dari pihak universitas dan juga pejabat mahasiswa di tingkat universitas.
Ahmad Fauzan Yusman Wakil Gubernur BEM FBS UNP
Pergerakan mahasiswa merupakan sarana bagi mahasiswa menyalurkan aspirasinya, dapat melalui aksi damai maupun berupa pergerakan-pergerakan lainnya. Pergerakan mahasiswa, khususnya mahasiswa UNP, belum terlihat aksi dalam bentuk apa yang mereka lakukan. Mahasiswa UNP saat sekarang ini masih kurang kritis dalam melakukan pergerakan dan menyampaikan aksinya. Kemudian minat mahasiswa UNP secara keseluruhan masih sangat kurang. Selain itu pada saat sekarang ini pemerintah telah merancang kurikulum yang sangat padat bagi mahasiswa, sehingga hari-hari mahasiswa hanya dipadatkan dengan belajar ini dan itu, dan tidak terpikirkan lagi untuk melakukan aksi-aksi untuk melawan kebijakankebijakan yang ditetapkan. Harapan untuk ke depannya mahasiswa selaku kaum intelektual yang terpelajar, hendaknya lebih kritis dan aktif karna mahasiswa juga sebagai pengawal pergerakan bangsa.
KONSULTASI
8
Edisi No. 194/Tahun XXVII
KONSULTASI AGAMA
Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email redaksiganto@gmail.com atau diantarkan langsung ke Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Islam Memandang Kebhinekaan
Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A. Indonesia merupakan negara dengan keberagaman suku, ras, dan agama. Agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk Indonesia. Namun, akhir-akhir ini, komentar miring terkait Islam sangat banyak tersebar di media, seperti pada kejadian 411 dan 212. Sebelum aksi damai dilangsungkan, tersebar berita yang menyatakan bahwa Islam anti NKRI. Berita tersebut seolah-olah menyiratkan bahwa Islam merupakan agama yang menolak keras segala bentuk perbedaan yang ada. Tetapi faktanya, aksi damai yang dilakukan pada 411 dan 212 tersebut berjalan dengan lancar dan indah. Dari kejadian tersebut, sebenarnya, bagaimanakah pandangan Islam terhadap kebinekaan yang ada di NKRI? Vivi Yulanda Ajizah Mahasiswa Pendidikan Geografi TM 2014 Jawaban: Ananda Vivi! Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Maksudnya, agama yang menebarkan rahmat kepada seluruh alam, baik manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan (lingkungan hidup). Islam juga mengakui dan menghargai perbedaan yang ada karena perbedaan merupakan kodrat yang tak terbantahkan. Perbedaan itu meliputi; ras, bangsa, suku bangsa, bahasa, warna kulit bahkan agama/keyakinan (Q.S.49:13; S.30:22; S.10:99).
Dalam menyikapi perbedaan, Islam tidak hanya mengajarkan toleransi yang bersifat pasif tapi juga toleransi aktif. Buktinya Al-quran mengajarkan persaudaraan (ukhuwah) dalam arti yang luas yang meliputi; (a) persaudaraan kemanusiaan/ukhuwah insaniyah (b) persaudaraan kebangsaan/ukhuwah wathoniyah, dan (c) persaudaraan seiman/ukhuwah imaniyah. Untuk membangun persaudaraan kemanusiaan dan kebangsaan, Allah berfirman: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S.49:13). Untuk membangun persaudaraan seiman, Islam mengajarkan bahwa orangorang beriman itu berada dalam satu persaudaraan. Allah berfirman: “orangorang beriman itu Sesungguhnya bersaudara, sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S.49:10). Sedangkan untuk menjaga atau memelihara persaudaraan, Al-quran mengajarkan agar kita senantiasa menjauhi halhal yang berpotensi merusak hubungan persaudaraan itu. Hal tersebut, yakni saling merendahkan satu sama lain, mencela diri dengan mencela orang lain, saling memanggil dengan panggilan yang buruk, prasangka yang berlebihan, mencari-cari kelemahan atau aib seseorang, dan menggunjing (ghibah, gosip) ( Q.S.49: 11- 12) . Islam menyuruh umatnya berbuat baik dan adil terhadap nonmuslim selama ia tidak memerangi Islam dan umatnya (Q.S.60:8). Tetapi Islam hanya melarang umatnya berhubungan baik dengan nonmuslim yang telah memerangi umat Is-
lam serta mengusirnya dari negerinya (Q.S.60:9). Islam juga tidak mengajarkan kepada umatnya memerangi orang-orang kafir sebelum mereka memerangi Islam dan umatnya (Q.S.2:189). Perintah untuk memerangi orang-orang kafir itu pun hanyalah dalam rangka mengantisipasi timbulnya fitnah (Q.S.2:193) dan bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan lima kebutuhan manusia yang amat mendesak (aldharuriyyat al-khamsah), yakni nyawa, akal, harta, keturunan serta kehormatan, dan agama. Inilah sikap yang diterapkan oleh Rasulullah dalam menyiarkan Islam sehingga Islam tersebar ke seantero penjuru dunia. Pertumbuhan serta perkembangan Islam ibarat tanaman yang mulanya berupa kecambah kemudian tumbuh dan berkembang pada batangnya yang kokoh dan menakjubkan yang menanamnya sehingga membuat jengkel orang-orang kafir (Q.S.48:29). Umat Islam Indonesia sampai saat ini meru pakan jumlah terbesar di antara negara-negara du nia. Karena itu, secara logika, perju angan bangsa Indonesia dalam merebut serta mempertahankan kemerdekaan, jelaslah itu sumbangan terbesar dari u mat Islam, tanpa menapikan perjuangan umat beragama lainnya. Sedangkan bangsa-bangsa yang pernah menjajah Indonesia notabenenya adalah penganut Kristen Katolik. Maka perju angan umat Islam melawan penjajah saat itu bu kan saja karena mereka menjajah tapi ju ga karena bertentangan dengan akidah Islam dan mempertahankan lima kebutuhan yang amat vital seperti dikemu kakan di atas. Tetapi umat Islam Indonesia tidak pernah memerangi nonmuslim yang tidak menjajah bagsa Indonesia, bahkan selalu menjaga hubungan baik dengan mereka. Buktinya, umat Islam Indonesia bisa hidup berdampingan dan damai dengan umat lain seperti Kristen, Hindu, Budha bahkan Konghuchu. Nah, jika ada
kalangan yang menuduh umat Islam Indonesia anti kedamaian dan kebhinekaan, berarti mereka tidak memperhatikan fakta sejarah. Kalau pun ada kasus-kasus penolakan terhadap nonmuslim pasti dilatarbelakangi oleh suatu persoalan yang amat mendasar dalam keyakinan mereka seperti pelecehan terhadap Islam dan simbol-simbol Islam. Seharusnya diperhatikan dulu akar persoalannya, jangan hanya melihat sesuatu yang terjadi di permukaan saja. Ingat, kata radikal yang berasil dari radic (Ing.) makna dasarnya adalah akar. Jadi seorang yang disebut radical itu adalah orang yang bisa berpikir secara mendasar sampai ke akar persoalan, bukan “kekerasan”. Inilah satu contoh pemutarbalikan konsep sehingga berakibat pemutarbalikan makna dan berujung pada pemutarbalikan pemahaman yang berbuah kekeliruan besar. Terkait dengan aksi u mat Islam 411 dan 212 yang lalu merupakan salah satu bentuk penyampaian aspirasi yang dilindungi oleh konstitusi dan HAM dalam sebu ah negara yang berdemokrasi. Sepengetahuan saya, tidak ada di situ tu ntutan yang bersifat anti pada NKRI. Nah, jika ada indikasi penyimpangan mu ngkin saja ada pihak-pihak tertentu yang bertengger di atas lu apan massa, dan tidak tertu tu p pu la kemu ngkinannya ada di sana “maling meneriakkan maling”. Itu hanyalah ekses dari demokrasi itu sendiri. Di situlah diuji kejelian serta profesionalitas aparat penegak hu ku m dan keamanan agar mampu memilih dan memilah persoalan yang terjadi. Jangan cepat menyimpu lkan bahwa umat Islam Indonesia anti kebhinekaan. Itu adalah kesimpu lan yang bias dan tidak ilmiah. Adapun isu yang beredar baik di mediasosial maupun media lainnya yang menyatakan bahwa Islam adalah anti NKRI adalah isu yang mengada-ada karena tidak sesuai dengan fakta yang ada. Waspadalah! 3x
KONSULTASI KESEHATAN
Penyebab Nyeri Telinga nakan handsfree di telinga bagian kanan saya saja, telinga bagian kiri saya tetap bermas alah? Mahasiswa UNP
Diasuh oleh Dr. Pudia M. Indika Assalamualaikum Wr.Wb. Beberapa bulan belakangan ini, telinga bagian kiri saya sering merasa sakit, dan berdenging. Biasanya, jika sedang kambuh, rasa sakit itu bisa terasa hingga sebagian kepala saya. Saya juga merasa kemampuan mendengar telinga bagian kiri saya sedikit berkurang seperti ada sesuatu yang menghambat di dalamnya. Saat ini, jika saya mendengarkan sesuatu mengunakan handsfree, beberapa jam kemudian telinga saya pasti bermasalah seperti keluhan di atas. Padahal, saya hanya mengunakan handsfree di telinga bagian kanan saya saja. Sebenarnya, apa penyebabnya? Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Dan, kenapa jika saya mendengarkan sesuatu menggu-
Waalaikumsalam Wr.Wb Salam Sehat … Telinga yang mengalami sakit, berdenging, dan merasakan pendengaran yang berkurang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Serumen Prop Adalah suatu kondisi telinga dipenuhi dengan serumen (kotoran telinga) yang menggumpal dan keras yang membentuk sumbatan pada liang telinga. Serumen merupakan suatu cairan yang lengket dan berwarna kuning yang dihasilkan oleh kelenjar di liang telinga. Serumen berfungsi untuk melapisi kulit dari gangguan luar (masuknya benda asing) dan infeksi. Penyebab paling banyak yang dapat menimbulkan serumen prop menjadi menggumpal adalah seringnya membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud dan mengoreknya cukup dalam sehingga serumen terdorong ke dalam telinga dan menggumpal serta menyum-
bat liang telinga. Hindari penggunaan peralatan seperti cotton bud, pensil, dan lainnya untuk membersihkan telinga karena dapat mendorong serumen lebih ke dalam. Dibutuhkan pelunak dari serumen dalam membersihkannya. 2. Peradangan Peradangan dapat terjadi pada telinga bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam. Umumnya keluhan seperti yang anda rasakan berasal dari telinga bagian tengah. Peradangan atau infeksi pada telinga dalam istilah medis disebut dengan otitis. Penyebab otitis adalah bakteri atau virus. Biasanya merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernapasan atas. Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Infeksi ini dapat menyebabkan gendang telinga robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah. Sehingga memerlukan penanganan segera dari dokter spesialis THT. 3. Barotrauma Adalah gangguan telinga yang terjadi akibat perubahan tekanan udara di telinga luar dan telinga tengah yang
dipisahkan oleh gendang telinga. Penyebab terjadinya barotrauma adalah penyumbatan pada saluran eustachius. Faktor risiko terjadinya gangguan ini adalah perubahan ketinggian dan hidung tersumbat. Apabila terjadi perubahan tekanan secara tiba–tiba, maka untuk menyamakan tekanan di telinga tengah dan mengurangi rasa nyeri dapat diatasi dengan mengunyah dan menelan yang dapat membantu membuka tuba eustachius sehingga udara dapt keluar masuk untuk menyamakan tekanan dengan udara luar 4. Paparan suara Telinga manusia mampu mendengar frekuensi bunyi antara 16–20.000 Hz. Kebisingan dapat menyebabkan ketulian progresif. Paparan kebisingan dari lingkungan termasuk penggunaan handsfree sehari–hari dapat menurunkan daya dengar lebih kurang 4.000 Hz. Agar tidak berkurangya daya dengar sebaiknya penggunaan handsfree tidak lebih dari 2 jam sehari dengan volume sedang. Pengobatan harus dilakukan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter menggunakan otoskop agar dapat diketahui bagian kerusakan yang terjadi. (dr.PM) Semoga bermanfaat.
9
Edisi No. 194/Tahun XXVII
KRITIK ENGLISH CORNER
ENGLISH CORNER
Internet, Friend or Foe? By Dian Montanesa Now a day, internet is not rare things like several decade before, internet becomes familiar things and cannot be separated with human life’s anymore. Everyone can use internet wherever they want, as long as they have packet data or pulsa to get connect with internet. Even peoplenow can use internet freely because of several places have provided by free Wi-Fi. Currently the expert user of internet not only young generation, but also old generation and children generation, which is the function of internet are not just for entertaining but for educating too.Surfing in internet cannot circumscribe the limit of knowledge, everyone freely searching what they want to search, depends on what they interest with. Interestingly, the side of internet is not only positives side, but also negatives side, the analogy of internet is like a knife, it has two eyes, negatives and positives, it’s depend on the user want to use internet for good or bad things. Ironically most of teenagers didn’t realize that internet in one side can be very
beneficial and in other side can be very hazardous, teenagers forgot to filter what they saw and found in internet. Roger E. Hernandez a researcher of teenagers life and internet mention that relation between teenagers and internet are very close, when teenagers want to know the schedule of film teenagers will check it on internet, when teenagers want to know score of sport competition they will check it on internet, when teenagers want to finish the homework they will search it on internet, teenager browsing internet when they want to get contact with their friends, for download the music,do shopping online, and want to know much about lovely K-Pop artist and learning about Senegal language, dangerously several teenagers use internet for reveal their personal secret so everybody in the world will know that. In urban lifestyle the impact of internet is very sharply, So many teenager forgot how to communicate with oldest people politely, it’s happen because of internet in their hand, and they forgot to build effective commu-
nication when they speaking. Actually media social extremely can increase the effectively of communication, because the farest friends can be the closest friend when using internet, but in reality when several teenager are gathering they are not talking one to another, they only focus on the smartphone that they operated and forgot to invite peoples around them to talk. Basically the function of advances technology is to help human life become more easy, and to minimising human involvement in the working activities. Factly internet is one of the advance technology but now internet has changed the system of social life because the weak of social control to guide that. Unquestionably internet can be people’s friend when people can use internet wisely, for instance internet using for searching the knowledge, searching newest information, or for build connection with old friend. Oppositely internet also can be foe when people cannot use internet positively, for instance internet use to bullying someone, open negative content of
Diasuh oleh Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd.
Assalammualaikum wr. wb. Kepada Yth. Dian Montanesa di Ganto Tulisan Anda dengan judul Internet, Friend or Foe? terlihat cukup bagus. Akan tetapi, setelah Saya baca secara keseluruhan dari awal sampai akhir, Saya terpaksa mengernyitkan dahi karena begitu banyak kelemahannya. Kelemahan pertama adalah dari segi bahasa. Hal ini tampak pertama dari penulisan ejaan, pilihan kata, dan penjamakan. Kedua, dari segi tata bahasa Saya begitu banyak menemukan kalimat yang kekurangan unsure dan ketidakjelasan maksud. Kesalahan kata, tatabahasa dan ejaan Saya tebalkan agar penulis bisa mempelajari lagi apa kesalahannya. Hal ini penting karena tulisan yang bagus jika tidak disajikan dengan bahasa yang
baik dan benar, hasil dan maksudnya tentu tidak maksimal. Pembaca akan menjadi bingung memahami isi tulisan Anda. Saya menyarankan agar penulis mempelajari lagi bahasa Inggris dengan tekun dan optimal. Berikutnya adalah soal penyajian tulisan. Dalam menyajikan ide, seorang penulis harus mengikuti sistematika dan proses yang benar. Penulis harus mengerti betul mana yang kalimat tesis, dan kalimat pendukung. Selain itu, penulis juga harus mengerti dengan baik tentang pola paragraf dan kata transisional. Sungguhpun banyak terdapat kesalahan pada tulisan Dian ini, Saya tetap memberikan apresiasi yang tinggi karena sudah memiliki keberanian menulis di Ganto. Teruslah belajar giat dan semoga ke depan makin baik.
SOSOK
Gali Potensi Melalui Organisasi
M
uttaqin Kholis Ali, alumnus Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan orang yang peduli dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa (ormawa) selingkungan UNP. Kepeduliannya terhadap ormawa terbukti dengan kehadirannya dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh ormawa UNP. Tak jarang, ia menjadi pemateri ataupun juri dalam kegiatan tersebut. Selama menimba ilmu di FT UNP ia aktif di ormawa yang ada di UNP. Terakhir ia menjabat sebagai Sekretaris Jendral Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP periode 2015-2016. Alumnus UNP yang sudah aktif berorganisasi semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama ini mengatakan bahwa mahasiswa suka berorganisasi sebab pada dasarnya tidak ada mahasiswa yang suka sendiri. Hanya saja, kebanyakan mahasiswa terbentur dalam memilih organisasi yang ingin ia ikuti, karena mareka merasa tidak ada ormawa yang sesuai dengan keterampilan atau bakat yang dimilikinya. Kendala lainnya ialah mahasiswa tidak mengetahui pentingnya organisasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya sosialisasi yang komprehensif. Kendala-kendala tersebut, kata Muttaqin mengakibatkan antusias mahasiswa UNP untuk mengikuti ormawa termasuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) masih minim. Solusinya harus ada komitmen bersama antara aktivis dengan pembuatan kebijakan akan regulasi organisasi. Komitmen tersebut harus bersifat terikat dan memilki konsekuensi yang jelas bila komitmen tidak terlaksana dengan semestinya. Sebab organisasi bukanlah ekstrakulikuler seperti anggapan mahasiswa pada umumnya. Organisasi dan akademik bukanlah suatu pilihan melainkan keharusan untuk menjalankannya secara
beri mbang. Selain itu, sosok yang pernah menjadi Ketua OSIS di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang Sidempuan ini mengimbau agar pengurus ormawa UNP membuat organisasinya menjadi penting bagi mahasiswa. Caranya ialah dengan menunjukkan manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah bergabung dengan organisasi itu. Hal ini akan membuat mahasiswa tertarik menjadi bagian dari organisasi tersebut. “Orang akan mengejar sesuatu yang menurutnya penting,” ujar Sekretaris Umum LSM Lembaga Swadaya Masyarakat Pemerhati Inprastruktur Pembangunan Daerah (PIPD) ini, Jumat (16/12).
“
Sadari potensi diri sendiri, ikuti ormawa yang diminati dan temukan style baru di ormawa tersebut,” Muttaqin Kholis Ali Alumnus Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) Muttaqin juga menceritakan pengalamannya saat berburu organisasi dahulu. Ia mengatakan bahwa sebelum bergabung dengan BEM UNP, ia pernah mendaftar dan mengikuti proses pemagangan diberbagai ormawa yang ada di UNP. Namun, setelah melaluinya, ia merasa tidak cocok sehingga mencari ormawa yang menurutnya sesuai dengan minatnya. Menurutnya dari berorganisasi, ia dapat mengetahui potensi dirinya sendiri. “Sadari potensi diri sendiri, ikuti ormawa yang diminati dan temukan style baru di ormawa tersebut,” pesann ya. Hal yang penting ketika menjadi
bagian dari suatu organisasi, kata Muttaqin ialah motivasi. Mayoritas mahasiswa mempunyai motivasi utama masuk organisasi untuk aktualisasi dan eksistensi diri. Padahal aktualisasi dan eksistensi diri didapatkan setelah berkecimpung dalam organisasi tersebut. Muttaqin mengibaratkannya seperti kesuksesan hidup. Menurutnya, kesuksesan hidup tidak dilihat dari pencapaian-pencapaian
dunia yang telah dilalui untuk kepentingan pribadi. Tetapi kesuksesan hidup dapat dilihat dari manfaat yang diterbarkan sesorang kepada khalayak luas selama hidupnya. Sehingga ketika orang tersebut tiada, ia tetap dikenang dan dihadiahi doa. “Kesuksesan itu intinya ialah pengabdian,” ujarnya. Oleh karena itu , kata Muttaqin, jika masu k organisasi jangan hanya termotivasi u ntuk menjadi pemimpin organisasi, karena pemimpin hanya akan menjadi dampak dari apa yang telah dilakukan
selama berada di organisasi tersebut. Lebih lanjut, Muttaqin menjelaskan bahwa aktivis bukanlah orang yang hanya aktif di sebuah organisasi. Tetapi aktivis ialah orang yang terbiasa berpikir terstruktur dan mampu menyederhanakan kerja. “Organisatoris itu kekuatan pikiran, kefasihan berbahasa, dan kepekaan perasaannya bisa selaras,” tutupnya. Ermiati Harahap
OPINI
10
Edisi No. 194/Tahun XXVII
In Memoriam Mohamad Ansyar Oleh Fakhruddin Arrazzi Mahasiswa Jurusan Fisika TM 2013
“Pulau Pandan jauah di tangah Di balik Pulau Angso Duo Hancua badan dikanduang tanah Budi baiak takana juo” —Pantun Minang Prof. Mohamad Ansyar, Ph.D. merupakan Rektor Institut Keguruan Ilmu Padang (IKIP) terakhir sekaligus Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) pertama. Ansyar, demikian beliau akrab disapa, pernah menjabat sebagai Rektor IKIP Padang selama dua periode, yaitu tahun 1991-1995 dan 1995-1999. Beliau juga pernah menjabat sebagai Rektor UNP selama beberapa waktu pada tahun 1999. Bapak Ansyar lahir di Lubuk Linggau pada 25 Agustus 1939, dan dibesarkan di kampung halamannya, Kotokaciak, Maninjau, Sumatera Barat. Beliau meninggal pada hari Sabtu, 19 November 2016, pukul 19.25 WIB, di Rumah Sakit M. Djamil Padang. Bapak Ansyar juga pernah menjadi pensiunan Guru Besar UNP. Beliau menyelesaikan program Sarjana Muda (BA) Jurusan Bahasa Inggris IKIP Padang di Bukittinggi pada tahun 1966, dan memperoleh gelar Drs. Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di IKIP Malang pada tahun 1971. Beliau juga pernah mengikuti The One Years Diploma Course, pendidikan bahasa Inggris di SMEO-RELC Singapore pada tahun 1972. Sementara itu, gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang studi Curriculum and Instruction diraihnya di Indiana University, Bloomington, Indiana, U.S.A. pada tahun 1981. Demikianlah perjalanan karir dan pendidikan Bapak Ansyar. Hingga wafatnya, beliau masih mengajar di program S-1, S-2, dan dan S-3 di UNP. Waktu itu, penulis yang merupakan reporter di Surat Kabar Kampus Ganto UNP mendapatkan tugas untuk mewawancarai beliau. Saat itu, kami akan mengangkat laporan tentang Dies Natalis UNP 62 dan sejarah perluasan mandat IKIP Padang menjadi UNP pada tahun 1999. Maklum, beliau merupakan rektor di masa peralihan IKIP Padang menjadi
UNP. Dengan salah seorang teman, penulis pun pergi ke rumah beliau di Jalan Tempua II Nomor 29, Padang pada Kamis, 20 November 2016. Dalam kenangan saya, Bapak Ansyar merupakan seorang pribadi yang ramah, baik, murah senyum, rendah hati, dan mengayomi. Setelah kami sampai di rumahnya, kami pun memperkenalkan diri. Beliau menyambut kami dengan antusias. “Dari Ganto ya? Sudah lama saya tak diwawancara oleh Ganto,” kelakarnya. Kami lalu mewawancarai beliau seputar sejarah perluasan mandat, kendala yang dihadapi, dan harapannya untuk UNP ke depan. Beliau bercerita bahwa perubahan IKIP Padang menjadi universitas berawal dari tawaran yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan syarat mandat yang diperluas. Artinya, UNP tetap berfokus kepada pendidikan guru, tapi bidang studinya diperGrafis: kuat. Sewaktu masih kuliah di Amerika, beliau sudah menyadari bahwa UNP akan mendapatkan tawaran tak terduga. Jadi, sebagai Wakil Rektor I, beliau pun membuat sebuah kebijakan bahwa UNP memberikan kesempatan kepada dosen-dosen untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S-2 dan S-3 dengan beasiswa. Beliau berkelakar, bahwa waktu itu jumlah dosen yang begelar magister dan doktor masih dalam hitungan jari. “Sekarang, sudah banyak ya?” imbuhnya. Menurut Bapak Ansyar, dosen merupakan aset terbesar dalam sebuah universitas. Tanpa dosen, universitas tidak akan ada artinya. Aset ini harus ditingkatkan profesionalismenya demi memperkuat bidang studi. Dosen yang baik adalah dosen yang bukan hanya bisa
mengajar, tapi juga mampu membelajarkan mahasiswanya. Bapak Ansyar bercerita bahwa beliau pernah memarahi salah seorang dosen yang mengajar mahasiswanya dengan cara berbicara terus-menerus. Dosen tersebut hanya menjalankan komunikasi satu arah. Hal ini tentu membuat mahasiswa jadi individu yang tidak apatis. Dosen yang baik adalah dosen yang mampu menumbuhkan keterampilan belajar sendiri kepada mahasiswanya. Jadi, peningkatan mutu menjadi suatu hal yang tidak bisa dielakkan. Beliau berharap UNP berhasil dalam menjalankan misinya sebagai mandat yang diperluas. Wawancara tersebut akhirnya dimuat di rubrik Wawancara Khusus berjudul Peningkatan Mutu Seperti Berlayar ke Horizon. Rubrik Wawancara Khusus ini menjadi pelengkap edisi 193 No. 1 9 3 / T a h u n XXVII dengan tema Di Balik Sebuah Perayaan. Doly Andhika Lebih kurang ada setengah jam kami wawancara. Sesekali, di pertengahan wawancara, beliau berhenti sesaat untuk mempersilahkan kami untuk minum. “Maaf, hanya air putih!” ujarnya. Sebetulnya, bukan air putih. Tapi, minuman bersoda. Minuman tersebut disuguhkan oleh isterinya ketika kami baru datang. Di akhir wawancara, beliau permisi sebentar untuk mengambil buku karangannya yang berjudul Kurikulum; Hakikat, Fondasi, Desain, dan Pengembangan. Buku yang setebal bantal tersebut merupakan revisi buku Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (1989) yang disponsori dan diterbitkan oleh Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (P2-LPTK), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku
tersebut diterbitkan sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa, praktisi dan aktivis kurikulum serta pembaca yang tertarik dengan kurikulum pendidikan. Buku ini menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menegetahui masalah kurikulum dan pembelajaran dilihat dari berbagai dasar utama pengembangan k u ri ku lu m. Bapak Ansyar merupakan pribadi yang suka membaca. Beliau bercerita bahwa sewaktu jabatan rektornya berakhir, maka yang dikejarnya terlebih dahulu adalah membaca buku-buku yang belum sempat dibacanya sewaktu menjadi pejabat kampus. Maklum, menjadi pejabat kampus merupakan sesuatu yang sibuk dan memerlukan konsentrasi. Hal itulah barangkali yang menyebabkan waktu membaca buku jadi berkurang. Dia melampiaskan hasrat membaca bukunya tersebut di waktu-waktu senggang seperti sekarang. Beliau juga bercerita bahwa, setelah buku ini terbit, penerbit memberikannya sepuluh buku. Dia pun jadi binggung ingin memberikannya kepada siapa. Sewaktu Ganto datang ke rumahnya untuk wawancara, beliau pun terbersit memberikannya satu. Beliau meminta kami agar membuka langsung buku tersebut untuk ditandatangani olehnya. “Ini untuk perpustakaan Ganto. Jangan lupa dibaca ya!” ujarnya. Maka, jadilah kami pulang dari wawancara itu tanpa tangan kosong. Kami membawa oleh-oleh buku dari Bapak Ansyar. Dan, ini sangat mengagumkan. Jarang-jarang kami diberi buku oleh narasumber, apalagi oleh seorang mantan Rektor UNP. Sewaktu kami masih dalam pertengahan proses penggarapan edisi 193, kami pun mendapatkan berita duka, bahwasanya beliau pulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Innalillahi wainna ilaihi raji’un! Tidak dapat dipungkiri, di usia senjanya, beliau masih memikirkan UNP agar bisa menjadi lebih maju ke depannya. Semoga jasa-jasa beliau agar UNP bisa menjadi seperti sekarang bisa menjadi amal jariyah bagi beliau. Aamiin.
Dilema Guru Profesional Oleh Leo Randus Saragih, S.Pd Peserta PPG SM-3T Angkatan 4 UNP 2016 Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas 2004, sertifikasi pendidik merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen menjadi tenaga profesional. Bukti tersebut diberikan oleh universitas yang menjadi mitra pemerintah sebagai lembaga pengelola sertifikasi. Sertifikasi terdiri atas sertifikasi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Guru Tetap Yayasan, dan Guru Non-PNS yang diangkat oleh pejabat berwenang dengan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) selama beberapa hari. Dengan mengikuti rangkaian kegiatan dan lulus seleksi, peserta PLPG mendapatkan setifikat, serta berhak menerima tunjangan sertifikasi guru. Demikian pula halnya dengan Pendidikan Profesi Guru (PPG) berasrama dengan pendidikan selama satu tahun. Kegiatan yang dilakukan berupa workshop pembuatan perangkat pembelajaran dan praktek lapangan di sekolah mitra sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selama mengajar di daerah 3T, saya sebagai peserta PPG Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) yang ditempatkan di Kabupaten
Maluku Barat Daya, menemukan masalah mengenai kinerja guru yang sudah sertifikasi, dalam arti sudah profesional. Faktanya, beberapa guru senior yang sudah sertifikasi ternyata memiliki kinerja dan kompetensi yang justru tetap. Apalagi di daerah 3T, sistem pengawasan yang kurang baik dari Dinas Pendidikan setempat, membuat kinerja guru profesional menjadi tambah ‘bobrok’. Setidaknya realita di tempat saya mengabdi merupakan salah satu contoh dari beberapa daerah yang kinerja guru profesionalnya tidak seimbang dengan tunjangan kesejahteraan. Saat ini saya mendapatkan kesempatan mengikuti Beasiswa PPG. Selama mengikuti kegiatan tersebut, terlihat bahwa perhatian pemerintah begitu besar terhadap peningkatan kinerja dan profesional seorang guru. Ketika mengikuti PPG ini, semua biaya hidup ditanggung oleh pemerintah, seperti akomodasi, transportasi, uang saku, dan uang buku. Peserta dibekali dengan pendidikan berasrama, pelatihan jurnalistik, KMD Pramuka, public speaking, pekan olahraga, latihan kepemimpinan, dan pensi. Semua kegiatan telah dirancang khusus oleh pengelola. Sehingga jelas output dari PPG
adalah guru profesional. Ketua pengelola Sertifikasi PPG Universitas Negeri Padang, Prof. Agustina, M.Hum., dalam sambutannya menyatakan bahwa program PPG sedang dipertanyakan kompetensinya oleh pemerintah, yaitu adanya indikasi para guru yang sudah disertifikasi namun kinerjanya tetap, bahkan sama dengan guru yang belum sertifikasi. Hal ini sangat disayangkan. Sebenarnya apa yang salah dengan sistem sertifikasi guru? Jika seorang guru dinyatakan profesional oleh lembaga pengelola sertifikasi melalui rangkaian kegiatan beberapa hari, bisa saja para calon guru profesional ini mengikutinya dengan serius dan dinyatakan lulus. Namun pada fakta di lapangan, belum tentu demikian. Jadi siapa yang rugi? Pemerintah membayar mahal, namun kinerja tidak maksimal dan kualitas pendidikan siswa tidak ada perkembangan. Jika kejadian ini berlanjut secara terus menerus, maka pendidikan Indonesia akan tetap stagnan, apalagi pendidikan di daerah tertinggal. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan dalam acara Debat Pilkada DKI di Net TV yang menyinggung mengenai pendidikan juga menya-
takan bahwa mutu pendidikan dapat ditingkatkan jika ada proses pendidikan yang baik. Hal yang menjadi konsentrasi adalah mutu seorang guru, bukan hanya sertifikasinya. Dan permasalahannya menurut Anis adalah guru yang sudah sertifikasi namun kinerjanya tetap. Selayaknya, guru yang sudah sertifikasi itu menjadi pribadi menyenangkan di sekolah, sehingga membuat anak senang dan cinta belajar. Fakta ini seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah. Dengan masalah kinerja guru sertifikasi, seharusnya pemerintah mengkaji ulang perekrutan tenaga pendidik. Guru yang direkrut pemerintah haruslah memiliki minat menjadi seorang guru. Namun kenyataannya, di berbagai daerah praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme menjadi masalah utama dalam perekrutan tenaga pendidik sehingga berdampak pada kinerja para tenaga pendidik. Begitu pun dengan perekrutan calon guru di universitas. Semestinya seleksi yang dilakukan benar-benar objektif, sehingga mahasiswa yang terpilih menjadi calon guru adalah yang benar-benar berminat menjadi guru. Dan para guru inilah yang di kemudian hari menjadi guru profesional.
OPINI
Edisi No. 194/Tahun XXVII
11
Mahasiswa Mengangggur Oleh Sri Gusmurdiah Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2012
Tanpa disadari keadaan inilah yang tengah berkembang di kalangan mahasiswa era sekarang, yang disebut dengan “mahasiswa menganggur”. Mahasiswa tapi pengangguran. Masalah demikian timbu l karena mahasiswa hanya disibukkan mengejar nilai, namu n kegiatan nonakademik sering diabaikan. Tak urung, fase yang dilewati hanyalah ku liah, skripsi, dan wisuda. Apakah menjadi mahasiswa hanya cu ku p dengan belajar sesuai jurusan yang diampu? Ketika kuliah, mahasiswa cenderung beranggapan aktivitas di luar perkuliahan hanya akan menganggu hasil dan memperlambat masa studi. Namun, sejatinya tidaklah demikian. Kesibukan tidak selalu menjadi masalah. Mahasiswa yang aktif berorganisasi tidak selalu bermasalah dan terlambat dalam menyelesaikan masa studinya. Mereka tetap bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu sekaligus memiliki kecakapan yang memadai untuk siap terjun ke lingkungan kerja. Artinya, walaupun mahasiswa super sibuk dengan berbagai kegiatan organisasi, perkuliahan tetap diutamakan dan tidak dikesampingkan. Idealnya, mahasiswa memang tidak sekadar menjadi mahasiswa. Atau menjadi “mahasiswa menganggur” yang hanya sibuk belajar dan berkutat dengan perihal akademik semata. Tetapi, mahasiswa juga harus memiliki kegiatan dan kesibukkan yang dapat mengembangkan kemampuan nonakademik dan sosial. Banyak hal positif yang dapat dilakukan, seperti mengikuti ektrakurikuler di kampus, bergabung dengan berbagai komunitas, menjadi relawan, atau bahkan bekerja paruh waktu. Mahasiswa sibuk cendrung lebih
berprestasi baik. Jika pada usia anak hingga remaja Meski tidak seluruhnya, namun tak kesibukan memberikan pengaruh positif, bisa dipungkiri bahwa mahasiswa yang pada orang dewasa kesibukan juga tak berprestasi merupakan mahasiswa yang kalah bermanfaat. kesehariannya dijalani dengan berbagai Kesimpulan Mahoney tersebut tenkesibukan. Tentunya, kesibukan yang tunya juga berlaku pada mahasiswa dilakukan mahasiswa tidak sekadar sibuk sebagai manusia dewasa. Ketika mahatak menentu. Namun kesibukan yang siswa melakukan berbagai aktivitas dan membuatnya lebih produktif dan lebih tak hanya menganggur, akan banyak bisa mengembangkan diri. manfaat yang diperoleh. Mahasiswa yang Sebagaimana riset yang dilakukan aktif dalam banyak kegiatan akan cendeoleh Zenia Rahmah dengan judul “Perung berpikiran positif dan lebih bisa ngaruh Organisasi dan bersosialisasi deKepanitiaan Terhangan banyak ordap Prestasi Akaang. Selain itu, demik (Studi Paakibat kesida Mahasiswa/i bukkan yang Fakultas Ekosering menomi dan Bisnis nimbulkan Universitas Telstres, mahakom Bandung siswa akan ter2014)”. Penebiasa mengelitian tersebut lola tekanan menyatakan e m o s i o n a ln y a bahwa mayoritanpa mengtas mahasiswa ganggu rutiniyang mengikuti tas perkuliahan kegiatan organidan kehidupan sasi dan kepanitiaan sehari-hari. Seberprestasi dalam hingga, apabila ak ad emi k n y a. dihadapkan deSelain itu, hasil riset ngan berbagai kepsikologi dari Columbia sibukan dan maUniversity dan Yale Unisalah baru, mahaversity Josep Mahoney yang siswa tidak merasa Grafis: Fauziah Safitri dimuat dalam harian Komterbebani. Sebab, tepas edisi Selasa, 12 April lah terbiasa menyelesai2016, menyatakan bahwa dari ribuan kan permasalahan. anak usia 5-18 tahun yang banyak Mahasiswa yang banyak menghamenghabiskan waktu beraktivitas, terbiskan waktu dengan berbagai aktivitas nyata mempunyai nilai-nilai akademis dan berkomu nikasi dengan banyak oryang lebih baik, kepercayaan diri lebih ang dari berbagai kalangan, biasanya tinggi, dan relasi dengan orang tua lebih mempunyai pola pikir berkembang dan
terbuka terhadap berbagai masu kan. Dengan keadaan yang demikian, mahasiswa lebih paham siapa dirinya dan kemana arah yang akan ditu ju dalam pengembangan kemampu an. Sehingga, mahasiswa akan lebih mudah meraih prestasi dan apa pun yang ingin dicapai. Melalui berbagai kegiatan yang dijalani, mahasiswa memiliki banyak pengetahu an, pengalaman, dan membangun jaringan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Kemungkinan untu k mengu kir prestasi dan menjadi orang yang berhasil pun lebih besar. Banyak peluang yang datang kepadanya untu k menjadi mahasiswa su kses. Begitu pula setelah jadi sarjana dan bekerja nantinya. Menurut Nedi (2007), 80% kesuksesan di du nia kerja dan usaha ditentu kan oleh faktor nonakademik. Dengan begitu, prestasi akademik hanya berkontribu si 20% untuk kesuksesan di dunia kerja. Walau tak seluruhnya mahasiswa sibuk mampu mengukir prestasi dengan cemerlang, namun setidaknya, mencoba untuk mengembangkan diri selama masa perkuliahan telah menjadi nilai tambah untuk kemajuan masa depannya. Melalui kesibukan yang positif, mahasiswa lebih bisa menghargai waktu. Sehingga, tidak ada waktu yang terbuang percuma dan tidak akan ditemukan mahasiswa yang me n g an gg u r . Namun perlu diingat, mahasiswa tentu harus bijak dengan kesibukan yang dijalani. Melakukan berbagai kesibukan bukan berarti mengabaikan perkuliahan. Tetapi, menjadikan kesibukan sebagai pengimbang aktivitas akademik yang dijalani tiap harinya. Akademik tetaplah hal yang diutamakan ketika berstatus mahasi sw a.
KOLOM
Generasi Pendamai Oleh Yulia Eka Sari Mahasiswa Jurusan Akuntansi TM 2013
Perdamaian… Perdamaian… Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai… Masih ingat dengan beberapa lirik di atas? Agaknya lebih mudah mengingat definisi damai melalui tembang lagu tersebut. Damai adalah ketika tidak adanya perang. Ketika keadaan aman sentosa yang berbuah pada hati lapang, tenang, dan nyaman. Siapa yang tidak merindukan berada dalam situasi tersebut. Karena layaknya sebagai lakon dalam kehidupan, manusia tidak pernah diabsenkan dari masalah setiap waktunya. Kita tidak bisa mencengah ‘si masalah’ untuk enggan bertamu, namun adalah harapan besar agar dalam naungan masalah yang sangat besar hati kita selalu tenang, damai, dan tidak merasa terancam. Namun. belakangan ini definisi damai melebar pada para penengah yang tidak berusaha berada dalam situasi kekacauan. Selalu mengupayakan diri berada di tengah atas segala kondisi. Dengan tujuan agar tidak ada bentrokkan yang
terjadi di dalam diri dan orang lain. Misalnya dalam diskusi tentang masalah Ahok yang dinilai SARA, selalu ada kaum tengah yang menilai bahwa semuanya tidak perlu direpotkan, biar masalah itu selesai dengan sendirinya. Tidak usah berpendapat terlalu fanatik tentang suatu agama dan lainnya. Ini agar individu tersebut selamat dari tudingan dua kubu yang berbeda. Tidak hanya di masyarakat, terkadang kata damai juga diartikan berbeda oleh mereka yang terdidik dengan status ‘mahasiswa’. Sebut saja dalam diskusi kelas, selalu ada kaum penengah yang memilih untuk menggunakan opsi tidak berbicara daripada memancing kisruh di antara dua pemikiran yang sedang diupayakan solusi. Alasannya karena “saya masih memikirkan, saya masih belum setuju dengan keduanya, atau saya berpikir keduanya baik”. Tidak ada yang salah untuk menyatakan pendapat, namun tidak mungkin untuk di tengah ketika harus mengambil keputusan. Bukankah ketidakpandaian berpendapat adalah bukti dari kegagalan menganalisis suatu masalah? Adalah wujud dari kebenaran tidak sensitif terhadap apa yang sedang diperbincangkan. Atau sinonim dari ketidaktahuan akan landasan untuk membedah isu. Hingga diam adalah emas, hal bijak untuk luput dari lirikan mata ketidaksetujuan. Jika kita
menarik benang merah, bisa dikatakan transformasi karakter selama sekolah telah keropos satu persatu. Salah satunya tentang nilai keberanian dan kepedulian. Dewasa ini,tentunya mahasiswa menghadapi tantangan yang berbeda untuk memaknai bagaimana keberanian dan kepedulian tersebut. Karena, negeri pulau kelapa nan elok ini tidak lagi dibakar dengan isu komunis, tidak ada lagi pasukan sekutu, tidak ada lagi agresi militer dan strategi di bawah tanah. Kompletnya, dimensi waktu menciptakan tantangan yang berbeda untuk pemuda, khususnya mahasiswa saat ini. Jika keberanian dahulu terbukti dengan pikiran penuh dan fisik yang ikut bergerak, maka keberanian kini adalah untuk keluar dari garis nyaman yang menipu. Keberanian untuk mengembangkan pola pikir dengan membaca banyak bacaan, banyak berdiskusi, mencari solusi atas masalah, serta keberanian bertindak sesuai dengan kebenaran. Berani mengatakan yang benar adalah benar dan hal yang menjadi tanggung jawab harus selalu dipenuhi. Kepedulian dulu adalah keprihatinan karena celah besar antara kehidupan priyayi dan penduduk biasa. Juga keprihatinan akan kehidupan yang akan dijalani ke depan oleh bangsa yang terkungkung penjajahan. Sedangkan kepedulian sekarang, melihat dengan
mata hati nurani untuk tidak menyerahkan kepasrahan nasib orang lain hanya pada negara. Perihal pengemis yang meminta, sebuah tanda bobroknya kepedulian. Kepedulian kini juga perihal, untuk beratap pada rumah yang sama untuk melihat masalah bangsa dengan banyak sudut pandang. Tidak resah atau acuh karenanya. Bukan pula untuk menjadi diam di kala yang lain membutuhkan pertolongan. Atau terkesan abai akan peran sebagai sesama makhluk sosial. Keberanian dan kepedulian tersebut jika dibiarkan benar-benar hilang tentunya akan berakibat pada hal buruk yang terjadi pada bangsa. Akan ada generasi penerus yang sama sekali tidak sadar akan perannya. Berujung pada ketidakpedulian akan tanggung jawabnya. Akhirnya hanya meloloskan keinginan pribadi yang tidak pada tempatnya. Dalam sebuah dimensi abad, para pendamai adalah mereka yang seutuhnya berani dan peduli. Kedamaian pada hakikatnya adalah keinginan untuk berada pada garis yang ingin mengamankan keadaan masyarakat. Bukan beralih pada ketidakberaniaan dan ketidakpedulian yang mengarah pada individualisme. Keadaan yang berusaha diciptakan adalah keberanian dan kepedulian untuk membuatnya tidak hanya diri sendiri yang damai, tapi juga orang lain.
FOTO
12
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Sampah,Gerakan Musuh Bersama! Mahasiswa, Perubahan! Permasalahan lingkungan hidup saat ini merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian bersama oleh publik. Selain disebabkan oleh peristiwa alam, kerusakan lingkungan juga disebabkan oleh ulah manusia. Bahkan, perbuatan manusialah yang menjadi penyumbang terbesar terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah, dan lain sebagainya. Satu di antara banyaknya aktivitas manusia yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan hidup adalah membuang sampah sembarangan. Dikutip dari situs www.lingkunganhidup.co, sekitar 10 hingga 20 juta ton sampah plastik mencemari lautan di dunia setiap tahun. Dari studi terbaru juga memperkirakan bahwa sekitar lima trilyun partikel dengan berat total sekitar 270 ton mengambang di laut. Sampah plastik menghasilkan kerugian sekitar 13 milyar dolar tiap tahun, mulai dari kerusakan ekositem laut hingga wisata alam. Pada situs yang sama juga disebutkan bahwa kondisi pencemaran laut di Indonesia cukup memprihatinkan. Sebesar 75% berkategori sangat tercemar, 20% tercemar sedang, dan 5% tercemar ringan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutan kedua terbesar sebagai penyumbang sampah plastik ke laut. Melihat kondisi tersebut, manusia memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah terkhususnya Kota Padang untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Mulai dari memasang spanduk atau phamflet berisi larangan membuang sampah sembarangan hingga mengeluarkan peraturan daerah Nomor 21 tahun 2012 yang mengatur tentang pengelolaan sampah resmi berlaku untuk seluruh Kota Padang. Dengan berlakunya Perda ini di seluruh Kota Padang, maka siapa pun yang kedapatan membuang sampah sembarangan akan dikenakan hukuman tindak pidana ringan berupa kurungan 3 bulan atau denda Rp 5 Juta. Walaupun peraturan tersebut telah dikeluarkan, masih saja terlihat tumpukan sampah di berbagai titik.
Tempat Pembuangan Sementara yang berada di seberang padang berserakan, terlihat masih adanya sampah yang tidak dibuang ke dalam tong sampah. Jumat (30/11). f/ Ok ta
Pencemaran Air : Terlihat air yang menghitam di sungai muaro samping Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Muaro Padang, diduga pencemaran air ini diakibatkan oleh limbah pembuangan rumah tangga dan pembuangan pabrik yang berada di sepanjang sungai, Jumat (30/11). f/Okta
Pamflet : Pamflet yang berada di jalan Semberang Padang Utara 1 di dekat pembuangan sampah sementara, mengimbau para pembuang sampah untuk tidak membuang sampah sembarangan. Pamflet tersebut bertuliskan “masih punya iman jagalah kebersihan, letakanlah sampah pada tempatnya,” Jumat (30/11). f/ Ok ta
Sampah di tempat wisata : Tumpukan sampah yang berada di tempat wisata jembatan Siti Nurbaya mengganggu pemandangan pengunjung. Padahal tempat wisata jembatan Siti Nurbaya ini merupakan salah satu destinasi wisata di Kota Padang, namun masih tidak ramah lingkungan, Jumat (30/11). f/ Ok ta
Foto dan teks foto: Okta Tata letak: Fauziah Safitri
Menangguk Sampah: Seorang Bapak terlihat sedang menangguk sampah yang berada di Sungai Batang Palinggam, Padang Selatan Kota Padang, Jumat (30/11). f/Okta
13
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Sambutan: Rektor UNP, Prof. Ganefri, PhD.., dalam sambutannya pada pelantikan Dekan Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi di Gelanggang Olahraga UNP mengumumkan bahwa UNP resmi berakreditasi A, Kamis (29/12). f/ Hamid
UNP Raih Akreditasi A Berdasarkan Surat Keputusan Nomor 2989/SK/BAN-PT/ Akred/PT/XII/2016 tertanggal 20 Desember 2016, Universitas Negeri Padang (UNP) resmi memperoleh akreditasi A. Informasi tentang su ksesnya UNP meraih akreditasi A diperku at oleh Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., pada pelantikan Dekan Faku ltas Teknik dan Faku ltas Ekonomi di Gelanggang Olahraga UNP, Kamis (29/12). “Pada kesempatan ini Saya ingin mengucapkan selamat kepada UNP yang akreditasi institusinya
“
Tahun depan minimal satu prodi dari tiap fakultas harus terakreditasi internasional
” su dah keluar. Alhamdulillah, kita mendapatkan akreditasi unggul atau A,” paparnya. Lebih lanjut, Ganefri me-
nyampaikan bahwa dari 12 Lembaga Pendidikan Tenaga Kegu ru an (LPTK) yang ada, UNP termasuk ke dalam empat LPTK yang memperoleh akreditasi A. “Saya mengu capkan terima kasih kepada seluruh sivitas akademika UNP. Ini prestasi semua unit, komponen, dan kelu arga besar UNP,” ujarnya. Dengan pencapaian yang telah diraih tersebut, Ganefri mengatakan, UNP harus meningkatkan suasana institusinya sehingga menggambarkan sebu ah institusi yang berakre-
ditasi A. “Akreditasi A ini harus tergambarkan hingga ke unit terkecil,” katanya. Salah satu hal yang harus ditingkatkan adalah pelayanan akademik. Menurut Ganefri, semu a sivitas akademika UNP bertanggung jawab u ntuk meningkatkan layanan akademik dan memberikan layanan prima kepada masyarakat. Selain itu, juga mendorong program studi (Prodi) yang masih berakreditasi C dan B meraih akreditasi A, dan Prodi berakreditasi A dapat memperoleh akreditasi internasional. “Tahun depan minimal satu prodi dari tiap faku ltas haru s terakreditasi internasional,” tegasnya. Adli Hadian Munif, Mahasiswa Ju ru san Kimia TM 2013 mengatakan bahwa ia bersyuku r UNP meraih akreditasi A. Menu ru t Adli, akreditasi A ini dapat meningkatkan minat calon mahasiswa untu k mendaftar ke UNP. UNP akan menjadi semakin kompetitif dalam rangking universitas baik di Indonesia maupun du nia. “Pertahankan hal ini, UNP bisa menjadi panutan bagi u niversitas lain,” u jarnya, Kamis (29/12). Lebih lanju t, Adli mengharapkan su paya pencapaian ini dapat menjadi berkah sekaligus cambuk bagi UNP agar lebih baik lagi. Ia menginginkan UNP
melaku kan perbaikan proses pembelajaran, sarana-prasarana, dan fasilitas. Seperti di Faku ltas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jika tidak ada ru ang ku liah yang kosong, maka proses belajar mengajar dilaksanakan di laboratorium yang tidak kondusif untuk pembelajaran di lu ar praktiku m. Kemudian, Adli juga mengatakan bahwa alangkah baiknya jika jam operasional perpustakaan ditambah seperti di Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandu ng. Hal ini akan meningkatkan minat mahasiswa belajar di perpu stakaan. Kebanyakan mahasiswa terkendala ke perpu stakaan di pagi dan sore hari karena kegiatan kuliah serta kegiatan lainnya. “Dengan adanya penambahan jam operasional, mahasiswa dapat menikmati fasilitas perpu stakaan hingga malam hari,” katanya. Deristiana Dewata, Alumnus UNP, juga bersyuku r karena UNP telah meraih akreditasi A. Menu ru tnya, akreditasi tersebu t akan mempermu dah alumni yang ingin melanju tkan studi ataupun melamar pekerjaan. “Karena akreditasi selalu menjadi syarat ketika ingin melamar pekerjaan dan mendaftar S2,” tu tu pnya. Fitri, Erm i
Kuliah Umum Bela Negara
Kuliah Umum: Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Laksamana Madya TNI, Widodo, M.Sc., tengah memberikan kuliah umum di Gelanggang Olahraga UNP, Minggu (18/12). f/Wildan*
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemhan) Repu blik Indonesia (RI), Laksamana Madya TNI, Widodo, M.Sc., memberikan ku liah umum di Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu (18/12). Kuliah umum yang diikuti oleh mahasiswa se-Su matra Barat (Sumbar) ini, merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Bela Negara Nasional 2016 yang pada tahun ini digelar di Padang. Acara ini bertujuan u ntuk menjalin komu nikasi interaktif antara Menteri Pertahanan (Menhan) dengan sivitas akademika, menyamakan persepsi, serta menyatukan langkah dalam upaya sosialisasi kebijakan Menhan. Widodo menjelaskan, ada beberapa proyeksi ancaman yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indo-
nesia. Pertama, ancaman terjadinya perang terbuka antarnegara, dengan kemungkinan terjadinya adalah kecil. Kedu a, ancaman nyata, seperti terorisme dan radikalisme, saparatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam, pelanggaran wilayah perbatasan, narkoba, perampokan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, serta perang siber dan intelijen. Ketiga, ancaman nonfisik, seperti makin eksisnya ancaman ideologi Pancasila dan kebhinekaan yang meru sak jati diri bangsa. Ancaman terhadap ideologi ini, lanjut Widodo, disebut juga dengan perang modern. Pelaku mempengaruhi hati rakyat u ntuk membelokkan ideologi negara dengan memanfaatan media sosial dan media masa sehingga mengubah pola pikir masya-
rakat. Solusi yang dapat diberikan, yaitu aktu alisasi dan pemu rnian implementasi nilainilai Pancasila sebagai baris kekuatan ideologi bangsa dan negara serta menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam pikiran dan jiwa melalui program bela negara. Dalam upaya melaksanakan program kesadaran bela negara tersebut, terang Widodo, ada empat kebijakan prioritas Menhan. Pertama, konsep strategi pertahanan semesta, yaitu strategi khas yang mengedepankan keku atan rakyat sebagai keku atan u tama. Jadi, pertahanan bu kan hanya tu gas TNI, tapi juga rakyat Indonesia. Kedua, peran bela negara dalam mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme dengan memberikan pengetahu an ideologi Pancasila, kebhinekaan Indone-
sia, dan toleransi terhadap perbedaan. Ketiga, kepedu lian terhadap anak terlantar dengan merangkul dan memberikan perhatian tentang belanegara dan keterampilan. Keempat, menyiapkan generasi bangsa ke depan dengan konsep bela negara melalui cara memasu kkan pengetahuan bela negara dalam kurikulum pendidikan dari tingkat terendah sampai pergu ru an tinggi. “Untuk hal ini, Menhan telah melakukan kerja sama dengan Menristekdikti dan Mendikbu d,” ujarnya. Di akhir penyampaian materi, Widodo menekankan kepada mahasiswa untuk senantiasa tanggap terhadap peru bahan, meningkatkan kompetensi diri, kemampuan belajar, dan prestasi, serta memiliki konsep yang cemerlang. Menu ru tnya, maju mu ndurnya su atu bangsa tergantung pada semua lapisan masyarakat, terutama generasi mu da. Untuk itu , mahasiswa sebaiknya memberikan ketauladanan sebagai pemuda berpendidikan, serta menjadi pelopor dan perekat persatuan dan kesatuan. “Apapun profesi nanti, teru tama pemimpin, harus amanah dan tidak berpikir materi dan jabatan semata,” imbu h nya. Terkait peringatan Hari Bela Negara, Gubernur Sumbar, Prof. Dr. Irwan Prayitno, M.Si., dalam sambu tannya pada kuliah u mum, mengatakan bahwa 19 Desember merupakan hari bersejarah bagi masyarakat Su mbar. Hal ini sehu bu ngan dengan mandat dari presiden RI untu k membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumbar, tepatnya Bu kittingi, ketika terjadi peristiwa Agresi Militer ke II yang dilan-
carkan Belanda dengan mengumumkan tidak adanya lagi negara Indonesia. “Kita bangga Su mbar pernah menjadi ibukota Indonesia dan pejuang Su mbar telah mengorbankan jiwa dan raga,” ujarnya. Mengingat beratnya perju angan yang telah dilakukan olah para pejuang terdahulu, Irwan berpesan kepada mahasiswa untuk menjaga kesatu an negara Indonesia. Karena menuru t Irwan, telah banyak terjadi perang saudara di berbagai negara. Indonesia yang memiliki ragam etnik dan bu daya ju ga berpotensi u ntuk mengalami hal serupa. Di sinilah peran mahasiswa u ntu k selalu memu pu k rasa persatu an dan tidak terpengaruh oleh berbagai pihak yang mencoba memecah, seperti penyalahgunaan narkoba. “Para mahasiswa bangkitlah! Belajar, belajar, dan belajar,” pesannya. Selain ku liah u mum, pada kesempatan ini ju ga dilakukan penandatangan nota kesepahaman antara Kemhan dengan perguruan tinggi negeri dan swasta, salah satu nya UNP. Kerja sama dilakukan dalam bidang pembinaan kesadaran bela negara di lingkungan pergu ru an tinggi di Padang. Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., mengatakan bahwa kerja sama yang dilakukan ini ju ga akan dimanfaatkan u ntuk menyiapkan mahasiswa dalam orientasi pengenalan kampus sehingga lebih cinta pada tanah air. “Sebelu mnya ju ga sudah ada materi seru pa, tapi nanti akan ditingkatkan porsinya tentang pertahanan negara sehingga lebih meningkatkan cinta pada tanah air,” tu tu rnya. Fitri
FEATURE
14
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Sepuluh Menit Mengenang Tsunami Aceh Oleh Sri Gusmurdiah
Hingga sekarang bencana gempa dan tsunami Aceh masih membekas kuat bagi sebagian masyarakat. Ratu san ribu mayat bergelimpangan di mana-mana. Hampir semua bangunan porak-poranda dan rata dengan tanah. Satu , du a liang kubur tak cu kup lagi menampu ng jenazah yang bertebaran di tanah Serambi Mekah. Alat berat pu n tak sekadar digunakan untuk membersihkan pu ing-pu ing reruntuhan bangunan. Namun, ju ga u ntuk menguburkan ribuan mayat yang dikubu r secara masal. Beberapa alat berat menggeru k tanah berada di tiga lokasi yang berbeda. Membu at lu bang semacam kolam besar pada tanah yang sedikit berair. Lalu , ribu an mayat dimasu kkan ke lubang tersebut. Mayatmayat korban bencana yang tak diketahu i lagi siapa orangnya, bahkan semua identitasnya lenyap sama sekali. Yang tersisa hanya puluhan ribu mayat yang haru s segera d ik eb u mi k an . Demikianlah salah satu adegan yang ditayangkan video doku menter bencana gempa dan tsunami yang menerjang Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Dahsyatnya bencana gempa dan tsunami yang mem-
porak-porandakan Aceh tersebu t, kembali menyu su p ke ingatan penonton saat menyaksikan video bencana besar itu . Salah satunya Mu hammad Syau qi. Air mata berlinang di kedu a bola matanya, saat film selesai ditayangkan. Wajah sedih benar-benar tak bisa disembunyikan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Aceh tersebu t. “Saya hampir menangis,” ujar Sy au qi . Walau sudah kali ketiga menonton film dokumenter bencana gempa dan tsunami Aceh, Syau qi tetap merasakan kesedihan yang mendalam saat menyaksikan tayang pilu itu. Katanya, video dokumenter itu menariknya untu k kembali mengingat bencana besar yang terjadi di tanah kelahirannya. “Mungkin karena penduduk asli Aceh, saya sunggu h sedih tiap kali nonton,” tuturnya, sambil bersiap-siap meninggalkan ru angan seu sai menonton. Hal yang sama juga dirasakan Azizul Husni Mubarok. Pengunju ng yang merupakan ma-hasiswa Universitas Padjajaran Bandung ini, merasa terharu dengan video yang ditontonnya. Azizul mengaku, baru pertama kali menonton video doku menter tersebut secara langsung. Sebelu mnya, ia hanya menyak-sikan video bencana gempa dan tsunami Aceh melalui jejaring youtube. “Saya
Museum Tsunami Aceh: Video dokumenter bencana gempa dan tsunami yang menerjang Aceh pada 26 Desember 2004 lalu ditayangkan di bioskop mini yang terdapat di Museum Tsunami Aceh ini. tampak pengunjung duduk-duduk di tangga depan museum, Minggu (20/ 11). f/Sri
menjadi terharu . Video yang ditayangkan di bios-kop mini ini biasanya tanpa edit, jadi lebih berbeda saja dengan video-video sebelumnya yang saya saksikan melalui youtube,” ujar mahasiswa Ju ru san ilmu Hu ku m ini. Tak hanya Syauqi dan Azizu l, Video yang menayangkan dahsyatnya bencana gempa dan tsunami yang menelan 180 ribu jiwa di Aceh, ju ga berhasil me-nyedot perhatian dan emosi semua penonton yang ada. Tak ayal, beberapa penonton terisak dan berurai air mata saat per-tengahan
hingga akhir video berdu rasi 10 menit ini dipu tar. Di gedung Museu m Tsunami Aceh, memang terdapat sebu ah ruangan yang dijadikan bioskop mini. Bioskop mini dengan kapasitas 40 kursi tersebut, dikhu su skan untu k menayangkan video dokumenter bencana gempa dan tsu nami yang pernah melanda Aceh. Jadwal pemu taran video pun fleksibel, bisa mencapai dua puluh kali pemutaran tiap harinya. Tergantu ng permintaan pengunju ng yang akan men on to n .
Bioskop mini atau ju ga sering di sebut Ruang Audio Visu al ini terletak di lantai dua gedung MuseumTsunami Aceh. Mu seum yang dirancang oleh Ridwan Kamil dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yu d-hoyono pada 28 Februari 2008 lalu. Menonton bencana gempa dan tsu nami Aceh di bioskop mini, tak sekadar sebagai tempat mengenang bencana dan kepiluan yang pernah dirasakan masyarakat Aceh, tapi juga sebagai sarana edukasi, agar ke depannya masyarakat lebih sadar dan siaga b en c a n a .
Museum Kupu-Kupu Taman Wisata Kandi Oleh Ranti Maretna Huri
Museum Kupu-Kupu: Salah seorang pengunjung Museum Kupu-Kupu Taman Wisata Kandi Sawahlunto melihat koleksi awetan kupu-kupu yang dipamerkan, Minggu (9/10). f/Doc
Meskipun akhir pekan, pengunjung Taman Wisata Kandi di Kota Sawahlunto tidak seramai pada hari-hari libur. Siang itu, Minggu (9/10), saya bersama 13 orang kawan berkunjung ke Taman Wisata Kandi untuk sebuah perayaan kecil. Setelahnya, kami menghabiskan waktu untuk berkeliling. Masih berlokasi di Taman
Wisata Kandi, Taman Kelinci dan Museum Kupu-Kupu dapat dijumpai dengan berjalan ke area kanan dari pintu masuk. Agak jauh dari danau buatan dan kebun binatang yang menjadi pusat Taman Wisata Kandi, Taman Kelinci dan Museum Kupu-Kupu ini berlokasi di dataran yang lebih tinggi. Karena keterbatasan waktu, kami hanya
menghabiskan waktu di Museum Kupu-Kupu, tanpa singgah di Taman Kelinci, walaupun tempatnya bersebelahan. Di Museum Kupu-Kupu tersebut, kita menjumpai berbagai jenis kupu-kupu diawetkan dalam kotak kayu yang dibingkai dengan kaca, memenuhi ruangan museum. Awetan kupukupu tersebut ditata sedemikian apik, ditempatkan sesuai dengan spesies, dan daerah asal. Sebabb kupu-kupu ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, hingga luar negeri, seperti Malaysia, Brazil, Jepang, dan negara lainnya. Sayap kupu-kupu yang cantik, terlihat semakin menarik sewaktu satu jenis yang sama disusun dengan banyak spesies yang sama pula dalam satu kotak kaca. Hal ini mengingatkan saya pada film animasi Tinker Bell, produksi Disney. Museum Kupu-Kupu mulai dibuka semenjak 2012 lalu. Awalnya, hanya ada taman kupu-kupu saja yang dioperasikan. Di taman ini pengunjung berkesempatan mengamati secara langsung telur kupu-kupu pada tanaman inangnya, seperti pohon jeruk, sirsak, tiara payung dan lain-lain. Ya, di taman ini memang tersedia bagi pengunjung yang ingin melihat secara langsung metamorfosis atau
daur hidup kupu-kupu, mulai dari telur, ulat, dan kepompong yang dapat dijumpai pada ruang kepompong di taman tersebut. (sumber: www.wisatakandi.com) Haris (23), salah seorang rekan dalam rombongan saya yang kebetulan tinggal di Sawahlunto menerangkan bahwa kupu-kupu yang hidup di taman tersebut tidak berlangsung lama. Semenjak 2013 lalu, kupukupu tersebut sudah banyak yang mati. “Bangkai kupu-kupu tersebut diawetkan dan dipindahkan ke museum ini,” ujarnya. Lebih lanjut Haris menjelaskan bahwa awetan kupukupu satu spesies yang sama dalam jumlah banyak, pada umumnya di diimpor dari luar negeri. Sedangkan jumlahnya
“Semoga Pemerintah setempat lebih memperhatikan dan menghidupkan kembali taman kupu-kupu sebagai tempat membudidayakan kupu-kupu yang hampir punah” yang sedikit, didatangkan dari berbagai daerah saja, termasuk Su mb ar. Selain kupu-kupu, juga ada
beberapa kotak kaca yang berisi kumbang yang diawetkan dan berbagai mamalia dan reptil turut dipamerkan. Seperti kupukupu, kumbang-kumbang ini juga disusun berdasarkan jenis atau spesiesnya. Jika kupu-kupu dan kumbang berjejer memenuhi dinding ruangan museum, maka di tengah-tengah ruangan tempat berbagai jenis mamalia dan reptil yang juga diawetkan, seperti harimau, kancil, tapir, orang utan, dan buaya. Salah satu pengunjung, Ravi (19) mengaku sangat tertarik dengan awetan kupu-kupu dalam museum tersebut. “Banyak kupu-kupu berbagai warna dan rupa, dari ukuran kecil sampai yang besar. Selain itu kupu-kupu tersebut dari berbagai daerah dan juga luar negeri,” jelasnya. Selain Ravi, Dishe (22) juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, museum ini sangat berguna untuk mengenali jenis kupu-kupu yang berasal dari berbagai daerah termasuk Sumbar. Ia juga menambahkan bahwa saat ini, spesies kupu-kupu sangat jarang dijumpai di sekitar kita. “Semoga Pemerintah setempat lebih memperhatikan dan menghidupkan kembali taman kupu-kupu sebagai tempat membudidayakan kupu-kupu yang hampir punah,” harapnya.
15
Edisi No. 194/Tahun XXVII
TELUSUR
Kawasan Saribu Rumah Gadang Oleh: Fauziah Safitri Usai letih menjalankan rutinitas, keinginan untuk jalan-jalan sore pun dilaksanakan dengan harapan tidak saja untuk refresing tapi juga dapat menambah pengetahuan. Langit yang mendung dan hawa dingin seusai hujan tidak memudarkan antusias untuk mengenali daerah Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu yang terdapat di Kabupaten Solok Selatan. Sebelum memasuki kawasan Koto Baru, pengunjung di sambut oleh tugu bertuliskan “Kawasan Saribu Rumah Gadang” yang terletak di bagian kanan jalan. Nama kawasan Saribu Rumah Gadang tersebut dahulu diberikan oleh Dr. Meutia Hatta, putri dari Proklamator M. Hatta semasa menjabat sebagai Deputi di Departemen Pariwisata ketika berkunjung ke Kabupaten Solok. Biasanya, tugu tersebut kerap dijadikan sebagai tempat berfoto bagi wisatawan yang berk u nj u n g. Ketika masuk ke kawasan Saribu Rumah Gadang, akan banyak ditemui bangunan rumah gadang yang beragam. Rumah gadang merupakan rumah adat Minangkabau yang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga besar dan pusat kegiatan orang seketurunan dari kerabat garis keturunan ibu. Rumah gadang terbuat dari kayu dengan bentuk dasarnya adalah balok segi empat yang mengembang ke atas, garis melintangnya melengkung tajam dan landai dengan bagian tengah lebih rendah, lengkung badan dan rumah landai seperti badan kapal, dan bentuk atap melengkung dan runcing ke atas seperti tandu k kerbau yang disebu t dengan gonjong. Setiap rumah gadang dilengkapi dengan Rangkiang yang bentuknya sesuai dengan gaya bangu nan rumah gadang, tapi ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat penyimpanan padi milik
Kawasan Saribu Rumah Gadang: Pengunjung sedang melihat salah satu rumah gadang yang terdapat di kawasan Saribu Rumah Gadang, Koto Baru, Solok Selatan, Minggu (26/10) . f/Fauziah
kaum. Di kawasan Saribu Rumah Gadang, berdiri rumah gadang dari beberapa suku. Setiap suku memiliki bentuk dan ukuran rumah gadang yang berbeda. Adanya variasi dari rumah gadang tersebut, menambah keunikan dari kawasan Saribu Rumah Gadang ini. Maka, tidak jarang tempat wisata budaya ini dijadikan sebagai lokasi pengambilan gambar beberapa film. Di antaranya film layar lebar Di Bawah Lindungan Kabah yang di angkat dari novel Buya Hamka, film televisi berjudul Calon Istri yang Terzalimi, dan serial Anak si Bolang serta beberapa pengambilan gambar liputan perjalanan lainnya oleh media televisi dan media cetak. Pada 3 Agustus lalu dalam acara Rang Solok Selatan Baralek Gadang, kawasan Saribu Rumah Gadang juga tercatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai kawasan yang memiliki rumah
gadang dengan jumlah terbanyak. Beberapa suku yang rumah gadangnya berdiri di kawasan Saribu Rumah Gadang ini yaitu suku Melayu, suku Koto Kaciak, suku Durian, dan suku Bariang yang disebut dengan Melayu Ampek Niniak. Lalu suku Sikumbang, suku Koto Anyia, suku Caniago dan suku Kampai yang disebut Tigo Lareh Nan Batigo, Apek Jo Kampai. Selain itu juga suku Panai Nan Tundang, suku Panai Tangah, dan suku Panai Tanjuang yang disebut dengan Panai Tigo Ibu. “Semuanya terdiri atas sebelas Niniak Mamak atau sebelas suku yang berasal dari 3 rumpun,” jelas Jalaludin yang merupakan ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan seorang niniak mamak dari suku Sikumbang yang bergelar Datuak Lelo Nan Panjang yang ditemui dirumahnya, Minggu (26/10). Jalaludin juga menjelaskan sedikit mengenai sejarah di daerah tersebut.
Dahulu, kata Jalaludin, daerah Koto Baru dan beberapa daerah lainnya dipimpin oleh Rajo nan Ampek Lareh yang bertempat di Pasia Talang. Karena terjadi perselisihan dan persengketaan, kemudian muncullah pepatah aia lah balareh, tanah lah bakabuang, antara koto baru jo pasia talang. Hal ini menyebabkan Koto Baru tidak lagi berdaulat kepada raja melainkan beralih dari berdaulat menjadi mu fak at. Lalu dari hasil mufakat, para niniak mamak sepakat dan berlomba-lomba dalam mengembangkan sukunya. Karena semakin banyak kaum terbentuk, maka semakin banyak pulalah rumah gadang yang didirikan. Hingga sekarang tercatat sebanyak 174 rumah gadang yang masih berdiri kokoh di daerah Koto B aru . Salah satu rumah gadang yang terdapat di kawasan Saribu Rumah Gadang, yaitu rumah gadang Gajah Maram dari suku Melayu Buah Anau dengan niniak mamak bergelar Datuak Lelo Panjang. Rumah gadang yang terkesan alami ini memang tidak pernah sekali pun di cat dinding ataupun tonggaknya meskipun atapnya sudah diganti dengan atap seng tebal karena beberapa pertimbangan. Pada dindingnya terdapat beberapa ukiran-ukiran nan simetris, sederhana tapi tampak mempesona. Di dalamnya terdapat 9 bilik dan satu anjuang, dengan atap yang bergonjong ganjil, yaitu memiliki tujuh gonjongan dengan dua gonjong di sebelah kiri, dua gonjong di tengah, dan tiga gonjong di sebelah k an an . Di depan rumah gadang tersebut masih berdiri kokoh lima buah bangunan, yaitu dua buah Jinang yang bertonggak empat, dua buah rangkiang yang bertonggak enam, dan satu buah balumbu yang bertonggak sembilan.
RAGAM
Budaya Membaca di Negeri Sakura Oleh Rahmi Sukmawati Mahasiswa Jurusan Fisika TM 2013 Pergi ke negeri Sakura u ntuk menu ntut ilmu adalah salah satu pengalaman, pengetahuan dan kesempatan bagi saya. Perjalanan yang penuh semangat dan motivasi ini bertu ju an untu k melaksanakan magang/ Praktik Kerja Lapangan di sana. Pada 13 Ju ni lalu , tepatnya saat Ramadhan sekira pukul 4.30 WIB, saya dan rekan-rekan lainnya yang ju ga melaksanakan PKL berangkat menu ju Bandara Internasional Minangkabau. Tepat pu ku l 09.00 WIB, berangkat menuju Kuala Lu mpur, Malaysia untuk transit dan dari Ku ala Lu mpu r menu ju Narita Airtport Jepang. Berada ku rang lebih 7 jam di udara untuk sampai di Narita Airport Jepang. Kami melaksanakan magang di Laboratorium Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL) Center for Environmental Remote Sensing (CEReS) Chiba University Jepang. JMRSL CEReS dikepalai oleh salah satu pu tra terbaik bangsa asal Indonesia, Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo. Tempat ini sudah menjadi laboratoriu m terlengkap di Jepang dan bahkan di dunia dalam pengembangan microwave remote sensing technology untuk penginderaan jauh di permukaan bumi dan planet lain. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengikuti seminar bersama mahasiswa JMRSL Chiba University.
Foto Bersama: Mahasiswa PKL Fisika berfoto bersama Prof. Joshapat Tetuko Sri Sumantyo selaku Supervisor sekaligus Kepala Joshapat Microwave Remote Sensing Laboratory di Josaphat Laboratory Chiba University, Jepang, Jumat (22/7). f/doc
Dalam satu ruangan terdapat mahasiswa dari berbagai negara yakni Jepang, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Brazil, Turki, Korea dan Mongolia. Mulai dari mahasiswa S2, S3, doctor, dan kami mahasiswa S1 berkumpu l dalam suatu ruangan. Kegiatan selama di laboratorium dilaku kan setiap harinya dari pukul 9 pagi sampai 5 sore. Belajar sendiri dengan tema yang telah disiapkan dan bertanya jika ada yang diragu kan. Setiap kami bertanya mengenai materi yang kurang dipahami, dengan senang hati mereka menjelaskan dengan sejelasjelasnya, walau pu n sesekali kami tidak memahaminya.
Jepang adalah salah satu negara di du nia yang patut ditiru dengan hal-hal positifnya. Secara nyata terdapat perbedaan yang lumayan mencolok dengan Indonesia. Mulai dari budaya membaca. Sebagian besar orang-orang di Jepang mu lai dari anak- anak sampai lansia memegang bu ku bacaan, misalnya saat mereka berada di jalan, kereta listrik, stasiu n, di laboratorium, dan sebagainya. Di dalam kereta, setiap penumpang memegang satu bu ku, entah itu sambil duduk atau sambil berdiri tanpa rasa takut untu k terjatu h karena tangannya memegang buku. Ini meru pakan salah satu bukti bahwa negara Jepang adalah bangsa yang tinggi
bu daya membacanya. Selain membaca, pegawai dan mahasiswa di JMRSL Chiba tidak ada yang pulang cepat. Mereka pu lang pada sore menjelang Magrib bahkan malam hari. Di Jepang tak hanya mobil dan sepeda motor yang haru s berhenti di saat lampu merah, tetapi juga para pejalan kaki dan sepeda kayuh. Mereka sangat patuh aturan, tak seorang pun yang terlihat melanggar. Selain itu, tradisi dan budaya yang tidak pernah hilang dari masyarakat Jepang, yaitu setiap berpapasan di jalanan mereka selalu menundukkan kepala sambil tersenyum dan menyampaikan salam “Konniciwa. Konbanwa,”. Bahkan ada yang mengucapkan Sumimasen (minta maaf) padahal mereka tidak punya salah dengan saya saat berpapasan. Hal itu dilakukan oleh semua kalangan dari yang tua sampai yang kecil. selama di sana, saya melihat kemandirian dan kerja keras orang Jepang yang belum saya temukan di Indonesia. Setiap hari ketika berangkat dan pulang dari laboratorium, saya sering melihat anakanak kecil berjalan sendirian tanpa diantar dan dijemput orangtuanya ke sekolah. Badannya dipenuhi dengan gelantungan tas besar yang berisi buku, minuman, makanan, pakaian dan bahkan sepatu yang tersangkut di tasnya. Sering juga saya temui anak kecil berjalan di stasiun dan naik kereta sendiri dan mereka terlihat percaya diri, tanpa ada rasa takut.
TEROPONG
16
Seminar SM-3T, Mari Peduli Pendidikan
Seminar: Direktur Masyarakat SM-3T Indonesia, Akhiruddin Haer, S.Pd., Gr., sedang memberikan materi tentang program SM-3T sekaligus pengalamannya ketika mengikuti program tersebut pada Seminar Pendidikan yang digelar oleh Basecare SM-3T Sumatra Barat di Teater Tertutup FBS, Sabtu (24/12). f/Fitri
Basecare Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) Sumatra Barat mengadakan Seminar Pendidikan dengan tema Kenali SM-3T, Mari Berkarya, Mari Peduli Pendidikan. Acara berlangsung di Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni, Sabtu (24/12). “Acara ini diadakan karena kami sebagai alumni ingin mengenalkan apa itu SM3T kepada mahasiswa kependidikan,” ujar Riski Pratama, S.Pd., Gr selaku Ketua Pelaksana. Pengelola SM-3T dan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dr. Erizal Gani, M.Pd mengungkapkan bahwa ia sangat bahagia melihat peserta SM-3T yang merasa senang mengabdi di daerah 3T. Menurutnya, orangorang yang tergabung di dalam program SM-3T adalah manusia yang hebat karena mereka telah dilatih dan merasakan langsung bagaimana kehidupan di daerah tempat mengabdi. “Orang-orang muda dan hebat inilah yang akan memajukan pendidikan Indonesia,” tuturnya. Adapun pemateri yang dihadirkan pada seminar ini, yakni Asisten Direktur II Bidang Keuangan Pascasarjana UNP, Prof. Dr. Festiyed, M.S., Direktur Masyarakat SM-3T Indonesia, Akhiruddin Haer, S.Pd., Gr., Guru Garis Depan (GGD) 2016 Lanny Jaya, Papua, Nasmi Elda Syafrina, S.Pd., Gr., dan GGD 2015 Aceh Singkil, Zulfan Akbar, S.Pd., Gr. Prof. Dr. Festiyed, M.S. menyampaikan tentang paradigma pendidikan Indonesia masa depan. Ia memulai dengan memaparkan kondisi global abad 21, yaitu era globalisasi dimana ilmu berkembang dengan cepat, tapi manusia mempelajarinya tetap. Ada tujuh potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk menghadapi era global tersebut, antara lain modal manusia, alam, budaya, sosial, ideologi, uang, dan teknologi. “Dari tujuh
potensi tersebut, manusialah modal utama yang mengendalikan enam modal lain, yaitu dengan pendidikan,” paparnya. Festiyed juga mengaitkan pentingnya pengelolaan dan peningkatan kualitas pendidikan dengan bonus demografi pada 2035, yaitu 200 juta dari 300 juta penduduk Indonesia adalah usia produktif. Untuk mempersiapkan bonus demografi tersebut, perlu adanya pendidikan dasar berkualitas dan merata (paudisasi), pendidikan menengah secara menyeluruh (universal) dengan memastikan semua penduduk usia sekolah bersekolah serta memberikan pendidikan karakter, dan pendidikan tinggi yang berkualitas dan berdaya saing. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pada era global ini, kata Festiyed, perlu adanya perubahan pendidikan, baik dari segi guru, peserta didik, maupun materi pendidikan. Pertama, guru tidak lagi memberikan informasi dalam bentuk ceramah dan buku teks, melainkan berperan sebagai fasilitator, tutor, dan sekaligus pembelajar. Kedua, peserta didik tidak perlu lagi menjadi pengingat fakta dan prinsip, tapi berperan sebagai periset, problem-solver, dan pembuat strategi. Ketiga, materi tidak lagi berbentuk informasi dalam bidang studi terlepas, tapi peserta didik akan mempelajari hubungan antarinformasi yang membutuhkan multidisciplinary thinking dan kemampuan melihat dari beragam perspektif. Pemateri selanjutnya, Akhiruddin Haer memaparkan tentang program SM-3T. Menurutnya, permasalahan di daerah 3T bukan hanya perihal kurangnya guru, tapi juga perhatian masyarakat terhadap pendidikan dan minimnya sarana penunjang proses pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah tersebut, salah
satunya adalah dengan memberdayakan sarjana pendidikan melalui program SM-3T. SM-3T merupakan program pengabdian sarjana pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T. Sarjana tersebut mengajar di daerah 3T selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik professional. Setelahnya dilanjutkan dengan program Pendidikan Profesi Guru selama satu tahun pula. “Jadi, ada dua sasaran yang ingin dicapai melalui SM-3T, yaitu percepatan pembangunan di daerah 3T dan penyiapan pendidik profesional,” jelasnya. Menyambung Akhiruddin, Zulfan Akbar dan Nasmi Elda Syafrina menceritakan pengalamannya selama mengikuti SM-3T dan mengabdi di daerah 3T sebagai GGD. Untuk mencapai daerah tempatnya mengabdi, yaitu Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil, Zulfan harus menyeberangi lautan dengan angin kencang dan ombak yang kuat selama lima jam. “Itu, dalam kondisi normal. Jika terjadi badai bisa lebih. Taruhannya adalah nyawa,” ujar Zulfan. Namun, Zulfan menganggap apa yang dilakukannya selama ini adalah bentuk pengabdian. Ia melakukan apa yang dapat dilakukan. “Bagi kawan-kawan yang ikut SM-3T, yang pertama dilakukan adalah harus ikhlas,” pesann ya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Nasmi. Di samping sulitnya akses menuju lokasi, menjadi pendidik di daerah 3T juga dituntut untuk sabar. Sebab, guru harus menjelaskan secara berulang-ulang satu materi pelajaran agar siswa mengerti. Selain itu, menurutnya, menjadi guru bukan sekadar mengajar, tapi juga harus memiliki rasa peduli. “Saya bangga menjadi alumni SM-3T,” tutupnya. Fitri
Edisi No. 194/Tahun XXVII
UNP Canangkan Pembangunan Lima Titik Parkir Lalu lintas di Universitas Negeri Padang (UNP) terpantau padat sewaktu pergantian mata kuliah pagi dan siang yang tidak jarang berujung pada kemacetan. Seperti di jalan sekitar Gedung Mata Kuliah Umum (MKU), depan Fakultas Teknik, dan jalan di Gelanggang Olahraga (GOr) UNP. Kemacetan ini terjadi bukan hanya disebabkan oleh banyaknya pengguna kendaraan yang masuk ke UNP, tetapi juga beberapa kendaraan yang terparkir di badan jalan. Yudha Rahmanto, mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual TM 2012 yang melewati jalan di depan Gedung MKU, menyatakan bahwa ia pernah terjebak macet dan tidak bisa putar arah karena di belakangnya juga padat oleh kendaraan lain. Alhasil, ia hanya dapat bersabar menunggu kemacetan u s ai . Yuda mengharapkan agar pengendara motor memarkir kendaraannya di tempat yang telah disediakan sehingga tidak mengganggu pengguna jalan lain. “Gara-gara beberapa motor yang diparkir sembarangan membuat banyak orang terganggu,” ujarnya, Sabtu (19/ 11). Ia juga berharap agar UNP memperluas tempat parkir dan menertibkan kendaraan yang diparkir secara sembarangan. Menanggapi hal tersebut, kepala bagian perlengkapan UNP, Drs. Nazarudin Harahap, S.T., meminta mahasiswa untuk saling bertoleransi dan
bersabar, karena UNP sedang dalam masa pembangunan gedung baru. Setelah pembangunan usai, kata Nazarudin, UNP akan menyelesaikan masalah perparkiran. Nazarudin mengimbau pengendara motor maupun mobil untuk tidak memarkir kendaraannya di tepi jalan, apalagi dengan alasan lebih dekat dengan tempat yang dituju. “Hargai pengguna jalan lainnya,” ujarnya, Kamis (6/10). Saat ini, jelas Nazarudin, UNP telah merencanakan pembangunan lima titik parkir. Kelima titik tersebut berlokasi di dekat GOr UNP, di Fakultas Ilmu Sosial (FIS), di samping perpustakaan pusat, di belakang rektorat, dan di Gedung MKU. Lebih lanjut, Nazarudin menjelaskan bahwa tempat parkir yang akan dibangun di GOr UNP akan digunakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Fakultas Bahasa dan Seni. Selanjutnya, tempat parkir di FIS akan digunakan oleh mahasiswa FIS dan Fakultas Ekonomi. Titik parkir ini terletak di belakang gedung FIS, karena lahan di sana cukup luas. Sedangkan lahan di FE kurang memadai untuk dilakukan penambahan parkir. Tempat parkir berikutnya di samping pustaka pusat, tepatnya di lahan tempat climbing, akan digunakan oleh mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan pusat dan mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jimi
Pelatihan Dai Ke-2 UNP Laboratorium Akhlak dan Moral (LAM) Universitas Negeri Padang (UNP) kembali mengadakan Pelatihan Dai Tingkat Mahasiswa pada Jumat-Minggu (18-20/11). Acara yang berlangsung di Lembaga Penjaminan Mutu dan Pendidikan (LPMP) Sumatra Barat ini dihadiri oleh 95 peserta yang berasal dari universitas di Kota Padang. Kepala LAM UNP, Dr. Ahmad Kosasih, MA., menjelaskan bahwa pelatihan dai ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menciptakan tenaga dai dari mahasiswa yang bisa berdakwah di kampus dan di tempat tinggalnya. Pelatihan ini diikuti oleh 95 peserta. Sebanyak 70% dari peserta tersebut berasal dari UNP dan 30% lagi dari luar UNP. “Jumlah peserta 95 orang ini sudah menunjukkan antusiasme untuk ikut pelatihan,” ujarnya, Selasa (6/12). Lebih lanjut, Ahmad mengharapkan agar pelatihan dai yang diberikan oleh UNP dengan pemateri dari MUI Sumatra Barat dan dosen-dosen UNP dan IAIN ini dapat melahirkan dai yang siap berdakwah dengan disiplin ilmunya masing-ma-
sing. “Saya harap acara ini masih berlanjut untuk tahun depan dan bisa melahirkan daidai baru,” tutupnya. Syarat untuk menjadi peserta dari pelatihan dai tersebut adalah pandai membaca Alquran dengan lancar dan maksimal mahasiwa semester 3. Saat pelatihan, peserta dibekali dengan sejumlah materi, di antaranya adalah Islam dan Pandangan Kebangsaan, Problematika Umat dan Tantangan Dakwah, Dakwah dan Kemadirian Ekonomi, Logika dan Retorika Dakwah, Dakwah dengan Pendekatan Tafsir Maudhu’I, Strategi dan Teknik Komunikasi yang Efektif dan Wawasan Keislaman. Salah satu peserta pelatihan dai, Miftahul Jannahi Sarnis Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2014 mengungkapkan bahwa ia beruntung dapat mengikuti pelatihan dai karena mendapatkan ilmu tentang dakwah dan dapat berinteraksi dengan peserta dakwah lainnya. “Semoga lebih banyak lagi mahasiswa yang mengikuti dai ini,” harapnya, Kamis (8/ 12). Eka
TEROPONG
Edisi No. 194/Tahun XXVII
UNP Jalankan Program SPADA Indonesia
Foto Bersama: Mahasiswa Universitas Syiah Kuala dan Universitas Negeri Yogyakarta yang mengikuti program SPADA di UNP foto bersama dengan pengurus BEM UNP usai kunjungan dan diskusi di Sekretariat BEM UNP, Rabu (30/11). f/Sri
Demi meningkatkan pemerataan akses terhadap pembelajaran yang bermutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menciptakan sistem pembelajaran baru berupa pembelajaran dalam jaringan. Sistem yang dijalankan mulai 2016 ini disebut Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) Indonesia. Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia pun ikut menjalankan program ini. Sebanyak 30 mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) mengikuti SPADA ke Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Syiah Kuala, Aceh. UNP juga menerima 30 mahasiswa dari universitas terkait. Program ini berlangsung mulai 10 November hingga 10 Desember 2016. Masing-masing mahasiswa yang mengikuti program diwajibkan mengambil minimal tiga mata kuliah atau maksimal lima mata
ku liah. Wakil Rektor I UNP, Prof. Dr. Agus Irianto, mengatakan bahwa pogram SPADA Indonesia ini merupakan rintisan tahun ini dan baru diikuti oleh mahasiswa PGSD. Ia berharap untuk tahun depan program SPADA tetap ada dan program studi yang mengikutinya semakin banyak. Saat ini, kata Agus SPADA terkendala dengan sistem online yang belum terlaksana. Hal ini menyulitkan mahasiswa yang mengikuti program untuk mengikuti perkuliahan di universitas masingmasing yang hanya dapat dilakukan secara online. “Kalau online-nya sudah jalan, bagus. Tapi kalau belum percuma,” ujarnya, Rabu (28/12). Senada dengan yang disampaikan oleh Agus, Muspita Anjelia, Salah satu mahasiswa Jurusan PGSD UNP yang mengikuti program SPADA di Universitas Syiah Kuala Aceh juga mengatakan bahwa program ini belum sepenuhnya siap. Selain terkendala online, Muspita juga mengaku
terlambat menerima buku panduan pembelajaran. “Saya baru menerima bukunya setelah menyelesaikan program,” tutur mahasiswa TM 2014 ini, Kamis (29/12) . Novi Fadila Anum, mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Aceh yang mengikuti SPADA di UNP mengatakan, program ini baik untuk menambah pengalaman mahasiswa. Selain bisa menambah wawasan di bidang pembelajaran sesuai jurusan, mahasiswa juga bisa belajar tentang budaya dan kebiasaan masyarakat di daerah tempat mengikuti SPADA. “Saya bisa mengenal tempat baru, lingkungan baru yang belum saya kenali sebelumnya,” ujar mahasiswa semester lima ini, Rabu (30/11). Selain itu, Novi berharap program ini lebih digencarkan lagi ke depannya, sehingga mahasiswa yang mengikuti SPADA bertambah banyak. “Semoga informasinya lebih disebarluaskan lagi oleh pemerintah dan pihak kampus,” tutupnya. Sri
17
Dua Mahasiswa UNP Ikuti IJJSS ke Jepang Dua mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) mendapatkan kesempatan mengikuti Indonesia Japan Joint Scientific Symposium (IJJSS) yang diadakan oleh Chiba University, Japan. Mereka adalah Arif Munandar, mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan dan Randi Proska Sandra, mahasiswa Jurusan Teknik Informatika. Kegiatan yang berlangsung selama lima hari, yakni Minggu-Kamis (20-24/ 11) ini diikuti oleh para ilmuan, profesional perusahaan, petinggi universitas serta mahasiswa. Pelaksanaannya IJJSS kali ini bersamaan dengan tiga simposium lainnya, yaitu The 24th CERes Internasional Symposium, The 4th Symposium on Microsatellite for Remote Sensing (SOMIRES) dan The 1 st Symposium on Innovative Microwive Remote Sensing. Kegiatan IJJSS ini tidak sekadar mempresentasikan hasil penelitian, tetapi juga mendiskusikan ide-ide terbaru di bidang riset dan teknologi antarpeneliti dan ilmuan di dunia, khususnya Indonesia dan Jepang. Keseluruhan paper yang dipresentasikan dalam kegiatan ini akan dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional. IJJSS ini berguna untuk menguatkan kolaborasi kerjasama Indonesia dan Jepang serta melatih peneliti muda berkarya. Pada kesempatan ini, Arif dan Randi mempersentasikan paper berjudul “The Utilization of CaO Nanoparticles from Limestone as a Countermeasure Effort of SO2 Gas Emissions in PT. Semen Padang Using Corprecipitation Method”. Arif menjelaskan bahwa ide ini muncul ketika ia melihat fenomena asap dari kebanyakan pabrik yang belum diatasi dengan benar karena asap pabrik hanya ditanggulangi dengan alat penyedot semata. Oleh karenanya, ia berusaha mencari solusi untuk permasalahan tersebut dan menuliskannya dalam karya tulis ilmiah. Sebelumnya, ide tersebut berhasil meraih peringkat pertama pada seleksi penilaian pa-
per dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) yang diadakan oleh Universitas Indonesia. Namun, mereka tidak berhasil mendapat juara karena belum melakukan satu tahap penilaian lomba, yakni penelitian. Hingga akhirnya, Randi menemukan informasi mengenai IJJSS yang bertemakan Suistanable Environment for Better Future dari Persatuan Pelajar Indonesia. Setelah mengetahui informasi tersebut, Arif dan Randi langsung mencari pembimbing yang ahli dalam penelitian tersebut. Mereka berhasil meyakinkan salah seorang dosen Kimia UNP, yakni Ananda Putra, S.Si., M.si., Ph.D., menjadi pembimbing. Untuk lebih mempermudah proses penelitian, mereka menambah anggota dari Jurusan Kimia yakni Yesi Marta Saputri. Namun karena ada kendala, Yesi tidak bisa mengikuti IJJSS ke Jepang. Penelitian yang diadakan di PT Semen Padang ini berlangsung selama 2 bulan. Keberhasilan dari penelitian yang mereka lakukan tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari pembimbing lapangan, Amrullah Rangkuti dan Kepala Biro SHE, Musytaqim. Randi berharap animo mahasiswa untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah terutama yang bertaraf internasional semakin meningkat. Menurutnya, lomba ini mempunyai banyak manfaat. Selain memperbaik citra kampus, kegiatan ini juga menambah pengalaman yang luar biasa bagi mahasiswa. “UNP menuju WCU, maka sudah seharusnya mahasiswa berpikir internasional juga,” ujar Randi, Senin (1/1). Senada dengan Randi, Arif berharap baik dosen maupun mahasiswa UNP lebih giat mengikuti lomba-lomba karya ilmiah. Sebab, hal ini akan berdampak pada level penelitian UNP sendiri. Ia juga berharap untuk IJJSS berikutnya, UNP mengirim lebih banyak peserta. “Dua tahun lagi IJJSS akan hadir kembali, ditunggu karyamu,” tutupnya. Ermi
UNP Luncurkan 50 Buku Karya Dosen Universitas Negeri Padang (UNP) bekerja sama dengan PT Prenada Media Group Jakarta luncurkan 50 buku karya dosen/ pengajar UNP di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik, Selasa (27/ 12). Sebanyak 44 dari 50 buku tersebut merupakan hasil Program Rekonstruksi Bahan Ajar/ Modul yang didanai dengan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi (BOPTN) UNP tahun anggaran 2016. Sedangkan enam buku lainnya diterbitkan dengan biaya ditanggung oleh penerbit, yaitu Prenada Media. Afriva Khaidir, S.H., M.Hum., MAPA., Ph.D. selaku Ketua Panitia Program Rekonstruksi Bahan Ajar/ Modul BOPTN UNP 2016, mengatakan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas menulis, terutama menulis buku yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketersediaan referensi dalam pembelajaran.
Selain itu, sehubungan dengan status UNP yang telah berubah menjadi Badan Layanan Umum, penerbitan buku ini juga bisa menjadi income generating bagi UNP dan penulis. Afriva menambahkan bahwa ke depan UNP juga akan menerbitkan buku dalam bentuk elektronik atau e-book. “Dengan ini diharapkan terjadi peningkatan angka publikasi UNP,” imbuhnya. Prof. Dr. Agus Irianto selaku Penanggung Jawab Kegiatan, mengungkapkan bahwa menerbitkan buku adalah cita-cita yang telah lama diharapkan UNP. Semenjak 2013 dosen UNP telah membuat 181 bahan ajar, 2014 ada 143 bahan ajar, dan 2015 ada 61 bahan ajar. “Tapi kendalanya semua bahan ajar tersebut belum diterbitkan,” paparnya. Agus mengharapkan agar dosen UNP terus berkarya dan menghasilkan tulisan. “Tulisan Ibu, Bapak ja-
Serah Terima: Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D. dan Direktur PT Prenada Media Group melakukan serah terima nota kesepahaman antara UNP dan PT Prenada Media Group di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik UNP, Selasa (27/12). f/Fitri
ngan sampai di sini saja, tapi berlanjut ke depan,” pesannya ketika memberikan sambutan di hadapan para dosen UNP yang hadir. Program penerbitan buku
hasil karya dosen UNP ini sangat diapresiasi oleh Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D.. “Penerbitan buku ini sudah terobosan baru. Saya mengapresiasi,” ujarnya. Ia mengharapkan adanya kerja sama
dengan Prenada Media yang memiliki jaringan luas dan pemasaran bagus, buku-buku yang diterbitkan bisa dibaca oleh orangorang se-Indonesia. Drs. Zubaidi, Direktur PT Prenada Media Group yang juga merupakan orang minang mengatakan bahwa ia telah lama menunggu naskah-naskah dari akademisi Sumatra Barat. Namun, naskah tersebut tidak banyak yang muncul di nasional. “Ternyata, dari yang telah dipaparkan sebelumnya, ada ratusan naskah yang tidak dipublikasikan,” tuturnya. Zubaidi mengharapkan ke depan, dosen-dosen UNP lebih aktif menulis dan buku-buku yang dihasilkan lebih ditingkatkan kualitasnya. “Biasanya sebelum menerbitkan buku, yang kami pertimbangkan adalah bisakah buku-buku ini masuk ke perguruan tinggi yang ada di Jawa,” tambahnya. Fitri
INTER
18
Jurusan Adminitrasi Pendidikan
UKFF
Seminar Fotografi Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Seminar Fotografi di Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni UNP, Jumat (2/12). Seminar ini membahas Dasardasar Fotografi dan Genre Fotografi dengan pemateri Budi Ramadhon dan Juli Hendra Multi Albar. Dalam seminar ini, Budi menjelaskan, mempelajari fotografi sesungguhnya adalah belajar mengenal diri sendiri, kemudian mentransfer ide manual ke visual. Ada beberapa kriteria yang harus diper-
Edisi No. 194/Tahun XXVII
hatikan dalam fotografi, yaitu diafragma, tekstur, shutter speed, dan komposisi. Sebuah foto dikatakan baik, apabila memenuhi kriteria tersebut. Ketua pelaksana, Rahmanda Fadli mengatakan, di era teknologi sekarang ini peralatan fotografi semakin canggih, seperti kamera, flash tambahan, dan lainnya. “Semoga di era ilmu digital yang berkembang sekarang ini, ilmu fotografi kita semakin lebih dalam lagi,” harap mahasiswa Program Studi Elektro Industri ini. Wildan*
Pemimpin Abad 21 Mengusung tema Kepemimpinan Abad 21, Jurusan Administrasi Pendidikan (AP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan kuliah umum untuk mahasiswa program S1, S2, dan S3 Jurusan AP di Aula FIP UNP, Kamis (24/11). Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., MT., selaku pemateri menjelaskan, kepemimpinan abad 21 merupakan pembelajaran kepemimpinan yang terfokus pada peningkatan mutu, proses, dan hasil pembelaj aran.
Husaini menerangkan bahwa kepala sekolah pada praktik profesionalnya memimpin pengajaran dan pembelajaran, mengkoordinasikan kurikulum, memantau kinerja guru, menilai kinerja guru, mendampingi, dan melatih guru. Lebih lanjut, Kata Husaini, apabila kepala sekolah efektif dalam tugasnya, sekolah juga akan menerima aspek positif. Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi mutu guru, dan mutu guru pun mempengaruhi hasil belajar siswa. Nadilla*
Uji Materi Pemilu FIS rakan untuk menjemput aspirasi mahasiswa demi menyukseskan pemilu pada Februari mendatang. Penyampaian uji materi dibagi atas dua sesi. Sesi pertama penyampaian sosialisasi pelaksanaan pemilu dan sesi kedua penyampaian aspirasi oleh masing-masing HMJ. Adapun aspirasi yang disampaikan, yaitu upaya peningkatan partisipasi pemilih, kejelasan waktu pemilihan, penghitungan suara dilakukan secara terbuka, dan penentuan jadwal pemungutan suara Maida, Lutfi*
yangideal.
PPIPM UNP
LKMM Tingkat Menengah Bertemakan Golden Member‘s For PPIPM 2016 Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat Menengah. Kegiatan bertempat di Ruang Standar Fisika, Sabtu (10/12). Pada acara ini, PPIPM mendatangkan pemateri Hendra Naldi, SS., M.Hum., Wakil Dekan III FIS dan Nofrion, M.Pd., Dosen Geografi UNP. Ketua pelaksana, Rahmat Nofianto menjelaskan, LKMM Tingkat Mene-
ngah dilaksanakan dalam rangka memberikan pembekalan sekaligus pengarahan kepada anggota angkatan ke-30 menjadi pengurus PPIPM 2017. Selain itu, pada Minggu (11/12) juga dilaksanakan outbound yang berlangsung di Sungai Bangek, Lubuk Minturun, Padang. “Acara ini lebih kepada implementasi terhadap materi yang telah mereka dapatkan hari ini,” tambahnya. Rahmat berharap acara ini menjadi ajang silaturahmi bagi calon kepengurusan baru. Arrasyd*
UKK UNP
UKMF Sudut Kampus FIS UNP
Wadah Diskusi Mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Sudut Kampus Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang merupakan unit kegiatan yang bergerak di bidang kajian sosial, politik, budaya, dan advokasi. Unit kegiatan yang baru dilantik pada Juni lalu ini menyediakan wadah diskusi bagi mahasiswa. Sebelumnya Sudut Kampus merupakan organisasi berbentuk komunitas. Mereka mengadakan diskusi pertama kali pada 1 Mei 2013. Ketua UKMF Sudut Kampus FIS UNP, Zorino Farica S., mengatakan bahwa dalam penyelenggaraan diskusi terdapat beberapa metode yang digunakan. Di antaranya, diskusi kelompok mahasiswa, diskusi kecil, dan diskusi publik. Pada Oktober lalu, Sudut Kampus mengadakan diskusi panel tentang mengenal sejarah dan ideologi PKI serta ancaman bagi kedaulatan
NKRI. Lebih lanjut, Zorino mengungkapkan, mahasiswa sangat antusias mengikuti diskusi yang diselenggarakan. “Mereka juga ingin tahu jadwal diskusi Sudut Kampus, apalagi jika isunya menarik,”ujarnya, Sabtu (24/12). S u d u t Kampus juga membuka peluang bagi mahasiswa untuk mendiskusikan sebuah isu dengan syarat membawa referensi dari isu tersebut. “Jadi isunya tidak dari Sudut Kampus saja, ”jelasnya. Setelah diskusi, hasilnya akan ditempelkan di mading dan juga ditampilkan di beberapa situs milik Sudut Kampus. Saat ini, Sudut Kampus beranggotakan 20 orang dan sekarang dalam proses perekrutan anggota. Zorino berharap, Sudut Kampus mampu memberikan ilmu bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa FIS UNP. Resti
Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (GIBEI) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Padang mengadakan Seminar Pasar Modal di Auditorium Prof. Kamaluddin FE UNP, Sabtu (26/11). Acara dihadiri oleh Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Cabang Padang, Reza Shadat, S.E., MM., dan Direktur Corporate Finance PT. Panin Securitas serta dua pemateri dari Advisory & Education Panin Securitas dan Co-Faunder Investor Saham Pemula Indonesia. Direktur Utama GIBEI FE UNP, Ricky Savega me-
nyampaikan, seminar ini merupakan salah satu rangkaian Gebyar GIBEI 2016. Gebyar ini bertujuan untuk mencapai visi GIBEI, yakni sarana edukasi dan sosialisai. Reza Shadat, S.E., MM., menyampaikan, semua pengusaha dan investor pasti pernah mengalami rugi. Tetapi, saat rugi ia belajar agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Jika ingin sukses, harus selalu belajar dan jangan pernah takut untuk gagal. “Karena gagal ialah kesuksesan yang tertunda,” ujarnya. Gezal*
2015 sebagai pemateri. Ketua pelaksana, Selma Jesti Rahayu mengatakan, acara ditujukan bagi muslimah agar menjadi kaum berintelektual karena wanita adalah guru pertama untuk anakanaknya kelak. “Diharapkan muslimah semakin semangat meningkatkan intelektual sehingga menjadi inspirasi bagi muslimah lain,” ujarnya. Peserta, Nurjannah, mengatakan bahwa selain menambah pengetahuan, talkshow ini memotivasi untuk terus mengembangkan potensi. Laila*
Pelantikan Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Pelantikan Pengurusan periode 20162017 di lantai 2 Gedung PKM FT UNP, Jumat (16/ 12). Pelantikan ini dihadiri oleh Ketua Jurusan Teknik Elektro, Drs. Hambali, M.Kes.. Ketua umum HMTE FT UNP periode 2016-2017, Muhammad Rizki mengatakan bahwa setelah pelantikan akan dilaksanakan rapat kerja disusul Training Dasar Organisasi untuk pengurus. Ia ber-
pesan agar mahasiswa elektro tak lupa pada himpunan. “Belajarlah dan raihlah prestasi, namun jangan lupakan himpunan jurusan sendiri,” ujarnya. Senada dengan itu, Hambali berpesan kepada pengurus agar dapat membagi waktu dengan baik, berkomitmen, dan sebagai mahasiswa jangan sampai lalai dalam perkuliahan. Ia juga berharap pengurus baru minimal pencapaiannya sama dengan pengurus sebelumya, kalau dapat lebih baik. Hamid
BEM FE
FE Expo Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Padang (UNP) bekerja sama dengan ikatan mahasiswa bidikmisi FE UNP, gelar Expo di depan Gedung FE, Kamis (8/12). Wakil Dekan III FE, Efrizal Syofyan, SE, M.Si, Ak., mengatakan, Expo adalah kegiatan lanjutan Mata Kuliah Kewirausahaan bagi mahasiswa semester lima. “Teorinya diajarkan di kelas, praktik dilakukan di lapangan,” ujarnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan, banyak manfaat dari berwirausaha, seperti
menciptakan lapangan kerja, membantu pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran, serta dapat mengurangi angka kemiskinan. Expo ini diikuti oleh 160 kelompok dan berlangsung dua hari. Per harinya ada 80 kelompok yang turun ke lapangan. Peserta Expo, Agsa Sadila mengatakan, acara ini dapat melatih mahasiswa turun ke lapangan dan mempromosikan dagangannya. Mahasiswa juga dituntut bekerjasama dengan rekan satu tim. Wildan*
BEM UNP
KSR PMI
Talkshow Muslimah Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) Universitas Negeri Padang (UNP) adakan Muslimah Expo bertema Mewujudkan Muslimah Intelektual Menuju Peradaban Cemerlang di Aula Batalyon Infanteri 133/ Yudha Sakti-Yonif 133 Padang, Minggu (4/12). Acara diikuti 150 peserta dari perguruan tinggi di Padang. Menghadirkan Eka Restianingsih, Top 5 Competition Owner Shayma Boutiqe dan Afnesha Noveriana Chang S.Pd., M.A., Awarde LPDP Studi Master di University Of Leeds, United Kingdom
Seminar Pasar Modal
HMTE FT UNP
BEM FIS
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang (UNP) adakan Uji Materi Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur BEM FIS UNP Periode 2016-2017, Rabu (30/11). Kegiatan yang berlangsung di Ruang Dekanat FIS UNP ini dihadiri oleh perwakilan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) selingkungan FIS. Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa FIS, Eki Andro dalam sambutannya mengatakan bahwa uji materi ini diselengga-
GIBIE FE
MUBES ke XXIII Korps SukaRela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan Musyawarah Besar (Mubes) ke XXIII. Acara ini dilaksanakan di Ruang Sidang Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) UNP mulai dari Kamis hingga Sabtu (15-17/12). Acara yang mengusung tema Bulatkan Tekad, Pastikan Langkah, Menuju KSR yang Bersinergi ini dihadiri oleh 51 orang dari berbagai unit kegiatan selingkup UNP dan Unit KSR PMI Universitas se-Kota Padang.
Acara dibuka oleh Kepala Sub Bagian Minat dan Bakat Kemahasiswaan UNP, Syamsul Bahri, S.Pd.. Ia mengatakan, keberadaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan salah satu penilaian guna meningkatkan akreditasi universitas. “Dari 100% penilaian akreditasi, 10% diambil dari kegiatan mahasiswa seperti acara yang diselenggarakan oleh berbagai UKM di UNP,” ujarnya. Ketua pelaksana, Pebri Gandi Saputra berharap agar KSR PMI lebih baik lagi ke depannya. Wildan*
National Training Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP). gelar National Traning The Art of Communication di Aula Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP, Sabtu ( 1 7 /1 2 ) . Acara yang diiikuti 157 peserta ini menghadirkan tiga pemateri, yaitu Instruktur Publik Speaking Pemilihan Duta Keselamatan Jalan Tingkat Nasional 2011-2015, Mukhlis Anwar, Ketua Umum Inspirator Indonesia, Arif Himawan, dan Mahasiswa Berprestasi UNP 2015, Mughni Bustari.
Ketua pelaksana, M. Ikhsanul Arifin menyampaikan, kegiatan bertujuan membekali dan meningkatkan ilmu komunikasi mahasiswa. Sebab mahasiswa selaku agen perubahan harus mampu mewujudkan pribadi hebat sebagai komunikator handal dan unggul serta membangun citra positif. Presiden Mahasiswa UNP, Muhammad Haris Sabri menyampaikan, acara ini membekali mahasiswa agar lebih progres dalam berkomunikasi baik intra maupun ekstra kampus.Alfendri*
Edisi No. 194/Tahun XXVII
SEPUTAR MAHASISWA 19
51.94% Mahasiswa Setuju Penambahan Jam Buka Perpustakaan
Hai pembaca setia Ganto! Perpustakaan memiliki peran strategis dalam eksistensi pendidikan tinggi. Peraturan Pemerintah Indonesia pasal 40 tentang pendidikan tinggi menegaskan bahwa perpustakaan merupakan unsur penunjang pendidikan tinggi. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu, selain itu juga sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan (Pudjiono, 2013). Hal ini dapat diartikan bahwa perpustakaan merupakan sesuatu yang harus ada untuk kesempurnaan sesuatu yang ditunjang, salah satunya dari segi pelayanan. Termasuk juga dengan perpustakaan yang ada di UNP. Perpustakaan UNP telah menyediakan layanan selama hari kerja dari pukul 07.00-16.00 WIB. Beranjak dari hal tersebut, bagaimana tanggapan Anda selaku mahasiswa UNP terhadap jadwal pelayanan perpustakaan UNP? Perkembangan pendidikan saat ini menuntut peranan perpustakaan sebagai salah satu komponen penunjang kesuksesan kegiatan pembelajaran. Perpustakaan merupakan suatu unit kerja berupa tempat penyimpanan koleksi pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan berkesinambungan oleh pemakainya sebagai sumber informasi (Milburga, 1986). Perpustakaan juga merupakan lembaga yang inti kegiatannya adalah layanan dengan cara menyesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan pelanggannya, sehingga arti pelanggan bagi sebuah perpustakaan sangatlah penting bagi eksistensi suatu lembaga. Mengelola perpustakaan berkualitas adalah salah satu syarat menuju universitas riset. Perpustakaan tidak hanya menjadi fasilitas pelengkap. Perpustakaan mendorong sivitas akademika melakukan penelitian-penelitian. Di sinilah peran perpustakaan, yaitu sebagai media transfer informasi kepada seluruh masyarakat kampus. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (2004), fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut. Pertama, fungsi edukasi. Perpustakaan merupakan sarana tempat belajar bagi mahasiswa, oleh karena itu koleksi yang tersedia harus mendukung pencapaian tujuan, proses, dan evaluasi pembelajaran. Kedua, fungsi informasi. Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi. Ketiga, fungsi riset. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan primer dan sekunder yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, baik di bidang teknologi maupun seni. Keempat, fungsi rekreasi. Perpustakaan juga harus menyediakan kumpulan karya kreatif yang bermakna untuk membangun minat serta daya inovasi pengguna perpustakaan tersebut. Kelima, fungsi publikasi. Perpustakaan selayaknya turut membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh mahasiswa dan sivitas akademika lainnya. Keenam, fungsi deposit. Perpustakaan dapat menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan. Ketujuh, fungsi interpretasi. Perpustakaan perguruan tinggi seharusnya melakukan kajian dan mem-
berikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang ada padanya untuk melakukan k ewaj i bann y a. Dengan demikian, perpustakaan perguruan tinggi dapat mendukung berjalannya proses pembelajaran dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh para penggunanya. Selain itu beroperasinya perpustakaan perguruan tinggi ini merupakan salah satu bentuk terwujudnya tridarma perguruan tinggi. Selain memiliki fungsi yang telah dijelaskan di atas, perpustakaan juga bertujuan untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh penggunanya. Jenis layanan yang diberikan dapat berupa layanan sirkulasi, layanan pinjam antarperpustakaan, layanan referensi, layanan pendidikan pengguna, serta layanan penelusuran informasi. Pelayanan perpustakaan apabila ditinjau dari segi kegiatannya, maka terdapat dua jenis layanan di perpustakaan, yaitu layanan teknis yang meliputi pengolahan dan pelayanan perpustakaan sebagai layanan pengguna. Berdasarkan UU No. 43 tahun 2007 pasal 14 bagian pertama dijelaskan bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka atau pengunjung, termasuk juga di sini jam buka perpustakaan tersebut. Jam buka perpustakaan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan para pemustaka sendiri, yang berdasarkan standar nasional layanan perpustakaan, yaitu sekurang-kurangnya lima puluh empat jam per minggu. Beranjak dari layanan perpustakaan terkait jam berkunjungnya, Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang melakukan jejak pendapat dalam bentuk polling yang disebarkan oleh bagian Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan terkait dengan pendapat mahasiswa tentang jam layanan perpustakaan UNP. Polling yang disebar berupa angket yang terdiri dari lima pertanyaan, teruntuk 800 mahasiswa UNP. Data angket didapatkan dari metode random sampling yang diambil secara accidentil. Berdasarkan angket yang telah disebarkan, dapat terangkum bahwa dari keseluruhan responden, persentase tertinggi untuk kunjungan mahasiswa ke perpustakaan ada pada pilihan pertama, yaitu hanya satu kali dalam seminggu, yakni sebanyak 30.76%. Lalu jumlah persentase mahasiswa yang berkunjung 2 hingga lebih dari 3 kali da-
lam seminggu masing-masingnya hanya sebesar 23.71%. Selanjutnya, ketika ditanyakan melalui angket terkait jam kunjungan mahasiswa ke perpustakaan, dapat terlihat bahwa mahasiswa sering berkunjung ke perpustakaan UNP pada pukul 09.40 hingga 12.00 WIB, yaitu 45.15%. Kemudian, 40.01% dari seluruh responden berkunjung ke perpustakaan pada pukul 13.20 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Sisanya, responden berkujung ke perpustakaan pada pagi dan sore hari. Kurangnya intensitas kunjungan mahasiswa ke perpustakaan kampus menurut hasil angket, yaitu sebanyak 52.25% responden menyatakan penyebabnya adalah padatnya jadwal kuliah dan jadwal tersebut juga bertepatan dengan jam buka layanan perpustakaan. Kemudian responden yang berpendapat
demikian juga berpendapat bahwa jam kunjungan ke perpustakaan hendaknya ditambah. Hal ini juga diungkapkan oleh mahasiswa Jurusan Teknik Informatika TM 2014, Deza Ilham Ardiansyah, yang dimuat pada rubrik surat pembaca SKK Ganto Edisi 193. Ia berharap adanya jam buka tambahan untuk layanan perputakaan. Kemudian, pada hasil polling, sebanyak 51.94% responden menyatakan setuju diadakannya penambahan jam kunjungan ke perpustakaan. Lebih dari seperempat responden bahkan sangat setuju dengan hal tersebut. Menanggapi harapan mahasiswa demikian, Drs. Yurnaldi, M.Si., kepala perpustakaan menyatakan kesiapannya untuk hal tersebut, dengan konsekuensi adanya uang lembur dan menjaga ketertiban serta keamanan kampus (Ulasan Surat
Pembaca SKK Ganto Edisi 193). Selanjutnya, hasil jajak pendapat terhadap pendapat mahasiswa terkait solusi yang dapat diambil oleh pihak kampus jika jam buka perpustakaan ditambah, yaitu 26.38% responden menyatakan bahwa petugas perpustakaan tetap bertugas hingga malam hari, namun dengan gaji tambahan sebagai uang lembur. Kemudian 25.76% responden berpendapat bahwa pihak kampus dapat memanfaatkan kinerja mahasiswa pada waktu-waktu tertentu sebagai petugas perpustakaan setelah jam dinas pegawai selesai. Selain itu, 22.69% responden berpendapat bahwa menambah jam buka perpustakaan, lalu menambahkan tim satuan pengamanan kampus untuk berpatroli di sekitar gedung perpustakaan untuk menjaga keamanan perpustakaan.*
SASTRA BUDAYA
20
Cerpen
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Asap yang Selalu Mengepul Oleh Tesa Darma sepi, Andung Inah menjawab, “Sudah terlambat.” Aku juga pernah bertanya kepadanya kenapa dia tidak tinggal sama anaknya. Sambil menyeka sudut mata, Andung Inah pun menjawab, “Sudah terlambat.” Dan, ketika aku bertanya kepadanya kenapa Andung tidak mencari Angku yang baru. Sambil tertawa terpingkal-pingkal, barulah Andung Inah memberi jawaban dengan kalimat lain. “Sudah beruban, sudah keriput, sudah tidak cantik seperti dulu.” Aku ikut tertawa. Bukan karena jawabannya. Tapi, karena wajah tertawa Andung Inah yang lucunya minta ampun. Aku dan Andung Inah adalah tetangga. Jarak rumahku hanya lima rumah dari rumah Andung Inah. Aku sering pergi main ke rumah Anduang Inah, sebab dia suka membuat kue. Hampir setiap hari, ada saja kue yang dia buat. Tujuh belas tahun umurku dan aku tetap sering ke sana. Sayangnya, hanya aku yang mau pergi ke rumah Andung Inah. Temantemanku selalu menolak. Mereka beralasan tidak ada televisi di sana. Meski demikian, alasan utamaku pergi main ke rumah Andung Inah bukan hanya sekadar ingin mengecapi kue buatannya yang lezat. Ada hal yang jauh lebih berharga dari itu, yaitu ilmu. Andung Inah suka bercerita denganku tentang kehidupan, tentang apa saja yang mesti kuketahui. Dan pada hari itu, Andung Inah bercerita tentang masa mudanya. Sebelum bercerita, dia memberiku peringatan garis keras. “Jangan ditiru, ya Nak! Kalau ditiru, nanti kamu tidak bahagia waktu sudah tua,” katanya mengingatkan. Aku mengernyit. “Jadi, Andung Inah tidak bahagia sekarang?” tanyaku sambil menatapn y a. Kulihat matanya meneduh. “Selama ada Aini, Andung selalu bahagia,” jawabnya dengan seulas senyuman.
Dia kemudian mulai bercerita. Aku duduk dengan patuh di hadapannya. Mendengarkan dan sesekali melontarkan pertanyaan. *** Semenjak SD hingga SMP, Andung Inah adalah murid paling pintar di sekolahnya. Dia selalu mendapat peringkat pertama di kelasnya. Dia pun berhasil lulus dengan rasa bangga yang masih menaunginya hingga sekarang. Melihat kepintaran Andung Inah, orangtuanya pun berniat mengirimkannya sekolah ke Padang. Andung Inah pun melan-
Grafis: Doly Andhika
Aku mengamati Andung Inah yang sedang asyik mengisap rokok kretek. Sebersit rasa kagum muncul melihat betapa lajunya ia mengisap tembakau di usianya yang sudah enam puluh tahun. Sedangkan suaminya, Angku Bidin, sudah meninggal dua tahun lalu karena kanker paru-paru. Padahal, Angku Bidin seusia dengan Andung Inah, dan mereka sama-sama merokok sejak muda. “Nanti paru-paru Anduang jadi hitam,” komentarku, entah sudah yang keberapa kalinya. Kulihat selintas tawa di wajah Andung Inah yang sudah keriput. Tubuhnya sudah tinggal tulang dan pipinya sudah kendor. Kendati begitu, siapa pun yang melihat pasti bisa menebak betapa cantiknya dia di masa mudanya dulu. “Di sini sudah gelap juga, Aini,” ujarnya sambil menunjuk dadanya. Aku tertawa getir. “Kalau yang itu gelap, kasih saja lampu penerangan, Andung,” celotehku Andung Inah hanya menggeleng-geleng ringan sambil mengisap kembali rokok kreteknya yang tinggal satu ruas jari. Sejurus kemudian, kudapati raut wajah Andung Inah berubah. Kini, gelap tak hanya bernaung di rongga dadanya. Tetapi, sudah merembes ke raut wajahnya. Andung Inah lalu menyambar rokok kretek yang baru dan menyulutnya. Setelah tiga kali menghisap dan menghembuskan asap, dia pun berujar dengan lambat seolah hendak melepaskan beban berat yang selama ini ditanggungnya. “Sudah tua begini, sudah terlambat.” Terlambat? Apa maksudnya? Aku tidak mengerti letak batas terlambat bagi Andung itu di mana. Tetapi, begitulah dia! Jika aku bertanya sesuatu tentang dirinya, Andung Inah selalu menjawab bahwa dia sudah terlambat. Hal ini seolah sudah menjadi ciri khasnya. Suatu waktu, aku pernah bertanya kepadanya, kenapa di usia tuanya ini dia jarang sekali tampak pergi ke surau. Sambil memandang jalan setapak yang
jutkan pendidikan SMA di sana. Orangtuanya berharap, pendidikan di kota bisa membuat anak mereka menjadi orang besar. Selama di Padang, Andung Inah tinggal di tempat kos. Orangtuanya pun percaya bahwa dia akan baikbaik saja. Dua tahun pertama di Padang, Andung Inah rajin rajin pulang ke kampungnya di Pariaman. Setidaknya sekali sebulan. “Untuk minta uang dan kebutuhan lainnya,” ujarnya dengan diikuti tawa terkekeh. Di SMA, Andung Inah juga berhasil meraih peringkat pertama dan menjadi salah satu murid yang diperhitungkan. Tapi, ujian datang di tahun terakhir masa sekolah. Bukan ujian akhir, tapi ujian lain. “Ujian yang datang dari pergaulan,” imbuhnya. Andung Inah berhasil termakan bujuk rayu teman-temannya.
Perlahan, ia mulai melu-pakan sekolah dan jarang masuk kelas. Andung Inah melepaskan ajaran agama yang ditanamkan orangtuanya. Andung Inah melepas kerudungnya dan meninggalkan salat. Andung Inah memasuki masa di mana gejolak jiwa muda menghantam keras ingin keluar. Ia belajar pacaran, merokok, dan pergi ke tempat-tempat hibu ran. Ia berhenti sekolah tepat sebelum ujian akhir. Orang tuanya pun tidak tahu kalau dia bertindak seperti itu. Setiap kali surat panggilan orang tua tiba di tangannya, Andung Inah selalu merobeknya. Sejak berhenti dari sekolahnya, saat itulah penyesalannya dimulai. “Kenapa tidak langsung taubat saat mulai menyesal?” tanyaku sewaktu Anduang Inah berhenti bercerita beberapa saat. Andung Inah mengisap rokok kreteknya lagi sambil menatap lantai. “Setiap mau berubah, godaan yang lebih besar justru datang dan membuat situasi semakin rumit.” Andung Inah lalu melanjutkan ceritanya. Sewaktu dia mau pulang ke kampung untuk meminta maaf pada orangtuanya, dia secara tidak sengaja bertemu oleh Angku Bidin. Mereka bertemu di terminal. Mereka lalu berkenalan dan saling jatuh hati. Andung Inah pun membatalkan niatnya pulang karena Angku Bidin—dengan segenap rayuan dan janji—menahannya pergi. Angku Bidin juga berasal dari Pariaman, satu kampung dengan Andung Inah. Itulah salah satu alasan kuat kenapa Andung Inah tak menaruh ragu padanya. Rasa percaya itulah yang membawa mereka dalam hubungan yang lebih rumit. Hamil di luar nikah dan ijab kabul dadakan demi menutup aib. Aku sekarang sudah tujuh belas tahun dan sudah bisa mencerna cerita serumit itu. Aku kaget karena baru tahu Andung Inah dulunya seperti itu. Padahal, dari kecil aku selalu bermain di
ru mah n y a. “Tapi, Andung dan Angku saling cinta, ‘kan?” tanyaku memastikan. Aku sepertinya salah bertanya. Karena kutangkap raut pilu di wajah senjanya. “Ya, kami saling cinta,” katanya. “Bukan cinta yang dewasa, tapi cinta yang dirajut sebelum waktunya. Membuat jalan ke depannya tidak pernah mulus.” “Tapi bisa tahan bertahuntahun,” gumamku. “Terlalu banyak keputusan salah yang Andung pilih. Berpisah bukan jalan keluar,” jawabnya dengan suara yang lebih yakin dari sebelumnya. Andung Inah lalu melanjutkan ceritanya. Tentang hari-hari sulit yang ia lalui di Padang bersama suaminya. Tanpa campur tangan keluarga, tanpa di ketahui kerabat. Semuanya berlanjut sampai anak tunggal kabur dari rumah. Andung Inah punya satu anak laki-laki. Ia kabur dari rumah sewaktu SMA karena tidak tahan dengan pertengkaran orangtuanya. Anduang Inah mencarinya selama lima tahun, namun tak berhasil menemukannya. Ia akhirnya memutuskan pulang ke kampung bersama Angku Bidin. Saat itulah, penyesalan mencapai puncak tertingginya. Orangtua Andung Inah sudah meninggal karena sakit-sakitan. “Rasanya, sudah tak terhitung berapa banyak kesalahan nenek tua ini,” ujar Andung Inah, lebih pada dirinya sendiri. Aku menyentuh lengan kurusnya. “Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertaubat.” Andung Inah tersenyum, tapi matanya tidak. “Janji, ya? Jangan ditiru. Dan Aini tidak boleh menceritakan kisah Andung ini kepada orang lain. Cukup saja kamu yang tahu dan pernah mendengar ceritanya langsung dari Anduang.” Aku mengangguk sambil menyeka air mata yang jatuh di sudut wajahnya. ***
CATATAN BUDAYA
Klakson Oleh Maida Yusri Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2014 Klason ialah alat yang digunakan sebagai media bagi kendaraan bermotor untuk berkomunikasi, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Klakson menjadi penanda atau peringatan bagi kendaraan lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993, pada Pasal 70 disebutkan bahwa klakson merupakan salah satu komponen wajib bagi kendaraan bermotor. Pada Pasal 71 dijelaskan fungsi klakson sebagai isyarat peringatan dari pengemudi kepada pengemudi yang lain. Baru-baru ini, klakson tengah menjadi perbincangan, mulai dari anak-anak sampai pada orang tua, mulai dari artis sampai orang biasa. Meski klakson memiliki bunyi yang bervariasi, namun hanya satu yang mampu me-
narik perhatian, yaitu telolet. Istilah “Om telolet Om” menjadi populer dan viral di tengah masyarakat, tak hanya Indonesia, namun juga dunia. Bermula dari seorang anak kecil yang baru pulang sekolah berdiri di pinggir jalan, kemudian berteriak, “Om telolet Om” dengan kerasnya. Ada juga anak kecil yang sambil memegang kertas bertuliskan “Om telolet”. Teriakan itu ditujukan pada sopir bus yang melintas agar membunyikan klakson dengan bunyi telolet. Bunyi tersebut menjadi hiburan bagi anak-anak, bahkan demi mendengarkan klakson telolet, anak-anak rela menunggu di tepi jalan dengan kebahagian. Mungkin sebagian orang ada yang mengatakan bahwa hal ini adalah sebuah hal yang norak,
tidak lucu, dan tidak perlu di populerkan. Tapi nyatanya hal itu bisa membuat anak-anak bangsa ini bahagia ketika mengucapkannya. Keadaan ini, seakan menunjukan tidak adanya wadah hiburan bagi anak. Sampai-sampai klakson menjadi kesenangan. Jika dibandingkan keadaan dulu dengan sekarang, tentu telah menunjukan kemajuan. Namun, kemajuan itu semakin mengusik ranah bermain anak. Dalam proses kehidupannya anak-anak tidak hanya membutuhkan hak hidup namun hak bermain dan belajar di lingkungan yang nyaman. Ruang bermain bagi anak dinilai sangat berpengaruh positif untuk meningkatkan wawasan dan menstimulasi perkembangan kognitif, motorik, sensorik dan emosional.
Minimnya ruang bermain menyebabkan anak lebih bergantung pada hal-hal instan atau praktis seperti gadget dan media online lainnya. Tidak hanya anak-anak. Orang tua pun ikut menikmati fenomena “telolet” ini. Bahkan sopirsopir truk rela mengganti klakson mobilnya dengan klakson yang berbunyi “telolet”. Secara sosiologis, mencuatnya kejadian sederhana yang kemudian viral tersebut terjadi akibat adanya kejenuhan hidup yang dirasakan masyarakat. Keadaan ini semakin memperjelas, kurangnya perhatian orang tua dan pemerintah terhadap hak yang dimiliki anak sebagai seorang warga negara. Orang tua sebagai orang yang memberikan perhatian dan kasih sa-
yang, tidak menjalankan kewajiban karena tuntutan pekerjaan. Sedangkan pemerintah adalah pihak yang berkewajiban untuk menyediakan lahan terbuka sebagai tempat bermain. Semestinya 30 persen dari ruang publik disediakan bagi taman terbuka hijau, sesuai Rencana Umum Tata Ruang Kota. Akibat dari hal tersebut, si anak berusaha mencari kesenangan lain, salah satunya seperti fenomena “telolet” tersebut. Padahal tindakan tersebut bisa membahayakan anak-anak. Seperti Klakson yang berfungsi sebagai pengingat, fenomena ini juga seakan memberi peringatan kepada orang tua maupun pemerintah bahwa anak-anak membutuhkan perhatian yang lebih, tak sekadar kenyamanan sesaat.
SASTRA BUDAYA
Edisi No. 194/Tahun XXVII
21
Sajak Dini ini, Akhir yang Basah
Si Malam
Wahai akhir, Kenapa dini ini kau basah? Setiap fajar kau selalu menangis Apa yang membuatmu sedih? Adakah sandaranku dapat menolongmu? Bisakah kita bernegosiasi? Aku ingin berbincang lebih lama lagi bersamamu Tapi kau selalu menangis Adakalanya kucoba tuk ikuti gemercikmu Jatuh, bergulir di setiap sudut mata Tak jarang aku ikut dingin bersamamu Terlelap jauh bersama dinimu Basah ini, dingin ini, dan gemercik ini Kan kulukiskan di celah cakrawala Wahai akhir, Akankah kau melukis indah bersamaku, di celah cakrawala itu Sudikah kau menghiasi lukisanku dengan tejamu? Kenapa kau diam? Bukan, Kenapa kau kau selalu diam? Kau selalu saja menutup mulut Membungkam, diam, bisu, dan membatu Selalu itu kau lakukan atas semua perbincangan ini Tapi aku yakin Akan ku temukan sahutan itu Di ujung tangismu.
Si malam memang agak terlambat Semakin gelap dalam deruman pekat Sedikit semampai tapi jenuh idealisme syarat Terlebih sang pujaan elok menatap lekat
Oleh Wildan Firdaus
Coretan Senja di Langit Legit
Kerlap-kerlip rupa arinya berniat hilang Lalu melangkahi kedalaman cerita derita siang Hendak bergumam meski waktunya diguncang Datang sendiri menggenggam kesepian terang Malam sedikit lagi hampir menghampiri Di kejauhan sempoyongan menegakkan keabadian diri Beringsut-ingsut, menyeret gontai langkah si kaki Sepertinya masih dalam mabuk keanggunan jelita mimpi
Oleh Syah Muhammad Igavalevi Siregar
Verpassen Senyummu yang awet menempel di dinding hati seakan memudar. Tinggalkan noktah merah yang perlahan alirkan perih pada luka yang tak sempat kau usap. Mungkin kau tak paham hakikat rindu. Atau kantung rindumu telah bolong sehingga rindu yang kutabung di sana tak kau rasai. Kau tahu, aku tak pernah membenci rindu. Sensasinya sajikan suasana hampa terkadang juga duka. Namun, rindu kali ini aku tak tahu namanya. Aku tak kan bahagia melihatmu, tapi aku juga sebagai dungu saat aromamu tak lagi sambangi hidungku. Saat suaramu tak lagi singgahi telinga ini, saat bibirmu tak lagi .... Ah, sudahlah! Rindu biarlah kukunci sendiri sampai kau bertanya.
Matahari terbangun dini hari dengan harapan bangsa di pundak kami. Dengan senyuman dan semangat selalu pagi, Yang bersanding di bibir pemikir negeri ini. Debur ombak begitu merdu saat menjelma menjadi deru.
Oleh Riedho Kurnia Pamungkas
Senja selalu saja menawarkan; “Coretlah pencapaianmu Pemuda senja ini, Dan bermimpilah bersama bulan, Esok, bangunlah dengan semangatmu. Lalu ceritakan padaku ‘senja‘ tentang Gurumu hari ini “. Ini adalah nikmat yang penuh nikmat dalam menjala ilmu. Laut, daratan, dan langit yang legit. “Alam Takambang, Jadi Guru “ Saat alam menjadi guru yang nikmat, Dari pencipta yang hikmat.
Oleh Siti Hajar Thaitami
Melawan Duka Bila ini risau tak kan kusesali rasa Berjalan dengan tegap dan melangkah dengan ratap Di pandang latar sunyi yang membiru seakan membeku Salahkah menundukkan luka? Sebab takdir yang tak bisa dielak Yang mengoyak jiwa dalam nestapa Senyap yang kurasa mengekan gerat kebimbangan Apakah ini duka? Sesal tiada arti takdir nyata telah terjadi Hanya secercah harapan jadi pengobat hati Demi membalas budi pertiwi
Oleh Deki Arfandi IKLAN
RESENSI
22
Edisi No. 194/Tahun XXVII
Guru Jurnalisme dan “Civic Education” J udu l Penerbit Cetakan
: Kompas Way Jacob’s Legacy : PT. Kompas Media Nusantara : Pertama, 2016
Buku Kompas Way atau Cara Kompas menggambarkan tentang bagaimana wartawan Kompas tetap bekerja sesuai
dengan kode etik dan tuntunan moral, serta kiat lembaga ini untuk terus berkembang sebagai lembaga idealis dan bisnis dalam masyarakat. Kompas Way berakar dari sintesa berbagai sumber yang menyejarah, hasil jatuh bangun, usaha keras, kerja sinergik yang diinisiasi dan dimotori para perintis dan pendiri perusahaan. Setelah P.K. Ojong meninggal (1920-1980), pengembangan Kompas Way dimotori oleh mitra dwitunggalnya: Jakob Oetama yang melekat sebagai legacy, warisan ilmu dan kebijakan. Jakob Oetama dalam buku pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus menuliskan manusia dan kemanusiaan adalah nafas pemberitaan Kompas. Dalam seluruh pemberitaan Kompas segala sepak terjang manusia, cobaan dan permasalahannya, aspirasi dan hasratnya, keagungan dan kehinaan menjadi titik sentral pemberitaan. Kompas mencoba peka akan nasib dan pergulatan manusia demi mencapai kemanusiannya, dan berpegang pada ungkapan klasik dalam jurnalistik, yang lantas menjadi adagium “menghibur yang papa dan mengingatkan yang
ma p an ” . Jurnalisme pembangunan, jurnalisme fakta, dan jurnalisme makna, menurut Jakob Oetama, pada akhirnya merupakan temuan-temuan cerdas atas tantangan yang dihadapi dunia pers. Kompas menemukan kiat mencerdaskan agar senantiasa survive tanpa meninggalkan tugas pokoknya. Ketika represi kekuasaan semakin kuat, bersamaan dengan hadirnya media siber, diselenggarakanlah jurnalisme fakta. Ketika semakin besar tantangan yang dihadapi media cetak mendapat tantangan perkembangan pesat siber atau media sosial sebagai media masa depan yang mengandalkan kecepatan, diselenggarakanlah jurnalisme makna. Dalam praksis jurnalistik dengan tetap dalam koridor Pancasila itu, Kompas berusaha selain sebagai “anjing penjaga”, jika perlu menjadi anjing penjaga yang santun, juga sebagai pendidik dan teman seperjalanan masyarakat, tanpa meninggalkan sisi lain industri media yang menuntut pertumbuhan bisnis yang profesional dan bersih. Terdorong motivasi ikut serta menggerakkan kebangkitan dan reformasi, menurut Jakob Oetama, wajar jika media ikut berwacana, beradu pendapat, dan mengajukan saran. Semua itu tidak mengurangi atau menggeser tugas media yang sejatinya sebagai “anjing penjaga”. Kesetiaan dan kemampuan melaksanakan tugas itu membuat media
berhak atau sebaliknya berperan sebagai suara hati bangsanya, the conscience of the nation. Taruhlah sebagai “anjing penjaga yang jinak” yang terus menggonggong tetapi tidak menggigit, hanya mengilik-ngilik dan mengingatkan adanya “bahaya”. Perjalanan hidup Kompas hanya sebuah noktah kecil dari puluhan surat kabar yang umurnya sudah ratusan tahun. Melalui buku ini pembaca dapat memperoleh gambaran dan pelajaran bagaimana Kompas menentukan pilihan mencerahkan untuk terus hidup dan berkembang dengan tetap menjaga diri independen sebagai lembaga idealisme sekaligus lembaga bisnis yang terhormat. Di suatu zaman pernah sebagai anjing penjaga yang galak, di zaman lain sebagai anjing penurut dan sopan. Dalam kondisi zamannya, tanpa menutup kemungkinan polesan, Kompas Way jadi sumber rujukan: kiat dan nilai yang ditransformasikan dan diwariskan para pendirinya lewat kata-kata yang mengajar dan perbuatan yang meninggalkan keteladanan yang terus didialogkan dengan realita. Buku ini bisa menjadi pelengkap dan lebih ringkas dari bukubuku serupa yang sudah terbit sebelu mnya. Resensiator : Maida Yusri Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika TM 2014
Menunjukkan Sisi Gelap Kebinatangan Manusia Ju du l Penulis Penerbit Cetak an Tebal
: Sesat Pikir Para Binatang : Danarto : PT Grasindo : Pertama, April 2016 : vi + 178 halaman
Triyanto Triwikromo merupakan salah seorang sastrawan Indonesia. Selain menggeluti sastra-puisi, namanya juga harum sebagai cerpenis Indonesia karena telah melahirkan banyak buku kumpulan cerpen, di antaranya Ular di Mangkuk Nabi, Celeng Satu Celeng Semua, dan Sayap Anjing. Cerpen-cerpennya diterjemahkan dalam bahasa Swedia, Jerman, dan Inggris. Sesat Pikir Para Binatang merupakan buku kumpulan cerpen terbaru dari Triyanto Triwikromo. Buku ini terdiri dari 14 cerpen dan berusaha menunjukkan sisi gelap kebinatangan manusia. Ya, manusia yang selama ini dianggap sebagai makhluk sempurna karena dianugerahi akal dan pikiran ternyata tidak lebih dari binatang. Hal ini dikarenakan, dalam setiap tindak tanduknya, manusia lebih cenderung menuruti hawa- nafs u ny a. Salah satu cerpen yang terdapat dalam buku ini adalah Sesat Pikir Para Binatang. Judul cerpen tersebut sekaligus menjadi judul dari kumpulan cerpen ini. Cerpen tersebut diawali dengan sebuah peryataan dari Nuh, Direktur Kebun
Binatang Halasnom, kepada si “aku” tokoh utama bernama Kalam, bahwa agar bisa bekerja dengan baik di kebun binatang, Kalam harus mengetahui dengan seksama satwa apa yang bersemayam di dalam dirinya. Nuh merupakan karakter yang unik. Dia menempatkan hewan sebagai makhluk mulia dan manusia sekadar hewan bertulang belakang yang penuh dosa. Ungkapan Nuh tersebut dinilai oleh Kalam berlebihan. Namun, karena dia adalah pegawai baru di kebun binatang, dia tidak punya pilihan lain. Kalam pun mengikuti nasihat dari sang senior, Nuh. Maka, pada hari-hari pertama bekerja, Kalam disibukkan dengan berbagai aktivitas, seperti membaca buku-buku tentang satwa, mengenal lokasi kebun binatang, dan belajar nama-nama tumbuhan. Pada hari kelima, Nuh memberikan nasihat tentang sepuluh ciri-ciri kembaran manusia di kebun binatang. Di sinilah letak satirenya. Menurut Nuh, kembaran manusia di kebun binatang tidak akan pernah melukai atau membunuh manusia. Kembaran itu juga akan mengajari manusia lebih percaya kepada Tuhan dan mengajaknya untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan buruk. Dan seterusnya, dan seterusnya. Barulah pada hari keenam, Kalam berhasil menemukan kembarannya yang ternyata adalah cacing-cacing yang muncul dari tanah becek berair. Kalam merasa jijik dan geli. Setelah diajukan pertanyaan apakah kau ingin menjadi manusia, barulah cacing-cacing tersebut kembali menyusup ke tanah becek dan menghilang. Tetapi, menurut Nuh, cacing-cacing tersebut tidak menghilang. Mereka hanya menyusup ke ku bangan-kubangan kecil di kepala K alam. Kata Nuh, Kalam tidak perlu kaget jika nanti malam cacing-cacing itu berkata bahwa mereka tidak ingin menjadi manusia karena manusia adalah makhluk paling konyol sedunia. Sok kuasa. Sok pandai. Sok buas. Sok segalanya. Si Kalam hanya terdiam. Dia berpikir bahwa, jika memang seperti itu, sesungguhnya binatang-binatang berada dalam situasi sesat pikir yang luar biasa,
atau memang manusia adalah makhluk berkasta terendah di dunia. Selain cerpen di atas, ada juga kisah tentang Kain dalam Setelah Pembunuhan Pertama yang harus terus membunuh dan mengembara tak kunjung henti. Dia akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Ada juga kisah tentang wali kelas dalam Serigala di Kelas Almira yang harus mengajar anak-anak yang berprilaku sebagai satwa dan dianggap sebagai setansetan berkebutuhan khusus. Demikianlah! Cerpen-cerpen di dalam kumpulan ini sangat menarik. Bukan hanya menguak sisi kebinatangan manusia, buku ini juga memperlihatkan bahwa, di tengah kehidupan yang keras dan buas, manusia tetap berusaha menjadi manusia. Selain itu, buku ini juga dihiasi oleh grafis yang bisa memanjakan mata pembaca. Jadi, bagi Anda pecinta sastra, jangan ketinggalan untuk membaca buku ini. Resensiator: Fakhruddin Arazzi Mahasiswa Pendidikan Fisika
23
Edisi No. 194/Tahun XXVII
GANTOPEDIA
Kehamilan Menentukan Panjang Usia
Berumur panjang menjadi keinginan kebanyakan orang. Menikmati indahnya kehidupan dan merasakan setiap proses perubahan zaman. Berbagai hal disarankan agar memiliki umur panjang, mulai dari pola hidup sehat, memiliki sifat yang optimis, hingga selalu menjalani hidup dengan bahagia. Namun ada juga beberapa penelitian yang menemukan formula baru yang membuat seseorang memiliki usia dengan angka nominal lebih tinggi. Beberapa penilitian tersebut mengatakan bahwa perempuan lebih banyak berusia lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, ada yang menga-
takan karena faktor kromosom perempuan yang XX. Dengan memiliki dua kromosom X, perempuan mempunyai salinan ganda untuk setiap gen, yang berarti jika ada yang rusak, maka masih punya satu cadangan, dan banyak lagi faktor lainnya. Salah satu penelitian yang menunjukkan perempuan memiliki usia yang lebih panjang adalah hasil riset yang diterbitkan oleh American Journal of Public Health November lalu. Peneliti dari University of California San Diego School of Medicine, Dr. Aladdin Shadyab, PhD., menemukan bahwa 54 persen dari 20.000 perempuan memiliki usia hingga 90 tahun atau lebih. Penelitian tersebut bukanlah penelitian singkat, hingga pada akhirnya dirampungkan dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Penelitian itu telah dilakukan sejak tahun 1991 lalu, dengan melibatkan ibu-ibu selama 21 tahun lamanya. Ibu-ibu tersebut diteliti tentang melahirkan pertamanya dan banyak anak yang dimiliki. Di usia melahirkan anak pertama yang berbeda-beda, diamati siapa di antara ibu-ibu tersebut yang mencapai usia hingga 90 tahun. Hasil studi menunjukkan bahwa ibu-ibu yang melahirkan anak pertamanya di atas usia 25 tahun diindikasikan mencapai usia hingga 90 tah u n . Dikutip dari Kompas.com, Shadyab menyatakan bahwa studi-studi sebelumnya memperlihatkan kejadian kehamilan dan hubungannya dengan kematian tetapi bukan terhadap panjang usia. ”Studi kami yang pertama meneliti usia kehamilan pertama, jumlah anak dan hubungannya untuk bertahan hidup sampai tua. Penemuan kami mungkin
membantu mengidentifikasi target intervensi kesehatan masyarakat di masa depan di kalangan perempuan sebelum kehamilan dan tahap perencanaan keluarga, sehingga dapat memperbaiki kesehatan dalam jangka panjang,” terangnya. Selain itu, hasil penelitian tersebut menunjukkan, ibu-ibu yang melahirkan anak lebih dari satu atau mencapai empat orang anak, memiliki kesempatan hidup lebih lama dan kesehatan yang lebih baik. Ditemukan ibu-ibu tersebut tidak mengalami kegemukan berlebihan atau obesitas, serta tidak memiliki catatan penyakit kronis. Perempuan yang sudah mengandung 2-4 kali berpeluang mencapai usia hingga 90 tahun sebesar 25 persen, dibandingkan yang mengandung sekali seumur hidup. Hal ini dikarenakan kandungan memberikan perlindungan bagi tubuh si ibu, sehingga ibu lebih sehat dan bugar hingga tidak rentan di serang penyakit dan bisa mencapai umur yang panjang. Persentase peluang perempuan yang melahirkan anak pertamanya di atas usia 25 tahun yang mendapatkan usia panjang, mencapai 11 persen dibandingkan yang melahirkan anak pertamanya di usia 24 tahun ke bawah. Bahkan perempuan yang melahirkan di atas usia 30 tahun juga diindikasikan akan mencapai usia panjang hingga 90 tahun sebesar 11 persen, dibandingkan yang melahirkan pertama kali di usia 25 tahun. Hasil penelitian tersebut sedikit berbeda dengan dunia kedokteran yang mengatakan bahwa usia ideal perempuan untuk hamil adalah di antara usia 20-35 tahun dan usia kehamilan serta kelahiran anak pertama yang baik adalah di usia 21 tahun. Hal ini dikarenakan di usia tersebut wanita memiliki kebugaran fisik dan kesiapan organ reproduksi yang baik sehingga dapat menekan risiko kesehatan pada ibu dan juga janin. Selain itu, usia 24 tahun adalah puncak kesuburan
wanita dan kemudian di usia setelahnya wanita mengalami penurunan tingkat kesuburan, sehingga mengurangi peluang untuk memiliki anak. Sedangkan usia melahirkan yang tidak sehat menurut kedokteran adalah di bawah usia 20 tahun, faktor penyebabnya adalah kematangan sel telur yang belum sempurna, organ reproduksi yang belum siap, dan berisiko tinggi memiliki kondisi kesehatan yang buruk saat hamil, karenanya resiko kematian pada kehamilan ini sangat tinggi, simpulnya kesempatan wanita berumur panjang adalah kecil. Dari penelitian yang dipimpin Dr. Aladdin Shadyab tersebut juga dikatakan bahwa wanita yang mencapai usia 90 tahun biasanya memiliki pendidikan yang tinggi sebelum menikah, dan ratarata adalah dari kalangan yang mapan dalam artian cukup biaya dan mampu membayar semua program kesehatan yang baik. Selain karena mudahnya mengakses program kesehatan yang menunjang, juga memperhitungkan tingkat stress wanita, sebab kemapanan dan kedewasaan pola pikir membuat wanita cenderung tidak mengalami stress berlebihan dikarenakan tidak mudah panik memikirkan biaya kesehatan dan biaya anak atau juga dipengaruhi oleh ketenangan dan kedewasaan berpikir. Penelitian yang di lakukan, ju ga menemu kan ada tren menu nda usia kelahiran anak pertama. Terlihat pada tahu n 1970-an perempu an di Inggris melahirkan anak pertamanya pada rata-rata u sia 23,5 tahu n, dan pada data yang dikumpulkan di tahu n 2014 rata-rata u sia perempu an di Inggris melahirkan pertama kali di u sia 28,6 tahu n. Namun, hasil penelitian tidak menyarankan perempu an u ntuk menu nda kehamilannya. Abdul Hamid (Dari berbagai Sumber)
REFLEKSI
Perilaku Laki-laki Kekinian Oleh Sri Gusmurdiah
Beberapa kali saya melewati sebuah salon dengan seorang teman. Salon tersebut tergolong unik, terlepas dari apa yang ada di dalamnya. Saya sangat tertarik dengan papan plang merek salon tersebut. Terpampang foto perempuan cantik di sana. Namun, saya dan teman saya meyakini, foto tersebut bukanlah wanita sesungguhnya, melainkan seorang pria yang berdandan mengalahkan rupa cantik seorang wanita. Tak hanya itu, sosok yang ada pada foto tersebut ternyata tak sekadar model pada merek salon semata, namun juga yang bekerja di salon tersebut. Barangkali dia adalah pemilik salon. Pada kesempatan yang berbeda, saya juga sempat terheran dengan pemandangan yang tak biasa. Saat berada pada tempat makan, empat orang pria dengan dandanan layaknya wanita, melangkah dengan anggun dan percaya dirinya memasuki tempat makan yang sama. Tak hanya pakaian dan dandanan, aksesoris yang mereka gunakan juga merupakan aksesoris wanita, seperti kalung, tas, hingga dompet. Belum lagi suaranya yang lembut melebihi wanita. Beberapa orang yang berada di rumah makan
tersebut hanya tersenyum-senyum heran melihat tingkah dan gerak gerik merek a. Fenomena di atas tidaklah bermaksud untuk memojokkan beberapa pihak atau pribadi tertentu. Hal tersebut hanyalah beberapa bentuk gambaran dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di tengah masyarakat, yang konon sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan biasa pada zaman sekarang. Hal ini, walau pun tidak merugikan banyak orang, namun menjadi bagian yang meresahkan bagi banyak pihak. Terutama, para orang tua dan guru yang berjuang sekuat tenaga mendidik anak dan murid-muridnya, untuk menjadi pribadi yang benar dan tak menyimpang. Agar lebih fokus, penulis sengaja mengkhususkan pembahasan kepada satu gender saja, yaitu laki-laki. Jika zaman dulu, anggap saja semasa penulis masih berada pada jenjang pendidikan dasar atau sekitar belasan tahun lampau. Laki-laki yang berperilaku seperti wanita, dipanggil sebagai laki-laki jadi-jadian. Jika terjadi hal demikian, mereka akan marah besar. Bahkan sampai berkelahi demi membela harga
dirinya yang merasa dinodai, sebab dianggap sama dengan wanita. Adalah sebuah penghinaan, jika seseorang yang sesungguhnya laki-laki yang dianggap kuat dan gagah perkasa, disamakan dengan wanita yang notabenenya keibuan, lembut, dan cantik. Namun, realita yang terjadi dewasa ini, tak terhitung laki-laki yang percaya diri bahkan sangat bangga saat berpenampilan dan bersikap layaknya seorang wanita. Mereka seakan tak peduli dan tak mau tau dengan berbagai pandangan masyarakat terhadapnya. Padahal, kebanyakan orang-orang yang berperilaku demikian adalah mereka yang tahu akan norma dan memiliki pendidikan yang memadai. Sementara, agama mana pun melarang laki-laki yang meneyerupai wanita dan begitu pun sebaliknya. Sebab, melawan kodratnya sebagai manusia. Sebagaimana pandangan Islam terhadap hal ini, hadist Rasulullah sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas RA berkata, “Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki”. [HR. Bukhari juz 7, hal. 55]. Selain itu, pada hadist lain
dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat orang laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal 60]. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa laki-laki yang menyerupai wanita merupkan hal yang tidak benar dan dilarang oleh agama. Terlepas, apakah hal itu tabu atau sudah menjadi hal yang biasa di tengah masyarakat. Yang jelas, sesuatu yang salah haruslah ditinggalkan, sebab tidak ada kebaikan yang didatangkan dari hal yang demikian. Sebagai generasi muda, sudah selayaknya kita menjadi bagian yang akan memajukan bangsa ini. Adakalanya menjadi diri sendiri memang bagus, namun harus sesuai dengan norma dan akidah yang berlaku di tengah masyarakat dan agama. Tidak sekadar bahagia dengan apa yang dianggap nyaman untuk dilakukan, tanpa memikirkan dampak dan mudarat dari tindakan tersebut. Menjadi manusia zaman sekarang dan mengikuti modernisasi, bukan berarti menerima dan melakukan segala sesuatu secara kebablasan, tanpa menyaringnya dan berpikir panjang.
Edisi No. 194/Tahun XXVII
IKLAN
24